Untitled 1

34
1.Ma’rifatullah [Mengenal Allah] Segala puji bagi Allah Subh anahu wa Ta’âla yang telah mengajarkan hamba-hamba-Nya apa-apa yang tidak dia ketahui,kemudian shalawat beserta salam tercurahkan kehadirat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya y dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman. Ma’rifatullah atau mengenal Allah Azza wa Jalla merupakan satu perkara wajib yang mesti diketahui oleh seorang muslim karena tanpa mengenal Allah Subh anahu wa Ta’âla tidak akan mungkin bisa diraih kebahagian hidup, surga Allah Subh anahu wa Ta’âla. Seseorang yang tidak mengenal Allah Subh anahu wa Ta’âla dengan benar tidak akan mengerti hakekat hidup yang sesungguhnya, dalam artian siapakah dia, untuk apa ia diciptakan oleh Allah Subh anahu wa Ta’âla. Mengenal Allah Subh anahu wa Ta’âla merupakan salah satu dari tiga pertanyaan yang akan ditanyakan oleh malaikat kepada manusia tatkala mereka masih berada di alam Barzakh (alam kubur). Adapun tiga pertanyaan itu adalah sebagai berikut: 1. Pertanyaan tentang siapa Robbmu 2. Apa agamamu 3. Siapa Nabimu Ketiga pertanyaan di atas merupakan tiga landasan pokok yang wajib diketahui oleh setiap muslim. Ketidaktahuan seseorang kepada tiga hal tersebut akan menyebabkan ia mendapat azab dari Allah Subh anahu wa Ta’âla A. Apa tujuan yang hendak dicapai ketika seseorang mengenal Allah I ? Seseorang yang tidak mengerti tujuannya, maka ia akan berada dalam kebingungan dan terombang-ambing sehingga ia akhirnya terjatuh kedalam lembah kesesatan dan

description

ddddd

Transcript of Untitled 1

1.Marifatullah [MengenalAllah]

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Tala yang telah mengajarkan hamba-hamba-Nya apa-apa yang tidak dia ketahui,kemudian shalawat beserta salam tercurahkan kehadirat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya y dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman. Marifatullah atau mengenal Allah Azza wa Jalla merupakan satu perkara wajib yang mesti diketahui oleh seorang muslim karena tanpa mengenal Allah Subhanahu wa Tala tidak akan mungkin bisa diraih kebahagian hidup, surga Allah Subhanahu wa Tala. Seseorang yang tidak mengenal Allah Subhanahu wa Tala dengan benar tidak akan mengerti hakekat hidup yang sesungguhnya, dalam artian siapakah dia, untuk apa ia diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Tala.

Mengenal Allah Subhanahu wa Tala merupakan salah satu dari tiga pertanyaan yang akan ditanyakan oleh malaikat kepada manusia tatkala mereka masih berada di alam Barzakh (alam kubur). Adapun tiga pertanyaan itu adalah sebagai berikut:1. Pertanyaan tentang siapa Robbmu2. Apa agamamu3. Siapa Nabimu

Ketiga pertanyaan di atas merupakan tiga landasan pokok yang wajib diketahui oleh setiap muslim. Ketidaktahuan seseorang kepada tiga hal tersebut akan menyebabkan ia mendapat azab dari Allah Subhanahu wa Tala

A. Apa tujuan yang hendak dicapai ketika seseorang mengenal Allah I ?

Seseorang yang tidak mengerti tujuannya, maka ia akan berada dalam kebingungan dan terombang-ambing sehingga ia akhirnya terjatuh kedalam lembah kesesatan dan kebathilan. Oleh karena itu Syaikh utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa; ketika seseorang telah mengenal Allah Subhanahu wa Tala dengan benar, maka secara pasti mereka akan mempunyai beberapa sikap yang akan tampak pada dirinya, diantara sifat tersebut adalah:1.Menerima syariat yang ditetapkan Allah Azza wa Jalla.2.Tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Tala

3. Menjadikan Syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah r sebagai penentu hukum.

Tentunya semua ini akan menjadi pertanyaan bagi kita, kenapa banyak orang tidak mau menerima Syariat Islam yang Allah Subhanahu wa Tala tetapkan, kenapa banyak kaum muslimin tidak mau patuh dan tunduk kepada Allah Subhanahu wa Tala? Bahkan mereka lebih mendahulukan hawa nafsunya ketimbang mentaati perintah Allah Subhanahu wa Tala, bahkan mereka masih berhukum dengan hukum jahiliyah yang mereka buat sendiri.

Tentu semua jawabannya kembali kepada satu titik terang, yaitu mereka tidak mengenal Allah Subhanahu wa Tala dengan benar. Mengenal Allah I dengan benar akan membuahkan ketaatan dan kecintaan kepada Allah Azza wa Jalla.B. Siapakah Robb-mu (Tuhanmu)

Agar seorang muslim bisa mengenal Robbnya dan bisa patuh serta mencintai Allah Azza wa Jalla, maka mereka wajib mengenal Allah Subhanahu wa Tala dengan benar dan menurut pandangan Syariat.

Robb kita adalah Allah Subhanahu wa Tala, Dialah yang menciptakan kita, Yang memberi rezeki, Yang menghidupkan dan mematikan, Dia-lah Allah Subhanahu wa Tala Robbul alamin, Dialah Allah Azza wa Jalla Dzat yang wajib kita sembah. Hanya Dia yang kita sembah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya dalam bentuk apapun. Dialah Allah Subhanahu wa Tala yang telah menurunkan kepada makhluknya semua nikmat. Nikmat-nimat Allah Azza wa Jalla tidak terhitung banyaknya: Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan bisa menghitung-Nya. (QS. an-Nahl: 18)

Untuk lebih meyakinkan kita tentang siapakah Allah I, maka mari kita lihat ayat-ayat al-Quran:1.Allah Subhanahu wa Taala menciptakan manusia dari tanah

:

Allah Subhanahu wa Tala berfirman: Dia-lah (Allah) yang telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian menetapkan ajal, dan ajal yang telah ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang hanya Dia mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu (tentang hari berbangkit itu) (QS. al-Anam :2)

2.Allah subhanahu wa Ta'ala

Maha pemberi rezkiSebagaimana firman-Nya : Sesungguhnya Dia-Nya Allah Maha Pemberi rezeki dan Yang Maha Kuat lagi Kokoh (QS. adz-Dzaariyat: 58)

Katakanlah siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan ? Maka mereka akan menjawab: Allah (Q.S Yunus: 31)

3.Allah Subhanahu wa Taala ciptakan manusia untuk mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya saja.Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Tala berfirman: Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku. (QS. adz-Dzaariyat: 59)

4.Allah Subhanahu wa Taala merupakan Robb sekalian alam.Sebagaimana dalam firman-Nya : Segala puji bagi Allah Robb sekalian alam. (QS. al-Fatihah: 2)

Robb artinya: Dialah Allah Subhanahu wa Tala yang membimbing, memberikan nikmat, pencipta manusia, penguasa dan Maha mengatur terhadap manusia, sebagaimana yang Dia kehendaki, sedangkan kata-kata -alam- adalah setiap apapun selain Allah Subhanahu wa Tala.C. Apa metode (manhaj) dalam mengenal Allah I ?

