URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

54
URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH SENTRA INDUSTRI TAHU RANDUDONGKAL DI KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh Muhammad Arsyadu Shiyam 8111416231 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020

Transcript of URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

Page 1: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH SENTRA

INDUSTRI TAHU RANDUDONGKAL DI

KABUPATEN PEMALANG

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh

Muhammad Arsyadu Shiyam

8111416231

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

Page 2: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

i

Page 3: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

ii

Page 4: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

iii

Page 5: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

iv

Page 6: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Kepemimpinanmu akan dipertanggungjawabkan. Jabatan, harta kekayaan semua

akan ditinggalkan. Kematian itu pasti dan akan menjadi pemutus segala

kenikmatan keduniawianmu. Karena bekal yang dibutuhkan untuk menempuh

perjalanan ke negeri akhirat hanyalah amal” (Penulis)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Imam Mutaqin (Alm) dan Ibu Mulhimah,

yang tidak ada henti-hentinya selalu memberikan motivasi, semangat, doa

dan nasehat kepada anaknya

2. Kedua adik saya Muhammad Badzlan Mafazi dan Zulfina Riyadloh dan

seluruh teman-teman yang selalu mendukung dan memberi motivasi

3. Almamater Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Page 7: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul “Urgensi

Pendaftaran Merek Kolektif Usaha Mikro Kecil dan Menengah di

Kabupaten Pemalang”, dapat terselesaikan.

Penyelesaian skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Penyelesaian penelitian hingga tersusunnya skripsi ini atas bantuan dari berbagai

pihak, sehingga dengan rendah hati penulis sampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fatkhur Rokhman, M.Hum. selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang.

3. Sonny Saptoajie Wicaksono, S.H., M.H. selaku Dosen Wali selama proses

perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

4. Waspiah, S.H., M.H. selaku Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, motivasi, bantuan, dan saran serta senantiasa meluangkan

waktunya untuk membimbing berbagi ilmu dengan penuh kesabaran.

5. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang. Terima kasih atas semua ilmu yang bapak/ibu dosen berikan

selama ini, semoga ilmu itu dapat menjadi batu loncatan untuk menuju

kesuksesan bagi penulis

6. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi

Jawa Tengah serta Dinas Koperasi dan UMKM Perindustrian dan

Page 8: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

vii

Perdagangan Kabupaten Pemalang yang telah berkenan untuk menerima

saya untuk melakukan penelitian dan ikut sera menyukseskan penulisan

skrispi ini.

7. Kedua orang tua, Bapak Imam Mutaqin (Alm) dan Ibu Mulhimah yang

selalu memberikan kasih sayang, dukungan, doa, serta telah memberikan

ilmu yang bermanfaat bagi perjalanan hidup penulis. Tiada kata dan

apapun yang mampu membalas semua jasa beliau, hanya doa yang selalu

penulis panjatkan untuk kebahagiaan beliau.

8. Meylinda Ariskiana yang selalu memberikan dukungan baik secara lahir

maupun batin serta motivasi dan semangat selama ini, semoga

dimudahkan jalan kita untuk meraih kesuksesan bersama

9. Bapak Ari Yudianto dan Ibu Tasrinah yang senantiasa memberikan

nasehat, dukungan, dan motivasi. Terimakasih selama ini telah menjadi

orang tua kedua bagi penulis.

10. Keluarga baru ku selama menempuh perkuliahan (Nabil, Jihad, Topik,

Anjar, dan lain-lain) yang telah senantiasa membantu dan memberikan

doa, semangat, dukungan kepada penulis.

11. Teman-teman D’Kontrakan (Topik, Tegar, Nabil, Three) yang selama 2

tahun hidup bersama, terima kasih telah menjadi bagian penulis dalam

menyelesaikan perkuliahan ini.

12. Seluruh teman-temanku di kampus Universitas Negeri Semarang

terkhusus rekan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang angkatan

tahun 2016 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu

memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Page 9: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

viii

Page 10: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

ix

ABSTRAK

Shiyam, Muhammad Arsyadu. 2020. “Urgensi Pendaftaran Merek Kolektif

Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Pemalang” Skripsi. Prodi Ilmu

Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing:

Waspiah.,SH. M.H.

Kata Kunci: Urgensi; Merek Kolektif; UMKM

Pemalang merupakan daerah yang memiliki sentra khusus industri tahu.

Namun sangat disayangkan para pelaku UMKM belum mengetahui urgensi

pendaftaran merek guna mendapatkan perlindungan hukum Kekayaan Intelektual.

Pelaku UMKM yang belum mendaftarakan mereknya memiliki alternatif lain

untuk melindungi merek tahu randudongkal yaitu dengan menggunakan merek

kolektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa mengenai :

1). Urgensi pendaftaran merek kolektif Usaha Mikro Kecil dan Menengah

berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis 2). perlindungan hukum merek kolektif Usaha Mikro Kecil dan

Menengah.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Yuridis Empiris dengan

pendekatan penelitian Kualitatif. Sumber data penelitian berasal dari data primer

yaitu wawancara dan observasi dan data sekunder yaitu studi kepustakaan. Untuk

memeriksa objektifitas dan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi

dan validitas data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemahaman Pelaku UMKM

terhadap Urgensi Pendaftaran Merek Kolektif masih sangat rendah. Mereka belum

memahami pentingnya pendaftaran merek terutama merek kolektif. Padahal

apabila pelaku UMKM ingin memperoleh perlindungan hukum, maka merek

tersebut harus didaftarkan terlebih dahulu. Perlindungan hukum itu sendiri baru

didapatkan apabila merek tersebut sudah didaftarkan. Peran pemerintah daerah

Kabupaten Pemalang dalam hal ini adalah Diskoperindag mengenai Merek

Kolektif masih sangat diperlukan. Perlu adanya sosialisasi dan penyuluhan agar

pelaku UMKM memahami pentingnya perlindungan hukum terhadap produknya.

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah banyak pelaku UMKM yang

belum mendaftarkan merek usahanya. Sedangkan perlindungan hukum itu sendiri

baru diperoleh setelah merek terdaftar. Sosialisasi pendaftaran merek kolektif

sangat diperlukan. Hal tersebut dimaksudkan agar pelaku UMKM mengetahui dan

menyadari urgensi pendaftaran merek kolektif guna mendapatkan perlindungan

hukum atas merek itu sendiri. Saranya adalah untuk pelaku UMKM yang belum

mendaftarkan merek hendakya untuk mendaftarkan mereknya agar memperoleh

perlindungan hukum. Kegiatan sosialisasi dan pendampingan terhadap pelaku

UMKM dalam hal pendaftaran merek hendaklah ditambah sehingga dapat

memberikan pemahaman akan pentingnya pendaftaran merek.

