ushul fiqh

download ushul fiqh

If you can't read please download the document

description

Bab I Fiqh

Transcript of ushul fiqh

12

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangSekarang ini banyak Mahasiswa khususnya Fakultas Syariah kurang mengetahui bahkan tidak mengetahui definisi, perbedaan, maupun kedudukan ushul fiqh dan kaidah fiqh yang akibatnya banyak Mahasiswa yang tidak mengetahui dasar hukum dari setiap perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Ushul al-Fiqh dan kaidah fiqh merupakan dua instrument yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya memiliki hubungan yang erat. ushul fiqh dapat berdiri sendiri walaupun kaidah fiqh tidak ada. Maka dari itu, ushul fiqh dapat dijadikan sebagai sumber hukum. Sedangkan kaidah fiqh tidak dapat dijadikan sebagai sumber hukum karena tidak dapat berdiri sendiri karena membutuhkan ushul fiqh sebagai dasar hukumnya.Oleh sebab itu dalam pembahasan kali ini, kami akan membahas mengenai pengertian, perbedaan, dan kedudukan kaidah fiqh dan kaidah ushul sehingga Mahasisnya khususnya Fakultas Syariah dapat mengetahui dan memahami dasar hukum dari setiap perbuatan dan tingkah laku yang dilakukan. Rumusan MasalahApa pengertian kaidah fiqhiyah? Apa pengertian kaidah ushul al-fiqh?Bagaimana perbedaan kaidah fiqhiyah dengan kaidah ushul al-fiqh?Bagaimana contoh kaidah-kaidah ushul fiqh beserta dasar-dasar pengambilannya? Bagaimana kedudukan kaidah fiqhiyah dan kaidah ushul al-fiqh?

TujuanUntuk mengetahui pengertian kaidah fiqhiyah.Untuk mengetahui pengertian kaidah ushul al-fiqh.Untuk mengetahui perbedaan kaidah fiqhiyah dengan kaidah ushul al-fiqh.Untuk mengetahui contoh kaidah-kaidah ushul fiqh beserta dasar-dasar pengambilannya Untuk mengetahui kedudukan kaidah fiqhiyah dan kaidah ushul al-fiqh.

BAB IIPEMBAHASAN

Pengertian Kaidah FiqhiyahQawaid al-Fiqhiyah merupakan sebuah kata-kata terdiri dari dua rangkaian lafadz Qawaid dan lafadz al-Fiqhiyah (bisa dibaca: fiqhiyah). Qawaid merupakan bentuk jama dari lafadz kaidah yang menurut bahasa artinya dasar atau asas. Sekarang ini lafadz/kata kaidah telah menyatu dengan bahasa Indonesia, yang berarti aturan atau patokan. Ahli ushul fiqh memberi pengertian bahwa kaidah berarti sesuatu yang biasanya atau ghalibnya begitu. Maksudnya ketentuan peraturan itu memang seperti biasanya. Sehingga menurut mereka ungkapan kaidah ialah:

Hukum (aturan) yang kebanyakannya bersesuaian dengan sebagian besar bagian-bagiannya.Sedangkan menurut istilah, fiqh adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara yang bersifat amaliyah (praktis yang diambilkan dari dalil-dalil yang tafsili (terperinci). Jadi dari semua uraian di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa qawaidul fiqhiyah adalah suatu perkara kulli (kaidah-kaidah umum) yang berlaku pada semua bagian-bagian atau cabang-cabangnya yang banyak diketahui cabang-cabang hukum itu.Adapun pengertian kaidah fiqhiyah dalam susunan kata sifat yang disifati (naat dan manut), berarti ketentuan aturan yang berkenaan dengan hukum-hukum fikih yang diambil dari dali-dalilnya yang terperinci.Selain itu, qawaid al-Fiqhiyah adalah kumpulan hukum yang serupa yang dikembalikan kepada sesuatu qiyas atau dlabith, seperti kaidah dlaman dan kaidah khiyar. Atau dengan kata lain, kaidah ialah pengekang furu yang bermacam-macam dan meletakkan furufuru itu dalam satu kandungan umum yang lengkap. Dan ashal ialah lebih merupakan jalan istinbath kepada cabang. Serta ia mendahului cabang dalam wujudnya, walaupun kebanyakan ashal yang dipegangi para imam, dilahirkannya oleh furu.Pada hukum furu dari berbagai bidang tersebut, didapati adanya hukum yang berlaku umum seperti hukum hurmuh membunuh orang lain tanpa sebab yang dibenarkan syara dengan dalil firman Allah di dalam surat al-Isra ayat 33: {:33}Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar...(QS. Al-Isra:33).Dari ayat di atas, Allah benar-benar melarang untuk membunuh (melenyapkan nyawa) seseorang. Tetapi bukan saja membunuh, para ulama fikih berpendapat bahwa melukai dan membuat orang lain cidera, bahkan membuat orang susah, semuanya juga diharamkan oleh hukum Islam.Dengan berdasarkan pengamatan terhadap suatu hukum yang sejenis illatnya dalam hal ini ketentuan hukum itu melarang melakukan sesuatu yang membawa kerusakan, maka dilakukanlah ijtihad oleh para ulama untuk merumuskan dalam perumusan yang umum yang dapat mencakup satuan-satuan hukum furu dimaksud, yang disebut kaidah fiqhiyah.

Pengertian Kaidah Ushul Al-fiqhUshul fiqh berasal dari rangkaian dua kata, yaitu ushulun dan al-fiqh. Ushul bentuk jama dari kata ashlun yang artinya: dasar-dasar, asas-asas, kaidah universal, mustashab (asumsi dasar). Sedangkan kata al-fiqh sebagaimana telah dijelaskan di atas, merupakan sebutan untuk sub disiplin syariah.

Kata ushul saat dirangkai dengan al-Fiqh lebih memadai pada arti dasar-dasar atau dalil-dalil fikih, terbukti ulama ushuliyin memandang ilmu ushul fiqh sebagai dasar (asas) pembentukan fikih. Seperti dikatakan oleh Kamaluddin Ibn al-Hamam dalam bukunya Al-Tahrir, adalah: Bahwasanya ushul fiqh adalah pengetahuan tentang (sejumlah) kaidah yang dijadikan cara/metode untuk menetapkan fikihUshul fiqh dalam pengertian istilah berintikan seperangkat kaidah (metode berpikir) guna mendukung cara atau upaya yang ditempuh dalam proses penetapan hukum dari sumber atau dalil-dalilnya secara terperinci.Selain itu, ushul fiqih (bahasa Arab: ) adalah ilmu hukum dalam Islam yang mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-sumber secara terinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari sumber-sumber tersebut.Jika fiqih adalah paham mengenai sesuatu sebagai hasil dari kesimpulan pikiran manusia. Maka Ushul al-Fiqh adalah : dasar yang dipakai oleh pikiran manusia untuk membentuk hukum yang mengatur kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.Perkataan dasar yang dipergunakan dalam perumusan ini bukanlah dasar dalam pengertian benda (seperti dasar kain untuk baju misalnya). Akan tetapi dasar ialah bahan-bahan yang dipergunakan oleh pikiran manusia untuk membuat hukum fiqh, yang menjadi dasarnya, ialah : Al-QuranSunnah Nabi besar Muhammad SAW. (hadits) Rayu atau akal, seperti qiyas dan ijma adalah alat yang dipergunakan oleh pikiran manusia untuk membentuk hukum tersebut, akan tetapi dalam perkembangan kemudian, hasil dari pemikiran rasio (akal) berupa qiyas dan ijma itu diakui sebagai dasar ketiga dan keempat, dalam membentuk hukum ( telah dibicarakan sepintas kilas dalam pembahasan fiqih dan ilmu fiqih).

Perbedaan Kaidah Fiqhiyah dengan Kaidah Ushul Al-fiqhSeringkali pengertian kaidah fiqh dan ushul fiqh menimbulkan kerancuan pemahaman, terutama bagi kalangan awam. Kaidah fiqh dan ushul fiqh sama-sama dianggap sebagai metodologi penggalian hukum dan seakan-akan tidak ada perbedaan antara keduanya, kalaupun ada mungkin tidak begitu urgen. Padahal tidak demikian. Kaidah fiqhiyyah dan kaidah ushuliyyah jelas berbeda, baik dalam segi metodologi, epistemology, sejarah kelahiran, hubungannya dengan hukum-hukum fiqh, maupun ulama yang membidanginya.

