UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

73
UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 PEGAWAI DAN KEPATUHAN PT CI SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 21 LAPORAN MAGANG NENIH APRIANI 1006663032 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JULI 2014 Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 PEGAWAI DAN

KEPATUHAN PT CI SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 21

LAPORAN MAGANG

NENIH APRIANI

1006663032

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPOK

JULI 2014

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 PEGAWAI DAN

KEPATUHAN PT CI SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 21

LAPORAN MAGANG

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

NENIH APRIANI

1006663032

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPOK

JULI 2014

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

vi

KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penulisan laporan

magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan magang ini,

sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan magang ini. Oleh karena

itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Debby Fitriasari, S.E, MSM, selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan laporan magang ini;

2. Bapak Hadi, selaku konsultan pajak PT CI yang telah banyak memberikan

dukungan moral dan material, dan membantu saya dalam meluangkan waktu

untuk memberikan saran dan informasi yang saya perlukan;

3. Ibu Viyan, selaku senior staff konsultan pajak PT CI yang telah banyak

meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan informasi yang saya

perlukan;

4. Ibu Eka Yusnita, selaku senior accounting PT CI yang telah banyak membantu

saya dalam kegiatan magang dan membantu dalam usaha memperoleh data dan

informasi yang saya perlukan;

5. Orang tua dan Kakak, keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan

material dan moral selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan laporan

magang ini;

6. Novie, Wenny, Stevany, Rashelly, Ami, Vany, Kezia, Dea, Thea, Melinda,

Rizky, Leonardo, Michael dan seluruh Boanerges BSD team selaku sahabat

dan keluarga saya dalam pelayanan di Gereja Tiberias yang telah meluangkan

waktu untuk saya bisa sharing berbagai permasalahan yang dihadapi dan

banyak membantu saya dalam memberikan dukungan moral dan dukungan doa

dalam menyelesaikan laporan magang ini;

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

ix Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Nenih Apriani

Program Studi : S1 Akuntansi

Judul : Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai dan Kepatuhan

PT CI sebagai Pemotong PPh Pasal 21

Laporan Magang ini membahas penghitungan PPh Pasal 21 pegawai (staff,

ekspatriat dan buruh) PT CI yang memiliki masa kerja full setahun dan broken

period. Dari hasil pembahasan penghitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai broken

period, dapat diketahui perbedaan cara penghitungan PPh Pasal 21 bagi staff dan

buruh (pegawai lokal) yang setahun dengan ekspatriat yang disetahunkan, dimana

lama masa kerja pegawai menjadi hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

penghitungan. Selain itu, Laporan Magang ini juga membahas bagaimana

kepatuhan PT CI sebagai pemotong PPh Pasal 21. Hasil pembahasan

menyimpulkan bahwa PT CI sudah tepat dalam melakukan penghitungan PPh

Pasal 21 dan pembuatan bukti potong untuk semua pegawai. Namun, PT CI masih

melakukan beberapa keterlambatan dalam pembayaran dan pelaporan PPh Pasal

21.

Kata kunci:

PPh Pasal 21, broken period, kepatuhan, NPWP

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

x Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Nenih Apriani

Major : S1 Accounting

Title : Calculation Of PPh Pasal 21 on Employees and The Compliance Of

PT CI As A Tax Holder Of PPh Pasal 21

This internship report discusses the calculation of PPh Pasal 21 on employees

(staff, expatriates, and labor) of PT CI who have work contract for one-full-year

and broken period service. From the calculation results of PPh Pasal 21 on broken

period employees, it can be seen from different ways on calculating the PPh Pasal

21 for staff and labor (local officials) which is banded for one year and the

expatriates which is annualized, where the work contract of the employee must be

considered in doing the calculation. Moreover, this internship report also

discusses about how the compliance of PT CI as a tax holder of PPh Pasal 21. The

result of the discussion concludes that PT CI is right in doing the calculation of

PPh Pasal 21 and making pieces of evidence for all employees. But, PT CI is still

doing lately in payment and reporting of PPh Pasal 21.

Keywords:

PPh Pasal 21, broken period, compliance, NPWP

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

xi Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... iii

TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG ................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................ viii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang dan Tujuan Topik Laporan Magang ......................................... 1

1.2 Waktu, Tempat, dan Aktivitas Pelaksanaan Magang......................................... 2

1.3 Ruang Ringkup Laporan Magang ...................................................................... 2

1.4 Sistematika Penulisan......................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 4

2.1 Konsep Perpajakan ............................................................................................. 4

2.1.1 Definisi dan Fungsi Pajak ........................................................................ 4

2.1.2 Jenis-Jenis Pajak ...................................................................................... 4

2.1.3 Subjek dan Objek Pajak ........................................................................... 5

2.2 Pajak Penghasilan PPh 21 .................................................................................. 8

2.2.1 Definisi Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 ................................................. 8

2.2.2 Subjek Pemotong PPh Pasal 21 ............................................................... 9

2.2.3 Objek PPh Pasal 21 ................................................................................ 11

2.2.4 Tarif, PTKP, dan Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan PPh

Pasal 21 ................................................................................................. 13

2.2.5 Cara Penghitungan PPh Pasal 21 ........................................................... 14

2.2.6 Penghitungan PPh Pasal 21 Ekspatriat................................................... 17

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN ............................................................ 18

3.1 Profile PT CI .................................................................................................... 18

3.2 Struktur Organisasi PT CI ................................................................................ 19

3.3 Pegawai PT CI dan Kewajiban PPh Pasal 21 .................................................. 22

BAB IV ISI ............................................................................................................ 23

4.1 Proses Pengolahan Data Rekap Gaji Untuk Penghitungan PPh Pasal

21 Pegawai PT CI ............................................................................................ 23

4.2 Analisis dan Pembahasan Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai PT CI ........... 25

4.2.1 Pegawai Staff .......................................................................................... 26

4.2.2 Pegawai Ekspatriat ................................................................................. 35

4.2.3 Pegawai Buruh ....................................................................................... 41

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

xii Universitas Indonesia

4.3 Kepatuhan PT CI Sebagai Pemotong PPh Pasal 21 ......................................... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 56

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 56

5.2 Saran ................................................................................................................. 57

DAFTAR REFERENSI ....................................................................................... 58

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tarif Pajak .......................................................................................... 13

Tabel 3.1 Pegawai PT CI .................................................................................... 22

Tabel 4.1 Sampel Data Pegawai PT CI Tahun 2013 .......................................... 26

Tabel 4.2 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Januari Pegawai Staff A ............... 27

Tabel 4.3 Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2013 Pegawai Staff A ................. 28

Tabel 4.4 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Januari Pegawai Staff B ............... 30

Tabel 4.5 Penghitungan Kembali PPh Pasal 21 Pegawai Staff B Yang

Berhenti Kerja Namun Tidak Meninggalkan Indonesia ..................... 31

Tabel 4.6 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa September Pegawai Staff C ......... 33

Tabel 4.7 Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2013 Pegawai Staff C ................. 34

Tabel 4.8 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Januari Pegawai Mr.K .................. 36

Tabel 4.9 Penghitungan Kembali PPh Pasal 21 Pegawai Mr.K Yang

Berhenti Kerja dan Meninggalkan Indonesia ..................................... 37

Tabel 4.10 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Agustus Mr.L ............................... 38

Tabel 4.11 Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2013 Mr.L ................................... 40

Tabel 4.12 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Januari Pegawai Buruh D............. 43

Tabel 4.13 Penghitungan Kembali PPh Pasal 21 Pegawai Buruh D Yang

Berhenti Bekerja Namun Tidak Meninggalkan Indonesia ................. 44

Tabel 4.14 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa September Pegawai Buruh D ....... 45

Tabel 4.15 Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2013 Pegawai Buruh D ............... 46

Tabel 4.16 Hasil Analisis Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawa Staff,

Ekspatriat dan Pegawai Buruh ............................................................ 50

Tabel 4.17 Potensi Saving Atas Jumlah PPh Pasal 21 Pegawai Ber-

NPWP dan Tidak Ber-NPWP ............................................................. 52

Tabel 4.18 Penghitungan Tax Exposure Denda Pajak .......................................... 54

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

xiv Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi PT CI ..................................................................... 21

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

1 Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Tujuan Topik Laporan Magang

Dalam era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia ekonomi semakin

ketat. Disamping itu, perkembangan bisnis semakin pesat dan semakin banyak

tenaga kerja yang dibutuhkan. Kebutuhan akan tenaga kerja tersebut diikuti

dengan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dalam membayar gaji dan

tunjangan yang layak bagi tenaga kerja. Selain itu, perusahaan juga memiliki

kewajiban untuk memotong, membayarkan dan melaporkan pajak penghasilan

tenaga kerja (pegawai) kepada negara. Untuk dapat menjawab kewajiban tersebut,

maka perusahaan harus melakukan pemotongan pajak atas penghasilan yang

dibayarkan kepada pegawai sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku di

Indonesia. Pemotongan pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada pegawai

diatur dalam peraturan perpajakan PPh Pasal 21 dimana status pegawai sebagai

pegawai tetap, pegawai tidak tetap, dan pegawai ekspatriat memiliki ketentuan

penghitungan pajak yang berbeda.

PT CI merupakan perusahaan manufaktur di Indonesia yang memiliki

jumlah tenaga kerja yang banyak dan terdiri dari pegawai staff, ekspatriat, dan

pegawai buruh. PT CI memiliki kewajiban untuk memotong, membayarkan, dan

melaporkan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 seluruh pegawainya. Selain itu,

selama melakukan aktivitas magang penulis diberikan kesempatan untuk

melakukan penghitungan PPh Pasal 21 pegawai PT CI. Oleh karena itu, penulis

memilih topik mengenai penghitungan PPh Pasal 21 pegawai staff, ekspatriat, dan

pegawai buruh serta kepatuhan PT CI sebagai pemotong PPh Pasal 21. Adapun

tujuan dari pemilihan topik laporan magang ini adalah :

1. Mengetahui penghitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 bagi pegawai staff,

ekspatriat, dan pegawai buruh.

2. Mengetahui kepatuhan PT CI sebagai pemotong PPh Pasal 21.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

2

Universitas Indonesia

1.2 Waktu, Tempat dan Aktivitas Pelaksanaan Magang

Kegiatan magang ini berlangsung selama 3 (tiga) bulan sejak tanggal 3

Maret 2014 sampai 3 Juni 2014 dan dilaksanakan di PT CI, Gedung Palma One

lantai 9 suite 907, jalan HR. Rasuna Said Blok X-2 No.4 Setia Budi. Dalam

kegiatan magang tersebut, penulis ditempatkan dibagian accounting.

Selama kegiatan magang berlangsung, penulis dipercaya untuk melakukan

pekerjaan antara lain:

1. Membuat worksheet rekap gaji pegawai pabrik.

2. Membuat worksheet perhitungan PPh Pasal 21 tahun 2013 pegawai pabrik.

3. Membuat worksheet perhitungan PPh Pasal 21 masa Pajak Januari - April

tahun 2014 pegawai pabrik.

4. Mempelajari program E-SPT dan melakukan input data gaji dan PPh Pasal 21

tahun 2013 ke E-SPT.

5. Mengecek dokumen Ekspor-Impor dan faktur pajak.

6. Mengecek worksheet arus utang dengan dokumen rekening koran.

1.3 Ruang Lingkup Laporan Magang

Dalam laporan magang ini, penulis membahas mengenai penghitungan

Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 tahun 2013 bagi pegawai staff, ekspatriat, dan

pegawai buruh PT CI yang bekerja di Cileungsi. Penulis membahas mengenai

bagaimana keseluruhan proses pengolahan data rekap gaji yang diterima dari

human resource management sampai pada proses penghitungan PPh Pasal 21

masa dan PPh Pasal 21 akhir tahun bagi karyawan yang memiliki masa kerja full

setahun dan broken period. Selain itu, penulis juga membahas mengenai

kepatuhan PT CI sebagai pemotong PPh Pasal 21.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan magang ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi empat sub bab yaitu latar belakang dan tujuan program magang,

waktu, tempat dan pelaksanaan aktivitas magang, ruang lingkup laporan

magang, dan sistematika penulisan laporan magang.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

3

Universitas Indonesia

BAB II : Landasan Teori

Bab ini merupakan pembahasan teoritis tentang teori-teori yang akan

digunakan sebagai landasan dalam mengemukakakan permasalahan yang akan

dibahas dalam laporan magang ini seperti konsep perpajakan, fungsi dan jenis-

jenis pajak, subjek dan objek pajak penghasilan PPh Pasal 21, waktu

pelaporan dan pembayaran PPh Pasal 21, dan cara penghitungan PPh Pasal 21.

BAB III : Gambaran Perusahaan

Bab ini berisi gambaran umum perusahaan tempat kegiatan magang

berlangsung, yaitu seperti sejarah singkat perusahaan, visi-misi perusahaan,

struktur organisasi, bidang usaha perusahaan dan uraian tugas dari setiap

divisi pekerjaan yang ada di PT CI.

