Usulan Penelitian

46
USULAN PENELITIAN APLIKASI METODE TIME DOMAIN INDUCED POLARIZATION DALAM EKSPLORASI EMAS DI BLOK “X” GUNUNG PONGKOR KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Oleh Abdul Hakim Prima Yuniarto H1E011023 Diajukan sebagai pedoman penelitian pada Tugas Akhir Jurusan Fisika – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Soedirman KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 2014

description

usulan penelitian unsoed

Transcript of Usulan Penelitian

Page 1: Usulan Penelitian

USULAN PENELITIAN

APLIKASI METODE TIME DOMAIN INDUCED POLARIZATION DALAM EKSPLORASI EMAS DI BLOK “X” GUNUNG PONGKOR

KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

OlehAbdul Hakim Prima Yuniarto

H1E011023

Diajukan sebagai pedoman penelitian pada Tugas Akhir

Jurusan Fisika – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

2014

Page 2: Usulan Penelitian

Judul PenelitianAPLIKASI METODE TIME DOMAIN INDUCED POLARIZATION DALAM EKSPLORASI EMAS DI BLOK “X” GUNUNG PONGKOR KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

Lingkup PenelitiansKMK : Fisika Bumi

Identitas Mahasiswaa. Nama : Abdul Hakim Prima Yuniartob. Jenis Kelamin : Laki-Lakic. NIM : H1E011023d. Angkatan/Semester : 2011/VIIe. Jumlah Kredit/IPK : 136/ 3,62

Lokasi Penelitian1. PT. ANTAM (Persero) Tbk. – Unit Geomin

Jangka Waktu : 4 bulan (November 2014 – Februari 2015)

Diterima dan disetujui pada tanggal : ............................................

Pembimbing I Pembimbing II

Sehah, S.Si., M.Si. Agus Pajrin Jaman, S.T.NIP. 19710806 200003 1 003 NPP. 1011857456

MengetahuiDekan Fakultas MIPA

Drs. Sunardi, M.SiNIP. 19590715 199002 1 001

ii

Page 3: Usulan Penelitian

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Batasan Masalah........................................................................................2

1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................2

1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4

2.1 Resistivity...................................................................................................4

2.1.1 Hukum Ohm.......................................................................................4

2.1.2 Arus listrik sederhana (sejajar)..........................................................5

2.1.3 Potensial oleh elektroda arus tunggal.................................................6

2.1.4 Potensial oleh elektroda arus ganda...................................................7

2.2 Induced polarization..................................................................................9

2.3 Efek Polarisasi...........................................................................................9

2.3.1 Polarisasi Membran..........................................................................10

2.3.2 Polarisasi Elektroda..........................................................................11

2.4 Pengukuran Dalam Kawasan Waktu (TDIP)..........................................12

2.5 Konfigurasi Dipole-Dipole......................................................................14

2.6 Geologi Daerah Penelitian.......................................................................16

2.7.1 Geologi Gunung Pongkor................................................................16

2.7.2 Stratigrafi Gunung Pongkor.............................................................18

2.7.3 Sistem Endapan Epitermal...............................................................19

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................20

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................20

iii

Page 4: Usulan Penelitian

3.2 Alat dan Bahan........................................................................................21

3.3 Prosedur Penelitian..................................................................................22

3.3.1 Persiapan..........................................................................................22

3.3.2 Akuisisi Data....................................................................................22

3.3.3 Pengolahan Data..............................................................................23

3.3.4 Interpretasi.......................................................................................24

3.4 Diagram Alir Penelitian...........................................................................25

3.5 Jadwal Penelitian.....................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

iv

Page 5: Usulan Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah Jawa Barat khususnya bagian selatan, sejak dahulu dikenal sebagai

salah satu penghasil emas di Indonesia. Mineral emas merupakan logam mulia

dengan komoditas sangat berharga dalam bidang pertambangan. Mineral emas

terbentuk akibat adanya kenaikan larutan sisa magma atau larutan hidrotermal yang

bergerak naik melalui rongga antar butir (primary permeability) ataupun kekar dan

sesar (secondary permeability) kemudian bereaksi terhadap batuan sedimen dan

menghasilkan mineral ubahan (Wibowo, 2014). Identifikasi penyebaran mineral

emas dapat ditentukan dengan metode geofisika (Fajariyah, 2013).

Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang dapat

digunakan dalam eksplorasi emas (Wibowo, 2014). Tetapi cukup sulit dalam

interpretasi untuk mengidentifikasi penyebaran mineralisasi emas, karena sulit untuk

membedakan nilai kontras suseptibilitas antara batuan yang mengandung emas

dengan yang tidak. Metode gravity juga tidak cocok dalam eksplorasi emas, karena

sulit untuk membedakan nilai kontras densitas antara batuan yang mengandung emas

dengan yang tidak. Metode geofisika yang paling tepat untuk eksplorasi emas adalah

metode induced polarization (Arjuna, et al.,2014).

Metode IP merupakan metode yang sering digunakan untuk mengeksplorasi

mineral logam dasar (Muthmainnah, 2011). Metode induced polarization adalah

metode geofisika yang memanfaatkan sifat kelistrikan dan polarisabilitas batuan

sebagai dasar. Metode ini mengukur tingkat polarisasi dalam batuan sebagai akibat

dari adanya arus listrik yang melewatinya. Ketika batuan dilewati arus listrik, batuan

akan terinduksi oleh energi listrik dan kemudian menyimpan induksi tersebut untuk

sementara. Kejadian inilah yang disebut sebagai induced polarization (Lowrie,

2007). Metode induced polarization juga dapat digunakan dalam eksplorasi mineral

logam, seperti yang telah dilakukan di daerah Sukabumi Jawa Barat (Yuwanto,

2011), serta dapat digunakan untuk identifikasi urat pirit seperti yang dilakukan di

daerah Malang (Sunaryo, 2011).

1

Page 6: Usulan Penelitian

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah yang akan diteliti dalam

penelitian tugas akhir ini sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil penampang resistivity dan penampang chargeability yang

diperoleh dari pengolahan data yang diambil di blok “X” gunung Pongkor Bogor.

2. Bagaimana gambaran penyebaran mineralisasi emas bawah permukaan di blok

“X” gunung Pongkor Bogor berdasarkan metode induced polarization.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran mineralisasi emas di blok “X”

Gunung Pongkor Kabupaten Bogor Jawa Barat. Bagian yang akan ditinjau ialah

korelasi antara penampang nilai resistivity dan chargeability di daerah penelitian.

Interpretasi data dilakukan dengan melihat tabel resistivity dan chargeability batuan

(kuantitatif) serta mencocokan dengan peta geologi daerah penelitian (kualitatif).

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Melakukan akuisisi data atau pengambilan data menggunakan metode Induced

polarization untuk mengidentifikasi penyebaran mineral emas di blok “X” gunung

Pongkor Bogor.

2. Melakukan pengolahan data nilai resistivity semu dan chargeability semu di

daerah penelitian sehingga diperoleh model interpretasi berupa penampang

resistivity dan penampang chargeability.

3. Menginterpretasikan penyebaran mineralisasi emas bawah permukaan daerah

penelitian berdasarkan model penampang resistivity dan penampang

chargeability.

2

Page 7: Usulan Penelitian

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Menambah informasi tentang zona penyebaran mineralisasi emas di daerah

penelitian.

2. Sebagai referensi dalam survei geofisika untuk eksplorasi mineral emas

menggunakan metode induced polarization.

3. Sebagai bahan referensi untuk dosen atau mahasiswa dalam penelitian lebih

lanjut.

3

Page 8: Usulan Penelitian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Metode induced polarization atau polarisasi terimbas adalah salah satu metode

geofisika yang pada umumnya digunakan untuk eksplorasi base metal dan logam.

Metode induced polarization ini termasuk di dalam metode geolistrik. Dimana

prinsipnya hampir sama yaitu dengan menginjeksikan arus melalui dua elektroda

arus. Besar arus yang diinjeksikan dicatat dan dua elektroda potensial digunakan

untuk mengukur potensial yang dihubungkan dengan voltmeter. Metode ini mampu

membaca nilai polarisasi medium (chargeability), baik dalam kawasan waktu (time

domain) maupun kawasan frekuensi (frequency domain) (Telford, et al.,1990).

Sangat dimungkinkan melihat relasi antara resistivity semu dan chargeability semu.

Hal ini dikarenakan terdapat hubungan yang spesifik antara resistivity semu dan

chargeability semu, prosedur lapangan dan interpretasi datanya hampir sama

(Lowrie, 2007).

2.1 Resistivity

1.1.1 Hukum OhmJika ditinjau secara makroskopik maka dinyatakan bahwa hambatan diperoleh dari

beda potensial dan kuat arus yang mengalir (Telford, et al.,1990).

, (2. 3)

dengan rapat arus yaitu kuat arus tiap satuan luas.

