UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL...
Transcript of UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL...
ii
UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL
PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
KALIGRAFI DI MI MA’ARIF SETONO JENANGAN PONOROGO
SKRIPSI
OLEH:
DZURROTUL MUWAFIROH
NIM: 210616065
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
SEPTEMBER 2020
ii
ABSTRAK
Muwafiroh, Dzurrotul. 2020. Upaya Pengembangan Kecerdasan Visual Spasial
Peserta Didik Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kaligrafi di MI Ma’arif Setono
Jenangan Ponorogo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.
Pembimbing: Jamaluddin Shiddiq, M.Pd.
Kata Kunci: Ekstrakurikuler Kaligrafi, Kecerdasan Visual Spasial, Peserta
Didik
Mendalami seni kaligrafi Arab tidaklah sesederhana kelihatannya. Dalam
penulisan kaligrafi Arab harus memperhatikan berbagai macam kaidah. Hal
tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat peserta didik kurang berminat
pada pembelajaran kaligrafi. Di MI Ma’arif Setono Selain mempelajari kaidah-
kaidah menulis indah, ekstrakurikuler kaligrafi juga disertai dengan kegiatan
menggambar dan mewarnai. Selain menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik
untuk menghilangkan kesan sulit dalam pelajaran kaligrafi, kegiatan menggambar
dan mewarnai adalah salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan kecerdasan
visual spasial.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini: (1) Untuk mengetahui
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono Jenangan
Kabupaten Ponorogo (2) Untuk mengetahui implikasi kegiatan ekstrakurikuler
kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial di MI Ma’arif Setono
Jenangan Kabupaten Ponorogo (3) Untuk mengetahui kendala dan solusi
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan
visual spasial di MI Ma’arif Setono Jenangan Kabupaten Ponorogo. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis
penelitian studi kasus. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah : wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Tahapan pelaksanaan ekstrakurikuler kaligrafi yaitu : kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Komponen-komponen pembelajaran ekstrakurikuler kaligrafi terdiri dari: Tujuan, peserta didik, pendidik, materi, media, metode, strategi dan evaluasi. (2) Implikasi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi: Berkembangnya kemampuan menulis huruf Arab, imajinasi peserta didik lebih berkembang, memicu semangat peserta didik, mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam memahami konsep warna, meningkatkan konsentrasi. (3) Kendala dan solusi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono ialah: (a) Peserta didik yang kurang berbakat solusinya menyelesaikan tugas di rumah dan penilaian dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. (b) Kelas tidak kondusif solusinya memberikan waktu 5 menit untuk menghabiskan makanan, menyuruh peserta didik menyimpan mainan (c) Peserta didik berbakat tetapi kurang berminat peserta didik berminat tetapi kurang berbakat. Solusi yang dilakukan oleh pelatih adalah dengan selalu memberikan motivasi dan semangat kepada peserta didik sebelum kegiatan dimulai dan setiap selesai melakukan evaluasi atau penilaian.
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
PENGESAHAN
Skripsi atas nama saudara :
Telah dipertahankan pada sidang Munaqasah di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, pada :
Tim Penguji Skripsi :
1. Ketua Sidang : ALI BA'UL CHUSNA, MSI2. Penguji I : Dr. M. SYAFIQ HUMAISI, M.Pd3. Penguji II : JAMALUDDIN SIDDIQ, M.Pd
Hari : RabuTanggal : 21 Oktober 2020
Hari : RabuTanggal : 14 Oktober 2020
dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, pada :
Nama : DZURROTUL MUWAFIROHNIM : 210616065Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu KeguruanJurusan : Pendidikan Guru Madrasah IbtidaiyahJudul Skripsi : UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL
PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KALIGRAFI DI MI MA'ARIF SETONO JENANGAN PONOROGO
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai perananan penting dalam berlangsungnya
kehidupan manusia. Perintah menuntut ilmu diwajibkan dalam agama
islam, karena ilmu pengetahuan akan menjadikan manusia mengetahui apa
yang ada di dunia ini. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu
dari tujuan pembangunan nasional. Maka dari itu, pemerintah, keluarga dan
masyarakat harus saling bekerjasama dalam mewujudkan pendidikan yang
layak.1
Pendidikan anak tingkat sekolah dasar kelas bawah memiliki ciri
khas tersendiri. Mereka cenderung menyukai kegiatan atau aktivitas
langsung dan berbagai situasi yangbertautan langsung dengan minat dan
pengalamannya. Mereka lebih cocok dengan pola pembelajaran konkret dan
aktivitas motorik. Sehingga pada usia seperti ini, peserta didik harus
didorong dan mendapatkan motivasi penuh baik dari orang tua, keluarga
maupun dari sekolah. Sekolah dituntut untuk memiliki kemandirian dan
kreativitas dalam mengelola pendidikan dan pembelajaran guna
meningkatkan prestasi dan kualitas peserta didik.2 Ada banyak keterampilan
1 Indah Komsiyah, Belajar Dan Pembelajaran (Yokyakarta: Teras, 2012), p. 4. 2 Firdianti Arinda, Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (Yokyakarta: Gre Publising,
2018), p. 3.
2
yang bisa diasah semenjak masih duduk di bangku sekolah dasar. Salah
satunya adalah menulis kaligrafi.
Kaligrafi arab disebut juga dengan khat merupakan salah satu karya
seni rupa yang tidak kalah pentingnya dengan jenis seni rupa lainnya.
Sebagai seni tulis dengan tuntuanan keindahan, seni khat telah menempuh
sejarahnya yang panjang dan mencapai puncak perkembangannya sesuai
dengan perkembangan dari aksara Arab dan peranan kebudayaan di tiap
Negara Islam.3
Keterampilan kaligrafi adalah keterampilan menulis yang tidak
hanya menekankan pada keindahan rupa atau bentuk huruf-huruf yang
menyusun sebuah kalimat atau kata. Tetapi juga memperhatikan hal-hal
yang berkaitan dengan estetika atau keindahan. Agar peserta didik terampil
dalam menulis huruf-huruf atau kalimat bahasa arab, maka perlu adanya
pembelajaran kaligrafi. Kaligrafi merupakan hasil temuan dari umat muslim
yang terus maju dan berkembang dalam mengekspresikan nilai-nilai
ekstetika melalui tinta, cat, dan alat-alat lainnya. Untuk menguasainya
memerlukan waktu yang cukup lama, karena huruf Arab berbeda jauh
dengan huruf latin. Huruf arab mempunyai berbagai macam karakter yang
berbeda-beda, mulai dari susunan kata sampai kaidah-kaidahnya.4
3 Wiyoso Yudoseputra, Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia (Bandung: Angkasa, 2000),
p. 115. 4 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2011), pp. 153–54.
3
Kaligrafi perlu dikembangkan karena peranan kaligrafi sangat
banyak dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya mempercantik ruangan
dan bangunan, tetapi kaligrafi juga mengandung kata-kata hikmah yang
bisa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.5 Bukan hal mudah bagi semua
orang menggambar kaligrafi dengan indah. Akan tetapi dengan latihan sejak
kecil akan membuat skill tersebut menjadi lebih baik.
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Setono merupakan salah satu
Madrasah yang ada di Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. Di
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Setono pelajaran kaligrafi merupakan salah
satu kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh seluruh peserts didik
kelas III. Ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono dilaksanakan pada
hari sabtu pada pukul 10.30-11.00 WIB.6 Kegiatan estrakurikuler kaligrafi
di MI Ma’arif Setono sudah berjalan dari tahun 2015. Dulunya kegiatan ini
adalah ekstrakurikuler menggambar. Akan tetapi, karena ada kendala dari
pelatih menggambar, yang tidak bisa hadir karena berbenturan mengajar di
sekolah lain maka kegiatan diganti dengan ekstrakurikuler kaligrafi. 7
Mendalami seni kaligrafi Arab tidaklah sesederhana kelihatannya.
Dalam penulisan kaligrafi Arab harus memperhatikan berbagai macam
kaidah. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat peserta didik
kurang berminat pada pembelajaran kaligrafi. Ekstrakurikuler kaligrafi
5 Mashyuri, Wawasan Seni Kaligrafi Islam (Ponorogo: Darul Huda Press, 2011), p. 10. 6 Berdasarkan observasi langsung di ruang kelas III MI Ma’arif Setono pada tanggal 6
Desember 2019 7 Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah MI Ma’arif Mayak pada 25 Februari 2020 di
ruang kepala sekolah
4
yang diselenggarakan di MI Ma’arif Setono menggunakan jenis khat kufi.8
Khat kufi adalah jenis khat dengan karakteristik mudah dikenali, terbentuk
dari sudut-sudut dan garis-garis membuat khat ini terlihat kokoh dan rigkas.
Proses pembuatannya sederhana dan mudah, tidak banyak meghafal kaidah-
kaidah seperti jenis khat lain. Dengan bentuk khat yang cederung kaku,
peserta didik bisa membuatnya dengan mudah hanya dengan bantuan
penggaris.9
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pelatih
ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono, pembelajaran kaligrafi di MI
Ma’arif Setono diawali dengan memberikan contoh bentuk kaligrafi beserta
langkah-langkah pembuatannya, kemudian peserta didik mencoba membuat
karya seperti yang dicontohkan oleh pelatih ekstrakurikuler kaligrafi dengan
menggunakan buku kotak-kotak atau strimin. Pelatih juga menuturkan
bahwa peserta didik bisa menambanhkan hiasan sesuai dengan kreatifitas
dan imajinasi pada sisi yang kosong di tulisan kaligrafi yang dibuat oleh
peserta didik. Peserta didik juga bebas memberi warna sesuai dengan
kreatifitas dan imajinasi10
Di MI Ma’arif Setono Selain mempelajari kaidah-kaidah menulis
indah, ekstrakurikuler kaligrafi juga disertai dengan kegiatan menggambar
8 Berdasarkan observasi langsung di ruang kelas III MI Ma’arif Setono pada tanggal 6
Desember 2019 9 Berdasarkan wawancara dengan Wiji I’anatul Muyasaroh pada tanggal 27 Desember 2019 di
Perpustakaan Terpadu IAIN Ponorogo 10 Berdasarkan wawancara dengan Wiji I’anatul Muyasaroh pada tanggal 18 Januari 2020 di
Aula MI Ma’arif Setono
5
dan mewarnai. Selain menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik untuk
menghilangkan kesan sulit dalam pelajaran kaligrafi, kegiatan menggambar
dan mewarnai adalah salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan
kecerdasan visual spasial.11
Kecerdasan visual spasial adalah keadaan dimana seseorang mampu
dengan baik mengaplikasikan dan memvisualisasikan apapun yang ada
didalam fikirannya dalam bentuk gambar, desain maupun grafis baik dua
dimensi maupun tiga dimensi. Kecerdasan yang paling jelas terlihat pada
usia anak-anak adalah kecerdasan visual spasial. Orang yang cenderung
memiliki kecerdasan ini mampu memahami konsep warna, komposisi,
desain, seni dan juga aspek yang terkandung didalamnya. Tanpa disadari,
ketika anak-anak bermain mereka sedang menggunakan imajinasinya12
Seiring dengan pertumbuhan usia, seringkali anak-anak mulai
kehilangan kemampuan visual spasial atau kemampuan untuk
menggunakan imajinasi. Namun, kabar baiknya adalah kemampuan ini
dapat dikembangan dan dilatih. Kecerdasan visual spasial dapat
dikembangkan melalui kegiatan mencurahkan, menggambar, membuat
kerajinan, mengatur dan merancang bentuk, bermain peran, meniru gambar
objek, membaca buku dan bermain game. Kegiatan tersebut melibatkan
semua indra anak. Pembelajaran untuk tipe kecerdasan visual spasial
11 Tadkirotun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2012), p. 436. 12 Adi w Gunawan, Genius Learning Strategi (Jakarta: PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA,
2003), p. 234.
6
diawali dengan menampilkan contoh atau model dan diakhiri dengan
membuat suatu karya.13
Berangkat dari latar belakang diatas, peneliti ingin menkaji lebih
lanjut tentang pengembangan kecerdasan visual spasial melalui kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi dan menjadikannya sebagai bahan kajian yang
dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “UPAYA
PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL PESERTA
DIDIK MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KALIGRAFI
DI MI MA’ARIF SETONO JENANGAN PONOROGO”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini perlu
adanya pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini
terfokus dan terarah. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti baik
dalam hal kemampuan, dana, waktu dan tenaga maka penelitian ini hanya
membatasi masalah pada masalah pengembangan salah satu kecerdasan
majemuk yaitu kecerdasan visual spasial melalui kegiatan ekstrakurikuler
kaligrafi. Karena kecerdasan visual spasial sangatlah penting ditingkatkan
sejak usia dini, dimana anak-anak masih dengan mudah menerima dan
menyerap apa saja yang diterimanya.
13 Gunawan, pp. 234–234.
7
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI
Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo?
2. Bagaimana implikasi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dalam
mengembangkan kecerdasan visual spasial peserta didik di MI Ma’arif
Setono Jenangan Ponorogo?
3. Apa kendala dan solusi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi
dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial peserta didik di MI
Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di
MI Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo.
2. Untuk mengetahui implikasi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dalam
mengembangkan kecerdasan visual spasial peserta didik di MI
Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo.
3. Untuk mengetahui kendala dan solusi pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan visual
spasial peserta didik di MI Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo.
8
E. Manfaat Penelitian
Dalam setiap melakukan penelitian ataupun kajian, diharapkan kita
meghasilkan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, baik untuk diri
sendiri maupun untuk orang lain.
1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian
ini adalah menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi
dapat mengembangkan kecerdasan visual spasial peserta didik
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih
kepada :
a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam
meneliti kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dalam
mengembangkan kecerdasan visual spasial.
b. Bagi lembaga diharapkan mampu dijadikan panduan atau
pedoman keilmuan serta pengetahuan tentang pelaksanaan
ekstakurikuler kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan
visual spasial.
c. Bagi guru dapat dijadikan bahan masukan tentang bagaimana
pelaksanaan ekstakurikuler kaligrafi dalam mengembangkan
kecerdasan visual spasial
9
d. Bagi siswa dapat dijadikan sebagai motivasi untuk lebih
bersemangat dalam belajar agar dalam pembelajaran di sekolah
bisa sukses dan dapat membawa nama baik sekolah.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan adalah urutan atau rangkaian yang berisi
beberapa uraian dari suatu pembahasan dalam sebuah karangan ilmiah atau
penelitian. Sistematika pembahasan digunakan untuk mengidentifikasi
masalah yang penulis paparkan mengenai implementasi kegiatan
ekstrakulikuler kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial
peserta didik. Oleh karena itu penulis menyusun enam bab sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini berfungsi untuk memaparkan pola
dasar dari keseluruhan yang terdiri dari latar belakang, fokus
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II Telaah hasil penelitian terdahulu dan kajian teori. Pada bab
ini diuraikan tentang telaah hasil penelitian terdahulu dan
kajian teori tentang kegiatan ekstrakurikuler, kaligrafi, khat
kufi, dan kecerdasan visual spasial.
