UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA ...
Embed Size (px)
Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA ...

UNIVERSITAS INDONESIA
KELOMPOK PENDUKUNG SAKA SEBAGAI STRATEGI
INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM
PENCEGAHAN DIARE PADA AGGREGATE BALITA
DI WILAYAH CISALAK, PASAR-CIMANGGIS
KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR
OLEH
ASTI NURAENI
1006755260
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK, JULI 2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

i
UNIVERSITAS INDONESIA
KELOMPOK PENDUKUNG SAKA SEBAGAI STRATEGI
INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM
PENCEGAHAN DIARE PADA AGGREGATE BALITA
DI WILAYAH CISALAK, PASAR-CIMANGGIS
KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ners Spesialis Keperawatan Komunitas
OLEH
ASTI NURAENI
1006755260
PEMBIMBING
Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., Mapp.Sc., P.hD
Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK, JULI 2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang
berjudul ”Kelompok Pendukung SAKA sebagai Strategi Intervensi Keperawatan
Komunitas Dalam Pencegahan Diare Pada Aggregate Balita Di Wilayah Cisalak,
Pasar-Cimanggis Kota Depok”, sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar
Ners Spesialis Keperawatan Komunitas di Universitas Indonesia.
Pada proses penyusunan KIA ini, penulis menyadari banyak mendapat hambatan,
namun berkat bantuan dan bimbingan dari:
1. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp.,Mapp.Sc., P.hD., selaku Pembimbing I dan Wakil
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia
2. Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom., selaku Pembimbing II
Penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua
pembimbing yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memotivasi dan
senantiasa memberikan arahan yang inspiratif demi kesempurnaan hasil KIA ini.
Selain itu penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Dewi Irawaty, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Wiwin Wiarsih, MN sebagai Manajer Pendidikan Fakultas Ilmu Keperawatan
dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi kepada penulis
untuk menyelesaikan penyusunan KIA dan program pendidikan Spesialis
Keperawatan Komunitas.
3. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN, selaku Ketua Program Studi Magister
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Pembimbing Praktek Residensi I dan yang
telah memberikan masukan dan arahan untuk kesempurnaan penyusunan
KIA.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

vi
4. Etty Rekawati, S.Kp., MKM, selaku Pembimbing Praktek Residensi I yang
telah memberikan masukan dan arahan untuk kesempurnaan penyusunan
KIA.
5. Widyatuti, M.Kep., Sp.Kep.Kom, selaku Pembimbing Praktek Residensi II
yang telah memberikan masukan dan arahan untuk kesempurnaan
penyusunan KIA.
6. Poppy Fitriyani, M.Kep., Sp.Kep.Kom, selaku Pembimbing Praktek
Residensi II yang telah memberikan masukan dan arahan untuk
kesempurnaan penyusunan KIA.
7. Dinas Kesehatan Kota Depok yang telah memberikan ijin pelaksanaan
Praktik Residensi di wilayah Cisalak Pasar.
8. Seluruh staf dan kader Posyandu di Kelurahan Cisalak Pasar yang telah
membantu dalam pelaksanaan Praktik Residensi.
9. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
10. Suamiku Lutfhi Risya, ST yang dengan kesabaran dan keikhlasan
mendampingi dan membantu penulis dalam menyelesaikan KIA ini serta
jagoanku Dastin Risya yang selalu memotivasi penulis dalam segala hal.
11. Kedua orang tuaku, kedua mertuaku dan saudara-saudara yang selalu
mendoakan kelancaran proses pendidikan penulis.
12. Rekan-rekan residen 2 SAMA HATI (Sany, Pak Muin, Pak Aspian, Pak
Hasbi, Pak Taufik dan Erjin) serta residen 1 (Pak Jajang, Bu Uswa, Lina,
Ratna dan Intan) spesialis keperawatan komunitas yang senantiasa membantu
dan memotivasi selama pelaksanaan praktik residensi.
13. Rekan-rekan di STIKES Telogorejo Semarang, khususnya di Prodi S.1
Keperawatan yang selalu memberi semangat.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

vii
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Penulis mengharapkan masukan dan saran untuk
menyempurnkan KIA ini, karena penulis menyadari KIA ini masih jauh dari
sempurna. Penulis berharap KIA ini dapat bermanfaat untuk perkembangan Ilmu
Keperawatan khususnya Keperawatan Komunitas.
Depok, Juni 2013
Penulis
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Nama : Asti Nuraeni
Program Studi : Ners Spesialis Keperawatan Komunitas
Judul : Kelompok pendukung SAKA sebagai strategi intervensi
keperawatan komunitas dalam pencegahan diare pada aggregat
balita di wilayah Cisalak Pasar, Cimanggis Kota Depok
ABSTRAK
Upaya deteksi dan pencegahan dini di keluarga menjadi salah peran perawat spesialis
komunitas untuk mengatasi permasalahan diare balita. Karya Ilmiah Akhir ini
bertujuan untuk menggambarkan kegiatan Kelompok Pendukung Sanitasi Anak
Keluarga dan Area (SAKA) dalam pencegahan diare balita. SAKA merupakan
integrasi dari program pencegahan diare yang sudah ada yaitu LINTAS diare dan
Sanitation and Family Education (SAFE). Hasil p value 0.000 menunjukkan ada
hubungan antara perilaku keluarga dalam penerapan SAKA terhadap penurunan
angka kejadian diare balita di Kelurahan Cisalak Pasar. Kegiatan Kelompok
Pendukung SAKA disarankan dilaksanakan sebagai upaya pemberantasan penyakit
menular oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan karena efektif mengendalikan diare.
Kata kunci: Kelompok Pendukung, diare, balita, keluarga
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Name : Asti Nuraeni
Study Program : Community Nursing Specialist
Title : SAKA support group as a community health nursing
intervention strategy for diarrhea prevention among under
five children in Cisalak Pasar, Cimanggis, Kota Depok.
ABSTRACT
Early detection and prevention efforts in the family became one of the role of
specialist community nurses to overcome the problems of toddlers’ diarrhea. This
final scientific paper aims to describe support group activities of Children-Family-
Neighborhood-Sanitation (CFNS) in the prevention of diarrhea in toddlers. CFNS is
an integration of diarrhea prevention program uses existing LINTAS diarrhea and
Sanitation and Family Education (SAFE). The result shows there is no relationship
between family behavior in SFNS implementation to the decrease of diarrhea
incidence among under five children at Cisalak Pasar (p value= 0.000). CFNS
support group is suggested activities to be implemented.
Key words : Support Groups, diarrhea, under five children, family.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

ix
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL........................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. iv
KATA PENGANTAR...................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK.................................................................. viii
DAFTAR ISI.................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................. xi
DAFTAR SKEMA ........................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 10
1.3 Manfaat .................................................................................... 11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Balita sebagai Populasi Berisiko ..............................................14
2.2 Manajemen Pelayanan Keperawatan....................................... 20
2.3 Asuhan Keperawatan Komunitas............................................. 24
2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga.................................................33
2.5 Model Intervensi LINTAS Diare..............................................40
2.6 Model Intervensi SAFE............................................................ 42
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

x
BAB 3 KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH
3.1 Kerangka Konsep KIA......................................................... 46
3.2 Profil Wilayah....................................................................... 48
3.3 SAKA Diare......................................................................... 50
BAB 4 PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengelolaan Manajemen........................................................... 53
4.2 Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga............................ 75
4.3 Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas........................ 88
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pencapaian Kesenjangan........................................... 98
5.2 Keterbatasan dalam Intervensi Keperawatan........................... 110
5.3 Implikasi Keperawatan............................................................. 111
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan.................................................................................. 115
6.2 Saran......................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

xi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Hal
Tabel 4.1 Tingkat Kemandirian Keluarga................................................. 87
Gambar 2.1 Pengkajian Komunitas.............................................................. 25
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

xii
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1 Skema Kerangka Kerja.............................................................. 52
Skema 2.2 Skema Fish Bone........................................................................ 63
Skema 3.1 Skema Web of Caution Keluarga .............................................. 77
Skema 3.1 Skema Web of Caution Komunitas ............................................ 91
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Penapisan Masalah Pengelolaan Manajemen Keperawatan
Lampiran 3. Penapisan Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 2. Penapisan Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas
Lampiran 4. Kuesioner Pengkajian Asuhan Keperawatan Komunitas
Lampiran 5. Modul KPS
Lampiran 6. Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Penerapan SAKA Diare
Lampiran 8. Kontrak Pembelajaran Praktek Residensi
Lampiran 7. Foto Kegiatan Residensi
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab 1 Pendahuluan menguraikan latar belakang beserta evidence based yang
mendukung latar belakang, tujuan yang meliputi tujuan umum dan khusus, serta
manfaat penulisan Karya Ilmiah Akhir.
1.1 Latar Belakang
Balita merupakan populasi yang berisiko terhadap masalah kesehatan, salah
satunya adalah masalah diare pada balita. Balita merupakan kelompok yang
memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami masalah kesehatan dibandingkan
dengan kelompok karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang
mempengaruhi hal tersebut antara lain kurang keterpaparan terhadap informasi,
tingkat pendidikan rendah, keterpaparan dengan lingkungan serta akibat perilaku
manusia itu sendiri (Stanhope dan Lancaster, 2010). Stanhope dan Lancaster
(2010) menjelaskan lebih lanjut karakteristik risiko yakni usia dan biologis,
sosial, ekonomi, gaya hidup, serta kejadian dalam hidup.
Karakteristik pertama pertambahan usia dan perubahan biologis. Pertambahan
usia balita berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbahan balita
merupakan pertambahan jumlah dan ukuran sel yang tampak pada peningkatan
berat badan dan tinggi badan. Perkembangan balita merupakan peningkatan
kapasitas untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan
dan pembelajaran (Whaley dan Wong, 1998). Pertumbuhan dan perkembangan
balita merupakan masa yang paling berisiko terhadap timbulnya masalah
kesehatan. Kondisi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan dan
perkembangan balita. Masalah kesehatan yang masih perlu diwaspadai
menyerang balita adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
diare (Warman, 2008).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
2
Risiko tersebut akibat perkembangan balita yang senang memasukkan segala
sesuatu yang kurang terjaga kebersihannya kedalam mulut, sehingga terjadi
peningkatan risiko masuknya mikroorganisme yang menyebabkan balita
mengalami diare (Stanhope dan Lancaster, 2010). Diare salah satunya disebabkan
karena masuknya makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Bakteri yang masuk
dalam saluran pencernaan tidak dapat diserap oleh usus menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Toksin pada dinding usus akan meningkat
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus sehingga terjadi peningkatan isi
rongga usus. Keadaan dalam usus akan terjadi hiperperistaltik atau pergerakan
usus yang terlalu cepat sehingga akan menurunkan absorbsi usus menyerap
makanan. Dampak diare lebih lanjut adalah kehilangan air dan elektrolit (terjadi
dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (Whaley dan
Wong, 1998).
United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO) pada tahun 2009, menjelaskan bahwa diare merupakan penyebab
kematian ke-3 pada bayi dan ke-2 pada balita di dunia. Penyakit diare merupakan
penyakit endemis di Indonesia dan merupakan penyakit potensial terjadi KLB
yang disertai dengan kematian. Penyakit diare merupakan penyebab kematian
nomor satu pada bayi (31.4%) dan pada balita (25.2%) (Profil Kesehatan
Indonesia, 2012). Profil Puskesmas Cimanggis kota Depok tahun 2010
berdasarkan pola penyakit penderita rawat jalan di Puskesmas Cimanggis (< 1
tahun) diare menempati urutan 2 yaitu 37,81%. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa balita termasuk dalam kelompok umur yang berisiko terkena
diare di Indonesia.
Kejadian diare pada balita juga banyak dipengaruhi oleh faktor risiko sosial
diperoleh dari lingkungan, terutama lingkungan terdekat balita. Lingkungan
internal keluarga yang sehat merupakan pendukung tercapainya kesehatan untuk
balita (Friedman, 2003). Faktor lingkungan yang mempunyai risiko balita terkena
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
3
diare seperti penggunaan air bersih, mencuci tangan, serta penggunaan jamban
saat balita BAB. Penggunaan air bersih merupakan salah satu upaya agar
terhindar dari diare. Sumber air minum utama penting untuk diperhatikan
sanitasinya. Kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal oral.
Diare pada balita bisa disebabkan oleh masyarakat yang masih mengelola air
minum rumah tangga yang tidak menggunakan sumber air minum yang bersih.
Penggunaan air bersih yang sesuai dengan syarat kesehatan seperti penggunaan
sumber air minum yang berasal dari PDAM dapat mengurangi resiko balitanya
terkena diare (Apriyanti, 2009).
Balita di negara ASEAN mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun
atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008).
Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Survei morbiditas yang dilakukan oleh
Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000-2010 menemukan
kecenderungan peningkatan insiden diare. Pada tahun 2000 angka kesakitan
balita 1.278 per 1.000 penduduk turun menjadi 1.100 per 1.000 penduduk pada
tahun 2003. Namun pada tahun 2006 naik menjadi 1.330 per 1.000 penduduk dan
turun kembali di tahun 2010 menjadi 1.310 per 1.000 penduduk (Buletin diare,
2011).
Buletin Diare tahun 2011 memberikan gambaran peta diare di Indonesia
menunjukkan bahwa prevalensi diare adalah 9.0% dengan rentang antara 4.2%-
18.9%. Angka tertinggi di provinsi NAD yaitu 18.9% dan terendah di DI
Yogyakarta 4.2%. Salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi diare lebih
dari 9.0% adalah Jawa Barat yaitu 10.2%. Hasil ini juga menunjukkan bahwa
prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16.7% dan pada
bayi kurang dari 1 tahun yaitu 16.5%. Kondisi ini sejalan dengan Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2012 yang menunjukkan Jawa Barat sebagai salah
satu dari 7 provinsi yang setiap tahun mengalami KLB diare pada tahun 2010 dan
2011.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
4
Faktor risiko ekonomi diperoleh dari orang tua yang hidup dalam kemiskinan
tidak dapat memenuhi kebutuhan kesehatan untuk mengatasi balita yang terkena
diare. Risiko ekonomi adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan
penghasilan atau pendapatan dengan beban tanggungan, krisis ekonomi yang
berkepanjangan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan perumahan, pakaian,
makanan, pendidikan dan kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010).
Permasalahan penyakit diawali masalah kesehatan berakar dari kemiskinan yang
disebabkan oleh krisis ekonomi yang belum membaik (Khomsan, 2004). Sumber
pendapatan keluarga menentukan kesanggupan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan bagi anggota keluarganya (Notoatmodjo, 2003).
Faktor risiko gaya hidup diperoleh dari keluarga yang tidak menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat sejak dini akan berisiko balita terkena diare (Friedman,
2003). Balita merupakan kelompok yang memiliki kemungkinan lebih tinggi
mengalami masalah kesehatan dibandingkan dengan kelompok lain karena
beberapa faktor yang mempengaruhinya. Balita memiliki resiko lebih besar
mengalami masalah diare dikarenakan perilaku ibu dalam perawatan masalah
kesehatan yang belum optimal. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara
lain kurang keterpaparan terhadap informasi, tingkat pendidikan rendah,
keterpaparan dengan lingkungan serta akibat perilaku manusia itu sendiri
(Stanhope dan Lancaster, 2010).
Hasil survey yang dilakukan di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar dengan jumlah
responden 97 orang pendidikan ibu rendah (55 %). Penyakit 3 bulan terakhir
balita diare (51 %) sedangkan penyakit 6 bulan terakhir balita diare (47.4%).
Perilaku ibu dalam pencegahan diare balita yang terdiri dari 3 domain
menunjukkan pengetahuan kurang tentang pencegahan diare balita (36.1 %),
sikap kurang 43 %, dan tindakan untuk pencegahan diare pada balita kurang (49
%.). Permasalah balita berisiko diare hasilnya tersebar di RW 1 (29%), RW 3
(26%) dan RW 5 (27%). Balita yang terkena diare sebagian besar umur 1-5 tahun
(79 %).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
5
Faktor risiko kejadian dalam hidup dapat berisiko terjadinya masalah kesehatan
seperti kehilangan anggota keluarga (Stanhope dan Lancaster, 2010). Keluarga
yang kehilangan balita karena diare akan lebih memperhatikan pencegahan diare
pada balita. Hal sebaliknya keluarga tidak ada perhatian khusus terhadap
pencegahan diare serta menganggap diare balita suatu hal yang biasa. Pengaruh
dari kurang keterpaparan informasi dan kurang kepedulian masyarakat tentang
pencegahan diare pada balita akan berakibat kematian balita karena tidak
dilakukan pencegahan diare secara dini. Pencegahan dan perawatan secara dini di
dalam keluarga yang tidak diketahui oleh masyarakat mengakibatkan jumlah
kematian balita diare akan semakin meningkat. Dampak lebih lanjut apabila
kejadian diare balita tidak segera diatasi akan menyebabkan dehidrasi yang
mengakibatkan kematian.
Kejadian diare pada anak di dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, kematian
akibat diare sekitar 5 juta jiwa. Angka kematian balita di negara berkembang
akibat diare ini sekitar 3,2 juta setiap tahun. Statistik menunjukkan bahwa setiap
tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia, duapertiganya adalah balita
dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Warman, 2008). Target
Pembangunan Milenium yang sedang diupayakan untuk dicapai di Indonesia
adalah menurunkan kematian anak-anak dibawah usia lima tahun. Salah satu
penyebab utama kematian balita adalah diare. Diare yang menyerang balita
apabila tidak ditangani dengan serius akan berdampak pada pertumbuhan
perkembangan balita. Penyakit diare di masyarakat Indonesia dikenal dengan
istilah “Muntaber”. Penyakit ini menimbulkan kecemasan dan kepanikan apabila
tidak segera diobati, dalam waktu singkat (± 48 jam) tidak segera diatasi akan
menyebabkan kematian (Triatmodjo, 2008).
Pedoman Pengendalian Penyakit Diare merupakan sebuah model pelayanan
kesehatan yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan melalui Direktorat
Jendral P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) untuk
pencegahan penyakit diare. Pedoman pengendalian penyakit diare dapat
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
6
dilaksanakan di Puskesmas, Rumah Sakit, atau wilayah komunitas. Program
Pencegahan dan Penanggulangan Diare (P2D) memiliki perencanaan target dan
waktu pelaksanaan program, sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Program
P2D ini dapat berfungsi dan berjalan secara optimal, maka dibutuhkan tenaga
kerja minimal seorang dokter, seorang perawat dan seorang petugas administrasi.
Hal ini memang terpenuhi secara kuantitas, namun adanya tenaga kerja yang
merangkap program puskesmas lainnya menjadikan pelaksanaan program P2D
belum dapat terlaksana secara meyeluruh dan optimal. Petugas kesehatan yang
masih merangkap program lain salah satu dampak karena keterbatasan sumber
daya manusia. Kondisi ini akan mengakibatkan program tidak bisa berjalan
secara optimal.
Pelaksanaan program P2D yang meliputi: pengobatan diare, penyuluhan, dan
pelatihan serta pembinaan kader, merupakan faktor penentu keberhasilan
program. Pengobatan diare yang kurang memenuhi standar pelayanan dapat
mengakibatkan munculnya stigma yang buruk mengenai pelayanan diare di
puskesmas sehingga masyarakat tidak mau berkunjung ke Puskesmas. Hal ini
berimbas pada rendahnya angka cakupan pelayanan diare. Tidak adanya
penyuluhan kesehatan mengenai diare juga berdampak pada kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan dan penanganan diare di rumah,
serta kapan waktu yang tepat untuk berobat. Kurangnya kader yang terlatih
menyulitkan pelaksanaan program terutama dalam melakukan tugas eksternal
seperti penyuluhan di masyarakat dan penanganan awal diare.
Upaya untuk pencegahan diare di tingkat rumah tangga khususnya dalam
memberdayakan peran keluarga belum mencapai tujuan yang diharapkan, karena
kejadian penyakit diare masih belum menurun secara optimal. Penanganan diare
pada balita bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi masyarakat pun
diharapkan dapat ikut serta menanggulangi dan mencegah terjadinya diare pada
balita. Keluarga memiliki peran penting dalam pencegahan diare. Keluarga harus
mampu memenuhi tugas perkembangan keluarga salah satunya balita adalah
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
7
melakukan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak (Duvall, 2001).
Usaha yang dilakukan keluarga dengan optimalisasi pertumbuhan anak dalam
pencegahan diare. Keluarga memiliki tanggungjawab untuk dapat melakukan
pencegahan diare yang tepat untuk balita. Keluarga yang mampu melaksanakan
tanggungjawab tersebut maka balita tidak berisiko terkena diare.
Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah meliputi
melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan
melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS Diare), meningkatkan tata
laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar, dan
penanggulangan KLB diare, melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang
efektif serta melaksanakan monitoring dan evaluasi (Buletin Diare, 2011).
Menurut Kemenkes RI (2011) prinsip tatalaksana diare pada balita adalah
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare). Rehidrasi bukan satu satunya
cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat
diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS
DIARE yaitu (1) Rehidrasi menggunakan Oralit. (2) Zinc diberikan selama 10
hari berturut-turut. (3) Teruskan pemberian ASI dan Makanan. (4) Pemberian
antibiotik secara selektif dan (5) Nasehat pada orang tua tentang tanda-tanda
lebih lanjut bahaya diare.
Strategi untuk pencegahan diare juga dikembangkan oleh USAID untuk proyek
inovasi dalam mencegah penyakit diare pada balita. Model intervensi SAFE
adalah suatu proyek inovasi yang dikembangkan di Bangladesh untuk
menurunkan angka kejadian diare pada balita. Program ini akan mengembangkan
strategi intervensi yang bisa diterapkan di masyarakat. SAFE merupakan inovasi
yang sudah dilakukan di Bangladesh yang efektivitas program ini sangat
bermakna hasilnya dengan penurunan angka kejadian diare pada balita.
Komponen dalan SAFE adalah penggunaan air bersih, penggunaan jamban,
kebersihan makanan, pemberian ASI, dan pemberian oralit.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
8
Program pencegahan dan penanggulangan diare pada balita dengan menggunakan
LINTAS diare mempunyai kelebihan yaitu komponen pengobatan redehidrasi
yang lebih diunggulkan. Kelemahan yang bisa dilihat bahwa LINTAS diare tidak
memberikan secara jelas upaya yang bisa dilakukan keluarga untuk pencegahan
diare. Hal yang sama juga pada program SAFE mempunyai kelebihan program ini
sudah spesifik menjelaskan upaya keluarga dalam pencegahan diare balita.
Hambatan yang yang ditemukan untuk program SAFE lebih menonjolkan faktor
lingkungan yang lebih dominan untuk pencegahan diare pada balita. Berdasarkan
hal yang positif dari pencegahan diare dengan LINTAS dan SAFE, penulis
mencoba melakukan inovasi dalam pencegahan diare yang diberi nama SAKA.
SAKA merupakan inovasi pencegahan diare pada balita yang memodifikasi
program pencegahan diare antara LINTAS dan SAFE diharapkan mampu
menghasilkan inovasi terbaru yang lebih aplikatif bisa dilakukan keluarga dalam
menurunkan insiden balita diare di masyarakat.
SAKA diare adalah suatu inovasi yang terdiri dari 10 langkah atasi diare. SAKA
terdiri empat komponen yaitu sanitasi, anak, keluarga dan area. Komponen
sanitasi terdiri dari penggunaan air minum, penggunaan jamban. Komponen anak
yang harus difokuskan disini adalah pemberian ASI, pemberian makanan serta
terapi gurita dan senam balita. Komponen keluarga sebagai pendukung terbesar
yaitu kebiasaan mencuci tangan, pengolahan makan dan pemberian cairan
pengganti oralit dan pemberian zink selama 10 hari. Komponen yang terakhir
yang diperhatikan adalah area yaitu pembuangan sampah dan pembuangan
limbah.
Perawat komunitas mempunyai peranan besar untuk melakukan upaya
pencegahan diare pada balita. Peran perawat komunitas sebagai pemberi asuhan
keperawatan, pendidik, manajer, kolabolator, pemimpin, dan peneliti (Helvie,
1998). Perawat sebagai pemberi perawatan memberikan perawatan langsung pada
balita yang terkena diare dan balita yang berisiko terkena diare. Perawat dapat
memberikan informasi pada kelompok pendukung SAKA tentang penerapan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
9
SAKA diare pada balita dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang
manfaat, cara penerapan SAKA diare. Perawat sebagai manajer berperan dalam
monitoring dan evaluasi pelaksanaan penerapan SAKA diare yang dilakukan oleh
kader kesehatan.
Penemuan kasus termasuk penemuan balita diare, perawat harus dapat
mengidentifikasi komunitas yang mempunyai populasi balita terbanyak serta
menentukan wilayah yang mempunyai angka kejadian diare balita tertinggi.
Perawat sebagai pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan
dan mempengaruhi komunitas untuk melakukan perubahan terhadap perilaku
yang kurang mendukung penerapan SAKA diare. Perawat berperan dalam
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan SAKA diare
sehingga dapat ditemukan strategi intervensi keperawatan yang sesuai untuk
mengoptimalkan penerapan SAKA diare pada balita
Intervensi dalam keperawatan komunitas yang terdiri dari Proses kelompok
adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan bersamaan
dengan masyarakat melalui pembentukan peer atau social support berdasar
kondisi dan kebutuhan masyarakat (Stanhope dan Lancaster, 2010, Hitchock,
Schuber dan Thomas, 1999). Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam
rangka upaya promotif dan preventif dengan melakukan penyebaran informasi
dan meningkatkan motivasi masyarakat untuk berperilaku sehat (Stanhope dan
Lancaster, 2010). Empowering adalah suatu kegiatan keperawatan komunitas
dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang
ada di komunitas, masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan masalah
(Stanhope dan Lancaster, 2010, Hitchock, Schuber dan Thomas, 1999).
Kelompok pendukung merupakan karakteristik intervensi dan implementasi
dalam keperawatan komunitas yang berfokus pada pengembangan suatu
kreativitas dan visi melalui suatu pendekatan yang baru (Ervin, 2002). Kelompok
Pendukung SAKA merupakan inovasi terhadap berbagai istilah kelompok yang
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
10
memberikan dukungan dalam pencegahan diare pada balita, yang lebih
menekankan penanganan secara dini balita diare terhadap dampak yang
ditimbulkannya secara fisik, psikososial dan ekonomi bagi keluarga dengan balita
diare. Pelayanan yang diberikan berupa dukungan secara fisik, informasi, dan
sosial untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam pencegahan
diare pada balita.
Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA dalam pencegahan diare pada balita di
dalam keluarga memberikan kontribusi yang besar terhadap penurunan angka
kejadian diare pada balita. Kegiatan kelompok pendukung SAKA melakukan
kunjungan rumah dengan pemantauan kartu penerapan SAKA diare keluarga.
Kelompok Pendukung SAKA melakukan pemberian asuhan langsung pada balita
diare serta melakukan penyuluhan SAKA diare. Kelompok pendukung sebagai
salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku hidup dengan melakukan penerapan SAKA untuk mengatasi
masalah balita dengan diare. Berdasarkan fenomena tersebut penulis mencoba
membuat inovasi pencegahan dan deteksi dini diare dengan menggunakan
Kelompok Pendukung SAKA sebagai strategi intervensi keperawatan komunitas
di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.
1.2 Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang implementasi pelaksanaan Kelompok
Pendukung SAKA pada aggregat balita dengan diare mencakup
manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan di Kelurahan Cisalak
Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan karya ilmiah akhir adalah teridentifikasi:
1.2.2.1 Terbentuknya Kelompok Pendukung SAKA untuk balita diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
11
1.2.2.2 Peningkatan kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap)
Kelompok Pendukung SAKA tentang pencegahan diare pada balita.
1.2.2.3 Peningkatan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) keluarga
dalam pencegahan diare pada kelompok ibu balita dengan penerapan
SAKA Diare di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota
Depok.
1.2.2.4 Peningkatan kemandirian keluarga dalam pencegahan dan perawatan
balita dengan diare di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis,
Kota Depok.
1.2.2.5 Penurunan insiden diare pada aggregate balita yang dibina dalam
keluarga dan komunitas di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan
Cimanggis, Kota Depok.
1.3 Manfaat
1.3.1 Pelayanan Kesehatan Dalam Keperawatan
1.3.1.1 Dinas Kesehatan Kota Depok
Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu intervensi keperawatan
untuk pengembangan program pencegahan penyakit diare. Kelompok
Pendukung SAKA sebagai upaya preventif dan promotif untuk
menurunkan angka kejadian diare balita. Kelompok Pendukung SAKA
sebagai dasar merumuskan kebijakan pengembangan program pencegahan
dan penanggulangan diare.
1.3.1.2 Puskesmas Kecamatan Cimanggis
Kelompok Pendukung SAKA dapat memberikan pelayanan secara
menyeluruh baik itu promotif, preventif dan kuratif dengan melakukan
penerapan SAKA diare. Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA dapat
dijadikan sebagai salah satu kegiatan pokok Posyandu yaitu kegiatan
pencegahan diare dengan sasaran pembinaan kepada ibu balita di
Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, kota Depok.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
12
1.3.1.3 Perawat Komunitas
Perawat komunitas dapat merancang pembinaan kesehatan balita dengan
sasaran pembinaan ibu balita dan keluarga lebih komprehensif melalui
kegiatan penerapan SAKA Diare. Kelompok Pendukung SAKA sebagai
bentuk intervensi dalam upaya pembinaan keperawatan keluarga dan
kelompok balita dengan diare. Kelompok Pendukung SAKA dapat
memperluas jangkauan pelayanan dalam pencegahan dan deteksi dini
diare, sehingga masalah diare dapat tertangani sedini mungkin dan dapat
menekan angka kematian akibat diare di Kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis, kota Depok..
1.3.1.4 Keluarga dan Masyarakat
Pelaksanaan kegiatan penerapan SAKA Diare dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu balita serta kemandirian keluarga
dalam pencegahan diare pada balita. Program Kelompok Pendukung
SAKA juga dapat meningkatkan peran, fungsi serta pemberdayaan
kader secara optimal melalui kegiatan Posyandu dalam memberikan
pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan diare pada balita di tingkat
masyarakat dalam berpartisipasi mensukseskan program pemerintah
LINTAS diare di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, kota
Depok.
1.3.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan
Pengembangan program praktik keperawatan komunitas, melalui
Kelompok Pendukung SAKA sebagai strategi intervensi keperawatan
komunitas yang efektif dengan sasaran keluarga dan komunitas dalam
upaya promotif, preventif, dan kuratif pada balita diare. Kelompok
Pendukung SAKA dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan
intervensi keperawatan komunitas yang lebih efektif dalam upaya
menurunkan angka kejadian diare pada balita. Penerapan SAKA diare di
keluarga dan komunitas melalui Kelompok Pendukung SAKA dapat
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia
13
memberikan dampak yang positif terhadap penurunan angka kejadian
diare balita. Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu strategi
intervensi keperawatan komunitas yang pelaksanaannya melalui
pemberdayaan kader kesehatan melalui pembinaan keluarga dan
komunitas dengan balita diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

14
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab II Tinjauan Pustaka menguraikan berbagai teori dan konsep yang berkaitan
dengan balita sebagai populasi berisiko, kejadian diare balita, model Community
as Partner, Model Intervensi SAFE dan teori Family Center Nursing, Kelompok
Pendukung SAKA sebagai bentuk intervensi keperawatan komunitas pada
aggregate balita dengan diare dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas
pada agregat balita dengan diare.
2.1. Balita Sebagai Populasi Berisiko
2.1.1. Definisi Populasi Berisiko
Populasi yang berisiko adalah kelompok populasi yang berisiko lebih tinggi
menderita suatu penyakit dibandingkan dengan populasi yang lain (Stanhope dan
Lancaster, 2010). Populasi yang berisiko adalah sekelompok orang yang berisiko
masalah kesehatan tertentu akibat interaksi berbagai faktor yang
mempengaruhinya (Allender dan Spradley, 2010). Berdasarkan beberapa
pendapat dapat disimpulkan bahwa populasi berisiko adalah kelompok populasi
yang berisiko lebih tinggi mempunyai masalah kesehatan dibandingkan
kelompok lain. Kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap masalah
kesehatan akibat dari interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-
faktor tersebut meliputi kurang keterpaparan terhadap informasi, tingkat
pendidikan rendah, keterpaparan dengan lingkungan serta akibat perilaku
manusia sendiri. Kelompok berisiko meliputi bayi , anak-anak, remaja dan
dewasa muda, dewasa menengah, lanjut usia (Stanhope dan Lancaster, 2010).
2.1.2. Karakteristik Balita sebagai Populasi Berisiko
Stanhope dan Lancaster (2010) menjelaskan bahwa faktor risiko kesehatan adalah
faktor yang mempengaruhi atau menentukan terjadinya penyakit atau kondisi
yang tidak sehat. Faktor risiko kesehatan terdiri dari risiko usia dan biologis
(biological and age risk), risiko sosial (social risk), risiko ekonomi (economic
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

15
Universitas Indonesia
risk), risiko gaya hidup (lifestyle risk), dan risiko yang peristiwa dalam kehidupan
(life events risk). Kontribusi faktor risiko tersebut terhadap munculnya masalah
kesehatan pada balita adalah sebagai berikut:
2.1.2.1. Risiko Usia dan Biologi
Faktor biologi merupakan faktor genetik atau fisik yang berkontribusi terhadap
timbulnya risiko tertentu yang mengancam kesehatan (Stanhope dan Lancaster,
2010). Balita berisiko mengalami masalah kesehatan jika dilihat dari faktor usia.
Kelompok balita terbagi menjadi neonatus (0-1 bulan), infant (1 bulan-1 tahun),
toddler (1-3 tahun), dan preschool (3-5 tahun) (Stanhope dan Lancaster, 2010).
Faktor usia seringkali dihubungkan dengan tahapan perkembangan, tahapan
perkembangan yang terjadi dapat berkontribusi terhadap timbulnya risiko
masalah kesehatan. Pada usia balita pertumbuhan dan perkembangan dilihat dari
aspek fisik, kognitif, dan psikososial. Pada usia ini balita senang memasukkan
segala sesuatu kedalam mulutnya sehingga terjadi peningkatan risiko masuknya
mikroorganisme seperti virus dan bakteri yang mengakibatkan balita memiliki
risiko lebih besar untuk mengalami masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster,
2010). Perkembangan secara fisik untuk sistem kekebalan tubuh pada balita
belum matang.
Usia merupakan karakter yang memiliki pengaruh paling besar dalam hal
hubungannya dengan penyakit, kondisi cidera, penyakit kronis, dan penyakit lain.
Usia merupakan salah satu variabel yang dipakai untuk memprediksikan
perbedaan dalam hal penyakit, kondisi dan peristiwa kesehatan dan jika saling
diperbandingkan maka kekuatan umur menjadi lebih mudah dilihat (Widyastuti,
2005). Pada usia balita terjadi keseimbangan antara perkembangan yang juga
diikuti dengan meningkatnya risiko terhadap terjadinya masalah kesehatan.
Pertumbuhan dan perkembangan pada balita terdiri dari fisik, kognitif dan
psikososial (Potter dan Perry, 2003). Usia balita mengalami perkembangan
motorik yang pesat seperti ketrampilan balita dalam berjalan, berlari dan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

