Untuk Informasi Lebih Lanjut, Silahkan Hubungi · proses transaksi SPAM Semarang Barat, SPAM...

ILaporan KPPIP Semester 2 | 2018

Lap

ora

n K

PPIP Semester 2 20

18

Untuk Informasi Lebih Lanjut, Silahkan Hubungi:Sekretariat Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP)

+6221 3453171, +6221 3453164

+6221 3453155

[email protected]

@kppip

Gedung Pos Ibukota, Blok A Lt 6, Jl. LapanganBanteng Utara 1, Pasar Baru, Sawah Besar,Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10710,Indonesia

www.kppip.go.id

facebook.com/kppip

@kppip_ri

Laporan KPPIP Semester 2 | 2 01 8II

IIILaporan KPPIP Semester 2 | 2018

BAB01

Perkembangan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) 1

A. ProfilKomitePercepatanPenyediaanInfrastrukturPrioritas 3

B. Pencapaian KPPIP pada Semester II 2018 5

C. Dukungan KPPIP untuk Kebijakan terkait Percepatan Penyediaan Infrastruktur

7

D. PelaksanaanPengadaanTanahpadaProyekStrategisNasional 11

E. Pengembangan Instrumen Keuangan Untuk PembiayaanInfrastruktur 15

F. PerkembanganpembentukanPanelKonsultanKPPIP 17

G. KegiatanPengembanganKapasitasuntukDukunganPelaksanaanProyekPrioritasdanPSN

18

Daftar Isi III

DaftarIstilah XII

Kata Sambutan XVII

DAFTAR ISI

Laporan KPPIP Semester 2 | 2 01 8IV

BAB 02 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia 23

A. PerbaikanPeraturanTerkaitInfrastruktur 25

01. Revisi Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2017 tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan dalam Rangka Penyediaan Tanah

25

02. Paket Kebijakan Ekonomi 27

03. Peraturan Presiden Rencana Induk Transportasi Jabodetabek 28

04. Peraturan Presiden tentang Penugasan Pelindo I sebagai Master Developer untuk Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung

30

B. PerbaikanPeraturanTerkaitKebijakanFiskaldanKelembagaan 18

C. PerkembanganAlternatifPendanaanInfrastruktur 20

D. DukunganAlternatifPendanaan 25

BAB 03 Pencapaian KPPIP 45

A. Dukungan Penyiapan Proyek 47

01. Dukungan Transaksi Proyek KPBU SPAM Semarang Barat 47

02. Dukungan Transaksi Proyek KPBU SPAM Lampung 48

03. Kerjasama dengan JICA melalui KPPIP-SF untuk Penyusunan Final Business Case (FBC) untuk PLTSa Legok Nangka Regional Jawa Barat

39

VLaporan KPPIP Semester 2 | 2018

04. Dukungan Review Outline Business Case (OBC) Kawasan Industri Bintuni

50

05. Dukungan Penyiapan Proyek menggunakan Saudi Fund for Development (SFD) untuk Proyek Energi

51

B. Pengembangan Skema Pendanaan Proyek 46

01. Kerjasama dengan Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT) untuk PLTSa Semarang

52

02. Penetapan Skema Pendanaan Jakarta Sewerage System 54

03. Dukungan Skema Pendanaan Kilang Bontang 56

04. Dukungan Skema Pendanaan Kilang Tuban 57

C. Pemantauan dan Debottlenecking Proyek 58

01. Perkembangan Status Proyek Jalan Tol Trans Jawa 58

02. Perkembangan Status Proyek Jalan Tol Trans Sumatera 59

03. Debottlenecking Jalan Tol di Jabodetabek 61

04. Tes Dinamis Light Rail Transit (LRT) Sumatera Selatan 62

05. Debottlenecking Pembayaran dan Penyusunan Prosedur VGF Tahap I SPAM Umbulan

63

06. Percepatan Konstruksi Pelabuhan Patimban 64

07. Debottlenecking Kebutuhan Regulasi Makassar New Port 65

Laporan KPPIP Semester 2 | 2 01 8VI

BAB 04 Daftar Proyek Prioritas KPPIP 69

Daftar 30 Proyek Prioritas 74

A. StatusProyekPrioritasSektorJalandanJembatan 79

01. Jalan Tol Serang - Panimbang 79

02. Jalan Tol Manado - Bitung 82

03. Jalan Tol Balikpapan - Samarinda 85

04. A. Jalan Tol Medan – Binjai (8 Ruas Trans Sumatera) 88

B. Jalan Tol Palembang - Indralaya 91

C. Jalan Tol Pekanbaru - Dumai 93

D. Jalan Tol Bakauheni - Terbanggi Besar 96

E&F. Jalan Tol Terbanggi Besar - Pematang Panggang - Kayu Agung 99

G. Jalan Tol Palembang - Tanjung Api-api 102

H. Jalan Tol Kisaran - Tebing Tinggi 104

I -L. Jalan Tol Binjai - Langsa, Langsa - Lhokseumawe, Lhokseumawe - Sigli & Sigli - Banda Aceh

106

M&N. Jalan Tol Pekanbaru - Bangkinang - Payakumbuh - Bukit Tinggi & Bukit Tinggi - Padang Panjang - Lubuk Alung - Padang

109

VIILaporan KPPIP Semester 2 | 2018

O. Jalan Tol Tebing Tinggi - Pematang Siantar - Prapat Tarutung - Sibolga

112

05. Jalan Tol Probolinggo - Banyuwangi 114

06. Jalan Tol Yogyakarta - Bawen 116

B. StatusProyekPrioritasSektorTransportasi 119

07. Kereta Api Kalimantan Timur 119

08. Kereta Api Makassar - Parepare 121

09. Kereta Ekspres Bandara Soekarno - Hatta 124

10. MRT Jakarta Jalur Utara - Selatan 127

11. Light Rail Transit Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi 130

12. Light Rail Transit Sumatera Selatan 133

13. Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Wilayah Provinsi DKI Jakarta/Light Rail Transit (LRT) DKI Jakarta

135

14. Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung 138

15. Pelabuhan Hub Internasional Bitung 141

16. Pelabuhan Patimban 144

17. Inland Waterways/Cikarang-Bekasi-Laut 147

Laporan KPPIP Semester 2 | 2 01 8VIII

C. StatusProyekPrioritasSektorTelekomunikasi 149

18. Palapa Ring Broadband 149

D. StatusProyekPrioritasSektorKetenagalistrikan 152

19. Central Java Power Plant (PLTU Batang) 152

20. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Indramayu 154

21. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang 156

22. Pembangkit Listrik Berbasis Tenaga Gas 158

23. Central-West Java Transmission Line 500 kV 161

24. Transmisi Sumatera 500 kV 164

E. Status Proyek Prioritas Sektor Energi 167

25. Kilang Minyak Bontang 167

26. Kilang Minyak Tuban 170

27. Revitalisasi Kilang Eksisting (RDMP) 172

28. Pengembangan Lapangan Abadi Wilayah Kerja Masela 175

29. Pengembang Lapangan Gendalo, Maha, Gehem & Bangka (Indonesia Deepwater Development Project/IDD)

177

IXLaporan KPPIP Semester 2 | 2018

30. Proyek Tangguh LNG Train 3 179

31. Pengembangan Lapangan Unitisasi Gas Jambaran - Tiung Baru 181

F. Status Proyek Prioritas Sektor Sumber Daya Air dan Sanitasi 183

32. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Semarang Barat 183

33. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jatiluhur 186

34. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Lampung 189

35. Jakarta Sewerage System 192

36. Tanggul Laut Fase A 195

G. Status Proyek Prioritas Sektor Sumber Daya Air dan Sanitasi 198

37. Energi Asal Sampah Kota-Kota Besar 198

BAB 05 ProyekStrategisNasional 203

A. ProsesEvaluasidanRevisiPSNpadaSemesterII2018 205

Laporan KPPIP Semester 2 | 2 01 8X

BAB 06 KebijakanTerkaitInfrastrukturyangDidukungKPPIP 209

A. StatusRegulasiPendukungProyekStrategisNasional 211

A1. Status Regulasi Pendukung Proyek Strategis Nasional berupa Penyusunan Peraturan Lintas Sektoral terkait Penyediaan Infrastruktur

211

A2. Status Regulasi Pendukung Proyek Strategis Nasional berupa Penyusunan Peraturan Sektoral terkait Penyediaan Infrastruktur

212

B. PerubahanRegulasiyangDiperlukanuntukPercepatanPenyediaanInfrastruktur

213

B1. Perubahan Regulasi Lintas Sektoral untuk Percepatan Penyediaan Infrastruktur

213

B2. Perubahan Regulasi Sektoral untuk Percepatan Penyediaan Infrastruktur

214

C. KajianHukumyangDiperlukanuntukPercepatanPenyediaanInfrastruktur

215

C1. Kajian Hukum terkait dengan Percepatan Penyediaan Infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

215

C2. Kajian Hukum terkait dengan Percepatan Penyediaan Infrastruktur Sistem Penyediaan Air Minum (“SPAM”)

218

C3. Kajian Hukum terkait dengan Percepatan Penyediaan Infrastruktur Kawasan Industri dan Pelabuhan

222

C4. Kajian dan Produk Hukum Penunjang Pelaksanaan Fungsi KPPIP

XILaporan KPPIP Semester 2 | 2018


BAB 07

Kegiatan KPPIP untuk Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Kapasitas 239

A. Kegiatan KPPIP untuk Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Kapasitas

241

01. Pendataan kebutuhan sumber daya manusia dilakukan dengan menggali data primer dari sektor sektor terkait, untuk kemudian dibandingkan dengan prakiraan yang telah dilakukan oleh PMO KPPIP

232

02. Pelaksanaan fokus group discussion dalam rangka pengembangan jurusan di pendidikan vokasi (SMK maupun Politeknik) dan dalam rangka pengembangan vokasi sebagai pendorong motor ekonomi

233

BAB 08

Kegiatan KPPIP untuk Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Kapasitas 249

A. RencanaKPPIPkeDepan 251

Laporan KPPIP Semester 2 | 2 01 8XII

ABET Accreditation Board for Engineering and Technology ADART Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah TanggaAMDAL Analisis Mengenai Dampak LingkunganANDAL Analisis Dampak LingkunganAP Availability Payment/Pembayaran Ketersediaan LayananAPBD Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPBN Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraASEAN Association of South East Asian NationBappeda Badan Perencanaan DaerahBappenas Badan Perencanaan NasionalBED Basic Engineering DesignBK Badan KejuruanBOD Biological Oxygen Demand BNSP Badan Nasional Sertifikasi ProfesiBPJT Badan Pengatur Jalan TolBPN Badan Pertanahan NasionalBP3TI Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan

InformatikaBUJT Badan Usaha Jalan TolBKPM Badan Koordinasi Penanaman ModalBLU Badan Layanan UmumBUMD Badan Usaha Milik DaerahBUMN Badan Usaha Milik NegaraB2B Business to BusinessCJPP Central Java Power PlantDED Detail Engineering DesignDNI Daftar Negatif InvestasiEBITDA Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation and AmortizationEPC Engineering Procurement and ConstructionFAIP Formulir Aplikasi Insinyur Profesional

DAFTAR IStilah

XIIILaporan KPPIP Semester 2 | 2018

FBC Final Business CaseFEED Front End Engineering DesignFS Feasibility StudyGRR Grass Root RefineryG2G Government to GovernmentHA HektarHSBC Hong Kong Shanghai Banking CorporationHKK Himpunan Keahlian KeinsinyuranHVDC High Voltage Direct CurrentIFC International Finance CorporationIP Insinyur ProfesionalIPAL Instalasi Pengolahan Air LimbahIPP Independent Power ProducerIPP Insinyur Profesional PratamaIPPKH Izin Pinjam Pakai Kawasan HutanIPM Insinyur Profesional MadyaIPU Insinyur Profesional UtamaISRM Indonesia Single Risk ManagementJABEE Japan Accreditation Board for Engineering EducationJICA Japan International Corporation Agency JKINFA Nilai Indeks InfrastrukturJSS Jakarta Sewerage System KAANDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak LingkunganKAK Kerangka Acuan KerjaKEK Kawasan Ekonomi KhususK/L Kementerian/LembagaKLHS Kajian Lingkungan Hidup StrategisKementerianATR Kementerian Agraria dan Tata RuangKementerian ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya MineralKementerian LHK Kementerian Lingkungan Hidup dan KehutananKementerianPAN Kementerian Pendayagunaan Aparatur NegaraKementerianPPN Kementerian Perencanaan Pembangunan NasionalKementerianPUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatKementerianRISTEKDIKTI Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan TinggiKPBU Kerjasama Pemerintah dan Badan UsahaKPI Key Performance IndicatorKPPIP Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur PrioritasKPPIP-SF Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas-Suport FacilityKSP Kantor Staf PresidenKUR Kredit Usaha RakyatkV Kilo-volt

Laporan KPPIP Semester 2 | 2 01 8XIV

LCS Limited Concession Scheme/Skema Konsesi TerbatasLMAN Lembaga Manajemen Aset NegaraLKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa PemerintahLPJK Lembaga Pengembangan Jasa KonstruksiLRT Light Rail TransitLSIP Lokakarya Sertifikasi Insinyur ProfesionalLSP Lembaga Sertifikasi ProfesiMBR Masyarakat Berpenghasilan RendahMenteriATR Menteri Agraria dan Tata RuangMoU Memorandum of UnderstandingMRTJ Mass Rapid Transportation JakartaMW MegawattNCICD National Capital Integrated Coastal DevelopmentOBC Outline Business Case/ Pra-Studi KelayakanODA Official Development AssistanceOJK Otoritas Jasa KeuanganPBAS Performance Based Annuity SchemePDAM Perusahaan Daerah Air MinumPDB Produk Domestik BrutoPDF Project Development FundPINA Pembiayaan Infrastruktur Non-Anggaran Pemerintah Permenhub Perturan Menteri PerhubunganPermenko Peraturan Menteri KoordinatorPerpres Peraturan PresidenPJBL Perjanjian Jual Beli ListrikPJP Penanggung Jawab ProyekPJPK Penangggung Jawab Proyek KerjasamaPLTA Pembangkit Listrik Tenaga AirPLTMH Pembangkit Listrik Tenaga Mikro HidroPLTU Pembangkit Listrik Tenaga UapPMO Project Management OfficePM Peraturan MenteriPMK Peraturan Menteri KeuanganPMN Penyertaan Modal NegaraPP Peraturan PemerintahPPA Power Purchase AgreementPPI Program Profesi InsinyurPPJT Perjanjian Pengusahaan Jalan TolPPN Pajak Pertambahan NilaiPre-FS Pre-Feasibility StudyPSO Public Service ObligationPTHBAP PT Huadian Bukit Asam PowerPTIIF PT Indonesia Infrastructure Finance

XVLaporan KPPIP Semester 2 | 2018

PTKAB PT Kereta Api BorneoPTKAI PT Kereta Api IndonesiaPTMRTJ PT Mass Rapid Transit JakartaPTPII PT Penjaminan Infrastruktur IndonesiaPTPIN Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara PTPLN PT Perusahaan Listrik NegaraPTSMI PT Sarana Multi InfrastrukturPSN Proyek Strategis NasionalRDMP Refinery Development Master Plan/Revitalisasi Kilang Minyak

EksistingRI Republik IndonesiaROW Right of WayRPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalRPL Rekognisi Pembelajaran/Pengalaman LampauRRT Republik Rakyat TiongkokRTRW Rencana Tata Ruang WilayahRUPTL Rencana Usaha Penyediaan Tenaga ListrikRPL Rekognisi Pengalaman LampauSBOT Supported-Build-Operate-TransferSDM Sumber Daya ManusiaSHIA Soekarno-Hatta International AiportSK Surat KeputusanSKA Sertifikat Keahlian KerjaSKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional IndonesiaSKT Sertifikat Ketrampilan KerjaSLA Service Level Agreement SOP Standard Operating ProceduresSPAM Sistem Penyediaan Air MinumSPC Special Purpose CompanySPV Special Purpose VehicleS&P Standard and Poor’sTA Transaction AdvisoryTA Tenaga AhliTI Teknologi InformasiTKDN Tingkat kandungan Dalam NegeriUU Undang-UndangUMKM Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan KoperasiUSD United States DollarVfM Value for MoneyVGF Viability Gap Funding/ Dukungan KelayakanWA Washington AccordWTE Water-to-Energy

Laporan KPPIP Semester 2 | 2 01 8XVI Laporan KPPIP Semester 2 | 2018XVI

XVIILaporan KPPIP Semester 2 | 2018

KataSambutan

Infrastruktur di Indonesia terus didorong dengan giat oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk merealisasikan dampak positif terhadap perekonomian dan peningkatan daya saing yang nyata dan dapat

dirasakan secara merata. Percepatan realisasi tersebut dilakukan melalui penyediaan kebijakan yang mendukung, peningkatan kapasitas pihak-pihak terkait proyek, serta penyelesaian isu yang menghambat implementasi.

Sebagai salah satu alat pemerintah untuk percepatan infrastruktur sesuai Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 j.o. Peraturan Presiden No. 122 Tahun 2016, Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) telah giat mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan. Selain menjalankan mandat terkait Proyek Infrastruktur Prioritas, KPPIP juga melakukan mandat-mandat lain seperti pemantauan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan pemberian rekomendasi alokasi dana pengadaan tanah dari Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).

Pada tahun 2018, fokus utama KPPIP adalah pada implementasi Proyek Prioritas dan Strategis Nasional yang dilakukan dengan mendorong mulainya konstruksi atau pencapaian financial close, peningkatan kapasitas terutama untuk monitoring dan debottlenecking secara mandiri, implementasi standar Outline Business Case (OBC), dan pendampingan Penanggung Jawab Proyek dalam melakukan debottlenecking.

Dukungan KPPIP untuk implementasi Proyek Prioritas dan Strategis Nasional, telah tercatat kemajuan dengan meningkatnya PSN yang telah selesai yaitu sebanyak 32 proyek, serta 32 proyek dan 1 program yang sedang konstruksi dan mulai beroperasi. Beberapa contoh mega-proyek yang telah selesai secara adalah Jalan Tol Trans Jawa, Bendungan Rotiklod, dan Kereta Api Prabumulih – Kertapati. Selain itu, juga terdapat proyek-proyek lainnya yang

WAHYUUTOMOKETUA TIM PELAKSANA KPPIP

Laporan KPPIP Semester 2 | 2 01 8XVIII

sudah memulai konstruksi, seperti Pelabuhan Patimban, Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung, serta pencapaian Financial Close untuk pembangkit listrik dengan total kapasitas 2.035 MW. Selanjutnya, KPPIP akan melakukan pemantauan untuk memastikan kelancaran konstruksi dan mendampingi Penanggung Jawab Proyek jika dibutuhkan koordinasi penyelesaian masalah.

Di samping melakukan percepatan proyek, KPPIP juga memastikan terselenggaranya kegiatan untuk meningkatkan kemampuan Penanggung Jawab Proyek dan pemangku kepentingan terkait agar dapat melakukan pemantauan dan debottlenecking proyek secara mandiri. Untuk itu, KPPIP telah mengembangkan sistem Teknologi Informasi untuk pemantauan dan pelaporan kemajuan PSN yang akan disosialisasikan kepada pihak terkait di tahun 2019. Kami berharap agar Sistem TI ini dapat digunakan untuk memastikan keseragaman data dan diseminasi informasi yang lebih efisien.

Selanjutnya, KPPIP juga telah membentuk Panel Konsultan yang dapat digunakan oleh Penanggung Jawab Proyek untuk menyederhanakan dan mempersingkat proses pengadaan. Terdapat lima Panel Konsultan yang telah terbentuk yaitu untuk kebutuhan penyiapan proyek, hukum, keuangan, manajemen proyek, dan pengadaan tanah/penilaian proyek, dimana kelimanya terisi masing-masing oleh tujuh konsorsium perusahaan konsultan lokal dan internasional.

Untuk meningkatkan kualitas penyiapan proyek, KPPIP telah menyosialisasikan Standar OBC KPPIP kepada Penanggung Jawab Proyek, termasuk melalui kegiatan peningkatan kapasitas untuk aparat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang didukung oleh PT Tusk Advisory dan Mott Macdonald. Sosialisasi OBC juga dilengkapi dengan pembahasan tentang struktur KPBU, alokasi risiko, dan cara penyusunan business case. Kegiatan peningkatan kapasitas diharapkan dapat memperkaya kapabilitas pihak terkait dalam menyiapkan proyek dan memberikan kesempatan tanya-jawab dengan para ahli di bidangnya.

Fokus KPPIP dalam memastikan tercapainya milestones proyek akan dilanjutkan ke tahun berikutnya dan diikuti oleh upaya-upaya untuk membangun situasi yang berkesinambungan dalam implementasi Proyek Prioritas dan Strategis nasional.

Melalui penerbitan Laporan ini, kami mengharapkan agar pihak terkait dapat memperoleh informasi tentang kemajuan Proyek Prioritas dan Proyek Strategis Nasional serta dapat menggunakan pembelajaran dari proyek-proyek lainnya untuk percepatan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur merupakan tanggung jawab kita bersama agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing bangsa.

Ketua Tim Pelaksana KPPIP

Wahyu Utomo

Perkembangan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP)

Laporan KPPIP Semester 2| 2 018

Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Pr ioritas

01BAB

1

Laporan KPPIP Semester 2 | 2 01 82 Laporan KPPIP Semester 2 | 20182

3Laporan KPPIP Semester 2 | 2018

Pembangunan infrastruktur telah menjadi salah satu fokus pemerintahan selama beberapa tahun terakhir seperti tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019 untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Pembangunan infrastruktur disadari memiliki keterkaitan erat dengan pertumbuhan

ekonomi, seperti terbukanya lapangan pekerjaan baru pada area konstruksi, terbukanya lapangan kerja baru pada industri lokal, adanya efek multiplier, peningkatan nilai tanah, perbaikan akses dan koordinasi, penurunan ongkos produksi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan munculnya inovasi bisnis.

Namun dalam pelaksanaan proyek infrastruktur prioritas di Indonesia, terdapat beragam hambatan, mulai dari masalah kebijakan yang tumpang tindih, pembiayaan yang tidak optimal, hasil penyiapan proyek yang tidak diterima oleh pasar, hingga masalah perizinan dan pengadaan lahan.

Dalam upaya melakukan penyelesaian permasalahan tersebut, maka pada 2014 Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) dibentuk melalui Peraturan Presiden No.75 Tahun 2014 yang kemudian diperbaharui landasan hukumnya dengan Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2016 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas. Pembentukan KPPIP bertujuan untuk mengawal proyek-proyek infrastruktur yang telah ditetapkan secara khusus di dalam daftar Proyek Prioritas melalui Permenko Ekonomi Nomor 12 Tahun 2015 j.o Permenko Ekonomi Nomor 3 Tahun 2017. Dalam perkembangannya, KPPIP diberikan mandat untuk juga mengawal proyek-proyek infrastruktur Strategis Nasional (PSN) yang ditetapkan secara khusus melalui Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

A. Profil Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas

Laporan KPPIP Semester 2 | 2 01 84

Selama 4 tahun pelaksanaannya, sesuai dengan mandat, KPPIP telah memberikan dukungan kepada proyek yang dipilih sebagai proyek prioritas sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh KPPIP. Hal-hal seperti melaksanakan fungsi-fungsi koordinasi, prioritisasi, pengkajian Pra-Studi Kelayakan dan debottlenecking, monitoring dan evaluasi telah menjadi terobosan dalam memecahkan kebuntuan dan hambatan yang dihadapi oleh proyek infrastruktur di Indonesia. KPPIP juga telah berperan dalam penyusunan rencana percepatan dan standar kriteria prioritisasi dan penyiapan proyek infrastruktur serta penentuan skema pendanaan, dimana KPPIP akan memastikan penyiapan proyek dilakukan sesuai standar kualitas KPPIP, mengendalikan langkah-langkah penyelesaian masalah, dan akan menerapkan skema insentif/disinsentif sebagai tindak lanjut hasil pemantauan proyek sehingga mendorong seluruh pihak terkait untuk mempercepat penyediaan proyek prioritas.

Seiring perkembangannya, KPPIP juga telah melaksanakan mandat tambahan seperti menyusun kriteria, melakukan seleksi proyek yang akan masuk ke daftar PSN serta melakukan evaluasi dan update atas pelaksanaan PSN tersebut. PSN mendapatkan fasilitas percepatan terkait pengadaan, perizinan dan non-perizinan, pengadaan tanah, penataan ruang, pengambilan keputusan untuk debottlenecking, serta fasilitas lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan tersebut. Selanjutnya, KPPIP juga ditugaskan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk memantau kemajuan PSN dan menyampaikan laporan kepada Presiden atas kemajuan seluruh proyek setiap 6 bulan.

4


PadaSemester22018,KPPIPtelahmengambillangkah-langkahuntukmempercepatpenyediaaninfrastruktur,baikproyekPSNatau pun proyek prioritas.

B. Pencapaian KPPIP pada Semester II 2018

Penyiapan Proyek

KPPIP telah terlibat dalam memastikan penyiapan proyek dengan kualitas yang diterima pasar. Hal tersebut dilakukan melalui beberapa cara, seperti melakukan pengembangan kapasitas, memberikan pendampingan dan masukan dalam penyusunan Outline Business Case (OBC) Kawasan Industri Bintuni yang direncanakan menggunakan skema KPBU, fasilitasi lembaga bilateral/multilateral yang dapat memberikan fasilitas penyiapan proyek, seperti: fasilitasi antara Pemerintah Kota Semarang dengan Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT) untuk dukungan penyusunan OBC PLTSa Semarang; dan fasilitasi Saudi Fund for Development (SFD) untuk penyusunan studi kilang minyak. Selain itu, KPPIP juga berperan langsung dalam mengoordinasikan pemangku kepentingan terkait untuk percepatan penyelesaian proses transaksi SPAM Semarang Barat, SPAM Umbulan dan SPAM Lampung.


Pengembangan Skema Pendanaan Proyek

Setelah menyusun kajian penyiapan dengan kualitas dan kredibilitas yang diterima pasar, maka Penanggung Jawab Proyek perlu menetapkan skema pendanaan proyek yang paling optimal. KPPIP telah mendampingi proses penetapan skema pendanaan untuk proyek PLTSa Semarang dan Jakarta Sewerage System Zona 8 yang berpotensi dilaksanakan dengan skema KPBU. Selain itu, KPPIP juga mendukung PT Pertamina dalam menindaklanjuti skema pendanaan yang telah ditetapkan untuk Kilang Minyak Bontang dan Kilang Minyak Tuban. Kesuksesan usaha koordinasi KPPIP dapat dilihat melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama SPAM Semarang Barat dan penandatanganan Strategic Partnership PT Pertamina dan Overseas Oil & Gas (OOG) untuk Kilang Minyak Bontang.

Pemantauan dan Debottlenecking Proyek

KPPIP melakukan pemantauan rutin atas penyediaan PSN dan Proyek Prioritas serta mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk melakukan percepatan dan menyelesaikan hambatan yang muncul. Dukungan tersebut telah diberikan untuk penyelesaian isu pencairan Viability Gap Fund (VGF) SPAM Umbulan dan penyelesaian hambatan pengadaan tanah Jalan Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera. Keberhasilan dukungan penyelesaian isu tersebut mencakup mulai beroperasi Jalan Tol Trans Jawa secara penuh, mulai beroperasinya LRT Sumatera Selatan serta mulainya konstruksi Pelabuhan Patimban, Pelabuhan Kuala Tanjung, dan Makassar New Port.

Pengembangan Kapasitas Penanggung Jawab Proyek

Pada Semester 2 2018, KPPIP telah melakukan kegiatan pengembangan kapasitas Penanggung Jawab Proyek, yaitu pengembangan kapasitas untuk Kementerian Perhubungan terkait proses pengadaan tanah melalui pembiayaan Lembaga Manajemen Aset Negara dan pengembangan kapasitas untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait skema KPBU, mulai dari tahapan, pembagian risiko, serta studi kasus proyek KPBU di sektor transportasi di luar negeri.


C. Dukungan KPPIP untuk Kebijakan terkait Percepatan Penyediaan Infrastruktur

Keterbatasan pendanaan dari anggaran pemerintah dan pentingnya optimalisasi anggaran untuk berbagai sektor mengakibatkan perlu alternatif sumber pendanaan lain. Oleh karena itu, sejak akhir 2016 KPPIP mulai mengembangkan skema pembiayaan alternatif yang tidak membebani

anggaran negara maupun BUMN. Sejak 2016, KPPIP telah melakukan analisis kebutuhan dan kajian benchmark penerapan skema pembiayaan alternatif asset recycling yang dilakukan dengan pemberian konsesi aset eksisting yang sudah beroperasi kepada Badan Usaha. Kajian benchmark dan White Paper telah disusun pada tahun 2016 dan 2017 dan sejak 2017, KPPIP telah giat melakukan sosialisasi skema tersebut kepada Presiden dan Menteri-Menteri terkait. Skema yang awalnya disebut Skema Kerja Sama Aset Terbatas (KEPAT) sekarang diperbaiki menjadi skema Hak Pengelolaan Terbatas (HPT) yang disebut Limited Concession Scheme dalam Bahasa Inggris.

Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden sebagai landasan hukum pelaksanaan HPT telah dilakukan pada Semester 1 dan pada Semester 2 Tahun 2018 dengan harmonisasi terus dilakukan dan dipimpin oleh Sekretariat Kabinet.

Sementara menunggu penerbitan Peraturan Presiden, KPPIP telah melakukan sosialisasi dan konsultasi skema tersebut dengan berbagai pihak, mulai dari Badan Usaha yang berpotensi menjadi investor, BUMN terkait, perbankan, dan lembaga donor. Hasil konsultasi dengan potensial investor menunjukan bahwa ketertarikan untuk mengoptimalisasi aset infrastruktur eksisting di Indonesia bukan hal baru karena besarnya potensi pengembangan yang dapat dilakukan. Konsultasi dengan lembaga donor memberikan masukan atas best practice pelaksanaan asset recycling di tingkat internasional. Selain itu, konsultasi dengan pihak perbankan menunjukkan potensi reaksi positif dan masukan pasar atas penerapan HPT di Indonesia.

01. Penyiapan Hak Pengelolaan Terbatas


Dari sisi peraturan, sedang dilakukan revisi Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah untuk mengakomodir HPT. Tujuan penambahan ini adalah untuk mengakomodir skema HPT sebagai salah satu opsi dalam pemanfaatan Barang Milik Negara. Penerbitan rancangan Peraturan Pemerintah yang baru direncanakan terbit pada akhir 2018.

KPPIP dibentuk dengan merevitalisasi Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) yang dinilai kurang efektif karena beberapa kendala, salah satunya tidak adanya keleluasaan untuk memberikan insentif dan disinsentif

untuk mendorong percepatan proyek. Berangkat dari keterbatasan tersebut, Peraturan Presiden No. 75 tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas diterbitkan untuk membentuk KPPIP. Sesuai mandat di Peraturan Presiden No. 75 tahun 2014, KPPIP diberikan mandat untuk memberikan dukungan kepada proyek yang dipilih sebagai prioritas sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh KPPIP. Kewenangan KPPIP termasuk mandat menerapkan skema insentif/disinsentif untuk mendorong seluruh pihak terkait untuk mempercepat penyediaan proyek prioritas.

Untuk pelaksanaannya, KPPIP telah mendorong identifikasi beberapa variasi mekanisme insentif/disinsentif yang pernah dilakukan di Indonesia, serta melakukan analisis masalah terkait belum efektifnya penerapan insentif/disinsentif pada proyek prioritas. Mekanisme yang menjadi fokus kajian KPPIP dalam pemberian insentif adalah mekanisme lelang jabatan dengan pelibatan Komisi Aparatur Sipil Negara, mekanisme lelang jabatan di Kementerian Teknis sebagai PJPK Proyek Strategis Nasional dalam hal ini contohnya adalah Kementerian PUPR, dan mekanisme insentif disinsentif internal di dalam PJPK baik untuk K/L sebagai PJPK atau BUMN sebagai PJPK. Selanjutnya, KPPIP akan melakukan koordinasi dengan masing-masing K/L dan BUMN untuk melihat bagaimana faktur dukungan kepada pelaksanaan PSN dapat disertakan dalam mekanisme yang telah tersedia di masing-masing K/L atau BUMN.

02. Kebijakan Penerapan Insentif dan Disinsentif untuk Percepatan Infrastruktur


Fokus pertumbuhan infrastruktur menjadi salah satu fokus pemerintahan Indonesia pada periode 2013 – 2018. Dalam kurun

waktu 4 tahun, KPPIP telah memainkan peran penting dalam meningkatkan efektivitas dan memberikan kontribusi signifikan dalam pelaksanaan proyek infrastruktur prioritas dengan mendukung para pemangku kepentingan dalam mengumpulkan isu, melakukan analisis, memberikan rekomendasi dan dukungan penyelesaian masalah dari masing-masing tahapan pelaksanaan proyek. KPPIP juga telah berkembang dalam berbagai hal, mulai dari mandat yang perlu dilaksanakan, cakupan proyek yang dipantau, dan sebagainya.

Namun kedepannya, untuk memaksimalkan kontribusi KPPIP dalam penyelenggaraan infrastruktur nasional, dan memastikan keberlangsungan dukungan pelaksanaan proyek prioritas, diperlukan suatu kajian yang melihat kembali performa dan posisi KPPIP sebagai institusi dalam pemerintahan Indonesia. Kajian tersebut merupakan langkah awal yang dapat membantu KPPIP menentukan arah pengembangan kelembagaan.

Pada akhir tahun 2017 telah dilakukan survei atas tingkat kepuasan para pemangku kepentingan yang lingkup tugas dan fungsinya berkaitan langsung dengan upaya percepatan penyediaan infrastruktur prioritas terhadap kinerja KPPIP. Survei dilakukan terhadap pencapaian tugas-tugas KPPIP, pembagian peran didalam

03. Pengembangan Kelembagaan


pelaksanaan KPPIP. Berdasarkan hasil studi, dapat disampaikan bahwa secara garis besar para pemangku kepentingan telah puas dengan performa KPPIP. Hal ini tercermin melalui nilai yang diberikan kepada masing-masing peran KPPIP berada pada posisi baik, dimana skala kepuasan para pemangku kepentingan berada pada minimal di poin 4.4 dan tertinggi 5.9 dengan mengacu kepada skala nilai yang diberikan oleh konsultan survei (1-6 dimana nilai 1 adalah sangat tidak puas dan 6 sangat puas) .

Di tahun 2018, KPPIP meneruskan kajian atas kelembagaannya dengan fokus pada best lesson-learned yang dapat KPPIP terapkan kedepannya untuk pengembangan infrastruktur. Dalam kajiannya, KPPIP melakukan analisa lebih rinci dengan metoda benchmarking. Telah ditetapkan empat institusi pilihan dengan posisi yang berbeda namun memiliki mandat dan wewenang yang serupa dengan KPPIP. Adapun institusi tersebut adalah Kementerian Ekonomi dan Infrastruktur di Pantai Gading, Kementerian Pengembangan Daerah dan Infrastruktur di Georgia, PPP Centre di Filipina, dan Komite Koordinasi Infrastruktur Presiden di Afrika Selatan.

Berdasarkan analisis atas hasil kepuasan pemangku kepentingan eksternal, internal serta hasil benchmark terhadap empat institusi pada negara lain, KPPIP telah memetakan potensi arah pengembangan kelembagaan kedepannya dengan mempertimbangkan dampak perubahan lansekap politik Indonesia pada tahun mendatang. Arah pengembangan diharapkan dapat membantu KPPIP memperkuat posisi institusinya untuk memastikan kelancaran dukungan terhadap pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan Proyek Prioritas.


D. Pelaksanaan Pengadaan Tanah pada Proyek Strategis Nasional

Sesuai dengan mandat KPPIP untuk memantau dan mengendalikan pelaksanaan strategi dan kebijakan dalam rangka percepatan Penyediaan Infrastruktur Strategis Nasional dan Infrastruktur Prioritas, KPPIP memberi dukungan terhadap percepatan pengadaan tanah

untuk Proyek Infrastruktur Strategis Nasional dan Prioritas. Salah satu bentuk dukungan yang dilakukan oleh KPPIP adalah dukungan monitoring dan debottlenecking terkait percepatan pendanaan pengadaan tanah proyek PSN melalui LMAN. KPPIP telah bekerja sama secara intensif dengan Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) dalam menyediakan pendanaan untuk pengadaan tanah Proyek Strategis Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden No. 102 Tahun 2016 tentang Pendanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam Rangka Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Setelah pada Semester I KPPIP berfokus pada evaluasi pelaksanaan pendanaan pengadaan tanah LMAN, pada semester II Tahun 2018 KPPIP memberikan dukungan dalam memastikan penganggaran pendanaan pengadaan tanah untuk Tahun Anggaran 2018 dan 2019. Untuk pendanaan pengadaan tanah Tahun Anggaran 2018, KPPIP melakukan evaluasi usulan pendanaan dalam rangka penyusunan DIPA LMAN TA 2018. KPPIP mengevaluasi 100 proyek yang diusulkan oleh Kementerian/Lembaga dengan nilai total mencapai lebih dari Rp 33 Triliun. Dari evaluasi tersebut, KPPIP merekomendasikan untuk menunda

01. Kebijakan Pendanaan Pengadaan Tanah Melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN)


pendanaan pengadaan tanah pada 12 proyek dengan mempertimbangkan kesiapan dari proyek tersebut sehingga berdampak penghematan anggaran hingga Rp3,5 Triliun.

Sedangkan untuk pengadaan tanah Tahun Anggaran 2019, keputusan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah menyetujui alokasi anggaran kepada LMAN sebesar Rp 22 Triliun. Atas dasar persetujuan tersebut dan sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Menteri Keuangan No. 21 Tahun 2017, KPPIP berkoordinasi dengan masing-masing Kementerian/Lembaga terkait untuk melakukan penyesuaian peringkat PSN (Prioritisasi) berdasarkan kondisi aktual dan urgensi masing-masing proyek. Untuk tujuan tersebut, KPPIP merancang skema prioritisasi proyek dan menyusun peringkat prioritas proyek. Selain itu, KPPIP juga mengadakan rapat dengan masing-masing K/L terkait untuk menyepakati nilai alokasi masing-masing sektor. Pada bulan Oktober 2018, setiap pemangku kepentingan menyepakati hasil prioritisasi KPPIP untuk memenuhi anggaran LMAN TA 2019 sebesar Rp 22 Triliun.

Sejak dimulainya implementasi pendanaan pengadaan tanah melalui LMAN pada tahun 2017, Tanah Kas Desa dan Tanah Wakaf menjadi salah satu permasalahan utama dikarenakan belum adanya landasan bagi LMAN untuk mengganti Uang Ganti Kerugian untuk kedua tanah berkarakteristik khusus, sedangkan di satu sisi Badan Usaha Jalan Tol

telah membebaskan tanah-tanah tersebut melalui mekanisme dana talangan.

Berdasarkan evaluasi KPPIP, terdapat sejumlah kendala dalam tiap tahap pelepasan Tanah Kas Desa. Permasalahan awal terkait Tanah Kas Desa adalah pada inventarisasi, kodifikasi, dan sertifikasi TKD atas nama Pemerintah Desa. Masalah tersebut muncul karena antara lain belum semua desa telah menginventarsasi Tanah Kas Desa dan belum semua Tanah Kas Desa memiliki Sertifikat atas nama Pemerintah Desa.

Permasalahan selanjutnya adalah minimnya konsultasi publik baik secara kuantitas maupun kualitas konsultansi, sehingga Penetapan Lokasi sering berubah dan ditentang masyarakat. Kendala lain yang cukup penting adalah tidak adanya pedoman teknis yang membuat stakeholders terkait menjadi ragu-ragu dalam pelaksanaan pelepasan Tanah Kas Desa (teknis penggunaan dan pertanggungjawaban uang sementara untuk membeli tanah pengganti kas desa). Menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut, KPPIP mengadakan FGD tentang Tanah Kas Desa yang bertujuan untuk:

02. Kebijakan Pengadaan Tanah Kas Desa dan Tanah Wakaf


• Terumuskannya kesepakatan untuk menyusun Pedoman Teknis PelepasanTanahKasDesasecaraNasional;

• Terumuskannya rekomendasi bersama dalam rangka percepatanInventarisasi dan Kodefikasi Tanah Kas Desa (TKD) dalam Buku Aset Desa,sertaPercepatanSertifikasiTKDatasnamaPemerintahDesa;

• Terindentifikasinya subyek utama dan mekanisme pembayaran ganti rugiterhadapAsetMilikPemdayangdibagundiatasTanahKasDesa.

Sebagai tindak lanjut dari rapat ini, KPPIP berkoordinasi dengan beberapa kementerian terkait untuk menyusun Standard Operating Procedure (SOP) mengenai Pelepasan Tanah Kas Desa yang dapat digunakan secara nasional. Selain itu, KPPIP juga akan memfasilitasi diskusi terkait usulan revisi Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2016.

Terkait dengan permasalahan Tanah Wakaf, terdapat 211 bidang (187.885 m2) Tanah Wakaf yang terdampak untuk pembangunan PSN sektor jalan tol. Dalam rangka menyelesaikan berbagai permasalahan Tanah Wakaf, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2018 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2004, yang memberikan kemudahan dalam proses birokrasi diantaranya meliputi:

• Izin RuislagTanahWakafseluaskurangdari5.000HadapatdilakukanmelaluiKantorWilayahAgamasetempat,sedangkanlahanseluaslebihdari5.000HaizintetapmelaluiMenteriAgama;

• Durasi waktu apabila izin dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Agama adalahselama29harikerja,sedangkanbilaizinlewatMenteriAgamaadalah34harikerja;

• Penilaian Tanah Wakaf dan Tanah Pengganti Wakaf dilakukan oleh PenilaiPublik(integrasiterhadapPeraturanPresidenNo.71Tahun2012).

Walaupun telah terdapat sejumlah perbaikan peraturan, namun masih terdapat beberapa masalah mekanisme ruislag (tukar menukar) Tanah Wakaf yang belum terselesaikan, antara lain terkait ketidaksamaan persepsi dalam hal perhitungan nilai Tanah Wakaf dan perhitungan nilai Tanah Pengganti, pencarian tanah pengganti yang sesuai kriteria, dan alternatif pendanaan untuk memenuhi kewajiban sertifikasi tanah pengganti wakaf.

Sebagai upaya debottlenecking permasalahan tersebut, KPPIP mengadakan sejumlah diskusi dengan Kementerian Agama dan juga mengadakan rapat yang mengundang pemangku


kepentingan terkait. Berdasarkan pembahasan tersebut, disepakati bahwa Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (APAIW) dapat dijadikan alas hak sementara untuk percepatan proses Ruislag Tanah Wakaf untuk Kepentingan Umum (PSN). Kemudian, disepakati bahwa penilaian dan penggantian Tanah Wakaf berdasarkan Nilai Penggantian Wajar (NPW) yang terdiri 3 komponen, yaitu Nilai Pasar, Nilai Pembangunan Kembali, dan Nilai Non Fisik. Sedangkan terkait dengan lokasi tanah pengganti, disepakati bahwa lokasi pengganti tidak perlu ditetapkan harus berada di kecamatan yang sama agar lebih fleksibel. Namun, masih terdapat hal-hal yang membutuhkan diskusi lebih lanjut antara lain mengenai batas atas dari nilai penggantian dan usulan agar anggaran untuk sertifikasi Wakaf dapat diakomodasi pada Biaya Operasional sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 13 Tahun 2013

Berdasarkan pemantauan KPPIP, terdapat sejumlah proyek yang belum dapat memulai konstruksi karena terdapat lahan milik TNI yang belum dapat dibebaskan, seperti pada proyek Jalan Tol Kunciran – Serpong dan Cimanggis – Cibitung. Salah satu masalah utama adalah belum adanya kejelasan apakah lahan kosong TNI yang aktif digunakan

untuk latihan dapat diganti rugi. Sebagaimana diatur pada Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, pelepasan tanah tidak diberikan kerugian, kecuali terdapat bangunan aktif untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan. Dalam hal ini diberikan penggantian dalam bentuk tanah dan/atau bangunan atau relokasi. Mengingat banyaknya lahan TNI yang digunakan sebagai tempat latihan berupa tanah kosong, dibutuhkan kesepakatan mengenai ketentuan pelepasan tanah kosong TNI yang akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur.

Oleh karena itu, pada tanggal 17 Oktober 2018, KPPIP mengadakan rapat tingkat menteri yang membahas pembebasan lahan TNI untuk pembangunan infrastruktur. Rapat menteri tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa TNI siap mendukung PSN dan akan melepaskan tanahnya sesuai dengan ketentuan Undang Undang No.2 Tahun 2012. Sedangkan untuk mengakomodasi kebutuhan lahan TNI, maka TNI diminta untuk mengajukan pengadaan tanah melalui mekanisme APBN. Pembahasan selanjutnya juga menyepakati bahwa pembebasan lahan pada Tanah TNI akan menggunakan mekanisme penyerahan asset dari pengguna (TNI) kepada pengelola (Kementerian Keuangan).

Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut, saat ini Kementerian Keuangan sedang dalam proses penyusunan mekanisme dan prosedur terkait penyerahan tanah TNI yang kemudian dijadikan asset LMAN. Dengan adanya kepastian solusi penyelesaian ini, diharapkan kebijakan ini dapat dimplementasikan pada kasus-kasus pada proyek lainnya yang terkendala masalah serupa.

03. Kebijakan Pengadaan Tanah Tentara Nasional Indonesia (TNI)


E. Pengembangan Instrumen Keuangan Untuk Pembiayaan Infrastruktur

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas penyiapan proyek infrastruktur, KPPIP turut mendorong penyusunan konsep perluasan sumber dana untuk Project Development Fund (PDF) melalui kerjasama lembaga internasional. Sepanjang tahun 2018, KPPIP telah terlibat dalam diskusi

terkait beberapa bentuk konsep tersebut baik dengan Kementerian/Lembaga, BUMN, serta beberapa lembaga internasional. Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa pihak tersebut, KPPIP telah menyusun kajian terkait beberapa bentuk alternatif konsep perluasan sumber dana PDF dari Lembaga Internasional yang meliputi pembentukan trust fund, pembentukan BLU khusus untuk pengelolaan PDF, pengelolaan langsung dana Lembaga Internasional di bawah Kementerian/Lembaga/Institusi.

Salah satu institusi yang tengah mengembangkan konsep yang mencakup perluasan sumber dana PDF melalui kerjasama lembaga internasional adalah PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI). PT SMI mengembangkan sebuah platform yang menyediakan dukungan pembiayaan proyek infrastruktur secara end-to-end, mulai dari penyiapan hingga operasional, yang disebut dengan SDG Indonesia One. Produk yang ditawarkan oleh platform ini mencakup penyiapan proyek, fasilitas de-risking, dukungan pendanaan proyek, dan penyediaan ekuitas. SDG Indonesia One ini berbentuk wadah pendanaan terpadu dimana dana yang digunakan berasal dari berbagai sumber, termasuk swasta, filantropi, lembaga donor, lembaga keuangan multilateral dan bilateral, perbankan, asuransi, dan investor. Sesuai dengan namanya, produk ini berorientasi untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) dalam pembangunan infrastruktur.

01. SDG Indonesia One Fund


KPPIP mendukung pengembangan SDG Indonesia One dengan memberikan masukan terkait kriteria dan daftar proyek yang berpotensi untuk mendapatkan fasilitas dari platform ini. Untuk tahap awal implementasi, disepakati bahwa proyek-proyek yang akan difokuskan dalam platform ini adalah proyek dengan kriteria green projects.

SDG Indonesia One telah diluncurkan oleh Menteri Keuangan pada 5 Oktober 2018 serta disosialisasikan kembali pada kegiatan 2018 Annual Meeting International Monetary Fund - World Bank Group. Peluncuran SDG Indonesia One diharapkan dapat menghasilkan eksekusi penyediaan infrastruktur yang semakin baik, sehingga dapat mendorong pembangunan yang inklusif serta meningkatkan kualitas sosial-ekonomi-lingkungan dengan mengedepankan tata kelola yang baik.

Pemerintah telah mengatur penerbitan produk Dana Investasi Infrastruktur Berbentuk Investasi Kolektif (KIK-DINFRA) melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 52/POJK.04/2017 yang diterbitkan pada bulan Agustus 2017. Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA) adalah wadah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang dipergunakan untuk

menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya sebagian besar diinvestasikan pada aset infrastruktur oleh manajer investasi. Portofolio DINFRA terdiri dari aset infrastruktur paling sedikit 51% dari Nilai Aktiva Bersih (langsung melalui pembelian aset infrastruktur atau tidak langsung melalui efek) dan aset lainnya paling banyak 49% (instrumen pasar uang, portofolio efek lainnya). Dibandingkan dengan Reksa Dana Penawaran Terbatas (RDPT), DINFRA menawarkan alternatif yang lebih fleksibel, dimana DINFRA dapat ditawarkan melalui penawaran umum dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (diperdagangkan di pasar sekunder).

KPPIP mendukung Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK) untuk mendorong diluncurkannya produk DINFRA di acara 2018 Annual Meeting International Monetary Fund - World Bank Group. KPPIP berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan yang terdiri dari pembuat kebijakan, seperti Otoritas Jasa Keuangan dan Kementerian Keuangan, Manajer Investasi, dan Badan Usaha potensial penerbit DINFRA, untuk merumuskan langkah-langkah yang diperlukan untuk dapat mendorong penerbitan DINFRA pada bulan Oktober 2018. Salah satu hal yang menjadi perhatian khusus adalah aspek perpajakan dan aspek perizinan investasi pada DINFRA, dimana masih dibutuhkan beberapa penyesuaian agar produk DINFRA dapat menarik minat investor.

Pada akhirnya, pada tanggal 11 Oktober 2018 di salah satu parallel event acara 2018 Annual Meeting International Monetary Fund - World Bank Group, telah diterbitkan izin efektif DINFRA untuk PT Jasamarga Pandaan Tol yang mengoperasikan Jalan Tol Gempol-Pandaan sepanjang 13,6 km. Penerbitan DINFRA ini ditargetkan dapat memperoleh dana dengan plafon hingga Rp 1,5 triliun.

02. Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA)


F. Perkembangan pembentukan Panel Konsultan KPPIP

KPPIP telah mendorong implementasi mekanisme panel konsultan untuk mempercepat proses pengadaan konsultan untuk pemberian fasilitas yang mendorong percepatan Proyek Prioritas. Dalam mekanisme Panel Konsultan, KPPIP membentuk panel yang berjumlah paling sedikit 5 (lima) calon Penyedia

Jasa Konsultansi dan paling banyak 7 (tujuh) calon Penyedia Jasa Konsultansi. KPPIP melaksanakan penandatanganan kontrak payung (framework contract) untuk mengikat calon Penyedia Jasa Konsultansi selama jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun. Saat selanjutnya diidentifikasi kebutuhan pelaksanaan studi untuk penyiapan proyek prioritas, maka KPPIP telah memiliki shortlist konsultan untuk diseleksi dan segera melaksanakan studi.

Menindaklanjuti Peraturan Kepala LKPP No. 3 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemilihan dan Penetapan Panel Konsultan KPPIP, telah dilakukan dukungan penerbitan Permenko tentang Pendelegasian Wewenang dari Ketua KPPIP ke Ketua Pelaksana KPPIP No. 13/2017, Kepmenko tentang Tata Cara Pengadaan Panel Konsultan KPPIP No. 57/2018, Surat Keputusan Ketua Tim Pelaksana KPPIP tentang Kelompok Kerja Panel Konsultan dan Surat Keputusan Menko Perekonomian tentang Kebutuhan Panel Konsultan.

Pada bulan Oktober 2018 telah diumumkan pengadaan anggota Panel Konsultan KPPIP yang dibagi ke dalam 5 panel. Untuk panel pertama yaitu “Konsultan Bidang Penyiapan Proyek (Pre-FS, FS, dan OBC)” telah diperoleh 7 konsorsium. Untuk panel kedua yaitu Konsultan Bidang Hukum telah diperoleh 7 konsorsium konsultan. Untuk panel ketiga yaitu “Konsultan Bidang Keuangan” telah diperoleh 7 konsorsium. Untuk panel keempat yaitu “Konsultan Bidang Implementasi Proyek dan Project Management Services” telah terpilih 7 konsorsium. Terakhir untuk panel kelima yaitu “Konsultan Bidang Land Acquisition and Resettlement Action Plan dan Project Appraisal telah diperoleh 7 konsorsium. Pada akhir Desember 2018 para konsultan terpilih telah menandatangani kontrak pada tanggal 18 Desember 2018. Direncanakan panel konsultan KPPIP akan pertama kali digunakan untuk pengadaan konsultan PMO KPPIP tahun anggaran 2019 dari konsorium yang terdaftar di Panel Implementasi Proyek dan Project Management Services.