Page 11: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

x

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING i

LEMBAR PENGESAHAN ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN v

PRAKATA vi

ABSTRAK ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 6

1.3. Pembatasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu 10

2.2. Landasan Teori 16

2.3. Landasan Konseptual 17

2.3.1. Tinjauan Umum tentang Kekayaan Intelektual 17

Page 12: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

xi

2.3.2. Tinjauan Umum tentang Merek 20

2.3.3. Tinjauan Umum tentang Merek Kolektif 25

2.3.4. Tinjauan Umum tentang UMKM 20

2.3.5. Pengertian Urgensi 44

2.4. Kerangka Berfikir 36

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian 37

3.2 Jenis Penelitian 38

3.3 Fokus Penelitian 39

3.4 Lokasi Penelitian 39

3.5 Sumber Data 40

3.6 Teknik Pengambilan Data 43

3.7 Validitas Data 46

3.8 Analisis Data 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 53

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 53

4.1.2 Pentingnya Pendaftaran Merek Kolektif Usaha Mikro

Kecil dan Menengah Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2016 61

4.1.3 Upaya yang dilakukan oleh Paguyuban Sentra Industri

Tahu Randudongkal dalam melindungi produksi

tahunya 69

Page 13: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

xii

4.2 Pembahasan 74

4.2.1 Pentingnya Pendaftaran Merek Kolektif Usaha Mikro

Kecil dan Menengah Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2016 74

4.2.2 Upaya yang dilakukan oleh Paguyuban Sentra Industri

Tahu Randudongkal dalam melindungi produksi

tahunya 95

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan 100

5.2 Saran 101

Daftar Pustaka 102

Lampiran 105

Page 14: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak Kekayaan Intelektual adalah suatu sistem yang sekarang ini

berkembang pada setiap tata kehidupan di era globalisasi dan era kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi. Kekayaan Intelektual memang sudah

menjadi konsep lama bagi sebagian negara maju, tetapi hal ini masih menjadi hal

yang belum diperhatikan untuk beberapa negara berkembang. Namun demikian

perkembangan Kekayaan Intelektual semakin berkembang seiring dengan

perkembangan zaman yang semakin maju. Manusia di era sekarang ini memiliki

perkembangan berfikir yang sangat pesat. Kekayaan Intelektual disingkat dengan

KI yang merupakan terjemahan dari Intellectual Property Rights atau yang

disingkat dengan IPR dapat kita artikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul

karena kemampuan intelektual manusia (Krisnawati dkk,2005:12).

Penggolongan Kekayaan Intelektual tersebut, jika dihubungkan dengan

persaingan pasar bebas, salah satu jenis Kekayaan Intelektual yang sangat

dibutuhkan dan sangat menentukan adalah Merek. Merek itu sendiri adalah hasil

pemikiran atau pandangan manusia yang dapat berupa penemuan, maka dari itu

dapat diartikan bahwa merek merupakan bagian dari Kekayaan Intelektual yang

dapat menembuh batas antar negara (Winata,1997:6).

Merek merupakan definisi hukum yang memberikan upaya pemulihan jika

suatu tanda perdagangan digunakan oleh pihak yang tidak memiliki kewenangan

untuk itu. Merek pada dasarnya adalah tanda untuk mengidentifikasikan dan

Page 15: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

2

membedakan produk suatu perusahaan dengan perusahaan lain

(Fathanudien,2016:27). Merek itu sendiri yang merupakan bagian dari Kekayaan

Intelektual sangat mendasar peranya dalam perdagangan barang ataupun jasa, baik

dalam lingkup nasional maupun internasional. Selain memiliki fungsi sebgai

pembeda terhadap barang atau jasa, merek juga digunakan sebagai penjamin

kualitas suatu barang berdasarkan merek itu sendiri. Dalam hal lain merek dalam

perdagangan juga mempuyai fungsi ganda yaitu sebagai alat kompetensi dan alat

monopoli (Meilala,1993:90). Merek juga sebagai alat kegiatan promosi pemasaran

diharapkan dapat meningkatkan omset penjualan barang atau jasa, baik dalam

jangka pendek maupun jangkan panjnag. Karena merek dapat mewakili image

serta kualitas barang yang diprosuksi oleh pengusaha (Lindsey,2002:131).

Pendaftaran suatu merek di Indonesia menganut sistem Stelsel Konstitutif,

yaitu pihak yang mendaftarkan suatu merek terlebih dahulu adalah satu-satunya

pihak yang berhak atas merek tersebut dan pihak ketiga harus menghormati hak

pendaftar merek sebagai hak mutlak dalam pendaftaran suatu merek

(Khoironi,2013:132). Tujuan pemakaian merek adalah untuk memberikan

pertanggungjawaban pihak produsen atas mutu atau kualitas barang yang

diperdagangkan. Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen

mengenai sumber produk dan dapat melindungi baik konsumen maupun produsen

dari kompetitor yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik

(Aaker,1997:9). Dari apa yang dipahami dari uraian diatas, merek memiliki andil

sebagai alat pembeda suatu produk atau identitas produk bagi konsumen untuk

mengenali identitas, sumber, asal-usul barang maupun bagi para merek yang

menggunakan merek sebagai sarana bagi perusahaan untuk mempertahankan

Page 16: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

3

reputasinya dimata konsumen. Mengenai merek telah diuraikan oleh Arthur R

Miller dan Michael H Davis “The trademark function not to distinguish on the

basis of the atributing to the product qualities of consumer preference based on

advertising, it is value to the owner is essentially good will”(Arthur R Miller dan

Michael Davis,1990:131). Sehingga merek dapat menjadi sebagai penjamin mutu

pada suatu barang atau produk serta dapat menjadi media pengenalan atau

promosi kepada publik.

Budaya perdagangan bebas seperti sekarang ini, peranan merek menjadi

sangat vital terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat. Sehingga

dibutuhkan perlindungan dari segi hukum. Merek akan mendapat perlindungan

dari segi hukum apabila merek tersebut terdaftar pada Dirjen Kekayaan

Intelektual. Merek kolektif juga perlu mendapatkan perlindungan hukum,

terutama dalam hal ini bagi pelaku usaha mikro kecil dan menegah. Kebijakan

yang dapat dilakukan adalah memberikan fasilitasi untuk membentuk Merek

Kolektif (Zakariya,2016:2). Merek Kolektif merupakan merek yang digunakan

pada barang atau jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum,

dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh

beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan

dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya. Pada era perdagangan bebas seperti

saat ini, penggunaan merek sangat diperlukan “In the era of free trade now is the

use of the brand s indispensable. In markets with monopolistic competition,

competing firms might create their own niches by differentiating their largely

homogenous products. Creating an attractive collective brand is a tool for

achieving this. By building an attractive collective brand, the seller can obtain a

Page 17: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

4

higher income and lower costs. A strong collective brand can be a powerful tool

with which a firm can earn higher profits, enter new markets, and create

monopoly-like conditions in existing markets. In markets with monopolistic

competition, competing firms might create their own niches by differentiating

their largely homogenous products. Creating an attractive collective brand is a

tool for achieving this. By building an attractive collective brand, the seller can

obtain a higher income and lower costs. A strong collective brand can be a

powerful tool with which a firm can earn higher profits, enter new markets, and

create monopoly-like conditions in existing market” (Borg & Gratzer, 2013:30).

Berdasarkan yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya

dengan membangun merek kolektif yang menarik, produsen akan semakin

terbantu dalam hal mengenalkan produknya kepada konsumen dengan ciri khas

yang mereka miliki.

Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Pemalang tepatnya di Desa

Randudongkal, terdapat sentra produksi tahu yang sangat terkenal dan sering

dijadikan sebagai oleh-oleh bagi wisatawan yang datang ke Pemalang atau

wisatawan dengan tujuan kota lain di sekitar Pemalang. Pengusaha tahu di Desa

Randudongkal kurang lebih berjumlah 20 pengusaha baik kecil maupun

menengah, sehingga hampir seluruh warga Dukuh Parud berprofesi sebagai

pembuat tahu. Dukuh Parud sendiri terletak di jalan lintas kabupaten antara

Kabupaten Pemalang menuju Purbalingga maupun dari Pemalang menuju Tegal.

Sehingga dengan demikian wilayah sentra produksi tahu di Dukuh Parud

Kecamatan randudongkal ini sangat strategis. Hal ini dapat dengan mudah kita

jumpai di sepanjang gang menuju Dukuh Parud yang hampir semua rumah disitu

Page 18: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

5

adalah rumah para pembuat tahu sekaligus dijadikan sebagai tempat produksi tahu

itu sendiri. Namun sangat disayangkan, para pelaku usaha belum mengetahui

pentingnya perlindungan hukum Kekayaan Intelektual merek dan kesadaran

mereka akan hal tersebut masih sangat rendah. Hal ini bisa diliat dari para pelaku

usaha dimana di sentra produksi tahu tersebut mayoritas adalah para pelaku Usaha

Mikro Kecil Menengah yang belum banyak mendaftarkan mereknya di Direktorat

Jenderal Kekayaan Intelektual. Berkaitan dengan hal itu, pendaftaran merek juga

berkaitan erat dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). World

Intellectual Property Rights (WIPO) berpendapat bahwa Usaha Mikro Kecil dan

Menengah memiliki banyak potensi untuk tumbuh kembang inovasi dan

kreativitas atas produk (Sardjono,2013:497).

