UPAYA PEMENUHAN

10
UPAYA PEMENUHAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN SEHUBUNGAN DENGAN KEGIATAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Astu Widodo, M.Pd. Widyaiswara PPPPTK BOE Malang ABSTRAK Kurangnya sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki Sekolah Menengah Kejuruan menjadi isu penting yang tidak pernah ada henti- hentinya untuk melengkapi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, bahkan pemerintah telah mengeluarkan undang-undang pendidikan dan Permendiknas yang mengatur standar, khususnya berkaitan dengan problematik sarana dan prasarana. Upaya pemenuhan fasilitas pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan tersebut dilakukan dengan cara menganalisis alternatif pemecahan masalah melalui penilaian kekuatan dan kelemahan setiap alternatif pemecahan. Hasil yang diperlihatkan berdasarkan komponen alternatif pemecahan memperlihatkan bahwa komponen pelibatan dunia usaha dan industri menjadi pilihan pertama untuk menyelesaikan permasalahan keterbatasan sarana prasarana khususnya untuk kepentingan praktik siswa SMK dengan nilai Nilai mutlak keberpengaruhan tiap alternatif sebesar 26. Kata Kunci: Sarana dan Prasarana PENDAHULUAN Dalam suatu inspeksi mendadak Menteri Pendidikan Nasional ke sejumlah sekolah di Jawa Barat (saat Mendiknas masih Bambang Sudibyo), ternyata persoalan minimnya fasilitas masih mendominasi masalah pendidikan. Fasilitas perpustakaan, alat bantu mengajar termasuk peralatan praktek di sekolah-sekolah itu sangat minim bahkan ada yang tidak tersedia (Suara Pembaharuan Daily, 2004). Bahkan dari kurang lebih 600 sekolah menengah kejuruan (SMK) yang ada di DKI, ternyata baru 10 persen yang mampu membekali anak didiknya untuk terjun ke dunia industri. Selebihnya SMK di DKI masih berjalan tertatih-tatih, akibat dari keberadaan fasilitas yang menyedihkan, demikian ungkapan kepala Dinas (Kompas, 2005). Berdasarkan penelitian Balitbang Depdiknas yang dilakukan pada Oktober 2003 menyisir sampel dan responden pada 56 kabupaten/kota, yang mewakili wilayah Indonesia menemukan bahwa besarnya dana pendidikan di luar gaji pendidik- yang semestinya disediakan oleh

description

tugas metodelogi

Transcript of UPAYA PEMENUHAN

UPAYA PEMENUHANSARANA DAN PRASARANAPENDIDIKAN SEHUBUNGAN DENGAN KEGIATAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)Astu Widodo, M.Pd.Widyaiswara PPPPTK BOE MalangABSTRAKKurangnya sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki Sekolah Menengah Kejuruan menjadi isu penting yang tidak pernah ada henti-hentinya untuk melengkapi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, bahkan pemerintah telah mengeluarkan undang-undang pendidikan dan Permendiknas yang mengatur standar, khususnya berkaitan dengan problematik sarana dan prasarana. Upaya pemenuhan fasilitas pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan tersebut dilakukan dengan cara menganalisis alternatif pemecahan masalah melalui penilaian kekuatan dan kelemahan setiap alternatif pemecahan. Hasil yang diperlihatkan berdasarkan komponen alternatif pemecahan memperlihatkan bahwa komponen pelibatan dunia usaha dan industri menjadi pilihan pertama untuk menyelesaikan permasalahan keterbatasan sarana prasarana khususnya untuk kepentingan praktik siswa SMK dengan nilaiNilai mutlak keberpengaruhan tiap alternatif sebesar 26.Kata Kunci: Sarana dan Prasarana