Hal ini sangat perlu dan wajib kita ketahui, karena tatkala seseorang tidak mengenal cara yang benar dalam mengenal Allah Subhanahu wa Tala, maka ia akan mengenal Allah Subhanahu wa Tala dengan cara-cara keliru. Contoh kekeliruan dalam mengenal Allah Subhanahu wa Tala adalah dengan anggapan bahwa mengenal Allah seperti mengenal diri sendiri, mereka berdalil: Siapa yang mengenal dirinya maka mereka akan kenal dengan Tuhannya ungkapan tersebut adalah hadist maudhu (palsu).

Adapun Manhaj (metode) dalam mengenal Allah Subhanahu wa Tala adalah:

1.Mentadabburi dan tafakkur terhadap kebesaran ciptaan Allah Subhanahu wa Taala dan keagungan-Nya, karena dengan melakukan hal seperti itu akan mengantarkan seseorang kepada mengenal Allah Subhanahu wa Taala, mengenal kekuasaan-Nya, dan keagungan-Nya serta rahmat-Nya. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah.(QS. al-Araf: 185)Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pada pertukaran malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir. (QS. Ali Imran: 190)

Tatkala seseorang mau mengkaji dan mentadabburi ciptaan Allah Subhanahu wa Taala yang agung ini, maka dengan sendirinya mereka akan semakin yakin dan kagum kepada Penciptanya, Dzat yang maha segala-galanya dan tidak bisa disaingi oleh siapapun. Lihatlah langit, bulan, matahari, siang, malam bahkan manusia sendiri yang diciptakan dalam sebaik-baik bentuk. Semua ini menunjukkan kehebatan Sang Pencipta.

2.Mengkaji ayat-ayat Syari (al-Quran)

Seseorang yang ingin kenal dengan Allah Subhanahu wa Taala, maka wajib baginya untuk memandang ayat-ayat Syari, yaitu alquranul karim. Karena tidak cukup hanya dengan melihat keagungan ciptaan-Nya saja. Al-Quran akan memberikan keyakinan dan akan memperkenalkan kepada tentang Allah Azza wa Jalla, ia merupakan wahyu Allah Subhanahu wa Taala, di dalamnya terdapat kemaslahatan-kemaslahatan yang besar, karena tidak akan tegak kehidupan makhluk, baik di dunia maupun di akhirat kecuali dengan mengenalnya. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Maka apakah mereka tidak mentadabburi al-Quran. Kalau sekiranya al-Quran itu bukan dari Allah, maka sungguh mereka akan mendapati perselisihan yang sangat banyak di dalamnya.(QS. an-Nisaa: 82)

Tentu semua ini harus dikaji dengan ilmu, sedangkan untuk mendapatkan ilmu seseorang tidak boleh berpangku tangan, atau menunggu datangnya ilmu tersebut. Hendaklah seseorang yang akan mengenal Allah I mau belajar, hadir di majelis-majelis ilmu, mempunyai perhatian tentang Aqidah yang Shohih.

Semakin tinggi ilmu seseorang tentang Allah Subhanahu wa Taala, maka ia akan semakin mengetahui nikmat dan manfaat yang dapat ia rasakan, bahkan ia akan semakin takut untuk melakukan perbuatan dosa dan maksiyat, dan juga ia akan merasakan semakin kuat dorongan di dalam beramal sholeh dan melaksanakan syariat agama ini. Hal ini disebabkan karena perintah-perintah Allah Subhanahu wa Taala yang lain adalah realisasi dari mengenal Allah Subhanahu wa Taala. Untuk menambah bahan bacaan dalam hal ini kami anjurkan para pembaca untuk membaca buku-buku aqidah seperti:

Syarah Tsalatsatul Ushul oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin, kitab Tauhid oleh Syaikh Sholeh al-Fauzan dari jilid 1 3.

D. hal pokok yang wajib diperhatikan dalam mengenal Allah Azza wa Jalla

1. Beriman dengan adanya Allah Subhanahu wa Taala

Seorang yang mengenal Allah Subhanahu wa Taala wajib baginya meyakini adanya Allah Subhanahu wa Taala, baik dengan dalil akal maupun dalil naqli (al-Quran dan Sunnah)

2.Beriman dengan Rububiyah Allah Azza wa Jalla

Meyakini bahwa Dialah satu-satunya Robb, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah Allah yang menghidupkan, mematikan, memberi rezki, serta mengatur alam semesta ini.

3Beriman dengan Uluhiyah-Nya Allah Subhanahu wa Taala

Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Taala adalah satu-satunya zat yang harus disembah dan diibadati.

4.Beriman dengan asma dan sifat-Nya.

Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Taala mempunyai nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang husna sesuai dengan kemuliaan-Nya, dan wajib menetapkan nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya yang telah Dia tetapkan bagi diri-Nya di dalam al-Quran dan Sunnah Rasul.

E.Buah dari mengenal Allah Subhanahu wa Taala (Marifatullah)

Ketika seorang muslim telah kenal dengan Robbnya dengan benar, maka dengan sendirinya ia akan merasakan kenikmatan, ketenangan dan kebahagian hidup serta mampu menghadapi kehidupan dengan baik. Ibarat pepatah mengatakan tak kenal, maka tak sayang, dan tak sayang maka tak cinta.

Syaikh Utsaimin rahimahullah mengatakan dalam kitab beliau Syarah Tsalasatul Ushul, bahwa buah yang didapatkan bagi orang yang beriman dengan Allah Subhanahu wa taala (marifatullah) adalah sebagai berikut :

1.Terwujudnya tauhid yang sesungguhnya, karena ia tidak lagi mempunyai ketergantungan, pengharapan dan rasa takut kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Taala saja, dan ia tidak menyembah kecuali kepada-Nya.

2.Sempurnanya cintanya kepada Allah Subhanahu wa Taala, mengagungkan-Nya, disebabkan karena Allah Subhanahu wa Taala mempunyai nama-nama yang husna dan sifat-sifat yang tinggi yang tidak sama dengan makhluk. Dengan mengetahui hal tersebut, akan bertambah yakin dengan kesempurnaan Allah Azza wa Jalla.

3.Dengan mengenal Allah Subhanahu wa Taala dan beriman kepada-Nya, maka seseorang bisa mewujudkan ibadah yang sesungguhnya kepada Allah

2. Marifatul rosul Risalah: Sesuatu yang diwahyukan A11ah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat. Rasul: Seorang laki-laki (21:7) yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang berkewajiban untuk melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia.

