Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida
-
Upload
hawmar-rosyida -
Category
Documents
-
view
489 -
download
4
Transcript of Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan
manusia menuju taklif ( kedewasaan ), baik secara akal, mental maupun moral, untuk
menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan
Khaliq-nya dan sebagai ‘pemelihara’ (khalifah) pada semesta (Tafsir, 1994). Karenanya,
fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik (generasi penerus )
dengan kemampuan dan keahlian (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan
kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat (lingkungan).
1.2 Batasan Masalah
Untuk mempermudah pemahaman kita tentang pentingnya pendidikan maka
penulis membatasi pembahasan mengenai pendidikan ini pada bahasan “ Urgensi
Pendidikan Islam “ saja.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah :
Agar kita menyadari akan pentingnya pendidikan
Agar mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkan
kemampuan diri
menjadikan generasi islam generasi yang berilmu dengan iman dan taqwa yang
relevan di dalam pribadi masing- masing
melengkapi tugas akhir pendidikan agama islam semester pertama
1.4 Manfaat
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
1
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah terciptanya generasi muslim yang
mempunyai keterampilan dan skill yang diperlukan sehingga mampu dan mempunyai
kesiapan untuk terjun kemasyarakat dengan ilmu yang dimilikinya dengan berlandaskan
keimanan dan ketaqwaan.
1.5 Landasan Teori
Dalam lintasan sejarah peradaban Islam, peran pendidikan ini benar-benar bisa
dilaksanakan pada masa-masa kejayaan Islam. Hal ini dapat kita saksikan, di mana
pendidikan benar-benar mampu membentuk peradaban sehingga peradaban Islam
menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang Jazirah
Arab, Asia Barat hingga Eropa Timur. Untuk itu, adanya sebuah paradigma pendidikan
yang memberdayakan peserta didik merupakan sebuah keniscayaan.
Kesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan dan pendidikan di kalangan umat
Islam ini tidak muncul secara spontan dan mendadak, namun kesadaran ini merupakan
efek dari sebuah proses panjang yang dimulai pada masa awal Islam (masa ke-Rasul-an
Muhammad). Pada masa itu Muhammad senantiasa menanamkan kesadaran pada
sahabat dan pengikutnya akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat untuk
senantiasa mencari ilmu. Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya banyak hadis yang
menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan (hikmah) ilmu dan orang yang memiliki
pengetahuan. Bahkan dalam sebuah riwayat yang sangat termashur disebutkan bahwa
Muhammad menyatakan menuntut ilmu merupakan sesuatu yang diwajibkan bagi umat
Islam, baik laki-laki maupun perempuan. Maka dari perlu adanya penanaman diri
mengenai pentingnya pendidikan islam.
BAB II
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
2
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEMBAHASAN
2.1 Sekilas Perjalanan Pendidikan Islam
Meskipun penanaman kesadaran akan urgensi ilmu sudah dimulai pada masa
Muhammad, bahkan pada masa-masa akhir sebelum Muhammad wafat kesadaran akan
pentingnya ilmu bagi kehidupan dapat dikatakan sudah mendarah daging di kalangan
umat Islam (Bilgrami, 1989), namun cikal bakal pendidikan Islam (dalam sebuah
institusi) baru dimulai pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab (Nasr,1994).
Cikal bakal pendidikan Islam dimulai ketika Umar, secara khusus, mengirimkan
‘petugas khusus’ ke berbagai wilayah Islam untuk menjadi guru bagi masyarakat Islam
di wilayah-wilayah tersebut. Para ‘petugas khusus’ ini biasanya bermukim di masjid
(mungkin semacam ta’mir pada masa sekarang) dan mengajarkan tentang Islam kepada
masyarakat melalui halaqah-halaqah-majlis khusus untuk menpelajari agama dan
terbuka untuk umum.
Pada perkembangan selanjutnya, materi yang diperbincangkan pada halaqah-
halaqah ini tidak hanya terbatas pada pengkajian agama , namun juga mengkaji disiplin
dan persoalan lain sesuai dengan apa yang diperlukan masyarakat. Selain itu, diajarkan
pula disiplin-disiplin yang menjadi pendukung kajian agama Islam. Dalam hal ini antara
lain kajian tentang bahasa dan sastra Arab, baik nahwu, sorof maupun balagah. Selain
terjadi pengembangan materi, terdapat pula perkembangan di bidang sarana dan
prasarana ‘pendidikan’, yakni adanya upaya untuk membuat tempat khusus di
(samping) masjid yang digunakan untuk melakukan kajian-kajian tersebut. Tempat
khusus ini kemudian dikenal sebagai Maktab. Maktab inilah yang dapat dikatakan
sebagai cikal bakal institusi pendidikan Islam (Nasr, 1994).
Selain adanya institusi pendidikan yang memiliki kapabilitas tinggi, pada masa
kejayaan Islam, kegiatan keilmuan benar-benar mendapat perhatian ’serius’ dari
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
3
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
pemerintah. Sehingga kebebasan akademik benar-benar dapat dilaksanakan, kebebasan
berpendapat benar-benar dihargai, kalangan akademis selalu didorong untuk senantiasa
mengembangkan ilmu melalui forum-forum diskusi, perpustakaan selalu terbuka untuk
umum, bahkan perpustakaan pribadi dan istana pun terbuka untuk umum. (Ahmad
Warid Khan, Okt 1998). Namun setelah kejatuhan Bagdad pada tahun 1258 M, dunia
pendidikan Islam pun mengalami kemunduran dan kejumudan. Paradigma pendidikan
Islam pun mengalami distorsi besar-besaran. Dari serbuah paradigma yang progresif
dengan dilandasi keinginan menegakkan agama Allah menjadi paradigma yang sekedar
mempertahankan apa yang telah ada.
