Upah Minimum Terlampau Tinggi Akan Rugikan Buruhjpplawyer.com/download/old/articel - Upah...

3
FEBRUARI 2009 28 Kiri-kanan: Remigius Jumalan, James Purba , Efendy. H. Purba, dan Sarmauli Simangunsong Law Firm JAMES PURBA & PARTNERS, Wisma Nugra Santana Lantai 12 (1205), Jl. Jend. Sudirman, Jakarta Selatan T: (021) 5703844-45, Fax. (021) 5703846 website : www.jpplawyer.com Email address : [email protected] Praktisi Hukum LENNY RACHMAD PERSPEKTIF Upah Minimum Terlampau Tinggi Akan Rugikan Buruh ogika pemodal memang selalu berciri mencari untung besar. Pengusaha berupaya mempengaruhi pemerintah agar terjadi liberalisasi perdagang- an, investasi dan deregulasi. Pemerintah yang sibuk melayani pemodal agar investasi meningkat justru menjajakan negara, dengan tawaran menggiur- kan namun kerap kali menindas buruh (Noorena Hertz, 1992). Paling tidak seperti itulah pendapat keba- nyakan para aktivis buruh mengenai penyebab belum layaknya upah minimum yang mereka te- rima. Pendapat ini tidak seutuhnya benar karena belum ada standar yang sudah diterima umum mengenai besarnya upah minimum yang layak. PERSPEKTIF HISTORIS Penetapan upah minimum diperlukan untuk melindungi para pekerja bergaji rendah (low paid workers) dari eksploitasi dan mencegah ter- jadinya pemiskinan buruh. Gagasan mengenai pengaturan upah sebagai instrumen hukum ber- awal dari gerakan reformasi abad 19 di Inggris bersamaan dengan gerakan serikat buruh pada Kerjasama dengan Team Law Firm James Purba & Partners Upaya pemerintah memulihkan perekonomian nasional yang sekarat akibat kri- sis berkepanjangan sejak 1998, ternyata belum sanggup mengangkat taraf hidup buruh ke tingkat yang lebih baik. Bahkan terkesan, dengan alasan meningkat- kan investasi demi perbaikan ekonomi, pemerintah cenderung berpihak pada kepentingan pengusaha, ketimbang memperjuangkan nasib buruh. Sehingga tidak terlalu mengherankan penetrasi pemodal sedemikian kuat mempengaruhi pemerintah, termasuk upaya merevisi Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Transcript of Upah Minimum Terlampau Tinggi Akan Rugikan Buruhjpplawyer.com/download/old/articel - Upah...

Page 1: Upah Minimum Terlampau Tinggi Akan Rugikan Buruhjpplawyer.com/download/old/articel - Upah Minimum.pdf · FEBRUARI 2009 29 era Victoria. Namun secara yuridis, upah minimum pertama

F E B R U A R I 2 0 0 92 8

Kiri-kanan: Remigius Jumalan, James Purba , Efendy. H. Purba, dan

Sarmauli Simangunsong

Law Firm JAMES PURBA & PARTNERS, Wisma Nugra Santana Lantai 12 (1205),

Jl. Jend. Sudirman, Jakarta SelatanT: (021) 5703844-45, Fax. (021) 5703846

website : www.jpplawyer.comEmail address : [email protected]

Praktisi HukumLENNY RACHMAD

PERSPEKTIF

Upah Minimum Terlampau Tinggi Akan Rugikan Buruh

ogika pemodal memang selalu berciri mencari untung besar. Pengusaha berupaya mempengaruhi pemerintah agar terjadi liberalisasi perdagang-an, investasi dan deregulasi. Pemerintah yang sibuk melayani pemodal agar investasi meningkat justru menjajakan negara, dengan tawaran menggiur-kan namun kerap kali menindas buruh (Noorena Hertz, 1992).

Paling tidak seperti itulah pendapat keba-

nyakan para aktivis buruh mengenai penyebab belum layaknya upah minimum yang mereka te-rima. Pendapat ini tidak seutuhnya benar karena belum ada standar yang sudah diterima umum mengenai besarnya upah minimum yang layak.