Dibalik terkenalnya tahu randudongkal dimana rasanya yang memiliki ciri

khas dan berbeda dengan tahu produksi dari daerah lain, sangat disayangkan

karena para pelaku usaha belum mengetahui arti pentingnya perlindungan hukum

Kekayaan Intelektual khususnya merek terhadap produk tahu mereka. Pemahaman

akan arti pentingnya perlindungan hukum merek masih sangat rendah. Sebagian

pelaku usaha tahu belum mengatahui dan memahami arti pentingnya

perlindungan merek demi kepastian hukum dan persaingan usaha yang sehat.

Rendahnya tingkat kesadaran hukum pelaku usaha dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu masalah ekonomi, tingkat pendidikan sampai dengan budaya hukum

yang selama ini kurang diperhatikan oleh para pelaku usaha yang bersangkutan.

Hal ini memberikan bukti bahwa undang-undang merek belum berlaku secara

efektif di kabupaten Pemalang, khususnya di Kecamatan Randudongkal. Banyak

dari pelaku usaha yang belum mendaftarkan merek ke Direktorat Jenderal

Page 19: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

6

Kekayaan Intelektual. Maka sebagai salah satu sarana yang efektif untuk

melindungi merek tahu randudongkal yaitu dengan menggunakan merek kolektif,

mengingat banyaknya produsen tahu sehingga lebih efektif untuk menghindari

persaingan usaha di antara pelaku usaha.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan

penelitian yang berjudul :

URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO

KECIL DAN MENENGAH SENTRA INDUSTRI TAHU

RANDUDONGKAL DI KABUPATEN PEMALANG

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini mengangkat dan mendeskripsikan tentang Urgensi

Pendaftaran Merek Kolektif Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten

Pemalang, maka muncul masalah-masalah terdentifikasi, diantaranya yaitu:

1. Minimnya pengetahuan dan pemahaman pentingnya pendaftaran Merek

Kolektif bagi Pelakau usaha mikro kecil dan menengah, dan masyarakat

secara umum;

2. Rendahnya tingkat pendidikan pelaku usaha mikro kecil dan menengah

sehingga belum sadar akan pentingnya pendaftaran terhadap merek usaha

mereka;

3. Kurangnya penyuluhan dan sosialisasi mengenai pendaftaran merek kolektif

terhadap produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah;

4. Masyarakat yang kurang begitu mengenal dan memahami akan pentingnya

suatu perlindungan hukum terhadap suatu produk yang mereka ciptakan;

Page 20: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

7

5. Kesulitan Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam mendaftarkan

merek produk usahanya.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dimaksudkan agar peneltian terfokus pada

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini saja serta mempersempit ruang

lingkup permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut. Pembatasan masalah tersebut

antara lain:

1. Pentingnya pendaftaran merek kolektif bagi Usaha Mikro Kecil dan

Menengah;

2. Kurangnya kesadaran Pelaku Usaha Mikro Kecil Dan Menengah untuk

mendaftarkan merek terhadap produk usahanya;

3. Minimnya pengetahuan dan pemahaman perlindungan hukum Merek Kolektif

bagi Pelakau usaha mikro kecil dan menengah, dan masyarakat secara umum;

4. Perlindungan hukum merek kolektif Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang

belum didaftarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

Tentang Merek dan Indikasi Geografis;

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan Pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1. Apa pentingnya pendaftaran merek kolektif Usaha Mikro Kecil dan

Menengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang

Merek dan Indikasi Geografis ?

Page 21: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

8

2. Apa upaya yang dilakukan oleh Paguyuban Sentra Industri Tahu

Randudongkal dalam melindungi produksi tahunya ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa urgensi pendaftaran merek kolektif Usaha

Mikro Kecil dan Menengah berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2016

Tentang Merek dan Indikasi Geografis.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa upaya yang dilakukan oleh Paguyuban

Sentra Industri Tahu Randudongkal dalam melindungi produksi tahunya.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis antara lain sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

a. Sebagai media dalam pembelajaran sehingga dapat menunjang

kemampuan individu mahasiswa dalam kehidupan masyarakat,

berbangsa dan bernegara;

b. Untuk memberikan sumber pemikiran dalam pengembangan ilmu

pengetahuan hukum merek kolektif pada umumnya dan hukum merek

kolektif pada khususnya;

c. Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut bagi mereka yang

tertarik untuk mengkaji mengenai Kekayaan Intelektual khususnya

mengenai Merek Kolektif.

Page 22: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

9

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penulis dapat menemukan berbagai persoalan mengenai perlindungan

hukum merek kolektif bagi usaha mikro kecil dan menengah.

b. Bagi Masyarakat

Memberikan pandangan dan ilmu pengetahuan terhadap masyarakat

khusunya pelaku UMKM mengenai pentingnya pendaftaran merek

kolektif atas sebuah produk.

c. Bagi Pemerintah

Dijadikan bahan masukan untuk pemerintah dalam upaya pendaftaran

permohonan merek kolektif atas sebuah produk usaha mikro kecil dan

menengah.

Page 23: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tinjauan pustaka yang terdiri dari : (1) Penelitian

Terdahulu, (2) Landasan Teori dan (3) Landasan Konseptual.

2.1 Penelitian Terdahulu

Kajiian dan penelitian mengenai Kekayaan Intelektual telah banyak

dituangkan ke dalam beberapa buku, tulisan, serta penelitan-penelitian lain.

Sehingga untuk menjaga orisinalitas tulisan yang telah dibuat oleh Penulis dan

unutk mengetahui posisi penyusun dalam melakukan penelitian ini, maka penulis

perlu memaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang ada kaitannya atau

relevansinya dengan masalah pada tulisan yang akan menjadi objek penelitian

untuk menghindari terjadinya kesamaan dalam pembahasan dengan penelitian

yang telah ada sebelumnya, yang didalamnya membahas mengenai hal-hal yang

terkait dengan perlindungan hukum terhadap merek kolektif. Dalam hal ini,

penelitian lain hanya akan penulis paparkan inti dari penelitiannya saja, sehingga

pada akhirnya akan diketahui bahwa penulisan ini memiliki hasil akhir yang

berbeda dengan penelitian terdahulu. Berdasarkan hasil dari penelusuran yang

dilakukan ditemukan beberapa tulisan atau hasil penelitian yang berkaitan dengan

topik Perlindungan hukum terhadap merek kolektif tetapi memiliki substansi yang

berbeda antara lain, sebagai berikut :

Page 24: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

11

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil Keteran

gan

Perbedaan

1 Mastur,S

H

Merek

Kolektif

sebagai

Upaya

Perlindungan

Merek

Bersama

untuk Usaha

Mikro Kecil

dan

Menengah

dalam

Implementasi

Undang-

Undang

Nomor 15

Tahun 2001

tentang

Merek (studi

merek

genteng

sokka

kabupaten

kebumen )

Hasil

peneltian

menunjukan

merek

kolektif dapat

dijadikan

alternatif

perlindungan

hukum merek

genteng

sokka

kebumen.

Meskipun

kebumen

sebagai sentra

industri

mencapi

ratusan tetapi

belum banyak

yang

mendaftarkan

di Ditjen KI.

Tetapi dalam

hal ini

pemerintah

mendukung

penggunaan

Bentuk

karya

Tesis:

terbit

tahun

2008.

