Unsur Penggunaan Lahan 1

23

Click here to load reader

description

Tugas Kuliah

Transcript of Unsur Penggunaan Lahan 1

Page 1: Unsur Penggunaan Lahan 1

UNSUR PENGGUNAAN LAHAN

Yulvia Dwitya Putri

I0612045

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret

I. PENDAHULUAN

Kita mengetahui hal ini, bumi bukanlah milik manusia, manusia adalah milik

bumi. Semua benda berkaitan seperti darah yang mempersatukan satu keluarga, semua

benda berkaitan. Apapun yang menimpa bumi juga akan menimpa anak bumi. Manusia

tidak lah merajut jaringan kehidupan, dia hanya suatu untaian di dalamnya. Apapun yang

dia lakukan pada jaringan itu, maka dia melakukan pada dirinya sendiri.

Baik secara ekonomis maupun hukum, semua lahan mempunyai seorang pemilik,

dan status atas lahan tersebut memberikan semacam kebebasan penggunaan untuk tempat

tinggal, usaha dan tujuan lain. Tanah ditempatkan disini oleh Yang Maha Besar, dan kita

tidak dapat menjualnya, karena kita tidak memilikinya. Dengan status-status yang telah

melekat erat pada kebanyakan lahan, maka kebutuhan akan perencanaan penggunaan

adalah sangat penting. Sudah jelas bahwa penggunaan setiap persil berkaitan dengan

penggunaan persil-persil lainnya.

Hubungan antara berbagai penggunaan yang bisa diletakkan merupakan masalah

perencanaan. Beberapa di antaranberbagai penggunaan yang bisa diletakkan merupakan

masalah perencanaan. Beberapa di antaranya saling berdekatan, sedangkan yang lain

tidak hanya saling merusak namun juga berbahaya. Oleh karena itu, rencana diawali

dengan suatu penentuan penggunaan-penggunaan lahan dan lokasi yang tepat dalam

stuktur topografi, geologi, dan geografi kota itu.

Hubungan yang konstan anatara ketiga unsur alam utama yaitu tanah, air dan

udara diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia. Kita mengklasifikasinya sebagai

baik atau buruk tergantung pada kemampuannya untuk memberikan kehidupan pada

manusia.

Page 2: Unsur Penggunaan Lahan 1

II. INVENTARISASI DAN KLASIFIKASI

Terlepas dari aspirasi yang tinggi dari penduduk bagi masa depan kota mereka

atau panjangnya jangka waktu perencanaan pengembangan kota, proses perencanaan

jelas harus dimulai dengan kota sebagaimana adanya. Oleh karena itu, kita perlu

memahami bgaimana lahan dimanfaatkan dan cara memelihara suatu inentarisasi sebagai

catatan saat ini. Dari inventarisasi ini dapat kita lihat karakteristik fisik kota, kita dapat

menentukan bagian-bagian yang perlu diubah atau dipertahankan dalam rencana

komperensif, dan beberapa penggunaan sekarang mungkin akan menjadi kunci

pengendalian atas pola penggunaan lahan di masa depan.

Menurut hukum Anglo-Saxon, bila lahan belum pernah dugunakan untuk suatu

tujuan tertentu, maka penolakan permohonan hak untuk menggunakan di masa depan

tidak merupakan suatu pengurangan hak. Di lain pihak, kita mengasumsi bahwa

peraturan penzonaan tidak boleh membatasi penggunaan yang dianggap kurang bebas

dari penggunaan yang sekarang.

Beberapa peraturan penzonaan menetapkan periode bahwa penggunaan yang

menyimpang harus dihentikan. Jangka waktu ini sama dengan periode amortisasi dengan

ketentuan tanggal pembongkaran banganguna, dalam kasus ini periode tersebut dikaitkan

dengan jangka waktu penggunaan bangunan yang telah lewat dan inventasai ke

dalamnya.

Sebagaian besar kota mengklasifikasikan lahan mereka kedalam 5 kategori utama

yaitu 1. Ruang terbuka, 2. Lahan pertanian, 3. Perumahan, 4. Perdagangan, 5. Industri.

