UNJUK KERJA KOLEKTOR SURYA HYBRID PHOTOVOLTAIC …digilib.unila.ac.id/33042/2/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of UNJUK KERJA KOLEKTOR SURYA HYBRID PHOTOVOLTAIC …digilib.unila.ac.id/33042/2/SKRIPSI TANPA BAB...
UNJUK KERJA KOLEKTOR SURYA HYBRID PHOTOVOLTAIC
THERMAL (PV/T) ALIRAN SERPENTINE MENGGUNAKAN CFD
BERDASARKAN KETEBALAN PELAT ABSORBER
(Skripsi)
Oleh:
Adi Suprianto
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
UNJUK KERJA KOLEKTOR SURYA HYBRID PHOTOVOLTAIC THERMAL
(PV/T) ALIRAN SERPENTINE MENGGUNAKAN CFD BERDASARKAN
KETEBALAN PELAT ABSORBER
Oleh
Adi Suprianto
Energi matahari dapat dimanfaatkan secara elektrik menggunakan photovoltaic. Akan
tetapi efisiensi photovoltaic hanya sebesar 12% -18 % lebih dari 80 % radiasi diubah
menjadi panas. Panas secara terus menerus mengakibatkan peningkatan temperatur
kerja dan mengurangi efisiensi elektrik sebesar 0,45 % setiap peningkatan 10C.
Sebagai upaya mensetabilkan temperatur photovoltaic maka ditambahkan kolektor
termal surya sehingga menjadi kolektor Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T). Unjuk
kerja kolektor Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T) dapat diperoleh menggunakan
simulasi dengan metode CFD (Computational Fluid Dynamic). Melalui CFD
karakteristik kolektor Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T) berkaitan dengan distribusi
temperatur dan tekanan fluida dapat digambarkan secara lebih mudah. Penelitian ini
bertujuan mengetahui unjuk kerja termal kolektor Hybrid Photovoltaic Thermal
(PV/T) akibat pengaruh ketebalan pelat absorber dan laju aliran massa menggunakan
CFD. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah: perancangan kolektor surya pelat
datar, pengujian kolektor Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T), simulasi CFD dimana
proses meliputi desain, meshing, pemilihan metode radiasi, memasukan jenis material
serta menentukan kondisi batas. Proses iterasi simulasi ditunjukkan oleh grafik
“residual” yang konvergen dengan hasil simulasi berupa kontur temperatur dan
tekanan. Langkah selanjutnya validasi dan kemudian simulasi berdasarkan ketebalan
absorber 0,5 mm, 1 mm, 2 mm dan 3 mm serta laju aliran massa 0,005 kg/s, 0,010 kg/s
dan 0,015 kg/s. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pertambahan ketebalan pelat
absorber sebesar ± 0,5 mm dalam range (0,5 mm -3 mm) mengakibatkan peningkatan
temperatur permukaan photovoltaic sebesar ± 0,60 0C. Sementara Peningkatan laju
airan massa 0,005 kg/s dalam range (0,005 kg/s- 0.015 kg/s) temperatur permukaan
photovoltaic mengalami penurunan ± 1,92 0C dan peningkatan pressure drop sebesar
± 453 Pa. Menggunakan ketebalan pelat absorber 0,5 mm dengan laju aliran massa
0,015 kg/s meghasilkan temperature permukaan photovoltaic paling rendah bila
dibandingkan laju aliran massa (0,005 kg/s, 0,010 kg/s) dengan daya pompa 18 watt.
Kata kunci: Kolektor Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T), Metode CFD, Thermal,
Pressure Drop.
ABSTRACT
PERFORMANCE OF SOLAR HYBRID PHOTOVOLTAIC THERMAL (PV/T)
COLLECTORS SERPENTINE FLOW USING CFD BASED ON
ABSORBER PLATE THICKNESS
By
Adi Suprianto
Solar radiation can be converted into electrical energy, one of which uses photovoltaic.
However, the efficiency of photovoltaic is only 12% -18% and more than 80% of the
radiation is converted to heat. Continuous heat causes an increase in work temperature
and reduces electrical efficiency by 0.45% per 1 0C increase. In an effort to stabilize
the photovoltaic temperature, the solar thermal collector is added to become a collector
of Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T). The performance of Hybrid Photovoltaic
Thermal (PV/T) collectors can be obtained using the CFD (Computational Fluid
Dynamic) method. Through CFD the collector characteristics of Hybrid Photovoltaic
Thermal (PV/T) related to the distribution of temperature and fluid pressure can be
described more easily. So this research aims to determine the thermal performance of
Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T) collectors due to the influence of absorber plate
thickness and mass flow rate using CFD. The research procedures carried out are: the
design of flat plate solar collectors, the testing of Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T)
collectors, CFD simulations where the process includes design, meshing, selection of
radiation methods, inserting of material types and determining boundary conditions.
The simulation iteration process is shown by converging "residual" graphs with
simulation results in the form of temperature and pressure contours. The next step is
validation and then simulation based on absorber thickness of 0.5 mm, 1 mm, 2 mm
and 3 mm as well as mass flow rates of 0.005 kg/s, 0.010 kg/s and 0.015 kg/s. The
results of this research indicate that absorber plate thickness ± 0.5 mm in the range
(0.5 mm - 3 mm) resulted in an increase in the photovoltaic surface temperature of ±
0.60 0C. While the increase in mass flow rate of 0.005 kg/s in the range (0.005 kg/s -
0.015 kg/s) the surface temperature of photovoltaic decreased ± 1.92 0C and increase
in pressure drop of ± 453 Pa. Absorber plate thickness of 0.5 mm with a mass flow
rate of 0.015 kg/s resulting in the lowest photovoltaic surface temperature when
compared to the mass flow rate (0.005 kg/s, 0.010 kg/s) with a pump power of 18 watt.
Keywords: Hybrid Photovoltaic Thermal Collector (PV/T), CFD, Thermal Method,
Pressure Drop.
UNJUK KERJA KOLEKTOR SURYA HYBRID PHOTOVOLTAIC
THERMAL (PV/T) ALIRAN SERPENTINE MENGGUNAKAN CFD
BERDASARKAN KETEBALAN PELAT ABSORBER
Oleh:
Adi Suprianto
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Toto Mulyo tanggal 28 April tahun 1995, sebagai anak
kedua dari pasangan Supardi dan Purwiasih. Penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Toto Mulyo Kecamatan Way
Bungur Lampung Timur pada tahun 2007, pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Way Bungur Lampung T i m u r
pada tahun 2010, Pendidikan Sekolah Menengah Akhir di SMA Negeri 1 Purbolinggo
kecamatan Lampung Timur dan pada tahun 2013, dan pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai
Mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung Melalui Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur Undangan.
Selama Menjadi Mahasiswa penulis juga aktif dalam organisasi internal kampus, yaitu sebagai
pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HIMATEM) Sebagai Anggota Pendidikan
Latihan pada tahun 2014 - 2015, menjadi pengurus Forum Silahturahim dan Studi Islam
Fakultas Teknik (FOSSI-FT) sebagai Anggota Hubungan Masyarakat (HUMAS) tahun 2014-
2015, menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HIMATEM) sebagai Kepala
Bidang Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) tahun 2015-2016 dan menjadi pengurus Dewan
Perwakilan Masasiswa Fakultas Teknik (DPM-FT) sebagai Ketua Komisi II. Kemudian pada
bidang akademik penulis mengerjakan kerja praktek di PT. Bukit Asam Tbk di panjang
Lampung Selatan pada tahun 2016. Pada tahun 2018 penulis melakukan penelitian pada bidang
konversi energi sebagai tugas akhir dengan judul “Unjuk Kerja Kolektor Hybrid Photo Voltaic
Thermal (PV/T) Aliran Serpentin Menggunakan CFD Berdasarkan Ketebalan Pelat Absorber”
dibawah bimbingan Bapak Dr. Amrizal, S.T., M.T. dan Dr. Amrul, S.T., M.T.
MOTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.” (QS. ASY-SYARH 6)
Dan ketahuilah sesungguhnya kemenangan itu beriringan dengan
kesabaran. Jalan keluar beriringan dengan kesukaran. Dan sesudah
kesulitan itu pasti aka nada kemudahan. (HR. Tirmidzi)
Jika kamu benar menginginkan sesuatu, kau kan
temukan caranya. Namun jika tak serius kau hanya
akan menemukan alas an. (Jim rohn)
Hidup ini hanya sekali, tapi kalua berarti sekali saja cukup.
Masa depan adalah milik mereka yang
percaya pada keindahan mimpi – mimpi
mereka. Untuk itu perjuangkan lah!
(Adi suprianto)
Just do it.
Karnya ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku tercinta berkat doa dan tetes peluh
keringat demi Pendidikan ku
teman teman seperjuangan
Almamater Tercinta Teknik Mesin Universitas Lampung
SANWACANA
Assalamual’aikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT karena berkat rahmat dan
pertolongan-Nya sematalah tugas akhir ini dapat diselesaikan. Shalawat serta
salam tidak lupa curhkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW
yang telah membimbing dan mengantarkan kita menuju zaman yang lebih baik
seperti sekarang ini.
Selama proses penyusunan skripsi ini, terdapat banyak pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu. Maka dalam kesempatan kali ini
penghargaan dan terimakasih yang setinggi-tingginya penulis persembahkan
kepada:
1. Alloh SWT.
2. Prof. Dr. Ir. H. Hasriadi Mat Akin, M.P., Selaku Rektor Universitas
Lampung.
3. Prof. Dr. Suharno, M.Sc. Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lampung
4. Bapak Ahmad Su’udi, S.T., M.T.selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Lampung
5. Bapak Harnowo, S.T., M.T., selaku koordinator tugas akhir jurusan
Teknik Mesin Universitas Lampung.
6. Bapak Dr. Amrizal, S.T., M.T., selaku dosen pembimbning pertama
tugas akhir ini, yang banyak memberikan nasihat dan motivasi bagi
penulis.
7. Bapak Dr. Amrul, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing kedua tugas
akhir ini, yang telah banyak mencurahkan waktu dan fikiran bagi
penulis.
8. Bapak Ir. Herry Wardono, M.Sc., selaku pembahas tugas akhir ini,
yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat
bagi penulis.
9. Orang tuaku, bapak, ibu, serta kakaku dan keluarga yang terus
menerus mendo’akan dan mensupport baik secara moril dan materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Partner seperjuangan dan mentor selama tugas akhir Cristian Cahaya
Putra, S.T., M.T dan Ahmad Yonanda, S.T., M.T., yang sudah banyak
memberika nasihat dan motifasi.
11. Keluarga besar Teknik Mesin Unila, khususnya angkatan 2013,
KOMTI dan WAKOMTI yang senantiasa mengayomi,setra rekan-
rekan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
12. Keluarga besar Sekelik Ikam Yuda Helmi, S.T., Fahri Surya Nugraha,
S.T., Rahmat Satria Wijaya, S.T., Rizki Rian Toni, S.T., Nurcahya
Nugraha, S.T., Tribandrio, S.T., dan Akhad Gozali, S.T., yang
senantiasa ada dikala suka dan duka.
ii
13. Rekan-rekan Seperjuangan DPM-FT. Yogi, Tino, Oki, Lila, L aili, serta
yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
14. Mas Marta selaku Admin S1 Teknik Mesin yang selalu membantu
dengan totalitas dalam urusan adminstrasi.
15. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih
terdapat banyak kekurangan, akan tetapi semoga yang sederhana ini bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan bagi pembacanya.
