Untitled 1
-
Upload
joe-by-bay -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
Transcript of Untitled 1
LAPORAN KASUS PASIEN BRONKOPNEUMONIA
Disusun oleh :
1. Alaa Ulil H. H2A009001
2. Alditra Fauzy K R H2A009002
3. Bobby A H2A009007
4. Diphda Satria R H2A009015
5. Icha Zulizza P H2A009022
6. M. Adibul Umam H2A009033
7. Nur Anita S H2A009037
8. Rido Muid R H2A009040
9. Andika Retno A H2A008005
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013
I. IDENTITAS
Nama Anak : Ana
Umur : 5 bulan
Agama : Islam
Nama Bapak : Asmuni
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh serabutan
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Dwi
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Mrican, Semarang
No RM : -
Tgl masuk RS : 17 April 2013
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dari Ibu pasien tanggal 17 April 2013 jam 08.00
WIB di ruang pemeriksaan pediatri
Keluhan Utama : Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan batuk tidak berdahak sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan ini
disertai muntah setelah minum susu formula sebanyak 3-4 sendok makan.
Pada hari ke-10 pasien panas tinggi naik turun secara terus menerus tanpa disertai menggigil
dan demam. Saat itu pasien dibawa ke dokter lalu diberi antibiotik dan penurun panas, tetapi
tidak sembuh.
3 hari yang lalu pasien merasakan sesak nafas dan diare. Sesak nafas disertai bunyi “grok-grok”
dan pilek dengan sekret berwarna putih kental sehingga suara tangisan pasien merintih. Batuk
mulai disertai dahak berwarna putih kental disertai keringat dingin tiap malam hari. Diare
dengan konsistensi cair, tidak berbau, tidak berbuih, tidak berdarah, berwarna kuning, dengan
frekuensi 3-5x sehari dengan jumlah ½ gelas belimbing.
1 hari yang lalu sesak nafasnya terus menerus dan tersengal sengal sehingga tidurnya
terganggu. Sekarang Anak tidak mau minum ASI maupun susu formula.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sesak nafas disangkal
- Riwayat batuk, pilek disangkal
- Riwayat jatuh disangkal
- Riwayat trauma kepala disangkal
- Riwayat kejang demam disangkal
- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat mondok di rumah sakit disangkal
- Riwayat keringat dingin disangkal
- Riwayat berat badan turun secara kronis disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga sesak nafas ( - )
Alergi ( - )
Batuk > 2 minggu ( - )
DATA KHUSUS
Riwayat perinatal :
- Riwayat kehamilan atau prenatal : Ibu periksa kehamilan di bidan setiap bulan. Riwayat
penyakit selama kehamilan disangkal, riwayat perdarahan saat kehamilan disangkal. Riwayat
pernah keguguran disangkal, riwayat sakit panas selama kehamilan disangkal. Obat-obatan
yang diminum selama kehamilan yaitu vitamin dan tablet penambah darah dari bidan
- Riwayat persalinan atau natal: ibu melahirkan dibantu oleh bidan, spontan dan bayi langsung
menangis
- Riwayat pasca persalinan atau post natal : setelah melahirkan ibu belom pernah
memeriksakan anaknya ke bidan/dokter.
