Usulan Penelitian
-
Upload
khoirul-ikhwan -
Category
Documents
-
view
47 -
download
4
description
Transcript of Usulan Penelitian
USULAN PENELITIAN
APLIKASI METODE TIME DOMAIN INDUCED POLARIZATION DALAM EKSPLORASI EMAS DI BLOK “X” GUNUNG PONGKOR
KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT
OlehAbdul Hakim Prima Yuniarto
H1E011023
Diajukan sebagai pedoman penelitian pada Tugas Akhir
Jurusan Fisika – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jenderal Soedirman
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2014
Judul PenelitianAPLIKASI METODE TIME DOMAIN INDUCED POLARIZATION DALAM EKSPLORASI EMAS DI BLOK “X” GUNUNG PONGKOR KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT
Lingkup PenelitiansKMK : Fisika Bumi
Identitas Mahasiswaa. Nama : Abdul Hakim Prima Yuniartob. Jenis Kelamin : Laki-Lakic. NIM : H1E011023d. Angkatan/Semester : 2011/VIIe. Jumlah Kredit/IPK : 136/ 3,62
Lokasi Penelitian1. PT. ANTAM (Persero) Tbk. – Unit Geomin
Jangka Waktu : 4 bulan (November 2014 – Februari 2015)
Diterima dan disetujui pada tanggal : ............................................
Pembimbing I Pembimbing II
Sehah, S.Si., M.Si. Agus Pajrin Jaman, S.T.NIP. 19710806 200003 1 003 NPP. 1011857456
MengetahuiDekan Fakultas MIPA
Drs. Sunardi, M.SiNIP. 19590715 199002 1 001
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Batasan Masalah........................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Resistivity...................................................................................................4
2.1.1 Hukum Ohm.......................................................................................4
2.1.2 Arus listrik sederhana (sejajar)..........................................................5
2.1.3 Potensial oleh elektroda arus tunggal.................................................6
2.1.4 Potensial oleh elektroda arus ganda...................................................7
2.2 Induced polarization..................................................................................9
2.3 Efek Polarisasi...........................................................................................9
2.3.1 Polarisasi Membran..........................................................................10
2.3.2 Polarisasi Elektroda..........................................................................11
2.4 Pengukuran Dalam Kawasan Waktu (TDIP)..........................................12
2.5 Konfigurasi Dipole-Dipole......................................................................14
2.6 Geologi Daerah Penelitian.......................................................................16
2.7.1 Geologi Gunung Pongkor................................................................16
2.7.2 Stratigrafi Gunung Pongkor.............................................................18
2.7.3 Sistem Endapan Epitermal...............................................................19
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................20
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................20
iii
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................21
3.3 Prosedur Penelitian..................................................................................22
3.3.1 Persiapan..........................................................................................22
3.3.2 Akuisisi Data....................................................................................22
3.3.3 Pengolahan Data..............................................................................23
3.3.4 Interpretasi.......................................................................................24
3.4 Diagram Alir Penelitian...........................................................................25
3.5 Jadwal Penelitian.....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah Jawa Barat khususnya bagian selatan, sejak dahulu dikenal sebagai
salah satu penghasil emas di Indonesia. Mineral emas merupakan logam mulia
dengan komoditas sangat berharga dalam bidang pertambangan. Mineral emas
terbentuk akibat adanya kenaikan larutan sisa magma atau larutan hidrotermal yang
bergerak naik melalui rongga antar butir (primary permeability) ataupun kekar dan
sesar (secondary permeability) kemudian bereaksi terhadap batuan sedimen dan
menghasilkan mineral ubahan (Wibowo, 2014). Identifikasi penyebaran mineral
emas dapat ditentukan dengan metode geofisika (Fajariyah, 2013).
Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang dapat
digunakan dalam eksplorasi emas (Wibowo, 2014). Tetapi cukup sulit dalam
interpretasi untuk mengidentifikasi penyebaran mineralisasi emas, karena sulit untuk
membedakan nilai kontras suseptibilitas antara batuan yang mengandung emas
dengan yang tidak. Metode gravity juga tidak cocok dalam eksplorasi emas, karena
sulit untuk membedakan nilai kontras densitas antara batuan yang mengandung emas
dengan yang tidak. Metode geofisika yang paling tepat untuk eksplorasi emas adalah
metode induced polarization (Arjuna, et al.,2014).