Pentingnya iman kepada Rasul Iman kepada para rasul adalah salah satu Rukun Iman. Seseorang tidak dianggap muslim dan mukmin kecuali ia beriman bahwa Allah mengutus para rasul yang menginterprestasikan hakekat yang sebenarnya dari agama Islam, yaitu Tauhidullah . Juga tidak dianggap beriman atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul, dan tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya. (Al-Asyqor:56)

Tugas para rasul1. Menyampaikan (tablig) [5:67, 33:39]. Yang disampaikan berupa: Marifatullah [6:102] (Mengenal hakikat Allah) . Tauhidullah [21:25] [Mengesakan Allah] . Basyir wa nadzir [6:48] (Memberi kabar gembira dan peringatan)2. Mendidik dan Membimbing [62:2]

Sifat-sifat para rasul1. Mereka adalah manusia (17:93-94,8:110]2. Mashum [terjaga dari kesalahan] [3:161, 53:1-4]3. Sebagai suri teladan [33:2l, 6:89-90]

3. Pengertian tarbiyah

Kelompok Studi ateri Tarbiyah (Tarbiyah: Pendidikan atau Pembinaan) adalah materi yang disusun secara sistematis dan terstruktur untuk mempermudah para da'i dalam membimbing dan membina umat Islam. Materi Tarbiyah disampaikan dalam suatu kelompok kajian kecil seperti dahulu yang dijalankan oleh Rasulullah dan para sahabat. Pembagian kelompok kecil-kecil ini sangat efektif dalam membentuk kepribadian seorang muslim. Hal ini dikarenakan seorang Murabbi bisa dengan mudah memantau akhlak dan ibadah dari mutarabbinya. Suatu hal yang sulit dilakukan pada kegiatan tabligh yang melibatkan massa besar. Berikut ini daftar Materi Tarbiyah yang diambil dari buku Materi Tarbiyah karya Ummu Yasin yang telah mengumpulkan berbagai Materi Tarbiyah yang tercecer dan menyusunnya secara strategis dan sistematis. Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim,

4. ghazwul fikri

Ghazwul fikri berasal dari kata ghazw dan al-fikr, yang secara harfiah dapat diartikan "Perang Pemikiran". Yang dimaksud ialah upaya-upaya gencar pihak musuh-musuh Allah subhanahu wataala untuk meracuni pikiran umat Islam agar umat Islam jauh dari Islam, lalu akhirnya membenci Islam, dan pada tingkat akhir Islam diharapkan habis sampai ke akar-akarnya. Upaya ini telah berlangsung sejak lama dan terus berlanjut hingga kini.

Ghazwul fikri dimulai ketika kaum salib dikalahkan dalam sembilan kali peperangan besar. Kemenangan kaum muslimin tersebut sangat spektakuler, sebab pasukan muslim yang diterjunkan dalam pertempuran berjumlah sedikit. Pasukan Khalid bin Walid, misalnya pernah berperang dengan jumlah tentara sekitar 3000 personil, sedangkan pasukan Romawi yang dihadapi berjumlah 100.000 personil, hampir 1 berbanding 35. Allah memenangkan kaum muslimin dalam pertempuran tersebut. Kekalahan demi kekalahan itu akhirnya menyebabkan kaum salib menciptakan taktik baru. Di bawah pimpinan Raja Louis XI, taktik baru tersebut dilancarkan. Caranya bukan lagi berupa penyerangan fisik, tetapi musuh-musuh Allah itu mengirimkan putera-putera terbaik mereka ke kota Makkah untuk mempelajari Islam. Niat atau motivasi mereka tentu bukan untuk mengamalkan, melainkan untuk menghancurkannya. Pembelajaran dengan niat jahat itu ternyata berhasil. Tafsir dikuasai, hadist dimengerti, khazanah ilmu Islam digali. Setelah sampai ke tahap dan tingkat ahli, para pembelajar Islam dari kaum Salib ini kembali ke Eropa, lalu membentuk semacam Research and Development (Penelitian dan Pengembangan) untuk mengetahui kelemahan umat Islam agar dapat mereka kuasai.

Kesungguhan mereka dalam mempelajari Islam tersebut memang luar biasa. Sampai dalam sejarah diungkapkan kisah seorang pembelajar Islam dari kaum salib yang rela meninggalkan anak istrinya hanya untuk berkeliling ke negeri-negeri Islam guna mencari kelemahan negeri-negeri Islam itu. Di antara pernyataan mereka ialah, "Percuma kita berperang melawan umat Islam selama mereka berpegang teguh pada agama mereka. Jika komitmen mereka terhadap agama mereka kuat, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Oleh karena itu, tugas kita sebetulnya adalah menjauhkan umat Islam dari agama mereka, barulah kita mudah mengalahkan mereka. Gleed Stones, mantan perdana menteri Inggris, juga mengatakan hal yang sama, "Percuma memerangi umat Islam, kita tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam al-Qur'an masih bergelora. Tugas kita kini adalah mencabut al-Qur'an hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka.

Dalam konteks ini, al-Qur'an mengatakan, artinya, "Sesungguhnya setan bagi kamu merupakan musuh, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. Sesungguhnya setan itu mengajak hizb (golongan) nya agar mereka menjadi penghuni neraka." (QS.Faathir : 6).

Setan yang merupakan musuh umat Islam itu, menurut ayat 112 surat al-An'aam bukan hanya dari kalangan jin dan Iblis saja, tetapi juga dari kalangan manusia. Setan-setan manusia itu dahulu menghina dan memojokkan serta melecehkan Islam melalui lisan mereka dengan cara sederhana tanpa dukungan hasil teknologi canggih. Tetapi kini, penghinaan dan pemojokan serta pelecehan itu dilakukan dengan pers yang mempergunakan sarana modern yang super canggih. Di sisi lain, musuh-musuh Islam berupa setan manusia itu hebat dan licik. Struktur-struktur dan lembaga-lembaga Internasional, baik politik, mau pun ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, militer dan bidang-bidang penting lainnya hampir seluruhnya berada dalam genggaman mereka. Makanya perputaran roda organisasi dan lembaga-lembaga dunia itu sepenuhnya dapat mereka kendalikan secara sangat sistematis dan akurat tanpa disadari oleh mayoritas umat Islam, yang sebagiannya masih sangat lugu dan belum tersentuh oleh da'wah. Dalam bidang komunikasi, khususnya pers, misalnya, hampir seluruh sumber berita berada dalam 'tangan' mereka, baik yang berskala internasional maupun nasional.

Maka tak dapat dibantah bahwa media massa yang didominasi atau dikuasai oleh kalangan yang anti Islam, yang melihat Islam sebagai ancaman bagi kepentingan politik dan ekonomi mereka, missi yang mereka emban tentu merugikan dan memojok kan Islam. Misalnya berupaya agar masyarakat dunia (terutama kalangan elitnya) membenci Islam dan menjauhinya, serta menanamkan keraguan dalam dada kaum muslimin akan kebenaran dan urgensi Islam di dalam hidup.

Keadaan ini diperburuk lagi oleh kenyataan bahwa di kalangan umat Islam, penguasaan terhadap ilmu komunikasi dan jurnalistik hingga saat ini masih jauh dari memadai. 'Ulama dan orang-orang yang betul betul faham akan Islam secara benar dan kaffah, pada umumnya jarang yang menjadi jurnalis atau penulis. Apa lagi menerbitkan koran atau majalah yang benar-benar membawa misi dakwah dan perjuangan Islam. Sebaliknya wartawan dan penulis yang beragama Islam, termasuk yang berkaliber internasional yang mempunyai semangat sekali pun, banyak yang belum atau tidak memahami Islam secara benar dan kaaffah (totalitas). Artinya, upaya umat Islam meng-counter serangan musuh-musuh Allah itu nyaris tak ada.

Di sisi lain, pers yang diterbitkan orang Islam banyak yang tidak memperjuangkan dan membela Islam, bahkan terkadang menurunkan berita yang memojokkan Islam. Sebab masih tergantung kepada kantor-kantor berita barat/kafir, yang memang selalu memburu berita yang sifatnya merugikan Islam. Padahal berita dari mereka menurut cara yang islami, harus terlebih dahulu ditabayyun (diseleksi), kalau tidak, bisa berbahaya bagi umat Islam. Namun untuk melakukan tabayyun, diperlukan pemahaman Islam yang benar dan universal serta penguasaan jurnalistik yang akurat dengan peralatan canggih. Sementara terhadap kedua hal itu para penulis Muslim belum betul-betul menguasainya secara baik. Ini salah satu di antara kelemahan-kelemahan dan keterbelakangan kita, umat Islam.

