unm-digilib-unm-muhammadsa-164-1-rekayasa-1.pdf
Transcript of unm-digilib-unm-muhammadsa-164-1-rekayasa-1.pdf
1) Bagian dari Disertasi yang disampikan dalam seminar Sekolah Pascasarjana IPB 2) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian 3) Ketua Komisi Pembimbing, Staff Pengajar di Sekolah Pascasarjana IPB 4) Anggota Komisi Pembimbing, Staff Pengajar di Sekolah Pascasarjana IPB 5) Anggota Komisi Pembimbing, Staff Pengajar di Sekolah Pascasarjana IPB 6) Anggota Komisi Pembimbing, Staff Pengajar di Sekolah Pascasarjana IPB
REKAYASA MESIN PENGERING METODA VAKUM DENGAN SUHU
DAN TEKANAN TERKENDALI1
(Engineering Machine Dryer Method Of Vacuum With Controlled Temperature
And Pressure) Sakti M.diah
2,Budi Indra Setiawan
3,Erizal
4, Leopold O. Nelwan
5, Naresworo Nugroho
3
Abstrak
The purpose of this research is to design and create a model of a dryer
environment under 1 atm of air pressure and determine the performance of the
model engine vacuum dryer. Drying is a way to reduce the water content
contained in the material from its original state until the desired final moisture
content. Vacuum drying is a drying method that is still rarely used, drying method
has a forte to be able to shorten the drying time and using a low temperature as
compared to conventional drying is much in use. In this study the model has
successfully created a vacuum dryer. The performance of this machine can dry the
material under the pressure of 1 atm with conditions of pressure and temperature
can be in control
Keywords: dryer, vacuum, design, manufacture, control
Pendahuluan
Pengeringan adalah suatu proses perpindahan kalor dan massa air secara
transien serta beberapa laju proses, seperti transformasi fisik atau kimia yang
dapat menyebabkan perubahan mutu hasil maupun mekanisme perpindahan kalor
dan massa (Mujumdar, 2000). Mekanisme pengeringan meliputi dua proses
perpindahan yaitu perpindahan kalor dan perpindahan massa uap air dengan
mengkondisikan udara pengering.
Pengeringan vakum terjadi ketika pemindahan uap air dari suatu bahan
berlangsung pada tekanan rendah, yang menurunkan titik didih air dan perbedaan
suhu antara media pemanas dan bahan lebih besar. Hal ini menghasilkan laju
pengeringan lebih tinggi dan penggunaan panas lebih efisien. Sagar dan Kumar
(2010) dan Jaya dan Das (2003) melaporkan bahwa pada pengeringan vakum,
penguapan air pada makanan berlangsung di bawah tekanan rendah dan dalam
keadaan oksigen sangat sedikit atau tidak ada. Ini ditunjukkan pada reaksi
oksidatif berupa warna kecoklatan jarang terjadi pada produk akhir.
Keuntungan dari pengeringan vakum adalah menurunkan titik didih air
dalam tekanan vakum parsial, yang menyebabkan penguapan air pada suhu di
bawah 100°C, dan pada tingkat dekat dengan suhu pengeringan tinggi (Bousquet
2000). Amellal dan Benamara (2008) pengeringan kurma (Phoenix dactylifera L.)
mengurangi kadar air dari sekitar 14% menjadi 6,5% pada kondisi tekanan parsial
20 kPa pada suhu 60oC, 80
oC dan 100°C. Tidak ada perubahan warna pada
pengamatan, Jaya dan Das (2003) di mana tidak ada reaksi oksidasi ditemukan di
bawah pengeringan tekanan vakum.
2
Menggunakan wortel sebagai bahan yang peka terhadap panas dengan
membandingkan pengeringan tekanan rendah dengan pemanas superheated
steam dan pengeringan vakum. Beberapa parameter kualitas dari produk hasil
pengeringan seperti volume, penyusutan, kepadatan, warna, dan penguapan air
dievaluasi. Ditemukan bahwa menggunakan superheated steam di bawah
tekanan rendah, kualitas produk lebih tinggi dari pengeringan vakum.