Metode IP merupakan metode yang sering digunakan untuk mengeksplorasi
mineral logam dasar (Muthmainnah, 2011). Metode induced polarization adalah
metode geofisika yang memanfaatkan sifat kelistrikan dan polarisabilitas batuan
sebagai dasar. Metode ini mengukur tingkat polarisasi dalam batuan sebagai akibat
dari adanya arus listrik yang melewatinya. Ketika batuan dilewati arus listrik, batuan
akan terinduksi oleh energi listrik dan kemudian menyimpan induksi tersebut untuk
sementara. Kejadian inilah yang disebut sebagai induced polarization (Lowrie,
2007). Metode induced polarization juga dapat digunakan dalam eksplorasi mineral
logam, seperti yang telah dilakukan di daerah Sukabumi Jawa Barat (Yuwanto,
2011), serta dapat digunakan untuk identifikasi urat pirit seperti yang dilakukan di
daerah Malang (Sunaryo, 2011).
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah yang akan diteliti dalam
penelitian tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil penampang resistivity dan penampang chargeability yang
diperoleh dari pengolahan data yang diambil di blok “X” gunung Pongkor Bogor.
2. Bagaimana gambaran penyebaran mineralisasi emas bawah permukaan di blok
“X” gunung Pongkor Bogor berdasarkan metode induced polarization.
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran mineralisasi emas di blok “X”
Gunung Pongkor Kabupaten Bogor Jawa Barat. Bagian yang akan ditinjau ialah
korelasi antara penampang nilai resistivity dan chargeability di daerah penelitian.
Interpretasi data dilakukan dengan melihat tabel resistivity dan chargeability batuan
(kuantitatif) serta mencocokan dengan peta geologi daerah penelitian (kualitatif).
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan akuisisi data atau pengambilan data menggunakan metode Induced
polarization untuk mengidentifikasi penyebaran mineral emas di blok “X” gunung
Pongkor Bogor.
2. Melakukan pengolahan data nilai resistivity semu dan chargeability semu di
daerah penelitian sehingga diperoleh model interpretasi berupa penampang
resistivity dan penampang chargeability.
3. Menginterpretasikan penyebaran mineralisasi emas bawah permukaan daerah
penelitian berdasarkan model penampang resistivity dan penampang
chargeability.
2
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Menambah informasi tentang zona penyebaran mineralisasi emas di daerah
penelitian.
2. Sebagai referensi dalam survei geofisika untuk eksplorasi mineral emas
menggunakan metode induced polarization.
3. Sebagai bahan referensi untuk dosen atau mahasiswa dalam penelitian lebih
lanjut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode induced polarization atau polarisasi terimbas adalah salah satu metode
geofisika yang pada umumnya digunakan untuk eksplorasi base metal dan logam.
Metode induced polarization ini termasuk di dalam metode geolistrik. Dimana
prinsipnya hampir sama yaitu dengan menginjeksikan arus melalui dua elektroda
arus. Besar arus yang diinjeksikan dicatat dan dua elektroda potensial digunakan
untuk mengukur potensial yang dihubungkan dengan voltmeter. Metode ini mampu
membaca nilai polarisasi medium (chargeability), baik dalam kawasan waktu (time
domain) maupun kawasan frekuensi (frequency domain) (Telford, et al.,1990).
Sangat dimungkinkan melihat relasi antara resistivity semu dan chargeability semu.
Hal ini dikarenakan terdapat hubungan yang spesifik antara resistivity semu dan
chargeability semu, prosedur lapangan dan interpretasi datanya hampir sama
(Lowrie, 2007).
2.1 Resistivity
1.1.1 Hukum OhmJika ditinjau secara makroskopik maka dinyatakan bahwa hambatan diperoleh dari
beda potensial dan kuat arus yang mengalir (Telford, et al.,1990).
, (2. 3)
dengan rapat arus yaitu kuat arus tiap satuan luas.
, (2. 3)
Jika ditinjau secara mikroskopik maka rapat arus dipengaruhi oleh resistivitas dan
medan listrik (Telford, et al.,1990).