Riwayat imunisasi
Macam Imunisasi Frekuensi Umur Keterangan
Imunisasi dasar :
BCG
DPT
Hepatitis
Polio
Campak
Imunisasi ulangan :
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Belum diimunisasi
Belum diimunisasi
Belum diimunisasi
Belum diimunisasi
Belum diimunisasi
Kesan : Imunisasi tidak dilakukan semua
Riwayat makan dan minum
Umur Makanan dan minuman Jumlah Frekuensi
0 bulan
1 bulan
2 bulan
ASI
ASI
ASI
Sesuai keinginan bayi
Sesuai keinginan bayi
Sesuai keinginan bayi
15 – 20 menit/minum
15 – 20 menit/minum
15 – 20 menit/minum
3 bulan
4 bulan
5 bulan
ASI
ASI, susu formula
ASI, susu formula
Sesuai keinginan bayi
Sesuai keinginan bayi,
2 kali
Sesuai keinginan bayi,
2 kali
15 – 20 menit/minum
15 – 20 menit/minum,
setengah botol kecil
(60ml)
15 – 20 menit/minum,
setengah botol kecil
(60ml)
Kesan : kuantitas ASI cukup , kualitas kurang
Riwayat perkembangan dan pertumbuhan :
Pertumbuhan
BB Lahir : 2,5 kg
BB Sekarang: : 5,2 kg
PB Lahir : 44 cm
PB Sekarang : 60 cm
BB/U : -5,5 SD ( berat badan sangat rendah/ Gizi Buruk)
TB/U : -2,4 SD ( panjang badan pendek/Pendek)
BB/TB : -4,5 SD ( sangat kurus)
Kesan : pertumbuhan anak sesuai dengan umur
Perkembangan
Senyum spontan : 2 bulan
Miring : 5 bulan
Tengkurap : 6 bulan
Mengucapkan “bapa” : 7 bulan
Duduk : belum bisa
Umur Perkembangan
Motorik kasar 5 bulan Terlentang dan dapat mempertahankan kepala dalam
keadaan tegak dan stabil
Motorik halus 5 bulan Dapat menggenggam pensil dalam beberapa detik
Bicara 5 bulan Dapat mengeluarkan suara gembira bernada tinggi
atau memekik tetapi bukan menangis
Sosial 5 bulan Bayi tersenyum saat melihat mainan yang
lucu,gambar atau hewan peliharaan.
Kesan: perkembangan sesuai dengan umur
Riwayat sosial ekonomi
Ayah penderita bekerja sebagai buruh, ibu tidak bekerja dan menanggung seorang anak,
penghasilan Rp 600.000,- per bulan. Pengobatan di tanggung Jamkesmas. Rumah berada pada
dipinggir jalan dengan pemukiman padat penduduk. Ventilasi rumah kurang.
Kesan : sosial ekonomi kurang
III. PEMERIKSAAN FISIK:
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Rabu tanggal 17 April 2013 pukul 09.00 WIB
Keadaan Umum : kesan tampak sesak dan tampak lemas.
Kesadaran : apatis
Gizi : kesan dalam batas normal (penjelasan pada pmx anthropometri)
Vital sign:
RR : 54 x/ menit, abdominal
HR/ Nadi : 120x/ menit, isi dan tegangan cukup, regular
Suhu : 39,0 oC (oral)
Status internus
- Kulit : pucat (-), turgor kulit masih baik.
- Kepala : messosefal, UUB sangat cekung, lingkar kepala 39 cm.
- Ubun-ubun : cekung (-), belum menutup
- Rambut : cukup, kehitaman, mudah dicabut (-)
- Mata : reflek pupil (+/+), pupil isokor dengan diameter 3mm
konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), air mata (+/+)
mata cekung (+/+).
- Hidung : deformitas (-), secret (-), mukosa hiperemis (+)
napas cuping hidung (+), konka hiperemis (+)
- Telinga : discharge (-), aurikula hiperemis (-)
membrane timpani intak
- Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), bibir kering (+)
- Tenggorok : T 1-1, faring hiperemis (+), kripte melebar (-), detritus (-)
pseudomembran (-), jaringan granulose pada faring (-)
- Leher : bentuk simetris, deviasi trakea (-), retraksi suprasternalis (+)
warna kulit sama dengan sekitar
pembesaran kelenjar limfe (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat,tidak ada pembesaran.
Palpasi : ictus cordis teraba namun tidak kuat angkat, thrill (-), pulsus epigastrium (-),
pulsus parasternal (-), sternal lift (-)
Perkusi :
batas atas : ICS II lin.parasternal sinistra
pinggang jantung : ICS III parasternal sinsitra
batas kanan bawah : ICS IV lin.sternalis dextra.
batas kiri bawah : ICS V 2 cm ke arah medial midclavikula sinistra
konfigurasi jantung Normal
Auskultasi : irama : reguler.
Frekuensi : 120x/menit.
Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)
Pulmo : Paru Dextra Sinistra
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
Warna kulit
Otot bantu pernafasan
Retraksi Suprasternal
2. Palpasi
Hantaran
Stem fremitus
Nyeri tekan
Dalam batas normal
Simetris
Sesuai kulit sekitar
+
+
↑
Mengeras
(-)
Dalam batas normal
Simetris
Sesuai Kulit sekitar
+
+
↑
Mengeras
(-)
Pelebaran ICS
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
(-)
Sonor di seluruh lapang
paru
Vesikuler
Stridor
Ronkhi Basah (+)
Ronkhi Halus (+)
Ronkhi Kasar (-)
Wheezing (-)
(-)
Sonor di seluruh lapang
paru
Vesikuler
Stridor
Ronkhi Basah (+)
Ronkhi Halus (+)
Ronkhi Kasar (-)
Wheezing (-)
Belakang
1. Inspeksi
Punggung
Hemitoraks
Warna kulit
2. Palpasi
Punggung
Stem fremitus
Hantaran
3. Perkusi
Punggung
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Dalam batas normal
Simetris
Sama seperti kulit sekitar
Tidak ada nyeri tekan
Mengeras
↑
Sonor di seluruh
lapangan paru
Vesikuler
Stridor
Ronkhi Basah (+)
Ronkhi Halus (+)
Ronkhi Kasar (-)
Wheezing (-)
Dalam batas normal
Simetris
Sama seperti kulit sekitar
Tidak ada nyeri tekan
Mengeras
↑
Sonor di seluruh
lapangan paru
Vesikuler
Stridor
Ronkhi Basah (+)
Ronkhi Halus (+)
Ronkhi Kasar (-)
Wheezing (-)
ABDOMEN:
Inspeksi : bentuk cekung (-), warna sesuai dengan kulit sekitar, spider navy (-),
umbilikus tidak menonjol, gambaran usus tampak/darm countour (-).
Auskultasi : bunyi peristaltik 8x/menit
Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen, pekak sisi (-), pekak alih (-),
pekak hepar (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), turgor kulit melambat, hepar tidak teraba
ginjal tidak teraba, lien tidak teraba, defance muscular(-)
GENITALIA:
Laki-laki dalam batas normal, belum di sirkumsisi, testis sudah turun, phimosis (-)
Ekstremitas
Superior Inferior
Akral hangat
Oedem
Sianosis
Gerak
Refleks fisiologis
Refleks patologis
CRT
+
-
-
↓
Tidak di lakukan
Tidak di lakukan
Tidak di lakukan
+
-
-
↓
Tidak di lakukan
Tidak di lakukan
Tidak di lakukan
Status lokalis :
- Kepala : mesosefal,ubun ubun tidak cekung,belum menutup.
- Mata : simetris.isokor,konjungtiva palpebra pucat (-/-), ikterik (-/-)
- Hidung : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, nafas cuping hidung (+),
deformitas (-), septum deviasi (-), konka hiperemis (-), pembesaran konka (-), sekret (+)
putih kental.
- Telinga : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, nyeri tekan aurikula (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), serumen (-/-), MAE hiperemis (-/-), MAE
terdapat massa (-/-), membrane timpani intake (+/+),secret (-/-)
- Mulut : lembab (-), sianosis (-), stomatitis (-), lidah kotor (-), hiperemis (-), kripte
melebar (-), uvula hiperemis (-), uvula memanjang (-).
- Leher : kulit seperti warna sekitar, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran
kelenjar getah bening (-), deviasi trakea (-), otot bantu pernafasan (+),retraksi supra sternal
(+)
Pemeriksaan tambahan : tidak ada
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan :
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan foto thorax
Skoring TB
Tes maountox
V. PEMERIKSAAN ANTHROPOMETRI
Anak perempuanUsia : 5 BulanBerat Badan : 5200 grPanjang Badan : 60 cm
Z ScoreBB /U : (5,2 - 67) / 0,9 = -1, 6667 (Normal)TB/U : (60 - 64,1) / 2,6 = -1, 57 (Normal)BB/TB : (5,2 – 3,7) / 0,4 = - 3,75 (Sangat kurus)
Resume :
Pasien datang dengan keluhan batuk tidak berdahak sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan ini
disertai muntah setelah minum susu formula sebanyak 3-4 sendok makan.