01. Kegiatan Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Proses Pengadaan Tanah Proyek Strategis Nasional Di Kementerian Perhubungan

G. Kegiatan Pengembangan Kapasitas untuk Dukungan Pelaksanaan Proyek Prioritas dan PSN

Permasalahan pengadaan tanah merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan Proyek Strategis Nasional. Berdasarkan pemantauan KPPIP per September 2018, persentase isu pengadaan tanah mencapai 27%, terbesar kedua setelah isu perencanaan dan penyiapan. Permasalahan

pengadaan tanah sangat beragam, tidak hanya terkait permasalahan teknis substansi, tetapi juga pada aspek sosial karena pengadaan tanah merupakan proses yang memiliki kaitan erat dengan pihak pemilik tanah, baik individual maupun Kementerian/Lembaga.

Dalam rangka percepatan pengadaan tanah yang masih menjadi isu pembangunan Proyek Strategis Nasional, Kementerian Perhubungan selaku Penanggung Jawab Proyek perlu meningkatkan kapasitas dan pengalamannya dalam proses pengadaan tanah sehingga proses pelaksanaan pengadaan tanah semakin lancar. Untuk mendukung hal tersebut, dibutuhkan pemahaman menyuluruh terhadap peraturan yang mendukung proses pengadaan tanah seperti Undang Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan Peraturan Menteri Keuangan No. 21 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan Tanah Bagi PSN dan Pengelolaan Aset Hasil Pengadaan Tanah Oleh Lembaga Manajemen Aset Negara serta pengalaman dari Kementerian Teknis lainnya.


Kegiatanpengembangankapasitasinididukungolehbeberapanarasumber dari instansi terkait seperti:

Kegiatan peningkatan kapasitas ini telah dilaksanakan pada tanggal 7 November 2018kepada Sumber Daya Manusia terkait Proses Pengadaan Tanah pada Proyek StrategisNasional dalam Kementerian Perhubungan. Diharapkan proses pengadaan tanah padaPSNdibawahKementerianPerhubungandapatberlangsungdenganlebihcepatdanefektif.

• Percepatan Penetapan Lokasi (pembuatan ROW Plan, Pembuatan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT), penjadwalan Tim Persiapan, dan pelaksanaan Konsultasi Publik)

• Percepatan proses inventarisasi dan identifikasi

• Percepatan proses appraisal

• Kelengkapan dokumen terkait pengadaan tanah

• Keberatan terhadap nilai uang ganti rugi di pengadilan

• Proses konsinyasi di pengadilan.

KementerianAgrariadanTataRuang/BadanPertanahanNasionalterkaitdenganpenjelasanPengadaanTanahuntukPembangunanpadaKepentinganUmum

Kementerian Keuangan/BLU Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) terkait denganpenjelasanPMKNo.21Tahun2017tentangmekanismependanaanpengadaantanahmelaluiLMAN

Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terkait dengan proses pengawasan danverifikasipembangunanPSN,termasukpadaprosespengadaantanah

DirektoratJenderalBinaMarga,KementerianPUPRterkaitdenganpengalamanimplementasipenyelenggaraanpembebasanlahantermasukpadamasing-masingtahapseperti:

1

2

3

4


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengadaan tanah merupakan salah satu permasalahan yang paling sering dihadapi dalam pembangunan Proyek Strategis Nasional. Salah satu isu pengadaan tanah yang pada tahun 2018 menjadi fokus KPPIP adalah terkait dengan permasalahan

perbedaan persepsi antara hakim di Pengadilan Negeri terkait dengan Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum dan ketidakpastian implementasi Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2016.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, seperti yang pernah dilaksanakan pada Semester I, KPPIP kembali mengadakan Sosialisasi Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2016 yang dilaksanakan di Balikpapan dan Medan. Acara sosialisasi di Balikpapan yang dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2018 secara khusus ditujukan untuk pemangku kepentingan dan aparat penegak hukum yang terkait dengan Jalan Tol Balikpapan – Samarinda dan Manado – Bitung. Acara ini juga dilatarbelakangi hasil Rapat Koordinasi Jalan Tol Balikpapan-Samarinda dan Manado-Bitung pada Juli 2018 yang menyimpulkan adanya berbagai permasalahan pada implementasi konsinyasi. Dengan adanya acara ini, diharapkan adanya pemahaman yang sama di antara para hakim Pengadilan Negeri khususnya terkait ketentuan mekanisme konsinyasi.

Kemudian, dalam rangka dimulainya pelaksanaan pengadaan tanah Jalan Tol Sigli – Banda Aceh, serta untuk membahas permasalahan pembebasan lahan pada seksi 1 Jalan Tol Medan – Binjai, maka KPPIP bekerja sama dengan dengan Direktorat Jenderal Bina Marga mengadakan kembali Sosialisasi serupa yang dilaksanakan di Medan pada tanggal 10 Desember 2018. Selain Jalan Tol Medan – Binjai dan Sigli – Banda Aceh, dalam acara ini juga diundang perwakilan penegak hukum yang terkait dengan Jalan Tol Padang – Sicincin dan Cileunyi – Sumedang – Dawuan.

Adanya acara sosialisasi tersebut diharapkan dapat memberikan persamaan persepsi mengenai aspek hukum dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan efektivitas dalam implementasi Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2016.

02. Sosialisasi Peraturan Mahkamah Agung tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan dan Penitipan Ganti Kerugian ke Pengadilan Negeri dalam Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum


Pembangunan infrastruktur prioritas tidak dapat hanya mengandalkan sumber pembiayaan dari anggaran pemerintah saja baik APBN maupun APBD. Dalam rangka percepatan penyediaan infrastruktur dibutuhkan sumber pembiayaan alternatif untuk mengisi gap kebutuhan dana investasi.

Salah satu opsi sumber pembiayaan adalah dana partisipasi dari pihak swasta melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Skema KPBU bukan hanya menjadi solusi atas terbatasnya sumber pendanaan, inti dari skema KPBU adalah efisiensi pembagian risiko proyek kepada para pihak antara Pemerintah Pusat/Daerah dan swasta yang lebih mampu untuk mengelola risiko tersebut demi menciptakan keseimbangan penyediaan infrastruktur yang layak, andal dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pemahaman atas skema KPBU menjadi penting untuk seluruh pemangku kepentingan penyediaan infrastruktur salah satunya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Program Peningkatan Kapasitas ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) proyek KPBU dalam upaya penyediaan Proyek Strategis Nasional (PSN) pada sektor-sektor seperti jalan tol, pelabuhan, dan air bersih & sanitasi. Selain itu, terdapat beberapa proyek perkeretaapian dalam kota yang pengembangan selanjutnya berpotensi dikembangkan dengan skema KPBU. Pelatihan dasar mengenai skema ini diperlukan khususnya untuk personil tingkat teknis sehingga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat meningkatkan kapasitas internal untuk mengevaluasi potensi skema KPBU yang berdampak pada percepatan pembangunan infrastruktur di Provinsi DKI Jakarta.

Dengan telah terlaksananya peningkatan kapasitas ini pada tanggal 28 November 2018, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan mampu memahami substansi skema KPBU, diantaranya terkait dengan tahapan proyek KPBU (penyaringan proyek, penyiapan, transaksi dan implementasi), alokasi risiko, penyusunan Business Case, dan institusi pendukung KPBU sehingga pelaksanaan penyediaan PSN di Provinsi DKI Jakarta dapat terlaksana dengan lebih efektif.

03. Kegiatan Pengembangan Kapasitas Penyiapan Pemerintah DKI Jakarta sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) untuk Proyek dengan Skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)


Perkembangan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia

Laporan KPPIP Semester 2| 2018


02BAB

23


Salah satu hambatan dalam proses pengadaan tanah adalah adanya masyarakat yang telah menempati atau memanfaatkan lahan milik pemerintah atau BUMM/D yang dibutuhkan – dalam waktu yang cukup lama – tanpa memiliki hak kepemilikan yang sah secara hukum. Di atas tanah

tersebut, masyarakat telah membangun tempat tinggal atau mengelola tanah menjadi perkebunan. Dengan adanya kebutuhan pemanfaatan lahan untuk infrastruktur, maka masyarakat yang bertempat di lokasi tersebut perlu dipindah.

Untuk menjaga dukungan masyarakat selama pembangunan proyek dan memastikan bahwa proyek memberikan dampak positif, maka Penanggung Jawab Proyek (PJP) yang membutuhkan tanah bersedia untuk memberikan kompensasi atau ganti kerugian pada masyarakat yang perlu dipindahkan. Akan tetapi, untuk menjaga tata kelola yang baik (good governance), diperlukan landasan hukum bagi Penanggung Jawab Proyek untuk melakukan pemberian kompensasi.

Pemberian kompensasi pada pihak yang menempati tanah tanpa hak yang legal menjadi kompleksitas tersendiri bagi PJP. Pertama, meskipun dana sudah dialokasikan, PJP tidak dapat membayar pihak-pihak yang tidak memiliki hak atas tanah karena berpotensi mengakibatkan kerugian negara atau perusahaan karena menyalurkan dana yang secara legal tidak perlu. Kedua, jika Penanggung Jawab Proyek dapat memberikan dana pada pihak tanpa hak milik, jumlah yang dapat diberikan seringkali terlalu kecil sehingga tidak diterima oleh masyarakat.

Oleh karena itu pada tahun 2017, Presiden telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2017 tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan dalam Rangka

A. Perbaikan Peraturan Terkait Infrastruktur

01. Revisi Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2017 tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan dalam Rangka Penyediaan Tanah


Penyediaan Tanah untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) agar Penanggung Jawab Proyek dapat mengacu pada prosedur yang tepat dalam memberikan kompensasi pada masyarakat yang tidak memiliki hak atas tanah. Dengan adanya peraturan ini, diharapkan agar pengadaan tanah dapat berjalan lebih cepat dan menghindari penolakan masyarakat.

Sejak diterbitkan, peraturan ini telah dimanfaatkan secara efektif oleh proyek seperti Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Melihat keberhasilan tersebut, Penanggung Jawab Proyek lain ingin menggunakan landasan hukum serupa untuk proyek lainnya. Mengingat Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2017 hanya berlaku bagi Proyek Strategis Nasional, maka Penanggung Jawab Proyek berusaha mengajukan proyeknya untuk masuk ke dalam daftar tersebut. Usulan-usulan tersebut juga diangkat pada rapat terbatas Presiden tentang pemantauan Proyek Strategis Nasional pada bulan Maret 2018 sehingga Presiden mengarahkan Sekretariat Kabinet untuk membuka peraturan tersebut agar dapat dimanfaatkan untuk seluruh proyek yang memiliki isu serupa.

Sejak bulan Semester I Tahun 2018, KPPIP telah mendukung Sekretariat Kabinet dalam pembahasan perubahan Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2017. Berdasarkan pembahasan tersebut, telah disepakati perubahan-perubahan sebagai berikut:

BentukSantunan

Penanganandampaksosialkemasyarakatanyang

dimaksuddalamperaturaniniadalahpemberiansantunan

dalamrangkapemindahanmasyarakatyangmenguasai

tanahyangakandigunakanuntukpembangunannasional.

Revisiperaturanmemberikanperluasanatasbentuk

santunanyangsemulahanyalahpemberianuanguntuk

biayapembongkaranrumah,mobilisasi,sewarumah,

dantunjangankehilanganpendapatandanditambahkan

pemberiansantunanuntukbentuklaintermasukrelokasi.

Cakupanproyek

Peraturanakanberlakuuntukpenanganandampaksosial

kemasyarakatandalampelaksanaanProyekStrategis

NasionaldanProyekNon-StrategisNasional,dimana

ProyekStrategisNasionaladalahdaftarproyekyangdiatur

dalamPeraturanPresidensementaraProyekNon-Strategis

Nasionaladalahproyekyangdiputuskandalamrapat

yangdikoordinasikanolehMenteriKoordinatorBidang

Perekonomian yang bekerja sama dengan kementerian/

lembagadan/ataupemerintahdaerah.


Dengan adanya perluasan cakupan proyek dan pengembangan bentuk santunan maka diharapkan agar peraturan ini dapat memberikan percepatan pengadaan tanah dan mengurangi penolakan masyarakat untuk pembangunan infrastruktur secara luas. Pada Agustus 2018, akhirnya Presiden menandatangani Penerbitan Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2018 tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan dalam Rangka Penyediaan Tanah untuk Kepentingan Umum yang merupakan revisi dari peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2018.

Dalam rangka mendorong peningkatan investasi langsung dari luar negeri ke Indonesia, termasuk di bidang

infrastruktur, Pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) XVI yang mencakup: (1) Perluasan Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan (Tax Holiday); (2) Relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI); (3) Peningkatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Hasil Sumber Daya Alam.

Pertama, Kebijakan Perluasan Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan (Tax Holiday). Dalam rangka meningkatkan kegiatan investasi langsung pada industri pionir dari tingkat hulu hingga tingkat hilir, Pemerintah memandang perlu untuk memperluas cakupan bidang usaha yang dapat diberikan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan Badan (tax holiday) serta menyempurnakan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 35/PMK.010/2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

Kedua, Kebijakan Relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI). Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan relaksasi dan keterbukaan bidang usaha sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 dan untuk meningkatkan daya tarik dan daya saing investasi, perlu membuka beberapa bidang usaha yang dapat dimasuki oleh Perusahaan Milik Asing (PMA) yang membawa teknologi, inovasi, efisiensi, dan perluasan ekspor, dan memperkuat kemitraan usaha besar dengan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan koperasi. Optimalisasi dilakukan melalui perubahan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

02. Paket Kebijakan Ekonomi


Ketiga, Kebijakan Peningkatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Hasil Sumber Daya Alam. Dalam rangka meningkatkan dan menjaga ketahanan ekonomi nasional, diperlukan kebijakan yang lebih kuat untuk mengendalikan devisa dengan pemberian insentif perpajakan. Pengendalian berupa kewajiban untuk memasukkan DHE dari ekspor barang-barang hasil sumber daya alam (pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan). Insentif perpajakan berupa pemberian tarif final Pajak Penghasilan atas deposito, tabungan, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia. Kewajiban untuk memasukkan DHE ini tidak menghalangi keperluan perusahaan yang bersangkutan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban valasnya.

KPPIP mendukung Paket Kebijakan Ekonomi 16 ini melalui sosialisasi atas kebijakan tax holiday terutama untuk industri infrastruktur dan industri fabrikator mesin yang erat kaitannya dengan tujuan menurunkan nilai impor kebutuhan pembangunan pembangkit listrik. Terkait kebijakan relaksasi DNI, KPPIP terlibat dalam diskusi terutama pengaturan keterbukaan sektor di bidang infrastruktur untuk terus menarik minat perusahaan swasta internasional untuk berinvestasi di Indonesia.

Pembangunan infrastruktur di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) merupakan salah

satu pembangunan yang paling pesat di Indonesia. Keterkaitan yang erat antara ibukota negara dengan kota dan kabupaten disekitarnya membutuhkan sinkronisasi dan integrasi di tingkat pusat untuk memastikan agar perencanaan dan pelaksanaan proyek saling mendukung satu dengan yang lain. Oleh karena itu, telah diterbitkan Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) pada bulan Juli 2018.

03. Peraturan Presiden Rencana Induk Transportasi Jabodetabek


Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2018 mengatur tentang visi misi, sasaran kebijakan, serta strategi dan program penyelenggaraan transportasi JABODETABEK. Strategi dan program mengatur masing-masing strategi/program/kegiatan, waktu pelaksanaan, dan penanggung jawab.

Penerbitan peraturan ini diharapkan dapat memberikan kejelasan rencana pembangunan dan target penyediaan infrastruktur transportasi di wilayah JABODETABEK, pihak yang bertanggung jawab, serta kebijakan dan kelembagaan yang perlu dikembangkan.

Berikut adalah sasaran dari penyelenggaraan transportasi JABODETABEK:

1. Pergerakan orang dengan menggunakan angkutan umum perkotaan harus mencapai60%daritotalpergerakanorang

2. Waktuperjalananorangrata-ratadidalamkendaraanangkutanumumperkotaanadalah 1jam30menitpadajampuncakdaritempatasalketujuan

3. Kecepatan rata-rata kendaraan angkutan umum perkotaan mencapai 80% dari panjang jalan

4. Cakupanpelayananangkutanumumperkotaanmencapai80%daripanjangjalan

5. Aksesjalankakikeangkutanumummaksimal500meter

6. Setiap daerah harus mempunyai jaringan layanan lokal/jaringan pengumpan (feeder) yang diintegrasikan dengan jaringan utama (trunk), melalui satu simpul transportasiperkotaan

7. Simpul transportasi perkotaan harus memiliki fasilitas pejalan kaki dan fasilitas parkirpindahmoda(park and ride),denganjarakperpindahanantarmodatidaklebihdari500meter

8. Perpindahanmodadalamsatukaliperjalananmaksimaltigakali.


Selain tercantum dalam daftar Proyek Strategis Nasional, Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung juga tercantum

dalam daftar Infrastruktur (Proyek) Prioritas berdasarkan Peraturan Menko Perekonomian No. 5/2016 j.o Peraturan Menko Perekonomian No. 12/2017 tentang Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas. Sejak Kuartal 3 2017, KPPIP aktif terlibat dalam upaya percepatan pengeluaran Peraturan Presiden tentang penugasan penyediaan proyek kepada PT Pelindo I sebagai bentuk penetapan skema pendanaan.

Untuk mewujudkan penerbitan peraturan yang obyektif dan tepat sasaran, KPPIP bersama pemangku kepentingan lainnya seperti Sekretariat Kabinet, Kemenko Bidang Perekonomian, Kemenko Bidang Kemaritiman, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian BUMN menyampaikan substansi yang perlu diakomodasi dalam Peraturan Presiden tentang penugasan. KPPIP menyampaikan bahwa berdasarkan Outline Business Case (OBC) PHI Kuala Tanjung yang telah disusun pada tahun 2016, pembangunan pelabuhan harus diintegrasikan dengan kawasan industrinya dimana satu institusi/badan yang bergerak sebagai Master Developer untuk pengelolaannya sehingga dapat menarik investor untuk berinvestasi pada proyek ini. Substansi lain yang didorong KPPIP adalah penyampaian alasan mengapa tanggung jawab pengelolaan pengembangan pelabuhan dan kawasan industri sebaiknya diberikan kepada satu institusi/badan saja dalam rangka menghindari ketidakjelasan champion pengambilan keputusan dan penentuan skema/sumber pembiayaan dengan calon investor. Dengan adanya satu Master Developer maka jalur komunikasi menjadi jelas.

Penugasan kepada PT Pelindo I berhasil diundangkan melalui Perpres No. 81/2018 tentang Percepatan Pembangunan & Pengoperasian Pelabuhan & Kawasan Industri Kuala Tanjung Di Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 17 September 2018.

04. Peraturan Presiden tentang Penugasan Pelindo I sebagai Master Developer untuk Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung


Dalam rangka mendorong peningkatan investasi langsung pada industri pionir, termasuk infrastruktur,

Pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) XVI dimana salah satunya mencakup Kebijakan Perluasan Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan (tax holiday). Sebelumnya pada awal tahun 2018, Menteri Keuangan telah menerbitkan PMK No.35 Tahun 2018 yang merupakan perbaikan yang signifikan dari kebijakan tax holiday sebelumnya (PMK No.103 Tahun 2016), dimana terdapat aspek kepastian besaran nilai tax holiday

sebesar 100% dengan jangka waktu ditentukan berdasarkan nilai investasi proyek. Pada 26 November 2018, Menteri Keuangan menerbitkan kembali perbaikan kebijakan tax holiday melalui PMK No.150 Tahun 2018.

Dalam PMK No.150 Tahun 2018, terdapat dua sektor tambahan dan dua sektor yang digabungkan menjadi satu dari sektor yang terdaftar dalam PMK No.35 Tahun 2018, sehingga sektor yang berhak mendapatkan Tax Holiday berjumlah 18 sektor, yang terdiri dari:

B. Perbaikan Peraturan Terkait Kebijakan Fiskal dan Kelembagaan

PMK No. 150/2018 tentang Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan


1. Logamdasarhulu2. Pemurnianataupengilangan

minyak dan gas bumi3. Petrokimia berbasis minyak bumi4. Kimia dasar organik5. Kimia dasar anorganik6. Bahanbakuutamafarmasi7. Peralataniradiasi,elektromedikal,

elektroterapi8. Komponenutamaperalatan

elektronikaatautelematika9. Mesin dan komponen utama

mesin

10. Komponen robotik11. Komponen utama mesing

pemnagkittenagalistrik12. Kendaraan bermotor dan komponen

utamanya13. KomponenutamaKapal14. Komponen utama Kereta Api15. KomponenutamaPesawatTerbang16. Pengolahanberbasishasilpertanian,

perkebunan,ataukehutanan17. Infrastruktur Ekonomi18. Ekonomidigital

Tax Holiday diberikan sebesar 100% dari jumlah Pajak Penghasilan badan yang terutang untuk penanaman modal baru dengan nilai paling sedikit Rp500.000.000.000,00 (Lima Ratus Miliar Rupiah) dan sebesar 50% dari jumlah Pajak Penghasilan badan yang terutang untuk penanaman modal baru dengan nilai paling sedikit Rp100.000.000.000,00 (Seratus Miliar Rupiah) dan paling banyak kurang dari Rp500.000.000.000,00 (Lima Ratus Miliar Rupiah). Jangka waktu tax holiday yang diberikan akan disesuaikan dengan nilai penanaman modal baru, yaitu:

• InvestasisenilaiRp100Miliar–Rp500Miliarmendapattaxholidayuntuk5tahun;

• InvestasisenilaiRp500Miliar-1Triliunmendapattaxholidayuntuk5tahun;

• InvestasisenilaiRp1-5Triliunmendapattaxholidayuntuk7tahun;



• InvestasidiatasiRp30Triliunmendapattaxholidayuntuk20tahun;

Pemberian tax holiday ini tak hanya diberikan kepada penanaman modal baru tetapi bisa didapatkan wajib pajak yang ingin memperluas usahanya. Proses permohonan tax holiday ini juga akan lebih cepat dibandingkan sebelumnya dengan melalui Online Single Submission (OSS). Dengan kebijakan ini diharapkan dapat mendorong investasi untuk masuk, sehingga defisit transaksi berjalan dapat diimbangi oleh peningkatkan transaksi modal dan finansial


Perkembangan implementasi Viability Gap Fund (VGF) untuk Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)

Salah satu bentuk dukungan pemerintah untuk proyek infrastruktur dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan

Badan Usaha (KPBU) adalah diberikannya VGF dalam bentuk dukungan fiskal bagi badan usaha pelaksana hingga sebesar maksimum 49% dari total nilai proyek yang dikerjasamakan. Diberikannya VGF kepada proyek KPBU diharapkan meningkatkan kelayakan finansial proyek dan memungkinkan pihak swasta untuk terlibat dalam pendanaan dan pelaksanaan proyek KPBU.

Pada semester 2 tahun 2018, KPPIP turut berkontribusi dalam rapat pembahasan isu-isu terkait implementasi proses pencairan fasilitas VGF untuk para pemangku kepentingan pada proyek SPAM Umbulan. Sebagai hasilnya, telah dikeluarkan Peraturan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan tentang proses verifikasi VGF untuk SPAM Umbulan. Mengikuti peraturan tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Timur selaku PJPK proyek telah menyerahkan laporan terkait proses pembangunan SPAM Umbulan dan saat ini pencairan VGF menunggu rekomendasi dari Dirjen Cipta Karya, Kementerian PUPR.

Preseden yang telah terjadi dalam proses pencairan VGF untuk SPAM Umbulan dan prosedur verifikasi yang telah dikodifikasi dalam Peratuan Direktur Jenderal Cipta Karya selanjutnya dapat menjadi acuan bagi proses pencairan VGF dan dengan demikian diharapkan tidak akan lagi terjadi keterlambatan pencairan VGF untuk proyek lainnya.


Perkembangan implementasi Project Development Fund (PDF)

Project Development Facility (PDF) adalah fasilitas yang disediakan oleh Kementerian Keuangan untuk membantu Penanggung

Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) untuk menyiapkan Prastudi Kelayakan, menyiapkan Dokumen Tender, dan membantu PJPK dalam proses transaksi KPBU hingga proyek mencapai financial close. Dalam pelaksanaan PDF, Kementerian Keuangan dapat

menunjuk PT Sarana Multi Infrastruktur sebagai pelaksana pendampingan bagi PJPK. Keuntungan fasilitas ini bagi PJPK adalah tersedianya dukungan profesional yang memahami proses KPBU dan dapat berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan terkait pemberian dukungan lain seperti misalnya VGF atau availability payment untuk proyek yang mendapat bantuan PDF.

Salah satu tantangan utama bagi pelaksanan PDF adalah terkait sumber pendanaan karena pendampingan oleh profesional dapat berlangsung cukup lama dan menelan biaya yang signifikan. Pembiayaan PDF yang hanya bersumber dari APBN akan membatasi kapasitas pemberian PDF seiring terus bertambahnya proyek KPBU yang membutuhkan pendampingan.

Selama semester kedua tahun 2018, KPPIP melanjutkan upaya diversifikasi sumber dana pelaksanaan PDF dari pembiayaan non-APBN. KPPIP melalui kerjasama dengan PT SMI merumuskan kebijakan pembiayaan PDF oleh lembaga donor internasional. KPPIP mendukung PT SMI dalam perumusan kriteria proyek untuk didanai dan penyusunan daftar proyek yang diprioritaskan untuk dibantu penyiapannya. Pada bulan September 2018, hasil kerjasama KPPIP dan PT SMI telah diluncurkan dengan nama SDG Indonesia One.

Selain itu, selama semester kedua tahun 2018, KPPIP juga terus melakukan pendampingan atas penerapan PDF bagi Proyek Prioritas seperti Proyek SPAM Semarang Barat dan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok nangka. PDF untuk proyek SPAM Semarang Barat telah berhasil membawa proyek SPAM Semarang Barat menjadi proyek KPBU dengan proses transaksi tercepat di Indonesia. Sedangkan untuk PLTSa Legok Nangka, fokus KPPIP selama semester kedua tahun 2018 adalah memberikan asistensi kepada Gubernur Jawa Barat selaku PJPK dalam mengajukan permohonan fasilitas PDF kepada Kementerian Keuangan. Surat dari Gubernur Jawa Barat telah dilayangkan ke Menteri Keuangan pada bulan November 2018 dan diharapkan pada kwartal pertama tahun 2018 fasilitas PDF sudah dapat mulai berjalan.


Perkembangan One Map Policy

Kebijakan Satu Peta (KSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan satu peta yang akurat dan

akuntabel sebagai acuan bersama dalam perencanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang. Komitmen pemerintah diawali dengan penerbitan Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000 melalui Paket Kebijakan Ekonomi VIII.

Terbitnya KSP diakibatkan munculnya masalah-masalah akibat peta yang tidak seragam, seperti konflik di perbatasan daerah karena penerbitan izin yang sama oleh kepala daerah yang berbeda, tumpang tindih perizinan yang mengakibatkan sengketa, dan pembangunan yang tidak sesuai dengan tata ruang. Dengan adanya KSP, diharapkan agar perencanaan pembangunan dan pengambilan keputusan dilakukan dengan data berbasis spasial.

Pada 11 Desember 2018 telah dilakukan peluncuran Geoportal yang mencakup 83 dari total 85 peta tematik dari 19 Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang telah selesai melalui proses kompilasi dan integrasi. Untuk kedepannya, Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah akan terus melakukan pemutakhiran data untuk menjaga akurasi dan akuntabilitas data spasial yang tersedia.

Sumber: Sekretariat Kebijakan Satu Peta, November 2018


c. Perkembangan Alternatif Pendanaan Infrastruktur

Kemajuan KPBU di Indonesia

Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) merupakan sebuah skema pembiayaan infrastruktur yang dibentuk untuk mengoptimalkan alokasi risiko antara Pemerintah dan Swasta dalam penyediaan proyek infrastruktur mulai dari penyiapan, pra-konstruksi, konstruksi sampai dengan operasi dan

pemeliharaan. Skema ini juga dibentuk sebagai salah satu usaha menutup terbatasnya ketersediaan dana Pemerintah melalui APBN/APBD dan BUMN/D dengan mengajak pihak swasta untuk turut berpartisipasi dalam mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Guna mewujudkan hal tersebut, Pemerintah telah melakukan reformasi dan menyusun instrumen yang dibutuhkan untuk mendukung implementasi skema KPBU di Indonesia. Reformasi dari sisi fiskal telah dilakukan melalui penyediaan dukungan Pemerintah seperti Viability Gap Funding (VGF), Availability Payment (AP), sedangkan dari sisi kelembagaan, telah didirikan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), PT Sarana Multi Infrastruktur, PT Indonesia Infrastructure Finance, dan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia.

Pada Semester 2 2018, kemajuan implementasi skema KPBU ditandai dengan kemajuan signifikan pada proyek-proyek KPBU yang telah mencapai milestone penting sebagai berikut:

No. Proyek Keterangan Tanggal

1 Kereta Api Makassar - Parepare Pra-Kualifikasi Juli 2018

2 Satelit Multi Fungsi Request for Proposal November 2018

3 PLTGU Riau 275 MW Financial Close Agustus 2018

4 Pengembangan Kawasan Industri Teluk Bintuni Market Sounding September 2018

5 SPAM Semarang Barat PPP Agreement Oktober 2018

6 PLTU MT Sumsel 8 Financial Close Juli 2018

7 PLTGU Jawa 1 Financial Close Desember 2018


Perkembangan Penyusunan Konsep Hak Pengelolaan Terbatas (HPT)

Skema Hak Pengelolaan Terbatas (HPT), atau yang disebut Limited Concession Scheme (LCS) dalam Bahasa Inggris merupakan salah satu upaya Pemerintah mengembangkan skema pembiayaan alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan pada anggaran pemerintah. Melalui skema ini, badan usaha

pemenang lelang dapat memperoleh konsesi untuk mengoptimalkan dan mengoperasikan aset eksisting tanpa mengambil hak kepemilikan dari Kementerian/Lembaga Penanggung Jawab Proyek. Skema ini dapat dilakukan atas aset dengan status Barang Milik Negara atau aset milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

ManfaatyangdiharapkandaripelaksanaanHPT:

• Menyediakan dana segar yang dibutuhkan untuk penyediaan infrasturktur

• Mengurangi ketergantungan pada anggaran pemerintah dan anggaran BUMN dalam mengembangkan aset eksisting

• Mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan infrastruktur eksisting agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik untuk pengguna

• Meningkatkan kualitas infrastruktur yang beroperasi

Pencapaian dan terobosan berhasil melibatkan meyakinkan investor infrastruktur tingkat regional dan internasional untuk terlibat dalam pelaksanaan proyek KPBU di Indonesia. Tidak hanya bagi investor, manfaat juga dirasakan oleh PJPK seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dapat memanfaatkan alih pengetahuan dari strategic investors kepada PJPK dan investor lokal.


Perkembangan Instrumen FOREX Hedging / Risiko Mata Uang dalam Negeri

Dalam mendorong masuknya investasi ke Indonesia, Pemerintah terus berupaya untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang meningkatkan minat para investor untuk berpartisipasi, salah satunya adalah pengembangan kebijakan untuk menanggulangi risiko mata uang. Pada tahun 2018, Bank Indonesia telah

menetapkan kebijakan terbaru untuk dapat mengimplementasikan mekanisme lindung nilai terhadap risiko mata uang, yang disebut dengan Domestic Non Deliverable Forward. Produk ini merupakan sebuah kontrak untuk membeli atau menjual valuta asing dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan kurs yang ditentukan sebelumnya.

Alternatifterbarumekanismelindungnilaiterhadaprisikomatauangyangtersediasaatinidiantaranyaadalah:

Konsesi Proyek Infrastruktur

Jenis Infrastruktur adalahAsetBeroperasi yang merupakan:

Catatan:

1. Berdasarkan Perjanjian HPT

2. Mekanisme Pemanfaatan diatur melalui Peraturan Menteri BUMN dengan mengutamakan sinergi BUMN, Partner Strategis dan TKDN

3. Mekanisme Pemanfaatan diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan

Hanya untuk infrastrukturdalamdaftar Proyek Prioritas dan/ atau daftar Proyek Strategis Nasional

Prioritisasi Pemanfaatan

HasilHPT

Proyek Infrastruktur

Kementerian Teknis/BUMN

1. Penetapan DaftarHPT

2. Pemanfaatan HasilHPT

FasilitasPenyiapan Skema Proyek TransactionAdvisory)

OpsiJenisUsulan:

1. KemeterianTeknis/BUMNmengusulkanpotensi

2. KPPIPmelakukanevaluasipotensidanberdiskusi dengan KementerianTeknis/BUMN

1. BarangMilikNegara(BMN)

2. Kekayaan Negarayang Dipisahkan(KND)

1. Meningkatkan fungsioperasionalinfrastruktur sejenis

2. Pembiayaan infrastruktur lainnya

KPPIP

SKEMAHAKPENGELOLAANTERBATAS(HPT)

BerdasarkanPerjanjianHPT1)

KEKAYAANNEGARA DIPISAHKAN(KND)

BUMN

BUMNPemilikAset 2)

Penerima Konsesi

Proses Pengadaan

Perjanjian HPT

Pembayaran dan pendapatan dari HPT 1)

KEKAYAANNEGARA DIPISAHKAN(KND)

KementerianTeknis

BadanPemilikUmum(Nasional)2)

Penerima Konsesi

Proses Pengadaan Penyerahan

BMN ke BLU

Perjanjian HPT

Pembayaran dan pendapatan dari HPT 1)

Penyerahan BMN ke K/L setelah konsesi selesai


Perkembangan Instrumen Keuangan Baru

Pemerintah Indonesia terus mendorong upaya pengembangan alternatif pendanaan infrastruktur dalam bentuk instrumen pasar keuangan dengan tujuan untuk menarik lebih besar partisipasi para investor swasta, sehingga kebutuhan dana dalam mengimplementasikan target pengembangan infrastruktur dapat terpenuhi. Pada

Semester 2 Tahun 2018, salah satu capaian dalam perkembangan instrumen keuangan untuk infrastruktur adalah diterbitkannya izin efektif DINFRA untuk PT Jasamarga Pandaan Tol yang mengoperasikan Jalan Tol Gempol-Pandaan sepanjang 13,6 km pada tanggal 11 Oktober 2018 di salah satu parallel event acara 2018 Annual Meeting International Monetary Fund - World Bank Group. Penerbitan instrumen baru ini memperluas alternatif investasi yang dapat menarik para investor potensial baru yang sebelumnya belum menemukan instrumen yang sesuai untuk berpartisipasi dalam infrastruktur.

InstrumeLindungNilai Definisi

CallSpreadOptions

Peraturan Bank Indonesia No. 18/19 2016 telah memungkinkan transaksi Call Spread Option sebagai alternatif lindung nilai. Memberikan nilai lindung penuh jika depresiasi Rupiah jatuh pada rentang Call Spread Option. Jika depresiasi Rupiah jatuh di atas Strike Price tertinggi, nasabah akan terlindungi sebagian, dan mendapatkan nilai selisih dari spread. Jika Rupiah menguat hingga di bawah Strike Price terendah, nasabah memiliki opsi untuk tidak melakukan exercise pada call option dan membeli harga Rupiah yang lebih murah. Biaya Call Spread Option secara signifikan lebih murah dibandingkan proteksi nilai lindung secara penuh

DomesticNonDeliverableForward

Sebuah kontrak untuk membeli atau menjual valuta asing dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan kurs yang ditentukan sebelumnya.

BI menyatakan bahwa lelang DNF pertama dengan tenor 1 bulan menghasilkan USD 73 Juta pada 12 November, dengan total USD 149 Juta. Nilai tukar IDR rata-rata tertimbang atau titik swap untuk forward rate adalah sebesar Rp 14.882.


No Skema Penjelasan Status Progres

1 Reksa Dana

Terbatas

(RDPT)

Instrumen Pasar

Modal dalam

bentuk Reksa Dana

yang ditawarkan

kepada investor

terbatas

Sudah

diimplementasikan

• Hingga Januari 2018, sudah ada lebih dari 50 produk RDPT dengan nilai perkiraan Rp 16 Triliun dan USD 125 Milyar.

• Waskita Toll Road menerbitkan produk RDPT dengan nilai Rp 5 Triliun

2 Dana Investasi

Infrastruktur

(DINFRA)

Instrumen Pasar

Modal dalam

bentuk reksa dana

untuk diinvestasikan

dalam aset

infrastruktur

Sudah

diimplementasikan

• Dasar peraturan untuk DINFRA didirikan pada bulan Agustus 2017

• OJK telah memberikan izin efektif untuk penerbitan DINFRA Jalan Tol Gempol – Pandaan pada 11 Oktober 2018

3 Asset-backed securitization

(KIK EBA)

Instrumen Pasar

Modal dalam

bentuk Obligasi

atau surat hutang

yang didukung

oleh aset finansial

seperti hutang dan

sewa

Sudah

diimplementasikan

Telah dikeluarkan oleh:

PT Jasa Marga (Persero) Tb sebesar Rp 2 Triliun pada Agustus 2017

PT Indonesia Power sebesar Rp 4 Triliun pada September 2017

4 Dana Investasi

Real Estate

(DIRE)

Instrumen Pasar

Modal dalam

bentuk reksa dana

untuk diinvestasikan

dalam aset real estate

Sudah

diimplementasikan

Digunakan dalam proyek Solo Grand Mall

Berikutiniadalahprogresbeberapainstrumenkeuanganalternatifuntuk pendanaan infrastruktur:


No Skema Penjelasan Status Progres

1 Global Bond (Komodo Bond)

Instrumen Pasar Modal dalam Obligasi Rupiah Denominasi yang dikeluarkan oleh institusi Indonesia yang terdaftar diluar negeri.

Sudah diimplementasikan

• Jasa Marga: Rp 4 Triliun, terdaftar di London Stock Exchange (LSE) bulan Desember 2017

• Wijaya Karya: Rp 5,4 Triliun, terdaftar di LSE bulan Januari 2018

2 Perpetual Bond

Instrumen Pasar Modal dalam bentuk Obligasi tanpa tanggal jatuh tempo


• PT PP telah menerbitkan perpetual bond senilai Rp 1 Triliun dengan interest 9,65% per tahun yang akan meningkat 5% jika PT PP tidak menggunakan opsi beli kembali pada 3 tahun.

3 Municipal Bond

Instrumen Pasar Modal dalam bentuk Obligasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah


Dasar legal untuk telah dibentuk pada akhir 2017 (Peraturan OJK No. 61 – 63 2017). . Saat ini, provinsi yang berpotensi untuk mengeluarkan obligasi tersebut adalah Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta

4 Green Bond Instrumen Pasar Modal dalam bentuk Obligasi untuk diinvestasikan dalam bisnis ramah lingkungan


Indonesia menjual Global Green Bond senilai USD1.25 Milyar dollar AS di bulan Februari 2018


Pencapaian terbaru Pemerintah Indonesia dalam pengembangan alternatif pendanaan infrastruktur lainnya adalah diterbitkannya SDG Indonesia One Fund oleh PT SMI. SDG Indonesia One Fund adalah sebuah platform yang menyediakan dukungan pembiayaan proyek infrastruktur secara end-to-end, mulai dari penyiapan hingga operasional. Produk yang ditawarkan oleh platform ini mencakup penyiapan proyek, fasilitas de-risking, dukungan pendanaan proyek, dan penyediaan ekuitas. SDG Indonesia One ini berbentuk wadah pendanaan terpadu dimana dana yang digunakan berasal dari berbagai sumber, termasuk swasta, filantropi, lembaga donor, lembaga keuangan multilateral dan bilateral, perbankan, asuransi, dan investor. Sesuai dengan namanya, produk ini berorientasi untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) dalam pembangunan infrastruktur.

SDG Indonesia One telah diluncurkan oleh Menteri Keuangan pada 5 Oktober 2018 serta disosialisasikan kembali pada kegiatan 2018 Annual Meeting International Monetary Fund - World Bank Group. Beberapa proyek dalam project pipeline termasuk transportasi perkotaan, perawatan kesehatan, energi terbarukan, dan proyek pasokan air. Dampak yang terkait dengan SDG yang diharapkan adalah meningkatkan ketersediaan dana untuk proyek infrastruktur, serta untuk meningkatkan kelayakan proyek.

FILANTROPI

PENYIAPANPROYEK

BANKPEMBANGUNAN

DE-RISKING

BANKKOMERSIAL

PENDANAAN

INVESTOR

EKUITAS

PTSMIdapatberperansebagaiperantarakeuangan,mitra,

manajer investasi, co-financer, sponsor, investor, dan

lembagapelaksana


Penerbitan Standar Nasional Indonesia (SNI) 6918:2002 Edisi 2017 Amandemen 1: 2018 Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada SUTT dan SUTET

Pembangunan Transmisi Sumatera 500 kV dan Central-West Java Transmission Line 500 kV bertujuan untuk penyaluran daya listrik dari pembangkit-pembangkit berkapasitas besar ke pusat beban. Untuk menghindari gangguan arus listrik pada sistem besar Pulau Sumatera dan Jawa, pada pembangunan Transmisi 500 kV dibutuhkan sistem penyaluran

daya listrik yang memiliki realibilitas tinggi. Oleh sebab itu, dalam pembangunan Transmisi 500 kV, baik di Sumatera maupun Jawa, digunakan desain tower transmisi baru yaitu 4-sirkit.

Sesuai SNI 04-6918-2002 tentang ruang bebas dan jarak minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) belum memuat standar ruang bebas dan jarak minimum pada SUTET 4-sirkit. Agar konstruksi tower transmisi 500 kV dapat dilakukan, maka dibutuhkan standarisasi desain tower 4-sirkit terkait ruang bebas dan jarak bebas minimum sehingga pengadaan lahan untuk right-of-way dapat diselesaikan.

KPPIP mendorong percepatan penyusunan dan penerbitan standar ini untuk memenuhi kebutuhan sistem penyaluran tenaga listrik khususnya untuk penyaluran daya listrik dan perkuatan sistem penyaluran dari pembangkit berkapasitas besar, dibutuhkan pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV 4-sirkit dalam satu konstruksi menara, khususnya untuk pembangunan Central-West Java Transmission Line 500 kV dan Sumatera 500 kV.

Sejak Desember 2017, PT PLN telah mengirimkan Surat Usulan Revisi SNI kepada Kementerian ESDM untuk mengakomodasi pengadaan lahan right-of-way dan pembangunan SUTET 500 kV 4-sirkit pada ruas Mandirancan – Indramayu – Cibatu Baru. KPPIP melakukan upaya percepatan penyusunan dokumen revisi SNI melalui penerbitan Surat Permohonan Tindak Lanjut Usulan Mendesak oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kepada Badan Standardisasi Nasional (BSN) pada April 2018.

Melalui fasilitasi koordinasi yang dilakukan oleh KPPIP dengan Kementerian ESDM, BSN dan PT PLN, Standar Nasional Indonesia (SNI) 6918:2002 Edisi 2017 Amandemen 1: 2018 Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada SUTT dan SUTET diterbitkan pada Oktober 2018 dan telah mengakomodasi standar ruang bebas dan jarak minimum pada desain tower transmisi 500 kV 4-sirkit model horizontal maupun vertikal.

Dengan SNI 6918:2002 Amandemen 1: 2018, diharapkan pembangunan Central-West Java Transmission Line 500 kV dan Sumatera 500 kV dapat dilaksanakan dan beroperasi pada tahun 2019.


Penyusunan Rancangan Peraturan Pelaksana yang Mengatur Mekanisme Pemberian Bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah (BLPS)

Untuk percepatan pembangunan proyek Pembangkit Listrik Berbasis Sampah (PLTSa), pada April 2018, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan yang menjadi landasan hukum dalam

pelaksanaan proyek-proyek PLTSa di dua belas kota/provinsi mencakup Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya, Kota Makassar, Kota Denpasar, Kota Palembang, dan Kota Manado.

Di dalam Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2018, diatur mengenai Biaya Layanan Pengolahan Sampah (BLPS) yang akan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan dapat didukung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dana yang bersumber dari APBN untuk bantuan BLPS dengan besaran paling tinggi sebesar Rp 500 ribu per ton sampah. Alokasi APBN untuk bantuan BLPS diusulkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada Menteri Keuangan.

Untuk permohonan bantuan BLPS yang bersumber dari APBN oleh Pemerintah Daerah dan penentuan alokasi besaran APBN untuk bantuan BLPS kepada Pemerintah Daerah dibutuhkan peraturan pelaksana. KPPIP berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Kementerian Keuangan untuk penyusunan rancangan Peraturan Menteri LHK tentang Petunjuk Teknis Pengajuan Bantuan BLPS bagi Pemerintah Daerah.

Sejak Agustus 2018, terkait pendampingan penyusunan Rancangan Peraturan Menteri LHK tentang Pengajuan Bantuan BLPS, KPPIP turut berperan aktif dengan menghadiri rapat pembahasan Rancangan Permen LHK dan memberikan masukan mengenai proses persetujuan, kriteria penilaian, skema pendanaan proyek PLTSa dan rasion bantuan BLPS dari Pemerintah Pusat.

Saat ini Rancangan Permen LHK tersebut sedang dalam proses finalisasi oleh Kementerian LHK untuk kemudian diajukan permohonan persetujuan kepada Menteri terkait. Penerbitan Rancangan Permen LHK ditargetkan pada Januari 2019.


PencapaianKPPIP



03BAB

45


Proyek KPBU SPAM Semarang Barat merupakan salah satu proyek KPBU dengan total nilai investasi sebesar Rp 1.190.999.000.000,- termasuk dukungan pemerintah dalam bentuk dukungan kelayakan (Viability Gap Fund).

Dengan terlaksananya proyek KPBU SPAM Semarang Barat, diharapkan kebutuhan air minum pada 31 kelurahan di 3 kecamatan dengan estimasi 60.000 keluarga dapat terpenuhi dan krisis air bersih di Kota Semarang dapat teratasi. Keberhasilan pelaksanaan proyek KPBU SPAM Semarang Barat juga akan menjadi tolak ukur dan panduan pelaksanaan proyek KPBU SPAM lainnya diindonesia.

Dalam mendukung pelaksanaan proyek KPBU SPAM Semarang Barat, KPPIP bersama dengan PDAM Tirta Moedal, PT SMI, dan PT IIF telah melakukan percepatan pelaksanaan proyek agar target financial close dan groundbreaking dapat dilakukan pada Kwartal 1 2019 yang sebelumnya ditargetkan pada awal Kwartal 2 2019.

Upaya percepatan dilaksanakan dengan menentukan tahapan krusial dalam proses lelang dimana telah disepakati bersama oleh para pemangku kepentingan tahapan awal yang akan dipercepat adalah target penandatanganan Perjanjian KPBU. Penandatanganan Perjanjian KPBU yang awalnya direncanakan untuk dilaksanakan pada bulan November 2018, diupayakan untuk dipercepat menjadi bulan Oktober 2018. KPPIP mendukung upaya percepatan tersebut dengan melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Pemerintah Kota Semarang untuk mendapatkan komitmen dukungan terkait hal-hal yang dapat menentukan keberhasilan percepatan, seperti dalam hal perizinan pemasangan pipa di jalan tol dan dukungan keuangan. Pemerintah Kota Semarang telah menyampaikan komitmen dukungannya pada rapat koordinasi yang telah diselenggarakan pada bulan Juli 2018 dan dihadiri oleh seluruh pemangku kepentingan.

A. Dukungan Penyiapan Proyek

01. Dukungan Transaksi Proyek KPBU SPAM Semarang Barat


02. Dukungan Transaksi Proyek KPBU SPAM Lampung

Proyek KPBU SPAM Lampung adalah proyek penyediaan air minum yang direncanakan memiliki

kapasitas 750 liter per detik untuk melayani sekitar 600.000 jiwa penduduk. Sumber air untuk proyek ini adalah Sungai Way Sekampung dengan Water Treatment Plant (WTP) yang berlokasi di Desa Rulung Helok. Perkiraan investasi yang dibutuhkan adalah Rp 1,1 Triliun dimana skema pendanaan proyek adalah KPBU dengan dukungan kelayakan Viability Gap Fund. Atas dukungan kelayakan terhadap proyek, Menteri Keuangan telah menandatangani Surat Persetujuan Final Dukungan Kelayakan untuk Proyek KPBU SPAM Kota Bandar Lampung pada minggu ke-2 bulan Februari 2018.

Pada bulan Juni 2018, pelaksanaan proyek sudah memasuki tahap Financial Close dimana sedang dilaksanakan pembahasan lebih lanjut terkait Condition Precedence terhadap dokumen Perjanjian Kerja Sama (PKS) serta diskusi terkait dokumen Detailed Engineering Design (DED). Pada bulan Juni 2018, telah dilaksanakan kegiatan ceremonial ground-breaking untuk proyek SPAM Lampung.


03. Kerjasama dengan JICA melalui KPPIP-SF untuk Penyusunan Final Business Case (FBC) untuk PLTSa Legok Nangka Regional Jawa Barat

KPPIP mendukung pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka Regional Jawa Barat yang merupakan salah satu Proyek Energi Asal Sampah di delapan kota yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Proyek Prioritas. Skema pendanaan untuk PLTSa Legok

Nangka adalah skema KPBU dan telah tercantum dalam PPP Book Bappenas.

Pada bulan Maret 2018, dokumen Outline Business Case (OBC), yang disusun dengan bantuan pendanaan dari Millenium Challenge Account – Indonesia (MCA-I) telah difinalisasi dan diserahkan kepada Pemerintah Jawa Barat melalui LKPP.

Berdasarkan hasil Rapat Pembahasan Rencana Percepatan Pelaksanaan PLTSa Legok Nangka Regional Jawa Barat pada tanggal 10 Juli 2018 yang dipimpin oleh Pj Gubernur Provinsi Jawa Barat telah diputuskan bahwa JICA akan memberikan bantuan untuk tahapan Transaction Advisory untuk PLTSa Legok Nangka berdasarkan MoU antara LKPP dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Untuk implementasi bantuan JICA kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat, KPPIP dan LKPP berkoordinasi dan memutuskan bahwa bantuan JICA melalui KPPIP-SF kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat berdasarkan pada Nota Kesepahaman antara LKPP dengan KPPIP Nomor: MOU-01/SET.KPPIP/08/2018 untuk pemberian technical assistance dalam pendampingan tahap transaksi KPBU PLTSa Legok Nangka Regional Jawa Barat yang ditandatangani pada 6 Agustus 2018.

Berdasarkan koordinasi antara LKPP, KPPIP, KPPIP-SF, dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, pemberian dukungan JICA melalui KPPIP-SF untuk tahap transaksi KPBU adalah penyusunan Final Business Case (FBC) PLTSa Legok Nangka Regional Jawa Barat. Penyusunan dokumen FBC telah dimulai pada September 2018 oleh KPPIP-SF. KPPIP mendukung upaya percepatan untuk lelang investor melalui fasilitasi pembahasan dan usulan solusi untuk permasalahan-permasalahan agar proyek PLTSa Legok Nangka bankable untuk dilelangkan.

Untuk dapat melaksanakan lelang KPBU PLTSa Legok Nangka, berdasarkan hasil koordinasi Kementerian Keuangan, KPPIP, LKPP dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan mengajukan permohonan Project Development Facility (PDF) untuk Transaction Advisor kepada Kementerian Keuangan pada Desember 2019.


04. Dukungan Review Outline Business Case (OBC) Kawasan Industri Bintuni

Proyek pengembangan Kawasan Industri Teluk Bintuni merupakan proyek pembangunan sarana dan pra-sarana yang diperlukan oleh para pelaku industri yang akan menjadi tenant untuk beroperasi di kawasan industri tersebut. Proyek pengembangan kawasan industri ini kemudian dihubungkan dengan pengembangan industri hilir gas dari

Tangguh. Gas sebanyak 180 mmscfd (90 mmscfd untuk tahap 1 dan 90 mmscfd untuk tahap 2) akan dialokasikan untuk industri hilir gas yang akan dibangun di kawasan industri Teluk Bintuni.