, (2. 3)
4
Substitusikan persamaan (2.2) ke persamaan (2.3) maka dinyatakan dengan (Telford,
et al.,1990)
, (2. 3)
1.1.2 Arus listrik sederhana (sejajar)Arus listrik I yang melalui suatu bahan berbentuk silinder akan berbanding
lurus dengan luas penampang A, berbanding langsung dengan beda potensial antara
ujung-ujungnya V=V2-V1, dan berbanding terbalik dengan panjangnya L.
Gambar 2. 1 Arus listrik merata dan sejajar dalam sebuah silinder oleh beda potensial antara kedua ujungnya (Wibisono, 2013).
Dengan maka persamaan (2.4) dapat ditulis (Telford, et al.,1990)
, (2. 3)
Tanda negatif menunjukkan bahwa arus mengalir dari tempat berpotensial tinggi ke
rendah.
5
1.1.3 Potensial oleh elektroda arus tunggal
Gambar 2. 2 Pola arus listrik yang dipancarkan oleh elektroda arus tunggal di permukaan
medium setengah tak berhingga (Wibisono, 2013).
Arus listrik yang menembus permukaan bola berongga yang luasnya A,
tebalnya dr, dan beda potensial dV antara bagian luar dan (Telford, et
al.,1990) adalah :
, (2. 3)
Karena luas setengah bola A = 2 r2, maka arus I menjadi :
atau
, (2. 3)
sehingga potensial disuatu titik sejauh r dari pusat arus adalah :
. (2. 3)
6
1.1.4 Potensial oleh elektroda arus ganda.
Gambar 2. 3 Arus listrik dilewatkan pada elektroda arus A dan B. Elektroda M dan N adalah elektroda potensial (beda potensialnya akan diukur) (Wibisono, 2013).
Karena potensial adalah besaran skalar, potensial di sembarang titik oleh
elektroda arus ganda akan merupakan jumlahan potensial oleh 2 elektroda arus
tunggal. Oleh karena itu, dengan menggunakan persamaan (2.8), potensial di titik M
oleh arus yang melewati elektroda A dan B (Gambar 2.3) (Telford, et al.,1990)
adalah :
. (2. 3)
Potensial di titik N adalah :
. (2. 3)
Dengan demikian beda potensial antara titik M dan N adalah :
.
Sehingga
(2. 3)
Jadi
(2. 3)
7
r1r2
r4
r3
AB
Tabel 2. 1 Resistivity Batuan (Telford, et al.,1990).
8
2.2 Induced polarization
Polarisasi adalah peristiwa reorientasi muatan-muatan dalam medium. Tingkat
polarisasi ini menjadi acuan sebagai tingkat kemampuan suatu medium menyimpan
energi untuk sementara. Metode induced polarization (IP) merupakan metode
geofisika yang mengukur tingkat polarisasi suatu medium akibat dari arus listrik
yang melewatinya. Ketika suatu batuan dilewati oleh arus listrik, batuan akan
terinduksi oleh energi listrik yang melewatinya dan kemudian menyimpan untuk
sementara induksi tersebut. Kejadian ini yang kemudian disebut sebagai induced
polarization (Lowrie, 2007).
Mineral logam merupakan salah satu unsur batuan yang memiliki tingkat
polarisasi yang tinggi, sehingga terjadinya fenomena polarisasi tersebut dapat
menandakan adanya kandungan logam di bawah permukaan. Kemampuan
mendeteksi perbedaan nilai IP ketika ditemukan kontras tahanan jenis yang relatif
sama pada daerah yang sama dapat mengatasi kelemahan-kelemahan metode
geolistrik resistivitas, sebab metode geolistrik resistivitas tidak dapat mendeteksi
adanya fenomena polarisasi. Oleh sebab itu, eksplorasi logam dasar umumnya
dilakukan dengan menggabungkan metode IP dan resistivity (Telford, et al.,1990).
2.3 Efek Polarisasi
Efek polarisasi berbeda-beda pada suatu medium tergantung dari jenis
mediumnya. Faktor yang mempengaruhi efek polarisasi dari suatu medium adalah
daya hantar listrik atau konduktivitas, tingkat polarisasi dan tingkat mobilititas ion
pada medium. Medium yang mengandung urat kuarsa cenderung memiliki
konduktivitas yang tinggi. Sesaat setelah arus (I) diinjeksikan, tegangan tidak
langsung mencapai titik maksimum, namun mengalami pengisian beberapa saat
sampai tegangan mencapai nilai maksimum Vp. Ketika arus diputus I, tegangan
dengan drastis turun hingga ke tingkat sekunder Vs dan tegangan sementara Vt akan
meluruh habis dalam beberapa waktu kemudian. Bentuk grafik akan berbeda-beda
tergantung dari sifat fisis suatu medium.