PENDAHULUANDalam suatu inspeksi mendadak Menteri Pendidikan Nasional ke sejumlah sekolah di Jawa Barat(saat Mendiknas masih Bambang Sudibyo), ternyata persoalan minimnya fasilitas masih mendominasi masalah pendidikan.Fasilitas perpustakaan, alat bantu mengajar termasuk peralatan praktek di sekolah-sekolah itu sangat minim bahkan ada yang tidak tersedia (Suara Pembaharuan Daily, 2004). Bahkan dari kurang lebih 600 sekolah menengah kejuruan (SMK) yang ada di DKI, ternyata baru 10 persen yang mampu membekali anak didiknya untuk terjun ke dunia industri. Selebihnya SMK di DKI masih berjalan tertatih-tatih, akibat dari keberadaan fasilitas yang menyedihkan, demikian ungkapan kepala Dinas (Kompas, 2005).Berdasarkan penelitian Balitbang Depdiknas yang dilakukan pada Oktober 2003 menyisir sampel dan responden pada 56 kabupaten/kota, yang mewakili wilayah Indonesia menemukan bahwa besarnya dana pendidikan di luar gaji pendidik- yang semestinya disediakan oleh pemerintahsebesar 20 %dari APBNbaru terpenuhi6,4 %. Dana yang tersedia ini jauh di bawah kebutuhan minimal. Akibatnya, ketersediaan, ketercukupan, dan kondisi gedung, fasilitas, peralatan, perlengkapan, bahan belajar-mengajar, kesejahteraan pendidik berada di bawah standar(Kompas, 29 Oktober 2004).Anggaran fungsi pendidikan pada tahun 2014 sebanyak Rp 371,2 triliun. Alokasi anggaran ini naik 7,5 persen jika dibandingkan dengan anggaran pendidikan tahun lalu sebanyak Rp.345,3 triliunseperti yang diungkapkan SBY:Alhamdulillah kita dapat memenuhi amanat konstitusi untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN. Kita bersyukur dari tahun ke tahun alokasi anggaran pendidikan dapat terus kita tingkatkan,(https://id-id.facebook.com/Kemdikbud.RI/posts).Alokasi dana 20 % tersebut termasuk gaji guru dan dosen serta pendidikan kedinasan seperti yang dilansir oleh Suara Merdeka, 14 Oktober 2013 (http://m.suaramerdeka.com, 2013). Oleh karena itu permasalahan yang berkaitan dengan fasilitas masih menjadi problematika yang hakiki untuk dicarikan solusinya, mengingat masih cukup besar alokasi anggaran pendidikan tersedot pada gaji dan kesejahteraan guru maupun dosen.Selanjutnya beberapa permasalahan sarana dan prasarana (fasilitas) yang terjadi di dunia penididikan kejuruan tergambarkan sebagai berikut:Di SMK, yang memiliki perpustakaan sudah mencapai 90 persen, yang punya laboratorium multimedia 75 persen. Untuk peralatan praktik, baru 45 persen SMK yang memakai sesuai standar sekolah nasional(http://edukasi.kompas.com, 2009);masih banyak sekolah kejuruandi wilayah Surabayayang belum memiliki sarana prasarana praktik sesuai dengan tuntutan kurikulummaka diperlukan mobil keliling, sementara ini berdasarkan analisis kebutuhan terhitung 9 armada untuk 36.000 siswa, sementara yang ada 1 armada (http://dindik.jatimprov.go.id/pusatdata, 2012); hasil penelitian disebanyak 62 SMK swasta di wilayah Gerbangkertosusilamenunjukkan bahwakomponen penelitian yang terdiri dari situasi bengkel praktikpemenuhan reratanya48,2%,dari segijumlahreratanya50,4%dan kondisi peralatan praktik pemesinanreratanya43,9%, masing-masingkomponenmenunjukkan kurang standar(http://karya-ilmiah.um.ac.id);Keluhan soal kelengkapan sarana dan prasarana(di Mataram)yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di laboratorium maupun bengkel SMK saat ini mengemuka.kondisinyamemprihatinkan, terutama di SMK swasta, sarana dan prasarana praktik terbatas sehingga pembelajaran lebih banyak teori(http://edukasi.kompas.com, 2012).Minimnya alat praktik di sekolah membuat siswa SMK asal Kabupaten Karawang kalah bersaing di dunia industri otomotif,bahkan alat yang ada seperti mesin mobil masih menggunakan produk lamaseperti yang diungkapkan MizaqSetiawan(Kepala Sekolah) pada inilahcom (Asep Mulyana, 2012).Tentu dengan kenyataan tersebut dibutuhkanlah suatu kestandaransarana dan prasaranaminimal yang harus dimiliki oleh setiap sekolah yang menjadi persyaratan dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan.Mengingat Sekolah Menengah Kejuruan merupakan wahana pembentukan tenaga kerja terampil untuk memenuhi tuntutan dan pengembangan dunia usaha dan industri. Untuk memenuhi harapan tersebut diperlukan kurikulum yang memiliki korelasi dengan dunia usaha dan dunia industri dan norma masyarakat, sehingga kebutuhan fasilitas yang memadai dan biaya investasi tentu tidak kecil. Oleh karena itu keberadaan fasilitas menjadi sangat penting di sekolah kejuruan dalam rangka menjamin kualitas lulusan (IATVEP : B, 1993).Untuk menjamin kualitas lembaga pendidikan kejuruan sangat bergantung salah satunya pada sarana& prasranaatau fasilitas yang diinves oleh lembaga itu sendiri.Oleh karena itu perlengkapan pendidikan di sekolah kejuruan ruang kelas, laboratorium dan bengkel latihan dengan perabot mebel, alat-alat bantu pengajaran, perkakas, tempat