, (2. 3)

Jika ditinjau secara mikroskopik maka rapat arus dipengaruhi oleh resistivitas dan

medan listrik (Telford, et al.,1990).

, (2. 3)

4

Page 9: Usulan Penelitian

Substitusikan persamaan (2.2) ke persamaan (2.3) maka dinyatakan dengan (Telford,

et al.,1990)

, (2. 3)

1.1.2 Arus listrik sederhana (sejajar)Arus listrik I yang melalui suatu bahan berbentuk silinder akan berbanding

lurus dengan luas penampang A, berbanding langsung dengan beda potensial antara

ujung-ujungnya V=V2-V1, dan berbanding terbalik dengan panjangnya L.

Gambar 2. 1 Arus listrik merata dan sejajar dalam sebuah silinder oleh beda potensial antara kedua ujungnya (Wibisono, 2013).

Dengan maka persamaan (2.4) dapat ditulis (Telford, et al.,1990)

, (2. 3)

Tanda negatif menunjukkan bahwa arus mengalir dari tempat berpotensial tinggi ke

rendah.

5

Page 10: Usulan Penelitian

1.1.3 Potensial oleh elektroda arus tunggal

Gambar 2. 2 Pola arus listrik yang dipancarkan oleh elektroda arus tunggal di permukaan

medium setengah tak berhingga (Wibisono, 2013).

Arus listrik yang menembus permukaan bola berongga yang luasnya A,

tebalnya dr, dan beda potensial dV antara bagian luar dan (Telford, et

al.,1990) adalah :

, (2. 3)

Karena luas setengah bola A = 2 r2, maka arus I menjadi :

atau

, (2. 3)

sehingga potensial disuatu titik sejauh r dari pusat arus adalah :

. (2. 3)

6

Page 11: Usulan Penelitian

1.1.4 Potensial oleh elektroda arus ganda.

Gambar 2. 3 Arus listrik dilewatkan pada elektroda arus A dan B. Elektroda M dan N adalah elektroda potensial (beda potensialnya akan diukur) (Wibisono, 2013).

Karena potensial adalah besaran skalar, potensial di sembarang titik oleh

elektroda arus ganda akan merupakan jumlahan potensial oleh 2 elektroda arus

tunggal. Oleh karena itu, dengan menggunakan persamaan (2.8), potensial di titik M

oleh arus yang melewati elektroda A dan B (Gambar 2.3) (Telford, et al.,1990)

adalah :

. (2. 3)

Potensial di titik N adalah :

. (2. 3)

Dengan demikian beda potensial antara titik M dan N adalah :

.

Sehingga

(2. 3)

Jadi

(2. 3)

7

r1r2

r4

r3

AB

Page 12: Usulan Penelitian

Tabel 2. 1 Resistivity Batuan (Telford, et al.,1990).

8

Page 13: Usulan Penelitian

2.2 Induced polarization

Polarisasi adalah peristiwa reorientasi muatan-muatan dalam medium. Tingkat

polarisasi ini menjadi acuan sebagai tingkat kemampuan suatu medium menyimpan

energi untuk sementara. Metode induced polarization (IP) merupakan metode

geofisika yang mengukur tingkat polarisasi suatu medium akibat dari arus listrik

yang melewatinya. Ketika suatu batuan dilewati oleh arus listrik, batuan akan

terinduksi oleh energi listrik yang melewatinya dan kemudian menyimpan untuk

sementara induksi tersebut. Kejadian ini yang kemudian disebut sebagai induced

polarization (Lowrie, 2007).

Mineral logam merupakan salah satu unsur batuan yang memiliki tingkat

polarisasi yang tinggi, sehingga terjadinya fenomena polarisasi tersebut dapat

menandakan adanya kandungan logam di bawah permukaan. Kemampuan

mendeteksi perbedaan nilai IP ketika ditemukan kontras tahanan jenis yang relatif

sama pada daerah yang sama dapat mengatasi kelemahan-kelemahan metode

geolistrik resistivitas, sebab metode geolistrik resistivitas tidak dapat mendeteksi

adanya fenomena polarisasi. Oleh sebab itu, eksplorasi logam dasar umumnya

dilakukan dengan menggabungkan metode IP dan resistivity (Telford, et al.,1990).

