Unsur Elemen Anggota Pengelola Koperasi

5
BADAN PEMERIKSA KOPERASI Badan pemeriksa koprasi adalah suatu jabatan pada koperasi yang anggotanya dipilih dari anggota koperasi dan tidak boleh merangkap jabatan lain pada koperasi tersebut. Badan pemeriksa memiliki tanggung jawab langsung kepada rapat anggota koperasi. Badan pemeriksa memiliki tugas dan fungsi untuk mengawasi dan memeriksa pembukuan keuangan dan kekayaan koperasi, tata kehidupan koperasi dan juga pelaksanaan kebijakan pengurus koperasi. Pengawas atau badan pemeriksa adalah orang-orang yang diangkat oleh forum rapat anggota untuk mengerjakan tugas pengawasan kepada pengurus. Tiga hal penting yang diawasi dari pengurus oleh pengawas, yakni: (a) keorganisasian; (b) keusahaan; (c) keuangan. Tugas pengawas dalam manajemen koperasi memiliki posisi strategis, mengingat secara tidak langsung, posisi-nya dapat menjadi pengaman dari ketidakjujuran, ketidaktepatan pengelolaan atau ketidakprofesionalan pengurus. Oleh sebab itu menjadi pengawas harus memiliki per-syaratan kemampuan (kompentensi), yaitu: a) kompentensi pribadi; b) kompentensi profesional. Kompetensi pribadi menyangkut, kharisma atau kewibawaan, kejujuran dan kepemimpinan. Kompetensi pertama ini angat ditentukan oleh personaliti yang dimiliki oleh seorang pengawas. Kompetensi ini dapat terbentuk secara alamiah tetapi juga dapat non-alamiah, misal, karena status sosial ekonomi yang dimiliki.

description

KOP

Transcript of Unsur Elemen Anggota Pengelola Koperasi

Page 1: Unsur Elemen Anggota Pengelola Koperasi

BADAN PEMERIKSA KOPERASI

Badan pemeriksa koprasi adalah suatu jabatan pada koperasi yang anggotanya

dipilih dari anggota koperasi dan tidak boleh merangkap jabatan lain pada koperasi

tersebut. Badan pemeriksa memiliki tanggung jawab langsung kepada rapat anggota

koperasi. Badan pemeriksa memiliki tugas dan fungsi untuk mengawasi dan memeriksa

pembukuan keuangan dan kekayaan koperasi, tata kehidupan koperasi dan juga

pelaksanaan kebijakan pengurus koperasi.

Pengawas  atau badan  pemeriksa  adalah  orang-orang   yang diangkat oleh forum

rapat anggota untuk mengerjakan  tugas pengawasan kepada pengurus. Tiga hal penting

yang diawasi dari pengurus oleh pengawas, yakni: (a) keorganisasian; (b) keusahaan; (c)

keuangan.

Tugas  pengawas  dalam  manajemen  koperasi  memiliki posisi strategis, mengingat

secara tidak langsung, posisi-nya dapat menjadi pengaman dari ketidakjujuran,

ketidaktepatan pengelolaan atau ketidakprofesionalan pengurus. Oleh sebab itu menjadi

pengawas harus memiliki  per-syaratan kemampuan (kompentensi), yaitu: a) kompentensi

pribadi; b) kompentensi profesional.

Kompetensi pribadi menyangkut, kharisma atau kewibawaan, kejujuran dan

kepemimpinan. Kompetensi pertama  ini angat ditentukan oleh personaliti yang dimiliki

oleh seorang  pengawas. Kompetensi ini dapat terbentuk  secara alamiah tetapi  juga dapat 

non-alamiah, misal, karena status sosial ekonomi yang dimiliki.

Kompentensi profesional menyangkut  kemam-puan  teknis, seperti: akuntansi,

menejerial,   menilai kelayakan  usaha  dlsb. Kompentensi  terbentuk karena pengalaman 

dan pendidikan. Idealnya seorang pengawas memiliki  dua kompentensi itu  sekaligus, 

tetapi pengalaman empiris membuktikan  sangat sulit mendapatkan pengawas dari

kalangan  anggota dengan kualifikasi demikian. Beberapa kasus ketidakberfungsian

pengawas dalam manajemen koperasi, menjadi awal dari kekisruhan dan kemunduran

koperasi secara umum. Ketidak berfungsian tersebut sering disebabkan, antara lain

disebabkan, (a) kurangnya motivasi dan rasa tanggung jawab, (b) tidak memahami

lapangan tugas dan wewenang yang dimiliki, (c) pada beberapa kasus kurangnya perhatian

rapat anggota terhadap hasil temuan pengawas.