2.2 Rekontruksi Paradigma Pendidikan Islam
Tujuan akhir pendidikan dalam Islam adalah proses pembentukan diri peserta
didik (manusia) agar sesuai dengan fitrah keberadaannya (al-Attas, 1984). Hal ini
meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia pendidikan -
terutama peserta didik– untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya secara
maksimal. Pada masa kejayaan Islam, pendidikan telah mampu menjalankan perannya
sebagai wadah pemberdayaan peserta didik, namun seiring dengan kemunduran dunia
Islam, dunia pendidikan Islam pun turut mengalami kemunduran. Bahkan dalam
paradigma pun terjadi pergeseran dari paradigma aktif-progresif menjadi pasid-defensif.
Akibatnya, pendidikan Islam mengalami proses ‘isolasi diri’ dan termarginalkan dari
lingkungan di mana ia berada.
Dari gambaran masa kejayaan dunia pendidikan Islam di atas, terdapat beberapa
hal yang dapat digunakan sebagai upaya untuk kembali membangkitkan dan
menempatkan dunia pendidikan Islam pada peran yang semestinya sekaligus menata
ulang paradigma pendidikan Islam sehingga kembali bersifat aktif-progresif, yakni :
Pertama, menempatkan kembali seluruh aktifitas pendidikan (talab al-ilm) di
bawah frame work agama. Artinya, seluruh aktifitas intelektual senantiasa dilandasi
oleh nilai-nilai agama (baca; Islam), di mana tujuan akhir dari seluruh aktifitas tersebut
adalah upaya menegakkan agama dan mencari ridlo Allah.
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
4
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Kedua, adanya perimbangan (balancing) antara disiplin ilmu agama dan
pengembangan intelektualitas dalam kurikulum pendidikan. Salah satu faktor utama dari
marginalisasi dalam dunia pendidikan Islam adalah kecenderungan untuk lebih menitik
beratkan pada kajian agama dan memberikan porsi yang berimbang pada
pengembangan ilmu non-agama, bahkan menolak kajian-kajian non-agama. Oleh karena
itu, penyeimbangan antara materi agama dan non-agama dalam dunia pendidikan Islam
adalah sebuah keniscayaan jika ingin dunia pendidikan Islam kembali survive di tengah
masyarakat.
Ketiga, perlu diberikan kebebasan kepada civitas akademika untuk melakukan
pengembangan keilmuan secara maksimal.. Karena, selama masa kemunduran Islam,
tercipta banyak sekat dan wilayah terlarang bagi perdebatan dan perbedaan pendapat
yang mengakibatkan sempitnya wilayah pengembangan intelektual. Dengan
menghilangkan ,minimal membuka kembali, sekat dan wilayah-wilayah yang selama ini
terlarang bagi perdebatan, maka wilayah pengembangan intelektual akan semakin luas
yang, tentunya, akan membuka peluang lebih lebar bagi pengembangan keilmuan di
dunia pendidikan Islam pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
Keempat, mulai mencoba melaksanakan strategi pendidikan yang membumi.
Artinya, strategi yang dilaksanakan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan
di mana proses pendidikan tersebut dilaksanakan. Selain itu, materi-materi yang
diberikan juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, setidaknya selalu ada
materi yang applicable dan memiliki relasi dengan kenyataan faktual yang ada. Dengan
strategi ini diharapkan pendidikan Islam akan mampu menghasilkan sumber daya yang
benar-benar mampu menghadapi tantangan jaman dan peka terhadap lingkungan.
Kemudian, satu faktor lain yang akan sangat membantu adalah adanya perhatian
dan dukungan para pemimpin (pemerintah) atas proses penggalian dan pembangkitan
dunia pendidikan Islam ini. Adanya perhatian dan dukungan pemerintah akan mampu
mempercepat penemuan kembali paradigma pendidikan Islam yang aktif-progresif,
yang dengannya diharapkan dunia pendidikan Islam dapat kembali mampu menjalankan
fungsinya sebagai sarana pemberdayaan dan pendewasaan umat.
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
5
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2.3 Pentingnya Pendidikan Islam (Importance Of Islamic
Education )
Pentingnya pendidikan Islam mungkin dapat dipahami secara baik jika kita
memperhatikan kembali wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW.
Kata pertama dari wahyu itu adalah Iqra yang berarti bacalah. Iqra adalah sebuah kata
yang sangat menyeluruh. Ayat ini telah memerintahkan Nabi Muhammad SAW dan
pengikut beliau untuk membaca, menulis, memahami, berbagi dan menyebarkan dengan
segala kemampuan yang dimiliki.
Kata Iqra diulang-ulang pada wahyu pertama ini untuk menekankan bobot
pentingnya. Adalah mengagumkan bahwa tujuan untuk mengajar dan proses pelajaran
diucapkan sebagai ‘qalam’ atau pena. Sesungguhnya pena adalah suatu hadiah yang
mulia dari Allah SWT kepada umat manusia. Hanya manusia yang mendapat perlakuan
khusus, kemampuan dan kehormatan untuk menulis atau merekam pemikiran dan
gagasan mereka. Dengan cara ini umat manusia bisa mendapat manfaat dari pekerjaan
orang-orang yang sebelumnya atau mewariskan pekerjaan yang dicapai oleh mereka
kepada generasi yang akan datang. Tentu saja rekaman audio dan video adalah alternatif
yang modern dari suatu pena.
Bagaimana dan sejak kapankah proses belajar mengajar dimulai? Perlu diketahui
bahwa perintah pertama kepada Nabi Muhammad SAW adalah memajukan pendidikan,
seperti firman Allah SWT dalam surat Ash Shuara 214
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat ,Oleh karenanya,
proses pendidikan harus dimulai dari keluarga kita sendiri. Pada kenyataannya ini
merupakan cara yang dilakukan oleh seluruh Nabi dan Rasul.Allah SWT juga berfirman
kepada orang beriman dalam Al Qur’an. At Tahrim 6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
Para Sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “ Bagaimana kita
menyelamatkan keluarga kita dari api neraka?” Rasulullah SAW berkata “Dengan
memberi mereka pendidikan Islam.”