Al-Qur'an memberitahukan bahwa Nabi Sulaiman alaihis salam pernah menda'wahi ratu negeri Saba' melalui tulisan (berupa sepucuk surat khusus), yang akhirnya ternyata berhasil gemilang dengan masuk Islamnya sang ratu. Kalau korespondensi da'wah sederhana antara Nabi Sulaiman 'alaihis salam dengan ratu Saba' ini boleh dikatakan termasuk bagian dari pers secara sederhana, maka pers dalam arti yang sempit berarti telah eksis pada zaman Nabi-nabi dahulu. Bukan hanya Nabi Sulaiman alaihis salam, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassallam pun dalam menda'wahkan Islam kepada raja-raja dan para penguasa suatu negeri pada zamannya, di antaranya mempergunakan tulisan berupa surat yang sederhana, tanpa dukungan hasil teknologi canggih seperti yang dikenal dunia pers kini.

Dalam dunia modern kini, pers ternyata menempati posisi sangat penting, antara lain, dapat membentuk opini umat. Bahkan sering dikatakan bahwa siapa menguasai pers, berarti dapat menguasai dunia. Kalau yang menguasai pers itu orang mukmin, yang benar-benar faham akan dakwah dan memang merupakan Da'i (dalam arti luas), maka pers yang diterbitkannya tentu tidak akan menurunkan tulisan-tulisan yang merugikan Islam, memojokkan kaum Muslim atau menyakitkan umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassallam. Tetapi kenyataan membuktikan, di dunia ini, tak sedikit pers yang menurunkan aneka bentuk tulisan yang substansi isinya bukan hanya memojokkan Islam dan menyakitkan hati kaum mu'min serta melecehkan al-Qur'an, tetapi lebih lagi dari hanya sekedar itu. Dan keadaan bisa bertambah buruk lagi, kalau para pemimpin umat Islam bukannya memihak Islam, tetapi justru memihak dan membela musuh-musuh Allah subhanahu wataala. Na'udzu billaah min dzaalik!

Dahulu, para penjajah menyerang kaum Muslimin dengan senjata bom, meriam dan peluru, dan serangan itu hingga kini sebetulnya masih tetap berlangsung. Hanya yang dijadikan sasaran bukan lagi jasmani, tetapi aqidah ummat Islam. Salah satu tujuannya ialah bagaimana agar fikrah (ideologi) atau 'aqidah umat Islam rusak. Tujuan paling akhir ialah bagaimana agar Islam dan umat Islam berhasil dihabisi riwayatnya dari bumi Allah subhanahu wataala ini. Serangan inilah yang disebut ghazwul fikr. Dan senjata yang dipergunakan bukan lagi bom atau peluru tetapi surat kabar, majalah, radio, televisi dan media-media massa lainnya, baik cetak mau pun elektronik, baik yang sederhana, mau pun yang super canggih. Untuk mengantisipasi atau mengimbangi serbuan ghazwul fikr (perang ideologi) itu, umat Islam antara lain harus mempunyai pers yang tangguh, yang dikelola oleh para Ulama dan jurnalis Muslim yang betul-betul faham Islam secara benar; dengan peralatan dan sarana teknologi yang memadai dan mampu menampilkan tulisan dan berita yang benar serta baik secara menarik dan bijaksana.

Tulisan-tulisan yang diturunkan atau diproduksinya tentu harus menarik dan akurat bermisi Islam, agar dapat memberikan pemahaman tentang al-Islam yang benar kepada pembacanya, dan sekaligus diharapkan dapat meredam dan mengantisipasi serbuan pers sekuler,terutama yang tak henti-hentinya menyerang Islam dengan berbagai cara.

Satu hal lagi yang tidak boleh kita dilupakan adalah, munculnya musuh-musuh Islam dari dalam tubuh ummat Islam sendiri tanpa kita sadari. Misalnya adanya 'tokoh' Islam yang diberi predikat Kiyai Haji atau profesor doktor, yang konotasinya pembela Islam, sehingga dikira umat Islam, ia memang pembela Islam, padahal sebaliknya, termasuk dalam hal ini Jaringan Islam Liberal (JIL). Sebetulnya, ini merupakan cerita lama, sebab sejak zaman Nabi-nabi dahulu, selalu ada saja manusia-manusia yang mengaku Muslim, tetapi pada hakikatnya merongrong atau merusak bahkan menghancurkan Islam dari dalam. Kadang-kadang menimbulkan perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Sebagian mereka mengaku beragama Islam, namun takut (phobi) kalau Islam berkembang dan eksis di muka bumi Allah subhanahu wataala yang fana ini. Kalau mereka menerbitkan buku, koran, majalah, tabloid dan sejenisnya, mereka takut menulis tentang Islam. Kalau pun toh menulis juga, isinya tentu dipoles, direkayasa sedemikian rupa, sehingga tidak mengungkapkan kenyataan yang harus diungkapkan, dan menyampai kan apa-apa yang seharusnya disampaikan. Na'udzu billaah min dzaalik! Mereka laksana musuh dalam selimut, menggunting dalam

5.Tawazun

Tawazun artinya keseimbangan. Sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah keseimbangan (67: 3).

Manusia dan agama lslam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah Allah. Mustahil Allah menciptakan agama lslam untuk manusia yang tidak sesuai Allah (30: 30). Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri beragama (agama tauhid: Al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan (Hadits: Setiap bayi terlahir daIam keadaan fitrah (Islam) orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi)

Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu Al-Jasad (Jasmani), Al-Aql (akal) dan Ar-Ruh (rohani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55: 7-9.

Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing. :

1. Jasmani.Mumin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim). Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halaalan thayyiban (halal dan baik) [80:24, 2:168], beristiharat [78:9], kebutuhan biologis [30: 20-21] & hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.

2. AkalYang membedakan manusia dengan hewan adalah akalya. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenal hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginyasupaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh (wakil Allah di atas bumi) [2:30, 33:72]. Kebutuhan akal adalah ilmu [3:190] untuk pemenuhan sarana kehidupannya.

3. Ruh (hati)Kebutuhannya adalah dzikrullah [13:28, 62:9-10]. Pemenuhan kebutuhan rohani sangat penting, agar roh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.

Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagian hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala umat, ke-tawazunan akan menempatkan umat lslam menjadi umat pertengahan/ ummatan wasathon [2:143]. Kebahagiaan itu dapat berupa:- Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam Bentuk ketenangan jiwa [13:28]- Kebahagian zhahir/gerak, dalam Bentuk kestabilan, ketenangan beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya.Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut manusia seutuhnya.

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai dasar) . Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani / materi saja. Manusia Pantheis (Kebatinan): bersandar pada hati/ batinnya saja.

6.Al iman

PendahuluanKonsep-konsep tentang Iman, Islam dan Ihsan mungkin sudah pernah kita pelajari. Namun ternyata gambaran yang kita miliki selama ini belum cukup valid (shohih) dan integral (syamiil), karena kita melihat Iman, Islam dan Ihsan secara sektoral dan terpisah satu sama lain.