Univers

itas

Dipone

goro

Rumusan

masalah skripsi

Urgensi

Pendaftaran

Merek Kolektif

Usaha Mikro

Kecil dan

Menengah di

Kabupaten

Pemalang akan

menuju atau

menyasar

bagaimana

urgensi atau

pentingnya

pendaftaran

merek kolektif

tersebut bagi

pemegang

merek itu

sendiri, sehingga

nantinya

diharapkan

dengan adanya

pembahasan

mengenai

pentingnya

Page 25: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

12

merek

kolektif

sebagai

alternatif

perlindungan

merek

genteng

sokka.

Dukungan

tersebut

diwujudkan

dengan

adanya

sosialisasi-

sosialisasi

tentang

pentingnya

perlindungan

hukum.

Karena

pemerintah

daerah

menyadari

peran penting

genteng

sokka sebagai

penyokong

perekonomian

di kebumen.

pendaftaran

merek kolektif

maka dapat

meningkatkan

kesadaran bagi

masyarakat atau

pemerintah

terkait.

Page 26: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

13

2

Sekar

Anggun

Gading

Pinilih

Merek

Kolektif

sebagai

sarana

perlindungan

merek (studi

pada usaha

kecil

menengah

(UKM)

kerajinan

sarung goyor

di kabupaten

Pemalang).

Merek

Kolektif

dapat

dijadikan

saran untuk

melindungi

merek pelaku

UKM

Kerajinan

Sarung Goyor

di Kabupaten

Pemalang.

Meskipun

jumlah

pengrajin

sarung goyor

mencapai

ratusan,

namun dalam

faktanya

banyak para

pelaku usaha

yang tidak

mendaftarka

mereknya ke

Ditjen KI

sebgaimana

diatur dalam

Undang-

Undang

Nomor 15

Tahun 2001

Bentuk

karya

Tesis:

Terbit

tahun

2012.

Univers

itas

Dipone

goro

Rumusan

masalah skripsi

Urgensi

Pendaftaran

Merek Kolektif

Usaha Mikro

Kecil dan

Menengah di

Kabupaten

Pemalang akan

menuju atau

menyasar

bagaimana

urgensi atau

pentingnya

pendaftaran

merek kolektif

tersebut bagi

pemegang

merek itu

sendiri,

sehingga

nantinya

diharapkan

dengan adanya

pembahasan

mengenai

pentingnya

pendaftaran

merek kolektif

maka dapat

meningkatkan

Page 27: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

14

3

Elke

Rinjani

Gita

Cahyani

Batik

Grobogan

dalam

Perlindungan

Merek

Kolektif

Berdasarkan

Undang-

Undang

Nomor 20

Tahun 2016

tentang

Merek dan

Indikasi

Geografis

(Studi Desa

Putat

Kabupaten

Grobogan)

tentang

Merek.

Upaya

Pemerintah

Daerah

Grobogan

dalam

melindungi

batik

Grobogan

melalui

pendaftaran

Merek

Kolektif

belum

berjalan

efektif.

Kepemilikan

hak atas

Merek

Kolektif

dipegang oleh

seluruh

anggota

kelompok

yang

mendaftarkan

dan namanya

tertulis dalam

sertifikat

Bentuk

karya

Skripsi:

Terbit

tahun

2019.

Univers

itas

Negeri

Semara

ng

kesadaran bagi

masyarakat atau

pemerintah

terkait.

Rumusan

masalah skripsi

Urgensi

Pendaftaran

Merek Kolektif

Usaha Mikro

Kecil dan

Menengah di

Kabupaten

Pemalang akan

menuju atau

menyasar

bagaimana

urgensi atau

pentingnya

pendaftaran

merek kolektif

tersebut bagi

pemegang

merek itu

sendiri,

sehingga

nantinya

diharapkan

dengan adanya

pembahasan

mengenai

pentingnya

Page 28: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

15

Sumber : Bahan Penelitian yang telah diolah

Merek, secara

hukum nama-

nama tersebut

memiliki

kedudukan

dan hak yang

sama

terhadap

Merek

Kolektif yang

mereka

daftarkan.

pendaftaran

merek kolektif

maka dapat

meningkatkan

kesadaran bagi

masyarakat atau

pemerintah

terkait.

Dijabarkan juga

berbagai upaya

yang telah

dilakukan oleh

pelaku UMKM

untuk

melindungi

mereknya

sehingga

pemerintah akan

memahami apa

yang menjadi

kendala dalam

pendaftaran

Merek Kolektif.

Page 29: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

16

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Hak Kepemilikan John Locke

Konsep hak kepemilikan menurut John Locke adalah setiap manusia oleh

karena kodratnya memiliki kebebasan dan hak untuk memiliki dan menggunakan

segala yang disediakan oleh alam bagi dirinya dan melalui usaha kerja ia

melegitimasi apa yang ada di alam secara umum menjadi milik pribadi. Setiap

manusia memiliki hak yang sama untuk menjadikan kepemilikan bersama

menjadi milik pribadi. Kesamaan hak ini memungkinkan adanya salah satu pihak

yang tertutup kemungkinanya untuk memiliki suatu hak dikarenakan hak tersebut

sudah dimiliki oleh pihak lain.

Pemikiran John Locke tentang hak kepemilikan ini sangat dipengaruhi

oleh aliran Stoa. Aliran Stoa menganut hukum kodrat, dimana aturan-aturan

keadilan diturunkan dari perintah yang terkandung dalam hukum kodrat. Adanya

keadilan tersebut dimaksudkan agar mengarahkan manusia untuk menggunakan

hak milik bersama untuk kepentingan dan demi kepentingan bersama dan

menggunakan hak milik pribadi demi kepentingan pribadi masing-masing.

Konsep hak kepemilikan tersebut dapat menghadirkan sesuatu hak yang

menjadi milik bersama menjadi milik pribadi sehingga tidak dapat diganggu oleh

pihak lain. Kepemilikan bersama dalam hal ini adalah sesuatu hak yang belum

dimiliki oleh pihak manapun sehingga hak tersebut masih bebas kepemilikanya

dan menjadi milik semua pihak atau milik bersama.

Page 30: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

17

2.3 Landasan Konseptual

2.3.1 Tinjauan umum tentang Kekayaan Intelektual

2.3.1.1 Perubahan nama dari Hak Kekayaan Intelektual menjadi

Kekayaan Intelektual

Kekayaan Intelektual (KI) adalah perubahan dari Hak Kekayaan

Intelektual (HKI) dimana sudah tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor

44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hal

demikian berubah dikarenakan mengikuti institusi yang berperan dalam

bidang kekayaan intelektual di negara-negara lain. Rata-rata institusi di

negara-negara tersebut yang berperang dalam bidang kekayaan intelektual

tidak ada kata “hak” dalam nama institusinya.

Penamaan dalam bidang ini telah dilakukan perubahan sebanyak

4 kali di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, yaitu Ditjen HCPM,

Ditjen HaKI, Ditjen HKI dan Ditjen KI. Direktorat Jenderal Hak Cipta,

Paten dan Merek (Ditjen HCPM) terbentuk atas dasar Keputusan Presiden

Nomor 32 Tahun 1988 tentang pembentukan Direktorat Jenderal Hak

Cipta, Paten dan Merek untuk mengambil alih fungsi dan tugas Direktorat

Paten dan Hak Cipta. Lalu pada tahun 1998, atas dasar Keputusan Presiden

Nomor 144 Ditjen HCPM diganti menjadi Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual (Ditjen HaKI). Kemudian atas dasar Keputusan

Presiden Nomor 177 Tahun 2000 Ditjen HaKI berganti menjadi Ditjen

HKI, dan akhirnya yang berlaku saat ini atas dasar Peraturan Presiden

Page 31: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

18

Nomor 44 Tahun 2005, Ditjen HKI berubah menjadi Direktorat Jenderal

Kekayaan Intelektual (DJKI). Sehingga kini istilah atau nama Kekayaan

Intelektual telah sama penyebutanya dengan istilah di banyak negara.

