UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR (PKD)perpustakaan.farmalkes.kemkes.go.id/uploaded_files/... ·...
Transcript of UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR (PKD)perpustakaan.farmalkes.kemkes.go.id/uploaded_files/... ·...
350. 16
Ind
P
INDONESIASEHAT2010
PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN
OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN
UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR (PKD)
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
2002
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan Rl350.16
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. DirektoratJenderal Peiayanan Kefarmasian Dan MatKesehatan.
p Pedoman teknis pengadaan obat publik dan per-perbekalan kesehatan untuk peiayanan kesehatandasar (PKD) : lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor: 1412/Menkes/SK/XI/2002.~ Jakarta:
Departemen Kesehatan, 2002
I. Judul 1. DRUG COSTS
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATANDEPARTEMEN KESEHATAN R.I.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepadaTuhan Yang Maha Esa karena berkat rakhmat dan hidayah Nya,telah selesal disusun "Buku Pedoman Teknis Pengadaan ObatPublik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan KesehatanDasar (PKD)" sebagai acuan dalam melaksanakan pengadaanobat publik dan perbekalan kesehatan bag! Pelayanan KesehatanDasar.
Sebagalmana kita ketahul bersama bahwa tujuan pengadaanobat publik dan perbekalan kesehatan antara lain adalah agardiperoleh obat dan perbekalan kesehatan yang terjamin keamanan,mutu dan khasiatnya serta dalam rangka mendukung PelayananKesehatan Dasar melalul ketersedlaan dan keterjangkauan obatbagi masyarakat luas.
AlokasI dana untuk pengadaan obat publik dan perbekalankesehatan balk dinegara maju maupun negara berkembang relatifterbatas, oleh karena Itu eflslensi dan efektlfltas penggunaan danadalam pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan mutlakdiperlukan.
Dengan melakukan pengadaan obat publik dan perbekalankesehatan yang diawall dengan perencanaan kebutuhan obat danperbekalan kesehatan melalul anallsa kebutuhan yang dapatdipertanggung jawabkan, diharapkan pengadaan obat publik danperbekalan kesehatan mendekati kebutuhan nyata darl unitPelayanan Kesehatan Dasar yang ada dl daerah.
Kami berharap dengan diterbltkannya Surat Keputusan MenterlKesehatan nomor 1412/Menkes/SK/XI/2002 tentang Pedoman TeknisPengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk PelayananKesehatan Dasar (PKD) Inl dapat membantu para pelaksanapengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan dalammenyelenggarakan pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan
didaerah masing-masing serta membantu PImpinan/ Kepala DinasKesehatan Propinsi/ Kabupaten/ Kota melaksanakan tugaspengawasan melekat maupun fungsional terhadap penyelenggaraanpengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan di daerah masing-masing.
Akhirnya saya sampaikan terima kasih dan penghargaankepada semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga bukupedoman teknis pengadaan obat publik dan perbekalan kesehataanini dapat diterbitkan.
Wassalamulaikum wr; wb;
Jakarta, 21 November 2002
Direktur Jenderal
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Drs. Holid Djahari MM. AptNIP 140024279
M^NTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 1412/MENKES/SK/XI/2002
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN
KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR (PKD)
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a.
Mengingat : 1.
2.
4.
bahwa pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatanuntuk Pelayanan Kesehatan Dasar perlu dilaksanakan secaraefektif dan efisien serta mendekati kebutuhan nyata bagikelancaran Pelayanan Kesehatan Dasar
bahwa sehubungan dengan butir a tersebut diatas perluditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publikdan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan KesehatanDasar.
Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan;
Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang PemerintahDaerah;
Undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang PerlmbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah dan Kewenangan ProplnsI sebagalDaerah Otonom;
Keputusan Preslden nomor 18 tahun 2000 tentang PedomanPelaksanaan Pengadaan barang/ Jasa InstansI Pemerintah;
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang OrganlsasI dan Tata KerjaDepartemen Kesehatan.
Ill
Menetapkan
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
MEMUTUSKAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN R.I. TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN OBAT PUBLIK DAN
PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK PELAYANAN
KESEHATAN DASAR (PKD).
Pedoman Teknis Pengadaan Obat Pubiik dan PerbekalanKesehatan sebagaimana terdapat dalam lampiran Keputusanini, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Pedoman Teknis Pengadaan Obat Pubiik dan PerbekalanKesehatan untuk Peiayanan Kesehatan Dasar ini hendaknyadipergunakan sebagai acuan bagi Propinsi, Kabupaten/ Kotadalam melaksanakan Pengadaan Obat Pubiik dan PerbekalanKesehatan bagi Peiayanan Kesehatan Dasar.
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan diPada tanggal
MENTERI KESEHATAN
Jaka r ta
20 November 2002
Tembusan disampaikan kepada Yth;