16
Universitas Indonesia
berlompat. Sistem kekebalan tubuh balita yang belum matang meningkatkan
risiko balita untuk mengalamai masalah kesehatan (Whaley dan Wong, 1995).
Faktor biologi pada balita yang mengalami masalah kesehatan akan
meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan lainnya. Penyakit diare ini
penularannya dapat melalui kontaminasi agent (penyebab penyakit) seperti virus,
bakteri dan sebagainya dengan makanan, minuman yang kemudian dimakan oleh
orang sehat. Penyakit ini biasanya juga termasuk dalam penyakit yang sumber
penularannya melalui perantaraan air atau sering disebut sebagai water borne
diseases. Agent penyebab penyakit diare sering dijumpai pada sumber-sumber air
yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit, air yang sudah
tercemar apabila digunakan oleh orang sehat bisa membuat orang tersebut
terpapar dengan agent penyebab penyakit diare (Whaley dan Wong, 1995).
Kuman penyebab diare dapat ditularkan melalui kontaminasi makanan atau air
dari tinja atau muntahan penderita yang mengandung kuman penyebab. Kuman
pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada
tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut atau dipake untuk memegang
makanan. Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga
kebersihannya, tidak memakai sabun pada saat mencuci alat-alat makan dan
minum, mencuci pakaian penderita di sekitar sungai dan sumber air lainnya
(Departemen Kesehatan, 2007).
2.1.2.2. Risiko Sosial
Faktor sosial yaitu lingkungan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
masalah kesehatan. Lingkungan sosial anak terdiri dari lingkungan keluarga dan
lingkungan disekitarnya. Peranan ibu sangat dominan dalam hal pengasuhan dan
perawatan balita. Karakteristik ibu sepert usia dan pendidikan ibu mempengaruhi
perilaku kesehatan balita (Friedman, 2003). Usia ibu yang sudah dewasa
berpengaruh pada peningkatan motivasi untuk merubah perilaku tidak baik
menjadi baik (Siagian, 1995). Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi kesadaran
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

17
Universitas Indonesia
akan pentingnya arti kesehatan untuk balita dan lingkungan sehingga akan
mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan (Muhaimin, 1996).
Lingkungan yang tidak sehat seperti penggunaan sumber air yang tercemar,
pembuangan sampah dan limbah sembarangan dan minimnya fasilitas kesehatan
merupakan salah satu faktor yang berisiko terjadinya masalah kesehatan pada
keluarga (Stanhope dan Lancaster, 2010). Paparan virus dan bakteri di
lingkungan yang tidak sehat pada saat bermain dapat meningkatkan risiko balita
mengalami masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010). Lingkungan
internal keluarga yang sehat merupakan sistem pendukung tercapainya kesehatan
fisik dan psikologis bagi seluruh anggota keluarga (Friedman, 2003). Lingkungan
sebagai karakteristik orang-orang disekitar tempat tinggal beserta sumber dan
faislitas yang tersedia (Bowden dan Jones, 2003).
Usia balita terjadi peningkatan kemampuan sosial dan sosialisasi dengan teman
sebaya dalam aktivitas bermain (Whaley dan Wong, 1998). Lingkungan yang
terbuka meningkatkan terpaparnya virus dan bakteri sehingga saaat anak bermain
risiko tinggi balita mengalami masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster,
2010). Risiko sosiakultural meliputi tingkat pendidikan dan akses pelayanan
kesehatan (Allender dan Spradley, 2010). Pendidikan memegang peranan cukup
penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah
menjadikan mereka sulit menerima informasi tentang pentingnya kebersihan
perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah diare. Masyarakat yang
pendidikannya rendah sulit menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak
peduli terhadap upaya pencegahan diare (Sander, 2005).
2.1.2.3. Risiko Ekonomi
Risiko ekonomi adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan penghasilan
atau pendapatan dengan beban tanggungan, krisis ekonomi yang berkepanjangan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan perumahan, pakaian, makanan,
pendidikan dan kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010). Faktor ekonomi
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

18
Universitas Indonesia
merupakan faktor yang memiliki hubungan secara langsung terhadap kemampuan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan (Friedman, 2003). Keluarga yang
memiliki sumber keuangan yang cukup dapat memenuhi kebutuhan anggota
keluarganya khususnya dalam masalah kesehatan. Balita yang tumbuh dalam
keluarga yang mengalami kesulitan masalah ekonomi lebih berisiko mengalami
masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010).
Permasalahan penyakit diawali masalah kesehatan berakar dari kemiskinan yang
disebabkan oleh krisis ekonomi yang belum membaik (Khomsan, 2004). Sumber
pendapatan keluarga menentukan kesanggupan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan bagi anggota keluarganya (Notoatmodjo, 2003). Faktor risiko ekonomi
pada balita diperoleh dari orang tua yang hidup dalam kemiskinan yang
menyebabkan keluarga tidak mampu melakukan perawatan kesehatan (Maitland,
2011).
2.1.2.4. Risiko Gaya Hidup
Risiko gaya hidup adalah kebiasaan atau gaya hidup yang berdampak terhadap
risiko terjadinya penyakit termasuk keyakinan terhadap kesehatan, kebiasaan
hidup sehat, pengaturan pola makan, dan kegiatan atau aktivitas keluarga.
Keluarga merupakan faktor utama pembentuk gaya hidup positif anggotanya
(Stanhope dan Lancaster, 2010). Keluarga merupakan faktor penentu
keberhasilan dalam penanaman perilaku hidup sehat bagi keluarganya. Keluarga
yang tidak menerapkan dan memperkenalkan perilaku hidup sehat sejak dini akan
berisiko mempunyai masalah kesehatan lebih besar jika dibandingkan keluarga
yang mampu menerapkan perilaku hidup sehat sejak dini (Friedman, 2003).
Perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita adalah tidak
memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita
yang tidak diberi ASI risiko menderita diare lebih besar daripada balita yang
diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
Menggunakan botol susu. Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

19
Universitas Indonesia
kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau
sudah dipakai selama berjam-jam dan dibiarkan di lingkungan yang panas, sering
menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-
kuman atau bakteri penyebab diare (Departemen Kesehatan, 2007).
Pengolahan makan terkait menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila
makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan
kuman akan berkembang biak. Penggunaan air minum yang tercemar dan Tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau
sebelum makan dan menyuapi anak. Kebiasaan balita BAB disembarang tempat
meningkatkan risiko balita terkena diare (Buletin Diare, 2011). Pembuangan air
limbah yang tidak dikelola dengan baik dan memenuhi syarat kesehatan dapat
mengkontaminasi air permukaan maupun air tanah dan dapat digunakan
perindukan vektor penyakit, sehingga dapat menjadi sumber penularan penyakit
(Departemen Kesehatan, 2007).
2.1.2.5. Risiko Peristiwa dalam Kehidupan
Risiko life events adalah kejadian dalam kehidupan yang dapat beresiko
terjadinya masalah kesehatan seperti kehilangan anggota keluarga (Stanhope dan
Lancaster, 2010). Transisi peristiwa kehidupan dapat meningkatkan risiko
terjadinya penyakit. Transisi peristiwa kehidupan yang dapat dilalui dengan baik
oleh keluarga jika keluarga mampu mengidentifikasi sumber-sumber yang
dibutuhkan, atau mengantisipasi dan mempersiapkan peristiwa yang terjadi
beserta akibatnya (Stanhope dan Lancaster, 2010). Faktor risiko terjadinya
masalah kesehatan bukan dari faktor risiko tunggal namun kombinasi beberapa
faktor risiko lain yang lebih meningkatkan terjadinya penyakit. Jumlah anggota
keluarga yang bertambah khususnya balita membuat bertambahnya risiko
mengalami masalah kesehatan (Murage, 2012). Proporsi balita yang mengalami
kejadian diare lebih banyak terjadi pada balita yang keluarganya mempunyai
balita lebih dari 2 orang (Hamdani, 2001).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

20
Universitas Indonesia
Berdasarkan penjelasan karakteristik balita sebagai populasi berisiko terkena
masalah kesehatan khususnya diare diperlukan suatu pengelolaan manajemen
pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan keluarga, komunitas dalam
pencegahan dan penanggulangan penyakit diare.
2.2. Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Asuhan Keperawatan
Komunitas dalam Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Diare
Manajemen keperawatan adalah suatu proses koordinasi dan integrasi sumber-
sumber melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
pengarahan, dan pengontrolan di suatu unit pelayanan keperawatan. Manajemen
keperawatan ini melibatkan penerapan keterampilan dan penggunaan sumber-
sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Proses dalam
manajemen keperawatan akan bekerja melalui individu, kelompok ataupun
sumber lain seperti peralatan dan teknologi untuk mencapai tujuan organisasi
(Huber, 2010). Menurut Swansburg (1993) manajemen keperawatan yaitu
manajemen yang berhubungan dengan semua kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan staf, kepemimpinan dan pengendalian.
Pengetahuan manajemen keperawatan meliputi konsep-konsep, prinsip dan teori
yang berlaku di semua situasi manajemen keperawatan. Berdasarkan beberapa
pendapat yang disampaikan bahwa manajemen adalah manajemen adalah ilmu
atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif,
dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, personalia,
pengarahan dan pengawasan (Swansburg 1999). Fungsi manajemen keperawatan
yang dilakukan seorang manajer harus melaksanakan empat fungsi manajemen
yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), mengarahkan
(coordinating or directing), dan pengendalian (controlling) (Robins dan Coulter,
2007). Manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep-konsep manajemen yang di dalamnya meliputi
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

21
Universitas Indonesia
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsurnya dikelola oleh seorang manajer yang
meliputi orang, metode, materi, anggaran, waktu dan pemasaran (Kusnanto,
2006). Fungsi manajemen yang lazim digunakan dalam keperawatan komunitas
adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang selama periode tertentu dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sampai dengan menyusun dan
menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya (Gillies, 2000). Tujuan yang
dilakukan selama perencanaan adalah analisis, pengkajian suatu sistem,
penyusunan tujuan jangka panjang (strategi) dan jangka pendek (operasional)
serta memprioritaskan aktivitas termasuk alternatif (Swansburg, 1999). Elemen
dalam perencanaan terdiri dari (1) visi dan misi (2) penetapan tujuan (3) rencana
operasional (4) biaya (5) SDM dan SDA (6) metode dan kegiatan (7) penentuan
strategi (8) kebijakan program (Marquis dan Huston, 2006).
Fungsi pengorganisasian suatu program berupa pembentukan struktur sebagai
pelaksana rencana program, menentukan program pelayanan yang sesuai,
pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan masing-masing unit, bekerja
dalam struktur organisasi, memahami, menggunakan kekuatan yang sesuai
(Marquis dan Huston, 2006). Tujuannya adalah mendapatkan SDM,
perlengkapan, sumber material untuk menggerakkan, mengorganisasi, dan
bekerja, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan hubungan erat antara
tenaga kerja dengan lingkungan (Fayol, 2010). Pengorganisasian meliputi proses
memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai objektif divisi
keperawatan, departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg, 2000).
Huber (200) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk
menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

22
Universitas Indonesia
pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang akan dikerjakan, individu yang
akan mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur pertanggungjawaban, dan
proses pengambilan keputusan. Manajer bertanggung jawab juga dalam
merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi
(Robins dan Coulter, 2007). Elemen dalam pengorganisasian adalah struktur
organisasi, uraian tugas, kerjasama lintas sektor dan program, serta koordinasi
(Marquis dan Huston, 2006).
Fungsi pengarahan lebih menekankan pada kemampuan manajer dalam
mengarahkan dan menggerakkan semua sumber untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati (Gillies, 2000). Pengarahan yang diberikan dapat berupa motivasi
melalui komunikasi yang baik dalam suatu organisasi sebagai suatu umpan balik
dari implementasi kegiatan organisasi (Marquis dan Huston, 2006). Pengarahan
dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan, memelihara, menjaga atau
mempertahankan dan memajukan organisasi melalui setiap personil, baik secara
struktural maupun fungsional, agar langkah-langkah operasionalnya tidak keluar
dari usaha mencapai tujuan organisasi. Handoko (2000) menyatakan pada
dasarnya fungsi pengarahan adalah membuat atau mendapatkan para karyawan
melakukan apa saja diinginkan dan harus mereka lakukan.
Elemen dalam pengarahan meliputi proses komunikasi, motivasi, pelatihan,
pendelegasian, supervisi dan rujukan (Marquis dan Huston, 2006). Pengarahan
yang diberikan dapat berupa motivasi melalui komunikasi yang baik dalam suatu
organisasi sebagai suatu umpan balik dari implementasi kegiatan organisasi.
Pemberikan umpan balik yang berupa penguatan ataupun penghargaan yang
efektif dalam organisasi yaitu (1) penguatan positif dapat diberikan untuk kinerja
yang relevan dengan perencanaan (2) penguatan positif dapat diberikan sesegera
mungkin setiap kinerja positif dimunculkan (3) adanya sistem penghargaan yang
dapat dicapai oleh setiap anggota organisasi dan (4) penghargaan dapat diberikan
secara tidak terduga ataupun secara terus menerus. Pengarahan yang baik melalui
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

23
Universitas Indonesia
komunikasi dan motivasi dapat mengarahkan pada delegasi tugas yang baik
sehingga akan mencegah konflik dalam suatu organisasi.
Fungsi pengawasan merupakan evaluasi dalam manajeman keperawatan. Fungsi
pengawasan bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih efisien, dan
tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan
(Marquis dan Huston, 2006). Elemen dalam pengawasan terdiri dari monitoring
evaluasi program, kendali mutu dan penilaian kinerja. Pengawasan sebagai suatu
program evaluasi dalam suatu manajemen pelayanan dapat dilakukan dengan
kontrol pelayanan organisasi. Kontrol organisasi dapat dilakukan melalui (1)
penentuan kriteria standar evaluasi, (2) menginformasikan setiap penyusunan
standar kerja organisasi, dan (3) adanya proses pembelajaran melalui monitor dan
evaluasi dari setiap pencapaian standar yang ditentukan (Marquis dan Huston,
2006).
Manfaat fungsi pengawasan untuk mengetahui sejauhmana kegiatan program
sudah dilaksanakan oleh staf sesuai standar atau rencana kerja. Adanya kegiatan
pengawasan dalam manajemen keperawatan akan membantu identifikasi
efisiensi kegiatan program, adanya penyimpangan-penyimpangan selama proses
kegiatan dan penyebabnya sehingga dapat disusun rencana tindak lanjut untuk
memperbaiki dan keberlanjutan program (Swansburg, 1999). Kegiatan yang
dapat dilakukan dalam pengawasan adalah monitoring dan evaluasi (Marquis dan
Huston, 2006). Monitoring dapat dilakukan oleh pihak dalam maupun luar
organisasi. Tahapan yang dapat dilakukan dalam monitoring adalah (1)
memutuskan informasi apa yang akan dikumpulkan (2) mengumpulkan data dan
menganalisisnya (3) memberikan umpan balik hasil monitoring (Marquis &
Huston, 2006). Pengawasan merupakan usaha yang sistematik membandingkan
kerja nyata dengan tujuan dan standar yang disusun serta menilai penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi. Kegiatan evaluasi untuk melihat efektifitas dan
efisiensi program yang sedang atau yang telah dilakukan, sehingga dapat
mengidentifikasi masalah atau hambatan yang muncul selama pelaksanaan
program (Evin, 2002).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

24
Universitas Indonesia
Pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan dalam pencegahan dan
penanggulangan diare balita akan dilanjutkan dengan pemberian asuhan
keperawatan komunitas.
2.3. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Aggregate Balita
2.3.1. Pengkajian
Model pengkajian yang akan dikembangkan pada aggregate balita adalah aplikasi
dari community as partner yang dikembangkan oleh Anderson dan Mc Farlan
dari teori Betty Neuman (Anderson dan Mc Farlane, 2004). Model ini lebih
berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat adalah praktek, keilmuan, dan
metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam
meningkatkan kesehatannya. Pada pengkajian model ini mempunyai dua
komponen utama yaitu core dan subsistem. Pada model community as partner
terdapat dua faktor utama yaitu fokus pada komunitas sebagai mitra dan proses
keperawatan (Anderson dan Mc Farlane, 2004).
Pada pengkajian komunitas terdapat core dan 8 (delapan) subsistem dari
masyarakat. Core yang terdiri dari riwayat terbentuknya aggregat, demografi,
suku, nilai, dan kepercayaan. Sedangkan pada subsistem terdapat lingkungan
fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan,
politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi. Pada model
community as partner masyarakat dikelilingi oleh tiga garis pertahanan, yaitu;
garis pertahanan fleksibel, normal, resisten. Garis pertahanan fleksibel adalah
kesehatan yang dinamis hasil dari respon terhadap stressor yang tidak menetap
seperti mobiliasi tetangga dan stressor lingkungan. Garis pertahanan normal
adalah angka kematian, tingkat ekonomi masyarakat. Garis pertahanan resisten
adalah mekanisme internal terhadap stressor (Anderson dan Mc Farlane, 2004).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

25
Universitas Indonesia
Sumber: Anderson McFarlan, Community as Partner, 2004
Gambar 2.1
2.3.2. Diagnosa Keperawatan Komunitas
Diagnosa keperawatan yaitu respon individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan komunitas akan memberikan
gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan
yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat masalah
komunitas terhadap stresor yang ada. Diagnosa keperawatan dirumuskan dalam
tiga komponen, yaitu problem atau masalah (P), etiologi atau penyebab (E), dan
symptom atau manifestasi atau data penunjang (S) (Nanda, 2010). Problem
merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya terjadi. Etiologi merupakan penyebab masalah kesehatan atau
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

26
Universitas Indonesia
keperawatan yang dapat memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
Symptom merupakan tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang
terjadi. Diagnosis keperawatan komunitas memberikan arah terhadap tujuan dan
intervensi keperawatan. Tujuan berasal dari stressor, pengurangan stressor dan
penguatan resistensi komunitas melalui garis pertahanan. Berdasarkan derajat
reaksi, perawat dapat merencanakan intervensi untuk menguatkan garis resistensi
dengan menerapkan salah satu jenis pencegahan (Anderson dan Mc Farlane,
2004).
2.3.3. Perencanaan Keperawatan Komunitas
Perencanaan program kesehatan komunitas pada aggregate balita dengan diare
berdasarkan Community as Partner Model difokuskan pada tiga tingkat
pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier (Anderson dan McFarlane, 2004).
Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana
tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi
atau meminimalkan stresor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat
pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson dan
Mc Farlane, 2000). Aktivitas dari program kesehatan komunitas yang
direncanakan difokuskan untuk memperkuat tiga garis pertahanan pada
komunitas yaitu garis pertahanan normal, fleksibel, dan resisten melalui tiga
tingkat pencegahan. Aktivitas dalam perencanaan tersebut dapat dijalankan
melalui strategi intervensi program yaitu pendidikan kesehatan, proses kelompok,
empowering, dan partnership.
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah (1) kemitraan (partnership), (2)
pemberdayaan (empowerment), (3) pendidikan kesehatan, dan (4) proses
kelompok (Hitchcock, Schubert dan Thomas 1999, Helvie, 1998).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

27
Universitas Indonesia
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat ((Departemen Kesehatan, 2005). Perawat komunitas perlu
membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme
peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi implementasi. Mekanisme kolaborasi perawat
komunitas dengan masyarakat adalah hubungan kemitraan yang dibangun
memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat
dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Lezin dan Young, 2000).
Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan
kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi
profesi kesehatan dengan masyarakat (Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan
penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya
masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program
kesehatan, serta keberlanjutan kemitraan perawat komunitas dengan masyarakat
(Bracht, 1990).
Pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian
kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada
masyarakat, adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan
mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert dan Thomas,
1999). Pemberdayaan dan kemitraan memiliki hubungan yang kuat dan
mendasar. Perawat ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka
dirinya juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat. Membangun
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan
kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies dan Mc Ewan, 2001).
Pemberdayaan adalah suatu bentuk kemitraan dan kerjasama dalam membantu
keluarga mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupan. Pemberdayaan
keluarga memberikan kesempatan pada keluarga untuk memilih dan mengambil
keputusan secara bebas dan bertanggungjawab. Pemberdayaan keluarga bertujuan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

28
Universitas Indonesia
untuk meningkatkan pengetahuan, kapasitas dan ketrampilan sehingga keluarga
mampu mengambil keputusan yang tepat terkait masalah kesehatan (Friedman,
2003). Peberdayaan keluarga akan menghasilkan kekuatan dan hubungan saling
ketergantungan yang sehat serta meningkatkan rasa saling menghargai otonomi
dan menhormati antar anggota keluarga (Friedman, 2003).
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki
oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson dan Nies, 1997).
Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan
perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap, meningkatkan ketrampilan, dan
bahkan mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau gaya hidup individu,
keluarga, dan kelompok (Pender, Murdaugh dan Parsons, 2002). Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok, maupun komunitas. Upaya
pendidikan kesehatan di tingkat komunitas penting dilakukan dengan beberapa
alasan yaitu individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat apabila
mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya terutama dukungan keluarga,
intervensi di tingkat komunitas dapat mengubah struktur sosial yang kondusif
terhadap program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas dapat
membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Meillier, 1996).
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan sebuah
kelompok atau kelompok swabantu. Intervensi keperawatan di dalam tatanan
komunitas menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan
perubahan pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas
bekerja bersama dengan masyarakat. Kelompok di masyarakat dapat
dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat. Kegiatan pada
kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai
(Depkes RI, 1992).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

29
Universitas Indonesia
Berdasarkan strategi intervensi keperawatan komunitas yang sudah dijabarkan,
penulis akan membahas lebih fokus pada kelompok pendukung. Pembentukan
kelompok merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang
melibatkan keluarga, masyarakat serta kelompok berisiko atau bekerja sama
dengan kelompok yang telah ada untuk meningkatkan kualitas kerja (Stanhope
dan Lancaster, 2010). Sistem dukungan sosial diketahui berfungsi signifikan
dalam memberi perawatan profesional melalui promosi kesehatan, pencegahan
penyakit dan perawatan penyakit (Pender, 2006). Sistem dukungan sosial yang
relevan terhadap kesehatan meliputi sistem kelompok pendukung alamiah,
sistem kelompok pendukung organisasi keagamaan, sistem kelompok pendukung
organisasi pemberi pelayanan atau asisten tenaga kesehatan, dan organisasi
kelompok pendukung tidak langsung melalui tenaga kesehatan professional.
Sistem dukungan terorganisir yang tidak diarahkan dari tenaga kesehatan
meliputi kelompok pelayanan sukarela dan kelompok bantuan saling
menguntungkan antara lain berasal dari masyarakat yang peduli terhadap
kesehatan balita seperti kader kesehatan. Kelompok pendukung adalah
sekelompok orang secara sukarela berbagi pengalaman, situasi, atau masalah dan
setiap orang memberikan dukungan emosional dan dukungan lainnya seperti
pengetahuan, keterampilan, dan pengambilan keputusan. Kegiatan kelompok
meliputi diskusi, berbagi informasi dan pengalaman, dan kegiatan lain yang
meningkatkan motivasi dan pemberdayaan (Heisler, 2006). Kelompok
pendukung merupakan sekumpulan orang-orang yang berencana, mengatur dan
berespon secara langsung terhadap isu-isu dan tekanan yang khusus maupun
keadaan yang merugikan. Tujuan awal didirikan kelompok ini adalah
memberikan dukungan dan memfasilitasi masalah isolasi sosial terhadap
anggotanya (Hunt, 2004).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

30
Universitas Indonesia
Fasilitator kelompok pendukung merupakan petugas yang terlatih dalam
pekerjaan sosial, psikologi, keperawatan dan lainnya yang dapat memberikan arti
dan aturan kepemimpinan yang benar dalam kelompok. Kelompok pendukung
merupakan karakteristik intervensi dan implementasi dalam keperawatan
komunitas yang berfokus pada pengembangan suatu kreativitas dan visi melalui
suatu pendekatan yang baru (Ervin, 2002). Berikut ini akan diuraikan mengenai
tahapan pembentukan kelompok melalui lima fase yaitu (Hitchcock, 1999):
2.3.3.1. Fase Orientasi.
Pada tahap ini, perawat diharapkan mampu melihat hal-hal yang dinginkan oleh
masyarakat, mengidentifikasi faktor pendukung maupun faktor penghambat
terbentuknya suatu kelompok. Fungsi dari fase ini adalah untuk mengkaji arah,
tujuan, bentuk kelompok pendukung yang diinginkan dari kelompok.
2.3.3.2. Fase Konflik
Fase ini menggambarkan sebagai masa perjuangan antar anggota. Pada tahap ini
terjadi banyak perbedaan antar kelompok dan adanya keinginan yang berbeda
sering menjadi penyebab konflik pada kelompok baru yang dibentuk. Tahap ini
sangat memerlukan seorang pemimpin yang untuk menyelesaikan konflik.
2.3.3.3. Fase KohesifTahapan ini mulai terjadi proses adaptasi terhadap peran, aturan kelompok yang
diekspresikan melalui adanya hubungan yang harmonis antar anggota kelompok.
Pemimpin kelompok hanya sebagai pemberi petunjuk dan membantu mencapai
tujuan dengan mengarahkan anggotanya.
2.2.2.4. Fase Kerja.
Fase ini adalah tahapan utama kelompok, dimana proses terapi dimulai. Setiap
anggota kelompok mulai menjalankan peranannya masing-masing untuk
memberikan dukungan terhadap keluarga yang balitanya terkena diare. Perawat
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

31
Universitas Indonesia
perlu memfasilitasi anggota kelompok untuk menjaring dan membina sejumlah
keluarga untuk mengoptimalkan kerja kelompok pendukung.
2.2.2.5. Fase Terminasi.Tahap terminasi merupakan tahap terakhir dan dapat dilakukan secara individual
atau kelompok. Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap terminasi adalah
mengeksplorasi perasaan anggota kelompok, mengevaluasi pencapaian harapan,
eksplorasi perasaan kehilangan kelompok dan umpan balik.
3.2.3. Peran Perawat dalam Keperawatan Komunitas Pada Aggregate
Balita Diare.
Peran perawat komunitas sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik,
manajer, kolabolator, pemimpin, dan peneliti. Dalam keperawatan komunitas,
perawat mempunyai 5 peran (Helvie, 1998), yaitu :
3.2.3.1. Pemberi Asuhan Keperawatan
Perhatian pelayanan pada seting perawatan di masyarakat menyangkut pelayanan
primer, pelayanan kesehatan fisik dan support emosional atau pendidikan pada
level individu, keluarga dan komunitas. Memberikan asuhan keperawatan melalui
mengkaji masalah keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat sebagai
pemberi perawatan memberikan perawatan langsung pada balita yang terkena
diare dan balita yang berisiko terkena diare.
3.2.3.2. Peran Pendidik dan Konselor
Peran perawat melakukan tindakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadipenyakit sehingga derajat kesehatan masyarakat pada kondisi sehat optimal
(Potter dan Perry, 2003). Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu,keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

32
Universitas Indonesia
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat untukpencegahan diare, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam menurunkan angka kejadian diare balita.
3.2.3.3. Peran sebagai Case Manager
Fungsi pengelola kasus adalah perawat mengelola kasus, dan melaksanakan 5
(lima) tahap proses dalam pengambilan keputusan dalam pelayanan keperawatan
pada individu, keluarga, dan kelompok usia dewasa yaitu pengkajian,
perencanaan, mengadakan kerjasama (merujuk, koordinasi dan advokasi),
memonitoring dan melakukan evaluasi. Perawat komunitas diharapkan dapat
mengelola berbagai kegiatan pokok dalam Posyandu salah satunya pencegahan
diare pada balita.
2.2.3.4. Peran sebagai Penemu Kasus
Penemuan kasus termasuk penemuan balita diare, yang membutuhkan pelayanan
kesehatan. Dalam melakukan penemuan pada kasus diare balita, perawat harus
dapat mengidentifikasi komunitas yang mempunyai populasi balita terbanyak
serta menentukan wilayah yang mempunyai angka kejadian diare balita tertinggi.
Pengkajian secara komprehensif yang dilakukan kemudian akan dilakukan
tindakan keperawatan sesuai prioritas masalah untuk mengatasi masalah diare
pada balita. Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak
terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan,
observasi dan pengumpulan data.
2.2.3.5. Peran sebagai Peneliti
Perawat sebagai peneliti berperan menemukan kasus baru atau permasalahan baru
terkait pencegahan diare pada balita. Perawat sebagai peneliti berperan dalam
mengidentifikasi masalah kesehatan balita dan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya diare pada balita sehingga dapat ditentukan strategi intervensi yang
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

33
Universitas Indonesia
tepat dan efektif untuk mencegah terjadinya diare pada balita. Perawat berperan
sebagai peneliti dalam mengembangkan intervensi keperawatan untuk melakukan
pencegahan diare pada balita.
Pencegahan dan penanggulangan diare balita yang diberikan melalui pelaksanaan
asuhan keperawatan komunitas akan dilanjutkan pada pemberian asuhan
keperawatan keluarga.
2.4. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Aggregate Balita Diare
2.4.1. Pengkajian
Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga
untuk menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebagian
waktu bekerja di rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga
dititik beratkan pada kinerja perawat bersama dengan keluarga karena keluarga
merupakan subyek. Menurut Neis dan Mc Ewen (2007). Keperawatan keluarga
dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam konteks keluarga, atau
unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat menetapkan hubungan
dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh
unit pada individu dan masyarakat. Perawat yang melakukan kunjungan ke rumah
memiliki perhatian yang menyeluruh terhadap masalah kesehatan yang
ditemukan atau diidentifikasi dari keluarga tertentu atau sekelompok keluarga.
Keluarga mempunyai peranan besar dalam pencegahan diare pada bayi dan
balita. Keluarga sebagai entry point untuk melakukan pencegahan diare pada
balita. Model Family Center Nursing merupakan model yang dapat digunakan
dalam menerapkan strategi intervensi pemberdayaan keluarga. Pengkajian
individu sebagai anggota keluarga yang meliputi biologis, psikologis, sosial,
spiritual. Pengkajian keluarga terkait sosiokultural, data lingkungan, struktur,
fungsi dan strategi koping yang digunakan untuk menentukan rencana tindakan
untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga (Friedman, 2003).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

34
Universitas Indonesia
Perawat bekerjasama dengan keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan
keluarga dengan mengiptimalkan struktur dan fungsi dan tugas perawatan
kesehatannya. Struktur keluarga merupakan pola organisasi dalam keluarga.
Struktur keluarga terdiri dari empat unsur yaitu struktur peran, nilai, proses
komunikasi dan pengambilan keputusan (Friedman, 2003). Struktur keluarga
bertujuan untuk memfasilitasi pencapaian fungsi keluarga.
2.2.3. Fungsi keluarga dalam pencegahan kejadian diare meliputi
(Friedman, 2003):
2.2.3.1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan suatu fungsi internal keluarga yang menjadi dasar
pembentukan dan kesinambungan keluarga (Friedman, 2003). Keluarga berfungsi
sebagai sumber kasih sayang, dukungan, pengakuan dan penghargaan bagi
anggota keluarga lainnya. Fungsi afektif dalam keluarga dapat menunjukkan
kasih sayang dengan memberikan kondisi yang nyaman untuk perkembangan
perilaku yang sehat.
2.2.3.2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga merupakan tempat untuk belajar bersosialisasi. Sosialisasi dalam
keluarga untuk mengajarkan anak mengenal bahasa, peran, norma, budaya dan
moral yang akan mempengaruhi perilaku. Lingkungan keluarga merupakan
tempat anak untuk mengembangkan kemampuan sosialisasinya (Friedman,
2003). Sosialisasi dengan lingkungan dapat memberikan dampak atau
memungkinkan anak terpapar hal positif dan negatif.
2.2.3.3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga terkait pencegahan
diare yang meliputi:
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah diare, yang perlu
dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

35
Universitas Indonesia
masalah diare yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan
yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap diare balita.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji sejauhmana kemampuan
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah diare. Masalah
kesehatan keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami, merasa
takut akan akibat dari tindakan penyakit diare. Keluarga mempunyai sikap
negatif terhadap masalah diare. Keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yang ada, keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan serta keluarga
mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah
diare.
c. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat balita diare,
yang perlu dikaji adalah keluarga mengetahui keadaan penyakit diare (sifat,
penyebaran, komplikasi, prognosa dan cara perawatannya). Keluarga
mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan untuk
mencegah diare. Keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan
untuk perawatan balita diare. Keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada
dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan
atau financial, fasilitas fisik, psikososial).
d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan
rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah keluarga mengetahui sumber-
sumber keluarga yang dimiliki, melihat keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan. Keluarga mengetahui pentingnya kebersihan
sanitasi untuk pencegahan diare. Keluarga mengetahui upaya pencegahan
diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

36
Universitas Indonesia
e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
atau pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji adalah keluarga
mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan dan yang dapat diperoleh dari
fasilitas kesehatan terkait diare.
2.4.2. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga ialah respon keluarga pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan keluarga akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan keluarga baik yang
nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat
masalah keluarga terhadap stresor yang ada. Diagnosa keperawatan dirumuskan
dalam tiga komponen, yaitu problem atau masalah (P), etiologi atau penyebab
(E), dan symptom atau manifestasi atau data penunjang (S) (Nanda, 2010).
Problem atau masalah mengacu pada respon keluarga terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar. Etiologi merupakan penyebab masalah kesehatan
mengacu pada pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga. Symptom merupakan
tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi di keluarga.
2.4.3. Intervensi Keperawatan
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah (Buletin Diare, 2011):
2.3.2.1.Pemberian ASI eksklusif
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal
oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6
bulan. Bayi harus diberikan ASI sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan
dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan
makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara
imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI
turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir,
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

