UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF...

148
UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF EDUCATION (SEAMEO) DALAM MEWUJUDKAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) POIN 4.2 PERIODE 2017-2018 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) oleh: Wina Sumiati 11141130000038 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF...

Page 1: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF

EDUCATION (SEAMEO) DALAM MEWUJUDKAN

SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) POIN

4.2 PERIODE 2017-2018

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh:

Wina Sumiati

11141130000038

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018

Page 2: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF EDUCATION (SEAMEO)

DALAM MEWUJUDKAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS

(SDGs) POIN 4.2 PERIODE 2017-2018

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Tangerang Selatan, 01 Oktober 2018

Wina Sumiati

Page 3: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Wina Sumiati

NIM : 11141130000038

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF EDUCATION (SEAMEO) DALAM

MEWUJUDKAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) POIN 4.2

PERIODE 2017-2018

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Tangerang Selatan, 05 Oktober 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Ahmad Alfajri, MA Ahmad Alfajri, MA

NIP. NIP.

Page 4: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF EDUCATION (SEAMEO)

DALAM MEWUJUDKAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS

(SDGs) POIN 4.2 PERIODE 2017-2018

oleh

Wina Sumiati

11141130000038

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal

16 Oktober 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

Ahmad Alfajri, MA

NIP. Eva Mushoffa, MHSPS

NIP.

Penguji I, Penguji II,

Rahmi Fitriyanti, M.Si

NIP.197709142011012004

Febri Dirgantara Hasibuan, MM

NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 16 Oktober

2018.

Ketua Program Studi Hubungan Internasional

FISIP UIN Jakarta

Ahmad Alfajri, MA

NIP.

Page 5: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis upaya yang dilakukan organisasi pendidikan se-Asia

Tenggara (SEAMEO) dalam mewujudkan tujuan global PBB (SDGs) poin 4.2

periode 2017-2018. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan beberapa

upaya dengan memfokuskan pada penyediaan layanan ECCE berkualitas melalui

pembetukan SEAMEO CECCEP di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2030.

Dalam penulisannya, skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang

bersifat deskriptif analitis dengan teknik pengumpulan data primer dan sekunder.

Perspektif Konsruktivisme, teori People Centered Development, konsep Human

Development, konsep Organisasi Internasional, dan konsep Sustainable

Development digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dengan

mengaitkan teori dan konsep tersebut, hasil penelitian pun dipaparkan menjadi

sebuah analisis ilmiah. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teori dan

konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan SEAMEO

sebagai organisasi regional di bidang pendidikan dalam mewujudkan ECCE

berkualitas di kawasan adalah dengan membentuk pusat kajian khusus yang

menangani pendidikan anak usia dini, yakni SEAMEO Regional Center for Early

Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP). Dalam

mewujudkan tujuan tersebut, pusat kajian ini memiliki tiga program utama, yakni

research and development (penelitian dan pengembangan), capacity building

(peningkatan kapasitas), dan advocacy and partnership (advokasi dan kerjasama).

Beberapa upaya, seperti seminar dan survei telah dilakukan sebagai langkah awal

memulai program. Saat ini, SEAMEO CECCEP memiliki 12 judul penelitian dan

akan didanai oleh pusat kajian ini dalam proses penelitiannya. Sedangkan untuk

peningkatan kapasitas, SEAMEO CECCEP akan mengembangkan 12 model

pembelajaran terpilih untuk melatih guru-guru ECCE di Asia Tenggara. Terakhir,

dalam bidang advokasi dan kerjasama, 1 Desember 2018 mendatang, SEAMEO

CECCEP akan mengadakan Memorandum of Undersanding (MoU) dengan Asia-

Pacific Regional Network for Early Childhood (ARNEC), Politechnic University

of Philippine, dan Aide et Action Internasional. Pada bagian akhir, penulis

memberi pandangan mengenai pentingnya kerjasama dengan Organisation

Mondiale pour l’Education Prescolaire (OMEP) agar dapat turut mempercepat

pencapaian target SDGs perihal penyediaan layanan ECCE yang bebas dan

berkualitas di kawasan Asia Tenggara. Sejauh ini, upaya tersebut dapat dikatakan

tepat dilakukan SEAMEO untuk mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan

di Asia Tenggara.

Keywords: SEAMEO, SEAMEO CECCEP, SDGs, ECCE, Asia Tenggara,

Konstruktivisme, Organisasi Internasional.

Page 6: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Puji serta syukur selalu penulis panjatkan pada

Allah SWT atas setiap kucuran nikmat dan limpahan karunia-Nya sehingga bisa

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat dan salam penulis haturkan pada

Sang Revolusioner Islam, Nabi Muhammad SAW.

Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan

dan bantuan, baik yang bersifat materi maupun nonmateri dari beberapa pihak.

Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Kedua orangtua penulis, yakni Alm. Bapak Ace Sulaeman dan Ibu

Herawati yang selalu memberikan kasih sayang dan doa-doa

terbaiknya demi kebahagiaan dan keberhasilan penulis. Kakak-kakak

penulis, Heni Susanti, Yudi, Aceng Saefullah, dan Apong Siti Saadah

yang telah dan selalu dengan rela membagi waktu dan materinya untuk

membantu keberhasilan penulis dalam proses belajar dan mencapai

cita-cita.

2. Dosen pembimbing, Pak Ahmad Alfajri, MA yang dengan penuh

kesabaran dan pemakluman telah membimbing secara langsung proses

penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Ahmad Alfajri, MA. selaku Ketua Program Studi llmu

Hubungan Internasional sekaligus Ketua Sidang, Ibu Eva Mushoffa,

MHSPS. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional sekaligus Sekretaris Sidang, Bapak Irfan R. Hutagalung,

LLM., selaku Pembimbing Akademik, Ibu Rahmi Fitriyanti, M.Si

selaku Penguji Skripsi I, Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, MM

selaku Penguji Skripsi II, Bapak Jajang, dan Ibu Rida selaku Bagian

Akademis, beserta seluruh Dosen Pengajar dan Staf di Program Studi

Ilmu Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah membantu penulis dalam proses pembelajaran.

4. Teman-teman dan sahabat yang selalu kompak semasa kuliah,

terkhusus untuk Putri Larasati, Saleha Mufida, Intan Nurannisa, Eva

Asmannisa, Ida Nur Jannah, Ulfah Nurazizah, Ulfah Rahmadiyanti,

Tiara Nurul Fikriyah, Dede Yati, Zsahwa Maula, Sayyida, Ervin

Bagus, dan Ilmiyati Nufus. Terima kasih atas setiap canda dan tawa

Page 7: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

vi

yang selalu menghiasi persahabatan kita. Semoga kita bisa sukses di

bidang yang kita senangi.

Beserta seluruh pihak yang berperan penting dalam penyusunan skripsi ini

tetapi tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis berharap segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan

mendapat balasan terbaik dari Allah SWT. Semoga skripsi yang telah diselesaikan

ini dapat memberi manfaat, baik untuk penulis sendiri maupun untuk pembaca

serta menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya. Aamiin.

Tangerang Selatan, 23 September 2018

Wina Sumiati

Page 8: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .............................................. iii

ABSTRAK ......................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vii

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Pernyataan Masalah ............................................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................................... 10

C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian ......................................................................... 10

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 11

E. Kerangka Pemikiran ........................................................................................... 15

1. Perspektif Konstruktivisme ............................................................................ 15

2. Teori People Centered Development .............................................................. 20

3. Konsep Human Development ......................................................................... 22

4. Konsep Sustainable Development .................................................................. 25

5. Konsep Peranan Organisasi Internasional ...................................................... 28

F. Metode Penelitian ............................................................................................... 29

G. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 31

Page 9: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

viii

BAB II SEAMEO SEBAGAI FASILITATOR LAYANAN PENDIDIKAN DI

ASIA TENGGARA ........................................................................................................... 34

A. SEAMEO sebagai Organisasi Regional Bidang Pendidikan di Asia

Tenggara ............................................................................................................. 34

B. Early Childhood Care and Education (ECCE) sebagai Salah Satu Seven

Priority Areas SEAMEO .................................................................................... 39

C. Perkembangan Early Childhood Care and Education (ECCE) di Asia

Tenggara ............................................................................................................. 41

BAB III SDGs DAN ISU SENTRAL EARLY CHILDHOOD CARE AND

EDUCATION (ECCE) DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL ........................... 63

A. Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai Agenda PBB Tahun

2030 .................................................................................................................... 64

B. Early Childhood Care and Education (ECCE) sebagai Salah Satu Poin

SDGs ................................................................................................................... 69

C. Early Childhood Care and Education (ECCE) untuk Ketahanan

(Sustainability) sebagai Proyek Dunia Organisation Mondiale pour

l’Education Prescolaire (OMEP) ....................................................................... 80

BAB IV ANALISIS UPAYA SEAMEO DALAM MEWUJUDKAN

SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) POIN 4.2 PERIODE

2017-2018 ........................................................................................................................... 85

A. Research and Development (Penelitian dan Pengembangan) .......................... 92

B. Capacity Building (Peningkatan Kapasitas) ..................................................... 102

C. Advocacy and Partnership (Advokasi dan Kerjasama) ................................... 106

BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 111

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 111

B. Saran ................................................................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ xiv

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................... xxii

Page 10: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik III.C.1. Tingkat Kehadiran Anak Usia Dini di Program-program Pra-

Sekolah Dasar dari Tahun 1990-1998……………………………………………45

Grafik III.C.2. Tingkat Kehadiran Anak Usia Dini di Program-program Pra-

Sekolah Dasar dari Tahun 1999-2005……………………………………………46

Page 11: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.E.1. Segitiga Pembangunan Berkelanjutan—Elemen Pokok dan

Interkoneksi………………………………………………………………………27

Gambar III.A.2. Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia

Tenggara………………………………………………………………………….39

Gambar IV.A.3. Scheme of Study of IFMP………………………………...…….98

Gambar IV.B.4. The ECCE Teacher Competency Framework for Southeast

Asia.......................................................................................................................104

Page 12: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Poin SDGs………………………………………………………...xxix

Lampiran 2 Daftar 24 Pusat Kajian SEAMEO………………………………....xxx

Lampiran 3 ECCE PROGRAM FIVE YEARS DEVELOPMENT PLAN (2017-

2021)…………………………………………………………………………....xxx

Lampiran 4 Daftar Judul dan Peneliti Penerima Research Grants SEAMEO

CECCEP 2018……………………………………………………………….....xxxi

Lampiran 5 Daftar Model Pembelajaran Terpilih Tahap I……………………xxxii

Lampiran 6 Hasil Wawancara dengan Direktur Deputi Program SEAMEO

CECCEP……………………………………………………………………...xxxiii

Page 13: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xii

DAFTAR SINGKATAN

AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome

ARNEC Asia-Pacific Regional Network for Early Childhood

ASEAN Association of Southeast Asian Nations

ASI Air Susu Ibu

Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BCC Behaviour Change Communication

BKB Bina Keluarga Balita

CBHA Community-Based Health Activities

ECCE Early Childhood Care and Education

ESD Education for Sustainable Development

EFA Education for All

FAMRI Flight Attendant Medical Research Institute

FGD Forum Group Discussion

FYDP Five-Year Development Plan

HIMPAUDI Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Anak Usia Dini Indonesia

HIV Human Immunodeficiency Virus

ICDE International Council for Open and Distance

Education

IGTKI Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia

IPB Institut Pertanian Bogor

IYCF Infant and Young Child Feeding

KB Kelompok Bermain

MDGs Millennium Development Goals

MIND Munasinghe Institute for Development

MoU Memorandum of Understanding

NGO Non-Governmental Organization

ODL Open and Distance Learning

OMEP Organisation Mondiale pour l’Education

Prescolaire

PAUD Pendidikan Anak Usia Dini

PAUDNI Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan

Informal

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

POSYANDU Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu

PUSKESMAS Pusat Kesehatan Masyarakat

SDA Sumber Daya Alam

SDGs Sustainable Development Goals

SDM Sumber Daya Manusia

Page 14: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xiii

SEAMEO Southeast Asian Ministers of Education

Organization

SEAMEO CECCEP SEAMEO Regional Center for Early Childhood

Care Education and Parenting

SEAMOLEC SEAMEO Regional Open Learning Center

STEPP Survey of Teachers in Pre-Primary Education

TK Taman Kanak-kanak

TPA Taman Penitipan Anak

UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization

UNICEF United Nations Children’s Fund

UNDP United Nations Development Programs

UPI Universitas Pendidikan Indonesia

WCED World Commission on Environment and

Development

WHO World Health Organization

Page 15: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Pembentukan Southeast Asian Ministers of Education Organization

(SEAMEO) sebagai sebuah organisasi regional antarpemerintah di kawasan Asia

Tenggara bertujuan untuk mempromosikan kerjasama dalam bidang pendidikan,

ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.1

Organisasi yang dibentuk pada tahun 1965 ini terus berupaya

mengembangkan potensi sumber daya manusia dan mengeksplor potensi tertinggi

masyarakat Asia Tenggara melalui jalur pendidikan.2 Melalui pendidikan,

diharapkan semua masyarakat di kawasan ini dapat menciptakan kehidupan yang

lebih berkualitas, menjaga kelestarian budaya dan tradisi, mengembangkan

teknologi informasi dan komunikasi, mengentaskan kemiskinan serta mampu

mengolah sumber daya alam dengan baik.3

Agar berbagai tujuan tersebut dapat tercapai, SEAMEO selalu membuat

agenda prioritas yang tentunya disesuaikan dengan situasi regional dan

1 SEAMEO, What is SEAMEO, diakses dari

http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/index.php?option=com_content&view=article&id=90&Itemid=518;

diunduh pada 2 Mei 2018.

2 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI, ASEAN Selayang Pandang,

(ASEAN, 2007), hlm. 84.

3 SEAMEO, What is SEAMEO, diakses dari

http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/index.php?option=com_content&view=article&id=90&Itemid=518;

diunduh pada 2 Mei 2018.

Page 16: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

2

internasional. Agenda prioritas terbaru yang telah disepakati oleh para menteri

pendidikan Asia Tenggara ini adalah Seven Priority Areas yang berlaku dari tahun

2015 sampai 2035.4

Agenda ini dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas pendidikan di kawasan tersebut. Oleh karena itu, diharapkan semua

negara di kawasan Asia Tenggara dapat memberikan perhatian lebih pada

terimplementasinya ketujuh agenda prioritas tersebut agar dapat mempersiapkan

generasi yang mampu bersaing dalam dunia kerja.5

Ada tujuh agenda yang sangat penting untuk diprioritaskan dalam

menjalankan organisasi ini, yakni: pendidikan dan pengasuhan anak usia dini

(early childhood care and education/ECCE), penyebutan berbagai hambatan

dalam pencantuman (addressing barriers to inclusion), kegembiraan dalam

menghadapi keadaan darurat (resiliency in the face of emergencies), promosi

pendidikan dan pelatihan teknis serta kejuruan (promoting technical and

vocational education and training), revitalisasi pendidikan guru (revitalising

teacher education), kepaduan pendidikan tinggi dengan penelitian (harmonising

4 SEAMEO, SEAMEO 7 Prority Areas Implementation by SEAMEO Member Countries, [database

online]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/images/s

tories/Publications/Centers_Pub/SEAMEO_Education_agenda/03%2520SEAMEO%25207%2520Priority%2

520Implementation%2520by%2520Member%2520Countries.pdf&ved=2ahUKEwialpjgjLvdAhUHvo8KHZ

X9D1MQFjACegQICRAB&usg=AOvVaw0OfHWmjgkwOEZDHkugZB6r; diakses pada 24 Juni 2018.

5 SEAMEO, SEAMEO 7 Prority Areas Implementation by SEAMEO Member Countries, [database

online]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/images/s

tories/Publications/Centers_Pub/SEAMEO_Education_agenda/03%2520SEAMEO%25207%2520Priority%2

520Implementation%2520by%2520Member%2520Countries.pdf&ved=2ahUKEwialpjgjLvdAhUHvo8KHZ

X9D1MQFjACegQICRAB&usg=AOvVaw0OfHWmjgkwOEZDHkugZB6r; diakses pada 24 Juni 2018.

Page 17: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

3

higher education and research), dan adopsi kurikulum abad 21 (adopting a 21st

century curriculum).6

Perhatian SEAMEO terhadap pendidikan dan pengasuhan anak usia dini

sebenarnya sudah bermula sejak digelarnya Konferensi Dewan Southeast Asian

Ministers of Education Organization (SEAMEO) yang ke-45 di Cebu, Republik

Filipina pada tahun 2010—setelah sebelumnya kesepuluh negara di Asia tenggara

mengikuti meeting yang diadakan oleh World Health Organization (WHO) dan

United Nations Children’s Fund (UNICEF) di Sri Lanka pada Juli 2009.

Organisasi yang berisikan para menteri pendidikan negara-negara Asia tenggara

ini mulai melihat betapa potensialnya pendidikan dan pengasuhan anak usia dini

bagi tumbuh kembang setiap individu.7

Perkembangan anak usia dini yang merupakan kunci untuk kehidupan

produktif disebut sebagai fase kritis yang dapat menjadi dasar kebahagiaan dan

proses pembelajaran seseorang di masa depan. Berdasarkan penelitian, setengah

dari potensi kecerdasan seseorang berkembang pesat pada usianya yang keempat.8

Intervensi pada anak usia dini ini memiliki efek jangka panjang dan membekas

bagi kapasitas intelektual, kepribadian, dan perilaku sosial. Ketika saja pada usia

6 SEAMEO, SEAMEO Seven Priority Areas + Action Agenda 2016-2020, [database online]; tersedia

di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/images/s

tories/Publications/Centers_Pub/SEAMEO_Education_agenda/04%2520SEAMEO%25207%2520Priority%2

520Areas%2520Implementation%2520by%2520Centres.pdf&ved=2ahUKEwialpjgjLvdAhUHvo8KHZX9D

1MQFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw3-jjZdv5extypuEY6WGNuB; diakses pada 24 Juni 2018.

7 SEAMEO&UNESCO, Southeast Asian Guidelines for Early Childhood Teacher Development and

Management, (Bangkok: SEAMEO Secretariat&UNESCO Bangkok Office), 2016; tersedia di http://unesdoc.unesco.org/images/0024/002443/244370e.pdf; diunduh pada 28 April 2018.

8 Early Childhood Development: The Key to a full and productive life, tersedia di

https://www.unicef.org/dprk/ecd.pdf; diunduh pada 29 April 2018.

Page 18: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

4

ini gagal dalam melakukan investasi, maka akan menyebabkan keterlambatan

dalam proses perkembangannya.9

Beberapa penelitian di bidang ilmu saraf (neuroscience) berhasil

mengungkap bahwa proses pematangan otak dan ketersambungan saraf-saraf

penting berkembang pesat saat seseorang masih berusia dini. Dalam hal ini,

lingkungan mempunyai dampak yang sangat penting dalam menentukan

bagaimana otak dan sistem saraf tumbuh dan berkembang. Selain itu, proses

pembuangan sel saraf berlebih yang tidak mengalami kematangan—yang

berlanjut sampai seorang individu beranjak dewasa—terjadi secara dramatis pada

usia dini.10

Oleh karena itu, jika saja pada masa usia dini seorang anak tidak

mendapatkan stimulasi yang memadai, maka dapat dikatakan merugi karena di

usia selanjutnya otak sudah tidak mampu untuk menyambungkan lagi saraf-saraf

penting tersebut.11

Kurangnya nutrisi yang diberikan pada masa kehamilan sampai dengan usia

satu tahun kehidupan dapat berpengaruh terhadap perkembangan otak dan

mengarah pada kelainan saraf dan perilaku.12

Beberapa fakta telah mengungkap

bahwa seorang bayi yang mendapatkan nutrisi yang bagus dan stimulasi

psikososial yang mencukupi biasanya memiliki fungsi otak yang lebih bagus

9 Early Childhood Development: The Key to a full and productive life, tersedia di

https://www.unicef.org/dprk/ecd.pdf; diunduh pada 29 April 2018.

10 UNICEF, State of the World’s Children, (New York: UNICEF), 2001.

11 World Bank, Brain Development, tersedia di http://www.worldbank.org/children/devstages.html diadaptasi dari http://www.worldbank.org/children/braindev.html.

12 World Bank, Brain Development, tersedia di http://www.worldbank.org/children/devstages.html

diadaptasi dari http://www.worldbank.org/children/braindev.html.

Page 19: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

5

dibandingkan dengan yang sedikit mendapatkan stimulasi pada usianya yang ke-

20.13

Dengan didukung oleh beberapa penelitian di bidang ilmu saraf

(neuroscience), gizi, psikologi kognitif serta pendidikan yang telah dipaparkan

tersebut dan membuktikan bahwa pendidikan serta pengasuhan anak usia dini

yang berkualitas itu penting, organisasi kawasan ini pun pada akhirnya

berkesimpulan untuk menjadikan anak usia dini sebagai salah satu objek utama

yang termasuk ke dalam agenda prioritasnya demi mewujudkan agenda

pembangunan di kawasan Asia Tenggara.14

Proses aktualisasi dari penyadaran akan pentingnya pendidikan dan

pengasuhan anak usia dini ini tidak terjadi dengan instan, namun telah melalui

berbagai upaya perjuangan. Setelah Konferensi Dewan Southeast Asian Ministers

of Education Organization (SEAMEO) yang ke-45 ini terlaksana, UNESCO Asia

dan Pacific Regional Bureau for Education berkolaborasi dengan Sekretariat

SEAMEO untuk menganalisis kebijakan dan sistem untuk guru ECCE di Asia

Tenggara.15

13 World Bank/Consultative Group on ECCE, Early Childhood counts, Programming Resources for

Early Childhood Care and Development; (The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank on behalf on the Consultative Group on ECCD Consortium), 2000.

14 SEAMEO&UNESCO, Southeast Asian Guidelines for Early Childhood Teacher Development and

Management, (Bangkok: SEAMEO Secretariat&UNESCO Bangkok Office), 2016; diakses dari http://unesdoc.unesco.org/images/0024/002443/244370e.pdf; diunduh pada 28 April 2018.

15 SEAMEO&UNESCO, Southeast Asian Guidelines for Early Childhood Teacher Development and

Management, (Bangkok: SEAMEO Secretariat&UNESCO Bangkok Office), 2016; diakses dari

http://unesdoc.unesco.org/images/0024/002443/244370e.pdf; diunduh pada 28 April 2018.

Page 20: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

6

Dalam hal ini, UNESCO mengajukan sebuah proyek berjudul “Early

Childhood Teacher Development in Southeast Asia”. Pengejawantahan dari

proyek ini adalah sebuah panduan untuk manajemen dan perkembangan guru

ECCE di Asia Tenggara yang diberi nama Southeast Asian Guidelines for Early

Childhood Teacher Development and Management dan berhasil dilakukan

verifikasi berkas pada Juli-September 2015.16

Beriringan dengan penyusunan panduan tersebut, pada 28 Agustus 2014,

Komite Eksekutif SEAMEO mensahkan beberapa pesan kunci (key massages)

yang merupakan hasil dari kajian pendidikan yang dilakukan Sekretariat

SEAMEO untuk masa depan Asia Tenggara dengan menggunakan pendekatan

futuristik.17

Kajian pendidikan ini merupakan cikal bakal penyusunan SEAMEO 7

Priority Areas yang sebelumnya telah dibahas dalam SEAMEO Strategic

Dialogue of Education Ministers pada 13 September 2014 di Vientiane, Laos.18

Pendidikan dan pengasuhan anak usia dini termasuk ke dalam tujuh agenda

prioritas yang hendak diperjuangkan SEAMEO ini.

16 SEAMEO&UNESCO, Southeast Asian Guidelines for Early Childhood Teacher Development and

Management, (Bangkok: SEAMEO Secretariat&UNESCO Bangkok Office), 2016; diakses dari http://unesdoc.unesco.org/images/0024/002443/244370e.pdf; diunduh pada 28 April 2018.

17 SEAMEO, SEAMEO 7 Prority Areas Implementation by SEAMEO Member Countries, [database

online]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/images/s

tories/Publications/Centers_Pub/SEAMEO_Education_agenda/03%2520SEAMEO%25207%2520Priority%2

520Implementation%2520by%2520Member%2520Countries.pdf&ved=2ahUKEwialpjgjLvdAhUHvo8KHZ

X9D1MQFjACegQICRAB&usg=AOvVaw0OfHWmjgkwOEZDHkugZB6r; diakses pada 24 Juni 2018.

18 SEAMEO, SEAMEO 7 Prority Areas Implementation by SEAMEO Member Countries, [database

online]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/images/s

tories/Publications/Centers_Pub/SEAMEO_Education_agenda/03%2520SEAMEO%25207%2520Priority%2

520Implementation%2520by%2520Member%2520Countries.pdf&ved=2ahUKEwialpjgjLvdAhUHvo8KHZ

X9D1MQFjACegQICRAB&usg=AOvVaw0OfHWmjgkwOEZDHkugZB6r; diakses pada 24 Juni 2018.

Page 21: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

7

Pada 25 September 2015, untuk pertama kalinya dalam sejarah, PBB

menjadikan perkembangan anak usia dini sebagai bagian dari tujuan

pembangunan global organisasi terbesar di dunia ini.19

Sebuah agenda 2030 yang

kemudian diberi nama Sustainable Development Goals (SDGs) ini dirancang

untuk pembangunan berkelanjutan dengan tiga tujuan rencana aksi—for people,

planet, and prosperity. SDGs merupakan buah dari pemikiran bahwa untuk

menciptakan pembangunan yang simultan antara pembangunan manusia, planet

(bumi), dan kesejahteraan perlu dimulai sejak manusia itu masih berusia dini.

Perumusan mengenai agenda ini tentunya didasarkan pada fakta bahwa kesehatan,

proses pembelajaran, dan perilaku seseorang itu sangat dipengaruhi oleh

kondisinya saat masih berusia dini.20

Pencantuman mengenai pengembangan anak usia dini ini terdapat dalam

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4 (SDGs poin keempat), yakni memastikan

semua orang mendapatkan akses pada pendidikan berkualitas dan kesempatan

belajar sepanjang hayat.21

Poin tersebut kemudian dispesifikasi dalam subpoin 4.2

yang berbunyi: “Pada tahun 2030, menjamin semua anak perempuan dan laki-laki

mendapatkan akses terhadap perkembangan dan pengasuhan anak usia dini,

19 United Nations, Transforming our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development, 2015;

diakses dari https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld/publication; diunduh pada 30 April 2018.

20 ARNEC Connections: Working Together for Early Childhood. Special Edition: Noteworthy Early Childhood Care and Development (ECCD) Practices 2010. Singapore: ARNEC, 2011b.

21 Bappenas&UNICEF, SDG Baseline Report, terdapat di

https://www.unicef.org/indonesia/id/SDG_Baseline_report.pdf; diunduh pada 30 April 2018.

Page 22: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

8

pengasuhan dan pendidikan pra-Sekolah Dasar yang berkualitas sehingga mereka

siap untuk menempuh pendidikan dasar.”22

Hal yang kemudian menjadi target dari pemokusan pada pengembangan

anak usia dini ini adalah adanya keterkaitan yang sangat erat antara upaya

pengembangan anak usia dini berkualitas dengan pencapaian SDGs. Upaya

pengembangan anak usia dini tidak hanya berefek pada transformasi individu saja

tetapi juga pada komunitas dan masyarakat.23

Jika setiap individu mendapatkan

penanganan berkualitas dalam masa perkembangan usia dininya, maka selain akan

membuat individu tersebut menjadi lebih baik juga dapat mentransformasi tatanan

komunitas dan masyarakat menuju ke arah pembangunan. Upaya pengembangan

anak usia dini ini bisa dikatakan sebagai kunci demi mencapai semua tujuan yang

tercantum dalam SDGs. Jika setiap anak usia dini berhasil mendapatkan layanan

perkembangan yang baik, maka bukan hal mustahil pada tahun 2030 dunia akan

menjadi seperti yang ditargetkan dalam SDGs.

Gagasan mengenai pentingnya perhatian terhadap pengembangan anak

usia dini ini pun semakin mendapat dukungan dari berbagai institusi terlebih

setelah disahkannya agenda PBB di tahun 2030 tersebut. World Bank,24

Inter-

22 Bappenas&UNICEF, SDG Baseline Report, terdapat di

https://www.unicef.org/indonesia/id/SDG_Baseline_report.pdf; diunduh pada 30 April 2018.

23 ARNEC Connections: Working Together for Early Childhood. Special Edition: Noteworthy Early Childhood Care and Development (ECCD) Practices 2010. Singapore: ARNEC, 2011b.

24 World Bank, Early Childhood Development, terdapat di

http://www.worldbank.org/en/topic/earlychildhooddevelopment; diunduh pada 30 April 2018.

Page 23: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

9

American Development Bank,25

dan Asian Development Bank saat ini sering

menyoroti program pengembangan anak usia dini dalam portofolio peminjaman.

Selain itu, beberapa badan PBB seperti UNICEF, UNESCO, UNDP, dan WHO

sangat mendukung dalam mewujudkan serta menjamin perkembangan anak usia

dini berkualitas. Upaya yang dilakukan oleh keempat badan PBB tersebut adalah

mengembangkan pengukuran hasil belajar, membuat panduan dan memonitor

berjalannya program.26

Setelah PBB mengakui bahwa perkembangan anak usia dini ini

merupakan suatu hal yang sangat penting dan berkontribusi dalam upaya

mewujudkan agenda 2030-nya, South East Asian Ministers of Education

Organization (SEAMEO) yang merupakan organisasi regional kawasan Asia

Tenggara pun semakin terpacu untuk lebih gencar lagi dalam mempromosikan

pentingnya perhatian pada perkembangan anak usia dini demi mewujudkan

pembangunan, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Beberapa agenda demi

mewujudkan pengembangan anak usia dini berkualitas ini memang sudah

dilakukan SEAMEO sebelum disahkannya agenda global tersebut dan semakin

gencar bahkan dijadikan sebagai salah satu agenda prioritasnya setelah

disahkannya SDGs.

25 Inter-American Development Bank, Early Childhood Development, terdapat di

http://www.iadb.org/en/topics/education/early-childhood-development-ecd-in-latin-america-and-thecaribbean,6458.html; diunduh pada 1 Juni 2018.

26 ARNEC Connections: Working Together for Early Childhood. Special Edition: Noteworthy Early

Childhood Care and Development (ECCD) Practices 2010. Singapore: ARNEC, 2011b.

Page 24: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

10

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

penelitian yang hendak dilakukan ini akan difokuskan untuk menjawab

pertanyaan sebagai berikut:

“Bagaimana upaya Southeast Asian Ministers of Education Organization

(SEAMEO) dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4.2

periode 2017-2018?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Menggambarkan upaya yang dilakukan SEAMEO sebagai sebuah

aktor non-negara secara operasional dalam mewujudkan Early

Childhood Care and Education (ECCE) berkualitas di kawasan

Asia Tenggara.

2. Mengorelasikan upaya SEAMEO dalam hal penyediaan pendidikan

dan pengasuhan anak usia dini berkualitas sebagai salah satu upaya

mewujudkan tujuan SDGs poin keempat, lebih tepatnya 4.2 (poin

keempat, subpoin kedua).

3. Memberikan pemaparan pentingnya pendidikan dan pengasuhan

anak usia dini yang baik dan berkualitas demi mewujudkan

pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development).

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

Page 25: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

11

1. Memberikan preferensi bahwa ilmu hubungan internasional tidak

terbatas pada pembahasan mengenai politik dan keamanan, tetapi

juga pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini yang kini

menjadi suatu hal menarik untuk dibahas karena sangat berkaitan

erat dengan upaya perwujudan salah satu tujuan pembangunan

berkelanjutan (SDGs).