Bila ditelusuri secara teoritis-kognitif, posisi ushul fiqh sebenarnya lebih dulu terbentuk sebelum munculnya hukum-hukum fiqh. Sebab ushul fiqh adalah metode atau cara menggali hukum dari nash untuk kemudian mencetuskan hukum-hukum fiqh. Sedangkan kaidah fiqh terbentuk setelah hukum fiqh itu tercipta. Jadi, saat formulasi kaidah itu dirumuskan, hukum fiqh sudah ada sebelumnya.Selain perbedaan dasar di atas, setidaknya masih terdapat beberapa perbedaan lain antara kedua bidang studi tersebut ditinjau dari sudut pandang masing-masing;Pertama, bila ditinjau dari aspek landasan dasar pembahasannya (istinbath), maka ushul fiqh memuat kajian ilmu kalam, gramatika Arab, dan perumusan hukum. Sedangkan kaidah fiqh lebih mendasarkan pada dalil syari atau permasalahan furuiyyah yang kebetulan mempunyai keserupaan illat.Kedua, jika dipandang dari obyek kajian, maka ushul fiqh mengkaji tata cara menggali nash untuk memproduksi hukum-hukum fiqh, sedangkan kaidah fiqh lebih menekankan pembahasan pada pekerjaan orang per orang (mukallaf) yang menjalankan hukum-hukum tersebut. Artinya, pokok pembahasan ushul fiqh bersifat vertical karena berkaitan dengan nash-nash syariat, sementara obyek kaidah fiqh bersifat horizontal karena berhubungan dengan pekerjaan manusia.Ketiga, bila ditinjau dari ulama yang membidanginya, maka ushul fiqh hanya dapat dijalankan oleh orang-orang yang telah mencapai kapasitas mujtahid, sedangkan kaidah fiqh bisa dikaji oleh siapapaun, terutama faqih atau perlajar yang memang mendalami ilmu fiqh.Keempat, jika ditelisik dari aspek keterkaitan atau hubungan simbiosisnya, maka kaidah ushuliyyah tidak tergantung pada kaidah fiqh; ushul fiqh dapat berdiri sendiri walaupun kaidah fiqh tidak ada. Sementara kaidah fiqh tidak bisa terwujud tanpa bantuan ushul fiqh, karena semua hukum fiqh yang menjadi inti pembahasan kaidah fiqh tercipta melalui peranan ushul fiqh. Dengan demikian, kelahiran kaidah fiqh mempunyai ketergantungan pada wujudnya ushul fiqh. Jika ditulis secara visual, mungkin ushul fiqh lebih tepat bila disebut sebagai nenek, sedangkan ibunya adalah fiqh, dan anaknya adalah kaidah fiqh.Kelima, Kaidah ushul pada hakikatnya adalah qaidah istidlaliyah yang menjadi wasilah para mujtahid dalam istinbath (pengambilan) sebuah hukum syariyah amaliah. Kaidah ini menjadi alat yang membantu para mujtahid dalam menentukan suatu hukum. Dengan kata lain, kita bisa memahami, bahwa kaidah ushul bukanlah suatu hukum, ia hanyalah sebuah alat atau wasilah kepada kesimpulan suatu hukum syari. Sedangkan, kaidah fiqih adalah suatu susunan lafadz yang mengandung makna hukum syariyyah aghlabiyyah yang mencakup di bawahnya banyak furu. Sehingga kita bisa memahami bahwa kaidah fiqih adalah hukum syari. Dan kaidah ini digunakan sebagai istihdhar (menghadirkan) hukum bukan istinbath (mengambil) hukum (layaknya kaidah ushul). Misalnya, kaidah ushul al-aslu fil amri lil wujub bahwa asal dalam perintah menunjukan wajib. Kaidah ini tidaklah mengandung suatu hukum syari. Tetapi dari kaidah ini kita bisa mengambil hukum, bahwa setiap dalil (baik Quran maupun Hadits) yang bermakna perintah menunjukan wajib. Berbeda dengan kaidah fiqih al-dharar yuzal bahwa kemudharatan mesti dihilangkan. Dalam kaidah ini mengandung hukum syari, bahwa kemudharatan wajib dihilangkan.Keenam, Kaidah-kaidah ushul lebih umum dari kaidah-kaidah fiqh sehingga menjadikan kaidah-kaidah ushul jauh lebih sedikit dari kaidah-kaidah fiqh.