37
Universitas Indonesia
pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap
diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Hal ini sejalan
dengan penelitian Tumbelaka (2008) yang menyebutkan bahwa angka kejadian
infeksi pada balita lebih sedikit bila dbandingkan dengan yang tidak mendapatkan
ASI. Selain itu, menurut Matondang (2008) ASI merupakan komponen penting
pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain. Karena alasan-
alasan itulah angka kejadian diare balita yang mendapatkan ASI eksklusif lebih
rendah apabila dibandingkan dengan tidak mendapatkan ASI.
2.3.2.2. Menggunakan air bersih
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal oral. Kuman
tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman
atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang
wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat
yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko
menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air bersih (Departemen Kesehatan, 2007). Masyarakat dapat
mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang
bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah. Sumber air minum tidak terlindungi seperti sumur, harus
memenuhi syarat kesehatan sebagai air bagi rumah tangga, maka air harus
dilindungi dari pencemaran (Departemen Kesehatan, 2007). Sumur yang baik
harus memenuhi syarat kesehatan yaitu jarak sumur dengan lubang kakus, jarak
sumur dengan lubang galian sampah, saluran pembuangan air limbah, serta
sumber-sumber kotoran lainnya (Sukarni, 2002).
2.3.2.3. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

38
Universitas Indonesia
mempunyai dampak dalam kejadian diare dapat menurunkan angka kejadian
diare sebesar 47%. Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare
dikemukakan oleh Bozkurt (2003) di Turki menyatakan bahwa orang tua yang
tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum merawat anak,anak
mempunyai resiko lebih besar terkena diare. Hal ini, sejalan dengan penelitian
yang mengatakan bahwa salah satu bentuk perilaku yang efektif dan efisien
dalam upaya pencegahan diare adalah mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir (Wijayanti, 2009).
2.3.2.4. Menggunakan jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko diare. Keluarga yang
tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air
besar di jamban. Upaya keluarga yang harus dilakukan untuk pencegahan diare
pada balita harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh
seluruh anggota keluarga, membersihkan jamban secara teratur, menggunakan
alas kaki bila akan buang air besar. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi
syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita sebesar 2,55
kali lipat dibandingkam dengan keluarga yang membuang tinja secara saniter
(Wibowo, 2003).
2.3.2.5. Membuang tinja bayi dengan benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan
orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. Keluarga dapat melakukan
beberapa hal untuk mengurangi resiko diare pada balita dengan mengumpulkan
segera tinja bayi dan buang di jamban, membantu anak buang air besar di tempat
yang bersih dan mudah di jangkau olehnya. Keluarga yang tidak ada jamban,
pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun
kemudian ditimbun. Keluarga membersihkan dengan benar setelah buang air
besar dan cuci tangan dengan sabun.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

39
Universitas Indonesia
2.3.2.6. Pemberian imunisasi campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi
tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare,
sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena
itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan. Diare sering
timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat
mencegah diare. Oleh karena itu segera memberikan anak imunisasi campak
setelah berumur 9 bulan. Diare sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak
yang sedang menderita campak, hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan
tubuh penderita.
2.3.2.7. Pembuangan air limbah
Air limbah rumah tangga merupakan air buangan yang tidak mengandung
kotoran atau tinja manusia yang dapat berasal dari buangan air kamar mandi,
aktivitas dapur, cuci pakaian dan lain-lain yang mungkin mengandung
mikroorganisme patogen dalam jumlah kecil serta dapat membahayakan
kesehatan manusia. Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan, mengingat
air limbah rumah tangga dapat bersumber dari sisa aktivitas dapur, kamar mandi
maupun pembuangan kotoran. Pembuangan air limbah yang tidak dikelola
dengan baik dan memenuhi syarat kesehatan dapat mengkontaminasi air
permukaan maupun air tanah dan dapat digunakan perindukan vektor penyakit,
sehingga dapat menjadi sumber penularan penyakit.
2.3.2.8. Sarana pembuangan sampah
Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat juga sebagai
media bagi kehidupan vektor penyakit yang dapat mengganggu kesehatan. Tikus,
lalat dan vektor penyakit lain dapat hidup pada tempat pembuangan sampah yang
terbuka yang pada akhirnya dapat menyebarkan penyakit seperti penyakit kulit,
jamur dan penyakit kontak langsung, kontaminasi makanan dan minuman
maupun melalui udara yang bersumber pada sampah.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

40
Universitas Indonesia
2.4. LINTAS Diare
Kemenkes RI (2011) menjelaskan prinsip tatalaksana diare pada balita adalah
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) dengan rekomendasi WHO.
Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki
kondisi usus serta mempercepat penyembuhan atau menghentikan diare dan
mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati
diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu (1) Rehidrasi menggunakan Oralit
osmolalitas rendah. (2) Pemberian Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.
(3) Teruskan pemberian ASI dan Makanan. (4) Pemberian antibiotik secara
selektif. (5) Memberikan nasihat kepada orang tua atau pengasuh.
Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat
ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang
rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan
yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila
penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada
derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi
enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). Pemberian
Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,
mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta
menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan
bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

41
Universitas Indonesia
Pemberian ASI atau makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di
beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan
(Kemenkes RI, 2011).
Pemberian antibiotika hanya atas indikasi antibiotika tidak boleh digunakan
secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh
bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah
(sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011). Obat-
obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali
muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan
status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang
berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti
diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011). Pemberian
nasihat menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat
dengan balita harus diberi nasehat tentang Cara memberikan cairan dan obat di
rumah. Balita diare harus ke petugas kesehatan bila diare lebih sering, muntah
berulang, sangat haus , makan atau minum sedikit, timbul demam.
Penatalaksanaan LINTAS diare (Lima langkah tuntaskan diare) yang bisa
dilakukan oleh ibu balita untuk pencegahan diare adalah (1) Oralit diberikan
segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. (2) ZINC
diberikan selama 10 hari berturut-turut, mengurangi lama dan beratnya diare,
mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. ZINC juga dapat mengembalikan
nafsu makan anak. (3) ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

42
Universitas Indonesia
dengan menu yang sama pada waktu anak sehat, untuk mencegah kehilangan
berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. (4) Antibiotik hanya diberikan
pada diare berdarah, kolera dan diare dengan masalah lain. (5) Segera kembali ke
petugas kesehatan jika ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau
minum sedikit, sangat haus diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.
2.5. Model Intervensi SAFE (Sanitation and Family Education)
Model intervensi SAFE adalah suatu proyek inovasi yang dikembangkan di
Bangladesh untuk menurunkan angka kejadian diare pada balita. Program ini
akan mengembangkan strategi intervensi yang bisa diterapkan di masyarakat.
Tujuan dari proyek inovasi ini adalah kelanjutan dari proyek inovasi sebelumnya
yang hanya melihat faktor sanitasi yang mempengaruhi kejadian diare balita.
SAFE merupakan inovasi yang sudah dilakukan di Bangladesh yang efektivitas
program ini sangat bermakna hasilnya dengan penurunan angka kejadian diare
pada balita. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Metode
wawancara dan survei langsung di 5 area komunitas yaitu sekolah, rumah tangga,
tempat-tempat umum, pabrik dan tempat sosial.
Komponen dalan SAFE adalah:
2.5.1. Penggunaan air bersih
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral kuman
tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman
atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang
wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat
yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko
menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan
diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Hal-hal yang
harus diperhatikan oleh keluarga tentang penggunaan air bersih (1) Ambil air dari
sumber air yang bersih. (2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

43
Universitas Indonesia
serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air. (3) Jaga sumber air dari
pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak. (4) Minum air yang sudah
matang (dimasak sampai mendidih). (4) Cuci semua peralatan masak dan
peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup.
2.5.2. Penggunaan jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga
harus buang air besar di jamban. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga
(1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga. (2) Bersihkan jamban secara teratur dan gunakan
alas kaki bila akan buang air besar. Membuang tinja bayi dengan benar karena
tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Hal-
hal yang harus diperhatikan keluarga (1) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang
di jamban. (2) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di
jangkau olehnya. (3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja
seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun. (4) Bersihkan dengan
benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.
2.5.3. Kebersihan makanan
Sanitasi makanan adalah suatu pencegahan yang menitik beratkan pada kegiatan
dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala
bahaya yang dapat mengganggu kesehatan mulai dari sebelum makanan diproses,
selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian sampai
pada makanan dan minuman itu dikonsumsi oleh masyarakat. Penyelenggaraan
sanitasi makanan bertujuan untuk menyingkirkan resiko terkontaminasi oleh
mikroorganisme pada tahap-tahap yang berbeda dalam produksi dan pemprosesan
makanan (Bress,1995). Cara pengolahan makanan haruslah semua kegiatan
pengolahan makanan harus terlindung dari kontak langsung dengan tubuh,
misalnya dengan menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

44
Universitas Indonesia
atau garpu. Serta menghindari pencemaran makanan dengan menggunakan
celemek, tutup kepala/tutup rambut dan tutup mulut, serta memakai sepatu
khusus dapur.
Bahan makanan yang disimpan berupa bahan padat, ketebalan maksimum 10 cm
dan syarat kelembaban ruang penyimpanan berkisar 80-90%. Penyimpan
makanan jadi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: (1) Terlindung dari debu,
bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya. (2) Makanan yang cepat
busuk sebaiknya disimpan dalam suhu 65.5oC atau lebih atau disimpan dalam
suhu dingin sekitar 4oC atau kurang. (3) Makanan yang cepat busuk untuk
digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) sebaiknya disimpan dalam suhu
dingin sekitar 5oC sampai 1oC, (4) Tidak menempel pada lantai, dinding atau
langit-langit dengan ketentuan jarak makanan dengan lantai 15 cm, jarak
makanan dengan dinding 5 cm dan jarak makanan dengan langit-langit 60 cm.
2.5.4. Pemberian ASI
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi karena selain komposisinya
tepat, murah dan juga terjaga kebersihannya. ASI tersedia dalam bentuk yang
ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI
mempunyai khasiat pencegahan secara imunologik dan turut memberikan
perlindungan terhadap diare pada bayi yang mendapat makanan tercemar. Bayi
yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula. Flora
usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pemberian
ASI selama diare dapat mengurangi akibat negatif terhadap pertumbuhan dan
keadaan gizi bayi serta mengurangi keparahan diare. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara
penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI
pada enam bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare adalah 30 kali
lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

45
Universitas Indonesia
2.5.5. Pemberian oralit
Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna
sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya dibuang
bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Oleh karena itu
penanggulangannya dilakukan dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan
rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Rehidrasi adalah upaya
menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dengan cairan yang
memadai melalui minum. Minuman pengganti cairan tubuh tersebut dapat
diperoleh dengan minum larutan oralit. Oralit mempunyai komposisi campuran
Natrium Klorida, Kalium Klorida, Glukosa dan Natrium Bikarbonat atau Natrium
Sitrat. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama
tinja dengan cairan yang memadai melalui oral atau parenteral (Rubin, 1985).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

46
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH
Bab III Kerangka konsep menguraikan dan menjelaskan keterkaitan antar konsep
yang mendasari praktek keperawatan komunitas pada aggregat balita diare.
Kerangka konsep dalam perawatan aggregat balita diare menggunakan integrasi
model community as partner, family center nursing, model SAFE dan LINTAS
diare serta manajemen pelayanan keperawatan
3.1 Kerangka Kerja Praktik Keperawatan Komunitas
Pengkajian menggunakan model community as partner yang mempunyai dua
komponen yaitu core dan subsistem. Pengkajian Community as Partner Model
terdapat core dan 8 (delapan) subsistem dari masyarakat. Core yang terdiri dari
riwayat terbentuknya aggregat, demografi, suku, nilai, dan kepercayaan.
Sedangkan pada subsistem terdapat lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan
sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan, dan rekreasi. Variabel yang digunakan dalam integrasi
model ini berasal dari Community As Partner: Core : riwayat kesehatan,
mortalitas dan morbiditas, kebiasaan hidup. Subsistem yang perlu dikaji adalah
lingkungan fisik terutama kondisi rumah, pelayanan kesehatan yang digunakan.
Subsistem lain yang berkaitan dengan balita adalah ekonomi, dan edukasi.
Model family centered nursing didasarkan pada pandangan bahwa keluarga
adalah unit dasar perawatan individu dari anggota keluarga serta dari unit yang
lebih luas sebagai konteks. Keluarga mempunyai peranan besar dalam
pencegahan diare pada bayi dan balita. Fungsi keluarga yang terkait dengan
kejadian diare pada bayi dan balita adalah fungsi afektif dan perawatan
kesehatan. Konsep Family Centered Nursing variabel yang digunakan adalah
tahapan perkembangan keluarga, struktur peran, tugas perawatan kesehatan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

47
Universitas Indonesia
keluarga, dan pola kebiasaan keluarga yang berkaitan dengan balita. Tingkat
kemandirian keluarga dalam melakukan perawatan kesehatan untuk mengatasi
masalah kesehatan balita.
Manajemen keperawatan sebagai suatu tugas khusus yang dilaksanakan oleh
perawat komunitas untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana, sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada individu,
keluarga dan masyarakat (Swansburg, 1999). Teori manajemen keperawatan yang
dipakai adalah perencananaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
Variabel perencanaan menggunakan elemen SDM, anggaran, dan kebijakan.
Perencanaan variabel yang digunakan uraian tugas, kerjasama, dan koordinasi.
Variabel pengarahan terdiri dari komunikasi, pelatihan dan supervisi.
Pengawasan variabel yang digunakan monitoring dan evaluasi program dan
penilaian kinerja. Model intervensi keperawatan yang digunakan untuk
pencegahan diare pada balita yang digunakan untuk mengintegrasikan pengkajian
komunitas, keluarga dan manajemen pelayanan keperawatan. Model pencegahan
diare yang dipakai adalah menggunakan SAFE dan LINTAS diare. Variabel
SAFE terdiri dari sanitasi, dan pemberian ASI. Program pemerintah adalah
LINTAS diare terdiri dari variabel pemberian oralit, pemberian zink dan
pemberian makanan.
Berdasarkan beberapa variabel yang diambil dari fungsi manajemen,
mengintegrasikan dari dua model community as partner model dan family center
nursing model serta model SAFE dan LINTAS diare akan muncul masalah baik
itu untuk pengelolaan manajemen keperawatan, asuhan keperawatan komunitas
dan keluarga. Permasalahan yang ada diperlukan suatu intervensi untuk
pengelolaan manajemen diperlukan suatu kelompok pendukung untuk melakukan
pencegahan dan deteksi dini diare balita. Kegiatan dalam kelompok pendukung
salah satunya melakukan pembinaan tentang pencegahan dan deteksi dini diare
balita di keluarga dan komunitas.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

48
Universitas Indonesia
Proses kelompok merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan komunitas
yang melibatkan masyarakat seperti keluarga dan kelompok berisiko tinggi
melalui pembentukan kelompok atau bekerja sama dengan kelompok yang telah
ada untuk meningkatkan kualitas kerja (Stanhope dan Lancaster, 2010).
Kelompok Pendukung SAKA diare diharapkan dapat memberikan bantuan
pelayanan, informasi dalam upaya pencegahan diare dengan penerapan SAKA
diare pada balita. Kelompok Pendukung SAKA diharapkan dapat meningkatkan
derajat kesehatan balita dengan meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu dalam penerapan SAKA diare dengan upaya-upaya promotif dan preventif di
Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok.
3.2 Profil Wilayah
Batas wilayah Kelurahan Cisalak Pasar sebelah utara adalah Kelurahan
Mekarsari, sebelah selatan adalah Kelurahan Curug, sebelah timur adalah
Kelurahan Harjamukti, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Cisalak.
Keadaan udara di Kelurahan Cisalak Pasar bersih, bebas dari polusi udara.
Kebersihan wilayah Cisalak Pasar pada umumnya bersih, tetapi ada beberapa
wilayah di Kelurahan Cisalak Pasar yang kurang bersih seperti Pasar. Fasilitas
umum di Kelurahan Cisalak Pasar beragam dan mudah dijangkau oleh warga.
Fasilitas umum yang ada di sekitar Kelurahan Cisalak Pasar antara lain: pasar,
fasilitas olah raga, tempat rekreasi, dan pasar swalayan. Fasilitas kesehatan
seperti rumah sakit dan bidan terdapat di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar.
Puskesmas yang membawahi wilayah kerja Cisalak Pasar terletak kurang lebih 1
km dari Kelurahan Cisalak Pasar bagian selatan.
Hasil pengkajian dengan metoda winshield survey adalah survey dengan cara
mengelilingi lingkungan komunitas. Melihat komunitas secara keseluruhan pada
lingkungan dimana terdapat balita dengan risiko terkena diare sangat penting
untuk mengarahkan pengkajian dan mempelajari komunitas secara keseluruhan.
Tujuan survey adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan komunitas,
yang dapat dijadikan faktor pendukung atau penghambat terjadinya masalah
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

49
Universitas Indonesia
risiko penyebaran diare pada balita. Pada saat survey ditemukan perumahan yang
padat dimana sebagian besar rumah kurang memperhatikan kebersihan
lingkungan, lingkungan rumah yang kotor dan sampah yang dibuang
sembarangan. Lalat yang berterbangan disekitar rumah, banyak tempat sampah
terbuka di sekitar rumah. Keadaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga
yang terbuka sehingga menimbulkan bau yang tidak enak. Balita yang sering
bermain di tempat yang terbuka seperti lapangan, halaman rumah yang lantainya
masih tanah. Pemukiman yang banyak ditemukan adanya kandang ternak ayam
dan burung yang tidak dibersihkan.
Kelurahan Cisalak Pasar mempunyai 9 RW dimana untuk RW 1-7 merupakan
pemukiman penduduk dan untuk RW 8-9 adalah perumahan. Posyandu sudah
terbentuk di pemukiman penduduk yang terdiri dari 12 Posyandu. Wilayah
binaan yang difokuskan untuk kegiatan Kelompok Pendukung SAKA adalah RW
01 dan RW 03. Penentuan wilayah RW 01 dan RW 03 sebagai wilayah
percontohan karena wilayah tersebut merupakan kantong masalah diare pada
balita. Pencegahan diare merupakan salah satu kegiatan pokok Posyandu tetapi
pada kenyataannya kegiatan tentang pencegahan diare pada balita di Posyandu
tidak berjalan secara optimal. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan balita
diare tidak pernah dilakukan. Kegiatan pembinaan kader untuk pencegahan balita
diare tidak optimal. Tidak adanya penyuluhan kesehatan mengenai diare dalam
kegiatan Posyandu juga berdampak pada kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap pencegahan, penanganan diare di rumah, serta kapan waktu yang tepat
untuk berobat. Kader yang tidak terlatih menyulitkan pelaksanaan program
pencegahan tentang pencegahan diare balita. Posyandu yang tidak mempunyai
data balita diare. Pencatatan dan pelaporan yang masih kurang baik.
Ketidaktersediaan oralit yang harus ada di Posyandu atau kader. Permasalahan
dalam manajemen pelayanan pencegahan diare yang memerlukan strategi
intervensi keperawatan yang tepat dan efektif yang dapat menurunkan angka
kejadian diare balita.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

50
Universitas Indonesia
3.3 SAKA Diare
Komponen SAKA diare terdiri dari Sanitasi, Anak, Keluarga dan Area. SAKA
merupakan suatu upaya promotif dan preventif serta kuratif dimana komponen
SAKA terdiri dari 10 langkah cara mengatasai diare pada balita.
Komponen Sanitasi dilakukan sebagai upaya promotif, preventif terdiri dari :
1. Penggunaan air minum terdiri dari : menggunakan air dari sumber
terlindungi, memelihara sumber air agar terhindar dari pencemaran, dan
menutup tempat penampungan air, minum air putih yang sudah dimasak.
2. Penggunaan jamban terdiri dari : buang air besar hanya dijamban, buang tinja
balita di jamban, menutup lubang jamban, memelihara kebersihan jamban
dari binatang dan membersihkan jamban 1 minggu sekali.
Komponen Anak dilakukan sebagai upaya kuratif terdiri dari :
3. Pemberian ASI terdiri dari : memberikan ASI saja sampai 6 bulan,
memberikan ASI sampai 2 tahun ditambah makanan pendamping ASI.
4. Pemberian makanan terdiri dari : memberikan makanan lunak seperti bubur
tempe, menghindari makanan pedas, santan, sayur dan buah, memberikan
makanan sedikit-sedikit tapi sering, menyajikan menu makanan yang
bervariasi dan membuat jadwal menu setiap hari.
5. Terapi anak terdiri dari : senam balita untuk anak usia 1-5 tahun dimana
tujuan untuk memperlancar peredaran darah pada sistem pencernaan. Terapi
gurita diberikan pada anak usia kurang dari 1 tahun terapi ini dengan
menggunakan bawang merah dicampur minyak kayu putih fungsinya untuk
menghangatkan supaya balita tidak kembung.
Komponen Keluarga dilakukan sebagai upaya promotif dan preventif, serta
kuratif diberikan saat balita diare diare khusus untuk pemberian cairan dan
elektrolit terdiri dari :
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

51
Universitas Indonesia
6. Kebiasaan mencuci tangan terdiri dari : mencuci tangan sebelum makan,
buang air besar dan memegang balita, mencuci tangan setelah menceboki
balita dan sebelum menyiapkan makan.
7. Pemberian cairan elektrolit terdiri dari : pemberian oralit dan pemberian zink
selama 10 hari.
8. Pengelolaan makanan dan minuman terdiri dari : mencuci sayuran dan buah-
buahan yang akan dimakan dengan air bersih sebelum dipotong-potong,
merebus botol dan alat makanan balita dengan air panas atau mendidih
selama 10-15 menit, memberikan jajanan balita yang nilai gizinya baik,
harga terjangkau dan bersih, memberikan makanan dalam keadaan panas
atau hangat, menutup makanan dengan tudung saji.
Komponen Area dilakukan sebagai upaya promotif, preventif terdiri dari :
9. Pengelolaan sampah terdiri dari : memisahkan sampah kering dan sampah
yang basah, menimbun ban, kaleng, dan botol atau gelas bekas, jarak
kandang ternak jauh dari rumah, tempat sampah dalam keadaan tertutup,
serta sampah pampers balita dimasukkan dalam kantong tersendiri.
10. Pengelolaan limbah terdiri dari : membersihkan saluran air limbah 1 minggu
sekali, membersihkan kandang burung 1 minggu sekali dan menutup saluran
pembuangan air limbah.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

52
Universitas Indonesia
Manajemen- Perencanaan: SDM, biaya,
kebijakan.- Pengorganisasian: uraian
tugas, kerjasama,koordinasi
- Pengarahan: komunikasi,pelatihan , supervisi
- Pengawasan: monev,penilaian kinerja
Community As Partner- Core : riwayat kesehatan,
mortalitas dan morbiditas,kebiasaan hidup
- Sub sistem: lingkunganfisik, pelayanan kesehatan,ekonomi, dan edukasi
Family Center Nursing- Tahap perkembangan- Pola komunikasi- Struktur- Tugas perawatan- Pola kebiasaan
LINTAS : Pemberian oralit,zink dan makananSAFE : Sanitasi danpemberian ASI
Masalah Keperawatan- Manajemen- Keluarga- Komunitas
KELOMPOKPENDUKUNG SAKA
Manajemen- Pembentukan KPS- Pelatihan KPS- Supervisi,
pengarahan danbimbingan
Keluarga- Demonstrasi
penerapan SAKAdiare (Senam balita,terapi gurita, nutrisi )
- Konseling- Modifikasi
lingkungan
Komunitas- Pendidikan
kesehatan- Kampanye SAKA
diare- Demonstrasi
pnerapan SAKAdiare
Keluarga- Peningkatan
pengetahuan,ketrampilan dansikap
- Kemandirian tingkatIV
Komunitas- Peningkatan
pengetahuan,ketrampilan dansikap dalampenerapan SAKAdiare
Manajemen- Terbentuk KPS diare- Peningkatan
pengetahuan,ketrampilan dansikap KPS dalampenerapan SAKA
INPUTPROSES OUTPUT
Kerangka KerjaSkema 3.1
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

53
Universitas Indonesia
BAB 4
PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA AGGREGATE BALITA DIARE DI RW 01 DAN 03
KELURAHAN CISALAK PASAR
Bab IV akan menguraikan analisis situasi manajemen pelayanan keperawatan
komunitas, asuhan keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan keluarga.
4.1. Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas
4.1.1. Analisis Situasi
Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas di identifikasi melalui empat
fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan.
4.1.1.1. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan dalam upaya program P2D elemen yang akan dilihat adalah
sumber daya manusia yang ada dalam pelaksanaan program kegiatan P2D.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang diperlukan untuk menjalankan program P2D
di Puskesmas adalah dokter umum sebagai pemeriksa dan perawat sebagai
pelaksana program diare dan petugas perawatan kesehatan masyarakat. Perawat
harus mampu memberikan penyuluhan dan pemeriksaan di Posyandu. Kegiatan
Posyandu diperlukan kader atau toma yang membantu perawat atau bidan dalam
memberikan penyuluhan. Program P2D ini dapat berfungsi dan berjalan secara
optimal maka dibutuhkan tenaga kerja minimal seorang dokter, seorang perawat
dan seorang petugas administrasi. Hal ini memang terpenuhi secara kuantitas,
namun adanya perawat yang merangkap program puskesmas lainnya menjadikan
pelaksanaan program P2D belum dapat terlaksana secara meyeluruh dan optimal.
Tidak adanya sarana khusus pojok oralit dan tidak ada penyuluhan ke
masyarakat, menjadikan perhatian masyarakat terhadap diare menjadi tidak
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

54
Universitas Indonesia
berkembang. Hal ini juga dapat dikarenakan tidak adanya kegiatan pembinaan
kader. Semua hal diatas juga harus ditunjang oleh dana yang memadai. Tidak
adanya dana khusus juga merupakan masalah yang mendasar. Keterbatasan SDM
untuk perencanaan di Dinas Kesehatan Kota Depok berakibat pada belum ada
perencanaan program P2D yang terinci jelas di Puskesmas. Dampak ini juga
terlihat di Posyandu tidak ada perencanaan program kegiatan P2D.
Fungsi perencanaan yang dibahas berkaitan dengan sumber daya manusia yang
tidak terpenuhi juga berdampak pada tidak adanya alokasi dana untuk
pelaksanaan program P2D. Alokasi anggaran untuk program P2D sumber dana
berasal dari APBD yang jumlahnya terbatas dan menyebabkan beberapa kegiatan
untuk rencana kegiatan program P2D tidak bisa rutin diadakan setiap tahun.
Sasaran kegiatan belum mencakup seluruh wilayah terutama Kelurahan Cisalak
Pasar. Anggaran pembinaan program P2D tidak ada, anggaran pelaksanaannya
termasuk dalam anggaran Posyandu. Anggaran Posyandu lebih banyak berasal
dari Biaya Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas. Alokasi dana yang
diberikan Posyandu digunakan untuk kebutuhan dan keperluaan pelaksanaan
Posyandu setiap bulan seperti pengadaan makanan sehat untuk balita, serta
peralatan dan kelengkapan untuk 5 meja Posyandu seperti timbangan, meteran
dan buku serta alat tulis untuk pencatatan dan pelaporan.
Anggaran untuk kegiatan program P2D di tingkat Kelurahan melalui kegiatan
Posyandu bersifat swadaya masyarakat dan sebagian berasal dari Kecamatan
yaitu Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BP2KB).
Pembiayaan untuk program P2D tidak ada secara khusus tetapi pendanaannya
dijadikan satu dengan program penyakit menular lainnya. Belum tersedia dana
untuk pelatihan kader tentang program P2D dikarenakan tidak terjadi wabah
penyakit diare di Kota Depok. Sosialisasi untuk program P2D juga tidak
dilakukan karena kejadian diare pada balita tidak mengalami peningkatan serta
tidak menyebabkan kematian. Kondisi ini berakibat program untuk P2D di
Kelurahan Cisalak Pasar kurang terpantau. Keterbatasan anggaran pada program
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

55
Universitas Indonesia
P2D akan berdampak pada sosialisasi program P2D yang belum optimal sampai
di tingkat Puskesmas. Perencanaan tahunan untuk memperoleh hasil yang efektif
dalam pemakaian SDM dan material untuk produk dan layanan serta pengaturan
lingkungan untuk peningkatan produktivitas. Perencanaan meliputi beberapa
faktor diantaranya perencanaan, perubahan, perencanaan waktu dan anggaran
(Marquis dan Huston, 2006).
Perencanaan anggaran yang tidak ada berdampak pada tidak adanya kegiatan
sosialisasi program P2D di tingkat Puskesmas. Sosialisasi tentang pelaksanaan
kegiatan program P2D harusnya dilakukan mulai dari Dinas Kesehatan sampai ke
tingkat Puskesmas. Salah satu kegiatan sosialisasi dengan penyebaran buku
panduan tentang kegiatan P2D. Buku panduan tentang kegiatan program P2D
yang ada di Dinas Kesehatan Kota Depok sangat terbatas. Pelaksanaan kegiatan
program P2D di Puskesmas lebih banyak bersifat pengobatan. Pemberian
penyuluhan kesehatan terkait program P2D tidak dilakukan. Penanggungjawab
program P2D lebih banyak untuk kegiatan pencatatan dan pelaporan jumlah
kasus diare balita. Komunikasi yang tidak berjalan optimal tentang program P2D
dari tingkat Dinas Kesehatan Kota Depok berdampak pada koordinasi dengan
Kelurahan dan Puskesmas belum optimal terkait kegiatan P2D. Fungsi
perencanaan merupakan fungsi manajerial untuk menentukan prioritas, hasil,
metode yang akan dicapai, ditata sebagai petunjuk suatu sistem. Perencanaan
adalah serangkaian proses pelaksanaan fungsi manajemen untuk mencapai tujuan
berdasarkan prioritas, hasil dan metode, strategi tindakan sebagai petunjuk yang
ditetapkan organisasi untuk mencapai tujuan panjang dan jangka pendek. (Huber,
2010).
Program promosi kesehatan terkait pencegahan dan penanggulangan diare belum
optimal dilaksanakan. Kegiatan masih berfokus pada penimbangan, pencatatan
dan pemberian makanan tambahan. Kegiatan di Posyandu untuk pencegahan dan
penanggulangan diare terkait konseling secara individu faktor risiko terjadinya
diare, atau home care perawatan balita diare tidak ada. Indikator jangka pendek
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

56
Universitas Indonesia
dan jangka panjang terkait pencegahan dan penanggulangan faktor risiko belum
ada. Hal ini berimplikasi pada tidak jelasnya tujuan yang ingin dicapai dan
perencanaan program yang ditetapkan tidak memungkinkan untuk dilakukan
evaluasi dan modifikasi program baik selama proses maupun hasil intervensi
yang dilakukan. Komunikasi yang tidak berjalan optimal mulai dari Puskesmas
sampai ke tingkat kelurahan untuk kegiatan pencegahan diare pada balita. Hal
tersebut dikarenakan koordinasi yang belum terjalin antara Kelurahan dan
Puskesmas sehingga kegiatan pencegahan diare di Posyandu tidak berjalan sesuai
dalam perencanaan.
Berdasarkan uraian fungsi perencanaan maka dapat disimpulkan bahwa
perencanaan program pencegahan dan penanggulangan diare dalam upaya
promotif dan preventif belum dilakukan secara optimal. Analisis masalah dalam
perencanaan adalah keterbatasan SDM untuk perencanaan di Dinkes
mengakibatkan sosialisasi program pencegahan diare belum optimal sampai ke
Puskesmas. Keterbatasan anggaran yang berdampak pada belum ada perencanaan
program pencegahan diare terinci secara jelas di Puskesmas dan Posyandu.
Komunikasi tidak berjalan optimal sehingga koordinasi dengan Puskesmas dan
Kelurahan belum ada.
4.1.1.2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian untuk program P2D di tingkat Dinas Kesehatan dan Puskesmas
telah ditentukan, tetapi tupoksi yang ada masih merangkap dengan program lain.
Fungsi pengorganisasian program P2D yang belum optimal karena keterbatasan
SDM di Puskesmas Cimanggis. Perawat yang merangkap jabatan untuk beberapa
program mengakibatkan kegiatan program P2D tidak dilakukan secara optimal.
Perawat untuk program P2D yang masih merangkap program lain berdampak
pada keterbatasan perawat yang ada di Puskesmas terkait program P2D. Tidak
ada sistem pemantauan kasus diare balita di seluruh wilayah binaan Puskesmas.
Jumlah kader Posyandu yang terbatas dan masih merangkap sebagai kader
Posbindu. Fungsi pengorganisasian adalah mengembangkan material dan struktur
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

57
Universitas Indonesia
SDM ke dalam infrastruktur. Tujuannya adalah mendapatkan SDM,
perlengkapan, sumber material untuk menggerakkan, mengorganisasi, dan
bekerja, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan hubungan erat antara
tenaga kerja dengan lingkungan (Fayol, 2010).
Posyandu yang tidak melaksanakan fungsi lima meja secara optimal karena
kurangnya pemahaman kader tentang program P2D. Pelatihan dan penyegaran
program P2D belum dilakukan secara kontinu berakibat pada perawat yang tidak
mengetahui program P2D. Posyandu yang tidak melaksanakan kegiatan
pencegahan diare sebagai kegiatan pokok Posyandu. Kader kesehatan tidak ada
yang terlatih khusus untuk program P2D berakibat pada kegiatan P2D belum
berjalan di Posyandu. Program P2D melibatkan program lain dalam
pelaksanaannya untuk mencapai tujuan yang optimal. Program yang di Puskemas
adalah program KIA serta gizi keluarga, tetapi pada kenyataannya program lain
tidak mengetahui tentang kegiatan program P2D. Kerjasama dengan program lain
kurang dilaksanakan berdampak pada sosialisasi program P2D tidak efektif.
Jangkauan binaan untuk wilayah Puskesmas Cimanggis yang sangat luas serta
banyak program lainnya yang juga harus berjalan meningkatkan beban kerja dan
menyebabkan perawat tidak mampu bertanggungjawab secara optimal. Fungsi
pengorganisasian program P2D masih bisa berjalan dengan baik meskipun
dengan sumber daya dan dana yang terbatas. Penanggungjawab program P2D
jumlahnya 1 orang yang hanya melakukan kegiatan didalam gedung yaitu fokus
untuk pengobatan dan pelaporan kasus diare balita. Penanggungjawab wilayah
seorang bidan desa yang harus menjangkau seluruh wilayah yang terdapat di
Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis. Pembinaan untuk kegiatan
Posyandu dilakukan oleh bidan sehingga tidak sinkron karena asuhan
keperawatan keluarga tidak bisa dilakukan. Hal ini berdampak pada proses tindak
lanjut untuk kegiatan kunjungan rumah untuk pengelolaan balita diare tidak
optimal dilakukan.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