9
1.1.5 Polarisasi MembranPolarisasi membran merupakan indikator konduksi elektrolit yang terbentuk
akibat perbedaan kemampuan ion-ion dalam fluida pori untuk bermigrasi dalam
batuan berpori (Lowrie, 2007). Konduksi eletrolit terjadi apabila material tidak
memiliki kandungan mineral logam. Konduksi jenis ini dapat berlangsung pada
batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas baik. Umumnya mineral
pembentuk batuan bermuatan negatif (-) pada bidang batas antara permukaan batuan
dengan fluida pori dan menarik ion-ion positif (+) dalam fluida pori. Ion-ion positif
berakumulasi pada permukaan butiran dan melebar di sekitar fluida pori, sebagian
lagi menghambat ion negatif dalam fluida pori.
Ketika arus diinjeksikan, ion-ion positif dapat melewati awan ion muatan
positif tetapi ion-ion negatif berakumulasi jika ukuran pori tidak cukup besar untuk
menembus rintangan. Efek ini seperti suatu membran yang meloloskan salah satu ion
secara selektif dan menimbulkan akumulasi sementara ion-ion negatif untuk
membentuk sebaran ion yang terpolarisasi dalam batuan. Efek ini sering kali terjadi
dalam batuan yang mengandung mineral-mineral lempung. Hal ini disebabkan
karena lempung berukuran butiran dan berpori kecil serta butiran lempung relatif
bermuatan negatif kuat dan menyerap ion-ion positif yang membentuk awan ion
positif pada permukaannya (Gambar 2.4).
Gambar 2. 4 Efek polarisasi (a). Kondisi distribusi ion-ion sebelum medium dialiri arus listrik (b).
Polarisasi membran ketika medium dialiri arus (Telford, et al.,1990).
10
1.1.6 Polarisasi ElektrodaModel penampang melintang sebuah batuan dalam skala mikroskopis dan
terdapat larutan elektrolit yang mengisi pori-pori batuan tersebut diasumsikan dengan
Gambar 2.5. Dalam hal menghantarkan arus listrik, larutan elektrolit yang mengisi
pori-pori batuan merupakan media yang baik untuk menghantarkan arus listrik. Jika
terdapat partikel-partikel mineral yang bersifat logam terdapat pada jalur pori-pori
batuan, maka partikel-partikel mineral yang bersifat logam akan menghambat aliran
arus listrik dalam bentuk akumulasi ion positif dan ion negatif saat arus diinjeksikan
yang diasumsikan pada Gambar 2.5. Namun jika tidak terdapat partikel-partikel
mineral yang bersifat logam pada jalur pori-pori batuan, maka saat arus diinjeksikan
ion negatif dan ion positif dapat mengalir dengan lancar.
Gambar 2. 5 Efek Polarisasi pada batuan. Gerak muatan di dalam elektrolit pada pori-pori (atas).
Sumbatan oleh mineral logam menyebabkan polarisasi elektroda pori (bawah) (Telford, et al.,1990).
Saat arus yang diinjeksikan dihentikan maka ion-ion yang mengalir akan
berhenti bergerak dan kembali ke posisi stabil awalnya. Hal yang sama juga terjadi
pada ion-ion yang tertahan dalam bentuk akumulasi. Perbedaannya terdapat pada
waktu tempuh menuju posisi stabilnya. Waktu tempuh ion-ion yang mengalir
kembali ke posisi stabil jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan ion-ion yang
tertahan. Maka ion-ion yang tertahan inilah yang mendominasi beda potensial yang
terukur setelah injeksi arus dimatikan tidak langsung nol tetapi perlahan-lahan turun
(Telford, et al.,1990).
11
2.4 Pengukuran Dalam Kawasan Waktu (TDIP)
Pengukuran dalam kawasan waktu ini menggunakan arus DC. Prinsip
pengukuran dalam kawasan waktu adalah dengan mengalirkan arus listrik berbentuk
persegi panjang melalui sepasang elektroda arus dan mengukur beda potensial yang
timbul pada sepasang elektroda potensial setelah arus utama dimatikan, sehingga
sampai ketingkat tanggap atau respon sekunder dan meluruh terhadap waktu
(Firmansyah, 2014).
