Untitled

download Untitled

If you can't read please download the document

Transcript of Untitled

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drainase adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan suatu sistem pe nanganan air lebih (excess water). Terdapat tiga jenis drainase sesuai dengan fu ngsinya, sebagai drainase hujan daerah permukiman, drainase lahan dan drainase j alan raya. Setiap tahunnya pekerjaan ini membutuhkan modal investasi yang besar dan waktu perencanaan yang cukup lama bila dibandingkan dengan tindakan-tindakan pencegahan banjir yang ada dan telah dilakukan. Drainase tidak lagi ditangani s ecara tradisional yaitu dengan tujuan membuang limpasan secepat-cepatnya dengan jalur saluran sependek mungkin, karena hal ini akan mempercepat datangnya debit puncak aliran yang sebenarnya dan mengakibatkan daerah hilir dilanda banjir. Lahan-lahan yang sebenarnya untuk daerah preservasi dan konservasi untuk menjaga keseimbangan, diambil alih untuk pemukiman, gedung bertingkat, industri dan lainnya. Akibatnya dapat dirasakan misalnya di Kota Pekanbaru. Kualitas gen angan dan banjir di beberapa wilayah saat ini terjadi hanya oleh hujan deras sat u sampai dua jam ekuivalen dengan hujan deras satu malam pada tahun 1990-an. Den gan kata lain tinggi dan lama genangan suatu daerah saat ini dengan hujan deras satu hingga dua jam sama dengan tinggi genangan hujan deras satu malam pada tahu n 1990-an. Salah satu daerah di Pekanbaru yang mulai diburu para investor untuk menginvesta sikan uangnya adalah Kecamatan Tampan atau lebih dikenal dengan Kota Panam yang merupakan wilayah pengembangan utama Kota Pekanbaru. Kecamatan Tampan merupakan daerah perbatasan antara Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar. Kecamatan Tampan yan g dahulunya banyak dipenuhi hutan rawa sekarang berubah menjadi kawasan perkanto ran, pusat perbelanjaan, dan dipenuhi ruko di sepanjang jalan H.R. Subrantas. Da mpak dari majunya perkembangan Kecamatan Tampan malah timbul masalah baru yaitu banjir. Dalam beberapa tahun ke depan, Kota Panam diyakini akan menjadi daerah r awan banjir karena sebagian besar wilayah yang dulunya rawa itu kini berlomba-lo mba ditimbun oleh pengembang untuk menjadi hunian tempat tinggal. Hujan yang tur un dalam intensitas besar mengakibatkan besarnya limpasan karena sedikitnya daer ah resapan air. Hal ini disebabkan saluran drainase tidak mampu lagi mengalirkan debit air yang besar. Pesatnya perkembangan Kota Panam tidak disertai dengan pe rencanaan kota yang baik, terutama dari sistem saluran airnya. Jalan H.R. Subran tas yang menjadi poros utama dan persimpangan jalan H.R. Subrantas dengan S.M. A min adalah lokasi langganan banjir. Saluran air di sana sudah tidak mampu menamp ung debit air buangan yang terlalu besar. Sumber : Dokumentasi lapangan Gambar 1.1 Banjir pada Bulan Agustus tahun 2010 di jalan H.R. Subrantas 1.2 Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengkaji bagaimana pola ali ran yang sesuai dan memberikan masukan serta alternatif sistem drainase yang ber wawasan lingkungan di sekitar kawasan jalan H.R. Subrantas. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. menentukan penyebab banjir yang terjadi di persimpangan jalan H.R. Subra ntas dengan jalan S.M. Yamin, 2. menentukan alternatif solusi terhadap permasalahan sistem drainase di ka wasan jalan H.R. Subrantas. 1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi masukan atau b ahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Kota Pekanbaru, khususnya masalah genan gan air/banjir yang terjadi di kawasan Jalan H.R. Subrantas. 1.5 Batasan Masalah Adapun Batasan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Data curah hujan yang digunakan adalah sepanjang 25 tahun terakhir (tahun 1984 sampai dengan tahun 2009), 2. Lokasi studi berada pada persimpangan jalan H.R. Subrantas dengan jalan S.M. Amin, 3. Sistem jaringan drainase berasal dari Dinas Tata Kota Pekanbaru tahun 20 10. 4. Pada penelitian ini tidak meneliti aspek sosial dan ekonomi, tetapi hany a meneliti teknisnya saja, dan 5. Data tata guna lahan berasal dari Dinas Tata Kota Pekanbaru tahun 2010. 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan tugas akhir ini terdiri dari 5 (lima) bab, secara garis besar dapat di uraikan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang dilakukannya penelitian, tujuan dan manfaat peneliti an, batasan masalah. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka berisi dasar teori dan persyaratan yang dibutuhkan untuk menduk ung penelitian ini. BAB III : DATA DAN PERHITUNGAN Data dan perhitungan berisikan data masukan dan langkah-langkah dalam pengerjaan penelitian yang akan dilakukan dan dilengkapi dengan bagan alir. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan menjelaskan hasil yang diperoleh pada penelitian dan membah as permasalahan yang terdapat pada penelitian dan membahas permasalahan yang ter dapat pada penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARANBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum 2.1.1 Siklus Hidrologi Untuk menganalisa banjir yang terjadi membutuhkan data mengenai limpasan yang te rjadi pada kawasan tersebut. Metode untuk menentukan debit limpasan yang terjadi merupakan bagian dari ilmu hidrologi Siklus hidrologi dapat diartikan sebagai sebuah bentuk gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah sebagai hujan atau bentuk presi pitasi yang lain dan akhirnya mengalir ke laut kembali.Sumber : http://www.ilmusipil.com/hidrologi-mempelaja ri-siklus-air Gambar 2.1 Siklus hidrologi Air yang jatuh ke bumi berupa air hujan (persipitation) akan mengalami beberapa proses, yaitu : infiltrasi atau peresapan ke dalam tanah kemudian meng-alami per kolasi dan menjadi air tanah (ground water). Sebagian yang tidak terinfiltrasi a kan mengalir di permukaan bumi berupa aliran permukaan (surface run off) mencari tempat yang rendah dan akhirnya berkumpul pada cekungan-cekungan bumi yang menj adi retensi berupa air waduk, danau, sungai, atau yang terkumpul pada cekungan-c ekungan yang ada di muka bumi, kemudian air yang terkumpul pada permukaan dan ya ng tersimpan pada tanaman sebagian akan menguap berupa evaporasi, transpirasi, d an evapotranspirasi yang akhirnya menjadi awan yang pada suatu waktu akan jatuh lagi ke bumi menjadi butiran air hujan, begitulah seterusnya. 