Menurunkan tekanan pada proses pengeringan adalah salah satu pendekatan untuk
mempertahankan kualitas produk (Devahastin et al. 2004)
Pemanasan dengan microwave dikombinasikan dengan tekanan vakum
(Seyfarth et al 2003, Leiker et al 2004) memungkinkan beberapa keunggulan
dibandingkan dengan pengeringan konvensional: pengurangan waktu yang
signifikan (pada tingkat pengeringan ca. 7% / menit untuk beech tekanan 40
mbar), tidak ada perubahan warna, tidak ada pembentukan retak,tidak terjadi
deformasi , efisiensi energi hingga 80%.
Pemberian tekanan vakum pada ruang pengering akan menaikkan beda
tekanan uap di permukaan bahan dengan lingkungannya sehingga laju pindahan
massa uap air juga akan meningkat. Dengan demikian tekanan vakum dapat
meningkatkan laju pengeringan (Bazyma et.al.,2006; Jena dan Das,2006;
Montgometry et.al., 1998).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeringan antara lain; suhu dan
kelembaban udara pengering yang dialirkan, debit aliran udara pengering, kadar
air awal bahan, bentuk, ukuran dan jaringan sel bahan,bentuk kurva sorbsi-
desorbsi bahan, dan perlakuan/cara pengeringan,yaitu secara kontinyu
(pengeringan secara terus-menerus) atau adanya tempering (penundaan antara
waktu-waktu pengeringan berlangsung), (Anonim,1994).Tujuan penelitian adalah:
1. mendesain dan membuat model mesin pengeringan vakum 2. mengetahui
kinerja model mesin pengering vakum.
Bahan dan Metode Penelitian
Bahan yang digunakan dalam pembuatan model pengering vakum meliputi
:Plat baja ukuran 60 cm x 120 cm, Plat baja diameter 40 cm, Plat seng ukuran 20
cm x 50 cm, Acrylics ukuran 40 cm x 50 cm dan tebal 5 mm, Kaca ukuran 25 cm
x 30 cm, Selang mampu tekan, Elektroda.
Alat lain yang di gunakan meliputi : Mesin las, Roll plat, Bor tangan,
Gurinda, Hibrid recorder Yokogawa 3181, Pengukur tekanan vakum, Pengukur
temperatur, Termokopel type E
Desain dan Pembuatan Model Pengeringan Vakum Bahan.
Identifikasi Masalah
- Pengeringan vakum perlu di ketahui pengaruh perlakuan suhu dan tekanan
terhadap waktu pengeringan dan kualitas bahan yang di keringkan.
- Mesin pengering vakum mampu mengatur suhu dan tekanan untuk
menghasilkan pengeringan bahan kualitas yang maksimum
- Mesin pengering vakum di harapkan lebih cepat proses pengeringan untuk
mendapatkan kadar air yang di inginkan
- Model mesin pengeringan vakum ini perlu di kembangkan lebih lanjut untuk di
jadikan rujukan dalam perencanaan desain mesin pengeringan vakum bahan
khususnya skala industri rumah tangga.
Analisis Desain
3
Analisis desain digunakan untuk menentukan kebutuhan komponen-komponen
yang digunakan untuk membuat model pengeringan vakum bahan. Analisis ini
terdiri dari analisis fungsional dan analisis struktural yang dilengkapi dengan
analisis teknik. Dalam analisis fungsional dilakukan penentuan komponen-
komponen yang diperlukan untuk membuat model pengeringan vakum skala
laboratorium. Sedangkan analisis strukturalmenentukan bentuk dan komponen-
komponen yang sesuai dengan besarnya kebutuhan bahan yang digunakan.
Analisis desain fungsional
- Mesin ini berfungsi untuk menurunkan kadar air mencapai kadar air yang di
inginkan dengan perlakuan kombinasi suhu dan tekanan sehingga waktu proses
pengeringan lebih cepat dan dapat menghasilkan kualitas bahan yang lebih
baik.
- Mesin ini menggunakan elemen pemanas elektrik yang distribusi panas
menggunakan blower(kipas) agar perpindahan panas ke permukaan bahan
lebih cepat.
- Proses pengeringan bahan menghasilkan penguapan air dimana uap air yang
telah jenuh di ruang pengering proses pengeringan akan terhenti sehingga
membutuhkan perangkap uap air(cold trap).
- Untuk mengetahui temperatur dan tekanan pada proses pengeringan di
butuhkan alat pengukur temperatur dan tekanan.