BAB IV : Pembahasan

Bab ini berisi seluruh kegiatan yang penulis lakukan selama kegiatan magang

berlangsung dan menjelaskan permasalahan yang menjadi dasar topik

penulisan laporan magang ini.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan yang didasarkan pada hasil pembahasan yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya dan memberikan saran yang diperlukan

untuk membuat PT CI dapat lebih mematuhi peraturan perpajakan secara

efektif dan efisien.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

4 Universitas Indonesia

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Perpajakan

2.1.1 Definisi dan Fungsi Pajak

Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A Adriani yang

kemudian telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo dalam Waluyo (2011)

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh

yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat

prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara

yang menyelenggarakan pemerintahan” (p.2).

Menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2007 pasal 1, pajak adalah

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak (Waluyo, 2011),

fungsi pajak dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan

pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak

dalam APBN sebagai penerimaan dalam negri.

2. Fungsi Mengatur (reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

dibidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih

tinggi terhadap barang mewah.

2.1.2 Jenis-Jenis pajak

Berdasarkan Waluyo (2011) jenis pajak dibagi menurut golongan, sifat,

dan pemungutnya, yaitu:

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

5

Universitas Indonesia

1. Menurut golongan atau pembebanan

a. Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan

kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang

bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan

kepihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Menurut Sifat

a. Pajak Subjektif adalah pajak yang berdasarkan pada subjeknya yang

selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperjatikan keadaan dan

Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: PPn, PPnBM.

3. Menurut pemungut dan pengelolanya

a. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: pajak

penghasilan, PPn, PPnBM, dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Reklame,

Pajak Hiburan, BPHTB, PPhTB.

2.1.3 Subjek dan Objek Pajak

Menurut Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 2, yang menjadi subjek

pajak adalah:

1. Orang pribadi.

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

3. Badan.

4. Bentuk usaha tetap. Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang

perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.

Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar

negeri.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

6

Universitas Indonesia

1. Subjek pajak dalam negeri adalah :

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam

jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu

tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat

tinggal di Indonesia.

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit

tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah.

4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

2. Subjek pajak luar negeri adalah:

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan

dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan

dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 Pasal 4

ayat (1), yang menjadi objek pajak adalah adalah penghasilan, yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

7

Universitas Indonesia

yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima

atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,

gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali

ditentukan lain dalam Undang-undang ini.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

3. Laba usaha.

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan

badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau

anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya.

c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan

dalam bentuk apa pun.

d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau

sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan

sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan

usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,

pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang

bersangkutan.

e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak

penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam

perusahaan pertambangan.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

8

Universitas Indonesia

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha

koperasi.

8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu

yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

14. Premi asuransi.

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan

pajak.

17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur

mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

19. Surplus Bank Indonesia.

2.2 Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

2.2.1 Definisi Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak penghasilan yang

dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan

pembayaran lain dengan bentuk dan nama apapun yang diterima oleh wajib pajak

orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan

yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan (Waluyo, 2011).

Menurut UU Pajak Penghasilan No.7 tahun 1983 pasal 1 yang telah

diperbaharui menjadi UU No.36 tahun 2008, yang dimaksud dengan pajak

penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

9

Universitas Indonesia

perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau

diperolehnya selama satu tahun pajak.

2.2.2 Subjek Pemotong PPh Pasal 21

Menurut Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER - 31/PJ/2012 Pasal

2 ayat (1) dan Pasal 3, Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26, meliputi:

1. Pemberi kerja yang terdiri dari:

a. Orang pribadi dan badan

b. Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau

seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan,

atau unit tersebut.

2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang

kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah,

instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan

Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji,

upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam

bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-

badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua

atau jaminan hari tua.

4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta

badan yang membayar:

a. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan

dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak

Dalam Negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas

dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama

persekutuannya.

b. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan

dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak

Luar Negeri.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

10

Universitas Indonesia

c. Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan

pelatihan, serta pegawai magang.

5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat

nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya

yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau

penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi

berkenaan dengan suatu kegiatan.

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26

adalah orang pribadi yang merupakan:

1. Pegawai.

2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari

tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.

3. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan

dengan pemberian jasa, meliputi:

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,

akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang

sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan

seniman lainnya.

c. Olahragawan.

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.

e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem

aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial

serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.

g. Agen iklan.

h. Pengawas atau pengelola proyek.

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi

perantara.

j. Petugas penjaja barang dagangan.

k. Petugas dinas luar asuransi.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

11

Universitas Indonesia

l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan

sejenis lainnya.

m. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap

sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.

n. Mantan pegawai.

o. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan

dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:

1. Perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni,

ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.

2. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja.

3. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara

kegiatan tertentu.

4. Peserta pendidikan dan pelatihan.

5. Peserta kegiatan lainnya.

2.2.3 Objek PPh Pasal 21

Menurut Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pasal 5 ayat

(1) yang menjadi objek PPh Pasal 21 adalah penghasilan. Penghasilan yang dipotong

PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah:

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa

Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur.

2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur

berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.

3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,

atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya

melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja.

4. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah

harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang

dibayarkan secara bulanan.

5. Iimbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,

dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai

imbalan sehubungan jasa yang dilakukan.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

12

Universitas Indonesia

6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang

representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama

dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang

diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang

tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.

8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain

yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.

9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang

masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan.

Dalam UU No.36 tahun 2008 pasal 21 ayat 1 dan 2 dijelaskan bahwa

Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau

kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh

Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh:

1. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,

danpembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang

dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan

pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.

4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan

bebas.

5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan

pelaksanaan suatu kegiatan.

Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah kantor perwakilan negara

asing dan organisasi-organisasi internasional.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

13

Universitas Indonesia

2.2.4 Tarif, PTKP, dan Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan PPh Pasal 21

Tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang digunakan untuk menghitung

penghasilan kena pajak sesuai dengan tarif pasal 17 UU No.36 Tahun 2008 bagi

Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai berikut:

2.1 Tabel Tarif Pajak

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%

di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%

di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp

500.000.000,-

25%

di atas Rp 500.000.000,- 30%

Dalam Peraturan Direktur Jendral Pajak PER-Nomor 31/PJ/2012 Pasal 20

dijelaskan mengenai pajak penghasilan yang dikenakan bagi wajib pajak yang

tidak memiliki NPWP, yaitu bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal

21 yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh

Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) dari pada tarif yang

diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

Dalam Pasal 11 Peraturan Direktur Jendral Pajak nomor PER - 31/PJ/2012

dijelaskan besarnya PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) per tahun adalah

sebagai berikut:

1. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib

Pajak orang pribadi.

2. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib

Pajak yang kawin.

3. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap

anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus

serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3

(tiga) orang untuk setiap keluarga.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

14

Universitas Indonesia

Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut :

1. Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri.

2. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah

PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Dalam hal

karyawati kawin dapat menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah

Daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan bahwa

suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP

adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan

PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

Batas waktu pembayaran dan pelaporan untuk kewajiban perpajakan

bulanan pajak penghasilan PPh 21/26 adalah tanggal 10 bulan berikut dan tanggal

20 bulan berikut.

2.2.5 Cara perhitungan PPh Pasal 21

Dalam peraturan Direktur Jendral Pajak nomor PER - 31/PJ/2012

dijelaskan perhitungan mengenai PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap, yaitu dalam

pasal 10 dijelaskan :

1. Jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh penerima penghasilan

yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah seluruh jumlah

penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu periode atau pada saat

dibayarkan.

2. Penghasilan Kena Pajak:

a. Bagi Pegawai Tetap dan penerima pensiun berkala, sebesar penghasilan

neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

b. Bagi Pegawai Tidak Tetap, sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP.

c. Bagi Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c: seperti

tenaga ahli, pemain musik, dll, sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah

penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan.

3. Besarnya penghasilan neto bagi Pegawai Tetap yang dipotong PPh Pasal 21

adalah jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan:

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

15

Universitas Indonesia

a. Biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-

tingginya Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp.

6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun.

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana

pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau

badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang

dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan.

4. Besarnya penghasilan neto bagi penerima pensiun berkala yang dipotong PPh

Pasal 21 adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya

pensiun, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya

Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp2.400.000,00 (dua juta

empat ratus ribu rupiah) setahun.

5. Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap

bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan

atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri

Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (ayat 3).

Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang

dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian

penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan

dengan Peraturan Menteri Keuangan (ayat 4). Tarif pemotongan atas

penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tarif pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, kecuali ditetapkan lain

dengan Peraturan Pemerintah (ayat 5).

Dalam Pasal 1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER- Nomor 31/PJ/2012

tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan

Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, yang dimaksud dengan:

1. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi dengan

status sebagai Subjek Pajak dalam negeri yang menerima atau memperoleh

penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang tidak

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

16

Universitas Indonesia

dikecualikan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dari Pemotong PPh

Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan,

jasa atau kegiatan, termasuk penerima pensiun.

2. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan

perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis,

untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu

dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu,

penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja,

termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.

3. Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan

dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan

anggota dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak

untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh

penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.

4. Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya

menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja,

berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan

atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.

5. Penerima penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain Pegawai

Tetap dan Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh

penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal

21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan

perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan.

6. Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau

memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk

orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau

jaminan hari tua.

7. Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur adalah penghasilan bagi

Pegawai Tetap berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan, dan imbalan

dengan nama apapun yang diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan

yang ditetapkan oleh pemberi kerja, termasuk uang lembur.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

17

Universitas Indonesia

8. Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan

bagi Pegawai Tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang diterima

sekali dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus,

Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan

sejenis lainnya dengan nama apapun.

9. Masa Pajak terakhir adalah masa Desember atau masa pajak tertentu di mana

Pegawai Tetap berhenti bekerja.

2.2.6 Penghitungan PPh Pasal 21 Ekspatriat

Prinsip dalam penghitungan PPh Pasal 21 untuk ekspatriat dan non-

ekspatriat sama, yaitu total pendapatan (gaji, tunjangan-tunjangan, bonus dan lain-

lain) dikurangi pengurangan-pengurangan seperti biaya jabatan dan iuran pensiun

serta PTKP (forum pajak, 2001). Perbedaan penghitungan pajak ekspatriat dengan

non-ekspatriat timbul apabila ekspatriat tersebut tidak bekerja dan memeperoleh

penghasilan selama 12 bulan dalam setahun.

Dalam kasus yang demikian maka yang harus diperhatikan adalah:

1. Penghasilan neto ekspatriat harus disetahunkan.

2. Penghasilan neto yang disetahunkan dikurangi dengan PTKP untuk

memperoleh penghasilan kena pajak

3. PPh terhutang dihitung berdasarkan penghasilan kena pajak dari poin (2)

4. PPh terhutang diproratakan sejumlah bulan dimana ekspatriat memperoleh

penghasilan dalam setahun.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

18 Universitas Indonesia

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Profile PT CI

PT CI adalah perusahaan yang bergerak di bidang Ekspor - Impor barang

elektronik. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang usaha industri

elektronik audio headphone berupa earphone, headphone, headset, clip phone

dengan mengimpor peralatan dan suku cadang untuk keperluan pembuatan

barang-barang tersebut dan memasarkan produk tersebut ke pasar luar negeri

(ekspor).

PT CI berdiri sejak 20 Desember 1990 dan berkantor (Jakarta Office) di

Gedung Palma One lantai 9 suite 907, jalan HR. Rasuna Said Blok X-2 No.4 Setia

Budi. Pada awal pendiriannya pada tahun 1990, PT CI bernama PT SI dan pada

tahun 1992 perusahaan baru memulai untuk melakukan penjualan langsung

kepada pembeli (konsumen). Pada tahun 2003, perusahaan merubah nama dari PT

Shinwoo menjadi PT CI.

Visi dan Misi yang dimiliki perusahaan PT CI adalah sebagai berikut :

Visi Perusahaan

Go to Basic, Benefit & Responsibility ( B.B.R )

Misi Perusahaan

1. Memuaskan pelanggan melalui seluruh karyawan.

2. Menyelesaikan tanggung jawab masing-masing dengan penuh,

maka dapat memberikan hasil yang terjamin.

3. Dapat dipercaya oleh pelanggan, dengan harga yang terjangkau dan

pengiriman tepat pada waktunya.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

19

Universitas Indonesia

PT CI memiliki 2 lokasi kantor yang berada di Jakarta dan di Cileungsi,

Bogor (Pabrik) :

1. Kantor di Jakarta

Alamat: Gedung Palma One lantai 9 suite 907, jalan HR. Rasuna Said Blok X-

2 No.4 Setia Budi.

2. Kantor di Cileungsi (Pabrik)

Alamat: Kp. Rawahingkik Desa Limusnunggal, Cileungsi, Bogor.

Kantor yang berlokasi di Jakarta adalah kantor yang khusus digunakan

untuk bagian yang mengurus keuangan perusahaan seperti bagian Accounting,

Finance, dan Trading. Sedangkan kantor yang berlokasi di Cileungsi adalah

kantor sekaligus pabrik dimana sebagian besar keseluruhan proses operasional

perusahaan dilakukan.

3.2 Struktur Organisasi PT CI

PT CI memiliki 2 (dua) kantor, yaitu di Jakarta dan di Cileungsi. Kantor

yang berlokasi di Jakarta (Jakarta Office) adalah kantor yang khusus digunakan

untuk bagian Accounting, Finance, dan Trading dengan tugas :

1. Accounting

a. Input jurnal ekspor dan impor.

b. Input pembayaran hutang dan penerimaan piutang.

c. Input jurnal bank dan biaya-biaya.

d. Membuat laporan keuangan dan laporan pajak.