PERSPEKTIF HISTORISPenetapan upah minimum diperlukan untuk melindungi para pekerja bergaji rendah (low paid workers) dari eksploitasi dan mencegah ter-jadinya pemiskinan buruh. Gagasan mengenai pengaturan upah sebagai instrumen hukum ber-awal dari gerakan reformasi abad 19 di Inggris bersamaan dengan gerakan serikat buruh pada

Kerjasama dengan Team Law Firm James Purba & Partners

Upaya pemerintah memulihkan perekonomian nasional yang sekarat akibat kri-sis berkepanjangan sejak 1998, ternyata belum sanggup mengangkat taraf hidup buruh ke tingkat yang lebih baik. Bahkan terkesan, dengan alasan meningkat-kan investasi demi perbaikan ekonomi, pemerintah cenderung berpihak pada kepentingan pengusaha, ketimbang memperjuangkan nasib buruh. Sehingga tidak terlalu mengherankan penetrasi pemodal sedemikian kuat mempengaruhi pemerintah, termasuk upaya merevisi Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Page 2: Upah Minimum Terlampau Tinggi Akan Rugikan Buruhjpplawyer.com/download/old/articel - Upah Minimum.pdf · FEBRUARI 2009 29 era Victoria. Namun secara yuridis, upah minimum pertama

F E B R U A R I 2 0 0 9 2 9

era Victoria. Namun secara yuridis, upah minimum pertama kali dilakukan di New Zealand pada 1894, diikuti Austra-lia dengan mengeluarkan Factory and Shops Act pada 1896, disusul Inggris dengan Trade Boards Act pada 1909.

Di Amerika Serikat, gerakan upah

minimum dimotori berbagai organisa-si seperti National Consumers League, yang menganjurkan kepada para kon-sumen untuk menghindari produk per-usahaan-perusahaan yang membayar rendah upah buruh.

Pada awal perkembangan, upah

minimum di negeri Paman Sam dilihat sebagai persoalan moral ketimbang persoalan hukum. Adalah Presiden Franklin D Roosevelt yang berjuang agar negara perlu mengontrol upah minimum buruh. Maka pada 1937 upah minimum buruh diatur dalam Fair La-bor Standards Act (FLSA), yang semula hanya berlaku bagi pekerja wanita dan

anak di bawah umur, (Thomas C. Leonard: 2005).

Pasca Perang Dunia II

banyak negara mengadopsi ke-tentuan upah minimum sehingga lebih bersifat universal. Dan secara khusus International Labor Organization (ILO) mengeluarkan berbagai konvensi berkaitan dengan upah minimum, se-perti Konvensi No. 26 tentang Minimum Wage Fixing Machinery (1928), Konvensi No. 99 tentang Minimum Wage Fixing Machinery on Agriculture (1951), dan Konvensi No. 131 tentang Minimum Wage Fixing (1970).

Di Indonesia ketentuan upah mini-

mum mulai berlaku pada 1956. Ber-dasarkan Keputusan Presiden RI No. 58 tahun 1969 dibentuklah Dewan Pe-nelitian Pengupahan Nasional (DPPN), yang anggotanya terdiri dari berbagai departemen terkait, Bappenas, bank sentral, universitas, serikat pekerja dan organisasi pengusaha. Malangnya, sam-pai hari ini pun kita masih sedang dan selalu menyaksikan “utak-atik” upah minimum ini.

Kebijakan upah minimum dari

awal perkembangannya merupakan kebijakan pengentasan kemiskinan yang timbul sebagai akibat dari ketidak-setaraan posisi tawar antara pemilik modal terhadap kaum buruh. Para bu-ruh terpaksa hidup dengan upah sangat rendah yang hanya cukup untuk berta-han hidup. Kondisi pengupahan seperti ini melahirkan mayoritas masyarakat miskin di tengah keberlimpahan mi-noritas pemilik modal.

UPAH BURUH VS. PERAN NEGARARuntuhnya sektor industri bersamaan dengan terjadinya krisis ekonomi pada akhir masa pemerintahan Orde Baru, membuat pemerintah mengambil ke-

bijakan menjual aset melalui privati-sasi. Kebijakan menjual aset negara ini ternyata melahirkan problematika tersendiri, khususnya di sektor per-buruhan. Di satu pihak investor yang umumnya adalah perusahaan multina-sional dibutuhkan guna memulihkan ekonomi. Namun di pihak lain perusa-haan tersebut berusaha menekan upah buruh serendah-rendahnya dan me-netapkan syarat-syarat kerja yang mem-buat buruh menjerit. Dalam konteks ini, para pengusaha lokal juga ikut-ikutan mengusung isu iklim investasi untuk menekan upah buruh.

Tidak mengherankan, upah sering-

kali menjadi pemicu perselisihan antara buruh dengan pengusaha. Tekanan kemiskinan yang dihadapi kaum buruh, yang kemudian dipicu oleh berbagai kasus keberpihakan pemerintah pada pengusaha, akan menyebabkan se-makin meningkatnya militansi gerakan buruh menuntut hak-haknya dan me-ningkatnya resistensi buruh terhadap aturan hukum yang dianggap mengan-cam hak-hak mereka.

