Up Sweet Tehupeiory 2

31
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelinci adalah salah satu jenis aneka ternak yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan dan mudah membudidayakan serta memiliki peluang sebagai sumber daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi rakyat Indonesia. Kelebihan dari pemeliharaan ternak kelinci ini adalah tidak banyak membutuhkan modal dan teknologi yang tinggi tidak memerlukan areal yang luas, pertumbuhannya relatif murah dan sangat efisien dalam memanfaatkan protein hijauan (Cheeke,1980). Kelinci memiliki kemampuan biologis yang tinggi, selang beranak pendek, mampu beranak banyak, dapat hidup dan berkembang biak dari limbah pertanian dan hijauan (Templeton,1968). Tersedianya hijauan berupa rumput, leguminosa, berbagai jenis herba, dan limbah sayuran seperti daun wortel, kobis serta limbah pertanian seperti dedak, onggok, ampas tahu dan lain-lain di daerah beriklim tropis seperti Indonesia, merupakan 1

Transcript of Up Sweet Tehupeiory 2

Page 1: Up Sweet Tehupeiory 2

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelinci adalah salah satu jenis aneka ternak yang mempunyai potensi

besar untuk dikembangkan dan mudah membudidayakan serta memiliki

peluang sebagai sumber daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani

bagi rakyat Indonesia. Kelebihan dari pemeliharaan ternak kelinci ini

adalah tidak banyak membutuhkan modal dan teknologi yang tinggi tidak

memerlukan areal yang luas, pertumbuhannya relatif murah dan sangat

efisien dalam memanfaatkan protein hijauan (Cheeke,1980).

Kelinci memiliki kemampuan biologis yang tinggi, selang beranak

pendek, mampu beranak banyak, dapat hidup dan berkembang biak dari

limbah pertanian dan hijauan (Templeton,1968). Tersedianya hijauan

berupa rumput, leguminosa, berbagai jenis herba, dan limbah sayuran

seperti daun wortel, kobis serta limbah pertanian seperti dedak, onggok,

ampas tahu dan lain-lain di daerah beriklim tropis seperti Indonesia,

merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan kelinci.

Salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan usaha

peningkatan produksi ternak adalah pemberian pakan yang berkualitas.

Pakan harus memiliki kandungan zat-zat makanan yang seimbang dan

cukup baik guna memenuhi kebutuhan hidup kelinci yang meliputi

kebutuhan hidup pokok, pertambahan berat badan dan produksi serta

reproduksi. Salah satu pakan utama kelinci adalah rumput. Rumput di

butuhkan kelinci karena mengandung serat kasar. Serat yang di butuhkan

kelinci pertumbuhan antara 12-27% (Templeton,1968). Musim kemarau

rumput susah sekali didapat, maka dari itu diperlukan pakan pengganti yang

1

Page 2: Up Sweet Tehupeiory 2

2

mengandung serat kasar yang cukup untuk kesehatan kelinci. Salah satu

jenis pakan yang dapat dijadikan pengganti rumput adalah cocopeat.

Cocopeat adalah serbuk sabut kelapa, yang dihasilkan dari proses

penghancuran sabut kelapa. Proses penghancuran sabut dihasilkan serat

yang lebih dikenal fiber, serta serbuk halus sabut yang dikenal cocopeat.

Cocopeat ini merupakan limbah yang berpotensi untuk dijadikan pakan

karena mengandung serat kasar yang cukup untuk bahan ternak kelinci.

Berdasarkan sistem pencernaannya kelinci termasuk hewan monogastrik

yang memiliki lambung tunggal. Kelinci sebagai ternak herbivora yang

sumber makanannya berupa hijauan, kelinci membutuhkan serat kasar

yang cukup dalam ransumnya untuk menjaga kesehatan alat pencernaanya

karena bila kekurangan serat kasar dapat menyebabkan radang usus.

Saat ini, di Indonesia khususnya limbah kelapa tersedia cukup

banyak jumlahnya, sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan suatu bahan

pakan. Cocopeat dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif karena

memiliki serat yang baik. Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas

selulosa, lignin, pyroligenous acid, gas, arang, ter, tannin dan potassium

(Rindengan dkk., 1995). Enzim berfungsi untuk memecah komponen

cocopeat dan untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan. Enzim yang

digunakan adalah enzim multiase yang mengandung protease, karbohirase

dan phitase.

Penelitian cocopeat pada ternak kelinci belum dilakukan dan belum

diketahui pengaruhnya terhadap bobot badan, konsumsi dan efisiensi

ransum. Berdasarkan uraian tersebut, penulis bermaksud melakukan

penelitian mengenai cocopeat yang diberikan dalam ransum kelinci.

Page 3: Up Sweet Tehupeiory 2

3

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang mengenai pemanfaatan cocopeat

dan enzim sebagai sumber bahan pakan, maka yang menjadi masalah

adalah:

1. Bagaimana pengaruh dan interaksi pemberian cocopeat dalam

ransum terhadap Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Ransum dan

Efisiensi Ransum pada kelinci Ras.

2. Bagaimana pengaruh dan interaksi pemberian enzim dalam ransum

terhadap Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Ransum dan Efisiensi

Ransum pada kelinci Ras.

3. Bagaimana pengaruh dan interaksi pemberian cocopeat dan enzim

dalam ransum terhadap Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Ransum dan

Efisiensi Ransum pada kelinci Ras.

4. Pada tingkat berapa persen cocopeat dan enzim dalam ransum yang

menghasilkan Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Ransum dan Efisiensi

Ransum yang optimal pada Kelinci Ras.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh dan interaksi pemberian cocopeat dalam

ransum terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi dan efisiensi ransum

pada kelinci Ras.

2. Mengetahui pengaruh dan interaksi pemberian enzim dalam ransum

terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi dan efisiensi ransum pada

kelinci Ras.

Page 4: Up Sweet Tehupeiory 2

4

3. Mengetahui pengaruh dan interaksi pemberian cocopeat dan enzim

dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi dan efisiensi

ransum pada kelinci Ras.

4. Mendapatkan tingkat penggunaan cocopeat dan enzim yang

menghasilkan pertambahan bobot badan, konsumsi dan efisiensi ransum

yang optimal pada kelinci Ras.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi khususnya bagi

peternak kelinci dalam memanfaatkan cocopeat sebagai bahan pakan

alternatif yang menunjang pertumbuhan ternak kelinci terutama pada saat

musim kemarau yang kekurangan hijauan pakan, dan untuk industri

makanan ternak sebagai sumber serat.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kelinci merupakan hewan yang mempunyai sifat prolifik yaitu

beranak banyak. Selain itu, ternak tersebut merupakan salah satu komoditas

peternakan yang dapat menghasilkan daging berkualitas dengan kandungan

protein hewani yang baik pula (Kartadisastra, 1994). Kelinci mengalami

fase pertumbuhan sejak masih dalam kandungan induknya.

Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya

untuk kebutuhan hidup kelinci dilihat dari segi kualitas maupun

kuantitasnya. Tujuan dari pemberian pakan pada kelinci adalah untuk

memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan proses

reproduksi pada hewan dewasa (Templeton., 1968). Ransum kelinci harus

mengandung protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin yang cukup

(NRC, 1988).

Page 5: Up Sweet Tehupeiory 2

5

Kebutuhan zat-zat makanan untuk kelinci yang sedang tumbuh:

protein kasar 16%, serat kasar 10-12%, TDN 85%, Ca 0,4%, fosfor 0,22%,

dan digestible energy 2500 kkal/kg ransum (NRC., 1988). Kebutuhan zat-

zat makanan kelinci masa pertumbuhan yaitu protein kasar 12-15%, serat

kasar 20-27%, lemak 2-3,5% dan abu 5-6,5% (Templeton., 1968).

Pemberian pakan harus mengacu kepada kebutuhan zat gizi yang

diperlukan oleh kelinci. Kebutuhan protein kelinci berkisar antara 12−18%,

tertinggi pada fase menyusui adalah 18% dan terendah pada dewasa adalah

12%, kebutuhan serat kasar induk menyusui, bunting dan muda adalah

10−12%, kelinci dewasa adalah 14% (Cheeke., 1987).

Jumlah pakan yang diberikan harus memenuhi jumlah yang

dibutuhkan sesuai dengan tingkat umur/bobot badan kelinci. Pemberian

pakan ditentukan berdasarkan kebutuhan bahan kering. Jumlah pemberian

pakan bervariasi bergantung pada periode pemeliharaan dan dan bobot

badan kelinci. Hijauan merupakan bahan pakan utama yang diberikan oleh

peternak kelinci di Jawa dengan jumlah pemberian mencapai 80–90% dari

total ransum (Sitorus., 1981).

Pakan yang baik untuk kelinci adalah pakan yang dapat

meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, menghasilkan pertumbuhan

yang optimal dan hasil akhir yang dicapai dengan biaya produksi rendah.

Salah satu sumber makanan ternak kelinci adalah hijauan yang berasal dari

rumput lapangan (Templeton., 1968).

Hambatan yang dihadapi peternak adalah apabila musim kemarau

tiba akan menyebabkan kekurangan sumber hijauan yang disebabkan

karena terjadinya kekeringan. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah

pemanfaatan bahan pakan berasal limbah pertanian yang tersedia, murah

dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan oleh kelinci (Rahardjo, 2004

Page 6: Up Sweet Tehupeiory 2

6

dkk). Salah satu alternatif yang dapat dijadikan sumber hijauan adalah

cocopeat, dimana kandungan seratnya cukup baik.

Serat kasar didefinisikan sebagai bagian dari dinding sel tanaman

yang memberikan sifat keras pada jaringan tanaman. Jumlah kandungan

serat kasar dalam ransum kelinci berbeda-beda sesuai dengan umur, bobot

hidup dan tujuan pemeliharaannya serta sumber seratnya (Templeton,

1968 ; NRC, 1977 ; Lebas, 1983 Cheeke, 1980).

Pada dasarnya, fungsi serat kasar bagi ternak adalah sebagai bahan

pengisi, sumber energi dan sebagai pelancar buang kotoran. Serat kasar

penting dalam ransum kelinci bukan hanya karena nilai nutrisinya saja,

tetapi lebih utama untuk mencegah enteritis dan memakan bulunya sendiri

(Cheeke, 1983). Serat kasar berfungsi menjaga kesehatan saluran

pencernaan meskipun daya cerna serat kasar pada kelinci tidak sebaik

ruminansia.

Kadar serat kasar yang mampu dicerna pada sekum kelinci adalah

65-78% tergantung dari jenis serat kasarnya (Anggorodi., 1994). Pendapat

ini ditunjang oleh penelitian Rahardjo dkk (1988) bahwa nilai ketercernaan

leguminosa berkisar antara 50-70%, namun pada gliserida berkisar antara

30-50% yang sebanding dengan nilai ketercernaan rumput gajah.

Cocopeat diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan

alternatif untuk meningkatkan kualitas ransum kelinci, karena cocopeat

merupakan limbah dari tanaman kelapa yang mempunyai kandungan serat

kasar tinggi. Komposisi kimia cocopeat adalah sebagai berikut: abu 3,6 % ;

serat kasar 20-30% ; lignin 65-70% ; hemiselulosa 8,5% ; pentosan 0,32%

(Rijksstraatweg., 2002).

Hasil analisis menunjukkan kandungan serat kasar cocopeat cukup

baik sehingga cocopeat dapat digunakan sebagai pengganti ataupun

Page 7: Up Sweet Tehupeiory 2

7

tambahan apabila kekurangan rumput lapangan. Kelinci merupakan hewan

monogastrik yang membutuhkan serat kasar yang cukup. Guna mencukupi

kekurangan zat-zat makanan, maka pemberian konsentrat diperlukan bagi

kelinci yang sedang tumbuh. Imbangan ransum terbaik yang dapat

meningkatkan pertambahan bobot badan dan efisiensi ransum adalah 30%

hijauan dan 70% konsentrat (Aisjah, 1991).

Akhir-akhir ini, penelitian banyak diarahkan pada penggunaan enzim

dalam ransum untuk memperbaiki produktivitas ternak dan kecernaan

pakan. Penambahan enzim biasanya dilakukan pada bahan pakan yang

kecernaannya rendah, sehingga dapat meningkatkan penggunaan bahan

pakan tersebut. Fungsi enzim adalah memecah komponen cocopeat untuk

meningkatkan kinerja pertumbuhan. Dengan menambahkan enzim

kompleks dapat meningkatkan nilai cerna ransum itu sendiri dilihat dari

aspek pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum. Enzim yang

digunakan dalam penelitian ini adalah enzim multiase yang mengandung

protease, karbohidrase dan phitase.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka ditarik sebuah

Hipotesis bahwa pemberian Cocopeat dan enzim dalam ransum dapat

meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan efisiensi

ransum pada kelinci ras.

1.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian selama 7 minggu mulai dari tanggal

12 desember 2011-30 januari 2012 dan Penelitian ini dilaksanakan di Balai

Penelitian Ternak (BALITNAK) Ciawi-Bogor.

Page 8: Up Sweet Tehupeiory 2

8

II

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

2.1 Bahan dan Objek Penelitian

2.1.1 Ternak Percobaan

Penelitian akan dilaksanakan dengan menggunakan 54 ekor ternak

kelinci Ras (persilangan kelinci New Zealand White dan kelinci Flemish

Giant), berumur 8 minggu dengan bobot badan awal 700-900 gram. Kelinci

ditempatkan secara acak dalam 18 kandang, sehingga masing-masing

kandang berisi 3 ekor. Tiap kandang diberi nomor agar memudahkan dalam

pengontrolan dan pengambilan data. Koefisien variasi kelinci dinyatakan

lebih dari 10%.

2.1.2 Kandang Percobaan

Sistem perkandangan yang akan digunakan dalam penelitian

merupakan kandang koloni dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi

masing-masing adalah 50cm x 90 cm x 50 cm. Setiap unit kandang

dilengkapi dengan tempat ransum dan air minum. Bahan kandang terbuat

dari besi dan jeruji besi dan lantai jeruji. Kandang ditempatkan di suatu

ruangan yang berdinding dan mempunyai ventilasi.

2.1.3 Peralatan

Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi

beberapa alat, yaitu:

- Tempat pakan dan air minum

- Timbangan digital

- Alat-alat untuk membersihkan kandang

Page 9: Up Sweet Tehupeiory 2

9

2.1.4 Bahan Penyusun Ransum dan Susunan Ransum

Bahan ransum yang digunakan terdiri dari bungkil kedelai, dedak

halus, jagung, tepung ikan, minyak sayur, DDGS, cocopeat, Huits, aditif,

enzim (multi enzim) yang berasal dari BALITNAK.

2.1.5 Susunan Ransum Perbobaan

Adapun kandungan nutrien dari cocopeat di tampilkan di tabel 1 ,

Bahan Penyusun Ransum di tabel 2 dan kebutuhan Zat-Zat makanan kelinci

Pertumbuhan pada tabel 3.

Tabel 1 Kandungan nutrien Cocopeat

Kandungan Nutrisi Persen %abu 3.60%,

serat kasar 20-30%,

lignin 65-70%,

hemiselulosa 8.50%

pentosan/lignin rasio 0.32%

Sumber; Rijksstraatweg, 2002.

Page 10: Up Sweet Tehupeiory 2

10

Ransum percobaan disusun berdasarkan iso protein 18%, iso energi 2550

Kkal/kg dan iso serat 14%.

Tabel 2 Komposisi Kimia ransum percobaan cocopeat

perlakuan Komposisi kimia ransum (terhitung)% CP DE

% CF

%Ca

%P

%Lys

%Met

C Sumberlain

total

P1 18.02 2520 0.00 14.2 14.2 0.82 0.79 0.89 0.58P2 18.02 2520 0.00 14.2 14.2 0.82 0.79 0.89 0.58P3 18.05 2544 4.01 10.29 14.3 0.72 0.93 0.89 0.60P4 18.05 2544 4.01 10.29 14.3 0.72 0.93 0.89 0.60P5 18.08 2589 8.02 6.78 14.8 0.69 0.98 0.89 0.60P6 18.08 2589 8.02 6.78 14.8 0.69 0.98 0.89 0.60P1 18.02 2520 0.00 14.2 14.2 0.82 0.79 0.89 0.58P2 18.02 2520 0.00 14.2 14.2 0.82 0.79 0.89 0.58

Keterangan: C= Cocopeat ; E= Enzim

Sumber: Balitnak., 2011

Tabel 3 kebutuhan Zat-Zat makanan kelinci Pertumbuhan.

Kebutuhan nutrisi Presentase

Protein kasar 12-16%,

Serat kasar 12-27%,

Lemak kasar 2-10%

Calicium 0,4%

Phospor 0,22%

DE 2500 Kkal/kg

TDN 65%,

Sumber; Templeton, 1968

Page 11: Up Sweet Tehupeiory 2

11

Susunan Ransum Percobaan terdiri atas 2 faktor:

1. cocopeat dengan 3 tingkat pemberian yaitu 0%, 6,1%, 12,2%

2. enzim dengan 2 tingkat pemberian yaitu 0%, 0,02%

Ransum Percobaan terdiri dari 6 kombinasi percobaan yaitu:

P1: Ransum yang mengandung 0 % Cocopeat + 0 % Enzim

P2: Ransum yang mengandung 0 % Cocopeat + 0,02% Enzim

P3: Ransum yang mengandung 6.1 % Cocopeat + 0% Enzim

P4: Ransum yang mengandung 6,1% Cocopeat + 0.02 % Enzim

P5: Ransum yang mengandung 12.2 % cocopeat + 0% Enzim

P6: Ransum yang mengandung 12,2% Cocopeat + 0,02% Enzim

Page 12: Up Sweet Tehupeiory 2

12

2.2 Metode Penelitian

2.2.1 Prosedur Percobaan

Sebelum dilakukan penelitian pendahuluan, kandang dibersihkan

dengan desinfektan dengan cara disemprotkan setelah dibersihkan.

Penimbangan berat awal dilakukan pada akhir penelitian pendahuluan.

Penimbangan berat badan awal selanjutnya dilakukan satu minggu sekali

pada pagi sebelum kelinci diberi ransum untuk mengetahui pertambahan

berat badan tiap minggu. Ransum perlakuan diberikan sebanyak 150 gram/

per hari dengan 2 kali pemberian dalam sehari yaitu pada pukul 07.30 dan

pukul 15.30 WIB. Konsumsi ransum dihitung dengan menimbang ransum

yang diberikan dikurangi sisa ransum setelah 24 jam. Air minum diberikan

secara ad libitum.

2.2.2 Peubah yang Diamati

1. Konsumsi ransum (g/ekor/hari)

Konsumsi ransum diperoleh dengan cara menimbang berat ransum yang

diberikan dikurangi berat ransum sisa setelah 24 jam (Cheeke, 1987).

Penimbangan konsumsi ransum dilakukan sehari sekali selama penelitian.

Rumus : KR = R1 – R2

Dimana :

KR = Konsumsi ransum

R1 = Ransum yang diberikan

R2 = Sisa ransum

Page 13: Up Sweet Tehupeiory 2

13

2. Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari)

Pertambahan bobot badan diperoleh dari selisih antara bobot badan

akhir penimbangan dengan bobot badan awal penimbangan dibagi dengan

lamanya penelitian (Soeharsono,1979). Penimbangan dilakukan satu

minggu sekali selama penelitian.

Rumus :

PBB(gram/hari) =

3. Efisiensi Penggunaan Ransum (%)

Efisiensi penggunaan ransum diperoleh dengan cara menghitung rasio

antara pertambahan bobot badan (g) dengan konsumsi ransum (g)

(Anggorodi, 1994).

Effisiensi Ransum =

Pertambahan bobot badanKonsumsi Ransum

x 100 %

3.2.4 Rancangan percobaan dan analisis statistik.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, Rancangan Acak

Lengkap dengan Pola Faktorial 3x2 masing-masing di ulang 3 kali,

sehingga diperoleh 18 unit percobaan.

Penelitian ini menggunakan 2 faktor utama yaitu:

1. Cocopeat dibagi dalam 3 tingkat pemberian yaitu 0%, 6,1%, 12,2%

2. Enzim dibagi dalam 2 tingkat pemberian yaitu 0%, 0,02%

Bobot akhir (gram )−Bobot awal ( gram)Jarak Penimbangan (hari)

Page 14: Up Sweet Tehupeiory 2

14

Model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Keterangan :

Yij = nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang

memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor A

dan taraf ke-j dari faktor B)

µ = nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya)

αi = pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A

βj = pengaruf aditif taraf ke-j dari faktor B

εijk =pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan ij

Asumsi : Σαi = Σβj = Σ(αβ)ij = Σ(αβ)ij = 0

Sidik Ragam

SumberKeragaman DB JK KT

Perlakuan ab – 1 JKP KTP

A a-1 JK(A) KT(A)

B b-1 JK (B) KT(B)

AB (a-1)(b-1) JK(AB) KT(AB)

Galat ab(r – 1) JKG KTG

Total rab – 1 JKT -

Page 15: Up Sweet Tehupeiory 2

15

Hipotesis

Uji hipotesis:

1. H 0 (αβ )=0 tidak ada interaksi

H 0 (αβ ) ≠ 0 ada interaksi

2. αi=0 tidak ada pengaruh faktor 1

αi ≠ 0 pengaruh faktor 1

3. βj=0 faktor dua tidak berpengaruh

βj≠ 0 faktor dua berpengaruh

Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan dengan Uji Jarak

Berganda Duncan.

Model matematis uji jarak berganda Duncan, sebagai berikut :

LSR = SSR x Sx

Keterangan :

Sx = Standard error

KTG = Kuadrat Tengah Galat

r = Ulangan

SSR = Studentized Significant Range

LSR = Leastized Significant Range

Kaidah keputusan :

Jika selisih antara perlakuan (d) dibandingkan dengan LSR, ternyata:

d ≤ LSR, perlakuan tidak berbeda nyata

d > LSR, perlakuan berbeda sangat nyata atau berbeda nyata 

Page 16: Up Sweet Tehupeiory 2

16

TATA LETAK PERCOBAAN

1

11,45,46

P3U3

2

50,12,10

P1U2

3

9,34,37

P5U1

4

18,38,47

P3U2

5

21,3,54

P5U2

6

16,7,1

P3U1

7

14,20,44

P6U1

8

32,22,28

P4U1

9

26,5,53

P4U2

10

19,52,43

P6U2

11

24,49,8

P2U1

12

36,6,48

P2U3

13

4,31,25

P1U1

14

41,27,2

P4U3

15

51,17,15

P1U2

16

40,13,33

P2U1

17

39,42,30

P6U3

18

29,35,23

P5U3

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Up Sweet Tehupeiory 2

17

Aisjah, T., 1991. Pengaruh Imbangan Hijauan dan Konsentrat Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan dan Bobot Karkas Kelnci New Zealand White. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Sumedang

Anggorodi, R., 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. 207-213

Cheeke, P. R., 1980. The Potential Koler of the Rabbit in Meeting World Feed Needs. J. Applied Rabbet Res. 3;3-4

Cheeke, P.R., Patton, N. M., Lukefahr, S. D., Mcnitt, J. I., 1983. Rabbit Production. The Interstate Printers and Publisher. United State of America Hal 99;293.

Cheeke, P.R., 1987. Rabbet Feeding and Nutrition. Departement of Animal Science. Academic Press, Inc. Oregon State University. Corvalis.

Hartadi, H., S. Reksohardiprdjo dan Allen D. Tilman. 2005 Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta.

Kartadisastra, 1994. Beternak Kelinci untuk Unggul, Kanisius, Yogyakarta. Hal 11-15

Lebas, 1983. Influence of feeding level during pregnancy of the rabbit doe. J. of applied rabbit res. Hal 1-9

Maynard, L. A and J. K. Loosli, 1956. Animal Nutrition Fourth Edition. McGraw – Hill Book Company. Inc York- Toronto London.

National Research Council (NRC) (1988). Nutrient Requirements of Rabbits. Natl. Acad. Sci., Washington, D. C.

Rahardjo, Y. C. 1988. Rex, Breed Alternatif untuk pengembangan kelinci. Kumpulan Makalah Seminar Ekspor ternak Potong. Balai Penelitian Ternak. Ciawi-Bogor.

Page 18: Up Sweet Tehupeiory 2

18

Rindengan, B., A. Lay., H. Novarianto., H. Kembuan dan Z. Mahmud. 1995. Karakterisasi daging buah kelapa hibrida untuk bahan baku industri makanan. Laporan Hasil penelitian. Kerjasama Proyek Pembinaan Kembagaan Penelitian Pertanian Nasional. Badan Litbang 49p.

Rijksstraatweg.2002. Dutch plantain coir. 4191 SE Geldermalsen. The Netherlands.

Sartika.T., Gultom, D. dan Aritonang, D. 1988. Pemanfaatan Daun Wortel (Daucus carota) dan Campurannya dengan Rumput Lapangan Sebagai Pakan Kelinci. Proceding Seminar Nasional Peternakan dan Forum Peternak, Unggas dan Aneka Ternak II. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor.

Sitorus, P., S. Sastradihardjo, J.S. Rahardjo, I. Gde Putu , Santoso, B. Sudaryanto & Agus N. H. 1981. Budidaya Ternak Kelinci di Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor.

Templeton, G.S., 1968. Domestic Rabbit Production. 4rd. Ed. The Interstate Printer and Publisher, Inc., Denville, Ilionis. Hal: 18

Lampiran 1 berbagai produk yang dihasilkan dari buah kelapa

Page 19: Up Sweet Tehupeiory 2

19

Sumber:

Prospek Pengolahan Hasil Sampingan Buah Kelapa

(Zainal Mahmud dan Yulius Ferry)

Lampiran 2 Produk turunan dari pengolahan sabut kelapa

Page 20: Up Sweet Tehupeiory 2

20

Sumber:

Prospek Pengolahan Hasil Sampingan Buah Kelapa

(Zainal Mahmud dan Yulius Ferry)

Lampiran 3 . Rencana Biaya Penelitian

Kompos

Cocopeat

Hardboard

Genteng

Geotekstil

KerajinanKesetKarpetTalidll

matras

Sabut

Serat panjang

Serat pendek

Debu sabut

Serat berkaret

Page 21: Up Sweet Tehupeiory 2

21

Biaya Penelitian

A. Pra Penelitian

Persiapan Literatur dan Photo Copy Rp. 200.000,-

Photo Copy Usulan Penelitian Rp. 40.000,- +

Total Rp. 240.000,-

B. Penelitian *)

Kelinci Lepas sapih 54 ekor @ Rp. 100.000,- Rp. 5.400.000,-

Ransum Cocopeat : Pellet ( siap pakai)

Semua perlakuan @25 kg x RP 6.500 RP.1.625.000,-

Perlengkapan Kandang Rp. 100.000,-

Biaya tak terduga Rp. 100.000,- +

Total Rp. 8.025.000

*Biaya di bagi untuk 2 orang dan di biayai Oleh Balitnak

Biaya Hidup di Balitnak 2 bulan @900.000,- RP. 1.800.000

D. Pasca Penelitian

Pengetikan Rp. 100.000,-

Penjilidan dan Perbanyakan skripsi Rp. 100.000,-

Total Rp. 200.000,-

Total Biaya Penelitian (pribadi) Rp. 2.000.000,-