Masing-masing kelompok utama ini dibagi kedalam kategori penggunaan lahan

yang paling mengganggu sampai ke yang tidak mengganggu, dari yang paling dibatasi

sampai ke yang paling tidak dibatasi, dari yang paling padat sampai ke yang paling

terbuka. Penggolongan ini dikenal sebgai klasifikasi “jenjang menurun” dalam

menerapkannya disetiap kelompok besar tadi.

Jumlah jenjang antara penggunaan dengan intensitas tertinggi sampai terendah

akan bervariasi dalam daerah yang berbeda, sesuai dengan keruwetan daerah tersebut.

Dalam sebuah kota yang sangat besar mungkin terdapat sebanyak 50 klasifikasi

Page 3: Unsur Penggunaan Lahan 1

penggunaan lahan, sedangkan di kota kecil mungkin hanya ada 9. Jumlah klasfikasi

seharusnya sekecil mungkin sesuai dengan lingkup berbagai penggunaan lahan dan

deskripsi yang tepat dari masing-masing penggunaan.

Suatu kota harus mempunyai catatan bagaimana penggunaan lahan didalam batas

wilayahnya, serta kuantitas ruang dan bangunan yang membentuknya. Inventarisasi

aktiva ini harus dilakukan secara periodic sebagaimana suatu kegiatan usaha yang baik

harus pula memppunyai inventarisasi persediaan dan nilai persediaanya.

Pencatatan penggunaan lahan kota tidak hanya untuk maksud memastikan kondisi

sturuktur fisik saja, tetapi juga memberikan informasi yang diperlukan untuk mengamati

laju peningkatan atau penurunan bangunan fisik dalam berbagai klasifikasi penggunaan

lahan.

Inventarisasi penggunaan lahan adalah usaha perkotaan yang baik dan harus

dijaga sebagai catatan yang mutakhir. Inventarisasi tersebut bukanlah rencana, tetapi

merupakan bagian dari data penting yang darinya rencana dapat dibuat. Suatu evaluasi

terpisah harus dibuat untuk menangani inventarisasi ini.

III. RENCANA PENGGUNAAN LAHAN

Rencana penggunaan lahan dimaksudkan sebagai suatu sarana penting untuk

mencapai tujuan-tujuan fisik, ekonomi, dan sosial suatu daerah. Rencana tadi dengan

pengaruhnya yang melekat terhadap keputusan-keputusan dan inventasi pemerintah dan

swasta, dapat merupakan suatu pengaruh yang kuat pada laju pertumbuhan, karakter, dan

pola lingkungan fisik kota.

Dewasa ini banyak kota berupaya untuk mendefinisikan suatu “program

seimbang” perluasaan dan pemanfaatan yang lebih tinggi. Secara umum, kesimbangan

yang tepat dalam setiap daerah adalah khas. Kesimbangan adalah fungsi skala prioritas

yang dilekatkan pada tujuan-tujuan suatu daerah.

a. Pertimbangan-pertimbangan

Pertimbangan penggunaan lahan dapat dibagi menjadi lima bagian. Yang pertama

mengidentifikasikan tujuan dan prinsip-prinsip penggunaan-penggunaan perumahan,

Page 4: Unsur Penggunaan Lahan 1

perdagangan, rekreasi, pendidikan dan industri serta mendaftar standar bagi penggunaan-

penggunaan seperti itu. Bagian kedua memfokuskan pada sifat dan pola perkembangan

didalam batas wilayah kota yang ada. Data deskriptif dalam bagian ini memberikan dasar

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti peubahan apa yang diperlukan dalam

pola penggunaan lahan dan pertumbuhan sebesar apa yang dapat diakomodasikan di

wilayah pengembangan kota saat ini. Bagian ketiga melihat secara terinci pada kawasan

yang masih belum berkembang disekitar daerah itu, “wilayah pengaruh” daerah yang

bersangkutan.

Bagian keempat mempersatukan analisis dan hasil dari bagian-bagian sebelumnya

dan mengusulkan suatu rencana penggunaan lahan komprehensif dan terpadu, baik bagi

kota itu maupun wilayah pengaruhnya, termasuk semua kebutuhan, fasilitas-fasilitas dan

kenikmatan yang diperlukan untuk melayani penduduk. Pertimbangan kelima akan

menganalisis dan mengidentifikasi sarana-sarana yang dapat digunakan untuk

melaksanakan rencana yang diusulkan.