1. Menteri Koordinator Bidang Kesra.2. Menteri Dalam Negeri.3. Menteri Keuangan.4. Gubernur di seluruh Indonesia.
5. Bupati/ Walikota di seluruh Indonesia.6. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan.7. Inspektur Jenderal Departemen Kesehatan.8. Para Direktur Jenderal dilingkungan Departemen Kesehatan.9. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.10. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Departemen Kesehatan.11. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi di seluruh Indonesia.12. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota di seluruh Indonesia
Dr. Achmad Sujudi
IV
DAFTAR ISI
Halaman
- Sambutan Direktur Jenderal PelayananKefarmasian dan Alat Kesehatan DepartemenKesehatan R.I '
- Surat Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor:1412/Menkes/SK/XI/2002 tentang PedomanTeknis Pengadaan Obat Publk dan PerbekalanKesehatan untuk Pelayanan Kesehatan dasar(PKD)
- Daftar Is! ^
BAB I PENDAHULUAN ^A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Sasaran 2
BAB II PERENCANAAN 3
A. Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat 31. Tahap Pemilihan Obat 32. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat 53. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat: 7
a. Metoda Konsumsl 7b. Metoda Morblditas 3
4. Tahap Proyeksl Kebutuhan Obat 125. Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan
Obat 16a. AnalisaABC 16b. AnalisaVEN 17
B. Tim Perencanaan Obat Terpadu 191. Susunan Tim Perencanaan Obat Terpadu 202. Kegiatan Tim Perencanaan Obat Terpadu 203. Penyusunan Rencana Kerja Operaslonal... 21
V
BAB ill PENGADAAN 22
A. Kriteria Obat Publik/Perbekalan Kesehatan ... 22
1. Kriteria Umum 22
2. Kriteria Mutu Obat 23
B. Kriteria/Persyaratan Pemasok 24
C. Penentuan Waktu Pengadaan & KedatanganObat 25
D. Penerimaan dan Pemeriksaan Obat 25
E. Pemantauan Status Pesanan 26
BAB IV PENUTUP 27
Formulir 1 28
Formulir 2 29
Formulir 3 30
Formulir 4 31
VI
LampiranKeputusan Menteri Kesehatan R.I.Nomor : 1412/Menkes/SK/XI/2002
Tanggal: 20 November 2002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan, obatmerupakan salah satu unsur penting. Sebagian besar upayapelayanan kesehatan menggunakan obat dan biaya yangdigunakan untuk obat merupakan bagian yang cukup besardari seluruh biaya kesehatan. Diantara berbagai alternatifyang ada, Intervensi dengan obat merupakan intervene! yangpaling banyak digunakan dalam penyelenggaraan upayakesehatan.
Dalam rangka pembangunan kesehatan di daerah diperlukankeseimbangan dan kesinambungan untuk kelangsungan program-program kesehatan, yang didukung oleh ketenagaan,pembiayaan dan sarana prasarana yang memadai.
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999tentang PemerintahanDaerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerahmemberikan kewenangan seluas-luasnya kepada Daerah,khususnya Kabupaten/ Kota untuk melaksanakan berbagaikegiatan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya,selama masih dalam kerangka Negara Kesatuan RepublikIndonesia dan berdasarkan Peraturan Perundang-undanganyang berlaku.
Dalam upaya meningkatkan ketersediaan obat publik danperbekalan kesehatan yang sangat diperlukan adalah optimalisasipemanfaatan dana, efektivitas penggunaan serta pengendalianpersediaan dan pendistribusian dari Unit Pengelola Obat/Gudang Farmasi Kabupaten/ Kota ke Unit Pelayanan Kesehatan.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dipandang perluPedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan PerbekalanKesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) yangmengacu kepada peraturan perundang undangan yang berlakudalam melaksanakan pengadaan barang/ jasa bagi instansipemerintah.
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Tujuan Pedoman Pengadaan Obat Publik dan PerbekalanKesehatan antara lain adalah:
- Terlaksananya pengadaan obat publik dan perbekalankesehatan untuk Unit Pelayanan Kesehatan Dasar diKabupaten/ Kota yang mendekati kebutuhan nyata.
- Alokasi dana obat publik dan perbekalan kesehatanuntuk Unit Pelayanan Kesehatan Dasar di Kabupaten/Kota digunakan secara berdaya guna dan berhasilguna.
- Tersusunnya rencana kebutuhan secara tepat waktu,pengadaan tepat jadwal serta pendistribusian obatpublik dan perbekalan kesehatan untuk Unit PelayananKesehatan Dasar.
- Obat publik dan perbekalan kesehatan yang tersediadi Unit Pelayanan Kesehatan Dasar digunakan secaratepat dan rasional.
2. Sasaran
Sasaran pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatanadalah dalam rangka penyediaan obat publik dan perbekalankesehatan yang termasuk dalam kelompok Sangat SangatEsensial (SSE), Sangat Esensial (SE) dan Esensial (E)bagi Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas, PuskesmasPerawatan, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Kelilingserta Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah Propinsi,Kabupaten/ Kota.
BAB II
PERENCANAAN
Perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatanadalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaanobat publik dan perbekalan kesehatan. Tujuan perencanaanpengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah untukmenetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakitdan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk programkesehatan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan pengadaanobat publik dan perbekalan kesehatan diawali dari data yangdisampaikan Puskesmas ke Unit Pengelola Obat/ Gudang FarmasiKabupaten/ Kota yang selanjutnya dikompilasi menjadi rencanakebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan Kabupaten/ Kotayang dilengkapi dengan teknik-teknik perhitungannya.
A. Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat:
Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan kebutuhanobat adalah:
1. Tahap Pemilihan Obat
Fungsi seleksi/ pemilihan obat adalah untuk menentukanapakah obat benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlahpenduduk dan pola penyakit di daerah, untuk mendapatkanpengadaan obat yang baik, sebaiknya diawali dengandasar-dasar seleksi kebutuhan obat yaitu meliputi:a. obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan
statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baikdibandingkan resiko efeksamping yang akan ditimbulkan.
b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengancara menghindari duplikasi dan kesamaan jenis.
c. Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untukefek terapi yang lebih baik.
d. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obatkombinasi mempunyai efek yang lebih baik dibandingobat tunggal.
e. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilihberdasarkan Drug of Choice dari penyakit yangprevalensinya tinggi.
Pada seleksi obat hams dipertimbangkan:Dampak adminsitratlf.
Biaya yang timbul
Kemudahan untuk mendapatkan obat
Obat mudah disimpan
Obat mudah didistribusikan
Dosis obat sesuai dengan kebutuhan terapi.
Obat yang dipilih sesuai dengan standar mutuyang terjamin.
Untuk menghindari resiko yang dapat terjadi hamsmempertimbangkan:
• Kontra indikasi
• Peringatan• Efek samping
Seleksi/ pemilihan obat didasarkan pada Obat Generikterutama yang tercantum dalam Daftar Obat EsensialNasional (DOEN) yang masih berlaku dengan patokanharga sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan tentangDaftar Harga Patokan Tertinggi untuk Obat-obat PelayananKesehatan Dasar (PKD) dan Obat Program Kesehatan.
