UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT …/Upaya...upaya peningkatan hasil belajar lari cepat...
-
Upload
duongthien -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
Transcript of UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT …/Upaya...upaya peningkatan hasil belajar lari cepat...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT
MELALUI PENDEKATANBERMAIN DENGAN ALAT BANTU
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI MOJOSONGO 02
KECAMATAN JEBRES SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
INDAH YUNIANI
X4610070
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Agustus 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Indah Yuniani
NIM : X 4610070
Jurusan/Program studi : POK/ penjaskesrek
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR LARI CEPAT MELALUI PENDEKATANBERMAIN DENGAN
ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI MOJOSONGO
2KECAMATAN JEBRES SURAKARTA” ini benar – benar merupakan hasil karya
saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan di cantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta , 13 Agustus 2012
Yang membuat pernyataan
Indah Yuniani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT
MELALUI PENDEKATANBERMAIN DENGAN ALAT BANTU
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI MOJOSONGO 2
KECAMATAN JEBRES SURAKARTA
Oleh:
INDAH YUNIANI
X4610070
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyarat mendapatkan gelar
SarjanaPendidikan Jasmani Kesahatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Agustus 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Agustus 2012
Pembimbing I
Drs. H. Mulyono, M.M
NIP. 195108091976111001
Pembimbing II
Haris Nugroho,S.Pd., M.Or
NIP. 197202081999031003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari :.....
Tanggal : .....
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Waluyo,S.Pd.,M.Or
Sekretaris : SlametWidodo, S.Pd., M.Or.
Anggota I : Drs. H. Mulyono, M.M.
Anggota II :Haris Nugroho,S.Pd., M.Or
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(QS. Ar-Ra’d: 11 )
Barang siapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan kesulitannya hendaklah dia
mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain.
(HR. Ahmad)
Hidup sekali, maka lakukan yang terbaik yang bisa dilakukan.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukur pada Allah SWT dan sholawat atas Nabi Muhammad
Sallahu’alaihiwassalam, kupersembahkan skripsi ini untuk:
# Bapak Hadi Supeno dan Ibu Sudarmi,
kedua orang tua yang selalu memberi dorongan material maupun non material
# Adik – adikku tersayang,
yang selalu mendoakan siang malam
# Teman-teman S1 Penjaskesrek seperjuangan
Perjuangan bersama kalian memberikan kesan mendalam penuh arti bagiku
# Teman-teman Ponpes Muttaqien
Kalian adalah keluarga kedua bagi hidupku saat ini, semoga ukhuwah ini terjalin
selamanya
# Almamater tercinta, UNS Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Indah Yuniani.UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT
MELALUI PENDEKATANBERMAIN DENGAN ALAT BANTU PADA
SISWA KELAS IV SD NEGERI MOJOSONGO 2KECAMATAN JEBRES
SURAKARTA.Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.Agustus 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Meningkatkan hasil belajar lari cepat melalui
pendekatan bermain dengan alat bantu pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri
Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mojosongo 02 Jebres Surakarta tahun
pelajaran 2011 /2012yang berjumlah 26 siswa. Sumber data berasal dari guru, siswa,
dan dokumen terkait. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi, dan
dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi
metode. Analisis data adalah analisis deskriptif. Prosedur penelitian adalah model
spiral yang saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatanbermaindengan alat
bantu dapat meningkatkanhasil belajar lari cepat yaitumeningkat dari 34,62% pada
kondisi awal menjadi 46,15% pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 88,46% pada
akhir siklus II.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan pendekatan bermain dengan alat bantu
dapat meningkatkan hasil belajar lari cepat siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri
Mojosongo 02 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011 /2012.
Kata kunci: Pendekatan bermain, alat bantu, hasil belajar lari Cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................. i
PENGAJUAN ................................................................................................... ii
PERSETUJUAN ............................................................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
MOTTO ............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 8
A. Kajian Pustaka ................................................................................. 8
1. Lari................................................................................. ........... 8
2. Pendekatan Pembelajaran ............................................. ............ 14
3. Pendekatan Bermain ..................................................... ............ 16
4. Alat Bantu Pembelajaran .............................................. ............ 22
5. Hasil Belajar............................................................................... 32
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................. 33
C. Kerangka Berfikir ............................................................................ 34
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 36
B. Subjek Penelitian ............................................................................. 37
C. Data dan Sumber Data ..................................................................... 37
D. Pengumpulan Data .......................................................................... 38
E. Uji Validasi Data ............................................................................. 38
F. Analisis Data ................................................................................... 40
G. Indikator Kinerja Penelitian………………………………………... 40
H. Prosedur Penelitian.....……………………………………………… 41
BAB IV. HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN……….. 47
A. Deskripsi PraTindakan......................………………………………. 47
B. Diskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus……………………………... 49
C. Perbandingan Hasil Penelitian…………………………………….. 67
D. PembahasanHasil Penelitian.............................................................. 71
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan………………………………………………………… 77
B. Implikasi………………………………………………………… 77
C. Saran.............................................................................................. 78
DAFTAR PUSATAKA………………………………………………………. 79
LAMPIRAN…………………………………………………………………... 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan………............................ 36
Tabel 3.2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian .............................................. … 38
Tabel 3.3Indikator ketercapaian belajar siswa .................................................. … 41
Tabel 4.1 Deskripsi Kondisi Awal .................................................................... … 48
Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Tes Belajar Pada Siklus I ........................................ … 56
Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Tes Belajar Pada Siklus II ....................................... … 64
Tabel 4.4Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus……............................68
Tabel 4.5.Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ke Siklus II ........... … 69
Tabel 4.6.Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus ke Siklus II ........ … 70
Tabel 4.7Rekapitulasi Rerata Nilai Hasil Belajar ............................................. … 71
Tabel 4.8 Perkembangan Ketuntasan Hasil Belajar .......................................... … 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.Ilustrasi sikap saat memasuki garis finish ..................................... 17
Gambar 2.2. Ilustrasi lari menggunakan bendera.............................................. 27
Gambar 2.3. Ilustarasi lari mengitari bintang.................................................... 28
Gambar 2.4. Ilustrasi Lari menggunakan simpai .............................................. 28
Gambar 2.5.Ilustrasi Lari memasukkan simpai dalam lintasan ........................ 29
Gambar 2.6. Ilustrasi lari memasukkan simpai ................................................. 29
Gambar 2.7. Ilustarasi gerak lari menyentuh kardus......................................... 30
Gambar 2.8. Ilustrasi gerak lari memindah kardus ........................................... 30
Gambar 2.9.Ilustrasi gerak larimembawa kardus .............................................. 30
Gambar 2.10 Ilustrasi lari mengambil benda dalam lingkaran ......................... 31
Gambar 2.11. Ilustarasigerak lari menghindari bola ......................................... 32
Gambar 2.12. Ilustrasi gerak lari memindah bola atau benda ........................... 33
Gambar 2.13.Kerangka berfikir ........................................................................ 35
Gambar 3.2Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 42
Gambar4.1 Grafik Nilai Siswa Prasiklus .......................................................... 49
Gambar4.2 Grafik Nilai Siswa Siklus I............................................................. 56
Gambar4.3 Grafik Nilai Siswa Siklus II ........................................................... 65
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Rata – Rata Hasil Belajar Prasiklus ............ 68
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Rata – Rata Hasil Belajar Siklus I .............. 69
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Rata – Rata Hasil Belajar Siklus II ............. 70
Gambar 4.7 Grafik Perkembangan Antar Siklus............................................... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran .................................................................... 82
Lampiran 2. Petunjuk Tes ................................................................................. 83
Lampiran 3. Petunjuk TesDan pengukuran Lari ............................................... 84
Lampiran 4. Rekapitulasi nilai siswa PraSiklus ............................................... 86
Lampiran 5. RPP Siklus 1 ................................................................................. 87
Lampiran 6. RPP Siklus 2 ................................................................................. 104
Lampiran 7. Rekapitulasi nilai siswa Siklus I ................................................... 120
Lampiran 8. Rekapitulasi nilai siswa Siklus II ................................................. 121
Lampiran 9. Foto Pembelajaran Siklus I ........................................................... 122
Lampiran 10. Foto Pembelajaran Siklus II ....................................................... 124
Lampiran 11. Rekapitulasi Nilai Siswa Sebelum Tindakan
kondisi awal (pra siklus)………………...….................................. 127
Lampiran 12. Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus I Dan Siklus II............................ 131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi
ilmu, inspirasi, dan kemuliaan Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI
CEPAT MELALUI PENDEKATANBERMAIN DENGAN ALAT BANTU
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI MOJOSONGO 2KECAMATAN
JEBRES SURAKARTA”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Olahraga Kesehatan dan
Rekreasi, Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. H. Mulyono, M.M.sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam menyusun skripsi.
5. Haris Nugroho,S.Pd., M.Or sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi.
6. Kepala Sekolah dan Guru Penjas SDN Mojosongo 2 yang telah memberikan ijin
penelitian.
7. Guru olahraga SDN Mojosongo 2 yang telah bersedia membantu dan menjadi
kolaborator dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
8. Siswa kelas IV SDN Mojosongo 2 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta,13 Agustus 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengabdian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, bangsa dan negara (UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 Thn
2003).Dalam konteks pendidikan formal, kegiatan belajar mengajar merupakan
kegiatan yang pokok. Kegiatan belajar mengajar merupakan proses interaksi antara
guru dan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut,
guru merupakan faktor dominan dan paling bertanggung jawab atas terselenggaranya
proses belajar mengajar yang efektif. Komponen-komponen belajar mengajar sebagai
berikut: (1) Tujuan(2) bahan Pelajaran (3)kegiatan belajar mengajar (4) metode (5)
alat (6) sumber belajar (7) evaluasi. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses
pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran
jasmani, mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup
sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai
melalui pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh.
Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor selain itu pendidikan jasmani juga mencakup
aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual.Pendidikan jasmani dan kesehatan yang
diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting yaitu, memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar
melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara
sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk
pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani didalamnya diajarkan
beberapa macam cabang olahraga yang terangkum kurikulum pendidikan jasmani.
Salah satu cabang olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani yaitu atletik.
Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang diajarkan dari sekolah
tingkat paling rendah (SD) bahkan Perguruan Tinggi (PT).Cabang olahragaAtletik
yang diajarkan di sekolah mencakup empat nomor yang dilombakan yaitu: (1) Jalan,
(2) Lari, (3) Lompat, (4) Lempar. Dari setiap nomor tersebut didalamnya terdapat
beberapa nomor yang diperlombakan. Untuk nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek,
jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross
county. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit, lompat
tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing, tolak peluru
dan lontar martil.
Lari Jarak Pendek merupakan salah satu nomor lari yang diajarkan di
sekolah-sekolah. Untuk siswa Sekolah Dasar lari Jarak Pendek yang diajarkan yaitu
60 meter. Jika dibandingkan dengan nomor lari lainnya, lari cepat lebih sederhana,
sehingga lari cepat lebih awal diajarkan bagi siswa sekolah sebelum mempelajari
nomor lari lainnya.Lari cepat bagi siswa sekolah dasar perlu diupayakan oleh
guru.Banyaknya model pembelajaran menuntut seorang guru pendidikan
jasmanimemiliki pengetahuan dan pemahaman tentang model-model
pembelajaran.Pada umumnya pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar
didasarkan pada keterampilan yang sebenarnya atau menggunakan peralatan
sebenarnya. Dari pembelajaran keterampilan yang sebenarnya, ternyata siswa sekolah
dasar mengalami kendala atau kesulitan, karena pada masa kanak-kanak kemampuan
gerak Lari baru berkembang. Gerak lari yang baru berkembang pada masa kanak-
kanak, sehingga pembelajaran pendidikan jasmani tidak dapat dilaksnakan secara
maksimal. Untuk mengatasi kendala atau kesulitan dalam pembelajaran pendidikan
jasmani, maka seorang guru harus mampu mencarikan solusi yang tepat agar tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pembelajaran pendidikan jasmani tercapai.Seorang guru penjasorkes dituntut
untuk mampu menciptakan kondisi belajar yang baik. Pembelajaran yang
diberikan kepada siswa harus dapat membangkitkan motivasi belajar
siswadengan memberikan bentuk-bentuk pembelajaran yang
menyenangkan.Antusiasme siswa dalam sebuah pembelajaran sangat penting,
pembelajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan
menjadi penyebab timbulnya perhatian. Jadi guru harus berusaha dan berpikir keras
untuk membuat konsep yang tepat dan bervariasi dalam mengembangkan rencana
pembelajaran.Menggunakan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap
pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: (1) menimbulkan
kegairahan belajar, (2) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak
didik dengan lingkungan kenyataan dan (3) memungkinkan anak didik belajar sendiri
menurut kemampuan dan minatnya.Dalam mengajarkan materi penjas seorang guru
harus bisa menyesuaikan materi sesuai dengan kondisi atau karakteristik anak sekolah
dasar ( SD ) yang memiliki kekhasan dalam bersikap yang diungkapkan melalui
bermain. Karakteristik siswa inilah yang harus diangkat untuk menjembatani antara
keinginan guru dan anak, serta guru harus mampu menerapkan model pembelajaran
yang baik dan tepat sesuai dengan perkembangan anak sekolah dasar.
Agar suatu kegiatan belajar mengajar efektif banyak hal yang perlu
diperhatikan seperti membuat siswa tertarik dengan pembelajaran.Melalui pendekatan
bermain menggunakan alat bantu yang sederhana dalam membelajarkan materi
pendidikan jasmani, maka para siswa akan memperoleh suasana atau hal-hal baru.
Dengan permainan menggunakan peralatan yang sederhana dan menarik perhatian
siswa akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran yang dapat
menarik perhatian siswa, sehingga siswa akan lebih aktif bergerak mengikuti
pembelajaran pendidikan jasmani. Jika siswa aktif bergerak dalam mengikuti
pembelajaran pendidikan jasmani, seperti gerakan melompat, meloncat, berlari dan
lain sebagainya, maka secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan gerak.
Menurut survey selama ini pada nomor lari khususnya lari jarak pendek di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
SD Negeri mojosongo 2, Kecamatan Jebres,Surakarta, Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) dirasa kurang maksimal karena kurangnya sarana dan ketertarikan siswa pada
pembelajaran lari jarak pendek, didasarkan pada pembelajaran keterampilan
sebenarnya.Suatu realita sehari-hari di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
bidang studi Pendidikan Jasmani berlangsung, masih banyak guru belum
memberdayakan seluruh potensinya dalam mengelola pembelajaran baik dalam
menguasai materi maupun dalam menggunakan media pembelajaran. Dalam praktek
di lapangan sering sekali didapati pembelajaran Penjas yang kurang efektif dan
efisien. Dalam pengajaran materi, kebanyakan guru tidak menggunakan media atau
alat bantu. Padahal jika dikaji lebih mendalam, dengan menggunakan alat bantu
informasi/pesan yang akan disampaikan akan lebih mudah ditangkap dan dicerna oleh
siswa sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Hal ini disinyalir
karena tidak tersedianya alat bantu tersebut dan kurangnya kreativitas para guru.
Tidak tersedianya media pembelajaran/alat bantu di sekolah menjadi salah satu faktor
penyebab guru malas dan kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran dan dunia
anak lebih dekat dengan situasi permainan dari pada yang serius, di dalam
pembelajaran disajikan banyak variasi-variasi agar tidak mudah jenuh sebab siswa
kerap kali juga cepat bosan melaksanakan kegiatannya. Model pendekatan bermain,
dimaksudkan untuk mengembangkan aspek-aspek kemampuan motorik melalui
aktivitas bermain yang variatif, berjenjang tingkat kesulitannya. Permainan atletik
merupakan kombinasi antara kegembiraan gerak dan tantangan tugas gerak yang
dekat dengan pengalaman nyata. Dengan demikian guru dapat memanfaatkan
pendekatan bermain ini untuk memotivasi siswa melakukan lari cepat dengan
memberikan materi yang merangsang untuk bermain, yaitu menggunakan pemanasan
dengan permainan agar siswa senang dalam mengikuti pembelajaran lebih lanjut.
