urgensi komunikasi

5
ASFAHANI LATIEFAH Hm.. Belajar tentang oral medicine membuat kami (mahasiswa PSPDG) lebih menjungkirbalikan otak lagi. Bagaimana tidak, ternyata penyakit sistemik rata-rata memiliki manifestasi pada rongga mulut. Dan setiap tindakan yang kami lakukan tanpa mendapatkan anamnesa (keluhan pasien) yang jelas, dapat berakibat fatal. Tidak hanya mengancam pasien, ‘kecerobohan’ itu dapat mencelakakan kami sendiri. Berbagai macam ancaman mengenai resiko menjadi seorang dokter gigi bergentayangan dalam pikiran kami. Kini, tak jarang tenaga medis berlawanan dengan pengacara dalam sebuah siding. Ada yang bilang, “kalo dokter gigi tu dapet duit dari mulut orang, tapi kalo pengacara cari duitnya pake mulutnya sendiri” bener juga sii. Hheu. Ada juga yang bilang, “dokter gigi tu cari makan dari sisa makanan di mulut orang” hah?! Jorok banget! Eits! Jangan dulu ber-suudzan kawan.. maksutnya kami dapet pasien rata- rata dari orang yang kebersihan mulutnya gak bagus, dan itu bermula dari sisa makanan yang ada di mulut kan? So, bener dong kalo dokter gigi tu cari makan dari sisa makanan di mulut orang. ^^ Entah medan seperti apa yang akan kami alami nanti. Tetapi itulah gunanya belajar mengenai Oral Medicine. Kami diajari bagaimana car meng-anamnesa, mengetahui diagnosa dari keluhan pasien. Bahkan jika dokter gigi itu cerdas, dari keluhan pasien kita bisa menentukan diagnosa. cerdas dalam berkomunikasi tentunya. Karena yang merasakan sakit adalah pasien, dan kami (dokter gigi) hanya bisa melihat dari yang tampak. So, komunikasi bagi dokter/dokter gigi itu sangatlah penting. Gimana ya cara komunikasi yang baik? wah.. kalau pertanyaan itu yang teman-teman tanyakan itu bukan spesialisasi as. Mungkin perlu satu atau dua buah buku untuk menjawabnya. Tapi, satu hal yang as tau untuk berkomunikasi kita harus menyesuaikan dengan siapa yang akan

Transcript of urgensi komunikasi

Page 1: urgensi komunikasi

ASFAHANI LATIEFAH

Hm..

Belajar tentang oral medicine membuat kami (mahasiswa PSPDG) lebih menjungkirbalikan otak lagi. Bagaimana tidak, ternyata penyakit sistemik rata-rata memiliki manifestasi pada rongga mulut. Dan setiap tindakan yang kami lakukan tanpa mendapatkan anamnesa (keluhan pasien) yang jelas, dapat berakibat fatal. Tidak hanya mengancam pasien, ‘kecerobohan’ itu dapat mencelakakan kami sendiri. Berbagai macam ancaman mengenai resiko menjadi seorang dokter gigi bergentayangan dalam pikiran kami. Kini, tak jarang tenaga medis berlawanan dengan pengacara dalam sebuah siding.

Ada yang bilang, “kalo dokter gigi tu dapet duit dari mulut orang, tapi kalo pengacara cari duitnya pake mulutnya sendiri” bener juga sii. Hheu.

Ada juga yang bilang, “dokter gigi tu cari makan dari sisa makanan di mulut orang” hah?! Jorok banget! Eits! Jangan dulu ber-suudzan kawan.. maksutnya kami dapet pasien rata-rata dari orang yang kebersihan mulutnya gak bagus, dan itu bermula dari sisa makanan yang ada di mulut kan? So, bener dong kalo dokter gigi tu cari makan dari sisa makanan di mulut orang. ^^

Entah medan seperti apa yang akan kami alami nanti. Tetapi itulah gunanya belajar mengenai Oral Medicine. Kami diajari bagaimana car meng-anamnesa, mengetahui diagnosa dari keluhan pasien.