2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dan bahan referensi

untuk penelitian lebih lanjut bagi akademisi yang hendak meneliti

peran aktor non-negara di kawasan Asia Tenggara.

3. Dapat digunakan sebagai bahan pembanding bagi penelitian

selanjutnya dengan cakupan pembahasan yang sama.

D. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa studi terdahulu yang telah membahas mengenai informasi

seputar pengaruh pendidikan dan pengasuhan anak usia dini terhadap

kelangsungan pembangunan berkelanjutan. Dalam penelitian ini, penulis akan

mencoba menganalisis upaya yang dilakukan SEAMEO dalam mewujudkan salah

satu SDGs perihal pendidikan dan pengasuhan anak usia dini di kawasan Asia

Tenggara yang berlangsung dari tahun 2017-2018.

Dengan merujuk pada beberapa literatur yang ada, diharapkan dapat

memberi kontribusi baru, baik untuk melengkapi penelitian yang sudah dilakukan

maupun dijadikan referensi bagi penulis.

Pertama, artikel yang ditulis oleh Jack P. Shonkoff, MD dan Julius B.

Richmond yang merupakan profesor FAMRI di bidang kesehatan dan

Page 26: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

12

perkembangan anak dari Universitas Harvard. Artikel yang berjudul “Investment

in Early Childhood Development Lays the Foundation for a Prosperous and

Sustainable Society” ini terdapat dalam Encyclopedia on Early Childhood

Development halaman 8 dan diterbitkan pada Maret 2011.

Dalam tulisannya, Shonkoff dan Richmond menuturkan bahwa masa usia

dini itu sangat penting untuk diperhatikan. Berbagai pengalaman yang diperoleh

anak, baik dalam hal pendidikan maupun pengasuhan akan berpengaruh terhadap

perilaku, cara belajar, dan kesehatan fisik serta mental dalam jangka panjang dan

akan terbawa sampai dirinya beranjak dewasa.

Seorang anak yang sedari kecil mengalami stres akibat kemiskinan yang

serius, kekerasan atau pun pengabaian, akan mengakibatkan melemahnya proses

pengembangan otak dan secara permanen men-setting sistem respon stres dalam

tubuh secara berlebihan sehingga tidak heran jika pada gilirannya dapat

mengakibatkan penyakit yang kronis.

Memahami mengenai fungsi kerja sistem saraf dengan menyediakan

kondisi yang mendukung bagi perkembangan anak itu lebih efektif dan “murah”

dibandingkan harus menanggung konsekuensi berupa kesengsaraan di kemudian

hari. Pendekatan yang seimbang pada perkembangan emosi, sosial, kognitif, dan

bahasa seorang anak akan berpengaruh pada kesuksesannya di lingkungan

sekolah, dunia kerja, dan komunitas.

Pada masa kanak-kanak, setiap lingkungan tempat dirinya berada dan

belajar, kualitas hubungannya dengan orang dewasa dan para pengasuh memiliki

pengaruh yang sangat signifikan bagi perkembangan kognitif, emosional, dan

Page 27: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

13

sosialnya. Oleh kerena itu, segala hal yang berkaitan langsung dengan anak, baik

dalam hal pendidikan dan pengasuhan, perawatan kesehatan, layanan

perlindungan anak, kesehatan mental orang dewasa, dan dukungan ekonomi

keluarga perlu diperhatikan agar dapat memenuhi kebutuhan anak.

Berbeda dengan artikel tersebut, penelitian yang hendak diangkat dalam

skripsi ini lebih bersifat komprehensif. Selain dijelaskan mengenai pentingnya

pendidikan dan pengasuhan anak usia dini yang berkualitas terhadap pencapaian

tujuan pembangunan berkelanjutan, dalam skripsi ini pun dibahas mengenai

upaya-upaya yang dilakukan oleh sebuah organisasi pendidikan di Asia Tenggara

(SEAMEO) demi mewujudkan tujuan tersebut.

Kedua, sebuah laporan workshop internasional yang diterbitkan oleh

UNESCO pada tahun 2008 dengan judul “The Contribution of Early Childhood

Education to a Sustainable Society” dan diedit oleh Ingrid Pramling dan Yoshie

Kaga. Laporan tersebut menyatakan telah banyak penelitian yang membuktikan

bahwa sistem pendidikan pada masa kanak-kanak akan menjadi fondasi

pembentukan karakter dan penentu kesuksesan atau kegagalan seseorang di masa

sekolah dan pascasekolahnya. Intervensi berkualitas yang diberikan pada anak

dapat memberi efek jangka panjang terhadap proses pembelajaran dan motivasi

yang dimilikinya. Ketika negara mampu berinvestasi dengan bijak pada anak dan

keluarga, maka sejatinya ia telah mempersiapkan generasi penerus yang produktif

dan warga negara yang bertanggung jawab.

Meyakini hal ini, UNESCO yang dipercaya sebagai agen yang dapat

memimpin terwujudnya pembangunan berkelanjutan melalui program United

Page 28: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

14

Nations Decade for Education for Sustainable Development dari tahun 2005-2014

memfokuskan pada pendidikan dan pengasuhan anak usia dini sebagai

implementasi guna mencapai tujuan tersebut. Ini dibuktikan dengan digelarnya

workshop internasional di Goteberg, Swedia pada 2-4 Mei 2007 dengan tema

“The Role of Early Childhood Education for a Sustainable Society”.

Workshop yang dihadiri oleh 35 peserta dari 16 negara berbeda dan

merupakan salah satu kelanjutan dari konferensi internasional “education for

sustainable development” ini digelar dengan mempertimbangkan beberapa alasan.

Pertama, mengingat bumi ini sedang mengalami degradasi, maka masyarakat

membutuhkan sebuah sistem pendidikan baru yang dapat mencegah terjadinya

kerusakan yang lebih parah pada planet yang kita tinggali ini.

Kedua, sistem pendidikan baru ini harus dapat diakses oleh semua pihak,

tidak hanya oleh beberapa orang saja tetapi juga keluarga dan komunitas. Ketiga,

sistem pendidikan baru ini perlu dimulai sejak anak berusia dini karena pada

periode tersebut dampak yang dihasilkan bersifat jangka panjang. Kiranya atas

dasar inilah UNESCO berinisiatif untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan

dengan meningkatkan kualitas anak-anak melalui bidang pendidikan.

Berbeda dengan laporan tersebut, penelitian yang akan ditulis dalam

skripsi ini lebih ke upaya yang dilakukan oleh organisasi regional khusus bidang

pendidikan (SEAMEO) dalam menciptakan pendidikan dan pengasuhan anak usia

dini berkualitas demi mewujudkan poin keempat sub poin kedua (4.2) dari

sustainable development goals (SDGs).

Page 29: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

15

E. Kerangka Pemikiran

Untuk membahas permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan teori

dan konsep yang relevan dalam menganalisis upaya yang dilakukan SEAMEO

demi mewujudkan salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) perihal

pendidikan dan pengasuhan anak usia dini yang berkualitas di kawasan Asia

Tenggara. Teori yang digunakan untuk menganalisis pokok permasalahan tersebut

adalah Konstruktivisme dan People Centered Development. Sedangkan konsep

yang digunakan adalah konsep Human Development, Sustainable Development,

dan Organisasi Internasional.

1. Perspektif Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan sebuah teori alternatif yang turut mewarnai

teori hubungan internasional modern. Sejak kemunculannya, teori ini dianggap

sebagai teori dinamis, tidak semena-mena, dan menjadikan kondisi-kondisi sosial

sebagai basis penelitiannya. Teori ini berasumsi pada pemikiran dan pengetahuan

manusia secara mendasar. Adanya nature dan human knowledge dari setiap

individu mampu mentransfer fenomena atau realita sosial ke dalam pengetahuan

ilmu-ilmu sosial. Oleh karena itu, kunci dari pemikiran konstruktivisme adalah

dunia sosial, termasuk di dalamya hubungan internasional yang merupakan suatu

konstruksi manusia.

Konstruktivisme merupakan sebuah cara pandang terhadap material world

yang dibentuk oleh tindakan dan interaksi aktor yang bergantung pada interpretasi

Page 30: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

16

normatif.27

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Nicholas Greenwood Onuf

pada tahun 1989 dan dikembangkan oleh Alexander Wendt.28

Hal yang ingin

dicapai teori konstruktivisme adalah untuk memahami proses dan praktik

bagaimana dan mengapa tindakan aktor dapat terbentuk.29

Hal ini tentunya

berbeda dengan teori neo-neo yang lebih berfokus pada penemuan prediksi

tindakan aktor.

Wendt berasumsi bahwa:

“The way international politics is conducted is made, not given, because identities

and interests are constructed and supported by intersubjective practice” (Wendt

1992:183).30

Pemikiran Wendt tersebut menegaskan bahwa dunia sosial bukanlah sesuatu

yang given (terjadi begitu saja), bukanlah sebuah struktur yang hukumnya diteliti

secara ilmiah dan kemunculannya merupakan sesuatu yang sifatnya alamiah

sebagaimana yang seringkali dijadikan pandangan mendasar teori-teori positivis

lainnya dengan mengandalkan interpretasi indrawi. Menurutnya, dunia sosial

merupakan wilayah intersubjektif, yakni semua tatanannya dibuat dan dipahami

oleh manusia. Konstruktivis memandang manusia memiliki kedudukan yang lebih

27 Emanuel Adler, Seizing the Middle Ground: Constructivisn in World Politic, European Journal of

International Relations, Sage Publication, 1997, 322.

28 Alexander Wendt, Anarchy is What States Make of it: The Social Construction of Power Politics, International Organization, Vol. 46, No. 2, The MIT Press, 1992, 394.

29 Micahel C. Williams, Broadening the Agenda of Security Studies: Politics and Methods, Mershon International Studies Review No. 40, Blackwell Publisher, 1996, 243.

30 Alexander Wendt, Level of Analysis vs. Agents and Structures: Part III, Review of international

studies 18, 1992, hlm. 183.

Page 31: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

17

bebas dan terhormat karena dapat memilih antara menolak dan mendukung

pembentukan suatu sistem internasional.

Fokus analisis konstruktivisme adalah mengenai bagaimana ide, norma,

pengetahuan, budaya, dan argumen berperan dalam memahami kondisi sosial.31

Konstruktivis percaya bahwa ide merupakan faktor utama pendorong social

action.32

Keberadaan ide dapat menjadi penentu berbagai batasan yang mungkin

dan tidak mungkin dilakukan oleh aktor. Struktur ideasional ini dinilai dapat

membentuk tindakan aktor melalui tiga mekanisme, yakni imajinasi, komunikasi,

dan intersubjective meaning.

Mekanisme pertama adalah imajinasi. Imajinasi dapat dikatakan sebagai

sebuah proses konstruksi sosial dalam memandang sesuatu.33

Misalnya,

konstruksi sosial mengenai persepsi keamanan yang berubah pasca perang dingin

tahun 1990. Sebelum tahun 1990, term keamanan hanya merujuk pada segala

sesuatu yang berkaitan dengan militer saja. Namun, pasca perang dingin, term ini

meluas cakupannya pada berbagai bidang kehidupan sosial, seperti ekonomi,

politik, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, budaya, dan ekologi.34

Imajinasi tersebut kemudian memengaruhi apa yang dilihat aktor sebagai

kemungkinan. Kemungkinan tersebut dapat terbentuk dari bagaimana aktor

31 Martha Finnemore dan Kathryn Sikkink, Taking Stock: The Constructivist Research Program in

International Relations and Comparative Politics, Annual Review Political Science, 4, University of West Florida, 2001, 392.

32 Emanuel Adler, Seizing the Middle Ground: Constructivisn in World Politic, European Journal of International Relations, Sage Publication, 1997, 325.

33 Micahel C. Williams, Broadening the Agenda of Security Studies: Politics and Methods, Mershon International Studies Review No. 40, Blackwell Publisher, 1996, 245.

34 Anton Grizold, The Concept of National Security in the Contemporary World, International Journal

on World Peace, Vol. XI, No. 3, 1994, 38.

Page 32: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

18

berpikir untuk bertindak, apa saja keterbatasan yang dirasakan terhadap tindakan

tersebut, dan strategi apa yang dapat dibayangkan.35

Selain pemerintah negara,

aktor yang dapat berperan dalam pembentukan ide ini juga meliputi institusi lain

di luar negara, seperti universitas, serikat buruh serta politisi.36

Selain kemungkinan, imajinasi juga berpengaruh pada proses komunikasi.

Konstruktivis melihat relasi antara sistem internasional dan domestik sebagai

sebuah kesatuan dalam menganalisis tindakan aktor. Analisis tersebut tercermin

dalam interaksi/komunikasi yang dilakukan di lingkungan internasional.

Kecenderungan sikap aktor dalam berinteraksi didasari oleh identitas yang

menjadi property dari aktor tersebut.37

Dalam proses komunikasi, aktor akan melakukan negosiasi. Negosiasi

dipandang sebagai cara yang digunakan aktor untuk meraih kepentingan

nasionalnya.38

Negosiasi dilakukan dengan menentukan agenda setting oleh

masing-masing aktor. Kepentingan yang disampaikan melalui negosiasi nantinya

akan menghasilkan common knowledge atas isu yang dibahas.39

35 Christian Reus-smit, Constructivism, dalam Scott Burchill, ed. Theories of International Relations

(Third Edition), (New York: PALGRAVE MACMILLAN, 2005), 198.

36 Martha Finnemore dan Kathryn Sikkink, Taking Stock: The Constructivist Research Program in

International Relations and Comparative Politics, Annual Review Poltical Science, 4, University of West Florida, 2001, 407.

37 Maja Zehfuss, Constructivism and Identity: A Dangerous Liaison, Euroean Journal of International Relations, Vol. 7 (3), Sage Publiation and ECPR, 2001, 318.

38 Thomas Risse, Let’s Argue: Communicative Action in World Policies, International Organization, Vol. 4, No. 1, The MIT Press, 2000, 20.

39 Thomas Risse, Let’s Argue: Communicative Action in World Policies, International Organization,

Vol. 4, No. 1, The MIT Press, 2000, 20.

Page 33: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

19

Setelah proses komunikasi berlangsung, maka akan terbentuk atau tidak

terbentuk sama sekali intersubjective meaning.40

Intersubjective meaning

dianggap tidak berhasil terbentuk apabila aktor yang bersangkutan tidak menjalin

kerjasama atau bahkan bisa menimbulkan kompetisi.41

Jika struktur ideasional

tidak memengaruhi perilaku aktor melalui imajinasi dan komunikasi, maka

setidaknya dengan adanya struktur tersebut dapat ditentukan batasan signifikan

pada perilaku aktor tersebut (constraint).42

Berdasarkan teori tersebut, saat ini isu pendidikan anak usia dini ini

dianggap sebagai suatu hal penting dan krusial karena beberapa penelitian telah

membuktikan bahwa pendidikan pada masa ini dapat berkontribusi dalam

mewujudkan pembangunan, baik di ranah nasional, regional maupun global.

Inilah yang kemudian menjadi shared idea di antara para aktor hubungan

internasional sehingga pada praktiknya memengaruhi terbentuknya social action

atau dalam hal ini pembetukan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs poin

keempat subpoin kedua/4.2).

SDGs bahkan menjadikan anak usia dini sebagai milestone

pembangunannya. Hal ini disebabkan betapa potesialnya masa yang dimiliki anak

usia dini sehingga akan sangat efektif jika pada masa tersebut mereka

mendapatkan layanan pendidikan dan pengasuhan yang berkualitas.

40 Christian Reus-smit, Constructivism, dalam Scott Burchill, ed. Theories of International Relations

(Third Edition), (New York: PALGRAVE MACMILLAN, 2005), 198.

41 Alexander Wendt, Anarchy is What States Make of it: The Social Construction of Power Politics, International Organization, Vol. 46, No. 2, The MIT Press, 1992, 406.

42 Christian Reus-smit, Constructivism, dalam Scott Burchill, ed. Theories of International Relations

(Third Edition), (New York: PALGRAVE MACMILLAN, 2005), 198.

Page 34: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

20

Atas dasar inilah, SEAMEO yang merupakan organisasi regional di

kawasan Asia Tenggara mengkonstruksi agenda prioritas yang diberi nama 7

Priority Areas yang salah satu agendanya adalah mengupayakan pemberian

layanan Early Childhood Care and Education (ECCE) berkualitas. Ini dilakukan

demi mewujudkan kehidupan dan tatanan regional juga global yang lebih baik

melalui komitmennya menjalankan amanat Sustainable Development Goals

(SDGs).

2. Teori People Centered Development/PCD

Berdasarkan teori ini, pembangunan dianggap sebagai sebuah usaha

perbaikan yang menempatkan rakyat sebagai pusat perhatian dan proses

pembangunan harus menguntungkan semua pihak. Oleh karena itu, dalam

pengaplikasiannya, model pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat

ini lebih menekankan pada pemberdayaan, yaitu menekankan kenyataan

pengalaman masyarakat dalam sejarah penjajahan dan posisinya dalam tata

ekonomi internasional. Atas dasar inilah, pendekatan ini berpendapat bahwa

masyarakat harus menggugat struktur dan situasi ini melalui upaya penyadaran

dengan membentuk organisasi lokal yang bersifat buttom-up.

Adapun organisasi lokal yang dianggap paling efektif dalam hal ini adalah

yang bermula dari kebutuhan praktis (kebutuhan dasar) masyarakat, seperti

layanan kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan penyediaan pelayanan dasar.

Organisasi ini kemudian memanfaatkan isu-isu tersebut sebagai sarana untuk

Page 35: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

21

mencapai kebutuhan strategis (kebutuhan dasar untuk mencapai kualitas hidup

dan kesejahteraan sosial) masyarakat dalam konteks sosial politik tertentu.43

Pembentukan organisasi tersebut adalah peluang bagi masyarakat untuk ikut

membangun secara partisipatif.44

Prinsip partisipatif ini menegaskan bahwa rakyat

harus menjadi pelaku utama dalam pembangunan. Secara implisit, prinsip ini pula

mengamanahkan perlu adanya pergeseran peran pemerintah dari penyelenggara

pelayanan sosial menjadi fasilitator, mediator, koordinator, pendidik, mobilisator,

dan sistem pendukung. Sedangkan organisasi lokal, sosial, LSM, dan kelompok

masyarakat lain lebih dipacu peranannya sebagai agen pelaksana perubahan dan

pelayanan sosial. Dengan demikian, permasalahan sosial ditangani masyarakat

atas fasilitasi dari pemerintah.

Dalam kaitannya dengan perwujudan SDGs yang merupakan agenda besar

PBB pada tahun 2030, peran serta rakyat dunia memang sangat dibutuhkan.

Partnership yang menjadi salah satu elemen SDGs juga secara implisit mengajak

seluruh rakyat di dunia untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan

pembangunan berkelanjutan, tidak terkecuali demi mewujudkan pelayanan ECCE

berkualitas di Asia Tenggara.

Berdasarkan teori PCD ini, peran rakyat memang sangat diperlukan demi

mencapai agenda pembangunan. Peran rakyat yang terhimpun melalui sebuah

organisasi non-pemerintah yang concern dalam bidang ECCE perlu digalakkan.

Untuk mewujudkan ECCE berkualitas ini, SEAMEO yang dalam hal ini tugasnya

43 David C. Korten, Getting to the 21st Century, (Boulder: Lynne Rienner Publisher, 1990).

44 David C. Korten, Getting to the 21st Century, (Boulder: Lynne Rienner Publisher, 1990).

Page 36: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

22

dimandatkan pada SEAMEO CECCEP perlu melakukan kerjasama dengan

organisasi non-pemerintah.

Dalam prosesnya, pengaplikasian teori PCD ini mensyaratkan adanya

sinergisitas antara organisasi tersebut dengan SEAMEO CECCEP. Sinergisitas

yang dimaksud di sini adalah dalam hal pembagian peran. Pemerintah berperan

sebagai fasilitator, mediator, koordinator, pendidik, mobilisator, dan sistem

pendukung sedangkan organisasi tersebut mengambil peran sebagai agen

pelaksana layanan ECCE.

Tujuan dari sinergisitas antara SEAMEO CECCEP dan organisasi ini adalah

untuk mendekatkan pada agenda yang hendak dicapai SEAMEO perihal

penyediaan layanan ECCE berkualitas di kawasan Asia Tenggara. Dengan

demikian, SEAMEO juga telah turut berkontribusi dalam mewujudkan SDG poin

keempat subpoin kedua (4.2) di kawasan.

3. Konsep Human Development

Konsep human development untuk pertama kalinya dibahas oleh UNDP

dalam sebuah laporan berjudul Human Development Report tahun 1990. Di

dalamnya UNDP memberikan definisi human development sebagai berikut:

“Human development is a process of enlarging people’s choices. The most

critical ones are to lead a long and healthy life, to be educated and to

enjoy a decent standard of living. Additional choices include political

freedom, guaranteed human rights and self respect” (UNDP HDR 1990:

9-10).

Page 37: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

23

Berdasarkan definisi tersebut, terdapat sebuah model gagasan mengenai

tujuan pembangunan manusia yang dimaksud UNDP. Tujuan utama dari

pembangunan ini adalah untuk menguntungkan manusia/masyarakat melalui

penciptaan lingkungan yang memungkinkan bagi mereka untuk menikmati hidup

yang panjang, sehat, dan kreatif.

Menurut Uri Bronfenbrenner, proses human development sangat

dipengaruhi oleh lingkungan. Dia berpendapat bahwa hubungan timbal balik

antara individu dengan lingkungan dapat memengaruhi tingkah laku individu

tersebut.45

Ada tiga kategori sistem lingkungan yang dapat memengaruhi human

development. Pertama, mikrosistem. Mikrosistem adalah tempat di mana individu

tinggal. Sistem ini meliputi keluarga, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan

tempat tinggal individu tersebut.46

Dalam sistem ini terjadi banyak interaksi secara

langsung dengan orangtua, saudara, teman, dan guru. Lingkungan ini sangat

memengaruhi perkembangan individu terutama pada anak usia dini sampai

dewasa.

Setiap subsistem dalam mikrosistem tersebut saling berinteraksi satu sama

lain.47

Misalnya, hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah.

Keadaan di rumah dapat memengaruhi perilaku anak di sekolah. Anak yang

45 Bronfenbrenner, Ecology of the Family as a Context for Human Development Research

Perspectives, Developmental Psychology, 1986.

46 Bronfenbrenner dan Ceci, Nature-Nurture Reconceptualized in Development Perspective: a Bioecological Model, Psycological Review IOJ (4), 1994.

47 Bronfenbrenner dan Morris, The Ecology of Development Processes, in W. Damon (Series Ed.)&R.

M. Lerner (Vol. Ed.), Handbook of Child Psycology: Vol. 1: Theoretical Models of Human Development,

(New York: Willey, 1998).

Page 38: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

24

orangtuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan

hubungan positif dengan guru.

Dalam konteks ECCE, posisi guru memainkan peran penting bagi tumbuh

kembang anak. Interaksi antara anak dan guru serta lingkungan belajar dapat

memengaruhi perkembangan anak secara holistik. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini, guru diposisikan di pusat/center. Seorang guru hendaknya merasa

dirinya adalah seorang lifelong learner yang harus terus meng-upgrade ilmu dan

skill-nya sehingga berbagai training dan workshop memang diperlukan untuk

meningkatkan kapasitas guru.

Kedua, eksositem. Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar dan

anak tidak terlibat interaksi secara langsung tetapi berpengaruh terhadap

perkembangan karakter anak.48

Subsistem dari sistem ini misalnya lingkungan

tempat kerja orangtua, kenalan saudara, dan peraturan dari pihak sekolah.

Contohnya, pengalaman kerja seorang perempuan yang berpengaruh terhadap

hubungannya dengan suami dan anaknya. Seorang ibu yang menerima promosi di

tempat kerjanya akan lebih banyak melakukan tugas-tugas yang dapat

meningkatkan konflik keluarga dan pola interaksi orangtua-anak.

Ketiga, makrosistem. Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari

lingkungan individu.49

Subsistem dari makrosistem adalah ideologi negara,

kebijakan nasional, pola pemerintahan, tradisi, agama, hukum, adat istiadat,

48 Bronfenbrenner, Ecology of the Family as a Context for Human Development Research

Perspectives, Developmental Psychology, 1986.

49 Bronfenbrenner, Ecology of the Family as a Context for Human Development Research

Perspectives, Developmental Psychology, 1986.

Page 39: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

25

budaya, dsb. Semua subsitem tersebut akan memberikan pengaruh pada

perkembangan karakter individu.

Dalam pandangan Bronfenbrenner, makrosistem adalah elemen yang dapat

menyebabkan terjadinya perbedaan ECCE di setiap negara. Lingkungan nasional,

kebijakan nasional, dan sumber daya yang mendukung adalah subsistem dari

makrosistem yang dapat memengaruhi layanan ECCE di setiap negara.

4. Konsep Sustainable Development

Pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah konsep yang muncul

akibat terjadinya permasalahan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia dan

dirasakan pada saat itu. Permasalahan yang dimaksud adalah meningkatnya

keprihatinan terhadap eksploitasi sumber daya alam (SDA) demi pembangunan

ekonomi dengan mengorbankan kualitas lingkungan. Dengan semakin

menguatnya keprihatinan ini, dibentuklah suatu badan di bawah Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) yang diberi nama United Nations World Commission on

Environment and Development (UNWCED). Pembentukan badan ini

dimaksudkan untuk membahas lebih jauh mengenai pembangunan berkelanjutan.

Dalam “Our Common Future” yang dipublikasikan oleh WCED tahun 1987,

pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai berikut:50

“…sustainable development is defined as development that meet the needs of the

present without compromising the ability of future generations to meet their own

needs.” (World Commision on Environment and Development 1987: 43)

50 World Commission on Environment and Development, Our Common Future [buku on-line] (New

York: Oxford University Press), 43; tersedia di www.un-documents.net/our-common-future.pdf; diunduh

pada 3 April 2018.

Page 40: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

26

Dari definisi tersebut, tersirat sebuah pesan bahwa agar proses

pembangunan berkelanjutan dapat tercapai, tidak hanya hak generasi sekarang

saja yang perlu dipenuhi kebutuhannya tetapi juga harus memerhatikan hak-hak

generasi yang akan datang—termasuk di dalamnya perihal perolehan sumber daya

alam. Inilah yang kemudian menjadi konsep penting dalam pembangunan

berkelanjutan.

Dalam definisi ini, terkandung dua gagasan, yaitu gagasan kebutuhan dan

keterbatasan. Dalam hal ini, gagasan kebutuhan merujuk pada kebutuhan esensial

kaum miskin sedunia yang harus diberi prioritas utama. Sementara gagasan

keterbatasan merujuk pada kemampuan teknologi negara dan organisasi sosial

untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan yang akan datang.

Selain itu, dalam definisi tersebut pun ada konsep penting lainnya, yakni

mengenai pentingnya mengintegrasikan tiga pilar atau dimensi, yaitu ekonomi,

sosial, dan lingkungan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Keterkaitan ketiga pilar ini tentunya tidak sepenuhnya bersifat mutually exclusive

akan tetapi mampu menciptakan perkuatan satu sama lainnya (mutually

reinforcing). Keterkaitan antara ketiga pilar tersebut dapat dilihat lebih detail

dalam segitiga pembangunan berkelanjutan sebagai berikut:51

51 Gabriela Popa, dkk., Sustainable Development Strategy—the Key of Environmental and

Organizational Management, [database online] (Romania: Proceedings of the International Conference on

Energy and Environment Technologies and Equipment, 2010); tersedia di http://www.wseas.us/e-

library/conferences/2010/Bucharest/EEETE/EEETE-14.pdf; internet; diunduh pada 7 April 2018.

Page 41: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

27

Gambar I.E.1. Segitiga Pembangunan Berkelanjutan—Elemen Pokok dan

Interkoneksi52

Sumber: Munasinghe Institute for Development (MIND), 2001

Berbagai upaya yang dilakukan SEAMEO di kawasan Asia Tenggara ini

merupakan bentuk pengabdian organisasi pendidikan regional tersebut terhadap

perwujudan salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) ke-4, yaitu to

ensure inclusive and equitable quality education and promote lifelong learning

opportunities for all yang berarti untuk memastikan pendidikan berkualitas yang

inklusif dan layak serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk

semua. Dalam hal ini, pendidikan dan pengasuhan anak usia dini juga termasuk ke

dalam tujuan pembangunan berkelanjutan ke-4. Oleh karena itu, konsep

sustainable development sangat tepat untuk dijadikan sebagai alat analisis dalam

skripsi ini guna mempermudah mengetahui keterkaitan pendidikan dan

pengasuhan anak usia dini dengan ketiga pilar tersebut.

52 Mohan Munasinghe, Exploring the Linkages between Climate Change and Sustainable

Development: A Challenge for Transdisciplinary Research, [database online] (Munasinghe Institute for

Development (MIND), 4 Juni 2001); tersedia di https://ecologyandsociety.org/vol5/iss1/art14/; diunduh pada

10 April 2018.

Page 42: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

28

5. Konsep Peranan Organisasi Internasional

Dalam konvensi Wina tentang hukum perjanjian 1969, organisasi

internasional dinyatakan sebagai subjek buatan. Subjek hukum yang diciptakan

oleh negara-negara yang mendirikannya. Organisasi internasional melaksanakan

kehendak negara anggotanya yang dituangkan dalam suatu perjanjian

internasional. Oleh karena itu, organisasi internasional memiliki ikatan antara

negara-negara yang mendirikannya dan dalam banyak hal sangat bergantung pada

negara-negara tersebut.53

Menurut Clive Archer, organisasi internasional memiliki beberapa peran

yang dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:54

a. Sebagai instrumen. Organisasi internasional digunakan oleh negara-negara

anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar

negerinya.

b. Sebagai arena. Organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi

para anggotanya untuk membicarakan dan membahas masalah-masalah

yang dihadapi. Organisasi internasional tidak jarang digunakan oleh

beberapa negara untuk mengangkat isu dalam negerinya atau isu domestik

negara lain yang bertujuan untuk menarik perhatian internasional.

c. Sebagai aktor independen. Organisasi internasional dapat membuat

keputusan-keputusannya secara mandiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan

atau tekanan dari luar organisasi.

53 Boer Mauna Afrikana, Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, (Bandung: PT Alumni, 1970)

54 Clive Archer, International Organization, (London: Allen & Unwin Ltd.,1983), 130-147.

Page 43: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

29

Dari ketiga kategori di atas, berbagai analisis dan eksplorasi yang

dilakukan oleh organisasi internasional akan menampilkan letak peranannya, yaitu

sebagai inisiator, fasilitator, mediator, rekonsiliator atau determinator.55

Organisasi internasional juga berperan penting dalam mengimplementasikan,

memonitor, dan menengahi perselisihan yang timbul dari adanya keputusan-

keputusan yang dibuat oleh negara-negara anggota.56

Konsep ini nantinya akan digunakan untuk menganalisis bagaimana peran

suatu organisasi internasional dalam menangani sebuah isu internasional. Isu

pendidikan dan pengasuhan anak usia dini yang kini menjadi objek kajian

beberapa institusi internasional sekaligus institusi regional di kawasan Asia

Tenggara (SEAMEO) merupakan objek penting dalam penelitian ini. Melalui

konsep peran organisasi internasional ini, akan dibahas beberapa upaya yang

dilakukan SEAMEO dalam mewujudkan salah satu tujuan pembangunan

berkelanjutan (SDGs) keempat, yakni perihal penyediaan pendidikan dan

pengasuhan anak usia dini yang berkualitas di kawasan Asia Tenggara.

