HASIL PENELITIAN SEAMEO QITEP IN SCIENCE … fileProposal ini diajukan dalam rangka pengajuan SEAQIS...
Transcript of HASIL PENELITIAN SEAMEO QITEP IN SCIENCE … fileProposal ini diajukan dalam rangka pengajuan SEAQIS...
i
SEAQIS Research Grant 2017
HASIL PENELITIAN
SEAMEO QITEP IN SCIENCE
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dengan PeDe menggunakan ProRanSel
Deasy Irawati S.Si M.Pd
SMKN 3 BUDURAN SIDOARJO
April 2017
ii
Biodata Pengusul
Nama : Deasy Irawati S.Si M.Pd
NIP : 197512022006042015
Pangkat/ Golongan : III/c
Penugasan : Guru Fisika
Tempat dan Tanggal lahir : Surabaya, 2-12-1975
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Instansi : SMKN 3 BUDURAN
Alamat Instansi : Jl Jenggolo 1 C Sidoarjo Jawa Timur
No. Tlp/ Fax. Instansi :
Alamat Rumah : Perum Jalagriya Tni AL J 4 no 12 Candi Sidoarjo
Alamat e-mail : [email protected]
Nomor HP : 085648222001
Riwayat Pendidikan : S2 Pendidikan Sains UNESA
Sidoarjo, April 2017
iii
Halaman Pengesahan
Judul Rencana Penelitian : Berpikir Kritis dengan PeDe menggunakan ProRanSel
Ketua Peneliti
Nama Lengkap : Deasy Irawati
NIP : 197512022006042015
Pangkat/ Golongan :III/c
Penugasan : Guru Fisika
Nama Institusi : SMKN 3 BUDURAN SIDOARJO
Alamat Institusi : Jl Jenggolo 1 c
Nomor Telepon Institusi:
Rencana Tempat Penelitian :
Lama Penelitian : 3 bulan
Dana bantuan penelitian Yang Diusulkan: Rp 5.000.000,00
Sidoarjo, 5 April 2017
Mengesahkan,
Kepala Institusi, Ketua Peneliti
Drs Asmunir MM Deasy Irawati S.Si M.Pd
NIP195912101987031006 NIP 197512022006042015
iv
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur dipanjatkan hanya untuk ALLAH SWT yang telah mengizinkan
penulisan rancangan percobaan yang berjudul “Berpikir Kritis dengan PeDE menggunakan
ProRanSel “ dapat terselesaikan. Proposal ini diajukan dalam rangka pengajuan SEAQIS
RESEARCH GRANT 2017.
Proposal ini berisi pembelajaran inkuiri yang nantinya akan memacu upaya Peningkatan
Profesionalitas Guru dan Tenaga Kependidikan IPA dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa. Penulisan proposal ini terinspirasi dari pembelajaran yang dilakukan oleh penulis
selama melakukan pembelajaran di SMKN 3 Buduran Sidoarjo. Penulisan proposal ini sangat
terbantu oleh peran serta kepala sekolah dan rekan rekan sejawat yang memberikan masukkan
dan penguatan selama penulisan.
Penulisan proposal ini masih jauh dari sempurna karena itu diharapkan mendapat
masukkan baik berupa kritik maupun saran yang membangun dari rekan sejawat. Semoga
proposal ini mampu menjadi penginspirasi untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia sehingga
Indonesia menjadi pioner di dunia pendidikan. AAmiin.
Sidoarjo, 3 April 2017
Penulis
v
HALAMAN JUDUL …….…………………………………….…………………..……...…….i
HALAMAN PENGESAHAN ……………….……..……………………….……………..… ii
KATA PENGANTAR ……………………………........………………………………..…..iii
DAFTAR ISI ……..…………………………………………..……………….………..…… iv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………...………………..……………………………....vii
BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah …………………..……………………………………..…..…1
2. Permasalahan ……………………………………….…………………………….….....2
3. Stategi Pemecahan Masalah …………………….………………………………...…..4
a. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah ……….....………………………..…4
b. Tahapan Operasional Pelaksanaan ……….……........................................…5
Implementasi Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
1. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah ….……………….…….…….……….…7
2. Hasil atau dampak yang dicapai .........................................................................8
3. Kendala-kendala ……………………………………………………….…..……….…8
4. Faktor-faktor pendukung …………………………………………………..……..9
5. Alternatif Pengembangan …………………………………………………..……..11
vi
BAB II Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran di SMK ………………………………………………………………..12
2. Berpikir Kritis ………………………………………………………………………… 14
BAB III Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian ………………………………………………….…….………………27
B. Subjek Penelitian ……………………………………………………………………..27
C. Tempat dan waktu Penelitian ………………………………………………………..28
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……………………………………………28
E. Instrumen Penelitian …………………………………………………………………. 29
F. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………………… 31
G. Teknik Analisa Data ……………………………………………..............................31
H. Matrik Penelitian ……………………………………………………………………..36
I. Jadwal Penelitian ……………………………………………………………………..38
J. Kerangka Berpikir …………………………………………………………………… 39
BAB IV Hasil Penelitian …………………………………………………………………40
BAB V Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………………….69
BAB VI Penutup ………………………………………………..……………………….83
vii
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
1. SILABUS dan RPP OPTIK
2. MATERI
3. PENILAIAN dan SKORING
4. LKS OPTIK
5. PENILAIAN dan RUBRIK KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
6. LP PROSES DAN RUBRIK
7. LP PSIKOMOTOR DAN RUBRIK
8. LP PERILAKU BERKARAKTER
9. LP KETERAMPILAN SOSIAL
10. FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN
11. FOTO HASIL PENGAMATAN
12. SPESIFIKASI ALAT
1
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman perkembangan ponsel (telepon selular) sudah
melebihi ekspektasi masyarakat. Ponsel sekarang sedang naik daun, ponsel tidak hanya sebagai
sarana telepon dan sms saja, tetapi mempunyai fitur-fitur unggulan lainnya yang mampu
menunjang performa ponsel. Ponsel ini biasa disebut sebagai ponsel cerdas atau smartphone.
Ponsel ini diproduksi untuk berbagai kalangan masyarakat dengan tingkat ekonomi dari level
bawah sampai level ataspun bisa membeli ponsel cerdas ini. Produsen harus jeli memproduksi
produk dengan didukung berbagai software di dalam ponsel cerdas ini. Konsumen tinggal
memilih sesuai kebutuhannya dan budget yang dimilikinya. kisaran harganyapun bermacam-
macam, dari di bawah 1 juta sampe puluhan juta. Ponsel cerdas di Indonesia sendiri memiliki
segmentasi yang secara umum bisa dikelompokkan menjadi 3 kelas berdasarkan level harga dan
spesifikasinya, yaitu:
1. Ponsel cerdas kelas atas (high-end)
2. Ponsel cerdas kelas menengah (middle level)
3. Ponsel cerdas kelas bawah (entry level)
Ponsel cerdas kelas atas merupakan ponsel cerdas yang memiliki spesifikasi perangkat
keras yang sangat tinggi. Ponsel ini biasanya dilengkapi dengan fitur-fitur unggulan yang
membuatnya sangat menonjol dan lengkap dalam pengoperasiannya. Selain dari
sisi prosesor, memori, ukuran layar, jenis layar, dan kamera, ponsel cerdas kelas atas ini biasanya
2
memiliki desain yang premium. Fitur yang terinstal sangat menunjang berbagai aktivitas sosial
kalangan masyarakat, terutama untuk anak muda. Misalnya fitur untuk aplikasi media sosial
antara lain Facebook, LINE, Whatsapp, Blackberry messenger dan lain sebagainya. Ada juga
fitur lain yang bisa dipakai secara mudah misalnya aplikasi google maps, camera, kalkulator
konversi, pencari lagu, media online, penyimpan file dan lain –lain. Namun dari berbagai macam
aplikasi bawaan dari ponsel tersebut tidak semua dimanfaatkan secara maksimal oleh user. Hal
ini berlaku bagi siswa SMK, mereka cenderung suka menggunakan ponsel mereka untuk
bersosial media dan tidak melihat kelebihan dari ponsel mereka yang terkait dengan
pemanfaatannya untuk pembelajaran. Hal tersebut nantinya akan coba dikaitkan oleh peneliti
dengan kebiasaan siswa SMK yang gemar mengotak-atik dan mengoperasikan alat-alat di
bengkelnya. Mereka cenderung lebih suka mengerjakan tugas-tugas dari guru yang berupa
proyek ataupun membuat sesuatu yang mengedepankan aktivitas tangan (hands on activity).
Adapun penelitian yang akan dilakukan akan berorientasi terhadap penggunaan ponsel dalam
hands on actifity dalam penyelesaian proyek untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa.
2. Permasalahan
Pengguna ponsel cerdas ini banyak di dominasi oleh kalangan muda termasuk pelajar.
Kebijaksanaa sekolah yang melarang penggunaan ponsel di dalam kelas cenderung menjadi
sebuah pengekangan bagi pelajar. Mereka dengan sembunyi-sembunyi menggunakan ponsel
cerdas di dalam kelas pada saat aktivitas belajar mengajar. Hal ini jelas akan sangat merugikan
karena siswa tidak memberikan konsentrasi maksimal pada saat proses pembelajaran. Maka dari
itu guru harus mempunyai strategi jitu agar mampu menggunakan fitur-fitur yang ada dalam
3
ponsel cerdas secara maksimal sehingga mampu mengalihkan perhatian siswa dari penggunaan
ponsel yang tidak terarah, dan mampu mencapai target pembelajaran secara maksimal.
Dilain pihak, kenyataannya di lapangan siswa dalam hal ini lulusan SMK kurang sekali
kemampuan berpikir kritis karena kurangnya aktivitas yang melibatkan proses berpikir kritis
sehingga kemampuan berpikir kritisnya pun kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena lulusan
SMK dianggap hanya sebagai tenaga kerja siap pakai yang nantinya akan bekerja di industri-
industri tanpa memerlukan keterampilan berpikir kritis. Hal ini jelas tidak benar karena minds on
activity dan hands on activity tidak hanya membentuk keterampilan motorik tetapi juga kognitif
yang nantinya akan membimbing dan melatih siswa siswa untuk berpikir kritis.
Guru kurang sekali melakukan aktivitas pembelajaran yang terkait dengan pengoptimalan
penggunaan ponsel cerdas dan aktivitas yang melibatkan hands on dan minds on activity, karena
itu diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan hands on activity serta minds on activity
yang melibatkan ponsel cerdas untuk menarik minat siswa dan mengoptimalkan bakat siswa
SMK yang suka sekali mengotak atik alat ataupun membuat alat. Maka dari itu diperlukan
pembelajaran yang menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini sesuai dengan Sesuai dengan pendapat (D.I Yulianti, 2011). Pembelajaran fisika
yang berbasis hands on activities dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis serta
meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran yang menekankan hands on activity dan
minds on activity, kemampuan berpikir kritis siswa dilatih selama proses penyelidikan dan
pembuatan proyek. Model seperti yang dijelaskan tersebut mampu menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis siswa serta meningkatkan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan selama pembelajaran
terjadi peningkatan jumlah siswa yang termasuk dalam kategori kritis serta sangat kritis dalam
setiap siklus.
4
3. Strategi Pemecahan Masalah
a. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah
Guru harus mampu menyelenggarakan suatu pembelajaran yang mampu mengoptimalkan
ponsel cerdas dan mampu mengaktifkan daya imajinasi dan kreatifitas siswa. Guru memilih
model pembelajaran yang bisa diterapkan untuk mengabungkan berbagai kondisi di lapangan,
Guru harus mampu mengupayakan suatu pembelajaran yang mampu merangsang peningkatan
taraf berpikir kritis siswa. Defini berpikir kritis dari beberapa ahli antara lain menurut
Reichenbach (2003) berpikir kritis berarti careful, deliberate determination of wheather we
would accept, reject, or suspend judgment about the truth of a claim or a recommendation to act
in a certain way. Critical thinking also involves reasoning, reflection. Critical thinking also
practical, it means that we use it both to form our beliefs and to act on them. Our actions will be
more rational if they are based on beliefs we take to be justified (having good supporting
evidence).
Sedangkan menurut Ennis (1993) Critical thinking is reasonable reflective thinking
focused on deciding what to believe or do. Berpikir kritis dipengaruhi beberapa faktor, seperti
latar belakang kepribadian, kebudayaan, dan juga emosi seseorang. Berpikir kritis berarti melihat
secara skeptisal terhadap apa yang telah dilakukan dalam kehidupan. Berpikir kritis juga berarti
usaha untuk menghindarkan diri dari ide dan tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan.
Atas beberapa pertimbangan di atas dipilihlah pembelajaran berdasarkan proyek yang
menghasilkan suatu alat dengan memanfaatkan fitur kamera pada ponsel. Nantinya siswa mampu
memakai alat tersebut dalam pembelajaran yang berorientasi untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis. Topik yang dipilih pada metode ini adalah topik optik.
5
b. Tahapan Operasional Pelaksanaan
Model pembelajaran yang diterapkan harus mampu melatihkan keterampilan berpikir
kritis. Kemampuan berpikir kritis ini memang bisa dilatihkan sesuai dengan pendapat Rehorek
(2004).
Model pembelajaran yang bisa dipakai misalnya model pembelajaran berbasis proyek.
Model pembelajaran berbasis proyek mengikuti lima langkah utama, yaitu:
(1) menetapkan tema proyek,
(2) menetapkan konteks belajar,
(3) merencanakan aktivitas,
(4) memproses aktivitas, dan
(5) penerapan aktivitas
Pembelajaran berbasis proyek memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi
siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan
dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
6
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan
data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Setelah siswa mampu menyelesaikan proyeknya sehingga mampu menghasilkan alat,
maka alat ini akan dipakai untuk melakukan pembelajaran lebih lanjut yang telah disiapkan oleh
guru. Pembelajaran lanjutan nantinya berupa eksperimen yang berorientasi pada pembuatan alat
yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dalam melakukan
eksperimen ini nantinya siswa diwajibkan menggunakan ponsel pintarnya guna membantu
mencapai tujuan praktikum. Tujuan yang ingin dicapai adalah siswa mampu berperan secara
aktif dalam melakukan experimen dengan menggunakan ponsel mereka secara maksimal. hal ini
diharapkan mampu memberikan dorongan bagi mereka dalam belajar, serta mengeksplorasi hasil
proyek mereka yang nantinya akan memacu keterampilan siswa dalam berpikir kritis, karena
menurut Nur, 2011 pembelajaran dengan orientasi merancang dan melakukan eksperimen
dilaksanakan dengan keyakinan bahwa sains IPA merupakan alat yang potensial untuk
membantu mengembangkan kepribadian siswa. Maka nantinya pembelajaran ini dirancang agar
siswa dapat menemukan fakta, membangun konsep dan teori-teori dengan keterampilan proses
serta sikap ilmiah. Siswa akan diberi kesempatan menemukan pengalaman ilmiah seperti seorang
ilmuan (Nur, 2011).
7
4. Rumusan Masalah
Dari beberapa poin yang dikemukakan diatas peneliti akan mengajukan rumusan sebagai berikut:
Apakah pembelajaran yang berorientasi pada merencanakan dan merancang alat dengan
memanfaatkan fitur kamera telepon selular mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa?
5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan pada rumusan masalah diatas, maka peneliti mengharapkan dapat
mencapai tujuan penelitian di bawah ini:
Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran yang
berorientasi pada proyek merancang alat dengan memanfaatkan fitur kamera telepon selular.
6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang
bermakna, menarik, dan menyenangkan serta dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa dengan memanfaatkan sisi lain kegunaan gadget untuk
pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan kemampuan berpikir kritis.
b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
pembelajaran yang berorientasi pada merancang alat dengan mengoptimalkan
penggunaan polsel sehingga dapat meningkatkan hasil belajar serta kemampuan
berpikir kritis siswa.
8
c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pembelajaran yang berorientasi pada merancang alat dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di sekolah.
d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana langsung untuk
memperoleh pengalaman langsung dalam menganalisis kemampuan berpikir kritis
siswa dalam pembelajaran fisika dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa dengan menggunakan gadget yang mereka miliki secara optimal.
e. Bagi masyarakat akan lebih memahami fungsi lain dari gadget dalam hal ini ponsel
pintar dalam pemanfaatannya dalam hal pembelajaran.
7. Hasil atau dampak yang dicapai dari strategi yang dipilih
Dari pembelajaran berbasis proyek yang menekankan penggunaan ponsel cerdas sebagai
alat bantu diharapkan dapat teramati bahwa siswa terlibat aktif, bersemangat dan menikmati
pembelajaran yang diberikan. Dalam hal ini kamera ponsel lebih teroptimalkan pemakaiannya.
Diharapkan kemampuan berpikir siswa juga dapat diamati lebih baik daripada pelajaran
topik sebelumnya, serta dapat diamati bahwa pembelajaran berbasis proyek dengan
pengoptimalan penggunaan ponsel dapat meningkatkan minat belajar siswa maupun kemampuan
berpikir kritis siswa.
Dengan meningkatnya minat siswa dalam belajar maka siswa menjadi lebih aktf dalam
menyelesaikan proyeknya dan berusaha mencoba menyelesaikan proyek yang diberikan guru
sesuai dengan ketentuan. Kemampuan berpikir kritis siswa juga akan meningkat karena lebih
fokus dalam melakukan hands on activity dan minds on activity .
9
8. Kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi yang dipilih
Beberapa kendala yang dapat diamati pada pembelajaran berbasis proyek yang
melatihkan kemampuan berpikir siswa dengan mengoptimalkan ponsel cerdas antara lain:
a. Ponsel cerdas siswa tidak mempunyai fitur yang mendukung.
b. Siswa sering tidak konsentrasi didalam kelas karena fitur-fitur lain dalam ponsel
masih hidup sehingga menggangu kegiatan pembelajaran.
c. Guru tidak mampu mengoperasikan fitur dalam ponsel cerdas
d. Siswa tidak mampu mengaplikasikan ponsel cerdas dan menerapkannya sesuai
proyek yang dikerjakan.
e. Banyak sekolah yang melarang penggunaan ponsel selama jam pembelajaran di
dalam kelas.
9. Faktor-faktor pendukung
Faktor –faktor pendukung pembelajaran yang bisa diamati antara lain:
a. Siswa sangat tertarik dalam mengikuti pembelajaran karena memfasilitasi kesenangan
mereka menggunakan ponsel cerdasnya..
b. Fitur ponsel dengan spesifikasi rendahpun mampu memenuhi metode pembelajaran ini.
c. Guru lebih mudah mengarahkan siswa mencapai tujuan pembelajaran karena tingginya
minat belajar siswa .
10
d. Tidak diperlukan alat pembelajaran yang terlalu rumit.
e. RPP yang disusun dapat memenuhi tuntutan kurikulum 2013 yang menuntut siswa
berpikir secara aktif kreatif dan menerapkan proses sains.
f. Memberikan pengalaman baru bagi siswa mengenai penggunaan ponsel untuk
pembelajaran sains.
g. Kepala sekolah memberikan dorongan penuh pada pembelajaran sains yang memanfaatka
teknologi terkini.
h. Orang tua sangat antusias karena anaknya memanfaatkan ponsel cerdas lebih maksimal.
Pada pembelajaran ini diperlukan beberapa persyaratan yaitu:
1. Diperlukan jam pembelajaran yang lebih lama untuk meraih hasil yang optimal
sesuai tujuan pembelajaran.
2. Diperlukan kemampuan guru untuk mengorganisir kelas supaya pembelajaran tetap
pada jalur yang telah direncanakan.
3. Guru harus mampu memilih proyek yang tepat, dan dapat diaplikasikan pada fitur
yang ada pada ponsel siswa.
4. Waktu yang cukup panjang sehingga siswa mampu menuntaskan proyeknya.
11
10. Alternatif Pengembangan
Alternatif pengembangan model pembelajaran ini antara lain , guru bisa mengaplikasikan
pada topik yang lain ataupun mata pelajaran yang lain sehingga lebih banyak topik- topik yang
dikembangkan sehingga kemampuan berpikir kritis siswa bisa ditumbuhkan di semua topik.
Bisa dicari fitur-fitur lain selain kamera yang bisa dipakai untuk pembelajaran dengan
metode pemberian proyek. Guru mungkin bisa mencari metode pembelajaran yang lain yang
mampu mengeksplor fitur-fitur ponsel cerdas lainnya.
Guru bisa mencari dan menggabungkan beberapa fitur dari ponsel cerdas dan mencari
metode pembelajaran lainnya yang mampu mengaktifkan keterampilan berpikir kritis. Guru
mampu memanfaatkan fitur ponsel yang terinstal maupun yang bisa diakses secara online
maupun offline.
12
BAB II
Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran di SMK
Terlihat dalam keseharian, siswa SMK lebih berminat jika melakukan kerja/praktek di
bengkel maka hendaknya guru mempertimbangkan untuk melakukan pembelajaran yang
melatihkan berpikir kritis dengan metode pembelajaran berbasis proyek. Guru juga harus
mempertimbangkan kegemaran siswa yang selalu bergantung pada ponsel cerdasnya. Guru harus
mampu menggabungkan penggunaan ponsel cerdas secara maksimal serta menerapkan aktivitas
yang melibatkan keseluruhan aktivitas, hands on activity maupun minds on activity, sehingga
mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Oleh karena itu harus dikembangkan
pembelajaran dengan tahapan prosedural seperti di bengkel tetapi didesain bisa mengoptimalkan
pemakaian ponsel sehingga mampu melatihkan kemampuan berpikir kritis.
Implikasi model pembelajaran berbasis proyek dalam proses belajar mengajar adalah
pembelajaran berbasis proyek memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan
aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan
produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Selain itu, dalam pembelajaran
berbasis proyek siswa menjadi terdorong lebih aktif berakitivitas dalam belajar sehingga dapat
meningkatkan kinerja ilmiah siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi
proses dan produk hasil kinerja siswa meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil
proyek yang dikerjakan
13
Pembelajaran berbasis proyek merupakan merupakan ajang kesempatan berdiskusi yang
bagus bagi siswa, mengasuh penemuan langsung siswa terhadap masalah dunia nyata, memberi
mereka kesenangan dalam pembelajaran dan dapat dijadikan strategi mengajar yang efektif.
Dalam konteks ini siswa mempunyai pilihan untuk menginvestigasi topik-topik yang berkaitan
dengan masalah dunia nyata, saling bertukar pendapat antara kelompok yang membahas topik
yang berbeda, mencari pengetahuan dari berbagai sumber, mengambil keputusan dan
mempresentasikan proyek / hasil diskusi mereka.
Pembelajaran berbasis proyek memiliki ciri khas yaitu melibatkan para siswa di dalam
desain proyek, penyelidikan pemecahan masalah, atau pengalaman yang memberi perluasan
waktu kepada para siswa untuk bekerja secara otonomi. Pembelajaran berbasis proyek juga dapat
menyediakan peluang bagi pengembangan keterampilan baru, eksplorasi, praktik dan manajemen
proyek. Dalam bidang sains, dukungan guru dan penemuan proyek dapat menyediakan
pengalaman pribadi dalam proses penemuan dan pemahaman. Tidak hanya mengerjakan proyek
secara alami dan menguatkan filosofi ilmu pengetahuan, tetapi mereka juga membantu para
siswa untuk membangun koneksi diantara pengalaman kelas mereka, lingkungan dan minat
mereka, dalam hal ini minat mereka pada ponsel cerdas yang mereka miliki.
2. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah
Implementasi pemecahan masalah di sekolah dalam hal ini untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dengan cara mengoptimalkan penggunaan ponsel cerdas, maka siswa
harus dilibatkan dalam pembelajaran berbasis proyek yang menitikberatkan pada penggunaan
ponsel dalam proyek yang diberikan oleh guru. Siswa akan tertarik pada pembelajaran berbasis
proyek ini karena melibatkan aspek kesenangannya pada ponsel dan melatihkan kemampuan
14
hands on activity nya serta secara langsung melatih kemampuan minds on activity nya maka
nantinya kemampuan berpikir kritis juga terlatihkan.
Guru memilih topik yang sesuai yang mampu diaplikasikan dalam pembelajaran ini.
Nantinya siswa diharapkan dengan mudah mencari penerapan yang tepat antara fitur-fitur dalam
ponselnya yang terkait dalam penyelesaian masalah sesuai proyek yang diajukan oleh guru.
Guru juga harus memperhatikan spesifikasi fitur penunjang pada ponsel siswa sehingga
nantinya pada pemberian masalah/ proyek yang komplek siswa dapat menyelesaikannya secara
benar dan tidak terganggu akibat keterbatasan spesifikasi pada fitur ponsel.
Guru harus memperhatikan jangka waktu yang diperlukan bagi siswa dalam
menyelesaikan proyek yang diberikan oleh guru. Perlu juga dipertimbangkan alokasi waktu
karena pada sekolah kejuruan ada waktu terjadwal untuk on job training bagi siswa, pada tahap
ini siswa magang di industri industri yang telah ditentukan oleh sekolah. Sehingga nantinya
minggu efektif terganggu karena aktivitas magang di SMK.
3. Berpikir Kritis
Menurut Bloom (Filsaime, 2008 :75) Seseorang harus menguasai satu tingkatan berpikir
sebelum dia bisa menuju ke tingkatan atas berikutnya. Alasannya adalah kita tidak bisa meminta
seseorang untuk mengevaluasi jika dia tidak mengetahui, tidak memahaminya, tidak bisa
menginterpretasikannya, tidak bisa menerapkannya, dan tidak bisa menganalisanya.
Menurut Reichenbach (2003) berpikir kritis berarti careful, deliberate determination of
wheather we would accept, reject, or suspend judgment about the truth of a claim or a
recommendation to act in a certain way. Critical thinking also involves reasoning, reflection.
15
Critical thinking also practical, it means that we use it both to form our beliefs and to act on
them. Our actions will be more rational if they are based on beliefs we take to be justified
(having good supporting evidence).
Menurut Ennis (1993) Critical thinking is reasonable reflective thinking focused on
deciding what to believe or do. Berpikir kritis dipengaruhi beberapa faktor, seperti latar belakang
kepribadian, kebudayaan, dan juga emosi seseorang. Berpikir kritis berarti melihat secara
skeptisal terhadap apa yang telah dilakukan dalam kehidupan. Berpikir kritis juga berarti usaha
untuk menghindarkan diri dari ide dan tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan.
Menurut Ennis (1991), terdapat beberapa bentuk kecenderungan berpikir kritis, antara
lain :1) mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan, 2) mencari alasan, 3) berusaha
mencari informasi dengan baik, 4) memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan
menyebutkannya, 5) memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan, 6) berusaha tetap
relevan dengan ide utama, 7) mengingat kepentingan yang asli dan mendasar, 8) mencari
alternatif, 9) bersikap dan berpikir terbuka, 10) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup
kuat untuk melakukan sesuatu, 11) mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila
memungkinkan, 12) bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari
keseluruhan masalah, dan 13) peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain.
Beyer seperti yang dikutip Yuniar (2011) menyatakan berpikir kritis adalah sebuah cara
berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu baik berupa
pernyataan-penyataan, ide-ide, argumen, dan penelitian. Sedangkan menurut Screven dan Paul
serta Angelo memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau
16
dihasilkan oleh observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah
penuntun menuju kepercayaan dan aksi.
Rudinow dan Barry seperti yang dikutip Yuniar (2011) berpendapat bahwa berpikir kritis
adalah sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan yang logis dan
rasional, dan memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk menganalisis, menguji dan
mengevaluasi. Sedangkan menurut Halpern mendefinisikan critical thingking as ‘...the use of
cognitive skills or strategies that increase the probability of desirable outcome.’
Berdasarkan pengertian-pengertian keterampilan berpikir kritis di atas maka dapat
dikatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang melibatkan
proses kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir reflektif terhadap permasalahan.
Ennis dalam Costa, (1985 : 54) menyatakan bahwa pada dasarnya keterampilan berpikir
kritis dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari
lima kelompok besar yaitu:
1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).
2. Membangun keterampilan dasar (basic support).
3. Menyimpulkan (interference).
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).
5. Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).
17
Dari masing-masing kelompok keterampilan berpikir kritis di atas, diuraikan lagi menjadi sub-
keterampilan berpikir kritis dan masing-masing indikatornya dituliskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis.
Keterampilan
Berpikir Kritis
Sub Keterampilan Berpikir
Kritis Aspek
1. Memberikan
penjelasan dasar
1. Memfokuskan
pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau
memformulasikan suatu pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau
memformulasikan kriteria jawaban
yang mungkin
c. Menjaga pikiran terhadap situasi yang
sedang dihadapi
2. Menganalisis argumen a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan
c. Mengidentifikasi alasan yang tidak
dinyatakan
d. Mencari persamaan dan perbedaan
e. Mengidentifikasi dan menangani
ketidakrelevanan
f. Mencari struktur dari sebuah
pendapat/argumen
g. Meringkas
3. Bertanya dan menjawab
pertanyaan klarifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
a. Mengapa?
b. Apa yang menjadi alasan utama?
c. Apa yang kamu maksud dengan?
d. Apa yang menjadi contoh?
e. Apa yang bukan contoh?
f. Bagaimana mengaplikasikan kasus
18
Keterampilan Berpikir Kritis
Sub Keterampilan Berpikir Kritis
Aspek
tersebut?
g. Apa yang menjadikan perbedaannya?
h. Apa faktanya?
i. Apakah ini yang kamu katakan?
j. Apalagi yang akan kamu katakan
tentang itu?
2. Membangun
Keterampilan
dasar
4.Mempertimbangkan
apakah sumber dapat
dipercaya atau tidak?
a. Keahlian
b. Mengurangi konflik interest
c. Kesepakatan antar sumber
d. Reputasi
e. Menggunakan prosedur yang ada
f. Mengetahui resiko
g. Keterampilan memberikan alasan
h. Kebiasaan berhati-hati
5. Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil
observasi
a. Mengurangi praduga/menyangka
b. mempersingkat waktu antara
observasi dengan laporan
c. Laporan dilakukan oleh pengamat
sendiri
d. Mencatat hal-hal yang sangat
diperlukan
e. Penguatan
f. Kemungkinan dalam penguatan
g. Kondisi akses yang baik
h. Kompeten dalam menggunakan
teknologi
i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas
kriteria
19
Keterampilan Berpikir Kritis
Sub Keterampilan Berpikir Kritis
Aspek
3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan
mempertimbangkan
deduksi
a. Kelas logika
b. Mengkondisikan logika
c. Menginterpretasikan pernyataan
7. Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil
induksi
a. Menggeneralisasi
b. Berhipotesis
8. Membuat dan mengkaji
nilai-nilai hasil
pertimbangan
a. Latar belakang fakta
b. Konsekuensi
c. Mengaplikasikan konsep ( prinsip-
prinsip, hukum dan asas)
d. Mempertimbangkan alternatif
e. Menyeimbangkan, menimbang dan
memutuskan
4. Membuat
penjelasan lebih
lanjut
9. Mendefinisikan istilah
dan mempertimbangkan
definisi
Ada 3 dimensi:
a. Bentuk : sinonim, klarifikasi, rentang,
ekspresi yang sama, operasional,
contoh dan noncontoh
b. Strategi definisi
c. Konten (isi)
10 .Mengidentifikasi
asumsi
a. Alasan yang tidak dinyatakan
b. Asumsi yang diperlukan: rekonstruksi
argumen
5. Strategi dan
taktik
11. Memutuskan suatu
tindakan
a. Mendefisikan masalah
b. Memilih kriteria yang mungkin
sebagai solusi permasalahan
c. Merumuskan alternatif-alternatif
untuk solusi
d. Memutuskan hal-hal yang akan
20
Keterampilan Berpikir Kritis
Sub Keterampilan Berpikir Kritis
Aspek
dilakukan
e. Merivew
f. Memonitor implementasi
12. Berinteraksi dengan
orang lain
a. Memberi label
b. Strategi logis
c. Srtrategi retorik
d. Mempresentasikan suatu posisi, baik
lisan atau tulisan
Sumber Costa, 1985 : 54
Berpikir Kritis menurut Fondation for Critical Thinking 2006 & 2007 :
1. Berpikir kritis adalah seni menganalisis dan evaluasi berpikir serta upaya untuk
membuktikannya.
2. Menginterpretasi, analisa, evaluasi, dan inference secara rinci seperti halnya pembuktian
dari penjelasan, konsep, metodologi, kriterialogi, kontekstual serta konsiderasi atas
penilaian.
Selain definisi diatas definisi tentang berpikir kritis juga dikembangkan dengan menyebutkan
seorang yang berpikir kritis tidak hanya tampak pada karakteristik kemampuan kognitifnya tetapi
juga tampak pada kehidupan sehari-hari, misalnya bijaksana, mencari kebenaran, percaya diri
dalam bermusyawarah, berpikiran terbuka, gemar menganalisa dan sistematik.
Hal yang perlu ditekankan dalan berpikir kritis adalah bahwa berpikir kritis itu adalah
sebuah kemampuan otomatis yang diperoleh melalui latihan yang berulang, hal ini sesuai dengan
pernyataan Reichenbach (2003) how do you build skills? practice. Practice is necessary to be
21
good in anything. This text will emphasize practice, lots of it so that you can develop the skills
need to become a critical thinker.
Ennis (1985) dalam Ibrahim (2007) mengelompokkan kemampuan berpikir kritis dalam
enam aspek seperti dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Pengelompokan kemampuan berpikir kritis
No Kemampuan Berpikir Kritis Indikator
1. Merumuskan masalah Memformulasikan dalam bentuk pertanyaan yang memberi investigasi
2. Memberikan argumen Argumen yang sesuai dengan kebutuhan
Menunjukkan perbedaan dan persamaan
3. Melakukan deduksi Mendeduksi secara logis
Mengintepretasikan secara tepat
4. Melakukan induksi Menganalisa data
Membuat generalisasi
Menarik kesimpulan
5. Evaluasi Mengevaluasi berdasarkan fakta
Memberikan alternatif lain
6. Memutuskan dan melaksanakan Menentukan jalan keluar
Memilih kemungkinan yang akan dilakukan
Sumber: Ibrahim, 2007
Diknas (2008) menyebutkan terdapat 11 indikator berpikir kritis yang nantinya akan kita
pakai pada penelitian ini.
22
Tabel 2.3 Pengelompokan berpikir kritis menurut Diknas
No Kemampuan Berpikir Kritis Indikator
1 Membandingkan Siswa dapat menunjukkan persamaan dan perbedaan
2 Menyatakan sebab akibat Siswa dapat menyatakan sebab akibat dari suatu situasi atau konteks
permasalahan
3 Memberi alasan Siswa dapat memberikan alasan yang mendukung argumen yang diberikan
4 Menyimpulkan Siswa dapat membuat generalisasi dari
data, membuat tabel, dan grafik
Membuat kesimpulan terkait dengan hipotesis
5 Berpendapat Siswa dapat memberikan evaluasi
berdasarkan fakta, prinsip, dan
pedoman
Dapat menjelaskan responnya terhadap suatu fenomena
Siswa dapat memberikan alternatif
6 Mengelompokkan Siswa dapat menentukan atau mengelompokkan suatu data
berdasarkan kriteria atau ciri-cirinya
7 Menerapkan Siswa dapat menerapkan prinsip atau hukum
Menggunakan prinsip atau konsep yang telah dipahami untuk memecahkan
masalah
Menggunakan prinsip, konsep, atau
hukumuntuk mempelajari hal yang baru
Mengaplikasi pengetahuan dan keterempilan
8 Analisis Siswa dapat memberikan alasan
hubungan, motif, dan cirri-ciri dari
23
No Kemampuan Berpikir Kritis Indikator
suatu pernyataan
9 Mendefinisikan konsep Siswa dapat mendefinisikan suatu
konsep dari satu atau lebih pernyataan
situasi
10 Mendefinisikan asumsi Siswa dapat menentukan sebuah pilihan
yang tepat sesuai dengan asumsi
11 Melakukan induksi Siswa dapat menentukan sebuah kesimpulan yang tepat dan memberikan
alasannya
Melakukan generalisasi data
Sumber: Diknas, 2008
4. Penelitian yang Relevan
Rizki (2001) menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan penemuan terbimbing,
kemampuan siswa melakukan eksperimen adalah baik, siswa terampil dalam mengoperasikan
alat ukur serta terjadi peningkatan proporsi jawaban benar pada tes hasil belajar. Syamsudin
(2001) menyatakan berdasarkan hasil pengamatan terhadap kemampuan dalam kegiatan
pembelajaran, terjadi peningkatan aktifitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan
tercapainya ketuntasan tujuan pembelajaran, hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
berorientasi pada penemuan terbimbing dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam
Nurlian Atjo (2002) menunjukkan tingkat proporsi jawaban yang benar meningkat untuk tes
hasil belajar setelah siswa mengikuti KBM yang menggunakan perangkat pembelajaran yang
menggunakan model penemuan terbimbing.
Pada Makrus (2004) terdapat peningkatan ketuntasan individual dan klasikal pada kelas
yang menggunkan pembelajaran yang mengajarkan kompetensi merancang dan melakukan
24
eksperimen dibandingkan kelompok kelas lainya yang tidak mengajarkan kompetensi merancang
dan melakukan eksperimen. Dalam Nurhayati (2011) menyatakan siswa senang terhadap
keterampilan berpikir dan menyatakan bahwa pembelajaran yang ditunjang praktek serta
pengayaan teori membuat siswa mudah memahami bahan kajian yang diajarkan. Selain itu Alfi
(2011) menyatakan bahwa hasil belajar keterampilan berpikir kritis menunjukkan bahwa rata-
rata taraf berpikir siswa mencapai berpikir kritis ada 20% dari siswa pada kelompok uji coba
belum mencapai berpikir kritis namun sudah menunjukkan peningkatan taraf berpikir kritis
dibandingkan saat sebelum pembelajaran. Hal ini disebabkan tes kemampuan berpikir kritis
membutuhkann kemampuan penalaran yang lebih komplek dan siswa masih belum terbiasa
dengan bentuk tes penalaran.
Darmawati (2012) menyatakan aktivitas siswa selama penerapan perangkat pembelajaran
fisika yang berorientasi pada pendekatan inkuiri menggambarkan aktivitas siswa yang sesuai
dengan tahap-tahap pembelajaran inkuiri, baik berbasis paket program simulasi PhET maupun
berbasis KIT listrik dinamis dalam menerapkan ketrampilan proses sains. Tetapi yang perlu
diwaspadai dalam tahap eksplorasi, siswa mengalami kesulitan dalam tahap menyusun definisi
operasional variabel, sehingga perlu bagi guru untuk memberikan scaffolding yang cukup dan
merata pada seluruh siswa.
Pada pembelajaran guided discovery yang didukung dengan praktikum yang dilakukan
siswa dengan bantuan alat percobaan menyebabkan pembelajaran lebih efektif. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Candra (2012:29) menunjukkan hasil belajar posttest kemampuan berpikir
kritis menunjukkan kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
25
Pembelajaran fisika yang berbasis hands on activities dapat menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis serta meningkatkan hasil belajar siswa (D.I Yulianti, 2011:24). Dalam model ini
kemampuan berpikir kritis siswa dilatih selama proses penyelidikan dan pembuatan proyek.
Model seperti yang dijelaskan tersebut mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa
serta meningkatkan hasil belajar. Penerapan model pembelajaran fisika berbasis hands on
activities mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini ditunjukkan selama
pembelajaran terjadi peningkatan jumlah siswa yang termasuk dalam kategori kritis serta sangat
kritis dalam setiap siklus.
Berpikir kritis dapat dilatihkan dalam proses pembelajaran dengan pemilihan strategi
pembelajaran yang tepat. Melatihkan berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara
mempertanyakan apa yang didengar dan yang dilihat. Pembelajaran berbasis praktikum memberi
kesempatan mahasiswa merancang, mencari tahu, menemukan konsep baru dan merekonstruksi
pengetahuan baru tersebut dalam pikirannya. Konsep dan pengetahuan baru yang diperoleh
dapat diintegrasikan ke dalam teori yang sudah ada untuk selanjutnya diaplikasikan dalam
kehidupannya. Kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran
berbeda secara signifikan karena posttest mahasiswa setelah pembelajaran mengalami
peningkatan secara signifikan dibandingkan sebelum pembelajaran (Ariyati, 2010:9).
Pembelajaran dengan penemuan terbimbing memiliki dampak positif dalam
pengembangan yang berkaitan dengan pengembangan intelegensi siswa dan peningkatan prestasi
belajar siswa yang ditandai dengan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus 1 dan siklus 2
(Suryani, 2009:146).
26
5. Kerangka Berpikir
Fakta
Permendiknas no 23 tahun 2006 bertujuan membentuk siswa dengan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam mengambil keputusan. Hal ini sangat bertentangan dengan keterbatasan alat di laboratorium yang menyebabkan guru jarang sekali melakukan eksperimen, sehingga siswa tidak terbiasa melakukan eksperimen apalagi merancang ekasperimen. Hal yang demikian menyebabkan kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa. Semakin berkembangnya teknologi komunikasi dengan menggunakan telepon pintar yang ternyata pemanfaatannya belum maksimal
Harapan
Sangat diharapkan lulusan SMK mampu memenuhi kriteria kerja yang diajukan oleh perusahaan. Tetapi kenyataanya standar kompetensi lulusan masih jauh dari yang diharapkan. Kurangnya kemampuan berpikir kritis adalah poin utama yang harus diperhatikan untuk segera ditingkatkan mengingat tuntutan kebutuhan industri untuk karyawan yang terampil ,kreatif dan cerdas setiap tahunnya meningkat.
Lulusan SMK yang rendah kemampuan berpikir kritis ini menyebabkan standar pekerjaan yang mereka dapatkan hanya setingkat pekerja, bukan manager. Maka dari itu harus segera dilakukan perbaikan di bidang pendidikan di sekolah terutama penekanannya pada merancang dan melakukan eksperimen guna melatihkan kemampuan berpikir kritis. Karena itu pada penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah dengan pembelajaran berorientasi proyek dengan menggunakan kamera selular mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis?
Teori yang mendukung
Slavin (1994) discovery terjadi apabila siswa terlibat secara aktif dalam menggunakan proses mentalnya agar mereka memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan mereka menentukan beberapa konsep atau prinsip tersebut. R.H Ennis (1993), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
Hasil yang diharapkan : peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran berbasis proyek dengan menggunakan fitur kamera pada telepon selular
Perlu dibiasakan pembelajaran yang berorientasi proyek guna melatih kemampuan berpikir kritis siswa dengan memanfaatkan fitur kamera pada ponsel pintar
Penelitian yang mendukung
1. Alfi Rochimah Irfa (2011) 2. M Makrus (2004) 3. Nurhayati (2011) 4. Candra (2012) 5. D I Yulianti (2011) 6. Ariyati (2010)
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian true experimental design, karena penelitian sudah
dianggap baik. Dalam peneltian ini ada kelompok yang tidak dikenai perlakuan tetapi tetap
mendapat pengamatan sebagai pembanding, kelompok ini disebut kelompok kontrol atau
pembanding. Akibat dari perlakuan yang diterima oleh kelompok ekperimen dapat diamati
perbedaannya dengan membandingkan hasil perlakuan terhadap kontrol.
Design eksperimen adalah sebagai berikut:
To : adalah pengukuran pertama sebelum perlakuan
X : perlakuan
T1 : adalah pengukuran kedua setelah perlakuan
Setelah melalui perlakuan maka dapat diamati perbedaan pada beberapa kelompok
B. Subjek Implementasi Penelitian
Subjek implementasi penelitian adalah 4 kelas pada kelas XI yang diambil secara acak
To X T1
28
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 3 Buduran Sidoarjo pada semester ganjil 2017.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Hasil belajar siswa adalah tingkat ketercapaian atau ketuntasan belajar siswa terhadap
materi yang telah diajarkan oleh guru. Ketuntasan ini diukur dengan menggunakan tes
hasil belajar yang berupa produk yang dibuat oleh peneliti. Ketuntasan belajar siswa
adalah jika siswa tersebut telah mencapai skor minimal 75 dan ketuntasan KD adalah
jika dalam kelas tersebut terdapat minimal 70% siswa tuntas belajar. Ketuntasan
variabel hasil belajar produk ini dapat diukur dengan instrumen.
2. Keterampilan berpikir kritis siswa adalah keterampilan berpikir kritis siswa yang
melibatkan penalaran dan logika untuk menyelesaikan suatu masalah. Keterampilan
ini tercermin melalui kemampuan membandingkan, menyatakan sebab akibat,
memberi alasan, menyimpulkan, berpendapat, mengelompokkan, menerapkan,
menganalisis, mendefinisikan konsep, mendefiniskan asumsi dan melakukan induksi
diukur dengan menggunakan instrumen aktivitas psikomotor adalah kemampuan
siswa dalam melakukan kinerja dalam eksperimen yang diukur berdasarkan skor tiap-
tiap kinerja yang berhasil dilakukannya. Kinerja psikomotor diukur dengan lembar
penilaian.
3. Keterlaksanaan tahapan pembelajaran adalah skor rata-rata terlaksananya fase-fase
dalam pembelajaran dari seluruh fase yang harus dilaksanakan dalam tiap RPP yang
diukur dengan instrumen.
29
4. Hambatan dalam pembelajaran adalah uraian berbagai kendala yang ditemui dalam
kegiatan pembelajaran, baik yang disebabkan oleh siswa, guru, ataupun faktor-faktor
yang lain. Solusi dari kendala dapat dicantumkan untuk mengatasi hambatan ini pada
pertemuan berikutnya. Hambatan dalam pembelajaran dituliskan secara deskriptif
pada instrumen
5. Respon siswa adalah tanggapan atau komentar yang diberikan oleh siswa yang
meliputi senang atau tidak, baru/tidak baru terhadap model pembelajaran, materi
pelajaran, cara guru mengajar, buku siswa, LKS, latihan praktikum, bimbingan, dan
latihan mandiri yang diberikan oleh guru. Respon siswa diukur oleh
intrumen
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini digunakan instrumen penelitian sebagai berikut:
1. Instrumen pengamatan kemampuan guru dalam pembelajaran, instrumen ini
dipergunakan untuk mengamati kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran
yang nantinya diisi oleh pengamat saat pembelajaran berlangsung.
2. Instrumen pengamatan hambatan-hambatan dalam kegiatan pembelajaran akan
menguraikan berbagai hal yang tidak sesuai dengan perencanaan yang dianggap
sebagai penghambat jalannya proses pembelajaran. Instrumen ini juga akan
menjelaskan solusi untuk mengatasi hambatan tersebut.
30
3. Instrumen berpikir kritis siswa berupa tes tertulis dan wawancara untuk
memperoleh informasi tentang kemampuan berpikir kritis siswa berupa tes tertulis
yang telah tervalidasi.
4. Instrumen Tes Hasil Belajar, instrumen ini berupa soal tes tertulis yang
dipergunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan kognitif siswa.
Berupa soal yang telah divalidasi oleh validator, validasi tes yang dilakukan pada
penelitian ini meliputi validasi butir soal dan reliabilitas tes serta sensitivitas soal.
5. Instrumen penilaian kinerja proses dan psikomotor siswa meliputi: membuat
rumusan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel eksperimen,
menulis definisi variabel, merancang prosedur mencatat data, menganalisis hasil
percobaan, membuat kesimpulan serta keterampilan penggunaan alat. Instrumen
ini dipergunakan untuk memperoleh informasi kemampuan melakukan
eksperimen secara benar.
6. Instrumen respon siswa, berupa angket yang memuat sekumpulan pertanyaan
yang diajukan secara tertulis kepada responden. Angket ini digunakan untuk
mengetahui penilaian atau pendapat siswa tentang pembelajaran yang telah
dilakukan, keterbacaan buku siswa serta LKS. Metode angket bisa berupa check
list atau pilihan ganda.
31
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode untuk memperoleh data yaitu:
1. Metode observasi: dilakukan oleh dua orang pengamat, yang melakukan
pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar.
Metode ini juga diterapkan oleh validator untuk memvalidasi perangkat
pembelajaran yang dikembangkan.
2. Metode tes: yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal /pre test dan tes
akhir/post test. Pretest merupakan tes untuk mengetahui kondisi sebelum
pembelajaran. Posttest merupakan tes hasil belajar yang digunakan mengetahui
hasil belajar siswa setelah pembelajaran.
3. Metode angket: digunakan untuk mendapatkan informasi tentang respon siswa
terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan
menggunakan lembar angket.
H. Teknik Analisis Data
Analisis hasil validasi perangkat pembelajaran dan data hasil penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran.
Pengamatan keterlaksanaan RPP dilakukan oleh 2 orang pengamat yang sudah dilatih
memberikan penilaian yang tepat sesuai instrumen. Kriteria tiap fase pembelajaran yang dinilai
32
dengan memberikan check list pada kolom keterlaksanaan dan pada kolom penilaian. Teknik
analisis data secara analisis kuantitatif dengan teknik persentase sebagai berikut:
P= Persentase
∑K= Jumlah aspek yang terlaksana
∑N= Jumlah keseluruhan aspek yang diamati Sumber: Ratumanan, 2010
Persentase keterlaksanaan fase menggunakan kriteria seperti yang tercantum pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 3.2 penilaian keterlaksanaan RPP
NO Persentase keterlaksanaan ( RPP) Keterangan
1 0%-24% tidak terlaksana
2 25%-49% terlaksana kurang
3 50%-74% terlaksana baik
4 75%-100% terlaksana sangat baik
Sumber: Ratumanan, 2010
Penilaian keterlaksanaan RPP pada tiap fase ditentukan dengan membandingkan rata-rata skala
penilaian yang diberikan oleh kedua pengamat dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
Tabel 3.3 Skor keterlaksanaan RPP
33
NO Skor Keterlaksanaan Keterangan
1 1,00 – 1,99 kurang baik
2 2,00 – 2,99 cukup baik
3 3,00 – 3,49 baik
4 3,50 – 4,00 sangat baik
Sumber: Alfi, 2010
Untuk menentukan reliabilitas instrumen pengamatan keterlaksanaan RPP, maka data diperoleh
dari dua pengamat diuji kecocokan menggunakan rumus precentage of agreement sebagai
berikut :
Keterangan :
R= Koefisien reliabilitas
A= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat dengan memberikan frekuensi
tinggi
B= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat dengan memberikan frekuensi
rendah
Instrumen keterlaksanaan RPP dikatakan reliabel, jika nilai reliabilitasnya (Borich,
1994)
34
2. Analisis Kendala-Kendala di Lapangan
Temuan kendala-kendala selama pembelajaran dianalisis secara deskriptif naratif melalui
diskusi antara pengamat dan peneliti. Kemudian dikemukakan solusi alternatifnya untuk
mengatasi kendala yang muncul. Hal ini dilakukan oleh pengamat dan peneliti baik sebelum
maupun selama pembelajaran siklus belajar.
3. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis
Skor yang diperoleh pada tiap-tiap soal akan dirata-rata untuk mendapatkan hasil tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa. Analisis deskriptif terhadap tingkat kemampuan berpikir kritis
siswa pada skala sebagai berikut:
1) Unistructural: jawaban menggunakan proses-proses berpikir dasar untuk
menyelesaikan kesulitan yang telah diketahui atau teridentifikasi.
2) Multistructural: jawaban menggunakan proses-proses dasar untuk memilih
respon terbaik dari beberapa pilihan, dan mengumpulkan informasi yang
diperlukan dalam cakupan topik.
3) Relational: jawaban menggunakan proses-proses berpikir dasar untuk
menganalisis argumen dan interpelasi, mengembangkan pola-pola
pembentukan alasan yang logis dan mengerti asumsi–asumsi yang mendasari
suatu posisi tertentu.
4) Extended Abstract: jawaban menggunakan proses-proses berpikir dasar untuk
mengembangkan atau menciptakan ide-ide baru, estetis, dan membangun yang
berhubungan dengan persepsi sekaligus konsep.
35
Kriteria yang dipergunakan dalam mengukur keterampilan berpikir kritis mengacu pada
taksonomi Solo (Biggs & Collis, 1982).
Tabel 3.4 Skala Tingkat Berpikir Berdasar Taksonomi Solo
No Skala Keterangan
1. 0 Prestructural Hanya menggunakan kemampuan
berpikir dasar dan jawabannya tidak
termasuk ke dalam permasalahan.
2. 1 Unistructural Jawaban dapat disimpulkan ke dalam
kriteria penyelesaian masalah, yaitu
menggunakan proses-proses dasar untuk
menyelesaikan kesulitan yang telah
diketahui atau terdefinisi.
3. 2 Multistructural Jawaban dapat disimpulkan dalam
kriteria pembuatan keputusan, yaitu
menggunakan proses-proses dasar untuk
memilih respon terbaik dari beberapa
pilihan, mengumpulkan informasi yang
diperlukan dalam cakupan topik.
4. 3 Relational Jawaban dapat disimpulkan ke dalam
kriteria berpikir kritis yaitu
menggunakan proses-proses berpikir
dasar untuk menganalisis argumen dan
interpretasi, mengembangkan pola-pola
pembentukan alasan yang logis dan
mengganti asumsi-asumsi yang
mendasari suatu posisi tertentu.
5. 4 Extended Abstract Jawaban dapat disimpulkan ke dalam
kriteria berpikir kreatif, yaitu
menggunakan proses-proses berpikir
dasar untuk mengembangkan atau
menciptakan ide-ide baru, estetis dan
membangun yang berhubungan dengan
persepsi sekaligus konsep.
Sumber: Biggs & Collis (1982)
36
Tabel 3.5 Matrik Penelitian
No Tujuan Karakteristik Yang
Diamati
Definisi
Operasional
Intrumen Sumber
Data
Pengambilan
Data
Analisis
Data
1 Mendeskripsikan
keterlaksanaan
rencana pelaksanaan
pembelajaran
Keterlaksanaan
pembelajaran
Skor keterlaksanaan
RPP oleh guru
selama KBM
Lembar
pengamatan
keterlaksanaan
RPP
Guru Pengamatan Deskriptif
kualitatif
2 Mendeskripsikan
respon siswa selama
mengikuti
pembelajaran
Respon siswa Tanggapan siswa
selama pembelajaran
Lembar angket
respon siswa
Siswa Angket Deskriptif
kualitatif
3 Mendeskripsikan hasil
belajar
Hasil belajar
kognitif produk,
berpikir kritis,
proses dan
psikomotor
Nilai yang diperoleh
selama KBM
Tes hasil belajar Siswa Tes dan
pengamatan
Deskriptif
kualitatif
4 Mendeskripsikan
hambatan belajar
Hambatan dalam
proses
pembelajaran
Hambatan yang
ditemui selama KBM
Lembar
pengamatan
hambatan
Guru ,
siswa.
Pengamatan Deskriptif
naratif
37
JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan dalam waktu kurang lebih 3 bulan/ 12 minggu
1. Penyusunan dan pengajuan proposal : 2 minggu
2. Penyusunan piranti penelitian : 2 minggu
3. Pelaksanaan penelitian : 3 minggu
4. Pengolahan data : 2 minggu
5. Persiapan Seminar : 2 minggu
6. Publikasi : 1 minggu
38
No Kegiatan Bulan
1 Tahap Persiapan Penelitian Agustus September Oktober Nopember Desember
a. Penyusunan Penelitian
b. Pengajuan Penelitian
c. Perizinan Penelitian
2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan Data
b. Pengolahan Data
3 Pelaporan Hasil
4 Seminar
5 Perbaikan Laporan
6 Prosiding Penelitian
39
Fakta
Permendiknas no 23 tahun 2006 bertujuan membentuk siswa dengan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam mengambil keputusan. Hal ini sangat bertentangan dengan keterbatasan alat di laboratorium yang menyebabkan guru jarang sekali melakukan eksperimen, sehingga siswa tidak terbiasa melakukan eksperimen apalagi merancang ekasperimen. Hal yang demikian menyebabkan kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa.
Harapan
Sangat diharapkan lulusan SMK mampu memenuhi kriteria kerja yang diajukan oleh perusahaan. Tetapi kenyataanya standar kompetensi lulusan masih jauh dari yang diharapkan. Kurangnya kemampuan berpikir kritis adalah poin utama yang harus diperhatikan untuk segera ditingkatkan mengingat tuntutan kebutuhan industri untuk karyawan yang terampil ,kreatif dan cerdas setiap tahunnya meningkat.
Lulusan SMK yang rendah kemampuan berpikir kritis ini menyebabkan standar pekerjaan yang mereka dapatkan hanya setingkat pekerja, bukan manager. Maka dari itu harus segera dilakukan perbaikan di bidang pendidikan di sekolah terutama penekanannya pada merancang dan melakukan eksperimen guna melatihkan kemampuan berpikir kritis. Karena itu pada penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah pembelajaran yang dikembangkan dengan berorientasi pada merencanakan dan merancang proyek dengan optimalisasi kamera seluler mampu melatih ketrampilan berpikir kritis?
Teori yang mendukung Slavin (1994) discovery terjadi apabila siswa terlibat secara aktif dalam menggunakan proses mentalnya agar mereka memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan mereka menentukan beberapa konsep atau prinsip tersebut. R.H Ennis (1993), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
Hasil yang diharapkan : pembelajaran yang berorientasi pada pada pemberian proyek berbasis kamera seluler mampu melatih ketrampilan berpikir kritis
Perlu pembelajaran yang berorientasi pada pemberian proyek berbasis kamera seluler mampu melatih ketrampilan berpikir kritis
Penelitian yang mendukung
7. Alfi Rochimah Irfa (2011) 8. M Makrus (2004) 9. Nurhayati (2011) 10. Candra (2012) 11. D I Yulianti (2011) 12. Ariyati (2010)
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini mengamati peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
setelah melakukan proyek yang berorientasi pada perencanaan dan pembuatan alat
dan pengoptimalan fitur kamera pada telepon selular. Berikut ini pemaparan hasil
penelitian:
A. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian: Lembar
penilaian kemampuan berpikir kritis yang berupa soal pilihan ganda serta
essay, lembar keterlaksanaan RPP, lembar hambatan dalam pembelajaran,
lembar aktivitas psikomotor dan aktivitas proses siswa, serta lembar angket
siswa dalam pembelajaran. Lembar penilaian ini berorientasi pada
kemampuan merencanakan dan merancang alat untuk melatih keterampilan
berpikir kritis.
1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar siswa yang dikembangkan bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh siswa telah memahami materi optik berupa soal pilihan
ganda dan soal essay yang terbagi menjadi dua yaitu tes hasil belajar yang
mengukur kemampuan kognitif produk berpikir kritis sejumlah 10 soal
serta tes hasil belajar yang mengukur seberapa besar peningkatan
41
kemampuan berpikir kritis siswa sejumlah 10 soal. Hasil dari validasi
menunjukkan bahwa soal rata-rata valid hanya ada 2 soal yang perlu
diperbaiki dalam penggunaan tata bahasa sehingga soal lebih mudah
dipahami. Dari hasil validasi disimpulkan bahwa soal valid dan dapat
dipergunakan dengan revisi kecil.
2. Lembar aktifitas berikir siswa untuk mengukur keterampilan berpikir
kritis disusun untuk mengetahui tingkat berpikir kritis siswa sebelum dan
sesudah dilakukan pembelajaran, Perbedaan dari pre test dan post test
dapat diamati dengan menggunakan test gain serta t-test.
B. Hasil Penelitian
1. Keterlaksanaan RPP
didapatkan skor rata-rata 3,53 hal ini menunjukkan RPP terlaksana
dengan baik, dengan koefisien reliabilitas penilaian keterlaksanaan tiap
fase dalam RPP 86%.
2. Penilaian kognitif berpikir kritis, kinerja proses dan psikomotor siswa
dengan tabel sebagai berikut:
42
Tabel 4.1
Pretest Kognitif Produk Berpikir Kritis GRB
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata rata
1 0 1 3 1 0 2 0 0 1 3 1.1
2 2 0 0 1 3 1 0 0 2 0 0.9
3 3 2 1 2 1 3 1 2 3 1 1.9
4 2 1 3 0 0 2 2 1 1 2 1.4
5 3 3 3 1 3 2 1 2 0 3 2.1
6 3 0 1 0 3 3 2 3 2 1 1.8
7 1 2 1 1 0 1 2 1 3 0 1.2
9 2 2 2 2 3 1 2 2 1 2 1.9
11 3 2 2 1 3 0 0 3 0 0 1.4
12 3 2 0 3 3 3 0 1 3 3 2.1
13 2 0 0 1 0 0 2 0 2 2 0.9
13 2 1 3 3 3 3 3 0 0 2 2
14 0 2 3 2 1 2 3 3 1 0 1.7
15 2 2 1 2 0 2 3 2 2 2 1.8
16 1 3 0 0 0 2 2 3 3 2 1.6
16 0 3 3 3 0 2 3 0 3 2 1.9
18 1 2 2 3 0 1 3 3 0 3 1.8
18 2 1 1 0 1 1 1 3 1 3 1.4
19 0 3 1 2 2 0 2 0 2 1 1.3
20 1 2 0 2 1 0 0 2 2 2 1.2
21 3 2 3 2 0 2 3 2 1 1 1.9
22 3 0 0 2 0 2 1 3 0 2 1.3
43
23 2 3 1 0 3 1 2 1 3 1 1.7
24 0 0 2 3 2 2 1 1 3 1 1.5
25 3 0 2 2 0 1 1 1 3 3 1.6
26 0 3 0 0 2 0 0 1 3 2 1.1
27 0 3 0 1 1 0 2 2 0 3 1.2
28 2 1 0 0 0 0 1 0 1 2 0.7
29 3 1 1 3 0 1 1 2 3 0 1.5
30 3 3 2 2 3 2 1 2 1 3 2.2
31 0 3 0 1 3 3 1 3 3 2 1.9
32 3 1 3 0 2 3 1 2 1 3 1.9
33 3 3 0 0 3 2 3 0 1 1 1.6
34 0 3 3 1 0 1 3 1 1 2 1.5
35 3 0 1 1 1 0 2 0 3 0 1.1
36 1 1 3 1 0 1 1 1 0 0 0.9
1.7 1.7 1.4 1.4 1.3 1.4 1.6 1.5 1.6 1.7 1.5
Tabel 4.2
Posttest Kognitif Produk Berpikir Kritis GRB
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata rata
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3.6
5 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3.6
44
6 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3.7
7 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3.4
8 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3.5
9 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 2.8
10 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3.3
11 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3.7
12 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3.5
13 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3.7
14 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2.9
15 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3.5
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
17 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3.6
18 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3.6
19 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3.7
20 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3.5
21 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3.6
22 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2.9
23 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3
24 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.9
25 2 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3.2
26 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 3.5
27 2 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3
28 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3.8
29 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2.9
30 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.8
31 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3.5
45
32 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3.7
33 2 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3.4
34 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3.6
35 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3.3
36 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3.6
2.7 3.3 3.5 3.4 3.4 3.5 3.7 3.5 3.5 3.9 3.4
Tabel 4.3
Pretest Kemampuan Proses GRB
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata rata
1 2 1 1 3 1 3 3 2 1 3 2
2 2 3 2 1 1 3 1 3 0 3 1.9
3 1 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1.1
4 0 3 0 3 1 1 2 3 0 2 1.5
5 2 1 1 0 2 2 2 1 0 3 1.4
6 3 0 3 0 0 2 0 3 2 3 1.6
7 1 2 1 3 3 1 2 3 1 3 2
8 2 1 1 3 2 2 1 1 2 0 1.5
9 2 1 1 1 2 1 3 2 2 2 1.7
10 0 0 1 3 2 0 3 3 0 1 1.3
11 3 3 2 2 1 1 2 3 3 2 2.2
12 3 3 3 2 0 2 0 3 2 0 1.8
13 0 3 1 2 3 2 3 3 2 3 2.2
46
14 1 2 1 0 3 2 1 0 0 3 1.3
15 1 0 3 3 3 1 2 1 3 1 1.8
16 0 0 0 2 1 0 0 3 2 2 1
17 1 1 0 2 0 0 2 2 2 3 1.3
18 2 2 1 2 0 2 3 0 1 1 1.4
19 0 1 1 2 0 1 1 2 2 3 1.3
20 2 3 1 1 2 2 2 1 3 1 1.8
21 0 2 2 2 3 0 2 3 0 0 1.4
22 0 3 0 0 0 2 2 0 0 0 0.7
23 1 3 1 1 1 0 3 0 3 0 1.3
24 3 0 1 2 3 0 2 0 3 3 1.7
25 1 2 1 1 1 3 2 1 1 2 1.5
26 3 2 0 3 3 2 1 3 0 1 1.8
27 1 1 0 0 3 2 2 3 1 3 1.6
28 1 2 3 3 3 2 0 1 2 0 1.7
29 1 0 1 3 0 2 1 2 2 3 1.5
30 1 0 3 2 1 0 2 0 2 3 1.4
31 2 3 0 0 3 0 1 2 1 3 1.5
32 1 1 3 1 1 0 0 1 1 0 0.9
33 0 1 1 1 3 1 0 1 2 3 1.3
34 3 1 0 3 1 0 1 3 1 1 1.4
35 1 0 3 1 2 0 0 1 1 2 1.1
36 3 1 0 1 2 1 1 0 2 2 1.3
1.4 1.4 1.3 1.7 1.6 1.2 1.5 1.7 1.4 1.9 1.5
47
Tabel 4.4
Posttest Kemampuan Proses GRB
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata rata
1 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3.2
2 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3.6
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
5 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3.3
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
8 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3.8
9 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.1
10 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.9
11 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3
12 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3.7
13 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3.8
14 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.3
15 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.9
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
17 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.8
18 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.2
19 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3.8
20 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3.4
21 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.2
22 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3.7
48
23 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3.7
24 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3.6
25 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3.7
26 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
27 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3.6
28 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3.7
29 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3.1
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
31 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3.6
32 2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3.6
33 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3.7
34 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3.4
35 2 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3.5
36 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3.7
2.9 3.5 3.6 3.4 3.4 3.4 3.5 3.5 3.4 3.8 3.4
Tabel 4.5
Pre test Kognitif Produk Berpikir Kritis IK
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata rata
1 0 0 1 1 0 0 3 1 3 0 0.9
3 1 1 0 0 1 0 2 2 3 0 1
5 0 2 0 2 0 1 0 1 2 0 0.8
6 2 3 2 3 1 3 0 3 2 0 1.9
7 2 1 2 0 3 1 1 2 2 1 1.5
9 0 3 1 3 1 2 3 3 1 1 1.8
49
11 2 2 3 1 2 1 2 2 1 0 1.6
12 0 0 3 1 2 2 1 1 2 1 1.3
13 1 0 3 2 3 1 3 1 3 2 1.9
14 3 0 0 1 3 3 3 3 3 1 2
15 3 2 2 2 0 3 3 2 3 0 2
16 0 0 1 3 3 2 0 0 0 1 1
18 2 0 3 0 3 1 2 0 3 3 1.7
20 3 2 3 0 0 0 1 3 2 3 1.7
21 2 0 3 2 2 2 3 1 0 0 1.5
22 3 1 3 1 0 1 1 2 3 1 1.6
23 0 2 0 1 2 2 0 2 2 0 1.1
24 2 0 0 0 2 2 2 3 3 3 1.7
26 2 1 1 2 1 3 0 0 2 0 1.2
28 3 3 0 1 1 1 3 1 0 1 1.4
30 0 1 2 1 2 0 0 0 2 0 0.8
32 0 1 1 2 1 1 2 2 3 1 1.4
1.4 1.1 1.5 1.3 1.5 1.5 1.6 1.6 2.0 0.9 1.4
Tabel 4.6
Posttest Kognitif Produk Berpikir Kritis IK
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata rata
1 3 3 4 3 2 3 4 2 4 4 3.2
3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3.1
5 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3.3
6 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3.5
50
7 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3.5
9 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3.8
11 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3.8
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
13 2 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3.5
14 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3.6
15 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3.8
16 2 3 2 2 2 3 3 3 3 4 2.7
18 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3.7
20 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3.3
21 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3.8
22 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
23 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3.8
24 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3.6
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
28 2 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3.4
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
32 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.9
2.7 3.3 3.4 3.3 3.5 3.4 3.6 3.5 3.6 4.0 3.4
51
Tabel 4.7
Pretest Kemampuan Proses IK
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata rata
1 1 0 2 1 3 3 2 0 1 1 1.4
3 1 1 2 1 1 0 2 1 0 3 1.2
5 0 3 1 1 2 1 0 0 3 0 1.1
6 3 2 2 1 0 3 1 0 1 2 1.5
7 0 3 2 0 2 1 1 2 3 0 1.4
9 0 2 3 2 1 0 0 3 0 1 1.2
11 3 3 3 1 1 2 1 0 3 3 2
12 3 3 0 0 1 3 1 3 0 1 1.5
13 0 3 0 3 3 0 1 2 0 2 1.4
14 2 1 3 0 3 3 1 2 2 0 1.7
15 0 2 0 1 0 0 0 2 2 3 1
16 0 0 3 3 0 2 1 1 1 2 1.3
18 1 3 3 1 0 2 0 1 3 2 1.6
20 3 1 2 2 3 3 2 1 0 1 1.8
21 0 3 3 0 3 2 1 2 3 0 1.7
22 1 2 3 2 0 2 1 2 3 2 1.8
23 2 3 0 1 3 0 0 2 3 1 1.5
24 0 0 1 2 0 1 0 0 0 0 0.4
26 0 3 3 0 1 3 2 0 1 2 1.5
28 0 0 2 1 2 3 1 3 3 0 1.5
30 0 1 0 2 3 2 1 0 0 2 1.1
32 1 0 2 1 0 1 1 3 2 1 1.2
52
1.0 1.8 1.8 1.2 1.5 1.7 0.9 1.4 1.5 1.3 1.4
Tabel 4.8
Posttest Kemampuan Proses IK
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata rata
1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2.9
3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3.2
5 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3.4
6 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3.3
7 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3.3
9 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.8
11 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3.8
12 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3.6
13 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3.8
14 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.9
15 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.8
16 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3.1
18 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.8
20 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3.6
21 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3.8
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
23 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.9
24 2 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3.4
26 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3.6
53
28 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3.6
30 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3.6
32 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.8
2.6 3.5 3.7 3.8 3.7 3.5 3.7 3.7 3.7 3.7 3.6
Tabel 4.9
Pretest Kognitif Produk Berpikir Kritis KK
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata rata
1 0 2 2 2 2 2 3 0 1 3 1.7
2 2 1 0 1 2 3 0 1 0 3 1.3
3 1 1 2 0 0 1 0 3 2 1 1.1
4 0 1 3 1 0 0 1 2 2 3 1.3
5 0 1 0 1 3 3 2 1 3 1 1.5
6 1 0 0 1 1 0 2 0 3 1 0.9
7 1 2 3 3 2 0 1 1 1 1 1.5
8 3 1 2 0 3 3 3 2 1 1 1.9
9 3 3 0 2 2 1 3 2 0 3 1.9
10 3 2 2 1 3 0 3 0 3 3 2
11 1 3 1 2 0 0 0 3 0 1 1.1
12 3 1 1 3 0 1 2 0 3 2 1.6
13 1 3 0 2 1 3 2 0 1 2 1.5
14 1 2 0 2 3 0 2 3 0 2 1.5
15 1 0 1 1 1 2 1 2 3 3 1.5
16 3 1 2 1 0 1 2 2 1 0 1.3
54
17 2 1 2 0 0 3 1 2 2 1 1.4
18 3 3 1 1 0 2 0 3 0 2 1.5
19 0 2 1 3 2 2 3 3 2 1 1.9
20 0 3 1 1 2 2 3 1 2 0 1.5
21 2 3 2 1 2 0 3 3 3 0 1.9
22 2 1 3 0 3 3 3 3 0 2 2
23 3 1 3 2 0 3 1 0 3 3 1.9
24 1 3 2 2 0 0 1 1 2 3 1.5
25 1 1 0 0 2 3 0 1 1 1 1
26 1 1 0 3 3 2 2 3 0 3 1.8
27 1 3 2 3 1 0 3 1 3 3 2
28 2 2 3 1 3 2 1 0 1 2 1.7
Tabel 4.10
Posttest Kognitif Produk Berpikir Kritis KK
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata rata
1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.9
2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3.8
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.1
5 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3.5
6 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3.8
7 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3.4
8 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.9
55
9 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3.8
10 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3.3
11 2 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3.2
12 2 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3.2
13 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3.3
14 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3.3
15 2 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3.2
16 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3.1
17 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3.3
18 2 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3.2
19 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3.4
20 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3.3
21 2 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3.3
22 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3.2
23 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3.1
24 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3.3
25 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.9
26 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3.5
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
28 2 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3.5
29 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3.7
30 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3.6
31 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3.7
32 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3.4
33 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3.7
34 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.9
56
35 3 4 4 4 3 4 4 2 2 4 3.4
36 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3.7
2.8 3.4 3.8 3.4 3.4 3.6 3.4 3.4 3.4 3.9 3.4
Tabel 4.11
Pretest Kemampuan Proses KK
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata rata
1 1 1 3 3 0 1 1 3 2 0 1.5
2 0 3 2 0 0 2 1 0 2 3 1.3
3 0 0 1 0 1 1 3 0 3 1 1
4 1 2 2 3 3 2 1 1 2 0 1.7
5 0 1 0 2 2 3 0 2 2 1 1.3
6 1 1 2 2 1 0 3 2 2 2 1.6
7 0 2 0 2 0 1 3 3 0 1 1.2
8 0 3 2 1 2 2 0 2 0 3 1.5
9 0 0 2 1 2 0 1 1 0 0 0.7
10 1 1 0 1 3 3 0 2 2 3 1.6
11 3 0 0 0 2 2 2 3 1 2 1.5
12 2 1 3 2 1 1 3 1 2 1 1.7
13 3 0 2 2 3 2 3 1 0 3 1.9
14 3 1 2 3 2 3 3 3 2 1 2.3
15 0 3 1 0 0 0 2 2 1 2 1.1
16 0 3 0 0 3 0 3 3 3 1 1.6
17 2 1 0 2 1 0 2 0 0 1 0.9
57
18 2 3 2 1 1 3 2 1 2 3 2
19 1 2 2 3 3 0 2 0 3 1 1.7
20 1 0 3 3 3 2 0 3 0 3 1.8
21 2 2 0 2 2 3 0 2 2 3 1.8
22 2 3 2 2 2 2 1 0 3 1 1.8
23 1 1 0 3 2 0 1 3 2 1 1.4
24 3 2 2 1 0 1 3 0 2 2 1.6
25 2 1 3 3 1 1 0 3 1 3 1.8
26 2 0 0 0 2 0 3 2 1 0 1
27 2 2 3 1 2 3 3 0 3 3 2.2
28 0 3 3 3 2 1 0 1 1 2 1.6
Tabel 4.12
Posttest Kemampuan Proses KK
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata rata
1 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3.5
2 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3.5
3 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3.6
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
5 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3.2
6 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3.5
7 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3.2
8 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3.1
58
9 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3.2
10 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3.1
11 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3.4
12 3 4 4 3 2 3 3 3 4 3 3.2
13 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3.3
14 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3.2
15 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3.3
16 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3.2
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
18 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3.7
19 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3.2
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
21 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3.3
22 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3.6
23 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3.8
24 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3.7
25 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3.6
26 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3.6
27 2 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3.6
28 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3.7
29 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3.7
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
32 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3.2
33 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3.2
34 2 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3.3
59
35 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3.2
36 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3.5
2.6 3.5 3.4 3.3 3.3 3.4 3.5 3.3 3.5 3.7 3.4
Tabel 4.13
Pretest Kognitif Produk Berpikir Kritis TKJ
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata rata
1 0 0 2 1 1 2 2 3 1 0 1.3
2 0 2 1 0 1 3 2 1 1 1 1.1
3 2 0 1 2 2 3 1 1 2 3 1.5
4 0 0 3 0 2 1 1 1 3 3 1.4
5 0 2 0 2 3 1 2 1 1 1 1.2
6 2 2 2 0 1 2 2 0 2 2 1.5
7 0 2 1 2 2 1 3 1 2 0 1.5
8 2 1 1 2 2 1 1 0 1 3 1.3
9 2 0 2 2 3 1 0 2 1 0 1.3
10 3 1 3 2 2 1 1 1 1 2 1.6
11 1 2 2 2 1 2 0 1 2 2 1.6
12 2 1 1 1 3 2 1 1 3 1 1.5
13 1 1 2 2 1 1 2 0 2 1 1.3
14 3 1 0 2 2 3 2 2 2 3 2.0
15 0 3 2 1 1 1 1 0 1 1 1.2
60
16 1 3 3 0 1 1 2 3 3 1 1.7
17 2 2 2 1 2 1 1 3 2 1 1.8
18 2 3 2 0 1 3 2 0 2 2 1.7
19 2 2 3 1 2 2 3 1 1 3 2.1
20 0 1 3 1 2 1 1 3 1 0 1.3
21 1 1 2 2 2 2 1 1 1 0 1.4
22 2 0 2 2 2 3 1 3 0 1 1.6
23 1 3 1 2 0 1 0 1 1 2 1.2
24 1 2 0 3 2 0 3 1 1 1 1.3
25 3 0 2 0 3 1 1 0 1 2 1.4
26 1 3 1 1 1 2 2 1 2 1 1.6
27 2 0 2 2 3 1 3 3 1 1 1.6
1.3 1.5 1.6 1.4 1.8 1.6 1.5 1.3 1.5 1.4 1.5
Tabel 4.14
Posttest Kognitif Produk Berpikir Kritis TKJ
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata rata
1 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3.3
2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3.6
3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3.7
4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3.6
5 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3.7
6 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3
7 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3.5
61
8 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 3.5
9 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3.6
10 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3.2
11 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 3.5
12 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3.7
13 2 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3.4
14 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3.5
15 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3.2
16 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3.1
17 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.5
18 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.1
19 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3.4
20 2 2 4 4 4 3 3 4 4 4 3.4
21 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3.5
22 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3.6
23 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3.7
24 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.6
25 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3.5
26 3 2 3 2 2 2 2 3 2 4 2.5
27 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3.5
2.8 3.1 3.6 3.4 3.4 3.5 3.4 3.3 3.4 3.9 3.5
62
Tabel 4.15
Pretest Kemampuan Proses TKJ
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata rata
1 3 2 2 2 3 2 0 2 0 2 1.7
2 1 2 2 3 1 2 2 2 2 0 1.6
3 2 3 2 1 2 2 1 3 2 1 1.8
4 2 3 3 2 3 0 1 2 3 1 1.9
5 1 1 0 2 2 2 1 1 3 1 1.5
6 1 2 2 1 3 1 2 3 1 3 1.7
7 3 1 2 1 0 1 1 2 1 2 1.4
8 2 1 2 1 3 1 1 1 3 1 1.6
9 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1.4
10 1 3 0 1 2 2 1 2 1 0 1.3
11 2 2 1 3 3 0 2 3 0 2 1.9
12 1 1 0 1 2 0 0 0 0 1 0.7
13 0 1 2 0 2 3 1 1 3 0 1.3
14 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1.4
15 3 0 1 2 2 1 2 1 2 0 1.3
16 3 0 1 2 0 3 1 1 2 3 1.7
17 2 2 2 1 2 2 3 1 2 3 1.9
18 3 2 3 0 2 0 2 0 0 0 1.2
19 1 0 2 2 0 0 0 3 1 3 1.3
20 1 3 1 1 2 0 2 1 2 1 1.5
63
21 2 2 2 0 2 1 0 0 2 2 1.2
22 1 2 0 1 3 1 2 2 1 1 1.5
23 2 1 1 2 2 0 0 0 1 2 1.3
24 1 1 2 1 2 2 2 1 1 0 1.1
25 2 2 2 1 1 2 0 0 2 2 1.4
26 1 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1.9
27 1 0 2 3 1 2 1 1 2 1 1.4
1.6 1.6 1.6 1.4 1.8 1.3 1.3 1.3 1.5 1.4 1.5
Tabel 4.16
Posttest Kemampuan Proses TKJ
no absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata rata
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3.8
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
5 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3.8
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
7 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3.8
8 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3.4
9 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3.6
10 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3.7
11 3 4 2 4 4 3 3 3 3 4 3.3
12 3 2 4 3 4 4 4 2 4 3 3.3
64
13 2 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3.3
14 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3.7
15 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3.6
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
17 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3.8
18 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2.8
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
20 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3.8
21 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3.7
22 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3.5
23 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3.6
24 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3.5
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
26 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3.3
27 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3.2
2.9 3.3 3.4 3.4 3.5 3.5 3.5 3.4 3.5 3.7 3.4
65
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa baik berpikir kritis kognitif produk
dicari gain dari hasil pretest dan posttest. Gain dihitung dengan menggunakan rumus
dibawah ini. (Archambault, 2008)
Dari tabel yang tercantum pada lampiran terlihat bahwa gain dari 3 kali replikasi
menunjukkan tingkat gain dalam kategori tinggi untuk setiap replikasinya.
Kemampuan Produk Berikir Kritis
GRB
kelompok pre post
alief 75 82.5
a.rizky 71.25 91.25
choirotun 66.25 75
bima 71.25 91.25
dian 62.57 81.25
69.26 84.25
69.26 84.25
Gain 0.49
IK
kelompok pre post
evita 71.25 77.75
ananda 43.75 63.75
agung 75.00 96.25
dimas 66.25 83.75
jurdan 63.75 91.25
64.00 82.55
Gain 0.52
66
KK
kelompok pre post
bintang 86.25 95.00
adam 85.00 95.00
fikri 65.00 90.00
ali 68.75 93.75
cahyo 71.25 82.50
wiwik 65.00 96.25
73.54 92.08
Gain 0.70
TKJ
kelompok pre post
firda 75.00 90.00
ardan 63.75 82.50
afif 62.50 83.75
fairus 71.25 86.25
adam 71.25 91.25
ivansa 82.50 83.50
71.04 86.21
Gain 0.52
3. Respon siswa
Di bawah ini adalah respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dalam
tiap replikasi. sesuai dengan angket
Pada pertanyaan materi pada soal-soal yang telah anda kerjakan sudah dipelajari
dalam pembelajaran Fisika, siswa 85% menjawab iya dan 15% menjawab tidak
67
Pada pertanyaan adakah materi yang aplikatif bisa diterapkan dalam kehidupan sehari
hari pada soal-soal dan tugas proyek dengan menggunakan kamera seluler yang anda
kerjakan, siswa 78% menjawab iya dan 22% menjawab tidak
Pada pertanyaan pada tes esai maupun pilihan ganda serta tugas proyek dengan
menggunakan kamera seluler melatih keterampilan menganalisis, 60% menjawab iya
sedangkan 35% menjawab tidak
Pada pertanyaan pada tes esai maupun pilihan ganda serta tugas proyek dengan
menggunakan kamera seluler melatih keterampilan mengidentifikasi, 55% persen
siswa menjajab iya dan 45% menjawab tidak.
Pada pertanyaan apakah setelah berlatih tes esai dan pilihan ganda, serta tugas proyek
dengan menggunakan kamera seluler ,anda dapat lebih mudah memberikan solusi
dari masalah keseharian yang menyangkut dengan materi Fisika, siswa 76%
menjawab iya dan 34% menjawab tidak
4. Hambatan
Ada beberapa kesulitan yang ditemui dalam penelitian antara lain kesalahan
pemasangan lensa, siswa tidak menggunakan alat yang tepat serta bahan yang sesuai.
Kesalahan penggunaan hp, serta ketidakmampuan menempatkan cahaya untuk
membentuk bayangan yang tepat. Siswa juga perlu waktu lebih lama untuk
memahami apa yang harus dilakukan karena jarang melakukan kegiatan pembelajaran
seperti ini. Siswa memerlukan scaffolding yang lebih detil untuk melakukan proyek.
68
Siswa masih canggung dengan cara pembelajaran yang diterapkan. Sering
terganggunya proses pembelajaran karena kegiatan di sekolah juga merupakan aspek
utama yang harus diperhatikan dalam terlaksananya penelitian ini.
69
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah maju pesat
melampaui ekspektasi, mau tidak mau hal ini akan mempengaruhi erkembangan
bidang bidang yang lain, seperti tatanan kehidupan bermasyarakat, tidak terkecuali di
bidang pendidikan. Hanya ada dua alternatif bagi guru yang bisa pilih dalam
menyikapinya, mengikuti perkembangan zaman atau enggan mengikuti
perkembangan zaman. Guru harus mampu menyesuaikan diri dalam perkembangan
kemajuan teknologi yang ada dan mampu mengadopsi serta menerapkan dalam
pembelajaran sehari-hari. Akan sangat tepat jika guru mampu memasukkan aspek
teknologi dalam komponen pembelajaran, mulai dari tujuan pembelajaran, materi
sampai alat serta metode pembelajaran. Guru harus menjadi pelopor melek teknologi
yang akan mengantarkan siswa menjadi generasi yang tangguh di masanya, bukankah
Sayyidina Ali bin Abi Tholib mengatakan bahwa “Didiklah anakmu sesuai zamannya
karena dia akan hidup di zamannya bukan zamanmu”. Pada dasarnya kita
mempersiapkan siswa kita menghadapi masa depan dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi yang ada meskipun dalam keterbatasan peralatan
pembelajaran yang ada. Akan sangat tepat jika kita pergunakan alat yang sudah ada
dengan mengoptimalkan segala fungsinya, contoh yang tepat dalam hal ini adalah
telepon selular
70
Mengapa telepon selular? Seperti yang kita amati sehari –hari dalam
pembelajaran di kelas, siswa sering kali terusik perhatiannya dikarenakan telepon
selular (Ibrahim, 2009). menyelidiki penggunan teknologi nirkabel dalam
pembelajaran , khususnya pada pembelajaran teknik penggunaan kata kata dalam
bahasa inggris . Mereka menyimpulkan bahwa meskipun siswa tidak berada pada
lingkungan kelas regular siswa mampu menyelesaikan aktifitas pembelajaran sehari –
hari dan mempelajari teknik baru. Richard, 2010 mendefinisikan berpikir kritis
sebagai perolehan akibat berdasarkan pengamatan dan pengetahuan. (Norris, 1985)
mendeskripsikan berpikir kritis sebagai penerapan oleh siswa atas pengetahuan
sebelumnya yang siswa peroleh pada topic tertentu dan pengevaluasian cara berpikir
kritis mereka sendiri serta mengarah pada perubahan tingkah laku
Berdasarkan hasil penelitian maka dilakukan pembahasan untuk menjawab
permasalahan penelitian berkaitan dengan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa, terkait dengan pembelajaran yang berorientasi pada merencanakan dan
merancang alat dengan memanfaatkan fitur kamera telepon selular mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa?
Di bawah ini adalah grafik peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pre
test dan post test. Dibandingkan sebelum pembelajaran nampak adanya peningkatan
taraf berpikir kritis siswa sesuai dengan yang tertera pada grafik.
71
Grafik 5.1 Penilaian Produk Berpikir Kritis
Dari grafik tampak adanya peningkatan kriteria berpikir kritis siswa dari
sebelum pembelajaran dibandingkan setelah pembelajaran. Hal ini juga
disebutkan dalam Alfi (2011) menyatakan bahwa hasil belajar keterampilan
berpikir kritis menunjukkan bahwa rata-rata taraf berpikir siswa mencapai
berpikir kritis setelah dilakukan pembelajaran yang melibatkan siswa secara
aktif. Ada 20% dari siswa pada kelompok uji coba belum mencapai berpikir
kritis namun sudah menunjukkan peningkatan taraf berpikir kritis daripada
saat sebelum pembelajaran. Hal senada juga disebutkan Rehorek (2004:498)
pada riset yang berdasarkan laboratoriun sains, perkembangan kemampuan
proses sains menyebabkan siswa mampu membangun dan memecahkan
masalah, berpikir kritis, memutuskan dan menemukan jawaban dari rasa ingin
tahunya bukan hanya mengingat konsep. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
72
Qing (2010:1434) menyatakan bahwa ada peningkatan berpikir kritis saat
pendekatan pembelajaran secara aktif dilakukan,seperti inkuiri.
Pembelajaran fisika yang berbasis hands on activities dapat menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis serta meningkatkan hasil belajar siswa (D I
Yulianti, 2011:23). Dalam model ini kemampuan berpikir kritis siswa dilatih
selama proses penyelidikan dan pembuatan proyek. Model seperti yang
dijelaskan tersebut mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa
serta meningkatkan hasil belajar. Penerapan model pembelajaran fisika
berbasis hands on activities mampu menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis. Hal ini ditunjukkan selama pembelajaran terjadi peningkatan jumlah
siswa yang termasuk dalam kategori kritis serta sangat kritis dalam setiap
siklus.
Oleh karena itu akan sangat berguna jika metode yang dipakai untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah dengan menggunakan
langkah-langkah pembelajaran yang berorientasi pada merencanakan dan
merancang alat.
73
Grafik 5.2 Penilaian Gain Produk Berpikir Kritis
Pada grafik terlihat bahwa dalam 4 replikasi menunjukkan nilai gain yang
termasuk tinggi (Ali, 1993). Hal ini berarti bahwa ada peningkatan hasil belajar
kognitif produk sebelum pembelajaran dibandingkan sesudah pembelajaran. Candra
(2010:31) menyatakan bahwa pembelajaran guided discovery yang didukung dengan
kegiatan praktikum mandiri akan menggugah rasa ingin tahu siswa sebab dalam
pelaksanannya siswa diajak untuk menemukan sendiri berbagai teori, hukum dan
konsep dengan praktikum. Dampak dari penemuan sendiri mempengaruhi hasil
belajar siswa menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Catharina (2007)
dalam Candra (2010:32) bahwa hasil belajar itu tidak disebabkan oleh kemampuan
internal manusia saja, tetapi juga disebabkan oleh faktor keingintahuan manusia yang
menimbulkan respon.
74
Hasil penelitian oleh Candra (2010:32) menyebutkan bahwa terdapat
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang ditunjukkan oleh hasil uji gain
setelah siswa diajar dengan menggunakan guided discovery. Guided discovery ini
didukung dengan praktikum yang dilakukan siswa dengan bantuan alat percobaan
sehingga pembelajaran lebih efektif. D I Yulianti (2010:24) menyebutkan bahwa
kemampuan berpikir siswa dilatih selama proses penyelidikan serta pembuatan
proyek. Model tersebut mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis serta
meningkatkan hasil belajar. Adanya peningkatan hasil belajar kognitif produk
berpikir kritis ini menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis ini bisa dilatihkan.
Pernyatan ini didukung oleh Ariyati E (2010:3) yang mengatakan bahwa berpikir
kritis dapat dilatihkan dalam proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran yang
tepat. Pembelajaran yang bisa digunakan antara lain pembelajaran berbasis praktikum
yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam pembelajaran yang membawa pada
pemahaman dan proses berpikir kritis.
Pada penilaian aktivitas proses juga terlihat bahwa seluruh siswa telah
mencapai nilai di atas 75. Hal ini berarti bahwa 100% siswa telah melampaui KKM.
Hal ini bisa dikaitkan dengan tingginya ketertarikan siswa terhadap materi ajar yang
bisa dilihat dari hasil angket respon siswa. Hal ini menyebabkan ketuntasan belajar
juga tinggi. Menurut Nur (2008) ketertarikan siswa terhadap materi ajar merupakan
motivasi intrinsik. Sesuai teori motivasi bahwa ketertarikan ini akan meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar.
75
Grafik 5.3 Penilaian Proses Berpikir Kritis
Sedangkan gain untuk kegiatan berpikir kritis proses siswa ditunjukkan oleh
grafik di bawah ini
Grafik 5.4 Penilaian Gain Proses Berpikir Kritis
76
Menurut penelitian (Tessier, 2013) jika telepon selular dipergunakan dan
dioptimalkan fungsinya dalam pembelajaran maka penggunaannya tidak akan
mengganggu pembelajaran. Demikian sebaliknya, jika siswa dilarang
mempergunakan telepon selular di dalam kelas maka siswa akan cenderung sembunyi
sembunyi menggunakannya. Hal ini akan menjadi masalah jika guru tidak
memberikan solusi yang tepat dalam mengatasinya. Penelitian lainnya juga
mengungkapkan bahwa siswa juga akan senang jika diberika kesempatan untuk
menggunakan telepon selularnya dalam pembelajaran karena mereka dapat dengan
mudah mengakses informasi yang dibutuhkandalam pembelajaran melalui internet.
Menurut penelitian ini juga bahwa kebijaksanaan guru yang mengizinkan
penggunaan telepon selular di dalam kelar akan meningkatkan kesenangan dalam
belajar, meningkatkan keberhasilan dalam belajar bahkan meningkatkan prosentase
kedatangan mereka di kelas, gangguan pembelajaran karena penggunaan telepon
selular dalam kelas tidak teramati. (Tessier, 2013)
Di lain pihak siswa sekolah kejuruan mempunyai kecenderungan lebih
menyukai pembelajaran hands on activity seperti yang diajarkan di bengkael karena
itulah peneliti mencoba menghubungkan antara kondisi dan permasalahan, sehingga
mampu mendapatkan solusi yang tepat untuk pembelajaran selanjutnya. Di era
teknologi global ini SMK adalah sekolah yang diharapkan tidak hanya menciptakan
lulusan yang mampu diserap oleh industri, tetapi sekolah kejuruan juga diharapkan
77
akan mampu mencetak lulusan yang mampu berpikir kritis dan memecahkan
masalah, memiliki kemampuan mengaplikasikan teknologi informasi dan
komunikasi, mampu bekerja sama dalam tim, kreatif inovatif serta memiliki
pemahaman menyeluruh tentang perbedaan.
Pada penilaian aktivitas kinerja psikomotor bahwa nampak bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam mengajukan pertanyaan serta menyimpulkan materi yang
dibahas, siswa belum mampu mencari korelasi antara materi yang dibahas dengan
tugas yang diberikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata pada rincian tugas
kinerja itu adalah terendah diantara yang lain. (Baker, 2000) menyatakan bahwa
berpikir kritis adalah suatu pendekatan yang berdasar, beralasan dan mencakup segala
sesuatu yang terkait untuk memecahkan suatu masalah ataupun mengajukan
pertanyaan atas bukti dan informasi yang tidak lengkap menjadi suatu solusi yang
tak terbantahkan, bisa saja ada beberapa solusi yang tidak sama. Hal ini menekankan
bahwa perlu dilatihkannya keterampilan merencanakan dan merancang alat guna
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Tetapi dari grafik kemampuan proses tampak bahwa seluruh siswa telah
melampaui nilai 75 untuk keseluruhan tugas kinerja. Rincian tugas kinerja lainnya
nampaknya mudah dilakukan oleh siswa, hal ini berkaitan dengan rincian tugas
kinerja tersebut dilakukan siswa juga di bengkel mereka masing-masing. Siswa
terlihat berminat dengan cara pembelajaran yang dilakukan hal ini terlihat dari
tingginya ketuntasan siswa serta ketercapaian tiap rincian tugas belajar. Hal senada
78
juga diungkapkan oleh Ryan dan Quinn dalam Kasbool (1998:104) melaporkan
bahwa perkuliahan yang memberikan tugas melengkapi perancangan spesifik
meningkatkan jumlah siswa yang tertarik pada mata kuliah tersebut serta
meningkatkan hasil evaluasi siswa.
Grafik 5.5 Penilaian Psikomotor Berpikir Kritis
HAMBATAN
Siswa belum mampu menguasai kamera seluler mereka, hal ini disebabkan
oleh kurangnya eksplorasi fungsi kamera selular terutama pada fungsi exposure serta
angle yang tepat untuk mendapatkan pencahayaan yang tepat. Fokus pada lensa
tambahan hanya terpusat pada tengah, terbatas depth of field nya, hal ini
menyebabkan tangkapan gambar yang fokus hanya bagian tengah layar telepon
selular sehingga sekitarnya kabur. Lensa tambahan sangat pendek fokusnya, sehingga
akan susah untuk mengambil gambar dari obyek yang hidup atau bergerak.
79
Hal yang harus diperhatikan saat pengambilan gambar adalah, persiapan alat
sederhana yang bisa dipakai untuk menyanggah kedudukan lensa tambahan supaya
tetap letaknya, tidak bergeser dari kamera telepon, bisa saja memakai jepit rambut,
lakban serta isolasi. Baterai telepon juga harus diperhatikan jangan sampai habis
sebelum selesai pengambilan gambar. Kamera telepon sering juga mengembun,
biasanya terkena air dari manipulasi objek.
Siswa harus diberikan pengertian tetap menjaga kelestarian alam dan tidak
membunuh binatang pada saat pengambilan gambar, dalam kegiatan ini pun siswa
dilatih mentalnya sebab sering pula ditertawakan orang karena pengambilan gambar
yang dianggap konyol. Harus diwaspadai pula jangan sampai siswa tersengat atau
digigit binatang yang berbahaya akibat mengganggu kelangsungan hidup binatang
binatang kecil yang dijadikan objek foto. Indeks bias lensa mempengaruhi hasil foto,
kejernihan lensa juga mempengaruhi. Saat pengambilan gambar, tangan siswa
gemetar sehingga gambar buram.
Siswa belum terbiasa mengambil gambar obyek kecil dan bergerak, sehingga
siswa memerlukan pelatihan sebelum melakukan kegiatan. Pencahayaan juga sering
menjadi masalah. Hal ini disebabkan fokus terlalu dekat sehingga menghalangi
cahaya yang masuk.
Pada saat pembuatan alat mikroskop sederhana siswa tidak memperhatikan
jenis lensa yang digunakan. Beberapa mampu memberikan inovasinya pada alat
80
tersebut tetapi yang lainnya memerlukan bimbingan lebih lanjut untuk membuat alat
yang mempunyai fungsi yang sempurna.Kekurangan pencahayaan pada alat bisa
diatasi dengan cara pemberian cahaya dari lampu semipermanen bertenaga baterai
ataupun memakai adaptor.
Pembelajaran dengan melibatkan telepon selular pada dasarnya membuat
pembelajaran student-centered semakin mungkin, karen hal ini memungkinkan siswa
mengakses dan mentransferkan informasi yang mereka butuhkan dalam membangun
keahlian serta pengetahuan yang mereka butuhkan sehingga nantinya tujuan
pembelajaran akan tercapai (Valk, 2010), dalam hal ini peneliti berusaha
mengguanakan fitur kamera pada kamera selular sehingga siswa dapat mempelajari
karakteristik lensa serta kamera telepon selular sehingga tujuan pembelajaran optik
mampu dikuasai oleh siswa.
Pembuatan alat tepat guna seperti ini membuat siswa lebih kreatif dan mampu
berpikir lebih kreatif untuk memanfaatkan bahan bahan bekas pakai sehingga barang
barang tersebut masih mempunyai fungsi lanjut yang lebih berguna daripada
sebelumnya.
Penggunaan lensa yang mempunyai jari jari kelengkungan yang berbeda beda
mempengaruhi jarak dari tiap fokus lensa, Tentu juga kualitas kejernihan lensa akan
juga mempengaruhi kualitas gambar yang dihasilkan.
81
Tentunya kualitas gambar yang dihasilkan dari mikroskop yang dibuat ini
jauh dari mikroskop yang ada di pasaran, tetapi dari pengalaman merencanakan dan
merancang mikroskop ini siswa mampu mempelajari prinsip kerja alat optik terutama
mikroskop.
Dari latar belakang dan harapan di atas maka guru hendaknya dapat
menemukan, merancang dan melaksanakan pembelajaran sains yang sesuai dengan
prinsip –prinsip kunci yang diajukan oleh (Reisser, 2007) sebagai berikut:
1. fokus pada pemahaman penguasaan konsep yang mendalam
2. menciptakan lingkungan belajar yang berpusat pada siswa
3. menggunakan teknologi untuk menciptakan lingkungan, menyediakan
peralatan baru untuk para siswa dan meningkatkan pemahaman
mereka.
4. mendesain transfer belajar
5. melakukan kajian belajar dalam setting dunia nyata bukan di
laboratorium
Dari beberapa kondisi yang telah disebutkan menjadi landasan yang tepat bagi
guru untuk memilih pembelajaran merancang dan merencanakan alat yang
dituangkan dalam suatu proyek dengan menggunakan piranti terkini yang
menjadi pendamping siswa dalam melakukan aktifitas rutin sehari –hari.
82
Karena itulah pembelajaran yang berorientasi pada merencanakan dan
merancang mikroskop dengan pengoptimalan kamera telepon selular akan
sangat tepat untuk menjawab tantangan kondisi masa depan, terutama dalam
melatih berpikir kritis siswa karena dalam pembelajaran yang aktif siswa
mengambil informasi seiring dengan mengerjakan proyek (Valk, 2010)
83
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang berorientasi pada merencanakan dan merancang alat dengan
memanfaatkan fitur kamera telepon selular mampu meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Hal ini didkung oleh temuan dalam penelitian sebagai
berikut:
1. Terdapat peningkatan taraf berpikir kritis setelah pembelajaran
dibandingkan sebelum pembelajaran pada tiap-tiap replikasi, dari kategori
prestructural dan unistructural menjadi relational sampai dengan
extended abstract. Penghitungan gain pretest dan posttest mendapatkan
nilai gain yang termasuk dalam kriteria gain tinggi.
2. Ketuntasan hasil belajar kognitif produk diatas KKM pada semua
replikasi. Penghitungan gain pretest dan posttest penilaian hasil belajar
kognitif produk menunjukkan adanya peningkatan nilai setelah
pembelajaran dibandingkan sebelum pembelajaran. Gain hasil belajar
kognitif produk menunjukkan ketercapaian gain dengan kategori tinggi
yang menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar setelah
pembelajaran dibandingkan sebelum pembelajaran. Pada penilaian
84
aktivitas psikomotor dan aktivitas keterampilan proses siswa telah
mencapai nilai lebih dari KKM.
3. Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran. Respon yang
diberikan siswa adalah menyatakan tertarik atas materi ajar, serta cara
pembelajaran yang mengoptimalkan penggunaan telepon selular dalam
pembelajaran, suasana belajar serta cara guru mengajar. Mereka juga
menyatakan merasa mudah dan merasa berminat jika pokok bahasan
selanjutnya atau pelajaran yang lain menggunakan metode seperti ini.
Siswa menyatakan guru jelas dalam memberikan penjelasan dan
bimbingan saat memecahkan masalah melalui eksperimen.
B. Dalam penelitian ini dipakai pembelajaran yang orientasi merencanakan
dan merancang alat untuk melatih keterampilan berpikir kritis dengan
mengoptimalkan penggunaan kamera pada telepon selular pada pokok
bahasan optik, diharapkan pada penelitian berikutnya diterapkan pada pokok
bahasan yang lain sehingga materi yang dipakai lebih bervariasi.
85
Daftar Pustaka
Anderson, Jonathan. 2010. ICT Transforming Education. Bangkok: UNESCO
Bangkok
Anglin, Gary J. (edit). 2011. Instructional Technology: Past, Present, and Future,
Third Edition. Santa Barbara: Libraries Unlimites
Archambault. (2008). The Effect of Developing Kinematics Concepts Graphically
problem Solving Tecniques. Arizona: Arizona State University.
Baker, R. (2000). Undergraduate agriculture student learning styles and critical
thinking abilities: is there a relationship? Journal of agriculture education , 41 (3), 2-
12.
Ciri-ciri Perilaku Produktif. http://resthoe.blogspot.com/2013/03/ciri-ciri-perilaku-
produktif.html
D.I Yulianti, D. Y. (2011). Pembelajaran Fisika Berbasis Hands On Activities untuk
Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia , 7, 23-27.
Ennis, R. H. (1993). Critical Thinking Assesment. Theory into Practice , 32, 180.
http://c.ymcdn.com/sites/aect.site-ym.com/resource/resmgr/AECT_Documents/
AECT_Standards_adopted7_16_2.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerja_Sama_Ekonomi_Asia_Pasifik
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Perdagangan_Dunia
Ibrahim, C. a. (2009). An experiment inusing SMS to Support learning new english
words. British Journal of Educational Technology, , 78-91.
Learning in the 21st Century: Taking it Mobile!,
http://www.blackboard.com/resources/ k12/k12_ptmobile_web.pdf
86
Meleisea, Ellie. 2007. ICT in Teacher Education: Case Studies from the Asia-Pacific
Region. Bangkok: UNESCO Bangkok
Norris. (1985). Synthesis of Research o Critical Thinking. Educational Leadership ,
40-45.
Nur, P. D. (2011). Modul Keterampilan-keterampilan Proses Sains. Surabaya: PSMS.
P, R. J. (2010). Improving Human Performance. Theory and Research , 152-161.
Rehorek, J. (2004). Inquiry -Based Teacher : An example of descriptive science in
action. Amerian Biology Teacher , 66 (7), 493-500.
Reiser, Robert A. Ten Trends Affecting the Fields of Instructional Design and
Technology. http://www.teachers.fju.edu.tw/files/1011/1010516PPT.pdf
Reiser, Robert A., John V, Dempsey. 2007. Trends and Issues in Instructional Design
and Technology, Second Edition. New Jersey: Pearson, Merrill Prentice Hall.
Reisser, R. A. (2007). Trends and Issue in Instructional Design and Technology. New
Jersey: Merrill Prentice Hall.
Tessier, J. (2013). Student Impressions of Academic Cell Phone Use in the
Classroom. Journal of College Science Teaching , 27-28.
Valk, J.-H. (2010). Using Mobile Phone to Improve Educational Outcomes : An
Analysis of evidence frome Asia. The International Review in Open and Distributed
Learning , 11, 11.
87