Bahkan jika dokter gigi itu cerdas, dari keluhan pasien kita bisa menentukan diagnosa.

cerdas dalam berkomunikasi tentunya. Karena yang merasakan sakit adalah pasien, dan kami (dokter gigi) hanya bisa melihat dari yang tampak. So, komunikasi bagi dokter/dokter gigi itu sangatlah penting. Gimana ya cara komunikasi yang baik? wah.. kalau pertanyaan itu yang teman-teman tanyakan itu bukan spesialisasi as. Mungkin perlu satu atau dua buah buku untuk menjawabnya. Tapi, satu hal yang as tau untuk berkomunikasi kita harus menyesuaikan dengan siapa yang akan kita ajak bicara. Contoh; untuk berhadapan dengan anak kecil dan orang dewasa pendekatannya berbeda. Bahkan anak kecil yang menganggap ‘dokter gigi’ merupakan hukuman, dengan anak kecil yang seneng banget ke dokter gigi (emang ada ya? Hhe) itupun berbeda.

Menjelaskan penyakit pada seorang pengusaha berbeda dengan menjelaskan pada seorang guru.

Bertanya pada orang introvert (menutup diri) berbeda dengan bertanya pada orang ekstrofert (sangat membuka diri *sampai-sampai hal yang gak penting pun dia bicarakan, dan buat dokter gigi yang belum lihai menangani orang jenis ini, mungkin akan kewalahan karena banyak antrian pasien gara2 satu orang yang hobi banget cerita)

Page 2: urgensi komunikasi

ASFAHANI LATIEFAH

Seorang dokter gigi harus mampu mengenal sifat seseorang ketika pertama kali bertemu dengan pasiennya. Dengan seperti itu, kita dapat menggali lebih dalan mengenai riwayat penyakit dan keluhan pasien.

Cuma buat dokter/dokter gigi aja? Itu pertanyaan yang muncul dari otak as yang mulai keriting.

Hm. Mari kita analisa,

Ilmu mengenal orang ini, MUNGKIN lebih lazim dibilang ilmu psikologi TIDAK HANYA dokter/dokter gigi dan psikolog saja.

As rasa seluruh profesi yang ada di bumi membutuhkan keahlian ini untuk kesuksesan kariernya. Bahkan, yang belum memiliki profesi pun, membutuhkan ilmu komunikasi untuk mendapatkan pekerjaan.

Seorang ilmuwan yang hanya bekerja dengan penelitian-penelitian nya membutuhkan komunikasi untuk mempresentasikan hasil penemuannya agar diterima masyarakat.

Seorang pegawai swasta yang bertugas didepan computer setiap harinya membutuhkan ilmu ini untuk menjalin hubungan dengan atasannya.

Seorang penjual bakso pun membutuhkan ilmu ini untuk menarik pelanggan di tengah persaingan abang bakso yang semakin hari semakin banyak.

Coba deh.. ada gak profesi yang gak perlu ilmu komunikasi?? As rasa tidak ada..

Terlebih lagi seorang guru, da`I, pengacara, yang sudah jelas memakai ilmu ini.

Wow! Mata kuliah ini mengantarkan as pada kesimpulan ‘betapa pentingnya ilmu komunikasi’. Dikatakan oleh seorang pemateri pada sebuah pelatihan, “90% kendala dalam organisasi adalah komunikasi”

Kawan, sampai kapan si ‘komunikasi’ ini selalu disalahkan? Kalau dia bernyawa, mungkin akan protes mengapa dia yang disalahkan.

Jadi, semua orang harus masuk jurusan komunikasi? Eits. Sabar boy.. bukan itu kesimpulan yang mau as arahkan.

Trus gimana cara belajar ilmu komunikasi?