F. Metode Penelitian

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Patton berpendapat

bahwa penelitian kualitatif berusaha memahami suatu kejadian secara alamiah

(peneliti tidak memanipulasi suatu kejadian) dan mengamati suatu kejadian secara

55 Situmorang dalam Andre Pareira, Perubahan Global dan Perkembangan Studi Hubungan

Internasional, (Bandung: Citra Aditya Bakti, ed 1999), 135.

56 Viotti dan Kauppo, International Relation Theory, 228.

Page 44: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

30

alamiah (munculnya kejadian bukan karena manipulasi peneliti).57

Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian kualitatif karena berusaha menjelaskan upaya

Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) dalam

mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) melalui penyediaan

layanan Early Childhood Care and Education (ECCE) berkualitas di kawasan

Asia Tenggara.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

mengacu pada buku Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi yang

disusun oleh Tim Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Sesuai dengan buku panduan tersebut, penelitian ini

akan menggunakan teknik referensi Turabian Documentation Style, yaitu

menggunakan catatan kaki sebagai metode pelampiran referensinya.58

Penelitian ini menggunakan data yang bersifat primer dan sekunder dalam

penyusunannya. Untuk mendapatkan data primer, penelitian ini menggunakan

metode wawancara sedangkan untuk data sekunder melalui metode studi pustaka.

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Direktur Deputi Program

SEAMEO CECCEP, yakni Pak Ith Vuthy, M.Sc. Berbagai publikasi yang

dikeluarkan oleh website resmi SEAMEO, PBB, SEAMEO CECCEP, dan

institusi-institusi lain yang terkait, buku cetak dan elektronik, dan jurnal adalah

sumber yang digunakan dalam melakukan studi pustaka.

57 Patton MQ, Qualitative Evaluation and Research Methods, 2nd Edition (London: Sage Publication,

1990).

58 Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).

Page 45: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

31

Sedangkan untuk teknik analisis, penelitian ini menggunakan teknik

deskriptif analitis. Sugiyono berpendapat bahwa untuk menjalankan teknik ini

peneliti perlu memusatkan fokus pada fenomena yang terjadi secara apa adanya,

kemudian memilih data, melaksanakan penelitian, dan menyajikan hasil penelitian

dalam bentuk narasi.59

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian awal dari penulisan skripsi yang menjadi dasar

dilakukannya penelitian. Bab ini terdiri atas pernyataan masalah, pertanyaan

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II SEAMEO SEBAGAI FASILITATOR LAYANAN PENDIDIKAN

DI ASIA TENGGARA

Pada bab ini akan dibahas deskripsi operasional SEAMEO sebagai sebuah

organisasi internasional. Selain itu, salah satu dari tujuh agenda prioritas

SEAMEO, yakni penyediaan layanan early childhood care and education (ECCE)

berkualitas di kawasan Asia Tenggara serta perkembangan ECCE di kawasan ini

pun akan menjadi bahasan pada subbab berbeda.

BAB III SDGs DAN ISU SENTRAL EARLY CHILDHOOD CARE AND

EDUCATION (ECCE) DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL

Bab ini berisi pembahasan mengenai pentingnya pendidikan dan

pengasuhan anak usia dini. Pembahasan dimulai dengan gambaran bahwa masa

59 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2010).

Page 46: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

32

usia dini yang berlangsung dari 0-8 tahun adalah golden age (usia keemasan).

Masa ini disebut tahap kritis dalam pertumbuhan seorang individu. Setiap

perlakuan yang diberikan pada fase ini akan membekas sampai dirinya beranjak

dewasa. Melihat begitu krusialnya masa usia dini ini, beberapa institusi

internasional seperti PBB dan OMEP menjadikan anak usia dini sebagai bagian

yang harus diikutsertakan dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

BAB IV ANALISIS UPAYA SEAMEO DALAM MEWUJUDKAN

SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) POIN 4.2

PERIODE 2017-2018

Bab ini akan membahas mengenai upaya yang dilakukan SEAMEO dalam

mewujudkan salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia

Tenggara terkait penyediaan program early childhood care and education

berkualitas. Upaya ini dilakukan dengan membentuk suatu pusat kajian khusus,

yakni SEAMEO Regional Centre for Early Childhood Care Education and

Parenting (SEAMEO CECCEP) di Lembang, Bandung, Jawa Barat. Dalam hal

ini, SEAMEO CECCEP mempunyai tiga program utama untuk menjalankan

upayanya. Ketiga program tersebut adalah Research and Development, Capacity

Building, dan Advocacy and Partnership. Program-program utama ini

terimplementasi menjadi beberapa agenda, seperti kerjasama penelitian dengan

tema: Innovative Financing Mechanisms and Partnership for Early Childhood

Care and Education (ECCE), The Survey of Teachers in Pre-Primary Education

(STEPP), dan hubungan kerjasama dengan Plan International Indonesia.

Page 47: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

33

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan hasil dari keseluruhan penelitian dan memuat jawaban

dari pertanyaan penelitian. Jawaban disimpulkan setelah dianalisis melalui

perspektif Konstruktivisme, teori People Centered Development, konsep Human

Development, konsep Sustainable Development, dan konsep Organisasi

Internasional. Hasil akhir dan metode penelitian yang sesuai dengan teori dan

konsep yang digunakan terangkum secara lengkap dalam bab ini.

Page 48: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

34

BAB II

SEAMEO SEBAGAI FASILITATOR LAYANAN PENDIDIKAN

DI ASIA TENGGARA

Dalam bab ini, penelitian difokuskan pada pemaparan SEAMEO sebagai

fasilitator layanan pendidikan di kawasan Asia Tenggara. Subbab pertama

menjelaskan mengenai posisi SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara, sejarah

pembentukannya, dan unit-unit yang berperan penting dalam mewujudkan tujuan

yang hendak dicapai SEAMEO di kawasan. Berikutnya, penjelasan mengenai

perwujudan Early Childhood Care and Education (ECCE) berkualitas di kawasan

Asia Tenggara sebagai satu di antara 7 area prioritas SEAMEO dipaparkan pada

bagian kedua bab ini. Pada bagian terakhir, overview kondisi ECCE di kawasan

dijadikan sebagai fokus pembahasan.

A. SEAMEO sebagai Organisasi Regional Bidang Pendidikan di Asia

Tenggara

The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO)

adalah sebuah organisasi regional antarpemerintah di kawasan Asia Tenggara.

Berbeda halnya dengan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) yang

berfokus pada bidang ekonomi, politik, dan sosial-budaya, organisasi ini didirikan

dengan tujuan untuk mempromosikan kerjasama regional di bidang pendidikan,

Page 49: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

35

ilmu pengetahuan, dan kebudayaan secara khusus.1 SEAMEO terus berupaya

mengembangkan potensi sumber daya manusia dan mengeksplor potensi tertinggi

masyarakat Asia Tenggara melalui jalur pendidikan.2 Melalui pendidikan,

diharapkan semua masyarakat di kawasan ini dapat menciptakan kehidupan yang

lebih berkualitas, menjaga kelestarian budaya dan tradisi, mengembangkan

teknologi informasi dan komunikasi, mengentaskan kemiskinan serta mampu

mengolah sumber daya alam dengan baik.3

Agar dapat mencapai tujuannya tersebut, organisasi yang mempunyai motto

leading through learning ini pun memiliki visi dan misi yang dijadikan dasar

dalam setiap proses pengambilan keputusan. Visi yang dimiliki SEAMEO adalah

“Menjadi organisasi terkemuka dengan meningkatkan pemahaman dan kerjasama

regional dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya untuk kualitas hidup

yang lebih baik di Asia Tenggara.”4 Sedangkan misinya adalah “Untuk

meningkatkan pemahaman regional, kerjasama dan kesatuan tujuan antarnegara

anggota guna memperoleh kualitas hidup yang lebih baik melalui pembentukan

1 Southeast Asian Ministers of Education Organization, What is SEAMEO, tersedia di

http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/index.php?option=com_content&view=article&id=90&Itemid=518;

diakses pada 22 Juni 2018.

2 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI, ASEAN Selayang Pandang, (Jakarta: ASEAN, 2007), hlm. 84.

3 Southeast Asian Ministers of Education Organization, What is SEAMEO, tersedia di

http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/index.php?option=com_content&view=article&id=90&Itemid=518; diakses pada 22 Juni 2018.

4 Southeast Asian Ministers of Education Organization, What is SEAMEO, tersedia di

http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/index.php?option=com_content&view=article&id=90&Itemid=518;

diakses pada 22 Juni 2018.

Page 50: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

36

jaringan kemitraan, penyediaan forum antara pembuat kebijakan dan ahli serta

promosi pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan.”5

Organisasi yang didirikan tahun 1965 ini diinisiasi oleh tujuh negara, yakni

Indonesia, Laos, Malaysia, Filpina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.6 Sejak

pendiriannya, SEAMEO terus bertumbuh dan mengalami kemajuan. Hal ini dapat

dibuktikan dengan terus bertambahnya negara anggota organisasi regional ini

yang pada tahun 2010 mencapai 11 negara. Kesebelas negara tersebut adalah

Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina,

Singapura, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam.7

Kemajuan SEAMEO juga dapat dibuktikan dengan adanya penggabungan

negara-negara anggota asosiasi (Associate Member Countries). Negara anggota

asosiasi ini biasanya menjalin kerjasama, baik bilateral maupun multilateral

dengan negara anggota SEAMEO. Sejak tahun 2011, ada tujuh Associate Member

Countries, yang meliputi Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Belanda, New

Zealand, dan Spanyol. Adapun Jepang, walaupun bukan merupakan Associate

5 Southeast Asian Ministers of Education Organization, What is SEAMEO, tersedia di

http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/index.php?option=com_content&view=article&id=90&Itemid=518; diakses pada 22 Juni 2018.

6 Ui Hock Cheah, SEAMEO as an Example of Effective Regional Cooperation in Education, [database

online] [Regional Center for Education in Science and Mathematics (RECSAM), Malaysia]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://home.hiroshima-u.ac.jp/cice/wp-

content/uploads/Forum/JEF9/Ui-Hock-Cheah-

e.pdf&ved=2ahUKEwju8Pifg7vdAhWFbysKHUeBAdkQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVaw2xwxvyuu07tZD

D0pKL0UH3; diakses pada 23 Juni 2018.

7 Ui Hock Cheah, SEAMEO as an Example of Effective Regional Cooperation in Education, [database

online] [Regional Center for Education in Science and Mathematics (RECSAM), Malaysia]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://home.hiroshima-u.ac.jp/cice/wp-

content/uploads/Forum/JEF9/Ui-Hock-Cheah-

e.pdf&ved=2ahUKEwju8Pifg7vdAhWFbysKHUeBAdkQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVaw2xwxvyuu07tZD

D0pKL0UH3; diakses pada 23 Juni 2018.

Page 51: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

37

Member, akan tetapi telah melakukan kerjasama dengan SEAMEO sebagai

Partner Country sejak tahun 1970.8

Lebih jauh lagi, sejak tahun 1983 ada inisiasi untuk berafiliasi dengan

entitas non-negara yang tertarik melakukan kerjasama dengan SEAMEO. Hingga

tahun 2011, ada tiga anggota afiliasi (Affiliate Members) SEAMEO, yakni the

International Council for Open and Distance Education (ICDE), the University of

Tsukuba, dan the British Council.9

Badan pembuat kebijakan tertinggi organisasi regional ini adalah Dewan

SEAMEO.10

Dewan SEAMEO terdiri dari para menteri pendidikan dari setiap

negara anggota. Dewan SEAMEO biasanya melakukan pertemuan sebanyak satu

kali dalam setahun melalui forum Konferensi Dewan SEAMEO guna

mendiskusikan mengenai kebijakan-kebijakan, menentukan arah dari program-

program, proyek-proyek, dan unit-unit SEAMEO serta meninjau setiap program

dan aktivitas yang dilakukan organisasi. Dalam konferensi tersebut, perwakilan

8 Ui Hock Cheah, SEAMEO as an Example of Effective Regional Cooperation in Education, [database

online] [Regional Center for Education in Science and Mathematics (RECSAM), Malaysia]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://home.hiroshima-u.ac.jp/cice/wp-

content/uploads/Forum/JEF9/Ui-Hock-Cheah-

e.pdf&ved=2ahUKEwju8Pifg7vdAhWFbysKHUeBAdkQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVaw2xwxvyuu07tZD

D0pKL0UH3; diakses pada 23 Juni 2018.

9 Ui Hock Cheah, SEAMEO as an Example of Effective Regional Cooperation in Education, [database

online] [Regional Center for Education in Science and Mathematics (RECSAM), Malaysia]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://home.hiroshima-u.ac.jp/cice/wp-

content/uploads/Forum/JEF9/Ui-Hock-Cheah-

e.pdf&ved=2ahUKEwju8Pifg7vdAhWFbysKHUeBAdkQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVaw2xwxvyuu07tZDD0pKL0UH3; diakses pada 23 Juni 2018.

10 Ui Hock Cheah, SEAMEO as an Example of Effective Regional Cooperation in Education,

[database online] [Regional Center for Education in Science and Mathematics (RECSAM), Malaysia];

tersedia di https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://home.hiroshima-

u.ac.jp/cice/wp-content/uploads/Forum/JEF9/Ui-Hock-Cheah-

e.pdf&ved=2ahUKEwju8Pifg7vdAhWFbysKHUeBAdkQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVaw2xwxvyuu07tZD

D0pKL0UH3; diakses pada 23 Juni 2018.

Page 52: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

38

dari Associate Member Countries, the Affiliate Members, dan organisasi lain yang

mempunyai kesamaan tujuan juga biasanya turut menghadiri.

Adapun Sekretariat SEAMEO yang berlokasi di Thailand bertindak sebagai

markas bagi organisasi regional ini. Fungsi dari markas tersebut adalah untuk

menampung berbagai kebijakan yang dirumuskan oleh Dewan SEAMEO serta

melakukan koordinasi berbagai aktivitas dan program SEAMEO Centers.11

SEAMEO Centers (pusat kajian) adalah salah satu fitur penting dari

organisasi regional ini. Center ini merupakan institusi spesialis yang melakukan

pelatihan dan penelitian program di beberapa bidang berbeda, yakni di bidang

pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Setiap Center memiliki Dewan

Pemerintahan (Governing Board) yang terdiri dari pejabat pendidikan senior dari

masing-masing negara anggota SEAMEO. Tugas dari Governing Board ini adalah

meninjau bagaimana center beroperasi, bagaimana sistem anggaran belanja

digunakan, dan bagaimana berbagai program dan kebijakan diimplementasikan.12

Sampai saat ini ada 24 unit pusat kajian SEAMEO yang tersebar di

beberapa negara Asia Tenggara.

11 Ui Hock Cheah, SEAMEO as an Example of Effective Regional Cooperation in Education,

[database online] [Regional Center for Education in Science and Mathematics (RECSAM), Malaysia];

tersedia di https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://home.hiroshima-

u.ac.jp/cice/wp-content/uploads/Forum/JEF9/Ui-Hock-Cheah-

e.pdf&ved=2ahUKEwju8Pifg7vdAhWFbysKHUeBAdkQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVaw2xwxvyuu07tZDD0pKL0UH3; diakses pada 23 Juni 2018.

12 Ui Hock Cheah, SEAMEO as an Example of Effective Regional Cooperation in Education,

[database online] [Regional Center for Education in Science and Mathematics (RECSAM), Malaysia];

tersedia di https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://home.hiroshima-

u.ac.jp/cice/wp-content/uploads/Forum/JEF9/Ui-Hock-Cheah-

e.pdf&ved=2ahUKEwju8Pifg7vdAhWFbysKHUeBAdkQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVaw2xwxvyuu07tZD

D0pKL0UH3; diakses pada 23 Juni 2018.

Page 53: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

39

Gambar III. A. 2 Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan

Asia Tenggara

Sumber: SEAMEO, 2017

Penjelasan mengenai ke-24 pusat kajian tersebut terlampir (lampiran 2).

B. Early Childhood Care and Education (ECCE) sebagai Salah Satu

Seven Priority Areas SEAMEO

Pada 28 Agustus 2014, Komite Eksekutif SEAMEO mensahkan beberapa

pesan kunci (key massages) yang merupakan hasil dari kajian pendidikan yang

dilakukan Sekretariat SEAMEO untuk masa depan Asia Tenggara dengan

menggunakan pendekatan futuristik.13

Kajian pendidikan ini merupakan cikal

bakal dari penyusunan SEAMEO 7 Priority Agenda yang sebelumnya telah

dibahas dalam SEAMEO Strategic Dialogue of Education Ministers pada 13

13 SEAMEO, SEAMEO 7 Prority Areas Implementation by SEAMEO Member Countries, [database

online]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/images/s

tories/Publications/Centers_Pub/SEAMEO_Education_agenda/03%2520SEAMEO%25207%2520Priority%2

520Implementation%2520by%2520Member%2520Countries.pdf&ved=2ahUKEwialpjgjLvdAhUHvo8KHZ

X9D1MQFjACegQICRAB&usg=AOvVaw0OfHWmjgkwOEZDHkugZB6r; diakses pada 24 Juni 2018.

Page 54: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

40

September 2014 di Vientiane, Laos.14

Ketujuh agenda tersebut kemudian dicatat

pada Pertemuan Resmi Tingkat Tinggi SEAMEO Ke-37 dan diperkenalkan pada

Konferensi Dewan SEAMEO Ke-48.15

Pada sesi Pertemuan Meja Bundar Tingkat

Menteri, Dewan SEAMEO mensahkan tujuan area prioritas ini yang secara resmi

mulai diimplementasikan sejak tahun 2015/2016.

Ketujuh agenda tersebut adalah: Pendidikan dan pengasuhan anak usia dini

(Early Childhood Care and Education); Penyebutan berbagai hambatan dalam

pencantuman (Addressing barriers to inclusion); Kegembiraan dalam menghadapi

keadaan darurat (Resiliency in the face of emergencies); Promosi pendidikan dan

pelatihan teknis serta kejuruan (Promoting technical and vocational education

and training); Merevitalisasi pendidikan guru (Revitalising teacher education);

Memadukan pendidikan tinggi dengan penelitian (Harmonising higher education

and research); dan Mengadopsi kurikulum abad 21 (Adopting a 21st Century

curriculum).16

14 SEAMEO, SEAMEO 7 Prority Areas Implementation by SEAMEO Member Countries, [database

online]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/images/s

tories/Publications/Centers_Pub/SEAMEO_Education_agenda/03%2520SEAMEO%25207%2520Priority%2

520Implementation%2520by%2520Member%2520Countries.pdf&ved=2ahUKEwialpjgjLvdAhUHvo8KHZ

X9D1MQFjACegQICRAB&usg=AOvVaw0OfHWmjgkwOEZDHkugZB6r; diakses pada 24 Juni 2018.

15 SEAMEO, SEAMEO 7 Prority Areas Implementation by SEAMEO Member Countries, [database

online]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/images/s

tories/Publications/Centers_Pub/SEAMEO_Education_agenda/03%2520SEAMEO%25207%2520Priority%2

520Implementation%2520by%2520Member%2520Countries.pdf&ved=2ahUKEwialpjgjLvdAhUHvo8KHZ

X9D1MQFjACegQICRAB&usg=AOvVaw0OfHWmjgkwOEZDHkugZB6r; diakses pada 24 Juni 2018.

16 SEAMEO, SEAMEO Seven Priority Areas + Action Agenda 2016-2020, [database online]; tersedia

di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/images/s

tories/Publications/Centers_Pub/SEAMEO_Education_agenda/04%2520SEAMEO%25207%2520Priority%2

520Areas%2520Implementation%2520by%2520Centres.pdf&ved=2ahUKEwialpjgjLvdAhUHvo8KHZX9D

1MQFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw3-jjZdv5extypuEY6WGNuB; diakses pada 24 Juni 2018.

Page 55: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

41

Pendidikan dan Pengasuhan Anak Usia Dini atau Early Childhood Care and

Education (ECCE) merupakan salah satu agenda prioritas yang hendak

dimaksimalisasi oleh organisasi pendidikan di Asia Tenggara ini. Selain untuk

menuntaskan tujuan pendidikan yang diagendakan Education for All (EFA),

perhatian pada pendidikan anak usia dini juga sejalan dengan salah satu tujuan

yang hendak dicapai SDGs. Secara spesifik, target yang hendak dicapai agenda

prioritas ini adalah:

“….Achieving universal pre-primary education by 2035, with particular

target on the disadvantaged, such as poor children; rural communities;

marginalised ethnic and linguistic communities; and children with

disabilities benefiting the most.”17

Dari target tersebut jelas bahwa SEAMEO memiliki agenda agar mampu

mencapai pendidikan prasekolah secara menyeluruh pada tahun 2035. Sasaran

utama target ini adalah kelompok yang “dirugikan” (disadvantaged), seperti anak

miskin, masyarakat pedesaan, etnis yang termarjinalkan, dan anak berkebutuhan

khusus.

C. Perkembangan Early Childhood Care and Education (ECCE) di Asia

Tenggara

Di negara-negara berkembang, ada hampir 10 juta anak meninggal di bawah

usia lima tahun dan 20 kali lipat dari angka tersebut (lebih dari 200 juta anak)

mampu bertahan dalam kondisi tidak terasahnya potensi yang mereka miliki

17 SEAMEO, SEAMEO Seven Priority Areas + Action Agenda 2016-2020, [database online]; tersedia

di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/images/s

tories/Publications/Centers_Pub/SEAMEO_Education_agenda/04%2520SEAMEO%25207%2520Priority%2

520Areas%2520Implementation%2520by%2520Centres.pdf&ved=2ahUKEwialpjgjLvdAhUHvo8KHZX9D

1MQFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw3-jjZdv5extypuEY6WGNuB; diakses pada 24 Juni 2018.

Page 56: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

42

secara maksimal.18

Dari 200 juta tersebut, 88 juta di antaranya adalah anak-anak

yang berada di wilayah Asia Tenggara. Akibatnya, negara-negara yang berada di

wilayah ini bisa dikatakan menderita karena kehilangan 20 persen produktivitas

penduduk dewasanya.19

Tidak terasahnya potensi yang dimiliki anak-anak tersebut disebabkan

kurangnya asupan nutrisi, sentuhan pengasuhan yang memadai, dan kesempatan

untuk belajar.20

Padahal pemberian nutrisi yang baik dan jaminan kesehatan yang

memadai, pola asuh yang dilandasi rasa sayang serta dorongan untuk terus belajar

di usia dini dapat memberi kontribusi positif untuk masa depan anak. Anak akan

tumbuh sehat, berprestasi di lingkungan sekolahnya, memiliki pendapatan yang

tinggi ketika sudah dewasa, dan dapat berpartisipasi secara produktif di

lingkungan masyarakat nantinya.21

Oleh karena itu, kehidupan pada usia dini

seorang anak dan kesehatan serta kesejahteraan ibu menjadi objek yang perlu

diperhatikan guna mencetak generasi yang mumpuni.

Perkembangan anak yang meliputi perkembangan fisik, sosial/emosional,

dan bahasa (kognitif) selama awal mula kehidupannya sangat perlu untuk

diperhatikan karena akan menjadi penentu masa dewasanya. Berbagai pengalaman

yang diraihnya selama beberapa tahun pertama kehidupannya menjadi dasar

pengembangan skill-nya, pendidikannya bahkan kesempatan kerjanya kelak.

18 McGregor et al., The Lancet Child Development Series, 2007.

19 WHO dan UNICEF, Promoting Early Childhood Development in South-East Asia: Report of the WHO-UNICEF Meeting Colombo, Sri Lanka, 13-17 July 2009, 1.

20 WHO dan UNICEF, Promoting Early Childhood Development in South-East Asia: Report of the WHO-UNICEF Meeting Colombo, Sri Lanka, 13-17 July 2009, 3.

21 WHO dan UNICEF, Promoting Early Childhood Development in South-East Asia: Report of the

WHO-UNICEF Meeting Colombo, Sri Lanka, 13-17 July 2009, 3.

Page 57: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

43

Berbagai kondisi yang dialami saat dirinya beranjak dewasa, seperti permasalahan

kesehatan mental, obesitas, kerdil, penyakit hati, kriminalitas, literasi dan

numerasi semuanya berakar dari pola asuhnya ketika masih berusia dini.22

Berdasarkan fakta tersebut, tidak dapat terelakkan lagi bahwa perkembangan anak

usia dini sangat perlu untuk diperhatikan.

Perhatian terhadap perkembangan anak usia dini ini tidak bisa dilepaskan

dari aspek pendidikan. Pendidikan anak usia dini/Early Childhood Care and

Education (ECCE) jika dilihat dari perspektif psikologi dapat didefinisikan

sebagai stimulasi dan program pendidikan yang diterima anak usia 0 sampai 8

tahun.23

Mengenai batasan usia ini tidak setiap negara menerapkan aturan yang

sama. Di Indonesia misalnya, jika mengacu pada Undang-undang Pendidikan

Nasional Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 28 Ayat 1, dinyatakan bahwa

“Pendidikan anak usia dini adalah sebuah program yang diarahkan untuk anak

usia 0 sampai 6 tahun”.24

Isu mengenai pentingnya ECCE di kawasan Asia Tenggara sebenarnya

sudah mulai digaungkan secara formal melalui sebuah forum internasional pada

tahun 1990 di Jomtien, Thailand.25

Forum yang diberi nama World Conference on

22 WHO dan UNICEF, Promoting Early Childhood Development in South-East Asia: Report of the

WHO-UNICEF Meeting Colombo, Sri Lanka, 13-17 July 2009, 4.

23 UNESCO dan UNICEF, Asia-Pacific End of Decade Notes on Education for All: EFA Goal 1

Early Childhood Care and Education, (Bangkok: UNESCO Bangkok, UNICEF EAPRO, dan UNICEF ROSA, 2012).

24 Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional; [database online]; diakses dari http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf; diunduh pada 28 September 2018.

25 UNESCO, Early Childhood Care and Education in South-East Asia: Working for Access, Quality

and Inclusion in Thailand, the Philippines and Viet Nam, (Bangkok: UNESCO Asia and Pacific Regional

Bureau for Education, 2004), 1.

Page 58: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

44

Education for All (EFA) tersebut memiliki semboyan “Learning begins at birth”26

yang secara implisit mengharuskan setiap orang sejak dirinya dilahirkan (sejak

masih berusia dini) mendapatkan pendidikan.

Sejak konferensi tersebut, banyak negara di beberapa kawasan berbeda

mulai mendirikan program ECCE atau sekadar memperkuat komitmen untuk lebih

memajukan layanan ECCE di negaranya.27

Begitu pun halnya dengan banyak

negara di Asia Tenggara—walaupun belum secara keseluruhan. Pencapaian yang

sekaligus dinilai sebagai sebuah prestasi yang berhasil diperoleh kawasan ini pada

akhir dekade program EFA adalah semakin meningkatnya akses anak di kawasan

terhadap layanan ECCE dan semakin membaiknya kualitas program ECCE. Hal

ini sebagaimana diutarakan oleh Direktur UNESCO di kawasan ketika itu:

“….The most dramatic achievement, at least from a quantitative point of

view, is in the area of Early Childhood Care and Education.

Kindergartens, nurseries, day care centres have literally bloomed in the

region in dramatic numbers. We have an increase of almost 50 per cent in

the last 10 years. Gains have been registered in many of the countries of

South-East Asia. What is interesting is not just the numbers, but the

financing formulae. Unlike primary schooling, early childhood depends on

community support, on NGOs, on the private sector and that is a source of

great inspiration for the neighbouring countries as well as for the other

sectors of education for all.”28

Sepuluh tahun setelah digelarnya konferensi dunia di bidang pendidikan

tersebut, ternyata memberi pengaruh positif pada sistem pendidikan di kawasan

Asia Tenggara, khususnya pada sistem ECCE. Hal ini dapat dilihat tidak hanya

26 UNESCO, New Horizons: A Review of Early Childhood Care and Eduation in Asia and the Pacific,

(Bangkok: UNESCO Bangkok Office, 2016), xiv.

27 UNESCO, Early Childhood Care and Education in South-East Asia: Working for Access, Quality

and Inclusion in Thailand, the Philippines and Viet Nam, (Bangkok: UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education, 2004), 1.

28 UNESCO, Successes and Continuing Problems, Dr Victor Ordonez, UNESCO Proap, Education

for All Assessment 2000.

Page 59: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

45

dari banyaknya jumlah unit prasekolah dengan segala macam bentuknya, dari

mulai kindergartens, nurseries, dan day care centres yang didirikan tetapi juga

semakin membaiknya sistem pendanaan yang digunakan. Hal ini mengingat

sistem pendanaan untuk sekolah anak usia dini tidaklah sama dengan sekolah

dasar. Kemajuan sekolah untuk anak usia dini biasanya bergantung pada

dukungan dari masyarakat, lembaga nonpemerintah (NGOs), dan sektor swasta.29

Pembuktian mengenai hal ini dapat dilihat dari grafik berikut:

Grafik III.C.1 Tingkat Kehadiran Anak Usia Dini di Program-Program Prasekolah

Dari Tahun 1990-1998

Sumber: EFA Statistical Document (2000)

Berdasarkan grafik tersebut, memang tingkat kehadiran anak usia dini di

program-program prasekolah dari tahun 1990-1998 mengalami peningkatan di

hampir semua kawasan. Hanya saja ketersediaan program Early Childhood Care

29 UNESCO, Early Childhood Care and Education in South-East Asia: Working for Access, Quality

and Inclusion in Thailand, the Philippines and Viet Nam, (Bangkok: UNESCO Asia and Pacific Regional

Bureau for Education, 2004), 1.

Page 60: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

46

and Education (ECCE) ini bersifat tidak merata. Di beberapa negara dan kawasan

terbilang hampir menyeluruh dan di negara dan kawasan lain tidak ada program

dan layanan prasekolah sama sekali, seperti di kawasan Negara-negara

Arab/Afrika Utara dan Sub-Saharan Afrika.30

Kemudian setelah diadakan forum pendidikan dunia (World Education

Forum) di Dakar, Senegal yang mengevaluasi dan menindaklanjuti rencana dari

World Conference on Education for All (EFA) tahun 1990, jumlah kehadiran anak

usia dini di layanan pendidikan prasekolah di negara-negara Asia Tenggara pun

semakin membaik seperti terlihat dari grafik berikut:

Grafik III.C.2 Tingkat Kehadiran Anak Usia Dini di Program-Program

Prasekolah dari Tahun 1999-2005

Sumber: EFA Global Monitoring Report 2008

Berdasarkan grafik di atas, walaupun terjadi penurunan persentase

kehadiran anak usia dini di sekolah pada tahun 2005, akan tetapi peningkatan

persentasenya lebih banyak dialami negara-negara Asia Tenggara. Di negara

30 UNESCO, World Education Forum Dakar, Senegal 26-28 April 2000: Final Report, (Perancis:

Office of the Assisstant Director-General for Education), 2000, 11.

Page 61: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

47

Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam terjadi peningkatan kehadiran

sebanyak lebih dari sepuluh persen. Di Malaysia dan Thailand, kehadiran anak

usia dini di layanan prasekolah terbilang cukup besar (lebih dari 80%)—walaupun

terjadi sedikit penurunan di Thailand dibandingkan tahun 1999. Hal yang

kemudian menjadi tantangan terbesar ketika itu adalah memajukan layanan ECCE

di Kamboja dan Laos yang memiliki persentase kehadiran anak di prasekolah

kurang dari sepuluh persen.31

Tidak hanya dari segi pendidikan, dari sisi kesejahteraan dan kesehatan anak

pun dua negara tersebut (Kamboja dan Laos) masih dikatakan tertinggal jika

dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya. Di kedua negara ini, tingkat

kematian bayi di bawah usia lima tahun masih terbilang tinggi, yakni lebih dari

120 per 1000 kelahiran dibandingkan di Brunei Darussalam dan Singapura yang

kurang dari 10 per 1000 kematian. Selain itu, lebih dari 40% anak di Kamboja dan

Laos menderita stunting32

akibat kekurangan nutrisi. Persentase ini pun dinilai

tinggi karena di Singapura dan Thailand hanya sekitar 15% saja anak yang

menderita stunting.33

Dalam sebuah forum pertemuan yang diselenggarakan oleh Badan

Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF di Kolombo, Sri Lanka pada 13-17 Juli

31 UNESCO, EFA Global Monitoring Report 2008: Education for All by 2015 Will We Make It?,

(Bangkok: UNESCO Bangkok Office, 2008), 2.