- Untuk mendapatkan temperatur yang di kehendaki maka model mesin
pengeringan vakum bahan di lengkapi pemanas yang dapat di kendalikan
- Untuk mendapatkan tekanan vakum yang di kehendaki maka model mesin
pengeringan vakum bahan di lengkapi pompa vakum yang dapat di kendalikan
Analisis desain struktural
- Ruangan pengering berbentuk silinder agar penggunaan bahan plat lebih tipis,
dimensi ukuran ruangan pengering berdiameter 40 cm dan panjang 65 cm
- Ruang pengering yang mampu bekerja pada tekanan 65 Pa
- Pintu ruang pengering dari bahan kaca agar dapat memantau proses
pengeringan dan kedap udara
- Blower (kipas) untuk perpindah panas dari permanas listrik ke permukaan
bahan dengan sepesifikasi 12 volt diameter 5 cm sebanyak 10 buah dan di
tempatkan di bawah dudukan bahan.
- Cold trap (perangkap uap air) terbuat dari pipa tembaga diameter ½ inci yang
di dalamnya dialiri air dengan menggunakan pompa air.
- Heater (Pemanas) temperatur ruang pengering mengunakan elemen pemanas
listrik untuk pemanasan temperatur rendah < 100oC dengan daya 500 watt dan
panjang 50 cm.
- Range suhu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 45-75oC, dan selama
pengukuran perlu pula diukur kelembaban dalam ruang pengering.
- Tekanan yang dibutuhkan selama proses pengeringan mencapai 34 cmHg,
sehingga untuk memperoleh kondisi tersebut digunakan rotary vacuum pump.
Uji Kinerja Pengering Vakum
Setelah pembuatan peralatan pengering vakum bahan kemudian dilakukan
uji kinerja untuk memeriksa apakah kriteria yang di butuhkan pada sistem
pengering dapat dipenuhi. Sistem pengering ini kriteria keberhasilannya
4
ditentukan dengan kemampuan untuk mencapai suhu permukaan bahan (bahan)
pada tiga kondisi temperatur yaitu suhu 45oC,55
oC dan 75
oC dan suhu dapat
dikendalikan selama proses pengeringan demikian pula tekanan vakum pada
ruang pengering terdiri dari 3 tekanan yaitu 36 cmHG,56 cmHg. Untuk distribusi
temperatur di dalam ruang pengering, menggunakan blower dan pengarah aliran
udara dari pemanas(heater),pengukuran distribusi temperatur menggunakan 7
termokopel (Gambar.1), penempatan termokopel masing-masing berjarak 2.5 cm
di mulai dari dasar.
Gambar 1 . Desain struktural ruang pengering vakum
Hasil dan Pembahasan
Pengering vakum yang dibuat untuk kinerja proses pengering meliputi
tekanan, temperatur dan waktu pengeringan keseluruhan mesin pengering terdiri
dari: ruang pengering, sistem pemanas, perangkap uap panas (cold trap),sistem
perpipaan,tangki air, pompa vakum dan panel kontrol.Susunan mesin ini di
tujukan pada gambar 2 dan 3.
(a). Tampak depan (b).Tampak atas
(c).Tampak samping
Gambar 2. Susunan model mesin vakum bahan
Panel kontrol
Pompa vakum
Ruang pengering
Tangki air
termokopel
heater blower
Cold trap
Pengarah
Aliran udara
Dinding ruanga
pengering
Dudukan bahan
Termostik Barometric
Sensor suhu
Pengarah
Aliran udara
Sensor tekanan
5
Pada sistem vakum, udara di pompa dari ruang pengering melalui selang
mampu tekan ke pompa vakum dan melalui selang mampu tekan ke ruang
penampung air hasil uap air dari cold trap di ruang pengering ke pompa vakum.
Cold trap ini digunakan untuk menangkap uap air yang ada dalam udara untuk
menghindari kejenuhan uap air dalam ruang pengering sehingga proses
pengeringan bahan dapat berlangsung dan hanya uap kering yang masuk ke dalam
pompa vakum.sitem cold trap ini berupa pipa tembaga yang di dalamnya dialiri
air dari tangki air dingin yang besikulasi selama proses pengeringan dengan
menggunakan pompa air celup
Gambar 3. Skema peralatan pengering vakum
Ruang Pengering
Ruang pengering yang digunakan di desain menggunakan plat yang tipis
sehingga berbentuk silinder. Sebelum ruang pengering digunakan,terlebih dulu
dilakukan perhitungan tebal plat baja yang sesuai dengan kemampuan daya
vakum.
