UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... ·...

168
UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA KELOMPOK PENGURUS OSIS MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING DI SMPN 3 SAMBIT PONOROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Aditya Wahyu Hanggara NIM 11104244028 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2016

Transcript of UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... ·...

Page 1: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA KELOMPOK PENGURUS OSIS MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING

DI SMPN 3 SAMBIT PONOROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Aditya Wahyu Hanggara

NIM 11104244028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JANUARI 2016

Page 2: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

i

UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA KELOMPOK

PENGURUS OSIS MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING

DI SMPN 3 SAMBIT PONOROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Aditya Wahyu Hanggara

NIM 11104244028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JANUARI 2016

Page 3: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...
Page 4: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...
Page 5: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...
Page 6: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

v

MOTTO

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin

kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

(Evelyn Underhill)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.

(Aristoteles)

Page 7: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak, Ibu, dan Kakak tercinta, terimakasih atas kasih sayang dan

segalanya yang telah diberikan untukku.

2. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta

3. Agama, Nusa dan Bangsa

Page 8: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

vii

UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA

KELOMPOK PENGURUS OSIS MELALUI

TEKNIK ROLE PLAYING

DI SMPN 3 SAMBIT PONOROGO

Oleh :

Aditya Wahyu Hanggara

NIM. 11104244028

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kohesivitas anggota

kelompok pengurus OSIS melalui teknik role playing di SMP Negeri 3 Sambit,

Ponorogo.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan

model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah

seluruh anggota OSIS SMP Negeri 3 Sambit dengan jumlah anggota 26 siswa.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah skala kohesivitas kelompok,

observasi, dan wawancara. Berdasarkan dari skala kohesivitas terdapat 12 dari 26

siswa memiliki kategori rendah dan sedang. Teknik analisis data yang digunakan

adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Indikator keberhasilan yang

ditetapkan adalah semua siswa memiliki skor lebih dari sama dengan 108 dengan

kategori tinggi atau mempunyai skor rata-rata 75%.

Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata skala kohesivitas kelompok

pada pra tindakan sebesar 106,1 dengan persentase 74%, setelah tindakan pada

siklus pertama mengalami peningkatan sebesar 5,6 atau 4% sehingga skor rata-

rata menjadi 111,7 dengan persentase 78%, dan pada tindakan siklus kedua

menjadi 116,4 atau 81% dengan peningkatan rata-rata sebesar 10,3 atau 7%. Hasil

tersebut juga didukung dengan hasil observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil

observasi menunjukkan adanya peningkatan dengan adanya kerjasama antar

anggota seperti menyelesaikan tugas bersama, saling menolong tanpa diminta

ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat

orang lain, dan komitmen dengan kelompok yang ditunjukkan dengan kehadiran

dan kenyamanan siswa dalam mengikuti kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara

semua anggota sudah mampu mengungkapkan alasan mereka tanpa malu-malu

mengenai pentingnya kerjasama, saling menolong dalam bentuk apapun, toleransi

dengan menghargai usaha dan pendapat orang lain, serta berkomitmen dengan

kelompok.

Kata kunci : kohesivitas kelompok, role playing

Page 9: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat, dan karunia-

Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Kohesivitas Kelompok Pengurus OSIS Melalui Teknik Role

Playing di SMPN 3 Sambit Ponorogo”. Proposal skripsi ini disusun untuk

memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, pada

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu peneliti menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang telah memberi

kesempatan bagi peneliti untuk menempuh dan menyelesaikan studi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Fathur Rahman, M.Si. selaku Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan yang yang telah memberikan ijin penelitian serta saran dan

masukan dalam pemilihan judul penelitian.

4. Bapak Sugiyatno, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan

baik hati meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing,

memberikan arahan, serta saran kepada saya dalam penyusunan proposal

skripsi ini.

Page 10: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

ix

5. Seluruh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah

memberikan wawasan, ilmu, dan pengalamannya kepada penulis selama

perkuliahan hingga akhir.

6. Keluarga penulis, Bapak Sunarno dan Ibu Nunuk Sudarjati yang telah

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

proposal skripsi.

7. Semua pihak yang membantu penulis menyelesaika proposal skripsi ini

yang mungkin tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikian pengantar dari penulis, semoga proposal skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi pengembangan dunia pendidikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya

ilmiah ini, maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh

penulis guna perbaikan dalam karya selanjutnya.

Yogyakarta, 3 September 2015

Penulis,

Aditya Wahyu Hanggara

NIM. 11104244028

Page 11: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................

HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................

MOTTO .........................................................................................................

PERSEMBAHAN ..........................................................................................

ABSTRAK .....................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

LAMPIRAN ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Lata Belakang Masalah ..........................................................................

B. Identifikasi Masalah ................................................................................

C. Batasan Masalah .....................................................................................

D. Rumusan Masalah ...................................................................................

E. Tujuan Penelitian ....................................................................................

F. Manfaat Penelitian ..................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Kohesivitas Kelompok

1. Pengertian Kohesivitas Kelompok ..................................................

2. Aspek-aspek Kohesivitas Kelompok ...............................................

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok ............

4. Ciri-ciri Kelompok yang Kohesif ....................................................

5. Manfaat Kelompok yang Kohesif ....................................................

B. Tinjauan tentang Role Playing (Bermain Peran)

1. Pengertian Role Playing (Bermain Peran) .......................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xiii

xiv

xv

1

11

12

12

12

13

15

17

19

21

23

24

Page 12: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

xi

2. Jenis-jenis Role Playing ...................................................................

3. Langkah-langkah Pembelajaran role playing .................................

4. Kelebihan Role Playing …...............................................................

5. Kelemahan Role Playing ….............................................................

C. Tinjauan tentang Perkembangan Anak SMP

1. Pengertian Remaja ...........................................................................

2. Ciri-ciri Masa Remaja .....................................................................

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja ................................................

D. Kerangka Berpikir ...................................................................................

E. Hipotesis Tindakan .................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian .............................................................................

B. Subjek Penelitian ....................................................................................

C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................

D. Desain Penelitian.....................................................................................

E. Rencana Tindakan ...................................................................................

1. Pra Tindakan ....................................................................................

2. Pemberian tindakan (Siklus) ............................................................

a. Perencanaan ..............................................................................

b. Tindakan ...................................................................................

c. Observasi ..................................................................................

d. Refleksi .....................................................................................

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .............................................

G. Uji Validitas dan Reliabilitas …………..................................................

H. Teknik Analisis Data ..............................................................................

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan ..............................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................................

B. Pembahasan ............................................................................................

C. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................

27

28

30

31

32

32

35

37

39

40

41

41

42

43

43

44

44

45

49

50

51

58

63

65

66

97

106

Page 13: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................................

B. Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

LAMPIRAN ...................................................................................................

107

108

110

112

Page 14: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

xiii

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

Tabel 9.

Tabel 10.

Tabel 11.

Tabel 12.

Tabel 13.

Tabel 14.

Tabel 15.

Kisi-kisi Instrument Skala Kohesivitas …………………………...

Skor Skala Kohesivitas …………………………………………...

Kisi-kisi Pedoman Observasi ……………………………………..

Kisi-kisi Pedoman Wawancara …………………………………...

Kisi-kisi Skala Kohesivitas Kelompok Setelah Uji Coba ………...

Rangkuman Item sahih dan Item Gugur ………………………….

Rumus Kategori Skala ……………………………………………

Kategorisasi Skor Kohesivitas Kelompok Pengurus OSIS SMPN 3

Sambit …………………………………………………………….

Waktu Pelaksanaan Tindakan …………………………………….

Hasil Pre Test ……………………………………………………..

Daftar Anggota OSIS yang Akan Diberikan Tindakan …………...

Hasil Post Test I …………………………………………………..

Skor Perbandingan Pre Test dan Post Test I ……………………...

Hasil Post Test II ………………………………………………….

Skor Perbandingan Pre Test, Post Test I, dan Post Test II ……….

53

55

56

58

60

61

65

65

67

68

69

78

80

90

93

Page 15: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan ............................................................. 42

Gambar 2. Gafik Peningkatan Skor Rata-rata ……………………………….. 96

Gambar 3. Grafik peningkatan kohesivitas kelompok ………………………... 125

Page 16: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Surat Permohonan izin Penelitian FIP UNY …………………...

Lampiran 2. Rekomendasi Penelitian Badan KESBANGLINMAS ………...

Lampiran 3. Rekomendasi Penelitian BAKESBANGPOL Surabaya ……….

Lampiran 4. Rekomendasi Penelitian KESBANGPOLLINMAS Ponorogo ...

Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian SMPN 3 Sambit ………………….

Lampiran 6. Skala Kohesivitas Kelompok …………………………………..

Lampiran 7. Daftar Hadir Siklus I …………………………………………...

Lampiran 8. Daftar Hadir Siklus II …………………………………………..

Lampiran 9. Grafik Peningkatan Kohesivitas Anggota Kelompok ………….

Lampiran 10. Lembar Observasi Siklus I ……………………………………

Lampiran 10. Lembar Observasi Siklus II …………………………………...

Lampiran 11. Lembar Wawancara …………………………………………..

Lampiran 12. Materi role playing siklus I …………………………………...

Lampiran 13. Materi role playing siklus II ………………………………......

113

114

115

116

117

118

123

124

125

126

127

128

130

146

Page 17: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang pada hakikatnya tidak

bisa untuk hidup sendiri. Serangkaian kegiatan yang dilakukan tentu

melibatkan orang lain. Bahkan, sejak lahir seseorang memerlukan bantuan

orang lain. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa manusia

memerlukan orang lain dalam rangka memenuhi kelangsungan hidupnya.

Dalam memenuhi kelangsungan hidupnya, manusia dituntut untuk mampu

beradaptasi dan bekerjasama dengan orang lain. Oleh karena itu,

diperlukan kemampuan bersosialisasi yang baik agar dapat terjalin

hubungan yang baik pula antar sesama. Untuk dapat memiliki kemampuan

bersosialisasi yang baik tentunya bukan merupakan suatu hal yang mudah.

Perlu adanya latihan atau proses yang lama untuk membentuknya.

Proses pembelajaran untuk membentuk kemampuan bersosialisasi

agar lebih efektif dapat dilakukan sejak dini terutama masa remaja.

Remaja merupakan masa yang sangat rawan. Sebab masa remaja

merupakan masa dimana emosi dan pikiran mereka masih labil. Sama

halnya yang dijelaskan oleh Hall (Santrock, 2007: 6) bahwa masa remaja

merupakan masa badai dan stress (strom and stress), yaitu masa

pergolakan yang penuh dengan konflik dan buaian suasana hati. Perasaan,

pikiran, tindakan mengenai kesombongan dan kerendahan hati, kebaikan

dan godaan, serta kegembiraan dan kesedihan. Oleh karna itu masa remaja

dapat dikatakan sebagai tahap perkembangan manusia yang paling labil.

Page 18: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

2

Menurut Hurlock (1997: 206) masa remaja berlangsung antara usia

13 tahun sampai 16 atau 17 tahun. Ditinjau dari rentang kehidupan

manusia, remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa. Dalam tahap perkembangan sosialnya, seorang remaja

membutuhkan kondisi-kondisi yang dapat membuat dirinya mampu

menyalurkan kebutuhan sosialnya. Remaja dapat dikatakan labil karna

remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju

dewasa dan mempunyai tugas perkembangan yang cukup banyak.

Berdasarkan penjelasan diatas, proses pembelajaran untuk

membentuk kemampuan bersosialisasi lebih efektif jika dilakukan pada

masa remaja. Apabila masa yang begitu labil antara pikiran dan perasaan

dapat ditata rapi, tidak menutup kemungkinan proses sosialisasi remaja

dapat berjalan dengan efektif. Seperti yang sudah dipaparkan diatas, tahap

perkembangan sosial remaja menurut Hurlock membutuhkan kondisi yang

dapat membuat dirinya mampu menyalurkan kebutuhan sosialnya.

Menyalurkan kebuuhan sosial salah satunya adalah membina hubungan

baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. Hal tersebut

menunjukkan bahwa remaja memiliki tugas perkembangan dalam menjalin

hubungan sosial dengan lingkungan disekitarnya. Seperti, interaksi dengan

keluarga, teman sebaya, masyarakat, serta interaksi dengan organisasinya.

Dengan kata lain, remaja diharuskan mampu untuk menjalin interaksi

sosial atau hubungan sosial yang baik dengan lingkungan disekitarnya.

Page 19: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

3

Proses sosialisasi pada masa remaja ini perlu mendapat perhatian

lebih, sebab kemampuan remaja dalam bersosialisasi ini dapat menentukan

keberhasilan seorang remaja dalam beradaptasi dan bekerjasama di masa

selanjutnya. Keberhasilan remaja dalam menjalin hubungan sosial dapat

mempermudah remaja dalam melanjutkan tahan atau tugas perkembangan

selanjutnya. Oleh karena itu, sikap solid, saling menghargai, dan juga

menyayangi harus dapat tercipta didalam suatu kelompok. Sikap tersebut

dapat menggambarkan bahwa suatu kelompok itu dapat dikatakan

kelompok yang kohesif atau tidak. Menurut Abu Ahmadi (2002: 117)

kohesivitas kelompok yaitu perasaan bahwa orang bersama-sama dalam

kelompok. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila setiap anggota

kelompok dapat bekerja bersama, saling membantu satu sama lain seperti

yang sudah dipaparkan diatas. Kohesivitas kelompok juga dipertegas oleh

Leon Festinger (Abu Ahmadi, 2002: 117) bahwa kohesi kelompok sebagai

kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok.

Sedangkan menurut Bimo Walgito (2007: 47) kohesi adalah saling

tertariknya atau saling senangnya anggota satu dengan yang lain dalam

kelompok. Berdasarkan beberapa pemaparan ahli diatas, dapat

disimpulkan bahwa kohesivitas kelompok merupakan daya rekat atau

tertariknya anggota kelompok untuk tetap berada dalam kelompok dan

merasa berat untuk meninggalkan kelompok tersebut.

Apabila kelompok tersebut memiliki tingkat kohesivitas tinggi

maka kelompok tersebut akan lebih produktif jika dibandingkan dengan

Page 20: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

4

kelompok yang memiliki tingkat kohesivitas rendah. Seperti yang

dipaparkan Bimo Walgito (2007: 51) bahwa kelompok dengan kohesi

tinggi lebih produktif dari pada kelompok dengan kohesi rendah dalam

mencapai tujuan kelompok. Kelompok yang kohesif akan mencoba

berbuat lebih baik daripada kelompok yang tidak kohesif. Menurut Cattel

(Bimo Walgito 2007: 51), kohesi menaikkan sinergi efektif pada

kelompok. Dengan naiknya sinergi efektif, kelompok dapat mencapai

tujuannya dengan lebih efisien.

Dalam bidang pendidikan, kelompok itu penting untuk membantu

siswa dalam proses belajar serta mengasah produktifitas kerja mereka

didalam kelompok-kelompok yang ada. Seperti, kelompok ektrakurikuler,

kelompok belajar, OSIS, dan sebagainya. Kohesivitas kelompok perlu

diwujudkan dalam kelompok-kelompok tersebut agar mempermudah

kinerja kelompok dan mengembangkan produktifitas kerja didalamnya.

Sebab pekerjaan didalam kelompok tentu tidak dapat dikerjakan secara

maksimal apabila pekerjaan tersebut dikerjakan secara individu. Namun,

dalam membangun kohesivitas kelompok tersebut menemui beberapa

kesulitan. Kesulitan tersebut bisa berupa kesulitan seorang remaja dalam

beradaptasi dengan orang-orang yang baru, norma atau aturan yang baru,

sistem kerja kelompok yang baru serta gaya kepemimpinan yang

dimungkinkan berbeda dari kelompok sosial sebelumnya. Selain itu,

kesulitan untuk membangun kohesivitas muncul dari pemimpin yang

kurang dipandang oleh anggotanya disebabkan rentang usia yang sama

Page 21: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

5

antara anggota dengan pemimpin. Sehingga terkadang pemimpin

dipandang sebelah mata.

Permasalahan diatas menyebabkan permasalahan yang baru pada

diri siswa. Permasalahan yang timbul dapat berpengaruh terhadap

perkembangan sosialnya di masa mendatang. Seperti, siswa menutup diri

dan malu berbaur dengan temannya sehingga para siswa lebih bersikap

individualis dan kurang memiliki rasa kebersamaan didalam kelompok.

Komunikasi juga belum dapat terjalin dengan baik di lingkungan yang

baru, sehingga tujuan kelompok tidak dapat tercapai secara optimal. Hal

tersebut menyebabkan para anggota merasa kurang nyaman berada

didalam kelompok, juga mempengaruhi rasa bangga individu terhadap

kelompoknya semakin rendah. Dari permasalahan di atas dapat

disimpulkan bahwa kelompok memiliki tingkat kohesivitas kelompok

yang rendah.

Kohesivitas kelompok ini perlu diwujudkan di lingkungan sekolah

khususnya pada jenjang SMP. Pada jenjang SMP, seorang remaja

memiliki banyak kegiatan di sekolah maupun diluar sekolah. Remaja

dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diikutinya. Kohesivitas

kelompok harus diwujudkan dalam berbagai ekstrakurikuler terutama di

dalam pengurus OSIS. Sebab kebanyakan pengurus OSIS tidak

menginginkan jabatannya sebagai pengurus OSIS. Pengurus OSIS yang

tidak menginginkan jabatan sebagai pengurus adalah siswa yang ditunjuk

sebagai perwakilan dari kelas, sehingga siswa yang menjadi perwakilan

Page 22: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

6

kelas tersebut merasa terpaksa untuk menjalani jabatan sebagai pengurus

OSIS.

Pengurus yang merasa terpaksa, menyebabkan banyak dari

pengurus merasa tidak nyaman dan bahkan beberapa dari mereka ingin

mengundurkan diri. Ditambah lagi dengan pengurus yang merasa senior

atau siswa yang sudah kelas 9, mereka merasa sudah lama sehingga

terkadang sikap mereka seperti pemimpin yang berkuasa dan efek yang

ditimbulkan adalah kerenggangan suatu hubungan antar anggota serta

pemimpin yang tidak dianggap lagi sebagai pemimpin. Pemimpin hanya

dijadikan sebagai simbol saja. Lebih sering lagi dalam pengurus OSIS itu

cenderung berkubu-kubu. Kelas 7 bergerombol dengan kelas 7 dan mereka

lebih pendiam, kelas 8 juga dengan kelas 8 dan kadang memerintah kelas

7, dan kelas 9 terkadang lebih memimpin dan melupakan tugas seorang

ketua OSIS. Hal tersebut yang membuat seorang remaja tidak betah dalam

suatu organisasi dan ingin meninggalkan kelompok tersebut. Hal tersebut

merupakan kelompok yang tidak kohesif.

Idealnya, suatu organisasi itu harus memiliki kerjasama, saling

membantu, sikap solid, saling menghargai, tanggung jawab, dan juga sikap

saling menyayangi antar anggota harus dapat tercipta didalam suatu

kelompok tersebut. Organisasi yang kohesif, dapat menghasilkan kinerja

yang produktif dibandingkan kelompok yang tidak kohesif. Namun

kejadian yang sering terjadi dilapangan, dalam kepengurusan OSIS di

berbagai sekolah masih menunjukkan ciri-ciri kelompok yang kurang

Page 23: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

7

kohesif. Bahkan di SMP Negeri 3 Sambit, Ponorogo juga terdapat siswa

yang menjadi pengurus OSIS namun tidak menginginkan sepenuhnya

jabatan tersebut.

Hal ini diperkuat dari hasil observasi dan wawancara awal yang

dilakukan terhadap pengurus OSIS, kepala sekolah dan pembina OSIS

pada tanggal 18 April 2015. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara

yang dilakukan, dapat dilihat penggunaan ruang OSIS kurang berjalan

efektif. Terlihat dari tidak adanya pengurus di ruang OSIS saat istirahat

dan kecenderungan pengurus untuk datang ke ruang OSIS hanya pada saat

rapat saja. Kehadiran yang kurang didukung oleh jadwal pertemuan rutin

anggota OSIS. OSIS memiliki jadwal pertemuan rutin setiap hari jumat

pukul 07.00-07.30 wib. Seharusnya dengan jadwal pertemuan rutin setiap

minggu sekali dapat sedikit demi sedikit meningkatkan kohesivitas

kelompok. Namun hal tersebut kurang dimanfaatkan anggota OSIS untuk

menjalin keeratan. Terdapat sebagian pengurus tidak menghadiri

pertemuan dan hanya duduk didepan ruangan bahkan ada yang ke kantin.

Pertemuan rutin ini dihadiri semua anggota OSIS jika Pembina OSIS ikut

hadir dalam pertemuan.

Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara yang dilakukan kepada

beberapa pengurus OSIS. Pengurus OSIS tersebut mengungkapkan bahwa

jika tidak ada program atau kegiatan yang akan dilakukan, pengurus OSIS

cenderung malas untuk datang atau sekedar mengurus ruang OSIS.

Apabila ada jadwal pertemuan rutin, ada anggota yang pergi ke kantin dari

Page 24: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

8

pada menghadiri pertemuan. Berdasarkan pengakuan pengurus OSIS juga

menyebutkan bahwa pertemuan rutin dihadiri semua anggota jika Pembina

OSIS ikut masuk dan memimpin acara. Selain itu kepengurusan OSIS

tersebut terdapat siswa kelas 9 yang belum habis masa jabatannya, siswa

kelas 9 tersebut terkadang tidak menghargai jabatan yang disandang oleh

siswa kelas 8. Sebab mereka merasa labih senior atau lebih lama didalam

OSIS. Hal tersebut dapat diinterpretasikan secara menyeluruh bahwa

pengusus OSIS di SMP Negeri 3 Sambit Ponorogo belum memiliki

kohesivitas kelompok yang tinggi.

Oleh karena itu, perlu adanya kohesivitas yang baik agar kelompok

tetap kompak dan menjadi lebih produktif dalam menghasilkan program-

program kerja yang bermanfaat. Untuk itu diperlukan suatu upaya khusus

untuk meningkatkan kohesivitas kelompok pengurus OSIS di SMP Negeri

3 Sambit, Ponorogo. Dalam perkembangan remaja dengan kelompoknya,

terdapat beberapa metode untuk meningkatkan kohesivitas kelompok.

Cara yang paling efektif adalah dengan membentuk hubungan yang

kooperatif antar anggota kelompok. Dalam membangun suatu hubungan

yang baik, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang

dapat dilakukan dengan cara bermain peran (role playing).

Role Playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak

yang didalamnya ada tujuan, aturan, dan edutainment (Fogg dalam

Miftahul Huda, 2013: 208). Dalam Role Playing, siswa dikondisikan pada

situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di

Page 25: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

9

dalam kelas. Menurut Miftahul Huda (2013: 209), Role Playing adalah

suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan

imajinasi dan penghayatan siswa. Pada Role Playing, titik tekannya

terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indra ke dalam suatu

situasi permasalahan yang secara nyata dihadapi. Sedangkan menurut

Fannie dan George Shaftel (Bruce Joyce, dkk, 2009: 328) mengatakan

bahwa dalam Role Playing siswa mengeksplorasi masalah-masalah tentang

hubungan antar manusia dengan cara memainkan peran dalam situasi

permasalahan kemudian mendiskusikan peraturan-peraturan. Secara

bersama-sama, siswa bisa mengungkapkan perasaan, tingkah laku, nilai,

dan strategi pemecahan masalah. Melalui role playing, siswa dapat

mengungkapkan perasaan dan dapat menjalin komunikasi serta kerjasama

yang baik antar anggota yang akan berakibat pada meningkatnya

kohesivitas kelompok tersebut.

Pemilihan teknik role playing didasarkan pada kegiatannya yang

berpengaruh positif terhadap kohesivitas suatu kelompok. Serangkaian

kegiatan dalam role playing menurut Bruce Joyce, dkk (2009: 329) adalah

menguraikan sebuah masalah, memeragakan, dan mendiskusikan masalah

tersebut, sehingga permasalahan yang dialami anggota kelompok dapat

diangkat menjadi bahan dalam pelaksanaan Role Playing dan diperagakan

kemudian didiskusikan secara bersama-sama.

Keunggulan yang diperoleh siswa dalam role playing (Miftahul

Huda, 2013: 210) adalah: 1) dapat memberi kesan pembelajaran yang kuat

Page 26: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

10

dan tahan lama dalam ingatan siswa; 2) bisa menjadi pengalaman belajar

menyenangkan yang sulit untuk dilupakan; 3) membuat suasana kelas

menjadi lebih dinamis dan antusiastis; 4) membangkitkan gairah dan

semangat optimism dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa

kebersamaan; dan 5) memungkinkan siswa untuk terjun langsung

memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam proses belajar. Berdasarkan

keunggulan diatas, kohesivitas kelompok dapat ditingkatkan melalui role

playing. Sebab role playing dapat membangkitkan gairah dan semangat

optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan.

Melalui role playing, diharapkan komunikasi antar pengurus dapat terjaga

dengan baik serta keakraban antar pengurus dapat lebih ditingkatkan.

Apabila kohesivitas kelompok meningkat setelah dipengaruhi, maka

produktifitas kerja kelompok tersebut akan meningkat pula.

Penggunaan teknik role playing ini telah terbukti efektif

sebelumnya pada penelitian yang dilakukan oleh Rita Hermawati (2012:

147) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dengan Metode Role

Playing pada Mata Diklat Pelayanan Prima Kelas X Busana B di SMK

Ma’arif 2 Sleman”. Penelitian ini menghasilkan peningkatan pada setiap

siklus pada materi bekerja dalam satu tim. Hal ini dapat dibuktikan dengan

peningkatan pencapaian kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu

70, dari 39 siswa pencapaian hasil belajar pada pra siklus 43,6% siswa

atau 17 siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal, dan pada

siklus pertama setelah dikenai tindakan melalui metode role playing

Page 27: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

11

pencapaian hasil belajar kognitif siswa meningkat menjadi 79,5% siswa

atau 31 siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal dan pada

siklus kedua pencapaian hasil belajar kognitif siswa meningkat lagi

menjadi 100% atau seluruh siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan

minimal.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan teknik role playing

yang menekankan pada pencapaian tugas kelompok yang diharapkan dapat

berpengaruh terhadap tingkat kohesivitas kelompok pengurus OSIS SMP

Negeri 3 Sambit. Selain itu aspek yang akan dijadikan sebagai bahan

pembuatan skala, pedoman wawancara dan observasi berbeda dengan

penelitian sebelumnya. Adapun aspek yang dimaksud adalah kerjasama,

menolong, toleransi, dan berkomitmen.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan,

maka peneliti menganggap bahwa fenomena ini sangat perlu dikaji secara

ilmiah dengan melakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan

Kohesivitas Kelompok Pengurus OSIS Melalui Teknik Role Playing Di

SMP Negeri 3 Sambit”.