32 Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk,

infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Indikasi seorang anak menderita stunting di

antaranya memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa, mudah terserang penyakit, dan memiliki

kemampuan kognitif yang rendah. http://www.who.int/nutrition/healthygrowthproj_stunted_videos/en/ (World Health Organization: Nutrition)

33 UNESCO, EFA Global Monitoring Report 2008: Education for All by 2015 Will We Make It?,

(Bangkok: UNESCO Bangkok Office, 2008), 1-2.

Page 62: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

48

2009, beberapa negara di Asia Tenggara menyampaikan kondisi pelayanannya

terhadap anak usia dini. Beberapa negara tersebut yakni:34

1. Indonesia

Indonesia memiliki satu badan khusus yang menangani koordinasi

program dan para pemangku kepentingan yang terlibat dalam perkembangan anak

usia dini, yakni Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Selain

melakukan koordinasi, badan ini juga mengembangkan sebuah program yang

bernama “Strategi Nasional untuk Perkembangan Anak Usia Dini secara

Komprehensif” (2008) yang kemudian draft finalnya diberi nama “Garis Pedoman

Manajemen dan Implementasi Perkembangan Anak Usia Dini Komprehensif”.

Kegiatan yang dilakukan dalam menjalankan program tersebut berfokus

pada deteksi dini terhadap berbagai penyimpangan dalam standar pertumbuhan,

nutrisi, dan perkembangan. Buku Saku Kesehatan Ibu dan Anak adalah alat yang

dimanfaatkan untuk mengukur pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini

yang didistribusikan pada keluarga-keluarga, Pusat Kesehatan Masyarakat

(PUSKESMAS), prasekolah, TK, dan program lain yang melayani kesehatan

anak.

Beberapa langkah strategis telah dilakukan Indonesia dalam menjamin

terpenuhinya kebutuhan tumbuh-kembang anak usia dini yang komprehensif,

seperti:

a. Isu mengenai perkembangan anak usia dini telah dijadikan sebagai

agenda prioritas Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan,

34 WHO dan UNICEF, Promoting Early Childhood Development in South-East Asia: Report of the

WHO-UNICEF Meeting Colombo, Sri Lanka, 13-17 July 2009.

Page 63: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

49

Badan Perencanaan Keluarga Nasional, Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Pemberdayaan Perempuan, dan Departemen Sosial.

b. Dibentuknya Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (POSYANDU) yang

memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang sifatnya

pencegahan, seperti MCH, FP, nutrisi, imunisasi dan kontrol penyakit

diare yang tersebar di lebih dari 68.000 desa.

c. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini meluncurkan beberapa

lembaga nonformal untuk anak usia 2-4 tahun agar mendapatkan

pendidikan. Lembaga tersebut meliputi playgroups yang diberi nama

Kelompok Bermain (KB), daycare yang dikenal dengan Taman

Penitipan Anak (TPA). KB dirancang untuk fokus pada stimulasi

sosio-emosional anak melalui metode “learning by playing”.

d. Badan Perencanaan Keluarga Nasional membentuk program Bina

Keluarga Balita (BKB) yang menawarkan sesi pendidikan pengasuhan

satu kali dalam sebulan untuk setiap grup yang terdiri dari 15 ibu

dengan anaknya. Sejak tahun 2003 diperkirakan ada sekitar 89.000

grup BKB yang aktif di seluruh Indonesia.

Beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia dalam melayani

perkembangan anak usia dini ini adalah sebagai berikut:

a. Membutuhkan revitalisasi dan reinvestasi di beberapa program, seperti

POSYANDU dan BKB untuk lebih meningkatkan lagi kualitas dan

efektivitasnya.

b. Kurangnya koordinasi antara sektor swasta dan pemerintah.

Page 64: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

50

c. Suboptimal akses dan kualitas deteksi dini serta intervensi

penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan di level dasar.

d. Rumah sakit provinsi dan kabupaten masih belum bisa dijadikan

rujukan.

e. Minimnya pengetahuan dan skill yang dimiliki keluarga dan

masyarakat terkait praktik pengasuhan dan perkembangan anak usia

dini.

2. Myanmar

Perkembangan anak usia dini telah menjadi salah satu dari keempat tujuan

sosial yang menjadi fokus perhatian Dewan Pembangunan dan Perdamaian

Negara di Myanmar. Selain itu, dalam rencana aksinya yang diberi nama an

Education For All National Action Plan (2003-2015), dicantumkan bahwa tujuan

kelima yang hendak dicapai oleh negara ini adalah memajukan layanan ECCE

yang komprehensif. Lembaga yang mengurus persoalan ECCE di Myanmar

adalah Departemen Kesejahteraan Sosial yang berada di bawah Kementerian

Kesejahteraan Sosial, Bantuan dan Transmigrasi. Departemen inilah yang

membangun pusat penitipan anak, prasekolah yang berbasis komunitas, tempat

tinggal untuk anak yang sudah tidak memiliki orangtua dan anak terlantar yang

berusia di bawah 5 tahun.

Ada beberapa pencapaian yang sudah dilakukan Myanmar dalam

tujuannya meningkatkan kualitas ECCE di negaranya, yakni:

a. Pendidikan mengasuh anak (parenting) telah sampai ke pedasaan dan

perkotaan yang dilakukan melalui diskusi program dalam mengasuh anak,

Page 65: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

51

pencegahan malaria, pengetahuan tentang HIV/AIDS, bantuan nutrisi, dan

pengasuhan anak di bawah usia lima tahun.

b. Skema aktivitas kesehatan berbasis masyarakat/The Community-Based

Health Activities (CBHA) telah diimplementasikan di 28 kabupaten dari

total 325 kabupaten.

c. Hampir 4000 relawan promotor kesehatan telah dilatih.

d. Buku catatan perkembangan telah dibuat dan didistribusikan untuk anak di

bawah usia lima tahun.

e. Pemberian makan yang sehat, meningkatkan Infant and Young Child

Feeding (IYCF), pencegahan penyakit beri-beri, kampanye cacingan, dan

penghapusan defisiensi Vitamin A yang dikhususkan untuk ibu hamil dan

anak di bawah usia 5 tahun.

f. Iodisasi garam secara universal telah diadopsi sebagai upaya lanjutan

pemberantasan penyakit akibat kekurangan yodium.

g. Kementerian Kemajuan Wilayah Perbatasan, Ras Nasional, dan

Pembangunan telah membuka 38 unit prasekolah di wilayah terpencil,

wilayah perbatasan, dan wilayah empat etnis minoritas tertinggal.

Dalam upaya memperbaiki kualitas pelayanan terhadap perkembangan

anak usia dini di negaranya, Myanmar menemukan beberapa tantangan yang harus

dihadapi agar targetnya bisa tercapai. Beberapa tantangan tersebut meliputi:

a. Kurangnya kesadaran masyarakat dan keluarga mengenai

perkembangan anak usia dini dan pentingnya stimulasi perkembangan

psikososial.

Page 66: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

52

b. Kesulitan jangkauan yang dialami oleh warga yang tinggal di

beberapa wilayah menjadi sebab keengganan orangtua untuk

mengirimkan anaknya ke lembaga-lembaga prasekolah (ECCE).

c. Keterbatasan jumlah lembaga prasekolah (ECCE) untuk anak miskin,

anak yang berasal dari wilayah terpencil, perbatasan dan pegunungan,

anak yang berkebutuhan khusus, dan anak yang sudah tidak memiliki

orangtua.

d. Ketiadaan kebijakan dan program spesifik dari Kementerian

Kesehatan.

e. Kurangnya koordinasi Kementerian Kesehatan dengan kementerian

lain yang terlibat dalam program perkembangan anak usia dini.

f. Minimnya promotor kesehatan yang berkampanye akan pentingnya

kesehatan keluarga dan masyarakat.

3. Thailand

Di Thailand, isu mengenai perkembangan anak usia dini telah menjadi

program perencanaan nasionalnya yang tercantum dalam Thailand’s Tenth

National Socioeconomic Development Plan (2007-2011). Dalam plan-nya

tersebut, Thailand menyebutkan secara spesifik target yang hendak dicapai, yakni

meningkatkan persentase anak di bawah usia lima tahun yang mendapatkan

jaminan perkembangannya secara normal dari yang awalnya sebanyak 67,7 persen

pada tahun 2007 menjadi lebih dari 80 persen pada tahun 2011. Selain itu, di

dalamnya juga dicantumkan target untuk meningkatkan pemberian Air Susu Ibu

Page 67: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

53

(ASI) untuk bayi usia enam bulan dari yang awalnya hanya 14,7 persen menjadi

lebih dari 30 persen.

Dalam upayanya menyejahterakan perlindungan terhadap anak usia dini,

ada beberapa hal yang telah berhasil dilakukan oleh Negeri Gajah Putih ini, yakni:

a. Buku pegangan mengenai kesehatan anak dan ibu yang di dalamnya

terdapat prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang boleh dan tidak

boleh dilakukan dalam pengasuhan anak telah berhasil dikembangkan.

b. Program pengasuhan yang dimulai dari trimester pertama kemudian

berlanjut sampai periode sebelum melahirkan, periode saat setelah

melahirkan sampai anak berusia tiga tahun juga telah

diimplementasikan.

c. Program “Family Love Bonding Hospital Programme” yang

mendorong rumah sakit agar memberikan fasilitas yang ramah anak,

aman untuk para ibu, dan dapat melibatkan peran serta masyarakat

pun telah berhasil diwujudkan.

Di samping pencapaian tersebut, ada beberapa hal yang menjadi hambatan

tercapainya rencana aksi tersebut, seperti:

a. Kurangnya pemahaman para pengasuh dalam mempromosikan

perkembangan anak.

b. Ketidaksetaraan akses yang dimiliki masyarakat terhadap layanan

ECCE.

c. Tidak terpenuhinya kebutuhan yang diperlukan oleh penduduk yang

kurang beruntung.

Page 68: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

54

d. Klinik kesehatan hanya menyediakan vaksinasi saja.

e. Kurangnya tenaga medis dalam sektor pemerintahan.

f. Kurangnya kunjungan rumah untuk pengasuhan anak setelah

melahirkan.

4. Timor Leste

Negara ini memiliki beberapa strategi yang berfokus pada perkembangan,

pertumbuhan dan nutrisi anak. Walaupun tidak ada sektor kesehatan yang secara

khusus melakukan intervensi tetapi Kementerian Kesehatan berusaha memberikan

arahan mengenai paraktik-praktik kunci dalam keluarga melalui program C-IMCI

dan memasukkan komponen penilaian psikososial ke dalam pemantauan

pertumbuhan dan perkembangan dalam program nutrisi.

Selain itu, terdapat beberapa sektor lain yang juga turut berkontribusi

dalam menjamin perkembangan anak usia dini di Timor Leste. Sektor pendidikan

di sana berusaha mempromosikan mengenai pentingnya perkembangan anak usia

dini melalui program pengasuhan anak (parenting) dan prasekolah, sektor

kesejahteraan sosial melalui program yang mendukung anak yang berkebutuhan

khusus, dan sektor buruh, hukum, dan penyelenggaraannya melalui pembuatan

“baby corners” di tempat kerja.

Beberapa pencapaian yang telah berhasil dilakukan Timor Leste dalam

kaitannya menjamin perkembangan anak usia dini ini adalah sebagai berikut:

a. Mendirikan layanan kesehatan yang meliputi pengasuhan sebelum

lahir, ketika lahiran, dan setelah lahiran, mengembangkan program

Page 69: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

55

imunisasi, program C-IMCI, dan promosi kesehatan untuk

masyarakat.

b. Program nutrisi yang meliputi pemberian suplemen, pemantauan

pertumbuhan, Behaviour Change Communication (BCC), dan

pengasuhan yang bersifat terapis untuk beberapa anak.

c. Dalam sektor pendidikan, Draft Kebijakan Nasional terkait ECCE

sudah dibuat sejak tahun 2000 saat forum Anak Usia Dini yang

digelar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan

Olahraga serta UNICEF.

Tentunya dalam mewujudkan layanan untuk anak usia dini yang

berkualitas ini tidak bisa lepas dari berbagai tantangan yang perlu dihadapi,

seperti:

a. Isu mengenai perkembangan anak usia dini masih dipertimbangkan

untuk menjadi prioritas dalam sektor kesehatan.

b. Masih kurangnya pembuatan kebijakan-kebijakan dan langkah-

langkah strategis.

c. Minimnya SDM yang terlatih.

d. Koordinasi antarsektor dinilai masih kurang dalam menjamin

terlaksananya pengasuhan anak usia dini berkualias.

e. Anggaran belanja yang masih terbatas.

Sebagai perwujudan komitmen negara-negara Asia Tenggara dalam

mewujudkan pendidikan anak usia dini berkualitas di kawasan, setiap negara telah

membuat kebijakan dan undang-undang khusus terkait anak usia dini. Pertama, di

Page 70: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

56

Brunei Darussalam. Negara ini memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Tahun 2007-2012 yang juga dikenal sebagai Wawasan Brunei 2035. Dalam

rencana pembangunan tersebut, Brunei menjadikan pendidikan anak usia dini

sebagai prioritas investasi. Hal ini sebagaimana tercantum dalam kebijakannya

(Outlined Strategies and Policies for Development) Tahun 2007-2017.35

Kebijakan ini merupakan inisiasi dari Kementerian Pendidikan dengan sebagian

besar berfokus pada anak usia 5-6 tahun. Kementerian Pendidikan mendirikan unit

Pendidikan Anak Usia Dini ini pada tahun 2010 dan kemudian memperluas

cakupan usianya menjadi 3-6 tahun.

Kedua, di negara Kamboja. Kebijakan nasional pendidikan anak usia dini

di negara ini baru disetujui tahun 2008 melalui Konsultasi Antarmenteri dan

disahkan oleh pemerintah pada tahun 2010.36

Setelah itu, disusunlah rencana aksi

nasional dan dibentuk pula Komite Teknis ECCE (ECCD Technical Committee)

dengan mencantumkan 15 kementerian dalam petunjuk pelaksanaannya.

Ketiga, di Indonesia. Di negara ini, hampir 99 persen Taman Kanak-kanak

(TK) dikelola oleh pihak swasta. Sementara pemerintah hanya mengoperasikan

sekitar 0,6 persen. Minimnya investasi pemerintah dalam hal ECCE ini

menyebabkan rendahnya keikutsertaan anak usia dini dari kalangan masyarakat

tidak mampu dalam bidang pendidikan diakibatkan ketidakmampuannya

membayar biaya tinggi yang dipatok swasta.37

Walaupun demikian, dalam

35 Ministry of education Document, Brunei Darussalam, 2008.

36 Royal Government of Cambodia Document, Cambodia, 2010.

37 UNESCO dan UNICEF, Asia-Pacific End of Decade Notes on Education for All: EFA Goal 1

Early Childhood Care and Education, (Bangkok: UNESCO Bangkok, UNICEF EAPRO, dan UNICEF

ROSA, 2012).

Page 71: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

57

dokumen Laporan Negara tentang Education for All-Mid Decade disebutkan

bahwa Direktorat PAUDNI telah membuat komitmen yang sejalan dengan

Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Tahun 2004-2009 bahwasannya

semua kebijakan hendaknya sesuai dengan tiga agenda: i) memastikan semakin

membaiknya akses terhadap ECCE; ii) meningkatkan jaminan kualitas layanan

ECCE; dan iii) memperkuat pertanggungjawaban layanan ECCE.

Keempat, Laos. Dalam Undang-Undang Pendidikan Tahun 2007 Pasal 14

dan 15 terdapat ketentuan khusus mengenai ECCE. Di dalamnya disebutkan

bahwa ECCE terbagi menjadi dua bagian, yakni Crèches dan Kindergarten.

Crèches diperuntukkan bagi bayi usia tiga bulan sampai anak usia tiga tahun

sedangkan Kindergarten melayani anak usia tiga-enam tahun (sebelum memasuki

sekolah dasar).38

Kelima, Malaysia. Di negara ini, Undang-Undang Tahun 1984 tentang

Pusat Pengasuhan Anak yang diamandemen tahun 2007 menjamin kualitas ECCE.

Undang-Undang 550 yang merupakan Undang-Undang Pendidikan Nasional

secara formal mengintegrasikan pendidikan prasekolah pada sisem pendidikan.

Kurikulum ECCE secara formal diperkenalkan sejak tahun 2003.39

ECCE di

Malaysia terbagi menjadi dua grup: Usia 0-4 tahun dan usia 4-6 tahun. Grup usia

4-6 tahun berada di bawah pertanggungjawaban Kementerian Pendidikan,

Kementerian Pembangunan Daerah dan Pedesaan (MRRD), dan Departemen

Kesatuan dan Integrasi Nasional. Sementara grup usia 0-4 tahun berada di bawah

38 UNESCO-IBE, 2010, tersedia di

http://www.ibe.unesco.org/fileadmin/user_upload/Publications/WDE/2010/pdf-versions/Lao_PDR.pdf

diakses pada 21 Juni 2018.

39 Ministry of Education Document, Malaysia, 2009.

Page 72: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

58

tanggung jawab Kementerian Pembangunan Masyarakat, Keluarga, dan

Perempuan) dan MRRD. MRRD diakui sebagai penggagas pendidikan

prasekolah di Malaysia.40

Keenam, di Filipina. Dalam acuan Republik, keputusan 8980 (Undang-

Undang tentang ECCE) mengumumkan secara resmi kebijakan nasional,

komprehensif, dan multisektor tentang ECCE. Untuk mencapai tujuan EFA pada

tahun 2015, Departemen Pendidikan Filipina membuat pendidikan prasekolah

(Kindergarten) untuk anak usia lima tahun pada Juni 2011.

Ketujuh, Singapura. Di negara ini, Undang-Undang Pusat Pengasuhan

Anak dan Peraturan Pusat Pengasuhan Anak Tahun 1988 telah ada untuk

mengontrol, memberi izin, dan mengatur pusat pengasuhan anak usia 18 bulan

sampai tujuh tahun. Pusat pengasuhan anak ini telah diberi izin oleh Kementerian

Masyarakat, Pemuda, dan Olahraga, sementara Taman Kanak-Kanak

(Kindergarten) telah didaftarkan oleh Kementerian Pendidikan.41

Singapura juga

mulai melakukan akreditasi terhadap pendidikan-pendidikan prasekolah sejak

Januari 2011.42

Kedelapan, Thailand. Dewan Menteri yang diketuai oleh Perdana Menteri

telah membuat sebuah undang-undang berupa Kebijakan dan Strategi Jangka

Panjang untuk ECCE pada Mei 2007. Berdasarkan kebijakan tersebut, aktivitas

ECCE tersedia untuk dua grup usia: nol sampai tiga tahun dan tiga sampai lima

40 Ministry of Education Document, Malaysia, 2009.

41 UNESCO-IBE, 2006a, tersedia di http://www.ibe.unesco.org/sites/default/files/Singapore.pdf

diakses pada 21 Juni 2018.

42 UNESCO dan UNICEF, Asia-Pacific End of Decade Notes on Education for All: EFA Goal 1

Early Childhood Care and Education, (Bangkok: UNESCO Bangkok, UNICEF EAPRO, dan UNICEF

ROSA, 2012).

Page 73: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

59

tahun. Kebijakan dan Strategi Jangka Panjang untuk ECCE grup usia nol sampai

lima tahun (2007-2016) menyediakan petunjuk yang bermanfaat dan banyak

dibutuhkan dalam layanan ECCE dan berfokus pada perlindungan, keamanan, dan

segala hal yang dapat menyeimbangkan proses tumbuh kembang anak.43

Kesembilan, Timor Leste. Kebijakan ECCE telah difinalisasi pada akhir

tahun 2011 untuk memastikan penyatuan satu sampai dua tahun prasekolah pada

sistem pendidikan. Tantangan yang signifikan adalah penerapan kebijakan

berbasis „bahasa ibu‟ karena tiga bahasa utama pribumi adalah bahasa lisan.

Kebijakan Pendidikan Nasional 2007-2012 menyatakan bahwa akses pada

pendidikan prasekolah dipahami sebagai komponen penting pendidikan dasar.44

Pada tahun 2007-2008, terdapat 143 unit prasekolah di Timor Leste. Ini

merupakan perkembangan yang signifikan karena lima tahun sebelumnya (2002)

hanya terdapat 57 unit prasekolah.

Terakhir, Vietnam. Undang-Undang Pendidikan Tahun 2005 menyebutkan

bahwa ECCE adalah bagian dari sistem pendidikan nasional. Departemen ECCE

berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Pelatihan dan bertanggung

jawab terhadap setiap program, standar, strategi, dan pedoman anak usia dini.45

Proyek nasional dalam pengembangan ECCE memprioritaskan pada

pembangunan sekolah Taman Kanak-kanak di wilayah-wilayah terpencil.46

43 Ministry of Education, Thailand, 2008b.

44 Ministry of Education, Timor-Leste, 2008.

45 UNESCO-IBE, 2006b, tersedia di http://www.ibe.unesco.org/sites/default/files/Viet_Nam.pdf diakses pada 21 Juni 2018.

46 UNESCO dan UNICEF, Asia-Pacific End of Decade Notes on Education for All: EFA Goal 1

Early Childhood Care and Education, (Bangkok: UNESCO Bangkok, UNICEF EAPRO, dan UNICEF

ROSA, 2012).

Page 74: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

60

Di samping itu, ada pula beberapa usaha inovatif yang dilakukan negara-

negara di Asia Tenggara dalam mengatasi minimnya akses terhadap imunisasi,

rendahnya status nutrisi, dan terenggutnya kebahagiaan yang berhak anak usia

dini dapatkan. Misalnya di Filipina. Program kesehatan diatur oleh Consuelo

Foundation yang menggunakan skema kunjungan ke rumah. Orang yang terlibat

dalam program ini adalah ibu hamil dan ibu muda dengan menyediakan

“penasihat” yang mengunjungi rumah mereka di tiga tahun pertama kelahiran

anaknya.

Program ini difokuskan pada bagaimana pola asuh positif yang perlu

diterapkan dan mengurangi bahaya lingkungan melalui: i) penambahan

pengetahuan mengenai pola perkembangan anak; ii) penyediaan permainan dan

aktivitas lainnya yang dapat mendukung perkembangan kesehatan dan

pembelajaran; iii) memperkuat hubungan antaranggota keluarga; iv) menambah

akses pada layanan sosial, pengobatan, dan pekerjaan. Keluarga dengan anak yang

usianya sama dibuatkan menjadi satu kelompok selama kehamilan dan pada dua

tahun pertama kehidupan anak dengan kunjungan dua sampai tiga kali setiap

bulannya. Pada tahun ketiga, intensitas kunjungannya berkurang menjadi satu atau

dua kali per bulan.47

Di Malaysia, kebijakan mengenai layanan kesehatan anak dipromosikan

melalui program-program yang meliputi kunjungan rutin dan pemeriksaan

kesehatan anak, imunisasi, pemantauan dan evaluasi mengenai status nutrisi dan

pertumbuhan, dan pengetahuan kesehatan untuk kesehatan. Kebijakan Nutrisi

47 ARNEC Connections: Working Together for Early Childhood. Special Edition: Noteworthy Early

Childhood Care and Development (ECCD) Practices 2010. Singapore: ARNEC, 2011b.

Page 75: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

61

Nasional yang dirumuskan pada tahun 2003 mempromosikan mengenai program-

program yang mencakup pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan diet serta

pola hidup sehat.

Sedangkan di Indonesia, ada layanan khusus untuk meningkatkan

kesehatan dan nutrisi anak usia di bawah lima tahun. ECCE diatur melalui Pusat

Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) dan Pos Pelayanan Terpadu

(POSYANDU). POSYANDU adalah pusat kegiatan “dari masyarakat, untuk

masyarakat, dan oleh masyarakat dengan pengawasan dari pihak medis. Walaupun

jumlah POSYANDU bertambah dari tahun 2004-2006 tetapi akses anak terhadap

layanan ini justru berkurang dari 10,8 juta (2004) menjadi 6,6 juta (2006).48

Adapun di Laos, usaha ini dilakukan melalui koordinasi antara

Kementerian Pendidikan dan Pusat Kesehatan Ibu dan Anak untuk

mempromosikan pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan meningkatkan nutrisi untuk

anak di kalangan masyarakat etnolinguistik dan di pedesaan serta daerah terpencil.

Di Myanmar, ada beberapa proyek melalui Manajemen Terpadu Skema

Penyakit Ibu dan Anak mengenai beberapa program kesehatan. Energi protein,

kekurangan gizi, dan deisiensi mikronutrien lainnya telah mendorong intervensi

pemerintah yang ditargetkan khusus pada wanita hamil dan anak usia di bawah

lima tahun. Pemantauan pertumbuhan anak usia di bawah tiga tahun juga menjadi

target lain dari inisiatif ini.

Terakhir, di Thailand. Penyediaan program layanan terpadu untuk anak

usia dini meliputi imunisasi, check-up kesehatan fisik, memantau perkembangan

48 Ministry of National Education, Indonesia, 2007:44

Page 76: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

62

kognitif dan pemberian suplemen nutrisi telah dilakukan. Edukasi orangtua dalam

Pengasuhan Anak dan Catatan Kesehatan Ibu dan Bayi disediakan sejak kali

pertama terdaftar oleh petugas kesehatan. Data dari catatan tersebut diberikan

kepada guru dan membantu mereka dalam memantau kesehatan anak setelah

mereka masuk sekolah. Petugas kesehatan ini juga biasanya melakukan kunjungan

ke pusat pengasuhan anak dan sekolah dengan memberikan layanan check-up

kesehatan sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun. Petugas kesehatan juga

biasanya melakukan kunjungan keluarga terutama yang memiliki anak kecil.

Perhatian khusus juga diberikan pada kesehatan ibu sejak masa kehamilan sampai

setelah melahirkan. Kesehatan anak sangat diperhatikan sampai dirinya masuk

sekolah.

Page 77: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

63

BAB III

SDGs DAN ISU SENTRAL EARLY CHILDHOOD CARE AND

EDUCATION (ECCE) DALAM HUBUNGAN

INTERNASIONAL

Dalam bab III, penelitian difokuskan pada keterkaitan Sustainable

Development Goals (SDGs) dengan Early Childhood Care and Education

(ECCE) yang belakangan ini menjadi isu sentral dalam hubungan internasional.

Pada subbab pertama, dijelaskan mengenai pergeseran pola fokus kajian

hubungan internasional yang sebelum abad 21 didominasi oleh aspek keamanan.

Ketika abad 21, kajian hubungan internasional justru lebih diwarnai oleh aspek

sosial dan ekonomi. Kedua aspek inilah yang pada gilirannya menginisiasi

pembentukan agenda global PBB (SDGs) tahun 2015-2030.

Pada bagian berikutnya, dibahas mengenai salah satu poin SDGs yang

objeknya merupakan milestone pembentukan agenda global ini—anak usia dini,

yakni ECCE. Pada bagian terakhir, penelitian ingin membuktikan bahwa saat ini

isu ECCE telah menjadi bagian dari isu sentral hubungan internasional berkaitan

dengan SDGs, yakni adanya proyek dunia Organisation Mondiale pour

l’Education Prescolaire (OMEP): ECCE untuk ketahanan (sustainability).

Page 78: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

64

A. Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai Agenda PBB Tahun

2030

Memasuki abad 21, objek hubungan internasional mengalami pergeseran

perihal fokus kajiannya. Dewasa ini, fokus kajian hubungan internasional tidak

lagi tertuju pada konflik dan perang yang mengancam sistem keamanan nasional

dan internasional tetapi lebih kepada aspek lain yang pada abad 20 dianggap

sebagai aspek sekunder. Aspek sekunder yang dimaksud adalah bidang ekonomi

dan sosial. Saat ini, para pembuat kebijakan dalam hubungan internasional telah

sepakat menjadikan kedua aspek tersebut sebagai elemen yang bersifat high

politics menggantikan sistem keamanan seiring dengan berakhirnya Perang

Dingin.1

Berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet telah

berkontribusi pada penurunan kemungkinan terjadinya perang konvensional

antarnegara.2 Oleh sebab itu, studi tentang keamanan tradisional yang hanya

berfokus pada aspek militer saja dinilai kurang relevan jika diterapkan di era saat

ini. Sistem keamanan tidak hanya bergantung pada kuatnya aspek militer saja.

Akan tetapi, ada hal lain yang kemudian banyak dipandang oleh para pembuat

kebijakan sebagai penentu kekuatan dan keamanan suatu negara.

1 Piangtawan Phanprasit, Do You Agree that in the Post-Cold War World ‘Low Politics’ Have Become

‘High Politics’?, E-International Relations Students, 2010, 536; tersedia di https://www.e-

ir.info/2010/12/01/do-you-agree-that-in-the-post-cold-war-world-%E2%80%98low-politics%E2%80%99-

have-become-%E2%80%98high-politics%E2%80%99/; diakses 2 September 2018.

2 Piangtawan Phanprasit, Do You Agree that in the Post-Cold War World ‘Low Politics’ Have Become

‘High Politics’?, E-International Relations Students, 2010, 536; tersedia di https://www.e-

ir.info/2010/12/01/do-you-agree-that-in-the-post-cold-war-world-%E2%80%98low-politics%E2%80%99-

have-become-%E2%80%98high-politics%E2%80%99/; diakses 2 September 2018.

Page 79: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

65

Pertimbangan ekonomi yang oleh para negarawan diartikan sebagai seni

pelaksanaan kepentingan negara yang meliputi kebijakan dalam dan luar negeri

pun mendapat banyak perhatian.3 Tidak heran jika kemudian bidang ini

dikategorikan sebagai high politics setelah sebelumnya hanya merupakan aspek

low politics saja. Atas dasar inilah, negara-negara kemudian saling berkompetisi

dalam bidang ekonomi.

Pemenuhan aspek ekonomi ini tidak bisa dilepaskan dari kekayaan alam.

Agar suatu negara dapat berkompetisi dengan negara lainnya atau minimal dapat

survive, pasti membutuhkan hasil alam dalam prosesnya. Adanya fenomena pasar

bebas (free market) yang memungkinkan setiap negara bisa saling melakukan jual

beli komoditas yang diperlukannya semakin memacu setiap negara untuk

berusaha menyediakan komoditas andalannya. Bukan hal yang mustahil jika ini

tetap dilakukan di luar batas kewajaran, akan terjadi eksploitasi Sumber Daya

Alam (SDA).

Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang dilakukan beberapa negara untuk

meningkatkan standar hidup juga terkadang dicapai dengan cara yang merusak

secara global dan dalam jangka waktu yang panjang.4 Upaya perbaikan yang

biasanya didasarkan pada penggunaan peningkatan jumlah bahan mentah, energi,

bahan kimia, dan sintetis serta pada penciptaan polusi yang kurang diperhitungkan

3 Baldwin, D.A., Economic Statecraft. (New Jersey: Princeton University Press, 1985). Hlm. 8.

4 World Commission on Environment and Development, Our Common Future, [database online],

1987, hlm. 29; tersedia di https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.un-

documents.net/our-common-

future.pdf&ved=2ahUKEwjos6eBmq3dAhXIe30KHeIvCxwQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw08xnOppOoj

OqrOONuKtd_r; diakses 9 September 2018.