Pada hari ke-10 pasien panas tinggi naik turun secara terus menerus tanpa disertai menggigil dan
demam. Saat itu pasien dibawa ke dokter lalu diberi antibiotik dan penurun panas, tetapi tidak
sembuh.
3 hari yang lalu pasien merasakan sesak nafas dan diare. Sesak nafas disertai bunyi “grok-grok”
dan pilek dengan sekret berwarna putih kental sehingga suara tangisan pasien merintih. Batuk
mulai disertai dahak berwarna putih kental disertai keringat dingin tiap malam hari. Diare dengan
konsistensi cair, tidak berbau, tidak berbuih, tidak berdarah, berwarna kuning, dengan frekuensi
3-5x sehari dengan jumlah ½ gelas belimbing.
1 hari yang lalu sesak nafasnya terus menerus dan tersengal sengal sehingga tidurnya terganggu.
Sekarang Anak tidak mau minum ASI maupun susu formula.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
- Kesadaran apatis, kesan umum nampak sesak, status gizi kesan cukup
- HR 120x/menit, isi dan tegangan cukup, irama reguler
- RR 54x/menit
- Suhu 39 0C
- Hidung : nafas cuping ( + ), secret ( + ) warna putih kental, mukosa hidung hiperemis
- Mulut : nafas dengan mulut ( + ), faring hiperemis, tonsil (T1 T1)
- Leher : retraksi otot suprasternalis ( + )
- Thorax : palpasi sterm femitus ( ++ ), perkusi ronkhi basah ( + ) dan stridor ( + ), auskultasi
suara hantaran ( + + )
VI. DAFTAR MASALAHa. Suspek Bronkopneumoniab. Diare akut tanpa dehidrasic. Rhinotonsilofaringitisd. Imunisasi tidak lengkap
VII. ASSESMENT (DIAGNOSIS KERJA)Masalah Aktif Masalah Pasif
1. Suspek Bronkopneumonia2. Diare akut tanpa dehidrasi3. Rhinotonsilofaringitis
1. Imunisasi tidak lengkap2. Pemberian asupan selain ASI3. Ventilasi dan pencahayaan rumah
yang kurang
VIII.INITIAL PLAN
I. Bronkopneumoni
DD : Bronkiolitis
Diagnosis : Subjektif : -
Objektif : kultur sekret bronkus
Terapi : Oksigen headbox 8 liter
Infus Dekstrosa 5%
Infus RL 22 kali tetes/menit
Injeksi Ampicillin (+)
Injeksi Gentamicin (-)
Peroral : Parasetamol 125mg per setengah sendok makan
Ambroxol 3 x 4 mg
Vitamin B Complek/C 3 x 1 tablet
Monitoring : Keadaan umum, tanda vital (HR, RR, Suhu) tanda
distress respirasi, jaga jalan nafas.
Edukasi : Menjelaskan kepada orangtua penderita mengenai
penyakit yang diderita oleh pasien dan program terapi yang akan dilaksanakan
pada pasien, serta hal-hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh keluarga
pasien untuk mengawasi keadaan pasien.
II. Diare Akut Parenteral
DD : Faktor Makanan
Infeksi : Enteral
Diagnosa : Subjektif : -
Objektif : darah lengkap.
Terapi : -
Monitoring : Diare, tanda-tanda dehidrasi
Edukasi : - Jaga higiene dan sanitasi (cuci tangan sebelum menyuapi anak, menggunakan alat-alat makan yang sudah dicuci bersih )
- Mengenali tanda-tanda dehidrasi (tampak kehausan, gelisah, mata cekung, air mata berkurang, bibir kering, ubun-ubun cekung ).
III. Anemia Mikrositik Hipokromik
DD : Infeksi
Defisiensi besi
Diagnosa : Subjektif : -
Objektif : darah lengkap
Terapi : -
Monitoring : Adanya tanda-tanda perdarahan, Hb,Ht, jumlah eritrosit.
Edukasi : - Menjelaskan kepada orang tua tentang
keadaan pasien, yang hal ini dapat disebabkan antara lain kerena penyakitnya
tersebut serta menjelaskan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan kepada
pasien.
