UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT …/Upaya... · i upaya meningkatkan hasil belajar lari...
Transcript of UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT …/Upaya... · i upaya meningkatkan hasil belajar lari...
i
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 50 METER
MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 2 TEGALPINGEN KECAMATAN PENGADEGAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
ANDIK HANDOKO X 4710007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
ii
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Andik Handoko
NIM : X 4710007
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dan
Rekreasi.
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR LARI CEPAT 50 METER MELALUI PENDEKATN BERMAIN
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 TEGALPINGEN KECAMATAN
PENGADEGAN PURBALINGGA TAHUN 2011/2012” ini benar-benar hasil
karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Andik Handoko
iii
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 50 METER
MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 2 TEGALPINGEN KECAMATAN PENGADEGAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
ANDIK HANDOKO
X 4710007
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
Juli 2012
PERSETUJUAN
iv
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli 2012.
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hanik Liskustyawati, M. Kes Rony Syaifullah, S.Pd.M.Pd NIP. 19630608 199010 2 001 NIP. 19760826 200212 1 002
PENGESAHAN
v
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 31 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Tri Aprilijanto Utomo, M.Kes
Sekretaris : Tri Winarti Rahayu, S.Pd.M.Or
Anggota I : Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes
Anggota II : Rony Syaifullah, S.Pd.M.Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
vi
Andik Handoko. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 50 M MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 TEGALPINGEN KECAMATAN PENGADEGAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar lari cepat 50 meter pada siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan menggunakan pendekatan bermain.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sumber data dalam penelitian ini seluruh siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 2 Tegalpingen Pengadegan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 2 Tegalpingen tahun pelajaran 2011/ 2012 berjumlah 24 orang yang terbagi atas 12 siswa putra dan 12 siswa putri. Teknik pengumpulan data adalah melalui tes dan pengukuran kemampuan gerak lari cepat 50 m dan observasi dari proses kegiatan pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif yang didasarkan pada analisis kualitatif. Prosedur penelitian ini meliputi planning, action, observation dan reflection.
Dari hasil analisis yang diperoleh terdapat peningkatan dari kondisi awal ke siklus I dan siklus II, baik dari peningkatan kemampuan gerak lari cepat 50 m maupun nilai ketuntasan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar lari cepat 50 m pada kondisi awal (22.55%), siklus I (28.06%), siklus II (29.43%), sehingga peningkatan dari kondisi awal hingga siklus II sebesar (3.83%). Nilai ketuntasan hasil belajar pada kondisi awal (71.58%), siklus I (77.64%), siklus II (82.67%), sehingga peningkatan dari kondisi awal hingga siklus II sebesar (11.9%).
Simpulan penelitian ini adalah melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar lari cepat 50 m pada siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012. Kata kunci : Analisis deskriptif komparatif, pendekatan bermain, hasil belajar.
vii
MOTTO
v Tubuh yang sehat, jiwa yang kuat, prestasi meningkat.
v Barang siapa yang diwaktu sorenya merasakan kelelahan karena bekerja,
berkarya dengan tangannya sendiri, maka di waktu sore itu pulalah di ampuni
dosanya.
viii
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi ini untuk :
1. Bapak dan ibu tercinta yang telah
membimbing dan mendidik saya tanpa
pamrih agar menjadi anak yang berguna
bagi bangsa dan negara.
2. Orang-orang terdekatku yang selalu
memberikan motivasi, masukan-masukan
serta saran untuk kami.
3. Sahabat-sahabatku guru penjas yang
selalu bersama-sama dalam suka dan
duka.
4. Teman-teman PPKHB Angkatan II
Purbalingga FKIP JPOK UNS Surakarta,
yang selalu memotivasi dan bekerja keras
dan semangat untuk menyelesaikan
kuliah, walaupun sudah sepuh.
5. Almamater.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Penelitian
Tindakan Kelas mata pelajaran penjasorkes dengan materi atletik (lari cepat 50
m).
Penyusunan laporan ini didasarkan pada tugas akhir. Melalui mata kuliah
ini mahasiswa diberi kesempatan untuk berlatih meningkatkan kemampuan
mengajar dengan berbagai kegiatan dalam menemukan dan mengatasi masalah
dalam pembelajaran yang dikelolanya, lebih spesifik lagi, setelah melaksanakan
PTK mahasiswa mampu membuat laporan hasil perbaikan yang dilakukan melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menyusun laporan perbaikan ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas akhir. Harapan dengan disusunnya laporan ini dapat membantu mengatasi
masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, khususnya di
SD Negeri 2 Tegalpingen, Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purbalingga.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi banyak mengalami
hambatan, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut
dapat diatasi, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami sampaikan ucapan
terimakasih kepada yang terhornat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan
Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas
Sebelas Maret.
4. Dra. Hanik Liskustyawati selaku dosen Pembimbing I, yang selalu
memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Roni Syaifullah, S.Pd.M.Pd selaku dosen Pembimbing II, yang selalu
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
x
6. Kepala SD Negeri 2 Tegalpingen, Kecamatan Pengadegan Kabupaten
Purbalingga yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Teman-teman mahasiswa PPKHB kelompok 3 Purbalingga yang telah
membantu penelitian.
8. Siswa-siswi SD Negeri 2 Tegalpingen, Kecamatan Pengadegan Kabupaten
Purbalingga yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, yang tidak dapat
disebut satu persatu.
Sangat disadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
Andik Handoko
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................... 6
A. Landasan Teori ......................................................................... 6
1. Lari Cepat (Sprint)…………………………………………... . 6
2. Belajar dan Pembelajaran…………………………………… . 7
B. Kerangka Bepikir...................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 19
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 19
1. Tempat Penelitian…………………………………………... 19
2. Waktu Penelitian……………………………………………. 19
Halaman
xii
B. Subjek Penelitian ...................................................................... 19
C. Data dan Sumber Data .............................................................. 20
D. Pengumpulan Data .................................................................... 20
E. Uji Validitas Data……………………………………………….. 21
F. Analisis Data ............................................................................ 21
G. Indikator Kinerja Penelitian…………………………………… .. 21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 27
A. Deskripsi Pratindakan ............................................................... 27
B. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................... 27
1. Kondisi Awal………………………………………………… 27
2. Siklus I………………………………………………………. . 28
3. Siklus II………………………………………………………. 31
4. Antar Siklus…………………………………………………. . 35
C. Pembahasan .............................................................................. 36
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 43
A. Simpulan .................................................................................. 43
B. Implikasi .................................................................................. 43
C. Saran ........................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 45
LAMPIRAN.............................................................................................. 46
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel :
1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan ......................................... 19
2. Alat Pengumpulan Data........................................................................ 20
3. Prosentase Target Capaian.................................................................... 22
4. Perbandingan peningkatan kemampuan lari cepat 50 m siswa kelas V
SD Negeri 2 Tegalpingen tahun pelajaran 2011/2012 dari kondisi awal
ke siklus 1............................................................................................ 36
5. Perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa kelas V
SD Negeri 2 Tegalpingen tahun pelajaran 2011/2012 dari kondisi
awal ke siklus I .................................................................................... 37
6. Perbandingan peningkatan kemampuan lari cepat 50 m siswa kelas
V SD Negeri 2 Tegalpingen Tahun Pelajaran 2011/2012dari siklus
1 ke siklus 2 ......................................................................................... 37
7. Perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa kelas V
SD Negeri 2 Tegalpingen Tahun Pelajaran 2011/2012 dari siklus 1
ke siklus 2............................................................................................ 38
8. Perbandingan peningkatan kemampuan lari cepat 50 m siswa kelas
V SD Negeri 2 Tegalpingen tahun pelajaran 2011/2012 dari kondisi
awal ke siklus 2.................................................................................... 39
9. Perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa kelas V
SD Negeri 2 Tegalpingen tahun pelajaran 2011/2012 dari kondsi
awal ke siklus 2.................................................................................... 39
10. Kondisi awal ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2
Tegalpingen tahun pelajaran 2011/2012 ............................................... 40
11. Ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen
tahun pelajaran 2011/2012 pada siklus 1 ............................................... 41
12. Ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen
tahun pelajaran 2011/2012 pada siklus II .............................................. 42
Halaman
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar :
1. Skema Kerangka Berpikir .................................................................... 16
2. Siklus PTK .......................................................................................... 24
3. Kondisi Awal Lari Cepat 50 Meter ...................................................... 28
4. Kondisi Siklus 1 Lari Cepat 50 Meter ................................................... 30
5. Kondisi Siklus 2 Lari Cepat 50 Meter ................................................... 33
Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
1. Surat Keterangan Penelitian............................................................ ......... 47
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ............................... 48
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II .............................. 66
4. Nilai Studi Awal .................................................................................. 80
5. Nilai Siklus I..................................................................... ....................... 81
6. Nilai Siklus II........................................................................................... 82
7. Prestasi Yang Ditempuh Dari Kondisi Awal, Siklus I, Siklus 2 .............. 83
8. Nilai Kemampuan Gerak Lari 50 m Kondisi Awal ............................... 84
9. Nilai Kemampuan Gerak Lari 50 m Siklus I ......................................... 85
10. Nilai Kemampuan Gerak Lari 50 m Siklus II ........................................ 86
11. Rubrik Penilaian Unjuk Kerja Teknik Lari Cepat 50 Meter
Kondisi Awal..................................................................... ...................... 87
12. Rubrik Penilaian Pemahaman Konsep Pada Lari Cepat 50 Meter
Kondisi Awal..................................................................... ...................... 88
13. Rubrik Penilaian Perilaku Dalam Lari Cepat 50 Meter
Kondisi Awal..................................................................... ...................... 89
14. Rubrik Penilaian Unjuk Kerja Teknik Lari Cepat 50 Meter Siklus I........ 90
15. Rubrik Penilaian Pemahaman Konsep Pada Lari Cepat 50 Meter
Siklus I..................................................................... ............................... 91
16. Rubrik Penilaian Perilaku Dalam Lari Cepat 50 Meter Siklus I............. .. 92
17. Rubrik Penilaian Unjuk Kerja Teknik Lari Cepat 50 Meter Siklus II .... . 93
18. Rubrik Penilaian Pemahaman Konsep Pada Lari Cepat 50 Meter
Siklus II..................................................................... .............................. 94
19. Rubrik Penilaian Perilaku Dalam Lari Cepat 50 Meter Siklus II.............. 95
20. Grid Prestasi Lari Cepat 50 m ............................................................... 96
21. Grid Kemampuan Lari Cepat 50 m ....................................................... 97
22. Dokumentasi Penelitian........................................................................ 98
Halaman
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum berganti kurikulum, penataran, pelatihan, seminar,
penyetaraan pendidikan, adalah upaya yang nyata sebagai usaha peningkatan
mutu pendidikan yang bermuara pada hasil belajar siswa yang optimal. Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)
pada pasal 37 ayat 1 point h dinyatakan bahwa “Kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat Pendidikan jasmani dan Olahraga”, tetapi pada Permen
No. 22 tahun 2006 tentang Standar isi, pada Struktur Kurikulum Istilah yang
digunakan adalah Pendidikan jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
secara keseluruhan. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran
melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran
jasmani.Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada
pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya
mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan,
kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan
sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olah
raga.
Pendidikan jasmanimerupakan sarana untuk mendorong perkembangan
motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai
(sikap-mental-emosional-spiritual-dan sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat
yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang
seimbang.
Banyak Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar terutama di Kabupaten
Purbalingga melakukan pembelajaran hanya menggunakan metode-metode yang
konfensional tanpa mencoba untuk menerapkan metode atau teknik lain dalam
pembelajaran khususnya pada saat pembelajaran pendidikan jasmani. SD Negeri 2
1
2
Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga khususnya kelas V
berjumlah 24 anak terdiri dari laki-laki berjumlah 12siswa dan perempuan
berjumlah 12 siswa. Selama ini proses kegiatan belajar mengajar pendidikan
jasmani di SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten
Purbalingga khususnya atletik lari cepat 50 meter, siswa masih mengalami
kesulitan. Ini dapat dilihat dari rendahnya nilai hasil belajar pada tahun 2010/2011
yang lulus/sesuai KKM. Berdasarkan pengamatan peneliti dari beberapa
pembelajaran atletik lari cepat 50 meter selama ini, masih banyak siswa kurang
antusias dalam mengikuti pembelajaran lari cepat 50 meter dikarenakan siswa
merasa takut untuk melakukan lari takut terjadi cidera dan guru dalam
memberikan pembelajaran kurang menarik membuat siswa enggan mengikuti
pembelajaran, siswa lebih menginginkan permainan sepak bola atau kasti bagi
siswa perempuan karena dipandang siswa apabila telah melakukan sepak bola
atau kasti itu sudah merasakan puas dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan
jasmani. Ini menujukkan proses pembelajaran yang belum melibatkan siswa
secara aktif, guru masih menjadi pusat pembelajaran, kurangnya model
pembelajaran, gaya mengajar serta pemodifikasian dan media pembelajaran yang
masih kurang untuk mencapai tujuan pendidikan.
Batas ketuntasan minimal diperoleh dari musyawarah guru mata
pelajaran tingkat sekolah, dengan memperhatikan faktor relevansi, tingkat
kemampuan sebelumnya dan tingkat kesulitan, maka ketuntasan minimal SD
Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga tahun
pelajaran 2010/2011 adalah 70. Artinya siswa dikatakan tuntas bila pembelajaran
mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 70. Keberhasilan pembelajaran
ditunjukan dengan dikuasainya materi pembelajaran oleh siswa. Ketika peneliti
melakukan tes mata pelajaran penjasorkes materi atletik lari cepat 50 meter pada
siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten
Purbalingga tahun ajaran 2010/2011 belum memenuhi harapan. Dari Kriteria
Ketuntasan Minimal yang di tentukan 65 baru 10 siswa dari 25 siswa. Hal ini
disebabkan oleh beberapa masalah dari teknis sampai non teknis. Berdasarkan
3
hasil survei di SDN 2 Tegalpingen di dapat dari 24 siswa (12 siswa putra dan 12
siswa putri) siswa kelas V yang menyukai dan berminat dengan pelajaran
pendidikan jasmani hanya 20 siswa. Dari hasil observasi itu penulis menemukan
masalah, masih banyak siswa yang kurangnya minat dan belajar lari cepat 50
meter, kesulitan yang dihadapi oleh siswa kelas V SDN 2 Tegalpingen ketika
melakukan serangkaian gerakan lari cepat 50 meter antara lain: (1) Siswa merasa
bosan karena dalam pembelajaran lebih banyak ke tehnik (monoton), (2) Siswa
kesulitan dalam menangkap dan mengaplikasikan teknik lari cepat 50 meter, (3)
siswa kurang tertarik terhadap pelajaran pendidikan jasmani khususnya atletik lari
cepat 50 meter sehingga nilainya kurang memuaskan, (4) siswa kurang
berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.
Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran lari cepat 50 meter
dikarenakan siswa merasa takut untuk melakukan lari,takut terjadi cidera dan guru
dalam memberikan pembelajaran kurang menarik membuat siswa enggan
mengikuti pembelajaran, siswa lebih menginginkan permainan sepak bola atau
kasti bagi siswa perempuan karena dipandang siswa apabila telah melakukan
sepak bola atau kasti itu sudah merasakan puas dalam mengikuti pembelajaran
Pendidikan jasmani. Ini menujukkan proses pembelajaran yang belum melibatkan
siswa secara aktif, guru masih menjadi pusat pembelajaran, kurangnya model
pembelajaran, gaya mengajar serta pemodifikasian dan media pembelajaran yang
masih kurang untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kenyataan di atas merupakan sesuatu yang perlu dipikirkan agar dapat
secara nyata merealisasikan pemilihan teknik yang beragam. Dengan pemilihan
teknik yang tepat, kegiatan siswa dalam belajar akan dapat ditingkatkan, dan akan
semakin bermakna. Pemilihan teknik yang tepat dapat membuat siswa senang dan
nyaman mengikuti pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani yang dianggap
menakutkan.
Pada proses pembelajaran atletik khususnya lari cepat 50 meter, guru
hanya mempergunakan metode ceramah dan demonstrasi, hal ini kurang
mendukung terjadinya proses komunikasi, sehingga pesan yang disampaikan
4
kurang begitu mengenai, karena gerakan yang cepat pada saat demonstrasi
menyebabkan siswa kurang begitu menerima pesan yang disampaikan oleh guru.
Kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran akan menurunkan
tingkat keberhasilan siswa dalam belajar, oleh karena itu diperlukan suatu
tindakan yang mampu melibatkan peran aktif siswa dalam mengikuti
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa ketertarikan siswa pada
pembelajaran lari cepat 50 meter sangat rendah. Peranan dan fungsi guru
penjasorkes akan terwujud apabila guru tersebut memiliki inisiatif, kreativitas
serta inovasi dalam menyajikan pembelajaran yang menarik minat siswa, sehingga
penggunaan alat atau sarana pembelajaran untuk menunjang proses belajar lari
cepat 50 meter sangatlah diperlukan, karena siswa akan senang dan semakin
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, juga hal tersebut hal itu akan
memudahkan guru dan terutama siswa menangkap pesan yang disampaikan oleh
guru.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Upaya meningkatkan HasilBelajarLari
Cepat 50 Meter melalui Pendekatan Bermain padaSiswa Kelas V SD Negeri 2
Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten PurbalinggaTahun Pelajaran
2011/ 2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti berkonsultasi dengan
supervisor, teman sejawat sebagai observer dan semua komponen yang ada di
dalam sekolah maka rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah
pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar lari cepat 50 m pada siswa
kelas V SDN2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga
Tahun Pelajaran 2011/2012 ?.
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah adalah untuk
meningkatan hasil belajar lari cepat 50 M melalui pendekatan bermain pada siswa
kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga
Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
yaitu :
1. Guru Penjaskes di Lingkungan Kecamatan Pengadegan dan Sekitarnya
Untuk meningkatkan kualitas mengajar dan menerapkan model pembelajaran
sebagai inovasi baru dalam proses pembelajaran.
2. Siswa SD Negeri 2 Tegalpingen
Dengan banyak model pembelajaran mereka mendapatkan banyak variasi
dalam pembelajaran. Selain itu siswa dapat belajar sambil bermain.
3. SD Negeri 2 Tegalpingen
Hasil penilitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk
mengembangkan model pembelajaran.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Lari Cepat ( Sprint )
Lari cepat disebut juga lari sprint. Lari cepat sangat membutuhkan
kecepatan pelari. Biasanya perlombaan lari cepat menempuh jarak pendek.
Start yang digunakan pada lari cepat adalah start jongkok.
Dalam melakukan start jongkok ada tiga hal yang harus diperhatikan
oleh seorang pelari . Pelari harus benar-benar berkonsentrasi untuk
mendengar aba-aba ‘’bersedia’’, ‘’ siap ‘’ , ‘’ya’’, hal tersebut dikemukakan
oleh Sunaryo Basuki (1979: 60)
a. Aba-aba “Bersedia” : 1) Posisi awal jongkok. 2) Salah satu lutut diturunkan,didekatkan dengan ujung kaki sehingga
nampak segaris dengan jarak satu kepal. 3) Letakan kedua tangan tepat dibelakang garis start dengan ibu jari
terbuka sedang jari yang lain rapat. 4) Pandangan mengarah kedepan. 5) Pusatkan perhatian pada aba-aba berikutnya.
b. Aba-aba “Siap” : 1) Angkat pinggul lebih tinggi dari kepala. 2) Angkat lututkaki depan hingga membentuk sudut 90 derajat. 3) Angkat lutut kaki belakang hinggamembentuk sudut 120 derajat. 4) Leher tetap rileks pandangan mengarah lurus kedepan.
c. Aba-aba “Ya” : 1) Ayunkan lengan, tolakan kaki belakang sekuat tenaga, dan lari. 2) Pertahankan kecondongan badan untuk beberapa saat. 3) Lakukan latihan ini dalam beberapa kali.
d. Sikap yang benar pada lari cepat : Pada waktu berlari seorang pelari yang baik harus memperhatikan syarat- syarat berikut agar ia bisa mencapai hasil yang maksimal. 1) Langkah kaki panjang dan cepat. 2) Ayunan lengan seirama dengan langkah kaki. 3) Badan condong ke depan dan pandangan lurus ke depan. 4) Bertumpu dengan ujung kaki.
6
7
e. Sikap memasuki garis finish Garis finish mempunyai arti penting, karena garis finish adalah
tujuan utama setiap pelari. Pelari harus mengeluarkan segala tenaga untuk lebih awal memasuki garis finis. Garis finish dibuat dengan cat warna putih atau dengan pita yang direntangkan.
Untuk memasuki garis finish, ada beberapa tehnik yang harus diperhatikan, yaitu: a. Kecepatan lari sedikit ditambah. b. Condongkan dada ke depan dan kedua tangan diayun ke belakang. c. Dada di putar dengan ayunan tangan ke depan sehingga bahu sebelah
maju ke depan.
2. Belajar dan Pembelajaran
a. Hakikat Belajar
Hakekat belajar sudah dikenal luas diberbagai kalangan walaupun
sering diartikan secara common sense atau pendapat umum saja. Untuk
memahami konsep belajar secara utuh, perlu digali lebih dahulu
bagaimana para pakar psikologi dan pakar pendidikan. Pengertian belajar
yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (1986: 1), yang
menyatakan bahwa Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia
untuk mendapatkan aneka ragam Competencies, skills, and attitudes.
Kemampuan (Competencies), Ketrampilan (skills), dan sikap (attitudes)
tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi
sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepangjang hayat.
Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya
dalam pendidikan informal keturutsertaannya dalam pendidikan formal
dan atau pendidikan non formal.
Pandangan lain tentang belajar yang dirintis oleh Wiliam James, John Dewey, James Catel dan Edward Thorndike tahun 1890-1900 (Bell-Gredler, 1986 20-25), pada dasarnya para ahli psikologi melihat belajar sebagai proses psikologis yang disimpulkan dari hasil penelitian tentang bagaimana anak berpikir (Hall:1883), atau disimpulkan dari bagaimana binatang belajar (Thorndike:1898), atau dari hasil pengamatan praktek pendidikan (Dewey:1899).
Menurut Sugihartono dkk (2007: 74), mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dengan
8
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar merupakan suatu perubahan dimana perubahan itu untuk memenuhi kebutuhannya yang disesuaikan dengan lingkungannya.
Menurut Rober (dalam Sugihartono dkk 2007: 74), mendefinisikan belajar dalam dua hal yaitu yang pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan yang kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan.
Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang menyebabkan
perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku ataupun kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian atau pengertian.
b. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain pembelajanan adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang
manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,
guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran sehingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kongnitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif),
serta ketrampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik.
Peran guru bukan semata memberikan informasi melainkan juga
mengarahkan dan memberi fasiitas belajar (directing and facilitating the
learning) agar proses belajar lebih memadaj dan mudah diterima oleh
siswa. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang
untuk membantu seseorang mempe1aji suatu kemampuan atau nilai yang
baru. Proses pembelajaran merupakan seperangkat prinsip-prinsip yang
9
dapat digunakan sebagai pedoman untuk menyusun berbagai kondisi yang
dibutuhkan mencapai tujuan pendidikan.
Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan
pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Pergaulan yang sifatnya mendidik itu terjadi
melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai
pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu
akan ada perubahan perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran
dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu
tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan
antara dua subyek, meskipun disini guru lebih berperan sebagai pengelola.
Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Menurut Purwadarminta (1976) yang dikutip HJ.Gino Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan (1998:30) bahwa pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Hal mi juga dikemukakan Wina Sanjaya (2006: 74) bahwa “mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari guru kepada siswa”.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula adanya saling
hubungan antar komponen yang satu dengan yang lainnya. Interaksi dalam
pembelajaran adalah kegiatan timbal balik dan saling mempengaruhi
antara guru dengan peserta didik.
Pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk
menifasilitasi dan meningkatkan proses belajar, maka kegiatan
pembelajaran berkaitan erat jenis hakikat dan jenis belajar serta hasil
belajar tersebut. Kegiatan belajar merupakan masalah yang sangat
kompleks dan melibatkan keseluruhan aspek psikofisik, bukan saja aspek
kejiwaan, tetapi juga aspek neurofisiologis. Namun setelah guru berusaha
untuk memusatkannya dan menangkap perhatian siswa pada peristiwa
pembelajaran maka sesuatu yang asing itu menjadi berangsur-angsur
berkurang. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan semaksimal
10
mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar terjadi
proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.
Dengan demikian proses belajar bisa terjadi di kelas, lingkungan
sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam bentuk
interaksi sosial kultural melalui media massa. Dalam konteks pendidikan
non formal justru sebaliknya proses pembelajaran sebagian besar terjadi
dalam lingkungan masyarakat, termasuk dunia kerja, media massa dan lain
sebagainya. Hanya Sebagian kecil saja pembelajaran terjadi di kelas dan
lingkungan.
Menurut pasal 1 butir 20 UU No tahun 2003 tentang Sisdiknas
pembelajaran adalah “Proses interaksi peserta didik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar” jadi kita dapat mengetahui bahwa ciri
pembelajaran yaitu inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa
ini menunjukkan bahwa unsur kesengajaan dan pihak di luar individu yang
melakukan proses belajar, dalam hal ini pendidik secara perorangan atau
kolektif dalam suatu sistem, merupakan ciri utama dalam pembelajaran.
Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan yang
jelas. Ini berarti, proses mengajar itu tidak begitu bermakna tujuannya
tidak jelas. Jika tujuan tidak jelas maka isi pengajaran berikut metode
mengajar juga tidak mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru
harus menyadari benar-benar keterkaitan antara tujuan, pengalaman
belajar, metode, dan bahkan cara mengukur perubahan atau kemajuan
yang dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses
belajar mengajar, maka seorang guru harus mampu menerapkan cara
mengajar cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang
memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dari pada yang diajar,
untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan, ketangkasan, kegiatan
mengajar meliputi pengetauan, menularkan sikap kecakapan atau
ketrampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan
11
menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar. Kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru, ini sesuai dengan yang dikemukakan
Nana Sudjana (2005: 19) yaitu:
Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan ke dalam empat kemampuan yakni: (1) Merencanakan program belajar mengajar. (2) Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. (3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar. (4) Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi
atau mata pelajaran yang dipegangnya. Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas merencanakan
program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai kemajuan
pembelajaran dan menguasai materi atau bahan yang diajarkannya. Jika
seorang guru memiliki kemampuan yang baik sesuai dengan bidang studi
yang diajarkan, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Hasil
belajar dapat dicapai dengan baik, jika seorang guru mampu melaksanakan
tugas diantaranya mengelola proses pengajaran berupa aktivitas
merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan. Husdarta
dan Yudah M.Saputra (2000: 4) mengemukakan bahwa:
Tugas utama guru adalah untuk menciptaan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi di kelas di lapangan, ciri utamanya terjadinya proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat di dalam proses pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran.
Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan
dalam menyampaikan tugas ajar, agar tujuan pengajaran dapat tercapai.
Hal yang terpenting dan harus diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru
harus mampu menerapkan metode mengajar yang tepat dan mampu
membelajarkan siswa manjadi aktif melaksanakan tugas yang diberikan
oleh guru.
12
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar
membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution
yang dikutip H.J. Gino dkk (1998: 51) bahwa “perubahan akibat belajar
tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam
kecakupan, kebiasaan, sikap, pengertian, penyesuaian diri, minat,
penghargaan, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi
seseorang”.
Perubahan akibat dan belajar adalah menyeluruh pada diri siswa.
Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam
proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang
tepat. Menurut Sanjaya (2006: 30) bahwa sejumlah prinsip yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:
(1) Berpusat pada siswa (2) Belajar dengan melakukan (3) Mengembangkan kemampuan sosial (4) Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah (5) Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah (6) Mengembangkan kreatifitas siswa (7) Mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologi (8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik (9) Belajar sepanjang hayat.
Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk
diperhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar
yang benar, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
d. Pendekatan Pembelajaran
1. Hakekat Pendekatan
Guru selalu dihadapkan pada berbagai hal yang memerlukan
pengambilan keputusan sehubungan dengan tugasnya baik sebelum,
selama maupun sesudah terjadinya proses atau situasi belajar
13
mengajar. Guru harus mengambil keputusan-keputusan tentang apa,
bagaimana, kapan, untuk apa dan sebagainya mengenai setiap situasi
atau kondisi belajar yang perlu diciptakan. Termasuk mengambil
keputusan mengenai pelaksanaan rencana yang telah dibuat, dan
mengenai berhasil atau tidaknya pelaksanaan rencana. Berhasil
tidaknya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui
setelah dilakukan kegiatan evaluasi. Disamping itu, hasil evaluasi bisa
juga digunakan sebagai masukan dalam penyusunan dan pelaksanaan
program selanjutnya.
Unsur-unsur pendekatan yang berkenaan dengan strategi belajar
mengajar merupakan unsur penting. Pendekatan pembelajaran dalam
pendidikan jasmani sangat kompleks dan banyak macamnya. Rusli
Lutan (1994 : 39), menyatakan bahwa, "Pendekatan mengajar terdiri
dari dua kelompok, yaitu pendekatan secara mengajar langsung dan
tidak langsung". Pendekatan mengajar langsung meliputi : metode
mengajar komando, metode mengajar individual, metode mengajar
resiprokal, metode mengajar inklusi. Sedangkan yang dikategorikan
sebagai pendekatan mengajar tidak langsung adalah pendekatan
mengajar eksplorasi,guide diseovery,dandivergent production.
Sedangkan Supandi (1992 : 24-42), menyatakan bahwa "Secara garis
besarnya berbagai pendekatan proses belajar mengajar pendidikan
jasmani itu meliputi : metode komando, metode tugas, metode
resiprokal, metode mandiri berstruktur, metode diskoveri terbimbing
dan metode pemecahan masalah".
2. Pendekatan Bermain
Pendekatan bermain adalah salah satu bentuk dari sebuah
pembelajaran pendidikan jasmani yang dapat diberikan di segala
jenjang pendidikan . Hanya saja porsi dan bentuk pendekatan bermain
yang akan diberikan harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam
kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan juga faktor usia,
14
perkembangan fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang diikuti oleh
mereka.
Model pembelajaran dengan pendekatan bermain erat kaitannya
dengan perkembangan imajinasi prilaku yang sedang bermain, karena
daya imajinasi, maka permainan yang akan berlangsung akan jauh
lebih meriah. Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan, maka guru
pendidikan jasmani, sebaiknya memberikan penjelasan terlebih dahulu
kepada siswanya tentang imajinasi permainan yang akan di
lakukannya.
3. Fungsi Bermain
Anak yang bermain akan melakukan aktifitas bermain dengan
sukarela danakan melakukan aktifitas bermain tersebut dengan
kesungguan, demi untuk memperoleh kesenangan dari aktifitas
tersebut. Menurut Sukintana (2004:7) ”bermai dengan rasa senang,
untuk memperoleh kesenangan, kadang memerlukan kerjasama
dengan teman, menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman,
patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya”.
Selanjutnya meurut Yudha M. Saputra (2001:6) ”dengan bemain dapat
memberikan pengalamanbelajar yang sangat berharga untuk siswa”.
Sedangkan menurut Yudha M. Saputra (2001:6) kegiatan bermain
dapat meningkatkan siswa dengan sasaran aspek yang dapat di
kembangkan menurut lima aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:
a) Manfaat bermain untuk perkembangan fisik. b) Manfaat bermain untuk perkembangan motorik. c) Manfaat bermain untuk perkembangan sosial. d) Manfaat bermain untuk perkembangan emosional. e) Manfaat bermain untuk perkembangan keterampilan olahraga.
Permainan secara umum mempunyai fungsi tertentu, fungsi
permainan ini berhubungan dengan jasmaniah atau fisik dan rohaniah
atau psikis. Perkembangan dua unsur ini dapat berkembang dengan
seimbang melalui aktivitas berupa permainan. Fisik berkaitan dengan
15
pertumbuhan dan perkembangan, sedang psikis berkaitan dengan
emosi. Berikut fungsi permainan menurut Sukintaka (1979: 3-17),
menggolongkan fungsi permainan dalam beberapa kategori :
(1) Fungsi permainan terhadap perkembangan jasmani Pengembangan jasmaniah dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi fisik.
(2) Fungsi permainan terhadap pengembangan kejiwaan Pengembangan jiwa yang dimaksud adalah pengaruh olahraga permainan terhadap terbentuknya sikap mental seperti percaya diri, sportivitas, keseimbangan mental dan kepemimpinan.
4. Pendekatan bermain dalam pembelajaran atletik
Kesan pembelajaran atletik pada siswa adalah pembelajaran
yang yang berisikan gerakan yang monoton atau tidak bervariasi, yang
hanya berisi lari, lempar dan lompat, yang tidak menuntut ketrampilan
yang tinggi namun melelahkan, sehingga unsur-unsur keriangan dan
kegembiraan tidak terungkap dalam pelaksanaan pembelajaran,
keadaan yang demikian menjadikan pangkal pembelajaran atletik
kurang mendapat perhatian bagi siswa.
Pendekatan bermain dalam pembelajaran atletik dimaksudkan
untuk menambah unsur bermain dalam pembelajaran atletik. Bermain
sebagai pendekatan ke teknik yang akan dilaksanakan, atau
permainannya disesuaikan dengan materi nomor yang akan
dilaksanakan, misal dalam materi lari, contoh bermain memindahkan
benda ke tempat lain. Pendekatan permainan ini dapat dilakukan
dalam nomor-nomor atletik lainnya.
16
B. Kerangka Berpikir
Secara sederhana skema kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Skema kerangka berpikir
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diarahkan untuk
menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sesuai
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru kurang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran penjas.
Menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan alat bantu pembelajaran.
Melalui penggunaan alat bantu (ban bekas, kardus bekas) dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa (siswa lebih bersemangat dan prestasi belajar meningkat) serta partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat.
a. Siswa kurang tertarik dan cepat bosan dengan pelajaran penjas.
b. Tingkat kesegaran jasmani rendah.
c. Dan yang paling utama hasil belajar lari sprint 50 meter.
Siklus I : guru dan peneliti menyusun bentuk pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dasar lari sprint 50 meter, melalui pendekatan bermain dengan menggunakan alat bantu pembelajaran.
Siklus II : upaya perbaikan dari siklus I sehingga meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dasar lari sprint 50 meter, melalui pendekatan bermain dengan menggunakan alat bantu pembelajaran.
17
dengan konsep yang dipelajari. Permasalahan yang sering dihadapi dalam
pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada model atau cara guru
menyampaikan materi pelajaran.
Sering kali materi yang diajarkan oleh guru kurang tertanam kuat dalam
benak siswa. Khususnya dalam pembelajaran praktek gerak dasar lari sprint 50
meter.
Siswa kurang mampu melakukan gerakan yang telah diajarkan oleh guru,
karena guru hanya menyampaikan materi secara verbal , adapun contoh yang
disampaikan kurang ditangkap secara optimal oleh siswa. Guru bukanlah satu-
satunya sumber belajar bagi siswa, siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya
untuk mengembangkan kemampuan berkreasi dan berfikir dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
Permasalahan umum dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah
kurangnya sarana dan prasarana atau peran aktif siswa dalam kegiatan belajar.
Proses pembelajaran yang berlangsung belum mewujudkan adanya
partisipasi siswa secara aktif, siswa hanya berperan sebagai obyek yang hanya
mendengarkan dan menerapkan apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu proses
pembelajaran kurang mengoptimalkan modifikasi pembelajaran sehingga kurang
dapat memancing peran aktif siswa dalam mengikuti pelajaran.
Penggunaan model nyata yang dapat diamati dan dipegang secara
langsung oleh siswa memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam
kegiatan proses belajar. Model nyata yang di maksud adalah media
pembelajaran,penggunaan modifikasi pembelajaran memungkinkan siswa lebih
banyak melakukan kegiatan seperti melihat, menyentuh, merasakan, melalui alat
bantu tersebut.
Penggunaan modifikasi dalam pelaksanaan tindakan tiap siklusnya
disesuaikan dengan topik materi yang sedang dipelajari. Secara garis besar
modifikasi yang digunakan antara lain berupa alat bantu yaitu ban sepeda bekas,
kardus bekas yang digunakan dalam pembelajaran gerak dasar lari cepat 50 meter.
18
Secara lebih rinci jenis-jenis media tersebut dijabarkan dalam RPP, setiap
pertemuan.
Kurang kreatifnya guru yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil
belajar siswa diantaranya karena kurang kreatifnya guru pendidikan jasmani di
sekolah dalam membuat dan mengembangkan media belajar sederhana, guru
kurang akan model-model pembelajaran, sehingga dalam proses pendidikan
jasmani yang dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang monoton, guru hanya
menggunakan metode ceramah dan penugasan, dan hanya mengejar materi
tersebut dapat selesai cepat waktu, tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran
tersebut bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan nyata.
Pemanfaatan alat bantu sederhana, ban sepeda bekas dan kardus bekas,
sebagai sarana membantu guru dalam menjelaskan gerak dasar lari sprint 50 meter
kepada siswa. Melalui alat bantu sederhana tersebut guru dapat memperlihatkan,
dan memberikan penjelasan yang menditail mengenai gerak dasar lari sprint 50
meter.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Tegalpingen
Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 2 April 2012
sampai dengan tanggal 11 Mei 2012. Adapun rincian kegiatan waktu dan jenis
kegiatan penelitian adalah sebagi berikut :
Tabel 1.3: Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
April Mei Juni Juli Agust 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 1 2
1 Persiapan
2 Pelaksanaan Tindakan
Siklus I
Siklus II
3 Pengumpulan Data
4 Analisis Data
5 Penyusunan Skripsi
6 Ujian
7 Revisi
8 Penggandaan
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen
Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga pada semester 2 tahun pelajaran
2011/2012, sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 12 siswa putra dan 12 siswa putri.
19
20
C. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
1. Data Primer adalah hasil belajar lari cepat 50 meter melalui pendekatan
bermain. Data ini diperoleh dari siswa kelas V SD Negeri 2Tegalpingen
Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga.
2. Data Sekunder berupa RPP, nilai kemampuan dan prestasi yang ditempuh
selama berlangsungnya pembelajaran.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu Tes dan
Observasi
1) Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar lari cepat 50
meter yang dilakukan oleh siswa.
2) Observasi dipergunakan sebagai tehnik untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar melalui pendekatan bermain.
Sedangkan alat pengumpul data yang di pergunakan penelitian sebagai
berikut:
Tabel 2.3 : Alat pengumpul data
No Sumber data Jenis data Teknik
pengumpulan Instrumen
1. Siswa Hasil kecepatan lari
Cepat 50 meter.
Tes praktik Tes
keterampilan
/kecepatan
2. Siswa Kemampuan
melakukan gerakan
lari cepat 50 meter.
Praktik dan
unjuk kerja
Melalui
lembar
observasi.
21
E. Uji Validitas Data
Tehnik pengujian data dalam penelitian menggunakan trianggulasi data
yaitu metode penelitian dan subyek penelitian (siswa). Teknik dalam pengujian
validitas data dilakukan melalui pengumpulan macam-macam data berdasarkan
pengamatan kolaborator mulai dari proses pembelajaran lari cepat 50 meter
melalui pendekatan bermain, penggunaan alat pembelajaran dan sikap siswa.
Sumber data yang diambil melalui hasil kecepatan lari melalui tes keterampilan
kecepatan dan kemampuan melakukan gerakan lari cepat 50 meter melalui tes
praktik dan unjuk kerja serta pengisian lembar observasi.
F. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus PTK dianalisis secara diskriptif dengan menggunakan tehnik prosentase
untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1. Hasil kecepatan lari cepat 50 meter : Dengan menganalisis hasil rata-rata tes
lari cepat 50 meter, kemudian di katagorikan dalam klasifikasi skor yang
telah ditentukan.
2. Kemampuan melakukan rangkaian gerakan lari cepat 50 meter : Dengan
menganalisis rangkaian gerakan lari cepat 50 meter, kemudian dikatagorikan
dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan.
Sedangkan dalam penelitian ini melalui angka-angka yang diperoleh saat
unjuk kerja lari cepat 50 meter. Menurut Iskandar, (2009:131) yang menyatakan
bahwa ”Data yang dikumpulkan pada saat kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus PTK dianalisis secara diskriptif dengan menggunakan prosentase untuk
melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.”
G. Indikator Kinerja Penelitian
Untuk menentukan tercapainya tujuan perlu dirumuskan indikator
keberhasilan tindakan yang disusun dengan mempertimbangkan kondisi sebelum
diberikan tindakan dan jumlah siklus tindakan yang akan dilakukan serta dapat
22
diukur secara jelas. Prosentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian pada
tabel berikut:
Tabel 3.3 : Prosentase Target Capaian
Indikator kinerja penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilalui
oleh peneliti dalam menerapkan metode yang akan digunakan dalam penelitian.
Langkah selanjutnya adalah menentukan banyaknya tindakanyang akan dilakukan
dalam setiap siklus. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan
tindakan yang berlangsung secara terus menerus pada subjek penelitian.
Langkah-langkah PTK secara prosedurnya dilaksanakan secara
parsisipasif atau kolaboratif antara (peneliti dan guru) bekerjasama mulai dari
tahap orientasi hingga penyususnan rencana tindakan dalam siklus pertama,
diskusi yang bersifat analitik, kemudian dilanjutkan dengan refleksi evaluatif atas
kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama, untuk kemudian mempersiapkan
rencana modifikasi, koreksi dan penyempurnaan pada siklus berikutnya.
Untuk memperoleh hasil penelitian tindakan seperti yang diharapkan,
proseedur penelitian secara keseluruhan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Survey Awal
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengobservasi sekolah atau
kelas yang akan dijadikan sebagai tempat Penelitian Tindakan Kelas.
Meninjau sejauh mana pembelajaran gerak dasar lokomotor diterapkan
dalam sekolah tersebut.
Aspek yang
diukur
Prosentase yang di ukur
Cara mengukur Kondisi
awal
Siklus
1
Siklus
2
Hasil lari cepat
50m
40 % 60% 80% Diamati saat guru
memberikan
materi lari cepat
50 m pada awal
pembelajaran
23
2. Tahap Seleksi Informan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Menentukan subjek penelitian
b. Menyiapkan instrumen penelitian serta evaluasi
c. Menetapkan indikator ketercapaian ketuntasan hasil belajar siswa
dengan nilai KKM 70 sebesar 70% dari keseluruhan jumlah siswa, serta
peningkatan kemampuan gerak dasar lokomotor 30% dari kondisi awal.
d. Menyusun rencana tindakan yang terdiri dari 2 siklus, masing-masing
siklus terdiri dari:
1) Planning (merencanakan modifikasi sarana pembelajaran penjas yang meliputi: jalan, lari dan lompat).
2) Acting (memberi perlakukan dengan beberapa macam bentuk
pembelajaran jalan, lari, dan lompat untuk mengetahui tingkat kemampuan gerak dasar siswa sebelum dan sesudah diberi
modifikasi sarana pembelajaran penjas). 3) Observasi (melakukan tes dan pengukuran kemampuan gerak dasar
siswa, apakah kemampuan gerak siswa meningkat setelah
mendapat modifikasi sarana pembelajaran penjas). 4) Reflecting (menyimpulkan tingkat kemampuan gerak siswa setelah
mendapat perlakuan modifikasi sarana pembelajaran penjas dengan
membandingkan kondisi awal sebelum diberi modifikasi sarana
pembelajaran penjas dan sesudah diberi modifikasi sarana
pembelajaran penjas), seperti tampak pada gambar berikut ini :
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi SIKLUS I
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
SIKLUS II
TINDAKAN LANJUTAN
24
Gambar 2. Siklus PTK
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengoptimalkan
hasil pembelajaran lari cepat 50 m melalui pendekatan bermain pada siswa kelas
V SDNegeri2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalinggatahun
pelajaran 2011/2012. Adapun setiap tindakan upaya untuk pencapaiantujuan
tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari
empat tahapan yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi,
analisis dan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya.
Penelitian ini di rencanakan dalam dua siklus :
1. Rancangan Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun skenario pembelajaran
yang terdiri dari:
(1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan siswa dalam pembelajaran
penjasorkes.
25
(2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan
(treatment) yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lari cepat
50m.
(3) Menyusun instrument yang digunakan dalam siklus PTK, penilaian
lari cepat 50m.
(4) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pembelajaran.
(5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
proses pembelajaran di lapangan dengan langkah-langkah kegiatan antara
lain.
(1) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar lari cepat 50m.
(2) Melakukan pemanasan
(3) Membentuk kelompok dalam proses pembelajaran
(4) Melakukan latihan teknik dasar lari cepat 50m.
a) Cara melakukan start melalui penerapan alat bantu yang telah
disiapkan oleh guru dan peneliti.
b) Cara melakukan lari cepat 50m melalui penerapan alat bantu yang
telah disiapkan oleh guru dan peneliti.
c) Sikap yang benar lari cepat 50m.
d) Sikap gerakan lanjut melalui penerapan alat bantu.
(5) Menarik kesimpulan
(6) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung
(7) Melakukan pendinginan
c. Pengamatan tindakan
Pengamatan dilakukan terhadap: (1) Hasil ketrampilan lari cepat 50m (2)
Kemampuan melakukan rangkaian gerakan ketrampilan lari cepat 50m (3)
Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
26
d. Tahap evaluasi ( Refleksi )
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
penelitian dan refleksi berkait dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus
tindakan berikutnya.
2. Rancangan siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah
dicapai padatindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut
dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan
jasmani. Demikian juga termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi,
dan interprestasi, serta analisis, dan refleksi yang juga mengacu pada siklus
sebelumnya.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Penelitian Tindakan Kelas ini untuk mengetahui keadaan riil di lapangan.
Hasil dari survei tersebut ditemukan beberapa hal sebagai berikut : (1) siswa kelas
5 berjumlah 24 siswa terdiri dari 12 siswa putri dan 12 siswa putra, (2)
pembelajaran atletik khususnya lari 50 meter, dapat dikatakan kurang berhasil, (3)
minat dan ketertarikan siswa masih kurang, (4) model pembelajaran atletik masih
monoton. Hal ini mengakibatkan minat dan motivasi siswa menurun sehingga
berdampak pada rendahnya hasil pembelajaran.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Data yang dikumpulkan dari hasil pembelajaran dan tes kemampuan lari
50 meter serta nilai ketuntasan hasil belajar sebelum diberikan pembelajaran
dengan pendekatan bermain, setelah diberi siklus 1 dan siklus 2. Berikut disajikan
secara berturut-turut :
1. Kondisi awal kemampuan lari cepat 50 m dan ketuntasan hasil belajar
Kondisi awal kemapuan lari cepat 50 meter dan nilai ketuntasan hasil
belajar diketahui melalui observasi dan tes kemampuan lari 50 m. Tes awal
dilakukan untuk mengetahui apakah dari siklus 1 dan siklus 2 yang diberikan
menunjukan peningkatan.
Melalui deskripsi data awal yang telah diperoleh tersebut, menunjukan
kriteria bahwa masing-masing aspek masih belum menunjukan keberhasilan.
Oleh karena itu disusun sebuah tindakan untuk mengoptimalkan kualitas
pembelajaran materi lari sprint 50 m, dengan menggunakan pendekatan
bermain. Pelaksanaan tindakan akan dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-
masing siklus terdiri dari 4 tahapan : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi, (4) analisis dan refleksi.
27
28
Series 1Series 3
0
2
4
6
Series 1
Series 2
Series 3
Kondisi awal kemampuan lari cepat 50 m dan nilai ketuntasan hasil
belajar siswa kelas V SDN 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten
Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 digambarkan pada sebuah grafik
sebagai berikut :
Gambar 3. Kondisi awal lari cepat 50 m dan nilai ketuntasan hasil belajar
siswa kelas V SDN 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Siklus I
Berdasarkan data kondisi awal, maka prosentase nilai perlu
ditingkatkan dengan pembelajaran yang tepat yaitu menarik minat siswa, tidak
membosankan, mudak melakukannya dengan cara pendekatan bermain.
Pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan ini dapat memotivasi
ketertarikan dan menyenangkan sehingga menimbulkan rasa senang, riang dan
gembira.
a. Rencana Tindakan Siklus 1
Rencana tindakan siklus 1 dalam RPP siklus 1 melalui RPP siklus 1
ini, maka disepakati bahwa tindakan siklus 1 dilaksanakan satu kali
pertemuan. Siklus 1 ini dilakukan karena pembelajaran sebelumnya
diperoleh hasil yang kurang maksimal, dari keseluruhan siswa yang
29
mengikuti tes kemampuan lari cepat 50 m hasilnya belum optimal. Masih
56,25% atau 9 anak yang mendapat nilai di bawah KKM (70) atau belum
tuntas. Melalui hasil penelitian di atas maka peneliti dan kolaborator
merancang rencana pelaksanaan tindakan siklus 1 sebagai berikut : (1)
merancang model pembelajaran dengan pendekatan bermain, (2)
menyusun RPP dengan modifikasi sarana pembelajaran dengan
menggunakan ban bekas, kardus dan blah, (3) menyusun standar penilaian.
b. Pelaksanaan tindakan 1
Siklus 1 dilaksanakan dua kali pertemuan, yakni pada hari Senin,
Tanggal 2 April 2012 dan hari Sabtu, Tanggal 28 April 2012 di halaman
SDN 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga
selama 2 x 35 menit untuk tiap pertemuan, sesuai dengan RPP siklus I ini
pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan sekaligus melaksanakan
observasi terhadap proses pembelajaran. Materi pada pelaksanaan siklus I
sesuai dengan RPP siklus 1, RPP terlampir.
c. Observasi
Observasi tindakan 1 dilakukan selama proses pelaksanaan siklus 1
berlangsung. Peneliti dan kolaborator melakukan observasi tindakan 1.
Adapun pelaksanaannya sebagai berikut : (1) peneliti dan kolaborator
menyusun RPP sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan pembelajaran,
(2) peneliti melakukan proses pembelajaran, dalam hal ini mengacu pada
alur pembelajaran, (3) peneliti mengamati proses pembelajaran lari cepat
50 m dengan pendekatan bermain, (4) peneliti mengadakan tes lari 50 m.
Tes ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan
kemampuan lari 50 m.
d. Deskripsi Data Hasil Setelah Siklus 1
Selama pelaksanaan siklus 1, maka peneliti melakukan pengambilan
data penelitian. Adapun deskripsi data peningkatan kemampuan lari cepat
50 m dan nilai ketuntasan hasil belajar dengan model pendekatan bermain.
30
05
1015
Series 3
Series 2
Series 1
Berdasarkan data peningkatan kemampuan lari cepat 50 m dan nilai
ketuntasan hasil belajar menunjukan bahwa dari kondisi awal ke siklus I
ada peningkatan rata-rata sebesar 37,5%. Hal ini menunjukan bahwa
setelah diberi pembelajaran pada siklus 1 kemampuan lari cepat 50 m dan
ketuntasan belajar mengalami peningkatan.
Pada siklus 1 kemampuan lari cepat 50 m dan nilai ketuntasan hasil
belajar siswa kelas V SDN 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 digambarkan pada
sebuah grafik sebagai berikut :
Gambar 4. Kondisi siklus 1 lari cepat 50 m dan nilai ketuntasan hasil belajar
siswa kelas V SDN 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012.
Pada pelaksanaan siklus 1 terdapat beberapa kelebihan yang dapat
dijadikan tolak ukur keberhasilan siklus 1. Adapun kelebihannya sebagai
berikut : (1) siswa merasa tertarik dan senang dengan model
pembelajarannya, (2) siswa merasa rileks dalam melaksanakannya tanpa
adanya beban atau tanpa merasa terpaksa, (3) siswa mudah menangkap
atau menyerap pelaksanaan pembelajarannya karena menggunakan model
pendekatan bermain.
Akan tetapi dalam pelaksanaan tindakan siklus 1 ini masih terdapat
beberapa kelemahan di antaranya : (1) mayoritas siswa belum dapat
mempraktekan beberapa gerakan yang diperagakan oleh peneliti secara
31
benar, (2) saat pembelajaran sprint melewati rintangan bilah seharusnya
ujung kaki yang menapak, tapi masih banyak siswa yang menggunakan
telapak kaki, (3) kurang memahami contoh yang disampaikan atau
dilakukan oleh peneliti, sehingga siswa belum dapat menunjukan
kemampuan lari cepat yang optimal.
e. Analisis dan Refleksi Siklus 1
Berdasarkan hasil observasi tindakan 1 tersebut, peneliti dan
kolaborator melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut : (1) pada
pelaksanaan siklus 1 telah menunjukan hasil yang sesuai, (2) pelaksanaan
proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana yang dibuat pada RPP
siklus 1, (3) tes awal untuk mengetahui kemampuan siswa pada awal
sebelum mendapatkan tindakan, (4) model pembelajaran yang diterapkan
mampu mengatur kelas sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung lebih maksimal, (5) pada pembelajaran siklus 1 masih ada
beberapa siswa yang belum menunjukan hasil yang maksimal, masih ada
beberapa siswa yang mendapat nilai di bawah KKM dan belum sesuai
target yang ditetapkan yaitu nilai ketuntasan sebesar 70, sehingga
dilanjutkan ke siklus 2, (6) kelebihan dan keberhasilan siklus 1 akan
dipertahankan dan ditingkatkan.