Page 80: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

66

dalam menentukan biaya proses produksi telah menimbulkan efek tidak terduga

pada lingkungan.5

Menyadari hal tersebut, organisasi terbesar di dunia, Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB), merasa perlu untuk melakukan pembaharuan perihal rencana

globalnya. Sebagai langkah pertama, PBB membentuk sebuah badan khusus yang

concern membahas mengenai lingkungan dan pembangunan. Badan tersebut

bernama United Nations World Commission on Environment and Development

(WCED). Melalui badan ini, lahirlah sebuah agenda global yang hendak dicapai

PBB dari tahun 2015 sampai 2030. Agenda tersebut dinamakan Agenda

Pembangunan Berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai

Sustainable Development Goals (SDGs).

SDGs disepakati sebagai agenda global PBB oleh para pemimpin dari 193

negara di dunia pada 25 September 2015.6 Agenda ini disusun berdasarkan Tujuan

Pembangunan Milenium/Millennium Development Goals (MDGs) yang telah

diupayakan dari tahun 2000 sampai 2015. Setelah masa berlaku MDGs habis pada

tahun 2015, SDGs dibentuk guna melanjutkan pembangunan dunia hingga tahun

2030.

5 World Commission on Environment and Development, Our Common Future, [database online],

1987, hlm. 29; tersedia di https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.un-

documents.net/our-common-

future.pdf&ved=2ahUKEwjos6eBmq3dAhXIe30KHeIvCxwQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw08xnOppOoj

OqrOONuKtd_r; diakses 9 September 2018

6 Sekar Panuluh dan Meila Riskia Fitri, Perkembangan Pelaksanaan Sustainable Development Goals

(SDGs) di Indonesia: September 2015-September 2016, [database online] (International NGO Forum on

Indonesian Development (INFID), Oktober 2016); tersedia di https://www.sdg2030indonesia.org/an-

component/media/upload-book/Briefing_paper_No_1_SDGS_-2016-Meila_Sekar.pdf; internet; diunduh pada

21 April 2018.

Page 81: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

67

SDGs yang secara resmi dinyatakan dalam Resolusi PBB 70/1 dengan judul

―Mentransformasi Dunia Kita: Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan‖

(Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development)

merupakan rencana aksi global dengan tujuan untuk melindungi dan membangun

bumi beserta seluruh manusia di dalamnya bersamaan dengan pembangunan

kesejahteraan dan perdamaian bagi semua pada tahun 2030.7

SDGs membawa lima prinsip mendasar yang menyeimbangkan dimensi

ekonomi, sosial, dan lingkungan, yaitu: 1) People (manusia); 2) Planet (bumi);

3) Prosperity (kemakmuran); 4) Peace (perdaiaman); dan 5) Partnership

(kerjasama). Kelima prinsip dasar ini dikenal dengan istilah 5P dan menaungi 17

Tujuan, 169 Sasaran & 241 indikator yang tidak dapat dipisahkan, saling

terhubung, dan terintegrasi satu sama lain guna mencapai kehidupan manusia

yang lebih baik.8 SDGs bertujuan untuk mengukur dimensi sosial, ekonomi, dan

lingkungan dari pembangunan berkelanjutan.9 Penjelasan masing-masing tujuan

pembangunan ini terlampir (lampiran 1).

Pembentukan SDGs dinilai penting untuk dijadikan sebagai agenda global

dan kelanjutan dari MDGs mengingat dari awal diberlakukan hingga akhir

7 United Nations, Resolution adopted by the General Assembly on 25 September 2015, [database

online] (General Assembly, 21 Oktober 2015); tersedia di

http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=A/RES/70/1&Lang=E; internet; diunduh pada 21 April 2018.

8 United Nations, Resolution adopted by the General Assembly on 25 September 2015, [database

online] (General Assembly, 21 Oktober 2015); tersedia di

http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=A/RES/70/1&Lang=E; internet; diunduh pada 21 April 2018.

9 United Nations, Resolution adopted by the General Assembly on 25 September 2015, [database

online] (General Assembly, 21 Oktober 2015); tersedia di

http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=A/RES/70/1&Lang=E; internet; diunduh pada 21 April

2018.

Page 82: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

68

periodenya, MDGs dapat dikatakan sukses dalam mewujudkan beberapa

tujuannya. Berdasarkan laporan yang tersedia, MDGs telah berhasil memangkas

setengah dari kemiskinan dunia.10

Keberhasilan ini dinilai sebagai gerakan anti-

kemiskinan paling sukses dalam sejarah.11

Dikatakan demikian karena

implementasi agenda ini telah membawa lebih dari satu miliar orang keluar dari

zona kemiskinan ekstrim.12

Selain itu, MDGs juga dinilai berhasil mengatasi

kelaparan, meningkatkan angka partisipasi anak perempuan di sekolah dan

melindungi planet. Walaupun MDGs telah dikatakan berhasil dalam memberantas

kemiskinan tetapi belum dikatakan sukses dalam mewujudkan kesetaraan.13

Agar beberapa tujuan yang belum berhasil dicapai MDGs ini dapat sukses

terlaksana, SDGs berupaya untuk menyelesaikan misi MDGs sekaligus

memetakan agenda ke depan yang lebih luas. SDGs yang menekankan pada

inklusi dan ―menutup kesenjangan‖ guna menjamin tidak ada seorang pun yang

tertinggal dalam upaya pembangunan berkelanjutan menjadikan salah satu ciri

10 UNDP, Sustainable Development Goals, [database online]; tersedia di

http://www.undp.org/content/dam/undp/library/corporate/brochure/SDGs_Booklet_Web_En.pdf; internet;

diunduh pada 19 April 2018.

11 United Nations, The Millenium Development Goals Report 2015, [database online]; tersedia di

http://www.un.org/millenniumgoals/2015_MDG_Report/pdf/MDG%202015%20rev%20(July%201).pdf; internet; diunduh pada 7 Mei 2018.

12 United Nations, The Millenium Development Goals Report 2015, [database online] (New York:

United Nations, 2015); tersedia di

http://www.un.org/millenniumgoals/2015_MDG_Report/pdf/MDG%202015%20rev%20(July%201).pdf diunduh pada 7 Mei 2018.

13 United Nations, The Millenium Development Goals Report 2015, [database online] (New York:

United Nations, 2015); tersedia di

http://www.un.org/millenniumgoals/2015_MDG_Report/pdf/MDG%202015%20rev%20(July%201).pdf

diunduh pada 7 Mei 2018.

Page 83: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

69

utama targetnya adalah peningkatan fokus pada data terpilah di suatu negara untuk

memonitor kesenjangan.14

B. Early Childhood Care and Education (ECCE) sebagai Salah Satu Poin

SDGs

SDGs menjadikan dunia anak sebagai milestone pembentukan agendanya.

Ini dilakukan dengan tujuan agar pembangunan berkelanjutan ini dapat tercapai

secara optimal. Memastikan semua anak dapat tumbuh bebas dari kemiskinan,

mendapatkan pendidikan dan jaminan kesehatan serta merasa bahagia dan aman

dalam setiap tumbuh kembangnya merupakan dasar untuk membentuk manusia

dewasa yang mampu berkontribusi pada ekonomi dan masyarakat dengan

kohesivitas sosial yang tinggi.15

Dengan kata lain, kesejahteraan anak saat ini

merupakan penanda kemajuan penting dalam proses pencapaian SDGs.

Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan dunia anak sebagai

sasaran utama agenda global PBB ini. Salah satunya didasarkan pada hasil

penelitian. Beberapa penelitian telah berhasil mengungkap bahwa pendidikan dan

pola pengasuhan yang diberikan pada anak usia dini sangat berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup pada fase setelahnya. Secara garis besar, ada empat bidang

keilmuan yang meneliti secara ilmiah betapa potensialnya masa perkembangan

anak-anak, khususnya saat masih berusia dini.

Penelitian pertama dilakukan oleh para ahli kejiwaan yang hasil

penelitiannya disebut sebagai psikologi perkembangan. Perkembangan diartikan

14 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan United Nations Children’s

Fund, Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di Indonesia, (Jakarta: BAPPENAS dan UNICEF, 2017).

15 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan United Nations Children’s

Fund, Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di Indonesia, (Jakarta: BAPPENAS dan UNICEF, 2017).

Page 84: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

70

sebagai suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari segi fungsi

fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan.16

Perkembangan diindikasikan dengan perubahan yang bersifat sistematis,

progresif, dan berkesinambungan. Psikologi perkembangan anak usia dini berarti

ilmu pengetahuan yang mengkaji dan meneliti proses perkembangan mental,

perilaku, dan fisik anak antara usia 0-8 tahun.17

Anak usia dini disebut berada dalam masa keemasan (golden age).

Dikatakan demikian karena pada usia ini terjadi perkembangan yang menakjubkan

dan terbaik sepanjang hidupnya. Pada fase ini terjadi proses pembentukan dan

pengembangan pribadi seseorang. Perkembangan di sini meliputi perkembangan

fisik dan psikis. Dari segi fisik, pada usia ini terjadi pertumbuhan sel otak dan

organ tubuh lainnya. Selain itu, perkembangan kemampuan motorik kasar, seperti

berjalan, berlari, dan melompat serta perkembangan motorik halus, seperti

menggenggam dan menulis pun merupakan bagian dari perkembangan fisik.18

Dari segi psikis, kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orangtuanya

dan orang lain yang ada di sekitarnya, kemampuan kognitif yang meliputi tahap

sensori-motoris (hanya dapat memahami sesuatu setelah menggunakan inderanya)

sampai tahap pra-operasional konkrit (pemahaman terhadap benda dan bercampur

imajinasi anak) pun berkembang pesat pada masa usia dini.19

16 Ernawulan Syaodih, Psikologi Perkembangan, [database online]; diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN.pdf; diunduh pada 16 Mei 2018.

17 Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Jilid 1, 2015, Medan: Perdana Publishing.

18 Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Jilid 1, 2015, Medan: Perdana Publishing.

19 Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Jilid 1, 2015, Medan: Perdana Publishing.

Page 85: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

71

Proses perkembangan dari segi fisik dan psikis ini tentu perlu

dimaksimalkan juga agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan

kebutuhannya. Kekurangan rangsangan motorik, baik motorik kasar maupun halus

dapat menyebabkan keterlambatan pada pertumbuhan anak. Anak yang kurang

terasah motorik kasarnya, seperti latihan berjalan akan mengalami keterlambatan

dalam kemampuan berlarinya. Begitu pun dengan anak yang kurang mendapat

rangsangan motorik halus. Ia akan mengalami hambatan dalam keterampilan

mengoperasikan benda-benda yang sifatnya detail dan membutuhkan gerak halus

tubuh. Jika dalam perkembangannya saja anak mengalami hambatan, maka hal ini

sedikit banyak akan memengaruhi efektivitas kemampuan berkontribusinya

terhadap lingkungannya. Dengan kata lain, kekurangan stimulasi ini dapat

memperlambat proses pencapaian beberapa tujuan yang hendak dicapai SDGs.

Penelitian kedua, dilakukan oleh para neurologis yang didasarkan pada

ilmu tentang saraf manusia. Mengenai perkembangan saraf, dendrit yang

merupakan cabang dari sel saraf (neuron) adalah bagian penting yang tidak bisa

dipisahkan dari proses perkembangan. Pada masa usia dini, dendrit diestimasikan

berhasil membuat sambungan lebih dari 100 milyar (over produksi neuron).20

Dikatakan demikian karena pada fase setelah usia dini, jumlah ketersambungan ini

semakin berkurang. Semakin banyak sambungan yang berhasil dibuat oleh

dendrit, semakin besar efektivitas proses pembelajarannya. Dengan fungsinya

yang dapat mengirimkan impuls (rangsangan) ke badan sel saraf, rangsangan

optimal yang diberikan pada anak usia dini tentu sangat dibutuhkan.

20 Miller, B., & Cummings, J. (Eds.), The Human Frontal Lobes, (New York: Guilford Press, 2007).

Page 86: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

72

Dengan kinerja dendrit tersebut, dapat memungkinkan anak beradaptasi

terhadap lingkungannya.21

Pada masa ini, lingkungan memiliki pengaruh yang

kuat dalam menentukan bagaimana otak dan sistem saraf pusat tumbuh dan

berkembang. Proses pembentukan bahasa, identifikasi norma-norma sosial dan

budaya serta belajar untuk membedakan yang benar dan salah membutuhkan

dukungan perkembangan saraf. Proses perkembangan inilah yang pada gilirannya

dapat mengasah kemampuan anak untuk melakukan eksplorasi, menemukan

sesuatu, bermain, dan membuat hubungan alamiah antara dirinya dengan orang

lain dan antara dirinya dengan sekelilingnya.22

Melihat begitu dahsyatnya kinerja dendrit pada tahun-tahun awal

kehidupan seseorang, sangat disayangkan jika pada masa-masa tersebut berbagai

rangsangan yang dapat memberi sambungan sel saraf secara maksimal ini, tidak

terasah sama sekali atau kurang mendapat rangsangan. Padahal jika

dimaksimalkan—dengan berbekal kemampuan eksplorasi dan rasa ingin tahunya

yang tinggi—bukan hal yang mustahil dapat mewariskan generasi-generasi emas

yang dapat membangun wilayah sekitar tempat tinggalnya yang tercermin dari

majunya sistem perekonomian, semakin berkembangnya ketahanan sosial, dan

terjaganya kualitas lingkungan.

21 K. Gallagher. Brain research and early childhood development: A primer for developmentally

appropriate practices. Young Children, 2005, 60(4).

22 Stephen Rushton, dkk., Neuroscience, Play and Early Childhood Education: Connections,

Implications and Assessment, dalam Early Childhood Education Journal, (2010) 37:351–361, DOI

10.1007/s10643-009-0359-3 diakses dari

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.researchgate.net/publication/225661

536_Neuroscience_Play_and_Early_Childhood_Education_Connections_Implications_and_Assessment&ved

=2ahUKEwjvvJ3j1OjaAhUKOo8KHUv4C2wQFjAHegQIBxAB&usg=AOvVaw03xFRiERfVZs92D2ZjJ-

PS; diunduh pada 11 Mei 2018.

Page 87: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

73

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh ahli ilmu sosial. Pengalaman sosial

yang diperoleh seseorang ketika dirinya masih berusia dini akan berpengaruh

terhadap hubungan sosialnya di masa depan dan pola perilakunya terhadap orang

lain. Penelitian tentang penyesuaian sosial anak menunjukkan pentingnya

peletakan dasar-dasar sosial pada individu ketika dirinya masih berusia dini. Ada

dua alasan mengapa peletakan dasar-dasar sosial ini penting. Pertama, jenis

perilaku yang diperlihatkan anak-anak dalam situasi sosial memengaruhi

penyesuaian pribadi dan sosialnya. Alasan kedua mengapa dasar-dasar sosial yang

dini itu penting adalah bahwa sekali terbentuk dasar-dasar itu cenderung menetap

sampai anak dewasa.23

Pentingnya penanaman dasar-dasar sosial sejak usia dini ini dimaksudkan

agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari akibat kurang tegasnya

menanamkan nilai positif pada anak. Bukan hal yang tidak mungkin memang jika

sudah terlanjur terjadi dapat dilakukan perbaikan. Akan tetapi, memperbaiki suatu

hal yang sudah menjadi kebiasaan perlu perjuangan yang tidak mudah. Selain itu,

tidak ada jaminan pula akan dapat memperbaiki dengan sempurna. Oleh karena

itu, penanaman nilai-nilai sosial sejak masih berusia dini dianggap sebagai suatu

hal yang penting dalam masa perkembangan anak.

Penelitian terakhir dilakukan ahli psikososial. Dalam perkembangan

psikososial (psikologi yang dikaitkan dengan sosial), ada 4 macam perkembangan

individu yang perlu diperhatikan. Keempat macam perkembangan ini meliputi:

23 Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Jilid 1, 2015, Medan: Perdana Publishing.

Page 88: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

74

Perkembangan bermain, emosi, moral, dan sosialisasi dengan lingkungan yang

lebih luas.24

Dalam hubungannya dengan perkembangan anak, bermain dapat

memberikan kontribusi positif terhadap hampir semua aspek perkembangan, di

antaranya: memberikan pengetahuan baru, mengasah keterampilan sosial, melatih

kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan pemecahan masalah, mempertajam

kepercayaan dirinya serta melatih keterampilan motoriknya.25

Sebaliknya, anak

yang jarang bermain tidak akan memiliki teman atau mungkin memiliki tetapi

dalam jumlah sedikit. Kurangnya interaksi dengan temannya ini akan

mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk belajar bersikap sosial sehingga anak

akan terlatih menjadi seorang yang antisosial.

Anak usia dini juga mengalami perkembangan dari segi emosinya. Emosi

adalah perasaan yang secara fisiologis dan psikologis dimiliki oleh anak dan

digunakan untuk merespon terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya.26

Emosi

berfungsi untuk mengkomunikasikan kebutuhan, suasana hati, dan perasaan

kepada orang lain. Dengan mengekspresikan perasaannya, anak dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, seperti menghormati orang lain,

memperoleh serta memelihara hubungan yang harmonis, dan menenangkan

perasaan. Jika perkembangan emosinya baik, anak akan belajar bagaimana

24 Eti Nurhayati, Memahami Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Perspektif Psikologi Perkembangan,

dalam Jurnal Hasil Riset, diakses dari http://www.e-jurnal.com/2017/05/memahami-tumbuh-kembang-anak-usia-dini.html; diunduh pada 7 Mei 2018.

25 Eti Nurhayati, Memahami Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Perspektif Psikologi Perkembangan,

dalam Jurnal Hasil Riset, diakses dari http://www.e-jurnal.com/2017/05/memahami-tumbuh-kembang-anak-usia-dini.html; diunduh pada 7 Mei 2018.

26 Hansen, C.C & Zambo, D., Loving and learning with Wimberly and David. Fostering emotional

development in early childhood education. Early Childhood Education Journal. 34 (4), 2007, hlm. 273-278.

Page 89: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

75

menggunakan kedalaman perasaan dengan tidak mengekspresikan berlebihan dan

mengikuti perasaan orang lain sehingga menumbuhkan pengertian dan kerjasama

dengan orang lain.27

Buah dari penanaman mengekspresikan emosi dengan baik inilah yang

nantinya akan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan pembangunan

berkelanjutan (SDGs). Anak yang mampu mengendalikan emosinya dengan baik

nantinya akan tumbuh menjadi pribadi yang peka terhadap orang lain dan kondisi

sekelilingnya. Ia tidak akan tega jika melihat orang-orang di sekelilingnya

kelaparan (SDG ke-2), tidak akan berdiam diri ketika melihat orang-orang di

sekitarnya terkena penyakit (SDG ke-3), dan akan sangat peduli dengan

kelangsungan kehidupan di lingkungannya (SDG ke-14 dan 15).

Dari segi moral, perkembangan moral anak usia dini berkaitan dengan

perkembangan kognitifnya. Menurut Kohlberg, perkembangan moral anak usia

dini berada pada tahap prakonvensional. Kedua tahapan ini mengindikasikan

bahwa anak prasekolah belum memiliki kesadaran moral karena perkembangan

berpikirnya masih sangat terbatas. Ketika anak usia dini mematuhi sebuah

peraturan, itu bukan berarti mereka paham bahwa aturan tersebut penting bagi

mereka melainkan agar mendapat pujian dan terhindar dari hukuman. Moral anak

prasekolah lebih mendasarkan diri pada prinsip meraih kesenangan.28

27 Eti Nurhayati, Memahami Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Perspektif Psikologi Perkembangan,

dalam Jurnal Hasil Riset, diakses dari http://www.e-jurnal.com/2017/05/memahami-tumbuh-kembang-anak-usia-dini.html; diunduh pada 7 Mei 2018.

28 Eti Nurhayati, Memahami Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Perspektif Psikologi Perkembangan,

dalam Jurnal Hasil Riset, diakses dari http://www.e-jurnal.com/2017/05/memahami-tumbuh-kembang-anak-

usia-dini.html; diunduh pada 7 Mei 2018.

Page 90: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

76

Dalam kaitannya dengan pencapaian SDGs, anak yang memiliki moral

yang positif akan selalu berusaha memberikan kontribusi positif pula pada

lingkungan sekitarnya. Ia akan cenderung menolak berbagai hal yang

bertentangan dengan nuraninya. Dalam dirinya tertanam pesan untuk selalu

memberi kebaikan, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Baik untuk

lingkungan pribadinya maupun selainnya. Ia akan berusaha menaati berbagai

aturan yang dinilainya dapat memberi manfaat kebaikan. Baik secara sadar

maupun tidak, ia akan menyumbang upaya pencapaian tujuan pembangunan

berkelanjutan ini.

Interaksi anak dengan lingkungan di luar rumah pun memiliki fungsi

tersendiri terlebih dinilai sangat penting bagi anak prasekolah sebelum nantinya ia

memasuki bangku sekolah. Lingkungan luar rumah dinilai penting karena anak

butuh untuk bergaul dan berinteraksi dengan dunia yang lebih luas yang

sebelumnya hanya terbatas pada tataran keluarga saja. Interaksi tersebut dapat

memberikan pengalaman pada anak untuk mengenal aturan-aturan yang berbeda

dengan lingkungan rumah, berteman dengan orang-orang baru yang memiliki

karakter bermacam-macam, dan berinteraksi dengan aspek-aspek lain yang tidak

ditemuinya di lingkungan rumah.29

Pembiasaan interaksi dengan lingkungan luar rumah ini tentu memberi

efek positif pada anak. Anak yang terbiasa aktif di luar rumah nantinya tidak akan

canggung untuk berbaur dengan masyarakat. Ia dibarengi dengan skill positif yang

29 Eti Nurhayati, Memahami Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Perspektif Psikologi Perkembangan,

dalam Jurnal Hasil Riset, diakses dari http://www.e-jurnal.com/2017/05/memahami-tumbuh-kembang-anak-

usia-dini.html; diunduh pada 7 Mei 2018.

Page 91: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

77

dimilikinya akan dapat memberi kontribusi pada lingkungan sekitarnya. Jika

setiap anak di seluruh dunia berusaha memberi kontribusi positif yang sesuai

dengan skill-nya, maka bukan hal yang mustahil akan dapat memajukan dunia

sehingga tercapailah agenda global PBB yang termaktub dalam SDGs ini.

Melihat begitu potensialnya masa kanak-kanak, maka tidak heran jika

kemudian dikatakan bahwa anak adalah aset bangsa. Berinvestasi pada anak

berarti telah memedulikan masa depan bangsa. Kemampuan suatu bangsa untuk

membantu perkembangan dan menjamin kesehatan serta kebahagiaan anak-anak

adalah hal yang perlu diperhatikan mengingat di tangan merekalah estafet

perjuangan bangsa akan dilanjutkan. Ketika suatu bangsa berinvestasi dengan

bijak pada anak, maka generasi penerus bangsa ini pun akan berusaha menjadikan

hidupnya lebih produktif dan karakter tanggung jawabnya semakin kuat.30

Salah satu perwujudan investasi pada anak adalah melalui jalur

pendidikan—termasuk di dalamnya pendidikan untuk anak usia dini atau dalam

istilah universalnya dikenal dengan Early Childhood Care and Education

(ECCE). Dengan adanya ECCE yang berkualitas diyakini dapat mengurangi

angka kematian, menjadikan prestasi di sekolah lebih bagus, memutus rantai

kemiskinan yang semakin memburuk dari satu generasi ke generasi setelahnya,

dan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi di masa depan.31

Secara

internasional, fakta juga menunjukkan bahwa pendidikan di usia dini juga dapat

30 Robert Nance, The Importance of Early Childhood Education: Roles of Play, Language,

Socialization, Formation of Values, [database online]; (Quest Club Paper, 2009); tersedia di http://www.fwquestclub.com/welcome_files/papers/childhood_education.pdf; diunduh pada 2 Mei 2018.

31 Sheldon Shaeffer, Children Wellbeing Across Cultures: Reaching the Unreached and Including the

Excluded, [database online]; terdapat di http://uis.unesco.org/sites/default/files/documents/reaching-the-

unreached-in-education-in-asia-pacific-to-meet-the-efa-goals-by-2015-a-commitment-to-action-en_0.pdf;

diakses pada 3 Mei 2018.

Page 92: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

78

memberi pengaruh positif pada bidang pendidikan, outcome dari pasar buruh, dan

mengurangi perilaku antisosial, seperti berpartisipasi dalam tindakan kriminal.32

Atas dasar inilah, SDGs secara khusus menjadikan salah satu agenda

utamanya dalam bidang pendidikan. SDGs poin empat bertujuan untuk

memastikan agar semua orang mendapat akses pada pendidikan berkualitas dan

kesempatan belajar sepanjang hayat. Tujuan ini berfokus pada perolehan

keterampilan dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high-order skill) di

seluruh tingkat pendidikan dan pengembangan, akses yang lebih luas dan adil

kepada pendidikan berkualitas di seluruh tingkatan serta pendidikan dan pelatihan

teknis dan kejuruan juga pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang diperlukan

untuk dapat memberi manfaat dan kontribusi pada masyarakat.33

Ada tiga prinsip yang mendasari pembentukan agenda global poin keempat

ini. Pertama, pendidikan merupakan hak asasi fundamental sehingga setiap negara

harus memastikan akses yang universal pada pendidikan dan pengajaran yang

inklusif dan adil. Pendidikan harus ditujukan untuk pengembangan Sumber Daya

Manusia (SDM) dan mempromosikan nilai-nilai toleransi, persahabatan, dan

perdamaian. Kedua, pendidikan merupakan ―barang‖ publik. Negara memiliki

kewajiban untuk melindungi dan memenuhi hak masyarakat terhadap pendidikan.

Dalam upaya pemenuhannya ini diperlukan beberapa pihak untuk ikut

berpartisipasi, seperti masyarakat, tenaga pengajar, sektor swasta, komunitas,

keluarga, pemuda, dan anak-anak. Dalam hal ini, peran negara adalah

32 Spotlight, Early Childhood Education and Care, No. 4, 2012, Houses of the Oireachtas Title an

Oireachtais: Oireachtas Library & Research Service.

33 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan United Nations Children’s

Fund, Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di Indonesia, (Jakarta: BAPPENAS dan UNICEF, 2017).

Page 93: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

79

merumuskan dan mengatur standar serta norma. Terakhir, kesetaraan gender tidak

bisa dilepaskan dari hak pemerolehan pendidikan untuk semua. Maksudnya, agar

kesetaraan gender bisa tercapai salah satunya adalah dengan memastikan semua

perempuan, laki-laki, dan anak-anak tidak hanya memiliki akses terhadap

pendidikan tetapi juga diberdayakan dalam dan melalui pendidikan.34

Dalam hal pendidikan pun, SDGs meletakkan anak usia dini pada posisi

yang krusial. Anak usia dini yang menurut berbagai penelitian dipandang berada

pada masa keemasan perlu mendapat perhatian dan akses terhadap pendidikan

yang berkualitas. SDGs secara khusus menargetkan agendanya perihal pendidikan

anak usia dini pada tahun 2030 dalam poin 4.2 yang berbunyi:

―…By 2030, ensure that all girls and boys have acess to quality early

childhood development, care and pre-primary eduation so that they are

ready for primary education.‖35

Tujuan 4.2 ini menargetkan agar pada tahun 2030 semua anak laki-laki dan

perempuan memiliki akses pada pendidikan prasekolah guna menjadi bekal saat

memasuki sekolah dasar. Tujuan ini ditempuh dengan ketentuan setiap anak

minimal menempuh satu tahun pendidikan prasekolah secara gratis dan akan

dipandu oleh tenaga pendidik yang sudah terlatih dengan baik.36

Dengan

34 United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization, Unpacking Sustainable

Development Goal 4 Education 2030, tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://unesdoc.unesco.org/images/0024/002463/2

46300E.pdf&ved=2ahUKEwjGq8_OpbXdAhXMpY8KHaY8D_EQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw1UDKc

utbbckMYcXE1F-JzB; diakses pada 12 September 2018.

35 United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization, Unpacking Sustainable

Development Goal 4 Education 2030, tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://unesdoc.unesco.org/images/0024/002463/2

46300E.pdf&ved=2ahUKEwjGq8_OpbXdAhXMpY8KHaY8D_EQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw1UDKc

utbbckMYcXE1F-JzB; diakses pada 12 September 2018.

36 United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization, Unpacking Sustainable

Development Goal 4 Education 2030, tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://unesdoc.unesco.org/images/0024/002463/2

Page 94: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

80

demikian, diharapkan melalui cara tersebut dapat terbentuk generasi berkualitas

yang tidak hanya menyejahterakan negaranya saja tetapi juga dunia.

C. Early Childhood Care and Education (ECCE) untuk Ketahanan

(Sustainability) sebagai Proyek Dunia Organisation Mondiale pour

l’Education Prescolaire (OMEP)

Sebagai sebuah organisasi internasional yang fokus terhadap semua aspek

yang berkenaan dengan Early Childhood Care and Education (ECCE),

Organisation Mondiale pour l’Education Prescolaire (OMEP) didirikan dengan

tujuan untuk membela dan mempromosikan hak anak terhadap pendidikan dan

pengasuhan di dunia serta mendukung setiap aktivitas yang dapat meningkatkan

akses terhadap pendidikan dan pengasuhan berkualitas.37

Saat ini, organisasi yang

didirikan tahun 1948 tersebut sudah memiliki 70 negara anggota dan biasanya

bekerjasama dengan UNESCO, UNICEF, dan organisasi internasional lain yang

mempunyai tujuan sama.38

UNESCO mendeklarasikan sistem Pendidikan untuk Pembangunan

Berkelanjutan/Education for Sustainable Development (ESD) pada 2005-201439

dengan tujuan untuk memperkuat proses pendidikan dan pembelajaran untuk

sustainability (ketahanan), baik secara formal, informal maupun nonformal.

46300E.pdf&ved=2ahUKEwjGq8_OpbXdAhXMpY8KHaY8D_EQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw1UDKc

utbbckMYcXE1F-JzB; diakses pada 12 September 2018.

37 OMEP, Annual Report, [database online]; 2014; Tersedia di http://www.worldomep.org/wp-content/uploads/2015/08/Annual-Report-2014-English-20150718.pdf; internet; diunduh pada 27 Mei 2018.

38 Ingrid Engdahl, Early Childhood Education for Sustainability: The OMEP World Project,

[database online]; 2015; Tersedia di http://old.worldomep.org/wp-content/uploads/2013/12/IJEC-2015-ECE-for-Sustinability-The-OMEP-world-project.pdf; internet; diunduh pada 27 Mei 2018.

39 UNESCO, United Nations’ Decade of Education for Sustainable Development, 2005, [database

online]; Tersedia di http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001416/141629e.pdf; internet; diakses pada 29

Mei 2018.

Page 95: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

81

Tujuan dirumuskannya Education for Sustainable Development (ESD) adalah

untuk mengorientasi ulang pendidikan agar dapat memberikan kontribusi terhadap

masa depan yang berkelanjutan untuk generasi saat ini dan yang akan datang—

sesuai dengan definisi sustainable development itu sendiri.