2.3.1.2 Kekayaan Intelektual

Kekayaan Intelektual merupakan hak yang berasal dari kegiatan

kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang di ekspresikan dalam

berbagai bentuk yang memiliki atau mempunyai manfaat dan berguna

dalam kehidupan manusia, yang artinya bahwa Hak Kekayaan Intelektual

adalah suatu bentuk kekayaan bagi pemiliknya dan bagi kepemilikanya

itulah seorang mendapat keuntungan. Sehingga dengan hasil karya yang

diciptakan itu akan mempunyai peranan penting bagi ekonomi serta ilmu

pengetahuan dan teknologi (Atsar,2018: 79).

Kekayaan Intelektual merupakan hak kebendaan yang dapat

dikategorikan ke dalam benda tidak berwujud (benda immateriil). Dalam

konteks hukum perdata, rumusan tentang hak kekayaan immateriil

dijelaskan dalam pengertian benda yang diatur dalam Pasal 499 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Secara implisit menurut paham undang-

undang yang dimaksud dengan benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap

hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. Jika dihubungkan dengan Pasal

503 dan 504 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), maka

dapat dikategorikan ke dalam benda berwujud dan benda bergerak. Barang

bergerak yang tidak berwujud memiliki sifat abstrak, karena barangnya

memang tidak terlihat wujudnya, akan tetapi pemiliknya dapat merasakan

manfaatnya (Supramono,2010:28).

Page 32: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

19

Berdasarkan hal yang telah diuraikan diatas, dapat diambil sebuah

kesimpulan bahwa poros utama yang dilindungi pada Kekayaan Intelektual

yaitu metode atau cara berpikir dari pencipta itu sendiri sehingga hak

kebendaan yang menempel pada proses intelektual tersebut termasuk

diantaranya adalah benda yang tidak berwujud. Hak yang turut dilindungi

itu dapat dikatakan sebagai hak untuk mempertahankan kepemilikanya dan

hak untuk memanfaatkan atau menggunakan kepemilikanya tersebut,

misalkan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain atau

kepemilikanya dapat dihargai.

Kekayaan Intelektual dapat digolongkan menjadi dua bagian

menurut World Intellectual Property Organization (WIPO): Hak Cipta

(Copyrights) dan Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights). Hak

Cipta (Copyrights) merupakan hak khusus bagi pencipta untuk

menyebarluaskan, mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya sendiri

pada bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra dengan atau bisa berbentuk

buku, program komputer, ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang

serupa itu. Sedangkan Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights)

adalah hak yang memuat apapun tentang milik pengindustrian terkhusus

yang memuat mengenai perlindungan hukum. Hak Kekayaan Industri itu

sendiri terbagi atas Merek, Paten, Hak Desain Industri, Desain Tata Letak

Sirkuit Terpadu (DTLST), Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman.

Page 33: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

20

2.3.2 Tinjauan umum tentang Merek

2.3.2.1 Pengertian Merek

Merek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua dari

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, memberikan pengertian

mengenai Merek. Merek merupakan tanda yang dikenakan oleh pengusaha

(pabrik, produsen dan lain sebagainya) pada barang-barang yang

dihasilkan sebagai tanda pengenal, cap (tanda) yang menjadi pengenal

untuk menyatakan nama dan sebagainya. Dalam tingkatan yang lebih

dalam, merek adalah sebuah harapan yang dimunculkan oleh pemasar

untuk memenuhi keinginan konsumen. (Susanto, 2004: 80).

Pengertian Merek menurut Undang-Undang diantaranya: Undang-

Undang MerekNomor 19 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1997 yang berbunyi: “Merek adalah tanda yang berupa gambar,

nama kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari

unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam

kegiatan berdagang”. Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 Pasal

1 ayat (1): “Merek adalah tanda yang berupa, gambar, nama, kata huruf

angka-angka, susunan warna atau kombinasi, dari unsur tersebut yang

memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan”.

Undang-Undang Merek No.20 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) di mengatakan

”Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar,

logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua)

dimensi dan/atau 3(tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2

(dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa

Page 34: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

21

yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegaitan

perdagangan barang dan/atas jasa.

Ahli dan beberapa sarjana juga mengemukakan pengertianya

mengenai merek, yaitu

a. H.M.N. Purwo Satjipto, S.H. beliau mengemukakan bahwa “Merek

adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan,

sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis”

(Sutjipto,1984:82).

b. Prof. R. Soekardono, S.H., mengatakan bahwasanya “Merek adalah

tanda dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu

juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang

dengan perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau

diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain” (

Soekardono,1983).

c. Mr. Tirtaamidjaya yang mensitir pendapat Prof. Vollmar memberikan

pengertian bahwa “suatu merek pabrik atau merek perniagaan adalah

suatu tanda yang dibubuhkan di atas barang atau di atas bungkusnya,

gunanya membedakan barang itu dengan barang-barang sejenis lainya”

(Tirtaamidjaya,1962:80).

d. H. OK. Saidin, S.H., M.hum. menyimpulkan dari beberapa sarjana yang

mendefinisikan merek, yaitu “Merek adalah suatu tanda untuk

membedakan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan atau

diperdagangkan seseorang atau kelompok orang atau badan hukum

Page 35: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

22

dengan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh orang

lain, yang mimiliki daya pembeda maupun sebagai jaminan atas

mutunya dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa”

(Saidin,2013:345)

Dengan demikian dari apa yang dikemukakan diatas dapat diartikan

bahwasanya merek adalah pembeda atau pengenal sehingga bisa

dibedakan antara barang-barang atau jasa yang sejenis yang didapatkan

dari salah satu perdagangan atau hasil seseorang atau kelompok orang atau

badan hukum dengan barang-barang atau jasa sejenis yang berasal dari

seseorang atau kelompok orang atau badan hukum lainya.

2.3.2.2 Pentingnya Merek

Tujuan pemakaian merek adalah untuk memberikan

pertanggungjawaban pihak produsen atas mutu atau kualitas barang yang

diperdagangkan. Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada

konsumen mengenai sumber produk dan dapat melindungi baik konsumen

maupun produsen dari kompetitor yang berusaha memberikan produk-

produk yang tampak identik (Aker,1997:9).

Dengan demikian maka merek memiliki peran yang sangat penting

karena merek inilah sebagai media pembeda dan bisa juga dijadikan

sebagai penyebarluasan produk itu sendiri dalam hal pemasaran bagi

produsen. Kemudian bagi konsumen, dengan adanya merek tersebut maka

konsumen bisa membedakan antara produk sejenis satu dengan lainya.

Page 36: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

23

2.3.2.3 Pendaftaran Merek

Pendaftaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

berasal dari kata daftar yang artinya adalah catatan sejumlah nama atau hal

tentang kata-kata, nama orang, barang, dan sebagainya. Sedangkan Merek

menurut bahasa inggris adalah brand, sedangkan merek dapat diartikan

sebagai identitas yang dirancang untuk membuat, menghadirkan atau

menciptakan sebuah produk yang tidak sama atau berbeda dari produk

lainya dengan tujuan awal sebagai pemuas kebutuhan.