Pembelajaranlari melalui pendekatan bermain dengan menngunakan alat
bantu bola dan benderabertujuan untuk merangsang siswa tehadap peningkatan
penguasaan lari cepat. Namun dari model pembelajaran tersebut belum diketahui
efektivitasnya, karena pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
sehingga belum diketahui apakah pembelajaran tersebut mempengaruhi hasil belajar
lari cepat. Untuk itu perlu adanya penelitian yang menggunakan model tersebut.
Kenyataan di lapangan kita temukan siswa merasa kurang senang dan
kurang suka ketika guru menyampaikan materi atletik khususnya lari cepat,anak akan
merasa bosan dan enggan untuk mengikuti dengan berbagai alasan.Pembelajaran
melalui pendekatan bemain dan menggunakan alat bantu bendera,dan bola sebagai
rangsangan siswa terhadap penguasaan lari cepat dengan baik. Di sisi lain juga
bertujuan untuk mengembangkan penguasaan teknik lari cepat. Namun demikian, lari
dapat dicapai dengan baik tidak hanya dipengaruhi pembelajaran yang baik dan
terprogram tetapi juga teknik merupakan unsur penting dalam lari cepat.
Dari berbagai penyebab di atas masalah yang muncul sesungguhnya adalah
guru belum menggunakan model pembelajaran dantidak tersedianya alat bantu,
sehingga pendekatan bermain dengan alat bantu pembelajaran merupakan solusi
untuk mengatasi kendala atau kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengikuti
pembelajaran lari cepat. Melalui Pendekatan bermain dengan alat bantu pembelajaran
penjas diharapkan hasil belajar lari siswa akan meningkat. Namun Pendekatan
bermain dengan alat bantu pembelajaran penjas belum diketahui seberapa besar
pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar lari jarak cepat siswa. Untuk
membuktikan apakah Pendekatan bermain dengan alat bantu pembelajaran
pendidikan jasmani dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari
jarak pendek, maka perlu dibuktikan melalui Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan upaya untuk mengetahui
seberapa besar optimalnya pembelajaran melalui pendekatan bermain denganalat
bantu pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar lari cepat.Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) melalui pembelajaran menggunakan pendekatan bermain dengan alat
bantu pembelajaran pendidikan jasmani ini diberikan pada siswa kelas IV SD
Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta Tahu Ajaran 2011/ 2012. Berdasarkan
silabus dan kurikulum yang ada pada tempat penelitian ini cabang olahraga atletik
yang diajarkan untuk nomor lari yaitu laricepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis
bermaksud mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
pada siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta Tahunajaran 2011 /
2012, dengan judul ”Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Lari cepat Melalui
Pendekatan Bermain Dengan Alat Bantu Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mojosongo
2Jebres Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”. Permasalahan ini peneliti temukan
ketika observasi di SD Negeri 2 Mojosongo Jebres Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang menjadi pokok
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah pembelajaran melalui
pendekatan bermaindengan alat bantu (Bendera, simpai, kardus dan bola) yang dapat
meningkatkan hasil belajar Lari CepatpadasiswakelasIV SD Negeri Mojosongo
2JebresSurakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan di atas, tujuan penelitian
ini adalahUntuk :
Meningkatkan hasil belajar lari cepat melalui pendekatan bermain dengan alat bantu
pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun
ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai, diharapkan mempunyai manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Guru penjas SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta
a. Meningkatkan kreatifitas guru disekolah dalam membuat dan
mengembangkan permainan dengan menggunakan alat bantu, dalam rangka
perancangan pembelajaran PAIKEM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Sebagai bahan masukan guru dalam memilih alternatif pembelajaran yang
akan dilakukan.
c. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya secara
profesional, terutama dalam pengembangan bermain menggunakan alat
bantu.
2. Bagi siswa kelas IV
a. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan
meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas, serta
meningkatkan hasil belajar lari Cepat (sprint) 60 meter.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar Lari Cepat (Sprint) 60 meter, serta
mendukung pencapaian prestasi Lari Cepat (Sprint) 60 meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Lari
a. Pengertian Lari
Sebelum menguraikan mengenai pengertian dan teknik lari cepat
terlebih dahulu perlu diketahui bahwa : lari merupakan salah satu nomor yang
terdapat dalam cabang olahraga atletik. Lari adalah istilah yang digunakan
dalam cabang olahraga atletik yaitu frekuensi langkah yang dipercepat sehingga
pada waktu berlari ada kecenderungan badan melayang menurut Mochamad
Djumindar A. Widya, (2004:13).Kemudia definisi lari menurut Soegito (1992:
8) bahwa, “Lari ialah gerak maju yang diusahakan agar dapat mencapai tujuan
(finish) secepat mungkin atau dalam waktu singkat”.
b. Kecepatan
Banyak dalam cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik
yang esensial. Kecepatan menjadi faktor penentu di dalam cabang olahraga
seperti sprint, tinju beberapa cabang olahraga permainan dan lain sebagainya.
Kecepatan tidak hanya menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, tetapi dapat
pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang
sesingat-singkatnya. Kecepatan ditentukan frekuensi stimulus, kemauan,
mobilitas syarat, kecepatan kontraksi otot, tingkat otomatis gerak dan power
otot. Berkaitan dengan kecepatan Andi Suhendro (1999:4.20) menyatakan
bahwa, “kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Sedangkan menurut Mulyono B
(2007:58) “Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan suatu gerak dalam
periode waktu yang singat. Menurut Suharno HP (1993 : 23) bahwa, ”kecepatan
adalah suatu kecepatan reaksi otot yang ditandai dengan pertukaran antara
kontraksi dan relaksasi yang menuju maksimal”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Pada prinsipnyapendapat para ahli tersebut mempunyai pengertian
yang hampir sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kecepatan
merupakan bentuk gerakan berulang-ulang untuk menempuh jarak tertentu yang
di lakukan dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk mendapatkan kecepatan
yang maksimal, maka harus didukung gerakan dari bagian tubuh yang
mendukung gerakan lari (ayunan lengan) yang dilakukan secara baik dan benar.
Seperti dikemukakan M. Furqon H. (1995:70) bahwa, “untuk lari cepat (sprint),
lebar ayunan gerakan-gerakan yang optimal (misalnya panjang langkah) dan
frekuensi gerakan-gerakan (misalnya rata-rata langkah) merupakan karakteristik
utama”.
c. Lari Cepat
Pengertian atau definisi lari jarak pendek (sprint) menurut Aip
Syarifudin (1992: 41) disebutkan bahwa:
“Lari jarak pendek atau lari cepat (sprint) adalah suatu cara lari dimana
si atlet harus menempuh seluruh jarak dengan kecepatan semaksimal
mungkin. Artinya harus melakukan lari-lari yang secepat-cepatnya
dengan mengerahkan seluruh kekuatannya mulai awal (mulai dari
start) sampai melewati garis akhir (finish)”.
Hal itu seperti yang dikemukakan oleh Aip Syarifudin dan Muhadi
(1992: 63) bahwa, “Lari jarak pendek (sprint) adalah suatu cara lari dimana si
atlet harus menempuh seluruh jarak dengan kecepatan yang maksimal
mungkin”.
Menurut Yudha M. Saputra (2001 : 97) Lari Cepat (Sprint) adalah
kemampuan yang ditandai proses memindahkan posisi tubuhnya, dari satu
tempat ketempat lain secara cepat, melebihi gerak dasar pada keterampilan lari
santai (jogging).
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan para ahli tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian lari cepat adalah suatu cara lari
untuk menempuh jarak tertentu yang dilakukan dengan kecepatan yang
maksimal dengan waktu yang sesingkat-singkatnya dari garis start sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
finish. Untuk dapat melakukan lari cepat dengan baik dan benar, maka harus
menguasai teknik lari cepat dengan baik dan benar.
d. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Lari Cepat
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan lari cepat
agar bisa diperoleh prestasi yang maksimal. Seperti dikemukakan oleh Tamsir
Riyadi (1985: 23) bahwa, “Pada lari jarak pendek perlu memperhatikan 4
masalah yaitu: (1) starting position, (2) starting action, (3) sprinting action, (4)
finishing action”. Berdasarkan pendapat diatas diketahui bahwa, faktor yang
dapat mempengaruhi pencapai prestasi lari cepat meliputi faktor teknik dan
faktor fisik. Faktor teknik dalam lari cepat meliputi starting position,starting
action finishing action. Sedangkan faktor fisik meliputi banyak hal seperti
tenaga otot, koordinasi, kecepatan kontraksi, dan hal lainnya yang berhubungan
dengan fisik.
Tujuan lari adalah menggerakkan badan ke depan akibat dari gaya
dorongan ke belakang terhadap tanah, dengan melakukan gerak mengais
(pawing movement). Kesalahan yang sering dilakukan oleh para pelari adalah
selalu berlari dalam posisi duduk, kaki tidak diluruskan sepenuhnya, dan tubuh
tidak condong ke depan. Tehnik-tehnik khusus yang harus diperhatikan dalam
lari adalah sebagai berikut:
Badan condong ke depan 25-30 derajat, usahakan badan rileks. Kaki
ditolakan kuat-kuat sampai lurus ke belakang, kemudian satu lutut ditarik ke
depan diangkat tinggi setinggi panggul (rata pinggang), tungkau bawah
mengayun ke depan untuk mencapai langkah lebar sesuai dengan panjang
tungkai masing-masing pelari. Lengan bergantung di samping badan secara
wajar, siku ditekuk 90 derajat, tangan menggenggam rileks. Gerakan atau
ayunan lengan ke depan dan belakang, mengikuti gerakan tungkai. Tangan dan
kaki bergerak berimbang, semakin cepat gerakan kaki maka semakin cepat pula
gerak tangan mengikutinya. Punggung lurus dengan kepala, pandangan lurus ke
depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Lari
Potensi atau pembawaan sejak lahir merupakan faktor yang dominan
yang akan mempengaruhi kecepatan lari seseorang. Salah satu faktor yang
dominan dari pembawaan adalah tipe otot yang dimiliki. Menurut Bompa
(1983) yang dikutip Harsono (1988:218) faktor yang mempengaruhi kecepatan
yaitu : “(1) Keturunan (geredity) dan natural talent. (2) Waktu reaksi, (3)
Kemampuan untuk mengatasi tahanan (resistance) ekternal, (4) Teknik, (5)
Konsentrasi dan semangat, (6) Elasisitas otot”. Pendapat lain dikemukakan
Suharno HP. (1993:48) bahwa faktor-faktor penentu kecepatan secara umum
adalah: (1) Macam fibril otot yang dibawa sejak lahir (pembawaan), fibril
berwarna putih (pahsic) baik untuk gerak yang cepat, (2) Pengaturan nervous
system, (3) Kekuatan otot, (4) Kemampuan elastisitas dan relaksasi suatu otot,
(5), Kemauan dan disiplin individu atlet.
Faktor bawaan khususnya fibril otot putih merupakan faktor yang
menentukan kecepatan yang dimiliki seseorang. Semakin banyak fibril otot
putih dimiliki, maka kecepatannya akan baik. Lebih lanjut, Suharno HP. (1993 :
48) faktor-faktor penentu khusus kecepatan lari meliputi : (1) Tergantung pada
kekuatan otot yang bekerja, (2) Panjang tungkai atas, (3) Frekuensi gerak dan
(4) Teknik lari yang sempurna.
f. Teknik Lari Cepat
Di dalam lari cepat terdapat 3 macam teknik yang harus dipahami dan
dikuasai, menurut Aip Syarifuddin (1992: 41) bahwa, “Dalam lari jarak pendek
ada tiga teknik yang harus dipahami dan dikuasai yaitu mengenai: (1) teknik
start, (2) teknik lari, (3) teknik melewati garis finish”.
Penguasaan teknik lari cepat yang baik akan dapat mendukung
pencapaian prestasi lari cepat secara optimal. Agar siswa dapat melakukan lari
cepat dengan baik dan memperoleh prestasi yang optimal, maka teknik-teknik
tersebut harus dipahami dan dikuasai. Untuk lebih jelasnya ketiga teknik lari
cepat tersebut akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1) Teknik Start
Start atau disebut juga pertolakan merupakan kunci pertama yang
harus dikuasai oleh seorang sprinter. Dalam melakukan start bila terjadi
keterlambatan itu berarti kerugian besar bagi seorang sprinter. Dalam lari
cepat60 meter kemenangan diperoleh dengan selisih waktu yang sangat
kecil, karena itu kemampuan melakukan start yang baik sangat
diperlukan.Dalam melakukan start, ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh
seorang pelari. Pelari harus mendengar baik, aba – aba “Bersedia”, “Siap”
,”Ya”.
2) Teknik Pada Saat Lari Cepat
Untuk dapat mewujudkan teknik lari pada jarak pendek tersebut,
pentahapan latihannya antara lain, sebagai berikut :
a) Latihan Gerakan Kaki
Sikap permulaan :Berdiri tegak, kedua kaki hampir rapat, kedua
tangan disamping badan,pandangan ke depan.Gerakannya :Angkat tumit
kaki kiri ke atas tinggi, lutut dibengkokkan lurus ke depan. Kemudian
tekankan ujung kaki kiri ke tanah sambil tumit diturunkan, tumit kaki
kanan diangkat ke atas tinggi dengan lutut dibengkokkan lurus ke depan.
Tekankan lagi ujng kaki kanan ke tanah sambil lutut diturunkan dan tumit
kaki kiri diangkat ke atas tinggi. Demikian seterusnya tumit diangkat dan
diturunkan dengan menekankan ujung kaki ke tanah, dilakukan secara
bergantian. Pelaksanaannya mula-mula pelan, makin lama makin cepat.
b) Latihan pengangkatan lutut / paha
Sikap permulaan : Sama seperti pada latihan.Gerakannya
:Bersama dengan mengangkat tumit kaki kiri, lutut / paha kaki kiri
diangkat ke atas tinggi hingga paha dengan tungkai bawah membentuk
sudut ± 900
, ujung kaki menuju ke bawah ke depan, kemudian turunkan
lagi kebawah. Pada saat ujung kaki kiri kena tanah, segera tumit kaki
kanan diangkat bersamaan dengan lutut/paha diangkat tinggi ke atas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
hingga paha dengan tungkai bawah membentuk sudut ± 900
ujung kaki
menuju ke bawah, kemudian turunkan lagi. Demikian seterunya
dilakukan secara bergantian. Lakukan secara berulang-ulang, mula-mula
pelan, makin lama makin cepat, kemudian dilakukan sambil bergerak
maju ke depan dengan gerakan yang secepat-cepatnya.
c) Latihan ayunan tangan
Sikap permulaan : Sama seperti pada latihan
1.Gerakannya:Pertama, ayunkan tangan kiri dan tangan kanan secara
bergantian ke depan, ke belakang lurus dan lemas, pangkal gerakan
mulai dari persendian bahu seperti berjalan. Lakukan secara berulang-
ulang mula-mula pelan, makin lama makin cepat.Kedua, apabila
gerakan tersebut sudah dikuasai dan dapat dilakukan dengan benar dan
baik, kemudian sikut agak dibengkokkan dan jari-jari tangan dikepalkan
lemas. Ayunkan tangan kiri ke depan ke atas sampai ibu jari tangan ada
dimuka hidung, tangan kanan diayunkan ke belakang. Kemudian
bersamaan dengan tangan kiri dari depan diayun ke belakang, tangan
kanan diayunkan dari belakang ke depan ke atas sampai ibu jari tangan
ada dimuka hidung. Demikian seterusnya dilakukan ayunan tangan ke
depan dan ke belakang secara bergantian dan pangkal gerakannya
dimulai dari pangkal bahu. Lakukan secara berulang-ulang, mula-mula
pelan, makin lama makin cepat.
d) Latihan kecondongan badan
Sikap permulaan : Sama seperti pada latihan 1.Gerakannya :Angkat
tumit ke atas tinggi, sambil badan diluruskan dan dicondongkan ke
depan. Pada saat terasa badan akan jatuh ke depan, secepatnya lutut kaki
kiri diangkat dan dilangkahkan ke depan bersamaan dengan tangan
kanan diayun ke depan, tangan kiri diayun ke belakang. Kemudian
disusul dengan mengangkat dan melangkahkan kaki kanan ke depan,
bersamaan dengan tangan kiri diayun ke depan tangan kanan diayun ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
belakang. Demikian seterusnya, lakukan secara berulang-ulang sampai
benar-benar dikuasai dan dapat dilakukan dengan baik. (Aip syarifuddin
dan Muhadi 1992 :66-68)
3) Teknik Melewati garis Finish
Menurut Muhajir (2007 :55) Dalam praktiknya teknik melewati
garis finish ada tiga macam sesuai dengan kebutuhannya. Pertama, lari terus
tanpa melakukan apa-apa dan berusaha berhanti kira-kira setelah 5 meter
melewati garis finish. Kedua, pada saat akan menyentuh pita, dada
dicondongkan ke depan dan kedua tangan diayunkan ke belakang. Ketiga,
pada saat akan menyentuh pita, dada diputar dengan ayunan tangan kedepan
atas sehingga bahu sebelah maju ke depan. Dalam peraturan atletik seorang
pelari dianggap sudah memasuki garis finish ketika anggota tubuh yang
terdepan menyentuh bidang tegak garis lurus.
