UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA …
Transcript of UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA …
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : STUDI PADA SMP SATAP NEGERI
TENGAPADANGE KABUPATEN SOPPENG
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister
Program Studi
Magister Manajemen
Kekhususan : Manajemen Pendidikan Islam
Disusun dan Diajukan oleh
AHMAD RAFI
Nomor Induk Mahasiswa : 01.13.334.2012
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2015
TESIS
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJARPENDIDIKAN AGAMA
ISLAM: STUDI PADA SMP SATU ATAP NEGERI
TENGAPADANGE KABUPATEN SOPPENG
Oleh
AHMAD RAFI Nomor Induk Mahasiswa
01. 13. 334. 2012
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ………………………………
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ……………………….
ABSTRAK………………………………………………………………...
ABSTRACT……………………………………………………………….
ABSTRAK (BAHASA ARAB) …………………………………………...
KATA PENGANTAR …………………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
DAFTAR TRANSLITERASI …………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………..
B. Rumusan Masalah …………………………………………
C. Tujuan Penelitian …………………………………………..
D. Manfaat Penelitian …………………………………………
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoretis ……………………………………………..
1. Motivasi Belajar ………………………………………...
2. Pendidikan Agama Islam ……………………………...
3. Upaya-upaya Peningkatan Motivasi Belajar ………...
B. Kajian Penelitian yang Relevan …………………………..
C. Kerangka Pikir ……………………………………………...
D. Hipotesis …………………………………………………….
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain dan Jenis Penelitian ………………………………
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
xi
xiii
xiv
1
7
8
8
9
9
33
49
57
60
63
64
64
xii
C. Populasi dan Sampel ………………………………………
D. Metode Pengumpulan Data ……………………………….
1. Jenis Data ………………………………………………
2. Sumber Data ……………………………………………
3. Teknik Pengumpulan Data ……………………………
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ……………………………………………………
F. Teknik Analisis Data ……………………………………….
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian …………………………………………….
1. Profil SMP SATAP Negeri Tengapadange…………..
2. Upaya Guru Agama Islam dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP
SATAP Negeri Tengapadange ……………………….
3. Motivasi Belajar Siswa terhadap Bidang Studi
Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri
Tengapadange …………………………………………
4. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Sebelum Pemberian Strategi dan Berbagai
Upaya Peningkatan Motivasi Belajar …………….....
5. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Setelah Pemberian Strategi dan Berbagai
Upaya Peningkatan Motivasi Belajar …………….....
B. Pembahasan ………………………………………………..
C. Rekomendasi ……………………………………………….
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan …………………………………………………
B. Saran ………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
65
67
67
67
68
70
71
72
72
78
85
99
102
104
116
118
119
120
xiii
DAFTAR TABEL
Hal.
I. SKEMA : Kerangka Pikir 62
II.TABEL
Tabel 1 : Populasi 71
Tabel 2 : Sampel 72
Tabel 3 : Jumlah Guru SMP SATAP Negeri Tengapadange 75
Tabel 4 : Jumlah Siswa SMP SATAP Negeri Tengapadange 76
Tabel 5 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 1) 87
Tabel 6 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 2) 88
Tabel 7 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 3) 89
Tabel 8 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 4) 91
Tabel 9 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 5) 92
Tabel 10 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 6) 94
Tabel 11 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 7) 95
Tabel 12 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 8) 96
Tabel 13 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 9) 98
xiv
DAFTAR TRANSLITERASI
1. Konsonan
K = ك S = س B = ب
L = ل Sy = ش T = ت
M = م {s = ص \s = ث
N = ن {d = ض J = ج
W = و {t = ط {h = ح
H = ھـ {z = ظ Kh = خ
Y = ي a‘ = ع D = د
G = غ \z = ذ
F = ف R = ر
Q = ق Z = ز
Hamzah ( ء ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi
tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis
dengan tanda ( , ).
2. Vokal
Vokal (a) panjang = a> -- قال = qa>la
Vokal ( i) panjang = i> -- قیل = qi>la
Vokal (u) panjang = u> -- دون = du>na
3. Diftong
Aw قول = qawl Ay خیر = khayr
xv
4. Kata Sandang
(al) Alif lam ma’rifah ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika terletak di
awal, maka ditulis dengan huruf besar (Al), contoh:
a. Hadis riwayat al-Bukha>ri>
b. Al-Bukha>ri meriwayatkan ...
5. Ta> marbu>tah ( ة ) ditransliterasi dengan (t), tapi jika terletak di akhir
kalimat, maka ditransliterasi dengan huruf (h) contoh; د رسة الة للم = الرس
al-risa>sa>lat li al-mudarrisah.
Bila suatu kata yang berakhir dengan ta> marbu>tah disandarkan kepada
lafz} al-jala>lah, maka ditransliterasi dengan (t), contoh; ى رحمة الله ف= fi> Rah}matilla>h.
6. lafz} al-Jala>lah ( الله ) yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf
lainnya, atau berkedudukan sebagai mud}a>fun ilayh, ditransliterasi
dengan tanpa huruf hamzah,
Contoh; با = billa>h عبدالله =‘Abdulla>h
7. Tasydid ditambah dengan konsonan ganda
Kata-kata atau istilah Arab yang sudah menjadi bagian dari
perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam
bahasa Indonesia, tidak ditulis lagi menurut cara transliterasi ini.
8. Singkatan
Cet. = Cetakan
saw. = S{allalla>hu ‘Alayhi wa Sallam
xvi
swt. = Subh}a>nah wa Ta’a>la
QS = al-Qur’an Surah
t.p. = Tanpa penerbit
t.t. = Tanpa tempat
t.th. = Tanpa tahun
t.d. = Tanpa data
r.a. = Rad}iya Alla>hu ‘Anhu
M. = Masehi
H. = Hijriyah
h. = Halaman
iv
ABSTRAK
Ahmad Rafi Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam : Studi pada SMP Satu Atap Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam, serta untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada SMP Satu Atap Negeri Tengapadange kabupaten Soppeng.
Jenis penelitian ini adalah analisis data secara kuantitatif dengan anggota sampelnya sebanyak 30 orang siswa di SMP Satu Atap Tengapadange kabupaten Sopppeng. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah observasi, angket, wawancara, observasi dan kajian pustaka.
Hasil penelitian dengan berdasar pada data angket hubungan antara pemberian motivasi siswa dengan prestasi belajar siswa di SMP Satu Atap Negeri Tengapadange kabupaten Soppeng setelah pemberian berbagai upaya motivasi belajar yang meliputi pemberian angka, member ulangan, mengetahui hasil, pujian, dan pembentukan kelompok belajar maka dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar siswa dalam bidang studi pendidikan agama Islam di SMP Satu Atap Negeri Tengapadange kabupaten Soppeng termasuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis data secara kualitatif, terjadi beberapa perubahan antara lain siswa menunjukkan sikap antusiasnya untuk mengikuti pelajaran agama Islam, keberanian murid menyampaikan pendapat, tanggapan, bertanya mengenai materi yang diajarkan. Secara kuantitatif, terjadi peningkatan hasil belajar siswa SMP Satu Atap Negeri Tengapadange terhadap pelajaran pendididikan agama Islam deng anskor rata-rata 77,83 sebelum pemberian upaya motivasi belajar menjadi 81, 17 setelah pemberian berbagai upaya motivasi belajar terhadap siswa.
Dengan berbagai upaya tersebut, pada akhirnya akan mewujudkan hasil belajar yang lebih baik dan untuk menghasilkan mutu pendidikan yang berkualitas.
v
Abstract
Ahmad Rafi; TheEffort of Increasing learning Motivation on Islamic Education at SMP Satu Atap Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng.
The purpose of this research is to know the students’ motivation on Islamic studies and the ways dealt by the teachers to increase their motivation at SMP Satu Atap Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng.
This research remained quantitative data analysis by taking thirty students as the sample in SMP Satu Atap Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng with the data collecting techniques of observation, questionnaire, interview and literary review.
This result of this research based on questionnaire showed that the correlation between students motivation and their achievement after giving them motivation such as giving score, test, result, reward and student group in SMP Satu Atap Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng is high enough. In qualitative, it showed that students gave their big enthusiasm on giving opinion, feedback and question of lesson. Meanwhile in quantitative, it showed an increasing of students learning output in SMP Satu Atap Negeri Tengapadange to Islamic studies in the average of 77, 83 prior to giving motivation to 81,17 after giving them motivation.
As a result, It would materialize a better learning result to enhance high quality education
vi
ملخص
الحكومیة سقف واحد SMP تحسین الدافع للتعلم الإسلامي لمبحث التربیة والتعلیم على: ,احمد رافعTengapadange Soppeng
الحكومیة سقف SMP ھذا البحث یستعرض علي تحسین الدافع لتعلم الإسلامي لمبحث التربیة والتعلیم على TengapadangeSoppengواحد
ھذا البحث یستند على البحث المیداني باستخدام بیانات متعددة وتشمل طرق جمع مراجعة الأدبیات .ومن البیانات التي تم جمعھا، حلل الباحثون بیانات من الناحیة الكمیة. ملاحظة والمقابلة والاستبیانوال
Tengapadangeالحكمیة سقف واحد SMP وأظھرت النتائج التي في جوھرھا علي أن الدافع طالبSoppeng التي , مختلف الجھود عالیة جدا بما فیھ الكفایة على مجال الدراسات التربیة الإسلامیة باستخدام
تتضمن علي توفیر الحافز المباشر، وتحدید المھام، وأعلان نتائج الامتحانات وتطبیق المناقشة في الفصل، والجھود التي قدمت في خارج الفصل التي مرتبطة . وطلب مسؤولیة من المواد،وتشكیل مجموعات الدراسة
ء المحاضرة بعد صلاة الظھر، الصعود البرق، والحوار أحیاء الصلوات الجماعة وألقا: بتلاوة روتینیة،مثالولكن مھماكان ذلك، فإنھا لا تزال بحاجة ماسة إلى التشجیع من جھة المعلمین من الدراسة .الدیني كل عام
.وكذالك الجھد من المعلمین ولا تزال في حاجة لمواصلة تعزیز الدافع القائمةف نتائج تعلیمیة أفضل، وإنتاج نوعیة التعلیم الممتازمع ھذه الجھود، سوف ندرك في نھایة المطا
iii
PRAKATA
حیمب حمن الر سم الله الر
Tiada kata yang patut diucapkan, selain puji dan syukur ke hadirat
Ilahi Rabbi, atas petunjuk dan rahmat-Nya, sehinggah Penulis sedikit demi
sedikit dapat menyelesaikan tesis ini, walaupun dengan memakan waktu
yang cukup lama, dengan judul “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar
Pendidikan Agama Islam : Studi pada SMP Satu Atap Negeri
Tengapadange Kabupaten Soppeng”, sehingga dapat memenuhi
sebagai persyaratan untuk mencapai gelar sarjana S.2 pada Program
Studi Magister Manajemen Pendidikan Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar
Demikian juga salawat dan taslim terkirim kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan bimbingan kepada
seluruh umat manusia, terkhusus kepada umat Islam, sehingga kita telah
merasakan nikmatnya iman dan Islam yang membawa dari alam
kesesatan menuju alam kebenaran.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat sederhana akibat
kemampuan penulis dan referensi yang sangat terbatas, di samping juga
karena pembahasan ini merupakan penelitian lapangan yang
membutuhkan berbagai kesiapan yang cukup memadai. Oleh karena itu,
saran dan kritikan sangat diharapkan untuk penyempurnaan hasil
penelitian ini.
iv
Dalam proses penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
Penulis bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M.A., dan Muh. Wayong,
M.Ed.M., Ph.D Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan
Penulis dalam proses penelitian ini.
Dr. H. Irwan Akib, M.Pd Rektor Universitas Muhammadiyah, Prof.
Dr. H.M. Ide Said D.M., M.Pd Direktur Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah, dan Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M.A, Ketua
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan nasehat,
petunjuk, bimbingan dan arahan kepada Penulis. Demikian pula kepada
seluruh pegawai/staf, Kepala Perpustakaan dan seluruh karyawan
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
membantu dalam proses penyelesaian pendidikan pada PPs UNISMUH
ini
Para Dosen dan Asisten Dosen PPs UNISMUH Makassar yang
dengan penuh keikhlasan yang telah memberikan ilmunya selama dalam
proses pendidikan pada PPs UNISMUH Makassar ini. Demikian pula
rekan-rekan mahasiswa PPs UNISMUH Makassar Magister Manajemen
Pendidikan Agama Islam yang senang tiasa memberikan semangat
kepada Penulis.
v
Begitu pula, kepada Dr. H. Djamaluddin, S.Sos., M.Pd dan
Kakanda Ahdar, S.Ag., S.Sos., M.Pd dan Adinda Ahmad Rifai serta
seluruh sahabat IMADP (Ikatan Mahasiswa Madrasah Aliyah DDI Pattojo)
Kabupaten Soppeng yang selama ini telah banyak membantu Penulis
dalam menyelesaikan studi, baik bantuan moril maupun materi. Semoga
Allah Swt memberikan reski yang berlipat ganda, kepadanya, amin. Tidak
lupa juga Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga yang
turut serta membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian studi di Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Makasssar.
Kedua orang tua kami, Ayahanda H. Munus dan Ibunda Hj. I Dani
yang telah mengasuh kami dengan penuh kasih sayang dan selalu
mendoakan anak-anaknya untuk menjadi anak yang berguna dan
mempunyai pendidikan yang tinggi di kemudian hari kelak. Semoga
mereka dapat dibalas oleh Allah Swt sesuai dengan perbuatannya, amin.
Kepala Sekolah SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten
Soppeng, Muh. Jufri. S.Pd beserta rekan-rekan guru dan pegawai yang
telah memberikan waktunya kepada penulis dalam rangka membantu
penyelesaian penelitian ini di sekolah tersebut.
Demikian juga terima kasih Penulis sampaikan kepada istri
tercinta, Ibu Elvianita Nurdawiah Jidi yang setia mendampingi Penulis
dalam suka dan duka, dan tanpa mengenal lelah, sehingga dengan
berbagai hambatan dan kendala dapat menyelesaikan penelitian ini.
vi
Akhirnya, Penulis berharap semoga Allah swt. memberikan balasan
dengan sebaik-baik balasan atas bantuan yang telah dipersembahkan.
Amin.
Makassar, 02 Juli 2015
Penulis,
AHMAD RAFI, S.Pd.I
vii
DAFTAR TABEL
Hal.
I. SKEMA : Kerangka Pikir 45
II.TABEL
Tabel 1 : Populasi 49
Tabel 2 : Sampel 50
Tabel 3 : Teknik Kategorisasi 54
Tabel 4 : Jumlah Guru SMP SATAP Negeri Tengapadange 58
Tabel 5 : Jumlah Siswa SMP SATAP Negeri Tengapadange 63
Tabel 6 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 1) 68
Tabel 7 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 2) 69
Tabel 8 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 3) 70
Tabel 9 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 4) 72
Tabel 10 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 5) 73
Tabel 11 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 6) 74
Tabel 12 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 7) 76
Tabel 13 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 8) 77
Tabel 14 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 9) 78
viii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ahmad Rafi
Nomor Pokok : 01. 13. 334. 2012
Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, 02 Juli 2015
Yang menyatakan,
Ahmad Rafi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam belajar motivasi sangat menentukan kualitas perilaku
seseorang, apakah motivasi seseorang dalam melaksanakan suatu
kegiatan tinggi atau rendah dapat dilihat dari kualitas perilakunya,
yaitu yang ditunjukkan oleh kesungguhan, ketekunan, perhatian, dan
ketabahan. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar
menampakkan minat besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-
tugas belajar. Mereka memusatkan energi fisik maupun psikis
terhadap kegiatan tanpa mengenal rasa bosan apalagi menyerah.
Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi rendah menampakkan
keengganannya, cepat bosan dan berusaha menghindari dari proses
kegiatan belajar mengajar.v Menurut Sukmadinata (2005:61) Motivasi
merupakan kondisi dalam diri individu yang dapat mendorong atau
menggerakkan individu tersebut untuk melakukan aktifitas tertentu
guna mencapai tujuan.
Motivasi merupakan salah satu faktor penunjang dalam
menentukan intensitas usaha untuk belajar dan juga dapat dipandang
sebagai suatu usaha yang membawa anak didik ke arah pengalaman
belajar sehingga dapat menimbulkan tenaga dan aktivitas siswa serta
memusatkan perhatian siswa pada suatu waktu tertentu untuk
mencapai suatu tujuan. Motivasi bukan saja menggerakkan tingkah
2
laku tetapi juga dapat mengarahkan dan memperkuat tingkah laku.
Siswa yang mempunyai motivasi dalam pembelajarannya akan
menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam
belajarnya, tanpa banyak bergantung kepada guru.
Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranannya yang khas yaitu dalam hal menumbuhkan
gairah dalam belajar, merasa senang dan mempunyai semangat untuk
belajar sehingga proses belajar mengajar dapat berhasil secara
optimal.
Menurut Sumadi Suryobroto (2004:99) Berdasarkan
sumbernya, motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu (1)
motivasi intrinsik, yakni motivasi yang datang dari dalam peserta didik;
dan (2) motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang datang dari lingkungan
di luar diri peserta didik.
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan
belajar. Dalam buku lain motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul
dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya
dengan tujuan belajar, misalnya : ingin memahami suatu konsep, ingin
memperoleh pengetahuan dan sebagainya. Faktor-faktor yang dapat
menimbulkan motivasi intrinsik adalah:
3
1. Adanya kebutuhan
2. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri
3. Adanya cita-cita atau aspirasi.
Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari
luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar. Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang
tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya siswa
rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh
orang tuanya, pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah,
suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain merupakan contoh konkrit
dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Dalam perspektif kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan bagi siswa
karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada
dorongan atau pengaruh orang lain. Perlu ditegaskan, bukan berarti
motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar
mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan siswa itu
dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain
dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa
sehingga siswa tidak bersemangat dalam melakukan proses belajar
mengajar baik di sekolah maupun di rumah.
Tugas guru agama sebagai seorang pendidik tidak hanya
terbatas pada penyampaian materi atau pengetahuan agama kepada
siswa, tetapi guru juga mempunyai tanggung jawab dalam
4
membimbing dan mengarahkan siswanya serta mengetahui keadaan
siswa dengan kepekaan untuk memperkirakan kebutuhan
siswanya. Oleh karena itu, guru agama Islam dituntut tanggap
terhadap berbagai kondisi dan perkembangan yang mempengaruhi
jiwa, keyakinan, dan pola pikir siswa. Hal ini dapat diupayakan dengan
disertai wawasan tertulis serta keterampilan bertindak, serta mengkaji
berbagai informasi dan keluhan mereka yang mungkin menimbulkan
keresahan.
Sesuai dengan UUD nomor 14 tahun 2005 bahwa :
“guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, sertamemiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”
Berdasar pada UUD diatas pendidikan merupakan suatu aspek
kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu
negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang
melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,
diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses
pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan
sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan
berpedoman pada seperangkatan aturan dan rencana tentang
pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum
Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menuntut adanya
partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat
5
pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar
suasana kelas lebih hidup.
Pendidikan agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran di
sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk
siswa menjadi berkualitas, karena pendidikan agama Islam
merupakan suatu sarana berfikir untuk mengkaji sesuatu secara logis,
kritis, rasional, sistematis serta melatih kemampuan peserta didik agar
terbentuk kepribadian yang mulia sesuai dengan petunjuk agama
Islam. Karena itu hendaknya motivasi siswa dalam pembelajaran
agama Islam dapat terus ditingkatkan hingga mencapai taraf kualitas
yang baik, sebab dengan adanya peningkatan motivasi pembelajaran
agama Islam diharapkan berdampak positif pada peningkatan mutu
pembelajaran di Indonesia.
Kenyataan yang banyak dijumpai di lapangan saat ini adalah
rendahnya motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran agama
Islam. Pelajaran agama Islam merupakan pelajaran yang terkenal sulit
dan memerlukan logika berfikir yang tinggi. Rendahnya motivasi
belajar siswa pada pembelajaran agama Islam juga dikarenakan
adanya berbagai cap negatif telah melekat dibenak siswa berkenaan
dengan pelajaran yang bias jadi itu dimunculkan oleh guru baik secara
langsung maupun tidak langsung, disadari maupun tidak disadari.
Proses pembelajaran akan berhasil selain ditentukan oleh
kemampuan guru dalam menentukan meetode dan alat yang
6
digunakan dalam pengajaran juga ditentukan oleh motivasi dan minat
belajar siswa.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP SATAP
Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng khususnya di kelas VII
yang berjumlah 21 siswa pada tanggal 25 agustus 2014 pada
semester ganjil 2014/2015 bahwa pada mata pelajaran pendidikan
agama Islam siswa masih kurang termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran, hal ini dibuktikan dari daftar hadir yang dimiliki oleh
guru selama lima kali pertemuan sebagian besar siswa tidak mengikuti
pembelajaran. Berdasarkan pengalaman lapangan kelemahan siswa
dalam pembelajaran agama Islam adalah (1) siswa kurang perhatian
terhadap materi yang diberikan oleh guru, (2) guru masih kurang tepat
dalam menggunakan metode dan model pembelajaran, (3) adanya
pengaruh lingkungan setempat seperti pergaulan sehari-hari di luar
sekolah, makin maraknya teknologi internet yang bersifat negatif.
Sesungguhnya permasalahan di atas yang menjadi kendala
dalam usaha guru agama Islam dalam melaksanakan proses belajar
mengajar khususnya dalam bidang studi pendidikan agama Islam di
SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng, walaupun
sudah melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti yang
meliputi praktek shalat, tadarusan al-Qur`an dan lain-lain. Dengan
demikian, upaya guru agama untuk menumbuhkan motivasi yang
7
besar untuk belajar agama Islam masih perlu untuk disempurnakan
lagi.
Namun demikian, karena meningkatkan motivasi belajar agama
Islam bukanlah hal yang mudah, melainkan masih banyak problem-
problem yang dihadapi guru agama Islam, maka kreatifitas dan
profesionalitas guru-guru agama dan ketekunan serta keuletan
dengan berbagai upaya yang dapat mengantarkan pada tumbuhnya
motivasi belajar agama dengan baik.
Berdasarkan dengan ini, Penulis melakukan penelitian untuk
melihat upaya yang dilakukan oleh guru bidang studi Pendidikan
Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP
SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan pokok adalah motivasi belajar siswa terhadap bidang
studi Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange
Kabupaten Soppeng.
Untuk membatasi lingkup kajian tesis ini, perlu dirumuskan sub-
sub masalahnya.
Adapun yang menjadi sub masalah dalam tesis ini, yaitu :
1. Bagaimana motivasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan
Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten
Soppeng?
8
2. Apa upaya-upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP
Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka
tujuan penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap bidang studi
Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange
Kabupaten Soppeng.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh guru bidang
studi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap bidang
studi Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri
Tengapadange Kabupaten Soppeng.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk
mengelola Pendidikan Agama Islam khususnya yang berkenaan
dengan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP
Negeri Tengapadange
2. Berguna bagi guru agama Islam di SMP SATAP Negeri
Tengapadange sebagai acuan pertimbangan dalam upayahnya
untuk meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam
pada siswa
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoretis
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan
keberhasilan anak di dalam belajar. Begitu banyaknya peran
motivasi tersebut, banyak para ahli yang membahas bagaimana
motivasi tersebut muncul, bagaimana dapat mengembangkan
motivasi, apakah macam-macam motivasi tersebut menentukan
prestasi yang di capai anak dan bagaimana pendidik dalam
memberikan penghargaan hingga dapat meningkatkan motivasi
tersebut.
Menurut Sudirman ( Ahmad Rafi, 2009 : 6) Motivasi diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi
aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Sedangkan Muhibbin
Syah (2011 : 153) mengemukakan bahwa motivasi ialah keadaan
internal organisme, baik manusia maupun hewan yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini, motivasi
berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah.
Sementara itu Sumadi Suryabrata (2004 : 70) secara terminologi
mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu tenaga, dorongan,
10
alasan, kemauan dari dalam yang menyebabkan kita bertindak,
dimana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak
dicapai.
Selanjutnya menurut Mc. Donald yang diikutp Sardiman AM
(2014:74) , mengemukakan bahwa :
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “Feeling” dan didahului dengan tanggapan–tanggapan terhadap adanya tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan pengertian motivasi tersebut, maka di dalam
motivasi mengandung tiga elemen penting yaitu :
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi
pada diri setiap individu manusia, dan penampakannya akan
menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa afeksi seseorang
dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan,
afeksi dan motivasi yang dapat menentukan tingkah laku
manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan, jadi motivasi
dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi
yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia,
tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh
adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang
siswa, misalanya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya
11
dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab sebabnya. Sebab–sebab itu
biasanya bermacam–macam, mungkin ia tidak senang mungkin
sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain– lain hal ini berarti pada
diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya
untuk melakukan sesuatu karena tidak memiliki tujuan atau
kebutuhan belajar. Keadaan semacam itu perlu dilakukan daya
upaya yang dapat menemukan sebab musibahnya dan kemudian
mendorong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang
seharusnya dilakukan yakni belajar. Dengan kata lain siswa itu
perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya.
Selanjutnya Sardiman (2014:75) . Mengemukkan bahwa :
Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi– kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, maka berusha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Senada dengan ini Akyas Azhari (2004 : 65). berpendapat
bahwa motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong
seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah
kebutuhan nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan dan
masih banyak pengertian motivasi yang tidak sempat disebutkan
penulis dalam bagian ini. Akan tetapi, berdasarkan beberapa uraian
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat dipahami
sebagai kekuatan yang tersembunyi di dalam diri seseorang yang
mendorong untuk melakukan dan bertindak dengan cara yang
khas. Atau sebagai daya penggerak yang ada dalam diri individu
12
yang mempengaruhi kesiapan, mendorong serta mengarahkan
kegiatan, bahkan menentukan tingkat usaha yang mungkin
dilakukan dalam mencapai tujuan.
Sementara itu, berbagai pengertian tentang belajar juga
dapat ditemukan. Menurut Gagne dalam Whandi (2007) belajar di
definisikan sebagai “suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya akibat suatu pengalaman”
Sunaryo, M. (Rafi 2011 : 23) menguraikan beberapa
pendapat tentang belajar, adalah sebagai berikut :
1. Pengertian tradisional,”Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan” (Nasution 1980)
2. Mengutip pendapat Ernest H. Hilgard, “Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukannya sebelum ia belajar atau bila kelakuannya sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehinggah lain caranya menghadapi suatu situasi daripada sebelum itu” (Sumadi S, 1984)
3. Dalam pengertian singkat,”Belajar adalah “A change behavior” atau perubahan perilaku (Sumadi S, 1984)
4. Mengutip pendapat Cronback,”Belajar adalah sebaik-baiknya mengalami dan dalam mengalami itu menggunakan panca indranya” (Sumadi S, 1984)
5. Belajar adalah “Bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan” (Oemar H, 1983)
Selanjutnya Muhibbin Syah (2011:71) menguraikan bahwa
belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat
dukungan dari fungsi ranah psikomotor yang meliputi mendengar,
melihat dan mengucapkan.
Berdasarkan berbagai pengertian belajar yang dikemukakan
di atas, maka dapat dipahami bahwa belajar itu bukan sekedar
13
perubahan perbuatan, tetapi perubahan itu yang terjadi akibat
faktor–faktor yang diperoleh melalui usaha yang di sengaja berupa
kegiatan belajar. Oleh karena itu, dalam belajar harus ada unsur
sebagai berikut :
1. Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil
kegiatannya sendiri.
2. Belajar akan membawa perubahan dalam arti perubahan pada
tingkah laku aktual maupun potensial sebagai hasil interaksi
antara individu dengan lingkungannya.
3. Bahwa perubahan itu ditandai dengan diperolehnya kecakapan
baru.
4. Bahwa belajar yang terjadi itu karena adanya usaha yaitu yang
dilakukan sengan sengaja dan secara wajar dalam
lingkungannya.
Bertolak dari pengertian motivasi dan belajar yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat dipahami bahwa motivasi belajar
adalah daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang hendak dicapai serta
memberikan arah pada kegiatan belajar. Oleh karena itu, motivasi
belajar adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual.
Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar hasil belajar sesorang
akan lebih optimal kalau rasa motivasi yang tepat. Sebaliknya,
14
kegagalan belajar siswa jangan begitu saja menyalahkan pihak
siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi
motivasi, yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan
siswa untuk belajar. Dengan demikian tugas kita sebagai pendidik
adalah bagaimana mendorong para siswa agar dalam dirinya
tumbuh motivasi untuk belajar.
a. Jenis motivasi
Para pakar berbeda di dalam melihat jenis motivasi.
Perbedaan tersebut berdasarkan pada perbedaan penelitian
dan sudut pandang. Sumadi Suryabrata (2012:71)
menggolongkan motivasi terdiri atas tiga macam, yaitu:
pertama, kebutuhan-kebutuhan organik, yang meliputi
kebutuhan untuk minum, kebutuhan untuk makan, kebutuhan
untuk bernafas, kebutuhan seksual, kebutuhan untuk berbuat,
dan kebutuhan untuk beristirahat. Kedua, motivasi darurat yang
mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk
membalas, dorongan untuk berusaha, dan dorongan untuk
memburu. Dorongan ini timbul karena perangsang dari luar.
Pada dasarnya dorongan-dorongan ini telah ada sejak lahir,
tetapi bentuk-bentuknya tertentu yang sesuai dengan
perangsang tertentu berkembang karena dipelajari. Ketiga,
motivasi objektif, yang mencakup kebutuhan untuk melakukan
eksplorasi, kebutuhan untuk melakukan manipulasi, dan
15
kebutuhan untuk menaruh minat. Motivasi ini timbul karena
dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar (sosial dan non-
sosial) secara efektif.
Syah (2001 : 136-137) membedakan motivasi atas dua
macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik merupakan hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar. Sedang motivasi intrinsik merupakan hal dan
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajar. Yang termasuk
dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi
materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya,
untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
Selanjutnya Sardiman (2014:86). Mengemukakan
beberapa macama atau jenis motivasi yaitu :
1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya meliputi motif
bawaan dan motif–motif yang dipelajari.
2. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
3. Motivasi intrinsik dan ekstrensik.
Untuk memberikan gambaran yang sederhana tentang
macam atau jenis motivasi tersebut, maka penulis akan
menguraikan seara singkat sebagai berikut :
16
1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.
Dilihat dari dasar pembentukan motivasi tersebut,
maka motivasi ini dapat dibagi dua yaitu :
a) Motif – motif bawaan
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah
yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa
dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk
makan, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk
minum, dorongan untuk beristirahat, dorongan seksual.
Motif–motif ini seringkali disebut motif –motif yang
diisyaratkan secara biologis yang menurut Arden N.
Prandsen memberi istilah jenis motif psysiological
drives.
b) Motif – motif yang dipelajari
Maksudnya motif–motif yang timbul karena
dipelajari. Sebagai contoh dorongan untuk belajar suatu
cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar
sesuatu didalam masyarakat. Motif–motif ini sering ini
sering disebut dengan motif–motif yang diisyaratkan
secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan
sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga
motivasi itu terbentuk. Frandsen, mengisyaratkan
dengan affiliative needs. Sebab justru dengan
17
kemampuan berhubungan, kerjasama di dalam
masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri, sehingga,
manusia perlu mengembangkan sifat –sifat ramah,
koferatif, membina hubungan baik dengan sesama
apalagi orang tua dan guru.
2) Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis
motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan
motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah
seperti: refleks, instink otomatis, nafsu. Sedangkan yang
termasuk motivasi rohaniah yaitu kemauan dan soal
kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui
empat moment yaitu :
a) Momen timbulnya alasan
b) Momen pilih
c) Momen putusan
d) Momen terbentuknya kemauan.
Timbulnya kemauan tersebut dapat memperngaruhi
oleh berbagai faktor, baik faktor karena adanya alasan,
maupun faktor adanya pilihan, bahkan karena adanya
putusan dan kemauan itu sendiri yang menyebabkan
seseorang terdorong atau ada kemauan untuk melakukan
sesuatu.
18
3) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah
motif–motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidal perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai
contoh seseorang yang senang, membaca, tidak usaha ada
yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah yakin
memcari buku–buku untuk dibacanya. Sedangkan motivasi
ekstrnsik adalah motif–motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari lauar. Sebagai contoh:
seseorang itu belajar, karena tahun besok paginya akan
ujian dengan harapan untuk mendapatkan nilai baik,
sehingga dipuji oleh pacarnya, atau temannya, jadi yang
penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu,
tetapi ingin mendapatkan nilai baik, atau agar mendapat
hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang
dilakukannya tidak secara langsung bergayut dengan
esensi apa yang dilakuknnya itu. Oleh karena itu motivasi
ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi
yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan akivitas belajar.
19
Perlu ditegaskan disini bahwa motivasi ekstrinsik
bukan berarti tidak baik atau tidak penting. Dalam kegiatan
belajar mengajar motivasi ekstrinsik ini tetap penting.
Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis.
Berubah–ubah dan juga komponen–komponen lain dalam
proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi
siswa sehingga diperlukan motivasi ekstrnsik. Dengan
demikian,dapat kita berkesimpulan bahwa baik motivasi
intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama–sama penting
dalam mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan
beljar, namun tetap diakui bahwa motivasi intrinsik juga
sangat dibutuhkan dalam belajar karena motivasi ini
memang timbul dari dalam diri siswa sendiri.
b. Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi, sebab
hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin
tepat motivasi yang diberikan akan makin berhasil pula
pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan
intensitas usaha belajar bagi para siswa dengan demikian
motivasi itu memperngaruhi adanya kegiatan.
20
Sardiman (2014:84) . Mengemukakan tiga fungsi
motivasi yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor yang melepaskan energi, motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari sistem kegiatan yang
akan di kerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang
hendak dicapai dengan demikian motivasi dapat
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya
3. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan–perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut. seseorang siswa yang
akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu
akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan
menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau
membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Di samping itu, motivasi dapat berfungsi sebagai usaha
dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha
karena adanya motivasi adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain
bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama
21
didasarkan motivasi maka seseorang yang belajar itu akan
dapat melahirkan prestasi yang baik.
Melihat fungsi–fungsi motivasi tersebut di atas, maka
guru sebagai motivator ia harus memberikan motivasi kepada
anak dalam rangka meningkatkan cara beljarnya. Motivasi akan
memperngaruhi tidak hanya belajar saja. Tetapi juga tingkah
lakuknya oleh karena itu guru diharapkan menjaga agar anak
tetap memiliki motivasi sehingga anak akan mengejar ilmu
meskipun sudah meninggalkan kelas. Tugas guru haruslah
menimbulkan motivasi belajar yang terus–menerus untuk
belajar, dan guru diharapkan menciptakan motivasi di dalam
kelas serta berupaya menemukan berbagai cara untuk dapat
memotivasi anak.
c. Teori-teori Motivasi
Secara umum, teori-teori tentang motivasi dapat
dikelompokkan berdasarkan sudut pandang dari para ahli. Salah
satu teori motivasi yang banyak mendapat sambutan yang amat
positif di bidang pendidikan adalah teroi “Hierarki Kebutuhan” yang
di kemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow dalam
mangkunegara, setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang
tersusun secara herarki dari tingkat yang paling mendasar sampai
pada tinkatan yang paling tinggi (mangkunegara, 2005:135).
22
Kebutuhan manusia berlaku bagi setiap manusia dan
tersusun menurut hierarki kepentingannya. Pada suatu saat
kebutuhan yang belum terpenuhi akan mengendalikan perilaku
seseorang. Karena motivasi merupakan hal yang sering melatar
belakangi tingkah laku manusia, sehingga kita tidak dapat
melihatnya. Motivasi hanya dapat disimpulkan dari perilaku yang
tampak dari perbuatan seseorang yang didahului oleh adanya
sesuatu yang mendorongnya. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang
tersebut yang disebut motif.
A.H. Maslow (dalam Hasibuan 2003: 104-107)
mengemukakan bahwa orang termotivasi untuk melakukan sesuatu
karena didasari adanya kebutuhan dalam dirinya yang terbagi
menjadi 5 (lima) kebutuhan yaitu: (1) kebutuhan fisiologis yang
merupakan kebutuhan manusia untuk bertahan hidup atau juga
disebut kebutuhan pokok yang terdiri dari kebutuhan makan,
minum, pakaian, dan tempat tinggal; (2) kebutuhan rasa aman yang
meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan
kerja dan jaminan hari tua; (3) kebutuhan social yang berupa
kebutuhan-kebutuhan seseorang untuk diterima dalam kelompok
tertentu yang menyenangkan bagi dirinya; (4) kebutuhan
penghargaan seperti halnya kebutuhan bagi seorang siswa yang
belajar dengan sungguh-sungguh tentu ingin mendapat
23
penghargaan dan nilai yang baik dari gurunya ataupun pujian dari
teman-teman sekelasnya atas prestasi yang dicapainya dan; (5)
kebutuhan aktualisasi diri yang berupa kebutuhan yang muncul dari
seseorang dalam proses pengembangan potensi dan
kemampuannya untuk menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya.
Jadi kedudukan motivasi adalah sebagai motor penggerak
pada diri manusia (Handoko, 2000 : 77). “Motivasi merupakan
dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu ditentukan tingkat
kebutuhan hidup” (Siagian : 89).
Kebutuhan manusia seperti di kemukakan Maslow bagi
setiap manusia dan disusun menurut hierarki kepentingannya.
Motivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling rendah
merupakan motivasi paling rendah. Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan yang paling tinggi merupakan motivasi paling tinggi.
Rendah atau tingginya motivasi tidak terlepas dari kebutuhan
seseorang.
Perlu dipahami bahwa suatu pengertian yang penting dalam
teori motivasi adalah bahwa orang karena sifatnya berusaha untuk
tumbuh dan berkembang menjadi masak, untuk sepenuhnya
melaksanakan apapun yang ingin terjadi. Dimana keinginan untuk
tumbuh dan berkembang ini menurut kodratnya tidak dapat
diajarkan. Hal ini merupakan bagian penting sifat manusia yang
tidak dapat diahalang-halangi, yang mengakibatkan individu-
24
individu mengikuti pola-pola yang menghasilkan pengembangan
dan pertumbuhannya. Keinginan untuk terus memenuhi kebutuhan
ini, disamping adanya kekecewaan dan ketidak puasan, Maslow
memandangnya sebagai bagian yang sangat penting dari
perwujudan manusia. Seseorang tidak dapat diajar untuk tumbuh
dan untuk berusaha mencapai aktualisasi diri.
Aktualisasi diri menurut istilah Maslow di atas mengandung
arti pertumbuhan, pemenuhan setelah suatu jangka waktu tertentu
yang mungkin meliputi seumur hidup. Kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri yang dimaksud adalah kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk
berpendapat dengan mengemukakan ide-ide memberi penilaian
dan kritik terhadap sesuatu (Mangkunegara, 2005:78)
Maka dari itu dalam menerapkan teori hierarki kebutuhan
Maslow dalam meningkatkan motivasi belajar pendidikan agama
Islam di SMP Satu Atap Negeri Tengapadange. Pemecahan
masalah yang pertama-tama harus selalu diingat bahwa bagi orang
yang sangat kelaparan, tidak ada perhatian lain kecuali makanan.
Seorang guru jangan berharap terlalu banyak perhatian dari siswa
yang kelaparan. Berbeda dari kebutuhan-kebutuhan tingkat
berikutnya, kebutuhan pokok ini hanya bisa dipenuhi oleh pemicu
kekurangannya. Rasa lapar hanya dapat dipuaskan dengan
makanan. Seberapapun menariknya pembelajaran di kelas, dia
25
tidak akan bisa konsentrasi terhadap pelajaran yang sedang
diikutinya. Untuk memotivasi siswa seperti ini, tentu saja makanan
solusinya. Guru sebaiknya memahami kondisi siswa yang sedang
kelaparan. Mungkin saja sebelum berangkat sekolah, siswa
tersebut belum sempat sarapan di rumah. Hal ini bisa disebabkan
karena orang tua di rumah tidak sempat masak ketika waktu pagi
karena harus segera persiapan untuk berangkat kerja atau mungkin
orang tua sudah membuat masakan untuk sarapan namun si anak
terlambat bangun pagi sehingga dia tidak punya waktu yang cukup
untuk sarapan. Ketika dia sampai di sekolah, dia tidak mempunyai
waktu untuk pergi ke kantin atau tidak punya uang saku untuk
membeli makanan. Dalam hal ini, seorang guru hendaknya
memberikan kelonggaran waktu dan juga memberikan uan atau
meminjami uang untuk siswa tersebut agar dapat mengisi perutnya
di kantin.
Selanjutnya kebutuhan akan rasa aman menampilkan diri
dalam perilaku siswa yang mendambakan situasi menyenangkan,
damai, tentram, tertib, dan di mana tidak terjadi hal-hal yang tak
disangka-sangka, atau berbahaya. Untuk dapat memotivasi siswa,
seorang guru harus memahami apa yang menjadi kebutuhan
siswanya. Bila yang mereka butuhkan adalah rasa aman dalam
belajar, mereka akan termotivasi oleh tawaran keamanan. Di
sekolah tingkat menengah biasanya dijumpai adanya genk-genk
26
yang memberikan tekanan-tekanan kepada siswa di luar genknya.
Jika hal tersebut terjadi di dalam kelas, maka akan menimbulkan
rasa tidak aman pada diri siswa. Siswa akan merasa ketakutan
untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas jika para anggota
genk menguasai kelas. Jika dibiarkan secara terus menerus,
sangat dimungkinkan siswa tidak nyaman di kelas dan tujuan
belajar siswa tidak dapat tercapai.
Maka dari itu guru harus mampu bersikap tegas pada kasus
seperti ini. Dominasi anggota genk di dalam kelas harus diambil alih
sepenuhnya oleh guru. Seharusnya guru juga memberi peraturan-
peraturan yang tegas untuk menjaga stabilitas kelas. Guru juga
wajib menjamin keamanan seluruh siswa dari setiap gangguan
yang mengancam. Setiap individu menginginkan dirinya bergabung
dengan kelompok tertentu. Tidak terkecuali dengan seorang siswa,
dia juga ingin berasosiasi dengan siswa yang lain, diterima,
berbagi, dan menerima sikap persahabatan dan afeksi.
Walaupun banyak guru, memahami adanya kebutuhan
tersebut, kadang mereka terlalu acuh dalam pengelolaan kelas
terutama dalam hal kekeluargaan dan kebersamaan siswa di kelas.
Padahal kemungkinan ada sebagian dari mereka yang sulit bergaul
atau memulai pembicaraan dengan temannya yang lain karena
tidak adanya kedekatan emosional. Mereka juga ingin mendapat
perhatian sebagaimana teman-temannya yang lain sehingga rasa
27
memiliki (sense of belonging) dapat muncul.Seharusnya siswa
pada level kebutuhan ini diberikan perhatian supaya mampu
berinteraksi dengan baik dan mempunyai rasa saling memiliki
terhadap teman-temannya serta lingkungan sekelilingnya.
Kebutuhan siswa yang besar terhadap penghargaan sangat
jarang sekali untuk dapat dipenuhi. Pemberian pujian terhadap hal-
hal yang dianggap membanggakan baginya seringkali ditanggapi
dengan biasa saja oleh guru. Memberi penghargaan ataupun pujian
ini penting supaya siswa tidak malas untuk berkarya lagi.
Dalam realita sering dijumpai banyak anak yang awalnya
terlihat menonjol namun lama kelamaan mereka semakin malas.
Mereka menjadi malas karena mereka menganggap apa yang
mereka lakukan adalah siasia karena tidak ada apresiasi atau
pengakuan terhadap apa yang telah mereka lakukan. Maka dari itu,
jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang baik untuk
memberikan pengakuan kepada prestasi siswa meskipun kecil. Hal
ini bisa menjadi motivator yang kuat pada siswa.
Bila pada level kebutuhan sebelumnya, siswa dimotivasi oleh
kekurangan, siswa di level akhir ini dimotivasi oleh kebutuhannya
untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan kemampuan-
kemampuan dan kapasitas-kapasitasnya secara penuh. Bahkan
istilah motivasi kurang tepat lagi untuk diterapkan pada siswa yang
berada di tahap aktualisasi diri. Mereka amat spontan, bersikap
28
wajar, dan apa yang mereka lakukan adalah sekedar untuk
mewujudkan diri mereka yang sebenarnya. Mereka sudah sangat
paham dan sadar terhadap apa yang seharusnya mereka lakukan.
Tugas guru hanya tinggal memfasilitasi apa yang mereka butuhkan
dalam pembelajaran.
Selanjutnya Siagian (2002:107) mengungkapkan teori
motivasi yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg yang dikenal
dengan Hygiene theory. Menurut teori ini faktor-faktor yang
mendorong aspek motivasi adalah keberhasilan, pengakuan sifat
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang, kesempatan
untuk meraih kemajuan dan pertumbuhan. Dalam teori ini ada yang
disebut dengan istilah faktor pendorong (motivation faktor). Faktor
ini dapat menyebabkan peningkatan hasil belajar siswa, namun
pengurangan terhadap faktor ini tidak secara otomatis
mengakibatkan munculnya ketidak puasan dalam belajar. Di lain
pihak adanya peningkatan faktor yang menimbulkan ketidak
puasan cenderung untuk mengurangi ketidakpuasan dalam belajar.
Jadi faktor pendorong merupakan faktor yang meningkatkan hasil
belajar sedangkan faktor penyehat sebagai pemelihara hasil
belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam
melaksanakan tugasnya, manusia membutuhkan kebutuhan
kesehatan dan selanjutnya setiap individu memiliki peluang untuk
mengembangkan dirinya.
29
Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, Alderfer
memberikan penyempurnaan pada teori kebutuhan yang
dikemukakan oleh Maslow. Menurut Alderfer (Thoha 2004:233)
bahwa kelompok kebutuhan yang utama terdiri dari tiga tingkatan
yaitu : (1) kebutuhan akan keberadaan (existence needs)
berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia termasuk di
dalamnya physiological needs dan safety needs dari Maslow, (2)
kebutuhan akan afiliasi (related needs) menekankan akan
pentingnya hubungan antara individu dengan masyarakat.
Kebutuhan ini juga berkaitan dengan safety needs dan esteem
needs dari Maslow, (3) kebutuhan akan kemajuan (growth needs)
adalah keinginan intrinsic dari seseorang untuk maju atau
meningkatkan kesempatan pribadinya.
Selain itu, Mc Clelland (dalam Mangkunegara, 2005:85) juga
mengemukakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan
semakin mendalam apabila didasari bahwa setiap orang
mempunyai tiga kebutuhan, yaitu; (1) Need for achievement adalah
bahwa setiap orang ingin dipandang orang yang ingin berhasil
dalam hidupnya. Bagi seseorang yang memiliki need for
achievement besar, maka akan berusaha berbuat sesuatu yang
lebih baik apabila dibandingkan dengan orang lain, (2) Need for
power adalah kebutuhan akan kekuasaan yang menamppakan diri
pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain.
30
Orang yang mempunyai kebutuhan besar akan kekuasaan
biasanya mempunyai kondisi persaingan orientasi status serta
memberikan perhatian pada hal-hal yang memungkinkan untuk
memperbesar pengaruhnya, (3) Need for affiliation adalah
kebutuhan afiliasi yang merupakan kebutuhan nyata bagi manusia
sebagai mahluk social terlepas dari kedudukan, jabatan dan
pekerjaan.
Lebih lanjut Mc Clelland (dalam Mangkunegara, 2005:85)
menggambarkan orang-orang yang sungguh-sungguh memperoleh
motivasi memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1) Mereka lebih menyukai menyerang dan memecahkan masalah-
masalah. Mereka mengembangkan perasaan memiliki tugas
yang dihadapi dan meskipun mereka dapat bekerja dengan
orang-orang lain, mereka lebih menyukai situasi-situasi di mana
mereka menganggap satu-satunya tanggung jawab untuk
pemecahan masalah atau penyelesaian tugas.
2) Orang-orang yang sungguh-sungguh memperoleh motivasi
cenderung menuju ke situasi-situasi dimana mereka dengan
segera dapat memperoleh umpan balik pada hasil kerja
mereka. Orang yang berhasil adalah orang yang suka
mengetahui secara terus-menerus betapa baik ia dalam bekerja
dan menginginkan suatu umpan balik untuk menjadi kenyataan.
31
3) Orang yang berhasil adalah juga orang yang menentukan
dengan selayaknya tujuan yang mengandung resiko, sehingga
ia dapat menambah kesempatan untuk kepuasan hasil kerja.
Berbagai alasan bagi siwa untuk memenuhi segala
kebutuhannya, alasan itu mendorong siswa untuk berbuat guna
pemenuhan kebutuhannya. Apabila dorongan dirasa kuat maka
motivasi untuk belajar yang ditimbulkan akan tinggi sebaliknya jika
dorongan itu dirasakan rendah maka motivasinya untuk belajar
akan rendah pula. Oleh sebab itu kita sebagai pendidik perlu
mengetahui dan berupaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
Selanjutnya Skiner (dalam Gitosudarmo, 2007:46) dengan
teroi penguatannya, memandang bahwa penguatan merupakan
konsep dari belajar. Teori pengutan mengemukakan, bahwa
perilaku merupakan fungsi dari akibat yang berhubungan dengan
perilaku tersebut. Menyatakan bahwa keberhasilan dalam
mencapai tujuan dan imbalannya berlaku sebagai insentif yang
positif dan mendorong perilaku yang berhasil, dan bila diulangi
kebutuhan yang sama dapat muncul kembali. Dengan kata lain
orang cenderung melakukan sesuatu yang mengarah kepada
konsekuensi yang positif dan menghindari konsekuensi yang tidak
menyenangkan. Teori penguatan yang dalam hal ini menggunakan
konsep pengkondisian operan dapat dipandang sebagai suatu
32
model motivasi yaitu berkaitan dengan membentuk, mengarahkan,
mempertahankan dan mengubah perilaku siswa dalam belajar.
Lain halnya dengan teori motivasi melalui pendekatan
dorongan (drive). Istilah drive atau dorongan ini pertama kali
dikemukakan oleh Woodworth dalam Djalali (2001 : 67)
mengemukakan bahwa perilaku selain reflex-refleks tidak bakal
terjadi tanpa motivasi yang juga disebutnya dengan istilah drive.
Woodwoth menyatakan bahwa dorongan (drive) itu diperlukan demi
timbulnya suatu perilaku, karena tanpa dorongan tadi, tidak ada
suatu kekuatan yang mengarah kepada suatu mekanisme
timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh kebutuhan (need),
dalam arti kebutuhan tadi membangkitkan dorongan dan dorongan
ini akhirnya mengaktifkan perilaku. Dorongan membuat persisten
perilaku, untuk mengatasi kebutuhan yang menjadi penyebab
timbulnya dorongan itu sendiri.
Selanjutnya Woodwoth menambahkan bahwa motivasi
memiliki tiga karakteristik yaitu intensitas, arah dan persistensi.
Maksudnya motivasi dengan intensitas yang cukup akan
memberikan arah pada individu untuk melakukan sesuatu secara
tekun dan kontiniu. Djalali menyatakan tentang intensitas suatu
perilaku artinya intensitas suatu perilaku tergantung pada besar
kecilnya motivasi yang ada. Selanjutnya motivasi juga
dikonsepsikan sebagai indikator dari arah suatu perilaku. Misalnya
33
motivasi seseorang yang lapar mengarahkan individu untuk
mencari berbagai cara untuk mendapatkan makanan.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa motivasi siswa dalam belajar didefenisikan sebagai proses
yang memperhitungkan intensitas (kesungguhan dan ketekunan),
arah, dan persisten usaha siswa dalam memenuhi kebutuhannya.
Karena itu kebutuhan merupakan dasar yang sangat fundamental
bagi perilaku siswa dalam belajar. Jika kebutuhan seorang siswa
tidak terpenuhi cenderung untuk malas belajar, sebaliknya jika
kebutuhannya terpenuhi maka seseorang akan memiliki gairah
kerja bahkan dengan semangat yang lebih tinggi.
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan merupakan suatu aktivitas
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang
berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak
hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di
luar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal (sekolah)
saja, tetapi mencakup pula nonformal (masyarakat) dan
informal (keluarga). Dengan demikian, pendidikan
berlangsung dalam proses kehidupan secara konferehensif
(menyeluruh) dan berjalan sepanjang masa.
34
Pendidikan bila dilekatkan dalam Islam, tetah
didefenisikan secara beragam oleh berbagai ilmuwan,
keragaman defensisi disebabkan oleh berbagai faktor, salah
satunya ialah factor pandangan keduniaan setiap ilmuwan
tersebut. Ahmad Tafsir (2000 : 26) mengatakan bahwa
sulitnya merumuskan defenisi pendidikan apalagi
menyeragamkan defenisi, karena disebabkan oleh dua faktor,
yaitu : pertama, banyaknya jenis kegiatan yang dapat disebut
sebagai kegiatan pendidikan; kedua, luasnya aspek yang
dibina oleh pendidikan. Namun, pandangan di atas
menunjukkan pengertian pendidikan dalam bentuk kesimpulan
awal, bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan
generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi
tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
Untuk mengkaji hakekat pendidikan agam Islam, tidak
boleh terlepas dari doktrin Islam yang tertuang dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah, karena kedua sumber tersebut
merupakan pedoman autentik dalam penggalian khazanah
keilmuan apapun, terutama dalam menggali konsep-konsep
dasar tentang pendidikan agama Islam, antara lain terdapat
dalam surah Al-Mujadalah ayat 11 sebagai berikut :
35
Terjemahnya :
…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Departemen Agama RI, 2008: 434)
Kemudian dalam surah Az-Zumar ayat 9 sebagai berikut :
Terjemahnya :
Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (Departemen Agama RI, 2008: 366)
Dari beberapa uraian di atas dapatlah disimpulkan
bahwa pendidikan Islam merupakan suatu hal yang paling
utama bagi warga suatu negara, karena maju dan
keterbelakangan suatu negara akan ditentukan oleh tinggi dan
rendahnya tingkat pendidikan warga negaranya. Salah satu
bentuk pendidikan yang mengacu kepada pembangunan
tersebut yaitu pendidikan agama adalah modal dasar yang
merupakan tenaga penggerak yang tidak ternilai harganya
bagi pengisian aspirasi bangsa, karena dengan
terselenggaranya pendidikan agama secara baik akan
membawa dampak terhadap pemahaman dan pengamalan
ajaran agama
Oleh karena itu, bila manusia berpredikat Islam, benar-
benar menjadi penganut agama yang baik, ia harus mentaati
36
ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada
pada dirinya. Ia harus memahami, menghayati dan
mengamalkan ajarannya yang didorong oleh Iman, sesuai
dengan akidah Islamiyah, sebagaimana dalam firman-Nya
dalam surat Adz-Dzariyat : 56, sebagai berikut :
Terjemahnya :
“Dan Aku (Allah) tidak akan menciptakan jin dan manusia kecuali mengabdi kepada-Ku.”
Dengan penciptaan Allah terhadap makhluk-Nya, yang
telah menjadi visi dan misi manusia sebagai pengabdi, agar
mendapatkan kemenangan di dunia dan keselamatan di
akhirat. Untuk tujuan itulah, manusia harus dididik melalui
proses pendidikan Islam. Berdasarkan pandangan di atas,
maka pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang
dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai
Islam telah menjiwa dan mewarnai corak kepribadiannya.
Lalu bagaimana pendidikan dalam agama Islam?
Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan sering digunakan
beberapa istilah, antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-
ta’dib. Al-ta’lim berarti pengajaran yang bersifat
pemberian/penyampaian pengetahuan dan keterampilan. Al-
37
tarbiyah berarti mengasuh mendidik yang bermuara pada
penyempurnaan akhlak/moral peserta didik. Samsul Nizar
(2001 : 86-88).
Dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa
pendidikan agama Islam adalah :
Usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat dalam mewujudkan persatuan nasional.
Pengertian pendidikan agama Islam di atas mengacu
kepada konsep pendidikan agama Islam yang diterapkan
pada sekolah umum yang berlaku secara nasional. Kemudian
target pencapaian pendidikan agama Islam di sekolah,
menurut Muhaimin (2001:76), diharapkan mampu
menciptakan ukhuwah Islamiyah dalam arti luas, yaitu
ukhuwah fi al-‘ubudiyah, ukhuwah fi al-insaniyah, ukhuwah fi
al-wathaniyah wa al-nasab, dan ukhuwah fi din al Islam.
Dari gambaran pengertian pendidikan agama Islam di
atas, ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu :
1. Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni
suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan
38
yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan
yang hendak dicapai.
2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai
tujuan dalam arti ada yang dibimbing, diajari dan/atau
dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama
Islam.
3. Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang
melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk
mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
4. Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agama Islam
diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dari
peserta didik, yang di samping untuk membentuk
kesalehan atau kualitas pribadi, juga untuk membentuk
kesalehan sosial.
Dengan demikian, pendidikan agama Islam merupakan
suatu usaha sadar dalam melakukan proses bimbingan,
pengajaran, atau latihan untuk mencapai tujuan pendidikan
agama Islam, yakni mewujudkan kualitas kesalehan pribadi,
kesalehan sosial dan kesalehan terhadap alam sekitar,
39
sehingga dapat menjalankan amanah di muka bumi sesuai
ajaran Islam.
Peran dan fungsi pendidikan agama Islam demikian
strategis dalam menciptakan kondisi masyarakat yang
bermoral, sejahtera, adil, dan makmur. Dalam hal ini,
penanganan atau bimbingan anak-anak bangsa termasuk
didalamnya. Karena dengan adanya pendidika agama Islam,
akhlak atau pun tingkah mereka dapat terkontrol dan terarah
dengan baik sesuai dengan ajaran dalam agama Islam.
Sehingga dapat terciptanya para pemuda, pelajar, mahasiswa,
dan masyarakat yang berakhlak baik dan berwawasan luas.
Pendidikan agama Islam harus diberikan sejak dini,
mulai dari usia kanak-kanak, remaja, bahkan dewasa. Dalam
Islam dikenal istilah pendidikan sepanjang hayat (life long
education). Artinya selama ia hidup tidak akan lepas dari
pendidikan, karena setiap langkah manusia hakikatnya adalah
belajar, baik langsung maupun tidak langsung
Agama Islam adalah agama yang universal yang
mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek
kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun
yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah
mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan
40
pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat
memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan agama
Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan
Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan
berikut ini.
Pendidikan berasal dari kata didik, yang mengandung
arti perbuatan, hal, dan cara. Pendidikan Agama dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah religion education, yang
diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak
cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja,
tetapi lebih ditekankan pada feeling attituted, personal ideals,
aktivitas kepercayaan (Ramayulis 2001:3).
Sedangkan menurut Muzayyin Arifin (2009:6)
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha membina dan
mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama
sekaligus mengajarkan ilmu agam islam sehingga ia mampu
mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai pengetahuan
agama.
Dapat di simpulkan bahwa pendidikan agama Islam
adalah pendidikan manusia seutuhnya yang dilakukan oleh
seorang guru kepada anak didik untuk mempersiapkan
41
kehidupan yang lebih baik. Dalam prakteknya, pendidikan
agama Islam bukan hanya pemindahan pengetahuan kepada
anak didik, namun perlu diintegrasikan antara tarbiyah, ta’lim
dan ta’dib, sehingga dapatlah seseorang yang telah
mendapatkan pendidikan Islam memiliki kepribadian muslim
yang mengimplementasikan syari’at Islam dalam kehidupan
sehari-hari, serta hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Apabila dimaknai secara umum, menyeluruh dan
mendasar tentang pendapat dan pandangan-pandangan
tersebut, maka dapat dipahami bahwa pendidikan agama
Islam adalah usaha untuk mendidik jiwa, membina mental
intelektual dan melatih fisik agar bertindak sopan, ikhlas dan
jujur sebagai wujud akhlakul karimah.
Dengan demikian, dapat dikemukan bahwa Pendidikan
Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar, yakni suatu kegiatan
membimbing, pengajaran dan / atau latihan yang dilakukan
guru pendidikan agama Islam secara berencana dan sadar
dengan tujuan agar peserta didik bisa menumbuh
kembangkan akidahnya melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT yang pada
42
akhirnya mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama
dan berakhlak mulia.
Agar hal di atas tercapai, maka guru pendidikan agama
Islam dituntut mampu mengembangkan kemampuannya
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, disinilah
pentingnya mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan
motivasi pembelajaran pendidikan agama Islam.
b. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Dasar pendidikan agama Islam adalah al-Qur’an dan al-
Hadist, yang keduanya merupakan sumber hukum Islam yang
dapat diyakini kebenarannya. Selain Al Qur’an dan Al Hadits
sebagai dasar dalam pemikiran membina sistem pendidikan,
bukan saja dipandang kebenarannya dan diyakini saja, akan
tetapi wajar jika kebenaran itu kita kembalikan pada
pembuktian dan kebenarannya. Sebagai mana Allah berfirman
dalam Q.S Al-Baqarah ayat 2 berbunyi:
ى للمتقین ذ لك ا لكتب لا ریب فیھ ھد
Terjemahnya :
“ Kitab (Al qur’an) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. Departemen Agama RI (2008:8)
43
Selanjutnya sabda Nabi:
كتم ة رسو لھ بھما كتا بالقد تركت فیكم امرین لن تضلوا ماان تمس وسن
Terjemahnya : “Dari Ibnu Abbas ra, Rosulullah SAW bersabda : Telah aku tinggalkan dua perkara yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, niscaya tidak akan sesat yaitu Kitabullah dan Sunatullah”.
Sedangkan dalam proses kegiatan pendidikan,
diperlukan adanya landasan atau dasar sebagai pegangan
yang kuat, guna menjiwai usaha-usaha pedidikan.
Pelaksanaan pendidikan beragama di Indonesia mempunyai
dasar- dasar yang kuat, yaitu dasar ideal, struktural dan
opersional.
1) Dasar ideal
Dasar ideal adalah pancasila sebagai falsafah
hidup dasar negara Republik Indonesia. Dalam Abdul
Rahman Getteng (1997:43) mengemukakan bahwa :
Bangsa Indonesia mempunyai falsafah hidup sendiri yang menjadi dasar negara dan menjiwai segala undang-undang yang berlaku, yakni menjadi pedoman hidup dan kehidupan bangsa Indonesia termasuk pendidikan, yaitu pancasila.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia merupakan dasar ideal pelaksanaan pendidikan
agama Islam di Indonesia. Pada sila pertama
mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia
44
harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau
tegasnya ia harus beragama.
Dengan sila ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa
Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan
terhadapa Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu,
manusia rakyat dan masyarakat Indonesia percaya
dengan Tuhan sesuai dengan agama dan keprcayaan
masing-masing.
Dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 2
yang berbunyi sebagai berikut:
Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur undang-undang.
Di dalam GBHN sesuai dengan ketetapan MPR
Nomor II/1983 yang membahas tentang agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sosial
budaya dijelaskan bahwa:
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa begitu
pentingnya pendidikan agama Islam dalam membentuk
45
manusia Indonesia seutuhnya, sebab tanpa adanya
pendidikan agama terutama pada anak didik akan sulit
dalam mewujudkan sila pertama dari pancasila tersebut.
2) Dasar Struktural
Adapun dasar struktural dari pendidikan agama
Islam adalah Undang-Undang Dasar 1945, di mana di
dalamnya memuat berbagai peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan persoalan kehidupan
bangsa. Dalam batang tubuh UUD 1945 Bab XI Pasal 29
Ayat 1 dan 2 disebutkan :
a) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agama dan kepercayaan itu.
Atas dasar kepercayaan bangsa Indonesia
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka kehidupan
manusia dan masyarakat Indonesia harus benar-benar
selaras dalam hubungannya dengan Tuhan. Dalam bunyi
UUD 1945 di atas dapat dipahami bahwa bangsa
Indonesia harus beragama untuk menunaikan ajaran
agamanya dan beribadah menurut agamanya masing-
masing. Oleh karena itu, supaya umat beragama tersebut
dapat menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran
46
agamanya masing-masing, maka diperlukan adanya
pelaksanaan pendidikan agama
3) Dasar opersional
Dasar operasional yang dimaksudkan adalah
sebagai kerangka acuan dalam rangka
menyelenggarakan sistem pendidikan nasional, termasuk
penyelenggaraan pendidikan agama, sehingga benar-
benar terlaksana dengan baik sesuai dengan harapan dan
cita-cita bangsa.
Pendidikan agama merupakan usaha untuk
memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sesuai agama yang dianut oleh anak didik
dengan tidak mengabaikan tuntunan untuk menghormati
agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar
umat beragama dalam masyarakat untuk menjadikan
persatuan Nasional. Lebih lanjut dalam Undang-Undang
Bab VI Pasal 30 ayat 2 Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional disebutkan :
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan menjadi ahli ilmu agama.
Di samping dasar yuridis tersebut di atas sebagai dasar
pendidikan, namun tidak menutup kemungkinan agama,
47
dalam hal ini agama Islam dengan Al- Qur’an dan Hadis
sebagai sumber materi pendidikan agama.
Adapun Penetapan tujuan pendidikan agama Islam
dapat dipahami, karena manusia dalam menjalankan
kehidupannya salah satu tugas utamannya adalah belajar,
sesuai dengan firman Allah dalam Q. S. al- Alaq ayat 1-5,
yang berbunyi :
Terjemahnya :
“1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dalam ayat ini, sangatlah jelas tujuan manusia
diciptakan oleh Allah, yaitu untuk menuntut ilmu khusunya
pendidikan Agama Islam.
Selanjutnya sabda Nabi :
كل مولود یولد على الفطرة
Terjemahnya:
“Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah) (HR.Baihaki)”.
48
Dengan demikian, manusia akan selalu berusaha untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan sesuai dengan agama yang
dianutnya. Itulah sebabnya, bagi orang-orang muslim
diperlukan adanya pendidikan agama Islam agar dapat
mengarahkan fitrah mereka kearah yang benar sehingga
mereka dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran
Islam. tanpa adanya pendidikan agama dari satu generasi ke
generasi berikutnya, manusia akan semakin jauh dari agama
yang benar.
Sejalan dengan itu Undang-undang RI no. 20 tahun
2003 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mengcerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, ia
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Dari rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut
tentunya tidak jauh berbeda dengan tujuan pendidikan yang
ada dibawahnya, termasuk pendidikan agama Islam. Dan
pendidikan agama Islam itu sendiri yang tertuang dalam buku
49
Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/Garis-Garis Besar program
Pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama Islam, baik sekolah
dasar, sekolah menengah, maupun sekolah lanjutan
dikemukakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah Swt, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian, pendidikan agama Islam mempunyai
tujuan, pertama : tujuan secara umum yaitu membentuk manusia
yang memiliki kepribadian muslim yang bertaqwa kepada Allah Swt.
yang senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi semua
larangan-Nya, berakhlak mulia, berbudi luhur, cakap dan memiliki
keterampilan. Kedua : tujuan khusus adalah agar anak mampu
mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
yang didasari atas kriteria-kriteria tertentu, yakni berusaha
berakhlak mulia dan berintegritas kepribadian, serta mempunyai
kehidupan yang seimbang antara kehidupan dunia ataupun pada
kehidupan pada akhirat kelak
3. Upaya-upaya Peningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Dalam dunia pendidikan, hasil perubahan prilaku akibat
belajar disebut denga perolehan/hasil belajar atau prestasi belajar.
50
Prestasi belajar merupakan kemampuan maksimal yang dicapai
oleh seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan
pengetahuan-pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan. Dengan
belajar, seseorang memiliki sejumlah kemampuan, pengetahuan,
dan keterampilan tertentu sesuai dengan pengetahuan yang
didalaminya Muhibbin Syah (2001 : 136).
Sedangkan dalam Islam memandang bahwa motivasi yang
paling kuat adalah dari diri seseorang. Motivasi sangat berpengaruh
dalam gerak-gerik seseorang dalam setiap tindak-tanduknya.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ar-Rad ayat 11, sebagai
berikut :
Terjemahnya :
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Ra’d: 11)
Ayat tersebut memberikan penjelaskan bahwa seorang guru
sebagai motivator harus memberikan dorongan kepada siswa
dalam rangka meningkatkan cara belajarnya. Dorongan yang
pertama adalah bagaimana siswa itu memiliki niat yang kuat untuk
belajar, karena motivasi tidak hanya mempengaruhi belajarnya
saja, tetapi juga tingkah lakuknya. sabda Rasullullah :
ورسولھ إنما الأعمال بالنیات، وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت ھجرتھ إلى الله فھجرتھ إلى الله
ومن كانت ھجرتھ لدنیا یصیبھا أو امرأة ینكحھا فھجرتھ إلى ما ھاجر إلیھ ورسولھ،
51
Terjemahnya :
“Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya”. (HSR. Bukhary-Muslim dari ‘Umar bin Khoththob radhiallahu ‘anhu)
Oleh karena itu, guru diharapkan menjaga agar siswa tetap
memiliki motivasi sehingga ia akan terus belajar. Tugas guru
haruslah memunculkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa,
dan berusaha menemukan berbagai cara untuk dapat memotivasi
anak.
Dengan demikian, guru di sekolah memegang peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan berbagai upaya yang harus
dilakukan oleh guru.
Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah
adalah pemberian angka, memberi hukuman, ulangan, tujuan yang
diakui, mengetahui hasil, hasrat untuk belajar, pujian, dan kelompok
belajar. (Djmarah dan zain, 2002 : 168). Dari kutipan di atas, maka
penulis dapat menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:
a. Pemberian Angka
Angka merupakan simbol dari nilai kegiatan belajar
siswa. Oleh karena itu banyak siswa belajar yang diutamakan
justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik, sehingga
52
siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai
pada raport angkanya baik-baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan
motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga siswa belajar hanya
ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan
motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan
dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Martinis
Yamin (2003 : 90)
Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru
bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan
hasil belajar yang sesungguhnya. Oleh karena itu langkah
selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara
memberikan angka-angka sesuai dengan kemampuan siswa
sehingga setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para
siswa tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan
efeksinya.
Dengan memperhatikan keterangan tersebut di atas,
maka dapatlah memberikan pemahaman bahwa salah satu
bentuk atau cara untuk menumbuhkan dan memotivasi belajar
siswa adalah dengan memberi angka atau nilai kepada siswa
dari hasil pekerjaannya. Tentu siswa yang memperoleh nilai
yang baik akan berusaha untuk meningkatkan prestasinya yang
lebih sedangkan bagi siswa yang masih memperoleh nilai
53
kurang akan berusaha pula agar ia memperoleh nilai yang lebih
baik.
b. Memberi Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif,
tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan
alat motivasi yang baik dan efektif Sardiman (2014 : 94).
Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan
pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Pendekatan
edukatif dimaksud di sini sebagai hukuman yang mendidik dan
bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang
dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu
anak didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran.
Minimal mengurangi frekuensi pelanggaran. Akan lebih baik
bila anak didik berhenti melakukannya di hari mendatang.
Guthrie dalam Hamzah (2012:9) juga mengatakan
bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses
belajar sebab hukuman yang diberikan pada saat yang tepat
akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Oleh karena itu,
hukuman hanya diberikan oleh guru dalam konteks mendidik
seperti memberikan hukuman berupa membersihkan kelas,
menyiangi rumput di halaman sekolah, membuat resume atau
ringkasan, atau apa saja dengan tujuan mendidik.
54
c. Memberi Ulangan
Menurut Sardiman (2014:93) Memberikan ulangan
merupakan salah satu bentuk usaha dalam menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap bidang studi
pendidikan Agama Islam, sebab para siswa akan menjadi giat
belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Namun
memberikan ulangan kepada siswa harus diperhatikan dengan
keadaan karena apabila guru memberikan ulangan setiap hari
atau terlalu sering maka akan membosankan kepada siswa
sehingga memberi ulangan dengan maksud memotivasi belajar
siswa justru akan terjadi sebaliknya.
d. Tujuan Yang Diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak
didik merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab
dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak
sangat berguna dan menguntungkan, sehingga menimbulkan
gairah untuk terus belajar.
e. Mengetahui Hasil
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa angka atau nilai dari
hasil pekerjaan siswa merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, agar
angka atau nilai tersebut benar-benar dapat berfungsi sebagai
motivator belajar siswa, maka angka tersebut harus
55
disampaikan dan diumumkan kepada siswa, sehingga dengan
mengetahui hasil belajarnya siswa akan lebih giat dan
termotivasi untuk belajar. Sardiman (2014 : 15)
f. Hasrat Untuk Belajar
Menurut Sardiman (2014 : 94) hasrat untuk belajar
berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal
ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala kegiatan
tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik
itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah pasti
hasilnya akan lebih baik daripada anak didik yang tidak
berhasrat untuk belajar. Diakui, hasrat untuk belajar adalah
gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan
dengan kebutuhan anak didik untuk mengetahui sesuatu dari
objek yang akan dipelajarinya. Kebutuhan itulah yang menjadi
dasar aktivitas anak didik dalam belajar. Tidak ada kebutuhan
berarti tidak ada hasrat untuk belajar. Itu sama saja tidak ada
minat untuk belajar.
g. Pujian
Pujian dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu,
supaya pujian ini dapat meningkatkan motivasi, maka
pemberiannya harus tepat karena pujian yang tepat akan
56
memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi
gairah belajar sekaligus akan membangkitkan harga diri.
h. Kelompok Belajar
Pembentukan kelompok belajar, khususnya
pembentukan kelompok belajar pendidikan agama Islam
merupakan salah satu usaha guru untuk dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa, karena dengan pembentukan kelompok
belajar tentu semua siswa diharapkan untuk terlibat belajar
bersama-sama dengan kelompoknya.
Menurut Maatrinis Yamin (2003:69) upaya ini merupakan
interaksi antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk
menganilis, memecahkan masalah, menggali atau
memperdebatkan topik atau masalah tertentu
Dalam kelompok belajar pendidikan agama Islam dan bidang
pendidikan lainnya terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh
dalam kelompoknya, yaitu masalah-masalah yang dihadapi dalam
bidang pelajaran tertentu dapat diselesaikan secara bersama-
sama, sedangkan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
dapat dibantu dengan teman kelompoknya.
Inilah beberapa upaya guru dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa terhadap bidang studi Pendidikan Agama Islam.
Tentunya setiap guru mempunyai upaya sendiri berdasarkan
pengalaman dan situasi serta kondisi di mana ia berada.
57
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang Pendidikan Agama Islam dan motivasi
belajar di sekolah menengah dan hal-hal yang berkaitan dengannya
telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Seperti yang pernah dilakukan oleh Elvirawaty salah seorang
mahasiswi Universitas Negeri Makassar (UNM), tahun 2014 dengan
judul “Pengaruh Motivasi Ekstrinsik Terhadap Tingkat Keberhasilan
Belajar Sosiologi di SMAN 1 Watansoppeng”. Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada
dasarnya peran orang tua, guru, teman serta lingkungan belajar
sangat menentukan besarnya motivasi belajar siswa. Dengan adanya
motivasi belajar yang tinggi dapat memacu keberhasilan siswa dalam
proses pembelajaran.
Kemudian yang pernah dilakukan oleh Sahariah salah seorang
mahasiswi Pakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
Makassar, tahun 2009 dengan judul “Peranan Guru Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Mts. Palattae Kabupaten
Bone”. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa maka disarankan kepada guru untuk
memberikan motivasi belajar yang sebaik-baiknya sehingga motivasi
yang diberikan itu dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Serta
menjadi temuan bahwa motivasi belajar siswa Mts. Palattae
khususnya pada mata pelajaran akidah ahlak sudah cukup tinggi. Hal
58
ini dikarenakan siswa memiliki kenyakinan bahwa mata pelajaran ini
tidak sulit serta guru memiliki kemampuan yang baik dalam
menyampaikan materi pelajaran sehingga mudah dipahami oleh
siswa.
Selanjutnya penelitian yang telah dilakukan oleh Jamilah salah
seorang mahasiswi Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar, tahun 2003 dengan judul skripsi “Strategi
Pemberian Motivasi Guru Agama dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Pendidikan Agama Islam di SLTP Negeri 1 Batu–Batu
Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng. Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa keberhasilan sistem belajar siswa banyak
ditentukan oleh faktor guru, hal ini sangat tergantung bagaimana cara
dan strategi pemberian motivasi belajar yang dapat dilakukan oleh
guru sehingga siswa dapat termotivasi untuk belajar yang lebih baik,
diantaranya dengan memberikan angka kepada siswa sesuai hasil
pekerjaan yang ia peroleh, memberikan ulangan, menyampaikan dan
mengumumkan hasil pekerjaan kepada siswa, memberikan pujian
bagi siswa yang berhasil, membentuk kelompok belajar, menetapkan
rangking kelas dan sebagainya.
Penelitian lain adalah dilakukan oleh Mansyur Ibrahim,
mahasiswa pascasarjana UMI Makassar 2003, dengan judul “Peranan
Media Pendidikan Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
SMU Negeri 1 Sirenja Kabupaten Donggala. Dalam hasil penelitian ini
59
ditemukan bahwa aplikasi penggunaan media pendidikan yang
berlangsung pada SMU Negeri 1 Sirenja Kabupaten Donggala cukup
menggembirakan dengan menggunakan model tradisional seperti
papan tulis, model audio seperti tape recorder, dan audio visual
seperti televise dan komputer. Model penggunaan itu semula
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, yaitu bias berlangsung di
dalam kelas atau laboratorium. Penggunaan media pembelajaran
semacam ini memberikan implikasi pada perubahan perilaku belajar
peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi yang diraih oleh
sekolah itu dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik bagi peserta
didik, serta antara guru dan peserta didik selalu terjalin interaksi
belajar dalam mencapai tujuan bersama. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan oleh guru dalam pengelolaan pembelajaran adalah
bagaimana upaya guru memberikan motivasi kepada peserta didik
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
Berdasarkan dari beberapa penelitian sebelumnya maka
setelah dianalisis secara tidak langsung memiliki keterkaitan yang erat
dengan penelitian yang akan dilakukan penulis, tetapi masih bersifat
umum karena masih menyangkut seluruh aspek yang berkaitan
dengan kebutuhan pendidikan dan belum ada yang bersifat khusus
yaitu lebih diarahkan kepada peranan guru pendidikan agama islam
dan motivasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, focus yang akan
dikaji penulis dalam penelitian ini memiliki spesifikasi tersendiri dari
60
penelitian sebelumnya, yaitu seberapa jauh upaya guru pendidikan
agama Islam dalam kaitannya dengan meningkatkan motivasi belajar
siswa pada pelajaran pendidikan agama Islam. Terlebih lagi jika
menunjukkan objek penelitian pada satu sekolah seperti SMP Satu
Atap Negeri Tengapadange kabupaten Soppeng belum ada yang
menelitinya.
C. Kerangka Pikir
Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran di
sekolah menengah Pertama merupakan pelajaran yang bertujuan
untuk membina peserta didik menjadi orang yang memiliki kepribadian
muslim secara utuh, yakni pribadi yang selalu taat menjalankan
perintah agama.
Hanya saja, pelaksanaan pendidikan agama Islam terkadang
tidak dapat menjangkau pemahaman, penghayatan dan pengamalan
peserta didik terhadap ajaran agama Islam yang mendalam. Ditambah
lagi jika motivasi peserta didik itu sendiri yang belum maksimal dalam
mempelajari mata pelajaran tersebut.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar
mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui
motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan
meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar
dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong
untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar
61
dengan senang karena didorong motivasi. Sedangkan faktor dari luar
diri siswa yang dapat mempengaruhi belajar adalah faktor metode
pembelajaran. Selain siswa, unsur terpenting yang ada dalam
kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai pengajar yang
memberikan ilmu pengetahuan sekaligus pendidik yang mengajarkan
nilai-nilai, akhlak, moral maupun sosial dan untuk menjalankan peran
tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas yang nantinya akan diajarkan kepada siswa.
Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih metode
mana yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa
merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Dengan
variasi metode dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru sebagai motivator
harus melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan motivasi
kepada siswa-siswanya agar dapat belajar lebih baik dan memperoleh
hasil belajar yang memuaskan.
Berikut ini, penulis membuat skema kerangka pikir untuk
memahami landasan berfikir dari penelitian ini.
62
Skema I. Kerangka Pikir
Motivasi belajar siswa masih tergolong rendah
Temuan : Motivasi belajar siswa meningkat
Guru mengajar Siswa belajar Upaya-upaya meningkatkan motivasi siswa :
1. Pemberian angka 2. Memberi ulangan 3. Mengetahui hasil 4. Pujian 5. Kelompok belajar
Keadaan siswa 1. Kurangnya perhatian terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam 2. Ditemukan beberapa siswa absen saat belajar pendidikan agama Islam 3. Pekerjaan rumah tidak dikerjakan dengan maksimal 4. Adanya pengaruh lingkungan setempat yang berisfat negatif
Keadaan siswa 1. Siswa lebih perhatian terhadap mata pelajaran
pendidikan agama Islam 2. Siswa aktif mengikuti pembelajaran agama Islam 3. Pekerjaan rumah dapat dikerjakan dengan maksimal
63
D. Hipotesis
Refleksi hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “jika pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan upaya-upaya peningkatan
motivasi belajar, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
64
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, digunakan beberapa perangkat penelitian
sebagai berikut :
A. Desain dan Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Yaitu penulis
melakukan penelitian langsung ke lokasi, yaitu pada SMP SATAP
Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng, untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data-data. Penelitian ini mempergunakan disain
Survey yang bersifat deskriptif kuantitatif.
Dengan demikian, Penulis berusaha memaparkan apa adanya
dari kondisi objek yang diteliti dengan menggunakan metode
pendekatan analsis kuantitatif. Dan suatu keuntungan penggunaan
metode kuantitaf ini adalah memudahkan Penulis dalam memberikan
pengertian dan pemaknaan terhadap kenyataan dan data yang
didapatkan melalui responden.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, lokasi dan waktu penelitian adalah SMP
SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten soppeng pada semester
ganjil tahun pelajaran 2014/2015
65
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan atau agregasi dari seluruh
elemen atau individu-individu yang merupakan sumber informasi
dalam suatu penelitian (Soetrino dan Rota Hanafie 2007 : 175).
Sedangkan menurut Drs. S. Margono (2004:118) Populasi adalah
seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan
dengan data, bukan manusianya. Jika manusia memberikan suatu
data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama
banyaknya dengan ukuran manusia. Populasi memiliki parameter
yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri populasi tersebut.
Besaran-besaran yang kita kenal antara lain: rata-rata, bentengan,
rata-rata simpangan, variansi, simpangan baku sebagai parameter
populasi. Parameter suatu populasi adalah tetap nilainya, jika
nilainya berubah, maka populasinyapun berubah
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh
siswa yang ada di SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten
Soppeng yang berjumlah 68 siswa.
Berikut ini penulis membuat tabel populasi sebagaimana
berikut ini :
66
Tabel 3.1 Populasi
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
Lk Pr Lk Pr Lk Pr
5 16 7 7 19 14 68
2. Sampel
Sampel adalah anggota populasi yang dapat mewakili.
Pengambilan sampel ini digunakan untuk menduga populasi serta
sifat dari populasi dapat diketahui dari data-data yang
dikumpulkan melalui sampel terpilih. Suatu penelitian yang
dilakukan pada populasi yang besar tentu akan menghabiskan
banyak waktu, biaya dan tenaga yang besar pula. Untuk
menghemat semua itu maka dicarikan cara yang lebih mudah
yakni dengan teknik pengambilan sampel (Soetriono dan Rota
Hanafie 2007:176).
Penarikan sampel sangat urgen dalam sebuah penelitian,
karena pertimbangan keterbatasan waktu, biaya, upaya yang ada
tidak memungkinkan peneliti menyelidiki atau mewawancarai
semua anggota populasi. Selain itu, yang dapat memahami gejala
yang ingin diteliti atau diwawancarai, biasanya tidak perlu semua
populasi dijadikan sasaran.
Karena populasi dalam penelitian ini terlalu banyak, maka
penulis mengambil sampel sebagai berikut :
67
Table 3.2 Sampel
No. Populasi Jumlah Jumlah sampel
1.
2.
3.
Kelas I
Kelas II
Kelas III
21 siswa
14 siswa
33 siswa
10 siswa
10 siswa
10 siswa
Jumlah 30 siswa
D. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian
kuantitatif, karena data yang diperoleh nantinya berupa angka.
Dari angka yang diperoleh akan dianalisis lebih lanjut dalam
analisis data.
2. Sumber Data
Sumber data adalah segalah sesuatu yang dapat
memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya,
data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
a) Data Primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud
khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang
ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung
dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan
68
yakni siswa SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten
Soppeng
b) Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk
maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah literature, artikel, jurnal, serta situs di internet yang
berkenaan dengan penelitian yang dilakukan (Sugiyono, 2009
: 137)
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi seringkali orang mengartikan sebagai suatu
metode yang dilakukan dengan jalan mengadakan
pengamatan suatu objek, dilaksanakan dengan berencana,
kontinu dan sistematik, serta diikuti dengan upaya mencatat
atau merekam secara lengkap (Beni S. Ambarjaya 2012 :6)
Dalam hal ini, Penulis terjun langsung mengadakan
pengamatan tentang masalah yang diperlukan untuk dicatat,
yaitu proses belajar mengajar bidang studi Pendidikan Agama
Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten
Soppeng. Mengamati upaya dan strategi pembelajaran yang
diterapkan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama Islam
dan melihat pengaruhnya terhadap siswa.
69
Instrumen ini dapat pula dikatakan pengamatan karena
meliputi kegiatan memusatkan segala perhatian terhadap
suatu obyek yang akan dijadikan sasaran dalam penelitian
dengan menggunakan seluruh panca indra.
b. Wawancara
Wawancara sering juga disebut dengan kuiesioner
lisan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan mengungkapkan daftar
pertanyaan pada responden secara lisan. Interviu ini dilakukan
kepada kepala sekolah, dewan guru dan guru bidang studi
pendidikan agama Islam di SMP SATAP Negeri
Tengapadange Kabupaten Soppeng. Wawancara juga
dilakukan terhadap beberapa siswa yang dianggap perlu oleh
penulis untuk menambah informasi dan akurasi data.
Dalam pelaksanaan wawancara ini, penulis
menggunakan suatu pedoman wawancara yakni pertanyaan-
pertanyaan yang dibuat sebelum mengadakan wawancara,
dalam hal ini penulis membatasi pertanyaan pada hal-hal yang
berkaitan dengan pembahasan karya ilmiah ini.
c. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data-data tertulis tentang SMP
SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng yang
70
terkait dengan data guru, siswa, sarana dan prasarana, dan
data-data tertulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dalam
memahami maksud yang terkandung dalam judul ini, maka penulis
perlu memberikan pengertian terhadap berbagai istilah-istilah yang
terdapat di dalamnya.
1. Upaya-upaya Peningkatan
Adalah suatu usaha dan ikhtiyar dengan mengerahkan
tenaga dan pikiran yang dilakukan oleh guru bidang studi
Pendidikan Agama Islam untuk menggerakkan siswa dalam
meningkatkan kegiatan belajar atau dalam proses pembelajaran.
2. Motivasi Belajar
Daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat
terwujud serta memberikan arah pada kegiatan belajar.
Dengan demikian, penelitian ini yang berjudul “Upaya
Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Studi Pada
SMP SATAP NEGERI Tengapadange Kabupaten Soppeng” dapat
dipahami bahwa kegiatan yang sungguh-sungguh dilakukan oleh
guru bidang studi Pendidikan Agama Islam dalam mendorong siswa
untuk lebih rajin dan giat belajar terhadap bidang studi Pendidikan
71
Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten
Soppeng.
F. Tehnik Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari
pelaksanaan penelitian dianalisis secara diskriptif dengan pendekatan
kuantitaif dan kualitatif dengan menggunakan tehnik persentase untuk
melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran
menurut standar yang ditetapkan oleh kementerian pendidikan
nasional (Elvianita, 2012 : 32).
Tabel 3.3. Tehnik Kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan
Kementerian Pendidikan Nasional
Skor Kategori
0 – 54
55 – 64
65 – 79
80 – 89
90 – 100
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Profil SMP SATAP Negeri Tengapadange
a. Sekilas tentang SMP SATAP Negeri Tengapadange
SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng
adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang dikelolah oleh
Departemen Pendidikan Nasional. yang berdiri pada bulan Mei
tahun 2009. Sekolah ini sekarang dipimpin oleh M. Jufri S.Pd.
SMP SATAP Negeri Tengapadange merupakan salah satu
SMP yang ada di Kabupaten Soppeng yang berlokasi di Desa
Timusu Kecamatan Liliriaja. Letaknya di tengah-tengah
perkampungan sekitar 12 kilometer dari Kota Watansoppeng..
Keberadaan SMP SATAP Negeri Tengapadange
berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat untuk dapat
menampung anak-anaknya yang telah lulus dari Sekolah
Dasar, sehingga mereka tidak perlu lagi melanjutkan
sekolahnya ke kota Watansoppeng. Di samping itu, berdirinya
SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng juga
karena adanya program pemerintah mengenai pemerataan
pendidikan baik di kota–kota maupun di desa–desa, sehingga
dengan program pemerintah seperti inilah masyarakat
73
membutuhkan peralihan generasilisasi yang mempunyai bekal
ilmu pengetahuan dan keterampilan lewat pendidikan sekolah.
Dengan demikian, SMP SATAP Negeri Tengapadange
telah memberikan kesempatan kepada tamatan Sekolah Dasar
untuk melanjutkan pelajarannya ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi serta membantu masyarakat yang ingin melanjutkan
pendidikan anak–anaknya.
Sekolah ini mempunyi visi, misi, tujuan dan sasaran.
Visinya adalah mewujudkan siswa berprestasi berakhlak mulia
berdasarkan IPTEK dan IMTAK. Misinya adalah meningkatkan
pembinaan profesionalisme guru, menerapkan manajemen
yang handal, menerapka berbagai perubahan pelajaran,
meningkatkan pelaksanaan ibadah, menjalin partisipaai
masyarakat terhadap pendidikan, menjadikan lingkungan
sebagai sumber belajar.
Sementara itu, SMP SATAP Negeri Tengapadange
bertujuan untuk berusaha meningkatkan rata-rata UN sampai
6.50, meningkatkn presentase jumlah siswa yang lulus Ujian
Nasional sampai 20 % dari jumlah siswa yang mendaftar,
memperkaya bahasa dan memperluas wawasan, prestasi
olahraga dan seni, mampu menjadi finalis lomba di tingkat
kabupaten, melahirkan siswa yang mampu bersaing dalam
74
teknologi, tercipta siswa yang mampu bersaing dalam teknologi,
tercipta siswa yang beriman dan bertaqwa.
SMP SATAP Negeri Tengapadange merupakan salah
satu SMP yang cukup diperhitungkan di kota Watansoppeng.
Berbagai prestasi lokal telah diraih, di antaranya menjadi juara I
Lomba dalam Olimpiade IPS se-Kabupaten Soppeng pada
tahun 2012 - 2013, juara III dalam lomba cerdas cermat
pramuka penggalang pada perkemahan saka bakti husada
tahun 2011 - 2012,
Dengan demikian, SMP SATAP Negeri Tengapadange
adalah salah satu lembaga pendidikan yang berusaha untuk
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta
didik. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti lulur serta
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan.
b. Keadaan guru
Jumlah guru dan tenaga administrasi di SMP SATAP
Negeri Tengapadange sebanyak 15 yang terdiri dari 11 guru
yang berstatus pegawai negeri, 1 guru honor dan 3 tenaga
75
administrasi. Dengan melihat keadaan guru SMP SATAP
Negeri Tengapadange seperti yang tersebut di atas, maka
sedikit banyaknya dapat mempengaruhi proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah tersebut, khususnya yang menyangkut
masalah kualitas. Oleh karena itu, peningkatan mutu
pendidikan dan pengajaran sangatlah dikedepankan dalam
sekolah ini.
Untuk mengetahui keadaan guru di SMP SATAP Negeri
Tengapadange, maka berikut ini dapat disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1. : Jumlah Guru SMP SATAP Negeri
Tengapadange
No Jenis Jenis Kelamin
Jumlah Laki – laki Perempuan
1.
2.
2
Guru tetap (PNS)
Guru honor
Tenaga
administrasi
3
1
1
8
-
2
11
1
3
Jumlah 5 10 15
Sumber data: Papan potensi guru SMP SATAP Negeri Tengapadange tahun pelajaran 2014/2015.
Di samping itu, SMP SATAP Negeri Tengapadange
terdiri dari seorang kepala sekolah dan seorang wakil kepala
sekolah, 4 pengawas, 1 guru agama, 13 guru bidang studi, dan
76
beberapa dari guru tersebut diberikan tugas tambahan, yaitu
sebagai wali kelas.
c. Keadaan Siswa
Siswa adalah salah satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan sekolah, sebab tanpa siswa maka sekolah
tidak mungkin dapat berkembang. Demikian juga di SMP
SATAP Negeri Tengapadange, yang sangat memegang
peranan penting dalam memajukan dan mengembangkan
sekolah.
Pada tahun Pelajaran 2014/2015, jumlah siswa di SMP
SATAP Negeri Tengapadange tercatat sebanyak 68 orang
yang terdiri 29 laki-laki dan 39 perempuan. Jumlah siswa ini
dibagi dalam 3 kelas yakni kelas VII, kelas VIII, kelas IX.
Untuk mengetahui keadaan siswa di SMP SATAP Negeri
Tengapadange, maka berikut ini dapat disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2. : Jumlah Siswa SMP Satu Atap Negeri
Tengapadange Kabupaten Soppeng
No Kelas Jenis Kelamin
Jumlah Laki – laki Perempuan
1
2
3
VII
VII
IX
5
7
17
16
7
16
21
14
33
Jumlah 29 39 68
77
Sumber data: Papan Potensi siswa SMP SATAP Negeri Tengapadange.
d. Keadaan Sarana
Berdasarkan pengamatan dan data tertulis yang
diperoleh, dapat diketahui bahwa keadaan sarana pada SMP
SATAP Negeri Tengapadange sudah termasuk dalam kategori
cukup menunjang proses belajar mengajar, meskipun belum
sepenuhnya terpenuhi secara keseluruhan.
Sarana yang dimiliki SMP SATAP Negeri
Tengapadange, berupa ruangan kepala sekolah, ruangan
wakasek, ruang guru, ruangan tata usaha, ruangan tamu, ruang
kelas, ruangan perpustakaan, ruangan dapur, WC, serta
ruangan olah raga.
Berdasar dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa
keadaan sarana pada SMP SATAP Negeri Tengapadange
sudah cukup memadai dan dapat mendukung kelancaran
proses belajar mengajar.
e. Keadaan Prasarana
Di samping fasilitas, sarana yang menunjang
pelaksanaan proses belajar mengajar, prasarana juga tidak
kalah pentingnya karena keduanya sama-sama berperan dalam
kegiatan belajar mengajar.
Prasarana yang dimiliki SMP SATAP Negeri
Tengapadange, berupa kursi/meja kepala sekolah, kursi/meja
78
tamu, kursi/meja guru, kursi/meja pegawai, kursi/meja siswa,
brangkas, laptop, rak buku, computer, tape recorder dan lemari.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa keadaan
sarana dan prasarana di SMP SATAP Negeri Tengapadange
sudah cukup menunjang dalam segala kegiatannya. Di
samping kelengkapan yang penulis telah sebutkan di atas,
masih banyak hal-hal lain yang tidak sempat disebutkan satu
persatu. Seperti halnya dengan alat olahraga, alat peraga,
jumlah buku perpustakaan, alat-alat kesenian dan lain
sebagainya.
2. Upaya Guru Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP NEGERI
TENGAPADANGE
Sebagaimana diketahui bahwa guru di sekolah
memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan
strategi dalam memberikan motivasi belajar yang tepat untuk
meningkatkan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan berbagai macam
perangkat alat pendidikan, di samping itu diperlukan adanya
motivasi dari guru agama yang dapat membangkitkan
semangat belajar dan kesadaran siswa mengenai yang akan
dicapai serta manfaat pelajaran itu.
79
Selain itu, guru sebagai subyek belajar yang paling
dekat dengan anak didiknya sehingga guru sangat dituntut
memiliki suatu kemampuan atau kompetensi yang
berhubungan dengan profesinya. Sedangkan kemampuan
dan kompetensi yang berhubungan dengan profesinya.
Sedangkan kemampuan dan kompetensi guru diperoleh
bukan dari pengalaman mengajarnya tetapi kemampuan dan
kompetensi guru dapat diperoleh dengan berbagai usaha
yang dilakukannya dan berhubungan dengan profesinya.
Oleh karenanya keberhasilan guru dalam melaksanakan
peranannya dalam bidang pendidikan dan pengajaran
sebagian besar terletak pada kemampuannya dalam
melaksanakan berbagai peranan yang bersifat khusus dalam
situasi belajar mengajar di kelas.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru sebagai
motivator ia harus melakukan peranannya sebagai motivator
dengan memberikan motivasi kepada siswa-siswanya agar
ia dapat belajar yang lebih baik dan memperoleh hasil
belajar yang memuaskan.
Mengingat pentingnya pemberian motivasi guru
kepada siswa dalam rangka pencapaian prestasi belajar
maka guru perlu menciptakan suatu strategi agar motivasi
yang diberikan kepada siswa dapat berpengaruh terhadap
80
prestasi belajar siswa pada umumnya dan pendidikan
Agama Islam pada khususnya. Ini berarti bahwa semakin
tinggi motivasi yang diberikan kepada siswa akan semakin
berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
Atas dasar pemikiran tersebut di atas, maka berikut ini
penulis akan mengemukakan beberapa bentuk atau cara
yang dapat dilakukan oleh guru baik guru umum maupun
guru agama dalam menumbuhkan dan memberikan motivasi
kepada siswa sebagai berikut
a. Pemberian Angka
Sebagaimana diketahui bahwa angka merupakan
simbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu
banyak siswa belajar yang diutamakan justru untuk
mencapai angka atau nilai yang baik, sehingga siswa
biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-
nilai pada raport angkanya baik-baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa
merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga
siswa belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas
saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang
berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang
menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu
harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka
81
seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati.
Oleh karena itu langkah selanjutnya yang ditempuh oleh
guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka
sesuai dengan kemampuan siswa sehingga setiap
pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa tidak
sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan
efeksinya.
Bentuk motivasi dengan memberikan angka
kepada siswa ini telah dilakukan pula oleh guru agama
Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Hasna, S.Pd.I ( Guru
PAI ), dalam wawancara penulis bahwa :
Memberikan angka atau nilai kepada siswa
terhadap hasil pekerjaannya sangat penting artinya bagi
siswa sebab nilai atau angka tersebut dapat menjadi
motivasi untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu,
kami sebagai guru agama di sekolah ini selalu
memperhatikan nilai-nilai yang diperoleh siswa baik nilai
ulangan harian maupun nilai-nilai dari tugas yang
diberikan.
Dengan memperhatikan keterangan tersebut di
atas, maka dapatlah memberikan pemahaman bahwa
salah satu bentuk atau cara untuk menumbuhkan dan
82
memotivasi belajar siswa adalah dengan memberi angka
atau nilai kepada siswa dari hasil pekerjaannya. Tentu
siswa yang memperoleh nilai yang baik akan berusaha
untuk meningkatkan prestasinya yang lebih sedangkan
bagi siswa yang masih memperoleh nilai kurang akan
berusaha pula agar ia memperoleh nilai yang lebih baik.
b. Memberi Ulangan
Memberi ulangan merupakan salah satu bentuk
motivasi belajar pendidikan Agama Islam di SMP SATAP
Negeri Tengapadange, sebab para siswa akan menjadi
giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Namun
memberikan ulangan kepada siswa harus diperhatikan
dengan keadaan karena apabila guru memberikan ulang
setiap hari atau terlalu sering maka akan membosankan
kepada siswa sehingga memberi ulangan dengan
maksud memotivasi belajar siswa justru akan terjadi
sebaliknya.
Hasna, S.Pd.I (Guru PAI), dalam wawancara
penulis mengatakan bahwa :
Pelaksanaan ulangan di sekolah ini merupakan sesuatu yang telah diprogramkan seperti pelaksanaan semester, tetapi pelaksanaan ulangan harian, tergantung dari guru yang bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman siswa terhadap mata pelajaran yang telah diberikan, sehingga pemberian ulangan kepada siswa dapat berfungsi sebagai alat untuk memotivasi belajar siswa
83
pada umumnya dan pendidikan agama Islam pada khususnya.
Keterangan tersebut di atas, dapatlah dipahami
bahwa memberi ulangan merupakan salah satu bentuk
atau cara dalam memotivasi belajar siswa dalam bidang
pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri
Tengapadange.
c. Mengetahui Hasil
Dalam uraian terdahulu penulis telah menguraikan
bahwa angka atau nilai dari hasil pekerjaan siswa
merupakan bentuk atau cara untuk memotivasi belajar
siswa. Oleh karena itu, agar angka atau nilai tersebut
benar-benar dapat berfungsi sebagai motivasi belajar
siswa maka angka atau nilai harus disampaikan atau
diumumkan kepada siswa sehingga dengan mengetahui
hasil belajarnya siswa akan lebih giat dan termotivasi
untuk belajar.
Hasna ( Guru PAI ), mengatakan dalam
wawancara dengan penulis bahwa :
Setiap hasil pekerjaan siswa baik yang berupa hasil ulangan harian atau semester termasuk tugas-tugas yang telah diberikan hasilnya kita sampaikan kepada siswa untuk mengetahui hasil pekerjaan masing-masing, sehingga dengan mengetahui hasil pekerjaan tersebut ia dapat mengetahui kemampuan masing-masing sehingga pada akhirnya dapat menjadi motivasi belajar.
84
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, maka
dapatlah diketahui bahwa di SMP SATAP Negeri
Tengapadange salah satu bentuk motivasi yang
dilakukan oleh guru agama Islam untuk memotivasi
belajar siswa ialah dengan memberitahukan hasil-hasil
yang diperoleh siswa dalam pekerjaan atau tugas-tugas
masing-masing siswa.
d. Pujian
Pujian dapat berfungsi sebagai motivasi belajar
siswa apabila ada siswa yang sukses berhasil
menyelesaikan tugas dengan baik. Pujian ini adalah
bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya
pujian ini merupakan motivasi maka pemberiannya harus
tepat karena pujian yang tepat akan memupuk suasana
yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar
sekaligus akan membangkitkan harga diri.
e. Kelompok Belajar
Pembentukan kelompok belajar di SMP SATAP
Negeri Tengapadange, khususnya pembentukan
kelompok belajar pendidikan agama Islam merupakan
salah satu usaha guru untuk dapat menumbuhkan dan
memotivasi belajar siswa karena dengan pembentukan
85
kelompok belajar tentu semua siswa diharapkan untuk
terlibat belajar bersama-sama dengan kelompoknya.
Dalam kelompok belajar pendidikan agama Islam
dan bidang pendidikan lainnya terdapat banyak manfaat
yang dapat diperoleh dalam kelompoknya yaitu masalah-
masalah yang dihadapi dalam bidang pelajaran tertentu
dapat diselesaikan secara bersama-sama, sedangkan
siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat
dibantu dengan teman kelompoknya. Dengan demikian,
pembentukan kelompok belajar merupakan salah satu
bentuk atau cara untuk menumbuhkan dan memotivasi
belajar siswa.
3. Motivasi Belajar Siswa terhadap Bidang Studi Pendidikan
Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan,
maka dibutuhkan siswa dengan motivasi yang tinggi. Ada
perbedaan antara siswa yang tidak punya motivasi dengan siswa
yang bermotivasi tinggi. Siswa yang tidak punya motivasi, maka
semata-mata hanya pergi ke sekolah tanpa ada tujuan dan target
yang ingin dicapai. Sedangkan siswa yang bermotivasi tinggi
adalah siwa yang merasa senang dan mendapatkan kepuasan
dalam belajar. Ia akan berusaha untuk memperoleh hal yang
86
maksimal dengan semangat yang tinggi serta selalu berusaha
mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
Hanya saja, untuk menciptakan sebuah motivasi belajar
yang tinggi tidaklah mudah. Guru mempunyai peran untuk
menciptakan motivasi tersebut kepada mereka, setidaknya
menjaga motivasi yang telah mereka miliki sebelumnya. Yaitu
bagaimana guru berusaha melakukan strategi untuk
mewujudkan hal tersebut.
Pada bagian ini, penulis akan mendeskripsikan motivasi
belajar para siswa di SMP SATAP Negeri Tengapadange
dengan melalui tes motivasi, dengan didukung oleh pernyataan-
pernyataan siswa dan guru di SMP tersebut.
Dalam menentukan tinggi rendahnya motivasi belajar
siswa, penulis memberikan lima alternatif pilihan jawaban yaitu
(a) Selalu, (b) Sering, (c) Kadang-kadang, (d) Jarang dan (e)
Tidak pernah, dengan ketentuan pilihan jawaban a dan b
merupakan indikasi siswa yang mempunyai motivasi belajar
yang tinggi, sementara pilihan jawaban c, d, dan e merupakan
indikasi siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
87
Tabel 4.3 : Hasil jawaban dari tes motivasi belajar no. 1 (Siswa mengikuti bidang studi Pendidikan Agama Islam secara rutin )
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa siswa
SMP Negeri SATAP Tengapadange yang berjumlah 30 orang
dalam menentukan pilihan cukup bervariasi. 15 siswa memilih
Selalu (a) atau 50,00 %, 10 siswa memilih Sering (b) atau 33.33
%, 3 siswa memilih Kadang-kadang (c) atau 10,00 %, 1 siswa
memilih Jarang (d) atau 3,33 %, dan 1 orang siswa yang
memilih Tidak pernah (e) atau 3,33 %.
Dengan demikian, yang memilih jawaban a dan b
merupakan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi
dengan jumlah 25 orang atau 83,33 %, sementara yang memilih
jawaban c, d dan e merupakan siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah dengan jumlah 5 orang atau 16,67 %.
Hal ini dibenarkan oleh Hasna, S.Pd.I ( Guru PAI ) yang
mengatakan bahwa:
No. Alternatif jawaban Jumlah siswa yang memilih
Persentase
1. 2 3. 4. 5.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
15 10 3 1 1
50,00 % 33,33 % 10,00 % 3,33 % 3,33 %
Jumlah 30 100 %
88
Dalam mengikuti bidang studi Pendidikan Agama Islam, siswa SMP Satap Negeri Tengapadange memang cukup aktif. Hampir seluruh siswa hadir pada setiap jam bidang studi ini dan hanya beberapa siswa saja yang kadang tidak hadir karena dengan beberapa sebab.
Dalam hal ini, 25 siswa SMP Negeri Satap Tengapadange
atau 83,33% yang punya motivasi tinggi, sementara hanya 5
siswa atau 16,67 % yang mempunyai motivasi rendah
berdasarkan item pertanyaan ini.
Tabel 4.4. : Hasil jawaban dari tes motivasi belajar no. 2 (Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama Islam )
Berdasarkan tabel 4.4. di atas, dapat dilihat bahwa siswa
SMP Negeri Satap Tengapadange yang berjumlah 30 orang
dalam menentukan pilihan Hampir sama. 17 siswa memilih
Selalu (a) atau 56,67 %, 9 siswa memilih Sering (b) atau 30,00
%, 2 siswa memilih Kadang-kadang (c) atau 6,67 %, 1 siswa
memilih Jarang (d) atau 3,33 %, dan 1 siswa yang memilih Tidak
pernah (e) atau 3,33 %.
No. Alternatif jawaban Jumlah siswa yang memilih
Persentase
1. 2 3. 4. 5.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
17 9 2 1 1
56,67 % 30,00% 6,67 % 3,33% 3,33%
Jumlah 30 100 %
89
Dengan demikian, yang memilih jawaban a dan b
merupakan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi
dengan jumlah 26 orang atau 86,67 %, sementara yang memilih
jawaban c, d dan e merupakan siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah dengan jumlah 4 orang atau 13,33 %.
Beberapa siswa membenarkan hal ini, seperti yang
dikemukakan oleh Lely Reski awalia, salah satu siswa kelas III
dengan mengatakan :
Kami selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama Islam, baik tugas individu maupun tugas kelompok dengan mengerjakan di rumah. Hal ini kami lakukan sejak kelas I sampai sekarang.
Dalam hal ini, 26 orang atau 86,67 % dari siswa SMP
SATAP Tengapadange mempunyai motivasi tinggi, sementara
hanya 4 orang atau 13,33 % dari siswa SMP Negeri Satap
Tengapadange yang bermotivasi rendah berdasarkan dengan
item pertanyaan ini.
Tabel 4.5. : Hasil jawaban dari tes motivasi belajar no. 3 (Siswa dalam melaksanakan tugas dari guru bidang studi PAI, menginginkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya )
No. Alternatif jawaban Jumlah siswa yang memilih
Persentase
1. 2 3. 4. 5.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
20 5 4 1 0
66,67 % 16,67 %
13,33 % 3,33%
0 %
Jumlah 30 100 %
90
Berdasarkan tabel 4.5. di atas, dapat dilihat bahwa siswa
SMP Negeri Satap Tengapadange yang berjumlah 68 orang
dalam menentukan pilihan hampir sama. 20 siswa memilih
Selalu (a) atau 66,67 %, 5 siswa memilih Sering (b) atau 16,67
%, 4 siswa memilih Kadang-kadang (c) atau 13,33%, 1 siswa
memilih Jarang (d) atau 3,33 %, dan tidak ada siswa yang
memilih Tidak pernah (e) atau 0 %.
Dengan demikian, yang memilih jawaban a dan b
merupakan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi
dengan jumlah 25 orang atau 83,33 %, sementara yang memilih
jawaban c, d dan e merupakan siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah dengan jumlah 5 orang atau 16,67 %.
Berdasarkan keterangan Sri Arya Humaerah , salah satu
siswa kelas III mengatakan :
Dalam mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh guru bidang studi, pada umumnya kami berusaha untuk memperoleh nilai dan hasil yang lebih baik dari pekerjaan sebelumnya, dengan berbagai usaha yang kami lakukan.
Hal ini juga dibenarkan oleh Hasnah, S.Pd.I ( Guru PAI ),
salah satu guru agama dengan mengatakan :
Sesuai dengan pengamatan kami selama ini, mereka cukup bersemangat dalam mengerjakan tugas yang kami berikan baik tugas individu maupun tugas kelompok, bahkan mereka berusaha mendapatkan nilai yang lebih bagus dari hasil sebelumnya.
91
Dalam hal ini, 25 orang atau 83,33 % dari siswa SMP
SATAP Negeri Tengapadange yang bermotivasi tinggi,
sementara hanya 5 orang atau 16,67 % yang bermotivasi rendah
berdasarkan dengan item pertanyaan ini.
Tabel 4.6 : Hasil jawaban dari tes motivasi belajar no. 4 (Siswa merasa senang jika dapat melakukan semua tugas bidang studi dengan baik)
Berdasarkan tabel 4.6. di atas, dapat dilihat bahwa siswa
SMP SATAP Negeri Tengapadange yang berjumlah 30 orang
dalam menentukan pilihan hampir sama. 20 siswa memilih
Selalu (a) atau 66,67 %, 5 siswa memilih Sering (b) atau 16,67
%, 5 siswa memilih Kadang-kadang (c) atau 16,67 %, tidak ada
siswa memilih Jarang (d) atau 0 %, dan tidak ada siswa yang
memilih Tidak pernah (e) atau 0 %.
Dengan demikian, yang memilih jawaban a dan b
merupakan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi
dengan jumlah 25 orang atau 83,33 %, sementara yang memilih
No. Alternatif jawaban Jumlah siswa yang memilih
Persentase
1. 2 3. 4. 5.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
20 5 5 0 0
66,67 % 16,67 % 16,67 %
0 % 0%
Jumlah 30 100 %
92
jawaban c, d dan e merupakan siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah dengan jumlah 5 siswa atau 16,67 %.
Salah satu siswa kelas II, Kurnia mengatakan :
Setiap mengetahui hasil pekerjaan yang diberikan oleh guru bidang studi, apalagi jika hasilnya memuaskan, kami sangat senang dengan hasil pekerjaan tersebut dan selalu berusaha untuk melakukan pekerjaan yang sama, kalau perlu lebih baik lagi dari apa yang telah kami dapat.
Dalam hal ini, 25 orang atau 83,33 % dari siswa SMP
SATAP Negeri Tengapadange yang bermotivasi tinggi,
sementara hanya 5 orang atau 16,67 % yang bermotivasi rendah
berdasarkan dengan item pertanyaan ini.
Tabel 4.7 : Hasil jawaban dari tes motivasi belajar no. 5 (Siswa mengulangi pelajaran di rumah)
Berdasarkan tabel 4.7. di atas, dapat dilihat bahwa siswa
SMP Negeri Satap Tengapadange yang berjumlah 30 orang
dalam menentukan pilihan bervariasi. 6 orang memilih Selalu (a)
atau 20,00 %, 8 siswa memilih Sering (b) atau 26,67 %, 10
siswa memilih Kadang-kadang (c) atau 33,33 %, 3 siswa memilih
No. Alternatif jawaban Jumlah siswa yang memilih
Persentase
1. 2 3. 4. 5.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
6 8
12 3 1
20,00% 26,67%
40,00 % 10,00% 3,33 %
Jumlah 30 100 %
93
Jarang (d) atau 10,00 %, dan 1 siswa yang memilih Tidak pernah
(e) atau 3,33 %.
Dengan demikian, yang memilih jawaban a dan b
merupakan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi
dengan jumlah 14 orang atau 46,67 %, sementara yang memilih
jawaban c, d dan e merupakan siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah dengan jumlah 16 siswa atau 53,33 %.
Dalam hal ini, hanya 14 orang atau 46,67 % dari siswa
SMP Negeri Satap Tengapadange yang bermotivasi tinggi,
sementara 16 orang atau 53,33 % yang bermotivasi rendah
berdasarkan dengan item pertanyaan ini.
Pada bagian ini lebih banyak siswa yang bermotivasi
rendah dibandingkan dengan siswa yang bermotivasi tinggi. Hal
ini disebabkan beberapa faktor, termasuk jam pulang siswa yang
kadang sore, di samping banyaknya siswa yang hanya
menempuh perjalanan dengan jalan kaki.
Hal ini dibenarkan oleh Sukirman salah satu siswa kelas II
dengan mengatakan :
Kami tidak selalu mengulangi pelajaran di rumah disebabkan rasa capek yang kami rasakan setelah hampir seharian penuh belajar di sekolah. Apalagi banyaknya siswa yang hanya berjalan kaki pulang, dan ditambah lagi dengan berbagai tugas bidang studi yang harus kami selesaikan. Namun demikian, kami juga tetap berusaha untuk mengulangi pelajaran walaupun tidak tiap hari.
94
Tabel 4.8 : Hasil jawaban dari tes motivasi belajar no. 6 (Siswa belajar pada malam hari sebelum berangkat kesekolah)
Berdasarkan tabel 4.8. di atas, dapat dilihat bahwa siswa
SMP SATAP Negeri Tengapadange yang berjumlah 30 orang
dalam menentukan pilihan cukup bervariasi. 8 orang memilih
Selalu (a) atau 26,67 %, 5 siswa memilih Sering (b) atau 16,67
%, 13 siswa memilih Kadang-kadang (c) atau 43,33 %, 2 siswa
memilih Jarang (d) atau 6,67 %, dan 2 siswa yang memilih Tidak
pernah (e) atau 6,67 %.
Dengan demikian, yang memilih jawaban a dan b
merupakan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi
dengan jumlah 13 orang atau 43,33 %, sementara yang memilih
jawaban c, d dan e merupakan siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah dengan jumlah 17 siswa atau 56,67 %.
Salah satu siswa kelas II mengatakan bahwa :
Pada dasarnya, kami belajar pada malam hari untuk persiapan bidang studi yang kami pelajari untuk besok, terutama jika ada tugas yang harus dikumpul. Namun banyak juga teman-teman yang lain yang tidak belajar. Mungkin
No. Alternatif jawaban
Jumlah siswa yang memilih
Persentase
1. 2 3. 4. 5.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
8 5
13 2 2
26,67 % 16,67 % 43,33 % 6,67 % 6,67%
Jumlah 30 100 %
95
karena faktor capek atau karena memang malas atau faktor yang lainnya.
Dalam hal ini, hanya 13 orang atau 43,33 % dari siswa
SMP SATAP Negeri Tengapadange yang bermotivasi tinggi,
sementara 17 orang atau 56,67 % yang bermotivasi rendah
berdasarkan dengan item pertanyaan ini. Pada bagian ini lebih
banyak siswa yang bermotivasi rendah dibandingkan dengan
siswa yang bermotivasi tinggi.
Tabel 4.9. : Hasil jawaban dari tes motivasi belajar no. 7 (Siswa datang di sekolah tepat waktu)
Berdasarkan tabel 4.9. di atas, dapat dilihat bahwa siswa
SMP SATAP Negeri Tengapadange yang berjumlah 30 orang
dalam menentukan pilihan hampir sama. 15 orang memilih
Selalu (a) atau 50,00 %, 10 siswa memilih Sering (b) atau 33,33
%, 3 siswa memilih Kadang-kadang (c) atau 10,00 %, 1 siswa
memilih Jarang (d) atau 3,33 %, dan 1 siswa yang memilih Tidak
pernah (e) atau 3,33 %.
No. Alternatif jawaban Jumlah siswa yang memilih
Persentase
1. 2 3. 4. 5.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
15 10 3 1 1
50,00%
33,33 % 10,00% 3,33% 3,33%
30 100 %
96
Dengan demikian, yang memilih jawaban a dan b
merupakan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi
dengan jumlah 25 orang atau 83,33 %, sementara yang memilih
jawaban c, d dan e merupakan siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah dengan jumlah 5 siswa atau 16,67 %.
Hal ini dibenarkan Hasnah,S.Pd.I ( Guru PAI ) dengan
mengatakan:
Salah satu kesyukuran kami selaku guru di SMP SATAP Negeri Tengapadange, yaitu adanya tingkat kedisipilinan siswa yang cukup tinggi, terutama ketepatan waktu mereka datang ke sekolah, walaupun banyak dari siswa yang rumahnya cukup jauh dari sekolah, sehingga hal ini sangat membantu dalam kelancaran proses belajar mengajar, termasuk bidang studi Pendidikan Agama Islam.
Dalam hal ini, hanya 25 orang atau 83,33 % dari siswa
SMP SATAP Negeri Tengapadange yang bermotivasi tinggi,
sementara 5 orang atau 16,67 % yang bermotivasi rendah
berdasarkan dengan item pertanyaan ini.
Tabel 4.10 : Hasil jawaban dari tes motivasi belajar no. 8 (Siswa mencari solusi ketika mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar)
No. Alternatif jawaban Jumlah siswa yang memilih
Persentase
1. 2 3. 4. 5.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
15 9 4 2 0
50,00 %
30,00 % 13,33 % 6,67 %
0 %
Jumlah 30 100 %
97
Berdasarkan tabel 4.10. di atas, dapat dilihat bahwa siswa
SMP SATAP Negeri Tengapadange yang berjumlah 30 orang
dalam menentukan pilihan cukup bervariasi. 15 orang memilih
Selalu (a) atau 50,00 %, 9 siswa memilih Sering (b) atau 30,00
%, 4 siswa memilih Kadang-kadang (c) atau 13,33 %, 2 siswa
memilih Jarang (d) atau 6,67 %, dan tidak ada siswa yang
memilih Tidak pernah (e) atau 0 %.
Dengan demikian, yang memilih jawaban a dan b
merupakan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi
dengan jumlah 24 orang atau 80,00 %, sementara yang memilih
jawaban c, d dan e merupakan siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah dengan jumlah 6 siswa atau 20,00 %.
Hal ini ditegaskan Hasnah, S.Pd.I ( Guru PAI ) bahwa :
Keinginan siswa SMP SATAP Negeri Tengapadange dalam memperbaiki diri dan untuk lebih meningkatkan dirinya termasuk cukup tinggi. Salah satu indikasi yang bisa dilihat adalah banyaknya siswa yang bertanya langsung kepada kami ketika mereka menghadapi masalah dalam pelajaran, termasuk bidang studi Pendidikan Agama Islam.
Dalam hal ini, 24 orang atau 80,00 % dari siswa SMP
SATAP Negeri Tengapadange yang bermotivasi tinggi,
sementara 6 orang atau 20,00 % yang bermotivasi rendah
berdasarkan dengan item pertanyaan ini.
98
Tabel 4.11 : Hasil jawaban dari tes motivasi belajar no. 9 (Siswa akan memperbaiki diri ketika melakukan kekeliruan dalam belajar )
Berdasarkan tabel 4.11. di atas, dapat dilihat bahwa siswa
SMP SATAP Negeri Tengapadang yang berjumlah 30 orang
dalam menentukan pilihan cukup bervariasi. 20 orang memilih
Selalu (a) atau 66,67 %, 6 siswa memilih Sering (b) atau 20,00
%, 3 siswa memilih Kadang-kadang (c) atau 10,00 %, 1 siswa
memilih Jarang (d) atau 3,33 %, dan tidak ada siswa yang
memilih Tidak pernah (e) atau 0 %.
Dengan demikian, yang memilih jawaban a dan b
merupakan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi
dengan jumlah 26 orang atau 86,67%, sementara yang memilih
jawaban c, d dan e merupakan siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah dengan jumlah 4 siswa atau 13,33 %.
Hasnah, S.Pd.I ( Guru PAI ) mengatakan :
Keinginan mereka untuk memperbaiki dalam berbagai kekeliruan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar sangat tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan aktifnya mereka
No. Alternatif jawaban Jumlah siswa yang memilih
Persentase
1. 2 3. 4. 5.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
20 6 3 1 0
66,67% 20,00% 10,00% 3,33 %
0 %
Jumlah 30 100 %
99
mengikuti ceramah, ceramah, shalat berjamaah yang dilakukan oleh sekolah dengan prakarsa guru bidang studi agama. Dan sangat nampak dalam keseharian siswa di sekolah.
Dalam hal ini, hanya 26 orang atau 86,67 % dari siswa
SMP SATAP Negeri Tengapadange yang bermotivasi tinggi,
sementara 4 orang atau 13,33 % yang bermotivasi rendah
berdasarkan dengan item pertanyaan ini.
Dari sembilan item pertanyaan yang diajukan, tujuh item
yang menunjukkan motivasi belajar siswa, dan hanya dua item
yang menunjukkan motivasi belajar rendah. Ini berarti, secara
umum siswa SMP SATAP Negeri Tengapadange mempunyai
motivasi belajar yang cukup tinggi. Dalam hal ini, indikasi
motivasi yang tinggi tersebut dapat dilihat dari peningkatan
prestasi siswa dalam belajar dan peningkatan pemahaman siswa
tentang ajaran agama Islam.
4. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP
Negeri Tengapadange Kab. Soppeng sebelum pemberian
strategi dan berbagai upaya motivasi belajar
Pada pembahasan sebelumnya ditekankan bahwa
guru yang bertanggung jawab dan memegang peranan
penting terhadap berhasil tidaknya siswa di sekolah. Dalam
hal ini guru bertugas mengevaluasi, memberi penilaian atas
ilmu yang dimiliki siswa, apakah tujuan pembelajaran dan
pengajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
100
Untuk mengetahui secara jelas rata-rata prestasi
belajar siswa pada SMP SATAP Negeri Tengapadange Kab.
Soppeng sebelum adanya pemberian upaya motivasi belajar,
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.12.
Nilai rata-rata ulangan harian Siswa dalam Bidang Study Pendidikan Agama Islam pada SMP SATAP Negeri
Tengapadange Kab. Soppeng. Skor ( xi )
Banyak siswa ( fi )
xi.fi xi – (xi - )2 fi (xi - )2
80 1 80 2,17 4,71 4,71 75 1 75 -2,83 8,01 8,01 83 1 83 5,17 26,73 26,73 75 1 75 -2,83 8,01 8,01 75 1 75 -2,83 8,01 8,01 75 1 75 -2,83 8,01 8,01 83 1 83 5,17 26,73 26,73 75 1 75 -2,83 8,01 8,01 77 1 77 -0,83 0,69 0,69 75 1 75 -2,83 8,01 8,01 75 1 75 -2,83 8,01 8,01 75 1 75 -2,83 8,01 8,01 75 1 75 -2,83 8,01 8,01 75 1 75 -2,83 8,01 8,01 75 1 75 -2,83 8,01 8,01 77 1 77 -0,83 0,69 0,69 80 1 80 2,17 4,71 4,71 80 1 80 2,17 4,71 4,71 80 1 80 2,17 4,71 4,71 80 1 80 2,17 4,71 4,71 80 1 80 2,17 4,71 4,71 80 1 80 2,17 4,71 4,71 80 1 80 2,17 4,71 4,71 83 1 83 5,17 26,73 26,73 75 1 75 -2.83 8,01 8,01 75 1 75 -2,83 8,01 8,01 77 1 77 -0,83 0,69 0,69 84 1 84 6,17 38,07 38,07
101
76 1 76 -1,83 3,35 3,35 80 1 80 2,17 4,71 4,71
30 2335 0,1 270,20 Sumber data : Dokumen nilai rata-rata siswa dalam bidang studi
pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri tengapadange Kab. Soppeng Tanggal 27 desember 2014.
Nilai rata-rata ( ) = = = 77,83
Rentang skor = skor tertinggi – skor terendah = 84 – 75 = 9
Variansi ( s2 ) = =
= = 9, 32
Deviasi =
=
=
= = 3,05
Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata siswa
tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, prestasi
belajar siswa dalam bidang studi pendidikan agama Islam di
SMP SATAP Negeri Tengapadange Kab. Soppeng,
termasuk kategori sedang.
102
5. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP
Negeri Tengapadange Kab. Soppeng setelah pemberian
strategi dan berbagai upaya motivasi belajar
Berdasarkan hasil data angket, hubungan antara
pemberian motiviasi siswa dengan prestasi belajar siswa, di
SMP SATAP Negeri Tengapadannge Kab. Soppeng, setelah
pemberian berbagai upaya motiva belajar maka
menganalisis berdasarkan tabel berikut :
Tabel 4.13. Nilai rata-rata ulangan harian Siswa dalam Bidang Study
Pendidikan Agama Islam pada SMP SATAP Negeri Tengapadange Kab. Soppeng.
Skor ( xi )
Banyak siswa ( fi )
xi.fi xi – (xi - )2 fi (xi - )2
80 1 80 -1,17 1,37 1,37 75 1 75 -6,17 38,07 38,07 87 1 87 5,83 33,99 33,99 75 1 75 -6,17 38,07 38,07 75 1 75 -6,17 38,07 38,07 77 1 77 -4, 17 17,39 17,39 88 1 88 6,83 46,65 46,65 75 1 75 -6,17 38,07 38,07 79 1 79 -2, 17 4,71 4,71 75 1 75 -6, 17 38,07 38,07 85 1 85 3, 83 14,67 14,67 82 1 82 0, 83 0,69 0,69 95 1 95 13,83 191,27 191,27 80 1 80 -1, 17 1,37 1,37 82 1 82 0,83 0,69 0,69 79 1 79 -2, 17 4,71 4,71 75 1 75 -6, 17 38,07 38,07 75 1 75 -6, 17 38,07 38,07 75 1 75 -6,17 38,07 38,07 79 1 79 -2,17 4,71 4,71
103
90 1 90 8,83 77,97 77,97 100 1 100 18,83 354,57 354,57 88 1 88 6,83 46,65 46,65 92 1 92 10,83 117,29 117,29 75 1 75 -6,17 38,07 38,07 75 1 75 -6,17 38,07 38,07 75 1 75 -6,17 38,07 38,07 80 1 80 -1,17 1,37 1,37 79 1 79 -2,17 4,71 4,71 88 1 88 6,83 46,65 46,65
30 2435 -0,1 1390,20 Sumber Data : Hasil Olahan Data Nilai rata-rata ( ) = = = 81, 17
Rentang skor = skor tertinggi – skor terendah = 100 – 75 = 25
Variansi ( s2 ) = =
= = 47,94
Deviasi =
=
= = = 6 , 92
Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata siswa
tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, prestasi
belajar siswa dalam bidang studi pendidikan agama Islam di
SMP SATAP Negeri Tengapadange Kab. Soppeng,
termasuk kategori tinggi.
104
Kesimpulan yang dapat diambil adalah, bahwa
pemberian motivasi belajar memiliki pengaruh dan hubungan
yang erat terhadap peningkatan prestasi belajar siswa SMP
SATAP Negeri Tengapadange Kab. Soppeng pada mata
pelajaran pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari
hasil rata-rata prestasi belajar meningkat dari rata-rata
77,83 menjadi 81,17 setelah pemberian berbagai motivasi
belajar terhadap siswa
B. PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian dimaksudkan untuk
memberikan penjelasan yang lebih detail terhadap hasil-hasil
penelitian yang diperoleh di lapangan, yakni berbagai upaya
yang dilakukan oleh guru agama Islam dalam meningkatkan
motivasi belajar pendidikan Agama Islam.
1. Pemberian angka
Sebagaimana yang dijelaskan terdahulu bahwa angka
merupakan symbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Oleh
karena itu banyak siswa belajar yang diutamakan adalah
untuk mendapatkan angka yang baik.
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh gambaran
bahwa pemberian angka dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa pada SMP Satu Atap Negeri Tengapadange kabupaten
105
Soppeng termasuk kategori tinggi (83,33%). Hal ini berarti
bahwa siswa di sekolah tersebut saling bersaing untuk
mendapatkan angka yang baik.
Namun demikian, sebagai seorang guru ia tetap harus
senantiasa berusaha memperbaiki dan meningkatkan motivasi
belajar siswanya, serta mengatasi masalah-masalah
pembelajaran dan senantiasa mengikuti perubahan, karena
tanpa motivasi belajar yang tinggi maka siswa akan
mengalami kegagalan dalam belajar. Hal ini sejalan dengan
pendapat Sukmadinata (2005:61) Motivasi merupakan kondisi
dalam diri individu yang dapat mendorong atau menggerakkan
individu tersebut untuk melakukan aktifitas tertentu guna
mencapai tujuan.
Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah melalui
pemberian angka. Karena dengan angka yang baik akan
memberi motivasi tersendiri bagi siswa untuk senantiasa
selalu belajar agar memperoleh angka yang baik. Hal ini
sejalan dengan pendapat Martinis Yamin (2003 : 90) Angka-
angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang
sangat kuat. Tetapi ada juga siswa belajar hanya ingin
mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi
106
yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan
siswa-siswa yang menginginkan angka baik.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah
seorang murid di SMP Satu Atap Negeri Tengapadange
mengatakan bahwa, dalam mengerjakan semua tugas yang
diberikan oleh guru bidang studi, pada umumnya kami
berusaha untuk memperoleh nilai dan hasil yang lebih baik
dari pekerjaan sebelumnya, dengan berbagai usaha yang
kami lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian angka
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah tersebut
tergolong baik.
Asumsi penulis bahwa jika pemberian angka dilakukan
oleh guru, maka dampaknya akan meningkatkan cara belajar
siswa yang giat dan akan senantiasa selalu mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru.
2. Memberi ulangan
Yang dimaksud dengan memberi ulangan adalah upaya
yang dilakukan seorang guru terhadap siswa-siswanya agar
mereka selalu senantiasa untuk giat belajar. Sebab para siswa
akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
Menurut Sardiman (2014:93) Memberikan ulangan
merupakan salah satu bentuk usaha dalam menumbuhkan
107
dan meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap bidang
studi pendidikan Agama Islam, sebab para siswa akan
menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif diperoleh
gambaran bahwa hasil belajar siswa dirumah termasuk
kategori rendah (43,33%). Sebagian besar siswa lebih
cenderung untuk bermain dan menonton di malam hari. Akan
tetapi ketika akan ada ulangan maka siswa akan lebih giat
untuk belajar.
Oleh karena itu, untuk senantiasa meningkatkan
motivasi belajar siswa pada SMP Satu Atap Negeri
Tengapadange tersebut, maka para guru terkhusus guru mata
pelajaran pendidikan agama Islam senantiasa harus
memberikan ulangan terhadap peserta didiknya
Menurut asumsi penulis berdasarkan hasil analisis di
atas, bahwa apabila guru selalu memberikan ulangan, baik
berupa ulangan harian kepada siswanya, maka dampaknya
akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Karena
dengan pemberian ulangan peserta didik akan merasa
tertantang untuk dapat menyelesaikan soal dari ulangan
tersebut, kemudia hasil yang diperoleh merupakan suatu
dorongan tersendiri bagi siswa untuk lebih giat dalam belajar
108
guna memperoleh hasil ulangan yang lebih baik. Hal ini
sejalan dengan pendapat Sumadi Suryabrata (2004 : 70) secara
terminologi mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu tenaga,
dorongan, alasan, kemauan dari dalam yang menyebabkan kita
bertindak, dimana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu
yang hendak dicapai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru harus
memberikan ulangan kepada siswa guna meningkatkan motivasi
belajarnya namun harus diperhatikan dengan keadaan karena
apabila guru memberikan ulangan setiap hari atau terlalu sering
maka akan berdampak membosankan terhadap siswa.
3. Mengetahui hasil
Mengetahui hasil dari setiap tugas yang diberikan
kepada siswa baik berupa hasil ulangan harian, ulangan
semester, dan untuk hasil pekerjaan rumah maupun tugas-
tugas di sekolah, akan memiliki nilai motivasi yang tinggi
apabila diberikan dengan cara yang tepat. Terutama dalam
mengumumkan hasil terhadap tugas-tugas sekolah sehari-hari
sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Dari hasil wawancara dari salah seorang siswa
mengatakan bahwa, setiap mengetahui hasil pekerjaan yang
diberikan oleh guru bidang studi, apalagi hasilnya
109
memuaskan, kami sangat senang dengan hasil pekerjaan
tersebut dan selalu berusaha untuk melakukan pekerjaan
yang sama, kalau perlu lebih baik lagi dari apa yang telah
kami dapat.
Menurut asumsi penulis berdasarkan hal tersebut,
bahwa apabila siswa mengetahui hasil dari pekerjaannya
maka akan munumbuhkan motivasinya untuk lebih melakukan
hal tersebut, ini karena siswa merasa berhasil dengan apa
yang ia telah kerjakan.
Sangat penting untuk menanamkan rasa berhasil dalam
diri siswa. Hal ini dapat pula di capai dengan memberikan
tugas sekolah yang bervariasi, memberi tugas yang sesuai
dengan kemampuan peserta didik sehingga setiap siswa akan
mempunyai kemungkinan untuk dapat berprestasi sesuai
dengan kemampuannya. Keberhasilan akan menumbuhkan
kepercayaan diri dalam mengerjakan suatu tugas sedangkan
kegagalan akan menyebabkan siswa membuat tujuan-tujuan
yang tidak realistik.
4. Pujian
Pemberian pujian berkaitan dengan kebutuhan harga
diri siswa. Pada umumnya memberikan pujian kepada siswa
sangat efektif untuk meningkatkan motivasinya dalam belajar.
110
Pujian sebagai ganjaran merupakan insentiif yang tidak dapat
diabaikan perannya dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa agar mengulang perbuatannya yang dipuji itu.
Pujian tidak harus dinyatakan secara verbal. Suatu
anggukan kepala, senyum, dan bahkan perhatian yang tulus
terhadap hasil kerja siswa bernilai sama dengan pujian
langsung dan meningkatkan harga diri siswa karena ia dapat
merasakan kepuasan sebagai orang yang berhasil dan
mendapat pengakuan. Hal ini sejalan dengan teori Frederick
Herzberg dalam Siagian ( 2002: 107) yang mengemukakan
bahwa pengakuan akan keberhasilan yang dicapai merupakan
faktor pendorong untuk lebih meningkatkan hasil dari
pekerjaannya.
Maka dari itu sebagai seorang guru hendaklah
memberikan pujian kepada peserta didiknya dengan
sewajarnya. Harus memperhatikan berbagai faktor apakah
siswa tersebut berhak mendapat pujian atau mendapat
teguran. Karena pujian yang berlebihan akan juga berdampak
buruk bagi perilaku siswa, yang membuat siswa tersebut akan
merasa hebat dan sombong terhadap teman-temannya.
111
5. Kelompok belajar
Pembentukan kelompok belajar merupakan salah satu
hal yang sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa, karena dengan pembentukan kelompok belajar
diharapkan siswa mampu terlibat belajar bersama-sama tanpa
memandang perbedaan, sehingga siswa yang dulu merasa
tidak mampu akan berusaha semaksimal mungkin, sehinggah
akan memunculkan kebutuhan akan harga diri karena
mendapat pengakuan dari teman kelompoknya.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Maslow dan Alderfer kebutuhan akan harga diri dapat
dipenuhi oleh adanya kepercayaan diri dalam menggunakan
kemampuan, skill, dan potensi serta mampu berpendapat
dengan mengemukakan ide-ide dan kritik terhadap sesuatu.
(Mangkunegara, 2005:78).
Guna membentuk rasa harga diri yang tinggi dalam diri
siswa, guru haruslah dapat menemukan sesuatu sesuatu yang
mampu dilakukan oleh siswa sehingga dapat membuatnya
merasa penting, salah satunya pembentukan kelompok.
Dalam pembentukan kelompok ini guru haruslah
memperhatikan perbedaan individual siswa, guru haruslah
bijak dalam menentukan kelompok sehingga semua siswa
112
dalam setiap kelompok bisa berpartisipasi bukan hanya pada
satu orang saja.
Dari hasil pembahasan diatas terhadap upaya yang dilakukan
oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dapat
disimpulkan bahwa, Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang
diinginkan, maka dibutuhkan siswa dengan motivasi yang tinggi. Ada
perbedaan antara siswa yang tidak punya motivasi dengan siswa yang
bermotivasi tinggi. Siswa yang tidak punya motivasi, maka semata-
mata hanya pergi ke sekolah tanpa ada tujuan dan target yang ingin
dicapai. Sedangkan siswa yang bermotivasi tinggi adalah siwa yang
merasa senang dan mendapatkan kepuasan dalam belajar. Ia akan
berusaha untuk memperoleh hal yang maksimal dengan semangat
yang tinggi serta selalu berusaha mendapatkan hasil belajar yang
lebih baik.
Hanya saja, untuk menciptakan sebuah motivasi belajar yang
tinggi tidaklah mudah. Guru mempunyai peran untuk menciptakan
motivasi tersebut kepada mereka, setidaknya menjaga motivasi yang
telah mereka miliki sebelumnya. Yaitu bagaimana guru berusaha
melakukan strategi untuk mewujudkan hal tersebut.
Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini terbukti, yaitu
“jika pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan upaya-
upaya peningkatan motivasi belajar, maka dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Upaya-upaya yang dimaksud dalam hipotesis
113
tersebut adalah; pemberian angka, memberi ulangan, mengetahui
hasil, pujian dan kelompok belajar.
Diharapkan upaya-upaya tersebut dapat diterapkan oleh guru-
guru disekolah khususnya guru mata pelajaran pendidikan Agama
Islam, sehinggah motivasi belajar peserta didik dapat meningkat.
Maka dari itu guru pendidikan agama Islam harus memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai berbagai upaya yang dapat
digunakan dalam situasi tertentu secara tepat. Guru harus mampu
menciptakan suatu situasi yang dapat memudahkan tercapainya
tujuan pendidikan. Menciptakan situasi berarti memberikan motivasi
agar dapat menarik minat siswa terhadap pendidikan agama yang
disampaikan oleh guru. Karena yang harus mencapai tujuan
pendidikan itu adalah siswa, maka ia harus termotivasi untuk
mencapai tujuan tersebut. Untuk itu seorang guru harus menguasai
dan menerapkan berbagai upaya yang sesuai.
Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung
dari keberhasilan kegiatan pembelajaran sebagai sinergi dari
komponen-komponen pendidikan baik instrumen output maupun input
yang berupa kurikulum, tenaga kependidikan, sarana prasarana,
sistem pengolahan maupun lingkungan sosial dengan peserta didik
sebagai subyeknya. Dari komponen-komponen tersebut, kualitas
sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat
penting guna menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran.
114
Kualitas sumber daya manusia mencakup kinerja guru sebagai
motivator,pelaksana dan pengelola pendidikan.
Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa tersebut dipengaruhi
oleh minat dan keinginan siswa mengikuti pelajaran. Dari hasil
peneitian diperoleh rata – rata siswa yang mengikuti pembelajaran
agama islam secara rutin sebesar 83,33 %. Hal ini menunjukkan
bahwa motivasi belajar siswa terhadap pendidikan agama islam
termasuk kategori cukup tinggi. Namun demikian dari hasil
pengamatan masih ada beberapa kekurangan terutama dalam
program tindak lanjut hasil penilaian hasil belajar terhadap siswa. Hal
ini disebabkan karena pemahaman guru terhadap kurikulum baru yaitu
kurikulum 2013 belum begitu optimal. Namun secara keseluruhan
upaya guru dalam meningkapatkan motivasi maupun prestasi belajar
siswa telah cukup baik.
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
siswa yang merasa senang jika dapat melakukan semua tugas bidang
studi PAI dengan baik sebesar 83,33 %. Hal ini berarti bahwa
motivasi siswa dalam mengerjakan tugas termasuk kategori sangat
tinggi. Motivasi kerja yang dimiliki oleh siswa sangatlah penting
nilainya karena hal ini menunjang prestasi belajar siswa itu sendiri.
Akyas Azhari (2004 : 65) Menyebutkan bahwa motivasi adalah
sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana
115
rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan nyata dan merupakan
muara dari sebuah tindakan.
Dengan motivasi belajar yang tinggi , siswa akan berusaha
mencari solusi ketika mengalami kesulitan dalam proses belajar
mengajar hal ini dapt dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan 80
% siswa memiliki motivasi untuk memperbaiki dan mencari solusi
ketika mengalami kesulitan. Sebaliknya dengan motivasi yang rendah
siswa akan mudah menyerah terhadap keadaan apabila mendapakan
kesulitan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaannya sehinggah sulit
untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa, secara kualitiatif terjadi beberapa perubahan.
Siswa menunjukkan sikap antusiasnya untuk mengikuti pelajaran
agama islam, keberanian murid menyampaikan pendapat, tanggapan,
bertanya mengenai materi yang diajarkan. Secara kuantitatif, terjadi
peningakatan hasil belajar siswa SMP SATAP Negeri Tengapadange
terhadap pelajaran pendidikan agama Islam dengan skor rata-rata
77,83 sebelum pemberian upaya motivasi belajar menjadi 81,17
setelah pemberian berbagai upaya motivasi belajar tehadap siswa,
Dengan demikian ada pengaruh motivasi belajar siswa
terhadap hasil belajar siswa. Semakin tinggi motivasi belajar siswa
maka semakin tinggi pula hasil belajar yang akan dicapai,. Begitupun
dengan kenerja guru sebagai motivator dalam kelas, semakin kreatif
116
guru dalam memberikan upaya ataupun strategi belajar maka semakin
tinggi pula motivasi siswa mengukuti pelajaran.
C. REKOMENDASI
Berdasarkan simpulan penelitian tentang gambaran upaya-
upaya yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar terhadap
pendidikan agama islam. Maka dapat diajukan rekomendasi.
Rekomendasi ini diperuntukkan kepada (1) bagi akademis / lembaga
pendidikan, ( 2) bagi guru PAI, ( 3 ) bagi peneliti. Secara lebih rinci
rekomendasi tersebut dipaparkan dibawah ini :
a. Bagi akademis/lembaga pendidikan, upaya-upaya dalam
peningkatan motivasi ini dapat dijadikan sebagai landasan
pertimbangan dan sebagai informasi bagi guru-guru di Sekolah
Menengah Pertama untuk merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran agama islam yang bermakna. Merangsang peserta
didik/ mahasiswa untuk berfikir tehap tinggi ( berfikir agamis ),
memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman belajar yang
dapat digunakan baik didalam maupun diluar ruang kelas sehingga
menjadi salah satu untuk mengubah sikap / anggapan kurang
menariknya terhadap pembelajaran agama islam.
b. Bagi guru PAI, pemberian upaya-upaya peningkatan motivasi
belajar ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
dalam bidang pendidikan, khususnya dalam kreatifitas dan
kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran yang
117
bermakna kepada siswa, sehingga diharapkan semakin
memperkaya pengetahuan tentang metode, model dan pendekatan
dalam melaksanakan pembelajaran.
c. Bagi peneliti, agar melakukan pengembangan penelitian yang lebih
luas, terkait dengan upaya-upaya yang dilakukan guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap Pendidikan Agama
Islam. Mengingat penelitian yang telah dilakukan ini masih memiliki
keterbatasan – keterbatasan yakni baru dilaksanakan pada subjek
penelitian terbatas ( mahasiswa Pendidikan Agama Islam ), topik /
bahasan hanya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
dilakukan pada satu lokasi saja. Diharapkan juga penelitian ini
memberi gambaran kepada calon guru tentang keadaan
pembelajaran siswa di sekolah sehingga dapat dijadikan sebagai
acuan dalam pengembangan ide-ide dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran.
118
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penjelasan dan uraian bab perbab dari tesis ini,
maka penulis akan menarik dua poin penting yang merupakan
kesimpulan secara keseluruhan terhadap penjelasan-penjelasan yang
tertera dalam tesis ini sebagai berikut :
1. Pada dasarnya, motivasi belajar siswa SMP Satu Atap
Tengapadange Kabupaten Soppeng tergolong tinggi terhadap
bidang studi Pendidikan Agama Islam. Ini berdasarkan dengan tes
motivasi yang diberikan kepada jumlah responden dan dapat
dilihat dari hasil rata-rata prestasi belajar meningkat dari rata-rata
77,83 menjadi 81,17 setelah pemberian berbagai motivasi belajar
terhadap siswa.
2. Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa SMP Satu Atap
Tengapadange Kabupaten Soppeng terhadap bidang studi
Pendidikan Agama Islam, maka guru bidang studi melakukan
berbagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa yang
meliputi pemberian angka, memberi ulangan, mengumumkan hasil
ujian, pujian, dan pembentukan kelompok belajar. Hal ini terbukti
efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa hanya saja
memang masih diperlukan berbagai upaya-upaya dari guru bidang
studi untuk lebih meningkatkan lagi motivasi yang sudah ada,
119
disamping masih ada sebagian siswa yang harus mendapat
perhatian dan dorongan dari guru
B. Saran
1. Diharapkan para siswa tetap mempertahankan dan lebih
meningkatkan lagi motivasi dan semangat belajarnya, untuk
menghasilkan mutu pendidikan yang berkualitas. Begitu pula, para
guru bidang studi Pendidikan Agama Islam tetap mengintensifkan
usaha-usaha tersebut, karena keberadaan guru sangat
menentukan turun naiknya motivasi belajar siswa.
2. Motivasi belajar siswa SMP SATAP Tengapadange terhadap
bidang studi Pendidikan Agama Islam termasuk dalam motivasi
tinggi. Hal ini sangat membantu guru dalam proses belajar
mengajar. Hanya saja, motivasi tersebut tetap harus didukung
oleh strategi dan upaya-upaya guru bidang studi PAI dalam
meningkatkan motivasi para siswa, dalam rangka mewujudkan
hasil belajar yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama R.I. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Karya Putra Utama, 2008
Ahmad, Abdul Kadir. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. I; Makassar : CV. INDOBIS, 2003.
Ahmadi, Abu, Salimi Noor, 2008. MKDU Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Cet. ke 5; Jakarta: Bumi Aksara, 2008..
Azhari, Akyaz. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan, Cet. I; Jakarta: Teraju, 2004.
Ambarjaya, Beni S. Psikologi Pendidikan dan Pengajaran (teori dan praktik), Cet. I, Jakarta: PT. Buku Seru, 2012.
Bahri, Djamarah Syaiful. Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi), Cet. 3; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.
Bahri, Syaiful. Strategi Belajar mengajar, edisi revisi, Cet. III; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.
Danim Sudarwan, Khairil. Psikologi Pendidikan (dalam pendekatan baru), Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2011..
Djamaluddin, Ahdar. Strategi Belajar Mengajar, Cet II; Makassar: Gunadarma Ilmu, 2013.
Djalali, M. As’ad. Psikologi Motivasi. Minat Jabatan, Intelegensi, Bakat dan Motivasi Kerja: Wineka Media, Malang, 2001.
Elvianita. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Kooperatif Learning Tipe Jiksaw pada Kelas V SD Inpres Paccerakkang Daya. Tesis (tidak dipublikasikan). Program Studi Guru Pendidikan Sekolah Dasar Unismuh Makassar, 2012.
Getteng, Abdul Rahman. Pendidikan Islam dalam Pembangunan, Ujungpandang: Yayasan al- Ahkam, 1997.
Gitosudarmo, Indriyo, dan Sudita, I.Nyoman. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta, BPFE, 2002.
H. A. R, Tilaar. Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Cet. 2; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.
121
H. Baihaki, AK. Mendidik Anak dalam Kandungan Menurut Ajaran Pedagogis Islam, Cet. II; Jakarta: Darul Ulum Pers, 2001.
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Cet. II; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.
Haling, Abdul. Belajar dan Pembelajaran, Cet. II; Makassar: Badan Penerbit UNM, 2007.
Handoko. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE: Yogyakarta, 2000.
Harjanto. Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Hasibuan. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Indonesia, 2005. Undang-undang Tentang Guru dan Dosen, Nomor 14 Tahun 2005
J, Winardi. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen, Cet. II; Jakarta: Radja Grafindo, 2002.
M, Arifin. Perbandingan Pendidikan Islam, Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta.
Makmur, Abin Syamsuddin. Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran, Cet. V; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Mangkunegara, A.A. Evaluasi Kinera Sumber Daya Manusia. Bandung, PT Refika Adimata, 2005.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.
Maudiarti, Sunti, dkk. Prinsip Desain Pembelajaran, Cet. 2; Jakarta: Kencana Pranada Media Group., 2008.
Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Mudyahardjo, Redja. Filsafat Ilmu Pendidikan, Cet. 1; Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2001.
Mustaqim. Makalah Pendidikan Agama Islam, (Online), (http://ilmumedia. blogspot. com/2014/04/makalah-pendidikan-agama - islam. html, diakses 01 Juli 2014)
122
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Agama Islam di Sekolah, Cet 3; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.
Ormrod, Jeanne Ellis. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa dalam Tumbun dan Berkembang, Jilid 2; Jakarta: Erlangga, 2008.
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Rafi Ahmad. Motivasi Belajar. Makalah (tidak dipublikasikan) Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Parepare, 2009.
__________. Strategi Mengembangkan Minat Belajar Anak (Perspektif Pendidikan Islam). Skripsi (tidak dipublikasikan) Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Parepare, 2011.
Rahman, Nazarudin. Manajemen Pembelajaran ; Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Cet I; Yogyakarta: Pustaka Felicha. 2009.
Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet III; Jakarta: Kalam Mulia, 2001.
Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi I; Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Sabri, M. Alisuf. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. Ke 8; Bandung: Alfabeta, 2009.
Sadulloh, Uyo. Pengantar Filsafat Pendidikan, Cet. 1; Bandung: CV. Alfabeta, 2003.
Sardiman, A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet 22; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.
_____________. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet. 3; Jakarta: PT. Radja Grafindo, 2011.
Sa’ud, Udin Syaefuddin. Inovasi Pendidikan, Cet. 2; Bandung: CV. Alfabeta, 2009.
123
Shaleh, Abd. Rahman. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Cet. 3; Kencana Prenada Group, 2008.
Siagian, P. Sondang. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Gunung Agung: Jakarta, 2000.
___________________. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, 1999.
Soetriono, Rita Hanafie. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi, ed. 11; Bandung: Alfabeta, 2004.
Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan Bandung: Rosdakarya, 2005.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. XII; 2004.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta : Rajawali Pers, 2011.
____________. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Cet. 5; Bandung: Remaja Rosda Karya , 2000.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet. III; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000.
Thoha, M. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
UU RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2003.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika.
Undang-undang Dasar dan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ketetapan MPR No. II/MPR/1983, Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Wandi. Pengertian Belajar Menurut Ahli. (Online). http://www.whandi.net/2007/05/16/pengertian-belajar-menurut-ahli, diakses 01 Juli 2014.
124
RIWAYAT HIDUP
Ahmad Rafi, lahir di Lajoa Soppeng pada tanggal 20
Oktober 1988 yang merupakan anak ke-1 dari dua bersaudara dari pasangan Munus
dan I Dani
Mulai mengenyam pendidikan formal pertamanya di SD Negeri 133 Takalala
kecamatan. Marioriwawo kabupaten Soppeng dan sekolah sore di Madrasah
Ibtidaiyya Cacaleppeng kecamatan Liliriaja kabupaten Soppeng, (tamat 2000), yang
kemudian melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren YASRIB Watansoppeng
Kab. Soppeng, (tamat 2003), dan memasuki bangku sekolah menengah pada tahun
2003 di Madrasah Aliyah DDI Pattojo Kab. Soppeng hingga pada tahun 2006
berhasil menembus bangku kuliah Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan
Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare, akhirnya bisa
selesai dengan interval waktu empat tahun (2006-2010). Memasuki tahun 2012,
setelah terbuka pendaftaran tahun ajaran baru berniat untuk melanjutkan studi pada
Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah (UNISMUH) Makassar (2012-sekarang).
WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH
WAWANCARA DENGAN WAKIL KEPALA SEKOLAH
WAWANCARA DENGAN GURU BIDANG STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
WAWANCARA DENGAN SISWA
DOKUMENTASI KEGIATAN PBM KELAS IX
DOKUMENTASI KEGIATAN PBM KELAS VIII
DOKUMENTASI KEGIATAN PBM KELAS VII
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH (UNISMUH) MAKASSAR
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM : STUDI PADA SMP SATU ATAP NEGERI
TENGAPADANGE KABUPATEN SOPPENG
Responden yang terhormat !
dalam rangka penyusunan tesis sebagaimana judul tersebut diatas, dengan
ini dimohon kesediaan anda mengisi kuisoner berikut ini. kerahasiaan
identitas anda dari penelitian hasil dijamin hanya dipergunakan untuk
kepentingan akademik dan sumbangan pemikiran terhadap Upaya
Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Studi pada SMP
Satu Atap Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng
Terima kasih atas kesediaan Anda mengisi kuisioner ini,
Wassalam.
AHMAD RAFI, S.Pd.I Nim: 01. 13. 334. 2012
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH (UNISMUH) MAKASSAR
PETUNJUK PENGISIAN
1. Pilihlah salah satu jawaban yang telah tersedia dan berilah tanda
silang (X) menurut pilihan anda !
2. Pilihan tersebut diharapkan sesubjektif mungkin, tanpa pengaruh
orang lain. ! 3. Kuisioner ini dipergunakan secara optimal bila seluruh pertanyaan
terjawab ! 4. Isilah identitas anda pada tempat yang telah disediakan!
Identitas Responden
Nama : Kelas : Alamat :
KUISINER PENELITIAN I (INSTRUMEN MOTIVASI BELAJAR)
1. Apakah kamu mengikuti bidang studi Pendidikan Agama Islam
secara rutin ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
2. Apakah anda mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bidang studi PAI ?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
3. Apakah dalam melaksanakan tugas dari guru bidang studi PAI, anda menginginkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya ?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
4. Apakah anda merasa senang jika dapat melakukan semua tugas bidang studi dengan baik ?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
5. Apakah anda mengulangi pelajaran di rumah ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
6. Apakah anda belajar pada malam hari sebelum berangkat ke sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
7. Apakah anda datang di sekolah tepat waktu ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
8. Apakah anda mencari solusi ketika mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar ?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
9. Apakah anda akan memperbaiki diri ketika melakukan kekeliruan dalam belajar ?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
KUISIONER PENELITIAN II
(WAWANCARA DENGAN GURU TENTANG UPAYA
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM STUDI PADA SMP SATU ATAP NEGERI
TENGAPADANGE KABUPATEN SOPPENG)
1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang motivasi belajar siswa ? 2. Apa usaha-usaha yang Bapak/Ibu lakukan dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa ? 3. Bagaimana pengaruh dari usaha-usaha yang Bapak/Ibu lakukan
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa ?
4. Menurut pengamatan bapak/Ibu, Bagaimana sikap siswa dalam
mengikuti pembelajaran ?
5. Bagaimana frekuensi kehadiran siswa dalam mengikuti
pembelajaran ?
6. Bagaimana partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas yang
Bapak/Ibu berikan ?
Keadaan Sarana di SMP SATAP Negeri Tengapadange pada potensi tahun Pelejaran 2014- 2015
No. Jenis Sarana Banyaknya Keadaan Sarana
1. Ruang Kepala Sekolah 1 Permanen
2. Ruang WAKASEK 1 Permanen
2. Ruangan guru 1 Permanen
3. Ruangan tata usaha 1 Permanen
4. Ruangan Tamu 1 Permanen
5. Ruangan Kelas 3 Permanen
6. Ruangan Perpustakaan 1 Permanen
7. Ruangan Dapur 1 Permanen
8. WC 3 Permanen
9. Ruang Olahraga 1 Permanen
Sumber data: Dokumentasi Tata Usaha SMP SATAP Negeri Tengapadange tahun Pelajaran 2014 – 2015
Keadaan Prasarana di SMP SATAP Negeri Tengapadange Tahun Pelajaran 2014/2015
No. Jenis Prasarana Banyaknya Keadaan Sarana
1. Kursi/Meja Kepala Sekolah 1 Buah Baik
2. Kursi/Meja Tamu 2 Pasang Baik
3. Kursi/Meja Guru 11 buah Baik
4. Kursi/Meja Pegawai 3 Buah Baik
5. Kursi/Meja Siswa 70 Buah Baik
6. Brankas 2 buah Baik
7. Laptop 3 buah baik
8. Rak buku 5 buah baik
9. Komputer 3 Buah Baik
10. Tape Recorder 1 Buah Baik
11. Lemari 10 Buah Baik
Sumber data: Dokumentasi Tata Usaha SMP SATAP Negeri Tengapadange tahun pelajaran 2014 / 2015