Urbanisasi Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Perkotaan Dan Pedesaan

6
Urbanisasi dan dampaknya terhadap lingkungan perkotaan dan pedesaan PERMASALAHAN Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar diIndonesia pada saat ini. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama antar daerah pedesaan dengan daerah perkotaan. Semakin besarnya perbedaan antar tingkat pertumbuhan wilayah menyebabkan semakin tingginya tingkat urbanisasi. Masalah utama yang menjadi pemicu meningkatnya urbanisasi adalah keinginan untuk merubah keadaan hidup menjadi lebih baik dan pandangan masyarakat bahwa kehidupan masyarakat perkotaan lebih baik dari pada kehidupan masyarakat di pedesaan. Ekspektasi atas tingkat pendapatan yang lebih besar masih sangat menjanjikan bagi pelaku urbanisasi walaupun pada gilirannya urbanisasi tersebut akan meningkatkan jumlah penduduk kota tujuan. Peningkatan jumlah penduduk ini selanjutnya akan menimbulkan beberapa permasalahan bagi kota tujuan. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang meningkat cepat tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Meningkatnya proses urbanisasi tidak terlepas dari kebijakan pembangunan di perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui peningkatan

Transcript of Urbanisasi Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Perkotaan Dan Pedesaan

Page 1: Urbanisasi Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Perkotaan Dan Pedesaan

Urbanisasi dan dampaknya terhadap lingkungan perkotaan dan pedesaan

PERMASALAHAN

Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar diIndonesia pada saat ini.

Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama antar daerah

pedesaan dengan daerah perkotaan. Semakin besarnya perbedaan antar  tingkat pertumbuhan wilayah

menyebabkan semakin tingginya tingkat urbanisasi.

Masalah utama yang menjadi pemicu meningkatnya urbanisasi adalah keinginan untuk merubah

keadaan hidup menjadi lebih baik dan pandangan masyarakat bahwa kehidupan masyarakat perkotaan

lebih baik dari pada kehidupan masyarakat di pedesaan. Ekspektasi atas tingkat pendapatan yang lebih

besar masih sangat menjanjikan  bagi pelaku urbanisasi walaupun pada gilirannya urbanisasi tersebut

akan meningkatkan jumlah penduduk kota tujuan. Peningkatan jumlah penduduk ini selanjutnya akan

menimbulkan beberapa permasalahan bagi kota tujuan.

Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak

merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial

kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang meningkat cepat tanpa didukung dan

diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan,

penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan

keluarnya. Meningkatnya proses urbanisasi tidak terlepas dari kebijakan pembangunan di perkotaan,

khususnya pembangunan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui

peningkatan jumlah penduduk akan positif dengan bertambahnya urbanisasi di suatu wilayah.

Kecenderungan bahwa aktivitas perekonomian menjadi bersifat terpusat pada suatu area yang

memiliki tingkat konsentrasi penduduk yang tinggi.

Laju urbanisasi tidak dapat dihindari oleh kota – kota besar. Di Indonesia, gejala urbanisasi mulai

tampak menonjol sejak tahun 1970-an, di saat pembangunan sedang digalakkan, terutama di kota –

kota besar. Beberapa faktor disinyalir menjadi pendorong meningkatnya arus urbanisasi, di antaranya:

1. Perbedaan pertumbuhan dan ketidak merataan fasilitas antara desa dengan kota dalam berbagai aspek kehidupan (Saefullah, 1994:35);

2. Semakin meluas dan membaiknya sarana dan prasarana transportasi,3. Pertumbuhan industri di kota-kota besar yang banyak membuka peluang kerja,4. Tetapi pada umumnya faktor ekonomi dianggap sebagai faktor  utama menjadi pendorong

arus urbanisasi.