Penekanan pada dinding ruang pengering terjadi karena perbedaan antara
tekanan di dalam ruang pengering pv dan di luar ruang pengering patm. Karena
tekanan di dalam ruang pengering sangat kecil (vakum) sedangkan tekanan di luar
ruang adalah tekanan atmosfir maka terjadi pembebanan tekan ke dalam(gambar
4). Pada perancangan ini digunakan ruang pengering yang terbuat dari baja
karbon. Tegangan yiel bahan σy baja adalah 340 Mpa dan faktor keamanan n yang
digunakan 1.67 (Gere et al.1987). Dengan data kekuatan bahan ini, dapat dicari
tegangan ijin σi.
𝜎𝑖 =𝜎𝑦
𝑛= 203.6𝑀𝑃𝑎 …………………………………………………………(1)
Jika tekanan vakum pv = 10 cmHg atau 13.3 Kpa dan tekanan atmosfir patm =
101.3 kpa, maka tekanan dinding ruang pengering Δp = patm + pv = 114.625 kpa
Gambar 4. Beban penekanan pada dinding ruang pengering
Cold trap
Motor DC
Heater
Blower
6
Diameter ruang pengering yang digunakan 0.4 m dan panjang 0.6 m, maka dapat
dicari tebal dindingnya dengan mempertimbangkan beberapa macam
pembebanan.
Beban radial
𝜎𝑖 =𝐹𝑡
𝐴=
∆𝑝𝜋𝑑𝑙
2𝑥𝑑𝑝 𝑙 ……………………………………………….………..………(2)
Maka,
𝑥𝑑𝑝 =∆𝑝𝜋𝑑
2𝜎𝑖= 0,35 𝑚𝑚 …………………..…………………………..……….(3)
Beban axial
𝜎𝑖 =𝐹𝑡
𝐴=
∆𝑝𝜋
4𝑑2
𝜋𝑥𝑑𝑝 𝑑 ………………………………………….…………...…..……(4)
𝑥𝑑𝑝 =0.25∆𝑝𝑑
𝜎𝑖= 0.06 𝑚𝑚 ………………………………………...…..……...(5)
Dari hasil perhitungan dengan pembebanan radial di dapat tebal plat dinding
ruang pengering yang di perlukan 0,35 mm, sedangkan dengan pembebanan axial
tebal yang di perlukan 0.044 mm,karena tebal plat yang di gunakan lebih besar (2
mm) dari tebal hasil perhitungan pembebanan, maka plat ruang pengering kuat
untuk di bebani.
Pintu Ruang Pengering
Pintu pengering dibuat dari kaca. Nilai σult kaca diketahui adalah 10 x 108
Pa. Garmo (1984) mengatakan bahwa jika tegangan yang digunakan adalah σult,
maka faktor keamanan yang harus digunakan adalah 2.8. dengan data-data ini
maka dapat dicari σi (Gere et al. 1987)
𝜎𝑖 =𝜎𝑢𝑙𝑡
𝑛= 3.57 𝑥 108𝑃𝑎 ……………………………………………………..(6)
Ketebalan pintu ditentukan dengan menggunakan persamaan 4 dengan mengganti
variabel xdp menjadi spp.
𝑥𝑝𝑝 =0.25∆𝑝𝑑
𝜎𝑖= 3.21 𝑥 10
4 …………………………………………………...(7)
Karena hasil perhitungan kekuatan bahan menunjukkan tebal pintu kaca
yang dibutuhkan adalah 0.321 mm sedangkan tebal kaca yang dibuat 10 mm,
maka dapat disimpulkan pintu pengering memenuhi syarat kekuatan bahan
Tekanan Vakum
Pompa vakum yang digunakan adalah pompa rotari model 2X, 2 fasa,
dengan daya listrik 0.18 kw. Pompa ini mampu mengalirkan udara dengan laju 0.5
liter/detik dan menghasilkan 0.07 Pa. Untuk mengalirkan udara bertekanan rendah
digunakan pipa flexibel berdiameter ½ inchi.
