UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS SISWA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5639225439E... ·...

41
UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI SMP NEGERI 5 MALANG OLEH: YUNI DAMAYANTI JURUSAN: PPKn ANGKATAN: 2005 ABSTRAK Damayanti, Yuni. 2009. Upaya Peningkatan Aktifitas Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Pada Pembelajaran PKn di SMP Negeri 5 Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd., M.Si., (II) Hj. Yuni Astuty, SH., M.Pd. Kata Kunci : Aktifitas siswa, contextual teaching and learning, pembelajaran PKn Salah satu upaya perbaikan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan akan baik apabila proses penyampaiannya dapat dipahami dan dimengerti siswa dengan tidak hanya menguasai materi pengetahuan saja akan tetapi mampu menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan nyata yang memiliki keterkaitan dengan ilmu yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktifitas belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang, cara menerapkan pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajaran PKn di SMP Negeri 5 Malang, penggunaan pendekatan contextual teaching and learning yang dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang, hambatan-hambatan yang muncul selama melakukan pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and

Transcript of UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS SISWA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5639225439E... ·...

UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING DI SMP NEGERI 5 MALANG

OLEH: YUNI DAMAYANTI

JURUSAN: PPKn

ANGKATAN: 2005

ABSTRAK

Damayanti, Yuni. 2009. Upaya Peningkatan Aktifitas Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Pada Pembelajaran PKn di SMP Negeri 5 Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd., M.Si., (II) Hj. Yuni Astuty, SH., M.Pd.

Kata Kunci : Aktifitas siswa, contextual teaching and learning, pembelajaran PKn

Salah satu upaya perbaikan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan akan baik apabila proses penyampaiannya dapat dipahami dan dimengerti siswa dengan tidak hanya menguasai materi pengetahuan saja akan tetapi mampu menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan nyata yang memiliki keterkaitan dengan ilmu yang dimiliki.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktifitas belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang, cara menerapkan pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajaran PKn di SMP Negeri 5 Malang, penggunaan pendekatan contextual teaching and learning yang dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang, hambatan-hambatan yang muncul selama melakukan pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning di SMP Negeri 5 Malang, dan upaya dalam mengatasi hambatan yang muncul selama melakukan pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning di SMP Negeri 5 Malang.

Berdasarkan tujuan tersebut diatas, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Sedangkan sumber data dibedakan menjadi dua yaitu, sumber data manusia dan sumber data non manusia (dokumen). Penentuan informan penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan meliputi tiga unsur, yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau perifikasi data. Untuk menjamin keabsahan data dilakukan dengan menggunakan empat teknik, yaitu perpanjangan kehadiran peneliti, ketekunan pengamatan, triangulasi (sumber, metode, teknik), dan pemeriksaan sejawat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa; pertama, aktifitas belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang yaitu peningkatan aktifitas belajar siswa dari indikator kemampuan menjawab pertanyaan, keberanian menyampaikan pertanyaan, kemampuan dalam mengemukakan pendapat, keterampilan dalam memberikan saran, kemampuan dalam mengemukakan kesimpulan sudah meningkat dalam setiap siklus. Kedua, cara menerapkan pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajaran PKn di SMP Negeri 5 Malang telah dilaksanakan dengan baik oleh guru dengan memasukkan indikator REACT pada proses pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap siklus. Ketiga, penggunaan pendekatan contextual teaching and learning yang dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang siswa belajar dari kegiatan belajar yang aktif memperoleh pengetahuan baru melalui proses mengalami, menemukan, dan menganalisis materi. Kemudian menggunakan kemampuannya pada situasi yang lain. Dalam prakteknya pembelajaran dilaksanakan didalam kelas, dan diluar kelas.Keempat, hambatan-hambatan yang muncul selama melakukan pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning di SMP Negeri 5 Malang adalah jumlah jam pelajaran yang terbatas sehingga kesulitan membawa siswa untuk langsung kelapangan. Kelima, upaya dalam mengatasi hambatan yang muncul selama melakukan pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning di SMP Negeri 5 Malang adalah karena keterbatasan waktu sehingga solusinya dengan mencari kasus-kasus yang dialami oleh masyarakat dan kemudian dibawa didalam kelas untuk didiskusikan.

Bertolak dari temuan penelitian ini beberapa saran yang dapat peneliti ajukan guna mendukung penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning guna meningkatkan aktifitas belajar siswa, yaitu: (1) Guru sebagai pengarah dan fasilitator harus lebih kreatif dan terampil dalam melaksanakan proses pembelajaran contextual teaching and learning ini. Karena dalam pembelajaran contextual teaching and learning guru dituntut untuk menyiapkan strategi yang sesuai dengan materi dan minat siswa, serta dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru, (2) Sarana dan prasara penunjang pendidikan harus dipenuhi, karena pemenuhan perlengkapan tersebut akan sangat memudahkan para pendidik (guru) dalam melaksanakan pembelajaran contextual teaching and learning, (3) Guru harus lebih kreatif untuk memotivasi, merangsang aktifitas siswa dan kreatifitas serta kemampuan berfikir siswa agar pengetahuan siswa menjadi berkembang dan keingingintahuan siswa terhadap pengetahuan semakin berkembang pula, (4) Guru diharapkan agar membuat perencanaan pembelajaran terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar agar pembelajaran dapat terarah dengan baik.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peran penting dalam kehidupan suatu negara karena pendidikan

merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia dan

untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Departemen Pendidikan Nasional sebagai suatu lembaga yang bertanggung jawab langsung

dalam bidang pendidikan mempunyai tugas untuk mengembangkan dunia pendidikan agar dapat

mengikuti laju perkembangan masyarakat dan teknologi. Hal tersebut dimaksudkan agar fungsi

dan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai yaitu pendidikan nasional yang berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 2 UU No. 20/2003).

Menurut Mulyasa, (2006:53) “keberhasilan pendidikan adalah tanggung jawab sekolah,

masyarakat, dan pemerintah”. Untuk mecapai tujuan pendidikan tersebut telah diupayakan oleh

berbagai pihak yang terkait. ”Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan

kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan

sarana dan prasarana pendidikan lainnya serta peningkatan mutu manejemen sekolah”. (Mulyasa,

2005:33)

”Dari waktu ke waktu pemerintah selalu melakukan perbaikan guna meningkatkan

pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu relevansi dan daya saing lulusan

pendidikan, serta peningkatan tata kelola akuntabilitas dan citra publik pengelolaan pendidikan”.

(Renstra pendidikan 2005-2009)

Pemerintah Republik Indonesia di era reformasi ini telah melakukan pembaharuan

kurikulum dengan menetapkan kurikulum berbasis kompetensi (KTSP) mulai tahun 2006 serta

menetapkan standarisasi pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005). tentang standar nasional

pendidikan yang meliputi: (a) standar isi, (b) standar proses, (c) standar kompetensi lulusan, (d)

1

standar pendidik dan tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f) standar

pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian pendidikan.

Menurut Achmad Munib, (2004:33) menyatakan bahwa ”proses kegiatan belajar mengajar

di sekolah-sekolah (SMP dan SMA/SMK) seharusnya berlangsung menarik, aktifitas siswa

sebagai pembelajaran selalu antusias dalam mengikuti setiap mata pelajaran”. Namun kenyataan

di lapangan menunjukan lain, kegiatan pembelajaran yang seharusnya menarik, penuh aktifitas,

kreatifitas dan ide-ide cemerlang itu tidak ada, kelas yang ada hanyalah kelas yang pasif dimana

hanya terjadi pemberian informasi dari guru ke siswa. Siswa hanya mendengarkan sambil

mencatat hal-hal yang dianggap penting untuk dicatat.

Keadaan seperti tersebut diatas juga terjadi pada mata pelajaran PKn, apalagi sering

didapati di lapangan bahwa pelajaran PKn sering dialokasikan pada jam-jam terakhir atau jam

setelah olah raga. Hal ini dapat dipastikan, ketika para pembelajar mengikuti mata pelajaran PKn

gairah belajar mereka kurang. Hal seperti itu dapat dilihat dari aktifitas mereka seperti:

mengantuk, asyik dengan dirinya sendiri, bermain pulpen, telepon genggam, atau membersihkan

kuku-kuku mereka serta bercanda dengan teman sebangku bahkan sampai ada yang membuat

gaduh seisi kelas dengan ulah-ulah mereka. (Achmad Munib, 2004:35)

Pernyataan diatas selaras dengan kurikulum tahun 2002 oleh Departemen Pendidikan

Nasional yang dinyatakan sebagai berikut:

“Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunaan/dimanfaatkan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Mereka sangat butuh untuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya dimana mereka akan hidup dan bekerja” (Depdiknas, 2002:1)

Menurut Achmad Munib (2004) “guru dalam mengajar cenderung monoton, dalam artian

mereka hanya memberi informasi (proses satu arah) tanpa ada timbal balik, kalaupun ada feed

back itu biasanya hanya sebuah pertanyaan yang mudah dijawab dan tidak menimbulkan

pertanyaan-pertanyaan lain atau paling tidak merangsang siswa untuk bertanya, dan tidak jarang

pula aktifitas tanya jawab yang terjadi terkesan dipaksakan misalnya siswa baru menjawab

sebuah pertanyaan apabila sudah mendapat perintah atau ditunjuk oleh gurunya”. Komunikasi

yang terjadi antar siswa masih tergolong rendah sehingga tidak menimbulkan diskusi atau

perdebatan yang menarik yang dapat meningkatkan aktifitas berpikir siswa. Kurangnya variasi

dalam model pembelajaran juga merupakan salah satu faktor lesunya siswa dalam mengikuti

proses belajar mengajar (PBM) sehingga berakibat pada tingkat ketuntasan belajar siswa.

Tingkat ketuntasan belajar siswa masih dibawah target yang diprogramkan oleh pihak sekolah.

Aktifitas belajar mengajar seperti tersebut diatas akan menghambat pencapaian tujuan

pembelajaran sebagaimana yang tercantum dalam standar kompetensi. Jika hal ini berlangsung

terus menerus maka pendidikan yang diselenggarakan dapat dikatakan gagal karena selain tidak

mengajak para pembelajar untuk turut aktif, dan kreatif juga hasil evaluasi yang diperoleh selalu

dibawah standar ketuntasan belajar. Maka dari itu diperlukan suatu pendekatan yang inovatif

dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas belajar serta hasil belajar siswa.

Menurut Suwariyato (2003:13) “proses pembelajaran membutuhkan suatu strategi

pembelajaran yang aktif. Pembelajaran yang aktif adalah pembelajaran yang menekankan

keaktifan siswa untuk mengalami sendiri, berlatih, melakukan kegiatan yang menggunakan daya

fikir siswa, emosional, dan keterampilan mereka belajar dan berlatih”.

Menurut Nurhadi (2005:13) “pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning-

CTL) adalah konsep yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswa”. Pembelajaran contextual teaching and learning menekankan

pentingnya lingkungan alamiah diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih

bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Diharapkan siswa akan

terlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan kehidupan nyata yang

ada dilingkungannya sehingga pelajaran lebih efektif, efisien, prestasi dan aktifitas siswa juga

meningkat.

Berdasarkan latar belakang masalah dan observasi yang dilakukan selama menjadi guru

PPL di SMP Negeri 5 Malang pada 12 maret-04 april 2009 diperoleh temuan awal mengenai

pembelajaran dan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn, yaitu proses pembelajaran

yang dilakukan oleh guru masih konvensional diantaranya cara mengajar guru masih bersifat

teoritik, metode yang digunakan oleh guru monoton yaitu metode ceramah dan tanya jawab, guru

kurang mengaitkan materi pelajaran dengan lingkungan sekitar siswa sehingga menyebabkan

siswa kurang merespon kegiatan pembelajaran yang berlangsung.

Berdasarkan uraian diatas dilakukanlah penelitian tentang penerapan pendekatan contextual

teaching and learning dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta

aktifitas belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas serta untuk memperjelas permasalahan yang diteliti dan

agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka peneliti merumuskan

permasalahan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana aktifitas belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang?

2. Bagaimana menerapkan pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajaran

PKn di SMP Negeri 5 Malang?

3. Apakah penggunaan pendekatan contextual teaching and learning dapat meningkatkan

aktifitas belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang?

4. Apa hambatan-hambatan yang muncul selama melakukan pembelajaran PKn dengan

menggunakan pendekatan contextual teaching and learning di SMP Negeri 5 Malang?

5. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan yang muncul selama melakukan pembelajarn

PKn dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning di SMP Negeri 5

Malang?

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini fokusnya adalah bagaimana penggunaan pendekatan contextual teaching and

learning agar dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa pada pembelajaran PKn di SMP Negeri

5 Malang. Sesuai dengan fokus tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif. Karena tujuan pendekatan deskriptif kualitatif adalah untuk melukiskan suatu keadaan

secara kualitatif, yaitu situasi lapangan yang bersifat natural, wajar, dan apa adanya tanpa

manipulasi atau perlakuan khusus terhadap obyek penelitian. Menurut Bogdan dan Taylor

(dalam Moleong, 2000:3) mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati.

Selanjutnya menurut Moleong (2005:5) dalam kaitannya dengan penelitian kualitatif

mengemukakan bahwa:

Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan

karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif leboh mudah

apabila berhadapan kenyataan-kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara

langsung hakikat hubungan antara peneliti-responden; ketiga, metode ini lebih peka dan

lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap

pola-pola nilai yang dihadapi.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 5 Malang. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas

pertimbangan yaitu:

1. SMP Negeri 5 Malang merupakan sekolah SBI (sekolah berbasis internasional)

2. SMP Negeri 5 Malang adalah merupakan salah satu sekolah yang favorit di wilayah Malang.

3. Kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 5 Malang belum pernah

menggunakan pendekatan contextual teaching and learning dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, akhirnya peneliti menetapkan

SMP Negeri 5 Malang sebagai lokasi dalam penelitian ini.

C. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdapat empat tahap

yaitu: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi, (d) refleksi

Gambar 3.1: Daur Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Wilujeng, 2005:14)

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan hasil observasi awal yang

dilakukan pada saat peneliti mengadakan PPL di SMP Negeri 5 Malang, dari observasi yang

dilakukan peneliti ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi diantaranya mengenai

pembelajaran dan aktifitas belajar siswa.

Pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru masih konvensional diantaranya cara

mengajar guru masih bersifat teoritik, metode yang digunakan oleh guru monoton yaitu metode

ceramah dan tanya jawab, guru kurang mengaitkan materi pelajaran dengan lingkungan sekitar

siswa sehingga menyebabkan siswa kurang merespon kegiatan pembelajaran yang berlangsung,

siswa merasa bosan, jenuh, mengantuk, dan kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran.

Sedangkan dalam hal aktifitas belajar siswa diperoleh temuan awal yaitu siswa kurang

memperhatikan pembelajaran misalnya siswa suka membicarakan hal lain yang tidak

berhubungan dengan materi, siswa kurang berani dalam mengemukakan pendapat, adanya

anggapan bahwa dalam belajar kelompok tidak perlu semua bekerja, tanggung jawab siswa

terhadap tugas masih rendah.

Berdasarkan studi pendahuluan tersebut peneliti bersama guru menerapkan suatu kegiatan

pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning untuk

meningkatkan aktifitas belajar siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

a. Perencanaan Tindakan I

Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah sebagai berikut: (a) menyusun

rencana pembelajaran, (b) menyusun pre tes dan post tes, (c) menyusun lembar kerja siswa untuk

kegiatan pembelajaran yang dibuat oleh peneliti sebagai guru pengajar, (d) membuat lembar

observasi untuk megamati aktifitas siswa, (e) membuat rambu-rambu penilaian laporan kerja

kelompok, (f) membagi siswa kedalam beberapa kelompok heterogen, (g) peneliti bertindak

sebagai guru yang membimbing dan mengarahkan siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan I

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah (a) siswa dibagi menjadi 6 kelompok, (b)

setiap kelompok mendapat lembar kerja siswa untuk memotivasi siswa menyelesaikan

permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, (c) siswa melakukan diskusi,

(d) kegiatan pembelajaran dilakukan dengan berkelompok, (e) kegiatan pemantapan dilakukan

guru terhadap materi pelajaran yang sudah diajarkan.

c. Observasi I

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan observasi terhadap tindakan

yang dilakukan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan contextual teaching

ang learning serta melakukan observasi terhadap peningkatan aktifitas belajar siswa yang terjadi

selama proses pembelajaran.

d. Refleksi I

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut; (a) mengumpulkan dan

menganalisis data hasil observasi dan catatan dari lapangan, (b) melakukan refleksi apakah

tindakan yang dilakukan sudah menerapkan contextual teaching and learning dengan tepat dan

benar serta dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan.

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

1. Aktifitas Belajar Siswa Di SMP Negeri 5 Malang

Tabel 4.6 Hasil obervasi awal aktifitas belajar siswa

NO AKTIFITAS BELAJAR

SKALA JUMLAHSB B C KB SKB

f % f % f % f % f % f %1 Kemampuan

menjawab pertanyaan

- 0 2 5.2 - 0 - 0 - 0 2 5.2

2 Keberanian menyampaikan pertanyaan

- 0 1 2.6 - 0 1 2.6 - 0 2 5.2

3 Kemampuan dalam mengemukakan pendapat

- 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0

4 Keterampilan dalam memberikan saran

- 0 - 0 - 0 - 0 1 2.6 1 2.6

5 Kemampuan - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0

dalam mengemukakan kesimpulan

Hasil observasi aktifitas belajar siswa pada siklus I

NO AKTIFITAS BELAJAR

SKALA JUMLAHSB B C KB SKB

f % f % f % f % f % f %1 Kemampuan

menjawab pertanyaan

- 0 2 5.2 1 2.6 - 0 1 2.6 4 10.5

2 Keberanian menyampaikan pertanyaan

- 0 2 5.2 2 5.2 1 2.6 - 0 5 13.2

3 Kemampuan dalam mengemukakan pendapat

- 0 - 0 - 0 1 2.6 - 0 1 2.6

4 Keterampilan dalam memberikan saran

- 0 - 0 - 0 1 2.6 - 0 1 2.6

5 Kemampuan dalam mengemukakan kesimpulan

1 2.6

- 0 2 5.2 - 0 - 0 3 7.9

Hasil observasi aktifitas belajar siswa pada siklus II

NO AKTIFITAS BELAJAR

SKALA JUMLAHSB B C KB SKB

f % f % f % f % f % f %1 Kemampuan

menjawab pertanyaan

2 5.2

3 7.8 - 0 1 2.6 - 0 6 15.7

2 Keberanian menyampaikan pertanyaan

- 0 3 7.8 2 5.2 1 2.6 1 2.6

6 15.7

3 Kemampuan dalam mengemukakan pendapat

1 2.6

- 0 1 2.6 - 0 - 0 2 5.2

4 Keterampilan - 0 1 2.6 1 2.6 1 2.6 - 0 3 7.8

dalam memberikan saran

5 Kemampuan dalam mengemukakan kesimpulan

1 2.6

1 2.6 2 5.2 - 0 - 0 4 10.5

Pada studi pendahuluan tentang aktifitas siswa yang terjadi selama proses kegiatan belajar

mengajar yaitu siswa kurang aktif dalam pembelajaran dari observasi yang dilakukan bahwa

kemunculan indikator dari kemampuan menjawab pertanyaan sebanyak 5.2%, menyampaikan

pertanyaan sebanyak 5.2%, sedangkan tidak terdapat siswa yang mengemukakan pendapat,

keterampilan memberikan saran sebanyak 2.6% dan tidak terdapat siswa yang unjuk kemampuan

membuat kesimpulan karena guru tidak membiasakan siswa untuk mengemukakan kesimpulan

pada setiap akhir pembelajaran.

Hasil observasi yang dilakukan selama penelitian pada siklus I dari beberapa indikator

yang muncul yaitu kemampuan menjawab pertanyaan sebanyak 10.5%, keberanian

menyampaikan pertanyaan sebanyak 13.2%, kemampuan dalam mengemukakan pendapat

sebanyak 2.6%, keterampilan dalam memberikan saran sebanyak 2.6% dan keterampilan dalam

mengemukakan kesimpulan sebanyak 7.9%.

Pada setiap indikator terjadi peningkatan prosentase siswa yang aktif dalam unjuk

kemampuan hal tersebut karena persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum kegiatan

pembelajaran dilakukan. Hasil observasi yang dilakukan selama penelitian pada siklus I dari

beberapa indikator yang muncul yaitu kemampuan menjawab pertanyaan sebanyak 15.7%,

keberanian menyampaikan pertanyaan sebanyak 15.7%, kemampuan dalam mengemukakan

pendapat sebanyak 5.2%, keterampilan dalam memberikan saran sebanyak 7.8% dan

keterampilan dalam mengemukakan kesimpulan sebanyak 10.5%.

2. Penerapkan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Dalam Pembelajaran PKn

Di SMP Negeri 5 Malang

Berdasarkan paparan data yang telah diuraikan diketahui bahwa pembelajaran dengan

pendekatan contextual teaching and learning siswa masih mulai beradaptasi dengan

pembelajaran karena yang semula siswa terbiasa belajar secara individual sedangkan dalam

pembelajaran PKn dengan pendekatan contextual teaching and learning yang dilakukan siswa

dituntut untuk belajar secara berkelompok, siswa dituntut pula dapat menghargai adanya

perbedaan pendapat dan pemikiran pada waktu melaksanakan diskusi.

Siswa belajar dari kegiatan belajar yang aktif memperoleh pengetahuan baru melalui proses

mengalami, menemukan, dan menganalisis materi. Kemudian menggunakan kemampuannya

pada situasi yang lain sebagaimana pandangan contextual teaching and learning mengenai

proses belajar.

Dalam pelaksanaan penelitian siklus I siswa akan melalui proses belajar sebagai berikut:

(1) Relating, pada tahap ini (a) guru menyampaikan makna yang didapat dari kompetensi materi

pertemuan yang dibahas yang diharapkan berguna bagi kehidupan siswa selanjutnya, (b) guru

memotivasi siswa untuk memulai materi dengan memberikan ilustrasi singkat mengenai

dampak-dampak positif dalam mengemukakan pendapat pada konteks kehidupan sehari-hari,

(c) guru mengembangkan pertanyaan berdasarkan ilustrasi yang diberikan, (d) guru

mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan guru maupun dengan siswa

lainnya dengan meminta siswa untuk memberikan contoh ilustrasi berkaitan dengan

kehidupan nyata sehari-hari siswa.

(2) Experiencing, pada tahap ini (a) guru menjelaskan bahwa siswa harus mampu memberikan

contoh dari materi yang diberikan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, kemudian

menjawab pertanyaan dengan menggali informasi yang ada dari soal pertanyaan yang

diajukan baik berupa ilustrasi maupun informasi tertulis, (b) setiap kelompok menganalisis

gambar yang diberikan oleh guru untuk kemudian setiap siswa dalam kelompok menuliskan

setiap pengalaman yang siswa alami yang berkaitan dengan materi, (c) guru memberikan

contoh gambar bentuk-bentuk kemerdekaan mengemukakan pendapat dan membagikan pada

masing-masing kelompok dan guru menginformasikan agar siswa dapat menjelaskan cara-

cara mengemukakan pendapat yang sesuai dengan aturan yang berlaku agar tidak

mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat untuk dapat bermanfaat bagi kehidupan

siswa kelak, (d) siswa menganalisis gambar dengan mendeskripsikan pengalaman mereka

dan manfaat dari pengetahuan atau yang dimiliki siswa.

(3) Applying, pada tahap ini (a) setiap siswa bersama siswa dalam kelompoknya

mengilustrasikan salah satu pengalaman yang dialami kemudian kelompok lainnya

memperhatikan dan mencatat manfaat dari pengalaman tersebut, (b) setelah mempelajari

materi siswa diharapkan dapat menggunakan pengetahuannya dalam situasi lain sesuai

dengan pengetahuan yang telah didapat, (c) memberikan contoh ilustrasi yang berkaitan

dengan kehidupan nyata untuk dimanfaatkan oleh siswa yang berhubungan dengan materi

dalam konteks kehidupan pada situasi yang lain.

(4) Cooperating, pada tahap ini (a) siswa bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan

soal-soal yang diberikan oleh guru, (b) siswa dalam kelompok yang merasa kesulitan dengan

pertanyaan yang diberikan pada saat melakukan presentasi tersebut melemparkan pertanyaan

kepada teman dalam kelompoknya. Dengan bantuan dari teman-temannya perwakilan siswa

tersebut dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, (c) guru memberikan penjelasan bahwa

dengan belajar dan bekerjasama dalam kelompok membantu mempermudah kesulitan yang

dihadapi tanpa melihat perbedaan pertemanan yang dimiliki oleh tiap-tiap anggotanya, (d)

setiap siswa dalam anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama, (e) setiap

anggota kelompok harus mampu menghargai pendapat orang lain dalam kelompoknya, (f)

setiap anggota kelompok harus saling membantu jika menghadapi kesulitan sebelum

bertanya kepada guru.

(5) Transfering, pada tahap ini (a) guru mejelaskan bahwa siswa nantinya harus mampu

memberikan contoh dari materi yang diberikan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,

(b) tiap-tiap perwakilan yang mewakili kelompoknya memberikan penjelasan mengenai

kompetensi, (c) siswa dalam kelompok meminta ijin untuk memberikan pendapatnya setelah

guru memberikan kesempatan kepada wakil kelompok yang tampil tidak mampu

memberikan penjelasan lebih lanjut, (d) guru memberikan penjelasan mengenai bentuk-

bentuk kemerdekaan mengemukakan pendapat dan menjelaskan cara-cara mengemukakan

pendapat yang sesuai dengan aturan yang berlaku, (e) setiap siswa dalam kelompok harus

harus dapat menjelaskan terhadap anggota lainnya mengenai kekurang pahaman terhadap

materi, (f) setiap anggota kelompok saling bertukar pendapat dengan sesama anggota

kelompok yang lain.

Dalam pelaksanaan penelitian siklus II siswa akan melalui proses belajar sebagai berikut:

(1) Relating, pada tahap ini (a) dari setiap presentasi siswa mulai berani dalam unjuk

kemampuan diantaranya dalam memberikan pertanyaan antara lain tata cara menyampaikan

pendapat menurut aturan yang berlaku, hal-hal yang tidak boleh dilakukan ketika kita

menyampaikan pendapat di muka umum dan asas-asas yang dipergunakan sebagai landasan

dalam menyampaikan pendapat dimuka umum, (b) secara bergantian siswa menjawab

pertanyaan dari guru, (c) beberapa siswa menjawab pertanyaan dengan baik, sedangkan siswa

lainnya memperhatikan jawaban temannya dan memberikan tambahan apabila dinilai kurang.

(2) Experiencing, pada tahap ini (a) secara bergantian siswa menjawab pertanyaan dari guru, dan

guru menilai setiap unjuk kemampuan yang ada pada siswa, (b) perhatian siswa terfokus

pada penjelasan guru dan memperhatikan setiap makna dari pembelajaran yang disampaikan,

(c) guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum pernah menyampaikan pendapat

sebelumnya.

(3) Applying, pada tahap ini (a) penyampaian kerja kelompok dalam memperesentasikan hasil

diskusi dapat memberikan pengetahuan baru bagi kelompok lainnya, menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang muncul dari setiap kelompok dan memberikan penjelasan manfaat dalam

kehidupan sehari-hari agar dapat diaplikasikan dengan baik, (b) penyampaian hasil diskusi

dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

(4) Cooperating, pada tahap ini (a) kelompok dapat bekerjasama dengan baik antar

kelompoknya, hal ini nampak dari pengungkapan pendapat dan komunikasi yang terjalin

telah menunjukkan adanya rasa menghargai anggota kelompoknya, (b) sesamaan tujuan

untuk bekerjasama menyelesaikan tugas telah disadari dan diterapkan dalam bentuk

kerjasama kelompok, (c) sebagian besar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat dijawab

dengan baik oleh perwakilan kelompok dibantu oleh teman-teman lainnya dalam kelompok.

(5) Transfering, pada tahap ini (a) Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan

kelompok lain menyimak setiap presentasi yang dilakukan oleh kelompok penyaji, (b)

penampilan setiap kelompok mengalami peningkatan lebih baik dari sebelumnya mulai dari

penyampaian hasil kerja, kejelasan dan ketepatan dalam memberikan pemahaman atau

penjelasan terhadap kelompok lain dan penggunaan bahasa komunikasi yang mudah

dipahami, (c) secara bergantian siswa menyampaikan pendapatnya dengan baik, (d) setiap

kelompok meyampaiakan hasil diskusinya, (e) komunikasi yang lancar dan penggunaan

bahasa komunikasi yang mudah bagi siswa lainnya untuk memahami penjelasan yang

diberikan, (f) guru menyempurnakan dari kesimpulan yang telah dibuat oleh siswa.

3. Penggunaan Contextual Teaching And Learning Dalam Meningkatkan Aktifitas Belajar

Siswa Di SMP Negeri 5 Malang

Berdasarkan paparan data yang telah diuraikan, diketahui bahwa dengan penggunaan

contextual teaching and learning dalam meningkatkan aktifitas belajar siswa di SMP Negeri 5

Malang, siswa dapat lebih memahami setiap materi-materi yang diberikan oleh guru, serta dapat

meningkatkan aktifitas belajar siswa hal tersebut terlihat dari hasi observasi dan wawancara

pada siklus I dan siklus II pada setiap indikator tentang aktifitas belajar siswa yaitu hasil

observasi yang dilakukan selama penelitian pada siklus I dari beberapa indikator yang muncul

yaitu dari data yang diperoleh terhadap indikator kemampuan menjawab pertanyaan sebanyak

10.5% yang meningkat sebanyak 5.3% dari sebelum diadakan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan contextual teaching and learning, keberanian menyampaikan

pertanyaan sebanyak 13.2% meningkat sebanyak 7%, kemampuan dalam mengemukakan

pendapat sebanyak 2.6% meningkat sebanyak 2.6%, keterampilan dalam memberikan saran

sebanyak 2.6% yang tidak mengalami peningkatan dan keterampilan dalam mengemukakan

kesimpulan sebanyak 7.9% yang meningkat sebanyak 7.9%.

Hasil observasi yang dilakukan selama penelitian pada siklus II dari beberapa indikator

yang muncul yaitu dari data yang diperoleh terhadap indikator kemampuan menjawab

pertanyaan sebanyak 15.7% yang meningkat sebanyak 5.2% dibandingkan dengan penelitian

pada siklus I, keberanian menyampaikan pertanyaan sebanyak 15.7% meningkat sebanyak 2.6%,

kemampuan dalam mengemukakan pendapat sebanyak 5.2% meningkat sebanyak 2.6%,

keterampilan dalam memberikan saran sebanyak 7.8% meningkat sebanyak 5.2% dan

keterampilan dalam mengemukakan kesimpulan sebanyak 10.5% yang meningkat sebanyak

2.6%.

Serta hasil pemberian pre tes dan post tes pada masing-masing siklus yang juga meningkat,

siswa juga lebih aktif dalam kegiatan diskusi, siswa melakukan unjuk kemampuan diataranya

siswa tidak malu dan mulai berani dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan

yang disampaikan oleh temanya, siswa juga berani dalam mengemukakan pendapatnya dan

memberikan saran serta siswa mulai terbiasa dengan pemberian kesimpulan pada akhir dari

penyampaian materi maupun akhir dari presentasi hasil diskusi.

4. Hambatan-Hambatan Yang Muncul Selama Melakukan Pembelajaran PKn Dengan

Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Di SMP Negeri 5 Malang

Dari paparan data tentang kesulitan yang dihadapi oleh guru PKn yang muncul selama

melakukan pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and

learning di SMP Negeri 5 Malang, diketahui bahwa:

a) Jumlah jam pelajaran yang terbatas sehingga kesulitan membawa siswa untuk langsung

kelapangan. Keterbatasan waktu yang tersedia pada satu kali pertemuan pelajaran PKn

adalah 2x45 menit, meskipun terdapat kekurangan waktu akan tetapi pembelajaran tetap

dapat dilaksanakan.

b) Buku pembelajaran yang tidak diwajibkan oleh pihak sekolah, siswa hanya mempunyai Buku

Lembar Kerja Siswa dan itupun tidak dianjurkan oleh guru, sehingga siswa kekurangan

referensi pada saat melakukan aktifitas belajar. Siswa hanya memanfaatkan buku pelajaran

yang tersedia di perpustakaan yang jumlahnya sangat terbatas.

c) Guru kurang memanfaatkan fasilitas yang ada selama melakukan proses kegiatan belajar

mengajar seperti penggunaan OHP sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan guru.

5. Upaya Untuk Mengatasi Hambatan Yang Muncul Selama Melakukan Pembelajarn

PKn Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Di SMP

Negeri 5 Malang

Untuk mengatasi beberapa permasalahan yang muncul selama melakukan pembelajaran

PKn dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning di SMP Negeri 5

Malang maka hal-hal yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah:

a. Karena waktu yang terbatas sehingga solusinya dalam proses pembelajarannya yaitu dengan

mencari kasus-kasus yang dialami oleh masyarakat dan kemudian dibawa didalam kelas

untuk didiskusikan.

b. Memberikan buku penunjang untuk kelangsungan pembelajaran sehingga siswa tidak terpacu

pada buku yang terdapat diperpustakaan yang jumlahnya terbatas melaikan siswa mempunyai

buku tambahan dan siswa tidak hanya terbatas pada satu buku saja melaikan lebih serta

melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran misalnya

laboratorium PKn

c. Membuat rencana pembelajaran baik didalam kelas maupun pembelajaran diluar kelas agar

dapat memanfaatkan fasilitas yang dimiliki sekolah yang nantinya dapat pula meningkatkan

prestasi siswa,

BAB V

PEMBAHASAN

A. Aktifitas Belajar Siswa Di SMP Negeri 5 Malang

Setiap pembelajaran membutuhkan aktifitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah

beraktifitas, dalam dinamika kehidupan manusia, berfikir, dan berbuat sebagai suatu rangkaian

yang tidak dapat dipisahkan. Begitu juga dalam belajar, tentu tidak mungkin meninggalkan

kedua kegiatan tersebut yaitu berfikir dan berbuat untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.

Aktifitas belajar didefinisikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi

antara guru dan siswa ataupun antara siswa dengan siswa lainnya dalam rangka mencapai tujuan

belajar. Aktifitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan

adanya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

Menurut Decroly dalam Nasution (2004) menyatakan bahwa aktifitas adalah hal terpenting

dalam kehidupan manusia. Dengan beraktifitas manusia dapat menemukan hal-hal baru serta

dapat meningkatkan kemapuan-kemampuan fisik (otot, otak) dan kemampuan psikis atau jiwa

atau rohani manusia. Begitu juga dengan pendidikan, aktifitas adalah hal yang mutlak

dibutuhkan tanpa melakukan aktifitas maka pembelajaran dapat dikatakan tidak ada atau nol.

Aktifitas belajar siswa yang terjadi di SMP Negeri 5 Malang kondisi siswa sebelum

diberikan tindakan, kurang percaya diri dan merasa takut dalam menyampaikan pendapat, saran

ataupun menjawab dan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dirasa sulit, kendala

tersebut terletak pada takut dan rasa kurang percaya diri siswa mengenai kesulitan yang ditemui

dalam memahami suatu materi yang diajarkan sehingga pada akhirnya pemahaman siswa kurang

megenai materi dan hal ini berdampak pula terhadap hasil belajar siswa itu sendiri.

Dari indikator yang digunakan selama melakukan penelitian tindakan kelas peneliti

menjabarkan peningkatan aktifitas belajar siswa yang terjadi sebelum pemberian tindakan dan

setelah pemberian tindakan yaitu:

Pada studi pendahuluan tentang aktifitas siswa yang terjadi selama proses kegiatan belajar

mengajar yaitu siswa kurang aktif dalam pembelajaran dari observasi yang dilakukan bahwa

kemunculan indikator dari kemampuan menjawab pertanyaan sebanyak 5.2%, menyampaikan

pertanyaan sebanyak 5.2%, sedangkan tidak terdapat siswa yang mengemukakan pendapat,

keterampilan memberikan saran sebanyak 2.6% dan tidak terdapat siswa yang unjuk

kemampuan membuat kesimpulan karena guru tidak membiasakan siswa untuk mengemukakan

kesimpulan pada setiap akhir pembelajaran.

Hasil observasi yang dilakukan selama penelitian pada siklus I dari beberapa indikator

yang muncul yaitu kemampuan menjawab pertanyaan sebanyak 10.5%, keberanian

menyampaikan pertanyaan sebanyak 13.2%, kemampuan dalam mengemukakan pendapat

sebanyak 2.6%, keterampilan dalam memberikan saran sebanyak 2.6% dan keterampilan dalam

mengemukakan kesimpulan sebanyak 7.9%.

Pada setiap indikator terjadi peningkatan prosentase siswa yang aktif dalam unjuk

kemampuan hal tersebut karena persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum kegiatan

pembelajaran dilakukan. Hasil observasi yang dilakukan selama penelitian pada siklus I dari

beberapa indikator yang muncul yaitu kemampuan menjawab pertanyaan sebanyak 15.7%,

keberanian menyampaikan pertanyaan sebanyak 15.7%, kemampuan dalam mengemukakan

pendapat sebanyak 5.2%, keterampilan dalam memberikan saran sebanyak 7.8% dan

keterampilan dalam mengemukakan kesimpulan sebanyak 10.5%.

B. Penerapkan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Dalam

Pembelajaran PKn Di SMP Negeri 5 Malang

Menurut Elaine B. Johnson (2007:65) pandangan konstruktivistik yaitu bagaimana

seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan

yang digunakan untuk menginterpretasikan obyek dan peristiwa-peristiwa dimana belajar adalah

usaha pencarian makn, dan makna diciptakan oleh siswa melalui dari apa yang mereka lihat,

rasakan dan alami. Sedangkan pola pendekatan contextual teaching and learning menekankan

pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi artinya proses belajar diorientasikan

kepada pengalaman siswa secara langsung dan agar siswa menemukan hubungan antara materi

yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Selanjutnya siswa didorong untuk dapat

menerapkannya dalam konteks kehidupan nyata.

Pembelajaran contextual teaching and learning adalah pengajaran yang memungkinkan

siswa menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik

mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan

masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Pembelajaran contextual

teaching and learning merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan konten mata

pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan warga negara.

Dalam menerapkan pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan contextual

teaching and learning guru memasukkan indikator REACT pada siklus I yang meliputi:

1) Relating, adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata.

Pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi

baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipahami atau dengan problema untuk

dipecahkan. Pada tahap ini (a) guru menyampaikan makna yang didapat dari kompetensi

materi pertemuan yang dibahas yang diharapkan berguna bagi kehidupan siswa selanjutnya,

(b) guru memotivasi siswa untuk memulai materi dengan memberikan ilustrasi singkat

mengenai dampak-dampak positif dalam mengemukakan pendapat pada konteks kehidupan

sehari-hari, (c) guru mengembangkan pertanyaan berdasarkan ilustrasi yang diberikan, (d)

guru mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan guru maupun dengan

siswa lainnya dengan meminta siswa untuk memberikan contoh ilustrasi berkaitan dengan

kehidupan nyata sehari-hari siswa.

2) Experiencing, adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan dan penciptaan. Ini berarti

bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan proses

berfikir kritis lewat siklus inkuiri. Pada tahap ini (a) guru menjelaskan bahwa siswa harus

mampu memberikan contoh dari materi yang diberikan yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari, kemudian menjawab pertanyaan dengan menggali informasi yang ada dari soal

pertanyaan yang diajukan baik berupa ilustrasi maupun informasi tertulis, (b) setiap

kelompok menganalisis gambar yang diberikan oleh guru untuk kemudian setiap siswa

dalam kelompok menuliskan setiap pengalaman yang siswa alami yang berkaitan dengan

materi, (c) guru memberikan contoh gambar bentuk-bentuk kemerdekaan mengemukakan

pendapat dan membagikan pada masing-masing kelompok dan guru menginformasikan agar

siswa dapat menjelaskan cara-cara mengemukakan pendapat yang sesuai dengan aturan yang

berlaku agar tidak mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat untuk dapat

bermanfaat bagi kehidupan siswa kelak, (d) siswa menganalisis gambar dengan

mendeskripsikan pengalaman mereka dan manfaat dari pengetahuan atau yang dimiliki

siswa.

3) Applying, adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar dalam penggunaan dan

kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep dan informasi kedalam

bentuk kehidupan mendatang yang dibayangkan. Pada tahap ini (a) setiap siswa bersama

siswa dalam kelompoknya mengilustrasikan salah satu pengalaman yang dialami kemudian

kelompok lainnya memperhatikan dan mencatat manfaat dari pengalaman tersebut, (b)

setelah mempelajari materi siswa diharapkan dapat menggunakan pengetahuannya dalam

situasi lain sesuai dengan pengetahuan yang telah didapat, (c) memberikan contoh ilustrasi

yang berkaitan dengan kehidupan nyata untuk dimanfaatkan oleh siswa yang berhubungan

dengan materi dalam konteks kehidupan pada situasi yang lain.

4) Cooperating, adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling

merespon, dan saling berkomunikasi. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu siswa belajar

tentang materi, tetapi juga konsisten dalam penekanan belajar contextual teaching and

learning dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan yang nyata siswa akan menjadi warga

yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lainnya. Pada tahap ini (a) siswa

bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru, (b)

siswa dalam kelompok yang merasa kesulitan dengan pertanyaan yang diberikan pada saat

melakukan presentasi tersebut melemparkan pertanyaan kepada teman dalam kelompoknya.

Dengan bantuan dari teman-temannya perwakilan siswa tersebut dapat menjawab pertanyaan

dengan tepat, (c) guru memberikan penjelasan bahwa dengan belajar dan bekerjasama dalam

kelompok membantu mempermudah kesulitan yang dihadapi tanpa melihat perbedaan

pertemanan yang dimiliki oleh tiap-tiap anggotanya, (d) setiap siswa dalam anggota

kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama, (e) setiap anggota kelompok harus

mampu menghargai pendapat orang lain dalam kelompoknya, (f) setiap anggota kelompok

harus saling membantu jika menghadapi kesulitan sebelum bertanya kepada guru.

5) Transfering, adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan

pengalaman koteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang

baru. Pada tahap ini (a) guru mejelaskan bahwa siswa nantinya harus mampu memberikan

contoh dari materi yang diberikan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, (b) tiap-tiap

perwakilan yang mewakili kelompoknya memberikan penjelasan mengenai kompetensi, (c)

siswa dalam kelompok meminta ijin untuk memberikan pendapatnya setelah guru

memberikan kesempatan kepada wakil kelompok yang tampil tidak mampu memberikan

penjelasan lebih lanjut, (d) guru memberikan penjelasan mengenai bentuk-bentuk

kemerdekaan mengemukakan pendapat dan menjelaskan cara-cara mengemukakan pendapat

yang sesuai dengan aturan yang berlaku, (e) setiap siswa dalam kelompok harus harus dapat

menjelaskan terhadap anggota lainnya mengenai kekurang pahaman terhadap materi, (f)

setiap anggota kelompok saling bertukar pendapat dengan sesama anggota kelompok yang

lain.

C. Penggunaan Contextual Teaching And Learning Dalam Meningkatkan Aktifitas Belajar

Siswa Di SMP Negeri 5 Malang

Peran guru pada proses pembelajaran yaitu memotivasi siswa agar mampu

menyampaikan pendapatnya, melakukan unjuk kemampuan pada saat proses belajar mengajar

berlangsung, memberikan pengetian makna dari belajar, melalui manfaat dari mempelajari

pengetahuan pada kehidupan kelak. Selain itu guru membimbing siswa mengembangkan

kemampuan yang dimiliki melalui bantuan bagaimana belajar dari pengetahuan yang dimiliki

kemudian memperoleh pengatahuan baru. Guru berusaha memotivasi siswa agar aktif dalam

proses pembelajaran, mampu mengkonstruk materi dan memahami serta memaknai dari apa

yang telah dipelajari, bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku dikarenakan mempelajari

suatu pengetahuan, dan perubahan perilaku tersebut adalah hasil dari proses belajar itu sendiri.

Penggunaan contextual teaching and learning dalam meningkatkan aktifitas belajar siswa

di SMP Negeri 5 Malang, siswa dapat lebih memahami setiap materi-materi yang diberikan oleh

guru, serta dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa hal tersebut terlihat dari hasi observasi

dan wawancara pada siklus I dan siklus II pada setiap indikator tentang aktifitas belajar siswa

yaitu hasil observasi yang dilakukan selama penelitian pada siklus I dari beberapa indikator yang

muncul yaitu dari data yang diperoleh terhadap indikator kemampuan menjawab pertanyaan

sebanyak 10.5% yang meningkat sebanyak 5.3% dari sebelum diadakan kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning, keberanian menyampaikan

pertanyaan sebanyak 13.2% meningkat sebanyak 7%, kemampuan dalam mengemukakan

pendapat sebanyak 2.6% meningkat sebanyak 2.6%, keterampilan dalam memberikan saran

sebanyak 2.6% yang tidak mengalami peningkatan dan keterampilan dalam mengemukakan

kesimpulan sebanyak 7.9% yang meningkat sebanyak 7.9%.

Hasil observasi yang dilakukan selama penelitian pada siklus II dari beberapa indikator

yang muncul yaitu dari data yang diperoleh terhadap indikator kemampuan menjawab

pertanyaan sebanyak 15.7% yang meningkat sebanyak 5.2% dibandingkan dengan penelitian

pada siklus I, keberanian menyampaikan pertanyaan sebanyak 15.7% meningkat sebanyak 2.6%,

kemampuan dalam mengemukakan pendapat sebanyak 5.2% meningkat sebanyak 2.6%,

keterampilan dalam memberikan saran sebanyak 7.8% meningkat sebanyak 5.2% dan

keterampilan dalam mengemukakan kesimpulan sebanyak 10.5% yang meningkat sebanyak

2.6%.

Serta hasil pemberian pre tes dan post tes pada masing-masing siklus yang juga meningkat,

siswa juga lebih aktif dalam kegiatan diskusi, siswa melakukan unjuk kemampuan diataranya

siswa tidak malu dan mulai berani dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan

yang disampaikan oleh temanya, siswa juga berani dalam mengemukakan pendapatnya dan

memberikan saran serta siswa mulai terbiasa dengan pemberian kesimpulan pada akhir dari

penyampaian materi maupun akhir dari presentasi hasil diskusi.

Setelah pemberian tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan contextual

teaching and learning pada indilator REACT siswa menjadi memiliki percaya diri, aktif dalam

proses pembelajaran. Hal ini terlihat pada antusias siswa ketika proses pembelajaran

berlangsung. Keaktifan terlihat dari penyampaian pendapat, saran, melalui jawaban-jawaban atas

pertanyaan yng diberikan guru baik dalam kegiatan diskusi kelompok maupun dalam diskusi

kelas. Selain itu dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan mengemukakan saran mengenai

penampilan dan kinerja kelompok lain, kemampuan dalam menimpulkan materi dari setiap akhir

pembelajaran serta kemampuan menerima pendapat dan keputusan yang diambil bersama

melalui tahapan relating, experiencing, applying, cooperating, dan transfering.

Dalam kerjasama kelompok siswa dapat berbagi tanggung jawab dengan anggota

kelompok lainnya, saling bertukar pendapat dalam memahami, menganalisis, menemukan

pengetahuan (experiencing) baru dari soal-soal yang diberikan dan bekerjasama

menyelesaikannya. Siswa juga mempresentasikan hasil kerjanya dalam diskusi kelas dan

berusaha menampilkan yang terbaik. Perwakilan tiap-tiap kelompok berusaha menampilkan hasil

kerja kelompok mereka dengan memberikan pemahaman dengan menganalisis, menemukan dan

menemukan serta menggunakan (applying) pengetahuan yang dimiliki dalam mengerjakan soal

dan menyampaikannya dalam diskusi kelas.

Proses belajar dengan meggunakan pendekatan contextual teaching and learning ternyata

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar seperti merangsang siswa

agar dapat aktif dalam melakukan unjuk kemampuan seperti bertanya, menjawab pertanyaan,

memberikan pendapat atau saran baik dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas serta

mampu menyimpulkan dari setiap materi yang didapat pada setiap akhir pembelajaran, serta

mampu mengkonstruk pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya

dan kemudian menggunakannya dalam situasi yang berbeda. Disamping itu proses belajar

menjadi lebih efektif karena memberikan konstribusi yang sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai, bahwa siswa tidak hanya memahami materi atau pengetahuan baru yang didapatnya

akan tetapi juga mampu menggunakan dalam konteksnya. Hasil belajar yang didapat oleh siswa

tidak hanya belajar dari buku akan tetapi juga belajar dari lingkungan mereka berdasarkan dari

lingkungan sendiri.

D. Hambatan-Hambatan Yang Muncul Selama Melakukan Pembelajaran PKn Dengan

Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Di SMP Negeri 5 Malang

Dari paparan data tentang kesulitan yang dihadapi oleh guru PKn yang muncul selama

melakukan pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and

learning di SMP Negeri 5 Malang, diketahui bahwa:

d) Jumlah jam pelajaran yang terbatas sehingga kesulitan membawa siswa untuk langsung

kelapangan. Keterbatasan waktu yang tersedia pada satu kali pertemuan pelajaran PKn

adalah 2x45 menit, meskipun terdapat kekurangan waktu akan tetapi pembelajaran tetap

dapat dilaksanakan.

e) Buku pembelajaran yang tidak diwajibkan oleh pihak sekolah, siswa hanya mempunyai Buku

Lembar Kerja Siswa dan itupun tidak dianjurkan oleh guru, sehingga siswa kekurangan

referensi pada saat melakukan aktifitas belajar. Siswa hanya memanfaatkan buku pelajaran

yang tersedia di perpustakaan yang jumlahnya sangat terbatas.

f) Guru kurang memanfaatkan fasilitas yang ada selama melakukan proses kegiatan belajar

mengajar seperti penggunaan OHP sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan guru.

E. Upaya Untuk Mengatasi Hambatan Yang Muncul Selama Melakukan Pembelajarn

PKn Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Di SMP

Negeri 5 Malang

Untuk mengatasi beberapa permasalahan yang muncul selama melakukan pembelajaran

PKn dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning di SMP Negeri 5

Malang maka hal-hal yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah:

a) Karena waktu yang terbatas sehingga solusinya dalam proses pembelajarannya yaitu dengan

mencari kasus-kasus yang dialami oleh masyarakat dan kemudian dibawa didalam kelas

untuk didiskusikan.

b) Memberikan buku penunjang untuk kelangsungan pembelajaran sehingga siswa tidak terpacu

pada buku yang terdapat diperpustakaan yang jumlahnya terbatas melaikan siswa mempunyai

buku tambahan dan siswa tidak hanya terbatas pada satu buku saja melaikan lebih serta

melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran misalnya

laboratorium PKn

c) Membuat rencana pembelajaran baik didalam kelas maupun pembelajaran diluar kelas agar

dapat memanfaatkan fasilitas yang dimiliki sekolah yang nantinya dapat pula meningkatkan

prestasi siswa.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan, dapatlah ditarik

kesimpulan meliputi beberapa hal berikut.

1. Aktifitas belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang, terlihat dari aktifitas siswa pada setiap

indikator yaitu kemampuan menjawab pertanyaan, keberanian menyampaikan pertanyaan,

kemampuan dalam mengemukakan pendapat, keterampilan dalam memberikan saran,

kemampuan dalam mengemukakan kesimpulan dalam setiap siklus.

2. Cara menerapkan pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajaran PKn di

SMP Negeri 5 Malang telah dilaksanakan oleh guru dengan memasukkan indikator relating,

experiencing, applying, cooperating dan transfering pada proses pembelajaran yang

dilaksanakan dalam penelitian. Siswa belajar dari kegiatan belajar yang aktif memperoleh

pengetahuan baru melalui proses mengalami, menemukan, dan menganalisis materi.

Kemudian menggunakan kemampuannya pada situasi yang lain. Dalam prakteknya

pembelajaran dilaksanakan didalam kelas, dan diluar kelas.

3. Penggunaan pendekatan contextual teaching and learning dapat meningkatkan aktifitas

belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang yang terlihat dari peningkatan aktifitas siswa pada

siklus I dari beberapa indikator yang muncul yaitu dari data yang diperoleh terhadap

indikator kemampuan menjawab pertanyaan sebanyak 10.5% yang meningkat sebanyak

5.3% dari sebelum diadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

contextual teaching and learning, keberanian menyampaikan pertanyaan sebanyak 13.2%

meningkat sebanyak 7%, kemampuan dalam mengemukakan pendapat sebanyak 2.6%

meningkat sebanyak 2.6%, keterampilan dalam memberikan saran sebanyak 2.6% yang tidak

mengalami peningkatan dan keterampilan dalam mengemukakan kesimpulan sebanyak 7.9%

yang meningkat sebanyak 7.9%. Sedangkan pada siklus II dari beberapa indikator yang

muncul yaitu dari data yang diperoleh terhadap indikator kemampuan menjawab pertanyaan

sebanyak 15.7% yang meningkat sebanyak 5.2% dibandingkan dengan penelitian pada siklus

I, keberanian menyampaikan pertanyaan sebanyak 15.7% meningkat sebanyak 2.6%,

kemampuan dalam mengemukakan pendapat sebanyak 5.2% meningkat sebanyak 2.6%,

keterampilan dalam memberikan saran sebanyak 7.8% meningkat sebanyak 5.2% dan

keterampilan dalam mengemukakan kesimpulan sebanyak 10.5% yang meningkat sebanyak

2.6%.

4. Hambatan-Hambatan Yang Muncul Selama Melakukan Pembelajaran Pkn Dengan

Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Di SMP Negeri 5 Malang

antara lain:

a) Jumlah jam pelajaran yang terbatas sehingga kesulitan membawa siswa untuk langsung

kelapangan. Keterbatasan waktu yang tersedia pada satu kali pertemuan pelajaran PKn

adalah 2x45 menit, meskipun terdapat kekurangan waktu akan tetapi pembelajaran tetap

dapat dilaksanakan.

b) Buku pembelajaran yang tidak diwajibkan oleh pihak sekolah, siswa hanya mempunyai

Buku Lembar Kerja Siswa dan itupun tidak dianjurkan oleh guru, sehingga siswa

kekurangan referensi pada saat melakukan aktivitas belajar. Siswa hanya memanfaatkan

buku pelajaran yang tersedia di perpustakaan yang jumlahnya sangat terbatas.

c) Guru kurang memanfaatkan fasilitas yang ada selama melakukan proses kegiatan belajar

mengajar seperti penggunaan OHP sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan guru.

5. Upaya Untuk Mengatasi Hambatan Yang Muncul Selama Melakukan Pembelajaran PKn

Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Di SMP Negeri 5

Malang, yaitu:

a) Melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran misalnya

laboratorium PKn.

b) Karena waktu yang terbatas sehingga solusinya dalam proses pembelajarannya yaitu

dengan mencari kasus-kasus yang dialami oleh masyarakat dan kemudian dibawa

didalam kelas untuk didiskusikan.

c) Memberikan buku penunjang untuk kelangsungan pembelajaran sehingga siswa tidak

terpacu pada buku yang terdapat diperpustakaan yang jumlahnya terbatas melaikan siswa

mempunyai buku tambahan dan siswa tidak hanya terbatas pada satu buku saja melaikan

lebih.

B. Saran

Sebagai akhir karya tulis ilmiah ini, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat

dilaksanakan guna mendukung penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

contextual teaching and learning guna meningkatkan aktifitas belajar siswa, yaitu:

1. Guru sebagai pengarah dan fasilitator harus lebih kreatif dan terampil dalam melaksanakan

proses pembelajaran contextual teaching and learning untuk menyiapkan strategi yang sesuai

dengan materi dan minat siswa, serta dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap

penjelasan yang diberikan oleh guru.

2. Sarana dan prasara penunjang pendidikan harus dipenuhi untuk pemenuhan para pendidik

(guru) dalam melaksanakan pembelajaran contextual teaching and learning.