Padahal ketiga konsep tersebut adalah merupakan satu bangunan yang dapat disebut sebagai RUMAH KITA, yang secara global terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :

1. RUKUN IMAN, yang berfungsi sebagai lapisan fondasinya.2. RUKUN ISLAM, yang berfungsi sebagai tiang penyangganya.3. IHSAN, yang berfungsi sebagai atapnya.

Artinya: tegaknya Islam pada diri seseorang tergantung pada kualitas pondasinya dan daya tahan Islam pada diri seseorang tergantung pada kualitas atapnya. Jadi satu sama lain saling membantu, menguatkan dan memelihara.

Hakikat ImanPengertian Iman menurut ahlussunah : Iman terdiri dari tiga unsur, yaitu pembenaran dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Jadi, Iman adalah keyakinan dan sekaligus juga amal [49:15].

Rukun ImanRukun Iman merupakan basis konsepsional atau landasan idiil yang mendasari pemikiran, ucapan dan tindakan seorang muslim. Artinya: seorang muslim yang beriman maka pemikiran, ucapan dan tindakannya tidak akan bertentangan dengan keimanannya kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Taqdir dan Kiamat. Orang yang beriman haruslah beriman kepada enam Rukun iman (2:285, 4:136) dan Hadits Ketika Nabi ditanya Malaikat Jibril tentang iman, maka jawab Nabi. Hendaklah engkau beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitabNya, kepada Utusan-utusanNya, kepada Hari Kiamat dan hendaklah engkau beriman kepada Qodar yang baik dan yang buruk (HR Muslim), barangsiapa yang mengingkari salah satunya maka ia telah mengingkari seluruh Rukun Iman.

1. Iman kepada Allah SWT . Konsekuensinya : mencintai Allah SWT [2:165]. Tanda-tandanya: lihat QS 8:2. Akibatnya: ikh1ash dalam menjalankan perintah-perintahNya.2. Iman kepada Malaikat [50:16-18]. Konsekuensinya: tidak mungkin Seorang mumin berbuat masiat karena selalu ditongkrongi Malaikat.3. Iman kepada Kitab-Kitab [2:2, 20:1-3] Konsekuensinya: menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup.4. Iman kepada Nabi dan Rasul [33:40]. Konsekuensinya: mencintai dan mengikutinya [3:31-32].5. Iman kepada Hari Akhir [3:185]. Konsekuensinya: mempersiapkan diri untuk menghadapiNya.6. Iman kepada Takdir [22:7]. Konsekuensinya: berprinsip bahwa Janganlah kita mempersoalkan apa-apa yang Allah ingin lakukan terhadap kita, tetapi kita harus melakukan apa-apa yang Allah ingin dari kita.

7. Hal Yang Melemahkan Iman

Secara fitrah manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat jujur (dosa) dan ketaqwaan [91:9-10]. Hal ini mengakibatkan keimanan seseorang mengalami fluktuasi (terkadang naik, terkadang turun). Keimanan itu bisa bertambah dan berkurang. Maka perbaharuilah iman kalian deugan Laa Ilaaha Illallaah (HR Ibnu Islam)

Fenomena Lemahnya Iman1. Terjerumus dalam kemaksiatanSuatu perbuatan yang sering dilakukan dapat membentuk sebuah kebiasaan. Begitu pula dengan kemaksiatan. Bila sering dilakukan ia pun akan menjadi sebuah kebiasaan, yang jika terbiasa seseorang akan berani berbuat secara terang-terangan.Rasulullah bersabda: (lihat Hadist Bukhari Vol. I, hal 16)

2. Tidak tekun dan bermalas-malasan dalam beribadah Salah satu ketidaktekunan dalam beribadah ialah tidak khusyu' (konsentrasi) dalam mengerjakannya. Contoh: tidak khusyu' dalam sholat, membaca Al-Qur'an, berdoa, dll. Sehingga ibadah tersebut dilakukan dengan jiwa yang kosong tanpa ruh (QS 4:142). Padahal dalam sebuah hadist dikatakan: Tidak akan diterima do'a dari hati yang lalai dan main-main (HR Tirmidzi.)

3. Memudarnya tali ukhuwah. Tidak memperhatikan urusan kaum muslimin. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa orang-orang mumin itu bagai satu tubuh. Dari An-Numan bin Basyir ra, katanya Rasulullah SAW bersabda: Orang-orang mumin itu laksana satu tubuh manusia. Bila matanya sakit maka sakitlah seluruh tubuhnya. Atau bila kepalanya sakit maka sakitlah seluruh tubuhnya . (HR Muslim). Terputusnya tali persaudaraan diantara dua orang yang semula bersaudara. Tidak selayaknya dua orang yang saling mengasihi karena Allah Azza wa Jalla, atau karena Islam lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yaug dilakukan salah seorang diantara keduanya. (HR Bukhari) 4. Terpaut kepada urusan duniawi dan terlalu mencintainya (QS. 75:2O-21)5. MengeIuh dan takut akan musibah (QS 70:19-21) Janganlah sekali-kali kamu mencela yang ma'ruf sedikitpun, meski engakau hanya menuangkan air ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air. Atau meski engkau hanya berbicara dengan saudaramu sedangkan wajahmu tampak berseri kepadanya. (HR Ahmad)6. Mencela yang maruf dan tidak mau memperhatikan kebaikan-kebaikan yang kecil7. Banyak berdebat dan bertikai yang mematikan hati. Akibatnya hati menjadi keras dan kaku.

Sebab-sebab Lemahnya Iman1. Jauh dari suasana atau lngkungan iman dalam waktu yang lama (QS 57:16)2. Jauh dari pelajaran dan teladan yang baik 3. Jauh dari menuntut ilmu syariat yang dapat mcmbangkitkan iman di dalam hati penuntutnya 4. Berada di tengah lingkungan yang penuh kemaksiatan 5. Tenggelam dalam kesibukan dunia Cukuplah bagi salah seorang diantara kamu selagi dia di dunia hanya seperti bekal orang yang mengadakan perjalanan. (HR Ath- Thabarani) 6. Sibuk mengurusi harta benda, isteri dan anak-anak (QS. 8:28 ; 3:14) 7. Panjang angan-angan (Berangan yang muluk-muluk) QS. 15:3 Ali ra. pernah berkata: Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas diri kalian ialah mengikuti hawa nafsu dan angan-angan yang muluk. Mengikuti hawa nafsu akan meughalangi dari kebenaran, sedangkan angan-augan yaug muluk akan melupakan akhirat8. Berlebih-lebihan dalam masalah makan, tidur, berjaga di waktu malam, berbicara, bergaul dan juga tertawa Janganlah kamu sekalian memperbanyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati. (HR Ibnu Majah)

8. Hal-hal yang MenguatkanIman

Rasulullah Saw bersabda : Sesungguhnya iman itu dijadikan dalam diri seseorang diantara kamu sebagaimana pakaian, maka mohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui. (HR. Ath Thabrani). Maksudnya iman itu dapat menjadi usang dalam hati, seperti halnya pakaian yang dapat menjadi usang bila lama dipakai.