Gambar 2. 6 Time Domain Measurement (Wibisono, 2013).
Chargeability merupakan besaran makro yang tergantung pada jenis bahan dan
selang waktu pengukuran, yang dapat didefinisikan :
Gambar 2. 7 Penurunan tegangan saat arus dimatikan (Firmansyah, 2014).
12
t2t1
Vp
V(t2)
V(t1)
(2. 3)
Dengan M adalah nilai chargeability medium (msec) dan Vs(t) adalah
tegangan residual pada waktu t (volt) serta Vp adalah tegangan selama arus mengalir
(volt).
Tabel 2. 2 Chargeability Batuan (Telford, et al.,1990).
13
2.5 Konfigurasi Dipole-Dipole
Pada konfigurasi dipole-dipole, kedua elektroda arus dan elektroda potensial
terpisah dengan jarak a, sedangkan elektroda arus dan elektroda potensial bagian
dalam terpisah sejauh na, dengan n adalah bilangan bulat. Variasi n digunakan untuk
mendapatkan berbagai kedalaman tertentu, semakin besar n maka kedalaman yang
diperoleh juga semakin besar. Tingkat sensitivitas jangkauan pada konfigurasi
dipole-dipole dipengaruhi oleh besarnya a dan variasi n (Rahmah, 2009).
Gambar 2. 8 Konfigurasi Dipole-Dipole (Wibisono, 2013).
Nilai dari ∆V merupakan beda potensial antara M dan N (volt), I adalah
besarnya arus yang dialirkan melalui elektrode arus A dan B (ampere), dan K adalah
faktor geometri (konfigurasi dipole-dipole), dimana :
(2. 3)
Dengan a adalah jarak antara elektroda arus A dengan B serta jarak antara elektroda
potensial M dengan N, dan n adalah bilangan pengali dari a (Telford, et al.,1990).
Kelebihan dari konfigurasi dipole-dipole ini adalah:
Sensitivitas sangat baik secara vertikal dan horizontal (lateral).
Baik digunakan untuk target berupa urat (vein) kuarsa.
Kelemahan dari konfigurasi dipole-dipole adalah:
Survei dipole-dipole membutuhkan waktu yang relatif lama.
Kedalaman maksimal yang kurang ditafsir dengan baik.
Kurang sensitif untuk target yang berlapis.
14
r1r2
r4
r3
AB
Gambar 2. 9 Survey mapping konfigurasi dipole-dipole (Wibisono, 2013).
Pseudodepth SectionPseudodepth section merupakan gambaran penampang vertikal dari suatu
irisan dimana terdapat titik-titik ploting (plotting points) yang digambarkan dalam
suatu kedalaman yang berbeda berdasarkan posisi elektrode arus dan elektrode
potensial. Titik tersebut membentuk suatu sudut sebesar 45o yang terletak antara
posisi tengah receiver dan posisi transmitter yang berubah-ubah dengan kerapatan n.
Hasil pengolahan data dapat ditampilkan dalam bentuk pseudodepth section yang
mana besarnya resistivity dan chargeability tergantung pada jarak spasi elektrode
yang digunakan. Besarnya penetrasi yang didapatkan pada suatu kedalaman tertentu
adalah :
Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 1 adalah
Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 2 adalah
Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 3 adalah a
Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 4 adalah 2a
Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 5 adalah
15
Gambar 2. 10 Pseudodepth Section konfigurasi dipole-dipole (Wibisono, 2013).
2.6 Geologi Daerah Penelitian
1.1.7 Geologi Gunung PongkorGunung Pongkor terletak pada Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Endapan bijih
emas di Gunung Pongkor terbentuk pada batuan tersier yang terdiri atas tuf breksi,
tuf lapili dan batuan terobosan andesit yang menembus batuan breksi vulkanik
kuarter. Tuf breksi berwarna abu-abu, mengandung fragmen andesit dalam matrik
tufaan, terdapat perselingan batu lempung hitam dengan ketebalan lebih dari 15 cm
dengan struktur sedimen gelembur gelombang. Terdapatnya foraminifera
mengindikasikan batuan diendapkan pada lingkungan laut. Tuf breksi dikorelasikan
dengan formasi andesit tua berumur miosen awal. Tuf lapili berwarna kecoklatan
sampai kehijauan dengan perselingan breksi hitam, yang dapat dikorelasikan dengan
formasi cimapag berumur miosen awal. Batuan terobosan andesit tersingkap di
bagian timur dan barat gunung pongkor dan di lembah sungai-sungai sekitarnya.