2.3 Efek Polarisasi

Efek polarisasi berbeda-beda pada suatu medium tergantung dari jenis

mediumnya. Faktor yang mempengaruhi efek polarisasi dari suatu medium adalah

daya hantar listrik atau konduktivitas, tingkat polarisasi dan tingkat mobilititas ion

pada medium. Medium yang mengandung urat kuarsa cenderung memiliki

konduktivitas yang tinggi. Sesaat setelah arus (I) diinjeksikan, tegangan tidak

langsung mencapai titik maksimum, namun mengalami pengisian beberapa saat

sampai tegangan mencapai nilai maksimum Vp. Ketika arus diputus I, tegangan

dengan drastis turun hingga ke tingkat sekunder Vs dan tegangan sementara Vt akan

meluruh habis dalam beberapa waktu kemudian. Bentuk grafik akan berbeda-beda

tergantung dari sifat fisis suatu medium.

9

Page 14: Usulan Penelitian

1.1.5 Polarisasi MembranPolarisasi membran merupakan indikator konduksi elektrolit yang terbentuk

akibat perbedaan kemampuan ion-ion dalam fluida pori untuk bermigrasi dalam

batuan berpori (Lowrie, 2007). Konduksi eletrolit terjadi apabila material tidak

memiliki kandungan mineral logam. Konduksi jenis ini dapat berlangsung pada

batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas baik. Umumnya mineral

pembentuk batuan bermuatan negatif (-) pada bidang batas antara permukaan batuan

dengan fluida pori dan menarik ion-ion positif (+) dalam fluida pori. Ion-ion positif

berakumulasi pada permukaan butiran dan melebar di sekitar fluida pori, sebagian

lagi menghambat ion negatif dalam fluida pori.

Ketika arus diinjeksikan, ion-ion positif dapat melewati awan ion muatan

positif tetapi ion-ion negatif berakumulasi jika ukuran pori tidak cukup besar untuk

menembus rintangan. Efek ini seperti suatu membran yang meloloskan salah satu ion

secara selektif dan menimbulkan akumulasi sementara ion-ion negatif untuk

membentuk sebaran ion yang terpolarisasi dalam batuan. Efek ini sering kali terjadi

dalam batuan yang mengandung mineral-mineral lempung. Hal ini disebabkan

karena lempung berukuran butiran dan berpori kecil serta butiran lempung relatif

bermuatan negatif kuat dan menyerap ion-ion positif yang membentuk awan ion

positif pada permukaannya (Gambar 2.4).

Gambar 2. 4 Efek polarisasi (a). Kondisi distribusi ion-ion sebelum medium dialiri arus listrik (b).

Polarisasi membran ketika medium dialiri arus (Telford, et al.,1990).

10

Page 15: Usulan Penelitian

1.1.6 Polarisasi ElektrodaModel penampang melintang sebuah batuan dalam skala mikroskopis dan

terdapat larutan elektrolit yang mengisi pori-pori batuan tersebut diasumsikan dengan

Gambar 2.5. Dalam hal menghantarkan arus listrik, larutan elektrolit yang mengisi

pori-pori batuan merupakan media yang baik untuk menghantarkan arus listrik. Jika

terdapat partikel-partikel mineral yang bersifat logam terdapat pada jalur pori-pori

batuan, maka partikel-partikel mineral yang bersifat logam akan menghambat aliran

arus listrik dalam bentuk akumulasi ion positif dan ion negatif saat arus diinjeksikan

yang diasumsikan pada Gambar 2.5. Namun jika tidak terdapat partikel-partikel

mineral yang bersifat logam pada jalur pori-pori batuan, maka saat arus diinjeksikan

ion negatif dan ion positif dapat mengalir dengan lancar.

Gambar 2. 5 Efek Polarisasi pada batuan. Gerak muatan di dalam elektrolit pada pori-pori (atas).

Sumbatan oleh mineral logam menyebabkan polarisasi elektroda pori (bawah) (Telford, et al.,1990).

Saat arus yang diinjeksikan dihentikan maka ion-ion yang mengalir akan

berhenti bergerak dan kembali ke posisi stabil awalnya. Hal yang sama juga terjadi

pada ion-ion yang tertahan dalam bentuk akumulasi. Perbedaannya terdapat pada

waktu tempuh menuju posisi stabilnya. Waktu tempuh ion-ion yang mengalir

kembali ke posisi stabil jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan ion-ion yang

tertahan. Maka ion-ion yang tertahan inilah yang mendominasi beda potensial yang

terukur setelah injeksi arus dimatikan tidak langsung nol tetapi perlahan-lahan turun

(Telford, et al.,1990).