Hal-hal yang menguatkan iman

1.Menuntut ilmu, yaitu ilmu yang menyebabkan bertambahnya pengetahuan dan keyakinan tentang iman (QS.35 : 28)

2.Menyimak atau mentadaburkan Al-Quran (QS.17 : 282)

3.Dzikir dan Fikir

4.Dzikir adalah mengingat Allah beserta sifat-sifatnya, hal-hal yang menyangkut keagungannya dan membaca kalam-Nya (QS.33 : 41, 8 : 4)

5.Fikir adalah aktivitas yang mengacu kepada renungan terhadap ciptaan Allah, ayat-ayat-Nya dan mukjizatnya (QS.3 : 190-191)

6.Mengikuti dan komitmen terhadap Halaqah dzikir. Tidaklah segolongan orang duduk seraya menyebut Allah melainkan para malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman hati turun kepada mereka dan Allah menyebut mereka termasuk ke dalam golongan yang berada disisinya. (HR. Muslim)

7.Berharap amalnya diterima Allah dan merasa cemas jika amalannya tidak diterima Allah Swt

8.Lakukan berbagai macam ibadah. Barang siapa yang menafkahi dua istri dijalan Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu sorga, Wahai hamba Allah ini adalah baik lalu barangsiapa yang menjadi orang yang benyak mendirikan shalat maka ia dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad maka ia dipanggil dari pintu jihad. Barang siapa menjadi orang yang banyak melakukan shaum, maka ia dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Barang siapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan shodaqoh maka ia dipanggil dari pintu shadaqah. (HR. Bukhari). Berbakti kepada orang tua adalah pertengahan dari pintu surga.(HR Tirmidzi)

9.Dzikrul maut. Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian. (HR. Tirmidzi) Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah, sekarang ziarahilah kubur karena hal itu dapat melunakkan hati, membuat mata menangis, mengingatkan hari akhirat dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor. (HR.Hakim)

10.Mengingat akhirat, yaitu mengingat nikmatnya surga dan keras atau pedihnya neraka (QS.56 : 75, 78)

11.Bernunajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya. Maksudnya : memohon kepada Allah dengan ketundukkan dan kepasrahan yang sedalam-dalamnya.

12.Tidak berangan-angan secara muluk-muluk (QS.26 : 205-207,10 : 45)

13.Memikirkan kehinaan dunia(QS.3 : 185) Hadits : Dunia itu terlaknat, dan terlaknat pula apa yang ada didalamnya, kecuali dzikrullah dan apa yang membantunya atau orang yang berilmu atau orang yang mencari ilmu. (HR. Ibnu Majah)

14.Mengagungkan hal-halyang terhormat disisi Allah . (QS.22 : 30,32)

15.Al Wala Wal Bara artinya : saling tolong menolong dan loyal kepada sesama muslim dan memusuhi orang-orang kafir (QS.5 : 2)

16.Tawadu ( rendah hati ). Barang siapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal ia mampu mengenakannya maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga ia diberi kebebasan memilih diantara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya. (HR. Ath.Thirmidzi)

9. Eksistensi Allah -

Al-Qur`an menginformasikan kepada kita tentang kebenaran sifat-sifat Allah,

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur, Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar. (al-Baqarah: 255)

Allahlahyang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (ath-Thalaaq: 12)

Akan tetapi, banyak orang yang tidak menerima keberadaan Allah swt. seperti yang telah dijelaskan dalam ayat-ayat tersebut. Mereka tidak memahami kekuasaan dan kebesaran-Nya yang abadi. Mereka memercayai kebohongan bahwa merekalah yang mengatur diri mereka sendiri dan berpikir bahwa Allah berada di suatu tempat yang jauh di alam semesta dan jarang mencampuri perkara keduniaan. Pemahaman terbatas orang-orang ini disebutkan dalam Al-Qur`an, Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahakuasa. (al-Hajj: 74)

Memahami kekuasaan Allah swt. dengan baik merupakan ikatan awal dalam rantai keimanan. Sesungguhnya, seorang mukmin akan meninggalkan pandangan masyarakat yang menyimpang tentang kekuasaan Allah swt. dan menolak keyakinan sesat dengan mengatakan, Dan bahwasanya Orang yang kurang akal dari kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah. (al-Jin: 4)

Kaum muslimin memercayai Allah swt. sesuai dengan penjelasan Al-Qur`an. Mereka melihat tanda-tanda keberadaan Allah pada dunia nyata dan alam gaib, kemudian mulai memercayai keagungan seni dan kekuasaan Allah.Akan tetapi, jika umat berpaling dari Allah serta gagal bertafakur kepada Allah dan ciptaan-Nya, mereka akan mudah terpengaruh oleh keyakinan-keyakinan yang menyesatkan pada saat ditimpa kesusahan. Allah menyebutnya sebagai bahaya yang potensial, dalam surah Ali Imran: 154, mengenai umat yang menyerah dalam berperang, ... sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah....Seorang muslim seharusnya tidak melakukan kesalahan seperti itu. Karena itu, dia harus membebaskan hatinya dari segala sesuatu yang dapat memunculkan sangkaan jahiliah dan menerima keimanan yang nyata dengan segenap jiwa sebagaimana penjelasan dalam Al-Qur`an.

10. Akhlak Rosullulah

1. Akhlak Qurani

Ditanyakan kepada Aisyah ra tentang akhlak Rasulullah SAW maka jawabnya Akhlaknya Qur'ani (AL-Hadist).

Akhlak Rasulullah adalah Al-Quran. Karena itu, untuk memperoleh gambaran utuh akhlak beliau kita perlu memahami Al-Quran dan As-Sunnah atau seggala sesuatu yang ada kaitannya dengan pola kehidupan Rasulullah

2. Akhlak manusia terbaik

Dikatakann oleh Anas ra, bahwa Rasulullah adalah manusia yang tcrbaik akhlaknya

Contoh akhlak-akhlak mulia yang diperintahkan Nabi SAW

1. Jujur

Hadits Rasul Sesungguhnya kejujuran itu akan mengantarkan kepada kebajikan, dan sesuhgguhnya kebajikan itu akan mengantarkan ke surga. Dan seseorang senantiasa berkata benar dan jujur hingga tercatat di sisi Allah sebagai orang yang benarr dan jujur. Dan sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan, yang akhirnya akan mengantarkan ke dalam neraka. Dan seseorang sentiasa berdusta hingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (HR Bukhari Muslim)

2. Dermawan (QS. 2: 261)

Tidaklah seorang hamba berada pada suatu pagi kecuali dua malaikat turun menemaninya. Satu malaikatt berkata: Ya Allah, berilah karuniaMu, sebagai ganti apa yang ia infakkan. Malaikat lainnya berkata: Ya, Allah, berilah ia kebinasaan karena telah mempertahankan hartanya yang tidak dinafkahkannya. [HR Muttafaqalaih].

3. Malu

Adalah Rasulullah SAW sangat tinggi rasa malunya, lebih pemalu dari gadis pingitan. Apabila Beliau tidak menyenangi sesuatu, kami dapat mengeetahuinya pada wajah Beliau. [HR Muslim], Iman itu mempunyai 71 atau 81 cabang, dan yang paling utamanya adalah mengucapkan Laa ilaaha ilallah dan serendah-rendahnya adalah menyingkirkan duri (gangguan dari jalan). Dan sifat pemalu merupakan satu bagian dari iman [HR Muttafaqalaih). Tambahan: Lihat Ar-Rasul hal 197-199.