kerja, serta mesin-mesin tidak dapat direncanakan secara garis besar saja dan ditentukan dari luar. MenurutEberhard Schoenfeldt(dalam bukunya Wie plant man Ausbildungseinrichtungen?)keperluan fasilitas di lembaga pendidikan kejuruan secara kuantitatif dan kualitatif perencanaan dan pengadaannya harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (1) sasaran belajar, (2) pengaturan pendekatan pelaksanaan pendidikan, (3) ukuran kelompok belajar, (4) jenis ruangan yang digunakan, (5) keuangan yang tersedia. Dengan demikian untuk melaksanakan pendidikan di sekolah kejuruan harus selalu mempertimbangkan kapasitas yang ada, dan tidak boleh sembarangan. Terutama dalam penggunaan fasilitas atau sarana dan prasarana Hendyat Soetopo menjelaskan (dalam bukunya Manajemen Pendidikan) bahwa perlu mempertimbangkan 4 faktor, yaitu: (1) banyaknya alat untuk tiap macam, (2) banyak kelas yang menggunakan peralatan, (3) banyaknya murid pada tiap-tiap kelas, dan (4) banyaknya ruangan atau lokal yang ada di sekolah itu.Untuk memenuhi standar sarana dan prasarana seperti yang dikehendaki Permendiknas No 40 tentang Standar Sarana dan Prasarana SMK/MAK, serta berdasarkan uraian di atas maka masalahatau problematik yang berkaitan denganfasilitas pendidikan dapat dirumuskan: Bagaimana upaya pemenuhansarana dan prasarana(fasilitas)pendidikan sehubungan dengan kegiatan sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam rangka peningkatan mutu pendidikan?PEMBAHASANDalam mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah bagaimana upaya pemenuhansarana dan prasarana (fasilitas)pendidikan di sekolah menengah kejuruan dalampeningkatan mutu pendidikan,perlumelibatkan banyak pihak yang memiliki kepentingansehubungandengan eksistensi lembaga pendidikan khususnya untuk kejuruan. Beberapa alternatif pemecahan tersebut antara lain:1.Pelibatan dunia usaha dan industri sebagai wadah mempengaruhkan pengalaman belajar siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mengkonsolidasikan pengalamanpenggunaan fasilitasyang telah bersifat simulatifdi sekolah,melaksanakan aktivitas riil di lapangan kerja dengan segala kompleksitas kehidupan, berbagi tanggungjawab dalam pelaksanaan pencapaian kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan Pemanfaatan fasilitas yang tidak dimiliki oleh sekolah sebagai bentuk kontribusi Du/Di terhadap pendidikan, hal ini selaras` dengan kebijakanLink and Matchyang telah dikeluarkan oleh Mendikbud (www.pikiran-rakyat.com, 2003).2.Pemberdayaan sarana dan prasarana (fasilitas) sekolahdimaksudkan untuk mengupayakan secara mandiri dari kekurangan atau kebutuhan fasilitas termasuk upaya menghambat kerusakansarana dan prasarana melalui program maintenance and repair,kegiatan production based training dan unit produksi & jasa,Rekonstruksi dari fasilitas yang sudah lama tidak difungsikan.3.Pelibatan masyarakatterutama orang tua siswa sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan sarana dan prasana sekolah,Dalam kenyataannya partisipasi masyarakat tidak hanya dalam bentuk bantuan dana bagi penyelenggaraan pendidikan, tetapi jugasecara garis besar partisipasi masyarakat dan keluarga dalam pendidikan dikategorikan sebagaihome resources,commuity resources, school resources(Bambang Indriyanto, 2001)4.Pelibatan pemerintahbaik pusat maupun daerah merupakan suatu kewajiban sebagai sumber suporting utama dalam mengatur keberlangsungan sekolah, baik proses maupun investasi(UU RINo 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 10 dan 11), suporting tersebut meliputi:pengaturan melalui perundang-undangan/peraturan-peraturan/kebijakan-kebijakan,pendanaan dan atau pengadaan,monitoring dan evaluasi pelaksanaan,perancangan dan pengembangan kerangka program,penetapan standar pelaksanaan, dan sebagainya.Melihat urgensi dari alternatif pemecahan masalah di atas perlu dilakukanpenilaian terhadap keempat alternatif tersebut dengan cara memberi skor. Penilaian dilakukan dengan cara memformulasikan kekuatan dan kelemahan dari masing-masing alternatif, misal kekuatan dari melibatkan Du/Di satu diantaranya adalah proses belajar hidupkhususnyakerja tidak lagi bersifat simulatif, sedangkan kelemahannya adalah perusahaan atau industri merasa tidak mendapat benefit langsung.Setiap aspek kekuatan dan kelemahan dari masing-masing alternatif pemecahan masalahdilakukan penyekoran dengan melihat tingkat keberpengaruhannya terhadap kemungkinan upaya pemecahan masalah(Simangunsong S.,2002), lihat contoh tabel 1, Skor kekuatan dan kelemahan alternatif Melibatan Masyarakat. Tingkat penskoran keberpengaruhan setiap kekuatan maupun kelemahanberkriteriasebagai berikut:Banyak berpengaruh diberi skor 5,Cukup berberpengaruh diberi skor 3,Sedikit berpengaruh diberi skor 1.Tabel 1. SkorAspek KekuatanPelibatanMasyarakatNoAspek KekuatanSkor