11

Page 16: Usulan Penelitian

2.4 Pengukuran Dalam Kawasan Waktu (TDIP)

Pengukuran dalam kawasan waktu ini menggunakan arus DC. Prinsip

pengukuran dalam kawasan waktu adalah dengan mengalirkan arus listrik berbentuk

persegi panjang melalui sepasang elektroda arus dan mengukur beda potensial yang

timbul pada sepasang elektroda potensial setelah arus utama dimatikan, sehingga

sampai ketingkat tanggap atau respon sekunder dan meluruh terhadap waktu

(Firmansyah, 2014).

Gambar 2. 6 Time Domain Measurement (Wibisono, 2013).

Chargeability merupakan besaran makro yang tergantung pada jenis bahan dan

selang waktu pengukuran, yang dapat didefinisikan :

Gambar 2. 7 Penurunan tegangan saat arus dimatikan (Firmansyah, 2014).

12

t2t1

Vp

V(t2)

V(t1)

Page 17: Usulan Penelitian

(2. 3)

Dengan M adalah nilai chargeability medium (msec) dan Vs(t) adalah

tegangan residual pada waktu t (volt) serta Vp adalah tegangan selama arus mengalir

(volt).

Tabel 2. 2 Chargeability Batuan (Telford, et al.,1990).

13

Page 18: Usulan Penelitian

2.5 Konfigurasi Dipole-Dipole

Pada konfigurasi dipole-dipole, kedua elektroda arus dan elektroda potensial

terpisah dengan jarak a, sedangkan elektroda arus dan elektroda potensial bagian

dalam terpisah sejauh na, dengan n adalah bilangan bulat. Variasi n digunakan untuk

mendapatkan berbagai kedalaman tertentu, semakin besar n maka kedalaman yang

diperoleh juga semakin besar. Tingkat sensitivitas jangkauan pada konfigurasi

dipole-dipole dipengaruhi oleh besarnya a dan variasi n (Rahmah, 2009).

Gambar 2. 8 Konfigurasi Dipole-Dipole (Wibisono, 2013).

Nilai dari ∆V merupakan beda potensial antara M dan N (volt), I adalah

besarnya arus yang dialirkan melalui elektrode arus A dan B (ampere), dan K adalah

faktor geometri (konfigurasi dipole-dipole), dimana :

(2. 3)

Dengan a adalah jarak antara elektroda arus A dengan B serta jarak antara elektroda

potensial M dengan N, dan n adalah bilangan pengali dari a (Telford, et al.,1990).

Kelebihan dari konfigurasi dipole-dipole ini adalah:

Sensitivitas sangat baik secara vertikal dan horizontal (lateral).

Baik digunakan untuk target berupa urat (vein) kuarsa.

Kelemahan dari konfigurasi dipole-dipole adalah:

Survei dipole-dipole membutuhkan waktu yang relatif lama.

Kedalaman maksimal yang kurang ditafsir dengan baik.

Kurang sensitif untuk target yang berlapis.

14

r1r2

r4

r3

AB

Page 19: Usulan Penelitian

Gambar 2. 9 Survey mapping konfigurasi dipole-dipole (Wibisono, 2013).

Pseudodepth SectionPseudodepth section merupakan gambaran penampang vertikal dari suatu

irisan dimana terdapat titik-titik ploting (plotting points) yang digambarkan dalam

suatu kedalaman yang berbeda berdasarkan posisi elektrode arus dan elektrode

potensial. Titik tersebut membentuk suatu sudut sebesar 45o yang terletak antara

posisi tengah receiver dan posisi transmitter yang berubah-ubah dengan kerapatan n.

Hasil pengolahan data dapat ditampilkan dalam bentuk pseudodepth section yang

mana besarnya resistivity dan chargeability tergantung pada jarak spasi elektrode

yang digunakan. Besarnya penetrasi yang didapatkan pada suatu kedalaman tertentu

adalah :

Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 1 adalah

Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 2 adalah

Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 3 adalah a

Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 4 adalah 2a

Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 5 adalah

15

Page 20: Usulan Penelitian

Gambar 2. 10 Pseudodepth Section konfigurasi dipole-dipole (Wibisono, 2013).