BAB III Metode penelitian. Dalam bab ini dijelaskan tentang
pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti lokasi
penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan
tahapan-tahapan penelitian.
10
BAB IV Deskripsi data. Dalam bab ini terdiri dari deskripsi data
umum dan deskripsi data khusus. Deskripsi data umum
dalam bab ini dilakukan pendeskripsian data secara umum
tentang MI Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo dan deskripsi
data khusus pembahasan tentang implementasi kegiatan
ekstrakulikuler kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan
visual spasial peserta didik.
BAB V Pembahasan. Bab ini berisi tentang analisis penelitian.
Analisis penelitian adalah sebuah upaya menafsirkan data
penelitian dengan menggunakan acuan kerangka teori yang
sudah dipaparkan bab II.
BAB VI Penutup. Bab ini berisi kesimpulan yang diambil dari analisa
data untuk menjawab rumusan masalah, serta berfungsi
mempermudah pembaca dalam mengambil inti dari isi
tersebut.
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti mengadakan telaah dengan mencari judul penelitian yang
terlaksanakan oleh peneliti terdahulu untuk memperkuat penelitian yang
telah penulis teliti.
Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Rusdiana
Prasusilantari dari IAIN Salatiga, jurusan Pendidikan Anak Usia Dini pada
tahun 2019 yang berjudul Pengembangan Kecerdasan Visual Spasial Anak
Menggunakan Teknik Kolase pada Kelompok B di TK Islam Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kecerdasan visual spasial anak mengalami
pengembangan melalui teknik kolase pada anak kelompok B di TK Islam
Tuntang kabupaten Semarang, dari siklus I ke siklus II sudah memenuhi
kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu 85% dari jumlah seluruh
siswa yang mencapai rata-rata 92%. Persamaan dengan penelitian yang
akan dilakukan yaitu sama-sama membahas tentang pengembangan
kecerdasan visual spasial pada peserta didik. Untuk perbedaan terletak pada
pendekatan penelitian yang digunakan. Untuk penelitian terdahulu dengan
pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sedangkan penelitian yang
akan dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
pendekatan studi kasus. pada penelitian terdahulu teknik yang digunakan
adalah dengan menggunakan media kolase, sedangkan penelitian yang akan
12
dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial tidak
menggunakan media ataupun teknik, melainkan dengan penerapan kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi
Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Ayu Dwi Lestari
Oktavia dari Universitas Bengkulu jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
tahun 2014 yang berjudul “Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial
Anak Usia Dini Menggunakan Media Buku Bantal di Taman Kanak-kanak
Sandhy Putra Telkom Kelompok B1 Kota Bengkulu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan menggunakan buku bantal sebagai media
pembelajaran dapat mengembangkan kecerdasan visual spasial anak,
dengan kriteria baik sekali. Dari hasil penelitian disarankan kepada guru
PAUD dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial dapat
menggunakan model penellitian ini yaitu dengan media buku bantal dan
langkah-langkah yang tepat. Persamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu sama-sama membahas tentang pengembangan kecerdasan
visual spasial, sedangkan perbedaan terletak pada media dan pendekatan
penelitian. Penelitian diatas menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian yang dilakukan terdahulu menggunakan media buku bantal
sebagai cara dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial. Sedangkan
penelitian yang akan dilakukan dengan menerapkan kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi.
Ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Lidiya Karolina yang
berasal dari IAIN Bengkulu dengan jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
13
pada tahun 2018 yang berjudul “Mengembangkan Kecerdasan Visual
Spasial Melalui Kegiatan Menggambar di TK Sepakat Kecamatan Talo”.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak
dalam mengenal warna di TK Sepakat Kecamatan Talo secara umum masih
kurang, hal tersebut disebabkan beberapa factor yaitu pemahaman anak
mengenal warna, bentuk dan pola masih kurang, sehingga dalam
pembelajaran diberikan pengenalan secara bertahap. Kecerdasan visual-
spasial pada anak dikembangkan dengan bermain, menggambar atau
melukis, mewarnai, berimajinasi, bercerita, proyek dekorasi, permainan.
Pengenalan visual spasialnya ya misalnya dilakukan dengan bermain grafik
dan menggambar denah, pengenalan dan pemaduan warnadilakukan dengan
kartu warna, mewarnai, dan cipta warna, pengembangan kemampuan
menggambar dilakukan dengan melukis dengan fingerpainting, melengkapi
gambar, menggambar objek, dan gambar ukir. Penajaman kemampuan
visual dirangsang dengan latihan observasi, teropong kertas, kaca pembesar.
Perbedaannya terletak pada teknik atau metode dalam mengembangkan
kecerdasan visual spasial. Persamaannya terletak pada pendekatan
penelitian dan sama-sama membahas cara mengembangakan kecerdasan
visual spasial. Penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan
hampir sama, yaitu sama sama menerapkan kegiatan menggambar. Dimana
didalam kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi juga terdapat kegiatan
menggambar dan mewarnai.
14
Keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Alfim Khodaliya
Hidayati dari IAIN Ponorogo, jurusan Pendidikan Anak Usia Dini pada
tahun 2019 berjudul Peningkatan Kecerdasan kInestetik Anak Usia Dini
Melalui Kegiatan Mendongeng di TK Muslimat NU 001 Ponorogo, hasil
penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan kinestetik anak dapat
dikembangkan melalui kegiatan mendongeng dalam proses pembelajaran,
bisa dilihat bahwa anak sudah mampu berjalan dengan berbagai variasi,
menaiki tangga, menendang dan melempar bola. Persamaannya yaitu sama-
sama membahas tentang pengembangan kecerdasan majemuk, perbedaanya
yaitu jenis kecerdasan dan kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan
majemuk. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama
sama membahas tentang cara mengembangkan kecerdasan, perbedaannya
terletak pada jenis kecerdasannya. Penelitian terdahulu menggunakan
teknik mendongen untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial. Untuk
penelitian yang akan dilakukan menerapkan kegiatan ekstrakurikuler
kaligrafi. Objek penelitian dalam penelitian terdahulu adalah pada anak usia
dini. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada siswa tingkat sekolah
dasar.
Kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh Anggi Susantri yang
berasal dari Universitas Islam Sumatera Utara pada tahun 2017 dengan
penelitian yang berjudul “Upaya Mengembangakan Kecerdasan Visual
Spasial Melalui Pemainan dengan Bahan Kolase di Taman Kanak- Kanak
Anaprasa Kencana Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
15
Deli Serdang Tahun Ajaran 2016/2017”. Hasil penelian menunjukkan
bahwa kemampuan visual spasial anak setelah melakukan kegiatan kolase
mulai berkembang, hal ini dilihat dari hasil akhir observasi peneliti dari 10
orang anak yang diteliti terdapat 8 orang anak yang mulai berkembang dan
2 orang anak yang berkembang sesuai harapan. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan dengan dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.
Kegiatan kolase dapatmeningkatkan visual spasialanak kelompok BTK
Bina Anaprasa Kencana, dari 10 orang anak yang diteliti, 6 anak
berkembang sesuai harapan, 4 orang anak berkembang sangat baik.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang
pengembangan kecerdasan visual spasial. Perbedaannya terletak pada
pendekatan penelitiannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan PTK.
Perbedaan juga terletak pada metode atau cara mengembangkan
kecerdasan.penelitian terdahulu menggunakan teknik kolase, sedangkan
penelitian yang akan dilakukan menggunakan penerapan kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi.
B. Kajian Teori
1. Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki definisi sebagai
kegiatan pengembangan karakter pribadi peserta didik melalui
berbagai aktivitas, baik berhubungan langsung dengan kurikulum
maupun tidak. Kegiatan ini diberikan sebagai kegiatan
pendamping pelajaran yang bersifat inkulikuler. Kegiatan
16
ekstrakurikuler adalah kegiatan yang sangat bermanfaat, baik
untuk diri sendiri maupun untuk kehidupan bermasyarakat.
Kegiatan ini tidak hanya sebagai pelengkap proses pembelajaran
tetapi juga sebagai wadah agar siswa memiliki nilai tambahan
diluar akademik yang bisa bermanfaat. Pada umumnya ciri sekolah
terletak pada kegiatan ekstrakurikulernya. Dengan demikian setiap
sekolah mempunyai jenis kegiatan ekstrakurikuler yang berbeda14
Kegiatan ekstrakurikuler adalah salah satu kegiatan yang
digunakan lembaga sekolah untuk menyalurkan dan mengembang
bakat peserta didik. Maka dari itu, kegiatan ini perlu adanya
penanganan secara serius, agar sesuai dengan visi misi dan tujuan
diadakannya kegiatan ekstrakurikuler. Tujuan lain kegiatan
ekstrakurikuler adalah membentuk karakter atau watak peserta
didik. Nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan ekstrakurikuler
antara lain: nilai disiplin, cinta lingkungan, kebersihan dan masih
banyak lagi yang erat kaitannya dengan pembentukan karakter
peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler mempunyai banyak sekali
bentuk kegiatan. Kegiatan tersebut dapat berupa kesenian,
olahraga, pramuka, doktor kecil, palang merah, dan juga bakti
masyarakat15
14 Zainal Aqib and Sujak, Panduan Dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung: Yarama
Widya, 2011), p. 68. 15 Rifma, Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru (Jakarta: Prenada Media Grup,
2016), p. 82.
17
Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk
memperluas pengetahuan siswa, menyalurkan minat dan bakat,
melengkapi mata pelajaran dalam rangka pembinaan manusia
seutuhnya dan mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dikembangkan untuk pembinaan
siswa sehingga siswa mengetahui jatidiri dan moral yang jelas.
Maka dari itu penting bagi pihak sekolah untu mengelola kegiatan
tersebut dengan baik dan efisien.16
2. Kaligrafi
Keterampilan kaligrafi adalah keterampilan menulis yang
tidak hanya menekankan pada keindahan rupa atau bentuk huruf-
huruf yang menyusun sebuah kalimat atau kata. Tetapi juga
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan estetika atau
keindahan. Agar peserta didik terampil dalam menulis huruf-huruf
atau kalimat bahasa arab, maka perlu adanya pembelajaran kaligrafi.
Kaligrafi merupakan hasil temuan dari umat muslim yang terus maju
dan berkembang dalam mengekspresikan nilai-nilai ekstetika
melalui tinta, cat, dan alat-alat lainnya. Untuk menguasainya
memerlukan waktu yang cukup lama, karena huruf Arab berbeda
jauh dengan huruf latin. Huruf arab mempunyai berbagai macam
16 Richa Fadhlyda, Erlamsyah Erlamsyah, and Daharnis Daharnis, ‘Pembinaan Kegiatan
Ekstrakurikuler Di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kota Sawahlunto’, Konselor, 3.3 (2016), 101
(p. 2) <https://doi.org/10.24036/02014332991-0-00>.
18
karakter yang berbeda-beda, mulai dari susunan kata sampai kaidah-
kaidahnya.17
Kaligrafi perlu dikembangkan karena peranan kaligrafi
sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya
mempercantik ruangan dan bangunan, tetapi kaligrafi juga
mengandung kata-kata hikmah yang bisa mendekatkan diri kepada
Sang Pencipta. Seseorang yang mengagumi kaligrafi akan bisa
menjadikan seni kaligrafi sebagai pengurang rasa penat dalam
kehidupan sehari-hari, dan menentramkan jiwa. Selain itu, Wahyu
Illahi dapat disuarakan lewat kaligrafi. Cerminan dari respon
seorang hamba terhadap pesan-pesan Illahi.18
3. Khat Kufi
Khat kufi adalah jenis khat yang berbentuk kapital dan
bersudut. Bentuk tulisan kufi adalah tegak lurus dan memiliki sudut
antara garis vertikal dan horizontal. Khat ini tidak bisa ditulis dalam
sekali gores.19
Khat Kufi atau Khat Muzawwa (Kubisme), adalah seni
tulisan arab yang mempunyai karakter tegak, dan kaku. Cocok
digunakan pada ukiran-ukiran bangunan, pintu, kayu dan lain-lain.
Umumnya khat ini digunakan untuk menulis judul buku atau kitab.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa khat ini adalah evolusi
17 Hermawan, pp. 153–54. 18 Mashyuri, p. 10. 19 Achmad Faizur Rosyad, ‘Khat Dan Desain Grafis’, p. 52 <http://digilib.uinsby.ac.id/20117/>.
19
terakhir dari khat Arami, Syira kuno. Karakteristik yang menonjol
dari khat ini adalah: Bentuknya angular, berbentuk seimbang dengan
sifat bersudut, dan memiliki sapuan garis vertikal pendek serta
horizontal yang memanjang dalam ukuran yang sama panjang.
Khat kufi merupakan khat yang paling tua di antara khat-
khat lainnya. Selain karena usianya, kaligrafi ini terkenal dengan
bentuknya yang kotak-kotak. Karenanya, kaligrafi ini cukup mudah
digoreskan jika ada mistar di sisi kita. Kufi merupakan salah satu
khat paling populer untuk dekorasi masjid. Karena bentuknya yang
kotak-kotak khat kufi sangat mudah dibedakan dalam penulisan
dengan khat lainnya.20 Macam-macam khat kufi ada 4, yaitu:
a. Florida Ted Kufi
Ciri dari Florida Ted Kufi adalah garis vertikalnya
diperluas menjadi bentuk bunga dan daun untuk mempercantik
tulisan. Huruf Alif dan Lam yang berdiri tegak bisa diteruskan
sebagai pangkal batang dari motif daun bunga yang menjulur ke
spasi kosong diatas huruf lain yang lebih rendah posturnya.
b. Plaited Kufi
Huruf vertikalnya saling membentuk jalinan satu sama
lain, baik huruf dalam satu kata maupun satu kalimat. Huruf
yang bisa dibuat untuk anyaman antara lain : alif, lam, dan
20 Irvan Faturrahman, ‘Pengenalan Pola Huruf Hijaiyah Khat Kufi Dengan Metode Deteksi Tepi
Sobel Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation’, Jurnal Teknik Informatika, 11.1 (2018),
37–46 (p. 38) <https://doi.org/10.15408/jti.v11i1.6262>.
