UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA...
Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA...
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG
JALAN PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA
PERIODE 04 MARET 2013 – 30 APRIL 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
CYNTIANI, S. Farm. 1206312914
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAMPROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG
JALAN PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA
PERIODE 04 MARET 2013 – 30 APRIL 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
CYNTIANI, S. Farm. 1206312914
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAMPROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh:
Nama : Cyntiani
NPM : 1206312914
Program Studi : Apoteker - Fakultas Farmasi UI
Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. SOHO
Industri Pharmasi Kawasan Industri Pulogadung Jalan
Pulogadung No. 6 Jakarta Periode 04 Maret 2013 – 30
April 2013
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh
gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
iii
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan PKPA dan penyusunan
laporan PKPA ini. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menempuh ujian
akhir Apoteker pada Fakultas Farmasi Unversitas Indonesia. Pada penyelesaian
penyusunan laporan ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dan mengarahkan, yaitu kepada:
1. Ibu Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt., sebagai Quality Assurance Department
Head dan pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk mengenal Departemen Quality Assurance di PT. SOHO Industri
Pharmasi.
2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
3. Bapak Dr. Harmita, Apt., sebagai ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia.
4. Bapak Dr. Iskandarsyah M.S., Apt., sebagai pembimbing dari Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia yang sudah membimbing dan mendukung
penulis.
5. Ibu Dra. Lily Sutedjo, Apt., sebagai Quality Operation Division Head yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenal Divisi Quality
Operation di PT. SOHO Industri Pharmasi.
6. Seluruh manajer dan karyawan di PT. SOHO Industri Pharmasi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu atas kesediannya membantu dan memberikan
pengarahan selama praktek kerja profesi apoteker ini.
7. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
8. Bapak dan Ibuku setra keluarga yang tidak putus memberikan dukungan moril
maupun materi, penghiburan, kekuatan, serta doa untuk penulis selama
penyusunan laporan ini.
iv
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
9. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 atas dukungan dan kerja sama selama
ini.
10. Seluruh pihak yang telah membantu baik moril maupun materil selama
pelaksanaan PKPA dan penyusunan laporan ini yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih belum sempurna
sehingga penulis memohon maaf atas segala kesalahan yang ada. Penulis
menerima dengan tangan terbuka segala saran maupun kritik yang bersifat
membangun bagi penyusunan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek
Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat
dan semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
2013
v
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
LAPORAN PRAKTEK KERJA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Cyntiani
NPM : 1206312914
Program Studi : Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis karya : Karya Akhir
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI
KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG
JALAN PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA
PERIODE 04 MARET 2013 – 30 APRIL 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak
menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 29 Juli 2013
Yang menyatakan
Cyntiani
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
viii
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat merupakan sarana utama yang digunakan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan bahkan untuk menyelamatkan jiwa manusia.
Penyediaan obat merupakan kewajiban pemerintah serta institusi pelayanan
kesehatan publik dan swasta, karena obat bukan hanya untuk perdagangan saja
tetapi mempunyai fungsi di bidang sosial.
Industri farmasi merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
memegang penting dalam penyediaan obat yang bermutu. Berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi mempunyai kontribusi signifikan dalam
pengembangan produk baru pada industri farmasi. Dewasa ini, industri farmasi di
Indonesia berkembang cukup pesat dan merupakan pasar farmasi terbesar di
kawasan ASEAN. Tentunya iklim kompetisi akan berlangsung semakin ketat
dengan adanya berbagai persyaratan dari pemerintah untuk menjamin
ketersediaan obat yang bermutu, aman serta berkhasiat. Upaya yang dilakukan
pemerintah untuk mewujudkan penyediaan obat yang bermutu, aman, dan
berkhasiat antara lain dengan menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang
Baik). CPOB ini mutlak harus diterapkan oleh industri farmasi baik pemilik
modal asing maupun pemilik modal dalam negeri.
Sesuai dengan pedoman CPOB, mutu obat bergantung pada bahan awal,
proses pembuatan, pengawasan mutu, peralatan, bangunan dan personalia yang
terlibat. Berdasarkan hal tersebut maka seorang apoteker diperlukan untuk
mengawasi seluruh kegiatan produksi dan berperan untuk meningkatkan
kesadaran penuh personalia dalam CPOB agar dapat berperan aktif sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Apoteker sebagai salah satu pihak yang dapat terjun
langsung dalam kegiatan kefarmasian yang dapat memberikan kontribusi pikiran
serta tenaga maksimal untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produk
farmasi.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu sarana bagi
calon apoteker untuk mendapatkan pengalaman praktis dan pemahaman yang
1 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
2
lebih tentang tugas dan fungsi apoteker di industri farmasi. Oleh karena itu,
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama
dengan PT. SOHO Industri Pharmasi mengadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA), mahasiswa calon apoteker diharapkan mampu mengembangkan ilmu
yang telah didapatkan ke dalam dunia kerja. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) dimulai tanggal 4 Maret – 30 April 2013.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
industri farmasi adalah sebagai berikut:
a. Memahami penerapan CPOB di industri Farmasi (PT. SOHO Industri
Pharmasi).
b. Memahami tugas dan tanggung jawab apoteker di industri farmasi (PT.
SOHO Industri Pharmasi).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1. Industri Farmasi
2.1.1. Pengertian Industri Farmasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, usaha industri farmasi wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
b. Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk dalam
golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi
narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.1.2. Persyaratan Usaha Industri Farmasi
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas :
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu.
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
kefarmasian.
Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB. Pemenuhan
persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku
selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai
persyaratan dan tata cara sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala Badan Pengawasan
Obat dan Makanan. Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI dengan
3 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
4
rekomendasi dari kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM).
Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut
berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri
farmasi yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan
persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi
wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundangundangan.
Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat izin usaha industri wajib:
a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya
yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat
atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam satu tahun. Laporan industri
farmasi disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI dengan tembusan kepada Kepala Badan.
Laporan dapat dilaporkan secara elektronik.
b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta
pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup
akibat kegiatan industri farmasi yang dilakukannya.
c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, bahan
baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutannya dan keselamatan kerja.
d. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berlaku
bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk
melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi
2.1.3. Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi
Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan Kepala
Badan POM. Pedoman mengenai pembinaan ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pengawasan terhadap industri farmasi
dilakukan oleh Kepala Badan POM. Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga
pengawas dapat melakukan pemeriksaan dengan :
a. Memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan pembuatan,
penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat untuk
memeriksa, meneliti dan mengambil contoh segala sesuatu yang digunakan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
5
dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan
obat dan bahan obat.
b. Membuka dan meneliti kemasan obat dan bahan obat.
c. Memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan
mengenai kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan
obat dan bahan obat.
d. Mengambil gambar (foto) seluruh atau sebagian fasilitas dan peralatan yang
digunakan dalam pembuatan, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau
perdagangan obat dan bahan obat.
Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri
Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa:
a. Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala Badan POM).
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan
obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, atau
mutu (diberikan oleh Kepala Badan POM).
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala Badan POM).
d. Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala Badan POM).
e. Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan POM).
f. Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan POM).
Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal :
a. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi dan
perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
6
b. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-turut 3 (tiga)
kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar.
c. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis terlebih
dahulu dari menteri.
d. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
e. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan
2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik
2.2.1. Manajemen Mutu
Manajemen mutu atau Quality Management merupakan suatu upaya yang
dilakukan oleh industri farmasi untuk memastikan bahwa seluruh aspek yang
berkenaan dengan produksi obat memenuhi pedoman yang berlaku, yaitu Cara
Pembuatan Obat yang Baik agar produk obat yang dihasilkannya memenuhi
persyaratan keamanan, mutu, dan efikasi secara reprodusibel dan konsisten.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pembentukan kebijakan mutu yang
memerlukan partisipasi dan komitmen dari seluruh jajaran di semua departemen
dalam perusahaan, pemasok dan distributor.
Terdapat 2 unsur dasar dari manajemen mutu, yakni tersedianya suatu
sistem (quality system) yang mencakup seluruh struktur organisasi, prosedur,
proses dan sumber data, serta terdapatnya tindakan sistematis yang dapat
memastikan bahwa produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut sebagai pemastian
mutu (Quality Assurance). Secara sederhana, pemastian mutu merupakan suatu
sistem yang memastikan bahwa segala aspek yang berhubungan dengan produksi
obat diatur dan dikendalikan serta memenuhi CPOB sehingga mutu obat yang
dihasilkan selalu terjamin. Aspek tersebut bisa secara tunggal atau kolektif
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
7
membentuk suatu sistem. Oleh karena itu, sistem pemastian mutu yang benar
dalam suatu industri farmasi harus dapat memastikan bahwa:
a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memperhatikan
persyaratan CPOB dan Cara Berlaboratorium yang Baik;
b. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan CPOB
diterapkan;
c. Tanggung jawab manajerial diruaikan dengan jelas dalam uraian jabatan;
d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan pasokan dan penggunaan bahan awal
dan pengemas yang benar;
e. Dilakukannya pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan-selama-
proses lain, dan validasi;
f. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses, pengemasan,
dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan
untuk distribusi;
g. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian pemastian mutu
menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum;
h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa produk disimpan
dan didistribusikan secara sedemikian rupa agar mutu tetap terjaga selama
masa edar/simpan obat;
i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu secara berkala;
j. Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui;
k. Penyimpangan yang terjadi dilaporkan, diselidiki, dan dicatat;
l. Tersedianya sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada
mutu produk;
m. Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui; dan
n. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses,
dan memastikan perbaikan yang berkesinambungan.
Salah satu bagian dari pemastian mutu adalah penerapan CPOB di suatu industri farmasi, yang berfungsi untuk memastikan bahwa obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
8
tujuan penggunaannya, yang dipersyaratkan dalam izin edar, dan spesifikasi
produk. Persyaratan dasar dari CPOB mencakup aspek:
a. Proses produksi dan titik kritisnya;
b. Sarana produksi (personel; bangunan; peralatan; bahan, wadah, dan label;
prosedur dan instruksi, serta tempat penyimpanan dan transportasi);
c. Sistem dokumentasi dan catatan pembuatan;
d. Sistem penyimpanan dan distribusi;
e. Sistem penarikan kembali; serta
f. Penanganan terhadap keluhan produk yang telah beredar.
Salah satu bagian dari CPOB adalah pengawasan mutu (Quality Control).
Bagian ini berhubungan dengan pengambilan sampel, penentuan spesifikasi, dan
pengujian sampel. Selain itu, bagian ini memastikan bahwa melalui pengujian
tersebut, bahan yang belum diluluskan tidak akan digunakan dalam proses
produksi, serta produk yang belum dinilai mutunya dan dinyatakan memenuhi
syarat tidak akan diluluskan untuk dijual atau dipasok.
Pengawasan mutu juga memiliki tanggungjawab atas validitas prosedur
pengawasan mutu yang diterapkan, terjaminnya mutu baku pembanding,
kebenaran label wadah bahan dan produk, dan pemantauan stabilitas zat aktif dan
produk jadi. Selain itu, pemastian mutu juga turut ambil bagian dalam investigasi
keluhan yang terkait dengan mutu proudk, serta kegiatan pemantauan lingkungan.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian Pemastian Mutu adalah
melakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review). Kegiatan ini
dilakukan untuk menilai konsistensi proses produksi dan kesesuaian terhadap
spesifikasi bahan dan produk jadi, melihat tren, dan mengidentifikasikan
perbaikan yang diperlukan. Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala,
biasanya setiap tahun. Aspek yang dibahas dalam pengkajian mutu produk
hendaknya meliputi kajian terhadap bahan awal dan bahan kemas, hasil IPC dan
pengujian terhadap obat jadi, bets-bets yang tidak memenuhi spesifikasi,
penyimpangan dan ketidaksesuaian, perubahan yang dilakukan, variasi yang
diajukan, hasil pemantauan stabilitas, obat kembalian, keluhan, dan penarikan
obat, tindakan perbaikan, komitmen pasca pemasaran, status kualifikasi peralatan
dan sarana, serta kesepakatan teknis.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
9
2.2.2. Personalia
Industri farmasi bertanggung jawab menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Hal
ini karena sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
baik. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan
dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang
berkaitan dengan pekerjaan. Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang
berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat. Industri farmasi harus
memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada
posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis.
Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai
tingkat kualifikasi yang memadai.
Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian produksi dan
kepala bagian pemastian mutu / kepala bagian pengawasan mutu harus
independen satu terhadap yang lain. Masing-masing kepala bagian produksi,
pengawasan mutu dan pemastian mutu memiliki tanggung jawab bersama dalam
menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu.
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan
atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan),
dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area
dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area
penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi. Pelatihan
hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
10
2.2.3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya
kekeliruan, pencemaran-silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain
yang dapat menurunkan mutu obat. Syarat-syarat bangunan dan fasilitas dalam
CPOB antara lain:
a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran
dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air
serta dari kegiatan industri yang berdekatan.
b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat dengan
tepat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir,
rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga, burung, binatang
pengerat, kutu atau hewan lain.
c. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta
fasilitas hendaklah dibersihkan dan diinfeksi (bila perlu) sesuai prosedur
tertulis yang rinci.
d. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area
penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat
dalam kondisi bersih dan rapi.
e. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya personil
yang tidak berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan area
pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil
yang tidak bekerja di area tersebut.
f. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di mana
terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk ruahan yang terpapar
ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak
melepaskan partikulat serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila
perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif
g. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
11
apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area
pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
h. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area
pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan satu
dengan yang lain.
2.2.4. Peralatan
Seluruh peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah
didesain dan dikonstruksi, dipasang dan ditempatkan, serta dirawat dengan tepat
dan baik agar mutu obat yang dihasilkan melalui alat tersebut selalu terjamin. Tiap
peralatan utama hendaklah diberi tanda nomor identitas yang jelas yang akan
dicantumkan dalam perintah produksi dan catatan bets. Penggunaan suatu
peralatan utama, serta perawatannya, harus dicatat dalam buku log alat yang
menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor bets produk.
Peralatan harus didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya, yakni
bagian yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau
absortif yang dapat memengaruhi mutu produk; serta bagian yang diperlukan
untuk pengoperasian alat khusus seperti pelumas atau pendingin tidak boleh
bersentuhan dengan produk. Peralatan juga harus didesain sedemikian rupa agar
mudah dibersihkan. Peralatan yang digunakan pada bahan yang mudah terbakar,
atau ditempatkan di area di mana digunakan bahan yang mudah terbakar,
hendaklah dilengkapi dengan pelengkapan elektris yang kedap ledakan serta
dibumikan dengan benar. Pada peralatan yang digunakan untuk menimbang,
mengukur, memeriksa, dan/atau mencatat, hendaklah ketepatannya selalu
diperiksa dan dikalibrasi.
Peralatan harus dipasang dan ditempatkan sedemikian rupa untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang atau campur baur
produk serta diberi jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan. Secara
berkala, peralatan harus dirawat menggunakan prosedur tertulis untuk mencegah
malfungsi atau pencemaran. Jika peralatan tersebut rusak, hendaknya peralatan
tersebut dikeluarkan dari area produksi. Kegiatan perbaikan dan perawatan
hendaknya tidak menimbulkan risiko terhadap mutu produk.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
12
2.2.5. Sanitasi dan Higiene
Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan
dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat
merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber kontaminasi potensial hendaklah
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan
terpadu, serta program tersebut senantiasa dievaluasi secara berkala untuk
menjamin efektifitasnya. Higiene yang diterapkan pada suatu perusahaan farmasi
dilaksanakan oleh tiap personil secara perorangan untuk mencegah kontaminasi
produk yang berasal dari personil.
Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan
pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya.Pakaian
pelindung yang digunakan personil harus bersih dan sesuai dengan tugasnya
termasuk penutup rambut untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran
dan untuk keamanan personil. Program higiene hendaklah mencakup prosedur
yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene, dan pakaian pelindung personil.
Sentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan
produk antara dan poduk ruahan yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan
yang bersentuhan dengan produk hendaklah dihindari. Poster diperlukan untuk
memberikan instruksi supaya menggunakan sarana mencuci tangan dan mencuci
tangannya sebelum memasuki area produksi. Merokok, makan, minum,
mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk
merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu.
Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Bangunan yang
digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan
tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Sarana yang harus tersedia adalah
toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya
mudah diakses dari area pembuatan dan sarana penyimpanan pakaian pribadi
maupun miliki pribadinya. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk dan
hendaknya dikumpulkan dalam wadah yang sesuai untuk memudahkan
pemindahan ke tempat penampungan secara berkala. Rodentisida, insektisida,
agen fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh mencemari peralatan, bahan awal,
bahan pengemas, bahan yang sedang diproses atau produk jadi sehingga perlu ada
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
13
prosedur tertulis dalam pemakaian zat-zat tersebut. Prosedur tertulis tersebut
menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi serta menguraikan jadwal,
metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan.
Peralatan yang telah digunakan juga harus dibersihkan baik bagian luar
maupun dalam dengan prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan
dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa
untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah
dihilangkan. Pembersihan dan penyimpanan alat serta bahan pembersih
dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah dari ruangan pengolahan. Prosedur
tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan
dalam pembuatan obat sebaiknya dibuat, divalidasi, dan ditaati. Prosedur ini
dirancang agar pencemaran peralatan oleh agen pembersih atau sanitasi dapat
dicegah. Prosedur ini setidaknya meliputi penanggung jawab pembersihan,
jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta
metode pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin digunakan
untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Desinfektan dan deterjen
sebaiknya dipantau terhadap pencemaran mikroba.
2.2.6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Penanganan bahan dan produk
jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan,
penamaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi, dilakukan
sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Bagian yang
diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif
segera setelah diterima atau diolah sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau
distribusi. Bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya
dengan pemesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dan bilamana perlu diberi
penandaan dengan tanda yang sesuai. Produk antara dan produk ruahan yang
diterima juga ditangani seperti penerimaan bahan awal.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
14
Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada
kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur agar ada pemisahan
antar bets dan memudahkan rotasi stok. Pengolahan produk yang berbeda
hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang yang
sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.
Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba atau pencemaran lain. Bila bekerja dengan bahan atau
produk kering, dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta
penyebarannya. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan,
peralatan, atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah
diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan,
dan nomor bets.
Bila terjadi penyimpangan maka harus ada persetujuan tertulis dari kepala
bagian pemastian mutu dan bila perlu melibatkan bagian pengawasan mutu. Akses
ke bangunan dan fasilitas produksi hanya untuk personil yang berwenang.
Pembuatan produk non-obat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan dengan
peralatan khusus untuk produksi obat. Bahan awal yang digunakan harus berasal
dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua
penerimaan, pengeluaran, dan jumlah bahan tersisa harus dicatat dan semua bahan
awal harus memenuhi spesifikasi sebelum diluluskan. Pada tiap penerimaan
hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah
dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan dan kesesuaian
catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Wadah tempat sampel bahan awal
diambil hendaknya diberi identifikasi. Sampel tersebut kemudian diuji
pemenuhannya terhadap spesifikasi dan selama pengujian bahan awal dikarantina
sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian pengawasan
mutu. Bahan yang mengalami sensitif panas hendaklah disimpan di dalam
ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat, begitu juga pada bahan
yang sensitif lembab. Semua bahan awal yang ditolak diberi penandaan dan yang
diterima diserahkan untuk produksi oleh personil yang berwenang.
Sebelum suatu prosedur pengolahan induk diterapkan, terdapat langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin,
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
15
dan bahwa proses yang telah diterapkan dengan menggunakan bahan dan
peralatan yang ditentukan akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan
hendaklah disertai dengan tindakan validasi ulang. Validasi kritis terhadap proses
dan prosedur secara rutin dilakukan untuk memastikan proses atau prosedur
tersebut tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan.
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya
debu, gas, uap, percikan, atau organisme dari bahan atau produk yang sedang
diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tiap tahap
proses, produk dan bahan harus dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan
pencemaran lain. Pencemaran silang dapat dihindari dengan tindakan pengaturan
yang tepat, misalnya produksi di dalam gedung terpisah (untuk produk seperti
penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup, dan sediaan yang
mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah), tersedia
ruang penyangga dan penghisap udara, memakai pakaian pelindung yang sesuai,
melaksanakan prosedur pembersihan, dan prosedur lain yang digunakan untuk
memperkecil risiko pencemaran.
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus
produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap.
Pengendalian pengeluaran bahan dan produk untuk produksi, dari gudang, area
penyerahan, atau antar bagian produksi sangat penting. Hanya bahan awal,
pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh
pengawasan mutu dan masih belum daluarsa yang boleh diserahkan. Bahan awal,
produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa ulang
kebenarannya.
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan harus diperiksa sebelum
digunakan. Kegiatan pembuatan produk yan berbeda tidak boleh dilakukan
bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko
terjadinya campur baur atau pencemaran silang. Kondisi lingkungan di area
pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu berada pada tingkat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
16
yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Semua peralatan yang dipakai
juga harus diperiksa sebelum digunakan. Batas waktu dan kondisi penyimpanan
produk dalam proses hendaknya ditetapkan.
Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang
terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus
hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan, serta pengunaan sarana dan
peralatan. Sistem penghisap udara harus dipasang dengan letak lubang
pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari produk atau
proses lain. Perhatian khusus juga diberikan untuk melindungi produk terhadap
pencemaran serpihan logam atau gelas.
Pengadaan, penanganan, dan pengawasan bahan pengemas primer dan
bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang
sama seperti terhadap bahan awal. Bahan pengemas primer, bahan pengemas
cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau obsolete harus
dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat. Pengemasan berfungsi membagi dan
mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan dilaksanakan di
bawah pengendalian ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk
akhir yang dikemas. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas, dan
bahan cetak lain harus diperiksa dan diverifikasi kebenarannya.
Untuk memastikan keseragamaan bets, dilakukanlah pengujian atau
pemeriksaan selama proses dengan metode yang telah disetujui. Pemantauan ini
dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja produksi. Prosedur
yang diterapkan harus menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi
pengambilan sampel (hendaknya pada awal, tengah dan akhir proses), jumlah
sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa, dan batas penerimaan tiap
spesifikasi. Hasil pengujian akan menjadi bagian dari catatan bets.
Jika suatu bahan atau produk tidak memenuhi persyaratan dan dinyatakan
ditolak, maka barang tersebut hendaklah disimpan secara terpisah dan diberi
penandaan yang jelas. Barang tersebut dapat dikembalikan kepada pemasoknya,
diolah ulang, atau dimusnahkan sesuai dengan persetujuan kepada bagian
pemastian mutu. Syarat dilakukannya pengolahan ulang terhadap suatu bets
adalah kepastian bahwa mutu akhir produk tidak terpengaruh dan proses
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
17
dikerjakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain pengolahan
ulang, suatu bets juga dapat mengalami pemulihan ulang, yaitu penggabungan ke
dalam bets lain dari produk yang sama pada suatu tahap pembuatan obat.
Seluruh produk jadi hanya dapat dipasarkan setelah mendapatkan
persetujuan pelulusan oleh kepala pengawasan mutu. Selama menunggu
keputusan tersebut, produk jadi diberikan status karantina dan diletakkan dalam
tempat yang terpisah (area karantina). Produk akhir yang akan diluluskan
hendaknya memenuhi kriteria dalam aspek spesifikasi dan persyaratan mutu,
sampel pertinggal yang jumlahnya mencukupi untuk pengujian di masa
mendatang, pengemasan dan penandaan yang menenuhi syarat, dan rekonsiliasi
bahan kemasnya diterima. Setelah keputusan pelulusan diberikan, produk jadi
tersebut hendaklah dipindahkan ke gudang produk jadi dan pemasukan bets
dicatat di kartu stok. Selanjutnya, pendistribusian barang harus memenuhi konsep
first-in-first-out.
Semua bahan dan produk yang terlibat dalam proses produksi disimpan
secara rapi dan teratur pada kondisi lingkungan yang sesuai berdasarkan uji
stabilitas. Kegiatan pergudangan ini hendaklah terpisah dari kegiatan lain.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian pergudangan adalah penerimaan bahan
awal, bahan kemas, dan produk jadi, serta penyerahan ke bagian produksi atau
distributor. Bahan awal dan bahan kemas hanya dapat diterima oleh bagian
penerimaan jika telah sesuai terhadap persyaratan. Jika bahan tersebut ditolak,
hendaknya disimpan terpisah dengan bahan yang diterima. Dalam pendistribusian
bahan awal dan bahan kemas, hendaklah mengikuti prinsip FIFO dan FEFO.
Bahan dan obat hendaknya diangkut dengan cara tertentu sehingga tidak
merusak keutuhan dan kondisinya tetap terjaga, seperti diletakkan dalam kondisi
suhu yang terpantau dan di dalam wadah yang memberikan perlindungan yang
cukup. Pengiriman dan pengangkutan sendiri hendaknya dilaksanakan setelah ada
order pengiriman dan kegiatan tersebut didokumentasikan dalam catatan
penyimpanan yang mencakup tanggal pengiriman, nama dan alamat pelanggan,
uraian produk, dan kondisi pengangkutan dan penyimpanan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
18
2.2.7. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk
menyatakan bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya. Bagian pengawasan mutu haruslah independen dari bagian
lainnya, terutama bagian produksi, agar kegiatan yang dilakukan selalu bersifat
obyektif dan memberikan hasil yang memuaskan. Kegiatan yang dilakukan oleh
bagian pengawasan mutu harus menerapkan Cara Berlaboratorium Pengawasan
Mutu yang Baik. Pedoman ini mencakup 7 aspek yaitu bangunan dan fasilitas,
personil, peralatan, pereaksi dan media perbenihan, baku pembenihan, spesifikasi
dan prosedur pengujian, serta catatan analisis. Menurut Cara Berlaboratorium
Pengawasan Mutu yang Baik, laboratorium yang digunakan untuk pengujian
harus terpisah secara fisik dari ruang produksi, dan laboratorium biologi,
mikrobiologi, dan kimia hendaknya terpisah satu dari yang lain. Ruangan yang
berisi instrumen juga harus terpisah sehingga dapat memberikan perlindungan
terhadap interfensi elektris, getaran, atau kelembaban.
Peralatan dan perangkat lunak yang dilakukan dalam kegiatan pengujian
hendaklah dikualifikasi/divalidasi, dirawat dan dikalibrasi dalam jangka waktu
yang sesuai dan dilakukan sebelum instrumen tersebut digunakan untuk
pengujian. Pereaksi dan media yang digunakan dalam kegiatan pengujian
hendaklah memiliki label yang berisi identitas yang lengkap, termasuk waktu
daluarsa. Media yang akan digunakan hendaklah telah melalui uji kontrol positif
dan negatif. Baku pembanding dapat diperoleh dari Komisi Farmakope yang
diakui atau menstandarisasi bahan baku terhadap baku pembanding primer atau
sekunder (disebut sebagai baku kerja).
Prosedur pengujian yang diterapkan dalam kegiatan di laboratorium
hendaklah divalidasi terlebih dahulu dan sesuai dengan metode yang telah disetujui
pada saat pemberian izin edar. Setiap kegiatan pengujian juga hendaknya
didokumentasikan dengan baik dalam catatan analisis yang mencakup nama dan
nomor bets, nama analis, metode, semua data, perhitungan, spesifikasi, hasil, dll.