2.6 Geologi Daerah Penelitian

1.1.7 Geologi Gunung PongkorGunung Pongkor terletak pada Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Endapan bijih

emas di Gunung Pongkor terbentuk pada batuan tersier yang terdiri atas tuf breksi,

tuf lapili dan batuan terobosan andesit yang menembus batuan breksi vulkanik

kuarter. Tuf breksi berwarna abu-abu, mengandung fragmen andesit dalam matrik

tufaan, terdapat perselingan batu lempung hitam dengan ketebalan lebih dari 15 cm

dengan struktur sedimen gelembur gelombang. Terdapatnya foraminifera

mengindikasikan batuan diendapkan pada lingkungan laut. Tuf breksi dikorelasikan

dengan formasi andesit tua berumur miosen awal. Tuf lapili berwarna kecoklatan

sampai kehijauan dengan perselingan breksi hitam, yang dapat dikorelasikan dengan

formasi cimapag berumur miosen awal. Batuan terobosan andesit tersingkap di

bagian timur dan barat gunung pongkor dan di lembah sungai-sungai sekitarnya.

Berdasarkan korelasi batuan terobosan andesit ini diperkirakan berumur miosen

tengah. Breksi vulkanik tersingkap di sebelah tenggara daerah gunung pongkor,

terbentuk pada akhir tersier, menutup secara tidak selaras batuan formasi

bojongmanik dan terobosan andesit, diperkirakan berumur plio-pleistosen

(Mutoharoh, 2013).

16

Page 21: Usulan Penelitian

Gambar 2. 11 Peta Geologi daerah Gunung Pongkor dan sekitarnya (Asaga, 2012).

17

Page 22: Usulan Penelitian

1.1.8 Stratigrafi Gunung Pongkor

Gambar 2. 12 Stratigrafi Gunung Pongkor (Mifrokhah, 2014).

Urutan stratigrafi daerah penelitian dari dari tertua hingga termuda adalah:

1. Breksi tuff 1 yang menjari dengan tuff lapilli 1, litologi ini tidak dijumpai di

permukaan.

2. Breksi tuff 2 yang menjari dengan tuff lapilli 2, litologi ini dijumpai di

permukaan. Hubungan menjari diinterpretasikan dari data lapangan, dimana pada

elevasi yang sama di bagian timur tidak dijumpai breksi tuff 2.

3. Tuff, teramati di permukaan pada elevasi tertinggi di bagian barat, sedangkan di

bagian timur tidak dijumpai diinterpretasikan tertutup oleh andesit.

4. Tuff laminasi, litologi ini tidak dijumpai di permukaan.

5. Andesit 1 (di Sungai Ciparay)

6. Breksi andesit 1, merupakan hasil breksiasi dari andesit 1

7. Andesit 2 (S. Cimanganten)

8. Andesit 3 (timur S. Cimanganten)

9. Breksi andesit 2

18

Page 23: Usulan Penelitian

1.1.9 Sistem Endapan EpitermalLarutan hidrotermal adalah suatu cairan atau fluida yang panas, kemudian

bergerak naik ke atas dengan membawa komponen-komponen mineral logam. Fluida

ini merupakan larutan sisa yang dihasilkan pada saat proses pembekuan magma.

Alterasi dan mineralisasi adalah suatu bentuk perubahan komposisi pada batuan baik

itu kimia, fisika ataupun mineralogi sebagai akibat pengaruh cairan hidrotermal pada

batuan, perubahan yang terjadi dapat berupa rekristalisasi, penambahan mineral baru,

larutnya mineral yang telah ada, penyusunan kembali komponen kimia atau

perubahan sifat fisik seperti permeabilitas dan porositas batuan. Alterasi dan

mineralisasi bisa juga termasuk dalam proses pergantian unsur-unsur tertentu dari

mineral yang ada di batuan dinding digantikan oleh unsur lain yang berasal dari

larutan hidrotermal sehingga menjadi lebih stabil. Proses ini berlangsung dengan

cara pertukaran ion dan tidak melalui proses pelarutan total, artinya tidak semua

unsur penyusun mineral yang digantikan melainkan hanya unsur-unsur tertentu saja

(Faeyumi, 2012).

Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan

hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif

rendah berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali yang sering kali (tidak

selalu) endapannya dijumpai di dalam produk vulkanik (sedimen vulkanik). Endapan

epitermal sering juga disebut endapan urat, stockwork, hot spring, volcanic hosted

dan lain-lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan parameter yang

digunakan dalam menggolongkan endapan mineral. Pada kenyataannya tidak mudah

untuk membatasi ciri-ciri endapan epitermal dengan endapan hidrotermal lainnya.

Ciri-ciri endapan epitermal berdasarkan parameter kedalaman, temperatur,

pembentukan, zona bijih, logam bijih, mineral bijih, mineral penyerta, ubahan

batuan samping, tekstur dan struktur serta zonasi (Artadana, 2011).

