UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza...

143
UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET TETAP PADA PT W LAPORAN MAGANG ADIZA DWIANDRINI 0806350884 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2012 Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

UNIVERSITAS INDONESIA

PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET TETAP PADA PT W

LAPORAN MAGANG

ADIZA DWIANDRINI 0806350884

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPOK JANUARI 2012

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

UNIVERSITAS INDONESIA

PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET TETAP PADA PT W

LAPORAN MAGANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

ADIZA DWIANDRINI 0806350884

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPOK JANUARI 2012

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

v

Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Melalui halaman ini, penulis ingin mengekspresikan puji syukur, apresiasi,

penghargaan, dan rasa terima kasih bagi pihak yang telah memberikan bimbingan,

dukungan, dan kontribusi dalam berbagai bentuk sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan magang ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Kehidupan penulis hingga mencapai titik ini, tidak akan sama tanpa kehadiran

pihak-pihak berikut:

1. Allah SWT. Atas kesempurnaan dan rencana-Nya yang sangat indah. Atas

keberadaan-Nya yang selalu membuat saya percaya bahwa semua yang

terjadi adalah hal yang terbaik.

2. Orang tuaku yang luar biasa, Eka Heru Djunaeni dan Inne Mutia Gantini.

Untuk dukungan yang tidak pernah habis, untuk perhatiannya, untuk

kepercayaannya, untuk selalu menjadi inspirasi serta role model yang

mendekati sempurna, dan untuk selalu ada. Papap dan Mamah selalu

menjadi alasan dan motivasi terbesar dalam setiap langkah aku. I love you

both wholeheartedly.

3. Aldy Pradana dan Almira Tri Aulia. Untuk selalu menghibur dengan

caranya masing-masing. Untuk Aa yang cuek dan Almi yang cerewet, aku

sayang kalian.

4. Achmad Lanti dan Herwien Mustika. Terima kasih untuk kasih sayang,

dukungan, nasehat, dan kelucuan Aki dan Eni. Untuk (Alm.) Aki Achmad

Djunaeni dan (Alm.) Eni Iyoh Amalia, terima kasih untuk inspirasi yang

telah dihadirkan melalui papap. Semoga aku bisa menjadi cucu yang

dibanggakan Aki dan Eni.

Juga untuk segenap keluarga besar yang senantiasa memotivasi saya dengan

pertanyaan “kapan lulus?”, terima kasih.

5. Ibu Dini Marina, selaku dosen pembimbing yang banyak membantu penulis

dalam penyusunan laporan magang ini. Terima kasih untuk kritik dan saran

yang membangun, kesabaran, dan segala ilmu yang telah diberikan. Terima

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

vi

Universitas Indonesia

kasih Bu, untuk setiap sesi bimbingan yang memotivasi dan tidak

membebani.

6. Ibu Fitriany dan Bapak Mafrizal Heppy, selaku dosen penguji. Terima kasih

untuk kritik dan saran yang membangun, untuk ilmu dan wawasan, dan

untuk pesan yang Bapak dan Ibu sampaikan kepada saya di ruang sidang.

7. Teman-teman terbaik di FEUI. Saras Amalia Kartika, Diba Saleh, Prista

Nadiariza, Ratih Megaswari Miraza, Miranti Hikmayudi, Azmi Rahmania

Nadyra, Windy Natriavi, Alamanders, dan semua teman-teman cantik di

group Arisan. Tanpa kalian, tahun-tahun di FEUI tidak akan sama

menyenangkannya.

8. Tim audit di KAP QRS yang telah memberikan pengalaman magang yang

sangat berkesan dan penuh pembelajaran. Revita Wandayani, rekan senasib

seperjuangan selama 3 bulan magang. Toni Kurniawan, Vinsensius

Pratama, dan Ivan Purbaya untuk bimbingannya di awal masa magang.

Anggraini Tejarukmi yang laporan magangnya memberi inspirasi dalam

pemilihan topik.

Budi Sandjaja, Arif Zamani, Dhika Fatihurrachman, dan Djoko Budi

Rahardjo. Tim audit Jatinangor yang sangat menyenangkan dan

memperkenalkan kehidupan auditor yang ternyata sangat menarik.

Terutama untuk Mas Djoko yang jasanya dalam penyusunan laporan

magang ini sangat besar. Terima kasih ya Mas, sudah berkenan diganggu di

hari-hari sibuknya.

Terima kasih juga untuk Pak Deden, Pak Agung, Mas Novan dan Mas Lulie

selaku partner dan manager yang secara tidak langsung memberi banyak

pembelajaran untuk saya.

9. Teman-teman saat menjalankan program magang di KAP QRS. Untuk

obrolan-obrolan via stc dan untuk semangat yang selalu diberikan satu sama

lain.

10. The Aurum. Maharani Sahara, Ricky Setiawan, Deddy Lukmanda, Aun

Azmi, dan Dito Krista. Merasa beruntung pernah kenal dan bekerja bersama

kalian. Terima kasih banyak sudah membawa saya ke pengalaman yang

sangat mengubah hidup di tahun 2011. Terima kasih juga untuk Shanty

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

vii

Universitas Indonesia

Debora Yutriny, untuk inspirasi dan bimbingan yang mengantar kami semua

sampai ke titik akhir.

11. AIESEC. For giving me such an amazing opportunity to develop my

potential and for helping me to discover my interest in international

environment. Especially for MOT 28 and my manager, Putera Satria

Sambijantoro. I’ve learned a lot from you.

12. Orang-orang hebat di balik The Experientia, Rasendriya, dan Caldera.

Thank you for giving me a chance to learn from each and every one of you.

13. Keluarga besar Jazz Exhibition 32 dan JGTC Exhibition 33. Terima kasih

untuk pembelajaran tentang pentingnya aspek proses dan hasil dalam suatu

kerja tim.

14. Keluarga besar Perwakilan Kelas XIII SMAN 8 Jakarta. Bukti nyata bahwa

profesionalitas di atas kekeluargaan itu bukan omong kosong.

15. Teman-teman mahasiswa FEUI dari berbagai angkatan dan jurusan. Saya

yakin di masa depan, kita semua akan menjadi orang yang membanggakan

di bidangnya masing-masing.

16. Dosen, Staf Pengajar, Asisten Dosen, dan segenap Staf FEUI, terima kasih

untuk ilmu, bimbingan, dan bantuannya selama masa perkuliahan di FEUI.

17. Semua pihak yang belum disebutkan dalam kata pengantar ini, yang telah

berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung atas pencapaian

penulis akan gelar sarjana. Terima kasih!

Penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan membuka diri untuk segala kritik dan

masukan yang dapat membangun dan meningkatkan kualitas laporan ini. Semoga

laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Januari 2012

Penulis

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

ix

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Adiza Dwiandrini Program Studi : Akuntansi Judul : Proses Audit Atas Akun Aset Tetap Pada PT W Laporan magang ini menggambarkan dan membahas tentang proses pelaksanaan audit atas akun aset tetap yang merupakan bagian dari audit laporan keuangan pada PT W, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur tekstil. Auditor telah melakukan proses audit sesuai dengan metodologi audit yang dirancang QRS Global, yang mencakup perencanaan dan identifikasi risiko, strategi dan penilaian risiko, eksekusi prosedur audit, hingga perumusan kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan dari audit atas aset tetap ini adalah adanya kelemahan dalam pengendalian internal perusahaan, utamanya dalam hal kapitalisasi dan penyusutan aset tetap. Temuan ini dicantumkan di dalam management letter sebagai bentuk komunikasi auditor agar klien dapat mengetahui kelemahannya dan memperbaikinya di periode mendatang. Secara keseluruhan, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT W tanggal 30 Juni 2011, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Kata kunci : Audit, aset tetap, kapitalisasi, penyusutan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

x

Universitas Indonesia

ABSTRACT Name : Adiza Dwiandrini Study Program: Accounting Title : The Audit Process of Property, Plant, and Equipment in PT W This report illustrates and discusses the audit process of property, plant, and equipment, as a part of financial statement audit in PT W, a textile manufacturing company. Auditor has conducted the audit process based on QRS Global Audit Methodology, which encompasses four phases; Planning and Risk Identification, Strategy and Risk Assessment, Execution, and Conclusion and Reporting. There were several findings concerning on company’s internal control, which mainly related to its capitalization and depreciation policy. These findings were stated in the management letter as a form of communication in order to give client understanding about their control deficiencies, so they could make improvements needed in the next period. In general, auditor concluded that the financial statement presents fairly, in all material respects, the financial position of PT W as of June 30, 2011, and the result of its operation and its cash flow for the year ended, in conformity with accounting principles generally accepted in Indonesia. Keywords: Audit; property, plant, and equipment; capitalization; depreciation

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

xi

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG ................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv KATA PENGANTAR ............................................................................................ v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................ viii ABSTRAK ............................................................................................................. ix ABSTRACT ............................................................................................................ x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi 1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang ........................................... 1 1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang ........................................................ 2 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang ................................................... 3 1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang ................................................................... 3

1.4.1 PT Y ................................................................................................... 3 1.4.2 PT W ................................................................................................... 4

1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang ............................................... 6 1.6 Sistematika Penulisan Laporan Magang ..................................................... 6

2. KONSEP DAN PENGERTIAN ...................................................................... 8 2.1 Aset Tetap ................................................................................................... 8

2.1.1 Definisi Aset Tetap ........................................................................... 8 2.1.2 Biaya Perolehan Aset Tetap ............................................................ 10 2.1.3 Biaya Setelah Perolehan Awal Aset Tetap ..................................... 15 2.1.4 Pengukuran Aset Tetap ................................................................... 18 2.1.5 Penyusutan Aset Tetap ................................................................... 20 2.1.6 Pengungkapan Aset Tetap .............................................................. 23

2.2 Audit Atas Aset Tetap ............................................................................... 24 2.2.1 Definisi Audit ................................................................................. 25 2.2.2 Jenis-jenis Audit ............................................................................. 26 2.2.3 Asersi Manajemen dan Tujuan Audit ............................................. 27

2.2.3.1 Asersi Mengenai Saldo Akun ............................................ 27 2.2.3.2 Tujuan Audit Terkait Saldo ............................................... 28 2.2.3.3 Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan ......... 30

2.2.4 Bukti Audit ..................................................................................... 31 2.3 Proses Audit Secara Umum ...................................................................... 33 2.4 Prosedur Audit Atas Aset Tetap ................................................................ 35

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

xii

Universitas Indonesia

3. PROSEDUR AUDIT ATAS AKUN ASET TETAP PADA PT W ............. 44 3.1 Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) QRS ............................................... 44

3.1.1 Gambaran Umum ............................................................................ 44 3.1.2 Jasa Yang Ditawarkan .................................................................... 44

3.2 Profil PT W ............................................................................................... 46 3.2.1 Gambaran Umum ............................................................................ 46 3.2.2 Proses Bisnis ................................................................................... 47 3.2.3 Pemegang Saham ............................................................................ 49 3.2.4 Struktur Organisasi ......................................................................... 49

3.3 Pelaksanaan Magang ................................................................................. 50 3.3.1 Fase Perencanaan dan Identifikasi Risiko ...................................... 50 3.3.2 Fase Strategi dan Penilaian Risiko ................................................. 53 3.3.3 Fase Eksekusi .................................................................................. 60

3.3.3.1 Melakukan Pengujian Journal Entries .............................. 61 3.3.3.2 Prosedur Untuk Memenuhi Tujuan Audit Kaitan Rinci .. 61 3.3.3.3 Melaksanakan Prosedur Analitis ....................................... 62 3.3.3.4 Melakukan Verifikasi Akuisisi Aset Tetap Tahun Berjalan . ........................................................................................... 62 3.3.3.5 Melakukan Verifikasi Pelepasan Aset Tetap Tahun

Berjalan ............................................................................. 65 3.3.3.6 Melakukan Verifikasi Saldo Akhir Akun Aset Tetap ....... 66 3.3.3.7 Melakukan Verifikasi Beban Penyusutan dan Saldo Akhir

Akun Akumulasi Penyusutan ............................................ 66 3.3.3.8 Prosedur Substantif Lain ................................................... 69

3.3.4 Fase Kesimpulan dan Penyusunan Laporan Keuangan Hasil Audit . ........................................................................................................ 73

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................................ 77

4.1 Analisis Proses Audit Secara Umum ........................................................ 77 4.2 Analisis Atas Fase Perencanaan dan Identifikasi Risiko .......................... 78 4.3 Analisis Atas Fase Strategi dan Penilaian Risiko ..................................... 80 4.4 Analisis Atas Fase Eksekusi ...................................................................... 86

4.4.1 Analisis Atas Pengujian Pengendalian ........................................... 87 4.4.2 Analisis Atas Pelaksanakan Prosedur Analitis ............................... 87 4.4.3 Analisis Atas Verifikasi Akuisisi Aset Tetap Tahun Berjalan ....... 88 4.4.4 Analisis Atas Verifikasi Pelepasan Aset Tetap Tahun Berjalan ..... 93 4.4.5 Analisis Atas Verifikasi Saldo Akhir Akun Aset Tetap ................. 94 4.4.6 Melakukan Verifikasi Beban Penyusutan dan Saldo Akhir Akun

Akumulasi Penyusutan ................................................................... 95 4.4.7 Analisis Atas Prosedur Substantif Lain .......................................... 95

4.5 Analisis Atas Fase Kesimpulan dan Penyusunan Laporan Keuangan Hasil Audit .......................................................................................................... 98

4.6 Analisis Atas Kapitalisasi dan Penyusutan Aset Tetap PT W ................ 101 4.6.1 Analisis Atas Kapitalisasi Aset Tetap ........................................... 102 4.6.2 Analisis Atas Penyusutan Aset Tetap ........................................... 106

5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 114

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 114

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

xiii

Universitas Indonesia

5.2 Saran ........................................................................................................ 116 5.2.1 Saran Kepada PT W ...................................................................... 116 5.2.2 Saran Kepada KAP QRS .............................................................. 118

DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 120 LAMPIRAN

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

xiv

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Prosedur Analitis Aset Tetap ................................................................ 36 Tabel 2.2 Tujuan Audit Terkait Saldo Aset Tetap ................................................ 38 Tabel 3.1 Pemegang Saham PT W ........................................................................ 49 Tabel 3.2 Batas Materialitas Audit PT W ............................................................. 52 Tabel 3.3 Estimasi Umur Manfaat Aset Tetap PT W ........................................... 55 Tabel 3.4 Kenaikan dan Penurunan Aset Tetap PT W .......................................... 60 Tabel 3.5 Hasil Penghitungan Ulang Beban Penyusutan PT W Tahun 2011 ....... 67 Tabel 3.6 Nilai Buku Bersih Aset Tetap PT W Tahun 2011 ................................ 70 Tabel 3.7 Perbandingan Nilai Buku dan Harga Pasar Aset Tetap PT W .............. 70 Tabel 3.8 Client’s late adjustment ........................................................................ 74 Tabel 3.9 Jurnal Reklasifikasi Untuk Tujuan Pelaporan ....................................... 74 Tabel 4.1 Detail Komponen Mesin (sampel 1) ..................................................... 89 Tabel 4.2 Tujuan Audit Terkait Saldo Dalam Akuisisi Aset Tetap ...................... 91 Tabel 4.3 Item Yang Seharusnya Dibebankan .................................................... 104 Tabel 4.4 Detail Komponen Mesin PT W (Sampel 2) ........................................ 108 Tabel 4.5 Detail Komponen Mesin PT W (Sampel 3) ........................................ 109

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

xv

Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Empat Fase Proses Audit ................................................................... 34 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT W ................................................................. 49 Gambar 3.2 Empat Fase Proses Audit Global Audit Methodology ....................... 50 Gambar 3.3 Framework QRS GAM untuk penentuan CRA ................................. 63 Gambar 3.4 Output QRS Microstart untuk penambahan aset tetap ...................... 64

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

xvi

Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Status Operasional Mesin/Peralatan ................................. 122 Lampiran 2 Efek Penyusutan Atas Inkonsistensi Penyusutan Aset Tetap .......... 126

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang

Saat ini, perkembangan zaman mengindikasikan lapangan pekerjaan sudah tidak

mampu menampung sekian banyak permintaan dari pencari kerja, di mana titik

penawaran dan permintaan sudah tidak mencapai titik temu. Kondisi demikian

berimbas pada setiap orang yang berlomba untuk menjadi yang terbaik di

bidangnya. Hal ini ditambah dengan semakin terbukanya gerbang antarnegara dan

interaksi antarbangsa di dunia internasional sehingga persaingan untuk mencapai

titik temu tersebut diramaikan tidak hanya oleh penduduk sebangsa. Mahasiswa

perguruan tinggi tak pelak menjadi salah satu penduduk dunia yang harus

berlomba untuk meningkatkan kompetensi dan meningkatkan daya juang untuk

memperebutkan berbagai peluang dan kesempatan.

Akuntansi merupakan salah satu cabang ilmu yang dinamis. Ilmu akuntansi

berkembang seiring dengan perkembangan disiplin ilmu yang terkait. Akuntansi

merupakan ilmu yang aplikatif serta menuntut banyak praktek yang tidak akan

terpenuhi dengan pembelajaran teoritis saja.

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada umumnya, dan departemen

akuntansi pada khususnya, menyadari tuntutan untuk selalu meningkatkan

kualitas pembelajaran bagi mahasiswanya sebagai bekal utama dalam menghadapi

persaingan tersebut. Peningkatan kualitas tidak hanya diwujudkan dalam bentuk

penyempurnaan metode dan kurikulum pembelajaran di ruang kuliah, namun juga

diwujudkan dalam bentuk penyediaan kesempatan bagi mahasiswa untuk

melaksanakan program magang, yang juga merupakan salah satu pilihan bagi

mahasiswa sebagai prasayarat kelulusan di penghujung masa studi.

Dilatarbelakangi hal di atas, penulis memutuskan untuk mengambil kesempatan

untuk melaksanakan program magang. Hal ini utamanya didasari kesadaran untuk

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

Universitas Indonesia

2

selalu mengembangkan diri sebagai bekal penulis untuk menghadapi dunia kerja

selepas menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

1. 2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang

Program magang merupakan salah satu pilihan yang dapat menjadi prasyarat

kelulusan sebagai pengganti penyusunan skripsi bagi mahasiswa yang menginjak

tingkat akhir di FEUI.

Program magang diharapkan dapat menjadi sarana bagi mahasiswa untuk terjun

dan terlibat langsung di dunia kerja profesional. Peserta magang akan

mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan teori yang telah dipelajari

selama berada di ruang kuliah secara tepat guna ke dalam kehidupan kerja nyata.

Ditinjau dari segi intrapersonal, program magang merupakan wadah yang tepat

untuk melakukan pengembangan tersebut. Hal ini didasari keyakinan bahwa

kemampuan intrapersonal merupakan kemampuan yang dapat dipelajari dan dapat

dikembangkan. Selama proses pelaksanaan magang, mahasiswa dapat

meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan rekan kerja, bekerja dalam

tim, berkomunikasi dengan baik di lingkungan profesional, menjadi pribadi yang

proaktif, hingga belajar bagaimana mengelola masalah serta konflik. Hal-hal

tersebut merupakan kemampuan yang dinilai penting sebagai bekal awal

seseorang menghadapi dunia kerja yang akan dimasuki selepas penyelesaian studi

di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Pelaksanaan program magang akan memberikan pengalaman tersendiri, dan

utamanya mengembangkan diri mahasiswa dari sisi profesional juga

intrapersonal. Hal ini merupakan salah satu pengejewantahan dari misi Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia yaitu menghasilkan lulusan dalam bidang

Ekonomi dan Bisnis yang berkualitas tinggi di ASEAN.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

Universitas Indonesia

3

Di lain pihak, program magang juga membuka peluang bagi perusahaan tempat

pelaksanaan magang sebagai sarana penyediaan sumber daya manusia yang

kompeten.

1. 3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang

Penulis mendapat kesempatan untuk melaksanakan program magang di salah satu

kantor akuntan publik yang tergolong dalam KAP Big Four, yaitu KAP QRS yang

merupakan afiliasi dari QRS Global Limited, dan berlokasi di Jakarta. Waktu

pelaksanaan magang berkisar selama 3 (tiga) bulan yang dimulai pada 10 Juni

2011 dan diakhiri pada 29 Agustus 2011. Penulis menempati posisi junior auditor

pada divisi assurance services dan selanjutnya dialokasikan ke group retailer and

consumer product (RCP).

1. 4 Pelaksanaan Kegiatan Magang

Selama menjalankan proses magang di KAP QRS, penulis dialokasikan ke dalam

beberapa tim dan mengerjakan klien yang berbeda dengan setiap tim.

1.4.1 PT Y

Klien pertama ditangani penulis adalah PT Y, sebuah perusahaan yang

memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan ini

mempunyai tiga anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan

pengangkutan. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT A, PT B, dan PT C yang

ketiganya diaudit oleh auditor yang sama dengan auditor PT Y (perusahaan

induk).

Tim audit telah mempersiapkan untuk melakukan proses audit interim Juni 2011.

Namun, sebelum kerja lapangan dimulai, engagement tersebut dibatalkan oleh

pihak klien, sehingga praktis proses audit terhenti.

Selama proses persiapan tersebut, penulis mendapat kesempatan untuk melakukan

pemeriksaan fisik pada salah satu gudang PT A, dengan menghitung jumlah

persediaan yang ada secara fisik dan membandingkannya dengan jumlah

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

Universitas Indonesia

4

persediaan yang telah dicatat klien. Penulis juga melakukan pemeriksaan atas

kondisi persediaan, apakah berada dalam kondisi baik (tidak cacat). Penulis

kemudian melakukan inquiry kepada person in charge di lokasi persediaan dan

membuat berita acara terkait pemeriksaan fisik tersebut.

1.4.2 PT W

Klien kedua yang ditangani oleh penulis adalah PT W yang merupakan salah satu

perusahaan tekstil terdepan di Asia Tenggara. PT W memiliki produk utama

berupa benang sintetis dan produk sulaman, yang saat ini telah diekspor ke lebih

dari empat puluh negara di seluruh dunia. Lokasi produksi dan operasional PT W

terletak di Bandung, Jawa Barat.

Prosedur yang dilakukan penulis selama melakukan proses audit pada perusahaan

klien antara lain :

a. Melakukan prosedur substantif atas akun kas

Penulis diberi kepercayaan untuk mengerjakan working paper dari akun kas

selama proses audit. Prosedur yang penulis lakukan sehubungan dengan

prosedur substantif dari akun kas adalah :

• Melakukan dokumentasi atas konfirmasi yang dibalas oleh bank dan

memastikan bahwa nominal yang dikonfirmasi pihak bank sesuai

dengan nominal yang tercantum pada pencatatan pihak klien di neraca

saldo.

• Melakukan pengecekan atas rekonsiliasi bank yang telah dilakukan oleh

klien. Di sini penulis meminta seluruh rekonsiliasi bank, dan

mencocokkan dengan pencatatan di neraca saldo klien. Penulis juga

mengindentifikasi seluruh item penyesuaian yang ditemukan, apakah

termasuk cek beredar, deposit dalam perjalanan, kesalahan pencatatan,

ongkos jasa bank, pungutan bank, atau kategori lain.

• Selain itu, penulis mengambil sampel menggunakan QRS Microstart

dan QRS Random untuk memeriksa rekening koran bank dan mencari

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

Universitas Indonesia

5

kemungkinan adanya long outstanding yang biasanya muncul atas cek

beredar yang tidak dicairkan dalam waktu yang lama.

• Melakukan uji pisah batas atas transaksi antar bank. Penulis mengambil

sampel lima bank yang memiliki volume aktivitas terbanyak. Pada

masing-masing bank, penulis menguji masing-masing 5 (lima) transaksi

antar bank yang dilaksanakan PT W baik sebelum maupun sesudah

tanggal neraca.

• Melakukan uji valuasi kas atas kurs dari mata uang yang digunakan

oleh PT W, yaitu Dollar Amerika Serikat, Rupiah Indonesia dan Euro.

Pengujian dilakukan dengan mentranslasi mata uang tersebut ke dalam

kurs utama yang digunakan PT W, yaitu Dollar Amerika Serikat. Kurs

mata uang pada tanggal neraca didapat dari web resmi Bank Indonesia,

untuk kemudian dicocokkan dengan nominal yang tercatat pada

dokumen mata uang yang didapat dari klien.

• Melakukan prosedur pengujian kas kecil, dengan memastikan nominal

yang tertera pada neraca saldo telah sesuai dengan nominal yang

diperiksa auditor pada pemeriksaan fisik kas kecil.

• Melakukan penghitungan ulang atas bunga dari time deposit yang

dimiliki oleh PT W, serta melakukan vouching atas dokumen time

deposit tersebut.

b. Melakukan prosedur substantif atas akun modal, membuat rekonsiliasi modal

dan melakukan kajian atas notulensi rapat serta akta notaris yang dimiliki PT

W.

c. Melakukan walkthrough atas akun penjualan dan payroll untuk memahami

dan mengidentifikasi aspek pengendalian dari akun dan transaksi tersebut.

d. Melakukan test of control atas akun penjualan dengan melakukan vouching

atas dokumen pendukung proses penjualan.

e. Melakukan vouching dokumen pendukung penjualan sebagai prosedur

alternatif akun piutang.

f. Melakukan vouching dokumen pendukung atas penambahan aset tetap untuk

mengetahui item yang dimasukkan ke dalam capital expenditure aset tetap,

dan melakukan inquiry untuk mengetahui natur kapitalisasi, baik item yang

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

Universitas Indonesia

6

terkait maupun tanggal pengakuan aset serta tanggal dimulainya penyusutan.

Selanjutnya penulis menghitung efek penyusutan yang muncul atas

inkonsistensi penetapan tanggal dimulainya penyusutan. Berawal dari

prosedur vouching, penulis mengetahui banyak hal mengenai aset tetap dan

kapitalisasi yang dilakukan PT W. Hal ini menarik perhatian penulis untuk

menjadikan prosedur audit atas akun aset tetap sebagai bahasan utama dalam

laporan ini.

1. 5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang

Ruang lingkup penulisan laporan magang ini adalah menjelaskan sistem akuntansi

terkait akun aset tetap di PT W, prosedur KAP QRS dalam melakukan audit atas

akun aset tetap PT W pada periode Juni 2011, termasuk analisis dan

pembahasannya dari sudut pandang penulis. Selain itu, penulis juga akan

membahas mengenai beberapa temuan terkait kapitalisasi dan penyusutan aset

tetap PT W di periode Juni 2011.

1. 6 Sistematika Penulisan Laporan Magang

Laporan ini terdiri atas lima bab yang disertai lampiran di akhir laporan. Berikut

penjelasan ringkas mengenai setiap bab:

1. Bab 1 Pendahuluan

Bab ini menjelaskan aspek dasar laporan magang, yang meliputi latar

belakang pelaksanaan program magang, tujuan pelaksanaan program

magang, tempat dan waktu pelaksanaan magang, pelaksanaan kegiatan

magang, ruang lingkup penulisan laporan magang serta sistematika

penulisan laporan magang. Bab pendahuluan memberikan gambaran

umum mengenai isi laporan magang.

2. Bab 2 Konsep dan Pengertian

Bab ini berisi konsep dan pengertian yang menunjang pembahasan dan

analisis pada bab selanjutnya. Adapun konsep yang dibahas mencakup

akuntansi aset tetap, pengauditan aset tetap, serta teori-teori lain yang

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

Universitas Indonesia

7

dianggap relevan dengan pembahasan topik, seperti PSAK (Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan) terkait dengan pencatatan, kapitalisasi, serta

penyusutan aset tetap yang mendasari pembahasan pada bab selanjutnya.

3. Bab 3 Prosedur Audit Atas Akun Aset Tetap Pada PT W

Bab ini akan memberikan penjabaran mengenai keseluruhan proses magang

yang dilakukan oleh penulis terkait dengan audit aset tetap. Bab ini juga

akan memberikan gambaran dan keterangan mengenai KAP QRS selaku

tempat penulis melaksanakan magang dan PT W selaku perusahaan yang

merupakan sumber penulisan laporan magang ini.

4. Bab 4 Analisis dan Pembahasan

Bab ini akan berisi pembahasan dan analisis mendalam mengenai sistem

akuntansi aset tetap PT W dan prosedur audit atas aset tetap yang dilakukan

tim audit terhadap PT W pada periode Juni 2011.

5. Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Bab ini mencakup kesimpulan atas hasil pembahasan dan analisis yang

telah disajikan di bab sebelumnya. Penulis juga memberikan saran terkait

dengan PT W dan KAP QRS sebatas pandangan dan pengalaman penulis

selama melaksanakan program magang.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

8  

Universitas Indonesia

BAB 2

KONSEP DAN PENGERTIAN

2.1 Aset Tetap

2.1. 1 Definisi Aset Tetap

Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) mendefinisikan aset tetap sebagai aset

berwujud yang digunakan dalam proses produksi atau dalam penyediaan barang

dan jasa, disewakan pada pihak lain, atau untuk tujuan administratif. Aset tetap

akan digunakan selama lebih dari satu periode. Aset tetap, atau sering disebut

property, plant, and equipment, mencakup tanah, struktur bangunan (gedung

perkantoran, pabrik, gudang), dan peralatan (mesin, perabotan).

Karakteristik utama yang membedakan aset tetap dari aset lain adalah:

1. Aset tetap digunakan dalam kegiatan operasional dan tidak dimaksudkan

untuk dijual kembali. Jika suatu aset digunakan untuk hal selain

operasional, misalnya dibeli dengan mengharapkan adanya apresiasi harga

atas aset, atau aset tetap itu tidak digunakan, maka dapat dikategorikan

sebagai investasi, dan bukan aset tetap.

2. Aset tetap memiliki masa penggunaan jangka panjang dan biasanya

nilainya disusutkan setiap periode. Untuk aset tetap berbentuk tanah,

umumnya nilainya tidak disusutkan, kecuali terdapat penurunan nilai yang

material, seperti hilangnya kesuburan pada tanah agrikultur karena adanya

musim kemarau berkepanjangan.

3. Aset tetap memiliki wujud fisik. Hal ini yang membedakan aset tetap dari

aset tak berwujud, seperti paten atau goodwill. Aset tetap juga berbeda dari

bahan baku, karena aset tetap tidak secara langsung menjadi bagian dari

produk yang diperjualbelikan.

Warren et al., (2008) menyatakan bahwa aset tetap adalah aset yang bersifat

jangka panjang dan relatif permanen. Aset tetap merupakan aset berwujud

(tangible asset) karena memiliki bentuk fisik. Aset tetap juga dimiliki dan

digunakan dalam aktivitas bisnis dan tidak untuk diperjualbelikan dalam

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

9

operasional sehari-hari. Aset tetap (fixed asset) seringkali disebut sebagai plant

assets atau property, plant, and equipment.

Aset tetap secara khusus dibahas dalam PSAK 16 revisi 2007. Pada paragraf 6,

disebutkan bahwa :

Aset tetap adalah aset berwujud yang:

(a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,

untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif; dan (b)

diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Definisi ini berlaku untuk komponen seperti suku cadang dan peralatan

pemeliharaan. Meskipun umumnya dicatat sebagai persediaan dan diakui dalam

laporan laba rugi, namun ketika komponen tersebut sekiranya digunakan untuk

lebih dari satu periode, dan digunakan untuk suatu aset tetap tertentu, maka

komponen tersebut dicatat sebagai aset tetap. Penjelasan ini terdapat pada

paragraf 8 pada PSAK 16 revisi 2007.