Page 2: Unsur Elemen Anggota Pengelola Koperasi

B. JENIS-JENIS PENGENDALIAN SOSIAL

Pengendalian sosial dimaksudkan agar anggota masyarakat mematuhi norma-norma

sosial. Untuk itu ada beberapa jenis pengendalian. Penjenisan ini dibuat menurut sudut

pandang dari mana seseorang melihat pengawasan tersebut.

Pengendalian Preventif, Represif, dan Gabungan

Menurut sifat dan tujuannya, ada tiga jenis pengendalian, yakni pengendalian

preventif, represif, dan gabungan antara keduanya (preventif-represif).

a. Pengendalian preventif

Merupakan usaha pencegahan terhadap terjadinya penyimpangan terhadap norma

dan nilai. Jadi, usaha pengendalian sosial yang bersifat preventif dilakukan sebelum

b. Pengendalian represif

Berfungsi untuk mengembalikan keserasian yang terganggu akibat adanya

pelanggaran norma atau perilaku menyimpang. Untuk mengembalikan keadaan seperti

semula perlu diadakan pemulihan. Pengendalian yang diadakan setelah terjadi pelanggaran

disebut pengendalian represif. Jadi, pengendalian disini bertujuan untuk menyadarkan

pihak yang berperilaku menyimpang tentang akibat dari penyimpangan tersebut, sekaligus

agar dia mematuhi norma-norma sosial. Misalnya kepada siswa yang melanggar peraturan

sekolah dikenai sanksi agar ketertiban sekolah terjaga dan si pelanggar tidak mengulangi

perbuatannya.

Page 3: Unsur Elemen Anggota Pengelola Koperasi

Hukum Represif

Hukum Represif adalah hukum yang mengabdi kepada kekuasaan represif dan

kepada tata tertib sosial yang represif. Kekuasaan yang memerintah adalah represif,

bilamana ia kurang memperhatikan kepentingan-kepentingan rakyat yang diperintahkan

artinya bilamana ia cenderung untuk tidak mempedulikan kepentingan-kepentingan tersebut

atau menolak legitimasinya. Meskipun represi sering kali berbentuk penindasan dan

pemaksaan yang terang-terangan, pemaksaan sendiri bukanlah merupakan ciri yang

menentukan bagi sifat represif, melainkan diacuhkannya atau diterlantarkannya

kepentingan rakyat. Mengenai perbedaan antara represi dengan pemaksaan: pertama, tidak

semua pemaksaan adalah represif. Kedua, represi tidak perlu memaksa.

Perhatian paling utama hukum represif adalah dengan dipeliharanya atau

diterapkannya tata tertib, ketenangan umum, pertahanan otoritas dan penyelesaian

pertikaian. Meskipun hukum represif dihubungkan dengan kekuasaan, namun ia tidak boleh

dilihat sebagai suatu tanda dari kekuatan kekuasaan (dari kekuasaan yang kuat). Nonet dan

Selznick menyebutkan beberapa bentuk dalam mana represi dapat memanifestasikan

dirinya. Yang satu adalah ketidak mampuan pemerintah untuk memenuhi tuntutan-tuntutan

umum. Yang lain adalah pemerintah yang melampaui batas. Suatu bentuk lain lagi adalah

kebijakan umum yang berat sebelah, yang sering kali dipercontohkan pembaruan kota-kota

dan kebijakan pengembangan ekonomi dalam mana “program pemerintah tidak mempunyai

sarana untuk memenuhi, ataupun memperhatikan, lingkup kepentingan individual dan

kelompok yang dipengaruhinya.

Ciri-ciri umum dari hukum represif:

1. Institusi-institusi hukum langsung terbuka bagi kekuasaan politik; hukum

diidentifikasikan dengan negara dan tunduk kepada raison d e’tat.

2. Perspektif resmi mendomonasi segalanya. Penguasa cenderung untuk

mengidentifikasikan kepentingannya dengan kepentingan masyarakat.

3. 3. Kesempatan bagi rakyat untuk mendapatkan keadilan dimana mereka dapat

memperoleh perlindungan dan jawaban atas keluhan-keluhannya apabila keadilan

semacam itu memang ada adalah terbatas.

4. Badan-badan pengawas khusus seperti polisi misalnya menjadi pusat kekuasaan yang

bebas.

5. Suatu rezim hukum rangkap melembagakan keadilan keras dengan

mengkonsolidasikan dan mengesahkan pola subordinasi sosial.

6. Hukum dan otoritas resmi dipergunakan untuk menegakkan konformitas kebudayaan.