19

Page 24: Usulan Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama 4 bulan (November 2014 – Februari

2015) di Blok “X” Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor. Sedangkan untuk

pengolahan data dan interpretasi akan dilakukan di PT. ANTAM (Persero) Tbk. –

Unit Geomin.

Gambar 3. 1 Peta lokasi penelitian (Asaga, 2012).

20

LOKASI PENELITIAN

Page 25: Usulan Penelitian

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang diperlukan pada Penelitian ini adalah :

Alat :

1. 1 unit transmitter Phoenix Geophysics model T-3

2. 1 unit box Phoenix Geophysics model TMR

3. 2 buah GPS

4. 1 buah palm RXU-Pilot

5. 1 unit receiver Phoenix Geophysics model V8

6. 7 buah HT

7. 2 buah aki

8. 1 buah sensor CMU

9. 1 buah genset

10. 1 buah laptop

11. Alat Tulis

12. 1 buah Kamera Digital

13. Software TIP Pro

14. Software Res2Dinv

15. Software Surfer 10

16. Software Geosoft Oasis Montaj

17. Software Ms. Excel 2010

18. Software Notepad

Bahan :

1. Peta Geologi Gunung Pongkor

21

Page 26: Usulan Penelitian

3.3 Prosedur Penelitian

Secara umum, prosedur penelitian yang akan dilakukan untuk metode geofisika

terbagi menjadi 4 tahap yaitu persiapan, pengambilan data atau akuisisi data,

pengolahan data, dan interpretasi.

1.1.10 PersiapanTahap persiapan terdiri dari studi pustaka serta persiapan alat dan bahan.

1.1.11 Akuisisi Data

Gambar 3. 2 Desain survey lintasan.

Dalam akuisisi data IP, data sudah otomatis tersimpan pada memory receiver.

Proses pencatatan waktu ditentukan menggunakan GPS dan untuk nilai resistivitas

dan chargeabilitas menggunakan receiver V8. Pengambilan data menggunakan spasi

antar elektroda 50 m dengan lintasan sepanjang 2 Km sebanyak 5 lintasan.

22

Page 27: Usulan Penelitian

1.1.12 Pengolahan DataData nilai resistivitas dan Chargeability yang diperoleh di lapangan merupakan

data mentah (raw data), sehingga perlu dilakukan pengolahan data (data processing)

sebelum dilakukan interpretasi. Metode pengolahan data nilai resistivity dan

chargeability yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah berikut:

1. Penghitungan Resistivity

Pengolahan data resistivity ini, nilai yang dihitung merupakan resistivity semu

karena diasumsikan bahwa bumi tidak homogen. Penghitungan resistivity semu ini

menggunakan persamaan (2. 3)

Dengan rho merupakan nilai resistivitas atau tahanan jenis (ohm meter), ∆V

adalah beda potensial antara M dan N (volt), dan I adalah besar arus yang dialirkan

melalui potensial arus A dan B (ampere) serta nilai K adalah faktor geometri dari

konfigurasi dipole-dipole.

2. Penghitungan Chargeability

Nilai Chargeability dihitung menggunakan persamaan (2.13) :

Dimana M adalah nilai chargeability medium (msec), V(t) adalah tegangan

residual pada waktu t (volt), Vp adalah tegangan selama arus mengalir (volt) dan

Nilai Chargeability ini otomatis di dapat langsung dari alat Phoenix Geophysics

Receiver Model V8. Nilai yang didapat dari pengukuran ini masih merupakan nilai

chargeability semu (apparent chargeabilty).

23

Page 28: Usulan Penelitian

3. Pemodelan 2DPemodelan 2D dilakukan dengan melakukan proses inversi. Inversi adalah

suatu susunan teknik matematis untuk reduksi data sehingga bisa didapatkan

informasi yang bermanfaat mengenai suatu wujud fisis yang berdasar pada observasi

(Olowofela, et al.,2014). Proses inversi merupakan suatu proses pengolahan data

(data processing) untuk mendapatkan penampang 2D sebaran nilai true resistivity

dan true chargeability dari data resistivity semu dan chargeability semu. Proses

inversi ini dilakukan dengan menggunakan software Res2Dinv. Skema proses inversi

ditunjukkan pada Gambar 2.13.

Gambar 3. 3 Proses inversi (Firmansyah, 2014).

