Up Sweet Tehupeiory 2
-
Upload
gracemaria2 -
Category
Documents
-
view
156 -
download
1
Transcript of Up Sweet Tehupeiory 2
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelinci adalah salah satu jenis aneka ternak yang mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan dan mudah membudidayakan serta memiliki
peluang sebagai sumber daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani
bagi rakyat Indonesia. Kelebihan dari pemeliharaan ternak kelinci ini
adalah tidak banyak membutuhkan modal dan teknologi yang tinggi tidak
memerlukan areal yang luas, pertumbuhannya relatif murah dan sangat
efisien dalam memanfaatkan protein hijauan (Cheeke,1980).
Kelinci memiliki kemampuan biologis yang tinggi, selang beranak
pendek, mampu beranak banyak, dapat hidup dan berkembang biak dari
limbah pertanian dan hijauan (Templeton,1968). Tersedianya hijauan
berupa rumput, leguminosa, berbagai jenis herba, dan limbah sayuran
seperti daun wortel, kobis serta limbah pertanian seperti dedak, onggok,
ampas tahu dan lain-lain di daerah beriklim tropis seperti Indonesia,
merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan kelinci.
Salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan usaha
peningkatan produksi ternak adalah pemberian pakan yang berkualitas.
Pakan harus memiliki kandungan zat-zat makanan yang seimbang dan
cukup baik guna memenuhi kebutuhan hidup kelinci yang meliputi
kebutuhan hidup pokok, pertambahan berat badan dan produksi serta
reproduksi. Salah satu pakan utama kelinci adalah rumput. Rumput di
butuhkan kelinci karena mengandung serat kasar. Serat yang di butuhkan
kelinci pertumbuhan antara 12-27% (Templeton,1968). Musim kemarau
rumput susah sekali didapat, maka dari itu diperlukan pakan pengganti yang
1
2
mengandung serat kasar yang cukup untuk kesehatan kelinci. Salah satu
jenis pakan yang dapat dijadikan pengganti rumput adalah cocopeat.
Cocopeat adalah serbuk sabut kelapa, yang dihasilkan dari proses
penghancuran sabut kelapa. Proses penghancuran sabut dihasilkan serat
yang lebih dikenal fiber, serta serbuk halus sabut yang dikenal cocopeat.
Cocopeat ini merupakan limbah yang berpotensi untuk dijadikan pakan
karena mengandung serat kasar yang cukup untuk bahan ternak kelinci.
Berdasarkan sistem pencernaannya kelinci termasuk hewan monogastrik
yang memiliki lambung tunggal. Kelinci sebagai ternak herbivora yang
sumber makanannya berupa hijauan, kelinci membutuhkan serat kasar
yang cukup dalam ransumnya untuk menjaga kesehatan alat pencernaanya
karena bila kekurangan serat kasar dapat menyebabkan radang usus.
Saat ini, di Indonesia khususnya limbah kelapa tersedia cukup
banyak jumlahnya, sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan suatu bahan
pakan. Cocopeat dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif karena
memiliki serat yang baik. Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas
selulosa, lignin, pyroligenous acid, gas, arang, ter, tannin dan potassium
(Rindengan dkk., 1995). Enzim berfungsi untuk memecah komponen
cocopeat dan untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan. Enzim yang
digunakan adalah enzim multiase yang mengandung protease, karbohirase
dan phitase.
Penelitian cocopeat pada ternak kelinci belum dilakukan dan belum
diketahui pengaruhnya terhadap bobot badan, konsumsi dan efisiensi
ransum. Berdasarkan uraian tersebut, penulis bermaksud melakukan
penelitian mengenai cocopeat yang diberikan dalam ransum kelinci.
3
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang mengenai pemanfaatan cocopeat
dan enzim sebagai sumber bahan pakan, maka yang menjadi masalah
adalah:
1. Bagaimana pengaruh dan interaksi pemberian cocopeat dalam
ransum terhadap Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Ransum dan
Efisiensi Ransum pada kelinci Ras.
2. Bagaimana pengaruh dan interaksi pemberian enzim dalam ransum
terhadap Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Ransum dan Efisiensi
Ransum pada kelinci Ras.
3. Bagaimana pengaruh dan interaksi pemberian cocopeat dan enzim
dalam ransum terhadap Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Ransum dan
Efisiensi Ransum pada kelinci Ras.
4. Pada tingkat berapa persen cocopeat dan enzim dalam ransum yang
menghasilkan Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Ransum dan Efisiensi
Ransum yang optimal pada Kelinci Ras.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh dan interaksi pemberian cocopeat dalam
ransum terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi dan efisiensi ransum
pada kelinci Ras.
2. Mengetahui pengaruh dan interaksi pemberian enzim dalam ransum
terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi dan efisiensi ransum pada
kelinci Ras.
4
3. Mengetahui pengaruh dan interaksi pemberian cocopeat dan enzim
dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi dan efisiensi
ransum pada kelinci Ras.
4. Mendapatkan tingkat penggunaan cocopeat dan enzim yang
menghasilkan pertambahan bobot badan, konsumsi dan efisiensi ransum
yang optimal pada kelinci Ras.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi khususnya bagi
peternak kelinci dalam memanfaatkan cocopeat sebagai bahan pakan
alternatif yang menunjang pertumbuhan ternak kelinci terutama pada saat
musim kemarau yang kekurangan hijauan pakan, dan untuk industri
makanan ternak sebagai sumber serat.
1.5 Kerangka Pemikiran
Kelinci merupakan hewan yang mempunyai sifat prolifik yaitu
beranak banyak. Selain itu, ternak tersebut merupakan salah satu komoditas
peternakan yang dapat menghasilkan daging berkualitas dengan kandungan
protein hewani yang baik pula (Kartadisastra, 1994). Kelinci mengalami
fase pertumbuhan sejak masih dalam kandungan induknya.
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya
untuk kebutuhan hidup kelinci dilihat dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Tujuan dari pemberian pakan pada kelinci adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan proses
reproduksi pada hewan dewasa (Templeton., 1968). Ransum kelinci harus
mengandung protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin yang cukup
(NRC, 1988).
5
Kebutuhan zat-zat makanan untuk kelinci yang sedang tumbuh:
protein kasar 16%, serat kasar 10-12%, TDN 85%, Ca 0,4%, fosfor 0,22%,
dan digestible energy 2500 kkal/kg ransum (NRC., 1988). Kebutuhan zat-
zat makanan kelinci masa pertumbuhan yaitu protein kasar 12-15%, serat
kasar 20-27%, lemak 2-3,5% dan abu 5-6,5% (Templeton., 1968).
Pemberian pakan harus mengacu kepada kebutuhan zat gizi yang
diperlukan oleh kelinci. Kebutuhan protein kelinci berkisar antara 12−18%,
tertinggi pada fase menyusui adalah 18% dan terendah pada dewasa adalah
12%, kebutuhan serat kasar induk menyusui, bunting dan muda adalah
10−12%, kelinci dewasa adalah 14% (Cheeke., 1987).
Jumlah pakan yang diberikan harus memenuhi jumlah yang
dibutuhkan sesuai dengan tingkat umur/bobot badan kelinci. Pemberian
pakan ditentukan berdasarkan kebutuhan bahan kering. Jumlah pemberian
pakan bervariasi bergantung pada periode pemeliharaan dan dan bobot
badan kelinci. Hijauan merupakan bahan pakan utama yang diberikan oleh
peternak kelinci di Jawa dengan jumlah pemberian mencapai 80–90% dari
total ransum (Sitorus., 1981).
Pakan yang baik untuk kelinci adalah pakan yang dapat
meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, menghasilkan pertumbuhan
yang optimal dan hasil akhir yang dicapai dengan biaya produksi rendah.
Salah satu sumber makanan ternak kelinci adalah hijauan yang berasal dari
rumput lapangan (Templeton., 1968).
Hambatan yang dihadapi peternak adalah apabila musim kemarau
tiba akan menyebabkan kekurangan sumber hijauan yang disebabkan
karena terjadinya kekeringan. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah
pemanfaatan bahan pakan berasal limbah pertanian yang tersedia, murah
dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan oleh kelinci (Rahardjo, 2004
6
dkk). Salah satu alternatif yang dapat dijadikan sumber hijauan adalah
cocopeat, dimana kandungan seratnya cukup baik.
Serat kasar didefinisikan sebagai bagian dari dinding sel tanaman
yang memberikan sifat keras pada jaringan tanaman. Jumlah kandungan
serat kasar dalam ransum kelinci berbeda-beda sesuai dengan umur, bobot
hidup dan tujuan pemeliharaannya serta sumber seratnya (Templeton,
1968 ; NRC, 1977 ; Lebas, 1983 Cheeke, 1980).
Pada dasarnya, fungsi serat kasar bagi ternak adalah sebagai bahan
pengisi, sumber energi dan sebagai pelancar buang kotoran. Serat kasar
penting dalam ransum kelinci bukan hanya karena nilai nutrisinya saja,
tetapi lebih utama untuk mencegah enteritis dan memakan bulunya sendiri
(Cheeke, 1983). Serat kasar berfungsi menjaga kesehatan saluran
pencernaan meskipun daya cerna serat kasar pada kelinci tidak sebaik
ruminansia.
Kadar serat kasar yang mampu dicerna pada sekum kelinci adalah
65-78% tergantung dari jenis serat kasarnya (Anggorodi., 1994). Pendapat
ini ditunjang oleh penelitian Rahardjo dkk (1988) bahwa nilai ketercernaan
leguminosa berkisar antara 50-70%, namun pada gliserida berkisar antara
30-50% yang sebanding dengan nilai ketercernaan rumput gajah.
Cocopeat diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan
alternatif untuk meningkatkan kualitas ransum kelinci, karena cocopeat
merupakan limbah dari tanaman kelapa yang mempunyai kandungan serat
kasar tinggi. Komposisi kimia cocopeat adalah sebagai berikut: abu 3,6 % ;
serat kasar 20-30% ; lignin 65-70% ; hemiselulosa 8,5% ; pentosan 0,32%
(Rijksstraatweg., 2002).
Hasil analisis menunjukkan kandungan serat kasar cocopeat cukup
baik sehingga cocopeat dapat digunakan sebagai pengganti ataupun
7
tambahan apabila kekurangan rumput lapangan. Kelinci merupakan hewan
monogastrik yang membutuhkan serat kasar yang cukup. Guna mencukupi
kekurangan zat-zat makanan, maka pemberian konsentrat diperlukan bagi
kelinci yang sedang tumbuh. Imbangan ransum terbaik yang dapat
meningkatkan pertambahan bobot badan dan efisiensi ransum adalah 30%
hijauan dan 70% konsentrat (Aisjah, 1991).
Akhir-akhir ini, penelitian banyak diarahkan pada penggunaan enzim
dalam ransum untuk memperbaiki produktivitas ternak dan kecernaan
pakan. Penambahan enzim biasanya dilakukan pada bahan pakan yang
kecernaannya rendah, sehingga dapat meningkatkan penggunaan bahan
pakan tersebut. Fungsi enzim adalah memecah komponen cocopeat untuk
meningkatkan kinerja pertumbuhan. Dengan menambahkan enzim
kompleks dapat meningkatkan nilai cerna ransum itu sendiri dilihat dari
aspek pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum. Enzim yang
digunakan dalam penelitian ini adalah enzim multiase yang mengandung
protease, karbohidrase dan phitase.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka ditarik sebuah
Hipotesis bahwa pemberian Cocopeat dan enzim dalam ransum dapat
meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan efisiensi
ransum pada kelinci ras.
1.6 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian selama 7 minggu mulai dari tanggal
12 desember 2011-30 januari 2012 dan Penelitian ini dilaksanakan di Balai
Penelitian Ternak (BALITNAK) Ciawi-Bogor.
8
II
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
2.1 Bahan dan Objek Penelitian
2.1.1 Ternak Percobaan
Penelitian akan dilaksanakan dengan menggunakan 54 ekor ternak
kelinci Ras (persilangan kelinci New Zealand White dan kelinci Flemish
Giant), berumur 8 minggu dengan bobot badan awal 700-900 gram. Kelinci
ditempatkan secara acak dalam 18 kandang, sehingga masing-masing
kandang berisi 3 ekor. Tiap kandang diberi nomor agar memudahkan dalam
pengontrolan dan pengambilan data. Koefisien variasi kelinci dinyatakan
lebih dari 10%.
2.1.2 Kandang Percobaan
Sistem perkandangan yang akan digunakan dalam penelitian
merupakan kandang koloni dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi
masing-masing adalah 50cm x 90 cm x 50 cm. Setiap unit kandang
dilengkapi dengan tempat ransum dan air minum. Bahan kandang terbuat
dari besi dan jeruji besi dan lantai jeruji. Kandang ditempatkan di suatu
ruangan yang berdinding dan mempunyai ventilasi.
2.1.3 Peralatan
Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi
beberapa alat, yaitu:
- Tempat pakan dan air minum
- Timbangan digital
- Alat-alat untuk membersihkan kandang
9
2.1.4 Bahan Penyusun Ransum dan Susunan Ransum
Bahan ransum yang digunakan terdiri dari bungkil kedelai, dedak
halus, jagung, tepung ikan, minyak sayur, DDGS, cocopeat, Huits, aditif,
enzim (multi enzim) yang berasal dari BALITNAK.
2.1.5 Susunan Ransum Perbobaan
Adapun kandungan nutrien dari cocopeat di tampilkan di tabel 1 ,
Bahan Penyusun Ransum di tabel 2 dan kebutuhan Zat-Zat makanan kelinci
Pertumbuhan pada tabel 3.
Tabel 1 Kandungan nutrien Cocopeat
Kandungan Nutrisi Persen %abu 3.60%,
serat kasar 20-30%,
lignin 65-70%,
hemiselulosa 8.50%
pentosan/lignin rasio 0.32%
Sumber; Rijksstraatweg, 2002.
10
Ransum percobaan disusun berdasarkan iso protein 18%, iso energi 2550
Kkal/kg dan iso serat 14%.
Tabel 2 Komposisi Kimia ransum percobaan cocopeat
perlakuan Komposisi kimia ransum (terhitung)% CP DE
% CF
%Ca
%P
%Lys
%Met
C Sumberlain
total
P1 18.02 2520 0.00 14.2 14.2 0.82 0.79 0.89 0.58P2 18.02 2520 0.00 14.2 14.2 0.82 0.79 0.89 0.58P3 18.05 2544 4.01 10.29 14.3 0.72 0.93 0.89 0.60P4 18.05 2544 4.01 10.29 14.3 0.72 0.93 0.89 0.60P5 18.08 2589 8.02 6.78 14.8 0.69 0.98 0.89 0.60P6 18.08 2589 8.02 6.78 14.8 0.69 0.98 0.89 0.60P1 18.02 2520 0.00 14.2 14.2 0.82 0.79 0.89 0.58P2 18.02 2520 0.00 14.2 14.2 0.82 0.79 0.89 0.58
Keterangan: C= Cocopeat ; E= Enzim
Sumber: Balitnak., 2011
Tabel 3 kebutuhan Zat-Zat makanan kelinci Pertumbuhan.
Kebutuhan nutrisi Presentase
Protein kasar 12-16%,
Serat kasar 12-27%,
Lemak kasar 2-10%
Calicium 0,4%
Phospor 0,22%
DE 2500 Kkal/kg
TDN 65%,
Sumber; Templeton, 1968
11
Susunan Ransum Percobaan terdiri atas 2 faktor:
1. cocopeat dengan 3 tingkat pemberian yaitu 0%, 6,1%, 12,2%
2. enzim dengan 2 tingkat pemberian yaitu 0%, 0,02%
Ransum Percobaan terdiri dari 6 kombinasi percobaan yaitu:
P1: Ransum yang mengandung 0 % Cocopeat + 0 % Enzim
P2: Ransum yang mengandung 0 % Cocopeat + 0,02% Enzim
P3: Ransum yang mengandung 6.1 % Cocopeat + 0% Enzim
P4: Ransum yang mengandung 6,1% Cocopeat + 0.02 % Enzim
P5: Ransum yang mengandung 12.2 % cocopeat + 0% Enzim
P6: Ransum yang mengandung 12,2% Cocopeat + 0,02% Enzim
12
2.2 Metode Penelitian
2.2.1 Prosedur Percobaan
Sebelum dilakukan penelitian pendahuluan, kandang dibersihkan
dengan desinfektan dengan cara disemprotkan setelah dibersihkan.
Penimbangan berat awal dilakukan pada akhir penelitian pendahuluan.
Penimbangan berat badan awal selanjutnya dilakukan satu minggu sekali
pada pagi sebelum kelinci diberi ransum untuk mengetahui pertambahan
berat badan tiap minggu. Ransum perlakuan diberikan sebanyak 150 gram/
per hari dengan 2 kali pemberian dalam sehari yaitu pada pukul 07.30 dan
pukul 15.30 WIB. Konsumsi ransum dihitung dengan menimbang ransum
yang diberikan dikurangi sisa ransum setelah 24 jam. Air minum diberikan
secara ad libitum.
2.2.2 Peubah yang Diamati
1. Konsumsi ransum (g/ekor/hari)
Konsumsi ransum diperoleh dengan cara menimbang berat ransum yang
diberikan dikurangi berat ransum sisa setelah 24 jam (Cheeke, 1987).
Penimbangan konsumsi ransum dilakukan sehari sekali selama penelitian.
Rumus : KR = R1 – R2
Dimana :
KR = Konsumsi ransum
R1 = Ransum yang diberikan
R2 = Sisa ransum
13
2. Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari)
Pertambahan bobot badan diperoleh dari selisih antara bobot badan
akhir penimbangan dengan bobot badan awal penimbangan dibagi dengan
lamanya penelitian (Soeharsono,1979). Penimbangan dilakukan satu
minggu sekali selama penelitian.
Rumus :
PBB(gram/hari) =
3. Efisiensi Penggunaan Ransum (%)
Efisiensi penggunaan ransum diperoleh dengan cara menghitung rasio
antara pertambahan bobot badan (g) dengan konsumsi ransum (g)
(Anggorodi, 1994).
Effisiensi Ransum =
Pertambahan bobot badanKonsumsi Ransum
x 100 %
3.2.4 Rancangan percobaan dan analisis statistik.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, Rancangan Acak
Lengkap dengan Pola Faktorial 3x2 masing-masing di ulang 3 kali,
sehingga diperoleh 18 unit percobaan.
Penelitian ini menggunakan 2 faktor utama yaitu:
1. Cocopeat dibagi dalam 3 tingkat pemberian yaitu 0%, 6,1%, 12,2%
2. Enzim dibagi dalam 2 tingkat pemberian yaitu 0%, 0,02%
Bobot akhir (gram )−Bobot awal ( gram)Jarak Penimbangan (hari)
14
Model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan :
Yij = nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang
memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor A
dan taraf ke-j dari faktor B)
µ = nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya)
αi = pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A
βj = pengaruf aditif taraf ke-j dari faktor B
εijk =pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan ij
Asumsi : Σαi = Σβj = Σ(αβ)ij = Σ(αβ)ij = 0
Sidik Ragam
SumberKeragaman DB JK KT
Perlakuan ab – 1 JKP KTP
A a-1 JK(A) KT(A)
B b-1 JK (B) KT(B)
AB (a-1)(b-1) JK(AB) KT(AB)
Galat ab(r – 1) JKG KTG
Total rab – 1 JKT -
15
Hipotesis
Uji hipotesis:
1. H 0 (αβ )=0 tidak ada interaksi
H 0 (αβ ) ≠ 0 ada interaksi
2. αi=0 tidak ada pengaruh faktor 1
αi ≠ 0 pengaruh faktor 1
3. βj=0 faktor dua tidak berpengaruh
βj≠ 0 faktor dua berpengaruh
Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan dengan Uji Jarak
Berganda Duncan.
Model matematis uji jarak berganda Duncan, sebagai berikut :
LSR = SSR x Sx
Keterangan :
Sx = Standard error
KTG = Kuadrat Tengah Galat
r = Ulangan
SSR = Studentized Significant Range
LSR = Leastized Significant Range
Kaidah keputusan :
Jika selisih antara perlakuan (d) dibandingkan dengan LSR, ternyata:
d ≤ LSR, perlakuan tidak berbeda nyata
d > LSR, perlakuan berbeda sangat nyata atau berbeda nyata
16
TATA LETAK PERCOBAAN
1
11,45,46
P3U3
2
50,12,10
P1U2
3
9,34,37
P5U1
4
18,38,47
P3U2
5
21,3,54
P5U2
6
16,7,1
P3U1
7
14,20,44
P6U1
8
32,22,28
P4U1
9
26,5,53
P4U2
10
19,52,43
P6U2
11
24,49,8
P2U1
12
36,6,48
P2U3
13
4,31,25
P1U1
14
41,27,2
P4U3
15
51,17,15
P1U2
16
40,13,33
P2U1
17
39,42,30
P6U3
18
29,35,23
P5U3
DAFTAR PUSTAKA
17
Aisjah, T., 1991. Pengaruh Imbangan Hijauan dan Konsentrat Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan dan Bobot Karkas Kelnci New Zealand White. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Sumedang
Anggorodi, R., 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. 207-213
Cheeke, P. R., 1980. The Potential Koler of the Rabbit in Meeting World Feed Needs. J. Applied Rabbet Res. 3;3-4
Cheeke, P.R., Patton, N. M., Lukefahr, S. D., Mcnitt, J. I., 1983. Rabbit Production. The Interstate Printers and Publisher. United State of America Hal 99;293.
Cheeke, P.R., 1987. Rabbet Feeding and Nutrition. Departement of Animal Science. Academic Press, Inc. Oregon State University. Corvalis.
Hartadi, H., S. Reksohardiprdjo dan Allen D. Tilman. 2005 Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta.
Kartadisastra, 1994. Beternak Kelinci untuk Unggul, Kanisius, Yogyakarta. Hal 11-15
Lebas, 1983. Influence of feeding level during pregnancy of the rabbit doe. J. of applied rabbit res. Hal 1-9
Maynard, L. A and J. K. Loosli, 1956. Animal Nutrition Fourth Edition. McGraw – Hill Book Company. Inc York- Toronto London.
National Research Council (NRC) (1988). Nutrient Requirements of Rabbits. Natl. Acad. Sci., Washington, D. C.
Rahardjo, Y. C. 1988. Rex, Breed Alternatif untuk pengembangan kelinci. Kumpulan Makalah Seminar Ekspor ternak Potong. Balai Penelitian Ternak. Ciawi-Bogor.
18
Rindengan, B., A. Lay., H. Novarianto., H. Kembuan dan Z. Mahmud. 1995. Karakterisasi daging buah kelapa hibrida untuk bahan baku industri makanan. Laporan Hasil penelitian. Kerjasama Proyek Pembinaan Kembagaan Penelitian Pertanian Nasional. Badan Litbang 49p.
Rijksstraatweg.2002. Dutch plantain coir. 4191 SE Geldermalsen. The Netherlands.
Sartika.T., Gultom, D. dan Aritonang, D. 1988. Pemanfaatan Daun Wortel (Daucus carota) dan Campurannya dengan Rumput Lapangan Sebagai Pakan Kelinci. Proceding Seminar Nasional Peternakan dan Forum Peternak, Unggas dan Aneka Ternak II. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor.
Sitorus, P., S. Sastradihardjo, J.S. Rahardjo, I. Gde Putu , Santoso, B. Sudaryanto & Agus N. H. 1981. Budidaya Ternak Kelinci di Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor.
Templeton, G.S., 1968. Domestic Rabbit Production. 4rd. Ed. The Interstate Printer and Publisher, Inc., Denville, Ilionis. Hal: 18
Lampiran 1 berbagai produk yang dihasilkan dari buah kelapa
19
Sumber:
Prospek Pengolahan Hasil Sampingan Buah Kelapa
(Zainal Mahmud dan Yulius Ferry)
Lampiran 2 Produk turunan dari pengolahan sabut kelapa
20
Sumber:
Prospek Pengolahan Hasil Sampingan Buah Kelapa
(Zainal Mahmud dan Yulius Ferry)
Lampiran 3 . Rencana Biaya Penelitian
Kompos
Cocopeat
Hardboard
Genteng
Geotekstil
KerajinanKesetKarpetTalidll
matras
Sabut
Serat panjang
Serat pendek
Debu sabut
Serat berkaret
21
Biaya Penelitian
A. Pra Penelitian
Persiapan Literatur dan Photo Copy Rp. 200.000,-
Photo Copy Usulan Penelitian Rp. 40.000,- +
Total Rp. 240.000,-
B. Penelitian *)
Kelinci Lepas sapih 54 ekor @ Rp. 100.000,- Rp. 5.400.000,-
Ransum Cocopeat : Pellet ( siap pakai)
Semua perlakuan @25 kg x RP 6.500 RP.1.625.000,-
Perlengkapan Kandang Rp. 100.000,-
Biaya tak terduga Rp. 100.000,- +
Total Rp. 8.025.000
*Biaya di bagi untuk 2 orang dan di biayai Oleh Balitnak
Biaya Hidup di Balitnak 2 bulan @900.000,- RP. 1.800.000
D. Pasca Penelitian
Pengetikan Rp. 100.000,-
Penjilidan dan Perbanyakan skripsi Rp. 100.000,-
Total Rp. 200.000,-
Total Biaya Penelitian (pribadi) Rp. 2.000.000,-