Berdasarkan korelasi batuan terobosan andesit ini diperkirakan berumur miosen
tengah. Breksi vulkanik tersingkap di sebelah tenggara daerah gunung pongkor,
terbentuk pada akhir tersier, menutup secara tidak selaras batuan formasi
bojongmanik dan terobosan andesit, diperkirakan berumur plio-pleistosen
(Mutoharoh, 2013).
16
Gambar 2. 11 Peta Geologi daerah Gunung Pongkor dan sekitarnya (Asaga, 2012).
17
1.1.8 Stratigrafi Gunung Pongkor
Gambar 2. 12 Stratigrafi Gunung Pongkor (Mifrokhah, 2014).
Urutan stratigrafi daerah penelitian dari dari tertua hingga termuda adalah:
1. Breksi tuff 1 yang menjari dengan tuff lapilli 1, litologi ini tidak dijumpai di
permukaan.
2. Breksi tuff 2 yang menjari dengan tuff lapilli 2, litologi ini dijumpai di
permukaan. Hubungan menjari diinterpretasikan dari data lapangan, dimana pada
elevasi yang sama di bagian timur tidak dijumpai breksi tuff 2.
3. Tuff, teramati di permukaan pada elevasi tertinggi di bagian barat, sedangkan di
bagian timur tidak dijumpai diinterpretasikan tertutup oleh andesit.
4. Tuff laminasi, litologi ini tidak dijumpai di permukaan.
5. Andesit 1 (di Sungai Ciparay)
6. Breksi andesit 1, merupakan hasil breksiasi dari andesit 1
7. Andesit 2 (S. Cimanganten)
8. Andesit 3 (timur S. Cimanganten)
9. Breksi andesit 2
18
1.1.9 Sistem Endapan EpitermalLarutan hidrotermal adalah suatu cairan atau fluida yang panas, kemudian
bergerak naik ke atas dengan membawa komponen-komponen mineral logam. Fluida
ini merupakan larutan sisa yang dihasilkan pada saat proses pembekuan magma.
Alterasi dan mineralisasi adalah suatu bentuk perubahan komposisi pada batuan baik
itu kimia, fisika ataupun mineralogi sebagai akibat pengaruh cairan hidrotermal pada
batuan, perubahan yang terjadi dapat berupa rekristalisasi, penambahan mineral baru,
larutnya mineral yang telah ada, penyusunan kembali komponen kimia atau
perubahan sifat fisik seperti permeabilitas dan porositas batuan. Alterasi dan
mineralisasi bisa juga termasuk dalam proses pergantian unsur-unsur tertentu dari
mineral yang ada di batuan dinding digantikan oleh unsur lain yang berasal dari
larutan hidrotermal sehingga menjadi lebih stabil. Proses ini berlangsung dengan
cara pertukaran ion dan tidak melalui proses pelarutan total, artinya tidak semua
unsur penyusun mineral yang digantikan melainkan hanya unsur-unsur tertentu saja
(Faeyumi, 2012).
Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan
hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif
rendah berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali yang sering kali (tidak
selalu) endapannya dijumpai di dalam produk vulkanik (sedimen vulkanik). Endapan
epitermal sering juga disebut endapan urat, stockwork, hot spring, volcanic hosted
dan lain-lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan parameter yang
digunakan dalam menggolongkan endapan mineral. Pada kenyataannya tidak mudah
untuk membatasi ciri-ciri endapan epitermal dengan endapan hidrotermal lainnya.
Ciri-ciri endapan epitermal berdasarkan parameter kedalaman, temperatur,
pembentukan, zona bijih, logam bijih, mineral bijih, mineral penyerta, ubahan
batuan samping, tekstur dan struktur serta zonasi (Artadana, 2011).