2.1.2 Presipitasi (Hujan) Presipitasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan uap air yang mengk ondensasi dan jatuh dari atmosfir ke bumi dalam segala bentuknya pada rangkaian siklus hidrologi (Suripin, 2004). Uap yang sampai ke permukaan bumi dalam bentuk zat cair disebut dengan hujan. Hujan merupakan sebuah kejadian ekstrim yang apa bila dalam perencanaannya tidak diperhitungkan dengan baik akan menimbulkan benc ana bagi kehidupan manusia Kejadian hujan dapat dipisahkan menjadi dua grup, yaitu hujan aktual dan hujan r encana. Kejadian hujan aktual merupakan rangkaian data pengukuran di stasiun huj an selama periode tertentu. Hujan rencana merupakan hujan yang mempunyai karakte ristik terpilih yang secara umum sama dengan karakteristik hujan yang terjadi di masa lalu. Karakteristik hujan yang perlu ditinjau dalam analisa dan perencanaa n hidrologi untuk daerah irigasi meliputi: intensitas hujan (mm/menit, mm/jam at au mm/hari), durasi hujan (menit atau jam), tinggi hujan (mm), frekuensi hujan d an luas daerah geografis sebaran hujan. 2.2 Drainase 2.2.1 Pengertian dan Fungsi Drainase Drainase berasal dari bahasa Inggris drainage yang mempunyai arti mengalirkan, m enguras, membuang atau mengalihkan air. Dalam bidang Teknik Sipil drainase dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, bai k yang berasal dari air hujan, rembesan maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan atau lahan sehingga fungsi lahan dan kawasan itu tidak terganggu. Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal (Suripin,2004). Drainase merupakan suatu sistem pembuangan air (excess water) dan air limbah yan g berupa buangan air dari daerah perumahan, pemukiman, dari daerah industri dan kegiatan usaha lainnya, serta berupa penyaluran kelebihan air pada umumnya baik air hujan, air kotor maupun air lebih lainya yang mengalir keluar dari kawasan y ang bersangkutan. Drainase memiliki peranan yang sangat penting karena fungsinya antara lain adala h sebagai berikut: a. Mengendalikan limpasan air hujan yang berlebihan, b. menurunkan tinggi permukaan air tanah, c. menciptakan lingkungan yang bersih dan teratur, dan d. memelihara agar jalan tidak tergenang air hujan dalam waktu yang cukup lama, sehingga tidak menyebabkan kerusakan konstruksi jalan. Drainase di dalam kota berfungsi untuk mengendalikan kelebihan air permukaan seh ingga tidak akan mengganggu masyarakat yang ada di sekitar saluran tersebut. 2.2.2 Jenis-Jenis DrainaseJenis-jenis drainase dapat diklasifikasikan berdasarkan sejarah terbentuknya, le tak bangunan, fungsinya dan menurut konstruksinya. (Eko, 2003) 1) Menurut sejarahnya terbentuknya a. Drainase alamiah (Natural Drainage) Drainase ini terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan penunja ng seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi yang lamba t laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai. b. Drainase buatan (Artificial Drainage) Drainase ini sengaja dibuat manusia dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga m emerlukan bangunan-bangunan khusus seperti saluran pasangan batu/beton, gorong-g orong, pipa dan sebagainya. 2) Menurut letak bangunan a. Drainase permukaan tanah (Surface Drainage) Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah, berfungsi untuk mengalirka n air limpasan permukaan. b. Drainase bawah permukaan tanah (Subsurface Drainage) Saluran drainase bawah permukaan tanah bertujuan untuk mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa) dikarenakan alasan tertentu. 3) Menurut fungsinya a. Single Purpose Single Purpose merupakan saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buang an, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan lain seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain-lain. b. Multi Purpose Multi Purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buanga n baik secara bercampur maupun bergantian. 4) Menurut konstruksinya a. Saluran terbuka Saluran terbuka yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang ter letak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non -hujan yang tidak membahayakan kesehatan atau mengganggu lingkungan. b. Saluran tertutup Saluran tertutup yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran air kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang terlet ak di tengah kota. 2.3 Analisa Frekuensi Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dil ampaui. Kala ulang (return periode) adalah waktu hipotetik di mana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Kala ulang yang digunakan untuk desain hidrologi sistem drainase perkotaan berpe doman pada standar yang telah ditetapkan, seperti terlihat pada Tabel 2.1 beriku t ini. Tabel 2.1. Kriteria desain hidrologi sistem drainase perkotaan Luas DAS Kala Ulang Metode perhitungan debit banjir (Ha) (tahun) < 