58
Universitas Indonesia
Fungsi pengorganisasian suatu program berupa pembentukan struktur sebagai
pelaksana rencana program, menentukan program pelayanan yang sesuai,
pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan masing-masing unit, bekerja
dalam struktur organisasi, memahami, menggunakan kekuatan dan kekuasaan
yang sesuai (Marquis dan Huston, 2006). Salah satu komponen proses yaitu
pengorganisasian, masih didapatkan masalah berupa petugas pelaksana program
yang masih merangkap program yang lain sehingga tidak optimal dalam
melaksanakan tugasnya.
Peran kader dalam membantu mengatasi masalah kesehatan balita belum optimal.
Hal ini berdasarkan data jumlah kader yang aktif sebanyak 70 orang (58.3%) dari
jumlah kader keseluruhan 120 orang. Kader kesehatan yang sudah mengikuti
pelatihan dan penyegaran kader sebanyak 58 orang (48.3%). Pelatihan kader
diberikan selama 2 hari dengan materi terkait pelaksanaan lima meja psoyandu.
Pengetahuan dan ketrampilan kader terkait pencegahan dan penanggulangan
penyakit diare belum diberikan secara optimal. Kegiatan pencegahan diare yang
harusnya melibatkan program lain dalam hal ini tidak ada kerjasama khusus
dengan program lain seperti kesling atau promkes. Kerjasama dengan program
lain kurang dikarenakan sosialisasi tentang program pencegahan diare tidak
efektif sehingga program lain tidak mengetahui kegiatan pencegahan diare.
Berdasakan uraian fungsi pengorganisasian maka dapat disimpulkan bahwa peran
kader dalam pencegahan dan penanggulangan diare belum berjalan dengan
optmal. Hal ini terlihat dari petugas yang masih merangkap program lain karena
keterbatasan SDM. Kader kesehatan khusus program pencegahan diare belum
terbentuk karena program pencegahan diare belum berjalan di Posyandu.
Penyegaran program pencegahan diare tidak dilakukan secara kontinu karena
keterbatasan petugas yang mendalami program pencegahan diare. Kerjasama
dengan program lain kurang optimal karena sosialisasi program pencegahan diare
tidak efektif dilakukan.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

59
Universitas Indonesia
4.1.1.3. Fungsi Pengarahan
Fungsi pengarahan kegiatan Posyandu secara umum belum maksimal
dilaksanakan terutama program P2D. Supervisi kinerja Puskesmas dalam
pelaksanaan program P2D hanya berdasarkan pencatatan dan pelaporan setiap
bulan. Proses pengarahan dan supervisi dilakukan saat kader melaksanakan
kegiatan Posyandu tetapi kegiatan P2D tidak optimal dilakukan. Motivasi untuk
kader dilakukan dalam kegiatan Posyandu hanya melihat pelaksanaan kegiatan
Posyandu secara rutin yang dilakukan setiap bulan. Keterbatasan SDM di
Puskesmas mengakibatkan tidak ada penyuluhan baik untuk individu, keluarga
dan komunitas tentang program P2D. Tidak ada alokasi dana untuk melakukan
penyuluhan dan kunjungan rumah keadaan ini mengakibatkan tidak ada
penghargaan terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan program P2D. Fungsi
pengarahan memungkinkan tindakan untuk supervisi dan sebagai petunjuk bagi
yang lain dalam melaksanakan tanggungjawab. Fungsi pengarahan menggunakan
ketrampilan interpersonal yang dibutuhkan untuk arahan melakukan supervisi
langsung dan memotivasi sehingga akan tercipta lingkungan yang kondusif
(Huber, 2010).
Pemberian pelayanan diare di Puskesmas juga diharapkan mampu melakukan
pencegahan diare, salah satunya dengan mengadakan penyuluhan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. Rendahnya angka
kunjungan penderita diare ke puskesmas, dapat diartikan masih banyak yang
kasus diare yang tidak teridentifikasi sehingga tindak lanjut berupa penyuluhan
pencegahan diare tidak sampai pada penderita dan keluarga. Ketidaktersediaan
oralit di Posyandu atau kader. Kurangnya pengetahuan penderita dan keluarga
mengenai pencegahan diare dapat meningkatkan risiko penularan ke keluarga dan
bahkan ke masyarakat sekitar, terlebih lagi jika kegiatan penyuluhan ke
masyarakat tidak berjalan. Kader yang bersentuhan langsung dengan masyarakat
sebenarnya diharapkan mampu memperluas daya jangkau program P2D di
puskesmas. Proses komunikasi belum berjalan dengan intensif berdampak pada
pengarahan dan bimbingan yang belum dilakukan ke tingkat masyarakat. Fungsi
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

60
Universitas Indonesia
pengarahan lebih menekankan pada kemampuan manajer dalam mengarahkan
dan menggerakkan semua sumber untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
Pengarahan yang diberikan dapat berupa motivasi melalui komunikasi yang baik
dalam suatu organisasi sebagai suatu umpan balik dari implementasi kegiatan
organisasi (Marquis dan Huston, 2006).
Fungsi pengarahan menunjukkan bahwa belum ada jalur koordinasi yang jelas
terkait lintas program, belum ada upaya untuk mengintegrasikan pihak-pihak
terkait dalam jalur komunikasi yang efektif dengan program lain. Proses
pemberian motivasi, pengarahan, bimbingan dan supervisi terkait program mulai
tingkat Dinkes, Puskesmas sampai kader Posyandu belum berjalan secara
optimal. Hal ini ditunjukkan dengan pengarahan, bimbingan dan pemberian
motivasi dilakukan pada saat kegiatan supervisi ke Posyandu sebulan sekali
masih sebatas pelaksanaan dan proses kegiatan Posyandu.
Berdasarkan fungsi pengarahan maka dapat disimpulkan bahwa keterbatasan
SDM di Puskesmas sehingga tidak ada penyuluhan di masyarakat terkait
pencegahan diare. Alokasi dana yang terbatas sehingga tidak ada penghargaan
terhadap kinerja perawat. Proses komunikasi yang belum intensif sehingga
pengarahan dan bimbingan belum dilakukan di tingkat masyarakat. Pencatatan
dan pelaporan kegiatan pencegahan diare kurang optimal sehingga fungsi umpan
balik tidak berjalan optimal.
4.1.1.4. Pengawasan
Pencatatan dan pelaporan tidak berjalan dengan optimal berakibat pada fungsi
fungsi umpan balik yang tidak berjalan dengan optimal. Pencatatan dan pelaporan
merupakan elemen yang sangat penting dalam sistem pencegahan diare.
Pencatatan dan pelaporan dilakukan berdasarkan golongan umur dan dilakukan
berjenjang dalam kurun waktu harian, bulanan, triwulanan, semesteran, dan
tahunan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencatat, menilai, dan
melaporkan hasil kegiatan penanggulangan diare yang telah dilakukan serta
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

61
Universitas Indonesia
sebagai acuan dalam penyusunan rencana kegiatan tahun berikutnya. Posyandu
yang tidak mempunyai data penderita diare. Permasalahan yang ada pencatatan
dan pelaporan yang masih kurang baik. Fungsi pengawasan membandingkan
hasil pekerjaan dengan standar penampilan kerja serta melakukan perbaikan
terhadap tindakan. Aspek manajerial pengawasan adalah pengawasan keuangan,
kepatuhan, kualitas dan manajemen risiko, mekanisme umpan balik, penelitian
dan analisis terbaru (Huber, 2010). Kegiatan yang dilakukan dalam pengawasan
adalah monitoring dan evaluasi (Marquis dan Huston, 2006). Fungsi pengawasan
sebagai informasi umpan balik mengenai hasil dan pencapaian aktivitas
pekerjaan, membandingkan aktivitas pekerjaan dengan perencanaan (Huber,
2010).
Sistem dan format pelaporan program P2D belum optimal berdampak pada
evaluasi pelaksanaan program P2D belum berjalan. Format evaluasi yang
terstruktur untuk program P2D belum ada yang berdampak pada pelaksanaan
penilaian keberhasilan program P2D belum optimal. Tidak ada pelaporan
pelaksanaan program P2D di Posyandu berdampak pada proses sosialisasi
program P2D di Puskesmas belum efektif tersosialisasikan. Pelaksanaan program
yang meliputi pengobatan diare, penyuluhan, dan pelatihan serta pembinaan
kader, merupakan faktor penentu keberhasilan program. Pengetahuan masyarakat
yang kurang, kader yang tidak melakukan penyuluhan kesehatan mengenai
pencegahan diare diare balita berdampak pada rendahnya angka cakupan
pelayanan diare. Kegiatan supervisi untuk program P2D belum efektif berakibat
pada program P2D kegiatan utamanya hanya pelaporan kasus balita diare. Fungsi
pengawasan dalam manajemen pelayanan keperawatan sebagai proses untuk
mengevaluasi perencanaan dan standar yang sudah ditentukan dalam tujuan.
Tujuan utama dari pengawasan adalah pada elemen produktivitas dari organisasi
(Kepler,1998).
Kegiatan penilaian penampilan kerja belum dilakukan, pengawasan yang
dilakukan hanya terkait kuantitas pelayanan belum kualitas pelayanan, monitor
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

62
Universitas Indonesia
dan evaluasi dari Puskesmas ke tingkat kader yang belum optimal. Kegiatan
pengawasan dilakukan bersamaan dengan pertemuan kader di Kelurahan setiap
bulan. Kegiatan pengawasan yang dilakukan menilai tentang pelaksanaan
kegiatan Posyandu, penyampaian informasi terkait kegiatan tentang kesehatan
dari Dinkes maupun dari Puskesmas. Kegiatan belum digunakan untuk menilai
kinerja kader maupun evaluasi program pencegahan dan penanggulangan diare.
Berdasarkan uraian fungsi pengawasan tidak berjalan dengan baik disebabkan
sistem dan format pelaporan program pencegahan diare belum optimal karena
tidak berjalan evaluasi pelaksanaan program pencegahan diare. Kegiatan
supervisi belum efektif karena kegiatan pencegahan diare hanya pelaporan kasus
diare. Format evaluasi yang digunakan secara terstruktur belum ada sehingga
pelaksanaan penilaian keberhasilan program belum optimal. Tidak ada pelaporan
pelaksanaan kegiatan pencegahan diare di Posyandu karena proses sosialisasi
program pencegahan diare di Puskesmas belum efektif tersosialisasi.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

53
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

54
Universitas Indonesia
KeterbatasanSDM untukperencanaandi Dinkes KotaDepok
Sosialisasi programP2D yang belumoptimal sampai kePuskesmas
Keterbatasananggaranpada programP2D
Belum adaperencanaanprogramP2D terinci jelas diPuskesmas
Petugasyang masihmerangkapprogramlain
KeterbatasanSDM untuk diPuskesmas
Komunikasitidakberjalanoptimal
TidaksemuamengertiprogramP2D
Belum adaperencanaanprogram P2D diPosyandu
Kegiatan supervisibelum efektif
Format evaluasiyang terstrukturbelum ada
Proseskomunikasibelum intensif
Pencatatan danpelaporankurang baik
Pengarahan danbimbinganbelum dilakukanke tingkatmasyarakat.
Fungsi umpanbalik yang tidakberjalan optimal
Keterbatasan SDM diPuskesmas
Tidak adaalokasidana untukpeyuluhan
Tidak ada penyuluhankomunitas terkaitprogram P2D
Tidak ada “reward” thdkinerja perawat
Tidak ada alokasidana
Program P2D kegiatanutama hanyapelaporan kasus
Pelaksanaanpenilaian keberhasilanprogram belumoptimal
Sistem dan formatpelaporanprogram P2Dbelum optimal
Evaluasipelaksanaanprogram P2Dbelum berjalan
PENGARAHAN PENGAWASAN
PERENCANAAN
PPENGORGANISASIAN
KoordinasidenganKelurahan danPuskesmasbelum ada
Kader kesehatankhusus programP2D belumterbentuk
Penyegaranprogram P2Dtidak dilakukansecara kontinu
Kerjasamadengan programlain kurang
Program P2Dbelum berjalan diPosyandu
Petugas yangkurangmendalamiprogram P2D
Sosialisasiprogram P2Dtidak efektif
Tidak adalaporanpelaksanaanP2D diPosyandu
Proses sosialisasiprogram P2D diPuskesmas belumefektif tersosialisasi
- Belum optimalnya
peran kader dalam
pelaksanaan
program P2D.
- Belum adanya
kerjasama lintas
program dan lintas
sektoral dalam
pengontrolan dan
pengembangan
Posyandu.
- Belum optimalnya
supervisi
pelaksanaan
program pembinaan
kesehatan balita
dengan diare.
- Belum optimalnya
perencanaan
tahunan program
preventif dan
promotif
pencegahan dan
penanggulangan
diare pada balita
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

64
Universitas Indonesia
4.1.2. Fish Bone
Analisis dengan diagram fish bone tentang manajemen pelayanan kesehatan
komunitas dengan aggregate balita diare dengan merumuskan masalah
manajemen pelayanan keperawatan komunitas. Perumusan dan prioritas masalah
yang muncul ditentukan melalui proses penapisan masalah. Analisis fish bone
memberikan penjelasan manajemen P2D masih belum optimal. Beberapa kendala
yang terjadi permasalahan pada berbagai tingkat manajemen di berbagai tatanan.
Masalah-masalah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
Diagnosa manajemen pelayanan keperawatan komunitas yaitu (1) Belum
optimalnya peran kader dalam pelaksanaan program P2D berhubungan dengan
keterbatasan sumber daya dan tenaga. (2) Belum adanya kerjasama lintas
program dan lintas sektoral dalam pengontrolan dan pengembangan Posyandu
berhubungan dengan alur komunikasi dan koordinasi yang jelas untuk pembinaan
pelayanan balita dengan diare. (3) Belum optimalnya supervisi pelaksanaan
program pembinaan kesehatan balita dengan diare berhubungan dengan belum
ada pedoman supervisi dan format supervisi yang jelas. (4) Belum optimalnya
perencanaan tahunan program preventif dan promotif pencegahan dan
penanggulangan diare pada balita berhubungan dengan tidak adanya perencanaan
spesifik jangka pendek dan jangka panjang untuk program pencegahan dan
penanggulangan diare pada balita.
4.1.3. Penapisan Masalah
Proses penapisan masalah manajemen pelayanan kesehatan balita diare yang
teridentifikasi sesuai prioritas adalah (1) Belum optimalnya peran kader dalam
pelaksanaan program P2D berhubungan dengan keterbatasan sumber daya dan
tenaga. (2) Belum adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam
pengontrolan dan pengembangan Posyandu berhubungan dengan alur komunikasi
dan koordinasi yang jelas untuk pembinaan pelayanan balita dengan diare
Penapisan terlampir pada lampiran 1.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

65
Universitas Indonesia
4.1.4. Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas
Diagnosa manajemen pelayanan keperawatan komunitas yang muncul
berdasarkan penapisan yaitu (1) Belum optimalnya peran kader dalam
pelaksanaan program P2D berhubungan dengan keterbatasan sumber daya dan
tenaga. (2) Belum adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam
pengontrolan dan pengembangan Posyandu berhubungan dengan alur komunikasi
dan koordinasi yang jelas untuk pembinaan pelayanan balita dengan diare. (3)
Belum optimalnya supervisi pelaksanaan program pembinaan kesehatan balita
dengan diare berhubungan dengan belum ada pedoman supervisi dan format
supervisi yang jelas. (4) Belum optimalnya perencanaan tahunan program
preventif dan promotif pencegahan dan penanggulangan diare pada balita
berhubungan dengan tidak adanya perencanaan spesifik jangka pendek dan
jangka panjang untuk program pencegahan dan penanggulangan diare pada balita.
4.1.5. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Pelayanan Komunitas
Masalah I
Belum optimalnya peran kader dalam pelaksanaan program P2D berhubungan
dengan keterbatasan sumber daya terutama tenaga.
Tujuan Umum
Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan diharapkan peran kader dalam
pelaksanaan program P2D pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar dapat
terlaksana dan terorganisasi secara optimal.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 13 minggu diharapkan:
1. Terselenggara kegiatan pelatihan dan penyegaran kader Posyandu di
Kelurahan Cisalak Pasar (target jumlah kader yang dilatih minimal 70% yaitu
minimal 8 orang dari 12 kader yang ada masing-masing RW baik di RW 01
dan RW 03).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

66
Universitas Indonesia
2. Terjadi peningkatan pengetahuan kader tentang fungsi lima meja dan
pencegahan dan penanggulangan diare pada balita sebesar 2 SD, nilai SD 4.18
( rerata nilai pretest 75.27 sampai 83.36).
3. Terbentuk kelompok pendukung dan terselenggaranya kegiatan KPS di RW 01
dan RW 03 minimal 4x pertemuan dengan durasi setiap pertemuan 2 jam.
4. Terdapat peningkatan pengetahuan kader KPS diare pada balita sebesar 2 SD,
nilai SD 8.94 (rerata pretest 53.33 sampai 72.21).
5. Terdapat peningkatan ketrampilan kader KPS diare pada balita sebesar 2 SD,
nilai SD 4.82 (rerata pretest 51.67 sampai 61.31).
6. Terdapat peningkatan sikap kader KPS diare pada balita sebesar 2 SD, nilai
SD 5.21 (rerata pretest 67.92 sampai 78.34).
7. Terlibatnya 25% kader dalam kegiatan KPS (Kader Posyandu yang terlibat
berjumlah 12 orang, keterlibatan kader diharapkan minimal 3 orang).
Rencana Tindakan Keperawatan
1. Pelatihan dan penyegaran kader Posyandu di Kelurahan Cisalak Pasar terkait
pelayanan atau kegiatan Posyandu serta peran dan fungsi kader dalam
pencegahan serta penanggulangan diare pada balita. Pelatihan kader di
rencanakan pada minggu kedua bulan November 2012 selama 2 hari.
2. Sosialisasi pembentukan KPS di RW 01 dan RW 03 dilakukan minimal 2 kali
pertemuan pada kegiatan Posyandu.
3. Penyelenggaraan kegiatan KPS dilakukan selama 4x pertemuan dengan
pertemuan 2 jam. Kegiatan KPS meliputi pemberian materi tentang
pencegahan dan penanggulangan diare pada balita meliputi pemberian materi
penerapan SAKA diare keluarga, serta peningkatan sikap kader anggota KPS
dalam pembinaan keluarga dengan balita diare.
4. Supervisi kegiatan Posyandu di RW 01 dan RW 03 dan supervisi kemampuan
kader dalam melakukan pemantauan penerapan SAKA diare keluarga.
5. Lakukan pendampingan dan penilaian kinerja kader dalam melakukan
pemantauan penerapan SAKA diare dengan kunjungan rumah pada keluarga
dengan balita diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

67
Universitas Indonesia
Pembenaran :
Kelompok pendukung merupakan sekumpulan orang-orang yang berencana,
mengatur dan berespon secara langsung terhadap isu-isu dan tekanan yang khusus
maupun keadaan yang merugikan. Tujuan awal didirikan kelompok ini adalah
memberikan dukungan dan memfasilitasi masalah isolasi sosial terhadap
anggotanya (Hunt, 2004). Fasilitator kelompok pendukung merupakan petugas
yang terlatih dalam pekerjaan sosial, psikologi, keperawatan dan lainnya yang
dapat memberikan arti dan aturan kepemimpinan yang benar dalam kelompok.
Kelompok Pendukung SAKA merupakan inovasi yang diberikan untuk
melakukan penerapan SAKA diare sebagai salah satu upaya yang dilakukan
untuk pencegahan diare pada balita. Kelompok pendukung merupakan
karakteristik intervensi dan implementasi dalam keperawatan komunitas yang
berfokus pada pengembangan suatu kreativitas dan visi melalui suatu pendekatan
yang baru (Ervin, 2002).
Fungsi kelompok pendukung dalam mempromosikan dan melindungi kesehatan
ada empat cara (Pender, 2001) yaitu (1) mewujudkan promosi kesehatan
lingkungan dengan mendukung perilaku sehat, (2) meningkatkan harga diri dan
meningkatkan kesehatan, (3) mengurangi kemungkinan ancaman kehidupan dan
stress, (4) memberikan umpan balik terhadap tindakan yang telah di lakukan di
masyarakat dan mencegah efek dari stress. Keberadaan KPS dapat dimanfaatkan
oleh petugas kesehatan untuk mengembangkan program P2D dan terpantau
tentang pencegahan diare balita serta berperan aktif dalam menurunkan angka
kejadian diare pada balita.
Pelaksanaan
1. Pelatihan dan penyegaran kader Posyandu terkait kegiatan Posyandu serta
peran dan fungsi kader dalam pencegahan dan penanggulangan diare pada
balita. Pelatihan dan penyegaran kader dilakukan selama 2 hari pada tanggal
13 dan 14 November 2012.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

68
Universitas Indonesia
2. Sosialisasi kegiatan Kelompok Pendukung SAKA (KPS) dilakukan
bersamaam dengan kegiatan Posyandu untuk 12 kader masing-masing kader
membina 10 keluarga.
3. Pembentukan KPS di RW 1 dan RW 3 sebagai RW percontohan dengan
pembentukan struktur organisasi yang dilakukan di Rumah Ibu S RW 3 pada
tanggal 20 November 2012. Proses pemilihan RW percontohan berdasarkan
kantong masalah diare terbanyak terdapat di RW 01 dan RW 03.
4. Melakukan kegiatan KPS dengan memberikan pelatihan selama 2 jam materi
yang diberikan tentang pembentukan karakter anggota KPS. Menggunakan
modul penerapan SAKA diare yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Kegiatan pertama pada hari Selasa tanggal 18 Desember 2012 dimulai
permainan dengan menggunakan tali rafia yang menggambarkan tentang
permasalahan yang ada di komunitas, dan pipet minum menggambarkan
seorang pemimpin yang bekerja dengan anggota untuk mencapai suatu
tujuan. Permainan terakhir tentang kata berkait yang menggambarkan
tentang komunikasi. Keseluruhan permainan itu menggambarkan tentang
suatu dinamika kelompok. Diskusi yang selanjutnya membahas makna dari
permainan yang dilakukan. Materi yang diberikan adalah kelompok
pendukung, dinamika kelompok, kepemimpinan, dan komunikasi.
5. Kegiatan kedua selama 2 jam pada hari Rabu 26 Desember 2012
memberikan materi tentang penerapan SAKA diare di keluarga tentang
pengertian, manfaat, dan penjelasan komponen SAKA diare. Pertemuan
ketiga selama 2 jam pada hari Rabu 2 januari 2012 melakukan senam balita
dan terapi gurita untuk mencegah balita diare di RW 3. Pertemuan keempat
selama 2 jam pada hari selasa tanggal 8 Januari 2013 melakukan praktek
pembuatan bubur tempe untuk nutrisi balita diare. Pertemuan KPS yang
setiap kegiatannya dilakukan evaluasi baik itu aspek pengetahuan dengan pre
dan post test serta untuk aspek sikap dan ketrampilan dengan melakukan
demonstrasi langsung.
6. Pelaksanaan kegiatan KPS dalam upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan
perilaku dalam pencegahan diare balita di masyarakat. Kegiatan dimulai
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

69
Universitas Indonesia
dengan 1 kader KPS mengelola 10 keluarga yang berisiko balita diare.
Pemilihan keluarga yang dibina jika balita dalam 3 bulan dan 6 bulan
terakhir terkena diare, balita tidak diberikan ASI, memakai susu formula dan
minum dengan dot. Keluarga yang dibina kader akan dilakukan pemantauan
setiap minggu dalam pelaksanaan SAKA diare keluarga.
7. Pendampingan KPS dalam melakukan pendidikan kesehatan, kegiatan
pemantauan SAKA diare yang dilakukan keluarga di rumah dalam
pencegahan diare balita. Kader yang melakukan pemantauan SAKA diare
keluarga sebelumnya diberi contoh cara penerapan SAKA diare di keluarga.
Kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare dilakukan mulai dari persiapan
sampai pelaksanaan kunjungan rumah ke keluarga binaan balita diare.
8. Pelaksanaan kegiatan KPS secara mandiri dilakukan dengan pendampingan
mahasiswa residen sebagai supervisor kader dan peran kader sebagai
supervisor keluarga dalam kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare
keluarga dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2012.
Evaluasi
1. Kegiatan pelatihan dan penyegaran kader Posyandu telah dilaksanakan
selama 2 hari. Kehadiran kader Posyandu dalam pelatihan adalah rata-rata
80% (44 orang dari 50 kader Posyandu yang diundang).
2. Terdapat peningkatan pengetahuan kader sebesar 10.3% tentang pelayanan
Posyandu, tentang pencegahan dan penanggulangan diare (rerata nilai pretest
adalah 75.27 dan rerata nilai posttest adalah 83.93).
3. Terbentuk KPS di RW 01 dan RW 03 kegiatan KPS dilaksanakan sebanyak
4x pertemuan dengan durasi masing-masing pertemuan 2 jam.
4. Terjadi peningkatan pengetahuan anggota KPS sebelum dan sesudah
kegiatan penerapan SAKA diare sebesar 28.09% (dari rata-rata nilai 53.33
menjadi 74.17). Pengetahuan tersebut meliputi rata-rata pengetahuan tentang
diare balita, pengetahuan SAKA diare, dan penerapan SAKA diare keluarga.
5. Terjadi peningkatan ketrampilan penerapan SAKA diare balita sebesar
16.22%. Ketrampilan anggota KPS yang sebelum dilakukan pelaksanaan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

70
Universitas Indonesia
penerapan SAKA diare dengan rata-rata nilai 51.67 menjadi meningkat
setelah pelaksanaan penerapan SAKA diare dengan nilai rata-rata 61.67.
6. Terjadi peningkatan sikap anggota KPS untuk pemantauan penerapan SAKA
diare keluarga sebesar 10.83%. Kemampuan 12 kader anggota KPS sebelum
dilakukan pemantauan penerapan SAKA diare 67.92 dan setelah dilakukan
menjadi 78.75. Pada uji statistik dengan wilcoxon test didapatkan nilai p
value 0.005 maka dapat disimpulkan adanya perbedaan signifikan sebelum
dan sesudah pemantauan penerapan SAKA diare keluarga yang dilakukan
oleh kader.
7. Kegiatan yang dilakukan selama 13 minggu peran serta Dinas Kesehatan
dalam melakukan pengarahan dalam pelaksanaan kegiatan belum optimal
8. Peran serta pihak Puskesmas dalam melakukan supervisi terkait kegiatan
hanya dilakukan saat kegiatan Posyandu untuk kegiatan supervisi dan
melakukan pembinaan dengan kader belum optimal.
9. Peran serta pihak Kelurahan belum optimal dalam kegiatan pembinaan untuk
kader dan penghargaan terhadap kinerja kader.
10. Peran serta dan keaktifan kader dalam kegiatan KPS belum optimal masih
ada 2 kader yang tidak aktif mengikuti kegiatan selama 13 minggu.
Rencana Tindak Lanjut
Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA perlu ditindak lanjut oleh :
1. Dinas Kesehatan
Meningkatkan kualitas pelayanan untuk program P2D dengan melakukan
pengarahan terhadap penanggungjawab program P2D di Puskesmas untuk
melaksanakan kegiatan pencegahan diare balita. Melakukan supervisi untuk
program P2D yang sudah dilakukan di Puskesmas.
2. Puskesmas
Melakukan pengarahan dan supervisi secara terjadwal rutin setiap bulan
terkait pelaksanaan SAKA diare yang termasuk dalam kegiatan program
P2D. Melakukan bimbingan dan kerjasama dengan kader kesehatan dalam
melakukan kegiatan KPS yang berkelanjutan.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

71
Universitas Indonesia
3. Kelurahan Cisalak Pasar
Kerjasama dengan RW siaga dalam upaya kesehatan melalui kegiatan
Posyandu. Melakukan supervisi kegiatan pembinaan di setiap RW untuk
kegiatan KPS dan memberikan penghargaan terhadap kinerja kader.
4. Kader Kesehatan
Melakukan kegiatan secara mandiri KPS setiap bulan dan memotivasi RW
yang lain untuk membuat KPS di RW yang lain. Meningkatkan upaya
penerapan SAKA diare melalui kegiatan Posyandu dan melakukan
kunjungan rumah setiap bulan untuk melakukan penerapan SAKA diare pada
keluarga yang baru untuk dilakukan pembinaan.
Masalah II
Belum adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam pengontrolan
dan pengembangan Posyandu berhubungan dengan alur komunikasi dan
koordinasi yang jelas untuk pembinaan pelayanan balita dengan diare.
Tujuan Umum
Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan diharapkan adanya kerjasama
lintas program dan lintas sektor yang efektif dalam pengontrolan dan
pengembangan Posyandu di Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 13 minggu diharapkan:
1. Terlibatnya Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam kegiatan pembinaan
pelayanan kesehatan balita diare dan kegiatan KPS diare balita. Keterlibatan
Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam bentuk kehadiran dan pemberian
pengarahan pada kegiatan lokakarya mini di Kelurahan Cisalak Pasar
minimal 50%.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

72
Universitas Indonesia
2. Terlibatnya Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
(DPPKB) dalam bentuk dukungan dana untuk kegiatan operasioanal KPS
dan Posyandu di RW 01 dan RW 03 minimal 1 kali setahun.
3. Terbinanya kerjasama dengan Dinkes dan Puskesmas dalam pengadaan
media informasi tentang pencegahan dan penanggulangan diare dalam
bentuk poster, leaflet dan buku panduan bagi kader Posyandu, serta
penyediaan sarana prasarana Posyandu di RW 01 dan RW 03.
4. Adanya keterlibatan RW siaga RW 01 dan RW 03 Kelurahan Cisalak Pasar
dalam peningkatan motivasi dan kinerja kader Posyandu untuk meningkatkan
derajat kesehatan balita minimal 3x dari 4x pertemuan.
Rencana Tindakan Keperawatan
1. Penyelanggaraan lokakarya mini masyarakat dengan melibatkan Dinkes,
Puskesmas Cimanggis, Kelurahan Cisalak Pasar dan kader Posyandu Cisalak
Pasar untuk koordinasi dan meningkatkan pembinaan terhadap pelayanan
kesehatan balita dengan diare. Kegiatan lokarya mini masyarakat dilakukan
sebanyak 1 bulan sekali.
2. Penyelenggaraan lokarya mini kesehatan untuk koordinasi dan meningkatkan
pembinaan terhadap pelayanan kesehatan balita diare dilakukan pada bulan
Desember 2012, Januari 2013 dan Juni 2013.
3. Koordinasi dengan Dinkes dan Puskesmas dalam pengadaan media informasi
tentang pencegahan dan penanggulangan balita diare. Koordinasi dilakukan
sebulan sekali.
4. Fasilitasi pendampingan dari Puskesmas dan Dinkes dalam kegiatan KPS
diare dengan meminta kesediaan menjadi narasumber minimal 1 kali dari 4
kali pertemuan.
5. Fasilitasi kegiatan supervisi dari Puskesmas dan Dinkes dalam kegiatan
Posyandu dan KPS diare minimal 1 kali selama 3 bulan.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

73
Universitas Indonesia
Pembenaran :
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat komunitas perlu membangun
dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran
serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi implementasi. Mekanisme kolaborasi perawat komunitas dengan
masyarakat adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat
sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan
program kesehatan masyarakat (Lezin, dan Young, 2000).
Pelaksanaan
1. Melakukan koordinasi dengan Dinkes, Puskesmas Cimanggis, Kelurahan
Cisalak Pasar dan kader Posyandu untuk menghadiri lokakarya mini
masyarakat sebanyak satu kali dalam sebulan.
2. Melakukan koordinasi dengan Dinkes, Puskesmas Cimanggis, Kelurahan
Cisalak Pasar dan kader Posyandu untuk menghadiri lokakarya mini
kesehatan untuk koordinasi dan meningkatkan pembinaan terhadap
pelayanan kesehatan balita dengan diare. Kegiatan Lokmin kesehatan
dilakukan sebanyak 4 kali yaitu bulan Oktober, Desember 2012, Januari dan
Juni 2013.
3. Melakukan koordinasi dengan Dinkes dan Puskesmas dalam pengadaan
media informasi tentang kesehatan balita dalam bentuk poster, leaflet, dan
buku panduan bagi kader Posyandu.
4. Memfasilitasi kegiatan supervisi dari Puskesmas dan dinkes dalam kegiatan
Posyandu dan KPS minimal 1 kali selama 3 bulan. Spervisi dari Puskesmas
terhadap kemampuan kader melakukan kegiatan Posyandu dilakukan di RW
01 pada tanggal 28 Maret 2013.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

74
Universitas Indonesia
Evaluasi
1. Keterlibatan langsung Puskesmas dalam lokmin masyarakat kurang optimal
hal ini ditunjukkan ketidakhadiran pihak Puskesmas selama 3 bulan kegiatan
pemantauan penerapan SAKA diare.
2. Keterlibatan Dinkes dan Puskesmas pada kegiatan lokmin kesehatan untuk
menghadiri kegiatan sangat tinggi. Ditunjukkan dengan kehadiran dalam
setiap kegiatan pertemuan lokmin kesehatan hal ini tidak sama peran serta
Kelurahan yang saat akhir-akhir kegiatan peran serta dalam lokmin tidak
optimal.
3. Diperoleh media informasi berupa poster dan leaflet tentang P2D dari Dinkes
dan Puskesmas sedangkan untuk peralatan pemantauan penerapan SAKA
diperoleh dari anggaran Posyandu.
4. Supervisi dari Puskesmas dalam kegiatan Posyandu dan KPS melihat
kemampuan kader melakukan kegiatan penyuluhan d meja V menjadi
terlaksana secara individu dan berkelompok oleh kader KPS secara
bergantian.
Rencana Tindak Lanjut
1. Dinas Kesehatan Kota Depok
Penyusunan proposal bantuan dana operasional Posyandu untuk tahun 2014
ke PMKP Dinas Kesehatan Kota Depok.
2. Puskesmas
Melakukan supervisi secara berkala kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan
Posyandu di RW 03. Melakukan supervisi kemampuan kader Posyandu
dalam kegiatan KPS tentang pemantauan penerapan SAKA diare.
3. Kelurahan Cisalak Pasar
Memberikan penghargaan untuk kinerja kader dalam melakukan kegiatan
penerapan SAKA diare.
4. Kader Kesehatan
Membagikan ilmunya untuk kader lain yang belum merasa percaya diri
dalam melakukan kegiatan penerapan SAKA diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

75
Universitas Indonesia
Pengelolaan manajemen pelayanan khususnya untuk pencegahan balita diare juga
akan digambarkan lebih lanjut tentang pengelolaan asuhan keperawatan keluarga.
Keperawatan keluarga sebagai entry point dalam penerapan SAKA diare yang
dilakukan oleh 10 keluarga.
4.2. Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga
4.2.1. Analisis Situasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar
dilakukan pada 10 keluarga dengan balita berisiko terkena diare, pada dua
periode, yaitu pembinaan 5 keluarga dilakukan mulai bulan Oktober sampai
Desember 2012 dan 5 keluarga selanjutnya pada bulan Januari sampai Mei 2013.
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan melalui kunjungan rumah yang
dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu atau minimal 1 kali seminggu selama
delapan minggu. Asuhan keperawatan pada keluarga dengan balita diare
dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga
meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana
tindakan, melakukan implementasi dan evaluasi terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Pada tahap pengkajian melakukan identifikasi terhadap faktor
risiko terjadinya diare pada balita yaitu penggunaan air bersih, penggunaan
jamban, kebersihan lingkungan sekitar termasuk pembuangan sampah dan
limbah. Perilaku ibu dalam merawat balita yaitu pemberian ASI, pemberian dan
pengolahan makan, kebiasaan mencuci tangan serta kemampuan dalam
pembuatan oralit.
Pengkajian yang dilakukan pada keluarga Bp. E terhadap adalah An.K satu bulan
yang lalu berobat ke Puskesmas Cimanggis karena sakit diare, saat ini
keluhannya sulit makan. Menurut ibu M An.K umur 2 tahun 9 bulan mempunyai
kebiasaan minum susu formula dan cara memberikannya dengan botol, menurut
Ibu M botol yang digunakan untuk minum sudah dicuci. Saat ini Ibu M tidak tahu
resiko yang dapat menyebabkan anaknya terkena diare, serta tidak tahu cara
pencegahan diare pada balita. Ibu.M mengatakan An.K sering terkena diare
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