Gambar 2.1. Sikap saat memasuki garis finish (Muhajir 2007 :55)
2. Pendekatan Pembelajaran
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Menurut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan,”sebagai
proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”. Suharno, Sukardi,
Chodijah dan Suwalni (1998: 25) berpendapat, ”pendekatan pembelajaran
diartikan model pembelajaran”. Sedangkan pembelajaran menurut H.J. Gino
dkk. (1998: 32) bahwa, ”pembelajaran atau intructionmerupakan usaha sadar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan
mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar
mengajar”. Sukintaka (2004: 55) bahwa , ”pembelajaran mengandung
pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik,
tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik
mempelajarinya”.
Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat
disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang
mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan
membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahjoedi (1999: 121) bahwa
”pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku
siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh
hasil belajar secara optimal”. Sedangkan Syaiful Sagala (2005: 68) berpendapat
bahwa ”pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh
guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan
instruksional tertentu”.
Berdasarkan pengertian pendekatan pembelajaran yang dikemukakan
dua ahli tersebut menunjukkan bahwa, dalam suatu peristiwa pembelajaran
terjadi dua kejadian secara bersama yaitu: (1) ada satu pihak yang memberi,
dalam hal ini guru, (2) pihak lain yang menerima adalah peserta didik atau
siswa. Kedua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar
mengajar.
b. Pentingnya Pendekatan Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran terdapat komponen siswa sebagai obyek
yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar untuk memberikan materi
pelajaran guna terjadi perubahan pada diri siswa. Mengajar merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan atau
keterampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pengertian, kecakapan atau ketangkasan. Seperti dikemukakan oleh Slameto
(1995: 97) bahwa ”kegiatan mengajar meliputi penyampaian pengetahuan,
menularkan sikap, kecakapan atau keterampilan yang diatur sesuai dengan
lingkungan dan yang menghubungkannya dengan subyek yang sedang diajar”.
Upaya untuk menyampaikan materi atau keterampilan kepada siswa,
maka harus diterapkan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan
pembelajaran yang diterapkan hendaknya mengacu pada penemuan yang
terarah dan pemecahan masalah. Penemuan dan pemecahan masalah tersebut
merupakan pendekatan yang membantu tercapainya dengan mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang terkendali, dengan seksama menyusun seri-seri
pembelajaran yang memberi urutan pembelajaran terhadap tujuan yang telah
dirumuskan. Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu bagian integral
yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Berhasil dan tidaknya
tujuan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang
diterapkan oleh guru.
Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan
mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan
metode pebelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motifasi belajar
siswa, sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih optimal.
3. Pendekatan Bermain
a. Pengertian Bermain
Bermain sangat di sukai oleh anak karena sifat dari bermain sendiri
menyenangkan. Menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) menyatakan ”bermain
adalah kgiatan yang menyenangkan”. Sedangkan Aip Syarifudin (2004: 17)
mengartikan” bermain adalah bentuk kegiatan yang bermanfaat/produktif untuk
menyenangkan diri”.
Bermain adalah aktifitas yang menyenangkan serius dan sukarela, di
mana anak berada dalam dunia yang tidak nyataatau sesungguhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu yang
menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain
bersifat serius karena bermain memberikan sifat kesempatan untuk
meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan untuk
memunculkan rasa untuk menjadi manusia penting. Bermain bersifat
tidak nyata karena anak berada di luar kenyataan, denganmemasuki
suatu dunia imajiner. Bermain memberikan suatu arena di mana anak
masuk dan terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara
berlawanan asas anak kadang-kadang menemukan dirinya dari
bermain (Furqon, 2008: 4)
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
bermain yang tertata, mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan
siswa. Bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga
bagi siswa pengalaman itu bisa berupa membina hubungan antar sesama teman
dan menyalurkan perasaan yang tertekan.
Siswa dan bermain merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Bermain bagi siswa merupakan kebutuhan hidupseperti halnya
kebutuhan akan makan,minum, tidur, dan lain-lain. Melalui bermain anak dapat
mengaktualisasikan diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Seperti
halnya atletik adalah nuansa permainan menyediakan pengalaman gerak yang
kaya yang membangkitkan motivasi pada siswa untuk berpartisipasi. Menurut
Yudha M. Saputra (2001/9-10) kegiatan atletik bernuansa permainan
mengandung beberapa ciri sebagai berikut:
1) siswa terlibat dalam tugas gerak yang berfariasi dengan irama
tertentu.
2) mengakibatkan kegemaran berlomba/bersaing secar sehat.
3) menyalurkan hasrat siswa untuk mencoba menggunakan alat-alat
berlatih
4) tugas gerak yang mengandung resiko yang sepadan dengan
kemampuan siswa dan menjadi tantangan.
5) Menguji ketangkasan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang
baru.
Hibanna S. Rahman (2002: 85) mengartikan ”bermain adalah segala
kegatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak”. Selanjutnya menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 698) bahwa ”bermain adalah melakukan
sesuatu untuk bersenang-senang”. Sedangkan menurut Agus Mahendra (2004:
4) yaitu ”bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka belajar, dalam
belajar, anak-anak adalah ahlinya”.
Dari pengertian di atas di tarik kesimpulan yang di maksud bermain
adalah dunia anak yang menjadi aktifitas jasmani dengan cara melakukan
sesuatu untuk bersenang-senang.
b. Pengertian Pendekatan bermain
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep
dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa ”pendekatan
bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi
permainan”. Sedangkan Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (1999/2000: 35)
berpendapat,”strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi
pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan
modifikasi atau pengembamgan agar sesuai dengan prinsip DAP
(developmentally Appropiate Pactice) dan body scalling (ukuran fisik termasuk
kemampuan fisik)”.
Berdasarkan pendapat dari ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa,
pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam
bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan
suatu teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Melalui permainan,
diharapkan akan meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk belajar menjadi
lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang
mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup
kemungkinan teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang
menarik. Untuk itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan
Adang Suherman (2000: 35-36) menyatakan, manakala guru menyadari bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
rendahnya kualitas permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill,
maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut:
1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa
lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang
dilakukannya.
2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan
membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa
tekanan untuk menguasai strategi.
3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan
lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi
bermain.
Petunjuk seperti di atas harus dipahami dan dimengerti oleh seorang
guru. Jika dalam pelaksanaan permainan kurang menarik karena teknik yang
masih rendah, maka seorang guru harus dengan segera mampu mengatasinya.
Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan
pembelajaran sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dibiarkan selama
pembelajaran berlangsung akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak
tercapai.
c. Fungsi Bermain
Anak yang bermain akan melakukan aktifitas bermain dengan sukarela
dan akan melakukan aktifitas bermain tersebut dengan kesungguhan, demi
untuk memperoleh kesenangan dari aktifitas tersebut. Menurut Sukintana
(1992: 7) ”bermain dengan rasa senang, untuk memperoleh kesenangan, kadang
memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui
kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan
dirinya”. Sedangkan menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) kegiatan bermain
dapat meningkatkan siswa dengan sasaran aspek yang dapat di kembangkan
menurut lima aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:
1) Manfaat bermain untuk perkembangan fisik.
Apabila siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan yang
melibatkan banyak gerakan tubuh maka tubuh siswa tersebut akan menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sehat. Otot – otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat. Siswa dapat
menyalurkan energi yang berlebihan dengan aktivitas bermain sehingga ia
tidak merasa gelisah: dalam melakukan kegiatan bermain memberi
sumbangan yang positif bagi perkembangan fisik siswa, maka guru dapat
merancang kegiatan bermain yang kontruktif bagi perkembangan fisik
siswa.
2) Manfaat bermain untuk perkembangan motorik.
Aspek motorik kasar, seperti : jalan, lari, lempar dan lompat dapat
dikembangkan melalui kegiatan bermain. Salah satu contohnya adalah
tampak pada saat kita amati siswa yang lari kejar – kejaran untuk
menangkap temannya. Pada awalnya ia belum terampil berlari , tapi dengan
lari kejar – kejaran, maka siswa kemudian berminat untuk melakukannya
dan menjadi terampil dalam berlari. Jadi keteraturan dalam baraktivitas.
Siswa mengalami perkembangan tingkat kemampuan dalam aspek motorik
halus (fine movement) maupun motorik kasar (gross movement). Kedua
keterampilan akan berkembang melalui pengalaman belajar yang kaya dan
kesempatan yang banyak bagi siswa untuk melakukannya dengan penuh
keceriaan.
3) Manfaat bermain untuk perkembangan sosial.
Biasanya kegiatan bermain dilakukan oleh siswa dengan teman sebayanya.
Siswa akan belajar berbagai hak milik, menggunakan mainan secara
bergiliran melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang
sudah terbina, atau mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi dengan
teman mainnya.
4) Manfaat bermain untuk perkembangan emosional.
Bagi siswa SD tidak ada yang tidak sukabermain. Melalui kegiatan
bermain siswa dapat melepas ketegangan yang dialaminya. Misalnya siswa
yang gagal untuk meraih prestasi belajar yang baik, ia bisa bermain peran
seolah – olah menjadi murid terpandai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Dari kegiatan bermain yang dilakukan bersama sekelompok teman, siswa
akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang
dimiliki, sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri kearah yang
lebih positif.
5) Manfaat bermain untuk perkembangan keterampilan olahraga
Apabila siswa terampil berlari, melempar, dan melompat, maka ia lebih
siap untuk menekuni bidang olahraga tertentu pada saatnya nanti.jadi,
kalau siswa terampil melakukan kegiatan tersebut, ia lebih percayadiri dan
merasa mampu melakukan gerakan yang lebih sulit. Kegiatan – kegiatan
yang relevan dengan perkembangan siswa adalah atletik. Atletik memiliki
keiatan yang khas, yakni jalan, lari, lompat dan lempar. Kegiatan ini akan
menjadi fondasi bagi siswa dalam berolahraga. Khususnya dalam konteks
pendidikan jasmani, perlu ditata secara serius mengenai kegiatan atletik
yang bernuansa permainan.
d. Dorongan Dasar Anak dalam Bermain
Dorongan dasar bagi anak sangat penting terutama dalam masa
pertumbuhan maupun perkembangan anak. Anak yang aktif biasanya
mempunyai dorongan yang cukup besar dalam perkembangannya.
Dorongan dasar adalah suatu keinginan untuk melakukan dan
menghasilkan sesuatu. Semua anak memiliki perasaan seperti ini yang
kemungkinan besar merupakan sifat turunan atau pengaruh lingkungan.
Dorongan dasar dikaitkan dengan pengaruh masyarakat, guru, orang tua, dan
teman-teman sendiri. Biasanya dorongan besar akan berpola sama pada setiap
anak dan tidak dipengaruhi oleh sifat kematangan. Dorongan tersebut niscaya
mengarahkan pengembangan kurikulum pendidikan jasnmani dan untuk
menciptakan program yang sesuai dengan sifat-sifat anak (Mahendra 2002: 8)
Sedangkan dorongan-dorongan tersebut menurut Agus Mahendra
(2004:9) sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1) Dorongan untuk bergerak.
2) Dorongan untuk berhasil dan mendapatkan pengakuan
3) Dorongan untuk mendapatkan pengakuan teman dan masyarakat
4) Dorongan untuk bekerja sama dam bersaing
5) Dorongan untuk kebugaran fisik dan daya tarik
6) Dorongan untuk bertualang
7) Dorongan untuk kepuasan kreatif
8) Dorongan untuk menikmati irama
9) Dorongan untuk mengetahui
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada berbagai
macam dorongan diantaranya: untuk bergerak, mendapatkan pengakuan,
bekerja sama, bertualang dan lain-lain.
5. Alat Bantu Pembelajaran
a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran
Menurut Wikipedia.org alat adalah benda yang digunakan untuk
mempermudah pekerjaan kita sehari-hari, sedangkan alat bantu pembelajaran
merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaikan materi
pembelajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi
untuk membantu dan mempraktikkan sesuatu dalam proses pendidikan
pengajaran. Acapkali kata media pendidikan digunakan secara begantian
dengan istilah alat bantu atau media komunikasiseperti yang dikemukakan
Hamalik (1986) yang dikutip oleh Azhar Arsyad(2002: 4) bahwa hubungan
komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila
menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.
Jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan
perkataan lain, alat bantu ini adalah benda untuk mempermudah pemahaman
terhadap materi pembelajaran dan membantu mempraktikkan sesuatu dalam
proses pendidikan pengajaran.
Manfaat alat bantu pembelajaran menurut Soekidjo (2003) secara
terperinci manfaat alat peraga antara lain sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak
3) Membatu mengatasi hambatan bahasa
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan
kesehatan
5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan
cepat.
6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan
yang diterima kepada orang lain
7) Mempermudah peyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para
pendidik pelaku pendidikan.
8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan
Seperti diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang
diterima melalui indera.
b. Syarat Alat Bantu Pembelajaran Yang Baik
Suatu alat pembelajaran dikatakan baik, apabila mempunyai tujuan
pendidikan untuk mengubah pengetahuan, pengertian, pendapat dan konsep-
konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku/kebiasaan
yang baru. Selain itu alat bantu harus efisien dalam penggunaanya, dalam
waktu yang singkat dapat mencakup isi yang luas dan tempat yang diperlukan
tidak terlalu luas. Penempatan alat bantu perlu diperhatikan ketepatannya agar
dapat diamati dengan baik oleh siswa. Efektif artinya memberikan hasil guna
yang tinggi ditinjau dari segi pesannya dan kepentingan siswa yang sedang
belajar sedangkan yang dimaksud dengan komunikatif ialah bahwa media
tersebut mudah untuk dimengerti maksudnya, sehingga membuat siswa mejadi
lebih mudah dalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru.
c. Macam-Macam Pendekatan bermain dengan Alat Bantu Pembelajaran
Berkaitan dengan kemampuan lari cepat, bentuk latihan yang diberikan
dalam Penilitian Tindakan Kelas (PTK) khususnya untuk lari cepat 60 meter.
Menurut Soegito (1992: 8) bahwa, “Lari ialah gerak maju yang diusahakan agar
dapat mencapai tujuan (finish) secepat mungkin atau dalam waktu singkat”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Kemudian juga definisi lari cepat atau lari jarak pendek menurut Aip Syarifudin
(1992: 41) disebutkan bahwa:
”Lari jarak pendek atau lari cepat (sprint) adalah suatu cara lari dimana
si atlet harus menempuh seluruh jarak dengan kecepatan semaksimal
mungkin. Artinya harus melakukan lari-lari yang secepat-cepatnya
dengan mengerahkan seluruh kekuatannya mulai awal (mulai dari
start) sampai melewati garis akhir (finish)”.
Berkaitan dengan lari cepat yang dikemukakan dua ahli tersebut,
dalam PTK ini akan memberikan perlakuan pembelajaran lari
cepatmenggunakan pendekatan bermain dengan alat bantu pembelajaran.
Mochamad Djumidar A.Widya (2004:15-27) dan M. Yudha Saputra (2001:
109-115) memberikan bentuk pembelajaran lari sebagai berikut:
1) Pembelajaran Lari Cepat Dengan Bermain Menggunakan Bendera
a) Langkah-langkah pembelajarannya yaitu:
(1) Guru menyiapkan 3 lintasan lari
(2) Masing-masing lintasan ditata bendera-bendera yang telah disediakan
dengan jarak yang telah ditentukan kira-kira 1 meter.
(3) Siswa dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok
menempati lintasan yang telah disediakan.
(4) Siswa melakukan lari zig-zag melewati bendera, siswa melakukan
secara bergantian regu yang terakhir yang paling cepat mencapai finis
adalah regu pemenangnya.
Gambar 2.2. Lari Menggunakan Bendera
2) Lari Mengelilingi Bintang
a) Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
(1) Guru dan siswa membuat gambar bintang di tengah lapangan indoor
atau out door.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(2) Guru menyiapkan alat pembelajaran yang diperlukan yaitu bendera.
(3) Sebuah bendera ditempatkan di titik pusat bintang.
(4) Tahap pertama, semua siswa diberikan kesempatan untuk berlari
mengintari bintang.
(5) Tahap ke dua, satu per satu siswa lari (joging) mengelilingi bintang.
(6) Tahap ke tiga, setiap siswa ditugasi untuk berlari secepat mungkin
melewati bendera yang ada pada bintang tersebut.
Gambar 2.3. Lari Menggitari bintang
3) Gerak lari bermain dengan menggunakan simpai atau ban
a) Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
(1) Guru dan siswa membuat 3 lintasan lurus di tengah lapangan.
(2) Guru menyiapkan alat pembelajaran yang diperlukan yaitu simpai dan
bilah.
(3) Simpai diletakkan di tiap barisan dengan jumlah 1 simpai.
(4) Tiap kelompok dibagi menjadi dua dan berhadap – hadapan di
tiaplintasan.
(5) Tahap pertama, semua siswa diberikan kesempatan untuk berlari
membawa simpai dan memberikannya keteman yang ada
dihadapannya.
(6) Tahap ke dua, satu per satu siswa lari membawa simpaidan
memberikannya keteman yang ada di hadapannya dan lari bergantian.
Gambar 2.4. Lari menggunakan simpai berhadapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b) Gerak lari memasukkan simpai dari patok A ke B
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
(1) Guru dan siswa membuat 3 lintasan lurus di tengah lapangan.
(2) Guru menyiapkan alat pembelajaran yang diperlukan yaitu simpai dan
corong.
(3) Simpai diletakkan di tiap barisan dengan jumlah 3 simpai.
(4) Tahap pertama, semua siswa diberikan kesempatan untuk berlari
membawa simpai dan meletakkannya dalam corong.
(5) Tahap ke dua, satu per satu siswa lari membawa simpai dan
meletakkannya dalam corongsetelah habis ganti barisan
belakangbegitu seterusnya bergantian.
Gambar 2.6. Lari Memasukkan Simpai atau ban
c) Gerak lari memasukkan simpai ke tiap patok
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
(1) Guru dan siswa membuat 2 lintasan lurus di tengah lapangan.
(2) Guru menyiapkan alat pembelajaran yang diperlukan yaitu simpai dan
corong.
(3) Simpai diletakkan di tiap barisan dengan jumlah 3 simpai.
(4) Corong diletakkan pada tiap lintasan berjarak kira – kira 2 meter.
(5) Tiap kelompok berjumlah sama.
(6) Tahap pertama, semua siswa diberikan kesempatan untuk berlari
membawa simpai dan memletakkannya dalam corong.
(7) Tahap ke dua, satu per satu siswa lari membawa simpai dan
meletakkannya di tiap-tiap corong pada lintasan.
Gambar 2.5. Lari memasukkan simpai dalam lintasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
4) Lari menggunakan kotak atau kardus
Lari menggunakan kardus ini bertujuan untuk memperbaiki togok agar pada
waktu berlari bahu tidak goyang.
a) Gerak lari menyentuh kardus atau kotak
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
(1) Guru dan siswa membuat 3 lintasan lurus di tengah lapangan.
(2) Guru menyiapkan alat pembelajaran yang diperlukan yaitu kotak
kardus.
(3) Masing-masing lintasan ditata 2 kotak atau kardus (kotak A dan B).
(4) Dibagi dalam dua kelompok.
(5) Tahap pertama, Setiap siswa secara bergantian melakukan lari
menyentuh kotak A kemudian kotak B baru ke sebrang, begitu juga
sebaliknya (hilir mudik diantara kotak atau kardus).
Gambar 2.7. Gerak Lari Menyentuh Kotak atau Kardus
b) Lari memindahkan kotak atau kardus
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
(1) Guru dan siswa membuat 3 lintasan lurus di tengah lapangan.
(2) Guru menyiapkan alat pembelajaran yang diperlukan yaitu kotak
kardus.
(3) Masing-masing lintasan diberikan 3-5 kardus yang disusun.
(4) Satu kelas dibagi dalam dua kelompok.
(5) Setiap siswa secara bergantian lari membawa kardus dari lintasan A
dan meletakkannya pada lintasan B.
Gambar 2.8. Gerak Lari Memindahkan Kardus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c) Gerak lari membawa kardus berpasangan
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
(1) Guru dan siswa membuat 3 lintasan lurus di tengah lapangan.
(2) Guru menyiapkan alat pembelajaran yang diperlukan yaitu kotak
kardus.
(3) Masing-masing lintasan diberikan 3-5 kardus yang disusun.
(4) Satu kelas dibagi dalam dua kelompok.
(5) Setiap siswa secara bergantian lari membawa kardus berpasangan dari
lintasan A dan meletakkannya pada lintasan B.
Gambar 2.9. Gerak Lari Membawa Kotak atau Kardus
5) Gerak permainan lari menggunakan bola
a) Lari mengambil bola di lingkaran
Setiap siswa memegang satu benda (bola atau batu kecil).setelah dibuat
lingkaran kecil dengan ukuran garis tengah 2 meter, semua bola
dipegang oleh setiap siswa dikumpulkan dilingkaran. Ada satu siswa
yang menjaga bola di tengah lingkaran. Lingkaran kedua lebih besar
dari lingkaran pertama dengan jarak dari lingkaran kecil 3 meter.
Lingkaran yang besar ini merupakan tempat siswa berdiri serta diberi
nomer urut. Bila guru memanggil nomor ganjil maka yang berlari
mengambil bola adalah siswa dengan nomor ganjil. Guru memanggil
nomor genap dan ganjil bergantian. Pelari mengambil bola sebanyak –
banyaknya tanpa terpegang oleh penjaga. Bila saat mengambil tangan
pengambil terpegang oleh penjaga maka pengambil tersebut mati dan
tidak boleh mengambil lagi. Yang terbanyak mengumpulkan bola adalah
pemenangnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 2.10. Gerak Lari Mengambil benda dalam lingkaran
b) Lari menghindari bola
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
(1) Guru menyiapkan lapangan berbentuk persegi panjang tiap sudut
diberi bendera.
(2) Guru menyiapkan alat pembelajaran yang diperlukan yaitu bola,
bendera dan rafia.
(3) Satu kelas dibagi dalam dua kelompokA dan B.
(4) kelompok Amembawa bola dan kelom B lari di dalam lapangan ban
menghindaribola yang di lempar kelompok A, secara bergantian
Gambar 2.11. Gerakan menghindar bola
c) Gerak lari Memindahkan bola
Siswa dibagi menjadi beberapa regu. Satu regu terdiri dari lima sampai
sepuluh siswa. Lapangan diberi garis awal yang disebut garis start. Siswa
dari masing – masing regu berdiri dibelakang garis start. Jarak lari yang
akan ditempuh 10 meter. Pada batas akhir atau garis finish di beri tanda
serta kotak. Lapangan dibuat empat lintasan karena terdiri dari empat regu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
yaitu regu A,B,C dan D. Didepan garis start diberi kotak tempat menaruh
benda yang akan dipindahkan. Benda yang dipindahkan bisa berupa bola
kecil atau kerikil. Jumlah bola kecil dalam kotak berjumlah 5 buah. Setiap
siswa memindahkan 5 bola. Setelah aba – aba peluit berbunyi, pelari
pertama langsung mengambil bola untuk dipindahkan kekotak di garis
akhir. Bola harus tetap dalam kotak. Kemudian dilanjutkan oleh pelari
kedua , ketiga ,keempat dan seterusnya. Regu yang paling cepat
memindahkan bola paling cepat adalah regu pemenangnya.
Gambar 2.12. Memindah Bola atau benda
Dari bentuk-bentuk pembelajaran lari diatas telah menggunakan
permainan dengan alat bantu pembelajaran. Dengan bermain menggunakan alat
bantu pembelajaran yang menyenangkan siswa akan aktif bergerak, sehingga
kemampuan lari cepatnya akan meningkat.
6. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sahertian (2004), hasil belajar merupakan gambaran tingkat
penguasaan siswa terhadap sasaran pada topik bahasan yang dieksperimenkan,
yang diukur berdasarkan jumlahskor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai
dengan sasaran belajar. Sudjana (1992:22) menyimpulkan bahwa hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
adalah suatu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajar.
Dimyati & Mudjiono (1994) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
suatu puncak proses belajar siswa yang dapat diukur melalui penilaian guru.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan gambaran
tingkat penguasaan siswa terhadap suatu topik bahasan setelah siswa menerima
pengalaman belajar yang dapat diukur melalui penilaian guru.
b. Klasifikasi Hasil Belajar
Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ada beberapa ahli yang mempelajari ranah-ranah tersebut dengan
hasil penggolongan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik secara hirarkis. Diantara para ahli yang mendalami ranah-ranah
kejiwaan tersebut adalah Bloom, Karthwohl dan Simpson. Mereka menyusun
penggolongan perilaku berkenaan dengan kemampuan internal dalam
hubungannya dengan tujuan pembelajaran. Hasil penelitian mereka dikenal dengan
“Taksonomi Instruksional Bloom dan kawan-kawan”. Bloom dan kawan-kawan
tergolong pelopor yang mengkategorikan perilaku jenis hasil belajar. Meskipun
tidak luput dari kritik, taksonomi tersebut masih dapat digunakan untuk
mempelajari perilaku dan kemampuan internal akibat belajar.
Penggolongan atau tingkatan jenis perilaku belajar terdiri dari tiga ranah
atau kawasan, yaitu : (a) ranah kognitif (Bloom, dkk), yang mencakup enam jenis
atau tingkatan perilaku, (b) ranah afektif (Karthwohl, Bloom dkk), yang mencakup
lima jenis perilaku, (c) ranah psikomotor (Simpson) yang tersiri dari tujuh perilaku
atau kemampuan psikomotorik. Masing-masing ranah dijelaskan berikut ini :
1) Ranah Kognitif (Bloom dkk), terdiri dari enam jenis perilaku :
a) Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah
dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat
berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau
metode.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari makna hal-hal yang
dipelajari.
c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Perilaku ini misalnya tampak
dalam kemampuan menggunakan prinsip.
d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya
tampak di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja.
f) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan criteria tertentu. Sebagai contoh kemampuan menilai hasil
karangan.
2) Ranah Afektif menurutBloom dkk, terdiritujuh jenis perilaku, yaitu :
a) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperhatikan hal tersebut.
b) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup penerimaan terhadap suatu
nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.
d) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai
sebagai pedoman dan pegangan hidup.
e) Pembentukan pola hidup yang mencakup kemampuan menghayati nilai, dan
membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
3) Ranah Psikomotor (Simpson), terdiri dari tujuh perilaku kemampuan motorik,
yaitu :
a) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskripsikan)
sesuatu secar khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu
tersebut. Sebagai contoh, pemilihan warna, pemilihan angka (6 dan 9),
pemilahan huruf (b dan d).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b) Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu
keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerkan,
kemampuan ini mencakup aktivitas jasmani dan rohani (mental), misalnya
posisi star lomba lari.
c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai
contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya meniru gerak tari, membuat
lingkaran di atas pola.
d) Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa
contoh. Msalnya melakukan lempar peluru, lompat tinggi dan sebagainya
dengan tepat.
e) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau
keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancer, efisien dan tepat.
Misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat.
f) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan persyaratan khsusus
yang berlaku. Misalnya kemampuan atau keterampilan bertanding dengan
lawan tanding.
g) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola-pola gerak-gerik yang
baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat kreasi-
kreasi tarian kreasi baru.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang telah dilakukan
khususnya yang terkait dengan penggunaan alat bantu pembelajaran dan kemampuan
lari cepat atau sprint dengan hasil yang bervariasi atau beragam.
1. Penelitian Purwo Adi SanyotoBerjudulUpaya Peningkatan Hasil Belajar Lempar
Lembing Gaya Hop Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Bermain Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Siswa Kelas X 9 Sma Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2009 / 2010.
menunjukkan bahwa Model pembelajaran dengan pendekatan bermain, sangat
baik untuk meningkatkan hasil belajar lempar lembing gaya hop,hal ini
ditunjukkan dengan hasil belajar lempar lembing gaya hop pada siklus I dalam
kategori tuntas adalah 47,04% jumlah siswa yang tuntas adalah 16 siswa. Pada
siklus II terjadi peningkatan prosentase hasil belajar siswa dalam kategori tuntas
sebesar 92,73%, sedangkan siswa yang tuntas 33 siswa.
2. Penelitian Lina Oktafia Fajriyani berjudul, ” Optimalisasi Kemampuan Gerak
Dasar Lokomotor Dengan Memodifikasi Sarana Pembelajaran Pendidikan
Jasmani pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 01 Rejosari Gondangrejo Karanganyar
Tahun Pelajaran 2010/ 2011”, menunjukkan bahwa modifikasi sarana
pembelajaran dapat mengoptimalkan kemampuan gerak dasar yang terdiri dari
jalan, lari dan lompat. Peningkatan kemampuan gerak dasar lokomotor dari konsi
awal ke siklus II sebesar 32.75, sedangkan hasil belajarnya mengalami
peningkatan sebesar 76.5%.
C. Kerangka Berfikir
Atletik mempunyai peran penting terhadap cabang-cabang olahraga karena
gerakan-gerakanya merupakan gerakan dari seluruh gerakan olahraga. Gerakan-
gerakan yang dilakukan terdapat pada semua cabang olahraga, pada intinya
merupakan gerakan dasar yang berasal dari gerakan atletik. Cabang olahraga atletik
terdiri dari nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Pembelajaran atletik di Sekolah
Dasar saat ini dikenal dengan Atletic Kids, nomor yang dipelombakan adalah lari 60
meter, lompat katak dan lempar turbo.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu sarana untuk dapat digunakan
untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan dan kelincahan siswa. Dalam
pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani diajarkan berbagai macam cabang
olahraga salah satunya atletik. Untuk mengembangkan kemampuan atletik siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
melalui pendidikan jasmani, maka siswa harus diberi kesempatan aktif bergerak
seluas-luasnya agar aspek-aspek dalam pandidikan jasmani dapat berkembang seperti,
keterampilan gerak, kesegaran jasmani, aspek emosi, sosial dan laun sebagainya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani tentu banyak gendala
atau kesulitan yang dihadapai siswa. Kendala atau kesulitan tersebut harus segera
dicarikan solusi yang tepat, salah satunya dengan menggunakan alat bantu
pembelajaran. Jika dalam pembelajaran pendidikan jasmani kendala atau kesulitan
yang dihadapi tidak segera dicarikan solusi yang tepat, maka siswa tidak dapat aktif
mengikuti pembelajaran, sehingga hal ini berdampak buruk pada kemampuan atletik
siswa.
Lari cepat merupakansalah satu nomor lari dalam cabang olahraga atletik.
Lari cepat merupakan suatu gerak lari untuk menempuh jarak tertentu yang dilakukan
dengan kecepatan yang maksimal dengan waktu yang sesingkat-singkatnya dari garis
start sampai ke finish. Lari cepat atau sprint menempuh jarak tertentu, dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan lari cepat . Hal ini didasarkan pada
kurikulum pembelajaran yang ada pada tempat penelitian serta bentuk tes yang
diberikan pada subjek penelitian.
Pembelajaran lari cepat dengan pendekatan bermain dengan alat bantu ini
meliputi: lari menggunakan bendera, lari menggunakan kardus dan lari menngunakan
bola.Melalui pembelajaran lari menggunakan pendekatan bermain dengan alat bantu,
pembelajaran pendidikan jasmani siswa menjadi lebih senang dan berpartisipasi aktif.
Dengan siswa aktif mengikuti pembelajaran lari, maka akan meningkatkan hasil
belajar lari cepatnya karena siswa aktif bergerak.
Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 2.13. Kerangka Berpikir
Kondisi
Akhir
Tindakan
Kondisi
Awal
Melaui PTK
Guru menerapkan model
pembelajaran dengan
pendekatan bermain
mengunakan alat bantu
Siklus I : Guru dan penelitimenyusun
bentuk pengajaran yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan dasar lari cepat melalui
pendekatan bermain.
Siklus II: Upaya perbaikan dari siklus I
sehingga meningkatkan kemampuan
dan ketrampilan lari cepat melalui
pendekatan bermain.
Melalui pendekatan bermain dengan
alat bantu dapat meningkatkan
kesegaran jasmani siswa (siswa
lebih bersemangat dan prestasi
belajar meningkat ) dah hasil belajar
lari cepat siswa dapat meningkat.
Guru kurang kreatif dan
inovatif dalam proses
pembelajaran penjas.
Siswa kurang tertarik dan cepat
bosan dengan pelajaran penjas
Tingkat kesegaran jasmani
rendah Hasil balajar Lari Cepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Mojosongo 02 Kecamatan
JebresSurakarta. Pemilihan SDN Mojosongo 02 sebagai lokasi penelitian
dengan alasan sebagai berikut:
a. SDN Mojosongo 02 Jebres belum pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari penelitian ulang.
b. Terdapat permasalahan dalam pembelajaran Atletik yaituLari cepat 60
meter, sehingga peneliti melakukan penelitian dengan maksud untuk
memecahkan masalah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan direncanakan dari bulan
Januari2012 sampai selesai.
Tabel 3.1. Rincian Kegiatan Waktu Dan Jenis Kegiaatan Penelitian
Rencana Kegiatan Tahun 2012
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
1. Persiapan Penelitian
a. Koordinasi peneliti dengan kepala
sekolah dan guru olahraga
b. Diskusi dengan guru untuk
mengidentifikasi Masalah
pembelajaran dan merancang
tindakan
c. Menyusun proposal penelitian
d. Menyiapkan perangkat
pembelajaran dan instrumen
penelitian (lembar observasi)
e. Mengadakan simulasi
pelaksanaan tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I
- Perencanaan
- Pelaksanaan tindakan
- Observasi
- Refleksi
b. Siklus I
- Perencanaan
- Pelaksanaan tindakan
- Observasi
- Refleksi
3. Analisis Data dan Pelaporan
a. Analisis data
b. Penyusunan skripsi
c. Ujian dan revisi
d. Penggandaan dan pengumpulan
laporan
3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan dalam beberapa
siklus untuk melihat peningkatan hasil lari cepat (sprint) dalam penjasorkes
dengan pendekatan bermain menggunakan alat bantu (Bendera, simpai/ ban,
kardus dan bola).
B. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV SDN
Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012.
C. Data dan Sumber Data
Sumberdata dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
1. Siswa untuk mendapatkan data tentang lari cepat (sprint) dengan penerapan
pembelajaran pada siswa kelas IV SDN Mojosongo 2 Jebres Surakartatahun
ajaran 2011/2012.
2. Guru sebagai kolaborator, untuk melihat tinggkat keberhasilan penggunaan
pendekatan bermain dengan alat bantu pembelajaran (Bendera, simpai/ ban,
kardus dan bola).pada siswa kelas IV SDN Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun
ajaran 2011/2012.
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini
terdiri dari : Tes dan Observasi.
1. Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar Lari cepat
(Sprint) 60 meter yang dilakukan siswa.
2. Observasi: dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar saat penerapan
permainan dengan alat bantu (Bendera, simpai/ ban, kardus dan bola).
Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan penelitian sebagai
berikut:
Tabel 3.2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
No Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Instrumen
1 Siswa Hasil belajar
keterampilan lari cepat
(sprint) 60 meter
Test praktek/hasil
tes selama
mengajar
Tes keterampilan
lari cepat(sprint)
60 meter
2 Siswa Kemampuan melakukan
rangkaian gerakan
keterampilan lari cepat
(Sprint) 60 meter.
Praktik dan unjuk
kerja praktek
Melalui lembar
Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
E. Uji Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2006: 168).
Semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya
diukur atau diteliti. Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik triangulasi. Menurut Iskandar (2008: 230) triangulasi
merupakan pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap suatu data.
Dapat diartikan bahwa untuk menarik simpulan yang mantap dan bisa diterima
kebenarannya, peneliti perlu mengkajinya dari berbagai sudut pandang. Teknik-
teknik uji validitas yang dilakukan peneliti adalah sebagi berikut:
1) Triangulasi sumber data
Teknik ini digunakan untuk menguji kebenaran data yang diperoleh
dari satu informan dengan informan yang lain. Data yang sama atau sejenis,
akan lebih valid kebenarannya bila digali dan dikomparasikan dari beberapa
sumber data yang berbeda. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan peneliti
adalah membandingkan data/informasi terkait hasil belajar lari cepat 60 meter
yaitu sumber data yang diperoleh dari: perbandingan hasil belajar lari cepat
siswa dalam pembelajaran mulai dari pra siklus sampai akhir siklus, hasil
wawancara dari guru olahraga dan siswa kelas IV, hasil observasi hasil belajar
lari cepat 60 meter dengan pendekatan bermain melalui alat bantu kemudian
disimpulkan.
2) Triangulasi metode
Peneliti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan
metode/teknik pengumpulan data yang berbeda. Kegiatan yang dilakukan
peneliti yakni membandingkan data yang telah diperoleh dari beberapa teknik
pengumpulan data yang berbeda, kemudian dapat ditarik simpulan data yang
lebih kuat validitasnya. Peneliti membandingkan data yang terkumpul dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
teknik observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi kemudian ditarik simpulan
sehingga data benar-benar mendekati kevalidan.
3) Triangulasi teori
Triangulasi teori ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji
(Slamet dan Suwarto, 2007: 55). Dalam penelitian ini peneliti membandingkan
data yang diambil dari berbagi teori yang ada, baik teori tentang model
pendekatan bermain maupun teori tentang penguasaan lari cepat (sprint) yang
telah diulas pada bab II.
F. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik prosentase
untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1. Hasil keterampilan lari cepat : dengan menganalisis nilai rata – rata tes Lari
cepat, Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan.
2. Kemampuan melakukan rangkaian gerakan keterampilan Lari Cepat : dengan
menganalisis rangkaian gerakan lari cepat. Kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi skor yang telah ditentukan.
3. Keaktifan dan kognitif siswa : dengan mengamati perilaku siswa pada saat
pembelajaran berlangsung dan jawaban siswa atas pertanyaan yang diberikan.
Sedangkan dalam penelitian ini melalui angka – angka yang diperoleh
saat unjuk kerja lari cepat 60 meter. Menurut Iskandar, ( 2009: 131) yang
menyatakan bahwa.”Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari
pelaksanakan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
prosentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian
(Sarwiji Suwandi, 2008: 70). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah meningkatnya hasil belajar melalui pendekatan bermain
dengan alat bantu pada siswa kelas IV SD N Mojosongo 02 Jebres. Indikator
penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP PenjasOrkes kelas IV.
Jika dalam siklus I siswa yang mendapat nilai >75 minimal sebanyak 80
% dari total siswa dalam kelas tersebut, maka pendekatan bermain dengan alat
bantu dikatakan mampu meningkatkan hasil belajar lari cepat.
Namun jika siklus I belum mencapai indikator yang diharapkan maka
dilanjutkan pada siklus II hingga mencapai indikator yang diharapkan.
Jika siklus II belum juga mencapai indikator kinerja yang diharapkan
maka dilanjutkan hingga siklus-siklus berikutnya sampai indikator kinerja benar-
benar tercapai.
Tabel 3.3.Indikator Ketercapaian Belajar Siswa
Aspek yang
diukur
Persentase target capaian
Cara mengukur Kondisi
awal
Siklus
1
Siklus
2
Keaktifan
semangat siswa
dalam mengikuti
pembelajaran
40%
50%
60%
Diamati saat pembelajaran
dengan menggunakan
lembar observasi oleh
peneliti dan dihitung dari
jumlah siswa yang
menunjukan kesungguhan
dalam kegiatan belajar
mengajar
Siswa yang sudah
mampu melakukan
teknik dasar lari
cepat 60 meter
dengan pendekaan
bermain
menggunakan alat
bantu
pembelajaran
60 % 70% 75%
Diamati saat pembelajaran
dengan menggunakan
lembar observasi oleh
peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Ketuntasan hasil
belajar (hasil dari
tes kemampuan
teknik dasar)
65% 75% 80% Dihitung dari jumlah
siswa yang memperoleh
nilai 75 ke atas untuk tes
lari cepat. Siswa yang
mendapat nilai 75 atau
lebih dinyatakan telah
mencapai ketuntasan
belajar.
G. Prosedur Penelitian
Merupakan langkah-langkah yang harus dilalui peneliti. Langkah pertama
menentukan metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu metode Penelitian
Tindakan Kelas.Langkah selanjutnya menentukan banyaknya tindakan yang
dilakukan dalam siklus. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti akan
melakukan tindakan-tindakan yang dalam pelaksanaannya berlangsung secara
terus menerus dan tindakan-tindakan ini akan dilaksanakan dalam siklus yang
peneliti berikan pada siswa yang peneliti jadikan subyek penelitian.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK secara prosedurnya adalah
dilaksanakan secara partisipatif atau kolaborasi (guru, dosen dengan tim lainnya)
bekerjasama, mulai dari tahap orientasi dilanjutkan penyusunan rencana tindakan
dilanjutkan pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama, diskusi yang bersifat
analitik yang kemudian dilanjutkan kepada langkah refleksi-evaluatif atas kegiatan
yang dilakukan pada siklus pertama, untuk kemudian mempersiapkan rencana
modifikasi, koreksi, atau pembetulan, atau penyempurnaan pada siklus kedua dan
seterusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Adapun prosedur atau langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
terlihat pada gambar 3.1
Keterangan:
1. Mengidentifikasi permasalahan umum
2. Mengadakan pengecekan dilapangan (reconnaissance)
3. Membuat perencanaan umum
4. Mengembangkan tindakan pertama
5. Mengobservasi, mengamati, mendiskusikan tindakan pertama
6. Refleksi-evaluatif, dan merevisi atau memodifikasi untuk perbaikan dan
peningkatan pada siklus kedua dan berikutnya
Untuk memperoleh hasil penelitian seperti yang diharapkan, prosedur
penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
Orientasi
Perencanaan
Orientasi Perencanaan
Berikut
Dilanjutkan Ke Siklus
Berikut?
Refleksi Pelaksanaan Tindakan
Pengamatan
Perbaikan Perencanaan
Pelaksanaan Tindakan Refleksi
Pengamatan
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
(Iskandar, 2009:67)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1. Tahap Persiapan Survei Awal
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah:
Peneliti mengobservasi sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
2. Tahap Seleksi Informan, Penyiapan Instrumen dan Alat
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi:
a. Menentukan subjek penelitian
b. Menyiapkan alat dan instrumen penelitian dan evaluasi
3. Tahap Pengumpulan Data dan Treatment
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data tentang:
a. Hasil belajar lari cepat (sprint)
b. Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran
c. Ketepatan Rencana Pelaksanaan Pebelajaran (RPP)
d. Alat Bantu Pembelajaran (APP)
e. Pelaksanaan Pembelajaran
f. Semangat dan keaktifan siswa
4. Tahap Analisis Data
Dalam tahap ini analisis yang digunakan penelitian adalah deskriptif kualitatif.
Teknik analisis tersebut dilakukan karena sebagian besar data yang
dikumpulkan berupa uraian diskriptif tentang perkembangan proses
pembelajaran, yakni partisipasi siswa dalam pembelajaran pada sub pokok
bahasan lari cepat 60 meter.
5. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan dari awal
survei sampai dengan menganalisis data yang dilakukan pada waktu penelitian.
H. Proses Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil
belajar lari cepat60 meter siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres,
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Setiap tindakan upaya pencapaian tujuan
tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi untuk perencanaan siklus
berikutnya. Penelitian ini, direncanakan dalam 2 siklus.
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan guru menyusun:
1) Skenario pembelajaran sebagai berikut:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b) Menyusun lembar penilaian dan hasil pembelajaran
c) Menyusun lembar Observasi
d) Menyiapkan lembar tes dan angket
e) Menyiapkan peralatan
f) Menyiapkan lapangan
g) Penetapan alokasi waktu pelaksanaan penelitian
h) Sosialisasi kepada subyek penelitian
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses
pembelajaran di lapangan dengan langkah-langkah kegiatan antara lain:
1) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum
2) Melakukan pemanasan 10 menit
3) Membentuk kelompok
4) Melakukan lari melalui pendekatan bermain dengan alat bantu
a) Lari melewati bendera
b) Lari melewati lintasan bintang
c) Lari menngunakan simapi
5) Diskusi kelompok membahas masalah masing-masing
6) Membantu secukupnya pada masing-masing kelompok
7) Melaksanakan diskusi kelas
8) Menarik kesimpulan
9) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung
10) Melaksanakan penenangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
c. Tahap Observasi
Kegiatan pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan Pelaksanaan
Tindakan I. Pada Tahap ini dilakukan pengamatan terhadap efektifitas
Pendekatan bermain dengan alat bantu pembelajaran penjas yang diterapkan
terhadap proses pembelajaran teknik dasar lari cepat. Observasi dilakukan
dengan menggunakan instrument berupa lembar observasi siswa.
d. Tahap Evaluasi (Refleksi)
Mengemukakan hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I yang
memerlukan perbaikan pada siklus berikutnya.
e. Tahap pelaksanaan, dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran
yang telah direncanakan, Tahap ini dilakukan bersamaan dengan observasi
terhadap dampak tindakan.
f. Tahap observasi dan interpretasi, dilakukan dengan mengamati dan
menginterpretasikan pendekatan aplikasi pembelajaran bermain pada proses
pembelajaran pendidikan jasmani maupun pada hasil pembelajaran yang
telah dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan
kemajuan aplikasi tindakan pertama.
g. Tahap analisis dan refleksi, dilakukan dengan menganalisis hasil observasi
dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu
diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi
target.
2. Rancangan Siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang
telah dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus
tersebut dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran
pendidikan jasmani. Demikian juga termasuk perwujudan tahap pelaksanaan,
observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi yang juga mengacu pada
siklus sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Pratindakan
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survei untuk mengetahui keadaan nyata di lapangan. Hasil
dari survei awal sebagai berikut: (1) siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2
Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 berjumlah 26 siswa yang terdiri atas
15 siswa putra dan 11 siswa putri. Dilihat dari proses pembelajaran lari cepat
dikatakan proses pembelajaran dalam kategori kurang berhasil, (2) minat siswa
dan tingkat ketertarikan siswa terhadap materi pembelajaran lari cepat masih
kurang, (3) masih banyak siswa yang menganggap pembelajaran lari adalah
pembelajaran yang sangat melelahkan dan membosankan, (4) siswa kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran, karena materi yang diajarkan guru berdasarkan
pada keterampilan yang sebenarnya, tanpa ada modifikasi ataupun alat bantu
pembelajaran, model pembelajaran lari cepat yang diterapkan masih monoton. (5)
Guru kesulitan menemukan model dan media pembelajaran yang tepat, guru
kurang kreatif dalam menciptakan alat bantu pembelajaran. Hal ini mengakibatkan
motivasi belajar siswa menurun, sehingga akan berdampak pada rendahnya
kemampuan lari cepat siswa, (6) terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan
untuk mendukung proses pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini terbukti
dengan kurangnya peralatan-peralatan pembelajaran penjas di sekolah.
Tujuan penelitian dapat dicapai melalui pengambilan data terhadap sampel
yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan dari hasil tes kemampuan lari cepat
dan nilai ketuntasan hasil belajar sebelum diberi pembelajaran penjas dengan
menggunakan pendekatan bermain dengan alat bantu pembelajaran, Kondisi awal
penelitian diukur dari observasi dan tes unjuk kerja keterampilan teknik dasar lari
cepat(sprint) 60 meter. Observasi dan tes unjuk kerja digunakan untuk mengetahui
dan mengukur seberapa besar kemampuan siswa dalam melakukan lari
cepat(sprint) 60 meter, baik mengenai keterampilan gerak dasar maupun mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
rangkaian gerakan sebelum diberi tindakan berupa pendekatan bermain dengan
alat bantúdalam proses belajar mengajar yang berlangsung.
Berikut merupakan hasil observasi pada setiap indikator, sebelum diberi
tindakan berupa pendekatan bermain dengan alat bantu dalam kegiatan belajar
mengajar (pra siklus), dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
1. Kondisi Awal Kemampuan Lari Cepat dan Ketuntasan Hasil Belajar
Kondisi awal kemampuan lari cepat dan nilai ketuntasan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/
2012 diketahui melalui observasi dan tes kemampuan lari 60 yard. Tes awal
kemampuan lari cepat tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah dari siklus I
dan siklus II yang diberikan ada peningkatan terhadap ketuntasan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/
2012 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1. Kondisi Awal Data Hasil Belajar Lari Cepat
No Interval Nilai Nilai Tengah
(xi)
Frekuensi
(fi) fi.xi
Prosentase
(%)
1 44-49 46,5 1 46,5 3,85%
2 50-55 52,5 1 52,5 3,85%
3 56-61 58,5 4 234 15,38%
4 62-67 64,5 10 645 38,46%
5 68-73 70,5 1 70,5 3,85%
6 74-79 76,5 9 688,5 34,62%
Jumlah 26 1737 100%
Nilai rata-rata = 1737/26 =66,81
Ketuntasan klasikal = 9/18 x 100 % = 34,62%
Nilai tertinggi = 78
Nilai terendah = 44,5
Untuk lebih jelasnya dapatdipaparkan dalam bentuk grafik pada gambar
4.1 sebagai berikut:Untuk lebih jelasnya dapatdipaparkan dalam bentuk grafik
pada gambar 4 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 4.1. Grafik Nilai Siswa Pra Siklus
Berdasarkan data kondisi awal kemampuan lari cepat dan nilai ketuntasan
hasil belajar menunjukkan bahwa, rata-rata ketuntasan hasil belajar lari cepat
siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/
2012 yaitu66,81,sedangkan siswa yang berada pada criteria tuntas berdasarkan
KKM 75 yaitu 9 siswa (34,62%).
Melalui diskripsi data awal yang telah diperoleh tersebut, msing-masing
aspek menuju kriteria keberhasilan pembelajaran kurang. Maka disusun sebuah
tindakan untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran materi lari cepat
pada siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran
2011/ 2012 melalui pendekatan bermain dengan menggunakan alat bantu
pembelajaran pendidikan jasmani.
B. Diskripsi Tindakan Tiap Siklus
Dari hasil observasi awal, ada dua siklus yang diterapkan untuk
menyelesaikan dan menjawab permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Pada
setiap siklus yang diterapkan masing-masing menggunakan pendekatan bermain
dengan alat bantu pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung. Untuk mengetahui adanya perubahan dari proses yang diakibatkan
oleh tindakan tersebut, maka evaluasi dilakukan dengan cara melakukan observasi
dan tes unjuk kerja dalam lari cepat(sprint) 60 meter pada tiap akhir
3,85% 3,85% 15,38%
38,46%
3,85%
0
2
4
6
8
10
12
44-49 50-55 56-61 62-67 68-73 74-79
Fre
kk
uen
si
Interval Nilai
Nilai Siswa Pra Siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
siklus.Kegiatan selanjutnya setelah observasi awal yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan serta refleksi tehadap tindakan. Serangkaian penelitian
yang dilakukan terdiri dari dua siklus. Penelitian diakhiri sampai ada perubahan
pada indikator partisipasi siswa ke arah yang lebih baik. Pembahasan masing-
masing siklus dapat dilihat seperti di bawah ini.
1. SIKLUS I
a. Pertemuan I
1) Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan pertama, maka perencanaan
tindakannya adalah sebagai berikut:.
a) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan pertama. Penggunaan
alat bantu pada pertemuan pertama kurang berhasil dibuat lebih
menarik lagi.
b) Menyiapkan alat bantu yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
c) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
a) Pemanasan.
(1) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum
(2) Pemanasan yang diberikan berupa peregangan otot secara dinamis
dan statis yang diperlukan pada unsur-unsur gerakan keterampilan
pembelajaran lari cepat(sprint) 60 meter.
(3) Stretching.
b) Inti Pelajaran
(1) Melakukan teknik dasarpembelajaran lari cepat(sprint) 60 meter,
antara lain:
(a) Pada pembelajaran awalan pertemuan, bentuk latihan merupakan
pengembangan latihan pada pertemuan sebelumnya. Pola
pembelajaran adalah gerakan bersifat kompetisi antar
regu.Gerakan yang dilakukan adalahsiswa dibariskan menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tigaregu, masing masing regu terdiri dari jumlah siswa yang sama.
Satu per satu siswa berlari di lintasan bendera yang sudah disusun,
dan kembali lewat samping kanan dengan kecepatan maksimal,
anak paling depan lebih dulu berlari setelah selesai kembali ke
barisan dilanjutkan anak di belakangnya demikian seterusnya.
Gerakan ini dilakukan secara bersama sama antara dua regu, regu
yang pelari terakhirnya lebih dulu tiba kembali ke barisan regu
itulah keluar sebagai pemenangnya.
(b) Siswa dalam posisi tiga baris siswa melakukan gerakan berlari
dengan melewati bendera yang telah diatur rapi baik letak maupun
jaraknya. Permainan ini dilakukan dengan variasi yaitu bendera
dibentuk seperti bintang dengan posisi anak berbanjar dan
bergerak mengitari bintang. Gerakan ini dimaksudkan untuk
melatih koordinasi gerak kaki dan datang kekuatan kaki dan
ketangkasan saat melakukan gerakan lari.
(c) Pada pembelajaran awalan pertemuan,Pola pembelajaran adalah
gerakan bersifat kompetisi antar regu.Masih dalam posisi tiga baris
siswa dan setiap baris dibagi dua dan berhadap – hadapan
melakukan gerakan berlari dengan membawa simpai di berikan
barisan yang ada di hadapannya berlari bolak – balik melewati
lintasan. Gerakan ini dilakukan secara bersama sama antara dua
regu, regu yang pelari terakhirnya lebih dulu tiba kembali ke
barisan regu itulah keluar sebagai pemenangnya.
(d) Siswa dalam posisi tiga baris siswa melakukan gerakan berlari
dengan mengambil simpai dari patok A di pindah ke patok A.
Permainan ini dilakukan dengan maksud untuk melatih kecepatan
dan siswa mengenal jalurnya masing - masing pada saat
melakukan gerakan lari.
(e) Gerakan diawali dengan lari membawa simpai dan meletakkannya
dalam tiap patok yang berada di dalam lintasan lari. Gerakan ini
bertujuan untuk melatih kecepatan dan ketangkasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
(f) Melakukan rangkaian gerakan lari cepat 60 meter.Setelah
melakukan teknik-teknik lari cepat dengan pendekatan bermain,
kemudian siswa melakukan rangkaian gerakan secara keseluruhan
di lintasan lari.Siswa melakukan sesuai urutan absen.
c) Penutup
Melaksanakan penenangan / pendinginan.
(1) Pendinginan dilakukan dengan gerakan penguluran (stretching).
(2) Setelah pendinginan dilakukan evaluasi mengenai pembelajaran yang
telah dilakukan.
(3) Pemberian pertanyaan pada selembar kertas yang diberikan pada siswa
dan jawaban dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
3) Pengamatan Tindakan
Adapun hasil pengamaatan pada pertemuan kedua ini sebagai berikut:
a) Hasil keterampilan lari cepat 60 meter.
Dalam pertemuan kedua ini, keterampilan lari cepat 60 meter, siswa
meningkat dari pada pertemuan pertama.
b) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan keterampilan lari cepat 60
meter.
(1) Pada pelaksanaan siswa tampak penasaran melakukan gerakan lari,
walaupun awalnya terlihat sulit dan kebanyakan siswi putri agak malas,
tetapi pada percobaan atau latihan kedua siswa mulai bisa melakukan
gerakan lari zig - zag dengan gesit dan lincah.
(2) Pada pembelajaran, siswa tampak tertantang dengan adanya simpai dan
patok yang ditata pada lintasan awalan. Jadi seolah-olah menjadi ajang
unjuk kebolehan, menunjukkan diri mereka bisa melewati rintangan
dan teknik yang baik.
(3) Saat pemberian materi permainan dengan berkompetisi siswa terlihat
bersemangat dan percaya diri dengan kecepatan lari yang dimiliki tiap
siswa dan saling bekerja sama antar kelompok, siswa tampak tertarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
(4) Pada pembelajaran lari cepat 60 meter, dilakukan secara keseluruhan.
Dari start,pada saat lari, dan memasuki garis finsh. Pada pembelajaran
ini kecepatan siswa dalam berlari sudah mulai bertambah.Dengan
menggunakan kecepatan yang maksimal, Siswa melakukan urut sesuai
absen.
4) Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan pertama
adalah sebagai berikut:
a) Keberhasilan guru/siswa:
Penggunaan alat bantu pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk belajar,
lebih menantang siswa untuk melakukan lari cepat 60 meter, karena
pembelajarannya menarik sehingga anak tidak merasa bosan dalam mengikuti
pelajaran. Apalagi dengan diberi reward siswa lebih antusias jika disuruh
melakukan gerakan-gerakan yang lain.
b) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
(1) Pembelajaran memerlukan perbendaharaan gerak yang bervariasi agar
siswa selalu termotivasi dalam melakukan gerakan.
(2) Tentunya pujian sebagai bentuk pemberian semangat pada anak harus
dilakukan secara terus menerus untuk memacu peningkatan prestasi anak.
(3) Peneliti tidak hanya berada di depan saat memberikan penjelasan
kepada siswa. Peneliti juga harus memonitor siswa yang berada di
bagian belakang, agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
c) Rencana Perbaikan:
Berdasarkan hasil pengamatan dan kendala-kendala dalam pembelajaran,
maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada pertemuan berikutnya, antara lain
adalah:
(1) Peneliti dituntut untuk dapat menciptakan variasi gerak yang mengarah
pada teknik lari cepat 60 metersecara kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
(2) Siswa yang dirasa kurang berhasil pada pertemuan pertama akan lebih
diperhatikan.
(3) Peneliti harus lebih pintar mengatur waktu. Pada pertemuan pertama
ini, alokasi waktu banyak dihabiskan pada kegiatan pemanasan dan inti
pelajaran. Sehingga tidak ada waktu untuk pendinginan.
(4) Peneliti harus lebih memperhatikan siswa, karena masih ada siswa
yang tidak serius waktu pembelajaran berlangsung.
b. Pertemuan II
1) Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan pertama, maka perencanaan
tindakannya adalah sebagai berikut:.
a) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan pertama.
b) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian
lari cepat 60 meter.
c) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
d) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran
yang telah direncanakan, sebagai berikut :
a) Pemanasan.
(1) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum
(2) Melakukan pemanasan. Pemanasan yang diberikan berupa gerakan-
gerakan yang mengarah pada unsur-unsur keterampilanlari cepat 60
meter.
b) Inti Pelajaran
Pada pertemuan ketiga sudah dijadwalkan sebagai pertemuan evaluasi,
yaitu pertemuan dimana peneliti akan menguji keberhasilan anak pada
akhir pembelajaran penerapan siklus pertama. Yang pertama dilakukan
adalah menyiapkan siswa pada kondisi suasana tes yang dikehendaki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dengan tetap mempertahankan suasana santai tapi serius. Satu per satu
siswa mulai melakukakan gerakan tiga unsur lari cepat dengan benar
sesuai dengan teknik yang diajarkan yaitu start , saat lari dan finish. Guru
mulai mengamati setiap gerakan setiap anak satu demi satu dari nomor
absen 1 hingga terakhir. Kemudian mencatatnya pada lembar penilaian lari
cepat 60 meter yang telah disiapkan.
c) Penutup
(1) Melakukan penenangan dengan gerakan peregangan.
(2) Memberikan evaluasi terkait dengan hasil yang diperoleh siswa,
berikut mengumumkan siapa siswa yang berhasil dan siapa siswa yang
masih kurang.
3) Pengamatan Tindakan
Pada dasarnya permainan dengan penggunaan alat bantu pembelajaran cukup
memberikan gairah baru pada pembelajaran lari cepat, hal ini dapat diamati dari sikap
siswa yang tak kenal menyerah pada saat melakukan tes dan selalu ingin mengulangi
gerakan lari ketika hasilnya belum memenuhi target yang diharapkan. Masih ada
kesempatan pada siklus II dengan harapan hasilnya akan lebih baik.
Selama pelaksanaan siklus I, maka peneliti melakukan pengambilan data
penelitian melalui observasi dan tes kemampuan lari cepat. Adapun deskripsi data
peningkatan ketuntasan hasil belajar melalui pendekatan bermain dengan
menggunakan alat batu pembelajaran pendidikan jasmani pada siswa kelas IV SD
Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012, disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.2. Diskripsi Data Hasil Belajar Lari Cepat Setelah Menggunakan
Pendekatan Bermain Dengan Alat Bantu Pada Siklus I
Selanjutnya dari tabel 4.2tersebut dapat digambarkan dalam gambar
4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2. Grafik Nilai Evaluasi Siklus I
Data siklus I nilai ketuntasan hasil belajar menunjukkan bahwa, rata-rata
nilai ketuntasan hasil belajar lari cepat siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2
Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 yaitu 72,56. Sedangkan siswa yang
berada pada criteria tuntas berdasarkan KKM 75 yaitu 12 siswa (46,15%).
0%
3,85%
19,23%
26,92%
38,46%
3,85%
7,69
0
2
4
6
8
10
12
50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Nilai Siswa Siklus I
No Interval
Nilai
Nilai
Tengah (xi) Frekuensi (fi) Fi.xi
Prosentase
(%)
1 50-54 52 1 52 3,85%
2 55-59 57 0 0 0 %
3 60-64 62 1 62 3,85%
4 65-69 67 5 335 19,23%
5 70-74 72 7 504 26,92%
6 75-79 77 10 770 38,46%
7 80-84 82 2 164 7,69%
Jumlah 26 1887 100%
Nilai rata-rata = 1887/26 =72,58
Ketuntasan klasikal = 12/26 x 100 % = 46,15%
Nilai tertinggi = 81
Nilai terendah = 50,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Dalam pelaksanaan siklus I terdapat kelebihan dan yang dapat digunakan
sebagai tolak ukur keberhasilan siklus I, adapun kelebihan dalam pelaksanaan
siklus I diantaranya: (1) siswa merasa tertarik dengan metode baru yang
disampaikan oleh peneliti yakni dengan melalui penjelasan guru dan peneliti,
penyampaian materi model inovatif dengan permainan pada pemanasan dan
penggunaan alat bantudalam melakukan pembelajaran lari cepat yakni: lari
menggunakan bendera, lari menggunakan simpai, siswa merasa senang dengan
kegiatan belajar dengan menggunakan alat bantu pembelajaran sehingga siswa
mudah melakukan gerakan lari cepat yang selama ini dianggap membosankan,
melelahkan untuk melakukannya, disamping itu model pelaksanaan pembelajaran
ini dianggap jarang digunakan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
pada mata pelajaran pendidikan jasmani, (2) siswa mudahmenyerap pelaksanaann
kegiatan menggunakan alat bantu karena sangat membantu sekali siswa dalam
melakukan lari cepat, sehingga pelaksanaan KBM menjadi terlaksana dengan baik,
dan siswa dapat secara cepat mengadaptasi materi karena sudah melihat gerakan
yang diinstruksikan sebelumnya oleh peneliti. Situasi kelas lebih tertata, sehingga
materi yang diberikan terarah.
Akan tetapi dalam pelaksanaan siklus I ini masih terdapat kelemahan
sehingga membuat kekurangan dalam pelaksanaan siklus I, adapun kelemahan dan
kekurangan dalam pelaksanaan siklus I tersebut adalah: (1) mayoritas siswa belum
dapat mempraktekkan beberapa gerak dasar lari cepat yang dicontohkan oleh
peneliti secara benar, (2) saat pembelajaran lari menggunakan bendera siswa tidak
melewati (zig-zag) tetapi dilompati, hal ini dikarenakan alat bantu yang digunakan
terlalu kecil, siswa saling berebut lintasan dan memilih-milih alat bantu yang lebih
bagus, (3) masih terdapat siswa yang kurang serius dalam melaksanakan
pembelajaran, sering bercanda menggoda teman yang sedang melakukan
pembelajaran, (4) siswa kurang mampu mencermati contoh pelaksanaan lari
melewati bendera, lari melewati bintang dan lari menggunakan simpai, sehingga
siswa belum dapat menunjukkan kualitas gerak dasar lari cepat yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
4) Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)
Dari tabel pencapaian hasil di atas, menujukkan bahwa kemampuan siswa
dalam melakukan teknik dasar lari cepat 60 meter, meningkat sesuai target capaian
yang dicantumkan pada proposal. Meskipun demikian, masih perlu peningkatan
pada metode yang diterapkan. Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi
pada pertemuan ketiga ini adalah sebagai berikut:
a) Keberhasilan guru/siswa:
(1) Dari hasil tespada siklus I menunjukkan bahwa rata – rata hasil belajar
lari cepat 60 meter meningkat dari 66,81pada kondisi awal menjadi
72.58pada akhir siklus I
(2) Dari hasil tes pada siklus I menunjukkanpersentase peningkatan hasil
belajar lari cepat 60 meter dari kondisi awal 34,62% meningkat menjadi
46,15% pada akhir siklus I
b) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
(1) Kendala demi kendala bisa diatasi sedikit demi sedikit meskipun masih
perlu peningkatan dan pengembangan.
(2) Demi tercapainya hasil yang maksimal pendekatan internal pada setiap
individu anak masih sangat berperan terhadap semangat siswa.
c) Rencana perbaikan
Berdasarkan hasil pengamatan dan kendala-kendala dalam pembelajaran
siklus I, maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya, antara
lain adalah:
(1) Mempersiapkan siswa secara fisik dengan menghimbau siswa supaya
tidak melakukan gerakan yang menguras tenaga sebelum latihan,
misalnya bermain kejar-kejaran dengan temannya.
(2) Melakukan pendekatan internal lebih intensif pada siswa yang dirasa
masih kurang berhasil karena faktor fisik maupun mental.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
2. SIKLUS II
a. Pertemuan I
1) Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari refleksi pada siklus pertama, maka perencanaan
tindakannya adalah sebagai berikut:
a) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan sebelumnya. Penggunaan
pendekatan bermain dengan alat bantu pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya kurang berhasil, jadi perlu dibuat lebih menarik dan
menantang lagi.
b) Menyiapkan alat bantu yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
c) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
d) Pemanasan.
(1) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum
(2) Melakukan pemanasan.
Pemanasan yang diberikan berupa peregangan otot secara dinamis dan
statis yang diperlukan pada unsur-unsur gerakan keterampilan lari
cepat (sprint) 60 meter.
b) Inti Pelajaran
(1) Gerakan menyentuh kardus.
Guru menyediakan 3 lintasan, masing-masing lintasan ditata 2 kotak
atau kardus (kotak A dan B). Setiap siswa secara bergantian
melakukan lari menyentuh kotak A kemudian kotak B baru ke
sebrang, begitu juga sebaliknya (hilir mudik diantara kotak atau
kardus)
(2) Gerakan menyusun kardus.
Pembelajaran lari sambil membawa kardus dan menyusunnya dari
garis A ke B melewati lintasan yang lurus, siswa dibariskan menjadi 4
regu dan tiap regu saling berkompetisi dan memeberi semangat agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
pelari semakin cepat dan maksimal dalam berlari. Lari menggunakan
kardus ini bertujuan untuk memperbaiki togok agar pada waktu berlari
bahu tidak goyang.
(3) Gerakan lari membawa kardus secara berpasangan
Guru menyiapkan lintasan lari dan kotak atau kardus. yang bertujuan
untuk menyeimbangkan ayunan tangan. Siawa secara berpasangan
membawa kardus atau kotak tersebut dari start sampai ke finish.
(4) Setiap siswa memegang satu benda (bola atau batu kecil).setelah
dibuat lingkaran kecil dengan ukuran garis tengah 2 meter, semua bola
dipegang oleh setiap siswa dikumpulkan dilingkaran. Ada satu siswa
yang menjaga bola di tengah lingkaran. Lingkaran kedua lebih besar
dari lingkaran pertama dengan jarak dari lingkaran kecil 3 meter.
Lingkaran yang besar ini merupakan tempat siswa berdiri serta diberi
nomer urut. Bila guru memanggil nomor ganjil maka yang berlari
mengambil bola adalah siswa dengan nomor ganjil. Guru memanggil
nomor genap dan ganjil bergantian. Pelari mengambil bola sebanyak –
banyaknya tanpa terpegang oleh penjaga. Bila saat mengambil tangan
pengambil terpegang oleh penjaga maka pengambil tersebut mati dan
tidak boleh mengambil lagi. Yang terbanyak mengumpulkan bola
adalah pemenangnya.
(5) Guru menyiapkan lapangan berbentuk persegi panjang tiap sudut
diberi bendera,siswa dibagi menjadi dua kelompok : A dan B,
kelompok A membawa bola dan kelom B lari di dalam lapangan ban
menghindaribola yang di lempar kelompok A, secara bergantian
(6) Siswa dibagi menjadi beberapa regu. Satu regu terdiri dari lima sampai
sepuluh siswa. Lapangan diberi garis awal yang disebut garis start.
Siswa dari masing – masing regu berdiri dibelakang garis start. Jarak
lari yang akan ditempuh 10 meter. Pada batas akhir atau garis finish di
beri tanda serta kotak. Lapangan dibuat empat lintasan karena terdiri
dari empat regu yaitu regu A,B,C dan D. Didepan garis start diberi
kotak tempat menaruh benda yang akan dipindahkan. Benda yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
dipindahkan bisa berupa bola kecil atau kerikil. Jumlah bola kecil
dalam kotak berjumlah 5 buah. Setiap siswa memindahkan 5 bola.
Setelah aba – aba peluit berbunyi, pelari pertama langsung mengambil
bola untuk dipindahkan kekotak di garis akhir. Bola harus tetap dalam
kotak. Kemudian dilanjutkan oleh pelari kedua , ketiga ,keempat dan
seterusnya. Regu yang paling cepat memindahkan bola paling cepat
adalah regu pemenangnya
c) Penutup
(1) Melaksanakan penenangan / pendinginan.
(2) Pendinginan dilakukan berupa penguluran (stretching).
(3) Evaluasi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
(4) Dan pemberian pertanyaan mengenai hal-hal yang diajarkan, dan
jawaban dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
3) Pengamatan Tindakan
Pada langkah ini pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru
kolaborasi saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan
terhadap beberapa unsur gerakan dan dari hasil observasi menyimpulkan
bahwa :
a) Hasil keterampilan lari cepat (sprint) 60 meter.
Dalam pertemuan pertama ini pada siklus kedua ini, keterampilan teknik
dasar lari cepat (sprint) sudah meningkat. Dari yang belum tahu menjadi
tahu, dari yang belum bisa menjadi agak bisa bahkan menjadi bisa. Jadi
pada pertemuan kali ini siswa sudah diberi pembelajaran teknik yang lebih
sulit dari sebelumnya, tetapi dengan penyajian materi yang dipermudah
oleh peneliti.
b) Kemampuan melakukan gerakan teknik dasarlari cepat (sprint).
(1) Teknik Start
Untuk mengawali lari siswa harus siap pada saat posisi star dan harus
mendengarkan aba – aba, start yang digunakan disini adalah srart
berdiri.
(2) Pada saat lari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Pembelajaran Pada waktu lari cepat, badan dalam posisi hampir tegak
lurus pada tanah dan condong ke depan 60 derajat. Rusli Lutan dkk.
(1992: 137) menyatakan, “posisi badan lari cepat dipertahankan tetap
menghadap ke depan dan agak condong ke depan. Sikap badan seperti
ini memungkinkan titik berat badan selalu berada di depan”.
(3) Sikap Memasuki garis finish
Dengan cara lari terus secepat-cepatnya melewati garis finish dengan
tidak mengubah posisi lari. Saat akan menyentuh pita atau melewati
garis finish, dada dicondongkan ke depan.Saat akan meneyntuh pita
atau melewati garis finish, dada diputar sehingga salah satu bahu maju
ke depan terlebih dahulu.
4) Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan pertama
adalah sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru/siswa:
Pendekatan bermain menggunaan alat bantu pembelajaran pada pertemuan ini
sudah dapat diterima oleh siswa, dapat dilihat dari sikap siswa yang langsung
mengikuti instruksi oleh peneliti dan penggunaan tenaga yang tidak
berlebihan dengan tidak melakukan gerakan-gerakan lain selain teknik lari
cepat.
e) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
Untuk siswa yang benar-benar tidak bisa melakukan gerakan teknik dasar
lari cepat karena kondisi fisik(gemuk), peneliti dan guru kolaborasi harus
mencari solusi bagaimana cara agar siswa tersebut dapat mencapai target
tuntas pada pembelajaran lari cepat (sprint) 60 meter.
f) Rencana Perbaikan:
Berdasarkan hasil pengamatan dan kendala-kendala dalam pembelajaran pada
pertemuan pertama maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada pertemuan
berikutnya, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Peneliti dan guru kolaborasi mencari alternatif lain untuk siswa yang
berkendala dengan kondisi fisik(gemuk) yaitu penambahan soal atau tugas
untuk menaikkan nilai akhir sebagai hasil belajar.
b.Pertemuan II
1) Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan kedua, maka perencanaan
tindakannya adalah sebagai berikut:.
e) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan kedua.
f) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian
lari cepat 60 meter.
g) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
h) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
d) Pemanasan.
(3) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum
(4) Melakukan pemanasan.Pemanasan yang diberikan berupa permainan
yang mengarah pada unsur-unsur keterampilanlari cepat 60 meter.
e) Inti Pelajaran
Pada pertemuan ketiga dijadwalkan sebagai pertemuan evaluasi, yaitu
pertemuan dimana peneliti akan menguji keberhasilan siswa pada akhir
pembelajaran penerapan siklus kedua. Yang pertama dilakukan adalah
menyiapkan siswa pada kondisi suasana tes yang dikehendaki dengan
tetap mempertahankan suasana santai tapi serius. Satu per satu siswa mulai
melakukakan gerakan tiga unsur lari dengan benar sesuai dengan teknik
yang diajarkan yaitu start, pada saat lari, memasuki garis finish. Guru
mulai mengamati setiap gerakan setiap anak satu demi satu dari nomor
absen 1 hingga terakhir. Kemudian mencatatnya pada lembar penilaian lari
cepat 60 meter yang telah disiapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
f) Penutup
(3) Melakukan penenangan dengan gerakan peregangan.
(4) Memberikan evaluasi terkait dengan hasil yang diperoleh siswa,
berikut mengumumkan siapa siswa yang berhasil dan siapa siswa yang
masih kurang.
3) Pengamatan Tindakan
Selama pelaksanaan siklus II, maka peneliti melakukan pengambilan data
penelitian. Adapun deskripsi data peningkatan kemampuan kemampuan lari cepat
dan nilai ketuntasan hasil belajar melalui pendekatan bermain dengan
menggunakan alat bantu pembelajaran pendidikan jasmani pada siswa kelas IV
SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012, disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3. Diskripsi Data Hasil Belajar Lari Cepat Setelah Menggunakan
Pendekatan Bermain Dengan Alat Bantu Pada Siklus II
Selanjutnya dari table 4.3tersebut dapat digambarkan dalam gambar
4.3 sebagai berikut:
No Interval
Nilai
Nilai
Tengah (xi) Frekuensi (fi) Fi.xi
Prosentase
(%)
1 68-72 70 3 207 11,54%
2 73-77 75 1 72 3.85%
3 78-82 80 4 150 15,38%
4 83-87 85 8 468 30,77%
5 88-92 90 4 1053 15,38%
6 93-97 95 6 84 23,08%
Jumlah 26 2215 100%
Nilai rata-rata = 2215/26 =85,19
Ketuntasan klasikal = 23/26 x 100 % = 88,46%
Nilai tertinggi = 96
Nilai terendah = 68.5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Gambar 4.3. Grafik Nilai Evaluasi Siklus II
Data siklus II kemampuan lari cepat dan nilai ketuntasan hasil belajar
menunjukkan bahwa, rata-rata nilai ketuntasan hasil belajar lari cepat siswa kelas
IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 yaitu
85,19, sedangkan siswa yang berada pada kriteria tuntas berdasarkan KKM 75
yaitu 23 siswa (88.46%).
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pelaksanaan siklus
II berlangsung hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi. Telah memenuhi target
dengan capaian berhasil atau tuntas lebih dari target pencapaian yang diharapkan.
Dalam pelaksanaan siklus II terdapat kelebihan yang dapat digunakan
sebagai tolak ukur keberhasilan pada pelaksanaan siklus II, adapun kelebihan
pada pelaksanaan siklus II diantaranya: (1) sebagian siswa telah mampu
menunjukkan gerak lari cepat dengan menggunakan alat bantu pembelajaran
dengan baik. Walau ada sebagian kecil siswa dapat melakukannya kurang baik
atau benar, (2) dengan dibantu oleh beberapa teman peneliti tidak kerepotan
dalam proses transfer materi kepada siswa. Melalui penguatan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan bermain dengan alat bantu pembelajaran, siswa
menjadi lebih tertarik dan senang melakukannya, sehingga siswa aktif dalam
pembelajatan.
3,85% 15,38%
30,77% 15,38%
23,08%
11,3%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
68-72 73-77 78-82 83-87 88-92 93-97
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Nilai Siswa Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Akan tetapi dalam pelaksanaan siklus II ini masih terdapat kelemahan
sehingga membuat kekurangan dalam pelaksanaan siklus II, adapun kelemahan
atau kekurangan dalam pelaksanaan siklus II tersebut adalah: masih ada siswa
yang kurang serius sehingga kegiatan pembelajaran kurang maksimal
dilaksanakan, terutama siswa bercanda dan menggoda teman yang sedang
mengikuti pembelajaran
4. Analisis dan Refleksi Siklus II
Berdasarkan observasi siklusII tersebut, peneliti dan kolaborator
melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: (1) jumlah dan frekuensi
pertemuan pada siklus II telah menunjukkan hasil yang sesuai yakni 2 kali
pertemuan dengan 1 kali pertemuan untuk pengambilan data akhir siklus II,(2)
pelaksanaan proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana yang dibuat
pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II, (3) model pembelajaran
dengan permainan menggunakan alat bantu yang diterapkan oleh peneliti dan guru
mampu mengatur kondisi kelas, sehingga proses belajar mengajar serta transfer
materi dapat berlangsung lebih maksimal, serta penguatan materi yang dilakukan
pada siklus II dapat terlaksana dengan baik, (4) melihat hasil yang diperoleh pada
tindakan II maka Penelitian Tindakan Kelas telah memenuhi target dari rencana
target yang telah ditentukan. Dan dirasa sudah optimal sesuai dengan yang
diharapkan.
Dari tabel pencapaian hasil di atas, menujukkan bahwa kemampuan siswa
dalam melakukan teknik dasar lari cepat 60 meter, meningkat sesuai target
capaian yang dicantumkan pada proposal. Meskipun demikian, masih perlu
peningkatan pada metode yang diterapkan. Adapun keberhasilan dan kegagalan
yang terjadi pada pertemuan ketiga ini adalah sebagai berikut:
a) Keberhasilan guru/siswa:
(3) Dari hasil tespada siklus I menunjukkan bahwa rata – rata hasil
belajarlari cepat 60 meter meningkat dari 72,58menjadi 85.19 pada
akhir siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
(4) Dari hasil tes pada siklus II menunjukkan persentase peningkatan hasil
belajar lari cepat 60 meter dari 46,15% meningkat menjadi 88,46% pada
akhir siklus II
(5) Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lari cepat 60
meter meningkat dari 12.48 pada kondisi awal menjadi 10.49 pada
akhir siklus I.
b) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
(3) Kendala demi kendala bisa diatasi sedikit demi sedikit meskipun masih
perlu peningkatan dan pengembangan.
(4) Demi tercapainya hasil yang maksimal pendekatan internal pada setiap
individu anak masih sangat berperan terhadap semangat siswa.
c) Rencana perbaikan
Berdasarkan hasil pengamatan dan kendala-kendala dalam pembelajaran
siklus I, maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya, antara
lain adalah:
(1) Mempersiapkan siswa secara fisik dengan menghimbau siswa supaya
tidak melakukan gerakan yang menguras tenaga sebelum latihan,
misalnya bermain kejar-kejaran dengan temannya.
(2) Melakukan pendekatan internal lebih intensif pada siswa yang dirasa
masih kurang berhasil karena faktor fisik maupun mental.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas
IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012dapat
dipaparkan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Perbandingan Peningkatan Hasil BelajarLari Cepat dari Kondisi Awal
ke Siklus I
Perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar lari cepat siswa kelas IV SD
Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 dari kondisi
awal ke siklus I disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.4. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri
Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 dari Kondisi
Awal ke Siklus 1.
Rata-Rata Kondisi
Awal Hasil BelajarLari
Cepat
Rata-Rata Hasil Belajar
Siklus 1
Peningkatan Hasil
Belajar
66.81 72.58 5.77
Lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik peningkatan ketuntasan hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran
2011/ 2012dari kondisi awal ke siklus I sebagai berikut
Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Lari Cepat pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran
2011/ 2012.
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa, ketuntasan hasil belajar
siswa kelas IV SD NegeriMojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/
2012mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa,
ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan dari kondisi awal ke siklus I
sebesar 5.77
66.81 72.58
5.77
0
20
40
60
80
Kondisi Awal Siklus 1 Peningkatan
Peningkatan Ketentuasan Hasil Belajar dari Kondisi Awal ke Siklus 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2. Perbandingan Peningkatan Hasil BelajarLari Cepat dari Siklus I ke
Siklus II
Perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar lari cepat siswa kelas
IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 dari
siklus I ke siklus II disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri
Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 dari Siklus I
ke Siklus II.
Rata-Rata Hasil
BelajarSiklus I
Rata-Rata Hasil Belajar
Siklus II
Peningkatan Hasil
Belajar
72.58 85.19 12.61
Lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik peningkatan ketuntasan hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran
2011/ 2012 dari siklus I ke siklus II sebagai berikut
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Lari Cepat pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran
2011/ 2012 dari Siklus I ke Siklus II.
72.58
85.19
12.61
0
20
40
60
80
Kondisi Awal Siklus II Peningkatan
Peningkatan Ketentuasan Hasil Belajar dari Kondisi Siklus I ke Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa, ketuntasan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/
2012 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat bahwa, ketuntasan hasil belajar
mengalami peningkatan dari siklus I ke Siklus II sebesar 12,61.
3) Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar dari Kondisi Awal
ke Siklus II
Perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar lari cepat siswa kelas
IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 dari
kondisi awal ke siklus II disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri
Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 dari Kondisi
Awal ke Siklus 1.
Rata-Rata Kondisi
Awal Hasil BelajarLari
Cepat
Rata-Rata Hasil Belajar
Siklus II
Peningkatan Hasil
Belajar
66,81 85,19 18,38
Lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik peningkatan ketuntasan hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran
2011/ 2012 dari kondisi awal ke siklus II sebagai berikut
66.81
85.19
18.38
0
20
40
60
80
Kondisi Awal Siklus II Peningkatan
Peningkatan Ketentuasan Hasil Belajar dari Kondisi Awal ke Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Lari Cepat pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran
2011/ 2012 dari Kondisi Awal ke Siklus II.
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa, ketuntasan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri Mojosongo 2 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2011/
2012 mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa,
ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan dari kondisi awal ke siklus II
sebesar 18.38.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk peningkatan
dari hubungan antarsiklus. Untuk hasil penelitian persiklus sudah disajikan pada
tahap observasi (pengamatan) pada masing-masing siklus. Peningkatan hisil
belajar terlihat dari rerata prasiklus sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah
dilaksanakan tindakan siklus I dan II. Hal ini dapat dilihat di tabel 4.7 sebagai
berikut ini :
Tabel 4.7 Rekapitulasi Rerata Nilai Hasil belajar lari cepat pada Prasiklus, Siklus I
dan Siklus II
Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik yang
mencapai KKM ≥ 75 mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rerata hasil
belajar lari cepat peserta didik pada prasiklus sebelum tindakan adalah 66,81.
Kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 72,58. Sedangkan pada
akhir pelaksanaan siklus II, nilai rerata Hasil belajar Lari cepat peserta didik
adalah 85,19. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa pendekatan bermain
No Pembelajaran Hasil belajar
lari cepat Kondisi Awal
Setelah Dilaksanakan
Tindakan
Siklus I Siklus II
1 Nilai Rerata 66,81 72,58 85,19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dengan menggunakan alat bantu tepat untuk membantu meningkatkan Hasil
belajar lari cepat 60 meter peserta didik. Secara garis besar perkembangan
ketuntasan belajar peserta didik antara pra siklus, siklus 1, dan siklus II pada tabel
4.8 sebagai berikut :
Tabel 4.8. Perkembangan Ketuntasan Belajar Peserta didik pada
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Tuntas 9 34,62 12 46,15 23 88,46
2 Belum Tuntas 17 65,38 14 53,84 3 11,53
Dari tabel 4.8 perkembangan ketuntasan nilai hasil belajar lari cepat 60
meter di atas dapat dibuat grafik pada gambar 4.19 sebagai berikut:
Gambar 4.8 Grafik Perkembangan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Perkembangan prosentase klasikal dari tiap siklus terjadi peningkatan.
Pada prasiklus prosentase klasikal peserta didik sebesar 34,62%, pada
siklus I nilai rerata kelas meningkat menjadi 46,15%. Selanjutnya nilai rerata
kelas hasil belajar lari cepat 60 meter peserta didik mengalami peningkatan
34,62%
46,15%
88,46%
65,38%
53,84%
11,53%
Jum
lah
sis
wa
pra siklus siklus I siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
signifikan pada siklus II menjadi 88,46%. Peningkatan tersebut membuktikan
bahwa pendekatan bermain dengan alat bantu pembelajaran tepat untuk
membantu meningkatkan kualitas hasil belajar lari cepat 60 meter.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan dapat dinyatakan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar lari cepat 60 metermelaluipendekatan bermain dengan
alat bantu pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil penelitian
ini akan dijabarkan secara garis besar pembelajaran lari cepat 60 meter dari
prasiklus dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dan siklus II dengan
pendekatan bermain dengan alat bantu pembelajaran.
Pembahasan hasil penelitian ini sebagai berikut :
1. Prasiklus
Pada prasiklus terlihat bahwa minat belajar peserta didik masih kurang
dalam mengikuti pembelajaran lari cepat, kebanyakan peserta didik mengalami
rasa bosan dan jenuh dalam pembelajaran lari serta kurang memperhatikan dan
serius daam mengikuti pembelajaranbyang dilakukan kurang maksimal karena
hanya dengan metode ceramah dan penugasan tanpa menggunakan, alat bantu dan
permainan, kualitas guru dalam mengajar lari cepat belum maksimal, sarana dan
prasarana kurang memadai, lingkungan yang kurang mendukung.
Nilai hasil belajar lari cepat 60 meter peserta didik kelas IV SD Negeri 02
Mojosongo Jebres masih rendah terbukti dengan banyaknya peserta didik yang
memperoleh nilai di bawah KKM. Pada prasiklus peserta didik yang belum
tuntas KKM sebanyak 17 atau 65,38 peserta didik, sedangkan yang sudah
tuntas KKM sebanyak 9 peserta didik atau 34,62%.Oleh karena itu dilakukan
tindakan untuk meningkatkan hasil belajar lari cepat 60 meterpeserta didik.
2. Siklus I
Berdasarkan tindakan dilaksanakan pada siklus I terbukti adanya
peningkatan hasil belajar lari cepat 60 meterpeserta didik. Dalam proses
pembelajaran hasil belajar lari cepat 60 metersiklus I terkesan lebih hidup dan
menyenangkan meskipun hasilnya belum maksimal karena peserta didik baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pertama kali bermain menggunakan alat bantu. Peserta didik lebih berminat dan
terlihat aktif dalam pembelajaran terutama ketika praktik pada diskusi kelompok
dan permainan. Kerjasama dan kesungguhan peserta didik sangat jelas terlihat
karena model permainan ini dilakukan secara kelompok dan kompetisi yang
mengutamakan kerjasama dan keseriusan dari anggota kelompoknya, karena
keberhasilan kelompok juga tergantung dari kerja individu dalam
memperjuangkan kelompoknya. Selain itu pada umumnya peserta didik belum
dapat memanfaatkan waktu. Hal ini karena peserta didik tidak memikirkan betapa
terbatasnya waktu yang tersedia sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan
waktu dengan baik.
Pada siklus I indikator hasil belajar lari cepat 60 meter yang ingin dicapai
adalah 80% peserta didik dapat tuntas KKM. Hal ini berarti dalam siklus I
diharapkan sebanyak 21 peserta didik memperoleh nilai di atas KKM. Namun
pada siklus I banyaknya peserta didik yang tuntas KKM diketahui sebanyak
12peserta didik atau 46,15% sudah tuntas dan masih terdapat 14 peserta didik
atau 53,84% yang belum tuntas KKM. Jumlah ketuntasan seperti itu dapat
dikatakan bahwa nilai hasil belajar lari cepat 60 meter sudah mengalami
peningkatan dibanding saat prasiklus namun belum mencapai indikator kinerja.
Pengamatan dari tindakan pada siklus I ditemukan beberapa hal yang
terkait faktor-faktor yang menyebabkan penilaian hasil belajar lari cepat 60 meter
peserta didik kurang maksimal yaitu: sebagian peserta didik masih terlihat salah
dalam mempraktekkan gerakan. Rerata peserta didik menggunakan alat bantu
masih kurang konsentrasi dalam pembelajaran karena seagian peserta didik masih
belum memahami permainan karena kurangnya perhatian. Kelancaran peserta
didik pada siklus I rerata cukup lancar. Namun, untuk ketepatan dalam melakukan
rangkainan pembelajaran lari cepat peserta didik rerata nilainya masih kurang
memuaskan, terkadang peserta didik dalam melakukan gerakan tidak sesuai
dengan yang dicontohkan. Selain itu beberapa peserta didik yang nilainya rendah,
tertinggal dengan temannya, disebabkan karena kurang memahami materi/konsep
lari cepat pada saat guru sedang memberikan pelajaran di lapangan, seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
beberapa peserta didik ada yang bergurau sendiri, ada pula peserta didik yang
mengantuk.
Peningkatan hasil belajar lari cepat 60 meter pada siklus I belum
memuaskan dan masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dan diharapkan
hasil belajar lari cepat 60 meter peserta didik semakin meningkat. Oleh karena itu,
penelitian ini dilanjutkan ke siklus II.
3. Siklus II
Pada tindakan siklus II terjadi peningkatan hasil belajar lari cepat 60 mete
yang signifikan dari tindakan sebelumnya, dilihat dari aktivitas pembelajaran
lari cepat dengan Pendekatan bermain menggunakan alat bantu pembelajaran,
pada siklus I aktivitas peserta didik nilai rerata peserta didikhanya sebanyak 5,77
dari keseluruhan peserta didik, kemudian meningkat menjadi 18.38 pada siklus
II. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan Pendekatan bermain menggunakan
alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan.
Kualitas pembelajaran lari cepat siklus II terjadi peningkatan. indikator
kinerja pada siklus II adalah 80%. Dengan jumlah keseluruhan 26 peserta didik,
terdapat 23 peserta didik atau 88,46% tuntas KKM dan 3 peserta didik atau
11,53% yang belum tuntas KKM. Peningkatan pembelajaran lari cepat melalui
pendekatan bermain dengan alat bantu pembelajaran pada siklus II sudah
memuaskan dan mencapai indikator ketercapaian. Oleh karena itu, pelaksanaan
tindakan dapat dihentikan dan terbukti dinyatakan berhasil. Nilai tes unjuk kerja
kemampuan lari cepat peserta didik dengan melalui pendekatan bermain dengan
alat bantu pembelajaran yang telah dilaksanakan guru menunjukkan peningkatan
dari siklus I sampai siklus II dibandingkan dengan kondisi awal. Ketuntasan
klasikal akhir siklus mencapai 88,46%
Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru kelas IV sebelum
diterapkannya Pendekatan bermain menggunakan alat bantu pembelajaran,
diketahui bahwa guru menyadari pembelajaran Lari cepat yang selama ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dilaksanakan belum optimal. Sedangkan hasil wawancara setelah
diterapkannyaPendekatan bermain menggunakan alat bantu pembelajaran,
menunjukkan bahwa pembelajaran menjadi semakin menarik sehingga peserta
didik tidak kesulitan dalam menguasai materi. Hal tersebut ditunjukkan dengan
adanya peningkatan nilai hasil belajar lari cepat 60 meter.