B. Identifikasi Masalah

Dari paparan latar belakang terdapat beberapa masalah yang

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Beberapa pengurus OSIS merasa sulit beradaptasi dengan kelompok

yang baru dikarenakan proses komunikasi belum terjalin dengan baik.

Page 28: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

12

2. Sebagian pengurus OSIS yang menjadi perwakilan kelas terkadang

ingin keluar dari kepengurusan karena merasa terpaksa menjalani

jabatan sebagai pengurus OSIS.

3. Sebagian pengurus OSIS baru cenderung belum saling mengenal satu

sama lain karena minimnya frekuensi bertemu serta rendahnya minat

berkumpul sehingga menimbulkan berbagai kubu didalam kelompok.

4. Program kerja OSIS kurang dapat berjalan dengan baik karena

kohesivitas antar anggota belum begitu terlihat.

C. Batasan Masalah

Beberapa masalah yang ada, peneliti membatasi pada masalah

kohesivitas kelompok para pengurus OSIS yang kurang, sehingga

membutuhkan teknik yang dapat menyatukan kebersamaan kelompok

yaitu dengan teknik Role Playing.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana upaya

meningkatkan kohesivitas kelompok pengurus OSIS melalui teknik Role

Playing di SMP Negeri 3 Sambit, Ponorogo?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kohesivitas anggota

kelompok pengurus OSIS melalui teknik Role Playing di SMP Negeri 3

Sambit, Ponorogo.

Page 29: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

13

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik bagi

kepentingan teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk

perkembangan ilmu dalam bidang bimbingan dan konseling, serta

menambah pengetahuan tentang Role Playing untuk meningkatkan

kohesivitas anggota kelompok.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pengurus OSIS

Dengan kohesivitas kelompok yang baik sangat

mendukung kinerja para pengurus OSIS dalam praktek

kepengurusan OSIS secara optimal.

b. Bagi Pembina OSIS

Tugas Pembina OSIS lebih mudah dan lancar karena para

pengurus OSIS yang memiliki kohesivitas kelompok baik dapat

menjalankan tugasnya secara mandiri dan lebih optimal.

c. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Guru BK dapat menerapkan teknik role playing sebagai

salah satu media dalam memberikan layanan bimbingan pribadi

sosial.

Page 30: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

14

d. Bagi Peneliti Lainnya

Peneliti lainnya diharapkan mampu meningkatkan

wawasan dan termotivasi untuk mengadakan penelitian lebih

lanjut mengenai upaya meningkatkan kohesivitas kelompok

melalui teknik role playing, atau dapat juga mengembangkan

teknik-teknik lain untuk meningkatkan kohesivitas kelompok.

Page 31: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Kohesivitas Kelompok

1. Pengertian Kohesivitas Kelompok

Kelompok menurut Bales (Yusuf dalam buku Abu Huraerah

dan Purwanto, 2006: 3) mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah

individu yang berinteraksi dengan sesamanya secara tatap muka,

dimana masing-masing anggota tersebut saling menerima impresi atau

persepsi anggota lain dalam waktu tertentu dan menimbulkan

pertanyaan-pertanyaan, yang membuat masing-masing anggota

bereaksi sebagai reaksi individual. Dalam definisi tersebut, Bales

menekankan bahwa kelompok itu merupakan kumpulan individu yang

saling berinteraksi dengan cara tatap muka atau dalam suatu

pertemuan. Selain itu, masing-masing anggota juga menerima impresi

atau persepsi anggota lain dalam waktu tertentu yang bertujuan

membuat masing-masing anggota bereaksi sebagai individual.

Menurut Sherif and Sherif (Abu Ahmadi, 2002: 94)

menyatakan bahwa kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari

dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang

cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah

terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang

khas bagi kelompok itu. Ditambahkan lagi oleh Roland Freedman cs

(Abu Ahmadi, 2002: 94) bahwa kelompok adalah organisasi terdiri

Page 32: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

16

atas dua atau lebih individu-individu yang tergantung oleh ikatan-

ikatan suatu sistem ukuran-ukuran kelakuan yang diterima dan

disetujui oleh semua anggota-anggotanya.

Berdasarkan pengertian kelompok dari berbagai tokoh diatas

dapat disimpulkan bahwa kelompok merupakan sekumpulan individu

yang saling berinteraksi satu sama lain yang cukup intensif dan juga

mempunyai daya tarik serta ikatan-ikatan antar individu. Daya tarik

dalam kelompok tersebut merujuk pada kohesivitas kelompok atau

suatu kekuatan untuk menjaga anggota kelompok agar terus berada

dalam kelompok tesebut. Kohesivitas kelompok merupakan kekuatan

yang memelihara dan menjaga individu untuk tetap berada dalam

kelompok (Leon Festinger dalam Abu Ahmadi, 2002: 117).

Sedangkan Shaw (Bimo Walgito, 2007: 46) menyatakan kohesi

kelompok ialah bagaimana para anggota kelompok saling menyukai

dan saling mencintai satu dengan lainnya. Tingkatan kohesi akan

menunjukkan seberapa baik kekompakan dalam kelompok

bersangkutan. Kemudian Carolina dan Jusman (Abu Huraerah dan

Purwanto, 2006: 44) mengungkapkan bahwa kohesi kelompok dapat

didefinisikan sebagai sejumlah faktor yang mempengaruhi anggota

kelompok untuk tetap menjadi anggota kelompok tersebut.

Dilihat dari berbagai pendapat para ahli mengenai kohesivitas

kelompok, dapat disimpulkan bahwa kohesivitas kelompok

merupakan kecenderungan anggota kelompok untuk tetap berada

Page 33: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

17

didalam kelompok tersebut dengan membentuk ikatan sosial,

sehingga para anggota tetap bertahan dan bersatu dalam kelompok

untuk menuju suatu tujuan tertentu yang sudah disepakati.

2. Aspek-aspek Kohesivitas Kelompok

Carron dan Forsyth (Hertina Wulansari, dkk., 2013: 4)

mengatakan bahwa kohesivitas kelompok mencakup tindakan-

tindakan seperti:

a. Ketertarikan individu pada tugas kelompok. Setiap individu tidak

merasa keberatan jika mendapatkan tugas atau menjalankan tugas

yang diberikan dalam kelompok.

b. Ketertarikan individu pada kelompok secara sosial. Individu

merasa nyaman dengan situasi kelompok yang ada, dalam hal

interaksi sosial dengan anggota lainnya.

c. Kesatuan kelompok dalam tugas, yaitu saling mendukung antar

anggota demi membangun kelompok untuk menjadi lebih baik.

d. Kesatuan kelompok secara sosial. Saling menghargai dan merasa

saling membutuhkan satu sama lain dalam menjaga keutuhan dan

nama baik kelompok.

e. Kerjasama dalam berbagai hal demi perkembangan dan

produktivitas kerja kelompok.

Menurut Veroff dan Veroff (Saryanti dalam Teguh Kurnia

dan Arundati Shinta, 2015: 397) kelompok yang kohesivitasnya

Page 34: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

18

tinggi dipersepsikan positif oleh anggota-anggotanya. Persepsi

tersebut mengandung lima aspek yaitu:

a. Setiap orang pada kelompok yang kohesif mempunyai rasa

memiliki terhadap kelompok. Anggota akan dengan senang hati

bekerja sama demi tercapainyatujuan kelompok.

b. Kesadaran diri seorang anggota bahwa dia merupakan bagian dari

kelompok. Hal itu menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh

seorang anggota kelompok akan dihayati sebagai perbuatan dari

dan untuk kelompok itu sendiri.

c. Toleransi yang tinggi dalam berhubungan antar individu dalam

kelompok akan memunculkan kerjasama yang terbina dengan

baik.

d. Pemimpin jarang memberikan hukuman. Hal ini dapat dilakukan

bila pemimpin memperhatikan hak dan kewajiban setiap anggota

sesuai dengan porsinya.

e. Anggota berkomitmen tinggi untuk menjaga keutuhan kelompok.

Komitmen anggota tersebut berdasarkan kesediaan anggota untuk

patuh pada norma kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat peneliti simpulkan

bahwa aspek-aspek dalam kohesivitas kelompok meliputi kerjasama,

menolong, toleransi, dan berkomitmen.

Page 35: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

19

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok

Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu

kelompok berhasil menjadi kelompok dengan kohesivitas tinggi

maupun rendah. Tatiek Romlah (2006: 38) menyebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi kohesivitas kelompok antara lain:

a. Bahasa dan proses berfikir yang sama. Keseragaman bahasa

mampu memudahkan komunikasi sehingga komunikasi dapat

terjalin lebih efektif. Apa yang disampaikan satu anggota dapat

dengan mudah dan tepat tersampaikan kepada kelompok yang

lain. Proses berfikir yang sejalan juga mendukung tercapainya

tujuan bersama dengan mudah.

b. Masalah-masalah dan tujuan-tujuan yang sama. Apabila para

anggota mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi kelompok

secara bersama-sama sesuai dengan tujuan kelompok maka

kohesivitas kelompok dapat terjalin.

c. Cara berkomunikasi serta saluran-saluran komunikasi yang jelas

antar sesama anggota. Para anggota melakukan kesepakatan

mengenai metode komunikasi yang sesuai, efektif dan dapat

diterima oleh seluruh anggota. Sehingga pesan-pesan atau hal-hal

yang perlu dikomunikasikan dengan seluruh anggota dapat

tersampaikan dengan baik.

Page 36: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

20

d. Adanya rasa memiliki dan dimiliki oleh kelompok. Rasa bangga

para anggota memiliki dan dimiliki kelompok terlihat dari sikap

taat anggota terhadap norma yang berlaku dalam kelompok.

e. Frekuensi pertemuan. Kelompok memiliki jadwal petemuan yang

teratur dan dapat dihadiri oleh seluruh anggota. Dalam setiap

pertemuan diharapkan memiliki kebermanfaatan bagi kelompok.

f. Hubungan yang bersifat kerjasama antara anggotanya. Hubungan

yang anggota mampu menempatkan kepentingan kelompok diatas

kepentingan individu.

g. Organisasi yang mantap dimana para anggotanya mempunyai

tanggung jawab untuk bekerjasama untuk kepentingan kepuasan

kebutuhan masingmasing anggota.

Jadi dapat disimpulkan, faktor-faktor yang mempengaruhi

kohesivitas kelompok yaitu: bahasa dan proses berfikir yang sama,

masalah-masalah dan tujuan-tujuan yang sama, cara berkomunikasi

serta saluran-saluran komunikasi yang jelas antar sesama anggota,

adanya rasa memiliki dan dimiliki oleh kelompok, frekuensi

pertemuan, hubungan yang bersifat kerjasama antara anggotanya serta

organisasi yang mantap dimana para anggotanya mempunyai

tanggung jawab untuk bekerjasama untuk kepentingan kepuasan

kebutuhan masing-masing anggota.

Page 37: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

21

4. Ciri-ciri Kelompok yang Kohesif

Menurut Shaw (Bimo Walgito, 2007: 46) dalam kelompok,

situasi interaksi para anggota kelompok dapat bervariasi, sehingga

situasi kelompok satu dengan yang lain dapat berbeda. Demikian pula

situasi interaksi anggota satu dengan anggota yang lain dapat berbeda-

beda pula. Suatu kelompok dapat solid, tetapi juga dapat kurang solid.

Hal demikian berkaitan dengan kohesi kelompok. Tingkatan kohesi

akan menunjukkan seberapa baik kekompakan dalam kelompok

bersangkutan.

Shaw (Sunarru Samsi Hariadi, 2011: 28) mengungkapkan

bahwa suatu kelompok memiliki kohesivitas yang tinggi dilihat dari

sikap para anggota kelompoknya. Anggota kelompok pada kelompok

yang kohesinya tinggi lebih energik didalam aktivitas kelompok,

jarang absen dalam pertemuan kelompok dan merasa senang apabila

kelompok berhasil dan bersedih apabila kelompoknya gagal. Shaw

juga menjelaskan bahwa kohesi kelompok yang tinggi ditandai dengan

curahan waktu untuk perencanaan kegiatan dan semua anggota

kelompok mengikuti rencana yang telah disetujuinya. Kelompok

dengan kohesi yang tinggi pemimpinnya berperilaku demokratik,

sedangkan pada kelompok dengan kohesi yang rendah pemimpinnya

berperilaku seperti “bos” dan cenderung autokratik.

Abu Huraerah dan Purwanto (2006: 47) menyebutkan bahwa

anggota kelompok yang kohesif lebih siap untuk berpartisispasi

Page 38: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

22

didalam pertemuan-pertemuan kelompok. Mereka lebih setuju

terhadap tujuan kelompok, lebih siap menerima tugas-tugas dan

peranan serta lebih mentaati norma-norma kelompok. Mereka juga

memelihara dan mempertahankan norma-norma serta menolak orang

lain yang merasa tidak sesuai dengan norma kelompok. Kelompok

yang kohesif memiliki anggota yang loyal terhadap kelompok,

mempunyai rasa tanggung jawab, mempunyai motivasi yang tinggi

untuk melaksanakan tugas serta merasa puas atas pekerjaan kelompok.

Selanjutnya anggota kelompok tersebut lebih sering berkomunikasi

secara efektif.

Bimo Walgito (2007: 49) menambahkan bahwa pada anggota

kelompok dengan kohesi tinggi, komunikasi antar anggota tinggi dan

interaksinya berorientasi positif. Anggota kelompok dengan kohesi

tinggi bersifat kooperatif dan pada umumnya mempertahankan dan

meningkatkan integrasi kelompok

Dari pemaparan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

ciri-ciri kelompok yang kohesif yaitu :

a. Anggota rajin menghadiri pertemuan kelompok

b. Anggota senang jika kelompok berhasil dan sedih ketika

kelompok gagal

c. Anggota siap mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

kepentingan kelompok

d. Memiliki pemimpin yang demokratis

Page 39: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

23

e. Anggota mentaati dan menjaga norma dan nama baik kelompok

f. Anggota saling berkomunikasi secara efektif

5. Manfaat Kelompok yang Kohesif

Menurut Berg dan Landreth (Tatiek Romlah, 2006: 39)

mengemukakan bahwa individu-individu anggota kelompok yang

kohesif menunjukan perilaku sebagai berikut :

a. Lebih produktif. Kondisi yang nyaman dalam kelompok

memungkinkan para anggota kelompok lebih optimal dalam

menghasilkan suatu karya. Kebersamaan diantara kelompok juga

mendorong para anggota untuk dapat bekerjasama dan saling

membantu jika menemui masalah. Karena suatu masalah akan

terasa lebih ringan jika ditangani secara bersama-sama.

b. Tidak mudah kena pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Adanya

rasa saling menyayangi dan menjaga satu sama lain membuat

anggota aman dari pengaruh yang kurang baik.

c. Lebih terbuka terhadap pengaruh dari anggota lain. Pada

kelompok yang kohesif, rasa percaya juga tertanam sangat erat,

sehingga para anggota mau menerima saran atau ajakan dari

anggota lain. Hal ini karena mereka percaya, anggota pengajak

tidak akan mengajak ke hal-hal yang merugikan baik anggota lain

maupun kelompok.

Page 40: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

24

d. Mampu mengungkapkan hal-hal yang lebih pribadi. Keterbukaan

akan mudah terjalin pada kelompok yang kohesif bahkan

mungkin pada masalah atau hal-hal yang bersifat pribadi. Jika hal

itu sebuah masalah, maka anggota yang lain akan membantu, atau

paling tidak mampu menjaga rahasia.

e. Lebih mampu mengekspresikan perasaan-perasaan negatif dan

mengikuti norma-norma kelompok. Jika dalam kelompok salah

satu anggotanya ada yang merasa kurang cocok dengan sikap atau

keputusan, ia langsung menyampaikannya di depan forum. Tentu

saja dengan cara yang bijak dan sopan. Dengan demikian semua

aspirasi dapat tersampaikan.

f. Lebih mempunyai keinginan dan usaha untuk mempengaruhi

anggota lain.

Dapat disimpulkan bahwa anggota kelompok yang

mempunyai kohesivitas tinggi, mampu melanjutkan

keanggotaannya dalam kelompok lebih lama. Anggota kelompok

yang kohesif akan bertahan lebih lama dibanding dengan

kelompok yang tidak kohesif.

B. Tinjauan tentang Role Playing (Bermain Peran)

1. Pengertian Role Playing (Bermain Peran)

Andang Ismail (2006: 15) menjelaskan bahwa bermain peran

adalah suatu jenis simulasi yang umumnya digunakan untuk

pendidikan sosial dan hubungan antar sesama. Pada dasarnya, bermain

Page 41: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

25

memiliki dua pengertian yang harus dibedakan. Bermain menurut

pengertian yang pertama dapat bermakna sebagai sebuah aktifitas

bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang dan

kalah (play). Sedangkan yang kedua disebut sebagai aktivitas bermain

yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan,

namun ditandai dengan adanya menang dan kalah (game). Pada

dasarnya setiap aktivitas bermain selalu didasarkan pada perolehan

kesenangan. Sebab fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan

penyegaran kondisi fisik dan mental yang berada diambang

ketegangan. Peran (role) bisa diartikan sebagai cara seseorang

berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu. Role Playing merupakan

suatu tindakan pembelajaran yang dilakukan secara sadar dan disertai

diskusi tentang peran didalamnya untuk mencapai tujuan bersama.

Teknik role playing (bermain peran) adalah teknik

pembelajaran yang didalamnya menampakan adanya perilaku pura-

pura dari siswa yang terlihat atau peniruan atau situasi dari tokoh-

tokoh sedemikan rupa. Dengan demikian teknik bermain peran adalah

teknik yang melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan

peran/tokoh yang terlibat dalam pengalaman kehidupan sehari-hari

(Bruce Joyce, 2009: 270).

Bermain peran (role playing) menurut Made Pidarta (1990: 81)

adalah melakukan permainan dengan peran tertentu, misalnya peran

sebagai orang tua, sebagai siswa, sebagai guru dan sebagainya yang

Page 42: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

26

sedang melakukan kegiatan tertentu. Bermain peran (role playing) ini

dapat dipakai sebagai metode belajar mengajar di sekolah maupun

perguruan tinggi. Kegiatan yang dilakukan dalam bermain peran

adalah meminta anak atau siswa melaksanakan peran tertentu yang

sudah ditetapkan.

Hisyam Zaeni, dkk (2002: 92) mengungkapkan bahwa role

playing adalah suatu aktivitas pembelajaran yang terencana untuk

mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Role Playing

berdasar pada tiga aspek utama dari pengalaman peran dalam

kehidupan sehari-hari. Aspek utama tersebut adalah:

a. Mengambil peran (role-taking), yaitu tekanan ekspektasi-

ekspektasi sosial terhadap pemegang peran. Contoh: berdasar

pada hubungan keluarga (apa yang harus dikerjakan anak

perempuan), atau berdasar tugas jabatan (bagaimana agen polisi

harus bertindak), dalam situasi-situasi sosial.

b. Membuat peran (role-making) yaitu kemampuan pemegang peran

untuk berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain

dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu

diperlukan.

c. Tawar-menawar peran (role-negotiation), yaitu tingkat dimana

peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran-peran yang

lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.

Page 43: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

27

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-

bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan

siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan dengan

memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini

pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung

kepada apa yang diperankan. Jadi role playing merupakan cara belajar

yang dilakukan dengan cara membagi siswa menjadi beberapa

kelompok dan setiap kelompok memerankan karakter sesuai dengan

naskah yang telah dibuat dan materi yang telah ditentukan, sehingga

siswa lebih mudah memahami dan mengingat materi yang akan

diperankan.

2. Jenis-jenis Role Playing

Menurut Adrian Doff (Ayu Fitriana, 2014: 20), ada dua jenis

dalam bermain peran yaitu:

a. Scripted Role Playing (Bermain peran berdasarkan naskah)

Dalam jenis ini, role playing dilakukan berdasarkan

naskah yang sudah dibuat sebelumnya dengan cara membaca dan

memerankan cerita yang sudah ada sehingga membentuk sebuah

percakapan. Jenis ini memberikan siswa sebuah gambaran

mengenai isi atau makna dari percakapan yang diperankan.

Fungsi utama dari semua teks yang disampaikan memiliki makna

yang mengesankan atau arti yang dapat diingat oleh pemerannya.

Page 44: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

28

Dengan kata lain, pada jenis ini siswa memainkan peran

berdasarkan naskah yang sudah dibuat sebelumnya.

b. Unscripted Role Play (Bermain peran tanpa naskah)

Berbeda dengan bermain peran berdasarkan naskah, jenis

ini meminta siswa untuk memainkan peran dengan tidak

bergantung pada naskah. Hal ini dikenal sebagai bermain peran

bebas atau improvisasi. Siswa hanya mengetahui gambaran cerita

mengenai peran yang akan dimainkan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kedua jenis bermain

peran yang dikemukakan oleh Adrian Doff. Pada siklus pertama,

peneliti mengunakan jenis Scripted Role Playing (Bermain peran

berdasarkan naskah). Pemeran membaca dan menghafalkan naskah

sebelum mempraktikkan. Pada siklus kedua peneliti menggunakan

jenis Unscripted Role Play (Bermain peran tanpa naskah). Pemeran

diberitahu alur cerita dan percakapan awal untuk memulainya.

Selanjutnya pemeran bebas untuk berperan sesuai alur yang ada.

3. Langkah-langkah pembelajaran role playing

Menurut Djamarah dan Zain (2002: 39), langkah-langkah

dalam pembelajaran role playing sebagai berikut

a. Pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat

dari kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakan

masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.

Page 45: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

29

b. Pemilihan peran, memilih peran yang sesuai dengan

permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan

apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.

c. Menyusun tahap-tahap bermain peran, dalam hal ini guru telah

membuat dialog tetapi siswa dapat juga menambahkan dialog

sendiri.

d. Menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah semua

siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran.

e. Pemeranan, dalam tahap ini para peserta didik mulai bereaksi

sesuai dengan peran masing-masing yang terdapat pada skenario

bermain peran.

f. Diskusi dan evaluasi, mendiskusikan masalah-masalah serta

pertanyaan yang muncul dari siswa.

g. Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah

dilakukan.

Tahap-tahap bermain peran yang dikemukakan oleh Djamarah

dan Zain, lebih dijelaskan lagi oleh Sri Wahyuningsih, dkk (2012: 3)

dalam jurnal penelitian menjelaskan tahap persiapan. Langkah-

langkah penggunaan metode bermain peran yang dilakukan yaitu:

a. Menyampaikan pokok bahasan.

b. Menjelaskan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

Page 46: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

30

c. Mempersiapkan naskah skenario pelaksanaan metode ber-main

peran yang telah dibuat dan memba-gikan kepada siswa untuk

dibaca.

d. Membentuk kelompok bermain peran (4-6 siswa) secara

heterogen dan salah satu sis-wa menjadi ketua kelompok.

e. Membantu kelompok untuk menentukan peran yang akan

dimainkan.

f. Mempersiapkan media yang.

g. Menunjuk kelompok bermain peran yang telah berlatih untuk

tampil di depan kelas.

4. Kelebihan Role Playing

Djamarah dan Zain (2002: 42) mengemukakan bahwa terdapat

beberapa kelebihan dalam penerapan role playing. Kelebihan dari

teknik role playing adalah sebagai berikut:

a. Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan

yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahami,

menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi

yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa

harus tajam dan tahan lama.

b. Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan kreatif. Pada waktu

bermain peran, para pemain dituntut untuk mengemukakan

pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

Page 47: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

31

c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga

dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari

sekolah.

d. Kerjasama antar pemain dapat ditimbulkan dan dibina dengan

sebaik-baiknya.

e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi

tanggung jawab dengan sesamanya.

f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik

agar mudah dipahami orang lain.

5. Kelemahan Role Playing

Dalam bukunya, Djamarah dan Zain (2002: 42) juga

mengemukakan kelemahan dalam penggunaan role playing.

Kelemahan dari teknik role playing adalah sebagai berikut:

a. Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang

aktif. Karena hanya sebagai pengamat saja.

b. Banyak memakan waktu.

c. Memerlukan tempat yang cukup luas.

d. Kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk

tangan penonton/pengamat. Jika pelaksanaan role playing ini

dilakukan saat jam pelajaran.

Page 48: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

32

C. Tinjauan tentang Perkembangan Anak SMP

1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa yang unik, yang berbeda dari masa

sebelum dan sesudahnya. Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 123)

menjelaskan kata remaja diterjemahkan dari kata dalam bahasa inggris

adolescence atau adolecere (bahasa latin) yang berarti tumbuh untuk

masak, menjadi dewasa. Adolescence maupun remaja menggambarkan

seluruh perkembangan remaja baik perkembangan fisik, intelektual,

emosi dan sosial. Menurut Hurlock (1991: 206) istilah adolescence

seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas,

mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

Kathryn Geldard (2011: 5) mengatakan bahwa periode remaja

adalah ketika seorang anak muda harus beranjak dari ketergantungan

menuju kemandirian, otonomi, dan kematangan. Lebih lanjut Mabey

dan Sorensen (Kathryn Geldard, 2011: 5) menjelaskan bahwa

seseorang pada tahap remaja akan bergerak dari sebagai bagian suatu

kelompok keluarga menuju menjadi bagian dari suatu kelompok

teman sebaya hingga akhirnya mampu berdiri sendiri sebagai orang

yang dewasa.

Dari beberapa uraian di atas mengenai pengertian remaja,

dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari anak-

anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perubahan yang bersifat

biologis dan psikologis. Pada masa remaja, individu mulai melakukan

Page 49: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

33

interaksi yang lebih banyak mengenai kehidupan sosialnya. Pada masa

remaja, bermain juga merupakan salah satu kegiatan yang disukai.

Maka melalui metode bermain, kohesivitas dalam kelompok dapat

lebih ditingkatkan.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Hurlock (1997: 206) awal masa remaja berlangsung

kira-kira dari 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa

remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia

matang secara hukum. Garis pemisah antara awal masa dan akhir

masa remaja terletak kira-kira di sekitar usia 17 tahun.

Hurlock (1991: 207) menyebutkan ciri-ciri khusus remaja yang

membedakan masa sebelum dan sesudahnya sebagai berikut :

1. Masa remaja sebagai masa yang penting, artinya setiap hal yang

terjadi pada masa remaja akan berakibat langsung pada sikap dan

perilaku serta fisik dan psikologisnya untuk jangka panjang.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja merupakan

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga

mereka harus mampu meninggalkan sesuatu yang bersifat

kekanak-kanakan dan mulai mengenal pola perilaku dan sikap

baru.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan, artinya pada masa

remaja terjadi perubahan fisik, perilaku dan sikap yang

berlangsung pesat dan sebaliknya.

Page 50: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

34

4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, artinya pada masa

ini remaja berusaha mencari identitas agar berbeda dengan yang

lain. Namun, pada beberapa kasus remaja ini juga mengalami

krisis identitas.

5. Usia bermasalah, artinya ketika mengalami masalah, remaja mulai

menyelesaikannya secara mandiri. Mereka menolak bantuan dari

orang tua dan guru lagi.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan kekuatan/kesulitan.

Artinya pada masa remaja sering timbul pandangan yang bersifat

negatif. Hal ini mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja

terhadap dirinya, sehingga sulit melakukan peralihan menuju

dewasa.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Pada masa ini

remaja cenderung memandang dirinya dan orang lain

sebagaimana yang diinginkan bukan sebagaimana adanya. Hal ini

menyebabkan emosi meninggi dan mudah marah bila yang

diinginkan tidak terpenuhi.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Pada masa ini remaja

sulit untuk meninggalkan usia belasan tahunnya. Mereka belum

cukup berperilaku sebagai orang dewasa, oleh karena itu mereka

mulai berperilaku sebagai status orang dewasa seperti cara

berpakaian, merokok dll, yang dipandang dapat memberikan citra

yang diinginkannya

Page 51: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

35

Andi Mappiare (1982: 32) menyebutkan ciri-ciri remaja awal

sebagai berikut:

1. Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi

2. Sikap dan moral yang menonjol pada masa akhir remaja awal

3. Pada masa remaja awal kemampuan mental dan kemampuan

berpikir mulai sempurna

4. Status remaja awal yang sulit ditentukan

5. Remaja awal mengalami banyak masalah

6. Masa remaja awal adalah masa yang kritis.

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja

usia SMP yang berkisar antara usia 12-17 tahun termasuk remaja awal

yang memiliki beberapa karakteristik, yaitu memiliki perasaan dan

emosi yang tidak menentu. Dari hal tersebut dapat mempengaruhi

hubungan didalam kelompok sosialnya. Kecenderungan emosi yang

masih labil, membuat hubungan remaja dalam kelompok ikut labil

juga. Baik keinginan remaja yang masih berubah-ubah tidak menentu

dan juga perasaan yang belum menentu pula. Karena apapun yang

terjadi ketika remaja dalam kelompoknya akan berdampak langsung

pada fisik dan psikologis serta sikap dan perilakunya di lingkungan

sosialnya. Peningkatan kohesivitas kelompok ini diperlukan agar siswa

dapat menjalin interaksi dengan baik di dalam kelompoknya.

Diharapkan melalui peningkatan kohesivitas kelompok, remaja tidak

melakukan perbuatan yang merugikan bagi dirinya dan orang lain.

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Tugas perkembangan yang harus dilalui dalam masa remaja

menurut Havighurst (Hurlock 1997: 10) yaitu:

Page 52: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

36

a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karir ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

untuk berperilaku mengembangkan ideology.

Perkembangan peran sosial juga dibutuhkan oleh remaja.

Dimana remaja ingin dilihat mandiri oleh orang disekitarnya. Dengan

kata lain remaja memiliki keinginan untuk mencari identitas diri. Hal

tersebut senada dengan pendapat Rudi Mulyatiningsih, dkk. (2004: 7)

yang mengatakan bahwa remaja dalam mencari identitas diri tersebut

didorong oleh rasa ingin diakui orang lain dengan menonjolkan diri

dalam kegiatan positif. Salah satu cara menonjolkan diri dalam hal

positif adalah melalui pengembangan kemampuan yang dimiliki

seperti kegiatan dalam organisasi dan juga sesuai dengan bakat yang

dimiliki. Perkembangan peran sosial remaja banyak dipengaruhi oleh

faktor dari luar diri, seperti teman sebaya, media masa, dan media

elektronik. Oleh sebab itu, perkembangan peran sosial remaja perlu

mendapat pengawasan. Tanpa pengawasan, remaja dapat menonjolkan

diri dalam hal yang negatif karena ingin dilihat oleh orang lain.

Seperti, mabuk-mabukan, kebut-kebutan, dan sebagainya.

Dari pemaparan di atas, yang termasuk aspek perkembangan

sosial remaja yaitu :

Page 53: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

37

a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab.

D. Kerangka Berpikir

Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa. Dalam tahap perkembangan sosialnya, seorang remaja

membutuhkan kondisi-kondisi yang dapat membuat dirinya mampu

menyalurkan kebutuhan sosialnya. Dengan mengikuti organisasi sosial

memberikan keuntungan bagi perkembangan sosial remaja. Banyak sekali

organisasi yang ditawarkan disekolah, salah satunya yaitu Organisasi

Siswa Intra Sekolah atau yang biasa disingkat OSIS.

Kenyataan di lapangan, tidak semua remaja mampu berinteraksi

dengan baik antara teman sebayanya terutama di lingkungan sosial yang

baru. Permasalahan itu antara lain siswa menutup diri dan malu untuk

berbaur dengan temannya. Hal ini menyebabkan para siswa tidak saling

mengenal, bersikap individualis dan kurangnya kebersamaan dalam

kelompok. Komunikasi yang belum efektif, seringkali terjadi pada

lingkungan yang baru. Ketidaknyamanan tersebut menyebabkan

rendahnya minat berkumpul para anggota dan dapat menimbulkan

berbagai kubu didalam kelompok. Hal tersebut juga mempengaruhi

Page 54: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

38

kebanggaan anggota terhadap kelompoknya. Paparan permasalahan diatas,

mengindikasikan bahwa kelompok memiliki kohesivitas kelompok yang

rendah.

Kohesivitas kelompok merupakan kecenderungan anggota

kelompok untuk tetap membentuk ikatan sosial, sehingga para anggota

tetap bertahan dan bersatu dalam kelompok. Kelompok yang kohesi

memiliki ciri-ciri yaitu, anggota rajin menghadiri pertemuan kelompok,

anggota senang jika kelompok berhasil dan sedih ketika kelompok gagal,

anggota siap mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran untuk kepentingan

kelompok, memiliki pemimpin yang demokratis, anggota mentaati dan

menjaga norma dan nama baik kelompok, anggota saling berkomunikasi

secara efektif

Ciri-ciri diatas tidak akan terwujud pada suatu kelompok yang

kohesivitasnya rendah. Oleh karena itu diperlukan suatu cara yang mampu

mengupayakan peningkatan kohesivitas kelompok. Ada beberapa cara

yang dapat digunakan dalam peningkatan kohesivitas kelompok, salah

satunya adalah menggunakan teknik role playing. Melalui role playing,

siswa dilatih untuk lebih imajinatif dan kreatif agar siswa tidak lagi malu

untuk mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, dalam role playing siswa

dapat melatih kerjasama, komunikasi antar anggota, saling menghargai

baik menghargai diri sendiri dan orang lain, serta memperoleh kebiasaan

untuk menerima dan membagi tanggung jawab dalam kelompok.

Page 55: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

39

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa role playing

berpengaruh positif terhadap kohesivitas kelompok. Wujud dari pengaruh

positif tersebut yaitu role playing mampu mempengaruhi kohesivitas

kelompok menjadi lebih baik. Dari kohesivitas kelompok yang rendah

menjadi kohesivitas kelompok yang tinggi.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah melalui teknik Role

Playing dapat meningkatkan kohesivitas anggota kelompok pengurus

OSIS di SMP Negeri 3 Sambit Ponorogo.

Page 56: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research). Suharsimi Arikunto (2010: 129)

mendefinisikan pengertian tindakan kelas dengan menggabungkan batasan

pengertian dari tiga kata yaitu penelitian, tindakan dan kelas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu

perencanaan terhadap kegiatan yang dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas.

Menurut Kemmis (Wina Sanjaya, 2011: 24), penelitian tindakan

adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh

peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial

mereka. Pendapat lain dikemukakan oleh Elliot (Wina Sanjaya, 2011: 25),

penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud

untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis,

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang

ditimbulkannya.

Berdasarkan beberapa definisi penelitian di atas, dapat disimpulkan

bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan

didalam kelas dan memiliki serangkaian proses yaitu diagnosis,

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruhnya.

Kegiatan penelitian tindakan ditekankan pada upaya peningkatan

Page 57: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

41

pemahaman teori maupun praktik sosial pada setiap individu atau subjek

yang diteliti.

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti (Suharsimi Arikunto, 2010: 145). Subjek penelitian merupakan

sesuatu yang mempunyai peran sangat penting dalam sebuah penelitian,

karena data tentang variabel yang diteliti dan diamati oleh peneliti terdapat

pada subjek tersebut.

Subjek dalam penelitian ini adalah pengurus OSIS SMP Negeri 3

Sambit, Kabupaten Ponorogo. Subjek penelitian diambil melalui purposive

sampling yaitu pengambilan subjek bukan didasarkan atas strata, random

atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Suharsimi

Arikunto, 2010: 117).

Kriteria yang akan dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah

pengurus OSIS SMP Negeri 3 Sambit yang memiliki skala kohesivitas

kelompok masuk ke dalam kategori rendah dan sedang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 3 Sambit yang terletak

di Desa Wringinanom, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, Jawa

Timur.

Page 58: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

42

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 17 September sampai dengan 31

Oktober 2015.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian yang dikemukakan

oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart yang menggunakan siklus

sistem spiral. Tiap siklus terdiri dari rencana, tindakan, observasi, dan

refleksi (Dede Rahmat & Aip Badrujaman, 2012:12). Ada empat

komponen penelitian yang terdapat pada model ini, yaitu:

1. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan.

2. Melaksanakan tindakan dan pengamata/monitoring.

3. Refleksi hasil pengamatan.

4. Perubahan/revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya

Adapun visualisasi bagan model penelitian yang disusun oleh

Kemmis dan McTaggart adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan

Page 59: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

43

Gambar 1 di atas terdiri dari siklus I dan II yang di dalamnya

memuat perencanaan, perlakuan dan pengamatan yang dilakukan pada saat

yang bersamaan dan diakhiri dengan refleksi. Refleksi dapat digunakan

untuk melihat hasil sejauh mana tindakan yang diberikan berhasil. Jika

hasil tindakan dirasa kurang, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila terdapat hasil yang signifikan

merujuk pada perubahan perilaku siswa yang menunjukkan adanya

peningkatan kohesivitas kelompok.

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti

dengan guru guru BK. Bentuk kerjasama dalam penelitian ini guru BK

secara bersama-sama dengan peneliti sebagai pemberi tindakan.

E. Rencana Tindakan

1. Pra tindakan

Sebelum melakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu

melakukan beberapa langkah pra tindakan yang akan mendukung

pelaksanaan tindakan agar dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan

yang diinginkan. Adapun langka-langkah dalam pra tindakan adalah

sebagai berikut:

a. Peneliti mewawancarai dan mendiskusikan dengan guru BK

terkait dengan permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya

kohesivitas kelompok pengurus OSIS SMP Negeri 3 Sambit

seperti kurangnya kemampuan siswa untuk menjalin hubungan

antar anggota, kurangnya minat anggota mengikuti jalannya rapat

Page 60: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

44

dan mengemukakan pendapat serta sikap menghargai antar

anggota yang menuju pada kohesivitas kelompok rendah sehingga

dalam keanggotaan OSIS muncul berbagai kubu.

b. Peneliti melakukan observasi awal terhadap anggota OSIS SMP

Negeri 3 Sambit dan melakukan wawancara dengan beberapa

guru dan siswa.

c. Peneliti dan guru pembimbing berdiskusi mengenai tindakan yang

akan diberikan kepada siswa.

d. Peneliti berdiskusi dengan guru BK mengenai teknik role playing,

cara melakukan tindakan, dan peran yang dilakukan oleh guru BK

dalam melakukan tindakan penelitian.

e. Peneliti menyusun skala kohesivitas berdasarkan aspek-aspek

kohesivitas kelompok untuk diuji validitasnya dan reliabilitasnya.

f. Peneliti memberikan tes sebelum tindakan (pre test), untuk

mengetahui tingkat kohesivitas anggota OSIS sebelum diberikan

tindakan.

g. Peneliti mempersiapkan instrumen dan susunan teknik

pelaksanaan tindakan yang akan diberikan pada siswa untuk

mendukung kelancaran tindakan penelitian.

2. Pemberian tindakan (Siklus)

a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti menyusun

rencana tindakan sebagai berikut:

Page 61: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

45

1) Peneliti menyiapkan skala pre-test untuk mengetahui tingkat

kohesivitas kelompok pengurus OSIS SMP Negeri 3 Sambit.

2) Peneliti melakukan pre-test untuk mengetahui tingkat

Kohesivitas kelompok pengurus OSIS.

3) Peneliti memberitahukan hasil pre-test kepada guru

pembimbing dan mendiskusikan rencana tindakan yang

sesuai.

4) Peneliti menyusun jadwal pelaksanaan teknik role playing

yang akan dilakukan. Pelaksanaan teknik ini akan melibatkan

guru pembimbing dan pengurus OSIS.

5) Peneliti menyiapkan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan

role playing.

b. Tindakan

Tindakan dalam penelitian ini menggunakan teknik role

playing, sehingga para siswa dapat bekerjasama antar anggota

dalam berperan serta meningkatkan keeratan atau kohesivitas

dalam kepengurusan OSIS. Adapun langkah-langkah tindakan

sebagai berikut:

1) Tindakan pertama

a) Peneliti memperkenalkan diri kepada pengurus OSIS agar

terjalin suasana yang akrab.

b) Guru BK menjelaskan tujuan, materi dan peraturan dalam

melakukan teknik role playing.

Page 62: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

46

c) Peneliti bersama dengan guru BK memberikan materi

pengantar mengenai pengertian kohesivitas kelompok,

faktor yang mempengaruhi, dan manfaat kohesivitas

kelompok.

d) Peneliti bersama pengurus OSIS dan guru membentuk

kelompok untuk memainkan peran yang telah disiapkan

oleh peneliti.

e) Peneliti dan guru BK memastikan kesiapan kelompok yang

akan tampil mempraktikan role playing.

f) Pengurus OSIS pada kelompok pertama mepraktikkan role

playing dengan tema “Kerjasama”, pengurus lain yang

belum tampil atau berperan bertindak sebagai observer.

g) Mendiskusikan tentang peran yang sudah dilakukan dengan

tema “Kerjasama” dengan semua pengurus OSIS, serta

dilakukan sesi tanya jawab.

h) Guru BK membagikan naskah kepada kelompok

selanjutnya untuk dipelajari dan akan diperankan pada

pertemuan selanjutnya.

i) Penutupan dengan melakukan diskusi tentang kesan dan

manfaat dari kegiatan yang telah dilakukan.

Page 63: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

47

2) Tindakan kedua

a) Pembukaan, dilakukan sedikit pemanasan dengan

membahas tindakan sebelumnya dan memastikan kesiapan

pengurus OSIS untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.

b) Peneliti dan guru BK memastikan kesiapan kelompok yang

akan tampil mempraktikan role playing.

c) Pengurus OSIS pada kelompok kedua mepraktikkan role

playing dengan tema “Menolong”, pengurus lain yang

belum tampil atau berperan bertindak sebagai observer.

d) Mendiskusikan tentang peran yang sudah dilakukan dengan

tema “Menolong” dengan semua pengurus OSIS, serta

dilakukan sesi tanya jawab.

e) Guru BK membagikan naskah kepada kelompok

selanjutnya untuk dipelajari dan akan diperankan pada

pertemuan selanjutnya.

f) Penutupan dengan melakukan diskusi tentang kesan dan

manfaat dari kegiatan yang telah dilakukan.

3) Tindakan ketiga

a) Pembukaan, dilakukan sedikit pemanasan dengan

membahas tindakan sebelumnya dan memastikan kesiapan

pengurus OSIS untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.

b) Peneliti dan guru BK memastikan kesiapan kelompok yang

akan tampil mempraktikan role playing.

Page 64: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

48

c) Pengurus OSIS pada kelompok kedua mepraktikkan role

playing dengan tema “Toleransi”, pengurus lain yang belum

tampil atau berperan bertindak sebagai observer.

d) Mendiskusikan tentang peran yang sudah dilakukan dengan

tema “Toleransi” dengan semua pengurus OSIS, serta

dilakukan sesi tanya jawab.

e) Guru BK membagikan naskah kepada kelompok

selanjutnya untuk dipelajari dan akan diperankan pada

pertemuan selanjutnya.

f) Penutupan dengan melakukan diskusi tentang kesan dan

manfaat dari kegiatan yang telah dilakukan.

4) Tindakan keempat

a) Pembukaan, dilakukan sedikit pemanasan dengan

membahas tindakan sebelumnya dan memastikan kesiapan

pengurus OSIS untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.

g) Peneliti dan guru BK memastikan kesiapan kelompok yang

akan tampil mempraktikan role playing.

h) Pengurus OSIS pada kelompok kedua mepraktikkan role

playing dengan tema “Komitmen”, pengurus lain yang

belum tampil atau berperan bertindak sebagai observer.

i) Mendiskusikan tentang peran yang sudah dilakukan dengan

tema “Komitmen” dengan semua pengurus OSIS, serta

dilakukan sesi tanya jawab.

Page 65: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

49

j) Penutupan dengan melakukan diskusi tentang kesan dan

manfaat dari kegiatan yang telah dilakukan.

Tindakan di atas dilaksanakan dengan alokasi waktu 30

menit tiap pertemuan. Apabila tindakan pada siklus I belum

menunjukkan keberhasilan maka tindakan akan dilaksanakan pada

siklus ke II dengan mengacu pada kekuatan dan kelemahan yang

ada pada siklus I dan seterusnya

c. Observasi

Observasi dilakukan terhadap proses pemberian teknik role

playing dengan menggunakan lembar observasi. Peneliti mencatat

apa yang terjadi selama proses pemberian layanan pada setiap

siklus agar memperoleh data yang lengkap sebagai bahan untuk

memperbaiki layanan yang diberikan pada siklus berikutnya. Hal-

hal yang diamati pada saat pelaksanaan tindakan adalah

kepercayaan diri pengurus OSIS dalam memainkan peran dan

menangapi permasalahan yang ada di dalam proses role playing,

interaksi pengurus dengan pengurus lain serta kepada guru BK,

kemampuan pengurus dalam mengungkap dan memilih alternatif-

alternatif pemcahan masalah, dan keaktifan pengurus OSIS dalam

mengikuti kegiatan dan diskusi serta memilih alternatif pilihan.

Selain pengamatan terhadap proses role playing, peneliti

juga melakukan pengamatan terhadap hasil, antara lain

keberhasilan pengurus dalam menjalin interaksi sosial dengan

Page 66: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

50

pengurus lainnya, kemampuan pengurus OSIS dalam berempati

dan menghargai teman, keberanian pengurus dalam berpendapat

dan membuat keputusan dalam role playing, kemampuan pengurus

dalam menjalin kerjasama, dan tanggung jawab atau komitmen

pengurus dalam melaksanakan alternatif pemecahan masalah yang

telah dibuat bersama.

Observasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

kesesuaian pemberian tindakan dengan rancangan tindakan.

Observasi juga dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan tindakan

dapat mempengaruhi kohesivitas kelompok seperti yang

diharapkan di setiap kegiatan, yaitu meningkatkan kohesivitas

kelompok pengurus OSIS. Selanjutnya, hasil observasi akan

diakumulasikan dalam laporan hasil penelitian.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah berbagai macam data terkumpul

dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana teknik role

playing dapat berasil mengatasi masalah dalam meningkatkan

kohesivitas kelompok pengurus OSIS. Refleksi juga dilakukan

untuk memahami proses dan kendala yang terjadi selama proses

berlangsung. Peneliti menggunakan skala kohesivitas yang

diberikan kepada pengurus OSIS pada akhir siklus (post test), yang

bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kohesivitas

pada kepengurusan OSIS setelah diberi tindakan, selain itu hasil

Page 67: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

51

wawancara dan observasi juga menjadi hal yang penting dalam

mendukung penelitian.

Apabila siklus pertama sudah sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, maka penelitian tidak dilanjutkan pada siklus

berikutnya atau diberhentikan. Namun jika siklus pertama belum

sesuai dengan yang diharapkan, maka dilakukan siklus yang kedua.

Refleksi dari tindakan pada siklus pertama akan digunakan sebagai

evaluasi untuk melakukan revisi pada tindakan yang kedua dengan

berdiskusi bersama guru BK dan tanggapan dari pengurus. Jika

hasil dari siklus kedua telah sesuai dengan tujuan penelitian yang

diharapkan, maka penelitian akan dihentikan.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (2010: 100) menyatakan teknik pengumpulan

data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan

data. Pengumpulan data menurut Sugiyono (2012: 224) dapat dilakukan

dalam berbagai setting, sumber, dan berbagai cara. Dilihat dari segi cara

atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui observasi

(pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi

dan gabungan keempatnya. Dalam penelitian ini, pengumpulan data

meliputi skala kohesivitas (angket), observasi (pengamatan), dan interview

(wawancara).

Page 68: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

52

Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006: 137)

yaitu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti

lebih cermat, lengkap, serta sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah skala

kohesivitas, pedoman observasi dan pedoman wawancara.

Menurut Sugiyono (2012: 149), titik tolak dari penyusunan

instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk

diteliti, dari variable-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya,

dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Indikator ini

kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti melakukan

penyususnan instrumen untuk meningkatkan kohesivitas kelompok

melalui teknik role playing pada pengurus OSIS SMP Negeri 3 Sambit

sebagai berikut:

1. Skala Kohesivitas

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.

Pada skala Likert, responden diminta untuk menjawab suatu

pertanyaan atas pernyataan dengan alternatif pilihan jawaban yang

sudah disediakan.

Menurut Soehartono (Purwo Herlianto, 2013: 49) Skala Likert

terdiri atas sejumlah pernyataan yang semuanya menunjukan sikap

terhadap suatu objek tertentu atau menunjukkan ciri tertentu yang

Page 69: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

53

akan diukur. Operasionalisasi variabel diterjemahkan melalui

indikator pengembangan instrumen. Alat pengumpul data tersebut

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan dengan

alternatif jawaban yang telah disediakan. Langkah-langkah untuk

membuat angket kohesivitas adalah sebagai berikut:

a. Membuat definisi operasional

Kohesivitas kelompok merupakan kecenderungan

anggota kelompok untuk tetap berada didalam kelompok

tersebut dengan membentuk ikatan sosial, sehingga para anggota

tetap bertahan dan bersatu dalam kelompok untuk menuju suatu

tujuan tertentu yang sudah disepakati.

b. Membuat kisi-kisi instrumen

Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukan kaitan

antara variabel yang diteliti dengan sumber data dari mana data

akan diambil (Suharsimi Arikunto, 2010: 205). Kisi-kisi

instrumen dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kisi-kisi Instrument Skala Kohesivitas

Variabel Sub Variabel Indikator

Nomor

Item ∑

(+) (-)

Kohesivitas 1. Kerjasama a. Melakukan kegiatan

bersama pengurus

lain demi tercapainya

tujuan bersama.

1,

23,

45

12,

34

5

b. Bertanggung jawab

terhadap tugas yang

diberikan.

2,

24

13,

35,

46

5

c. Saling bertukar ide

atau tenaga dengan

teman lain.

3,

25

14,

36

4

Page 70: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

54

Variabel Sub Variabel Indikator

Nomor

Item ∑

(+) (-)

Kohesivitas 2. Menolong a. Membantu anggota

lain yang mengalami

kesulitan.

4,

26,

48

15,

37

5

b. Memberikan bantuan

tanpa diminta.

5,

27,

49

16,

38

5

c. Tidak mengharap

imbalan atau pujian

dari anggota lain

dalam menolong.

6,

28

17,

39,

50

5

3. Toleransi a. Mendengarkan

pendapat orang lain.

7,

29

18,

40

4

b. Menghargai usaha

orang lain tanpa

melihat hasil yang

dicapai.

8,

30

19,

41

4

4. Komitmen a. Keinginan tetap

bertahan di dalam

kelompok.

9,

31

20,

42

4

b. Mengutamakan

kepentingan

kelompok dari pada

kepentingan pribadi.

10,

32

21,

43,

47

5

c. Patuh terhadap

peraturan-peraturan

kelompok.

11,

33

22,

44

4

Jumlah Item 25 25 50

c. Menyusun item skala kohesivitas berdasarkan kisi-kisi

Skala yang dimodifikasi dari skala Likert digunakan

untuk mengukur keakraban, kerjasama dan komitmen anggota

dalam kelompok. Setiap pernyataan skala prososial dilengkapi

empat pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak

sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor untuk skala

perilaku prososial adalah sebagai berikut :

Page 71: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

55

Tabel 2. Skor Skala Kohesivitas

Pilihan Jawaban Skor

Favourable (+) Unfavourable (-)

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

2. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 156) observasi atau

pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek

dengan menggunakan alat indera. Observasi terdiri dari dua jenis

yaitu:

a. Observas non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan

tidak menggunakan instrumen pengamatan

b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan

menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Peneliti menggunakan jenis observasi sistematis untuk

memudahkan dalam melakukan pengamatan. Pedoman observasi

dalam penelitian ini berisi aspek-aspek yang berkaitan dengan

kohesivitas kelompok selama pemberian tindakan berlangsung. Hasil

observasi dapat dijadikan bahan refleksi peneliti untuk melakukan

perbaikan pada tindakan selanjutnya jika diperlukan serta sebagai data

pendukung. Kisi-kisi observasi dapat dilihat pada tabel 3.

Page 72: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

56

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Observasi

No Komponen Aspek yang diobservasi

Kemunculan

Ket Muncul

Tidak

Muncul

1 Kerjasama

a. Menyelesaikan

tugas bersama.

b. Bertanggung jawab

atas tugas yang

diberikan.

c. Mengungkapkan

pemikiran atau

bertukar pikiran

untuk berpendapat.

2 Menolong

a. Memberi bantuan

tanpa diminta.

b. Membantu anggota

lain yang

mengalami

kesulitan.

3 Toleransi

a. Menghargai usaha

orang lain.

b. Menerima keadaan

dan kondisi dalam

pengurus OSIS.

c. Menerima dan

mempertimbangkan

pendapat orang

lain.

3 Komitmen

a. Attending atau

sikap hadir anggota

dalam mengikuti

kegiatan.

b. Kenyamanan dalam

mengikuti kegiatan

dan merasa lebih

percaya diri.

3. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan peneliti dengan

mengadakan perbincangan secara terencana terhadap subjek yang

akan diteliti. Suharsimi Arikunto (2010: 198-199) menyatakan bahwa

Page 73: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

57

wawancara digunakan untuk menilai keadaan seseorang. Ditinjau dari

pelaksanaannya, wawancara dibedakan atas:

a. Wawancara bebas, merupakan wawancara dimana pewawancara

bebas menanyakan apa saja (tidak menggunakan pedoman

wawancara) namun tetap mengingat data apa yang akan

dikumpulkan.

b. Wawancara terpimpin, merupakan wawancara dimana

pewawancara menggunakan sederetan pertanyaan lengkap dan

terperinci seperti yang dimaksud dalam wawancara terstruktur

serta menggunakan pedoman wawancara.

c. Wawancara bebas terpimpin, merupakan kombinasi antara

wawancara bebas dan wawancara terpimpin.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terpimpin yaitu peneliti menggunakan sederetan

pertanyaan lengkap dan terperinci serta menggunakan pedoman

wawancara. Peneliti akan menyusun pedoman wawancara agar proses

wawancara dapat dilakukan dengan maksimal. Pertanyaan yang

diajukan merujuk pada peningkatan kohesivitas kelompok pengurus

OSIS setelah pemberian tindakan. Kisi-kisi pedoman wawancara

dapat dilihat di tabel 4.

Page 74: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

58

Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Indikator Sub Indikator Daftar Pertanyaan

Kerjasama Melakukan kegiatan dengan

anggota lain.

Terlampir

Menolong Memberikan pertolongan kepada

anggota yang mengalami

kesulitan.

Toleransi Menghargai usaha setiap anggota.

Komitmen Keinginan tetap bertahan di dalam

kelompok.

Apa kesulitan dalam mengikuti kegiatan role playing?

Bagaimana perasaan setelah mengikuti role playing?

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 144) pengertian validitas

adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat-tingkat

kebenaran suatu instrumen. Semakin tinggi tingkat kebenarannya maka

instrumen tersebut semakin valid dan sebaliknya. Oleh karena itu,

diperlukan uji validitas instrumen untuk mengetahui seberapa jauh

instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan

sifat yang diukur.

Page 75: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

59

Uji instrument dilakukan dengan dua cara, yaitu uji dilakukan

oleh orang yang berkompeten di bidang yang bersangkutan atau sering

dikenal dengan istilah penilaian oleh ahlinya (expert judgement).

Instrument yang sudah dibuat dalam aspek-aspek berdasarkan kajian

teori tertentu selanjutnya dikonsultasikan kepada orang yang lebih ahli.

Kemudian uji instrumen yang kedua yaitu dengan uji coba yang

dilakukan kepada responden yang tidak terlibat dalam proses

pemberian tindakan dalam penelitian. Uji coba diberikan kepada

responden dengan karakter yang sama dengan subjek yang diteliti.

Data yang diperoleh diuji validitasnya dengan menggunakan

SPSS seri 16. Pengukuran validitas juga dapat menggunakan rumus

Poduct Moment dari Pearson. Rumusnya sebagai berikut (Burhan

Nurgiyantoro, 2009: 338):

rxy =

– –

Keterangan :

r xy = Koefisien korelasi suatu butir

N = Jumlah sampel

X Y = Produk dari X dan Y

X = Skor total butir pernyataan X

Y = Skor butir pernyataan Y

Uji coba instrument dilakukan kepada 25 responden yang tidak

terlibat dalam proses penelitian, namun responden ini mempunyai latar

Page 76: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

60

belakang yang sama dengan subjek penelitian yaitu pengurus OSIS

SMP. Data yang diperoleh dari hasil uji coba, diuji validitasnya

menggunakan SPSS versi 16.

Hasil yang diperoleh dari uji coba, dianalisis menggunakan

rumus product moment dengan taraf signifikasi 5%. Jumlah sampel

(N)=25 dan dikonsultasikan dengan r-tabel 0,396. Instrument dapat

dikatakan valid jika r-hitung > r-tabel, jika r-hitung < r-tabel maka

instrument tersebut tidak valid. Berikut kisi-kisi skala kohesivitas

setelah uji validitas menggunakan SPSS versi 16:

Tabel 5. Kisi-kisi Skala Kohesivitas Kelompok Setelah Uji Coba

Variabel Sub Variabel Indikator

Nomor

Item Jumlah Item

(+) (-) Awal Valid

Kohesivitas 1. Kerjasama a. Melakukan

kegiatan bersama

pengurus lain demi

tercapainya tujuan

bersama.

1,

23,

45

12,

34

5 5

b. Bertanggung jawab

terhadap tugas

yang diberikan.

2,

24

13,

35,

46

5 5

c. Saling bertukar ide

atau tenaga dengan

teman lain.

3,

25

14,

36

4 2

2. Menolong a. Membantu anggota

lain yang

mengalami

kesulitan.

4,

26,

48

15,

37

5 4

b. Memberikan

bantuan tanpa

diminta.

5,

27,

49

16,

38

5 2

c. Tidak mengharap

imbalan atau pujian

dari anggota lain

dalam menolong.

6,

28

17,

39,

50

5 3

Page 77: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

61

Variabel Sub Variabel Indikator

Nomor

Item

Jumlah Item

(+) ( - ) Awal Valid

Kohesivitas 3. Toleransi a. Mendengarkan

pendapat orang

lain.

7,

29

18,

40

4 4

b. Menghargai usaha

orang lain tanpa

melihat hasil yang

dicapai.

8,

30

19,

41

4 2

4. Komitmen a. Keinginan tetap

bertahan di dalam

kelompok.

9,

31

20,

42

4 1

b. Mengutamakan

kepentingan

kelompok dari pada

kepentingan

pribadi.

10,

32

21,

43,

47

5 4

c. Patuh terhadap

peraturan-peraturan

kelompok.

11,

33

22,

44

4 4

Jumlah Item 25 25 50 36

Berdasarkan kisi-kisi setelah uji coba, dapat disimpulkan

bahwa terdapat beberapa item gugur yaitu item yang bergaris bawah

dan dicetak tebal sebanyak 14 item. Dengan jumlah item sebanyak 50

yang telah diuji validitasnya, diperoleh 36 item valid yang dapat

digunakan sebagai instrumen skala kohesivitas kelompok. Berikut

rangkuman item sahih dan item gugur:

Tabel 6. Rangkuman Item Sahih dan Item Gugur

Variabel Jumlah item

semula

Jumlah item

gugur

Jumlah item

sahih

Kohesivitas

kelompok

50 14

(4,5,6,8,9,14,17,

19,25,27,31,42,

43,49)

36

(1,2,3,7,10,

11,12,13,15,16,

18,20,21,22,23,24

,26,28,29,30,32,3

3,34,35,36,37,38,

39,40,41,44,45,46

,47,48,50)

Item-item yang gugur disisihkan dan hanya pernyataan sahih

yang digunakan sebagai instrumen

Page 78: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

62

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah keajegan atau konsistensi. Suatu instrument

dapat dikatakan baik jika memiliki tingkat konsistensi yang tinggi

dalam mengukur suatu penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:

154), reliabilitas suatu instrumen dapat dipercaya sebagai alat

pengumpul data sebab instrumen tersebut sudah baik.

Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang

dipercaya juga. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus

Alpha Cronbach (Burhan Nurgiyantoro, 2009: 350) sebagai berikut :

Keterangan:

= reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

Σ i 2

= Jumlah varian butir

2 = Varian total

Setelah diperoleh koefisien reliabel kemudian dikonsultasikan

dengan harga kategori nilai r yaitu :

Antara 0,800 sampai 1,0 = sangat tinggi

Antara 0,600 sampai 0,799 = tinggi

Page 79: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

63

Antara 0,400 sampai 0,599 = cukup tinggi

Antara 0,200 sampai 0,399 = rendah

Antara 0,00 sampai 0,199 = sangat rendah

Dari hasil uji yang dilakukan dengan Alpha Cronbach

diperoleh nilai koefisien 0,926. Angka tersebut menunjukkan bahwa

tingkat reliabilitas instrumen skala kohesivitas sangat tinggi. Dengan

demikian, instrumen tersebut dapat dikatakan reliable atau konsisten,

sehingga dapat digunakan sebagai instrumen.

H. Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi

data secara kuantitatif berdasarkan hasil tindakan di setiap siklus. Hasil

tindakan dideskripsikan dalam data konkrit, berdasarkan skor minimal,

dan skor maksimal sehingga dapat diperoleh nilai rata-rata.

Untuk mengetahui tingkat kohesivitas kelompok pengurus OSIS,

digunakan skala yang dimodifikasi untuk mengukur yaitu skala Likert.

Penentuan kategori kecenderungan dan tiap-tiap variabel didasarkan pada

norma atau ketentuan kategori. Merujuk pada penjelasan Saifuddin Azwar

(2007: 107-119) berikut ini adalah langkah-langkah pengkategorisasian

perilaku prososial dalam penelitian ini :

Page 80: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

64

1. Menentukan skor tertinggi dan terendah

Skor tertinggi = 4 x jumlah item

= 4 x 36

= 144

Skor terendah = 1 x 36

= 36

2. Menghitung mean ideal (M) yaitu ½ (skor tertinggi + skor terendah)

M = ½ (skor tertinggi + skor terendah)

= ½ ( 144 + 36)

= ½ (180)

= 90

3. Menghitung standar deviasi (SD) yaitu 1/6(skor tertinggi – skor

terendah)

SD = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)

= 1/6 (144 - 36)

= 1/6 (108)

= 18

Jadi, dapat disimpulkan bahwa batas antara kategori tersebut adalah:

(M+1SD) = 90 + 18 = 108

(M-1SD) = 90 - 18 = 72

Page 81: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

65

Tabel 7. Rumus Kategori Skala

Batas (interval) Kategorisasi

Skor < (M- 1SD) Rendah

(M-1SD) ≤ skor Sedang

Skor ≤ (M+1SD) Tinggi

Batas antara kategorisasi tersebut adalah:

Tabel 8. Kategorisasi Skor Kohesivitas Kelompok Pengurus OSIS SMP

Negeri 3 Sambit

Batas (interval) Kategori

Skor <72 Kohesivitas rendah

72 ≤ skor <108 Kohesivitas sedang

Skor ≥ 108 Kohesivitas tinggi

Siswa yang akan diberikan tindakan pada penelitian ini adalah

siswa yang memiliki kategori kohesivitas sedang dan rendah.

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Suatu tindakan akan dikatakan berhasil jika sudah mencapai target

yang telah ditentukan. Penelitian ini terdiri dari empat tindakan dalam satu

siklus. Hasil penelitian diperkuat dengan munculnya kohesivitas kelompok

atau keakraban antar anggota melalui hasil observasi dan wawancara.

Peneliti akan menghentikan penelitian apabila skor rata-rata mencapai skor

minimal 108 atau dengan prosentase 75%, dan masuk dalam kategori

tinggi. Apabila belum mencapai target, penelitian akan dilanjutkan pada

siklus selanjutnya.

Page 82: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Sambit, Kabupaten

Ponorogo. SMP Negeri 3 Sambit terletak di Desa Wringinanom,

Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo. Sekolah ini mempunyai

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan jumlah anggota 26 siswa.

Kondisi fisik sekolah dapat dikatakan baik, keadaan sekolah

nampak bersih dan terawat. Fasilitas yang ada di SMPN 3 Sambit juga

sangat menunjang dalam pembelajaran, seperti perpustakaan, laboratorium

IPA, lapangan olahraga, koperasi sekolah, mushola, aula sekolah, kantin,

dan terdapat taman di halaman.

Peneliti mengambil setting penelitian pada pengurus OSIS.

Pengurus OSIS merupakan organisasi yang sangat berperan banyak dalam

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sekolah, seperti kegiatan

lomba (class meeting), pentas seni, panitia Idul Adha, dan sebagainya.

Oleh karena itu, peneliti memilih penelitian tentang OSIS ini bertujuan

untuk meningkatkan kohesivitas pengurus OSIS agar dapat bekerja dengan

baik dan lebih produktif dalam melaksanakan tugas.

2. Deskripsi Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17-31 Oktober 2015, berikut

penjabaran dan tanggal pelaksanaan kegiatan dari penelitian ini:

Page 83: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

67

Tabel 9. Waktu Pelaksanaan Tindakan

Siklus Pelaksanaan Tindakan Tanggal Pelaksanaan

Siklus I Pemberian Pre-Test 17 Oktober 2015

Tindakan I 19 Oktober 2015

Tindakan II 20 Oktober 2015

Tindakan III 21 Oktober 2015

Tindakan IV 22 Oktober 2015

Post-Test Siklus 1 24 Oktober 2015

Siklus II Tindakan V 26 Oktober 2015

Tindakan VI 27 Oktober 2015

Tindakan VII 28 Oktober 2015

Tindakan VIII 29 Oktober 2015

Post-Test Siklus 2 31 Oktober 2015

3. Deskripsi Data Awal dan Subjek Penelitian

Data pada penelitian ini diambil dengan menggunakan skala

kohesivitas kelompok, wawancara, dan observasi. Berdasarkan hasil

wawancara dapat disimpulkan bahwa ada beberapa anggota OSIS yang

memiliki tingkat kohesivitas kelompok sedang bahkan kurang dari tingkat

kohesivitas yang sudah ditentukan. Hal tersebut ditandai dengan adanya

beberapa anggota yang kurang dapat bekerjasama dengan anggota lain,

sedikitnya rasa tolong menolong antar anggota, bahkan ada anggota yang

merasa ingin keluar atau mengundurkan diri dari keanggotaan.

Data lain yang menunjukkan bahwa beberapa anggota OSIS

tersebut memiliki tingkat kohesivitas sedang dan rendah adalah hasil dari

skala kohesivitas kelompok. Skala yang digunakan untuk mengukur

tingkat kohesivitas kelompok ini terdiri dari 36 item pernyataan. Sebelum

pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan pre-test kepada seluruh anggota

Page 84: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

68

OSIS dengan jumlah 26 anak. Pengukuran menggunakan skala ini

dilakukan untuk menentukan anggota OSIS yang memiliki kategori

tingkat kohesivitas rendah dan sedang yang akan diberikan tindakan.

Adapun hasil pre test disajikan dalam bentuk tabel, seperti yang

tercantum dibawah ini:

Tabel 10. Hasil Pre Test

No Subjek Skor Persentase Kategori

1 AF 122 85% Tinggi

2 YLP 70 49% Rendah

3 DPK 101 70% Sedang

4 ER 117 81% Tinggi

5 MKA 107 74% Sedang

6 TANS 117 81% Tinggi

7 DN 122 85% Tinggi

8 FP 108 75% Tinggi

9 DYA 99 69% Sedang

10 FA 109 76% Tinggi

11 SS 117 81% Tinggi

12 RMP 112 78% Tinggi

13 HP 109 76% Tinggi

14 AR 103 72% Sedang

15 DeYA 107 74% Sedang

16 SAJ 106 74% Sedang

17 VS 112 78% Tinggi

18 RHJ 103 72% Sedang

19 HA 118 82% Tinggi

20 PNE 116 81% Tinggi

21 DTS 98 68% Sedang

22 WBS 111 77% Tinggi

23 SM 108 75% Tinggi

24 DTA 99 69% Sedang

25 WTA 71 49% Rendah

26 WN 101 70% Sedang

Rata-rata 106,3 74%

Keterangan: Nama anggota dengan tanda warna ( ) adalah

anggota yang dijadikan subjek penelitian dengan kategori

rendah dan sedang.

Page 85: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

69

Berdasarkan hasil pre test yang diberikan kepada 26 anggota

OSIS, terdapat 12 anggota yang memiliki tingkat kohesivitas rendah dan

sedang. Berikut adalah 12 anggota tersebut:

Tabel 11. Daftar Anggota OSIS yang Akan Diberikan Tindakan

No Subjek Skor Persentase Kategori

1 YLP 70 49% Rendah

2 DPK 101 70% Sedang

3 MKA 107 74% Sedang

4 DYA 99 69% Sedang

5 AR 103 72% Sedang

6 DeYA 107 74% Sedang

7 SAJ 106 74% Sedang

8 RHJ 103 72% Sedang

9 DTS 98 68% Sedang

10 DTA 99 69% Sedang

11 WTA 71 49% Rendah

12 WN 101 70% Sedang

Rata-rata 97,1 67%

4. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Tindakan

a. Pelaksanaan Pra Tindakan

Sebelum melakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu

melakukan persiapan sebagai berikut:

1) Peneliti mewawancarai dan mendiskusikan dengan guru BK

terkait dengan permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya

kohesivitas kelompok pengurus OSIS SMP Negeri 3 Sambit

seperti kurangnya kemampuan siswa untuk menjalin hubungan

antar anggota, kurangnya minat anggota mengikuti jalannya rapat

dan mengemukakan pendapat.

Page 86: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

70

2) Peneliti mengikuti rapat pembentukan panitia Idul Adha untuk

melakukan observasi ulang mengenai kohesivitas terhadap

anggota OSIS SMP Negeri 3 Sambit dan melakukan wawancara

dengan beberapa anggota terkait.

3) Peneliti dan guru BK berdiskusi mengenai tindakan yang akan

diberikan kepada siswa yaitu menggunakan teknik role playing.

4) Peneliti berdiskusi dengan guru BK mengenai teknik role playing,

cara melakukan tindakan, dan peran yang dilakukan oleh guru BK

dalam melakukan tindakan penelitian.

5) Peneliti menyusun skala kohesivitas berdasarkan aspek-aspek

kohesivitas kelompok yang telah diuji validitasnya dan

reliabilitasnya kepada subjek yang berbeda dan tidak ada

hubungan dengan pengurus OSIS SMPN 3 Sambit tetapi

mempuunyai karakter yang sama yaitu di SMP Negeri 1 Mlati,

Sleman.

6) Peneliti memberikan tes sebelum tindakan (pre test), untuk

mengetahui tingkat kohesivitas anggota OSIS sebelum diberikan

tindakan.

7) Peneliti mempersiapkan instrumen dan susunan teknik

pelaksanaan tindakan yang akan diberikan pada OSIS untuk

mendukung kelancaran tindakan penelitian.

8) Mempersiapkan pedoman wawancara untuk mengetahui

perkembangan kohesivitas yang ada.

Page 87: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

71

9) Mempersiapkan pedoman observasi untuk mengamati

perkembangan kohesivitas kelompok selama pemberian tindakan.

b. Siklus 1

1) Tahap Persiapan

a) Peneliti mempersiapkan materi yang akan disampaikan

berkaitan dengan kohesivitas kelompok.

b) Peneliti memberikan pre test pada tanggal 17 Oktober 2015

untuk mengetahui subjek yang mempunyai tingkat kohesivitas

rendah dan sedang untuk diberi tindakan. Hasil dari pre test ini

diperoleh 12 anggota yang masuk dalam kategori rendah dan

sedang.

c) Peneliti membuat naskah role playing berkaitan dengan aspek-

aspek kohesivitas kelompok. Naskah role playing ini diberikan

sebelum pelaksanaan dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar

siswa dapat berlatih dan memahami yang sudah diberikan,

sehingga pada waktu pelaksanaannya siswa dapat bermain

peran lebih menghayati.

d) Peneliti melakukan diskusi dengan observer yang akan

membantu proses pengamatan. Peneliti membagikan dan

menjelaskan lembar observasi yang akan dijadikan sebagai

acuan dalam proses pengamatan terhadap subjek yang

melakukan bermain peran.

Page 88: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

72

2) Tahap Pelaksanaan dan Observasi

a) Pemberian tindakan I: Pengantar Materi tentang organisasi dan

kohesivitas kelompok serta Role Playing dengan tema

“Kerjasama”.

Pemberian materi pengantar sebelum melakukan

tindakan I pada hari Senin, 19 Oktober 2015. Pemberian

tindakan I pada siklus 1 ini dilaksanakan sekitar 40 menit dan

diikuti oleh 26 anggota namun yang mendapat perlakuan

khusus adalah anggota dengan tingkat kohesivitas rendah dan

sedang yaitu 12 siswa. Guru BK menyampaikan materi yang

telah peneliti susun. Materi disampaikan selama 10 menit

menggunakan media power point dengan isi bahasan

pengertian dan makna organisasi, pengertian kohesivitas,

aspek kohesivitas dan contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah materi sudah disampaikan oleh guru BK, kegiatan

dilanjutkan dengan praktik role playing dengan tema

“Kerjasama”. Sebelum pelaksanaan kegiatan, peneliti bersama

guru BK memandu dan memastikan kesiapan dari kelompok I

yang akan mempraktikkan role playing dengan tema

“Kerjasama”. Peneliti memberikan arahan kepada anggota lain

yang tidak tampil untuk menjadi pengamat selama

berlangsungnya role playing. Pemeran pada pertemuan ini

adalah DPK, DYA, dan AR.

Page 89: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

73

Kelompok kerjasama memainkan peran yang sudah

ditentukan, kelompok pengamat mencoba untuk

mendengarkan dan memahami yang sedang dimainkan oleh

teman-temannya. Pengamat pada pertemuan ini masih ada

yang kurang serius, terlihat beberapa anggota sering

mengobrol dengan anggota lainnya dan sedikit membuat kelas

menjadi gaduh. Untuk para pemain belum terlihat sempurna

memainkan peran. Sebab masih terlihat malu-malu, kaku

karena tegang, dan ada yang terlihat berusaha mengingat

bahkan perlu membaca naskah kembali karena lupa apa yang

harus dilakukan. Role playing ini berlangsung selama 20

menit. Pada tindakan I masih banyak mengalami kendala

namun role playing dapat dilakukan sampai selesai.

Setelah selesai, diadakan diskusi untuk membahas

proses jalannya role playing yang sudah dimainkan. Peneliti

mengajukan beberapa pertanyaan kepada para pemain terlebih

dahulu mengenai perasaan mereka saat berperan seperti yang

digambarkan pada cerita tersebut serta kendala apa yang

dialami selama bermain peran. Masing-masing anak

menceritakan perasaan dan kendala mereka mengenai kegiatan

yang baru saja dilakukan. Peneliti kemudian memberikan

pertanyaan kepada kelompok pengamat mengenai kekurangan

atau kelebihan dalam proses role pleying. Bersama dengan

Page 90: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

74

siswa peneliti berdiskusi mengenai perasaan mereka jika

bekerjasama atau tidak bekerjasama dalam cerita yang sudah

diperankan maupun kehidupan nyata.

Setelah proses pemberian tindakan I selesai, peneliti

membagikan naskah yang akan diperankan pada pertemuan

selanjutnya yaitu hari Selasa 20 Oktober 2015. Siswa yang

belum terpilih menjadi pemeran akan dipilih pada tindakan

selanjutnya.

b) Pemberian Tindakan II : Menolong

Pemberian tindakan II dilaksanakan pada hari Selasa

20 Oktober 2015 dengan tema “Menolong”. Pemberian

tindakan II ini bertujuan agar siswa mampu berempati terhadap

orang lain. Pemeran pada tindakan II ini berbeda dengan

pemeran pada tindakan I. Anggota lain yang tidak berperan,

bertindak sebagai pengamat. Pemeran pada pertemuan ini

adalah YKP, MKA dan WN.

Pertemuan kedua masih terlihat sedikit sama seperti

pada pertemuan pertama, yaitu masih tegang dan malu-malu.

Namun ada peningkatan dibandingkan pertemuan pertama.

Siswa sudah mulai menghafal naskah dan sudah tidak melihat

naskah lagi. Kelompok pengamat masih terlihat ada beberapa

anak mengobrol dan kurang memperhatikan penampilan

temannya.

Page 91: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

75

Selesai penampilan role playing dengan tema

menolong, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok.

Diskusi dipimpin oleh guru BK. Peneliti mengajukan beberapa

pertanyaan kepada para pemain terlebih dahulu mengenai

perasaan mereka saat berperan. Diskusi pada pertemuan ini

berjalan lancar, karena terdapat beberapa perbedaan pendapat

dan semua anggota mampu menyampaikan pendapatnya

mengenai penampilan yang sudah dilakukan oleh temannya.

Setelah pertemuan selesai, peneliti membagikan naskah yang

akan diperankan pada pertemuan berikutnya. Anggota yang

belum dipilih akan tetap menjadi pengamat.

c) Pemberian Tindakan III : Toleransi

Pemberian tindakan III ini dilaksanakan pada hari Rabu

21 Oktober 2015 dengan tema “Toleransi”. Kegiatan role

playing ini membutuhkan pemahaman untuk para pemainnya

serta keseriusan bagi para kelompok pengamat. Karena tidak

semua kegiatan membutuhkan toleransi. Pemeran role playing

berbeda dari pemain pada pertemuan sebelumnya. Siswa yang

berperan yaitu DeYA, SAJ dan RHJ. Siswa yang tidak

berperan, bertindak sebagai pengamat seperti biasanya.

Kegiatan pada tindakan III ini terlihat semakin

membaik, pemeran sudah terlihat siap untuk tampil. Sebelum

ditanya mengenai kesiapan, mereka sudah menawarkan diri

Page 92: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

76

untuk maju, khususnya SAJ. Dia mulai percaya diri dan

bersemangat. Jika dilihat dari peran SAJ saat menjadi

pengamat, dia terlalu banyak diam dan malu-malu.

Kelompok pengamat juga terlihat antusias. Dengan

adanya tepuk tangan dan teriakan yang menandakan bahwa

pengamat memperhatikan kegiatan. Namun masih ada sesekali

satu dua anak yang mengobrol sendiri. Tetapi untuk cerita

yang diperankan, semua anggota mampu memahami toleransi

itu seperti apa.

Guru BK memimpin diskusi mengenai toleransi.

Sebelum diskusi dimulai, seperti biasa peneliti menanyakan

perasaan pemeran setelah memerankan tokoh yang ada

dicerita. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang diikuti

dengan antusias oleh kelompok pengamat. Ditandai dengan

pendapat yang cukup berbeda dari satu anak dengan anak

lainnya. Kegiatan sudah dilaksanakan dengan baik, guru BK

bersama dengan peneliti mengajak para siswa untuk

menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan.

d) Pemberian Tindakan IV : Komitmen

Pemberian tindakan IV dilaksanakan pada hari Kamis

22 Oktober 2015 dengan tema “Komitmen”. Pemberian

tindakan IV ini bertujuan agar siswa mempunyai komitmen

tinggi untuk tetap berada dalam kelompok meskipun banyak

Page 93: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

77

godaan untuk meningalkan kelompok tersebut. Pemeran pada

tindakan IV ini berbeda dengan pemeran pada tindakan

sebelumnya. Anggota lain yang tidak berperan, bertindak

sebagai pengamat. Pemeran pada pertemuan ini adalah DTS,

DTA dan WTA.

Pada pertemuan ini masih terlihat sedikit sama seperti

pada pertemuan pertama, yaitu masih tegang dan malu-malu.

Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh kelas yang berbeda.

DTS anggota OSIS dari kelas VII sedangkan dua rekannya

dalam berperan berasal dari kelas VIII. Namun perbedaan

tersebut dapat diatasi dengan baik dan kelompok ini mampu

menyelesaikan role playing yang dilakukan.

Selesai penampilan role playing dengan tema

komitmen, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok

yang dipimpin guru BK. Peneliti mengajukan beberapa

pertanyaan kepada para pemain terlebih dahulu mengenai

perasaan mereka saat berperan. DTS benar merasa malu-malu

sebab lawan mainnya adalah kakak kelasnya. Diskusi pada

pertemuan ini berjalan lancar, semua anggota mampu

menyampaikan pendapatnya mengenai penampilan yang sudah

dilakukan.

Page 94: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

78

3) Hasil Tindakan

Hasil tindakan dari keempat pertemuan dalam penelitian ini

dapat dilihat dari observasi, wawancara, dan post test. Pemberian

post test dilakukan pada hari Sabtu 24 Oktober 2015. Berikut hasil

post test terhadap 26 anggota OSIS setelah diberikan tindakan:

Tabel 12. Hasil Post Test I

No Subjek Skor Persentase Kategori

1 AF 120 83% Tinggi

2 YLP 88 61% Sedang

3 DPK 112 78% Tinggi

4 ER 126 88% Tinggi

5 MKA 117 81% Tinggi

6 TANS 110 76% Tinggi

7 DN 128 89% Tinggi

8 FP 120 83% Tinggi

9 DYA 105 73% Sedang

10 FA 109 76% Tinggi

11 SS 117 81% Tinggi

12 RMP 115 80% Tinggi

13 HP 110 76% Tinggi

14 AR 112 78% Tinggi

15 DeYA 114 79% Tinggi

16 SAJ 110 76% Tinggi

17 VS 112 78% Tinggi

18 RHJ 113 78% Tinggi

19 HA 114 79% Tinggi

20 PNE 118 82% Tinggi

21 DTS 102 71% Sedang

22 WBS 109 76% Tinggi

23 SM 110 76% Tinggi

24 DTA 106 74% Sedang

25 WTA 90 63% Sedang

26 WN 106 74% Sedang

Rata-rata 111,3 77%

Page 95: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

79

Berdasarkan hasil pada post test I, peneliti menyimpulkan

bahwa terdapat peningkatan tingkat kohesivitas kelompok setelah

diberikan tindakan. Data setelah dilakukan post test dari 26

anggota OSIS diperoleh skor tertinggi adalah 128 dan skor

terendah adalah 88.

Peningkatan Kohesivitas didukung oleh hasil pengamatan

yang menunjukkan beberapa siswa mulai bekerjasama dan

menolong antar anggota tanpa diminta. Namun dalam aspek

toleransi masih belum muncul. Beberapa siswa masih ada yang

memotong pendapat anggota lain dalam memberikan komentar

saat selesai praktik role playing. Untuk aspek komitmen, siswa

sudah menunjukkan bahwa siswa ingin berada didalam kelompok.

Hal tersebut ditandai dengan kehadiran dan kenyamanan yang

ditunjukkan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan.

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa siswa

yang sudah mampu mengungkapkan alasan mereka mengenai

pentingnya kerjasama, saling menolong dalam bentuk apapun, dan

berkomitmen didalam kelompok. Tetapi masih ada siswa yang

mengaku bahwa sulit untuk mengontrol diri agar tidak memotong

pendapat orang lain. Jika pendapat tersebut dirasa kurang sesuai,

secara tidak sadar siswa tersebut memotong dan menyanggah

pendapat orang tersebut.

Page 96: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

80

4) Refleksi

Refleksi dilakukan dengan melalui diskusi antara peneliti

dan guru BK untuk mengetahui perkembangan dan kekurangan

mengenai tindakan yang sudah dilakukan pada siklus sebelumnya.

Pada dasarnya pelaksanaan teknik role playing pada siklus I ini

sudah menunjukkan adanya peningkatan kohesivitas pada pengurus

OSIS. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil pre test dan post

test I, seperti pada tabel berikut:

Tabel 13. Skor Perbandingan Pre test dan Post Test I

No Nama

Subjek

Pre Test Post Test I Pening-

katan %

Skor Kategori Skor Kategori

1 AF 122 Tinggi 120 Tinggi -2 -1%

2 YLP 70 Rendah 88 Sedang 18 13%

3 DPK 101 Sedang 112 Tinggi 11 8%

4 ER 117 Tinggi 126 Tinggi 9 6%

5 MKA 107 Sedang 117 Tinggi 10 7%

6 TANS 117 Tinggi 110 Tinggi -7 -5%

7 DN 122 Tinggi 128 Tinggi 6 4%

8 FP 108 Tinggi 120 Tinggi 12 8%

9 DYA 99 Sedang 105 Sedang 6 4%

10 FA 109 Tinggi 109 Tinggi 0 0%

11 SS 117 Tinggi 117 Tinggi 0 0%

12 RMP 112 Tinggi 115 Tinggi 3 2%

13 HP 109 Tinggi 110 Tinggi 1 1%

14 AR 103 Sedang 112 Tinggi 9 6%

15 DeYA 107 Sedang 114 Tinggi 7 5%

16 SAJ 106 Sedang 110 Tinggi 4 3%

17 VS 112 Tinggi 112 Tinggi 0 0%

18 RHJ 103 Sedang 113 Tinggi 10 7%

19 HA 118 Tinggi 114 Tinggi -4 -3%

20 PNE 116 Tinggi 118 Tinggi 2 1%

Page 97: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

81

No Nama

Subjek

Pre Test Post Test I Pening-

katan %

Skor Kategori Skor Kategori

21 DTS 98 Sedang 102 Sedang 4 3%

22 WBS 111 Tinggi 109 Tinggi -2 -1%

23 SM 108 Tinggi 110 Tinggi 2 1%

24 DTA 99 Sedang 106 Sedang 7 5%

25 WTA 71 Rendah 90 Sedang 19 13%

26 WN 101 Sedang 106 Sedang 5 3%

Rata-rata 106,3 / 74% 111,3 / 77% 5 3%

Berdasarkan hasil pre test dan post test pada siklus I,

diperoleh hasil yaitu rata-rata skor pre test adalah 106,3 atau

dengan persentase 74% dan skor post test I adalah 111,3 atau

dengan persentase 77%. Pada siklus I sudah menunjukkan adanya

peningkatan sebesar 3% dengan peningkatan rata-rata skor 5.

Meskipun dalam pemberian post test I terdapat anggota dengan

total skor menurun, namun secara keseluruhan total skor rata-rata

mengalami peningkatan yang artinya tingkat kohesivitas anggota

kelompok mulai mengalami peningkatan. Hal tersebut didukung

oleh hasil observasi selama penelitian dan wawancara dengan

anggota maupun pihak terkait.

Hasil observasi juga sudah menunjukkan peningkatan.

Melalui pengamatan menunjukkan beberapa siswa mulai

bekerjasama dan menolong antar anggota tanpa diminta. Namun

dalam aspek toleransi masih belum muncul. Beberapa siswa masih

ada yang memotong pendapat anggota lain dalam memberikan

komentar saat selesai praktik role playing. Untuk aspek komitmen,

siswa sudah menunjukkan bahwa siswa ingin berada didalam

Page 98: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

82

kelompok. Hal tersebut ditandai dengan kehadiran dan

kenyamanan yang ditunjukkan oleh siswa dalam mengikuti

kegiatan.

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa siswa yang

sudah mampu mengungkapkan alasan mereka mengenai

pentingnya kerjasama, saling menolong dalam bentuk apapun, dan

berkomitmen didalam kelompok. Tetapi masih ada siswa yang

mengaku bahwa sulit untuk mengontrol diri agar tidak memotong

pendapat orang lain. Jika pendapat tersebut dirasa kurang sesuai,

secara tidak sadar siswa tersebut memotong dan menyanggah

pendapat orang tersebut

Meskipun pada tindakan ini sudah mengalami peningkatan,

namun masih belum sesuai terget karena masih ada sebagian

anggota OSIS yang masih berada dalam kategori sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa perlu adanya peningkatan yang lebih baik

lagi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, masih ada siswa

yang kurang mampu mengontrol diri untuk mendengarkan

pendapat orang lain dulu sebelum berkomentar.

Tindakan yang dilaksanakan juga masih terdapat kekurangan

seperti keterlibatan seluruh anggota OSIS yang terkadang membuat

gaduh suasana kelas, sehingga mengganggu jalannya pemberian

tindakan. Kesiapan siswa dalam melakukan role playing dirasa

kurang karena waktu yang cukup mepet. Pengelolaan waktu juga

Page 99: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

83

kurang maksimal, karena pemberian tindakan dilakukan sepulang

sekolah.

Peneliti mengatasi kekurangan pada siklus I dengan

memberikan tindakan lanjutan dan melakukan perbaikan-

perbaikan. Perbaikan dilakukan antara lain dengan memperbaiki

teks role playing dengan kata-kata sederhana yang mudah

dipahami oleh siswa. Peneliti juga mengkondisikan kelas untuk

tetap tenang agar pemeran dapat melakukan perannya secara

maksimal. Sebelum kegiatan berlangsung peneliti akan

menanyakan terlebih dahulu kesiapan dari para pemeran untuk

memastikan bahwa para pemeran siap dan akan menampilkan yang

terbaik.

Berdasarkan hasil post test, wawancara, dan observasi yang

masih belum optimal, maka peneliti bersama dengan guru BK

memutuskan untuk melakukan tindakan lanjutan yaitu siklus II

sebagai upaya mengoptimalkan tindakan agar memperoleh hasil

yang optimal.

c. Siklus II

1) Tahap Persiapan

a) Peneliti mempersiapkan materi tentang role playing untuk

mengingatkan kembali materi yang telah disampaikan pada

siklus I.

Page 100: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

84

b) Peneliti bersama guru BK berdiskusi mengenai kegiatan

selanjutnya dengan melihat refleksi pada siklus I.

c) Peneliti membuat naskah role playing berkaitan dengan aspek-

aspek kohesivitas kelompok. Kata dalam naskah role playing

ini dibuat lebih sederhana diberikan sebelum pelaksanaan

dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat berlatih dan

lebih mudah memahami yang sudah diberikan, sehingga pada

waktu pelaksanaannya siswa dapat bermain peran lebih

menghayati.

d) Peneliti kembali melakukan diskusi dengan observer yang akan

membantu proses pengamatan. Peneliti membagikan dan

menjelaskan lembar observasi yang akan dijadikan sebagai

acuan dalam proses pengamatan terhadap subjek yang

melakukan bermain peran. Secara teknis pengamatan pada

siklus ini sama dengan siklus sebelumnya.

2) Tahap Pelaksanaan dan Observasi

a) Pemberian tindakan V: Kerjasama

Materi pengantar kembali diberikan sebelum melakukan

tindakan. Tujuannya agar siswa mengingat kembali materi

tentang kohesivitas kelompok yang telah disampaikan oleh

guru BK pada siklus I, sehingga dalam pelaksanaan tindakan

siswa akan menjadi lebih paham dan lebih mendalami materi

tentang role playing.

Page 101: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

85

Role playing pada tindakan V ini diperankan oleh DPK,

DYA, dan AR. Pemeran diberi kesempatan untuk berdiskusi

terlebih dahulu sebelum berperan, peneliti memberikan tugas

kepada kelompok pengamat agar memperhatikan dan

memberikan komentar pada akhir role playing. Kelompok I

memainkan peran tentang kerjasama cukup berhasil. Siswa

DYA dan AR yang sebelumnya malu-malu, pada tindakan V

ini sudah tampil dengan baik. Mereka berdua sudah tidak malu-

malu lagi dan hafal alur cerita. Untuk siswa DPK menunjukkan

peningkatan yang baik dengan berperan lebih santai.

Ditunjukkan oleh DPK dengan berperan penuh ekspresi dan

penghayatan.

Kelompok pengamat mencoba untuk mendengarkan dan

memahami yang sedang dimainkan oleh teman-temannya.

Pengamat pada pertemuan ini cukup serius, terlihat bahwa

pengamat sudah memperhatikan dan membuat kelas menjadi

lebih kondusif. Pengamat memberikan komentar dengan jelas

dan berbeda antar anggota. Ada pendapat yang sama namun

alasan yang diutarakan berbeda.

Setelah selesai, diadakan diskusi untuk membahas

proses jalannya role playing yang dipimpin oleh guru BK.

Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada para pemain

terlebih dahulu mengenai perasaan mereka saat berperan serta

Page 102: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

86

kendala apa yang dialami selama bermain peran. Masing-

masing anak menceritakan perasaan dan kendala mereka

mengenai kegiatan yang baru saja dilakukan. Peneliti

kemudian memberikan pertanyaan kepada kelompok pengamat

mengenai kekurangan atau kelebihan dalam proses role

pleying. Bersama dengan siswa peneliti berdiskusi mengenai

perasaan mereka jika dituntut untuk menjalani peran

bekerjasama atau tidak dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah proses pemberian tindakan V selesai, peneliti

membagikan naskah yang akan diperankan pada pertemuan

selanjutnya yaitu dengan tema menolong. Siswa yang belum

terpilih menjadi pemeran akan dipilih pada tindakan

selanjutnya

b) Pemberian tindakan VI: Menolong

Tindakan VI dilaksanakan dengan tema “Menolong”.

Pemberian tindakan VI ini bertujuan agar siswa mampu

berempati dan mengerti pentingnya menolong orang lain.

Pemeran pada tindakan VI ini adalah YKP, MKA, dan WN.

Anggota yang tidak berperan, bertindak sebagai pengamat.

Pertemuan kedua juga mengalami peningkatan, seolah-

olah kelompok ini berlomba-lomba dengan kelompok lainnya.

Semua anggota sudah tidak merasa malu-malu lagi dalam

berperan dan ada yang mencoba berekspresi dalam berperan.

Page 103: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

87

WN yang lebih antusias untuk menghayati dan berekspresi.

Pada awal cerita WN merasa peran yang dimainkan kurang,

kemudian dia meminta dilangi. Saat bermain peran diulangi

kelompok ini berjalan sangat baik. Anggota lain juga bermain

dengan penuh ekspresi dan menghayati cerita. Kelompok

pengamat cukup mudah memahami isi cerita dan bahkan

sangat mudah untuk memberikan komentar karena paham

dengan isi cerita.

Selesai penampilan role playing dengan tema

menolong, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok.

Diskusi dipimpin oleh guru BK. Peneliti mengajukan beberapa

pertanyaan kepada para pemain terlebih dahulu mengenai

perasaan mereka saat berperan. Diskusi pada pertemuan ini

berjalan lancar, karena semua anggota mampu menyampaikan

pendapatnya mengenai penampilan yang sudah dilakukan oleh

temannya. Setelah pertemuan selesai, peneliti membagikan

naskah yang akan diperankan pada pertemuan berikutnya.

Anggota yang belum dipilih akan tetap menjadi pengamat.

c) Pemberian tindakan VII: Toleransi

Pemberian tindakan VII ini dilaksanakan pada tanggal

28 Oktober 2015 dengan tema “Toleransi”. Kegiatan role

playing ini diperankan oleh DeYA, SAJ, dan RHJ. Siswa yang

tidak berperan, bertindak sebagai pengamat seperti biasanya.

Page 104: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

88

Kelompok pada tindakan VII ini terlihat semakin

membaik, pemeran sudah terlihat siap untuk tampil. Mereka

mulai percaya diri dan bersemangat. Jika dilihat dari

pemberian tindakan toleransi sebelumnya, pada tindakan kali

ini mereka seperti termotivasi oleh kelompok sebelumnya.

Kelompok ini mencoba menyajikan penampilan yang

sempurna. Pada tindakan sebelumnya SAJ sangat percaya diri.

Pada kesempatan ini anggota lain juga menunjukkan sikap

percaya diri tinggi dengan berperan lebih santai dan mampu

mengekspresikan peran yang dijalani.

Kelompok pengamat juga terlihat antusias. Dengan

adanya tepuk tangan dan teriakan yang meriah menandakan

bahwa pengamat memperhatikan kegiatan serta keberhasilan

pemeran dalam menjalankan tugas. Tetapi untuk cerita yang

diperankan, semua anggota mampu memahami toleransi itu

seperti apa.

Guru BK memimpin diskusi mengenai toleransi.

Sebelum diskusi dimulai, seperti biasa peneliti menanyakan

perasaan pemeran setelah memerankan tokoh yang ada

dicerita. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang diikuti

dengan antusias oleh kelompok pengamat. Kelompok

pengamat menyampaikan pendapat yang berbeda dari satu

anak dengan anak lainnya.

Page 105: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

89

d) Pemberian tindakan VIII: Komitmen

Pemberian tindakan VIII dengan tema “Komitmen”.

Pemberian tindakan VIII ini bertujuan agar siswa mempunyai

komitmen tinggi untuk tetap berada dalam kelompok

meskipun banyak godaan atau konflik yang menyebabkan

anggota berpikiran untuk meningalkan kelompok tersebut.

Pemeran pada tindakan VIII ini adalah DTS, DTA, dan WTA.

Anggota lain yang tidak berperan, bertindak sebagai pengamat.

Pada pertemuan ini sudah terlihat adanya perubahan

dibanding dengan pemberian tindakan IV. Perubahan yang

menonjol adalah siswa DTS sudah merasa santai dan tidak

sungkan lagi untuk bermain peran dengan lawan main kakak

kelasnya. DTS sudah berani memberikan masukan atau

berdiskusi dengan kelompoknya. Berbeda pada tindakan

sebelumnya, DTS hanya diam dan malu-malu untuk

menanggapi pendapat anggota lain dalam briefing.

Selesai penampilan role playing dengan tema

komitmen, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok

yang dipimpin guru BK. Peneliti mengajukan beberapa

pertanyaan kepada pemeran terlebih dahulu mengenai perasaan

mereka saat berperan dan pentingnya komitmen dalam

organisasi. Diskusi pada pertemuan ini berjalan lancar, semua

anggota mampu menyampaikan pendapatnya mengenai

Page 106: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

90

penampilan yang sudah dilakukan. Kegiatan sudah

dilaksanakan dengan baik, guru BK bersama dengan peneliti

mengajak para siswa untuk menyimpulkan kegiatan yang telah

dilakukan.

3) Hasil Tindakan

Hasil dari keempat tindakan yang diberikan dalam siklus II

ini dapat dilihat dari observasi, wawancara, dan post test.

Pemberian post test II dilakukan pada hari Sabtu 31 Oktober 2015.

Berikut hasil post test II terhadap 26 anggota OSIS setelah

diberikan tindakan:

Tabel 14. Hasil Post Test II

No Subjek Skor Persentase Kategori

1 AF 120 83% Tinggi

2 YLP 117 81% Tinggi

3 DPK 115 80% Tinggi

4 ER 118 82% Tinggi

5 MKA 122 85% Tinggi

6 TANS 117 81% Tinggi

7 DN 123 85% Tinggi

8 FP 116 81% Tinggi

9 DYA 114 79% Tinggi

10 FA 110 76% Tinggi

11 SS 117 81% Tinggi

12 RMP 121 84% Tinggi

13 HP 109 76% Tinggi

14 AR 119 83% Tinggi

15 DeYA 118 82% Tinggi

16 SAJ 117 81% Tinggi

17 VS 116 81% Tinggi

Page 107: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

91

No Subjek Skor Persentase Kategori

18 RHJ 120 83% Tinggi

19 HA 114 79% Tinggi

20 PNE 126 88% Tinggi

21 DTS 111 77% Tinggi

22 WBS 120 83% Tinggi

23 SM 109 76% Tinggi

24 DTA 114 79% Tinggi

25 WTA 110 76% Tinggi

26 WN 114 79% Tinggi

Rata-rata 116,4 81%

Berdasarkan hasil pada post test II, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang lebih baik lagi

mengenai kohesivitas kelompok. Data setelah dilakukan post test II

dari 26 anggota OSIS diperoleh skor tertinggi adalah 126 dan skor

terendah adalah 109.

Peningkatan Kohesivitas didukung oleh hasil pengamatan

yang menunjukkan bahwa anggota OSIS saling bekerjasama dan

menolong antar anggota tanpa diminta. Hal tersebut terlihat

sebelum pemberian tindakan ke II dalam siklus II. Anggota OSIS

bekerjasama merapihkan meja dan kursi dalam ruangan tempat

role playing dilakukan. Sebagian anggota lagi membantu dengan

membersihkan lantai yang terdapat sobekan-sobekan kertas. Untuk

aspek toleransi baru muncul pada diskusi setelah tindakan ke III

pada siklus ke II. Siswa tersebut dapat mengontrol egonya dalam

mengemukakan pendapat dan memberi kesempatan orang lain

yang berpendapat supaya menyelesaikan apa yang sedang

Page 108: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

92

diutarakan. Untuk aspek komitmen, siswa sudah tidak diragukan

lagi. Angota OSIS sudah menunjukkan bahwa mereka ingin berada

didalam kelompok. Hal tersebut ditandai dengan kenyamanan

siswa dalam mengikuti kegiatan.

Berdasarkan hasil wawancara, siswa sudah mampu

mengungkapkan alasan mereka mengenai pentingnya kerjasama,

saling menolong dalam bentuk apapun, toleransi, dan berkomitmen

didalam kelompok. Dalam proses wawancara, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa adanya peningkatan melalui jawaban dari

anggota OSIS yang berbeda-beda. Dalam wawancara, peneliti juga

menyoroti siswa SAJ dan DTS. Awalnya SAJ dan DTS malu-malu

dalam berperan maupun berpendapat dalam diskusi. Pada siklus II,

SAJ dan DTS sudah tidak malu-malu lagi dalam berpendapat

karena masih bersama teman-temannya. Ketika wawancara

ternyata SAJ dan DTS mampu mengutarakan pendapatnya dengan

jelas meskipun pada awalnya sedikit malu-malu. Pada dasarnya,

semua anggota OSIS mampu mengutarakan pendapatnya dengan

jelas dan tidak tegang.

4) Refleksi Akhir

Refleksi dilakukan peneliti dengan guru BK. Dengan tujuan

untuk mengetahui perkembangan dan kekurangan yang ada dalam

tindakan selama siklus II berlangsung. Pada dasarnya, siklus II

sudah berjalang dengan baik. Terdapat peningkatan kohesivitas

Page 109: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

93

pengurus OSIS yang ditunjukkan. Peningkatan tersebut dapat

dilihat dari hasil pre test, post test I, dan post test II pada tabel

berikut:

Tabel 15. Skor Perbandingan Pre Test, Post test I, dan Post Test II.

No Nama

Subjek

Pre Test Post Test I Post Test II Pening

katan %

Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori

1 AF 122 Tinggi 120 Tinggi 120 Tinggi -2 -1%

2 YLP 70 Rendah 88 Sedang 117 Tinggi 47 33%

3 DPK 101 Sedang 112 Tinggi 115 Tinggi 14 10%

4 ER 117 Tinggi 126 Tinggi 118 Tinggi 1 1%

5 MKA 107 Sedang 117 Tinggi 122 Tinggi 15 10%

6 TANS 117 Tinggi 110 Tinggi 117 Tinggi 0 0%

7 DN 122 Tinggi 128 Tinggi 123 Tinggi 1 1%

8 FP 108 Tinggi 120 Tinggi 116 Tinggi 8 6%

9 DYA 99 Sedang 105 Sedang 114 Tinggi 15 10%

10 FA 109 Tinggi 109 Tinggi 110 Tinggi 1 1%

11 SS 117 Tinggi 117 Tinggi 117 Tinggi 0 0%

12 RMP 112 Tinggi 115 Tinggi 121 Tinggi 9 6%

13 HP 109 Tinggi 110 Tinggi 109 Tinggi 0 0%

14 AR 103 Sedang 112 Tinggi 119 Tinggi 16 11%

15 DeYA 107 Sedang 114 Tinggi 118 Tinggi 11 8%

16 SAJ 106 Sedang 110 Tinggi 117 Tinggi 11 8%

17 VS 112 Tinggi 112 Tinggi 116 Tinggi 4 3%

18 RHJ 103 Sedang 113 Tinggi 120 Tinggi 17 12%

19 HA 118 Tinggi 114 Tinggi 114 Tinggi -4 -3%

20 PNE 116 Tinggi 118 Tinggi 126 Tinggi 10 7%

21 DTS 98 Sedang 102 Sedang 111 Tinggi 13 9%

22 WBS 111 Tinggi 109 Tinggi 120 Tinggi 9 6%

23 SM 108 Tinggi 110 Tinggi 109 Tinggi 1 1%

24 DTA 99 Sedang 106 Sedang 114 Tinggi 15 10%

25 WTA 71 Rendah 90 Sedang 110 Tinggi 39 27%

26 WN 101 Sedang 106 Sedang 114 Tinggi 13 9%

Rata-rata 106,3 / 74% 111,3 / 77% 116,4 / 81% 10,2 7%

Page 110: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

94

Berdasarkan hasil pre test, post test I, dan post test II

menunjukkan adanya peningkatan kohesivitas anggota kelompok

dengan perolehan skor rata-rata 10,2 atau 7%. Semua anggota

OSIS sudah mencapai kategori tinggi pada siklus II dengan skor

terendah 109 dan skor tertinggi 126. Perbandingan antara hasil pre

test dengan post test II sudah mengalami peningkatan yang baik.

Meskipun terdapat beberapa anggota yang mengalami penurunan

skor, namun hal tersebut tidak mempengaruhi kohesivitas anggota

kelompok. Skor rata-rata kohesivitas anggota kelompok tetap

mengalami peningkatan dibandingkan hasil pre test dan post test I.

Artinya, skor terbesar dan terkecil dihitung berdasarkan jumlah

skor peningkatan menunjukkan bahwa seluruh anggota OSIS sudah

mengalami peningkatan skor dengan kategori tinggi yaitu skor

lebih tinggi atau sama dengan 108 dengan persentase 75%.

Hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan

kohesivitas dalam pengurus OSIS. Peningkatan tersebut

ditunjukkan dengan adanya kerjasama antar anggota seperti

menyelesaikan tugas bersama, bertanggung jawab atas tugas, dan

bertukar pikiran untuk membangun OSIS lebih baik. Selain itu

sikap menolong dengan kesadaran diri sendiri tanpa diminta juga

ditunjukkan oleh anggota. Pada aspek toleransi terdapat

peningkatan yang cukup baik dengan saling menghargai pendapat

Page 111: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

95

atau usaha orang lain selama pemberian tindakan.toleransi

ditunjukkan oeh pengurus saat pelaksanaan role playing dan

diskusi setelah tindakan. Untuk aspek komitmen, siswa sudah

menunjukkan bahwa siswa ingin berada didalam kelompok. Hal

tersebut ditandai dengan kehadiran dan kenyamanan yang

ditunjukkan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan.

Berdasarkan hasil wawancara, semua anggota sudah mampu

mengungkapkan alasan mereka tanpa malu-malu mengenai

pentingnya kerjasama, saling menolong dalam bentuk apapun,

toleransi dengan menghargai usaha dan pendapat orang lain, serta

berkomitmen didalam kelompok. Meskipun pada awalnya ada satu

atau dua anak yang malu mengutarakan pendapat, tapi lama

kelamaan merasa nyaman dan dengan santai mengungkapkan

pendapatnya.

Grafik hasil penelitian terhadap 26 anggota OSIS setelah

pemberian tindakan dengan dua siklus menunjukkan adanya

peningkatan skor kohesivitas anggota kelompok berdasarkan hasil

pre test, post test I, dan post test II (grafik terlampir). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kohesivitas

anggota kelompok pengurus OSIS SMP Negeri 3 Sambit.

Peningkatan kohesivitas dapat dilihat dari perbandingan hasil pre

test dengan post test I maupun post test II. Perbandingan hasil

Page 112: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

96

peningkatan kohesivitas dapat dilihat dari pre test dengan post test

I maupun post test II berikut:

Gambar 2. Grafik Peningkatan Skor Rata-rata

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sudah sesuai

dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti

yaitu skor kohesivitas anggota kelompok mencapai lebih dari sama

dengan 108 atau pada kategori tinggi dengan persentase rata-rata

75%. Setelah refleksi, didapat hasil yang baik dalam peningkatan

kohesivitas dengan tercapainya target yang sudah ditetapkan yaitu

dengan perolehan skor terendah 109 atau rata-rata skor secara

keseluruhan adalah 116,4 dengan persentase 81%. Sehingga

peneliti bersama guru BK bersepakat bahwa penelitian tindakan

dapat dihentikan. Dapat disimpulkan bahwa kohesivitas anggota

kelompok pengurus OSIS SMP Negeri 3 Sambit telah mengalami

peningkatan setelah diberikan VIII tindakan menggunakan role

playing.

Pre Test Post Test I Post Test II

106.3

111.3

116.4

Grafik Peningkatan Skor Rata-rata

Page 113: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

97

B. Pembahasan

Manusia merupakan makhluk sosial yang pada hakikatnya tidak bisa

untuk hidup sendiri. Serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka

memenuhi kelangsungan hidupnya tentu melibatkan orang lain. Manusia

dituntut untuk mampu beradaptasi dan bekerjasama dengan orang lain. Oleh

karena itu, diperlukan kemampuan bersosialisasi yang baik agar dapat terjalin

hubungan yang baik. Untuk dapat memiliki kemampuan bersosialisasi yang

baik tentunya bukan merupakan suatu hal yang mudah. Perlu adanya latihan

atau proses yang lama untuk membentuknya.

Membentuk kemampuan bersosialisasi lebih efektif jika dilakukan

pada masa remaja. Seperti yang sudah dijelaskan Hall (Santrock, 2007: 6)

bahwa masa remaja merupakan masa badai dan stress yaitu masa pergolakan

yang penuh dengan konflik dan buaian suasana hati. Perasaan, pikiran,

tindakan mengenai kesombongan dan kerendahan hati, kebaikan dan godaan,

serta kegembiraan dan kesedihan. Apabila masa yang begitu labil antara

pikiran dan perasaan dapat ditata rapi, tidak menutup kemungkinan proses

sosialisasi remaja dapat berjalan dengan efektif. Pembelajaran sosialisasi

perlu dipelajari di lingkungan keluarga, teman sebaya, atau lingkungan

sekitarnya. Sebab remaja memiliki perkembangan peran sosial dimana remaja

ingin diakui oleh orang lain. Peran sosial remaja dapat kearah positif maupun

negatif, mereka ingin menonjolkan diri agar diakui orang lain.

Pada remaja, paling mudah melatih kemampuan bersosialisasi pada

jenjang SMP khususnya pada organisasi atau ekstrakurikuler. Pada

Page 114: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

98

organisasi, siswa dilatih bagaimana cara bersosialisasi. Hal tersebut perlu

mendapat pengawasan agar remaja mampu menonjolkan diri dalam rangka

mencari identitas diri dengan hal yang positif. Dalam sosialisasi pada suatu

kelompok tentu diperlukan juga keeratan antar anggota atau kohesivitas

kelompok. Apabila kohesivitas terjalin dengan baik, tidak menutup

kemungkinan proses sosialisasi akan berjalan dengan baik. Selain itu

kohesivitas juga dapat menjadikan kelompok tersebut menjadi tahan lama dan

lebih produktif dari sebelumnya.

Kohesivitas kelompok yang kurang, dialami oleh OSIS SMP Negeri 3

Sambit. Idealnya, suatu organisasi itu harus memiliki kerjasama, saling

membantu, sikap solid, saling menghargai, tanggung jawab, dan juga sikap

saling menyayangi antar anggota harus dapat tercipta didalam suatu

kelompok tersebut. Seperti yang telah diungkapkan Carolina dan Jusman

(Abu Huraerah dan Purwanto, 2006: 44) bahwa kohesivitas kelompok dapat

didefinisikan sebagai sejumlah faktor yang mempengaruhi anggota kelompok

untuk tetap menjadi anggota kelompok. Dalam membantu menumbuhkan

faktor dalam kohesivitas yang kurang pada pengurus OSIS SMP Negeri 3

Sambit, peneliti menggunakan teknik role playing.

Pemilihan teknik Role Playing didasarkan pada kegiatannya yang

berpengaruh positif terhadap kohesivitas suatu kelompok. Andang Ismail

(2006: 15) menjelaskan bahwa bermain peran adalah suatu jenis simulasi

yang umumnya digunakan untuk pendidikan sosial dan hubungan antar

sesama. Serangkaian kegiatan dalam role playing menurut Bruce Joyce, dkk

Page 115: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

99

(2009: 329) adalah menguraikan sebuah masalah, memeragakan, dan

mendiskusikan masalah tersebut. Sehingga permasalahan yang dialami

anggota kelompok dapat diangkat menjadi bahan dalam pelaksanaan role

playing dan diperagakan kemudian didiskusikan secara bersama-sama.

Teknik role playing pada penelitian ini digunakan untuk

meningkatkan kohesivitas kelompok pengurus OSIS. Pengurus OSIS

merupakan organisasi yang sangat berperan banyak dalam kegiatan-kegiatan

yang berhubungan dengan sekolah, seperti kegiatan lomba (Class Meeting),

pentas seni, panitia idul adha, dan sebagainya. Subjek dalam penelitian ini

adalah semua pengurus OSIS dengan jumlah anggota 26 siswa. Namun

anggota yang diamati adalah anggota dengan kategori rendah dan sedang

yaitu sebanyak 12 anggota. Peneliti menentukan subjek melalui hasil pre test

(Tabel 10).

Penelitian ini membahas mengenai empat aspek kohesivitas kelompok

yaitu kerjasama, menolong, toleransi dan komitmen. Penelitian ini terdiri dari

dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tindakan. Siklus

pertama pada tindakan I peneliti dan guru BK menyampaikan materi yang

telah peneliti susun dengan isi bahasan pengertian dan makna organisasi,

pengertian kohesivitas, aspek kohesivitas dan contoh dalam kehidupan sehari-

hari. Setelah materi sudah disampaikan oleh guru BK, kegiatan dilanjutkan

dengan praktik role playing dengan tema “Kerjasama”. Pemeran pada

pertemuan ini adalah DPK, DYA, dan AR. Anggota lain yang tidak tampil

untuk menjadi pengamat selama berlangsungnya role playing. Pada tindakan

Page 116: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

100

I ini pengamat masih terlihat kurang serius, terlihat beberapa anggota ada

yang mengobrol dan membuat kelas menjadi gaduh. Pemeran masih sedikit

malu-malu dan tegang, namun semua itu dapat teratasi. Secara keseluruhan

siswa dapat mengikuti dengan baik walaupun terdapat beberapa kendala.

Tindakan II dilakukan dengan tema “Menolong”, pemeran pada

pertemuan ini adalah YKP, MKA, dan WN. Pemeran pada tindakan ini sudah

mengalami peningkatan dari pada pertemuan sebelumnya. Pada kegiatan ini

suasana masih sedikit gaduh, namun sudah sedikit mengalami peningkatan

yaitu setiap anak mampu mengutarakan pendapatnya. Tujuan dari pertemuan

ini adalah agar siswa mampu berempati terhadap orang lain, dan siswa

mampu untuk menolong orang yang membutuhkan.

Tindakan III dilakukan dengan tema “Toleransi”. Pemeran pada

pertemuan ini adalah DeYa, SAJ, dan RHJ. Pemeran sudah terlihat siap

melakukan role playing dan terlihat lebih percaya diri dibandingkan tindakan

sebelumnya. Kelompok pengamat juga terlihat antusias. Proses diskusi pun

berjalan lancar. Terdapat beberapa perbedaan pendapat dan semua anggota

dapat memahami tentang makna toleransi.

Tindakan IV dilakukan dengan tema “Komitmen”. Pemeran pada

pertemuan ini adalah DTS, DTA, dan WTA. Pertemuan ini terlihat seperti

pertemuan pertama, masih malu-malu dan tegang yang dialami salah satu

pemeran. Sebab pemeran itu merupakan adik kelas dari dua pemeran lainnya.

Namun pertemuan ini dapat berjalan hingga role playing selesai. Diskusi

Page 117: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

101

pada pertemuan ini sudah cukup baik. Dilihat dari munculnya beberapa

pendapat yang berbeda dari tiap anak.

Peningkatan pada siklus I sudah baik, yaitu mencapai skor rata-rata

111,7 atau 78% dengan persentase peningkatan sebesar 4%, serta terdapat

peningkatan skor kohesivitas yang semula rendah menjadi sedang dan ada

beberapa yang mencapai kategori tinggi. Namun hasil tersebut belum

mencapai target karena masih ada siswa yang berada pada kategori sedang,

sehingga penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Tema dari siklus II ini sama

seperti siklus I yaitu membahas mengenai kerjasama, menolong, toleransi,

dan komitmen.

Tindakan V berlangsung sangat baik, pemeran pada pertemuan ini

sudah tidak malu-malu lagi dan hafal alur cerita. Untuk siswa DPK

menunjukkan peningkatan yang baik dengan berperan lebih santai.

Ditunjukkan oleh DPK dengan berperan penuh ekspresi dan penghayatan.

Untuk anggota lain sudah menunjukkan sikap kerjasama mereka untuk tenang

dan membantu pemeran agar lebih berkonsentrasi dalam berperan.

Tindakan VI berlangsung dengan baik, seolah-olah kelompok ini

berlomba-lomba dengan kelompok lainnya. Semua anggota sudah tidak

merasa malu-malu lagi dalam berperan. WN yang lebih antusias untuk

menghayati dan berekspresi. Kelompok pengamat cukup mudah memahami

isi cerita dan bahkan sangat mudah untuk memberikan komentar karena

paham dengan isi cerita. Kerjasama anggota semakin terlihat dengan saling

Page 118: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

102

tolong menolong anggota dalam mempersiapkan kelas dan membersihkan

sebelum kegiatan dilakukan.

Tindakan VII berjalan sangat baik. Pemeran sudah terlihat siap untuk

tampil. Mereka mulai percaya diri dan bersemangat. Jika dilihat dari

pemberian tindakan toleransi sebelumnya, pada tindakan kali ini mereka

seperti termotivasi oleh kelompok sebelumnya. Peningkatan drastis

ditunjukkan oleh SAJ. Pada awalnya SAJ siswa yang malu-malu dan

cenderung diam dalam diskusi. Namun setelah pertemuan siklus I, SAJ mulai

berani berbicara dan pada siklus II mampu berperan dengan santai dan

nyaman serta penuh percaya diri.

Tindakan VIII sudah berjalan baik. Pada pertemuan ini sudah terlihat

adanya perubahan dibanding dengan pemberian tindakan IV. Perubahan yang

menonjol adalah siswa DTS sudah merasa santai dan tidak sungkan lagi

untuk bermain peran dengan lawan main kakak kelasnya. DTS sudah berani

memberikan masukan atau berdiskusi dengan kelompoknya. Berbeda pada

tindakan sebelumnya, DTS hanya diam dan malu-malu untuk menanggapi

pendapat anggota lain dalam briefing.

Hasil peningkatan dari empat tindakan pada siklus II ini mencapai

skor rata-rata 10,3 atau 7%. Skor rata-rata yang diperoleh pada siklus II ini

sebesar 116,4 dengan persentase 81%. Skor perbandingan pre test, post test I,

dan post test II dapat dilihat pada tabel 15. Hasil akhir dari pemberian

tindakan dengan teknik role playing telah menghasilkan skor yang meningkat

pada seluruh siswa dengan kategori tinggi pada masing-masing siswa dan

Page 119: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

103

melampaui kriteria keberhasilan yaitu dengan skor lebih dari sama dengan

108 atau pada kategori tinggi dengan rata-rata lebih dari 75%.

Hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan kohesivitas dalam

pengurus OSIS. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan adanya kerjasama

antar anggota seperti menyelesaikan tugas bersama, bertanggung jawab atas

tugas, dan bertukar pikiran untuk membangun OSIS lebih baik. Selain itu,

kerjasama juga ditunjukkan dalam persiapan sebelum kegiatan. Anggota

OSIS kerjasama dalam mempersiapkan ruangan yang nyaman untuk

dilakukan tindakan.

Dalam sikap menolong juga ditunjukkan dengan kesadaran diri sendiri

tanpa diminta. Pada awal pemberian pre test mereka terlihat malas untuk

meminjamkan barang karena siswa laki-laki kebanyakan merusak atau

menghilangkan sesuatu seperti tutup bolpoin dan sebagainya. Namun

keikhlasan siswa dalam membantu juga ditunjukkan dengan saling membantu

dengan meminjamkan penghapus atau bolpoin dari siswa perempuan ke siswa

laki-laki selama kegiatan.

Pada aspek toleransi terdapat peningkatan yang cukup baik dengan

saling menghargai pendapat atau usaha orang lain selama pemberian

tindakan. Toleransi ditunjukkan oleh pengurus saat pelaksanaan role playing

dan diskusi setelah tindakan. Pengurus mampu menghargai pendapat orang

lain dalam diskusi dengan memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk

menyelesaikan pendapatnya terlebih dahulu. Toleransi juga diberikan kepada

anggota OSIS yang telat dalam mengikuti kegiatan karena dipanggil oleh

Page 120: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

104

guru sebelumnya. Hal tersebut dapat membuat siswa yang telat menjadi lebih

bersemangat dalam mengikuti kegiatan, sebab siswa tersebut merasa dihargai

dengan kesibukan pada kegiatannya.

Untuk aspek komitmen, siswa sudah menunjukkan bahwa siswa ingin

berada didalam kelompok. Hal tersebut ditandai dengan kehadiran dan

kenyamanan yang ditunjukkan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan. Hal

tersebut senada dengan pendapat Shaw (Sunarru Samsi Hariadi, 2011: 28)

yaitu kelompok yang tingkat kohesinya tinggi akn lebih energik dalam

aktivitas kelompok, jarang absen dalam pertemuan dan senang apabila

kelompok berhasil. Selain itu kenyamanan juga ditunjukkan anggota OSIS

dalam sesi diskusi setelah tindakan. Anggota OSIS mampu mengutarakan

pendapatnya dengan santai namun jelas maksud yang disampaikan.

Komitmen juga ditunjukkan dalam kehadiran. Pada awal tindakan di siklus I,

beberapa siswa masih merasa malas dan ingin cepat pulang. Beberapa kali

siswa tersebut melihat jam. Namun pada siklus II, anggota OSIS sudah tidak

mempermasalahkan waktu. Mereka tidak pernah lagi merasa ingin cepat

pulang. Pada kegiatan yang dilakukan setiap tindakan berjalan selama 40

menit.

Berdasarkan hasil wawancara, semua anggota sudah mampu

mengungkapkan alasan mereka tanpa malu-malu mengenai pentingnya

kerjasama, saling menolong dalam bentuk apapun, toleransi dengan

menghargai usaha dan pendapat orang lain, serta berkomitmen didalam

kelompok. Selain itu, siswa juga mengaku bahwa mereka senang didalam

Page 121: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

105

kelompok. Mereka khususnya anggota OSIS sebagai perwakilan kelas merasa

kelompok OSIS ini tidak sepenuhnya membosankan seperti kata orang-orang.

Sebagian pengurus OSIS dapat mengutarakan bahwa dia merasa lebih dapat

menghargai pendapat orang lain dengan adanya pengetahuan tentang

toleransi. Ketua OSIS mengungkapkan bahwa mungkin setelah kegiatan ini

kerja ketua menjadi lebih mudah, karena setiap anggota mampu

mengutarakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain dengan cara

mendengarkan terlebih dahulu.

Pemilihan teknik Role Playing didasarkan pada kegiatannya yang

berpengaruh positif terhadap kohesivitas suatu kelompok. Andang Ismail

(2006: 15) menjelaskan bahwa bermain peran adalah suatu jenis simulasi

yang umumnya digunakan untuk pendidikan sosial dan hubungan antar

sesama. Serangkaian kegiatan dalam role playing menurut Bruce Joyce, dkk

(2009: 329) adalah menguraikan sebuah masalah, memeragakan, dan

mendiskusikan masalah tersebut. Sehingga permasalahan yang dialami

anggota kelompok dapat diangkat menjadi bahan dalam pelaksanaan role

playing dan diperagakan kemudian didiskusikan secara bersama-sama.

Teknik ini secara tidak langsung juga melatih kepercayan diri siswa dan

meningkatkan keeratan atau kohesivitas antar anggota.

Peran fasilitator juga sangat penting, terutama dalam pembuatan ide

naskah dan mengkondisikan siswa ketika kegiatan berlangsung agar

terlaksana dengan baik. Akhir pelaksanaan tindakan, penelti bersama guru

BK melakukan refleksi untuk mengetahui hasil dari tindakan, kekurangan

Page 122: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

106

penelitian, perkembangan pada tingkat kohesivitas anggota, dan melakukan

perbaikan.

Skor rata-rata hasil pre test siswa sebelum dilakukan tindakan adalah

106,1 atau 74%. Setelah dilakukan penelitian siklus I yang terdiri dari empat

tindakan, skor rata-rata meningkat menjadi 111,7 atau 78%. Siklus II juga

terdiri dari empat tindakan dan skor rata-rata meningkat menjadi 116,4 / 81%.

Peningkatan skor kohesivitas kelompok dalam pelaksanaan tindakan ini serta

diperkuat dengan hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa teknik

role playing dapat meningkatkan kohesivitas kelompok pengurus OSIS. Hasil

penelitian ini telah sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan

kohesivitas anggota kelompok pengurus OSIS melalui teknik role playing di

SMP Negeri 3 Sambit, Kab. Ponorogo.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan tentunya masih memiliki keterbatasan.

Keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi peneliti selama penelitian

berlangsung adalah :

1. Waktu yang digunakan dalam penelitian kurang efektif, karena

pemberian tindakan dilakukan setelah pulang sekolah dan subjek

penelitian sudah merasa letih.

2. Peneliti sulit untuk mengkolaborasikan antara anggota OSIS dari kelas

yang berbeda dengan tingkatan yang berbeda pula.

Page 123: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

107

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan

bahwa dengan menggunakan teknik role playing dapat meningkatkan

kohesivitas anggota kelompok pengurus OSIS SMP Negeri 3 Sambit.

Pemberian tindakan ini dilaksanakan melalui dua siklus. Setiap siklus terdiri

dari empat tindakan dengan tema yang berbeda setiap tindakannya. Pada

tindakan pertama pemberian role playing dengan tema kerjasama, tindakan

kedua dengan tema menolong, tindakan ketiga dengan tema toleransi,

tindakan keempat dengan tema komitmen. Hasil skala kohesivitas setelah

diberikan tindakan mengalami peningkatan dan didukung oleh hasil

wawancara serta observasi yang juga menunjukkan adanya peningkatan.

Hasil skala pre test diperoleh skor sebesar 106,3 dengan persentase

74%, pada post test siklus I diperoleh skor sebesar 111,3 dengan persentase

77%, terjadi peningkatan skor sebesar 5 dengan persentase 3%. Post test

siklus II diperoleh skor rata-rata sebesar 116,4 dengan persentase 81%,

sehingga dapat diperoleh peningkatan skor sebesar 10,2 dengan persentase

7% terhadap hasil pre test. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peningkatan

kohesivitas anggota kelompok selalu meningkat tiap siklus. Hasil observasi

yang didapat juga mengalami peningkatan pada semua aspek, yaitu pada

aspek kerjasama, menolong, toleransi, dan komitmen.

Page 124: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

108

Berdasarkan hasil observasi, anggota OSIS sudah menunjukkan sikap

kerjasama dalam membantu kelancaran pemberian tindakan, seperti

mempersiapkan ruangan untuk pelaksanaan tindakan dan membuat kelas

menjadi kondusif. Selain itu anggota OSIS mau untuk memberikan

pertolongan kepada anggota lain yang membutuhkan walaupun tidak diminta.

Toleransi juga diperlihatkan ketika diadakan diskusi dan juga pada siswa

yang telat mengikuti kegiatan. Komitmen setiap anggota untuk tetap berada

didalam kelompok OSIS ini juga sudah terbangun dengan baik. Ditandai

dengan kehadiran dan kenyamanan setiap anggota dalam mengikuti tindakan

yang diberikan selama kegiatan berlangsung.

Berdasarkan hasil wawancara, semua anggota sudah mampu

mengungkapkan alasan mereka tanpa malu-malu mengenai pentingnya

kerjasama, saling menolong dalam bentuk apapun, toleransi dengan

menghargai usaha dan pendapat orang lain, serta berkomitmen didalam

kelompok. Selain itu, siswa mengaku bahwa mereka senang didalam

kelompok. Peneliti berhasil melaksanakan penelitian sesuai dengan tujuan

penelitian, yaitu meningkatkan kohesivitas anggota kelompok pengurus OSIS

SMP Negeri 3 Sambit melalui teknik role playing.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka dapat dikemukakan

saran-saran sebagai berikut:

Page 125: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

109

1. Bagi Pengurus OSIS

Kohesivitas kelompok pada pengurus OSIS telah mengalami

peningkatan setelah diberikan teknik role playing dan pengurus OSIS

mengetahui pentingnya kohesivitas kelompok. Diharapkan kepada

pengurus OSIS agar selalu menjaga kohesivitas kelompok yang dijalani

dalam kehidupan sehari-hari selain didalam kepengurusan.

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat menggunakan

teknik role playing sebagai salah satu teknik bimbingan untuk

memberikan pengawasan terhadap perkembangan peran sosial siswa baik

dalam organisasi OSIS maupun siswa lainya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian tentang

meningkatkan kohesivitas kelompok menggunakan teknik lain

yang lebih bervariatif.

b. Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan berbagai macam

metode layanan bimbingan dan konseling yang lebih kreatif dan

inovatif sesuai kebutuhan siswa.

Page 126: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

110

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Abu Huraerah & Purwanto. (2006). Dinamika Kelompok. Bandung : PT Refika

Aditama.

Andang Ismail. (2006). Education Game (Menjadi Cerdas dan Ceria dengan

Permainan Edukasi). Yogyakarta: Pilar Media.

Andi Mappiare. (1982). Psikologi Remaja. Malang: Usaha Nasional.

Ayu Fitriana. (2014). The Effectiveness of Role Play on Students Speaking Skill.

Skripsi. Jakarta: Pendidikan Bahasa Inggris UIN.

Bimo Walgito. (2007). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Burhan Nurgiyantoro. (2009). Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.

Joyce, Bruce., Weil, Marsha., & Calhoun, Emily. (2009). Models of Teaching.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Terjemahan Achmad Fawaid dan Ateilla

Mirza).

Dede Rahmat & Aip Badrujaman. (2012). Penelitian Tindakan dalam Bimbingan

dan Konseling. Jakarta : PT. Indek.

Hertina Wulansari, Tuti Hardjajani, & Arista Adi Nugroho. (2013). Hubungan

antara Komunikasi yang Efektif dan Harga Diri dengan Kohesivitas

Kelompok pada Pasukan Suporter Solo Sejati (Pasoepati). Seminar

Nasional. Surakarta: Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret.

Hisyam Zaeni, Bermawy Munthe, & Sekar Ayu Aryani. (2002). Strategi

Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: ETSD IAIN

Sunan Kalijaga.

Hurlock, Elizabeth B. (1991). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. (Alih bahasa: Istiwidayanti &

Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.

____________________. (1997). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Geldard, Kathryn. (2011). Konseling Remaja (Pendekatan Proaktif untuk Anak

Muda). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Made Pidarta. (1990). Cara Belajar Mengajar di Universitas Maju. Jakarta: Bumi

Aksara.

Miftahul Huda. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Page 127: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

111

Purwo Herlianto. (2013). Hubungan Antara Kohesivitas Kelompok Dengan

Dinamika Kelompok Dalam Proses Bimbingan Kelompok Pada Siswa

SMP Negeri 13 Semarang. Skripsi. Bimbingan dan Konseling UNES.

Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY

Press.

Rita Hermawati. (2012). Peningkatan Hasil Belajar Dengan Metode Role Playing

Pada Mata Diklat Pelayanan Prima Kelas X Busana B Di SMK Ma’arif

2 Sleman. Skripsi. Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas

Teknik, UNY.

Rudi Mulyatiningsih, dkk. (2004). Bimbingan Pribadi-Sosial, Belajar, dan

Karier. Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi.

Santrock, John W. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sri Wahyuningsih, Wahyudi, Tri Saptuti Susiani. (2012). Metode Bermain Peran

Dalam Pembelajaran IPS Tentang Peristiwa Sekitar Proklamasi Siswa

Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian. Kebumen: PGSD FKIP

Universitas Sebelas Maret Kampus VI.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R n D. Bandung :

Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

_________________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sunarru Samsi Hariadi. (2011). Dinamika Kelompok. Yogyakarta: Sekolah

Pascasarjana UGM.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rhineka Cipta.

Syaifuddin Azwar. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Tatiek Romlah. (2006). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Teguh Kurnia dan Arundati Shinta. (2015). Hubungan antara Kohesivitas

Organisasi dengan Aktualisasi Diri pada Anggota Komunitas Pemuda

Gereja. Seminar Psikologi & Kemanusiaan. ISBN: 978-979-796-324-8.

Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Page 128: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

112

LAMPIRAN

Page 129: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

113

Lampiran 1

Page 130: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

114

Lampiran 2

Page 131: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

115

Lampiran 3

Page 132: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

116

Lampiran 4

Page 133: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

117

Lampiran 5

Page 134: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

118

Lampiran 6

SKALA KOHESIVITAS KELOMPOK PENGURUS OSIS MELALUI

TEKNIK ROLE PLAYING DI SMPN 3 SAMBIT PONOROGO

KATA PENGANTAR

Berikut ini adalah skala kohesivitas kelompok, skala ini dibuat sebagai

instrumen penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kohesivitas yang

ada. Karena itu saya meminta bantuan kepada siswa untuk meluangkan waktu

untuk mengisi pernyataan-pernyataan di bawah ini. Setiap pernyataan memiliki

jawaban benar jika jawaban tersebut sesuai dengan kondisi yang anda alami saat

ini. Pernyataan ini tidak mempengaruhi nilai atau prestasi anda di sekolah dan

jawaban anda akan dijamin kerahasiaannya.

Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Aditya Wahyu Hanggara

Page 135: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

119

PETUNJUK MENGERJAKAN

1. Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan teliti, kemudian berilah

jawaban anda pada lembar jawab yang telah disediakan, yaitu disamping

pernyataan pada angket ini.

2. Jawablah semua pernyataan dengan seteliti mungkin dan jangan sampai

ada yang terlewatkan.

3. Setiap pernyataan dalam skala ini ada empat pilihan jawaban : Sangat

Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai

(STS).

4. Jawablah setiap pernyataan pada angket ini dengan memberikan tanda cek

(√) pada jawaban yang anda pilih.

Contoh :

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya belajar agar mendapatkan prestasi

yang memuaskan √

Nama

Jenis Kelamin

Page 136: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

120

Instrumen Skala Kohesivitas Kelompok

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya merasa lebih mudah menyelesaikan

tugas secara bersama-sama atau kerjasama.

2

Saya tetap menyelesaikan tugas yang

diberikan meskipun itu dikerjakan secara

berkelompok.

3

Saya lebih suka mendiskusikan masalah yang dihadapi

bersama anggota lain dari pada memendamnya

sendiri.

4 Saat rapat saya selalu memperhatikan dan

menghargai anggota lain dalam berpendapat.

5 Saya tidak pernah membawa masalah pribadi

jika berada didalam kelompok.

6 Saya selalu tepat waktu dalam menghadiri

rapat.

7 Saya lebih suka berkelompok dengan teman

dekat saja.

8 Saya dapat mengandalkan teman yang pandai

dalam menyelesaikan tugas.

9 Menurut saya setiap anggota harus

menyelesaika tugas dengan mandiri.

10 Saya kurang ikhlas jika diminta membantu

orang yang kurang saya senangi.

11

Saya hanya menanggapi pendapat seseorang

jika pendapat tersebut tidak cocok dengan

pendapat saya.

12 Saya merasa tidak betah jika anggota

kelompok bukan teman dekat saya.

Page 137: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

121

13 Saya lebih suka mengerjakan tugas yang saya

sukai.

14 Saya lebih suka telat datang rapat dari pada harus

menunggu anggota lain.

15

Saya tetap ingin berkelompok meskipun ada

orang yang tidak saya sukai didalam

kelompok tersebut.

16

Saya akan tetap mengerjakan tugas yang

diberikan meskipun saya kesulitan

mengerjakan tugas tersebut.

17 Saya menghentikan kegiatan jika ada orang

yang membutuhkan pertolongan saya.

18 Saya menolong orang tanpa melihat jabatan

orang tersebut.

19

Saya menanggapi pendapat orang lain setelah

orang itu selesai mengemukakan

pendapatnya.

20 Menurut saya suatu proses itu lebih penting

dari pada hasil.

21

Jika ada rapat, saya tidak melakukan kegiatan

apapun diluar pembahasan dan fokus pada

rapat.

22 Saya suka menghadiri rapat lebih awal agar tidak telat.

23 Saya tidak bisa bekerja dengan orang yang

tidak saya sukai.

24

Jika kelompok mengalami masalah, itu

semua tanggung jawab ketua sebagai

pimpinan kelompok.

25 Saya jarang berpendapat dalam rapat karena takut

pendapat saya akan ditolak nantinya.

Page 138: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

122

26

Jika ada orang meminjam barang yang

sedang saya pakai, maka tidak akan saya

pinjamkan karena saya sedang

membutuhkannya.

27 Saya akan membantu anggota lain dalam

menyelesaikan tugas jika diminta oleh ketua.

28 Saya menolong orang jika saya kenal orang

itu.

29 Saya berusaha bagaimana caranya agar

pendapat saya bisa diterima.

30 Menurut saya usaha seseorang akan sia-sia

jika tidak memiliki hasil yang memuaskan.

31 Saya sering ngobrol dengan teman saat rapat.

32 Saya akan bertanya kepada teman jika saya

belum paham dengan tugas yang diberikan.

33 Saya merasa malas mengikuti rapat jika rapat

diadakan setelah pulang sekolah.

34

Saya tidak pusing memikirkan tugas

kelompok karena sudah ada teman yang

pandai.

35

Jika ada orang yang membutuhkan

pertolongan, saya akan membantu dengan

sungguh-sungguh.

36 Saya malas menolong orang yang tidak saya

sukai.

Page 139: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

123

Lampiran 7

Page 140: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

124

Lampiran 8

Page 141: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

125

Lampiran 9

AF YLP DPK ER MKATAN

SDN FP DYA FA SS RMP HP AR

DeYA

SAJ VS RHJ HA PNE DTS WBS SM DTA WTA WN

Pre Test 122 70 101 117 107 117 122 108 99 109 117 112 104 103 107 106 112 103 118 116 98 111 108 99 71 101

Post Test I 120 88 112 126 117 120 128 120 105 109 117 115 110 112 114 110 112 113 114 118 102 109 110 106 90 106

Post Test II 120 117 115 118 122 117 123 116 114 110 117 121 109 119 118 117 116 120 114 126 111 120 109 114 110 114

0

20

40

60

80

100

120

140

Grafik Peningkatan Kohesivitas Anggota Kelompok

Page 142: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

126

Lampiran 10

Lembar Observasi Siklus I

No Komponen Aspek yang diobservasi

Kemunculan

Ket Muncul

Tidak

Muncul

1 Kerjasama

a. Menyelesaikan

tugas bersama.

V

b. Bertanggung jawab

atas tugas yang

diberikan.

V

c. Mengungkapkan

pemikiran atau

bertukar pikiran

untuk berpendapat.

V

2 Menolong

a. Memberi bantuan

tanpa diminta.

V

b. Membantu anggota

lain yang

mengalami

kesulitan.

V

3 Toleransi

a. Menghargai usaha

orang lain.

V

b. Menerima keadaan

dan kondisi dalam

pengurus OSIS.

V

c. Menerima dan

mempertimbangkan

pendapat orang

lain.

V

3 Komitmen

a. Attending atau

sikap hadir anggota

dalam mengikuti

kegiatan.

V

b. Kenyamanan dalam

mengikuti kegiatan

dan merasa lebih

percaya diri.

V

Page 143: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

127

Lampiran 11

Lembar Observasi Siklus II

No Komponen Aspek yang diobservasi

Kemunculan

Ket Muncul

Tidak

Muncul

1 Kerjasama

a. Menyelesaikan

tugas bersama.

V

b. Bertanggung jawab

atas tugas yang

diberikan.

V

c. Mengungkapkan

pemikiran atau

bertukar pikiran

untuk berpendapat.

V

2 Menolong

a. Memberi bantuan

tanpa diminta.

V

b. Membantu anggota

lain yang

mengalami

kesulitan.

V

3 Toleransi

a. Menghargai usaha

orang lain.

V

b. Menerima keadaan

dan kondisi dalam

pengurus OSIS.

V

c. Menerima dan

mempertimbangkan

pendapat orang

lain.

V

3 Komitmen

a. Attending atau

sikap hadir anggota

dalam mengikuti

kegiatan.

V

b. Kenyamanan dalam

mengikuti kegiatan

dan merasa lebih

percaya diri.

V

Page 144: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

128

Lampiran 12

Lembar Wawancara

Indikator Sub Indikator Daftar Pertanyaan

Kerjasama Melakukan

kegiatan dengan

anggota lain.

1. Bagaimana sikap anda jika dalam

kepengurusan OSIS terdapat masalah

yang tidak bisa anda selesaikan sendiri?

2. Mengapa anda memilih melakukan

kerjasama dalam menyelesaikan masalah

yang sulit anda selesaikan sendiri?

Menolong Memberikan

pertolongan

kepada anggota

yang mengalami

kesulitan.

1. Ketika diberi tugas dalam kepengurusan,

anda dapat menyelesaikan dengan

mudah. Sedangkan ada teman anda yang

mengalami kesulitan. Apa yang akan

anda lakukan?

2. Kapan dan dalam situasi seperti apa

anda menolong anggota lain yang

mengalami kesulitan?

Toleransi Menghargai

usaha setiap

anggota.

1. Bagaimana perasaan anda jika kerja

teman anda tidak menghasilkan atau

gagal?

2. Dimana dan dalam situasi apa anda

menghargai teman?

Page 145: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

129

Komitmen Keinginan tetap

bertahan di

dalam

kelompok.

1. Apa yang akan anda lakukan jika

kepengurusan OSIS ini gagal dalam

menjalankan tugas?

2. Jika dalam kepengurusan OSIS terdapat

sebuah agenda rapat, tetapi anda ada

acara keluarga dan tidak bisa hadir.

Meskipun dapat hadir dalam rapat,

kemungkinan besar rapat sudah di ujung

acara. Bagaimana sikap anda

menanggapi hal tersebut?

3. Seberapa sering anda melanggar

peraturan OSIS?

Apa kesulitan dalam mengikuti kegiatan role playing?

Bagaimana perasaan setelah mengikuti role playing?

Page 146: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

130

Lampiran 13

Materi role playing siklus I

KERJASAMA

Ide cerita : Bekerjasama dalam situasi apapun akan lebih membantu dari

pada kerja sendiri-sendiri

Tokoh & watak :

Joni : Sombong, keras kepala, jail

Wahyu : Baik, bijaksana, sabar

Dika : Pemberani, baik

Di suatu sekolah, terdapat siswa bernama Joni. Joni merupakan siswa yang

sering mengganggu teman-temannya. Bahkan teman sekelasnya mempunyai

pikiran bahwa Joni adalah siswa yang jahat.

Dika : Hai Wahyu, lagi ngapain?

Wahyu : Hai, gak ngapa-ngapain. Lagi mainan rubik ni sambil nunggu bel

masuk..

Dika : Gak ke kantin?

Wahyu : Ntar aja lah, pas istirahat kedua. Kalo sekarang takut e telat. Tau

sendiri Bu Wiwit agak galak orang nya..

Dika : ya juga sih, aku ajarin lah mainan itu…

Ketika Wahyu hendak memberikan rubik ke Dika, tiba-tiba Joni

menyambar dan mengambil rubik itu.

Joni : Weis, mainan apaan ni..

Dika : Jon, balikin punya Wahyu.

Joni : Kalo gak emang kenapa?

Dika : Ok, kamu nantangin ni ceritanya. Ok ayo keluar sekarang..

Wahyu : Udah Dik, biarin aja dia…

Tidak lama kemudian, bel masukpun berbunyi, Ibu guru wali kelas masuk

dan mengatakan bahwa untuk ulangan tengah semester diganti dengan kegiatan

tengah semester, yaitu berkemah. Semua siswa di kelas itu sangat gembira dengan

diumumkannya hal tersebut. Pada waktu itu, langsung dipilih kelompok

Page 147: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

131

berkemah. Setiap kelompok beranggotakan tiga orang. Kebetulan sekali Joni,

Wahyu, dan Dika berada dalam satu kelompok.

Joni : Sial, kenapa aku jadi sekelompok sama mereka (bicara sendiri

dengan muka tidak suka)

Sepulang sekolah…

Dika : Kenapa bisa kita sekelompok sama Joni…

Wahyu : Gak ada salahnya Dik, siapa tau Joni bisa merubah sikapnya.

Dika : Tapi kalo dia malah mengacau gimana?

Wahyu : Udah gak papa, nanti kita liat aja pas di perkemahan…

Setelah satu bulan berlatih dengan kaka Pembina, merekapun siap untuk

unjuk gigi, tetapi kelompok mereka masih mempunyai kekurangan yaitu

kekompakan dan kerja sama. Pada hari saat berkemah, mereka sudah siap

berangkat.

Dika : Kemana Joni, lama banget. Udah jam 8 ni… (sambil mengelap

keringat karena panas)

Wahyu : Sabar Dik, bentar lagi paling sampek sini. Kita tunggu aja, kan

dia juga kelompok kita. (menepuk pundak Dika)

Dika : Ya gak gitu juga, kasihan kelompok lain yang ikut nunggu…

Wahyu : Ya kita tunggu aja, paling bentar lagi sampek sini…

Tak lama kemudian Joni datang dengan barang bawaan yang lumayan banyak.

Dika : Jam berapa ini, lama banget…

Joni : Apaan, bawel banget kayak cewek aja. Baru telat bentar aja…

Wahyu : Udah Dik, penting udah kumpul semua…(melerai Dika dan Lina)

Pukul 08.20 mereka berangkat ke bumi perkemahan. Pukul 09.45 mereka

sampai ke bumi perkemahan dan langsung mendirikan tenda. Pukul 11.30 merka

selesai mendirikan tenda, itu termasuk waktu yang lama karena regu lain telah

selesai setengah jam yang lalu. Itu semua karena dari mereka belum kompak.

Wahyu : Joni, ayo sini bantuin diriin tenda biar cepet selesai…

Joni : Katanya pinter, masa diriin tenda aja minta bantuan…

Dika : Biasa aja ngomongnya kalo gak mau bantuin

Joni : Kamu yang biasa aja..!!

Page 148: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

132

Wahyu : Udah Dik, biar aja. Biar aku yang diriin tenda, kita bagi tugas aja.

Kamu siapin perlengkapan buat besok…

Dika : Yaudah deh…

Setelah mendirikan tenda, mereka disuruh oleh kaka pembina untuk

mempersiapkan sholat berjamaah. Hari pertama, mereka melakukan semua

pekerjaan dengan tidak kompak.

Hari kedua ternyata ada perubahan jadwal, yaitu yang semula isoma sampai

pukul 07.00, diganti dengan persiapan wide game dimuali dari pukul 05.30.

beruntungnya Dika sudah mempersiapkan semua keperluan wide game setelah

membangu tenda, sehingga mereka tiba di aula paling awal.

Dika : Wah, kelompok kita sendiri yang ada disini. Kelompok lain

belum selesai siap-siap… hahaha

Wahyu : Iya, jadi kita gak telat deh. Ya ini berkat kamu Dika, udah nyiapin

perlengkapan kemarin..

Dika : Ya berkat kamu juga, kan kita kemarin bagi tugas. Coba kalo kita

gak bagi tugas, pasti telat juga. Kan kita cuma kerjasama

berdua… (sambil menyindir Joni)

Joni : Apa mau mu..!! (sambil ngajak berantem Dika)

Wahyu : udah..udah.. yang penting gak telat…

Kemudian setelah semua kelompok kumpul, masing-masing kelompok

diberi peta sebagai penunjuk jalan. Saat diperjalanan, Joni menganggap dirinya

paling benar dan sangat egois.

Joni : Sini petanya, biar aku yang baca peta (merebut peta dari Wahyu)

Dika : biasa aja bisa gak? Kita kan sekelompok

Joni : diem aja lah, aku bisa baca peta.

Wahyu : ya udah, terserah lah…

5 dari 10 pos sudah mereka lalui, ketika sedang mencari pos ke enam

mereka tersesat.

Joni : (merasa sedikit bingung)

Wahyu : Kenapa Jon?

Joni : Gak kenapa-kenapa

Dika : Ini ke kiri apa ke kanan…

Joni : Sabar, lagi dilihat ini..!! (sambil berpikir sejenak)

Kita ke kiri…

Page 149: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

133

Setelah lebih kurang 15-30 menit, mereka baru tahu kalau mereka tersesat.

Wahyu : Jon, ini benar jalannya?

Joni : (diam dengan wajah sedikit kebingungan)

Dika : Benar ini jalannya Jon?

Perasaan ini jalannya muter sini-sini aja…(sambil melihat sekitar)

Pada saat itu Joni meminta maaf karena selama ini sudah jahat ke Wahyu.

Joni akhirnya jujur pada semuanya kalau dia bingung pada persimpangan jalan

tadi sehingga membuat kelompok tersebut tersesat. Wahyu pun memaafkan

mereka dan meminta peta itu serta meminta mereka bekerjasama layaknya sebuah

kelompok.

Joni : eee…eeeee….sebenarnya…kita tersesat sekitar 15 menit yang

lalu sampai sekarang Yu… (dengan sedikit bingung

mengutarakannya)

Dika : apa..!!! (sudah merasa kesal)

Joni : Iya, aku minta maaf. Aku yang salah, aku bingung

dipersimpangan tadi. Maafin aku ya…

Wahyu : Iya aku maafin…

Dika : Iya…iya… makanya jangan sok tau…

Wahyu : Kalo iya ya jangan gitu juga mukanya… (nyindir Dika)

Dika : yaa…udah, laa mau gimana coba…

Joni : iya…maaf ya…

Wahyu : Iya, sekarang sini petanya. Kita bagi tugas aja…

Dika, coba kamu cari tanda tali warna kuning di jalan yang tadi.

Tapi bawa kompas ya… Joni coba kamu naik pohon itu biar

kamu bisa liat Dika dan biar Dika tahu jalan ke tempat ini. Aku

cari jalan pake peta ini, siapa tau ketemu. Nanti sekitar 5 menit

kita kumpul lagi disini…

Joni : Iya, ini petanya…

Dika : Yaudah, nanti kalo ktemu duluan sebelum 5 menit teriak aja Yu...

Wahyu : Ok..ok…

Kerjasama mereka mulai terbangun. Berkat kerjasama, akhirnya mereka

menemukan pos ke enam dan pos-pos selanjutnya. Setelah wide game, Joni

mengerti bahwa tindakannya selama ini salah. Mulai saat itu, Joni berubah

menjadi orang baik. Joni merasa tidak bisa kalo menyelesaikan tugas sendiri.

Tugas seberat apapun lebih mudah kalo dikerjakan secara berkelompok.

Page 150: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

134

INDAHNYA TOLONG MENOLONG

Tema : Tolong menolong.

Ide cerita : Mencari dan menyelamatkan seseorang yang tersesat di sebuah

tempat yang misterius.

Tokoh & watak :

- Sari : Pemberani, bijaksana.

- Vivi : Penakut.

- Rosi : Sok tahu.

Pada siang hari ,Vivi dan Rosi pergi ke suatu tempat dengan berjalan

kaki,tujuan mereka mencari tanaman langka yang akan digunakan untuk

praktikum mereka.

Vivi : Gimana ni Ros, aku bingung jalan yang bener yang mana? (dengan

muka cemas)

Rosi : Kalau menurut kamu enaknya gimana?, aku juga bingung nih..

Vivi : Ih, kamu gimana sih..

Ditanya malah balik tanya. Eh tapi kalau menurut nenek moyang, jika

terdapat batu diantara jalan yang bercabang lalu batu itu berlumut disalah

satu sisinya.. berarti kalau berlumut di kanan, kita harus kekiri..

Rosi : Masak sih Vi… hmm kalau kamu bilang ke kiri berarti kita ke kanan…

udah ayo!

Vivi : Yaudah deh… ngikut aja

Mereka terus melanjutkan perjalanan meski dengan perasaan ragu-ragu,

tapi mereka tidak menyerah demi mendapatkan tanaman yang mereka inginkan.

Vivi : Ros, apaan tuh… aku takut Ros… (Sambil menunjuk)

Rosi : Haalah… kamu ngapain sih, itu cuma hewan jinak… Udah tenang aja…

Vivi : Beneran gak papa nih… awas ya kalau sampe salah!

Rosi : Iya, gak papa. Ayo!

Vivi : Oke, tapi sekarang kamu yang di depan ya… (Muka berharap).

Rosi : Iya deh…

Tiba-tiba di pertengahan jalan, para hewan mengejar mereka. Lalu mereka

bersembunyi di dalam pohon yang berlubang sambil mencari pertolongan dengan

menelpon teman-teman mereka.

Page 151: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

135

Vivi : Halo… Sari tolongin aku dong, aku tersesat di hutan!

Sari : Hah, tersesat? ada-ada aja kamu ni!

Vivi : Ih, sumpah aku tu kesesat sama Rosi. Ini semua tu gara-gara kamu juga

tahu!

Sari : Lah, kok bisa gara-gara aku?

Vivi : Ya iyalah, salah siapa gak mau nemenin buat nyari tanaman dihutan…

Udah deh buruan kesini, tempatnya misterius banget deh…

Rosi : (Langsung nyolot di telpon) Ini tu gak tempat misterius kok…

Sari : Udah-udah, sekarang kalian tu ada dimana kasih tahu tempatnya.

Rosi : Gini, nanti kamu menuju kota Waru, tempat terkenal dengan tanaman

langkanya. Jika di tengah jalan kalian menemukan jalan bercabang, pilih

yang kanan!! kami bersembunyi di pohon yang berlubang.

Sari : Oke, aku segera kesana…

Vivi : Yaudah buruan!!

Sari berangkat menuju kota Waru, dengan membawa perlengkapan

lengkap anak pecinta alam. Setelah lama berjalan, akhirnya Sari menemukan Vivi

dan Rosi.

Sari : Eh, itu kayaknya mereka deh… (Sambil menunjuk).

Rosi, Vivi buruan cepat keluar! (Berteriak).

Vivi : Sari makasih ya udah nolongin kita, aku dari tadi dah ketakutan sama

laper nih.

Rosi : Dari tadi kamu laper Vi, kok gak bilang? Nih aku dapet buah,

kelihatannya enak

Sari : Jangan dimakan! buah itu sangat beracun,satu buah saja dapat membunuh

satu ekor paus.

Rosi : Ye… suka suka gue dong!(Memalingkan muka).

Sari : Dibilangin gak percaya, sudah-sudah buruan pulang! kalian ni ngrepotin

aja.

Vivi : Kok pulang? gimana dengan tanamannya?

Sari : Halah… udah capek nih yaudah deh kalau gitu ayo buruan kita ambil!

Merekapun melanjutkan untuk mengambil tanaman,setelah itu mereka pulang.

Rosi : Ah… akhirnya sampai juga di tempat tanamanya.

Vivi : Iya nih lega banget rasanya.

Sari : Ayo buruan keburu malem…

Page 152: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

136

Rosi : Ayo Vi, buruan ambil…

Vivi : Kok aku yang ambil, susah itu di tebing gitu… (menjawab dengan muka

malas)

Rosi : Laa, tadi katanya pengen ambil tanamannya…

Sari : Udah, ribut terus perasaan. Ayo kita ambil bareng-bareng…

Ni aku bawa tali juga, kita muter lewat atas lalu pasang talinya buat turun

Rosi : Siap komandan…

Tak lama kemudian mereka sampai di atas tebing yang ada tanaman itu

Sari : Ok, sekarang kita cari pohon yang kuat buat diikat

Vivi : Sari, ini kayaknya kuat deh?

Sari : Baiklah, kita ikat disitu aja…

Rosi : Ya terserah kalian aja, aku ngikut…

Setelah tali terpasang, mereka memilih siapa yang turun

Sari : Buruan yang mau ambil, nanti keburu malem

Vivi : Ayo Ros, kamu yang turun…

Rosi : Kok aku yang turun, kamu sana yang katanya mau ambil

Sari : Udah-udah terserah siapa yang turun, kan buat tugas kalian juga…

Vivi : Yaudah deh, aku yang turun. Tapi dipegangbeneran lo talinya…

Sari : Iya beres, gampang deh…

Vivi turun untuk mengambil tanaman itu

Vivi : Sari, sudah dapat ni. Ayo buruan tarik talinya…

Sari : Ok, tunggu aku tarik ni…(dengan muka kecapekan)

Vivi : Kok perasaan gan naik-naik…

Sari : Sabar, ini sudah aku tarik. Kamu berat banget…

Ros, ayo sini bantu tarik…

Rosi : Males ah, capek nanti. Terus tangan aku bisa lecet…

Sari : Ros, ini kan buat tugas kamu juga!

Bantu tarik biar cepet bisa pulang, kalo pulang kemaleman kita bisa

tersesat lagi kalian gak bisa nyelesaiin tugas, besok gak masuk dan dapet

hukuman. Padahal sudah capek-capek sampek sini kan?

Rosi : hmmm…hmmmm…. (sambil mikir)

Yaudah deh kalo gitu, sini aku bantu

Page 153: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

137

Sari : Ikhlas gak ini bantunya…

Rosi : Iya..iya…

Ayo buruan tarik

Sari : Siap boss…

Akhirnya Vivi dapat ditarik dari tebing dengan membawa tanaman langka itu

Vivi : Hore, kita dapet tanamannya. Ayo buruan pulang, kita selesaiin tugasnya

Sari : Ok, aku beres-beres dulu ya…

Rosi : Vivi, maaf ya…

Vivi : Maaf buat apa?

Rosi : Maaf udah egois gak mau bantuin kamu buat dapetin tanaman tugas kita

Vivi : Udah gak papa, kan tadi udah bantuin narik aku. Yang penting udah

dapet tanamannya.. Yuk, kita pulang…

Tak lama kemudian Sari kembali setelah membereskan peralatannya dan

merekapun pulang sampai di rumah dengan selamat.

Sari : Semua sudah beres kan?

Rosi : Sudah, gak ada yang ketinggalan lagi…

Vivi : Ayo kita pulang…!!! (dengan muka senang sambil merangkul kedua

sahabatnya)

Page 154: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

138

INDAHNYA SALING MENGHARGAI (TOLERANSI)

Tema : Toleransi

Ide Cerita : Saling menghargai kesibukan setiap orang yang ada disekitar kita.

Tokoh & watak :

Morgan : Sombong, sok ganteng

Rafael : Narsis, sok ganteng

Abdul : Taat beragama, sabar

Robi : Taat beragama, mudah marah

Di suatu hari yang cerah di sebuah kota kecil terdapat sebuah tempat kost

bagi para pelajar. Di tempat itu banyak terdapat para siswa dan siswi dari

berberapa suku dan agama yang bersekolah di tempat berbeda-beda pula. Di

kisahkan lah ada dua orang laki-laki yang baru saja tinggal dikost-kostan tersebut.

Mereka pindahan dari Jakarta, yang satu bernama morgan ia adalah laki-laki yang

selalu merasa dirinya paling keren diantara laki-laki mana pun. Morgan memiliki

sahabat yang bernama rafael, rafael adalah orang yang sama narsisnya dengan

morgan. Mereka berdua dahulu bercita-cita menjadi penyanyi namun karna

mereka tidak diterima disekolah musik mana pun akhirnya mereka berdua pindah

ke kota lain.

Saat di depan kos morgan dan rafael berbincang-bincang.

Morgan : Bro malam ini kita ngapain ya?

Rafael : Gimana kalo kita jalan?

Morgan : Jalan? Duit dari mana?? Akhir bulan gini ekonomi aku lagi labil

nih.

Rafael : Terus gimana dong masa anak keren kaya kita malam mingguan

di kost?

Apa kata dunia??

Morgan : Lah terus mau kaya gimana lagi? Gini aja aku punya ide, gimana

kalau kita malam ini nyanyi-nyanyi aja di kost? Yah hitung-

hitung abisin waktu lah…

Rafael : Wah ide bagus tuh! Aku setuju!

Akhirnya morgan dan rafael setuju akan malam mingguan dikost.

Disebelah kost-kostan mereka, tinggal anak muda bernama Abdul dan Robi.

Page 155: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

139

Mereka adalah pemuda yang taat beragama. Saat sore hari tersebut Robi

memperhatikan tetangga barunya yaitu Morgan dan Rafael yang sedang

berbincang-bincang.

Abdul : Robi, kamu tau ga tetangga baru disebelah kita? Katanya

pindahan dari jakarta loh

Robi : Iya aku udah denger ko dari temen-temen yang lain katanya

mereka sok gaul gitu.

Abdul : hust ga boleh ngatain orang kaya gitu

Robi : hahaha iya iya khilaf…

Sore pun berganti malam, morgan dan rafael telah mempersiapkan segala

peralatan untuk acara mereka. Di tempat lain Abdul dan Robi yang sudah rutin

setiap malam untuk belajar mengaji bersama juga bersiap-siap untuk mengaji.

Di tempat morgan dan rafael…

Morgan : Sudah siap semua kan?

Rafael : Yoi broo!!

Morgan : Oke mari kita guncangkan dunia!! Musikkk!!!

Morgan dan rafael pun mulai menyalakan musik sekeras mungkin dan

bernyanyi dengan suka ria. Di tempat lain Abdul dan Robi yang juga sudah mulai

mengaji merasa terganggu dengan suara musik yang dimainkan oleh morgan dan

rafael.

Abdul : Astaga… suara apa ini? berisik banget

Robi : Pasti ini kerjaan anak baru di sebelah!! Ga tau apa orang lagi

ngaji? nyari masalah nih kayanya. Samperin yuk..

Abdul : Ayo… tapi gak usah pake emosi lo…

Abdul dan Robi pun geram dengan kelakuan morgan dan rafael sehingga

mereka berdua keluar dari kost-kostan dan menegur morgan.

Robi : Heh kalian berdua kalo mau nyalain musik jangan nyaring-

nyaring dong, kan yang lain pada terganggu? Ini kost-kostan

bukan studio musik tauu!!

Abdul : Sabar Rob, gak usah pake emosi…

Page 156: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

140

Morgan dan rafael pun akhirnya mematikan musik mereka dan keluar

kamar. Mereka bingung dengan Robi yang menghampiri dan memarahi mereka.

Rafael : Weyy ada apaan nih datang ke kost-kostan orang terus langsung

marah aja… salah kami apa?

Robi : Masih ga tau salahnya apa? Astaga!! Sadar dong sadar!!

Abdul : Maaf, kalian tadi nyalain musik nyaring banget sampe

kedengeran keras di kost kami

Morgan : Terus masalah buat kalian? Yang lain aja gak ada yang protes

kenapa malah kalian yang protes?

Abdul : Kami protes karena kami merasa terganggu… (dengan nada

pelan)

Mereka semua pun beradu mulut merasa bahwa dirinya lah yang paling

benar. Akhirnya Abdul mengajak Robi untuk balik ke kost nya.

Abdul : Udah Rob, ayo kita balik ke kost aja…

Robi : Gak bisa Dul, mereka harus diberi pelajaran…

Morgan : Sini kalo berani!!

Robi : Ayo maju sini…

Rafael : Udah bro, ngapain ladenin orang kayak gini…

Abdul : udah Rob, ayo balik… (sambil menarik baju Robi)

Setelah mereka bubar, Morgan dan Rafael kembali menyalakan musik lagi.

Robi : Tuh kan Dul, mereka nyalain lagi musiknya..!!

Abdul : Udah, sabar..sabar…

Pada hari berikutnya, Morgan dan Rafael mengulangi perbuatannya lagi.

Tanpa diketahui Robi, Abdul pergi ke kost Morgan dan Rafael.

Abdul : permisi, maaf boleh ganggu sebentar?

Morgan : Eh, ni bocah lagi…

Abdul : maaf sebelumnya, saya minta tolong kalo bisa dengerin musik

keras-keras sore hari aja. Kalo malem kami lagi mengaji, kami

merasa keganggu

Morgan : Kamu yang punya acara, sini juga punya acara sendiri. Urus aja

acara masing-masing.

Abdul : Ya saya cuma kasih tau kalo kami lagi ibadah, apa kalian tidak

Page 157: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

141

bisa hargai kami sedikit. Toh kalian juga baru disini. Kami kalo jd

kalian mungkin juga menghargai orang yang lebih dulu disini…

Rafael : Udah bro, kamu siapa namanya..Abdul, udah kamu pulang sana.

Jangan bikin ribut aja…

Abdul pulang ke kamar kost nya. Sementara itu, Rafael merasa tidak enak

setelah mendengar perkataan Abdul.

Rafael : Bro, malam ini kita libur dulu ya seneng-senengnya?

Morgan : Kenapa broo…jangan-jangan kamu sudah terpengaruh omongan

si Dul..dul.. itu ya… (sambil menunjuk kea rah kost Abdul)

Rafael : ya gak gitu juga bro, mereka kan lagi beribadah. Kata ibu aku ya,

kalo kita ganggu orang beribadah itu dosa…

Morgan : Terus mau gimana?

Rafael : ya mala mini kita gak usah muter musik dulu aja, kalo mau muter

musik besok-besok lagi aja sore hari..gimana?

Morgan : Yaudah deh, terserah kamu aja… (dengan nada sedikit tidak suka)

Pada malam hari, Robi merasa aneh. Kenapa mereka tidak mendengarkan

musik dengan keras lagi.

Robi : Dul, kenapa meraka tidak dengerin musik keras-keras lagi ya…

Abdul : Mana aku tau, kamu tu aneh. Mereka dengerin musik keras kamu

protes, mereka diem kamu kaya nyariin..

Robi : Ya gak gitu juga, ya aneh aja…Biasanya kan berisik banget…

Abdul : Udah lah, biarin aja. Ayo kita ngaji dulu…

Robi : Ya udah deh…

Besoknya Robi mengajak Abdul ke tempat Morgan dan Rafael.

Robi : Dul, ayo sekali-kali maen ke tempat mereka…

Abdul : Ya terserah kamu aja… (sambil berdiri dengan muka ngantuk)

Sampai di tempat Morgan dan Rafael

Robi : maaf ganggu, kamu Rafael ya…

Rafael : Iya, ada apa ya..

Robi : Kok kalian udah gak nyalain musik keras-keras lagi, ada apa ya…

Abdul : Kangen tu Robi apa jangan-jangan mau ikutan (sambil motong

pembicaraan Robi)

Page 158: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

142

Rafael : ya gak ada apa-apa, ni baru mau dengerin lagi biar gak stress.

Robi : Jadi jadwal berisiknya pindah sore ni?

Rafael : yak an kalian malem lagi ibadah, jadi kami dengerinnya sore aja

lah…

Robi : Oh gitu, kami boleh dong maen-maen kesini…

Rafael : Ya maen kesini aja…

Morgan : iya kesini aja kalo mau kesini… (sambil tiduran dengan muka

tertutup buku)

Rafael : Weyyy, broo. Aku pikir tidur kau tadi…

Morgan : siapa yang tidur, lagi merenungi kesepian ini…

Rafael : ya udah, biar gak sepi aku nyalain musiknya ya..

Kalian berdua juga ikut aja nyanyi-nyanyi disini, lagi gak ada

kerjaan kan?

Robi : Ya siap kalo di paksa… hehee

Akhirnya permasalahan di antara Morgan, Rafael, Abdul dan Robi pun

telah selesai dan mereka menjadi teman. Ketika sore Abdul dan Robi sering maen

ke tempat Morgan dan Rafael. Ketika malam menjelang, Morgan dan Rafael

menghargai kegiatan Abdul dan Robi dengan membuat suasanya tenang dan tidak

membuat kebisingan lagi.

Page 159: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

143

Organisasi atau Sahabat

Tema : Komitmen

Ide Cerita : Seorang siswa memiliki dua organisasi yang berbeda dan sempat

ingin meninggalkan salah satu organisasi dengan alasan

berbenturan jadwal

Tokoh & watak :

Farah : Mudah emosi, gampang panik

Ria : Lugu

Mawar : Baik, sabar

Di suatu sekolah, terdapat siswa bernama Farah. Dia memiliki sahabat

yang bernama Ria dan Mawar. Mereka bertiga selalu bersama-sama. Suatu ketika

guru mewajibkan semua siswa untuk memiliki organisasi minimal satu organisasi

atau ekstrakurikuler.

Farah : Waduh, guru minta kita masuk organisasi ni… kamu mau masuk

apa Ri?

Ria : Waduh, aku juga bingung. Paling aku bisanya masuk PMR aja…

Farah : Kalo kamu Mawar, mau masuk apa?

Mawar : Palingan ikut basket…

Ria : Kamu sendiri mau masuk apa Far?

Farah : aku juga bingung, mau masuk apa ya…

Mawar : Kamu kan bisa apa aja, suara kamu juga bagus. Masuk ke musik

aja…

Ria : Iya benar tu…

Farah : Tapi nanti kita gak bisa ketemu lagi dong…

Ria : Bisa, kita kan masih sekelas…

Akhirnya Farah memutuskan untuk masuk dua organisasi atau

ekstrakurikuler yaitu PMR dan Basket. Farah merasa tidak bisa tanpa sahabatnya

itu.

Farah : Aku punya ide, kata ibu guru kan minimal satu. Berarti kan boleh

lebih?

Mawar : Kamu mau masuk apa?

Farah : Aku masuk PMR sama Basket aja…

Ria & Mawar : Hahh….!!!

Mawar : Kamu yakin?

Page 160: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

144

Ria : Iya, kamu yakin bisa ngatur waktu masuk dua organisasi?

Farah : Bisa, santai aja.. yuk pulang…

Selang beberapa minggu Farah merasa kerepotan dengan kesibukan dua

ekstrakurikuler tersebut ditambah lagi dengan tugas sekolah. Pagi hari di

sekolah…

Farah : Hahh!! Pusing…

Mawar : Pusing kenapa?

Farah : Tugas nanti abis istirahat belum aku kerjain

Ria : Lah kok bisa…

Farah : Capek aku kayak gini terus…waktu istirahat ku cuma bentar…

Ria : Kok bisa bentar? (dengan muka polosnya)

Farah : Udah deh, nanya terus…

Mawar : Udah Ia, biar Farah istirahat dulu. Nanti aku jelasin ke kamu…

Udah Farah, istirahat dulu aja. Nanti aku bantuin ngerjain

tugasnya…

Saat jam istirahat, Mawar dan Ria membantu Farah menyelesaikan tugas.

Akhirnya tugas Farah selesai juga. Setelah pulang sekolah, Farah bercerita kepada

sahabatnya mengenai masalah yang dialami.

Mawar : Jadi gimana Far, kok bisa kamu belum ngerjain tugas?

Farah : Jadi aku kan ikut dua ekstrakurikuler. Pulang sore terus kan…

Jadi aku capek kalo sampek rumah, pasti ngantuk kalo abis

mandi. Makanya kalo ada tugas sekolah aku susah buat ngerjain.

Tugas yang tadi itu, aku ngerjain tau-tau ketiduran. Makanya

belum selesai. Terus aku harus gimana ya, apa aku keluar dari

salah satu kegiatan??

Ria : ya keluar aja dari pada ganggu sekolah… (dengan nada yang

polos)

Mawar : Ya gak segampang itu dong, kan kamu sudah berkomitmen pada

kegiatan mu Far, masa keluar gitu aja… Kasihan temen yang

sudah percaya sama kamu…

Farah : Terus harus gimana dong, kalo gini terus aku gak bisa maen lagi

sama kalian…

Ria : bisa, kan kita sekelas. Nanti juga jam istirahat bisa maen, apa hari

minggu juga

Mawar : Benar tu kata Ria… tumben pinter… (sambil megang kepala Ria)

Ria : Wah, ya jelas dong…

Page 161: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

145

Farah : Sekarang aku harus gimana dong?

Mawar : Ya enaknya kamu atur jadwal aja, jadi nanti kamu tau waktu

sibuk hari apa aja... Biar bisa merkirain waktu buat istirahat…

Farah : Harus gitu ya…

Mawar : Ya gimana lagi coba, kalo bisa apa yang kamu mulai harus kamu

selesaiin juga. Jangan ditinggalin gitu aja…

Farah : kalo gitu nanti bantuin ya temen-temen… (dengan muka

memelas)

Ria : siap, santai aja… Nanti malem aku maen ke rumah mu ya Far?

Farah : Beneran ya…

Mawar : Iya, sekarang kamu pulang aja sama Ria. Istirahat dulu, gak usah

ikut basket. Nanti aku ijin ke pak pelatih… hehee…

Farah : Ia, makasih War. Nanti malem ke rumah ku jangan lupa ya…

Mawar : Siap boss…

Akhirnya mereka menemukan jalan keluarnya, dan Farah dapat belajar

mengenai komitmen yang dia pilih untuk mengikuti dua ekstrakurikuler tanpa

mengeluh. Setelah menyusun jadwal bersama sahabatnya, Farah menjadi lebih

bisa mengatur waktu untuk istirahat maupun mengikuti dua kegiatan meskipun hal

tersebut menyita waktu bersama sahabatnya.

Page 162: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

146

Lampiran 14

Materi role playing siklus II

SELAMAT DARI BADAI

Tema : Kerjasama

Ide Cerita : Tiga orang nelayan yang bekerjasama melawan badai agar

selamat sampai tujuan.

Tokoh & watak :

Pak Heru : Bijaksana

Budi : Keras kepala, penakut

Saipul : Pekerja keras

Dalam perjalanan mencari ikan, pak Heru ditemani oleh anaknya bernama

Budi dan keponakan yang bernama Saipul. Ketika ditengah laut, tiba-tiba cuaca

berubah. Awan mendung tiba-tiba menyelimuti laut, dan tidak lama kemudian

turun hujan.

Pak Heru : Waduh, cuaca kok jadi mendung gini..Bud, tolong jala ikan kamu

naikin ke perahu. Sepertinya mau turun hujan, kita pulang aja..

Budi : Saipul aja yang angkat, dia kan kuat…

Saipul : Saya aja yang naikin jalanya…

Pak Heru : Yaudah pul, cepet kamu naikin ke perahu

Saipul : Beres pak…

Tak lama kemudian turun hujan

Pak Heru : Walah hujan kan… buruan Bud bantu Saipul… (dengan nada

panik)

Budi : Kan sudah diurusin Saipul

Pak Heru : Sudah beres pul?

Saipul : Sudah pakde…

Pak Heru : Awas, angin semakin kencang. Sepertinya mau ada badai. Pul,

tolong pegangin tali layarnya…

Saipul : Iya siap…

Pak Heru : Bud, turunin layarnya… (dengan nada tinggi sedikit kesal

bercampur panik)

Budi : Laa itu tali layarnya dipegangin Budi kan..

Page 163: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

147

Pak Heru : Kamu turunin layar satunya. Kalo kamu gak mau turun aja disini.

Kamu liat gak bentar lagi ada badai..!!

Akhirnya pak Heru kehabisan kesabaran. Perdebatan antara pak Heru

dengan Budi semakin meruncing. Ditambah lagi dengan adanya badai membuat

pak Heru tambah panik. Mereka harus bekerjasama dalam menyeimbangkan

perahu agar selamat sampai pantai.

LANJUTKAN DENGAN IDE KALIAN SENDIRI…

Page 164: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

148

MENOLONG TANPA PAMRIH

Tema : Menolong

Ide cerita : Dua siswi menolong seorang nenek yang tuli setelah pulang

sekolah

Tokoh & watak :

Nenek : Tuli, mudah tersinggung

Fitri : Gampang marah

Lina : Sabar

Di sebuah sekolah, ada dua orang sahabat yang sudah menjalin

persahabatannya sejak sekolah dasar (SD). Mereka selalu bersama sampai kelas 3

SMP. Susah senang sudah mereka rasakan bersama-sama. Suatu ketika sepulang

sekolah, mereka melihat nenek-nenek terjatuh di pinggir jalan dengan barang

belanjaan yang berantakan. Mereka berdua berniat membantu nenek itu, ternyata

nenek yang terjatuh itu memiliki pendengaran yang sudah berkurang.

Fitri : Lin, ayo pulang…

Lina : Bentar, lagi beres-beres ni…

Fitri : Yaudah, aku tunggu diluar ya?

Lina : Iya…

Tak lama kemudian Lina keluar kelas

Lina : Dor, ayo pulang…melamun aja…

Fitri : Woiii, ngagetin aja. Ayo pulang..

Lina : kamu lagi mikirin apa?

Fitri : Gak ada, cuma lagi liatin pak kebon bersih-bersih

Lina : Woo, orang bersih-bersih bukannya dibantuin malah diliatin aja..

Fitri : Ya kan mau pulang, ntar kalo bantuin dulu gak jadi pulang dong..

Lina : Hmmm, ada aja alasannya

Tiba-tiba ditengah jalan, mereka melihat nenek-nenek sedang terjatuh

dengan barang bawaan yang cukup banyak.

Lina : Eh, itu ada orang jatuh. Ayo bantuin Fit.. (sambil menarik tangan

Fitri)

Page 165: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

149

Fitri : Iya sabar…

Lina : Nenek gak apa-apa? (bertanya pada nenek itu)

Nenek : (diam sambil mengumpulkan barang bawaan yang tercecer)

Fitri : Wah Lin, nenek ini sepertinya gak mau dibantuin

Lina : Huss, mana ada orang dibantuin malah nolak

Fitri : Coba aku yang nanya ya..

Nek, ada yang bisa kami bantu?

Nenek : (masih diam)

Fitri : Nenek..!!! (Sambil teriak)

Nenek : Eh, iya dik ada apa? (sambil melihat kea rah Fitri dan Lina)

Lina : Ada yang bisa kami bantu nek?

Nenek : (diam sambil liatin mereka berdua)

Fitri : Wah, bener-bener ni nenek.. (sudah emosi)

LANJUTKAN DENGAN IDE KALIAN SENDIRI…

Page 166: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

150

MENGHADIRI RAPAT

Tema : Toleransi

Ide cerita : Salah satu anggota kelompok telat dalam menghadiri rapat karena

ada urusan keluarga.

Tokoh & watak :

Bobi : Disiplin, keras

Tomi : Baik, sabar

Ridho : Penakut, lugu

Dalam suatu organisasi ekstrakurikuler, sedang berjalan rapat mingguan.

Rapat dihadiri oleh semua anggota. Dalam rapat tersebut, ada seseorang yang

datang terlambat dikarenakan ada urusan keluarga yaitu mengantar ibunya berobat

ke dokter. Tetapi salah satu anggota tidak suka dan marah-marah kepada anggota

yang telat itu.

Tomi : Untuk penggalangan dana ini lebih baik kita minta pendapat dari

semua anggota aja…

Bobi : Ya sebenarnya keputusan dari ketua aja sudah cukup, kita tinggal

ngikut aja gimana?

Tomi : Ya tidak bisa gitu, kita semua hadir pada rapat ini untuk apa kalo

cuma diam dan ikut pendapat ketua. Apa gunanya musyawarah

ini…

Tiba-tiba Ridho masuk ruangan dengan tergesa-gesa

Ridho : Permisi, maaf telat… (dengan terengah-engah)

Bobi : Ini sudah jam berapa, bisa liat jadwal apa tidak..!! (melampiaskan

marahnya kepada Ridho)

Ridho : Iya maaf, tadi ada urusan keluarga sebentar (dengan muka takut)

Tomi : Sudah, mungkin urusan keluarganya sangat mendesak. Ini juga

baru mulai, belum masuk pada musyawarah semua anggota…

LANJUTKAN DENGAN IDE KALIAN SENDIRI…

Page 167: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

151

JANJI SEORANG ANAK

Tema : Komitmen

Ide cerita : Seorang anak yang memiliki komitmen untuk membantu ibu

mengurus keluarga setelah ayah meninggal.

Tokoh & watak :

Ibu : Sabar

Rini : Pemalas

Dwi : Adik Rini, suka mengadu ke ibu, cengeng

Di sebuah desa kecil, tinggal keluarga sederhana yang beranggotakan tiga

orang yaitu ibu dan dua orang anaknya. Ayah mereka sudah meninggal sewaktu

bertugas dimedan perang. Seorang kakak bernama Rini sudah berjanji kepada

ayah untuk membantu ibu mengurus keluarga dan menjadi contoh buat adiknya.

Pagi hari, Rini harus bangun pagi untuk membantu ibu.

Ibu : Rin, bangun sudah jam 5 lo…

Rini : Hmmm, masih ngantuk… (sambil menarik selimut)

Ibu : Nanti kalo udah bangun bantu ibu ya bangunin Dwi sama ajak

adikmu menyapu halaman depan

Rini : Hmmm…

Tak lama kemudian, Dwi bangun dan pergi ke dapur

Ibu : Eh, adik sudah bangun…mana kakak mu?

Dwi : Gak tau buk, paling masih tidur…

Ibu : Yaudah kalo gitu, ayo sini Dwi. Bantu ibu masak ya…

Dwi : Iya buk…

Tak lama Rini bangun dan pergi mandi. Setelah itu Rini bersama adik berangkat

sekolah.

Rini : Dwi, cepetan mandi. Kakak udah selesai ni, kalo gak mandi nanti

kakak tinggal..

Dwi : Iya, ini mau mandi…

Rini : Cepetan…

Ibu : Udah, jangan gitu sama adik kamu. Udah, sambil nunggu adik mu

mending sarapan dulu. Sudah matang ni sarapannya…

Page 168: UPAYA MENINGKATKAN KOHESIVITAS ANGGOTA …eprints.uny.ac.id/30163/1/Skripsi_Aditya Wahyu... · ketua OSIS atau teman lainnya, lebih menghargai atau toleransi terhadap pendapat ...

152

Setelah sarapan, Rini dan Dwi berangkat sekolah bersama. Sepulang

sekolah, Rini pulang untuk mengantar Dwi dan dia berangkat lagi ke sekolah

untuk mengikuti ekstrakurikuler. Sepulangdari ekstrakurikuler Rini langsung

mandi, makan, dan tidur. Rini seperti lupa akan komitmen dia selama ini. Setiap

hari Rini bangun siang dan tidak membantu ibunya. Setelah sekian lama akhirnya

ibu menegur Rini dan mengingatkan Rini akan komitmen yang dia ucapkan

dimakam ayah untuk menjadi contoh yang baik buat Dwi.

LANJUTKAN DENGAN IDE KALIAN SENDIRI…