Pada awal tahun 2018, Kementerian Perindustrian setuju untuk menjadi Penanggung Jawab Proyek Pengembangan Kawasan Industri Teluk Bintuni. Pada bulan April 2018, diadakan Kick-off Meeting Penyusunan Outline Business Case (OBC) Proyek Pengembangan Kawasan Industri Teluk Bintuni. KPPIP mendukung penyusunan OBC dengan memfasilitasi pertemuan-pertemuan antara tim konsultan penyusun OBC dengan pelaku industri baik pengembang kawasan industri maupun pengembang pabrik petrokimia. Selain itu KPPIP juga memfasilitasi koordinasi dengan pihak pemerintah di bidang teknis seperti Lemigas, SKK Migas, dan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM.

Sebagai bagian dari penyusunan OBC, pada tanggal 24 September 2018 telah dilaksanakan Market Sounding yang dihadiri oleh pelaku industri pengembangan kawasan industri dan pelaku industri hilir gas. Kemudian pada bulan November 2018, sebanyak 7 perusahaan telah menyatakan minat untuk turut serta dalam Pengembangan Kawasan Industri Teluk Bintuni. Pada bulan Desember 2018 OBC telah selesai disusun dan diberikan kepada Kementerian Perindustrian selaku penanggung jawab proyek. Tim KPPIP turut berperan dalam Market Sounding sebagai moderator dan sebagai narasumber dalam break out session.

Hasil OBC mengusulkan agar pengembangan proyek memakai skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) yang akan melelangkan pembelian gas alokasi dari tangguh dan pengembangan fasilitas kawasan industri dengan memanfaatkan bantuan dari Pemerintah berupa Availability Payment (AP).

Tahap selanjutnya dari proyek adalah penyusunan Final Business Case (FBC). Saat ini tim KPPIP sedang melakukan review OBC terhadap OBC Guideline KPPIP yang akan menjadi pertimbangan dalam menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) penyusunan FBC. Secara paralel Kementerian Perindustrian juga telah memulai proses permohonan penjaminan kepada PT PII dan permohonan Project Development Facility (PDF) kepada Kementerian Keuangan. Kementerian Perindustrian juga telah mengirimkan surat permohonan kepada Pemerintah Kabupaten Bintuni untuk melakukan pengadaan tanah. KPPIP memberikan dukungan dalam melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Bintuni dan pemangku kepentingan lainnya seperti PT PII, PT SMI, LMAN, Bappenas, Kementerko Perekonomian, dan Kementerian Keuangan.


05. Dukungan Penyiapan Proyek menggunakan Saudi Fund for Development (SFD) untuk Proyek Energi

Pada tahun 2017, Saudi Fund for Development (SFD) dan Pemerintah Indonesia telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) yang mengatur komitmen SFD dalam menyalurkan

pendanaan senilai USD 1 milyar untuk proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. Dalam Rapat Koordinasi Proyek Kilang, SFD diusulkan menjadi salah satu sumber pendanaan dalam pelaksanaan proyek-proyek kilang minyak dalam negeri terutama untuk penyusunan Front End Engineering Design (FEED). Pada bulan Agustus 2018, diinisiasi proses pemanfaatan dana SFD untuk proyek-proyek kilang minyak.

Pada Semester 2 2018, dilaksanakan beberapa pertemuan yang membahas pemanfaatan SFD untuk proyek kilang minyak. KPPIP mendukung dalam melakukan koordinasi dengan instansi-instansi yang terlibat dalam pembahasan ini yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Luar Negeri, Bappenas, dan Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerjasama Islam (UKP-TTOKI). KPPIP juga mengoordinasikan Focus Group Discussion (FGD) antara PLN dan Pertamina dengan topik Direct Lending untuk BUMN dan Export Credit Agency.

PT Pertamina telah mengirimkan surat permohonan keterangan lebih lanjut terkait detail skema Saudi Fund for Development (SFD) seperti skema pendanaan, interest rate, tenor dan currency, besar pinjaman, underlying fund pinjaman, serta syarat dan kondisi lainnya dari SFD. Bersamaan dengan permohonan ini, Pertamina juga menyertakan Terms of Reference (TOR) yang mendeskripsikan kegiatan yang memerlukan pendanaan SFD. Surat permohonan ini dikirimkan kepada Kementerian Keuangan, selaku pihak yang menandatangani MoU dengan SFD, untuk dibahas lebih lanjut dengan pihak SFD.


Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Semarang merupakan salah satu Proyek Energi Asal Sampah di delapan kota yang menjadi Proyek Prioritas pada tahun 2017. PLTSa Semarang, yang berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, merupakan salah satu upaya yang

dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang untuk mengurangi sampah serta memperpanjang usia TPA Jatibarang dengan merubah sampah menjadi energi listrik.

B. Pengembangan Skema Pendanaan Proyek

01. Kerjasama dengan Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT) untuk PLTSa Semarang

Proyek PLTSa Semarang


KPPIP dengan Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT) bekerja sama untuk memberikan fasilitas dukungan kepada Pemerintah Kota Semarang, sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) PLTSa Semarang, dalam rangka penyusunan Studi Pendahuluan, penetapan skema pendanaan, dan penyusunan Outline Business Case (OBC) untuk Proyek PLTSa Semarang.

Pada bulan Agustus 2018, pihak KIAT telah melakukan finalisasi Kerangka Acuan Kerja (KAK) pengadaan konsultan penyusunan Studi Pendahuluan dan OBC untuk PLTSa Semarang, dan pada Oktober 2018 Pemerintah Kota Semarang telah menyetujui KAK tersebut dan pihak KIAT dapat melanjutkan untuk proses pengadaan konsultan.

Untuk melanjutkan proses pengadaan konsultan penyusunan Studi Pendahuluan dan OBC PLTSa Semarang melalui bantuan dari KIAT, Walikota Semarang mengirimkan Surat Permohonan Bantuan Teknis Proyek PLTSa TPA Jatibarang kepada KIAT agar dapat dilaksanakan melalui skema KPBU dan dengan target Ground Breaking pada November 2019.

KPPIP mendukung dan memberikan fasilitasi koordinasi antara KIAT dengan Pemerintah Kota Semarang untuk persetujuan KAK, pelaksanaan dan evaluasi pengadaan konsultan penyusunan Studi Pendahuluan dan OBC PLTSa Semarang. Saat ini KIAT dan Pemerintah Kota Semarang dalam proses evaluasi pengadaan konsultan untuk OBC PLTSa Semarang dan ditargetkan penyusunan Studi Pendahuluan dan OBC PLTSa Semarang dapat dimulai pada Januari 2019.

53


02. Penetapan Skema Pendanaan Jakarta Sewerage System

Proyek Jakarta Sewerage System akan menangani pengolahan limbah domestik di 15 zona (termasuk Zona 0 yang sudah beroperasi), serta meningkatkan akses sanitasi di Ibu Kota Jakarta dengan menggunakan perpipaan air limbah. Rencana pembangunan awal berada pada Zona 1 dan 6 dan penyiapan pembangunan

pada Zona 8. Zona 1 dan 6 diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2022, dimana Zona 1 akan melayani wilayah pusat dan utara dan Zona 6 akan melayani wilayah barat.

Pada JSS Zona 1, total biaya konstruksi proyek yang dibutuhkan adalah Rp 7,1 Triliun dan skema pendanaan yang ditetapkan adalah APBN dengan dukungan loan konstruksi dari Jepang. Saat ini proyek berada dalam tahap transaksi dimana pada bulan April 2018, loan konstruksi untuk JSS Zona 1 sudah masuk kedalam Greenbook Bappenas dan telah dilaksanakan kegiatan fact finding mission pada minggu ke-2 Juli 2018. Pada kegiatan fact finding disampaikan bahwa target penandatanganan loan akan terjadi pada bulan Januari 2019. Untuk mendukung pencapaian target yang telah ditetapkan, KPPIP terus melakukan pemantauan atas rencana aksi yang telah ditetapkan pada rapat pembahasan fact finding yang dilaksanakan pada bulan Juli 2018 agar tercapai milestone yang diperlukan untuk mencapai penandatangan loan agreement.

Gambar ilustrasi


Terkait Zona 6, total biaya konstruksi yang dibutuhkan adalah Rp 5 Triliun dengan skema pendanaan yang ditetapkan adalah APBN dengan dukungan loan konstruksi dari Jepang. Status transaksi proyek saat ini adalah telah dikeluarkannya dokumen Pledge dari Pemerintah Jepang kepada Kementerian Keuangan pada bulan Juni 2018. Saat ini proyek berada dalam tahap persiapan konstruksi fase 1 yaitu konstruksi Pumping Station.

Pada Zona 8, estimasi biaya konstruksi yang dibutuhkan adalah Rp 5,8 Triliun. Skema pendanaan yang direncanakan adalah KPBU dengan bantuan dari ADB-AICOE. Namun pada perkembangannya seiring dengan terbitnya Peraturan Gubernur No. 22 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, KPPIP fokus dalam melakukan diskusi dan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait skema pendanaan proyek Zona 8.

55


03. Dukungan Skema Pendanaan Kilang Bontang

Proyek Grassroot Refinery (GRR) Bontang merupakan proyek pembangunan kilang minyak baru di wilayah timur Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menugaskan PT Pertamina untuk membangun kilang Bontang melalui Keputusan Menteri ESDM 7935/10/MEM/2016. Pada awal tahun 2018,

konsorsium Overseas Oil & Gas (OOG) terpilih sebagai mitra proyek pembangunan kilang Bontang melalui proses pemilihan mitra yang melibatkan beberapa calon mitra.

Setelah ditetapkan sebagai mitra, OOG dan Pertamina memulai untuk menyusun Framework Agreements (FWA), perjanjian yang mengatur lingkup kerja kedua belah pihak secara umum. Pada pertengahan tahun 2018, OOG dan Pertamina belum setuju untuk menandatangani FWA. Terdapat beberapa isu yang perlu diselesaikan oleh kedua belah pihak seperti perjanjian off take, mundurnya Cosmo dari konsorsium OOG, dan belum ditetapkannya Direktur Utama PT Pertamina yang menjadi pertimbangan untuk OOG dalam menginjeksi dana ke proyek GRR Bontang. KPPIP mendukung dengan memfasilitasi komunikasi antara OOG, Pertamina, dan instansi terkait lainnya dalam menyelesaikan isu-isu tersebut.

Setelah isi dari FWA disetujui, Pertamina dan OOG telah menandatangani FWA tersebut pada tanggal 10 Desember 2018. Di dalam FWA disebutkan bahwa OOG akan menjamin pendanaan proyek dengan syarat proyek layak secara finansial.

Gambar ilustrasi


04. Dukungan Skema Pendanaan Kilang Tuban

Pada tanggal 28 November 2017 telah dibentuk Joint Venture Company PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) sebagai pelaksana proyek pembangunan kilang minyak baru di Tuban (GRR Tuban). Namun dalam pelaksanaannya proyek mengalami kendala dimana Rosneft sebagai investor belum menyetujui pendanaan

penyusunan Basic Engineering Design (BED) dan Front End Engineering Design (FEED) dikarenakan belum adanya kepastian terkait lahan.

Pembangunan kilang minyak ini rencananya memanfaatkan lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta lahan masyarakat. Pengadaan lahan KLHK awalnya direncanakan memakai skema Kerja Sama Pemanfaatan (KSP), namun PT PRPP tidak menyetujui skema yang mengharuskan adanya bagi hasil. Oleh karena itu skema yang dipakai diubah menjadi tukar-menukar. Setelah dilakukan penilaian terhadap Barang Milik Negara (BMN) maka Kementerian Keuangan akan menerbitkan Izin Prinsip Tukar-Menukar. Namun dalam persetujuan Izin Prinsip ini, terjadi perbedaan penafsiran aturan yang berlaku (UU No.2/2012, PP 27/2014, dan Perpres 146/2015) terkait instansi yang berwewenang untuk menyetujui Izin Prinsip tersebut. Apabila pengadaan lahan untuk pembangunan kilang minyak memakai peraturan pengadaan lahan untuk kepentingan umum, maka persetujuan cukup dari Presiden, tanpa memerlukan persetujuan DPR. KPPIP melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait seperti Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun), Kementerian Keuangan, Kementerian LHK, dan Kementerian ATR dalam membahas tindak lanjut yang diperlukan untuk menyelesaikan isu perbedaan penafsiran diatas. Walaupun sempat diusulkan agar proyek dipindahkan ke Situbondo, namun dikhawatirkan pengadaan lahan di area baru akan memakan waktu yang lebih lama, sehingga akhirnya diputuskan agar proyek tetap dilaksanakan di Tuban.

Dalam Rapat Koordinasi Proyek Kilang Minyak tanggal 30 November 2018, peserta telah setuju dan sepakat untuk keperluan tukar-menukar lahan KLHK dalam rangka pembangunan kilang minyak Tuban, permohonan izin prinsip akan ditujukan kepada Presiden. Saat ini Kementerian Keuangan sedang dalam proses penerbitan izin prinsip tukar-menukar lahan Kementerian LHK.

Gambar ilustrasi


Dalam rangka memastikan agar Jalan Tol Trans Jawa dapat beroperasi pada 2019, KPPIP secara intensif memantau dan mengoordinasikan upaya percepatan untuk pembangunan Jalan Tol Trans Jawa. Sepanjang tahun 2018, KPPIP memantau 10 proyek Jalan Tol Trans Jawa yang belum beroperasi

penuh. Pada akhir 2018, ditargetkankan Jalan Tol Trans Jawa sepanjang Jakarta hingga Surabaya dapat tersambung sepenuhnya dengan jalan tol.

Untuk memastikan tercapainya target tersebut, KPPIP mengadakan Rapat Koordinasi Pelaksanaan Jalan Tol Trans Jawa untuk membahas dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang dilaporkan. Selain itu, KPPIP juga mengadakan kunjungan dan diskusi langsung ke lapangan. Sepanjang Semester II Tahun 2018, terdapat sejumlah ruas Jalan Tol Trans Jawa yang dioperasikan, antara lain

c. Pemantauan dan Debottlenecking Proyek

01. Perkembangan Status Proyek Jalan Tol Trans Jawa

No. RuasJalanTolTransJawayangdioperasikanpada2018 Panjang (KM)

1 Gempol-Pasuruan (Seksi II Rembang-Pasuruan) 6,6

2 Solo-Ngawi (Seksi Kartasura-Sragen) 35,2

3 Pejagan-Pemalang (Seksi 3 dan 4) 37,3

4 Pemalang-Batang (Sewaka-SS Pemalang) 5,4

5 Solo – Ngawi (Sragen - Ngawi) 51,21

6 Batang – Semarang 75

7 Semarang – Solo (Salatiga – Kertasura) 33

8 Ngawi – Kertosono (Wilangan – Kertosono) 38

9 Kertosono – Mojokerto (Kertosono – Bandar) 1

10 Gempol – Pasuruan (Pasuruan – Grati) 14

JUMLAH 296.71


Dengan beroperasinya ruas-ruas tersebut, maka dapat dipastikan Jalan Tol Trans Jawa dari Jakarta hingga Surabaya saat ini sudah dapat beroperasi untuk melayani pemudik pada Natal 2018 dan Tahun Baru 2019

02. Perkembangan Status Proyek Jalan Tol Trans Sumatera

KPPIP melakukan monitoring dan debottlenecking secara intensif terhadap 15 ruas Proyek Prioritas Jalan Tol Trans Sumatera, baik pada proses pengadaan tanah dan konstruksi pada proyek-proyek yang menjadi prioritas pembangunan tahap pertama dan kedua, serta penyiapan proyek dan proses pemenuhan pendanaan pada proyek yang

menjadi prioritas pembangunan tahap selanjutnya. Tahap pembangunan ruas prioritas Trans Sumatera adalah sebagai berikut:

• Tahap 1 : Medan – Binjai, Bakauheni – Terbanggi Besar, Palembang – Indralaya. Pekanbaru – Dumai

• Tahap 2 : Terbanggi Besar – Pematang Panggang, Pematang Panggang – Kayu Agung, Palembang – Tanjung Api – Api, Kisaran – Tebing Tinggi

• Tahap 3 : Medan – Aceh, Padang – Pekanbaru, Tebing Tinggi – Sibolga

Jalan Tol Medan - Binjai


Berdasarkan berbagai rapat koordinasi dan pemantauan yang dilakukan oleh KPPIP, kendala-kendala utama yang dihadapi oleh proyek-proyek pada Jalan Tol Trans Sumatera adalah kendala pengadaan tanah. Tercatat beberapa masalah pengadaan tanah yang cukup kompleks dan secara intensif dibantu oleh KPPIP adalah pengadaan tanah pada tanah stanvas yang berada di Seksi 1 Jalan Tol Medan – Binjai, permasalahan lahan BMN pada area kerja PT Chevron Pacific Indonesia di Jalan Tol Pekanbaru – Dumai, dan isu perbedaan pemahaman hakim Pengadilan Negeri khususnya dalam proses konsinyasi dan gugatan perdata kepada PPK Pengadaan Tanah.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, pada semester II Tahun 2018, KPPIP secara aktif melakukan upaya debottlenecking, baik terhadap beberapa permasalahan eksisting maupun permasalahan baru yang dihadapi. Sebagai contoh, terhadap permasalahan tanah stanvas yang berada di Seksi 1 Jalan Tol Medan – Binjai, pada akhir tahun 2017 telah sudah ada diskresi dari Menteri ATR/BPN untuk membayarkan 70% ke penggarap, dan 30% kepada pemilik sertifikat. Namun, hingga saat ini diskresi belum diimplementasikan akibat masih adanya keraguan terkait kekuatan hukum dari diskresi tersebut. Oleh karena itu, pada semester II Tahun 2018, KPPIP terus terlibat dalam berbagai pembahasan terkait dengan permasalahan tersebut, seperti pada Rapat Koordinasi tanggal 1 Juli 2018 dan 8 November 2018. Kemudian, sebagai upaya debottlenecking selanjutnya, KPPIP bekerjasama dengan Ditjen Bina Marga juga mengundang Ketua Kamar Perdata Mahkamah Agung dalam acara sosialisasi dan diskusi terkait dengan penegakan hukum dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang diadakan pada tanggal 10 Desember 2018.

Sedangkan pada Jalan Tol Pekanbaru – Kandis – Dumai, terdapat permasalahan pada tanah berstatus Barang Milik Negera (BMN) yang dikelola oleh PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) yang sudah ditempati oleh masyarakat. Oleh karena itu, KPPIP mengadakan beberapa rapat dan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait seperti Direktorat Piutang Negara dan Kekayaan Negara Lain-lain, SKK Migas, Direktorat Minyak dan Gas Bumi, serta PT Chevron Pacific Indonesia. Selain permasalah pada tanah BMN, KPPIP juga membantu upaya penyelesaian isu Tanah Terkontaminasi Minyak (TTM) yang dapat melalui pemrosesan dapat diolah menjadi base atau timbunan konstruksi Jalan Tol Pekanbaru – Kandis – Dumai sehingga dapat menghemat biaya konstruksi jalan tol tersebut. Berdasarkan inventarisasi, diestimasi terdapat sekitar 5,48 juta m3 TTM yang berada dalam area pengelolaan PT CPI. Oleh karena itu, saat ini KPPIP bersama pemangku kepentingan lainnya seperti Ditjen Bina Marga, BPJT, dan PT Hutama Karya masih akan melakukan pembahasan lebih lanjut dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengenai perizinan dan ketentuan untuk mengimplementasikan rencana tersebut.


03. Debottlenecking Jalan Tol di Jabodetabek

Dalam rangka percepatan dan sinkronisasi pembangunan beberapa proyek PSN Jalan Tol yang masuk kategori Jalan Tol Jabodetabek, KPPIP melakukan sejumlah upaya debottlenecking pada masing-masing proyek. Salah satu upaya tersebut antara lain KPPIP mengadakan Rapat Koordinasi Jalan Tol Jabodetabek pada tanggal 23

dan 24 Agustus 2018. Rapat ini mengundang seluruh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dari jalan tol tersebut. Dalam rapat tersebut, sebagian besar BUJT menyampaikan sejumlah permasalahan utama yaitu pengadaan tanah milik instansi pemerintah seperti tanah milik TNI, ketidakpastian durasi pada mekanisme konsinyasi dan adanya persinggungan dengan utilitas seperti pipa minyak/gas dan jalur distribusi listrik. Sebagai tindak lanjut dari rapat ini, KPPIP berkoordinasi dengan Ditjen Bina Marga dan Ditjen Pengadaan Tanah untuk membahas masing-masing permasalahan yang bersifat strategis. Beberapa isu tersebut pun dibahas di tingkat Menteri seperti contohnya permasalahan tanah TNI yang terjadi pada Jalan Tol Cimanggis-Cibitung dan Kunciran-Serpong.

Selanjutnya, salah satu debottlenecking yang difasilitasi secara intensif oleh KPPIP adalah pada Jalan Tol Cibitung – Cilincing yang mengalami permasalahan dimana terdapat pipa gas PT Pertamina yang berada pada area ROW Jalan Tol Cibitung – Cilincing dan tidak sesuai dengan ketentuan pada desain awal yang pada tahun 2008 telah disepakati bersama.

Menidaklanjuti hal tersebut, KPPIP mengoordinasikan upaya debottlenecking dengan memfasilitasi pertemuan antara pemangku kepentingan terkait PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways, PT Pertamina EP, SKK Migas, dan Direktorat Jenderal Bina Marga. Melalui rangkaian pembahasan, akhirnya disepakati bahwa pipa gas akan direlokasi, namun bergeser ke arah bagian dalam jembatan yang pada kondisi eksisting merupakan jalan akses. Jalan akses nantinya akan direlokasi menjauhi fasilitas perpipaan tersebut.

Proyek Jalan Tol Becakayu


04. Tes Dinamis Light Rail Transit (LRT) Sumatera Selatan

Pengembangan Light Rail Transit (LRT) di Palembang, Sumatera Selatan ditujukan utamanya untuk mendukung layanan transportasi massal bagi publik. Layanan LRT terpadu ini akan dimulai dari Pelabuhan Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II menuju Komplek Olahraga Jakabaring. Proyek LRT ini direncanakan dapat beroperasi

sebelum bulan Agustus 2018 sebagai infrastruktur pendukung dalam menyambut ajang olahraga internasional yaitu, Asian Games 2018.

Pada bulan April 2018, KPPIP terlibat dalam upaya monitoring kesiapan infrastruktur tenaga listrik sebelum fase operasi dan tes dinamis dimulai. Sampai dengan akhir Mei 2018, empat dari lima substation (gardu induk) pertama sudah selesai pembangunannya dan sedang dalam proses instalasi. Untuk substation kelima di Stasiun Jakabaring telah dilakukan pengujian pertama gardu traksi oleh Balai Pengujian Direktorat Jenderal Kereta Api, Kementerian Perhubungan.

Untuk memastikan ketersediaan tenaga listrik, KPPIP mendorong agar penyusunan Emergency Response Plan yang komprehensif sebagai panduan mitigasi risiko apabila listrik padam, sehingga pelayanan publik dapat dijaga dengan baik.

Pada tanggal 1 Agustus 2018, LRT Sumsel resmi beroperasi dan berbayar dengan tarif jarak pendek Rp 5.000 per jalan dan Rp. 10.000 per jalan untuk jarak jauh (Jakabaring – Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin). Hingga akhir bulan Agustus 2018, tercatat total penumpang yang telah menggunakan LRT Sumsel mencapai lebih dari 190.000 penumpang.

LRT Palembang, Sumatera Selatan


05. Debottlenecking Pembayaran dan Penyusunan Prosedur VGF Tahap I SPAM Umbulan

Proyek KPBU SPAM Umbulan merupakan proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan kapasitas 4.000 liter per detik. Proyek ini akan melayani lebih dari satu juta jiwa di 5 kabupaten/ kota yang dilalui yaitu Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Total investasi proyek ini adalah Rp.4,5

Triliun dengan dukungan pemerintah dalam bentuk Viability Gap Fund. Konstruksi proyek sudah berjalan dan masa operasional proyek adalah 25 tahun sejak mulai beroperasi (Target operasi di 2019).

Pada awal tahun 2018, KPPIP memberikan dukungan kepada pemangku kepentingan dalam memfasilitasi, mengoordinasikan, dan memberikan masukan terhadap pembentukan prosedur pencairan VGF dalam proyek KPBU, memfokuskan upaya debottlenecking pada penyelesaian permasalahan timeline pencairan VGF melalui koordinasi pertemuan dan diskusi dengan pemangku kepentingan, melakukan analisa dan memberikan masukan terkait status pembentukan prosedur pencairan VGF. Pada bulan Juli 2018, sudah terdapat dokumen prosedur pencairan VGF dalam bentuk draf yang sudah disesuaikan persyaratan pencairannya.

KPPIP juga telah memfasilitasi Rapat Pengembangan Kapasitas Proses Pencairan VGF untuk proyek SPAM Umbulan yang juga digabung dengan SPAM Semarang Barat yang dihadiri oleh Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Ketua Tim Simpul KPBU, Pemerintah Provinsi Jawa Timur selaku perwakilan Penanggung Jawab Proyek, PDAM Tirta Moedal Kota Semarang, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero); PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero); PT Meta Ardhya Tirta Umbulan.

Spam Umbulan, Pasuruan, Jawa Timur


06. Percepatan Konstruksi Pelabuhan Patimban

Pembangunan pelabuhan dengan terminal kontainer dan perkiraan kapasitas sebesar 7,5 juta TEU. Perkiraan kapasitas mempertimbangkan potensi pertumbuhan demand di wilayah timur Jawa Barat. Pembangunan pelabuhan ini merupakan strategi Pemerintah untuk mengurangi kelebihan kapasitas di Pelabuhan Tanjung Priok. Pembangunan

Pelabuhan Patimban ini diharapkan juga dapat menjadi stimulator pengembangan wilayah di daerah Subang.

Mulai sejak pertengahan tahun 2018, KPPIP telah mendorong percepatan pelaksanaan konstruksi pelabuhan Patimban pada aspek pengadaan tanah, dengan mengoordinasikan upaya debottlenecking kebutuhan tambahan alokasi anggaran pengadaan tanah LMAN TA 2017 senilai Rp 362 Miliar.

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka mendorong percepatan pengadaan tanah dengan LMAN adalah koordinasi dengan Satuan Kerja Pelabuhan Patimban untuk mengonfirmasi kebutuhan tambahan anggaran pengadaan tanah LMAN TA 2017 senilai Rp 362 Miliar. KPPIP selanjutnya berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan, untuk penerbitan surat keputusan persetujuan atas rencana relokasi anggaran pengadaan tanah LMAN TA 2017 untuk proyek PSN di lingkungan DJKA Kemenhub senilai Rp362 Miliar kepada Pelabuhan Patimban

Pada bulan Desember 2018, KPPIP bersama dengan Keasdepan Infrastruktur Sumber Daya Air, Kemenko Bidang Perekonomian mengadakan rapat yang mempertemukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur selaku PJPK, PT Meta Ardhya Tirta Umbulan selaku Badan Usaha Pelaksana yang berhak atas VGF, dan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR selalu verifikator atas progress proyek sebagai persyaratan pencairan VGF. Dalam rapat tersebut disepakati bahwa persetujuan pencairan VGF akan diberikan paling lambat akhir Desember 2018.

Gambar ilustrasi


07. Debottlenecking Kebutuhan Regulasi Makassar New Port

Pada tanggal 9 Agustus 2018, KPPIP dan Kemenko Perekonomian menghadiri Rapat Pembahasan Rencana Pembangunan Pelabuhan Makassar New Port (MNP) Tahap II & III. Dalam rapat tersebut, PT Pelindo IV menyampaikan kebutuhan Peraturan Presiden penugasan pembangunan MNP Tahap II dan III sebagaimana telah disampaikan

terlebih dahulu kepada Menko Perekonomian melalui Surat No. 1/JK.003/1/DUT-2018.

KebutuhanPeraturanPresidenpenugasaninidilatarbelakangiolehsejumlahpertimbangansebagai berikut:

1. PengembanganTahapIIdanIIImerupakansaturangkaianpembangunanyangtidakterpisahkandenganTahapIsehinggaperizinanpengembangantidakperludiulangkembali;

2. MenghindarirencanapengembangandenganskemaKPBUsepertiyangpernahterjadipadapembangunanTahapIB–IDkarenapengembangandinilailayaksecarafinansial;

3. MemberikanjaminankepadainvestorataskeberlangsunganproyekhinggatahapUltimate;

4. BelumadanyalokasiperindustrianterintegrasidiIndonesiaTimur;dan

5. RevisiRencanaIndukPelabuhantelahmengakomodasipengembanganlahan1,428HayangdirencanakanuntukMNPUltimate.

Atas tindak lanjut dari rapat tersebut, KPPIP telah menyusun Nota Dinas kepada Menko Perekonomian perihal penyampaian permohonan Perpres penugasan kepada PT Pelindo IV terkait pengembangan Proyek Makassar New Port Tahap 2 dan 3 pada tanggal 29 Agustus 2018.

Gambar ilustrasi


08. Debottlenecking Pencapaian Financial Close Pembangkit Listrik IPP dengan Total Kapasitas 2.035 MW

Dalam rangka percepatan pembangunan Program 35.000 MW, KPPIP melakukan pemantauan dan debottlenecking pembangkit IPP yang sudah menandatangani Power Purchase Agreement (PPA) untuk mencapai Financial Close (FC). Sejak tahun 2016 hingga Desember 2018, KPPIP secara aktif telah berhasil mendorong 17 pembangkit

IPP untuk mencapai Financial Close dengan total kapasitas 11.685 MW. Pada tahun 2018 sendiri, KPPIP berhasil mendorong 2 pembangkit IPP dengan total kapasitas 2.035 MW. Hingga saat ini terdapat 2 pembangkit IPP yang terhambat akibat permasalahan pengadaan tanah dengan total kapasitas 2.000 MW, 5 pembangkit IPP dengan total kapasitas 2.300 MW menunggu persetujuan Direksi PLN, 7 pembangkit IPP dengan total kapasitas 1.800 MW terhambat karena dibutuhkannya perubahan skema pendanaan pada penugasan Anak Perusahaan, dan 6 pembangkit IPP dengan total kapasitas 2.885 MW terhambat dalam pemenuhan persyaratan Financial Close. KPPIP secara khusus memberikan dukungan dalam pengadaan tanah dan proses penerbitan perizinan serta skema pendanaan untuk penugasan anak perusahaan PT PLN agar dapat bankable.

Pada bulan Agustus 2018, PLTGU Riau 275 MW telah mencapai Financial Close. Sejak tahun 2017, KPPIP mendukung koordinasi untuk pemenuhan persyaratan Financial Close diantaranya penerbitan Perda RTRW Riau untuk penerbitan rekomendasi kesesuaian tata ruang, penerbitan Izin Lokasi pembangkit dan transmisi serta penerbitan IPPKH.

Pada bulan September 2018, berdasarkan Rapat Koordinasi Terbatas Kemenko Perekonomian tentang Evaluasi Proyek Strategis Nasional yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, telah disepakati untuk menyikapi kondisi perekonomian serta menurunkan nilai


impor maka PT PLN akan melakukan penggeseran target operasi pembangkit yang belum mencapai Financial Close dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu:

1. Menjagakeandalansistemdisetiapdaerahyaitupencapaiancadangandaya 30%.

2. ProyekPembangkitListrikberbasisEnergiBarudanTerbarukan(EBT)tetapdilanjutkanagarterciptaenergymix.

3. Potensitake-or-paydariPerjanjianJualBeliGas(PJBG)yangtelahdisepakatiolehPTPLN.

Sebagai bentuk tindak lanjut rapat tersebut, pada bulan September 2018 PT PLN menyampaikan bahwa dari 15,2 GW pembangkit IPP yang sudah PPA namun belum mencapai Financial Close, terdapat 10,56 GW pembangkit IPP yang tidak dapat dilakukan penggeseran target operasi. Sehingga pembangkit IPP yang target operasinya dapat digeser adalah sebesar 4,64 GW yang sebagian besar terdiri dari PLTU Mulut Tambang di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Penggeseran target operasi pembangkit-pembangkit IPP tersebut akan dituangkan pada RUPTL 2019-2028 yang ditargetkan penerbitannya pada Januari 2019.

Pada bulan Desember 2018, PLTGU Jawa-1 dengan kapasitas 1.760 MW telah mencapai Financial Close. Proyek PLTGU Jawa-1 merupakan pembangkit gas alam terbesar di Asia Tenggara yang terintegrasi menggunakan LNG dari Kilang Tangguh. KPPIP mendorong pembangunan PLTGU Jawa-1 untuk penyerapan 75% LNG Kilang Tangguh. KPPIP mendorong fasilitasi koordinasi dan percepatan pengadaan lahan untuk PLTGU Jawa-1 khususnya terkait penerbitan sertifikasi lahan milik PT Pertamina yang merupakan Penyertaan Modal Negara (PMN). Dengan penerbitan sertifikasi lahan untuk pembangkit dan transmisi, maka fasilitas pendanaan untuk PLTGU Jawa-1 disetujui oleh para lenders di bulan November 2018.


Daftar Proyek Prioritas KPPIP



04BAB

69


JALAN&JEMBATAN

KETENAGALISTRIKAN

TRANSPORTASI

ENERGI

TELEKOMUNIKASI

AIR&SANITASI


Peta Sebaran 37 Proyek Prioritas KPPIP

Jalan dan Jembatan TelekomunikasiTransportasi


Air dan SanitasiEnergiKetenagalistrikan


RINGKASAN DAFTAR PROYEK PRIORITAS KPPIPSesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 5/2017

No Nama ProyekPenanggung

Jawab Proyek

Nilai

Investasi

(Rp Milyar)

Skema

Pendanaan

Lokasi

(untuk di Peta)

1 Jalan Tol Serang - Panimbang BPJT 5.330 KPBU Banten

2 Jalan Tol Manado - Bitung BPJT 5.120 KPBU Sulawesi Utara

3 Jalan Tol Balikpapan - Samarinda BPJT 9.970 KPBU Kalimantan Timur

4A Jalan Tol Medan - Binjai PT Hutama Karya 1.600 Penugasan BUMN Sumatera Utara

4B Jalan Tol Palembang - Indralaya PT Hutama Karya 3.300 Penugasan BUMN Sumatera Selatan

4C Jalan Tol Pekanbaru - Dumai PT Hutama Karya 16.200 Penugasan BUMN Riau

4D Jalan Tol Bakauheni - Terbanggi Besar PT Hutama Karya 16.700 Penugasan BUMN Lampung

4E &

4F

Jalan Tol Terbanggi Besar - Pematang

Panggang - Kayu AgungPT Hutama Karya 43.900 Penugasan BUMN

Lampung dan

Sumatera Utara

4GJalan Tol Palembang - Tanjung

Api-apiPT Hutama Karya 14.200 Penugasan BUMN Sumatera Selatan

4H Jalan Tol Kisaran - Tebing Tinggi PT Hutama Karya 13.454 Penugasan BUMN Sumatera Utara

4I-L

Jalan Tol Binjai - Langsa, Langsa -

Lhokseumawe, Lhokseumawe - Sigli &

Sigli - Banda Aceh

PT Hutama Karya 150.456 Penugasan BUMN Sumatera Utara

dan Aceh

4M &

4N

Jalan Tol Pekanbaru - Bangkinang

- Payakumbuh - Bukit Tinggi & Bukit

Tinggi - Padang Panjang - Lubuk

Alung - Padang

PT Hutama Karya 144.054 Penugasan BUMNRiau dan Sumatera

Barat

4OJalan Tol Tebing Tinggi - Pematang

Siantar - Prapat Tarutung - SibolgaPT Hutama Karya 19.778 Penugasan BUMN Sumatera Utara

5 Jalan Tol Probolinggo - Banyuwangi BPJT 21.072 KPBU Jawa Timur

6 Jalan Tol Yogyakarta - Bawen BPJT 12.139 KPBUD.I. Yogyakarta dan

Jawa Tengah

JALA

N D

AN

JEM

BA

TAN


No Nama ProyekPenanggung

Jawab Proyek

Nilai Investasi

(Rp Milyar)

SkemaPendanaan

Lokasi(untuk di Peta)

18 Palapa Ring Broadband Kementerian Komunikasi dan Informatika

5.840 KPBU Seluruh Indonesia

TELE

KOM

UNIK

ASI

No NamaProyekPenanggung

Jawab Proyek

NilaiInvestasi

(RpMilyar)

SkemaPendanaan


7 Kereta Api Kalimantan TimurPT Kereta Api Borneo

53.300 Swasta Kalimantan Timur

8 Kereta Api Makassar - ParepareKementerian Perhubungan

8.250 APBN Sulawesi Selatan

9Kereta Ekspres Bandara Soekarno - Hatta

Kementerian Perhubungan

24.500 Potensi KPBUDKI Jakarta dan Banten

10 MRT Jakarta Jalur Utara - SelatanPT Mass Rapid Transit Jakarta

39.500APBN dan APBD dengan Pinjaman Luar Negeri

DKI Jakarta

11Light Rail Transit Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi


23.000 Penugasan BUMNDKI Jakarta dan Jawa Barat

12 Light Rail Transit Sumatera SelatanKementerian Perhubungan

12.500 Penugasan BUMN Sumatera Selatan

13

Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Wilayah Provinsi DKI Jakarta/Light Rail Transit (LRT) DKI Jakarta

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

7.345 Penugasan BUMD DKI Jakarta

14Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung


30.000Potensi Penugasan BUMN

Sumatera Utara

15Pelabuhan Hub Internasional Bitung


34.000 Potensi KPBU Sulawesi Utara

16 Pelabuhan PatimbanKementerian Perhubungan

43.200

APBN dengan Pinjaman Luar Negeri, APBD dan Swasta

Jawa Barat

17Inland Waterways/Cikarang-Bekasi-Laut

PT Pelabuhan Indonesia II

3.400Potensi Penugasan BUMN

DKI Jakarta dan Jawa Barat

TRA

NSP

OR

TASI



Jawab Proyek

NilaiInvestasi

(RpMilyar)

SkemaPendanaan


19Central Java Power Plant (PLTU

Batang)

PT Perusahaan

Listrik Negara40.000

KPBU dengan IPP PT

Bhimasena Power

Indonesia

Jawa Tengah

20Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU) Indramayu

PT Perusahaan


APBN dengan

Pinjaman Luar

Negeri

Jawa Barat

21Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU) Mulut Tambang

PT Perusahaan


Penugasan BUMN

dan IPP

Sumatera Selatan,

Jambi, Riau,

Kalimantan Timur

dan Kalimantan

Tengah

22Pembangkit Listrik Berbasis

Tenaga Gas

PT Perusahaan


Penugasan BUMN

dan IPP

Riau, Bangka

Belitung, Banten,

Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa

Timur, Kalimantan

Tengah,

Kalimantan Timur,

Kalimantan

Utara, Sulawesi

Tengah, Sulawesi

Selatan, Sulawesi

Tenggara, Nusa

Tenggara Barat,

Nusa Tenggara

Timur, Maluku,

Maluku Utara,

Papua dan Papua

Barat

23Central-West Java Transmission

Line 500 kV

PT Perusahaan

Listrik Negara7.640 BUMN

Jawa Tengah dan

Jawa Barat

24 Transmisi Sumatera 500 kVPT Perusahaan


Penunjukan BUMN

dan SwastaPulau Sumatera

KET

ENA

GA

LIST

RIK

AN



Jawab Proyek

NilaiInvestasi

(RpMilyar)

SkemaPendanaan


25 Kilang Minyak Bontang PT Pertamina 197.580

Penugasan PT

Pertamina dengan

Kerjasama Swasta

Kalimantan Timur

26 Kilang Minyak Tuban PT Pertamina 199.300

Penugasan PT

Pertamina dengan

Kerjasama Swasta

Jawa Timur

27 Revitalisasi Kilang Eksisting (RDMP) PT Pertamina 246.220 Penugasan BUMN

Jawa Tengah,

Jawa Barat, Riau,

Kalimantan Timur

dan Sumatera

Selatan

28Pengembangan Lapangan Abadi

Wilayah Kerja Masela

Kementerian

Energi dan

Sumber Daya

Mineral

289.900 Swasta Maluku

29

Pengembang Lapangan

Gendalo, Maha, Gehem &

Bangka (Indonesia Deepwater

Development Project/IDD)

Kementerian

Energi dan

Sumber Daya

Mineral

124.800 Swasta Kalimantan Timur

30 Proyek Tangguh LNG Train 3

Kementerian

Energi dan

Sumber Daya

Mineral

104.000 Swasta Papua Barat

31

Pengembangan Lapangan

Unitisasi Gas Jambaran - Tiung

Baru

Kementerian

Energi dan

Sumber Daya

Mineral

26.728 BUMN Jawa Timur

ENER

GI



Jawab Proyek

NilaiInvestasi

(RpMilyar)

SkemaPendanaan


32Sistem Penyediaan Air Minum

(SPAM) Semarang Barat

PDAM Kota

Semarang1.191 KPBU Jawa Tengah


(SPAM) JatiluhurPerum Jasa Tirta II 1.670 KPBU

DKI Jakarta dan

Jawa Barat


(SPAM) LampungPDAM Way Rilau 700 KPBU Lampung

35 Jakarta Sewerage System

Pemerintah

Provinsi DKI

Jakarta

70

APBN dengan

Pinjaman Luar

Negeri (Zona

1), Potensi APBN

dengan Pinjaman

Luar Negeri (Zona

2) dan Belum

Ditentukan (Zona

3-6)

DKI Jakarta

36 Tanggul Laut Fase A

Pemerintah

Provinsi DKI

Jakarta

2.400APBN, APBD, BUMN,

BUMD dan SwastaDKI Jakarta

AIR

DA

N S

AN

ITA

SI


Jawab Proyek

NilaiInvestasi

(RpMilyar)

SkemaPendanaan


37Energi Asal Sampah

Kota-Kota Besar

Pemerintah

Provinsi atau

Pemerintah Kota

Terkait

17.517 KPBU dan Swasta

DKI Jakarta,

Tangerang, Jawa

Barat, Jawa

Tengah, Jawa

Timur, Sulawesi

Selatan dan Bali

ENER

GI A

SAL

SAM

PAH


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan jalan tol sepanjang 83,6 km ini bertujuan untuk menyediakan akses ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon. Proyek direncanakan akan terdiri dari tiga seksi: Seksi I Serang – Rangkasbitung; Seksi II Rangkasbitung - Cileles; dan Seksi III Cileles – Panimbang.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Selain untuk mendukung pengembangan pariwisata di Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon, jalan tol ini diharapkan dapat mengurangi biaya logistik pengiriman barang dari kawasan industri di Pandeglang ke pelabuhan di Jakarta dan sebaliknya.

STATUSTERAKHIR

Pada Januari 2017, telah ditetapkan pemenang lelang konsesi dengan metode KPBU, yaitu Konsorsium PT Wijaya Karya Tbk., PT Pembangunan Perumahan Tbk., dan PT. Jababeka

01. JALAN TOL SERANG - PANIMBANG

NilaiInvestasi : Rp 1.191 Milyar

Skema Pendanaan : KPBU

Lokasi : Jawa Tengah

Penanggung Jawab Proyek : PDAM Kota Semarang

RencanaMulaiKonstruksi : 2019

RencanaMulaiOperasi : 2021

A. Status Proyek Prioritas Sektor Jalan dan Jembatan


Infrastruktur. Terkait dengan dukungan pemerintah yang awalnya direncanakan menggunakan skema Availability Payment pada Seksi Cileles-Panimbang, saat ini Kementerian Keuangan berencana untuk mengubah sumber pendanaan seksi Cileles – Panimbang menjadi menggunakan loan dari RRT.

Pada Desember 2018, secara umum pengadaan tanah telah mencapai 71%, naik 13% dibandingkan bulan November 2018. Sedangkan pekerjaan konstruksi baru dimulai pada Seksi 1 dan mencapai 20% atau naik sebesar 4% dibandingkan bulan November. Terkait dengan adanya bencana Tsunami yang berdampak pada Kabupaten Serang dan Pandegelang, dan KEK Tanjung Lesung, PT WKSP mengonfirmasi bahwa bencana tersebut tidak menghambat pembangunan Jalan Tol Serang – Panimbang.

SKEMAPENDANAAN

Jalan Tol Serang – Panimbang telah ditetapkan dalam rapat KPPIP pada bulan Juni 2016 untuk menggunakan skema KPBU dengan dukungan Pemerintah dalam bentuk pembangunan sebagian dan jaminan atas tingkat pendapatan tetap agar dapat mencapai tingkat kelayakan yang menarik untuk investor. Saat ini, Konsorsium PT Wijaya Karya Tbk., PT Pembangunan Perumahan Tbk., dan PT Jababeka Infrastruktur telah ditetapkan sebagai pemenang lelang investasi dengan metode SBOT. Dukungan Pemerintah tersebut diberikan dalam bentuk konstruksi Seksi Cileles-Panimbang (33 km).

JADWALPELAKSANAANPROYEKDANSTATUSPROYEK

RTRW Pra-StudiKelayakan StudiKelayakan RencanaTeknikTerinci(DED)

Sudah tercantum Selesai Selesai 2016

AMDAL Izin Lingkungan IPPKH PengadaanTanah

Selesai Sudah diterbitkam Tidak diperlukan 71%

Penetapan Skema Pendanaan PelelanganInvestasi DukunganKelayakan Penjaminan

KPBU Selesai pada Februari 2017

Konstruksi sebagian oleh Pemerintah

Februari 2017

Pencapaian Pembiayaan RencanaMulaiKonstruksi TargetOperasi

Belum tercapai Oktober 2017 Awal tahun 2019


Dengan mempertimbangkan keterbatasan pagu anggaran Kementerian PUPR dan arahan Presiden untuk dimulainya konstruksi pada tahun 2018, maka saat ini dukungan konstruksi tersebut direncanakan untuk direalisasikan melalui penerapan skema AP yang mencakup kegiatan konstruksi dan pemeliharaan jalan tol seksi Cileles-Panimbang oleh Badan Usaha Jalan Tol lain (BUJT Baru).

Namun, karena pertimbangan berbagai hal, saat ini skema pendanaan untuk seksi Cileles – Panimbang direncanakan akan diganti menjadi melalui pinjaman RRT.

PENGADAANTANAH

Pengadaan tanah untuk Jalan Tol Serang – Panimbang sedang dalam tahap pelaksanaan setelah diterbitkannya Penetapan Lokasi untuk Jalan Tol ini pada bulan Juni 2016. Saat ini proses musyawarah dan pembayaran terus dilakukan untuk mempercepat proses pembangunan. Secara umum, kemajuan pengadaan tanah telah mencapai 71%.

Kemudian, saat ini berdasarkan hasil identifikasi, terdapat adanya kebutuhan penambahan lahan. Oleh karena itu, Ditjen Bina Marga akan mengirimkan usulan revisi Penetapan Lokasi kepada Gubernur Banten.

TINDAKLANJUT

1. Follow-up progres pendanaan seksi Cileles-Panimbang yang akan menggunakan pinjaman dari Tiongkok.

2. Mendorong percepatan pengadaan tanah dan revisi Penetapan Lokasi.


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan jalan tol sepanjang 39 km ini akan menghubungkan dua kota besar di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Manado dan Bitung. Proyek ini dibagi menjadi dua seksi: Seksi I Manado – Airmadidi; Seksi II Airmadidi – Bitung.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Jalan Tol Manado - Bitung ini diharapkan dapat mendukung pengembangan pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di kawasan Manado, Minahasa Utara, dan Bitung serta menjadi jalan akses utama menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Pelabuhan Internasional Bitung.

STATUSTERAKHIR

Lelang investasi untuk porsi KPBU Jalan Tol Manado - Bitung telah selesai pada Mei 2016 dimana PT Jasamarga Manado – Bitung terpilih sebagai BUJT untuk membangun ruas dengan skema pendanaan KPBU. Penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) telah dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2016. Selain itu, proyek ini juga mendapatkan penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII). Perjanjian penjaminan dan perjanjian regres juga telah ditandatangani pada 9 Juni 2016.

Hingga Desember 2018, kemajuan pengadaan tanah pada Seksi 1A dan 1B telah mencapai 99% dan 99%, sedangkan Seksi 2A dan 2B masing-masingW mencapai 99% dan 80%. Pada

02. JALAN TOL MANADO – BITUNG

NilaiInvestasi : ~ Rp 5,12 Triliun


Lokasi : Sulawesi Utara

Penanggung Jawab Proyek : Badan Pengatur Jalan Tol




SKEMAPENDANAAN

Jalan Tol Manado – Bitung menggunakan skema pendanaan Supported-Build-Operate-Transfer dimana Pemerintah membangun sebagian seksi jalan tol dan sisanya dilelang kepada investor swasta. Adapun porsi Pemerintah adalah Seksi I yang memiliki panjang 14,09 km dari APBN, APBD, dan pinjaman dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebesar Rp 1 Triliun. Seksi II yang memiliki panjang 25,5 km merupakan porsi swasta.

kemajuan konstruksi, untuk Seksi I sudah mencapai 86%, sedangkan seksi II mencapai 28%, naik sebesar 1% dibandingkan bulan Oktober. Dalam rangka libur Natal dan Tahun Baru, Jalan Tol Manado – Bitung difungsikannya mulai dari titik 10,8 kilometer (segmen pemerintah) hingga 25,0 kilometer (segmen PT Jasamarga Manado Bitung) menggunakan satu arah dan dibuka mulai pukul 07.00-17.00 WITA.



Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai


Selesai Sudah diterbitkan Tidak diperlukan Telah mencapai 94%


KPBU Selesai pada Mei 2016 Konstruksi sebagian oleh Pemerintah

9 Juni 2016


Ditargetkan pada tahun 2019 setelah konstruksi selesai

Ditargetkan dimulai pada semester II 2017 (porsi BUJT)

Telah dimulai pada 2016 (porsi Pemerintah)

2019


PT Jasa Marga Manado Bitung (JMB) menyampaikan belum adanya kepastian untuk pembiayaan pembangunan Simpang Susun Sukur. Oleh karena itu, PT JMB berharap adanya kejelasan mengenai sumber pendanaan dan konstruksi Simpang Susun Sukur. Sebagai usulan solusi, salah satu upaya Bina Marga adalah penganggaran pada APBN TA 2019 untuk DIPA BPJN XV Manado.

PENGADAANTANAH

Pengadaan tanah untuk ruas ini telah dimulai sejak Juni 2015 dimana pada bulan Desember 2018 secara umum telah mencapai 92% dengan rincian sebagai berikut:

• Seksi 1A: 99% dan Seksi 1B: 99%

• Seksi 2A: 99 % dan Seksi 2B: 80%

• Total: 94%

TINDAKLANJUT

Follow up kepastian pendanaan untuk Simpang Susun Sukur pada APBN TA 2019


DESKRIPSIPROYEK

Jalan Tol Balikpapan – Samarinda membentang sepanjang 99 km dari Kota Samarinda hingga Bandara Internasional Sepinggan di Kota Balikpapan. Jalan tol ini terbagi menjadi 5 seksi dan direncanakan memiliki dua lajur untuk masing-masing arah.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Pembangunan jalan tol akan mendorong pengembangan kawasan-kawasan industri berbasis kelapa sawit, batubara, migas, dan pertanian di kedua kota dan di sepanjang jalan tol. Proyek jalan tol ini juga akan meningkatkan konektivitas serta mengurangi biaya logistik dan waktu tempuh antara Kota Samarinda dan Kota Balikpapan.

STATUSTERAKHIR

Lelang investasi untuk porsi KPBU Jalan Tol Balikpapan - Samarinda telah selesai pada Juni 2016 dimana PT Jasamarga Balikpapan - Samarinda terpilih sebagai BUJT. Penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) telah dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2016. Selain itu, proyek ini juga mendapatkan penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII). Perjanjian penjaminan dan perjanjian regres juga telah ditandatangani pada 9 Juni 2016. Per Februari 2017, lelang konsesi sudah selesai dengan pemenang PT Wijaya Karya dengan SPMK per 11 November 2016.

Pada Desember 2018, progres konstruksi Jalan Tol Balikpapan – Samarinda telah mencapai 76%, dimana berdasarkan persentase progress, terdapat kenaikan sebesar 6% dibandingkan November 2018. Sedangkan untuk pengadaan tanah saat ini telah mencapai 98% yang juga telah mencakup adanya penambahan kebutuhan lahan baru. Sedangkan terkait dengan

03. JALAN TOL BALIKPAPAN – SAMARINDA



Lokasi : Kalimantan Timur





pendanaan, PT Jasa Marga Balikpapan-Samarinda memperoleh kredit sindikasi sebesar Rp 6,89 triliun untuk proyek tol Balikpapan-Samarinda dari sejumlah bank lembaga termasuk bank syariah.