4. Menepati janji (QS. 5:1, 17:34). Tambahan: Lihat Ar-Rasul, hal. 56-60

5. Menutupi aib (QS. 24:19)

Contoh akhlak-akhlak tercela yang diperingatkan Rasulullah Saw:

1. Marah

QS. 3:133-134, Dari Abi Hurairah ra, bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW: Wasiatilah aku. Sabda Nabi: "Janganlah engkau mudah marah. Maka dikurangi beberapa kali. Sabdanya: Janganlah engkau mudah marah. [HR. Bukhari-Muslim] Hadits Arbain ke-16

2. Ghibah dan Namimah (49:12)

3. Riya (2:264)

4. Sombong (17:37)

5. Zalim

11.AL-QURAN

Pendidikan keagamaan yang berlandaskan Al-Quran dalam proses menghadapi tantangan modernitas berkaitan dengan nilai (value). Ditinjau dari aspek filosofis, nilai bersangkut paut dengan masalah etika. Oleh karena itu, etika juga sering disebut sebagai filsafat nilai, yang mengkaji nilai-nilai moral sebagai ukuran tindakan manusia. Sumber-sumber ajaran moral sendiri bisa hasil pemikiran manusia (adat istiadat atau tradisi dan ideologi) dan bisa juga agama.

Nilai-nilai Al-Quran adalah nilai universal yang bersumber pada Al-Quran sebagai sumber tertinggi ajaran agama Islam di samping As-Sunnah sebagai sumber kedua tentu saja tidak menyampingkan produk-produk pemikiran para ulama, yaitu Ijma dan Qiyas. Nilai-nilai yang bersumber kepada adat-istiadat atau tradisi dan ideologi dalam perkembangannya dapat mengalami kerapuhan. Sebab keduanya adalah produk budaya manusia yang bersifat relatif, kadang-kadang bersifat lokal dan situasional sedang nilai-nilai Qurani, yaitu nilai yang bersumber kepada Al-Quran adalah kuat, karena ajaran A-Quran bersifat mutlak dan universal.

Sesuatu yang harus diperjuangkan dalam konteks dinamika sosial saat ini adalah mengusahakan agar nilai-nilai Qurani tetap aktual dalam kehidupan manusia. Sebab pada akhirnya, aktualisasi nilai-nilai Qurani terpulang kepada manusia itu sendiri. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah melakukan aktualisasi nilai-nilai Qurani melalui kegiatan pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Aktualisasi nilai-nilai Qurani dalam pendidikan islam itu dapat dilakukan melalui berbagai aspek kehidupan manusia, seperti filsafat, ilmu dan teknologi, ekonomi politik dan perilaku kehidupan manusia itu sendiri secara umum.

Al-Quran dapat melahirkan berbagai macam aspek ilmu pengetahuan dan bukan saja ilmu-ilmu keislaman akan tetapi juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi, karena isyarat-isyarat yang diberikan oleh kitab suci ini. Memang, begitu pertama kali turun kepada Rasulullah SAW, ia mencanangkan dan mendorong orang untuk mencari dan menggali ilmu pengetahuan, yaitu dengan kata-kata Iqra dan dalam ayat permulaan itu terdapat qalam yang berarti yang biasa menjadi lambang ilmu pengetahuan. Dengan demikian muncullah berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin intensif manusia menggali ayat-ayat Al-Quran maka akan semakin banyak pula isyarat keilmuan yang didapatkan.

Mempelajari Al-Quran, menggali kandungannya, dan menyebarkan ajaran-ajarannya dalam praktek kehidupan masyarakat yang merupakan tuntunan yang tak akan ada habisnya. Menghadapi tantangan dunia modern yang bersifat sekuler dan materialistis, umat islam dituntut untuk menunjukkan bimbingan dan ajaran Al-Quran yang mampu memenuhi kekosongan nilai moral kemanusiaan dan spiritualitas, disamping membuktikan ajaran-ajaran Al-Quran yang bersifat rasional dan mendorong umat manusia untuk mewujudkan kemajuan dan kemakmuran. Tak disangsikan, betapa banyak ungkapan Al-Quran yang secara langsung maupun tersirat menganjurkan pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu kealaman, sosial dan humoria. Meski bukan ilmu an-sich sebagai tujuan, tetapi dari semua isyarat tentang ilmu pengetahuan, yang diungkap oleh Al-Quran dan tidak dikenal pada masa turunnya, seperti dikatakan oleh Dr. Aurice Bucaille dalam bukunya Al-Quran, Bible dan Sains Modern, telah terbukti tak satupun yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern.

Sesuai perkembangan masyarakat yang yang semakin dinamis sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi, maka aktualisasi nilai-nilai Al-Quran menjadi sangat penting. Secara normatif, tujuan yang ingin dicapai dalam proses aktualisasi nilai-nilai Al-Quran dalam pendidikan meliputi tiga dimensi kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan oleh pendidikan. Pertama, dimensi siritual, yaitu iman, takwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan muamalah). Kedua, dimensi budaya, kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung jawab kemasyarakatn dan kebangsaan. Ketiga, dimensi kecerdasan yang membawa pada kemajuan, yaitu, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, etos kerja, profesional, inovatif, dan produktif.

AL-QURAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

Dalam sudut pandang filosofis, nilai sangat terkait dengan masalah etika. Etika juga sering disebut sebagai filsafat nilai, yang mengkaji nilai-nilai moral sebagai tolok ukur tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Sumber-sumber etika dan moral bisa merupakan hasil pemikiran, adat istiadat atau tradisi, ideologi bahkan dari agama. Dalam konteks etika pendidikan dalam Islam, maka sumber etika dan nilai-nilai yang paling shahih adalah al-Qur'an dan Sunnah Nabi Saw. yang kemudian dikembangkan oleh hasil ijtihad Para ulama. Nilai-nilai yang bersumber kepada adat-istiadat atau tradisi dan ideologi sangat rentan dan situasional. Sebab keduanya adalah produk budaya manusia yang bersifat relatif, kadang-kadang bersifat lokal dan situasional. Sedangkan nilai-nilai Qur'ani, yaitu nilai yang bersumber kepada al-Qur'an adalah kuat, karena ajaran al-Qur'an bersifat mutlak dan universal.

Sebagai point utama dalam bahasan ini adalah mencari upaya yang sungguh-sungguh agar pendidikan Islam menjadi pilihan utama bagi masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pencerdasan akal pikiran dan sekaligus pencerdasan Qalbu merupakan langkah yang sangat efektif dalam membangun bangsa yang saat ini memerlukan generasi-generasi memiliki kecerdasan intelektual dan cerdas Qalbunya. Kedua kecerdasan ini hanya akan diperoleh bilamana lembaga pendidikan menggali dan menyelami nilai-nilai yang diajarkan al-Qur'an dalam membangun kualitas Sumber Daya Umat (SDU) yang berkualitas dengan cara mengaktualisasikan nilai-nilai Qurani dalam sistem pendidikan Islam.

Al-QUR'AN SEBAGAI SUMBER NILAI

Di antara fungsi al-Qur'an adalah sebagai petunjuk (huda), penerang jalan hidup (bayylnat), pembeda antara yang benar dan yang salah (furqan), penyembuh penyakit hati (syifa), nasihat atau petuah (maulizah) dan sumber informasi (bayan). Sebagai sumber informasi al-Qur'an mengajarkan banyak hal kepada manusia: dari prsoalan keyakinan, moral, prinsip-prinsip ibadah dan muamalah sampai kepada asas-asas ilmu pengetahuan. Mengenai ilmu pengetahuan, al-Qur'an memberikan wawasan dan motivasi kepada manusia untuk memperhatikan dan meneliti alam sebagai manifestasi kekuasaan Allah. Dari hasil pengkajian dan penelitian fenomena alam kemudian melahirkan ilmu pengetahuan. Berdasarkan pemahaman ini, al-Qur'an berperan sebagai motivator dan inspirator bagi para pembaca, pengkaji dan pengamalnya.