Kriteria seleksi obat:
Sebelum melakukan pengadaan obat publikdan perbekalankesehatan perlu ditentukan kriteria yang dipergunakansebagai acuan dalam pemilihan obat yaitu:
a. Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian populasipenyakit
b. Obat memiliki keamanan, kemanjuran yang didukungdengan bukti ilmiah.
c. Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resikoyang minimal.
d. Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau darisegi stabilitas maupun bioavailabilitasnya.
e. Biaya pengobatan mempunyai rasio, Manfaat - Biayayang baik.
f. Bila pilihan lebih dari satu, dipilih yang paling baik,banyak diketahui dan farmakokinetiknya yang palingmenguntungkan.
g. Mudah diperoleh, harga terjangkau.h. Obat sedapat mungkin sediaan tunggal.
2. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat
Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahuipemakaian bulanan masing-masing jenis obat di unitpelayanan kesehatan/ Puskesmas selama setahun dansebagai data pembanding bagi stok optimum.
Informasi yang didapat dari kompilasi pemakaian obatadalah:
a. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masingunit pelayanan kesehatan/ Puskesmas.
b. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap totalpemakaian setahun seluruh unit pelayanan kesehatan/Puskesmas.
c. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuktingkat Kabupaten/ Kota.
Manfaat informasi yang didapat:
a. Sebagai sumber data dalam menghitung kebutuhanobat untuk pemakaian tahun mendatang.
b. Sebagai sumber data dalam menghitung stok/ persediaanpengaman dalam rangka mendukung penyusunan rencanadistribusi.
Kegiatan yang harus dilakukan:
Pengisian formulir kompilasi pemakaian obat (formullr 1)dengan cara:
- Jenis Obat diisi: Nama obat disertai kekuatan danjenis preparatnya. Contoh: Ampisillin 500 mg kaplet.
- Kolom 1 diisi: Nomor urut Unit Pelayanan Kesehatandaiam daftar ini.
- Koiom 2 diisi: Nama Unit Pelayanan Kesehatan yangdilayani oieh Unit Pengelola Obat/ Gudang FarmasiKabupaten/ Kota.
- Kolom 3 s/d 14 Data pemakaian obat bersangkutanmasing-masing Unit Pelayanan Kesehatan (UPK),termasuk perhitungan untuk menutup kekosonganobat di tingkat Unit Pelayanan Kesehatan. Datadiperoleh dari kolom pemakaian (7) dari formulirLPLPO yang dilaporkan oleh Unit PelayananKesehatan.
- Kolom 15 diisi: Jumlah koiom (3) sampai dengankolom (14)
- Kolom 16 diisi: data pemakaian rata-rata obat/ bulan(koiom 15 dibagi dengan 12)
- Koiom 17 diisi: persentase masing-masing kolom (15)terhadap total kolom (15). Perhitungan dilakukan padaakhir tahun.
- Kolom Iain-Iain digunakan untuk mencatat pemakaianobat diiuar keperluan distribusi rutin ke masing-masingUPK. Hal ini mencakup pengeluaran obat untukmemenuhi keperluan kegiatan sosial oleh sector lain.Kejadian Luar Biasa (KLB), Bencana Alam dan Iain-lain.
3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat.
Menentukan kebutuhan obat merupakan tantanganyang berat yang hams dihadapi oleh Apoteker yang bekerjadi Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) ataupun di UnitPengelolan Obat/ Gudang Farmasi Kabupaten/ Kota.
Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat dapatterjadi apabila informasi semata-mata hanya berdasarkaninformasi yang teoritis kebutuhan pengobatan.
Dengan koordinasi dan proses perencanaan untukpengadaan obat secara terpadu serta melaiui tahapanseperti diatas, maka diharapkan obat yang direncanakandapat tepat jenis dan tepat jumlah serta tepat waktu.
Tidak ada cara terbaik untuk menentukan kebutuhan obat.
Pendekatan dapat dilakukan melaiui metoda:
a. Metoda Konsumsi
Didasarkan atas anaiisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya.
Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkanberdasarkan metoda konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:1) Pengumpulan dan pengolahan data2) Anaiisa data untuk informasi dan evaluasi.3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.4) Penyesuaian jumiah kebutuhan obat dengan alokasi
dana.
Jenis data yang perlu dipersiapkan untuk metodakonsumsi
- Alokasi dana
- Daftar obat
- Stok awal
- Penerimaan
- Pengeluaran- Sisa stok
- Obat hilang/ rusak, kedaluarsa- Kekosongan obat- Pemakaian rata-rata/ pergerakan obat pertahun.- Lead time
- Stok pengaman
- Perkembangan pola kunjungan
Contoh:
Selama tahun 2002 (Januari - Desember) pemakaianParacetamol tablet sebanyak 2.500.000 tablet untukpemakaian selama 10 (sepuluh) bulan. Pernah terjadikekosongan selama 2 (dua) bulan. SIsa stok per 31Desember 2002 adalah 100.000 tablet.
a. pemakaian rata-rata Paracetamol tablet perbulantahun 2002 adalah 2.500.000 tablet /10 = 250.000tablet.
b. Pemakaian Paracetamol tahun 2002 (12 bulan) =250.000 tablet X 12 = 3.000.000 tablet.
c. Pada umumnya stok pengaman berklsar antara10% - 20% (termasuk untuk mengantlslpasikemungklnan kenalkan kunjungan). MIsalkanberdasarkan evaluasi data diperklrakan 20% =20% X 3.000.000 tablet = 600.000 tablet
d. Pada umumnya Lead time berklsar antara 3 s/d 6bulan. MIsalkan lead time diperklrakan 3 bulan =3 X 250.000 tablet = 750.000 tablet.
e. Kebutuhan Paracetamol tahun 2002 adalah = b +c + d, yaltu: 3.000.000 tablet + 600.000 tablet +750.000 tablet = 4.350.000 tablet
f. Rencana pengadaan Paracetamol untuk tahun 2003adalah: hasll perhltungan kebutuhan (e) - sIsastok= 4.350.000 tablet -100.000 tablet = 4.250.000tablet = 4250 kaleng/ botol @ 1000 tablet.