Contoh Kaidah-kaidah Ushul Fiqh Serta Dasar-dasar PengambilannyaUntuk memperjelas maksud kami menyusun makalah ini kami akan menyertakan contoh dari kaidah-kaidah yang telah kami sebutkan.

(Segala sesuatu bergantung pada tujuannya)

Contoh: kalau kita sholat kita pasti bertemu dengan yang namanya niat, kalau kita tidak bertemu dengan yang namanya niat berarti kita tidak pernah sholat.begitu juga dengan yang lainnya, seperti puasa, zakat, haji dll. Kita pasti bertemu dengan yang namnya niat.Dasar kaidah ini para ulama mengambil dari ayat al-Quran yang berbunyi: .Artinya: Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat.(QS. Ali-Imran: 145)

(Kemudharatan harus dihilangkan)

Contoh: kalau misalkan ada pohon besar dengan buah yang banyak yang mana buah tersebut sering jatuh dan sering mengenai kepala orang yang lewat dibawahnya hingga ada yang harus dibawa ke rumah sakit, maka dengan beracuan pada kaidah ini pohon tersebut harus di tebang. Dasar kaidah ini beracuan pada nash Al-Quran surat Al-Araf ayat 56: Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Kebiasaan dapat menjadi hukum)

Contoh: ketika di suatu tempat ada suatu kebiasaan, yang mana kebiasaan tersebut telah mendarah daging, maka dengan sendirinya kebiasaan tersebut akan menjadi hukum, misalkan kebiasaan petik laut, kalau ada masyarakat pesisir yang tidak melakukan petik laut tersebut, maka dia akan dikucilkan oleh masyarakat setempat. Kaidah tersebut didasarkan pada nash Al-Quran surat Al-Araf ayat 199: Artinya: jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodohAda perbedaan antara al-adah dengan urf. Adat (al-adah) adalah perbuatan yang terus menerus dilakukan oleh manusia yang kebenarannya logis, tapi tidak semuanya menjadi hukum. Sedangkan urf, jika jika mengacu pada al-maruf, berarti kebiasaan yang normatif dan semuanya dapat dijadikan hokum, karena tidak ada yang bertentangan dengan al-quran atau hadits. (Keyakinan tidak dapat hilang karena adanya keraguan)

Contoh: kalau misalkan kita mau melakukan sholat, tapi kita masih ragu apakah kita masih punya wudhu atau tidak, maka kita harus berwudhu kembali, akan tetapi kalau kita yakin kita masih punya wudhu, kita langsung sholat saja itu sah, meski pada kenyataannya wudhu kita telah batal. (Kesukaran mendatangkan kemudahan)

Contoh: apabila kita melakukan perjalanan yang mana perjalana tersebut sudah sampai pada batas diperbolehkannya mengqasar sholat, maka kita boleh mengqasar sholat tersebut, karena apa bila kita tidak mengqsar sholat kemungkinan besar kita tidak akan punya waktu yang cukup untuk shalat pada waktunya. Karena seseorang yang melakukan perjalanan pastilah akan dikejar waktu untuk agar cepat sampai pada tujuan, dan itu termasuk pada pekerjaan yang sulit di lakukan apabila harus melakukan sholat pada waktu sholat tersebut.Qaidah ini berdasarkan pada ayat Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 185: Artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.Surat An-Nisa ayat 28: Artinya: Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.