Benarlah kiranya Allah SWT menyebutkan setelah Hablu minaLlah (Hubungan dengan Allah) adalah Hablu minan-nas(Hubungan dengan manusia). Tentunya ketentuan Allah adalah akhlaq Rasulullah SAW. Dan sesungguhnya Rasulullah adalah teladan yang baik mengenai hal ini. Ingatkan? ketika sahabat Rasulullah Amru bin Ash merasa dia adalah sahabat yang paling dicintai rasulullah karena perlakuan baik, perhatian dan senyuman beliau setiap bertemu dengannya. Suatu ketika Amru bin Ash menghadap Rasulullah SAW dan bertanya “wahai Rasulullah, siapakah di dunia ini yang paling engkau cintai?”

Page 3: urgensi komunikasi

ASFAHANI LATIEFAH

“Aisyah” jawab beliau.

“Bukan itu maksudku, tetapi seseorang yang engkau cintai selain keluargamu?”

Nabi SAW menjawab “Ayahnya (Abu Bakar Ash-shiddiq)

Amru bertanya lagi “Kemudian siapa lagi”

“Umar bin Khattab”

“Kemudian..?” tanya nya lagi

Maka Nabi SAW menyebut sederet nama yang sesuai dengan urutan mereka masuk islam dan pengorbanan masing-masing untuknya.

Siapa saja yang memperhatikan riwayat hidup beliau pasti akan menemukan beliau senantiasa memperlakukan siapapun dengan keramahan, penuh perhatian, dan keceriaan hingga orang tersebut memandang dirinya sebagai yang paling disenangi Rasulullah.

Tidak hanya itu, dalam sebuah komunikasi dibutuhkan kesamaan nasib. Maksudnya, bagi dokter/dokter gigi (profesi lain dapat menyesuaikan) harus dapat terlihat merasakan penderitaan pasien sesederhana apapun keluhannya. Jangan sampai menganggap remeh keluhan pasien! Karena yakinlah, berikutnya tempat praktek anda akan sepi pengunjung karena dokter/dokter gigi nya tidak respect.

Pada suatu ketika rasulullah SAW sedang berkhutbah, tiba2 datang seseorang langsung menatap beliau dan berkata “Ya Rasulullah ada seseorang ingin bertanya tentang suatu hukum”. Kebayang gak kalo kita di posisi beliau? Waktu kita lagi kasih materi atau waktu lagi penyuluhan, tiba-tiba aja ada orang datang dan bilang “ada yang mau saya tanyakan dok..” apakah kita akan menghentikan penyuluhan itu dan mendengarkan keluhan orang tsb atau kita menganggapnya angin lalu dengan berpikiran setelah penyuluhan bisa kita jawab? Ask into your heart my friend..

Beliau menoleh ke arah orang tersebut, yang ternyata adalah orang dusun. Sepertinya ia tidak bisa menunggu sampai khutbah nya selesai. Melihat hal itu Rasulullah khawatir orang dusun tsb akan segera keluar dari mesjid dan tidak kembali lagi. Dan beliau melihat permasalahan itu sangatlah penting bagi orang dusun itu, buktinya orang tsb sampai berani menghentikan khutbah Rasulullah SAW.

Seperti itulah Rasulullah SAW memandang keadaan diatas dari sudut pandang orang lain, bukan sudut pandang beliau saja.

Beliau turun dari mimbarnya dan duduk berhadapan dengan orang dusun tsb. Lalu menjelaskan mengenai beberapa hukum agama hingga ia benar-benar paham. Lalu kembali menyelesaikan khutbahnya.

WOW! Luar biasa! Itulah komunikasi yang Rasulullah ajarkan untuk umatNya.

Page 4: urgensi komunikasi

ASFAHANI LATIEFAH

Teman-teman tidak perlu membaca setumpuk buku untuk mempelajari cara berkomunikasi, cukup membaca shirah nabawiyah (sejarah nabi Muhammad SAW), maka teman-teman akan mendapatkan ilmu komunikasi beserta penerapannya. Bahkan lebih dari itu ilmu-ilmu lain yang dapat kita teladani dari seorang Rasul Allah pun akan teman-teman dapatkan. Dan siapkanlah hatimu untuk mengenal sosok agung yang akhlaq dan pribadinya tidak ada tandingannya!!