76
Universitas Indonesia
hampir setiap bulan. Keadaan rumah secara umum tampak berantakan mainan
anak, perabot tidak rapi, lantai rumah dan teras tampak kotor. Pembuangan
sampah berada diseberang rumah dan samping rumah dalam keadaan terbuka.
Pembuangan limbah sudah tertutup tetapi masih dijumpai banyak vektor yang
masuk dalam rumah seperti lalat, kecoa bahkan tikus.
Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa balita memiliki risiko tinggi terkena
diare berulang karena kurangnya pengetahuan keluarga terkait pencegahan dan
penanggulangan diare pada balita serta kurangnya dukungan keluarga dalam
merawat dan mencegah terulangnya diare pada balita (Ariyanti, 2009).
Pengetahuan dan kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan tertentu memiliki korelasi yang signifikan dengan status
kesehatan anggota keluarga yang dirawat (Sahar, 2002). Data diatas juga
menunjukkan bahwa sebagian besar balita dengan diare biasanya karena tidak
diberiak ASI secara eksklusif dan pengaruh lingkungan seperti penggunaan air
bersih, penggunaan jamban dan kondisi lingkungan lainnya (Nuraeni, 2012).
Ibu M mengatakan An.K saat ini susah makan. Keluarga tidak tahu pengertian,
penyebab, tanda gejala dan akibat sulit makan. Keluarga hanya menuruti anak
setiap hari untuk jajan makanan keliling disekitar rumah. Keluarga tidak tahu cara
pencegahan dan perawatan anak dengan sulit makan. Keluarga tahu membuat
makanan anak sendiri akan lebih sehat dibandingkan sering jajan tetapi jarang
membuat makanan sendiri di rumah untuk mengatasi anak dengan sulit makan.
Ibu M mengatakan tidak tahu bagaimana caranya agar anaknya mau makan dan
berat badannya naik. An.K umur 2 tahun 9 bulan, tampak kurus, BB/TB = 11 Kg,
98 cm seharusnya 12 kg sesuai dengan standar WHO (2005) menunjukkan bahwa
An.K termasuk dalam gizi kurang tampak kurus dengan hasil ≥ - 3 SD - < - 2 SD.
Status gizi balita dinilai berdasarkan parameter antropometri yang terdiri dari
berat badan dan panjang badan atau tinggi badan. Indikator status gizi yang
digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

77
Universitas Indonesia
(TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Menilai status gizi balita
digunakan standar antropometri yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2005
yang dipakai adalah BB/U dan angka prevalensi status “Underweight” gizi
kurang dan buruk atau disingkat Gizi Burkur dijadikan dasar untuk menilai
pencapaian MDGs.
Pendapatan keluarga diperoleh dari Bpk.E sebagai buruh bangunan yang saat
dilakukan pengkajian sedang tidak ada pekerjaan. Ibu. M sebagai isteri membantu
mencari nafkah sehari-hari dengan jualan minuman dan makanan kecil di rumah
dan sebagai buruh cuci di perumahan RW 08. Saat Ibu.M bekerja yang mengasuh
An.K adalah orang tua Bpk.E yang bekerja di pasar sebagai penjual buah. Status
ekonomi tercermin dari penghasilan keluarga, dalam arti bahwa apabila status
sosial ekonominya baik maka kesejahteraan akan meningkat sehingga masalah
kesehatan akan diperhatikan oleh keluarga (Nuraeni, 2010).
WEB OF CAUTION ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA BALITADENGAN DIARE
Skema 4.2
Sistem DukunganKeluarga Tidak
Efektif
Kemampuan KeluargaDalam PenangananBalita Diare Tidak
Optimal
Perilaku Ibu BalitaDalam Penanganan
Balita Diare danpemenuhan nutrisi
Tidak Optimal
BB menurun
Kondisi lingkunganyang tidak sesuaisyarat kesehatan
Nutrisi kurang darikebutuhan tubuh
PemeliharaanKesehatan Keluarga
Tentang Balita Diare diKeluarga Meningkat
Status gizi rendahPendapatan atauekonomi keluarga
menurun
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

78
Universitas Indonesia
4.2.2. Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul berdasarkan penapisan yaitu (1)
Manajemen terapeutik diare tidak efektif pada keluarga. (2) Pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga. Penapisan masalah
terlampir pada lampiran 3.
4.2.3. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga
Masalah I
Manajemen terapeutik tidak efektif diare pada keluarga Bpk.E khususnya An.K
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 8 bulan, tidak terjadi diare
pada keluarga.
Tujuan Khusus
Setelah pertemuan 3 x 45 menit, keluarga mampu (1) Mengenal masalah Diare
dengan: menjelaskan pengertian diare, menyebutkan penyebab diare,
menyebutkan tanda dan gejala diare, mengidentifikasi anggota keluarga dengan
diare. (2) Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan diare,
menyebutkan akibat diare, ungkapan keinginan untuk merawat anggota keluarga
dengan diare. (3) Merawat anggota keluarga dengan SAKA diare,
meredemonstrasi cara perawatan diare dan melakukan perawatan diare. (4)
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam perawatan diare dengan cara
menyebutkan cara pencegahan diare, menyebutkan cara memodifikasi
lingkungan untuk pencegahan diare, melakukan modifikasi lingkungan untuk
pencegahan diare. (5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mencegah diare
dengan cara mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan
dalam penanganan diare, memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam penanganan
diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

79
Universitas Indonesia
Rencana Tindakan Keperawatan
1. Pendidikan kesehatan menjelaskan tentang pengertian diare adalah frekuensi
buang air besar cair lebih dari 3x sehari. Penyebab utama diare 3 dari 2
penyebab diare yaitu virus, bakteri, alergi susu formula atau makanan,
menyebutkan tanda dan gejala diare yaitu BAB cair muntah, demam mata
cekung, BB turun dan nafsu makan turun. 3 dari 4 akibat diare dehidrasi
yaitu tum-bang terhambat, biaya berobat mahal dan meninggal dunia.
2. Coaching tentang SAKA diare terdiri dari pengelolaan sanitasi, anak,
keluarga dan area. SAKA diare yang diajarkan pada keluarga tentang
merebus botol susu yang digunakan balita dengan benar, kebiasaan cuci
tangan dengan sabun setelah bab dan memberikan makan pada anak,
pembuatan oralit, senam balita, terapi gurita dan pembuatan formula bubur
tempe. Cara pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare dengan
menggunaan sumber air bersih yang terlindungi, menjaga kebersihan jamban,
pemberian ASI, pemberian formula bubur tempe, pemberian oralit serta
pemberian zink selama 10 hari, terapi gurita dan senam balita, kebiasaan
keluarga mencuci tangan mengolahan bahan makanan, sampah, limbah. Cara
memodifikasi lingkungan untuk perawatan diare dengan pemeliharaan rumah
dan lingkungan bersih, selalu merebus air minum yang dikonsumsi balita,
kondisi lantai yang bersih dan sarana pembuangan sampah dan limbah yang
selalu dalam keadaan tertutup.
3. Direct Care dilakukan pada 4 keluarga yang saat dilakukan pengakajian
balita sedang terkena diare. Hal pertama yang dilakukan adalah pengkajian
faktor risiko penyebab utama balita terkena diare. Perawatan yang diberikan
langsung adalah perawatan kulit karena terjadi ganggan integritas kulit,
selanjutnya memberikan terapi gurita untuk mengurangi kembung.
Pemberian cairan oralit untuk mengatasi terjadinya dehidrasi dan pemberian
zink selama 10 hari. Pada pertemuan selanjutnya observasi frekuensi dan
konsistensi buang air besar balita selama 24 jam. Pemberian nutrisi balita
diare dengan pembuatan bubur tempe. Kegiatan selanjutnya adalah
pemantauan penerapan SAKA diare selama 1 minggu.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

80
Universitas Indonesia
Pembenaran :
Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung
kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu,
masyarakat dan ras (Wood, 1996). Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang
ditekankan pada terjadinya perubahan perilaku, baik pada individu maupun
masyarakat. Area Pendidikan Kesehatan adalah pada Knowledge (pengetahuan),
Attitude (sikap) dan Practice (perilaku). pendidikan kesehatan merupakan satu
bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu,
kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui
kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat
pendidik. Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam keperawatan merupakan
kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian
kebutuhan belajar klien, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan
pendidikan kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi pendidikan
kesehatan, dan dokumentasi pendidikan kesehatan (Suliha, 2002). Coaching atau
bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan,
demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera
(Departemen Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada keluarga berupa
pemberian bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi dan praktek
langsung penerapan SAKA keluarga untuk pencegahan diare.
Pelaksanaan
TUK : 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet (1) Mendiskusikan
bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare, akibat
langsung dari diare, cara pencegahan diare, cara perawatan diare, memberikan
penyuluhan pada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare.
(2) Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, tanda
dan gejala yang dimiliki oleh keluarga dan tindakan yang telah dilakukan oleh
keluarga untuk mengatasi masalah diare. (3) Memberikan pujian atas kemampuan
keluarga. (4) Mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang apa yang telah
diajarkan dan memberikan kesempatan pada keluarga untuk membandingkan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

81
Universitas Indonesia
pengetahuan yang dimiliki keluarga dengan standar. (5) Memberikan
motivasi/dukungan keluarga mengambil keputusan untuk menghindari akibat
lanjut dari diare.
TUK : 3-4 dengan (1) mendemonstrasikan cara perawatan balita dengan SAKA
diare yaitu mendemonstrasikan cara penerapan SAKA diare, memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk melakukan redemonstrasi cara menerapkan
SAKA diare di rumah dan memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (2)
Mendiskusikan dengan keluarga cara mengurangi kembung anak dengan
melakukan terapi gurita dan senam balita pada anak, mendiskusikan dengan
keluarga tentang terapi gurita dan pembuatan bubur tempe, memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan hal yang belum jelas,
mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang terapi gurita dan pembuatan bubur
tempe dan memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (3) mendemonstrasi
cara melakukan terapi gurita dan pembuatan bubur tempe.
Evaluasi
Manajemen terapeutik efektif pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K tidak
terjadi diare dengan dilakukan pencegahan diare dan pemantauan penerapan
SAKA diare sampai akhir waktu pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga
selama 8 bulan. Keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan dan
kemampuan dalam merawat anggota keluarga dengan diare yang ditunjukkan
dengan : 1) Keluarga mampu mengenal masalah dengan menyebutkan pengertian,
penyebab, tanda dan gejala diare, akibat langsung dari diare, cara pencegahan
diare, cara perawatan diare balita. 2) Keluarga mampu mengambil keputusan
untuk merawat anggota keluarga dengan balita diare dan menyebutkan akibat
lanjut atau komplikasi jika diare tidak dilakukan pencegahan secara dini serta
mengungkapkan keinginan merawat balita dengan diare. 3) Keluarga mampu
merawat balita dengan diare dan menyebutkan cara pencegahan dengan
penerapan SAKA diare dirumah dengan keluarga mampu mendemostrasikan cara
penerapan SAKA diare dengan melakukan cara mencuci tangan dengan sabun
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

82
Universitas Indonesia
dan air bersih, cara membuat oralit, cara melakukan senam balita dan terapi gurita
serta dapat membuat nutrisi balita diare dengan pembuatan bubur tempe. 4)
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan mendemonstrasikan cara
menggunakan air bersih yang dimasak terlebih dahulu untuk dikonsumsi balita,
membersihkan sekitar jamban, selokan dan pembuangan sampah serta
membersihkan kandang ayam dan burung yang berada di sekitar rumah. 5)
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan teratur
setiap bulan ke Posyandu dan berobat saat balita sakit ke Puskesmas.
Rencana Tindak Lanjut
1. Membuat kesepakatan dengan keluarga untuk selalu melakukan penerapan
SAKA diare di keluarga.
2. Mendelegasikan pada kelompok pendukung untuk melakukan pemantauan
penerapan SAKA diare yang dilakukan keluarga.
Masalah II
Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk.E
khususnya pada An.K.
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 8 bulan, terpenuhi
kebutuhan nutrisi pada keluarga bapak E khususnya anak K.
Tujuan Khusus
Setelah pertemuan 3 x 45 menit, keluarga mampu (1) Mengenal masalah gizi
kurang dengan: menjelaskan pengertian gizi seimbang, menyebutkan penyebab
gizi kurang, menyebutkan tanda dan gejala gizi kurang, mengidentifikasi anggota
keluarga dengan gizi kurang. (2) Keluarga memutuskan untuk merawat anggota
keluarga dengan gizi kurang, menyebutkan akibat gizi kurang, ungkapan
keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang. (3) Merawat
anggota keluarga dengan memodifikasi menu gizi anak balita, meredemonstrasi
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

83
Universitas Indonesia
cara membuat nugget sayur dan membuat modisco. (4) Keluarga mampu
memodifikasi menu gizi seimbang dengan membuat nugget sayur dan membuat
modisco. (5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk melakukan pemantauan
gizi pada balita dengan cara mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang
dapat digunakan aeperti Puskesmas.
Rencana Tindakan Keperawatan
1. Pendidikan kesehatan menjelaskan tentang pengertian gizi kurang, penyebab
utama gizi kurang 3 dari 2, menyebutkan tanda dan gejala gizi kurang, 3 dari
4 akibat gizi kurang.
2. Coaching tentang memodifikasi menu gizi seimbang balita yang diajarkan
pada keluarga tentang membuat nugget sayur dan modisco. Cara pencegahan
gizi kurang dengan memodifikasi menu seimbang. Cara memodifikasi
lingkungan untuk mengatasi balita sulit makan.
Pembenaran :
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam keperawatan merupakan kegiatan
pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian kebutuhan
belajar klien, penegakan diagnose keperawatan, perencanaan pendidikan
kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi pendidikan kesehatan,
dan dokumentasi pendidikan kesehatan (Suliha, 2002). Coaching atau bimbingan
merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan, demonstrasi,
dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera (Departemen
Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada keluarga berupa pemberian
bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi dan praktek langsung
penerapan SAKA keluarga untuk pencegahan diare.
Pelaksanaan
TUK : 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet (1) Mendiskusikan
bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala gizi kurang,
akibat langsung dari gizi kurang, cara pencegahan gizi kurang, cara perawatan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

84
Universitas Indonesia
balita sulit makan, memberikan penyuluhan pada keluarga tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala gizi kurang. (2) Memberi kesempatan pada keluarga
untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala yang dimiliki oleh keluarga
dan tindakan yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah gizi
kurang. (3) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (4) Mengevaluasi
pengetahuan keluarga tentang apa yang telah diajarkan dan memberikan
kesempatan pada keluarga untuk membandingkan pengetahuan yang dimiliki
keluarga dengan standar. (5) Memberikan motivasi atau dukungan keluarga
mengambil keputusan untuk menghindari akibat lanjut dari gizi kurang.
TUK : 3-4 dengan (1) mendemonstrasikan cara perawatan balita sulit makan
yaitu mendemonstrasikan cara membuat menu variasi yaitu nugget sayur dan
modisco, memberikan kesempatan kepada keluarga untuk melakukan
redemonstrasi cara membuat variasi menu gizi seimbang balita. (2)
Mendiskusikan dengan keluarga cara mengatsi balita sulit makan, mendiskusikan
dengan keluarga tentang membuat variasi menu seimang, memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan hal yang belum jelas,
mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang pembuatan nugget sayur dan
pembuatan modisco dan memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (3)
mendemonstrasi cara membuat nugget sayur dan pembuatan modisco.
Evaluasi
Pemenuhan nutrisi terpenuhi pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K
mengalami kenaikan BB 0,75 kg setelah dilakukan pemantauan pemenuhan
nutrisi sampai akhir waktu pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga selama 8
bulan. Keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam
merawat anggota keluarga dengan gizi kurang yang ditunjukkan dengan : 1)
Keluarga mampu mengenal masalah dengan menyebutkan pengertian, penyebab,
tanda dan gejala gizi kurang, akibat langsung dari gizi kurang, cara pencegahan
dan cara perawatan gizi kurang. 2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga dengan balita gizi kurang dan menyebutkan akibat
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

85
Universitas Indonesia
lanjut atau komplikasi jika gizi kurang tidak dilakukan pencegahan secara dini
serta mengungkapkan keinginan merawat balita dengan gizi kurang. 3) Keluarga
mampu merawat balita dengan gizi kurang dan menyebutkan cara pencegahan
dengan modifikasi menu seimbang dirumah dengan keluarga mampu
mendemostrasikan membuat nugget sayur dan modisco untuk mengatasi masalah
nutrisi serta mengatur menu jadwal yang beragam dalam 1 minggu. 4) Keluarga
mampu memodifikasi lingkungan dengan mendemonstrasikan cara membuat
lingkungan yang nyaman untuk mengatasi balita sulit makan. 5) Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan teratur setiap bulan ke
Posyandu untuk pemantauan BB.
Rencana Tindak Lanjut
1. Membuat kesepakatan dengan keluarga untuk membuat variasi menu gizi
seimbang lainnya untuk setiap minggu.
2. Mendelegasikan pada kelompok pendukung untuk melakukan pemantauan
kenaikan BB An.K setiap kegiatan Posyandu.
Hasil pengkajian pada 10 keluarga ada 2 keluarga mempunyai riwayat 1 bulan
terakhir balita masuk RS karena diare. Kondisi balita yang dirawat ke RS sudah
terjadi dehidrasi karena diare. Keluarga yang dibina 10 keluarga mempunyai
riwayat penyakit diare 3 bulan terakhir lebih dari 2x terjadi diare. Faktor risiko
lain yang ada adalah riwayat tidak diberikan ASI secara eksklusif, pemberian
makanaan tambahan sebelum balita usia 6 bulan, penggunaan susu formula dan
menggunakan dot. Pengkajian lain yang didapatkan bahwa selain risiko balita
terkena diare masalah kesehatan yang muncul adalah ada 4 keluarga yang
balitanya terjadi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan antara lain:
1. Pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare balita, media yang digunakan
adalah lembar balik, leaflet, metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

86
Universitas Indonesia
2. Coaching tentang penerapan SAKA diare keluarga dengan mengajarkan cara
mencuci tangan, membuat oralit, melakukan senam balita, terapi gurita dan
pembuatan bubur tempe. Semua kegiatan tersebut dilakukan bersama dengan
anggota kelompok pendukung SAKA dan mahasiswa residen. Media yang
digunakan adalah peralatan untuk pemantauan penerapan SAKA diare di
keluarga.
Hasil yang diperoleh setelah melakukan asuhan keperawatan pada 10 keluarga
adalah 10 keluarga tidak terjadi diare pada balita selama 8 bulan. Pengetahuan
keluarga meningkat sebesar 80%, terjadi peningkatan sebesar 75% ketrampilan
keluarga baik dalam melakukan penerapan SAKA diare. Peningkatan sikap
sebesar 70% yaitu dapat mencuci tangan dengan benar, membuat oralit,
melakukan senam balita dan terapi gurita serta pembuatan bubur tempe untuk
nutrisi balita diare. Tahap terminasi akhir masih ada 2 keluarga yang tingkat
kemandirian tingkat III. Pada keluarga ini masih belum bisa secara mandiri untuk
melakukan penerapan SAKA diare secara aktif.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

87
Universitas Indonesia
Tingkat kemandirian Keluarga Dalam Mengatasi Masalah Diare Balita
Tabel 4.1No Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Menerima petugas(Perkesmas)
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Menerima pelayanankesehatan sesuai rencanakeperawatan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Tahu dan dapatmengungkapkan masalahkesehatannya secara benar
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Memanfaatkan fasilitaspelayanan kesehatan sesuaianjuran
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Melakukan tindakankeperawatan sederhanasesuai anjuran
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 Melakukan tindakanpencegahan secara aktif
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7 Melakukan tindakanpeningkatan kesehatan(promotif) secara aktif
√ √ - √ √ √ - √ √ √
Tingkat KemandirianKeluarga Akhir
IV IV III IV IV IV III IV IV IV
Hasil dari pengelolaan asuhan keperawatan keluarga terjadi peningkatan tingkat
kemandirian keluarga yang dibina oleh Kelompok Pendukung SAKA di RW 01
dan RW 03, tingkat kemandirian keluarga III sebesar 25% dan kemandirian
keluarga IV sebanyak 75%. Proses asuhan keperawatan pada keluarga dengan
risiko balita terkena diare bahwa strategi intervensi penerapan SAKA diare yang
dilakukan dengan pemantauan penerapan SAKA diare selama 2 minggu dapat
menurunkan insiden diare serta risiko diare berulang pada balita. Pemantauan
penerapan SAKA diare dilakukan pembinaan secara rutin 2x seminggu selam 2
minggu akan mencegah balita terkena diare. Keluhan lain selain diare pada
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

88
Universitas Indonesia
keluarga terbanyak adalah pemenuhan nutrisi dan terjadi ISPA pada balita.
Asuhan keperawatan keluarga secara lengkap terlampir.
Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu bentuk strategi keperawatan
yang sudah dijelaskan dalam pengelolaan manajemen keperawatan dan dalam
asuhan keperawatan keluarga selanjutnya akan diterapkan dalam asuhan
keperawatan komunitas.
4.3. Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas
4.3.1. Pengumpulan Data
Jenis pengambilan data untuk pengkajian yang digunakan adalah kuantitatif
dengan rancangan deskriptif analitik. Metode yang digunakan adalah metode
survey dengan pendekatan cross sectional yaitu mengamati variable yang diteliti
di suatu populasi pada suatu saat (Sabri dan Hastono, 2006). Pengkajian
dilakukan dengan beberapa metode pengkajian pada sumber data yang dirasa
tepat untuk jenis data yang diperlukan. Metode pengkajian pada sumber data
yang dilakukan angket, disebarkan pada 97 orang tua dengan balita yang beresiko
terkena diare di RW 1-7 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota
Depok. Wawancara dilakukan kepada orang tua balita terkena diare, kader
posyandu, dan penanggung jawab P2P di Puskesmas Cisalak Pasar. Observasi
kondisi lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare pada balita di Kelurahan
Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Studi literatur program-
program terkait kejadian diare pada balita melalui pencarian internet.
Metode pengkajian yang digunakan dalam mengali data-data yang terkait dengan
diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok
ini adalah winsheld survey, literatur review, interview, dan survey. Sumber data
yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam praktik ini adalah: Data
primer merupakan data yang didapatkan secara langsung di lapangan dengan
menggunakan alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

89
Universitas Indonesia
pengkaji. Data dikumpulkan secara langsung dari berbagai pihak yang terkait
dengan diare pada balita. Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara
tidak langsung melalui Dinas Kesehatan yang terkait dengan diare pada balita.
Pengumpulan data dalam pengkajian komunitas dan keluarga ini adalah
menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner sebagai alat pengumpul
data dalam penelitian ini berisikan sejumlah item pertanyaan untuk mengukur
variabel dalam inti komunitas dan 8 sub sistem dari model community as partner
pada populasi balita dengan diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Kota Depok.
4.3.2. Analisis Situasi
Berdasarkan hasil angket dengan jumlah responden 97 orang kantong masalah
balita terbanyak tersebar di RW 1 sebanyak 29%, RW 3 sebanyak 26% danRW 5
sebanyak 27%. Balita terbanyak terkena diare pada umur 1-5 tahun sebanyak 79
%. Status imunisasi balita lengkap sebanyak 68 %. Pekerjaan Ibu sebagian besar
tidak bekerja sebanyak 96 %. Pendapatan keluarga sebagian besar rendah
sebanyak 51 %. Perilaku ibu dalam pencegahan diare balita terdiri dari 3 domain
yaitu pengetahuan kurang 36.1 %, ketrampilan kurang 43 % dan sikap kurang 49
%. Hasil FGD yang dilakukan pada ibu balita yang datang ke Posyandu RW 3
didapatkan hasil : sebagian besar balita pernah mengalami diare, ibu tidak pernah
memberikan oralit saat anak diare, kebiasaan mencuci tangan jarang dilakukan.
Ibu tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang balita diare. Ibu
balita tidak tahu cara pencegahan balita diare.
Pengkajian yang dilakukan terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare pada balita meliputi karakteristik keluarga dan perilaku ibu dalam
pengasuhan anak balita. Karakteristik keluarga terdiri dari umur dan pendidikan
ibu serta pendapatan keluarga. Perilaku ibu dalam pengasuhan balita yang
berisiko terkena diare yaitu pemberian ASI, penggunaan air bersih, mencuci
tangan dan penggunaan jamban (Nuraeni, 2012). Faktor lingkungan juga
mempunyai peranan besar dalam kejadian diare pada balita. Lingkungan yang
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

90
Universitas Indonesia
tidak sehat dan tidak diperhatikan mempunyai hubungan yang signifikan
terahadap kejadian diare pada balita (Yulia, 2010).
Hasil wawancara dengan kader posyandu di RW 1 dan RW 3 di dapatkan data
banyak balita yang sekarang ini karena perubahan musim terkena diare akan
tetapi belum ada kegiatan untuk cara mengatasi masalah kesehatan balita diare.
RW 1 dan RW 3 belum ada kegiatan khusus untuk tatalaksana diare balita.
Kegiatan balita lebih banyak untuk kegiatan penimbangan, imunisasi dan
pelayanan gizi. Pendidikan kesehatan untuk balita tidak pernah dilakukan di
kegiatan Posyandu, TK ataupun PAUD. Keadaan lingkungan RW 01 dan RW 03
banyak sekali ditemukan tempat pembuangan sampah dan limbah dalam keadaan
terbuka. Balita sering bermain di lapangan yang terbuka dan banyak lalat
disekitarnya. Perumahan penduduk yang banyak ditemukan kandang tempat
menyimpan hewan ternak seperti ayam dan burung yang jarang dibersihkan.
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat melakukan
apa yang diharapkan oleh seseorang. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang
berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan
atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan matang pada diri
individu, kelompok dan masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Kemiskinan dan
keterbatasan dukungan sosial yang membahayakan merupakan contoh dari
sumber fisik dan sumber lingkungan. Perubahan status kesehatan yang normal
merupakan predisposisi terjadinya penyakit (Stanhope dan Lancaster, 2004).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

91
Universitas Indonesia
WEB OF CAUTION ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADABALITA DENGAN DIARE
Skema 4.3
4.3.3. Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas
Permasalahan diare pada balita sebagai masalah atau diagnosis komunitas pada
agregat balita di Kelurahan Cisalak Pasar dapat diatasi melalui pendekatan
asuhan keperawatan komunitas. Penyusunan diagnosis keperawatan sesuai
dengan prioritas kegiatan yang akan dilakukan dapat dilihat dibawah ini (1)
Resiko peningkatan kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. (2) Resiko pemeliharaan kesehatan balita
diare tidak efektif di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota
Depok. Penapisan masalah terlampir lampiran 2.
Risiko pemeliharaankesehatan tidak
efektif: pencegahandiare balita di
Kelurahan CisalakPasar
Pemahaman KurangTentang Penanganan
Balita Diare
Sistem DukunganMasyarakat Kurang
Kurang optimalpemanfaatan
Posyandu untukkegiatan pencegahan
diare balita
Perilaku Ibu BalitaDalam PenangananBalita Diare Tidak
Optimal
PeningkatanKejadian Diare Pada
Balita
Penyebaran DiarePada Balita diMasyarakatMeningkat
Tumbuh KembangBalita Terganggu
Kurang sistempendukung dalampencegahan diarebalita yang ada di
masyarakat
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

92
Universitas Indonesia
4.3.4. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas
Masalah I
Resiko peningkatan kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 bulan diharapkan tidak terjadi
peningkatan insiden diare pada balita di kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Kota Depok.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8 bulan diharapkan:
1. Terjadi peningkatan pengetahuan pengetahuan kelompok ibu balita tentang
penerapan SAKA diare sebesar 2 SD, nilai SD 8.12 (rerata pretest 64.38
sampai 80.67).
2. Terjadi peningkatan ketrampilan kelompok ibu balita dalam penerapan SAKA
diare sebesar 2 SD, nilai SD 7.14 (dari 64.09 sampai 78.90).
3. Terjadi peningkatan sikap kelompok ibu balita dalam penerapan SAKA diare
sebesar 2 SD, nilai SD 11.61 ( dari 50.75 menjadi minimal 73.97).
4. Terjadi penurunan insiden diare pada balita sebesar 10%.
Rencana Tindakan
(1) Menyiapkan materi dan media pendidikan kesehatan tentang diare balita
(penyebab, tanda dan gejala,akibat, pencegahan diare balita). (2) Menyiapkan
materi tentang penerapan SAKA diare sebagai salah satu upaya untuk
pencegahan balita diare. (3) Koordinasi tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan
di Posyandu dan TK Arrafah. (3) Demontrasikan cara penerapan SAKA diare di
kegiatan Gerakan Ibu Sayang Anak Diare (GEISAD). (4) Kegiatan pemantauan
penerapan SAKA diare dikomunitas.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

93
Universitas Indonesia
Pembenaran
Pendidikan Kesehatan merupakan salah satu kegiatan dalam rangka tindakan
promotif dan preventif melalui penyebaran informasi untuk meningkatkan
motivasi masyarakat agar dapat berperilaku sehat (Stanhope dan Lancaster,
2004). Tindakan promosi kesehatan untuk balita diare di masyarakat diperlukan
untuk mencegah akibat lanjut dari diare yaitu dehidrasi. Kejadian dehidrasi pada
balita yang sangat cepat menyebabkan kematian balita karena diare harus segera
ditangai secara dini. Pendidikan kesehatan yang dilakukan sebagai salah satu
upaya untuk melakukan deteksi secara dini balita yang terkena diare agar tidak
terjadi dehidrasi.
Pelaksanaan
1. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu balita tentang balita diare di
kegiatan Posyandu setiap bulan di RW 01 setiap tanggal 24 dan RW 03 setiap
tanggal 7. Pelaksanaan sebelum kegiatan Posyandu selama 1 jam materi
tentang pencegahan balita dengan penerapan SAKA diare di keluarga.
2. Melakukan demonstrasi penerapan SAKA diare pada kegiatan Gerakan Ibu
Sayang Anak Diare (GEISAD) yang diikuti oleh ibu balita di RW 03 pada hari
Kamis 13 Desember 2012 dengan waktu 2 jam materi yang diberikan cara
perawatan balita diare dengan melakukan senam balita dan terapi gurita.
3. Melakukan demonstrasi penerapan SAKA diare pada kegiatan Gerakan Ibu
Sayang Anak Diare (GEISAD) yang diikuti oleh ibu balita di RW 03 pada hari
Selasa 19 Maret 2013 dengan waktu 2 jam materi yang diberikan pemenuhan
nutrisi balita diare dengan membuat bubur tempe.
4. Melakukan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan oleh ibu balita
dengan peran serta KPS. Pemantauan penerapan SAKA dipantau melalui
stiker yang dipasang didepan rumah untuk melihat perkembangan yang
dilakukan pembinaan selama 13 minggu.
5. Membuat media dan sarana untuk kegiatan pemantauan penerapan SAKA
diare serta kegiatan pendidikan kesehatan dengan kerjasama dengan
Puskesmas.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

94
Universitas Indonesia
6. Menyebarkan media pendidikan kesehatan melalui kegiatan Posyandu serta
pertemuan arisan RT dan RW yang berisi poster dan leaflet tentang penerapan
SAKA diare.
Evaluasi
1. Terjadi peningkatan pengetahuan ibu balita sebelum dan sesudah kegiatan
pemantauan penerapan SAKA diare rata-rata mengalami peningkatan 23.22%
(dari rata-rata nilai 64.43 menjadi 83.85). Pengetahuan tersebut meliputi rata-
rata pengetahuan tentang diare balita, pengetahuan SAKA diare, dan
penerapan SAKA diare keluarga.
2. Terjadi peningkatan ketrampilan ibu balita dalam melakukan penerapan
SAKA diare balita sebesar 23.23%. Ketrampilan ibu balita yang sebelum
dilakukan pemantauan penerapan SAKA diare dengan rata-rata nilai 64.09
menjadi 80.96 setelah pemantauan.
3. Terjadi peningkatan sikap ibu balita untuk melakukan penerapan SAKA diare
keluarga sebesar 23.22%. Kemampuan 120 ibu balita sebelum dilakukan
penerapan SAKA diare 50.75 dan setelah dilakukan menjadi 74.54. Pada uji
statistik dengan uji wilxocon test didapatkan nilai p value 0.000 maka dapat
disimpulkan adanya perbedaan signifikan sikap keluarga dalam melakukan
penerapan SAKA diare sebelum dan sesudah dilakukan pemantauan
penerapan SAKA diare selama 13 minggu.
4. Terjadi penurunan kejadian diare pada balita sebesar 43,3% dari kejadian 1
bulan pertama 23% menjadi 13% pada 3 bulan terakhir.
Rencana Tindak lanjut
1. Pengelolaan berkelanjutan kegiatan komunitas untuk penerapan SAKA diare
yang dilakukan oleh KPS dengan kontinu mendampingi pelaksanaan kegiatan
penerapan SAKA diare di RW 01 dan RW 03.
2. Pengelolaan berkelanjutan kegiatan kelompok dilakukan dengan cara
terintegrasi dengan kegiatan Posyandu.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

95
Universitas Indonesia
3. Penyegaran secara kontinu tentang pencegahan dan penanggulangan diare
pada balita dengan penerapan SAKA diare.
Masalah II
Resiko pemeliharaan kesehatan balita diare tidak efektif di Kelurahan Cisalak
Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Tujuan Umum
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8 bulan, pemeliharaan
kesehatan balita diare di Kelurahan Cisalak Pasar menjadi efektif.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 bulan diharapkan :
1. Tersedianya pelayanan pencegahan dan penanggulangan balita diare di
Posyandu.
2. Tersedianya kelompok pendukung dalam pemantauan penerapan SAKA diare
yang dilakukan ibu balita.
3. Terlaksananya pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita.
Rencana Tindakan
1. Lakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare pada
kegiatan KPS dengan memberikan materi penerapan SAKA diare.
2. Fasilitasi ibu balita membuat jadwal kegiatan pemantauan SAKA diare secara
rutin dirumah seminggu sekali selama 2 minggu.
3. Fasilitasi pelaksanaan pemantauan SAKA diare ibu balita pada kegiatan KPS.
4. Fasilitasi pendampingan kegiatan penerapan SAKA diare ibu balita oleh kader
Posyandu.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