Rencana penggunaan lahan meletakkan alokasi unit lingkungan bersama beberapa

fasilitas, sekolah, taman bermain, dan kawasan perbelanjaannya. Rencana itulah yang

menetapkan standar untuk mempedomani para pembangun kota dalam berbagai

perusahan mereka, dan sebuah rencana yang lengkap akan lebih dari satu peta daerah

saja.

Rencana ini akan mempolakan hubungan antara kota itu dengan wilayahnya dan

menunjukan integtasinya dengan satelit-satelitnya, dan akan menententukan kawasan-

kawasan dan standar untuk pertapakan lahan baru.

IV. UNIT DASAR PERKOTAAN

Dengan semakin bertumbuhnya kota, beberapa kawasan yang melekat akan

mengandung kualitas homogen yang akrab dengan kita sebagai lingkungan. Beberapa

lingkungan terbentuk, seperti zaman dulu, lebih banyak karena keterpaksaan daripada

karena pilihan sendiri, pembatasan karena prasangka, keterbatasan bahasa, atau tekanan

ekonomi.

Page 5: Unsur Penggunaan Lahan 1

Pada saat ruang terbuka dalam kota yang sedang bertumbuh semakin terbangun,

maka beberapa lingkungan tidak lagi mampu mempertahankan identitas aslinya karena

tingkat ekonomi penduduk yang tinggal didalamnya tidak cukup untuk mempertahankan

standar pemeliharaan fisik atau pelayanan sosial seperti sebelumnya. Kemunduran mulai

masuk dan kekumuhan mulai terbentuk.

Sudah seharusnya mengembalikan semacam identitas manusiawi pada

lingkungan perkotaan; didorong oleh masalah sosial yang menghantui kota-kota pabrik,

para pekerja sosial mulai berfungsi dan membangun “settlement-house” (pusat pelayanan

sosial untuk kawasan kumuh). Mungkin gerakan settlemen house ini, yang dimulai tahun

1885 di London, merupakan pengakuan pertama atas konsep lingkungan sebagai suatu

unsur dasar dalam struktur kota.

Seberapa besar ataupun kecil suatu kota, harus ada suatu unit berskala manusiawi

yang dapat dipakai menjalin pola perkotaan kedalam suatu kesatuan yang data diolah.

Pelarutan skala manusia telah memungkinkan metropolis industri dan perdagangan

menjadi mandek dan secar fisik using. “Umat manusia telah memberikan hutan dan

menggantikannya dengan pola yang membingungkan” (Benton, 1928).

a. Definisi Unit Lingkungan

Unit ukuran ruang dalam masyarakat perkotaan adalah bersifat individu;

penyebut yang umum bagi pengaturan ruang tersebut adalah keluarga. Untuk emenuhi

keingingan sosial mereka yang sederhana, sudah normal bagi keluarga-keluarga tadi

untuk mencari kelebihan-kelebihan yang ditawarkan oleh lingkungn yang direncanakan

dengan seksama. Fungsi lingkungan telah diuraikan sebagai : memelihara, belajar,

mengendalikan dan bermain.

Menguraikan unit lingkungan sebagai kawasan berpenduduk yang akan

membutuhkan dan mendukung sebuah sekolah dasar. Unit lingkungan menempati sekitar

16 hektar tanah dan mempuunyai bentuk sedemikian rupa sehingga seorang anak tidak

perlu berjalan sejauh lebih dari setengah mil ke sekolah. (Perry, 1929)

Telah mengajukan sebuah pola komprehensif lingkungan sebagai suatu

komponen dari segmen-segmen yang terus menerus membesar dalam struktur kota. Unit

Page 6: Unsur Penggunaan Lahan 1

tersebut mencakup sekolah dasar, sebuah kawasan perdagangan, dan sebuah tempat

bermain. Fasilitas-fsilitas ini dikelompokkan dekat pusatnya sehingga jarak berjalan kaki

dari fasilitas-fasilitas ini ke rumah tidak melebihi setengah mil (N.L. Engelhardt, 1943).

b. Faktor Keselamatan

Bagian terakhir abad kedua puluh membawa masa ketakutan. Kita takut berjalan

di jalan-jalan kita tidak hanya pada malam hari, kita takut meninggalkjan rumah kita

dengan memasang berlapis-lapis kunci. Kita membentuk lingkungan di dalam tembok-

tembok pelindung dan memperkerjakan petugaas keamanan untuk menjaga kita dan

milik kita.