Wassalamual’aikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, 8 Agustus 2018
Penulis
Adi Suprianto
iii
DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...viii
DAFTAR GAMBAR ………...………………………………………………….ix
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ..................................................................................... 5
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Energi Radiasi Matahari ....................................................................... 7
2.2 Sel Surya ................................................................................................ 9
2.2.1 Struktur Dasar Pada Sel Surya ....................................................... 10
2.2.2 Prinsip Kerja Sel Surya .................................................................. 11
2.3 Solar Termal Collector ......................................................................... 13
iv
2.3.1 Kolektor Surya Pelat Datar ............................................................ 13
2.3.2 Persamaan Dasar Kolektor Surya Pelat Datar ................................. 17
2.4 Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T) ................................................... 23
2.4.1 Jenis Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T) .................................... 24
2.4.2 Efisiensi Pemanfaatan Energi Pada (PV/T) ..................................... 27
2.5 Sistem Perpindahan Panas .................................................................. 28
2.5.1 Perpindahan Panas Konveksi .......................................................... 29
2.5.2 Perpindahan Panas Konduksi .......................................................... 30
2.5.3 Sistem Perpindahan Panas Radiasi ................................................. 32
2.6 Computional Fluid Dinamics (CFD) ................................................... 34
2.6.1 Pre-prosesor .................................................................................... 35
2.6.2 Prosesor .......................................................................................... 35
2.6.3 Tahap Postprosesor ......................................................................... 36
2.7 Regresi Linier ....................................................................................... 37
2.7.1 Regresi Linier Sederhana (Simple linear regression) ..................... 37
2.7.2 Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression) .................. 38
2.8 Standar EN 12975 ................................................................................. 39
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 41
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 41
3.1.1 Tempat Penelitian............................................................................ 41
3.1.2 Waktu Penelitian ............................................................................. 41
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 42
3.2.1 Solar Simulator .............................................................................. 43
3.2.2 Solar Photovoltaic Module SR-156P-100 ...................................... 43
3.2.3 Komputer A445L ............................................................................ 43
3.2.4 Solar Power Meter SPM-1116SD ................................................... 43
3.2.5 Digital Thermometer TM-947SD ................................................... 44
3.2.6 Water Heater ................................................................................... 44
3.2.7 Water Flow Meter YF-S401 ........................................................... 45
3.2.8 Heat Sensor (Thermocople) ............................................................ 45
3.2.9 Digital Laser Thermometer ............................................................. 46
3.2.10 Solar Charge Controller ................................................................. 46
3.2.11 Flat Plate Collector......................................................................... 47
3.2.12 Accu ................................................................................................. 47
3.3 Prosedur Penelitian .............................................................................. 48
3.3.1 Perancangan Desain Kolektor Surya Pelat Datar ............................ 48
3.3.2 Pengujian Hybrid Photovoltaic Thermal Pada Solar Simulator ..... 50
3.3.3 Simulasi Mengguanakan CFD Ansys Fluent 15.0 .......................... 52
3.4 Proses Validasi dan Pengembangan Simulasi .................................... 62
3.4.1 Prosses Validasi .............................................................................. 62
3.4.2 Pengembangan Simulasi Karakteristik (PV/T)................................ 63
3.5 Diagram Alir Metodologi Penelitian .................................................. 62
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 65
4.1. Hasil Pengujian ..................................................................................... 65
4.2. Hasil Simulasi ....................................................................................... 68
4.3. Validasi Data Hasil Simulasi ............................................................... 72
4.3.1 Perbandingan Temperatur Fluida Keluar (Tout) ............................... 72
4.3.2 Perbandingan Distribusi Temperatur Permukaan Photovoltaic ...... 74
4.3.3 Perbandingan Pressure Drop .......................................................... 76
4.4. Pengembangan Simulasi ...................................................................... 78
4.4.1 Pengaruh Ketebalan Pelat Absorber................................................ 79
4.4.2 Pengaruh Laju Aliran Massa ........................................................... 83
4.5. Pembahasan .......................................................................................... 87
V. PENUTUP ....................................................................................................... 92
5.1. Simpulan ................................................................................................ 92
5.2. Saran ...................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Efisiensi pemanfaatan energi ......................................................................... 27
2.2 Standar izin parameter pengukuran (EN 12975, 2006).................................. 39
3.1 Jadwal rencana kegiatan penelitian ................................................................ 41
4.1 Data hasil pengujian ....................................................................................... 66
4.2 Data hasil simulasi ......................................................................................... 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Hubungan Bumi Dengan Matahari ................................................. 8
Gambar 2.2 Semikonduktor (a) tipe-P (b) tipe-N .............................................. 10
Gambar 2.3 Diagram energi sambungan P-N daerah deplesi ............................. 11
Gambar 2.4 Prinsip Kerja Solar Cell (Photovoltaic) .......................................... 12
Gambar 2.5 Skema kolektor surya pelat datar ................................................... 14
Gambar 2.6 Kolektor aliran pipa serpentine ...................................................... 15
Gambar 2.7 Kolektor aliran pipa parallel ........................................................... 10
Gambar 2.8 Liquid photovoltaic thermal controller .......................................... 24
Gambar 2.9 Air photovoltaic thermal collector ................................................. 25
Gambar 2.10 Schematic concentrating PV/T collector ...................................... 26
Gambar 2.11 Ilustrasi system perpindahan panas konveksi ............................... 29
Gambar 2.12 Ilustrasi system perpindahan panas konduksi .............................. 30
Gambar 2.13 Meshing pada CFD ....................................................................... 35
Gambar 2.14 Hasil simulasi CFD berupa kontur warna .................................... 36
Gambar 3.1 Solar Simulator ............................................................................... 42
Gambar 3.2 Solar Cell......................................................................................... 42
Gambar 3.3 Somputer A445L ............................................................................. 43
Gambar 3.4 Solarmater SPM-1116SD ............................................................... 43
Gambar 3.5 Digital Thermometer TM-947SD.................................................... 44
Gambar 3.6 Water heater .................................................................................... 44
Gambar 3.7 Water Flow Meter YF-S401 ............................................................ 45
Gambar 3.8 Heat Sensor (Thermocople) ............................................................ 45
Gambar 3.9 Digital Laser Thermometer ............................................................. 46
Gambar 3.10 Solar Charge Controller ............................................................... 46
Gambar 3.11 Flat Plate Collector ....................................................................... 47
Gambar 3.12 Accu ............................................................................................... 47
Gambar 3.13 Desain Flat Plate Collector........................................................... 48
Gambar 3.14 Susunan Desain Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T) ................. 49
Gambar 3.15 Hybrid photovoltaic thermal (PV/T) ............................................. 49
Gambar 3.16 Skema Rangkaian Pengujian (PV/T) ............................................. 51
Gambar 3.17 Desain PV/T pada Ansys fluent ..................................................... 52
Gambar 3.18 Desain PV/T tampak depan pada Ansys fluent ............................. 53
Gambar 3.19 Hasil meshing pada pipa dan pelat ............................................... 53
Gambar 3.20 Hasil meshing pada pipa dan pelat tampak depan ........................ 54
Gambar 3.21 Toolbar General Menu ................................................................. 55
Gambar 3.22 Toolbar Models Menu ................................................................... 55
Gambar 3.23 Toolbar fluid Materials Menu ....................................................... 56
Gambar 3.24 Toolbar solid Materials Menu....................................................... 56
Gambar 3.25 Toolbar Cell Zone Condition Menu .............................................. 57
Gambar 3.26 Toolbar Boundary Conditions Menu Inlet .................................... 58
Gambar 3.27 Toolbar Boundary Conditions Menu Radiasi ............................... 58
Gambar 3.28 Toolbar Boundary Conditions Menu wall ..................................... 58
Gambar 3.29 Toolbar Mash interface Menu ....................................................... 59
Gambar 3.30 Toolbar Solution Initilatization Menu ........................................... 60
Gambar 3.31 Toolbar Run Calculating Menu .................................................... 60
Gambar 3.32 Post-prosesing ............................................................................... 61
Gambar 3.33 Post-Prosesing Result ................................................................... 61
Gambar 3.34 Diagram Alir Penelitian ................................................................ 64
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara effisiensi terhadap rugi-rugi kalor pada
hasil pengujian ............................................................................... 67
Gambar 4.2 Distribusi temperatur fluida (Tout) pengaruh variasi temperatur
fluida masuk (Tin) ..........................................................................68
Gambar 4.3 Distribusi temperatur permukaaan photovoltaic pengaruh
variasi temperatur fluida masuk (Tin) ............................................ 69
Gambar 4.4 Grafik pengaruh variasi temperatur fluida masuk terhadap
temperatur fluida keluar ................................................................. 70
Gambar 4.5 Grafik pengaruh variasi temperatur fluida masuk terhadap
temperatur rata- rata pada permukaan photovoltaic ...................... 71
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara effisiensi terhadap rugi-rugi kalor pada
hasil pengujian ............................................................................... 71
Gambar 4.7 Grafik perbandingan temperatur fluida keluar (Tout) simulasi
terhadap eksperimen akibat pengaruh temperatur masuk (Tin) ...... 73
Gambar 4.8 Distribusi temperatur pada permukaan photovoltaic hasil simulai
dan pengujian ................................................................................. 74
Gambar 4.9 Grafik pengaruh temperatur inlet terhadap temperatur rata- rata
pada permukaan photovoltaic ........................................................ 75
Gambar 4.10 Grafik perbandingan variasi laju aliran massa terhadap
temperatur outlet hasil simulasi dan eksperimen ........................... 76
Gambar 4.11 Grafik hubungan antara effisensi dan rugi-rugi kalor laju aliran
massa 0.005kg/s dan 0.010 kg/s ketebalan absorber 2 mm ........... 77
Gambar 4.12 Hasil simulasi ketebalan pelat absorber 0,5 mm berupa kontur
fluida distribusi termal dipermukaan photovoltaic ........................ 79
Gambar 4.13 Hasil simulasi ketebalan pelat absorber 1 mm berupa kontur
fluida dan distribusi termal dipermukaan photovoltaic ................. 80
Gambar 4.14 Hasil simulasi ketebalan pelat absorber 2 mm berupa kontur
fluida dan distribusi termal dipermukaan photovoltaic ................. 81
Gambar 4.15 Hasil simulasi ketebalan pelat absorber 3 mm berupa kontur
fluida dan distribusi termal dipermukaan photovoltaic ................. 82
Gambar 4.16 Grafik pengaruh variasi laju aliran massa terhadap temperatur
fluida keluar ................................................................................... 84
Gambar 4.17 Distribusi termal pada permukaan photovoltaic pengaruh dari
variasi laju aliran massa fluida masuk ........................................... 85
Gambar 4.18 Nilai pressure drop pengaruh dari variasi laju aliran massa
fluida masuk ................................................................................... 86
Gambar 4.19 Grafik pengaruh variasi laju aliran massa terhadap pressure drop
yang dialami ................................................................................... 87
Gambar 4.20 Grafik pengaruh ketebalan pelat absorber terhadap termperatur
fluida keluar (Tout) .......................................................................... 88
Gambar 4.21 Grafik pengaruh ketebalan pelat absorber terhadap
termperatur permukaan photovoltaic ............................................. 89
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi matahari atau energi surya merupakan salah satu sumber energi
alternatif terbarukan yang memiliki ketersediaan sangat melimpah, ramah
lingkungan serta bebas polusi. Energi matahari sangat potensial untuk
dimanfaatkan baik sebagai energi pembangkit listrik maupun untuk energi
termal. Matahari memancarkan energi termal yang sangat besar, dimana energi
termal matahari yang dapat diterima oleh permukaan bumi dapat mencapai
lebih dari 1000 W/m2 (Duffie,1980).
Indonesia memiliki potensi yang besar dalam menjadikan energi matahari
sebagai sumber energi dimasa depan, hal ini dikarenakan posisi Indonesia yang
terletak didaerah khatulistiwa. Berdasarkan data penyinaran radiasi matahari
yang didapat dari 18 wilayah penerimaan dapat dikelompokan menjadi daerah
barat dan timur, dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia
(KBI) sekitar 4,5 kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 10% dan di
Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m2/hari dengan variasi
bulanan sekitar 9% (Kementrian ESDM, 2010).