IV. Rhinotonsilo Varingitis Akut
DD : Varingitis
Tonsilitis
Diagnosa : Subjektif : -
Objektif : darah lengkap
Terapi : -
Monitoring : -
Edukasi : Menjelaskan kepada orang tua tentang keadaan pasien hal ini dapat
disebabkan kerena penyakitnya tersebut dan program terapi yang akan
dilaksanakan pada pasien.
V. Imunisasi Tidak Lengkap
Diagnosa : Subjektif : -
Objektif : test mantoux, scoring TB
Terapi : -
Monitoring : -
Edukasi : - Menjelaskan kepada orangtua tentang pentingnya imunisasi bagi anak.
- menjelaskan bahwa imunisasi itu meminimalisir terjadinya penyakit dan juga
dengan imunisasi terbentuk kekebalan tubuh bagi anak
PEMBAHASAN
I. Bronkopneumonia
A. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang terjadi pada parenkim paru sebelah distal bronkus
terminalis yang bisa meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, alveoli, dan jaringan
intertisial paru. Pembagian pneumonia secara anatomis meliputi pneumonia lobaris, pneumonia
lobularis (bronkopneumonia), dan pneumonia intertisialis (bronkiolitis).4 Eksudat mukopurulen
yang dihasilkan oleh peradangan tersebut akan menyebabkan penyumbatan pada saluran-saluran
nafas kecil dan menghasilkan bercak-bercak konsolidasi pada lobulus-lobulus paru yang
berdekatan.4
B. Tinjauan Etiologi
1. Etiologi virus
Pneumonia virus adalah penyebab pneumonia yang paling sering dan lazim selama usia beberapa tahun pertama dan yang paling lazim disebabkan oleh virus sinsitial pernafasan (RSV).14 Kebanyakan virus pneumonia didahului gejala-gejala pernafasn beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk. Suhu biasanya lebih rendah daripada pneumonia bekteri. Takipneu yang disertai dengan retraksi intercostal, subcostal, dan suprastrenal, pelebaran cuping hidung dan penggunaan otot tambahan sering didapatkan. Infeksi berat sering disertai sianosis dan kelelahan pernafsan. Auskultasi dada didapatkan ronkhi dan mengi yang luas yang sukar dilokalisasi sumbernya dan ditemukan hipersonor. 14,15
Pneumonia virus tidak dapat secara tepat dibedakan dari penyakit mikoplasma atas dasar klinis murni dan kadang-kadang sukar dibedakan dari pneumonia bakteri. Angka sel darah putih perifer cenderung normal atau sedikit naik (20.000/mm3) dengan dominasi limfosit. Reaktan fase akut seperti laju endap darah (LED ) protein C reaktif (CRP) biasanya normal atau sedikit naik. Diagnosis pasti dengan isolasi virus dari spesimen yang diambil dari saluran pernafasan. Kegagalan berespon terhadap pengobatan antibiotik merupakan bukti tambahan untuk etiologi virus. Kebanyakan anak dengan pneumonia virus sembuh tanpa banyak peristiwa dan tidak mempunyai sekuele.14
2. Etilogi Bakteri
Pneumonia bakteri selama masa anak terutama di bawah usia 2 tahun bukanlah merupakan infeksi yang lazim bila tidak ada penyakit kronis yang mendasar, seperti kistik fibrosis atau defisiensi imunologis. Kejadian yang paling sering mengganggu mekanisme pertahanan paru yaitu infeksi virus yang mengubah sifat-sifat sekresi normal, menghambat fagositosis, mengubah flora bekteri, dan mengganggu lapisan epitel saluran pernafasan normal. Penyakit virus pernafasan sering mendahului perkembangan pneumonia bakteri beberapa hari.