Tujuan dari sistem pendidikan ini adalah mengintegrasikan nilai-nilai,

aktivitas-aktivitas, dan prinsip-prinsip yang menjadi karakter dari pembangunan

berkelanjutan pada setiap bentuk pendidikan dan pembelajaran guna mengubah

sikap-sikap, perilaku-perilaku, dan nilai-nilai untuk lebih menjamin masa depan

yang berkelanjutan, baik dari segi sosial, ekonomi maupun lingkungan.40

ESD mensyaratkan agar dalam proses pembelajaran selalu melibatkan

aspek lingkungan, sosial/budaya, ekonomi, dan politik.41

Selain itu, kemampuan

untuk menciptakan perubahan, pemokusan pada program pendidikan ―berpikir

ulang‖ dan ―membuat ulang‖ serta ilmu mendidik yang dapat mendukung

transformasi sosial dan budaya terhadap pembangunan berkelanjutan juga

merupakan aspek lain yang perlu dilibatkan dalam proses pembelajaran.42

Hal ini

dikarenakan anak-anak pada masa ini dihadapkan pada realita perubahan sosial

masyarakat yang begitu cepat.

40 Ingrid Engdahl, Early Childhood Education for Sustainability: The OMEP World Project,

[database online]; 2015; Tersedia di http://old.worldomep.org/wp-content/uploads/2013/12/IJEC-2015-ECE-for-Sustinability-The-OMEP-world-project.pdf; internet; diunduh pada 27 Mei 2018.

41 UNESCO, United Nations’ Decade of Education for Sustainable Development, 2005, [database

online]; Tersedia di http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001416/141629e.pdf; internet; diakses pada 29 Mei 2018.

42 UNESCO, United Nations’ Decade of Education for Sustainable Development, 2005, [database

online]; Tersedia di http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001416/141629e.pdf; internet; diakses pada 29

Mei 2018.

Page 96: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

82

ESD menganggap bahwa anak usia prasekolah memiliki hak untuk terlibat

dalam isu yang berfokus pada kehidupan saat ini dan yang akan datang.43

Mereka

perlu mengetahui apa yang perlu dilakukan untuk masa depan yang lebih baik,

baik secara individu maupun kelompok, dengan dan untuk mereka sendiri.

Mereka perlu bekerjasama dalam mengembangkan identitas budayanya dalam

konteks kehidupan keseharian sosial dan ekologi. Mereka perlu mendukung

budaya yang berfokus pada demokrasi dan masyarakat yang berkelanjutan.

Melalui program ESD ini diharapkan anak mampu menjadi pemikir, pemecah

masalah, dan agen perubahan.44

Melalui proyeknya, OMEP menemukan bahwa setidaknya ada tujuh

konsep yang harus dimiliki dan diterapkan oleh lembaga pendidikan anak

prasekolah agar bersesuaian dengan target yang hendak dicapai ESD. Ketujuh

prinsip tersebut disebut RE-words karena semuanya diawali kata ―RE-‖. Ketujuh

prinsip ini terinspirasi dari laporan Brundtland45

yang kemudian dielaborasi dan

diadopsi pada ECCE oleh pihak koordinator proyek tersebut. Ketujuh prinsip

tersebut adalah: Respect, reflect, rethink, reuse, reduce, recycle, dan redistribute.

Prinsip-prinsip ini mengacu pada tiga dimensi ESD: sosial budaya, lingkungan,

dan ekonomi.46

Respect, reflect, dan rethink mengarah pada dimensi sosial

43 J. Davis dan Elliott, Research in Early Childhood Education for Sustainability: International

Perspectives and Provocations, (London: Routledge, 2014).

44 J. Davis dan Elliott, Research in Early Childhood Education for Sustainability: International Perspectives and Provocations, (London: Routledge, 2014).

45 World Commission on Environment and Development (WCED), Our Common Future, [database online]; The Brundtland report, 1987, Oxford: Oxford University Press.

46 UNESCO, United Nations’ Decade of Education for Sustainable Development, 2005, [database online]; Tersedia di internet; diakses pada 29 Mei 2018.

Page 97: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

83

budaya, reuse dan reduce menyoroti aspek lingkungan, sedangkan recycle dan

redistribute merupakan prinsip dari perspektif ekonomi.47

Yang dimaksud dengan respect dalam prinsip ini adalah menghormati

semua hak anak. Setiap hak anak perlu diperhatikan dalam ESD. Sedangkan

reflect berarti merefleksikan perbedaan budaya yang ada di seluruh dunia.

Pemahaman bahwa perbedaan ini hendaknya dijadikan sebagai alat pemersatu

demi mencapai sustainable development adalah poin yang harus ditanamkan

dalam pembelajaran berbasis ESD ini. Rethink berarti masyarakat saat ini harus

berpikir ulang ketika hendak melakukan sesuatu. Memikirkan nasib masa depan

atas apa yang dilakukan saat ini adalah salah satu cara yang dapat menciptakan

pembangunan berkelanjutan dan perlu diaplikasikan dalam ESD.48

Dari dimensi lingkungan, ada prinsip reuse (menjadikan sesuatu yang

sudah lama agar berfungsi kembali) dan reduce (dapat melakukan sesuatu dengan

sumber daya yang seminim mungkin).49

Kedua prinsip ini juga perlu ditanamkan

pada jiwa anak melalui ESD agar mereka memahami bahwa lingkungan yang

didiaminya saat ini perlu dijaga dan dilestarikan.

Terakhir, dimensi ekonomi yang tercermin dalam prinsip recycle

(menjadikan sesuatu dapat digunakan lagi oleh orang lain) dan redistribute

47 Ingrid Engdahl, Early Childhood Education for Sustainability: The OMEP World Project,

[database online]; 2015; Tersedia di http://old.worldomep.org/wp-content/uploads/2013/12/IJEC-2015-ECE-for-Sustinability-The-OMEP-world-project.pdf; internet; diunduh pada 27 Mei 2018.

48 Ingrid Engdahl, Early Childhood Education for Sustainability: The OMEP World Project,

[database online]; 2015; Tersedia di http://old.worldomep.org/wp-content/uploads/2013/12/IJEC-2015-ECE-for-Sustinability-The-OMEP-world-project.pdf; internet; diunduh pada 27 Mei 2018.

49 Ingrid Engdahl, Early Childhood Education for Sustainability: The OMEP World Project,

[database online]; 2015; Tersedia di http://old.worldomep.org/wp-content/uploads/2013/12/IJEC-2015-ECE-

for-Sustinability-The-OMEP-world-project.pdf; internet; diunduh pada 27 Mei 2018.

Page 98: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

84

(sumber daya dapat digunakan secara lebih adil).50

Menurut hasil penelitian

OMEP, kedua prinsip ini dinilai dapat menciptakan pembangunan berkelanjutan

dari segi ekonomi. Oleh karena itu, dalam pendidikannya, anak perlu dibiasakan

untuk mengaplikasikan recycle dan redistribute dalam kesehariannya.

Ketujuh prinsip tersebut dirancang untuk kemudian dapat diterapkan di

berbagai lembaga prasekolah dengan harapan dapat memunculkan generasi-

generasi yang mencintai bumi dengan ikut berusaha merealisasikan tujuan

pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals) sedari dirinya masih

berusia dini.

50 Ingrid Engdahl, Early Childhood Education for Sustainability: The OMEP World Project,

[database online]; 2015; Tersedia di http://old.worldomep.org/wp-content/uploads/2013/12/IJEC-2015-ECE-

for-Sustinability-The-OMEP-world-project.pdf; internet; diunduh pada 27 Mei 2018.

Page 99: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

85

BAB IV

UPAYA SEAMEO DALAM MEWUJUDKAN SUSTAINABLE

DEVELOPMENT GOALS (SDGs) POIN 4.2 PERIODE 2017-2018

Pada bab IV ini, penelitian akan berfokus pada analisis upaya yang

dilakukan SEAMEO dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

(SDGs) poin keempat subpoin kedua (4.2), yakni menjamin Early Childhood

Care and Education (ECCE) yang berkualitas di kawasan Asia Tenggara. Upaya

ini tentunya diharapkan dapat turut serta mewujudkan pembangunan

berkelanjutan di kawasan.

Dalam pandangan Kontruktivisme, struktur ideasional dapat terbentuk salah

satunya melalui mekanisme intersubjective understanding. Saat ini, isu

pendidikan anak usia dini dianggap sebagai suatu hal penting dan krusial karena

beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pendidikan pada masa ini dapat

berkontribusi dalam mewujudkan pembangunan, baik di ranah nasional, regional,

maupun global.

SDGs sebagai sebuah agenda global PBB pun memandang penting isu

pendidikan anak usia dini. Masa usia dini yang seringkali diistilahkan sebagai

golden age (masa keemasan) adalah salah satu elemen penting yang tidak boleh

terabaikan dalam proses pembangunan dunia. Di masa usia dini, anak perlu

mendapatkan pendidikan dan pengasuhan berkualitas agar dapat memaksimalkan

potensi yang dimilikinya untuk tumbuh dan berkembang. Pemberian treatment

Page 100: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

86

berkualitas ini selain dapat berkontribusi pada masa depan anak tersebut juga

memberi sumbangan positif pada kemajuan negara, kawasan bahkan dunia.

Agar tujuan tersebut dapat tercapai, SEAMEO sebagai sebuah organisasi

bidang pendidikan regional di kawasan Asia Tenggara telah mendirikan sebuah

pusat kajian khusus yang memfasilitasi layanan ECCE dan parenting. Pusat kajian

yang didirikan pada 25 Juli 2017 ini kemudian diberi nama SEAMEO Regional

Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO

CECCEP).1

Sejak pendiriannya, pusat kajian ini selalu mengadakan penelitian dan

mendukung advokasi serta peningkatan kapasitas para pemangku kepentingan

yang menangani ECCE dan parenting.2 Selain itu, berbagai inovasi, seperti

mengadakan kerjasama dengan pusat kajian SEAMEO lainnya serta memperluas

jaringan bagi para pembuat kebijakan, profesional, dan praktisi sebagai upaya

untuk mengembangkan sumber daya manusia adalah usaha lain yang dilakukan

pusat kajian ini.3

Pada tahun pertama pendiriannya, SEAMEO CECCEP yang bekerjasama

dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah

menyusun Rencana Pengembangan Lima Tahun/The Five-Year Development Plan

(FYDP) yang berlaku dari tahun 2017-2021 dan baru disahkan dalam The First

1 SEAMEO, SEAMEO CECCEP, diakses dari

http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/index.php?option=com_content&view=article&id=662:seameo-

ceccep&catid=98&Itemid=519 pada 30 September 2018.

2 SEAMEO CECCEP, About SEAMEO CECCEP, diakses dari http://seameo-ceccep.org/web/about-

seameo-ceccep/ pada 30 September 2018.

3 SEAMEO, SEAMEO CECCEP, diakses dari

http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/index.php?option=com_content&view=article&id=662:seameo-

ceccep&catid=98&Itemid=519 pada 30 September 2018.

Page 101: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

87

SEAMEO CECCEP Governing Board Meeting di Bali pada 20-23 September

2018.4

Penyusunan rencana lima tahun ini digunakan sebagai pedoman bagi

SEAMEO CECCEP dalam mengimplementasikan programnya. Walaupun masih

banyak program yang perlu diterjemahkan menjadi kegiatan yang lebih teknis

sehingga selaras dengan kebutuhan masyarakat Asia Tenggara, telah ada beberapa

program yang berhasil dilaksanakan sejak tahun pendiriannya.5 Sejauh ini, pusat

kajian tersebut bisa dikatakan tepat dalam memilih program unggulannya

walaupun dengan dukungan keuangan dan fasilitas yang masih terbatas.6

Agar program-program tersebut selalu berjalan on the track, SEAMEO

CECCEP selalu memerhatikan beberapa tema kunci (key themes) dalam

pelaksanaannya. Tema-tema kunci (key themes) yang hendak dicapai SEAMEO

CECCEP ini terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama khusus untuk ECCE dan

bagian kedua untuk parenting. Ada lima tema kunci untuk ECCE.

Pertama, Children Wellbeing (kesejahteraan anak). Tema ini merupakan inti

dari isu tentang ECCE program.7 Memastikan semua anak dapat tumbuh bebas

dari kemiskinan, mendapatkan pendidikan dan jaminan kesehatan, merasa bahagia

dan aman dalam setiap tumbuh kembangnya merupakan dasar untuk membentuk

4 SEAMEO CECCEP, Temu Mitra, diakses dari http://seameo-ceccep.org/event/rakornas/ pada 30

September 2018.

5 SEAMEO CECCEP, Temu Mitra, diakses dari http://seameo-ceccep.org/event/rakornas/ pada 30

September 2018.

6 Wawancara dengan Pak Ith Vuthy, M. Sc., Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP pada 27 September 2018.

7 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Proposed Program Activity Plan for

2017-2021 SEAMEO REGIONAL CENTRE FOR EARLY CHILDHOOD CARE AND EDUCATION AND

PARENTING (SEAMEO CECCEP). Jakarta, 2017.

Page 102: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

88

manusia dewasa yang mampu berkontribusi pada ekonomi dan masyarakat dengan

kohesivitas sosial yang tinggi.8 Dengan kata lain, kesejahteraan anak saat ini

merupakan penanda kemajuan penting dalam proses pencapaian SDGs.

Kedua, Curriculum and Pedagogy: Enhancing Teachers’ Competencies

(Kurikulum dan Pedagogi: Peningkatan Kompetensi Guru). Kompetensi guru

memiliki peran penting di ruang kelas dan sangat berkaitan erat dengan

peningkatan kesejahteraan anak. Atas dasar ini, terdapat suatu hubungan

keterkaitan antara tema kunci pertama dan kedua; dengan memiliki pengetahuan

mengenai kesejahteraan anak akan meningkatkan kompetensi guru dan dalam

waktu bersamaan kompetensi yang dimiliki guru akan membantu para guru

merealisasikan kesejahteraan anak.9

Ketiga, Quality Learning Environment (Lingkungan Pembelajaran

Berkualitas). Tema ini dibuat untuk mengetahui keterhubungan antara lingkungan

sekolah dengan kesejahteraan anak. Penelitian membuktikan bahwa lingkungan

ECCE berkualitas akan memberikan fondasi yang kuat bagi perkembangan dan

pendidikan masa depan anak.10

Penentuan lingkungan belajar yang berkualitas ini tidak hanya sebatas

pada level sekolah saja tetapi juga bergantung pada lingkungan rumah. Selain itu,

ECCE juga dipengaruhi oleh situasi sosio-politik suatu negara.

8 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan United Nations Children‟s Fund,

Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di Indonesia, (Jakarta: BAPPENAS dan UNICEF, 2017).

9 SEAMEO CECCEP, Key Themes On Early Childhood Care and Education, [database online];

diakses dari http://seameo-ceccep.org/web/about/key-themes/; diunduh pada 30 September 2018.

10 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Proposed Program Activity Plan for

2017-2021 SEAMEO REGIONAL CENTRE FOR EARLY CHILDHOOD CARE AND EDUCATION AND

PARENTING (SEAMEO CECCEP). Jakarta, 2017.

Page 103: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

89

Keempat, Policy and Programs for 21st Century Learning (Kebijakan dan

Program Pembelajaran Abad 21). Tema ini adalah upaya untuk mengakui bahwa

diskursus sosio-politik dapat memengaruhi praktik ECCE. Kesejahteraan anak,

kompetensi guru, dan lingkungan belajar yang berkualitas tidak akan bisa tercapai

jika kebijakan pada level nasional, regional, dan global tidak responsif terhadap

isu ECCE. Ketika tema empat ini bisa dilakukan, maka akan sangat mudah

merealisasikan tema kelima.

Terakhir, Participation and Access in ECCE (Partisipasi dan Akses pada

ECCE). Tema ini memastikan tersedianya akses universal terhadap ECCE, dengan

menaruh perhatian khusus pada anak dengan latar belakang yang termarjinalisasi,

seperi berasal dari masyarakat pribumi, etnis minoritas, keluarga miskin, anak

jalanan, yang memiliki bahasa berbeda, berkebutuhan khusus, pengungsi, dan dari

area konflik.

Adapun tema kunci untuk parenting pada tahun pertama adalah Involving of

Children in Parenting (Keterlibatan Anak dalam Parenting). Karena anak

seringkali dianggap sebagai objek dan pihak yang pasif dalam bidang parenting—

padahal anak memiliki hak untuk didengarkan, diapresiasi ketika mengutarakan

pandangannya, dan diakomodasi segala kebutuhannya11

, maka eksplorasi

mengenai keterlibatan anak dalam program parenting pun perlu diperhatikan.

Tema ini juga sejalan dengan nilai organisasi; untuk menempatkan kepentingan

terbaik anak-anak sebagai landasan untuk melaksanakan program. Sebagai tema

11 Unicef, FACT SHEET: A summary of the rights under the Convention on the Rights of the Child,

[database online]; diakses dari https://www.unicef.org/crc/files/Rights_overview.pdf; diunduh pada 30

September 2018.

Page 104: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

90

awal, partisipasi anak dalam parenting diharapkan dapat membuka wawasan baru

bagi semua pemangku kepentingan tentang pentingnya posisi anak dalam program

SEAMEO CECCEP.12

Tema kedua adalah Parents, Family and Community Engagement with

Education (Keterlibatan Orangtua, Keluarga dan Komunitas dengan Pendidikan).

Melibatkan orangtua, keluarga, dan komunitas sangat penting untuk kesejahteraan

dan perkembangan pendidikan anak. Dalam tema ini, ada prinsip „menjangkau

orangtua‟, sebab sangat sering orangtua menolak untuk berpartisipasi dalam

kegiatan sekolah karena hambatan sosial dan ekonomi tertentu. Dengan demikian,

tema ini berusaha untuk tidak menyalahkan orangtua tetapi lebih ke melakukan

pendekatan yang lebih responsif untuk secara aktif mencari keterlibatan dan

kontribusi orangtua.13

Ketiga, Inclusive, Culturally Relevant and Sensitive Parenting Education

Programs (Program pendidikan parenting yang inklusif, relevan dengan budaya,

dan sensitif). Tidak ada satu pun gaya pengasuhan universal yang cocok untuk

semua orangtua. Pola asuh sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya tertentu.

Setiap keluarga dan komunitas memiliki kultur tersendiri yang kemudian

memengaruhi cara orangtua dan anak berinteraksi. Identifikasi nilai-nilai positif

dan kebijaksanaan di antara masyarakat tentang pengasuhan yang sesuai akan

memungkinkan pengembangan program pengasuhan yang relevan secara budaya.

Tema ini dirasa penting untuk melibatkan orangtua dari latar belakang yang

12 SEAMEO CECCEP, Key Themes On Early Childhood Care and Education, [database online];

diakses dari http://seameo-ceccep.org/web/about/key-themes/; diunduh pada 30 September 2018. 13 SEAMEO CECCEP, Key Themes On Early Childhood Care and Education, [database online];

diakses dari http://seameo-ceccep.org/web/about/key-themes/; diunduh pada 30 September 2018.

Page 105: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

91

kurang beruntung, seperti dari masyarakat adat, dari latar belakang sosial ekonomi

rendah, kelompok minoritas, dan orang tua anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Tema keempat, The 21st Century Parenting (Parenting Abad 21). Abad 21

yang identik dengan perubahan sosial yang begitu cepat memberikan tantangan

tersendiri pada dunia pengasuhan. Adanya kemajuan pesat di bidang teknologi

mengharuskan setiap orangtua mampu mengimbangi tantangan yang akan muncul

dengan berbagai pengetahuan terkait. Abad 21 juga diidentikkan dengan

terjadinya perubahan dalam struktur dan tipe keluarga, semakin meningkatnya

kelurga single-parent, keluarga lintasnegara, keluarga yang melibatkan kakek dan

nenek dalam sistem pengasuhan, dan sebagainya.14

Tema kelima, The Nurturing Family (Pengasuhan Keluarga). Tema ini

menempatkan anak sebagai pusat pengkajian karena berfokus pada perlindungan

juga pemenuhan segala kebutuhan anak. Tema ini menekankan pola asuh yang

positif dan ketiadaan toleransi untuk melakukan hukuman fisik. Penelitian pada

tema ini akan dilakukan dengan mengeksplorasi berbagai tipe pengasuhan di Asia

Tenggara dan bagaimana setiap keluarga di kawasan ini menerapkan sistem

pengasuhan di dalam keluarga. Kesepuluh tema kunci tersebut beserta rincian

agendanya terlampir pada lampiran 3.

Sesuai dengan tema-tema kunci (key themes) tersebut, untuk dua tahun

pertama pendiriannya (2017-2018), tujuan FYDP berfokus pada tercapainya

kesejahteraan anak, partisipasi anak dalam parenting, peningkatan kapasitas guru

ECCE, dan keterlibatan orangtua, keluarga serta komunitas dengan pendidikan.

14 SEAMEO CECCEP, Key Themes On Early Childhood Care and Education, [database online];

diakses dari http://seameo-ceccep.org/web/about/key-themes/; diunduh pada 30 September 2018.

Page 106: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

92

Tema-tema tersebut telah diterjemahkan ke dalam tiga program utama: research

and development, capacity building, dan advocacy and partnership yang

sekaligus merupakan upaya SEAMEO dalam mewujudkan ECCE berkualitas di

Asia Tenggara.

A. Research and Development (Penelitian dan Pengembangan)

Beragam tema dan metode penelitian akan dilaksanakan dalam kurun waktu

lima tahun ini. Metode yang digunakan adalah literature study, comparative

study, action research, dan developing a model. Untuk program research and

development, SEAMEO CECCEP akan lebih banyak melakukan kerjasama

dengan dua institusi akademik, yakni Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

untuk bidang ECCE dan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk bidang parenting.15

Selain itu, kerjasama dengan NGO terkait pun, seperti Ikatan Guru Taman

Kanak-kanak Indonesia (IGTKI) dan Himpunan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) akan dilakukan guna

memaksimalisasi pencapaian tujuan. Kerjasama ini dilakukan dengan meminta

institusi-institusi tersebut untuk melakukan penelitian lalu akan dilakukan seleksi

model pembelajaran seperti apa yang memang bagus dan perlu untuk diterapkan.16

Untuk dua tahun pertama pendiriannya, SEAMEO CECCEP telah dan

sedang melakukan langkah tepat, yakni melibatkan institusi akademik dan NGO

yang berkaitan dengan ECCE untuk melakukan penelitian. Walau bagaimana pun,

15 Wawancara dengan Pak Ith Vuthy, M. Sc., Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP pada 27

September 2018.

16 Wawancara dengan Pak Ith Vuthy, M. Sc., Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP pada 27

September 2018.

Page 107: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

93

agar tujuan yang hendak dicapai dapat berjalan terarah, diperlukan cara tepat

untuk mencapainya. Salah satu cara untuk menemukan cara tepat tersebut adalah

dengan melakukan penelitian.

Beberapa bulan setelah pendiriannya, yakni pada 14-17 November 2017,

SEAMEO CECCEP yang bekerjasama dengan SEAMEO serta Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah mengadakan seminar

internasional perihal kesejahteraan anak di Kawasan Asia Tenggara yang diberi

nama “International Seminar on Early Childhood Care Education and Parenting

2017: Children Wellbeing and Effective Parenting in the Digital Era”. Seminar

ini dilakukan sebagai sebuah studi komparatif untuk melihat sejauh mana tingkat

kesejahteraan yang dimiliki anak-anak di kawasan juga bagaimana partisipasinya

dalam parenting.

Dengan mengundang perwakilan dari setiap negara anggota SEAMEO

untuk mempresentasikan kondisi kesejahteraan anak-anak di negaranya dilihat

dari berbagai aspek, seperti pendidikan, kesehatan, nutrisi, dan pola asuh melalui

seminar tersebut, SEAMEO CECCEP menjadi memiliki gambaran bagaimana

kondisi awal anak-anak di kawasan sekaligus gambaran mengenai cara dan solusi

apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan anak tersebut.

Sebagai langkah pertama yang dilakukan sebuah institusi untuk memulai

programnya, pelaksanaan seminar ini bisa dikatakan merupakan cara yang tepat.

Mengetahui tingkat kesejahteraan anak adalah langkah awal untuk menciptakan

kesejahteraan tersebut. Dalam kaitannya dengan agenda global PBB tahun 2030,

Page 108: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

94

kesejahteraan anak saat ini merupakan penanda kemajuan penting dalam proses

pencapaian SDGs.

Pada tahun 2018 ini, ada 12 judul penelitian yang telah diseleksi SEAMEO

CECCEP dan akan mendapatkan bantuan dari pusat kajian ini untuk proses

penelitiannya. Ke-12 judul penelitian tersebut adalah seputar ECCE serta

parenting dan akan dilakukan oleh sekelompok peneliti dari berbagai universitas

di Indonesia. Nantinya, hasil penelitian tersebut akan disebarluaskan oleh

SEAMEO CECCEP sehingga bisa diakses oleh semua warga di negara anggota

SEAMEO. Daftar ke-12 judul penelitian tersebut terdapat pada lampiran 4.

Jika dilihat dari judulnya, ke-12 penelitian tersebut memang difokuskan

pada upaya untuk menyejahterakan anak usia dini melalui program ECCE dan

parenting dengan menggunakan suatu studi kasus tertentu. Penelitian berbasis

studi kasus ini bisa dikatakan tepat di satu sisi dan kurang tepat di sisi lain.

Dikatakan tepat karena dapat secara langsung memberikan solusi yang terjadi di

tempat kasus itu berada namun belum tentu bisa secara tepat menjadi solusi bagi

problem yang terjadi di tempat lain. Selain itu, pemilihan lokasi penelitian yang

hanya difokuskan di Indonesia juga dinilai kurang komprehensif. Alangkah lebih

baik jika penelitian serupa juga dilakukan di negara anggota SEAMEO lainnya

walaupun dengan pendanaan dan mekanisme yang mungkin bisa lebih rumit.

Pada tahun yang sama juga, SEAMEO CECCEP memiliki agenda besar

berupa program di level internasional, yakni dilibatkan dalam sebuah studi

regional Asia Pasifik yang bernama “Innovative Financing Mechanisms and

Partnership for Early Childhood Care and Education (ECCE)”. Studi yang

Page 109: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

95

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kebijakan dan mekanisme

sistem keuangan yang inovatif demi mewujudkan pendidikan pra-Sekolah Dasar

yang bebas, berkualitas, dan inklusif untuk semua pada tahun 2030 ini merupakan

kerjasama antara SEAMEO CECCEP dengan UNESCO Bangkok dan Kobe

University.17

Studi ini ada setelah UNESCO, Kobe University, dan UNICEF ROSA

bekerjasama untuk meneliti sistem keuangan program ECCE dengan bantuan dana

dari Kementerian Strategi dan Keuangan Republik Korea. Studi ini

mengidentifikasi tiga tantangan terbesar yang saat ini menjadi penghambat sistem

keuangan yang memadai dan sustain untuk program ECCE, yakni: (i) anggaran

belanja pemerintah untuk pendidikan pra-Sekolah Dasar yang terbatas; (ii)

minimnya sistem keuangan ECCE yang sustain; dan (iii) ketiadaan model

pemerintahan yang memadai dan minimnya koordinasi. Berdasarkan ketiga

tantangan tersebut, studi ini telah menghasilkan tiga solusi/rekomendasi kebijakan

yang dapat membantu pemerintah memperkuat kualitas ECCE. Rekomendasi

kebijakan paling signifikan yang diberikan adalah dalam hal keuangan.18

Studi tersebut mengungkapkan bahwa untuk mencapai target SDGs poin 4.2

perihal jaminan pendidikan anak usia dini yang bebas dan berkualitas, langkah

pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan Sumber Daya publik untuk

ECCE. Akan tetapi, ini akan sulit dilakukan jika pemerintah mengalami hambatan

17 SEAMEO CECCEP, Term of Reference Regional Documentation on Innovative Financing

Mechanisms and Partnership for Early Childhood Care and Education (ECCE); Dokumentasi Pribadi Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP, Pak Ith Vuthy, M. Sc.

18 SEAMEO CECCEP, Term of Reference Regional Documentation on Innovative Financing

Mechanisms and Partnership for Early Childhood Care and Education (ECCE); Dokumentasi Pribadi

Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP, Pak Ith Vuthy, M. Sc.

Page 110: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

96

dari segi fiskal. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah kerjasama dan mekanisme

keuangan inovatif agar dapat meningkatkan sumber daya tersebut.

Yang dimaksud dengan sistem keuangan inovatif tersebut adalah sistem

keuangan non-tradisional yang lebih stabil dan prediktif, melibatkan manajemen

multilateral dan kerjasama dengan institusi swasta, berhubungan dengan barang-

barang publik, memobilisasi keuangan domestik sebagaimana keuangan

internasional, melibatkan unsur inovasi, menghasilkan arus keuangan yang stabil

untuk pembangunan, dan membantu meningkatkan efisiensi arus keuangan.19

Untuk keberlangsungan studi tersebut, para peneliti memilih negara-negara

yang berpotensi dapat menciptakan sistem keuangan yang inovatif. Ada 10 negara

dari berbagai sub-kawasan berbeda yang terpilih, yakni Jepang, Mongolia,

Republik Korea, Indonesia, Vietnam, Bangladesh, Bhutan, Sri Lanka, Kyrgyztan,

dan Fiji.20

Di empat negara ini, yakni Bangladesh, Jepang, Indonesia, dan Vietnam,

para konsultan meneliti informan relevan dari setiap negara, yakni: (i)

kementerian yang bertanggung jawab terhadap pelayanan ECCE (seperti

Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesejahteraan, Kementerian Perempuan

dan Anak) dan lembaga lain yang memiliki wewenang untuk program

perencanaan dan budgeting ECCE; (ii) Kepala Sekolah dari ECCE terpilih, baik

yang milik swasta maupun negeri; (iii) Kepala ECCE di UNICEF dan UNESCO;

19 SEAMEO CECCEP, Term of Reference Regional Documentation on Innovative Financing

Mechanisms and Partnership for Early Childhood Care and Education (ECCE); Dokumentasi Pribadi Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP, Pak Ith Vuthy, M. Sc.

20 SEAMEO CECCEP, Term of Reference Regional Documentation on Innovative Financing

Mechanisms and Partnership for Early Childhood Care and Education (ECCE); Dokumentasi Pribadi

Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP, Pak Ith Vuthy, M. Sc.

Page 111: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

97

dan (iv) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGO yang berkaitan dengan

ECCE.21

Untuk Indonesia sendiri, dihasilkan beberapa data program ECCE yang

dinilai sudah mulai melakukan inovasi di bidang keuangan yang sustain. Di Bogor

misalnya, ada sebuah PAUD/ECCE yang mempunyai lahan untuk outbound.

Lahan ini semacam tempat wisata. Pemasukan yang diperoleh dari outbound

tersebut nantinya digunakan untuk membayar biaya operasional PAUD sehingga

seluruh siswanya bisa menempuh pendidikan secara gratis.22

Saat ini SEAMEO CECCEP telah mengadakan pertemuan dengan para

pemangku kepentingan ECCE untuk mengkonsultasikan hasil studi ini. Konsultasi

tersebut berfokus pada bagaimana untuk memulai penelitian. Setelah konsultasi

selesai, dibicarakan pula bagaimana skema sistem keuangan tersebut.

21 SEAMEO CECCEP, Inception Report Regional Documentation on Innovative Financing

Mechanisms and Partnership for Early Childhood Care and Education (ECCE); Dokumentasi Pribadi Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP, Pak Ith Vuthy, M. Sc.

22 Wawancara dengan Pak Ith Vuthy, M. Sc., Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP pada 27

September 2018.

Page 112: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

98

Gambar IV.A.3 Scheme of Study of IFMP

Sumber: Inception Report Regional Documentation on Innovative Financing

Mechanisms and Partnership for Early Childhood Care and Education (ECCE)

Berdasarkan skema tersebut, sistem keuangan yang inovatif akan

melibatkan banyak pihak dalam pengaplikasiannya. SEAMEO CECCEP bersama

dengan pemerintah akan membuat suatu kebijakan khusus dan bagaimana cara

mengimplementasikannya. SEAMEO CECCEP juga akan melakukan kerjasama

dengan beberapa NGO, multilateral, dan institusi. Pihak swasta seperti para

pengusaha pun akan banyak dilibatkan untuk ikut berkontribusi mewujudkan

akses yang bebas terhadap ECCE.