10 2 Rasional 10 - 100 2 - 5 Rasional 101 - 500 5 - 20 Rasional > 500 10 - 25 Hidrograf satuan Sumber: Suripin, 2004 Analisa frekuensi pada data hidrologi bertujuan untuk mengetahui besaran peristi wa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadian melalui penerapan distribusi kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisa diasumsikan tidak bergantu ng (independent) dan terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik. Analisis frekuensi memerlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos penakar hu jan. Penetapan seri data yang akan dipergunakan dalam analisis dapat dilakukan dengan dua cara (Harto, 1993). a. Cara pertama dilakukan dengan mengambil satu data maksimum setiap tahun yang berarti jumlah data dalam seri akan sama dengan panjang data yang tersedia. Hal ini berarti pula bahwa hanya besaran maksimum tiap tahun saja yang berpenga ruh dalam analisis selanjutnya. Seri data seperti ini dikenal dengan maximum annu al series. Dalam cara ini, besaran data maksimum kedua dalam suatu tahun yang mun gkin lebih besar dari besaran data maksimum dalam tahun yang lain tidak diperhit ungkan pengaruhnya dalam analisis. b. Cara kedua (partial series) dengan menetapkan suatu batas bawah tertentu (threshold) dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Selanjutnya, semua besar an hujan/debit yang lebih besar daripada batas bawah tersebut diambil dan dijadi kan bagian seri data untuk kemudian dianalisis dengan cara-cara yang lazim. Parameter statistik data curah hujan yang perlu diperkirakan untuk pemilihan dis tribusi yang sesuai dengan sebaran data adalah sebagai berikut (Suripin, 2004). a. Rata-rata : (2.1) b. Standar Deviasi : Sd = (2.2) c. Koefisien Variansi : Cv = (2.3) d. Asimetri (skewness) : Cs = (2.4) e. Kurtosis : Ck = (2.5) Dimana: = rata-rata, n = jumlah pengamatan, S = simpangan baku, Cv = koefisien varians,i Cs = asimetri (skewness), Ck = koefisien kurtosis. Selanjutnya memilih metode distribusi yang akan digunakan dengan cara menyesuaik an parameter statistik yang didapat dari perhitungan data dengan sifat-sifat yan g ada pada metode-metode distribusi seperti yang disajikan pada Tabel 2.2 beriku t ini. Tabel 2.2 Parameter Statistik untuk Menentukan Jenis Distribusi No Distribusi Persyaratan 1 Normal2Log Normal3Gumbel4 tasLog Person III jika tidak menunjukkan sifat dari ketiga distribusi di aSumber: Triatmodjo, 2008 Distribusi Log Person III memiliki tiga parameter penting, yaitu harga rata-rata , simpangan baku, dan koefisien kemencengan. Jika koefisien kemencengan sama den gan nol, distribusi kembali ke distribusi normal. Berikut ini langkah-langkah pe nggunaan distribusi Log-Person III (Suripin, 2004): 1) Ubah data kedalam bentuk logaritmik, (2.6) 2) Hitung harga rata-rata, (2.7)3) (2.8) 4) (2.9)Hitung harga simpang baku,Hitung koefisien kemencengan,5) Hitung logaritma hujan tahunan atau banjir periode ulang T dengan rumus berikut: (2.10) Dimana: K = Variabel standar untuk X, tergantung nilai G (Tabel 2.3), XT = Hujan kala ulang T tahun. Tabel 2.3 Nilai K untuk Distribusi Log Person III Interval kejadian (Recurrence Interval), tahun (periode ulang) 1,0101 1,25 2 5 10 25 50 100 Persentase peluang terlampaui (Percent chance of being exceeded) Koef,G 99 80 50 20 10 4 2 1 3 -0,667 -0,636 -0,396 0,42 1,18 2,278 3,152 4,051 2,8 -0,714 -0,666 -0,384 0,46 1,21 2,275 3,114 3,973 2,6 -0,769 -0,696 -0,368 0,499 1,238 2,267 3,071 3,889 2,4 -0,832 -0,725 -0,351 0,537 1,262 2,256 3,023 3,8 2,2 -0,905 -0,752 -0,33 0,574 1,284 2,24 2,97 3,705 2 -0,99 -0,777 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,192 3,605 1,8 -1,087 -0,799 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499 1,6 -1,197 -0,817 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,78 3,388 1.4 -1,318 -0,832 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271 1.2 -1,449 -0,844 -0,195 0,732 1,34 2,087 2,626 3,149 1 -1,588 -0,852 -0,164 0,758 1,34 2,043 2,542 3,022 0,8 -1,733 -0,856 -0,132 0,78 1,336 1,993 2,453 2,891 0,6 -1,88 -0,857 -0,099 0,8 1,328 1,939 2,359 2,755 0,4 -2,029 -0,855 -0,066 0,816 1,317 1,88 2,261 2,615 0,2 -2,178 -0,85 -0,033 0,83 1,301 1,818 2,159 2,472 0 -2,326 -0,842 0 0,842 1,282 1,751 2,051 2,326 -0,2 -2,472 -0,83 0,033 0,85 1,258 1,68 1,945 2,178 -0,4 -2,615 -0,816 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029 -0,6 -2,755 -0,8 0,099 0,857 1,2 1,528 1,72 1,88 -0,8 -2,891 -0,78 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733 -1 -3,022 -0,758 0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588 -1,2 -2,149 -0,732 0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449 -1,4 -2,271 -0,705 0,225 0,832 1,041 1,198 1,27 1,318 -1,6 -2,388 -0,675 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197 -1,8 -3,499 -0,643 0,282 0,799 0,945 1,035 1,069 1,087 Sumber: Suripin, 2004 Setelah diperoleh hasil dari distribusi frekuensi maka perlu dilakukan uji keses uaian distribusi frekuensi sebagai berikut ini. A. Uji Smirnov Kolmogorov Uji kecocokan Smirnov Kolmogorov sering disebut juga uji kecocokan non parametri k, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedur pe rhitungannya adalah sebagai berikut (Suripin, 2004): 1) Mengurutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besa rnya peluang dari masing-masing data tersebut. X1 = P(X1), X2 = P(X2), X3 = P(X3), dan seterusnya. 2) mengurutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data (persamaan distribusinya). X1 = P(X1), X2 = P(X2), X3 = P(X3), dan seterusnya. 