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
6
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Dengan cara yang sama Allah SWT telah memerintahkan kita dan keluarga kita
untuk mendirikan Shalat dengan sangat teratur. Taha 132
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya.
Karenanya pendidikan dan aplikasinya harus dimulai dari keluarga-keluarga kita
sendiri. Pendidikan seperti in akan mempunyai akar yang kuat karena anggota keluarga
lebih mengenali ketulusan kita dan usaha mulia lainnya. Orang luar bisa mencap kita
orang munafik atau gila.
Apakah tujuan yang paling utama dari nenek moyang kita di dalam hidup
mereka? Dalam rangka mencari suatu jawaban bagi pertanyaan ini, baiklah kita
perhatikan peristiwa yang bersejarah ketika Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS
membangun rumah Allah SWT di Makkah. Setelah meyelesaikan tugas ini, mereka
lebih merendahkan dirinya lagi dengan memanjatkan permohonan penting berikut ini,
Al Baqarah 128 :Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh
kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh
kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji
kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.
Karenanya tujuan nenek moyang kita adalah untuk memperoleh pendidikan dan
untuk mengajarkannya kepada anak-anak mereka sehingga mereka bisa bersungguh-
sungguh bersikap tunduk kepada kehendak Allah SWT. Dalam rangka mencapai tujuan
ini, mereka memanjatkan doa yang historis ini, Al Baqarah 129
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al
Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Allah SWT mengabulkan doa nenek moyang kita ini, dan mengirim Nabi
Muhammad SAW untuk menyelesaikan tujuan pendidikan tersebut. Perhatikan bahwa
diantara semua karunia Allah SWT kepada umat manusia, kebaikan yang paling utama
adalah memberi petunjuk kepada hambaNya. Allah SWT mengingatkan kita atas
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
7
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
kebaikan Nya di dalam surat Ali Imran 164
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Mari kita teliti bagaimana Nabi Muhammad SAW menyelesaikan sasaran dan
tujuan ini. Nabi Muhammad SAW segera membangun Masjid Nabawi di Madinah
setelah hijrahnya dari Makkah ke Madinah. Cukup lama masjid ini tidak beratap karena
ketiadaan sumber daya keuangan. Para Sahabat Nabi Muhammad SAW shalat di dalam
masjid ini di bawah panas terik dalam jangka waktu lama. Kita mencatat bahwa pada
waktu itu suatu ruangan di Masjid itu telah dikhususkan untuk proses belajar mengajar.
Banyak dari para Sahabat yang biasa tinggal di dalam ruangan ini siang dan malam.
Mereka tidak hanya melakukan kegiatan belajar mengajar saja tetapi juga makan dan
tidur disana. Begitulah semangat nelajar yang tinggi dari mereka.
Suatu hari Nabi SAW keluar dari rumahnya menuju masjid dan menemukan dua
kelompok sahabatnya di dalam masjid itu. Satu kelompok sibuk berdzikir kepada Allah
SWT, sedang kelompok yang lain sibuk dengan proses belajar mengajar antara mereka.
Kedua kelompok sungguh-sungguh melakukan kegiatan yang menguntungkan. Tetapi
bagaimanapun, Nabi Muhammad SAW lebih menyukai untuk bergabung dengan orang
yang sedang dalam proses belajar mengajar. Hal ini menunjukan kecintaan dan
pentingnya pendidikan Islam di dalam pikiran beliau. Beliau biasa bersabda : “Aku
tidak ingin ada hari berlalu dimana aku tidak mempelajari sesuatu hal yang baru.”
Nabi Muhammad SAW juga mengutamakan pendidikan Islam bagi para wanita.
Kita mencatat suatu pengamatan menarik di sebuah buku yang paling tua dalam sejarah
yang disebut Al Maghazy dari Ibnu Ishaq. Menurut buku ini yang baru saja diterbitkan
di Marocco, Nabi Muhammad SAW biasa mengajarkan ayat-ayat yang turun kepada
suatu kelompok laki-laki segera setelah ia menerimanya. Kemudian ia akan
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
8
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
mengajarkannya kepada suatu kelompok wanita juga, menandakan pentingnya arti
pendidikan Islam bagi para wanita. Ada beberapa perkataan Muhammad SAW yang
mengacu pada hal ini. Salah satu dari Hadits menyebutkan, “Siapapun yang mempunyai
tiga putri dan bersabar di dalam membesarkan mereka. Itu akan menjadi suatu
perlindungan untuk dia dari hukuman api neraka.” (Bukhari)
Hadits kedua menyatakan, “Siapapun mempunyai tiga putri yang diberinya
tempat berteduh, dukungan, dan mengasihi mereka, surga adalah pahala yang dijanjikan
untuk nya.” (Bukhari)
Pendidikan Islam selalu menjadi prioritas utama di dalam pikiran pemuka-
pemuka Islam, bahkan di dalam keadaan yang sangat buruk. Imam Shafi’i menjadi
yatim piatu ketika ia masih kecil. Ibunya meninggalkan dia dengan saudaranya karena
tidak sanggup membesarkannya dan ibunya kembali kepada orang tuanya.
Imam Shafi’i menghafalkan keseluruhan Al Qur’an ketika ia baru berusia tujuh
tahun. Ia juga mendapat pendidikan Islam lainnya. Ia pindah ke Makkah dengan
pamannya dan mendapat pendidikan tambahan Islam dari ulama terkemuka waktu itu.