Sebagai suatu tanggapan terhadap kondisi saat ini, sejumlah tindakan praktis

harus direncanakan untuk meningkatkan keamanan lingkungan setempat. Tindakan-

tindakan ini mencakup penerangan jalan di malam hari, penjagaan lingkungan di mana

para penghuni ikut menjaga hak milik tetangganya; jaminan bahwa patrol polisi

memadai, terutama pada jam-jam rawan jahat.

Semestinya ada suatu cara untuk menstuktur kembali lingkungan dengan semua

unsurnya untuk kembali pada perasaan aman dan nyata yang hanya dapat timbul dari

kelahiran kembali komunikasi dengan tetengga-tetangga dan teman-teman kita.

V. REKREASI UMUM

Ruang terbuka dalam kota biasanya dianggap sebagai tempat rekreasi, dan

memang demikian seharusnya. Walaupun demikian, ruang ini masuk kedalam beberapa

kategori. Ada ruang yang diperuntukan terutama bagi tempat bermain yang aktif untuk

anak-anak, pemuda, dan orang dewasa dan ada juga ruang untuk kegiatan bersantai yang

pasif bagi orang dewasa. Klasifikasi lain tidak boleh diabaikan: konservasi kawasan

alamiah. Konservasi ini bisa berbentuk jalur hijau yang berfungsi sebagai penyekat antar

berbagai penggunaan lahan – kawasan perumusan dan industri – atau bisa menjadi suatu

tempat pelestarian kepentingan sejarahatau geografis tertentu.

Standar ruang terbuka tidak dapat secara terinci menentukan spesifikasi ruang

yang dibutuhkan untuk semua klasifikasi ini; sebagian perbedaan antar kota berasal dari

cara lokasi alamiah dibentuk dan direncanakan.

Page 7: Unsur Penggunaan Lahan 1

Banyak orang yang telah mengatakan bahwa fasilitas rekreasi di Amerika masih

belum mencukupi kebutuhan. Alasan bagi kekurangan ini banyak, tetai salah satu sebab

utamanya adalah pemggunaan lahan yang kurang direncanakan. Praktek penzonaan kita

sekarang ini menyediakan ruang yang terlalu besar untuk perdagangan dan industri dan

hasilnya adalah suatu pola kota yang penuh dengan penggunaan campuran dan ketiadaan

stabilitas dalam pembangunan perumahan.

Penyebaran kerusakan yang tidak terkendali menyebabkan penduduk merambah

ke daerah pinggiran, proses yang biasanya disebut desentralisasi, dan hilangnya ruang

terbuka didalam kawasan-kawasan pusat kota kita merupakan faktor utama yang

menciptakan kerusakan ini.

a. Sistem Rekreasi Terpadu

Ada beberapa contoh yang baik dari penggunaan suatu aliran sungai regional atau

saluran pengendalian banjir sebagai dasar pengembangan sistem taman dan jalur

pertanaman. Beberapa unsur sirkulasi, pengendalian banjir, rekreasi, semua direncanakan

sebagai suatu unit dan dengan demikian menciptakan kesempatan luar biasa untuk

mencadangkan ruang terbuka, melindungi kehidupan dan harta manusia, dan

mengembangkan taman serta ruang terbuka yang akan memberikan bentuk kerangka

untuk mengembangkan penggunaan lahan lainnya.

b. Rekreasi Lingkungan

Ada tida kategori ruang rekrasi yang darinya distribusi serta jumlah lahan

merupakan faktor penting. Golongan-golongan tersebut disebut dengan nama yang

berbeda di berbagai lokalitas, tetapi Perkumpulan Rekreasi Nasional telah

menggolongkan sebagai: 1. Halaman bermain, 2. Tempat bermain lingkungan, dan 3.

Lapangan bermain. Ketiga jenis tadi memenuhi fungsi spesifiknya baik dalam rancangan

lingkungan maupun kelompok lingkungan.