3) Menentukan selisih terbesar antara peluang pengamatan dan peluang teori tis. D = maksimum [P(Xn) - P(Xn)]4) Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov Kolmogorov test) ditentukan harg a Do dari Tabel 2.4. Tabel 2.4 Nilai Kritis Do untuk Uji Smirnov Kolmogorov N Derajat Kepercayaan, 0,20 0,10 0,05 0,01 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0,45 0,32 0,27 0,23 0,21 0,19 0,18 0,17 0,16 0,15 0,51 0,37 0,30 0,26 0,24 0,22 0,20 0,19 0,18 0,17 0,56 0,41 0,34 0,29 0,27 0,24 0,23 0,21 0,20 0,19 0,67 0,49 0,40 0,36 0,32 0,29 0,27 0,25 0,24 0,23 N > 50Sumber: Suripin, 2004 B. Uji ChiKuadrat Uji chikuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Penga mbilan keputusan uji ini menggunakan parameter 2, yang dapat dihitung dengan pers amaan berikut (Suripin, 2004): (2.11) Dimana: h = parameter chi kuadrat terhitung, Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i, Ei = jumlah nilai teoritis (frekuensi harapan) pada sub kelompok i. Parameter h2 merupakan variabel acak. Peluang untuk mencapai nilai h2 sama atau le bih besar dari nilai chi-kuadrat sebenarnya (2 r ) disajikan pada Tabel 2.5. Adap un langkah-langkah pengujian uji chi-kuadrat adalah sebagai berikut: 1. Membagi data curah hujan rata-rata harian maksimum ke dalam beberapa kel as dengan rumus K = 1 + 3,3 log n, 2. Memasukkan anggota atau nilai-nilai data ke kelas yang bersangkutan, 3. Menghitung nilai-nilai pengamatan yang ada dalam kelas (Oi), 4. Menentukan Ei , 5. Menentukan h2 dengan Persamaan (2.11), 6. Menentukan derajat kebebasan (Dk) dengan Dk = K-R-1 (nilai R = 2, untuk disribusi normal dan binomial dan R=1 untuk distribu si poisson), 7. Menentukan nilai 2 r. Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diteri ma, harga h2 < 2 r. T bel 2.5 Nilai Kritis untuk Uji Chi-Kuadrat DK Derajat Kepercayaan 0,995 0,99 0,975 0,95 0,05 0,025 0,01 0,005 1 0,000039 0,00015 0,00098 0,0039 3841 5024 6635 7879 2 0,0100 0,0201 0,0506 0,103 5991 7378 9210 10597 3 0,0717 0,115 0,216 0,352 7815 9348 11345 12838 4 0,207 0,297 0,484 0,711 9488 11143 13277 14860 5 0,412 0,554 0,831 1145 11070 12832 15086 16750 6 0,676 0,872 1237 1635 12592 14449 16812 18548 7 0,989 1239 1690 2167 14067 16013 18475 20278 8 1344 1646 2180 2733 15507 17535 20090 21955 9 1735 2088 2700 3325 16919 19023 21666 23589 10 2156 2558 3247 3940 18307 20483 23209 25188 11 2603 3053 3816 4575 19675 21920 24725 26757 12 3074 3571 4404 5226 21026 23337 26712 28300 13 3565 4107 5009 5892 22362 24736 27688 29819 14 4075 4660 5629 6571 23685 26119 29141 31319 15 4601 5229 6262 7261 24996 27488 30578 32801 16 5142 5812 6908 7962 26296 28845 32000 34267 17 5697 6408 7564 8672 27587 30191 33409 35718 18 6265 7015 8231 9390 28869 31526 34805 37156 19 6844 7633 8907 10117 30144 32852 36191 38582 20 21 7434 8034 8260 8897 9591 10283 10851 11591 31410 32671 34170 35479 37566 38932 39997 41401 22 8643 9542 10982 12338 33924 36781 40289 42796 23 9260 10196 11689 13091 36172 38076 41638 44181 24 9886 10856 12401 13848 36415 39364 42980 45558 25 10520 11524 13120 14611 37652 40646 44314 4692826 11160 12198 13844 15379 38885 41923 45642 48290 27 11808 12879 14573 16151 40113 43194 .46,963 49645 28 12461 13565 15308 16928 41337 44461 48278 50993 29 13121 14256 16047 17708 42557 45722 49588 52336 30 13787 14953 16791 18493 43773 46979 50892 53672 Sumber: Suripin, 2004 2.4 Analisa Intensitas Hujan Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu (Soemar to,CD.1999). Adapun rumus intensitas hujan dinyatakan sebagai berikut: (2.12) Dimana: I = intensitas hujan (mm/jam), R = tinggi hujan (mm), t = lamanya hujan (jam). Hubungan antara intensitas hujan, lama hujan dan frekuensi hujan dinyatakan dala m lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF=Intensity-Duration-Frequency Curve). Analisis IDF dilakukan untuk memperkirakan debit puncak di daerah tangkapan kec il berdasarkan data curah hujan titik (satu stasiun pencatat curah hujan) sepert i dalam perencanaan sistem drainase perkotaan, gorong-gorong, sumur resapan dan kolam resapan (Triatmodjo, 2009) Jika data curah hujan yang tersedia adalah data curah hujan harian atau dari pen akar hujan biasa (manual), maka pembuatan kurva IDF dapat diturunkan dari persam aan Mononobe sebagai berilkut. (2.13) Dimana: It = intensitas curah hujan untuk lama hujan t (mm/jam), t = lamanya curah hujan (jam), R24 = curah hujan maksimum selama 24 jam (mm). Dengan prosedur perhitungan sebagai berikut: 1. Dilakukan analisis frekuensi dari data hujan harian yang ada dengan peri ode ulang yang dikehendaki untuk mendapatkan hujan rencana. 2. Tentukan durasi hujan, misalnya 5, 10, 15menit. 3. Hitung intensitas hujan jam-jaman dengan menggunakan persamaan Mononobe. 4. Plot hasil perhitungan pada grafik IDF (Intensity-Duration-Frequency). 2.5 Limpasan (run off) Limpasan adalah air hujan yang turun dari atmosfir dalam siklus hidrologi yang t idak ditangkap oleh vegetasi atau permukaan-permukaan buatan seperti atap bangun an atau lapisan kedap air lainnya, maka akan jatuh ke permukaan bumi dan sebagia n akan menguap, berinfiltrasi, atau tersimpan dalam cekungan-cekungan (Suripin,2 004). Bila kehilangan air seperti cara-cara tersebut telah terpenuhi, maka sisa air hujan akan mengalir langsung di atas permukaan tanah menuju alur aliran terd ekat. Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan adalah sebagai berikut: 1) Faktor Meteorologi a. Intensitas Hujan Pengaruh Intensitas hujan terhadap limpasan permukaan tergantung pada laju infil trasi. Jika intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi limpasa n permukaan sejalan peningkatan intensitas curah hujan. b. Durasi Hujan Total limpasan dari suatu hujan berkaitan langsung dengan durasi hujan dengan in tensitas tertentu. Setiap DAS memiliki satuan durasi hujan atau lama hujan kriti s. Jika hujan terjadi lamanya kurang dari lama hujan kritis, maka lamanya limpas an akan sama dan tidak tergantung pada intensitas hujan. c. Distribusi Curah Hujan Laju dan volume limpasan maksimum terjadi jika seluruh DAS telah memberiakna kon tribusi aliran. Namun, hujan dengan intensitas tinggi pada sebagian DAS dapat menghasilkan limpasan yang lebih besar dibandingkan dengan hujan biasa yang melipu ti seluruh DAS. 2) Karakteristik DAS a. Luas dan Bentuk DAS Laju dan volume aliran permukaan makin bertambah besar dengan bertambahnya luas DAS. Sementara bentuk DAS akan mempengaruhi pola aliran dalam sungai. b. Topografi Penampakan rupa bumi atau topografi seperti kemiringan lahan, keadaan dan kerapa tan, parit atau saluran, dan bentuk-bentuk cekungan lainnya mempunyai pengaruh p ada laju dan volume aliran permukaan. DAS yang mempunyai kemiringan curam dan le bar saluran yang kecil menghasilkan volume dan laju aliran permukaan yang lebih tinggi. c. Tata Guna Lahan Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam koefisien aliran permukaan (C). Angka koefisian aliran permukaan ini merupakan salah satu indica tor untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. 2.6 Koefisien Aliran Permukaan Tabel 2.6. Koefisien aliran permukaan (C) Tipe Daerah Aliran Koefisien Aliran, (C) Rerumputan : Tanah pasir, datar 2% Tanah pasir, sedang 2%-7% Tanah pasir, curam > 7% Tanah gemuk, datar 2% Tanah gemuk, sedang 2%-7% Tanah gemuk, curam > 7% 0,5 0,10 0,10 0,15 0,15 0,20 0,13 0,17 0,18 0,22 0,23 0,35 Perdagangan : Daerah kota lama Daerah kota pinggiran 0,75 0,95 0,50 0,70 Perumahan : Daerah single family Multy Unit Terpisah Multy unit tertutup Suburban Daerah apartemen 0,30 0,50 0,40 0,60 0,60 0,75 0,25 0,40 0,50 0,70 Industri : Daerah ringan Daerah berat 0,50 0,80 0,60 0,90 Taman, kuburan 0,10 0,25 Tempat bermain 0,20 0,35 Halaman kereta api 0,20 0,40 Daerah tidak dikerjakan 0,10 0,30 Jalan : AspalBeton Batu 0,70 0,80 0,70 Atap0,95 0,95 0,85 0,74 0,95 (Sumber : Bambang Triatmodjo, 2009) 2.7 Waktu Konsentrasi (tc) Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air hujan yang jatuh untuk mengal ir dari suatu titik terjauh sampai ke tempat keluaran DPS (titik kontrol) setela h tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Waktu konsentrasi dap at dihitung dengan membedakannya menjadi dua komponen, yaitu, waktu yang diperlu kan air untuk mengalir di permukaan lahan sampai saluran terdekat (to) dan waktu perjalanan dari pertama masuk sampai titik keluaran (td), sehingga: (2.14) (2.15) (2.16) Dimana: n = korfisien kekasaran manning (Tabel 2.6), S = kemiringan lahan, L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m), Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m), v = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik). Selanjutnya untuk masing-masing distribusi, syarat dan cirinya sebagai berikut: a. Distribusi normal Cs 0,0 dan Ck 3,0 b. Distribusi log normal 1. Nilai Kemencengan 2. Nilai Kurtosis c. Distribusi gumbel ( Cs 1,396 dan Ck 5,4002) d. Distribusi Log Person III (jika tidak menunjukkan sifat dari ketiga dist ribusi di atas, garis probabilitasnya berupa garis lengkung) Tabel 2.7. Nilai koefisien kekasan Manning (n) Tata guna lahan n Kedap air 0,02 Timbunan tanah 0,1 Tanaman pangan/tegalan dengan sedikit rumput pada 0,2 tanah yang kasar dan lunak Padang rumput 0,4 Tanah gundul yang kasar dengan reruntuhan dedaunan 0,6 Hutan dan sejumlah semak belukar 0,8 Sumber: Bambang Triatmodjo, 2009 2.8 Menentukan Debit Puncak dengan Metode Rasional Metode rasional digunakan untuk memperkirakan debit puncak yang ditimbulkan oleh hujan pada daerah tangkapan (DTA) kecil. Suatu DTA disebut kecil apabila distri busi hujan dapat dianggap seragam dalam ruang dan waktu dan biasanya waktu hujan melebihi waktu konsentrasi. Motode ini sangat simpel dan mudah penggunaannya, n amun terbatas untuk DTA dengan ukuran kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Suripin, 2004) Metode rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan yang terjadi mempuny ai intensitas seragam dan merata di seluruh DTA selama paling sedikit sama denga n waktu konsentrasi (Tc) DTA. Rumus rasional adalah sebagai berikut : Qp = 0,002778 . C . I . A (2.17) Dimana : Qp = Debit puncak (m3/detik), C = Koefisien pengaliran, I = Intensitas hujan (mm/jam), A = Luas daerah (hektar).2.9 Analisa Hidraulika a) Tipe Aliran Secara umum saluran drainase merupakan aliran terbuka yaitu aliran dimana muka a ir mempunyai tekanan sama dengan tekanan atmosfer. Aliran terbuka dapat digolong kan menjadi berbagai tipe berdasarkan perubahan kedalaman aliran sesuai dengan r uang dan waktu. Berdasarkan ruang dan tipe aliran dibedakan menjadi: a. Aliran seragam (uniform flow), bila kedalaman air pada setiap potongan m elintang sama b. Aliran tidak seragam (nonuniform flow), bila kedalaman air pada setiap p otongan melintangnya tidak sama Berdasarkan waktu, tipe aliran dibedakan atas: a. Aliran tetap (steady flow), bila kedalaman air tidak berubah atau dianng gap tetap dalam kurun waktu tertentu b. Aliran tidak tetap (unsteady flow), bila kedalaman aliran berubah sesuai dengan waktu. Untuk mempermudah dalam penyelesaian persamaan aliran maka aliran dalam drainase dianggap mempunyai tipe aliran seragam. Sifat-sifat aliran seragam ini adalah: a. Kedalaman aliran, luas penampang basah, kecepatan aliran serta debit ali ran selalu tetap pada setiap penampang lining saluran (h, A, V dan Q selalu teta p) b. Garis Energi dan dasar saluran selalu sejajar Dalam sebagian persoalan aliran seragam, berdasarkan suatu pertimbangan, maka de bit dianggap tetap disepanjang bagian saluran yang lurus atau dengan kata lain a liran bersifat kontinu. Sehingga dapat ditunjukkan dengan persamaan kontinuitas: Q = A1.V1 = A2.V2 (2.18) Dimana: Q = debit saluran (m3/detik), A = luas basah pada potongan, V = kecepatan aliran pada potongan. b) Kecepatan Aliran Kecepatan aliran harus memenuhi persyaratan tidak boleh kurang dari kecepatan mi nimum dan tidak melebihi kecepatan maksimum yang diizinkan sesuai dengan tipe da n bahan material saluran yang ditinjau. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terja dinya endapan partikel (sedimen) dan terjadi erosi pada saluran. Rumus kecepatan aliran seragam ada 3 buah yang terkenal yaitu: 1. Rumus de chezy (2.19) 2. Rumus Strickler (2.20) 3. Rumus Manning (2.21) Dimana: V = Kecepatan aliran (m/dtk), R = Jari-jari hidrolis (m), A = luas basah (m2), P = keliling basah (m), S = kemiringan dasar saluran (%), C = koefisien kakasaran chezy, ks = koefisien kekasaran Strickler, n = koefisien kekasaran manning. Kekasaran manning dapat dilihat pada Tabel 2.8 Pada saluran alam maupun buatan sering ditemui kenyataan bahwa kekasaran dinding saluran berbeda dengan kekasaran dasar saluran. Untuk menghitung kekasaran komp osit perlu ditinjau luas daerah pengaruh masing-masing. Sehingga kekasaran kompo sit dapat dihitung dengan rumus : (2.22) Dimana : n co = koefisien manning komposit, pco = keliling basah komposit. Tabel 2.8. Harga Koefisien Manning Pada SaluranBahan Koefisien Manning (n) Besi tuang lapis Kaca Saluran beton Bata dilapis mortar Pasangan batu disemen Saluran tanah bersih Saluran tanah Saluran dengan dasar batu dan tebing rumput Saluran pada galian batu padas 0,014 0,010 0,013 0,015 0,025 0,022 0,030 0,040 0,040 (Sumber : Triatmodjo, 2003) Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan adalah kecepatan terendah yang tidak akan menyebabkan pengendapan partikel (sedimentasi) maupun tumbuhnya tumb uhan air. Sedangkan kecepatan maksimum adalah kecepatan dimana aliran air dapat menimbulkan gerusan (erosi) pada saluran. Tabel 2.9 menunjukkan besarnya kecepat an maksimum yang diizinkan untuk berbagai saluran. Kecepatan maksimum ini adalah konservatif yang akan digunakan untuk perencanaan drainase ini. Pada batas-bata s keperluan tertentu kecepatan maksimum ini dapat lebih tinggi lagi. Kecepatan m aksimum saluran dapat dilihat pada Tabel 2.9. Tabel 2.9. Kecepatan Maksimum Saluran Jenis bahan Kecepatan maksimum (m/detik) Pasir halus 0,45 Lempung kepasiran 0,50 Lanau alluvial 0,60 Kerikil halus 0,75 Lempung koko 0,75 Lempung padat 1,10 Kerikil Kasar 1,20 Batu-batuan besar 1,50 Pasangan batu 1,50 Beton 1,50 Beton bertulang 1,50 (Sumber : Triatmojo, 2009) c) Tinggi Jagaan Tinggi jagaan disaluran pembuka dengan lining permukaan yang keras akan ditentuk an dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara lain seperti besar dimensi s aluran, kecepatan aliran, arah dan lengkungan saluran, debit banjir, gelombang p ermukaan akibat tekanan aliran angin, pentingnya daerah yang dilindungi dan seba gainya. Tinggi jagaan biasanya diambil antara 0,15 m s/d 0,60 m dan tinggi uruga n atas timbunan tanah diatas puncak lining tersebut biasanya diambil 0,30 0,60 m . Sedangkan untuk saluran drainase yang sudah dilining yang umumnya ada dikawasan permukaan maka tinggi jagaan berdasarkan SNI-3434-1994, baik untuk bentuk trapes ium maupun bentuk U, ditetapkan rumus: (2.33) Keterangan : f = tinggi jagaan (m) H = tinggi air rencana (m) d) Geometri Saluran Dalam perencanaan suatu saluran drainase harus diusahakan dapat memilih bentuk d an jenis saluran yang baik dan berbilai ekonomis. Perencanaa dimensi perlu mempe rtimbangkan:a. Efisiensi hidrolis saluran, b. Kepraktisan saluran, dan c. Faktor biaya yang ekonomis Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa saluran terbuka umumnya lebih menguntungka n dan jauh lebih ekonomis disbanding dari saluran tertutup. Adapun bentuk-bentuk umum dan geometris dari saluran drainase adalah sebagai berikut: 1) Bentuk segi empat Saluran drainase yang berbentuk empat persegi panjang ini tidak banyak membutuhk an ruangan dan lahan. Namun saluran ini harus terbentuk dari pasangan batu dan b eton untuk mencegah keruntuhan. Umumnya dalam pelaksanaan bentuk persegi panjang menggunakan pasangan batu. Saluran ini berfungsi sebagai saluran air hujan, air rumah tangga maupun irigasi. Pada penampang melintang saluran berbentuk persegi dengan lebar dasar B dan kedalaman air h (Gambar 2.1), luas penampang basah, A, dan keliling basah, P, dapat dituliskan sebagai berikut: (2.34) Gambar 2.2 : Penampang persegi panjang atau, (2.35) = 0 B = 2H (2.37) 2) Bentuk Trapesium Pada umumnya saluran berbentuk trapesium ini terbuat dari tanah, namun dimungkin kan juga bentuk ini dari pasangan batu dan beton. Saluran ini membutuhkan ruang atau lahan yang cukup dan berfungsi untuk pengaliran air hujan, air rumah tangga maupun air irigasi. Saluran ini merupakan saluran serbaguna yang sering digunak an karena mudah pengerjaannya. Saluran ini juga dapat menampung volume air yang besar dan disamping itu mudah dalam pengerjaannya. Luas penampang melintang, A, dan keliling basah P, saluran dengan penampang melintang yang berbentuk trapesiu m dengan lebar dasar B, kedalaman aliran h, dan kemiringan dinding 1 : m (Gambar 2.2), dapat dirumuskan sebagai berikut: (2.38) atau, (2.39) Substitusikan nilai B: (2.40) Gambar 2.3 : Penampang melintang saluran berbentuk trapesium Asumsikan bahwa luas penampang A dan kemiringan adalah konstan, maka persamaan d iatas dapat dideferensialkan terhadap h dan dibuat sama dengan nol,untuk mempero leh kondisi P minimum: atau, (2.41) Dengan menganggap h konstan, mendeferensialkan persamaan diatas dan membuat sama dengan nol, maka diperoleh persamaan berikut: atau, (2.42) (2.43) Maka diperoleh: (2.44) (2.45) (2.46) 2.10 Gorong-Gorong Gorong-gorong adalah saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati jal an raya, jalan kereta api atau timbunan lainya. Gorong-gorong biasanya dibuat da (2.36)ri beton, aluminium gelombang, baja gelombang dan kadang-kadang plastik gelomban g. Bentuk penampang melintang gorong-gorong bermacam-macam, ada yang bulat, pers egi, oval, tapal kuda dan segitiga. Gambar 2.3 menunjukan bentuk penampang melin tang gorong-gorong (a) bulat, (b) segitiga dan (c) persegi.