Aksi demonstrasi buruh yang di-

lakukan dalam skala luas dan kontinyu akan melumpuhkan kegiatan ekonomi. Namun unjuk rasa buruh, legal dalam perspektif hukum. Aksi mogok buruh semakin diminati karena dinilai lebih efektif untuk memperjuangkan kepen-tingan buruh. Untuk itu perlu ada kom-promi dan dialog antara semua pihak yang terkait. Kalau pengusaha tetap bersikeras memandang upah hanya dalam kerangka proses produksi, maka kaum buruh akan resisten menghadapi persoalan hubungan industrial, de-ngan selalu menempatkan pengusaha sebagai musuh yang mengeksploitasi buruh.

Di Indonesia, hak untuk memper-

oleh kehidupan layak merupakan hak

Kebijakan upah minimum dari awal perkembangannya

merupakan kebijakan pengentasan kemis-

kinan yang timbul sebagai akibat dari

ketidaksetaraan posi-si tawar antara pemi-

lik modal terhadap kaum buruh.

Page 3: Upah Minimum Terlampau Tinggi Akan Rugikan Buruhjpplawyer.com/download/old/articel - Upah Minimum.pdf · FEBRUARI 2009 29 era Victoria. Namun secara yuridis, upah minimum pertama

F E B R U A R I 2 0 0 93 0

Sebagai penutup, penulis teringat

akan pesan bijak filsuf Yunani: Epicurus (341-271 SM). Menurut Epicurus kebu-tuhan manusia dapat dibagi atas tiga jenis yakni kebutuhan alamiah dan men-dasar, kebutuhan alamiah namun tidak mendasar dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan alamiah ini misalnya adalah kebutuhan terhadap sandang, pangan dan papan. Ketika seseorang lapar atau kedinginan dia hanya membutuhkan sepiring nasi dan baju hangat. Di sini jelas, natural limit-nya: rasa kenyang dan hangat. Selanjutnya, menurut Epi-curus kebutuhan atau keinginan atas harta atau kekuasaan adalah kebutu-han sekunder. Keinginan ini sangat su-lit dipenuhi terutama karena tidak ada batasan secara alamiah (no natural lim-it). Ketika harta yang menjadi ukuran, maka semakin banyak yang didapat, semakin banyak juga yang diinginkan. Disini yang menjadi batasnya adalah langit, sky is the limit.

Pesan yang hendak disampaikan

Epicurus adalah upah hendaknya tidak dilihat dari besar kecil, melainkan peng-gunaannya yang bertanggung jawab dan “tahu diri” demi kelangsungan hidup. Dengan upah minimum yang tinggi tidak ada jaminan kehidupan bu-ruh serta merta menjadi lebih makmur karena pada prinsipnya kebutuhan atau keinginan terhadap uang tidak ada ba-tas alamiah (no natural limit).

Mengingat urgennya penetapan

upah ini, maka pemerintah harus memi-liki strategi dan kebijakan yang jelas dan terarah agar pertumbuhan ekonomi dan penegakan hak-hak perburuhan berjalan seimbang. Kehadiran pemerin-tah dibutuhkan selain sebagai regulator juga sebagai fasilitator dalam memberi-kan solusi terbaik, yang mungkin tidak memuaskan semua pihak. Semoga per-soalan upah ini tidak lagi menjadi per-soalan abadi kaum buruh, bila menda-patkan penanganan tepat.

konstitusional sebagaimana ditetap-kan dalam Pasal 27 dan 28D UUD (ha-sil amandemen). Amanat konstitusi ini melegitimir tindakan negara untuk melakukan intervensi yang wajar da-lam mengontrol perilaku pelaku pasar berkaitan dengan upah minimum. Hu-kum perburuhan harus memiliki peran strategis baik dalam mengupayakan pemulihan ekonomi maupun pening-katan kesejahteraan buruh. Aspek per- tumbuhan ekonomi dan kesejahteraan buruh harus bersifat komplementer, bu-kan saling meniadakan satu sama lain (Aloysius Uwiyono: 2004).

Di pihak lain, upah minimum

yang terlampau tinggi juga pada ak-hirnya akan merugikan buruh sendiri. Upah minimum yang tinggi membuat peng-usaha tidak terdorong menam-bah tenaga kerja melainkan membatasi ekspansi usaha, sebagaimana terjadi di Perancis beberapa tahun lalu. Menu-rut laporan Newsweek, kerusuhan yang terjadi di Perancis bukan disebabkan oleh benturan peradaban, tetapi karena tingginya upah minimum yang mem-buat perusahaan enggan menambah pekerja baru. Di samping itu, banyaknya birokrasi serta tingginya pajak penda-patan pekerja (payroll tax) membuat pengusaha sangat sulit menciptakan usaha baru (Newsweek: Nov. 21: 2005).

Di pihak lain,

upah minimum

yang terlam-

pau tinggi juga

pada akhirnya

akan merugikan

buruh sendiri.

Upah minimum

yang tinggi mem-

buat pengusaha

tidak terdorong

menambah tena-

ga kerja melain-

kan membatasi

ekspansi usaha