Berkaitan dengan faktor-faktor di atas, beberapa ahli melihat bahwa selama ini usaha pembangunan pedesaan yang diharapkan mampu membendung arus urbanisasi umumnya tidak terlalu berhasil

Page 2: Urbanisasi Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Perkotaan Dan Pedesaan

dalam banyak hal, bahkan justru memacu arus urbanisasi menjadi semakin besar. Akibatnya adalah  banyak masyarakat pedesaan, baik dengan sukarela maupun terpaksa, keluar dari desa tempat kelahirannya dan pergi mengadu nasib mencari pekerjaan di kota karena semakin sempitnya lapangan kerja yang tersedia di desa.

Urbanisasi sebagai gejala sosial, ekonomi, dan budaya ternyata menyajikan cerita yang menarik tidak saja menyangkut kota besar di mana para migran berdatangan, namun juga menyangkut desa asal migran. Semakin meningkatnya angka urbanisasi dari tahun ke tahun telah menimbulkan masalah yang sangat kompleks baik itu di perkotaan, maupun di pedesaan.

Masalah-masalah yang Terjadi di Perkotaan Akibat Urbanisasi

Kaum Miskin Kota

Dampak urbanisasi yang biasanya menjadi perhatian adalah masalah kemiskinan kota. Potret ini umumnya terekam melalui wajah perkotaan, dengan sudut-sudut pemukiman kumuh. Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti dihilangkan, tetapi tidak dengan menggusur masyarakat yang telah bermukim lama di lokasi tersebut. Menggusur hanyalah memindahkan kemiskinan dari lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan tidak berkurang. Bagi orang yang tergusur, malahan penggusuran ini akan semakin menyulitkan kehidupan mereka karena mesti beradaptasi dengan lokasi permukiman yang baru. Peremajaan kota ini menciptakan kondisi fisik perkotaan yang lebih baik, tetapi sarat dengan masalah sosial. Kemiskinan hanya berpindah saja dan masyarakat miskin yang tergusur semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan karena akses mereka terhadap pekerjaan semakin sulit. Hal ini, dikarenakan sebagian besar kaum urban adalah tenaga tak terdidik yang biasanya menjadi buruh kasar dan memperoleh penghasilan minim. Akibatnya, mereka hanya mampu tinggal di kawasan kumuh dengan segala permasalahannya.

Krisis Air Bersih

Dampak yang terkait kesehatan adalah masalah air bersih dan sanitasi [1]. Berdasarkan laporan UNESCAP, ternyata dua dari tiap lima penduduk kota tinggal di kawasan kumuh atau sekitar empat puluh persen warga di tiap kota.Indonesia bersama Cina dan Filipina adalah tiga negara yang mengalami penurunan secara signifikan, tingkat ketersediaan air bersih bagi warga kota.

Disamping itu buruknya sistem sanitasi di perkotaan dan merebaknya aliran limbah di sungai-sungai kota memerlukan konsep khusus dan menjadi tantangan bagi pemerintah untuk memikirkan cara tepat penanganan masalah sanitasi. Kondisi air di perkotaan kini sudah sangat memprihatinkan. Bayangkan, di Jakarta saja ada lebih dari satu juta septic tank. Sekitar 60 persen rumah di Ibu Kota memiliki sumur yang berjarak kurang dari 10 meter dari septic tank. Melimpahnya populasi septic tank yang terus bertambah tanpa adanya regulasi yang baik ini mengakibatkan pencemaran air tanah dan membahayakan puluhan juta penduduknya. Data terkini yang paling memprihatinkan adalah 72,5 juta penduduk Indonesia masih buang air besar (BAB) di luar rumah (Laporan Pemerintah RI ke Millennium Development Goals/MDGs). Angka itu menjadi lebih menyeramkan lagi manakala dikaitkan dengan kenyataan masih sangat rendahnya akses masyarakat ke air minum yang bersih. Dari penelitian yang dikutip Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDO), 70 persen air tanah di Jakarta ini terkontaminasi tinja atau bakteri lain seperti E.coli. Padahal, separuh lebih pedagang makanan di perkotaan masih mengandalkan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari.

Karena itu, menjadi tidak mengherankan ketika kondisi ini dikaitkan dengan tingginya angka kematian bayi dan prevalensi penyakit yang bersumber dari kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia. Angka kematian bayi Indonesia, yakni 50 per 1.000 kelahiran, hidup sekarang ini adalah yang tertinggi kedua di Asia setelah Kamboja. Dari 200.000 anak balita yang meninggal karena diare setiap tahun di Asia, separuh di antaranya adalah di Indonesia.

Page 3: Urbanisasi Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Perkotaan Dan Pedesaan

Kendala yang masih dihadapi sekarang ini berdasarkan Laporan MDGs adalah :

1 Cakupan pembangunan yang sangat besar, sebaran penduduk yang tak merata dan beragamnya wilayah Indonesia, keterbatasan sumber pendanaan. Pemerintah selama ini belum menempatkan perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam pembangunan.

2 Kualitas dan kuantitas sumber air baku sendiri terus menurun akibat perubahan tata guna lahan (termasuk hutan) yang mengganggu sistem siklus air. Selain itu, meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di perkotaan akibat urbanisasi.

3 Masalah kemiskinan juga ikut menjadi penyebab rendahnya kemampuan penduduk mengakses air minum yang layak. Terakhir adalah buruknya kemampuan manajerial operator air minum itu sendiri.

Dari sisi sanitasi, selain masih rendahnya kesadaran penduduk tentang lingkungan, kendala lain untuk terjadinya perbaikan adalah karena belum adanya kebijakan komprehensif yang sifatnya lintas sektoral, rendahnya kualitas bangunan septic tank, dan masih buruknya sistem pembuangan limbah.

Lemahnya visi menyangkut pentingnya sanitasi, terlihat pemerintah belum melihat anggaran untuk perbaikan sanitasi ini sebagai investasi, tetapi mereka masih melihatnya sebagai biaya (cost). Padahal, menurut perhitungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah lembaga lain, setiap 1 dollar AS investasi di sanitasi, akan memberikan manfaat ekonomi sebesar 8 dollar AS dalam bentuk peningkatan produktivitas dan waktu, berkurangnya angka kasus penyakit dan kematian.

Kurangnya Lahan Terbuka Hijau di Kota Besar

Tingginya laju urbanisasi juga menyebabkan tingginya permintaan terhadap lahan untuk menampung kegiatan perkotaan termasuk perkantoran, jasa, perdagangan, hotel dan perumahan. Kawasan ruang terbuka hijau merupakan “korban” dari konversi lahan untuk kegiatan perkotaan. Pada tahun 1965, kawasan ruang terbuka hijau mencakup lebih dari 35% dari luas wilayah Jakarta dan jumlah ini terus berkurang, seiring dengan tuntutan ruang akibat laju urbanisasi. Pada saat ini, kawasan ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta adalah sekitar 9.3% dari luas wilayah Jakarta.

Namun masalah yang ditimbulkan oleh urbanisasi tidak hanya terjadi di perkotaan, urbanisasi yang berlebihan juga menimbulkan masalah bagi daerah pedesaan yang ditinggalkan oleh masyarakatnya, diantaranya yakni berkurangnya sumber daya manusia karenapenduduknya telah pergi ke kota, desa akhirnya tidak mengalami perkembangan yang nyata, lambannya pertumbuhan dan pembangunan desa, kurang produktifnya pemanfaatan lahan-lahan yang ada di pedesaan, dan masih banyak lagi.

[1] Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.

Menambah Polusi di Daerah Perkotaan

Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan. Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia.

Page 4: Urbanisasi Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Perkotaan Dan Pedesaan

Penyebab Bencana Alam

Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa menampung air hujan lagi.

Penyebab Kemacetan Lalu Lintas

Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimana-mana, ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman liar di sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah macet. Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.

Merusak Tata Kota

Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan banyaknya urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal oleh para urban. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga tidak berfungsi lagi.