Pada pemeriksaan laboratorium darah akibat infeksi bakterial, didapatkan peningkatan LED, lekositosis (11.000-40.000/mm3).14,15
Pneumonia karena Streptococcus pneumonia merupakan etiologi yang paling sering sebagai peyebab bronkopeumonia yang didapatkan dari komunitas (community-acquired), sedangkan yang penebab yang lain yaitu Staphilococcus uureus, dan Haemophilus Influenzae. Sedangkan bronkopneumonia yang didapatkan dari lingkungan rumah sakit (hospital-acquired) memiliki pola kuman-kuman infeksi nosokomial pada umumnya.14
B. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis (alloanamnesis) bronkopneumaonia sering didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari sebelumnya seperti batuk atau pilek, kemudian disusul oleh panas tinggi biasanya 39-40C, sesak nafas, nafas cepat dan dangkal serta anak berusaha bernafas dengan segala cara sehingga tampak nafas cuping hidung, pernafasan dari mulut, retraksi suprasternal, epigastrial ataupun intercostal sebagai usaha otot-otot pernafasan tambahan untuk meningkatkan kemampuan bernafas. Anak tampak gelisah, berkeringat bisa sampai menggigil, bila sesak hebat bisa terjadi sianosis pada seluruh tubuh anak, batuk-batuk, kadang-kadang bisa disertai kejang, muntah, dan diare. Batuk semula kering kemudian produktif sebagai produk mukopurulen dari proses radang yang terjadi.11,12,13
2. Pemeriksaaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik hasil yang ditemukan sangat tergantung dari luas daerah
yang terkena proses inflamasi. Didapatkan keadaan umum anak yang sesak nafas ditandai nafas cepat, nafas cuping hidung, dan retraksi suprasternal, epigastrial ataupun intercostal, anak tampak gelisah, bisa tampak sianosis pada bibir, tangan dan kaki atau pada seluruh tubuh dan panas tubuh yang tinggi. Pada palpasi dan perkusi dada sering tidak didapatkan kelainan sedangkan pada auskultasi didapatkan suara dasar vesikuler dan suara tambahan berupa ronkhi basah halus nyaring dapat disertai hantaran dan tidak ada wheezing. Apabila sarang bronkopneumopnianya menjadi satu pada perkusi dada mungkin dapat terdengar keredupan, suara pernafasan terdengar mengeras , dan pada auskultasi didapatkan ronkhi basah halus nyaring. Jika ditemukan tanda-tanda sumbatan saluran nafas bagian bawah didapatkan wheezing ekpiratorik dan eksperium yang memanjang maka disebut bronkopneumonia dengan komponen asmatik. Pada palpasi hepar dapat terdorong ke bawah atau dapat pula membesar. Bila terjadi komplikasi gagal jantung kongestif maka didapatkan hepar yang membesar dengan tepi tumpul disertai dengan frekuensi nafas 60x/menit dan nadi 160x/menit.
3. Pemeriksaaan Penunjang
Foto polos thoraks dapat membantu menegakkan diagnosis. Pada bronkopneumonia didapatkan kelainan radiologi paru yang dapat berupa infiltrat lokal maupun tersebar atau juga konsolidasi lobus paru. Namun perlu ditekankan bahwa gejala klinis dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting, oleh karena ada beberapa keadaan dimana gambaran radiologis tidak selalu yaitu pada permulaan penyakit atau bila pneumonia sangat berat. Dari foto polos dada ini juga dapat menunjukkan ada atau tidaknya komplikasi bronkopneumonia seperti efusi pleura, pleuritis, abses paru, pneumothoraks, pericarditis, dan cor pulmonae sub acutum.
a. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm3
dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan
dengan infeksi virus atau mycoplasma.
b. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun
c. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
d. Analisa gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.
e. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab. Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50%
penderita yang tidak diobati.
f. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia
bakterial.
g. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
h. LED : meningkat
i. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun,
hipoksemia.
j. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
k. Bilirubin : mungkin meningkat
l. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka : menyatakan intranuklear tipikal
dan keterlibatan sitoplasmik(CMV)
C. Terapi
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak
dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan
pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:
a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau
diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan
Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dapat
diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.
d. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.
Seringkali pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit datang sudah dalam keadaan
payah, sangat dispnea, pernapasan cuping hidung, sianosis, dan gelisah. Masalah yang perlu
diperhatikan ialah:
a. Menjaga kelancaran pernafasan.
b. Kebutuhan istirahat.
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan.
d. Mengontrol suhu tubuh.
e. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman.
f. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
D. Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-
anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat
memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial
tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap
infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi
dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi
apabila berdiri sendiri.