Halaman bermain. Kategori pertama halaman bermain, diperuntukan bagi anak-

anak usia prasekolah. Dalam kawasan –kawasan yang tidak padat, fasilitas ini ekivalen

engan halaman belakang rumah dan dalam kawasan keluarga tunggal fungsi tersebut

umumnyaa dipenuhin oleh ruang terbuka sekitar rumah. Serharusnya terdapat satu

Page 8: Unsur Penggunaan Lahan 1

halaman bermain untuk setiap kelompok keluarga yang berjumlah antara 30 samapai 60

keluarga. Ukuran masing-masing halaman harus seluas antara 1.500 sampai 2.500 kaki

persegi, dan masing-msing harus diletakkan didalam pandangan yang jelas dari semua

rumah yang dilayaninya.

Tempat bermain lingkungan. Kategori kedua adalah tempat bermain lingkungan,

yang dirancang untuk anak-anak berumur 6 sampai 14 tahun, dan merupakan pusat

kegiatan rekerasi lingkungan. Kebanyakan ahli menganjurkan agar tempat bermain

lingkungan ini berada dalam jarak seperempat mil berjalan kaki dari kawasan perumahan

yang dilayaninya; jarak ini penting dalam kawasan padat.

Lapangan bermain. Lapangan bermain ini dimaksudkan untuk remaja dan orang

dewasan dan memberikan berbagai keiatan rekerasi. Sebuah lapangan bermain dapat

melayani 4 ataau 5 lingkungan; jarak berjalan kaki tidak boleh melebihi satu mil. Standar

ruang satu acre per 800 penduduk dengan ukuran minimum yang disukai adalah 15 arce.

Didalam lapangan bermain terdapat lapangan sepak bola, baseball, hockey, dan

mencakup kolam renang dan lain-lain.

c. Taman dan Ruang-ruang Lain

Ketiga jenis ruang rekreasi diatas memerlukan perhatian yang lebih besat dlam

kaitannya dengan distribusi di suatu daerah, kecukupan ruang yang dialokasikan

padanya, dan hubungannya dengan jalan utama lalu lintas, fasilitas umum dan

aksesibilitas dari rumah ke rumah.

Jenis lain yang serupa dengan taman besar adalah taman “kota” yang banyak kita

kenal, yang berfungsi sebagai paru-paru dalam kawasan terbangun kota. Jumlahnya

tergantung sekali kepada kepadatan penduduk, dengan jarak rata-rata sekitar 5mil di

kawasan padat dan sepuluh mil sebagai standar di kota terpencar. Sebaiknya luas taman

seperti ini tidak kurang dari 30 arce dngan standar minimum kira-kira satu arce per 2.000

penduduk.

Ada banyak ruang rekreasi yang bersifat khusus: pusat-pusat kebudayaan

temasuk museum dan pameran kesenian, pantai, taman hiburan, pusat olahraga termasuk

lapangan atletik, kolam renang, dan stadion.

Page 9: Unsur Penggunaan Lahan 1

Ruang kota keseluruhan minimum yang diperuntukan bagi ruang rekreasi diatas

adalah seluas antara 3 acre per 1.000 penduduk dikota sampai ke standar yang lebih

diinginkan seluas 10 acre per 1.000 penduduk. Seharusnya disarankan agar daerah

perkotaan direncanakan dengan pencadangan sekitar 10% luas kotor kota untuk

mengakomodasi pertambahan penduduk.

Ketiadaan ruang terbuka dalam kota-kota kita berfungsi sebagai pertanda bagi

arah perencanaan di masa depan. Akan sangat menyedihkan bila 20 atau 30 tahun

kemudian kawasan pinggiran kita menyajikan kesengsaraan yang dialami pusat-pusat

kota kita sekarang ini.

Ketentuan untuk menyediakan lahan terbuka tadi memberikan bantuan keuangan

bagi pengadaan ruang terbuka di daerah perkotaan. Lahan yang belum dibangun atau

kebanyakan masih kosong yang didalam rencana komprehensif diperuntukan untuk

taman dan rekreasi, konservasi sumber daya alam.

VI. SEKOLAH-SEKOLAH UMUM

Dewan sekolah dalam setiap daerah mempunyai kebijakan sendiri bagi perluasan

dan desain gedung sekolah umum, tetapi beberapa standar sederhana yang umumnya

dipakai sebagai kunci dalam alokasi ruang. Oleh karena itu, ruang terbuka untuk rekreasi

harus menjadi bagian integral dari lokasi sekolah dan dengan demikian memberikan

semacam pengawasan orang dewasa serta kepemimpinanpemuda yang diperlukan untuk

mempedomani pengembangan orang-orang muda.