8
Metoda Morbiditas
Metoda morbiditas adalah perhitungan kebutuhanobat berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikankunjungan dan lead time. Langkah-langkah dalammetoda ini adalah:
1) Menentukan jumlah penduduk yang akandilayani.
2) Menentukan jumlah kunjungan kasusberdasarkan frekwensi penyakit.
3) Menyediakan standar/ pedoman pengobatanyang digunakan.
4) Menghitung perkiraan kebutuhan obat.5) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedla.
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan metodeMorbiditas:
> Perkiraan jumlah populasi> Komposisi demografi dari populasi yang akan
diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin untukumur antara:
■ 0-4 tahun
■ 5-14 tahun
■ 15-44 tahun
■ >45 tahun
> Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkankelompok umur - penyakit.
> Frekwensi kejadian masing-masing penyakitpertahun untuk seluruh populasi pada kelompokumur yang ada.
> Menghitung perkiraan jumlah obat X jenis obatuntuk setiap diagnosa, yang dibandingkan denganstandar pengobatan.
> Untuk menghitung jenis, jumlah, dosis, frekwensidan lama pemberian obat dapat dipergunakanpedoman pengobatan yang ada.
> Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkankelompok umur - penyakit.
> FrekwensI kejadian masing-masing penyakitpertahun untuk seluruh populasi pada kelompokumur yang ada.
> Menghitung perkiraan jumlah obat X jenis obatuntuk setiap diagnosa, yang dibandingkan denganstandar pengobatan.
> Untuk menghitung jenis, jumlah, dosis, frekwensidan lama pemberian obat dapat dipergunakanpedoman pengobatan yang ada.
Contoh perhitungan dengan metoda morbiditas:
a. Menghitung masing-masing obat yang diperlukanperpenyakit.
Sebagai contoh untuk penyakit Diare Akut pada orangdewasa dan anak-anak antara lain pada pedomanpengobatan digunakan obat oralit dengan perhitungansebagai berikut:
- Anak-anak
Satu episode diperlukan 15 (lima belas) bungkusoralit @ 200 ml. Jumlah episode 18.000 kasus.Maka jumlah oralit yang diperlukan = 18.000 x 15bungkus = 270.000 bungkus @ 200 ml.
- Dewasa:
Satu episode diperlukan 6 (enam) bungkus oralit@ 1 liter. Jumlah episode 10.800 kasus. Makajumlah oralit yang diperlukan = 10.800 x 6 bungkus= 64.800 bungkus @ 1000 ml/ 1 liter.
b. Pengelompokan dan penjumlahan masing-masing obat(hasil langkah a)
10
contoh:
Tetrasiklin kapsul 250 mg digunakan pada berbagaikasus penyakit:
Berdasarkan langkah pada butir a, diperoleh obatuntuk:
- Kolera diperlukan = 3.000 kapsul- Desentri diperlukan = 5.000 kapsul- Amubiasis diperlukan = 1.000 kapsul- Infeksi saluran kemih = 2.000 kapsul- Penyakit kulit diperlukan = 500 kapsul- Jumlah Tetrasiklin diperlukan = 11.500 kapsul
c. Menghitung jumlah kebutuhan obat yang akan datangdengan mempertimbangkan faktor antara lain:
> Peningkatan kunjungan
> Lead time
> Stok pengaman
d. Menghitung jumlah yang harus diadakan tahun anggaranyang akan datang =
Kebutuhan obat yang akan datang - sisa stok
Data 10 Penyakit Terbesar:
Untuk melengkapi data rencana pengadaan obat, UnitPengelola Obat/ Gudang Farmasi Kabupaten/ Kota perlumengumpulkan data 10 penyakit terbesar dari unit terkait.
Data ini dimanfaatkan dalam menyesuaikan rencanapengadaan obat dengan dana yang tersedia untukmenentukan prioritas dalam pengadaan.
Informasi yang didapat:
- Jumlah penderita untuk 10 jenis penyakit terbesar
- Total penderita tiap jenis obat
11
Manfaat informasi yang didapat;
Sebagai sumber data dalam menghitung kebutuhan obatuntuk pemakaian tahun mendatang dengan menggunakanmetoda morbiditas.
Jumlah Kasus X Jumlah Obat menurut
Pedoman Pengobatan
Keglatan yang hams dilakukan:
Pengisian formulir 2 terlampir dengan masing-masingkolom diisi:
Kolom 1 diisi: Nomor urut
Kolom 2 diisi: Nomor kode penyakit
Kolom 3 diisi: Nama jenis penyakit diurutkan dari atasdengan jumlah paling besar.
Kolom 4 diisi: Jumlah penderita, anak dibawah 5 tahun
Kolom 5 diisi: Jumlah penderita dewasa.
Kolom 6 diisi: Jumlah total penderita anak dan dewasa.
4. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Menetapkan rancangan stok akhir periode yang akandatang. Rancangan stok akhir diperkirakan sama denganhasil perkalian antara waktu tunggu dengan estimasipemakaian rata-rata/ bulan ditambah stok penyangga.
b. Menghitung rancangan pengadaan obat periodetahun yang akan datang. Perencanaan pengadaanobat tahun yang akan datang dapat dirumuskan sebagaiberikut:
12
a =
b =
c =
d =
e =
f =
rancangan pengadaan obat tahun yang akandatang
kebutuhan obat untuk sisa periode berjalan
(Januari - Desember)
kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang
rancangan stok akhir
stok awal periode berjalan/ stok per 31 DesemberUnit Pengelola Obat/ Gudang Farmasi Kabupaten/Kota dan Unit Pelayanan Kesehatan.
rencana penerimaan obat pada periode berjalan(Januari - Desember)
c. Menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhanobat, dengan cara:
1. Melakukan analisis ABC - VEN
2. Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaiankebutuhan dengan anggaran yang tersedia.
3. Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaiankebutuhan berdasar data 10 penyakit terbesar.
d. Pengalokasian kebutuhan obat persumber anggaran,dengan melakukan kegiatan:
1) Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing obat persumber anggaran.
2) Menghitung persentase belanja untuk masing-masing obat terhadap masing-masing sumberanggaran.
3) Menghitung persentase anggaran masing-masingobat terhadap total anggaran dari semua sumber.