Sistem pendaftaran merek di Indonesia adalah cara pendaftaran

dengan pemeriksaan terlebih dahulu ke Dirjen HKI. Maksudnya sebelum

di daftarkan, merek tersebut terlebih dahulu diperiksa mengenai merek itu

sendiri dan suatu permohonan pendaftaran merek akan diterima

pendaftaranya apabila telah memenuhi persyaratan baik yang bersifat

formalitas maupun subtantif yang telah ditentukan oleh Undang-Undang

Merek, yaitu tentang adanya daya pembeda (distinctiveness). (Firmansyah,

2013: 37)

Berdasarkan hal yang telah diuraikan diatas dapat kita ambil

kesimpulan bahwasanya pendaftaran merek sangat penting, mengingat

keberadaan sebuah merek bukan semata-mata hanya sebatas penamaan

saja, melainkan akan memunculkan kesan atau pandangan atas sebuah

merek itu sendiri. Pemberian sebuah merek juga merupakan sebuah hal

yang sangat penting pada kegiatan pemasaran yang pada nantinya akan

memudahkan konsumen mengenali produk atau barang tersebut.

Page 37: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

24

2.3.2.4 Merek yang ditolak Pendaftaranya

Merek juga dapat ditolak pendaftaranya. hal tersebut sesuai dengan

bunyi pasal 20 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan

Indikasi Geografis. Pasal tersebut menerangkan bahwa: “Merek tidak

dapat didaftar jika:

a. Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-

undangan, moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;

b. Sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang dan

atau jasa yang dimohonkan pendaftaranya;

c. Memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal,

kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan

atau jasa yang sejenis;

d. Memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat,

atau khasiat dari barang dan atau jasa yang diproduksi;

e. Tidak memiliki daya pembeda;

f. Merupakan nama umum dan atau lambang milik umum”

Berdasarkan bunyi pasal 20 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016

tentang Merek dan Indikasi Geografis tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa merek tidak dapat atau ditolak pendaftaranya apabila bertentangan

dengan ketertiban umum, yang dimaksud dengan bertentangan dengan

ketertiban umum adalah bahwasanya jika merek tersebut menyinggung

perasaan, kesopanan atau etika yang hidup dalam masyarakat ataupun

suatu golongan tertentu. Selain hal tersebut, merek juga ditolak

pendaftaranya apabila memuat keterangan yang tidak sesuai dengan

Page 38: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

25

kualitas atau manfaat dari barang dan atau jasa tersebut. Kemudian lebih

lanjut merek juga akan ditolak pendaftaranya jika merek tersebut tidak

memiliki tanda pembeda ataupun memilki tanda tetapi tanda tersebut

masih bersifat umum, tidak memiliki karakteristik atau ciri khas tertentu.

2.3.3 Tinjauan umum tentang Merek Kolektif

2.3.3.1 Merek Kolektif

Merek kolektif tidak dirumuskan secara pengistilahan, namun

demikian terdapat beberapa karakteristik yang fungsinya yaitu untuk

membuat perbedaan antara barang-barang atau jasa dari produsen atau

suatu perusahaan terhadap barang-barang atau jasa dari suatu produsen

atau perusahaan lain. Merek kolektif ini dipergunakan juga sebagai alat

pembeda dalam hal riwayat geografis atau karakter lain yang umumnya

terdapat di barang-barang atau jasa tersebut, dan tentunya dibawah

pengawasan dari pihak terkait.

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang

Merek dan Indikasi Geografis memberikan pengertian mengenai merek

kolektif bahwasanya Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada

barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri

umum, dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya yang akan

diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-

sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Dengan apa yang dijelaskan diatas maka dapat diartikan

bahwasanya merek kolektif tersebut hanya diperkenankan untuk

kelompok atau kolektif atau bersama-sama, tidak diperuntukan sebagai

Page 39: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

26

merek dagang atau jasa perseorangan. Pemohon merek kolektif juga

seharusnya bisa melaksanakan pengawasan secara sah atas penggunaan

merek kolektif tersebut kepada para anggotanya dalam usahanya atau

perdaganganya tidak sebatas hanya sekedar penegasan atas penggunaan

atau tujuan penggunaanya semata.

2.3.3.2 Syarat-syarat penggunaan Merek Kolektif

Proses pengajuan pendaftaran merek kolektif sedikit berbeda

dengan pendaftaran merek perorangan atau perusahaan. Merujuk pada

ketentuan pasal 46 Undang-Undan Nomor 20 tahun 2016, dalam

permohonan pengajuan pendaftaran merek kolektif, dengan jelas harus

dinyatakan bahwa merek tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif

disertai dengan ketentuan penggunaan merek tersebut sebagai merek

kolektif yang antara lain memuat:

a. Sifat, ciri umum, atau mutu barang dan/atau jasa yang akan diproduksi

dan diperdagangkan;

b. Pengawasan atas penggunaan merek kolektif; dan

c. Sanksi atas pelanggaran ketentuan penggunaan Merek Kolektif

(Novianti,2017:113).

Permohonan pendaftaran merek sebagai merek kolektif hanya

dapat diterima jika dalam permohonan dengan jelas dinyatakan bahwa

merek tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif, hal tersebut

tertuang dalam Undang-Undang No.20 tahun 2016 tentang Merek dan

Indikasi Geografis pasal 46 ayat 1. Dengan demikian dapat diartikan

bahwasanya merek kolektif yang telah terdaftar hanya bisa dipakai untuk

Page 40: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

27

merek bersama atau dengan kata lain bahwa merek kolektif dapat

digunakan untuk beda produsen tetapi masih dalam kelompok merek yang

sama yang tentunya sudah secara sah kelompok tersebut terdaftar dalam

permohonan merek kolektif tersebut.

Proses pengajuan pendaftaran merek kolektif sedikit berbeda

dengan pendaftaran merek perorangan atau perusahaan. Merujuk pada

ketentuan pasal 46 Undang-Undan Nomor 20 tahun 2016, dalam

permohonan pengajuan pendaftaran merek kolektif, dengan jelas harus

dinyatakan bahwa merek tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif

disertai dengan ketentuan penggunaan merek tersebut sebagai merek

kolektif yang antara lain memuat:

a. Sifat, ciri umum, atau mutu barang dan/atau jasa yang akan diproduksi

dan diperdagangkan;

b. Pengawasan atas penggunaan merek kolektif; dan

c. Sanksi atas pelanggaran ketentuan penggunaan Merek Kolektif

(Novianti,2017:113).

Permohonan pendaftaran merek sebagai merek kolektif hanya

dapat diterima jika dalam permohonan dengan jelas dinyatakan bahwa

merek tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif, hal tersebut

tertuang dalam Undang-Undang No.20 tahun 2016 tentang Merek dan

Indikasi Geografis pasal 46 ayat 1. Dengan demikian dapat diartikan

bahwasanya merek kolektif yang telah terdaftar hanya bisa dipakai untuk

merek bersama atau dengan kata lain bahwa merek kolektif dapat

digunakan untuk beda produsen tetapi masih dalam kelompok merek yang

Page 41: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

28

sama yang tentunya sudah secara sah kelompok tersebut terdaftar dalam

permohonan merek kolektif tersebut.

2.3.4 Tinjauan umum tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

2.3.4.1 Latar belakang UMKM

Perwujudan dari pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 salah

satunya adalah kegiatan ekonomi yang menerapkan asas keadilan dan

kesejahteraan, hal demikian juga sejalan dengan apa yang tertuang dalam

ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka Demokrai

Ekonomi. Dengan demikian menilik dari pentingnya peran UMKM

terhadap perekonomian nasional, maka dibutuhkan dukungan dari semua

pihak untuk mengembangkan dan mewujudkan UMKM yang maju,

mandiri, dan modern.

Kebijakan dasar pengembangan UMKM sekurang-kurangnya harus

memuat beberapa aspek (Budiarto,2015: 20), yaitu:

1. Pemberian preferensi kepada usaha kecil dan menengah dalam

mengikuti semua tender-tender pemerintah, ikut serta dalam semua

bidang usaha dan pemilikan uasaha besar serta perusahaan-perusahaan

publik dan akses yang mudah kepada sumber-sumber pembiayaan dan

perizinan usaha.