2. Finance

a. Pembayaran invoice hutang perusahaan.

b. Mengecek pemasukan perusahaan.

c. Pemeriksaan saldo kas dan bank.

3. Trading

a. Bertanggung jawab atas segala urusan dengan Bea Cukai.

b. Membuat Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan Pemberitahuan Impor

Barang (PIB).

c. Membuat Schedule Fowarder Export dan Import.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

20

Universitas Indonesia

d. Mengurus dokumen yang diperlukan untuk impor.

e. Menerbitkan laporan impor.

Sedangkan kantor yang berlokasi di Cileungsi merupakan kantor dimana

secara keseluruhan kegiatan operasional perusahaan dilakukan. Managing

Director adalah pimpinan dalam struktur organisasi perusahaan dan membawahi

Factory Manager dan Management Innovation. Factory Manager dan

Management Innovation membawahi beberapa bagian divisi yang bekerja di

Jakarta Office dan Cileungsi. Berikut uraian tugas Managing Director,

Management Innovation dan Factory Manager :

1. Managing Director

a. Menetapkan kebijaksanaan perusahaan secara keseluruhan.

b. Berkewajiban mengawasi pekerjaan Direktur.

c. Mengontrol pekerjaan dari Factory Manager.

d. Mengawasi pelaksanaan perusahaan secara umum untuk kemudian

melakukan perbandingan dengan arah dan tujuan serta kebijaksanaan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

2. Management Innovation

Bertugas membuat inovasi agar perusahaan lebih maju dikualitas (ISO), lebih

beradaptasi dengan teknologi yang ada sekarang (IT dan ERP).

3. Factory Manager

Bertugas mengawasi dan mengontrol setiap kegiatan yang dilakukan oleh

setiap bagian perusahaan.

Factory Manager dan Management Innovation membawahi bagian divisi

Administration, Production Control, Logistic, Production, Engineering, dan

Quality Control yang bekerja di kantor Cileungsi. Berikut secara ringkas struktur

organisasi PT CI yang bekerja di Jakarta Office maupun di Cileungsi di

gambarkan pada Gambar 1 struktur organisasi PT CI :

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

21

Universitas Indonesia

Gam

bar

1 S

truktu

r O

rgan

isas

i P

T C

I

Sum

ber

: D

ata

Str

ukt

ur

Org

anis

asi

Per

usa

haan

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

22

Universitas Indonesia

3.3 Pegawai PT CI dan Kewajiban PPh Pasal 21

Pegawai PT CI ada yang bekerja di Jakarta Office dan Cileungsi. Masing-

masing kantor harus melaporkan PPh 21 di KPP masing-masing daerah, maka dari

itu PT CI melapor PPh Pasal 21 di PMA (Jakarta) dan di KPP Cileungsi dan

melaporkannya berdasarkan tempat karyawan bekerja, jika karyawan itu bekerja

di Jakarta maka dilaporkan di PMA dan jika bekerja di Cileungsi maka di

laporkannya di KPP Cileungsi. PT CI melaporkan SPT PPh Pasal 21 dengan

menggunakan E-SPT.

Setiap NPWP pegawai PT CI terdaftar di KPP yang sesuai dengan alamat

pegawai tersebut, yaitu sesuai dengan tempat tinggal mereka. Secara keseluruhan

total pegawai PT CI berjumlah 4615 orang pegawai yang terdiri dari pegawai

yang bekerja di Jakarta dan Cileungsi.

3.1 Tabel Pegawai PT CI

Pegawai Jakarta Office Cileungsi

Staff 17 orang 131 orang

Ekspatriat 3 orang 19 orang

Buruh 0 4445 orang

Total 20 orang 4595 orang

Pegawai yang dikategorikan sebagai pegawai buruh pabrik PT CI adalah pegawai

tetap yang menerima penghasilan secara bulanan dan mendapatkan fasilitas

jaminan hari tua, jaminan kematian dan kecelakaan kerja. Sehingga untuk

penghitungan PPh Pasal 21 pegawai buruh menggunakan tarif pasal 17 UU No.36

tahun 2008. Pegawai buruh pabrik PT CI memiliki kontrak kerja dengan

perusahaan dengan jangka waktu kontrak selama :

1. Minimal 3 bulan

2. 6 bulan

3. 9 bulan

4. Dan maksimal lama kontrak kerja 1 tahun.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

23 Universitas Indonesia

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Pengolahan Data Rekap Gaji Untuk Penghitungan PPh Pasal 21

Pegawai PT CI

Dokumen yang diperlukan dalam penghitungan PPh Pasal 21 pegawai

staff, pegawai ekspatriat maupun pegawai buruh pabrik PT CI yang bekerja di

Cileungsi bersumber dari data rekap gaji bulan Januari-Desember tahun 2013.

Data rekap gaji tahun 2013 dibuat secara manual yang bersumber dari input data

gaji yang dilakukan setiap bulannya, dan rekap gaji tahun 2013 tersebut menjadi

sumber data utama yang akan diolah untuk penghitungan PPh Pasal 21. Berikut

proses pengolahan data dari data rekap gaji tahun 2013 yang kemudian di eksport

menjadi data excel yang diperlukan untuk import ke dalam program penghitungan

PPh Pasal 21 sampai import data ke dalam program SPT PPh Pasal 21 DJP :

1. Data rekap gaji tahun 2013 dicek apakah terdapat data pegawai yang double

entry sehingga namanya tercatat sebanyak 2 kali di dalam rekap gaji.

Pengecekan data karyawan yang double dilakukan berdasarkan nomor

rekening pegawai yang nantinya dijadikan sebagai ID pegawai.

Di data rekap gaji tahun 2013 PT CI ditemukan ada 2 (dua) orang pegawai

buruh yang memiliki nomor rekening yang sama dari total 4445 orang

pegawai buruh. Untuk pegawai yang memiliki nomor rekening yang sama

dilakukan identifikasi kembali ke bagian Human Resource Departement

(HRD) untuk memastikan nomor rekening yang benar, sehingga data rekap

gaji tidak ada yang memiliki nomor rekening yang sama (ID yang double).

2. Setelah data dicek dan sudah tidak terdapat data pegawai yang double,

kemudian dilakukan pengecekan masa kerja pegawai. Dari pengecekan masa

kerja pegawai tersebut ditemukan adanya pegawai yang broken period.

Pegawai broken period merupakan pegawai yang bekerja tidak full dalam

satu tahun. Pegawai broken period terbagi menjadi:

a. Pegawai yang mulai bekerja di pertengahan tahun.

b. Pegawai yang berhenti bekerja di pertengahan tahun.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

24

Universitas Indonesia

c. Pegawai yang masuk kerja dan berhenti kerja di pertengahan tahun

3. Setelah dilakukan pengecekan masa kerja pegawai, kemudian dilakukan

pengecekan untuk jumlah karyawan yang bekerja di setiap bulannya dan

jumlah pegawai yang baru masuk di setiap bulannya. Sehingga, dari hasil

pengecekan tersebut dapat diketahui jumlah pegawai yang baru masuk setiap

bulannya (bulan yang bersangkutan, misal bulan Februari) dan jumlah

pegawai yang existing ditambah dengan pegawai baru (jumlah pegawai yang

baru masuk di bulan Februari ditambah dengan jumlah pegawai yang sudah

bekerja dari Januari-Februari).

4. Untuk pegawai yang memiliki masa kerja broken period keluar masuk kerja,

terlebih dahulu dilakukan penghitungan untuk mengetahui penghasilan neto

sebelumnya dan PPh Pasal 21 sebelumnya yang digunakan untuk eksport data

ke dalam format excel untuk keperluan penghitungan PPh Pasal 21 di

program penghitungan PPh Pasal 21.

5. Setelah data rekap gaji diolah (langkah 1-4 sudah dilakukan), kemudian data

yang telah diolah tersebut dieksport ke dalam format excel yang nantinya

digunakan untuk import data ke dalam program penghitungan PPh Pasal 21.

Data yang dieksport ke dalam format excel adalah data gaji pegawai baru

yang baru masuk di bulan tersebut dan data penghasilan seluruh pegawai

yang dilakukan setiap bulan. Data yang dimaksud seperti :

a. Nama Pegawai

b. Alamat

c. NPWP

d. Status Kawin (TK, K)

e. PTKP (TK/0, K/1, K/2, K3)

f. Jenis Kelamin

g. Nomor Rekening (sebagai id)

h. Tanggal daftar NPWP

i. Tanggal masuk pegawai

j. Metode penghitungan (Gross up atau Non Gross Up)

k. Masa Kerja

l. Masa kerja sebelum

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

25

Universitas Indonesia

m. Penghasilan neto sebelumnya dan PPh Pasal 21 sebelumnya

n. Kewarganegaran

o. Jabatan

p. Gaji, JKK, JKM, JPK, JHT

Eksport data ini dilakukan secara per-bulan, yaitu dari data gaji bulan Januari

– Desember yang ada di rekap gaji yang telah diolah tersebut, sehingga pada

akhirnya akan menghasilkan worksheet perhitungan PPh Pasal 21 tahun 2013

PT CI. Dari worksheet tersebut dapat terlihat PPh Pasal 21 tahun 2013 tiap

pegawai maupun total PPh Pasal 21 tahun 2013 pegawai PT CI yang

terhutang atau harus dibayarkan.

6. Setelah worksheet PPh Pasal 21 tahun 2013 dibuat, maka data dari worksheet

tersebut akan diimport ke dalam program PPh Pasal 21 Direktorat Jendral

Pajak (DJP) untuk dapat menghasilkan SPT PPh Pasal 21 tahun 2013 maupun

Bukti Potong 1721 A1 bagi setiap pegawai PT CI.

4.2 Analisis dan Pembahasan Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai PT CI

Dalam menganalisis penghitungan PPh Pasal 21 pegawai PT CI, penulis

mengambil 6 (enam) sampel pegawai PT CI yang memiliki NPWP dan terdiri

dari:

1. Satu sampel pegawai staff yang memiliki masa kerja full setahun.

2. Dua sampel pegawai staff yang memiliki masa kerja broken period.

3. Dua sampel pegawai ekspatriat yang memiliki masa kerja broken period.

4. Satu sampel pegawai buruh yang memiliki masa kerja broken period.

Dari sampel tersebut, penulis akan menjelaskan penghitungan PPh Pasal 21 Masa

dimana pegawai tersebut baru mulai masuk kerja, dan PPh Pasal 21 Masa dimana

pegawai tersebut berhenti bekerja dan PPh Pasal 21 tahun 2013 (pada akhir

tahun), sehingga dapat terlihat adanya perbedaan cara penghitungan ataupun

jumlah PPh Pasal 21 yang terutang.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

26

Universitas Indonesia

Tabel 4.1 Sampel Data Pegawai PT CI Tahun 2013

4.2.1 Pegawai Staff

Dalam proses pengolahan data rekap gaji pegawai staff (Pegawai tetap)

untuk digunakan dalam penghitungan PPh Pasal 21 pegawai Staff PT CI,

ditemukan adanya karyawan yang mengalami masa kerja broken period dengan

kriteria:

1. Pegawai yang mulai bekerja di pertengahan tahun.

2. Pegawai yang berhenti bekerja di pertengahan tahun.

Tabel 4.2 - 4.7 memuat penghitungan PPh Pasal 21 Masa dan PPh Pasal

21 tahun 2013 Pegawai Staff PT CI berdasarkan sampel pada Tabel 4.1:

1. Pegawai staff A bekerja full satu tahun (12 bulan) dari bulan Januari–

Desember 2013 dengan menerima penghasilan sebagai berikut:

Gaji dan Uang Lembur pada bulan Januari : Rp. 7.289.810,-

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) : Rp.312.765,-/ bulan

JHT yang dibayarkan perusahaan : Rp. 160.950,-/ bulan

JHT yang dibayar karyawan : Rp. 87.000,-/ bulan

Total gaji dan Uang lembur Jan-Des 2013 : Rp. 114.696.070,-

THR : Rp. 13.802.148,-.

Status : K/3

No ID

PEGAWAI N A M A

STATUS STATUS

PEGAWAI

MASA KERJA MASA KERJA

AWAL

AKHIR

AWAL

AKHIR

P / L TK 1 1 2 2

1 3000000001 A L K/3 Staff 1 12

2 3000000002 B L K/1 Staff 1 4

3 3000000003 C P TK/0 Staff 2 12

4 3000000004 MR. K L K/2 Ekspatriat 1 7

5 3000000005 MR. L L K/2 Ekspatriat 8 12

6 3000000006 D P TK/0 Buruh 1 6 9 12

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

27

Universitas Indonesia

Tabel 4.2 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Januari

Pegawai Staff A

Gaji Bulan Januari

7.289.810

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) yang

dibayar perusahaan perbulan

312.765

Penghasilan Bruto 7.602.575

Pengurangan

1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan

Bruto) max. 6 juta/thn

380.129

2.. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT

Karyawan)

87.000

Total Pengurang 467.129

Penghasilan neto sebulan

7.135.446

Penghasilan neto setahun

85.625.355

PTKP (K/3)

*untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

2.025.000

*tambahan WP memiliki tanggungan

(2.025.000)

3 x

2.025.000 6.075.000

PTKP 32.400.000

Penghasilan Kena Pajak setahun (PKP)

53.225.355

Pembulatan

53.225.000

PPh Pasal 21 terutang setahun

2.983.750

PPh Pasal 21 bulan Januari (PPh

terutang : 12) 248.646

Dari penghitungan pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa PPh Pasal 21

masa Januari pegawai A tahun 2013 adalah sebesar Rp. 248.646,-.