c.1.1.Koordinasi dan sosialisasi harapan sekolah lebih mudah3

c.1.2.Kontribusinya spontan dan sesuai dengan kemampuan masing-masing individu5

c.1.3.Sasaran kerjasama secara kuantitas tinggi3

c.1.4.Masukan terhadap perkembangan kemajuan program pendidikan di sekolah sangat bervariatif3

c.1.5.Menambah sumder daya5

c.1.6.Mempercepat profesional staf1

TOTAL SKOR20

Tabel 2.Skor Aspek KelemahanPelibatanMasyarakatNoAspek KelemahanSkor

c.2.1.Sulit menggalang realisasi pemenuhan kebutuhan fasilitas yang dikehendaki sekolah5

c.2.2.Kemampuan secara finansial sangat kecil untuk pengadaan fasilitas sekolah5

c.2.3.Penggalangan donatur tetap sangat sulit3

c.2.4.Kurang peduli terhadap kebanggaan prestasi sekolah1

c.2.5.Pola pikir terhadap keinginan cepat memetik hasil1

c.2.6.Persepsi orang tua terhadap lulusan pendidikan sekolah1

TOTAL SKOR16

Untukmendapat nilai mutlak keberpengaruhan suatu alternatifpemecahan didapat dari pengurangan total skor kekuatan dan total skor kelemahanmasing-masing komponen alternatif (rumusan perhitungan dapat dilihat pada rumus di bawah).Keterangan: N mb = Nilai mutlak keberpengaruhan tiap alternatifTS k= Total skor dari seluruh aspek kekuatanTS l= Total skor dari seluruh aspek kelemahanBerdasarkan perhitungandengan menggunakan rumusmaka akan didapatkan alternatif terbaik, yaitu dengan ketentuan yang memiliki nilai mutlak keberpengaruhan yang paling tinggi. Selanjutnya dilakukan rekapitulasi dan menetapkan rangking berdasarkan hasil perhitungan. Rangking I identik dengan perolehan nilai mutlak keberpengaruhan (N mb) tertinggi. Hal ini berarti bahwa pilihan alternatif pemecahan yang terbaik untuk masalah upaya pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam rangka peningkatan mutu pendidikan adalah Pelibatan Dunia Usaha dan Dunia Industri. Dan ini sekaligus untuk menjawab alternatif pemecahan masalah yang mana untuk menyelesaikan rumusan masalahtentangupaya pemenuhan fasilitas pendidikan sehubungan dengan kegiatan sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.Tabel 3.Nilai Mutlak KeberpengaruhanNoAlternatif PemecahanTS kTS lN mbRangking