Pada tanggal 14 Desember 2018, KPPIP bersama Kemenko Perekonomian mengadakan site visit Jalan Tol Balikpapan – Samarinda. Dalam kunjungan tersebut, KPPIP secara langung melihat kesiapan dari Jalan Tol Balikpapan – Samarinda yang akan mulai dibuka fungsional dalam rangka Libur Natal dan Tahun Baru.

iSKEMAPENDANAAN

Jalan Tol Balikpapan - Samarinda menggunakan skema pendanaan Supported-Build-Operate-Transfer dimana Pemerintah membangun sebagian seksi jalan tol dan sebagian lainnya dilelang kepada investor swasta. Adapun porsi Pemerintah adalah Seksi I yang memiliki panjang 22,03 km dan Seksi V yang memiliki panjang 11,09 km. Pembiayaan Seksi I diperoleh





Selesai Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan Telah mencapai 98%


KPBU Selesai pada Juni 2016 Konstruksi sebagian oleh Pemerintah

Diterbitkan pada 9 Juni 2016


Telah tercapai Telah dimulai pada 2017 (porsi BUJT)

Telah dimulai pada 2016 (porsi Pemerintah)

2019


dari APBN dan APBD sementara Seksi V bersumber dari pinjaman Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebesar Rp 720 Milyar. Seksi II, III, dan IV adalah bagian yang dibangun oleh investor pemenang lelang KPBU dan direncanakan untuk dibiayai dengan Contractor Pre-financing (CPF) sehingga financial close ditargetkan setelah konstruksi selesai di akhir 2018 atau awal 2019.

PENGADAANTANAH

Dengan adanya penambahan ROW, saat ini kemajuan pengadaan tanah secara umum telah mencapai 98,4%. Adapun rinciannya sebagai berikut:

• Seksi 1: Balikpapan KM 13 – Samboja (APBD): 98,80%

• Seksi 2: Samboja - Muara Jawa: 97,98 %

• Seksi 3: Muara Jawa – Palaran: 98,88%

• Seksi 4: Palaran – Samarinda: 97,73%

• Seksi 5: Balikpapan – Bandara Sepinggan (APBN-Loan China): 99,17%

TINDAKLANJUT

Pemantauan kemajuan pengadaan tanah dan konstruksi untuk memastikan Jalan Tol Balikpapan – Samarinda dapat beroperasi sesuai dengan target yang telah ditetapkan


DESKRIPSIPROYEK

Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Lampung. Ruas ini dibagi menjadi 3 seksi dan akan berlokasi di Sumatera Utara menghubungkan Kota Medan dengan Binjai. Ketiga seksi yang dimaksud adalah: (1) Seksi I: Tanjung Mulia – Helvetia; (2) Seksi II: Helvetia – Semayang; (3) Seksi III: Semayang – Binjai.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Sebagai bagian dari jaringan JTTS, ruas ini penting untuk mendukung lalu lintas barang dan orang antara Medan dan Binjai. Proyek ini diharapkan dapat menjadi alternatif jalur kendaraan sehingga dapat mengurangi beban pada jalur yang sudah ada dan mempermudah akses serta meningkatkan konektivitas. Dengan demikian, jalan tol ini dapat berkontribusi pada pengembangan kawasan dan pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera.

STATUSTERAKHIR

Saat ini, Ruas Medan – Binjai Seksi II dan Seksi III telah beroperasi, sedangkan Seksi I sedang dalam tahap penyelesaian pengadaan tanah dan pelaksanaan konstruksi. Kemajuan konstruksi untuk Seksi 1 sampai dengan bulan Desember 2018 mencapai 57%, naik 9% dibandingkan bulan sebelumnya Sedangkan, kemajuan pengadaan tanah Seksi I saat ini mencapai 75%, atau naik 6% dibandingkan bulan sebelumnya.

04.A. JALAN TOL MEDAN – BINJAI (8 RUAS TRANS SUMATERA)


Skema Pendanaan : Penugasan BUMN

Lokasi : Sumatera Utara

Penanggung Jawab Proyek : PT Hutama Karya


RencanaMulaiOperasi : 2017 (beroperasi sebagian)


SKEMAPENDANAAN

Pembangunan Jalan Tol Medan – Binjai menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. PPJT untuk ruas tol ini telah ditandatangani pada 2014. Pada tahun yang sama, Pemerintah juga memberikan dukungan berupa PMN kepada PT Hutama Karya untuk mendukung PT Hutama Karya memenuhi mandat penugasan ini. Struktur pendanaan ruas ini terdiri dari 70% ekuitas PT Hutama Karya (pemenuhannya didukung PMN) dan 30% adalah pinjaman dari PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI).

PENGADAANTANAH

Secara umum, kemajuan tanah telah mencapai 93% dimana Seksi I baru mencapai 75% sedangkan Seksi II dan Seksi III telah mencapai 100%. Terkait permasalahan pada Tanah Stanvas, walaupun telah terdapat diskresi dari Menteri ATR/BPN mengenai persentase pembagian 30:70





Selesai Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan Seksi 2 dan 3 telah selesai. Seksi 1 mencapai 75%


Penugasan BUMN N/A Penyertaan Modal Negara (PMN)

N/A


Selesai Telah dimulai pada 2015 Sebagian telah mulai beroperasi pada Desember 2017


antara pemilik sertifikat dengan penggarap, namun saat ini terdapat gugatan dari Grant Sultan yang dimenangkan oleh Grant Sultan. Oleh karena itu, KPPIP bekerja sama dengan Bina Marga telah kembali mengadakan Sosialisasi Peraturan MA No.3 Tahun 2016 dengan mengundang Ketua Kamar Perdata MA untuk mendiskusikan penyelesaian masalah tersebut. Kemudian, berdasarkan diskusi dengan perwakilan Bina Marga, terdapat 2 opsi penyelesaian, yaitu:

• Penerbitan Instruksi Presiden sebagai landasan dalam implementasi diskresi Menteri ATR/BPN

• Surat Keputusan Bersama terkait penangan dampak social dimana warga/penggarap direlokasi ke tanah ex-HGU PTPN.

Untuk menindaklanjuti usulan tersebut, KPPIP akan mengoordinasikan dan mengeskalasi pembahasan lebih lanjut mengenai keputusan penyelesaian tanah pada Jalan Tol Medan – Binjai

TINDAKLANJUT

• Percepatan pengadaan tanah dan konstruksi untuk Seksi I.

• Eskalasi pembahasan solusi untuk Tanah Stanvas, khususnya terkait dengan usulan solusi yang disampaikan oleh Ditjen Bina Marga.


DESKRIPSIPROYEK

Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau S umatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai provinsi Lampung. Ruas ini adalah salah satu ruas yang terletak di Sumatera Selatan dengan panjang total 22 Km dan terbagi kedalam tiga seksi: (1) Seksi I: Palemba ng – IC Pemulutan; (2) Seksi II: IC Pemulutan – IC KTM; (3) Seksi III: IC KTM – Simpang – Indralaya.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Ruas ini diharapkan dapat mengakomodasi proyeksi pertumbuhan lalu lintas harian antara Kota Palembang dengan Indralaya di sisi barat daya Kota Palembang. Dengan adanya jalan tol ini, volume kendaraan akan terbagi dan mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan serta aksesibilitas menuju dan dari Indralaya serta Palembang.

STATUSTERAKHIR

Saat ini, ruas Palembang – Indralaya Seksi I telah beroperasi sejak Oktober 2017, sedangkan untuk Seksi II dan III telah beroperasi penuh sejak Oktober 2018.

04.B. JALAN TOL PALEMBANG – INDRALAYA (8 RUAS TRANS SUMATERA)



Lokasi : Sumatera Selatan



RencanaMulaiOperasi : 2017 (saat ini beroperasi penuh)


SKEMAPENDANAAN

Pembangunan Jalan Tol Palembang – Indralaya menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. PPJT untuk ruas tol ini telah ditandatangani pada 2015. Pada tahun yang sama Pemerintah juga memberikan dukungan berupa PMN kepada PT Hutama Karya untuk mendukung PT Hutama Karya memenuhi mandat penugasan ini. Struktur pendanaan ruas ini terdiri dari 70% ekuitas PT Hutama Karya (pemenuhannya didukung PMN) dan 30% adalah pinjaman dari PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI).

PENGADAANTANAH

Progres pengadaan tanah untuk seluruh seksi telah mencapai 100%.

TINDAKLANJUT

Proyek saat ini telah beroperasi penuh.





Selesai Sudah diterbitkan Tidak diperlukan Telah mencapai 100%



N/A


Selesai Telah dimulai pada 2015 Seksi 1 telah beroperasiSeksi 2 Maret 2018Seksi 3 Desember 2017


DESKRIPSIPROYEK

Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Lampung. Ruas ini adalah salah satu ruas yang terletak di Provinsi Riau dan akan menghubungkan Pekanbaru - Kandis - Dumai. Ruas ini terbagi ke dalam 6 seksi yakni: (1) Seksi I: Pekanbaru – IC Minas; (2) Seksi II: IC Minas- IC Kandis; (3) Seksi III: IC Kandis Selatan – IC Kandis Utara; (4) Seksi IV: IC Kandis Utara – IC Duri Selatan; (5) Seksi V: IC Duri Selatan – IC Duri Utara; (6) Seksi VI: IC Dumai – Junction Duri.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Ruas ini akan menghubungkan Kota Pekanbaru (Ibukota Provinsi Riau) dengan Kota Dumai. Dengan potensi pengembangan agrobisinis serta status Dumai sebagai kota yang memiliki industri perminyakan yang maju, ruas ini diharapkan dapat terus mendukung pengembangan sektor industri tersebut

STATUSTERAKHIR

Saat ini, ruas Pekanbaru – Dumai sedang dalam tahap pengadaan tanah dan konstruksi. Kemajuan konstruksi umum telah mencapai 24%, naik sekitar 5% dibandingkan bulan November. Sedangkan, kemajuan pengadaan tanah secara keseluruhan mencapai 76%, dimana berdasarkan persentase terdapat kenaikan 1% dibandingkan bulan November 2018.

04.C. JALAN TOL PEKANBARU – DUMAI (8 RUAS TRANS SUMATERA)



Lokasi : Riau





Kemudian, pada tanggal 3 Desember 2018, KPPIP mengadakan Rapat Pembahasan Permasalahan Tanah Terkontaminasi Minyak (TTM) pada Jalan Tol Pekanbaru – Dumai. Rapat tersebut mengundang PT Chevron Pacific Indonesia untuk memaparkan permasalahan dan opsi solusi. Sebagai tindak lanjut dari rapat tersebut, PT CPI akan mengirimkan detail data mengenai Tanah Terkontaminasi Minyak untuk dipelajari oleh KPPIP dan disampaikan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Selain itu, KPPIP juga akan berkoordinasi dengan PT CPI dan PT Hutama Karya untuk merencanakan site visit ke lokasi terkait

SKEMAPENDANAAN

Pembangunan Jalan Tol Pekanbaru – Dumai menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. PPJT untuk ruas tol ini telah ditandatangani pada 2015. Ruas Pekanbaru - Dumai



Sudah tercantum Selesai Selesai Sedang dalam proses penyusunan


Selesai (terdapat isu ketidaksesuaian trase sehingga diperlukan revisi)

Menunggu penyesuaian AMDAL

Ditargetkan segera selesai setelah RTRW Provinsi dan Izin Lingkungan diterbitkan

Telah mencapai 76%


Penugasan BUMN N/A Belum ditentukan N/A


Belum tercapai Mulai pada 2016 2019


telah mendapatkan dukungan pembiayaan berupa fasilitas kredit yang diberikan secara integrated dengan 3 term loan yaitu pinjaman untuk pembangunan jalan, pinjaman berupa Interest During Construction (IDC) dan Cash Deficiency Support (CDS) dengan total sekitar Rp 12,25 triliun. Sedangkan untuk porsi equity, dengan diberikannya PMN kepada PT Hutama Karya sebesar Rp7 Triliun, direncanakan sebesar Rp3 Triliun akan digunakan untuk pembangunan Jalan Tol Pekanbaru – Dumai.

PENGADAANTANAH

Pengadaan tanah sudah berjalan untuk keenam seksi dimana secara total tanah sudah terbebaskan sebanyak 76% dengan rincian sebagai berikut:

• Seksi 1: Pekanbaru – Minas: 92%

• Seksi 2: Minas – Petapahan: 81%

• Seksi 3: Petapahan – Kandis Utara: 59%

• Seksi 4: Kandis Utara – Duri Selatan: 71%

• Seksi 5: Duri Selatan – Duri Utara: 63%

• Seksi 6: Duri Utara - Dumai: 94%

TINDAKLANJUT

• Follow up revisi AMDAL untuk penerbitan IPPKH

• Follow up tindak lanjut dari permasalahan BMN di area kerja PT CPI. Koordinasi untuk mengadakan site visit terkait permasalahan TTM.


DESKRIPSIPROYEK

Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai provinsi Lampung. Ruas ini adalah salah satu ruas yang terletak di Sumatera Selatan dengan panjang total 140 km. Ruas ini terbagi kedalam empat paket: (1) Paket I: Bakauheni – Sidomulyo; (2) Paket II: Sidomulyo - Kotabaru; (3) Paket III: Kotabaru – Metro; (4) Paket IV: Metro – Terbanggi Besar.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Ruas ini akan menjadi jalan akses utama dari dan ke Pelabuhan Bakauheni. Mengingat Pelabuhan Bakauheni adalah salah satu pelabuhan utama yang menghubungkan Jawa dengan Sumatera, maka keberadaan ruas ini dapat secara signifikan mempercepat distribusi barang dan orang yang tiba di Sumatera melalui pelabuhan tersebut.

STATUSTERAKHIR

Saat ini, ruas Bakauheni – Terbanggi Besar telah beroperasi sebagian yaitu pada KM 0,000 - KM 8,900 dan KM 74,550 dan 80,000. Proges konstruksi secara umum telah mencapai 98%, dimana

04.D. JALAN TOL BAKAUHENI – TERBANGGI BESAR (8 RUAS TRANS SUMATERA)



Lokasi : Lampung



RencanaMulaiOperasi : 2018 (beroperasi sebagian)


secara persentase terdapat kenaikan 1% dibandingkan bulan November. Progres saat ini untuk masing-masing paket adalah sebagai berikut:

• Paket 1: 95%

• Paket 2: 100%

• Paket 3: 99%

• Paket 4: 97%

Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar ditargetkan dapat beroperasi secara keseluruhan pada akhir 2018. Oleh karena itu, KPPIP akan mendorong upaya percepatan penyelesaian pengadaan tanah dan konstruksi untuk mengejar target tersebut. Berdasarkan keterangan terakhir dari PT Hutama Karya, jalan tol ini akan dioperasikan fungsional sepanjang 80 km untuk Natal dan Tahun Baru





Selesai Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan Telah mencapai 99%



N/A


Selesai Telah dimulai pada 2015 2019 beroperasi keseluruhan


SKEMAPENDANAAN

Pembangunan Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. PPJT untuk ruas tol ini telah ditandatangani pada 2015. Pada tahun yang sama Pemerintah juga memberikan dukungan berupa PMN kepada PT Hutama Karya untuk mendukung PT Hutama Karya memenuhi mandat penugasan ini. Struktur pendanaan ruas ini terdiri atas 45% ekuitas (dipenuhi dengan dukungan PMN) serta 55% pinjaman.

PENGADAANTANAH

Secara keseluruhan progres pengadaan tanah telah mencapai 99% dengan rincian Paket I, Paket II, Paket III dan Paket IV mencapai 99%, 99%, 100% dan 100%. Dalam rangka pembangunan rest area pada Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar, saat ini dibutuhkan penerbitan Penetapan Lokasi dari Pemerintah Provinsi Lampung. Dalam rangka mempecepat proses penyelesaian pengadaan tanah agar dapat beroperasi pada akhir Desember, KPPIP telah mengirimkan surat kepada Kepala BPN.

TINDAKLANJUT

Pemantauan upaya percepatan penyelesaian pengadaan tanah.


DESKRIPSIPROYEK

Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai provinsi Lampung. Ruas ini terletak di Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan dengan panjang total 185 km. Ruas ini terbagi kedalam tiga seksi yakni: (1) Seksi I: Terbanggi Besar – Mengala; (2) Seksi II: Menggala – Sp. Pematang; (3) Seksi III: Sp. Pematang – Kayu Agung. Ruas ini merupakan gabungan ruas Terbanggi Besar – Pematang Panggang (100 km) dan Pematang Panggang – Kayu Agung (85 km)

SIGNIFIKANSIPROYEK

Sebagai bagian dari jaringan JTTS, seksi ini penting untuk mendukung lalu lintas barang dan orang dari Pelabuhan Bakauheni. Seksi ini juga diharapkan mampu membuka akses pada daerah-daerah sekitarnya dan menunjang pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor kelapa sawit dan perkebunan karet. Selain itu, salah satu peran vital yang diharapkan adalah memotong waktu perjalanan dan biaya logistik yang menggunakan moda transportasi darat dari Pelabuhan Bakauheni menuju Sumatera Selatan dan wilayah sekitarnya sehingga mampu menunjang pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor kelapa sawit dan perkebunan karet.

JALAN TOL TERBANGGI BESAR – PEMATANG PANGGANG – KAYU AGUNG (8 RUAS TRANS SUMATERA)

04.E & F.

NilaiInvestasi : ~ Rp 21,950 Triliun (Terbanggi Besar - Pematang Panggang (100km): Rp11,865 Triliun dan Pematang Panggang - Kayu Agung (85km): Rp10,085 Triliun)


Lokasi : Lampung dan Sumatera Utara





STATUSTERAKHIR

Saat ini, ruas Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung sedang dalam tahap pengadaan tanah dan konstruksi. Kemajuan konstruksi pada ruas Terbanggi Besar – Pematang Panggang telah mencapai 86%, naik sebesar 3% dari bulan November. Sedangkan pada ruas Pematang Panggang – Kayu Agung, konstruksi telah mencapai 87%, naik sebesar 4% dibandingkan bulan sebelumya. Untuk kemajuan pengadaan tanah, pada Terbanggi Besar – Pematang Panggang mencapai 93%, sedangkan pada Pematang Panggang – Kayu Agung telah mencapai 99%.

SKEMAPENDANAAN

Pembangunan Jalan Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. PPJT untuk ruas tol ini telah ditandatangani pada Juni



Sudah tercantum Selesai Selesai 2017


Selesai Selesai Belum dimulai 96%


Penugasan BUMN N/A N/A N/A


Belum tercapai(menggunakan skema modified turnkey)

2017 2019


2016 dengan dukungan konstruksi sepanjang 83 km yang berasal dari sejumlah pembangunan jalan tol di Jawa dengan penjabaran sebagai berikut:

• Jalan Tol Semarang – Batang: 25 km

• Jalan Tol Krian – Legundi – Bunder - Manyar: 25 km

• Jalan Tol Cileunyi – Sumedang – Dawuan: 6 km

• Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevetated: 12 km

• Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Sisi Selatan : 15 km

Konstruksi jalan tol ini menggunakan skema modified turnkey untuk jangka waktu 25 tahun dengan PT Waskita Karya.

PENGADAANTANAH

Kemajuan pengadaan tanah pada Terbanggi Besar – Pematang Panggang mencapai 93% dan pada Pematang Panggang – Kayu Agung mencapai 99%.

TINDAKLANJUT

Pemantauan proses pengadaan tanah dan konstruksi.


DESKRIPSIPROYEK

Jalan Tol Palembang – Tanjung Api-Api merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai provinsi Lampung. Ruas ini adalah salah satu ruas yang terletak di Sumatera Selatan.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Ruas ini akan menjadi penghubung utama bagi arus kendaraan yang mengangkut orang maupun barang dari Palembang menuju KEK Tanjung Api-api dan pelabuhan Tanjung Api-api yang sedang dikembangkan. Kawasan KEK Tanjung Api-api ini merupakan sentra industri kelapa sawit dan industri pengolahan ekspor.

STATUSTERAKHIR

Studi Kelayakan dan AMDAL telah selesai dan disetujui. Sedangkan Surat Izin Lingkungan telah ditandatangani Bupati Banyuasin pada tanggal 27 Maret 2017. Saat ini sedang dalam proses penyusunan Basic Design dan Business Plan, dimana sedang dilakukan proses penyusunan kontrak dengan PT Buana Archicon. Saat ini, pelaksanaan Jalan Tol Palembang – Tanjung masih menunggu adanya sinkronisasi rencana pembangunan Jalan Tol Palembang – Tanjung Api-Api dengan Pelabuhan Tanjung Carat dan KEK Tanjung Api-Api. Oleh karena itu, tingkat prioritas pembangunan Jalan Tol Palembang – Tanjung Api-Api diturunkan dan ditukar dengan Jalan Tol Tebing Tinggi – Parapat.

Menindaklanjuti hasil Rapat Koordinasi Jalan Tol Palembang – Tanjung Api Api pada 8 Agustus 2018 yang membahas hal terkait penyiapan proyek Jalan Tol Palembang – Tanjung Api Api dan

04.G. JALAN TOL PALEMBANG – TANJUNG API-API (8 RUAS TRANS SUMATERA)








sinkronisasi dengan infrastruktur pendukung lain disekitarnya, KPPIP mengadakan kunjungan lapangan ke Jalan Tol Palembang – Tanjung Api Api dan beserta Pelabuhan dan KEK pendukungnya pada 19-21 September 2018. Dalam kunjungan tersebut, KPPIP menilai bahwa infrastruktur pendukung seperti KEK dan Pelabuhan masih belum siap dan diperkirankan jalan tol paling cepat konstruksi fisik pada 2020.



Sudah tercantum Selesai Selesai Sedang dalam proses penyusunan


Selesai Telah diterbitkan Belum dimulai Belum dimulai




Belum dimulai Ditargetkan mulai pada 2019 2020

SKEMAPENDANAAN

Pembangunan Jalan Tol Palembang – Tj. Api-api menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera.

PENGADAANTANAH

Saat ini sedang dalam proses survei dan perencanaan.

TINDAKLANJUT

Melakukan evaluasi kajian dalam rangka sinkronisasi rencana pembangunan jalan tol Palembang – Tanjung Api-Api dengan Pelabuhan Tanjung Carat dan KEK Tanjung Api-Api.


DESKRIPSIPROYEK

Jalan Tol Kisaran – Tebing Tinggi merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Lampung. Ruas ini adalah salah satu ruas yang terletak di Sumatera Utara.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Secara umum, dengan adanya jalan tol ini diharapkan akan meningkatkan konektivitas antar wilayah di Sumatera Utara dan memberikan opsi transportasi dengan biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan jalan yang ada saat ini dan waktu tempuh lebih cepat. Proyek ini selain dapat mempromosikan pariwisata di Tebing Tinggi, juga dapat mendukung industri aluminium yang terletak di Kabupaten Asahan serta mempermudah akses dan konektivitas ke Pelabuhan Kuala Tanjung yang merupakan pelabuhan hub internasional.

STATUSTERAKHIR

Sesuai notulen rapat tanggal 23 Agustus 2016 di BPJT, terdapat penambahan ruas dimana seksi Indrapura - Kuala Tanjung sepanjang 15 km masuk ke dalam Ruas Kisaran - Tebing Tinggi dan PPJT untuk Kuala Tanjung – Tebing Tinggi telah ditandatangani pada tanggal 22 Februari 2017. Nantinya, ruas Kuala Tanjung – Tebing Tinggi diprioritaskan untuk dibangun lebih awal untuk mengakomodasi pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung.

Saat ini, Konsultan AMDAL ruas Kuala Tanjung - Tebing Tinggi telah menandatangani kontrak untuk pengerjaan AMDAL. Sedangkan Ruas Indrapura – Kisaran, PPJT telah ditandatangani pada tanggal 29 November 2017. Saat ini, telah disampaikan revisi laporan pendahuluan

04.H. JALAN TOL KISARAN – TEBING TINGGI (8 RUAS TRANS SUMATERA)








pekerjaan DED Indrapura – Kisaran oleh PT. Yodya Karya dan sedang disusun laporan hasil survei pekerjaan DPT Indrapuram - Kisaran dengan PT. Arkonin EMP.



Sudah tercantum Selesai Selesai Ditargetkan selesai pada akhir 2018


Belum dimulai Belum dimulai Belum dimulai Belum dimulai




Belum dimulai 2017 2019

SKEMAPENDANAAN

Pembangunan Jalan Tol Kisaran – Tebing Tinggi menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. Saat ini pemerintah masih mengkaji sumber pendanaan dan bentuk dukungan pemerintah untuk seluruh ruas pada Jalan Tol Kisaran – Tebing Tinggi.

PENGADAANTANAH

Saat ini sedang dalam proses survei dan perencanaan.

TINDAKLANJUT

• Penyelesaian dokumen AMDAL untuk penerbitan Izin Lingkungan sehingga proyek dapat melanjutkan ke proses Perencanaan Pengadaan Tanah untuk ruas Kuala Tanjung – Tebing Tinggi.

• Revisi laporan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah dan perubahan ROW Plan dari Konsultan perencana DED.


DESKRIPSIPROYEK

Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Lampung. Jalan tol Medan – Aceh merupakan salah satu ruas yang menjadi prioritas pembangunan berdasarkan Surat Menteri PUPR KU.09.01-Mn/784 telah menyatakan bahwa terdapat 3 ruas tambahan yaitu (1) Medan – Banda Aceh, (2) Padang – Pekanbaru, dan (3) Tebing Tinggi - Parapat. Jalan Tol Medan – Aceh sepanjang 240 km terbagi menjadi 2 ruas jalan tol yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional, yaitu Jalan Tol Pekanbaru – Bangkinang – Payakumbuh – Bukittinggi (185km) dan Jalan Tol Bukittinggi – Padang Panjang – Lubuk Alung – Padang (80km).

SIGNIFIKANSIPROYEK

Jalan tol ini diharapkan akan meningkatkan konektivitas antar wilayah di bagian Utara Pulau Sumatera dengan menghubungkan 2 kota besar, yaitu Medan dan Banda Aceh sehingga dapat mengurangi biaya logistik dan memberikan alternatif moda transportasi dengan waktu tempuh lebih cepat

JALAN TOL BINJAI - LANGSA (110 KM), JALAN TOL LANGSA - LHOKSEUMAWE (135 KM), JALAN TOL LHOKSEUMAWE - SIGLI (135 KM), & SIGLI - BANDA ACEH (75 KM)

04.I, J, K, & L.

NilaiInvestasi : ~ Rp 75,138 Triliun (Binjai – Langsa: Rp 18,823 Triliun; Langsa – Lhokseumawe: Rp 21,765 Triliun; Lhokseumawe – Sigli: Rp 21,786 Triliun dan Sigli – Banda Aceh: Rp12,944 Triliun)


Lokasi : Riau dan Sumatera Barat





STATUSTERAKHIR

Penetapan Lokasi ruas Sigli – Banda Aceh telah terbit melalui Keputusan Gubernur No. 590/1008/2017. Penandatanganan PPJT ruas Banda Aceh – Sigli telah dilaksanakan pada 20 Juli 2018. Pada tanggal 10 Desember 2018, melalui kerjasama antara KPPIP dan Ditjen Bina Marga, telah dilaksanakan Sosialisasi Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2016 dengan mengundang pemangku kepentingan terkait pengadaan tanah Jalan Tol Sigli – Banda Aceh. Acara tersebut bertujuan untuk memastikan pemahaman yang sama diantara para penegak hukum terkait dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Selain itu, secara seremonial, Presiden telah melakukan Groundbreaking Jalan Tol Sigli – Banda Aceh pada tanggal 14 Desember 2018.



Sudah tercantum Sudah selesai pada 2012 Sudah selesai pada 2013

Ditargetkan selesai pada tahun 2018


Ditargetkan selesai pada 2018


N/A Telah terbit Penetapan Lokasi ruas Sigli – Banda Aceh




Belum dimulai Ditargetkan mulai konstruksi pada 2018

Ditargetkan beroperasi pada 2023


SKEMAPENDANAAN

Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera.

PENGADAANTANAH

Penetapan Lokasi ruas Sigli – Banda Aceh sepanjang 73 km telah terbit melalui Keputusan Gubernur No. 590/1008/2017. PPK menyampaikan bahwa sejauh ini belum ada kendala yang besar dalam hal pengadaan tanah. Pada tanggal 10 Desember 2018, telah dilaksanakan Sosialisasi Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2016 dengan mengundang pemangku kepentingan terkait pengadaan tanah Jalan Tol Sigli – Banda Aceh yang bertujuan untuk memastikan pemahaman yang sama diantara para penegak hukum terkait dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum

TINDAKLANJUT

Monitoring proses pengadaan tanah tahap 1


DESKRIPSIPROYEK

Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Lampung. Jalan tol Padang – Pekanbaru merupakan salah satu ruas yang menjadi prioritas pembangunan berdasarkan Surat Menteri PUPR KU.09.01-Mn/784 telah menyatakan bahwa terdapat 3 ruas tambahan yaitu (1) Medan – Banda Aceh, (2) Padang – Pekanbaru, dan (3) Tebing Tinggi - Parapat. Jalan Tol Padang – Pekanbaru sepanjang 240 km terbagi menjadi 2 ruas jalan tol yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional, yaitu Jalan Tol Pekanbaru – Bangkinang – Payakumbuh – Bukittinggi (185 km) dan Jalan Tol Bukittinggi – Padang Panjang – Lubuk Alung – Padang (80 km).

SIGNIFIKANSIPROYEK

Jalan tol ini merupakan salah satu ruas penghubung dalam Jalan Tol Trans Sumatera. Jalan tol sepanjang 240 km ini diharapkan akan meningkatkan konektivitas antar wilayah di Pulau Sumatera, khususnya dengan menjadi ruas penghubung wilayah Barat dengan Timur Sumatera sehingga dapat meratakan pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera.

JALAN TOL PEKANBARU - BANGKINANG - PAYAKUMBUH – BUKIT TINGGI (185 KM) & JALAN TOL BUKIT TINGGI - PADANG PANJANG - LUBUK ALUNG - PADANG (80 KM)

04.M & N.

NilaiInvestasi : ~ Rp 36,594 Triliun (Pekanbaru - Bangkinang - Payakumbuh – Bukit Tinggi: Rp 28,720 Triliun dan Bukit Tinggi - Padang Panjang - Lubuk Alung - Padang: Rp 78,740 Triliun)


Lokasi : Riau dan Sumatera Barat





STATUSTERAKHIR

PPJT Ruas Padang – Pekanbaru baru saja ditandatangani pada 18 Juli 2018. Terkait trase, saat ini PT Hutama Karya masih belum memutuskan trase antara alternatif pada seksi Sicincin – Bukittinggi karena sulitnya medan dan kondisi topografi yang sangat ekstrim. Tim konsultan sudah mengecek kondisi dilapangan dan selanjutnya dari alternatif-alternatif trase tersebut dibuat matriks perbandingan dan akan diputuskan pada rapat selanjutnya

Terkait pendanaan, JICA berencana untuk memberikan loan pada Seksi Payakumbuh – Pangkalan. Loan tersebut terdiri dari direct loan kepada PT Hutama Karya dan step loan kepada Pemerintah Indonesia. Saat ini Pemerintah Indonesia juga sedang melakukan pembicaraan dengan AIIB mengenai kemungkinan melibatkan AIIB dalam pendanaan pada sisa ruas Jalan Tol Padang – Pekanbaru.

Pada bulan Desember 2018, untuk ruas Padang – Sicincin, pengadaan tanah sudah dimulai pada seksi Padang – Lubuk Alung dari STA 0+00 hingga STA 4+00. Sedangkan sisanya saat ini masih dalam tahap pengasahan dokumen pengadaan tanah.



Sudah tercantum Sudah selesai pada 2012

Sudah selesai pada 2013





N/A Belum dimulai




Belum dimulai 2018 2023


SKEMAPENDANAAN

Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. Sejak bulan Agustus 2017, Japan International Cooperation Agency (JICA) telah menyatakan ketertarikannya dan saat ini telah disepakati bahwa JICA memberikan pinjaman yang terdiri dari direct loan kepada PT Hutama Karya dan Step Loan kepada Pemerintah Indonesia

Sedangkan terkait dengan rencana pendanaan dari AIIB, perwakilan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) telah berdiskusi dan meminta konfirmasi dari AIIB. AIIB menyampaikan bahwa keseriusannya untuk mendanai Padang – Pekanbaru. Namun PT Hutama Karya juga harus meyakinkan bahwa proses tender kontraktor menggunakan sistem International Competitive Bidding (ICB). Sebagai tindak lanjut, diharapkan PT Hutama Karya dapat menyampaikan Masterplan Trans Sumatera dalam bahasa inggris. Selain itu, PT Hutama Karya juga diminta mengirimkan dokumen ringkas untuk menjelaskan spesifik tentang ruas/bagian yang ditawarkan

PENGADAANTANAH

Penetapan Lokasi ruas Padang – Sicincin sepanjang 27 km telah terbit. Namun, dikarenakan terdapat masalah pada daerah Duku-Sicincin dimana warga menuntut adanya proses ganti rugi pada tanah yang pernah dihibahkan dan sudah dilakukan land clearing, maka telah diputuskan bahwa PT Hutama Karya mengganti trase bagian Padang - Sicincin. Pada tanggal 18 Januari 2018, telah dilakukan Rapat Pembahasan Trase Jalan Tol Bukittinggi – Padang (Seksi Padang - Sicincin), dimana telah disepakati trase baru Padang – Sicincin. Oleh karena itu, walaupun sebelumnya telah diterbitkan Penetapan Lokasi oleh Gubernur, saat ini diperlukan adanya Penetapan Lokasi baru yang mengakomodasi trase terbaru sepanjang 28 km

Selain permasalahan ketidaksetujuan nilai UGR, Direktorat Jenderal Bina Marga menyampaikan bahwa terdapat kendala dimana Pemerintah Provinsi Sumatera Barat meminta agar pengajuan Penetapan Lokasi disampaikan dan nantinya diterbitkan per kecamatan. Hal ini cukup memberatkan dari sisi teknis, khususnya apabila terdapat salah satu kecamatan yang tidak setuju. Oleh karena itu, KPPIP dalam waktu dekat akan memfasilitasi pembahasan hal tersebut dengan mengundang Ditjen Bina Marga, Pemprov Sumatera Barat, dan BPKP.

TINDAKLANJUT

Koordinasi dengan Pemprov Sumatera Barat dan Direktorat Jenderal Bina Marga mengenai isu ketidaksetujuan warga terhadap hasil appraisal dan ketentuan penerbitan Penetapan Lokasi.


DESKRIPSIPROYEK

Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai provinsi Lampung. Jalan tol Tebing Tinggi - Pematang Siantar - Parapat - Tarutung - Sibolga merupakan salah satu ruas yang menjadi prioritas pembangunan berdasarkan Surat Menteri PUPR KU.09.01-Mn/784 telah menyatakan bahwa terdapat 3 ruas tambahan yaitu (1) Medan – Banda Aceh, (2) Padang – Pekanbaru, dan (3) Tebing Tinggi - Parapat. Lingkup pekerjaan pada proyek jalan tol ini diperluas sehingga mencakup akses menuju Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Jalan tol ini diharapkan dapat meningkatkan konektivitas di Provinsi Sumatera Utara dan menjadi infrastruktur akses ke Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Danau Toba.

STATUSTERAKHIR

Saat ini proyek dalam tahap pengerjaan AMDAL dan pengajuan Penetapan Lokasi untuk ruas Kuala Tanjung – Tebing Tinggi. Terkait adanya perluasan lingkup jalan tol, PPJT Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat telah ditandatangani tanggal 22 Februari 2017 dengan membentuk anak perusahaan telah dibentuk yaitu PT Hutama Marga Waskita.

04.o. TEBING TINGGI - PEMATANG SIANTAR - PRAPAT TARUTUNG - SIBOLGA (200 KM)










Sudah tercantum Selesai Ditargetkan selesai pada 2018





N/A Ditargetkan selesai pada 2020


Penugasan BUMN Selesai pada Februari 2017

N/A N/A


Belum dimulai Ditargetkan mulai konstruksi fisik pada 2019

Ditargetkan beroperasi pada 2022

SKEMAPENDANAAN

Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. Pada ruas tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi Parapat dibentuk konsorsium PT Hutama Marga Waskita dengan komposisi saham yaitu PT Hutama Karya (40 %), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (30 %) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (30 %).

PENGADAANTANAH

Belum dimulai.

TINDAKLANJUT

Dukungan dalam pengajuan PMN dan alternatif pembiayaan lainnya untuk pemenuhan kebutuhan pendanaan


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan Jalan Tol Probolinggo – Banyuwangi sepanjang 170 km yang merupakan bagian akhir dari Jalan Tol Trans Jawa. Jalan tol ini diproyeksikan akan memiliki 2 jalur dengan desain kecepatan 80-120 km/jam.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi akan meningkatkan konektivitas di Provinsi Jawa Timur dan mendukung aktivitas transportasi dan logistik melalui penyeberangan Pulau Jawa – Pulau Bali.

STATUSTERAKHIR

Penandatanganan PPJT telah dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2017 dimana konsorsium PT Jasa Marga Probolinggo Banyuwangi (JPB) sebagai Badan Usaha pemegang konsesi. Penetapan Lokasi untuk jalan tol hingga saat ini masih belum diterbitkan oleh Gubernur Provinsi Jawa Timur.

KPPIP telah mengadakan mengadakan rapat untuk membahas permasalahan dan upaya percepatan Jalan Tol Probolinggo – Banyuwangi pada tanggal 3 Juli 2018 dan 13 Juli 2018. Dalam rapat tersebut, KPPIP mendorong agar Penetapan Lokasi akan segera diterbitkan. Selain itu, KPPIP juga mengingatkan agar pembangunan jalan tol juga mempertimbangkan regional development di sekitar jalan tol untuk membangkitkan traffic khususnya pada Seksi 3. Kemudian, berdasarkan keterangan pada Rapat Koordinasi Jalan Tol Trans Jawa pada tanggal 25 Juli 2018, PT Jasa Marga Prolinggo Banyuwangi menyampaikan bahwa saat ini masih dalam tahap konsultasi publik. Berdasarkan konfirmasi dari PPK Pengadaan Tanah, pembayaran optimis bisa dimulai dari Oktober 2018 dan konstruksi fisik bisa dimulai di Maret 2019.

Berdasarkan Rapat Koordinasi Proyek Prioritas, dilaporkan bahwa terdapat perubahan trase karena penyesuaian dengan kondisi lapangan (bangunan-bangunan penting, daerah

05. JALAN TOL PROBOLINGGO – BANYUWANGI

NilaiInvestasi : Rp 21,072 Triliun


Lokasi : Jawa Timur







Sudah tercantum N/A Selesai (2006) Belum dimulai


Selesai (2006) Sudah diterbitkan (2006) Belum diterbitkan Belum dimulai


KPBU Selesai Belum ditetapkan Belum ditetapkan


Belum dimulai 2017 Ditargetkan beroperasi pada 2019

SKEMAPENDANAAN

Proyek ini dikembangkan melalui skema KPBU. Berdasarkan pemaparan JMPB pada Rapat Koordinasi Trans Jawa pada tanggal 25 Juli 2018, terdapat perubahan komposisi kepemilikan saham, dimana hampir seluruh saham PT Waskita Toll Road yang awalnya 40% dibeli oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

PENGADAANTANAH

Penetapan Lokasi telah diterbitkan secara parsial untuk Kabupaten Probolinggo.

TINDAKLANJUT

1. Percepatan penerbitan Penetapan Lokasi untuk seluruh bagian.

2. Pengkajian upaya pengembangan wilayah di sekitar Jalan Tol Probolinggo – Banyuwangi khususnya seksi 2 dan 3.

patahan) mengakibatkan panjang jalan tol menjadi lebih pendek, yang pada awalnya 172 km menjadi 167 km. Perubahan trase ini masih dalam proses persetujuan kepada Subdit Jalan Bebas Hambatan, Ditjen Bina Marga.

Pada Desember 2018, PT JPB menyampaikan bahwa saat ini telah dimulai tender konstruksi untuk wilayah Kabupaten Probolinggo. Ditargetkan proses tender dapat selesai pada Maret 2019.


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan Jalan Tol Yogyakarta - Bawen sepanjang 71 km akan menghubungkan Jalan Tol Semarang – Solo dengan Provinsi Yogyakarta. Jalan tol ini diproyeksikan akan memiliki dua jalur dengan desain kecepatan 80-120 km/jam.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Proyek ini memiliki nilai signifikan yang besar terutama terhadap konektivitas jalan tol Trans Jawa yang sedang dibangun oleh Pemerintah. Jalan tol ini dibuat untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan arteri Yogyakarta – Bawen. Jalan tol ini juga diharapkan akan mendukung daerah perindustrian di sekitar Ungaran dan Bawen serta meningkatkan konektivitas daerah pariwisata di Kota Yogyakarta, Solo, dan Semarang, khususnya akses menuju Candi Borobudur.

STATUSTERAKHIR

Studi Kelayakan Jalan Tol Yogyakarta – Bawen telah dilaksanakan pada tahun 2008. Namun, Studi Kelayakan tersebut saat ini dinilai sudah tidak relevan sehingga diperlukan adanya pemutakhiran yang meliputi analisis finansial, hukum, market dan institusional. Oleh karena itu, KPPIP memberikan fasilitas penyusunan Outline Business Case (OBC) dan menunjuk PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory melalui proses lelang. Penyusunan OBC telah selesai pada Desember 2017.

Saat ini, BPJT sedang menyusun Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) sebagai salah satu persyaratan untuk mengajukan Penetapan Lokasi kepada Gubernur Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta.

06. JALAN TOL YOGYAKARTA – BAWEN


Skema Pendanaan : Potensi KPBU

Lokasi : D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah







Sudah tercantum Selesai pada Desember 2017

Belum dimulai Belum dimulai


Ditargetkan selesai pada April 2018 (Saat ini mengalami keterlambatan)

Belum diterbitkan Belum diterbitkan Belum dimulai


Belum ditetapkan Belum dimulai Belum ditetapkan Belum ditetapkan


Belum dimulai Ditargetkan dimulai pada 2018 2020

Kemudian, dalam rangka mempercepat proses penyiapan Jalan Tol Yogyakarta – Bawen, KPPIP telah menyelenggarakan Rapat Koordinasi Jalan Tol Yogyakarta – Bawen pada 1 Oktober 2018. Berdasarkan rapat tersebut, disepakati bahwa perlu diadakan pembahasan teknis antara Bina Marga dan Konsultan OBC dan Konsultan AMDAL. Selain itu, dalam waktu dekat disepakati akan dilakukan pertemuan dengan Gubernur Jawa Tengah dan DIY untuk memastikan dukungan dari kedua Pemerintah Provinsi tersebut

Pada tanggal 8 November 2018, KPPIP hadir dalam Rapat Sinkronisasi Jalan Tol Yogya-Bawen dengan Jalur Kereta Api – Ambarawa. Dalam rapat tersebut, KPPIP mempresentasikan proses dan hasil penetapan trase yang telah dilakukan selama penyusunan OBC Yogyakarya – Bawen. Sebagai tindak lanjut dari rapat ini, - Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan akan saling berkoordinasi dan bertukar data untuk menyinkronisasi trase jalan tol dan dengan rencana Kereta Api. Selain itu, KPPIP juga akan memfasilitasi sinkronisasi trase jalan tol dengan rencana jalur KA


SKEMAPENDANAAN

Proyek ini memiliki potensi untuk dikembangkan melalui skema KPBU

PENGADAANTANAH

Saat ini proses pengadaan tanah belum dimulai menunggu Penetapan Lokasi.

TINDAKLANJUT

• Mendorong percepatan penyelesaian Dokumen AMDAL dan DPPT

• Mengoordinasikan pertemuan dengan Kepala Daerah Provinsi Jawa Tengah dan D.I Yogykarta Koordinasi dengan Kementerian ATR/BPN terkait penerbitan rekomendasi kesesuaian tata ruang


DESKRIPSIPROYEK

Kereta api Kalimantan Timur merupakan proyek pembangunan kereta api single track sepanjang 203 km yang didukung dengan infrastruktur meliputi stasiun, jetty batubara, pelabuhan dan PLTU dengan kapasitas 15 MW. PT Kereta Api Borneo (KAB) akan mengoperasikan proyek ini. Proyek ini akan melewati Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser dan Kota Balikpapan.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Proyek ini bertujuan untuk mengurangi biaya distribusi dan waktu tempuh sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi perusahan pertambangan. Untuk meningkatkan nilai kelayakan proyek, pihak investor yaitu PT Kereta Api Borneo telah mengajukan permohonan perubahan status dari kereta api khusus menjadi kereta api umum, yang mana akan memungkinkan PT Kereta Api Borneo untuk mengangkut penumpang dan barang non-afiliasi seperti minyak kelapa sawit dan kayu.

STATUSTERAKHIR

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 3/2016 j.o Peraturan Presiden No. 56/2018 tentang percepatan penyediaan PSN, proyek ini telah dilepaskan statusnya sebagai Proyek Strategis Nasional.

07. Kereta Api Kalimantan Timur


Skema Pendanaan : Swasta


Penanggung Jawab Proyek : PT Kereta Api Borneo



B. Status Proyek Prioritas Sektor Transportasi


SKEMAPENDANAAN

Pendanaan proyek ini sepenuhnya dibiayai oleh pihak swasta, yakni PT KAB yang merupakan anak perusahaan Russian Railways. PT KAB berencana membentuk konsorsium untuk memenuhi pendanaan kelanjutan proyek.

PENGADAANTANAH

Pengadaan tanah dibagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah hutan dan non-hutan. Untuk wilayah hutan telah diperoleh Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk Survey dan Eksplorasi Jalur Kereta Api No. 41/IPPKH/PMA/2015 tanggal 19 Maret 2015 dari Kepala BKPM atas nama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sedangkan untuk wilayah non-kehutanan telah memperoleh perizinan dari pemilik lahan yang berstatus badan usaha di jalur perlintasan kereta.

TINDAKLANJUT

Pengawasan kemajuan pengembangan proyek secara berkala.





N/A N/A Selesai pada Maret 2015

Penetapan Lokasi sudah terbit


Swasta N/A N/A N/A


N/A N/A N/A


DESKRIPSIPROYEK

Proyek pembangunan Kereta Api Makassar - Parepare merupakan proyek pembangunan jalur kereta api sepanjang 142 Km yang melalui Makassar - Maros - Pangkep - Barru - Parepare. Konstruksi telah selesai dilaksanakan untuk jalur sepanjang 16,1 Km dari Km 76+200 sampai dengan Km 92+300 pada tahun 2016. Sampai dengan tahun 2018, ditargetkan akan dibangun jalur kereta api sepanjang 47,65 Km dari Km 76+200 sampai dengan Km 119+150 termasuk jalur sepanjang 4,7 Km yang menghubungkan Pelabuhan Garongkong. Jalur ini ditargetkan akan siap untuk operasional Kereta Api pada Oktober 2018.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Merupakan sarana perkeretaapian Sulawesi Selatan dimana dapat berperan sebagai sarana transportasi yang mampu mendukung permintaan angkutan penumpang dan perpindahan barang. Jalur kereta api akan menghubungkan pelabuhan di Parepare dan di Makassar.

STATUSTERAKHIR

Para peserta lelang sebagai Badan Usaha Penyelenggara (BUP) KPBU yang telah lolos prakualifikasi telah melaksanakan Aanwijzing pada tanggal 14 Agustus 2018. Per November 2018, Request for Proposal bagi calon Badan Usaha Penyelenggara KPBU telah selesai dilakukan, dimana dari 5 calon BUP, hanya 4 yang memasukkan dokumen penawaran dan saat ini masih dievaluasi oleh Tim KPBU. Pada tanggal 1 November 2018, telah dilakukan pembukaan sampul I Dokumen Penawaran (administrasi dan teknis). Sebanyak 4 peserta yang memasukkan dokumen penawaran:

08. KERETA API MAKASSAR-PARE PARE


Skema Pendanaan : APBN dan KPBU

Lokasi : Sulawesi Selatan

Penanggung Jawab Proyek : Kementerian Perhubungan




• Konsorsium PT Waskita Karya (Persero) Tbk – PT LEN Industri (Persero) – PT Waskita Toll Road

• Konsorsium Kyeryog – PT Adhi Karya (PerserO) Tbk – Korail – Korea Rail Network Authority

• Konsorsium PT WIjaya Karya (Persero) Tbk – PT Inka Multi Solusi

• Konsorsium PT PP (Persero) Tbk – PT Bumi Karsa – PT China Communication Construction Engineering Indonesia – PT Iroda Mitra

Awalnya, pemenang lelang KPBU ditargetkan dapat diumumkan pada akhir Desember 2018, namun diestimasi mundur menjadi awal 2019 karena proses evaluasi pemenang masih berproses.

Konstruksi yang saat ini sedang berjalan kontraknya, memiliki target bahwa jalur sepanjang 47,65 Km (Baruu – Palanro) akan siap untuk operasional pada akhir 2018 (jalur Km 76+200 - Km 119+150 dan jalur 4,7 Km yang menghubungkan Pelabuhan Garongkong). Target operasional sarana masih membutuhkan pembahasan lebih lanjut. Sampai dengan akhir November 2018, kemajuan konstruksi segmen tersebut telah mencapai +/- 95,38%.

Isu - isu yang perlu menjadi perhatian KPPIP salah satunya adalah proses penyelenggaraan sarana yang masih belum dimulai, sehingga walaupun prasarana telah siap untuk operasional, belum terdapat Kereta Api yang dapat beroperasi pada prasarana yang telah terbangun. Selain itu, lelang untuk operator kereta juga masih dalam tahap penyiapan.





Selesai Selesai Tidak diperlukan Penetapan Lokasi sudah terbit


APBN dan APBD Prakualifikasi KPBU sudah selesai pada Juli 2018

Availability Payment Oleh PT Penjaminan Infraastruktur Indonesia


N/A 2015 2019


SKEMAPENDANAAN

Telah diputuskan kembali bahwa pendanaan konstruksi untuk jalur dari STA 12+150 (Stasiun Mandai) sampai STA 119+150 (Stasiun Palanro) akan menggunakan dana sebesar Rp 5 Triliun yang berasal dari SBSN. Terkait dengan jalur STA 119+150 (Stasiun Palanro) sampai STA 142+000 (Parepare) dan STA 0+000 sampai STA 12+150 serta potensi koneksi ke Bandara dan Pelabuhan, akan dilakukan kajian pendanaan dengan skema KPBU (hybrid financing). Aset tanah dan infrastruktur yang telah dibangun oleh Pemerintah akan diberikan hak kelolanya melalui konsesi sebagai bentuk dukungan Pemerintah.

Sebagai kelanjutan dari market sounding yang telah dilaksanakan, porsi KPBU pada proyek ini telah memasuki Request of Proposal, deadline pengumpulan dokumen oleh para konsorsium yang telah lolos prakualifikasi adalah pada awal November 2018.

PENGADAANTANAH

Berdasarkan surat Sekretaris DJKA Kemenhub kepada Direktur Utama LMAN, kebutuhan pendanaan lahan untuk KA Makassar-Parepare pada tahun 2017 menjadi Rp 1.149,5 Milyar dari semula Rp 2.200 Milyar. Pengadaan tanah untuk proyek KA Makassar – Parepare pada lokasi yang belum dibebaskan, yakni dari STA 0+000 s/d STA 142+000 akan memanfaatkan dana pengadaan lahan dari BLU LMAN.

Pengadaan lahan yang dilakukan untuk konstruksi sepanjang 16,1 Km yang dilakukan dengan menggunakan dana APBD, sampai saat ini belum dihibahkan dari Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan kepada Kementerian Perhubungan. Proses sertifikasi tanah belum dilakukan sampai saat ini. Hal ini dapat menghambat jika akan dilakukan skema KPBU pada pembangunan KA Makassar-Parepare dimana aset jalur sepanjang 16,1 Km belum menjadi milik Kementerian Perhubungan.

Proses konstruksi juga tertunda disebabkan adanya isu lahan diantaranya adalah pemindahan makam di Kiru, Kabupaten Baru dan Pengajuan Penetapan Lokasi (Penlok) baru yang masih menunggu surat keputusan Gubernur.