Kedudukan Kaidah Ushul al-Fiqh dan Kaidah Fiqhiyah.Kedudukan Ushul Fiqh itu adalah sebagai dasar dari fiqh Islam, artinya Ushul Fiqh itu merupakan sumber-sumber atau dalil-dalil dan bagaimana cara menunjukkan dalil-dalil tersebut kepada hukum syara secara ijmal/garis besar. Dengan kata lain, tanpa pembahasan mengenai ushul fiqh, maka fiqh tidak dapat dicpitakan, karena dasarnya (ushul fiqh) harus dipahami terlebih dahulu.

Jadi, antara fiqh dan ushul adalah hal yang tidak dapat dipisahkan, sebab keduanya butuh membutuhkan, dalam sasarannya menerapkan hokum islam terhadap orang-orang mukallaf.Sedangkan kedudukan kaidah fiqh adalah sebagai berikut:Kaidah fiqh sebagai pelengkap, bahwa kaidah fiqh digunakan sebagai dalil setelah menggunakan dua dalil pokok, yaitu al-Quran dan sunnah. Kaidah fiqh yang dijadikan sebagai dalil pelengkap tidak ada ulama yang memperdebatkannya, artinya ulama sepakat tentang menjadikan kaidah fiqh sebagai dalil pelengkap.Kaidah fiqh sebagai dalil mandiri, bahwa kaidah fiqh digunakan sebagai dalil hukumyang berdiri sendiri, tanpa menggunakan dua dalil pokok. Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat tentang kedudukan kaidah fiqh sebagai dalil hokum mandiri. Imam al-Haramayn al-Juwayni berpendapat bahwa kaidah fiqh boleh dijadikan dalil mandiri.

Namun al_Hawani menolak pendapat Imam al-Haramayn al-juwayni. Menurutnya, menurut al-Hawani, berdalil hanya dengan kaidah fiqh tidak dibolehkan. Al-Hawani mengatakan bahwa setiap kaidah bersifat pada umumnya, aglabiyat, atau aktsariyat. Oleh karena itu, setiap kaidah mempunyai pengecualian-pengecualian. Karena memiliki pengecualian yang kita tidak mengetahui secara pasti pengecualian-pengecualian tersebut, kaidah fiqh tidak dijadikan sebagai dalil yang berdiri sendiri merupakan jalan keluar yang lebih bijak.Kedudukan kaidah fiqh dalam kontek studi fiqh adalah simpul sederhana dari masalah-masalah fiqhiyyat yang begitu banyak. Al-syaikh Ahmad ibnu al-Syaikh Muhammad al-Zarqa berpendapat sebagai berikut : kalau saja tidak ada kaidah fiqh ini, maka hukum fiqh yang bersifat furuiyyat akan tetap bercerai berai.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kaidah ushul muncul lebih awal dari kaidah fiqh sehingga kaidah ushul dapat dijadikan dasar hukum karena karena semua hukum fiqh yang menjadi inti pembahasan kaidah fiqh tercipta melalui peranan ushul fiqh. Ushul fiqh merupakan kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-sumber secara terinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari sumber-sumber tersebut. Sedangkan kaidah fiqh merupakan ketentuan aturan yang berkenaan dengan hukum-hukum fikih yang diambil dari kaidah ushul fiqh yang menjadi dasar hukum.Kedudukan Ushul Fiqh itu adalah sebagai dasar dari fiqh Islam, artinya Ushul Fiqh itu merupakan sumber-sumber atau dalil-dalil dan bagaimana cara menunjukkan dalil-dalil tersebut kepada hukum syara secara ijmal/garis besar. Sedangkan kedudukan kaida fiqh sendiri Kaidah fiqh sebagai pelengkap, bahwa kaidah fiqh digunakan sebagai dalil setelah menggunakan dua dalil pokok, yaitu al-Quran dan sunnah.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Miftahul. 1997. Ushul Fiqh. Surabaya: CV. Citra Media.Karim, Syafii. 1997. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung: CV. Pustaka Setia.Rosyada, Dede. 1996. Fiqh dan Ushul Fiqh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Musbikin, Imam. 2001. Qawaid Al Fiqhiyah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.http://aminlrg.blogspot.com/2011/05/bab-i-pendahuluan.html