2
Dengan potensi tersebut energi surya dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik
dan termal. Energi listrik dapat diperoleh salah satunya menggunakan
photovoltaic. Sistem photovoltaic ini merupakan teknologi yang berfungsi
untuk mengkonversi radiasi matahari dengan memanfaatkan suatu P-N
junction pada silikon kristal tunggal yang merupakan bahan semikonduktor.
Sistem ini dapat mengumpulkan radiasi matahari dan mengubahnya menjadi
energi listrik. Akan tetapi photovoltaic hanya mampu mengubah energi radiasi
matahari menjadi listrik dengan efisiensi 12- 18 % dan lebih dari 80% energi
radiasi matahari tidak diubah menjadi energi listirk tetapi diserap dan diubah
menjadi energi kalor (Agrawal, 2010).
Energi kalor yang diterima secara terus menerus akan menyebapkan kenaikan
temperatur kerja pada photovoltaic. Akibatnya, photovoltaic akan mengalami
penurunan efisiensi elektrik. Setiap kenaikan temperatur sebeasar 9 - 10 0C
pada permukaan photovoltaic akan menyebapkan penurunan efisiensi elektrik
sebesar 5 %. Dengan demikian photovoltaic mengalami penurunan efisiensi
elektrik sebesar 0,45 % pada setiap kenaikan temperatur 1 0C (Chow, 2003).
Sebagai upaya menstabilkan temperatur kerja photovoltaic maka ditambahkan
kolektor termal surya dibawah permukaan photovoltaic. Kolektor termal surya
merupakan teknologi yang memanfaatkan energi radiasi matahari secara termal
dengan menjadikan matahari sebagai sumber pemanas. Energi ini kemudian
diubah menjadi kalor yang berguna. Salah satu kolektor yang dapat digunakan
secara baik adalah kolektor termal surya pelat datar. Kolektor jenis ini dapat
menyerap panas berlebih pada permukaan photovoltaic (Duffie, 1980).
3
Ismail (2016), dalam hasil penelitiannya mengenai kolektor surya pelat datar
berdasarkan jenis elbow dan jarak pipa, menjelaskan bahwa kolektor surya
pelat datar aliran serpentine yang menggunakan sambungan elbow 90o dengan
jarak pipa 80 mm memiliki unjuk kerja terbaik. Unjuk kerja ini ditinjau dari
sisi koefisien kerugian panas maupun dari pressure drop yang terjadi.
Selain itu kolektor surya pelat datar ini mampu secara baik menyerap energi
radiasi matahari dengan sorotan langsung maupun secara sebaran. Oleh karena
itu, kolektor surya pelat datar tidak memerlukan solar tracking system.
Kolektor ini juga memiliki desain dan perawatan sederhana serta menghasilkan
temperatur keluaran mencapai dibawah 95oC (Goswami, 1999).
Penggabungan antara sistem photovoltaic dengan kolektor surya (thermal
collector) disebut sebagai sistem hybrid photovoltaic thermal (PV/T). Sistem
kombinasi hybrid ini menjadikan kolektor surya sebagai penyerap energi panas
yang tidak bermanfaat dari modul photovoltaic. Oleh karena itu, energi akan
lebih efisien secara keseluruhan bila dibandingkan dengan photovoltaic atau
kolektor surya yang digunakan secara terpisah (Mojiri et al, 2013).
Unjuk kerja kolektor surya sistem hybrid photovoltaic thermal (PV/T) dapat
diperoleh melalui eksperimen dan proses simulasi. Melalui proses simulasi
karakteristik hybrid photovoltaic thermal (PV/T) dapat digambarkan lebih
mudah, penggunaan waktu yang lebih singkat dan dapat mengurangi biaya
ekperimen. Oleh karena itu, digunakan konsep desain engineering
menggunakan CFD. Computational fluid dynamic (CFD) merupakan cabang
4
ilmu dinamika fluida yang menggunakan alogaritma serta metode numerik
untuk menganalisa dan memecahkan persoalan yang melibatkan aliran fuida.
Salah satu software yang dapat digunakan untuk mensimulasikan hubungan
antara fluida (cair dan gas) dengan benda padat yang berkaitan dengan aliran
fuida adalah simulation software CFD menggunakan Ansys fluent versi 15.0.
Pengunaan software CFD dapat memberikan hasil berupa grafik, vector, kontur
serta bahkan animasi. Hal ini akan memberikan pemahaman lebih baik
berkaitan dengan karakteristik aliran fluida (Allan, 2017).
Dalam penelitian ini perlu dilakukan optimasi unjuk kerja hybrid photovoltaic
thermal (PV/T) aliran serpentine berdasarkan termal, heat loss dan temperatur
permukaan dengan cara memvariasikan ketebalan pelat absorber. Pelat yang
lebih tebal menyebabkan bertambahnya bobot keseluruhan sekaligus
meningkatnya biaya material absorber pada hybrid photovoltaic thermal
(PV/T). Optimasi dikakukan dengan mensimulasikan dan menganalisis
menggunakan software CFD Ansys fluent versi 15.0 pada kondisi steady
dengan standar pengujian EN12975.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Mensimulasikan unjuk kerja kolektor hybrid photovoltaic thermal (PV/T)
aliran serpentine kemudian membandingkan dengan data eksperimen.
2. Mengetahui hasil simulasi unjuk kerja kolektor hybrid photovoltaic
thermal (PV/T) aliran serpentine menggunakan CFD Ansys Fluent
berdasarkan variasi ketebalan pelat absorber dan laju aliran massa.
5
1.3 Batasan Masalah
Sebagai batasan dalam pembahasan agar fokus dari permasalahan maka ruang
lingkup penilitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Unjuk kerja kolektor secara termal dan pressure drop
2. Software simulasi menggunakan Ansys fluent versi 15.0
3. Pengujian dilakukan pada kondisi steady
4. Ketebalan pelat absorber yang digunakan 0,5 mm, 1 mm, 2 mm, 3 mm.
5. Menggunakan standar pengujian termal EN 12975
6. Menggunakan kolektor hybrid photovoltaic thermal (PV/T) pelat datar
aliran serpentine
7. Pengujian secara eksperimen menggunakan solar simulator sebagai
pengganti sumber panas radiasi matahari.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, ruang batasan masalah, hipotesa dan
sistematika penulisan dari penelitian ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai pengertian radiasi matahari, perpindahan panas, kolektor
surya pelat datar, photovoltaic, hibrid photovoltaic thermal (PV/T) teori
dan persamaan, software CFD Ansys, MLR dan standar EN 12975.
III. METODOLOGI
Bab ini berisi tentang tempat dan waktu pelaksanaan, alat dan bahan
komponen, prosedur pembuatan, dan diagram alir pelaksanaan peneliti.
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi data - data yang didapat dilapangan dan pembahasan masalah dari
hasil pengamatan proses kerja kolektor pelat datar dan melakukan Analisa
dari hasil pengamatan.
V. SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyimpulkan hasil akhir dari pembahasan masalah dan
memberikan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Bersisi sumber - sumber yang menjadi referensi penulis dalam menyusun
penelitian ini.
LAMPIRAN
Memuat data - data yang mendukung penulisan laporan ini.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi Radiasi Matahari
Energi radiasi matahari berbentuk sinar dan gelombang elektromagnetik yang
terbentuk akibat dari reaksi termonuklir. Matahari sendiri merupakan bintang
besar di tata surya yang terbentuk dari gas hidrogen dan helium. Diameter
matahari berkisar 1.392.684 km, dengan massa sebesar 2 x 1030 kg. Matahari
tersusun dari komponen yang sebagian s sebagian besar kandungannya
merupakan helium dan 1,69 % terdiri dari oksigen, neon karbon, dan besi.
Massa matahari yang besarnya lebih dari tiga perempat terdiri dari hirogen.
Energi matahari per unit waktu yang diterima satu unit luasan permukaan tegak
lurus arah radiasi matahari disebut sebagai konstanta matahari (Gsc) yang
diukur pada jarak rata-rata matahari-bumi di luar atmosfer.
World radiation center (WRC) menetapkan nilai konstanta matahari (GSC)
dengan nilai ketidakpastian sebesar 1 % yaitu sebesar 1367 W/m2. Hubungan
antara bumi dan matahari memiliki jarak yang disebut sebagai jarak eksentris
dimana memiliki variasi sebesar 1,7 %. Dimana jarak rata-rata Bumi terhadap
Matahari 1,495 x 1011 dengan sudut kecenderungan matahari 320.
8
Gambar 2.1 Hubungan Bumi Dengan Matahari
Gambar 2.1 hubungan bumi dengan matahari dimana jarak matahari ke bumi
tidaklah konstan, dikarenakan lintasan bumi terhadap matahari berbentuk elips.
Jarak terdekat 1,47 x 1011 m terjadi pada 3 januari dan jarak terjauh 1,52 x 1011
m pada 4 juli. Indonesia memiliki potensi besar dalam memanfaatkan energi
matahari yaitu sekitar 4,8 Kwh/m2 yang setara dengan 112.000 GW.
Akan tetapi nergi yang dimanfaatkan baru sekitar 10 MW. Intensitas radiasi
matahari di luar atmosfer bumi bergantung pada jarak antara matahari dengan
bumi. Tiap tahun, jarak ini bervariasi sehingga hasilnya besar pancaran E0
naik turun antara 1325 W/m2 sampai dengan 1412 W/m2. Pada kondisi cerah
tak berawan disiang hari pancaran energi matahari bisa mencapai 1000 W/m2
yang dapat diterima dipermukaan bumi. Energi matahari dapat dijadikan salah
satu pilihan energi alternatif terbaik, dikarenakan rasio elektrifikasi di
Indonesia saat ini baru mencapai 55 -60 %. Daerah yang belum dialiri listrik
9
cukup banyak terutama daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit
listrik. Energi yang dipancarkan oleh matahari merupakan sumber energi
berjumlah besar dan terbarukan terbesar yang tersedia untuk umat manusia
adalah. Energi matahri sangat efektif karena tidak bersifat polutif dan
tidak dapat habis (Vries, 2011).
2.2 Sel Surya
Sel surya adalah perangkat yang tersusun dari material semikonduktor yang
dapat mengubah energi radiasi matahari menjadi energi listrik secara langsung.
Sebuah solar cell atau photovoltaic dibentuk dalam suatu unit yang disebut
dengan modul. Sebuah modul biasanya tersusun dari bayak solar cell yang
dapat disusun secara seri maupun disusun secara parallel.
Solar cell pertama kali ditemukan oleh Edmund Becquerel pada tahun 1839,
adalah pemuda Prancis berusia 19 tahun menemukan efek yang sekarang
dikenal dengan efek fotovoltaic. Becquerel mendapatkan bahwa beberapa jenis
material tertentu mampu memproduksi arus listrik dengan jumlah kecil ketika
terkena cahaya, arus listrik dapat timbul karena adanya energi foton dalam
gelombang radiasi yang membebaskan electron- electron dalam sambungan
semi konduktor. Dalam perkembangan selanjutnya sel surya dengan
sambungan dioda P-N dari silicon semi konduktor yang dikembangkan peneliti
Bell Laboratories dapat meningkatkan efisiensi mencapai 6 %.
10
2.2.1 Struktur Dasar Pada Sel Surya
Sinar matahari yang berupa gelombang elektromaknetik tersusun dari
partikel- partikel yang sangat kecil disebut dengan foton. Ketika partikel
foton mengenai material silikon semi konduktor maka dapat memisahkan
electron dari struktur atomnya dikarenakan foton memiliki energi yang
cukup besar. Elektron yang dibebaskan akan memiliki muatan negatif
dan dapat bebas bergerak didaerah pita konduksi. Akibat terpisahnya
electron tersebut maka akan menimbulkan kekosongan yang bermuatan
positif pada struktur atom yang disebut dengan hole.