TINDAKLANJUT

1. Penyelesaian konstruksi jalur rel kereta api tahap I.

2. Penelaahan kembali rasionalisasi pengalokasian biaya konstruksi untuk setiap tahunnya sampai dengan penyelesaian konstruksi.

3. Koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait untuk proses pembebasan lahan.

4. Penyelesaian lelang KPBU untuk menetapkan Badan Usaha Penyelenggara.

5. Penyelesaian lelang operator kereta.


DESKRIPSIPROYEK

Proyek Kereta Ekspres Bandara merupakan pembangunan moda transportasi alternatif menuju Soekarno-Hatta International Airport (SHIA). Pada tahun 2013, Menteri Perhubungan telah menetapkan trase Kereta Ekspres SHIA melalui Halim – Manggarai – Dukuh Atas – Tanah Abang – Pluit – SHIA. Akan tetapi, pada saat ini Kementerian Perhubungan tengah mengkaji ulang trase yang akan dilalui, dengan trase yang telah direncanakan untuk ditetapkan adalah trase dari Gambir ke SHIA.

Kereta Ekspres SHIA akan menyediakan stasiun-stasiun di dalam kota yang mudah diakses melalui jalan dan moda transportasi lainnya serta berlokasi dekat dengan pusat-pusat kegiatan komersial dan wilayah-wilayah permukiman padat serta terhubung dengan sistem transportasi MRT Jakarta dan jalur kereta lainnya. Stasiun di Bandara diharapkan akan berlokasi dekat dengan terminal-terminal penumpang dimana lokasinya dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari stasiun kereta ke terminal keberangkatan atau dari tempat pengambilan bagasi dan terminal kedatangan.

Kereta Ekspres SHIA akan mengutamakan kenyamanan dengan kapasitas untuk menyimpan bagasi penumpang, mempersingkat waktu tempuh, dan dapat diandalkan dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Tarif akan bersaing dengan moda transportasi lainnya. Kereta akan memiliki kecepatan yang lebih cepat dibandingkan dengan Kereta Jalur Komuter dan dengan pemberhentian yang lebih sedikit.

09. KERETA EKSPRES BANDARA SOEKARNO-HATTA


Skema Pendanaan : KPBU dan BUMN

Lokasi : DKI Jakarta dan Banten


RencanaMulaiKonstruksi : Belum Diketahui

RencanaMulaiOperasi : Belum Diketahui




Perda DKI Jakarta No. 1 Tahun 2014 (koridor Halim - Palmerah-SHIA);Perda DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 (rute SHIA-Manggarai)

Pra-Studi Kelayakan telah selesai dan disahkan pada 2014, namun diperlukan pembaharuan data untuk melanjutkan proyek

Belum diketahui Belum diketahui


N/A N/A Tidak diperlukan Penetapan Lokasi belum terbit

SIGNIFIKANSIPROYEK

Proyek ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan akses dari dan ke Bandara SHIA, mendukung pertumbuhan permintaan Bandara SHIA, dan mendorong ekonomi lokal dan nasional. Keuntungan ekonomi dari proyek ini diantaranya adalah mendorong peningkatan aktivitas komersial dan industri di jalur tersebut serta peningkatan lapangan kerja bagi penduduk lokal.

STATUSTERAKHIR

Pada tanggal 20 Februari 2018, KPPIP telah mengadakan rapat dengan DJKA Kemenhub terkait status Proyek KA Ekspres SHIA. Berdasarkan informasi yang diperoleh, DJKA menjelaskan bahwa proyek KA Ekspres SHIA yang tercantum dalam daftar PSN sama dengan Commuter Line jalur Dukuh Atas – Sudirman sehingga disimpulkan jika proyek telah beroperasi sebagian karena trase tersebut sama dengan trase KA Ekspres SHIA yang tercantum dalam PSN.

Pada tanggal 7 November 2018, Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan pernyataan bahwa Proyek KA Ekspress SHIA telah terealisasi atau selesai dengan pertimbangan bahwa pada tahun 2015-2017, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) telah mengembangkan KA Bandara dari SHIA ke pusat Jakarta dan menggunakan jalur KA eksisting dengan lintas pelayanan Stasiun Bandara Soekarno Hatta - Stasiun Batu Ceper - Stasiun Duri - Stasiun Bandara Baru dimana pembangunan ini sejalan dengan Perpres No. 83/2011 tentang Penugasan Kepada PT KAI untuk menyelenggarakan Prasarana dan Sarana KA Bandara SHIA dan Jalu Lingkar Jakarta - Bogor - Depok - Tangerang - Bekasi


SKEMAPENDANAAN

Proyek dikembangkan dan dioperasikan oleh PT Railink, yang merupakan anak perusahaan 2 BUMM yaitu PT KAI dan PT Angkasa Pura II – Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan pernyataan bahwa Proyek KA Ekspress SHIA telah selesai..

PENGADAANTANAH

Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan pernyataan bahwa Proyek KA Ekspress SHIA telah terealisasi atau selesai.

TINDAKLANJUT

Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan pernyataan bahwa Proyek KA Ekspress SHIA telah terealisasi atau selesai.

Penetapan Skema Pendanaan PelelanganInvestasi Dukungan

Kelayakan Penjaminan

N/A N/A N/A N/A


N/A 2015 Dinyatakan beroperasi per November 2018


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di ibukota untuk meningkatkan fasilitas transportasi umum dan mengurangi kemacetan di Jakarta. Tahap pertama dari proyek ini terdiri dari 2 fase: (1) Lebak Bulus - Bundaran HI dan (2) Bundaran HI - Kampung Bandan.

SIGNIFIKANSIPROYEK

MRT Jakarta adalah transportasi umum yang akan membantu menyelesaikan masalah kemacetan, meningkatkan mobilitas penduduk ibukota, mengurangi emisi karbon dan menciptakan lapangan kerja baru di DKI Jakarta.

STATUSTERAKHIR

Kegiatan konstruksi depo, koridor dan stasiun untuk Fase I masih terus berjalan. Perkembangan konstruksi sipil Fase I Lebak Bulus – Bundaran HI sampai dengan 30 November 2018 telah mencapai 97,52% dan +/- 95% untuk total keseluruhan pekerjaan. Masih terdapat beberapa kendala lahan yang belum dapat diakses di area Haji Nawi, Blok A, dan Sisingamangaraja untuk penyelesaian pekerjaan entrance/tangga akses masuk stasiun dan penataan kembali area stasiun. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan tersebut berdampak pada penyelesaian perizinan Sertifikat Layak Operasi (LSO).

Saat ini, fokus rencana pemgembangan Transit Oriented Development (TOD) Kampung Bandan ditunda untuk sementara waktu, sesuai dengan permintaan PT Kereta Api Indonesia

10. MRT JAKARTA JALUR UTARA-SELATAN

NilaiInvestasi : Rp 17 Triliun (Fase I) dan Rp 22,5 Triliun (Fase II)

Skema Pendanaan : APBN dan APBD Provinsi DKI Jakarta dengan Pinjaman Luar Negeri

Lokasi : DKI Jakarta

Penanggung Jawab Proyek : PT Mass Rapid Transit Jakarta

RencanaMulaiKonstruksi : 2013 (Fase I) dan 2019 (Fase II)

RencanaMulaiOperasi : 2019 (Fase I) dan 2024 (Fase II)


(PT KAI) yang sedang menyelesaikan urusan litigasi dengan para perusahaan pemegang Hak Guna Bangunan (HGB) diatas Hak Pengelolaan Lahan (HPL) milik PT KAI. PT KAI berpendapat bahwa apabila diskusi tentang TOD dilanjutkan, hal ini tidak sesuai dengan etika bisnis mereka yang memang masih memiliki ikatan kerjasama dengan para pemegang HGB. Oleh karena itu, diputuskan bahwa fokus PT MRT Jakarta saat ini hanya pembangunan depot saja.

Menjelang target operasi MRT pada Bulan April 2018, saat ini sedang dilakukan 3 (tiga) tahap uji kelayakan operasi, yang pertama yaitu pengujian Testing & Commissioning yang telah dilaksanakan sejak Agustus 2018 dan ditargetkan selesai pada Februari 2018 untuk mendapatkan catatan system perjalanan kereta. Yang kedua adalah Parallel Trial Run (akhir Desember 2018 – Februari 2019) yaitu dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait untuk mendapatkan input atas hasil uji coba. Yang terakhir adalah Full Trial Run (Februari 2019) dengan pelibatan public secara terbatas.



Sudah tercantum Fase 1: SelesaiFase 2: Selesai

Fase 1: SelesaiFase 2: Selesai

Fase 1: SelesaiFase 2: 2016-2017


Selesai Sudah diterbitkan Tidak diperlukan Penetapan Lokasi telah terbit


APBN dan APBD DKI Jakarta dengan pinjaman luar negeri

N/A N/A N/A


Selesai pada Desember 2015 Fase 1: Agustus 2013 Fase 2: 2019

Fase 1: ditargetkan selesai pada 2019Fase 2: ditargetkan selesai pada 2024


SKEMAPENDANAAN

Proyek MRT Jakarta jalur Utara – Selatan Fase I menggunakan pendanaan APBN dan APBD dengan pinjaman asing yang bersumber dari Official Development Assistance (ODA) Pemerintah Jepang sebesar Rp 14,3 Triliun. Pinjaman asing ini dibagi ke dalam tiga paket pinjaman, yaitu Paket 536 sebesar JPY 1,87 Milyar, Paket 554 sebesar JPY 48,15 Milyar dan Paket 571 sebesar JPY 75,22 Milyar.

Pada tanggal 24 Oktober 2018, telah dilakukan penandatanganan Loan Agreement untuk pembangunan Fase II (Bunderan HI – Kampung Bandan) dan Variation Order Fase I dengan total nilai pinjaman mencapai JPY70,02 Miliar atau setara dengan Rp9,46 Triliun. Pencairan dana pinjaman dilakukan secara bertahap sesuai progres yang dilakukan MRT Jakarta di lapangan.

PENGADAANTANAH

Sampai dengan 30 November 2018, terdapat kendala pembebaan lahan di beberapa lokasi yaitu:

• Area Haji Nawi sisi Barat, dimana terdapat bangunan yang belum dibongkar

• Haji Nawi sisi Timur, dimana masih dibutuhan perbaikan peta bidang di bidang taanh No. 386

• Area Blok A sisi Timur, akibat masih adanya permasalahan sengketa lahan di tanah bidang 430.1 dan 428.1 yang masih berproses di Mahkamah Agung

• Area Blok A sisi Barat, di bidang tanah 4211

• Area Sisingamangaraja dimana terdapat keberatan pembangunan akses masuk stasiun dari salah satu pemilik rumah yang terdampak.

Saat ini tengah dilakukan pembahasan khusus terkait pengadaan lahan untuk pembangunan depo MRT Jakarta di Kampung Bandan. PT KAI, sebagai pemilik lahan, telah mengirimkan surat yang pada dasarnya menyetujui penggunaan lahan sebagai depo MRT Jakarta. Akan tetapi, mekanisme penggunaan lahan tersebut masih perlu mendapatkan persetujuan para pemangku kepentingan.

TINDAKLANJUT

1. Evaluasi dan penetapan perhitungan tarif dan subsidi

2. Keputusan atas mekanisme relokasi asset dari PT MRT Jakarta kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan LRT dengan enam lintas pelayanan: (1) Cawang – Cibubur, (2) Cawang – Kuningan – Dukuh Atas, (3) Cawang – Bekasi Timur, (4) Dukuh Atas – Senayan, (5) Cibubur – Bogor, dan (6) Palmerah – Bogor. LRT ditargetkan untuk beroperasi pada tahun 2018 sejalan dengan perhelatan kompetisi olahraga Asian Games 2018 yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Sebagai upaya untuk mengurangi kemacetan di wilayah DKI Jakarta, pembangunan LRT dibutuhkan untuk menyediakan sarana transportasi umum untuk masyarakat sehingga penggunaan kendaraan bermotor pribadi dapat menurun.

STATUSTERAKHIR

Kemajuan konstruksi lintas pelayanan 1-3 per tanggal 14 Desember 2018 telah mencapai 54,637% dengan rincian per segmen:

i. Cawang – Cibubur: 75,114%

ii. Cawang – Dukuh Atas: 43,352%

iii. Cawang – Bekasi Timur: 63,015%

iv. Depo: 2,099%

11. LIGHT RAIL TRANSIT JAKARTA, BOGOR, DEPOK DAN BEKASI

NilaiInvestasi : Rp 23 Triliun


Lokasi : DKI Jakarta dan Jawa Barat





Dalam pelaksanaan konstruksi yang sedang berlangsung terdapat beberapa isu yang perlu diselesaikan sehingga kecepatan kemajuan konstruksi dapat ditambah diantaranya adalah,

• Belum adanya penetapan lokasi oleh Gubernur DKI Jakarta.untuk lintas pelayanan Cawang – Kuningan – Dukuh Atas dan Ruas Setiabudi – Dukuh Atas. Dimana keputusan ini masih perlu dibahas antara Menteri Perhubungan dan Gubernur DKI Jakarta;

• PT KAI belum mengirimkan spesifikasi peralatan untuk Depo;

• Belum adanya penetapan trase untuk lintas pelayanan Dukuh Atas – Palmerah – Senayan, Cibubur – Bogor, dan Palmerah – Grogol oleh Menteri Perhubungan.

Pada akhir November 2018, PT Adhi Karya mengonfirmasi kembali pernyataan bahwa pembangunan proyek LRT Jabodebek tidak ditunda melainkan diatur kembali jadwal pembangunannya menjadi pukul 22.00 – 05.00.



Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai sebagian (DED belum disetujui oleh Kementerian Perhubungan)


Lintas pelayanan 1-3: Selesai

Lintas pelayanan 1-3: Selesai

Lintas pelayanan 3 berpotensi untuk direvisi

Tidak diperlukan Penetapan Lokasi sudah terbit




N/A Kuartal III 2015-Kuartal I 2019 Ditargetkan selesai pada kuartal II 2019


SKEMAPENDANAAN

Pembangunan proyek LRT menggunakan skema penugasan kepada PT Adhi Karya melalui penerbitan Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2015 j.o. Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2016 j.o. Peraturan Presiden No. 49 Tahun 2017. Terkait sumber dan skema pendanaan penugasan kepada PT Adhi Karya, saat ini Pemerintah sedang mengkaji beberapa opsi sumber pendanaan dan mekanisme pembayaraan untuk mengurangi beban anggaran bagi Pemerintah (APBN).

PENGADAANTANAH

Pembangunan proyek ini memanfaatkan ruang milik jalan. Izin Prinsip oleh Gubernur DKI Jakarta untuk lintas pelayanan 1-3 telah dikeluarkan.

Penetapan Lokasi untuk lokasi depo dibutuhkan segera dan oleh karenanya Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah perlu segera diselesaikan untuk seluruh area depo.

TINDAKLANJUT

1. Koordinasi penetapan lokasi jalur Setiabudi – Dukuh Atas oleh Gubernur DKI Jakarta;

2. Penyelenggaraan sarana oleh PT KAI;

3. Penetapan trase untuk lintas pelayanan 4 (Dukuh Atas – Palmerah – Senayan), lintas pelayanan 5 (Cibubur – Bogor) dan lintas pelayanan 6 (Palmerah – Grogol).

4. Monitoring revisi jadwal konstruksi segmen Cawang - Bekasi Timur dalam upaya penurunan tingkat kemacetan di Cikampek.


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Palembang, Sumatera Selatan untuk mendukung penyediaan angkutan umum massal. Lintas pelayanan LRT dimulai dari stasiun Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II hingga Jakabaring Sport City. LRT ditargetkan untuk beroperasi pada Agustus 2018 dalam rangka mendukung perhelatan kompetisi olahraga Asian Games 2018.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Kota Palembang adalah salah satu kota besar di Indonesia yang tengah bertumbuh pesat. Keberadaan transportasi umum massal diperlukan sebagai upaya preventif prediksi peningkatan kepadatan lalu lintas di Kota Palembang.

STATUSTERAKHIR

Pada tanggal 1 Agustus 2018, LRT Sumsel resmi beroperasi dan berbayar dengan tarif jarak pendek Rp 5.000 per jalan dan Rp. 10.000 per jalan untuk jarak jauh (Jakabaring – Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin).

Dalam bulan operasi pertama, operasi LRT Sumsel sempat beberapa kali berhenti di tengah perjalanan akibat gangguan instalasi listrik. Hingga akhir bulan Agustus 2018, tercatat total penumpang yang telah menggunakan LRT Sumsel mencapai lebih dari 190.000 penumpang.

Per 21 Desember 2018, kemajuan konstruksi telah mencapai 98,9%. Konstruksi yang belum selesai meliputi pembangunan akses Stasiun Garuda Dempo, Stasiun Dishub dan akses utama depo. Seluruh pembangunan ditargetkan selesai paling lambat pada Bulan April 2019.

12. LIGHT RAIL TRANSIT SUMATERA SELATAN










Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai sebagian (DED belum disetujui oleh Kementerian Perhubungan)


Selesai pada 2013 Selesai Tidak diperlukan Penetapan Lokasi sudah terbit




N/A Kuartal III 2015-Kuartal III 2018 Agustus 2018

SKEMAPENDANAAN

Pembangunan proyek LRT menggunakan skema penugasan kepada PT Waskita Karya melalui penerbitan Peraturan Presiden No. 116 Tahun 2015 j.o. Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2016.

PENGADAANTANAH

Lahan yang dibutuhkan untuk proyek ini adalah milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Angkasa Pura II serta memanfaatkan ruang milik jalan.

Sampai dengan akhir Desember 2018, pembebasan lahan untuk pembangunan akses Stasiun Garuda Dempo sudah hampir selesai, tinggal menunggu dikeluarkannya surat persetujuan resmi penggunaan tanah Korem 044 Garuda Dempo milik TNI. Sedangkan untuk akses Stasiun Dishub, konstruksi pembangunan akses belum dapat dilaksanakan karena berdasarkan hasil tes pit, terdapat utilitas saluran Utama PDAM, saluran kota, kabel tegangan menengah, dan kabel optik

TINDAKLANJUT

1. Monitoring operasi rolling stock oleh PT KAI.

2. Monitoring penyelesaian pekerjaan konstruksi akses stasiun dan akses utama depo.


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan jaringan kereta api ringan (light rail transit/LRT) di Wilayah DKI Jakarta dengan total tujuh koridor meliputi: (1) Kebayoran Lama – Kelapa Gading, (2) Pulo Mas – Tanah Abang, (3) Joglo – Tanah Abang, (4) Puri Indah – Tanah Abang, (5) Pesing – Kelapa Gading, (6) Ancol – Kemayoran, dan (7) Bandara Soekarno-Hatta – Kemayoran.

SIGNIFIKANSIPROYEK

LRT DKI Jakarta merupakan transportasi umum dengan total panjang jalur ~100 km. Proyek akan membantu menyelesaikan masalah kemacetan, meningkatkan mobilitas penduduk ibukota, mengurangi emisi karbon dan menciptakan lapangan kerja baru di Wilayah DKI Jakarta.

STATUSTERAKHIR

Saat ini tengah dilakukan kegiatan konstruksi untuk koridor 1 fase 1 (Kelapa Gading – Velodrome) sepanjang 5,8 km oleh PT Wijaya Karya, dan telah mencapai +/- 92% per 15 Desember 2018. Sedangkan untuk kesiapan SDM telah mencapai 73%, kesiapan badan usaha 74% dan pengadaan sarana 99%.

Sempat terjadi penurunan progres konstruksi karena terdapat perubahan urutan pekerjaan fisik di lapangan dan faktor cuaca yang kurang mendukung. Uji coba terakhir ditargetkan pada Bulan Januari 2019.

Saat ini Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan evaluasi atas usulan tarif dan Public Service Obligation (PSO) untuk proyek ini, dalam prosesnya terdapat dua dasar

13. PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN UMUM DI WILAYAH PROVINSI DKI JAKARTA/LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DKI JAKARTA


Skema Pendanaan : Penugasan kepada BUMD (PT Jakarta Propertindo)


Penanggung Jawab Proyek : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

RencanaMulaiKonstruksi : 2016 (Koridor 1 Fase 1)

RencanaMulaiOperasi : 2019 (Koridor 1 Fase 1)


perhitungan yang sedang dikaji yang pertama adalah perhitungan tarif dan PSO yang telah dilaksanakan oleh konsultan PT Jakpro dengan pendekatan bisnis korporasi yang berorientasi pada return sedangkan yang kedua adalah perhitungan tarif dan PSO dengan dasar Peraturan Menteri Perhubungan No. 17/2018 tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang Dengan Kereta Api.

Telah dibentuk PT LRT Jakarta yang nantinya akan bertanggungjawab atas operasi sarana proyek ini.

Saat ini sedang dilakukan uji dinamis sampai dengan akhir tahun untuk mendapatkan record pengoperasian kereta dan prasarana. Hal ini ditujukan untuk meminimalkan risiko operasi dan menyusun rencana mitigasi risikonya.



Sudah tercantum Koridor 1 Fase 1: Selesai Koridor 1 Fase 1: Selesai Koridor 1 Fase 1: Selesai


Selesai Koridor 1 Fase 1: Sudah diterbitkan

Tidak diperlukan Penetapan Lokasi telah terbit


Koridor 1 Fase 1: APBD DKI Jakarta

N/A N/A N/A


Persetujuan Penyertaan Modal Daerah (PMD) 2018 ditargetkan pada Desember 2017

Koridor 1 Fase 1: 2016 Koridor 1 Fase 1: 2019


SKEMAPENDANAAN

Pelaksanaan proyek mengacu pada Peraturan Presiden No. 99 Tahun 2015 j.o. Peraturan Presiden No. 79 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Oleh karenanya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat menugaskan pembangunan prasarana perkeretaapian kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 154 Tahun 2017 tentang Penugasan kepada PT Jakarta Propertindo untuk Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana LRT Jakarta, lingkup penyelenggaraan prasarana (pembangunan, operasi dan pemeliharaan serta pengusahaan) dan sarana (pengadaan, operasi dan pemeliharaan serta pengusahaan) LRT DKI Jakarta dilakukan oleh PT Jakarta Propertindo.

Melanjuti penerbitan Peraturan Presiden tersebut, pendanaan proyek, khususnya untuk Koridor 1 Fase 1 bersumber dari APBD Provinsi DKI Jakarta dan diteruskan kepada PT Jakarta Propertindo selaku BUMD melalui PMD.

PENGADAANTANAH

Saat ini belum dibutuhkan pengadaan tanah mengingat Koridor 1 Fase 1 terdiri atas enam stasiun layang yang menggunakan median jalan raya dan satu depo untuk pemeliharaan kereta di atas lahan yang dimiliki oleh PT Jakarta Propertindo.

TINDAKLANJUT

1. Penetapan tarif dan subsidi.

2. Pelaksanaan konstruksi dan pengadaan sarana oleh PT Jakarta Propertindo.

3. Finalisasi Perjanjian Penyelenggaraan dan Izin Usaha Prasarana.


DESKRIPSIPROYEK

Pengembangan pelabuhan di Kuala Tanjung menjadi pelabuhan hub internasional sebagai pintu masuk ke wilayah barat Indonesia. Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan pada tahun 2015, pengembangan pelabuhan akan meningkatkan volume arus petikemas hingga 12,4 juta TEUs pada tahun 2039.

Peningkatan volume arus petikemas ini berasal dari permintaan yang berasal dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei hingga Provinsi Jambi dan diasumsikan bahwa pelabuhan akan memperoleh tambahan permintaan dari empat pelabuhan kompetitor yaitu Port of Singapore, Port of Tanjung Pelepas, Port Klang dan Pelabuhan Penang.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Dengan hub internasional diharapkan Indonesia dapat menikmati demand pelabuhan yang selama ini dinikmati oleh Singapura dan Malaysia. Berdasarkan dari Rencana Induk Pelabuhan Kuala Tanjung Tahun 2012, pembangunan pelabuhan ini akan mengakomodir kargo untuk mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei dan Pelabuhan Belawan.

STATUSTERAKHIR

Peraturan Presiden tentang Penugasan PHI Kuala Tanjung kepada Pelindo I telah diundangkan pada tanggal 17 September 2018, dalam Perpres tersebut disampaikan bahwa perjanjian konsesi perlu untuk diselesaikan dalam 3 (tiga) bulan sejak Perpres diundangkan.

14. PELABUHAN HUB INTERNASIONAL KUALA TANJUNG

NilaiInvestasi : Estimasi Rp 30 Triliun

Skema Pendanaan : Potensi Penugasan BUMN



RencanaMulaiKonstruksi : 2019 (Tahap 2 & 3)

RencanaMulaiOperasi : 2022 (Tahap 2 & 3


PertanggalDesember2018,berikutadalahstatuskemajuanpembangunanfisikterminalmultipurpose:

1. Sipil Sisi Laut – 100%

2. Sipil Sisi Darat – +/- 98,78%

3. Mechanical, Electrical/Instrument – 96,78% (General Cargo) dan 92,76% (Instrumentasi Scada Curah Air)

Pada tanggal 27 Desember 2018, Pelindo I telah melaksanakan kegiatan pengapalan perdana ekspor sebanyak 180 box atau 205 TEUs di Kuala Tanjung Multipurpose Terminal (KTMT) yang mana merupakan bagian dari fase I pembangunan PHI Kuala Tanjung. KTMT ditargetkan beroperasi penuh pada Maret 2019.



Sudah tercantum Sudah selesai pada Desember 2016

Tahap 1: Sudah selesai

Tahap 2: Ditargetkan selesai pada kuartal IV 2017

Tahap 1: Sudah selesai

Tahap 2: Ditargetkan dimulai pada 2018


Tahap 2: Ditargetkan diperoleh pada 2018

Tahap 2: Ditargetkan diperoleh pada 2018

N/A Tahap 1: Sudah terbit

Tahap 2 & 3: Penetapan Lokasi belum terbit


Potensi Penugasan BUMN

N/A N/A N/A


N/A Tahap 1: Telah dimulai

Tahap 2 & 3: Ditargetkan dimulai pada kuartal III 2019

Tahap 1: 2018

Tahap 2 & 3: Ditargetkan beroperasi pada 2022


SKEMAPENDANAAN

OBC yang telah disusun merekomendasikan bahwa Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung dilakukan dengan skema bundling antara penyelenggaraan pelabuhan dan kawasan industri untuk meningkatkan daya tarik bagi Badan Usaha. Namun, seiring perkembangan dan konsolidasi di tingkat teknis oleh seluruh pemangku kepentingan terkait, telah disepakati agar proyek dapat dikembangkan dengan skema landlord dengan didahului penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan mengingat terdapat dua unsur kementerian teknis yang terlibat dan diperlukan lead penanggung jawab proyek dalam pengembangan area pelabuhan dan kawasan industri. Selanjutnya, pelaksanaan pengembangan direkomendasikan melalui penugasan kepada PT Pelindo I selaku master developer area pelabuhan. Pengembangan kawasan industri akan dipisah dan akan dikoordinasikan langsung oleh Kementerian Perindustrian berdasarkan hasil Rapat Komite KPPIP. Secara paralel, tengah dilakukan penyusunan Peraturan Presiden sebagai landasan hukum pelaksanaan proyek.

PENGADAANTANAH

Berdasarkan hasil OBC, pengadaan tanah diestimasi membutuhkan pendanaan sebesar Rp 14,1 Triliun untuk lahan seluas 5.123 ha. Dengan skema KPBU porsi Pemerintah adalah sebesar 3000 ha dan porsi Badan Usaha adalah sebesar 2.123 ha.

Saat ini, Pelindo I, bersama dengan Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, LMAN dan KPPIP tengah mendiskusikan tahap-tahap apa saja yang perlu disiapkan agar pengadaan tanah pembangunan proyek dapat dilakukan melalui anggaran LMAN.

TINDAKLANJUT

1. Penyiapan dokumen sebagai dasar penyusunan perjanjian konsesi.

2. Evaluasi usulan pengadaan tanah melalui LMAN.


DESKRIPSIPROYEK

Pelabuhan ini dipilih sebagai Pelabuhan Hub Internasional di Kawasan Timur Indonesia dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan di Wilayah Timur Indonesia memiliki potensi lebih tinggi dibandingkan dengan Wilayah Barat Indonesia;

2. Dinamika logistik di Wilayah Timur Indonesia diharapkan bertumbuh secara eksponensial.

Pembangunan proyek ini direncanakan dikembangkan melalui 3 tahapan, Jangka Pendek (2015-2019), Jangka Menengah (2020-2024) dan Jangka Panjang (2025-2034).

Berikut detail rencana pengembangan Pelabuhan Hub International Bitung:

No Uraian Jangka Pendek2015-2019

JangkaMenengah2020–2024

Jangka Panjang2025 - 2034

1 Terminal Multipurpose

• Penataan CY/Depo

• Perbaikan dermaga

• Tahap 1: Sudah selesai

• Tahap 2: Ditargetkan selesai pada kuartal IV 2017

• Replacement dermaga• Peralatan B/M• Konversi kegiatan ke

petikemas

2 Terminal Petikemas • Pembangunan dermaga petikemas

• Reklamasi CY

• Perluasan CY ke lokasi ASDP

• Penambahan dermaga

• Penambahan CY• Penamabahn alat

B/M

• Penambahan peralatan• Penataan

15. PELABUHAN HUB INTERNASIONAL BITUNG

NilaiInvestasi : Estimasi Rp 34 Triliun

Skema Pendanaan : Potensi KPBU

Lokasi : Sulawesi Utara

Penanggung Jawab Proyek : PT Pelindo IV


RencanaMulaiOperasi : 2018 (Jangka Pendek)


3 Lokasi Tanjung Merah (KEK Bitung)

• Pembebasan lahan

• Pembangunan dermaga multipurpose, Pelra,

• Penambahan peralatan B/M

• Lapangan penumpukan, tangki, dll

• Pembangunan Dry Port

• Penambahan dermaga, lapangan, tangki, stock pile, gas, dll

SIGNIFIKANSIPROYEK

Pelabuhan ini akan mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung yang dinyatakan sebagai salah satu proyek prioritas Pemerintah Daerah. Di samping itu, keberadaan Pelabuhan Hub Internasional Bitung juga akan mendukung kegiatan industri kawasan timur Indonesia meliputi Ambon dan Ternate (pertanian, industri dan pertambangan) serta Samarinda, Balikpapan, Tarakan dan Nunukan (batubara, minyak bumi dan kayu lapis).

STATUSTERAKHIR

Sampai dengan akhir Oktober 2018, status kemajuan pekerjaan Jangka Pendek yaitu, reklamasi dan pembangunan lapangan penumpukan 5 Ha, pembangunan dermaga 4.585 m2 dan pembangunan trestle 851 m2 telah mencapai +/- 100%.

Berdasarkan informasi terakhir dari Pelindo IV, pengembangan pelabuhan eksisting akan segera dioperasikan, status terakhir Pelindo IV telah mengirimkan surat kepada Kantor Syahbandar dan Otorita Pelabuhan untuk mendapatkan izin operasi dermaga.



Sudah tercantum Dalam tahap l pengembangan OBC

Belum ditentukan Ditargetkan dimulai pada kuartal II 2018


Belum ditentukan Belum ditentukan N/A Penetapan Lokasi belum terbit


SKEMAPENDANAAN

Untuk pembangunan jangka pendek (2015-2019) atau pengembangan Pelabuhan Bitung Eksisting tengah berlangsung dan akan segera diooperasikan oleh PT Pelindo IV.

Sedangkan untuk pembangunan Jangka Menengah (2020 – 2024) dan Jangka Panjang (2025 – 2034) masih belum ditentukan skema pendanaannya. Namun, berdasarkan hasil OBC KPPIP, pengembangan tersebut berpotensi untuk menggunakan Skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU).

PENGADAANTANAH

Saat ini proses pengadaan tanah belum dimulai dan masih menunggu hingga studi selesai.

TINDAKLANJUT

Diskusi rencana dan strategi peningkatan market pada pelabuhan.


Potensi KPBU N/A N/A N/A


N/A 2015 (Jangka Pendek) 2018 (Jangka Pendek)


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan pelabuhan dengan terminal kontainer dan perkiraan kapasitas sebesar 7,5 juta TEU. Perkiraan kapasitas mempertimbangkan potensi pertumbuhan demand di wilayah timur Jawa Barat.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Pembangunan pelabuhan ini merupakan strategi Pemerintah untuk mengurangi kelebihan kapasitas di Pelabuhan Tanjung Priok. Pembangunan Pelabuhan Patimban ini diharapkan juga dapat menjadi stimulator pengembangan wilayah di daerah Subang.

STATUSTERAKHIR

Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara JICA, Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan terkait dengan pembangunan jalan akses menuju Pelabuhan Patimban telah dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2018. Penandatanganan paket konstruksi dilakukan untuk jalan akses sepanjang 8,2 km dengan nilai Rp 1,2 triliun (termasuk paket supervisi). Konstruksi akan dilakukan oleh kerja sama operasi Shimizu-PT PP-Bangun Cipta Konstruksi selama 18 bulan. Posisi JICA adalah sebagai pemberi dana pinjaman dan Kementerian Perhubungan selaku pengelola Pelabuhan Patimban.

16. PELABUHAN PATIMBAN


Skema Pendanaan : APBN dengan Pinjaman Luar Negeri, APBD dan Swasta

Lokasi : Jawa Barat



RencanaMulaiOperasi : 2019 (Tahap 1)


Pembangunan jalan akses ini dilatarbelakangi oleh Perjanjian Kerjasama dengan Pemerintah Jepang yang menyatakan bahwa sebelum konstruksi pembangunan pelabuhan dilaksanakan, perlu dilakukan pembangunan infrastruktur pendukung, diantaranya, akses jalan dari jalan nasional dan Jalan Tol Subang (Cikopo-Palimanan).

Saat ini, pembangunan jalan akses yang menghubungkan jalan nasional dengan pelabuhan peti kemas akan segera dilaksanakan, namun membutuhkan persetujuan Penggunaan Sementara dari LMAN atas nama Kementerian Keuangan kepada Kementerian Perhubungan. Status terakhir terkait tahap ini, Satker Patimban bersama dengan Kementerian ATR/BPN akan menyusun Berita Acara Serah Terima (BAST) Pekerjaan Pengadaan Tanah sebagai syarat dikeluarkannya persetujuaan Penggunaan Sementara tersebut. BAST ditargetkan selesai sebelum akhir Desember 2018.



Sedang proses September 2015 Selesai Desember 2015 Sedang disusun


Selesai pada Februari 2017

Diterbitkan pada Februari 2017

N/A Penetapan Lokasi telah terbit


Tahap 1: APBN dengan pinjaman luar negeri

Tahap 2 dan 3: KPBU dan swasta

N/A N/A N/A


N/A Ditargetkan dimulai pada akhir 2018

Ditargetkan selesai pada Juli 2019


SKEMAPENDANAAN

Skema pendanaan untuk Tahap 1 akan dilakukan dengan APBN dengan pinjaman luar negeri (ODA Loan). Tahap 2 dan 3 berpotensi menggunakan skema KPBU. Terkait dengan pendanaan tahap 1, saat ini tengah dilakukan pembahasan tanggapan para pemangku kepentingan mengenai Exchange of Notes yang merupakan rangkaian proses menuju penyusunan Loan Agreement antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang. Penandatanganan Loan Agreement telah dilaksanakan pada November 2017. Untuk persiapan Loan Agreement tahap 1-2, dokumen kesiapan sedang difinalisasi dan akan segera dikirimkan kepada Kementerian PPN/BAPPENAS agar dapat diikutsertakan dalam penerbitan Greenbook.

PENGADAANTANAH

Sampai dengan tanggal September 2018, dari 120 bidang tanah jalan akses 80 bidang tanah telah dibayarkan kepada pemilik lahan dengan total nilai mencapai Rp30,7 Miliar.

Terkait dengan kebutuhan tambahan anggaran pengadaan tanah sebesar +/- Rp362 Miliar yang direncanakan diperoleh melalui relokasi anggaran Sektor Pereketaapian di LMAN, hal tersebut tidak jadi dilaksanakan dan akan menggunakan anggaran dari LMAN kepada Pelabuhan Patimban pada TA 2019, yang saat ini sudah selesai proses fiksasi penganggarannya.

TINDAKLANJUT

1. Proses lelang Badan Usaha Pelabuhan.

2. Koordinasi pelaksanaan konstruksi tahap 1.

3. Koordinasi dikeluarkannya BAST Pekerjaan Pengadaan Tanah sebagai syarat dikeluarkannya persetujuan Penggunaan Sementara dari LMAN atas nama Kementerian Keuangan agar konstruksi dapat segera dimulai.


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan Inland Waterways/CBL bertujuan untuk mengoptimalkan potensi jalur kanal sungai sebagai alternatif transportasi logistik. Optimalisasi ini akan menghubungkan area off-the-road Pelabuhan Tanjung Priok dengan area hinterland.

Dalam tahap 1, sistem transportasi kanal akan menggunakan kanal eksisting yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yaitu Cikarang – Bekasi – Laut melewati Marunda, Jakarta Utara. Sedangkan untuk tahap 2, PT Pelindo II berencana menambahkan rute kanal dari Tanjung Priok menuju Cikampek dimana kanal akan menghubungkan arus logistik dari Tanjung Priok menuju kawasan industri Cibitung-Cikarang di Bekasi serta di Cikampek, Karawang.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Pembangunan Inland Waterways/CBL diharapkan dapat mengurangi kepadatan arus logistik jalur darat dari kawasan industri Cikarang dan Karawang menuju Pelabuhan Tanjung Priok.

STATUSTERAKHIR

Berdasarkan hasil rapat koordinasi pada tanggal 5 Desember 2018, BPTJ bersama dengan Kementerian Perhubungan dan KPPIP akan membantu Pelindo II dalam mengoordinasikan penyusunan master schedule penyediaan proyek untuk menjalankan amanat Perpres No. 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN dan Perpres No. 55/2018 tentang Rencana Induk Transportasi Jabodetabek dimana Proyek Inland Waterways/CBL perlu mencapai target konstruksi/financial close pada Q3 2019.

17. INLAND WATERWAYS/CIKARANG-BEKASI-LAUT



Lokasi : DKI Jakarta dan Jawa Barat

Penanggung Jawab Proyek : PT Pelindo II






Sudah tercantum kecuali dalam Kabupaten Bekasi

Selesai pada bulan Februari 2015

Selesai pada Juni 2016 Belum ditentukan


Belum ditentukan Belum ditentukan Tidak diperlukan Belum ditentukan


Potensi penugasan BUMN

N/A N/A N/A


N/A Ditargetkan dimulai di 2019 Ditargetkan beroperasi pada 2021

SKEMAPENDANAAN

Pembiayaan proyek menggunakan anggaran internal PT Pelindo II namun terdapat rencana untuk penugasan secara resmi kepada PT Pelindo II atau menggunakan skema KPBU.

PENGADAANTANAH

Pembangunan proyek dibagi menjadi dua tahapan. Tahap pertama, pengembangan kanal sepanjang 40 km dari Tanjung Priok menuju Kawasan Industri Cikarang yang memanfaatkan jalur kanal yang pernah dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tidak dibutuhkan pengadaan lahan untuk proyek ini, namun perlu dilakukan pengerukan kanal dan renovasi jembatan penyeberangan. Sedangkan untuk tahapan kedua, yang merupakan penambahan rute kanal sepanjang 42 km dari Tanjung Priok menuju Cikampek, dibutuhkan pengadaan lahan seluas 300 ha yang rencananya akan digunakan untuk pembangunan dermaga tongkang. Berdasarkan hasil kunjungan lapangan, kepemilikan lahan pada lokasi rencana dermaga tongkang merupakan tanah dengan hak milik warga dan pengembang perumahan.

TINDAKLANJUT

1. Penyelesaian revisi studi kelayakan proyek oleh PT Pelindo II

2. Penyelesaian izin Tata Ruang dan rekomendasi Kesesuaian Tata Ruang Baru


DESKRIPSIPROYEK

Palapa Ring Broadband adalah proyek pembangunan jaringan serat optik di 57 kabupaten/kota yang merupakan daerah terpencil dengan kontur geografis yang sulit dan potensi pengguna yang relative kecil sehingga dapat tercipta tulang punggung sistem telekomunikasi nasional yang menjangkau seluruh 514 kabupaten/kota.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Penyediaan jaringan serat optik bertujuan untuk pembangunan salah satu upaya Pemerintah untuk memenuhi target RPJMN 2015-2019 dengan menyediakan akses broadband yang berkualitas secara merata di seluruh Indonesia. Dengan terciptanya akses komunikasi yang lebih baik dengan proyek ini, maka diharapkan akan tercipta pemerataan dan kemudahan akses telekomunikasi-informasi, membuka peluang usaha dan lapangan pekerjaan berbasis internet (e-commerce), meningkatkan efisiensi dan efektifitas system kerja, dan meningkatkan kompetensi untuk berkompetisi di pasar global.

18. PALAPA RING BROADBAND


Skema Pendanaan : Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)

Lokasi : Seluruh Indonesia

Penanggung Jawab Proyek : Kementerian Komunikasi dan Informatika

RencanaMulaiKonstruksi : Paket Barat dan Tengah pada Kuartal 1 2016 dan Paket Timur pada Kuartal 1 2017

RencanaMulaiOperasi : Paket Barat telah beroperasi pada Maret 2018, Paket Tengah pada pertengahan 2018, Paket Timur pada akhir 2018

c. Status Proyek Prioritas Sektor Telekomunikasi


STATUSTERAKHIR

Paket Barat: telah selesai dan beroperasi pada Maret 2018. Uji coba secara komersial telah selesai pada Agustus 2018.

Paket Tengah: Sampai dengan bulan November 2018, konstruksi fisik telah mencapai 99,49%.

Paket Timur: Konstruksi fisik telah mencapai 84%.

Pada Paket Timur terdapat isu terkait pengecualian AMDAL yang melewati kawasan konservasi laut (kawasan lindung). Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunggu rekomendasi dari pengelola kawasan sebelum dapat memberikan memberikan pengecualian.



Selesai Selesai Selesai Selesai


Tidak dibutuhkan Tidak dibutuhkan. Tidak dibutuhkan Tidak dibutuhkan


Selesai Paket Barat dan Tengah pada Juli 2015.

Paket Timur pada Januari 2016.

Paket Barat dan Tengah pada Maret 2016.

Paket Timur pada Februari 2017.

Paket Barat dan Tengah pada Maret 2016.

Paket Timur pada Februari 2017.


Paket Barat pada Agustus 2016.

Paket Tengah pada September 2016.

Paket Timur pada Maret 2017.

Paket Barat pada Agustus 2016.

Paket Tengah pada September 2016.

Paket Timur pada Maret 2017.

Paket Barat telah beroperasi pada Maret 2018.Paket Tengah pada Kuartal 4 2018.

Paket Timur pada Kuartal 1 2019.


SKEMAPENDANAAN

Proyek Palapa Ring menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dimana Kementerian Komunikasi dan Informatika menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama. Selain itu, proyek tersebut juga memperoleh penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia dan dukungan kelayakan dalam bentuk pembayaran ketersediaan layanan (availability payment).

PENGADAANTANAH

Terkait Paket Timur, terdapat hambatan pengadaan tanah di daerah yang tidak memiliki Kanwil BPN. Untuk menanggulangi hal tersebut, Kementerian Kominfo sebagai PJPK telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat terdampak.

TINDAKLANJUT

Pemantauan proses konstruksi dan pengadaan Project Management Unit (PMU) untuk proyek Palapa Ring.


DESKRIPSIPROYEK

PLTU Batang atau Central Java Power Plant (CJPP) adalah proyek pembangkit listrik tenaga uap ultra critical sebesar 2 x 1.000 MW di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. PLTU Batang akan dibangun oleh Special Purpose Vehicle (SPV) PT Bhimasena Power Indonesia yang beranggotakan J-POWER (34%), Adaro (34%), dan Itochu (32%). Proyek ini telah mendapatkan penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) dan Pemerintah Pusat untuk risiko politik dan force majeure.

SIGNIFIKANSIPROYEK

PLTU Batang atau Central Java Power Plant (CJPP) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Pulau Jawa dan merupakan bagian dari program penyediaan listrik 35.000 MW. Sebagai salah satu pilot project KPBU pertama dan terbesar di Indonesia, PLTU Jawa Tengah memiliki peran strategis untuk mendorong keterlibatan investasi swasta dalam pembangunan infrastruktur.

19. CENTRAL JAVA POWER PLANT (PLTU BATANG)


Skema Pendanaan : KPBU dengan IPP PT Bhimasena Power Indonesia

Lokasi : Batang, Jawa Tengah

Penanggung Jawab Proyek : PT PLN



D. Status Proyek Prioritas Sektor Ketenagalistrikan


STATUSTERAKHIR

PLTU Jawa Tengah telah mencapai Financial Closing pada tanggal 6 Juni 2016. Saat ini proyek sudah memasuki tahap persiapan untuk konstruksi fisik. PT BPI mulai melakukan konstruksi sebagian dan telah melakukan konsinyasi ke pengadilan untuk membayar uang ganti rugi masyarakat terdampak yang sebelumnya melakukan gugatan atas pengadaan tanah. Kemajuan konstruksi sampai dengan November 2018 adalah 60,70%

SKEMAPENDANAAN

Skema pendanaan sudah ditetapkan sebagai Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dimana pihak investor pemenang lelang adalah PT Bhimasena Power Indonesia yang didirikan oleh J-Power (34%), Adaro (34%), dan Itochu (32%).

PENGADAANTANAH

Proses pengadaan lahan telah selesai.

TINDAKLANJUT

Pemantauan tahap konstruksi.





Telah diterbitkan Telah diterbitkan Telah diterbitkan Selesai


IPP Selesai pada Mei 2011 Tidak diperlukan Selesai pada Mei 2016


Selesai pada Juni 2016 Sudah dimulai pada 2016 Ditargetkan beroperasi pada 2019


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap dengan kapasitas 1.000 MW yang akan menghasilkan listrik untuk kebutuhan di Pulau Jawa dan Pulau Bali.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Pembangunan PLTU ini bertujuan untuk mendukung penyediaan sistem listrik dan mengurangi krisis listrik di wilayah Jawa dan Bali. Selain itu proyek ini juga berguna untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan dampak positif di masyarakat dengan mendukung pertumbuhan kawasan industri di Jakarta wilayah timur dan Jawa Barat.

STATUSTERAKHIR

Penetapan Lokasi telah dilaksanakan pada 24 Mei 2016 melalui surat keputusan Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat (Surat no. 590/03/14.1.02.0/BPMPT/2016). Dokumen Land Acquisition Plan (LAP) telah disusun dan dalam proses review oleh PLN dan JICA. Basic Design dalam proses pengerjaan dengan target selesai pada kuartal IV 2017. Pembangunan GITET 500 kV dalam proses pengerjaan oleh kontraktor dengan target penyelesaian 2019. Persetujuan Loan Agreement ditargetkan selesai Juni 2018. Namun, keputusan pengadilan terkait gugatan terhadap Izin Lingkungan telah keluar, yaitu Bupati Indramayu dan PLN kalah dalam gugatan hukum. Proses naik banding ke Pengadilan Tinggi telah dilaksanakan dan hasil naik banding dimenangkan oleh pihak Bupati Indramayu dan PLN. Berdasarkan RUPTL 2018-2027 target operasi diundur menjadi 2026.

20. PLTU INDRAMAYU


Skema Pendanaan : APBN dengan pinjaman luar negeri

Lokasi : Indramayu, Jawa Barat





SKEMAPENDANAAN

PLTU Indramayu telah ditetapkan menggunakan pendanaan dari APBN dengan pinjaman asing dari JICA sebesar USD 2 Milyar.

PENGADAANTANAH

Penetapan lokasi telah selesai pada Juni 2016. Pengadaan lahan pada saat ini dalam tahap finalisasi Land Acquisition Plan (LAP) sebagai bagian dari tahapan pengadaan tanah dengan pendanaan dari JICA. JICA menginginkan persetujuan atas hasil LAP dari penduduk yang memiliki lahan dan penduduk yang tidak memiliki lahan namun terkena dampak pembangunan proyek. Dokumen LAP dalam proses review oleh Divisi Risiko PLN dan JICA.

TINDAKLANJUT

Tidak ada tindak lanjut yang dilakukan karena pelaksanaan proyek diundur menjadi tahun 2026.



Sudah tercantum Selesai Selesai Dalam proses dan belum dikonfirmasikan target penyelesaian terbaru


Dalam proses dan belum dikonfirmasikan target penyelesaian terbaru





APBN dengan pinjaman luar negeri

Tidak diperlukan Tidak diperlukan Tidak diperlukan



Ditargetkan mulai pada 2022 2026


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan 16 PLTU Mulut Tambang di Pulau Sumatera dan Kalimantan dengan total kapasitas 6.145 MW.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Pembangunan pembangkit-pembangkit PLTU MT di Pulau Sumatera dan Kalimantan memiliki dampak yang signifikan bagi ketersediaan listrik dan pertumbuhan ekonomi bagi Pulau Sumatera dan Kalimantan. Proyek ini akan memastikan bahwa wilayah-wilayah yang kaya akan sumber daya batubara dapat memanfaatkan energi tersebut.

Proyek ini didukung dalam RUPTL 2018-2027 (Kepmen ESDM No. 1567 K/20/MEM/2018), yang antara lain menyatakan bahwa PT PLN wajib mengutamakan pembangunan PLTU Mulut Tambang. Pemanfaatan bahan bakar yang berlokasi dekat dengan pembangkit akan menjadikan biaya pembangkitan lebih efisien.

STATUSTERAKHIR

Dari 16 proyek PLTU MT yang termasuk, sebanyak empat pembangkit terkontrak oleh Indonesia Power (IP), enam pembangkit terkontrak PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), lima terkontrak oleh IPP lain, dan satu pembangkit belum ditentukan pengelolanya. Saat ini terdapat tiga pembangkit, PLTU MT Kaltim, PLTU MT Sumsel-1, dan PLTU MT Sumsel-8 sudah dalam tahap konstruksi.

21. PLTU MULUT TAMBANG

NilaiInvestasi : Rp210,86 Triliun

Skema Pendanaan : Penugasan BUMN dan IPP

Lokasi : Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah





SKEMAPENDANAAN

Pengelola untuk sebagian besar pembangkit akan ditentukan melalui penunjukan langsung anak perusahaan PT PLN, yaitu PT Indonesia Power atau PT PJB, dan akan dilakukan seleksi mitra. PLTU MT Kaltim-5 telah ditetapkan sebagai pemodelan skema pendanaan untuk PLTU MT skema anak perusahaan. Pada awal September 2018, contract agreement antara Indonesia Power dan calon mitra yaitu Adaro Power telah habis masa kontraknya dan telah diputuskan bahwa tidak akan diperpanjang. Oleh sebab itu, seluruh PLTU MT dengan skema penugasan anak perusahaan PLN akan dilakukan penundaan target COD 1-2 tahun dari target awal dan menunggu penerbitan RUPTL 2019-2028.

PENGADAANTANAH

Proses pengadaan lahan untuk PLTU MT Banyuasin telah selesai. Untuk pembangkit lainnya yang sudah terkontrak, proses pengadaan lahan sedang dilakukan.

TINDAKLANJUT

1. Pemantauan tahap konstruksi PLTU MT Kaltim, PLTU MT Sumsel-1, PLTU MT Sumsel-8.

2. Pemantauan terkait skema pendanaan yang akan digunakan untuk PLTU Mulut Tambang dengan penugasan kepada Anak Perusahaan PLN.



Sudah tercantum Selesai 2018 2018


2018 2018 2018 2018


Penugasan BUMN dan IPP

2017 Tidak diperlukan Tidak diperlukan


2017 2018 2020-2027


DESKRIPSIPROYEK

Proyek ini meliputi pembangunan 112 pembangkit listrik berbasis tenaga gas (PLTG, PLTGU, PLTMG, MPP) di 18 provinsi dengan total kapasitas 9.735 MW.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Pembangunan pembangkit-pembangkit berbasis tenaga gas memiliki dampak yang signifikan bagi ketersediaan listrik dan pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah terkait.

Proyek ini didukung dalam RUPTL 2017-2026 (Kepmen ESDM No. 1415 K/20/MEM/2017), yang antara lain menyatakan bahwa PT PLN wajib mengutamakan pembangunan Pembangkit Listrik Gas Bumi di mulut sumur. Pemanfaatan bahan bakar yang berlokasi dekat dengan pembangkit akan menjadikan biaya pembangkitan lebih efisien. Hal ini juga akan memastikan bahwa warga di wilayah-wilayah yang kaya akan sumber daya gas, seperti Papua dan Maluku, dapat menikmati hasil dari eksploitasi energi yang dilakukan di wilayah setempat.