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama 4 bulan (November 2014 – Februari
2015) di Blok “X” Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor. Sedangkan untuk
pengolahan data dan interpretasi akan dilakukan di PT. ANTAM (Persero) Tbk. –
Unit Geomin.
Gambar 3. 1 Peta lokasi penelitian (Asaga, 2012).
20
LOKASI PENELITIAN
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang diperlukan pada Penelitian ini adalah :
Alat :
1. 1 unit transmitter Phoenix Geophysics model T-3
2. 1 unit box Phoenix Geophysics model TMR
3. 2 buah GPS
4. 1 buah palm RXU-Pilot
5. 1 unit receiver Phoenix Geophysics model V8
6. 7 buah HT
7. 2 buah aki
8. 1 buah sensor CMU
9. 1 buah genset
10. 1 buah laptop
11. Alat Tulis
12. 1 buah Kamera Digital
13. Software TIP Pro
14. Software Res2Dinv
15. Software Surfer 10
16. Software Geosoft Oasis Montaj
17. Software Ms. Excel 2010
18. Software Notepad
Bahan :
1. Peta Geologi Gunung Pongkor
21
3.3 Prosedur Penelitian
Secara umum, prosedur penelitian yang akan dilakukan untuk metode geofisika
terbagi menjadi 4 tahap yaitu persiapan, pengambilan data atau akuisisi data,
pengolahan data, dan interpretasi.
1.1.10 PersiapanTahap persiapan terdiri dari studi pustaka serta persiapan alat dan bahan.
1.1.11 Akuisisi Data
Gambar 3. 2 Desain survey lintasan.
Dalam akuisisi data IP, data sudah otomatis tersimpan pada memory receiver.
Proses pencatatan waktu ditentukan menggunakan GPS dan untuk nilai resistivitas
dan chargeabilitas menggunakan receiver V8. Pengambilan data menggunakan spasi
antar elektroda 50 m dengan lintasan sepanjang 2 Km sebanyak 5 lintasan.
22
1.1.12 Pengolahan DataData nilai resistivitas dan Chargeability yang diperoleh di lapangan merupakan
data mentah (raw data), sehingga perlu dilakukan pengolahan data (data processing)
sebelum dilakukan interpretasi. Metode pengolahan data nilai resistivity dan
chargeability yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah berikut:
1. Penghitungan Resistivity
Pengolahan data resistivity ini, nilai yang dihitung merupakan resistivity semu
karena diasumsikan bahwa bumi tidak homogen. Penghitungan resistivity semu ini
menggunakan persamaan (2. 3)
Dengan rho merupakan nilai resistivitas atau tahanan jenis (ohm meter), ∆V
adalah beda potensial antara M dan N (volt), dan I adalah besar arus yang dialirkan
melalui potensial arus A dan B (ampere) serta nilai K adalah faktor geometri dari
konfigurasi dipole-dipole.
2. Penghitungan Chargeability
Nilai Chargeability dihitung menggunakan persamaan (2.13) :
Dimana M adalah nilai chargeability medium (msec), V(t) adalah tegangan
residual pada waktu t (volt), Vp adalah tegangan selama arus mengalir (volt) dan
Nilai Chargeability ini otomatis di dapat langsung dari alat Phoenix Geophysics
Receiver Model V8. Nilai yang didapat dari pengukuran ini masih merupakan nilai
chargeability semu (apparent chargeabilty).
23
3. Pemodelan 2DPemodelan 2D dilakukan dengan melakukan proses inversi. Inversi adalah
suatu susunan teknik matematis untuk reduksi data sehingga bisa didapatkan
informasi yang bermanfaat mengenai suatu wujud fisis yang berdasar pada observasi
(Olowofela, et al.,2014). Proses inversi merupakan suatu proses pengolahan data
(data processing) untuk mendapatkan penampang 2D sebaran nilai true resistivity
dan true chargeability dari data resistivity semu dan chargeability semu. Proses
inversi ini dilakukan dengan menggunakan software Res2Dinv. Skema proses inversi
ditunjukkan pada Gambar 2.13.
Gambar 3. 3 Proses inversi (Firmansyah, 2014).