Gambar 2.2 Semikonduktor (a) tipe-P (b) tipe-N
Gambar 2.2 terlihat pada gambar (b) bahwa daerah semikonduktor
bersifat negatif dan bersifat sebagai pendonor electron yang disebut
sebagai semikonduktor tipe-N. Sedangkan pada gambar (a) lebih bersifat
positif dan berperan sebagai penerima electron serta dinamakan sebagai
semikonduktor tipe-P.
Semikonduktor tipe-P terbuat dengan menambahkan unsur Boron (B),
Aluminum (Al), Indium (In) maupun Galium (Ga) kedalam unsur silicon
(a) (b)
11
(Si), sedangkan tipe-N dibuat dengan menambahkan fosfor (P), Arsen
(As) maupun nitrogen (Ni) kedalam unsur silicon (Si). Dalam
semikonduktor alami jumlah antara hole maupun electron bebas adalah
sama. Penambahan unsur tersebut diistilahkan sebagai doping dengan
jumlah tidak lebih 1 % dari berat silikonnya.
Gambar 2.3 Diagram energi sambungan P-N munculnya daerah deplesi
Gambar 2.3 merupakan dua jenis semikonduktor yang disatukan
sehingga membentuk sambungan P-N disebut dengan dioda P-N. Terjadi
perpindahan electron-elektron ketika telah disambungkan dari
simiconduktor N menuju semikonduktor P dan perpindahan hole kearah
sebaliknya. Terciptanya medan listrik akan mencegah terjadinya
perpindahan electron maupun hole secara keseluruhan antar
semikonduktor.
2.2.2 Prinsip Kerja Solar Cell (Photovoltaic)
Pada dasarnya solar cell terbuat dari bahan semikonduktor yang
memiliki muatan yang berbeda, yaitu semikonduktor dengan muatan
12
negative (tipe-N) dan semikonduktor dengan muatan positif (tipe-P).
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.4 prinsip kerja dari solar cell (photovoltaic)
Gambar 2.4 prinsip kerja solar cell terlihat ketika material semikonduktor
(tipe–P) dan (tipe-N) disambungkan maka akan terjadi difusi hole dari
(tipe–P) menuju (tipe-N) dan difusi elektron dari (tipe-N) menuju (tipe–
P). Akibat difusi maka meninggalkan daerah yang bermuatan positif
pada batas (tipe-N) dan daerah yang bermuatan pada batas (tipe–P).
lapisan semikonduktor N berada diatas dan dibuat lebih tipis agar cahaya
mahatari yang mengenai dapat terserap dan masuk kedaerah deplesi
kemudian daerah semikonduktor P.
Terlepasnya electron akibat energi matahari akan mengakibatkan hole
pada atom yang ditinggalkan. Terciptanya hole dan electron bebas ini
akan memicu terbentuknya pasangan electron hole yang diistilahkan
sebagai electron hole photogeneration. Adanya perbedaan muatan
elektron pada sambungan didaerah deplesi menyebapkan electron hasil
13
fotogenerasi tertarik kedalam semikonduktor N dan hole akan tertarik
kedalam semikonduktor P sehingga terciptalah arus listrik akibat dari
pergerakan electron tersebut (Iswanto,2008).
2.3 Solar Termal Collector
Solar thermal collector merupakan suatu sistem penukar panas yang menyerap
energi radiasi matahari dan mengubahnya menjadi energi panas dengan
menjadikan matahari sebagai energi utama. Komponen dasar yang harus
dimiliki oleh sebuah kolektor adalah memiliki komponen penyerap atau
disebut dengan absorber sebagai penerima energi radiasi dari matahari, selain
itu sebuah kolektor juga harus memiliki saluran fluida, disalah satu sisinya
yang dibatasi oleh absorber (Duffie, 1980).
Saluran fluida ini berfungsi memindahkan panas yang telah diserap oleh
absorber kefluida penerimanya. Ujuk kerja kolektor sangat dipengaruhi oleh
sifat fisik dari sebuah absorber. Selain itu unjuk kerja termal kolektor juga
dipengaruhi oleh tipe atau jenis dari kolektor, trasmisiviti penutup atas dari
kolektor, konvigurasi dari saluran fluida, dimensi kolektor dan kecepatan fluida
(Sumarsono, 1998).
2.3.1 Kolektor Surya Pelat Datar (Flat Plate Collector)
Kolektor surya pelat datar merupakan salah satu kolektor dengan media
absorber menggunakan pelat datar. Berfungsi sebagai pemanas fluida
yang mengalir dengan mengkonversikan energi radiasi menjadi energi
14
panas. Fluida dapat berupa air maupun udara. Kolektor pelat datar
memiliki kelebihan dapat beroperasi dengan baik tanpa menggunakan
solar tracking system, dapat memiliki temperatur keluaran sampai
dibawah 95 0C (Goswami, 1999).
Gambar 2.5 Skema kolektor surya pelat datar
Gambar 2.5 mengenai skema dan komponen yang terdapat pada kolektor
surya pelat datar terdiri dari permukaan hitam sebagai penyerap energi
radiasi matahari yang kemudian dipindahkan ke fluida. Penutup tembus
cahaya (kaca) berfungsi mengurangi efek radiasi dan konveksi yang
hilang ke atmosfir. Performansi kolektor dinyatakan dengan
keseimbangan energi, yang menggambarkan distribusi energi matahari
yang datang terhadap energi yang bermanfaat dan beberapa energi yang
hilang (Philip Kristanto, 2001).
Komponen – komponen penunjang yang terdapat pada kolektor pelat
datar ini antara lain: absorber, transparent cover, insulasi dan
frame/kerangka. Keuntungan utama dari kolektor surya pelat datar
adalah kolektor ini dapat memanfaatkan kedua komponen radiasi
15
matahari, yaitu dengan sorotan langung ataupun melalui sebaran.
Sehingga kolektor ini tidak membutuhkan system tracking matahari,
desain dari kolektor surya pelat datar juga cukup sederhana, sehingga
biaya pembuatanya menjadi lebih murah serta hanya sedikit memerlukan
perawatan. Pada umumnya kolektor ini digunakan sebagai proses- proses
pemanas dalam industri (Duffie,1980).
Kolektor surya pelat datar dapat menggunakan beberapa jenis susunan
pipa dalam aliran fluida sebagai media penerima panas. Berdasarkan
susunan pipa secara umum dapat dibagi menjadi susunan pipa serpentin
dan susunan pipa pararel.
2.3.1.1 Susunan pipa seri (serpentine)
Kolektor surya pelat datar aliran serpentine merupakan kolektor
surya yang memiliki saluran pipa fluida seri berkelok, memiliki
satu aliran fluida pada pipa panjang yang dibentuk fleksibel.
Sehingga pada jenis ini tidak ada masalah yang berkaitan dengan
perbedaan laju aliran fluida.
Gambar 2.6 Kolekor aliran pipa serpentine
16
Gambar 2.6 dari gambar diketahui dengan menggunakan susunan
pipa serpentin, dapat meniadakan potensi masalah yang akan
timbul akibat dari distribusi aliran yang tidak merata ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada proses pembuatanya pada saat
menekuk (bending) harus diperhatikan agar bagian pipa yang
ditekuk tidak mengalami kerusakan.
Ada alternatif yang dapat digunakan dalam menghubungkan pipa,
yakni dengan menggunakan sambungan pipa yang desebut
dengan elbow. Elbow merupakan salah satu jenis sambungan
(fitting) pada pipa, elbow juga dapat berfungsi untuk membelok
kan arah aliran fluida. Pada umumnya elbow memiliki tiga jenis
sudut yang terdiri dari sudut 45o, 90o dan 180o.
2.3.1.2 Susunan pipa parallel
Kolektor surya pelat datar yang memiliki susunan pipa yang
berbentuk paralel, didisain untuk memindahkan fluida dari bawah
kolektor kebagian atas kolektor yang melewati jajaran pipa
vertikal paralel. Pada kolektor dengan susunan pipa parallel ini,
besar diameter pipa – pipa dibagian bawah harus lebih besar dari
pada pada bagian vertikal.
17
Gambar 2.7 Kolekor aliran pipa parallel
Gambar 2.7 kolektor pipa parallel Keuntungan dari penggunaan
aliran pipa jenis ini adalah akibat perbandingan diameter atas dan
bawah, maka tekanan fluida akan menyesuaikan sehingga laju
aliran fluida pada setiap pipa vertikal akan lebih mendekati
keseragaman. Kekurangannya adalah pada bagian tengah pipa
vertikal memiliki laju aliran fluida yang lebih rendah sehingga
mengakibatkan energi panas yang terkonsentrasi tidak maksimal
ditrasfer dengan baik (Duffie,1980).
2.3.2 Persamaan Dasar Kolektor Surya Pelat Datar
Energi radiasi yang diserap oleh absorber pada kolektor, akan
menghasilkan panas kemudian ditrasfer kefluida kerja yang mengalir
didalam saluran pipa dibawah absorber pelat hitam. Absorber pelat hitam
digunakan untuk mengisolasi energi dari radiasi matahari yang mengenai
absorber. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan energi yang ditrasfer
ke fluida kerja. Keseimbangan energi pada kolektor pelat datar dapat
ditulis dengan persamaan berikut (Duffie,1980):
18
Qu = Ac [S – UL (Tpm – Ta)] (2.1)
Dimana:
Ac = Luas permukaan kolektor (m2)
Ta = Temperatur lingkungan (0K)
UL = Koefisien kehilangan panas kolektor (Watt/m2.0C)
Tpm = Temperatur rata-rata permukaan pelat (0K)
S = Intesitas radiasi matahari (W/m2)
Akan tetapi penggunaan persamaan diatas memiliki persoalan, yaitu pada
temperatur pelat absorber rata-rata yang sulit ditentukan. Sulit
dihitungnya temperatur pelat absorber rata-rata, karena temperatur pelat
absorber rata-rata merupakan fungsi desain dari kolektor, kondisi fluida
masuk dan surya konsederasi.
Untuk itu perhitungan persamaan diatas dapat dihitung saat temperatur
fluida masuk dan parameter yang disebut factor removal /faktor
penghapus solar kolektor, dapat diefaluasi secara analitis dengan prinsip-
prinsip dasar yang dilakukan secara eksperimen. Maka persamaan untuk
panas berguna dari kolektor dapat ditulis menjadi (kalogirou, 2003):
Qu = AC Fr [Gt (ατ) – UL (Tfi – Ta)] (2.2)
Dimana:
AC = luas kolektor (m2)
Fr = removal factor pemindahan panas kolektor
19
UL = koefisien kehilangan panas menyeluruh (watt/m2.k)
Tfi = temperatur fluida masuk (k)
Ta = temperatur udara lingkungan (k)
ατ = koefisien trasmisi absorber
Gt = energi radiasi matahari (watt/m2)
Tempertarur fluida rata- rata (Tfm) juga dapat digunakan untuk
menghitung energi berguna, dengan persamaan sebagai berikut:
Qu = AC F’ [(ατ)e S – UL (Tfm – Ta)] (2.3)
Sedangkan untuk nilai energi berguna yang diberikan oleh kolektor ke
fluida dapat dicari mengunakan persamaan sebagai beerikut:
Qu = m Cp (Tf0 – Tft) (2.4)
2.3.2.1 Koefisien perpindahan panas menyeluruh
Menghitung kerugian koefisien perpindahan panas menyeluruh
yang merupakan kerugian kalor dari absorber yang terjadi pada
bagian atas, bagian samping dan bawah absorber, sehingga dapat
ditulis dengan persamaan:
UL = Ut + Ub + Ue (2.5)
20
Dimana:
UL = koefisien kerugian kalor total
Ut = koefisien kerugian kalor bagian atas
Ub = koefisien kerugian kalor bagian bawah
Ue = koefisien kerugian kalor bagian samping
2.3.2.2 Koefisien kerugian kalor bagian atas
Kehilangan energi panas pada bagian atas pelat absorber, dapat
terjadi karena adanya perpindahan panas secara konveksi alami
dan radiasi. Dari bagian dalam pelat kolektor ke permukaan kaca.