Keterlibatan SEAMEO CECCEP dalam studi regional tersebut dapat

dikatakan tepat dan sesuai dengan target yang hendak dicapai. Melalui studi

tersebut, SEAMEO CECCEP nantinya akan memperoleh gambaran mengenai

bagaimana solusi untuk menciptakan sistem keuangan yang sustain agar dapat

membantu anak-anak di kawasan Asia Tenggara memperoleh akses yang bebas

terhadap pendidikan anak usia dini/ECCE.

Page 113: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

99

Sebagai implementasi dari sistem keuangan inovatif ini, SEAMEO

CECCEP tidak ada salahnya jika mengadopsi sistem inovatif yang telah lama

dikembangkan oleh Malaysia. Dalam hal ini, Malaysia mendorong partisipasi

perusahaan dalam bidang ECCE.

Pemerintah Malaysia meyakini bahwa jika perusahaan diajak untuk ikut

berpartisipasi dalam layanan ECCE sebagai bentuk Corporate Social

Responsibility (CSR)-nya berpotensi dapat meningkatkan jumlah anak yang

terdaftar dalam layanan ECCE berkualitas. Selain itu, pelibatan perusahaan

melalui CSR-nya pun dinilai efektif karena pada saat yang sama juga sistem ini

dapat menguntungkan perusahaan sebab dapat lebih menarik perempuan untuk

bekerja.23

Ada tiga cara yang diusulkan Malaysia untuk keterlibatan perusahaan dalam

ECCE. Pertama, membuat ECCE di tempat kerja. Cara ini dilakukan melalui

pemberian anjuran kepada perusahaan atau jaringan perusahaan untuk

menyediakan layanan ECCE berkualitas untuk anak para stafnya. Cara ini

misalnya dilakukan oleh perusahaan Securities Commision Malaysia yang

membuat Permata Tassek Childcare pada tahun 2000.

Berdasarkan laporan tahun 2010, telah ada 50 anak yang mendapatkan

pendidikan dan pengasuhan melalui childcare ini. Untuk mendanai agar proses

pendidikan dan pengasuhan ke-50 anak tersebut tetap berlangsung, childcare ini

membutuhkan sekitar RM700 per bulannya. Dana tersebut diperoleh melalui

23

Chiam Heng Keng, Developing Capacity in Quality Early Childhood Care and Education through

Public-Private Partnership: The Malaysian Experience, World Conference on Early Childhood Care and

Education, 27-29 September 2010 in Moscow, Russian Federation.

Page 114: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

100

dukungan para staf yang biasanya membayar maksimal RM200 dan para staf

senior yang membayar RM300-RM400.24

Kedua, pendanaan perusahaan. Cara ini dilakukan dengan mengajak

perusahaan untuk mendirikan atau berkontribusi pada pendanaan ECCE untuk

para stafnya. Misalnya, perusahaan Shell Western Digital yang secara penuh

bertanggung jawab pada pendanaan pendidikan childcare dan preschool termasuk

biaya lain di luar pendidikan.25

Ketiga, menyediakan lahan. Cara ini dilakukan dengan mengundang

perusahaan-perusahaan untuk membuat jaringan guna mendirikan ECCE. Target

dari ECCE ini adalah berbagai komunitas terutama di daerah-daerah yang standar

ECCE-nya masih rendah, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Misal,

perusahaan SP Setia yang mengalokasikan lahan untuk membangun ECCE.26

Sebagai salah satu upaya untuk peningkatan kapasitas para guru ECCE,

SEAMEO CECCEP sebagai representasi dari Indonesia juga terlibat dalam

sebuah proyek internasional, yakni The Survey of Teachers in Pre-Primary

Education (STEPP). Proyek ini diinisiasi oleh UNESCO dan OECD dan

diimplementasikan melalui kerjasama dengan the International Taskforce on

24

Chiam Heng Keng, Developing Capacity in Quality Early Childhood Care and Education through

Public-Private Partnership: The Malaysian Experience, World Conference on Early Childhood Care and Education, 27-29 September 2010 in Moscow, Russian Federation.

25 Chiam Heng Keng, Developing Capacity in Quality Early Childhood Care and Education through

Public-Private Partnership: The Malaysian Experience, World Conference on Early Childhood Care and

Education, 27-29 September 2010 in Moscow, Russian Federation.

26 Chiam Heng Keng, Developing Capacity in Quality Early Childhood Care and Education through

Public-Private Partnership: The Malaysian Experience, World Conference on Early Childhood Care and

Education, 27-29 September 2010 in Moscow, Russian Federation.

Page 115: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

101

Teachers for Education 2030, ILO, OMEP, dan UNICEF. UNESCO bertanggung

jawab secara penuh dalam proyek tersebut.

Pada 8-10 Mei 2018, di Bogor, Indonesia telah diadakan meeting kedua

Tim Nasional Indonesia untuk STEPP. Fokus meeting ini adalah untuk pelatihan

Field Trial (FT) atau uji coba lapangan, persiapan administrasi FT, tinjauan atas

penerjemahan, adaptasi dan tata letak instrumen FT berdasarkan feedback dari

ACER. UNESCO akan mendampingi Tim Nasional STEPP Indonesia yang

dipimpin oleh SEAMEO CECCEP dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan utama

berikut pada tahun 2018:

a. Pengembangan kerangka sampling untuk uji coba lapangan,

b. Persiapan untuk uji coba lapangan (termasuk pembentukan sistem

manajemen data, penyelenggaraan pelatihan koordinator pusat,

pencetakan dan distribusi instrumen survei ke pusat-pusat yang

berpartisipasi),

c. Administrasi uji coba lapangan,

d. Pengisian dan pemrosesan data percobaan lapangan dan kompilasi

database nasional,

e. Penyebaran laporan nasional tentang analisis pengalaman Tahap 1.

Sebagai hasil dari proyek survei ini, dibuatlah laporan mengenai

kompetensi guru-guru ECCE. Setelah itu, pengagendaan konferensi internasional

mengenai hasil dari survei ini juga dinilai perlu untuk memperkenalkan

bagaimana kompetensi para guru saat ini untuk kemudian dijadikan sebagai bahan

pijakan proses pengambilan keputusan perihal peningkatan kualitas guru ECCE.

Page 116: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

102

Keterlibatan SEAMEO CECCEP dalam proyek survei ini adalah langkah

tepat karena bersesuaian dengan tema kunci yang hendak dicapai pusat kajian ini

di tahun kedua pendiriannya dalam bidang ECCE, yakni Kurikulum dan

Pedagogi: Peningkatan Kompetensi Guru. Peningkatan kompetensi guru walau

bagaimana pun merupakan salah satu elemen penting dalam mewujudkan program

ECCE berkualitas yang sesuai dengan target yang dicanangkan SDGs di tahun

2030.

B. Capacity Building (Peningkatan Kapasitas)

Fokus dari program ini adalah meningkatkan kompetensi guru ECCE di

beberapa aspek, seperti pengembangan kurikulum, kualitas lingkungan belajar,

dan pembelajaran abad 21. Program ini dilaksanakan melalui training, baik secara

in-house/online-based/visiting trainer maupun resource person, workshop, dan

konferensi. Untuk pengembangan modul training dan panduan workshop akan

dilakukan secara in-house. Adapun training secara online akan dilakukan melalui

kerjasama dengan SEAMEO Regional Open Learning Center (SEAMOLEC).

Jika dianalisis berdasarkan kerangka Bronfenbrenner, berbagai program

tersebut memang dirasa perlu mengingat proses perkembangan anak tidak terjadi

secara vakum tetapi akan lebih efektif ketika terjadi interaksi secara teratur dan

berkelanjutan antara guru dan anak. Interaksi anak dan guru serta lingkungan

belajar itu dinilai penting karena berpengaruh terhadap hasil dari perkembangan

anak secara holistik. Oleh karena itu, guru dianggap sebagai lifelong learner yang

Page 117: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

103

harus terus meng-upgrade ilmu dan skill-nya agar bisa memberikan pendidikan

dan pengasuhan berkualitas untuk mendampingi siswanya.

Kerangka Bronfenbrenner menempatkan guru ECCE yang kompeten di

pusat (centre) dan menganjurkan guru ECCE mampu mendemonstrasikan

kompetensi melalui empat bidang, yakni: 1) Content knowledge, pedagogic

practice&assessment; 2) Learning environment; 3) Engagement and

collaboration; 4) Professional development.27

Keempat kompetensi tersebut membawahi tujuh subkompetensi, yaitu: 1)

Understands the child’s holistic development and learning; 2) Facilitates child

development and learning; 3) Establishes a nurturing, inclusive, and safe

environment; 4) Promotes health, nutrition, safety, and protection; 5) Engages

parents, families, and caregivers as partners on ECCE; 6) Networks and

collaborates with relevant stakeholders to promote ECCE; 7) Ensures continuous

personal growth and professional development.28

Gambar berikut mengilustrasikan mengenai kerangka kompetensi guru

ECCE:

27 UNESCO, Pursuing Quality in Early Learning: Early Childhood Care and Education (ECCE)

Tacher Competency Framework for Southeast Asia (SEA), (Paris: UNESCO), 2018. 28 UNESCO, Pursuing Quality in Early Learning: Early Childhood Care and Education (ECCE)

Tacher Competency Framework for Southeast Asia (SEA), (Paris: UNESCO), 2018.

Page 118: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

104

Gambar IV.B.4 The ECCE Teacher Competency Framework for Southeast Asia

Sumber: Pursuing Quality in Early Learning: Early Childhood Care and Education

(ECCE) Tacher Competency Framework for Southeast Asia (SEA)

Berdasarkan gambar tersebut, ketujuh subkompetensi tersebut dipengaruhi

oleh tiga subsistem yang kemudian dinamakan makrosistem. Ketiga subsistem

tersebut adalah:29

a. National environment (lingkungan nasional). Dalam hal ini, kebijakan

pemerintah memiliki pengaruh kuat dalam pendidikan selain kebijakan

sosio-ekonomi. Yang dimaksud dengan kebijakan sosio-ekonomi ini

adalah alokasi anggaran belanja nasional tahunan untuk pendidikan,

kebijakan ekonomi yang menargetkan penciptaan lapangan kerja,

pengaturan undang-undang buruh dan pengangguran, norma budaya,

dan sistem kepercayaan.

29

UNESCO, Pursuing Quality in Early Learning: Early Childhood Care and Education (ECCE) Tacher

Competency Framework for Southeast Asia (SEA), (Paris: UNESCO), 2018.

Page 119: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

105

b. National policies (kebijakan nasional). Kebijakan nasional dalam bidang

pendidikan saat ini telah memandang penting ECCE. Adanya kebijakan

pemerintah dalam standardisasi etika dan profesionalisasi guru adalah

bukti perhatian pemerintah terhadap layanan ECCE berkualitas.

c. Supporting resources (sumber daya yang mendukung). Selain anggaran

tahunan untuk pendidikan, sumber daya juga dapat berasal dari sektor

swasta. Sektor swasta adalah penyedia sumber daya potensial, seperti

dukungan dari Corporate Social Responsibility (CSR).

Ketiga subsistem tersebut dapat memengaruhi hasil ECCE. Misalnya,

adanya standar ECCE berkualitas di sebuah negara mensyaratkan agar guru

memiliki jam khusus untuk training/praktik mengajar. Dalam konteks ECCE, hal

ini tentu berpengaruh pada mikrosistem, yakni sekolah atau lingkungan belajar di

mana proses pembelajaran berlangsung.

Untuk mencapai target kompetensi guru tersebut, SEAMEO CECCEP

memiliki agenda di tahun 2018 dalam bidang peningkatan kapasitas guru. Agenda

tersebut adalah melakukan pelatihan online mengenai kompetensi para guru

ECCE untuk minimal 200 peserta dari negara-negara anggota SEAMEO dan

pelatihan in-house mengenai terapi bermain untuk minimal 100 guru ECCE di

kawasan Asia Tenggara.30

Pelatihan ini merupakan aksi lanjutan dari penelitian mengenai The Survey

of Teachers in Pre-Primary Education (STEPP) antara SEAMEO CECCEP dan

30 SEAMEO dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Program Activity Plan for 2017-2021

SEAMEO Regional Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP);

Dokumentasi Pribadi Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP, Pak Ith Vuthy, M. Sc.

Page 120: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

106

UNESCO. Tentu saja pelatihan ini dianggap penting mengingat kondisi mayoritas

guru-guru ECCE, khususnya di Indonesia, masih memiliki skill mengajar yang

minim dan pengetahuannya tentang anak usia dini masih belum mendalam.31

Oleh

karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan skill dan pengetahuan seputar

ECCE dan parenting agar setiap guru ECCE bisa mendampingi proses

pembelajaran anak usia dini yang salah satunya melalui training tersebut.

Sejauh ini, ada 12 model pembelajaran terpilih—4 model untuk bidang

parenting dan 8 model untuk bidang ECCE—yang dijadikan sebagai bahan untuk

men-training guru-guru ECCE di Kawasan Asia Tenggara juga akan secara online

men-training sekolah-sekolah di kawasan ini.32

Daftar ke-12 model pembelajaran

tersebut terlampir (lihat lampiran 5).

Penyusunan daftar model pembelajaran tersebut dinilai perlu sebagai salah

satu bagian dari perencanaan agar tujuan yang hendak dicapai SEAMEO

CECCEP dalam upaya peningkatan kapasitas guru ECCE di kawasan Asia

Tenggara dapat tercapai sesuai dengan target yang diharapkan.

C. Advocacy dan Partnership (Advokasi dan Kerjasama)

Program ini dilakukan dengan mengundang para ahli di kawasan untuk

diskusi, bertukar ide, dan menyuguhkan hasil studi terkait ECCE dan parenting.

Selain itu, meeting dengan partner potensial, seperti institusi pemerintah dan

31 Wawancara dengan Pak Ith Vuthy, M. Sc., Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP pada 27

September 2018.

32 Wawancara dengan Pak Ith Vuthy, M. Sc., Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP pada 27

September 2018.

Page 121: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

107

sukarelawan akan dilakukan untuk kemudian diinformasikan pada pembuat

kebijakan.

Upaya advokasi dan kerjasama yang dilakukan SEAMEO CECCEP pada

tahun 2017 lebih kepada pengembangan akun-akun media sosial, seperti website,

facebook, twitter, dan instagram. Akun-akun ini nantinya akan dijadikan sebagai

media untuk menyebarluaskan informasi dan progress apa saja yang telah dicapai

pusat kajian ini. Di tengah semakin maraknya arus teknologi informasi, kehadiran

SEAMEO CECCEP dalam media sosial diperkirakan akan memberi sumbangsih

positif terhadap pencapaian tujuan pusat kajian ini. 33

Selain melalui media sosial, SEAMEO CECCEP juga mengagendakan

untuk melakukan pertemuan tahunan secara langsung dengan para ahli di bidang

ECCE dan parenting. Yang dimaksud dengan para ahli di sini adalah pakar ECCE

dan parenting dari semua negara anggota SEAMEO. Diskusi secara langsung

yang dilakukan para ahli ini diharapkan dapat menjadi ajang untuk saling bertukar

pengalaman dan pandangan atau bahkan solusi bagi permasalahan ECCE dan

parenting yang dihadapi di negara anggota SEAMEO.

SEAMEO CECCEP menyadari bahwa peran organisasi non-pemerintah

sangat penting dalam membantu memajukan layanan ECCE di Asia Tenggara.

Sebagai implementasinya, pada awal Februari 2018, SEAMEO CECCEP

mengajukan sebuah proposal penelitian mengenai program parenting pada

organisasi non-pemerintah, yakni Plan International Indonesia. Proposal

33 SEAMEO dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Program Activity Plan for 2017-2021

SEAMEO Regional Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP);

Dokumentasi Pribadi Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP, Pak Ith Vuthy, M. Sc.

Page 122: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

108

kerjasama penelitian ini bertujuan untuk menggali data berkenaan dengan praktik

implementasi pola pengasuhan anak serta gambaran mengenai keterlibatan atau

partisipasi anak dalam pengasuhan. Selain itu, akan digali juga data mengenai

sumber daya pendukung yang ada guna mencapai kondisi ideal pengasuhan

anak.34

Teknik dari penelitian ini akan dilakukan melalui focus group discussion

(FGD) dan dilengkapi dengan wawancara terstruktur yang melibatkan

orangtua/pengasuh dan anak.

Kerjasama yang dilakukan antara SEAMEO CECCEP dan Plan

International Indonesia untuk bidang parenting dapat dikatakan tepat mengingat

Plan International merupakan NGO yang berfokus pada pemenuhan hak anak dan

kesetaraan gender terbesar di dunia sehingga nantinya SEAMEO CECCEP bisa

mendapatkan banyak informasi yang bahkan bisa menjadi solusi bagi

permasalahan parenting yang banyak terjadi di kawasan Asia Tenggara. Program

parenting yang positif sangat berpengaruh pada kesejahteraan anak. Saat anak

sejahtera, maka proses pencapaian SDGs pun dinilai berhasil meraih salah satu

tujuan utamanya di tahun 2030 perihal ECCE berkualitas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan direktur program SEAMEO

CECCEP, advokasi dan kerjasama yang hendak dilakukan dalam waktu dekat ini

adalah akan melakukan MoU dengan tiga istitusi, yakni Asia-Pacific Regional

34 SEAMEO CECCEP, Proposal Penelitian Efektivitas Program Parenting untuk Mendukung

Kesiapan Anak Bersekolah Tahun 2018; Dokumentasi Pribadi Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP,

Pak Ith Vuthy, M. Sc.

Page 123: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

109

Network for Early Childhood (ARNEC), Politechnic University of Philippine, dan

Aide et Action Internasional pada 1 Desember 2018 mendatang.35

Rencana SEAMEO CECCEP untuk bekerjasama dengan ketiga institusi

tersebut juga merupakan upaya yang tepat mengingat ARNEC dan Aide et Action

adalah dua institusi dengan tujuan yang sama, salah satunya untuk mewujudkan

pembangunan berkelanjutan (SDGs) tahun 2030 walaupun memiliki concern

berbeda. Atas dasar ini, rencana kerjasama dengan ketiga institusi tersebut perlu

untuk ditindalanjuti menjadi aksi nyata.

Penandatangan perjanjian kerjasama dengan NGO yang concern mengurus

segala hal yang berkaitan dengan ECCE sejak tahun 1948, yakni Organisation

Mondiale pour l’Education Prescolaire (OMEP) pun kiranya perlu untuk

dilakukan. Organisasi yang juga berstatus sebagai penasihat PBB dan UNICEF ini

dapat dikatakan mumpuni dalam mempromosikan hak anak terhadap pendidikan

dan pengasuhan di dunia serta mendukung setiap aktivitas yang dapat

meningkatkan akses terhadap pendidikan dan pengasuhan tersebut. Terlebih saat

ini OMEP mempunyai proyek dengan tema “Early Childhood Care and

Education (ECCE) untuk Ketahanan (Sustainability)” yang bersesuaian dengan

target yang hendak dicapai UNESCO melalui program Education for Sustainable

Development (ESD)-nya.

Tema proyek ini pun secara bersamaan sangat mendukung pencapaian target

PBB di tahun 2030 sebagaimana telah dijelaskan pada BAB II. Oleh sebab itu,

35 Wawancara dengan Pak Ith Vuthy, M. Sc., Direktur Deputi Program SEAMEO CECCEP pada 27

September 2018.

Page 124: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

110

adalah suatu keputusan yang tepat jika SEAMEO CECCEP juga melakukan

kerjasama dengan OMEP demi mencapai target SDGs, khususnya target 4.2.

Sejauh ini, berdasarkan agenda dua tahun ini (2017-2018) yang telah

terealisasi menjadi aksi nyata dapat dikatakan bahwa upaya yang dilakukan

SEAMEO melalui SEAMEO CECCEP demi mewujudkan tujuan pembangunan

berkelanjutan melalui pembetukan ECCE berkualitas di kawasan Asia Tenggara

dapat dikatakan tepat di tengah keterbatasan, baik dari segi SDM, fasilitas maupun

sistem pendanaan.

Berbagai aktivitas yang dilakukan SEAMEO CECCEP tersebut bisa

menjadi dasar untuk membangun ECCE berkualitas di kawasan Asia Tenggara

yang secara bersamaan dapat membantu merealisasikan salah satu agenda global

PBB pada tahun 2030 di bidang pendidikan anak usia dini.

Page 125: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

111

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Memasuki abad 21, objek hubungan internasional mengalami pergeseran

perihal fokus kajiannya. Dewasa ini, fokus kajian hubungan internasional tidak

lagi tertuju pada konflik dan perang yang mengancam sistem keamanan nasional

dan internasional tetapi lebih kepada aspek ekonomi dan sosial. Saat ini, para

pembuat kebijakan dalam hubungan internasional telah sepakat menjadikan kedua

aspek tersebut sebagai elemen yang bersifat high politics menggantikan sistem

keamanan seiring dengan berakhirnya Perang Dingin. Atas dasar inilah, negara-

negara kemudian saling berkompetisi dalam bidang ekonomi.

Pemenuhan aspek ekonomi ini tidak bisa dilepaskan dari kekayaan alam.

Agar suatu negara dapat berkompetisi dengan negara lainnya atau minimal dapat

survive, pasti hasil alam sangat dibutuhkan. Adanya fenomena pasar bebas (free

market) yang memungkinkan setiap negara bisa saling melakukan jual beli

komoditas yang diperlukannya semakin memacu setiap negara untuk berusaha

menyediakan komoditas andalannya. Bukan hal yang mustahil jika ini tetap

dilakukan di luar batas kewajaran, terjadi eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA).

Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang dilakukan beberapa negara untuk

meningkatkan standar hidup juga terkadang dicapai dengan cara yang merusak

Page 126: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

112

secara global dan dalam jangka waktu yang panjang. Upaya perbaikan yang

biasanya didasarkan pada penggunaan peningkatan jumlah bahan mentah, energi,

bahan kimia, dan sintetis serta pada penciptaan polusi yang kurang diperhitungkan

dalam menentukan biaya proses produksi telah menimbulkan efek tidak terduga

pada lingkungan.

Menyadari hal tersebut, organisasi terbesar di dunia, Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB), merasa perlu untuk melakukan pembaharuan perihal rencana

globalnya. Sebagai langkah pertama, PBB membentuk sebuah badan khusus yang

concern membahas mengenai lingkungan dan pembangunan. Badan tersebut

bernama United Nations World Commission on Environment and Development

(WCED). Melalui badan ini, lahirlah sebuah agenda global yang hendak dicapai

PBB dari tahun 2015 sampai 2030. Agenda tersebut dinamakan Sustainable

Development Goals (SDGs).

SDGs menjadikan dunia anak sebagai milestone pembentukan agendanya.

Ini dilakukan dengan tujuan agar pembangunan berkelanjutan ini dapat tercapai

secara optimal. Memastikan semua anak dapat tumbuh bebas dari kemiskinan,

mendapatkan pendidikan dan jaminan kesehatan, merasa bahagia dan aman dalam

setiap tumbuh kembangnya merupakan dasar untuk membentuk manusia dewasa

yang mampu berkontribusi pada ekonomi dan masyarakat dengan kohesivitas

sosial yang tinggi. Dengan kata lain, kesejahteraan anak saat ini merupakan

penanda kemajuan penting dalam proses pencapaian SDGs.

Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan dunia anak sebagai

sasaran utama agenda global PBB ini. Salah satunya didasarkan pada hasil

Page 127: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

113

penelitian yang mengungkap bahwa pendidikan dan pola pengasuhan yang

diberikan pada anak usia dini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup

pada fase setelahnya. Secara garis besar, ada empat bidang keilmuan yang

meneliti secara ilmiah betapa potensialnya masa perkembangan anak-anak, yakni

psikologi perkembangan, neurologi, ilmu sosial, dan psikososial. Semua hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa masa kanak-kanak merupakan periode

penting kehidupan manusia.

Atas dasar inilah, berinvestasi pada anak usia dini dinilai sebagai upaya

cerdas untuk membangun suatu masyarakat. Bentuk investasi tersebut salah

satunya adalah dengan penyediaan program ECCE berkualitas yang juga

merupakan salah satu agenda global yang hendak dicapai PBB di tahun 2030.

Bersesuaian dengan agenda global PBB tersebut, SEAMEO sebagai

sebuah organisasi regional di Kawasan Asia Tenggara juga menjadikan ECCE

sebagai salah satu agenda prioritasnya dari tahun 2017-2021. Sebagai upaya untuk

mewujudkan agenda tersebut, SEAMEO mendirikan sebuah pusat kajian khusus

untuk ECCE dan parenting yang diberi nama SEAMEO Regional Centre for

Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP).

Ada tiga program utama yang dilakukan SEAMEO CECCEP dalam

upayanya mewujudkan ECCE berkualitas di kawasan. Masing-masing dari ketiga

program tersebut mencakup dua bidang, untuk bidang ECCE dan parenting.

Pertama, Research and Development (Penelitian dan Pengembangan) yang

berfokus pada program penelitian dan pengembangan berbagai agenda yang

berkaitan dengan peningakatan kualitas ECCE dan parenting.

Page 128: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

114

Kedua, Capacity Building (Peningkapan Kapasitas) yang bertujuan untuk

meningkatkan kompetensi guru ECCE di beberapa aspek, seperti pengembangan

kurikulum, kualitas lingkungan belajar, dan pembelajaran abad 21. Program ini

akan dilaksanakan melalui training, baik secara in-house/online-based/visiting

trainer maupun resource person, workshop, dan konferensi.

Ketiga, Advocacy dan Partnership (Advokasi dan Kerjasama). Program ini

dilakukan dengan mengundang para ahli di kawasan untuk diskusi, bertukar ide,

dan menyuguhkan hasil studi terkait ECCE dan parenting. Selain itu, meeting

dengan partner potensial, seperti institusi pemerintah dan sukarelawan akan

dilakukan untuk kemudian diinformasikan pada pembuat kebijakan.

Berbagai aktivitas yang dilakukan SEAMEO CECCEP melalaui tiga

program utama tersebut bisa dikatakan tepat dengan berbagai keterbatasan yang

dialami, baik dari segi SDM, pendanaan, maupun fasilitas. Keberhasilan dari

program-program tersebut diharapkan dapat menjadi dasar untuk membangun

ECCE berkualitas di kawasan Asia Tenggara yang secara bersamaan dapat

membantu merealisasikan salah satu agenda global PBB pada tahun 2030 di

bidang pendidikan anak usia dini.

B. Saran

1. Untuk SEAMEO CECCEP

Sebagaimana telah disinggung pada akhir BAB IV, disarankan agar

SEAMEO CECCEP menjalin hubungan kerjasama dengan Organisation

Mondiale pour l’Education Prescolaire (OMEP) karena saat ini organisasi

Page 129: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

115

tersebut mempunyai proyek dengan tema “Early Childhood Care and Education

(ECCE) untuk Ketahanan (Sustainability)” yang bersesuaian dengan target yang

hendak dicapai UNESCO melalui program Education for Sustainable

Development (ESD)-nya. Tema proyek ini juga secara bersamaan sangat

mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di tahun 2030.

Selain itu, perlu juga kiranya dilakukan penelitian mengenai jumlah anak usia

prasekolah di Asia Tenggara yang sudah terdaftar dalam layanan ECCE setiap

tahunnya yang dimulai dengan tahun pendirian SEAMEO CECCEP guna

membidik keberhasilan organisasi antarpemerintah ini di kawasan dalam

penyediaan layanan ECCE berkualitas.

2. Untuk Penelitian Selanjutnya

Disarankan agar pada penelitian selanjutnya yang memiliki kesamaan tema

dengan skripsi ini dapat lebih mengembangkan upaya yang dilakukan SEAMEO

CECCEP dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) melalui

pengembangan kualitas dan kuantitas Early Childhood Care and Education

(ECCE) di kawasan. Berbagai upaya tersebut dilakukan dengan teknik periodisasi

dan komparasi dengan tujuan yang hendak dicapai SDGs pada tahun 2030.

Page 130: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adler, Emanuel. 1997. Seizing the Middle Ground: Constructivisn in World

Politic. European Journal of International Relations. Sage Publication.

Afrikana, Boer Mauna. 1970. Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan

Fungsi dalam Era Dinamika Global. Bandung: PT Alumni.

Archer, Clive. 1983. International Organization. London: Allen & Unwin Ltd..

Baldwin, D.A.. 1985. Economic Statecraft. New Jersey: Princeton University

Press.

Biddle, William W.. 1965. The Community Development Process. New York: The

Rediscovery of Local Initiative, Holt and Winston.

Davis, J. dan Elliott. 2014. Research in Early Childhood Education for

Sustainability: International Perspectives and Provocations. London:

Routledge.

Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI. 2007.

ASEAN Selayang Pandang. Jakarta: ASEAN.

Faisal, Sanapiah. 2010. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Press.

Finnemore, Martha dan Kathryn Sikkink. 2001. Taking Stock: The Constructivist

Research Program in International Relations and Comparative Politics,

Annual Review Poltical Science, 4, University of West Florida.

Gallagher, K.. 2005. Brain research and early childhood development: A primer

for developmentally appropriate practices. Young Children.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Greentea.

McGregor et al.. 2007. The Lancet Child Development Series.

Miller, B., & Cummings, J. (Eds.). 2007. The Human Frontal Lobes. New York:

Guilford Press.

Munasinghe, Mohan. 2001. Exploring the Linkages between Climate Change and

Sustainable Development: A Challenge for Transdisciplinary Research,

[database online] (Munasinghe Institute for Development (MIND); tersedia

di https://ecologyandsociety.org/vol5/iss1/art14/; diunduh pada 10 April

2018.

Page 131: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xv

Nance, Robert. 2009. The Importance of Early Childhood Education: Roles of

Play, Language, Socialization, Formation of Values, [database online];

(Quest Club Paper; tersedia di

http://www.fwquestclub.com/welcome_files/papers/childhood_education.pd

f; diunduh pada 2 Mei 2018.

Reus-smit, Christian. 2005. Constructivism, dalam Scott Burchill, ed. Theories of

International Relations (Third Edition), New York: PALGRAVE

MACMILLAN.

Sit, Masganti. 2015. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Jilid 1. Medan:

Perdana Publishing.

Stake, Robert E.. 1995. The Art of Case Study Research. California: Sage

Publications. Tersedia di http://www.nova.edu/ssss/QR/QR20/2/yazan1.pdf

diakses pada 20 April 2018.

Tim Penyusun FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017. Panduan

Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi. Jakarta: FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Viotti Paul R. dan Mark V. Kauppi, 2012. International Relation Theory. New

York: Pearson Education, Inc.

Wendt, Alexander. 1992. Level of Analysis vs. Agents and Structures: Part III,

Review of International Studies 18.

Williams, Micahel C.. 1996. Broadening the Agenda of Security Studies: Politics

and Methods, Mershon International Studies Review No. 40, Blackwell

Publisher.

Jurnal

Grizold, Anton. 1994. The Concept of National Security in the Contemporary

World. International Journal on World Peace, Vol. XI, No. 3.

Hansen, C.C & Zambo, D.. 2007. Loving and learning with Wimberly and David.

Fostering emotional development in early childhood education. Early

Childhood Education Journal. 34 (4).

Nurhayati, Eti. Memahami Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Perspektif

Psikologi Perkembangan, dalam Jurnal Hasil Riset, diakses dari

http://www.e-jurnal.com/2017/05/memahami-tumbuh-kembang-anak-usia-

dini.html; diunduh pada 7 Mei 2018.

Risse, Thomas. 2000. Let’s Argue: Communicative Action in World Policies.

International Organization. Vol. 4, No. 1, The MIT Press.