Definisi aset tetap yang diungkapkan Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011)

menyebutkan salah satu jenis aset yang dapat didefinisikan sebagai aset tetap

adalah aset yang disewakan pada pihak lain. Hal ini senada dengan apa yang

diungkapkan PSAK 16 revisi 2007, yaitu ketika suatu aset yang dimiliki untuk

direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif, maka dapat

dikategorikan aset tetap. Definisi aset tetap tersebut kemudian dapat dilihat

memiliki persamaan dengan definisi properti investasi yang dibahas pada PSAK

13 revisi 2007. Di mana PSAK 13 revisi 2007 mendefinisikan properti investasi

sebagai properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau

kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau penyewa melalui sewa

pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-

duanya, dan tidak untuk:

a. digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk

tujuan administratif; atau

b. dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

10

Adanya persamaan penggunaan istilah ‘rental’ ataupun ‘sewa’ dalam definisi aset

tetap dan properti investasi seringkali menimbulkan kebingungan dalam

membedakan keduanya. Lam dan Lau (2008) menyebutkan bahwa untuk

membedakan keduanya, entitas dapat melihat suatu properti atau aset dari dua hal,

yaitu:

1. Penciptaan arus kas

Properti investasi dimiliki untuk mendapatkan penghasilan sewa dan/atau

untuk mendapatkan apresiasi modal, sehingga dapat dikatakan properti

investasi menghasilkan arus kas secara independen dan tidak terkait

dengan aset lain yang dimiliki entitas. Hal ini berbeda dengan aset tetap

yang dimiliki untuk produksi barang dan jasa, serta menghasilkan arus kas

yang tidak hanya berhubungan dengan aset tersebut, namun terkait dengan

aset lain yang digunakan dalam proses produksi.

2. Jasa pendukung

Ketika suatu entitas menyewakan properti investasi, maka entitas tidak

menyediakan jasa tambahan bagi pengguna jasa, dan dapat dikatakan

sebagai investor pasif. Hal ini berbeda dengan aset tetap yang jika

disewakan, maka entitas akan memberikan jasa tambahan lain untuk

mendukung penggunaan aset tersebut.

2.1. 2 Biaya Perolehan Aset Tetap

Dalam PSAK 16 revisi 2007, disebutkan bahwa biaya perolehan aset tetap harus

diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

a. besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan

aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan

b. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal

Prinsip ini harus diaplikasikan pada semua biaya perolehan aset tetap pada saat

terjadinya. Biaya awal untuk memperoleh atau mengadakan aset tetap, termasuk

biaya yang muncul selanjutnya untuk menambah, mengganti atau memperbaiki

aset tersebut akan diakui sebagai aset.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

11

Kadang, suatu aset tetap diperoleh bukan untuk alasan operasional, melainkan

alasan lingkungan atau keamanan. Pada kasus semacam ini, PSAK 16 revisi 2007

mensyaratkan untuk tetap mengakui biaya perolehan sebagai aset. Mungkin

pengadaan aset tersebut tidak secara langsung mempengaruhi produktivitas atau

operasional dari entitas. Dan mungkin pengadaan aset tersebut tidak secara

langsung memberikan manfaat ekonomis bagi entitas. Namun, tanpa adanya aset

tersebut, maka entitas tidak dapat memperoleh manfaat ekonomis masa depan.

Hal tersebut melandasi pengakuannya sebagai aset.

Berdasarkan PSAK 16 revisi 2007, hal ini tidak berlaku untuk biaya perawatan

sehari-hari aset tetap, seperti biaya tenaga kerja, bahan habis pakai dan suku

cadang kecil. Mereka dimasukkan sebagai biaya pemeliharaan dan perbaikan aset

tetap, dan diakui dalam laporan laba rugi saat terjadinya.

PSAK 16 revisi 2007 menyebutkan bahwa suatu aset tetap yang memenuhi

kualifikasi untuk diakui sebagai aset, pada awalnya harus diukur sebesar biaya

perolehan, yang seperti dikutip dari paragraf 16, meliputi:

a. harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak

boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-

potongan lain;

b. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset

ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai

dengan keinginan dan maksud manajemen;

c. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan

restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset

tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama

periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

12

Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung seperti dimaksud dalam

poin b adalah:

• biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau

akuisisi aset tetap;

• biaya penyiapan lahan untuk pabrik;

• biaya handling dan penyerahan awal;

• biaya perakitan dan instalasi;

• biaya pengujian aset, untuk mengetahui apakah aset berfungsi dengan baik

atau tidak. Biaya ini dikurangi hasil bersih penjualan produk yang

dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut;

• komisi profesional

Sebaliknya, biaya berikut ini tidak dikategorikan sebagai biaya perolehan aset

tetap:

• biaya pembukaan fasilitas baru

• biaya pengenalan produk baru

• biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru

(termasuk biaya pelatihan staf)

• administrasi dan biaya overhead umum lainnya

Secara lebih rinci, Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) menjelaskan mengenai

biaya perolehan pada tanah, bangunan, peralatan dan self constructed asset yaitu:

a. Biaya aset tetap berupa tanah

Yang termasuk biaya perolehan tanah adalah semua biaya yang digunakan

untuk memperoleh tanah sehingga tanah tersebut siap untuk digunakan.

Umumnya, biaya tersebut mencakup biaya pembelian, biaya pindah

tangan, biaya untuk menjadikan tanah dalam kondisi siap digunakan

(termasuk pembersihan, penggusuran bangunan di atasnya), biaya yang

terkait hipotek tanah, dan biaya lain yang terkait dalam peningkatan nilai

tanah. Ketika tanah digunakan untuk alasan spekulatif, maka tanah dicatat

sebagai investasi. Dan jika tanah dibeli untuk kemudian dijual kembali,

maka tanah dicatat sebagai persediaan.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

13

b. Biaya aset tetap berupa bangunan

Biaya perolehan suatu bangunan adalah segala pengeluaran yang terkait

secara langsung dalam pembelian atau pembangunan gedung tersebut.

Untuk aset yang dibangun, maka biaya-biaya tersebut umumnya

mencakup bahan baku/material pembangunan, tenaga kerja, biaya

overhead yang muncul selama pembangunan, komisi profesional dan

biaya perizinan.

Sementara, untuk biaya yang terkait dengan bangunan namun tidak

berhubungan secara langsung, seperti biaya promosi dan administratif,

tidak dapat dikatakan biaya perolehan bangunan, dan tidak dapat

dikapitalisasi.

c. Biaya aset tetap berupa peralatan

Peralatan yang dimaksud di dalam akuntansi termasuk peralatan yang

digunakan dalam pengiriman, peralatan kantor, mesin, furnitur, perabot,

peralatan pabrik dan aset tetap lain sejenis. Biaya perolehan dari jenis aset

seperti ini adalah biaya untuk membeli dan mempersiapkan peralatan

hingga siap digunakan.

Biaya-biaya tersebut mencakup harga pembelian, biaya pengiriman,

asuransi selama dalam perjalanan, cost of special foundation, biaya

pemasangan, serta biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan

peralatan tersebut. Jika dalam proses pemasangan peralatan tersebut,

terdapat item yang diproduksi (misalnya berupa sampel) dari peralatan

yang bersangkutan, dan item tersebut dijual, maka hasil penjualan akan

mengurangi biaya perolehan peralatan.

d. Self constructed asset

Suatu entitas dapat memiliki aset dari hasil pembangunan sendiri. Dalam

menentukan biaya perolehan aset seperti ini, biasanya yang menjadi

masalah adalah biaya tidak langsung. Biaya seperti bahan baku langsung

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

14

dan tenaga kerja langsung akan dengan mudah ditentukan. Namun, biaya

tidak langsung seperti biaya listrik, penerangan, asuransi, pajak yang

berkaitan, penyusutan dan biaya supervisor pabrik akan lebih sulit untuk

ditentukan. Biaya-biaya tidak langsung itu disebut sebagai biaya overhead.

Entitas dapat memperlakukan biaya overhead dengan cara berikut:

1. Tidak mengalokasikan biaya overhead yang sifatnya tetap pada biaya

pembangunan aset. Hal ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa

biaya tetap overhead akan tetap ada baik ketika entitas melakukan

pembangunan aset ataupun tidak. Sehingga jika tetap dialokasikan,

akan mengurangi beban dan pendapatan akan tercatat melebihi yang

seharusnya. Sebaliknya, untuk biaya overhead yang sifatnya variabel,

entitas akan tetap mengalokasikan pada biaya pembangunan aset.

2. Mengalokasikan sebagian dari biaya overhead pada biaya

pembangunan aset. Hal ini dilakukan ketika suatu entitas meyakini

bahwa biaya tersebut memang terkait dengan pembangunan aset.

Disebut juga full-costing approach.

Jika ternyata entitas mengalokasikan biaya overhead melebihi biaya yang

seharusnya, maka kelebihan ini akan diakui sebagai rugi pada periode

tersebut, dan tidak boleh dikapitalisasi. Hal ini juga untuk mencegah

entitas mengakui kapitalisasi melebihi nilai wajar aset.

Selain biaya overhead, masalah yang sering muncul adalah terkait biaya

pinjaman. PSAK 26 revisi 2008, seperti juga IAS 23 terkait borrowing

cost, menyebutkan bahwa aset yang membutuhkan suatu periode waktu

yang substansial agar siap untuk digunakan atau dijual sesuai dengan

maksudnya, dikategorikan sebagai aset kualifikasian (qualifying asset). Di

mana, isu yang sering muncul adalah adanya biaya pinjaman terkait proses

persiapan aset tersebut. Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lain yang

ditanggung entitas sehubungan dengan peminjaman dana. Entitas harus

mengkapitalisasi biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung

dengan perolehan, konstruksi, atau produksi aset kualifikasian sebagai

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

15

bagian dari biaya perolehan aset tersebut. Biaya pinjaman lainnya diakui

sebagai beban pada periode terjadinya.

Sepanjang entitas meminjam dana secara spesifik untuk tujuan

memperoleh aset kualifikasian, entitas harus menentukan jumlah biaya

pinjaman yang dapat dikapitalisasi sebesar biaya pinjaman aktual yang

terjadi atas pinjaman tersebut selama periode berjalan dikurangi

penghasilan investasi dari investasi temporer pinjaman tersebut.

Sementara ketika suatu entitas meminjam dana secara umum dan

menggunakannya untuk tujuan memperoleh suatu aset kualifikasian, maka

entitas harus menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi

dengan menggunakan tingkat kapitalisasi untuk pengeluaran atas aset

tersebut. Tingkat kapitalisasi adalah rata-rata tertimbang biaya pinjaman

yang dapat diterapkan atas saldo pinjaman selama periode berjalan, selain

pinjaman yang secara spesifik untuk tujuan memperoleh aset kualifikasian.

Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi selama suatu periode tidak

boleh melebihi jumlah biaya pinjaman yang terjadi.

Entitas harus mulai mengkapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian biaya

perolehan aset kualifikasian ketika waktu persiapan aset telah memenuhi

kriteria periode yang substansial, dan ketika kondisi berikut telah

terpenuhi:

a. terjadinya pengeluaran untuk aset

b. terjadinya biaya pinjaman

c. entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan

aset untuk digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.

2.1. 3 Biaya Setelah Perolehan Awal Aset Tetap

Setelah suatu aset siap untuk digunakan, kadang terdapat biaya-biaya yang

muncul terkait dengan aset tersebut, seperti biaya perbaikan hingga penambahan

aset. Entitas kemudian menentukan apakah biaya tersebut dapat dicatat dalam aset

tetap yang bersangkutan.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

16

 Masalah yang sering muncul adalah menentukan apakah suatu pengeluaran

diperlakukan sebagai aset (dikapitalisasi) atau sebagai beban dan langsung

dibebankan saat terjadinya. Untuk menentukan hal ini, kriteria yang digunakan

untuk setiap perusahaan umumnya memiliki perbedaan, tergantung batasan nilai

yang ditetapkan sebagai batas kapitalisasi. Namun, secara umum, dasar yang

dapat digunakan adalah PSAK 16 revisi 2007 paragraf 12 dan 13.

Dalam paragraf 12 dinyatakan bahwa :

“sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 7, entitas tidak boleh

mengakui biaya perawatan sehari-hari aset tetap sebagai bagian dari aset yang

bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui dalam laporan laba rugi saat terjadinya.

Biaya perawatan sehari-hari terutama terdiri atas biaya tenaga kerja dan bahan

habis pakai (consumables) termasuk didalamnya suku cadang kecil.

Pengeluaran-pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut ‘biaya pemeliharaan

dan perbaikan’ aset tetap”

Dari paragraf di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya yang dikeluarkan sehari-hari

terkait perawatan aset tetap, tidak dapat dikapitalisasi dan dibebankan ketika

terjadinya. Kemungkinan biaya yang dimaksud adalah biaya yang sering

dikeluarkan dan nominalnya tidak terlalu besar.

Kemudian, dalam paragraf 13 dinyatakan bahwa:

“Bagian-bagian tertentu aset tetap mungkin perlu diganti secara periodik…

Entitas dapat juga memperoleh komponen aset tetap tertentu untuk melakukan

penggantian yang tidak terlalu sering dilakukan… atau melakukan penggantian

yang tidak berulang. Sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 7,

entitas mengakui biaya penggantian komponen suatu aset dalam jumlah

tercatat aset saat biaya itu terjadi jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria

untuk diakui sebagai bagian dari aset. Jumlah tercatat komponen yang diganti

tersebut tidak lagi diakui apabila telah memenuhi ketentuan penghentian

pengakuan”

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

17

Dari paragraf 13, dapat disimpulkan bahwa jika suatu biaya dapat dikapitalisasi

jika biaya tersebut memenuhi syarat seperti tercantum pada paragraf 7 PSAK 16

revisi 2007 yang menyatakan bahwa:

“biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

(a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan

aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan

(b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal,”

Beberapa biaya yang dikeluarkan sehari-hari mungkin memenuhi kriteria (b) yaitu

dapat diukur secara andal. Namun seringkali kriteria (a) sulit untuk dipenuhi.

Karena manfaat ekonomis sulit untuk diperkirakan untuk biaya semacam ini,

maka biaya tersebut tidak dapat dikapitalisasi. Ketika salah satu dari dua kriteria

di atas tidak dapat dipenuhi, maka biaya yang bersangkutan harus dibebankan

pada periode terjadinya, dan tidak dapat dikapitalisasi.

Hal ini senada dengan pendapat Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011), yang

lebih lanjut menjelaskan bahwa manfaat ekonomis akan dapat diukur dari adanya

peningkatan (1) umur manfaat aset, (2) jumlah produk yang diproduksi, dan (3)

kualitas produk yang diproduksi.

Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) kemudian menyebutkan empat tipe biaya

yang umumnya muncul setelah perolehan aset tetap dan perlakuan akuntansi

terhadap biaya tersebut:

a. Penambahan

Perusahaan akan mengkapitalisasi biaya penambahan aset ke dalam aset

tetap yang bersangkutan.

b. Peningkatan dan penggantian

Biaya ini kadang sering disalahartikan sebagai biaya perbaikan, maka itu

dibutuhkan judgment yang tepat untuk mengklasifikasi biaya yang muncul.

Ketika suatu biaya meningkatkan potensi layanan aset di masa mendatang,

maka biaya ini harus dikapitalisasi. Perusahaan harus membalik biaya dan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

18

akumulasi penyusutan terkait dengan aset tetap, dan mengakui laba atau

rugi, jika ada, terlebih dahulu sebelum mengkapitalisasi biaya.

c. Penyusunan kembali

Biaya yang muncul dari penyusunan kembali/reorganisasi akan

dibebankan saat terjadinya.

d. Perbaikan

Biaya perbaikan kecil akan dibebankan ketika terjadinya, sementara biaya

perbaikan besar harus dikapitalisasi. Perusahaan harus membalik biaya

dan akumulasi penyusutan terkait dengan aset tetap, dan mengakui laba

atau rugi, jika ada, terlebih dahulu sebelum mengkapitalisasi biaya.

2.1. 4 Pengukuran Aset Tetap

Setelah diakui sebagai aset, maka suatu entitas harus melakukan pengukuran atas

aset tetap tersebut. Entitas dapat memilih salah satu dari model berikut:

a. Model biaya

PSAK 16 revisi 2007 menyebutkan bahwa pada metode biaya, setelah

diakui sebagai aset, suatu aset tetap akan dicatat sebesar biaya perolehan

dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

b. Model revaluasi

Jika entitas memilih model revaluasi, maka entitas akan mencatat aset

tetap pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi

dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang

terjadi setelah tanggal revaluasi. PSAK 16 revisi 2007 mensyaratkan

bahwa untuk menggunakan model revaluasi, nilai wajar suatu aset tetap

harus dapat diukur secara andal, berdasarkan nilai pasar yang ditentukan

oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional. Selain itu, revaluasi

harus dilakukan secara teratur untuk memastikan bahwa jumlah tercatat

tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan

menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca. Frekuensi revaluasi

tergantung perubahan nilai wajar dari aset tersebut.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

19

Jika nilai aset meningkat akibat revaluasi, maka berdasarkan PSAK 16 revisi

2007, kenaikan tersebut langsung dikreditkan ke ekuitas pada bagian surplus

revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui pula dalam laporan laba rugi

sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui

sebelumnya dalam laporan laba rugi. Sebaliknya, jika jumlah tercatat aset

menurun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut akan diakui dalam laporan

laba rugi dan langsung didebit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Hal ini

berlaku selama penurunan tersebut tidak melenihi saldo kredit surplus revaluasi

aset tersebut.

Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011), dalam melakukan pencatatan

aset tetap, umumnya perusahaan menggunakan model biaya. Model biaya

mengukur harga perolehan aset termasuk biaya pengadaan aset hingga aset tetap

berada pada tempat pemakaian dan siap untuk digunakan. Aset tetap akan diakui

ketika biaya perolehan dapat diukur dengan andal dan perusahaan dapat

mendapatkan keuntungan ekonomis di masa mendatang. Perusahaan juga dapat

menggunakan model revaluasi, bahkan dapat mengkombinasikan penggunaan

model biaya dan model revaluasi untuk kelas aset yang berbeda di dalam

perusahaannya. Meskipun begitu, umumnya perusahaan menggunakan model

biaya, dengan alasan lebih mudah digunakan dan tentunya membutuhkan biaya

yang lebih rendah, karena tidak membutuhkan jasa penilai aset tetap (yang

dibutuhkan dalam model revaluasi). Penggunaan model revaluasi umumnya akan

menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi, sehingga beban penyusutan akan lebih

tinggi pula. Hal ini berakibat pada laba bersih yang lebih kecil.

Jika suatu entitas telah memilih untuk menggunakan model revaluasi untuk suatu

aset, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi, untuk

menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan

nilai lainnya pada saat yang berbeda-beda. Ketika pada suatu masa entitas

mengubah kebijakan akuntansi dan melakukan perubahan model, dari model

biaya ke model revaluasi misalnya, maka perubahan tersebut berlaku prospektif.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

20

2.1.5 Penyusutan Aset Tetap

PSAK 16 revisi 2007 mendefinisikan penyusutan sebagai alokasi sistematis

jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Untuk aset

tetap, harus diperhatikan bahwa jika dalam aset tetap terdapat komponen yang

memiliki biaya perolehan yang cukup signifikan terhadap total biaya perolehan

seluruh aset, maka komponen tersebut harus disusutkan secara terpisah. Beban

penyusutan tersebut nantinya akan diakui dalam laporan laba rugi pada setiap

periode, kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset

lainnya.

Aset terhitung mulai disusutkan ketika aset tersebut berada pada kondisi siap

digunakan sesuai dengan keinginan manajemen. Penyusutan aset dapat dihentikan

lebih awal ketika aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk

dijual, ataupun ketika aset yang bersangkutan dihentikan pengakuannya.

a. Jumlah yang dapat disusutkan

Jumlah yang dapat disusutkan harus dialokasikan secara sistematis

sepanjang umur manfaat aset tersebut, di mana jumlah tersebut sebesar

jumlah tercatat dikurangi dengan nlai residu aset tersebut.

PSAK 16 revisi 2007 mendefinisikan nilai residu aset sebagai jumlah yang

diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah

dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset tersebut telah mencapai umur

dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya. Nilai residu

aset tetap harus dikaji ulang setiap akhir tahun buku untuk mengantisipasi

adanya perubahan. Jika terdapat perbedaan dengan estimasi sebelumnya,

maka perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi

akuntansi. Namun, seringkali nilai residu dari suatu aset tidak signifikan

dan dianggap tidak material dalam perhitungan jumlah yang disusutkan.

Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) menyebutkan bahwa dalam praktik

nyata, umumnya perusahaan tidak mengalokasikan nilai residu (nilai

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

21

residu sama dengan nol). Namun, untuk beberapa aset yang memiliki

umur yang panjang, nilai residu dapat bernilai cukup substansial.

Untuk aset berupa tanah, maka nilai yang disusutkan dapat berupa biaya

perolehan yang mencakup biaya untuk membongkar, memindahkan dan

memugar tanah tersebut, di mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan

tersebut terbatas. Biaya tersebut harus disusutkan selama periode manfaat

yang diperolehnya.

b. Umur manfaat (useful life)

PSAK 16 revisi 2007 mendefinisikan umur manfaat (useful life) sebagai

suatu periode di mana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas. Atau

dapat pula didefinisikan sebagai jumlah produksi atau unit serupa yang

diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh entitas. Umur manfaat

suatu aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas,

di mana dalam penentuannya, entitas mengestimasi dan

mempertimbangkan berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset serupa.

Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) menjabarkan alasan mengapa

perusahaan tidak lagi menggunakan asetnya. Yaitu karena adanya faktor

fisik ataupun faktor ekonomis. Dilihat dari faktor fisik, suatu aset tidak

lagi digunakan ketika aset tersebut secara fisik sudah tidak mampu

beroperasi secara layak. Faktor fisik adalah batas awal dalam menentukan

umur manfaat suatu aset. Sementara dilihat dari faktor ekonomis, terdapat

tiga kategori, yaitu:

• Ketika aset tidak lagi memiliki kegunaan untuk perusahaan, karena

adanya pergeseran permintaan atau kebutuhan dari perusahaan

• Ketika aset lama diganti oleh aset baru yang lebih efisien dan

ekonomis

• Kondisi-kondisi lain yang tidak tergolong dua kategori sebelumnya

namun menimbulkan keusangan suatu aset.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

22

Namun, karena ketiga kategori tidak memiliki perbedaan yang signifikan,

maka ketiganya digolongkan secara kolektif sebagai faktor ekonomis.

c. Metode penyusutan

PSAK 16 revisi 2007 menyebutkan bahwa metode penyusutan yang

digunakan entitas harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat

ekonomis masa depan dari aset dan harus dikaji ulang setiap akhir tahun

buku untuk mengantisipasi adanya perubahan. Jika terdapat perbedaan

dengan estimasi sebelumnya, maka perbedaan tersebut harus diperlakukan

sebagai perubahan estimasi akuntansi. Metode penyusutan yang dipilih

oleh suatu entitas akan diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun,

kecuali ada perubahan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis

masa depan dari aset tersebut.

Berikut adalah metode yang diperbolehkan PSAK 16 revisi 2007 untuk

digunakan entitas dalam melakukan penyusutan:

• Metode garis lurus (straight line method)

metode ini akan menghasilkan beban penyusutan yang sama selama

umur manfaat aset, asalkan nilai residu suatu aset tidak berubah.

• Metode saldo menurun (diminishing balance method)

metode ini akan menghasilkan beban penyusutan yang terus menurun

selama umur manfaat aset.

• Metode jumlah unit (sum of the unit method)

metode ini akan menghasilkan beban penyusutan berdasarkan

penggunaan atau output yang dihasilkan dari suatu aset.

Sementara Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) mengelompokkan

metode penyusutan menjadi sebagai berikut:

• Activity Method (unit of use or production)

Metode ini mengasumsikan bahwa penyusutan diukur berdasarkan

produktivitas dan bukan berdasarkan waktu. Hal yang dijadikan acuan

dapat berupa output yang diproduksi, yang dianggap merupakan acuan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

23

yang paling andal. Namun dalam beberapa kasus, output tidak mudah

untuk diukur, sehingga digunakan indikator lain berupa input produksi

seperti jumlah jam yang digunakan untuk produksi.

• Straight-line method

Metode penyusutan yang diukur berdasarkan indikator waktu. Metode

ini banyak digunakan perusahaan atas dasar kemudahan untuk

digunakan. Namun ada beberapa bantahan atas metode ini karena

metode ini mengindikasikan bahwa kegunaan aset dan biaya perbaikan

serta perawatan dianggap konstan dari periode ke periode.

• Diminishing (accelerated)-charge method

Metode ini menghasilkan biaya penyusutan yang besar di tahun-tahun

awal dan mengecil seiring berjalannya periode. Justifikasi dari metode

ini adalah, umumnya aset digunakan secara lebih produktif di tahun-

tahun awal ketika kondisi aset masih prima, sehingga biaya

penyusutan akan lebih besar. Seiring berjalannya waktu, produktivitas

aset menurun, dan ada biaya perawatan dan perbaikan. Maka di tahun-

tahun selanjutnya, biaya penyusutan menurun.

- sum-of-the-year’s-digits

biaya penyusutan yang menurun seiring dengan menurunnya

bilangan pengali yang didasarkan pada jumlah tahun.

- declining-balance method

menggunakan tingkat (rate) penyusutan yang merupakan dua kali

dari tingkat (rate) penyusutan metode garis lurus. Pada metode ini,

basis penyusutan tidak dikurangi nilai residu seperti pada metode

lainnya.

2.1.6 Pengungkapan Aset Tetap

Berikut ini adalah beberapa hal-hal yang disyaratkan PSAK 16 revisi 2007 untuk

diungkapkan dalam laporan keuangan untuk setiap kelompok aset tetap:

a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat

bruto

b. Metode penyusutan yang digunakan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

24

c. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan

d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode.

e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode

f. Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang

dijaminkan untuk utang

g. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang

sedang dalam pembangunan

h. Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap

i. Jumlah kompensasi pihak ketiga untuk aset yang mengalami penurunan

nilai, hilang / dihentikan yang dimasukkan dalam laporan laba rugi, jika

tidak diungkapan secara terpisah pada laporan laba rugi.

Selain itu, hal-hal yang dapat memberikan informasi bagi pengguna laporan

keuangan dalam melakukan review kebijakan yang dipilih manajemen dan

memungkinkan perbandingan dengan entitas lain, perlu juga untuk

diungkapkan:

a. Pemilihan metode penyusutan

b. Estimasi umur manfaat aset

c. Penyusutan, apakah diakui dalam laporan laba rugi atau diakui sebagai

bagian dari biaya perolehan aset lain, selama suatu periode

d. Akumulasi penyusutan pada akhir periode

PSAK 25 menyebutkan bahwa perubahan estimasi akuntansi yang dampaknya

material pada periode berjalan atau diperkirakan akan berdampak material pada

periode berikutnya, juga harus diungkapkan.

2.2 Audit Atas Aset Tetap

Aset tetap merupakan salah satu komponen yang memiliki proporsi cukup

signifikan dalam total aset suatu perusahaan. Audit atas aset tetap merupakan hal

yang penting karena terdapat beberapa risiko terkait aset tetap, misalnya risiko

salah saji material. Berikut ini akan disajikan teori mengenai teori pengauditan

secara umum, termasuk teori atas prosedur audit aset tetap.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

25

2.2.1 Definisi Audit

Arens et al., (2009) mendefinisikan audit sebagai proses pengumpulan dan

evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat

kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, di

mana audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Informasi yang dimaksud dalam definisi di atas harus tersedia dalam bentuk yang

dapat diverifikasi agar dapat dibandingkan dengan standar (kriteria) serta

dievaluasi oleh auditor. Standar (kriteria) juga dapat bervariasi, tergantung dengan

informasi yang sedang diaudit. Untuk audit laporan keuangan misalnya, standar

yang digunakan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia. Untuk audit pengendalian internal, standar yang dapat digunakan

adalah kerangka kerja yang sudah diakui untuk mengembangkan pengendalian

internal, seperti kerangka kerja yang dikeluarkan Committee of Sponsoring

Organizations (COSO) dalam Treadway Commission. Sementara audit atas SPT

Pajak dapat menggunakan kriteria dalam Undang-undang Perpajakan Indonesia.

Umumnya, auditor dan entitas yang diaudit akan menyepakati kriteria yang

digunakan sebelum proses audit dimulai.

Sementara, bukti adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk

menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria

yang telah ditetapkan. Bentuknya dapat bermacam-macam, seperti kesaksian lisan

dari pihak yang diaudit, komunikasi tertulis dengan pihak luar, observasi langsung

yang dilakukan auditor, maupun data-data terkait transaksi. Bukti yang digunakan

auditor harus memiliki kualitas dan jumlah yang mencukupi. Nantinya auditor

harus mengevaluasi kesesuaian informasi dan kriteria berdasarkan bukti yang

dikumpulkan. Penentuan jenis dan jumlah bukti yang dibutuhkan adalah tugas

auditor, dan merupakan bagian yang penting dalam setiap proses audit.

Hal yang tidak kalah penting dari aspek audit adalah kompetensi dan

independensi dari auditor. Auditor harus memiliki kualifikasi dan kemampuan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

26

untuk memahami kriteria yang digunakan serta untuk menentukan jenis dan

jumlah bukti audit yang dibutuhkan. Auditor juga harus kompeten dalam

mencapai kesimpulan yang tepat setelah mengevaluasi kriteria dan bukti tersebut.

Independensi seorang auditor juga merupakan hal yang harus dijaga. Independensi

ini dibutuhkan agar pengguna laporan dapat mengandalkan laporan yang

dikeluarkan auditor. Kompetensi seorang auditor tidak akan berarti tanpa adanya

faktor independensi.

Hasil akhir dari proses audit adalah penyusunan laporan audit yang melaporkan

temuan-temuan auditor, serta pelaporan derajat kesesuaian antara informasi

dengan kriteria yang telah ditetapkan. Laporan audit dapat berupa laporan sangat

mendetail hingga laporan sederhana, tergantung dari pihak yang diaudit dan

kebutuhan pengguna laporan.

2.2.2 Jenis-jenis Audit

Akuntan publik melaksanakan tiga jenis aktivitas audit utama berikut (Arens et

al., 2009), yaitu:

1. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari setiap bagian

dari metode dan prosedur operasi suatu organisasi. Hasil dari audit

operasional biasanya berupa saran-saran bagi manajemen untuk

memperbaiki operasinya. Bidang yang diaudit biasanya tidak hanya meliputi

akuntansi tapi juga mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi,

metode produksi dan lain sebagainya. Kriteria yang ditetapkan seringkali

bersifat sangat subjektif.

2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah suatu organisasi telah

mengikuti prosedur, peraturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh

otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ini umumnya dilaporkan kepada

manajemen, bukan kepada pihak luar, karena manajemen adalah pihak

utama yang berkepentingan atas tingkat kepatuhan terhadap prosedur dan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

27

peraturan yang ditetapkan.

3. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan

keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau standar yang digunakan dalam

audit laporan keuangan adalah Generally Accepted Accounting Principle

(GAAP) atau PSAK sebagai prinsip yang berlaku di Indonesia. Audit

laporan keuangan mencakup bidang yang sangat luas, auditor harus

mendalami pihak yang diaudit, serta harus dapat mengidentifikasi risiko

terkait strategi klien untuk mengetahui apakah laporan keuangan disajikan

secara wajar. Bahasan selanjutnya dalam laporan ini adalah menyangkut

pada audit jenis laporan keuangan.

2.2.3 Asersi Manajemen dan Tujuan Audit

2.2.3.1 Asersi Mengenai Saldo Akun

Arens et al., (2009) mendefinisikan asersi manajemen sebagai pernyataan yang

tersirat oleh manajemen mengenai kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun

serta pengungkapan dalam laporan keuangan. Untuk saldo akun, asersi yang

terkait adalah:

i. Keberadaan (existence)

Terkait dengan apakah aset yang dimasukkan dalam neraca memang benar-

benar ada pada tanggal neraca tersebut.

ii. Kelengkapan (completeness)

Terkait dengan apakah semua akun yang seharusnya disajikan dalam laporan

keuangan benar-benar telah dimasukkan dalam laporan keuangan.

iii. Penilaian dan alokasi (valuation and allocation)

Terkait dengan apakah aset telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan

dengan jumlah yang tepat, termasuk setiap penyesuaian yang

menggambarkan nilai aset pada nilai realisasi bersihnya.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

28

iv. Hak dan Kewajiban (rights and obligations)

Asersi ini menekankan pada apakah aset merupakan hak entitas tersebut pada

tanggal neraca.

Asersi lain yang terkait adalah asersi mengenai penyajian dan pengungkapan yang

mencakup (i) Keterjadian serta hak dan kewajiban, (ii) Kelengkapan, (iii) Akurasi

dan penilaian, serta (iv) Klasifikasi dan pemahaman.

2.2.3.2 Tujuan Audit Terkait Saldo

Tujuan audit seperti yang tertera pada PSA 02 (SA 110) adalah sebagai berikut:

“Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah

untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang

material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.“

Ketika auditor meyakini bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar,

atau jika auditor tidak dapat menarik kesimpulan karena tidak memadainya bukti,

maka auditor memiliki tanggung jawab untuk menginformasikan hal ini kepada

para pengguna laporan keuangan melalui laporan auditnya.

Arens et al., (2009) menyebutkan bahwa untuk setiap kelompok transaksi yang

telah ditentukan, beberapa tujuan audit harus terpenuhi sebelum auditor dapat

menyimpulkan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat dan wajar. Ini

disebut tujuan audit terkait transaksi. Selain itu, tujuan audit juga harus terpenuhi

oleh masing-masing saldo akun, yang dinamakan tujuan audit terkait saldo.

Sementara tujuan audit yang terkait dengan penyajian dan pengungkapan

informasi laporan keuangan, disebut tujuan audit terkait penyajian dan

pengungkapan.

Tujuan audit ini adalah sebagai penyeimbang terhadap asersi manajemen. Tujuan

audit ini diterapkan untuk saldo atas akun-akun, bukan pada kelas transaksi.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

29

Berikut adalah kedelapan tujuan audit tersebut:

i. Keberadaan (Existence)

Tujuan audit ini menentukan apakah jumlah yang dimasukkan di laporan

keuangan memang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tersebut.

Auditor harus memastikan bahwa aset tetap yang dicatat perusahaan benar-

benar ada secara fisik di lapangan

ii. Kelengkapan (Completeness)

Tujuan audit ini menentukan apakah semua nilai-nilai yang seharusnya

dimasukkan ke dalam laporan keuangan telah benar-benar dimasukkan. Pada

akun aset tetap, seluruh aset tetap yang dimiliki perusahaan harus tercatat

tanpa ada yang terlewat.

iii. Akurasi (Accuracy)

Tujuan audit ini mengacu pada jumlah yang dimasukkan sudah benar dan

akurat secara perhitungan matematis.

iv. Klasifikasi (Classification)

Tujuan audit ini untuk menentukan apakah item yang terdapat dalam daftar

klien (client’s listing) telah dimasukkan dengan benar dan tepat ke dalam akun

buku besar (general ledger). Pada aset tetap, auditor harus memastikan bahwa

klien mengklasifikasikan aset tetap secara benar, terutama terkait klasifikasi

aset yang masih dalam pembangunan.

v. Pisah Batas (Cutoff)

Tujuan audit ini untuk menentukan apakah transaksi telah dicatat dan

dimasukkan ke dalam saldo akun pada periode yang tepat. Sebuah saldo akun

dapat menjadi salah saji, terutama ketika transaksi tersebut mendekati tanggal

neraca. Pada aset tetap, tujuan audit untuk saldo terkait pisah batas misalnya

pengakuan beban penyusutan untuk setiap tahunnya harus diakui dalam

periode yang tepat.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

30

vi. Kaitan Rinci (Detail Tie-In)

Tujuan audit ini menekankan bahwa rincian pada daftar telah disusun secara

akurat, dan dijumlahkan dengan benar, serta apakah memiliki jumlah yang

sama dengan buku besar. Tujuan audit kaitan rinci untuk saldo aset tetap

misalnya adanya kecocokan antara pencatatan dalam buku besar dengan daftar

aset tetap yang dimiliki perusahaan.

vii. Nilai Terealisasi (Realizable Value)

Tujuan audit ini menekankan pada apakah nilai aset telah dicatat pada saldo

bersihnya, yaitu saldo akun telah dikurangi dengan penurunan dari nilai

perolehan ke nilai terealisasi bersih. Penerapannya pada aset tetap misalnya

dengan memastikan bahwa nilai aset tetap yang disajikan dalam laporan

keuangan merupakan nilai perolehan dikurangi dengan beban penyusutan

setiap tahunnya.

viii. Hak dan Kewajiban (Rights and Obligations)

Tujuan ini memastikan bahwa aset harus dimiliki oleh perusahaan sebelum

dapat diakui dan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, hal yang sama

berlaku untuk kewajiban perusahaan.

2.2.3.3 Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan

i. Keterjadian dan Hak dan Kewajiban (Occurrence and Rights and

Obligations)

Tujuan ini terkait dengan apakah kejadian yang diungkapkan klien benar-benar

terjadi, dan apakah atas kejadian tersebut, merupakan hak dan kewajiban dari

klien.

ii. Kelengkapan (Completeness) Tujuan yang menentukan apakah seluruh hal yang seharusnya diungkapkan telah

dimasukkan ke dalam laporan keuangan tanpa ada yang terlewat.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

31

iii. Akurasi dan Penilaian (Accuracy and Valuation) Tujuan ini menentukan apakah informasi yang diungkapkan klien dalam laporan

keuangan telah diungkapkan secara wajar, dan apakah jumlah yang dilaporakan

telah tepat dan akurat.

iv. Klasifikasi dan Pemahaman (Classification and Understandability) Pada laporan keuangan, klien harus mengklasifikasikan jumlah-jumlah dengan

tepat, serta harus memberikan penjelasan terkait apa yang diungkapkannya

secara jelas dan dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan.

2.2.4 Bukti Audit

Arens et al., (2009) mendefinisikan bukti sebagai setiap informasi yang digunakan

auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan. Keputusan yang harus dibuat auditor adalah

menentukan ketepatan jenis dan jumlah bukti yang harus dikumpulkan untuk

membantu auditor dalam menentukan kewajaran laporan keuangan klien secara

keseluruhan. Dalam penentuan bukti ini, auditor biasanya mempertimbangkan: (1)

prosedur audit mana yang akan dilakukan, (2) ukuran sampel yang dipilih untuk

prosedur audit tertentu, (3) unsur mana yang akan dipilih dari populasi, dan (4)

penetapan waktu audit. Auditor harus mengumpulkan bukti yang tepat dan memadai

untuk mendukung dikeluarkannya opini audit, serta mengutamakan komponen bukti

ketepatan dan kecukupan.

Jenis bukti audit yang disebutkan oleh Arens et al., (2009) adalah:

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang dilakukan auditor pada aset berwujud, yang merupakan

saran langsung untuk menguji tujuan keberadaan dan tujuan kelengkapan.

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu bukti yang paling andal dan

berguna. Hal ini juga berlaku untuk audit atas aset tetap. Namun

umumnya, pemeriksaan fisik bukan merupakan bukti memadai untuk

tujuan hak dan kewajiban serta nilai realisasi.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

32

2. Konfirmasi

Konfirmasi juga merupakan salah satu bukti yang andal, karena bukti ini

dikeluarkan oleh pihak ketiga yang independen. Namun kekurangannya

adalah biaya yang mahal untuk mendapatkan bukti ini, serta tidak dapat

digunakan dalam setiap kondisi karena seringnya pihak yang diminta

konfirmasi tidak selalu merasa nyaman untuk memberikan informasi yang

dibutuhkan. Untuk pengauditan aset tetap, bukti jenis konfirmasi jarang

digunakan karena aset tetap dapat diverifikasi secara memadai dengan

menggunakan dokumentasi dan pemeriksaan fisik.

3. Dokumentasi

Auditor dapat melakukan pemeriksaan atas dokumen dan catatan klien

untuk membuktikan suatu informasi. Mendapatkan bukti berupa dokumen

merupakan cara yang relatif mudah dan murah. Harus diperhatikan bahwa

dokumen yang melibatkan pihak luar (dokumen eksternal) merupakan

bukti yang lebih andal dibandingkan dokumen internal, utamanya ketika

pengendalian internal klien dinilai lemah. Prosedur yang dilakukan auditor

terkait penggunaan dokumen untuk mendukung perlakuan atas pencatatan

atau jumlah, disebut vouching.

4. Prosedur analitis

Prosedur analitis merupakan prosedur yang sangat penting dilakukan

auditor, yaitu menggunakan perbandingan dan keterkaitan untuk menilai

apakah saldo akun atau data lain yang muncul telah disajikan secara wajar,

dibandingkan dengan perkiraan auditor.

5. Tanya jawab dengan klien

Bukti ini merupakan jawaban yang diperoleh auditor dari hasil pertanyaan

yang dilontarkan auditor. Namun bukti ini tidak cukup untuk menarik

kesimpulan, dan dibutuhkan bukti pendukung lain, karena jawaban

dikeluarkan oleh klien yang bukan merupakan pihak independen dan

jawaban yang dikeluarkan bisa saja bias.

6. Penghitungan ulang

Auditor melakukan penghitungan ulang untuk menguji akurasi matematis

dari perhitungan yang telah dilakukan klien. Pada audit aset tetap,

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

33

umumnya auditor akan melakukan penghitungan ulang atas beban

penyusutan dan membandingkan dengan penghitungan yang dilakukan

klien.

7. Pengerjaan ulang

Pengujian yang dilakukan auditor terhadap prosedur yang sebelumnya

dilakukan oleh klien. Jika penghitungan ulang difokuskan pada akurasi

matematis, pada pengerjaan ulang, auditor menguji prosedur-prosedur lain

terkait prosedur pembukuan dan pengendalian klien.

8. Pengamatan

Auditor dapat menggunakan seluruh panca indera untuk mengamati dan

menilai aktivitas yang dilakukan klien, dengan melakukan kunjungan

misalnya. Namun risikonya adalah adanya perubahan tingkah laku klien

ketika mereka tahu sedang diamati oleh auditor. Sehingga bukti ini harus

dilengkapi dengan bukti pendukung lain.

2.3 Proses Audit Secara Umum

Arens et al., (2009) membagi prosedur audit menjadi empat fase:

merencanakan dan mendesain pendekatan audit, melakukan uji

pengendalian dan uji substantif atas transaksi, melakukan prosedur analitis

dan uji rincian saldo, serta melengkapi proses audit dan menerbitkan

laporan audit.

1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit

Pada tahap ini auditor merancang program audit dimulai dari penerimaan

klien dan perencanaan awal audit, memahami bisnis dan industri klien,

menilai risiko bisnis klien, melakukan prosedur analitis, menentukan tingkat

materialitas, risiko audit yang dapat diterima, risiko inheren. Pada fase ini

auditor juga melakukan pemahaman atas kontrol internal klien serta menilai

risiko atas kontrol tersebut. Auditor mengumpulkan informasi untuk

mengetahui risiko adanya penyimpangan pada perusahaan, serta

mengembangkan rencana audit dan program audit secara menyeluruh.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

34

2. Melaksanakan uji pengendalian dan uji subtantif atas transaksi

Pada fase ini, tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti dalam

mendukung auditor dalam melakukan penilaian mengenai risiko

pengendalian atas laporan keuangan, yang didapatkan dengan melakukan

pengujian pengendalian. Tujuan kedua adalah untuk memperoleh bukti

dalam mendukung ketepatan transaksi moneter, yang dipenuhi dengan

melakukan pengujian substantif. Auditor juga melakukan penilaian atas

kemungkinan terjadinya salah saji pada laporan keuangan klien.

Gambar 2.1 Empat Fase Proses Audit Sumber: Arens et al., (2009) – telah diolah kembali

3. Melaksanakan prosedur analitis dan uji rincian saldo

Tujuan dari fase ini adalah untuk memperoleh bukti tambahan yang cukup

untuk menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki dalam laporan

keuangan telah dinyatakan secara wajar. Dua prosedur umum yang

dilakukan pada fase ini adalah prosedur analitis untuk mengetahui

ketidakwajaran atau perubahan signifikan dalam bisnis klien, dan pengujian

rincian saldo, yang bertujuan untuk menguji adanya salah saji dalam saldo

yang ada pada laporan keuangan.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

35

4. Melengkapi proses audit dan menerbitkan laporan keuangan

Fase ini merupakan fase penyelesaian audit di mana auditor mengakumulasi

seluruh bukti dan informasi yang diperoleh dari fase sebelumnya untuk

mencapai suatu kesimpulan mengenai kewajaran laporan keuangan klien.

Tahap akhir yang dilakukan auditor juga mencakup melakukan uji

tambahan untuk penyajian dan pengungkapan, mengevaluasi hasil,

membuat laporan audit, serta mengkomunikasikan hasil audit pada komite

audit dan manajemen perusahaan.

2.4 Prosedur Audit Atas Aset Tetap

Audit atas aset tetap secara umum memiliki metodologi yang serupa dengan audit

atas akun lainnya. Arens et al., (2009) menyebutkan, catatan akuntansi yang

utama untuk aset tetap umumnya berupa file induk aset tetap (fixed asset master

file). File induk ini meliputi catatan yang terinci atas setiap bagian aset tetap yang

dimiliki perusahaan. Setiap catatan yang berada pada file induk umumnya

meliputi deskripsi aset, tanggal akuisisi, biaya perolehan awal, penyusutan tahun

berjalan, dan akumulasi penyusutan aset tersebut. File induk juga menyimpan

informasi penambahan dan pengurangan aset selama tahun berjalan.

Auditor membedakan cara memverifikasi aset tetap dengan aset lancar atas dasar

berikut:

a. Umumnya akuisi aset tetap jarang dilakukan pada periode berjalan

b. Jumlah setiap akuisisi sering kali material

c. Aset tetap biasanya akan disimpan dan dicatat dalam catatan akuntansi

selama beberapa periode

Karena adanya perbedaan di atas, maka audit aset tetap lebih menekankan pada

verifikasi akuisisi yang dilakukan pada periode berjalan dan tidak menekankan

pada saldo akun yang dibawa dari periode sebelumnya. Selain itu, karena

karakteristik aset tetap yang memiliki umur manfaat di atas satu tahun, maka aset

tetap memerlukan akun beban penyusutan dan akumulasi penyusutan. Faktor lain

yang membedakan audit aset tetap adalah, aset tetap dapat dijual maupun dibuang,

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

36

sehingga memerlukan jurnal pencatatan laba rugi yang perlu diverifikasi oleh

auditor.

Dalam audit atas aset tetap, Arens et al., (2009) menjabarkan prosedur-prosedur

yang umum dilakukan atas aset tetap:

a. Melaksanakan prosedur analitis

Prosedur analitis bertujuan menilai adanya kemungkinan salah saji

material dalam beban penyusutan dan akumulasi penyusutan, yang secara

lebih lengkap disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Prosedur Analitis Aset Tetap

Prosedur Analitis Kemungkinan Salah Saji

Membandingkan beban penyusutan

yang dibagi dengan biaya aset tetap,

tahun ini dengan tahun sebelumnya

Salah saji beban penyusutan dan

akumulasi penyusutan

Membandingkan akumulasi

penyusutan yang dibagi dengan biaya

aset tetap, tahun ini dengan tahun

sebelumnya Salah saji akumulasi penyusutan

Membandingkan biaya perbaikan,

perlengkapan, pemeliharan dan akun

serupa, bulanan atau tahunan, tahun

ini dengan tahun sebelumnya

Membebankan jumlah yang seharusnya

dikapitalisasi

Membandingkan biaya aset tetap yang

dibagi dengan beberapa ukuran

produksi tahun ini dengan tahun

sebelumnya

Peralatan yang sudah tidak digunakan

atau sudah dilepaskan namun belum

dihapus Sumber: Arens et al. (2009)

b. Melakukan verifikasi akuisisi aset tetap tahun berjalan

Penambahan aset tetap selama tahun berjalan harus dicatat dengan benar

karena memiliki pengaruh jangka panjang terhadap laporan keuangan.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

37

Kegagalan dalam mengkapitalisasi aset tetap, atau mencatat akuisisi pada

jumlah yang salah, akan mempengaruhi neraca, selama jangka waktu

sebelum perusahaan melepaskan aset tersebut. Tidak hanya neraca,

laporan laba rugi juga akan terpengaruh hingga aset tetap tersebut habis

disusutkan. Karena alasan di atas, maka digunakan tujuh dari delapan

tujuan audit terkait saldo sebagai kerangka referensi bagi pengujian atas

rincian saldo, yaitu keberadaan, kelengkapan, akurasi, klasifikasi, pisah

batas, kaitan rinci serta hak. Lebih spesifik lagi, biasanya tujuan utama

bagi bagian audit ini adalah keberadaan, kelengkapan, akurasi dan

klasifikasi.

Pengujian audit aktual serta ukuran sampel sangat bergantung pada salah

saji yang dapat ditoleransi, risiko inheren, dan penilaian atas risiko kontrol

klien. Salah saji yang dapat ditoleransi merupakan hal yang penting untuk

melakukan verifikasi akuisisi aset tetap tahun berjalan karena transaksi

tersebut bervariasi dari jumlah yang tidak material dalam beberapa tahun

hingga sejumlah besar akuisisi yang signifikan dalam tahun lainnya. Luas

pengujian tentu tergantung pada risiko kontrol yang dinilai auditor atas

akuisisi dan materialitas penambahan aset tersebut.

Dalam menguji akuisisi, auditor harus memastikan bahwa klien mengikuti

pernyataan standar akuntansi. Auditor harus waspada terhadap

kemungkinan penyimpangan dari hal-hal seperti konsistensi kebijakan

kapitalisasi serta ketepatan kapitalisasi, ketepatan klasifikasi transaksi.

Salah saji dapat berasal dari kurangnya pemahaman klien terhadap prinsip-

prinsip akuntansi yang diterima umum atau keinginan klien untuk

menghindari pajak penghasilan.

Berikut disajikan tabel mengenai beberapa uji atas saldo yang umum

dilakukan dalam melakukan verifikasi atas akuisisi aset tetap.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

38

Tabel 2.2 Tujuan Audit Terkait Saldo Aset Tetap

Tujuan audit atas saldo Prosedur uji atas detail saldo

Kaitan rinci

Akuisisi aset tetap di tahun berjalan

dalam daftar akuisisi sama dengan

jumlah di dalam file induk, dan

totalnya sama dengan general

ledger

Melakukan footing pada daftar akuisisi

Menelusuri setiap akuisisi ke file induk untuk

mengetahui jumlah dan deskripsinya

Menelusuri jumlah ke general ledger

Keberadaan

Akuisisi aset tetap pada tahun ini

benar-benar ada

Memeriksa invoice dari pemasok dan laporan

penerimaan

Memeriksa aset secara fisik

Kelengkapan

Semua akuisisi aset tetap telah

dicatat

Memeriksa invoice dari pemasok yang

berhubungan erat dengan akun seperti

perbaikan dan pemeliharaan untuk melihat

apakah ada komponen yang belum tercatat

Melakukan review atas perjanjian dan

kontrak sewa.

Akurasi

Semua akuisisi yang ada disajikan

dengan akurat Memeriksa invoice dari pemasok

Klasifikasi

Semua akuisisi telah

diklasifikasikan dengan benar

Memeriksa invoice dari pemasok untuk

mengungkapkan item-item yang seharusnya

diklasifikasikan dalam akun lain

Memeriksa invoice dari pemasok yang

berhubungan erat dengan akun seperti

perbaikan untuk melihat apakah ada

komponen yang belum tercatat

Memeriksa beban sewa yang seharusnya

dapat dikapitalisasi

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

39

Tabel 2.2 Tujuan Audit Terkait Saldo Aset Tetap (lanjutan)

Pisah batas

Akuisisi dicatat dalam periode yang

benar

Melakukan review atas transaksi yang

mendekati tanggal neraca apakah sudah

tercatat pada periode yang benar

Hak

Klien memiliki hak atas akuisisi di

tahun berjalan Memeriksa invoice dari pemasok

Sumber: Arens et al. (2009)

c. Melakukan verifikasi pelepasan aset tetap tahun berjalan

Ketika pengendalian internal suatu perusahaan tidak memiliki metode

formal mengenai pelepasan aset tetap, maka hal ini dapat menjadi salah

satu penyebab salah saji dari transaksi yang melibatkan pelepasan aset.

Metode yang harusnya ada misalnya otorisasi yang tepat atas pelepasan

aset, dan verifikasi internal yang memadai atas pelepasan yang tercatat

untuk memastikan bahwa aset tetap telah dihapus dari catatan akuntansi.

Tujuan auditor dalam melakukan verifikasi pelepasan aset adalah untuk

mengumpulkan bukti yang cukup bahwa semua pelepasan telah dicatat

dalam jumlah yang benar. Prosedur yang dapat dilakukan misalnya:

• Melakukan verifikasi pelepasan pada skedul klien yang berisi catatan

tentang pelepasan

• Melakukan pengujian kaitan rinci atas skedul: melakukan footing

skedul, menelusuri total pada skedul ke pelepasan yang tercatat dalam

general ledger, serta menelusuri biaya dan akumulasi penyusutan

pelepasan ke file induk.

Jika perusahaan lalai dalam mencatat pelepasan aset, hal ini dapat

berpengaruh secara signifikan ke dalam laporan keuangan. Berikut

beberapa langkah yang biasa dilakukan oleh auditor untuk mencari

transaksi pelepasan aset yang belum tercatat.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

40

• Melakukan evaluasi pada pembelian aset tetap yang mungkin

menggantikan aset tetap yang lama

• Melakukan analisis untung atau rugi atas penjualan aset dan

pendapatan lain-lain yang diterima dari penjualan aset

• Melakukan evaluasi pada perubahan atau modifikasi pabrik, lini

produk, pajak atas aset dan asuransi untuk melihat indikasi pelepasan

aset tetap

• Bertanya kepada manajemen dan karyawan produksi tentang

kemungkinan pelepasan aset.

Ketika suatu aset dilepaskan tanpa ditukar dengan aset pengganti,

keakuratan transaksi dapat diverifikasi dengan meneliti invoice penjualan

dan file induk aset tetap. Auditor juga harus membandingkan biaya dan

akumulasi penyusutan yang ada dalam file induk dengan jurnal yang

tercatat di general ledger, serta menghitung kembali untung dan rugi

pelepasan aktiva sebagai perbandingan dengan catatan akuntansinya.

Sedangkan pada penjualan aset dengan cara tukar tambah, auditor harus

memastikan bahwa aset yang baru telah dikapitalisasi dan aset yang

digantikan sudah dihapus dari catatan akuntansi, dengan

mempertimbangkan nilai buku aset yang ditukar tambah dan biaya

tambahan aset baru.

d. Melakukan verifikasi saldo akhir akun aset tetap

Ketika melakukan audit atas aset tetap, tujuan yang ingin dicapai antara

lain:

• semua aset yang tercatat ada secara fisik pada tanggal neraca

(keberadaan)

• semua aset yang dimiliki telah dicatat (kelengkapan)

Untuk memenuhi tujuan tersebut, auditor pertama akan

mempertimbangkan sifat pengendalian internal klien terhadap aset tetap.

Pengendalian dianggap baik jika klien menggunakan file induk untuk

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

41

setiap aset tetap, ada pengendalian fisik yang memadai terhadap aset yang

mudah dipindahkan seperti komputer atau kendaraan, penulisan nomor

identifikasi aset tetap, perhitungan fisik aset yang dilakukan secara

periodik dan rekonsiliasinya oleh klien. Metode formal untuk memberi

tahu departemen akuntansi atas aset yang dilepaskan juga merupakan

pengendalian. Jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian cukup

baik, maka auditor dapat bergantung pada saldo yang dicatat dari tahun

sebelumnya. Setelah itu, langkah audit yang dapat dilakukan:

• Tujuan kaitan rinci: membandingkan saldo aset di file induk dan

general ledger, melakukan footing.

• Setelah menilai risiko pengendalian, auditor dapat menentukan untuk

apakah perlu melakukan verifikasi keberadaan setiap item aset yang

tercantum dalam file induk. Bisa saja auditor meminta klien untuk

meakukan penghitungan semua aset secara fisik.

• Jika aset tetap telah diverifikasi dalam audit sebelumnya ketika

diperoleh, umumnya auditor tidak perlu menguji akurasi dan

klasifikasi yang dicatat pada periode sebelumnya, namun auditor

harus memeriksa apakah terdapat aset yang tidak lagi digunakan

dalam operasi. Jika material, maka auditor harus memeriksa apakah

aset tersebut harus dicatat dalam nilai realisasi bersih atau apakah aset

tersebut harus diklasifikasikan sebagai peralatan non-operasi.

Hal di atas merupakan prosedur yang dilakukan untuk memenuhi tujuan

audit terkait saldo. Sementara untuk memenuhi tujuan audit terkait

penyajian dan pengungkapan, auditor dapat melakukan prosedur berikut:

• Melakukan verifikasi pengungkapan atas kemungkinan adanya

rintangan hukum. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memenuhi

tujuan audit ini misalnya dengan membaca persyaratan perjanjian

hutang dan kredit, mengirimkan konfirmasi hutang kepada bank dan

institusi pemberi pinjaman, melakukan diskusi dengan klien atau

mengirimkan surat kepada penasihat hukum perusahaan.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

42

• Memastikan bahwa semua pengungkapan dan penyajian telah dibuat

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Misalnya memastikan

bahwa aset yang disewakan disajikan secara terpisah serta hak gadai

dicantumkan dalam catatan kaki.

e. Melakukan verifikasi beban penyusutan

Tujuan audit terkait saldo yang penting dalam beban penyusutan adalah

akurasi, dengan menentukan apakah klien mengikuti kebijakan penyusutan

yang konsisten dari periode ke periode dan apakah perhitungan klien

sudah benar.

Dalam mempertimbangkan kebijakan penyusutan, auditor harus

mempertimbangkan aspek:

- umur manfaat akuisisi periode berjalan

- metode penyusutan

- estimasi nilai sisa

- kebijakan penyusutan aset dalam tahun akuisisi dan pelepasan

Auditor dapat melakukan diskusi dengan klien mengenai kebijakan dan

membandingkan dengan informasi yang ada pada permanent file auditor.

Selain itu, auditor juga harus memastikan ketepatan perhitungan beban

penyusutan klien dengan melakukan perhitungan dimana auditor

mengalikan nilai aset yang belum disusutkan dengan tingkat penyusutan

tahun tersebut, serta membandingkannya dengan perhitungan klien. Jika

hasilnya tidak berbeda secara material dan penilaian risiko pengendalian

untuk penyusutan adalah rendah, maka auditor dapat berkesimpulan bahwa

beban penyusutan yang dihitung oleh klien tepat, dan pengujian lebih

terperinci atas penyusutan dapat dieliminasi.

Namun jika pengujian kelayakan secara keseluruhan tidak dapat dicapai,

biasanya dibutuhkan pengujian yang lebih terperinci. Misalnya dengan

melakukan penghitungan ulang beban penyusutan atas aset tertentu. Selain

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 Universitas Indonesia

43

itu auditor dapat melakukan footing beban penyusutan pada file induk aset

dan merekonsiliasinya dengan general ledger.

Auditor juga harus melakukan uji untuk memenuhi tujuan audit atas

penyajian dan pengungkapan. Pengungkapan tersebut misalnya

membandingkan informasi yang diperoleh melalui pengujian dengan

catatan kaki.

f. Melakukan verifikasi saldo akhir akun akumulasi penyusutan

Dalam melakukan verifikasi atas saldo akhir akumulasi penyusutan,

auditor menekankan pada dua tujuan audit atas saldo yaitu kaitan rinci dan

akurasi. Untuk memenuhi tujuan audit kaitan rinci auditor harus

memastikan bahwa akumulasi penyusutan yang dinyatakan di file induk

aset tetap sama dengan yang berada di general ledger. Hal ini bisa diuji

dengan melakukan footing atas akumulasi penyusutan dalam file induk

dan membandingkan dengan general ledger. Kemudian untuk tujuan audit

akurasi auditor harus memastikan bahwa akumulasi penyusutan di file

induk sudah akurat.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

44

Universitas Indonesia

BAB 3

PROSEDUR AUDIT ATAS AKUN ASET TETAP PADA PT W

3.1 Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) QRS

3.1. 1 Gambaran Umum

KAP QRS merupakan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan KAP QRS

Global. KAP QRS Global berpusat di New York, Amerika Serikat dan memiliki

lebih dari 144.000 profesional yang tersebar di 140 negara di dunia. KAP QRS

Global merupakan kantor akuntan publik yang dikenal memiliki reputasi yang

baik, dan bersama tiga Kantor Akuntan Publik lain dikenal dengan sebutan Big

Four. KAP QRS memiliki dua cabang yang terletak di Jakarta dan Surabaya, di

mana penulis melakukan program magang di kantor pusat yang terletak di Jakarta.

3.1. 2 Jasa Yang Ditawarkan

KAP QRS secara garis besar menawarkan empat jenis jasa, yaitu:

a. Advisory

Jasa advisory bertujuan membantu perusahaan dalam mengelola bisnisnya.

Saat ini, hampir semua bisnis berusaha memecahkan dua tantangan penting,

yaitu bagaimana mereka meningkatkan performa usahanya dan bagaimana

melakukan penghematan maupun pemotongan biaya sepanjang operasinya.

Dengan memfokuskan kepada dua hal tersebut maka perusahaan dapat

memperoleh keuntungan yang signifikan dan dapat meningkatkan posisi

bisnisnya di kancah persaingan. Di sini KAP QRS berperan sebagai pihak

yang membantu perusahaan untuk mencapai kedua tujuan tersebut. KAP QRS

akan memberikan saran melalui sudut pandang yang diharapkan dapat

memberikan solusi dan membantu perusahaan dalam meniti jalan menuju

tujuan utama yang hendak dicapai.

b. Assurance

KAP QRS menyediakan jasa untuk memberikan keyakinan kepada

stakeholder atas laporan keuangan, proses bisnis, kepatuhan (compliance)

serta informasi-informasi lain dari suatu perusahaan. KAP QRS menyediakan

jasa audit independen atas laporan keuangan dari suatu perusahaan, termasuk

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

45

 Universitas Indonesia

jasa atestasi lainnya. Melalui jasa assurance, KAP QRS memberikan

informasi dan pandangan yang objektif yang tentu sangat berguna bagi para

stakeholders perusahaan tersebut.

Jasa assurance mencakup melakukan review dan memberikan opini atas

laporan keuangan dari klien pada periode tertentu, melakukan review atas

kepatuhan pelaporan keuangan klien tersebut terhadap standar yang berlaku,

memastikan efektivitas pengendalian internal perusahaan, hingga mendeteksi

kemungkinan kecurangan.

KAP QRS kemudian membagi divisi ini ke dalam grup yang lebih spesifik

sesuai dengan industri yang dilayani. Pembagian grup tersebut adalah:

1. Oil Mining and Telecomunication (OMT)

Grup industri OMT menangani klien yang bergerak di bidang

perminyakan, pertambangan, dan telekomunikasi.

2. Retail and Consumer Product (RCP)

Grup industri RCP menangani klien yang produknya diperdagangkan

secara retail serta ditujukan untuk konsumen akhir.

3. Utilities and Industrial Product (UIP)

Grup industri UIP menangani klien yang memberikan jasa utilitas

maupun produk industrial.

4. Bank, Commerce and Insurance (BCI)

Grup industri BCI menangani klien yang memberikan jasa di bidang

keuangan seperti perbankan maupun perusahaan penyedia jasa

asuransi.

Meskipun sudah jelas terbagi ke dalam grup industri, pada praktiknya,

seringkali klien yang ditangani suatu tim audit bisa menjadi lintas grup

industri. Sebagai contoh, penulis yang menjalani program magang di grup

RCP, namun sempat menangani klien yang sebenarnya merupakan

perusahaan yang tergolong grup OMT. Hal ini dapat terjadi tergantung

dengan klien yang didapatkan oleh partner yang bersangkutan.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

46

 Universitas Indonesia

c. Tax

KAP QRS memberikan jasa dalam bidang perpajakan yang akan memberikan

saran kepada perusahaan dan mendampingi dalam melakukan perencanaan,

kepatuhan, pelaporan, serta menjaga hubungan otoritas pajak yang efektif.

Divisi perpajakan mencakup pajak badan, pajak perorangan, pajak tidak

langsung, pajak internasional, dan pajak atas transaksi bisnis.

d. Transaction

KAP QRS menyediakan jasa yang akan membantu klien untuk mengevaluasi

peluang yang ada dan membantu melakukan transaksi dengan efisien serta

mencapai tujuan strategis klien. Dengan jasa yang ditawarkan KAP QRS,

klien diharapkan dapat membuat bisnisnya semakin kompetitif dan

menguntungkan. Jasa yang diberikan juga terkait dengan merger dan akuisisi,

restrukturisasi modal dan hutang, pemodelan, serta penilaian bisnis

3.2 Profil PT W

3.2. 1 Gambaran Umum

PT W adalah perusahaan tekstil terkemuka di Asia Tenggara, merupakah bagian

dari WZ Group, yang memiliki world-wide turnover hingga USD 1.20 milliar. PT

W memiliki lokasi perkantoran di Jakarta, sementara pusat produksi dan

operasional berlokasi di Jawa Barat. PT W merupakan perusahaan manufaktur

tekstil yang memiliki pasar di penjuru dunia.

PT W didirikan pada tanggal 25 Oktober 1971. Akta Pendirian perusahaan telah

diamandemen beberapa kali. Salah satunya berupa amandemen untuk perubahan

modal dasar perusahaan dari Rp15,720,000,000 (full amount) menjadi

Rp33,500,000,000 (full amount) pada tanggal 21 Juli 2005. Perubahan ini telah

disetujui oleh Menteri Hukum dan HAM pada tanggal 17 Oktober 2005.

Sementara amandemen terbaru adalah pada tanggal 30 Oktober 2008 yang

menyangkut perubahan Akta Pendirian perusahaan untuk mengikuti UU PT No

40 tahun 2007. Hingga 30 Juni 2011, PT W memiliki 966 karyawan.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

47

 Universitas Indonesia

Tujuan utama PT W adalah menjadi pemimpin pasar dan berkembang secara

signifikan pada seluruh lini produksinya, terutama dalam lini produk sulaman.

Sementara faktor kesuksesan PT W utamanya terletak pada sumber daya

manusianya yang kompeten, keahlian di bidang tekstil, memiliki lokasi yang

strategis, serta struktur keuangan perusahaan yang kuat dan tidak adanya masalah

dalam hal likuiditas dan solvabilitas.

PT W merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang telah mendapatkan ISO

9002 untuk akreditasi manajemen kualitas, serta telah meraih Presidential Award

di tahun 1995 untuk performa ekspornya. Ke depan, PT W tidak memiliki rencana

untuk mengakuisisi perusahaan lain untuk dijadikan anak perusahaan PT W.

3.2. 2 Proses Bisnis

Pada dasarnya, PT W memiliki tiga lini produk utama, yaitu spinning,

embroidery, dan dyeing. Divisi sulam PT W didirikan pada tahun 1979 dan sejak

itu telah berkembang menjadi pemimpin pasar kain sulaman di Asia Tenggara. PT

W melakukan ekspor dan penjualan ke lebih dari 40 negara di dunia, di mana 90%

pendapatan perusahaan berasal dari penjualan ekspor.

PT W merupakan pemasok utama bagi berbagai merek terkemuka di segmen

pakaian, home textile hingga segmen lingerie. PT W telah dikenal sebagai

pemasok tekstil yang berkualitas tinggi, menerima pesanan dalam volume besar

dan menawarkan harga yang bersaing. PT W menggunakan mesin modern dan

sistem perancangan yang telah terkomputerisasi, membuat PT W menjadi

pemasok pilihan dari butik haute couture internasional. PT W memiliki basis

pelanggan yang kuat di Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia, hingga

Eropa.

PT W memiliki pabrik produksi di mana seluruh aktivitas produksi mulai dari

perancangan, produksi sulaman, pencelupan, dan penyelesaian dilakukan di

bawah satu atap. Selain penyulaman dan pencelupan, PT W juga memiliki

fasilitas untuk melakukan proses sulam home textiles, teknik pengguntingan yang

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

48

 Universitas Indonesia

cukup rumit, pembuatan motif, renda dan banyak lagi yang menjadikannya

sebagai perusahaan yang memimpin di bidang tekstil. Jangkauan produk PT W

mencakup bahan polyester, polyester viscose, optical white cotton, cotton blends

dan berbagai benang khusus yang dapat digunakan untuk merajut maupun

menenun.

Kapasitas produksi PT W sebelum adanya penambahan mesin produksi adalah:

• Spinning 2,300,000 kg/bulan

• Embroidery 285,000 yard/bulan

• Dyeing 162,000 kg/bulan

Kapasitas ini telah berubah sehubungan dengan adanya penambahan mesin

produksi pada pertengahan 2010. Penambahan kapasitas ini telah diinformasikan

dan diizinkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal tertanggal 7 Juli 2010.

Kapasitas produksi PT W setelah adanya penambahan mesin produksi adalah:

• Spinning 2,857,680 kg/bulan

• Embroidery 285,000 yard/bulan

• Dyeing 162,000 kg/bulan

Bisnis yang dijalankan PT W merupakan bisnis yang dipengaruhi legislasi dan

peraturan, seperti:

• Pajak ekspor yang mempengaruhi aktivitas ekspor komoditas

• Regulasi terkait angkatan kerja, karena industri ini mengutilisasi jumlah

tenaga kerja yang besar

• Sebagian lokasi produksi PT W terletak pada kawasan berikat. Kawasan

Berikat adalah area dengan batasan tertentu dimana hasil produksinya

terutama untuk diekspor. Maka dari itu PT W harus mematuhi regulasi

terkait kawasan berikat.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

49

 Universitas Indonesia

3.2. 3 Pemegang Saham

Berikut adalah tabel yang menyajikan informasi terkait komposisi pemegang

saham dan persentase kepemilikan pada PT W.

Tabel 3.1 Pemegang Saham PT W

Pemegang Saham

Jumlah Saham Persentase Kepemilikan

2010 2011 2010 2011

WWW Ltd 3,015,000 3,595,500 90% 90% JKL 167,500 199,750 5% 5% QQQ Ltd 167,500 199,750 5% 5% Total 3,350,000 3,995,000 100% 100%

Sumber: Representation Letter PT W - telah diolah kembali

3.2. 4 Struktur Organisasi

General Manager dan Financial Controller berpartisipasi secara aktif dalam

operasi sehari-hari. PT W merupakan bagian dari WZ Group, di mana WZ Group

memiliki Corporate Team yang akan mengkaji performa dari PT W. PT W sendiri

memiliki proses yang memadai dalam mengkaji performa, yaitu setiap bulan,

Financial Controller akan menginformasikan gambaran umum mengenai

performa aktual dan perbandingannya dengan anggaran, perkiraan, dan performa

dari periode sebelumnya. Hal ini akan menjadi landasan dalam pertemuan

manajemen untuk mendiskusikan langkah apa yang harus diambil selanjutnya.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT W Sumber: Kertas kerja audit KAP QRS atas PT W

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

50

 Universitas Indonesia

3.3 Pelaksanaan Magang

Dalam melakukan proses audit di PT W, KAP QRS dibantu dengan GAM (Global

Audit Methodology) yang membantu auditor untuk mengikuti langkah-langkah

dan prosedur audit mulai dari identifikasi bisnis klien hingga perumusan

kesimpulan dan pembuatan laporan audit. Secara garis besar, panduan tersebut

terbagi atas empat fase, yang digambarkan dalam bagan berikut ini.

Gambar 3.2 Empat Fase Proses Audit Global Audit Methodology

Sumber: KAP QRS Global Audit Methodology – telah diolah kembali

3.3.1 Fase Perencanaan dan Identifikasi Risiko

a. Penerimaan klien

Periode Juni 2011 bukan merupakan periode audit pertama KAP QRS

terhadap PT W. Berdasarkan pertimbangan yang mencakup opini audit

tahun sebelumnya, keadaan industri, tipe perusahaan, kondisi ekonomi, dan

sikap manajemen, maka KAP QRS memutuskan untuk melanjutkan audit di

PT W.

b. Memahami bisnis klien

Setelah memutuskan untuk menerima klien, auditor melakukan wawancara

dengan manajemen PT W dan menyimpulkan bahwa tidak terdapat

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

51

 Universitas Indonesia

perubahan proses bisnis yang signifikan dari periode sebelumnya.

c. Memahami kompleksitas lingkungan TI

Sistem yang digunakan dalam divisi akuntansi PT W bernama System 21.

Sistem ini dapat digunakan untuk pencatatan transaksi, posting ke general

ledger hingga mempersiapkan laporan keuangan. Selain itu, divisi akuntansi

juga menggunakan Oracle dan Impact System (Integrated Marketing

Production and Costing Tools) untuk menangani proses bisnis yang

signifikan, seperti transaksi penjualan dan pembelian, persedian, serta

costing di beberapa bagian. Beberapa proses bisnis yang menggunakan

Oracle adalah proses pembelian persediaan (menyiapkan purchase

requisition, purchase order, good receive note, serta memperbaharui

inventory master list). Impact System digunakan dalam proses penjualan

yang berlangsung di divisi pencelupan. System 21 telah efektif dioperasikan

sejak 16 April 2008.

Berdasarkan hasil penilaian akan tingkat risiko dari sistem yang digunakan,

maka diputuskan bahwa diperlukan keikutsertaan dari divisi Information,

Technology, and Risk Advisory (ITRA) dalam melakukan proses audit PT

W.

d. Menilai pengendalian internal perusahaan

Secara keseluruhan, pengendalian internal PT W dinilai tidak memiliki isu

yang signifikan. Namun untuk detail pengendalian internal per akun,

terutama untuk akun aset tetap yang menjadi sorotan dalam laporan ini,

akan lebih dijelaskan pada bagian berikutnya. Pengendalian internal yang

baik akan mengakibatkan bukti audit dapat dikurangi dan tingkat

materialitas dapat ditingkatkan. Sebaliknya, jika pengendalian dinilai tidak

memadai, maka bukti audit harus lebih banyak dan tingkat materialitas

ditetapkan lebih rendah.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

52

 Universitas Indonesia

e. Mengidentifikasi risiko kecurangan

Auditor melakukan wawancara dengan Chief Financial Officer dan

menuangkannya dalam fraud consideration form. Risiko kecurangan tidak

teridentifikasi pada PT W.

f. Menentukan tingkat materialitas

Auditor menetapkan planned materiality (PM), tolerable error (TE),

summary of audit difference (SAD) dengan mengacu pada karakteristik dan

risiko bisnis klien. PM, TE dan SAD yang digunakan selama melakukan

proses audit di PT W didasarkan pada penerimaan sebelum pajak (pretax

income). Untuk PM, digunakan basis 10% dari penerimaan sebelum pajak

(pretax income). TE ditetapkan sebesar 50% dari PM. Sementara SAD

ditetapkan 5% dari PM. Batas 10% dalam penentuan PM digunakan atas

pertimbangan bahwa PT W telah memenuhi kriteria berikut:

• klien bukan merupakan perusahaan yang go public dan hanya

memiliki beberapa pemegang saham

• klien tidak memiliki publicly traded debt

• klien tidak berencana untuk go public dalam dua hingga tiga tahun ke

depan

Tabel 3.2 Batas Materialitas Audit PT W

(Dalam US$) 2011 2010

Basis Pretax Income Pretax Income

PM 213,961 199,847

TE 106,981 99,924

SAD 10,698 9,992 Sumber: Kertas kerja audit KAP QRS atas PT W – telah diolah kembali

Dalam pelaksanaan audit, ketika auditor menemukan adanya kesalahan,

auditor akan selalu melihat batas materialitas di atas. Ketika perbedaan

masih berada di bawah nilai SAD, maka perbedaan tersebut tidak akan

ditindaklanjuti. Jika perbedaan tersebut berada di atas SAD namun masih

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

53

 Universitas Indonesia

berada di bawah nilai TE, maka perbedaan-perbedaan yang ditemukan akan

dikumpulkan dan diakumulasi. Akumulasi perbedaan yang melebihi nilai

TE akan disesuaikan melalui jurnal penyesuaian.

g. Mengidentifikasi akun yang signifikan

Auditor mengidentifikasi akun apa saja yang dianggap signifikan, dan

memberikan justifikasi atas akun yang tidak dikategorikan sebagai akun

signifikan. Pada proses audit PT W, akun aset tetap ditetapkan sebagai akun

yang signifikan, dengan alasan bahwa akun aset tetap memiliki pengaruh

yang signifikan dalam operasi usaha PT W, namun pengendalian aset tetap

oleh klien belum memadai. Auditor tidak dapat mengandalkan pengendalian

klien, sementara transaksi yang melibatkan aset tetap meningkat drastis dari

tahun sebelumnya. Auditor kemudian menentukan asersi apa yang akan

diutamakan dalam pengujian akun signifikan ini. Pada aset tetap, asersi

yang diuji oleh auditor adalah:

1. Memastikan bahwa aset tetap yang terdapat pada neraca, benar-benar

ada pada tanggal neraca (keberadaan/existence)

2. Memastikan bahwa seluruh akun yang seharusnya disajikan dalam

laporan keuangan benar-benar telah dimasukkan ke dalam laporan

keuangan. (kelengkapan/completeness)

3. Memastikan bahwa aset tetap yang tercatat di dalam laporan keuangan

klien, memang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan (hak dan

kewajiban/right and obligation)

4. Memastikan aset tetap telah dicatat dan divaluasi secara memadai

(valuasi dan alokasi/valuation and allocation)

5. Memastikan semua aspek terkait aset tetap yang butuh diungkapkan,

telah diungkapkan dengan memadai (penyajian dan

pengungkapan/presentation and disclosure)

3.3.2 Fase Strategi dan Penilaian Risiko

Pada fase ini, tim audit mencoba memahami kebijakan akuntansi atas akun aset

tetap PT W, alur transaksi yang terjadi di PT W, termasuk melakukan prosedur

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

54

 Universitas Indonesia

walkthrough untuk memahami siklus-siklus transaksi yang ada di dalam

perusahaan. Untuk akun aset tetap, prosedur walkthrough tidak dilakukan. Alur

transaksi yang berusaha dipahami auditor hanya terkait dengan transaksi umum

seperti pembelian suku cadang yang terkait dengan aset tetap.

Auditor merancang uji pengendalian, serta menentukan dokumen yang diperlukan

untuk pengujian selanjutnya. Manager dan senior in charge dalam tim audit juga

melakukan prosedur analitis untuk mengetahui risiko, menentukan strategi audit,

serta menentukan prosedur audit apa yang harus ditekankan pada fase eksekusi.

Auditor kemudian menggabungkan seluruh desain pengujian dan desain prosedur

audit ke dalam software yang digunakan KAP QRS dalam melakukan seluruh

proses audit, yaitu GAMx. Hasil akhir dari fase kedua adalah penyusunan Audit

Strategies Memorandum.

a. Kebijakan aset tetap PT W

Efektif 1 Januari 2008, perusahaan mengaplikasikan PSAK nomor 16 revisi

2007, “Aset Tetap”, yang menggantikan PSAK nomor 16 (1994) “Aktiva

Tetap dan Aktiva lain-lain”, dan PSAK nomor 17 (1994) “Akuntansi

Penyusutan”, di mana perusahaan memilih untuk menerapkan model biaya.

Adopsi dari PSAK yang telah direvisi ini tidak menghasilkan perubahan

ataupun efek yang signifikan pada laporan keuangan perusahaan.

Aset tetap dinyatakan sebesar harga perolehan dikurangi akumulasi

penyusutan dan rugi atas penurunan nilai aset tetap. Dengan menerapkan

model biaya, maka PT W mengukur harga perolehan aset termasuk biaya

pengadaan aset hingga aset tetap berada pada tempat pemakaian dan siap

untuk digunakan. Aset tetap akan diakui ketika biaya perolehan dapat

diukur dengan andal dan perusahaan akan mendapatkan keuntungan

ekonomis di masa mendatang.

Dalam melakukan penyusutan, PT W menerapkan metode garis lurus untuk

kelas aset yang didasarkan pada umur manfaat aset. Dalam melakukan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

55

 Universitas Indonesia

penyusutan, PT W tidak menetapkan nilai residu karena jumlahnya dinilai

tidak signifikan.

Tabel 3.3 Estimasi Umur Manfaat Aset Tetap PT W

Sumber: Laporan keuangan PT W periode Juni 2011

Pengeluaran untuk biaya perbaikan atau pemeliharaan aset tetap dibebankan

pada laporan laba rugi pada saat terjadinya. Penyempurnaan yang

menambah nilai dan masa manfaat, serta penambahan dalam jumlah besar

akan dikapitalisasi. Ketika suatu aset tetap tidak lagi digunakan atau dijual,

nilai tercatat dan akumulasi penyusutan atas aset tetap tersebut dikeluarkan

dari pencatatatannya sebagai aset tetap. Selain itu, keuntungan atau kerugian

yang muncul akan diperhitungkan dalam laporan laba rugi pada tahun

berjalan.

Nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aset tetap diestimasikan

ketika terdapat perubahan kondisi yang menyebabkan nilai perolehan aset

tetap tersebut tidak dapat diperoleh kembali. Penurunan nilai aset tetap

diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi pada tahun berjalan.

b. Memahami alur transaksi

Auditor melakukan prosedur walkthrough untuk memahami alur transaksi

sekaligus mengidentifikasi aspek pengendalian yang dimiliki perusahaan

dalam transaksi tertentu.

Proses pencatatan perusahaan atas pembelian berbeda tergantung dengan

Kelas Aset Estimasi Umur Manfaat

Hak Tanah 20-30 tahun

Bangunan 20 tahun

Mesin dan Peralatan 12 tahun

Perabot dan Perlengkapan Kantor 5 tahun

Kendaraan Bermotor 5 tahun

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

56

 Universitas Indonesia

jenis barang yang dibeli. PT W menggunakan Oracle System untuk

mencatat pembelian suku cadang terkait mesin. Hal ini mencakup

mempersiapkan Purchase Requisition, Purchase Order, Goods Received

Note, serta memperbaharui master list. Untuk proses posting jurnal

pembelian ke general ledger, PT W menggunakan system 21. Hal ini

berbeda dengan pembelian lain, bahan baku misalnya, yang mengunakan

system 21 untuk mencatat keseluruhan proses. Berikut adalah alur transaksi

pembelian suku cadang, sebagai salah satu komponen aset tetap:

• Inisiasi pembelian

Sebelum melakukan pembelian, terlebih dahulu pihak yang membutuhkan

(dalam hal ini departemen tertentu selaku calon pengguna) membuat

permintaan pembelian (purchase requisition/PR) yang disiapkan secara

manual oleh departemen tersebut. PR kemudian disetujui oleh supervisor

pada departemen tersebut atau kepala departemen. Departemen pembelian

akan menerima salinan dokumen PR dan mengkaji reasonableness dari

permintaan pembelian tersebut.

• Pemesanan

Departemen pembelian akan memproses permintaan pembelian dari

departemen pemesan. Purchase Manager akan memilih vendor terbaik

berdasarkan perbandingan harga, kualitas, dan pengiriman. Setelah vendor

dipilih, departemen pembelian akan mempersiapkan purchase order (PO)

melalui sistem oracle. PO dibuat sebanyak 4 salinan. Dokumen asli akan

dikirimkan kepada vendor, salinan pertama untuk departemen akuntansi,

salinan kedua untuk gudang, serta salinan ketiga untuk departemen yang

meminta pembelian aset. Nomor purchase order, tanggal serta pembuat

purchase order dihasilkan langsung secara otomatis oleh sistem.

Terdapat batasan jumlah pembelian yang menentukan otorisasi pembelian.

Pembelian di bawah USD 2,000 per item atau pembelian di bawah USD

10,000 secara total, hanya perlu disetujui oleh supervisor pada departemen

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

57

 Universitas Indonesia

tersebut atau kepala departemen. Sementara untuk pembelian di atas batas

tersebut, harus disetujui oleh direktur keuangan.

• Penerimaan

Ketika barang yang dipesan telah datang, pihak yang menerima (umumnya

supervisor atau kepala gudang) akan membuat Goods Inspection Received

Note (GIRN) berdasarkan Delivery Order (DO) yang didapat dari vendor,

pada sistem Oracle. Sistem tersebut tidak akan mengeluarkan GIRN jika

nomor PO dan kuantitas yang dimasukkan tidak sesuai dengan PO

sebenarnya. GIRN kemudian akan diotorisasi oleh manajer pembelian, dan

dikirim ke departemen pengguna untuk diinspeksi.

Pengguna akan melakukan pemeriksaan barang untuk mengecek kualitas

dan kuantitas sesuai yang tertera pada PO dan DO. Setelah proses inspeksi

selesai, maka GIRN akan diotorisasi oleh pengguna serta supervisor atau

kepala departemen. GIRN kemudian dikirim kembali kepada kepala

gudang untuk ditukar dengan Goods Received Note (GRN) untuk

kemudian diotorisasi oleh manajer pembelian.

GRN dihasilkan otomatis oleh sistem dan memiliki kode yang berbeda

untuk setiap klasifikasi pembelian. Ketika kepala gudang menghasilkan

GRN, sistem secara otomatis akan membuat jurnal:

Dr. Spare part xxx

Cr. Account Payable Accrual xxx

Account Payable Accrual merupakan akun yang digunakan untuk

mencatat hutang atas pembelian suku cadang yang belum ditagih melalui

invoice.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

58

 Universitas Indonesia

• Pengakuan pembelian

GRN asli beserta DO dan invoice kemudian dikirim ke bagian Account

Payable dari departemen akuntansi. Staf di bagian account payable akan

mengklasifikasi GRN berdasarkan vendor untuk memperbaharui subledger

vendor dan secara otomatis membuat jurnal:

Dr. Account Payable Accrual xxx

Cr. Account Payable xxx

Setiap akhir minggu, sistem akan mengunggah seluruh GRN dari oracle

yang dihasilkan pada minggu tersebut dan memigrasi data ke system 21

untuk melakukan posting general ledger. Untuk migrasi yang dilakukan

pada akhir bulan, sistem akan menyesuaikan dengan periode agar seluruh

data dari oracle diunggah ke system 21 dalam periode yang benar dan isu

terkait pisah batas tidak muncul. Untuk memastikan bahwa seluruh data

telah dimigrasi dari oracle ke system 21, supervisor divisi Account

Payable akan melakukan pemeriksaan pada sistem.

• Proses pembayaran

Proses pembayaran dimulai dari daftar pembayaran yang dikeluarkan oleh

divisi accounting & finance. Daftar pembayaran ini akan dikirimkan ke

divisi account payable, untuk memastikan bahwa seluruh dokumen

pendukung telah lengkap. Divisi account payable kemudian memasukkan

payment voucher pada system 21, yang secara otomatis akan membuat

jurnal:

Dr. Account payable xxx

Cr. Bank xxx

Jurnal ini akan meng-update subledger untuk vendor yang bersangkutan

dan akun cash in bank.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

59

 Universitas Indonesia

Payment voucher kemudian dicetak oleh divisi accounting & finance dan

dikirim ke bagian account payable untuk diperiksa. Setelah itu, DO dan

invoice akan ditandai yang menunjukan transaksi tersebut telah dibayar.

Setelah bagian account payable melakukan pemeriksaan atas payment

voucher dan mencocokkannya dengan dokumen pendukung, payment

voucher tersebut dikirim ke manajer akuntansi dan direktur keuangan

untuk diotorisasi.

Untuk pembayaran menggunakan bilyet giro atau transfer, accounting &

finance supervisor akan mempersiapkan bilyet giro, untuk kemudian

ditandatangani oleh manajer akuntansi dan direktur keuangan.

Untuk pembayaran menggunakan cek, Accounting & Finance Supervisor

akan mempersiapkan cek, lengkap beserta payment voucher dan dokumen

pendukung. Cek ini kemudian dikirimkan ke manajer akuntansi dan

direktur keuangan untuk diotorisasi. Selain manajer akuntansi dan direktur

keuangan, pihak yang memiliki wewenang untuk melakukan otorisasi

adalah presiden direktur, direktur yang setara dengan direktur keuangan,

dan manajer produksi ketika tidak ada direktur yang berada di tempat.

Cek dan bilyet giro yang telah diotorisasi umumnya akan dibawa oleh

vendor. Sementara pembayaran melalui transfer akan dilakukan oleh

accounting & finance supervisor melalui fasilitas e-banking.

c. Prosedur Analitis

Auditor melakukan prosedur analitis untuk melihat penyebab pergerakan

aset tetap di tahun berjalan. Hal ini dilakukan dengan menganalisis

penyebab peningkatan aset tetap kemudian menganalisis sumber

peningkatan aset tetap yang paling besar selama tahun berjalan. Berikut

disajikan tabel yang menunjukan adanya kenaikan saldo aset tetap di tahun

2011.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

60

 Universitas Indonesia

Tabel 3.4 Kenaikan dan Penurunan Aset Tetap PT W

Sumber: Kertas kerja audit KAP QRS atas PT W – telah diolah kembali

Kenaikan aset tetap dan CIP sebesar US$ 7,822,197, atau naik 35% dari

tahun 2010, adalah hasil dari penambahan aset tetap sebesar US$

11,576,685 (jumlah ini termasuk penyesuaian sebesar US$480,964 terkait

peraturan subsidi pemerintah mengenai ekspansi pabrik), pelepasan aset

tetap dengan nilai buku US$2,581,055, dan penyusutan sebesar US$

1,173,353.

Penambahan aset tetap sebagian besar berasal dari penambahan mesin dan

gedung dari transfer CIP sebesar masing-masing US$10,348,037 dan

US$2,204,087. Penambahan mesin tersebut didominasi oleh penambahan

mesin pintal dan bangunan, yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas

produksi. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan produksi departemen

pemintalan di tahun 2011.

3.3.3 Fase Eksekusi

Fase eksekusi merupakan fase di mana auditor melakukan berbagai pengujian,

seperti uji pengendalian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas dari

pengendalian internal yang diterapkan oleh perusahaan, serta uji substantif dan

prosedur umum audit dengan tujuan menguji apakah pencatatan dan proses secara

keseluruhan dari transaksi pada PT W telah sesuai dengan standar yang berlaku

dan telah memenuhi asersi yang ditentukan. Pada PT W, auditor tidak melakukan

pengujian pengendalian, namun langsung melakukan prosedur substantif. Berikut

prosedur-prosedur substantif yang dilakukan oleh auditor selama kerja lapangan.

(Dalam US$) 30-Jun-11 30-Jun-10

Kenaikan/

(Penurunan) Persentase

Aset tetap - net 30,015,397 21,071,991 8,943,406 42%

Pembangunan

dalam proses (CIP) 43,658 1,164,867 (1,121,209) -96%

Total 30,059,056 22,236,858 7,822,197 35%

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

61

 Universitas Indonesia

3.3.3.1 Melakukan Pengujian Journal Entries

KAP QRS menggunakan QRS Global Analytics Tools untuk mengambil jurnal dari

sistem, dan mengidentifikasi jika terdapat keanehan dalam input jurnal.

Contohnya adalah jurnal yang diinput oleh karyawan di luar divisi akuntansi.

Atau jika manajemen tingkat atas (seperti direktur atau controller) melakukan

input jurnal.

Pada PT W, auditor menemukan bahwa terdapat beberapa jurnal yang tidak

memiliki kelengkapan data tentang personel yang melakukan input, lalu terdapat

beberapa jurnal yang di-input oleh personel di luar divisi akuntansi, hingga

beberapa jurnal yang diinput oleh Financial Controller hingga CEO. Namun,

hasil follow up dari auditor menyimpulkan bahwa tidak ada indikasi adanya

kecurangan berdasarkan aktivitas pencatatan.

3.3.3.2 Prosedur Untuk Memenuhi Tujuan Audit Kaitan Rinci

Untuk menguji tujuan audit kaitan rinci, prosedur utama yang dilakukan oleh

auditor setelah mendapatkan detail listing dan trial balance adalah melakukan

pencocokan saldo per listing (detail akun) dengan saldo per trial balance.

Prosedur ini ditandai dengan tickmark pada k-lead worksheet aset tetap.

Pada PT W, fixed assets master file berbentuk database sederhana yang antara

lain berisi deskripsi aset, tanggal akuisisi, biaya perolehan awal, penyusutan tahun

berjalan, dan akumulasi penyusutan aset tersebut serta informasi penambahan dan

pengurangan aset selama tahun berjalan. Fixed asset master file ini dikelola dan

dikontrol oleh kepala bagian akuntansi PT W.

Tidak ditemukan masalah dari hasil pencocokan saldo per listing (detail akun)

dengan saldo per trial balance. Hanya saja, auditor memberi penekanan akan

risiko yang muncul dari sistem database sederhana ini. Yang perlu diperhatikan

adalah konsistensi pencatatan dengan tahun sebelumnya. Misalnya, jika klien

menjual asetnya, kemudian klien langsung menghapus aset yang telah dijual di

master file. Penghapusan aset ini harus diperhatikan mulai dari nilai aset,

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

62

 Universitas Indonesia

perhitungan penyusutan, dan sebagainya. Jika kontrol atas database ini lemah,

dapat menyebabkan ketidaksesuaian saldo pergerakan aset tetap dengan saldo

tahun sebelumnya.

3.3.3.3 Melaksanakan Prosedur Analitis

Auditor kembali melakukan prosedur analitis pada fase eksekusi sebagai

pendukung dari prosedur substantif lainnya dan untuk mengindikasikan

kemungkinan salah saji. Prosedur analitis pada fase ini bukan merupakan

keharusan, dan setelah dilakukan ternyata tidak menghasilkan temuan baru yang

signifikan.

3.3.3.4 Melakukan Verifikasi Akuisisi Aset Tetap Tahun Berjalan

Pada tahun berjalan, PT W memiliki banyak transaksi penambahan aset tetap.

Penambahan secara drastis ini merupakan salah satu wujud usaha peningkatan

kapasitas produksi yang ingin dicapai PT W. Penambahan aset tetap tersebut

meliputi penambahan bangunan, kendaraan bermotor, perabot, serta berbagai

mesin pabrik.

Dalam melakukan verifikasi akuisisi aset tetap tahun berjalan di PT W, prosedur

utama yang dilakukan auditor adalah melakukan vouching atas penambahan aset

tetap ke dokumen pendukung sesuai dengan sistem akuntansi PT W. Dari fixed

asset register, auditor melakukan identifikasi aset yang mengalami penambahan

di tahun berjalan.

Karena jumlah penambahan aset cukup banyak, maka auditor memilih sampel

untuk dilakukan vouching. Dasar yang digunakan auditor dalam melakukan

pemilihan sampel untuk vouching adalah combined risk assessment (CRA), yang

merupakan gabungan antara control risk (CR) dan inherent risk (IR). Pada PT W,

control risk yang digunakan adalah not rely on control, sebab auditor tidak

melakukan pengujian pengendalian untuk menguji asersi keberadaan penambahan

aset tetap. Sementara untuk inherent risk dinilai rendah karena natur aset tetap

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

63

 Universitas Indonesia

yang bukan merupakan aset bergerak, dan dinilai kecil kemungkinannya untuk

dicuri.

Berdasarkan framework dari QRS Global Audit Methodology, maka auditor

melakukan pemilihan sampel berdasarkan level combined risk assessment

‘moderate’. Pemilihan sampel yang akan di-vouching ditentukan dengan

menggunakan software pemilihan sampel yaitu QRS Microstart. Auditor akan

memasukan tolerable error, nilai populasi dan key item yang merupakan nilai-

nilai tambahan aset tetap yang berada di atas cut off atau batas nilai yang wajib

menjadi sampel vouching. Auditor juga memasukkan combined risk assessment

yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu moderate dan tingkat keyakinan

persuasive atas prosedur substantif lainnya. Tingkat keyakinan persuasive dipilih

atas dasar adanya prosedur lain yang akan dilakukan auditor, yaitu observasi fisik

aset tetap. Setelah melengkapi seluruh keterangan terkait pengambilan sampel,

maka auditor akan segera mengetahui berapa jumlah sampel yang harus diuji.

Gambar 3.3 Framework QRS GAM untuk penentuan CRA

Sumber: QRS Global Audit Methodology

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

64

 Universitas Indonesia

Dari hasil microstart, terpilih tujuh puluh satu sampel untuk ketiga kelas aset

tetap. Sampel-sampel ini keseluruhannya merupakan key item yang berada di atas

thereshold yang ditetapkan. Umumnya, auditor akan mengambil representative

sample yang berada di bawah threshold untuk mendapat keyakinan atas

representasi populasi. Namun, nominal keseluruhan sampel di atas telah

mencakup 97% populasi penambahan aset tetap. Sehingga dianggap telah

merepresentasikan sampel dengan baik.

Gambar 3.4 Output QRS Microstart untuk penambahan aset tetap Sumber: Kertas kerja audit KAP QRS atas PT W – telah diolah kembali

Langkah selanjutnya adalah membandingkan jumlah yang terdapat pada fixed

asset register dengan dokumen pendukung yang didapatkan dari klien. Dokumen

pendukung tersebut antara lain (1) goods received note yang merupakan dokumen

yang digunakan sebagai bukti penerimaan suatu barang dan di dalamnya tertera

jenis barang, jumlah barang dan waktu penerimaan; serta (2) delivery order atau

surat jalan.

Dari hasil vouching, auditor mendapatkan temuan yang berhubungan dengan

kapitalisasi, yaitu adanya beberapa aset tetap yang nilainya terlalu kecil untuk

dikapitalisasi, serta temuan bahwa tidak adanya basis yang konsisten atas

penetapan tanggal penyusutan aset. Temuan ini akan dibahas lebih lanjut dalam

bab berikutnya, yaitu subbab 4.6 mengenai kapitalisasi dan penyusutan aset tetap.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

65

 Universitas Indonesia

Selain vouching, prosedur yang dilakukan auditor adalah melakukan observasi

fisik aset untuk memenuhi tujuan keberadaan sekaligus melakukan pengecekan

atas prosedur kapitalisasi yang dilakukan PT W. Jenis aset yang diobservasi

dipilih berdasarkan judgment dari auditor, yaitu beberapa aset tetap yang memiliki

nilai tinggi serta aset berbentuk tanah yang masih berada dalam pembangunan,

agar dapat merepresentasikan populasi.

Observasi dilakukan dengan mengamati secara fisik aset tersebut yang

menunjukkan bahwa asersi terkait keberadaan telah terpenuhi. Pada saat

observasi, auditor juga melakukan konfirmasi kepada bagian engineering tentang

tanggal penggunaan aset tersebut. Hal ini dilakukan karena tidak ada dokumentasi

yang jelas mengenai kapan aset tetap tersebut selesai dibangun. Maka itu, auditor

melakukan observasi sekaligus konfirmasi dengan user selaku pihak yang

menggunakan aset tersebut. Tujuan dari konfirmasi mengenai waktu tersebut

adalah untuk memastikan aset tetap disusutkan secara memadai. Karena jika tidak,

maka akan berdampak understated atau overstated pada beban penyusutan.

Namun, hasil dari inquiry yang dilakukan saat observasi mengenai penetapan

tanggal penyusutan aset tetap, tidak menghasilkan jawaban yang memuaskan dari

user. Auditor masih belum mendapat keyakinan bahwa aset tetap telah disusutkan

secara memadai. Penjelasan lebih lanjut mengenai temuan ini akan dibahas pada

subbab 4.6 mengenai kapitalisasi dan penyusutan aset tetap.

3.3.3.5 Melakukan Verifikasi Pelepasan Aset Tetap Tahun Berjalan

Prosedur yang dilakukan auditor KAP QRS dalam melakukan verifikasi pelepasan

aset tahun berjalan adalah dengan melakukan penghitungan ulang atas transaksi

penjualan aset tetap yang terjadi selama tahun berjalan untuk mengetahui adanya

untung dan rugi dari pelepasan aset tersebut. Hasil perhitungan ulang tersebut

kemudian dibandingkan dengan jumlah untung dan rugi yang terdapat pada trial

balance.

Pada tahun berjalan, PT W melakukan pelepasan atas tujuh belas jenis mesinnya.

Pelepasan ini seluruhnya dalam bentuk penjualan ke pihak luar. Dari tujuh belas

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

66

 Universitas Indonesia

transaksi, empat belas di antaranya sudah melewati umur manfaat aset. Sehingga

ketika dijual, menghasilkan keuntungan bagi PT W. Namun tiga jenis aset masih

memiliki umur manfaat, dan dari hasil penjualan, PT W mengalami kerugian. Hal

ini karena ketiga aset tersebut merupakan mesin impor yang dibeli PT W dalam

kondisi bekas pakai pada tahun 2006. Ketika ketiga aset tersebut dijual pada tahun

2010, bentuk aset telah berupa besi-besi tua yang penjualannya dilakukan secara

kiloan.

Auditor juga melakukan vouching atas dokumen penjualan aset tetap tersebut,

yang terdiri dari invoice dan dokumen serah terima barang (delivery order).

Berdasarkan perhitungan ulang dan vouching yang telah dilakukan auditor, tidak

terdapat salah saji pada pelepasan aset tetap tahun berjalan.

3.3.3.6 Melakukan Verifikasi Saldo Akhir Akun Aset Tetap

Dari segi pengendalian internal, klien telah memiliki file induk aset tetap sebagai

pengendalian utama terhadap aset tetap. Kekhawatiran muncul karena file induk

bersifat manual sehingga memiliki lebih banyak risiko dibandingkan jika

berbentuk sistem terkomputerisasi. Perhitungan fisik aset tetap tidak dilakukan

secara periodik, sehingga saat kerja lapangan, auditor melakukan observasi untuk

melihat secara fisik keberadaan aset tetap. Auditor berkesimpulan bahwa risiko

inheren kecil karena sifat aset tetap yang sulit untuk dipindahkan. Pengendalian

internal klien terhadap aset tetap dianggap kurang memadai, terlihat dari tidak

adanya tag number sebagai identifikasi jika terdapat perubahan pada file induk

aset tetap dan tidak adanya dokumentasi terkait kapitalisasi atas aset dalam

pembangunan (asset under construction). Dari segi penyajian dan pengungkapan,

auditor tidak melihat ada kebutuhan untuk mengirimkan konfirmasi kepada pihak

eksternal terkait perjanjian hutang atau kredit.

3.3.3.7 Melakukan Verifikasi Beban Penyusutan dan Saldo Akhir Akun

Akumulasi Penyusutan

Prosedur yang dilakukan terkait akun penyusutan antara lain dengan

mencocokkan saldo pada listing aset tetap dengan saldo pada trial balance.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

67

 Universitas Indonesia

Prosedur ini dilakukan untuk memenuhi tujuan kaitan rinci. Prosedur selanjutnya

adalah melakukan pemeriksaan atas umur manfaat aset, yaitu harus sesuai dengan

umur manfaat aset yang tertera di laporan keuangan klien. Selain itu, auditor juga

memastikan konsistensi perusahaan dalam menerapkan kebijakan metode

penyusutan.

Auditor melakukan penghitungan ulang atas penyusutan tahun berjalan, dan

mencocokkannya dengan jumlah yang dihitung oleh klien. Hasil perhitungan

ulang tersebut disajikan di tabel berikut ini:

Tabel 3.5 Hasil Penghitungan Ulang Beban Penyusutan PT W Tahun 2011

No Deskripsi Aset Tetap Penyusutan per TB

Penyusutan per Auditor Perbedaan

(Dalam US$) 1 Land 23,866 23,866 - 2 Building 413,110 419,429 (6,319) 3 Plant and Machinery 2,936,658 2,930,504 6,154 4 Furniture & Fixtures 62,711 65,561 (2,850) A Furniture & Fixtures 19,310 B Office Equipments 9,665 C Computer / Server 33,736 5 Vehicles 122,833 122,732 101 Total Perbedaan Penyusutan (2,914)

Sumber: Kertas kerja audit KAP QRS atas PT W – telah diolah kembali

a. Land

Untuk kelas aset tanah, PT W melakukan penyusutan atas hak guna

bangunan dan hak guna usaha dengan umur manfaat dua puluh dan tiga

puluh tahun. PSAK 47 mengenai akuntansi tanah menyebutkan bahwa:

Tanah tidak disusutkan, kecuali:

a) Kondisi kualitas tanah tak layak lagi untuk digunakan dalam

operasi utama entitas

b) Sifat operasi utama meninggalkan tanah dan bangunan begitu saja

apabila proyek selesai. Contoh aset tetap tanah dan bangunan di

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

68

 Universitas Indonesia

daerah terpencil. Dalam hal ini tanah disusutkan sesuai perkiraan

panjang jadwal operasi utama atau proyek tersebut.

c) Prediksi manajemen atau kepastian bahwa perpanjangan atau

pembaruan hak kemungkinan besar atau pasti tidak diperoleh.

PT W melakukan penyusutan atas hak tanah tersebut atas dasar prediksi

manajemen bahwa terdapat indikasi hak atas tanah tersebut tidak dapat

diperbarui di masa mendatang.

b. Building

Kelas aset bangunan menggunakan umur manfaat dua puluh tahun. Untuk

prosedur penghitungan ulang atas beban penyusutan, ditemukan bahwa

terdapat perbedaan jumlah antara jumlah yang dihitung auditor dengan

jumlah yang disajikan di trial balance. Namun karena dianggap masih

berada di bawah tingkat materialitas, maka atas perbedaan jumlah tersebut

tidak dilakukan prosedur selanjutnya.

c. Plant and Machinery

Untuk kelas aset mesin, PT W menetapkan umur manfaat aset dua belas

tahun, dan ditetapkan secara merata untuk seluruh aset di kelas tersebut.

Untuk kelas aset ini juga terdapat perbedaan jumlah antara jumlah yang

dihitung auditor dengan jumlah yang disajikan di trial balance. Namun

karena perbedaan jumlah tersebut masih berada di bawah batas

materialitas, maka auditor tidak melakukan prosedur lebih lanjut.

d. Furniture and Fixture

Kelas aset furniture and fixture terdiri dari perabot, peralatan kantor, serta

komputer, yang disusutkan menggunakan umur manfaat lima tahun untuk

setiap asetnya. Perbedaan jumlah hasil perhitungan auditor dengan jumlah

pada trial balance tidak ditindaklanjuti karena masih di bawah batas

materialitas.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

69

 Universitas Indonesia

e. Vehicles

Kelas aset kendaraan disusutkan dengan umur manfaat lima tahun. Pada

kelas aset kendaraan terdapat perbedaan jumlah hasil perhitungan auditor

dengan jumlah pada trial balance, namun tidak ditindaklanjuti karena

masih berada di bawah batas materialitas.

Prosedur lain yang terkait penyusutan aset tetap adalah ketika auditor

mendapatkan temuan bahwa adanya inkonsistensi dalam penetapan tanggal

dimulainya penyusutan. Auditor melakukan perhitungan untuk mengetahui efek

penyusutan yang ditimbulkan oleh inkonsistensi ini. Perhitungan efek penyusutan

tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab 4.6 pada bagian analisis

penyusutan aset tetap.

Selain hal tersebut, prosedur terkait beban penyusutan dan akumulasi penyusutan

tidak menghasilkan temuan yang signifikan. Auditor juga tidak mengusulkan

perubahan umur manfaat maupun metode penyusutan.

3.3.3.8 Prosedur Substantif Lain

a. Prosedur terkait penaksiran nilai aset

Prosedur audit terkait penaksiran nilai aset bertujuan untuk memastikan

bahwa aset tetap memiliki nilai buku di bawah harga pasar. Prosedur yang

dilakukan auditor adalah dengan membandingkan harga pasar aset dengan

nilai buku (net book value) aset pada tahun 2011. Harga pasar didapat dari

laporan penaksiran nilai aset. Jika nilai buku aset berada di atas harga

pasar, hal ini dapat menjadi indikasi adanya isu penurunan nilai aset

(impairment).

Penilaian aset tetap diperlukan karena PT W memiliki perjanjian pinjaman

dengan sebuah bank yang telah berlangsung sejak tahun 2008. Penilaian

aset tetap PT W terakhir dilakukan pada tahun 2010, seperti yang

disyaratkan oleh bank tersebut untuk melakukan penilaian kembali setiap

dua tahun.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

70

 Universitas Indonesia

Berikut disajikan tabel terkait dengan nilai buku bersih aset tetap (dalam

US$) berdasarkan catatan akuntansi PT W yang kemudian akan dinilai

kembali.

Tabel 3.6 Nilai Buku Bersih Aset Tetap PT W Tahun 2011

Accounting Record Cost Accumulated Depreciation

Net Book Value

(Dalam US$) Land and Land Right 807,609.00 (496,642.09) 310,966.91 Building 14,108,446.23 (8,581,344.57) 5,527,101.66 Plant and Machinery 78,801,387.19 (54,992,727.29) 23,808,659.90 Furnitures, Fixtures, and Office Equipment 1,163,025.62 (1,030,616.71) 132,408.91

CIP 158,595.21 - 158,595.21 Vehicles 964,348.56 (715,356.49) 248,992.07 Total 96,003,411.81 (65,816,687.15) 30,186,724.66

Sumber: Kertas kerja audit KAP QRS atas PT W – telah diolah kembali

Tabel 3.7 Perbandingan Nilai Buku dan Harga Pasar Aset Tetap PT W

Fixed Asset Per Appraisal Per Accounting Over appraised/ (under appraised)

(Dalam US$) Land and Land Right 4,060,295.00 310,966.91 3,749,328.09 Building 7,650,944.00 5,527,101.66 2,123,842.34 Plant and Machinery

78,801,387.19 24,099,664.02 54,701,723.17 Furnitures, Fixtures, and Office Equipment CIP Vehicles 338,728.45 248,992.06 89,736.39 Total 90,851,354.64 30,186,724.65 60,664,629.99

Sumber: Kertas kerja audit KAP QRS atas PT W – telah diolah kembali

Dari hasil perbandingan nilai buku yang dicatat PT W dengan harga pasar

hasil penilaian dari penilai independen, ditemukan bahwa harga pasar

melebihi nilai buku bersih aset tetap. Hal ini tidak menunjukan adanya

indikasi isu penurunan nilai aset. Untuk memastikannya lebih lanjut,

prosedur selanjutnya yang dilakukan auditor adalah mempersiapkan Fixed

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

71

 Universitas Indonesia

Asset Impairment Check List yang merupakan panduan bagi auditor untuk

mengukur penurunan nilai aset yang mungkin terjadi pada aset tetap PT

W, berdasarkan PSAK 48 mengenai penurunan nilai aset tetap.

Pengisian checklist tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa tidak

terdapat isu penurunan nilai aset tetap pada PT W. Beberapa pertimbangan

dalam menentukan hal ini, antara lain karena:

• PT W tidak mengkapitalisasi biaya pinjaman

• Tidak ada indikasi bahwa aset tetap mengalami penurunan harga pasar

secara signifikan

• Tidak ada indikasi akan perubahan kondisi teknologi, pasar, ekonomi,

dan lingkungan sekitar dari operasi perusahaan

• Tidak ada indikasi penurunan signifikan dari tingkat bunga pasar

• Berdasarkan observasi fisik, tidak terdapat indikasi adanya keusangan

atau kerusakan pada fisik aset tetap

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka auditor menyimpulkan tidak

terdapat isu penurunan nilai aset pada aset tetap PT W.

b. Prosedur terkait asuransi

Prosedur selanjutnya yang dilakukan auditor adalah menguji cakupan

asuransi atas aset tetap. Prosedur ini dilakukan untuk mengetahui apakah

polis asuransi yang dimiliki oleh PT W telah meliputi nilai buku aset tetap.

Auditor meminta dokumen terkait asuransi yang dimiliki oleh PT W,

kemudian membandingkan nilai yang diliputi oleh asuransi tersebut

dengan nilai buku aset tetap PT W. PT W memiliki beberapa tipe asuransi

yang mencakup perlindungan terhadap aset tetap secara material dan

asuransi terkait proses bisnis perusahaan. Cakupan polis asuransi tersebut

mencapai 232% dari keseluruhan aset tetap PT W. Dengan polis asuransi

tersebut, auditor mengambil kesimpulan bahwa asuransi yang dimiliki PT

W telah memadai dalam mencakup risiko industri yang mungkin terjadi.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

72

 Universitas Indonesia

c. Prosedur terkait biaya pinjaman

Tujuan dari prosedur ini adalah untuk meninjau apakah PT W memiliki

biaya pinjaman (capital borrowing cost) selama periode Juni 2011.

Prosedur dilakukan dengan menganalisis laporan arus kas untuk

mengidentifikasi adanya indikasi biaya pinjaman.

Analisis arus kas menunjukkan bahwa kas yang tersedia untuk digunakan

dalam kegiatan operasi adalah US$715,907. Sementara laporan

menunjukkan bahwa terdapat penambahan aset tetap dengan total jumlah

US$11,223,053, yang memiliki jumlah jauh lebih besar di atas kas yang

tersedia. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan aset tetap tersebut

dibiayai melalui dana yang diterima dari hasil pinjaman.

PSAK 26 revisi 2008 menyatakan bahwa kapitalisasi bunga pinjaman

berhubungan dengan adanya aset tetap yang dikategorikan sebagai

qualifying asset, yaitu aset yang membutuhkan periode waktu yang

substansial hingga siap untuk digunakan sesuai dengan tujuan awalnya.

Auditor kemudian menentukan bahwa bunga yang muncul dari pinjaman

akan dikapitalisasi jika periode persiapan atau pembangunan tersebut

membutuhkan waktu lebih dari dua belas bulan. Namun, ternyata seluruh

aset yang dimaksud membutuhkan waktu persiapan kurang dari dua belas

bulan. Sehingga tidak ada bunga pinjaman yang dikapitalisasi.

d. Prosedur terkait construction in progress

Melakukan pengecekan atas pembayaran dan pengakuan aset dalam

pembangunan serta melakukan perbandingan data retensi aset yang berada

dalam pembangunan dengan melakukan vouching ke dokumen

pendukung. Auditor menemukan bahwa terdapat aset berupa tanah yang

telah dibeli dan dibayar, namun PT W belum mendapatkan sertifikat

terkait pembelian tanah tersebut. Auditor kemudian mengusulkan jurnal

untuk mereklasifikasi tanah tersebut.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

73

 Universitas Indonesia

3.3.4 Fase Kesimpulan dan Penyusunan Laporan Keuangan Hasil Audit

a. Prosedur terkait laporan keuangan

Pada fase ini, auditor melakukan prosedur terkait penyajian dan

pengungkapan laporan keuangan. Auditor mempersiapkan financial

statement disclosure checklist dan menyimpulkan bahwa penyajian dan

pengungkapan laporan keuangan PT W telah disajikan secara wajar dan

sesuai dengan standar yang berlaku.

PT W telah memenuhi pengungkapan untuk hal-hal yang disyaratkan

PSAK 16 revisi 2007 dalam laporan keuangan untuk setiap kelompok aset

tetap, yaitu mengungkapkan:

• Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat

bruto

• Metode penyusutan yang digunakan

• Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan

• Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir

periode

• Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode

• Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang

dijaminkan untuk utang

• Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang

sedang dalam pembangunan

Berikut adalah hal yang tidak terjadi pada periode berjalan, sehingga tidak

perlu diungkapkan oleh PT W dalam laporan keuangannya:

• PT W tidak memiliki komitmen kontraktual terkait aset tetap selama

periode berjalan

• PT W tidak memiliki aset yang mengalami penurunan nilai,

hilang/dihentikan pada periode berjalan

• Tidak terdapat perubahan estimasi akuntansi yang dampaknya

material pada periode berjalan atau diperkirakan akan berdampak

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

74

 Universitas Indonesia

material pada periode berikutnya, seperti yang disyaratkan PSAK 25

untuk diungkapkan pada laporan keuangan

b. Mempersiapkan summary audit difference

Berisi perbedaan-perbedaan yang ditemukan auditor selama masa audit,

yaitu perbandingan antara laporan keuangan manajemen dengan hasil

audit yang dilakukan oleh auditor. Isu yang diutamakan adalah mengenai

provision for employee benefits. Auditor juga mengajukan jurnal

penyesuaian kepada manajemen atas perbedaan yang ditemukan.

Tabel 3.8 Client’s late adjustment

(Dalam US$) Accumulated Depreciation - Buildings 572.00 Accumulated Depreciation - Plant and Machinery 15.00 Accumulated Depreciation - Motor Vehicles 191.00 Depreciation - Buildings 778.00

Sumber: Kertas kerja audit KAP QRS atas PT W – telah diolah kembali

Jurnal ini merupakan jurnal yang diakui klien sebagai kelalaian dalam

perhitungan penyusutan. Pengajuan jurnal penyesuaian ini berasal dari

inisiatif klien yang memang ingin melakukan penyesuaian nominal

penyusutan, meskipun jumlahnya sangat jauh di bawah materialitas.

Tabel 3.9 Jurnal Reklasifikasi Untuk Tujuan Pelaporan (Dalam US$)

(1) Accrued Expenses Others 90,891.00 Service payable 90,891.00 (2) Advance for PPE 114,937.00 CwiP Own Land 114,937.00

Sumber: Kertas kerja audit KAP QRS atas PT W – telah diolah kembali

Jurnal (1) diajukan untuk mereklasifikasi biaya retensi yang awalnya diakui

sebagai accrued expense, namun seharusnya diakui sebagai service payable.

Sementara jurnal (2) diajukan untuk mereklasifikasi tanah yang telah dibeli

dan dibayar, namun PT W belum mendapatkan sertifikat terkait pembelian

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

75

 Universitas Indonesia

tanah tersebut. Sehingga PT W belum dapat mengakui aset tersebut sebagai

tanah, melainkan harus diakui sebagai advance for PPE.

c. Melakukan pemeriksaan kembali terhadap laporan keuangan hasil audit

Laporan hasil audit yang dipersiapkan oleh tim audit akan dikaji ulang oleh

manager dan partner. Hal ini dilakukan untuk memastikan isi laporan

tersebut sudah benar sebelum diterbitkan. Termasuk melakukan prosedur

analitis untuk memastikan tidak ada hal baru yang perlu disajikan dalam

laporan keuangan. Pemeriksaan kembali atas laporan keuangan hasil audit

tidak menghasilkan penemuan baru.

d. Mempersiapkan summary review memorandum

Laporan ini berisi isu dan temuan penting yang ditemukan tim audit selama

proses audit. Temuan tersebut dibahas dan kemudian auditor mengajukan

solusi atas isu terkait. Awalnya, auditor hendak memasukkan isu terkait

kapitalisasi dan penyusutan dalam summary review memorandum. Namun,

karena auditor memiliki anggapan bahwa isu kapitalisasi dan penyusutan

merupakan sesuatu yang sifatnya membandingkan judgment auditor dengan

klien, maka manager memutuskan untuk tidak memasukkan isu tersebut.

e. Menyelesaikan review and approval summary

Untuk memastikan bahwa laporan keuangan hasil audit telah layak untuk

diterbitkan. Review and Approval Summary akan ditandatangani oleh setiap

orang yang melakukan review atas laporan keuangan tersebut.

f. Melakukan komunikasi dengan klien

Sebelum laporan keuangan hasil audit diterbitkan, maka auditor harus

mengkomunikasikan mengenai hasil temuan dan isu yang terkait akuntansi

kepada manajemen. Hal ini dilakukan untuk mencapai kesepakatan sebelum

penerbitan laporan. Auditor melakukan meeting akhir untuk membahas isu

yang ditemukan dan juga mempersiapkan management letter. Di dalam

management letter yang dipersiapkan oleh auditor atas audit PT W, terdapat

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

76

 Universitas Indonesia

beberapa poin yang menyangkut temuan terkait aset tetap. Poin dalam

management letter yang terkait aset tetap tersebut adalah:

1. Aset tetap tidak memiliki tag number untuk mengidentifikasi aset

2. Tidak terdapat batas minimum dalam menentukan capital expenditure

3. Tidak terdapat dokumen pendukung terkait penyelesaian aset dalam

pembangunan

g. Menyelesaikan laporan dan merapikan seluruh dokumen audit

Pada laporan audit yang diterbitkan, auditor memberikan opini ‘wajar tanpa

pengecualian’ untuk laporan keuangan PT W periode Juni 2011. Klien telah

mengetahui temuan audit, dan bersedia untuk memperbaiki kinerja sesuai

dengan yang disarankan oleh auditor. Pada review and approval summary,

auditor mengklasifikasi PT W sebagai klien yang memiliki risiko rendah

dan patut untuk dilanjutkan dalam periode selanjutnya.

Langkah terakhir yang dilakukan auditor adalah merapikan dokumen audit

serta melengkapinya untuk membantu tim audit di tahun berikutnya untuk

melaksanakan proses audit yang lebih baik lagi.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

77  

Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Proses Audit Secara Umum

Terdapat persamaan antara proses audit yang dilakukan KAP QRS berdasarkan

QRS GAM dengan proses audit yang dijabarkan oleh Arens et al., (2009). Pada

fase pertama, keduanya sama-sama menekankan pada proses dari penerimaan

klien hingga memahami bisnis klien yang dilihat dari berbagai sisi, seperti

kompleksitas lingkungan IT, pengendalian internal, risiko kecurangan, hingga

menentukan akun yang signifikan. Inti dari fase pertama adalah melakukan

pemahaman secara menyeluruh atas klien, untuk mempermudah dan mendukung

proses audit yang akan dilakukan pada fase berikutnya.

Untuk fase kedua, Arens, et al. (2009) sudah mulai memfokuskan pada uji

pengendalian dan uji substantif. Sementara, berdasarkan QRS GAM, fase kedua

masih merupakan tahap pengenalan alur transaksi dan pengendalian klien yang

akan menentukan penyusunan strategi audit dan penilaian risiko yang akan

mendukung eksekusi audit di fase ketiga. Hal ini tentu saja membedakan fase

ketiga antara Arens, et al. (2009) dengan proses QRS GAM. Fase ketiga pada

QRS GAM menekankan pada eksekusi prosedur audit baik uji pengendalian

maupun uji substantif. Sementara Arens et al., (2009) lebih menekankan pada

prosedur analitis dan prosedur untuk menguji rincian saldo. Hasil dari keseluruhan

kerja audit disimpulkan dan diselesaikan pada fase keempat. Baik QRS GAM

maupun Arens, et al. (2009) memiliki sasaran yang sama pada fase keempat.

Hanya saja, pada QRS GAM prosedur analitis tidak secara khusus disoroti di

dalam proses audit. Hal ini berbeda dengan proses audit yang dipaparkan Arens et

al., (2009) di mana prosedur analitis ditampilkan sebagai prosedur utama pada

fase ketiga. Namun bukan berarti QRS GAM tidak menganggap prosedur analitis

sebagai prosedur yang penting. Karena meskipun tidak dinyatakan secara terpisah,

namun prosedur analitis selalu dilakukan oleh auditor dalam proses audit.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

78

Dapat disimpulkan bahwa proses audit yang ditetapkan oleh QRS GAM memiliki

unsur yang sama dengan teori yang dipaparkan oleh Arens et al., (2009).

Perbedaan hanya terletak pada sisi detail proses yang dilakukan per fase, dan

bukan merupakan perbedaan yang signifikan. Namun secara prinsip, proses audit

yang diterapkan oleh tim audit KAP QRS di dalam masa audit di PT W, memiliki

kesesuaian dengan teori yang ada.

Keutamaan dari proses audit di KAP QRS adalah adanya perangkat lunak GAMx

yang merupakan tools utama yang digunakan oleh auditor dalam melakukan

keseluruhan proses audit klien mulai dari perencanaan hingga penyelesaian audit.

Sistem GAMx memiliki beberapa kelebihan seperti:

• Menjadikan proses audit lebih terarah karena menyediakan panduan bagi

auditor selama melakukan audit

• Proses audit lebih mudah diawasi dan mempermudah proses review karena

dapat diakses baik oleh tim audit, manajer, hingga partner

• Dokumentasi audit menjadi lebih lengkap, rapi, dan teratur

• Hasil kerja audit dapat disimpan dalam waktu yang lama, dan dapat

menjadi panduan bagi tim audit pada periode audit selanjutnya

• Aman karena hanya dapat diakses melalui fasilitas yang disediakan KAP

QRS

• Bersifat terintegrasi dan user friendly sehingga menjadikan proses audit

lebih efektif dan efisien

4.2 Analisis Atas Fase Perencanaan dan Identifikasi Risiko

Auditor mengidentifikasi risiko bisnis klien dimulai dengan mengetahui bahwa

tren bisnis di PT W sedang berkembang. Hal ini ditandai dengan PT W yang

sedang melakukan peningkatan kapasitas produksi, yang berakibat penambahan

aset tetap untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi tersebut. Keseluruhan

aset tetap yang dimiliki oleh PT W dapat digolongkan sebagai aset tetap sesuai

definisi PSAK 16 revisi 2007, di mana keseluruhan aset digunakan dalam

kegiatan operasional dan proses produksi. Tidak ada aset yang digunakan untuk

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

79

keperluan rental dan tidak ada yang tidak diutilisasi. Sehingga tidak ada aset yang

diklasifikasikan sebagai properti investasi.

Dalam penetapan salah saji yang dapat ditoleransi, IFRS menyebutkan bahwa

suatu jumlah dianggap material pada kondisi di mana ketika jumlah tersebut

diungkapkan, maka pengungkapan tersebut mampu mengubah keputusan

pengguna laporan keuangan. Hal ini terkadang menjadi sangat subjektif karena

tidak ada batasan yang jelas untuk menentukan apakah suatu jumlah dapat

mengubah keputusan seseorang atau tidak. Maka itu penetapan tingkat

materialitas oleh tim audit sebelum melakukan proses audit menjadi sangat

penting. Penetapan untuk masing-masing PM, TE, dan SAD dilakukan mengikuti

aturan yang ditetapkan oleh QRS Global Audit Methodology, tentu saja dengan

memperhatikan sifat dan keadaan bisnis klien yang bersangkutan.

Pada proses audit yang dilakukan KAP QRS, auditor menetapkan batas

materialitas, yaitu PM, TE, dan SAD berdasarkan pada penerimaan sebelum pajak

(pretax income). Basis ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa penerimaan

sebelum pajak adalah jumlah yang menjadi perhatian bagi pengguna laporan

keuangan, serta sifatnya masih dapat dikendalikan perusahaan karena belum

memasukkan unsur pajak. Dalam penentuan basis materialitas, sebaiknya auditor

menggunakan basis yang merupakan concern dari para stakeholders. Pada PT W,

penggunaan pretax income sudah tepat. Untuk perusahaan lain, misalnya di mana

stakeholders sangat mengutamakan penekanan biaya dan sangat memperhatikan

COGS, perusahaan tersebut dapat menggunakan basis COGS dalam menetapkan

materialitas.

Penetapan materialitas di awal masa audit menyiasati masalah subjektivitas yang

dikhawatirkan akan terjadi. Dalam melakukan keseluruhan proses audit, auditor

secara konsisten mendasarkan penilaiannya pada batas materialitas ini.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

80

4.3 Analisis Atas Fase Strategi dan Penilaian Risiko

a. Analisis atas kebijakan aset tetap PT W

PT W memilih untuk menerapkan model biaya. Hal ini dapat dikarenakan

beberapa faktor, antara lain karena kemudahan dalam menerapkan model

biaya, seperti yang diungkapkan oleh Kieso, Weygandt, dan Warfield

(2011). Tidak seperti penerapan model revaluasi yang cenderung lebih sulit

dan memakan biaya karena salah satu cara dalam melakukan revaluasi aset

membutuhkan jasa penilai aset tetap. Perusahaan umumnya juga enggan

untuk menggunakan model revaluasi karena ada kemungkinan perusahaan

akan mengakui rugi yang dihasilkan dari revaluasi aset. Hal ini akan muncul

pada laporan keuangan perusahaan, dan merupakan hal yang dihindari oleh

perusahaan.

PSAK 16 revisi 2007 menyebutkan bahwa metode penyusutan yang

digunakan entitas harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat

ekonomis masa depan dari aset dan harus dikaji ulang setiap akhir tahun

buku untuk mengantisipasi adanya perubahan. Dalam melakukan

penyusutan, PT W menerapkan metode garis lurus untuk setiap kelas aset.

PT W dapat mempertimbangkan untuk mengkaji metode penyusutan yang

digunakan untuk setiap kelas aset disesuaikan dengan pola penggunaan

untuk setiap kelas aset tersebut. Konsistensi dalam penyusutan bukan berarti

metode yang digunakan terus sama setiap periode untuk setiap aset.

Konsistensi yang dimaksud adalah, pemilihan metode penyusutan sesuai

dengan penggunaannya, bahkan dapat berubah sewaktu-waktu jika terdapat

metode lain yang dianggap lebih sesuai.

PT W memiliki beberapa kelas aset yang secara natur digunakan dengan

pola penggunaan yang berbeda-beda. Penerapan metode penyusutan yang

berbeda untuk setiap kelas aset, misalnya, aset yang digunakan untuk

melakukan produksi, maka sebaiknya menggunakan metode unit of

production/sum of the unit method. Contohnya mesin pabrik yang

digunakan untuk produksi, sebaiknya penyusutannya menggunakan metode

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

81

unit of production. Lain halnya dengan komputer yang dinilai cepat usang,

baik dari segi fisik maupun teknologi, sebaiknya menggunakan metode

saldo menurun. Sementara untuk kendaraan, dapat menggunakan metode

garis lurus. Penerapan metode penyusutan yang sama untuk setiap kelas aset

di perusahaan, termasuk PT W, umumnya dilakukan atas dasar

pertimbangan kepraktisan.

Dalam melakukan penyusutan, PT W tidak menetapkan nilai residu karena

jumlahnya dinilai tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kieso,

Weygandt, dan Warfield (2011) yang menyebutkan bahwa dalam praktik

nyata, umumnya perusahaan tidak mengalokasikan nilai residu (nilai residu

sama dengan nol). Meskipun untuk beberapa aset yang memiliki umur yang

panjang, nilai residu dapat bernilai cukup substansial, namun penetapan

nilai residu sama dengan nol merupakan praktik yang wajar untuk

diterapkan pada seluruh kelas aset PT W.

b. Analisis atas alur transaksi aset tetap PT W

Arens et al., (2009) menyebutkan, catatan akuntansi yang utama untuk aset

tetap umumnya berupa file induk aset tetap (fixed asset master file). Pada

PT W, fixed assets master file berbentuk database sederhana yang antara

lain berisi deskripsi aset, tanggal akuisisi, biaya perolehan awal, penyusutan

tahun berjalan, dan akumulasi penyusutan aset tersebut serta informasi

penambahan dan pengurangan aset selama tahun berjalan. Fixed asset

master file ini dikelola dan dikontrol oleh kepala bagian akuntansi PT W.

Namun, terdapat kelemahan dari database tersebut, yaitu karena sifatnya

yang manual dan hanya menggunakan Microsoft Excel, di mana umumnya

perusahaan lain telah menggunakan sistem akuntansi seperti System SAP

fixed assets register (listing fixed assets) yang dapat dikelola seluruhnya

melalui sistem. Kontrol yang dilakukan terhadap database harus cermat,

karena risiko terjadinya kesalahan menjadi semakin besar. Penulis

menyarankan bahwa ke depannya PT W harus mempertimbangkan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

82

penggunaan sistem terintegrasi karena PT W memiliki aset tetap dalam

jumlah yang banyak, dan naturnya tidak sederhana. Pencatatan

menggunakan sistem akan mempermudah PT W dalam melakukan

pencatatan atas aset tetap.

Idealnya, pada fase ini auditor akan membuat dokumen naratif yang berisi

pemahaman auditor akan alur transaksi aset tetap, serta melakukan

walkthrough untuk memahami dan mengidentifikasi pengendalian klien

akan transaksi yang terkait aset tetap. Hal ini wajib dilakukan utamanya

untuk significant class of transaction, di mana sebenarnya prosedur

pembelian aset tetap termasuk di dalamnya. Namun, pada audit PT W,

auditor tidak melakukan prosedur ini. Auditor melewatkan pembuatan

dokumen naratif dan tidak melakukan walkthrough untuk akuisisi aset tetap.

Auditor hanya membuat naratif dan melakukan walkthrough untuk prosedur

pembelian suku cadang (sebagai salah satu komponen dari aset tetap),

karena prosedur pembelian tersebut memiliki kesamaan dengan prosedur

pembelian persediaan secara umum.

Meskipun suku cadang merupakan salah satu bagian dari aset tetap, namun

idealnya proses pencatatan aset tetap harus dipahami secara terpisah. Hal ini

karena terdapat perbedaan natur transaksi pada pembelian aset tetap.

Pengendalian yang diperlukan dalam proses pembelian aset tetap tentunya

juga berbeda dengan pembelian pada umumnya. Terutama pada pengakuan

pembelian aset tetap yang kemudian dikapitalisasi pada tahun tersebut.

Berdasarkan pemahaman atas alur pencatatan transaksi pembelian yang

telah dijabarkan pada bab sebelumnya, auditor kemudian mengkaji aspek

pengendalian yang diterapkan PT W pada proses pembelian dan pencatatan

suku cadang (bukan aset tetap secara keseluruhan). Pengendalian

difokuskan pada dua jenis kontrol, yaitu kontrol yang dilakukan secara

manual (manual control) dan kontrol yang melibatkan sistem (application

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

83

control). Penulis tidak mengidentifikasi adanya IT-dependent manual

control dalam alur transaksi tersebut.

Manual Controls

• Purchase Requisition harus disetujui oleh supervisor pada departemen

pemesan atau kepala departemen sebelum diproses lebih lanjut.

• Departemen pembelian akan menerima salinan dokumen Purchase

Requisition dan mengkaji reasonableness dari permintaan pembelian

tersebut.

• Terdapat batasan jumlah pembelian dalam menentukan otorisasi

pembelian. Pembelian di bawah USD 2,000 per item atau pembelian di

bawah USD 10,000 secara total, hanya perlu disetujui oleh supervisor

pada departemen tersebut atau kepala departemen. Sementara untuk

pembelian di atas batas tersebut, harus disetujui oleh direktur keuangan.

• Ketika suku cadang telah diterima, pengguna akan melakukan

pemeriksaan untuk mengecek kualitas dan kuantitas sesuai yang tertera

pada Purchase Order dan Delivery Order.

• Goods Inspection Received Note harus diotorisasi oleh pengguna serta

supervisor atau kepala departemen dan kemudian dikirim kembali

kepada kepala gudang untuk kemudian ditukar dengan Goods Received

Note untuk diotorisasi oleh manajer pembelian.

• Supervisor divisi account payable akan melakukan pemeriksaan pada

sistem untuk memastikan kesuksesan migrasi data dari Oracle ke

system 21.

• Sebelum melakukan proses pembayaran, daftar pembayaran akan

dikirimkan ke divisi account payable, untuk memastikan bahwa seluruh

dokumen pendukung telah lengkap.

• Payment voucher harus diotorisasi oleh manajer akuntansi dan direktur

keuangan.

• Dalam metode pembayaran baik menggunakan bilyet giro maupun cek,

harus mendapat otorisasi dari manajer akuntansi dan direktur keuangan.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

84

Application Controls

• Nomor Purchase Order, tanggal, serta pembuat Purchase Order

dihasilkan langsung secara otomatis oleh sistem.

• Sistem tidak akan mengeluarkan Goods Inspection Received Note jika

nomor Purchase Order dan kuantitas yang dimasukkan tidak sesuai

dengan Purchase Order sebenarnya.

• Goods Received Note dihasilkan otomatis oleh sistem dan memiliki

kode yang berbeda untuk setiap klasifikasi pembelian.

• Setiap akhir minggu, sistem akan mengunggah seluruh Goods Received

Note dari oracle yang dihasilkan pada minggu tersebut dan memigrasi

data ke system 21 untuk melakukan posting general ledger.

Pengendalian yang ditetapkan PT W dalam alur pencatatan pembelian

secara umum dinilai baik dan lengkap dari sisi manual dan sistem. Namun,

karena alur pencatatan bukan merupakan alur pencatatan pembelian aset

tetap, melainkan pencatatan pembelian secara umum, maka kajian terhadap

kontrol tersebut dianggap belum cukup karena tidak mempertimbangkan

natur pembelian aset tetap yang berbeda dengan pembelian rutin yang

umum dilakukan sehari-hari.

Meskipun tidak menyusun naratif dan tidak melakukan walkthrough atas

transaksi pembelian aset tetap, namun auditor mendapatkan pemahaman

mengenai alur transaksi akuisisi aset tetap. PT W akan mengklasifikasikan

seluruh aset yang tidak langsung dapat dipakai ketika diperoleh, sebagai

asset under construction. Ketika PT W membeli komponen dari suatu

mesin, maka PT W akan mencatat pembelian tersebut sebagai:

Dr. Asset under construction xxx

Cr. Account payable/cash xxx

Kemudian ketika seluruh aset telah selesai diinstalasi, diuji, dan siap untuk

digunakan, maka PT W akan mereklasifikasi akun di atas dan mencatat:

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

85

Dr. Asset xxx

Cr. Asset under construction xxx

Sistem pengakuan dan pencatatan aset tersebut dinilai telah sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Namun, karena tidak terdapat prosedur terkait

kapitalisasi aset yang membedakan alur transaksi pembelian suku cadang

dan aset tetap, maka dapat disimpulkan pengendalian PT W kurang

memadai.

c. Prosedur analitis

Pada tahap penyusunan strategi audit PT W, senior dan manajer tim audit

melakukan prosedur analitis pertama yang dilakukan untuk mencapai

pemahaman akan industri dan bisnis klien dan untuk mengetahui kesalahan

yang mungkin dilakukan klien. Auditor membandingkan data tahun berjalan

dengan data pada tahun sebelumnya. Dengan membandingkan nominal aset

tetap dengan periode Juni 2010, auditor dapat mengetahui bahwa pada

periode Juni 2011, banyak terdapat penambahan aset tetap, sehingga auditor

memiliki gambaran untuk melakukan pengujian khususnya pada beberapa

elemen yang terkait seperti kapitalisasi dan penyusutan, karena dengan

adanya penambahan aset tetap dalam jumlah besar di periode tersebut,

terdapat kemungkinan lebih besar bagi klien untuk melakukan kesalahan.

Hal ini juga akan menjadi dasar untuk mempertimbangkan prosedur apa

yang perlu dilakukan secara ekstensif dalam fase eksekusi.

Prosedur analitis kemudian dilakukan untuk melihat penyebab pergerakan

aset tetap di tahun berjalan. Auditor membandingkan total jumlah aset tetap

dan pembangunan dalam proses (CIP) di periode Juni 2010 dan Juni 2011,

serta melihat peningkatan atau penurunannya. Auditor melakukan analisis

untuk mengetahui apakah kenaikan aset tetap yang terjadi merupakan hal

yang wajar dan apakah kenaikan tersebut didukung oleh fakta kondisi

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

86

perusahaan. Hal ini akan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan

strategi audit.

4.4 Analisis Atas Fase Eksekusi

Audit yang dilakukan KAP QRS terhadap PT W dapat digolongkan sebagai audit

laporan keuangan, yang bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

(informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan.

Dalam melakukan proses audit, auditor telah melakukan pengujian atas

keseluruhan asersi yang ditentukan untuk audit aset tetap, yaitu:

1. Memastikan bahwa aset tetap yang terdapat pada neraca, benar-benar ada

pada tanggal neraca (keberadaan/existence)

2. Memastikan bahwa seluruh akun yang seharusnya disajikan dalam laporan

keuangan benar-benar telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan.

(kelengkapan/completeness)

3. Memastikan bahwa aset tetap yang tercatat di dalam laporan keuangan

klien, memang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan (hak dan

kewajiban/right and obligation)

4. Memastikan aset tetap telah dicatat dan divaluasi secara memadai (valuasi

dan alokasi/valuation and allocation)

5. Memastikan semua aspek terkait aset tetap yang butuh diungkapkan, telah

diungkapkan dengan memadai (penyajian dan pengungkapan/presentation

and disclosure)

Selain itu, audit atas aset tetap pada PT W seharusnya menguji seluruh tujuan

terkait saldo berikut, yaitu: (i) Keberadaan (Existence), (ii) Kelengkapan

(Completeness), (iii) Akurasi (Accuracy), (iv) Klasifikasi (Classification), (v)

Pisah Batas (Cutoff), (vi) Kaitan Rinci (Detail Tie-In), (vii) Nilai Terealisasi

(Realizable Value), (viii) Hak dan Kewajiban (Rights and Obligations)

Pada praktiknya, dalam melakukan setiap prosedur, auditor akan menyatakan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

87

tujuan apa yang sedang diuji. Namun, kenyataannya tidak semua tujuan terkait

saldo di atas diuji oleh auditor. Auditor utamanya akan melakukan pengujian

tujuan yang dianggap sesuai dengan kondisi perusahaan juga terkait dengan asersi

yang telah ditetapkan di awal masa audit berdasarkan signifikansi akun aset tetap.

4.4.1 Analisis Atas Pengujian Pengendalian

Pada praktiknya, terkadang auditor tidak melakukan pengujian pengendalian

karena merasa sudah cukup mengenal proses pengendalian klien sebab sudah

melakukan proses audit selama beberapa kali. Ini merupakan praktik yang salah

karena tentunya kondisi dari klien bisa berubah tanpa sepengetahuan auditor.

Belum lagi fakta bahwa kantor akuntan publik merupakan institusi yang memiliki

employee turnover yang sangat tinggi, dan seringkali tim audit yang melakukan

audit pada tahun ini berbeda sepenuhnya dengan tim audit di tahun sebelumnya.

Pada audit yang dilakukan KAP QRS, meskipun periode Juni 2011 bukan

merupakan periode pertama audit PT W oleh KAP QRS, namun auditor tidak

bergantung dengan kontrol klien justru karena merasa prosedur pengendalian

klien tidak memadai. Bukan karena merasa telah mengenal proses pengendalian

klien. Auditor telah menyimpulkan bahwa pengendalian PT W terhadap proses

pembelian asetnya kurang memadai. Maka itu auditor langsung melakukan

pengujian substantif dan menetapkan bahwa auditor memang tidak rely on

control, dan konsekuensinya mengambil jumlah sampel ekstensif dalam prosedur

substantif.

4.4.2 Analisis Atas Pelaksanakan Prosedur Analitis

Prosedur analitis pertama yang dilakukan oleh auditor pada PT W merupakan

prosedur yang dilakukan pada tahap perencanaan, dan dituangkan pada

Memorandum Strategi Audit.

Prosedur analitis yang dilakukan secara menyeluruh sebaiknya juga

memperhatikan saldo akun yang berhubungan dengan aset tetap, khususnya akun

penyusutan dan akumulasi penyusutan. Karena akun tersebut merupakan akun

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

88

yang memiliki kemungkinan salah saji. Namun, saldo penyusutan dan akumulasi

penyusutan pada trial balance PT W ternyata tidak mengindikasikan adanya

kemungkinan salah saji. Selain itu, auditor tidak menggunakan analisis rasio

dalam melakukan prosedur analitis, karena dirasa tidak diperlukan. Berbeda

dengan beberapa perusahan yang merupakan perusahaan Tbk, di mana analisis

rasio diperlukan dalam prosedur analitis. Untuk PT W, yang lebih banyak disoroti

adalah analisis tren kenaikan atau penurunan dari akun-akun terkait.

Pada tahap pengujian, auditor kembali melakukan prosedur analitis, meskipun

prosedur analitis pada fase ini bukan merupakan suatu keharusan. Hasil analisis

tertuang dalam Summary Review Memorandum yang tujuannya adalah sebagai

follow up atas isu yang ditemukan pada saat melakukan prosedur analitis di fase

awal. Pada fase ini, auditor tidak menemukan adanya isu baru.

Prosedur analitis akan dilakukan lagi pada tahap penyelesaian audit, dengan

tujuan untuk memberikan pengamatan akhir untuk mengetahui kesalahan yang

mungkin dilakukan klien serta untuk menambah penyajian dan pengungkapan jika

diperlukan atas subsequent events. Umumnya, yang melakukan prosedur analitis

akhir adalah seorang manajer yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai

bisnis klien.

Secara keseluruhan, prosedur analitis yang dilakukan auditor dalam melakukan

audit PT W telah mencakup keseluruhan proses, mulai dari tahap perencanaan,

eksekusi, hingga penyelesaian audit. Hal ini merupakan good practice karena

sebenarnya prosedur analitis tidak diwajibkan untuk setiap fase, melainkan hanya

wajib dilakukan di fase perencanaan dan penyelesaian audit. Pelaksanaan

prosedur analitis secara menyeluruh memberikan keyakinan lebih bagi auditor

akan kondisi aset tetap PT W pada periode tersebut.

4.4.3 Analisis Atas Verifikasi Akuisisi Aset Tetap Tahun Berjalan

Auditor melakukan vouching, yaitu memeriksa dokumen pendukung terkait

penambahan aset tetap PT W atas transaksi penambahan aset tetap di PT W yang

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

89

meliputi tiga kelas aset yang menjadi sampel; bangunan, kendaraan bermotor,

serta mesin.

Hasil vouching menunjukkan bahwa kapitalisasi serta penyusutan yang ditetapkan

atas kelas aset bangunan dan kendaraan bermotor telah dilakukan secara wajar.

Sebaliknya, terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian atas penetapan

penyusutan yang dilakukan pada kelas aset mesin.

Untuk kelas aset mesin, auditor mendapat pemahaman bahwa mesin yang dimiliki

PT W umumnya merupakan mesin yang terdiri dari komponen utama mesin dan

berbagai jenis komponen yang harus dipasang pada mesin tersebut. Pada tabel 4.2

disajikan contoh salah satu mesin yang baru dibeli PT W pada periode Juni 2011,

dan merupakan salah satu sampel yang dipilih auditor.

Pada contoh sampel tersebut, item 27Splicer for 20 VJ150 merupakan komponen

utama dari mesin dan memiliki biaya paling besar. Komponen utama ini diakui

pembeliannya pada tanggal 27 Agustus 2010. PT W juga melakukan pembelian

beberapa komponen pendukung, seperti splicer, bracket splicer, dan adaptor

untuk mendukung penggunaan komponen utama tersebut, dengan tanggal

pembelian dan pengakuan yang berbeda untuk setiap item. Item lainnya juga

mengindikasikan bahwa dalam satu set mesin, biaya yang termasuk di dalamnya

menyangkut biaya-biaya lain seperti freight cost ataupun biaya teknisi.

Tabel 4.1 Detail Komponen Mesin (sampel 1) 27Splicer for 20 VJ150, for 7 AssemblyWinder

Satuan Nama Barang Tanggal Pengakuan

Nominal (US$)

1 set Splicer for Assembly Winder 26-Jul-10 6,389 36 set Bracket Splicer 2-Aug-10 362 26 sets 27Splicer for 20 VJ150, for 7 AssemblyWinder 27-Aug-10 161,670 (freight cost) MESDAN EL-00195 27/8/10 27-Aug-10 3,450 100 pcs Straight and Elbow Adaptor 1-Sep-10 300 KI Daily allowance technician 896 Tanggal dimulainya penyusutan 1-Oct-10

Sumber: Fixed Asset Register PT W periode Juni 2011 – telah diolah kembali

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

90

Pada contoh sampel 1 (tabel 4.1), keseluruhan biaya dapat dikategorikan sebagai

capital expenditure sebab sesuai dengan syarat yang tercantum pada paragraf 7

PSAK 16 revisi 2007, bahwa biaya perolehan dari komponen tersebut dapat

diukur secara andal dan diperkirakan komponen tersebut akan memberikan

manfaat ekonomis ke entitas di masa mendatang. Selain itu, sesuai dengan teori

yang telah dibahas pada bab sebelumnya, untuk biaya perolehan suatu peralatan

(dalam hal ini mesin), komponen utama serta item lain yang disajikan pada tabel

di atas dianggap termasuk biaya-biaya untuk membeli dan mempersiapkan

peralatan hingga siap digunakan.

Dari seluruh sampel yang diambil auditor, banyak sekali komponen-komponen

yang termasuk ke dalam masing-masing mesin. Sebagai contoh, dalam satu

mesin, terdapat lima puluh tujuh komponen yang berbeda, dan dikapitalisasi

menjadi satu mesin yang sama. Auditor melakukan pemeriksaan terhadap

komponen-komponen yang bernilai besar dan dianggap sebagai komponen utama

dalam mesin tersebut. Hal ini dilakukan dengan alasan kepraktisan, karena

meskipun memungkinkan bagi auditor untuk memeriksa keseluruhan bukti,

komponen, atau melakukan inquiry untuk mengetahui natur masing-masing

komponen, hal itu dirasa tidak efektif, menyita waktu, dan tidak material untuk

dipertimbangkan. Sehingga berdasarkan pemeriksaan atas komponen-komponen

utama dari masing-masing mesin, auditor menetapkan keyakinan bahwa seluruh

komponen yang dikapitalisasi pada masa perakitan aset hingga aset tersebut dapat

digunakan, telah disajikan dengan wajar.

Pencatatan akuisisi aset tetap yang salah akan berdampak pada laporan keuangan

dalam jangka panjang. Maka dari itu, Arens et al., (2009) menyarankan auditor

untuk menggunakan tujuh dari delapan tujuan audit terkait saldo sebagai kerangka

referensi bagi pengujian atas rincian saldo, yaitu keberadaan, kelengkapan,

akurasi, klasifikasi, pisah batas, kaitan rinci, serta hak. Lebih spesifik lagi,

umumnya tujuan utama bagi bagian audit ini adalah keberadaan, kelengkapan,

akurasi, dan klasifikasi.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

91

Tabel 4.2 Tujuan Audit Terkait Saldo Dalam Akuisisi Aset Tetap

Tujuan audit atas saldo Prosedur uji atas detail saldo di PT W

Kaitan rinci

Akuisisi aset tetap di tahun berjalan

dalam daftar akuisisi sama dengan

jumlah di dalam file induk, dan

totalnya sama dengan general ledger

Menelusuri setiap akuisisi ke file induk untuk

mengetahui jumlah dan deskripsinya

Menelusuri jumlah secara keseluruhan ke

general ledger

Keberadaan

Akuisisi aset tetap pada tahun ini

benar-benar ada

Memeriksa dokumen terkait seperti good

received note dan delivery order.

Mengobservasi aset secara fisik

Kelengkapan

Semua akuisisi aset tetap telah dicatat

Memeriksa dokumen terkait seperti good

received note dan delivery order dan

melakukan pengecekan ke general ledger

Akurasi

Semua akuisisi yang ada disajikan

dengan akurat

Memeriksa dokumen terkait seperti good

received note dan delivery order, serta

membandingkannya dengan file induk

perusahaan.

Klasifikasi

Semua akuisisi telah diklasifikasikan

dengan benar

Memeriksa dokumen pendukung untuk

mengungkapkan item-item yang seharusnya

diklasifikasikan dalam akun lain

Pisah batas

Akuisisi dicatat dalam periode yang

benar

Tidak melakukan prosedur terkait tujuan pisah

batas

Hak

Klien memiliki hak atas akuisisi di

tahun berjalan

Memeriksa dokumen terkait seperti good

received note dan delivery order, serta

memeriksa otorisasinya.

Sumber: data olahan

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

92

Berdasarkan prosedur yang dilakukan auditor, PT W telah memenuhi tujuan audit

terkait kaitan rinci, keberadaan, kelengkapan, akurasi dan hak. Untuk tujuan

terkait pisah batas, auditor tidak secara khusus melakukan pemeriksaan transaksi

yang dilakukan mendekati tanggal neraca, sehingga penulis tidak dapat

menyimpulkan bahwa PT W telah memenuhi tujuan audit terkait pisah batas.

Untuk tujuan klasifikasi, auditor menyimpulkan bahwa secara umum, PT W telah

mengklasifikasikan aset dan komponen terkait dengan tepat. Biaya yang

digunakan untuk memperoleh aset tetap telah dikapitalisasi. Sementara biaya yang

terjadi setelah perolehan aset, seperti perbaikan dan perawatan, telah

diklasifikasikan secara tepat pula sebagai beban. Namun, terdapat satu isu dalam

mengkapitalisasi beberapa item yang seharusnya dibebankan, terkait dengan tidak

adanya capitalization threshold. Seperti yang diungkapkan Arens et al., (2009),

auditor harus waspada terhadap kemungkinan penyimpangan dari hal-hal seperti

konsistensi kebijakan kapitalisasi serta ketepatan kapitalisasi, juga ketepatan

klasifikasi transaksi. Pada PT W, hal ini terdeteksi dari prosedur yang dilakukan

untuk memeriksa akusisi aset tetap. Rincian mengenai hal ini akan dibahas pada

subbab 4.6 mengenai analisis kapitalisasi.

Sebagian besar pengujian dilakukan auditor melalui vouching atas dokumen

pendukung akuisisi aset tetap, utamanya membandingkan berbagai data seperti

kuantitas barang, jenis barang, tanggal pembelian, harga, hingga otorisasi yang

didapat dari dokumen pendukung seperti goods received note dan delivery order.

Data tersebut dibandingkan dengan data yang terdapat di database atau file induk

aset tetap yang dimiliki klien. Meskipun prosedur vouching sering kali dianggap

sepele, namun dari hasil vouching, auditor mendapat beberapa hal yang

mengantarkan auditor atas temuan audit.

Dalam melakukan pengujian, ukuran sampel sangat bergantung pada salah saji

yang dapat ditoleransi, risiko inheren, dan penilaian atas risiko pengendalian

klien. Auditor telah melakukan perhitungan dengan tepat terkait faktor di atas

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

93

dalam menentukan jumlah sampel, yaitu mengambil sampel yang cukup banyak

karena tidak dapat mengandalkan pengendalian yang dilakukan klien.

Hal yang dapat diperbaiki PT W dalam proses penambahan aset tetap adalah

terkait dokumentasi komponen yang terkait aset tetap. PT W menggunakan

Microsoft Excel dan memasukkan biaya-biaya terkait secara manual. Hal ini

memiliki kekurangan yaitu time consuming dan rawan adanya kesalahan dalam

input data. Saat ini, telah dikembangkan software yang dirancang khusus untuk

melakukan pencatatan terkait aset tetap yang terdiri dari banyak komponen. Ke

depannya, PT W mungkin harus mempertimbangkan penggunaan software sejenis

untuk alasan kepraktisan, mengingat terdapat penambahan aset tetap yang cukup

banyak seiring dengan bisnis PT W yang sedang berkembang. Namun

pertimbangan pembelian software tersebut tentunya harus melihat kemungkinan

dan tren pembelian aset tetap ke depan.

4.4.4 Analisis Atas Verifikasi Pelepasan Aset Tetap Tahun Berjalan

Auditor melakukan perhitungan ulang dan menganalisis untung dan rugi dari

pelepasan aset tetap tersebut. Hal ini dilakukan untuk memenuhi tujuan audit

terkait akurasi. Ketika auditor membandingkan jumlah perhitungan dengan

jumlah di trial balance, maka auditor membuktikan tujuan terkait kaitan rinci.

Prosedur lain yang dilakukan auditor adalah vouching dokumen penjualan aset

tetap, yang menguji tujuan keberadaan serta kelengkapan.

Auditor menemukan bahwa prosedur pelepasan aset tetap yang dilakukan klien

mengandung risiko tinggi akan kesalahan pencatatan. Ketika melakukan

pelepasan aset tetap, klien akan melakukan penghapusan data aset tersebut pada

fixed asset register manual secara langsung. Hal ini sangat menyulitkan auditor

ketika melakukan verifikasi pelepasan aset tetap. Kontrol yang dilakukan auditor

adalah mengambil data dari periode sebelumnya dan melihat pergerakan aset

tetap. Namun karena klien menghapus data tersebut secara langsung, bahkan saldo

awal aset tersebut menjadi berbeda dan tidak cocok dengan data periode

sebelumnya. Karena klien menggunakan database yang sifatnya manual,

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

94

pengendalian yang dilakukan harus sangat ketat, karena sangat rentan dengan

kemungkinan kesalahan. Saran dari penulis, klien harus melakukan perbaikan

dalam proses pelepasan aset tetap. Misalnya, ketika klien menjual aset tertentu,

alih-alih langsung menghapus data aset, sebaiknya klien menambahkan baris baru

di bawah data aset yang dijual tersebut, yang menyatakan penghapusan aset.

Sehingga, ini akan mempermudah proses identifikasi aset tetap nantinya jika

diperlukan. Akan lebih mudah jika klien menerapkan penggunaan tag number

untuk setiap aset, sehingga aset yang dijual akan lebih mudah teridentifikasi dan

pencatatan menjadi semakin akurat.

Selain itu, dari transaksi pelepasan aset tetap, penulis menyimpulkan klien belum

melakukan perencanaan pembelian aset tetap dengan baik. Hal ini dapat dilihat

dari beberapa jenis aset yang dijual hanya beberapa tahun setelah pembeliannya,

dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi PT W. Dari umur seharusnya

yang ditetapkan dua belas tahun, PT W hanya dapat menggunakan aset selama

kurang dari lima tahun. Ternyata pada saat pembelian, aset tersebut berada pada

kondisi bekas pakai, sehingga PT W tidak dapat mengutilisasi penggunaan aset

secara maksimal, dan mengharuskan PT W menjual aset tersebut pada tahun

2011. Pembelian aset tetap yang lebih terencana akan mengurangi risiko adanya

kerugian seperti yang terjadi pada transaksi penjualan aset tetap di atas.

4.4.5 Analisis Atas Verifikasi Saldo Akhir Akun Aset Tetap

Berdasarkan beberapa fakta seperti kurang andalnya file induk, tidak adanya tag

number sebagai identifikasi jika terdapat perubahan pada file induk aset tetap, dan

tidak adanya dokumentasi terkait penyelesaian aset dalam pembangunan (asset

under construction), auditor memutuskan untuk tidak mengandalkan

pengendalian klien dan berlanjut ke prosedur substantif. Secara umum, auditor

dapat dikatakan tidak langsung dapat mempercayai saldo akhir akun aset tetap.

Temuan-temuan yang ada juga mengisyaratkan bahwa sebenarnya klien

melakukan beberapa kesalahan-kesalahan terkait pencatatan aset tetap, di mana

salah satu yang paling disoroti adalah pada pencatatan dan pengakuan kapitalisasi.

Namun, karena dalam melakukan proses audit, auditor harus berpedoman pada

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

95

batas materialitas, dan temuan tersebut tidak melewati batas materialitas, maka

secara keseluruhan saldo akhir akun aset tetap disetujui oleh auditor.

4.4.6 Melakukan Verifikasi Beban Penyusutan dan Saldo Akhir Akun

Akumulasi Penyusutan

Dalam proses audit terhadap beban penyusutan, asersi yang diuji adalah valuasi

dan alokasi, yaitu memastikan bahwa nilai yang tertera di laporan keuangan sudah

tersaji dalam jumlah yang tepat, termasuk setiap penyesuaian yang

menggambarkan nilai aset pada realisasi bersihnya. Pengujian asersi diwujudkan

auditor dengan melakukan penghitungan ulang atas beban penyusutan untuk

setiap kelas aset tetap. Meskipun terdapat perbedaan hasil penghitungan pada

beberapa penyusutan kelas aset, seperti kelas aset bangunan, mesin serta furniture,

namun pada akhirnya auditor menyimpulkan bahwa asersi valuasi dan alokasi atas

aset tetap dapat dibenarkan. Perbedaan antara perhitungan klien dengan auditor

dalam satu kelas aset belum melewati SAD yang ditetapkan auditor. Bahkan,

secara kumulatif, perbedaan perhitungan sebesar US$ 2,914 belum melewati batas

tersebut, hingga auditor hanya mencantumkan perbedaan tersebut pada kertas

kerja audit dan tidak mengajukan penyesuaian apapun.

Penulis berpendapat bahwa auditor harus lebih mengkritisi adanya perbedaan

penyusutan pada perhitungan klien. Meskipun jumlahnya tidak mencapai batas

materialitas, sangat disarankan bagi auditor untuk melacak sumber perbedaan

antara perhitungan auditor dengan klien. Hal ini berkaitan dengan efek dari

perhitungan penyusutan yang salah akan terbawa terus sepanjang umur manfaat

aset.

4.4.7 Analisis Atas Prosedur Substantif Lain

1) Prosedur terkait penaksiran nilai aset

Prosedur terkait penaksiran nilai aset merupakan prosedur yang dilakukan untuk

memenuhi persyaratan yang diajukan bank sebagai pemberi pinjaman dana. Jika

PT W tidak memenuhi persyaratan tersebut, bank dapat sewaktu-waktu menarik

pinjaman dana tersebut. Efeknya tentu buruk bagi perusahan, ditinjau dari

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

96

kesiapan operasional perusahaan jika dana yang dicabut berjumlah signifikan.

Penaksiran nilai aset bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat isu penurunan

nilai aset pada PT W. Berdasarkan perhitungan ulang yang dibandingkan dengan

hasil penilaian kembali dari jasa penilai profesional, menunjukkan bahwa isu

penurunan nilai aset tidak muncul di PT W. Hal ini terlihat dari nilai buku yang

berada jauh di bawah nilai pasar.

Karena penaksiran nilai aset dilakukan dalam jangka waktu dua tahun sekali,

maka perbandingan nilai yang dilakukan auditor didasarkan pada nilai aset di

tahun 2010, dan dibandingkan dengan nilai bersih aset di tahun 2011. Ketika nilai

buku di tahun 2011 masih lebih kecil dibandingkan nilai pasar 2010, maka auditor

dapat menyimpulkan tidak ada indikasi penurunan nilai aset, tanpa perlu repot

menelusuri nilai di tahun 2010. Namun, ketika nilai buku di tahun 2011 lebih

tinggi dibandingkan nilai pasar di tahun 2010, maka auditor wajib menelusuri

indikasi penurunan nilai aset ini dengan melakukan analisis terhadap nilai pasar di

tahun 2010 dan 2011.

Langkah yang diambil oleh auditor dengan mempersiapkan Fixed Asset

Impairment Checklist adalah langkah yang tepat, sebab penilaian kembali dari

jasa profesional bukan merupakan laporan yang terbaru, melainkan dilakukan

pada tahun 2010. Dengan mempersiapkan checklist tersebut, auditor mendapat

keyakinan lebih akan tidak adanya isu penurunan nilai aset di PT W.

2) Prosedur terkait asuransi

Untuk asuransi, auditor pun mendapatkan keyakinan bahwa asuransi yang

dimiliki PT W telah mencukupi perlindungan untuk aset tetap, dengan coverage

232%. Asuransi yang dimiliki PT W juga mencakup perlindungan atas aset secara

material dan perlindungan atas kejadian yang menyangkut transaksi bisnis.

Adanya asuransi yang memadai atas aset tetap PT W merupakan salah satu faktor

pendukung dalam menyatakan keberlanjutan usaha PT W.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

97

3) Prosedur terkait biaya pinjaman

PSAK 26 revisi 2008 menyatakan bahwa entitas harus mulai mengkapitalisasi

biaya pinjaman sebagai bagian biaya perolehan aset kualifikasian ketika entitas

pertama kali memenuhi semua kondisi berikut:

a. terjadinya pengeluaran untuk aset

b. terjadinya biaya pinjaman

c. entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan aset

untuk digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.

Meskipun PT W memiliki pinjaman modal yang cukup besar untuk mendanai

pembelian aset tetapnya, auditor menetapkan bahwa tidak ada biaya pinjaman

yang dikapitalisasi sebagai aset, terkait pinjaman modal tersebut. Auditor

menetapkan batas waktu satu tahun untuk menentukan apakah suatu biaya

pinjaman harus dikapitalisasi atau tidak.

Standar yang ada, baik PSAK 26 revisi 2008 maupun IAS 23 (2008) tidak secara

eksplisit menyatakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun aset

di mana biaya pinjaman harus dikapitalisasi atau harus dibebankan, melainkan

hanya menyebutkan qualifying asset sebagai aset yang membutuhkan waktu

persiapan yang substansial hingga siap untuk digunakan. Istilah ‘waktu’ di sini

sangat luas dan tidak menyediakan pengertian yang jelas. Namun, kata kunci yang

harus diperhatikan adalah kata ‘substansial’. Hal ini dapat diartikan bahwa

masing-masing entitas diberikan kebebasan dalam menetapkan batas waktu untuk

mengkapitalisasi biaya pinjaman. Yaitu ketika entitas beranggapan bahwa periode

waktu persiapan aset hingga siap digunakan cukup material dan signifikan

pengaruhnya bagi entitas. Definisi ini tentunya dapat berbeda untuk masing-

masing entitas. Untuk PT W, tim audit kemudian menentukan bahwa batas waktu

yang dapat dikatakan substansial adalah jika proses pembangunan atau persiapan

aset mencapai satu tahun. Dan karena waktu pembangunan dan persiapan aset PT

W seluruhnya memakan jangka waktu kurang dari satu tahun, maka pada tahun

ini, tidak ada biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

98

PSAK 26 revisi 2008 maupun IAS 23 (2008) juga menyebutkan bahwa entitas

harus mengkapitalisasi biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung

dengan perolehan, konstruksi, atau produksi qualifying asset sebagai bagian dari

biaya perolehan aset tersebut. Sehingga dalam mengkapitalisasi biaya pinjaman,

perusahaan juga harus mempertimbangkan faktor hubungan biaya tersebut dalam

perolehan aset.

4) Prosedur terkait Construction in progress

Prosedur ini dilakukan untuk melakukan pengujian atas asersi keberadaan. Untuk

kelas aset tanah, terdapat beberapa aset yang digolongkan sebagai CIP atas dasar

pertimbangan tanah tersebut akan digunakan sebagai lahan pembangunan.

Umumnya, CIP tanah muncul pada perusahaan real estate atau perumahan yang

memang mengolah kembali tanahnya sebelum dijual atau disewakan. Sementara

untuk perusahaan manufaktur, CIP tanah bukanlah hal yang lazim. Terkait pula

dengan tidak adanya sertifikat pembelian tanah, maka auditor mengajukan jurnal

reklasifikasi atas CIP tanah.

4.5 Analisis Atas Fase Kesimpulan dan Penyusunan Laporan Keuangan

Hasil Audit

Pada tahap penyelesaian audit, prosedur analitis harus dilakukan untuk terakhir

kali dengan tujuan untuk memberikan pengamatan akhir untuk mengetahui

kesalahan yang mungkin dilakukan klien. Umumnya, yang melakukan prosedur

analitis akhir adalah seorang manajer yang memiliki pengetahuan mendalam

mengenai bisnis klien. Pada tahap penyelesaian audit PT W, baik manajer maupun

partner melakukan review keseluruhan atas laporan keuangan PT W untuk

mengantisipasi adanya kemungkinkan kesalahan yang belum diidentifikasi oleh

tim audit. Selain itu, prosedur analitis di fase ini dilakukan untuk antisipasi

diperlukannya pengungkapan tambahan terkait hal-hal yang terjadi dalam masa

subsequent. Prosedur analitis pada fase akhir ini tidak menghasilkan adanya

identifikasi kemungkinan kesalahan.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

99

Pada akhir masa audit, auditor memberikan opini bahwa laporan keuangan PT W

di periode Juni 2011 disajikan secara wajar tanpa pengecualian. Adanya opini

tersebut menunjukkan bahwa laporan keuangan PT W di periode Juni 2011

memenuhi kondisi seperti yang disyaratkan oleh SPAP (PSA 29 SA Seksi 508),

yaitu:

“Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified opinion) menyatakan bahwa

laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi

keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.”

Fase penyelesaian proses audit yang dilakukan tim audit pada PT W dapat

dikatakan komprehensif karena mencakup keseluruhan proses yang ditetapkan

QRS GAM.

Ketika auditor mendapatkan temuan yang mencerminkan lemahnya pengendalian

internal perusahaan, maka auditor harus segera mengkomunikasikan hal ini

dengan klien. Tim audit telah melakukan komunikasi yang baik dengan pihak

klien. Hubungan baik yang terbina selama masa kerja lapangan juga merupakan

kunci dari komunikasi yang efektif antara tim audit dengan klien. Auditor sangat

mencegah munculnya perilaku yang menyerang klien, dan hal ini menciptakan

suasana baik yang dibangun hingga akhir masa audit. Ketika auditor

menyampaikan temuan dan solusi yang disarankan, pihak klien pun

menanggapinya dengan positif.

Salah satu bentuk komunikasi lain dapat berupa mencantumkan temuan di dalam

management letter. Hal ini dilakukan agar klien dapat mengetahui kelemahannya

dan dapat melakukan perbaikan di periode mendatang. Meskipun management

letter bukanlah hal yang diwajibkan dalam standar pengauditan, namun auditor

biasanya mempersiapkan management letter sebagai value-added service dari

auditnya. Hal ini diungkapkan oleh Arens et al., (2009).

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

100

Di dalam management letter yang disusun oleh auditor atas audit PT W, terdapat

beberapa poin yang menyangkut temuan terkait aset tetap. Untuk beberapa poin

yang terkait dengan kapitalisasi dan penyusutan aset tetap akan dijelaskan secara

lebih mendalam pada bagian berikutnya. Poin dalam management letter tersebut

adalah:

1. Aset tetap tidak memiliki tag number

Tag number yang dimaksud adalah label atau penanda yang dipasang pada

setiap aset yang berisi deskripsi aset tersebut. Tag number ini disesuaikan

dengan database yang dimiliki perusahaan lewat fixed asset register.

Penggunaan tag number adalah salah satu cara perusahaan dalam

mengidentifikasi aset berikut jumlahnya dan akan mempermudah jika ada

aset dengan tipe dan merk yang sama dengan jumlah lebih dari satu.

Berdasarkan observasi yang dilakukan auditor, PT W tidak menggunakan

tag number pada aset tetapnya. Contohnya, pada fixed asset register, PT

W hanya menyajikan data seratus laptop tanpa rincian atau keterangan atas

masing-masing laptop. Ketika salah satu laptop dijual, PT W hanya akan

mengurangi jumlah laptop menjadi sembilan puluh sembilan buah laptop.

Hal ini mempersulit auditor untuk mengidentifikasi aset tetap mana saja

yang masih dimiliki oleh PT W. Tag number juga merupakan salah satu

bentuk pengendalian yang dapat diterapkan oleh klien untuk memastikan

bahwa kondisi aset tetap selalu terkini. Dengan menggunakan tag number,

perusahaan dapat mengidentifikasi pengurangan aset dengan lebih mudah.

PT W memiliki aset tetap dengan jumlah yang sangat banyak dan jenisnya

bermacam-macam. Sehingga ketiadaan tag number menunjukan adanya

kelemahan dalam pengendalian perusahaan atas aset tetap. Perbaikan yang

dapat dilakukan PT W adalah mengidentifikasi seluruh aset yang

perusahaan miliki dan membuat tag number spesifik untuk setiap aset.

2. Tidak terdapat batas minimum dalam menentukan capital expenditure

Hal ini terkait dengan ketiadaan peraturan perusahaan terkait dengan

kapitalisasi aset tetap, yang menyebabkan tidak terdapat batas material

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

101

dalam melakukan kapitalisasi. Hal ini akan dijelaskan lebih mendalam

pada subbab 4.6 mengenai kapitalisasi aset tetap.

3. Tidak terdapat dokumen pendukung terkait penyelesaian aset dalam

pembangunan.

Hal ini akan menimbulkan kesalahan dalam penetapan awal mulai

dihitungnya beban penyusutan. Dalam menetapkan tanggal dimulainya

perhitungan beban penyusutan, seharusnya dilakukan ketika aset siap

digunakan. Namun, basis penetapan tanggal dimulainya penyusutan yang

dilakukan PT W menimbulkan tanda tanya bagi auditor. Hal ini akan

dijelaskan secara lebih mendalam pada subbab 4.6 mengenai penyusutan

aset tetap.

4.6 Analisis Atas Kapitalisasi dan Penyusutan Aset Tetap PT W

Pada periode Juni 2011, PT W memiliki banyak penambahan aset tetap. Selain

melakukan prosedur audit yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya, hal

yang harus menjadi perhatian auditor adalah mengenai kapitalisasi dan

penyusutan aset tetap tersebut. Auditor harus melakukan prosedur untuk

memastikan bahwa penetapan waktu dimulainya penyusutan telah sesuai dengan

ketentuan, termasuk memastikan bahwa seluruh biaya terkait aset telah

diklasifikasi ke dalam kategori yang tepat.

Pada subbab ini, penulis akan menganalisis secara khusus mengenai kapitalisasi,

penyusutan, serta isu yang timbul di dalamnya. Dari hasil prosedur substantif

yang dilakukan, terdapat beberapa temuan yang menjadi perhatian auditor.

Temuan ini kemudian dikomunikasikan dengan klien secara verbal dan beberapa

di antaranya dimasukkan ke dalam management letter, sebagai bentuk komunikasi

auditor kepada klien dengan harapan klien dapat melakukan perbaikan di masa

mendatang.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

102

4.6.1 Analisis Atas Kapitalisasi Aset Tetap

Seperti yang dikutip dari Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 01/KM.12/2001 tentang Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan

Negara,

“Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran

untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan

kapasitas/efisiensi, dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka

menambah nilai-nilai aset tersebut.”

Prosedur yang menyangkut kapitalisasi menjadi penting, karena sering kali

perusahaan tidak menaati ketentuan dalam mengkapitalisasi asetnya. Sedangkan

aset tetap sendiri merupakan salah satu akun yang memiliki proporsi cukup besar

dalam total aset perusahaan. Demikian halnya pada PT W, yang aset tetapnya

mencakup proporsi 55% dari keseluruhan aset. Selain itu, pada praktiknya,

terdapat kecenderungan bahwa perusahaan akan memasukan beban-beban yang

sebenarnya tidak terkait dengan aset tetap ke dalam aset tetap agar beban tersebut

dapat dikapitalisasi, dan pada gilirannya akan mengurangi beban pada tahun

berjalan. Kesalahan juga dapat terjadi karena kurangnya pemahaman klien

terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum.

Aset tetap juga merupakan salah satu sarana bagi PT W yang berkontribusi besar

untuk menjalankan proses produksi dan secara tidak langsung sarana untuk

menghasilkan pendapatan bagi PT W. Maka dari itu, informasi tentang aset tetap

merupakan salah satu informasi penting yang akan dilihat oleh pengguna laporan

keuangan untuk menilai kelanjutan usaha PT W. Alasan-alasan tersebut

merupakan landasan yang menjadikan audit atas kapitalisasi aset tetap merupakan

hal yang patut menjadi perhatian auditor. Auditor harus memastikan bahwa

kapitalisasi dilakukan dengan benar dan nilai aset tetap bebas dari salah saji

material.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

103

1. Tidak terdapat batas minimum dalam menentukan capital expenditure

Auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap daftar detail aset tetap.

Berdasarkan pemeriksaan tersebut, auditor menemukan bahwa di antaranya

banyak aset tetap yang bernilai kecil yang turut dimasukkan ke dalam capital

expenditure. Auditor kemudian melakukan inquiry dengan klien, dan

menemukan fakta bahwa PT W tidak memiliki batas minimum nilai aset tetap

yang dikategorikan capital expenditure.

Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 09 mengenai akuntansi aset tetap

menyebutkan bahwa, dalam akuntansi pemerintahan, pemerintah harus

menetapkan batasan pengeluaran untuk memperoleh aset yang dapat

diklasifikasi sebagai aset tetap. Batasan ini disebut juga dengan capitalization

threshold (nilai satuan minimum kapitalisasi aset). Namun SAP tidak

menentukan besarnya capitalization threshold ini, melainkan memberikan

kebebasan kepada masing-masing entitas untuk menentukannya sendiri.

Meskipun peraturan ini tidak ditujukan untuk perusahaan swasta, namun

dapat ditarik garis dari pernyataan di atas, bahwa seharusnya, suatu

perusahaan merupakan pihak yang memiliki kewajiban dalam menetapkan

capitalization threshold yang dimaksud. Batas materialitas aset tetap untuk

dikapitalisasi merupakan salah satu hal yang sebaiknya diatur dalam company

policy agar perhitungan penyusutan lebih efektif dan efisien. Aset yang

nilainya di bawah batas harus dicatat sebagai beban pada periode tersebut.

Tabel 4.3 menunjukkan beberapa item yang memiliki nilai di bawah US$100

dan menurut auditor sebaiknya dibebankan. Auditor mengajukan saran untuk

melakukan kapitalisasi bagi aset yang memiliki nilai di atas US$100, hal ini

ditentukan berdasarkan judgment auditor dan dituangkan sebagai saran dalam

management letter.

Mengacu pada definisi aset tetap berdasarkan PSAK 16 revisi 2007, yang

menyebutkan aset tetap sebagai aset berwujud yang: (a) dimiliki untuk

digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

104

direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif; dan (b)

diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode; item pada tabel

4.3 sebenarnya dapat dikatakan memenuhi kriteria sebagai aset tetap. Namun,

auditor berpendapat bahwa jika PT W tidak menentukan batas materialitas

komponen yang hendak dikapitalisasi, maka hal ini akan berdampak pada

perhitungan penyusutan. Perhitungan penyusutan untuk aset tetap yang

bernilai terlalu kecil dianggap kurang efektif.

Tabel 4.3 Item Yang Seharusnya Dibebankan

Date Division TAHUN Description Purchase  Price21-­‐Apr-­‐11 COMM 2011 2Kaca  Cermin,  2Plat  Hanger,2Kapstok    Mr.  Venkat 57.76                                      24-­‐Dec-­‐10 EMB 2011 Bantal  air  land  Mr.  Issac  (house  no.  18) 11.05                                      24-­‐Dec-­‐10 EMB 2011 Kaca  Sofa  Mr.  Unni  (house  no.16) 16.58                                      21-­‐Apr-­‐11 COMM 2011 Kompor  Gas  Saken  +  Selang    Mr.  Venkat 50.59                                      8-­‐Dec-­‐10 EMB 2011 Meja  Tamu  Jati  Mr.  Vinod  (house  no.15 99.91                                      

22-­‐Dec-­‐10 EMB 2011 Meja  tamu  sudut  Mr.  Unni  (house  no.  16) 33.18                                      20-­‐Dec-­‐10 EMB 2011 Rak  type  KATO  3  pintu 85.79                                      8-­‐Dec-­‐10 EMB 2011 Side  table 99.91                                      21-­‐Apr-­‐11 COMM 2011 TABUNG  GAS 69.31                                      12-­‐Jan-­‐11 EMBOE 2011 Bag  Polo  Classic 26.37                                      21-­‐Jan-­‐11 EMBOE 2011 Cylinder  kunci 3.86                                            14-­‐Oct-­‐10 SPGOE 2011 Dispenser 51.32                                      30-­‐Dec-­‐10 EMBOE 2011 Kipas  angin  COSMOS 25.62                                      30-­‐Apr-­‐11 EMBOE 2011 KURSI  DC-­‐603  (  LOBBY  ) 72.01                                      22-­‐Nov-­‐10 SPG 2011 KURSI  SEKRETARIS 23.48                                      8-­‐Feb-­‐11 SPG 2011 Lemari  Arsip  Venus  37 38.97                                      8-­‐Feb-­‐11 SPG 2011 Lemari  Arsip  Venus  79 87.94                                      

26-­‐Aug-­‐10 SPG 2011 Lemari  Venus  VS  29  Abu 52.93                                      31-­‐Dec-­‐10 EMBOE 2011 Meja  dan  Kursi 73.52                                      22-­‐Nov-­‐10 SPG 2011 MEJA  I/2  BIRO  B-­‐102  A4 15.88                                      23-­‐Jun-­‐10 DHCOM 2011 Printer 47.05                                      30-­‐Dec-­‐10 EMBOE 2011 Sahitel  phone  -­‐  Intercom 13.48                                      30-­‐Jun-­‐11 EMBOE 2011 WIRELESS  PHONE 29.57                                      

Sumber: Management Letter KAP QRS terhadap PT W periode Juni 2011

Untuk aplikasi selanjutnya, auditor memberikan kebebasan bagi PT W untuk

menentukan batas materialitas dalam penentuan kapitalisasi. Penentuan batas

materialitas ini memang membutuhkan professional judgment dari

manajemen PT W. Yang penting adalah bagaimana PT W menjaga

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

105

konsistensi dalam menerapkan batas materialitas kapitalisasi tersebut

nantinya.

2. Biaya yang dikapitalisasi

Bab sebelumnya telah membahas biaya apa saja yang dapat diakui

perusahaan sebagai aset tetap dan dapat dikapitalisasi. Biaya yang dapat

dikapitalisasi tersebut mulai dari biaya perolehan hingga biaya yang

dikeluarkan setelah perolehan aset, di mana pengeluaran yang dapat

memberikan manfaat lebih dari satu tahun, memperpanjang manfaat aset

tersebut dari yang direncanakan semula atau peningkatan kapasitas, mutu

produksi, atau peningkatan kinerja disebut dengan pengeluaran modal

(capital expenditure). Sedangkan pengeluaran yang memberikan manfaat

kurang dari satu tahun (termasuk pengeluaran untuk mempertahankan kondisi

aset tetap) disebut dengan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).

Kategori biaya yang dapat dikapitalisasi adalah kategori capital expenditure.

Perbedaan antara capital expenditure dan revenue expenditure selain dari

menambah manfaat atau tidak, juga dapat dilihat dari besarnya jumlah

pengeluaran.

Masalah yang sering muncul adalah menentukan apakah suatu pengeluaran

diperlakukan sebagai aset (dikapitalisasi) atau sebagai beban dan langsung

dibebankan saat terjadinya. Hal ini juga dihadapi oleh PT W. Maka itu

auditor melakukan prosedur untuk menguji apakah PT W telah

mengklasifikasikan biaya yang harus dikapitalisasi dengan benar.

PT W harus melakukan penelusuran dengan cermat terhadap pengeluaran-

pengeluaran yang terkait dengan aset, tidak hanya hingga aset tersebut siap

digunakan, namun juga biaya yang dikeluarkan setelah pengadaan mesin.

Karena dalam satu aset, beban yang dikeluarkan bisa mencapai jumlah yang

sangat besar, PT W harus melakukan pengendalian yang baik atas setiap

pengeluaran tersebut. Salah satu pengendalian yang dilakukan PT W adalah

melakukan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan secara aktual untuk

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

106

mesin tersebut, dengan biaya yang telah dianggarkan. Auditor sendiri juga

melakukan perbandingan ulang atas biaya aktualisasi dan anggaran, dan

melakukan vouching atas dokumen pendukung serta melakukan inquiry

kepada klien jika terdapat selisih yang signifikan antara keduanya. Terdapat

salah satu mesin yang memiliki perbedaaan yang cukup mencolok antara

aktualisasi biaya dan anggaran. Namun dari hasil inquiry, klien dapat

menjelaskan sumber perbedaan tersebut, yaitu adanya pemberian potongan

harga dari pihak vendor.

Selanjutnya, untuk memastikan adanya biaya sehubungan perbaikan dan

pemeliharaan, auditor melakukan pemeriksaan general ledger terkait biaya

perbaikan dan pemeliharaan. Auditor menemukan bahwa hanya ada satu

biaya yang secara nominal cukup besar untuk dikapitalisasi, namun auditor

menyimpulkan bahwa biaya tersebut tidak memenuhi kriteria untuk

dikapitalisasi, karena perbaikan tersebut tidak menambah umur maupun

kapasitas produksi aset. Sehingga keseluruhan biaya perbaikan dan perawatan

telah diklasifikasikan dengan benar sebagai beban.

4.6.2 Analisis Atas Penyusutan Aset Tetap

Ketika auditor melakukan vouching sebagai salah satu prosedur dalam melakukan

verifikasi akuisisi aset tetap, auditor sekaligus melakukan pengecekan atas

penetapan waktu dimulainya penyusutan.

Atas transaksi penambahan aset tetap di PT W yang meliputi tiga kelas aset yang

menjadi sampel, yaitu bangunan, kendaraan bermotor, serta mesin, auditor

melakukan pengecekan atas tanggal dimulainya penyusutan dengan mengambil

sampel dari masing-masing kelas aset.

Hasil vouching menunjukkan bahwa kapitalisasi serta penyusutan yang ditetapkan

atas kelas aset bangunan dan kendaraan bermotor telah dilakukan secara wajar.

Hal ini dikarenakan adanya kejelasan dokumentasi terkait dengan natur kelas aset

di mana untuk kelas aset kendaraan, dapat langsung digunakan ketika aset tersebut

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

107

dibeli. Sementara untuk kelas aset bangunan, umumnya menggunakan jasa

kontraktor sehingga dokumentasi aset lebih teratur. Sebaliknya, terdapat beberapa

hal yang menjadi perhatian atas penetapan penyusutan yang dilakukan pada kelas

aset mesin.

Di awal fase eksekusi, auditor telah melakukan pengujian substantif atas beban

penyusutan dan saldo akhir akun akumulasi penyusutan. Namun, ketika auditor

melakukan pengujian atas kapitalisasi serta pengakuan aset tetap, auditor

menemukan bahwa terdapat isu lain terkait penyusutan yang harus ditelusuri lebih

lanjut.

PSAK 16 revisi 2007 paragraf 58 menyatakan, penyusutan aset dimulai pada saat

aset tersebut siap untuk digunakan, yaitu pada saat aset tersebut berada pada

lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan

keinginan dan maksud manajemen.

Mesin yang dimiliki oleh PT W, sebagian besar tidak langsung dibeli dalam

kondisi jadi dan tidak dapat langsung dipergunakan. Melainkan, pembelian mesin

dilakukan terpisah dengan komponen, dan terdapat jeda waktu di antaranya.

Dalam menetapkan tanggal dimulainya penyusutan, seringkali perusahaan

berpatokan pada dokumen penyelesaian aset, tanda kepemilikan, atau ketika aset

tersebut digunakan. Namun, pada praktiknya keputusan ini sangat bergantung

dengan kebijakan dari masing-masing perusahaan.

Pada audit di PT W, auditor mensyaratkan adanya dokumen penyelesaian aset,

atau dokumen serupa sebagai tanda penetapan awal dimulainya penyusutan aset.

Auditor berpendapat bahwa tanpa adanya dokumentasi yang memadai, maka

penetapan penyelesaian suatu aset dan poin awal penyusutan dapat dikatakan

tidak memiliki dasar.

Dari hasil vouching, auditor melakukan uji tanggal dimulainya penyusutan, yaitu

dengan membandingkan tanggal yang tertera pada dokumen penerimaan barang

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

108

(Goods Received Note) untuk komponen-komponen yang terkait suatu mesin,

dengan tanggal dimulainya penyusutan yang diakui klien pada database

penambahan aset tetap. Auditor menemukan bahwa terdapat beberapa hal yang

ingin ditelusuri lebih jauh, seperti, pada beberapa sampel, pengakuan tanggal

dimulainya penyusutan ditentukan dengan jarak yang terlalu jauh dari tanggal

pembelian komponen mesin itu sendiri. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah

yang melandasi klien dalam menentukan tanggal tersebut. Seharusnya, ketika

suatu mesin sudah siap digunakan, klien harus segera menyusutkannya.

Sementara pada PT W, terdapat beberapa aset yang disusutkan jauh setelah

seluruh komponen dibeli dan diinstalasi. Berikut salah satu contoh sampel yang

disusutkan jauh setelah pembelian aset utama.

Tabel 4.4 Detail Komponen Mesin PT W (Sampel 2) 1Double Winder PPW-A-VI 42 Spindles 8"

Satuan Nama Barang Tanggal

Pengakuan Nominal

(USD) 1 set 1Double Winder PPW-A-VI 42 Spindles 8" 7-Aug-10 72,450.00 1 set 1Double Winder PPW-A-VI 42 7-Aug-10 3,469.33

Tanggal dimulainya penyusutan 1-Nov-10 Sumber: Fixed Asset Register PT W periode Juni 2011 – telah diolah kembali

Pada mesin di atas, aset telah diterima PT W seluruhnya pada tanggal 7 Agustus

2010. Namun, mesin ini baru mulai disusutkan PT W pada tanggal 1 November

2010. Berdasarkan hasil inquiry dengan pihak klien, adanya jeda waktu antara

penerimaan aset dengan pengakuan kapitalisasi disebabkan final invoice yang

baru diterima PT W pada tanggal 1 November 2011. Klien berpendapat bahwa

adanya final invoice dari vendor merupakan salah satu dokumen yang dapat

digunakan sebagai pengakuan dimulainya penyusutam. Yang menjadi perhatian

auditor adalah klien tidak mempertimbangkan kemungkinan bahwa pada bulan

Agustus, mesin tersebut sudah dapat beroperasi.

Ketika mesin telah siap digunakan PT W pada bulan Agustus, namun baru

diklasifikasi sebagai aset dan mulai disusutkan pada bulan November, hal ini

dianggap kurang sesuai dengan konsep yang diatur PSAK 16 revisi 2007 yang

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

109

mensyaratkan penyusutan aset dilakukan segera setelah aset tersebut berada dalam

kondisi siap untuk digunakan. Idealnya, PT W mulai menyusutkan aset tersebut

pada bulan Agustus, ketika mesin telah siap untuk dioperasikan.

Auditor berpendapat, penyusutan merupakan kebijakan yang dapat ditentukan

perusahaan, asalkan kebijakan tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip

yang berlaku umum. Dan yang terpenting, kebijakan tersebut harus diterapkan

secara konsisten oleh perusahaan. Namun, di PT W sendiri, kebijakan tersebut

masih belum diterapkan secara konsisten. Penulis mengambil contoh sampel lain

yang penyusutannya dirasa belum sesuai.

Tabel 4.5 Detail Komponen Mesin PT W (Sampel 3)

1Double Winder PPW-A-VI 36 Spindles 6" 6PLY

Satuan Nama Barang Tanggal Pengakuan

Nominal (USD)

1 set 1Double Winder PPW-A-VI 36 Spindles 6" 6PLY 1-Aug-2010 45,000.00

Installation 1-Feb-2011 10,281.69

Tanggal dimulainya penyusutan 1-Aug-10 Sumber: Fixed Asset Register PT W periode Juni 2011 – telah diolah kembali

Pada mesin di atas, aset utama telah diterima PT W pada tanggal 1 Agustus 2010.

Karena membutuhkan teknisi dan komponen tertentu yang berasal dari luar

Indonesia, maka mesin ini baru selesai diinstalasi pada bulan Februari 2011.

Tidak seperti contoh mesin sebelumnya yang penyusutannya tertunda, mesin ini

langsung diakui pada tanggal 1 Agustus 2010, meskipun pada praktiknya belum

diinstalasi. Mengacu pada PSAK 16 revisi 2007, seharusnya PT W melakukan

penyusutan pada bulan Februari, ketika mesin tersebut telah siap digunakan.

Dalam menentukan tanggal dimulainya penyusutan, PT W mengandalkan

penilaian dari financial controller dan user. Penyusutan idealnya dimulai ketika

suatu aset telah selesai dibangun atau diinstalasi, serta siap untuk digunakan.

Penyusutan akan tetap diakui meskipun belum digunakan secara praktik oleh

perusahaan. Sementara, pada PT W, penetapan tanggal penyusutan banyak

mengandalkan perkiraan dari financial controller dan user, tanpa basis yang jelas.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

110

Klien juga tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan mengenai basis

yang digunakan dalam penetapan tanggal penyusutan tersebut.

Ketika auditor melakukan inquiry atas masalah ini terhadap klien, klien

mengatakan bahwa terdapat beberapa basis dalam penetapan tanggal penyusutan,

yaitu:

• PT W membangun pabrik baru pada tahun berjalan, di mana pabrik

tersebut merupakan tempat peletakkan mesin. Untuk mesin-mesin yang

terletak pada pabrik baru tersebut, klien berasumsi bahwa mesin akan

mulai disusutkan pada tanggal ketika pabrik baru tersebut selesai. Dengan

anggapan bahwa meskipun suatu mesin telah selesai diinstalasi, namun

pabrik belum selesai dibangun, maka mesin tersebut belum dapat

digunakan. Anggapan ini dapat diterima oleh auditor.

Auditor kemudian meminta dokumen yang menyatakan tanggal

penyelesaian pabrik dan dokumen yang menyatakan mesin-mesin apa saja

yang terletak pada pabrik baru tersebut. Namun, hasil vouching atas

tanggal yang tertera di dokumen tersebut dengan tanggal penyusutan yang

dicatat oleh klien menunjukkan beberapa perbedaan. Oleh karena itu,

auditor memutuskan untuk menghitung efek penyusutan yang timbul dari

kelalaian yang tidak dapat dibuktikan melalui asumsi ini.

• Formulir “Status Operasional Mesin/Peralatan” (lampiran 1) yang berisi

keterangan mengenai status mesin dan peralatan, serta tanggal di mana

mesin dan peralatan tersebut siap digunakan secara komersil. Dokumen ini

merupakan dokumen yang dapat diandalkan dalam penentuan tanggal

penyusutan aset. Namun, ketika auditor melakukan pencocokan antara

dokumen tersebut dengan tanggal penyusutan, ternyata tidak semua mesin

dan peralatan dijelaskan status komersialnya dalam formulir tersebut. Oleh

karena itu, auditor memutuskan untuk menghitung efek penyusutan yang

timbul dari kelalaian yang tidak dapat dibuktikan melalui formulir ini.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

111

• Final invoice yang dikirim oleh vendor sebagai penagihan atas

pembayaran terakhir klien atas mesin yang dibeli. Klien beranggapan

bahwa final invoice merupakan dokumen yang dapat mengindikasikan

bahwa mesin tersebut telah selesai dirakit dan diuji. Dokumen ini tidak

dapat merepresentasikan penggunaan aset, dan tidak dapat digunakan

sebagai dokumen yang mengindikasikan awal penyusutan aset.

• Aset tetap yang tanggal penyusutannya tidak dapat ditetapkan melalui

dokumen-dokumen di atas akan ditetapkan melalui perkiraan dari financial

controller PT W. Basis yang digunakan dalam menetapkan penyusutan ini

tidak disertai dokumen yang dapat mendukung penilaian tersebut.

Berdasarkan prosedur tersebut, ditemukan bahwa tidak terdapat keseragaman

dokumen terkait dengan pernyataan penyelesaian aset dalam pembangunan.

Dokumen yang dimaksud dapat menjadi dokumen pendukung, misalnya, memo

(Memo of Transferring Asset – MTA) yang menjadi persetujuan transfer aset

dalam pembangunan menjadi aset tetap dan menyatakan tanggal perubahan aset

dalam pembangunan menjadi aset tetap, di mana tanggal tersebut merupakan

tanggal yang mengindikasikan awal perhitungan beban penyusutan. Untuk

beberapa aset, PT W memiliki dokumen sejenis seperti yang telah dijelaskan di

atas. Namun, karena dokumen tersebut tidak meliputi keseluruhan aset, maka

dikhawatirkan akan menimbulkan kesalahan dalam perhitungan beban penyusutan

secara keseluruhan. Maka dari itu, penulis berpendapat bahwa PT W harus

membuat MTA atau dokumen sejenis sebagai basis transfer aset dalam

pembangunan menjadi aset tetap.

Berdasarkan prosedur inquiry dan vouching, auditor menyimpulkan bahwa masih

terdapat kelemahan pengendalian dalam penetapan tanggal penyusutan. Hal ini

akan berdampak pada perhitungan beban penyusutan atas aset tetap yang

bersangkutan. Ketika terdapat kesalahan dalam penyusutan komersial, maka akan

berimbas pada kesalahan penyusutan fiskal. Hal ini akan menyebabkan kesalahan

pula pada pajak penghasilan perusahaan. Oleh karena dampak yang dapat

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

112

berkepanjangan, maka auditor memutuskan untuk menghitung efek penyusutan

yang timbul dari kelalaian penetapan tanggal penyusutan aset tersebut.

Pertama, auditor menentukan batas materialitas pengambilan sampel sebesar dua

bulan. Auditor memilih mesin yang diperkirakan penyusutannya terlambat atau

terlalu cepat diakui selama minimal dua bulan, kemudian melakukan

penghitungan ulang atas penyusutan aset-aset tersebut. Hasil penghitungan auditor

disajikan pada lampiran 2 yang dilampirkan pada akhir laporan ini.

Terdapat tiga belas mesin yang diduga penetapan tanggal penyusutannya memiliki

selisih lebih besar dari dua bulan dari tanggal penetapan seharusnya. Auditor

kemudian menghitung penyusutan setiap mesin per bulan serta mengalikan

dengan selisih bulan masing-masing mesin untuk mengetahui jumlah efek

penyusutan yang disebabkan oleh kelalaian PT W. Hasil dari penghitungan ulang

ini menunjukkan bahwa efek penyusutan tersebut senilai USD 9,282, yang berarti

beban penyusutan understated sebesar USD 9,282. Jika dilihat dari tingkat

materialitas, jumlah ini masih berada di bawah tingkat SAD (USD 10,698).

Perbedaan yang berada di bawah SAD mengakibatkan tidak adanya jurnal

penyesuaian yang diajukan auditor terkait efek penyusutan. Perbedaan ini hanya

didiskusikan dengan pihak manajemen untuk mengutarakan sistem seperti apa

yang sebenarnya diharapkan auditor untuk dijalankan oleh PT W. Meskipun

berada di bawah tingkat materialitas, namun temuan ini merupakan tanda bagi PT

W untuk memperbaiki sistem pengakuan penyusutan pada periode mendatang.

Mengacu pada PSAK 16 revisi 2007, seharusnya PT W memulai penyusutan

untuk setiap asetnya ketika aset tersebut siap digunakan, yaitu pada saat aset

berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai

dengan keinginan dan maksud manajemen.

Dari pengujian tanggal pengakuan aset dan penetapan tanggal penyusutan di atas,

dapat disimpulkan pula bahwa manajemen PT W masih perlu meningkatkan

kecermatan dalam melakukan perencanaan pembelian aset tetap. Pada praktiknya,

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

 Universitas Indonesia

113

suatu perusahaan tentu akan membeli aset dan mempergunakannya sesegera

mungkin. Mengingat PT W memiliki kebutuhan akan komponen dan teknisi yang

berasal dari luar Indonesia, maka PT W disarankan untuk melakukan perbaikan

pada perencanaan dan manajemen aset tetap. Aset tetap sebaiknya dibeli ketika

perusahaan sudah siap untuk menginstalasi aset tersebut, dan perusahaan harus

sigap dalam mengetahui kebutuhan pemasangan dan komponen lain yang terkait

dengan aset yang bersangkutan. Perusahaan juga harus memiliki basis yang

konsisten dalam penetapan awal penyusutan aset tetap. Hal ini dapat dimulai

dengan penyusunan policy yang menjadi dasar dari perlakuan terhadap aset tetap

dan menekankan pentingnya dokumentasi sebagai bukti penyelesaian aset dalam

pembangunan serta awal dimulainya penyusutan.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

114  

Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Aset tetap merupakan salah satu sarana bagi PT W untuk menjalankan proses

produksi dan untuk menghasilkan pendapatan. Maka dari itu, informasi

tentang aset tetap merupakan salah satu informasi penting yang akan dilihat

oleh pengguna laporan keuangan untuk menilai kelanjutan usaha PT W. Di

sini peran auditor menjadi penting untuk menyatakan kewajaran penyajian

laporan keuangan secara umum, dan akun aset tetap secara khusus.

Audit atas aset tetap merupakan bagian dari audit umum yang dilakukan KAP

QRS atas laporan keuangan PT W. Dalam melakukan audit atas aset tetap,

auditor berpedoman pada Global Audit Methodology dari KAP QRS, di mana

pedoman ini memiliki esensi yang sama dengan pedoman audit yang

dipaparkan oleh Arens et al., (2009). Perbedaan hanya terletak pada sisi detail

proses yang dilakukan per fase, dan bukan merupakan perbedaan yang

signifikan.

Di awal masa audit, auditor melakukan persiapan audit dan mencoba

memahami karakteristik bisnis dan natur dari aset tetap, yang menghasilkan

kesimpulan bahwa bisnis PT W sedang menuju arah berkembang, yang

ditunjukkan dengan pembelian aset dalam jumlah yang besar pada periode

Juni 2011 untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pada fase ini, auditor

mempersiapkan audit dengan baik, misalnya dengan adanya pertimbangan

penetapan materialitas yang berdasar, penentuan atas kompleksitas

lingkungan IT, serta pemahaman atas kebijakan perusahaan secara

keseluruhan yang dilakukan dengan baik. Hal ini juga didukung oleh faktor

komunikasi dan kerja sama yang terjalin dengan baik antara pihak auditor

dengan pihak klien, yang telah diaudit oleh KAP QRS selama beberapa tahun

ke belakang.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Universitas Indonesia

115

Fase selanjutnya dilakukan untuk menyusun strategi audit dan menilai risiko

secara lebih khusus pada PT W. Pada fase ini auditor memutuskan untuk

menetapkan strategi not rely on control, karena pengendalian PT W atas aset

tetap dinilai lemah, dilihat dari digunakannya database manual yang sangat

rentan dengan kesalahan, dan tidak adanya standar terkait kapitalisasi aset

tetap. Pada fase ini, auditor sebaiknya menyusun naratif dan melakukan

walkthrough atas transaksi penambahan aset tetap. Karena natur transaksi aset

tetap dengan suku cadang berbeda, dan auditor tidak dapat sepenuhnya

mengacu pada alur transaksi suku cadang.

Pada fase eksekusi di mana seluruh pengujian pengendalian dan pengujian

substantif dilakukan, auditor telah melakukannya secara lengkap dan

komprehensif. Hal ini disebabkan adanya waktu kerja lapangan yang cukup,

serta tim audit yang berjumlah cukup banyak dan mampu bekerja secara

efektif. Prosedur yang dilakukan, antara lain: (1) Pengujian journal entries,

(2) Prosedur analitis, (3) Verifikasi akuisisi aset tetap tahun berjalan, (4)

Verifikasi pelepasan aset tetap tahun berjalan, (5) Verifikasi saldo akhir akun

aset tetap, (6) Verifikasi beban penyusutan dan saldo akhir akun akumulasi

penyusutan, (7) Prosedur terkait penaksiran nilai aset, (8) Prosedur terkait

asuransi, (9) Prosedur terkait biaya pinjaman, dan (10) Prosedur terkait

construction in progress.

Auditor tidak melakukan pengujian pengendalian, dengan alasan auditor tidak

bergantung pada pengendalian klien dan dirasa akan lebih efektif jika auditor

melewatkan pengujian ini dan memfokuskan pada pengujian substantif

dengan memperbanyak sampel yang diuji. Dalam melakukan eksekusi audit,

auditor sangat berpedoman pada tingkat materialitas yang ditetapkan pada

awal masa audit. Auditor juga berpedoman pada dasar asersi yang ingin

dibuktikan. Hal ini merupakan kunci penting dalam fase eksekusi, dan auditor

telah melakukannya dengan baik.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Universitas Indonesia

116

Dari hasil prosedur yang dilakukan auditor, terdapat beberapa hal yang perlu

diperbaiki oleh PT W, khususnya terkait dengan penyusutan serta kapitalisasi

aset tetap. Untuk kapitalisasi, auditor menyarankan bahwa sebaiknya PT W

menerapkan batasan materialitas agar kapitalisasi aset tetap selanjutnya dapat

dilakukan dengan konsisten. Selain itu, proses penyusutan aset tetap yang

dilakukan PT W sebaiknya lebih mengacu pada penyusutan yang disyaratkan

PSAK 16 revisi 2007, di mana penyusutan harus dilakukan ketika aset telah

siap untuk digunakan. Namun atas dasar materialitas, maka isu ini tidak

ditindaklanjuti lewat jurnal penyesuaian. Melainkan hanya dikomunikasikan

kepada klien secara verbal dan dimasukkan ke dalam management letter,

sebagai bentuk komunikasi auditor kepada klien dengan harapan klien dapat

melakukan perbaikan di periode mendatang.

Meskipun auditor menyimpulkan bahwa tidak terdapat temuan yang

mempengaruhi akun aset tetap secara signifikan, terdapat tiga jurnal

penyesuaian dan reklasifikasi. Ketiganya berasal dari kesalahan yang telah

diakui klien, dan jumlahnya pun tidak material. Jurnal ini diajukan atas

permintaan dari klien. Pada fase penyelesaian audit, auditor menyatakan opini

bahwa laporan keuangan PT W telah disajikan secara wajar tanpa

pengecualian. Auditor kemudian mengklasifikasikan PT W sebagai klien

yang memiliki risiko rendah dan patut untuk dilanjutkan dalam periode

selanjutnya.

5. 2 Saran

5.2. 1 Saran Kepada PT W

Saran yang diajukan untuk diterapkan PT W pada periode selanjutnya, yaitu:

1. PT W perlu meningkatkan kecermatan dalam perencanaan pembelian

dan pengelolaan aset tetap. Hal ini harus diperhatikan, mengingat pada

periode Juni 2011, PT W mengalami kerugian yang timbul dari

pelepasan aset tetap yang dibeli dalam kondisi bekas pakai. Hal ini

mengakibatkan PT W tidak dapat mengutilisasi penggunaan aset secara

maksimal, dan mengharuskan PT W menjual aset tersebut pada tahun

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Universitas Indonesia

117

2011. Pembelian aset tetap yang lebih terencana akan mengurangi

risiko adanya kemungkinan timbulnya kerugian tersebut. Selain itu,

pembelian yang lebih terencana juga terkait erat dengan natur aset tetap

yang umumnya membutuhkan berbagai komponen yang berasal dari

luar Indonesia. PT W dapat melakukan perencanaan pembelian aset

yang tujuannya meminimalisir waktu yang dibutuhkan untuk menunggu

datangnya komponen tersebut dan akan meningkatkan efisiensi dalam

akuisisi aset.

2. Menetapkan standar khusus yang mengatur perihal kapitalisasi aset

tetap. Salah satu poin penting yang harus ditentukan adalah batas

materialitas aset tetap untuk dikapitalisasi, atau capitalization

threshold. Aset yang nilainya di bawah batas tersebut harus dicatat

sebagai beban. Hal ini ditetapkan agar perhitungan penyusutan lebih

efektif dan efisien. Penetapan batas materialitas ini membutuhkan

professional judgment dari manajemen, yang harus mempertimbangkan

analisis cost dan benefit dalam aplikasinya. Yang harus diperhatikan

manajemen adalah, faktor kemajuan teknologi saat ini memiliki peran

dalam mengubah konsep cost dan benefit dalam pengakuan serta

kapitalisasi aset tetap. PT W harus cermat dalam penentuan ini dan

harus menerapkannya secara konsisten.

3. Untuk aset tetap yang dibeli dalam kondisi tidak siap pakai

(memerlukan waktu untuk pembangunan atau pemasangan komponen

hingga siap untuk digunakan), sebaiknya PT W membuat dokumentasi

seragam untuk setiap aset yang menyatakan penyelesaian persiapan aset

tersebut. Dokumentasi tersebut dapat berupa berita acara ataupun memo

of transferring asset yang menyatakan tanggal perubahan aset dalam

pembangunan menjadi aset tetap, di mana tanggal tersebut merupakan

tanggal yang mengindikasikan awal perhitungan beban penyusutan.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Universitas Indonesia

118

4. Mengidentifikasi seluruh aset yang perusahaan miliki dan membuat tag

number spesifik untuk setiap aset sebagai salah satu bentuk

pengendalian untuk memastikan kondisi aset tetap dapat diidentifikasi

dengan mudah.

5. Mempertimbangkan penetapan metode penyusutan yang disesuaikan

dengan pola penggunaan masing-masing kelas aset.

6. Mempertimbangkan untuk melakukan migrasi fixed asset register dari

sistem manual, seperti yang digunakan saat ini, menjadi sistem

terkomputerisasi. Terdapat beberapa jenis sistem yang dapat

memfasilitasi pencatatan aset tetap yang sudah diterapkan perusahaan

lain. Penggunaan sistem terkomputerisasi akan mempermudah

pengendalian aset tetap dan mengurangi risiko kesalahan manusia

dalam penggunaannya.

7. Mengadakan pelatihan bagi pegawai divisi akuntansi di PT W,

utamanya dalam hal sosialisasi standar perusahaan dalam operasi dan

aktivitas harian, serta pelatihan penggunaan sistem komputerisasi yang

digunakan pada PT W.

5.2. 2 Saran Kepada KAP QRS

Prosedur audit atas aset tetap yang dilakukan oleh KAP QRS secara

keseluruhan telah dilakukan secara sistematis dan komprehensif.

Beberapa saran yang ingin diajukan adalah:

1. Dalam setiap penugasan audit, sebaiknya di dalam satu tim terdapat

beberapa personel yang telah terlibat dalam pelaksanaan audit pada

periode sebelumnya. Pada audit PT W, auditor yang menangani akun

aset tetap merupakan staf yang telah berpengalaman dengan akun

tersebut dan sudah mengenal natur dari PT W berdasarkan pengalaman

dari audit periode sebelumnya. Keterlibatan dari auditor yang telah

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Universitas Indonesia

119

mengenal perusahaan merupakan faktor yang sangat membantu dalam

pelaksanaan audit.

2. Partner, manager, senior, serta staff yang bekerja bersama penulis

selama masa audit sangat membantu proses pembelajaran penulis

sebagai peserta magang. Pengawasan dan bimbingan dari pihak di atas

terhadap peserta magang merupakan salah satu faktor penting untuk

kelancaran selama masa kerja audit, dan perlu untuk dipertahankan.

3. Akan lebih baik jika sebelum ditugaskan ke klien, peserta magang

diberikan pelatihan terkait dengan penugasan. Hal ini dilakukan untuk

meningkatkan pemahaman serta keahlian peserta magang dalam

menghadapi penugasan yang sesungguhnya.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

120  

Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Arens, Alvin A., Mark S. Beasley, Randal J. Elder, dan Amir Abadi Jusuf. (2009).

Auditing and Assurance Services an Integrated Approach - an Indonesian

Adaptation. Singapore: Prentice Hall.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

Nomor 13 Revisi 2007: Properti Investasi. Jakarta: IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

Nomor 16 Revisi 2007: Aset Tetap. Jakarta: IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2008). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

Nomor 26 Revisi 2008: Biaya Pinjaman. Jakarta: IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (1998). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

Nomor 47: Akuntansi Tanah. Jakarta: IAI.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 01/KM.12/2001 tentang

Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara.

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. (2011). Intermediate

Accounting Volume 1 IFRS edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2010, Desember). Buletin Teknis:

Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 09. diakses pada tanggal 18 Nov

2011, pukul 17.35.

http://www.ksap.org/Buletin/Bultek_09_Akuntansi_Aset_%20Tetap.pdf

Lam, Nelson., dan Lau, Peter. (2009). Intermediate Financial Reporting: An IFRS

Perspective. Singapore: McGraw-Hill.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

 

Universitas Indonesia

121

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna

Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah.

Rahardjo, Djoko B. (2011, 10 Desember). Wawancara personal.

Standar Profesional Akuntan Publik. PSA No. 29 Tentang Laporan Auditor Atas

Laporan Keuangan Auditan (SA Seksi 508)

Warren, Reeve, Duchac, Ersa Tri Wahyuni, Gatot Suprijanto, Amir Abadi Jusuf

dan Chaerul D. Djakman. (2008). Principles of Accounting-Indonesia

Adaptation. South-Western Publishing.

http://www.qrs.com/ID/en/Services (website resmi KAP QRS), diakses pada

tanggal 17 November 2011, pukul 13.00.

http://www.w.com/ (website resmi PT W), diakses pada tanggal 17 November

2011, pukul 15.00.

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Universitas Indonesia

122

Lampiran 1 : Formulir Status Operasional Mesin/Peralatan

: PT WJenis Industri : Industri Pemintalan, Perajutan, Penenunan dan Pencelupan TekstilAlamat Pabrik I (penempatan M/P) : --Telp / Fax : --Alamat Pabrik II (penempatan M/P) : --Telp / Fax : --

Jumlah Sejak (bulan)1 3 4 5 6 7 8

Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe

Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe

TAHAP MONITORING IMPLEMENTASI PPT-ITPT 2010FORM III.A - STATUS OPERASIONAL MESIN/PERALATAN (M/P)

Nama Perusahaan

NomorNama Mesin/Peralatan (M/P)

JumlahBulan

Kedatangan M/P

Jumlah Mesin/Peralatan

(Jenis, Merk, Tipe) Belum terpasang *)

Terpasang, belum beroperasi

Telah beroperasi secara komersial

2

1Forklift Gasoline 30-8FG25

1 Dec-09 - - 1 Dec-09Toyota30-8FG25

2Air Conditioning System Saurer Panel

1 Aug-09 - - 1 Sep-09Fine AirTC-10L

3Slub Attachment for Lakshmi LR 6A

5 Jul-10 1 - 4 Aug-10Wuxi LongtexN/A

4Murata No.21C Proces Coner

2 Oct-10 - - 2 Nov-10Murata21C

5Draw Frame Machine

4 Aug-10 - - 4

6

Draw Frame Machine

3 Aug-10- -

2 Nov-10

Nov-10RieterSB20

1

Draw Frame Machine3 Aug-10 - -

Sep-10RieterRSB-D22 - -

3 Sep-10RieterSB-D11

8Convension on Can Height for Draw Frame machine

DITOLAK DARI PENGAJUAN PADA TAHAP PERMOHONAN ( TAHAP I )Rieter-

7

9Rings for Spinning Frame

DITOLAK DARI PENGAJUAN PADA TAHAP PERMOHONAN ( TAHAP I )Bracker-

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Universitas Indonesia

123

Lampiran 1 : Formulir Status Operasional Mesin/Peralatan (Lanjutan)  

Jumlah Sejak (bulan)Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe

Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe

NomorNama Mesin/Peralatan (M/P)

JumlahBulan

Kedatangan M/P

Jumlah Mesin/Peralatan

(Jenis, Merk, Tipe) Belum terpasang *)

Terpasang, belum beroperasi

Telah beroperasi secara komersial

10Trutzschler Card Machine TC7-1S

8 Oct-10 - 8 - -TrutzschlerTC 07

11Blow Room & Filter Installation - Compact Filter CF-65

2 Oct-10 - 2 - -TrutzschlerMPM 8

12Fully Spiked Roll for Trutzschler Blow Room Machine

DITOLAK DARI PENGAJUAN PADA TAHAP PERMOHONAN ( TAHAP I )Trutzschler-

13Assembly Winding Machine 36 Spl with 3 ply

4 Jul-10 - - 4 Aug-10PeassPPW-A VI

14Assembly Winding Machine 12 Spl

1 Jul-10 - - 1 Aug-10PeassPPW-A VI

15

Unirols OHTC

10 Jul-10- - 6 Aug-10

UnirolsBD-W - - 4 Nov-10

16Assembly Winding Machine 36 Spl with 8 ply

2 Jul-10 - - 2 Aug-10PeassPPW-A VI

17Assembly Winding Machine 42 Spl with 6 traverse

1 Aug-10 - - 1 Nov-10PeassPPW-A VI

18Assembly Winding Machine 42 Spl with 8 traverse

1 Aug-10 - - 1 Nov-10PeassPPW-A VI

19Assembly Winding Machine 38 Drums

2 Oct-10 - - 2 Nov-10PeassVERSA.A.I.PT.A

20Cradle & Adopter for Assembly Winding Machine

DITOLAK DARI PENGAJUAN PADA TAHAP PERMOHONAN ( TAHAP I )Peass-

21

Lakshmi Ring Frame LR 60 / AX

8 Sep-10- - 4 Oct-10

LakshmiLR 60 / AX - - 4 Nov-10  

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Universitas Indonesia

124

Lampiran 1 : Formulir Status Operasional Mesin/Peralatan (Lanjutan)

Jumlah Sejak (bulan)Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe

NomorNama Mesin/Peralatan (M/P)

JumlahBulan

Kedatangan M/P

Jumlah Mesin/Peralatan

(Jenis, Merk, Tipe) Belum terpasang *)

Terpasang, belum beroperasi

Telah beroperasi secara komersial

22Lakshmi Ring Frame LR 60 / A

4 Sep-10 - - 4 Nov-10LakshmiLR 60 / A

23Lakshmi Card Model LC333

2 Aug-10 - - 2 Sep-10LakshmiLC333

24Grinding Accessories for Lakshmi Card LC333

1 Jul-10 - - 1 Aug-10Lakshmi-

25Lakshmi Card Model LC333

1 Jun-10 - - 1 Sep-10LakshmiLC333

26Two for One Twisting Machine

8 Jun-10 - - 8 Sep-10Veejay lakshmiVJ-150-M

27Two for One Twisting Machine with 6" Traverse

4 Oct-10 - - 4 Nov-10Veejay lakshmiVJ-190-HS

28Two for One Twisting Machine with 8" Traverse

4 Oct-10 - - 4 Nov-10Veejay lakshmiVJ-190-HS

29Two for One Twisting Machine

4 Oct-10 - - 4 Nov-10Veejay lakshmiVJ-250

30Ventilation & Humidify Air Washer System

1 Jun-10 - - 1 Nov-10Fine AirN/A

31Humidification & Chilling System for MVS Machine

1 Aug-10 - - 1 Nov-10Best AirN/A

32HDPE Spinning Can

187 Aug-10 - - 187 Sep-10RimtexN/A

33

Over Head Travelling Cleaner with 4 central Waste Collection

40 Jul-10- - 19 Sep-10

UnirolsBD-RF - - 21 Nov-10  

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Universitas Indonesia

125

Lampiran 1 : Formulir Status Operasional Mesin/Peralatan (Lanjutan)

Jumlah Sejak (bulan)Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe Jenis Mesin Merk Tipe *) Agar melampirkan surat keterangan dan alasan perihal mesin belum terpasang / tidak dilokasi pabrik.

Petunjuk Pengisian Form :1. Cantumkan alamat pabrik dimana mesin/peralatan (M/P) terpasang2. Agar diisi berdasarkan jenis M/P yang disetujui oleh PPT - ITPT TA.2010 sesuai urutan SPPB3. Pada kolom ' Jumlah Mesin/Peralatan ( M/P ) ' , masukkan jumlah M/P berdasarkan status keberadaan dan operasinya4. Form ini dapat diperbanyak sesuai kebutuhan pengisian jumlah jenis M/P

Tanggal Verifikasi : 5 April 2011

(Surveyor) (Perwakilan Perusahaan)

NomorNama Mesin/Peralatan (M/P)

JumlahBulan

Kedatangan M/P

Jumlah Mesin/Peralatan

(Jenis, Merk, Tipe) Belum terpasang *)

Terpasang, belum beroperasi

Telah beroperasi secara komersial

34Splicer for TFO-VJ and Double Winder Machine

26 Aug-10 - - 26 Sep-10Mesdan4941 A

35Water Cooled Screw Chiller

2 Aug-10 - - 2 Nov-10Mc QuayPFS 150.1

36Roving Bobbin for Lakshmi Mc LR 60/AX

1 Aug-10 - - 1 Nov-10SohlerDR62.OX60-6

37Compressor, Dryer & Filter

2 Oct-10 - - 2 Nov-10IngersollrandIYKK 400-2

38Trafo

DITOLAK DARI PENGAJUAN PADA TAHAP PERMOHONAN ( TAHAP I )unindo3 Phase

 

 

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA PROSES AUDIT ATAS AKUN ASET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20305365-S-Adiza Dwiandrini.pdf · kesimpulan dan penyusunan laporan keuangan hasil audit. Temuan

Universitas Indonesia

126

Lampiran 2 : Efek Penyusutan Atas Inkonsistensi Penyusutan Aset Tetap    

No Aset Tetap Tanggal

Penyusutan (PT W)

Tanggal Penyusutan (Auditor)

Perbedaan (dalam bulan)

Nilai Aset

(US$)

Penyusutan/

tahun

Penyusutan/

bulan

Efek Penyusutan

1 3Draw Frame RSB-D22 1-Nov-10 24-Aug-10 -2.23 293,605 24,467.09 2,038.92 (4,553.60) 2 4Draw Frame SB20 1-Dec-10 30-Aug-10 -3.03 213,211 17,767.58 1,480.63 (4,491.25)

3 1Humidification System for 10 sets MVS Machine 1-Nov-10 20-Aug-10 -2.37 146,224 12,185.33 1,015.44 (2,403.22)

4 3Double Winder PPW-A-VI 36 Spindles 6" 3PLY 1-Nov-10 26-Jun-10 -4.17 138,936 11,578.00 964.83 (4,020.14)

5 3Draw Frame RSB-D11 1-Sep-10 11-May-11 8.33 111,725 9,310.42 775.87 6,465.57 6 40OHTC Unirols for 2SF, 18RF, 20TFO 1-Oct-10 16-Jul-10 -2.50 89,476 7,456.33 621.36 (1,553.40) 7 1Double Winder PPW-A-VI 42 Spindles 8" 1-Nov-10 7-Aug-10 -2.80 75,919 6,326.58 527.22 (1,476.20)

8 Compressor Electrical panel, Lighting and Partition 1-Sep-10 1-Dec-10 3.00 70,602 5,883.49 490.29 1,470.87

9 Air Ducting for 2floor New Building TFO 1-Oct-10 27-Dec-10 2.87 65,265 5,438.75 453.23 1,299.26

10 1Double Winder PPW-A-VI 36 Spindles 6" 6PLY 1-Aug-10 1-Feb-11 6.00 55,282 4,606.81 383.90 2,303.40

11 1Double Winder PPW-A-VI 42 Spindles 6" 1-Nov-10 7-Aug-10 -2.80 50,927 4,243.94 353.66 (990.25) 12 1Compact Filter CF-65 1-Dec-10 8-Sep-10 -2.77 36,188 3,015.67 251.31 (695.28)

13 Ventilation and Humidity AW SYSTEM For 14 TFO 1-Oct-10 29-Jun-10 -3.07 29,964 2,497.01 208.08 (638.13)

Total efek penyusutan (9,282.37)

 

Proses audit..., Adiza Dwiandrini, FE UI, 2012