Sehingga dapat ditulis persamaan sebagai berikut:
Ut = (1
ℎ𝑐.𝑝−𝑐+ℎ𝑟.𝑝−𝑐+
1
ℎ𝑤+ℎ𝑟.𝑐−𝑎) -1 (2.6)
Dimana:
Ut = kerugian kalor bagian atas
hw = koefisien perpindahan panas konveksi
hr.c-a = koefisien perpindahan panas radiasi antara kaca
dengan lingkungan
hc.p-c = koefisien perpndahan panas konveksi antara pelat
dengan kaca
hr.p-c = koefisien perpindahan panas radiasi antara pelat
dan kaca.
21
2.3.2.3 Kerugian kolektor pada bagian bawah
Kerugian kalor pada bagian bawah pelat datar terjadi secara
konduksi dari absorber kepanel bagian bawah. Sedangkan
kerugian panas akibat radiasi dan konveksi diabaikan karena nilai
koefisien kerugian yang cenderung kecil. Apabila dibandingkan
dengan nlai koefisien kerugian akibat perpindahan panas secara
konduksi. Sehingga nilai koefisien kerugian panas bagian bawah
dapat dibuat persamaan menjadi sebagai berikut:
Ub = 𝐾
𝐿 (2.7)
Dimana:
Ub = koefisien kerugian kalor bagian bawah
K = konduktifitas insulator bagian bawah
L = tebal insulator
2.3.2.4 Kerugian kalor pada bagian samping
untuk koefisien kerugian kalor pada bagian samping dapat
dirumuskan atau didekati dengan persamaan sebagai berikut:
Ue = (𝑈𝐴)𝑒𝑑𝑔𝑒
𝐴𝑐 (2.8)
Dimana:
UA = k/L x volume kolektor
Ac = luas permukaan kolektor (m2)
22
2.3.2.5 Efisiensi kolektor surya
Dinilai dari efesiensi performansinya dalam sebuah kolektor
didefinisikan sebagai rasio energi berguna selama periode waktu
tertentu, terhadap energi radiasi matahari yang disebut incident
radiasi, yaitu energi matahari selama periode waktu yang sama.
Maka menghitung nilai efisiensi kolektor dapat dengan:
𝜂 = ʃ 𝑄𝑢 𝑑𝑡
𝐴𝑐 ʃ 𝐺𝑇 𝑑𝑡 (2.9)
Dimana:
𝜂 = efisiensi kolektor
Ac = luas kolektor
Qu = energi berguna
Gt = energi radiasi matahari (Watt/m2)
Dalam kondisi konstan pada periode tertentu, nilai efisiensi dari
kolektor pelat datar juga dapat dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut:
𝜂 = 𝑄𝑢
𝐼𝑇 𝐴𝑐 (2.10)
Dimana:
𝜂 = efisiensi kolektor
Qu = energi berguna
Ir = incident solar radiation
Ac = luas kolektor
23
2.4 Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T)
Hybrid photovoltaic thermal (PV/T) atau disebut juga dengan hybrid solar cell
adalah sebuah sistem yang dapat mengkonversikan energi radiasi matahari
menjadi energi listrik dan energi kalor. Hybrid photovoltaic thermal biasanya
merupakan gabungan, antara modul photovoltaic atau solar cell yang
dibelakang permukaannya diberikan tambahan absorber plate collector (pelat
penyerap panas) sebagai alat untuk mengekstrak kalor pada modul photovoltaic.
Sistem ini menjadikan solar cell mengkonversikan energi radisi matahari
menjadi energi listrik secara langsung, dengan efisiensi maksimum solar cell
mencapai 5-20 %. Kemudian dalam sistem ini absorber plate collector yang
terletak dibawah permukaan modul photovoltaic memiliki dua fungsi yaitu,
mendinginkan temperatur kerja solar cell dengan menyerap energi panas pada
modul photovoltaic untuk meningkatkan kinerja dari photovoltaic dan untuk
mengumpulkan energi termal dari temperatur berlebih pada photovoltaic.
Pada system hybrid photovoltaic thermal (PV/T) memiliki hasil konversi
elektrik dan termal lebih rendah, bila dibandingkan dengan panel photovoltaic
dan thermal collector konvensional. Akan tetapi system hybrid photovoltaic
thermal (PV/T) menghasilkan energi yang lebih banyak per satuan luas
permukaan, apabila dibandingkan dengan satu modul photovoltaic dan satu
kolektor surya (solar thermal collector) saja (Zondag et al, 2008).
24
2.4.1 Jenis Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T)
Terdapat bebrapa jenis tipe dari hybrid photovoltaic thermal (PV/T) yang
digunakan antara lain:
2.4.1.1 Liquid photovoltaic thermal controller
Serupa dengan pemanas air dengan flat plate collector, liguid
photovoltaic thermal collector digunakan sebagai pemanas air
sekaligus penghasil listrik. Banyak digunakan dalam dunia
industri maupun rumahan. Liguid photovoltaic thermal (PV/T)
collector untuk rumahan dirangkai parallel dan dikontrol otomatis
menggunakan thermos-siphon.
Gambar 2.8 Liquid photovoltaic thermal controller
Gambar 2.9 Hybrid liquid photovoltaic thermal collector
merupakan gabungan antara kolektor pelat datar dan photocoltaic
dimana fluida yang digunakan berupa air, oli maupun yang lain
dalam bentuk cairan.
2.4.1.2 Air photovoltaic thermal collector
Udara dan air keduanya telah digunakan sebagai heat transfer,
liguid photovoltaic thermal collector memiliki efisiensi yang
25
lebih tinggi dari air photovoltaic thermal collector. Tetapi air
photovoltaic thermal collector, banyak digunakan dalam banyak
aplikasi karena low construction dan low cost. Air photovoltaic
thermal collector memiliki beberapa tipe antara lain:
Gambar 2.9 Air photovoltaic thermal collector
2.9 Air photovoltaic thermal collector merupakan photovoltaic
yang menggunakan fluida pendingin berupa udara yang dialirkan
dibawah permukaan photovoltaic. Penggunaan penutup yang
terbuat dari kaca bertujuan untuk mengurangi heat lose yang
terjadi. Tetapi keberadaan penutup kaca ini akan dapat
mengurangi kinerja elektrik dari solar cell atau photovoltaic
Keuntungan dari air photovoltaic thermal collector adalah tidak
akan terjadi pembekuan ataupun pendidihan fluida, dan tidak
akan menyebapkan kerusakan bila terjadi kebocoran. Akan tetapi
udara memiliki kapasitas kalor dan konduktifitas yang rendah,
sehingga menyebapkan kemampuan perpindaan panas yang
rendah, serta udara juga memiliki tingkat heat losses yang cukup
tinggi.
Glass Cover
PV Module
Air flow
Insulation
26
2.4.1.3 Concentrtor photovoltaic thermal collector
Concentrator photovoltaic Thermal Collector dapat beroprasi
pada temperatur yang lebih tinggi dari pada flat plate collector.
Mengumpulkan panas yang dibuang dari sistem concentrator
photovoltaic menyebabkan concentrator photovoltaic thermal
(CPVT), menyediakan listrik dan menghsilkan panas pada suhu
sedang.
Gambar 2.10 Schematic concentrating PV/T collector
Gambar 2.10 Concentrating photovoltaic thermal collector dapat
berbentuk datar atau parabola (concentrating). Concentrating
photovoltaic thermal collector memiliki bentuk yang sama seperti
kolektor pelat datar biasa. Hanya saja pada concentrating
photovoltaic thermal collector merupakan PV/T yang memiliki
konsentrator yang berbentuk parabola. Konsentrator ini bertujuan
untuk dapat meningkatkan tingkat penerimaan radiasi matahari
pada photovoltaic (Zondag et al, 2008).
27
2.4.2 Efisiensi Pemanfaatan Energi Pada PV/T
Banyak pengembangan dan penelitian mengenai hybrid photovoltaic
thermal (PV/T) bertujuan mendapatkan efisiensi penyerapan energi
matahari yang lebih obtimal, baik secara termal maupun elektrik. Dengan
memanfaatkan gabungan dari solar thermal collector dan photovoltaic
diharapkan agar pemanfaatan energi radiasi dan matahari yang
dikonversikan menjadi listrik dan panas bisa menjadi lebih besar.
Berdasarkan Charalambous et al, presentase energi yang dihasilkan dari
masing – masing sistem dari hybrid photovoltaic thermal (PV/T), solar
therml collector dan photovoltaic, ditunjukan seperti pada Tabel 2.1
sebagai berikut:
Table 2.1 Efisiensi pemanfaatan energi
Efisiensi termal (ηth) dari solar thermal collector pelat datar
konvensional pada kondisi steady dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
ηth = Qu / G (2.11)
Efisiensi Single -pass Double-pass
Thermal
Electric
Combined
24-28%
6-7%
30-35%
32-34%
8-9%
40-45%
28
Dimana:
Qu = kalor yang dikumpulkan kolektor (W/m2.k)
G = radiasi matahari (W/m2)
Sedangkan efisiensi elektrik (ηel) dari solar cell atau photovoltaic (PV)
ditunjukan oleh persamaan sebagai berikut:
ηet = 𝐼𝑚 . 𝑉𝑚
𝐺 . 𝐴𝑐 (2.12)
Dimana:
Ac = luas photovoltaic (m2)
Vm = Tegangan maksimal (Volt)
Im = Arus maksimal (A)
2.5 Sistem Perpindahan Panas
Sistem perpindahan panas pada dasar nya dapat terjadi dalam tiga proses, yaitu
sistem perpindahan panas konveksi, perpindahan panas konduksi dan
perpindahan panas secara radiasi. Sistem perpindahan panas (heat trasfer)
merupakan sistem perpindahan energi dari suatu daerah ke daerah lain yang
terjadi karena perbedaan temperatur. Panas ini akan mengalir dari tempat
yang mempunyai temperatur tinggi ketempat yang mempunyai temperatur
rendah hingga tercapai temperatur yang sama (Holman, 1983).
29
2.5.1 Perpindahan Panas Konveksi
Sistem perpindahan panas konveksi merupakan salah satu bentuk
perpindahan energi yang terjadi pada permukaan benda padat ke fluida
bergerak yang ada disekitarnya.
Gambar 2.11 Ilustrasi system perpindahan panas konveksi
Gambar 2.11 merupakan ilustrasi dari perpindahan konveksi dimana
aliran fluida yang semakin cepat akan menyebabpan perpindahan panas
konveksinya menjadi semakin tinggi. Besarnya nilai perpindahan panas
konveksi dapat ditentukan menggunakan persamaan sebagai berikut:
q = hA S (TS - T∞) (2.13)
Dimana:
H = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 °C)
As = luas permukaan perpindahan panas konveksi (m2)
Ts = temperatur permukaan (°C)
T∞ = temperatur fluida sekitar permukaan (°C)
30
Tanpa adanya pergerakan fluida (bulk fluid motion), sistem perpindahan
panas konveksi diantara permukaan benda solid dan fluida sekitar
dikatakan sebagai konveksi murni. Jika proses aliran fluida tersebut
diinduksikan oleh sebuah pompa atau circulating system yang lain, maka
digunakan istilah konveksi yang dipaksakan (forced convection).