STATUSTERAKHIR

Total kapasitas pembangkit dalam tahap operasi untuk PLTG/GU/MG pada November 2018 adalah 971,99 MW.

22. PEMBANGKIT LISTRIK BERBASIS TENAGA GAS


Skema Pendanaan : Penugasan BUMN dan IPP

Lokasi : Riau, Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat





StatuslimapaketInfrastrukturgassebagaiberikut:

1. Kr. Raya – Nias: penugasan kepada Pertagas Niaga.

2. Babel – Pontianak: target pemenang lelang diumumkan pada Maret 2019.

3. Indonesia Tengah: tahap revisi proposal oleh konsorsium Pertamina dan PGN.

4. FSRU Gorontalo: tahap evaluasi lelang yang dimulai pada Juli 2018.

5. Maluku – Papua: target pengumuman hasil Pra-Kualifikasi pada Desember 2018.

Surat Permohonan Arahan Tata Ruang untuk lokasi jetty di NTT oleh PLN kepada Kemenko Perekonomian sudah dikirimkan. RPP Rencana Tata Ruang Laut (RTRL), yang mempengaruhi seluruh proyek yang memiliki Infrastruktur di wilayah pesisir, saat ini sedang menunggu persetujuan Kementerian teknis.

Pencapaian pada bulan November 2018 untuk infrastruktur gas dan pembangkit listrik berbasis gas alam adalah untuk alokasi gas 20 mmscfd dari Kilang LNG Tangguh Papua Barat, PT Papua Doberai Mandiri (PADOMA) dan PT PGN LNG Indonesia telah membentuk Joint Venture PT Padoma Global Neo Energi pada 9 November 2018 dan PLTGU Jawa-1 telah mencapai Financial Close pada 16 November 2018 dan ground breaking telah dilaksanakan pada 19 Desember 2018 oleh Bapak Menko bidang Perekonomian.



2018 Selesai Selesai 2018


2018 2018 2018 2018



Penugasan BUMN dan IPP

Selesai Tidak diperlukan Tidak diperlukan


2018 2017 2019

SKEMAPENDANAAN

Sebanyak 96 pembangkit listrik dikelola secara langsung oleh PT PLN, dan 16 pembangkit menggunakan skema IPP.

PENGADAANTANAH

Sebanyak 25 pembangkit memiliki status lahan yang sudah dibebaskan, 16 pembangkit memiliki status lahan yang dalam proses pembebasan, dan 58 pembangkit memiliki status lahan yang belum mulai dibebaskan.

TINDAKLANJUT

1. Penyesuaian tata ruang laut untuk pembangkit berbasis tenaga gas di Indonesia Timur, yang terletak di Kawasan Lindung Konservasi Laut menunggu penerbitan Surat Rekomendasi dari Menteri Kelautan dan Perikanan.

2. Koordinasi terkait perpanjangan Surat Menteri ESDM terkait Alokasi Gas 20 mmscfd kepada BUMD Papua Barat.


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan transmisi 500 kV untuk mengalirkan listrik yang dihasilkan di Jawa Tengah ke load center Jakarta yang berada di wilayah Barat Pulau Jawa. Transmisi ini akan terbagi menjadi beberapa ruas meliputi:

SIGNIFIKANSIPROYEK

Jalur transmisi dari Jawa Barat ke Jawa Tengah sangat dibutuhkan untuk mengalirkan listrik yang akan dihasilkan oleh PLTU Indramayu (1.000 MW), PLTU Jawa 1 (1.000 MW), PLTU Pemalang (2 x 1.000 MW), PLTU Jawa 3 (2 x 660 MW), PLTU Jawa 4 (2 x 1.000 MW) dan PLTU Batang (2.000 MW). Oleh karena itu, dibutuhkan sinkronisasi jadwal pembangunan dan penyelesaian seluruh proyek tersebut.

23. CENTRAL-WEST JAVA TRANSMISSION LINE 500 kV


Skema Pendanaan : BUMN (Anggaran PLN)

Lokasi : Jawa Tengah dan Jawa Barat




Ruas Panjang

Tanjung Jati – Tx (Ungaran – Pedan) 144 Km

Tx (Ungaran – Pedan) – Mandirancan 397 Km

Mandirancan – Indramayu 180 Km

Indramayu – Cibatu 260 Km




Selesai Selesai Selesai Selesai


Selesai Selesai Untuk ruas Tanjung Jati – Tx (Ungaran-Pedan), Tx (Ungaran-Pedan) – Mandirancan telah diterbitkan, dan untuk ruas Indramayu – Cibatu Baru dalam proses.

78,66% (1.095 dari 1.392 lahan tower).


BUMN (Anggaran PLN)

Tidak diperlukan Tidak diperlukan Tidak diperlukan


Pengembangan proyek ini dilakukan dengan menggunakan anggaran PT PLN

April 2017 Ditargetkan beroperasi pada Juli 2019

STATUSTERAKHIR

IPPKH untuk ruas Tanjung Jati – Tx , dan Tx-Mandirancan sudah diterbitkan oleh KLHK. IPPKH untuk ruas Mandirancan – Indramayu – Cibatu Baru dalam proses penerbitan melalui Sistem Online Single Submission (OSS).

Pembebasan lahan untuk seluruh ruas sebesar 81% (1.123 dari 1.382 lahan tower). Terdapat 448 dari total 1.382 pondasi tower transmisi atau 32% sudah selesai kontruksi.


SKEMAPENDANAAN

Pengembangan proyek ini dilakukan dengan menggunakan anggaran PT PLN.

PENGADAANTANAH

Pembebasan lahan untuk seluruh ruas sebesar 81,26% (1.123 dari 1.382 lahan tower). Isu pembebasan lahan pihak swasta yang diagunkan di bank akan diselesaikan melalui pemisahan sertifikat tanah di empat kabupaten. Seluruh Tanah Kas Desa di sepanjang transmisi Prov. Jateng diajukan secara sekaligus untuk izin mendahului kepada Gubernur Jateng agar diketahui seluruh Pemda.

TINDAKLANJUT

1. 1Pemantauan tahap konstruksi tower transmisi melalui PLN.

2. Pemantauan penerapan Izin Mendahului untuk pengerjaan konstruksi di tanah milik BUMN dan BMN.

3. Pemantauan proses penerbitan IPPKH untuk ruas Mandirancan – Indramayu – Cibatu Baru.


DESKRIPSIPROYEK

Proyek pembangunan Transmisi Sumatera 500 kV ini bertujuan untuk mengalirkan listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga batu bara yang berada di bagian selatan ke bagian utara Pulau Sumatera dengan menggunakan jalur transmisi sepanjang 1.330 km dari Muara Enim, Sumatera Selatan sampai ke Langsa, Aceh.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Transmisi Sumatera dibutuhkan untuk mengalirkan listrik dari PLTU di Sumatera Selatan ke wilayah utara Pulau Sumatera dalam upaya untuk meningkatkan akses listrik untuk masyarakat.

STATUSTERAKHIR

Lelang untuk Paket-3 proyek transmisi ini (ruas New Aur Duri – Muara Enim) telah dilakukan dan PT Waskita Karya terpilih sebagai pemenang lelang. Saat ini kontrak amandemen EPC sedang dalam proses. Lelang untuk pengadaan transmisi Paket-4 (Perawang – Rantau Prapat) dan Paket-5 (Rantau Prapat – Galang) masih menunggu konfirmasi dari PT PLN.

Sampai dengan Oktober 2018, Pondasi yang telah selesai dibangun telah mencapai 64% (339 dari 539 tapak tower) untuk Paket-1 dan 81% (305 dari 379 tapak tower).

24. TRANSMISI SUMATERA 500kV


Skema Pendanaan : Penunjukan BUMN dan swasta

Lokasi : PT PLN

Penanggung Jawab Proyek : Pulau Sumatera






RTRW Provinsi Riau belum disahkan

Selesai Selesai Selesai


AMDAL untuk Provinsi Jambi dan Provinsi Riau telah selesai.

Izin Lingkungan untuk Provinsi Jambi dan Provinsi Riau telah selesai.

IPPKH untuk Provinsi Jambi dan Riau sedang dalam proses.

Pada Mei 2018, pengadaan lahan untuk New Aur Duri – Peranap mencapai 76% dan untuk Peranap – Perawang mencapai 91%.


Telah ditetapkan skema penunjukan BUMN atau Swasta

Lelang untuk ruas Aur Duri – Peranap – Perawang telah dilaksanakan

Tidak diperlukan Tidak diperlukan


Telah mencapai financial close untuk ruas Aur Duri – Peranap - Perawang

Telah dimulai pada Juli 2016 untuk ruas Aur Duri – Peranap – Perawang

Ditargetkan beroperasi pada Juli 2019 untuk ruas Aur Duri – Peranap – Perawang

SKEMAPENDANAAN

Untuk tiga paket ruas dari Muara Enim - New Aur Duri – Peranap – Perawang, PT PLN telah menetapkan PT Waskita Karya sebagai pemenang lelang.

PENGADAANTANAH

Pada 16 September 2016, telah dilaksanakan rapat pembahasan tata ruang terkait rencana pembangunan SUTET 500kV New Aur Duri – Peranap – Perawang, yang secara khusus bertujuan untuk merumuskan dan mengambil diskresi untuk penyelesaian permasalahan yang disebabkan belum disahkannya RTRW Provinsi Riau. Hasil dari rapat adalah penandatanganan rumusan rekomendasi yang menjadi diskresi bahwa rencana pembangunan SUTET 500kV


New Aur Duri – Peranap – Perawang, yang sesuai dengan Jaringan Transmisi Sumatera Timur dan Jaringan Transmisi Sumatera Tengah, dapat dilanjutkan. Penetapan lokasi yang telah diajukan untuk Provinsi Riau dengan menggunakan diskresi tersebut telah dapat dikeluarkan oleh Gubernur Riau.

PT Waskita Karya telah memulai proses pengadaan tanah untuk ruas New Aur Duri – Peranap dan Peranap - Perawang. Sampai dengan Oktober 2018 2018, PT Waskita Karya telah mencapai kemajuan pengadaan tanah telah mencapai 73% (385 dari 553 tapak tower) untuk Paket-1 dan 91% untuk Paket-2 (344 dari 379 tapak tower). Pondasi yang telah selesai dibangun telah mencapai 64% (339 dari 539 tapak tower) untuk Paket-1 dan 81% (305 dari 379 tapak tower).

TINDAKLANJUT

1. Pemantauan pengadaan tanah dan konstruksi untuk ruas New Aur Duri – Peranap – Perawang dan penyelesaian tahap lelang untuk Paket 4 dan Paket 5 Transmisi Sumatera.

2. Pemantauan terkait skema pendanaan untuk Paket-3

3. Koordinasi dengan K/L terkait keterbatasan material untuk siku besar.

4. Koordinasi dengan K/L terkait untuk percepatan proses konstruksi untuk Paket-1 dan 2.


DESKRIPSIPROYEK

Kilang minyak Bontang adalah proyek pembangunan kilang minyak baru (Grass Root Refinery) dengan kapasitas produksi bahan bakar minimal 300 ribu barel per hari yang akan dibangun di Bontang, Kalimantan Timur. Perencanaan pembangunan Kilang Minyak Bontang akan menggunakan konfigurasi yang mempertimbangkan sistem lain seperti sistem petrokimia. Selanjutnya, hasil produksi kilang minyak tersebut akan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya pencapaian ketahanan energi di dalam negeri, maka Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak. Kombinasi Grass Root Refinery (GRR) dan Refinery Development Master Plan (RDMP) dibutuhkan untuk meningkatkan penyediaan minyak mentah dan bahan bakar di Indonesia sehingga dapat menurunkan ketergantungan pada impor.

25. KILANG MINYAK BONTANG


Skema Pendanaan : Penugasan PT Pertamina dengan kerjasama Swasta


Penanggung Jawab Proyek : PT Pertamina (Persero)



E. Status Proyek Prioritas Sektor Energi


STATUSTERAKHIR

Pada tanggal 28 Februari 2017 dilakukan project exposé yang dihadiri oleh 82 perusahaan dan 12 mitra strategis. Request for Information (ROI) diminta oleh 12 investor. Sebanyak 8 investor secara resmi memasukkan proposal kerjasama untuk merespon Request for Information. Proses evaluasi teknis mitra strategis telah selesai dilaksanakan. Pada September 2017, Pertamina memberikan persyaratan tambahan terkait struktur GRR Bontang kepada 8 mitra potensial, yaitu persyaratan terkait alokasi saham Perusahaan Patungan untuk Pertamina, deposit dana BED dan FEED setelah penandatanganan Framework Agreement, hak Pertamina untuk memasok crude, dan tidak adanya offtake guarantee dari Pertamina.

Pada bulan Januari 2018, Pertamina telah memilih konsorsium Overseas Oil and Gas (OOG) dari Oman sebagai mitra strategis. Frame Work Agreement (FWA) telah ditandatangan pada tanggal 10 Desember 2018.

PT Pertamina juga dalam proses pembuatan perjanjian pemanfaatan lahan BMN kepada LMAN. PT Pertamina telah menyerahkan proposal KSO (Kerjasama Operasi) pemanfaatan BMN kepada LMAN untuk pemanfaatan lahan seluas 460 ha.



Dalam proses Selesai pada Januari 2016






Menunggu Revisi RTRW Belum dimulai


Penugasan kepada PT Pertamina

Ditargetkan dimulai pada 2019 Ditargetkan beroperasi pada 2025


SKEMAPENDANAAN

Proyek Kilang Minyak Bontang akan dilaksanakan dengan skema penugasan BUMN dengan PT Pertamina sebagai Penanggung Jawab Proyek (melalui Keputusan Menteri ESDM No. 7935 K/10/MEM/2016). PT Pertamina dan OOG akan membentuk Joint Venture dalam pembangunan dan pengoperasian kilang.

PENGADAANTANAH

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan, akan menyediakan lahan seluas 300ha di Kabupaten Bontang yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan kilang minyak dengan mekanisme pemanfaatan Barang Milik Negara menggunakan skema Kerja Sama Pemanfaatan.

Namun sebagian lahan yang diberikan untuk lokasi kilang tidak sesuai dengan RTRW Provinsi Kalimantan Timur dan Kota Bontang karena sebagian lahan tersebut saat ini diperuntukan konservasi hutan mangrove. Saat ini sedang dalam proses revisi RTRW untuk dapat mencakup keseluruhan lahan untuk pembangunan kilang minyak.

Penetapan lokasi menunggu revisi RTRW Provinsi Kalimantan Timur dan RTRW Kota Bontang. Namun Izin prinsip pembangunan kilang minyak Bontang telah diterbitkan pada 3 Mei 2016 (surat no. 600/2250/BPPD/Bangda).

TINDAKLANJUT

1. Pemantauan penerbitan Perda RTRW Kota Bontang.

2. Pemantauan persetujuan KSO lahan BMN dengan LMAN.

3. Mendorong dimulainya penyusunan Front End Engineering Design (FEED)


DESKRIPSIPROYEK

Kilang Minyak Tuban adalah proyek pembangunan kilang minyak baru dengan kapasitas produksi 300 ribu barel per hari yang akan dibangun di Jawa Timur.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya pencapaian ketahanan energi di dalam negeri, Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak di dalam negeri. Dengan dibangunnya Kilang Minyak Tuban, diharapkan dapat meningkatkan penyediaan minyak mentah dan bahan bakar di Indonesia sehingga dapat menurunkan ketergantungan terhadap impor.

STATUSTERAKHIR

Joint Venture Company, PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia didirikan pada tanggal 28 November 2017. Proses AMDAL telah selesai pada September 2017.

Kementerian Keuangan telah menerbitkan Surat Persetujuan Kerjasama Pemanfaatan (KSP) BMN lahan KLHK. Namun, pihak Pertamina mengusulkan untuk mengubah skema pemanfaatan lahan milik KLHK dari skema KSP menjadi skema Tukar Menukar. Pertamina melibatkan BPKP untuk memberikan pendapat. Menteri LHK telah mengirimkan surat permohonan kepada Menteri Keuangan (9-Feb-2018) untuk mengubah skema Pemanfaatan BMN dari Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) menjadi Tukar Menukar.

Pertamina dalam proses pengadaan lahannya mengirimkan permohonan Legal Opinion (LO) terkait pembangunan kilang minyak sebagai kepentingan umum. Jamdatun telah

26. KILANG MINYAK TUBAN


Skema Pendanaan : Penugasan PT Pertamina dengan kerjasama Swasta (Investor: Rosneft)

Lokasi : Jawa Timur

Penanggung Jawab Proyek : PT Pertamina






Selesai Selesai Dalam proses Ditargetkan selesai pada 2019


September 2017 September 2017 Ditargetkan selesai pada 2019

Dimulai September 2017


Penugasan BUMN Selesai pada Mei 2016 Tidak diperlukan 2019


Ditargetkan selesai pada 2020 Ditargetkan dimulai pada 2019 Ditargetkan beroperasi pada 2024

menerbitkan LO tersebut dan menyatakan bahwa pengadaan lahan bagi proyek GRR Tuban merupakan pembangunan untuk kepentingan umum.

Saat ini pengadaan lahan dengan skema tukar-menukar sedang menunggu persetujuan Presiden.

SKEMAPENDANAAN

Proyek Kilang Minyak Tuban adalah proyek kerjasama Business-to-Business antara PT Pertamina dan Rosneft sebagai investor. Seluruh pendanaan untuk investasi proyek akan diatur dan dilakukan oleh investor.

PENGADAANTANAH

Akan dilaksanakan pembahasan lebih lanjut tentang relokasi proyek ke Asembagus, Situbondo yang melibatkan Kementerian ATR dan PT PN (sebagai pemilik lahan),

TINDAKLANJUT

1. Pemantauan rencana pendanaan proyek GRR Tuban.

2. Memantau proses pengadaan lahan GRR Tuban yang akan memanfaatkan lahan KLHK dan lahan masyarakat.


DESKRIPSIPROYEK

Proyek RDMP adalah proyek untuk merevitalisasi 4 kilang yang ada di Cilacap, Jawa Tengah; Balongan, Jawa Barat; Dumai, Riau; Balikpapan, Kalimantan Timur untuk meningkatkan kapasitas kilang minyak di Indonesia dan/atau mengintegrasikan dengan industri Petrokimia.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya untuk mencapai ketahanan energi dalam negeri, maka Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak dalam negeri. Pada saat ini, kemampuan Indonesia memenuhi kebutuhan produk dalam negeri sangat rendah, yaitu hanya dapat memenuhi kebutuhan selama 48 hari pada tahun 2013 dan diperkirakan akan turun menjadi 38 hari pada tahun 2025. Jika dibiarkan, hal ini berpotensi menjadi ancaman ketahanan energi.

RDMP dibutuhkan bersamaan dengan proyek kilang minyak baru (Grass Root Refinery) untuk meningkatkan kapasitas produksi kilang minyak yang sudah ada di Indonesia. Dengan revitalisasi 4 kilang di Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Dumai, maka produksi diestimasi akan meningkat 150%.

STATUSTERAKHIR

Pengembangan RDMP Balikpapan saat ini dikerjakan oleh PT Pertamina, namun pekerjaan engineering dikerjakan oleh Bechtel. BFS sudah diselesaikan oleh UOP pada Maret 2015. BED disusun oleh Axens, UOP, dan CB&I diselesaikan pada Januari 2017. FEED ISBL sedang disusun oleh Bechtel. FEED Tahap 1 telah selesai dan dalam tahap review, sebelum dilaksanakan

27. REVITALISASI KILANG EKSISTING (RDMP)


Skema Pendanaan : Penugasan BUMN (dapat bekerja sama dengan swasta)

Lokasi : Cilacap, Jawa Tengah; Balongan, Jawa Barat; Dumai, Riau; Balikpapan, Kalimantan Timur

Penanggung Jawab Proyek : PT Pertamina (Persero)






Sudah tercantum Selesai Kilang Balikpapan: SelesaiKilang Balongan: 2019Kilang Dumai: 2019Kilang Cilacap: Selesai

Kilang Balikpapan: Juni 2017Kilang Cilacap: 2019Kilang Balongan: 2019 Kilang Dumai: 2020


Kilang Balikpapan: selesai pada April 2017Kilang Cilacap: September 2017Kilang Balongan: Ditargetkan 2019Kilang Dumai:2019

Kilang Balikpapan: selesai pada April 2017Kilang Cilacap: September 2017Kilang Balongan: Ditargetkan 2019Kilang Dumai:2019

Tidak diperlukan Kilang Cilacap: Pembebasan lahan untuk lahan fasilitas kilang dan untuk pengalihan trase jalan (2019).

FID. Review terhadap Front End Engineering Design (FEED) sedang dilaksanakan. Pada bulan Desember 2018 dilakukan EPC contract award kepada pemenang lelang EPC (SK Engineering & Construction Co. Ltd, Hyundai Engineering Co. Ltd, PT Rekayasa Industri, dan PT PP (Persero).

BFS untuk RDMP Cilacap sudah diselesaikan oleh UOP pada Desember 2015. Surat rekomendasi tata ruang, surat izin prinsip pengalihan trase jalan, dan surat KA Andal sudah diterbitkan pada April 2017. Izin Lingkungan diterbitkan pada September keempat 2017. Penetapan Lokasi diterbitkan pada November 2017. Saudi Aramco masih belum menyetujui valuasi aset eksisting sehingga proyek belum dapat memulai penyusunan Front End Engineering Design (FEED). Pertamina telah mengajukan permohonan persetujuan dimulainya early works untuk proyek RDMP Cilacap yang kemudian telah disetujui oleh Menteri Perekonomian. Saat ini sedang mengusahakan pemanfaatan Saudi Fund for Development (SFD) untuk penyusunan FEED proyek RDMP Cilacap. Kementerian Keuangan dan SFD sudah menyetujui pemanfaatan dana SFD, saat ini Pertamina sedang mengkaji mekanisme yang dapat dipakai dalam memanfaatkan dana SFD.

Proyek RDMP Balongan direncanakan untuk dibangun dan dikelola 100% oleh PT Pertamina. Tim Pertamina saat ini sedang melakukan studi terkait pemilihan konfigurasi yang akan dipilih untuk proyek RDMP Balongan. Untuk meningkatkan produktivitas kilang, Tim Pertamina Balongan mengajukan permohonan untuk mendapatkan tambahan minyak mentah dari dalam negeri. Telah diterbitkan Permen ESDM No. 42 Tahun 2018 tentang prioritas pemanfaatan minyak bumi untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri.



Penugasan BUMN Tidak diperlukan Tidak diperlukan Kilang Balikpapan, Dumai,Balongan dan Cilacap: 2019


Kilang Balikpapan dan Balongan: Ditargetkan pada 2019

Kilang Cilacap: ditargetkan pada 2020

Kilang Plaju, Balongan, dan Dumai: belum ditetapkan

Kilang Balikpapan: 2019

Kilang Cilacap: 2020

Kilang Balongan: 2019

Kilang Dumai: 2020

Kilang Balikpapan: 2021

Kilang Cilacap: 2024

Kilang Balongan: 2021

Kilang Dumai: 2024

SKEMAPENDANAAN

PT Pertamina akan menjadi PJP untuk seluruh revitalisasi kilang eksisting. Untuk skema pendanaan, PT Pertamina dapat bekerjasama dengan pihak swasta (B-to-B) untuk mengembangkan kilang-kilang tersebut.

PENGADAANTANAH

Tidak diperlukan pengadaan tanah karena lahan yang digunakan adalah lahan dari kilang-kilang eksisting milik PT Pertamina (Persero), kecuali untuk proyek Kilang Cilacap.

TINDAKLANJUT

1. Pengembangan rencana pendanaan untuk pengembangan proyek-proyek RDMP.

2. Mempercepat pengadaan lahan untuk proyek GRR Tuban.

3. Koordinasi untuk memanfaatkan Saudi Fund for Development (SFD) untuk penyusunan Front End Engineering Design (FEED) proyek-proyek kilang minyak dalam negeri.


DESKRIPSIPROYEK

Proyek pengembangan lapangan gas Abadi merupakan proyek infrastruktur hulu minyak dan gas bumi (migas) di wilayah kerja (WK) Masela yang dioperasikan oleh Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) INPEX Masela Ltd. Lapangan ini berlokasi di kedalaman ~800 meter di bawah permukaan laut di wilayah laut Arafura, Provinsi Maluku. Lapangan gas Abadi di Wilayah Kerja Masela memiliki cadangan gas bumi dengan kapasitas terbesar yang dikembangkan di Indonesia hingga saat ini dengan volume cadangan kelas dunia, berlokasi di laut dalam dan dengan biaya investasi tinggi sehingga diperlukan kapasitas kilang LNG 9.5 MTPA.

Kilang LNG dari lapangan Abadi diperkirakan akan menjadi kilang terbesar di dunia setelah Sakhalin (Russia), Gorgon (Australia), dan Atlantic (Trinidad & Tobago).

SIGNIFIKANSIPROYEK

Pembangunan proyek infrastruktur berbasis gas dari Lapangan Abadi, Wilayah Kerja Masela merupakan proyek strategis di wilayah perbatasan NKRI dan akan mendorong pengembangan wilayah sekitar khususnya yang berada di Provinsi Maluku maupun pembangunan nasional. Efek berganda dari proyek hulu migas ini berupa penciptaan lapangan kerja langsung maupun tidak langsung, peningkatan kapasitas konstruksi nasional, pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan operasi, akses logistik dan perhubungan, infrastrukur dasar (kesehatan, pendidikan, perbankan, jalan, dll), meningkatnya pasokan gas bumi nasional, meningkatkan pendapatan migas dan pajak nasional, peningkatan kebutuhan gas bagi industri di wilayah Maluku dan sekitarnya khususnya industri perikanan dan maritim.

28. PENGEMBANGAN LAPANGAN ABADI WILAYAH KERJA MASELA


Skema Pendanaan : Swasta (Kontrak Kerja Sama)

Lokasi : Maluku

Penanggung Jawab Proyek : Kementerian ESDM




STATUSTERAKHIR

Pre-FEED telah selesai disusun dan diserahkan kepada SKK Migas. Koordinasi sedang dilaksanakan untuk penyusunan kebijakan pendukung insentif fiskal proyek hulu migas. Plan of Development (POD) ditargetkan dapat disetujui oleh Kementerian ESDM pada awal 2019.



2019 2019 2019 2020


2020 2020 Tidak dibutuhkan 2021


Swasta (KKS) Sudah dilaksanakan Tidak diperlukan Tidak diperlukan


2019 2019 2027

SKEMAPENDANAAN

Skema pendanaan adalah Kontrak Kerja Sama (KKS), dengan INPEX Masela Ltd sebagai pihak kontraktor, dengan 65% saham kepemilikan oleh INPEX dan 35% saham kepemilikan oleh Shell.

PENGADAANTANAH

Proses pengadaan lahan untuk fasilitas onshore akan dilaksanakan setelah POD pada tahun 2019.

TINDAKLANJUT

1. Koordinasi perencanaan untuk pemanfaatan gas dari Masela untuk industri hilir.

2. Koordinasi penyesuaian RTRW.

3. Koordinasi dukungan kebijakan insentif fiskal.


DESKRIPSIPROYEK

Proyek IDD adalah pengembangan terintegrasi dari lima lapangan (Bangka, Gendalo, Gehem, Gandang dan Maha) dalam empat Kontrak Kerja Sama/KKS (Makassar, Rapak, Ganal dan Muara Bakau). Eksploitasi dan eksplorasi yang dilakukan guna mengembangkan cadangan gas sebesar kurang lebih 2,55 TCF. Proyek IDD merupakan pengembangan dengan kedalaman laut terdalam di Indonesia dan akan memerlukan teknologi laut-dalam yang canggih dan manajemen proyek berkelas dunia untuk mengembangkan sumber daya tersebut secara aman dan efisien.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Saat ini Proyek IDD diperkirakan mampu memproduksi 2,55 triliun kaki kubik gas dan 46,7 juta barel kondensat. Produksi ini diperkirakan menghasilkan kurang lebih USD 8,7 Milyar penerimaan langsung bagi Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan setara dengan bagian penerimaan Pemerintah RI sebesar 28.1%. Proyek ini akan meningkatkan pasokan gas alam dan LNG ke pasar domestik dan mengoptimalkan pemanfaatan Kilang LNG Badak setelah tahun 2022.

STATUSTERAKHIR

Lapangan Bangka sudah mulai memproduksi gas alam sejak tahun 2016. Untuk lapangan Gendalo, Gandang dan Maha, Chevron sedang dalam proses pelaksanaan untuk pre-FEED.

29. PENGEMBANGAN LAPANGAN GENDALO, MAHA, GANDANG, GEHEM & BANGKA (INDONESIA DEEPWATER DEVELOPMENT PROJECT/IDD)



Lokasi : Cekungan Kutai, Kalimantan Timur







Tidak diperlukan Selesai Selesai Selesai


Telah diterbitkan Telah diterbitkan Tidak diperlukan Selesai


Swasta (KKS) Selesai Tidak diperlukan Tidak diperlukan


Selesai 2013 Lapangan Bangka sudah beroperasiLapangan Gendalo, Gandang dan Maha bergantung pada hasil pre-FEED

SKEMAPENDANAAN

Skema pendanaan adalah KKS dengan Chevron Indonesia sebagai kontraktor.

PENGADAANTANAH

Proses pengadaan lahan tidak dibutuhkan karena lokasi proyek bersifat offshore.

TINDAKLANJUT

Pemantauan evaluasi Lapangan Gendalo, Gandang, dan Maha.


DESKRIPSIPROYEK

Proyek Tangguh LNG Train 3 meliputi pembangunan kilang beserta fasilitas pendukungnya (sumur produksi, fasilitas penerimaan gas dan dermaga pengapalan LNG) serta pengembangan lapangan-lapangan gas untuk memberikan pasokan gas kepada kilang LNG tersebut. Proyek ini diproyeksikan meningkatkan produksi gas Train 1 dan Train 2 sebesar 3,8 MTPA.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Sebesar 75% dari volume produksi Tangguh Train 3 telah dialokasikan untuk PT PLN, yang dapat menghasilkan sekitar 4.000 MW dan diharapkan dapat menghemat biaya pembelian BBM diesel untuk pembangkitan listrik antara tahun 2020 sampai dengan tahun 2035. BP juga telah berkomitmen untuk memberikan pasokan gas sebesar 20 MMSCFD (atau 0,16 MTPA) untuk pembangkitan listrik di Papua Barat dan Papua.

STATUSTERAKHIR

Final Investment Decision (FID) telah dilaksanakan pada Juli 2016. Proyek kini dalam tahap konstruksi. Secara spesifik, fasilitas offshore dalam proses penyelesaian kegiatan engineering dan pengadaan serta memulai fabrikasi di Karimun pada April 2017. Fasilitas onshore dalam tahap engineering dan pengadaan dimulai pada Agustus 2016 dan konstruksi dimulai sejak awal tahun 2017. Proyek ini ditargetkan dapat mulai beroperasi pada tahun 2020.

Pengembangan industri hilir gas dari Tangguh sedang dikoordinasikan dengan Kementerian Perindustrian dan Pupuk Indonesia. Saat ini sedang diajukan pengadaan lahan melalui BUMD untuk lahan Kawasan Industri Bintuni melalui Pemerintah Kabupaten Bintuni. Pada tanggal 24 September 2018 telah dilaksanakan Market Sounding untuk proyek Kawasan Industri Teluk

30. PROYEK TANGGUH LNG TRAIN 3



Lokasi : Teluk Bintuni, Papua Barat





Bintuni. Proyek ini direncanakan untuk memanfaatkan skema KPBU. Outline Business Case (OBC) proyek pengembangan kawasan industri Teluk Bintuni telah selesai disusun. Proyek akan memulai penyusunan Final Business Case (FBC) dan pengadaan pendamping Transaction Advisor (TA).









Selesai 2016 Ditargetkan beroperasi pada 2020

SKEMAPENDANAAN

Skema pendanaan adalah Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BP Berau Ltd. sebagai pihak kontraktor, yang merupakan kerjasama antara BP dengan lima mitra, yaitu CNOOC (13,9%), MI Berau (16,3%), Nippon Oil (12,23%), KG (10%), dan LNG Japan (7,35%).

PENGADAANTANAH


TINDAKLANJUT

1. Pemantauan tahap konstruksi.

2. Koordinasi pengembangan industri hilir gas dari Tangguh dengan Kementerian Perindustrian.

3. Koordinasi dalam pembentukan konsorsium Padoma (BUMD) – PGN sebagai penyalur gas pipa dari Tangguh untuk pembangkitan listrik wilayah Papua.

4. Memonitor proses penyusunan FBC dan pendampingan TA proyek pengembangan kawasan industri Teluk Bintuni


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan Gas Processing Facility (GPF) dengan kapasitas sebesar 330 MMSCFD serta pembangunan fasilitas pendukungnya untuk memproduksikan gas dan kondensat dari Lapangan Jambaran-Tiung Biru dengan produksi rata-rata gas mentah sebesar 315 MMSCFD dan target mulai produksi pada tahun 2021 dengan penjualan gas sebesar 172 MMSCFD. Proyek ini dikelola oleh PT Pertamina EP Cepu.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2021 untuk mendukung penyediaan gas pembangkit tenaga listrik dalam rangka pelaksanaan Program 35.000 MW guna mendukung pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat Indonesia.

Proyek ini mengalokasikan 100 MMSCFD untuk PT Pertamina (Persero) yang dialirkan ke PT PLN (Persero) dengan harga gas USD 6,7 per MMBTU dengan biaya toll fee USD 0,9 per MMBTU. Sisa gas lainnya akan ditujukan bagi kebutuhan industri Jawa Timur dan Jawa Tengah.

STATUSTERAKHIR

Plan of Development (POD) proyek telah disetujui oleh SKK Migas pada 18 Agustus 2015. PT Pertamina telah menyetujui harga jual gas dengan PT PLN. Pekerjaan ECW telah selesai dilakukan. Kontrak EPC untuk Gas Processing Facilities telah ditandatangani pada Desember 2017, dan ditargetkan selesai pada Q1 2021. Sedangkan pengeboran sumur akan mulai dilakukan pada bulan Maret 2019. Saat ini sedang dilakukan revisi Kerangka Acuan AMDAL terkait perubahan teknologi yang dipakai di GPF.

31. PENGEMBANGAN LAPANGAN UNITISASI GAS JAMBARAN-TIUNG BIRU


Skema Pendanaan : BUMN (Kontrak Kerja Sama)

Lokasi : Bojonegoro, Jawa Timur

Penanggung Jawab Proyek : Penanggung Jawab Proyek: Kementerian ESDM




Pembangunan Pipa Transmisi Gas Gresik-Semarang sudah hampir terselesaikan. Pemasangan pipa transimis Gresik-Semarang diperkirakan akan selesai pada Q1 2019. Saat ini sedang dikaji opsi pasokan gas untuk memanfaatkan pipa transmisi Gresik-Semarang, mengingat lapangan JTB baru akan berproduksi pada Q1 2021.

Pembangunan PLTGU Jawa-3 (salah satu offtaker gas bumi dari JTB) saat ini sudah masuk dalam tahap finalisasi pemilihan mitra. Lelang kontraktor EPC sudah dimulai dan diperkirakan PLTGU Jawa 3 dapat mulai beroperasi pada Q4 2021.









Selesai Kuartal IV 2017 Ditargetkan beroperasi pada 2021

SKEMAPENDANAAN

Skema pendanaan adalah Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan PT Pertamina EP Cepu sebagai pihak kontraktor.

PENGADAANTANAH


TINDAKLANJUT

Pemantauan tahap konstruksi


DESKRIPSIPROYEK

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Semarang Barat adalah proyek pembangunan SPAM yang direncanakan sebagai pilot project SPAM dengan skema pendanaan KPBU di Indonesia. SPAM Semarang Barat akan menyelesaikan permasalahan krisis air bersih dan penurunan permukaan tanah karena penggunaan air tanah di Kota Semarang.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Proyek SPAM Semarang Barat akan menggunakan air dari Bendungan Jatibarang untuk menyelesaikan masalah kurangnya penyediaan air baku kota Semarang yang selama ini mengandalkan penyediaan dari Kabupaten Kudus. Proyek ini bertujuan untuk menyediakan air minum untuk 31 kelurahan di 3 kecamatan dengan estimasi 60.000 keluarga yang belum tersambung dengan jaringan SPAM dalam wilayah Semarang Barat, Tugu, dan Ngaliyan. Proyek ini diharapkan dapat menyelesaikan krisis air bersih dan mengurangi penggunaan air tanah di Kota Semarang.

32. SPAM SEMARANG BARAT



Lokasi : Jawa Tengah

Penanggung Jawab Proyek : PDAM Kota Semarang



F. Status Proyek Prioritas Sektor Sumber Daya Air dan Sanitasi


STATUSTERAKHIR

Proses pelaksanaan proyek sampai saat ini adalah telah ditandatangani dokumen perjanjian kerjasama dan perjanjian sponsor antara PT Air Semarang Barat dan PDAM Tirta Moedal Kota Semarang pada tanggal 23 November 2018 di kantor PDAM Tirta Moedal Kota Semarang. Namun perjanjian penjaminan dan regress belum dapat ditandatangani dikarenakan masih belum disepakatinya rate penjaminan yang diberikan oleh PT Penjaminan Infrastruktur Indonesa (PT PII) kepada badan usaha.

Sudah diterbitkan dokumen Peraturan Daerah No.8/ 2018 Kota Semarang tentang Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Dalam Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Semarang Barat. Surat Persetujuan Besaran Dukungan Kelayakan Proyek KPBU SPAM Semarang Barat sudah ditandatangani Menteri Keuangan dengan nomor S-450/MK.08/2018 pada tanggal 28 Juni 2018 dimana disetujui besaran dukungan kelayakan adalah Rp147.000.000.000,-

Pada bulan September 2018, 3 peserta lelang proyek KPBU SPAM Semarang Barat (PT Aetra Air Jakarta – PT Medco Gas Indonesia, Konsorsium Manila Water Inc – PT Adaro Tirta Mandiri – PT Sarana Tirta Ungaran, dan Konsorsium Suez – PT Brantas Abipraya (Persero)) telah memasukan dokumen penawaran dan 1 peserta mengundurkan diri. PJPK Proyek KPBU SPAM Semarang Barat, yaitu PDAM Tirta Moedal, telah menetapkan PT Aetra Air Jakarta – PT Medco Gas Indonesia sebagai pemenang lelang dimana pemenang tidak membutuhkan dukungan VGF.

Pada tanggal 9 Oktober 2018 telah dilaksanakan penandatanganan Head of Agreement menuju perjanjian KPBU di acara Annual Meeting oleh World Bank dan International Monetary Fund (IMF) di Bali, dihadiri oleh KPPIP bersama dengan PJPK, pemenang lelang dan pemangku kepentingan lainnya. Setelah penandatanganan dilaksanakan, saat ini PJPK bersama Badan Usaha sedang mempersiapkan penandatanganan PKS yang ditargetkan untuk dilaksanakan pada akhir bulan November 2018. Pada tanggal 12 Desember 2018, telah dilaksanakan acara launching perjanjian kerjasama proyek di kantor PDAM Tirta Moedal Kota Semarang.



Sudah tercantum Selesai pada 2017 Selesai pada Semester II tahun 2017

Sedang berproses



Sudah terbit Sudah terbit N/A Sudah selsai


Maret 2017 Telah ditetapkan pemenang

Telah ditandatangani persetujuan VGF oleh Kementerian Keuangan pada Juni 2018

Letter of intent PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia sudah diterbitkan


2019 2019 2021

SKEMAPENDANAAN

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian telah mengeluarkan surat No. S-55/M.EKON /03/2017 tentang dukungan skema KPBU untuk Proyek SPAM Semarang Barat. Menindaklanjuti surat tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah mengeluarkan surat No. PR.01.03-Mn/301 yang juga mendukung skema KPBU sebagai skema Proyek SPAM Semarang Barat. Menteri Keuangan telah menandatangani persetujuan skema Viability Gap Fund (VGF) untuk proyek SPAM Semarang Barat. Pada bulan Juni 2018, telah dikeluarkan surat persetujuan dukungan VGF untuk proyek SPAM Semarang Barat pada tanggal 28 Juni 2018. Dukungan yang diberikan adalah sebesar Rp. 147,000,000,000,- atau 38% dari nilai proyek.

PENGADAAN TANAH

Pemerintah Kota Semarang telah menganggarkan kebutuhan pengadaan tanah melalui Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang.

TINDAK LANJUT

1. Pencapaian Financial Close.

2. Pelaksanaan aktivitas Ground breaking dan konstruksi.


DESKRIPSIPROYEK

SPAM Jatiluhur adalah proyek sistem penyediaan air minum yang mendayagunakan air dari Waduk Jatiluhur untuk pengolahan, pentransmisian, dan pendistribusian kebutuhan air di wilayah Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, dan Provinsi DKI Jakarta. SPAM Jatiluhur direncanakan memiliki kapasitas sebesar 10.000 liter per detik.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Meningkatnya kebutuhan air di Provinsi DKI Jakarta, Kota Bekasi, dan Kota Karawang melatarbelakangi pengembangan Proyek SPAM Jatiluhur yang akan menambah kapasitas dan reliabilitas pasokan air bersih, terutama bagi wilayah Provinsi DKI Jakarta. Proyek ini juga diharapkan dalam mengurangi penggunaan air tanah di Provinsi DKI Jakarta dan mencegah penurunan muka tanah.

STATUSTERAKHIR

Sampai dengan bulan Desember 2018, pelaksanaan proyek berjalan jauh lebih lambat dan telah menyebabkan keterlambatan pencapaian rencana aksi yang ditetapkan pada bulan Oktober. Rencana aksi dimaksud adalah dokumen kesepakatan pengelolaan aset pasca masa konsesi yang perlu segera disepakati dan ditandatangani oleh pihak PJT II dan offtaker. Dokumen kesepakatan belum dapat difinalisasi karena minimnya respons dan pergerakan dari pihak PJT II, walaupun KPPIP telah berusaha untuk terus mengingatkan pentingnya dokumen tersebut bagi keberlanjutan proyek. Hal ini dimungkinkan karena semakin rumitnya kasus korupsi yang menyangkut Direktur Utama PJT II, yang juga berperan sebagai PJPK proyek SPAM Jatiluhur.

33. SPAM JATILUHUR



Lokasi : Jawa Barat dan DKI Jakarta

Penanggung Jawab Proyek : Perum Jasa Tirta II




Pada bulan November 2018, pelaksanaan proyek SPAM Jatiluhur dalam tahap persiapan menuju Request for Proposal. Namun, proses ini masih terkendala dengan isu kepemilikan asset setelah masa konsesi berakhir dimana belum ditetapkan kesepakatan antara PJT II dan Offtaker atas hal tersebut.

Terkait isu outstanding yang pada bulan Oktober masih belum mendapat kepastian dari Gubernur DKI Jakarta maka, atas surat balasan dari Gubernur DKI Jakarta kepada Menteri PUPR yang dilayangkan pada tanggal 22 Oktober 2018, telah ditetapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Harga batas atas (Ceiling Price) air curah wajar adalah maksimum Rp.3,200/m3 pada tahun 2021; Diperlukan kajian terhadap rencana kenaikan harga berkala sebesar 10% per 2 tahun;

2. Skema pembayaran menggunakan mekanisme bertahap berdasarkan besaran rencana tingkat penyerapan pertahun (lpd) yang disepakati sejak Commercial Operating Date (COD) hingga 5 tahun setelahnya;

3. Menempatkan off-takers sebagai beneficiary owner dari asset yang dibangun dan dibiayai pengembalian Investasinya melalui pembelian air curah yang diproduksi;

4. Atas rencana kepemilikan asset tersebut, untuk dikonsultasikan dan dimintakan opini dari BPKP

Pada bulan November 2018, telah melakukan pembahasan atas informasi, asumsi dan approach yang diambil oleh konsultan finansial PJT II atas dokumen model finansial yang diberikan. Telah dilakukan pula koordinasi kepada BPKP terkait permohonan Gubernur DKI Jakarta untuk opini mengenai kepemilikan asset, namun BPKP meminta PJT II dan offtaker untuk terlebih dahulu memiliki perjanjian kesepakatan atas cara pengelolaan asset setelah masa konsesi berakhir.





Sudah didapatkan izin prinsip pemanfaatan lahan

Sedang dalam proses pemerolehan izin

N/A Dana belum dianggarkan oleh Kementerian PUPR dan masih dalam proses



Ditetapkan KPBU Skema saat ini adalah Unsolicited Bid oleh Pemrakarsa

Belum ada konfirmasi lebih lanjut

Belum didapatkan penjaminan oleh PT PII


2018 2019 2021

SKEMAPENDANAAN

Skema pendanaan untuk SPAM Jatiluhur adalah KPBU dengan potensi unsolicited bid dan KPPIP masih melakukan penelaahan terkait dasar legal penentuan tersebut.

PENGADAANTANAH

Saat ini diinformasikan bahwa belum dianggarkan dana untuk pembebasan lahan senilai Rp. 30 Milyar dari Kementerian PUPR. Akan diusahakan pemerolehan dana melalui dana LMAN atau opsi menggunakan dana dari PJT II sebagai PJPK sampai dengan dianggarkannya dana.

TINDAKLANJUT

Mengoordinasikan percepatan finalisasi dokumen perjanjian kesepakatan antara PJT II dan offtaker terkait kepemilikan asset setelah masa konsesi berakhir.

Melakukan pemantauan atas perkembangan kasus yang melibatkan direktur Utama PJT II sebagai PJPK proyek.


DESKRIPSIPROYEK

SPAM Lampung direncanakan memiliki kapasitas 750 liter per detik untuk melayani sekitar 600.000 jiwa penduduk. Sumber air adalah Sungai Way Sekampung dengan Water Treatment Plant (WTP) yang berlokasi di Desa Rulung Helok

SIGNIFIKANSIPROYEK

Air akan didistribusikan melalui pipa transmisi sejauh 21 km yang mencakup delapan kecamatan di Kota Bandar Lampung, yaitu Rajabasa, Labuan ratu, Way Halim, Kedaton, Tanjung Senang, Sukarame, Sukabumi dan Kedamaian dengan total sambungan rumah mencapai 600.000.

STATUSTERAKHIR

Saat ini, proyek sudah memasuki tahap konstruksi dan ditargetkan konstruksi akan berlangsung selama 2 tahun, dimana pekerjaan general testing dan commissioning ditargetkan untuk dilakukan pada bulan Agustus 2020 sampai dengan November 2020 sebelum proyek dapat beroperasi penuh di tahun 2021.

Pada bulan Agustus 2018, telah perolehan surat efektif perjanjian kerjasama proyek KPBU SPAM Lampung dan tandatangan perjanjian pembiayaan dan surat efektif.

34. SPAM LAMPUNG



Lokasi : Jawa Barat dan DKI Jakarta

Penanggung Jawab Proyek : Perum Jasa Tirta II




Pada Pada 14 Desember 2017, PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung sebagai PJPK Proyek SPAM Semarang Barat melalui Keputusan Direksi PDAM Way Rilau No. KP/3261/PDAM/08/XII/2017 telah menetapkan KSO Bangun Cipta Kontraktor – Bangun Tjipta Sarana sebagai pemenang lelang KPBU SPAM Bandar Lampung.

Sempat terdapat sanggahan atas pemenang yang ditetapkan oleh salah satu peserta lelang, yaitu PP-WABAG melalui surat No. 019/EXT/PP-WABAG/XII/2017 yang ditembuskan kepada Bappenas, Kejaksaan Agung, BPKP, KPPU, LKPP dan Kejaksaan Tinggi Provinsi Lampung pada tanggal 20 Desember 2017. Surat tersebut telah ditanggapi oleh PJPK pada tanggal 21 Desember 2017 melalui surat No PU/3325/PDAM/08/XII/2017.

Surat penetapan pemenang diterbitkan kepada KSO Bangun Cipta Kontraktor – Bangun Tjipta Sarana pada tanggal 22 Desember 2017.

Terkait pendanaan, PJPK telah melayangkan surat Usulan Persetujuan Final Dukungan kelayakan kepada Menteri Keuangan pada tanggal 29 Desember 2017 dan sudah ditandatangani oleh Menteri Keuangan pada minggu ke-2 bulan Februari dengan jumlah dukungan sebesar Rp. 258.800.000.000,- (Surat No. 81/MK.08/2018 perihal Surat Persetujuan Final Dukungan Kelayakan untuk Proyek KPBU SPAM Kota Bandar Lampung)

Pada bulan Mei 2018, pelaksanaan proyek sudah memasuki tahap Financial Close dimana sedang dilaksanakan pembahasan lebih lanjut terkait Condition Presedence terhadap dokumen Perjanjian Kerja Sama (PKS) serta diskusi terkait dokumen Detailed Engineering Design (DED).

Pada bulan Juni 2018, telah dilaksanakan kegiatan ceremonial ground-breaking untuk SPAM Lampung, namun proses konstruksi masih belum dapat dilaksanakan karena masih belum dicapainya tahap financial close, dikarenakan belum lengkapnya persyaratan proyek seperti masih belum didapatkannya izin pemasangan pipa pada jalan tol oleh Badan Jalan Nasional Wilayah 5 serta izin dari PT KAI terkait penanaman pipa pada jalur kereta crossing Lampung Selatan.


SKEMAPENDANAAN

Skema pendanaan proyek adalah KPBU.

PENGADAANTANAH

Pengadaan tanah sudah selesai dilakukan.

TINDAKLANJUT

Melakukan pemantauan atas timeline dan kegiatan konstruksi proyek.



Sudah tercantum 2017 2017 Sudah diselesaikan


Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan N/A 2018


2016 Pemenang telah ditetapkan pada bulan Desember 2017

Sudah dikeluarkan surat dukungan kelayakan Surat No. 81/MK.08/2018

Letter of intent PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia sudah diterbitkan


2018 2018 2021


DESKRIPSIPROYEK

Proyek Jakarta Sewerage System akan menangani pengolahan limbah domestik di 15 zona (termasuk Zona yang sudah beroperasi), dengan rencana pembangunan awal pada Zona 1, 6 dan 8. Namun, berdasarkan penerbitan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional, Proyek Jakarta Sewerage System yang termasuk ke dalam daftar PSN pada tahun 2018 adalah Jakarta Sewerage System Zona KPBU. Zona KPBU yang sudah mulai memasuki tahap persiapan adalah Zona 8. Zona 8 di estimasikan membutuhkan biaya ±IDR 5,8 Triliun. Zona 8 memiliki cakupan wilayah Marunda dengan estimasi populasi dilayani sebanyak 974 ribu masyarakat. Kapasitas pengolahan air rata-rata 170.561 m3 per hari

SIGNIFIKANSIPROYEK

Sebagai ibukota negara, DKI Jakarta telah berkembang sebagai pusat pemerintahan, bisnis, dan industri. Karena perkembangan tersebut tidak disertai dengan perbaikan sistem pembuangan untuk menangani limbah yang dihasilkan, maka kondisi air dan sanitasi di Jakarta semakin memburuk. Saat ini, cakupan wilayah (coverage ratio) di DKI Jakarta hanya meliputi 4% dari keseluruhan wilayah dengan tingkat pencemaran BOD sebesar 84 mg/l. Dengan kondisi tersebut, DKI Jakarta berada di posisi kedua terendah dalam hal sanitasi di antara ibu kota di Asia Tenggara. Selain itu, JSS juga dibutuhkan untuk mendukung efektivitas Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN)/National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang juga sudah mulai dibangun.

35. JAKARTA SEWERAGE SYSTEM

NilaiInvestasi : ~Rp 70 Triliun

Skema Pendanaan : APBN dengan Pinjaman Asing (Jepang) untuk Zona 1 dan Zona 6, potensi skema KPBU untuk Zona 2, 4+10, 5, 8 dan 9 serta potensi KPBU/ Hutang untuk zona lainnya


Penanggung Jawab Proyek : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

RencanaMulaiKonstruksi : 2019 (Zona 1 & 6)

RencanaMulaiOperasi : 2022 (Zona 1 & 6)


NCICD memerlukan percepatan pembangunan proyek pengolahan air limbah sehingga proyek ini mendapatkan prioritas khusus dari pemerintah pusat dengan diterbitkannya surat No: S-130/D.VI.M.EKON/09/2013 mengenai Percepatan Pengembangan Pengolahan Sistem Air Limbah Terpusat di DKI Jakarta, dengan target pencapaian 75% cakupan wilayah pelayanan air limbah pada tahun 2022.