1Pelibatan Dunia Usaha dan Dunia Industri371126I

2Pemberdayaan Fasilitas Sekolah22139III

3Pelibatan Masyarakat20164IV

4Pelibatan Pemerintah231112II

Untuk merealisaikan pilihan alternatif terbaik dari hasil evaluasi yaitu tentang pelibatan Dunia Usaha dan Dunia Industri maka diperlukan langkah-langkah yang jelas, sehingga keberhasilan dari upaya tersebut secara rasional memang dapat dilaksanakan dan tingkat keberhasilan tinggi. Langkah-langkah yang harus di tempuh sebagai berikut:Sosialisasi program kegiatan operasional SMK dan hasil produksi pendidikan.1. Koordinasi dan penjajagan kemungkinan menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dari kedua belah pihak.2. Buat akta kerja sama antara sekolah dengan Du/Di, dan formulasikan tujuan yang akan dicapai.3. Susun kurikulum, dan analisis kemungkinan pelaksanaan pendidikan dan urgensi dari suatu kemanfaatan pelaksanaan program pendidikan.4. Formulasikan target dan susun program pendidikan maupun pertukaran program secara bersama.5. Realisasikan program yang telah disusun sesuai dengan rencananya (apa, dimana, siapa, kapan, persyaratan yang dibutuhkan, bagaimana dilaksanakan, instrumennya seperti apa, dsb).6. Kontrol dan kendalikan pelaksanaan program bersama secara rutin.7. Evaluasi program pelaksanaan kegiatan dan identifikasi kekuatan maupun kelemahan dalam rangka mengidentifikasi kemungkinan perbaikan dan peningkatan kualitas kerja sama.8. Susun rencana aksi dari hasil evaluasi program dan lakukan kesepakatan-kesepakatan baru yang lebih progresif dan memiliki utilitas tinggi bagi kedua belaah pihak.PENUTUPBerdasarkan hasil pembahasan tersebut hal yang mencolok dan prioritas dalam mengatasi keterbatasan fasilitas atau sarana dan prasarana sekolah selain keberlanjutan dukungan pemerintah adalah melibatkan keberadaan dunia usaha dan industri. Salah satu upaya untuk meningkatkan pendidikan di sekolah adalah keberadaan kelengkapan fasilitas yang meliputi sarana dan prasarana. Analisis kebutuhan dan rasionya menjadi pertimbangan setiap sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk berusaha merealisasikannya. Mengingat banyaknya SMK di tanah air ini dan biaya operasional sekolah menengah kejuruan tersebut cukup tinggi maka beberapa rekomendasi untuk melengkapi jawaban dari uraian alternatif pemecahan masalah terhadap pemenuhan kebutuhan fasilitas sekolah menengah kejuruan tersebut, sebagai berikut:Bagi Sekolah Lebih merawat kondisi keberlangsungan kerjasama yang telah di lakukan antara sekolah dan lapangan kerja (Du/Di), artinya perawatan akta kerja sama kedua belah pihak perlu dijaga. Untuk menjaga kepercayaan Du/Di maka perlu mempersiapkan siswa yang memilki watak dan moral yang relevan dengan budaya kerja Du/Di. Program pelaksanaan pendidikan dan pelatihan disusun secara bersama dan realisasinya dikontrol secara bersama juga. Pertukaran program yang saling menguntungkan perlu diciptakan untuk memberi kepercayaan bagi kedua belah pihak.Bagi Du/Di Memanfaatkan siswa dalam jalur produktif sehingga dapat memberikan kontribusi langsung terhadap benefit perusahaan. Perlakukan sekolah sebagai sumur tenaga kerja potensial yang terdidik dan siap memberikan percepatan-percepatan peningkatan kinerja organisasi. Kumpulan perusahaan membangun pusat pelatihan yang diperuntukkan bagi siswa SMK dalam rangka pemenuhan muatan kurikulum, akibat peralatan yang kurang memadai.Bagi Pemerintah Memberikan payung tentang kemungkinan keharusan membagi tanggungjawab tentang pelaksanaan pendidikan bagi Du/Di dan SMK. Membuat kerangka dasar sistem pembagian kontribusi tanggung jawab kedua belah pihak, melalui power dan kewenangannya. Memberikan peluang pelatihan bagi kedua belah pihak dalam rangka untuk mempererat hubungan kerjasama antara sekolah dengan Du/Di terutama pemanfaatan sumberdaya kedua belah pihak untuk kepentingan masing-masing yang salinbg menguntungkan.DAFTAR RUJUKANAsep Mulyana. 2012.Minim Alat Praktik, Lulusan SMK Sulit Bersaing.http://ekonomi.inilah.com. Diakses 2 Februari 2014.Bambang Indriyanto. 2001.Sumber Daya Pendidikan: Reaktualisasi Pasal 1 (Ayat 10) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.IATVEP : B. 1993.Pedoman Perencanaan Pengadaan dan Evaluasi Peralatan Sekolah menengah Kejuruan. Jakarta. IATVEP : B.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2013.Anggaran Pendidikan Tahun 2014 Rp 371,2 Triliun.https://id-id.facebook.com/Kemdikbud.RI. Diakses 14 Januari 2014.Kompas. 2005.Penuhi Semua Fasilitas. Hilangkan Disparitas Sarana Pendidikan Antar Daerah.www.kompas.com.,Diakses 26 April 2006.Kompas. 2009.Sarana Sekolah Masih Belum Memadai.http://edukasi.kompas.com, diakses 25 Januari 2014.Kompas. 2012.Penguatan SMK Masih Terkendala.http://edukasi.kompas.com. Diakses 27 Januari 2014.Mendiknas Republik Indonesia. 2008.Permendiknas No 40 tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK//MAK). Depdiknas.Munir. 2012.Pelayanan Praktik Kejuruan Dengan Mobil Keliling.http://dindik.jatimprov.go.id/pusatdata. Diakses 4 februari 2014.Philip, Cs.(Tim IATVEB A). 1999.Perencanaan, Pengadaan, M & R Sarana Prasarana Pendidikan SMK. Jakarta. Dikmenjur.Pikiran Rakyat. 2003..Link and Match SMK dan Industri Belum Terjalin.www.pikiran-rakyat.com.,Diakses 28 April 2006).Schoenfeldt Eberhard. 1985.Wie plant man Berufbildungseinrichtung?. Mannheim-Deutschland.Deutsche Stiftung fuer Entwiklung (DSE).Simangunsong S. 2002.Teknik dan Metode Training Needs Analysis (TNA). Malang. VEDC Malang.Suara Merdeka. 2013.Tekan Anggaran Gaji Perlu Regulasi.http://m.suaramerdeka.com. Diakses 14 Januari 2014.Suara Pembaharuan Daily. 2004.Masalah Pendidikan Didominasi Persoalan Fasilitas Sekolah. www.suarapembaharuan.com.Diakses 26 April 2006.Tukiman. 2009.Situasi Bengkel dan Kondisi Peralatan Praktik Pemesinan SMK Swasta di Wilayah Gerbangkertosusila.Disertasidan Tesis Program PascasarjanaUM.http://karya-ilmiah.um.ac.id. Diakses 28 Januari 2014.