13
Jenis data yang perlu dipersiapkan/ dikumpulkan:
Lembar kerja penghitungan perencanaan pengadaan obatpada tahun anggaran yang akan datang, untuk mendapatkaninformasi yang berkaitan dengan;
> Jumlah kebutuhan pengadaan obat tahun yangakan datang.
> Jumlah persediaan obat tingkat Unit PengelolaObat/ Gudang Farmasi Kabupaten/ Kota per 31Desember
> Jumlah obat yang akan diterima pada tahunanggaran berjalan.
> Rencana pengadaan obat untuk tahun anggaranberikutnya berdasarkan sumber anggaran.
> Tingkat kecukupan setiap jenis obat.
Lembar kerja perencanaan pengadaan obat:
Dengan menggunakan formulir 3 Lembar Kerja PerencanaanPengadaan Obat, maka masing-masing kolom diisi:Kolom 1 diisi: Nomor urut obat dalam daftar.
Kolom 2 diisi: nama obat sesuai dengan daftarKolom 3 diisi: satuan kemasan masing-masing obatKolom 4 diisi: Jenis kemasan masing-masing obatKolom 5 diisi: Sisa stok di Unit Pengelola Obat/ GudangFarmasi kabupaten/ Kota pada 1 januari (hasil pencacahanper 31 Desember)Kolom 6 diisi: Sisa stok di Puskesmas 1 Januari (hasilpencacahan per 31 Desember)Kolom 7 diisi: jumlah kolom 5 + kolom 6Kolom 8 Jumlah obat yang akan masuk ke Gudang FarmasiKabupaten/ Kota yang berasal dari anggaran DAU/DAK.Kolom 9 Jumlah obat yang akan masuk ke Gudang FarmasiKabupaten/ Kota yang berasal dari anggaran PT Askes Indonesia.
Kolom 10 diisi: jumlah obat yang akan masuk ke Gudang
14
; V • •"
vfKjo '•: -■ ■ ■ ^ ^ v.: ; ■ : '.ivJ-r-rJ;0':'; ■■:,■: • ■ .• • "■ • - -n, \ " rj *;.. ;;.-o
^■ : --• V . • . - ■ •' ■ • ■ ■ ■:
s:
■- •
.sissnob
gnsbuD e>l >luasm niB>ls gnsy )Bdo rlElmui :i8iib Ot molo>{
Farmasi Kabupaten/ Kota yang berasal dari anggaran obatprogram.
Kolom 11 diisi: jumlah obat yang akan masuk ke GudangFarmasi Kabupaten/ Kota yang berasal dari anggaran APBD.
Kolom 12 diisi: jumlah obat yang akan masuk ke GudangFarmasi Kabupaten/ Kota yang berasal dari anggaranDepartemen/ Instansi yang menangani Transmigrasi.
Kolom 13 diisi: jumlah kolom 8 hingga 12.
Kolom 14 diisi: Jumlah persediaan Obat Unit Pengelola Obat/Gudang Farmasi Kabupaten pada periode yang berjalan yangmerupakan penjumlahan dari kolom 7 dengan kolom 13
Kolom 15 diisi: Jumlah pemakaian rata-rata masing-masingobat di seluruh unit pelayanan kesehatan pada setiap bulan.
Kolom 16 diisi: Hasil pembagian kolom 14 dengan kolom 15
Kolom 17 diisi: Jumlah kebutuhan obat periode akan datangyang merupakan hasil perkalian kolom 15 dengan koefisientertentu misalnya 20,4.
Alokasi jumlah obat yang pengadaannya menggunakananggaran program, PKPS
Kolom 18 diisi: Alokasi jumlah obat yang pengadaannyamenggunakan anggaran PKPS
Kolom 19 diisi: Alokasi jumlah obat yang pengadaannyamenggunakan anggaran PT Askes
Kolom 20 diisi: Alokasi jumlah obat yang pengadaannyamenggunakan anggaran PKPS, Program
Kolom 21 diisi: Alokasi obat yang pengadaannyamenggunakan anggaran APBD/ PAD
Kolom 22 diisi: Alokasi jumlah obat yang pengadaannyamenggunakan anggaran Instansi yang menanganiTransmigrasi.
Kolom 23 diisi: Jumlah pengadaan obat yang angkanyadidapat dari hasil pengurangan kolom 17 dengan kolom 14.
15
Kolom 24 diisi: Harga jual daerah/ kemasan untuk maslng-masing obat yang datanya diambil darl Daftar Harga obatPKD atau Program tahun berjalan.
Kolom 25 diisi: Total harga yang merupakan perkalianantara kolom 18 dengan 24.
Kolom 26 diisi: Total harga yang merupakan perkalianantara kolom 19 dengan kolom 24
Kolom 27 diisi: Total harga yang meruapkan perkalianantara kolom 20 dengan 24
Kolom 28 dilsl: Total harga yang merupakan perkalianantara kolom 21 dengan 24
Kolom 29 diisi: Total harga yang merupakan perkaliananatar kolom 22 dengan 24.
Kolom 30 diisi: total harga pengadaan obat yang merupakanpenjumlahan Kolom 25 sampai dengan 29.
5. Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat.Dengan melaksanakan penyesuaian rencana pengadaan
obat dengan jumlah dana yang tersedia, maka informasiyang didapat adalah jumlah rencana pengadaan, skalaprioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasanuntuk rencana pengadaan obat tahun yang akan datang.
Beberapa teknik manajemen untuk meningkatkanefektifitas dan efisiensi adalah dengan cara:
a. Analisa ABC
Berdasarkan berbagai observasi dalam inventorimanagement, yang paling banyak ditemukan adalahtingkat konsumsl pertahun hanya diwakili oleh relatifsejumlah kecil item. Sebagai contoh, dari pengamatanterhadap pengadaan obat dijumpai bahwa sebagianbesar dana obat (70%) digunakan untuk pengadaan10% dari jenis/item obat yang paling banyak digunakan,sedangkan sisanya sekitar 90% item (sebagian besaritem) menggunakan dana sebesar 30%.