Kemudian ia ingin menjadi murid dari Imam Malik di Madinah. Ia tidak punya uang
untuk biaya perjalanan dan kebutuhan pribadi. Ia memperoleh suatu surat rekomendasi
dari guru nya di Makkah untuk permohonan beasiswa. Imam Shafi’i menyerahkan surat
ini kepada Imam Malik yang membacanya dan kemudian menjadi marah, “Apakah
kamu berpikir pendidikan Islam hanya mengandalkan surat rekomendasi saja.” Tetapi
bagaimanapun Imam Malik melihat bakat dari anak muda ini. Ia tidak saja hanya
menerima sebagai siswanya tetapi juga melengkapi segala kebutuhan nya dari sakunya
sendiri. Imam Shafi’i membuktikan dirinya berbeda di antara para siswa Imam Malik
lainnya.
Dengan cara yang sama, kita temukan suatu situasi yang menarik pada Imam As
Sarakhsy yang hidup di abad kelima setelah Hijrah. Ia adalah seorang tenaga ahli dalam
masalah hukum Islam dan sangat berani dan jujur. Para penguasa pada masanya
memaksakan pajak yang tak adil kepada rakyat. Sesungguhnya para penguasa itu
memboroskan uang dan ingin membebani rakyat lebih banyak lagi. Imam As Sarakhsy
mengajarkan rakyat untuk tidak membayar pajak itu. Penguasa tidak bisa membunuh
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
9
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
dia, tetapi mereka memenjarakan Imam di dalam suatu sumur mati. Imam tinggal
selama empat belas tahun di dalam sumur itu. Ia mendapat ijin dari pengawalnya untuk
mnerima kunjungan para siswanya untuk duduk di tepi sumur. Imam mendiktekan
kepada para siswanya penjelasan dari buku As Sayr Al Kabeer yang ditulis oleh seorang
siswa Imam Abu Hanifa. Penjelasan ini ditulis dalam empat jilid. Dengan cara yang
sama, Imam As Sarakhsy mendiktekan secara lisan dan membukukan Kitab Al Mabsoot
dalam tigapuluh jilid. Lusinan buku lain juga ditulis dari sumur mati ini oleh Imam As
Sarakhsy.
Kita mengetahui bahwa Nabi Yusuf biasa memberikan pendidikan kepada para
narapidana lainnya ketika ia dipenjara. Karenanya proses belajar mengajar harus terus-
menerus dilakukan. Seharusnya, suatu pertanyaan timbul di benak kita: “Apa yang kita
peroleh dengan menuntut dan menyampaikan pendidikan Islam?”.
Allah SWT berfirman di dalam Al Qur’an Ath Thur 21 :Dan orang-orang yang
beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun
dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
Dengan kata lain, jika anak-anak ternyata masuk ke surga dengan tingkat yang
lebih rendah dibanding orang tua mereka, kemudian orang tua berharap bahwa
keseluruhan keluarga dipersatukan didalam surga. Allah SWT berjanji disini untuk
mempersatukan mereka, dengan syarat bahwa anak-anak mempunyai iman sebaik orang
tua mereka dan bahwa mereka mengikuti jejak orang tua mereka dalam kehidupan
sehari-hari.
Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya termasuk tanda-tanda datangnya
hari Kiamat adalah hilangnya ilmu dan meluasnya kebodohan."
Hadits ini menunjukkan bahwa dengan hilangnya ilmu pengetahuan, umur dunia
semakin mendekati akhirnya. Ini merupakan sebuah isyarat bahwa ilmu itu adalah suatu
hal yang penting, karena ilmu adalah keperluan mendasar manusia. Ilmu yang
dimaksudkan dalam hadits ini adalah ilmu Islam. Ilmu Islam mempunyai kedududkan
yang penting untuk memahami agama. Begitu juga ilmu pengetahuan yang lain karena
ada persamaannya yaitu sama-sama diperlukan dalam kehidupan.
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
10
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Rasulullah SAW bersabda: "Seorang imam(pemimpin) adalah bagaikan
pengembala, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya."(H.R.
Ahmad, Syaikhan, Tirmidzi, Abu Dawud, dari Ibnu Umar).
Pendidikan adalah kebutuhan mendasar bagi setiap umat manusia. Pendidikan
bukan hanya sebagai kebutuhan sampingan, karena tanpa adanya pendidikan martabat
manusia tidak akan menjadi mulia. Dengan demikian salah satu kewajiban seorang
pemimpin dalam sebuah negara adalah memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya melalui
pendidikan ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh setiap individu dalam setiap bidang
kehidupan, dengan cara menyediakan sekolah baik dari tingkat sekolah dasar sampai
tingkat perguruan tinggi.
Allah menciptakan manusia di dunia disertai dengan segala panduannya,
termasuk dalam sistem pendidikan. Dalam pandangan islam, bersekolah atau menuntut
ilmu merupakan suatu kewajiban. Hendaknya ditanamkan pada anak didik bahwa
belajar atau menuntut ilmu hukumnya wajib, jika dilakukan akan mendapat pahala dan
derajat yang tinggi, dan kalo tidak dilakukan berarti dosa. Hal ini kebanyakan tidak
dipikirkan oleh masyarakat sekuler saat ini.
2.4 Manusia dan Ilmu Pengetahuan
Akal dan Pengetahuan
Perbedaan dan perubahan tingkatan pandangan hidup manusia timbul karena
perbedaan tingkatan pendapat akal. Berlainan pendapat karena berlainan pengetahuan,
pendidikan dan berbeda pula bumi tempat tegak.Jika akal itu telah tinggi keranba tinggi
pengetahuan (ilmu) dipatrikan oleh ketingian pengelaman, bertambahlah tinggi darjat
orang yang mempunyainya.Karena sesungguhnya segala sesuatu yang ada dalam alam
ini, hakikatnya sama saja, yang berubah adalah pendapat orang yang
menyelidikinya.Maka kepandaian manusia menyelidiki itulah yang menjadi pangkal
bahagia atau celakanya.
Bertambah luas akal, bertambah luaslah hidup, bertambah datanglah bahagia.