2. Pemerintah perlu mendirikan lebih banyak lembaga-lembaga

pembiayaan usaha kecil dan menengah untuk memperluas pelayanan

dan dukungan pembiayaan pada sektor UMKM.

Page 42: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

29

3. Usaha kecil dan menengah dibina oleh negara dengan pembinaan yang

proaktif dan edukatif melalui badan otonom yang khusus ditugaskan

untuk itu.

4. Kebijakan pemberian suku bunga rendah dilindungi oleh undang-

undang semacam pembaruan terhadap Worker Ordonantie 1926 yang

pernah diterapkan di zaman penjajah Belanda, dimana ditetapkan suku

bunga tertinggi yang dapat dibebankan kepada usaha kecil, menengah,

dan besar adalah 6 persen.

5. Keterkaitan usaha kecil, menengah, dan besar dalam rangka persaingan

yang sehat dan jujur diatur dengan undang-undang agar tercipta sinergi

nasional dan efisiensi serta keterbukaan dalam ekonomi nasional yang

menghasilkan perusahaan-perusahaan yang tangguh dalam bersaing

2.3.4.2 Pengertian dan kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Usaha Mikro Kecil dan Menengah sebagai pelaku ekonomi

nasional yang berperan sangat penting dalam pembangunan perekonomian

di Indonesia. UMKM turut menciptakan peluang kerja atau lapangan

pekerjaan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 dapat diambil

kriteria dan pengertian Tentang UMKM, yaitu :

1. Usaha Mikro Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) adalah usaha

produktif milik orang perorangan dan / atau badan usaha perorangan

yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang No 20Tahun 2008 pasal 6 angka (1) :

Page 43: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

30

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan, tempat

usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

2. Usaha Kecil Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau

usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana diatur

dalam pasal 6 angka (2) Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang

UMKM yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha menengah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

Page 44: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

31

dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang ini dalam pasal 6 angka 3 yaitu ;

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.3.4.3 Jenis-jenis Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan kelompok usaha

yang memiliki jumlah yang paling besar. Selain itu kelompok ini juga

terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi.

Berikut ini adalah klasifikasi atau jenis-jenis dalam Usaha Mikro Kecil

dan Menengah adalah sebagai berikut (Resalawati,2011:31)

1. Livelhood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang

lebih umum biasa disebut sektor informal. Contohnya pedagang kaki

lima.

2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang

memiliki sifat pengrajin tetapi belum memilki sifat kewirausahaan.

Page 45: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

32

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu

menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

4. Fas Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan

transformasi menjadi usaha besar.

2.3.4.4 Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia

Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peran yang cukup

besar dalam pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari kontribusinya

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang terus meningkat

setiap tahunya. Dala krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, banyak

aktivitas usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti,

sementara UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapinya.

Distribusi sektor-sektor UMKM di Indonesia terkonsentrasi pada sektor

pertanian, selanjutnya diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran

sebagai sektor terbesar ketiga. Sektor yang paling kecil, yaitu aktivitas

produksi tradisional, termasuk produk kayu termasuk furnitur, tekstil dan

produk tekstil, alas kaki, serta makanan dan minuman. Hanya sebagian

kecil dari total UMKM yang bergerak di bidang produksi mesin, alat

produksi, dan komponen otomotif (Soekarwo,2018:55)

Perkembangan UMKM di indonesia juga menemui beberapa

permasalahan atau hambatan, baik dalam faktor internal maupun eksternal

(Soekarwo,2018:56-58)

1. Faktor Internal

Page 46: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

33

a. Kurangya Modal

Pada umumnya, UMKM merupakan usaha perseorangan atau

usaha yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal si pemilik

yang sangat terbatas, sementara modal pinjaman dari bank atau

lembaga keuangan lainya sulit diperoleh karena persyaratan secara

administratif dan teknis yang diminta pihak bank sulit dipenuhi;

b. Kualitas SDM yang Terbatas

Sebagian UMKM tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha

keluarga yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM baik dari

segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilanya

sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan uasaha

sehingga sulit untuk berkembang optimal. Dengan keterbatasan

kualitas SDM, usaha ini relatif sulit mengadopsi perkembangan

teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang

dihasilkan;

c. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar

UMKM mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan

kemampuan penetrasi pasar yang rendah karena terbatasnya jumlah

produk yang dihasilkan dan kualitas yang kurang kompetitif.

Berbeda dengan usaha besar yang telah memiliki jaringan solid

serta didukung oleh teknologi yang dapat menjangkau pasar

internasional dan promosi yang baik.

Page 47: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

34

2. Faktor Eksternal

a. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif

Kebijakan pemerintah untuk menumbuhkembangkan UMKM,

meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, belum

sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat dari masih adanya persaingan

yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha UMKM dan

pengusaha-pengusaha besar;

b. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana

yang mereka miliki tidak cepat berkembang dan kurang

mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan;

c. Implikasi Perdagangan Bebas

Perdagangan bebas berimplikasi luas terhadap UMKM untuk

bersaing. UMKM dituntut untuk melakukan proses produksi

dengan produktif dan efisien serta dapat menghasilkan produk yang

sesuai dengan sesuai keinginan pasar global dengan standar

kualitas tertentu, seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan

(ISO 14.000), isu Hak Asasi Manusia (HAM), dan isu

ketenagakerjaan. UMKM diharapkan dapat mempersiapkan diri

agar mampu bersaing baik secara keunggulan komparatif maupun

keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Page 48: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

35

d. Terbatasnya Akses Pasar

Terbatasnya akses pasar mengakibatkan produk yang dihasilkan

tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional

maupun internasional.

2.3.5 Pengertian Urgensi

Urgensi jika dilihat dari bahasa latin “urgere” yaitu (kata kerja)

yang berarti mendorong. Jika dilihat dari bahasa Inggris bernama “urgent”

(kata sifat) dan dalam bahasa Indonesia “urgensi” (kata benda). Istilah

urgensi merujuk pada sesuatu yang medorong mendorong kita, yang

memaksa kita untuk diselesaikan. Dengan demikian mengandaikan ada

suatu masalah dan harus segera ditindaklanjuti (Pamungkas,2016).

Sedangkan menurut (Abdurahman,2004:89), urgensi yaitu kata dasar dari

“urgen” mendapat akhiran “i” yang berarti sesuatu yang jad abgian atau

yang memegang pimpinan yang terutama atau unsur yang penting.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwasanya urgensi merupakan suatu keadaan dimana keadaan tersebut

membutuhkan penanganan yang harus diutamakan. Urgensi juga dapat

diartikan sebagai suatu kepentingan yang mendesak sehingga

membutuhkan penanganan segera.

Page 49: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

36

2.4 Kerangka Berfikir

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

tentang Merek dan Indikasi Geografis

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Kabupaten Pemalang memiliki Sentra

Produksi Tahu

Perlindungan hukum merek kolektif

bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Tahu Randudongkal

Urgensi

pendaftaran

merek

kolektif

Perlindungan hukum

merek kolektif Usaha

Mikro Kecil dan

Menengah

Teori :

1. Teori Hak Kepemilikan

2. Teori Perlindungan

Hukum

Pendaftaran Merek Kolektif

Page 50: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

100

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan tentang

“Urgensi Pendaftaran Merek Kolektif Usaha Mikro Kecil dan Menengah di

Kabupaten Pemalang”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ternyata Urgensi pendaftaran Merek Kolektif belum dipahami dan

disadari oleh pelaku UMKM. Pelaku UMKM kurang memahami arti

pentingnya pendaftaran merek, mereka tidak memikirkan ketahanan

usaha mereka secara jangka panjang. Kurangnya informasi dan

kekhawatiran akan pembiayaan pada saat pendaftaran menjadikan

mereka enggan untuk mendaftarkan mereknya. Pentingnya pendaftaran

merek diakarenakan pada nantinya yang akan diakui sebagai pemegang

hak atas merek adalah bukan mereka yang pertama kali atau lebih awal

menggunakan merek tersebut melainkan mereka yang mendaftarkan

mereknya terlebih dahulu sehingga menjadi sebuah kerugian apabila

ada pihak lain menggunakan merek tahu randudongkal dan

mendaftarkanya. Selain itu juga dengan terdaftarnya suatu merek maka

pemegang hak atas merek tersebut akan mendapatkan perlindungan

hukum. Dengan demikian maka pendaftaran merek terutama merek

kolektif merupakan hal yang sangat penting.