96
Universitas Indonesia
Pembenaran
Keberadaan kelompok pendukung dimasyarakat dapat dimanfaatkan oleh petugas
kesehatan untuk terus memantau kegiatan penerapan SAKA diare dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan diare pada balita. Kader Posyandu yang
berperan aktif dalam kegiatan kelompok pendukung dapat menurunkan insiden
diare pada balita.
Pelaksanaan
1. Jadwal kegiatan pendidikan kesehatan tentang penerapan SAKA diare yang
dilakukan di Posyandu dilakukan setiap tanggal 7 untuk RW 03 dan tanggal 24
untuk RW 01 dengan penanggungjawab ketua Posyandu.
2. Memonitor kemampuan ibu balita dalam penerapan SAKA diare secara rutin
setiap seminggu sekali.
3. Tersedianya leaflet dan poster serta media untuk kader melakukan pendidikan
kesehatan tentang penerapan SAKA diare di Posyandu.
4. Menyebarluaskan media pendidikan kesehatan dan melakukan penyuluhan
kesehatan pada masyarakat tentang penerapan SAKA diare.
5. Koordinasi dengan Puskesmas untuk penyediaan oralit di Posyandu.
Evaluasi
1. Pelaksanaan pelayanan pencegahan dan penanggulangan balita diare di
Posyandu terlaksana di RW 01 dan RW 03.
2. Kelompok pendukung dalam pemantauan penerapan SAKA diare yang
dilakukan ibu balita terjadwal seminggu sekali.
3. Kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita efektif
dilakukan setiap minggu selama 13 minggu.
Rencana Tindak Lanjut
1. Lakukan penyuluhan tentang pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare
pada kegiatan Posyandu, arisan RT dan RW dengan metode dan cara yang
lebih menarik.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

97
Universitas Indonesia
2. Lakukan penyegaran dan kegiatan secara berkala tentang penerapan SAKA
diare.
3. Kader atau anggota KPS yang sudah melakukan kegiatan penerapan SAKA
secara aktif dapat membagikan ilmu dan ketrampilan kepada kader di wilayah
lain.
4. Puskesmas dapat melakukan supervisi secara berkala terhadap upaya berbasis
masyarakat seperti kelompok pendukung dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit diare balita.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

98
Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
Bab 5 akan menguraikan hasil pengelolaan pelayanan manajemen keperawatan,
asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan komunitas serta
kesenjangan data yang ditemukan selama melakukan praktik keperawatan
komunitas.
5.1 Analisis Pencapaian dan Kesenjangan
5.1.1 Pelayanan keperawatan komunitas pada aggregate balita diare
5.1.1.1 Masalah Manajemen 1
Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu bentuk strategi intervensi
keperawatan yang digunakan dalam melakukan penerapan SAKA diare keluarga.
Inovasi ini digunakan untuk mengembangkan program P2D untuk kegiatan
pencegahan diare pada balita. Hasil evaluasi kegiatan KPS pengetahuan anggota
KPS sebelum dan sesudah kegiatan penerapan SAKA diare rata-rata mengalami
peningkatan 28.09%. Peningkatan ketrampilan penerapan SAKA diare balita
sebesar 16.22%. Peningkatan sikap anggota KPS untuk pemantauan penerapan
SAKA diare keluarga sebesar 10.83%. KPS melakukan kegiatan pemantauan
penerapan SAKA diare yang dilakukan oleh keluarga sebagai salah satu upaya
untuk deteksi secara dini diare pada balita dan pencegahan diare pada balita.
Program kebijakan pemerintah dalam pengendalian penyakit diare di Indonesia
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare
bersama lintas program dan lintas sektor terkait. Kebijakan yang ditetapkan
pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare adalah
melaksanakan tata laksana penderita diare yang sesuai standar, baik di sarana
kesehatan maupun di rumah tangga, melaksanakan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), mengembangkan pedoman
Pengendalian Penyakit Diare, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
petugas dalam pengelolaan program yang meliputi aspek manajerial dan teknis
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

99
Universitas Indonesia
medis, mengembangkan jejaring lintas sektor dan lintas program, pembinaan
teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare serta
melaksanakan evaluasi sabagai dasar perencanaan selanjutnya (Buletin Diare,
2011).
Kelompok pendukung merupakan karakteristik intervensi dan implementasi
dalam keperawatan komunitas yang berfokus pada pengembangan suatu
kreativitas dan visi melalui suatu pendekatan yang baru (Ervin, 2002). Kelompok
pendukung sebagai bentuk intervensi pengendalian TB berbasis pemberdayaan
masyarakat diharapkan dapat dapat mengatasi masalah TB. Kelompok pendukung
terbukti efektif untuk memantau dan membantu klien TB diklinik (Felton, 1999).
Pembentukan kelompok merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan
komunitas yang melibatkan masyarakat, keluarga dan kelompok berisiko tinggi
atau bekerja sama dengan kelompok yang telah ada untuk meningkatkan kualitas
kerja (Stanhope dan Lancaster, 2004). Kelompok peduli merupakan adaptasi
istilah kelompok pendukung yang disesuaikan dengan kondisi lokal dari
sekelompok orang yang menggunakan istilah tersebut supaya lebih familier
(Suhadi, 2012). Menurut Snyder dan Lindquist (2002) intervensi dalam bentuk
kelompok biaya perawatan bisa menjadi lebih efektif dengan hasil terapeutik
yang positif. Kelompok pendukung efektif terutama dalam kunjungan rumah
untuk deteksi kasus secara dini, pendidikan kesehatan dan rujukan ke pelayanan
kesehatan (Rejeki, 2012). Berdasarkan hasil beberapa studi tersebut KPS
merupakan program pencegahan dan deteksi dini diare pada balita sebagai salah
satu bentuk strategi intervensi keperawatan komunitas yang efektif.
Hasil analisis penulis pengetahuan, ketrampilan dan sikap KPS dalam melakukan
penerapan SAKA diare menunjukkan hasil yang bermakna dari tujuan khusus
yang diharapkan. Hasil dari domain pengetahuan yang hasilnya tinggi
dibandingkan domain ketrampilan dan sikap. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmojo, 2010).
Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur dengan menggunakan tehnik
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

100
Universitas Indonesia
wawancara atau angket. Indikator menilai pengetahuan seseorang adalah baik dan
kurangnya pengetahuan responden tentang kesehatan (Dewi, 2012). Sikap secara
sederhana didefinisikan sebagai ekspresi sederhana terkait suka atau tidak suka
terhadap beberapa hal (Rahayuningsih, 2008). Ketrampilan merupakan
kemampuan menggunakan koordinasi otak dan otot serta mengutamakan
ketrampilan motorik (Notoatmojo, 2010). Hasil dari ketiga domain akan
menunjukkan bahwa pengetahuan akan lebih tinggi nilainya dibandingkan sikap
dan ketrampilan karena sikap dan ketrampilan butuh waktu dan proses yang lebih
lama dalam pencapaiannya. Hal ini sejalan dengan hasil dari kegiatan KPS yang
menunjukkan bahwa pengetahuan nilainya lebih tinggi dibandingkan ketrampilan
dan sikap.
KPS mempunyai struktur organisasi dan pembagian tugas untuk masing-masing
pengurus dalam melakukan pemantauan penerapan SAKA diare. Fungsi
pengorganisasian suatu program berupa pembentukan struktur organisasi sebagai
pelaksana rencana program, menentukan program pelayanan yang sesuai,
pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan masing-masing unit, bekerja
dalam suatu struktur organisasi, serta memahami, menggunakan kekuatan dan
kekuasaan dengan tepat (Marquis & Huston, 2006). Keterlibatan kader melalui
KPS dapat secara struktural masuk dalam kegiatan pokok Posyandu.
Pengorganisasian dalam program Posyandu sangat penting dalam upaya
melakukan kegiatan KPS secara optimal.
5.1.1.2 Masalah Manajemen 2
Pengarahan dan supervisi yang dilakukan kader terhadap penerapan SAKA diare
efektif dilakukan dengan menggunakan strategi intervensi keperawatan
pemberdayaan keluarga. Pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah kegiatan
pemantauan penerapan SAKA diare rata-rata mengalami peningkatan 23.22%.
Peningkatan sikap untuk melakukan penerapan SAKA diare balita sebesar
23.23%. Peningkatan sikap keluarga untuk melakukan penerapan SAKA diare
keluarga sebesar 23.22%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari ketiga domain
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

101
Universitas Indonesia
mengalami peningkatan yang sama. Pemberdayaan kader secara tidak langsung
telah membentuk hubungan antara struktur yang dibangun dengan lingkungan di
sekitar struktur karena kader merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri (Huber
2006). Kelompok pendukung sebagai bentuk intervensi pengendalian TB berbasis
pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat dapat mengatasi masalah TB (Rejeki,
2012). Kelompok pendukung terbukti efektif untuk memantau dan membantu
klien TB diklinik (Felton, 1999).
Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen yang meliputi proses
pendelegasian, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan (Swanburg, 2000). Fungsi pengarahan lebih menekankan pada
kemampuan manajer dalam mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati termasuk di dalamnya memotivasi
bawahan supaya bekerja dengan maksimal (Gillies, 2000). Adanya kegiatan
pengawasan dalam manajemen keperawatan akan membantu teridentifikasi
efisiensi kegiatan program, adanya penyimpangan-penyimpangan selama proses
kegiatan dan penyebabnya sehingga dapat disusun rencana tindak lanjut untuk
memperbaiki dan keberlanjutan program (Swansburg, 1999).
Belum terlaksana secara optimal kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare
balita sebagai dampak terbatasnya sumber daya (tenaga dan dana) yang dimiliki
oleh Dinkes dan Puskesmas Kelurahan Cisalak Pasar. Kegiatan supervisi yang
dapat dilaksanakan oleh pihak Dinkes dan Puskesmas hanya kegiatan Posyandu.
Monitor dan evaluasi dari puskesmas terhadap kinerja kader serta laporan
kegiatan Posyandu yang dilakukan sebulan sekali di Kelurahan Cisalak Pasar.
Fungsi pengarahan dilakukan dengan meningkatkan motivasi kerja, komunikasi
interpersonal, pendelegasian, manajemen konflik, dan aturan kerja (Marquis dan
Huston, 2006).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

102
Universitas Indonesia
5.1.2 Asuhan Keperawatan Keluarga
5.1.2.1 Diagnosis Keperawatan Keluarga I
Asuhan keperawatan pada keluarga Tn.E khususnya An.K membutuhkan
intervensi keperawatan secara langsung karena masalah yang ada di keluarga
membutuhkan perhatian yang khusus. An.K hampir setiap bulan terkena diare
faktor resiko terbesar ada pada Ibu sebagai pengasuh utama yang kurang
memperhatikan masalah kesehatan balita. Keluarga tidak mampu memenuhi tugas
perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah. Tugas perkembangan
keluarga dengan anak usia pra sekolah adalah keluarga mampu memberikan
rumah untuk memberikan perlindungan dari bahaya luar, keluarga mampu
memberikan kebutuhan untuk anaknya yang masih balita dengan memberikan
mereka mainan sesuai usianya. Keluarga ini sudah mampu mensosialisasikan anak
dalam masyarakat. Fokus keluarga hanya memenuhi kebutahan untuk An.K
karena baru mempunyai 1 anak. Masalah kesehatan yang harus diperhatikan
adalah pencegahan diare karena hampir tiap bulan An.K terkena diare.
Tugas perkembangan keluarga pada keluarga Bpk. E yang belum terpenuhi adalah
keluarga Bpk.E belum bisa mempunyai rumah sendiri karena status rumah saat ini
terlalu sempit dan masih kontrak. Pembagian peran yang belum optimal dilakukan
dalam keluarga ini. Peran Bpk.E sebagai KK yang harus mencari nafkah
terkadang saat tidak ada pekerjaan harusnya membantu menjaga An.K memilih
merawat bintang peliharaannya dirumah. Hal ini juga terjadi pada Ibu.M yang
peran utamanya harus merawat An.K saat ada panggilan pekerjaan harus
menitipkan anaknya di rumah mertua. Hal ini membuat keluarga ini kurang
optimal dalam memenuhi kebutuhan An.K khususnya memperhatikan masalah
kesehatan. Orang tua sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap kesehatan
anak berupaya untuk memberikan pengaruh postif dengan tujuan agar anak
berperilaku sehat (Nurrahima, 2012).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

103
Universitas Indonesia
Karakteristik pendidikan ibu yang rendah juga mempengaruhi dalam melakukan
pengasuhan dan perawatan balita. Pendidikan secara umum adalah segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau
masyarakat melakukan apa yang diharapkan oleh seseorang. Pendidikan adalah
suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan dan perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih
baik, dan matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat (Notoatmodjo,
2003). Pengalaman sehari-hari sering didapati bahwa pendidikan berperan penting
dalam meningkatkan kesejateraan seseorang. Pendidikan yang lebih baik
dibandingkan mereka yang berpendidikan kurang (Gatti, 1999). Pendidikan ibu
yang baik mampu memberikan perawatan balita yang terkena diare dengan baik
karena kemampuan ibu balita yang berpendidikan menengah secara optimal dapat
menerima informasi kesehatan terkait diare dengan baik. Kejadian diare pada
balita dapat menurun dengan pendidikan ibu yang relative berpendidikan
menengah.
Intervensi yang diberikan adalah pendidikan kesehatan tentang deteksi dini balita
diare dan pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare. Hasil intervensi yang
diberikan efektif terjadi peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap ibu
dalam penerapan SAKA diare serta kemandirian keluarga tahap mandiri IV.
Pendidikan kesehatan adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang dapat dilihat melalui perilaku dengan melalui penyebaran
leaflet dan booklet serta media masssa, melakukan guidance, coaching, maupun
konseling (Ervin, 2002). Kemandirian keluarga diukur melalui 7 aspek dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga, yaitu (1) penerimaan keluarga
terhadap petugas kesehatan dan pengetahuan keluarga tentang balita diare. (2)
penerimaan keluarga untuk memutuskan tindakan keperawatan pada balita diare.
(3) mampu mengungkapkan permasalahan yang dihadapi keluarga tentang
penerapan SAKA diare balita. (4) keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan seperti Posyandu atau Puskesmas. (5) Keluarga melakukan
tindakan keperawatan sesuai anjuran perawat termasuk terapi modalitas. (6)
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

104
Universitas Indonesia
Keluarga mampu mengambil keputusan yang tetap untuk mengatasi balita diare.
(7) Keluarga mampu meningkatkan status kesehatannya melalui tindakan
promotif (Departemen Kesehatan, 2006).
5.1.2.2 Diagnosis Keperawatan Keluarga 2
Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang dialami An.K
karena kebiasaan jajan makanan yang tidak ada nilai gizi dan susah makan sayur
serta buah-buahan. Kebiasaan keluarga menuruti kemauan anak makan makanan
sesuai yang diminta anak tanpa melihat nilai gizi dari makanan tersebut. Orang
tua merupakan pihak yang berperan penting dalam penyediaan makanan
dilingkungan rumah (Widita, 2012). Anak akan semakin sulit untuk menerima
suatu makanan bila orang tua tidak pernah menyediakan dan memberikan
makanan tersebut (Campbell dan Crawford, 2001). Peran keluarga sebagai orang
terdekat anak sangat diperlukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan anak dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pemenuhan nutrisi pada
balita merupakan tanggungjawab keluarga (Freidman, 2003). Pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada anak dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki
keluarga. Pendapatan keluarga mempengaruhi kemampuan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi anggota keluarganya. Keluarga yang memiliki
tingkat pendapatan kurang menunjukkan bahwa keluarga tersebut tidak mampu
menyediakan makanan yang mengandung gizi yang baik untuk tubuh (Soetardjo
dan Soekatri, 2011).
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh pada balita dilakukan edukasi tentang pemenuhan gizi
seimbang balita. Hasil intervensi yang diberikan efektif terjadi peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap ibu dalam pemenuhan nutrisi balita serta
kemandirian keluarga tahap mandiri IV. Pendidikan kesehatan diberikan pada ibu
balita sebagai pengasuh utama balita. Pengajaran tentang zat gizi dan makanan
sehat pada anak lebih baik diberikan oleh ibu karena pengetahuan ibu lebih baik
terkait kandungan gizi dalam makanan dibandingkan ayah (Widita, 2012).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

105
Universitas Indonesia
Coaching terhadap ibu balita cara membuat variasi makanan dengan
memperhatikan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga. Coaching atau
bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan,
demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera
(Departemen Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada keluarga berupa
pemberian bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi dan praktek
langsung tentang cara memodifikasi menu gizi seimbang balita. Penyediaan
makanan sehat bagi anak akan membentuk kebiasaan perilaku makan yang sehat
pada anak. Ketersediaan makanan sehat di rumah antara lain dengan buah dan
sayuran berhubungan dengan peningkatan jumlah konsumsi makanan tersebut
(Widita, 2012).
Usia balita merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan balita.
Gangguan saat pertumbuhan karena proses pemenuhan gizi sehingga proses
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental akan langsung
berpengaruh. Gangguan pemenuhan gizi karena kekurangan kalori protein, dapat
dicegah sedini mungkin dengan pemberian MODISCO (makanan atau minuman
bergizi tinggi). Modisco adalah makanan penggemuk bagi anak. Modisco
singkatan dari Modified Disco yaitu suatu makanan atau minuman bergizi tinggi
untuk memenuhi balita yang terjadi gangguan pemenuhan nutrisi.
Kemandirian keluarga yang dinilai berdasarkan dilaksanakan kelima tugas
kesehatan keluarga (Depkes RI, 2006). Pendidikan kesehatan yang dilakukan di
keluarga sebagain besar diikuti oleh ibu balita dan hanya dua keluarga yang
diikuti kepala keluarga karena rata-rata kepala keluarga bekerja. Intervensi
keperawatan yang diberikan keluarga untuk meningkatkan kesehatan keluarga
harus secara menyeluruh beserta anggota keluarga lainnya (Freidman, 1998).
Hasil kemandirian keluarga dari 10 keluarga hanya 2 keluarga yang masih 2
keluarga tingkat kemandirian III hal ini disebabkan karena sistem dukungan
dalam keluarga tidak diberikan secara optimal. Dukungan keluarga tidak optimal
karena ibu harus bekerja dan balita dititipkan saudara untuk mengasuh dan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

106
Universitas Indonesia
merawat serta untuk kegiatan kelompok pendukung SAKA keluarga tidak efektif
melakukan secara mandiri di rumah dalam penilaian masih banyak bimbingan dan
arahan. Keluarga dalam memberikan intervensi harus melalui pemberdayaan
sumber-sumber dan potensi yang ada termasuk sumber perawatan diri, sistem
dukungan dalam keluarga, sumber bantuan fisik serta sumber-sumber yang ada di
komunitas (Friedman, 2003). Keluarga sebagai sistem pendukung perawatan
balita diharapkan mamapu memberikan dukungan dan memiliki jaringan sosial
dalam komunitas untuk menjalankan fungsi keluarga yang efektif (Suhadi, 2012).
5.1.3 Asuhan Keperawatan Komunitas
5.1.3.1 Diagnosis Keperawatan Komunitas 1
Peningkatan pengetahuan ibu balita sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan
penerapan SAKA diare rata-rata mengalami peningkatan 23.22%. Peningkatan
ketrampilan ibu balita dalam melakukan penerapan SAKA diare balita sebesar
23.23%. Peningkatan sikap ibu balita untuk melakukan penerapan SAKA diare
keluarga sebesar 23.22%. Penurunan kejadian diare pada balita sebesar 43,3%
dari kejadian 1 bulan pertama 23% menjadi 13% pada 3 bulan terakhir.
Peningkatan pengetahuan yang signifikan berdampak pada penurunan insiden
kejadian diare pada balita. Masyarakat berperan serta dalam pencapaian
keberhasilan pembengunan kesehatan bukan hanya sebagai objek tetapi sebagai
subjek pembengunan kesehatan (Departemen Kesehatan, 2005). Peran serta
masyarakat berkontribusi langsung terhadap perumusan atau proses musyawarah
untuk mencapai mufakat bersama terkait upaya pencegahan penularan penyakit
(Suratini, 2012). Individu mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk mengubah
perilaku sehat atau melakukan modifikasi gaya hidup sehat dengan adanya
peningkatan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan (Pender, Murdaugh &
Parson, 2006).
Pendidikan kesehatan dalam bentuk pelatihan merupakan suatu kegiatan
memberikan pengetahuan dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
mencakup berbagai upaya baik itu dalam bentuk mencegah terjadinya penyakit
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

107
Universitas Indonesia
(health prevention) maupun melindungi diri dari berbagai masalah kesehatan
(health protection) dengan cara melakukan penyebaran informasi dan peningkatan
motivasi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat (Pender, Murdaugh, & Parson,
2006). Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki
oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Swanson dan Nies, 2011).
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah
atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok amaupun
masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat
(Departemen Kesehatan, 2002). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai
kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa
yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan
meminta pertolongan (Effendi, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmojo, 2010). Penelitian tenteng praktik pemberian makan yang
dilakukan dalam keluarga jika tidak didasari pengetahuan yang baik maka akan
menghasilkan praktik yang kurang tepat (Widita, 2012). Program pemerintah
yang hanya berfokus untuk pengobatan pada balita diare tidak dibarengi dengan
perhatian terhadap pentingnya melakukan oraktik pencegahan diare pada balita.
Dampak kader Posyandu, keluarga serta masyarakat pada umumnya tidak
memiliki pengetahuan yang baik yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam
melakukan praktik pencegahan diare pada balita sedini mungkin.
Pendidikan kesehatan termasuk pelatihan merupakan upaya program yang
multidimensial dalam upaya untuk pemeliharaan dan peningkatan pengetahuan
kesehatan (Pender, 2006). Perilaku baru terjadi jika diawali dengan pengalaman-
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

108
Universitas Indonesia
pengalaman dan faktor dari luar (lingkungan) yang diketahui, dipersepsikan,
diyakini sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak (Notoatmodjo,2005).
Dukungan lingkungan termasuk dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan
Puskesmas dan dokter puskesmas atau kelompok peduli di masyarakat dalam
memberikan motivasi bagi penderita hipertensi dan keluarganya agar mau dan
mampu berperan serta secara aktif sebagai motivator diri sendiri dan keluarganya
yang menderita hipertensi. Upaya ini bermakna untuk penyakit kronis seperti
hipertensi yang memerlukan pengobatan jangka panjang bahkan seumur hidupnya
(Pujiyanto, 2008).
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan lebih mengoptimalkan peran dan fungsi
kader dalam melakukan penyuluhan kesehatan yang tujuannya adalah untuk
pemberdayaan kader dalam menyelesaikan masalah kesehatan (Suratini, 2012).
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan dalam
rangka promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan
penyampaian pesan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok ataupun
masyarakat agar mereka memperoleh pengetahuan kesehatan yang nantinya
berpengaruh pada sikap, perilaku sehat (Rejeki, 2012). Perubahan yang terjadi di
masyarakat dapat dipengaruhi oleh perawat komunitas dalam menyampaikan
pesan kesehatan (Suhadi, 2012).
Pendidikan kesehatan yang secara rutin dilakukan oleh KPS dalam kegiatan
Posyandu setiap bulan memberikan dampak yang positif terhadap penurunan
kejadian diare pada balita yaitu 43.3%. Penurunan insiden diare pada balita masih
tinggi dibandingkan insiden nasional yaitu 10.2%. Analisis penulis hal ini
disebabkan fokus intervensi keperawatan yang diberikan hanya 2 RW sedangkan
cakupan wilayah Kelurahan Cisalak Pasar luas. Pendidikan kesehatan yang
diberikan di RW lain sebatas kampanye dan penyebarluasaan informasi tentang
penerapan SAKA diare. Analisis lain adalah waktu singkat untuk mengubah
perilaku yang menetap.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

109
Universitas Indonesia
5.1.3.1 Diagnosis Keperawatan Komunitas 2
Pelaksanaan pelayanan pencegahan dan penanggulangan balita diare di Posyandu
terlaksana di RW 01 dan RW 03. Kelompok pendukung dalam pemantauan
penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita terjadwal seminggu sekali.
Kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita efektif
dilakukan setiap minggu selama 13 minggu. Asuhan keperawatan komunitas
pada balita perlu lebih ditingkatkan dan ditindaklanjuti dengan penguatan pada
kunjungan rumah sehingg lebih optimal. Peran penting kader dalam kunjungan
tindak lanjut adalah untuk memastikan perilaku yang diterapkan oleh keluarga
adalah perilaku positif. Teori perubahan perilaku menyatakan bahwa untuk
membentuk sebuah kebiasaan diperlukan paling sedikit 6 bulan untuk
mempraktikkan perilaku baru.
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui sebuah kelompok (Suratini,
2012). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif
dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu, keluarga
dan komunitas apabila perawat komunitas bekerjasama dengan masyarakat.
Berbagai kelompok di masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif
dan kebutuhan masyarakat setempat. Kegiatan kelompok ini disesuaikan dengan
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai (Depkes, 1992). Dukungan yang
diterima lansia dapat meningkatkan pemanfaatan dan kepatuhan individu terhadap
pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti informasi yang diberikan, ikut serta
dalam kelompok dan meningktakan perilaku mencari bantuan kesehatan (Cohen,
1998). Proses kelompok dalm kegiatannya dilaksanakan pendidikan secara
kontinu untuk membantu individu, kelompok dalam mengatsi masalah kesehatan.
Pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan pada anggota kelompok peduli
lansia hipertensi berdampak positif terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan lansia hipertensi dan keluaraganya (Suhadi, 2010). Dampak lansgung
keterlibatannya dalam pengendalian faktor risiko hipertensi bagi lansia yaitu
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

110
Universitas Indonesia
terbukti hasilnya dapat menurunkan tingkat keluhan lansia akibat tekanan
darahnya meningkat, menurunnya derajat hipertensi dan meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku lansia hipertensi terhadap kemampuan
melakukan penatalaksanaan hipertensi di rumah. Hal ini juga sejalan dengan hasil
pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan KPS diare berdampak positif
terhadap peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap ibu balita dalam
melakukan deteksi dini dan pencegahan diare pada balita dengan penerapan
SAKA diare. Dampak langsung keterlibatannya dalam deteksi ini diare pada
balita dengan melihat faktor risiko terbukti hasilnya dapat menurunkan angka
kejadian diare balita dan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam
melakukan penerapan SAKA diare di rumah.
Dampak pendidikan kesehatan, kunjungan rumah dan pendidikan kesehatan bagi
kelompok balita berisiko terkena diare di keluarga dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan keluarga, yang dapat meningkatkan status
kemandiriannya dalam tugas perawatan kesehatan keluarga. Keberhasilan tersebut
secara umum dapat mendeteksi secara dini balita diare sehingga tidak terjadi
dehidrasi yang akan berakibat fatal pada gangguan pertumbuhan dan
perkembangan balita bahkan menyebabkan kematian.
5.1.4 Keterbatasan dalam Intervensi Keperawatan
Sosialisasi terkait pencegahan diare tidak dilakukan pembinaan secara kontinu
dilakukan di Posyandu. Kader yang harusnya melaksanakan fungsi pencegahan
diare pada balita dalam kegiatan Posyandu tidak pernah mengikuti pelatihan
tentang pencegahan diare pada balita. Keterbatasan media informasi yang tersedia
untuk melakukan kegiatan pencegahan diare balita di Posyandu. Kelompok
Pendukung SAKA diare berkontribusi dalam menurunkan angka kejadian diare
pada balita, program inovasi KPS belum dikenal masyarakat, pihak Puskesmas
dan Dinas Kesehatan. Sosialisasi saat kegiatan Lokarya Mini Kesehatan yang
dihadiri pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan tidak semua menyebarkan
informasi tentang KPS kepada yang lain.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

111
Universitas Indonesia
Kader kesehatan yang ada di masyarakat mempunyai kesadaran yang tinggi untuk
berperan aktif dalam kegiatan KPS. Dukungan pihak Kelurahan dalam pemberian
penghargaan terhadap kegiatan yang sudah dilakukan kader tidak ada. Hal ini
membuat kader tidak optimal dalam melakukan penerapan SAKA diare karena
kurangnya motivasi dan pembinaan terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.
Kerjasama kegiatan KPS untuk koordinasi dengan pihak Puskesmas belum
berjalan secara optimal. Tenaga kesehatan yang ditunjuk sebagai pembina wilayah
Cisalak Pasar hanya fokus pada kegiatan KIA serta latar belakang pendidikan
bidan desa. Kerjasama yang berjalan hanya komunikasi mengenai KPS yang
terlaksana pada saat kegiatan Lokakarya Mini Kesehatan dan tidak ada umpan
balik terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.
Kelompok Pendukung SAKA dalam melakukan pembinaan terhadap keluarga
mempunyai hambatan masalah waktu yang harus dibagi untuk kegiatan yang lain
seperti arisan dan pengajian. Hambatan yang lain adalah anggaran untuk
menunjang kegiatan pemantauan SAKA seperti stiker dan format pencatatan dan
pelaporan. Keluarga yang dilakukan pembinaan tidak semua menerima dengan
baik masih banyak keluarga menolak untuk dibina dengan alasan kesibukan
bekerja dan merasa keluarga tidak ada yang terkena diare. Pihak Puskesmas dalam
melakukan pengarahan dan supervisi kegiatan KPS tidak optimal. Tenaga
kesehatan yang ada adalah Bidan desa yang latar belakang ilmu keperawatannya
tidak ada sehingga kesulitan untuk melakukan kegiatan pengarahan dan supervisi
secara kontinu. Kegiatan KPS hanya dilakukan pengarahan dan supervisi saat
kegiatan Posyandu.
5.1.4 Implikasi Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan
Diare pada balita dapat menimbulkan dampak buruk bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak pada tahap kehidupan berikutnya. Kejadian diare pada balita
merupakan suatu fenomena yang sudah dianggap biasa terjadi di masyarakat.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

112
Universitas Indonesia
Kematian diare pada balita yang terjadi karena tidak dilakukan deteksi dan
pencegahan diare secara dini sehingga terjadi dehidrasi. Keadaan yang seperti ini
jika tidak segera mendapat perhatian khusus dari tenaga kesehatan khususnya
perawat maupun masyarakat luas maka akan menimbulkan risiko peningkatan
masalah diare pada balita dan berakibat fatal menimbulkan kecatatan dan
kematian. Dampak hasil intervensi keperawatan yang secara rinci dibahas mulai
pengelolaan manajemen keperawatan komunitas, asuhan keperawatan keluarga
dan asuhan keperawatan komunitas menunjukkan penurunan kejadian diare pada
balita. Deteksi dini dan pencegahan diare balita yang dilakukan berdampak pada
pencapaian pertumbuhan dan perkembangan balita secara optimal sehingga angka
kematian dan insiden kejadian diare menurun.
Kelompok Pendukung SAKA dapat berkontribusi secara aktif terhadap target
pelayanan kesehatan khususnya promosi kesehatan di masyarakat, penemuan
kasus baru, deteksi dan pencegahan secara dini serta pencatatan dan pelaporan.
Peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kader terhadap penerapan
SAKA diare melalui kegiatan Kelompok Pendukung SAKA. Kegiatan Kelompok
Pendukung SAKA berupa pemberian pendidikan kesehatan, kunjungan rumah
untuk melakukan pembinaan pada keluarga secara langsung keluarga yang yang
terkena diare. Hasil Kelompok Pendukung SAKA efektif menurunkan angka
kejadian diare pada balita.
Kelompok Pendukung SAKA sebagai suatu inovasi dari program pencegahan
diare yang sudah ada yaitu LINTAS diare. Kelompok Pendukung SAKA ini dapat
dijadikan sebagai inovasi pengembangan dari program pokok Posyandu dalam
kegiatan tahap keempat atau meja meja ke empat yaitu melakukan pendidikan
kesehatan kepada kelompok atau masyarakat. Kegiatan pokok Posyandu tersebut
adalah pencegahan diare dengan pemberian informasi tentang diare pada balita
dan penyediaan oralit. Keberhasilan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan ibu balita dalam penerapan SAKA diare di keluarga, merupakan
kontribusi yang besar dari kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Pendukung
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

113
Universitas Indonesia
SAKA di RW 01 dan 03. Keberhasilan peran Kelompok Pendukung SAKA
termasuk dalam hal memberikaan umpan balik dan pembinaan terhadap faktor
risiko kejadian diare pada balita, melakukan senam balita, terapi gurita dan
pemberian bubur tempe untuk melakukan perawatan balita diare, serta
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti Posyandu maupun
Puskesmas.
Kelompok pendukung dapat melakukan kerjasama lintas sektor dan lintas
program yang lebih kuat antara Kelurahan, Puskesmas dan Dinas Kesehatan jika
peran dan fungsi kelompok pendukung dilaksanakan dengan baik. Tindak lanjut
penetapan mekanisme koordinasi perlu dituangkan dalam SK bersama antara
pihak-pihak yang terkait dalam pencegahan diare balita dengan pembentukan
Kelompok Pendukung SAKA. Petugas Puskesmas tidak bertanggung jawab pada
satu program tetapi memegang beberapa program sehingga perhatian dan
konsentrasi tersebar untuk beberapa program, akibatnya kegiatan pencegahan
diare program tidak optimal.
Pelatihan dan pendampingan oleh Kelompok Pendukung SAKA memberikan
motivasi yang tinggi bagi keluarga, serta menimbulkan kepercayaan diri yang
tinggi sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang ada di masyarakat. Motivasi
kader dalam kegiatan KPS memerlukan dukungan dari keluarga dan masyarakat
serta penanggung jawab keperawatan di lapangan. KPS sebagai pendukung
kelompok sosial dapat meningkatkan peran dan fungsi dalam melakukan deteksi
dini dan pencegahan diare pada balita serta melakukan evaluasi dan monitoring
perkembangan kesehatan balita diare di keluarga dan masyarakat.
5.1.5 Perkembangan Ilmu Keperawatan
Kelompok Pendukung SAKA menunjukkan hasil yang bermakna terhadap
penurunan insiden diare pada balita serta peningkatan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap kader serta keluarga dalam melakukan penerapan SAKA diare. Hal
tersebut dapat dijadikan sebagai evidance based bagi pengembangan ilmu
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