Page 132: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xvi

Rushton, Stephen dkk.. 2010. Neuroscience, Play and Early Childhood

Education: Connections, Implications and Assessment, dalam Early

Childhood Education Journal, 37:351–361, DOI 10.1007/s10643-009-0359-

3 diakses dari

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.res

earchgate.net/publication/225661536_Neuroscience_Play_and_Early_Child

hood_Education_Connections_Implications_and_Assessment&ved=2ahUK

EwjvvJ3j1OjaAhUKOo8KHUv4C2wQFjAHegQIBxAB&usg=AOvVaw03

xFRiERfVZs92D2ZjJ-PS; diunduh pada 11 Mei 2018.

Spotlight. 2012. Early Childhood Education and Care, No. 4. Houses of the

Oireachtas Title an Oireachtais: Oireachtas Library & Research Service.

Wendt, Alexander. 1992.Anarchy is What States Make of It: The Social

Construction of Power Politics. International Organization. Vol. 46, No. 2,

The MIT Press.

Zehfuss, Maja. 2001. Constructivism and Identity: A Dangerous Liaison.

European Journal of International Relations, Vol. 7 (3), Sage Publication

and ECPR.

Dokumen

ARNEC. 2011. ARNEC Connections: Working Together for Early Childhood.

Special Edition: Noteworthy Early Childhood Care and Development

(ECCD) Practices 2010. Singapore: ARNEC.

Cheah, Ui Hock. SEAMEO as an Example of Effective Regional Cooperation in

Education, [database online] [Regional Center for Education in Science and

Mathematics (RECSAM), Malaysia]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://home.hir

oshima-u.ac.jp/cice/wp-content/uploads/Forum/JEF9/Ui-Hock-Cheah-

e.pdf&ved=2ahUKEwju8Pifg7vdAhWFbysKHUeBAdkQFjAAegQIBBAB

&usg=AOvVaw2xwxvyuu07tZDD0pKL0UH3; diakses pada 23 Juni 2018.

Early Childhood Development: The Key to a full and productive life. [database

online]; tersedia di https://www.unicef.org/dprk/ecd.pdf; diunduh pada 29

April 2018.

Environmental and Organizational Management, [database online] (Romania:

Proceedings of the International Conference on Energy and Environment

Technologies and Equipment; tersedia di http://www.wseas.us/e-

library/conferences/2010/Bucharest/EEETE/EEETE-14.pdf; internet;

diunduh pada 7 April 2018.

Page 133: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xvii

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Proposed

Program Activity Plan for 2017-2021 SEAMEO REGIONAL CENTRE FOR

EARLY CHILDHOOD CARE AND EDUCATION AND PARENTING

(SEAMEO CECCEP). Jakarta, 2017.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan United Nations

Children’s Fund. 2017. Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di

Indonesia. Jakarta: BAPPENAS dan UNICEF.

Ministry of Education Document. 2008. Brunei Darussalam.

Ministry of Education Document. 2008. Thailand.

Ministry of Education Document. 2008. Timor-Leste.

Ministry of Education Document. 2009. Malaysia.

Ministry of National Education Document. 2007. Indonesia

OMEP. 2014. Annual Report, [database online]; Tersedia di

http://www.worldomep.org/wp-content/uploads/2015/08/Annual-Report-

2014-English-20150718.pdf; internet; diunduh pada 27 Mei 2018.

Panuluh, Sekar dan Meila Riskia Fitri. 2016. Perkembangan Pelaksanaan

Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia: September 2015-

September 2016, [database online] (International NGO Forum on

Indonesian Development (INFID); tersedia di

https://www.sdg2030indonesia.org/an-component/media/upload-

book/Briefing_paper_No_1_SDGS_-2016-Meila_Sekar.pdf; internet;

diunduh pada 21 April 2018.

Phanprasit, Piangtawan. 2010. Do You Agree that in the Post-Cold War World

‘Low Politics’ Have Become ‘High Politics’?, E-International Relations

Students. 536; tersedia di https://www.e-ir.info/2010/12/01/do-you-agree-

that-in-the-post-cold-war-world-%E2%80%98low-politics%E2%80%99-

have-become-%E2%80%98high-politics%E2%80%99/; diakses 2

September 2018.

Presiden Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

20 Tahun 2013 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; tersedia di

http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-

content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf; diunduh pada 28

September 2018.

Royal Government of Cambodia Document. 2010. Cambodia.

SEAMEO. 2017. SEAMEO 7 Prority Areas Implementation by SEAMEO Member

Countries, [database online]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.sea

meo.org/SEAMEOWeb2/images/stories/Publications/Centers_Pub/SEAME

O_Education_agenda/03%2520SEAMEO%25207%2520Priority%2520Imp

Page 134: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xviii

lementation%2520by%2520Member%2520Countries.pdf&ved=2ahUKEwi

alpjgjLvdAhUHvo8KHZX9D1MQFjACegQICRAB&usg=AOvVaw0OfH

WmjgkwOEZDHkugZB6r; Internet; diunduh pada 24 Juni 2018.

SEAMEO. SEAMEO Seven Priority Areas + Action Agenda 2016-2020, [database

online]; tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.sea

meo.org/SEAMEOWeb2/images/stories/Publications/Centers_Pub/SEAME

O_Education_agenda/04%2520SEAMEO%25207%2520Priority%2520Are

as%2520Implementation%2520by%2520Centres.pdf&ved=2ahUKEwialpjg

jLvdAhUHvo8KHZX9D1MQFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw3-

jjZdv5extypuEY6WGNuB; diakses pada 24 Juni 2018.

SEAMEO&UNESCO. 2016. Southeast Asian Guidelines for Early Childhood

Teacher Development and Management. Bangkok: SEAMEO.

Syaodih, Ernawulan. Psikologi Perkembangan, [database online]; diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-

ERNAWULAN_SYAODIH/PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN.pdf;

diunduh pada 16 Mei 2018.

UNDP, Sustainable Development Goals, [database online]; tersedia di

http://www.undp.org/content/dam/undp/library/corporate/brochure/SDGs_B

ooklet_Web_En.pdf; internet; diunduh pada 19 April 2018.

UNESCO&UNICEF. 2012. Asia-Pacific End of Decade Notes on Education for

All: EFA Goal 1 Early Childhood Care and Education. Bangkok: UNESCO

Bangkok, UNICEF EAPRO, dan UNICEF ROSA.

UNESCO. Unpacking Sustainable Development Goal 4 Education 2030, tersedia

di

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://unesdoc.u

nesco.org/images/0024/002463/246300E.pdf&ved=2ahUKEwjGq8_OpbXd

AhXMpY8KHaY8D_EQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw1UDKcutbbckM

YcXE1F-JzB; diakses pada 12 September 2018.

UNESCO. 2000. Successes and Continuing Problems, Dr Victor Ordonez,

UNESCO Proap, Education for All Assessment.

UNESCO. 2000. World Education Forum Dakar, Senegal 26-28 April 2000:

Final Report. Perancis: Office of the Assisstant Director-General for

Education.

UNESCO. 2004. Early Childhood Care and Education in South-East Asia:

Working for Access, Quality and Inclusion in Thailand, the Philippines and

Viet Nam. Bangkok: UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for

Education.

UNESCO. 2005. United Nations’ Decade of Education for Sustainable

Development. [database online]; Tersedia di

Page 135: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xix

http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001416/141629e.pdf; internet;

diakses pada 29 Mei 2018.

UNESCO. 2008. EFA Global Monitoring Report 2008: Education for All by 2015

Will We Make It?, Bangkok: UNESCO Bangkok Office.

UNESCO. 2016. New Horizons: A Review of Early Childhood Care and Eduation

in Asia and the Pacific. Bangkok: UNESCO Bangkok Office.

UNICEF, FACT SHEET: A Summary of the Rights under the Convention on the

Rights of the Child, [database online]; diakses dari

https://www.unicef.org/crc/files/Rights_overview.pdf; diunduh pada 30

September 2018.

UNICEF. 2001. State of the World’s Children. New York: UNICEF. Diunduh 27

Agustus 2018

(https://www.unicef.org/sowc/archive/ENGLISH/The%20State%20of%20th

e%20World%27s%20Children%202001.pdf).

United Nations. 2015. Resolution adopted by the General Assembly on 25

September 2015, [database online] (General Assembly, 21 Oktober 2015);

tersedia di

http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=A/RES/70/1&Lang=E;

internet; diunduh pada 21 April 2018.

United Nations. 2015. The Millenium Development Goals Report 2015; [database

online]; tersedia di

http://www.un.org/millenniumgoals/2015_MDG_Report/pdf/MDG%20201

5%20rev%20(July%201).pdf; internet; diunduh pada 7 Mei 2018.

WHO dan UNICEF. 2009. Promoting Early Childhood Development in South-

East Asia: Report of the WHO-UNICEF Meeting Colombo, Sri Lanka, 13-

17 July 2009.

World Bank. Brain Development, [database online]; tersedia di

http://www.worldbank.org/children/devstages.html; Internet; diadaptasi dari

http://www.worldbank.org/children/braindev.html.

World Bank/Consultative Group on ECCE, Early Childhood Counts. 2000.

Programming Resources for Early Childhood Care and Development. The

International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank

on behalf on the Consultative Group on ECCD Consortium.

World Commission on Environment and Development, Our Common Future

[database online]; New York: Oxford University Press; tersedia di www.un-

documents.net/our-common-future.pdf; diunduh pada 3 April 2018.

Page 136: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xx

Website

Bappenas&UNICEF. SDG Baseline Report, [database online]; Internet; terdapat

di https://www.unicef.org/indonesia/id/SDG_Baseline_report.pdf; diunduh

pada 30 April 2018.

Engdahl, Ingrid. 2015. Early Childhood Education for Sustainability: The OMEP

World Project, [database online]; Tersedia di http://old.worldomep.org/wp-

content/uploads/2013/12/IJEC-2015-ECE-for-Sustinability-The-OMEP-

world-project.pdf; internet; diunduh pada 27 Mei 2018.

Inter-American Development Bank. Early Childhood Development, [database

online]; Internet; terdapat di http://www.iadb.org/en/topics/education/early-

childhood-development-ecd-in-latin-america-and-thecaribbean,6458.html;

diunduh pada 1 Juni 2018.

SEAMEO. What is SEAMEO, [database online]; tersedia di

http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/index.php?option=com_content&vi

ew=article&id=90&Itemid=518; Internet; diunduh pada 2 Mei 2018.

SEAMEO CECCEP, About SEAMEO CECCEP, diakses dari http://seameo-

ceccep.org/web/about-seameo-ceccep/ pada 30 September 2018.

SEAMEO CECCEP, Key Themes On Early Childhood Care And Education,

[database online]; diakses dari http://seameo-ceccep.org/web/about/key-

themes/; diunduh pada 30 September 2018.

SEAMEO, SEAMEO CECCEP, diakses dari

http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/index.php?option=com_content&vi

ew=article&id=662:seameo-ceccep&catid=98&Itemid=519 pada 30

September 2018.

SEAMEO CECCEP, Temu Mitra, diakses dari http://seameo-

ceccep.org/event/rakornas/ pada 30 September 2018.

Secretariat&UNESCO Bangkok Office; tersedia di

http://unesdoc.unesco.org/images/0024/002443/244370e.pdf; diunduh pada

28 April 2018.

Shaeffer, Sheldon. Children Wellbeing Across Cultures: Reaching the Unreached

and Including the Excluded. [database online]; terdapat di

http://uis.unesco.org/sites/default/files/documents/reaching-the-unreached-

in-education-in-asia-pacific-to-meet-the-efa-goals-by-2015-a-commitment-

to-action-en_0.pdf; diakses pada 3 Mei 2018.

UNESCO-IBE. 2006. tersedia di

http://www.ibe.unesco.org/sites/default/files/Singapore.pdf diakses pada 21

Juni 2018.

Page 137: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xxi

UNESCO-IBE. 2006b. tersedia di

http://www.ibe.unesco.org/sites/default/files/Viet_Nam.pdf diakses pada 21

Juni 2018.

UNESCO-IBE. 2010. tersedia di

http://www.ibe.unesco.org/fileadmin/user_upload/Publications/WDE/2010/

pdf-versions/Lao_PDR.pdf diakses pada 21 Juni 2018.

United Nations. 2015. Transforming our World: The 2030 Agenda for Sustainable

Development. [database online]; Internet; tersedia di

https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld/publi

cation; diunduh pada 30 April 2018.

World Bank. Early Childhood Development, [database online]; Internet; terdapat

di http://www.worldbank.org/en/topic/earlychildhooddevelopment; diunduh

pada 30 April 2018.

Wawancara

Wawancara dengan Pak Ith Vuthy, M. Sc., Direktur Deputi Program SEAMEO

CECCEP pada 27 September 2018.

Page 138: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xxii

LAMPIRAN 1. POIN SDGs

Ada 17 agenda global yang menjadi target pembangunan SDGs. Ke-17

agenda tersebut yakni:

1. No Poverty (Tanpa Kemiskinan): Tujuan ini menyerukan untuk

mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya selama 15 tahun

ke depan. Secara eksplisit, tujuan pertama ini mengakui

kemiskinan sebagai sebuah fenomena multidimensional dan

menekankan pada pentingnya peran sistem perlindungan sosial

nasional dan floor sebagai instrumen utama untuk membantu

mengentaskan kemiskinan.

2. Zero Hunger (Tanpa Kelaparan): Tujuan ini dimaksudkan untuk

mencari solusi berkelanjutan guna menghilangkan kelaparan dan

segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai

ketahanan pangan.

3. Good Health and Well-being (Kehidupan Sehat dan Sejahtera):

Tujuan ini dicantumkan guna menjamin kehidupan yang sehat dan

meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia dengan

meningkatkan kesehatan reproduktif ibu dan anak, mengakhiri

epidemi penyakit menular utama, mengurangi penyakit tak

menular dan yang disebabkan lingkungan, mencapai cakupan

kesehatan universal, dan menjamin akses kepada obat dan vaksin

yang aman, terjangkau, dan efektif untuk semua.

Page 139: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xxiii

4. Quality Education (Pendidikan Berkualitas): Tujuan pembangunan

ini adalah untuk memastikan agar semua orang mendapatkan akses

kepada pendidikan berkualitas dan kesempatan belajar sepanjang

hayat. Tujuan ini berfokus pada perolehan keterampilan dasar dan

keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order skill) di seluruh

tingkat pendidikan dan perkembangan, akses yang lebih besar dan

adil kepada pendidikan berkualitas di seluruh tingkatan, serta

pendidikan dan pelatihan teknis dan vokasi, dan juga pengetahuan,

keterampilan dan nilai yang diperlukan untuk dapat berfungsi

dengan baik dan berkontribusi kepada masyarakat.

5. Gender Equality (Kesetaraan Gender): Tujuan pembangunan ini

adalah untuk memberdayakan perempuan dan anak perempuan

untuk mencapai potensi maksimal mereka yang mensyaratkan

adanya penghapusan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan

terhadap mereka, termasuk praktik-praktik yang membahayakan.

6. Clean Water and Sanitation (Air Bersih dan Sanitasi Layak):

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 6 adalah menjamin

ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang

berkelanjutan bagi semua. Akses universal artinya menjamin

tersedianya akses kepada air, sanitasi dan higienitas, bukan hanya

di tingkat rumah tangga, namun juga di tingkat lembaga, termasuk

sekolah dan fasilitas kesehatan.

Page 140: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xxiv

7. Affordable and Clean Energy (Energi Bersih dan Terjangkau):

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 8 ialah menjamin kesempatan

kerja yang menyeluruh dan produktif, serta pekerjaan yang layak,

bagi laki-laki dan perempuan pada tahun 2030, termasuk

perlindungan anak dari kondisi kerja anak yang membahayakan.

8. Decent Work and Economic Growth (Pekerjaan Layak dan

Pertumbuhan Ekonomi): Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 8

berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi inklusif dan

berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh

serta pekerjaan yang layak untuk semua. Untuk mencapai

pertumbuhan ekonomi, penting sekali mengembangkan tenaga

kerja yang kuat dan produktif, serta memberikan kesempatan

kepada laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan pekerjaan

yang layak dan lapangan kerja. Sebagai bagian dari upaya

mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif, anak-anak harus

dilindungi agar tidak menjadi pekerja anak dalam kondisi

berbahaya.

9. Industry, Innovation and Infrastructure (Industri, Inovasi dan

Inrastruktur)

10. Reduced Inequalities (Berkurangnya Kesenjangan)

11. Sustainable Cities and Communities (Kota dan Permukiman yang

Berkelanjutan)

Page 141: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xxv

12. Responsible Consumption and Production (Konsumsi dan Produksi

yang Bertanggung jawab)

13. Climate Action (Penanggulangan Perubahan Iklim): Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan 13 adalah untuk mendorong tindakan

segera guna mengatasi perubahan iklim dan dampaknya serta

membangun ketahanan dalam merespon bahaya terkait iklim dan

bencana alam. Perubahan iklim menciptakan ancaman besar bagi

pembangunan dan dampak merugikannya jauh lebih signifikan

pada kelompok termiskin dan paling rentan. Selama satu dekade

terakhir, Indonesia terus menjadi salah satu dari lima negara dunia

yang paling sering terkena bencana alam bersama dengan Cina,

Amerika Serikat, India, dan Filipina.

14. Life Below Water (Ekosistem Laut)

15. Life on Land (Ekosistem Daratan)

16. Peace, Justice, and Strong Institutions (Perdamaian, Keadilan, dan

Kelembagaan yang Tangguh): Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

16 adalah untuk mendorong terciptanya masyarakat yang damai

dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan

akses keadilan bagi semua serta membangun kelembagaan yang

efektif dan akuntabel di semua tingkatan. Perdamaian dan

keamanan, yang dilandaskan pada supremasi hukum dan akses

terhadap keadilan merupakan hal mendasar untuk menciptakan

pembangunan berkelanjutan. Kejahatan dan kekerasan mengancam

Page 142: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xxvi

jiwa laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan,

dan juga menghambat pembangunan dan pertumbuhan sosial serta

ekonomi yang inklusif. Sebagai contoh, angka kasus pembunuhan

di negara-negara berkembang dua kali lebih tinggi dibandingkan di

negara maju dan konflik bersenjata terus-menerus mengakibatkan

banyak orang terusir di seluruh dunia, menyebabkan banyak sekali

orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

17. Partnerships for the Goals (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan)

Sumber:

https://www.thecommonwealth-educationhub.net/wp-

content/uploads/2017/01/Curriculum_Framework_for_SDGs_July_2017.pdf

Page 143: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xxvii

LAMPIRAN 2. DAFTAR 24 PUSAT KAJIAN SEAMEO

Ke-24 pusat kajian tersebut adalah sebagai berikut:

1. SEAMEO Regional Center for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP)

yang berlokasi di Bogor, Indonesia ini didirikan tahun 1968. Pusat

kajian ini fokus meneliti tentang hutan, hama, dan biologi akuatik

(perairan). Tujuan pembentukan center tersebut adalah untuk

menganalisis dan merekomendasikan solusi terhadap permasalahan

ekosistem tropis di kawasan.

2. SEAMEO Regional Center for Community Education Development

(SEAMEO CED) didirikan oleh Kementerian Pendidikan dan Olahraga

Laos di Vientiane, Laos. Pusat kajian ini bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan regional dalam mempromosikan dan memberikan peluang

kerjasama dalam bidang pengembangan pendidikan masyarakat di

antara negara anggota SEAMEO dan negara anggota asosiasi.

3. SEAMEO Regional Center for Lifelong Learning (SEAMEO CELL)

didirikan setelah penandatanganan MoA antara SEAMEO dan

Pemerintah Vietnam pada 20 Maret 2013 saat SEAMEC 47 di Hanoi.

Sumber:

http://www.seameo.org/SEAMEOWeb2/index.php?option=com_content&view=category&id=9

8&Itemid=519; diakses pada 23 Juni 2018.

Page 144: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xxviii

LAMPIRAN 4. Daftar Peneliti Penerima Research Grants SEAMEO CECCEP 2018

No. Asal Universitas Nama Ketua Peneliti Judul Penelitian

1. Universitas

Gajayana Malang

Dr. Ahmad, S.Pd, M.Pd.

Implementasi Program Parenting Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) di Malang Raya dengan

Pendekatan Stufflebeam

2. Universitas

Sriwijaya

Dr. Sukirno Pengembangan Model Pembelajaran Olahraga Air

Berbasis Permainan Pada Anak Usia Dini (PAUD)

3. Universitas Negeri

Jakarta Dr. Nurjannah, M.Pd. Bimbingan Orang Tua dan Implikasinya pada Sikap

Anak Usia 7-8 tahun terhadap Penggunaan

Gadget(Studi pada Anak di Dua Kota Besar, Jakarta

Timur dan Makassar)

4. Institut Pertanian

Bogor

Dr. Tin Herawati, SP., M.Si. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia

Dini

5 Institut Pertanian

Bogor

Dr.Ir. Istiqlaliyah

Muflikhati, M.Si.

Kesejahteraan Keluarga dan Kesejahteraan Anak Usia

Dini pada Keluarga di Bantaran Sungai

6. Universitas

Muhammadyah Prof.

Dr. Hamka

Dr. Hj Ihsana El Khuluqo,

M.Pd.

Analisis Kompetensi Manajerial dalam Meningkatkan

Keterampilan Mengelola Pendidikan Anak Usia Dini

7. Universitas

Muhammadyah Prof.

Dr. Hamka

Dr. Dwi Priyono, M.Ed. Pengembangan Model Kepemimpinan Relasi Kepala

Sekolah Taman Kanak-kanak

8. Universitas Terbuka Dr. Mukti Amini, M. Pd. Pengembangan Model Partisipasi Orangtua dalam

Mengembangkan Kemampuan Menjaga Keamanan

Diri (Personal Safety) Anak TK

9. Universitas Terbuka Dr. Siti Aisyah Moocs Parenting dalam Pengembangan Kemampuan

Literasi Digital

10. Universitas

Pendidikan

Indonesia

Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. Analisis Tipikal Kekerasan pada Anak dan

Implikasinya pada Pengembangan Program Parenting

(Studi Kasus Pada Lembaga Pendidikan Anak Usia

Dini Di Kota Bandung)

11. Universitas

Pendidikan

Indonesia

Yeni Rachmawati, Ph.D Best Practices Implementation:

Program Parenting dan Pelibatan Orang Tua di

Lembaga PAUD

12. Universitas

Pendidikan

Indonesia

Eri Kurniawan, M.A., Ph.D. Literasi Anak Usia Dini: Keyakinan Guru

dan Praktik Literasi di Kelas

Page 145: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xxix

LAMPIRAN 5. Daftar Model Pembelajaran Terpilih Tahap I

No Judul Penyusun Tahun Lembaga

1 Model Optimalisasi Peran Ayah

dalam Pendidikan Anak Usia Dini

a. Moh. Muzaki, S.Pd., M.Si b.

Drs. Suharjo c. Dr. Widya Ayu

Puspita

2016

BPPAUD dan

Dikmas Jawa

Timur

2 Parenting Kecakapan Sosial

Berbasis Budaya Lokal

Rizki Rachmadaniar, M.Pd; Dyah

Mahesti Wijayani, S.Pd; Yulia

Hidayati, S.Pd; Dra. Dani Soraya

2012 BP PAUD dan

Dikmas NTB

3

Model Dwi Asas Karakter

Berbasis Family and School

Partnership

Dwi Hastuti, Alfiasari,

Istiqlaliyah Muflikhati 2017 IPB

4 Kampanye Edukasi isi piringku

anak 4-6 tahun

Femi PAUD, Praktisi PAUD,

Danone Indonesia 2017

Danone

Indonesia

5

Model Kesiapan Anak PAUD

dalam Menghadapi Bencana

Gunung Berapi

Eli Tohonan Tua Pane dkk 2017

BP PAUD dan

Dikmas Sumatera Utara

6

Cerita dan Percobaan Sains Untuk

Mengembangkan Sikap Ilmiah

Pada Anak Usia Dini

1. Aniek Sugiyanti, MSi 2.

Waluyo Basuki, MSi 3. Sri

Rahayuningsih, SPd

2017

PP PAUD dan

Dikmas Jawa

Tengah

7

Cinta Lingkungan, Seri Media

Pembelajaran Prakeaksaraan

Berwawasan ESD bagi Anak Usia

Pra Sekolah

(1) Sriwahyuningsih M.Pd. (2) Sri

Lilis Herlianthy, S.P., M.Si. (3)

Riana, S.K.M., M.M.Pd. (4)

Arlina, M.Pd.

2017

PP PAUD dan

Dikmas Jawa

Barat

8 Pengembangan Portofolio Digital

dalam Penilaian di TK Dadang Supriatna 2017

PPPPTK TK

dan PLB

9

Penggunaan Big Book Dalam

Meningkatkan Keterampilan

Berpikir Dan Kemampuan

Berbahasa Aud

Siti Aisyah 2013 Universitas

Terbuka

10

Pelatihan Model Pembelajaran

Quantum Teaching Untuk

Meningkatkan Kompetensi Guru

Paud Di Kota Cimahi

Rohmalina,M.Pd 2016 IKIP

SILIWANGI

11

Model Pembelajaran berbasis

Bimbingan Kelompok, Bermain

dan Budaya (BKBB) di Taman

Kanak-Kanak

Dr. Euis Kurniati, M.Pd 2018 UPI

Page 146: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xxx

LAMPIRAN 6. HASIL WAWANCARA DENGAN DIREKTUR DEPUTI

PROGRAM SEAMEO CECCEP (PAK ITH VUTHY, M. Sc.) PADA 27

SEPTEMBER 2018

Q: Bagaimana upaya SEAMEO dalam mewujudkan Early Childhood Care and

Education (ECCE) berkualitas di Kawasan Asia Tenggara?

A: Di tengah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), kami memiliki tiga

program utama, yaitu research and development, capacity building, dan advocacy

and partnership. Kami juga mendapat tiga program besar di kelas internasional,

yakni dari UNESCO Bangkok, UNESCO Paris, dan Plan Internasional Indonesia

tentang parenting. Untuk research and development, SEAMEO CECCEP akan

membiayai 12 grant penelitian untuk institusi akademik yang memiliki jurusan

PAUD dan parenting di Indonesia, yakni Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Topik dari grant penelitian tersebut dibuat

sesuai dengan permintaan SEAMEO CECCEP. Selain dengan institusi akademik,

SEAMEO CECCEP juga bekerjasama dengan beberapa NGO terkait, seperti

HIMPAUDI dan IGTKI.

Q: Apa yang dilakukan oleh institusi akademik dan NGO tersebut?

A: Kami minta mereka untuk melakukan penelitian untuk kemudian diseleksi

mana yang bagus dan nantinya akan dijadikan model pembelajaran.

Q: 12 grant penelitian itu seperti apa, Pak?

A: Nanti saya coba kirimkan via email (file terlampir di lampiran 4).

Q: Untuk research and development, selain membiayai pelaksanaan 12 judul

penelitian, apa lagi upaya yang dilakukan SEAMEO CECCEP dalam

mewujudkan ECCE berkualitas di kawasan?

A: Kami juga bekerjasama dengan UNESCO Bangkok untuk melakukan

penelitian dan workshop dengan tema ―Innovative Financing Mechanism and

Partnership for Early Childhood Care and Education‖. Latar belakang

dilakukannya kerjasama dengan UNESCO Bangkok ini adalah untuk mencapai

tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) poin ke 2, subpoin keempat (4.2)

perihal perwujudan pendidikan dan pengasuhan anak usia dini berkualitas yang

bisa diakses oleh semua anak laki-laki dan perempuan. Tujuan dari penelitian dan

workshop ini adalah untuk menciptakan inovasi di bidang keuangan agar nantinya

bisa menciptakan sistem keuangan yang sustain mengingat sampai saat ini

hambatan terbesar untuk mewujudkan ECCE berkualitas yang inklusif adalah

dalam hal pembiayaan. Dengan inovasi tersebut diharapkan sistem ECCE dapat

Page 147: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xxxi

berdiri sendiri tanpa bantuan pendanaan, baik dari pemerintah maupun orangtua

siswa. Selain itu, kami juga bekerjasama dengan UNESCO Paris untuk melakukan

The Survey of Teachers in Preprimary Education (STEPP). Survei ini merupakan

upaya untuk mengukur sejauh mana tingkat kompetensi para guru pra-Sekolah

Dasar agar nantinya bisa diambil kebijakan yang sesuai dalam meningkatkan

kompetensi para guru tersebut. Ada juga kerjasama khusus di bidang parenting

yang juga dirasa perlu untuk meningkatkan kualitas anak usia dini melalui

pengasuhan. Kerjasama tersebut dilakukan antara SEAMEO CECCEP dengan

Plan Internasional Indonesia. Sampai saat ini, bentuk kerjasama tersebut masih

berupa penelitian mengenai pola asuh para orangtua di Indonesia. Hasil dari

penelitian-penelitian tersebut nantinya akan di-upload di website SEAMEO

CECCEP untuk dipublikasikan. Ini dilakukan agar semua negara dapat mengakses

hasil penelitian tersebut

Q: Mengenai program capacity building, apa yang akan dilakukan SEAMEO

CECCEP dalam menjalankan program ini?

A: Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para guru ECCE

mengingat sampai saat ini kualitas guru-guru ECCE—di Indonesia khususnya—

bisa dikatakan belum terjamin karena banyak yang hanya lulusan SMA.

Q: Lalu, bagaimana implementasi dari program ini?

A: Saat ini kami memiliki 13 model pembelajaran untuk guru ECCE. Nantinya

model pembelajaran tersebut akan dikembangkan menjadi bahan pembelajaran

untuk melatih guru-guru ECCE di Kawasan Asia Tenggara setelah dilakukan

penerjemahan ke dalam bahasa Inggris. Akan ada juga online training untuk

sekolah-sekolah di semua negara anggota SEAMEO.

Q: Berarti sampai saat ini prosesnya masih dalam tahap administratif, ya, Pak?

A: Ya, betul.

Q: Mengenai advocacy and partnership, pada 1 Desember 2018 ini, SEAMEO

CECCEP juga akan melakukan MoU dengan Asia-Pasific Regional Network for

Early Childhood (ARNEC), Politechnic University of Philippine, dan Aide et

Action Internasional.

Q: Seperti halnya pusat kajian SEAMEO lainnya yang setiap tahun membuat

annual report, apakah SEAMEO CECCEP juga sejak pendiriannya bulan Juli

tahun 2017 lalu telah membuat annual report?

Page 148: UPAYA SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489...Persebaran Pusat Kajian (Centers) SEAMEO di Kawasan Asia Tenggara .39 Gambar IV.A.3.

xxxii

A: Kami belum memiliki annual report karena baru melakukan Governing Board

Meeting September 2018 kemarin. Pembuatan annual report baru dimulai setelah

melakukan Governing Board Meeting.

Q: Bagaimana keterkaitan antara SEAMEO dengan ASEAN?

A: Keduanya sama-sama merupakan organisasi regional di Kawasan Asia

Tenggara hanya saja fokus bidangnya berbeda. Kalau ASEAN berfokus pada

bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan keamanan sedangkan SEAMEO hanya

berfokus pada bidang pendidikan.

Q: Adakah kerjasama yang dilakukan antara kedua organisasi regional tersebut?

A: Bisa dikatakan tidak ada karena ASEAN cenderung eksklusif.

Q: Apakah upaya-upaya yang dilakukan SEAMEO ini dengan 7 Priority Areas–

nya sejalan dengan SDGs?

A: Memang ada beberapa area prioritas SEAMEO yang sama dengan SDGs

mengingat SDGs ini merupakan agenda global PBB tetapi bukan berarti program-

program SEAMEO mengikuti SDGs sepenuhnya.