20
lamalif. Huruf tersebut bisa dikepang dengan variatif sesuai
imajinasi.
c. Animated Kufi
Para ahli tidak menyebutkan karakteristik untuk khat
jenis ini, hanya batasan secra sekilas saja. Secara bahasa
animated artinya menghidupkan, dengan demikian bisa
diartikan sebagai kufi yang dihidupkan.
d. Squared Kufi
Ciri khas kufi ini adalah adanya garis-garis lurus
horizontal yang dihubungkan dengan garis lurus vertikal,
sehingga membentuk sudut-sudut. Ciri lain dari khat ini adalah
tida ada ornamen floral dan hanya memiliki harakat yang sedikit.
e. Kufi Muzakhraf
Varian Muzakhraf adalah jenis kufi yang hampir
sempurna memenuhi fungsi kaligrafi, yaitu dekoratif dan
fungsional. Tingkat keterbacaannya lebih baik dari jenis kufi
yang lainnya. Sehingga pesan yang terdapat didalamnya dengan
mudah dapat dibaca. Karena huruf yang digunakan adalah huruf
kufi modern dengan rumus yang telah diakui oleh kaligrafer.21
21 Mashyuri, pp. 16–20.
21
Sedangkan menurut Muhammad Abdul Qodir, khat kufi
dibagi menjadi 8 macam.
a. Kufi Mushafi
Khat mushafi adalah jenis khat yang sederhana dan
digunakan untuk menuliskan mushaf alqur’an. Khat jenis ini
pertama kali muncul dan digunakan pada zaman Khalifah Umar
bin Khotob.
b. Kufi Miring
Kufi miring adalah jenis khat kufi dengan model tulisan
Arab kapital yang memiliki sudut kemiringan hingga 45°.
c. Kufi Kembang
Kufi kembang adalah model kufi Arab dengan ciri khas
hiasan berbentuk dedaunan. Model ini biasa disebut dengan
model muwarraq karena hiasan yang mendampingi huruf berupa
hiasan dedaunan.
d. Kufi Mu’aqqad
Kufi jenis ini adalah khat yang menggunakan jalinan
antara satu dengan yang lainnya.
e. Kufi Murabba’
Ciri khas dari jenis kufi murabba’ yaituTeknik penulisan
hurufnya dengan dibentuk kotak-kotak tanpa ada ujung lancip
atau hiasan kembang pada hurufnya.
22
f. Kufi Mudawwar
Kufi mudawwar adalah kufi dengan bentuk tulisan yang
melingkar, dan titip pusat berada ditengah. Ujung huruf dapat
ditulis lancip, kotak atau berdaun
g. Kufi Bersulam
Kufi bersulam adalah jenis gaya kufi yang hanya
menjalin pada huruf yang berdiri saja. Misalnya : alif lam, dal
yang ujungnya diangkat keatas.
h. Kufi Campuran
Adalah jenis kufi perpaduan dari beberapa model.
Didalamnya terdapat berbagai macam jenis khat. Seperti contoh
kufi yang berbentuk bundar, menjalin dan memiliki hiasan 22
4. Kecerdasan Visual Spasial
a. Pengertian Kecerdasan Visual Spasial
Kecerdasan visual spasial adalah keadaan dimana
seseorang mampu dengan baik mengaplikasikan dan
memvisualisaikan apapun yang ada di dalam fikirannya dalam
bentuk gambar, desain maupun grafis baik dua dimensi maupun
tiga dimensi. Orang yang cenderung memiliki kecerdasan ini
22 Rosyad, pp. 53–59.
23
mampu memahami konsep warna, komposisi, desain, seni dan
juga aspek yang terkandung di dalamnya23.
Untuk memudahkan dalam memahami pengertian
kecerdasan visual spasial bisa dengan menguraikan tiga kata
kunci berikut. Yaitu a). Mempersepsi atau menangkap dan
memahami sesuatu melalui panca indra, b). Visual spasial
adalah sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan mata
khususnya warna dan ruang, c). Mentransformasikan atau
mengalihbentukkan apapun yang dilihat oleh mata kedalam
bentuk lain. Misalnya ketika mata menangkap dan mengamati
bentuk hewan angsa kemudian merekam dan
menginterpretasikan dalam pikiran lalu dituangkan dalam
bentuk gambar, lukisan, sket atau kolase.24
Sebagai contoh, ketika seseorang cenderung memiliki
kecerdasan visual spasial tinggi sedang melihat hamparan
pemandangan yang didalamnya terdapat rumput-rumput,
pepohonan yang menjulang tinggi di lereng pegunungan, maka
ia akan dapat menggeser pepohonan dan rerumputan sesuai
dengan imajinasinya ke tempat yang lebih tepat dan indah.25
Orang yang memiliki keunggulan dalam kecerdasan visual
23 Gunawan, p. 234. 24 Musfiroh, p. 4.3. 25 Nandang Kosasih and Dede Sumarna, Pembelajaran Quantum Dan Optimalisasi Kecerdasan
(Bandung: Alfabeta, 2013), p. 178.
24
spasial bisa diidentifikasi dengan kemampuannya yang tinggi
dalam pandang ruang. Misalnya pada kalangan arsitek.26
Peserta didik dengan kecerdasan visual spasial yang
lebih dominan dapat belajar lebih baik dengan menggunakan,
video, film, peta, grafik. Mereka lebih senang menyajikan
informasi yang diperoleh dalam bentuk lukisan atau
serangkaian kartu poster.27 Cakupan dalam kecerdasan visual
spasial terdiri atas sejumlah kapasitas yang kurang saling
terhubung; kemampuan mengidentifikasi pemisalan dari unsur
yang sama; kemampuan dalam menyulap pencitraan mental,
kemudian mentransformasikannya.28
b. Indikator Kecerdasan Visual Spasial
Kecerdasan visual spasial memiliki beberapa indikator
sebagai berikut :
1) Mudah membaca peta, grafik dan diagram. Individu yang
cerdas secara visual spasial akan mudah menangkap
informasi yang berbentuk gambar, peta yang menyatakan
hubungan satu konsep dengan konsep lain.
2) Menonjol dalam seni lukis dan seni kerajinan tangan. Mereka
cepat dalam menangkap karakteristik obyek dan memiliki
26 Monty P. Satiadarma and Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan (Jakarta: Pustaka populer
obor, 2003), p. 6. 27 Julis Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences (Bandung: NUANSA, 2016), p. 174. 28 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 20 (Bandung: Alfabeta, 2005), pp. 145–46.
25
kemampuan alami untuk menuangkannya dalam bentuk
gambar, tiga dimensi dan seni kerajinan.
3) Mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai sesuatu
yang sedang dipikirkan.
4) Mampu menggambar objek atau gambar menyerupai bentuk
aslinya
5) Mereka lebih senang melihat gambar, film, slide atau foto-
foto
6) Sering melamun membayangkan sesuatu dan
mengembangkan imajinasi mereka.
7) Menikmati permainan dalam bentuk puzzle, jigsaw dan maze.
8) Suka mencoret-coret diatas kertas dan buku.
9) Mampu menangkap pola-pola yang lembut dan rumit.
c. Strategi Pengajaran Kecerdasan Visual Spasial
Strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik mengembangkan kecerdasan majemuknya dapat
dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kecerdasan yang
dimilikinya.29 Berikut adalah lima strategi yang digunakan
untuk mengaktifkan dan mengoptimalkan kecerdasan visual
spasial peserta didik.
29 Kosasih and Sumarna, pp. 182–83.
26
1) Visualisasi
Salah satu cara bisa dilakukan untuk membantu
peserta didik dalam memahami suatu materi adalah dengan
menyuruhnya memejamkan mata kemudian mereka disuruh
membayangkan apa yang telah dipelajari. Guru bisa
menciptakan “papan tulis mental” yang ada di dalam fikiran
atau benak peserta didik. Kemudian peserta didik dapat
menggambarkan materi apapun di papan tulis mental untuk
mereka hafalkan. Ketika guru meminta mereka mengingat
kembali materi yang sudah dihafalkan, peserta didik dapat
melihat kembali data yang telah mereka simpan di papan
tulis mental.
2) Penggunaan Warna
Peserta didik yang memiliki kecerdasan visual
spasial yang tinggi biasnya cenderung peka terhadap warna.
Ada banyak cara kreatif untuk mendukung proses
belajarnya, walaupun buku di sekolah dipenuhi oleh tulisan
teks dengan warna hitam putih atau foto kopi. Diantaranya
yaitu dengan menggunakan kapur warna-warni, spidol dan
transparansi untuk menuliskan materi pelajaran di papan
tulis. Peserta didik dapat menggunakan spidol berwarna
untuk menuliskan kode atau catatan penting untuk mata
pelajaran tertentu. Hal tersebut juga membantu peserta didik
27
untuk menghilangkan stress ketika pesera didik kesulitan
menemukan kata kunci, kosakata, persoalan atau gagasan-
gagasan penting, karena mereka bisa menggunakan warna
kesukaannya untuk menulis dan memenuhi buku
pelajarannya. 30
3) Metafora Gambar
Metafora gambar adalah mengekspresikan suatu
gagasan lewat pencitraan visual. Nilai pendidikan dari
metafora gambar yaitu pembentukan antar hubungan
pengetahuan yang diketahui oleh pesera didik dan dengan
apa yang sedang dipelajari. Misalnya meminta pesera didik
membuat metafora diri sendiri “Jika organ-organ utama
tubuh manusia adalah binatang, makan binatang apakah
itu?”
4) Sketsa Gagasan
Guru dapat membantu peserta didik untuk membuat
sketsa tentang gagasan, ide pokok atau konsep yang telah
dipelajari. Agar cepat dan mudah, membuat sketsa ini tidak
harus rapi dan sama seperti kenyataannya.
30 Hamzah B. Uno and Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), pp. 137–38.
28
5) Simbol Grafis
Strategi ini adalah strategi yang paling tradisional
yaitu menulis di papan tulis. Mengambar di papan tulis
sudah jarang digunakan lagi di sekolah-sekolah dasar.
Padahal gambar adalah salah satu media penting untuk
mendukung mengaktifkan dan mengoptimalkan kecerdasan
visual spasial peserta didik. Guru harus berlatih
menggambar sekurang-kurangnya di beberapa mata
pelajaran. Contohnya: menggambar sebuah alur novel atau
peristiwa bersejarah dan melengkapi alur tersebut tidak
hanya dengan tanggal atau peristiwa-peristiwa tertentu.
Guru tidak harus mahir dalam menggambar. Ketika gambar
yang tidak terlalu bagus kemudian diperlihatkan kepada
peserta didik, maka ia akan berani memperlihatkan
gambarnya yang tidak bagus ke temannya atau guru.31
d. Cara Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial Peserta Didik
Kecerdasan visual spasial dapat dikembangkan melalui
beberapa kegiatan berikut: bermain, menggambar objek,
melukis, mewarnai, berimajinasi, bercerita, membuat proyek
dekorasi dan melalui beberapa permainan. Cara-cara diatas
dimaksudkan untuk pengenalan informasi visual, pengenalan
dan pemaduan warna, pengembangan kemampuan
31 Uno and Kuadrat, pp. 138–39.
29
menggambar, penajaman kemampuan visual spasial dan
pengembangan imajinasi.32
5. Peserta Didik
a. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah orang atau individu yang
mendapatkan pelayanan pendidikan yang disesuaikan
dengan bakat, minat dan juga kemampuannya agar dapat
bertumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat
menerima kepuasan terhadap pelajaran yang telah diberikan
oleh gurunya.33 Peserta didik berperan penting terhadap
pendidikan formal. Jika peserta didik tidak ada, maka guru
juga tidak ada. Karena guru tidak akan bisa mengajar tanpa
adanya peserta didik, namun peserta didik bisa belajar tanpa
adanya guru.34
b. Tahap-tahap Perkembangan Peserta Didik
1) Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Di tahap ini, kemampuan kognitif masih terbatas.
Peserta didik masih pada tahap meniru. Yang sering
mereka lakukan adalah meniru perilaku orang lain
terutama orang tua dan guru. Mereka meniru apapun
32 Musfiroh, p. 4.36. 33 Prihatin Eka, Menejemen Peserta Didik (Bandung: Alfabeta, 2014), p. 4. 34 Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Alfabeta, 2013), p. 2.
30
yang dilihatnya, keadaan dan kejadian yang pernah
dialaminya dimasa lampau
2) Tahap Operasional Konkret (usia7-11 tahun)
Peserta didik sudah mulai memahami konsep dan
aspek-aspek materi ketika menginjak tahap ini. Sebagai
contoh volume dan jumlah. Mereka mempunyai
kemampuan bagaimana cara mengombinasikan
golongan benda yang sudah lebih bervariasi. Dalam
tahap ini, peserta didik sudah mulai berfikir sistematis
mengenai benda dan juga peristiwa-peristiwa konkret.
3) Tahap Operasional Formal (usia 11-15 tahun)
Peserta didik menginjak masa remaja ketika
sampai kedalam tahap operasional formal. Peserta didik
mampu mengoordinasikan kemampuan kognitif baik
secara simultan atau berurutan. Misalnya, kapasitas
dalam merumuskan hipotesis dengan prInsip-prinsip
yang tidak terlihat (abstrak). Mereka mampu
menyelesaikan masalah dengan hipotesis yang telah
diajukan. Kemudian peserta didik akan mudah dan
mampu dalam mempelajari pelajaran abstrak seperti
pelajaran matematika, agama dan lain-lain.35
35 Uno and Kuadrat, pp. 4–5.
31
c. Kecerdasan Peserta Didik
Skala kecerdasan yang selama ini digunakan ternyata
memiliki banyak kekurangan sehingga untuk meramalkan
potensi kesuksesan di masa yang akan dataang kurang akurat.
Hal tersebut ditegaskan oleh pakar Howard Gardner . Ada 7
macam kecerdasan, yaitu:
1) Kecerdasan Logis Matematis
Kecerdasan, dimana seseorang dapat berpikir sesuai
dengan aturan logika. Mereka dapat memecahkan masalah
dengan kemampuannya dalam berpikir. Mereka lebih senang
dalam menekuni kegiatan menganalisis, dan mempelajari
sebab akibat dari kejadian tertentu.
2) Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan seseorang dalam menggunakan bahasa
dengan baik dan lancar baik itu secara lisan maupun tulisan.
Ia mampu mengekspresikan gagasannya dalam bahasa
dengan baik. Seseorang dengan kecerdasan ini mempunyai
daya ingat yang cukup baik, dan lebih mudah mempelajari
sesuatu secara verbalisasi dan mendengarkan.
32
3) Kecerdasan Musikal
Seseorang yang cenderung memiliki kecerdasan
musilal akan peka terhadap suara nonverbal yang ada di
sekelilingnya. Mereka senang mendengarkan nada yang
indah serta irama, baik yang ia senandungkan sendiri maupun
dari rekaman tape recorder, radio, maupun alat musik yang
sedang dimainkan. Gagasan-gagasan yang dikaitkan dengan
musik akan lebih mudah untuk diingat dan diapresiasikan.
4) Kecerdasan Visual Spasial
Peserta didik yang memiliki kecerdasan ini mampu
memahami hubungan antara objek dan ruang secara
mendalam. Mereka mampu berimajinasi dan menciptakan
bentuk-bentuk tiga dimensi seperti orang dewasa yang
berprofesi sebagai pemahat atau arsitek. Keunggulan peserta
didik yang cenderung memiliki kecerdasan visual spasial
adalah mudah menemukan jejak pada suatu kegiatan
kepramukaan, menciptakan lukisan yang imajinatif.
5) Kecerdasan Kinestetik
Dalam memecahkan masalah dan berkomunikasi
mereka mampu menggunakan secara aktif bagian tubuhnya.
Peserta didik yang unggul dalam salah satu olahraga adalah
33
contohnya. Selain itu, mereka juga terampil dalam menari,
bermain sulap dan akrobat.36
6) Kecerdasan Interpersonal
Ciri yang menonjol dari kecerdasan ini adalah mereka
sangat peka terhadap perasaan orang lain. Mereka mudah
berinteraksi dengan lingkungan baru. Peserta didik yang
memiliki kecerdasan ini cenderung memiliki kemampuan
menjalin persahabatan yang akrab. Selain itu mereka
memiliki kemampuan baik dalam memimpin, berorganisasi,
dan juga menangani permasalahan.
7) Kecerdasan Intrapersonal
Karakteristik dari kecerdasan ini adalah mereka peka
terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia mampu mengetahui
kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya. Mereka sering
berintropeksi diri, mencari dimana letak kekurangan dan
kelemahan kemudian mencoba untuk memperbaikinya.
Mereka cenderung lebih suka menyendiri di tempat yang sepi,
merenung dan berdialog dengan diri sendiri.
8) Kecerdasan Naturalis
Peserta didik yang memiliki kepekaan terhadap
lingkungan alam adalah peserta didik yang cenderung
memiliki kecerdasan naturalis. Mereka lebih senang dengan
36 Uno and Kuadrat, pp. 12–13.
34
kegiatan yang dilakukan di alam yang terbuka, seperti hutan,
gunung, pantai, cagar alam dan lain-lain. Selain itu, mereka
lebih senang mengobservasi lingkungan alam, seperti jenis
tumbuhan dan hewan, batuan, lapisan tanah, air, dan lain-
lain.37
6. Pembelajaran dan Komponen Pembelajaran
a. Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan pada tingkah laku
seseorang yang dilakukan melalui interaksi antara indivisu
dengan lingkungan dan pengalaman. Agar dapat melakukan
kegiatan belajar, maka seseorang harus melakukan kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi antar
peserta didik dan pendidik pada suatu lingkungan belajar.38
Dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, meliputi
kegiatan pembuka sampai kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam tahap ini, pendidik melakukan kegiatan
yang meliputi: mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti proses pembelajaran, melakukan apersepsi
(mengaitkan dengan materi sebelumnya dengan materi
37 Uno and Kuadrat, p. 14.
38 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), p. 12.
35
yang akan dipelajari), menjelaskan tujuan pembelajaran
dan menjelaskan uraian materi sesuai silabus.
2) Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD).
Kegiatan ini menggunakan metode yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik, yang meliputi:
kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup meliputi kegiatan
menyimpulkan hasil pembelajaran, penilaian, pemberian
feedback dan tugas kepada peserta didik serta
menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.39
b. Komponen Pembelajaran
Komponen pembelajaran merupakan suatu
komponen yang utuh, saling mengikat dan mendukung
antara satu komponen dengan komponen yang lain.40 Dalam
kehidupan sehari-hari di sekolah terkadang seorang
39 Mendiknas RI, ‘Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2007 Tentang Standar Proses’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53.9 (2013),
1689–99 (pp. 14–17) <https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004>. 40Rakhmwati Indriani, http://indrycanthiq84.wordpress.com/pendidikan/komponen-
komponen- pembelajaran-konsep-dasar-peserta-didik-tujuan-dan-bahanmateri/, diakses tanggal
27 April 2020
36
pendidik kurang tepat dalam memilih metode yang akan
dipakai dalam pembelajaran atau kurang tepat
menangani peserta didik yang bermasalah, atau mungkin
kurang tepat dalam mengevaluasi kerja siswa. Padahal,
keterpaduan komponen dalam pembelajaran merupakan
salah satu penentu keberhasilan dalam pembelajaran itu.
Tidak jarang ditemukan pembelajaran berlangsung hanya
karena tuntutan pekerjaan semata, yang hanya menjalankan
tugasnya sebagai seorang guru tanpa melihat kualitas proses
yang berlangsung. Oleh sebab itu, penting adanya untuk
mengetahui lebih lanjut komponen-komponen dalam
pembelajaran, agar adanya keterpaduan yang serasi dari
komponen tersebut sehingga tercipta pembelaja ran yang
berkualitas.
1) Tujuan
Tujuan dan standar kompetensi yang hendak
dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran a d a l a h
komponen paling mendasar dalam proses desain
pembelajaran. Karena suatu pembelajaran yang tidak
diawali dengan identifikasi dan penentuan tujuan
yang jelas akan menimbulkan kesalahan sasaran.
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembelajaran,
rumusan tujuan merupakan aspek fundamental dalam
37
mengarahkan proses pembelajaran yang baik.41
2) Peserta Didik
Peserta didik adalah orang atau individu yang
mendapatkan pelayanan pendidikan yang disesuaikan
dengan bakat, minat dan juga kemampuannya agar dapat
bertumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat
menerima kepuasan terhadap pelajaran yang telah
diberikan oleh gurunya.42 Peserta didik berperan penting
terhadap pendidikan formal. Jika peserta didik tidak ada,
maka guru juga tidak ada. Karena guru tidak akan bisa
mengajar tanpa adanya peserta didik, namun peserta
didik bisa belajar tanpa adanya guru.43
3) Pendidik
Tugas seorang pendidik adalah bertanggung
jawab dalam mencerdaskan kehidupan peserta didik.
Sebelum pendidik melakukan tugasnya, pendidik harus
mempersiapkan perangkat pembelajaran, merumuskan
tujuan, menentukan metode, menyampaikan bahan ajar,
menentukan sumber belajar dan yang paling terakhir
ketika pendidik akan melihat hasil pembelajarannya
adalah melaksanakan evaluasi.
41Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain pembelajaran: Disesuaikan dengan
Kurikulum 2013 (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2014), h. 80-81 42 Eka, p. 4. 43 Danim, p. 2.
38
4) Bahan atau Materi Pembelajaran
Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
pendidik memerlukan bahan atau materi pembelajaran
yang digunakan untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran
5) Metode
Metode pengajaran atau pendidikan adalah
suatu cara yang digunakan pendidik untuk
menyampaikan materi pelajaran, keterampilan atau
sikap tertentu agar pembelajaran dan pendidikan
berlangsung efektif dan tujuannya tercapai dengan baik.
Tidak semua metode cocok digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Hal ini
tergantung dari karakteristik peserta didik, materi
pembelajaran, dan konteks lingkungan dimana
pembelajaran itu berlangsung.
6) Media
Media tidak bisa dipisahkan dari metode yang
digunakan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan
bahan ajar karena metode merupakan rangkaian dari
media tersebut. Media adalah alat bantu yang digunakan
oleh pendidik agar proses komunikasi dengan peserta
didik berjalan dengan lancar dan baik.
39
7) Evaluasi
Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan
kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan
informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan
untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah
melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Evaluasi
hasil belajar memiliki tujuan-tujuan tertentu:
a) Memberikan informasi tentang kemajuan peserta
didik dalam upaya mencapai tujuan- tujuan belajar
melalui berbagai kegiatan belajar.
b) Memberikan informasi yang dapat digunakan
untuk membina kegiatan-kegiatan belajar peserta
didik lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun
masing-masing individu.
c) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan peserta didik .
d) menetapkan kesulitan-kesulitannya dan
menyarankan kegiatan-kegiatan remedial
(perbaikan).
e) Memberi informasi yang data digunakan sebagai
dasar untuk mendorong motivasi belajar peserta
40
didik dengan cara mengenal kemajuannya sendiri
dan merangsangnya untuk melakukan upaya
perbaikan.
f) Memberikan informasi tentang semua aspek
tingkah laku siswa, sehingga guru dapat
membantu perkembangannya menjadi warga
masyarakat dan pribadi yang berkualitas.
g) Memberikan informasi yang tepat untuk
membimbing peserta didik memilih sekolah, atau
jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan
bakatnya44.
44 H. M. Jufri Dolong, ‘Teknik Analisis dalam Komponen Pembelajaran’, Jurnal UIN
Alauddin, 5.2 (2016), 293–300 (pp. 295–98).
41
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam skripsi ini jenis penelitain yang diambil adalah
penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan
di lapangan atau di masyarakat.45 Dalam hal ini jenis penelitian yang
digunakan adalah studi kasus yaitu sebuah penelitian yang dilakukan
terhadap suatu kesatuan sistem. Kesatuan ini dapat berupa program,
kegiatan, peristiwa. Studi kasus adalah suatu penelitian yang
diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, dan
memperoleh suatu pemahaman dari penelitain tersebut46, dalam
penelitian ini studi analisisnya di MI Ma’arif Setono Jenangan
Ponorogo. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan
secara induktif. Dan dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke
lapangan.
Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata atau lisan
dari orang yang diteliti.47 Peneliti mengamati dan menyelidiki secara
rinci terhadap pembelajaran ekstrakurikuler kaligrafi dan dampak
45 Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: mitra wacana media, 2012), p.
21. 46 nana syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidiksn (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya), p. 64. 47 Lexy Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1995),
p. 6.
40
42
pembelajaran kaligrafi terhadap pengembangan kecerdasan visual
spasial peserta didik di MI M’arif Setono Jengangan
Ponorogo.Adapun masalah yang akan diteliti ialah tentang
implementasi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dalam
mengembangkan kecerdasan visual spasial di MI Ma’arif Setono.
2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari
pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang
menentukan keseluruhan skenarionya. Pada penelitian ini, peneliti
diposisikan sebagai observer orang yang melalakukan observasi48.
Peneliti disini berperan sangat penting. Peran peneliti dimulai
sebelum penelitian berlangsung sampai penelitian selesai. Dengan
demikian, peneliti disini bertindak penuh sebagai instrument kunci,
sebagai orang yang berpartisipasi aktif dalam penelitian untuk
memperoleh atau mengumpulkan data yang diperlukan.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI Ma’arf Setono, Jenangan
Ponorogo. Lokasi ini dipilih sebagai tempat dilaksanakannya
penelitian karena ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono
tegolong bervariasai tidak hanya kegiatan menulis huruf Arab saja,
tetapi terdiri dari kegiatan menggambar dan mewarnai.
48 Moloeng, pp. 3–4.
43
4. Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh adalah data-data diskriptif berupa kata-
kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan
data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Adapun
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Untuk data kualitatif berupa gambaran umum obyek
penelitian meliputi sejarah singkat berdirinya lokasi penelitian, letak
geografis objek, Visi dan Misi, struktur organisasi, keadaan guru,
keadaan siswa, dan jadwal kegiatan ekstrakurikuler di MI Ma’arif
Setono. Untuk data kuantitatif berupa : jumlah guru dan jumlah
siswa.
Sumber data adalah tempat atau orang dimana darinya kita
dapat memperoleh suatu data atau informasi.49 Adapun dalam
penelitian ini sumber data primer diperoleh melalui wawancara yang
menjadi obyek penelitian yang telah disebutkan dalam obyek
penelitian, yaitu kepala sekolah dan pelatih ekstrakurikuler kaligrafi
dan peserta ekstrakurikuler kaligrafi. Data sekunder diperoleh dari
beberapa literatur dokumen, seperti buku, jurnal penelitian, dan
publikasi internet yang berkaitan dengan ekstrakurikuler kaligrafi
dan kecerdasan visual spasial.
49 Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghali Indonesia, 2005), p. 54.
44
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mempermudah dalam memperoleh dan menganalisa
data, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi atau Pengamatan
Pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan disebut
dengan observasi.50 Pada observasi ini peneliti menggunakan
teknik partisipan.. Dengan metode ini, peneliti bisa menyelidiki
secara langsung objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
observasi dilakukan pada saat kegaiatan ekstrakurikuler kaligrafi
berlangsung. Selain itu, observasi ini dilakukan oleh peneliti
untuk memperoleh data tentang keadaan lokasi penelitian yakni
di MI Ma’arif Setono, kegiatan berlangsungnya ekstrakurikuler
kaligrafi, kondisi lingkungan sekolah dan lain-lain.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab yang berlangsung
secara lisan yang mana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi dan keterangan-
keterangan.51 Dalam wacana dunia pendidikan teknik
50 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan, Publik Dan
Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), p. 135. 51 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2014), pp. 308–9.
45
pengumpulan data melalui wawancara umumnya dilakukan
dalam empat model yaitu:
1) Wawancara terstruktur yakni wawancara yang
mengutamakan pengumpulan data yang sudah terorganisasi
dan sudah terencanakan. Mulai dari pemilihan dan penentuan
siapa objek yang akan diwawancara, waktu dan tempat
pelaksanaan wawancara, tema dan topik inti yang akan
ditanyakan, susunan pertanyaan yang akan diajukan,
perangkat dan penyimpanan data yang akan digunakan.
Wawancara jenis ini paling diprioritaskan dalam penelitian
pendidikan karena teknik ini dapat menghindari peluang
terjadinya kesalahan tema dan topik yang akan
diwawancarakan.
2) Wawancara tidak terstruktur yakni teknik pengumpulan data
yang dilakukan secara langsung tanpa adanya persiapan yang
sehingga data yang didapatkan menjadi tidak akurat karena
kurangnya kematangan dalam menyiapkan wawancara.
3) Wawancara terbuka yakni teknik pengumpulan data dan
informasi yang dilakukan atas pengertian kedua belah pihak.
Objek peneliti juga secara sukarela diteliti.
4) Wawancara terselubung yakni pengumpulan data atau
informasi yang dilakukan secara diam-diam. Objek yang
diteliti tidak tahu jika ia sedang diwawancarai. Dalam dunia
46
pendidikan wawancara terselubung ini cukup efektif untuk
penelitian masalah yang sensitive.52
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis
wawancara terstruktur. Peneliti akan mewawancarai kepala
sekolah untuk memperoleh informasi terkait sejak kapan mulai
diadakannya ekstrakurikuler kaligrafi, dan tujuan diadakannya
kegiatan tersebut. Selain itu peneliti akan mewawancarai pelatih
ekstrakurikuler untuk mengetahui langkah-langkah, implikasi,
kendala dan solusi kegaiatan ekstrakurikuler kaligrafi. Peserta
didik juga akan diwawancarai terkait dampak dari pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi yang diadakan di MI Ma’arif
Setono.
c. Dokumentasi
Merupakan salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen
yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek.53 Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
kuantitatif seperti: jumlah peserta didik, jumlah guru, visi dan
misi, jadwal kegiatan ekstrakurikuler, dan lain sebagainya.
52 Muliawan jasa ungguh, Metodologi Penelitian Pendidikan (Yokyakarta: Gava Media,
2014), pp. 178–84. 53 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), p. 326.
47
6. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung. Aktifitas
menganalisis data dilaksanakan secara interaktif dan dilakukan
secaraterus menerus samapi selesai penelitian.54 Analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis dari data yang
diperoleh hasil wawancara, observasi atau bahan-bahan lain
sehingga mudah dipahami dan hasilnya dapat dipahami oleh orang
lain secara mudah. Dalam menganalisa data yang bersifat kualitatif
akan dilakukan tiga tahapan, yaitu: reduksi data, display data dan
mengambil kesimpulan data verifikasi dalam proses analisa. Dalam
proses reduksi data, bahan-bahan yang sudah terkumpul dianalisis,
disusun secara sistematis, dan ditonjolkan pokok-pokok
permasalahannya atau yang mana dianggap penting. Sedangkan
display data merupakan proses pengorganisasian data sehingga
mudah untuk dianalisis dan disimpulkan.55
Miles dan Hubermen menegaskan bahwa dalam penelitian
kualitatif data yang terkumpul melalui berbagai teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda seperti interview, observasi, catatan,
melalui tape, terlihat lebih banyak berpa kata-kata daripada angka.56
54 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung, 2016), p. 246. 55 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,
p. 330. 56 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan (Jakarta:
Kencana, 2014), 407.
48
Dalam proses reduksi data peneliti akan merangkum,
memilih hal-hal pokok dan memfokuskan kepada hal-hal yang
penting dan membuat kategori. Dalam hal ini data-data yang peneliti
peroleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi masih sangat
umum atau kompleks yaitu mengenai penerapan ekstrakurikuler
kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial peserta
didik.
Kemudian setelah peneliti mereduksi data, data akan diubah
dalam bentuk uraian naratif. Dan tahap terakhir untuk
menyimpulkan hasi penelitian yang telah diteliti.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Adapun pengecekan keabsahan temuan yang digunakan
peneliti dalam penelitian adalah dengan metode triangulasi. Dalam
teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila
peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data sebagai
sumber data.57
57 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,
p. 330.
49
Dalam penelitian kualitatif, teknik triangulasi dimanfaatkan
sebagai pengecekan keabsahan data yang peneliti temukan dan hasil
wawancara peneliti dengan informan kunci lainnya dan kemudian
peneliti mengkonfirmasikan dengan studi dokumentasi yang
berhubungan dengan penelitian serta hasil pengamatan peneliti di
lapangan sehingga kemurnian dan keabsahan data terjamin.58
Tringulasi pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai
pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanaannya
peneliti melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil
wawancara dengan kepala sekolah, pelatih dan peserta
ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono.
8. Tahapan-Tahapan Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan
dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian. Tahap-tahap
penelitian tersebut adalah:
a. Tahap pralapangan, yang meliputi: menyusun rancangan
penelitian, memilih lapangan penelitian,mengurus perizinan,
menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan
memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian
dan menyangkut persoalan etika penelitian.
58 Iskandar, Metodologi Penelitian Dan Sosial (Jakarta: GP Press, 2009), p. 23.
50
b. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami latar
penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan
serta sambil mengumpulkan data.
c. Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah
pengumpulan data.
d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.59
Penelitian yang dilakukan sesuai dengan tahap akan
tersusun dengan baik, dan akan memberikan alur untuk peneliti.
Jika peneliti sesuai dengan alur yang dipilihnya sendiri, maka
penelitian akan berjalan dengan baik juga.
59 Abdul Manab, Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif (Yokyakarta: Kalimedia,
2015), pp. 213–28.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data Umum
1. Sejarah Berdirinya MI Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo
MI Ma’arif Setono diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1959 oleh
Organisasi NU Setono. Tokoh-tokoh pendiri MI Ma’arif Setono ini
adalah Ahmad Ba’asyir, K. Abdul Aziz, Syajid Singodimejo, dan M.
Umar.
MI Ma’arif Setono didirikan di atas tanah wakaf dari Bapak
Ahmad Ba’asyr dan Bapak Slamet, Hs dengan luas tanah 756 m2 dan
luas bangunan 480 m2. Pada tanggal 19 Agustus 2002 tanah wakaf
tersebut baru diproses ke PPAIW dan kantor agraria dengan nomor W.
2. a/ 06/ 02 th 2002 dan w. 2 a/05/02 th 2002.
Pada awal didirikan kegiatan belajar mengajar di Madrasah ini
dilaksanakan pada sore hari dengan nama Madin Ma’arif Setono,
kemudian atas dasar keputusan Menteri Agama RI no. K/4/C.N/Agama
pada tanggal 1 Maret 1963 (1 Syawal 1382) serta Departemen Agama
Kabupaten Ponorogo no. m/3/;195/A/1987, Madrasah ini diakui dan
diberi nama MWB (Madrasah Wajib Belajar) dengan kegiatan belajar
mengajar dilaksanakan pagi hari. Pada waktu itu Ujian Akhir Nasional
untuk kelas masih bergabung dengan Sekolah Dasar karena masih
belum dapat melaksanakan ujian sendiri.
49
50
Setelah ada keputusan (SKB) tiga materi, Madrasah wajib
belajar mengubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah setara dengan SD
dengan Ijazah yang juga setara dengan SD. MI Ma’arif Setono dapat
melaksanakan UAN sendiri dibawah pengawasan Departemen Agama,
MI Ma’arif Setono juga mendapatkan bantuan dari Depag Kabupaten
Ponorogo.
Dari awal didirikan hingga sekarang, MI Ma’arif Setono
mengalami enam pergantian Kepala Sekolah, yaitu:
a. Maesaroh, A. MA (1968-1972)
b. M. Daroini, BA (1973-1977)
c. Sandi Idris, BA (1978-1982)
d. Sudjiono (1983-2003)
e. Suparmin, A. MA (2003-2007)
f. Maftoh Zaenuri, S. Ag (2007- 2016)
g. Muhammad Mansur, S.Pd.I (2016 - Sekarang)60
2. Letak Geografis MI Ma’arif Setono
MI Ma’arif Setono terletak di jalan Raden Katong No. 1
Kelurahan Setono Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. Adapun
batas-batas MI Ma’arif Setono adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan makam Batoro Katong.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Singosaren.
60Lihat transkip dokumentasi kode : 01/D/8-II/2020
51
c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kadipaten.
d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Japan.61
3. Visi Misi dan tujuan MI Ma’arif Setono
a. Visi:
“Terbentuknya anak yang berakhlaqul karimah, berkwalitas
dalam IMTAQ dan IPTEK, berwawasan Ahlu Sunnah Wal
Jama’ah.”
b. Misi
1) Mengembangkan SDM untuk meningkatkan kwalitas
professional para guru dan karyawan serta lingkungan
madrasah
2) Efektifkan KBM dan mengoptimalkan kegiatan
ekstrakurikuler serta meningkatkan keterampilan sejak dini
3) Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana belajar
Mengajar
4) Pemberdayaan potensi dan peran serta masyarakat
dilingkungan sekolah
5) Menciptakan lingkungan Madrasah yang kondusif yang
berwawasan Ahlussunnah wal Jama'ah
c. Tujuan
1) Mengajarkan ajaran agama secara menyeluruh (kaffah).
61 Lihat transkip dokumentasi kode : 02/D/8-II/2020
52
2) Mengedepankan keseimbangan (balance) antara
pengetahuan agama dan umum
3) Ikut serta mencerdaskan bangsa melalui jalur pendidikan
formal
4) Melaksanakan pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Inovatif,
Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM), sehingga siswa
mampu mencapai prestasi akademik dan non akademik
secara optimal.
5) Mempersiapkan siswa dengan life skill di bidang: komputer,
Bahasa Inggris dan keterampilan keagamaan.
6) Menjadikan madrasah sebagai alternative pilihan
masyarakat karena kualitasnya semakin hari semakin baik.62
4. Struktur Organisasi MI Ma’arif Setono
d. Organisasi Madrasah
Kepala Madrasah : Muhammad Mansur, S.Pd.I
Wakil Kepala : Imam Mustofa, S.Pd.I
Waka Kurikulum : Imam Mustofa, S.Pd.I
Waka Kesiswaan : Nirma Kumalasari, S.Pd.I
Waka Sarpras : Parlan, S.Pd.I
Waka Humas : Ade Prasetyo, S.Pd.I,
62 Lihat transkip dokumentasi kode : 03/D/8-II/2020
53
e. Bidang – Bidang :
Operator : Farida Hera, S.Pd.I
Tata Usaha : Ridwan Apriyanto, S.Pd
Bimbingan Penyuluhan : Zahrotul Mawaddah, S.Ag
Perpustakaan : Zulfa Ainurrosida, M.Pd
Koperasi : Nirma Kumalasari, S.Pd.I
Kantin : Binti Devi Puspita, S.Pd.SD
Bendahara BOS : Lailatul Khasanah, S.Pd
Bendahara Jariyah : Zahrotul Mawaddah, S.Ag
Tabungan : Parlan, S.Pd.I
Upacara : Ahmad Munir, S.Pd
f. Ekstra Kurikuler
TPQ : Basyirotul Munjiyati (Koordinator)
Muhadloroh : Imam Mustofa, S.Pd.I (Koordinator)
Pramuka : Farida Hera, S.Pd.I + Ahmad Munir, S.Pd
UKS : Arum Suji Heni, S.Pd.I (Koordinator)
Qiroah : Basyirotul Munjiyati (Koordinator)
Seni Tari : Wali Kelas
54
Kaligrafi : Wali Kelas
Hadroh : Ridwan Apriyanto, S.Pd63
5. Keadaan Guru dan Murid di MI Ma’arif Setono
Data pegawai yang berada di MI Ma’arif Setono Jenangan
Ponorogo adalah 19 orang Guru dan 1 Tata Usaha. Sedangkan untuk
jumlah peserta didik dalam tahun pelajaran 2019/2020 adalah sebagai
berikut64
No Kelas
2019/2020
L P Jml (L+P)
1. I 38 37 75
2. II 35 17 52
3. III 24 30 54
4. IV 34 26 60
5. V 23 25 48
6. VI 23 22 45
Total Jumlah
Siswa 177 157 334
63Lihat transkip dokumentasi kode : 04/D/8-II/2020 64 Lihat transkip dokumentasi kode : 05/D/8-II/2020
55
6. Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler Di MI Ma’arif Setono65
No. Hari/waktu Kegiatan Kelas Pembina
1. Rabu, 13.00
s/d 14.00
Qiroah 3 s/d
6
Basyirotul
Munjiyati
2. Sabtu, 09.30
s/d 11.00
Hadroh 5 s/d
6
U. Ridwan &
A.Wildan
3. Setiap Tanggal
27
Muhadloroh 1 s/d
6
Seluruh Ustadzah
MI
4. Senin s/d
Kamis
07.30 - 08.30
TPQ dan
Hafalan Juz
Amma
1 & 2 PPTQ AL-Hasan
5. Jum'at, 14.00 -
16.30
Pramuka 3 s/d
5
Racana IAIN
Ponorogo Kak
Ahmad Munir &
Kak Farida Hera
6. Sabtu, 09.30 -
11.00
Shalawat 4 Ustadazh Widya
Kaligrafi 3 PP Darul Huda
Mayak
Tahsinul
Qur'an
6 Ustadz Sholihin
7. Sabtu, 07.30 -
09.00
Tari 1 & 2 Heppy & Ayu
B. Deskripsi Data Khusus
1. Data Tentang Pelaksanaan Ekstrakurikuler Kaligrafi dalam
Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial Peserta Didik di MI
Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang berada di luar
jam pelajaran yang penting diadakan untuk mendapatkan tambahan
pengetahuan, keterampilan dan wawasan serta membentuk karakter
peserta didik sesuai bakat dan minat masing-masing. Berdasarkan hasil
65 Lihat transkip dokumentasi kode : 06/D/8-II/2020
56
wawancara dengan Bapak Muhammad Mansur, S.Pd.I selaku kepala
madrasah di MI Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo tentang profil
kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif adalah sebagai berikut:
“kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi sudah ada di MI Ma’arif
Setono sekitar 5 tahun yang lalu. Sebenarnya dulu bukan
ekstrakurikuler kaligrafi, tetapi ekstrakurikuler menggambar.
Kemudian ada kendala, yaitu pelatih tidak bisa hadir kalau hari
sabtu karena kebetulan berbenturan dengan jadwal melatih di
sekolah lain, maka dari itu kita ganti dengan ekstrakurikuler
kaligrafi. Karena kaligrafi juga termasuk kegiatan yang
dilombakan dalam event-event tertentu seperti porseni, aksioma
dan lomba lainnya, maka kita ganti dengan ekstrakurikuler
kaligrafi.”66
Kegiatan estrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono sudah
berjalan dari tahun 2015. Dulunya kegiatan ini adalah ekstrakurikuler
menggambar. Akan tetapi, karena ada kendala dari pelatih
menggambar, yang tidak bisa hadir karena berbenturan mengajar di
sekolah lain maka kegiatan diganti dengan ekstrakurikuler kaligrafi.
Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono
dilaksanakan setiap hari sabtu mulai pukul 10.30 sampai pukul 11.00
dan diikuti oleh seluruh peserta didik kelas III67, seperti yang
diungkapkan oleh Bu Nirma Kumalasari, S.Pd.I sebagai berikut:
”Esktrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono ini adalah
kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik kelas III.
Karena setiap tingkatan kelas ada pembagian kegiatan ekstra
yang wajib diikuti. Untuk kaligrafi dikhususkan bagi siswa
kelas III saja. Kegiatan ini dimulai setelah istirahat atau jam
66 Lihat transkip wawancara kode : 01/W/25-2/2020 67Lihat transkip observasi kode : 01/O/01-II/2020
57
10.30 WIB sampai jam 11.00 WIB.”68
Pelaksanaan pembelajaran tentu saja diatur sedemikian rupa
menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksaannya berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Berikut langkah-langjah dalam kegiatan
ekstrakurikuler di MI Ma’arif Setono yang diungkapkan oleh Wiji
I’anatul Muyasaroh selaku pelatih ekstrakurikuler kaligrafi:
“Untuk pelaksaannya seperti pembelajaran formal pada
umumnya. Yang pertama pembukaan. Saya mengucapkan
salam, kemudian anak-anak saya ajak berdoa bersama sebelum
memulai pembelajaran, lalu saya sampaikan sekilas tentang
materi yang akan disampaikan hari ini. Selanjutnya langsung ke
penyampaian materi. Anak-anak saya suruh mengeluarkan
buku gambar atau buku kotak-kotaknya, lalu saya
mencontohkan cara membuat hurufnya di papan tulis, anak-
anak kemudian mengikuti saya sambil saya terangkan juga
prosesnya, Selanjutnya anak-anak saya suruh mengumpulkan
hasilnya kemudian saya beri nilai di bukunya anak-anak
langsung biar bisa memotivasi agar pertemuan berikutnya bisa
lebih baik. Setelah semua saya nilai, saya tutup kemudian
berdoa bersama dan sebelum keluar kelas salaman dulu sama
saya”.69
Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pembukaan. Pelatih
memasuki rung kelas, kemudian mengucapkan salam. Lalu meminta
ketua kelas untuk memimpin berdoa. Kemudian pelatih menyampaikan
gambaran materi yang akan disampaikan. Peserta didik
memepersiapkan peralatan seperti buku, penggaris, alat tulis, krayon
atau spidol warna. Pelatih mencontohkan satu huruf dengan bentuk
khat kufi di papan tulis dengan menjelaskan cara pembuatannya.
68 Lihat transkip wawancara kode : 04/W/25-2/2020 69 Lihat transkip wawancara kode : 07/W/25-2/2020
58
Kemudian peserta didik mengikuti pelatih menulis huruf yang
dicontohkan dengan membuat sketsa dengan pensil kemudian
ditebalkan dengan pena atau spidol. Peserta didik memberi hiasan dan
mewarnai hasil karyanya. Sebelum kegiatan penutup, pelatih menilai
hasil karya peserta didik satu persatu. Pelatih memberikan sedikit
motivasi kepada peserta didik untuk terus berlatih agar kemampuan
peserta didik terus berkembang. Sebelum kegiatan diakhiri, pelatih
meminta peserta didik berdoa bersama. 70
Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif
Setono berdasarkan penuturan Bapak Muhammad Mansur adalah
sebagai berikut:
“Tujuan dari diadakannya kegiatan ektstrakurikuler kaligrafi di
MI Setono secara umum untuk mengasah dan menyalurkan
bakat siswa dibidang seni, khususnya seni kaligrafi atau
menulis huruf Arab. Kemudian tujuan secara khususnya adalah
membantu siswa bagaimana cara menulis huruf arab dengan
berbagai tipe atau model khat yang berbeda. Selain itu siswa
dapat mengetahui manfaat apa saja yang bisa didapatkan dalam
pembelajaran menulis kaligrafi.”71
Tujuan ekstrakurikuler menurut kepa sekolah MI Ma’arif
Setono terdiri dari tujuan umum dan khusus. Untuk tujuan umum
ekstrakurikuler kaligrafi adalah untuk menyalurkan bakat peserta didik
dalam bidang seni kaligrafi. Untuk tujuan khusus kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi adalah untuk membantu peserta didik
70Lihat transkip observasi kode 02/O/01-II/2020 71 Lihat transkip wawancara kode : 02/W/25-2/2020
59
mempelajari berbagai tipe atau bentuk huruf Arab yang berbeda. Selain
itu tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi adalah mempersiapkan
peserta didik dalam mengikuti perlombaan dibidang kaligrafi. Seperti
yang diutarakan oleh Bu Nirma Kumalasari sebagai berikut:
“Tujuannya yang pasti untuk mengembangkan bakat yang
dimiliki oleh peserta didik. Selain itu untuk mempersiapkan
peserta didik dalam mengikuti event-event tertentu. Karena
kaligrafi sekarang sudah sering dilombakan”72
Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono
dibimbing oleh tenaga yang didatangkan langsung dari Pondok
Pesantren Darul Huda Mayak berdasarkan kerjasama dengan sebuah
organisasi, berikut hasil wawancara dengan Bapak Muhammad
Mansur:
“Untuk pelatih kaligrafi kami mendatangkan dari pondok
pesantren Darul Huda Mayak. Kami sudah mengadakan kerja
sama dengan organisasi binkat “Ibnu Muqlah” untuk
mengirimkan tenaga sebagai pelatih.”73
Materi yang digunakan oleh pelatih dalam kegiatan MI Ma’arif
Setono adalah khat kufi. Pemilihan jenis khat tentu saja memiliki alasan
tertentu, seperti yang dijelaskan oleh Wiji Ia’anatul Muyasaroh :
“Penggunaan khat jenis kufi ini dengan alasan memudahkan
siswa dalam membuatnya. Khat jenis ini kan pembuatannya
lebih mudah karena bentuknya yang cenderung kotak-kotak
tidak terlalu rumit untuk tingkatan kelas III MI. kufi yang
diajarkan disini adalah kufi yang sederhana dan tidak susah
dibaca oleh peserta didik karena bentuknya yang simple tanpa
ada sulaman atau jalinan. sebelum menulis huruf sambung,
peserta didik mempelajari penulisan huruf tunggal terlebih
72Lihat transkip wawancara kode : 05/W/25-2/2020 73 Lihat transkip wawancara kode 02/W/25-2/2020
60
dahulu satu persatu..”74
Seorang atau pelatih harus bisa mentransfer ilmu dan
pengetahuan kepada peserta didiknya dengan metode-metode yang
tepat agar bisa mencapai tujuan dari suatu pembelajaran. Berikut adalah
metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
kaligrafi di MI Ma’arif Setono berdasarkan yang diungkapkan oleh
Wiji I’anatul Muyasaroh:
“Saya memberikan contoh dengan menuliskan bentuk huruf
arab kufi di papan tulis sambil saya terangkan langkah-
langkahnya. Kemudian anak-anak gantian yang berlatih
menulis huruf arab bentuk kufi seperti yang saya contohkan di
papan tulis.”75
Berdasarkan penuturan Wiji I’anatul Muyasaroh diatas dapat
diketahui bahwa metode yang digunakan dalam kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono adalah demonstrasi dan
metode drill. Kemudian media yang digunakan oleh pelatih dalam
kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi adalah sebagai berikut:
“Medianya kami hanya menggunakan papan tulis, penggaris
yang berukuran besar, dan spidol hitam. Terkadang kami
menyajikan karya kaligrafi dua dimensi yang sudah jadi dalam
ukuran yang besar agar peserta didik bisa termotivasi untuk
bersemangat dalam membuat karya.”76
Media yang digunakan peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler
kaligrafi adalah buku strimin atau buku gambar, penggaris, alat tulis,
krayon atau spidol warna77. Untuk mengukur sejauh mana peserta didik
74 Lihat transkip wawancara kode 08/W/25-2/2020 75 Lihat transkip wawancara kode 09/W/25-2/2020 76 Lihat transkip wawancara kode 10/W/25-2/2020 77 Lihat transkip wawancara kode 02/O/01-II/2020
61
dalam memahami materi maka perlu diadakannya penilaian atau
evaluasi. Berikut evaluasi dalam kegiata ektrakurikuler kaligrafi di MI
Ma’arif Setono:
“Setiap pertemuan kami selalu mengadakan evaluasi. Untuk
satu hari itukan kami sampaikan satu materi. Anak-anak
berlatih menulis, kemudian langsung kami nilai hari itu juga.”78
Berdasarkan penuturan Wiji I’anatul Muyasaroh dapat
diketahui bahwa evaluasi atau penilaian dalam kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi dilaksanakan setiap pertemuan di akhir
pembelajaran.
2. Data tentang Implikasi Kegiatan Ekstrakurikuler Kaligrafi dalam
Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial Peserta Didik di MI
Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut
adalah implikasi atau dampak dari kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di
MI Ma’arif Setono yang dituturkan oleh Wiji I’anatul Muyasaroh:
“Dampaknya yaitu bisa membuat siswa mengembangkan
imajinasi mereka. Setelah menulis huruf itukan mereka harus
menghias di tepinya buku atau di ruang kosong yang masih
tersedia. Itu mereka menggambarnya macam-macam, ada yang
menggambar bunga, pohon, hewan, mobil-mobilan atau
ornamen garis-garis seperti itu. Selain itu kan ada proses
mewarnainya, disitu dampaknya bagi siswa adalah dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik
dalam proses pewarnaan. Dulunya kalau mewarnai masih
sering melewati garis, lama-kelamaan sudah terlihat membaik
78 Lihat transkip wawancara kode 11/W/25-2/2020
62
dan lebih rapi. Malah ada beberapa anak yang sudah bisa
mewarnai dengan teknik warna gradasi. ”79
Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono
memiliki dampak diantaranya adalah mengembangkan imajinsai
peserta didik, dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
memahami konsep warna.
Peneliti berkesempatan melihat hasilkarya peserta didik mulai
dari ketika baru pertama kali mengikuti kegaiatan ekstrakurikuler
kaligrafi sampai pada saat peneliti melakukan observasi. Ketika baru
pertama kali peserta didik membuat karya masih terlihat sangat tidak
rapi, untuk pewarnaan juga masih kurang kreatif. Banyak peserta didik
yang tidak menambahkan hiasan di tepi karya. untuk pewarnaan juga
masih kurang rapi dana melewati garis. Kemudian setelah beberapa
waktu peserta didik mulai memberikan hiasan di tepi karya. kemudian
pewarnaan sudah mulai membaik tidak hanya monoton satu warna.
Pemberian hiasan ornament di tepi karya juga mulai beragam sesuai
dengan kemampuan peserta didik. Ketika peserta didik melakukan
kegiatan menulis huruf, menggambar hiasan dan mewarnai hasil
pekerjaanya, mereka tidak mudah teralihkan dan tetap fokus.80
Berikut ini adalah penuturan dari peserta didik mengenai
dampak yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
kaligrafi :
79 Lihat transkip wawancara kode 12/W/25-2/2020 80Lihat transkip observasi kode 03/O/29-II/2020
63
”Kalau dulu masih kelas II mau menulis huruf arab masih susah
dan belum bisa. Apalagi mewarnai, masih belum bisa rapi.
Karena belum bisa jadinya tidak semangat. Sekarang lebih
semangat karena menulis huruf arab disekolahan lebih enak, ada
gambarnya dan ada mewarnainya. Sekarang lebih senang
menggambar.”81
“Sekarang kalau mewarnai gambar sudah lebih rapi, kalau dulu
mewarnai masih berantakan dana banyak yang melewati garis.
Kata bu guru gambaran saya juga lebih bagus. Tulisan huruf arab
saya juga lebih rapi karena sering berlatih menulis.”82
Berdasarkan penuturan dari salah satu peserta didik, dapat
diketahui bahwa kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono
berdampak pada bertambahnya motivasi peserta didik dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi. Kegiatan ini memicu semangat
peserta didik dalam mengikuti ekstrakurikuler kaligrafi. Karena
kegiatan yang dilakukan tidak hanya menulis huruf Arab, tetapi juga
dilengkapi dengan kegiatan menulis dan menggambar, dimana kegiatan
tersebut banyak disukai oleh peserta didik.
3. Data Tentang Kendala dan Solusi Pelaksanaan Kegiatan
Ekstrakurikuler Kaligrafi dalam Mengembangkan Kecerdasan
Visual Spasial Peserta Didik di MI Ma’arif Setono Jenangan
Ponorogo
Berikut ini adalah kendala dan solusi pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono yang diutarakan oleh
Bapak Muhammad Mansur S.Pd.I:
”Untuk kendalanya yaitu beberapa siswa yang kurang berbakat
dalam bidang kaligrafi. Anak-anak yang kurang bakat
81Lihat transkip wawancara kode 16/W/25-2/2020 82 Lihat transkip wawancara kode1618/W/25-2/2020
64
membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat menyelesaikan
karya atau tugas yang diberikan oleh pelatih. Untuk solusinya,
anak yang belum selesai mengerjakan tugasnya di sekolah bisa
diteruskan untuk mengerjakan dirumah. Untuk penilaiannya
dilakukan pada pertemuan berikutnya”.83
Peserta didik yang kurang berbakat dalam bidang kaligrafi
membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat memahami materi yang
dipelajari. Dalam menyelesaikan tugasnya, peserta didik yang tidak
terlalu berbakat di bidang kaligrafi membutuhkan waktu yang lama
sehingga dalam satu pertemuan, mereka belum mampu untuk
menyelesaikan satu karya atau tugas yang diberikan pelatih. Untuk
solusi yang diberikan adalah : menyelesaikan tugas di rumah dan
penilaian dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
Selain yang dituturkan oleh Bapak Kepala Sekolah diatas,
berikut adalah kendala dan solusi menurut Wiji I’anatul Muyasaroh:
”Kendalanya ada peserta didik yang minat dan antusias dalam
mengikuti kegiatan tetapi kurang berbakat. Ada juga yang
berbakat tetapi kurang berminat dan kurang antusias mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler.”84
Untuk solusi yang ditawarkan oleh Wiji I’anatul Muyasaroh
adalah dengan memberikan motivasi kepada peserta didik, berikut hasil
wawancara dengan Wiji I’anatul Muyasaroh terkait dengan solusi dari
permasalahan yang terjadi.
“Solusinya untuk siswa yang minat tapi kurang bakat yaitu kami
beri motivasi, semangat untuk terus berlatih tidak hanya di
83 Lihat transkip wawancara kode 03/W/25-2/2020 84 Lihat transkip wawancara kode 13/W/25-2/2020
65
sekolah tetapi juga dirumah. Karena kalau sering berlatih dan
mencoba, pasti anak tersebut akan mendapatkan hasil yang lebih
baik. Untuk solusi anak yang berbakat tapi kurang minta, sama
sebenarnya. Selalu kami berikan motivasi, dorongan semangat,
tanpa sering berlatih pun bisa, apalagi kalau sering berlatih, pasti
akan jauh lebih baik lagi”85
Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi, ada
beberapa kendala yang peneliti temui, diantaranya sulitnya
mengondisikan peserta didik untuk tidak keluyuran pada saat kegiatan
berlangsung. Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dilaksanakaan setelah
jam istirahat. Pada saat bel tanda istirahat selesai berbunyi, beberapa
peserta didik tidak langsung masuk kelas melainkan masih berkeliaran
diluar kelas. Ketika di dalam kelas pun banyak peserta didik yang
masih membawa makanan untuk dimakan di dalam kelas. Ada juga
yang bermain di dalam kelas, berlari-lari dan mengganggu temannya.
Hal tersebut membuat kelas gaduh, ramai dan tidak kondusif. Untuk
solusi yang diberikan oleh pelatih adalah : memberikan waktu 5 menit
untuk peserta didik menghabiskan makanan, menyuruh peserta didik
yang membawa mainan agar disimpan, apabila peserta didik tidak
menghiraukan maka mainan diambil langsung oleh pelatih. Pelatih
juga menakut-nakuti peserta didik apabila tidak segera tenang dan
duduk di tempat duduk masing-masing maka pelatih akan memanggil
bapak kepala sekolah.86
85 Lihat transkip wawancara kode 14/W/25-2/2020 86Lihat transkip dokumentasi kode 04/O/29-II/2020
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Tentang Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler
Kaligrafi di MI Ma’arif Setono Jenangan Kabupaten Ponorogo
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki definisi sebagai kegiatan
pengembangan karakter pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas,
baik berhubungan langsung dengan kurikulum maupun tidak. Kegiatan ini
diberikan sebagai kegiatan pendamping pelajaran yang bersifat
inkulikuler. Pada umumnya ciri sekolah terletak pada kegiatan
ekstrakulikulernya. Dengan demikian setiap sekolah mempunyai jenis
kegiatan ekstrakuliuler yang berbeda87.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MI Ma’arif Setono,
pelaksanaan pembelajaran kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif
Setono terdiri dari tiga tahapan kegiatan yaitu : kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, pelatih melakukan kegiatan yang
meliputi mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti kegiatan
ekstakurikuler kaligrafi. Pelatih menginstruksikan peserta didik untuk
berdoa bersama dengan dipimpin salah satu peserta didik. Kemudian
pelatih menginstruksikan peserta didik untuk menmpersiapkan media-
media yang akan digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi,
87 Aqib and Sujak, p. 68.
67
serta menyampaikan sekilas tentang materi dan tujuan pembelajaran
kepada peserta didik.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, pelatih menyampaikan materi kepada
peserta didik menggunakan metode yang telah disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan jenis materi. Pelatih memberi contoh
dengan menuliskan huruf di papan tulis sembari menjelaskan secara
rinci detail dan langkah-langkah pembuatan huruf kufi. Pelatih juga
berkeliling menuju meja-meja untuk memeriksa pekerjaan peserta
didik satu persatu.
c. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan ini pelatih menyimpulkan hasil pembelajaran
dan melaksanakan evaluasi atau penilaian. Selain itu pelatih juga
memberikan umpan balik serta tugas kepada peserta didik yang belum
menyelesaikan tugasnya di kelas.
Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah terkadang seorang
pendidik kurang tepat dalam memilih metode yang akan dipakai dalam
pembelajaran atau kurang tepat menangani peserta didik yang
bermasalah, atau mungkin kurang tepat dalam mengevaluasi kerja siswa.
Padahal, keterpaduan komponen dalam pembelajaran merupakan salah
satu penentu keberhasilan dalam pembelajaran itu. Oleh karena itu,
penting untuk mengetahui lebih. Oleh sebab itu, penting adanya untuk
68
mengetahui lebih lanjut komponen-komponen dalam pembelajaran, agar
adanya keterpaduan yang serasi dari komponen tersebut sehingga tercipta
pembelaja ran yang berkualitas.88 Berikut adalah komponen-komponen
yang mendukung terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI
Ma’arif Setono
a. Tujuan
Tujuan dan standar kompetensi yang hendak dicapai dalam
pelaksanaan pembelajaran a d a l a h Komponen paling mendasar
dalam proses desain pembelajaran. Karena suatu pembelajaran yang
tidak diawali dengan identifikasi dan penentuan tujuan yang jelas
akan menimbulkan kesalahan sasaran. Dalam hubungannya dengan
pelaksanaan pembelajaran, rumusan tujuan merupakan aspek
fundamental dalam mengarahkan proses pembelajaran yang baik.89
Tujuan dari pelaksanaan kegiata ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif
Setono adalah :
1. Mengasah dan menyalurkan bakat peserta didik dalam bidang seni
khusunya seni kaligrafi,
2. Membantu peserta didik belajar menulis huruf Arab sesuai kaidah
3. Mengetahui manfaat dari mempelajari ilmu kaligrafi,
4. Mempersiapkan peserta didik dalam mengikuti perlombaan
kaligrafi.
88 Dolong. 89Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain pembelajaran: Disesuaikan dengan Kurikulum
2013 (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2014), h. 80-81
69
b. Peserta Didik
Peserta didik adalah orang/individu yang mendapatkan
pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan bakat, minat dan juga
kemampuannya agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik
serta dapat menerima kepuasan terhadap pelajaran yang telah diberikan
oleh gurunya.90. peserta didik yang mengikuti Kegiatan ekstrakurikuler
kaligrafi di MI Ma’arif Setono adalah seluruh siswa dan siswi kelas III.
c. Pendidik
Pendidik atau pelatih yang memonitori kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi didatangkan dari Pondok Pesantren Darul
Huda Mayak, berdasarkan kerjasama dengan organisasi “Ibnu Muqlah”
yang bergerak khusus dalam bidang kaligrafi.
d. Bahan atau Materi Pembelajaran
Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, pendidik
memerlukan bahan atau materi pembelajaran yang digunakan untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran Bahan atau
materi pembelajaraan dalam kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI
Ma’arif Setono adalah menulis huruf Arab dengan khat kufi, yang terdiri
dari menulis huruf arab, menggambar hiasan tepian dan mewarnai.
Sebagaimana yang disampaikan oleh pelatih bahwasannya penggunaan
khat jenis kufi ini dengan alasan memudahkan siswa dalam
membuatnya. Khat kufi pembuatannya lebih mudah karena bentuknya
90 Eka, p. 4.
70
yang cenderung kotak-kotak tidak terlalu rumit untuk tingkatan kelas III
MI. kufi yang diajarkan disini adalah kufi yang sederhana dan tidak
susah dibaca oleh peserta didik karena bentuknya yang simple tanpa ada
sulaman atau jalinan.91 Berdasarkan penuturan pelatih dapat diketahui
bahwasannya jenis khat kufi yang digunakan dalam pelaksanaan
ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono adalah jenis kufi
Mushafi. Kufi mushafi adalah jenis khat yang sederhana dan digunakan
untuk menuliskan mushaf alqur’an92.
e. Metode dan Strategi
Metode yang digunakan oleh pelatih dalam penyampaian materi
adalah metode demonstrasi dan metode drill.
1) Metode Demonstrasi
Pelatih memberi contoh cara penulisan huruf di papan tulis,
beserta menerangkan kepada peserta didik detail-detail
pembuatannya.
2) Metode Drill
Setelah pelatih memberikan contoh di papan tulis,
kemudian peserta didik menirukan pelatih menulis di buku kotak-
kotak (strimin) atau pada buku gambar. Hal tersebut dilakukan
setiap kali pertemuan. Peserta didik tidak hanya mendapatkan
materi dari pelatij, tetapi juga praktek dan latihan membuat tulisan-
91Lihat transkip wawancara kode 08/W/25-2/2020 92 Rosyad, pp. 53–59.
71
tulisan huruf Arab.
Strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik mengembangkan kecerdasan majemuknya dapat dilakukan dengan
berbagai cara sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.93 Berikut
adalah lima strategi yang digunakan untuk mengaktifkan dan
mengoptimalkan kecerdasan visual spasial peserta didik dan
penerapannya pada kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif
Setono
1) Visualisasi
Visualisasi adalah menyampaikan informasi dan
menjelaskannya dengan bentuk gambar. Peserta didik yang
menggambar tepian karya kaligrafi mereka dengan berbagai macam
gambar seperti penambahan bunga-bunga, pohon, hewan-hewan,
garis, kotak-kotak maupun ornamen hiasan lainnya. Peserta didik
bebas berekspresi dalam menuangkan apapun yang ada dalam
fikirannya kedalam bentuk gambar.
2) Penggunaan Warna
Peserta didik yang memiliki kecerdasan visual spasial yang
tinggi biasnya cenderung peka terhadap warna. Diantaranya yaitu
dengan menggunakan kapur warna-warni, spidol dan transparansi
untuk menuliskan materi pelajaran di papan tulis. Pesera didik mulai
terlihat bervariasi dalam menggunakana warna. Peserta didik mulai
93 Kosasih and Sumarna, pp. 182–83.
72
bisa memahami konsep warna. Dalam proses mewarnai peserta
didik terlihat sudah menggunakan teknik pewarnaan gradasi atau
pewarnaan dari corak warna yang bisa dikembangkan dari dua atau
lebih warna.
3) Metafora Gambar
Metafora gambar adalah mengekspresikan suatu gagasan
lewat pencitraan visual. Setelah pelatih mendemostrasikan huruf
kufi beserta penjelasannya, kemudian peserta didik mulai menirukan
menulis huruf kufi seperti yang dicontohkan oleh pelatih. Peserta
didik membentuk hubungan pengetahuan dengan apa yang sedang
dipelajari
4) Sketsa Gagasan
Guru dapat membantu peserta didik untuk membuat sketsa
tentang gagasan, ide pokok atau konsep yang telah dipelajari. Agar
cepat dan mudah, membuat sketsa ini tidak harus rapi dan sama
seperti kenyataannya. Sebelum menuliskan huruf arab maupun
hiasan dengan pena atau spidol permanent, peserta didik terlebih
dahulu membuat sketsa dengan menggunakan pensil agar apabila
terjadi kesalahan bisa dibenarkan dengan mudah oleh peserta didik.
5) Simbol Grafis
Penggunaan papan tulis dalam pembelajaran ekstrakurikuler
kaligrafi merupakan penerapan strategi symbol grafis. Dalam proses
pembelajarannya, pelatih menggunakan media papan tulis sebagai
73
sarana menyalurkan materi kepada peserta didik. Pelatih
mencontohkan huruf
f. Media
Media tidak bisa dipisahkan dari metode yang digunakan oleh
seorang pendidik dalam menyampaikan bahan ajar karena metode
merupakan rangkaian dari media tersebut. Media yang digunakan oleh
pelatih dalam kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi untuk pelatih adalah
papan tulis, penggaris yang berukuran besar, dan spidol hitam dan
contoh kaligrafi dua dimensi dengan ukuran besar. Kemudian untuk
peserta didik, media yang digunakan adalah : buku strimin, penggaris,
alat tulis, pensil warna atau krayon.
g. Evaluasi
Proses evaluasi pada kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI
Ma’arif Setono diadakan setiap kali pertemuan. Evaluasi dilaksanakan
setiap pertemuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik dapat
menguasai materi.
B. Pembahasan Tentang Implikasi Kegiatan Ekstrakurikuler Kaligrafi
dalam Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial Peserta Didik di
MI Ma’arif Setono Jenangan Kabupaten Ponorogo
Keterampilan kaligrafi adalah keterampilan menulis yang tidak
hanya menekankan pada keindahan rupa atau bentuk huruf-huruf yang
menyusun sebuah kalimat atau kata. Tetapi juga memperhatikan hal-hal
yang berkaitan dengan estetika atau keindahan. Agar peserta didik terampil
74
dalam menulis huruf-huruf atau kalimat bahasa arab, maka perlu adanya
pembelajaran kaligrafi. Untuk menguasainya memerlukan waktu yang
cukup lama, karena huruf Arab berbeda jauh dengan huruf latin. Huruf arab
mempunyai berbagai macam karakter yang berbeda-beda, mulai dari
susunan kata sampai kaidah-kaidahnya.94
Implikasi atau dampak dari kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI
Ma’arif Setono diantaranya:
1. Berkembangnya Kemampuan Menulis Huruf Arab
Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono diawali
dengan pelatih memberikan contoh penulisan huruf Arab. Pelatih
mencontohkan satu huruf dengan bentuk khat kufi di papan tulis dengan
menjelaskan cara pembuatannya. Kemudian peserta didik mengikuti
pelatih menulis huruf yang dicontohkan dengan membuat sketsa
dengan pensil kemudian ditebalkan dengan pena atau spidol95.
Kegiatan menulis hurub Arab dilakukan pada awal kegiatan inti di
setiap pertemuan. Salah satu peserta didik menuturkan bahwa dengan
sering berlatih menulis huruf Arab akan membuat tulisan yang
dihasilkan menjadi lebih rapi dan baik.96 Selain itu Ketika peserta didik
sering membiasakan diri untuk praktek menulis huruf Arab, maka akan
membuat kemampuan menulis huruf Arab semakin berkembang dari
94 Hermawan, pp. 153–54.
95Lihat transkip observasi kode 02/O/01-II/2020 96 Lihat transkip wawancara kode 16/W/25-2/2020
75
waktu ke waktu.
2. Imajinasi Peserta Didik Lebih Berkembang
Dalam kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono
peserta didik melakukan kegiatan melihat kemudian meniru tulisan
huruf Arab yang sudah dicontohkan oleh pelatih di papan tulis..
Setelah menulis huruf mereka harus menghias di tepinya buku atau di
ruang kosong yang masih tersedia dengan berbagai macam-macam
gambar, ada yang menggambar bunga, pohon, hewan, mobil-mobilan
atau ornamen garis-garis seperti itu. Menurut penuturan Wiji I’anatul
Muyasaroh dampak dari kegiatan tersebut yaitu bisa membuat siswa
mengembangkan imajinasi mereka97. Menurut Nia Hidayati dalam
arikelnya yang berjudul “Cara Mengembangkan Imajinasi Anak”
Imajinasi anak bisa saja lahir sebagai hasil imitasi, meniru dari
tayangan yang ditonton, atau pengaruh dari dongen dan cerita yang
didengarnya98.
3. Memicu Semangat Peserta Didik Mengikuti Proses Pembelajaran
Peserta didik menuturkan sebelum mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi, tulisan tangan huruf Arab mereka terkesan
kurang rapi bahkan ada yang belum bisa menuliskan huruf Arab
dengan baik. Setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi,
97 Lihat transkip wawancara kode 12/W/25-2/2020
98 Nia Hidayati, “Cara Mengembangkan Imajinasi Anak” diakses dari
https://www.niahidayati.net/mengembangkan-imajinasi-anak.html , pada tanggal 29 April 2020
pukul 22.45
76
tulisan mereka berangsur membaik dan lebih rapi sehingga lebih enak
dipandang..
”Kalau dulu masih kelas II mau menulis huruf arab masih susah
dan belum bisa. Apalagi mewarnai, masih belum bisa rapi.
Karena belum bisa jadinya tidak semangat. Sekarang lebih
semangat karena menulis huruf arab disekolahan lebih enak, ada
gambarnya dan ada mewarnainya. Sekarang lebih senang
menggambar.”99
Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono
berdampak pada bertambahnya motivasi peserta didik Kegiatan ini
memicu semangat peserta didik dalam mengikuti ekstrakurikuler
kaligrafi. Karena kegiatan yang dilakukan tidak hanya menulis huruf
Arab, tetapi juga dilengkapi dengan kegiatan menulis dan
menggambar, dimana kegiatan tersebut banyak disukai oleh peserta
didik. Hal tersebut memicu semangat peserta didik untuk terus belajar
dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya
4. Mengembangkan Kemampuan dan Keterampilan Peserta Didik dalam
Memahami Konsep Warna
Tidak hanya menulisakan huruf Arab, kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono juga dilengkapi dengan
kegiatan menggambar dan mewarnai. Setelah menulis huruf mereka
menghias di tepinya buku atau di ruang kosong yang masih tersedia.
Kemudian baru proses mewarnainya. Dampaknya bagi siswa adalah
dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik
99Lihat transkip wawancara kode 16/W/25-2/2020
77
dalam proses pewarnaan. Dulu kalau mewarnai masih sering
melewati garis, lama-kelamaan sudah terlihat membaik dan lebih rapi.
Ada beberapa anak yang sudah bisa mewarnai dengan teknik warna
gradasi100. Aktifitas peserta didik mewarnai menggunakan pensil
warna atau krayon dapat membantu peserta didik mengenal warna,
membedakan warna dan menajamkan warna. Hal ini juga membantu
peserta didik untuk memadukan warna, sehingga peserta didik bisa
terus berkreasi.
5. Meningkatkan Konsentrasi
Ketika peserta didik melakukan kegiatan menulis huruf,
menggambar hiasan dan mewarnai hasil pekerjaanya, mereka tidak
mudah teralihkan dan tetap fokus. Mereka akan marah ketika
temannya ada yang mengganggunya menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan oleh pelatih.101 Kemampuan konsentrasi ini sangat sangat
berguna bagi peserta didik dalam menyelesaikan tugas menulis huruf
arab, menggambar dan mewarnai yang membutuhkan konsentrasi
tinggi.
100 Lihat transkip wawancara kode 12/W/25-2/2020 101 Lihat transkip observasi kode 03/O/29-II/2020
78
C. Pembahasan Tentang Kendala dan Solusi Pelaksanaan Kegiatan
Ekstrakurikuler Kaligrafi dalam Mengembangkan Kecerdasan Visual
Spasial Peserta Didik di MI Ma’arif Setono Jenangan Kabupaten
Berikut adalah kendala dan solusi dalam kegiatan ekstrakurikuler
kaligrafi di MI Ma’arif Setono:
1. Peserta Didik Yang Kurang Berbakat
Peserta didik yang kurang berbakat dalam bidang kaligrafi
membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat memahami materi yang
dipelajari102. Dalam menyelesaikan tugasnya, peserta didik yang tidak
terlalu berbakat di bidang kaligrafi membutuhkan waktu yang lama
sehingga dalam satu pertemuan, mereka belum mampu untuk
menyelesaikan satu karya atau tugas yang diberikan pelatih. Untuk
solusi yang diberikan adalah : menyelesaikan tugas di rumah dan
penilaian dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
2. Kelas Tidak Kondusif
Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi, ada
beberapa kendala yang peneliti temui, diantaranya sulitnya
mengondisikan peserta didik untuk tidak keluyuran pada saat kegiatan
berlangsung. Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dilaksanakaan setelah
jam istirahat. Pada saat bel tanda istirahat selesai berbunyi, beberapa
peserta didik tidak langsung masuk kelas melainkan masih berkeliaran
102 Lihat transkip wawancara kode 03/W/25-2/2020
79
diluar kelas. Ketika di dalam kelas pun banyak peserta didik yang masih
membawa makanan untuk dimakan di dalam kelas. Ada juga yang
bermain di dalam kelas, berlari-lari dan mengganggu temannya. Hal
tersebut membuat kelas gaduh, ramai dan tidak kondusif. Untuk solusi
yang diberikan oleh pelatih adalah : memberikan waktu 5 menit untuk
peserta didik menghabiskan makanan, menyuruh peserta didik yang
membawa mainan agar disimpan, apabila peserta didik tidak
menghiraukan maka mainan diambil langsung oleh pelatih. Pelatih juga
menakut-nakuti peserta didik apabila tidak segera tenang dan duduk di
tempat duduk masing-masing maka pelatih akan memanggil bapak
kepala sekolah.103
3. Peserta Didik Berbakat Tetapi Kurang Minat Peserta Didik Berminat
Tetapi Kurang Berbakat
Beberapa peserta didik terlihat berminat, tetapi kurang berbakat
dalam bidang kaligrafi. Ada juga peserta didik yang berbakat tetapi
justru tidak berminat mengikuti ekstrakurikuler kaligrafi.104 Solusi yang
dilakukan oleh pelatih adalah dengan selalu memberikan motivasi dan
semangat kepada peserta didik sebelum kegiatan dimulai dan setiap
selesai melakukan evaluasi atau penilaian.
103Lihat transkip dokumentasi kode 04/O/29-II/2020 104 Lihat transkip wawancara kode 13/W/25-2/2020
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai penutup dari penelitian ini, peneliti menyajikan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI
Ma’arif Setono terdiri dari tiga tahapan kegiatan yaitu : kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Berikut adalah
komponen-komponen yang mendukung terlaksananya kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono:
a. Tujuan
Tujuan dari kegiatan esktrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif
Setono antara lain : mengasah dan menyalurkan bakat peserta didik
dalam bidang seni khusunya seni kaligrafi, membantu peserta didik
belajar menulis huruf Arab sesuai kaidah, mengetahui manfaat dari
mempelajari ilmu kaligrafi, mempersiapkan peserta didik dalam
mengikuti perlombaan kaligrafi.
b. Peserta didik
Peserta didik yang mengikuti Kegiatan ekstrakurikuler
kaligrafi di MI Ma’arif Setono adalah seluruh siswa dan siswi kelas
III.
83
c. Pendidik
Pendidik atau pelatih yang memonitori kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi didatangkan dari Pondok Pesantren Darul
Huda Mayak
d. Materi pembelajaran
Bahan atau materi pembelajaraan dalam kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono adalah menulis huruf
Arab dengan khat kufi, yang terdiri dari menulis huruf Arab,
menggambar hiasan tepian dan mewarnai
e. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler
kaligrafi di MI Ma’arif Setono adalah metode demosntrasi dan drill
f. Media.
Media yang digunakan oleh pelatih dalam kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi untuk pelatih adalah papan tulis,
penggaris yang berukuran besar, dan spidol hitam dan contoh
kaligrafi dua dimensi dengan ukuran besar. Kemudian untuk
peserta didik, media yang digunakan adalah : buku strimin,
penggaris, alat tulis, pensil warna atau krayon.
g. Evaluasi
Evaluasi diadakan pada setiap pertemuan untuk melihat
sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi.
84
2. Implikasi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono antara
lain :
a. Berkembangnya kemampuan menulis huruf Arab.
b. Imajinasi peserta didik lebih berkembang.
c. Memicu semangat peserta didik mengikuti proses pembelajaran.
d. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik
dalam memahami konsep warna.
e. Meningkatkan konsentrasi
3. Kendala dan solusi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif
Setono
a. Peserta Didik yang Kurang Berbakat
Solusinya adalah menyelesaikan tugas di rumah dan
penilaian dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
b. Kelas Tidak Kondusif
Untuk solusi yang diberikan oleh pelatih adalah :
memberikan waktu 5 menit untuk peserta didik menghabiskan
makanan, menyuruh peserta didik yang membawa mainan agar
disimpan, apabila peserta didik tidak menghiraukan maka
mainan diambil langsung oleh pelatih. Pelatih juga menakut-
nakuti peserta didik apabila tidak segera tenang dan duduk di
tempat duduk masing-masing maka pelatih akan memanggil
bapak kepala sekolah.
85
c. Peserta Didik Berbakat Tetapi Kurang Minat Peserta Didik
Berminat Tetapi Kurang Berbakat
Solusi yang dilakukan oleh pelatih adalah dengan selalu
memberikan motivasi dan semangat kepada peserta didik
sebelum kegiatan dimulai dan setiap selesai melakukan evaluasi
atau penilaian.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian, sebagai bahan pertimbangan
bagi pihak-pihak terkait, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah diharapkan bisa dijadikan referensi dalam membantu MI
Ma’arif Setono meningkatkan kecerdasan visual spasial peserta didik.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono,
sebaiknya lebih ditingkatkan lagi baik dari segi pelatih, sarana prasarana
maupun bahan dan media pembelajaran. Kepala madrasah dan guru
hendaknya saling bekerja sama untuk mengembangkan dan
meningkatkan keseriusan peserta didik dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler kaligrafi agar kegiatan dapat berjalan dengan efektif dan
efisien
2. Bagi Guru atau Pelatih, Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan
masukan dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial peserta
didik melalui kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi. Diharapakn guru selalu
memberikan motivasi kepada peserta didik agar semangat peserta didik
meningkat
86
3. Bagi Siswa diharapkan lebih terpacu semangatnya untuk belajar dan
berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik
4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan penelitian ini dijadikan acuan
untuk penelitian berikutnya, terutama dalam kajian ekstrakurikuler
kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan visual spasialpeserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, and Sujak, Panduan Dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung:
Yarama Widya, 2011)
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012)
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)
Arinda, Firdianti, Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (Yokyakarta: Gre
Publising, 2018)
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan, Publik
Dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007)
Danim, Sudarwan, Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Alfabeta, 2013)
Dolong, H. M. Jufri, ‘Teknik Analisis Dalam Komponen Pembelajaran’, Jurnal
UIN Alauddin, 5.2 (2016), 293–300
Efendi, Agus, Revolusi Kecerdasan Abad 20 (Bandung: Alfabeta, 2005)
Eka, Prihatin, Menejemen Peserta Didik (Bandung: Alfabeta, 2014)
Fadhlyda, Richa, Erlamsyah Erlamsyah, and Daharnis Daharnis, ‘Pembinaan
Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kota
Sawahlunto’, Konselor, 3.3 (2016), 101
<https://doi.org/10.24036/02014332991-0-00>
Faturrahman, Irvan, ‘Pengenalan Pola Huruf Hijaiyah Khat Kufi Dengan Metode
Deteksi Tepi Sobel Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation’,
87
Jurnal Teknik Informatika, 11.1 (2018), 37–46
<https://doi.org/10.15408/jti.v11i1.6262>
Gunawan, Adi w, Genius Learning Strategi (Jakarta: PT GRAMEDIA
PUSTAKA UTAMA, 2003)
Hermawan, Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2011)
Iskandar, Metodologi Penelitian Dan Sosial (Jakarta: GP Press, 2009)
jasa ungguh, Muliawan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Yokyakarta: Gava
Media, 2014)
Jasmine, Julis, Metode Mengajar Multiple Intelligences (Bandung: NUANSA,
2016)
Komsiyah, Indah, Belajar Dan Pembelajaran (Yokyakarta: Teras, 2012)
Kosasih, Nandang, and Dede Sumarna, Pembelajaran Quantum Dan Optimalisasi
Kecerdasan (Bandung: Alfabeta, 2013)
Manab, Abdul, Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif (Yokyakarta:
Kalimedia, 2015)
Mashyuri, Wawasan Seni Kaligrafi Islam (Ponorogo: Darul Huda Press, 2011)
Mendiknas RI, ‘Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses’, Journal of Chemical
Information and Modeling, 53.9 (2013), 1689–99
88
<https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004>
Moloeng, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 1995)
Musfiroh, Tadkirotun, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2012)
Nazir, Moh, Metode Penelitian (Jakarta: Ghali Indonesia, 2005)
Rifma, Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru (Jakarta: Prenada
Media Grup, 2016)
Rosyad, Achmad Faizur, ‘Khat Dan Desain Grafis’
<http://digilib.uinsby.ac.id/20117/>
Satiadarma, Monty P., and Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan (Jakarta:
Pustaka populer obor, 2003)
Soewadji, Jusuf, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: mitra wacana media,
2012)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung, 2016)
———, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan
R&D (Bandung: Alfabeta, 2014)
Sukmadinata, nana syaodih, Metodologi Penelitian Pendidiksn (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya)
Uno, Hamzah B., and Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam
89
Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009)
Yudoseputra, Wiyoso, Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia (Bandung:
Angkasa, 2000)