Bertambah sempit akal, bertambah sempit pula hidup, bertambah datanglah celaka.
Oleh agama perjalanan bahagia itu telah diberi berakhir.Puncakya yang penghabisan
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
11
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ialah kenal pada Tuhan, baik makrifat kepadaNya, baik taat kepadaNya, dan sabar atas
musibahNya.Tidak ada lagi hidup di atas itu!
Pengalaman Hidup Sebagai Unsur Dalam Pendidikan
Pengalaman adalah sebagai langkah pertama dalam pembelajaran, adapun
pelajaran hidup yang kedua ialah memperhatikan alam. Alam adalah laksana sebuah
kitab besar yang terhampar di muka kita, di dalamnya tertulis perjuangan hayat yang
telah ditempuh lebih dahulu oleh orang lain. Di situ dapat kita lihat bagaimana orang
lain telah sukses, telah mujur dan bahagia, dan dapat pula kita melihat mereka jatuh,
tersungkur, ada yang tak bangun lagi, ada yang menyesal selama-lamanya. Kita dengar
teriakan orang yang kesakitan, maka kita tanyakan kepadanya apa sebab dia jatuh,
setelah tahu kita lalu lagi di jalan yang penuh dilaluinya. Semuanya itu kita pelajari
dengan saksama dari kitab yang terbentang itu. Itulah rahasia perkataan raja dari segala
pujangga dunia, Nabi Muhammad saw, mengambil iktibar dari kejadian orang lain itu
adalah jalan beroleh bahagia.
Di dalam hidup bermasyarakat ada beberapa undang-undang yang harus dijaga
dan diperhatikan. Ada yanmg berhubungan dengan kesehatan tubuh, dengan keberesan
akal (dengan ilmu pengetahuan dan cara berfikir yang wajar yang dipelajari) dan yang
berhubungan dengan kemuliaan budi. Di samping itu pula yang tertentu untuk menjaga
kemenangan dan kebahagiaan. Semua pokok undang-undang yang mesti dijalankan itu
adalah buah perjalanan hidup manusia sejak dunia terkembang, ditambah, diperbaru,
menurut perkembangan zaman dan waktu, dengan pimpinan dari alam ghaib. Kalau
segala peraturan itu dijaga, dipelajari dan dijalankan (dalam pendidikan secara formal
atau tidak formal) hiduplah manusia dalam hikmat Tuhan, dianugerahkanNya, dan
barangsiapa yang beroleh hikmat itu, berarti dia telah mendapat perolehan yang amat
banyak.
Pendidikan dan Pembentukan Peribadi Manusia
Orang-orang yang baru mencapai seujung kuku ilmu, dan terlalu banyak
ditimbulkan keraguan dan kehilangan iman dalam dadanya kerana pengaruh kaum
Qrientalis dan zending dan missi Kristen (serta juga para pemikir pascamodenisme-p)
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
12
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
pernah mengambil ayat ini jadi bukti bahawa al-Quran itu diturunkan hanya buat orang
Arab, sebab di dalamnya tersebut unta.dan menyangka dengan mengemukakan
demikian, mereka telah mengemukakan sesuatu (yang bersifat) “ilmiah”.
Dalam menyokong budaya berfikir yang diajarkan Quran Hamka menguraikan
dalam “Tafsur al-Azhar”nya -jld2 dalam hubungan dengan ayat 190-191 Surah ali
‘Imran yang bermaksud bahawa dalam kejadian langit dan bumi dan silih bergantinya
siang dan malam adalah beberapa tanda bagi orang-orang yang berakal (ulil-albab), iaitu
mereka yang mengingati Allah sewaktu berdiri, duduk dan berbaring dan berfikir
tentang kejadian langit dan bumi. Mereka berdoa bermaksud wahai Tuhan tidaklah
Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia.
Dalam hubungan dengan pendidikan akhlak dalam suluhan cahaya Quran, dalam
“tafsir Al-Azhar”nya, (jld 6, hlm 4029 dst) beliau memberi huraian yang terang dan
mendetail berkenaan dengan maksud-maksud dalam ayat-ayat 23-39 Surah bani Isra’il)
yang menyentuh: akhlak dan adab kesopanan dengan Allah supaya jangan syirik
terhadapnya, dan supaya bersyukur kepadanya, menghormati ibu bapa, berendah diri
terhadap keduanya, menunaikan hak dan berbuat baik kepada kaum kerabat, orang-
orang miskin, orang yang terlantar dalam perjalanan, supaya jangan melakukan
pembaziran, juga jangan bersikap bakhil, supaya jangan membunuh tanpa hak, seperti
jangan membunuh anak takutkan kemiskinan, jangan manghampiri zina, jangan
memakan harta anak yatim secara terlarang, dan supaya menunaikan semua janji. Juga
anjuran supaya menggunakan timbangan yang betul dalam perniagaan, dan supaya
jangan mengikut sesuatu tanpa ilmu, sebab manusia akan ditanya tentang pendengaran,
penglihatan dan hati. Juga dianjurkan supaya manusia tidak berlagak sombong di bumi,
dan diakhiri dengan perintah supaya manusia jangan bersikap syirik sebab itu akan
memusn ahkan manusia dalam Neraka Jahanam.
Uraian – uraian ini berdasarkan kefahaman yang dipandu oleh ayat-ayat Quran,
Sunnah dan juga pendapat para ulama muktabar, serta juga maklumat-maklumat sejarah
zaman dahulu dan zaman moden.