(a) (b) (c) Gambar 2.4 : Bentuk penampang melintang gorong-gorong Berdasarkan lokasi, dikenal ada dua macam pengontrol yang dapat digunakan pada g orong-gorong, yaitu pengontrol di depan (inlet) dan di belakang (outlet). Kontro l didepan terjadi jika kapasitas gorong-gorong lebih besar dari pada kapasitas p emasukan (inlet). Sedangkan kontrol di belakang terjadi jika kapasitas gorong-go rong lebih kecil dari pada kapasitas pemasukan. Berikut ini adalah rumus untuk p erhitungan kapasitas gorong-gorong : (36) (2.47) Keterangan : a = luas penampang gorong-gorong (m2) z = selisih antara tinggi gorong-gorong dengan tinggi permukaan air (m) Cd = koefisien kontraksi pada sisi pemasukan. Cd = 0,9 untuk ujung persegi dan Cd = 1 untuk ujung yang dibulatkan. BAB III DATA DAN PERHITUNGAN 3.1. Umum Proses pelaksanaan studi ini pada prinsipnya terbagi dalam tiga bagian yaitu pen gumpulan data, pengolahan data atau perhitungan dan keluaran berupa hasil analis a sebagai rekomendasi kepada pihak yang membutuhkan. Langkah-langkah yang diambi l dalam prosedur penelitian ini adalah studi literatur, survei dan pengumpulan d ata. Pola pikir pelaksanaan studi dalam penelitian ini adalah seperti yang digam barkan dalam bagan alir Gambar 3.1. 3.1.1 Studi Literatur Studi literatur adalah studi kepustakaan guna mendapatkan teori-teori yang berk aitan dengan analisa hidrologi berupa, analisa curah hujan, analisa distribusi frekuensi, analisa intensitas hujan dan debit puncak dengan Metode Rasional. 3.1.2 Survei dan Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan untuk penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu survei lapangan dan survei instansional. Survei Lapangan dilakukan dengan pengamatan langsung kondisi drainase eksisting, arah aliran air limpasan yang t erdapat di daerah tersebut. Survei Lapangan Penelitian dilakukan pada kawasan Jalan H.R. Subrantas. Daerah ini secara geogra fis terletak pada pada 00 28 37,6 LU dan 1010 22 55,19 BT, dengan luas wil ayah lebih kurang 127 hektar dan batas geografis sebagai berikut: Daerah ini seb elah utara berbatasan dengan Kecamatan Payung Sekaki, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Marpoyan Damai. Lokasi penelitian dapa t dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini:Sumber : http://pekanbaru.go.id Gambar 3.1 : Lokasi Penelitian b. Survei Instansional Data-data yang digunakan pada penulisan ini diperoleh dari Dinas terkait di kota Pekanbaru. Data yang digunakan antara lain adalah data curah hujan, topografi,dan tata guna lahan. 1. Data Curah Hujan Data curah hujan yang dipergunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini diambil dari stasiun pencatat hujan. Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang Penulis kaji terleta k pada Catchment Area Pekanbaru, yaitu pada Stasiun Pekanbaru. Curah hujan yang dicatat selama 25 tahun yaitu curah hujan mulai tahun 1985 sampai tahun 2009. 2. Data Topografi Kotamadya Pekanbaru terletak pada ketinggian rata-rata 5 meter di atas permukaan laut. Kecuali dibeberapa tempat seperti di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif K asim II (SSK II) dan di bagian utara serta timur kota. Secara umum kondisi wilay ah Kotamadya Pekanbaru merupakan dataran rendah dengan kemiringan lereng 0 2 %. Kecuali beberapa daerah di bagian utara dan di bagian timur memiliki morfologi y ang bergelombang dengan kemiringan di atas 40%. 3. Tata Guna Lahan Kota Pekanbaru berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2010 terbagi menjadi beberapa Wilayah Pengembangan (WP) antara lain adalah sebagai berikut: a. Wilayah Pengembangan I Terdiri dari 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Senapelan, Kecamatan Lima Puluh, Kecam atan Pekanbaru Kota, Kecamatan Sukajadi dan Kecamatan Sail. Selanjutnya WP I dia rahkan fungsinya untuk pusat kegiatan perdagangan dan jasa kepadatan tinggi, pus at kegiatan jasa perkantoran lokal regional, dan internasional, pusat kegiatan p emerintahan provinsi dan kawasan permukiman kepadatan tinggi b. Wilayah Pengembangan II Terdiri dari 1 kecamatan, yaitu Kecamatan Rumbai. Selanjutnya WP II ini diarahka n fungsinya untuk pusat kegiatan olahraga, kawasan pendidikan, kawasan pemukiman , pusat kegiatan industri kecil, kawasan perdagangan dan kawasan lindung c. Wilayah Pengembangan III Terdiri dari 1 kecamatan, yaitu Kecamatan Rumbai Pesisir. WP III ini diarahkan f ungsinya untuk kawasan lindung, kawasan pemukiman, pusat kegiatan pariwisata, ka wasan industri dan kawasan pergudangan d. Wilayah Pengembangan IV Terdiri dari 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Bukit Raya dan Kecamatan Tenayan Raya. Selanjutnya WP IV ini diarahkan fungsinya untuk kawasan permukiman, pusat kegia tan industri, kawasan pendidikan, pusat kegiatan pergudangan, kawasan perdaganga n, pusat kegiatan pemerintahan dan kawasan rekreasi e. Wilayah Pengembangan V Terdiri dari 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Tampan, Kecamatan Marpoyan Damai dan K ecamatan Payung Sekaki. Selanjutnya WP V ini diarahkan fungsinya untuk pusat keg iatan pendidikan tinggi, kawasan permukiman, pusat kegiatan industri kecil, kawa san perkantoran, kawasan pemerintahan dan kawasan perdagangan. 