1.1.13 InterpretasiTujuan dari interpretasi adalah untuk memperkirakan keberadaan mineral emas

di bawah permukaan berdasarkan penampang nilai resistivity dan chargeability yang

diperoleh. Hal yang diperlukan untuk melakukan interpretasi yaitu informasi geologi

daerah penelitian. Selanjutnya setelah mendapatkan hasil dari masing-masing

interpretasi maka akan ditarik kesimpulan dari interpretasi tersebut sehingga

dihasilkan informasi akhir tentang kondisi bawah permukaan daerah penelitian

tersebut. Interpretasi dilakukan dengan cara interpretasi kuantitatif dan kualitatif.

24

Page 29: Usulan Penelitian

1.2 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3. 4 Diagram alir penelitian.

25

Page 30: Usulan Penelitian

1.3 Jadwal Penelitian

Perkiraan jadwal kegiatan penelitian ini dirangkum pada Tabel 3.1

Tabel 3. 1 Jadwal kegiatan penelitian Tugas Akhir.

No. Jenis kegiatan

Bulan (minggu)

November Desember Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Studi pustaka                                

2 Persiapan peralatan dan bahan                                

3 Akuisisi Data                                

4 Pengolahan Data                                

5 Interpretasi Data                                

6 Penyusunan laporan                                

7 Seminar hasil                                

26

Page 31: Usulan Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Arjuna, S., Susilo, A., & Sunaryo. (2014). Pemetaan Sebaran Endapan Mineral Logam berdasarkan Interpretasi Data Polarisasi Terimbas di Lapangan "X" PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT). Indonesian Journal of Applied Physics.

Artadana, I. E. (2011). Geologi, Alterasi dan Mineralisasi Daerah Nyerengseng dan Sekitarnya, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Yogyakarta: UPN Veteran.

Asaga, A. (2012). Geologi dan Alterasi Daerah Cisarua dan sekitarnya, Kec. Nanggung, Kab. Bogor, Jawa Barat. Bandung: ITB.

Faeyumi, M. (2012). Sebaran Potensi Emas Epitermal di Areal Eksploitasi PT Antam Unit Geomin, Tbk Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Depok: UI.

Fajariyah, E. N. (2013). Aplikasi Metode TDIP untuk Pendugaan Zona Mineralisasi Emas di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Semarang: UNNES.

Firmansyah, Y. D. (2014). Interpretasi Struktur Bawah Permukaan dengan Metode IP di daerah Jokotuo, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Purwokerto: UNSOED.

Lowrie, W. (2007). Fundamental of Geophysics Second Edition. New York: Cambridge University.

Muthmainnah, S. (2011). Identifikasi Zona Mineralisasi Sulfida Menggunakan Metode IP dan CSAMT. Makassar: UNHAS.

Mutoharoh, A. (2013). Akuisisi dan Pengolahan Data Menggunakan Metode Induksi Polarisasi untuk Mencari Penyebaran Mineralisasi Emas. Bandar Lampung: UNILA.

Olowofela, J., Ajani, O., & Jose, A. (2014). Inversion Methodology for Induced Polarization Method of Geophysical Investigation. International Research Journal of Geology and Mining, 51-56.

Rahmah, S. (2009). Pencitraan 2D Data Resistivity dan Induced Polarization untuk Mendelineasi Deposit Emas Sistem Epithermal di Daerah "X". Depok: UI.

Sunaryo. (2011). Penentuan Struktur Urat (Vein) Pirit di Kawasan Malang Selatan Berdasarkan Respon Geolistrik Polarisasi Terimbas. Jurnal Geofisika.

27

Page 32: Usulan Penelitian

Telford, W., Geldart, L., & Sheriff, R. (1990). Applied Geophysics Second Edition. New York: Cambridge University.

Wibisono, P. (2013). Akuisisi Data Metode Geolistrik Resistivitas dan Induced Polarization dengan Menggunakan Konfigurasi Dipole-Dipole di Kaki Gunung Papandayan Garut Jawa Barat. Purwokerto: UNSOED.

Wibowo, O. (2014). Interpretasi Data Anomali Medan Magnet Total untuk Mengestimasi Potensi Sumber Daya Mineral Emas di Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Purwokerto: UNSOED.

Yatini, & Suyanto, I. (2008). Eksplorasi Batu Besi dengan Metode Polarisasi Terinduksi di Ujung Langit, Kabupaten Lombok, Nusa Tenggara Timur. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan IAGI ke-37. Bandung.

Yuwanto, S. H. (2011). Eksplorasi Mineral Logam dengan Metode IP Daerah Mekar Jaya - Cidolog, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Jurnal Ilmiah MTG Vol.6 No.1.

28