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
13
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Dalam “Tafsir al-Azhar” juga (jld 7) dalam memberi penerangan tentang ethika
peribadi dan kekeluargaan dalam suluhan cahaya wahyu Quran dalam surah Luqman,
ayat 12-19) beliau menghuraikan dengan panjang lebar pembelaan terhadap nilai-nilai
yang dibentangkan, seperti bermula nilai kehidupan dengan bersyukur kepada Allah,
yang mendatangkan kebaikan kepada manusia itu sendiri, larangan melakukan
kesyirikan-iaitu menisbahkan kuasa keTuhanan kepada tenaga-tenaga atau makhluk
bersekali dengan Allah--, diikuti dengan nilai-nilai berbuat baik kepada ibu bapa dan
bersyukur kepada Tuhan, larangan taat kepada ibu kalau mereka mengajak kepada
kesyirikan, arahan bersahabat dengan baik dengan mereka dalam dunia, suruhan
mengikut jalan mereka yang berpaling kepada Tuhan dengan taubat dan ketaatan,
suruhan melaksanakan sembahyang, melakukan amar makruf dan nahi munkar, anjuran
bersabar dalam menghadapi kesulitan hidup, larangan daripada bersikap tabur dan
sombong, dan suruhan supaya bersikap sederhana dalam gerak geri, serta suruhan
melembutkan suara dalam percakapan. Semua huraian-huraian beliau mengukuhkan
nilai-nilai rabbani dalam Quran supaya ianya tertegak dalam diri, masyarakat dan
keluarga manusia yang beriman.
Pendidikan Anak-Anak
Di dalam keadaan yang pertama itu anak-anak tidaklah bebas bergerak menurut
kehendak gerak hatinya sendiri. Dia laksana barang, kepunyaan dari orang tuanya.Kalau
orang tuanya pendeta, dia mahu supaya anaknya menjadi pendeta pula.Kalau orang
tuanya militer, dia mahu supaya anaknya menjadi militer. Atau, meskipun bukan
diniatnya supaya anaknya seperti dia, tetapi diminatinya bentuk anak itu menurut bentuk
yang ditentukannya. Kesudahannya, mahu bergerak, mahu diam, mahu berjalan, mahu
duduk, mahu memilih jodoh, mesti menurut kehendak orang tua itu. Kadang-kadang si
ayah bunda ini tidak mempunyai pendirian yang tetap dalam hidupnya. Waktu itulah
yang serba susah bagi nasib anak itu.Dia akan karam di tengah-tengah, sukar akan
sampai kepada tujuan hidupnya yang telah ada persediaan padanya tatkala ia dilahirkan.
Pendidikan anak-anak yang semacam inilah yang masih banyak bertemu pada
masyarakat kita pada masa ini, sehingga berpuluh, bahkan beratus pemuda pemudi yang
tidak tentu sebarang hidupnya. Di kota-kota terdapat berpuluh, bahkan beratus dan
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
14
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
meningkat ribu, anak-anak yang diperbuat oleh orang tuanya akan menjadi kerani,
padahal bukan semua orang mesti menjadi kerani. Di Minangkabau berpuluh, bahkan
beratus, dan meningkat ribu, anak-anak muda yang lepas dari sekolah agama maksud
orang tuanya akan dijadikan ulama, seakan-akan cuma menjadi ulama itu sahajalah
pekerjaan yang paling bagus di dalam dunia ini.
Kata mereka, begitulah pendidikan yang betul. Padahal itulah satu penyakit yang
tidak membiarkan seorang manusia maju menurut wajah yang telah ditentukan Tuhan
sejak dia dalam rahim. Mereka hendak perbuat manusia menjadi satu corak sahaja,
serupa binatang dan tumbuh-tumbuhan.manusia bukan jenis kuda yang hanya guna
dikendarai dan pengangkut barang sahaja. Manusia bukan jenis tumbuh-tumbuhan, yang
kalau dia sayur bayam, tetap jadi sayur sahaja. Meraut dan membentuk anak menurut
kehendak orang tua sahaja hakikatnya memberi bahaya kepada anak itu, melamakan
akan kemajuannya. Ketahuilah bahawa tabiat , hujunh hidup, tujuan dan jalan
kehidupan manusia itu berbeda satu sama lain. Hendaklah pendidikan itu berikhtiar
melahirkan ke mana tujuan hidup itu, bukan berusaha membenamkan. Suatu pendidikan
yang diasaskan kepada paksaan itu, paling banyak menimbulkan jemu di dalam hati,
dan menghabiskan umur dengan tak berfaedah.
Pendidikan macam yang kedua, ialah anak-anak dibiarkan sahaja menurut
mahunya, tidak dibentuk dan tidak dituntun. Dengan berbuat demikian padahal
mencelakakan anak itu sendiri. Meskipun tadi dikatakan bahawa tiap-tiap manusia itu
mempunyai wajah hidup sendiri-sendiri, kalau dia masih anak-anak, belumlah tentu ke
mana wajah itu, masih sukar ia akan naik. Anak yang demikian dinamai anak manja,
kebiasaannya anak-anak tunggal, atau anak yang tinggal seorang kerana mati sanak
saudaranya, maka tertumpulah perhatian seisi rumah kepada dirinya seorang.
Bangunnya, tidurnya, campurnya dengan anak-anak yang lain, sentiasa dapat pujukan
dari isi rumah. Anak yang demikian akhirnya akan menjadi pemalas, kerana apa yang
dimintanya dapat sahaja, tidak mahu mencari sendiri. Anak yang demikian akan
sombong.
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
15
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendidikan yang tidak berhujung pangkal dan sangat merosak ini kebanyakan
bertemu pada orang-orang tua yang tidak memperhatikan zaan yang telah lalu, dan
tidakmemikirkan pula zaman yang akan datang.
Anak-anak harus dididik dan diasuh menurut kehendak hidup dan
zamannya.maksud pendidikan hendaknya ialah membentuk anak itu supaya menjadi
anggota yang berfaedah di dalam pergaulan hidup, penuh dirinya dengan rasa
kemanusiaan, walaupun apa mata pencariannya, cinta kepada persaudaraan dan
kemerdekaan.Pendidikan demokratis!