114
Universitas Indonesia
keperawatan komunitas dan keluarga. Variabel yang perlu diteliti lebih lanjut
adalah variabel untuk anak dan keluarga. Fenomena kejadian diare pada balita
merupakan permasalahan yang lazim ditemui sehingga diperlukan suatu inovasi
yang tepat dan efektif untuk melakukan pencegahan dan deteksi secara dini diare
pada balita.
Salah satu strategi intervensi komunitas yang digunakan adalah Kelompok
Pendukung SAKA. Inovasi KPS diare pada balita hanya menggambarkan strategi
kelompok pendukung saja sedangkan untuk strategi lain dibutuhkan juga suatu
penelitian lebih lanjut sejauhmana keluarga menjalankan penerapan SAKA diare
di keluarga dengan strategi intervensi pemberdayaan keluarga. Pemberdayaan
keluarga secara spesifik dalam melaksanakan penerapan SAKA diare tersebut
dapat mempengaruhi insiden penurunan diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

115
115Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang simpulan dan saran dari uraian bab
sebelumnya terhadap hasil dan pembahasan pengelolaan manajemen keperawatan
komunitas, asuhan keperawatan keluarga, dan asuhan keperawatan komunitas.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penjelasan dan uraian pembahasan pada bab sebelumnya,
bahwa kegiatan Kelompok Pendukung SAKA sebagai intervensi keperawatan
kompunitas pada aggregate balita dengan diare dapat memberikan gambaran yang
aplikatif untuk dilakukan ditempat lain yang mempunya permasalahan yang sama.
Berdasarkan tujuan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
6.1.1 Telah terbentuk Kelompok Pendukung SAKA untuk melakukan deteksi
dini dan pencegahan diare secara dini di RW 01 dan RW 03. Kegiatan
Kelompok Pendukung SAKA berupa pemberian pendidikan kesehatan,
kunjungan rumah serta pembinaan terhadap keluarga yang balitanya
terkena diare.
6.1.2 Pengetahuan anggota KPS sebelum dan sesudah kegiatan penerapan
SAKA diare mengalami peningkatan. Pengetahuan tersebut meliputi rata-
rata pengetahuan tentang diare balita, pengetahuan SAKA diare, dan
penerapan SAKA diare keluarga.
6.1.3 Peningkatan ketrampilan anggota KPS dalam penerapan SAKA diare.
Sikap anggota KPS yang sebelum dilakukan pelaksanaan penerapan
SAKA diare mengalami peningkatan setelah pelaksanaan penerapan
SAKA diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

116
Universitas Indonesia
6.1.4 Peningkatan sikap anggota KPS untuk pemantauan penerapan SAKA diare
keluarga. Pada uji statistik dengan test wilcoxon didapatkan hasil adanya
perbedaan signifikan sebelum dan sesudah pemantauan penerapan SAKA
diare keluarga yang dilakukan oleh kader.
6.1.5 Pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan
penerapan SAKA diare mengalami peningkatan. Pengetahuan tersebut
meliputi rata-rata pengetahuan tentang diare balita, pengetahuan SAKA
diare, dan penerapan SAKA diare keluarga.
6.1.6 Peningkatan ketrampilan dalam melakukan penerapan SAKA diare balita.
Ketrampilan keluarga yang sebelum dilakukan pemantauan penerapan
SAKA diare mengalami peningkatan setelah pemantauan.
6.1.7 Peningkatan sikap keluarga untuk melakukan penerapan SAKA diare
keluarga. Pada uji statistik dengan test wilxocon didapatkan hasil adanya
perbedaan signifikan sikap keluarga dalam melakukan penerapan SAKA
diare sebelum dan sesudah dilakukan pemantauan oleh kader selama 13
minggu.
6.1.8 Terjadi peningkatan tingkat kemandirian keluarga yang dibina oleh
Kelompok Pendukung SAKA di RW 01 dan RW 03.
6.1.9 Penurunan insiden diare di Kelurahan Cisalak Pasar pada 3 bulan terakhir
menunjukkan hasil yang bermakna bahwa Kelompok Pendukung SAKA
efektif digunakan untuk kegiatan deteksi dini dan pencegahan diare pada
balita.
6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan aggregate balita diare di masyarakat yaitu:
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

117
Universitas Indonesia
6.1.1 Bagi Pelayanan Kesehatan
6.1.1.1 Mengadakan sosialisasi untuk perencanaan pencegahan diare
menjadi prioritas dalam renstra Dinas Kesehatan Kota depok.
6.1.1.2 Menempatkan perawat spesialis komunitas untuk mengembangkan
program inovasi yang sudah dilakukan di tingkat Dinas Kesehatan.
6.1.1.3 Menempatkan perawat yang latar belakang pendidikannya sarjana
keperawatan yang berada di tingkat Puskesmas untuk melakukan
pembinaan terhadap suatu wilayah.
6.1.1.4 Menetapkan anggaran untuk supervisi dan monitoring berkala
pelaksanaan kegiatan pokok pencegahan diare, baik di tingkat Dinas
Kesehatan maupun di tingkat Puskesmas.
6.1.1.5 Melakukan supervisi dan monitoring berkala yang dilakukan oleh
penanggung jawab balita Puskesmas, untuk meningkatkan motivasi
kinerja kader dalam kegiatan KPS.
6.1.1.6 Meningkatkan peran serta masyarakat khususnya kader Posyandu
untuk terlibat dalam kegiatan KPS.
6.1.2 Bagi perawat komunitas
6.1.2.1 Meningkatkan kemampuan melakukan pengarahan dan pembinaan
dalam KPS sebagai wadah kegiatan perkesmas pada aggregate
balita diare dalam asuhan keperawatan kelompok dan keluarga
serta kunjungan rumah.
6.1.2.2 Melakukan pembinaan kegiatan KPS, bekerjasama dengan perawat
puskesmas atau kader Posyandu dan terlibat dalam kegiatan
pelatihan, kunjungan rumah, dan pembinaan langsung keluarga
dengan balita diare.
6.1.3 Perkembangan Riset Keperawatan
6.1.3.1 Riset kualitatif
Pengembangan penelitian lebih lanjut yang dapat dikembangkan
yaitu studi fenomenologi mengenai persepsi keluarga terhadap
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

118
Universitas Indonesia
Kelompok Pendukung SAKA dalam melakukan penerapan SAKA
diare. Pengalaman keluarga dalam melakukan penerapan SAKA
diare sebagai salah satu dukungan sosial yang diberikan terhadap
penurunan insiden diare pada balita.
6.1.3.2 Riset kuantitatif
Mengembangkan studi penelitian untuk melihat variabel SAKA
yang paling dominan dalam mengatasi masalah kejadian diare pada
balita. Strategi intervensi keperawatan komunitas yang lebih efektif
pengaruhnya terhadap kejadian diare pada balita.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito. (2007). Sistem Kesehatan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Allender, Judith Ann, & Spradley, Barbara Walton. (2005). Community HealthNursing: Concepts and Practice. 7th edition. Philadelphia : Lippincott.
Amiruddin. (2007). Distribusi Penyakit Diare. Jakarta: Rineka Cipta.
Anderson & Mc.Farlane. (2000). Community as partner: Theory and practice innursing. (Third edition). Philadelphia: Lippincot.
Andrianto P. (2006). Diare Akut. Jakarta: EGC.
Anggraeni. (2006). Hubungan antara Pemberian Susu Formula dengan KejadianDiare pada Bayi di Puskesmas Sidoarjo. Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Airlangga. Diakses dari http://repository.usu.ac.id padatanggal 10 Januari 2012.
Apriyanti, Ikob dan Fajar (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan denganKejadian Diare pada anak usia 6-24 bulan di Palembang. TidakDipublikasikan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya.
Ariawan, I. (1998). Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian KesehatanJurusan Biostatistik dan Kependudukan. Fakultas Ilmu KesehatanMasyarakat: Universitas Indonesia.
Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, cetakanketigabelas. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Atmojo SM. (1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare anakbalita di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. FK UGM. Yogyakarta.Diakses dari http://sanitasi.or.id pada tanggal 3 Juni 2012.
Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan . (2002). Survei KesehatanRumah tangga 2001, Laporan Studi mortalitas 2001: Pola PenyebabKematian di Indonesia. Departemen Kesehatan RI.
______. (2002). Survei Kesehatan Rumah tangga 2001. Laporan SKRT 2001:Studi Morbiditas dan Disabilitas Departemen Kesehatan RI.
______. (2007). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Departemen Kesehatan RI.
Badan Pusat Statistik. (2003). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Beaglehola, R., dkk. (1993). Dasar-dasar Epidemiologi. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.
Badan Human Statistik. (2006). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia2002-
2003. Badan Human Statistik, Jakarta.
Boediarso, A. (1985). Sindroma Klinik Penyakit Diare. Bagian Ilmu Kesehatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Budiarto, Eko. (2002). Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Buletin Jendela dan Data Informasi. (2011). Situasi Diare di Indonesia. TriwulanII. ISSN 2088-270X. Kementerian Kesehatan RI.
Baltazar. (1993). Hygiene Behaviour and Hospitalized Severe ChildhoodDiarrhoe. Bulletin of WHO.
Bozkurt. (2003). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta:EGC
Chandra. (2007). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan KejadianDiare pada Balita. Universitas Sumatera Utara. Diakses darihttp://repository.usu.ac.id pada tanggal 3 Juli 2012.
Choirunnisa. (2009). Peranan Air Bersih dan Sanitasi dalam PemberantasanPenyakit Menular. Jakarta: YLKI.
Creswell, J. W. (2009). Research Design : Qualitative, Quantitative, and MixedMethods Approaches. Third Edition. California.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1990). Peraturan Menteri KesehatnRI Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1999 tentang Syarat-syarat danPengawasan Kualitas Air.Depkes RI, Jakarta.
_____.(1993). Materi Program P2 Diare pada Pelatihan P2ML Terpadu BagiDokter Puskesmas. Dirjen P2M & PLP, Depkes RI, Jakarta.
______.(1995). Pedoman Pelaksanaan Pengawasan KualitasAir Minum. Dirjen PPM & PLP, Depkes RI, Jakarta.
______.(1999). Indonesia Sehat 2010. Depkes RI, Jakarta.
______.(2000). Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta :Ditjen PPM dan PL.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

______.(2002). Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat . Jakarta : DitjenPPM dan PL
______.(2005). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare . Jakarta : DitjenPPM dan PL.
______.(2006). Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penyakit Diare. Jakarta:Ditjen PPM dan PL.
______. (2007). Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Jakarta:Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
______.(2007). Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan PenyakitDiare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL.
______.(2007). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPMdan PL.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengan. (2007). Profil Dinas Kesehatan PropinsiJawa Tengah 2007. Jawa Tengah: Dinas Propinsi Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2007). Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang2007. Semarang: DKK Semarang
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2010).Buku Saku Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan. KementerianKesehatan RI. Jakarta.
Ervin, NF. (2002). Advanced community health nursing : Concept and practice.(5 th ed). Philadelphia: Lippincot.
Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family Nursing: ResearchTheory & Practice. New Jersey: Prentice Hall.
Gatti. (1999). Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan terhadap PHBS di Serdang.Universitas Sumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id padatanggal 20 Maret 2012.
Gerald T. Keusch, Olivier Fontaine, Alok Bhargava. Dkk (2010). DiarrhealDiseases. di unduh dari Disease Control Priorities Project.http://www.dcp2.org/pubs/DCP/19/, 15 Desember 2011.
Hamdani. (2009). Pengaruh Faktor Upaya Pencegahan dan Pengobatan yangdilakukan Ibu pada Balita dengan Penyakit Diare di Puskesmas Bandar
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Baru Kabupaten Pidie. Universitas Sumatera Utara. Diakses darihttp://repository.usu.ac.id pada tanggal 3 Juli 2012.
Haryoto. (1993). Perilaku Ibu terhadap Diare pada Balita. Jakarta: LembagaPenelitian Universitas Indonesia.
Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Modul Pengajaran. UI: FKM.
Heller. (1998). Health, Safe Water and Sanitation. Bulletin of WHO.
Henny. (2003). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DiareBalita. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Diaksesdari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 20 April 2012.
Hidayat. (2005). Pengantar ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika.
Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing:caring in action. Albani : Delmas Publisher.
Howard and Bartram. (2003). The burden of diarrhoea, shigellosis, and cholerain North Jakarta. Indonesia: findings from 24 months surveillance.BMC Infectious Diseases.
Irianto, J., Soesanto. S., Supraptini, Inswiasri, Irianti, S., dan Anwar, A. (1996).Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita(Analisis Lanjut Data SDKI 1994). Buletin Penelitian Kesehatan. Vol 24(2 dan 3) 1996 : 77-96.
Khomsan. (2004). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Balita.Buletin Penelitian Kesehatan. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id padatanggal 20 April 2012.
Kusumaningrum, Hepriyani, dan Nurhalinah (2011). Pengaruh PHBS TatananRumah Tangga terhadap Diare Balita di Palembang. TidakDipublikasikan Universitas Sriwijaya.
Lanata. (1991). Faktor Risiko yang Mempengaruhi Penyakit Diare pada Balita.Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.
Lembaga Demografi FE UI.2000. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta : LembagaPenerbit FE UI.http://www.bbkbn.go.id
Lemeshow, S., dkk. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. GadjahMada University Press, Yogyakarta.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Magdarina D Agtini, Rooswanti Soeharno, Murad Lesmana, dkk. (2005). Theburden of diarrhoea, shigellosis, and cholera in North Jakarta.Indonesia: findings from 24 months surveillance. BMC InfectiousDiseases.
Mantra, I. B. (2000). Demografi Umum. Jakarta : Pustaka Pelajar.
Matondang. (2008). Aspek Imunologi air Susu Ibu. Buku ajar Imunologi Anak.Jakarta: IDI
Mc. Murray, A. (2003). Community Health and Wellness: a Sociologicalapproach. Toronto: Mosby.
Muhajirin. (2007). Hubungan antara Praktek Personal hygiene Ibu Balita danSanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di KelurahanMaos Kabupaten Cilacap. Universitas Diponegoro Semarang. Diaksesdari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 20 April 2012.
Muhidin, S. A., dan Abdurahman, M. (2007). Analisis Korelasi, Regresi, danJalur
dalam Penelitian. Bandung : Pustaka Setia.
Muhimin. (1996). Manusia, Kesehatan dan Lingkungan. Bandung.
Murti, B. (2006). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif danKualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta.
_____. (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi Kedua, JilidPertama, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Nababan. (2009). Perilaku Higinitas Ibu Balita dalam Penanggulangan ResikoDiare Pada Keluarga di Bantaran Sungai Deli Kota Medan. UniversitasSumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id pada tanggal 10Januari 2012.
Nies, M.A., & McEwen, M. (2007). Community/ Public Health Nursing:Promoting the Health of Populations. St. Louis, Missouri: SaundersElsevier.
Nilto. (2008). Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kesakitan Diare pada Balita.Buletin Penelitian Kesehatan.
Notoatmodjo, S . (1996). Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi).Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

_____ . (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu PerlakuKesehatan. Andi Offset, Yogyakarta.
_____ . (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.
_____ . (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.
Nurrahima Artika. (2012). Hubungan Struktur Kekuatan Dan PengambilanKeputusan Dengan Penerapan KADARZI Di Kelurahan Cisalak PasarKota Depok. Jakarta: Universitas Indonesia.
Pitono. (2006). Penatalaksanaan Diare di Rumah Pada Balita. Jurnal Kedokteran
Polit, D.F., & Hungler, B.P . (1990). Nursing Research: Principles andMethods Fourth Edition. Philadelphia: Lippincott.
_____ . (2001). Essential of Nursing Research: Methods, Appraisal, andUtilization. Philadelphia: Lippincott.
Profil Puskesmas Cimanggis. (2010).
Profil Kesehatan Indonesia. (2012).
Proverawati, Atikah., & Eni Rahmawati. (2012). Perilaku Hidup Bersih danSehat (PHBS). Nuha Medika. Yogyakarta.
Pusat Promosi Kesehatan . (2008). Pedoman Pelatihan Pembinaan PerilakuHidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Departemen Kesehatan RI.
_____ . (2009). Panduan Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat diRumah Tangga. Departemen Kesehatan RI.
_____. (2011). Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.Kementerian Kesehatan RI.
Potter & Perry. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Proccess, andPractice. St. Louis: Mosby Year Book Inc.
Rejeki Herni. (2012). Kelompok Pendukung: Strategi Pengendalian TB BerbasisPemberdayaan Masyarakat Di Keluarahan Pasir Gunung SelatanKecamatan Cimanggis Kota Depok. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ronardy. (1995). Kartu Menuju Sehat. Jakarta: EGC
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Sabri, L., & Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta: PTRaja Grafindo Persada.
Sander, M. A. (2005). Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare diDesa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika . Vol 2.No.2. Juli-Desember 2005 : 163-193.
Sanropie. (1998). Diare Akut pada Anak. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Soemirat. (1996). Kesehatan Lingkungan. Cetakan lima. Yogyakarta : UniversitasGajah Mada
Shinthamurniwaty. (2006). Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare Akut PadaBalita di Kabupaten Semarang. Universitas Diponegoro Semarang.Diakses dari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 10 Januari 2012.
Soebagyo. (2008). Hubungan antara PHBS dengan Kejadian Diare yang Berobatke Puskesmas Purwokerto Barat. Diakses dari http://eprints.undip.ac.idpada tanggal 10 Januari 2012.
Soetjiningsih. (2006). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Suhadi. (2012). Kelompok Peduli Lansia Hipertensi Sebagai Bentuk IntervensiKeperawatan Komunitas Pada Aggregate Lansia Di Kelurahan TuguKecamatan Cimanggis Kota Depok. Jakarta:Universitas
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Penerbit Alfabeta.
Supartini. (2004). Hubungan anatara Praktek Ibu dengan Penyiapan Makanan danMinuman bagi Balita dengan Kejadian Diare Balita. Yogyakarta:UGM
Suratini. (2012). Kelompok Pendukung sebagai Bentuk Intervensi DalamPencegahan Kekambuhan Gastritis Pada Aggregate Lanjut Usia DiWilayah Kelurahan Tugu Cimanggis Kota Depok. Jakarta:UniversitasIndonesia.
Sutomo. (1995). Mau Sehat Cuci Tangan pakai sabun. Bandung: Pionir Jaya
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community health nursing : Promotinghealth of agregates, families and individuals. (5 th ed). St.Louis: Mosby,inc.
Triatmodjo. (2008). Pengaruh Air Bersih kaitannya dengan Kejadian DiareBalita. Yogyakarta:UGM
Tumbeleka. (2008). ASI dan Pengendalian Infeksi. Jakarta:IDI
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

UNICEF . (2002). Pedoman Hidup Sehat. Diadaptasi dari Facts for Life. (ThirdEdition).
_____ . (2005). Rekomendasi tentang Pemberian Makan Balita Diare. Diaksespada tanggal 5 Mei 2012.
WHO . (2009). Prevalensi Diare Balita . WHO. Diakses dari http://www.who.intpada tanggal 4 Januari 2012.
_____ . (2011). Diarrhoeal disease . WHO. Diakses dari http://www.who.intpada tanggal 4 Januari 2012.
Wibowo, T., Soenarto, S., dan Pramono, D. (2004). Faktor-Faktor RisikoKejadian Diare Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman. Jurnal BeritaKedokteran Masyarakat. Vol. 20. No.1. maret 2004 : 41-48.
Widita Putri. (2012). Hubungan Praktik Pemberian Makan Dalam KeluargaDengan Kejadian Sulit Makan Pada Populasi Balita Di Kelurahan KutoBatu Kota Palembang. Jakarta: Universitas Indonesia.
Widjaja. (2002). Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta : KawanPustaka.
Widyastuti, P., (ed). (2005). Epidemiologi Suatu Pengantar. edisi 2. Jakarta :EGC.
Wijayanti. (2009). Usia Tepat Mendapatkan Makanan Tambahan. Jakarta: kawanPustaka
Wulandari. (2009). Hubungan antara Faktor Lingkungan & FaktorSosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa BlimbingKabupaten Sragen. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yulianti. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada AnakBalita (Studi pada Masyarakat Etnis Dayak Kelurahan Kasongan BaruKecamatan Kentingan Hilir Kabupaten Kentingan Kalimantan Tengah).(Skripsi) Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro.
Yulisa. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Diare pada Anak Balita.Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Diponegoro. Diakses darihttp://eprints.undip.ac.id pada tanggal 10 Januari 2012.
Zubir, Juffrie, M., dan Wibowo, T. (2006). Faktor-Faktor Risiko Kejadian DiareAkut pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul. SainsKesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319-332.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Lampiran 1
KRITERIA PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATANNoDX
Masalah NO KRITERIA BERATNYA
MASALAH(1-10)
KRITERIARANKING
(1-10)
RASIONAL PRIORITASMASALAH
( BM X Rank)
1 Belum optimalnyaperan kader dalampelaksanaan programP2D berhubungandengan keterbatasansumber daya dantenaga
1 Perhatian komunitas terhadapmasalah
8 7 Pelayanan kesehatan, jenis-jenis masalahkesehatan
56
2 MotIvasi komunitas untukmenyelesaikan masalah
8 8 Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karenalebih kompleks
64
3 Kemampuan perawat untukmempengaruhi penyelesaianmasalah
8 8 Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dandukungan
64
4 Kesiapan untuk menyelesaikanmasalah
8 8 Tenaga kader menyadari kesiapan sebagaipembaharu
64
5 Hasil penyelesaian masalah sulitdicapai
7 7 Masalah dapat dikontrol dengan baik 49
6 Kecepatan pencapaianpenyelesaian masalah
7 7 Waktu untuk mobilisasi penduduk mendapatkandukungan dan kegiatan soaial lainnya
49
JUMLAH 3462 Belum adanya
kerjasama lintasprogram dan lintassektoral dalampengontrolan danpengembanganPosyanduberhubungan denganalur komunikasi dankoordinasi yang jelasuntuk pembinaanpelayanan balitadengan diare.
1 Perhatian komunitas terhadapmasalah
7 7 Pelayanan kesehatan, guru, jenis-jenis masalahkesehatan
49
2 Motivasi komunitas untukmenyelesaikan masalah
7 7 Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karenalebih komplek
49
3 Kemampuan perawat untukmempengaruhi penyelesaianmasalah
8 8 Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dandukungan
64
4 Kesiapan untuk menyelesaikanmasalah
8 8 Tenaga kader menyadari kesiapan sebagaipembaharu
64
5 Hasil penyelesaian masalah sulitdicapai
7 7 Masalah dapat dikontrol dengan baik 49
6 Kecepatan pencapaianpenyelesaian masalah
7 7 Waktu untuk mobilisasi penduduk mendapatkandukungan dan kegiatan soaial lainnya
49
JUMLAH 324
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NoDX
Masalah NO KRITERIA BERATNYA
MASALAH(1-10)
KRITERIARANKING
(1-10)
RASIONAL PRIORITASMASALAH
( BM X Rank)
3 Belum optimalnyasupervisi pelaksanaanprogram pembinaankesehatan balitadengan diareberhubungan denganbelum ada pedomansupervisi dan formatsupervisi yang jelas.
1 Perhatian komunitas terhadapmasalah
7 7 Pelayanan kesehatan, jenis-jenis masalahkesehatan
49
2 Motivasi komunitas untukmenyelesaikan masalah
8 7 Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karenalebih komplek
56
3 Kemampuan perawat untukmempengaruhi penyelesaianmasalah
8 7 Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dandukungan
56
4 Kesiapan untuk menyelesaikanmasalah
8 7 Tenaga kader menyadari kesiapan sebagaipembaharu
56
5 Hasil penyelesaian masalah sulitdicapai
6 6 Masalah dapat dikontrol dengan baik 36
6 Kecepatan pencapaianpenyelesaian masalah
6 6 Waktu untuk mobilisasi penduduk mendapatkandukungan dan kegiatan soaial lainnya
36
JUMLAH 2894 Belum optimalnya
perencanaan tahunanprogram preventif danpromotif pencegahandan penanggulangandiare pada balitaberhubungan dengantidak adanyaperencanaan spesifikjangka pendek danjangka panjang untukprogram pencegahandan penanggulangandiare pada balita.
1 Perhatian komunitas terhadapmasalah
7 7 Pelayanan kesehatan, jenis-jenis masalahkesehatan
49
2 Motivasi komunitas untukmenyelesaikan masalah
7 7 Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karenalebih komplek
49
3 Kemampuan perawat untukmempengaruhi penyelesaianmasalah
7 7 Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dandukungan
49
4 Kesiapan untuk menyelesaikanmasalah
7 7 Tenaga kader menyadari kesiapan sebagaipembaharu
49
5 Hasil penyelesaian masalah sulitdicapai
6 6 Masalah dapat dikontrol dengan baik 36
6 Kecepatan pencapaianpenyelesaian masalah
6 6 Waktu untuk mobilisasi penduduk mendapatkandukungan dan kegiatan soaial lainnya
36
JUMLAH 268
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Lampiran 2SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PEMBOBOTAN JMLA B C D E F G H I J K
1 Belum terlaksananya tatalaksanadiare pada agregat balita diKelurahan Cisalak Pasar.
4 4 4 3 3 4 3 3 2 3 3 36
2 Resiko peningkatan kejadiandiare pada balita di KelurahanCisalak Pasar KecamatanCimanggis Kota Depok.
4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 33
3 Resiko penyebaran diare padabalita di Kelurahan CisalakPasar Kecamatan CimanggisKota Depok.
3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 31
4 Pemeliharaan kesehatan tidakefektif pada balita dengan diaredi Kelurahan Cisalak PasarKecamatan Cimanggis Depok.
4 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 30
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Keterangan Pembobotan:1. Sangat Rendah2. Rendah3. Cukup4. Tinggi5. Sangat Tinggi
A. Risiko terjadi F. Sesuai program pemerintah K. Sumber dayaB. Risiko parah G. TempatC. Potensial penkes H. WaktuD. Minat masyarakat I. DanaE. Kemungkinan diatasi J. Fasilitas kesehatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS BERDASARKAN SKORING
1. Resiko peningkatan kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada balita dengan diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok.3. Resiko penyebaran diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.4. Belum terlaksananya tatalaksana diare pada agregat balita di Kelurahan Cisalak Pasar.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Balita dengan Diaredi Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok 2012
No DiagnosaKeperawatan
Komunitas
Tujuan Rencana Kegiatan EvaluasiStrategi Kegiatan Kriteria Standar Evaluator
1. Belum terlaksananyatatalaksana diarepada agregat balita diKelurahan CisalakPasar.
Tujuan Umum:Programtatalaksana diarebalita di KelurahanCisalak Pasarberjalan optimalsetelah dilakukanpembinaan selama8 bulan.
Tujuan Khusus:
1. Tersedianyapelayanankesehatan untuktatalaksanabalita diaredalam KegiatanPosyandu dandifasilitasi olehkaderkesehatan.
2. Tersedianyasarana danprasarana sertadana untukmenunjangkegiatan
PendidikanKesehatan
Pelatihan kader Posyandudalam pelaksanaan lima mejadan melakukan penyuluhankesehatan pada balita dalamkegiatan pencegahan diare.
Afektif
Kognitif
Afektif
Psikomotor
- Teridentifikasi pesertapelatihan kaderPosyandu yang akanmengikuti pelatihanperwakilan tiap RW.
- Peningkatan pengetahuantentang pencegahan diarepada balita khususnyakader kesehatan.
- Peningkatan atauperbaikan sikap kaderdalam pencegahan diare
- Mampu memberikan
Mahasiswa
Kader
Puskesmas
Supervisor
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

kesehatan balitadiare
Psikomotor
Psikomotor
Psikomotor
pendidikan kesehatanpada balita dengan diare.
- Mampu merubahperilaku yangmenerapkan hidup bersihdan sehat untukmencegah diare balita.
- Melakukan perawatandan pencegahan diare dirumah.
- Mampu melakukanrujukan untuk balita yangsudah terjadi dehidrasi.
2 Resiko peningkatankejadian diare padabalita di KelurahanCisalak PasarKecamatanCimanggis KotaDepok.
Tujuan UmumAngka kejadiandiare balitamenurun setelahdilakukanpembinaan selama8 bulan.
Tujuan Khusus:
1. MeningkatkanpemahamankeluargatentangpenerapanSAKA diare.
2. Meningkatkan
PendidikanKesehatan 1. Penyuluhan tentang
penerapan SAKA diare padabalita di tingkat RW dalambentuk kegiatan GEISAD“Gerakan Ibu Sayang AnakDiare”.
2. Penyebarluasaan leaflet,
Kognitif
Afektif
- Terjadi peningkatanpengetahuan peserta ibubalita yang mengikutipenyuluhan.
- Peningkatan atauperbaikan sikap ibu
Mahasiswa
Kader
Supervisor
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

pengetahuankeluargatentangpenerapanSAKA diare.
3. MeningkatkanketerampilankeluargatentangpenerapanSAKA diare.
poster penerapan SAKAdiare pada balita di RW 1dan RW 3
Psikomotor
balita terhadappencegahan diare padabalita dengan penerapanSAKA diare.
- Mampu melakukanpenerapan SAKA diare
- Tersebarnya leaflet danposter tentang penerapanSAKA diare.
3 Resiko penyebarandiare pada balita diKelurahan CisalakPasar KecamatanCimanggis KotaDepok
Tujuan UmumSetelah dilakukantindakankeperawatanselama 8 bulantidak terjadipenyebaranpenyakit diare padabalita di wilayahCisalak Pasar.
Tujuan KhususKader dapatberperan aktifdalam menanganimasalah diare padabalita denganadanya KelompokPendukung SAKA(KPS).
Proses Kelompok 1. Rekruitmen peserta KPS(Kelompok PendukungSAKA).
2. Pelatihan KPS (KelompokPendukung SAKA).
Afektif
Kognitif
- Teridentifikasi pesertaKPS balita yaitu kaderposyandu.
- Peningkatan pengetahuanpeserta KPS tentangpenerapan SAKA diare
Supervisor
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Afektif
Psikomotor
Psikomotor
Psikomotor
Afektif
pada balita.
- Peningkatan atauperbaikan sikap terhadapbalita diare.
- Mampu memberikanpendidikan kesehatanpada ibu balita.
- Mampu merubahperilaku yangmenyebabkan balitadiare.
- Mampu mengaksessumber informasi yangtepat dan pelayanankesehatan untukpenerapan SAKA diare.
- Mampu menjadimotivator bagi ibu balitadalam penerapan SAKAdiare pada balita.
4 Pemeliharaankesehatan tidakefektif pada balitadengan diare diKelurahan CisalakPasar Kecamatan
Tujuan UmumSetelah dilakukantindakan peawatanselama 8 bulanpemeliharaankeseahatan pada
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Cimanggis Depok balita di wilayahCisalak Pasar dapatefektif kembali.
Tujuan Khusus1.Meningkatkan
pengetahuan ibutentang diarebalita.
2.MeningkatkandukunganPuskesmasterhadap programSAKA diare.
3. Meningkatnyakemampuankader dalampemantauanterhadap balitayang terkenadiare.
PendidikanKesehatan
Partnership
Pemberdayaan
Proses kelompok
1. Melakukan pendidikankesehatan kepada balitayang terkena diare.
2. Penerapan SAKA diare.
3. Melakukan skrening balitayang terkena diare melaluikegiatan Posyandu
4. Pembinaan ibu yangbalitanya diare
5. Pendampingan kader dalampenerapan SAKA diare padabalita diare.
Afektif
Psikomotor
Psikomotor
Afektif
Psikomotor
Meningkatnya pengetahuanibu tentang SAKA diare.
Meningkatnya kemampuanibu dalam pelaksanaanSAKA diare.
Teridentifikasi faktor risikobalita yang terkena diare.
Terbinanya masalah diarepada balita yang melibatkanperan serta keluarga dalammelakukan penerapanSAKA diare.
Terpantaunya masalahdiare pada balita.
Supervisor
Kader
Mahasiswa
Puskesmas
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Rencana Kerja (Plan Of Action/POA) Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Balita dengan Diaredi Kelurahan Cisalak Pasar Kecamtan Cimanggis Kota Depok 2012
No Rencana Kegiatan Tujuan Kegiatan SumberdayaPenanggungjawab Waktu
PelaksanaanAlokasiDana
TempatPelaksanaan
1 Pembentukan kelompokpendukung balita dengandiare (KPS).
- Terbentuknya bukupanduan kelompokpendukung (KPS) balitadengan diare termasukpencatatn dan pelaporanprogram.
- Terlaksananya programkelompok pendukung bagiibu balita dengan diare(KPS).
ResidenKetua RWPuskesmasKetua PosyanduKader
Minggu 1 bulanNovember 2012
Swadanamasyarakatdonatur
Rumah KetuaPosyandu RT 05RW 03
2 Pelaksanaan kegiatankelompok pendukung (KPS)balita dengan diare.
- Terbentuknya danterbinanya anggotakelompok pendukungbalita dengan diareminimal selama 6 kalipertemuan di RW.
- Anggota kelompokpendukung dapatmelakukan pendidikankesehatan dan penerapanSAKA diare.
- Terjadi perubahanpengetahuan, sikap, danketrampilan anggotakelompok pendukungdalam mengatasi masalahbalita dengan diare denganpenerapan SAKA diare.
ResidenKetua RWPuskesmasKetua PosyanduKader
Minggu 2 bulanNovember 2012
Swadanamasyarakatdonatur
Rumah KetuaPosyandu RT 05RW 03
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

3 Terlaksananya pemantauandan pencatatan oleh anggotakelompok pendukung (KPS)terhadap balita yangmengalami diare.
- Tersosialisasinya programkelompok pendukung dimasyarakat yang dilakukansupervisi oleh Puskesmas.
- Proses penyelesaianmasalah terhadap balitayang mengalami diare olehmasyarakat yang dilakukanpendampingan oleh ketuaPosyandu.
ResidenKetua RWPuskesmasKetua PosyanduKader
Minggu 1 s/d 4bulan Desember2012
Swadanamasyarakatdonatur
Rumah KetuaPosyandu RT 05RW 03
4 Presentasi referatmodel/bentuk intervensikeperawatan komunitas.
- Tergambarnyamodel/bentuk intervensikeperawatan komunitasyang mendukungpelaksanaan inovasi SAFEpada balita dengan diare.
ResidenKetua RWPuskesmasKetua PosyanduKader
Minggu 1 bulanDesember 2012
Residen Posko Residen
5 Supervisi kegiatan kelompokpendukung (KPS).
- Terevaluasinya kegiatankelompok pendukungmelalui kegiatan supervisiterencana oleh KetuaPosyandu, Puskesmas danKetua RW Siaga.
- Teridentifikasinyapendukung danpenghambat kegiatankelompok pendukung(KPS) di RW 03.
- Terselesaikannyapermasalahan yang ada diwilayah RW 03 terutamabalita dengan diare.
ResidenKetua RWPuskesmasKetua PosyanduKader
Minggu IV tiapbulannya
Swadanamasyarakatdonatur
RW 03
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