Pembangunan Jakarta Sewerage System akan meningkatkan cakupan wilayah pelayanan air limbah di DKI Jakarta sebesar 20%. Diharapkan dengan dimulainya penyiapan proyek untuk Zona 8 dapat menjadi spillover effect kepada pembangunan zona KPBU lainnya. Pada akhirnya, pembangunan seluruh proyek JSS dapat melebihi target jangkauan layanan limbah di DKI Jakarta.

STATUSTERAKHIR

Proses penyiapan JSS Zona 8 telah dimulai (Kick-Off) pada bulan Maret 2018, namun masih terkendala perubahaan skema pendanaan proyek dari KPBU Solicited menjadi KPBU Unsolicited. KPPIP telah mengirimkan surat permohonan konfirmasi skema pendanaan proyek JSS Zona 8 kepada tim Gubernur DKI Jakarta sejak bulan Mei 2018 dan surat sudah di disposisikan kepada tim DSDA dan Bappeda. Pada bulan Oktober 2018, KPPIP terus melakukan koordinasi dengan tim Bappeda dan DSDA terkait tindak lanjut atas surat tersebut dan disepakati bahwa tim Bappeda dan DSDA akan menindaklanjuti balasan untuk surat tersebut.

Sampai bulan Desember 2018, KPPIP terus melakukan koordinasi dengan tim Bappeda dan TGUPP terkait tindak lanjut atas surat tersebut. Telah disampaikan draf surat balasan Gubernur DKI Jakarta kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Pelaksana Tim KPPIP pada akhir bulan November 2018, dimana isi draf surat tersebu mencakup:

1. Penetapan skema pendanaan proyek yaitu Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Solicited.

2. Permohonan dukungan pelaksanaan pelaksanaan monitoring dan pelaksanaan penyusunan studi Outline Business Case (OBC), Final Business Case (FBC) pelaksanaan proyek.

KPPIP juga telah melakukan koordinasi dengan ADB-AICOE atas dukungan persiapan yang direncanakan untuk diberikan kepada JSS Zona 8 dimana ADB-AICOE setuju untuk memberikan waktu perpanjangan sampai dengan didapatkannya balasan formal Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.


SKEMAPENDANAAN

Berdasarkan hasil scoping study yang dilakukan KPPIP dengan bantuan INDII, telah diidentifikasi zona-zona yang memiliki potensi untuk KPBU yaitu zona 2,5,8,9,4+10.

PENGADAANTANAH

Lahan untuk Zona 8 belum dilakukan pengadaan

TINDAKLANJUT

Mendapatkan konfirmasi atas skema KPBU yang akan digunakan apakah KPBU Solicited/ Unsolicited melalui penandatanganan draf surat balasan Gubernur DKI Jakarta kepada KPPIP.



Sudah tercantum Selesai pada 2015 Sedang di persiapkan Belum dimulai


Belum dimulai Belum dimulai Tidak diperlukan Belum dimulai


KPBU Belum ditetapkan Belum ditetapkan Belum ditetapkan


2019 2020 2023


DESKRIPSIPROYEK

Tanggul Laut adalah proyek pembangunan sebuah tanggul skala besar di bagian utara dari Teluk Jakarta sebagai cara untuk melindungi ibukota dari banjir. Di dalam tanggul ini akan dibuat laguna-laguna besar untuk menampung aliran dari 13 sungai di Jakarta.

Proyek Tanggul Laut dibagi menjadi tiga fase yaitu Fase A, Fase B dan Fase C. Fase A yang merupakan prioritas KPPIP, difokuskan untuk meningkatkan perlindungan pantai yang ada saat ini melalui penguatan dan pengembangan tanggul-tanggul pantai yang sudah ada sepanjang 30 kilometer juga membangun 17 pulau buatan di Teluk Jakarta.

Kegiatan pencanangan dari Fase A dilaksanakan pada awal September 2014. Fase B, difokuskan pada pembangunan tanggul laut luar barat dan waduk besar. Sedangkan fase C difokuskan untuk membangun tanggul luar timur yang akan dibangun setelah tahun 2023. Beberapa pengembangan jangka panjang di sisi timur teluk Jakarta dilakukan dengan menutup bagian dari teluk untuk mengantisipasi jika penurunan muka tanah di Jakarta bagian timur tidak dapat dihentikan.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Lebih dari separuh penduduk Jakarta tinggal di area pesisir dan aktivitas perekonomian utama perkotaan juga banyak berkembang di kawasan pesisir. Di kawasan ini terdapat aliran 13 sungai besar yang bermuara di Teluk Jakarta dan 40% wilayahnya merupakan dataran rendah yang berada di bawah muka air laut pasang. Banjir di kawasan pesisir Jakarta diperburuk dengan menurunnya muka tanah akibat ekstraksi pemanfaatan air tanah dalam yang berlebihan. Proyek ini akan membantu penanggulangan penurunan muka tanah di Jakarta.

36. TANGGUL LAUT FASE A

NilaiInvestasi : ~Rp 2,4 Triliun untuk fase A (belum termasuk biaya pembebasan lahan)

Skema Pendanaan : APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan Swasta


Penanggung Jawab Proyek : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian PUPR




STATUSTERAKHIR

Dalam pelaksanaan konstruksi, pada lokasi Kamal Muara telah dibangun tanggul sepanjang 154,5 m pada tahun 2017 dan target realisasi pada tahun 2018 adalah sepanjang 241 m dan target pembangunan tahun 2019 adalah sepanjang 285 m. Pada lokasi Kali Blencong, telah terbangun tanggul sepanjang 336,64 m, pada lokasi Muara Baru, pembangunan telah terealisasi sepanjang 2,137 m dan pada lokasi Kalibaru, target pembangunan tahun 2018 sudah tercapai 100% yaitu sepanjang 2,200 m.

Terkait desain proyek, saat ini sedang dilakukan finalisasi desain tipe tanggul oleh Project Management Unit (PMU) Program Tanggul Laut dan Pusat Litbang Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan mempertimbangkan aspek Geoteknik dan lingkungan dimana hasil finalisasi akan digunakan sebagai guideline utama pembangunan tanggul laut oleh seluruh pihak (pemerintah pusat, pemerintah daerah DKI Jakarta dan pihak swasta) kedepannya.

Saat ini sedang dilaksanakan pembahasan rencana pembangunan Tanggul Laut didalam penyusunan Rencana Tata Ruang dan Rencana Zonasi Kawasan Strategis (RTR KSN & RZ KSN) Jabodetabekpunjur dan telah dibentuk Badan Koordinasi dan Pengelolaan Reklamasi Pantai Utara Jakarta (BKP Pantura Jakarta) melalui Peraturan Gubernur No 58 Tahun 2018 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Koordinasi Pengelolaan Reklamasi Pantai Utara Jakarta.



Sudah tercantum Selesai pada 2015 Selesai pada 2015 Selesai pada 2016


Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan N/A Belum dimulai


APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan Swasta

N/A N/A N/A


Telah tercapai 2007 2018


SKEMAPENDANAAN

Pendanaan Fase A akan menggunakan APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan swasta dengan pembagian alokasi pendanaan mengikuti trase indikatif yang sudah ditetapkan. Fase selanjutnya akan direncanakan dengan menggandeng pihak swasta yang akan berinvestasi di kawasan Tanggul Laut.

PENGADAANTANAH

Tanggul Laut yang berlokasi di utara Jakarta akan melakukan reklamasi lahan dimana 90 juta m³ pasir akan dibutuhkan untuk membangun tanggul luar saja. Tambahan sejumlah 210 juta m³ pasir akan dibutuhkan untuk mereklamasi lahan seluas 1.250 ha yang akan menjadi lokasi pengembangan perkotaan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan identifikasi titik-titik peninggian dan pelebaran tanggul yang membutuhkan pembebasan lahan.

TINDAKLANJUT

Melakukan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan kelembagaan program tanggul laut oleh Pemerintah Pusat dan Daerah (DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten), pembahasan pembangunan Tanggul Laut dalam penyusunan Rencana Tata Ruang dan Rencana Zonasi Kawasan Strategis Jabodetabekpunjur serta pemantauan finalisasi desain tipe Tanggul Laut.


DESKRIPSIPROYEK

Pembangunan PLTSa di delapan kota besar di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Tangerang, bandung, Surakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, dan Denpasar. DKI Jakarta merencanakan pembangunan empat PLTSa dan kota lainnya merencanakan pembangunan satu PLTSa di wilayahnya masing-masing. PLTSa di Kota Surakarta direncanakan mampu mengolah sampah sebanyak 400-450 ton/hari dengan teknologi gasifikasi, sedangkan PLTSa di kota-kota lain direncanakan mampu mengolah 1.000-2.200 ton/hari dengan teknologi insinerator termal.

SIGNIFIKANSIPROYEK

Proyek ini sangat penting bagi kota-kota di Indonesia karena mengalami masalah pengolahan sampah, di mana kapasitas TPA akan atau sudah melebihi kapasitas, yang menciptakan masalah sanitasi bagi warga kota. Dengan mengimplementasikan teknologi PLTSa, diharapkan bahwa sampah akan dapat diolah dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Manfaat tambahannya adalah bahwa akan dihasilkan listrik yang dapat dipasok kepada PT PLN.

37. ENERGI ASAL SAMPAH KOTA-KOTA BESAR


Skema Pendanaan : KPBU, Swasta dan penugasan BUMD

Lokasi : DKI Jakarta, Tangerang, Bandung, Surakarta, Semarang, Surabaya, Makassar dan Denpasar

Penanggung Jawab Proyek : Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kota terkait



G. Status Proyek Prioritas Sektor Energi Asal Sampah


STATUSTERAKHIR

Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah menjadi Listrik telah diterbitkan pada April 2018. Harga pembelian listrik untuk kapasitas < 20 MW telah ditetapkan sebesar USD 13.35 cent/kWH dan untuk besaran bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah (BLPS) maksimal adalah Rp 500.000/ton.

1. PLTSadiDKIJakarta

1 (satu) Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter sudah dilakukan penandatangan Joint Venture Agreement antara PT Jakarta Propertindo (JakPro) dan Fortum Finlandia pada 9 Oktober 2018. Pembentukan JV Company antara JakPro dan Fortum dan ground breaking telah dilaksanakan pada Desember 2018.

2. PLTSadiTangerang

Walikota Tangerang telah mengirimkan surat tanggal 9 Feb 2018 yang berisi skema pendanaan akan dilakukan pelelangan mandiri dan menarik/pencabutan permohonan fasilitas PDF kepada Kementerian Keuangan. Skema pendanaan yang dipilih oleh Pemkot Tangerang adalah penugasan BUMD PT Tangerang Nusantara Global (Perseroda). Market sounding telah dilaksanakan pada bulan Mei 2018. Saat ini sedang dalam tahap Pra-Kualifikasi (PQ) untuk calon mitra BUMD (15 Agustus – 13 September 2018), terdapat 9 Perusahaan yang telah menyampaikan minatnya.

3. PLTSadiBandung(RegionalJawaBarat)

Market sounding sudah dilaksanakan pada 29 Januari 2018. Pj Gubernur Jawa Barat telah menetapkan JICA untuk dapat mendampingi proses tahap transaksi PLTSa Legok Nangka dengan bekerja sama dengan LKPP. Saat ini JICA, melalui KPPIP-SF, sedang melakukan gap analysis terhadap dokumen OBC. Telah disepakati oleh Kemenkeu, KPPIP, LKPP dan JICA bahwa Transaction Advisor (TA) akan melalui permohonan PDF kepada Kemenkeu dengan hibah dari JICA.


4. PLTSadiSemarang

Telah dilakukan kunjungan lapangan oleh KIAT dan Pemerintah Kota Semarang. KIAT telah menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) Jasa Konsultan untuk penyusunan Outline Business Case (OBC) PLTSa Semarang. Pemerintah Kota Semarang telah menyetujui KAK tersebut, dan saat ini KIAT telah membuka lelang untuk pengadaan jasa konsultan penyusunan OBC PLTSa Semarang.

5. PLTSadiSurakarta

Pemkot Surakarta sudah menentukan pengembang PLTSa yaitu PT Citra Metro Plasma Power (CMPP). Surat Penugasan Pembeliaan Tarif Listrik untuk PLTSa Surakarta kepada PLN dari Menteri ESDM telah diterbitkan pada 11 Juli 2018. PJBL. Telah diputuskan PT CMPP akan membangun tahap pertama 5 MW tanpa BLPS. Penandatanganan PJBL dengan PT PLN dilakukan pada 28 Desember 2018.

6. PLTSadiSurabaya

Proyek sudah memasuki tahap konstruksi. Surat Penugasan Pembeliaan Tarif Listrik untuk PLTSa Surabaya 11 MW kepada PLN dari Menteri ESDM telah diterbitkan pada 11 Juli 2018. Target penandatanganan PJBL 9 MW pada September 2018. Sementara untuk amademen PJBL PLTSa Surabaya 2 MW (dari Sanitary Landfill), PLN dalam proses konsultasi Legal Opinion (LO) kepada TP4D Jawa Timur.

7. PLTSadiMakassar

Pendanaan untuk penyusunan Pra-Studi Kelayakan dari Korea Selatan masih menunggu penandatanganan MoU antara Pemerintah Korea dengan Pemerintah Indonesia. Pemerintah Korea Selatan, melalui KEITI, KECC, dan GTC, dalam proses finalisasi Pra-Studi Kelayakan untuk PLTSa Makassar.


8. PLTSadiDenpasar(Sarbagita/Suwung)

PJP telah ditetapkan yaitu Gubernur Bali. Skema pendanaan adalah penugasan kepada PT PLN berdasarkan Surat Menteri ESDM pada bulan Oktober 2017. PT PLN telah menugaskan PT Indonesia Power (selaku anak perusahaan PLN) sebagai pengembang PLTSa Sarbagita/Suwung. Pra-Studi Kelayakan telah selesai disusun oleh PT Indonesia Power pada Februari 2018. PT Indonesia Power telah melaksanakan proses seleksi mitra, namun tidak perusahaan yang memenuhi syarat untuk no tipping fee. Pemprov Bali dalam proses penyusunan Raperda terkait iuran wisatawan untuk pemasukan tipping fee.





Telah diterbitkan Telah diterbitkan N/A N/A


KPBU dan Swasta Kota Surabaya dan Surakarta: Selesai6 kota lainnya: 2018/2019

Dalam proses evaluasi N/A


Kota Surabaya: Selesai7 kota lainnya: 2019

Kota Surabaya: 20177 kota lainnya: 2019

Kota Surabaya: 20197 kota lainnya: 2021


SKEMAPENDANAAN

Skema pendanaan untuk proyek yang belum ditentukan pengembang PLTSa direncanakan dengan skema KPBU karena dibutuhkan dukungan kelayakan dari Pemerintah berdasarkan nilai jual listrik yang ditetapkan dan keterbatasan dana Pemda untuk BLPS.

PENGADAANTANAH

Proses pengadaan tanah hanya dibutuhkan untuk tiga ITF di DKI Jakarta. Lokasi PLTSa lainnya berada di lahan TPA eksisting sehingga tidak membutuhkan pengadaan lahan tambahan.

TINDAKLANJUT

1. Pemantauan status kemajuan proyek PLTSa di setiap kota.

2. Koordinasi dalam penerbitan Permen KLHK tentang mekanisme implementasi penerapan Biaya Layanan Pengelolaan Sampah (BLPS) oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.


Proyek Strategis Nasional



05BAB

203


Menindaklanjuti arahan Presiden pada Menko Bidang Perekonomian pada Februari 2018 untuk memberikan masukan terkait proyek yang perlu dikeluarkan dari daftar PSN karena tidak dapat memulai konstruksi pada Kuartal

ketiga tahun 2019, KPPIP melakukan evaluasi terhadap progres PSN dan menyusun rekomendasi proyek yang perlu dikeluarkan. KPPIP juga melakukan seleksi proyek yang perlu ditambahkan dalam daftar PSN. Hasil evaluasi dan seleksi KPPIP kemudian menjadi dasar pengambilan keputusan dalam perubahan daftar Proyek Strategis Nasional.

Peraturan Presiden tentang Proyek Strategis Nasional No. 56 Tahun 2018 yang diterbitkan pada Juli 2018 telah mengakomodir perubahan jumlah daftar PSN menjadi 223 proyek dan 3 program dengan nilai investasi kurang lebih Rp 4.150 triliun. Perubahan tersebut meliputi dikeluarkannya 24 proyek dari daftar PSN, dimana 10 proyek dikeluarkan karena telah selesai dan beroperasi penuh, dan 14 proyek kehilangan statusnya sebagai PSN karena tidak lagi memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh KPPIP, dan dimasukannya 1 proyek dan 1 program dalam daftar PSN.

A. Proses Evaluasi dan Revisi PSN pada Semester II 2018

01. Proses Evaluasi dan Revisi PSN pada Semester II 2018


Untuk mengetahui kemajuan dan estimasi pencapaian PSN dan menyusunlaporan kemajuan secara berkala, KPPIP secara rutin melaksanakan tahapanberikut:

1. Mengoordinasikan pengumpulan, pengolahan, dan verifikasi data PSN dari berbagai sumber yang terdiri dari staf Kedeputian VI Kemenko Perekonomian, Penanggung Jawab Proyek, dan laporan proyek relevan lainnya.

2. Menyusun spreadsheet untuk mengompilasikan data PSN yang mencakup informasi proyek, status proyek isu proyek, dan alokasi pendanaan proyek.

3. Menyusun materi progres PSN dalam bentuk presentasi untuk digunakan sebagai laporan kepada Menko Perekonomian dan digunakan sebagai bahan sosialisasi kepada pemangku kepentingan.

4. Menyusun materi estimasi pencapaian PSN setiap bulan untuk bulan September, Oktober, November, dan Desember 2018.

KemajuanPSNperSeptember2018*

*Tidak termasuk Program Kebijakan Pemerantaan Ekonomi yang telah berjalan dan akan dilaporkan secara terpisah

1%

21%

PSN 11%

24%

16%

3%

24%

3 Proyek sudah selesai

51 proyek dan 1 Program Ketenagalistrikan dalam tahap konstruksi dan mulai beroperasi

52 proyek dalam tahap konstruksi dan akan beroperasi di 2019

23 proyek dalam tahap konstruksi dan akan beroperasi di 2018

37 proyek dalam tahap konstruksi dan akan beroperasi setelah 2019

6 proyek dalam tahap transaksi

51 proyek dan 1 program Industri Pesawat dalam tahap penyiapan


KemajuanProgramKetenagalistrikanperSeptember2018

32%

52%

7% 3%6%

35GW

EstimasiPencapaianPSNsampaiKuartalIII2019

REALISASI

2016 20182017 Q3 2019 Keterangan

ESTIMASI

Perubahan PSN Ke-1:Penambahan

55 Proyek + 1 ProgramIndustri Pesawat

Perubahan PSN Ke-2:Penambahan

2 Proyek + 1 ProgramPemerataan Ekonomi Proyek Selesai

Proyek dalam tahap penyiapan

Proyek dalam tahap konstruksi

Proyek dalamtahap transaksi

Proyek keluardari daftar PSN

Proyek dalam tahap konstruksi dan mulai

beroperasi

30 Proyek

119 Proyek

37 Proyekdan 1 Program

35 GW

110 Proyek 89 Proyek+ 1 Program

Industri Pesawat

60 Proyek

6 Proyek 6 Proyek

50 Proyek+ 1 Program

Industri Pesawat

20 Proyek

13 Proyek

96 Proyekdan 1 Program

35 GW

81 Proyek

15 Proyek 29 Proyek 29 Proyek 29 Proyek

13 Proyek

48 Proyek

79 Proyek

59 Proyek +1 Program

35 GW + 1 ProgramPemerataan Ekonomi

84 Proyek +1 Program

35 GW + 1 ProgramPemerataan

Ekonomi

2.164 MW sudah beroperasi

11.117 MW sudah selesai PPA namun belum financial close

18.457 MW dalam tahap konstruksi

2.153 MW dalam tahap pengadaan

984 MW dalam tahap perencanaan


Kebijakan Terkait Infrastruktur yang Didukung KPPIP



06BAB

209


A. Status Regulasi Pendukung Proyek Strategis Nasional

Bab ini mencakup penjelasan mengenai hasil identifikasi dan analisis terhadap peraturan perundang-undangan eksisting yang dapat disesuaikan dengan arah kebijakan percepatan infrastruktur, termasuk peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk mendorong percepatan pelaksanaan Proyek Prioritas dan Proyek Strategis Nasional (“PSN”).

Bab ini juga menjelaskan mengenai arah kebijakan infrastruktur sesuai dengan instruksi Presiden Republik Indonesia sehubungan dengan percepatan pelaksanaan proyek strategis untuk memenuhi kepentingan umum dan kemanfaaatan umum yang dituangkan dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (“Inpres No. 1/2016”).

Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 28 Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, dibutuhkan adanya penetapan KPPIP sebagai pelaksana monitoring dan evaluasi dalam penyelenggaraan PSN. Peraturan ini juga dimaksudkan untuk memberikan wewenang kepada KPPIP dalam menjalankan fungsinya antara lain untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi termasuk memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang ada sesuai dengan hasil koordinasi dengan para penanggung jawab proyek PSN.

A1. Status Regulasi Pendukung Proyek Strategis Nasional berupa Penyusunan Peraturan Lintas Sektoral terkait Penyediaan Infrastruktur

01. Penyusunan Keputusan Menteri Koordinator Bidang PerekonomianRepublikIndonesiatentangPenetapanKomitePercepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas Sebagai PelaksanaMonitoringDanEvaluasiPenyelenggaraanProyekStrategisNasional


Bahwa berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 154 Tahun 2017 tentang Penugasan Kepada Perseroan Terbatas Jakarta Propertindo Untuk Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Api Ringan/Ligt Rail Transit (“Pergub DKI Jakarta No. 154/2017”) telah diatur mengenai Tarif dan Subsidi LRT Jakarta dan Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai dasar hukum dan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam pemberian subsidi kepada Perseroan dalam rangka menjamin keberlangsungan penyelenggaraan Prasarana dan Sarana LRT Jakarta dan bertujuan untuk memberikan Kontribusi Finansial Pemerintah Daerah dalam bentuk subsidi agar Perseroan dapat melaksanakan tugas penyelenggaraan prasarana dan sarana LRT Jakarta secara berkelanjutan.

Bahwa berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 154 Tahun 2017 tentang Penugasan Kepada Perseroan Terbatas Jakarta Propertindo Untuk Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Api Ringan/Ligt Rail Transit (“Pergub DKI Jakarta No. 154/2017”) telah diatur mengenai Tarif dan Subsidi LRT Jakarta dan Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai dasar hukum dan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam pemberian subsidi kepada Perseroan dalam rangka menjamin keberlangsungan penyelenggaraan Prasarana dan Sarana LRT Jakarta dan bertujuan untuk memberikan Kontribusi Finansial Pemerintah Daerah dalam bentuk subsidi agar Perseroan dapat melaksanakan tugas penyelenggaraan prasarana dan sarana LRT Jakarta secara berkelanjutan.

01. Penerbitan Peraturan Gubernur DKI Jakarta tentang KewajibanPelayananPublikDanPemberianSubsidiDalamPenyelenggaraanKeretaApiRingan(LightRailTransit/“LRT”)diDKI Jakarta yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan BelanjaDaerah(“APBD”)KepadaPerseroanTerbatasJakartaPropertindo(“Jakpro”)

02. RancanganPeraturanMenteriKoordinatorBidangKemaritimantentangTataCaraPenyediaanBantuanBiayaLayananPengelolaanSampahdalamrangkaPercepatanPenyediaanInfrastrukturPembangkitListrikBerbasisSampah

A2. Status Regulasi Pendukung Proyek Strategis Nasional berupa Penyusunan Peraturan Sektoral terkait Penyediaan Infrastruktur


Untuk pelaksanaan ketentuan percepatan penyediaan infrastruktur prioritas dan pelaksanaan ketentuan Pasal 15 Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (“Perpres No. 75/2014”), KPPIP telah melakukan kajian terhadap perubahan Daftar Infrastruktur Prioritas. Daftar Infrastruktur Prioritas diubah dengan memasukkan beberapa proyek baru.

01. PerubahanPeraturanMenteriKoordinator Bidang Perekonomian tentang Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas

B. Perubahan Regulasi yang Diperlukan untuk Percepatan Penyediaan Infrastruktur

B1. Perubahan Regulasi Lintas Sektoral untuk Percepatan Penyediaan Infrastruktur

213

Laporan KPPIP Semester 2 | 201 8214

01. PerubahanPeraturanPresidententangPelaksanaanPembangunanDanPengembanganKilangMinyakDiDalamNegeri

B2. Perubahan Regulasi Sektoral untuk Percepatan Penyediaan Infrastruktur

Perubahan terhadap Peraturan Presiden Nomor 146 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Pembangunan Dan Pengembangan Kilang Minyak Di Dalam Negeri (“Perpres No. 146/2015”) direncanakan Pemerintah dalam rangka mengakomodasi instruksi Presiden sehubungan dengan pembelian produksi minyak yang dihasilkan dari Kontrak Kerja Sama (“KKKS”) untuk dapat diolah secara terintegrasi oleh PT Pertamina (Persero). Rancangan perubahan peraturan sebagaimana dimaksud juga mencakup pengaturan terkait pemberian insentif fiskal yang meliputi: (i) fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan Badan (Tax Holiday) sebesar 100% (seratus persen) selama durasi maksimum; (ii) fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak impor bahan baku minyak bumi dan bahan baku pendukung; (iii) fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak impor barang dan peralatan yang diperlukan untuk pembangunan dan pemeliharaan kilang; (iv) fasilitas pembebasan pajak re-ekspor barang dan peralatan; (v) izin impor besi atau baja serta produk turunannya; (vi) penggunaan nilai buku untuk kepentingan perpajakan atas transaksi pemecahan usaha tidak murni (spin-off); (vii) penggunaan nilai buku untuk kepentingan perpajakan atas transaksi pengalihan saham di anak perusahaan PT Pertamina (Persero) kepada anak perusahaan lainnya.

Terhadap rencana perubahan peraturan tersebut, maka KPPIP sedang melakukan peninjauan terhadap rancangan perubahan Perpres No. 146/2015 yang sampai pada saat ini masih dilakukan koordinasi bersama dengan instansi kementerian terkait.

215Laporan KPPIP Semester 2 | 201 8

Penugasan untuk penyelenggaraan Fasilitas Pengelolaan Sampah di Dalam Kota/Intermediate Treatment Facility (“ITF”) oleh Gubernur DKI Jakarta kepada Jakpro dimulai sejak berlakunya Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 33/2018 tentang Penugasan Lanjutan Kepada Perseroan Terbatas Jakarta Propertindo Dalam Penyelenggaraan Fasilitas Pengelolaan Sampah Di Dalam Kota/Intermediate Treatment Facility (“Pergub DKI Jakarta No. 33/2018”), yaitu tanggal 13 April 2018 dan dilakukan 3 (tiga) tahun sejak pemenuhan

01. OpsiPemanfaatanLahanPemerintahDaerahProvinsiDKIJakarta untuk Pembangkit Listrik TenagaSampahdiSunterJakartaUtara

C. Kajian Hukum yang Diperlukan untuk Percepatan Penyediaan Infrastruktur

C1. Kajian Hukum terkait dengan Percepatan Penyediaan Infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Sampah


pembiayaan (financial close) yaitu termasuk penyelesaian seluruh perizinan penyelenggaraan ITF yang harus diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) bulan sejak Pergub DKI Jakarta No. 33/2018 berlaku. Adapun jangka waktu penugasan Pemerintah Daerah kepada Jakpro untuk pengoperasian ITF adalah selama 25 (dua puluh lima) tahun terhitung sejak selesainya pembangunan ITF. Penyelenggaraan ITF berlokasi di Stasiun Peralihan Antara (“SPA”) Sunter Kota Administrasi Jakarta Utara dan lahan yang digunakan seluas 3,05 hektar tersebut merupakan Barang Milik Daerah (“BMD”).

Terhadap penyelenggaraan ITF, maka terdapat 2 (dua) opsi yang dapat dilakukan terkait pemanfaatan BMD berupa tanah SPA Sunter, yaitu: (i) apabila dipertimbangkan bentuk sewa sebagai pemanfaatan SPA Sunter, maka diperlukan perubahan terhadap ketentuan jangka waktu sewa BMD dalam rangka kerja sama infrastruktur sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah (“Permendagri No. 19/2016”); atau (ii) penetapan BMD tanah SPA Sunter oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebagai BMD yang bersifat khusus dalam rangka pemanfaatan BMD melalui bentuk KSP dengan mempertimbangkan ketersediaan dana untuk memenuhi biaya operasional, pemeliharaan, dan/atau perbaikan yang diperlukan terhadap tanah SPA Sunter.

Sehubungan dengan penugasan lanjutan kepada Jakpro untuk menyelenggarakan ITF untuk melakukan percepatan pembangunan dan pengoperasian ITF, dalam hal penyertaan modal pemerintah daerah dengan objek BMD yang akan dilakukan penyertaan modal berupa lahan seluas 3,05 (tiga koma nol lima) hektar yang merupakan lahan yang digunakan dalam pembangunan dan pengoperasian ITF dan akan dilakukan untuk kepentingan umum, antara lain mencakup bidang pembuangan sampah dan pembangkit tenaga listrik, maka penyertaan modal pemerintah daerah tersebut dilakukan atas persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Daerah. Namun demikian, DPRD tetap dilibatkan dalam proses penyertaan modal pemerintah daerah tersebut, mengingat penyertaan modal pemerintah daerah kepada BUMD ditetapkan melalui Peraturan Daerah yang dalam proses pembahasannya memerlukan persetujuan dari DPRD.

Kewenangan DPRD untuk memberikan persetujuan atas pemindahtanganan BMD atas lahan seluas 3,05 (tiga koma nol lima) hektar beralih kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalam hal objek tanah tersebut memenuhi kondisi tertentu. Adapun ketentuan tersebut berlaku terhadap tanah dan/atau bangunan yang memenuhi kondisi (i) sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota; (ii) harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam dokumen penganggaran; (iii) diperuntukkan bagi pegawai negeri sipil pemerintah daerah yang bersangkutan; (iv) diperuntukkan bagi kepentingan umum; atau (v) dikuasai pemerintah daerah berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.

02. KetentuanPerundang-undanganmengenaiPenyertaanModalPemerintahDaerahProvinsiDKIJakartakepadaJakproselakuBadanUsahaMilikDaerah(“BUMD”)untukPembangkitListrikTenagaSampahdiSunterJakarta


Dalam rangka pemanfaatan sumber energi berkelanjutan serta penanggulangan permasalahan sampah, penyelenggaraan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (“PLTSa”) menjadi salah satu alternatif solusi terhadap pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di Indonesia. Dalam Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan (“Perpres No. 35/2018”) diatur bahwa pendanaan yang diperlukan untuk percepatan pembangunan PLTSa, bersumber dari APBD dan dapat didukung oleh APBN. Dukungan pendanaan yang berasal dari APBN tersebut digunakan untuk bantuan BLPS yang alokasi anggarannya diusulkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada Menteri Keuangan.

BLPS merupakan belanja yang dikeluarkan dan anggaran belanja daerah kepada Pengelola Sampah. Pemerintah menyediakan dukungan pendanaan yang bersumber dari APBN yang digunakan untuk bantuan BLPS kepada Pemerintah Daerah. Alokasi anggaran untuk bantuan BLPS, diusulkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada Menteri Keuangan. Adapun bantuan BLPS yang bersumber dari APBN paling tinggi Rp500.000,00 (lima ratus ribu Rupiah) per ton sampah.

Dalam melaksanakan percepatan pembangunan PLTSa, dibentuk Tim Koordinasi yang memiliki tugas untuk melakukan koordinasi dan pengawasan serta memberikan bantuan yang diperlukan untuk kelancaran percepatan pembangunan PLTSa. Tim Koordinasi diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, wakil ketua Tim Koordinasi adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Dalam hal akan dikeluarkannya Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman terkait penyediaan alokasi dana bantuan BLPS, maka dilakukan melalui tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan dan pengundangan. Pemrakarsa mengajukan usul perencanaan penyusunan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan menjadi rancangan peraturan untuk dapat diprioritaskan agar diproses dalam tahun tersebut.

03. Kajian atas Wewenang Menteri Koordinator BidangKemaritimandalamPembentukanPeraturanPenyediaanAlokasiDanaBantuanBLPS

217


01. PenentuanPenanggungJawabProyekKerjasama(“PJPK”)dalamsektorSPAMberdasarkanskemaKerjasamaPemerintahdenganBadanUsaha(“KPBU”)

C2. Kajian Hukum terkait dengan Percepatan Penyediaan Infrastruktur Sistem Penyediaan Air Minum (“SPAM”)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (“UU No. 23/2014”) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum (“PP No. 122/2015”), Pemerintah Pusat pada dasarnya dapat melakukan penyelenggaraan SPAM pada wilayah lintas provinsi. Sehubungan dengan Proyek, mengingat bahwa rencana pengembangan SPAM akan dilakukan di wilayah Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, dan Ibu Kota Jakarta, maka penyelenggaraan SPAM dilakukan secara lintas Provinsi. Dengan demikian, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan SPAM lintas Provinsi terhadap Proyek. Adapun berdasarkan Pasal 36 PP No. 122/2015, Pemerintah Pusat/Daerah membentuk BUMN dan/atau BUMD sebagai pelaksanaan kewenangan Pemerintah Pusat/Daerah dalam penyelenggaraan SPAM. Terkait dengan pelaksanaan kewenangan tersebut, maka Pemerintah Pusat dapat membentuk BUMN untuk penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 36 PP No. 122/2015. Salah satu pembentukan BUMN untuk penyelenggaraan SPAM tersebut dilakukan Pemerintah Pusat melalui pembentukan Perum Jasa Tirta II (“PJT II”) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II (“PP No. 7/2010”).

Pendelegasian kewenangan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk bertindak sebagai PJPK kepada PJT II untuk Proyek melalui penugasan khusus sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 561/KPTS/M/2017 tentang Penugasan Kepada Direktur Utama Perusahaan Umum Jasa Tirta II untuk Menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama dalam Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Sistem Penyediaan Air Minum Regional Jatiluhur (“Kepmen PUPR No. 561/2017”), telah sesuai didasarkan pada alasan-alasan dimana (i) Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berwenang untuk bertindak sebagai PJPK berdasarkan pada kewenangannya melaksanakan penyelenggaraan SPAM yang bersifat kepentingan strategis nasional, dan lintas provinsi; (ii) pendelegasian wewenang dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai menteri teknis di bidang pekerjaan umum yang bertindak sebagai PJPK kepada PJT II yang menyelenggarakan pengembangan SPAM secara regional.


02. KetentuanPerundang-undanganmengenaiPenggunaanRuangMilikJalanTolsertaPemanfaatanBarangMilikNegara(“BMN”)/BMDMelaluiMekanismeSewaSehubungandenganProyekSPAMUmbulan

Sehubungan dengan pelaksanaan proyek penyediaan infrastruktur SPAM Umbulan yang akan melakukan pemasangan pipa transmisi pada Ruang Milik Jalan (“Rumija”) yang berada pada ruas jalan tol Pasuruan-Gempol, Gempol-Pandaan, Surabaya-Gempol, Surabaya-Mojokerto dan Surabaya-Gresik, dilakukan penyusunan kajian hukum dengan tujuan untuk memberikan pemahaman terkait ketentuan penggunaan Rumija tol, hak dan kewenangan Badan Usaha Jalan Tol (“BUJT”) atas Rumija tol, serta pemanfaatan Rumija tol melalui mekanisme sewa untuk kegiatan penyediaan infrastruktur pipa transmisi dalam proyek SPAM Umbulan dengan mengasumsikan bahwa Rumija yang terdapat dalam 5 (lima) ruas tol yang dilalui merupakan BMN/BMD.

Status kepemilikan bagian-bagian dari jalan tol merupakan aset pemerintah berupa BMN atau BMD dan dalam hal pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dengan sumber pendanaannya berasal dari APBD. Pengelolaan Rumija dalam sektor jalan tol melibatkan BUJT berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 06/PRT/M/2018 Tahun 2018 tentang Wewenang dan Tugas Direktorat Jenderal Bina Marga, Badan Pengatur Jalan Tol, dan Badan Usaha Jalan Tol Dalam Penyelenggaraan Jalan Tol (“Permen PUPR No.06/2018”) dalam lampirannya mengatur kewenangan BUJT dalam pemanfaatan jalan tol meliputi (i) pengelolaan jalan tol, (ii) operasi dan pemeliharaan, dan (iii) pelaksanaan pemanfaatan bagian bagian jalan tol.

Selain tanah yang sudah ditetapkan dalam perencanaan teknik untuk keperluan badan jalan, tanah di ruang milik jalan tol di luar ruang manfaat jalan tol dapat diusahakan sebagai pemanfaatan ruang milik jalan tol untuk prasarana transportasi lainnya, pemanfaatan ruang milik jalan tol untuk utilitas, iklan dan lain-lain serta tempat istirahat dan pelayanan sepanjang hal ini masih merupakan sarana penunjang dalam pengusahaan jalan tol dan memenuhi ketentuan teknik jalan tol. Pengusahaan ruang milik jalan dapat dilakukan oleh badan usaha bekerja sama dengan pihak lain atas persetujuan BPJT. Pemanfaatan dan pengusahaan bagian jalan tol seperti pemanfaatan ruang milik jalan tol untuk prasarana transportasi lainnya, pemanfaatan ruang milik jalan tol untuk utilitas, iklan dan lain-lain serta tempat istirahat dan pelayanan merupakan pendapatan tambahan bagi BUJT dan harus diperhitungkan dalam rencana usaha BUJT.

BUJT merupakan pihak yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengusahaan pada jalan tol, sehingga BUJT sepatutnya berhak untuk mendapat manfaat ekonomi atas segala kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain pada Rumija tol. Mengingat bahwa dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

Laporan KPPIP Semester 2 | 201 8220

pengusahaan jalan tol tidak mengatur secara tegas besaran tarif sewa yang dapat ditetapkan oleh BUJT kepada pihak lain yang melakukan kegiatan pengusahaan pada Rumija tol, dan proyek penyediaan infrastruktur SPAM Umbulan merupakan kegiatan penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum, serta dengan mengasumsikan bahwa Rumija tol merupakan BMN/BMD, maka penetapan tarif sewa atas Rumija tol tersebut dapat dilakukan dengan mekanisme perhitungan besaran sewa untuk sewa yang dilakukan atas BMN sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.06/2014 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur (“PMK No. 164/2014”) dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara (“PMK No. 57/2016”), dan besaran sewa BMD yang diatur dalam Permendagri No. 19/2016.

Mekanisme sewa atas BMN/BMD merupakan pemanfaatan BMN/BMD oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan untuk menerima imbalan uang tunai. Dalam hal sewa dilakukan dalam rangka kerja sama infrastruktur, pemanfaatan BMN dapat dilakukan untuk jangka waktu paling lama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperpanjang, sedangkan jangka waktu sewa BMD dapat diberikan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali.

Besaran sewa/tarif sewa atas penyediaan pipa transmisi dalam proyek SPAM Umbulan untuk meningkatkan cakupan dan kinerja pelayanan penyediaan air berdampak langsung pada tarif air minum yang dibebankan kepada masyarakat. Oleh karena itu, besaran sewa untuk pemanfaatan BMN/BMD dalam melaksanakan proyek SPAM Umbulan yang merupakan proyek untuk kepentingan umum perlu diperhitungkan dengan mempertimbangkan nilai keekonomian dari penyediaan infrastruktur SPAM Umbulan. Perhitungan besaran sewa BMN yang diatur dalam PMK No. 164/2014 dan PMK No. 57/2016, serta besaran sewa BMD yang diatur dalam Permendagri No. 19/2016, telah mengatur mengenai perhitungan besaran sewa atas BMN/BMD yang dilakukan untuk kerja sama infrastruktur dapat ditetapkan dengan mempertimbangkan nilai keekonomian dari masing-masing jenis infrastruktur.

Besaran sewa BMN/BMD ditetapkan dengan memperhitungkan tarif pokok sewa dan faktor penyesuai sewa. Besaran sewa atas BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur dihitung dengan menggunakan formula tarif sewa BMN yang dapat dihitung dengan mempertimbangkan nilai keekonomian dari masing-masing jenis infrastruktur. Sedangkan untuk pemanfaatan BMD melalui mekanisme sewa, besaran sewa untuk kegiatan dengan karakteristik usaha yang memerlukan waktu sewa lebih dari 5 (lima) tahun, maka besaran sewa dapat dihitung dengan mempertimbangkan nilai keekonomian dari masing-masing jenis infrastruktur, yakni dengan mempertimbangkan daya beli atau kemampuan membayar masyarakat (ability to pay) dan/atau kemauan membayar masyarakat (willingness to pay).

221Laporan KPPIP Semester 2 | 2 01 8

03.KajianmengenaiPengalihanHakMilikAsetInfrastruktur yang Dibangun dengan Skema KerjasamaPemerintahdenganBadanUsaha

Penyelenggaraan proyek SPAM Regional Jatiluhur dilakukan dengan skema penugasan dimana Pemerintah telah menugaskan Perusahaan Umum Jasa Tirta II (“PJT II”) untuk bertindak sebagai PJPK Proyek. Dalam pelaksanaannya, PJT II mendirikan Joint Venture Company bersama dengan para Pembeli Air Curah (“Offtakers”) Perusahaan Daerah Air Minum (“PDAM”).

Hak pengalihan aset infrastruktur yang didapatkan PJT II didasarkan pada (i) telah adanya pendelegasian kewenangan kepada PJT II untuk bertindak sebagai PJPK proyek SPAM Regional Jatiluhur, dan (ii) adanya pemenuhan kewajiban-kewajiban PJPK yang dilakukan oleh PJT II yang diantaranya adalah kewajiban finansial dan kewajiban menandatangani perjanjian kerja sama KPBU. Dengan demikian, maka dapat diargumentasikan bahwa PJT II merupakan pihak yang sah untuk bertindak sebagai PJPK dan memiliki hak atas pengalihan aset infrastruktur yang telah dibangun oleh BUP.

Berkaitan dengan pengalihan aset infrastruktur proyek SPAM Regional Jatiluhur, selama periode kerja sama, aset menjadi milik BUP. Namun, setelah berakhirnya periode kerja sama tersebut, BUP akan mengalihkan kepemilikan aset tersebut kepada PJPK. Dalam hal terdapatnya pendelegasian kewenangan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada PJT II, maka yang memiliki hak atas pengalihan aset proyek SPAM Regional Jatiluhur merupakan PJT II.

Terkait dengan rencana penempatan para Offtakers sebagai beneficiary owner, tidak terdapat ketentuan yang melarang adanya rencana penempatan tersebut dari aset proyek SPAM Regional Jatiluhur. Peraturan perundang-undangan tidak melarang PJPK membuat perjanjian dengan Offtakers atas aset infrastruktur setelah selesainya periode kerja sama dan setelah aset tersebut dialihkan kepada PJPK. Hal ini merupakan bagian dari kesepakatan para pihak yang ingin mengikatkan dirinya dalam perjanjian terkait aset proyek SPAM Regional Jatiluhur.


01. TinjauanatasKajianAwalPrastudiKelayakanProyekKawasanIndustriTelukBintuni

02. KajianHukummengenaiPengadaanTanahUntukPengembanganInfrastrukturPSNKawasanIndustriTelukBintunidanPelabuhanHubunganInternasionalKualaTanjungKualaTanjung


Sehubungan dengan Proyek Kawasan Industri Teluk Bintuni, KPPIP melakukan tinjauan lebih lanjut atas dokumen Kajian Awal Prastudi Kelayakan Bab Kajian Hukum dan Kelembagaan untuk Proyek Kawasan Industri Teluk Bintuni. Berdasarkan hasil tinjauan tersebut KPPIP menemukan beberapa hal yang dapat di kaji ulang oleh Tim Ahli Hukum dari Proyek Kawasan Industri Teluk Bintuni termasuk pembaharuan peraturan perundang-undangan yang sudah tidak berlaku lagi dan penyesuaian dengan peraturan-peraturan terbaru.

Sehubungan dengan pengadaan tanah untuk kepentingan program prioritas, Pemerintah dapat menggunakan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (“UU No. 2/2012”). Pasal 14 ayat (2) UU No. 2/2012 mengatur bahwa perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (“RTRW”) dan prioritas pembangunan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (“RPJM”), Rencana Strategis (“Renstra”), dan Rencana Kerja Pemerintah (“RKP”) Instansi yang bersangkutan.

Proyek Kawasan Industri Teluk Bintuni merupakan proyek yang termasuk kedalam program prioritas Pemerintah sebagaimana dicantumkan dalam RPJM Nasional, Renstra Kementerian Perindustrian, RKP Kementerian Perindustrian, dan Kebijakan Industri Nasional Tahun 2015-2019. Di samping itu, Proyek Kawasan Industri Teluk Bintuni ditetapkan sebagai proyek PSN sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (“Perpres No. 3/2016”). Dengan demikian, Proyek Kawasan Industri Teluk Bintuni pengadaan tanahnya dapat dilakukan melalui UU No. 2/2012.


Terhadap Proyek Pelabuhan Hubungan Internasional Kuala Tanjung, berdasarkan UU No. 2/2012, pengadaan tanah untuk pengembangan pelabuhan merupakan salah satu kategori pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Di samping itu, BUMN penugasan khusus dapat melakukan pengadaan tanah untuk proyek berdasarkan UU No. 2/2012. Mengingat bahwa PT Pelabuhan Indonesia I (“Pelindo I”) telah ditugaskan oleh Pemerintah membangun dan mengoperasikan Pelabuhan Hubungan Internasional Kuala Tanjung dan membangun, mengembangkan, dan mengelola Kawasan Industri Kuala Tanjung berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Dan Pengoperasian Pelabuhan Dan Kawasan Industri Kuala Tanjung Di Provinsi Sumatera Utara (“Perpres No. 81/2018”), maka Pelindo I dapat melakukan pengadaan tanah sebagaimana diatur dalam UU No. 2/2012.

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (“BUN”) berwenang dan bertanggung jawab atas pendanaan pengadaan tanah dalam rangka pelaksanaan proyek PSN berdasarkan perencanaan kebutuhan pengadaan tanah oleh Menteri/Kepala atau pimpinan BUMN. Sedangkan pelaksanaan pendanaan tersebut secara fungsional dilaksanakan oleh satuan kerja di lingkungan Kementerian Keuangan yang melaksanakan tugas dan fungsi manajemen aset negara dengan menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (“BLU”) yaitu Lembaga Manajemen Aset Negara (“LMAN”).

Dalam menyusun perencanaan kebutuhan pengadaan tanah sebagaimana diuraikan di atas, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana KPPIP berkoordinasi dengan Kementerian/lembaga dan/atau Badan Usaha Milik Negara (“BUMN”) yang melaksanakan proyek PSN untuk menentukan Daftar Peringkat PSN dimana berdasarkan hasil koordinasi tersebut, disusun dokumen rencana kebutuhan pengadaan tanah beserta anggarannya.

Dokumen tersebut kemudian disampaikan oleh Menteri/Kepala atau pimpinan BUMN kepada LMAN sesuai dengan siklus penyusunan APBN yaitu paling lambat pada akhir bulan November 2 (dua) tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan untuk penyusunan indikasi kebutuhan dana BUN. Berdasarkan perencanaan kebutuhan pengadaan tanah, pimpinan LMAN menyusun Daftar Pendanaan Pengadaan Tanah bagi PSN (Project List) yang kemudian dilanjutkan dengan menyusun Daftar Prioritas Pendanaan Pengadaan Tanah bagi PSN Tahunan (Project List Tahunan) yang ditetapkan oleh pimpinan LMAN paling lambat tanggal 15 Januari setiap tahunnya. Kemudian, LMAN mengalokasikan pendanaan pengadaan tanah sesuai dengan Daftar Peringkat PSN yang sudah ditetapkan dalam Daftar Prioritas Pendanaan Pengadaan Tanah bagi PSN Tahunan (Project List Tahunan) dalam APBN pada Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (“BA BUN”) yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

223


03. PemahamanatasKetentuanUmumdanDampakPengalihanKawasanFreeTradeZoneBatammenjadiKawasanEkonomiKhusus(“KEK”)

KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

MaksuddantujuanpengembanganKEKadalahsebagaiberikut:

1. meningkatkan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi;

2. memaksimalkan kegiatan industri seperti ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi;

3. mempercepat perkembangan daerah; dan

4. sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapar menciptakan lapangan pekerjaan.

Dalam hal akan dilakukannya rencana perubahan status Kawasan, maka Rencana perubahan status kawasan tersebut diusulkan kepada Dewan Nasional oleh badan usaha, pemerintah kabupaten/kota, atau pemerintah provinsi. Dalam hal dilaksanakannya perubahan status Batam dari PBPB menjadi KEK, maka konsekuensi yang ditimbulkan merupakan BP Batam tidak lagi memiliki kewenangan untuk melakukan pengusahaan dibidang ekonomi. Sebagaimana dijelaskan bahwa kewenangan BP Batam dalam mengelola Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas Batam (“PBPB”) didelegasikan kepada lembaga-lembaga yang berwenang untuk mengelola KEK.

Lebih lanjut, fungsi dari PBPB dan KEK adalah melakukan pengelolaan fungsi perekonomian di suatu wilayah, dengan demikian dengan dibentuknya KEK maka PBPB mungkin akan dihapuskan. KEK memberikan beberapa fasilitas berupa insentif fiskal yang tidak didapatkan dari PBPB. Namun perlu diperhatikan, bahwa pembangunan di wilayah Batam saat ini telah berjalan dan dikarenakan keterbatasan wilayah yang dimiliki oleh Batam saat ini, perubahan PBPB menjadi KEK akan menimbulkan permasalahan lahan. Lebih lanjut, pembentukan KEK dimaksudkan untuk menarik investor asing dengan insentif fiskalnya, namun perekonomian Batam yang telah berkembang saat ini dan didorong dengan kurangnya lahan dirasa tidak lagi membutuhkan masuknya investor.


04.PemahamanterkaitKewenanganBadanPengusahaan(“BPBatam”)dalamPenyelenggaraanSPAMdiKawasanPBPBBatamdanKajianTerhadapRencanaPendelegasianKewenanganMenteriPekerjaanUmumdanPerumahanRakyatkepadaBPBatamterkaitPerizinandalamPenyelenggaraanSPAMdiKawasan Batam

Dalam hal penyelenggaraan SPAM di kawasan PBPB Batam, BP Batam diberikan wewenang untuk melakukan koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan dalam bidang pembangunan proyek-proyek di daerah Batam dan Kepala BP Batam mempunyai tugas untuk melaksanakan pengelolaan, pengembangan dan pembangunan kawasan BP Batam sesuai dengan fungsi-fungsi kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 (“UU No. 36/2000”).

Salah satu tugas BP Batam berdasarkan UU No. 36/2000 adalah melaksanakan pengelolaan, pengembangan dan pembangunan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas termasuk namun tidak terbatas dengan melakukan penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana air dan sumber air dalam PBPB Batam. Pelaksanaan tugas tersebut salah satunya telah direalisasikan melalui terselenggaranya kerja sama penyelenggaraan SPAM antara BP Batam dengan PT Adhya Tirta Batam (“ATB”).

Berdasarkan Pasal 13 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (“UU No. 30/2014”) pendelegasian wewenang dapat dilakukan apabila: (1) diberikan oleh Badan/Pejabat Pemerintahan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya; (2) ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan/atau Peraturan Daerah; dan (3) merupakan wewenang pelimpahan atau sebelumnya yang telah ada. Pendelegasian kewenangan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sehubungan dengan penyelenggaraan SPAM dapat ditinjau dari ruang lingkup kewenangan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang diatur dalam Pasal 38 PP No. 122/2015 yaitu wewenang dan tanggung jawab Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat selaku Pemerintah Pusat adalah melaksanakan penyelenggaraan SPAM yang bersifat khusus dan untuk kepentingan strategis nasional.