Bertentangan dengan itu, jika aliran fluida timbul karena akibat adanya
daya apung fluida yang disebabkan oleh pemanasan, maka proses
perpindahan panas konveksi tersebut dinamakan konveksi bebas (free)
atau konveksi alami (Stoecker and Jones, 1977).
2.5.2 Perpindahan Panas Konduksi
Merupakan proses perpindahan panas yang terjadi akibat perbedaan
gradien temperatur dalam media yang diam. Selain pada benda padat
konduksi juga dapat melalui media liquid dan gas. Pada liguid dan gas
konduksi disebapkan oleh tabrakan (collisions) dan penyebaran
(difusions), dari molekul selama pergerakan random (Reynold and
Perkins,1984).
Gambar 2.12 Ilustrasi system perpindahan panas konduksi
31
Gambar 2.12 Menunjukan perpindahan panas konduksi yang terjadi pada
dinding datar, dengan (Q) merupakan arah perpindahan panas. Terlihat
temperatur yang lebih tinggi (T1) mengalir ke temperatur yang lebih
rendah (T2), secara terus menerus menyebabkan temperatur seimbang.
Dengan laju konduksi panas yang melewati lapisan bidang datar
sebanding dengan beda temperatur dan akan berbanding terbalik dengan
ketebalan lempengnya (∆x). Sistem perpindahan panas konduksi satu
dimensi melalui padatan diatur oleh hukum Fourier, sehingga untuk
perpindahan panas satu dimensi dapat dituliskan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
qcondution = - KA ∆𝑇
∆𝑥 (2.14)
Dimana:
qconduction = kalor konduksi (W/m2)
k = konduktivitas termal (W/m.K)
∆T = perbedaan temperatur (K)
∆x = ketebalan lempengan (m)
Pada persamaan diatas adalah persamaan dasar tentang konduktivitas
termal dari dinding datar. Berdasarkan persamaan diatas q merupakan
laju aliran panas, sedangkan A merupakan luas permukaan dinding datar
sedangkan ∆T/∆x adalah gradien temperatur. Konduktivitas termal k
merupakan sifat bahan dan menujukan jumlah panas yang mengalir
melalui satuan luas apabila gradien temperaturnya satu. Berdasarkan
rumusan itu maka dapatlah dilaksanakan pengukuran dalam percobaan
32
untuk menentukan konduktivitas termal berbagai bahan. Untuk gas-gas
pada suhu relative rendah dapat dilakukan pengolahan analisis teori
kinetik gas dapat dipergunakan untuk memprediksi nilai-nilai secara
pengamatan dalam percobaan.
2.5.3 Sistem Perpindahan Panas Radiasi
Perpindahan panas radiasi merupakan perpindahan energi panas yang
terjadi anatar benda, radiasi berlangsung karena foton-foton yang
dipancarkan dari satu permukaan kepermukaan lain melalui gelombang
elektromaknetik. Setiap benda memiliki pancara energi radiasinya
masing-masing, dan intensitas radiasinya tergantung temperatur dan sifat
permukaan benda benda itu sendiri. Daya pancar dari sebuah benda hitam
(black body) dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
E = ↋ .σ . T4 (2.15)
Dimana:
E = Daya pancar (W/m2)
↋ = emisivitas
σ = ketetapan Stefan-Boltzman (5,669 x 10 -8 W/m2.K)
T = temperatur absolut (K)
Penyinaran ideal atau benda hitam (black body), dapat memancarkan
energi dangan laju sebanding dengan pangkat empat dari temperatur
absolut benda hitam itu. Serta berbanding lurus terhadap luas
permukaannya. Setiap benda selalu memancarkan energi radiasi secara
33
terus – menerus. Pada benda hitam (black body) memiliki beberapa
karakteristik radiasi antara lain sebagai berikut:
2.5.3.1 Emisivitas permukaan
Perbandingan radiasi yang dihasilkan oleh permukaan benda
hitam pada temperatur yang sama. Emisivitas mempunyai nilai
yang berbeda tergantung kepada panjang gelombang dan
arahnya. Nilai emisivitas bervariasi dari 0-1, dimana benda hitam
mempunyai nilai emisivitas 1.
2.5.3.2 Penyerapan (Absorbsivitas)
Absorbs merupakan proses dimana suatu permukaan menerima
radiasi. Akibat langsung dari proses penyerapan ini adalah
terjadinya peningkatan energi dari dalam medium yang terkena
panas tersebut.
2.5.3.3 Trasmisivitas
Transmisivitas adalah fraksi dari jumlah energi radasi yang
dihantarkan berbanding total energi radiasi yang diterima. Pada
benda yang tidak berwarna hitam, benda tersebut akan
memancarkan energi radiasi yang lebih sedikit bila dibandingkan
dengan suatu benda hitam (black body) pada temperatur yang
sama. Energi radiasi matahari bergerak pada kecepatan cahaya
(3x108) serta memiliki ciri menyerupai radiasi cahaya. Seperti
teori elektromaknetik bahwa letak perbedaan radiasi cahaya dan
radiasi termal hanya pada Panjang gelombang pancaranya
(Incopera, 2007).
34
2.6 Computional Fluid Dinamics (CFD)
Computational fluid dynamics (CFD) atau disebut juga dengan komputasi
dinamika fluida adalah suatu cabang dinamika fluida yang menggunakan
metode numerik dan alogaritma untuk memecahkan dan menganalisa
persoalan yang melibatkan aliran fluida. Pengetahuan tentang komputasi
dinamika fluida sangat diperlukan, dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan perhitungan rumit yang memerlukan komputer dalam bidang
dinamika fluida.
komputer juga digunakan dalam melakukan jutaan perhitungan yang
diperlukan dalam mensimulasikan interaksi antara benda padat dengan fluida
baik cair maupun gas. Computational fluid dynamics (CFD) merupakan sebuah
metode perhitungan yang memanfaatkan control dimensi luas dan volume.
Menggunakan bantuan komputasi dalam komputer untuk melakukan
perhitungan pada setiap elemen pembaginya.
Prinsip computational fluid dynamics (CFD) adalah suatu ruang yang berisi
fluida dilakukan perhitungan dengan membagi-bagi menjadi beberapa bagian,
yang dinamakan dengan sel. Proses pembuatan sel disebut dengan meshing.
Sel-sel tersebut menjadi control perhitungan yang akan dilakukan oleh
software. Nantinya setiap titik kontrol akan dilakukan perhitungan oleh
software dengan batasan boundary condition dan domain yang telah
ditentukan.
35
Proses perhitungan dalam computational fluid dynamics (CFD) secara umum
terdiri dari tiga tahapan utama yaitu: preprosesor, prosesor dan post prosesor
2.6.1 Pre-prosesor
Pre-prosesor merupakan tahap ketika data diinput kedalam CFD mulai
dari pendefinisian domain serta kondisi batas (boundary condition)
ditahap ini juga sebuah objek akan dianalisa dibagi-bagi dengan grid
tertentu, proses ini disebut juga dengan meshing.
Gambar 2.13 Meshing pada CFD
Gambar 2.13 merupakan bentuk dari meshing yang dilakukan pada CFD,
Tahap ini akan mementukan ketelitian dalam proses analisis pada Ansys.
Semakin kecil ukuram meshing pada suatu objek maka tingkat ketelitian
hasil akan semakin baik.
2.6.2 Prosesor
Dalam tahap ini dilakukan perhitungan data-data input dengan
persamaan yang terlibat secara iterasif. Artinya penghitungan dilakukan
sampai hasil mendekati error terkecil, atau hingga mencapai nilai yang
konvergen. Perhitungan dilakukan secara menyeluruh terhadap volume
kontrol dengan proses integrasi persamaan diskrit.
36
2.6.3 Tahap Postprosesor
Tahap postprosesor merupakan tahap akhir dimana hasil perhitungan di
interprtasikan kedalam gambar, grafik bahkan dengan animasi dengan
pola-pola warna tertentu. Contoh hasil dari simulasi dapat berupa kontur
warna sebagai berikut:
Gambar 2.14 Hasil simulasi CFD berupa kontur warna
Gambar 2.14 merupakan tahap terakhir dan tahap ini menampilkan hasil
dari proses simulasi yang telah dilakukan. Dimana hasil diinterpretasikan
kedalam gambar berupa kontur warna, grafik ataupun animasi. Dalam
dunia industri computational fluid dynamics (CFD) banyak digunakan
adalah karena computational fluid dynamics (CFD) dapat melakukan
analisa dalam suatu sistem, dengan mengurangi biaya eksperimen serta
tentunya waktu yang panjang dalam melakukan ekperimen tersebut.
Sehingga membantu dalam proses design engineering dengan
menjadikan tahap yang harus dilakukan menjadi lebih pendek. Selain itu
dengan menggunakan computational fluid dynamics (CFD) akan
memperdalam pemahaman mengenai karakteristik aliran fluida dengan
melihat hasil berupa vector, grafik, kontur bahkan animasi.
37
2.7 Regresi Linier
Secara umum regresi linier dapat diartikan sebagai alat statistik yang
digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai pola hubungan (model)
antara dua variabel atau lebih. Dalam analisis regresi dikenal dua jenis variabel
yaitu variabel respon dan variabel prediktor. Variabel respon disebut juga
dengan variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainya
dan dinotasikan dengan variabel.
Variabel prediktor atau variabel independen adalah variabel bebas yang tidak
dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam mempelajari hubungan antara variabel
bebas maka dalam regresi linier terdapat dua jenis regresi yaitu:
2.7.1 Regresi Linier Sederhana (Simple linear regression)
Simple linear regression digunakan untuk mendapatkan hubungan
matematis dalam bentuk suatu persamaan antara variabel tunggal.
Dengan hanya memiliki satu peubah yang dihubungkan dengan satu
peubah tidak bebas. Persamaan umum untuk simple linear regression
sebagai berikut:
Y = a + bx (2.16)
Dimana:
a = parameter intercept
b = parameter koefisien regresi variabel bebas
x = variabel bebas
38
Dalam menentukan koefisien persamaan a dan b, dapat menggunakan
metode kuadrat terkecil (ordinary least square/OLS), dipakai untuk
menentukan koefisien persamaan dan dari jumlah pangkat dua kuadrat
antara titik-titik terhadap garis regresi yang dicari terkecil, sehingga
dapat ditentukan.
2.7.2 Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression)
Multiple linear regression merupakan analisis yang menjelaskan
hubungan antara antara, variabel dependen dengan faktor yang
mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel independen). Pada
multiple linear regression hampir sama dengan Simple linear regression,
akan tetapi simple linear regression variabel bebasnya memiliki variabel
penduga lebih dari satu.
Tujuan dari multiple linear regression adalah untuk mengukur intesitas
hubungan antara dua variabel atau lebih, kemudian membuat perdiksi
perkiraan nilai. Persamaan umum untuk model multiple linear regression
untuk populasi adalah sebagai berikut:
Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 +….. + βnXn (2.17)
Dimana:
β0 = Taksiran bagi parameter konstanta
β1, β2, β3 = Taksiran bagi parameter koefisien regresi
X1, X2, X3 = Variabel bebas (independen variable)
39
2.8 Standar EN 12975
Standar EN 12975 merupakan acuan dalam perhitungan dan percobaan pada
kondisi steady saat ini. Berdasarkan standar tersebut untuk melakukan
pengujian diluar ruangan kolektor harus diuji dibawah sinar matahari langsung
saat tengah hari. Pada prakteknya sulit untuk mendapatkan radiasi matahari
yang ideal dan seragam saat pengujian dilakukan diluar dengan sinar matahari
langsung, hal ini dikarenakan kondisi iklim cuaca yang berubah-ubah disetiap
saat.
Atas dasar itulah pengujian dilakukan menggunakan solar simulator. Solar
simulator adalah alat yang digunakan untuk menggantikan radiasi matahari
yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Sebagai standar dan acuan selama
penggujian steady terdiri dari intensitas matahari, temperatur udara dalam dan
luar ruangan, laju aliran massa fluida dan temperatur masuk fluida. Standar izin
parameter dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.2 Standar izin parameter pengukuran (EN 12975, 2006)
Parameter Selisih yang diizinkan dari nilai
tengah
Sinar surya yang diuji (global) ± 50 Wm-2
Temperatur udara sekitar (indor) ± 1 K
Temperatur udara sekitar (outdoor) ±1,5 K
Laju aliran massa fluida ±1 %
Temperatur fluida masuk kolektor ±0,1 K
40
Berdasarkan pada tabel 2.2 Standar izin EN 12975 tersebut untuk pengujian
didalam ruangan dilakukan menggunakan solar simulator, sebagai pengganti
cahaya radiasi matahari menggunakan lampu. Jumlah radiasi lampu dari solar
simulator yang sampai pada celah kekolektor paling sedikit harus mencapai
700 W/m2. Dalam pengujian khsusus juga dapat menggunakan radiasi matahari
dengan nilai antara 300 W/m2 – 1000W/m2.
Untuk parameter karakteristik pada kolektor dapat diperkirakan dari pengujian
efisiensi termal. Pengujian harus dilakukan dengan setidaknya melakukan
pengambilan empat nilai yang berbeda dari temperatur fluida masuk (Ti).
Pengambilan empat data tersebut harus diambil untuk nilai Ti, dalam dua waktu
periode selama proses dan dua waktu yang berhasil dari 16 poin pengujian (EN
12975, 2006).
41
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis memilih waktu dan tempat penelitian
sebagai berikut:
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian dan pengambilan data akan dilakukan di Laboraturium
Termodinamika Teknik Mesin Universitas Lampung.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dijadwalkan dilakukan pada bulan Desember 2017 hingga
Juli 2018 dengan jadwal tersusun sebagai berikut:
Table 3.1 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
Kegiatan
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
1 Studi literature
2
Perancangan
persiapan alat
pengujian
3 Pengujian
4
Validasi dan simulasi
CFD Ansys Fluent
15.0
5
Pembuatan laporan
akhir
42
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan selama penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3.2.1 Solar Simulator
Gambar 3.1 Solar Simulator merupakan alat yang digunakan sebagai
pengganti radiasi matahari pada saat pengujian. Menggunakan lampu
halogen sebanyak 12 buah dengan daya masing- masing sebesar 300
Watt, 220 V.
Gambar 3.1 Solar Simulator
3.2.2 Solar Photovoltaic Module SR-156P-100
Pada Gambar 3.2 Photovoltaic merupakan sistem yang digunakan
untuk merubah radiasi matahari menjadi energi listrik dengan
spesifikasi Vmp 17.6 V, Imp 4.26 A.
Gambar 3.2 Photovoltaic
43
3.2.3 Komputer A445L
Gambar 3.3 merupakan komputer yang digunakan untuk simulasi
dengan tipe komputer A445L dengan sepesifikasi sebagai berukut:
Gambar 3.3 Spesifikasi Komputer A445L
3.2.4 Solar Power Meter SPM-1116SD
Gambar 3.4 Solar power meter digunakan untuk mengukur jumlah
radiasi matahari yang dipancarkan solar simulator mengenai
permukaan photovoltaic dengan satuan (W/m2).
Gambar 3.4 Solarmater SPM-1116SD
No Hardware Spesifikasi Slot
1 Prosesor Intel Core i5 INTEL
2 RAM 8 GB DDR3
3 VGA Card NVIDIA G 820 M DDR3
44
3.2.5 Digital Thermometer TM-947SD
Gambar 3.5 Digital Thermometer merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mengukur temperature fluida inlet dan outlet kolektor dengan
resolusi pengukuran 0.1 0C, range (-50.0 – 999.0 0C), akurasi ± (0.4%
+1 0C).
Gambar 3.5 Digital Thermometer TM-947SD
3.2.6 Water Heater
Gambar 3.6 Water Heater digunakan untuk meningkatkan temperatur
fluida sebelum memasuki kolektor sesuai dengan kebutuhan, terdiri
dari dua buah heater masing - masing berdaya 1000 Watt dan 500 Watt,
220V.
Gambar 3.6 Water heater
45
3.2.7 Water Flow Meter YF-S401
Gambar 3.7 merupakan flow meter yang digunakan untuk mengukur
laju alira massa air yang memasuki kolektor. Spesifikasi range 0,3 – 6
L/min, dan pressure 0,8 Mpa.
Gambar 3.7 Water Flow Meter YF-S401
3.2.8 Thermocople
Gambar 3.8 Thermometer digunakan mengukur temperatur fluida
masuk dan keluar pada kolektor dengan tipe J, resolusi 0.1 0C, range (-
50.0 – 999.0 0C).
Gambar 3.8 Heat Sensor (Thermocople)
46
3.2.9 Digital Laser Thermometer
Gambar 3.9 Digital laser thermometer merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur temperatur permukan photovoltaic, dengan range -50
oC – 380 oC dan akurasi pembacaan dengan error ± 1.5 % (1.5oC).
Gambar 3.9 Digital Laser Thermometer
3.2.10 Solar Charge Controller
Gampar 3.10 Solar charge controller adalah alat yang digunakan untuk
mengontrol listrik yang dihasilkan oleh photovoltaic. pembacaaan alai
ini meliputi arus (A) dan tegangan (V) yang dihasilakan dan yang
diberikan pada bateri serta beban yang dipasang.
Gambar 3.10 Solar Charge Controller
47
3.2.11 Flat Plate Collector
Gambar 3.11 Flat plate collector merupakan alat yang digunakan untuk
menyerap energi radiasi dan mengubahnya menjadi kalor dengan pelat
absorber aluminium dan pipa dari tembaga.
Gambar 3.11 Flat Plate Collector
3.2.12 Accu
Gambar 3.12 Accu digunakan untuk menyimpan daya listrik yang
dihasilkan oleh photovoltaic. Accu yang digunakan dengan voltase 24
volt.
Gambar 3.12 Accu
48
3.3 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan melakukan prosedur yang meliputi:
Perancangan desain hybrid photovoltaic thermal (PV/T), Simulasi pengujian
mengunakan software CFD Ansys fluent 15.0, Pengujian untuk memvalidasi
simulasi secara eksperimen dan melakukan pengembangan simulasi
berdasarkan ketebalan pelat absorber.
3.3.1 Perancangan Desain Kolektor Surya Pelat Datar
Perangcangan kolektor surya pelat datar dengan tipe aliran serpentine,
terlihat pada gambar 3.13 dengan pipa tembaga berdiameter dalam 9,53
mm menggunakan sambungan elbow 900. Jarak antar pipa sepanjang
80 mm dengan panjang total pipa 7 m. pelat datar menggunakan bahan
aluminium dengan variasi ketebalan pelat absorber (t) 0,5 mm, 1 mm,
2 mm, dan 3 mm dengan panjang 940 mm dan lebar 750 mm.
Gambar 3.13 Desain Flat Pelate Collector
80
80
0
60
0
75
0
49
Gambar 3.14 Susunan Desain Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T)
Selanjutnya komponen - komponen dirakit dengan susunan desain
seperti pada gambar 3.14. Dimulai paling atas photovoltaic berukuran
Panjang 1 m dan lebar 0,8 m yang dipasang pada kerangka bagian atas
kemudian pelat aluminium dan pipa tembaga direkatkan dan dipasang
pada bagian bawah kerangka. Sehingga menjadi satu kesatuan hybrid
photovoltaic thermal (PV/T) seperti pada gambar berikut:
Gambar 3.15 Hybrid photovoltaic thermal (PV/T)
50
3.3.2 Pengujian Hybrid Photovoltaic Thermal (PV/T) Pada Solar Simulator
Pengujian secara ekperimen dilakukan didalam laboratorium
menggunakan solar simulator, untuk memvalidasi hasil dari simulasi
menggunakan software CFD Ansys fluent 15.0. Pengujian dilakukan
untuk mengetahui unjuk kerja dari hybrid photovoltaic thermal (PV/T).
Pengujian hybrid photovoltaic thermal (PV/T) dilakukan dengan 4
variasi temperatur fluida masuk (Tin), mulai dari temperatur mendekati
lingkungan sampai dengan tempertur kerja optimum dari photovoltaic.
Setiap variasi temperatur dilakukan pengmabilan data sebanyak 4 kali
sesuai dengan standar EN 12975. Adapun tahapan pengukurannya
adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran temperatur fluida masuk PV/T Tin (oC)
2. Pengukuran laju aliran massa fluida ṁ (kg/s)
3. Pengukuran energi radiasi pada solar simulator, dengan waktu
pengkondisian sebelum pengambilan data selama 20 menit,
menggunakan solar power meter.
4. Pengukuran temperatur fluida keluar PV/T Tout (oC)
5. Pengukuran udara lingkungan (oC)
6. Pengukuran temperatur permukaan pada photovoltaic (oC)
7. Pegukuran tegangan photovoltaic (PV) (V)
8. Pengukuran arus keluar photovoltaic (PV) (A)
9. Pengukuran daya output dati photovoltaic (PV) (Watt).
51
Gambar 3.16 Skema Rangkaian Pengujian PV/T
Keterangan:
1. Hybrid photovoltaic thermal (PV/T) 8. Pompa Sirkulasi
2. Solar power mater 9. Katup
3. Solar simulator 10. Flow mater
4. Digital thermometer 11. Heater
5. Thermometer Output 12. Control Charger
6. Thermometer inlet 13. Accu
7. Pressure gauge 14. Lampu
Pada gambar 3.16 merupakan skema rangkaian pengujian yang
dilakukan dalam penelitian ini. Data hasil pengujian digunakan
sebanyak 16 data, yang terdiri dari 4 macam variasi temperatur inlet
kemudian ditulis dalam tabel data. Berikut adalah tabel data masing-
masing variasi temperatur untuk pengujian hybrid photovoltaic thermal
(PV/T) pada kondisi stady.
52
3.3.3 Simulasi Mengguanakan CFD Ansys Fluent 15.0
Proses simulasi menggunakan program computational fluid dynamic
(CFD) yaitu Ansys fluent versi 15.0. Dalam menjalankan program
Ansys fluent perlu perlu tiga tahapan sebagai berikut:
1. Tahap pre-prosesing
Tahap ini dimulai dengan membuat geometri kemudian melakukan
mehsing menentukan batas bidang objek geometri dan pengecekan
meshing.
a. Membuat geometri
Gambar 3.17 dan 3.18 merupakan bentuk geometri yang dibuat
menggnakan Ansys fluent versi 15.0. Batas geometri nya
meliputi cover, tube and absorber dan fluida dengan ukuran
geometri seperti pada desain.
Gambar 3.17 Desain PV/T pada Ansys fluent
53
Gambar 3.18 Desain PV/T tampak depan pada Ansys fluent
b. Menentukan meshing
Setelah membuat geometri langkah selanjutnya adalah
menentukan meshing seperti nampak pada gambar 3.19 dan
3.20 merupakan hasil meshing pada pipa dan pelat absorber.
Tahap ini akan menentukan ketelitian dalam proses analisis
pada Ansys. Semakin kecil ukuram meshing pada suatu objek
maka tingkat ketelitian hasil akan semakin baik. Dalam simulasi
ini digunakan ukuran meshing sebesar 0,1 mm.