Kemenangan dan kejayaan hidup yang akan ditempuh oleh seorang anak, sejak
dari kecilnya melalui besarnya sampai tuanya, semuanya terkumpul di waktu
membentuk dan melatihnya di zaman kecil. Di waktu yang dahulu ditentukan zaman
yang akan datang. Zaman yang akan datang (“future”) ialah impian dari tiap-tiap kita,
impian dari masyarakat, impian dari suatu bangsa, dan impian alampun. Kepada zaman
yang akan datang , kepada “future” , ke sanalah bergantungnya segala angan kita dan
cita-cita kita.
Garis besar dari pendidikan yang sejati ialah, supaya anak-anak itu disingkirkan
daripada perasaan kekerasan orang yang kuat di hadapan orang yang lemah. Pendidikan
sejati ialah menanamkan rasa bahawa diri saya ini ialah anggota masyarakat dan tak
dapat melepaskan diri daripada kungkungan masyarakat. Pendidikan yang sejati ialah
membentuk anak-anak berkhidmat kepada akalnya dan ilmunya, bukan kepada hawa
dan napsunya.
Dengan demikian tegaklah rasa kemerdekaan pada diri suatu umat, suatu bangsa,
suatu tanah air. Dalam hubungan dengan ciri kebebesan berfikir – dalam rangka
keimanan, ketaqwaan dan akhlak yang telah dibicarakan oleh beliau --- terdapat
kenyataan:
Beri anak itu kebebasan berfikir dan tuntunlah dia di dalam kebebasan itu.jangan
diperkosa perjalanan pikirannya, baik oleh gurunya atau oleh ayah bundanya, supaya
jangan dia sebagai kayu yang layu pucuknya, kerana tengah hari tepat disiram juga
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
16
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
dengan air. Pendidikan yang bersipat pimpinan, yang bersipat membukakan jalan,
adalah seumpama udara dan cahaya matahari, biarkan dia kena udara dan kena cahaya
matahari, dia akan sanggup hidup sendirinya.
2.5 Urgensi Pendidikan Bagi Wanita
“Kemajuan wanita adalah sebagai ukuran kemajuan suatu negeri. Kaum ibu yang
dapat menggoyangkan buaian dengan tangan kirinya, dapat pula menggoyangkan
dunia dengan tangan kanannya.” ( Napoleon Bonaparte )
Boomingnya arus globalisasi, mengharuskan setiap individu untuk turut
berperan aktif didalamnya, baik itu laki-laki atau perempuan. Sayangnya, statement
yang menyatakan bahwa tugas wanita hanya terbatas dalam rumah semata masih
mengakar sampai saat ini, hingga tidak sedikit wanita yang enggan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan alasan telah menguasai “ilmu”
memasak dan berhias yang mereka anggap sebagai “pengetahuan inti seorang wanita”
dan merasa tidak perlu menuntut pendidikan yang tinggi. Padahal lebih dari itu, seorang
wanita dikaruniai kemampuan lebih dari sekedar menunaikan tugas domestiknya.
Memang, seorang wanita tidak boleh mengabaikan rumah tangganya, dan tetap
mencurahkan kasih sayang untuk keluarganya. Syed Muhammad Quthb berkata, “
Mother is the focus of attention for all the members of the family” ( Islam, The Miss
understood Religion Quoted by Encyclopedia of Seerah ). Namun disamping itu, wanita
memiliki kebebasan untuk mengaktualisasikan diri dalam masyarakat.
“Ibu adalah Al-Madrasah Al-Ula bagi putera puterinya.” Ungkapan tersebut
secara tidak langsung menyatakan bahwa wanita hendaknya memiliki pengetahuan yang
cukup guna mendidik putera puterinya sebaik mungkin. Kewajiban menuntut ilmu yang
tinggi tidak hanya diwajibkan bagi laki-laki, karena pendidikan juga teramat penting
bagi wanita. Seorang wanita berpendidikan dapat memberikan kontribusi lebih besar
bagi keluarga, masyarakat, agama, bahkan kepada bangsa. Sebagai contoh, seorang
muslimah yang berasal dari Hamedan, Iran bernama Shirin Ebadi mendapat
penghargaan Nobel Peace Prize di Oslo, Norwegia pada tanggal 10 Desember 2003 lalu.
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
17
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Ia adalah seorang pengacara muslimah yang memperjuangkan hak asasi manusia,
menentang kekerasan terhadap anak-anak, serta membela wanita-wanita yang yang
dirampas kemerdekaannya, sehingga mereka kembali mendapatkan hak-haknya.
Dengan talenta, keramahan, dan keahliannya yang mengagumkan, Shirin Ebadi menjadi
muslimah pertama di dunia yang mendapatkan penghargaan sekelas Nobel. Seorang
Shirin Ebadi adalah salah satu wanita yang membuktikan bahwa wanita yang memiliki
pendidikan dan kemampuan tertentu, dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi
masyarakat, agama, bahkan kepada negerinya.
Pada zaman Rasulullah SAW. dan di masa kepemimpinan khulafa`ur Rasyidin,
para wanita telah banyak turut andil dalam membangun masyarakat dengan bekal
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Aisyah bint Abi Bakr, Ummu Salamah,
Hafsah, dan Ummu Waraqah dikenal sebagai wanita yang banyak menghafal Al-Qur`an
serta mendalami tafsirnya. Dengan pengetahuan tersebut mereka mengajari para wanita
lainnya. Kemudian Ummu Habibah, Aisyah bint Abi Bakr, Fatimah Az Zahrah, Ummu
Sharik, Shafiyah, Juwairiyah, Ummu Aiman, Asma bint Abi Bakr, serta Fatimah bint
Qais dikenal sebagai wanita ahli syari`ah yang sering menjadi tempat bertanya seputar
masalah-masalah syar`i bagi para wanita yang ingin mengetahui syariat islam secara
mendalam. Ada pula wanita yang dikenal sebagai orator hebat bernama Zaraqah bint
Adi. Dengan keahliannya dalam berorasi, ia mampu mengobarkan semangat tentara Ali
Bin Abi Thalib di perang Shiffien ketika mereka mulai putus asa dalam berjuang.
Selain para wanita tersebut di atas, masih berderet panjang nama-nama wanita
yang berperan penting dalam masyarakat di waktu itu. Seperti Asma bint Umis yang
mendalami tafsir, Ummu Salamah yang mendalami Ilmu Asrar, Khansa dan Ummu
Ziyad yang mendalami ilmu sastra, serta Rufadah Aslamiyah dan Ummu Muta` yang
menguasai ilmu bedah dan obat-obatan. Bahkan Aisyah adalah seorang wanita yang
dikenal banyak meriwayatkan hadits hingga menempati urutan keempat setelah Abu
Hurairah, Abdullah bin Umar, dan Anas bin Malik diantara para periwayat hadits. Hal
tersebut menunjukkan betapa pentingnya peranan wanita dalam banyak aspek.
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
18
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Memang, seorang filosof bernama Jean Jacques Rousseau pernah berkata, “ Man
was born free but everywhere he is in chain.” Mungkin pernyataan tersebut ada
benarnya. Namun, jika kita menjadikan “chain” tersebut sebagai rantai peraturan yang
baik dan positif, maka “rantai” tersebut dapat mengatur kehidupan manusia dengan baik
pula, sehingga mereka dapat hidup dengan damai, karena manusia memang harus hidup
dengan peraturan. Dan sebaik-baik peraturan adalah aturan yang telah ditetapkan Allah
dan tak satupun manusia yang berhak menghujatNya.
Laki-laki dan perempuan di tempat-tempat tertentu memang dibedakan, namun
tetap bernilai sama. Seorang laki-laki yang tengah mempertaruhkan nyawanya di medan
perang demi membela agama Allah, dinamakan “berjihad”. Begitu pula seorang wanita
yang mempertaruhkan nyawanya ketika tengah melahirkan seorang anak juga
dinamakan “berjihad”. Disinilah salah satu bukti keadilan Allah. Sehingga tidak ada
yang berhak under estimate atau superior atas lain. Karena perbedaan dihadapanNya
adalah perbedaan tingkat ketakwaan kepadaNya. “Inna Akromakum `ind-Allahi
Atqokum…”. Betapa indahnya islam.
Namun bukan berarti wanita harus merasa inferior dengan perbedaan dan
batasan-batasan tersebut. Justru, dengan itu wanita mendapat kehormatan dan
keistimewaan. Karena kehormatan itulah, wanita diperbolehkan untuk
mengaktualisasikan dirinya baik dalam keluarga maupun masyarakat tanpa harus
berseteru dengan syari`at dan nash-nash yang ada, tidak bertentangan dengan kodratnya,
serta dalam batas-batas kesopanan yang akan menjaga kehormatan dirinya. Untuk
merealisasikannya, dibutuhkan pendidikan yang memadai bagi wanita. Oleh karena itu,
wanita diberikan hak istimewa wanita dalam menuntut ilmu sebagaimana hak yang
dimiliki oleh kaum pria. Wallau a`lam bisshowab.
Setidaknya permasalahan gender dalam pendidikan telah ditemukan dalam
lokakarya guru-guru dengan para instruktur dari Australi yang mengidentifikasi sebagai
berikut:
1. Rasa percaya diri siswa perempuan sangat kurang.
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
19
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2. Siswa perempuan cenderung menghindari resiko di kelas
3. Tingkat partisipasi siswa perempuan sangat rendah
4. Siswa perempuan lebih suka mendangarkan dan menyerap informasi
5. Siswa perempuan SMP cenderung menerima stereotipi
6. Siswa perempuan memiliki sikap yang lebih negatif dibanding siswa laki-laki
7. Perempuan cenderung drop out dari sains
8. Hanya 13 persen perempuan bekerja dalam sains
9. Siswa perempuan tidak banyak dilibatkan dibanding laki-laki
10. Siswa perempuan menerima pola kelas, stereotipi dan diskriminasi
11. Siswa perempuan sedikit menjawab pertanyaan guru dibanding laki-laki
12. Guru sains lebih berharap agar anak laki-laki membuat prestasi sains
13. Siswa perempuan kurang mendapat perhatian, feed back dan bantuan dari guru
14. Siswa laki-laki cenderung lebih mengontrol peralatan dibanding perempuan
15. Siswa perempuan hanya diminta menjadi tukang catat
16. Masih banyak teks, bahan dan media yang menguntungkan laki-laki
BAB III
PENUTUP
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
20
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kesadaran akan urgensi ilmu
pengetahuan dan pendidikan di kalangan umat Islam ini tidak muncul secara spontan
dan mendadak, namun kesadaran ini merupakan efek dari sebuah proses panjang dalam
pembelajarannya. Kita harus melakukan banyak hal demi terciptanya pendidikan islam
seperti yang kita inginkan. Maka dari perlu adanya penanaman diri mengenai
pentingnya pendidikan islam.
3.2 Saran
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas penulis menyarankan agar kita
selalu berupaya melakukan kegiatan – kegiatan bermanfaat yang dapat mengingatkan
kita akan urgensi pendidikan islam. Dimana hal ini akan mendorong kita kehidupan
yang pada kehidupan yang lebih baik , baik di dunia maupun di akhirat. Karena
pendidikan adalah ujng tombak dalam kemajuan.
Daftar Pustaka
Ali Hasyimi Dr, Muhammad.1999..Kepribadian Muslim. Jakarta : Gema Insani Press
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
21
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Haryono SH, Anwar. 2002. Pemikiran Berwawasan Iman – Islam. Jakarta.
www. yahoo.com
www. google. com
http://artikel.us
HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU
22