Telah memperkirakan setengah anak usia sekolah dasar pada setiap keluarga yang

pada pendapatan rendah adalah 0,7 anak, sedangkan pada keluarga-keluarga

berpendapatan tinggi 0,4 anak. Karena kebanyak daerah menyukai sekolah dasar dengan

600 sampai 800 murid dalam 6 kelas pertama, maka suatu lingkungan yang dirancang

sekitar sejolah seperti itu akan berpenduduk antara 1.500 samapi 1.700 keluarga, atau

anatar 5.000 sampai 6.000 penduduk (N.L. Engelhardt , Jr. 1943)

Selama ini terlalu sering dianggap perlu untuk memilih suatu lokasi sekolah

setelah penduduk tiba dan lahan dipakai untuk penggunaan lain diluar pendidikan dan

rekreasi. Akibatnya standar luas yang memadai bagi fasilitas-fasilitas ini dibayangi oleh

Page 10: Unsur Penggunaan Lahan 1

keputusan mendesak yang didasarkan pada harga termurah bagi lahan semacam itu yang

masih ada.

a. Konsep-konsep Baru

Pada akhir 1960-an para pengelola pendidikan mecoba memcahkan masalah

pemisahan sekolah akibat masyarakat yang terpisah secara rasial. Salah satu pendekatan

tersebut adalah “taman pendidikaan”, taman ini merupakan suatu kompleks bangunan

sekolah yang terletak dalam suatu kawasan rekreasi yang luas.

Struktur baru ini adalah taman pendidikan. Fasilitas pendidikan sekolah lanjutan

melayani dua atau tiga desa.

Pusat Pendidikan Orang tua-Anak. Setiap desa terdiri dari tiga sampai empat

lingkungan. Idealnya sebuah Pusat Pendidikan Orang tua-Anak harus ditempatkan disetia

lingkungan. Fasilitas ini dimaksudkan sebagai pusat kegiatan sosial dan rekreasi bagi

anak-anak bayi sampai tujuh tahun dan orang tua mereka.

Taman Pendidikan. Sebuah desa dengan luas sekitar datu mil persegi,

mengandung sekitar 8.500 enduduk, taman tersebut menyediakan program pendidikan

bagi anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah menegah pertama.

Tujuan dari Taman Pendidikan harus dicerminkan dalam bentuk dan tatanannya.

Tujuan Taman Pendidikan adalah khas, mencerminkan nilai-nilai budaya, pendidikan,

dan sosial dari suatu daerah.

Sasaran taman pendidikan adalah untuk menciptakan suatu lingkungan yang

memungkinkan para siswa belajar dengan senang dan bermanfaat. Penggunaan ruang

fisik untuk melengkapi tujuan pendidikan adalah sasaran prinsip.

Page 11: Unsur Penggunaan Lahan 1

VII.KESIMPULAN

Oleh karena itu, sangat penting dalam penyusunan rencana komprehensif bahwa

penggunaan-penggunaan ini tetap pada lokasi yang telah ditetapkan sebelumnya agar

para calon penghuni mengetahui bahwa penggunaan-penggunaan tersebut merupakan

bagian dari daerah itu. Pengaturan tentang penggunaan lahan dan penempatan lahan

untuk sarana dan prasarana, bagaimana per arce. Rencana penggunaan lahan sangat

penting bagi suatu sarana dan prasarana karena sudah ada peraturannya tidak boleh asal

dalam perencanaan tata guna lahan harus memikirkan dampak-dampak yang diberikan

dari perencanaan tersebut harus adanya pertimbangan. Seperti kesimbangan aktivitas di

suatu kota, serta jangkauan suatu sarana sudah ada Standar Nasional Indonesia untuk

masing-masing fasilitas. Contohnya yaitu halaman bermain, tempat bermain, dan taman

pendidikan.

Page 12: Unsur Penggunaan Lahan 1

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Benton, Mckaye. The Exploration: A philosophy of Regional Planning (New York: Harcout,

Brace & Co., 1928).

Perry, Clarence. The Neighborhood Unit, Vol 7 : Neighborhood and Community Planning,

New York: Regional Survey of New York and Its Environs, 1929.