1.1.13 InterpretasiTujuan dari interpretasi adalah untuk memperkirakan keberadaan mineral emas
di bawah permukaan berdasarkan penampang nilai resistivity dan chargeability yang
diperoleh. Hal yang diperlukan untuk melakukan interpretasi yaitu informasi geologi
daerah penelitian. Selanjutnya setelah mendapatkan hasil dari masing-masing
interpretasi maka akan ditarik kesimpulan dari interpretasi tersebut sehingga
dihasilkan informasi akhir tentang kondisi bawah permukaan daerah penelitian
tersebut. Interpretasi dilakukan dengan cara interpretasi kuantitatif dan kualitatif.
24
1.2 Diagram Alir Penelitian
Gambar 3. 4 Diagram alir penelitian.
25
1.3 Jadwal Penelitian
Perkiraan jadwal kegiatan penelitian ini dirangkum pada Tabel 3.1
Tabel 3. 1 Jadwal kegiatan penelitian Tugas Akhir.
No. Jenis kegiatan
Bulan (minggu)
November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi pustaka
2 Persiapan peralatan dan bahan
3 Akuisisi Data
4 Pengolahan Data
5 Interpretasi Data
6 Penyusunan laporan
7 Seminar hasil
26
DAFTAR PUSTAKA
Arjuna, S., Susilo, A., & Sunaryo. (2014). Pemetaan Sebaran Endapan Mineral Logam berdasarkan Interpretasi Data Polarisasi Terimbas di Lapangan "X" PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT). Indonesian Journal of Applied Physics.
Artadana, I. E. (2011). Geologi, Alterasi dan Mineralisasi Daerah Nyerengseng dan Sekitarnya, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Yogyakarta: UPN Veteran.
Asaga, A. (2012). Geologi dan Alterasi Daerah Cisarua dan sekitarnya, Kec. Nanggung, Kab. Bogor, Jawa Barat. Bandung: ITB.
Faeyumi, M. (2012). Sebaran Potensi Emas Epitermal di Areal Eksploitasi PT Antam Unit Geomin, Tbk Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Depok: UI.
Fajariyah, E. N. (2013). Aplikasi Metode TDIP untuk Pendugaan Zona Mineralisasi Emas di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Semarang: UNNES.
Firmansyah, Y. D. (2014). Interpretasi Struktur Bawah Permukaan dengan Metode IP di daerah Jokotuo, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Purwokerto: UNSOED.
Lowrie, W. (2007). Fundamental of Geophysics Second Edition. New York: Cambridge University.
Muthmainnah, S. (2011). Identifikasi Zona Mineralisasi Sulfida Menggunakan Metode IP dan CSAMT. Makassar: UNHAS.
Mutoharoh, A. (2013). Akuisisi dan Pengolahan Data Menggunakan Metode Induksi Polarisasi untuk Mencari Penyebaran Mineralisasi Emas. Bandar Lampung: UNILA.
Olowofela, J., Ajani, O., & Jose, A. (2014). Inversion Methodology for Induced Polarization Method of Geophysical Investigation. International Research Journal of Geology and Mining, 51-56.
Rahmah, S. (2009). Pencitraan 2D Data Resistivity dan Induced Polarization untuk Mendelineasi Deposit Emas Sistem Epithermal di Daerah "X". Depok: UI.
Sunaryo. (2011). Penentuan Struktur Urat (Vein) Pirit di Kawasan Malang Selatan Berdasarkan Respon Geolistrik Polarisasi Terimbas. Jurnal Geofisika.
27
Telford, W., Geldart, L., & Sheriff, R. (1990). Applied Geophysics Second Edition. New York: Cambridge University.
Wibisono, P. (2013). Akuisisi Data Metode Geolistrik Resistivitas dan Induced Polarization dengan Menggunakan Konfigurasi Dipole-Dipole di Kaki Gunung Papandayan Garut Jawa Barat. Purwokerto: UNSOED.
Wibowo, O. (2014). Interpretasi Data Anomali Medan Magnet Total untuk Mengestimasi Potensi Sumber Daya Mineral Emas di Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Purwokerto: UNSOED.
Yatini, & Suyanto, I. (2008). Eksplorasi Batu Besi dengan Metode Polarisasi Terinduksi di Ujung Langit, Kabupaten Lombok, Nusa Tenggara Timur. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan IAGI ke-37. Bandung.
Yuwanto, S. H. (2011). Eksplorasi Mineral Logam dengan Metode IP Daerah Mekar Jaya - Cidolog, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Jurnal Ilmiah MTG Vol.6 No.1.
28