3.1.3 Bagan Alir Penelitian Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam penyelesaian tugas akhir adalah pengumpula n data, pengolahan data dan evaluasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam b agan alir penelitian pada Gambar 3.2 berikut ini:Gambar 3.2 : Bagan Alir Penelitian 3.2 Analisa Hidrologi Analisa hidrologi dilakukan untuk menentukan intensitas hujan. data yang digunak an berupa data curah hujan harian 25 tahun (tahun 1985-2009), dari data tersebut dilakukan analisa frekuensi hujan, selanjutnya dihitung intensitas hujan yang t erjadi untuk durasi tertentu. Hasil perhitungan akan memperlihatkan hubungan ant ara intensitas hujan dengan durasi dan frekuensi dalam grafik IDF (Intensity Dur ation Frekuency). 3.1.1 Penetapan Seri Data Penetapan Seri data curah hujan harian maksimum Stasiun Pekanbaru yang akan digu nakan dalam analisis frekuensi diperoleh dengan metode maximum annual series (Da ta Maksimum Tahunan). Data curah hujan harian maksimum tersebut disajikan pada T abel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1. Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun Pekanbaru No Tahun Curah Hujan Harian Maksimum (mm) 1 2000 72.00 2 2005 87.5 3 2001 92.00 4 2004 95.00 5 2008 97.00 6 2006 99.5 7 1997 100.2 8 1986 100.8 9 1993 103.00 10 2007 107.5 11 2002 108.5 12 1985 112.213 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 251992 1995 1996 2003 2005 2009 1991 1989 1999 1987 1998 1994 1990114.00 114.00 115.3 119.00 127.00 130.00 133.00 137.5 139.5 140.5 145.00 148.4 160.003.1.1 Analisa Frekuensi Analisa frekuensi bertujuan untuk menentukan jenis distribusi yang sesuai untuk mendapatkan curah hujan rencana. Pemilihan jenis distribusi curah hujan yang ses uai berdasarkan nilai koefisien asimetris (Cs), koefisien variansi (Cv) dan koef isien kurtosis (Ck). Koefisien tersebut didapat dengan menentukan nilai paramete r statistik dari data curah hujan maksimum tahunan. Selanjutnya nilai parameter statistik dapat disajikan dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2. Parameter Statistik No Xi Xi2 Xi-Xrerata (Xi-Xrerata)2 (Xi-Xrerata)3 (Xi-Xrer ata)4 1 72.00 5184.00 -43.94 1930.37 -84812.83 3726336.43 2 87.5 7656.25 -28.44 808.61 -22993.52 653843.82 3 92.00 8464.00 -23.94 572.93 -13713.70 328251.19 4 95.00 9025.00 -20.94 438.32 -9176.59 192121.00 5 97.00 9409.00 -18.94 358.57 -6789.92 128573.95 6 99.5 9900.25 -16.44 270.14 -4440.06 72976.75 7 100.2 10040.04 -15.74 247.62 -3896.58 61316.50 8 100.8 10160.64 -15.14 229.10 -3467.63 52486.12 9 103.00 10609.00 -12.94 167.34 -2164.71 28002.71 10 107.5 11556.25 -8.44 71.17 -600.36 5064.61 11 108.5 11772.25 -7.44 55.29 -411.17 3057.44 12 112.2 12588.84 -3.74 13.96 -52.15 194.82 13 114.00 12996.00 -1.94 3.75 -7.26 14.05 14 114.00 12996.00 -1.94 3.75 -7.26 14.05 15 115.3 13294.09 -0.64 0.40 -0.26 0.16 16 119.00 14161.00 3.06 9.39 28.77 88.14 17 127.00 16129.00 11.06 122.41 1354.37 14984.72 18 130.00 16900.00 14.06 197.80 2781.80 39123.30 19 133.00 17689.00 17.06 291.18 4968.70 84785.85 20 137.5 18906.25 21.56 465.01 10027.39 216230.67 21 139.5 19460.25 23.56 555.26 13084.20 308316.00 22 140.5 19740.25 24.56 603.39 14821.67 364079.61 23 145.00 21025.00 29.06 844.72 24550.83 713545.28 24 148.4 22022.56 32.46 1053.91 34214.18 1110729.02 25 160.00 25600.00 44.06 1941.64 85556.25 3769950.73 Jumlah 2898.4 347284.9 11256.02 38854.18 11874086 .90 Sumber : Perhitungan, 2011 Perhitungan selengkapnya dapat dilihat melalui prosedur berikut ini: a. Menghitung nilai Rata-rata (average) dengan mengunakan Persamaan (2.1) b. Sd = c. Menghitung Simpangan Baku dengan menggunakan Persamaan (2.2) Menghitung Koefisien variansi menggunakan Persamaan (2.3)Cv = d. Cs = e. Ck = Menghitung Asimetri (skewness) dengan menggunakan Persamaan (2.4) Menghitung nilai Kurtosis dengan menggunakan Persamaan (2.5)Dari hasil perhitungan di atas, sesuai dari tabel 2.2 maka dapat disimpulkan bah wa distribusi yang dapat digunakan adalah distribusi Log Pearson Tipe III. 3.1.2 Distribusi Log Pearson Tipe III Dari tabel curah hujan harian maksimum dianalisa dengan memperguna-kan Distribus i Log Pearson Tipe III. Perhitungan Distribusi Log Pearson Tipe III dapat diliha t pada Tabel 3.3 berikut: Tabel 3.3. Perhitungan Distribusi Log Pearson Tipe III No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jumlah (Log X Xi Log Xi 72.00 1.857 87.5 1.942 92.00 1.964 95.00 1.978 97.00 1.987 99.5 1.998 100.2 2.001 100.8 2.003 103.00 2.013 107.5 2.031 108.5 2.035 112.2 2.050 114.00 2.057 114.00 2.057 115.3 2.062 119.00 2.076 127.00 2.104 130.00 2.114 133.00 2.124 137.5 2.138 139.5 2.145 140.5 2.148 145.00 2.161 148.4 2.171 160.00 2.204 51.420 0.16404 rata-rata) (LogXi-logXrerata)2 0.03978 -0.00793 0.01317 -0.00151 0.00865 -0.00080 0.00625 -0.00049 0.00490 -0.00034 0.00348 -0.00021 0.00313 -0.00017 0.00284 -0.00015 0.00193 -0.00008 0.00064 -0.00002 0.00046 -0.00001 0.00005 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00003 0.00000 0.00035 0.00001 0.00221 0.00010 0.00327 0.00019 0.00450 0.00030 0.00664 0.00054 0.00771 0.00068 0.00826 0.00075 0.01094 0.00114 0.01314 0.00151 0.02171 0.00320 -0.00332 2.057 (LogXi-logXrerata)3