Dimensi Pipa Cold Trap
Penurunan temperatur uap air di dalam ruang pengering dilakukan dengan
mengalirkan air didalam pipa yang dipasangkan dengan pompa air celup. Dimensi
pipa dan bahan pipa ditentukan dengan mempertimbangkan perubahan uap air
menjadi air pada dinding pipa. Dimensi pipa yang di pilih ½ inchi dari bahan
tembaga yang memiliki konduktifitas yang baik di banding logam-logam lainnya
Heater
Suhu pengeringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurang dari
100oC. dengan mempertimbangkan volume ruang pengering sehingga digunakan
1 buah heater dan panjang 50 cm dengan daya 500 w
7
Kontrol suhu dan tekanan
Suhu dan tekanan dipertahankan dengan menggunakan system control.
Mikrokontroller yang digunakan adalah DT AVR Low Cost Micro System dengan
kapasitas memori pemrograman sebesar 8 kb. Skema pengontrolan dapat di lihat
pada gambar 5. Sehingga sensor yang digunakan adalah modul SHT 11 dengan
kemampuan pengukuran suhu antara 0 – 130 o
C dan juga memiliki kemampuan
untuk mengukur kelembaban.Untuk mendeteksi besarnya tekanan dalam ruang
pengering yang dapat dihubungkan dengan mikrokontroller maka digunakan DT-
Sense Barometric Pressure & Temperature Sensor yang merupakan sebuah modul
sensor berbasis sensor HP03 yang dapat digunakan untuk mendeteksi besarnya
tekanan dan temperatur udara di sekitar sensor.Suhu dan tekanan dipertahankan
dengan menggunakan system control. Mikrokontroller yang digunakan adalah DT
AVR Low Cost Micro System dengan kapasitas memori pemrograman sebesar 8
kb.
Gambar 5. Skema sistem pengotrolan model mesin pengering vakum
Mikrokontroller yang berupa DT-AVR Low Cost Micro System menerima
input setpoin suhu dan tekanan, selanjutnya setiap satu detik data pembacaan suhu
dari SHT 11 dan tekanan dari Barometric akan dibandingkan dengan setpoin yang
diberikan.
Gambar 6. Peralatan pengering vakum
8
Kinerja Pengering Vakum
Penurunan tekanan pada menit-menit awal dapat berlangsung dengan lebih
cepat karena pemompaan udara dari ruang pengering ke udara bebas lebih mudah
disebabkan beda tekanan didalam dan diluar belum terlalu besar. Ketika tekanan
ruang pengering sudah mencapai tekanan 0.38 cmHg diatas setpoint kerja pompa
vakum berhenti.
Pompa vakum akan bekerja lagi bila mana tekanan telah mencapai 0.38
cmHg di bawah setpoint. Pada tekanan setpoint 64 cmHg kerja pompa vakum
terulang sekitar 2 menit dan waktu pemvakuman 4 detik untuk mencapai 0.38
cmHg diatas setpoint 64 cmHg. Pada tekanan setpoint 49 cmHg kerja pompa
vakum terulang sekitar 1.5 menit dan waktu pemvakuman 10 detik untuk
mencapai 0.38 cmHg diatas setpoint 49 cmHg. Pada tekanan setpoint 34 cmHg
kerja pompa vakum terulang sekitar 1 menit dan waktu pemvakuman 3 menit
untuk mencapai 0.38 cmHg diatas setpoint 64 cmHg.
Gambar 7. Penurunan tekanan terhadap waktu
Pada temperatur(suhu) setpoint yang kendalikan, suhu yang terbaca lebih
rendah dari setpont maka mikrontroller akan memberikan pwm (pulse width
modulation) yang sesuai untuk mencapai setpoint yang diberikan dan jika setpoint
suhu telah tercapai maka akan diberikan pwm yang sesuai untuk mempertahankan
suhu sesuai dengan setpoint. Waktu pemanasan heater sampai mencapai setpoint
45oC selama 7 menit untuk setpoint 60
oC selama 18 menit sedangkan pada
setpoint 75oC membutuhkan waktu 40 menit. Perubahan temperatur setelah
mencapai setpoint ± 1 oC
25
35
45
55
65
75
0 3 5 8 10 13 15 18 20 23 25
tek
an
an
(cm
Hg
)
waktu (menit)
setpoint 64 cmHg
setpoint 49 cmHg
setpoint 34 cmHg
9
Gambar 8. Setpoint suhu terhadap waktu
Gambar 9 . Perubahan kelembaban udara di ruang pengering
Gambar 9. Distribusi termperatur di ruang pengering
Validasi Tekanan Setpoint
Hasil dari kontrol setpoint tekanan vakum pengeringan pada ruang
pengering di validasi dengan alat barometrik yang telah terpasang di dinding
luar ruang pengering dengan hasil pada gambar 12 di bawah ini dan nilai
koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan mendekati 1, artinya hasil
kontrol tekanan mendekati hasil pengukuran barometrik.
25
35
45
55
65
75
85
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Su
hu
(0C
)
waktu (menit)
setpoint 45 oC
setpoint 60 oC
setpoint 75 oC
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 20 40 60 80
suh
u/R
H
waktu(menit)
Suhu setpoint 75(oC)
RH(1/100)
20
30
40
50
60
70
80
0 20 40 60 80
suh
u
waktu(menit)
TKP1
TKP2
TKP3
TKP4
TKP5
TKP6
TKP7
TKP8
10
Gambar 11.Validasi Tekanan Setpoint
Validasi Suhu Setpoint
Hasil dari kontrol setpoint suhu pengeringan pada ruang pengering di
validasi dengan alat termokopel yang dihubungkan dengan hibrid recorder dengan
hasil pada gambar 13 di bawah ini dan nilai koefisien determinasi (R2) yang
dihasilkan mendekati 1, artinya hasil kontrol suhu mendekati hasil pengukuran
termokopel.
Gambar 12. Validasi Suhu Setpoint
Simpulan dan saran
1. Pada penelitian ini telah berhasil dibuat mesin pengering metoda vakum.
2. Kinerja mesin ini dapat mengeringkan bahan dibawah tekanan 1 atm
dengan kondisi tekanan dan temperatur yang dapat di kendalikan.
Saran
1. Pada mesin pengering ini perlu diberi isolasi panas pada dinding ruang
pengering sehingga panas dari heater dapat di optimalkan untuk
pemanasan bahan saja.
2. Perlunya alat ukur kadar air bahan yang dapat di tempatkan di dalam ruang
ruang pengering.
Daftar Pustaka
Amellal, H. and S. Benamara. 2008. Vacuum drying of common date pulp cubes.
Drying Technology, 26: 378 – 382
y = 1,0461x - 0,0634
R² = 0,9745
25
35
45
55
65
75
85
25 35 45 55 65 75 85
Tek
an
an
Ba
rom
etri
k
Tekanan Setpoint
y = 1,0267x - 2,7325
R² = 0,9957
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
20 30 40 50 60 70 80
Su
hu
Set
po
int
Suhu termokopel
11
Arun S. Mujumdar. 2006. Handbook of Industrial Drying . third edition, Taylor &
Francis Group.
Bousquet, D. 2000. Lumber Drying: An overview of current processes; Extension
of Forest Resources Specialist, University of Vermont, Extension and
School of Natural Resources
Devahastin, S. P. Suvarnakuta, S. Soponronnarit and A. S. Mujumdar. 2004. A
Comparative Study Of Low-Pressure Superheated Steam And Vacuum
Drying Of A Heatsensitive Material. Drying Technology 22(8): 1845 –
1867.
Leiker, M., Adamska, M.A., Guttel, R., Mollekopf, N.2004: Vacuum Microwave
Drying of Beech: PropertyProfiles and Energy Efficiency. Proceedings
COST E15 Conference, Athens-Greece
S.Jaya , H. Das, . 2003 A Vacuum Drying Model for Mango Pulp, Drying
Technology,Vol. 21, No. 7, Pp. 1215–1234
Sagar, V. R. and P. S. Kumar. 2010. Recent advances in drying and dehydration
of fruits and vegetables: a review. Journal of Food Science and
Technology 47(1): 15 – 26
Seyfarth, R., Leiker, M., Mollekopf, N. 2003: Continuous Drying of Lumber in a
Microwave Vacuum Kiln. Proceedings of 8th Int. IUFRO Wood Drying
Conference, Brasov-Romania.