Pegawai A memperoleh penghasilan yang berbeda setiap bulannya akibat

tambahan penghasilan yang diperoleh dari uang lembur, sehingga PPh Pasal 21

masa yang terutang setiap bulannya berbeda. Namun, dalam kasus ini

diasumsikan jumlah PPh Pasal 21 masa yang terutang setiap bulannya adalah

sama, yaitu sebesar Rp. 248.646,- dan pada saat akhir tahun perusahaan

melakukan penghitungan kembali untuk PPh Pasal 21 tahun 2013 yang terutang

dengan PPh Pasal 21 yang telah dipotong. Sehingga dapat diketahui PPh Pasal 21

yang lebih /atau kurang bayar. Dan juga pegawai A menerima THR pada bulan

Juli 2013. Berikut penghitungan PPh Pasal 21 akhir tahun 2013 Pegawai Staff A.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

28

Universitas Indonesia

Tabel 4.3 Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2013

Pegawai Staff A

Total Gaji Setahun

114.696.070

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) yang

dibayar perusahaan

3.753.180

THR

13.802.148

Penghasilan bruto 132.251.398

Pengurangan

1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan

Bruto) max. 6 juta/thn

6.000.000

2. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT

Karyawan)

1.044.000

Total Pengurang 7.044.000

Penghasilan neto setahun

125.207.398

PTKP (K/3)

*untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

2.025.000

*tambahan WP memiliki tanggungan

(2.025.000)

3 x

2.025.000 6.075.000

PTKP 32.400.000

Penghasilan Kena Pajak setahun (PKP)

92.807.398

Pembulatan

92.807.000

PPh Pasal 21 terutang setahun

8.921.050

PPh Pasal 21 yang telah dipotong

selama Januari - November 2013

(248.646x

11)

2.735.104

PPh Pasal 21 yang lebih (kurang)

bayar (PPh Pasal 21 bulan Januari-

November dikurangi PPh Pasal 21

terutang setahun) (6.185.946)

Dari penghitungan PPh Pasal 21 Masa maupun PPh Pasal 21 setahun

yaitu tahun 2013 pada tabel 4.2 dan 4.3 tidak memiliki perbedaan cara

penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang, hal ini dikarenakan:

a. Pada tabel 4.2, A memiliki masa kerja full setahun dari bulan Januari –

Desember 2013. Pada saat A mulai masuk bekerja pada bulan Januari, maka

penghitungan PPh Pasal 21 masa Januari memiliki asumsi bahwa pegawai A

memiliki masa kerja 12 bulan, yaitu pegawai A akan bekerja dari Januari –

Desember

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

29

Universitas Indonesia

b. Karena asumsi bahwa A akan bekerja selama setahun (12 bulan) maka

Penghasilan neto di bulan Januari pada tabel 4.2 dikali 12 dan jumlah

penghasilan neto setahun yang dihitung pada bulan Januari tersebut, jumlah

masa yang diperhitungkan sama dengan penghasilan neto setahun pada

penghitungan PPh Pasal 21 setahun seperti pada tabel 4.3 yaitu dari bulan

Januari-Desember.

c. Pada tabel 4.2, PPh Pasal 21 atas PKP dibagi 12 bulan untuk mengetahui

PPh Pasal 21 yang terutang di bulan Januari saja. Dan penghitungan PPh

Pasal 21 tahun 2013 pada tabel 4.3 dilakukan berdasarkan jumlah

penghasilan yang diperoleh A selama bekerja, yaitu selama setahun atau 12

bulan. Sehingga cara penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang adalah sama

berdasarkan lama masa kerja 12 bulan. Namun karena jumlah penghasilan

yang diperoleh A tidak sama setiap bulannya dan dipengaruhi oleh uang

lembur yang diperoleh pegawai A dan juga pada bulan Juli pegawai A

memperoleh THR, maka pada akhir tahun 2013 jumlah PPh Pasal 21 yang

telah dipotong selama Januari-November dengan Jumlah PPh Pasal 21 yang

terutang di tahun 2013 terdapat kurang bayar sebesar Rp.6.185.946,- (tabel

4.3). Hal ini disebabkan penghasilan neto yang diperoleh pegawai A hingga

akhir tahun (penghasilan neto setahun pada tabel 4.3) lebih besar dari pada

penghasilan neto setahun yang dihitung pada masa januari (Table 4.2).

2. Pegawai staff B memiliki masa kerja broken period berhenti bekerja di

pertengahan tahun. Pegawai B mulai bekerja dari bulan Januari-April 2013

dengan menerima penghasilan sebagai berikut:

Gaji dan Uang Lembur pada bulan Januari : Rp. 3.652.540,-

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) : Rp.197.725,-/ bulan

JHT yang dibayarkan perusahaan : Rp. 101.750,-/ bulan

JHT yang dibayar karyawan : Rp. 55.000,-/ bulan

Total gaji dan Uang lembur Jan-April 2013 : Rp. 14.715.380,-

Status : K/1

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

30

Universitas Indonesia

Tabel 4.4 – 4.5 menyajikan penghitungan PPh Pasal 21 masa dan

penghitungan kembali PPh Pasal 21 pegawai B yang terutang ketika pegawai B

berhenti bekerja namun tidak meninggalkan Indonesia.

Tabel 4.4 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Januari

Pegawai Staff B

Gaji Bulan Januari

3.652.540

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) yang

dibayar perusahaan perbulan

197.725

Penghasilan Bruto 3.850.265

Pengurangan

1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan

Bruto) max. 6 juta/thn

192.513

2.. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT

Karyawan)

55.000

Total Pengurang 247.513

Penghasilan neto sebulan

3.602.752

Penghasilan neto setahun

43.233.021

PTKP (K/1)

*untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

2.025.000

*tambahan WP memiliki tanggungan

(2.025.000)

1 x

2.025.000 2.025.000

PTKP 28.350.000

Penghasilan Kena Pajak setahun (PKP)

14.883.021

Pembulatan

14.883.000

PPh Pasal 21 terutang setahun

744.150

PPh Pasal 21 bulan Januari (PPh

terutang : 12) 62.013

Dari penghitungan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa penghitungan

PPh Pasal 21 pegawai B yang masuk kerja di bulan Januari memiliki asumsi masa

kerja selama 12 bulan (setahun). Sehingga penghasilan neto pegawai B adalah

setahun dan PPh Pasal 21 masa Januari pegawai B yang terutang setiap bulannya

adalah sebesar Rp. 62.013,-.

Pegawai B memperoleh penghasilan yang tidak sama setiap bulannya. Hal

ini dikarenakan B memperoleh tambahan penghasilan dari uang lembur yang

diterima setiap bulannya. Oleh karena dalam kasus ini diasumsikan jumlah PPh

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

31

Universitas Indonesia

Pasal 21 masa yang terutang setiap bulannya adalah sama, yaitu sebesar Rp.

62.013,- dan pada saat pegawai B berhenti kerja, maka dilakukan penghitungan

kembali untuk PPh Pasal 21 tahun 2013 yang terutang dengan PPh Pasal 21 yang

telah dipotong. Sehingga dapat diketahui PPh Pasal 21 yang lebih /atau kurang

bayar.

Berikut penghitungan kembali PPh Pasal 21 pegawai B yang terutang

ketika berhenti bekerja namun tidak meninggalkan Indonesia.

Tabel 4.5 Penghitungan Kembali PPh Pasal 21 Pegawai Staff B Yang Berhenti

Kerja Namun Tidak Meninggalkan Indonesia

Total Gaji Januari-April

14.715.380

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK)

yang dibayar perusahaan Jan-April

2013

790.900

Penghasilan bruto 15.506.280

Pengurangan

1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan

Bruto) max. 6 juta/thn

775.314

2. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT

Karyawan)

220.000

Total Pengurang 995.314

Penghasilan neto setahun

14.510.966

PTKP (K/1)

*untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

2.025.000

*tambahan WP memiliki

tanggungan (2.025.000) 1 x 2.025.000 2.025.000

PTKP 28.350.000

Penghasilan Kena Pajak setahun

(PKP)

0

Pembulatan

0

PPh Pasal 21 terutang setahun

0

PPh Pasal 21 yang telah dipotong

selama Januari - Maret 2013 (62.013x 3)

186.038

PPh Pasal 21 terutang bulan April

(PPh Pasal 21 terutang setahun- PPh

Pasal 21 yang telah dipotong bulan

Jan-Maret 2013)

0

PPh Pasal 21 yang lebih (kurang)

bayar (PPh Pasal 21 bulan Januari-

April dikurangi PPh Pasal 21

terutang setahun)

(186.038 +

0)- 0 186.038

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

32

Universitas Indonesia

Dari penghitungan pada tabel 4.4 dan 4.5 dapat diketahui bahwa pada saat

penghitungan PPh Pasal 21 akhir tahun, ada PPh Pasal 21 yang lebih bayar (tabel

4.5). Hal ini dikarenakan pada saat awal masuk pegawai B, penghitungan PPh

Pasal 21 masa pada tabel 4.4, masa kerja yang diperhitungkan adalah 12 bulan.

Namun, pada pertengahan tahun pegawai B berhenti kerja sehingga masa kerja

yang seharusnya diperhitungkan adalah sesuai dengan lama masa kerja pegawai B

yaitu 4 bulan dari Januari-April. Pada tabel 4.5 penghitungan kembali PPh Pasal

21 yang terutang pada saat B berhenti bekerja diperoleh PPh Pasal 21 pada akhir

tahun sebesar 0 (nol), sedangkan PPh Pasal 21 yang telah dibayar B selama

bekerja di bulan Januari-April sebelumnya adalah sebesar Rp. 186.038,- dan PPh

yang telah dipotong ini menyebabkan lebih bayar pada akhir tahun. PPh Pasal 21

yang lebih bayar tidak dikembalikan kepada pegawai B, hal ini dikarenakan PPh

Pasal 21 pegawai B yang terutang dibayarkan oleh perusahaan dan bukan

penambah penghasilan pegawai B (metode tidak gross up)

3. Pegawai staff C memiliki masa kerja broken period masuk kerja di pertengahan

tahun, yaitu mulai bekerja dari bulan Februari-Desember 2013 dengan

menerima penghasilan sebagai berikut:

Gaji dan Uang Lembur pada bulan Februari : Rp. 1.058.940,-

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) : Rp.98.465,-/ bulan

JHT yang dibayarkan perusahaan : Rp. 86.950,-/ bulan

JHT yang dibayar karyawan : Rp. 47.000,-/ bulan

Total gaji dan Uang lembur Feb-Des 2013 : Rp. 25.775.050,-

THR : Rp. 1.589.812,-

Status : TK/0

Pegawai C menerima Premi Jaminan dan JHT yang dibayarkan mulai pada

bulan Maret 2013.

Pada tabel 4.6 - 4.7 menyajikan penghitungan PPh Pasal 21 masa

September dan PPh Pasal 21 pegawai C pada akhir tahun 2013.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

33

Universitas Indonesia

Tabel 4.6 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Februari

Pegawai Staff C

Gaji Bulan Februari

1.058.940

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) yang dibayar

perusahaan bulan Februari

0

Penghasilan Bruto 1.058.940

Pengurangan

1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan Bruto) max. 6

juta/thn

52.947

2.. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT Karyawan)

0

Total Pengurang 52.947

Penghasilan neto sebulan

1.005.993

Penghasilan neto setahun (1.005.993x11)

11.065.923

PTKP (TK/0)

*untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

0

*tambahan WP memiliki tanggungan (2.025.000)

0

PTKP 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak setahun (PKP)

0

Pembulatan

0

PPh Pasal 21 terutang setahun

0

PPh Pasal 21 bulan Februari (PPh terutang : 11) 0

Dari penghitungan pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa penghitungan

PPh Pasal 21 pegawai C yang masuk kerja di bulan Februari memiliki asumsi

masa kerja selama 11 bulan yaitu dari bulan Februari – Desember 2013. PPh Pasal

21 masa Februari pegawai C yang terutang adalah sebesar Rp. 0,- karena

penghasilan yang diterima pegawai C pada bulan Februari lebih kecil dari pada

PTKP. Namun, selama bekerja pegawai C memperoleh gaji yang jumlahnya

berbeda setiap bulannya, hal ini dikarenakan ada tambahan penghasilan dari uang

lembur.

Dalam kasus ini diasumsikan jumlah PPh Pasal 21 masa yang terutang

setiap bulannya adalah sama, yaitu sebesar Rp. 0,- dan pada saat akhir tahun

perusahaan melakukan penghitungan kembali untuk PPh Pasal 21 tahun 2013

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

34

Universitas Indonesia

yang terutang dengan PPh Pasal 21 yang telah dipotong. Sehingga dapat diketahui

PPh Pasal 21 yang lebih /atau kurang bayar. Dan juga pegawai C menerima THR

pada bulan Juli 2013.

Berikut penghitungan PPh Pasal 21 akhir tahun 2013 Pegawai Staff C.

Tabel 4.7 Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2013

Pegawai Staff C

Total Gaji Setahun Februari-Desember 2013

25.775.050

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) yang dibayar

perusahaan (Maret-Desember 2013)

984.650

THR

1.589.812

Penghasilan bruto 28.349.512

Pengurangan

1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan Bruto) max. 6 juta/thn

1.417.476

2.. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT Karyawan)

470.000

Total Pengurang 1.887.476

Penghasilan neto setahun

26.462.036

PTKP (TK/0)

*untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

0

*tambahan WP memiliki tanggungan (2.025.000)

0

PTKP 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak setahun (PKP)

2.162.036

Pembulatan

2.162.000

PPh Pasal 21 terutang setahun

108.100

PPh Pasal 21 yang telah dipotong selama Februari -

November 2013

0

PPh Pasal 21 yang lebih (kurang) bayar (PPh Pasal 21

bulan Februari-November dikurangi PPh Pasal 21

terutang setahun) (108.100)

Dari penghitungan PPh Pasal 21 pada tabel 4.6 dan 4.7 dapat diketahui

bahwa pegawai yang masuk kerja di pertengahan tahun, pada akhir tahun PPh

Pasal 21 yang terutang adalah kurang bayar. Hal ini dikarenakan penghitungan

PPh Pasal 21 Masa pada tabel 4.6, jumlah penghasilan neto yang diterima

pegawai C lebih kecil dari PTKP sehingga PPh Pasal 21 yang terutang adalah nol,

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

35

Universitas Indonesia

namun pada saat akhir tahun jumlah penghasilan neto pegawai B lebih besar dari

PTKP sehingga ada PPh Pasal 21 yang terutang. Akan tetapi, dalam melakukan

penghitungan penghasilan neto setahun, jumlah masa kerja yang diperhitungkan

adalah sama yaitu setahun sesuai dengan lama masa kerja pegawai B yaitu 11

bulan.

4.2.1 Pegawai Ekspatriat

Pegawai ekspatriat PT CI memiliki kontrak kerja yang biasanya hanya 1

tahun, dan jika kontrak kerja habis dapat langsung dilakukan perpanjangan

kontrak kerja jika ekspatriat tersebut ingin tetap bekerja di PT CI.

Dalam proses pengolahan data rekap gaji pegawai ekspatriat untuk

digunakan dalam penghitungan PPh Pasal 21 pegawai ekspatriat PT CI,

ditemukan adanya karyawan yang memiliki masa kerja broken period dengan

kriteria yang sama dengan permasalahan yang ada pada pegawai tetap (staff),

yaitu :

1. Pegawai yang mulai bekerja di pertengahan tahun.

2. Pegawai yang berhenti bekerja di pertengahan tahun.

Tabel 4.8 - 4.11 memuat penghitungan PPh Pasal 21 Masa dan PPh Pasal

21 tahun 2013 Pegawai Ekspatriat PT CI berdasarkan sampel pada Tabel 4.1 :

1. Pegawai yang berhenti kerja di pertengahan tahun dengan nama Mr.K yang

mulai bekerja di bulan Januari dan berhenti kerja di bulan Juli 2013, dengan

menerima penghasilan sebagai berikut:

Gaji bulan Januari : Rp. 61.359.768,-

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) : Rp. 414.400,-/ bulan

JHT yang dibayarkan perusahaan : Rp. 407.000,-/ bulan

JHT yang dibayar karyawan : Rp. 220.000,-/ bulan

Total gaji Jan-Juli 2013 : Rp. 422.430898,-

Status : K/2

Untuk penghitungan PPh Pasal 21 masa Januari diasumsikan masa kerja Mr.K

adalah 12 bulan dari bulan Januari – Desember 2013.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

36

Universitas Indonesia

Tabel 4.8 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Januari

Pegawai Mr.K

Gaji Bulan Januari

61.359.768

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) yang

dibayar perusahaan perbulan

414.400

Penghasilan Bruto 61.774.168

Pengurangan 1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan

Bruto) max. 6 juta/thn

500.000

2.. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT

Karyawan)

220.000

Total Pengurang 720.000

Penghasilan neto sebulan

61.054.168

Penghasilan neto setahun (12 x

Penghasilan Neto)

732.650.016

PTKP (K/2) *untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

2.025.000

*tambahan WP memiliki tanggungan

(2.025.000) 2 x

2.025.000 4.050.000

PTKP 30.375.000

Penghasilan Kena Pajak setahun (PKP)

702.275.016

Pembulatan

702.275.000

PPh Pasal 21 terutang setahun

155.682.500

PPh Pasal 21 bulan Januari (PPh terutang

: 12) 12.973.542

Dari penghitungan pada tabel 4.8 diasumsikan masa kerja Mr.K adalah 12

bulan, yaitu sampai pada akhir tahun 2013, dan PPh Pasal 21 masa Januari Mr.K

yang terutang adalah sebesar Rp. 12.973.542,-. Gaji yang diterima Mr.K berupa

mata uang dollar dan dikonversi ke dalam rupiah dengan dikalikan kurs KMK

pada saat pembayaran untuk kegunaan penghitungan PPh Pasal 21 masa. Dalam

kasus ini diasumsikan jumlah PPh Pasal 21 masa yang terutang setiap bulannya

adalah sama, yaitu sebesar Rp. 12.973.542,- dan pada saat akhir tahun perusahaan

melakukan penghitungan kembali untuk PPh Pasal 21 tahun 2013 yang terutang

dengan PPh Pasal 21 yang telah dipotong. Sehingga dapat diketahui PPh Pasal 21

yang lebih /atau kurang bayar.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

37

Universitas Indonesia

Berikut penghitungan PPh Pasal 21 akhir tahun 2013 Pegawai Mr.K.

4.9 Tabel Penghitungan Kembali PPh Pasal 21 Bagi Pegawai Mr.K Yang Berhenti

Bekerja Dan Meninggalkan Indonesia

Total Gaji Jan-Juli

422.430.898

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK)

yang dibayar perusahaan Jan-Juni

(414.400 x6)

2.486.400

Penghasilan bruto 424.917.298

Pengurangan

1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan

Bruto) max. 6 juta/thn (Rp. 500.000 x

7)

3.500.000

2.. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT

Karyawan)

1.320.000

Total Pengurang 4.820.000

Penghasilan neto

420.097.298

Penghasilan neto disetahunkan (12/7

x Penghasilan Neto)

720.166.797

PTKP (K/2)

*untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

2.025.000

*tambahan WP memiliki tanggungan

(2.025.000)

2 x

2.025.000 4.050.000

PTKP 30.375.000

Penghasilan Kena Pajak disetahunkan

(PKP)

689.791.797

Pembulatan

689.791.000

PPh Pasal 21 terutang atas PKP

151.937.300

PPh Pasal 21 terutang disetahunkan

(151.937.300 x 7/12)

88.630.092

PPh Pasal 21 yang telah dipotong

sampai dengan Juni 2013 (12.973.542

x 6)

77.841.250

PPh Pasal 21 terutang bulan Juli 2013

(88.630.092 - 77.841.250)

10.788.842

PPh Pasal 21 yang telah dipotong

selama Januari - Juli 2013

88.630.092

PPh Pasal 21 yang lebih (kurang)

bayar

(88.630.092-

88.630.092) 0

Dari penghitungan kembali PPh Pasal 21 pada saat Mr. K berhenti bekerja

di bulan Juli pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa PPh Pasal 21 yang terutang

pada bulan Juli adalah Rp. 10.788.842 dan PPh Pasal 21 yang lebih atau kurang

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

38

Universitas Indonesia

bayar adalah nol. Hal ini dikarenakan penghitungan penghasilan neto dan PPh

Pasal 21 bagi ekspatriat ketika berhenti bekerja (broken period) adalah

disetahunkan.

2. Pegawai yang masuk kerja di pertengahan tahun dengan nama Mr.L yang

mulai bekerja pada bulan Agustus – Desember 2013 dengan menerima

penghasilan sebagai berikut:

Gaji bulan Agustus : Rp. 65.938.410,-

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) : Rp. 414.400,-/ bulan

JHT yang dibayarkan perusahaan : Rp. 407.000,-/ bulan

JHT yang dibayar karyawan : Rp. 220.000,-/ bulan

Total gaji Agustus-Desember 2013 : Rp. 354.916.990,-

Status : K/2

Tabel 4.10 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Agustus

Pegawai Mr.L

Gaji Bulan Agustus

65.938.410

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) yang

dibayar perusahaan perbulan

414.400

Penghasilan Bruto 66.352.810

Pengurangan 1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan Bruto)

max. 6 juta/thn

500.000

2.. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT Karyawan)

220.000

Total Pengurang 720.000

Penghasilan neto sebulan

65.632.810

Penghasilan neto setahun/ disetahunkan (65.632.810x12)

787.593.720

PTKP (K/2) *untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

2.025.000

*tambahan WP memiliki tanggungan

(2.025.000) 2 x 2.025.000 4.050.000

PTKP 30.375.000

Penghasilan Kena Pajak setahun (PKP)

757.218.720

Pembulatan

757.218.000

PPh Pasal 21 terutang setahun

172.165.400

PPh Pasal 21 bulan Agustus (PPh terutang :

12) 14.347.117

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

39

Universitas Indonesia

Dari penghitungan PPh Pasal 21 masa Agustus Mr.L pada tabel 4.10 dapat

diketahui bahwa PPh Pasal 21 masa Agustus yang terutang adalah sebesar Rp.

14.347.117,- Gaji yang diterima Mr.L berupa mata uang dollar dan dikonversi ke

dalam rupiah dengan dikalikan kurs KMK pada saat pembayaran untuk kegunaan

penghitungan PPh Pasal 21 masa.

Dalam kasus ini diasumsikan jumlah PPh Pasal 21 masa yang terutang

setiap bulannya adalah sama, yaitu sebesar Rp. 14.347.117,- dan pada saat akhir

tahun perusahaan melakukan penghitungan kembali untuk PPh Pasal 21 tahun

2013 yang terutang dengan PPh Pasal 21 yang telah dipotong. Sehingga dapat

diketahui PPh Pasal 21 yang lebih /atau kurang bayar. Karena Mr.L masuk kerja

dipertengahan tahun, maka PPh Pasal 21 yang terutang adalah PPh Pasal 21 yang

disetahunkan dimana penghasilan neto Mr.L adalah disetahunkan, yaitu dikali 12

bulan dan bukan dikali dengan lama masa kerja Mr.L. Berikut penghitungan PPh

Pasal 21 Mr. L pada saat akhir tahun 2013.

Pada tabel 4.11 dapat diketahui bahwa penghitungan PPh Pasal 21 pada

akhir tahun Mr.L adalah PPh Pasal 21 disetahunkan. Hal ini dikarenakan Mr.L

adalah pegawai non-lokal yang masuk kerja dipertengahan tahun. Pada tabel 4.11

PPh Pasal 21 yang terutang pada akhir tahun adalah kurang bayar sebesar Rp.

53.717.574,-. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan jumlah penghasilan yang

diterima hingga akhir tahun karena adanya perbedaan penggunaan nilai kurs untuk

konversi penghasilan yang diterima Mr.L dari dollar menjadi rupiah pada saat

melakukan penghitungan PPh Pasal 21. Jumlah penghasilan neto disetahunkan

pada penghitungan PPh Pasal 21 masa Agustus (tabel 4.10) lebih kecil dari pada

jumlah penghasilan neto disetahunkan pada akhir tahun 2013 (tabel 4.11)

sehingga pada akhir tahun PPh Pasal 21 yang terutang adalah kurang bayar.

Berikut penghitungan PPh Pasal 21 tahun 2013 pegawai Mr.L.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

40

Universitas Indonesia

Tabel 4.11 Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2013

Pegawai Mr.L

Total Gaji Agustus-Desember

354.916.990

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) yang dibayar

perusahaan hingga Desember

2.486.400

Penghasilan bruto 357.403.390

Pengurangan

1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan Bruto) max.

6 juta/thn (Rp. 500.000 x 5)

2.500.000

2.. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT Karyawan)

1.320.000

Total Pengurang 3.820.000

Penghasilan neto

353.583.390

Penghasilan neto disetahunkan (12/5 x

Penghasilan Neto)

848.600.136

PTKP (K/2)

*untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

2.025.000

*tambahan WP memiliki tanggungan

(2.025.000)

2 x

2.025.000 4.050.000

PTKP 30.375.000

Penghasilan Kena Pajak disetahunkan (PKP)

818.225.136

Pembulatan

818.225.000

PPh Pasal 21 terutang atas PKP

190.467.500

PPh Pasal 21 terutang disetahunkan

(190.467.500 x 5/12)

79.361.458

PPh Pasal 21 yang telah dipotong selama

Agustus- November 2013

57.388.468

PPh Pasal 21 yang lebih (kurang) bayar (21.972.990)

Dari penghitungan PPh Pasal 21 Masa dan PPh Pasal 21 tahun 2013

pegawai ekspatriat ditemukan adanya perbedaan penghitungan PPh Pasal 21 bagi

pegawai ekspatriat yang memiliki masa kerja broken period jika dibandingkan

dengan cara penghitungan PPh Pasal 21 pegawai tetap (staff) yang juga memiliki

masa kerja broken period.

Dalam kasus ini, untuk pegawai ekspatriat, PPh Pasal 21 yang dikenakan

harus disetahunkan. Berbeda dengan pegawai tetap (Staff) atau pegawai buruh

yang mulai bekerja di pertengahan tahun atau berhenti bekerja di pertengahan

tahun, PPh Pasal 21 tidak disetahunkan, tetap dihitung setahun. Maksud dari PPh

Pasal 21 disetahunkan dengan PPh Pasal 21 setahun adalah:

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

41

Universitas Indonesia

PPh Pasal 21 disetahunkan (ekspatriat dengan status berhenti bekerja dan

meninggalkan Indonesia) memiliki arti bahwa PPh Pasal 21 yang dikenakan

harus dihitung selama full satu tahun atau dengan kata lain 12 bulan walaupun

pegawai tersebut hanya bekerja selama misalnya 8 bulan. Jika lama masa kerja

pegawai tersebut hanya selama 8 bulan, namun PPh Pasal 21 yang dikenakan

tetap dihitung selama setahun yaitu 12 bulan.

PPh Pasal 21 setahun memiliki arti bahwa PPh Pasal 21 yang dikenakan

dihitung hanya berdasarkan lama masa kerja pegawai tersebut, misal jika

bekerja hanya selama 8 bulan berarti PPh Pasal 21 yang dikenakan hanya

selama 8 bulan tersebut dan tidak perlu disetahunkan.

Penghitungan PPh Pasal 21 Masa dan PPh Pasal 21 tahun 2013 pegawai

ekspatriat PT CI pada tabel 4.8 sampai tabel 4.11 dapat diketahui bahwa tidak ada

perbedaan dalam penghitungan PPh Pasal 21 antara pegawai ekspatriat yang

berhenti bekerja di pertengahan tahun dengan pegawai yang mulai masuk kerja di

pertengahan tahun. Untuk penghitungan kembali PPh pasal 21 bagi pegawai

ekspatriat yang berhenti bekerja di pertengahan tahun, dan yang baru masuk

bekerja di pertengahan tahun adalah sama cara perhitungannya, yaitu PPh Pasal

21 disetahunkan dimana penghasilan neto dikali 12 bulan, dan untuk PPh Pasal 21

Masa yang terutang dibagi 12.

4.2.2 Pegawai Buruh

Dalam proses pengolahan data rekap gaji pegawai buruh untuk digunakan

dalam penghitungan PPh Pasal 21 pegawai buruh PT CI, ditemukan adanya

karyawan yang mengalami masa kerja broken period dengan kriteria:

1. Pegawai yang mulai bekerja di pertengahan tahun.

2. Pegawai yang berhenti bekerja di pertengahan tahun.

3. Pegawai yang masuk kerja dan berhenti kerja di pertengahan tahun atau keluar

masuk kerja. Kriteria pegawai yang keluar masuk kerja hanya terjadi pada

pegawai buruh PT CI dan tidak ditemukan pada pegawai staff dan ekspatriat.

Permasalahan yang ditemukan dalam pengolahan data rekap gaji buruh

pabrik yang kemudian digunakan untuk perhitungan PPh Pasal 21 pegawai buruh

PT CI memiliki perbedaan tersendiri jika dibandingkan dengan permasalahan

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

42

Universitas Indonesia

yang ditemukan dalam pengolahan data rekap gaji pegawai staff maupun pegawai

ekspatriat.

Perbedaan ini terjadi dikarenakan perbedaan status pegawai dan kontrak

kerja yang dimiliki antara pegawai buruh, staff, dan ekspatriat. Pegawai buruh

adalah pegawai tidak tetap yang memiliki kontrak kerja 3 bulan, 6 bulan atau 9

bulan dengan maksimal lama kontrak kerja hanya 1 tahun. Jika pegawai buruh

sudah bekerja selama 1 tahun di PT CI, pegawai tersebut harus berhenti bekerja.

Jika buruh tersebut ingin bekerja lagi harus menunggu satu bulan kemudian

melamar kerja kembali dan membuat perjanjian kontrak kerja lagi. Hal ini

dilakukan agar status pegawai buruh sebagai pegawai tidak tetap, tetap dapat

diakui karena masa kerjanya yang maksimal hanya 1 tahun.

Pegawai buruh PT CI adalah pegawai tetap yang memiliki kontrak kerja

dan menerima penghasilan yang dibayarkan secara bulanan dan menerima

tunjangan seperti JKK, JKM, JPK, dan JHT, dan juga ada yang mendapatkan

THR yang tergantung dari masa kerjanya. Sehingga cara penghitungan PPh Pasal

21 bagi pegawai buruh sama dengan cara penghitungan PPh Pasal 21 pegawai

staff.

Berikut penghitungan PPh Pasal 21 masa dan PPh Pasal 21 tahun 2013

pegawai buruh D yang memiliki masa kerja broken period, yaitu bekerja dari

bulan Januari kemudian berhenti di bulan Juni dan masuk kerja kembali pada

bulan September – Desember 2013 dengan menerima penghasilan sebagai

berikut:

Gaji bulan Januari : Rp. 3.000.000,-

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) : Rp. 87.994,-/ bulan

JHT yang dibayarkan perusahaan : Rp. 77.704,-/ bulan

JHT yang dibayar karyawan : Rp. 42.002,-/ bulan

Total gaji Januari-Juni 2013 : Rp. 16.752.690,-

Gaji bulan September : Rp. 2.705.084,-

Total gaji September-Desember 2013 : Rp. 13.390.930,-

Status : TK/0

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

43

Universitas Indonesia

Tabel 4.12 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Januari

Pegawai Buruh D

Gaji + Uang Lembur Bulan Januari

3.000.000

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) yang dibayar perusahaan

perbulan

87.994

Penghasilan Bruto 3.087.994

Pengurangan

1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan Bruto) max. 6 juta/thn

154.400

2.. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT Karyawan)

42.002

Total Pengurang 196.402

Penghasilan neto sebulan

2.891.592

Penghasilan neto setahun (12 x Penghasilan Neto Sebulan)

34.699.108

PTKP (TK/0)

*untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

0

*tambahan WP memiliki tanggungan (2.025.000)

0

PTKP 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak setahun (PKP)

10.399.108

Pembulatan

10.399.000

PPh Pasal 21 terutang setahun

519.950

PPh Pasal 21 bulan Januari (PPh Pasal 21 terutang : 12) 43.329

Dari penghitungan PPh Pasal 21 masa pegawai D pada tabel 4.12 dapat

diketahui PPh Pasal 21 masa Januari yang terutang adalah sebesar Rp. 43.329,-.

Jumlah penghasilan yang diperoleh D tidak sama setiap bulannya karena

dipengaruhi oleh tambahan penghasilan dari uang lembur yang diperoleh pegawai

D, maka PPh Pasal 21 yang terutang setiap bulannya seharusnya berbeda. Oleh

karena itu, dalam kasus ini diasumsikan PPh Pasal 21 masa yang terutang setiap

bulannya adalah sama yaitu sebesar Rp. 43.329,- dan baru pada akhir tahun 2013

dilakukan penghitungan kembali jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong dengan

Jumlah PPh Pasal 21 yang terutang di tahun 2013, sehingga dapat diketahui PPh

Pasal 21 yang lebih /atau kurang bayar. Selain itu, penghitungan pada tabel 4.12

diasumsikan pegawai buruh D akan bekerja hingga akhir tahun. Sehingga

penghasilan neto pegawai D adalah setahun, yaitu dikali dengan 12 bulan. Namun,

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

44

Universitas Indonesia

pada bulan Juni pegawai D berhenti bekerja dan dilakukan penghitungan kembali

PPh Pasal 21 yang terutang ketika D berhenti bekerja.

Berikut penghitungan kembali PPh Pasal 21 pegawai D yang berhenti

bekerja pada bulan Juni 2013.

Tabel 4.13 Penghitungan Kembali PPh Pasal 21 Pegawai Buruh D Yang Berhenti

Kerja Namun Tidak Meninggalkan Indonesia

Total Gaji + Uang Lembur Bulan

Januari - Juni 2013

16.752.690

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK)

yang dibayar perusahaan

527.964

Penghasilan bruto 17.280.654

Pengurangan 1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan

Bruto) max. 6 juta/thn

864.033

2.. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT

Karyawan)

252.012

Total Pengurang 1.116.045

Penghasilan neto Januari-Juni 2013

16.164.609

PTKP (TK/0) *untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

0

*tambahan WP memiliki

tanggungan (2.025.000)

0

PTKP 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak setahun

(PKP)

0

Pembulatan

0

PPh Pasal 21 terutang setahun

(Januari-Juni)

0

PPh Pasal 21 yang telah dipotong

selama Januari - Mei 2013 5 x 43.329

216.645

PPh Pasal 21 yang terutang di

bulan Juni

0

PPh Pasal 21 yang lebih (kurang)

bayar 216.645

Pada tabel 4.13 penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang selama D

bekerja di bulan Januari- Juni adalah 0 (nol). Namun karena pada bulan Januari

asumsi masa kerja pegawai D adalah 12 bulan, maka PPh Pasal 21 masa yang

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

45

Universitas Indonesia

terutang atas penghasilan yang diperoleh D adalah Rp. 43.329, dan PPh Pasal 21

yang sudah dibayar dari Januari- Mei adalah Rp. 216.645 (Rp. 43.329 x 5).

Sehingga dalam penghitungan kembali PPh Pasal 21 ketika D berhenti bekerja di

bulan juni mengakibatkan posisi lebih bayar. Lebih bayar tersebut tidak

dikembalikan kepada D karena PPh Pasal 21 yang terutang ditanggung dan

dibayarkan oleh perusahaan.

Berikut penghitungan PPh Pasal 21 masa September ketika dimana

pegawai D mulai masuk kerja kembali.

Tabel 4.14 Penghitungan PPh Pasal 21 Masa September

Pegawai Buruh D

Gaji + Uang Lembur Bulan September

2.705.084

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) yang

dibayar perusahaan

87.994

Penghasilan bruto 2.793.078

Pengurangan

1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan Bruto)

max. 6 juta/thn

139.654

2.. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT

Karyawan)

42.002

Total Pengurang 181.656

Penghasilan neto sebulan

2.611.422

Penghasilan neto sebelumnya (Januari-Juni

2013)

16.164.609

Penghasilan neto setahun ((2.611.422 x 4)

+ Penghasilan neto sebelumnya))

26.610.298

PTKP (TK/0)

*untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

0

*tambahan WP memiliki tanggungan

(2.025.000)

0

PTKP 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak setahun (PKP)

2.310.298

Pembulatan

2.310.000

PPh Pasal 21 atas PKP

115.500

PPh Pasal 21 dipotong sebelumnya

(16.164.609-

24.300.000) x

5%

0

PPh Pasal 21 setahun

115.500

PPh Pasal 21 bulan September (PPh

Pasal 21 terutang : 4) 28.875

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

46

Universitas Indonesia

Pada tabel 4.14 dapat diketahui PPh Pasal 21 masa September adalah sebesar Rp.

28.875,-. Sebelumnya, pegawai buruh D sudah pernah bekerja di bulan Januari-

Juni 2013, sehingga dalam penghitungan PPh Pasal 21 masa September harus

diperhatikan mengenai jumlah penghasilan neto sebelumnya dan PPh Pasal 21

yang telah di potong sebelumnya, karena hal ini akan mempengaruhi jumlah PPh

Pasal 21 pegawai buruh D yang terutang di bulan September.

Berikut penghitungan PPh Pasal 21 pegawai buruh D pada akhir tahun

2013.

Tabel 4.15 Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2013

Pegawai Buruh D

Total Gaji + Uang Lembur Bulan September -

Desember 2013

13.390.930

Premi Jaminan (JKK, JKM, JPK) yang dibayar

perusahaan

351.976

Penghasilan bruto 13.742.906

Pengurangan

1. Biaya jabatan (5% x Penghasilan Bruto) max.

6 juta/thn

687.145

2.. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT Karyawan)

168.008

Total Pengurang 855.153

Penghasilan neto September - Desember 2013

12.887.753

Penghasilan neto sebelumnya

16.164.609

Penghasilan neto setahun

29.052.362

PTKP (TK/0)

*untuk WP sendiri (24.300.000)

24.300.000

*tambahan WP kawin (2.025.000)

0

*tambahan WP memiliki tanggungan

(2.025.000)

0

PTKP 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak setahun (PKP)

4.752.362

Pembulatan

4.752.000

PPh Pasal 21 terutang setahun

237.600

PPh Pasal 21 yang telah dipotong selama

Januari - Mei 2013 5 x 43.329

216.646

PPh Pasal 21 yang telah dipotong selama

September - November 2013 3 x 28.875

86.625

Total PPh Pasal 21 yang telah dipotong

303.271

PPh Pasal 21 yang lebih (kurang) bayar 65.671

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

47

Universitas Indonesia

Dari penghitungan PPh Pasal 21 pegawai buruh yang memiliki masa kerja

broken period keluar masuk kerja, maka dapat diketahui:

a. Penghitungan PPh Pasal 21 pegawai yang memiliki masa kerja berhenti di

pertengahan tahun dan kemudian masuk kerja kembali di pertengahan tahun

harus memperhatikan dan memasukan penghasilan neto sebelumnya dan PPh

pasal 21 yang telah dipotong sebelumnya ke dalam penghitungan seperti pada

tabel 4.14 dan 4.15. Hal ini dikarenakan akan mempengaruhi jumlah PPh Pasal

21 masa yang terutang pada masa pegawai tersebut mulai bekerja kembali

seperti pada tabel 4.14 penghitungan PPh Pasal 21 Masa September pegawai

buruh D.

b. Penghitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai buruh (lokal) yang berhenti bekerja

di pertengahan tahun atau masuk kerja di pertengahan tahun berbeda dengan

penghitungan PPh Pasal 21 pegawai ekspatriat (non-lokal). Penghitungan PPh

Pasal 21 masa dan PPh Pasal 21 setahun pegawai lokal yang memiliki masa

kerja berhenti kerja di pertengahan tahun atau masuk kerja di pertengahan

tahun tidak perlu disetahunkan seperti penghitungan PPh Pasal 21 ekspatriat.

c. Pegawai lokal yang berhenti bekerja di pertengahan tahun atau baru masuk

kerja di pertengahan tahun dengan jumlah penghasilan yang diterima berbeda

setiap bulannya akan menyebabkan lebih /atau kurang bayar pada akhir tahun

penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang. Seperti yang terjadi pada pegawai

buruh D dimana penghasilan yang diterima berbeda setiap bulannya karena ada

tambahan uang lembur yang diperoleh D, maka pada akhir tahun penghitungan

PPh Pasal 21 terdapat PPh Pasal 21 lebih bayar sebesar Rp. 65.671 (Tabel

4.15). Hal ini disebabkan PT CI melakukan penghitungan PPh Pasal 21 Masa

ketika buruh D bekerja kembali dengan memperhitungkan PPh Pasal 21

sebelumnya yang sebenarnya terutang (Rp. 0,- seperti pada tabel 4.14) dan

bukan yang sudah dipotong perusahaaan (Rp. 216.645,- seperti pada tabel

4.13). Sehingga, pada akhir tahun PT CI akan mengembalikan PPh Pasal 21

lebih bayar (tabel 4.15) yang telah dipotong pada periode kerja sebelumnya

yaitu penghitungan pada tabel 4.13.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

48

Universitas Indonesia

4.3 Kepatuhan PT CI Sebagai Pemotong PPh Pasal 21

Kepatuhan PT CI sebagai pemotong pajak dalam melakukan pemotongan,

pembayaran, dan pelaporan PPh Pasal 21 dapat terlihat dari:

1. Cara penghitungan PPh Pasal 21 pegawai yang bekerja sudah tepat, hal ini

dapat dilihat dengan status pegawai PT CI, yaitu:

a. Pegawai buruh merupakan pegawai tetap yang mendapatkan penghasilan

yang dibayarkan secara bulanan dan memiliki kontrak kerja selama 3 bulan,

6 bulan, atau 9 bulan dan maksimal 1 tahun. Penghitungan PPh Pasal 21

untuk pegawai buruh sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang

berlaku, dimana pegawai tetap dikenakan tarif pasal 17 UU No.36 tahun

2008 atas penghasilan kena pajak yang diperoleh dari penghasilan neto

setahun dikurang PTKP. Hal tersebut sesuai dengan isi peraturan perpajakan

PER- No.31/PJ/2012 Pasal 14 ayat (1) nomor 1 yaitu:

Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak

Penghasilan diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari:

1. Pegawai tetap.

2. Penerima pensiun berkala yang dibayarkan secara bulanan.

3. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang dibayarkan secara

bulanan.

Dan PPh Pasal 21 yang terutang bagi pegawai tetap yang memiliki masa

kerja broken period adalah setahun. Hal ini sudah sesuai dengan peraturan

Surat Direktur Jendral Pajak Nomor S - 958/PJ.311/2002 berdasarkan KEP-

545/PJ/2000 Pasal 22 ayat 2 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan,

Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan 21 dan Pasal 26 Sehubungan

dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi dimana dalam

peraturan S - 958/PJ.311/2002 tersebut dijelaskan bahwa penghitungan

penghasilan neto tidak disetahunkan bagi :

1. Pegawai tetap yang kewajiban pajak subjektifnya sudah berada sejak

awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan Januari.

2. Pegawai tetap yang kewajiban pajak subjektifnya berada sejak awal

tahun, tetapi berhenti bekerja dalam tahun berjalan.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

49

Universitas Indonesia

b. Penghitungan PPh Pasal 21 pegawai staff yang merupakan pegawai tetap PT

CI sudah sesuai dengan peraturan perpajakan, yaitu sesuai dengan PER-No.

31/PJ/2012 Pasal 14 ayat (1). Cara penghitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai

staff yang keluar atau masuk kerja dipertengahan tahun juga sudah sesuai

dengan peraturan yang berlaku yaitu PPh Pasal 21 setahun dan tidak

disetahunkan (Surat Direktur Jendral Pajak Nomor S - 958/PJ.311/2002).

c. Penghitungan PPh Pasal 21 pegawai ekspatriat yang merupakan pegawai

non-lokal sudah sesuai dengan peraturan perpajakan PER-No.31/PJ/2012

pasal 7 ayat (1) dimana gaji yang diterima dalam bentuk mata uang asing

sudah dikalikan dengan kurs KMK pada saat pembayaran penghasilan.

Penghitungan PPh Pasal 21 menggunakan tarif PPh Pasal 17 UU No.36

tahun 2008 dan bagi pegawai ekspatriat yang memiliki status berhenti

bekerja dan meninggalkan Indonesia atau dengan kata lain berhenti bekerja

di pertengahan tahun dan juga tidak memiliki masa kerja full selama satu

tahun, penghitungan PPh Pasal 21 nya adalah PPh Pasal 21 disetahunkan,

dan ini sudah sesuai dengan peraturan PER 31/PJ/2012 Pasal 11 ayat (6) dan

Pasal 14 ayat (6) dan Surat Direktur Jendral Pajak Nomor S -

958/PJ.311/2002 tentang perlakuan PPh Pasal 21 terhadap Pegawai yang

Berhenti Bekerja dalam Tahun Berjalan, dimana dalam peraturan tersebut

dijelaskan penghitungan penghasilan neto disetahunkan bagi:

1. Pegawai yang merupakan pendatang dari luar negeri, yang mulai

bekerja di Indonesia dalam tahun berjalan.

2. Pegawai dari luar negri (ekspatriat) yang baru berada di Indonesia dalam

tahun takwim yang bersangkutan atau pendatang dari luar negeri yang

berhenti bekerja dalam tahun berjalan.

3. Pegawai yang berhenti bekerja karena meninggalkan Indonesia untuk

selama-lamanya.

4. Pegawai yang pindah ke kantor pusat atau cabang lainnya pada pemberi

kerja yang sama.

5. Pegawai yang berhenti bekerja karena meninggal dunia.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

50

Universitas Indonesia

d. Dari hasil analisis penghitungan PPh Pasal 21 pegawai staff, pegawai

ekspatriat, dan pegawai buruh PT CI yang memiliki masa kerja full setahun

ataupun yang memiliki masa kerja broken period dapat dilihat adanya

perbedaan dan persamaan dalam proses penghitungan PPh Pasal 21 bagi

pegawai lokal dan pegawai ekspatriat (non-lokal) tersebut. Secara ringkas

perbedaan dan persamaan tersebut dapat dijelaskan seperti pada tabel 4.16.

Tabel 4.16 Hasil Analisis Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai Staff, Ekspatriat dan

Pegawai Buruh

Keterangan Pegawai Lokal (Staff dan Buruh) Pegawai Ekspatriat

1. Dasar

Pengenaan

Pajak (DPP)

Penghasilan neto setahun. Penghasilan neto

disetahunkan.

2. Penghasilan

Neto pegawai

broken period

Sesuai dengan lama masa kerja

pegawai.

Disetahunkan, yaitu dikali 12

bulan.

3. Tarif Pajak

yang

dikenakan

Tarif Pasal 17 UU No.36 tahun

2008.

Tarif Pasal 17 UU No.36 tahun

2008.

4. Pembulatan

PKP

Pembulatan kebawah dalam

ribuan (.000)

Pembulatan kebawah dalam

ribuan (.000)

5. Penghitungan

PPh Pasal 21

Masa

pegawai

mulai bekerja

di bulan

Januari -

Desember

-Penghasilan neto sebulan dikali

12.

-PPh Pasal 21 terutang di bulan

Januari diperoleh dari PPh Pasal

21 atas PKP dibagi 12

- Tidak ada lebih atau kurang

bayar

-Penghasilan neto sebulan dikali

12.

-PPh Pasal 21 terutang di bulan

Januari diperoleh dari PPh Pasal

21 atas PKP dibagi 12

-Tidak ada lebih atau kurang

bayar

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

51

Universitas Indonesia

Keterangan Pegawai Lokal (Staff dan Buruh) Pegawai Ekspatriat

6. PPh Pasal 21

pegawai yang

berhenti

kerja di

pertengahan

tahun

-Penghitungan kembali PPh

Pasal 21 pada saat pegawai

tersebut berhenti sesuai

dengan jumlah masa kerja,

dimana penghasilan neto

dikali jumlah masa kerja.

-Dapat menimbulkan Lebih bayar

pada akhir tahun.

-Penghitungan kembali PPh Pasal 21

pada saat pegawai tersebut berhenti

bekerja, dimana penghasilan neto

harus disetahunkan dan PPh Pasal 21

yang terutang adalah PPh Pasal 21

disetahunkan.

-Tidak menimbulkan lebih bayar

atau kurang bayar sebab PPh

Pasal 21 disetahunkan.

7. PPh Pasal 21

pegawai yang

masuk kerja

di

pertengahan

tahun

-PPh Pasal 21 yang terutang

adalah setahun, yaitu sesuai

dengan lama masa kerja

pegawai tersebut. (Penghasilan

neto sebulan dikali dengan

jumlah masa kerja sampai akhir

tahun)

-PPh Pasal 21 yang terutang adalah

disetahunkan, yaitu dimana

penghasilan neto sebulan yang

diperoleh pada masa Ia mulai

bekerja dikalikan 12, dan untuk

PPh Pasal 21 yang terutang dibagi

12. (Bukan dikalikan atau dibagi

sesuai dengan lama masa kerja

dimana Ia mulai bekerja hingga

akhir tahun)

8. PPh Pasal 21

pegawai yang

keluar masuk

kerja

-Apabila pegawai keluar masuk

kerja, untuk penghitungan PPh

Pasal 21 masa ketika Ia mulai

masuk kerja kembali harus

memperhitungkan Penghasilan

neto sebelumnya dan PPh Pasal

21 sebelumnya.

-Penghitungan PPh Pasal 21

tahun 2013 adalah PPh Pasal 21

setahun sesuai dengan lama

masa kerja pegawai.

-Dapat menimbulkan lebih

bayar pada akhir tahun apabila

jumlah penghasilan yang

diterima sama.

-Tidak ada pegawai ekspatriat PT

CI yang memiliki masa kerja

broken period keluar masuk

kerja.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

52

Universitas Indonesia

2. Bagi pegawai yang tidak memiliki NPWP, dalam penghitungan PPh Pasal 21

nya, PT CI melakukan penghitungan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi

20% dan hal ini sudah sesuai dengan PER-No.31/PJ/2012 Pasal 20 ayat (1).

Di tahun 2013 banyak pegawai yang belum memiliki NPWP, sedangkan PPh

Pasal 21 seluruh pegawai ditanggung atau dibayarkan oleh perusahaan. PPh

Pasal 21 yang dibayarkan perusahaan bukan merupakan tunjangan bagi

pegawai sehingga perhitungan PPh Pasal 21 pegawai adalah tidak gross up dan

PPh Pasal 21 tersebut menjadi beban perusahaan. Banyaknya pegawai yang

belum memiliki NPWP menyebabkan semakin besarnya PPh Pasal 21 yang

harus dibayarkan oleh perusahaan dan beban PPh Pasal 21 yang ditanggung

perusahaan menjadi sangat besar.

Seharusnya PT CI dapat melakukan tindakan tegas bagi pegawai yang tidak

memiliki NPWP agar seluruh pegawai wajib memiliki NPWP, dan jumlah PPh

Pasal 21 yang terutang dan dibayar oleh perusahaan tidak besar. Hal tersebut

dilakukan agar PT CI dapat menghemat atau saving dari cost yang dikeluarkan

untuk membayar PPh Pasal 21 yang besar akibat banyaknya pegawai yang

tidak memiliki NPWP dan terutang PPh Pasal 21. Tabel 4.17 menyajikan

jumlah saving atas PPh Pasal 21 pegawai yang tidak ber-NPWP jika menjadi

ber-NPWP.

Tabel 4.17 Potensi Saving atas Jumlah PPh Pasal 21 Pegawai Ber-

NPWP dan Tidak Ber-NPWP

Pegawai Total

Pegawai

Pegawai

Tidak

Ber-

NPWP

Pegawai

Tidak Ber-

NPWP dan

Terutang

PPh Pasal

21

Jumlah PPh

Terutang Pasal

21 Pegawai

Tidak Ber-

NPWP

Jumlah PPh

Terutang Pasal

21 Jika Pegawai

Memiliki NPWP

Potensi Saving

Staff 131 56 10 Rp. 4.547.400 Rp. 3.789.500 Rp. 757.900

Ekspatriat 19 3 3 Rp. 110.145.380 Rp. 91.787.816 Rp. 18.357.564

Buruh 4445 3294 552 Rp. 197.306.690 Rp. 164.422.242 Rp. 32.884.448

TOTAL 4595 3353 565 Rp. 311.999.470 Rp. 259.999.558 Rp. 51.999.912

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

53

Universitas Indonesia

Dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa dari total keseluruhan pegawai PT CI,

72,65% tidak memiliki NPWP dan jumlah pegawai yang tidak memiliki NPWP

dan terutang PPh Pasal 21 cukup banyak yaitu sejumlah 565 orang pegawai

dari 3353 orang pegawai yang tidak memiliki NPWP, atau sekitar 16,85% dari

total pegawai yang tidak ber-NPWP. Dari data pada tabel 4.17 diketahui bahwa

perusahaan dapat melakukan saving sebesar Rp. 51.999.912,- jika seluruh

pegawai yang tidak memiliki NPWP dan terutang PPh Pasal 21 menjadi

memiliki NPWP, dan beban PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan dapat

berkurang sebesar Rp. 51.999.912,-.

Akibat PPh Pasal 21 tahun 2013 yang terlalu besar dan harus ditanggung

perusahaan, maka mulai tahun 2014 PT CI menerapkan kebijakan dimana PPh

Pasal 21 pegawai tidak lagi ditanggung oleh perusahaan, namun ditanggung

oleh pegawai dan mengurangi penghasilan pegawai tersebut. Jika dilihat dari

kebijakan perusahaan pada tahun 2013 dimana PPh Pasal 21 ditanggung

perusahaan seluruhnya membuat beban perusahaan menjadi sangat besar. PPh

Pasal 21 yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan tunjangan bagi

karyawan, sehingga pengeluaran perusahaan untuk menanggung PPh Pasal 21

pegawai tidak dapat dibebankan secara fiskal dalam menghitung PPh Badan.

Oleh karena itu, selain menerapkan kebijakan dimana PPh Pasal 21 pada tahun

2014 ditanggung oleh pegawai, PT CI juga dapat menerapkan alternatif

kebijakan dengan memberikan tunjangan pajak (gross up) bagi pegawainya

agar secara fiskal dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung PPh

badan.

3. Terdapat pegawai ekspatriat PT CI yang berhenti kerja dan meninggalkan

Indonesia, sehingga NPWP yang dimiliki pegawai ekspatriat tersebut harus

dicabut. Namun, PT CI tidak melakukan pencabutan atas NPWP pegawai

ekspatriat yang berhenti kerja dan meninggalkan Indonesia, karena pencabutan

atau melanjutkan NPWP tergantung pada personal ekspatriat yang

bersangkutan dan kewajiban perusahaan adalah membuat dan memberikan

bukti potong PPh Pasal 21. Seharusnya, PT CI melakukan pencabutan atas

NPWP pegawai ekspatriat yang berhenti bekerja dan meninggalkan Indonesia

tersebut. Hal ini dikarenakan, jika NPWP tersebut tidak dicabut akan

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

54

Universitas Indonesia

menyebabkan masih adanya anggapan bahwa ekspatriat tersebut masih bekerja

di Indonesia dan masih memiliki kewajiban untuk membayar PPh Pasal 21,

padahal ekspatriat tersebut sudah tidak bekerja di Indonesia.

4. PT CI melakukan pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 21 masa tahun 2013

sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku yaitu paling lambat tanggal

10 bulan berikut dan tanggal 20 bulan berikut walaupun ada beberapa kali

pembayaran dan pelaporan yang terlambat seperti yang tertera pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Penghitungan Tax Exposure Denda Pajak

MASA REVISI KE

TGL SETOR TGL LAPOR JUMLAH PPh 21 Tax Exposure Keterlambatan

Pembayaran

Tax Exposure Keterlambatan

Pelaporan

JANUARI 0 11/02/2013 20/02/2013 87.375.500 1.747.510 0

FEBRUARI 0 13/03/2013 20/03/2013 87.435.500 1.748.710 0

13/03/2013 18.428.452 368.569 0

MARET 0 10/04/2013 18/04/2013 78.575.500 0 0

APRIL 0 10/05/2013 17/05/2013 78.837.700 0 0

MEI 0 10/06/2013 20/06/2013 78.845.500 0 0

JUNI 0 10/07/2013 17/07/2013 78.847.750 0 0

JULI 0 12/08/2012 20/08/2013 150.748.500 3.014.970 0

AGUSTUS 0 10/09/2013 19/09/2013 75.374.250 0 0

SEPTEMBER 0 10/10/2013 21/10/2013 76.575.500 0 100.000

OKTOBER 0 08/11/2013 20/11/2013 76.800.000 0 0

NOVEMBER 0 10/12/2013 20/12/2013 74.800.500 0 0

DESEMBER 0 10/01/2014 20/01/2014 1.216.157.990 0 0

Total 2.178.802.642 6.879.759 100.000

Untuk PPh Pasal 21 Masa yang terlambat dibayarkan dan dilaporkan, maka PT

CI berkewajiban untuk membayar sanksi administratif dengan membayar

denda sebesar Rp. 100.000,- untuk keterlambatan penyampaian Surat

Pemberitahuan Masa (terlambat lapor) yang sesuai dengan Undang-Undang

No.28 tahun 2007 pasal 7 ayat (1), dan dikenai sanksi administratif berupa

bunga sebesar 2% perbulan untuk keterlambatan dalam melakukan pembayaran

PPh Pasal 21 Masa yang sesuai dengan Undang-Undang No.28 tahun 2007

pasal 9 ayat (2a). Berdasarkan data pada tabel 4.18 diketahui bahwa PT CI

beberapa kali terlambat dalam melakukan pembayaran PPh Pasal 21, sebagai

contoh pada bulan Januari PT CI terlambat melakukan pembayaran PPh Pasal

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

55

Universitas Indonesia

21 setelah satu hari dari tanggal batas waktu pembayaran, sehingga sanksi

administratif yang dikenakan berupa bunga sebesar 2% atas keterlambatan

pembayaran tersebut, dimana terlambat satu hari berarti dianggap satu bulan,

yaitu sebesar:

2% X 1 ( 1 bulan) X Rp. 87.375.500,- = Rp. 1.747.510,-

Selain itu, PT CI sudah memiliki kewajiban dalam menggunakan E-SPT baik

untuk pelaporan SPT PPh Pasal 21 di Jakarta dan di Cileungsi. Hal ini

dikarenakan PT CI melakukan pemotongan terhadap pegawai yang jumlahnya

lebih dari 20 orang dalam satu masa pajak dan kewajiban PT CI dalam

menggunakan E-SPT tersebut sudah mengikuti peraturan PER-No.14/PJ/2013

Pasal 3 (3) dan PER- No.6/PJ/2009.

5. PT CI membuat dan memberikan bukti potong PPh Pasal 21 1721 A1 atas

penghasilan yang diterima pegawainya setiap akhir tahun, baik pegawai staff,

ekspatriat, maupun buruh. Pembuatan dan pemberian bukti potong kepada

pegawai staff, ekspatriat dan pegawai buruh sudah mengikuti peraturan

perpajakan, yaitu sesuai dengan PER-No.31/PJ/2012 Pasal 23 dan PER-

No.14/PJ/2013.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

56 Universitas Indonesia

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Proses pengolahan data rekap gaji dan penghitungan PPh Pasal 21 pegawai

PT CI sudah dilakukan dengan baik. Dalam proses pengolahan data dan penghitungan

PPh Pasal 21 tersebut dapat diketahui:

Pegawai yang memiliki masa kerja full setahun tidak memiliki perbedaan cara

penghitungan PPh Pasal 21. PPh Pasal 21 masa yang terutang adalah PPh Pasal 21

atas penghasilan yang jumlahnya sama diterima setiap bulannya hingga pada akhir

tahun tidak ada lebih/atau kurang bayar.

Pegawai yang memiliki masa kerja broken period memiliki perbedaan cara

penghitungan PPh Pasal 21, dimana bagi pegawai staff dan buruh PPh Pasal 21

yang terutang adalah setahun, sedangkan untuk pegawai ekspatriat PPh Pasal 21

yang terutang adalah disetahunkan, dan lama masa kerja menjadi hal yang perlu

diperhatikan dalam melakukan penghitungan.

Dalam hal kepatuhan, PT CI sudah melakukan kewajibannya sebagai

pemotong PPh Pasal 21 dengan baik dalam hal:

Melakukan penghitungan PPh Pasal 21 pegawai staff, ekspatriat dan pegawai

buruh, PT CI sudah mengikuti ketentuan perpajakan yang berlaku. Bagi pegawai

yang tidak memiliki NPWP, PT CI melakukan penghitungan PPh Pasal 21 dengan

menerapkan tarif lebih tinggi 20%.

PT CI sudah mengikuti ketentuan perpajakan yang berlaku dalam hal membuat

dan memberikan bukti potong 1721 A1 bagi pegawai staff, ekspatriat, dan buruh

setiap akhir tahun.

Namun, PT CI belum melakukan pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 21 sesuai

dengan ketentuan perpajakan yang berlaku yaitu paling lambat tanggal 10 dan tanggal

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

57

Universitas Indonesia

20 bulan berikut, karena masih ada keterlambatan dalam melakukan pembayaran dan

pelaporan PPh Pasal 21.

5.2 Saran

Banyaknya jumlah pegawai yang dimiliki PT CI membuat proses pembuatan

rekap gaji yang dilakukan secara manual memiliki risiko yang besar pada terjadinya

human eror dan juga membutuhkan waktu yang lama, sehingga penerimaan data

rekap gaji yang terlambat sering terjadi dan menyebabkan penghitungan PPh Pasal

21 dilakukan secara terburu-buru. Selain itu, PT CI memiliki jumlah pegawai buruh

yang cukup banyak dengan tingkat keluar masuk pegawai yang cukup tinggi. Hal ini

mengakibatkan banyaknya jumlah pegawai buruh yang memiliki masa kerja broken

period dengan kriteria yang beragam, sehingga hal ini membuat perusahaan akan

membutuhkan waktu yang lama dalam proses penghitungan PPh Pasal 21 dan

pembuatan bukti potong pegawai. Dan juga, banyaknya pegawai yang tidak memiliki

NPWP membuat beban PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan sangat besar.

Untuk itu, penulis menyarankan PT CI untuk:

1. Menambah lagi karyawan yang mengerti tentang akuntasi dan pajak, sehingga

proses merekap data gaji, pengolahan data dan penghitungan PPh Pasal 21 dapat

dilakukan dengan baik dan tidak terburu-buru karena dapat dilakukan pembagian

tugas kerja.

2. Menggunakan program untuk menginput data rekap gaji sangat diperlukan karena

pembuatan rekap gaji secara manual dengan jumlah pegawai yang sangat banyak

dapat menimbulkan risiko besar dan human eror.

3. Mengubah kebijakan yang lebih tegas mengenai PPh Pasal 21 pegawai, dimana

pegawai yang tidak memiliki NPWP harus segera diwajibkan membuat NPWP

agar beban PPh Pasal 21 yang dibayar perusahaan tidak terlalu besar dan

perusahaan dapat melakukan saving.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

58 Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Indonesian Tax Review. (2013). Keunikan PPh Ekspatriat. Dwimingguan Volume

VI/Edisi 13/2013, p. 6.

Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor

KEP.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja

Waktu Tertentu.

Ortax . (2014, May). Artikel. Retrieved from Ortax - Obeservation & Research Of

Taxation: www.ortax.org.

Ortax. (2009). Susunan Dalam Satu NAskah 9 (Sembilan) Undang-Undang

Perpajakan. Jakarta: PT Integral Data Prima.

Ortax. (2014, May). Forum Diskusi. Retrieved from Ortax - Obeservation &

Research Of Taxation: www.ortax.org.

Pajak, D. J. (2009). Peraturan Direktur Jendral Pajak PER-Nomor 31/ PJ/2009

tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan

Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal

26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

Jakarta: Direktur Jendral Pajak.

Pajak, D. J. (2014, April). Artikel. Retrieved from Kementerian Keuangan

Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak: www.pakak.go.id.

Peraturan Direktur Jendral Pajak PER-Nomor 31/PJ/2012 Tentang Pedoman

Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan

Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

Peraturan Direktur Jendral Pajak PER-Nomor 14/PJ/2013 Tentang Bentuk, Isi,

Tata Cara Pengisisan dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 serta Bukti Pemotongan Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26.

Surat Direktur Jendral Pajak Nomor S - 958/PJ.311/2002 Tentang Perlakuan PPh

Pasal 21 terhadap Pegawai yang Berhenti Bekerja dalam Tahun Berjalan.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ...

59

Universitas Indonesia

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 Tentang

Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak.

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan.

Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Penghitungan PPh…., Nenih Apriani, FE UI, 2014