Gallion, Eisner. Pengantar Perancangan Kota Edisi Kelima Jilid 2 : Desain dan

Perencanaan Kota, Jakarta, Penerbit Erlangga. 1986.

N.L. Engelhardt, Jr., “The School-Neughborhood Nucleus”, dalam Architecture Forum,

Oktober 1943.

Page 13: Unsur Penggunaan Lahan 1

RESUME

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa, bumi bukanlah milik manusia; manusia

adalah pemilik bumi. Kehidupan antara bumi dan manusia harus sinergis, apa pun yang

menimmpa bumi juga akan menimpa anak bumi. Manusia tidaklah merajut jaringan

kehidupan; dia hanya suatu untaian di dalamnya. Apa pun yang dia lakukan pada

jaringan itu, dia melakukannya pada dirinya sendiri. Baik secara ekonomis maupun

hukum, semua lahan mempunyai seorang pemilik, dan status atas lahan tersebut

memberikan semacam kebebasan penggunaan untuk tempat tinggal, usaha dan tujuan

lain. Tanah ditempatkan disini oleh Yang Maha Besar, dan kita tidak dapat menjualnya,

karena kita tidak memilikinya

Hubungan antara berbagai penggunaan yang bisa diletakkan merupakan masalah

perencanaan. Beberapa di antaranberbagai penggunaan yang bisa diletakkan merupakan

masalah perencanaan. Beberapa di antaranya saling berdekatan, sedangkan yang lain

tidak hanya saling merusak namun juga berbahaya. Oleh karena itu, rencana diawali

dengan suatu penentuan penggunaan-penggunaan lahan dan lokasi yang tepat dalam

stuktur topografi, geologi, dan geografi kota itu.

Terlepas dari aspirasi yang tinggi dari penduduk bagi masa depan kota mereka

atau panjangnya jangka waktu perencanaan pengembangan kota, proses perencanaan

jelas harus dimulai dengan kota sebagaimana adanya. Oleh karena itu, kita perlu

memahami bgaimana lahan dimanfaatkan dan cara memelihara suatu inentarisasi sebagai

catatan saat ini. Dari inventarisasi ini dapat kita lihat karakteristik fisik kota, kita dapat

menentukan bagian-bagian yang perlu diubah atau dipertahankan dalam rencana

komperensif, dan beberapa penggunaan sekarang mungkin akan menjadi kunci

pengendalian atas pola penggunaan lahan di masa depan.

Sebagaian besar kota mengklasifikasikan lahan mereka kedalam 5 kategori utama

yaitu 1. Ruang terbuka, 2. Lahan pertanian, 3. Perumahan, 4. Perdagangan, 5. Industri.

Suatu kota harus mempunyai catatan bagaimana penggunaan lahan didalam batas

wilayahnya, serta kuantitas ruang dan bangunan yang membentuknya. Inventarisasi

aktiva ini harus dilakukan secara periodic sebagaimana suatu kegiatan usaha yang baik

harus pula memppunyai inventarisasi persediaan dan nilai persediaanya.

Page 14: Unsur Penggunaan Lahan 1

Rencana penggunaan lahan dimaksudkan sebagai suatu sarana penting untuk

mencapai tujuan-tujuan fisik, ekonomi, dan sosial suatu daerah. Rencana tadi dengan

pengaruhnya yang melekat terhadap keputusan-keputusan dan inventasi pemerintah dan

swasta, dapat merupakan suatu pengaruh yang kuat pada laju pertumbuhan, karakter, dan

pola lingkungan fisik kota.

Pertimbangan penggunaan lahan dapat dibagi menjadi lima bagian. Yang pertama

mengidentifikasikan tujuan dan prinsip-prinsip penggunaan-penggunaan perumahan,

perdagangan, rekreasi, pendidikan dan industri serta mendaftar standar bagi penggunaan-

penggunaan seperti itu. Bagian kedua memfokuskan pada sifat dan pola perkembangan

didalam batas wilayah kota yang ada. Bagian keempat mempersatukan analisis dan hasil

dari bagian-bagian sebelumnya dan mengusulkan suatu rencana penggunaan lahan

komprehensif dan terpadu, pertimbangan kelima akan menganalisis dan mengidentifikasi

sarana-sarana yang dapat digunakan untuk melaksanakan rencana yang diusulkan.