2. Upaya yang dilakukan oleh pelaku UMKM sentra industri tahu

randudongkal hanya sekedar menjaga ciri khas tahu mereka yang padat

Page 51: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

101

dan tidak berbau anyir, mereka beranggapan bahwa dengan tidak

berbaunya tahu mereka maka masyarakat akan dapat membedakan

antara tahu randudongkal dengan tahu produksi lain. Namun upaya

yang dilakukan belum cukup untuk melindungi produk usahanya,

terbukti dengan adanya beberapa pihak yang mengatasnamakan tahu

randudongkal dan menjualnya kepada masyarakat diluar kabupaten

Pemalang..

5.2 Saran

1. Pelaku UMKM khususnya di sentra industri tahu randudongkal

hendaknya segera mendaftarkan merek usahanya. Hal demikian

dimaksudkan agar produk usahanya mendapatkan perlindungan

hukum.

2. Sosialisasi dan pendampingan terkait pendaftaran merek harus

ditingkatkan lagi terutama oleh pemerintah daerah dalam hal ini

Diskoperindag Kabupaten Pemalang sehingga pelaku usaha

mendapatkan informasi dan mereka memahami akan pentingnya

pendaftaran merek..

Page 52: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

102

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku :

Abdurahman. 2004. Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia. Bandung: Alumni

Aker, David A. 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta : Spektrum Mitra

Utama-Prentice hall

Amiruddin, dan Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum.

Jakarta : PT Raja Grafindo

Arliman, Laurensius S. 2019. Ilmu Perundang-undangan yang baik untuk Negara

Indonesia. Yogyakarta : CV. Budi Utama

Atsar, Abdul. 2018. Mengenal Lebih Dekat Hukum Hak Kekayaan Intelektual.

Yogyakarta: CV Budi Utama

Budiarto, Rachmawan. 2015. Pengembangan UMKM antara Konseptual dan

Pengalaman Praktis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Creswell. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitaf dan Mixed.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Diantha, I Made pasek. 2017. Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam

Justifikasi Teori Hukum. Jakarta : Prenada Media Group

Firmansyah, Hery. 2013. Perlindungan Hukum Terhadap Merek. Yogyakarta:

Medpress Digital

John M. Ivancevich, Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson. 2006. Perilaku

dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga

Lapau, Buchari. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Lindsley, Tim. 2002. HKI : Suatu Pengantar. Bandung : PT.Alumni

Manalu, Paigot Rambe. 2000. Hukum Dagang Internasional. Jakarta : Raja

Grafindo

Marzuki. 2002. Metodologi. Yogyakarta : BPFE-UII

Meilala, Adrianus. 1993. Praktik Bisnis Surat. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Milles,Matthew B dan A.Michael Huberman. 2014. Analisis Data kualitatif, Buku

sumber tentang metode-metode baru. Jakarta: Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja

Rosdakarya

Novianti, Trias palupi Kurnianngrum, Sulasi Rongiyati, Puteri Hikmawati. 2017.

Perlindungan Merek. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Raharjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Saidin, H. OK. 2013. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual

Property Rights). Jakarta: Rajawali Press

Sarwono, Jonathan. 2010. Pintar Menulis Karangan ilmiah. Yogyakarta : CV

Andi Offset

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat. Jakarta: Rajawali

Soekardono, R. 1983. Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat Indonesia

Soekarwo. 2018. Berkaca dari Kegagalan Liberalisasi Ekonomi. Jakarta: PT

Gramedia

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1983. Metodelogi Penelitian Hukum. Jakarta : Ghalia

Indonesia

Page 53: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

103

Soeparman, Andriasyah. 2013. Hak Desain Indutri berdasarkan Penilaian

Kebaruan Desain Industri. Bandung : PT.Alumni

Sudaryat, dkk. 2010. Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: Oase Media

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung :

Alfabeta

Supramono, Gatot. 2010. Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya. Jakarta :

Rineka Cipta

Susanto, Himawan Wijanarko. 2004. Membangun Merek Unggul dan Organisasi

Pendukungnya. Jakarta : PT Mizan Publika

Sutjipto, H.M.N. Purwo. 1984. Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang

Indonesia. Jakarta: Djambatan

Tirtaamidjaya. 1962. Pokok-Pokok Hukum Perniagaan. Jakarta: Djambatan

Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan. Jakarta: Erlangga

Winata, Rizwanto. 1997. Pembaharuan Hukum Merek Indonesia (dalam rangka

WTO-TRIPS). Bandung : Citra Aditya Bakti

Jurnal

Davis,Michael dan Arthur R Miller. 1990. Intelectual Property, Paten, trademark

and copyrights. Journal of West Publishing St Paulmin

Fathanudien, Anthon. 2016. Alternatif Perlindungan Hukum atas Hak Merek

Kolektif Genteng Jatiwangi guna Mengurangi Persaingan Usaha di

Kabupaten Majalengka. Jurnal Unifikasi. Kuningan: Universitas

Kuningan. Vol. 3, No. 2, Juli

Gratzer, Karl dan Erik A.Bord. (2013). collective brand strategy,

entrepreneurship, and regional growth : The role of a protected

designation of origin (PDO). Journal of Word Economic Research,

Vol.2.N03

Hafid Zakariya, Nurul Hidayah. 2016. Keberpihakan Pemerintah dalam

Mendukung Daya Saing UMKM Melalui Pendaftaran Merek Kolektif.

Jurnal Serambi Hukum. Surakarta: UNIBA Surakarta. Vol. 10, No. 02,

Agustus

Hanapi, Yayan. 2018. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Merek untuk Pengusaha

Kerajinan Sulaman Karawo di Gorontalo. Gorontalo Law Review.

Gorontalo: Universitas Gorontalo. Vol. 1, No. 2, Oktober

Khoironi, Alif Iffan. 2013. Implementasi Pendaftaran Merek Sebagai Bentuk

Perlindungan Hukum Pada Home Industry Eggroll. Unnes law Journal.

Semarang: FH Unnes. Vol. 2, No. 2, Oktober

Sardjono, Agus, dkk. 2013. Perlindungan Hukum Merek untuk Pengusaha UKM

Batik. Jurnal Hukum dan Pembangunan. Tahun ke 44 No. 4

Skripsi, Tesis

Cahyani, Elke Rinjani Gita. 2019. Batik Grobogan dalam Perlindungan Merek

Kolektif Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Page 54: URGENSI PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF USAHA MIKRO …

104

Merek dan Indikasi Geografis (studi Desa Patut Kabupaten Grobogan).

Semarang: Skripsi, Universitas Negeri Semarang

Pinilih, Sekar Anggun Gading. 2012. Merek Kolektif bagi Perlindungan Merek

(studi pada UMKM Kerajinan Sarung Goyor di Kabupaten Pemalang.

Semarang: Tesis, Universitas Diponegoro

Mastur. 2008. Merek Kolektif Sebagai Alternatif Perlindungan Merek Bersama

Untuk Mengurangi Tingkat Persaingan Usaha (Studi Merek Genteng

Sokka Kabupaten Kebumen. Semarang: Tesis, Universitas Diponegoro

Resalawati, Ade. 2011. Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM Indonesia. Jakarta:

Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah