UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL...

97
UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KALIGRAFI DI MI MA’ARIF SETONO JENANGAN PONOROGO SKRIPSI OLEH: DZURROTUL MUWAFIROH NIM: 210616065 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO SEPTEMBER 2020

Transcript of UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL...

Page 1: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

ii

UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL

PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

KALIGRAFI DI MI MA’ARIF SETONO JENANGAN PONOROGO

SKRIPSI

OLEH:

DZURROTUL MUWAFIROH

NIM: 210616065

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

SEPTEMBER 2020

Page 2: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

ii

ABSTRAK

Muwafiroh, Dzurrotul. 2020. Upaya Pengembangan Kecerdasan Visual Spasial

Peserta Didik Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kaligrafi di MI Ma’arif Setono

Jenangan Ponorogo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.

Pembimbing: Jamaluddin Shiddiq, M.Pd.

Kata Kunci: Ekstrakurikuler Kaligrafi, Kecerdasan Visual Spasial, Peserta

Didik

Mendalami seni kaligrafi Arab tidaklah sesederhana kelihatannya. Dalam

penulisan kaligrafi Arab harus memperhatikan berbagai macam kaidah. Hal

tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat peserta didik kurang berminat

pada pembelajaran kaligrafi. Di MI Ma’arif Setono Selain mempelajari kaidah-

kaidah menulis indah, ekstrakurikuler kaligrafi juga disertai dengan kegiatan

menggambar dan mewarnai. Selain menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik

untuk menghilangkan kesan sulit dalam pelajaran kaligrafi, kegiatan menggambar

dan mewarnai adalah salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan kecerdasan

visual spasial.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini: (1) Untuk mengetahui

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono Jenangan

Kabupaten Ponorogo (2) Untuk mengetahui implikasi kegiatan ekstrakurikuler

kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial di MI Ma’arif Setono

Jenangan Kabupaten Ponorogo (3) Untuk mengetahui kendala dan solusi

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan

visual spasial di MI Ma’arif Setono Jenangan Kabupaten Ponorogo. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis

penelitian studi kasus. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah : wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Tahapan pelaksanaan ekstrakurikuler kaligrafi yaitu : kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Komponen-komponen pembelajaran ekstrakurikuler kaligrafi terdiri dari: Tujuan, peserta didik, pendidik, materi, media, metode, strategi dan evaluasi. (2) Implikasi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi: Berkembangnya kemampuan menulis huruf Arab, imajinasi peserta didik lebih berkembang, memicu semangat peserta didik, mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam memahami konsep warna, meningkatkan konsentrasi. (3) Kendala dan solusi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono ialah: (a) Peserta didik yang kurang berbakat solusinya menyelesaikan tugas di rumah dan penilaian dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. (b) Kelas tidak kondusif solusinya memberikan waktu 5 menit untuk menghabiskan makanan, menyuruh peserta didik menyimpan mainan (c) Peserta didik berbakat tetapi kurang berminat peserta didik berminat tetapi kurang berbakat. Solusi yang dilakukan oleh pelatih adalah dengan selalu memberikan motivasi dan semangat kepada peserta didik sebelum kegiatan dimulai dan setiap selesai melakukan evaluasi atau penilaian.

Page 3: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
Page 4: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

PENGESAHAN

Skripsi atas nama saudara :

Telah dipertahankan pada sidang Munaqasah di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, pada :

Tim Penguji Skripsi :

1. Ketua Sidang : ALI BA'UL CHUSNA, MSI2. Penguji I : Dr. M. SYAFIQ HUMAISI, M.Pd3. Penguji II : JAMALUDDIN SIDDIQ, M.Pd

Hari : RabuTanggal : 21 Oktober 2020

Hari : RabuTanggal : 14 Oktober 2020

dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, pada :

Nama : DZURROTUL MUWAFIROHNIM : 210616065Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu KeguruanJurusan : Pendidikan Guru Madrasah IbtidaiyahJudul Skripsi : UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL

PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KALIGRAFI DI MI MA'ARIF SETONO JENANGAN PONOROGO

Page 5: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
Page 6: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
Page 7: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai perananan penting dalam berlangsungnya

kehidupan manusia. Perintah menuntut ilmu diwajibkan dalam agama

islam, karena ilmu pengetahuan akan menjadikan manusia mengetahui apa

yang ada di dunia ini. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu

dari tujuan pembangunan nasional. Maka dari itu, pemerintah, keluarga dan

masyarakat harus saling bekerjasama dalam mewujudkan pendidikan yang

layak.1

Pendidikan anak tingkat sekolah dasar kelas bawah memiliki ciri

khas tersendiri. Mereka cenderung menyukai kegiatan atau aktivitas

langsung dan berbagai situasi yangbertautan langsung dengan minat dan

pengalamannya. Mereka lebih cocok dengan pola pembelajaran konkret dan

aktivitas motorik. Sehingga pada usia seperti ini, peserta didik harus

didorong dan mendapatkan motivasi penuh baik dari orang tua, keluarga

maupun dari sekolah. Sekolah dituntut untuk memiliki kemandirian dan

kreativitas dalam mengelola pendidikan dan pembelajaran guna

meningkatkan prestasi dan kualitas peserta didik.2 Ada banyak keterampilan

1 Indah Komsiyah, Belajar Dan Pembelajaran (Yokyakarta: Teras, 2012), p. 4. 2 Firdianti Arinda, Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (Yokyakarta: Gre Publising,

2018), p. 3.

Page 8: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2

yang bisa diasah semenjak masih duduk di bangku sekolah dasar. Salah

satunya adalah menulis kaligrafi.

Kaligrafi arab disebut juga dengan khat merupakan salah satu karya

seni rupa yang tidak kalah pentingnya dengan jenis seni rupa lainnya.

Sebagai seni tulis dengan tuntuanan keindahan, seni khat telah menempuh

sejarahnya yang panjang dan mencapai puncak perkembangannya sesuai

dengan perkembangan dari aksara Arab dan peranan kebudayaan di tiap

Negara Islam.3

Keterampilan kaligrafi adalah keterampilan menulis yang tidak

hanya menekankan pada keindahan rupa atau bentuk huruf-huruf yang

menyusun sebuah kalimat atau kata. Tetapi juga memperhatikan hal-hal

yang berkaitan dengan estetika atau keindahan. Agar peserta didik terampil

dalam menulis huruf-huruf atau kalimat bahasa arab, maka perlu adanya

pembelajaran kaligrafi. Kaligrafi merupakan hasil temuan dari umat muslim

yang terus maju dan berkembang dalam mengekspresikan nilai-nilai

ekstetika melalui tinta, cat, dan alat-alat lainnya. Untuk menguasainya

memerlukan waktu yang cukup lama, karena huruf Arab berbeda jauh

dengan huruf latin. Huruf arab mempunyai berbagai macam karakter yang

berbeda-beda, mulai dari susunan kata sampai kaidah-kaidahnya.4

3 Wiyoso Yudoseputra, Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia (Bandung: Angkasa, 2000),

p. 115. 4 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT Remaja Rosda

Karya, 2011), pp. 153–54.

Page 9: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

3

Kaligrafi perlu dikembangkan karena peranan kaligrafi sangat

banyak dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya mempercantik ruangan

dan bangunan, tetapi kaligrafi juga mengandung kata-kata hikmah yang

bisa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.5 Bukan hal mudah bagi semua

orang menggambar kaligrafi dengan indah. Akan tetapi dengan latihan sejak

kecil akan membuat skill tersebut menjadi lebih baik.

Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Setono merupakan salah satu

Madrasah yang ada di Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. Di

Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Setono pelajaran kaligrafi merupakan salah

satu kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh seluruh peserts didik

kelas III. Ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono dilaksanakan pada

hari sabtu pada pukul 10.30-11.00 WIB.6 Kegiatan estrakurikuler kaligrafi

di MI Ma’arif Setono sudah berjalan dari tahun 2015. Dulunya kegiatan ini

adalah ekstrakurikuler menggambar. Akan tetapi, karena ada kendala dari

pelatih menggambar, yang tidak bisa hadir karena berbenturan mengajar di

sekolah lain maka kegiatan diganti dengan ekstrakurikuler kaligrafi. 7

Mendalami seni kaligrafi Arab tidaklah sesederhana kelihatannya.

Dalam penulisan kaligrafi Arab harus memperhatikan berbagai macam

kaidah. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat peserta didik

kurang berminat pada pembelajaran kaligrafi. Ekstrakurikuler kaligrafi

5 Mashyuri, Wawasan Seni Kaligrafi Islam (Ponorogo: Darul Huda Press, 2011), p. 10. 6 Berdasarkan observasi langsung di ruang kelas III MI Ma’arif Setono pada tanggal 6

Desember 2019 7 Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah MI Ma’arif Mayak pada 25 Februari 2020 di

ruang kepala sekolah

Page 10: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

4

yang diselenggarakan di MI Ma’arif Setono menggunakan jenis khat kufi.8

Khat kufi adalah jenis khat dengan karakteristik mudah dikenali, terbentuk

dari sudut-sudut dan garis-garis membuat khat ini terlihat kokoh dan rigkas.

Proses pembuatannya sederhana dan mudah, tidak banyak meghafal kaidah-

kaidah seperti jenis khat lain. Dengan bentuk khat yang cederung kaku,

peserta didik bisa membuatnya dengan mudah hanya dengan bantuan

penggaris.9

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pelatih

ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono, pembelajaran kaligrafi di MI

Ma’arif Setono diawali dengan memberikan contoh bentuk kaligrafi beserta

langkah-langkah pembuatannya, kemudian peserta didik mencoba membuat

karya seperti yang dicontohkan oleh pelatih ekstrakurikuler kaligrafi dengan

menggunakan buku kotak-kotak atau strimin. Pelatih juga menuturkan

bahwa peserta didik bisa menambanhkan hiasan sesuai dengan kreatifitas

dan imajinasi pada sisi yang kosong di tulisan kaligrafi yang dibuat oleh

peserta didik. Peserta didik juga bebas memberi warna sesuai dengan

kreatifitas dan imajinasi10

Di MI Ma’arif Setono Selain mempelajari kaidah-kaidah menulis

indah, ekstrakurikuler kaligrafi juga disertai dengan kegiatan menggambar

8 Berdasarkan observasi langsung di ruang kelas III MI Ma’arif Setono pada tanggal 6

Desember 2019 9 Berdasarkan wawancara dengan Wiji I’anatul Muyasaroh pada tanggal 27 Desember 2019 di

Perpustakaan Terpadu IAIN Ponorogo 10 Berdasarkan wawancara dengan Wiji I’anatul Muyasaroh pada tanggal 18 Januari 2020 di

Aula MI Ma’arif Setono

Page 11: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

5

dan mewarnai. Selain menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik untuk

menghilangkan kesan sulit dalam pelajaran kaligrafi, kegiatan menggambar

dan mewarnai adalah salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan

kecerdasan visual spasial.11

Kecerdasan visual spasial adalah keadaan dimana seseorang mampu

dengan baik mengaplikasikan dan memvisualisasikan apapun yang ada

didalam fikirannya dalam bentuk gambar, desain maupun grafis baik dua

dimensi maupun tiga dimensi. Kecerdasan yang paling jelas terlihat pada

usia anak-anak adalah kecerdasan visual spasial. Orang yang cenderung

memiliki kecerdasan ini mampu memahami konsep warna, komposisi,

desain, seni dan juga aspek yang terkandung didalamnya. Tanpa disadari,

ketika anak-anak bermain mereka sedang menggunakan imajinasinya12

Seiring dengan pertumbuhan usia, seringkali anak-anak mulai

kehilangan kemampuan visual spasial atau kemampuan untuk

menggunakan imajinasi. Namun, kabar baiknya adalah kemampuan ini

dapat dikembangan dan dilatih. Kecerdasan visual spasial dapat

dikembangkan melalui kegiatan mencurahkan, menggambar, membuat

kerajinan, mengatur dan merancang bentuk, bermain peran, meniru gambar

objek, membaca buku dan bermain game. Kegiatan tersebut melibatkan

semua indra anak. Pembelajaran untuk tipe kecerdasan visual spasial

11 Tadkirotun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Tangerang Selatan: Universitas

Terbuka, 2012), p. 436. 12 Adi w Gunawan, Genius Learning Strategi (Jakarta: PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA,

2003), p. 234.

Page 12: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

6

diawali dengan menampilkan contoh atau model dan diakhiri dengan

membuat suatu karya.13

Berangkat dari latar belakang diatas, peneliti ingin menkaji lebih

lanjut tentang pengembangan kecerdasan visual spasial melalui kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi dan menjadikannya sebagai bahan kajian yang

dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “UPAYA

PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL PESERTA

DIDIK MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KALIGRAFI

DI MI MA’ARIF SETONO JENANGAN PONOROGO”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini perlu

adanya pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini

terfokus dan terarah. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti baik

dalam hal kemampuan, dana, waktu dan tenaga maka penelitian ini hanya

membatasi masalah pada masalah pengembangan salah satu kecerdasan

majemuk yaitu kecerdasan visual spasial melalui kegiatan ekstrakurikuler

kaligrafi. Karena kecerdasan visual spasial sangatlah penting ditingkatkan

sejak usia dini, dimana anak-anak masih dengan mudah menerima dan

menyerap apa saja yang diterimanya.

13 Gunawan, pp. 234–234.

Page 13: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

7

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI

Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo?

2. Bagaimana implikasi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dalam

mengembangkan kecerdasan visual spasial peserta didik di MI Ma’arif

Setono Jenangan Ponorogo?

3. Apa kendala dan solusi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi

dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial peserta didik di MI

Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di

MI Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo.

2. Untuk mengetahui implikasi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dalam

mengembangkan kecerdasan visual spasial peserta didik di MI

Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo.

3. Untuk mengetahui kendala dan solusi pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan visual

spasial peserta didik di MI Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo.

Page 14: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

8

E. Manfaat Penelitian

Dalam setiap melakukan penelitian ataupun kajian, diharapkan kita

meghasilkan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, baik untuk diri

sendiri maupun untuk orang lain.

1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian

ini adalah menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi

dapat mengembangkan kecerdasan visual spasial peserta didik

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih

kepada :

a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam

meneliti kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dalam

mengembangkan kecerdasan visual spasial.

b. Bagi lembaga diharapkan mampu dijadikan panduan atau

pedoman keilmuan serta pengetahuan tentang pelaksanaan

ekstakurikuler kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan

visual spasial.

c. Bagi guru dapat dijadikan bahan masukan tentang bagaimana

pelaksanaan ekstakurikuler kaligrafi dalam mengembangkan

kecerdasan visual spasial

Page 15: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

9

d. Bagi siswa dapat dijadikan sebagai motivasi untuk lebih

bersemangat dalam belajar agar dalam pembelajaran di sekolah

bisa sukses dan dapat membawa nama baik sekolah.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan adalah urutan atau rangkaian yang berisi

beberapa uraian dari suatu pembahasan dalam sebuah karangan ilmiah atau

penelitian. Sistematika pembahasan digunakan untuk mengidentifikasi

masalah yang penulis paparkan mengenai implementasi kegiatan

ekstrakulikuler kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial

peserta didik. Oleh karena itu penulis menyusun enam bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab ini berfungsi untuk memaparkan pola

dasar dari keseluruhan yang terdiri dari latar belakang, fokus

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II Telaah hasil penelitian terdahulu dan kajian teori. Pada bab

ini diuraikan tentang telaah hasil penelitian terdahulu dan

kajian teori tentang kegiatan ekstrakurikuler, kaligrafi, khat

kufi, dan kecerdasan visual spasial.

BAB III Metode penelitian. Dalam bab ini dijelaskan tentang

pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti lokasi

penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan

tahapan-tahapan penelitian.

Page 16: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

10

BAB IV Deskripsi data. Dalam bab ini terdiri dari deskripsi data

umum dan deskripsi data khusus. Deskripsi data umum

dalam bab ini dilakukan pendeskripsian data secara umum

tentang MI Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo dan deskripsi

data khusus pembahasan tentang implementasi kegiatan

ekstrakulikuler kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan

visual spasial peserta didik.

BAB V Pembahasan. Bab ini berisi tentang analisis penelitian.

Analisis penelitian adalah sebuah upaya menafsirkan data

penelitian dengan menggunakan acuan kerangka teori yang

sudah dipaparkan bab II.

BAB VI Penutup. Bab ini berisi kesimpulan yang diambil dari analisa

data untuk menjawab rumusan masalah, serta berfungsi

mempermudah pembaca dalam mengambil inti dari isi

tersebut.

Page 17: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI

A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti mengadakan telaah dengan mencari judul penelitian yang

terlaksanakan oleh peneliti terdahulu untuk memperkuat penelitian yang

telah penulis teliti.

Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Rusdiana

Prasusilantari dari IAIN Salatiga, jurusan Pendidikan Anak Usia Dini pada

tahun 2019 yang berjudul Pengembangan Kecerdasan Visual Spasial Anak

Menggunakan Teknik Kolase pada Kelompok B di TK Islam Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kecerdasan visual spasial anak mengalami

pengembangan melalui teknik kolase pada anak kelompok B di TK Islam

Tuntang kabupaten Semarang, dari siklus I ke siklus II sudah memenuhi

kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu 85% dari jumlah seluruh

siswa yang mencapai rata-rata 92%. Persamaan dengan penelitian yang

akan dilakukan yaitu sama-sama membahas tentang pengembangan

kecerdasan visual spasial pada peserta didik. Untuk perbedaan terletak pada

pendekatan penelitian yang digunakan. Untuk penelitian terdahulu dengan

pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sedangkan penelitian yang

akan dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

pendekatan studi kasus. pada penelitian terdahulu teknik yang digunakan

adalah dengan menggunakan media kolase, sedangkan penelitian yang akan

Page 18: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

12

dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial tidak

menggunakan media ataupun teknik, melainkan dengan penerapan kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi

Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Ayu Dwi Lestari

Oktavia dari Universitas Bengkulu jurusan Pendidikan Anak Usia Dini

tahun 2014 yang berjudul “Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial

Anak Usia Dini Menggunakan Media Buku Bantal di Taman Kanak-kanak

Sandhy Putra Telkom Kelompok B1 Kota Bengkulu. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dengan menggunakan buku bantal sebagai media

pembelajaran dapat mengembangkan kecerdasan visual spasial anak,

dengan kriteria baik sekali. Dari hasil penelitian disarankan kepada guru

PAUD dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial dapat

menggunakan model penellitian ini yaitu dengan media buku bantal dan

langkah-langkah yang tepat. Persamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu sama-sama membahas tentang pengembangan kecerdasan

visual spasial, sedangkan perbedaan terletak pada media dan pendekatan

penelitian. Penelitian diatas menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian yang dilakukan terdahulu menggunakan media buku bantal

sebagai cara dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial. Sedangkan

penelitian yang akan dilakukan dengan menerapkan kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi.

Ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Lidiya Karolina yang

berasal dari IAIN Bengkulu dengan jurusan Pendidikan Anak Usia Dini

Page 19: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

13

pada tahun 2018 yang berjudul “Mengembangkan Kecerdasan Visual

Spasial Melalui Kegiatan Menggambar di TK Sepakat Kecamatan Talo”.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak

dalam mengenal warna di TK Sepakat Kecamatan Talo secara umum masih

kurang, hal tersebut disebabkan beberapa factor yaitu pemahaman anak

mengenal warna, bentuk dan pola masih kurang, sehingga dalam

pembelajaran diberikan pengenalan secara bertahap. Kecerdasan visual-

spasial pada anak dikembangkan dengan bermain, menggambar atau

melukis, mewarnai, berimajinasi, bercerita, proyek dekorasi, permainan.

Pengenalan visual spasialnya ya misalnya dilakukan dengan bermain grafik

dan menggambar denah, pengenalan dan pemaduan warnadilakukan dengan

kartu warna, mewarnai, dan cipta warna, pengembangan kemampuan

menggambar dilakukan dengan melukis dengan fingerpainting, melengkapi

gambar, menggambar objek, dan gambar ukir. Penajaman kemampuan

visual dirangsang dengan latihan observasi, teropong kertas, kaca pembesar.

Perbedaannya terletak pada teknik atau metode dalam mengembangkan

kecerdasan visual spasial. Persamaannya terletak pada pendekatan

penelitian dan sama-sama membahas cara mengembangakan kecerdasan

visual spasial. Penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan

hampir sama, yaitu sama sama menerapkan kegiatan menggambar. Dimana

didalam kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi juga terdapat kegiatan

menggambar dan mewarnai.

Page 20: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

14

Keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Alfim Khodaliya

Hidayati dari IAIN Ponorogo, jurusan Pendidikan Anak Usia Dini pada

tahun 2019 berjudul Peningkatan Kecerdasan kInestetik Anak Usia Dini

Melalui Kegiatan Mendongeng di TK Muslimat NU 001 Ponorogo, hasil

penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan kinestetik anak dapat

dikembangkan melalui kegiatan mendongeng dalam proses pembelajaran,

bisa dilihat bahwa anak sudah mampu berjalan dengan berbagai variasi,

menaiki tangga, menendang dan melempar bola. Persamaannya yaitu sama-

sama membahas tentang pengembangan kecerdasan majemuk, perbedaanya

yaitu jenis kecerdasan dan kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan

majemuk. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama

sama membahas tentang cara mengembangkan kecerdasan, perbedaannya

terletak pada jenis kecerdasannya. Penelitian terdahulu menggunakan

teknik mendongen untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial. Untuk

penelitian yang akan dilakukan menerapkan kegiatan ekstrakurikuler

kaligrafi. Objek penelitian dalam penelitian terdahulu adalah pada anak usia

dini. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada siswa tingkat sekolah

dasar.

Kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh Anggi Susantri yang

berasal dari Universitas Islam Sumatera Utara pada tahun 2017 dengan

penelitian yang berjudul “Upaya Mengembangakan Kecerdasan Visual

Spasial Melalui Pemainan dengan Bahan Kolase di Taman Kanak- Kanak

Anaprasa Kencana Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

Page 21: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

15

Deli Serdang Tahun Ajaran 2016/2017”. Hasil penelian menunjukkan

bahwa kemampuan visual spasial anak setelah melakukan kegiatan kolase

mulai berkembang, hal ini dilihat dari hasil akhir observasi peneliti dari 10

orang anak yang diteliti terdapat 8 orang anak yang mulai berkembang dan

2 orang anak yang berkembang sesuai harapan. Pelaksanaan penelitian ini

dilakukan dengan dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.

Kegiatan kolase dapatmeningkatkan visual spasialanak kelompok BTK

Bina Anaprasa Kencana, dari 10 orang anak yang diteliti, 6 anak

berkembang sesuai harapan, 4 orang anak berkembang sangat baik.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang

pengembangan kecerdasan visual spasial. Perbedaannya terletak pada

pendekatan penelitiannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan PTK.

Perbedaan juga terletak pada metode atau cara mengembangkan

kecerdasan.penelitian terdahulu menggunakan teknik kolase, sedangkan

penelitian yang akan dilakukan menggunakan penerapan kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi.

B. Kajian Teori

1. Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler memiliki definisi sebagai

kegiatan pengembangan karakter pribadi peserta didik melalui

berbagai aktivitas, baik berhubungan langsung dengan kurikulum

maupun tidak. Kegiatan ini diberikan sebagai kegiatan

pendamping pelajaran yang bersifat inkulikuler. Kegiatan

Page 22: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

16

ekstrakurikuler adalah kegiatan yang sangat bermanfaat, baik

untuk diri sendiri maupun untuk kehidupan bermasyarakat.

Kegiatan ini tidak hanya sebagai pelengkap proses pembelajaran

tetapi juga sebagai wadah agar siswa memiliki nilai tambahan

diluar akademik yang bisa bermanfaat. Pada umumnya ciri sekolah

terletak pada kegiatan ekstrakurikulernya. Dengan demikian setiap

sekolah mempunyai jenis kegiatan ekstrakurikuler yang berbeda14

Kegiatan ekstrakurikuler adalah salah satu kegiatan yang

digunakan lembaga sekolah untuk menyalurkan dan mengembang

bakat peserta didik. Maka dari itu, kegiatan ini perlu adanya

penanganan secara serius, agar sesuai dengan visi misi dan tujuan

diadakannya kegiatan ekstrakurikuler. Tujuan lain kegiatan

ekstrakurikuler adalah membentuk karakter atau watak peserta

didik. Nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan ekstrakurikuler

antara lain: nilai disiplin, cinta lingkungan, kebersihan dan masih

banyak lagi yang erat kaitannya dengan pembentukan karakter

peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler mempunyai banyak sekali

bentuk kegiatan. Kegiatan tersebut dapat berupa kesenian,

olahraga, pramuka, doktor kecil, palang merah, dan juga bakti

masyarakat15

14 Zainal Aqib and Sujak, Panduan Dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung: Yarama

Widya, 2011), p. 68. 15 Rifma, Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru (Jakarta: Prenada Media Grup,

2016), p. 82.

Page 23: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

17

Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk

memperluas pengetahuan siswa, menyalurkan minat dan bakat,

melengkapi mata pelajaran dalam rangka pembinaan manusia

seutuhnya dan mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran.

Kegiatan ekstrakurikuler dapat dikembangkan untuk pembinaan

siswa sehingga siswa mengetahui jatidiri dan moral yang jelas.

Maka dari itu penting bagi pihak sekolah untu mengelola kegiatan

tersebut dengan baik dan efisien.16

2. Kaligrafi

Keterampilan kaligrafi adalah keterampilan menulis yang

tidak hanya menekankan pada keindahan rupa atau bentuk huruf-

huruf yang menyusun sebuah kalimat atau kata. Tetapi juga

memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan estetika atau

keindahan. Agar peserta didik terampil dalam menulis huruf-huruf

atau kalimat bahasa arab, maka perlu adanya pembelajaran kaligrafi.

Kaligrafi merupakan hasil temuan dari umat muslim yang terus maju

dan berkembang dalam mengekspresikan nilai-nilai ekstetika

melalui tinta, cat, dan alat-alat lainnya. Untuk menguasainya

memerlukan waktu yang cukup lama, karena huruf Arab berbeda

jauh dengan huruf latin. Huruf arab mempunyai berbagai macam

16 Richa Fadhlyda, Erlamsyah Erlamsyah, and Daharnis Daharnis, ‘Pembinaan Kegiatan

Ekstrakurikuler Di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kota Sawahlunto’, Konselor, 3.3 (2016), 101

(p. 2) <https://doi.org/10.24036/02014332991-0-00>.

Page 24: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

18

karakter yang berbeda-beda, mulai dari susunan kata sampai kaidah-

kaidahnya.17

Kaligrafi perlu dikembangkan karena peranan kaligrafi

sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya

mempercantik ruangan dan bangunan, tetapi kaligrafi juga

mengandung kata-kata hikmah yang bisa mendekatkan diri kepada

Sang Pencipta. Seseorang yang mengagumi kaligrafi akan bisa

menjadikan seni kaligrafi sebagai pengurang rasa penat dalam

kehidupan sehari-hari, dan menentramkan jiwa. Selain itu, Wahyu

Illahi dapat disuarakan lewat kaligrafi. Cerminan dari respon

seorang hamba terhadap pesan-pesan Illahi.18

3. Khat Kufi

Khat kufi adalah jenis khat yang berbentuk kapital dan

bersudut. Bentuk tulisan kufi adalah tegak lurus dan memiliki sudut

antara garis vertikal dan horizontal. Khat ini tidak bisa ditulis dalam

sekali gores.19

Khat Kufi atau Khat Muzawwa (Kubisme), adalah seni

tulisan arab yang mempunyai karakter tegak, dan kaku. Cocok

digunakan pada ukiran-ukiran bangunan, pintu, kayu dan lain-lain.

Umumnya khat ini digunakan untuk menulis judul buku atau kitab.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa khat ini adalah evolusi

17 Hermawan, pp. 153–54. 18 Mashyuri, p. 10. 19 Achmad Faizur Rosyad, ‘Khat Dan Desain Grafis’, p. 52 <http://digilib.uinsby.ac.id/20117/>.

Page 25: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

19

terakhir dari khat Arami, Syira kuno. Karakteristik yang menonjol

dari khat ini adalah: Bentuknya angular, berbentuk seimbang dengan

sifat bersudut, dan memiliki sapuan garis vertikal pendek serta

horizontal yang memanjang dalam ukuran yang sama panjang.

Khat kufi merupakan khat yang paling tua di antara khat-

khat lainnya. Selain karena usianya, kaligrafi ini terkenal dengan

bentuknya yang kotak-kotak. Karenanya, kaligrafi ini cukup mudah

digoreskan jika ada mistar di sisi kita. Kufi merupakan salah satu

khat paling populer untuk dekorasi masjid. Karena bentuknya yang

kotak-kotak khat kufi sangat mudah dibedakan dalam penulisan

dengan khat lainnya.20 Macam-macam khat kufi ada 4, yaitu:

a. Florida Ted Kufi

Ciri dari Florida Ted Kufi adalah garis vertikalnya

diperluas menjadi bentuk bunga dan daun untuk mempercantik

tulisan. Huruf Alif dan Lam yang berdiri tegak bisa diteruskan

sebagai pangkal batang dari motif daun bunga yang menjulur ke

spasi kosong diatas huruf lain yang lebih rendah posturnya.

b. Plaited Kufi

Huruf vertikalnya saling membentuk jalinan satu sama

lain, baik huruf dalam satu kata maupun satu kalimat. Huruf

yang bisa dibuat untuk anyaman antara lain : alif, lam, dan

20 Irvan Faturrahman, ‘Pengenalan Pola Huruf Hijaiyah Khat Kufi Dengan Metode Deteksi Tepi

Sobel Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation’, Jurnal Teknik Informatika, 11.1 (2018),

37–46 (p. 38) <https://doi.org/10.15408/jti.v11i1.6262>.

Page 26: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

20

lamalif. Huruf tersebut bisa dikepang dengan variatif sesuai

imajinasi.

c. Animated Kufi

Para ahli tidak menyebutkan karakteristik untuk khat

jenis ini, hanya batasan secra sekilas saja. Secara bahasa

animated artinya menghidupkan, dengan demikian bisa

diartikan sebagai kufi yang dihidupkan.

d. Squared Kufi

Ciri khas kufi ini adalah adanya garis-garis lurus

horizontal yang dihubungkan dengan garis lurus vertikal,

sehingga membentuk sudut-sudut. Ciri lain dari khat ini adalah

tida ada ornamen floral dan hanya memiliki harakat yang sedikit.

e. Kufi Muzakhraf

Varian Muzakhraf adalah jenis kufi yang hampir

sempurna memenuhi fungsi kaligrafi, yaitu dekoratif dan

fungsional. Tingkat keterbacaannya lebih baik dari jenis kufi

yang lainnya. Sehingga pesan yang terdapat didalamnya dengan

mudah dapat dibaca. Karena huruf yang digunakan adalah huruf

kufi modern dengan rumus yang telah diakui oleh kaligrafer.21

21 Mashyuri, pp. 16–20.

Page 27: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

21

Sedangkan menurut Muhammad Abdul Qodir, khat kufi

dibagi menjadi 8 macam.

a. Kufi Mushafi

Khat mushafi adalah jenis khat yang sederhana dan

digunakan untuk menuliskan mushaf alqur’an. Khat jenis ini

pertama kali muncul dan digunakan pada zaman Khalifah Umar

bin Khotob.

b. Kufi Miring

Kufi miring adalah jenis khat kufi dengan model tulisan

Arab kapital yang memiliki sudut kemiringan hingga 45°.

c. Kufi Kembang

Kufi kembang adalah model kufi Arab dengan ciri khas

hiasan berbentuk dedaunan. Model ini biasa disebut dengan

model muwarraq karena hiasan yang mendampingi huruf berupa

hiasan dedaunan.

d. Kufi Mu’aqqad

Kufi jenis ini adalah khat yang menggunakan jalinan

antara satu dengan yang lainnya.

e. Kufi Murabba’

Ciri khas dari jenis kufi murabba’ yaituTeknik penulisan

hurufnya dengan dibentuk kotak-kotak tanpa ada ujung lancip

atau hiasan kembang pada hurufnya.

Page 28: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

22

f. Kufi Mudawwar

Kufi mudawwar adalah kufi dengan bentuk tulisan yang

melingkar, dan titip pusat berada ditengah. Ujung huruf dapat

ditulis lancip, kotak atau berdaun

g. Kufi Bersulam

Kufi bersulam adalah jenis gaya kufi yang hanya

menjalin pada huruf yang berdiri saja. Misalnya : alif lam, dal

yang ujungnya diangkat keatas.

h. Kufi Campuran

Adalah jenis kufi perpaduan dari beberapa model.

Didalamnya terdapat berbagai macam jenis khat. Seperti contoh

kufi yang berbentuk bundar, menjalin dan memiliki hiasan 22

4. Kecerdasan Visual Spasial

a. Pengertian Kecerdasan Visual Spasial

Kecerdasan visual spasial adalah keadaan dimana

seseorang mampu dengan baik mengaplikasikan dan

memvisualisaikan apapun yang ada di dalam fikirannya dalam

bentuk gambar, desain maupun grafis baik dua dimensi maupun

tiga dimensi. Orang yang cenderung memiliki kecerdasan ini

22 Rosyad, pp. 53–59.

Page 29: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

23

mampu memahami konsep warna, komposisi, desain, seni dan

juga aspek yang terkandung di dalamnya23.

Untuk memudahkan dalam memahami pengertian

kecerdasan visual spasial bisa dengan menguraikan tiga kata

kunci berikut. Yaitu a). Mempersepsi atau menangkap dan

memahami sesuatu melalui panca indra, b). Visual spasial

adalah sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan mata

khususnya warna dan ruang, c). Mentransformasikan atau

mengalihbentukkan apapun yang dilihat oleh mata kedalam

bentuk lain. Misalnya ketika mata menangkap dan mengamati

bentuk hewan angsa kemudian merekam dan

menginterpretasikan dalam pikiran lalu dituangkan dalam

bentuk gambar, lukisan, sket atau kolase.24

Sebagai contoh, ketika seseorang cenderung memiliki

kecerdasan visual spasial tinggi sedang melihat hamparan

pemandangan yang didalamnya terdapat rumput-rumput,

pepohonan yang menjulang tinggi di lereng pegunungan, maka

ia akan dapat menggeser pepohonan dan rerumputan sesuai

dengan imajinasinya ke tempat yang lebih tepat dan indah.25

Orang yang memiliki keunggulan dalam kecerdasan visual

23 Gunawan, p. 234. 24 Musfiroh, p. 4.3. 25 Nandang Kosasih and Dede Sumarna, Pembelajaran Quantum Dan Optimalisasi Kecerdasan

(Bandung: Alfabeta, 2013), p. 178.

Page 30: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

24

spasial bisa diidentifikasi dengan kemampuannya yang tinggi

dalam pandang ruang. Misalnya pada kalangan arsitek.26

Peserta didik dengan kecerdasan visual spasial yang

lebih dominan dapat belajar lebih baik dengan menggunakan,

video, film, peta, grafik. Mereka lebih senang menyajikan

informasi yang diperoleh dalam bentuk lukisan atau

serangkaian kartu poster.27 Cakupan dalam kecerdasan visual

spasial terdiri atas sejumlah kapasitas yang kurang saling

terhubung; kemampuan mengidentifikasi pemisalan dari unsur

yang sama; kemampuan dalam menyulap pencitraan mental,

kemudian mentransformasikannya.28

b. Indikator Kecerdasan Visual Spasial

Kecerdasan visual spasial memiliki beberapa indikator

sebagai berikut :

1) Mudah membaca peta, grafik dan diagram. Individu yang

cerdas secara visual spasial akan mudah menangkap

informasi yang berbentuk gambar, peta yang menyatakan

hubungan satu konsep dengan konsep lain.

2) Menonjol dalam seni lukis dan seni kerajinan tangan. Mereka

cepat dalam menangkap karakteristik obyek dan memiliki

26 Monty P. Satiadarma and Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan (Jakarta: Pustaka populer

obor, 2003), p. 6. 27 Julis Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences (Bandung: NUANSA, 2016), p. 174. 28 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 20 (Bandung: Alfabeta, 2005), pp. 145–46.

Page 31: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

25

kemampuan alami untuk menuangkannya dalam bentuk

gambar, tiga dimensi dan seni kerajinan.

3) Mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai sesuatu

yang sedang dipikirkan.

4) Mampu menggambar objek atau gambar menyerupai bentuk

aslinya

5) Mereka lebih senang melihat gambar, film, slide atau foto-

foto

6) Sering melamun membayangkan sesuatu dan

mengembangkan imajinasi mereka.

7) Menikmati permainan dalam bentuk puzzle, jigsaw dan maze.

8) Suka mencoret-coret diatas kertas dan buku.

9) Mampu menangkap pola-pola yang lembut dan rumit.

c. Strategi Pengajaran Kecerdasan Visual Spasial

Strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik mengembangkan kecerdasan majemuknya dapat

dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kecerdasan yang

dimilikinya.29 Berikut adalah lima strategi yang digunakan

untuk mengaktifkan dan mengoptimalkan kecerdasan visual

spasial peserta didik.

29 Kosasih and Sumarna, pp. 182–83.

Page 32: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

26

1) Visualisasi

Salah satu cara bisa dilakukan untuk membantu

peserta didik dalam memahami suatu materi adalah dengan

menyuruhnya memejamkan mata kemudian mereka disuruh

membayangkan apa yang telah dipelajari. Guru bisa

menciptakan “papan tulis mental” yang ada di dalam fikiran

atau benak peserta didik. Kemudian peserta didik dapat

menggambarkan materi apapun di papan tulis mental untuk

mereka hafalkan. Ketika guru meminta mereka mengingat

kembali materi yang sudah dihafalkan, peserta didik dapat

melihat kembali data yang telah mereka simpan di papan

tulis mental.

2) Penggunaan Warna

Peserta didik yang memiliki kecerdasan visual

spasial yang tinggi biasnya cenderung peka terhadap warna.

Ada banyak cara kreatif untuk mendukung proses

belajarnya, walaupun buku di sekolah dipenuhi oleh tulisan

teks dengan warna hitam putih atau foto kopi. Diantaranya

yaitu dengan menggunakan kapur warna-warni, spidol dan

transparansi untuk menuliskan materi pelajaran di papan

tulis. Peserta didik dapat menggunakan spidol berwarna

untuk menuliskan kode atau catatan penting untuk mata

pelajaran tertentu. Hal tersebut juga membantu peserta didik

Page 33: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

27

untuk menghilangkan stress ketika pesera didik kesulitan

menemukan kata kunci, kosakata, persoalan atau gagasan-

gagasan penting, karena mereka bisa menggunakan warna

kesukaannya untuk menulis dan memenuhi buku

pelajarannya. 30

3) Metafora Gambar

Metafora gambar adalah mengekspresikan suatu

gagasan lewat pencitraan visual. Nilai pendidikan dari

metafora gambar yaitu pembentukan antar hubungan

pengetahuan yang diketahui oleh pesera didik dan dengan

apa yang sedang dipelajari. Misalnya meminta pesera didik

membuat metafora diri sendiri “Jika organ-organ utama

tubuh manusia adalah binatang, makan binatang apakah

itu?”

4) Sketsa Gagasan

Guru dapat membantu peserta didik untuk membuat

sketsa tentang gagasan, ide pokok atau konsep yang telah

dipelajari. Agar cepat dan mudah, membuat sketsa ini tidak

harus rapi dan sama seperti kenyataannya.

30 Hamzah B. Uno and Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), pp. 137–38.

Page 34: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

28

5) Simbol Grafis

Strategi ini adalah strategi yang paling tradisional

yaitu menulis di papan tulis. Mengambar di papan tulis

sudah jarang digunakan lagi di sekolah-sekolah dasar.

Padahal gambar adalah salah satu media penting untuk

mendukung mengaktifkan dan mengoptimalkan kecerdasan

visual spasial peserta didik. Guru harus berlatih

menggambar sekurang-kurangnya di beberapa mata

pelajaran. Contohnya: menggambar sebuah alur novel atau

peristiwa bersejarah dan melengkapi alur tersebut tidak

hanya dengan tanggal atau peristiwa-peristiwa tertentu.

Guru tidak harus mahir dalam menggambar. Ketika gambar

yang tidak terlalu bagus kemudian diperlihatkan kepada

peserta didik, maka ia akan berani memperlihatkan

gambarnya yang tidak bagus ke temannya atau guru.31

d. Cara Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial Peserta Didik

Kecerdasan visual spasial dapat dikembangkan melalui

beberapa kegiatan berikut: bermain, menggambar objek,

melukis, mewarnai, berimajinasi, bercerita, membuat proyek

dekorasi dan melalui beberapa permainan. Cara-cara diatas

dimaksudkan untuk pengenalan informasi visual, pengenalan

dan pemaduan warna, pengembangan kemampuan

31 Uno and Kuadrat, pp. 138–39.

Page 35: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

29

menggambar, penajaman kemampuan visual spasial dan

pengembangan imajinasi.32

5. Peserta Didik

a. Pengertian Peserta Didik

Peserta didik adalah orang atau individu yang

mendapatkan pelayanan pendidikan yang disesuaikan

dengan bakat, minat dan juga kemampuannya agar dapat

bertumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat

menerima kepuasan terhadap pelajaran yang telah diberikan

oleh gurunya.33 Peserta didik berperan penting terhadap

pendidikan formal. Jika peserta didik tidak ada, maka guru

juga tidak ada. Karena guru tidak akan bisa mengajar tanpa

adanya peserta didik, namun peserta didik bisa belajar tanpa

adanya guru.34

b. Tahap-tahap Perkembangan Peserta Didik

1) Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)

Di tahap ini, kemampuan kognitif masih terbatas.

Peserta didik masih pada tahap meniru. Yang sering

mereka lakukan adalah meniru perilaku orang lain

terutama orang tua dan guru. Mereka meniru apapun

32 Musfiroh, p. 4.36. 33 Prihatin Eka, Menejemen Peserta Didik (Bandung: Alfabeta, 2014), p. 4. 34 Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Alfabeta, 2013), p. 2.

Page 36: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

30

yang dilihatnya, keadaan dan kejadian yang pernah

dialaminya dimasa lampau

2) Tahap Operasional Konkret (usia7-11 tahun)

Peserta didik sudah mulai memahami konsep dan

aspek-aspek materi ketika menginjak tahap ini. Sebagai

contoh volume dan jumlah. Mereka mempunyai

kemampuan bagaimana cara mengombinasikan

golongan benda yang sudah lebih bervariasi. Dalam

tahap ini, peserta didik sudah mulai berfikir sistematis

mengenai benda dan juga peristiwa-peristiwa konkret.

3) Tahap Operasional Formal (usia 11-15 tahun)

Peserta didik menginjak masa remaja ketika

sampai kedalam tahap operasional formal. Peserta didik

mampu mengoordinasikan kemampuan kognitif baik

secara simultan atau berurutan. Misalnya, kapasitas

dalam merumuskan hipotesis dengan prInsip-prinsip

yang tidak terlihat (abstrak). Mereka mampu

menyelesaikan masalah dengan hipotesis yang telah

diajukan. Kemudian peserta didik akan mudah dan

mampu dalam mempelajari pelajaran abstrak seperti

pelajaran matematika, agama dan lain-lain.35

35 Uno and Kuadrat, pp. 4–5.

Page 37: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

31

c. Kecerdasan Peserta Didik

Skala kecerdasan yang selama ini digunakan ternyata

memiliki banyak kekurangan sehingga untuk meramalkan

potensi kesuksesan di masa yang akan dataang kurang akurat.

Hal tersebut ditegaskan oleh pakar Howard Gardner . Ada 7

macam kecerdasan, yaitu:

1) Kecerdasan Logis Matematis

Kecerdasan, dimana seseorang dapat berpikir sesuai

dengan aturan logika. Mereka dapat memecahkan masalah

dengan kemampuannya dalam berpikir. Mereka lebih senang

dalam menekuni kegiatan menganalisis, dan mempelajari

sebab akibat dari kejadian tertentu.

2) Kecerdasan Bahasa

Kecerdasan seseorang dalam menggunakan bahasa

dengan baik dan lancar baik itu secara lisan maupun tulisan.

Ia mampu mengekspresikan gagasannya dalam bahasa

dengan baik. Seseorang dengan kecerdasan ini mempunyai

daya ingat yang cukup baik, dan lebih mudah mempelajari

sesuatu secara verbalisasi dan mendengarkan.

Page 38: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

32

3) Kecerdasan Musikal

Seseorang yang cenderung memiliki kecerdasan

musilal akan peka terhadap suara nonverbal yang ada di

sekelilingnya. Mereka senang mendengarkan nada yang

indah serta irama, baik yang ia senandungkan sendiri maupun

dari rekaman tape recorder, radio, maupun alat musik yang

sedang dimainkan. Gagasan-gagasan yang dikaitkan dengan

musik akan lebih mudah untuk diingat dan diapresiasikan.

4) Kecerdasan Visual Spasial

Peserta didik yang memiliki kecerdasan ini mampu

memahami hubungan antara objek dan ruang secara

mendalam. Mereka mampu berimajinasi dan menciptakan

bentuk-bentuk tiga dimensi seperti orang dewasa yang

berprofesi sebagai pemahat atau arsitek. Keunggulan peserta

didik yang cenderung memiliki kecerdasan visual spasial

adalah mudah menemukan jejak pada suatu kegiatan

kepramukaan, menciptakan lukisan yang imajinatif.

5) Kecerdasan Kinestetik

Dalam memecahkan masalah dan berkomunikasi

mereka mampu menggunakan secara aktif bagian tubuhnya.

Peserta didik yang unggul dalam salah satu olahraga adalah

Page 39: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

33

contohnya. Selain itu, mereka juga terampil dalam menari,

bermain sulap dan akrobat.36

6) Kecerdasan Interpersonal

Ciri yang menonjol dari kecerdasan ini adalah mereka

sangat peka terhadap perasaan orang lain. Mereka mudah

berinteraksi dengan lingkungan baru. Peserta didik yang

memiliki kecerdasan ini cenderung memiliki kemampuan

menjalin persahabatan yang akrab. Selain itu mereka

memiliki kemampuan baik dalam memimpin, berorganisasi,

dan juga menangani permasalahan.

7) Kecerdasan Intrapersonal

Karakteristik dari kecerdasan ini adalah mereka peka

terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia mampu mengetahui

kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya. Mereka sering

berintropeksi diri, mencari dimana letak kekurangan dan

kelemahan kemudian mencoba untuk memperbaikinya.

Mereka cenderung lebih suka menyendiri di tempat yang sepi,

merenung dan berdialog dengan diri sendiri.

8) Kecerdasan Naturalis

Peserta didik yang memiliki kepekaan terhadap

lingkungan alam adalah peserta didik yang cenderung

memiliki kecerdasan naturalis. Mereka lebih senang dengan

36 Uno and Kuadrat, pp. 12–13.

Page 40: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

34

kegiatan yang dilakukan di alam yang terbuka, seperti hutan,

gunung, pantai, cagar alam dan lain-lain. Selain itu, mereka

lebih senang mengobservasi lingkungan alam, seperti jenis

tumbuhan dan hewan, batuan, lapisan tanah, air, dan lain-

lain.37

6. Pembelajaran dan Komponen Pembelajaran

a. Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan pada tingkah laku

seseorang yang dilakukan melalui interaksi antara indivisu

dengan lingkungan dan pengalaman. Agar dapat melakukan

kegiatan belajar, maka seseorang harus melakukan kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi antar

peserta didik dan pendidik pada suatu lingkungan belajar.38

Dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, meliputi

kegiatan pembuka sampai kegiatan penutup.

1) Kegiatan Pendahuluan

Dalam tahap ini, pendidik melakukan kegiatan

yang meliputi: mempersiapkan peserta didik untuk

mengikuti proses pembelajaran, melakukan apersepsi

(mengaitkan dengan materi sebelumnya dengan materi

37 Uno and Kuadrat, p. 14.

38 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), p. 12.

Page 41: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

35

yang akan dipelajari), menjelaskan tujuan pembelajaran

dan menjelaskan uraian materi sesuai silabus.

2) Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses

pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD).

Kegiatan ini menggunakan metode yang disesuaikan

dengan karakteristik peserta didik, yang meliputi:

kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup meliputi kegiatan

menyimpulkan hasil pembelajaran, penilaian, pemberian

feedback dan tugas kepada peserta didik serta

menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya.39

b. Komponen Pembelajaran

Komponen pembelajaran merupakan suatu

komponen yang utuh, saling mengikat dan mendukung

antara satu komponen dengan komponen yang lain.40 Dalam

kehidupan sehari-hari di sekolah terkadang seorang

39 Mendiknas RI, ‘Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41

Tahun 2007 Tentang Standar Proses’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53.9 (2013),

1689–99 (pp. 14–17) <https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004>. 40Rakhmwati Indriani, http://indrycanthiq84.wordpress.com/pendidikan/komponen-

komponen- pembelajaran-konsep-dasar-peserta-didik-tujuan-dan-bahanmateri/, diakses tanggal

27 April 2020

Page 42: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

36

pendidik kurang tepat dalam memilih metode yang akan

dipakai dalam pembelajaran atau kurang tepat

menangani peserta didik yang bermasalah, atau mungkin

kurang tepat dalam mengevaluasi kerja siswa. Padahal,

keterpaduan komponen dalam pembelajaran merupakan

salah satu penentu keberhasilan dalam pembelajaran itu.

Tidak jarang ditemukan pembelajaran berlangsung hanya

karena tuntutan pekerjaan semata, yang hanya menjalankan

tugasnya sebagai seorang guru tanpa melihat kualitas proses

yang berlangsung. Oleh sebab itu, penting adanya untuk

mengetahui lebih lanjut komponen-komponen dalam

pembelajaran, agar adanya keterpaduan yang serasi dari

komponen tersebut sehingga tercipta pembelaja ran yang

berkualitas.

1) Tujuan

Tujuan dan standar kompetensi yang hendak

dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran a d a l a h

komponen paling mendasar dalam proses desain

pembelajaran. Karena suatu pembelajaran yang tidak

diawali dengan identifikasi dan penentuan tujuan

yang jelas akan menimbulkan kesalahan sasaran.

Dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembelajaran,

rumusan tujuan merupakan aspek fundamental dalam

Page 43: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

37

mengarahkan proses pembelajaran yang baik.41

2) Peserta Didik

Peserta didik adalah orang atau individu yang

mendapatkan pelayanan pendidikan yang disesuaikan

dengan bakat, minat dan juga kemampuannya agar dapat

bertumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat

menerima kepuasan terhadap pelajaran yang telah

diberikan oleh gurunya.42 Peserta didik berperan penting

terhadap pendidikan formal. Jika peserta didik tidak ada,

maka guru juga tidak ada. Karena guru tidak akan bisa

mengajar tanpa adanya peserta didik, namun peserta

didik bisa belajar tanpa adanya guru.43

3) Pendidik

Tugas seorang pendidik adalah bertanggung

jawab dalam mencerdaskan kehidupan peserta didik.

Sebelum pendidik melakukan tugasnya, pendidik harus

mempersiapkan perangkat pembelajaran, merumuskan

tujuan, menentukan metode, menyampaikan bahan ajar,

menentukan sumber belajar dan yang paling terakhir

ketika pendidik akan melihat hasil pembelajarannya

adalah melaksanakan evaluasi.

41Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain pembelajaran: Disesuaikan dengan

Kurikulum 2013 (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2014), h. 80-81 42 Eka, p. 4. 43 Danim, p. 2.

Page 44: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

38

4) Bahan atau Materi Pembelajaran

Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,

pendidik memerlukan bahan atau materi pembelajaran

yang digunakan untuk perencanaan dan penelaahan

implementasi pembelajaran

5) Metode

Metode pengajaran atau pendidikan adalah

suatu cara yang digunakan pendidik untuk

menyampaikan materi pelajaran, keterampilan atau

sikap tertentu agar pembelajaran dan pendidikan

berlangsung efektif dan tujuannya tercapai dengan baik.

Tidak semua metode cocok digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Hal ini

tergantung dari karakteristik peserta didik, materi

pembelajaran, dan konteks lingkungan dimana

pembelajaran itu berlangsung.

6) Media

Media tidak bisa dipisahkan dari metode yang

digunakan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan

bahan ajar karena metode merupakan rangkaian dari

media tersebut. Media adalah alat bantu yang digunakan

oleh pendidik agar proses komunikasi dengan peserta

didik berjalan dengan lancar dan baik.

Page 45: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

39

7) Evaluasi

Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan

kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan

informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan

untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil

belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah

melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Evaluasi

hasil belajar memiliki tujuan-tujuan tertentu:

a) Memberikan informasi tentang kemajuan peserta

didik dalam upaya mencapai tujuan- tujuan belajar

melalui berbagai kegiatan belajar.

b) Memberikan informasi yang dapat digunakan

untuk membina kegiatan-kegiatan belajar peserta

didik lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun

masing-masing individu.

c) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk

mengetahui kemampuan peserta didik .

d) menetapkan kesulitan-kesulitannya dan

menyarankan kegiatan-kegiatan remedial

(perbaikan).

e) Memberi informasi yang data digunakan sebagai

dasar untuk mendorong motivasi belajar peserta

Page 46: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

40

didik dengan cara mengenal kemajuannya sendiri

dan merangsangnya untuk melakukan upaya

perbaikan.

f) Memberikan informasi tentang semua aspek

tingkah laku siswa, sehingga guru dapat

membantu perkembangannya menjadi warga

masyarakat dan pribadi yang berkualitas.

g) Memberikan informasi yang tepat untuk

membimbing peserta didik memilih sekolah, atau

jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan

bakatnya44.

44 H. M. Jufri Dolong, ‘Teknik Analisis dalam Komponen Pembelajaran’, Jurnal UIN

Alauddin, 5.2 (2016), 293–300 (pp. 295–98).

Page 47: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

41

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam skripsi ini jenis penelitain yang diambil adalah

penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan

di lapangan atau di masyarakat.45 Dalam hal ini jenis penelitian yang

digunakan adalah studi kasus yaitu sebuah penelitian yang dilakukan

terhadap suatu kesatuan sistem. Kesatuan ini dapat berupa program,

kegiatan, peristiwa. Studi kasus adalah suatu penelitian yang

diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, dan

memperoleh suatu pemahaman dari penelitain tersebut46, dalam

penelitian ini studi analisisnya di MI Ma’arif Setono Jenangan

Ponorogo. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan

secara induktif. Dan dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke

lapangan.

Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata atau lisan

dari orang yang diteliti.47 Peneliti mengamati dan menyelidiki secara

rinci terhadap pembelajaran ekstrakurikuler kaligrafi dan dampak

45 Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: mitra wacana media, 2012), p.

21. 46 nana syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidiksn (Bandung: PT Remaja Rosda

Karya), p. 64. 47 Lexy Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1995),

p. 6.

40

Page 48: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

42

pembelajaran kaligrafi terhadap pengembangan kecerdasan visual

spasial peserta didik di MI M’arif Setono Jengangan

Ponorogo.Adapun masalah yang akan diteliti ialah tentang

implementasi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dalam

mengembangkan kecerdasan visual spasial di MI Ma’arif Setono.

2. Kehadiran Peneliti

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari

pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang

menentukan keseluruhan skenarionya. Pada penelitian ini, peneliti

diposisikan sebagai observer orang yang melalakukan observasi48.

Peneliti disini berperan sangat penting. Peran peneliti dimulai

sebelum penelitian berlangsung sampai penelitian selesai. Dengan

demikian, peneliti disini bertindak penuh sebagai instrument kunci,

sebagai orang yang berpartisipasi aktif dalam penelitian untuk

memperoleh atau mengumpulkan data yang diperlukan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI Ma’arf Setono, Jenangan

Ponorogo. Lokasi ini dipilih sebagai tempat dilaksanakannya

penelitian karena ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono

tegolong bervariasai tidak hanya kegiatan menulis huruf Arab saja,

tetapi terdiri dari kegiatan menggambar dan mewarnai.

48 Moloeng, pp. 3–4.

Page 49: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

43

4. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh adalah data-data diskriptif berupa kata-

kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan

data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Adapun

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

data kuantitatif. Untuk data kualitatif berupa gambaran umum obyek

penelitian meliputi sejarah singkat berdirinya lokasi penelitian, letak

geografis objek, Visi dan Misi, struktur organisasi, keadaan guru,

keadaan siswa, dan jadwal kegiatan ekstrakurikuler di MI Ma’arif

Setono. Untuk data kuantitatif berupa : jumlah guru dan jumlah

siswa.

Sumber data adalah tempat atau orang dimana darinya kita

dapat memperoleh suatu data atau informasi.49 Adapun dalam

penelitian ini sumber data primer diperoleh melalui wawancara yang

menjadi obyek penelitian yang telah disebutkan dalam obyek

penelitian, yaitu kepala sekolah dan pelatih ekstrakurikuler kaligrafi

dan peserta ekstrakurikuler kaligrafi. Data sekunder diperoleh dari

beberapa literatur dokumen, seperti buku, jurnal penelitian, dan

publikasi internet yang berkaitan dengan ekstrakurikuler kaligrafi

dan kecerdasan visual spasial.

49 Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghali Indonesia, 2005), p. 54.

Page 50: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

44

5. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mempermudah dalam memperoleh dan menganalisa

data, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi atau Pengamatan

Pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun

data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan disebut

dengan observasi.50 Pada observasi ini peneliti menggunakan

teknik partisipan.. Dengan metode ini, peneliti bisa menyelidiki

secara langsung objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini

observasi dilakukan pada saat kegaiatan ekstrakurikuler kaligrafi

berlangsung. Selain itu, observasi ini dilakukan oleh peneliti

untuk memperoleh data tentang keadaan lokasi penelitian yakni

di MI Ma’arif Setono, kegiatan berlangsungnya ekstrakurikuler

kaligrafi, kondisi lingkungan sekolah dan lain-lain.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab yang berlangsung

secara lisan yang mana dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi dan keterangan-

keterangan.51 Dalam wacana dunia pendidikan teknik

50 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan, Publik Dan

Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), p. 135. 51 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D

(Bandung: Alfabeta, 2014), pp. 308–9.

Page 51: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

45

pengumpulan data melalui wawancara umumnya dilakukan

dalam empat model yaitu:

1) Wawancara terstruktur yakni wawancara yang

mengutamakan pengumpulan data yang sudah terorganisasi

dan sudah terencanakan. Mulai dari pemilihan dan penentuan

siapa objek yang akan diwawancara, waktu dan tempat

pelaksanaan wawancara, tema dan topik inti yang akan

ditanyakan, susunan pertanyaan yang akan diajukan,

perangkat dan penyimpanan data yang akan digunakan.

Wawancara jenis ini paling diprioritaskan dalam penelitian

pendidikan karena teknik ini dapat menghindari peluang

terjadinya kesalahan tema dan topik yang akan

diwawancarakan.

2) Wawancara tidak terstruktur yakni teknik pengumpulan data

yang dilakukan secara langsung tanpa adanya persiapan yang

sehingga data yang didapatkan menjadi tidak akurat karena

kurangnya kematangan dalam menyiapkan wawancara.

3) Wawancara terbuka yakni teknik pengumpulan data dan

informasi yang dilakukan atas pengertian kedua belah pihak.

Objek peneliti juga secara sukarela diteliti.

4) Wawancara terselubung yakni pengumpulan data atau

informasi yang dilakukan secara diam-diam. Objek yang

diteliti tidak tahu jika ia sedang diwawancarai. Dalam dunia

Page 52: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

46

pendidikan wawancara terselubung ini cukup efektif untuk

penelitian masalah yang sensitive.52

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis

wawancara terstruktur. Peneliti akan mewawancarai kepala

sekolah untuk memperoleh informasi terkait sejak kapan mulai

diadakannya ekstrakurikuler kaligrafi, dan tujuan diadakannya

kegiatan tersebut. Selain itu peneliti akan mewawancarai pelatih

ekstrakurikuler untuk mengetahui langkah-langkah, implikasi,

kendala dan solusi kegaiatan ekstrakurikuler kaligrafi. Peserta

didik juga akan diwawancarai terkait dampak dari pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi yang diadakan di MI Ma’arif

Setono.

c. Dokumentasi

Merupakan salah satu metode pengumpulan data

kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen

yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang

subjek.53 Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data

kuantitatif seperti: jumlah peserta didik, jumlah guru, visi dan

misi, jadwal kegiatan ekstrakurikuler, dan lain sebagainya.

52 Muliawan jasa ungguh, Metodologi Penelitian Pendidikan (Yokyakarta: Gava Media,

2014), pp. 178–84. 53 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), p. 326.

Page 53: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

47

6. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman

dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung. Aktifitas

menganalisis data dilaksanakan secara interaktif dan dilakukan

secaraterus menerus samapi selesai penelitian.54 Analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis dari data yang

diperoleh hasil wawancara, observasi atau bahan-bahan lain

sehingga mudah dipahami dan hasilnya dapat dipahami oleh orang

lain secara mudah. Dalam menganalisa data yang bersifat kualitatif

akan dilakukan tiga tahapan, yaitu: reduksi data, display data dan

mengambil kesimpulan data verifikasi dalam proses analisa. Dalam

proses reduksi data, bahan-bahan yang sudah terkumpul dianalisis,

disusun secara sistematis, dan ditonjolkan pokok-pokok

permasalahannya atau yang mana dianggap penting. Sedangkan

display data merupakan proses pengorganisasian data sehingga

mudah untuk dianalisis dan disimpulkan.55

Miles dan Hubermen menegaskan bahwa dalam penelitian

kualitatif data yang terkumpul melalui berbagai teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda seperti interview, observasi, catatan,

melalui tape, terlihat lebih banyak berpa kata-kata daripada angka.56

54 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung, 2016), p. 246. 55 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,

p. 330. 56 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan (Jakarta:

Kencana, 2014), 407.

Page 54: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

48

Dalam proses reduksi data peneliti akan merangkum,

memilih hal-hal pokok dan memfokuskan kepada hal-hal yang

penting dan membuat kategori. Dalam hal ini data-data yang peneliti

peroleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi masih sangat

umum atau kompleks yaitu mengenai penerapan ekstrakurikuler

kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial peserta

didik.

Kemudian setelah peneliti mereduksi data, data akan diubah

dalam bentuk uraian naratif. Dan tahap terakhir untuk

menyimpulkan hasi penelitian yang telah diteliti.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Adapun pengecekan keabsahan temuan yang digunakan

peneliti dalam penelitian adalah dengan metode triangulasi. Dalam

teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila

peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka

sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji

kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data sebagai

sumber data.57

57 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,

p. 330.

Page 55: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

49

Dalam penelitian kualitatif, teknik triangulasi dimanfaatkan

sebagai pengecekan keabsahan data yang peneliti temukan dan hasil

wawancara peneliti dengan informan kunci lainnya dan kemudian

peneliti mengkonfirmasikan dengan studi dokumentasi yang

berhubungan dengan penelitian serta hasil pengamatan peneliti di

lapangan sehingga kemurnian dan keabsahan data terjamin.58

Tringulasi pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai

pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanaannya

peneliti melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil

wawancara dengan kepala sekolah, pelatih dan peserta

ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono.

8. Tahapan-Tahapan Penelitian

Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan

dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian. Tahap-tahap

penelitian tersebut adalah:

a. Tahap pralapangan, yang meliputi: menyusun rancangan

penelitian, memilih lapangan penelitian,mengurus perizinan,

menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan

memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian

dan menyangkut persoalan etika penelitian.

58 Iskandar, Metodologi Penelitian Dan Sosial (Jakarta: GP Press, 2009), p. 23.

Page 56: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

50

b. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami latar

penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan

serta sambil mengumpulkan data.

c. Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah

pengumpulan data.

d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.59

Penelitian yang dilakukan sesuai dengan tahap akan

tersusun dengan baik, dan akan memberikan alur untuk peneliti.

Jika peneliti sesuai dengan alur yang dipilihnya sendiri, maka

penelitian akan berjalan dengan baik juga.

59 Abdul Manab, Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif (Yokyakarta: Kalimedia,

2015), pp. 213–28.

Page 57: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data Umum

1. Sejarah Berdirinya MI Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo

MI Ma’arif Setono diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1959 oleh

Organisasi NU Setono. Tokoh-tokoh pendiri MI Ma’arif Setono ini

adalah Ahmad Ba’asyir, K. Abdul Aziz, Syajid Singodimejo, dan M.

Umar.

MI Ma’arif Setono didirikan di atas tanah wakaf dari Bapak

Ahmad Ba’asyr dan Bapak Slamet, Hs dengan luas tanah 756 m2 dan

luas bangunan 480 m2. Pada tanggal 19 Agustus 2002 tanah wakaf

tersebut baru diproses ke PPAIW dan kantor agraria dengan nomor W.

2. a/ 06/ 02 th 2002 dan w. 2 a/05/02 th 2002.

Pada awal didirikan kegiatan belajar mengajar di Madrasah ini

dilaksanakan pada sore hari dengan nama Madin Ma’arif Setono,

kemudian atas dasar keputusan Menteri Agama RI no. K/4/C.N/Agama

pada tanggal 1 Maret 1963 (1 Syawal 1382) serta Departemen Agama

Kabupaten Ponorogo no. m/3/;195/A/1987, Madrasah ini diakui dan

diberi nama MWB (Madrasah Wajib Belajar) dengan kegiatan belajar

mengajar dilaksanakan pagi hari. Pada waktu itu Ujian Akhir Nasional

untuk kelas masih bergabung dengan Sekolah Dasar karena masih

belum dapat melaksanakan ujian sendiri.

49

Page 58: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

50

Setelah ada keputusan (SKB) tiga materi, Madrasah wajib

belajar mengubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah setara dengan SD

dengan Ijazah yang juga setara dengan SD. MI Ma’arif Setono dapat

melaksanakan UAN sendiri dibawah pengawasan Departemen Agama,

MI Ma’arif Setono juga mendapatkan bantuan dari Depag Kabupaten

Ponorogo.

Dari awal didirikan hingga sekarang, MI Ma’arif Setono

mengalami enam pergantian Kepala Sekolah, yaitu:

a. Maesaroh, A. MA (1968-1972)

b. M. Daroini, BA (1973-1977)

c. Sandi Idris, BA (1978-1982)

d. Sudjiono (1983-2003)

e. Suparmin, A. MA (2003-2007)

f. Maftoh Zaenuri, S. Ag (2007- 2016)

g. Muhammad Mansur, S.Pd.I (2016 - Sekarang)60

2. Letak Geografis MI Ma’arif Setono

MI Ma’arif Setono terletak di jalan Raden Katong No. 1

Kelurahan Setono Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. Adapun

batas-batas MI Ma’arif Setono adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan makam Batoro Katong.

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Singosaren.

60Lihat transkip dokumentasi kode : 01/D/8-II/2020

Page 59: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

51

c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kadipaten.

d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Japan.61

3. Visi Misi dan tujuan MI Ma’arif Setono

a. Visi:

“Terbentuknya anak yang berakhlaqul karimah, berkwalitas

dalam IMTAQ dan IPTEK, berwawasan Ahlu Sunnah Wal

Jama’ah.”

b. Misi

1) Mengembangkan SDM untuk meningkatkan kwalitas

professional para guru dan karyawan serta lingkungan

madrasah

2) Efektifkan KBM dan mengoptimalkan kegiatan

ekstrakurikuler serta meningkatkan keterampilan sejak dini

3) Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana belajar

Mengajar

4) Pemberdayaan potensi dan peran serta masyarakat

dilingkungan sekolah

5) Menciptakan lingkungan Madrasah yang kondusif yang

berwawasan Ahlussunnah wal Jama'ah

c. Tujuan

1) Mengajarkan ajaran agama secara menyeluruh (kaffah).

61 Lihat transkip dokumentasi kode : 02/D/8-II/2020

Page 60: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

52

2) Mengedepankan keseimbangan (balance) antara

pengetahuan agama dan umum

3) Ikut serta mencerdaskan bangsa melalui jalur pendidikan

formal

4) Melaksanakan pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Inovatif,

Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM), sehingga siswa

mampu mencapai prestasi akademik dan non akademik

secara optimal.

5) Mempersiapkan siswa dengan life skill di bidang: komputer,

Bahasa Inggris dan keterampilan keagamaan.

6) Menjadikan madrasah sebagai alternative pilihan

masyarakat karena kualitasnya semakin hari semakin baik.62

4. Struktur Organisasi MI Ma’arif Setono

d. Organisasi Madrasah

Kepala Madrasah : Muhammad Mansur, S.Pd.I

Wakil Kepala : Imam Mustofa, S.Pd.I

Waka Kurikulum : Imam Mustofa, S.Pd.I

Waka Kesiswaan : Nirma Kumalasari, S.Pd.I

Waka Sarpras : Parlan, S.Pd.I

Waka Humas : Ade Prasetyo, S.Pd.I,

62 Lihat transkip dokumentasi kode : 03/D/8-II/2020

Page 61: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

53

e. Bidang – Bidang :

Operator : Farida Hera, S.Pd.I

Tata Usaha : Ridwan Apriyanto, S.Pd

Bimbingan Penyuluhan : Zahrotul Mawaddah, S.Ag

Perpustakaan : Zulfa Ainurrosida, M.Pd

Koperasi : Nirma Kumalasari, S.Pd.I

Kantin : Binti Devi Puspita, S.Pd.SD

Bendahara BOS : Lailatul Khasanah, S.Pd

Bendahara Jariyah : Zahrotul Mawaddah, S.Ag

Tabungan : Parlan, S.Pd.I

Upacara : Ahmad Munir, S.Pd

f. Ekstra Kurikuler

TPQ : Basyirotul Munjiyati (Koordinator)

Muhadloroh : Imam Mustofa, S.Pd.I (Koordinator)

Pramuka : Farida Hera, S.Pd.I + Ahmad Munir, S.Pd

UKS : Arum Suji Heni, S.Pd.I (Koordinator)

Qiroah : Basyirotul Munjiyati (Koordinator)

Seni Tari : Wali Kelas

Page 62: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

54

Kaligrafi : Wali Kelas

Hadroh : Ridwan Apriyanto, S.Pd63

5. Keadaan Guru dan Murid di MI Ma’arif Setono

Data pegawai yang berada di MI Ma’arif Setono Jenangan

Ponorogo adalah 19 orang Guru dan 1 Tata Usaha. Sedangkan untuk

jumlah peserta didik dalam tahun pelajaran 2019/2020 adalah sebagai

berikut64

No Kelas

2019/2020

L P Jml (L+P)

1. I 38 37 75

2. II 35 17 52

3. III 24 30 54

4. IV 34 26 60

5. V 23 25 48

6. VI 23 22 45

Total Jumlah

Siswa 177 157 334

63Lihat transkip dokumentasi kode : 04/D/8-II/2020 64 Lihat transkip dokumentasi kode : 05/D/8-II/2020

Page 63: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

55

6. Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler Di MI Ma’arif Setono65

No. Hari/waktu Kegiatan Kelas Pembina

1. Rabu, 13.00

s/d 14.00

Qiroah 3 s/d

6

Basyirotul

Munjiyati

2. Sabtu, 09.30

s/d 11.00

Hadroh 5 s/d

6

U. Ridwan &

A.Wildan

3. Setiap Tanggal

27

Muhadloroh 1 s/d

6

Seluruh Ustadzah

MI

4. Senin s/d

Kamis

07.30 - 08.30

TPQ dan

Hafalan Juz

Amma

1 & 2 PPTQ AL-Hasan

5. Jum'at, 14.00 -

16.30

Pramuka 3 s/d

5

Racana IAIN

Ponorogo Kak

Ahmad Munir &

Kak Farida Hera

6. Sabtu, 09.30 -

11.00

Shalawat 4 Ustadazh Widya

Kaligrafi 3 PP Darul Huda

Mayak

Tahsinul

Qur'an

6 Ustadz Sholihin

7. Sabtu, 07.30 -

09.00

Tari 1 & 2 Heppy & Ayu

B. Deskripsi Data Khusus

1. Data Tentang Pelaksanaan Ekstrakurikuler Kaligrafi dalam

Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial Peserta Didik di MI

Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang berada di luar

jam pelajaran yang penting diadakan untuk mendapatkan tambahan

pengetahuan, keterampilan dan wawasan serta membentuk karakter

peserta didik sesuai bakat dan minat masing-masing. Berdasarkan hasil

65 Lihat transkip dokumentasi kode : 06/D/8-II/2020

Page 64: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

56

wawancara dengan Bapak Muhammad Mansur, S.Pd.I selaku kepala

madrasah di MI Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo tentang profil

kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif adalah sebagai berikut:

“kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi sudah ada di MI Ma’arif

Setono sekitar 5 tahun yang lalu. Sebenarnya dulu bukan

ekstrakurikuler kaligrafi, tetapi ekstrakurikuler menggambar.

Kemudian ada kendala, yaitu pelatih tidak bisa hadir kalau hari

sabtu karena kebetulan berbenturan dengan jadwal melatih di

sekolah lain, maka dari itu kita ganti dengan ekstrakurikuler

kaligrafi. Karena kaligrafi juga termasuk kegiatan yang

dilombakan dalam event-event tertentu seperti porseni, aksioma

dan lomba lainnya, maka kita ganti dengan ekstrakurikuler

kaligrafi.”66

Kegiatan estrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono sudah

berjalan dari tahun 2015. Dulunya kegiatan ini adalah ekstrakurikuler

menggambar. Akan tetapi, karena ada kendala dari pelatih

menggambar, yang tidak bisa hadir karena berbenturan mengajar di

sekolah lain maka kegiatan diganti dengan ekstrakurikuler kaligrafi.

Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono

dilaksanakan setiap hari sabtu mulai pukul 10.30 sampai pukul 11.00

dan diikuti oleh seluruh peserta didik kelas III67, seperti yang

diungkapkan oleh Bu Nirma Kumalasari, S.Pd.I sebagai berikut:

”Esktrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono ini adalah

kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik kelas III.

Karena setiap tingkatan kelas ada pembagian kegiatan ekstra

yang wajib diikuti. Untuk kaligrafi dikhususkan bagi siswa

kelas III saja. Kegiatan ini dimulai setelah istirahat atau jam

66 Lihat transkip wawancara kode : 01/W/25-2/2020 67Lihat transkip observasi kode : 01/O/01-II/2020

Page 65: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

57

10.30 WIB sampai jam 11.00 WIB.”68

Pelaksanaan pembelajaran tentu saja diatur sedemikian rupa

menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksaannya berjalan sesuai

dengan yang diharapkan. Berikut langkah-langjah dalam kegiatan

ekstrakurikuler di MI Ma’arif Setono yang diungkapkan oleh Wiji

I’anatul Muyasaroh selaku pelatih ekstrakurikuler kaligrafi:

“Untuk pelaksaannya seperti pembelajaran formal pada

umumnya. Yang pertama pembukaan. Saya mengucapkan

salam, kemudian anak-anak saya ajak berdoa bersama sebelum

memulai pembelajaran, lalu saya sampaikan sekilas tentang

materi yang akan disampaikan hari ini. Selanjutnya langsung ke

penyampaian materi. Anak-anak saya suruh mengeluarkan

buku gambar atau buku kotak-kotaknya, lalu saya

mencontohkan cara membuat hurufnya di papan tulis, anak-

anak kemudian mengikuti saya sambil saya terangkan juga

prosesnya, Selanjutnya anak-anak saya suruh mengumpulkan

hasilnya kemudian saya beri nilai di bukunya anak-anak

langsung biar bisa memotivasi agar pertemuan berikutnya bisa

lebih baik. Setelah semua saya nilai, saya tutup kemudian

berdoa bersama dan sebelum keluar kelas salaman dulu sama

saya”.69

Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pembukaan. Pelatih

memasuki rung kelas, kemudian mengucapkan salam. Lalu meminta

ketua kelas untuk memimpin berdoa. Kemudian pelatih menyampaikan

gambaran materi yang akan disampaikan. Peserta didik

memepersiapkan peralatan seperti buku, penggaris, alat tulis, krayon

atau spidol warna. Pelatih mencontohkan satu huruf dengan bentuk

khat kufi di papan tulis dengan menjelaskan cara pembuatannya.

68 Lihat transkip wawancara kode : 04/W/25-2/2020 69 Lihat transkip wawancara kode : 07/W/25-2/2020

Page 66: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

58

Kemudian peserta didik mengikuti pelatih menulis huruf yang

dicontohkan dengan membuat sketsa dengan pensil kemudian

ditebalkan dengan pena atau spidol. Peserta didik memberi hiasan dan

mewarnai hasil karyanya. Sebelum kegiatan penutup, pelatih menilai

hasil karya peserta didik satu persatu. Pelatih memberikan sedikit

motivasi kepada peserta didik untuk terus berlatih agar kemampuan

peserta didik terus berkembang. Sebelum kegiatan diakhiri, pelatih

meminta peserta didik berdoa bersama. 70

Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif

Setono berdasarkan penuturan Bapak Muhammad Mansur adalah

sebagai berikut:

“Tujuan dari diadakannya kegiatan ektstrakurikuler kaligrafi di

MI Setono secara umum untuk mengasah dan menyalurkan

bakat siswa dibidang seni, khususnya seni kaligrafi atau

menulis huruf Arab. Kemudian tujuan secara khususnya adalah

membantu siswa bagaimana cara menulis huruf arab dengan

berbagai tipe atau model khat yang berbeda. Selain itu siswa

dapat mengetahui manfaat apa saja yang bisa didapatkan dalam

pembelajaran menulis kaligrafi.”71

Tujuan ekstrakurikuler menurut kepa sekolah MI Ma’arif

Setono terdiri dari tujuan umum dan khusus. Untuk tujuan umum

ekstrakurikuler kaligrafi adalah untuk menyalurkan bakat peserta didik

dalam bidang seni kaligrafi. Untuk tujuan khusus kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi adalah untuk membantu peserta didik

70Lihat transkip observasi kode 02/O/01-II/2020 71 Lihat transkip wawancara kode : 02/W/25-2/2020

Page 67: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

59

mempelajari berbagai tipe atau bentuk huruf Arab yang berbeda. Selain

itu tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi adalah mempersiapkan

peserta didik dalam mengikuti perlombaan dibidang kaligrafi. Seperti

yang diutarakan oleh Bu Nirma Kumalasari sebagai berikut:

“Tujuannya yang pasti untuk mengembangkan bakat yang

dimiliki oleh peserta didik. Selain itu untuk mempersiapkan

peserta didik dalam mengikuti event-event tertentu. Karena

kaligrafi sekarang sudah sering dilombakan”72

Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono

dibimbing oleh tenaga yang didatangkan langsung dari Pondok

Pesantren Darul Huda Mayak berdasarkan kerjasama dengan sebuah

organisasi, berikut hasil wawancara dengan Bapak Muhammad

Mansur:

“Untuk pelatih kaligrafi kami mendatangkan dari pondok

pesantren Darul Huda Mayak. Kami sudah mengadakan kerja

sama dengan organisasi binkat “Ibnu Muqlah” untuk

mengirimkan tenaga sebagai pelatih.”73

Materi yang digunakan oleh pelatih dalam kegiatan MI Ma’arif

Setono adalah khat kufi. Pemilihan jenis khat tentu saja memiliki alasan

tertentu, seperti yang dijelaskan oleh Wiji Ia’anatul Muyasaroh :

“Penggunaan khat jenis kufi ini dengan alasan memudahkan

siswa dalam membuatnya. Khat jenis ini kan pembuatannya

lebih mudah karena bentuknya yang cenderung kotak-kotak

tidak terlalu rumit untuk tingkatan kelas III MI. kufi yang

diajarkan disini adalah kufi yang sederhana dan tidak susah

dibaca oleh peserta didik karena bentuknya yang simple tanpa

ada sulaman atau jalinan. sebelum menulis huruf sambung,

peserta didik mempelajari penulisan huruf tunggal terlebih

72Lihat transkip wawancara kode : 05/W/25-2/2020 73 Lihat transkip wawancara kode 02/W/25-2/2020

Page 68: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

60

dahulu satu persatu..”74

Seorang atau pelatih harus bisa mentransfer ilmu dan

pengetahuan kepada peserta didiknya dengan metode-metode yang

tepat agar bisa mencapai tujuan dari suatu pembelajaran. Berikut adalah

metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

kaligrafi di MI Ma’arif Setono berdasarkan yang diungkapkan oleh

Wiji I’anatul Muyasaroh:

“Saya memberikan contoh dengan menuliskan bentuk huruf

arab kufi di papan tulis sambil saya terangkan langkah-

langkahnya. Kemudian anak-anak gantian yang berlatih

menulis huruf arab bentuk kufi seperti yang saya contohkan di

papan tulis.”75

Berdasarkan penuturan Wiji I’anatul Muyasaroh diatas dapat

diketahui bahwa metode yang digunakan dalam kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono adalah demonstrasi dan

metode drill. Kemudian media yang digunakan oleh pelatih dalam

kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi adalah sebagai berikut:

“Medianya kami hanya menggunakan papan tulis, penggaris

yang berukuran besar, dan spidol hitam. Terkadang kami

menyajikan karya kaligrafi dua dimensi yang sudah jadi dalam

ukuran yang besar agar peserta didik bisa termotivasi untuk

bersemangat dalam membuat karya.”76

Media yang digunakan peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler

kaligrafi adalah buku strimin atau buku gambar, penggaris, alat tulis,

krayon atau spidol warna77. Untuk mengukur sejauh mana peserta didik

74 Lihat transkip wawancara kode 08/W/25-2/2020 75 Lihat transkip wawancara kode 09/W/25-2/2020 76 Lihat transkip wawancara kode 10/W/25-2/2020 77 Lihat transkip wawancara kode 02/O/01-II/2020

Page 69: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

61

dalam memahami materi maka perlu diadakannya penilaian atau

evaluasi. Berikut evaluasi dalam kegiata ektrakurikuler kaligrafi di MI

Ma’arif Setono:

“Setiap pertemuan kami selalu mengadakan evaluasi. Untuk

satu hari itukan kami sampaikan satu materi. Anak-anak

berlatih menulis, kemudian langsung kami nilai hari itu juga.”78

Berdasarkan penuturan Wiji I’anatul Muyasaroh dapat

diketahui bahwa evaluasi atau penilaian dalam kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi dilaksanakan setiap pertemuan di akhir

pembelajaran.

2. Data tentang Implikasi Kegiatan Ekstrakurikuler Kaligrafi dalam

Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial Peserta Didik di MI

Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut

adalah implikasi atau dampak dari kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di

MI Ma’arif Setono yang dituturkan oleh Wiji I’anatul Muyasaroh:

“Dampaknya yaitu bisa membuat siswa mengembangkan

imajinasi mereka. Setelah menulis huruf itukan mereka harus

menghias di tepinya buku atau di ruang kosong yang masih

tersedia. Itu mereka menggambarnya macam-macam, ada yang

menggambar bunga, pohon, hewan, mobil-mobilan atau

ornamen garis-garis seperti itu. Selain itu kan ada proses

mewarnainya, disitu dampaknya bagi siswa adalah dapat

mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik

dalam proses pewarnaan. Dulunya kalau mewarnai masih

sering melewati garis, lama-kelamaan sudah terlihat membaik

78 Lihat transkip wawancara kode 11/W/25-2/2020

Page 70: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

62

dan lebih rapi. Malah ada beberapa anak yang sudah bisa

mewarnai dengan teknik warna gradasi. ”79

Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono

memiliki dampak diantaranya adalah mengembangkan imajinsai

peserta didik, dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam

memahami konsep warna.

Peneliti berkesempatan melihat hasilkarya peserta didik mulai

dari ketika baru pertama kali mengikuti kegaiatan ekstrakurikuler

kaligrafi sampai pada saat peneliti melakukan observasi. Ketika baru

pertama kali peserta didik membuat karya masih terlihat sangat tidak

rapi, untuk pewarnaan juga masih kurang kreatif. Banyak peserta didik

yang tidak menambahkan hiasan di tepi karya. untuk pewarnaan juga

masih kurang rapi dana melewati garis. Kemudian setelah beberapa

waktu peserta didik mulai memberikan hiasan di tepi karya. kemudian

pewarnaan sudah mulai membaik tidak hanya monoton satu warna.

Pemberian hiasan ornament di tepi karya juga mulai beragam sesuai

dengan kemampuan peserta didik. Ketika peserta didik melakukan

kegiatan menulis huruf, menggambar hiasan dan mewarnai hasil

pekerjaanya, mereka tidak mudah teralihkan dan tetap fokus.80

Berikut ini adalah penuturan dari peserta didik mengenai

dampak yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

kaligrafi :

79 Lihat transkip wawancara kode 12/W/25-2/2020 80Lihat transkip observasi kode 03/O/29-II/2020

Page 71: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

63

”Kalau dulu masih kelas II mau menulis huruf arab masih susah

dan belum bisa. Apalagi mewarnai, masih belum bisa rapi.

Karena belum bisa jadinya tidak semangat. Sekarang lebih

semangat karena menulis huruf arab disekolahan lebih enak, ada

gambarnya dan ada mewarnainya. Sekarang lebih senang

menggambar.”81

“Sekarang kalau mewarnai gambar sudah lebih rapi, kalau dulu

mewarnai masih berantakan dana banyak yang melewati garis.

Kata bu guru gambaran saya juga lebih bagus. Tulisan huruf arab

saya juga lebih rapi karena sering berlatih menulis.”82

Berdasarkan penuturan dari salah satu peserta didik, dapat

diketahui bahwa kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono

berdampak pada bertambahnya motivasi peserta didik dalam mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi. Kegiatan ini memicu semangat

peserta didik dalam mengikuti ekstrakurikuler kaligrafi. Karena

kegiatan yang dilakukan tidak hanya menulis huruf Arab, tetapi juga

dilengkapi dengan kegiatan menulis dan menggambar, dimana kegiatan

tersebut banyak disukai oleh peserta didik.

3. Data Tentang Kendala dan Solusi Pelaksanaan Kegiatan

Ekstrakurikuler Kaligrafi dalam Mengembangkan Kecerdasan

Visual Spasial Peserta Didik di MI Ma’arif Setono Jenangan

Ponorogo

Berikut ini adalah kendala dan solusi pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono yang diutarakan oleh

Bapak Muhammad Mansur S.Pd.I:

”Untuk kendalanya yaitu beberapa siswa yang kurang berbakat

dalam bidang kaligrafi. Anak-anak yang kurang bakat

81Lihat transkip wawancara kode 16/W/25-2/2020 82 Lihat transkip wawancara kode1618/W/25-2/2020

Page 72: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

64

membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat menyelesaikan

karya atau tugas yang diberikan oleh pelatih. Untuk solusinya,

anak yang belum selesai mengerjakan tugasnya di sekolah bisa

diteruskan untuk mengerjakan dirumah. Untuk penilaiannya

dilakukan pada pertemuan berikutnya”.83

Peserta didik yang kurang berbakat dalam bidang kaligrafi

membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat memahami materi yang

dipelajari. Dalam menyelesaikan tugasnya, peserta didik yang tidak

terlalu berbakat di bidang kaligrafi membutuhkan waktu yang lama

sehingga dalam satu pertemuan, mereka belum mampu untuk

menyelesaikan satu karya atau tugas yang diberikan pelatih. Untuk

solusi yang diberikan adalah : menyelesaikan tugas di rumah dan

penilaian dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.

Selain yang dituturkan oleh Bapak Kepala Sekolah diatas,

berikut adalah kendala dan solusi menurut Wiji I’anatul Muyasaroh:

”Kendalanya ada peserta didik yang minat dan antusias dalam

mengikuti kegiatan tetapi kurang berbakat. Ada juga yang

berbakat tetapi kurang berminat dan kurang antusias mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler.”84

Untuk solusi yang ditawarkan oleh Wiji I’anatul Muyasaroh

adalah dengan memberikan motivasi kepada peserta didik, berikut hasil

wawancara dengan Wiji I’anatul Muyasaroh terkait dengan solusi dari

permasalahan yang terjadi.

“Solusinya untuk siswa yang minat tapi kurang bakat yaitu kami

beri motivasi, semangat untuk terus berlatih tidak hanya di

83 Lihat transkip wawancara kode 03/W/25-2/2020 84 Lihat transkip wawancara kode 13/W/25-2/2020

Page 73: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

65

sekolah tetapi juga dirumah. Karena kalau sering berlatih dan

mencoba, pasti anak tersebut akan mendapatkan hasil yang lebih

baik. Untuk solusi anak yang berbakat tapi kurang minta, sama

sebenarnya. Selalu kami berikan motivasi, dorongan semangat,

tanpa sering berlatih pun bisa, apalagi kalau sering berlatih, pasti

akan jauh lebih baik lagi”85

Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi, ada

beberapa kendala yang peneliti temui, diantaranya sulitnya

mengondisikan peserta didik untuk tidak keluyuran pada saat kegiatan

berlangsung. Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dilaksanakaan setelah

jam istirahat. Pada saat bel tanda istirahat selesai berbunyi, beberapa

peserta didik tidak langsung masuk kelas melainkan masih berkeliaran

diluar kelas. Ketika di dalam kelas pun banyak peserta didik yang

masih membawa makanan untuk dimakan di dalam kelas. Ada juga

yang bermain di dalam kelas, berlari-lari dan mengganggu temannya.

Hal tersebut membuat kelas gaduh, ramai dan tidak kondusif. Untuk

solusi yang diberikan oleh pelatih adalah : memberikan waktu 5 menit

untuk peserta didik menghabiskan makanan, menyuruh peserta didik

yang membawa mainan agar disimpan, apabila peserta didik tidak

menghiraukan maka mainan diambil langsung oleh pelatih. Pelatih

juga menakut-nakuti peserta didik apabila tidak segera tenang dan

duduk di tempat duduk masing-masing maka pelatih akan memanggil

bapak kepala sekolah.86

85 Lihat transkip wawancara kode 14/W/25-2/2020 86Lihat transkip dokumentasi kode 04/O/29-II/2020

Page 74: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Tentang Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler

Kaligrafi di MI Ma’arif Setono Jenangan Kabupaten Ponorogo

Kegiatan ekstrakurikuler memiliki definisi sebagai kegiatan

pengembangan karakter pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas,

baik berhubungan langsung dengan kurikulum maupun tidak. Kegiatan ini

diberikan sebagai kegiatan pendamping pelajaran yang bersifat

inkulikuler. Pada umumnya ciri sekolah terletak pada kegiatan

ekstrakulikulernya. Dengan demikian setiap sekolah mempunyai jenis

kegiatan ekstrakuliuler yang berbeda87.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MI Ma’arif Setono,

pelaksanaan pembelajaran kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif

Setono terdiri dari tiga tahapan kegiatan yaitu : kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, pelatih melakukan kegiatan yang

meliputi mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti kegiatan

ekstakurikuler kaligrafi. Pelatih menginstruksikan peserta didik untuk

berdoa bersama dengan dipimpin salah satu peserta didik. Kemudian

pelatih menginstruksikan peserta didik untuk menmpersiapkan media-

media yang akan digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi,

87 Aqib and Sujak, p. 68.

Page 75: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

67

serta menyampaikan sekilas tentang materi dan tujuan pembelajaran

kepada peserta didik.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, pelatih menyampaikan materi kepada

peserta didik menggunakan metode yang telah disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik dan jenis materi. Pelatih memberi contoh

dengan menuliskan huruf di papan tulis sembari menjelaskan secara

rinci detail dan langkah-langkah pembuatan huruf kufi. Pelatih juga

berkeliling menuju meja-meja untuk memeriksa pekerjaan peserta

didik satu persatu.

c. Kegiatan Penutup

Pada kegiatan ini pelatih menyimpulkan hasil pembelajaran

dan melaksanakan evaluasi atau penilaian. Selain itu pelatih juga

memberikan umpan balik serta tugas kepada peserta didik yang belum

menyelesaikan tugasnya di kelas.

Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah terkadang seorang

pendidik kurang tepat dalam memilih metode yang akan dipakai dalam

pembelajaran atau kurang tepat menangani peserta didik yang

bermasalah, atau mungkin kurang tepat dalam mengevaluasi kerja siswa.

Padahal, keterpaduan komponen dalam pembelajaran merupakan salah

satu penentu keberhasilan dalam pembelajaran itu. Oleh karena itu,

penting untuk mengetahui lebih. Oleh sebab itu, penting adanya untuk

Page 76: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

68

mengetahui lebih lanjut komponen-komponen dalam pembelajaran, agar

adanya keterpaduan yang serasi dari komponen tersebut sehingga tercipta

pembelaja ran yang berkualitas.88 Berikut adalah komponen-komponen

yang mendukung terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI

Ma’arif Setono

a. Tujuan

Tujuan dan standar kompetensi yang hendak dicapai dalam

pelaksanaan pembelajaran a d a l a h Komponen paling mendasar

dalam proses desain pembelajaran. Karena suatu pembelajaran yang

tidak diawali dengan identifikasi dan penentuan tujuan yang jelas

akan menimbulkan kesalahan sasaran. Dalam hubungannya dengan

pelaksanaan pembelajaran, rumusan tujuan merupakan aspek

fundamental dalam mengarahkan proses pembelajaran yang baik.89

Tujuan dari pelaksanaan kegiata ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif

Setono adalah :

1. Mengasah dan menyalurkan bakat peserta didik dalam bidang seni

khusunya seni kaligrafi,

2. Membantu peserta didik belajar menulis huruf Arab sesuai kaidah

3. Mengetahui manfaat dari mempelajari ilmu kaligrafi,

4. Mempersiapkan peserta didik dalam mengikuti perlombaan

kaligrafi.

88 Dolong. 89Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain pembelajaran: Disesuaikan dengan Kurikulum

2013 (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2014), h. 80-81

Page 77: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

69

b. Peserta Didik

Peserta didik adalah orang/individu yang mendapatkan

pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan bakat, minat dan juga

kemampuannya agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik

serta dapat menerima kepuasan terhadap pelajaran yang telah diberikan

oleh gurunya.90. peserta didik yang mengikuti Kegiatan ekstrakurikuler

kaligrafi di MI Ma’arif Setono adalah seluruh siswa dan siswi kelas III.

c. Pendidik

Pendidik atau pelatih yang memonitori kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi didatangkan dari Pondok Pesantren Darul

Huda Mayak, berdasarkan kerjasama dengan organisasi “Ibnu Muqlah”

yang bergerak khusus dalam bidang kaligrafi.

d. Bahan atau Materi Pembelajaran

Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, pendidik

memerlukan bahan atau materi pembelajaran yang digunakan untuk

perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran Bahan atau

materi pembelajaraan dalam kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI

Ma’arif Setono adalah menulis huruf Arab dengan khat kufi, yang terdiri

dari menulis huruf arab, menggambar hiasan tepian dan mewarnai.

Sebagaimana yang disampaikan oleh pelatih bahwasannya penggunaan

khat jenis kufi ini dengan alasan memudahkan siswa dalam

membuatnya. Khat kufi pembuatannya lebih mudah karena bentuknya

90 Eka, p. 4.

Page 78: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

70

yang cenderung kotak-kotak tidak terlalu rumit untuk tingkatan kelas III

MI. kufi yang diajarkan disini adalah kufi yang sederhana dan tidak

susah dibaca oleh peserta didik karena bentuknya yang simple tanpa ada

sulaman atau jalinan.91 Berdasarkan penuturan pelatih dapat diketahui

bahwasannya jenis khat kufi yang digunakan dalam pelaksanaan

ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono adalah jenis kufi

Mushafi. Kufi mushafi adalah jenis khat yang sederhana dan digunakan

untuk menuliskan mushaf alqur’an92.

e. Metode dan Strategi

Metode yang digunakan oleh pelatih dalam penyampaian materi

adalah metode demonstrasi dan metode drill.

1) Metode Demonstrasi

Pelatih memberi contoh cara penulisan huruf di papan tulis,

beserta menerangkan kepada peserta didik detail-detail

pembuatannya.

2) Metode Drill

Setelah pelatih memberikan contoh di papan tulis,

kemudian peserta didik menirukan pelatih menulis di buku kotak-

kotak (strimin) atau pada buku gambar. Hal tersebut dilakukan

setiap kali pertemuan. Peserta didik tidak hanya mendapatkan

materi dari pelatij, tetapi juga praktek dan latihan membuat tulisan-

91Lihat transkip wawancara kode 08/W/25-2/2020 92 Rosyad, pp. 53–59.

Page 79: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

71

tulisan huruf Arab.

Strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta

didik mengembangkan kecerdasan majemuknya dapat dilakukan dengan

berbagai cara sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.93 Berikut

adalah lima strategi yang digunakan untuk mengaktifkan dan

mengoptimalkan kecerdasan visual spasial peserta didik dan

penerapannya pada kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif

Setono

1) Visualisasi

Visualisasi adalah menyampaikan informasi dan

menjelaskannya dengan bentuk gambar. Peserta didik yang

menggambar tepian karya kaligrafi mereka dengan berbagai macam

gambar seperti penambahan bunga-bunga, pohon, hewan-hewan,

garis, kotak-kotak maupun ornamen hiasan lainnya. Peserta didik

bebas berekspresi dalam menuangkan apapun yang ada dalam

fikirannya kedalam bentuk gambar.

2) Penggunaan Warna

Peserta didik yang memiliki kecerdasan visual spasial yang

tinggi biasnya cenderung peka terhadap warna. Diantaranya yaitu

dengan menggunakan kapur warna-warni, spidol dan transparansi

untuk menuliskan materi pelajaran di papan tulis. Pesera didik mulai

terlihat bervariasi dalam menggunakana warna. Peserta didik mulai

93 Kosasih and Sumarna, pp. 182–83.

Page 80: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

72

bisa memahami konsep warna. Dalam proses mewarnai peserta

didik terlihat sudah menggunakan teknik pewarnaan gradasi atau

pewarnaan dari corak warna yang bisa dikembangkan dari dua atau

lebih warna.

3) Metafora Gambar

Metafora gambar adalah mengekspresikan suatu gagasan

lewat pencitraan visual. Setelah pelatih mendemostrasikan huruf

kufi beserta penjelasannya, kemudian peserta didik mulai menirukan

menulis huruf kufi seperti yang dicontohkan oleh pelatih. Peserta

didik membentuk hubungan pengetahuan dengan apa yang sedang

dipelajari

4) Sketsa Gagasan

Guru dapat membantu peserta didik untuk membuat sketsa

tentang gagasan, ide pokok atau konsep yang telah dipelajari. Agar

cepat dan mudah, membuat sketsa ini tidak harus rapi dan sama

seperti kenyataannya. Sebelum menuliskan huruf arab maupun

hiasan dengan pena atau spidol permanent, peserta didik terlebih

dahulu membuat sketsa dengan menggunakan pensil agar apabila

terjadi kesalahan bisa dibenarkan dengan mudah oleh peserta didik.

5) Simbol Grafis

Penggunaan papan tulis dalam pembelajaran ekstrakurikuler

kaligrafi merupakan penerapan strategi symbol grafis. Dalam proses

pembelajarannya, pelatih menggunakan media papan tulis sebagai

Page 81: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

73

sarana menyalurkan materi kepada peserta didik. Pelatih

mencontohkan huruf

f. Media

Media tidak bisa dipisahkan dari metode yang digunakan oleh

seorang pendidik dalam menyampaikan bahan ajar karena metode

merupakan rangkaian dari media tersebut. Media yang digunakan oleh

pelatih dalam kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi untuk pelatih adalah

papan tulis, penggaris yang berukuran besar, dan spidol hitam dan

contoh kaligrafi dua dimensi dengan ukuran besar. Kemudian untuk

peserta didik, media yang digunakan adalah : buku strimin, penggaris,

alat tulis, pensil warna atau krayon.

g. Evaluasi

Proses evaluasi pada kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI

Ma’arif Setono diadakan setiap kali pertemuan. Evaluasi dilaksanakan

setiap pertemuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik dapat

menguasai materi.

B. Pembahasan Tentang Implikasi Kegiatan Ekstrakurikuler Kaligrafi

dalam Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial Peserta Didik di

MI Ma’arif Setono Jenangan Kabupaten Ponorogo

Keterampilan kaligrafi adalah keterampilan menulis yang tidak

hanya menekankan pada keindahan rupa atau bentuk huruf-huruf yang

menyusun sebuah kalimat atau kata. Tetapi juga memperhatikan hal-hal

yang berkaitan dengan estetika atau keindahan. Agar peserta didik terampil

Page 82: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

74

dalam menulis huruf-huruf atau kalimat bahasa arab, maka perlu adanya

pembelajaran kaligrafi. Untuk menguasainya memerlukan waktu yang

cukup lama, karena huruf Arab berbeda jauh dengan huruf latin. Huruf arab

mempunyai berbagai macam karakter yang berbeda-beda, mulai dari

susunan kata sampai kaidah-kaidahnya.94

Implikasi atau dampak dari kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI

Ma’arif Setono diantaranya:

1. Berkembangnya Kemampuan Menulis Huruf Arab

Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono diawali

dengan pelatih memberikan contoh penulisan huruf Arab. Pelatih

mencontohkan satu huruf dengan bentuk khat kufi di papan tulis dengan

menjelaskan cara pembuatannya. Kemudian peserta didik mengikuti

pelatih menulis huruf yang dicontohkan dengan membuat sketsa

dengan pensil kemudian ditebalkan dengan pena atau spidol95.

Kegiatan menulis hurub Arab dilakukan pada awal kegiatan inti di

setiap pertemuan. Salah satu peserta didik menuturkan bahwa dengan

sering berlatih menulis huruf Arab akan membuat tulisan yang

dihasilkan menjadi lebih rapi dan baik.96 Selain itu Ketika peserta didik

sering membiasakan diri untuk praktek menulis huruf Arab, maka akan

membuat kemampuan menulis huruf Arab semakin berkembang dari

94 Hermawan, pp. 153–54.

95Lihat transkip observasi kode 02/O/01-II/2020 96 Lihat transkip wawancara kode 16/W/25-2/2020

Page 83: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

75

waktu ke waktu.

2. Imajinasi Peserta Didik Lebih Berkembang

Dalam kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono

peserta didik melakukan kegiatan melihat kemudian meniru tulisan

huruf Arab yang sudah dicontohkan oleh pelatih di papan tulis..

Setelah menulis huruf mereka harus menghias di tepinya buku atau di

ruang kosong yang masih tersedia dengan berbagai macam-macam

gambar, ada yang menggambar bunga, pohon, hewan, mobil-mobilan

atau ornamen garis-garis seperti itu. Menurut penuturan Wiji I’anatul

Muyasaroh dampak dari kegiatan tersebut yaitu bisa membuat siswa

mengembangkan imajinasi mereka97. Menurut Nia Hidayati dalam

arikelnya yang berjudul “Cara Mengembangkan Imajinasi Anak”

Imajinasi anak bisa saja lahir sebagai hasil imitasi, meniru dari

tayangan yang ditonton, atau pengaruh dari dongen dan cerita yang

didengarnya98.

3. Memicu Semangat Peserta Didik Mengikuti Proses Pembelajaran

Peserta didik menuturkan sebelum mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi, tulisan tangan huruf Arab mereka terkesan

kurang rapi bahkan ada yang belum bisa menuliskan huruf Arab

dengan baik. Setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi,

97 Lihat transkip wawancara kode 12/W/25-2/2020

98 Nia Hidayati, “Cara Mengembangkan Imajinasi Anak” diakses dari

https://www.niahidayati.net/mengembangkan-imajinasi-anak.html , pada tanggal 29 April 2020

pukul 22.45

Page 84: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

76

tulisan mereka berangsur membaik dan lebih rapi sehingga lebih enak

dipandang..

”Kalau dulu masih kelas II mau menulis huruf arab masih susah

dan belum bisa. Apalagi mewarnai, masih belum bisa rapi.

Karena belum bisa jadinya tidak semangat. Sekarang lebih

semangat karena menulis huruf arab disekolahan lebih enak, ada

gambarnya dan ada mewarnainya. Sekarang lebih senang

menggambar.”99

Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono

berdampak pada bertambahnya motivasi peserta didik Kegiatan ini

memicu semangat peserta didik dalam mengikuti ekstrakurikuler

kaligrafi. Karena kegiatan yang dilakukan tidak hanya menulis huruf

Arab, tetapi juga dilengkapi dengan kegiatan menulis dan

menggambar, dimana kegiatan tersebut banyak disukai oleh peserta

didik. Hal tersebut memicu semangat peserta didik untuk terus belajar

dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya

4. Mengembangkan Kemampuan dan Keterampilan Peserta Didik dalam

Memahami Konsep Warna

Tidak hanya menulisakan huruf Arab, kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono juga dilengkapi dengan

kegiatan menggambar dan mewarnai. Setelah menulis huruf mereka

menghias di tepinya buku atau di ruang kosong yang masih tersedia.

Kemudian baru proses mewarnainya. Dampaknya bagi siswa adalah

dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik

99Lihat transkip wawancara kode 16/W/25-2/2020

Page 85: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

77

dalam proses pewarnaan. Dulu kalau mewarnai masih sering

melewati garis, lama-kelamaan sudah terlihat membaik dan lebih rapi.

Ada beberapa anak yang sudah bisa mewarnai dengan teknik warna

gradasi100. Aktifitas peserta didik mewarnai menggunakan pensil

warna atau krayon dapat membantu peserta didik mengenal warna,

membedakan warna dan menajamkan warna. Hal ini juga membantu

peserta didik untuk memadukan warna, sehingga peserta didik bisa

terus berkreasi.

5. Meningkatkan Konsentrasi

Ketika peserta didik melakukan kegiatan menulis huruf,

menggambar hiasan dan mewarnai hasil pekerjaanya, mereka tidak

mudah teralihkan dan tetap fokus. Mereka akan marah ketika

temannya ada yang mengganggunya menyelesaikan pekerjaan yang

diberikan oleh pelatih.101 Kemampuan konsentrasi ini sangat sangat

berguna bagi peserta didik dalam menyelesaikan tugas menulis huruf

arab, menggambar dan mewarnai yang membutuhkan konsentrasi

tinggi.

100 Lihat transkip wawancara kode 12/W/25-2/2020 101 Lihat transkip observasi kode 03/O/29-II/2020

Page 86: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

78

C. Pembahasan Tentang Kendala dan Solusi Pelaksanaan Kegiatan

Ekstrakurikuler Kaligrafi dalam Mengembangkan Kecerdasan Visual

Spasial Peserta Didik di MI Ma’arif Setono Jenangan Kabupaten

Berikut adalah kendala dan solusi dalam kegiatan ekstrakurikuler

kaligrafi di MI Ma’arif Setono:

1. Peserta Didik Yang Kurang Berbakat

Peserta didik yang kurang berbakat dalam bidang kaligrafi

membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat memahami materi yang

dipelajari102. Dalam menyelesaikan tugasnya, peserta didik yang tidak

terlalu berbakat di bidang kaligrafi membutuhkan waktu yang lama

sehingga dalam satu pertemuan, mereka belum mampu untuk

menyelesaikan satu karya atau tugas yang diberikan pelatih. Untuk

solusi yang diberikan adalah : menyelesaikan tugas di rumah dan

penilaian dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.

2. Kelas Tidak Kondusif

Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi, ada

beberapa kendala yang peneliti temui, diantaranya sulitnya

mengondisikan peserta didik untuk tidak keluyuran pada saat kegiatan

berlangsung. Kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi dilaksanakaan setelah

jam istirahat. Pada saat bel tanda istirahat selesai berbunyi, beberapa

peserta didik tidak langsung masuk kelas melainkan masih berkeliaran

102 Lihat transkip wawancara kode 03/W/25-2/2020

Page 87: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

79

diluar kelas. Ketika di dalam kelas pun banyak peserta didik yang masih

membawa makanan untuk dimakan di dalam kelas. Ada juga yang

bermain di dalam kelas, berlari-lari dan mengganggu temannya. Hal

tersebut membuat kelas gaduh, ramai dan tidak kondusif. Untuk solusi

yang diberikan oleh pelatih adalah : memberikan waktu 5 menit untuk

peserta didik menghabiskan makanan, menyuruh peserta didik yang

membawa mainan agar disimpan, apabila peserta didik tidak

menghiraukan maka mainan diambil langsung oleh pelatih. Pelatih juga

menakut-nakuti peserta didik apabila tidak segera tenang dan duduk di

tempat duduk masing-masing maka pelatih akan memanggil bapak

kepala sekolah.103

3. Peserta Didik Berbakat Tetapi Kurang Minat Peserta Didik Berminat

Tetapi Kurang Berbakat

Beberapa peserta didik terlihat berminat, tetapi kurang berbakat

dalam bidang kaligrafi. Ada juga peserta didik yang berbakat tetapi

justru tidak berminat mengikuti ekstrakurikuler kaligrafi.104 Solusi yang

dilakukan oleh pelatih adalah dengan selalu memberikan motivasi dan

semangat kepada peserta didik sebelum kegiatan dimulai dan setiap

selesai melakukan evaluasi atau penilaian.

103Lihat transkip dokumentasi kode 04/O/29-II/2020 104 Lihat transkip wawancara kode 13/W/25-2/2020

Page 88: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai penutup dari penelitian ini, peneliti menyajikan kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembelajaran kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI

Ma’arif Setono terdiri dari tiga tahapan kegiatan yaitu : kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Berikut adalah

komponen-komponen yang mendukung terlaksananya kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono:

a. Tujuan

Tujuan dari kegiatan esktrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif

Setono antara lain : mengasah dan menyalurkan bakat peserta didik

dalam bidang seni khusunya seni kaligrafi, membantu peserta didik

belajar menulis huruf Arab sesuai kaidah, mengetahui manfaat dari

mempelajari ilmu kaligrafi, mempersiapkan peserta didik dalam

mengikuti perlombaan kaligrafi.

b. Peserta didik

Peserta didik yang mengikuti Kegiatan ekstrakurikuler

kaligrafi di MI Ma’arif Setono adalah seluruh siswa dan siswi kelas

III.

Page 89: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

83

c. Pendidik

Pendidik atau pelatih yang memonitori kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi didatangkan dari Pondok Pesantren Darul

Huda Mayak

d. Materi pembelajaran

Bahan atau materi pembelajaraan dalam kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono adalah menulis huruf

Arab dengan khat kufi, yang terdiri dari menulis huruf Arab,

menggambar hiasan tepian dan mewarnai

e. Metode

Metode yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler

kaligrafi di MI Ma’arif Setono adalah metode demosntrasi dan drill

f. Media.

Media yang digunakan oleh pelatih dalam kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi untuk pelatih adalah papan tulis,

penggaris yang berukuran besar, dan spidol hitam dan contoh

kaligrafi dua dimensi dengan ukuran besar. Kemudian untuk

peserta didik, media yang digunakan adalah : buku strimin,

penggaris, alat tulis, pensil warna atau krayon.

g. Evaluasi

Evaluasi diadakan pada setiap pertemuan untuk melihat

sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi.

Page 90: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

84

2. Implikasi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono antara

lain :

a. Berkembangnya kemampuan menulis huruf Arab.

b. Imajinasi peserta didik lebih berkembang.

c. Memicu semangat peserta didik mengikuti proses pembelajaran.

d. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik

dalam memahami konsep warna.

e. Meningkatkan konsentrasi

3. Kendala dan solusi kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif

Setono

a. Peserta Didik yang Kurang Berbakat

Solusinya adalah menyelesaikan tugas di rumah dan

penilaian dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.

b. Kelas Tidak Kondusif

Untuk solusi yang diberikan oleh pelatih adalah :

memberikan waktu 5 menit untuk peserta didik menghabiskan

makanan, menyuruh peserta didik yang membawa mainan agar

disimpan, apabila peserta didik tidak menghiraukan maka

mainan diambil langsung oleh pelatih. Pelatih juga menakut-

nakuti peserta didik apabila tidak segera tenang dan duduk di

tempat duduk masing-masing maka pelatih akan memanggil

bapak kepala sekolah.

Page 91: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

85

c. Peserta Didik Berbakat Tetapi Kurang Minat Peserta Didik

Berminat Tetapi Kurang Berbakat

Solusi yang dilakukan oleh pelatih adalah dengan selalu

memberikan motivasi dan semangat kepada peserta didik

sebelum kegiatan dimulai dan setiap selesai melakukan evaluasi

atau penilaian.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian, sebagai bahan pertimbangan

bagi pihak-pihak terkait, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah diharapkan bisa dijadikan referensi dalam membantu MI

Ma’arif Setono meningkatkan kecerdasan visual spasial peserta didik.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi di MI Ma’arif Setono,

sebaiknya lebih ditingkatkan lagi baik dari segi pelatih, sarana prasarana

maupun bahan dan media pembelajaran. Kepala madrasah dan guru

hendaknya saling bekerja sama untuk mengembangkan dan

meningkatkan keseriusan peserta didik dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler kaligrafi agar kegiatan dapat berjalan dengan efektif dan

efisien

2. Bagi Guru atau Pelatih, Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan

masukan dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial peserta

didik melalui kegiatan ekstrakurikuler kaligrafi. Diharapakn guru selalu

memberikan motivasi kepada peserta didik agar semangat peserta didik

meningkat

Page 92: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

86

3. Bagi Siswa diharapkan lebih terpacu semangatnya untuk belajar dan

berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik

4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan penelitian ini dijadikan acuan

untuk penelitian berikutnya, terutama dalam kajian ekstrakurikuler

kaligrafi dalam mengembangkan kecerdasan visual spasialpeserta didik.

Page 93: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, and Sujak, Panduan Dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung:

Yarama Widya, 2011)

Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012)

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)

Arinda, Firdianti, Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (Yokyakarta: Gre

Publising, 2018)

Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan, Publik

Dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007)

Danim, Sudarwan, Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Alfabeta, 2013)

Dolong, H. M. Jufri, ‘Teknik Analisis Dalam Komponen Pembelajaran’, Jurnal

UIN Alauddin, 5.2 (2016), 293–300

Efendi, Agus, Revolusi Kecerdasan Abad 20 (Bandung: Alfabeta, 2005)

Eka, Prihatin, Menejemen Peserta Didik (Bandung: Alfabeta, 2014)

Fadhlyda, Richa, Erlamsyah Erlamsyah, and Daharnis Daharnis, ‘Pembinaan

Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kota

Sawahlunto’, Konselor, 3.3 (2016), 101

<https://doi.org/10.24036/02014332991-0-00>

Faturrahman, Irvan, ‘Pengenalan Pola Huruf Hijaiyah Khat Kufi Dengan Metode

Deteksi Tepi Sobel Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation’,

Page 94: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

87

Jurnal Teknik Informatika, 11.1 (2018), 37–46

<https://doi.org/10.15408/jti.v11i1.6262>

Gunawan, Adi w, Genius Learning Strategi (Jakarta: PT GRAMEDIA

PUSTAKA UTAMA, 2003)

Hermawan, Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 2011)

Iskandar, Metodologi Penelitian Dan Sosial (Jakarta: GP Press, 2009)

jasa ungguh, Muliawan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Yokyakarta: Gava

Media, 2014)

Jasmine, Julis, Metode Mengajar Multiple Intelligences (Bandung: NUANSA,

2016)

Komsiyah, Indah, Belajar Dan Pembelajaran (Yokyakarta: Teras, 2012)

Kosasih, Nandang, and Dede Sumarna, Pembelajaran Quantum Dan Optimalisasi

Kecerdasan (Bandung: Alfabeta, 2013)

Manab, Abdul, Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif (Yokyakarta:

Kalimedia, 2015)

Mashyuri, Wawasan Seni Kaligrafi Islam (Ponorogo: Darul Huda Press, 2011)

Mendiknas RI, ‘Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses’, Journal of Chemical

Information and Modeling, 53.9 (2013), 1689–99

Page 95: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

88

<https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004>

Moloeng, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda

Karya, 1995)

Musfiroh, Tadkirotun, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka, 2012)

Nazir, Moh, Metode Penelitian (Jakarta: Ghali Indonesia, 2005)

Rifma, Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru (Jakarta: Prenada

Media Grup, 2016)

Rosyad, Achmad Faizur, ‘Khat Dan Desain Grafis’

<http://digilib.uinsby.ac.id/20117/>

Satiadarma, Monty P., and Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan (Jakarta:

Pustaka populer obor, 2003)

Soewadji, Jusuf, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: mitra wacana media,

2012)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung, 2016)

———, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan

R&D (Bandung: Alfabeta, 2014)

Sukmadinata, nana syaodih, Metodologi Penelitian Pendidiksn (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya)

Uno, Hamzah B., and Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam

Page 96: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

89

Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009)

Yudoseputra, Wiyoso, Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia (Bandung:

Angkasa, 2000)

Page 97: UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL …etheses.iainponorogo.ac.id/11439/1/siaaaaaaaaaaaappppppppp.pdfKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO