Upaya Kesehatan Mengatasi Masalah Gizi Atara Lain

8
Upaya Kesehatan Mengatasi Masalah Gizi atara lain : Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif 1. Penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk. 2. Perawatan balita gizi buruk 3. Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif 1. Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi 2. Revitalisasi posyandu. 3. Pemberian suplementasi gizi. 4. Pemberian MP – ASI bagi balita gakin Kerangka Kerja Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi Komponen SKPG: 1. Keluarga 2. Masyarakat dan Lintas Sektor 3. Pelayanan Kesehatan Peran Keluarga: 1. Penyuluhan/Konseling Gizi: a. ASI eksklusif dan MP-ASI; b. Gizi seimbang; 2. Pola asuh ibu dan anak 3. Pemantauan pertumbuhan anak 4. Penggunaan garam beryodium 5. Pemanfaatan pekarangan 6. Peningkatan daya beli keluarga miskin 7. Bantuan pangan darurat: a. PMT balita, ibu hamil, b. Raskin Peran Masyarakat dan Lintas Sektor 1. Mengaktifkan Posyandu: SKDN 2. Semua balita mempunyai KMS, 3. Penimbangan balita (D), 4. Konseling, 5. Suplementasi gizi,

Transcript of Upaya Kesehatan Mengatasi Masalah Gizi Atara Lain

Upaya Kesehatan Mengatasi Masalah Gizi atara lain :

Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif1. Penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk.2. Perawatan balita gizi buruk 3. Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan

Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif1. Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi2. Revitalisasi posyandu.3. Pemberian suplementasi gizi.4. Pemberian MP ASI bagi balita gakin

Kerangka Kerja Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk

Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziKomponen SKPG:1. Keluarga2. Masyarakat dan Lintas Sektor3. Pelayanan Kesehatan

Peran Keluarga:

1. Penyuluhan/Konseling Gizi: a. ASI eksklusif dan MP-ASI; b. Gizi seimbang; 2. Pola asuh ibu dan anak3. Pemantauan pertumbuhan anak4. Penggunaan garam beryodium5. Pemanfaatan pekarangan6. Peningkatan daya beli keluarga miskin7. Bantuan pangan darurat: a. PMT balita, ibu hamil, b. Raskin

Peran Masyarakat dan Lintas Sektor

1. Mengaktifkan Posyandu: SKDN2. Semua balita mempunyai KMS, 3. Penimbangan balita (D), 4. Konseling, 5. Suplementasi gizi, 6. Pelayanan kesehatan dasar7. Berat badan naik (N) sehat dikembalikan ke peran keluarga8. BB Tidak naik (T1), Gizi kurang diberikan PMT Penyuluhan dan Konseling9. Berat badan Tidak naik (T2), BGM, Gizi buruk, sakit, dirujuk ke RS atau Puskesmas

Peran Pelayanan Kesehatan1. Mengatasi masalah medis yang mempengaruhi gizi buruk2. Balita yang sembuh dan perlu PMT, perlu dikembalikan ke Pusat Pemulihan Gizi untuk diberikan PMT3. Balita yang sembuh, dan tidak perlu PMT, dikembalikan kepada masyarakat

2.4 Tujuan Penanggulangan Gizi BurukTujuan Umum:

Menurunnya prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) menjadi setinggi-tingginya 15 % dan gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 2,5 % pada tahun 2014.Tujuan Khusus:1. Meningkatnya cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan balita di Posyandu, Puskesmas dan jaringannya. 2. Meningkatnya cakupan suplementasi gizi terutama pada kelompok penduduk rawan dan keluarga miskin.3. Meningkatnya jangkauan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di Rumah Tangga, Puskesmas dan Rumah Sakit. 4. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan keluarga dalam menerapkan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).5. Berfungsinya Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG).

Kebijakan Operasional Pence gahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk

1. Merupakan Program Nasional: Perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan antara pusat dan daerah2. Pendekatan komprehensif: Mengutamakan upaya pencegahan dan upaya peningkatan, yang didukung upaya pengobatan dan pemulihan. 3. Semua kabupaten/kota secara terus menerus melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan gizi buruk, dengan koordinasi lintas instansi/dinas dan organisasi masyarakat.4. Menggalang kemitraan antara pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat di berbagai tingkat. 5. Pendekatan Pemberdayaan masyarakat serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan.

Strategi Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk

Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau, mengenali dan menanggulangi secara dini gangguan pertumbuhan pada balita utamanya baduta.

Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM puskesmas beserta jaringannya dalam tatalaksana gizi buruk dan masalah gizi lain, manajemen laktasi dan konseling gizi.

Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan termasuk keadaan darurat melalui suplementasi zat gizi mikro, MP-ASI, makanan tambahan dan diet khusus.

Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui advokasi, sosialisasi dan KIE gizi seimbang.

Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui SKDN, Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk, dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), untuk meningkatkan manajemen program perbaikan gizi.

Mengembangkan model intervensi gizi tepat guna yang evidence based.

Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan masyarakat beserta swasta/dunia usaha dalam memobilisasi sumberdaya untuk penyediaan pangan di tingkat rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga, dan perbaikan pola asuhan gizi keluarga.

Upaya Gizi Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin AUpaya penanggulangan masalah Kurang Vitamin A tahun 1996/1997 masih bertumpu pada pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada anak balita dan ibu nifas, KIE serta monitoring melalui pencatatan dan pelaporan yang dilaksanakan di 27 propinsi.Kegiatan distribusi kapsul vitamin A diintegrasikan kedalam kegiatan UPGK dan KIA melalui posyandu dan puskesmas.Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan penanggulangan KVA, sejak tahun 1992 telah dilakukan kegiatan SOMAVITA (Sosial Marketing Vitamin A) berupa kampanye peningkatan cakupan penggunaan kapsul Vitamin A maupun peningkatan konsumsi makanan kaya akan Vitamin A atau sumber vitamin A alami ("Suvital"), dan pada tahun 1993/1994 dilakukan kegiatan perintisan fortifikasi Vitamin A pada makanan. Distribusi kapsul Vitamin A pada tahun 1996 yang dilakukan di 27 propinsi telah mencakup 71,38% (Februari 1996) dan 77,69% (Agustus 1996) dari jumlah balita yang ada. Cakupan Distribusi Tablet Besi (Fe)Upaya penanggulangan anemia gizi tahun 1996/1997 diprioritaskan kepada kelompok rawan yaitu ibu hamil, balita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur termasuk remaja putri dan pekerja wanita. Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi difokuskan kepada sasaran ibu hamil dengan suplementasi tablet besi folat (200 mg FeSO4 dan 0,25 mg asam folat). Setiap hari 1 tablet selama minimal 90 hari berturut-turut. Berdasarkan laporan tahun 1995 dan 1996 angka cakupan Fe1 dan Fe3 sudah di atas 60%. Untuk meningkatkan cakupan distribusi tablet besi dilakukan juga kegiatan social marketing dan pengembangan sistim informasi yang memungkinkan diperolehnya data peningkatan cakupan tablet Fe1 dan Fe3 serta kepatuhan untuk memakan tablet Fe oleh ibu hamil. Cakupan Distribusi Kapsul Minyak Beryodium Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) diketahui mempunyai kaitan erat dengan gangguan perkembangan fisik, mental dan kecerdasan. Kegiatan penanggulangan GAKY yang dilaksanakan oleh pemerintah hingga dewasa ini meliputi: penanggulangan dalam jangka panjang berupa penggunaan garam konsumsi beryodium bagi masyarakat. Dalam hal ini pelaksanaan yodisasi garam sudah diatur di dalam SKB 3 Menteri (Kesehatan, Perindustrian & Perdagangan, Dalam Negeri). Dengan telah dikeluarkan Keppres no.69/1994 diharapkan tahun 1996 semua garam konsumsi yang beredar sudah dalam bentuk garam beryodium yang memenuhi persyaratan.Upaya penanggulangan yang merupakan program jangka pendek dilakukan dengan cara pemberian larutan minyak beryodium kepada penduduk yang tinggal di daerah endemik sedang dan berat. Sejak tahun 1992/1993 pemberian larutan minyak beryodium melalui suntikan diganti dengan pemberian kapsul minyak beryodium. Tujuannya adalah agar lebih praktis pemberiannya baik dari segi keamanan pemberian maupun transportasinya.Hasil cakupan distribusi kapsul minyak beryodium tahun 1994/1995 pada 13 propinsi telah mencapai 100% atau lebih yaitu di propinsi DI. Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, Bali, NTB, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Sultra dan Timtim. Di samping itu pada propinsi NTT dan Maluku belum diketahui hasil cakupan distribusinya. Bila dillihat target dan cakupan pada tahun 1993/94 dibandingkan dengan tahun 1994/95 maka baik target maupun cakupannya terjadi peningkatan.Upaya Pencegahan dan Penanggulangan AnemiaCara mencegah supaya tidak terkena penyakit anemia yaitu:1. Konsumsi makanan yang bervariasi. Daging merupakan sumber zat besi yang paling baik. Selain itu juga terdapat dalam susu, asparagus, brokoli, dsb.2. Konsumsi makanan sumber vitamin C, seperti jeruk, mangga, sirsak, duku, jambu biji, dsb.3. Konsumsi garam beryodium, karena yodium membantu metabolisme Hb.4. Konsumsi teh beberapa jam setelah atau sebelum makan. Karena teh mengandung zat tanin yang dapat menghambat penyerapan Fe. 5. Bagi ibu hamil, konsumsi tablet tambah darah selama masa kehamilan.Upaya penanggulangan anemia gizi besi jangka pendek, yaitu pemerintah memberikan suplemen zat besi berupa tablet tambah darah dan penanggulangan kecacingan. Sedangkan, dalam jangka panjang, upaya penanggulangan anemia gizi diupayakan melalui peningkatan pola hidup sehat dan bersih dengan penerapan norma keluarga sadar gizi dan pola hidup bersih dan sehat.Sebagai contoh, pemerintah provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur (Jatim) telah mengembangkan kegiatan penanggulangan anemia dengan bekerjasama dunia usaha dan masyarakat. Dalam mengembangkan suplemen zat besi diupayakan agar jangan hanya menggantungkan satu merek produk tertentu, tetapi bisa menggunakan produk lain yang ada. Selain itu, pemerintah akan meningkatkan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja petugas pelaksana program penanggulangan anemia gizi dan ketersediaan suplemen zat besi di lapangan.