Gambar 3.19 Hasil meshing pada pipa dan pelat
54
Gambar 3.20 Hasil meshing pada pipa dan pelat tampak depan
2. Tahap Prosesing
Tahap prosesing merupakan salah satu tahap paling utama dalam
sebuah simulasi, dalam tahap ini akan dimemasukan kondisi batas
serta parameter (setup) yang diperlukan selain itu tahap ini adalah
tempat berlangsungnya semua proses general, models, penentuan
material, cell zone conditions, boundary condition, dan run
calculations.
a. General Menu
Pada gambar 3.21 Toolbar general menu merupakan dalam
simulasi ini aliran fluida berifat steady didalam pipa dengan
velocity formulation yang absolute dan menggunakan metode
solusi default berdasarkan pada tekanan. Kemudan set unit
temperatur dalam (0C) dan Panjang dalam (mm).
55
Gambar 3.21 Toolbar General Menu
b. Models Menu
Pada gambar 3.22 Toolbar models menu didalamnya ada energi
dan prosesnya sebagai bagian dari analisis untuk itu energi
disetting ON. Kemudian radiasi menggunakan surface to surfice
karena paling cocok untuk aliran yang bersifat steady.
Kemudian menampilkan hasil paling baik untuk perpindahan
panas radiasi melalui photovoltaic-plate-pipe to fluids.
Gambar 3.22 Toolbar Models Menu
56
c. Materials Menu
Pada gambar 3.23 dan 3.24 merupakan tollbar material menu
digunakan menyesuaikan material yang digunakan dalam
eksperimen sehingga dalam simulasi ini material solid terdiri
dari tembaga untuk pipa, aluminium untuk pelat dan silicon
semiconductor untuk photovoltaic. Untuk fluida menggunakan
air (water-liquud) dan udara.
Gambar 3.23 Toolbar fluid Materials Menu
Gambar 3.24 Toolbar solid Materials Menu
57
d. Cell Zone Conditions Menu
Didalam Cell Zone Conditions Menu gambar 3.25 tiap-tiap
bagian disesuaikan dengan nama dan jenis material yang
digunakan. Pada bagian cover (enclosure) berupa udara (air),
bagian tube dengan material tembaga dan bagian fluids dengan
material air (water-liquid).
Gambar 3.25 Toolbar Cell Zone Condition Menu
e. Boundary Conditions Menu
Gambar 3.36 merupakan boundary condition dimana pada
tahapan ini batas batas kondisi yang digunakan dalam simulasi
ditentukan mulai dari laju aliran massa dan temperature inlet,
menentukan tembus cahaya atau tidaknya suatu material.
58
Gambar 3.26 Toolbar Boundary Conditions Menu Inlet
Gambar 3.27 Toolbar Boundary Conditions Menu Radiasi
Gambar 3.28 Toolbar Boundary Conditions Menu wall
59
f. Mash Interface Menu
Pada gambar 3.29 Mash Interface Menu merupakan tahap
penghubungan atar permukaan bidang yang berkontak,
permukaan photovoltaic yang berkontak dengan permukaan
pelat. Pelat dengan tube kemudian dari tube ke fluida.
Gambar 3.29 Toolbar Mash interface Menu
g. Solution Initialization
Pada gambar 3.30 menunjukan solution initialization dalam
tahap ini dilakukan pengecekan ulang terhadp meshing,
boundary condition, dan energy radiation secara komputerisasi
untuk memastikan tidak ada error dalam input nya.
60
Gambar 3.30 Toolbar Solution Initilatization Menu
h. Run Calculating
Pada pada gambar 3.31 run calculation tahap ini terjadi proses
iterasi hingga mendapat nilai terkecil. Sehingga pada akhir
proses ini dapat melihat karak teristik fluida dalam bentuk
kontur warna, animasi dan grafik.
Gambar 3.31 Toolbar Run Calculating Menu
61
3. Tahap Post-prosesing
Post-prosesing merupakan tahap terakhir dan tahap ini, pada
gambar 3.32 dan gambar 3.33 menampilkan hasil dari proses
simulasi yang telah dilakukan. Dimana hasil diinterpretasikan
kedalam gambar berupa kontur warna, grafik ataupun animasi.
Gambar 3.32 Post-prosesing
Gambar 3.33 Post-Prosesing Result
62
3.4 Proses Validasi dan Pengembangan Simulasi
Setelah prosedur penelitian tercapai maka selanjutnya melakukan validasi.
Merupakan proses penentuan apakah model konseptual simulasi benar-benar
merupakan representasi akurat dari sistem nyata yang dimodelkan.
Memvalidasi hasil model simulasi dengan data eksperimen unjuk kerja
kolektor hybrid photovoltaic thermal (PV/T) pelat datar aliran serpentine.
Setelah melakukan validasi kemudian dilakukan pengembangan simulasi
karakteristik (PV/T).
3.4.1 Prosses Validasi
Memvalidasi simulasi dilakukan dengan membandingkan data hasil
simulasi dengan data hasil eksperimen yang telah dilakukan, dengan
parameter yang meliputi distribusi temperatur permukaan photovoltaic,
temperatur outlet, dan pressure drop.
1. Perbandingan distribusi tempertur permukan photovoltaic
Dalam eksperimen didapat hasil pengukuran temperatur permukaan
yang terdiri dari 32 titik untuk mempermudah melihat distribusi dari
temperatur dipermukaan. Dalam simulasi juga dilakukan pengukuran
dengan jumlah titik yang sama kemudian hasil simulasi dibandingkan
dengan hasil eksperimen dalam sebuah grafik.
2. Perbandingan temperatur fluida keluar (outlet)
Perbandingan fluida keluar dengan menggunakan laju aliran massa
fluida sebesar 0.010 kg/s dengan variasi temperatur inlet (Tin) 30 0C,
35 0C, 40 0C dan 45 0C. Hasil dari simulasi kemudian dibandingkan
dengan data eksperimen dalam sebuah grafik.
63
3. Perbandingan Pressure Drop
Perbandingan pressure drop dilakukan dengan variasi laju aliran
massa fluida sebesar 0.005 kg/s, 0,010 kg/s dan 0,015 kg/s. Variasi
laju aliran massa digunakan untuk melihat kesamaan nilai baik secara
eksperimen maupun simulasi.
3.4.2 Pengembangan Simulasi Karakteristik (PV/T)
Setelah validasi kemudian dilakukan pengembangan simulasi berupa
pengaruh variasi ketebalan pelat absorber dan laju aliran massa fluida.
Pengembangan simulasi dilakukan untuk melihat unjuk kerja dan
karakteristik pada hybrid photovoltaic termal. Dalam hal ini ujuk kerja
berupa termal dan pressure drop pada hybrid photovoltaic thermal
(PV/T) aliran serpentin. Proses simulasi dilakukan menggunakan
software CFD Ansys Fluent 15.0 adapun pengembangan simulasi
dilakukan dengan variasi ketebalan pelat absorber (t) 0,5 mm, 1 mm, 2
mm dan 3 mm dan laju aliran massa yang digunakan sebear 0,005 kg/s,
0,010 kg/s dan 0,015 kg/s.
64
3.5 Diagram Alir Metodologi Penelitian
Gambar 3.34 Diagram Alir Penelitian.
Belum
Mulai
Kondisi Batas
Termal Sesuai
Dengan Standar
EN 12795
Selesai
Studi Litetatur
Mendesain kolektor pelat datar aliran serpentin kemudian
digabungkan dengan photovoltaic, menjadi kolektor hybrid
photovoltaic thermal (PV/T)
Melakukan pengujian unjuk kerja termal pada kolektor hybrid
photovoltaic thermal (PV/T)
Data Pengujian
Mensimulasikan unjuk kerja kolektor hybrid photovoltaic thermal (PV/T) pelat datar
aliran serpentine kemudian membandingkan dengan data eksperimen.
Sudah
Mengembangkan simulasi unjuk kerja kolektor hybrid photovoltaic thermal (PV/T)
pelat datar aliran serpentine berdasarkan ketebalan pelat absorber.
Analisis data hasil dan kesimpulan
92
V. PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil simulasi dan pengembangan simulasi berdasarkan ketebalan
pelat absorber pada hybrid photovoltaic termal (PV/T) aliran serpentine yang
telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemodelan CFD Ansys Fluent dapat diandalkan dalam memprediksi
karakteristik perpindahan panas dan aliran fluida berdasarkan distribusi
temperatur dengan kedekatan nilai faktor koreksi antara pengujian dan
simulasi sebesar 0,78 dan 0,74.
2. Pertambahan ketebalan pelat absorber mengakibatkan peningkatan
temperatur permukaan photovoltaic sebesar ± 0,60 0C dengan rata-rata
pertambahan ketebalan ± 0,5 mm.
3. Peningkatan laju airan massa 0,005 kg/s maka temperatur permukaan
photovoltaic mengalami penurunan ± 1,92 0C dengan peningkatan pressure
drop sebesar ± 453 Pa.
4. Menggunakan ketebalan pelat absorber 0,5 mm dengan laju aliran massa
0,015 kg/s meghasilkan temperature permukaan photovoltaic paling rendah
bila dibandingkan laju aliran massa (0.005 kg/s, 0.010 kg/s) dengan daya
pompa 18 watt.
93
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan serta untuk
pengembangan penelitian selanjutnya maka saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Agar perpindahan panas dapat berlangsung secara obtimal sebisa mungkin
menghindari adanya celah antara absorber dan photovoltaic maupun dari
pipa keabsorber dengan melakukan fabrikasi yang lebih baik agar
komponen dapat melekat dengan sempurna.
2. Disarankan untuk menggunakan fluida yang berbeda selain air, atau dapat
menggunakan fluida campuran.
94
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, B. and Tiwari, G.N. 2010. Optimizing the Energy and Exergy of Building
Integrated Pv thermal (BIPVT) Systems Under Cold Climatic Conditions.
doi.org/10.1016/j.apenergy.2009.06.011.
Allan, J. et al. 2017. CFD Simulation and Experimental Study of Key Design
Parameters of Solar Thermal Collectors. School of Engineering and
Design. Brunel University. London.
Chow, T.T. Hand, J.W dan Strachan, P.A. 2003. Building Integrated PV and
Thermal Application in A Subtropical Hotel Building.
doi.org/10.1016/S1359-4311(03)00183-2.
Duffie, J.A dan Beckman, W.A. 1980. Solar Engineering of Thermal Processes.
Hobokem. Jhon Wiley and Sons. New York.
EN 12975, 2006. Thermal Systems and Component – Solar Collector part-2.
Germany.
Goswami, D. Yogi. 1999. Principle of Solar Engineering. LLC. Paris.
Holman, J.P. 1983. Heat Transfer. Sixth Edition. McGraw Hill. London
95
Incropera, F.P. 2007. Fundaamental of Heat and Mass Transfer. Sixth Edition. Jhon
Wiley and Sons. New York.
Ismai. 2016. Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar Aliran Serpentine
Berdasarkan Jenis Elbow Dan Jarak Pipa. Bandar Lampung. Jurusan
Teknik Mesin Universitas Lampung.
Iswanto, Ady. 2008. Staf Divisi Riset 102FM. ITB
Kementrian, ESDM. 2010. http://www3.esdm.go.id/berita/artikel/56-
artikel/3347 pemanfaatan-energi-surya-di-indonesia.html. Diakses 20
november 2017.
Kalogirou, S.A. 2003. Solar Energy Engineering Processes And System. Edisi ke-
2. Elsevier.
Mojiri, A. et al. 2013. Spectral Beam Splitting for Efficient Conversion of Solar
Energy. A Review. In Renewable and Sustainable Energy Reviews. Pages
654–663. doi:10.1016/j.rser.2013.08.026.
Sumarsono, M. 1998. Perancangan Dimensi Kolektor Plat Datar Pemanas Udara
Denga Metode Whiller. Samarinda.
Vries, P.D et al. 2011. Energi yang Terbarukan. Contained Energy Indonesia.
Jakarta.
Zondag, H.A. 2008. Flat-Plate PV-Thermal Collectors and Systems: A Review.
Renewable and Sustainable Energy Reviews 12 (4):891-959.2008.