Sehubungan dengan kewenangan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam penyelenggaraan SPAM di kawasan ekonomi khusus, maka dapat diinterpretasikan bahwa hal tersebut selaras dengan fungsi BP Batam dalam penyelenggaraan SPAM di PBPB Batam. Hal ini juga didukung dengan peraturan


perundang-undangan yang menentukan bahwa BP Batam bertindak selaku representasi Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan tugas dan kewenangannya di PBPB Batam. Oleh karena itu, terdapat alasan yang cukup mendasar untuk dilakukannya pendelegasian kewenangan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam penyelenggaraan SPAM yang didapatkan dari peraturan perundang-undangan di sektor air minum kepada BP Batam.

Dalam rangka memberikan pengaturan lebih lanjut mengenai pendelegasian tanggung jawab pelaksanaan penyelenggaraan SPAM oleh Pemerintah Pusat (Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) kepada BP Batam dalam suatu produk hukum, maka hal tersebut dapat ditetapkan antara lain melalui Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden maupun Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

05.KajianPenyelesaianKasusTerhambatnyaInvestasiPSNPTKaryaCitraNusantaraBidangKepelabuhandiMarunda

Proyek Pembangunan Dermaga I, II, dan III Pelabuhan Marunda didasarkan pada perjanjian konsesi antara PT Karya Citra Nusantara (“KCN”) sebagai perusahaan patungan PT Karya Tekhnik Utama (“KTU”) dan PT Kawasan Berikat Nusantara (“KBN”) dengan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan. Dalam pelaksanaan pembangunan, ditemukan hambatan yang menimbulkan kendala bagi KTU dan KCN untuk berinvestasi.

Dalam hal Proyek Marunda dilaksanakan dengan dengan konsesi, maka hanya dapat diakhiri apabila Badan Usaha Pelabuhan tidak melaksanakan kewajiban sesuai dengan yang ditetapkan dalam perjanjian konsesi berdasarkan hasil evaluasi Penyelenggaraan Pelabuhan dan tidak memenuhi standar kinerja yang ditentukan dalam perjanjian konsesi atau pengakhiran perjanjian konsesi juga dapat dilakukan apabila jangka waktu berakhir sesuai dengan perjanjian. Lebih lanjut, dalam hal Badan Usaha Pelabuhan tidak melaksanakan kewajiban dalam perjanjian konsesi, maka pengakhiran perjanjian konsesi dilakukan oleh Penyelenggara Pelabuhan setelah diberikan peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut dalam kurun waktu masing-masing 1 (satu) bulan.

Perlu diperhatikan bahwa apabila terjadi perselisihan antara pihak dalam konsesi, maka permasalahan yang timbul antara anggota konsorsium KCN tidak akan bisa membuat pelaksanaan perjanjian konsesi tertunda. Hal ini disebabkan perjanjian konsesi hanya berakhir apabila terjadi pelanggaran atas kewajiban konsesi oleh Badan Usaha Pelabuhan atau jangka waktu perjanjian berakhir. Lebih lanjut, KBN dan KTU sebagai pendiri dari KCN wajib bertanggung jawab terhadap dampak yang timbul selama pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang bersangkutan tak terkecuali perselisihan antara KTU dan KBN.


06. Kajian PendanaanPengadaanTanahProyekKualaTanjung

Dalam rangka pembangunan dan pengoperasian Pelabuhan Hubungan Internasional Kuala Tanjung dan membangun, mengembangkan, dan mengelola Kawasan Industri Kuala Tanjung (“Proyek Kuala Tanjung”) oleh Pelindo I yang termasuk ke dalam PSN terdapat rencana pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang membutuhkan pendanaan yang pelaksanaannya akan dialokasikan melalui pendanaan LMAN.

Pengadaan tanah dan kerjasama konsesi dalam pelabuhan diatur berdasarkan rezim yang berbeda, sehingga setiap pembangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan umum tunduk pada rezim pengadaan tanah berdasarkan ketentuan UU No. 2/2012 termasuk tunduk pada ketentuan khusus pengadaan tanah dalam rangka pelaksanaan percepatan PSN yang diselenggarakan oleh LMAN, baik nantinya kerjasama yang akan dilakukan di pelabuhan adalah dengan bentuk konsesi atau bentuk kerjasama lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Mekanisme pengadaan tanah untuk Kawasan Industri Kuala Tanjung yang termasuk dalam fasilitas penunjang pelabuhan juga dilaksanakan berdasarkan ketentuan UU No. 2/2012 yang sumber dana pengadaan tanahnya berasal dari internal perusahaan atau sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun sumber lain untuk pendanaan pembangunan kawasan industri Kuala Tanjung yang termasuk dalam PSN tersebut dapat berasal dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara Pengelolaan Investasi Pemerintah (Bagian Anggaran 999.03) yang pengadaan tanahnya dilaksanakan oleh LMAN. Tidak ada ketentuan yang mengatur bahwa pengadaan tanah atau penyediaan lahan untuk fasilitas penunjang pelabuhan tidak bersumber dari APBN.

227


01. KajianHukumdanKelembagaanTentangJasaKonsultasiBadanUsahaKonsultanHukumKPPIP

02. RancanganPerjanjianDukunganPenerbitanBukuInfrastruktur

03.KontrakPanelKonsultan

C4. Kajian dan Produk Hukum Penunjang Pelaksanaan Fungsi KPPIP

KPPIP melakukan penyusunan kajian hukum dan kelembagaan terkait dengan kegiatan penyediaan jasa konsultan hukum badan usaha pada dasarnya diselenggarakan dengan tujuan untuk membantu KPPIP dalam memberikan advokasi hukum sebagaimana diperlukan terhadap kebijakan KPPIP yang diambil dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewenangannya, menganalisis persoalan hukum yang terkait dengan pelaksanaan proyek prioritas dan PSN dan melaksanakan fungsi rekomendasi penyempurnaan peraturan perundang-undangan untuk mendukung kegiatan percepatan penyediaan infrastruktur.

Sehubungan dengan adanya rencana pemberian dukungan untuk pencetakan dan penerbitan buku foto kemajuan infrastruktur nasional oleh BP Berau Ltd. (“BP”) kepada KPPIP, BP dan KPPIP bermaksud untuk menandatangani Letter of Agreement atau Surat Perjanjian Pemberian Dukungan. Terhadap perjanjian tersebut, dipandang perlu oleh KPPIP untuk mengikutsertakan Penerbit sebagai pihak yang akan melaksanakan pencetakan dan penerbitan atas buku tersebut.

KPPIP menyusun kajian hukum mengenai isu ini dengan mengelaborasi justifikasi hukum terkait diperlukannya keterlibatan Penerbit sebagai pihak yang ikut serta dalam penandatanganan Surat Perjanjian Pemberian Dukungan. Terhadap keikutsertaan Penerbit selaku pihak dalam perjanjian, dalam kajian hukum diuraikan mengenai usulan perubahan klausula terhadap Surat Perjanjian Pemberian Dukungan tersebut.

KPPIP telah menyelesaikan Kontrak Payung Indefinite Delivery Contract (“IDC”) Untuk Penyelenggaraan Panel Konsultan guna mendukung Ketua Pelaksana KPPIP dalam pelaksanaan PSN dan Proyek Infrastruktur Prioritas yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia. Setiap perusahaan/asosiasi yang akan dimasukkan dalam Panel akan menandatangani Kontrak Payung IDC dengan Klien, sesuai dengan syarat dan ketentuan yang terkandung di dalamnya.


01. HibahBangunanuntukPembangunanFasilitasBandarUdaraKertajati

04.RancanganPerjanjianKerjasamaAntaraLembagaKebijakanPengadaanBarang/JasaPemerintah(“LKPP”)danKPPIP

C.5 Kajian Hukum terkait dengan Percepatan Penyediaan Infrastruktur Kawasan Industri dan Pelabuhan

Sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan Bandar Udara Kertajati yang telah selesai dan telah beroperasi pada bulan Juli 2018 terdapat tindak lanjut dari pengelolaan Bandar Udara Kertajati, yaitu rencana Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk melaksanakan pengelolaan BMN berupa aset bangunan fasilitas sisi udara yang terdiri dari runway, paralel taxiway, cross taxiway, apron, serta fasilitas airfield lightning. Opsi pengelolaan BMN yang direncanakan untuk digunakan adalah pemindahtanganan dengan skema hibah.

Pelaksanaan hibah BMN dilakukan dengan adanya pertimbangan-pertimbangan, yang salah satunya merupakan pertimbangan penyelenggaraan pemerintahan negara atau pemerintahan daerah. Dalam Surat Permohonan Hibah Gubernur Jawa Barat Nomor 640/3622/Dishub tanggal 20 Agustus 2018 yang diajukan oleh Gubernur Jawa Barat kepada Menhub, bahwa hibah dimaksudkan untuk melaksanakan “penyelenggaraan pemerintahan negara atau pemerintah daerah”. Dalam surat permohonan tersebut, tidak terdapat penjelasan lebih lanjut atas pemenuhan kriteria penyelenggaraan pemerintahan negara atau pemerintahan daerah. Untuk itu, dikarenakan adanya penafsiran yang luas atas pengertian penyelenggaraan

Dalam rangka pelaksanaan rencana pendampingan tahap transaksi kerja sama pemerintah dan badan usaha untuk proyek tempat pengolahan dan pemrosesan akhir sampah regional Legok Nangka, Jawa Barat dibentuk Perjanjian Kerja sama (“PKS”). Maksud dari kerja sama ini adalah pemberian dukungan melalui pemanfaatan kerjasama Support Facility antara KPPIP dan KPPIP-SF dalam pendampingan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat untuk kegiatan pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada tahap Transaksi Proyek dimana KPPIP-SF merupakan PIHAK penanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan dalam pemberian dukungan kepada LKPP sesuai dengan ruang lingkup kerja sama yang diperjanjikan. PKS ini mengatur ketentuan-ketentuan dasar perjanjian antara para pihak.


pemerintahan negara atau pemerintahan daerah, serta adanya limitasi berupa kriteria dalam pelaksanaan hibah BMN, maka perlu untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut terkait penyelenggaraan pemerintah negara atau pemerintah daerah yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat berkaitan dengan Proyek.

02. PemahamanterhadapPenempatanInvestasiDanaPensiundalamDanaInvestasiInfrastruktur(“DINFRA”)berbentukKontrakInvestasiKolektif(“KIK”)

Sebagai salah satu alternatif sumber pendanaan dalam rangka penyediaan infrastruktur, maka Pemerintah menerbitkan instrumen investasi di pasar modal berupa DINFRA berbentuk KIK untuk mendukung pembangunan dan meningkatkan keberagaman produk investasi di pasar modal. Sebagai salah satu instrumen investasi, dipandang perlu untuk mengidentifikasi sumber dana penempatan investasi melalui DINFRA. Adapun Dana Pensiun merupakan salah satu pihak yang dipertimbangkan untuk dapat melakukan penempatan investasi melalui DINFRA.

DINFRA merupakan wadah berbentuk KIK yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang sebagian besarnya diinvestasikan pada aset infrastruktur oleh manajer investasi. Adapun DINFRA dibentuk dalam KIK yang merupakan kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan di mana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.

PelaksanaaninvestasiDINFRAdalambentukportofoliodapatditempatkandalambentuk:

( 1 ) dana pada aset infrastruktur dengan porsi minimal 51% (lima puluh satu persen) dari Nilai Aktiva Bersih (“NAB”) dan aset lainnya. Investasi pada aset infrastruktur dapat dilakukan:

( a ) secara langsung melalui pembelian aset infrastruktur dengan ketentuan:

• aset infrastruktur berada di wilayah Indonesia; dan

• berupa aset infrastruktur yang mendukung program pembangunan atau penyediaan infrastruktur pemerintah, atau membawa kemanfaatan bagi publik.

( a ) secara tidak langsung melalui:

• pembelian efek bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki, menguasai, atau memiliki pengendalian atas aset infrastruktur;

• investasi pada efek bersifat utang yang pembayarannya berasal dari aset infrastruktur; atau


• investasi pada efek bersifat utang yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki, menguasai atau memiliki pengendalian atas aset infrastruktur.

( 2 ) maksimal 49% (empat puluh sembilan persen) dari NAB dapat ditempatkan di instrumen pasar uang atau portofolio efek berupa (i) efek yang diterbitkan di dalam negeri dan/atau (ii) instrumen keuangan lain yang memperoleh penetapan Otoritas Jasa Keuangan (“OJK”) sebagai efek.

Dana DINFRA dapat diinvestasikan pada aset infrastruktur secara langsung yang dilakukan tanpa menggunakan Special Purpose Company (“SPC”) yang dibentuk untuk kepentingan DINFRA.

Dalam hal dilakukannya DINFRA, unit penyertaan DINFRA dapat ditawarkan melalui penawaran umum dan tidak melalui penawaran umum. Penawaran umum unit penyertaan DINFRA hanya dapat dilakukan setelah pendaftaran DINFRA telah disampaikan kepada OJK dan pernyataan pendaftaran tersebut dinyatakan efektif.

Sementara itu, Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Dana pensiun terdiri dari dana pensiun pemberi kerja dan dana pensiun lembaga keuangan. Salah satu sumber kekayaan dana pensiun didapatkan dari hasil investasi. Berdasarkan ketentuan jenis investasi yang diperbolehkan dalam dana pensiun, salah satu investasi Dana Pensiun dapat dilakukan melalui Surat Berharga Negara (“SBN”).

Kewajiban penempatan investasi Dana Pensiun dalam SBN dapat dipenuhi dengan melakukan penempatan investasi pada jenis instrumen investasi lainnya yang ditujukan untuk pembiayaan penyediaan infrastruktur sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK Nomor 1/POJK.05/2016 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan OJK Nomor 56 /POJK.05/2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan OJK Nomor 1/POJK.05/2016 (“POJK No. 1/2016”). DINFRA dapat dikategorikan sebagai instrumen investasi lain yang penggunaan dananya digunakan untuk pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah. Hal ini mengingat kriteria DINFRA sebagai instrumen investasi yang penggunaan dananya diperuntukkan sebagai pembiayaan proyek infrastruktur Pemerintah sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 52/POJK.04/2017 tentang Dana Investasi Infrastruktur Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (“POJK No. 52/2017”). Dengan demikian, penempatan investasi Dana Pensiun dapat diilustrasikan melalui bagan berikut:

231


Jenis KIK meliputi Reksa Dana, Reksa Dana Penyertaan Terbatas (“RDPT”) dan Dana Investasi Real Estat (“DIRE”) dengan aspek perpajakan meliputi Pajak Penghasilan (“PPh”) pada bidang Pajak Pembelian Aset Real Estat, Deviden dan Bunga Obligasi.

AspekperpajakandalamreksadanaberbentukKIKdapatdiilustrasikanmelaluibaganberikut:

Berdasarkan bagan di atas, beberapa penghasilan yang dihasilkan dari investasi Reksa Dana dikenakan tarif pajak yang berbeda-beda tergantung pada jenis penghasilannya. Penghasilan berupa bunga/capital gain/diskonto obligasi dikenakan PPh final sebesar 5% (lima persen). Penghasilan berupa dividen saham dikenakan tarif PPh umum. Penghasilan berupa penjualan saham di bursa dikenakan PPh final sebesar 0,1% (nol koma satu persen). Sedangkan dalam hal pembagian keuntungan berupa bagian laba yang diterima unit penyertaan dikecualikan dari objek pajak.

Penggunaan Dana Pensiun dalam DINFRA

DANAPENSIUN

Dalam bentuk DINFRA sebagai Instrumen

investasi lain sebagaimana tercantum

dalam pasal 4A (1) (d) POJK No. 1/2016

Wajib untuk menempatkan

investasi pada SBN minimal 30% (tiga puluh persen) dari

seluruh jumlah investsi dana

pensiun

INVESTOR• Obligasi• Saham• Dll

Investasi (Rp)

• Unit penyertaan• Pembagian

Keuntungan (Rp)

• Bunga Obligasi• Capital Gain/

Diskonto Obligasi• Dividen Saham• Penjualan Saham

Manajer Investasi

REKSA DANAKIK

Bank Kustodian


Dividen SPC kepada DIRE tidak dikenakan pajak mengingat SPC dan DIRE merupakan satu kesatuan. Dalam hal penghasilan dari pembelian aset real estat, diberlakukan restitusi PPN 1 bulan dan PPh pengalihan aset infrastruktur dari 0,5% (nol koma lima persen). Untuk penghasilan berupa dividen dari perusahaan Real Estat kepada SPC atau DIRE terkena PPh dengan tarif umum. Sedangkan untuk pendapatan sewa kepada SPC atau DIRE dikenakan tarif PPh sebesar 10% (sepuluh persen). Lebih lanjut, pembagian keuntungan DIRE kepada pemegang unit penyertaan dikecualikan dari objek pajak.

AspekperpajakandalamRDPTberbentukKIKdapatdiilustrasikanmelaluibaganberikut:

AspekperpajakandalamDIREberbentukKIKdapatdiilustrasikanmelaluibaganberikut:

INVESTOR

Manajer Investasi

KIK Dire

Bank Kustodian

Investasi (Rp)


Keuntungan (Rp)

Kepemilikan Saham 99,9%

• Dividen SPC

Investasi (Rp)

• Dividen• Pendapatan

Sewa

SPC

Melalui SPC

Investasi Langsung

Dividen/Pendapatan Sewa (Rp)

Investasi (Rp)

• Aset Real Estate

• Saham

INVESTOR

Manajer Investasi

KIK RDPT

Bank Kustodian

Investasi (Rp)


Keuntungan (Rp)


• Dividen SPC (Rp)

Investasi (Rp)

Pendapatan Dividen (Rp)

SPC

Melalui SPC

Investasi Langsung

Pendapatan Dividen/Bunga (Rp)

Investasi (Rp)

• Saham Non- penawaran umum

• Surat utang Non-penawaran umum


Penghasilan yang dihasilkan dari investasi pada RDPT dikenakan PPh yang beragam tergantung pada jenis penghasilannya. Untuk dividen saham dari perusahaan sasaran dan dividen SPC kepada RDPT dikenakan tarif PPh umum dan untuk penghasilan berupa bunga surat utang dari perusahaan sasaran dikenakan tarif PPh final sebesar 5% (lima persen). Untuk menghindari pengenaan pajak berganda untuk PPh dividen SPC kepada RDPT, maka diusulkan untuk diadakan pemerataan pengenaan pajak RDPT dengan DIRE khusus dalam hal tersebut.

Dalam upaya insentif perpajakan untuk DINFRA melalui mekanisme penyertaan perpajakan KIK,pelaksanaanaspekpajakDINFRAdapatdiilustrasikandalambaganini:

Tarif pajak untuk penghasilan DINFRA yang berlaku saat ini tergantung pada jenis penghasilan yang didapatkan. Sebagaimana diuraikan pada bagan di atas, dalam hal pembelian aset infrastruktur, PPh yang dikenakan kepada pemilik aset infrastruktur yaitu 2,5% (dua koma lima persen), BPHTB maksimal 5% (lima persen) dengan PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dengan restitusi 1 (satu) tahun. Sedangkan PPh untuk dividen yang timbul dari DINFRA diberlakukan tarif sebanyak 25% (dua puluh lima) untuk masing-masing dividen yang timbul dari DINFRA (dividen perusahaan infrastruktur, dividen SPC, dan dividen perusahaan sasaran). PPh juga dikenakan untuk setiap bunga surat utang kepada DINFRA dengan besaran 15% (lima belas persen).

Terhadap PPh bunga obligasi untuk DINFRA dapat mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Bunga Obligasi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2013 (“PP No. 16/2009”) sebagai bentuk reksa dana bersifat KIK. Adapun untuk PPh pembelian aset langsung atau melalui SPC untuk DINFRA dapat dilakukan pengaturan melalui penerbitan produk hukum baru berupa Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 (“UU No. 7/1983”). Lebih lanjut, pengaturan mengenai

INVESTOR

Manajer Investasi

KIK DINFRA

Bank Kustodian

Investasi (Rp)


Keuntungan (Rp)


• Dividen SPC (Rp)

Investasi (Rp)

Dividen/ Bunga (Rp)

SPC

Melalui SPC

Investasi Langsung

Pendapatan Aset Infrastriktur/Dividen/Bunga

Investasi (Rp)

• Aset Infrastruktur

• Saham

• Surat Utang


PPh dividen atas DINFRA dapat merujuk pada pengaturan terkait KIK tertentu. Dalam hal ini, pengaturan terkait KIK tertentu hanya mengatur mengenai jenis investasi berupa DIRE yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 200/PMK.03/2015 Tahun 2015 tentang Perlakuan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Dan Pengusaha Kena Pajak Yang Menggunakan Skema Kontrak Investasi Kolektif Tertentu Dalam Rangka Pendalaman Sektor Keuangan (“PMK No. 200/2015”). Dengan demikian, dipandang perlu untuk melakukan perubahan terhadap regulasi sebagaimana dimaksud.

03. PemahamanterhadapRencanaKerjasamaBusiness to Business antara BUMDdenganBadanUsaha

Penyelenggaraan proyek dengan menggunakan skema Business to Business antara BUMD dengan Badan Usaha lain sampai pada saat ini belum memiliki pengaturan yang secara khusus sebagai dasar pelaksanaannya. Keberadaan skema Business to Business dalam penyelenggaraan proyek antara BUMD dengan Badan Usaha bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan efektivitas BUMD dalam upaya melanjutkan serta mengembangkan usaha. Dengan demikian, dipandang perlu terhadap BUMD yang bermaksud untuk melakukan kerja sama dengan Badan Usaha melalui mekanisme Business to Business untuk mengatur secara khusus mekanisme kerja sama tersebut melalui peraturan direksi BUMD sebagai suatu acuan dalam melaksanakan kerja sama.

Pelaksanaan kerja sama business to business dapat dilakukan menggunakan struktur dan skema transaksi Joint Venture (“JV”). Skema kerja sama antara BUMD dengan Badan Usaha dilakukan dengan membentuk JV Company/Special Purpose Vehicle/JV Company (“JV Co”) sebagai Badan Usaha penyelenggara Proyek. JV Co yang didirikan kemudian melakukan kerja sama Business to Business dengan BUMD untuk melakukan penyediaan jasa. Layanan yang diberikan oleh Badan Usaha penyelenggara Proyek/JV Co akan diberikan imbalan berupa pembayaran oleh BUMD. Berikut merupakan skema pelaksanaan kerja sama antara Badan Usaha dengan BUMD yang dilakukan melalui JV Co:

Pelanggan

BUMN

Payment

Perjanjian Kerjasama termasuk ketentuan pemegang

saham

Stakeholders Loan

Agreement

BadanUsaha

Penyertaan Modal

JV Co

Jasa dan/atau Barang

Project’s service output

delivery

Penyediaan jasa dan/atau

Barang

Perjanjian Kerjasama

Penyertaan Modal/Aset

(Inbreng)


Selain menggunakan skema JV, pelaksanaan kerja sama BUMD dengan Badan Usaha dapat menggunakan skema perjanjian non-joint venture. Adapun skema kerja sama lain yang dapat digunakan BUMD dalam melakukan Business to Business dengan Badan Usaha adalah skema perjanjian tanpa mendirikan JV Co. Dalam hal skema transaksi kerja sama Business to Business dilakukan tanpa mendirikan JV Co, maka bersama-sama dengan Badan Usaha melakukan perjanjian kerja sama dengan bentuk pengembalian investasi badan usaha berupa pembayaran ketersediaan layanan/availability payment atau jenis pembayaran lainnya. Pelaksanaan skema Business to Business yang dilakukan tanpa mendirikan JV Company adalah sebagai berikut:

04.PerubahanAlokasiAnggaranLMANdalamPengadaanTanahuntukProyekStrategisNasional

Pendanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dalam rangka pelaksanaan proyek PSN dapat dilakukan melalui pembiayaan investasi oleh Pemerintah yang pelaksanaan pendanaannya dilakukan oleh Menteri Keuangan. Dalam rangka pelaksanaan pendanaan, Menteri Keuangan bertanggung jawab secara formal atas perencanaan penganggaran dan penyaluran dana ganti kerugian kepada pihak yang berhak atau badan usaha dalam hal pelaksanaan pengadaan tanah menggunakan dana badan usaha terlebih dahulu. Menteri/Kepala dan pimpinan BUMN bertanggung jawab atas perencanaan kebutuhan dan pengajuan pembayaran dana ganti kerugian.

Pengelolaan anggaran dilakukan oleh Menteri Keuangan yang alokasi dananya terdapat dalam Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (“BA BUN”). Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (“BUN”) berwenang dan bertanggung jawab atas pendanaan pengadaan tanah dalam rangka pelaksanaan proyek PSN berdasarkan perencanaan kebutuhan pengadaan tanah oleh Menteri/Kepala atau pimpinan BUMN. Sedangkan pelaksanaan pendanaan tersebut secara fungsional dilaksanakan oleh satuan kerja di lingkungan Kementerian Keuangan yang melaksanakan tugas dan fungsi manajemen aset negara dengan menerapkan pengelolaan keuangan BLU yaitu LMAN.

Customers

Payment

Pelayanan

Kewajiban

Perjanjian Kerjasama

Perjanjian Pemanfaatan Aset

BUMD BadanUsaha

Barang dan/atau

Jasa


Sementara itu, selaku pihak yang diberikan wewenang untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan PSN, salah satu wewenang KPPIP terkait dengan proses penganggaran dana pengadaan tanah untuk PSN adalah menentukan daftar tingkat PSN. Penentuan Daftar Peringkat PSN tersebut merupakan dasar dari penyusunan dokumen pengadaan tanah yang disusun oleh Kementerian/lembaga dan/atau BUMN yang akan melaksanakan proyek PSN.

Dengan demikian, untuk mendapatkan pendanaan tanah dari LMAN, Menteri/Kepala atau Pimpinan BUMN diwajibkan untuk berkoordinasi dengan Menteri Perekonomian atau KPPIP dan mendapatkan hasil penentuan peringkat proyek PSN dari KPPIP.

BerikutmerupakanalurpelaksanaanpermohonanpendanaantanahdariLMAN:

Dalam hal akan dilakukannya Perubahan anggaran yang telah dialokasikan untuk dipergunakan pada proyek baru dapat diusulkan oleh Menteri/Lembaga atau pimpinan BUMN kepada pimpinan LMAN. Terdapat 3 (tiga) kemungkinan kondisi yang memiliki konsekuensi pada perubahan anggaran yang telah dialokasikan, meliputi:

1. Perubahan jumlah alokasi dana untuk proyek PSN yang sama atau proyek PSN yang telah tercantum pada Daftar Prioritas Pendanaan Pengadaan Tanah bagi PSN Tahunan (Project List Tahunan);

2. Penggantian proyek dengan proyek PSN lain yang belum tercantum pada Daftar Prioritas Pendanaan Pengadaan Tanah bagi PSN Tahunan (Project List Tahunan); dan

3. Penggantian proyek dengan proyek yang tidak berstatus proyek PSN.

Dalam menyusun perencanaan kebutuhan

pengadaan tanah, Kementerian/lembaga dan/

atau BUMN berkoordinasi dengan KPPIP untuk menentukan daftar

peringkat PSN Hasil Koordinasi

Paling lambat pada akhir bulan November 2 (dua) tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan

untuk penyusunan indikasi kebutuhan dana BUN

Kementerian/lembaga dan/atau BUMN

menyusun dokumen rencana kebutuhan

pengadaan tanah beserta anggarannya

Menteri/Kepala atau pimpinan BUMN menyampaikan dokumen rencana kebutuhan pengadaan tanah kepada LMAN dilengkapi

dengan hasil penentuan peringkat PSN dan Menko

Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana KPPIP

LMAN mengalokasikan pendanaan pengadaan tanah dalam APBN pada BA BUN Pengelolaan Investasi Pemerintah (Bagian Anggaran 999.03) yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan (alokasi anggaran BUN)

Pimpinan LMAN menyusun Daftar Prioritas Pendanaan Pengadaan Tanah bagi PSN Tahunan (Project List Tahunan) yang ditetapkan oleh pimpinan LMAN paling lambat tanggal 15 Januari setiap tahunnya

Pimpinan LMAN menyusun Daftar Pendanaan Pengadaan Tanah bagi PSN (Project List) memuat rincian data mengenai:

• prioritas infrastruktur yang akan disediakan dana pengadaan tanah;

• rincian kebutuhan dana dan rincian pencairan dana pengadaan tanah bagi masing-masing infrastruktur PSN


05.KajianterkaitRancanganPeraturanPresidententangPembiayaanInfrastrukturMelaluiHakPengelolaanTerbatas/LimitedConcessionScheme (“LCS”)dalamkaitannyadenganpelaksanaanpemanfaatanBMN

Ketentuan skema LCS sampai pada saat ini masih berupa Rancangan Peraturan Presiden (“Raperpres”) LCS. LCS ditujukan dalam rangka optimalisasi aset BMN guna mendapatkan pendanaan untuk pembiayaan penyediaan infrastruktur lainnya. Dengan menggunakan skema LCS, investor swasta dapat mengelola aset negara dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan pembayaran uang dalam jumlah besar di awal kerja sama sebagai pendapatan yang diterima di muka bagi Negara. Pada dasarnya tidak terdapat pertentangan ketentuan antara skema LCS dengan rezim pemanfaatan BMN/BMD, mengingat skema LCS mengatur lebih khusus mengenai pengelolaan aset BMN berupa infrastruktur yang telah beroperasi dan ditujukan untuk memperoleh pendanaan pembiayaan penyediaan infrastruktur yang terdapat dalam daftar Proyek Infrastruktur Prioritas dan/atau daftar Proyek Strategis Nasional.

Perbedaan utama dari skema LCS dan skema pemanfaatan BMN/BMD adalah tujuan dari dilaksakannya kerjasama. tujuan dari pelaksanaan skema LCS adalah dalam rangka mendapatkan pendanaan untuk pembiayaan penyediaan infrastruktur lainnya melalui pengelolaan dari suatu infrastruktur yang telah beroperasi dengan pembayaran di muka. Sedangkan tujuan dari pemanfaatan BMN/BMD adalah untuk optimalisasi BMN/BMD tanah dan/atau bangunan, baik keseluruhan maupun sebagian, dan/atau selain tanah dan/atau bangunan. Lebih lanjut, inisiatif pihak Pemerintah dalam penggunaan skema juga berbeda. Untuk mencapai tujuan pendanaan dalam skema LCS, Menteri/Pimpinan melakukan identifikasi infrastruktur yang akan dilakukan pengelolaan aset dengan mempertimbangkan fungsi dan manfaat antar sektor infrastruktur dan antar wilayah, analisa biaya manfaat dan sosial, dan nilai manfaat uang (value for money). Kemudian dilakukan penetapan Daftar Rencana Pengelolaan Aset serta menyiapkan prastudi kelayakan dan penggunaan dana pengelolaan aset.

Perbedaan selanjutnya adalah penggunaan skema LCS hanya dapat dilakukan pada suatu infrastruktur yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Raperpres LCS. Sehingga, penggunaan skema LCS tidak dilakukan terhadap tanah yang dapat menjadi objek pada skema pemanfaatan BMN/BMD. Adapun skema LCS mengatur pemenuhan pembiayaan oleh Badan Usaha Pengelola Aset dimana dalam waktu 6 (enam) bulan setelah penandatanganan perjanjian, Badan Usaha Pengelola Aset harus telah memperoleh pembiayaan atas Pengelolaan Aset.


Kegiatan KPPIP untuk Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Kapasitas



07BAB

239


KegiatanselamakurunwaktuJuli–Oktober2018adalah:

• Pendataan kebutuhan sumber daya manusia pada PSN baik pada tahappembangunan maupun pada tahap operasional dan perawatan sertapengembangan,

• Pelaksanaan fokus group discussion dalam rangka pengembanganjurusan di pendidikan vokasi (SMK maupun Politeknik) dan dalam rangkapengembangan vokasi sebagai pendorong motor ekonomi.

A. Kegiatan KPPIP untuk Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Kapasitas


No. SektorTerkait SuratPermohonan

1 Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral

Surat KPPIP No S-61/D.VI.M.EKON.KPPIP/09/2018 Tanggal 3 September 2018 yang ditujukan kepada Kepala Badan Pengembangan SDM – Kementrian ESDM (surat lengkap terlampir)

2 Sektor Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Surat KPPIP No S-59/D.VI.M.EKON.KPPIP/09/2018 Tanggal 3 September 2018 yang ditujukan kepada Kepala Badan Pengembangan SDM – Kementrian PUPR (surat lengkap terlampir)

3 Sektor Perhubungan Surat KPPIP No S-60/D.VI.M.EKON.KPPIP/09/2018 Tanggal 3 September 2018 yang ditujukan kepada Kepala Badan Pengembangan SDM – Kementrian Perhubungan (surat lengkap terlampir)

4 Sektor Perindustrian Surat KPPIP No S-92/D.VI.M.EKON.KPPIP/10/2018 Tanggal 3 Oktober 2018 yang ditujukan kepada Kepala Pusdiklat Industri – Kementrian Perindustrian (surat lengkap terlampir)

01. Pendataan kebutuhan sumber daya manusia dilakukan dengan menggali data primer dari sektor sektor terkait, untuk kemudian dibandingkan dengan prakiraan yang telah dilakukan oleh PMO KPPIP

Dalammemperolehkebutuhanyangdimaksud,KPPIPmengirimkansuratpermohonandatakepadaseluruhstakeholder sebagai berikut:


No

PSN

Nam

aPr

oyek

Se

suai

Daf

tarP

SNLo

kasi

Lead

ing

Sect

or

Jang

ka

Wak

tu

Pem

- ba

ngun

-an

Pr

oyek

Kebu

tuha

nSD

MP

rofe

sion

al

Pem

bang

unan

Pro

yek

Pem

anfa

atan

Pro

yek

Ope

rasi

onal

&P

eraw

atan

Peng

emba

ngan

Sarja

naD

iplo

ma

Sarja

naD

iplo

ma

Sarja

naD

iplo

ma

1Ja

lan

Tol S

eran

g -

Pani

mba

ng

(83,

6km

)

Bant

enBP

JT,

Kem

ente

rian

PUPR

109

Pem

bang

unan

Ja

ringa

n G

as

Bum

i unt

uk R

umah

Ta

ngga

Sum

ater

a,

Kalim

anta

n,

dan

Jaw

a

Sum

ater

a,

Kalim

anta

n,

dan

Jaw

a

1 Tah

un48

040

060

100

3050

110Ko

nstr

uksi

Tan

gki

Peny

impa

nan

BBM

Indo

nesi

a Ba

gian

Ti

mur

Kem

ente

rian

ESD

M

1 Tah

un14

028

070

140

3570

111Ko

nstr

uksi

Tan

gki

Peny

impa

nan

LPG

Indo

nesi

a Ba

gian

Ti

mur

Kem

ente

rian

ESD

M

1 Tah

un12

024

060

120

3060

112Pe

ngem

bang

an

Lapa

ngan

Aba

di

Wila

yah

Kerja

M

asel

a

Mal

uku

Kem

ente

rian

ESD

M

3 Ta

hun

200

1000

200

400

5015

0

113Pe

ngem

bang

an

Lapa

ngan

G

enda

lo, M

aha,

G

anda

ng, G

ahem

, da

n Ba

ngka

(In

done

sia

Deep

wat

er

Deve

lopm

ent

Proj

ect/

IDD

)

Kalim

anta

n Ti

mur

Kem

ente

rian

ESD

M

2 Ta

hun

100

500

100

200

2575

Sam

paid

enga

nta

ngga

l9O

ktob

er2

018

data

yan

gm

asuk

ada

lah

dari

sekt

or

ESD

Ms

ebag

aim

ana

dica

ntum

kan

dala

mta

beld

ibaw

ah:


Kebutuhan di atas dianalisa dapat dipenuhi oleh SDM yang dipersiapkan oleh perguruan tinggi dan pendidkan vokasi sebagaimana tercantum dalam tabel, baik dari segi jumlah maupun kualifikasi serta kompetensi. Komitmen sektor/kementrian sangat diperlukan agar hasil didikan perguruan tinggi dan pendidikan vokasi dapat pasti direkrut dan mereka memperoleh gaji yang layak.

UntukmemastikanimplementasistrategiSDMyangtepatsasaran untuk mendukung percepatan infrastruktur, PMO KPPIPmelakukan2(dua)kegiatanFGDyaitu:

Waktu JudulKegiatan Peserta

Kamis, 18 Oktober 2018

Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral

Surat KPPIP No S-61/D.VI.M.EKON.KPPIP/09/2018 Tanggal 3 September 2018 yang ditujukan kepada Kepala Badan Pengembangan SDM – Kementrian ESDM (surat lengkap terlampir)

Jumat, 19 Oktober 2018

FGD Pembenahan Jurusan di SMK dan Politeknik & Peningkatan Kompetensi Keahlian SMK/Politeknik/BLK

Kemdikbud, Kemristek Dikti, Kemnaker, KADIN, APINDO

02. Pelaksanaan fokus group discussion dalam rangka pengembangan jurusan di pendidikan vokasi (SMK maupun Politeknik) dan dalam rangka pengembangan vokasi sebagai pendorong motor ekonomi


HasilFGDdiatasadalahsebagaiberikut:

No. Tema Peserta HasilPembahasan

1 Tema: “Pembenahan Jurusan di SMK dan Politeknik & Peningkatan Kompetensi Keahlian SMK/Politeknik/BLK”

Tanggal 18 Oktober 2018

Stakeholder yang hadir:

KADIN/APINDO

• KADIN/APINDO mengusulkan adanya Komite Nasional Pengembangan Sumber Daya Manusia Vokasi yang independen (tidak berada di bawah kementrian) dan langsung berada di bawah Presiden.

• Hal ini untuk mengatasi adanya egosektoral tiap lembaga/sektor yang terlibat dalam pengembangan SDM Vokasi.

• Keanggotaan komite akan lebih banyak berasal dari praktisi industri swasta untuk memastikan adanya kebutuhan yang jelas akan jumlah maupun kualifikasi tenaga kerja vokasi industri.

• Fungsi utama komite adalah menjembatani antara industri yang membutuhkan SDM vokasi dengan lembaga lembaga penyedia.

• Komite ini tidak otoritatif melainkan memberi insentif pendanaan bagi program pengembangan SDM vokasi yang berkualitas dan sesuai kebutuhan pasar kerja.

• Selain untuk menjawab tantangan-tantangan jangka pendek yang sifatnya urgen seperti mengisi kebutuhan tenaga kerja terampil saat ini, Komite yang dimaksud juga diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam membangun ekosistem tenaga kerja untuk jangka panjang seperti labour-market information.

• Komite juga akan memberikan masukan masukan kebijakan tenaga kerja dalam mengantisipasi kebutuhan industri masa depan, misalnya Industry 4.0 yang akan sarat dengan teknologi mutakhir seperti Artificial Intelligence, industri mobil listrik dan lain-lain.


2 • Pihak KADIN/APINDO juga mengusulkan adanya suatu sistem estimasi dan perencanaan kebutuhan tenaga kerja nasional tahunan yang sistematis (Annual Action Plan), merujuk pada sistem yang telah diterapkan misalnya di Jepang. Sistem perencanaan tenaga kerja sebagaimana diterapkan di Jepang yang dimaksud, merupakan kombinasi dari metode bottom-up dan top-down.

• Pada metode bottom-up, tahapan dimulai dari perencanaan tenaga kerja dari masing-masing Perusahaan yang kemudian di konsolidasikan di Asosiasi, dan selanjutnya diserahkan ke Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun daerah. Metode top-down kemudian diterapkan atas usulan bottom-up yang telah diterima, termasuk dengan mempertimbangkan faktor-faktor trend masa depan yang sifatnya tidak business-as-usual, seperti perubahan teknologi kondisi perekonomian global dan lain-lain. Hasil dari kajian akhir yang dilakukan oleh Pemerintah kemudian di feedback ke masing-masing private sector, untuk dipergunakan dalam perencanaan internal masing-masing asosiasi atau perusahaan. Berdasarkan pernyataan dari KADIN/APINDO, adanya feedback kembali ke private sector dari Pemerintah, menjadi insentif tersendiri karena perusahaan merasakan adanya manfaat yang konkrit dari kegiatan yang dilakukan.

2 Tanggal 19 Oktober 2018

Stakeholder yang hadir:

Kementrian Pertanian

Kementrian Kesehatan

Kementrian Tenaga Kerja

Kementrian Perdagangan

• Kementrian Pertanian akan mengembangkan 3 politeknik penyuluh Pertanian yang semula berasal dari UPT Penyuluh Pertanian.

• Disamping itu kementan akan membina secara kontinyu 71 SMK yang fokus pada pertanian yang tersebar di seluruh Indonesia.

• Fokus SMK pertanian binaan kementan adalah pada tanaman hortikultura dan bukan pada tanaman keras. Untuk tanaman keras akan ditangani oleh Politeknik Pertanian binaan kementrian ristek Dikti.


• Adapun karena nature beberapa sub-sektor pertanian dan perkebunan yang cocok dengan kegiatan UMKM, sektor pertanian dan perkebunan juga sangat potensial dalam mendorong kewirausahaan. Salah satu program mendorong kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian, dilakukan secara end-to-end termasuk dengan memberikan bantuan modal usaha dalam bentuk hibah bagi lulusan program tersebut.

• Adapun telah terdapat beberapa success stories dari program kewirausahaan yang dimaksud, antara lain contoh kasus di Bali yang mana kegiatan wirausaha lulusan program Kementerian Pertanian bahkan berhasil diakusisi oleh perusahaan besar.

• Kementrian kesehatan memperbanyak jumlah politeknik kesehatan dari 38 saat ini menjadi 63 dalam waktu setahun kedepan. Jumlah program studi yang dikembangkan sebesar 439 meliputi tenaga kesehatan (minimal D3) strategis dan lainnya.

• Politeknik kesehatan tersebut di atas tersebar di seluruh Indonesia dan melayani kebutuhan sekitar 10.000 puskesmas.

• Tenaga kesehatan strategis meliputi: perawat, bidan, gizi, kesehatan lingkungan, Farmasi, dan analis.

• Tenaga kesehatan lainnya termasuk tenaga kesehatan promotif dan preventif.

• Kementrian Tenaga Kerja akan memberdayakan dan merevitalisasi 19 BLK pusat dan 303 BLK daerah (propinsi/kabupaten/kota) untuk mendukung kebutuhan tenaga kerja di 12 sektor.

• Pada saat ini BLK menyelenggarakan 147 program sesuai SKKNI, dan untuk memenuhi kebutuhan daerah yang belum mempunyai BLK dibentuk BLK komunitas.


• BLK sebenarnya bersifat sementara karena apabila SMK telah mampu memenuhi kebutuhan dunia industri maka BLK tidak diperlukan lagi.

• Kemenaker mengusulkan adanya suatu sharing data atau informasi yang lebih tersinergi antara Kementerian/Lembaga terkait, termasuk dengan pelaku usaha. Hal ini sangat dibutuhkan, karena kesulitan akses data seringkali mengakibatkan kesulitan dalam melakukan perencanaan dan implementasi program-program ketenagakerjaan yang dibutuhkan.

• Kementrian Perdagangan akan mengembangkan Akademi Metrologi yang akan menghasilkan penera (kualifikasi D3).

• Disamping itu kemendag akan mempersiapkan program pengembangan SDM perdagangan dengan 29 jenis jabatan fungsional antara lain: analis kebijakan perdagangan, pengawas resi gudang, dan lainnya.


Rencana KPPIP ke Depan



08BAB

249


A. Rencana KPPIP ke Depan

Pencapaian Saat Ini

RencanaPencapaian1TahunKedepan

Persiapan Operasionalisasi

dan pembentukan image KPPIP

2014 20172015 20182016 2019

PenerbitanPerpresNo.75/2014sebagailandasanhukumpendiriandanmandat KPPIP

• Project Management Office (PMO) KPPIP telah terbentuk dan beroperasi

• Tata Kelola Organisasi (SOP) dan mekanisme monitoring & debottlenecking telah terbentuk

• Pemetaan perbaikan peraturan di sektor infrastruktur

• Pembuatan Sistem TI untuk monitoring pelaksanaan Proyek Prioritas

• Rancangan organisasi dan sistem pengadaan telah tersedia

• Penambahan mandat melalui Perpres No. 3/2016 untuk monitoring & evaluasi pelaksanaan PSN

• Penyelesaian identifikasi isu sektor infrastruktur dan hambatan Proyek Prioritas

• Penerapan SOP dan mekanisme monitoring & debottlenecking

• Penerapan dan penyempurnaan Sistem TI agar siap digunakan untuk memantau pelaksanaan PSN dan Prioritas KPPIP

• Sosialisasi dan peningkatan kapasitas telah dilakukan dengan fokus pada pemahaman SOP, panduan penyusunan OBC dan success story mekanisme monitoring dan debottienecking oleh KPPIP

• Berfokus pada upaya penyelesaian hambatan Proyek Prioritas dalam rangka memastikan target operasional proyek tercapai

• Peningkatan kapasitas pemangku kepentingan, khususnya terkait dengan topik alternatif pendanaan dan mekanisme monitoring & debottlenecking secara mandiri

• Implementasi peraturan dan kebijakan sektor infrastruktur guna mencapai target pembangunan infrastruktur

• Pendampingan aparatur penanggung jawab proyek dalam melakukan debottlenecking PSN selektif sesuai arahan Komite

• Berfokus pada upaya implementasi Proyek Prioritas dan Proyek Strategis Nasional agar proyek berjalan tepat waktu, biaya dan dengan kualitas yang telah disetujui oleh berbagai pihak

• Melakukan kegiatan debottlenecking demi tercapainya target penyelesaian proyek

• Peningkatan kapasitas pemangku kepentingan, khususnya terkait dengan topik administrasi kontrak yang baik dan terstruktur

• Perbaikan peraturan dan kebijakan sektor infrastruktur guna mencapai target pembangunan infrastruktur

• Pendampingan aparatur penanggung jawab proyek dalam melakukan debottlenecking secara mandiri

• Berfokus pada upaya implementasi Proyek Prioritas dan Proyek Strategis Nasional sehingga proyek-proyek tersebut dapat mulai konstruksi atau mencapai Financial Close

• Peningkatan kapasitas pemangku kepentingan, khususnya terkait dengan topik mekanisme monitoring & debottlenecking secara mandiri dan proses Financial Close

• Implementasistandar penyiapan dokumen OBC dan FBC yang memiliki nilai bankable

• Pendampingan aparatur penanggung jawab proyek dalam melakukan debottlenecking PSN selektif sesuai arahan Komite

Penguasaan Kelembagaan

KPPIP

ImplementasiProyek Prioritas dan StrategisNasional

Penciptaan sistem danlingkunganyang konduktif

untuk percepatan proyek infrastruktur

Penciptaan Situasi Berkesinambungan dalamImplementasiProyek Prioritas dan StrategisNasional


Empat tahun sejak pembentukannya di tahun 2014, KPPIP telah berhasil menjalankan mandat yang diberikan dan berkembang sesuai fokus yang telah direncanakan setiap tahunnya. Mengikuti pembentukannya, pada

tahun 2015 KPPIP telah berhasil fokus pada penguatan kelembagaan dimana PMO dan SOP telah beroperasi sepenuhnya. Pada tahun 2017, KPPIP fokus untuk menciptakan sistem dan lingkungan yang kondusif untuk percepatan proyek infrastruktur melalui upaya penyelesaian hambatan, implementasi peraturan dan kebijakan infrastruktur, serta mendampingi Penanggung Jawab Proyek menyelesaikan hambatan-hambatan proyek. Pada tahun 2018, KPPIP fokus pada implementasi Proyek Prioritas dan Proyek Strategis Nasional agar dapat pencapaian proyek dapat sesuai dengan target.

Memasuki tahun 2019, KPPIP akan fokus untuk menciptakan situasi berkesinambungan dalam implementasi Proyek Prioritas dan Strategis Nasional walaupun situasi ini telah mulai dibentuk sejak tahun 2017. Tujuan utama dari kegiatan di tahun 2019 adalah agar implementasi Proyek Prioritas dan Proyek Strategis Nasional berjalan tepat waktu, biaya, dan dengan kualitas yang diterima oleh berbagai pihak, termasuk dengan memberikan dukungan debottlenecking. Mengingat sebagian besar proyek akan keluar dari tahap penyiapan, maka Penanggung Jawab Proyek dan pemangku kepentingan lainnya harus memastikan adanya kapasitas untuk melaksanakan administrasi kontrak yang baik dan terstruktur. Dari sisi kebijakan, KPPIP juga akan melanjutkan perbaikan peraturan dan kebijakan untuk mencapai target pembangunan infrastruktur. Selanjutnya, KPPIP akan memberikan pendampingan kepada Penanggung Jawab Proyek dalam melakukan debottlenecking secara mandiri.

Khusus untuk Proyek Strategis Nasional, telah disusun target pencapaian sampai dengan Kuartal 3 2018. Pada tahun 2019, ditargetkan adanya penambahan 31 proyek yang selesai secara keseluruhan sehingga secara akumulatif total proyek beroperasi menjadi 79 proyek. Proyek yang sudah mulai beroperasi akan menjadi 84 proyek dan 2 program dan proyek yang sudah masuk dalam tahap konstruksi adalah sebanyak 89 proyek dan 1 program.

252


AKU

MUL

ASI

REA

LISA

SIP

ROG

RES

PSN

2016

2018

2017

Kwar

tal k

e-3

2019

AKU

MUL

ASI

EST

IMA

SIP

ROG

RES

PSN

Peru

baha

n PS

N K

e-1:

Pena

mba

han

55 P

roye

k+

1 Pro

gram

Ind

ustr

i Pe

saw

at

Peru

baha

n PS

N K

e-2:

Pena

mba

han

2 Pr

oyek

+ 1 P

rogr

am P

emer

ataa

n Ek

onom

i

20 P

roye

k

10 P

roye

k

18 P

roye

k

31 P

roye

kPr

oyek

Sel

esai

201

9

Proy

ek S

eles

ai 2

018

Proy

ek S

eles

ai 2

017

Proy

ek S

eles

ai 2

016

Peny

iapa

n

Kons

truk

si d

i tah

un

2016

*

Kons

truk

si d

an a

kan

bero

pera

si d

i 201

9

Kons

truk

si d

an a

kan

bero

pera

si d

i 201

8

Kons

truk

si d

an a

kan

bero

pera

si s

etel

ah 2

019

Tran

saks

i

Kelu

ar d

ari P

SN a

wal

201

8Ke

luar

dar

i PSN

aw

al 2

018

Kons

truk

si d

an

mul

ai b

erop

eras

i

18 P

roye

k

10 P

roye

k

20 P

roye

k20

Pro

yek

65 P

roye

k

20 P

roye

k

10 P

roye

k

41 P

roye

k

49 P

roye

k

29 P

roye

k

37 P

roye

kda

n 1 P

rogr

am35

GW

55 P

roye

kda

n 1

Prog

ram

Indu

stri

Pesa

wat

59 P

roye

k +

1 Pro

gram

35 G

W +

1 Pr

ogra

mPe

mer

ataa

nEk

onom

i

84 P

roye

k +

1 Pro

gram

35 G

W

+ 1 P

rogr

amPe

mer

ataa

nEk

onom

i

89 P

roye

kda

n 1 P

rogr

amIn

dust

ri Pe

saw

at

60 P

roye

k

13 P

roye

k6

Proy

ek6

Proy

ek

30 P

roye

k

96 P

roye

kda

n 1 P

rogr

am35

GW

81 P

roye

k

15 P

roye

k15

Pro

yek

15 P

roye

k15

Pro

yek

14 P

roye

k14

Pro

yek

14 P

roye

k

1 Pro

yek

Kete

rang

an

*Dat

a ko

nstr

uksi

pad

a 20

16 b

elum

did

etai

lkan

berd

asar

kan

renc

ana

oper

asi


Laporan KPPIP Sem

ester 2 20

18

Untuk Informasi Lebih Lanjut, Silahkan Hubungi:Sekretariat Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP)

+6221 3453171, +6221 3453164

+6221 3453155

[email protected]

@kppip

Gedung Pos Ibukota, Blok A Lt 6, Jl. LapanganBanteng Utara 1, Pasar Baru, Sawah Besar,Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10710,Indonesia

www.kppip.go.id

facebook.com/kppip

@kppip_ri

Untuk Informasi Lebih Lanjut, Silahkan Hubungi · proses transaksi SPAM Semarang Barat, SPAM...

Documents

Transcript of Untuk Informasi Lebih Lanjut, Silahkan Hubungi · proses transaksi SPAM Semarang Barat, SPAM...