16
Oleh karena itu analisa ABC mengelompokkan itemobat berdasarkan kebutuhan dananya, yaitu:
Kelompok A:
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencanapengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekltar70% dari jumlah dana obat keseluruhan.
Kelompok B:
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencanapengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar20%.
Kelompok 0:
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencanapengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar10% dari jumlah dana obat keseluruhan.
Langkah-langkah menentukan Kelompok A, B dan 0:
1) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk maslng-masing obat dengan cara mengalikan kwantumobat dengan harga obat.
2) Tentukan rangkingnya mulal dari yang terbesardananya sampai yang terkecil.
3) Hitung persentasenya terhadap total dana yangdibutuhkan.
4) Hitung kumulasi persennya.
5) Obat kelompok A termasuk dalam kumulasi 70%6) Obat kelompok B termasuk dalam kumulasi >70%
s/d 90%
7) Obat kelompok 0 termasuk dalam kumulasi > 90%s/d 100%
b. Analisa VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensipenggunaan dana obat yang terbatas adalah denganmengelompokkan obat yang didasarkan kepada dampaktiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang
17
tercantum dalam daftar obat dikelompokkan kedalam3 kelompok berikut:
Kelompok V:
Adalah kelompok obat-obatan yang sangat-sangatesensial (vital), yang termasuk dalam kelompok in!antara lain:
> Obat penyelamat (life saving drugs)> Obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok (vaksin
dll)> Obat-obatan untuk mengatasi penyakit-penyakit
penyebab kematian terbesar.
Kelompok E:Adalah kelompok obat-obatan yang bekerja kausalyaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit.Kelompok N:Merupakan obat-obatan yang penunjang yaitu obatyang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untukmenimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasikeluhan ringan.Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan:1) Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan
alokasi dana yang tersedia. Obat-obatan yangperlu ditambah atau dikurangi dapat didasarkanatas pengelompokan obat menurut VEN.
2) Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yangmasuk kelompok V agar diusahakan tidak terjadikekosongan obat.
Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan lebihdahulu kriteria penentuan VEN kriteria sebaiknya disusunoleh suatu Tim. Dalam menentukan kriteria perludipertimbangkan kondisi dan kebutuhan masing-masingwilayah. Kriteria yang disusun dapat mencakup berbagaiaspek antara lain:
> klinis
> konsumsi
18
> target kondisi
> biaya
Langkah-langkah menentukan VEN
> Menyusun kriteria menentukan VEN
> Menyediakan data pola penyakit
> Standar pengobatan
B. Tim Perencanaan Obat Terpadu
Pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan untukPelayanan Kesehatan Dasar (PKD) mungkin dibiayai melaluiberbagai sumber anggaran. Oleh karena itu koordinasi danketerpaduan perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalankesehatan mutlak diperlukan, sehingga pembentukan TimPerencanaan Obat Terpadu adalah merupakan suatu kebutuhandalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaandana obat melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antarinstansi yang terkait dengan masalah obat disetiap Kabupaten/Kota.
Berbagai sumber anggaran yang membiayai pengadaan obatpublik dan perbekalan kesehatan antara lain:
- Dana Alokasi Umum (DAU)/ Dana Alokasi Khusus (DAK)
- PAD/ APBD II
- Askes
- Program Kesehatan
- PKPS - BBM Bidang Kesehatan
- Sumber-sumber lain
Manfaat Perencanaan Obat Terpadu:
1) Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran.2) Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan
perencanaan.
3) Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyediaanggaran.
4) Estimasi kebutuhan obat lebih tepat.
19
5) Koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakaiobat.
6) Pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal.
1. Susunan Tim Perencanaan Obat Terpadu
Ketua : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ KotaSekretaris : Unsur Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten/ KotaAnggota : Terdiri dari unsur-unsur unit terkait didaerah,
antara lain:
1. Unsur Sekretariat Kabupaten/ Kota.2. Unsur Bappeda Kabupaten/ Kota3. Unsur Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota4. Unsur BSD Kabupaten/ Kota5. Unsur PT Askes Indonesia
6. Instansi yang menangani Transmigrasi7. Beberapa Kepala Puskesmas
2. Kegiatan Tim Perencanaan Obat Terpadu:
Tim Perencanaan Obat Terpadu melaksanakan pertemuan-pertemuan sesuai kebutuhan masing-masing Kabupaten/Kota untuk membahas:
- Evaluasi terhadap semua aspek pengadaan obat tahunsebelumnya.
- Evaluasi dilakukan terhadap ketersediaan anggaran,jumlah pengadaan dan sisa persediaan di Kabupaten/Kota.
- Rencana kebutuhan obat Kabupaten/ Kota didasarkanatas hasil estimasi kebutuhan obat untuk Unit PelayananKesehatan Dasar dan Program Kesehatan untuk tahunberikutnya yang ditetapkan berdasarkan data yangdisampaikan oleh Unit Pelayanan Kesehatan.
- Rencana kebutuhan obat tersebut dibahas pada rapattim untuk penyempurnaan perencanaan kebutuhan obat.
- Hasil rapat adalah disepakatinya jenis dan jumlah obat
20
yang dibutuhkan serta jumlah kebutuhan dana untuktahun anggaran yang akan dilaksanakan sekaligussebagai masukan dalam rakorbang Kabupaten/ Kotauntuk mendapatkan pemecahan masalah mengenaikebutuhan dana.
- Pertemuan terakhir dilaksanakan setelah gambaranalokasi dari berbagai sumber anggaran diketahui.
3. Penyusunan Rencana Kerja Operasional(Plan Of Action)
Agar kegiatan dalam perencanaan pengadaan obatpubiik dan perbekalan kesehatan dapat dilaksanakan sesuaidengan waktu yang ditetapkan, maka perlu ditetapkanjadwal kegiatan yang selanjutnya disajikan dalam RencanaKerja Operasional (Plan of Action) untuk perencanaanpengadaan obat pubiik dan perbekalan kesehatan diKabupaten/ Kota.
Penyusunan Rencana Kerja Operasional dengan jeniskegiatan dimulai dari Persiapan Perencanaan, PelaksanaanPerencanaan dan Pengendalian Perencanaan yangdilanjutkan dengan Penyusunan Rencana Kerja Operasionaluntuk Pengadaan juga dimulai dari Persiapan Pengadaan,Pelaksanaan Pengadaan dan Pengendalian Pengadaandengan menggunakan formulir 4 dan masing-masing kolomdiisi:
Kolom 1 diisi: nomor urut kegiatanKolom 2 diisi: Jenis kegiatan Pokok yang akan dilaksanakanKolom 3 diisi: Uraian kegiatan dari masing-masing kegiatanpokok.Kolom 4 diisi: Pelaksana/ Penanggung jawab kegiatanKolom 5 diisi: Instansi terkait
Kolom 6 s/d 17 diisi: waktu pelaksanaan masing-masingkegiatan.
21
BAB III
PENGADAAN
Pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan merupakanproses untuk penyediaan obat yang dibutuhkan di Unit PelayananKesehatan.
Pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan dilaksanakansesual dengan ketentuan-ketentuan dalam Pelaksanaan PengadaanBarang/ Jasa InstansI Pemerintah dan Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara.
Sesual dengan tujuan pengadaan obat adalah tersedlanyaobat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesual kebutuhanpelayanan kesehatan dengan mutu yang terjamin serta dapatdiperoleh pada saat diperlukan, maka hal-hal yang perlu diperhatlkanpada pengadaan Inl adalah kriteria obat, persyaratan pemasok,penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat serta penerlmaandan pemerlksaan obat.
A. Kriteria Obat Pubiik dan Perbekaian Kesehatan
1. Kriteria umum
> Obat termasuk dalam Daftar Obat Pelayanan KesehatanDasar (PKD) dan Obat Program Kesehatan yangdidasarkan pada Obat Generik yang tercantum dalamDaftar Obat Esenslal Naslonal (DOEN) yang maslhberlaku.
> Obat telah memlllkl Izin edar atau nomor reglstrasi darlDepartemen Kesehatan R.I.
> Batas kedaluwarsa obat pada saat pengadaan minimaltahun (dua tahun enam bulan) dan dapat ditambahkan
bahwa 6 (enam) bulan sebelum berakhlmya masa kedaluwarsadapat diganti dengan obat yang masa kedaluwarsanyaleblh jauh.
22
> Obat memiliki Sertifikat Analisa yang sesuai dengannomor batch masing-masing.
> Obat diproduksi oleh Industri Farmasi yang sudahmemiliki Sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yangBaik).
> Obat termasuk dalam katagori Sangat-Sangat Esensial,Sangat Esensial dan Esensial.
2. Kriteria mutu obat
Mutu dari obat publik dan perbekalan kesehatan haruslahdapat dipertanggung jawabkan.
Kriteria mutu obat publik dan perbekalan kesehatan adalahsebagai berikut:
> Persyaratan mutu obat harus sesuai dengan persyaratanmutu yang tercantum dalam Farmakope Indonesiaedisi terakhir.
> Industri Farmasi yang memproduksi obat bertanggungjawab terhadap mutu obat melalui pemeriksaan mutu(Quality Control) yang dilakukan oleh penanggungjawab mutu (Quality Control) Industri Farmasi yangbersangkutan.
> Pemeriksaan mutu secara organoleptik dapat dilakukanoleh Apoteker/ Farmasis penanggung jawab UnitPengelola Obat/ Gudang Farmasi Kabupaten/ Kotayang kemudian bila terjadi keraguan terhadap mutuobat dapat dilakukan pemeriksaan mutu di Laboratoriumyang ditunjuk pada saat pengadaan/ pembelian danmerupakan tanggung jawab distributor/ supplier yangmengadakan.
Pemeriksaan organoleptik yang dapat dilakukan olehApoteker/ Farmasis penanggung jawab Unit PengelolaObat/ Gudang Farmasi Kabupaten/ Kota antara lainmelalui kegiatan pemeriksaan organoleptik sebagaiberikut:
23
Tablet : - Warna, bau atau rasa
- Bentuk fisiknya- Kemasan dan label
Tablet salut : - Warna
- Bentuk fisik
- Basah atau lengket satu dengan lainnya- Kemasan dan label
Kapsul : - Warna, bau- Kapsul terbuka, kosong, rusak ataulengket satu dengan lainnya.
- Kemasan dan label
Calran : - Warna
- Kejernihan, homogenitas- Kemasan dan label
Salep : - Warna konsituen- Kemasan dan label
Injeksi - Warna, kejernihan untuk larutan injeksl- Homogenitas untuk serbuk injeksi- Kemasan dan label
B. Kriteria/ Persyaratan Pemasok
Pemilihan pemasok secara hati-hati adalah penting karenadapat mempengaruhi balk kualitas maupun biaya obat yangdibutuhkan. Untuk pemilihan pemasok perlu diperhatikan/dibatasidengan hal-hal sebagai berikut:
Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi/ Industri Farmasi.
Bagi Pedagang Besar Farmasi (PBF) harus mendapatdukungan dari Industri Farmasi yang memiliki SertifikatCPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).
Bagi Industri Farmasi harus yang telah memiliki Sertifikat CPOB.
Pedagang Besar Farmasi atau Industri Farmasi sebagaisupplier harus memiliki reputasi yang baik dalam bidangpengadaan obat.
24
Pemllik dan atau Apoteker/ Asisten Apoteker penanggungjawab PBF, Apoteker penanggung jawab produksl danquality control Industri Farmasi tidaksedang dalam prosespengadiian atau tindakan yang berkaitan dengan profesikerfarmasian.
C. Penentuan Waktu Pengadaan dan Kedatangan Obat
Waktu pengadaan dan waktu kedatangan obat dari berbagaisumber anggaran perlu ditetapkan atau diusulkan oleh UnitPengelola Obat/ Gudang Farmasi Kabupaten/ Kota kepadaKepaia Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota berdasarkan has!!anallsis data:
> SIsa stok
> Jumlah obat yang akan diterima sampai dengan akhirtahun anggaran.
> Frekwensi pemakaian/ indeks musiman.> Waktu tunggu/ lead time
Berdasarkan data tersebut dapat dibuat:
> Bagan pemakaian obat.
> Penetapan waktu pesan dan waktu kedatangan obat.
D. Penerimaan dan Pemeriksaan Obat
Penerimaan dan pemeriksaan merupakan suatu rangkaiankegiatan pada penerimaan obat baik dari pemasok maupundari Unit Pengelola Obat/ Gudang Farmasi Kabupaten/ Kotaatau dari suatu unit pelayanan kesehatan kepada unit pelayanankesehatan lainnya dalam rangka memenuhi permintaan obatdari yang bersangkutan. Selanjutnya perlakuan terhadap obatyang akan diterima dapat dilihat pada modul Pengelolaan(modul Distribusi dan Penyimpanan)
Maksud dan tujuan:
Obat diterima baik jenis dan jumlahnya sesuai dengandokumen yang menyertainya.
25
E. Pemantauan Status Pesanan
- Pemantauan status pesanan bertujuan untuk mempercepatpengiriman sehingga efisiensi suplai dapat ditingkatkan.
- Pemantauan dapat didasarkan kepada system VEN, dimanaobat-obatan yang sangat-sangat esensial (V) perlumendapatkan prioritas yang lebih besar dalam pemantauan.
- Secara berkala petugas Unit Pengelola Obat/ GudangFarmasi Kabupaten/ Kota menelaah status pesanan.Pesanan yang terlambat perlu segera ditangani misalnyadengan melaporkan kepada: Kepala Dinas Kesehatanatau menghubungi pemasok.
- Pemantauan status pesanan juga dapat dilakukan denganmenggunakan suatu daftar atau bagan, antara lain bersisi:
> Nama obat.
> Satuan kemasan.
> Jumlah obat.
> Obat yang sudah diterima.
> Obat yang belum diterima.
/ ■ - .'
/ ■■:
26
BAB IV
PENUTUP
Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan PerbekalanKesehatan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam membantuperencanaan dan pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatanbalk di Propinsi maupun Kabupaten/ Kota. Pedoman teknis inipada dasarnya lebih menekankan pada perlunya pelaksanaanperencanaan yang didasarkan atas analisa kebutuhan yang tepatdan pelaksanaan pengadaan obat melalui pihak ketigayang sesuaidengan Peraturan Perundang-undangan dibidang obat yang berlaku.
Dalam penggunaan Buku Pedoman Teknis Pengadaan ObatPublik dan Perbekalan Kesehatan ini sudah tentu perlumemperhatikan Daftar Obat Esensial Nasional dan PedomanPenggunaan Obat Rasional, sehingga dengan demikian perencanaandan pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan dapatdilakukan secara efektif dan efisien.
Namun demikian untuk keberhasilannya periu didukung olehtenaga yang memiliki kemampuan dan kemauan dalam rangkamendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan yang sangatdibutuhkan oleh masyarakat luas.
Pedoman teknis ini sudah tentu masih memerlukan perbaikan-perbaikan untuk penyempurnaannya, untuk itu masukan-masukandari pengalaman penggunaan Buku Pedoman Teknis ini sangatdiharapkan.
27
Formulir 1
KARTU KOMPILASI PEMAKAIAN OBAT
Jenis Obat :
No. Unit PelayananKesehatan
Jan Feb Mar Apr Mel Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total Rata2
/bin
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
LAIN-LAIN
TOTALro00
Formulir 2
DATA 10 PENYAKIT TERBESAR
NO
URUTNOMOR KODE MAMA PENYAKIT
JUMLAH PENDERITATOTAL
ANAK DEWASA
1 2 3 4 5 6
roCO
Formalir 3
LEMBAR KERJA PERENCANAAN PENGADAAN OBAT
KABUPATEN / KOTA
NO
NAMA
(»AT
SATUAN
KEUASANKEUASAN
SISAST0K1JAN
RENCANA08ATMASUX
TOTAL
PERSEO
PEMAXAI
RATMBL
TKKE
CUKUP
TOTAL
KE6UT
RENCANA PENGADAAN
HARQA1
KEMAS
TOTAL HARGA
6FKPKM
TOTAL
DAuimo
AS
PROG
PKPS
TRANS
TOTAL
DAU/PAO
AS
PROG
PKPS
TRANS
TOTAL
OAUJPADASPROG
PKPS
TRANS
TOTAL
12
34
S6
78
910
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
G3O
Ctfalan:
Kotam 7 B|uR)bh iDlam S « 6
Kolo
m 13 B iBtnU) I
ntaR
) 8 « 9 « 10 «
12
KotaR* 14 s jintab kabR) 7 113
nigM
kecu
iopa
R b kd
om 14:
hola
m IS
"Sil
Bl tabUutan b IS IS X 20.4 bu
lan *)
Renc
ata pt
noai
ftBR
(kolOR) 29 b 18 > 19
♦ 20
4 2
1 4
2298al lan)> (k
otam
30)b2S 4 26 4 27 4 28 4 29
1 Jumbhkflbul)4ianabai1(ta]u}talwnBi2xpem3kaianiB>a-fataAulan(X)4pe»enlasekena9(ankunjungan(10%)
4 dock iitByanggah (10%) 4 waUo hnggu (6 bci
lan po
Rida
ian)
b 20.
4 X
Wakhi hnoo^ oas
kigH
nati
ng daoal) bo
tlwd
a isfQantung Istak gooQnfis
Formulir 4
RENCANA KERJA OPERASIONAL
(PLAN OF ACTION)
No.
POKOK
KEGIATAN
URAIAN
KEGIATAN
PELAKSANAAN/
PEN. JAWAB
INSTANSI
TERKAU
JanFebMarApr
MeiJun
JulAgsSepOktNovDes
to
11
12
13
14
15
16
17
PERENCA'
NAAN
Persiapan
Petaksanaan
CO
Peng
enda
lian
o
rs
m o
Mei
Sep
PENGADA-
AN
Pers
iapa
n
Pelaksanaan
Peng
enda
iian
CO
lo