3. Siklus 2
Siklus 2 merupakan tindak lanjut dari siklus 1 dimana dalam
pelaksanaannya siklus 1, rata-rata sebagian siswa belum menunjukan hasil
yang maksimal dan belum sesuai dengan target yang ditentukan. Pelaksanaan
siklus 2 mengacu pada siklus 1, karena merupakan perbaikan dari siklus 1.
Adapun tahapan yang dilakukan pada siklus 2 di antaranya :
a. Rencana Siklus 2
Peneliti dan kolaborator mendiskusikan perencanaan dan tindakan
siklus 2 yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini, seluruh rencana
32
tindakan pada siklus 2, mengacu pada hasil analisis dan refleksi 1 yang
termuat dalam RPP tindakan siklus 2.
b. Pelaksanaan Siklus 2
Siklus 2 dilaksanakan dua kali pertemuan, yakni pada hari Jum’at,
Tanggal 4 Mei 2012 dan hari Jum’at, Tanggal 11 Mei 2012. Masing-
masing dilaksanakan selama 2 x 35 menit, sesuai dengan RPP pada siklus
2 dan sekaligus melaksanakan observasi terhadap proses pembelajaran.
Seluruh proses pembelajaran dalam siklus 2 ini merupakan penguat,
karena materi secara dasar sudah diberikan pada tindakan sebelumnya.
Materi terlampir pada RPP siklus 2. Peneliti dan kolaborator
melakukan tes untuk siklus 2 dengan mencatat hasilnya pada blangko yang
telah disiapkan, kemudian melakukan evaluasi terhadap hasil tes yang
telah dilakukan.
c. Observasi Siklus 2
Obervasi siklus 2 dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut : (1) mengamati
proses pembelajaran gerak lari cepat 50 m yang dikemas dalam bentuk
permainan, (2) peneliti melakukan proses pembelajaran yang mengacu
pada alur pembelajaran, (3) peneliti dan kolaborator memberikan motivasi
kepada siswa agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik,
(4) melakukan penilaian melalui lembar observasi, dan tes kemampuan
gerak lari cepat 50 m, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa
peningkatannya.
d. Deskripsi Data Hasil Setelah Siklus 1
Selama pelaksanaan siklus 2, maka peneliti pengambilan data
penelitian. Adapun deskripsi data peningkatan kemampuan lari cepat 50 m
dan nilai ketuntasan hasil belajar dengan pendekatan bermain pada siswa
kelas 5 SDN 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten
Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012.
33
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Category 1 Category 2 Category 3 Category 4
Series 3
Series 2
Series 1
Berdasarkan data peningkatan kemampuan gerak lari cepat 50 m
dan nilai ketuntasan hasil belajar dari siklus 1 ke siklus 2 menunjukan
kemampuan gerak lari cepat 50 m rata-rata meningkat sebesar 1.37.
Sedangkan peningkatan nilai ketuntasan belajar rata-rata 5.01. Hal ini
menunjukan bahwa, setelah diberi pembelajaran pada siklus 2 kemampuan
gerak lari cepat 50 m dan nilai ketuntasan belajar mengalami peningkatan.
Penghitungan peningkatan kemampuan gerak lari cepat 50 m dan nilai
ketuntasan belajar mengalami peningkatan. Penghitungan peningkatan
kemampuan gerak lari cepat 50 m dan nilai ketuntasan hasil belajar siklus
1 ke siklus 2 terlampir. Selain itu jika dilihat dari kondisi awal ke siklus 2
kemampuan lari cepat 50 m dan ketuntasan nilai hasil belajar mengalami
peningkatan.
Pada siklus 2 kemampuan lari cepat 50 m dan nilai ketuntasan hasil
belajar siswa kelas V SDN 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 digambarkan pada
sebuah grafik sebagai berikut :
Gambar 5. Kondisi siklus 2 lari cepat 50 m dan nilai ketuntasan hasil belajar
siswa kelas V SDN 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012.
34
Berdasarkan data peningkatan kemampuan lari cepat 50 m dan nilai
ketuntasan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus 2 menunjukkan
kemampuan lari cepat 50 m siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen
Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran
2011/2012 rata-rata meningkat sebesar 3.83. Sedangkan peningkatan nilai
ketuntasan belajar rata-rata 11.09. Hal ini menunjukkan bahwa, setelah
diberi pembelajaran pada siklus 2 kemampuan gerak lari cepat 50 m dan
ketuntasan belajar mengalami peningkatan. Penghitungan peningkatan
kemampuan lari cepat 50 m dan nilai ketuntasan hasil belajar dari kondisi
awal ke siklus 2 terlampir.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pelaksanaan
tindakan II berlangsung hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi. Telah
memenuhi target dengan capaian berhasil atau tuntas lebih dari target
pencapaian yang diharapkan.
Dalam pelaksanaan tindakan II terdapat kelebihan yang dapat
digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pada pelaksanaan tindakan II,
adapun kelebihan pada pelaksanaan tindakan II diantaranya: (1) sebagian
siswa telah mampu menunjukkan gerak dasar lari cepat 50 m dengan baik.
Walaupun ada sebagian kecil siswa yang belum dapat melakukannya
dengan baik, (2) dengan dibantu oleh beberapa teman peneliti tidak
kerepotan dalam proses transfer materi kepada siswa. Melalui penguatan
pembelajaran dengan pembelajaran bermain siswa lebih tertarik dan
senang melakukannya, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran.
Akan tetapi dalam pelaksanaan tindakan II ini masih terdapat
kelemahan sehingga membuat kekurangan dalam pelaksanaan tindakan II,
adapun kelemahan atau kekurangan dalam pelaksanaan tindakan II
tersebut adalah: masih ada siswa yang kurang serius sehingga kegiatan
pembelajaran kurang maksimal dilaksanakan, terutama siswa bercanda dan
menggoda teman yang sedang mengikuti pembelajaran.
35
e. Analisis dan Refleksi Tindakan II
Berdasarkan observasi tindakan II tersebut, peneliti dan
kolaborator melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: (1) jumlah
dan frekuensi pertemuan pada siklus atau tindakan II telah menunjukkan
hasil yang sesuai yakni hanya dengan 1 kali pertemuan untuk
pengambilan data akhir siklus II, sebab materi yang diberikan sedikit
hanya penguatan pada sebagian siswa sedangkan sebagian lain adalah
penyempurnaan gerakan, (2) pelaksanaan proses belajar mengajar telah
sesuai dengan rencana yang dibuat pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Siklus atau Tindakan II, (3) model pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan bermain yang diterapkan oleh peneliti
dan guru mampu mengatur kondisi kelas, sehingga proses belajar
mengajar serta transfer materi dapat berlangsung lebih maksimal, serta
penguatan materi yang dilakukan pada siklus II dapat terlaksana dengan
baik, (4) melihat hasil yang diperoleh pada tindakan II maka Penelitian
Tindakan Kelas telah memenuhi target dari rencana target yang telah
ditentukan. Dan dirasa sudah optimal sesuai dengan yang diharapkan.
4. Antar Siklus
Dari hasil analisis yang diperoleh terdapat peningkatan dari kondisi awal
ke siklus I dan siklus II, baik dari peningkatan kemampuan gerak lari cepat 50
m maupun nilai ketuntasan hasil belajar. Peningkatan hasil belajarlari cepat 50
m pada kondisi awal (22.55%), siklus I (28.06%), siklus II (29.43%), sehingga
peningkatan dari kondisi awal hingga siklus II sebesar (3.83%). Nilai
ketuntasan hasil belajar pada kondisi awal (71.58%), siklus I (77.64%), siklus
II (82.67%), sehingga peningkatan dari kondisi awal hingga siklus II sebesar
(11.9%).
36
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas V SD Negeri 2
Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran
2011/2012 dapat dipaparkan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat 50 m dari Kondisi
Awal ke Siklus I
Perbandingan peningkatan kemampuan lari cepat 50 m siswa kelas V SD
Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun
Pelajaran 2011/2012 dari kondisi awal ke siklus I disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.4. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat 50 m Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 dari Kondisi Awal ke Siklus 1.
Rata-Rata Kondisi
Awal Kemampuan Lari Cepat 50 m
Rata-Rata Peningkatan Siklus 1
Peningkatan Kemampuan Lari Cepat
50 m
5.57
28.06
2.52
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut menunjukkan bahwa, kemampuan lari
cepat 50 m siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012mengalami peningkatan
yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa, kemampuan lari cepat 50 m
mengalami peningkatan dari kondisi awal ke siklus 1 sebesar 2.52.
2. Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar dari Kondisi Awal
ke Siklus I
Perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun
Pelajaran 2011/2012 dari kondisi awal ke siklus I disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
37
Tabel 5.4Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas VSD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 dari Kondisi Awal ke Siklus 1.
Rata-Rata Kondisi Awal Kentuntasan
Hasil Belajar
Rata-Rata Peningkatan Siklus 1
Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar
71.58
77.64
6.06
Berdasarkan tabel5.4tersebut menunjukkan bahwa, ketuntasan hasil
belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012mengalami peningkatan
yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa, ketuntasan hasil belajar
mengalami peningkatan dari kondisi awal ke siklus I sebesar 6.06.
3. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat 50 m dari Siklus I ke
Siklus II
Perbandingan peningkatan kemampuan lari cepat 50 m siswa kelas V
SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga
Tahun Pelajaran 2011/2012 dari siklus I ke siklus II disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 6.4 Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat 50 m Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012dari Siklus 1 ke Siklus 2.
Rata-Rata Kemampuan
Lari Cepat 50 m Siklus 1 Rata-Rata Peningkatan
Siklus 2 Peningkatan Kemampuan
Lari Cepat 50 m
28.06
29.43
1.37
38
Berdasarkan tabel 6.4 tersebut menunjukkan bahwa, kemampuan lari
cepat 50 m siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012mengalami peningkatan
yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa, kemampuan lari cepat 50 m
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 1.37.
4. Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar dari Siklus 1 ke
Siklus 2
Perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun
Pelajaran 2011/2012 dari siklus 1 ke siklus 2 disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 7.4Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012dari Siklus 1 ke Siklus 2
Rata-Rata Ketuntasan Hasil Belajar Siklus 1
Rata-Rata Peningkatan Siklus 2
Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar
77.64
2.67
5.01
Berdasarkan tabel 7.4 tersebut menunjukkan bahwa, ketuntasan hasil
belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012mengalami peningkatan
yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa, ketuntasan hasil belajar
mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 5.01.
5. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat 50 m dari Kondisi
Awal ke Siklus II
Perbandingan peningkatan kemampuan lari cepat 50 m siswa kelas V
SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga
39
Tahun Pelajaran 2011/2012 dari kondisi awal ke siklus II disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 8.4Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat 50 m Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012dari Kondisi Awal ke Siklus 2.
Rata-Rata Kemampuan
Lari Cepat 50 m Kondisi Awal
Rata-Rata Peningkatan Siklus 2
Peningkatan Kemampuan Lari Cepat
50 m
25.57
29.43
3.83
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa, kemampuan
lari cepat 50 m siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan
Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 mengalami
peningkatan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa, kemampuan lari
cepat 50 m mengalami peningkatan dari kondisi awal ke siklus II sebesar 3.83.
6. Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar dari Kondisi Awal
ke Siklus II
Perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun
Pelajaran 2011/2012 dari kondisi awal ke siklus II disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 9.4 Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012dari Kondisi Awal ke Siklus 2.
Rata-Rata Ketuntasan
Hasil Belajar Kondisi Awal
Rata-Rata Peningkatan Siklus 2
Peningkatan Ketuntasan Hasil
Belajar
71.58
82.67
11.09
40
Berdasarkan tabel 9.4tersebut menunjukkan bahwa, ketuntasan hasil
belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012mengalami peningkatan
yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa, ketuntasan hasil belajar
mengalami peningkatan dari kondisi awal ke siklus II sebesar 11.09.
7. Prosentase Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar pada Kondisi Awal
Prosentase ketuntasan hasil belajar kondisi awal siswa kelas V SD
Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun
Pelajaran 2011/2012 disajikan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 10.4Kondisi Awal Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012.
Rentang
Nilai
Keterangan Kriteria Jumlah
Anak
Prosentase
>80 Baik Sekali Tuntas 11 43.75%
75 – 79 Baik Tuntas 0 0%
70 – 74 Cukup Tuntas 0 0%
65 – 69 Kurang Tidak Tuntas 2 12.5%
< 64 Kurang Sekali Tidak Tuntas 11 43.75%
Jumlah 24 100%
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, pada kondisi awal
ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan
Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012dengan
kategori baik sekali (tuntas) sebanyak 11 orang (43.75%), kategori kurang
(tidak tuntas) sebanyak 2 orang (12,5%) dan kategori kurang sekali( tidak
tuntas ) sebanyak 11 orang (43,75).
41
8. Prosentase Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar pada Siklus I
Prosentase ketuntasan hasil belajar siklus I siswa kelas V SD Negeri 2
Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran
2011/2012 disajikan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 11.4 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Siklus 1.
Rentang
Nilai Keterangan Kriteria Jumlah
Anak Prosentase
>80 Baik Sekali Tuntas 12 50%
75 – 79 Baik Tuntas 3 6.25%
70 – 74 Cukup Tuntas 6 25%
65 – 69 Kurang Tidak Tuntas 3 18.75%
< 64 Kurang Sekali Tidak Tuntas 0 0%
Jumlah 24 100%
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, pada siklus 1
ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan
Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012dengan
kategori baik sekali (tuntas) sebanyak 12 orang (50 %), dan kategori baik
(tuntas) 3 orang (6,25%), kategori cukup (tuntas) sebanyak 6 orang (25 %)
dan kategori kurang (tidak tuntas) sebanyak 3 orang (18,75 %).
9. Prosentase Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar pada Siklus II
Prosentase ketuntasan hasil belajar siklus II siswa kelas V SD Negeri 2
Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran
2011/2012 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 12.4 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen
Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran
2011/2012 pada Siklus II.
42
Rentang
Nilai Keterangan Kriteria Jumlah
Anak Prosentase
>80 Baik Sekali Tuntas 19 68.75%
75 – 79 Baik Tuntas 5 31.25%
70 – 74 Cukup Tuntas 0 0%
65 – 69 Kurang Tidak Tuntas 0 0%
< 64 Kurang Sekali Tidak Tuntas 0 0%
Jumlah 24 100%
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, pada siklus 2
ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan
Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012dengan
kategori baik sekali (tuntas) sebanyak 19 orang (68,75 %), kategori baik
(tuntas) 5 orang (31,25%).
43
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen
Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran
2011/2012dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan,
yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi,
dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan
diperoleh simpulan yaitu pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar
lari cepat 50 meter pada siswa kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan
Pengadegan Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012.
Hasil analisis yang diperoleh terdapat peningkatan dari kondisi awal ke
siklus I dan siklus II, baik dari peningkatan kemampuangerak dasar maupun nilai
ketuntasan hasil belajar. Kemampuan gerak dasar pada kondisi awal (25.55%),
siklus I (28.06%) dan siklus II (29.43%), sehingga peningkatan dari kondisi awal
ke siklus II sebesar (3.83%). Nilai ketuntasan hasil belajar pada kondisi awal
(71.58%), siklus I (77.64%) dan siklus II (82.67%), sehingga peningkatan dari
kondisi awal ke siklus II sebesar (11.9%).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa melalui
pendekatan bermain dapat meningkatkanhasil belajar lari cepat 50 mpada siswa
kelas V SD Negeri 2 Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga
Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa
keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta alat/media pembelajaran yang
digunakan.
43
44
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa, dengan
penggunaan alat bantu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (baik proses
maupun hasil), sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu
pertimbangan bagi guru yang ingin menggunakan media yang berupa peralatan
yang sederhana seperti kardus, tali, ban bekas, temannya sendiri ataupun alat yang
lain sebagai media alternatif dalam pembelajaran lari cepat 50 m. Bagi guru
bidang studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses pembelajaran
Penjas khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan lari cepat 50 m
yang efektif dan menarik yang membuat siswa lebih aktif serta menghapus
persepsi siswa mengenai pembelajaran Penjas yang pada awalnya membosankan
menjadi pembelajaran yang menyenangkan.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal,
khususnya kepada para guru Pernjasorkes se Kecamatan Pengadegansebagai
berikut:
1. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas,
sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat
seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru
hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan,
saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya.
2. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk
menyampaikan materi pembelajaran.
45
DAFTAR PUSTAKA
Agus Margono, Agus Mukholid, Sapta Kunta Purnama, Budhi Satyawan (2009)
Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG). Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13Surakarta .
Agus Mahendra,(2004). Manfaat Pendidikan Jasmani. Surabaya.
Arma Abdulloh,Agus Manadji. (2005).Dasar-dasar Pendidikan jasmani.
Surabaya.
Cholik Mutohir.(1996).Pengembangan model pengajaran pendidikan jasmani di
SD. Lembaga penelitian IKIP Surabaya.
Eddy Purnomo, (2007). Buku Pedoman Mengajar Dasar Gerak Atletik.
Gino Suwarni,suripto,Maryanto, dan Sutijan (1988). Arti mengajar. Surabaya.
KTSP Sekolah Dasar. (2007). Hal 2-3
Pedoman Penulisan Skripsi. (2009) .FKIP Universitas Negeri Surakarta.
Tisnowati Tamat, Moekerto Murman .(2005). Pendidikan jasmani dan Kesehatan.
Universitas terbuka.
Tim Abdi Guru, Penjas Orkes kelas V. Erlangga, KTSP (2006).
46
LAMPIRAN