Urbanisasi
-
Upload
dwi-adhi-iswiyanto -
Category
Documents
-
view
67 -
download
0
description
Transcript of Urbanisasi
1
PENDAHULUAN
Istilah atau kata “Urbanisasi” adalah sebuah istilah yang banyak dikenal
dalam dunia ilmu pengetahuan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Istilah
tersebut tidak hanya dikenal tetapi juga dialami oleh penduduk Kota dan Desa,
terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Baik disadari maupun tidak
mereka itu ikut menjadi penyebab atau beban urbanisasi. Oleh karena itu, timbul
pertanyaan apakah urbanisasi dan para “urbanit” itu merupakan beban bagi
perkembangan kota khususnya dan perkembangan negara pada umumnya.
Urbanisasi merupakan suatu gejala, peristiwa atau proses yang sifatnya
multi-sektoral, baik ditinjau dari sebab maupun dari akibat yang ditimbulkannya.
Permasalahannya nampak sederhana namun sifatnya sangat kompleks. Studi
mengenai urbanisasi ini sangat menarik bagi ilmu kependudukan, ilmu-ilmu sosial
dan ilmu humaniora, ilmu geografi dan masih beberapa ilmu lainnya, karena
variasi obyek dan subyeknya serta keanekaragamannya.
Mengingat bahwa masalah urbanisasi di negara kita juga cenderung
mengalami peningkatan yang cukup berarti, sehingga kecenderungan semakin
meluasnya problema sosial ekonomi di berbagai kota di Indonesia akan lebih kita
rasakan sebagai problema nasional, maka perlu kiranya kita lebih mendalami
seluk-beluk urbanisasi ini.
Data persentase urbanisasi di Indonesia dalam tahun 1950, 1960, 1970,
1978 secara berturut-turut menunjukkan angka-angka 12,9%; 14,6%; 17,2%; dan
20,0%.
2
Sebagai pembanding dapat ditambahkan di sini bahwa pertumbuhan
penduduk kota-kota di dunia dalam tahun-tahun 1850, 1900, 1950 dan tahun 1970
adalah secara berturut-turut 81 juta; 224 juta; 706 juta; dan 1399 juta, sedang di
daerah pedesaan 1181 juta; 1426 juta; 1796 juta; dan 2229 juta.
Di Asia pertambahan penduduk di daerah perkotaan menurut analisa
terakhir dari UNESCO di Bangkok adalah sekitar 1% sampai dengan 4% per
tahunnya.
Selain dari itu, kalau kita melihat urbanisasi di Indonesia ini, pada
umumya telah pula menimbulkan pelbagai permasalahan antara lain masalah
sosial, masalah ekonomi dan masalah pemukiman, baik yang ditimbulkan oleh
para pendatang dari luar kota, maupun yang ditimbulkan olrh bertambahnya
penduduk di dalam kota, ataupun yang disebabkan adanya pertumbuhan pusat-
pusat kegiatan yang ada menjadi kota-kota yang baru. Sehingga secara umum
urbanisasi telah menyebabkan dua permasalahan yang besar, yaitu masalah yang
timbul di kota yang didatangi para urbanit dan masalah yang timbul desa yang
telah ditinggalkan oleh para urbanit.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini talah menanggapi gejala urbanisasi
beserta permasalahannya, oleh karena itu beberapa usaha penanggulangannya
secara langsung maupun secara tidak langsung telah dilaksanakan melalui tahap-
tahap Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Walaupun demikian
penanggulangan Pemerintah Indonesia dalam masalah urbanisasi ini masih
memerlukan pengertian, kesadaran, dan bantuan dari kita semua. Dengan bantuan
dan kesadaran kita semua, kita dapat menekan angka urbanisasi.
3
LATAR BELAKANG MASALAH
Sebelum dibahas lebih lanjut mengenai sebab dari urbanisasi ini ada
perlunya kita memperhatikan dua definisi urbanisasi yang mempunyai sudut
pandang geografis, karena dari dua definisi berikut tercermin didalamnya berbagai
implikasi dari urbanisasi.
Definisi pertama berkaitan dengan aspek pemukiman dan lokasi ekonomi,
sedang definisi kedua mempunyai kaitan dengan aspek modernisasi
Bunyi definisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. “Urbanization studies the geographic concentration of population and non
agricultural activities in urban environments of varying size and form.”
2. “Urbanization studies the geographic diffusion of urban values, behavior,
organizations and institutions.” (Friedman, 1973).
Jadi, yang pertama itu menunjukkan adanya pemusatan penduduk dan pemusatan
kegiatan nonagraris di daerah perkotaan dalam berbagai bentuk dan ukuran.
Gejala ini merupakan hasil dari adanya faktor-faktor yang negatif dari daerah
pedesaan dan faktor-faktor positif yang dimiliki oleh kota.
Dengan keadaan ini timbullah suatu gerakan perpindahan penduduk dari
desa ke kota. Mereka bermukim di kota dan memiliki kegiatan ekonomi yang lain
dari kegiatan sewaktu mereka masih di desanya.
Timbullah masalah-masalah baru yaitu menyangkut:
a) adaptasi penduduk desa di kota,
b) masalah persediaan ruang (space) yang semakin terbatas terutama masalah
perumahan untuk golongan ekonomi lemah dan masalah hunian liar atau
4
daerah slums yang nampaknya berkembang terus di berbagai kotamadya dan
kota besar, apalagi di kota metropolitan.
Dalam definisi yang kedua nampaknya bahwa urbanisasi ini juga
mempunyai kaitan erat dengan nilai-nilai hidup kota, perilaku, dan kegiatan
kelembagaan kota yang secara aktif menangani masalah urbanisasi ini.
Sebab-sebab dari adanya urbanisasi ini di berbagai negara memang agak
berlainan namun secara umum dapat dikatakan adalah karena ketimpangan
keruangan termasuk di dalamnya ketimpangan penduduk dan ekonomi.
Di Indonesia urbanisasi pada umumnya mempunyai kaitan dengan
timbulnya beberapa masalah sosial, ekonomi, dan pemukiman, baik di kota
maupun di desa. Sebab-sebab urbanisasi di Indonesia adalah:
(a) Sebagai akibat dari pertambahan penduduk alami (kelahiran) di kota
(b) Sebagai akibat dari perpindahan penduduk desa ke kota
(c) Berkembangnya daerah tepian kota
Kadang-kadang ketiga sebab tersebut terjadi bersamaaan, sehingga dapat
mempercepat proses urbanisasi di suatu wilayah tertentu. Kecepatan urbanisasi di
Indonesia tergantung pada beberapa faktor antara lain:
(a) Tingkat pendidikan penduduk yang terlibat,
(b) Tingkat kesehatan masyarakat,
(c) Persentase penduduk yang miskin,
(d) Latar belakang pertanian di daerah pedesaaan,
(e) Kondisi geografis,
5
(f) Fungsi serta peranan kota-kota sebagai faktor penarik, dan masih beberapa
faktor lain.
Kecepatan urbanisasi ini juga merupakan akibat dari lajunya pembangunan
kota dan sekitarnya antara lain perluasan daerah industry di tepian kota dan
kadang-kadang juga ada yang di dalam kota, sehingga kesempatan kerja pun
meningkat, dan menarik tenaga kerja dari daerah di sekitar kota tersebut.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa,
seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan,
informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain
sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong,
memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam
bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa
atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk
melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
1. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng
5. Pengaruh buruk sinetron Indonesia
6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas
6
B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
1. Lahan pertanian yang semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
7
PEMBAHASAN
Pengertian urbanisasi sudah umum diketahui oleh mereka yang banyak
bergelut di bidang kependudukan, khususnya mobilitas penduduk. Namun
demikian, mereka yang awam dengan ilmu kependudukan sering kali kurang tepat
dalam memakai istilah tersebut. Dalam pengertian yang sesungguhnya, urbanisasi
berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Sedangkan mereka
yang awam dengan ilmu kependudukan seringkali mendefinisikan urbanisasi
sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota. Padahal perpindahan penduduk
dari desa ke kota hanya salah satu penyebab proses urbanisasi, di samping
penyebab-penyebab lain seperti pertumbuhan alamiah penduduk perkotaan,
perluasan wilayah, maupun perubahan status wilayah dari daerah pedesaan
menjadi daerah perkotaan, dan semacamnya itu.
Proses urbanisasi sangat terkait mobilitas maupun migrasi penduduk. Ada
sedikit perbedaan antara mobilitas dan migrasi penduduk. Mobilitas penduduk
didefinisikan sebagai perpindahan penduduk yang melewati batas administratif
tingkat II, namun tidak berniat menetap di daerah yang baru. Sedangkan migrasi
didefinisikan sebagai perpindahan penduduk yang melewati batas administratif
tingkat II dan sekaligus berniat menetap di daerah yang baru tersebut. Di dalam
pelaksanaan perhitungannya, data yang ada sampai saat ini baru merupakan data
migrasi penduduk dan bukan data mobilitas penduduk. Di samping itu, data
migrasi pun baru mencakup batasan daerah tingkat I. Dengan demikian, seseorang
dikategorikan sebagai migran seumur hidup jika propinsi tempat tinggal orang
tersebut sekarang ini, berbeda dengan propinsi dimana yang bersangkutan
8
dilahirkan. Selain itu seseorang dikategorikan sebagai migran risen jika propinsi
tempat tinggal sekarang berbeda dengan propinsi tempat tinggalnya lima tahun
yang lalu.
Oleh karena itu, pemerintah di samping mengembangkan kebijaksanaan
pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk, termasuk di dalamnya urbanisasi,
juga berkewajiban menyempurnakan sistem pencatatan mobilitas dan migrasi
penduduk agar kondisi data yang ada lebih sesuai kondisi di lapangan. Terutama
bila diperlukan untuk perumusan suatu kebijakan kependudukan.
A. Perkembangan Urbanisasi
Di masa mendatang, para ahli kependudukan memperkirakan bahwa
proses urbanisasi di Indonesia akan lebih banyak disebabkan migrasi desa-kota.
Perkiraan ini didasarkan pada makin rendahnya pertumbuhan alamiah penduduk
di daerah perkotaan, relatif lambannya perubahan status dari daerah pedesaan
menjadi daerah perkotaan, serta relatif kuatnya kebijaksanaan ekonomi dan
pembangunan yang “urban bias”, sehingga memperbesar daya tarik daerah
perkotaan bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan . Itulah sebabnya di
masa mendatang, isu urbanisasi dan mobilitas atau migrasi penduduk menjadi
sulit untuk dipisahkan dan akan menjadi isu yang penting dalam kebijaksanaan
kependudukan di Indonesia.
Jika di masa lalu dan dewasa ini, isu kelahiran (fertilitas) dan kematian
(mortalitas) masih mendominasi kebijaksanaan kependudukan, di masa
mendatang manakala tingkat kelahiran dan kematian sudah menjadi rendah,
ukuran keluarga menjadi kecil, dan sebaliknya kesejahteraan keluarga dan
9
masyarakat meningkat, maka keinginan untuk melakukan mobilitas bagi sebagian
besar penduduk akan semakin meningkat dan terutama yang menuju daerah
perkotaan.
Jika pada tahun 1980 migran di Indonesia berjumlah 3,7 juta jiwa, maka
angka tersebut meningkat menjadi 5,2 juta jiwa pada tahun 1990 dan sedikit
menurun menjadi 4,3 juta jiwa pada periode 1990-1995. Secara kumulatif
diketahui bahwa sampai tahun 1980, jumlah penduduk Indonesia yang pernah
melakukan migrasi adalah 11,4 juta jiwa, sedangkan pada tahun 1990 angka
tersebut meningkat menjadi 17,8 juta jiwa.
Lebih lanjut, data survei penduduk antarsensus (Supas) 1995 memperlihatkan
bahwa tingkat urbanisasi di Indonesia pada tahun 1995 adalah 35,91 persen yang berarti
bahwa 35,91 persen penduduk Indonesia tinggal di daerah perkotaan. Tingkat ini telah
meningkat dari sekitar 22,4 persen pada tahun 1980 yang lalu. Sebaliknya proporsi
penduduk yang tinggal di daerah pedesaan menurun dari 77,6 persen pada tahun 1980
menjadi 64,09 persen pada tahun 1995.
Meningkatnya proses urbanisasi tersebut tidak terlepas dari kebijaksanaan
pembangunan perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang dikembangkan
oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui peningkatan jumlah penduduk akan
berkorelasi positif dengan meningkatnya urbanisasi di suatu wilayah. Ada
kecenderungan bahwa aktivitas perekonomian akan terpusat pada suatu area yang
memiliki tingkat konsentrasi penduduk yang cukup tinggi. Hubungan positif
antara konsentrasi penduduk dengan aktivitas kegiatan ekonomi ini akan
menyebabkan makin membesarnya area konsentrasi penduduk, sehingga
menimbulkan apa yang dikenal dengan nama daerah perkotaan.
10
Di sini dapat dilihat adanya keterkaitan timbal balik antara aktivitas
ekonomi dengan konsentrasi penduduk. Para pelaku ekonomi cenderung
melakukan investasi di daerah yang telah memiliki konsentrasi penduduk yang
tinggi serta memiliki sarana dan prasarana yang lengkap. Karena dengan demikian
mereka dapat menghemat berbagai biaya, antara lain biaya distribusi barang dan
jasa. Sebaliknya, penduduk akan cenderung datang kepada pusat kegiatan
ekonomi karena di tempat itulah mereka akan lebih mudah memperoleh
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan . Dengan demikian, urbanisasi
merupakan suatu proses perubahan yang wajar dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan penduduk atau masyarakat.
Jika urbanisasi merupakan suatu proses perubahan yang wajar, mengapa
proses urbanisasi tetap harus dikendalikan atau diarahkan? Ada dua alasan
mengapa urbanisasi perlu diarahkan.
Pertama, pemerintah berkeinginan untuk sesegera mungkin meningkatkan
proporsi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini berkaitan dengan
kenyataan bahwa meningkatnya penduduk daerah perkotaan akan berkaitan erat
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara. Data memperlihatkan bahwa
suatu negara atau daerah dengan tingkat perekonomian yang lebih tinggi, juga
memiliki tingkat urbanisasi yang lebih tinggi, dan sebaliknya. Negara-negara
industri pada umumnya memiliki tingkat urbanisasi di atas 75 persen. Bandingkan
dengan negara berkembang yang sekarang ini. Tingkat urbanisasinya masih
sekitar 35 persen sampai dengan 40 persen saja.
11
Kedua, terjadinya tingkat urbanisasi yang berlebihan, atau tidak terkendali,
dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada penduduk itu sendiri. Ukuran
terkendali atau tidaknya proses urbanisasi biasanya dikenal dengan ukuran
primacy rate, yang kurang lebih diartikan sebagai kekuatan daya tarik kota
terbesar pada suatu negara atau wilayah terhadap kota-kota di sekitarnya. Makin
besar tingkat primacy menunjukkan keadaan yang kurang baik dalam proses
urbanisasi. Sayangnya data mutahir mengenai primacy rate di Indonesia tidak
tersedia.
Dari beberapa hasil penelitian banyaknya perpindahan penduduk dari
daerah pedesaan ke kota adalah karena adanya daya dorong dari desa seperti,
rendahnya penghasilan per kapita, pengangguran baik yang nyata ada maupun
tersembunyi, kurangnya atau tidak adanya pemilikan tanah. Selain itu juga adanya
daya tarik kota, seperti kesempatan kerja dengan upah yang menarik, daya beli
penduduk, kesempatan bersekolah atau kesempatan mengikuti kursus-kursus
ketrampilan di bidang teknik ataupun di bidang administrasi. Kota dapat
dimanfaatkan untuk berwiraswasta atau penawaran jasa lainnya.
Pendeknya para urbanit merasa bahwa pindah ke kota berarti perbaikan
nasib, walaupun keadaan ini tidak selalu dapat tercapai bagi setiap urbanit.
B. Dampak Urbanisasi
Apabila diinventarisasi problema akibat urbanisasi maka akan dapat dilihat
bahwa jumlahnya tidak sedikit. Misalnya saja dapat disebutkan disini:
- Kepadatan penduduk kota yang menimbulkan masalah kesehatan lingkungan,
masalah kesehatan lingkungan, masalah perumahan, masalah persampahan.
12
- Pertambahan penduduk kota yang menimbulan masalah kesempatan dan
mendapatkan pekerjaan yang layak dan memadai, masalah pengangguran dan
gelandangan, sehingga meningkatkan tingkat kriminalitas.
- Penyempitan ruang dengan segala akibat negatifnya di kota karena banyaknya
orang, bertambahnya bangunan untuk perumahan, perkantoran, kegiatan
industri, dan bertambahnya kendaraan bermotor yang terus menerus
membanjiri kota-kota di negara berkembang.
- Masalah lalu lintas, kemacetan jalan, dan masalah parker yang menghambat
kelancaran kota.
- Industrialisasi di kota yang menimbulkan polusi udara, polusi air, dan polusi
kebisingan.
- Desa yang ditinggalkan urbanit potensial menjadi tak berkembang karena
sumber daya manusia yang memiliki potensi besar telah berpindah ke kota.
- Tak berkembangnya desa menyebabkan masyarakat di desa mengalami
kemunduran dan tertinggal dari modernisasi.
- Desa menjadi daerah yang tak menarik sehingga pembangunan desa tak dapat
berjalan.
- Potensi yang terdapat di desa tak dapat di eksplorasi karena sumber daya yang
ada di desa lebih memilih bermigrasi ke kota demi meraih cita-cita, padahal
dengan mengeksplorasi sumber daya desa dapat membangun desa menjadi
lebih maju.
- Sumber daya manusia yang telah berpindah dapat menimbulkan ketahanan
pangan negara menurun. Hal ini disebabkan karena sumber daya manusia
13
yang berada di desa telah berpindah ke kota sehingga pekerjaan di bidang
agraris yang pada umunya ada di desa ditinggalkan dan ketahanan pangan
menjadi menurun.
Akibat dari pengembangan dan pembangunan dapat menimbulkan
berbagai jenis dampak lingkungan hidup baik yang positif maupun yang negatif.
Dampak lingkungan kota yang bersifat negatif dapat timbul di berbagai kota-kota
di dunia dan terutama di negara berkembang, termasuk kota-kota di Indonesia.
Gangguan terhadap kualitas lingkungan hidup adalah karena adanya
ketimpangan interaksi antara manusia dan lingkungannya.
Adapun dampak lingkungan kota yang berkaitan dengan urbanisasi adalah
antara lain:
(1) Pertambahan penduduk kota yang begitu cepat, sudah sulit diikuti dengan
kemampuan daya dukung kotanya. Ruang utuk tempat tinggal, ruang untuk
kelancaran lalu lintas kendaraan dan tempat parkir kendaraan bermotor sudah
sangat dirasakan sangat kurang.
(2) Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri
kota dengan tidak henti-hentinya, menimbulkan berbagai polusi dan
pencemaran seperti polusi udara dan polusi suara.
(3) Pengembangan industri di kota atau dekat kota menghasilkan bahan sisa
industri (limbah) yang harus di buang. Limbah yang tidak diproses secara
baik dapat mengkontaminasi lingkungan. Gejala kerusakan atau kemunduran
lingkungan di kota sudah diresahkan di berbagai kota. Beberapa sinyalemen
telah dapat kita dengar dan kit abaca melalui media massa.
14
(4) Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi. Banyaknya gelandangan,
pengemis,berbagai bentuk kenakalan dan kejahatan (kriminalitas).
C. Solusi untuk Meminimalisasi Urbanisasi
1. Kebijaksanaan Urbanisasi di Indonesia
Ada dua kelompok besar kebijaksanaan pengarahan urbanisasi di
Indonesia yang saat ini sedang dikembangkan.
Pertama, mengembangkan daerah-daerah pedesaan agar memiliki ciri-
ciri sebagai daerah perkotaan. Upaya tersebut sekarang ini dikenal dengan
istilah “urbanisasi pedesaan “.
Kedua, mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru,
atau dikenal dengan istilah “daerah penyangga pusat pertumbuhan”.
Kelompok kebijaksanaan pertama merupakan upaya untuk
“mempercepat” tingkat urbanisasi tanpa menunggu pertumbuhan ekonomi,
yaitu dengan melakukan beberapa terobosan yang bersifat “non-ekonomi”.
Bahkan perubahan tingkat urbanisasi tersebut diharapkan memacu tingkat
pertumbuhan ekonomi. Untuk itu perlu didorong pertumbuhan daerah
pedesaan agar memiliki ciri-ciri perkotaan, namun tetap “dikenal” pada
nuansa pedesaan. Dengan demikian, penduduk daerah tersebut dapat
dikategorikan sebagai “orang kota” walaupun sebenarnya mereka masih
tinggal di suatu daerah yang memiliki nuansa pedesaan.
Beberapa cara yang sedang dikembangkan untuk mempercepat
tingkat urbanisasi tersebut antara lain dengan “memodernisasi” daerah
pedesaan sehingga memiliki sifat-sifat daerah perkotaan. Pengertian
15
“modernisasi” daerah pedesaan tidak semata-mata dalam arti fisik, seperti
misalnya membangun fasilitas perkotaan, namun membangun penduduk
pedesaan sehingga memiliki ciri-ciri modern penduduk perkotaan. Dalam
hubungan inilah lahir konsep “urbanisasi pedesaan”. Konsep “urbanisasi
pedesaan” mengacu pada kondisi di mana suatu daerah secara fisik masih
memiliki ciri-ciri pedesaan yang “kental”, namun karena “ciri penduduk”
yang hidup didalamnya sudah menampakkan sikap maju dan mandiri,
seperti antara lain mata pencaharian lebih besar di nonpertanian, sudah
mengenal dan memanfaatkan lembaga keuangan, memiliki aspirasi yang
tinggi terhadap dunia pendidikan, dan sebagainya, sehingga daerah tersebut
dapat dikategorikan sebagai daerah perkotaan.
Dengan demikian, apa yang harus dikembangkan adalah membangun
penduduk pedesaan agar memiliki ciri-ciri penduduk perkotaan dalam arti
positif tanpa harus merubah suasana fisik pedesaan secara berlebihan.
Namun, daerah pedesaan tersebut sudah dapat dikategorikan sebagai daerah
perkotaan. Sudah barang tentu bersamaan dengan pembangunan penduduk
pedesaan tersebut diperlukan sistem perekonomian yang cocok dengan
potensi daerah pedesaan itu sendiri. Jika konsep urbanisasi pedesaan seperti
di atas dapat dikembangkan dan disepakati, maka tingkat urbanisasi di
Indonesia dapat dipercepat perkembangannya tanpa merusak suasana
tradisional yang ada di daerah pedesaan dan tanpa menunggu pertumbuhan
ekonomi yang sedemikian tinggi. Bahkan sebaliknya, dengan munculnya
“para penduduk” di daerah “pedesaan” yang “bersuasana perkotaan”
16
tersebut, mereka dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi dengan tetap
mempertahankan aspek keserasian, keseimbangan, dan keselarasan antara
tuntutan pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan ekosistem serta
lingkungan alam.
Kelompok kebijaksanaan kedua merupakan upaya untuk
mengembangkan kota-kota kecil dan sedang yang selama ini telah ada
untuk mengimbangi pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan. Pada
kelompok ini, kebijaksanaan pengembangan perkotaan diklasifikasikan ke
dalam tiga bagian, yaitu:
(a) Kebijaksanaan ekonomi makro yang ditujukan terutama untuk
menciptakan lingkungan atau iklim yang merangsang bagi
pengembangan kegiatan ekonomi perkotaan. Hal ini antara lain
meliputi penyempurnaan peraturan dan prosedur investasi,
penetapan suku bunga pinjaman dan pengaturan perpajakan bagi
peningkatan pendapatan kota;
(b) Penyebaran secara spesial pola pengembangan kota yang
mendukung pola kebijaksanaan pembangunan nasional menuju
pertumbuhan ekonomi yang seimbang, serasi dan berkelanjutan,
yang secara operasional dituangkan dalam kebijaksanaan tata
ruang kota/ perkotaan, dan
(c) Penanganan masalah kinerja masing-masing kota.
Dengan demikian, kebijaksanaan pengembangan perkotaan di
Indonesia dewasa ini dilandasi pada konsepsi yang meliputi: (i) pengaturan
17
mengenai sistem kota-kota; (ii) terpadu; (iii) berwawasan lingkungan, dan
(iv) peningkatan peran masyarakat dan swasta. Dengan makin terpadunya
sistem-sistem perkotaan yang ada di Indonesia, akan terbentuk suatu
hierarki kota besar, menengah, dan kecil yang baik sehingga tidak terjadi
“dominasi” salah satu kota terhadap kota-kota lainnya.
Urbanisasi merupakan proses yang wajar dan tidak perlu dicegah
pertumbuhannya. Karena, proses urbanisasi tersebut dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Namun demikian, proses urbanisasi
tersebut perlu diarahkan agar tidak terjadi tingkat primacy yang berlebihan.
Pada saat ini pemerintah telah mengembangkan dua kelompok
kebijaksanaan untuk mengarahkan proses urbanisasi, yaitu
mengembangkan apa yang dikenal dengan istilah “urbanisasi pedesaan”
dan juga mengembangkan “pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru”.
Diharapkan dengan makin bertumbuhnya daerah pedesaan dan juga
menyebarnya daerah-daerah pertumbuhan ekonomi, sasaran untuk
mencapai tingkat urbanisasi sebesar 75 % pada akhir tahun 2025, dan
dibarengi dengan makin meratanya persebaran daerah perkotaan, akan
dapat terwujud.
Upaya lain dalam meminimalisasi urbanisasi dengan cara
pembangunan daerah pedesaan. Dengan pembangunan pedesaan dan
moderinsasi daerah desa sehingga tercipta lapangan kerja baru dan
kehidupan yang layak bagi masyarakat pedesaan. Upaya pencapaian target
pembangunan wilayah pedesaan dihadapkan pada banyak tantangan yang
18
sangat berbeda motif jika dibandingkan jika dengan masa lalu. Tantangan
pertama berhubungan dengan keadaaan eksternal, seperti perkembangan
arah perdagangan global yang berhubungan dengan pembebasan aliran
investasi. Adapun yang kedua bersifat internal, yaitu yng berkaitan dengan
perubahan kondisi makro dan mikro dalam negeri. Tantangan internal
mencakup sumber daya alam, masalah iptek, masalah investasi dan
permodalan, transformasi struktur ekonomi, masalah migrasi spasial dan
sektoral, ketahanan pangan, serta masalah ketersediaan lahan pertanian.
Cara peningkatan mutu, hasil produksi pertanian dan jumlah kapasitas
produksi pertanian merupakan salah satu cara membangun pedesaan. Cara
peningkatan mutu dapat digunakan ekstensifikasi pertanian dan
intensifikasi pertanian.
Ekstensifikasi pertanian adalah dengan cara menambah atau
memperluas faktor-faktor produksi yang telah ada, antara lain meliputi
penambahan atau perluasan terhadap lahan baru, jumlah tenaga kerja dan
jumlah modal.
Intensifikasi pertanian adalah dengan cara meningkatkan
produktivitas faktor-faktor produksi yang telah ada. Intensifikasi ini dapat
dilakukan dengan cara yaitu penggunaan teknik-teknik baru dalam
pertanian, meningatkan kualitas bibit tanam, penggunaan produk baru, dan
meningkatkan kualitas tenaga kerja.
Upaya kedua adalah memanfaatkan ekonomi kerakyatan, yaitu
memanfaatkan potensi kemampuan rakyat untuk memproduksi, distribusi,
19
atau konsumsi. Dalam hal ini, masyarakat dapat mengawasi dan
mengendalikan berlangsungnya proses produksi. Sektor ekonomi rakyat
tidak terhitung jumlahnya, diantaranya seperti usaha kecil, menengah, dan
koperasi (UKMK).
Upaya ketiga adalah menggagas pedesaan menuju agroindustri.
Pembangunan desa dengan mengedepankan konsep argoindustri akan
menjadi sangat penting dengan dengan penyediaan dan penyaluran sarana
produksi, penyediaan dana, dan investasi, teknologi, serta dukungan system
tata niaga, dan perdagangan yang efektif. Pengembangan agroindustri pada
dasarnya diharapkan dapat memacu pertumbuhan tingkat ekonomi, juga
sekaligus diarahkan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan
petani di pedesaan.
Upaya terakhir adalah pembangunan desa yang progresif. Kebijakan
pemerintah mengenai pembangunan di wilayah pedesaan harus memberi
perhatian khusus untuk merestrukturisasi pengelolaan kekayaan di wilayah
pedesaan. Restrukturisasi (penataan kembali) lebih diarahkan pada
pendayagunaan secara ekonomi dan memperhatikan keadaan lingkungan.
Pendayagunaan kedua aspek ini harus dipandang sebagai keadaan yang
saling memengaruhi sehingga tingkat keberhasilannya dilihat dari indicator,
seperti lestarinya lingkungan sekitar, penggunaan sumber daya alam yang
tepat, peningkatan kesempatan kerja masyarakat desa, membangkitkan
ekonomi nasional, dan membangun jiwa kemandirian.
20
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dibuat dan dipaparkan sebelumnya, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Dalam pengertian yang sesungguhnya, urbanisasi berarti persentase penduduk
yang tinggal di daerah perkotaan. Sedangkan mereka yang awam dengan ilmu
kependudukan seringkali mendefinisikan urbanisasi sebagai perpindahan
penduduk dari desa ke kota. Padahal perpindahan penduduk dari desa ke kota
hanya salah satu penyebab proses urbanisasi, di samping penyebab-penyebab
lain seperti pertumbuhan alamiah penduduk perkotaan, perluasan wilayah,
maupun perubahan status wilayah dari daerah pedesaan menjadi daerah
perkotaan, dan semacamnya itu.
2. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
a) Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
b) Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
c) Banyak lapangan pekerjaan di kota
d) Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng
e) Pengaruh buruk sinetron Indonesia
f) Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas
3. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
a) Lahan pertanian yang semakin sempit
b) Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
c) Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
21
d) Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
e) Diusir dari desa asal
f) Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
4. Dampak Urbanisasi
c) Kepadatan penduduk kota yang menimbulkan masalah kesehatan
lingkungan, masalah kesehatan lingkungan, masalah perumahan, masalah
persampahan.
d) Pertambahan penduduk kota yang menimbulan masalah kesempatan dan
mendapatkan pekerjaan yang layak dan memadai, masalah pengangguran
dan gelandangan, sehingga meningkatkan tingkat kriminalitas.
e) Penyempitan ruang dengan segala akibat negatifnya di kota karena
banyaknya orang, bertambahnya bangunan untuk perumahan, perkantoran,
kegiatan industri, dan bertambahnya kendaraan bermotor yang terus
menerus membanjiri kota-kota di negara berkembang.
f) Masalah lalu lintas, kemacetan jalan, dan masalah parker yang
menghambat kelancaran kota.
g) Industrialisasi di kota yang menimbulkan polusi udara, polusi air, dan
polusi kebisingan.
h) Desa yang ditinggalkan urbanit potensial menjadi tak berkembang karena
sumber daya manusia yang memiliki potensi besar telah berpindah ke
kota.
i) Tak berkembangnya desa menyebabkan masyarakat di desa mengalami
kemunduran dan tertinggal dari modernisasi.
22
j) Desa menjadi daerah yang tak menarik sehingga pembangunan desa tak
dapat berjalan.
k) Potensi yang terdapat di desa tak dapat di eksplorasi karena sumber daya
yang ada di desa lebih memilih bermigrasi ke kota demi meraih cita-cita,
padahal dengan mengeksplorasi sumber daya desa dapat membangun desa
menjadi lebih maju.
l) Sumber daya manusia yang telah berpindah dapat menimbulkan ketahanan
pangan negara menurun. Hal ini disebabkan karena sumber daya manusia
yang berada di desa telah berpindah ke kota sehingga pekerjaan di bidang
agraris yang pada umunya ada di desa ditinggalkan dan ketahanan pangan
menjadi menurun.
23
SARAN
Melihat betapa besar dampak dari urbanisasi ini, saya berharap kepada
pemerintah agar :
1. Pemerintah dapat membuat kebijakan yang sangat adil dan sangat tepat dalam
menanggapi masalah ini. Memang sulit menyelesaikan masalah ini karena
telah mendarah daging pada pemikiran masyarakat Indonesia.
2. Mengembangkan daerah-daerah pedesaan agar memiliki ciri-ciri sebagai
daerah perkotaan, namun tetap mempertahankan suasana khas desa yang asri.
3. Meningkatkan mutu hasil produksi pertanian, karena sebagian besar
masyarakat pedesaan bermatapencahariaan sebagai petani dan jumlah
kapasitas produksi pertanian merupakan salah satu cara membangun pedesaan.
Cara peningkatan mutu dapat digunakan ekstensifikasi pertanian dan
intensifikasi pertanian.
4. Membangun perekonomian kerakyatan pada penduduk desa.
5. Menggagas pedesaan menuju agroindustri sehingga membuka kesempatan
kerja dan meningkatkan pendapatan petani, serta meningkatkan kualitas
lingkungan.
6. Membangunan desa secara progressif.
7. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai urbanisasi dan
dampaknya, agar pengetahuan masyarakat bertambah dan kesadaran mereka
akan urbanisasi akan terbuka, sehingga hasrat untuk berurbanisasi akan
berkurang.
24
DAFTAR PUSTAKA
Bintarto, R. 1986. Urbanisasi dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Permana, Hadi. 2007. Desaku Sayang Desaku Malang. Bandung : CV. Nuansa
Citra Grafika.
Sirait, Robby Alexander. 2007. Urbanisasi dan Perkembangan Perkotaan di
Indonesi
a.http://robbyalexandersirait.wordpress.com/2007/10/05/urbanisasi-
mobilitas-dan-perkembangan-perkotaan-di-indonesia. Diakses tanggal 8
Maret 2011.
Wikipedia. 2010. Urbanisasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Urbanisasi. Diakses
tanggal 8 Maret 2011