Kegiatan yang dilakukan oleh bagian pengawasan mutu mencakup semua kegiatan
analitis yang dilakukan di laboratorium, yaitu pengambilan sampel dan aktivitas
pemeriksaan dan pengujian. Pengujian tersebut dilakukan terhadap bahan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
19
awal, produk antara, produk ruahan, produk jadi. Selain itu, bagian pengawasan
mutu juga melakukan uji stabilitas, pemantauan lingkungan, pengujian dalam
rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun serta memperbaharui
spesifikasi bahan dan metode pengujian.
Pengambilan sampel dilakukan di suatu tempat khusus, menggunakan alat
yang dikhususkan untuk tiap material, dan sampel diletakkan di wadah yang sesuai.
Rencana pengambilan sampel dapat mengikuti “n-p-r plan” untuk bahan awal dan
Military Standard 105D untuk bahan kemas. Setiap sampel yang sudah dikumpulkan,
kemudian diuji menggunakan metode pengujian yang telah divalidasi dan hasilnya
dinilai berdasarkan syarat spesifikasi yang telah ditentukan. Uji stabilitas merupakan
suatu pengujian yang bertujuan untuk menilai karakteristik stabilitas obat dan
menentukan kondisi penyimpanan yang sesuai serta tanggal daluarsa produk. Uji ini
dilakukan pada produk baru; kemasan baru (berbeda dari standar yang telah
ditetapkan); perubahan formula, metode atau sumber material; bets yang diluluskan
dengan pengecualian (bets yang sifatnya berbeda dari standar atau bets yang diolah
ulang); dan produk yang telah beredar.
2.2.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi
dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program
inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendalah dilakukan secara rutin, di
samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang.Semua saran untuk tindakan
perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Aspek-aspek dalam CPOB untuk inspeksi diri mencakup antara lain:
personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan
peralatan, penyiapan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan,
pengolahan dan pengawasan-selama-proses, pengawasan mutu, dokumentasi,
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
20
sanitasi dan higiene, program validasi dan re-validasi, kalibrasi alat atau sistem
pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan,
pengawasan label dan hasil inspeksi sebelumnya dan tindakan perbaikan.
Tim inspeksi diri terdiri dari paling sedikit 3 anggota yang berpengalaman
dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat
dibentuk dari dalam atau dari luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah
independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi. Inspeksi diri dapat dilakukan
per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan; namun hendaklah dilakukan
minimal 1 kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam
prosedur tetap inspeksi diri.
Setelah inspeksi diri dilaksanakan hendaklah dibuat laporan inspeksi diri
yang mencakup antara lain: hasil inspeksi diri, evaluasi serta kesimpulan; dan
saran tindakan perbaikan. Hendaklah dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen
mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya
dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk
khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas
terhadap pemasok dan penerima kontrak. Pada audit dan persetujuan pemasok,
semua pemasok hendaklah dievaluasi secara teratur.
2.2.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan Produk
Kembalian
Semua keluhan dan informasi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani kasus yang mendesak sebaiknya disusun suatu sistem,
mencakup penarikan kembali produk yang diduga cacat dari peredaran secara
cepat dan efektif. Penarikan kembali produk dilakukan bila ditemukan produk
yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang berisiko terhadap
kesehatan.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar lalu dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluarsa, atau alasan lain
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
21
misalnya wadah yang menimbulkan keraguan tentang identitas, mutu, jumlah dan
keamanan obat.
a. Keluhan
Penyebab adanya laporan dan keluhan mengenai produk, yaitu:
1) Kerusakan fisik, kimiawi, atau biologis dari produk atau kemasannya
2) Adanya reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal, dan
reaksi medis lainnya
3) Respon klinis produk rendah atau tidak berkhasiat
Penyelidikan dan evaluasi laporan dan keluhan mencakup:
1) Pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan
2) Inspeksi sampel obat yang dikeluhkan, dan sampel pertinggal dari bets yang
sama
3) Pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, distribusi
dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan.
Tindak lanjut yang dilakukan setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi
terhadap laporan dan keluhan mencakup :
1) tindakan perbaikan bila diperlukan
2) penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan
3) tindakan lain yang tepat
b. Penarikan Kembali Produk
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi penarikan kembali produk,
yaitu :
1) Penunjukan personil yang bertanggung jawab, memahami operasi penarikan
kembali, independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran untuk
melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk bersama
dengan staf.
2) Adanya prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur
segala tindakan penarikan kembali.
3) Operasi penarikan kembali sebaiknya mampu dilakukan segera dan tiap
saat.
4) Keputusan penarikan kembali produk:
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
22
a) dapat diprakarsai oleh industri farmasi atau atas perintah dari otoritas
pengawasan obat.
b) secara intern berasal dari kepala bagian manajemen mutu dan
perusahaan.
c) dapat melibatkan satu bets atau lebih atau seluruh bets produk akhir.
d) dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan produk.
Pelaksanaan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah diketahui
ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang
merugikan.
c. Produk Kembali
Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1) Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi sehingga dapat
dikembalikan ke dalam persediaan
2) Produk kembalian yang dapat diproses ulang
3) Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang. Produk ini hendaklah dimusnahkan sesuai dengan prosedur
pemusnahan yang mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran
lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk.
2.2.10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mangandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
23
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi
produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Pengemasan Induk (Formula
Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh
bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua
operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan
operasi tertentu misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,
pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan
riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan
yang berpengaruh pada mutu produk akhir.
Isi dokumen tidak boleh berarti ganda, di mana yang dimaksud adalah
judul, sifat, dan tujuan dinyatakan dengan jelas. Dokumen tidak boleh ditulis
tangan, tapi jika dokumen perlu pencatatan, penulisan tangan harus jelas, terbaca,
dan tidak dapat dihapus. Perubahan terhadap penulisan tangan ini hendaklah
ditandatangani, diberi tanggal, dan memungkinkan pembacaan informasi semula.
Catatan pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah
tanggal daluwarsa produk jadi.
Spesifikasi perlu disahkan dengan benar dan diberi tanggal, atau jika perlu
spesifikasi produk antara dan produk ruahan. Selain spesifikasi, dokumen lain
yang diperlukan adalah dokumen produksi, yaitu dokumen produksi induk,
prosedur produksi induk, dan catatan produksi bets. Dokumen produksi induk
yang disahkan secara formal mencakup nama, bentuk sediaan, kekuatan dan
deskripsi produk, nama penyusun dan bagiannya, nama pemeriksa serta daftar
distribusi dokumen. Produksi pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk
yang disahkan secara formal harus tersedia untuk tiap produk dan ukuran bets
yang akan dibuat. Catatan pengolahan bets harus tersedia bagi tiap bets yang
diolah. Metode pembuatan catatan tersebut didesain untuk menghindarkan
kesalahan transkripsi. Hal tersebut juga berlaku untuk catatan pengemasan bets.
Prosedur tertulis diperlukan untuk pengambilan sampel yang mencakup
personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode, dan alat yang harus
digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan pengamanan yang
harus diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi terhadap bahan atau segala
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
24
penurunan mutu. Prosedur pengujian bahan dan produk yang diperoleh dari tiap
tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang harus digunakan juga
diperlukan. Catatan mengenai distribusi tiap bets hendaklah disimpan untuk
memfasilitasi penarikan kembali bets bila perlu. Dokumentasi lain yang perlu
disediakan adalah prosedur tertulis dan catatan yang berkaitan mengenai tindakan
yang harus diambil atau kesimpulan yang dicapai, prosedur pengoperasian yang
jelas untuk peralatan utama pembuatan dan pengujian, dan buku log untuk
mencatat peralatan utama atau kritis.
2.2.11. Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari produk atau pekerjaan dengan mutu
yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis harus dibuat secara jelas menentukan
tanggung jawab masing-masing pihak. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kontrak tertulis meliputi pembuatan dan/atau analisis obat yang dikontrakkan
dan semua pengaturan teknis terkait
b. Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk
usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain sesuai dengan
izin edar produk
c. Kontrak mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima
kontrak
Tanggung jawab pemberi kontrak adalah menilai kompetensi penerima
kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan
memastikan mengikuti CPOB. Penerima kontrak harus memiliki gedung dan
peralatan yang cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten
untuk melakukan pekerjaan yang diberikan oleh pemberi kontrak. Kontrak
menyatakan prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan dan memastikan
bahwa tiap bets telah dibuat dan diperiksa pemenuhannya terhadap persyaratan
izin edar.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
25
2.2.12. Kualifikasi dan Validasi
a. Prinsip
Industri farmasi mengidentifikasi validasi yang diperlukan sebagai
bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan.
Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang
mempengaruhi mutu produk hendaklah digunakan untuk menentukan
ruang lingkup dan cakupan validasi.
b. Perencanaan Validasi
Unsur utama program validasi dirinci dengan jelas dan
didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau
dokumen yang setara.
RIV mencakup :
1) Kebijakan validasi
2) Struktur organisasi kegiatan validasi
3) Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan
divalidasi
4) Format dokumen, format protokol dan laporan validasi,
perencanaan dan jadwal pelaksanaan
5) Pengendalian perubahan
6) Acuan dokumen yang digunakan
c. Kualifikasi
1) Kualifikasi Desain (KD)
Kualifikasi desain merupakan unsur pertama dalam melakukan
validasi terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Desain harus
memenuhi ketentuan dari CPOB dan didokumentasikan.
2) Kualifikasi Instalasi (KI)
Kualifikasi ini dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan
baru, atau yang dimodifikasi. KI mencakup hal-hal berikut :
Instalasi peralatan, pipa, sarana penunjang dan instrumentasi sesuai
dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
26
3) Kualifikasi Operasional (KO)
KO akan dilakukan seteleh KI selesai dilaksanakan, dikaji dan
disetujui. KO mencakup hal-hal berikut : pengujian yang perlu
dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem, dan
peralatan; pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang
mencakup batas operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai
kondisi terburuk.
4) Kualifikasi Kinerja (KK)
KK dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan
disetujui atau pelaksanaannya dapat disatukan dengan KO. KK
mencakup hal-hal berikut : pengujian dengan menggunakan bahan
baku, bahan pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk
simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses,
fasilitas, sistem dan peralatan; uji yang meliputi satu atau beberapa
kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah.
5) Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah
Operasional
Hendaklah tersedia bukti untuk mendukung dan memverifikasi
parameter operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat.
Selain itu, kalibrasi, prosedur pengoperasian, pembersihan,
perawatan preventif, serta prosedur dan catatan pelatihan operator
hendaklah didokumentasikan.
d. Validasi Proses
Validasi proses umumnya dilakukan sebelum produk dipasarkan. Bila
hal tersebut tidak memungkinkan maka validasi dapat dilakukan
selama proses produksi rutin dilakukan. Proses yang telah berjalan dan
metode analisis juga dilakukan validasi. Fasilitas, sistem, dan peralatan
yang digunakan telah terkualifikasi, dievaluasi secara berkala untuk
verifikasi bahwa proses masih bekerja dengan baik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
27
1) Validasi Prospektif
Validasi ini mencakup hal berikut :
a) Uraian singkat suatu proses, ringkasan tahap kritis proses
pembuatan yang harus diinvestigasi
b) Daftar peralatan/fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur,
pemantau, dan pencatat serta status kalibrasinya
c) Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan; daftar metode analisis
yang sesuai; usul pengawasan selama proses dan kriteria
penerimaan
d) Pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria
penerimaan dan validasi metode analisisnya bila diperlukan
e). Pola pengambilan sampel; metode pencatatan dan evaluasi hasil
2). Validasi Konkuren
Validasi ini dilakukan ketika produksi rutin dapat dimulai tanpa
lebih dulu menyelesaikan program validasi. Persyaratan
dokumentasi untuk validasi konkuren sama seperti validasi
prospektif.
3). Validasi Retrospektif
Validasi ini hanya dapat digunakan untuk proses yang telah mapan,
tetapi tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk,
prosedur pembuatan atau peralatan.
e. Validasi Pembersihan
Validasi ini dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur
pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan
pembersih dan pencemaran mikroba, didasarkan pada bahan yang
terkait dengan proses pembersihan. Metode analisis yang digunakan
telah tervalidasi dan memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau
cemaran. Validasi proses pembersihan sebaiknya dilakukan pada
bagian alat yang bersentuhan dan dipertimbangkan kembali untuk alat
yang tidak bersentuhan langsung dengan produk. Prosedur validasi ini
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
28
dilakukan sebanyak tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi
syarat untuk membuktikan bahwa metode tersebut telah tervalidasi.
f. Pengendalian Perubahan
Prosedur pengendalian perubahan memastikan bahwa data pendukung
cukup menunjukkan proses yang diperbaiki akan menghasilkan suatu
produk sesuai mutu yang diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan. Kemungkinan dampak perubahan fasilitas,
sistem, dan peralatan terhadap produk dievaluasi, termasuk analisis
risiko
g. Validasi Ulang
Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses
pembersihan dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi masih absah.
Jika tidak ada perubahan yang signifikan dalam status validasinya,
kajian ulang data yang menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan
dan proses memenuhi persyaratan untuk validasi ulang.
h. Validasi Metode Analisis
Tujuan validasi metode analisis adalah mengetahui bahwa metode
analisis sesuai tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis
dilakukan terhadap: uji identifikasi; uji kuantitatif kandungan
impuritas, uji batas impuritas, uji kuantitatif zat aktif dalam sampel
bahan atau obat atau komponen tertentu dalam obat, uji disolusi untuk
obat atau penentuan ukuran partikel untuk bahan baku aktif.
Karakteristik validasi yang umumnya perlu diperhatikan adalah
akurasi, presisi, ripitabilitas, intermediate precision, spesifisitas, batas
deteksi, batas kuantitasi, linearitas, dan rentang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
3.1. SOHO Group
SOHO Group adalah merupakan salah satu perusahaan farmasi terdepan di
Indonesia dalam bidang manufaktur, distribusi, dan penyediaan produk kesehatan
dan pelayanan yang berkualitas. SOHO Group terdiri dari tiga bisnis yang
sinergis, yaitu SOHO Group Pharma (pasar resep: generik berlogo, produk bahan
alam, obat dengan harga terjangkau, alat kesehatan, dan bisnis aliansi), SOHO
Group Consumer Health (produk OTC, Produk kesehatan konsumen, Produk
Hezzel Farm, dan produk Unihealth MLM), dan SOHO Group Distribution
(distributor SOHO Group dan anak perusahaan, pelaksana bisnis bahan baku, dan
bisnis eceran “Apotek Harmony”).
SOHO Group berfokus pada manufaktur produk herbal (imunomodulator,
antioksidan, antidiare, antilaksan) dan produk sintetis (produk antibiotik,
sefalosporin, injeksi, antiemetik, analgesik, muskuloskeletal, vitamin, obgyn,
gastro, neuro, dan reumatologis). SOHO Group mendistribusikan produknya dan
juga produk perusahaan lain. Saluran distribusi SOHO Group didukung oleh 26
cabang yang meliputi 90% kota besar di Indonesia, dan juga terdapat pada pasar
global di negara berkembang, yaitu Malaysia, Myanmar, Nigeria, Libanon,
Mongolia, Vietnam, Suriname, Brunei, dan Mauritius.
Pada tahap awal, tiga perusahaan yaitu PT. ETHICA, PT. SOHO, dan PT.
Parit Padang Global dijalankan sebagai penjual tradisional dan berjalan secara
terpisah tanpa koordinasi sistematis. Tidak ada sistem yang terstruktur untuk
rencana pengembangan bagi karyawan, sehingga jenjang karir dan strategi sukses
pada dasarnya tidak ada. Perubahan hal tersebut terjadi pada tahun 2006 saat
generasi kedua, Tan Eng Liang, memutuskan untuk menempatkan ketiga
perusahaan di bawah satu payung, SOHO Group. SOHO Group mulai
mengadopsi kerangka kerja Balanced Scorecard untuk menerapkan strategi
menjadi tujuan operasional yang mengarahkan perilaku dan kinerja pegawai. Pada
tahun 2012, SOHO Group telah memperkerjakan 6.000 orang. SOHO Group
29 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
30
berkomitmen dalam visi 2015 yaitu New Horizon Strategy to create our future
together.
Dengan implementasi Balanced Scorecard, SOHO Group saat ini telah
menjadi organisasi yang fokus pada strategi. Hal ini dibuktikan dengan
pencapaian SOHO Group yaitu:
1. Pertumbuhan penjualan pada tahun 2010 hingga mencapai 27,37%.
2. Prestasi, yaitu:
a. Menerima Penghargaan Kepuasan Pelanggan Indonesia 2010 dari Majalah
SWA dalam kerjasama dengan Frontier Consulting Group (FCG) untuk
produk Diapet.
b. Menerima dua Indonesian Best Brand Awards 2010 dari Majalah SWA
dalam kerjasama dengan Marketing and Specialist Research Institute
(MARS) untuk produk Curcuma Plus dan Diapet.
c. Menerima dua Top Brand Awards 2010 dari Marketing Magazine dalam
kerjasama dengan FCG untuk produk Diapet dan Laxing.
d. Menerima dua Top Brand Kids Awards 2010 dari Marketing Magazine
dalam kerjasama dengan FCG untuk produk Curcuma Plus dan Diapet.
e. Menerima dua penghargaan MURI 2010 untuk “The Most Symposium Held
in a Single Year and Supporter of the Longest Circumcise Activity”.
f. SOHO Group terpilih sebagai Indonesian Employer of Choice 2010 dari
Majalah SWA dalam kerjasama dengan HayGroup.
g. Presiden Komisaris, Tan Eng Liang, diberi penghargaan Entrepreneur of the
Year 2010 oleh Ernst and Young.
3. SOHO Group mencapai pengembalian investasi 700% pada investasi sebesar 1
juta dollar Amerika.
Gambar 3.1. Logo SOHO Group
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
31
Unsur-unsur yang terdapat pada logo SOHO Group adalah:
1. Segitiga sama sisi dan dua bentuk setengah lingkaran yang simetris
mencerminkan kesamaan kedudukan dan adil untuk semua pihak.
2. Bentuk segitiga mencerminkan tiga perusahaan inti yang mengawali
pergerakan usaha, membentuk satu kesatuan yang kokoh, saling menjaga kerja
sama dan bersinergi.
3. Warna hijau mengandung arti alamiah, segar, harmonis, serasi, sehat, sejuk,
dan damai, sedangkan warna biru bermakna selalu berkembang dan sejahtera.
4. Logo SOHO Group merupakan pemersatu dari semua perusahaan yang berada
didalamnya, menjadi intisari dari semua kegiatan/usaha, dan cita-cita para
pendirinya. Hal ini pada akhirnya diharapkan bisa menjadi daya dorong bagi
seluruh anggota Keluarga Besar SOHO Group untuk selalu bahu membahu,
bersemangat tinggi, serta bertanggung jawab tinggi dalam menyongsong masa
depan yang lebih baik.
3.2. PT. ETHICA Industri Farmasi
PT. ETHICA merupakan perusahaan pertama yang didirikan oleh Tan
Tjhoen Lim pada 30 November 1946, di Jalan Gunung Sahari XII No. 11, Jakarta
Pusat. Pada awalnya, perusahaan ini diberi nama N.V. ETHICA HANDEL MY,
namun diubah menjadi PT. ETHICA Industri Farmasi. ETHICA adalah
perusahaan farmasi pertama yang menghasilkan sediaan injeksi di Indonesia pada
tahun 1950, dan menjadi pelopor di Indonesia. Pada bulan Agustus 1996,
ETHICA pindah ke area yang lebih besar dengan luas 8000 meter persegi di
Kawasan Industri Pulogadung. Sebuah sistem produksi baru didirikan dalam
rangka memenuhi persyaratan pemerintah dan memperoleh sertifikasi CPOB.
Pada pertengahan tahun 2007, PT. ETHICA memiliki 350 karyawan
termasuk 240 orang sales yang berbasis di berbagai lokasi di seluruh Indonesia.
PT. ETHICA juga telah menerima sertifikasi ISO 9001:2008. Saat ini, PT.
ETHICA Industri Farmasi telah memiliki lebih dari 100 jenis produk.
Logo PT. ETHICA Industri Farmasi merupakan inisial huruf E yang berada di
dalam dua buah lingkaran. Lingkaran mempunyai arti kesempurnaan, fleksibilitas,
dan tekad yang bulat demi meraih cita-cita. Dua buah lingkaran dapat diartikan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
32
sebagai suatu kerjasama yang saling mendukung untuk mencapai tujuan. Warna
merah mempunyai arti semangat perjuangan dan dedikasi yang tinggi. Nama
ETHICA, selain berarti budi pekerti yang baik, juga mencerminkan etos kerja dan
usaha yang bermartabat.
Gambar 3.2. Logo PT.ETHICA Industri Farmasi
3.3. PT. SOHO Industri Pharmasi
PT. SOHO Industri Pharmasi didirikan pada 18 Juli 1951 oleh Tan dan
Bertus Soesman. Nama SOHO diambil dari istilah Latin SOcietas HOnorabilis,
yang berarti kumpulan / masyarakat yang terhormat. Hal ini berarti bahwa para
pendiri, jajaran manajemen, dan seluruh karyawan dari perusahaan adalah orang-
orang terhormat dan terpandang yang selalu menjaga integritas dan kredibilitas
yang tinggi dalam menjalankan usaha. Perusahaan ini dikenal sebagai produsen
ekstrak, sediaan solid, semisolid, dan cair. Pada tahun 1970-an, PT SOHO Industri
Pharmasi diperluas ke usaha patungan dengan dua perusahaan global terkemuka
farmasi terkemuka, yaitu PT. Warner Lambert Indonesia saat ini bergabung
dengan PT. Pfizer Indonesia, dan PT. ICI Farmasi Indonesia saat ini dikenal
sebagai PT. Astra Zeneca Indonesia.
Pada 1990-an, PT. SOHO Industri Pharmasi diberikan sertifikasi CPOB
dari Departemen Kesehatan di Indonesia. PT. SOHO Industri Pharmasi terus
memperluas diri dengan memproduksi produk ethical di bawah lisensi perusahaan
global terkemuka yaitu Sanofi Winthrope-Perancis, Fuji-Jepang, G.D.Searle-Asm
dan Angelini-Italia. Pada tahun 2000an, PT. SOHO Industri Pharmasi diberikan
sertifikasi ISO 9001:2008 dari SGS yang diperlukan perusahaan untuk
berkomitmen dalam memberikan usaha terbaik untuk meningkatkan layanan dan
produk untuk memenangkan persaingan di pasar global. PT. SOHO Industri
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
33
Pharmasi dikenal juga sebagai ”Pioneer & Trendsetter Natural Medicine” di pasar
resep. Saat ini, PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki lebih dari 180 jenis produk.
Gambar 3.3. Logo PT.SOHO Industri Pharmasi
Logo PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki bentuk dasar diamond
dengan warna merah. Warna merah tersebut merupakan cerminan etos kerja dan
falsafah yang secara adil menjaga selalu keseimbangan komunikasi dan perlakuan
ke semua arah, demi kemajuan dan keberhasilan bersama. Berlian (diamond)
merupakan lambang keabadian, bernilai tinggi dan sangat berharga, yang
merupakan wujud usaha perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan.
3.4. PT. Parit Padang Global
PT Parit Padang Global, distributor farmasi dan kesehatan pertama dengan
sistem komputer real-time on-line, didirikan oleh Tan Tjhoen Lim pada tanggal 7
Agustus 1956. Perusahaan ini didirikan untuk dapat mengambil alih
pendistribusian produk-produk PT. ETHICA Industri Farmasi dan PT. SOHO
Industri Pharmasi. Nama Parit Padang diambil dari nama salah satu kabupaten di
Pulau Bangka, tanah kelahiran pendiri perusahaan.
Di bawah kepemimpinan Tan Eng Liang, penerus pendiri, PT. Parit
Padang Global bergerak maju dan dinamis untuk menjadi salah satu perusahaan
terkemuka di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam visi perusahaannya.
Selama lebih dari 50 tahun, PT Parit Padang Global telah berkesinambungan dan
konsisten mendistribusikan produk farmasi dari PT. SOHO Industri Pharmasi dan
PT Ethica Industri Farmasi, serta dari perusahaan terkemuka lainnya seperti Astra
Zeneca, Pfizer, Kimberly Clark, dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
34
Logo PT. Parit Padang berupa inisial dua buah huruf P yang saling
tersambung dan berwarna hitam. Parit Padang dapat diartikan sebagai “saluran air
yang mengalir di tanah yang luas dan memberi kehidupan”, yang sesuai dengan
usaha distribusi produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi secara luas.
Inisial huruf P yang saling bersambung adalah gambaran arti usaha yang
berkesinambungan, saling mendukung dan bersinergi. Warna hitam mengandung
arti keteguhan hati, tegar tak mudah terpengaruh, dan upaya yang tinggi dalam
mencapai tujuan.
Gambar 3.4. Logo PT. Parit Padang Global
3.5. PT. Global Harmony Retailindo
PT. Global Harmony Retailindo (PT. GHR), merupakan unit bisnis baru
dari SOHO Group. PT. Global Harmony Retailindo didirikan di Jakarta pada
tanggal 11 November 2008, sebagai salah satu usaha untuk mendukung
terwujudnya Visi 2015 di mana SOHO Group akan menyediakan produk dan
kesehatan yang berkualitas tinggi. Salah satu bisnis utama dari PT. Global
Harmony Retailindo adalah Apotek Harmony. Apotek Harmony hadir sebagai
Wellness Pharmacy, yang menyediakan produk dan pelayanan kesehatan yang
memperhatikan keseimbangan dan keharmonisan di berbagai aspek kehidupan,
dan memposisikan perusahaan sebagai perusahaan yang fokus dan ramah kepada
pelanggan Apotek Harmony diperkuat oleh tenaga berpengalaman dalam dunia
farmasi. Motto kerja Apotek Harmony adalah “Melayani dengan Segenap Hati”.
Pelayanan yang diberikan oleh Apotek Harmony adalah apotek, praktek dokter
umum, praktek dokter spesialis, praktek dokter gigi, dan laboratorium klinik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
35
3.6. PT. Universal Health Network
PT. Universal Health Network (Unihealth), merupakan perusahaan multi
level marketing, yang didirikan pada tanggal 6 April 2009. Unihealth
menyediakan produk-produk kesehatan seperti suplemen kesehatan dan
kecantikan, vitamin, perawatan kulit, dan perlengkapan kecantikan baik produksi
lokal maupun mancanegara.
Gambar 3.5. PT. Universal Health Network
3.7.
3.7.1
Visi dan Misi
Visi SOHO Group
Visi 2015 SOHO Group adalah menjadi salah satu kelompok perusahaan
global terkemuka dalam bidang manufaktur, distribusi, dan menyediakan produk
dan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Visi 2015 adalah sebagai berikut:
a. Keuangan
Untuk meningkatkan penghasilan SOHO Group.
b. Perspektif Pelanggan
Untuk didedikasikan pada kepuasan pelanggan dengan level yang
tertinggi dan memperoleh kepercayaan dari dokter, pasien dan
pelanggan lain yang dilayani.
c. Perspektif Proses Internal
Untuk mencapai “best in class” di seluruh aktivitas operasional.
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan yang “best in class”.
Fokus bisnis dalam Visi 2015 adalah pada area berikut:
1). Bisnis Manufaktur, dengan cara:
a). Mempertahankan pangsa pasar yang sudah diraih dan melakukan
ekspansi ke pangsa pasar yang baru dan pasar internasional.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
36
b). Melakukan diversifikasi ke arah manufacturing health related
products.
2). Bisnis Distribusi, dengan cara:
a). Memperkuat bisnis inti dan menjadi pemain niche logistic
farmasi.
b). Melakukan diversifikasi dengan ekspansi ke pasar ritel farmasi .
3). Bisnis Healthcare, dengan cara:
a). Mendirikan laboratorium
b). Mendirikan klinik
4). Diversifikasi Bisnis, dengan cara:
a). Berdagang bahan baku.
b). Membangun perkebunan bahan baku dan ekstraksi untuk
curcuma.
c). Memproduksi bahan pengemas.
Keempat fokus bisnis tersebut didukung oleh 3 penggerak utama, yaitu :
a. Inovasi produk dan pelayanan.
b. Bisnis internasional dengan menjadi Leading Home dan Regional
Player.
c. Mengembangkan ketrampilan karyawan yang “best in class” serta
teknologi dan informasi capital yang unggul.
3.7.2 Misi SOHO Group
Misi SOHO Group yaitu dengan bangga melayani pelanggan dengan
menyediakan secara terus-menerus produk dan jasa kesehatan yang berkualitas
tinggi untuk meningkatkan mutu kehidupan dan usia panjang. “Terus menerus”
mempunyai makna terus-menerus mengadakan pembaharuan dalam hal produk
dan jasa kesehatan serta mempunyai keunggulan dalam persaingan. Mutu
kehidupan di sini ditingkatkan dengan cara mengembangkan sebagian atau
seluruh aktivitas yang terbatasi karena suatu penyakit menuju kondisi aktivitas
normal, mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan sehingga dapat
beraktivitas secara terus-menerus seperti yang diinginkan, dan mencegah
kemungkinan adanya gangguan kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
37
Selain dari Visi 2015 dan Misi SOHO Group, perusahaan juga memiliki
nilai-nilai yang merupakan kepercayaan dan ide mengenai tujuan yang ingin
dicapai oleh para anggota organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Nilai-nilai
organisasi tersebut membentuk norma organisasi sekaligus sebagai panduan atau
harapan yang menggambarkan perilaku yang sepantasnya dilakukan para
karyawan. Terdapat tujuh nilai budaya di SOHO Group, yaitu :
a. Kerja Sama yang Memiliki Komitmen Tinggi
Kemampuan untuk bekerja sama tersebut harus dilandasi oleh pemahaman
setiap karyawan mengenai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dan
bagaimana keterkaitan kerjanya dengan bagian atau departemen atau divisi
atau unit lain dalam SOHO Group.
b. Pelayanan Prima kepada Pelanggan
Nilai yang diharapkan dimiliki dalam perilaku karyawan adalah pelayanan
yang memuaskan dan melebihi harapan pelanggan, baik pelanggan internal
maupun pelanggan eksternal.
c. Pemrakarsaan Cara Baru dalam Menjalankan Usaha
Karyawan diharapkan secara proaktif mencari cara kerja yang lebih efektif
melalui ide-ide dan kreativitas karyawan sehingga menghasilkan produk dan
proses kerja yang lebih baik lagi.
d. Dedikasi dan Produktivitas
Dedikasi yang diharapkan dari karyawan adalah kemampuan untuk
menempatkan diri untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan, bahkan
bila perlu disertai dengan pengorbanan yang tulus, sementara produktivitas
yang diharapkan dari karyawan adalah mampu memberikan hasil kerja atau
kinerja yang terbaik dengan memperhatikan efektivitas dari efisiensi kerja.
e. Perlakuan yang Adil dan Penghargaan atas Prestasi
Perlakuan yang adil yang dikembangkan sebagai nilai budaya dalam SOHO
Group adalah memperlakukan karyawan/pelanggan sesuai dengan ketentuan,
prosedur, mengetahui kebijakan yang berlaku, sementara penghargaan atas
prestasi adalah memberikan penghargaan dalam bentuk materi atau non-materi,
baik secara lisan maupun tertulis, di depan karyawan lain maupun secara
pribadi atas prestasi kerja yang dicapai karyawan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
38
f. Berjuang demi Pencapaian
Dalam mengerjakan sesuatu, karyawan SOHO Group harus melakukannya
dengan usaha keras dan ketrampilan yang tinggi dan disertai dengan
perencanaan yang matang, didiskusikan, diuji coba dan dievaluasi.
g. Integritas, Kejujuran dan Disiplin
“Integritas” memiliki makna menjaga dan melaksanakan norma dan ketentuan
yang berlaku di masyarakat dan organisasi secara konsekuen dan konsisten
serta menyimpan rahasia yang dipercayakan; sedangkan kejujuran adalah
bekerja dengan niat dan suasana yang bersih dari segala macam unsur
keuntungan diri pribadi (yang tidak menjadi haknya), baik secara material
ataupun non-material, sementara nilai budaya disiplin adalah
menepati/menjalankan segala ketentuan dengan tepat dan benar sesuai dengan
tepat dan benar sesuai dengan ketentuan yang ada.
3.8. Lokasi dan Sarana Produksi
PT. SOHO Industri Pharmasi berlokasi di Jl. Pulogadung No.6, Kawasan
Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur. Di lokasi ini, SOHO Group memiliki area
untuk Manufacturing yang terdiri dari gedung 2, gedung 3, dan gedung Obat
Tradisional (OT). Area manufacturing tersebut berada di komplek PG6, Kawasan
Industri Pulogadung. Pembagian ruangan adalah sebagai berikut:
a. Ruangan Produksi di Gedung 2
Ruang produksi di gedung 2 terdiri dari ruang timbang (weighing room)
dan ruang produksi sediaan liquid. Ruang timbang terdiri dari ruang timbang
solid, ruang timbang liquid, buffer room, staging before weighing room, staging
after weighing room, ruang penyimpanan peralatan timbang. Ruang produksi
sediaan cair terdiri dari ruang blowing botol, ruang mixing, ruang filling,
packaging primer, ruang packaging sekunder, ruang In Process Control (IPC)
liquid, ruang penyimpanan peralatan liquid, ruang penyimpanan pengemas primer,
ruang penyimpanan pengemas sekunder, Work In Process (WIP) room, ruang
cuci, ruang supervisor dan administrasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
39
b. Ruangan Produksi di Gedung 3
Ruang produksi yang terletak di gedung 3 terdiri dari ruang ganti sepatu
dan pakaian karyawan, ruang produksi sediaan solid dan ruang supervisor dan
administrasi. Untuk ruang produksi sediaan solid terdiri dari ruang mixing, ruang
tabletting, ruang coating, ruang filling kapsul, ruang packaging primer, ruang
printing, ruang packaging sekunder, ruang penyimpanan cangkang kapsul, ruang
penyimpanan peralatan solid, ruang penyimpanan pengemas primer, ruang
penyimpanan pengemas sekunder, ruang IPC tablet, ruang IPC mixing,
laboratorium kimia dan mikrobiologi, WIP room, dan ruang cuci.
c. Ruangan Produksi di Gedung Obat Tradisional (OT)
Ruang produksi yang terletak di gedung OT terdiri dari ruang ganti sepatu
dan pakaian karyawan, ruang produksi sediaan liquid dan ruang supervisor dan
administrasi. Untuk ruang produksi sediaan liquid terdiri dari ruang penghalusan
bahan, ruang pengeringan, ruang ekstraksi, ruang granulasi, ruang pengemasan
primer, ruang IPC, WIP room, dan ruang cuci. Ruang produksi dikelompokkan
menjadi dua kelas, yaitu kelas E dan kelas F. Ruang kelas E digunakan untuk
produksi sediaan nonsteril yang ditujukan untuk penggunaan oral dan pengemasan
primer, sedangkan kelas F digunakan untuk ruang pengemasan sekunder.
3.9. Struktur Organisasi SOHO Group
SOHO Group dipimpin oleh seorang President Commissioner yang
membawahi enam bagian yakni Finance and IT, Human Resources, Supply and
Operation, Marketing, Compliance, dan Office Strategy Management. Executive
Vice President of Supply and Operation membawahi 7 divisi, yaitu Human
Resources for Supply and Operation, Quality Operation Division, Production
Division, Supply Chain Division, Technical Division, Validation and
Documentation Department, dan Special Projects for Supply and Operation.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
40
Gambar 3.6. Struktur Organisasi Supply dan Operation PT. SOHO Group
3.9.1. Quality Operation Department
Quality Operation Department menangani manajemen mutu di dalam PT.
SOHO Group. Departemen ini dipimpin oleh seorang apoteker dengan
jabatan Quality Operation Division Head. Quality Operation Department
memiliki 4 bagian, yaitu Quality Assurance Department, Quality Control
Department PT. SOHO Industri Pharmasi, Quality Control Department
PT. ETHICA, dan Quality Operation Administrator.
Gambar 3.7. Struktur Organisasi Quality Operation Department
3.9.1.1. Quality Assurance Department
Quality Assurance Department dikepalai oleh seorang apoteker
dengan jabatan Quality Assurance Department Head. Quality Assurance
Department memiliki tanggung jawab yang berhubungan dengan
pemastian mutu produk, antara lain :
1. Merancang dan memastikan penerapan sistem mutu
2. Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala,
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
41
3. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal
(audit terhadap pemasok)
4. Koordinasi dengan divisi lain yang terkait dengan pengendalian
perubahan dan deviasi
5. Mengevaluasi atau mengkaji catatan bets (batch record)
6. Menyetujui kontrak pembuatan produk (toll manufacturing) dan
kontrak laboratorium pengujian/kalibrasi
7. Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait
8. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi serta
memastikan kalibrasi terhadap alat-alat di laboratorium dilaksanakan
secara rutin dan benar
9. Menangani dan menyelesaikan semua keluhan obat, obat kembalian
serta penarikan obat jadi
10. Memastikan uji stabilitas obat jadi dilakukan secara
berkesinambungan.
Quality Assurance terdiri dari Quality Compliance Section, Quality
Monitoring System Sub Department, Quality Support Section, dan Quality
Assurance Administrator.
Gambar 3.8. Struktur Organisasi Quality Assurance
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
42
a. Quality Compliance Section
Quality Compliance Section dipimpin oleh Quality Compliance Section
Head. Quality Compliance Section bertugas menangani stabilitas, pemenuhan
registrasi, dan peninjauan mutu produk.
Uji stabilitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa produk-produk
memenuhi spesifikasi pada masa peredaran atau masa penyimpanan. Uji stabilitas
yang dilakukan ada 2 jenis, yaitu uji stabilitas dipercepat dan uji stabilitas jangka
panjang. Pada uji stabilitas dipercepat, obat dalam kemasan aslinya dikondisikan
dalam climatic chamber bersuhu 40 ± 2 C dan berkelembaban 75 ± 5%. Pada uji
stabilitas jangka panjang, obat dikondisikan bersuhu 25 ± 2 o
o
C dan
berkelembaban 65 ± 5%. Uji stabilitas dilakukan hingga ED + 1 tahun, artinya uji
stabilitas dilakukan hingga melebihi 1 tahun tanggal daluarsa yang ditetapkan.
Tujuan dilakukan uji hingga ED + 1 tahun ini adalah untuk mengetahui adanya
kemungkinan dilakukan perpanjangan masa daluarsa suatu produk. Perpanjangan
masa daluarsa suatu produk dapat dilakukan jika pengujian stabilitas hingga ED +
1 tahun masih memenuhi syarat. Apabila ditemukan produk yang sudah tidak
memenuhi syarat sebelum ED, maka dapat dilakukan pemendekan waktu daluarsa
dalam pembuatan produk selanjutnya.
Tugas Quality Compliance Section berikutnya adalah menangani
Peninjauan Mutu Produk atau Product Quality Review (PQR). Product Quality
Review disiapkan satu tahun sebelum perencanaan produksi produk obat dan/ atau
suplemen. Tujuan PQR dilaksanakan setiap tahun adalah untuk memverifikasi
konsistensi suatu produk yang berhubungan dengan GMP (Good Manufacturing
Practice) dan kesesuaian dengan spesifikasi terkini. PQR berisi kumpulan data
untuk menganalisa apakah suatu produk masih memenuhi syarat efikasi, mutu,
dan aman untuk digunakan. PQR berisi tinjauan terhadap kualitas produk, antara
lain pengenalan produk (periode PQR, nama produk, nomor bagian, total bets
yang ditinjau, area produksi, deskripsi produk), peninjauan analisa IPC,
peninjauan analisa produk setengah jadi, peninjauan bahan awal (bahan baku dan
bahan pengemas), peninjauan seluruh hasil uji di luar spesifikasi, peninjauan
penyimpangan dan kejadian, peninjauan produk yang tidak sesuai, peninjauan
pengendalian perubahan, peninjauan stabilitas, peninjauan obat kembalian yang
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
43
terkait keluhan dan penarikan kembali obat jadi, peninjauan validasi proses dan
metode analisa, peninjauan kalibrasi, kualifikasi mesin dan peralatan, peninjauan
variasi kewenangan pemasaran yang diusulkan, diterima, ditolak, peninjauan
perjanjian CPOB untuk memastikan kebenaran, peninjauan efektivitas Tindakan
Perbaikan dan Pencegahan (Corrective Action Preventive Action/CAPA), serta
keterangan dan kesimpulan.
Tugas lainnya adalah pemenuhan registrasi. Pemenuhan registrasi dengan
cara mengumpulkan data-data dari divisi Quality Control dan divisi R&D serta
memastikan dokumen sesuai dengan keadaan aktual. Dokumen yang diperlukan
yaitu batch record, prosedur pemeriksaan bahan baku, produk setengah jadi dan
produk jadi, lembar spesifikasi produk, sertifikat analisa bahan baku, produk
setengah jadi, dan produk jadi. Untuk penanganan registrasi produk-produk yang
hampir habis masa berlakunya diperlukan penyiapan data dan pelengkapan data
untuk registrasi yang dimulai enam bulan sebelum masa berlaku habis.
Pelaksana Pemenuhan Mutu atau Quality Compliance Executive
merupakan bagian dari Quality Compliance Section. Quality Compliance Section
memiliki dua Quality Compliance Executive di mana Quality Compliance
Executive I menangani Follow Up Stability (FUS) dan Quality Compliance
Executive II menangani registrasi.
b. Quality Assurance Administrator
Tugas dari Quality Assurance Administrator adalah merapikan dan
menyimpan batch record, dokumentasi stabilitas, dokumentasi deviasi dan
Lembar Usulan Perubahan (LUP), serta dokumentasi CoA bahan baku dan
pengemas.
c. Quality Monitoring System Sub Department
Quality Monitoring System Sub Department dikepalai oleh Quality
Monitoring System Sub Department Head. Departemen ini dibagi-bagi menjadi
Quality Monitoring Section, Quality System Executive dan Quality Release
Section. Quality Monitoring Section Head bertugas melakukan inspeksi diri (audit internal), melakukan audit ke distributor dan supplier (audit eksternal), melakukan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
44
pembuatan CAPA dan melakukan follow up terhadap CAPA yang telah dibuat,
serta menangani obat kembalian jika ada keluhan dari pelanggan.
Quality Monitoring Section memiliki Pemeriksa Pemantauan Mutu
(Quality Monitoring Inspector) yang bertugas dalam menganalisis sampel
pertinggal jika terdapat keluhan dari konsumen dan Product Sorter yang
bekerjasama dengan bagian warehouse untuk memeriksa jumlah dan fisik produk,
membuat laporan disposisi ke marketing untuk menentukan tindakan selanjutnya
terhadap produk.
Pada penanganan keluhan, keluhan yang diterima harus segera diteruskan
ke QA apabila terkait kualitas produk. Quality Monitoring melakukan penilaian
resiko awal yang mencakup pemeriksaan keluhan dan sampel pertinggal untuk
menentukan prioritas investigasi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan mencakup
keluhan sebelumnya pada produk yang sama, Corrective Action and Preventive
Action (CAPA) yang telah diimplementasikan, dan pemeriksaan bets lain yang
berpotensi. Quality Monitoring Section Head akan melakukan investigasi terhadap
sampel keluhan dengan mengevaluasi batch record dan bila perlu mengirimkan
sampel ke QC untuk diuji. Pengujian dilakukan terhadap sampel keluhan dan
sampel pertinggal. Apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal memenuhi
syarat, atau sampel keluhan tidak memenuhi syarat tetapi sampel tertinggal
memenuhi syarat, maka keluhan dapat dinyatakan not justified (tidak dapat
diterima). Bila sampel keluhan dan sampel pertinggal tidak memenuhi syarat
maka keluhan dapat dinyatakan justified (diterima). Bila keluhan diterima, maka
QA Department Head harus melakukan investigasi terhadap produk yang sama
dengan batch yang berbeda. Bila ternyata ditemukan penyimpangan yang sama
pada batch lain maka keluhan dapat dilanjutkan dengan membuat CAPA atau bila
perlu recall produk jika kasus dianggap sangat berbahaya.
Penanganan pemilihan vendor dilakukan oleh QC bekerjasama dengan
QA. Vendor yang sudah disetujui akan masuk dalam daftar Approved Vendor List.
Audit eksternal untuk vendor dilakukan secara langsung atau dengan kuesioner
untuk vendor yang tidak bisa dikunjungi secara langsung.
Quality System Executive bertugas menangani lembar usulan perubahan, CAPA, deviasi, dan Non Conformance Product (NCP). Lembar usulan perubahan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
45
merupakan change control atau pengendalian perubahan untuk perubahan
dokumen, alat, mesin, dan lain-lain. CAPA perlu dibuat saat permasalahan yang
sama terjadi berulang dan berdampak pada bagian di luar masalah tersebut.
Sumber CAPA dapat berasal dari keluhan pelanggan, laporan OOS, laporan audit,
inspeksi diri, deviasi dalam manufaktur, non conforming material, product quality
review, dan lain-lain. Deviasi atau penyimpangan dibagi menjadi tiga yaitu
planned deviation seperti perubahan prosedur dalam produksi yang telah
direncanakan, unplanned deviation misalnya terjadi capping pada tablet, dan
incident/accident seperti listrik padam. NCP merupakan penyimpangan yang
terjadi sebelum proses produksi misalnya ditemukan kerusakan bahan pengemas
saat pengecekan bahan kemas.
Quality Release Section Head berperan dalam mereview catatan bets
produk yang akan dirilis dan menangani kelengkapan dokumen untuk produk
yang akan dirilis ke pasaran. Dokumen yang diperlukan dalam catatan bets antara
lain catatan selama proses produksi, mulai dari penimbangan hingga dihasilkan
produk jadi, dokumen yang terkait dengan produk seperti dokumen deviasi
(penyimpangan), hasil uji di luar spesifikasi, tindakan perbaikan dan pencegahan
jika ada. Selain itu Quality Release Section Head juga menangani pengendalian
proses selama produksi (in process control). Quality Release Inspector
bekerjasama dengan bagian IPC di Divisi Produksi untuk melakukan
pengendalian proses selama produksi. In process control dilakukan terhadap
semua tahap produksi, mulai dari mixing, tabletting, coating, pengemasan primer
dan pengemasan sekunder. Tujuan IPC adalah proses produksi dapat
menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi dan mengurangi jumlah produk yang
ditolak karena tidak masuk spesifikasi. Quality Release Inspector merupakan
personil QA yang memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan
penyelidikan yang dilakukan oleh IPC produksi. IPC merupakan kegiatan
pemeriksaan dan pengujian yang ditetapkan serta dilaksanakan selama proses
pembuatan produk, termasuk pemeriksaan dan pengujian terhadap lingkungan dan
peralatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
46
d. Quality Support Section
Quality Support Section dipimpin oleh Quality Support Section Head.
Departemen ini bertugas untuk menangani validasi metode analisis, kualifikasi
dan kalibrasi dengan bantuan Engineering Department. Quality Support Section
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kalibrasi alat-alat yang terdapat di
laboratorium QC. Kalibrasi alat dilakukan secara berkala yaitu kalibrasi satu
tahunan, kalibrasi enam bulanan, kalibrasi tiga bulanan, kalibrasi bulanan, dan
verifikasi harian. Untuk kalibrasi satu tahunan dapat dilakukan oleh pihak
eksternal (supplier) atau pihak internal. Sedangkan untuk kalibrasi enam bulanan,
tiga bulanan, bulanan, dan verifikasi harian dilakukan oleh pihak internal yang
biasanya dilakukan oleh para analis yang sudah mengikuti pelatihan kalibrasi
sebelumnya.
Quality Support Section Head juga bertanggung jawab membuat dan
merevisi Standard Operating Procedure (SOP) penggunaan dan pembersihan dan
SOP kalibrasi alat-alat yang terdapat di laboratorium QC. Setelah SOP jadi maka
harus dilaksanakan pelatihan terhadap analis agar para analis dapat menggunakan
alat dengan baik dan benar.
Departemen ini membawahi Quality Support Analysis yang tugasnya
membantu Quality Support Section Head menyiapkan protokol validasi metode
analisis (VMA).
3.9.1.2. Quality Control Department PT. SOHO
Quality Control Department berada di bawah Quality Operation
Department yang berperan dalam memastikan mutu produk agar tetap
konsisten setiap kali produksi dan memiliki spesifikasi yang ditetapkan,
sehingga produk memberikan manfaat bagi konsumen. Quality Control
Department dikepalai oleh apoteker yang memiliki jabatan sebagai Quality
Control Department Head. Quality Control Department bersifat
independen dan sejajar dengan Quality Assurance Department. Quality
Control Department PT. SOHO terpisah dari Quality Control PT.
ETHICA. Peran Quality Control Department adalah:
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
47
a. Menganalisa dan menyetujui atau menolak bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi.
b. Mengarsipkan sertifikat analisa dan dokumen QC lain secara lengkap,
teratur dan mudah ditelusuri.
c. Memastikan seluruh pengujian yang diperlukan dan validasinya telah
dilaksanakan.
d. Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi kerja pengambilan
sampel, metode pengujian, kontrak analisis dan prosedur pengawasan
mutu yang lain.
e. Memeriksa penanganan limbah cair dan padat.
f. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di
bagian pengawasan mutu.
g. Menetapkan, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur
pengawasan mutu.
h. Memantau tersedianya bahan pereaksi dan baku pembanding.
i. Memastikan pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya sesuai kebutuhan.
Jika terdapat hasil pengujian di luar spesifikasi (Out Of
Specification/OOS), maka analis wajib melaporkan hal tersebut untuk
dilakukan investigasi, dilakukan perbaikan, dan didokumentasikan.
QC Department Head membawahi empat section yang menangani Bahan
Baku (Raw Material Section Head), Bahan Kemas (Packaging Material
Section Head), Produk Setengah Jadi (Half Finished Goods Section
Head), dan Microbiology Section Head.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
48
Gambar 3.9. Struktur Organisasi Quality Control
a. Raw Material Section Head
Raw Material Section Head menangani bahan baku, baik yang digunakan
untuk produksi, maupun untuk pengembangan produk (R&D Department),
pemeriksaan air dan limbah, serta penyediaan matriks halal. Dalam
pelaksanaannya, bagian ini dibantu oleh beberapa analis dan helper. Proses
pemeriksaan bahan baku dimulai dari penerimaan barang dari vendor ke gudang.
Warehouse Department akan membuat Lembar Penerimaan Barang (LPB). LPB
ini beserta CoA dari vendor lalu dikirimkan ke QC Raw Material untuk diperiksa
kelengkapan dokumen, kesesuaian supplier dengan approved vendor list, dan
expired date-nya.
Setelah CoA dan LPB lulus pemeriksaan, selanjutnya dibuat jadwal
sampling bahan baku, penentuan jumlah sampling, dan dilakukan sampling pada
bahan baku. Kegiatan sampling dalam pengawasan mutu harus sedemikian rupa
sehingga sampel mewakili suatu bets dan kontaminasi atau efek lain yang
berpengaruh tidak baik terhadap mutu tidak terjadi. Pencegahan ini dilakukan
dengan cara sampling dari bahan baku yang tidak berwarna dan bahan tambahan
dahulu, baru setelah itu sampling dilakukan pada bahan baku aktif dan berwarna.
Wadah yang diambil sampelnya diberi label yang mencantumkan isi wadah,
nomor bets, tanggal pengambilan sampel dan diberi label “contoh sudah diambil”
dengan warna jingga pada wadah bahan baku tersebut. Wadah ditutup rapat
kembali setelah pengambilan sampel. Semua alat pengambilan sampel dan wadah
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
49
sampel terbuat dari bahan yang inert dan dijaga kebersihannya. Mutu suatu bets
bahan baku dapat dinilai dengan mengambil dan menguji sampel yang
representatif. Jumlah yang diambil untuk menyiapkan sampel representatif
ditentukan secara statistik dan dicantumkan dalam pola pengambilan sampel.
Penentuan status bahan baku diluluskan maupun ditolak berdasarkan hasil analisa
yang dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi
ditetapkan berdasarkan literatur yang ada (USP, EP, BP, FI serta CoA dari
vendor) dan beberapa modifikasi yang disesuaikan. Bahan baku yang lulus analisa
diberi label hijau dan bahan yang tidak lulus/ditolak diberi label merah.
Raw Material Section Head juga bertanggung jawab pada pemeriksaan air
dan limbah. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya pemantauan produk dan
lingkungan. Pemeriksaan air dibedakan menjadi dua yaitu air yang digunakan
untuk critical point dan noncritical point. Air untuk penggunaan critical point
adalah air yang digunakan dalam tahap produksi misalnya air untuk pembuatan
sediaan sirup, sedangkan air untuk noncritical point adalah air yang digunakan
pada selain tahap produksi, misalnya purified water untuk analisa. Waktu
pemeriksaan air untuk critical point yaitu satu minggu sekali, sedangkan air untuk
noncritical point diperiksa satu bulan sekali. Pemeriksaan limbah dilakukan pada
limbah sentral yang diambil dari tempat pengumpulan limbah (STP). Hal yang
diperiksa oleh QC pada limbah meliputi parameter COD dan BOD, sedangkan
proses pengolahan limbah diserahkan pada Departemen Heath, Safety, and
Environment (HSE).
Dalam proses produksi, bahan baku yang belum habis dapat dilakukan
analisa ulang (reanalisa) untuk mengetahui kondisi bahan baku yang akan
digunakan. Frekuensi analisa ulang bahan baku berbeda-beda tergantung dari sifat
bahan baku itu sendiri. Bahan baku yang berupa zat aktif direanalisa setiap satu
tahun, sedangkan bahan baku yang merupakan bahan tambahan direanalisa setiap
dua tahun, kecuali flavour direanalisa setiap enam bulan. Bahan baku tambahan
yang memerlukan pemeriksaan mikrobiologi direanalisa setiap satu tahun, kecuali
untuk kapsul kosong direanalisa setiap dua tahun.
Hasil reanalisa yang masih memenuhi syarat spesifikasi diberi label hijau (diluluskan) sehingga dapat dipergunakan untuk produksi. Sedangkan hasil
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
50
reanalisa yang tidak memenuhi syarat spesifikasi diberi label merah (ditolak).
Perlakuan terhadap bahan baku yang ditolak ini disesuaikan dengan perjanjian
yang telah dibuat dengan vendor apakah barang dikembalikan dan diganti, atau
langsung dimusnahkan. Hasil analisa akan diinput oleh analis ke sistem IFS
(Industrial Financial System), lalu akan dilakukan pengecekan oleh supervisor.
Bila hasil analisis sudah benar, maka akan diperoleh acc dari QC Department
Head. Dengan demikian, sistem sudah rilis dan hasil acc ini akan diterima bagian
material planning.
b. Packaging Material Section Head
Packaging Material Section Head menangani pengawasan kualitas bahan
kemas, mencakup penerimaan, standardisasi, penentuan spesifikasi, approval
vendor list dan penanganan bahan kemas. Proses pengawasan dimulai dari
penerimaan LPB dari Warehouse Department agar dilakukan sampling terhadap
bahan kemas. Spesifikasi dari bahan kemas ditetapkan dengan penekanan pada
kompatibilitas bahan terhadap produk yang diisikan ke dalamnya. Pengujian
terhadap bahan kemas difokuskan pada pemeriksaan fisik meliputi pemerian, jenis
bahan kemas, ukuran (panjang, lebar, dan tebal), dan keragaman bobot serta
kualitas cetak pada bahan kemas karena cacat fisik yang kritis dan kebenaran
penandaan dapat berdampak besar yaitu dapat memberikan kesan meragukan
terhadap kualitas produk.
Pengujian box meliputi bahan box, ukuran, teks, warna, kode pencetakan,
dan penempelan lem. Pengujian sticker meliputi bahan sticker, ukuran, arah
gulungan, cetakan, penempelan lem. Pengujian leaflet menggunakan plastik
transparan yang ditangkupkan lalu dicocokkan isinya. Pengujian botol meliputi
bahan botol, dimensi botol, dan ukuran mulut botol yang disesuaikan dengan
drawing dari supplier. Pemeriksaan mikrobiologi diperlukan untuk bahan kemas
produk sirup dan krim. Setelah dilakukan sampling dan dilakukan pengecekan,
maka alurnya sama seperti sampling raw material, ada acc dari QC Department
Head.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
51
c. Half Finished Goods Section Head
Half Finished Goods Section Head mengawasi mutu produk setengah jadi
dan produk jadi. Pengawasan mutu produk ruahan atau setengah jadi dimulai dari
pengambilan sampel di bagian produksi. Pelaksana pengambilan sampel
dilakukan oleh petugas IPC. Sampling dilakukan setelah proses produksi selesai
disertai lembar PA (Permintaan Analisis) dari produksi. Waktu sampling
tergantung dari jenis produk dan sifat fisika kimianya. Sampling untuk produk
steril dilakukan setelah proses sterilisasi. Untuk produk aseptis, sampling
dilakukan setelah proses filling selesai. Sampling produk setengah jadi nonsteril
dalam bentuk granul dilakukan pada saat proses mixing berlangsung dengan alat
thief sampler. Pengambilan sampel dilakukan pada bagian atas, tengah, dan bawah
dari drum mixer. Sampel untuk granul dilakukan untuk produk yang mengalami
perubahan atau validasi proses, seperti perubahan batch size, bahan baku, mesin,
dan proses produksi. Pengambilan sampel untuk tablet, kaplet, dan kapsul diambil
di bagian awal, tengah dan akhir proses produksi, sedangkan untuk untuk tablet
salut dilakukan di akhir proses produksi. Sampel obat jadi diambil setelah
pengemasan primer selesai. Sampel dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai
lengkap dengan label dan ditutup rapat. Label berisi nama produk, nomor batch,
tanggal pembuatan, tanggal sampling dan paraf petugas IPC yang melakukan
sampling. Sampel yang diperoleh diletakkan di tempat penyimpanan QC.
Sampel yang didapat lalu dianalisa sesuai prosedur pengujian untuk setiap
produk dengan metode yang telah disetujui. Spesifikasi dan prosedur pengujian
untuk tiap produk setengah jadi dan produk jadi mencakup spesifikasi dan
prosedur pengujian mengenai identitas, kemurnian, mutu dan kadar/potensi. Hasil
pengujian dilaporkan analis dalam Lembar Data Awal (LDA). LDA berisi nama
dan nomor batch serta bentuk sediaan, metode analisis yang digunakan,
pernyataan mengenai nilai yang diharapkan, pernyataan apakah memenuhi atau
tidak memenuhi syarat, tanggal dan tanda tangan analis yang melakukan
pengujian dan pemeriksa perhitungan. Hasil pengujian (terutama perhitungan)
diperiksa oleh supervisor (Half Finished Goods Section Head) sebelum bahan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
52
atau produk tersebut diluluskan atau ditolak. Acuan pertama untuk proses
pengujian bahan jadi mengacu pada USP (United Stated Pharmacopeia).
d. Microbiology Section Head
Microbiology Section Head menangani pengujian mikrobiologi baik pada
bahan baku, bahan pengemas, produk setengah jadi, dan produk jadi. Selain itu
juga memantau jumlah mikroba lingkungan (suatu ruangan akan dipantau jumlah
mikroba lingkungannya setiap bulan), memantau mikroba dalam air (setiap bulan
sekali), pengujian efek antimikroba, dan swab mikroba saat validasi pembersihan.
Tidak semua bahan baku maupun produk jadi dilakukan pengujian mikrobiologi,
hanya yang memiliki probabilitas terkontaminasi yang besar seperti bahan baku
yang berupa ekstrak serta produk dalam bentuk sediaan sirup dan cream.
Pengujian mikrobiologi juga diperlukan untuk tablet atau kapsul yang
mengandung bahan alam atau ekstrak.
Pengujian mikrobiologi dimulai dengan diterimanya Permintaan Analisis
(PA) dari produksi dan QC Raw Material (RM)/Packaging Material (PM).
Kemudian dilakukan sampling dengan perlakuan yang lebih khusus yaitu
menggunakan wadah sampling yang steril. Hasil pengujian dilaporkan analis
dalam Lembar Mikrobiologi yang berisi nama dan nomor batch dan bentuk
sediaan, media yang dipergunakan, pernyataan nilai yang diharapkan, pernyataan
tidak atau memenuhi syarat, tanggal pemeriksaan dan tanda tangan analis yang
melakukan pengujian, tanggal dan tanda tangan QC Microbiology Section Head.
Hasil pemeriksaan mikrobiologi kemudian diserahkan kepada analis bahan baku
atau analis produk setengah jadi sesuai dengan bahan yang diuji. Analis bahan
baku atau produk setengah jadi akan membuat Certificate of Analysis (CoA) untuk
bahan yang memiliki spesifikasi mikrobiologi sehingga dapat dinyatakan
diluluskan (released).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
53
3.9.1.3. Quality Control Department PT. ETHICA
Gambar 3.10. Struktur Organisasi QC PT. ETHICA
Quality Control Department PT. ETHICA hampir sama dengan
Departemen QC di PT. SOHO. Perbedaannya adalah jenis produk yang diperiksa,
jenis pengujian, dan struktur organisasi antara bahan baku dan bahan kemas
dipegang oleh orang yang sama. Di dalam PT. ETHICA yang diuji adalah produk-
produk steril, sehingga dibutuhkan uji sterilitas, uji mikroba, uji endotoksin, uji
jamur, uji pH, osmolalitas, tetapi di dalam PT. SOHO yang diuji adalah sampel
produk non steril ataupun produk obat tradisional.
3.9.1.4. Quality Operation Administrator
Quality Operation Administrator bertugas membuat Standard Operating
Procedure (SOP) secara umum dan juga mengatur penyimpanan master batch
record.
3.9.2. Production Division
Production Division terdiri dari empat departemen yaitu Non Steril
Production Department (NSP), Steril Cephalosporine and Extract Production
Department (SCEP), Production Process Excellence, Product Quality
Compliance. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
54
Gambar 3.11. Struktur Organisasi Divisi Produksi
Production Division dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan
Production Division Head. Peran dari Production Division Head adalah:
1. Merencanakan, mengatur, memeriksa, dan memimpin seluruh kegiatan
produksi.
2. Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
diterapkan secara tepat.
3. Menjamin pelaksanaan produksi secara tepat waktu serta pengiriman semua
produk sesuai dengan biaya yang rasional yang telah ditetapkan oleh kebijakan
mutu PT. SOHO.
4. Mengevaluasi dan menandatangani catatan pengolahan bets sebelum
diserahkan kepada kepala QA.
5. Memastikan adanya training awal dan berkelanjutan terhadap personil yang
bekerja di area produksi.
6. Memastikan bangunan dan fasilitas yang akan digunakan untuk produksi
sesuai dengan CPOB.
7. Memastikan semua proses produksi sesuai dengan prosedur agar memenuhi
syarat mutu yang berlaku.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
55
Non Sterile Production Department dan SCEP merupakan bagian
operasional yang bertanggung jawab merencanakan dan menghasilkan produk.
Jenis produk yang diproduksi di PT. SOHO Group terdiri dari produk non steril
dan produk obat tradisional. Produksi non steril meliputi sediaan padat (tablet,
kapsul, kaplet), semi padat (krim, gel), dan cairan (emulsi, sirup, suspensi,
larutan). Produksi steril sefalosporin meliputi sediaan injeksi, sediaan golongan
beta laktam, dan sefalosporin. Produk obat tradisional terdiri dari obat yang
menggunakan ekstrak yang berasal dari hasil ekstraksi. SCEP Department
melakukan produksi sediaan steril dan sefalosporin di PT. Ethica, sedangkan NSP
Department melakukan produksi di PT. SOHO. Proses produksi yang dilakukan
berawal dari bahan baku hingga produk jadi. Proses produksi tablet dan kaplet
dimulai dari penimbangan, pencampuran, granulasi, pencetakan, penyalutan,
hingga pengemasan. Untuk sediaan kapsul, proses produksi dimulai dari
penimbangan, pencampuran, pengisian kapsul, hingga pengemasan.
Product Process Excellence (PPE) dan Product Quality Compliance
(PQC) merupakan bagian supporting system operational. Product Process
Excellence menangani proses produksi agar berjalan lebih efisien, efektif, cepat,
dan mudah. Kegiatan yang dilakukan oleh PPE antara lain mengupayakan
efisiensi energi, waktu, proses, metode, bahan yang digunakan, serta melakukan
reformulasi existing product. Product Quality Compliance berperan dalam
menangani proses produksi yang terjadi agar proses berjalan sesuai dengan
CPOB, konsisten, dan memiliki deviasi yang lebih kecil. Kegiatan PQC antara
lain melakukan training basic GMP pada operator, melakukan transfer teknologi,
monitoring proses, dan penyusunan master batch record.
Pembuatan jadwal dan perencanaan produksi menggunakan sistem
rencana pengemasan bulanan, yaitu penentuan jadwal pengemasan terlebih dahulu
baru diikuti penentuan jadwal pencampuran, pencetakan, dan penyalutan.
Perencanaan produksi berpengaruh pada jumlah produksi. Setiap bahan baku dan
bahan pengemas yang datang dari pemasok disimpan di gudang dengan status
karantina dengan label kuning. Bahan baku dan bahan pengemas dapat digunakan
setelah diperiksa dan dinyatakan lulus oleh QC. Setelah lulus, label berwarna
hijau ditempelkan pada bahan yang lulus uji dengan menutupi label karantina
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
56
yang berwarna kuning. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat dikeluhkan dan
dikembalikan ke supplier.
Pengambilan bahan baku dan packaging material yang akan digunakan
untuk produk jadi dari gudang menggunakan picklist yang disusun berdasarkan
shop order. Picklist adalah daftar material yang dibutuhkan saat produksi dan
dibuat oleh Material Planning di Supply Chain Management Division dalam
rencana produksi dan didistribusikan ke Inbound Logistic Department.
Sedangkan, shop order adalah daftar material yang dipesan dari supplier.
3.9.2.1. Penimbangan bahan baku
Penimbangan merupakan tahapan awal dan tahapan yang paling kritis
dalam proses produksi. Jika terjadi kesalahan dalam tahapan ini, maka proses
selanjutnya akan sangat bermasalah. Bahan baku dipesan dari gudang berdasarkan
picklist bahan baku. Bahan baku dari gudang diserahterimakan ke bagian produksi
di ruang penyangga (buffer room) dan dilakukan pengecekan identitas bahan baku
satu–persatu sesuai picklist meliputi nomor part, nama dan nomor bahan baku,
expired date, analisa ulang serta label hijau (released). Bahan baku yang sudah
lolos pengecekan diletakkan di ruang staging before weighing, masing-masing
diletakkan per batch (satu pallet hanya untuk satu batch).
Proses awal sebelum penimbangan adalah penyiapan ruang timbang.
Penimbangan selalu dilakukan sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Penimbangan dapat dilakukan setelah dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan
bentuk sediaannya. Ruang timbang terdiri dari dua macam, yakni ruang timbang
kelembaban rendah dan ruang timbang biasa. Pemisahan ini berdasarkan sifat
produk yang akan ditimbang. Bahan baku yang higroskopis dan mudah rusak
karena kelembaban di atas 30% ditimbang di ruang timbang RH rendah,
sedangkan bahan baku yang tidak mudah rusak karena kelembaban di atas 30%
ditimbang di ruang timbang biasa. Kegiatan penyiapan ruang timbang meliputi
pengaktifan sistem down flow booth, pengecekan suhu dan kelembaban, dan
pengecekan waterpass.
Sistem down flow booth merupakan sistem pengaturan aliran udara. Aliran udara perlu diatur untuk mengatur pembawaan debu dan partikel dari bahan baku
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
57
yang jatuh serta terhambur di udara masuk ke dalam fine filter, sehingga tidak
mengontaminasi. Fine filter adalah HEPA filter yang digunakan secara khusus
untuk filter partikel/fines zat yang ditimbang. Udara hasil penyaringan penyaring
halus/fine filter tersebut akan disirkulasi kembali, dan dialirkan ke dalam ruang
timbang melalui HEPA filter di bagian atas. Debu dan partikel akan menempel di
HEPA filter dan penyaring halus/fine filter, dan sampai batas maksimal filter akan
diganti dengan filter baru. Batas maksimal perbedaan tekanan di HEPA filter
adalah 240 Pa dan di penyaring halus/fine filter adalah 120 Pa. Sistem ini
dinyalakan 15 menit dan dapat dilakukan setelah aliran udaranya 40 m/detik. Suhu
untuk ruang timbang dengan kelembaban rendah (kurang dari 30%) adalah ≤
25 C.
Distribusi berat pada timbangan dipengaruhi oleh kemiringan alat timbang
yang dapat diperiksa dengan waterpass. Pengecekan waterpass adalah dengan
melihat gelembung air berada tepat di tengah lingkaran alat cek waterpass,
sehingga distribusi berat merata di semua bagian timbangan. Bahan–bahan padat
yang sudah ditimbang dimasukkan dalam plastik. Bahan-bahan cair dimasukkan
dalam wadah berbahan stainless steel, bahan alkohol dan larutan yang memiliki
risiko terbakar/meledak dimasukkan dalam safety can. Wadah plastik, stainless
steel dan safety can yang digunakan harus sudah dicek dan dirilis oleh QC. Bahan
yang sudah dimasukkan dalam wadah kemudian dilabel dengan label timbang,
kemudian diletakkan di dalam ruangan staging after weighing.
3.9.2.2. Produksi solid
a. Mixing Section
Mixing Section berperan dalam melakukan pencampuran bahan baku
sampai homogen dan memenuhi persyaratan untuk melakukan proses berikutnya.
Proses dalam mixing section dibedakan untuk tujuan kempa langsung, granulasi
basah ataupun granulasi kering. Mixing untuk proses kempa langsung dilakukan
pada bahan bersifat alir baik. Sedangkan, untuk bahan yang sifat alirnya buruk
dilakukan proses granulasi. Proses kempa langsung didahului dengan
pencampuran bahan di dalam mixer hingga homogen kemudian ditampung dalam
Universitas Indonesia
o
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
58
wadah dan dilabel. In process control tidak dilakukan pada pencampuran bahan
untuk kempa langsung.
Granulasi adalah proses pembentukan massa dari penyatuan beberapa
partikel yang berbeda ukurannya menjadi massa yang ukurannya lebih besar.
Proses granulasi basah adalah proses pembentukan granul basah yang
menggunakan bantuan zat cair untuk membentuk granul. Granulasi basah
dilakukan untuk bahan yang tahan panas dan tidak rusak karena proses hidrolisis.
Proses granulasi basah menggunakan cairan untuk membentuk granul. Cairan
yang digunakan adalah alkohol, air, isopropanol ataupun kombinasinya. Proses
granulasi basah dimulai dengan mencampur zat aktif dengan fase dalam (bahan
pengisi, bahan penghancur, bahan pengikat) secara pencampuran basah. Alat yang
digunakan untuk mencampur bahan dari granulasi basah adalah super mixer, yaitu
alat yang memiliki kemampuan untuk mencampur bahan dengan putaran agitator
dan membentuk granul dengan chopper. Agitator berbentuk seperti baling-baling
dan dapat berputar dengan kecepatan tinggi, sehingga partikel-partikel dapat
tercampur oleh gaya putar. Proses yang dilakukan setelah pencampuran basah
adalah pengeringan dengan Fluid Bed Dryer. Prinsip kerja Fluid Bed Dryer
adalah udara dingin disaring melalui pre filter dan filter akhir (HEPA) serta
melewati Heat Exchanger, kemudian udara ditarik ke wadah mesin berisi granul
yang akan dikeringkan. Udara panas akan menerbangkan granul secara teratur dan
kelembaban granul akan ditarik keluar oleh kipas sehingga granul menjadi kering
dan merata di setiap butiran. Granul yang dikeringkan diperiksa kandungan airnya
dengan Moisture Balance. Granul yang sudah kering dicampur dengan fase luar
(bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pengikat) dengan mixer.
Granulasi kering dilakukan untuk bahan yang tidak tahan panas, tidak
mudah rusak dengan tekanan tinggi, dan mudah rusak karena proses hidrolisis.
Proses granulasi kering dimulai dengan mencampurkan fase dalam dan zat aktif di
dalam granulator. Di dalam granulator, zat aktif dan fase dalam mengalami roller
compaction yang kemudian akan diayak dengan mesh tertentu. In Process Control
pada granulasi kering tidak dilakukan. Granul kemudian dicampur kering dengan
mixer.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
59
Campuran hasil mixing yang sudah homogen baik melalui proses
granulasi kering ataupun basah selanjutnya dibungkus dalam wadah dan dilabel
kemudian dimasukkan ke dalam ruangan Work In Process (WIP) sebelum
dilakukan tabletting. WIP digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara
hasil campuran yang sudah homogen yang akan memasuki proses berikutnya.
Penyimpanan ini perlu dilakukan karena tidak semua bahan setelah dicampur
dapat langsung ditabletkan. Campuran yang tidak memenuhi persyaratan
disimpan dan dilaporkan ke bagian QA untuk ditindak lanjut. Sedangkan, bahan
sisa akan digunakan kembali untuk batch lain produk yang sama.
b. Tabletting Section
Tabletting Section berperan dalam mencetak hasil campuran mixing yang
diizinkan menjadi tablet atau kaplet. Mesin tablet harus disiapkan sesuai dengan
catatan bets, terutama mengenai kedalaman dan tekanan pengisian, karena hal ini
merupakan parameter kritis untuk mencetak tablet. Mesin cetak tablet yang
digunakan bermacam-macam, secara umum mesin tablet memiliki bagian yang
sama yaitu bagian punch, dies, turret, compression roll, hopper, dan discharge
chute, serta dilengkapi dengan uphill deduster untuk menghilangkan debu yang
menempel pada tablet dan pendeteksi logam untuk mendeteksi adanya kandungan
logam dalam tablet. Perbedaan terdapat dalam cara pengoperasian, jumlah punch,
dan jenis punch. Cara pengoperasian dibagi menjadi manual dan otomatis
(komputerisasi). Jumlah punch bervariasi mulai 16 sampai 39 punch. Jenis punch
terdapat B-type dan D-type. Punch D-type memiliki diameter punch lebih besar
dibandingkan dengan B-type.
In Process Control pada pencetakan tablet dilakukan setiap 30 menit
sekali atau sesuai batch record. In Process Control yang dilakukan adalah
ketebalan tablet, keseragaman bobot tablet, keregasan tablet, kekerasan tablet, dan
waktu hancur tablet. Masalah yang dihadapi dalam pencetakan tablet adalah
capping, laminating, lengket pada dies, dan lengket pada punch. Capping dan
laminating diatasi dengan cara menurunkan tekanan kempa, menambahkan
jumlah pengikat sampai optimum, dan memasukkan granul yang kekeringan ke
dalam oven dalam keadaan off. Granul tersebut akan menyerap uap air sehingga
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
60
terjadi peningkatan kadar air dalam granul. Massa tablet yang lengket pada punch
dan dies terjadi karena granul terlalu basah/pengeringan belum sempurna, tekanan
kempa kurang besar, dan terlalu banyak bahan pengikat. Penanganan massa tablet
yang lengket pada punch dan dies adalah dengan mengeringkan granul yang
terlalu basah, menaikkan tekanan kempa dan memakai bahan pengikat dalam
jumlah yang optimum. Tablet yang memenuhi syarat disimpan di ruang WIP
tablet. Tablet yang tidak memenuhi syarat dikarantina terlebih dahulu, kemudian
didiskusikan dengan QA untuk ditindaklanjuti.
c. Coating Section
Penyalutan merupakan proses pelapisan tablet dengan lapisan tertentu
yang inert atau partikel/zat berkhasiat, baik murni ataupun dalam bentuk
campuran. Penyalutan bertujuan untuk menutupi rasa, bau, warna obat, memberi
perlindungan fisik dan kimia pada obat, mengendalikan pelepasan obat dan
meningkatkan penampilan tablet. Proses penyalutan dilakukan setelah tablet hasil
cetak sudah memenuhi persyaratan dan dilabel proses dilanjutkan.
Tahapan proses penyalutan adalah penyiapan larutan salut, proses sealing,
proses subcoating, proses smoothing, coloring, dan proses polishing. Semua
tahapan tersebut tidak selalu berlaku untuk setiap tablet tergantung dari jenis
tablet yang diproduksi. Jenis tablet salut yang diproduksi adalah tablet salut film,
salut gula, dan salut enterik. Tahap penyiapan larutan merupakan tahap kritis, jika
larutan tidak homogen maka tablet tidak tersalut sempurna atau warna tidak
merata. Tahap sealing bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut
dari penetrasi air dan untuk memperkeras permukaan, dalam hal tahap ini
digunakan polimer seperti shellac dan HPMC. Tahap subcoating bertujuan
menutupi permukaan bahan yang disalut sehingga menjadi bundar sesuai dengan
bentuk dan ketebalan yang dikehendaki, larutan yang digunakan adalah larutan
gula. Tahap penghalusan dan pewarnaan (smoothing-coloring) bertujuan
menutupi dan mengisi cacat pada permukaan tablet yang disebabkan oleh tahap
subcoating, dan untuk memberi warna dasar pada tablet, larutan yang digunakan
adalah larutan gula ditambah lake atau pewarna. Tahap pengkilapan/polishing
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
61
bertujuan untuk mengkilapkan permukaan tablet salut sehingga terlihat mengkilap
dan menarik dengan menggunakan polimer selulosa.
Alat yang digunakan untuk penyalutan adalah sistem panci penyalut
otomatis (automated coating pan). Panci yang digunakan adalah jenis berlubang
(perforated), yaitu panci berlubang, karena dapat dialiri udara panas lebih banyak
lewat lubang-lubang tersebut sehingga pengeringan lebih efektif. Bagian alat
penyemprot (spray gun) digunakan untuk menyemprotkan larutan salut.
Parameter saat penyalutan mencakup beberapa hal yaitu kecepatan putaran pan,
tekanan cabinet, inlet airflow, inlet temperature, inlet humidity, laju spray,
atomising air, dan spray width. Tablet yang sudah selesai disalut dimasukkan ke
dalam panci pemoles (polishing) untuk memoles tablet supaya mengkilap.
Pengawasan selama proses (IPC) yang dilakukan adalah pengukuran waktu
hancur dan keseragaman bobot. Pengawasan selama proses (IPC) dilakukan
setelah selesai penyalutan. Tablet salut yang tidak memenuhi persyaratan harus
segera dikonfirmasi ke QA untuk memastikan tindakan selanjutnya.
Masalah–masalah yang dihadapi saat penyalutan adalah sticking, twinning,
chipping dan mottled color. Sticking adalah menempelnya bagian tablet salut pada
dinding mesin sehingga mengakibatkan tablet tidak utuh. Hal ini disebabkan oleh
pengeringan yang tidak maksimal. Permasalahan ini dapat diatasi dengan
meningkatkan efisiensi pengeringan. Twinning adalah menempelnya tablet salut
pada tablet salut yang lain. Hal ini disebabkan oleh kecepatan panci yang lambat,
dan alat penyemprot (spray gun) menyemprot larutan salut terlalu cepat. Twinning
dapat diatasi dengan mempercepat putaran pan, dan memperlambat semprotan
alat penyemprot (spray gun). Chipping adalah lepasnya bagian tablet atau
rusaknya bagian tablet. Hal ini terjadi putaran panci yang cepat dan tablet inti
yang rapuh. Chipping diatasi dengan memperlambat putaran panci dan
menggunakan tablet inti yang tidak rapuh. Mottled color adalah kondisi warna
tablet salut yang tidak merata disebabkan oleh pencampuran larutan salut yang
kurang homogen dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang terlalu jauh dari
tablet. Mottled color dapat diatasi dengan pencampuran homogen larutan penyalut
dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang lebih dekat dengan tablet.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
62
d. Proses pengisian kapsul
Selain melakukan produksi kapsul, dilakukan juga pengisian kapsul
cangkang gelatin keras. Prinsip kerja mesin filling kapsul ini adalah cangkang
kapsul yang telah dimasukkan ke dalam hopper akan masuk ke dalam jalur
kapsul. Dengan menggunakan vacuum, cap dan body kapsul dipisahkan. Bagian
body pada shaft siap diisi granul atau serbuk. Kapsul yang rusak di-reject secara
otomatis. Cap dan body yang sudah terisi ditempatkan pada shaft dan siap untuk
ditutup. Kemudian cap dan body ditutup lalu dikunci. Kapsul yang telah terkunci
dikeluarkan dari mesin yang kemudian masuk ke mesin polishing. Polishing
bertujuan untuk membersihkan debu partikel yang menempel pada permukaan
cangkang kapsul.
e. Primary Packaging Section
Pengemasan primer untuk tablet dan salut dibuat dalam 2 bentuk yaitu
strip dan blister. Bahan kemasan strip adalah alufoil, sedangkan bahan kemasan
blister adalah plastik dan alufoil. Bahan pengemasan yang digunakan adalah
bahan pengemas yang sudah dinyatakan lulus oleh QC. Pengecekan bahan
pengemas dilakukan sebelum proses pengemasan, yang dicek adalah nomor bets
dan kualitas pengemas. Pengemas yang tidak layak pakai tidak digunakan untuk
proses pengemasan dan selanjutnya dikarantina untuk dimusnahkan.
Pertimbangan pemilihan strip atau blister terletak pada stabilitas bahan yang
dikemas dan permintaan pasar. Bahan yang dikemas dengan strip akan lebih stabil
dibandingkan dikemas dengan blister. Obat–obat yang peka cahaya hanya dapat
dikemas dengan strip, karena blister memiliki bagian transparan yang dapat
ditembus cahaya sehingga obat yang peka cahaya dapat rusak. Kemasan blister
lebih mudah dibuka dengan pendorongan dari belakang (push through pack) dan
lebih disukai konsumen.
Bagian mesin strip yang kritis dalam pengemasan primer adalah bagian
feeding guide, feeding chute, dan sealing. Bagian feeding guide adalah bagian
yang terdapat pada hopper mesin, berbentuk seperti rel/jalur dan berfungsi untuk
mengarahkan tablet atau kapsul satu persatu secara berurutan ke dalam feeding
chute. Bagian feeding chute adalah bagian saluran atau jalur tablet sebelum masuk
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
63
sealing. Bagian sealing berfungsi untuk membungkus tablet/kapsul dengan cara
menempelkan 2 sisi alufoil dengan panas tinggi sehingga rapat.
Bagian mesin blister yang kritis dalam pengemasan primer adalah bagian
pembentuk lubang blister, feeding guide, dan bagian sealing. Bagian feeding
guide dan sealing memiliki prinsip yang sama dengan mesin strip. Bagian
pembentuk lubang blister berfungsi untuk membuat lubang blister dari plastik,
plastik ditekan dengan cetakan panas dan segera didinginkan sehingga terbentuk
lubang-lubang blister. Bagian pembentuk blister inilah yang membedakan mesin
strip dan mesin blister.
Pengemasan tablet juga dilakukan dengan botol, untuk bahan-bahan yang
rusak karena panas tidak boleh dikemas dengan strip atau blister, karena mesin
strip dan blister menggunakan panas tinggi. Proses pengemasan dengan botol
adalah dimulai dengan peniupan/blowing botol, pengisian tablet, dan penutupan
botol (capping). Proses peniupan/blowing botol berfungsi untuk menghilangkan
partikel/debu yang terdapat di botol. Proses pengisian tablet dilakukan secara
manual oleh operator yaitu dengan menghitung satu-persatu tablet yang akan
dikemas ke dalam botol.
Pengawasan selama produksi (IPC) yang dilakukan adalah uji kebocoran
dengan larutan metilen biru dalam mesin sedot vakum. IPC dilakukan setiap 30
menit atau 1 jam (tergantung dari tingkat frekuensi kebocoran terjadi pada
kemasan) supaya saat ditemukan kemasan yang rusak atau bocor dapat segera
diambil tindakan perbaikan dan pencegahan sehingga jumlah kemasan yang
ditolak tidak terlalu banyak. Cara menguji kebocoran adalah dengan memasukkan
strip ke dalam larutan metilen biru (dalam mesin sedot vakum) dan pintu mesin
ditutup, vakum dinyalakan selama 1 menit, dan jika terjadi kebocoran maka strip
atau blister akan terisi larutan metilen biru. Sampel IPC harus dibuang dan tidak
boleh dikemas ulang setelah dibuka. Strip/blister yang mengalami kebocoran
dikarantina dan dikonfirmasi ke QA. Apabila terdapat kebocoran pada strip
produk, maka batch terakhir yang mengalami kebocoran kemasan akan ditarik dan
dilakukan pengemasan ulang dan bila perlu juga dilakukan setting ulang alat.
Pengecekan penampilan juga dilakukan saat pengemasan, kemasan yang bergaris,
penyok atau tidak sempurna segera dicek penyebabnya, kemudian dikarantina dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
64
dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan supaya kemasan bekas tidak
disalahgunakan oleh pihak yang bertanggung jawab. Alufoil sisa pengemasan
dikembalikan ke gudang.
f. Secondary Packaging Section
Pengemasan sekunder dilakukan langsung setelah pengemasan primer,
mesin dibuat model in-line. Urutan model in-line adalah mesin labelling, mesin
printing untuk label, mesin printing untuk kemasan sekunder dan mesin sealing
master box. Proses kritis dari pengemasan sekunder adalah proses printing. Proses
printing dilakukan dengan printer dengan warna tinta hitam yang tidak mudah
terhapus oleh udara atau gesekan, yang dicetak adalah nomor batch, expired date,
dan tanggal produksi. Hasil printing yang tidak bagus (miring, kabur), dapat
dihapus dengan larutan penghapus/semacam thinner kemudian direprinting.
Pengemasan sekunder masih dilakukan dengan bantuan tenaga manusia dengan
dimasukkan secara manual dalam dus kemasan. Dus kemasan juga diprint nomor
batch, expired date, dan tanggal produksi. Dus kemasan dimasukkan ke dalam
master box dan ditutup dengan lakban. Master box dilabel dan selanjutnya
diserahterimakan ke bagian gudang. Beberapa informasi tercantum pada master
box antara lain, terlindung dari cahaya, cara menyusun, jangan memakai alat
pengait, dan maksimal tumpukan, tujuannya adalah untuk menghindari kerusakan
selama penyimpanan atau pendistribusian. In process control yang dilakukan
hanya memeriksa printed material.
3.9.2.3. Obat tradisional (OT)
Pada awalnya bagian OT merupakan departemen yang berdiri sendiri,
tetapi mulai September 2011 bagian ini berada di bawah Production Division
tepatnya di Non Sterile Production Department. Aktivitas ekstraksi simplisia
dilakukan oleh departemen SCEP. Sebagian proses ekstraksi simplisia yang
dilakukan secara toll-out karena keterbatasan kapasitas mesin. Simplisia yang
diperoleh dari warehouse akan dihaluskan terlebih dahulu. Setelah dihaluskan,
bahan baku akan diekstraksi dengan metode maserasi dalam tangki. Maserasi
dapat dilakukan hingga empat sampai lima kali. Ekstraksi dilakukan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
65
menggunakan dua pelarut, yaitu air dan alkohol 70%. Dari hasil ekstraksi, akan
diperoleh ekstrak cair yang selanjutnya akan dievaporasi di tangki evaporator
untuk menghasilkan ekstrak kental. Lama proses evaporasi kurang lebih 7-12 jam.
Pelarut alkohol dapat memakan waktu paling lama 9 jam, sedangkan untuk pelarut
air kurang lebih 12 jam. Ekstrak kental yang diperoleh dari proses evaporasi
selanjutnya akan diolah menjadi ekstrak kering. Proses yang digunakan dalam
pembuatan ekstrak kering adalah granulasi basah. Bahan pengisi/filler akan
ditambahkan dalam ekstrak kental, kemudian dilakukan pencampuran dalam
mesin dengan agitator di dalamnya. Setelah dilakukan pencampuran, akan
diperoleh ekstrak setengah kering. Ekstrak setengah kering tersebut kemudian
dikeringkan dalam oven hingga kadar air mencapai yang dipersyaratkan, yaitu
kurang dari 4%. Pengeringan dalam oven dilakukan pada suhu 90°C dengan
massa kurang lebih 300 kg selama 20-30 jam. Ekstrak kering yang diperoleh akan
dihaluskan dengan ayak kering. Setelah selesai diayak, ekstrak kering tersebut
selanjutnya diuji oleh bagian QC untuk memperoleh label released sehingga
proses selanjutnya dapat dilanjutkan. Hal-hal yang dianalisa oleh QC antara lain:
kadar senyawa aktif, indeks bias, bulk density, kadar air, % lolos mesh, dan
mikrobiologi. Dari hal-hal tersebut, permasalahan yang paling sering dihadapi
adalah kadar mikroba di atas ambang yang telah ditentukan. Hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah membawa ekstrak
kering tersebut ke BATAN untuk dilakukan proses radiasi. Ekstrak kering yang
telah memperoleh label released selanjutnya diserahkan ke warehouse untuk
disimpan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan.
3.9.2.4. Produk steril
Produksi pada PT. ETHICA Industri Farmasi mencakup produk-produk
kategori SCP seperti injeksi steril dan produk sefalosporin. Produksi steril
berbeda dengan produksi non steril, mulai dari ruangan pembuatan hingga proses
pembuatannya. Ruangan yang digunakan pada produksi steril terbagi menjadi
kelas A, B, C, dan D. Kelas ini dibagi berdasarkan perbedaan jumlah partikel dan
jumlah mikroba yang diizinkan. Kelas A harus berada di bawah aliran udara
laminar (Laminar Air Flow/LAF) dengan latar belakang kelas B atau C. Kelas A
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
66
dengan latar belakang B merupakan kelas untuk pengisian produk steril yang
disterilisasi secara aseptis. Sedangkan untuk kelas A dengan latar belakang kelas
C dapat digunakan untuk pengisian produk dengan proses sterilisasi akhir. Kelas
C biasanya digunakan untuk proses pencampuran. Proses pembuatan sediaan
injeksi steril dilakukan dimulai dari penimbangan, pencampuran, pencucian
ampul, pengisian ampul, sterilisasi kemudian dilakukan pengemasan. Sediaan
steril yang diproduksi di PT ETHICA Industri Farmasi hanya berupa sediaan
dalam ampul dengan volume kecil. Sedangkan untuk sediaan dengan volume
yang besar dilakukan produksi ke pabrik lain (toll out).
Untuk produk sefalosporin diproduksi di gedung yang terpisah dari produk
golongan lain. Sedangkan proses produksi yang dilakukan sama dengan produk
non steril.
3.9.3. Research and Development Division (R&D Division)
Divisi R&D dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan R&D Division
Head. Divisi R&D dibagi menjadi empat departemen, yaitu Group Formulation
Development Department, Analytical Method Development Department,
Packaging Development Department, dan R&D Compliance and Support
Document. Divisi R&D dilengkapi dengan fasilitas laboratorium formulasi
dengan alat penunjang dan pilot machine (miniatur alat produksi). Kerjasama
Departemen R&D dengan departemen lain adalah sebagai berikut:
a. Mengirimkan master formula ke bagian produksi untuk kemudian
diterjemahkan oleh bagian produksi menjadi batch record.
b. Mengirimkan spesifikasi dan metode analisa untuk produk jadi baru dan
eksisting.
c. Membutuhkan support dari Supply Chain dalam hal penentuan mesin produksi
dan kapasitasnya.
d. Menyiapkan dokumen untuk kepentingan registrasi yang diserahkan ke bagian
regulatori
e. Bersama dengan Business Development dalam mendukung launching produk
baru yang dilakukan oleh bagian Marketing.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
67
Gambar 3.12. Struktur Organisasi R&D
3.9.3.1. Group Formulation Development Department
Group Formulation Development Department berperan dalam studi dan
pengembangan formula produk yang meliputi produk kategori Active
Pharmaceutical Product, herbal, suplemen makanan, kosmetik, dan makanan.
Departemen ini meneliti dan mencari formulasi mulai skala lab hingga skala pilot.
Group Formulation Development Department menyusun formula induk yang
berisi identitas obat dan formula obat serta langkah-langkah proses produksinya.
Pengujian formula induk (trial) dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap
pertama, setiap bahan baku yang sudah dibeli oleh Departemen Material
Procurement dipelajari oleh Departemen R&D untuk selanjutnya diuji skala
laboratorium yaitu pengujian terhadap 3000-5000 tablet untuk sediaan tablet, 2-5
kg untuk sediaan padat/semi cair, dan 3-5 L jika sediaan cair. Tahap selanjutnya
setelah pengujian skala laboratorium adalah uji stabilitas yaitu uji stabilitas
dipercepat dan kemudian dilakukan pengujian skala pilot yaitu pengujian produksi
dengan jumlah minimal bahan sepersepuluh jumlah bahan awal per bets komersial
(jika bets komersial 100 L maka skala pilot minimal 10 L). Setelah pengujian
skala pilot selesai dilakukan proses peningkatan skala produksi yang merupakan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
68
ukuran bets komersial. Ukuran bets komersial ini bermacam-macam tergantung
permintaan produk yang akan diproduksi.
3.9.3.2. Analytical Method Development
Analytical Method Development berperan dalam pengembangan metode
analisis yang meliputi metode fisika kimia dan metode stabilitas. Departemen ini
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu Stability Method Sub Department, Physical
Chemical Method Sub Department, dan Analytical Method Development
Administrator.
Stability Method Sub Department bertanggung jawab dalam uji stabilitas
produk baru untuk menjamin kualitas produk yang telah diluluskan dan akan
beredar di pasaran. Uji stabilitas terdiri dari uji stabilitas dipercepat, uji real time
condition, uji photostability, dan uji stabilitas dalam suhu kamar serta AC.
Dengan uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor lingkungan seperti suhu dan
kelembaban terhadap parameter–parameter stabilitas produk seperti kadar zat
aktif, pH, berat jenis dan netto volume yang selanjutnya dapat ditetapkan tanggal
daluarsa produk. Uji stabilitas untuk produk yang sudah beredar di pasaran
dilakukan oleh Departemen QA. Parameter yang diamati dalam uji stabilitas
adalah parameter fisik (bentuk, warna, bau) dan kimia obat (kadar zat aktif,
jumlah mikroba, degradasi produk). Physical Chemical Method Sub Department
bertugas meneliti metode analisa fisikokimia untuk produk baru dan eksisting.
Analytical Method Development Administrator bertugas mengarsipkan dokumen
terkait pelaksanaan pengembangan metode analisa.
3.9.3.3. Packaging Department
Packaging Department berperan dalam mendesain kemasan produk baru,
produk lama yang direvisi maupun produk lama yang dikemas ulang, baik untuk
tujuan perdagangan lokal maupun impor. Departemen ini bertugas mendesain
kemasan primer, sekunder, dan tersier. Packaging composition berisi daftar nama
dan jumlah bahan pengemas beserta dengan kelengkapannya antara lain berisi
jumlah leaflet, sendok takar, karton, master box, dan label. Sebelum digunakan,
kemasan harus diluluskan oleh bagian QC dan bagian produksi, kemudian
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
69
dilakukan pemeriksaan oleh Production Planning dan sisanya dikembalikan ke
produksi.
Setiap kemasan dan label harus tercantum nomor kode dan barcode.
Fungsi dari nomor kode dan barcode adalah sebagai data identitas kemasan yang
dirahasiakan. Blue print kemasan untuk produk tersendiri diserahkan kepada QC
untuk dianalisa.
3.9.3.4. R&D Compliance and Support Document
R&D Compliance and Support Document berperan dalam dokumentasi
dan registrasi obat baru. Dokumentasi melingkupi dokumentasi perkembangan
formula, analisa, dan pengemasan dari produk ethical, herbal dan suplemen, serta
riset baru. Registrasi obat baru dilakukan berdasarkan Peraturan Kepala BPOM
Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 mengenai Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat. Departemen ini menyatukan output setiap departemen di R&D
Division menjadi satu dossier lalu diserahkan ke bagian regulatori untuk registrasi
ke Badan POM.
3.9.4. Divisi Manajemen Rantai Persediaan/Supply Chain Management (SCM)
Divisi SCM terbagi menjadi 4 departemen yaitu Departemen Supply
Planning, Inbound Logistic, Material Procurement, dan Import Clearance.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
70
Gambar 3.13. Struktur Organisasi Divisi Supply Chain
3.9.4.1. Supply Planning Department
Supply Planning Department dikepalai oleh Supply Planning Department
Head, terdiri dari 3 bagian, yaitu Sub Departemen Perencanaan Produksi (Supply
Planning Sub Department) dan Manajemen Persediaan Produk (Product Supply
Management Sub Department) dan Supply Planning Administrator. Secara umum,
kegiatan Supply Planning Department adalah menjembatani bagian produksi,
marketing, dan distributor (PT. Parit Padang Global).
a. Supply Planning Sub Department Head
Supply Planning Sub Department Head bertugas menganalisa perencanaan
produksi dan bertanggung jawab dalam pengaturan jadwal produksi. Bagian ini
terbagi menjadi tiga sub bagian yaitu Production Planning, Contract
Manufacture, dan Production Planning Specialist. Production Planning yang
bertanggung jawab tentang perencanaan produk-produk yang dibuat di dalam
pabrik, perencanaan dana produksi dan pemasok. Production Planning dibagi
menjadi 5 bagian, yaitu lini injeksi, lini solid, lini sefalosporin, lini likuid, dan lini
semisolid. Contract Manufacture bertanggungjawab dalam perencanaan produk-
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
71
produk yang dibuat di luar pabrik (toll manufacturing), dan Production Planning
Specialist bertanggung jawab sebagai penanggung jawab bagian manufacturing
yang akan berhubungan dengan bagian pemasaran.
Perencanaan produksi dibuat berdasarkan order plan dari PT. Parit Padang
Global. Order plan dibuat berdasarkan forecast dari Marketing Department.
Forecast dari Marketing Department didasarkan dari analisa pertumbuhan pasar.
Production Planning Department menganalisa setiap forecast yang berasal dari
bagian marketing, kemudian melakukan perencanaan Master Requirements
Planning (MRP) dan Master Production Scheduling (MPS). Master Production
Scheduling (MPS) berisi jenis, jumlah produk yang akan diproduksi, serta jadwal
kapan dilakukannya proses produksi. Setelah MPS dibuat, selanjutnya dibuat
MRP untuk menunjang MPS. Master Requirements Planning (MRP) berisi nama
dan jumlah material yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dokumen Master
Requirements Planning (MRP) di-follow up ke bagian warehouse, QA, produksi,
dan marketing.
Contract Manufacture Section Head bertanggung jawab dalam hal
produksi yang menggunakan sistem kerjasama pembuatan produk (toll
manufacturing), baik menerima pembuatan produk dari perusahaan lain (toll in)
maupun pembuatan produk ke perusahaan lain (toll out) serta melakukan
negosiasi terkait produksi obat yang akan menggunakan sistem kerjasama
pembuatan produk (toll manufacturing) seperti menentukan jangka waktu mulai
dari pemesanan produk hingga dihasilkan produk jadi.
b. Production Supply Management Sub Department
Production Supply Management Sub Department Head bertanggung jawab
dalam perencanaan produksi produk-produk baru yang akan dirilis ke pasaran.
Alur untuk persediaan produk (product supply) dimulai dari dokumen formula
induk (berkoordinasi dengan R&D), bahan baku dan bahan kemas (koordinasi
dengan R&D dan Perencanaan dan Pembeliaan Bahan), nomor registrasi
(koordinasi dengan Pengembangan Bisnis dan Pemasaran/Business Development
dan Marketing), produksi (koordinasi dengan Divisi Produksi/Production
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
72
Division), pelulusan produk (koordinasi dengan QA), hingga pengiriman
(koordinasi dengan pihak Inbound Logistic).
3.9.4.2. Inbound Logistic Department
Gudang atau warehouse bemanfaat sebagai tempat penerimaan,
penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, pengendalian, pemusnahan, dan
pelaporan material serta peralatan agar kualitas dan kuantitas terjamin. Syarat
gudang menurut CPOB yaitu:
a. Harus ada protap yang mengatur tata kerja (penerimaan, penyimpanan, dan
distribusi barang).
b. Cukup luas, terang, dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering,
bertemperatur sesuai dengan persyaratan, bersih, dan teratur.
c. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar
atau mudah meledak.
d. Tersedia tempat khusus barang karantina dan rejected.
e. Tersedia ruangan khusus untuk sampling, dengan kualitas ruangan seperti grey
area.
f. Pengeluaran barang mengikuti prinsip First In First Out (FIFO) atau First
Expired First Out (FEFO).
Gudang PT.SOHO Group telah memenuhi persyaratan CPOB. Gudang
yang ideal mampu menyimpan produk seefisien dan seoptimal mungkin dengan
mengecilkan space antar barang. Bangunan yang dijadikan sebagai tempat
penyimpanan barang harus terjamin kebersihan dan higienitasnya. Gudang harus
memiliki kelembaban ruangan 75%, namun untuk produk kapsul memiliki
kelembaban ruang 35%-65%, bahan yang disimpan tidak boleh bersentuhan
langsung dengan lantai, jarak antara bahan mempermudah pembersihan dan
inspeksi, dan pallet harus dalam keadaan bersih dan terawat. Pallet yang
digunakan terbuat dari plastik untuk setiap produk PT. SOHO dan ETHICA.
Pada tahun 2009, PT. SOHO Group melakukan rekonsiliasi bagian gudang menjadi fungsi Inbound Logistic. Perbedaan gudang dan Inbound Logistic adalah
gudang merupakan tempat penyimpanan dan Inbound Logistic langsung menuju
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
73
aktualisasi proses di lapangan, seperti dari penerimaan material hingga proses
distribusi produk jadi. Inbound logistic Department memiliki dua sub departemen,
yaitu sub departemen Inbound Logistic dan Inbound Logistic Administrator.
Inbound Logistic Sub Dept. Head membawahi site supervisor, dan site supervisor
dibantu oleh Forklift Operator, Checker, Driver, dan Site Officer.
Bagian Inbound Logistic 4 site supervisor yang menangani 6 gudang.
Lokasi keenam gudang tersebut adalah PPG pusat, Site Himalaya, Site Rawa
Udang, Site Rawa Kepiting, Site Pulo Kambing, dan Site Pulo Sumur. PT. SOHO
Group memiliki 1 distributor tunggal, yaitu PT. Parit Padang Global (PPG). Site
PPG sebagai tempat raw material dan packaging material khusus ekspor, Site
Himalaya sebagai tempat secondary packaging material, Site Rawa Udang
sebagai tempat tersier packaging material, Site Rawa Kepiting sebagai tempat
bahan simplisia, bahan mudah terbakar dan alkohol. Site Pulo Kambing sebagai
tempat menyimpan finished product yang akan diekspor dan Site Pulosumur
adalah tempat finished good yang akan didistribusikan oleh PPG (Gudang PPG).
Dalam pelaksanaan penyimpanan packaging material, dilakukan
pengelompokkan cara penyimpanan yaitu ada AC untuk penyimpanan barang-
barang seperti stiker dan alumunium foil, dan tidak adanya AC untuk
penyimpanan barang-barang di bawah suhu 35 C.
Penyimpanan raw material dapat dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu:
1. Pharma – Non Pharma
Pharma dan Non Pharma dibedakan berdasarkan kategori produk akhir bahan
awal. Pharma merupakan golongan produk ethical sementara Non Pharma
merupakan golongan produk supplement dan non-essentials. Seluruh bahan
baku, baik itu zat aktif maupun eksipien yang digunakan dalam memproduksi
produk ethical, akan diletakkan di dalam kelas Pharma, begitu pula sebaliknya.
2. Halal – Reguler
Bahan yang telah mendapatkan sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia
akan diletakkan secara terpisah dengan bahan yang tidak disertifikasi.
Pemisahan tersebut hanya sebatas pemisahan pallet, bukan hingga pemisahan
ruang.
3. Cephalosporin - Non Cephalosporin
Universitas Indonesia
o
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
74
Zat aktif golongan sefalosporin dipisahkan dengan zat aktif non sefalosporin.
Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi beta laktam.
Pemisahan dilakukan secara pemisahan ruangan.
4. Psikotropik - non Psikotropik
Penggolongan ini didasarkan pada UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
pada sarana produksi farmasi, psikotropika harus disimpan secara terpisah
dengan golongan non psikotropika agar dapat menhindari penyalahgunaan.
Barang-barang juga dikelompokkan berdasarkan suhu simpan, yaitu suhu
simpan pada suhu ruangan (dibawah 30 C, untuk produk yang stabil terhadap
panas), suhu 15-25 C untuk produk likuid seperti suspensi dan emulsi, suhu
dingin (2-8 C) untuk bahan ekstrak cair atau ekstrak buah dan bahan-bahan yang
zat aktifnya tidak tahan panas. Cara mengondisikan suhu 2-8° C dilakukan dengan menyimpan barang dalam kotak styrofoam dengan icegel di dalamnya sebagai pendingin.
Suhu ruangan penyimpanan dikondisikan menggunakan AC (Air
Conditioning). Sebelum dilakukan pemasangan AC, dilakukan proses mapping.
Mapping bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian ruangan yang kritis terhadap
perubahan temperatur, sehingga pemasangan termohidrometer dapat dilakukan
pada tempat yang paling tepat. Gudang PT. Parit Padang di Pulo Sumur sudah
menggunakan sistem HVAC (Heat, Ventilating and Air Conditioning).
Kegiatan pokok gudang bahan baku dan pengemas adalah terima, simpan,
dan kirim. Alur penerimaan barang adalah menerima raw material dari supplier
(impor atau lokal), kemudian dilakukan checking sesuai prosedur oleh pihak
gudang dan ditempel label karantina warna kuning. Pihak gudang membuat
laporan penerimaan barang dengan mengisi formulir LPB (Lembar Penerimaan
Barang). LPB tersebut akan dikirim dan diperiksa oleh QC Department dengan
melampirkan Certificate of Analysis (CoA). Dengan adanya CoA menunjukkan
bahwa barang itu telah dirilis supplier. Setelah LPB diterima oleh QC, QC
kemudian akan melakukan sampling barang. Apabila barang yang datang di luar
kisaran spesifikasi yang telah ditentukan, barang tersebut akan direject. Barang
yang memenuhi spesifikasi akan diluluskan oleh QC untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam stok gudang. Jika hasil sampling release, maka produk
Universitas Indonesia
o
o
o
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
75
ditempel label hijau, dan jika hasil sampling rejected, maka produk ditempel label
merah dan diletakkan di tempat yang terpisah.
Setiap awal bulan, PT. Parit Padang akan mengirim Purchase Order (PO)
ke Inbound Logistic. PO tersebut akan diinput untuk selanjutnya diproses. Proses
transaksi antara PT. SOHO Group dan PT. Parit Padang dilakukan dengan
Delivery Note (DN). DN adalah bukti resmi penjualan produk PT. SOHO Group
yang dibeli oleh PT. Parit Padang. DN untuk barang titipan harus disertai dengan
tanda terima sementara, sedangkan DN barang kiriman langsung disertai oleh
produknya. Dari penjualan tersebut, akan timbul tagihan online ke bagian
akuntansi.
3.9.4.3. Material Procurement Department
Material Procurement Department merupakan departemen yang
bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan awal, yaitu bahan baku (raw
material) dan bahan pengemas (packaging material) yang akan digunakan dalam
produksi dengan cara membeli dari pemasok yang telah terdaftar. Departemen ini
terbagi menjadi tiga section, yaitu Material Sourcing Section, Material
Procurement Section, dan Material Planning Section.
Material Planning Section bertanggung jawab atas perencanaan
pemesanan material dalam bentuk shop order yang dibuat berdasarkan Bill of
Material (BOM). Shop order tersebut menjadi dasar pembuatan picklist yang
digunakan oleh produksi untuk memesan bahan baku dari warehouse. Sementara
itu, Raw Material Procurement Section, dan Packaging Material Procurement
Section masing-masing bertanggung jawab terhadap pembelian bahan baku dan
bahan pengemas. Dalam pelaksanaan kegiatannya, Material Procurement
Department menerima permintaan bahan baku dan bahan pengemas dari
Production Planning yang tertulis dalam Purchase Requisition. Permintaan
tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan mengirim Purchase Order yang berisi
daftar barang yang akan dibeli kepada pemasok yang telah tercantum dalam
Approved Vendor List, yaitu daftar pemasok yang telah terkualifikasi dan
disetujui oleh Quality Assurance. Untuk selalu menjaga ketersediaan bahan, maka
tiap bahan awal harus memiliki minimal dua pemasok. Departemen ini juga
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
76
bertanggung jawab untuk mencari alternatif pemasok jika pemasok yang telah
terdaftar tersebut tidak dapat memenuhi permintaan bahan baku dan pengemas.
3.9.4.4. Import Clearance Department
Import Clearance Department bertanggung jawab dalam kegiatan impor
produk. Aktivitas departemen ini antara lain menangani bahan baku impor dari
luar negeri.
3.9.5. Technical Division
Technical division memiliki lima departemen yaitu Continuos
Improvement Department, HSE Department, Engineering Department, Civil
Engineering and Project Control Department, dan Fixed Asset and Spare Part
Procurement Department.
Gambar 3.14. Struktur Organisasi Technical Division
3.9.5.1. Continuous Improvement Department
Departemen ini bertugas mengembangkan proyek berkelanjutan yang
ditujukan untuk perbaikan berkesinambungan PT. SOHO Industri Pharmasi. Salah
satu kegiatan yang dilakukan adalah mengadakan proyek Metamorphosis yang
bertujuan mendorong setiap bagian dalam perusahaan untuk menciptakan ide
perbaikan kinerja / proses agar di masa depan dapat dihasilkan proses yang lebih
efisien. Departemen ini terbagi menjadi dua yaitu Process Performance Section
dan Focus Improvement Section.
3.9.5.2. Healthy, Safety, and Environmental / HSE Department
SOHO Group mengutamakan keselamatan kerja dan keramahan
lingkungan. Departemen K3LH atau HSE merupakan departemen yang berperan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
77
dalam menangani keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup.
Setiap karyawan yang baru mendapatkan training dari departemen ini. Tujuan
training ini adalah agar setiap karyawan memahami peraturan yang berlaku
sehingga dapat terhindar dari kecelakaan kerja. Peraturan tersebut dituangkan
dalam Petunjuk Umum Keselamatan Kerja PT. SOHO Group. Petunjuk-petunjuk
yang tertera bersifat tambahan dari Peraturan Perundang-Undangan tentang
Keselamatan Kerja yang ada di Republik Indonesia yang berhubungan dengan
jenis perkerjaan yang dilakukan. Selain melakukan training, departemen ini juga
telah mempublikasikan di setiap sisi luar pabrik mengenai keselamatan kerja
berupa penandaan rambu-rambu keamanan dan monitoring board frekuensi
kecelakaan.
Kesehatan sangat penting untuk diperhatikan agar tidak mengganggu
kinerja karyawan dalam bekerja yang berakibat pada mutu produk yang
dihasilkan. Secara berkala, PT. SOHO juga melakukan medical check up kepada
setiap karyawannya dan pemeriksaan kesehatan pada saat bergabung dengan
perusahaan. Aspek keselamatan kerja dilakukan dengan pelatihan yang terkait
keselamatan kerja ketika berada di area perusahaan baik pengunjung maupun
karyawan. Karyawan wajib mengikuti pedoman keselamatan pekerja. Prinsip dari
keselamatan kerja adalah kenali lingkungan kerja, pelajari bahaya, dan risiko yang
mungkin timbul, kemudian cari cara pencegahannya. HSE menerapkan lima
hierarki kontrol secara bertahap, yaitu eliminasi, substitusi, pendekatan teknis,
pengawasan administrasi, dan APD (Alat Pelindung Diri). Eliminasi yaitu
menghilangkan setiap bahaya dan risiko dari setiap proses. Substitusi adalah
mengganti aktivitas pekerjaan dengan metode yang lain untuk mengurangi risiko
yang ada. Pendekatan teknis yaitu penggunaan alat-alat yang mempermudah
pekerjaan dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja. Pengawasan
administrasi adalah melakukan pengawasan, pendampingan, serta pembuatan
prosedur tetap. APD yaitu memperlengkapi diri dengan pelindung seperti jas lab,
kacamata (goggle), sarung tangan, masker ketika diperlukan.
Setiap kali ada kejadian nyaris atau kecelakaan kerja, karyawan
diwajibkan untuk melaporkan hal ini dengan tujuan agar dapat mengurangi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
78
kecelakaan kerja dalam hal yang sama. Setiap satu bulan sekali, departemen ini
melaporkan hasil reviewnya. Jenis-jenis kecelakaan kerja:
a. Fatality
Fatality merupakan jenis kecelakaan yang dapat menyebabkan karyawan
sampai meninggal dunia.
b. Lost time injury
Lost time injury merupakan jenis kecelakaan yang menyebabkan karyawan
tidak dapat bekerja sementara waktu, karena karyawan harus
beristirahat.Misalnya, karyawan tertimpa barang yang sedang di karantina di
gudang hingga memar dan sakit jika bergerak.
c. Medical treatment injury
Medical treatment injury yang merupakan jenis kecelakaan yang menyebabkan
perlunya dilakukan tindakan medis pada karyawan. Misalnya, karyawan
terkenanya alkohol pada biji matanya.
d. First aid
First aid merupakan jenis kecelakaan yang menyebabkan perlunya dilakukan
tindakan medis segera pada karyawan yang baru tertimpa kecelakaan.
Misalnya, jari karyawan tertekan punch dan die di mesin tablet hingga
berdarah.
e. Near miss
Near miss adalah salah satu jenis kecelakaan yang poten menyebabkan hampir
celaka. Misalnya, karena ketidaktahuan, maka karyawan tidak menggunakan
masker dan kaca mata pada saat coating tablet sehingga dapat mengalami
kecelakaan kerja.
Pengontrolan lingkungan berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan
proses produksi terhadap kelestarian lingkungan. Salah satunya dengan
pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi cemaran ke lingkungan
sekitar. Pada area dalam bangunan terdapat bak sampah pada perkantoran, pantry,
dan kamar mandi. Selain itu pada area luar terdapat beberapa bak sampah yang
terdiri dari bak sampah organik, non organik, dan B3. Bak sampah organik
berwarna hijau khusus digunakan untuk kertas, daun, kardus, dan sisa makanan.
Bak sampah non organik berwarna biru khusus digunakan untuk plastik, alat tulis
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
79
kantor, botol bekas, dan styrofoam. Bak sampah B3 berwarna jingga khusus
digunakan untuk kaleng cat bekas, cartridge printer bekas, dan kemasan bahan
kimia. Hal ini dimaksudkan agar kebersihan selalu terjaga dan bebas sampah
berceceran.
SOHO Group juga melakukan pest control secara teratur untuk mencegah
adanya hewan-hewan yang berpengaruh terhadap kontaminasi. Pihak ketiga yang
bekerjasama dengan SOHO Group dalam pest control adalah PT. Aardwolf.
3.9.5.3. Engineering Department
Gambar 3.15. Struktur Organisasi Engineering Department
Departemen Engineering dipimpin oleh Engineering Department Head
yang bertanggung jawab dalam memastikan desain, operasi, perbaikan,
perawatan, dan manajemen proyek semua utilitas dalam aspek teknis dan
memenuhi CPOB. Engineering di perusahaan farmasi berkewajiban memahami
CPOB terutama dalam hal persyaratan ruangan serta spesifikasi air dan alat.
Secara keseluruhan, lingkup servis yang dilaksanakan departemen ini adalah
process machinery, HVAC and chiller, compressed air, Purified Water System,
steam boiler, plumbing system, diesel generator, fire fighting, WFI generator, dan
high voltage installation network. Departemen ini dua bagian, yaitu:
a. Operational Maintenance Sub Department
Operational Maintenance Sub Department Head bertanggung jawab
dalam hal pemeliharaan peralatan operasional. Sub Departemen ini terbagi
menjadi dua, yaitu Mechanical Section dan Utility Section.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
80
Bagian Mechanical bertanggung jawab terhadap perawatan alat produksi
di PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA. Pelaksanaan perawatan suatu
alat dilaksanakan secara rutin berdasarkan waktu (manual book/hystorical),
frekuensi penggunaan, dan jam penggunaan. Dalam melakukan perawatan alat,
terdapat 3 jenis form, yaitu form pemeriksaan pencegahan & servis pencegahan
(preventive check & preventive service form), form serah terima antara
Engineering dengan produksi, dan form pembersihan. Pengecekan untuk
pemeliharaan mesin dilakukan setiap dua bulan sekali sering disebut sebagai
perawatan berkala (periodic maintenance). Hasil pengecekan didata dalam form
pemeriksaan pencegahan & servis pencegahan (preventive check & preventive
service form). Kerusakan pada mesin produksi harus segera dilaporkan kepada
Departemen Teknik melalui form perintah kerja (work order form), dan akan
ditindaklanjuti segera oleh Engineering bersamaan dengan itu dilakukan
dokumentasi berupa form serah terima.
Utility Section Head bertanggung jawab dalam pengoperasian dan
perawatan alat-alat penunjang produksi seperti water purifier, HVAC, plumbing,
dan pelistrikan. Pengaturan pompa air dan limbah, bagian peralatan (utility)
bekerjasama dengan Urusan Umum (General Affairs) untuk mengatur dan
mengoperasikannya. Selain perawatan peralatan penunjang, bagian peralatan
(utility section) juga bertugas dalam memantau dan merawat ruang mezzanine.
Ruang mezzanine adalah ruang yang terdapat di atas ruang yang terlibat dalam
pembuatan produksi, ruang mezzanine berisi AHU, pipa hydrant, pipa steam, pipa
listrik, pipa air PAM, pipa air murni, dan ducting. Utility Section terbagi menjadi
dua bagian, yaitu Utility Technician dan Clean Media Technician. Utility
Technician bertanggung jawab mengoperasikan alat, dan operator yang
menjalankan tanggung jawab ini harus tersertifikasi. Clean Media Technician
bertanggung jawab terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan produksi
seperti sistem Heating, Ventilating, and Air Conditioning/HVAC dan pengolahan
air murni.
1. Sistem HVAC
Mekanisme kerja HVAC adalah sebanyak 20 – 30% udara luar (fresh air) dan 70 – 80% udara resirkulasi dari ruangan disedot masuk dengan 2 unit motor
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
81
return ke dalam mixing bed lalu disaring menggunakan prefilter G4 (efisiensi
80%) dan filter medium F7 (efisiensi 95%) untuk mengurangi jumlah partikel.
Sebelum masuk ke mixing bed, udara akan melewati sensor suhu dan kelembaban
yang secara otomatis mengirimkan sinyal kepada cooling coil untuk mengatur
suhu dan kelembaban udara. Udara lalu didinginkan dan diturunkan
kelembabannya dengan pendinginan oleh cooling coil sebagai hasil pendinginan
oleh chiller. Udara hasil pendinginan melewati heater untuk dipanaskan hingga
tercapai suhu yang dibutuhkan ruangan lalu didorong oleh motor menuju filter F9
(98%).
Udara hasil penyaringan filter F9 akan masuk ke black area, dan apabila
udara ditujukan untuk ruang produksi grey area, akan diproses lebih lanjut yaitu
penyaringan akhir dengan HEPA filter H13 (99,95%). Udara hasil penyaringan
HEPA filter selanjutnya dijadikan udara pasokan untuk ruangan produksi yang
dikenal persediaan udara (supply air). Persediaan udara (supply air) dari AHU
disalurkan melalui saluran menuju ke ruangan dengan melalui lubang supply air
yang terdapat di atap ruangan. Udara yang telah dikondisikan dan disaring
kemudian masuk ke ruang-ruang produksi melalui supply diffuser.
Dalam sistem AHU, terdapat empat hal yang perlu dikendalikan yaitu
temperatur ruangan, kelembaban relatif ruangan, jumlah partikel, dan volume dan
tekanan udara. Temperatur ruang harus diatur sedemikian rupa agar persyaratan
suhu ruangan untuk kegiatan produksi dapat dipenuhi. Temperatur udara
dikondisikan dengan bantuan chiller dan boiler. Chiller berfungsi sebagai
pensuplai air dingin pada coil, sedangkan boiler berfungsi sebagai pensuplai air
panas pada heater. Kelembaban relatif ruangan merupakan parameter kritis bagi
produk dengan sifat higroskopis, misalnya tablet hisap dan effervescent yang
membutuhkan RH di bawah 30%. Dalam pengaturan kelembaban relatif ruang
produksi sediaan tersebut digunakan dehumidifier. Jumlah partikel dikendalikan
dengan penyaringan dengan beragam filter udara untuk pencapaian syarat jumlah
sesuai klasifikasi ruangan. Parameter terakhir adalah jumlah sirkulasi udara dan
perbedaan tekanan. Jumlah sirkulasi udara dan perbedaan tekanan akan
menentukan tingkat kebersihan ruangan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi
terjadinya kontaminasi silang. Indikator perbedaan tekanan (differential pressure
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
82
gauge) digunakan untuk mengetahui kualitas / kejenuhan filter. Penggantian filter
dilakukan apabila hasil pembacaan perbedaan tekanan sudah tidak memenuhi
ketentuan.
2. Sistem pengolahan air murni
Fungsi sistem pengolahan air murni secara umum untuk menyaring unsur-
unsur logam (seperti Na, Cl, Mg, Fe, Al, dll), bakteri, dan memperkecil angka
konduktivitas air. Oleh karena itu, pada proses produksi obat diperlukan air yang
murni agar unsur-unsur kimia dan fisika yang tidak diperlukan yang ada di dalam
air tidak mempengaruhi mutu produk obat.
Secara garis besar, tahapan sistem pengolahan air murni di PT. SOHO
Industri Pharmasi yaitu :
1). Air dari sumber PAM dipompa dan melewati karbon dan sand filter.
2). Air lalu ditampung dalam tangki dan dialirkan ke purified water generator
3). Air akan mengalami proses softening yang berfungsi menangkap ion-ion
logam seperti Mg, Ca, dan Fe. Di tahap ini ada kontrol berupa pengukuran
kesadahan air.
4). Air dipanaskan dalam tangki yang diselimuti jacketing steam bersuhu 50 C.
Tujuan tahap ini adalah sebagai sistem sanitasi air.
5). Air kemudian akan melalui tahap reverse osmosis. Reverse osmosis adalah
suatu teknologi pemurnian air modern menggunakan membran semi
permeabel, ekonomis, efektif membersihkan air hingga 90-99% dari segala
macam pencemar yang terkandung di dalam air sehingga menghasilkan air
yang bersih dan murni. Reverse Osmosis merupakan kebalikan dari proses
osmosis, yaitu diberikan tekanan balik dengan tekanan osmonic lebih besar
pada permukaan cairan yang lebih pekat, sehingga cairan yang lebih murni
akan menembus membran. Semakin tinggi tekanan yang diberikan pada cairan
yang lebih pekat, kecepatan penembusan cairan murni melalui membran akan
semakin cepat.
6). Air akan mengalami proses EDI (elektrodeionisasi)
Air murni untuk produksi harus memenuhi persyaratan konduktivitas air. Dibutuhkan air yang konduktivitasnya sangat rendah atau tidak
Universitas Indonesia
o
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
83
menghantarkan listrik atau bebas dari ion hidrogen dan hidroksil. Proses
pemurnian ini yang disebut sebagai proses EDI. Proses ini terjadi setelah air
RO dialirkan melalui sel, ion bermuatan pada air di dalam resin chamber
ditangkap oleh resin pertukaran ion. Saat tegangan diaplikasikan (200 – 400
VDC) melintasi sel, pengotor berupa anion dan kation bermigrasi melintasi
resin bed menuju elektroda yang berlawanan muatannya. Selanjutnya, ion
bebas tersebut akan terperangkap pada elektroda dan air murni akan mengalir
keluar.
b. Engineering Planning and Reliability Sub Department
Engineering Planning and Reliability Sub Department Head bertanggung
jawab dalam hal perencanaan kegiatan teknik, seperti sistem alarm kebakaran,
sistem suara, GPS untuk tracking alat transportasi gudang, kalibrasi instrumen,
budget departemen, dan penjadwalan kegiatan departemen. Engineering Planning
and Reliability terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Engineering Warehouse Section,
Electonic Automation Section, dan Engineering Planner Section.
Engineering Warehouse Section Head bertugas menyimpan dan
menyiapkan peralatan yang digunakan untuk perawatan setiap mesin yang ada.
Selain itu, bagian ini juga melakukan penyetokan suku cadang mesin yang cukup
vital dengan tujuan apabila terjadi kerusakan pada mesin, bagian Engineering
dapat melakukan perbaikan atau penggantian suku cadang tanpa harus menunggu
suku cadang dari pemasok.
Engineer Planner Section Head bertanggung jawab dalam perencanaan
kegiatan perawatan terhadap semua sarana utama (mesin produksi) dan sarana
penunjang. Seksi perencanaan teknik (Engineer planner section) terbagi menjadi
dua, yaitu Engineering Document Control Executive dan Engineering Planner
Executive.
Electronic Automation Section Head dibantu oleh Mechatronic Technician
dan Calibration Technician dalam melakukan tanggung jawabnya. Calibration
Technician bertanggung jawab terhadap kalibrasi alat di produksi dan bagian
mechatronic yang bertanggung jawab menangani alat atau mesin yang bekerja
secara otomatis (control panel yang dilengkapi sensor flowmeter, tekanan, pH,
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
84
redoks, konduktivitas, dan/atau hardness water) serta menangani alat-alat yang
berarus lemah. Kalibrasi dilakukan secara berkala terhadap setiap alat
pengukuran, sedangkan verifikasi dilakukan setiap hari dan hanya dilakukan pada
timbangan saja.
Proses kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil dari alat
dengan alat lain yang sudah terkalibrasi. Suatu kalibrator memiliki akurasi dan
resolusi yang tinggi. Setiap peralatan yang digunakan untuk pengukuran harus
dikalibrasi dan dikalibrasi ulang secara berkala. PT. SOHO memiliki kalibrator
untuk setiap peralatan kecuali timbangan. Timbangan akan dikalibrasi ke pihak
ketiga. Kalibrator disimpan dalam kondisi sedemikian rupa dengan syarat
penyimpanan dengan suhu sebesar 25±3° C, dan RH sebesar 60±10 %.Standar
tersebut sesuaidengan standar ISO 17025 dan Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Metode kalibrasi masing-masing alat berbeda-beda, oleh karena itu dibuat
prosedur tetap kalibrasi alat.
3.9.5.4. Civil Engineering and Project Control Department
Departmen ini secara umum bertanggung jawab dalam kontrol proyek
sipil seperti pengembangan dan perawatan gedung. Departemen ini dibagi
menjadi dua sub departemen yaitu Civil Engineering and Building Maintenance
dan Project Control.
3.9.5.5. Fixed Asset and Part Procurement Department
Departemen ini bertanggung jawab dalam pemesanan dan
pembelian aset dan suku cadang alat-alat produksi dan kebutuhan teknik.
3.9.6 Validation and Documentation Department (VDD)
Validation and Documentation Department merupakan suatu departemen
yang bertanggung jawab atas seluruh aktivitas validasi dan pengelolaan dokumen
terkendali dalam lingkup manufacturing untuk memenuhi ketentuan CPOB.
Secara garis besar, tugas departemen ini adalah melakukan analisa risiko,
kualifikasi, validasi, dan dokumentasi. Analisa Risiko merupakan suatu kegiatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
85
menganalisa kemungkinan risiko yang berasal dari desain/fungsi maupun
penggunaan peralatan. Tahap ini dilakukan sebelum proses kualifikasi dimulai.
Kualifikasi merupakan upaya pembuktian bahwa fasilitas, sistem, dan
ruangan (clean room) yang digunakan bekerja dengan benar. Kualifikasi terdiri
dari 4 tahap, yaitu kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional,
dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi desain atau Design Qualification (DQ)
dilakukan untuk memastikan apakah desain peralatan yang digunakan telah sesuai
dengan kriteria cGMP yang didefinisikan dalam User Requirement Specification
dan Analisa Risiko. Kualifikasi instalasi atau Installation Qualification (IQ) of
equipment / utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan telah
terpasang sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh pembuat
equipment/utility. Kualifikasi operasional atau Operational Qualification (OQ) of
equipment/utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan beroperasi
sesuai dengan spesifikasinya. Kualifikasi kinerja atau Performance Qualification
(PQ) of equipment/utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan
memiliki performa yang diinginkan atau sesuai spesifikasi secara konsisten dan
terpercaya.
Sebelum SOHO Group memesan alat untuk produksi dan analisa obat,
dilakukan pembuatan kriteria alat yang tercantum dalam URS (User Requirement
System). URS ini akan dikirim ke berbagai vendor lalu vendor mengirimkan
spesifikasi dokumen alat yang dimilikinya. Kemudian dipilih yang paling
memenuhi URS dengan pertimbangan kesesuaian kriteria GMP yang paling
tinggi.
Terdapat pula kualifikasi clean room, yang bertujuan memastikan ruangan
sesuai dengan persyaratan. Misalnya memeriksa bahan tembok lapisan luar dan
memeriksa sela pintu apakah sesuai desain atau tidak karena pengaruhnya ke
perputaran udara. Selain itu, ada juga pengukuran partikel dalam setiap ruangan
tiap sebulan sekali untuk memastikan apakah ruangan yang dirujuk masih
memenuhi persyaratan ukuran partikel sesuai dengan CPOB atau tidak.
Aktivitas validasi yang dilakukan oleh departemen ini bertujuan untuk memastikan bahwa peralatan, fasilitas, sistem, dan proses yang digunakan untuk
memproduksi obat memenuhi syarat yang telah ditentukan dan akan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
86
menghasilkan produk yang sesuai dengan tujuan penggunaanya. Kebijakan
validasi yang berlaku pada lingkungan SOHO Group tertuang dalam Validation
Master Plan (VMP) masing-masing fasilitas. Validation and Documentation
Department melakukan empat jenis validasi yaitu validasi proses, validasi
pembersihan, validasi sistem komputer, dan validasi proses aseptis atau media fill.
Kebijakan validasi yang berlaku pada lingkungan SOHO Group terdapat dalam
Validation Master Plan (VMP) masing-masing fasilitas. Kegiatan validasi yang
dilakukan meliputi:
a. Validasi Proses
Validasi proses bertujuan untuk memastikan bahwa proses produksi suatu
produk dapat menghasilkan parameter-parameter proses produksi yang sesuai
sehingga diperoleh suatu proses produksi yang efisien, efektif dan memenuhi
aspek kesesuaian mesin serta secara konsisten menghasilkan produk yang
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Selain itu, validasi proses juga bertujuan
untuk mencegah terjadinya reproses atau rework. Reproses dapat terjadi karena
adanya spesifikasi tertentu yang tidak dapat terpenuhi dan berakibat
meningkatnya biaya produksi.
Validasi proses dilakukan terhadap produk-produk baru dan produk-
produk eksisting yang mengalami perubahan proses yang dapat mempengaruhi
mutu produk tersebut, misalnya perubahan formula, perubahan supplier bahan
baku, perubahan peralatan yang digunakan selama proses, perubahan proses
produksi, serta perubahan besar bets. Validasi proses sudah dilakukan sebelum
proses produksi suatu obat dilakukan, yaitu sejak proses translate batch record
dari R&D ke produksi. Selain itu metode analisa yang ditransfer dari R&D ke QC
juga perlu divalidasi. Setelah proses produksi dilakukan maka dilakukan validasi
lagi dengan cara pencatatan training personal produksi, penimbangan, dan
pemeriksaan prosedur
b. Validasi Proses Aseptis
Validasi ini merupakan pembuktian bahwa proses sterilisasi sebelum masuk pengemasan primer yang dilakukan berhasil dengan baik dan tidak terjadi
kontaminan. Validasi proses aseptis dilakukan dengan cara mengisikan media ke
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
87
dalam ampul lalu diinkubasi dalam suhu 25-30°C selama 14 hari dan diamati
apakah terjadi pertumbuhan koloni bakteri pada media.
c. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan merupakan pembuktian bahwa cara pembersihan
yang diterapkan pada peralatan yang kontak dengan bahan atau produk tidak akan
mengontaminasi proses / hasil produksi berikutnya di luar ketentuan batas.
Fasilitas seperti alat timbang, alat sampling, dan alat produksi perlu divalidasi
pembersihan melalui pengujian residu dan hasil mikro. Validasi pembersihan
dilakukan dengan sistem bracketing zat aktif (dengan analisa worst case) terhadap
parameter dosis, kelarutan, dll. Validasi pembersihan diperlukan karena suatu alat
produksi biasanya digunakan untuk memproduksi lebih dari satu jenis produk.
d. Validasi Sistem Komputer
Validasi sistem komputer merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
membuktikan bahwa sistem komputerisasi yang digunakan (hardware dan
software) dalam proses pembuatan produk obat sesuai dengan persyaratan CPOB
yang berlaku. Apabila fungsi dan kinerja sistem komputerisasi tersebut sesuai,
maka konsistensi, reliabilitas dan keakuratan data juga akan terjaga.
Validation and Documentation Department juga melakukan pengelolaan
dan pendistribusian dokumen kepada departemen terkait. Terdapat dua macam
pengontrolan copy dokumen yaitu controlled copy dan uncontrolled copy.
Controlled copy merupakan keterangan yang diberikan pada dokumen yang
diperbanyak dan perbanyakannya dikendalikan / diketahui oleh Validation and
Documentation Department. Dalam hal ini, Validation and Documentation
Department memiliki kewajiban menarik dokumen lama (misal SOP) dan
memberikan update apabila ada dokumen terbaru. Uncontrolled copy digunakan
apabila ada permintaan eksternal yang tidak membutuhkan revisi apabila ada
perubahan dalam internal SOHO. Obsolete merupakan keterangan bahwa
dokumen sudah tidak terpakai, dalam prakteknya, Validation and Documentation
Department menyimpan file asli untuk selamanya sedangkan copy dapat dimusnahkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
BAB 4
PEMBAHASAN
SOHO Group merupakan perusahaan farmasi yang terdiri dari gabungan
lima anak perusahaan, yaitu PT. SOHO Industri Pharmasi, PT. ETHICA Industri
Farmasi, PT. Parit Padang Global, PT. Global Harmony Retaillindo, dan PT.
Universal Health Network. Secara legal, kelima anak perusahaan tersebut
terpisah, namun dalam hal operasional kelima perusahaan tersebut bergabung. PT.
SOHO Industri Pharmasi merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di
Indonesia. Perusahaan ini memproduksi sediaan nonsteril meliputi sediaan solid,
semisolid, dan likuid. Produksi sediaan steril dan sefalosporin ditangani oleh anak
perusahaan berikutnya yaitu PT. ETHICA Industri Farmasi. Untuk mendukung
penyaluran produk jadi ke konsumen, SOHO Group memiliki jaringan distribusi
yang ditangani oleh PT. Parit Padang Global (PPG). Secara garis besar, PPG
berperan menyediakan bahan baku obat, melakukan penyimpanan obat jadi, serta
sebagai distributor tunggal obat jadi produksi SOHO Group. PT. Global Harmony
Retailindo (PT. GHR) merupakan unit bisnis yang masih tergolong baru di SOHO
Group. PT. GHR didirikan sebagai salah satu usaha untuk mendukung
terwujudnya visi 2015, di mana SOHO group menjadi salah satu tempat yang
menyediakan produk-produk kesehatan yang berkualitas dan terbaik, seperti
produk kecantikan, suplemen makanan, vitamin, perawatan kulit baik produk
lokal maupun impor.
Suatu industri farmasi yang memproduksi obat harus memenuhi ketentuan
dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (BPOM, 2006). Dalam operasionalnya,
PT. SOHO Industri Pharmasi telah menerapkan aspek-aspek CPOB, yang
meliputi:
4.1 Manajemen Mutu
Manajemen mutu merupakan suatu aspek fungsi manajemen yang
menentukan dan mengimplementasikan kebijakan mutu, yang merupakan
pernyataan formal dari manajemen puncak suatu industri farmasi yang
menyatakan arahan dan komitmen dalam hal mutu produknya. Sistem manajemen
88 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
89
mutu di PT. SOHO Industri Pharmasi telah dijalankan sesuai ketentuan CPOB,
yaitu dilakukan upaya penjagaan mutu produk obat sejak awal proses pengolahan
karena pada prinsipnya, mutu suatu produk obat tidak hanya ditentukan dari hasil
akhir. Hal tersebut dilakukan agar produk obat jadi yang dihasilkan dapat
memenuhi spesifikasinya sesuai izin edar (quality) serta memenuhi kriteria safety
dan efficacy.
Dalam operasionalnya, PT. SOHO Industri Pharmasi melaksanakan
pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, yang ditunjukkan dengan adanya
struktur organisasi, prosedur, dan sumber daya untuk meyakinkan bahwa produk
yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Manajemen puncak PT. SOHO Industri Pharmasi bertugas menerbitkan dan
menandatangani ketentuan kebijakan mutu, dalam pelaksanaannya dibantu oleh
kepala bagian pemastian mutu. Kebijakan mutu juga disosialisasikan kepada
karyawan terkait dengan cara yang efektif, misalnya cara pencucian tangan yang
baik melalui tempelan di dinding dan dilakukan pelatihan yang wajib diikuti oleh
karyawan perusahaan.
Keberhasilan penerapan manajemen mutu di PT. SOHO Industri Pharmasi
terbukti dengan diraihnya sertifikat ISO 9001:2008 tentang manajemen mutu.
Selain itu, PT. SOHO Industri Pharmasi juga telah memiliki beberapa sertifikat
CPOB, antara lain Sertifikat CPOB untuk sedian tablet non-antibiotik, Sertifikat
CPOB untuk sedian tablet salut non-antibiotik, Sertifikat CPOB untuk sediaan
liquid non-antibiotik, dan Sertifikat CPOB untuk sediaan semisolid non-antibiotik.
Untuk mengevaluasi kualitas produk, pada sistem manajemen mutu juga
dilakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review/PQR) yang
dilakukan secara berkala dan didokumentasikan terhadap semua obat terdaftar
untuk membuktikan kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan
obat jadi; konsistensi proses; melihat analisis kecenderungan dan mengidentifikasi
perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
90
4.2 Personalia
Personalia PT. SOHO Group sudah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh CPOB di mana personil kunci yaitu Kepala Bagian Pengawasan
Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian Produksi dipimpin
oleh seorang apoteker dan bersifat independen satu sama lain. Dalam menjalankan
kegiatannya, industri farmasi harus memiliki struktur organisasi yang jelas dan
deskripsi tugas yang jelas dan terdapat dalam jobdesc setiap posisi. Untuk
kegiatan manufaktur, PT. SOHO Industri Pharmasi terbagi dalam beberapa
divisi/departemen, yaitu Quality Operation Divison, Production Division,
Technical Division, Validation and Documentation Department, Supply Chain
Division, Finance Department, dan Human Resource Department.
Strategi manajemen perusahaan SOHO Group menggunakan sistem
Balance Score Card. Balance Score Card diterjemahkan menjadi Personal
Scorecard yang berisi target pencapaian personil dan akan direview setiap tahun.
Dalam Personal Score Card, terdapat 3 hal yang dinilai yaitu personal objective,
kompetensi, dan personal behaviour. Hasil penilaian dijadikan titik tolak untuk
melakukan pengembangan atau perbaikan kinerja personil. SOHO Group selalu
berusaha meningkatkan kualitas personilnya dengan memberikan pelatihan-
pelatihan pada karyawan baru dan lama. Terdapat 2 jenis pelatihan yaitu pelatihan
yang bersifat umum dan pelatihan yang bersifat khusus. Pelatihan umum misalnya
pelatihan CPOB dan keselamatan kerja biasanya diberikan kepada karyawan baru,
sedangkan pelatihan khusus seperti pelatihan pengoperasian mesin diberikan pada
operator produksi.
4.3 Bangunan dan Fasilitas
Suatu industri farmasi dipersyaratkan memiliki lokasi bangunan
sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pencegahan pencemaran lingkungan
sekitarnya. Untuk itu, PT. SOHO Industri Farmasi berlokasi di Kawasan Industri
Pulogadung sehingga dapat meminimalkan pencemaran ke area hunian penduduk.
Bangunan serta fasilitas pendukung PT. SOHO Industri Pharmasi telah memenuhi
kriteria CPOB, misalya dinding, lantai, dan atap dari ruang produksi telah dilapisi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
91
dengan epoxy yang bersifat kedap air, licin, dan tahan gores sehingga dapat
dengan mudah dibersihkan. Tiap sudut ruangan dan tangga dibuat melengkung
sehingga meminimalkan pengumpulan debu dan kotoran di sudut ruangan maupun
tangga. Selain itu, ruangan produksi telah dilengkapi dengan sistem AHU (Air
Handling Unit) untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban dan
sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi.
Pemisahan area produksi untuk produk-produk dengan kategori non steril
(solid, likuid, semisolid), sefalosporin, dan obat tradisional telah dilakukan dengan
tujuan mempermudah pelaksanaan dan pencegahan kontaminasi silang. Ruangan
produksi di PT. SOHO Industri Pharmasi dikelompokkan menjadi beberapa
ruangan seperti ruang penimbangan, ruang pengolahan, ruang pencetakan, ruang
penyalutan, ruang IPC, dan ruang pengemasan. Selain ruang-ruang tersebut PT.
SOHO Industri Pharmasi memiliki ruangan produksi untuk sediaan cair dan semi
solid. Ruangan produksi tersebut berada in-line sehingga memperlancar proses
produksi, ruangan produksi juga langsung berhubungan dengan black area
sehingga proses pengemasan sekunder dapat langsung dilaksanakan.
Laboratorium pengawasan mutu PT. SOHO Industri Pharmasi juga telah
memenuhi persyaratan CPOB. Laboratorium QC terpisah dari area produksi dan
dibuat area tersendiri untuk laboratorium mikrobiologi. Di laboratorium QC juga
telah tersedia lemari atau ruangan untuk sampel, standar, pelarut, dan reagen; acid
chambers; ruang cuci peralatan laboratorium; dan emergency aid. Ruang untuk
instrumen telah dibuat terpisah agar terlindung dari pengaruh getaran.
Gudang PT. SOHO Industri Pharmasi juga telah memenuhi persyaratan
CPOB di mana penyimpanan bahan baku, bahan kemas, serta produk jadi telah
dibedakan berdasarkan suhu penyimpanan ataupun berdasarkan jenis bahan.
Terdapat pula kantin yang terpisah dari bangunan produksi dan gedung kesehatan
atau yang biasa disebut poli dimana disediakan untuk karyawan yang sedang sakit
untuk segera mendapatkan perawatan dan pengobatan. SOHO Group juga
memiliki fasilitas pengolahan limbah centralized WWTP final dan saluran
pembuangan air yang dilengkapi bak kontrol.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
92
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh PT. SOHO Industri Pharmasi telah
memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Petunjuk CPOB. Peralatan yang
bersentuhan dengan bahan awal, produk antara, atau produk jadi memiliki
permukaan yang tidak menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi. Seluruh peralatan
juga telah terkualifikasi sebelum digunakan. Peralatan yang digunakan untuk
menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat telah terkalibrasi oleh bagian
Quality Support Section.
Setiap peralatan memiliki identitas yang jelas (nomor) dan prosedur
tertulis untuk menggunakan dan mengoperasikan peralatan tersebut. Seluruh
personel yang akan memakai alat tersebut, terlebih dahulu mendapatkan pelatihan
dalam menggunakan alat tersebut. Setiap peralatan juga memiliki prosedur
pembersihan dan sebelum digunakan harus dipastikan terlebih dahulu validitas
pembersihannya. Validasi pembersihan pada peralatan yang berkontak langsung
dengan material atau produk juga dilakukan dan pengontrolan telah dilakukan
pada titik kritis peralatan, misalnya alat sampling, alat produksi, dan alat timbang.
Mesin yang telah dibersihkan diberikan label hijau. Peralatan produksi
ditempatkan masing-masing dalam ruangan yang terpisah. Ruangan produksi pun
cukup besar untuk menampung peralatan, mobilitas operator serta untuk proses
pembersihannya. Nomor identitas dan validitas pembersihan tiap peralatan yang
digunakan dalam produksi dicantumkan dalam Batch Record. Jika peralatan
dan/atau validitasnya menyimpang dari yang seharusnya (tercantum dalam Batch
Record), maka personil harus melaporkannya dalam laporan deviasi.
Pemeliharaan alat dalam PT. SOHO Industri Pharmasi menjadi tanggung
jawab bersama antara departemen produksi, departemen Engineering, dan
departemen QA. Jadwal perawatan alat disesuaikan dengan jadwal produksi
sehingga membutuhkan persetujuan dari bagian Engineering, Produksi dan Supply
Planning. Departemen Produksi bertanggung jawab pada pembersihan dan
pengatasan masalah ringan saat proses produksi. Departemen Engineering
bertanggung jawab untuk melakukan maintenance alat secara berkala. Jika terjadi
masalah pada alat, perbaikan alat diupayakan mulai dari perbaikan sendiri oleh
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
93
operator, dan apabila tidak dapat diatasi oleh operator, perbaikan akan ditangani
oleh Engineering atau supplier alat.
4.5 Sanitasi dan Higiene
Higiene yang diterapkan pada suatu perusahaan farmasi dilaksanakan oleh
tiap personil secara perorangan untuk mencegah kontaminasi produk yang berasal
dari personil. Salah satu penerapan yang dilakukan di PT. SOHO Industri
Pharmasi adalah hand-hygiene dimana selalu disiapkan sarana mencuci tangan
untuk mencegah kontaminasi terutama dari karyawan yang berhubungan dengan
produk. Tiap karyawan yang masuk ke area produksi di PT. SOHO Industri
Pharmasi selalu mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang
dilaksanakannya. Pakaian pelindung tersebut selalu dicuci setelah digunakan
sehingga kebersihannya selalu terjaga. Hal ini penting untuk menjamin
perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil. Personil PT.
SOHO Industri Pharmasi menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut dan
secara berkala karena kesehatan personil dapat turut serta mempengaruhi mutu
produk. Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang
dapat merugikan mutu produk dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas,
bahan yang sedang diproses, produk jadi, dan sampel.
Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Salah satu contoh
penerapan sanitasi di PT. SOHO Industri Pharmasi adalah sanitasi fasilitas
produksi. Setelah proses produksi selesai, operator wajib membersihkan alat atau
mesin sesuai dengan protap pembersihan dan melakukan sanitasi ruangan.
Sanitasi ruangan meliputi pembersihan debu, pembersihan lantai, dinding, atap,
dan sudut-sudut ruangan produksi sesuai dengan SOP. Setiap personil yang telah
selesai menggunakan alat wajib mencuci dan membersihkan alat tersebut sesuai
dengan SOP.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
94
4.6 Produksi
Produksi sediaan solid, likuid, dan semi solid yang tidak bersifat steril di
PT. SOHO Industri Pharmasi dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten
dan telah mengikuti pelatihan sebelumnya. Penanganan proses produksi dilakukan
sesuai SOP dan dokumentasi berupa batch record produk selalu dibuat setiap kali
proses produksi dilaksanakan. Semua kegiatan produksi tersebut dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan produksinya seperti yang
dipersyaratkan oleh CPOB. Dinding, lantai, dan atap ruangan produksi dilapisi
oleh epoksi sehingga memudahkan pembersihan dan mencegah perembesan air.
Selain itu, setiap sudut ruangan produksi dibuat melengkung (tidak bersudut)
sehingga mudah untuk dibersihkan dan tidak menimbulkan penimbunan debu.
Ruangan produksi pun dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) yang
berfungsi untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban, dan sirkulasi
udara agar sesuai untuk proses produksi. Pada ruangan produksi steril pun telah
digunakan sistem tersebut dan pembagian kelas sesuai dengan proses produksi
masing-masing produk.
Setiap memasuki area produksi, terdapat tata cara berpakaian yang harus
dilakukan oleh karyawan dan tamu termasuk cara memakai APD (alat pelindung
diri). Saat memasuki ruang ganti, setiap personil wajib menggunakan sepatu black
area atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover) dan menggunakan baju
black area. Jika ingin memasuki ruangan produksi grey area personil wajib
mengenakan pakaian khusus (coverall), penutup kepala, sepatu khusus atau
menggunakan penutup sepatu, dan masker. Selanjutnya, personil wajib mencuci
tangan dan menggunakan desinfektan. Prosedur ini dilakukan untuk mencegah
adanya kontaminasi dari luar terhadap ruang produksi dan produk yang
dihasilkan.
Ruang produksi di PT. SOHO Industri Pharmasi dikelompokkan
berdasarkan proses pengerjaan yang dilakukan, seperti ruang timbang, ruang
mixing, ruang penyalutan, dan sebagainya. Ruangan produksi tersebut berada in-
line tujuannya untuk mempermudah proses produksi. Peralatan tersebut dibuat
secara in-line untuk mempercepat proses produksi sehingga memperlancar proses
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
95
produksi. Setiap ruangan produksi dialokasikan untuk pembuatan satu jenis
produk dan saat produksi berlangsung, terdapat penandaan khusus pada pintu
bagian depan ruangan tersebut agar proses dapat diketahui dan memudahkan
proses supervisi oleh supervisor. Apabila produksi produk berbeda dilakukan
dengan menggunakan alat yang sama, maka produksi produk berikutnya akan
dilakukan setelah produk sebelumnya selesai diproduksi dan diikuti validasi
pembersihan pada alat produksi. Hal ini penting untuk penjagaan mutu produk,
yaitu diupayakan agar tidak terjadi kontaminasi/mix up produk. Pembatasan akses
masuk ke fasilitas produksi juga dilakukan berupa penerapan pintu masuk yang
hanya dapat dibuka apabila ada kartu akses. Tujuannya adalah agar hanya personil
berwenang/yang diizinkan yang dapat masuk ke area produksi. Ruangan produksi
juga memiliki ruang antara yang membatasi ruang produksi dan lingkungan luar
agar dapat mencegah terjadinya pencemaran silang melalui udara.
Pada setiap proses produksi terdapat tahap kritis yang harus diperiksa atau
dikendalikan agar produk dapat memenuhi spesifikasi yang ditetapkan, yang
disebut dengan In Process Control (IPC). IPC yang dilakukan oleh Departemen
Produksi sesuai ketentuan dalam batch record. Sedangkan, untuk melakukan
pengecekan oleh petugas IPC QA dilakukan minimal satu kali pemeriksaan IPC
untuk tiap shift produksi produk. Apabila batch berukuran besar, maka IPC dapat
dilakukan berkali-kali sesuai jumlah shift yang diperlukan untuk penyelesaian
produksi. Untuk sediaan solid, IPC yang dilakukan umunya meliputi: pemerian,
kode penandaan, bobot, kekerasan, diameter, ketebalan, keregasan, dan waktu
hancur. Untuk sediaan cair, IPC yang dilakukan meliputi uji volume, kebocoran,
dan uji torsi cap botol. Untuk sediaan semisolid, yang dilakukan pemeriksaan IPC
adalah pengecekan visual, bobot, dan uji kebocoran. Selain IPC, operator dari
produksi juga mengirimkan sampel untuk diuji oleh bagian Quality Control.
Apabila semua hasil uji telah memenuhi syarat, maka produk tersebut dapat di-
release ke pasaran.
Penyediaan tempat sampah di ruang IPC solid ada tiga macam. Jenis
tempat sampah pertama adalah tempat tablet reject prekursor. Hal ini dilakukan
karena pelaporan prekursor dilakukan ke Badan POM sehingga pemisahan limbah
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
96
ini akan mempermudah penghitungan dan pendataan. Jenis tempat sampah
berikutnya adalah sampah GMP yang meliputi kertas yang berlogo SOHO dan
berkas yang mempunyai nomor dokumen atau lampiran. Tempat sampah terakhir
adalah khusus tablet reject bekas IPC. Tablet bekas IPC tidak boleh dikembalikan
lagi ke ruang cetak atau dikemas kembali karena potensi terkontaminasi.
4.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu PT. SOHO Industri Pharmasi berada dibawah
koordinasi kepala divisi QO. Divisi ini telah bersifat independen dari divisi
manufacturing sehingga keputusanya tidak dapat dipengaruhi oleh kepentingan
manufacturing. Hal ini telah sesuai dengan CPOB. Departemen QA bersama
dengan QC berada di bawah naungan divisi Quality Operation (QO). Departemen
QA terdiri dari bagian Quality Compliance Section yang terdiri dari Quality
Compliance Executive, Quality Monitoring System Sub Departement terdiri dari
Quality Monitoring Section, Quality Sistem Executive, dan Quality Release serta
Quality Support Section terdiri dari Quality Support Analyst. Departemen ini
dilengkapi dengan laboratorium, ruangan penyimpanan batch record dan contoh
pertinggal.
Laboratorium instrumen terdapat alat- alat yang dibutuhkan untuk analisa
kuantitatif dan biasanya digunakan untuk pemeriksaan produk setengah jadi.
Laboratorium ini juga dilakukan pengujian terhadap metode validasi metode
analisa. Instrumen yang ada di laboratorium QC selalu dikalibrasi secara rutin dan
berkala, seperti kalibrasi satu tahunan, kalibrasi enam bulanan, kalibrasi tiga
bulanan, kalibrasi bulanan, dan verifikasi harian. Jadwal kalibrasi tersebut dibuat
oleh Quality Support Section Head. Laboratorium mikrobiologi digunakan untuk
memeriksa adanya kontaminasi mikroorganisme terhadap bahan baku, bahan
pengemas, maupun produk setengah jadi. Produk-produk yang umumnya
dilakukan pengujian mikroba adalah produk susu, obat tradisional, dan sediaan
cair. Selain dilakukan pemeriksaan pada produk, juga dilakukan pemeriksaan
mikroba pada ruang produksi. Penyimpanan contoh pertinggal telah disesuaikan
dengan kondisi penyimpanan yang sesuai. Kondisi ini terbagi menjadi tiga, yaitu
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
97
kondisi penyimpanan pada suhu kamar (≤ 30ºC), suhu AC (≤ 25ºC) dan suhu
dingin (2-8ºC). Suhu ruangan selalu diperiksa dan dikalibrasi untuk memastikan
bahwa kondisi ruangan selalu memenuhi persyaratan. Program pelaksanaan mutu
meliputi pemeriksaan stabilitas, pemantauan lingkungan kerja, validasi,
dokumentasi suatu batch, program penyimpanan sampel, penyusunan dan
penyimpanan spesifikasi yang berlaku untuk setiap bahan dan produk serta
metode pengujianya. Laboratorium instrumen terdapat alat-alat yang dibutuhkan
untuk analisa kuantitatif dan biasanya digunakan untuk pemeriksaan produk
setengah jadi. Laboratorium ini juga dilakukan pengujian terhadap metode
validasi metode analisa. Instrumen yang ada di laboratorium QC selalu dikalibrasi
secara rutin dan berkala, seperti kalibrasi satu tahunan, kalibrasi enam bulanan,
kalibrasi tiga bulanan, kalibrasi bulanan, dan verifikasi harian. Jadwal kalibrasi
tersebut dibuat oleh Quality Support Section Head. Laboratorium mikrobiologi
digunakan untuk memeriksa adanya kontaminasi mikroorganisme terhadap bahan
baku, bahan pengemas, maupun produk setengah jadi. Produk-produk yang
umumnya dilakukan pengujian mikroba adalah produk susu, obat tradisional, dan
sediaan cair. Selain dilakukan pemeriksaan pada produk, juga dilakukan
pemeriksaan mikroba pada ruang produksi.
4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu
PT. SOHO Industri Pharmasi telah melaksanakan program inspeksi diri
melalui departemen QA khususnya seksi QM (Quality Monitoring) seksi ini
bertanggung jawab dalam memonitor kualitas obat. PT. SOHO Industri Pharmasi
telah memperoleh beberapa sertifikat berstandar internasional sehingga prosedur
inspeksi diri dilakukan secara ketat. Semua ini dilakukan oleh PT. SOHO Industri
Pharmasi dalam rangka untuk meningkatkan mutu produk, personalia dan
lingkungan secara keseluruhan. Tim inpeksi diri dapat berasal dari internal
perusahaan (bagian produksi, QA, R&D, Engineering maupun dari bagian
Purchasing). Kriteria dari tim inspeksi diri adalah memahami peraturan/regulasi
yang berlaku dan telah mengikuti pelatihan auditor. Daftar periksa inspeksi diri
disusun berdasarkan persyaratan standar dan disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan. Pelaksanaan inspeksi diri di PT. SOHO Industri Pharmasi diwujudkan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
98
dalam bentuk audit, audit yang telah dilaksanakan yaitu audit internal dan audit
eksternal. Audit internal dilaksanakan dengan tujuan untuk meninjau kesesuaian
antara kenyataan di lapangan dengan persyaratan perusahaan. Audit internal
dilaksanakan oleh tim audit PT. SOHO Industri Pharmasi yang telah terlatih dan
terkualifikasi.
4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan
Produk Kembalian
Semua keluhan dan laporan keluhan menyangkut mutu dan produk diteliti
dan dievaluasi dengan cermat kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan
dibuat laporan mengenai semua keluhan yang diterima. Keluhan terhadap obat
dapat berasal dari luar ataupun dari dalam perusahaan, keluhan dari dalam
perusahaan dapat berasal dari departemen produksi, pemasaran, pengawasan mutu
maupun dari gudang. Sedangkan keluhan dari luar perusahaan dapat berasal dari
dokter, pasien, apotek, rumah sakit maupun dari distributor. Keluhan obat di bagi
menjadi tiga macam, yaitu keluhan yang bersifat minor, moderate dan mayor.
Segala keluhan tentang obat akan ditindak lanjuti oleh seksi Quality Monitoring.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengabdian dan kepedulian PT. SOHO Industri
Pharmasi terhadap kesehatan dan kepuasan konsumen. Dalam mengatasi segala
keluhan tersebut seksi QM mendokumentasikan setiap keluhan dan melakukan
investigasi terhadap keluhan tersebut. Investigasi dilakukan dengan jalan
mencocokan informasi mengenai keluhan obat dan data perusahaan yang
didasarkan pada contoh pertinggal. Untuk keluhan yang bersifat mayor dan dapat
mengancam hidup konsumen. Maka PT. SOHO Industri Pharmasi melakukan
tindakan investigasi dan pengatasan secara tepat dan terpadu. Keluhan yang sering
diterima oleh seksi QM sebagian besar bersifat minor, yaitu kesalahan
pengemasan atau perubahan obat dari segi farmasetiknya saja tanpa mengubah
aksi dan indikasi obat tersebut.
Penarikan kembali obat jarang dilakukan oleh PT. SOHO Industri
Pharmasi, hal ini dikarenakan mutu dan keamanan obat produksi PT. SOHO
Industri Pharmasi telah terjamin. Namun, tidak menutup kemungkinan terdapat
penarikan obat. Pada dasarnya penarikan obat dapat dilakukan oleh perusahaan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
99
maupun oleh lembaga pemerintah yang terkait. Jika terdapat obat recall maka
dilakukan investigasi dan penelitian untuk dapat memastikan kebenaran alasan
obat ditarik. Hasil penelitian tersebut dijadikan dasar penyanggahan maupun
persetujuan penarikan obat. Pada kasus obat kembalian PT. SOHO Industri
Pharmasi melakukan dokumentasi dan pencatatan mutu obat kembalian. Obat
kembalian tersebut kemudian dikarantina. Selanjutnya dilakukan penelitian,
pemeriksaan dan pengujian oleh departemen terkait. Hasil penelitian tersebut
dijadikan dasar pengambilan tindakan terhadap obat tersebut.
4.10 Dokumentasi
PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki departemen sendiri yang bertugas
mengelola dokumen yang terdapat di SOHO Group. Validation and
Documentation Department (VDD) merupakan departemen yang
bertanggungjawab dalam mengelolah dan menjaga dokumen. VDD merupakan
pusat segala dokumen, VDD menyimpan master batch record, semua SOP,
mendata semua nomor surat yang keluar di PT. SOHO Industri Pharmasi, dan
lain-lain.
Setiap dokumen hendaknya disimpan selama 6 tahun dan dilakukan review
setiap 3 tahun. Dokumen-dokumen tersebut disimpan dengan sistem inventarisasi
yang memudahkan pengawasan dan penelusuran dokumen. Selain dokumentasi
secara manual, dokumentasi juga dilakukan dengan mengunakan sistem IFS yang
dapat dijangkau oleh setiap tenaga kerja yang berkompeten.
Setiap dokumen yang memerlukan pencatatan dilakukan:
a. Pencatatan dengan bolpoint tinta biru yang tidak mudah luntur, hal
bertujuan untuk membedakan dokumen yang asli dengan hasil salinan.
b. Tulisan terbaca, rapi dan mudah dimengerti.
c. Kata-kata tidak menimbulkan arti ganda, langsung pada tujuan.
d. Tidak boleh ada huruf yang bertumpuk.
e. Semua data/bagian dokumen yang perlu ditulis tangan dilengkapi, tidak boleh
ada bagian yang kosong. Bagian yang kosong dicoret menyilang seperti huruf
Z dan diberi paraf dan tanggal pengisian dokumen.
Universitas Indonesia
ini
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
100
f. Setiap bagian dokumen yang tidak memungkinkan untuk diisi ditulis N.A (Not
Available).
g. Koreksi dilakukan dengan mencoret tulisan yang salah dengan satu garis lurus,
diberi paraf, diberi tanggal, dan ditulis data yang benar tepat disamping data
yang salah.
h. Setiap dokumen yang memerlukan perubahan harus disertai dengan change
request berupa Laporan Usulan Perubahan (LUP).
4.11 Validasi, Kualifikasi dan Kalibrasi
Kualifikasi peralatan yaitu pada mesin-mesin produksi dan laboratorium.
Dilakukan untuk menjamin bahwa mesin dan peralatan yang digunakan untuk
proses produksi dan pengujian memenuhi spesifikasi dan kinerja operasional yang
diinginkan. Kualifikasi bangunan dan fasilitas yang dinyatakan dalam kualifikasi
ruang, meliputi ruang produksi, gudang bahan (ruang timbang), dan laboratorium
mikrobiologi.
Kualifikasi infrastruktur meliputi HVAC, AHU dan water purifying
system. Dilakukan untuk menjamin bahwa HVAC dan sistem pemurnian air
memenuhi spesifikasi dan kinerja operasional yang diinginkan. Pelaksanaan
kualifikasi infrastruktur ini dikoordinasi oleh Departemen Engineering.
Validasi proses produksi meliputi validasi prospektif dan validasi
restrospektif. Validasi proses produksi bertujuan untuk memberikan dokumentasi
tertulis bahwa proses produksi yang berlaku dan digunakan dalam proses produksi
rutin senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten,
mengidentifikasi dan mengurangi permasalahan yang terjadi dan memperkecil
kemungkinan dilakukanya pengerjaan ulang (rework), meningkatkan efektifitas
dan efisiensi produk. Validasi prospektif dilakukan untuk produk baru yang
pelaksanaanya dikoordinasi oleh pengembangan formula R&D. Validasi
prospektif dilakukan setelah proses scaling up menunjukan tahapan dan hasil yang
memuaskan secara konsisten minimal dua kali, kemudian dilakukan validasi
minimal 3 batch produksi. Validasi cara pembersihan meliputi pembersihan
peralatan dan fasilitas yang digunakan untuk produksi. Validasi cara pembersihan
dilaksanakan pada peralatan yang kontak langsung dengan produk untuk
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
101
menjamin produk tidak mengandung cemaran produk lain yang diproduksi
sebelumnya.
Validasi atau verifikasi metode analisa dilaksanakan terhadap metode
analisa baru yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh bagian pengembangan
analisis R&D. Tujuan validasi metode analisa untuk menjamin bahwa metode
analisa yang dikembangkan telah memberikan hasil yang sahih dan dapat
diterapkan secara rutin. Semua aktifitas pengujian mangacu pada metode analisa
yang valid, yang telah dikembangkan oleh R&D. Prosedur analisa disusun untuk
pemeriksaan bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi. Diluluskan atau
ditolaknya bahan/produk berdasarkan hasil pemeriksaanya, memenuhi syarat yang
telah ditetapkan atau tidak.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA, dapat
disimpulkan bahwa:
5.1.1 Semua proses dalam produksi, pengawasan dan pengendalian mutu, serta
kegiatan yang terkait di PT. SOHO Industri Pharmasi telah diterapkan
sesuai dengan pedoman CPOB. Aspek-aspek CPOB tersebut telah
diimplementasikan dan didokumentasikan dengan baik.
5.1.2 Apoteker memiliki peran penting di industri farmasi sebagai pendorong
dan pengarah dalam penerapan CPOB, terutama di bidang manufacturing
(Production Department) dan pengawasan mutu (Quality Control
Department). PT. SOHO Industri Pharmasi telah memaksimalkan fungsi
industrial apoteker dengan baik. Hal ini terlihat dari jumlah tenaga
apoteker yang cukup dan terkualifikasi serta memiliki peranan penting,
yaitu menjadi personil kunci sebagai kepala produksi, kepala pengawasan
mutu dan kepala bagian pemastian mutu.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis kepada PT. SOHO Industri Pharmasi
adalah sebagai berikut.
5.2.1 Tetap menjaga dan mempertahankan kualitas dalam memproduksi sediaan
obat sesuai dengan CPOB.
5.2.2 PT. SOHO Industri Pharmasi sebaiknya terus berusaha meningkatkan
kesadaran para karyawan akan pentingnya penerapan CPOB dalam segala
aspek yang berkaitan dengan produksi.
5.2.3 Meningkatkan dan mempertahankan komunikasi dan kerjasama yang baik
antar divisi PT. SOHO Industri Pharmasi sehingga dihasilkan kinerja yang
lebih baik lagi, serta selalu meng-update informasi dan teknologi di
bidang farmasi.
102 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Company Profile PT. ETHICA Industri Farmasi. (2012). http://www.ethica.co.id/. Diakses pada 11 Juli 2012 pukul 20.55 WIB.
CompanyProfilePT.ParitPadangGlobal.(2012). http://www.paritpadangglobal.com/. Diakses pada tanggal 11 Juli 2012 pukul 20.35 WIB.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 Tentang Industri Farmasi. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PT. SOHO Industri Farmasi. (2011). Orientation Program SOHO Group Value For Health. Jakarta: PT. SOHO Industri Pharmasi.
103 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGKAJIAN IPC (IN PROCESS CONTROL) SEDIAAN TABLET
PT.SOHO INDUSTRI FARMASI
TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT.SOHO INDUSTRI FARMASI
CYNTIANI
1206312914
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
MARET 2013
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2. Tujuan ..................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3 2.1. SEDIAAN TABLET ............................................................... 3 2.2. METODE PEMBUATAN TABLET ................................... 5 2.3. SEDIAAN TABLET SALUT ................................................ 6 2.4. EVALUASI IPC SEDIAAN TABLET ................................. 7
BAB 3. METODOLOGI PENGKAJIAN ................................................... 11
BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................... 12
BAB 5. PENUTUP......................................................................................... 17 5.1 Kesimpulan ........................................................................... 17 5.2 Saran ..................................................................................... 17
DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 18
ii
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun
2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan manusia sehingga
menjadi prioritas dalam pembangunan nasional suatu bangsa. Salah satu komponen
kesehatan yang sangat penting adalah tersedianya obat sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan masyarakat. Hal itu disebabkan karena obat digunakan untuk
menyelamatkan jiwa, memulihkan, atau memelihara kesehatan. Industri farmasi
sebagai industri penghasil obat memiliki peran strategis dalam usaha pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Seiring dengan meningkatnya pendidikan dan
tingkat kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kesehatan, maka industri
farmasi dituntut untuk menyediakan obat dalam jenis dan jumlah yang memadai
serta kualitas yang baik. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk
memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan
penggunaannya. Cara pembuatan obat yang baik bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Produksi adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengemas, dan/atau mengubah bentuk sediaan farmasi dan
alat kesehatan. Produksi obat hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin produk yang
dihasilkan memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan
dan izin edar/registrasi (BPOM,2006).
Pada setiap proses produksi terdapat tahap-tahap yang harus diperiksa untuk
menguji apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah
dipersyaratkan, atau yang disebut dengan In Process Control (IPC). IPC dilakukan
pada tahap awal, tengah, dan akhir proses produksi. Untuk sediaan solid
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
2 IPC yang dilakukan umunya adalah pemerian, kode penandaan, bobot, kekerasan,
diameter, ketebalan, keregasan, dan waktu hancur. Untuk sediaan liquid, IPC yang
dilakukan adalah pemerian, berat jenis, dan pH. Pelaksanaan dan pengawasan IPC
yang baik akan sangat berpengaruh terhadap kualitas produk obat yang dihasilkan
oleh industi farmasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan peninjauan mengenai
pelaksanaan IPC di PT.SOHO Industri Farmasi.
1.2 Tujuan
Mengkaji pelaksanaan IPC ( In Process Control ) sediaan tablet di PT.SOHO
Industri Farmasi
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. SEDIAAN TABLET
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (Depkes RI, 1995), tablet
merupakan sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Selain bahan pengisi, bahan tambahan lain yang biasa digunakan dalam
pembuatan tablet adalah bahan pengikat, penghancur, pembasah, pelicin atau bahan
lainnya yang cocok. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan
sebagai tablet cetak atau tablet kempa.
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Ansel, 1989):
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan 2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil 3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik 4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan 5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan 6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan 7. Bebas dari kerusakan fisik 8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan 9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu 10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku
Dibandingkan dengan bentuk sedian lain, sediaan tablet memliki keuntungan, antara lain (Ansel, 1989) :
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan
oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan,
penyimpanan, dan pengangkutan
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
4 2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang
tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan
oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah) 3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil 4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil 5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air 6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet 7. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya
tablet tidak segera terjadi 8. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas
terkendali) 9. Tablet dapat disalut untuk menutupi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak
enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik) 10. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya
lebih rendah 11. Pemakaian oleh penderita lebih mudah 12. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai
beberapa kerugian, antara lain(Ansel, 1989) : 1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan) 2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup
besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau
kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit atau tidak mungkin diformulasi atau
dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavaibilitas
obat cukup (harus diformulasi sedemikian rupa);
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
5
Zat aktif yang rasanya pahit, zat akrif dengan bau yang tidak dapat
dihilangkan, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan
kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi atau penyalutan dahulu
sebelum dikempa. Dalam keadaan ini sediaan kapsul menjadi lebih baik
serta lebih murah daripada tablet.
2.2. METODE PEMBUATAN TABLET
Pembuatan sediaan tablet secara umum dapat dibagi menjadi tiga metode, yaitu:
1. Kempa Langsung (Direct Compression)
Merupakan metode pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipient kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih
dahulu. Metode ini yang paling murah, praktis, dan cepat pengerjaannya,
namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang memiliki dosis
kecil, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Secara
umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah: sifat
alirnya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal dan mampu
menciptakan adhesivitas dan kohesivitas dalam massa tablet.
2. Granulasi Kering (Slugging/Dry Granulation)
Merupakan metode pembuatan tablet dengan memproses partikel zat aktif
dan eksipient dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat
dan selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang lebih besar dari
serbuk semula (granul). Granulasi kering ditujukan untuk zat-zat yang tidak
tahan pemanasan dan tidak terurai dengan adanya air, serta kompresibilitasnya
bagus, meskipun laju alirnya tidak baik.
3. Granulasi Basah (Wet Granulation) (Voight, 1995)
Merupakan metode pembuatan tablet dengan memproses campuran partikel
zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan
cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
6
massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini digunakan apabila zat aktif
tahan terhadap lembab dan panas, tahan air, namun kompresibilitas dan laju
airnya kurang baik.
2.3. SEDIAAN TABLET SALUT
Pada beberapa zat aktif diketahui memiliki sifat yang kurang stabil terhadap
lingkungan atau pada bagian-bagian tertentu dari pencernaan manusia, misalnya
saja ketidakstabilan asam pada lambung, sehingga dalam pembuatan sediaannya
harus dilakukan teknik proteksi khusus sehingga zat aktif tetap berkhasiat, aman
dan berkualitas. Salah satu teknik proteksi yang telah banyak dilakukan adalah
penyalutan (coating). Beberapa jenis penyalutan antara lain adalah salut gula, salut
enterik, dan salut lapis tipis (film) (Howard Ansel,1989).
a. Tablet salut gula
Tablet salut gula merupakan suatu sediaaan tablet inti yang dilapisi dengan
suatu lapisan gula berwarna atau lapisan gula tak berwarna. Lapisan salut gula
melindungi obat terhadap lingkungan dan memberikan penghalang rasa yang
kurang enak atau bau yang tidak sedap. Salut tersebut juga dapat meningkatkan
penampilan tablet kompresi dan sebagai informasi identitas produsen.
Tablet salut gula memiliki beberapa kerugian, yaitu dibutuhkan waktu dan
keahlian khusus dalam proses pelapisan, terdapat peningkatan ukuran, dan berat
dari tablet inti sehingga rentan memiliki masalah keseragaman bobot. Tablet salut
gula dapat menambahkan 50% berat dari tablet inti. Kekurangan lain dari tablet
salut gula adalah proteksinya yang hanya melindungi zat aktif terhadap lingkungan,
proteksi terhadap lingkungan asam di dalam pencernaan cukup lemah.
b. Tablet salut enterik
Tablet salut enterik merupakan penyalutan tablet inti dengan suatu polimer.
Teknik ini dirancang untuk meningkatkan resistensi obat di dalam
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
7 lambung, dan kemudian tablet akan hancur terdisolusi dan diserap didalam usus.
Pelapisan enterik dilakukan apabila substansi obat tidak stabil dalam asam lambung
atau sangat mengiritasi mukosa lambung atau untuk meningkatkan penyerapan obat
yang diserap di usus.
c. Tablet salut tipis
Tablet salut tipis merupakan tablet inti kompresi yang dilapisi dengan
lapisan tipis dari polimer yang mampu membentuk kulit seperti film. Lapisannya
biasanya berwarna dan memiliki keuntungan lebih baik dibandingkan salut gula
yaitu lebih tahan lama, lebih kecil massanya, dan kurang memakan waktu. Lapisan
ini dirancang untuk pecah dan mengekspos tablet inti di lokasi yang diinginkan
dalam saluran pencernaan.
2.4. EVALUASI IPC SEDIAAN TABLET
IPC (In Process Control) adalah suatu rangkaian evaluasi dari sediaan
farmasi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan selama proses
produksi dan menjamin agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan dan
memiliki mutu yang baik (Ansel,1989). Macam-macam IPC yang dilakukan untuk
sediaan tablet meliputi:
a. Perbandingan Hausner dan Uji Kompresibilitas (Lachman, Lieberman, &
Kanig, 1986)
Massa tablet (m) ditimbang, dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dibaca
volume yang terlihat (V1). Gelas ukur diketuk-ketukan sebanyak 300 kali selama 1
menit sampai volumenya tetap (V2), kemudian dimasukkan nilainya ke dalam
rumus. Rumus dari perhitungan perbandingan hausner dan indeks kompresibilitas
dapat dilihat pada rumus:
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
8
Tabel 1. Skala kemampuan mengalir
b. Laju Alir dan Sudut Reposa (Lachman, Lieberman, & Kanig, 1986)
Sejumlah bahan ditimbang lalu dimasukkan ke dalam corong flowmeter, dan
diratakan bagian atasnya. Alat dijalankan dan diukur waktu yang dibutuhkan oleh
seluruh bahan untuk mengalir melalui corong. Laju alir dinyatakan dalam
gram/detik, dinyatakan baik jika mengalir tidak lebih dari 10 detik. Pengukuran
sudut reposa dilakukan setelah serbuk mengalir bebas, diukur tinggi dan ½ lebar
serbuk.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
9
Sudut reposa diperoleh dengan persamaan berikut:
Keterangan:
α = sudut istirahat
h = tinggi serbuk
r = jari-jari serbuk
Tabel 2. Hubungan sifat alir tehadap sudut reposa
c. Penampilan Umum
Evaluasi dilakukan dalam untuk melihat penampilan umum tablet dan
parameter-parameter seperti bentuk, warna, bentuk permukaan, serta deteksi
adanya cacat fisik.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
10
d. Kekerasan Tablet (Lachman, Lieberman, & Kanig, 1986).
Alat penguji kekerasan tablet yang digunakan adalah Hardness
tester Erweka. Umumnya kekerasan tablet berkisar antara 4 – 10 Kp (tergantung pada
diameter dan besar tablet yang dibuat). Caranya adalah satu buah tablet diletakkan
tegak lurus pada alat, kemudian dilihat pada tekanan berapa tablet tersebut pecah.
e. Keregasan Tablet (Lachman, Lieberman, & Kanig, 1986).
Keregasan tablet ditentukan dengan menggunakan alat friability tester.
Awalnya 20 tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang lalu masukkan 20 tablet
tersebut ke dalam alat dan jalankan alat dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit
(100 kali putaran). Kemudian keluarkan tablet, bersihkan dari debu dan timbang
kembali. Hitung selisih berat sebelum dan sesudah perlakuan.
W1 : berat awal tablet W2 : berat akhir tablet Tablet tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan jika kehilangan berat tidak lebih
dari 1%.
f. Keseragaman Ukuran (Departemen Kesehatan RI, 1979)
Keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan mengukur diameter
masing-masing tablet menggunakan jangka sorong. Keseragaman ukuran tablet
dipengaruhi sifat alir, keseragaman densitas dan stabilitas punch pada alat cetak
tablet. Menurut Farmakope Indonesia III, kecuali dinyatakan lain, diameter tablet
tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
11
BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Pengkajian
Pencarian literatur mengenai pengkajian pelaksanaan IPC sediaan tablet di
PT.SOHO Industri Farmasi dilakukan pada April 2013, bertempat di PT.SOHO
Industri Farmasi.
3.2 Metodologi Pengkajian
Metode pengkajian yang digunakan yakni melalui studi literatur dan
pengamatan langsung di lapangan dalam pelaksaan IPC sediaan tablet.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
12
BAB 4
PEMBAHASAN
Pengawasan saat produksi (In Process Control/IPC) bertanggung jawab
dalam pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian yang ditetapkan dan
dilaksanakan selama proses pembuatan produk, termasuk pemeriksaan dan
pengujian terhadap lingkungan dan peralatan. Quality Release Inspector
melakukan pengambilan contoh produk setengah jadi dan produk jadi serta
mencatat di logsheet penerimaan contoh. Pengambilan contoh dilakukan saat
proses produksi berjalan atau setelah proses produksi selesai.
Ruangan IPC PT. SOHO Group telah memenuhi kriteria CPOB. Hal ini
terbukti dengan adanya dinding, lantai dan atap ruangan yang dilapisi oleh epoksi
sehingga memudahkan pembersihan dan mencegah perembesan air. Selain itu,
setiap sudut ruangan dibuat melengkung (tidak bersudut) sehingga mudah untuk
dibersihkan dan tidak memungkinkan adanya debu yang tersisa di sudut ruangan.
Ruangan IPC pun dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) yang
berfungsi untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban, dan sirkulasi
udara. Setiap memasuki area IPC, terdapat SOP tata cara berpakaian yang harus
dilakukan oleh karyawan dan tamu termasuk cara memakai APD (alat pelindung
diri). Saat memasuki ruang ganti, setiap personil wajib menggunakan sepatu black
area atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover) dan menggunakan baju black
area. Jika ingin memasuki grey area personil wajib mengenakan pakaian khusus
(overall), penutup kepala, sepatu khusus atau menggunakan penutup sepatu, dan
masker. Selanjutnya, personil wajib mencuci tangan dan menggunakan sabun.
Prosedur ini dilakukan untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar terhadap
ruang IPC dan produk yang dihasilkan.
Mesin dan peralatan juga dilengkapi dengan penandaan atau etiket
mengenai status mesin. Mesin yang telah dibersihkan ditandai dengan etiket yang
berwarna hijau, sedangkan untuk mesin-mesin yang rusak mereka ditandai dengan
etiket yang berwarna merah. Jika Departemen Engineering tidak bisa mengatasi
kerusakan mesin maka untuk perbaikan diserahkan pada suplier. Disamping mesin
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
13 juga terdapat protap penggunaan mesin tersebut, hal ini untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengoperasian mesin tersebut.
Bagian pencetakan tablet memiliki tugas untuk mencetak hasil
pencampuran menjadi tablet atau kaplet. Hasil pencampuran yang telah diizinkan
untuk proses dilanjutkan dibawa ke ruang pencetakan tablet untuk dicetak. Mesin
tablet harus disiapkan sesuai catatan bets. Mesin cetak tablet yang digunakan
bermacam-macam, secara umum mesin tablet memiliki bagian yang sama yaitu
bagian punch, dies, turret, compression roll, hopper, dan discharge chute, serta
dilengkapi dengan uphill deduster untuk menghilangkan debu yang menempel pada
tablet dan pendeteksi logam untuk mendeteksi adanya kandungan logam dalam
tablet. Perbedaan terdapat dalam cara pengoperasian, jumlah punch, dan jenis
punch. Cara pengoperasian dibagi menjadi manual, semi otomatis, dan otomatis
(komputerisasi). Jumlah punch bervariasi mulai 16 sampai 39 punch. Jenis punch
terdapat B-type dan D-type. Punch D-type memiliki diameter punch lebih besar
dibandingkan dengan B-type.
Pengawasan selama proses (IPC) yang dilakukan adalah pemerian,
ketebalan tablet, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan/keregasan, dan waktu
hancur. Pemeriksaan pemerian pada tablet yang dilakukan adalah pemeriksaan
bentuk luar, adanya kotoran, capping, bintik-bintik dan warna tidak merata, atau
sebagian tablet menempel pada puch. Pemeriksaan kekerasan dan ukuran
(ketebalan dan diameter) tablet dilakukan dengan menggunakan 10 tablet. Pemeriksaan keregasan/kerapuhan tablet dilakukan dengan menggunakan 10 tablet
dengan alat pengukur keregasan. Pemeriksaan keseragaman bobot dilakukan
dengan menimbang bobot per tablet dan per 10 tablet dengan alat timbangan,
sedangkan untuk pemeriksaan waktu hancur digunakan 10 tablet dengan alat
pengukur waktu hancur. Waktu hancur tersebut diukur dengan menggunakan
stopwatch. Semua hasil dari pemeriksaan yang dilakukan dicatat dalam batch
record.
Masalah yang sering dihadapi dalam pencetakan tablet adalah capping,
laminating, lengket pada dies, dan lengket pada punch. Capping dan laminating
diatasi dengan menurunkan tekanan kempa atau menambahkan jumlah pengikat
sampai optimum. Massa tablet yang lengket pada punch dan dies terjadi karena
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
14 granul terlalu basah, tekanan kempa kurang besar, dan terlalu banyak bahan
pengikat. Pengatasan massa tablet yang lengket pada punch dan dies adalah dengan
mengeringkan granul yang terlalu basah, menaikkan tekanan kempa dan memakai
bahan pengikat dalam jumlah yang optimum. Tablet yang memenuhi syarat
disimpan di ruang WIP tablet. Tablet yang tidak memenuhi syarat dikarantina
terlebih dahulu, kemudian didiskusikan dengan QA untuk tindakan selanjutnya.
Tablet yang ditolak dikumpulkan dan dimusnahkan.
Proses penyalutan adalah proses menutupi tablet dengan suatu lapisan
tertentu, baik yang inert atau partikel/zat berkhasiat, baik murni ataupun dalam
bentuk tercampur, berbentuk padat atau cair. Proses penyalutan bertujuan untuk
menutupi rasa, bau, atau warna obat, memberi perlindungan fisik dan kimia pada
obat, mengendalikan pelepasan obat dan meningkatkan penampilan tablet. Proses
penyalutan/coating dilakukan setelah tablet hasil cetak sudah memenuhi
persyaratan dan dilabel proses dilanjutkan. Tahapan proses penyalutan adalah
penyiapan larutan salut, proses penyegelen/sealing, proses sub-penyalutan/
subcoating, proses penghalusan dan pewarnaan (smoothing- coloring), dan proses
pengkilatan/polishing. Semua tahapan tersebut tidak selalu berlaku untuk setiap
tablet tergantung dari jenis tablet yang diproduksi. Jenis tablet salut yang
diproduksi adalah tablet salut film/salut selaput, salut gula, dan salut enterik.
Masalah–masalah yang dihadapi saat penyalutan adalah sticking, twinning,
chipping dan mottled color. Sticking adalah menempelnya bagian tablet salut pada
dinding mesin sehingga mengakibatkan tablet tidak utuh. Hal ini disebabkan oleh
pengeringan yang tidak maksimal. Permasalahan ini dapat diatasi dengan
meningkatkan efisiensi pengeringan. Twinning adalah menempelnya tablet salut
pada tablet salut yang lain. Hal ini disebabkan oleh kecepatan panci yang lambat,
dan alat penyemprot (spray gun) menyemprot larutan salut terlalu cepat. Twinning
dapat diatasi dengan mempercepat putaran pan, dan memperlambat semprotan alat
penyemprot (spray gun). Chipping adalah lepasnya bagian tablet atau rusaknya
bagian tablet. Hal ini terjadi putaran panci yang cepat dan tablet inti yang rapuh.
Chipping diatasi dengan memperlambat putaran panci dan menggunakan tablet inti
yang tidak rapuh. Mottled color adalah kondisi warna tablet salut yang tidak merata
disebabkan oleh pencampuran larutan salut yang
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
15 kurang homogen dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang terlalu jauh dari
tablet. Mottled color dapat diatasi dengan pencampuran homogen larutan penyalut
dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang lebih dekat dengan tablet.
Pengemasan primer untuk tablet dan salut dibuat dalam 2 bentuk yaitu strip
dan blister. Bahan kemasan strip adalah alufoil, sedangkan bahan kemasan blister
adalah plastik dan alufoil. Bahan pengemasan yang digunakan adalah bahan
pengemas yang sudah dinyatakan lulus oleh QC. Pengecekan bahan pengemas
dilakukan sebelum proses pengemasan, yang dicek adalah nomor bets dan kualitas
pengemas. Pengemas yang tidak layak pakai tidak digunakan untuk proses
pengemasan dan selanjutnya dikarantina untuk dimusnahkan. Pertimbangan
pemilihan strip atau blister terletak pada stabilitas bahan yang dikemas dan
permintaan pasar. Bahan yang dikemas dengan strip akan lebih stabil dibandingkan
dikemas dengan blister, tetapi harga bahan strip lebih mahal dibandingkan bahan
blister. Obat–obat yang peka cahaya hanya dapat dikemas dengan strip, karena
blister memiliki bagian transparan yang dapat ditembus cahaya sehingga obat yang
peka cahaya akan rusak. Blister merupakan kemasan yang mudah dibuka yaitu
dengan didorong dari belakang (push through pack), lebih disukai konsumen
dibandingkan strip yang dibuka dengan merobeknya.
Pengemasan tablet juga dilakukan dengan botol, bahan-bahan yang rusak
karena panas tidak boleh dikemas dengan strip atau blister, karena mesin strip dan
blister menggunakan panas tinggi. Proses pengemasan dengan botol adalah dimulai
dengan peniupan/blowing botol, pengisian tablet, dan penutupan botol (capping). Proses peniupan/blowing botol berfungsi untuk menghilangkan
partikel/debu yang terdapat di botol. Produk sirup kering dikemas dengan botol
khusus, proses yang dilakukan sama dengan pengemasan botol biasa.
Pengawasan selama produksi (IPC) yang dilakukan adalah uji kebocoran
dengan larutan metilen biru dalam mesin sedot vakum. Cara menguji kebocoran
adalah dengan memasukkan strip ke dalam larutan metilen biru (dalam mesin sedot
vakum) dan ditutup pintu mesin, vakum dinyalakan dan jika terjadi kebocoran
maka strip atau blister akan terisi larutan metilen biru. Sampel IPC harus dibuang
dan tidak boleh dikemas ulang setelah dibuka. Strip/blister yang mengalami
kebocoran dikarantina dan dikonfirmasi ke produksi untuk dilakukan
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
16 setting ulang terhadap mesin strip atau blister. Pengecekan penampilan juga
dilakukan saat pengemasan, kemasan yang bergaris, penyok atau tidak sempurna
segera dicek penyebabnya, kemudian dikarantina dan dimusnahkan. Pemusnahan
dilakukan supaya kemasan bekas tidak disalahgunakan oleh pihak yang
bertanggung jawab. Alufoil sisa pengemasan dikembalikan ke gudang.
Pengemasan sekunder dilakukan langsung setelah pengemasan primer,
mesin dibuat model satu jalur (in line). Urutan model satu jalur (in line) adalah
mesin pelabel/labeling, mesin cetak/printing untuk label, mesin cetak/printing
untuk kemasan sekunder dan mesin penyegelan/sealing master box. Proses kritis
dari pengemasan sekunder adalah proses pencetakan/printing. Proses
pencetakan/printing dilakukan dengan printer dengan warna tinta hitam yang tidak
mudah terhapus oleh udara atau gesekan, yang dicetak adalah nomor bets, tanggal
kadaluarsa, dan tanggal produksi. Hasil cetakan/printing yang tidak bagus (miring
atau kabur) dilaporkan kepada QA dengan membuat form deviasi untuk tindak
lanjutnya. Pengemasan sekunder masih dilakukan dengan bantuan tenaga manusia.
Strip, blister, atau botol yang sudah dicetak dimasukkan secara manual dalam dus
kemasan. Dus kemasan juga diprint nomor bets, tanggal kadalursa dan tanggal
produksinya. Dus kemasan dimasukkan ke dalam master box dan ditutup dengan
selotip. Master box dilabel dan selanjutnya diserahterimakan dengan bagian
gudang. Beberapa informasi tercantum pada master box antara lain, terlindung dari
cahaya, cara menyusun, jangan memakai alat pengait, dan maksimal tumpukan,
tujuannya adalah untuk menhindari kerusakan selama penyimpanan. Pengawasan
selama proses (IPC) yang dilakukan adalah cek nomor bets, tanggal kadaluarsa,
tanggal produksi, kerapihan dan kebenaran box yang digunakan, dan bobot box
berdasarkan range bobot yang dibuat.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
17
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan Ditinjau dari seluruh aspek, pelaksanaan IPC (In Process Control) sediaan tablet di PT. SOHO Industri Farmasi telah sesuai dengan SOP yang telah diberlakukan.
5.2. Saran a. Tetap menjaga dan mempertahankan komunikasi dan kerjasama yang baik antar
divisi PT. SOHO Industri Pharmasi sehingga dihasilkan kinerja yang lebih baik
lagi. b. Selalu meng-update informasi dan teknologi terbaru di bidang farmasi.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
18
DAFTAR ACUAN
Agoes, Goeswin. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi revisi dan perluasan. Bandung: Penerbit ITB.
Ansel, Howard C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi 4 cetakan 1. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim.
Jakarta: UI Press.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat
dan Makanan.
Lachman, L, Herbert, A.L dan Joseph, L. K. (1994). Teori dan Praktek Industri Farmasi, edisi 3. Diterjemahkan oleh Siti
Suyatmi. Jakarta: UI Press.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013