Al-Qur'an menyatukan sikap dan pandangan manusia kepada satu tujuan, yaitu Tauhid. Setiap kali manusia menemukan sesuatu yang baru, dari hasil suatu kajian, is semakin merasakan kelemahan dan kekurangan dihadapan Sang Pencipta: dengan demikian semakin memperteguh keyakinannya kepada keluasan ilmu Allah. Dalam kaitan ini, al-Qur'an pada hakikatnya merupakan miniatur dari Kemahaluasan ilmu Allah yang tak tertandingi. Maka, ketika manusia mencoba memahami dirinya sendiri kemudian berpindah kepada pemahaman selain dirinya, termasuk jagat raya, ia benar-benar menyadari keterbatasan kemampuannya. Begitulah perbandingan antara ilrnu Allah dan kemampuan manusia untuk memahaminya. Allah sungguh mengandung ilmu yang sangat luas dan dalam; bagaikan lautan yang menyimpan mutiara yang paling berharga dalam air yang paling dalam.

Al-Qur'an tidak hanya sebagai petunjuk bagi suatu umat tertentu dan untuk periode waktu tertentu, melainkan menjadi petunjuk yang universal dan sepanjang waktu. Al-Qur'an adalah eksis bagi setiap zaman dan tempat. Petunjuknya sangat luas seperti luasnya umat manusia dan meliputi segala aspek kehidupannya.

Bukan saja ilmu-ilmu keislaman yang digali secara langsung dari al-Qur'an, seperti ilmu tafsir, fikih dan tauhid, akan tetapi al-Qur'an juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi, karena banyak sekali isyarat-isyarat al-Qur'an yang membicarakan persoalan-persoalan sains dan teknologi dan bidang keilmuan lainnya.

Bercermin pada wahyu pertama sekali turun kepada Rasullah SAW, Allah adalah untuk mencanangkan dan mendorong manusia agar mencari dan menggali ilmu pengetahuan, yaitu dengan kata-kata "iqra" (Q.S. AI-Alaq196: 1-5) Dalam ayat-ayat permulaan itu ada kata-kata "qalagl yang berarti pena yang biasa menjadi lambang ilmu pengetahuan. Dengan demikian muncul berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi melalui semangat dan spirit Al-Qur'an. Makin banyak di gali ayat-ayat al-Qur'an itu, makin banyak pula didapati isyarat tersebut. Hal itu karena al-Qur'an tidak akan habis-habisnya walaupun ditulis dengan tinta lautan yang luas, bahkan di tambah dengan tujuh lautan lagi (Q.S. Lukman / 31:27).

Tuntunan dan anjuran untuk mempelajari al-Qur'an dan menggali kandungannya serta menyebarkan ajaran-ajarannya dalam praktek kehidupan masyarakat merupakan tuntunan yang tak akan pernah habisnya. Menghadapi tantangan dunia modern yang bersifat sekuler dan materialistic, umat Islam dituntut untuk menunjukan bimbingan dan ajaran al-Qur'an yang mampu memenuhi kekosongan nilai moral kemanusian dan spiritualitas, di samping membuktikan ajaran-ajaran al-Qur'an yang bersifat rasional dan mendorong umat manusia untuk rnewujudkan kemajuan dan kemakmuran serta kesejahteraan. Terlalu banyak ungkapan al-Qur'an yang secara langsung maupun tersirat menganjurkan pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu kealaman, sosial dan humaniora. Meski bukan ilmu an-sich sebagai tujuan, tetapi dari semua isyarat tentang ilmu pengetahuan, yang diungkap oleh al-Qur'an yang tidak dikenal pada masa turunnya, seperti dikatakan oleh Dr. Aurice Bucaille dalam bukunya Al-Qur'an, Bible dan Sains Modern, telah terbukti tak satupun yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern.

Adanya isyarat al-Qur'an tentang ilmu pengetahuan dan kebenarannya sesuai dengan ilmu pengetahuan hanyalah salah satu bukti kemu'jizatannya. Ajarannya al-Qur'an tentang ilmu pengetahuan tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan (science) yang bersifat fisik dan empirik sebagai fenomena, tetapi lebih dari itu ada hal-hal nomena yang tak terjangkau oleh rasio manusia (Q.S.17:18, 30:7, 69:38-39). Dalam hal ini, fungsi dan penerapan ilmu pengetahuan juga tidak hanya untuk kepentingan ilmu dan kehidupan manusia semata, tetapi lebih tinggi lagi untuk mengenal tanda-tanda, hakikat wujud dan kebesaran Allah serta mengaitkannya dengan tujuan akhir, yaitu pengabdian kepada-Nya (Q.S. 2:164, 5:20-21, 41:53).

Nilai-nilai Qur'ani secara garis besar adalah nilai kebenaran (metafisis dan saintis) dan nilai moral. Kedua nilai Qur'ani ini akan memandu manusia dalam membina kehidupan dan penghidupannya.

12.AQIDAH ISLAMIYAH

Pendahuluan Sesungguhnya aqidah merupakan masalah yang paling pokok dan paling mendasar bagi setiap mukmin. Aqidah menjadi pintu awal masuknya seseorang ke dalam Islam dan aqidah pula yang harus dia pertahankan hingga akhir hidupnya. Seorang mukmin dituntut untuk membawa serta kalimah tauhid, kalimat ikhlas laa ilaaha illallah hingga menghembuskan napas yang terakhir agar dia dikategorikan ke dalam hamba-hamba Allah Swt. yang husnul khatimah . Semua mukmin meyakini bahwa barang siapa yang demikian adanya pasti meraih ridha Allah Swt., rahmat-Nya dan surga-Nya. Oleh karena itu bahasan tentang aqidah menjadi masalah paling urgen dan krusial bagi setiap mukmin. Terdapat banyak istilah tentang aqidah yang diperkenalkan oleh ulama. Berikut ini adalah sebagian istilah tersebut beserta relevansinya sesuai dengan makna dan maksud dari pengistilahannya.

URGENSI AQIDAH Aqidah adalah kebutuhan dasar

Aqidah Istilah aqidah ini telah melalui tiga periode Periode awal Pada periode ini aqidah lebih banyak diartikan dengan makna etimologis yaitu; kemauan yang kuat, penghimpunan, maksud, pengikatan janji, dan diartikan dengan apa yang diyakini oleh seorang manusia baik hal itu haq ataupun batil . Periode kedua Pada periode ini aqidah telah meningkat menjadi suatu keyakinan iman yang tidak mengandung pembatalan dan kebalikannya atau lawan katanya. Periode ketiga Periode ini menjadikan aqidah mencapai kematangan dan sterilisasi. Aqidah menjadi suatu istilah yang berdiri sendiri dan ilmu khusus yaitu; ilmu tentang hukum-hukum syariat yang berkenaan dengan keyakinan yang disimpulkan dari dalil-dalil yang diyakini dan membantah serta menolak setiap syubhat dan bukti-bukti rusak yang masih diperdebatkan .

Tugas Mentoring Agama Islam

Citra Ayu Prapmaningtyas

(11330002)