Seberapa besar ataupun kecil suatu kota, harus ada suatu unit berskala manusiawi

yang dapat dipakai menjalin pola perkotaan kedalam suatu kesatuan yang data diolah.

Pelarutan skala manusia telah memungkinkan metropolis industri dan perdagangan

menjadi mandek dan secar fisik using. Sebagaimana dikatakan Benton McKaye, “Umat

manusia telah memberikan hutan dan menggantikannya dengan pola yang

membingungkan”.

Menguraikan unit lingkungan sebagai kawasan berpenduduk yang akan

membutuhkan dan mendukung sebuah sekolah dasar. Unit lingkungan menempati sekitar

16 hektar tanah dan mempuunyai bentuk sedemikian rupa sehingga seorang anak tidak

perlu berjalan sejauh lebih dari setengah mil ke sekolah. (Perry, 1929).

Telah mengajukan sebuah pola komprehensif lingkungan sebagai suatu

komponen dari segmen-segmen yang terus menerus membesar dalam struktur kota. Unit

tersebut mencakup sekolah dasar, sebuah kawasan perdagangan, dan sebuah tempat

bermain. Fasilitas-fsilitas ini dikelompokkan dekat pusatnya sehingga jarak berjalan kaki

dari fasilitas-fasilitas ini ke rumah tidak melebihi setengah mil (N.L. Engelhardt, 1943).

Ruang terbuka dalam kota biasanya dianggap sebagai tempat rekreasi, dan

memang demikian seharusnya. Walaupun demikian, ruang ini masuk kedalam beberapa

Page 15: Unsur Penggunaan Lahan 1

kategori. Ada ruang yang diperuntukan terutama bagi tempat bermain yang aktif untuk

anak-anak, pemuda, dan orang dewasa dan ada juga ruang untuk kegiatan bersantai yang

pasif bagi orang dewasa.

Ada tida kategori ruang rekrasi yang darinya distribusi serta jumlah lahan

merupakan faktor penting. Golongan-golongan tersebut disebut dengan nama yang

berbeda di berbagai lokalitas, tetapi Perkumpulan Rekreasi Nasional telah

menggolongkan sebagai: 1. Halaman bermain, 2. Tempat bermain lingkungan, dan 3.

Lapangan bermain.

Ketiga jenis ruang rekreasi diatas memerlukan perhatian yang lebih besat dlam

kaitannya dengan distribusi di suatu daerah, kecukupan ruang yang dialokasikan

padanya, dan hubungannya dengan jalan utama lalu lintas, fasilitas umum dan

aksesibilitas dari rumah ke rumah. Jenis lain yang serupa dengan taman besar adalah

taman “kota” yang banyak kita kenal, yang berfungsi sebagai paru-paru dalam kawasan

terbangun kota.

Dewan sekolah dalam setiap daerah mempunyai kebijakan sendiri bagi perluasan

dan desain gedung sekolah umum, tetapi beberapa standar sederhana yang umumnya

dipakai sebagai kunci dalam alokasi ruang. Oleh karena itu, ruang terbuka untuk rekreasi

harus menjadi bagian integral dari lokasi sekolah dan dengan demikian memberikan

semacam pengawasan orang dewasa serta kepemimpinanpemuda yang diperlukan untuk

mempedomani pengembangan orang-orang muda.

Telah memperkirakan setengah anak usia sekolah dasar pada setiap keluarga yang

pada pendapatan rendah adalah 0,7 anak, sedangkan pada keluarga-keluarga

berpendapatan tinggi 0,4 anak. Karena kebanyak daerah menyukai sekolah dasar dengan

600 sampai 800 murid dalam 6 kelas pertama, maka suatu lingkungan yang dirancang

sekitar sejolah seperti itu akan berpenduduk antara 1.500 samapi 1.700 keluarga, atau

anatar 5.000 sampai 6.000 penduduk (N.L. Engelhardt , Jr. 1943).

Pada akhir 1960-an para pengelola pendidikan mecoba memcahkan masalah

pemisahan sekolah akibat masyarakat yang terpisah secara rasial. Salah satu pendekatan

tersebut adalah “taman pendidikaan”, taman ini merupakan suatu kompleks bangunan

sekolah yang terletak dalam suatu kawasan rekreasi yang luas.

Page 16: Unsur Penggunaan Lahan 1