6 Lokakarya KesehatanKelurahan Cisalak Pasar
- Terevaluasinya kegiatankelompok pendukung.
- Terselesaikannyapermasalahan balita dengandiare dan pelaksanaankegiatan kelompokpendukung ibu balita.
- Terdokumentasikan danterlaporkan kegiatankelompok pendukung.
ResidenKetua RWPuskesmasKetua PosyanduKader
Minggu IV tiapbulannya.
Swadanamasyarakatdonatur
Balai KelurahanCisalak Pasar.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Rencana Kerja (Plan Of Action/POA) Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Balita dengan Diaredi Kelurahan Cisalak Pasar Kecamtan Cimanggis Kota Depok 2012
No Rencana Kegiatan Tujuan Kegiatan SumberdayaPenanggungjawab Waktu
PelaksanaanAlokasiDana
TempatPelaksanaan
1 Identifikasi keluarga denganbalita yang mengalami diareatau riwayat pernah diare 3bulan terakhir.
- Teridentifikasi limakeluarga binaan denganbalita yang mengalamidiare di wilayah CisalakPasar.
ResidenKader
Minggu 2 bulanOktober 2012
Residen RW 01 dan RW03
2 Pengkajian keluarga binaanbalita yang mempunyairiwayat diare 3 bulanterakhir.
- Terkajinya lima keluargabinaan dengan balita yangmengalami diare denganpendekatan model FamilyCenter Nursing.
Residen Minggu 1-3 bulanNovember 2012
Residen RW 01 dan RW03
3 Perumusan permasalahankeluarga binaan denganbalita yang mempunyairiwayat penyakit diare.
- Terumuskannya diagnosakeperawatan keluargadengan balita yangmengalami diare pada limakeluarga binaan denganpendekatan NANDA.
ResidenKader
Minggu 4 bulanNovember 2012
Residen RW 01 dan RW03
4 Penyusunan perencanaanasuhan keperawatan keluargadengan balita yangmempunyai riwayat diare.
- Tersusunnya perencanaanasuhan keperawatankeluarga dengan balitayang mempunyai riwayatdiare.
ResidenKader
Minggu 4 bulanNovember 2012
Residen RW 01 dan RW03
5 Implementasi asuhankeperawatan keluarga dengan
- Terimplementasi tindakankeperawatan spesialistik
ResidenKader
Minggu IV-XI Residen RW 01 dan RW03
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

balita diare keluarga dengan balitayang mempunyai riwayatdiare:1. Pendidikan Kesehatan2. Coaching3. Conseling4. Penerapan SAKA diare
6 Evaluasi asuhan keperawatankeluarga dengan balita yangmempunyai riwayat diare.
Terevaluasinya asuhankeperawatan keluarga denganbalita yang mempunyairiwayat diare melalui tingkatkemandirian keluarga 1 s/d IV
ResidenKader
Minggu XII Residen RW 01 dan RW03
7 Penyusunan laporan akhirasuhan keperawatan keluarga
Terlaporkannya lima asuhankeperawtan keluarga binaandengan balita yang mempunyairiwayat diare.
Residen Minggu XIII Residen
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Balita dengan Diaredi Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok 2013
SEMESTER II
No DiagnosaKeperawatan
Komunitas
Tujuan Rencana Kegiatan EvaluasiStrategi Kegiatan Waktu Kriteria Evaluasi Evaluator
1. Resiko peningkatankejadian diare padabalita di KelurahanCisalak PasarKecamatanCimanggis KotaDepok.
Tujuan Umum:Programtatalaksana diarebalita di KelurahanCisalak Pasarberjalan optimalsetelah dilakukanpembinaan selama8 bulan.
Tujuan Khusus:
3. Tersedianyapelayanankesehatan untuktatalaksanabalita diaredalam KegiatanPosyandu dandifasilitasi olehkaderkesehatan.
4. Tersedianyasarana danprasarana sertadana untukmenunjang
PemberdayaanMasyarakatPendidikanKesehatan
Supervisi pelaksanaankegiatan penerapan SAKAdiare yang dilakukan olehkader dan petugas KPS di RW01, 03 dan 04
SetiapkegiatanPosyandu dimasing-masing RW
- Teridentifikasi kaderPosyandu yang akanmelakukan kegiatanpenerapan SAKA diaredi RW 01, 03 dan 04.
- Peningkatan pengetahuantentang penerapanSAKA diare pada balitakhususnya kaderkesehatan.
- Peningkatan atauperbaikan sikap kaderdalam melakukanpenerapan SAKA diare.
Mahasiswa
Kader
Puskesmas
Supervisor
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

kegiatankesehatan balitadiare
- Mampu memberikanpendidikan kesehatanpada balita dengan diare.
- Mampu merubahperilaku yangmenerapkan hidup bersihdan sehat untukmencegah diare balita.
- Melakukan perawatandan pencegahan diare dirumah.
- Mampu melakukanrujukan untuk balita yangsudah terjadi dehidrasi.
2 Pemeliharaankesehatan tidakefektif pada balitadengan diare diKelurahan CisalakPasar KecamatanCimanggis Depok
Tujuan UmumAngka kejadiandiare balitamenurun setelahdilakukanpembinaan selama8 bulan.
Tujuan Khusus:
4. MeningkatkanpemahamankeluargatentangpenerapanSAKA diare.
PendidikanKesehatan
3. Penyuluhan tentangpenerapan SAKA diare padabalita di Paud “ABATASA”dalam bentuk kegiatanGEISAD “Gerakan IbuSayang Anak Diare”.
4. Penyebarluasaan leaflet,poster penerapan SAKA
Minggu 1Maret
- Terjadi peningkatanpengetahuan peserta ibubalita yang mengikutipenyuluhan.
- Peningkatan atauperbaikan sikap ibubalita terhadap
Mahasiswa
Kader
Supervisor
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

5. MeningkatkanpengetahuankeluargatentangpenerapanSAKA diare.
6. MeningkatkanketerampilankeluargatentangpenerapanSAKA diare.
diare pada balita di Pauddan TK di RW 01, 03 dan04
pencegahan diare padabalita dengan penerapanSAKA diare.
- Mampu melakukanpenerapan SAKA diare
- Tersebarnya leaflet danposter tentang penerapanSAKA diare.
3 Resiko penyebarandiare pada balita diKelurahan CisalakPasar KecamatanCimanggis KotaDepok
Tujuan UmumSetelah dilakukantindakankeperawatanselama 8 bulantidak terjadipenyebaranpenyakit diare padabalita di wilayahCisalak Pasar.
Tujuan KhususKader dapatberperan aktifdalam menanganimasalah diare padabalita denganadanya KelompokPendukung SAKA(KPS).
Proses Kelompok 3. Monitoring evaluasikegiatan KPS
Minggu IVMaret
- Teridentifikasi pesertaKPS yang akandilakukan evaluasiterhadap kegiatan KPSyang sudah dilakukan
- Peningkatan pengetahuanpeserta KPS tentangproses evaluasi tentangpelaksanaan SAKA
Supervisor
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

diare.
- Peningkatan atauperbaikan sikap terhadapproses umpan balikterhadap evaluasi yangdilakukan.
- Mampu memberikanpendidikan kesehatanpada ibu balita.
- Mampu merubahperilaku yangmenyebabkan balitadiare.
- Mampu mengaksessumber informasi yangtepat dan pelayanankesehatan untukpenerapan SAKA diare.
- Mampu menjadimotivator bagi ibu balitadalam penerapan SAKAdiare pada balita.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

4 Penatalaksanaandiare tidak efektifpada aggregate balitadi Kelurahan CisalakPasar
Tujuan UmumSetelah dilakukantindakan peawatanselama 8 bulanpemeliharaankeseahatan padabalita di wilayahCisalak Pasar dapatefektif kembali.
Tujuan Khusus1.Meningkatkan
pengetahuan ibutentang diarebalita.
2.MeningkatkandukunganPuskesmasterhadap programSAKA diare.
3. Meningkatnyakemampuankader dalampemantauanterhadap balitayang terkenadiare.
PendidikanKesehatan
Partnership
Pemberdayaan
Proses kelompok
6. Melakukan pendidikankesehatan kepada balitayang terkena diare di RW04.
7. Penerapan SAKA diare.
8. Melakukan skrening balitayang terkena diare melaluikegiatan Posyandu
9. Pembinaan ibu yangbalitanya diare
10. Pendampinganpengurus KPS dalampenerapan SAKA diare padabalita diare.
Minggu 1April
Meningkatnya pengetahuanibu tentang SAKA diare.
Meningkatnya kemampuanibu dalam pelaksanaanSAKA diare.
Teridentifikasi faktor risikobalita yang terkena diare.
Terbinanya masalah diarepada balita yang melibatkanperan serta keluarga dalammelakukan penerapanSAKA diare.
Terpantaunya masalahdiare pada balita.
Supervisor
Kader
Mahasiswa
Puskesmas
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Rencana Asuhan Keperawatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Komunitas Pada Balita dengan Diaredi Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok 2012
Semester II
No Diagnosa Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi Evaluasi Standar Evaluator1. Belum optimalnya
peran kader dalampelaksanaan programP2D berhubungandengan keterbatasansumber daya dantenaga
Setelahdilakukanrencana programP2D selama 3bulan di wilayahCisalak Pasardiharapkandibuatnyaperencanaankegiatan.
a. RevitalisasipelaksanaanPosyandu 5meja untukpelayanan P2D.
b. Terbentuknyastrukturorganisasikelompokpendukung.
c. Dibuatnyarencanaprogramkegiatankelompokpendukungpertahun
1. Pelaksanaan penerapan SAKAdiare di Posyandu RW 01, 03 dan04.
2. Proses pengurusan SK untukkegiatan KPS yang diakui ditingkat Puskesmas danKelurahan.
3. Pembuatan rencana programkegiatan KPS secara kontinuuntuk 1 tahun kedepan
1. Terlaksananya penerapanSAKA yang dilakukankader di Posyandu RW01, 03 dan 04.
2. Diterbitkan SK kegiatanKPS di KelurahanCisalak Pasar.
3. Tersusun rencanaprogram 1 tahun kedepanuntuk kegiatan KPS
PuskesmasKelurahanSupervisorMahasiswa
2. Belum adanyakerjasama lintasprogram dan lintassektoral dalampengontrolan danpengembanganPosyandu
Setelahdilakukanrencana programP2D selama 3bulandiharapkanadanya
a. Berjalannyametode inovatifpenerapanSAKA diare.
b. Tersosialisa-sinya program
1. Simulasi cara melakukanpencatatan dan pelaporankegiatan penerapan SAKA olehkader di keluarga.
1. Terlaksananya simulasiuntuk pelaksanaanpencatatan dan pelaporankegiatan penerapanSAKA diare.
PuskesmasKelurahanSupervisorMahasiswa
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

berhubungan denganalur komunikasi dankoordinasi yang jelasuntuk pembinaanpelayanan balitadengan diare.
pengarahan danbimbingansecara optimal.
P2D melaluipenerapanSAKA diare.
c. Dibuatnyaformatpeloporankegiatan SAKAdiare.
d. Berjalannyasistempengawasankegiatan.
e. Dibuatnya hasillaporankegiatan.
2. Supervisi kegiatan penerapanSAKA diare yang dilakukankader.
3. Pelaporan hasil kegiatan keKelurahan, Puskesmas, danDinkes.
2. Terlaksananya supervisiyang dilakukan olehpetugas Puskesmas danKelurahan sebagai prosesevaluasi terhadapkegiatan KPS.
3. Desiminasi kegiatan KPSdan rencana tindak lanjut
3 Belum optimalnyasupervisi pelaksanaanprogram pembinaankesehatan balitadengan diareberhubungan denganbelum ada pedomansupervisi dan formatsupervisi yang jelas.
Setelahdilakukanrencana programP2D selama 3bulandiharapkanadanyakomunikasiyang bisaberjalan secaraefektif.
a.Dilakukanpraktekkomunikasiefektif antarpengurus KPS.
b.Dibuatkan alurjaringankomunikasiyang efektifantara pengurusKPS.
c.Pencatatan danpelaporan yangbaik tentang
1. Simulasi antara pengurus KPStentang pelaksanaan komunikasiefektif.
2. Terbentuk alur komunikasiantara pengurus KPS.
3. Adanya buku yntuk pencatatandan pelaporan kegiatan KPS
1. Terlaksananya simulasikomunikasi efektif yangdapat berjalan secaraoptimal denganpenambahan perilakupengurus KPS dalammelakukan komunikasiefektif.
2. Tersusun bagankomunikasi efektif antarapengurus KPS.
3. Tersedianya buku laporandan pencatatan yang
PuskesmasKelurahanSupervisorMahasiswa
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

kegiatan KPS. dilakukan berkaitandengan kegiatan KPS.
4 Belum optimalnyaperencanaan tahunanprogram preventifdan promotifpencegahan danpenanggulangandiare pada balitaberhubungan dengantidak adanyaperencanaan spesifikjangka pendek danjangka panjang untukprogram pencegahandan penanggulangandiare pada balita.
Setelahdilakukanintervensiselama 3 bulankoordinasi dapatberjalan secaraoptimal antarapengurus KPSdi tiap RW.
a.Monitoring danevaluasi yangdilakukan.
b.Proses umpanbalik tentangkegiatan KPS.
1. Supervisi yang dilakukan secarabergantian dari pihakPuskesmas atau Kelurahanterhadap kegiatan KPS.
2. Proses umpan balik secaratertulis yang akan mengevaluasikegiatan KPS.
3. Pemberiaan reward atas kinerjayang sudah dilakukan secaraoptimal oleh pengurus KPS.
1. Dilakukan supervisiterkait pelaksanaanprogram yang dilakukanPuskesmas pada kegiatanPosyandu tiap RW.
2. Adanya bukti secaratertulis evaluasi yangsegera akan ditindaklanjuti untuk perbaikanprogram pelaksanaanKPS.
3. Penggunaan sebagiananggaran di Posyanduuntuk kelancarankegiatan KPS.
PuskesmasKelurahanSupervisorMahasiswa
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Lampiran 4
SKORING
Diagnosa Keperawatan : Manajemen terapeutik diare tidak efektif pada keluarga Bpk E
khususnya An.K
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
Sifat Masalah :Aktual
KemungkinanMasalah dapatdiubah :
sebagian
Potensi masalahuntuk dicegah :cukup
Menonjolnyamasalah : masalahdirasakan tapi tidakurgen
3/3 x 1
½ x 2
2/3 x 1
½ x 1
1
1
2/3
½
Keluarga mengatakan masalah inisudah dirasakan oleh An.K walaupunsudah sembuh tetapi masih ada resikolain yang dapat mengakibatkan An.Kbisa terkena diare lagi
Rumah keluarga Bpk.E dekat denganfasilitas kesehatan, keluarga dari segiekonomi cukup menjangkau upayauntuk mengatasi masalahkesehatannya, keluarga lebihmementingkan kesehatan anaknya.
Masalah diare pada An.K sudahdiketahui oleh bapak E, namun tidahtahu cara pencegahan danperawatannya.
Keluarga merasakan masalah diarepada An.K sudah diatasi namunmenurut keluarga harus tahubagaimana pencegahannya supayatidak terulang lagi diare pada An.K
TOTAL SKOR = 2 1/6
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Resiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk.E
khususnya pada An.K
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
Sifat Masalah :aktual
KemungkinanMasalah dapatdiubah :
sebagian
Potensi masalahutuk dicegah :cukup
Menonjolnyamasalah : masalahdirasakan tapiurgen
3/3 x 1
1/2 x 2
2/3 x 1
2/2 x 1
1
1
2/3
1
Keluarga mengatakan masalah saat inisangat dirasakan oleh keluargakhususnya An.K yang sulit makan,ibu M takut anaknya jadi mudah sakit.
Tempat tinggal keluarga dekat denganfasilitas kesehatan, keluarga dari segiekonomi cukup menjangkau upayauntuk mengatasi masalah, dankeluarga lebih mementingkankesehatan anaknya tetapi untukmasalah masak Ibu M malas karenatidak sempat atau repot ngurusianakanya.
Masalah kurang nutrisi atau gizidialami oleh An.K sudah lama, lebihsuka jajan, jarang makan nasi tetapikalau dibujuk dan dipaksa makanAn.K masih mau makan
Masalah sangat dirasakan danmembuat keluarga khawatir sehinggaharus segera diatasi
TOTAL SKOR = 3 2/3
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Ketidakefektifan pola komunikasi pada keluarga Bpk. E
Kriteria Bobot Pembenaran
Sifat Masalah
Resiko
2/3 x 1 = 1 Masalah yang dirasakan Ibu.M apabilatidak segera diatasi akan mempengaruhimasalah kesehatan pada An.K karenakurang perhatian.
Kemungkinan untuk diubah
Sebagian
1/2 x 2 = 1 Keluarga mempunyai kemauan untukmenyelesaikan masalah dengan adikiparnya. Tetapi hambatan yang dirasakansaat ini Bpk.E masih berpikir untuk bisadiajak konsultasi dengan perawat.
Potensial dicegah
Cukup
2/3 x 1 = 2/3 Masalah keluarga yang dialami masihringan dan ada usaha yang telah dilakukanIbu.M dalam berkomunikasi dengan adikipar sudah baik.
Menonjolnya masalah
Masalah dirasakan tapi tidakurgen
1/2 x 1 = 1/2 Keluarga merasakan masalah tetapi tidakharus segera ditangani, dan meminta padamahasiswa untuk membantu dalamperawatan masalah yang dialami.
TOTAL SKORE = 2 1/2
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Resiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk.E
khususnya pada An.K.
2. Manajemen terapeutik diare tidak efektif pada keluarga Bpk E khususnya An.K
3. Ketidakefektifan pola komunikasi pada keluarga Bpk. E
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

RENCANA ASUHAN KEPERAWATANPADA KELUARGA BAPAK E
NO DIAGNOSAKEPERAWATAN
TUPAN TUPEN KRITERIA STANDAR INTERVENSI
1 Resikopemenuhankebutuhan nutrisikurang darikebutuhan tubuhpada keluargaBpk.E khususnyapada An.K.
Terpenuhikebutuhannutrisi padakeluargabapak Ekhususnyaanak K
Setelah 2 x 45 mntpertemuan keluargadapat :
1. Mengenal masalahkurang gizi :a. Menyebutkan
arti kurang gizi
Respon VerbalMenyebutkan
Arti kurang gizi : kekuranganzat-zat atau bahan-bahan yangdibutuhkan tubuh sehinggaterjadi perubahan dalam tubuhmisalnya tubuh menjadi kurus
1. Jelaskan pada keluarga artikurang gizi, yaitu kurangzat-zat atau bahan-bahanyang di butuhkan olehtubuh sehingga terjadiperubahan dalam tubuhmisal: tubuh jadi kurus,lemah dan pucat, contoh:pohon yang di tanam ditanah kurang subur makapohon itu akan kerdil dandaunya sedikit.
2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti olehkeluarga.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

b. Menyebutkanpenyebab kuranggizi
c. Menyebutkantanda-tandakurang gizi
Respon Verbal
Menyebutkandanmenunjukkanjenis bahanmakanan yangditanyakan.
Respon Verbal
Menunjukkan
2 dari 4 penyebab kurang gizi
1. Jumlah makanan yangdimasukan kurang
2. Jenis bahan makanan tidakseimbang
3. Makan tidak tertur4. Penyakit
3 dari 6 tanda kurang gizi yaitu
1. Badan kurus
2. Rambut tipis mudah dicabut
3. Lemah/pucat
3. Tanyakan kembali artikurang gizi menurutpemahaman keluarga.
4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluargadalam bentuk pujian.
1. Jelaskan pada keluargapenyebab kurang gizidengan menggunakanlembar balik dan leaflet
2. Berikan kesempatankepada keluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti olehkeluarga
3. Tanyakan kembalipenyebab kurang gizimenurut pemahamankeluarga
4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga
1. Jelaskan pada keluargatanda-tanda kurang gizidengan menggunakanlembar balik dan leaflet
2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yang
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

d. Mengidentifikasistatus gizi anak
Respon Verbal
Menunjukaspek yangmasih kurangatau perludiperbaiki.
Respon Verbal
Komitmenverbal denganmengutarakan
4. Kulit kering dan kusam
5. Pusing
6. Kaki dan tangan bengkak
Ungkapan bahwa An.K kuranggizi
Akibat dari kurang gizi adalah :
1. Pertumbuhan danperkembangan anakterganggu
belum dimengerti olehkeluarga
3. Tanyakan kembali padakeluarga tentang tanda-tanda kurang gizi menurutpemahaman keluarga
4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga
1. Diskusikan dengankeluarga tentang anggotakeluarga yang mempunyaitanda-tanda kurang gizi
2. Fasilitasi keluarga untukmenyebutkan keluhan-keluhan yang ada pada an.K sesuai dengan tanda-tanda kurang gizi yangsudah dijelaskan
3. Beri kesempatan padakeluarga untukmengungkapkanpendapatnya
4. Beri reinforcement positifatas ungkapan keluarga
1. Jelaskan pada keluargatentang akibat dari kuranggizi pada anak denganmenggunakan lembar balik
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

2. Mengambilkeputusan untukmengatasi masalahkurang gizi padaanak
a. Menyebutkanakibat darikurang gizi padaanak
keinginan
Respon Verbal
Komitmenverbal denganmengutarakankeinginan
2. Mudah terkena penyakit3. Berkurangnya daya fikir
Keputusan keluarga untukmengurangi kurang gizi padaanak K melalui :
1. Memberi jenis makananyang seimbang pada anaksehat dan sakit
2. Memberikan makanansesuai dengan kebutuhananak
3. Makan yang teratur
dan leaflet2. Beri kesempatan pada
keluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti
3. Tanyakan kembali akibatkurang gizi pada anaksesuai dengan pamahamankeluarga
4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga.
1. Motivasi keluarga untukmemutuskan tentangmakanan apa yangdilakukan untuk mengatasimasalahnya,memberikananak makan sesuai dengankebutuhan.makan teratur,tatap memberikan makananpada anak sewaktu anaksehat mau sakit
2. Jika anak sukar makan,berikan dalam porsi sedikittapi sering
3. Beri kesempatan keluargauntuk mengungkapkanperasaannya
4. Beri reinforcement positifatas keputusan keluargauntuk mengatasi masalahpada anaknya
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

b. Memutuskanuntukmengatasimasalah kuranggizi
Responpsikomotor
Menunjukkancontoh bahanmakanan
Responpsikomotor
Menunjukkancontoh bahanmakanan
Keluarga dapat menyebutkankembali triguna zat gizi yaitu :
1. Zat tenaga untuk bekerja2. Zat pembangun untuk
pertumbuhan3. Zat pengatur untuk
melindungi dari penyakit
Bahan-bahan makanan yangmengandung tri gizi yaitu :
1. Zat tenaga seperti : nasi,roti, ubi, talas
2. Zat pembangun seperti :tempe, tahu, telur, daging
3. Zat pelindung seperti :sayuran dan buah-buahan
1. Jelaskan manfaat zat gizipada keluarga denganmenggunakan gambar danlembar balik
2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal ayngbelum dimengerti
3. Tanakan kembali manfaatzat gizi menurutpemahaman keluarga
4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga
1. Jelaskan contoh-contohbahan makanan yangmengandung trigizi padakeluarga denganmenggunakan gambarlembar balik
2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti
3. Tanyakan kembali contoh-contoh bahan-bahanmakanan yangmengandung tri gizimenurut pemahamankeluarga
4. Beri reinforcement positif
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

3. Melakukan tindakankeperawatan untukmengatasi kuranggizi :a. Menyebutkan tri
guna zat gizipada tubuh
b. Menyebutkanbahan-bahanmakanan yangmengandung trigizi
Respon Verbal
menyebutkan
Responpsikomotor
Mengelompok
kan bahanmakan
2 dari 4 cara memilih bahanmakanan :
1. harganya terjangkau
2. Nilai gizinya baik
3. Tidak busuk
4. Mudah didapat
Keluarga mendemonstrasikancara memilih bahan makananyang baik
atas jawaban keluarga
1. Jelaskan cara memilihbahan makanan yang benarpada keluarga denganmenggunakan lembarbalik, leaflet
2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti
3. Tanyakan kembali caramemilih bahan makananyang baik menurutpemahaman keluarga
4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga
1. Demonstrasikan caramemilih bahan makananyang baik
2. Beri kesempatan keluargauntuk mendemonstrasikancara memilih bahanmakanan
3. Beri reinforcement positifats usaha keluarga
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

c. Menyebutkancara memilihbahan makanan
d. Meredemonstrasikan caramemilih bahanmakanan
Respon Verbal
dan psikomotor
menyebutkansambilmemperagakan
Responpsikomotor:
Memilih bahanmakanan
Cara mengolah bahan makananyang benar yaitu :
1. Sayuran, buah dicuci dahulubaru dipotong-potong
2. Sayuran dimasak janganterlalu lama
3. Alat-alat masak bersih4. Cuci tangan sebelum masak
Keluarga mendemonstrasikancara memilih mengolahmakanan yang baik
1. Jelaskan cara mengolahbahan makanan yang benarpada keluarga denganmenggunakanlembar balik,leaflet
2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakanhal-hal yangbelum dimengerti
3. Tanyakan kembali caramengolah bahan makananyang benar menurutpemahaman keluarga
4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga
1. Demonstrasikan caramengolah bahan makanansesuai dengan bahanmakanan yang telah dibelioleh keluarga
2. Beri kesempatan keluargauntuk mendemonstrasikancara mengolah bahanmakanan
3. Beri reinforcement positifatas usaha keluarga
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

e. Menyebutkancara mengolahbahan makananyang benar
f. Meredemonstrasikan caramengolah bahanmakanan yangbaik
Respon Verbal
menyebutkan
Responpsikomotormemilih danmengelompokkan sesuaikebutuhankebutuhanbalita
Prinsip menyajikan makanan :
1. Bervariasi jenismakanannya
2. Kombinasi makanan hewanidan nabati
3. Perhatikan jadwal menu4. Jumlah makanan sesuai
dengan kebutuhan
Jumlah makanan yangdibutuhkan balita
nasi : 3 piring sedang
tempe : 3 potong sedang
ikan : 3 potong sedang
sayur : 3 mangkuk sedang
buah : 3 potong sedang
susu : 250 cc/1 gelas
1. Jelaskan prinsipmenyajikan makanan padakeluarga denganmenggunakan lembarbalik,leaflet
2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti
3. Tanyakan kembali prinsipmenyajikan makananmenurut pemahamankeluarga
4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga
1. Jelaskan jumlah makananyang dibutuhkan balitasehari-hari pada keluargadengan menggunakanlembar balik, leaflet
2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti
3. Tanyakan kembali jumlahmakanan yang dibutuhkananak sekolah sehari-harimenurut pemahaman
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

g. Menyebutkanprinsipmenyajikanmakanan
h. Menyebutkanmenu simbang
ResponPsikomotor
Memperagakan
Respon Verbal
menyebutkan
Keluarga dapat menyusunmenu seimbang sesuai dengankebutuhan balita sehari-hari
3 dari 5 prinsip mengatasi anaktidak mau makan :
1. Jangan paksa anak bila tidakmau makan
2. Jangan memberikan anakmakan yang manis-manissebelum makan
3. Sajikan makanan dalambentuk menarik
4. Makan bersama
keluarga4. Beri reinforcement positif
atas jawaban keluarga
1. Demonstrasikan caramenyusun menu seimbangsesuai dengan balita
2. Berikesempatan apdakeluarga untuk menyusunmenu seimbang sesuaidengan jumlah kebutuhanbalita
3. Beri reinforcement positifatas udaha keluarga untukmenyusun menu
1. Jelaskan prinsip-prinsipdalam mengatasi anaktidak mau makan padakeluarga denganmenggunakan lembarbalik, leaflet
2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti
3. Tanyakan kembali prinsip-prinsip dalam mengatasianak tidak mau makanmenurut pemahaman
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

i. Meredemonstrasikan caramenyusun menuseimbang
j. Menyebutkanprinsip-prinsipdalam mengatasianak tidak maumakan
k. Meredemonstrasikan caramengatasikesulitan anakmakan
Responpsikomotor
Memperagakancara memberimakan
Respon Verbal
menyebutkan
5. Berikan makan dalam porsikecil tapi sering
Keluarga dapatmendemonstrasikan caramemberi makan pada anakyang susah makan
2 dari 4 lingkungan yang dapatmeningkatkan selera makananak :
1. Makan bersama anggotakeluarga
2. Menggunakan alat makanyang menarik
keluarga4. Beri reinforcement positif
atas jawaban keluarga
1. Motivasi keluarga untukmengatasi anak yang sulitmakan dengan prinsip-prinsip yang telahdijelaskan
2. Memberikan kesempatankepada keluarga untukmendemonstrasikan caramemberi makan pada anakyang sulit makan
3. Beri reinforcement positifatas usaha keluargamengatasi anak yang sulitmakan
1. Jelaskan suasana yangdapat meningkatkan seleramakan anak denganmenggunakan lembar balikbergambar, dan leaflet
2. Beri kesempatan keluargauntuk menanyakan hal-halyang belum difahami
3. Tanyakan kembali padakeluarga suasana yangdapat meningkatkan selera
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

4. Memodifikasi lingkuntuk mengatasikurang gizi padaanak :
a. Menyebutkansuasana yangdapatmeningkatkanselera makananak
Respon Verbal
menyebutkan
Respon Verbalmenyebutkandan memilihfasilitaskesehatan yangsesuai
3. Makan sambil bercerita
4. Jenis makanan yangbervariasi dengan bentukdan warna yang menarik
Manfaat kunjungan ke fasilitaskesehatan :
1. Mendapatkan pelayanankesehatan
2. Mendapatkan penkes
2 dari 4 fasilitas kesehatanyang dapat dikunjungi untukmengatasi kurang gizi :
1. Posyandu
2. Puskesmas
makan anak sesuai denganpemahaman keluarga
4. Beri reinforcement positifatas usaha keluarga
1. Jelaskan pada keluargamanfaat kunjungan kefasilitas kesehatan denganmenggunakan lembar balik
2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti
3. Tanyakan kembali padakeluarga tentang manfaatkunjungan ke fasilitaskesehatan sesuai denganpemahaman keluarga
1. Diskusikan dengankeluarga fasilitaskesehatan yang dapatdigunakan untukmengatasi masalah kuranggizi pada anak
2. Minta keluarga untukmengidentifikasi fasilitaskesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

5. Menggunakanfasilitas kesehatanyang ada untukmengatasi kuranggizi pada anak
a. Menyebutkanmanfaatkunjungan kefasilitaskesehatan
b. Menyebutkanfasilitaskesehatan yang
3. RS
4. dr praktek
3. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
2 Manajementerapeutik diaretidak efektif padakeluarga bpk.Ekhususnya anakK
Setelahdilakukantindakankeperawatandalam waktu5 minggu,tidak terjadidiare padakeluarga
Setelah pertemuan 3 x45 menit, keluargamampu :1. Mengenal masalah
Diare dengan:a. Menjelaskan
pengertian diareVerbalmenyebutkan
Diare adalah frekuensi buangair besar cair lebih dari 3xsehari
Dengan menggunakan Leaflet1. Diskusikan dengan keluarga
tentang pengertian diare.2. Tanyakan kembali pada
dapat digunakanuntuk mengatasikurang gizi padaanak
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
Bpk. Eterutama an.K tidakterjadi.
b. Menyebutkanpenyebabdiare
c. Menyebutkantanda dan gejaladiare
d. Mengidentifikasianggota keluargadengan diare
Verbalmenyebutkan
Verbalmenyebutkan
Penyebab utama diare 3 dari 2Penyebab diare1. Virus2. Bakteri3. Alergi susu formula atau
makanan
Menyebutkan tanda dan gejaladiare :1. BAB cair2. Muntah3. Demam4. Mata cekung5. BB turun dan6. Nafsu makan turun
keluarga tentang pengertiandiare
3. Beri pujian atas jawabankeluarga yang tepat
1. Jelaskan kepada keluargapenyebab diare
2. Anjurkan keluarga untukmenyebutkan penyebab diare
3. Jelaskan kembali penyebabdiare jika di perlukan.
4. Beri pujian atas pencapaiankeluarga
1. Diskusikan tanda dan gejaladiare
2. Tanyakan kembali diaresesuai tanda dan gejala.
3. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga.
1. Anjurkan keluargamengidentifikasi tanda dangejala diare pada anggotakeluarga.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
2.Keluarga memutuskanuntuk merawatanggota keluargadengan diare.a.Menyebutkan akibat
diare
b. Ungkapankeinginan untukmerawat anggotakeluarga dengandiare
3 dari 4 akibat diare1. Dehidrasi2. Tum-bang terhambat3. Biaya berobat mahal4. Meninggal dunia
Ungkapan keinginan merawatanggota keluarga dengan diare.
2. Beri reinforcement positifatas kemampuan keluargamengidentifi-kasi kondisianggota keluarga.
1. Diskusikan akibat diaredengan keluarga.
2. Tanyakan kembali pada kel.tentang akibat diare
3. Beri reinforcement positifatas jawaban kel.
1.Tanyakan kepada keluargakeinginan untuk merawatanggota keluarga dengan diare
2.Fasilitasi keluarga dalammembuat keputusan terkaitperawatan diare.
3.Motivasi keluarga untukmerawat anggota keluargayang sakit.
4.Beri penguatan ataspencapaian keluarga.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
3. Merawat anggotakeluarga dengandiare
a. SAKA diare
Verbal
menyebutkan
Verbal
Menyebutkan
Dan komitmen
SAKA diare:
1. Sanitasi2. Anak3. Keluarga4. Area
Lakukan “Coaching” :
1. Jelaskan kepada keluargatentang cara perawatandiare.
2. Anjurkan keluarga untukmenyebutkan caraperawatan diare
3. Jelaskan kembali caraperawatan diare jika diperlukan.
4. Beri pujian atas pencapaiankeluarga.
1. Latih keluarga cara-caramerawat anak dengan diare
2. Anjurkan keluarga untukredemonstrasi cara-caraperawatan diare denganpenerapan SAKA di rumah
3. Beri pujian atas usahakeluarga.
4. Ingatkan keluarga untukmelakukan perawatan diarejika bab cair lebih dari 3xsehari muncul kembali.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
b. Meredemonstrasicara perawatandiare
c. Melakukanperawatan diare
Verbal
Menyebutkandanmengelompok
kan komponenSAKA
SAKA diare:
1. Merebus botol susu yangdigunakan balita denganbenar
2. Kebiasaan cuci tangandengan sabun setelah babdan memberikan makanpada anak
3. Pembuatan oralit4. Senam balita5. Terapi gurita
Pada kunjungan tidak terencanakeluarga melakukan perawatandiare.
1. Kaji kemampuan keluargamelakukan perawatan diareyang telah diajarkan.
2. Beri pujian atas usaha yangtelah dilakukan keluarga.
Lakukan “Coaching” kepadakeluarga
1. Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan diare padaanak dengan penerapan SAKA.
2. Anjurkan keluarga untukmenyebutkan kembali SAKAdiare.
3. Beri pujian atas usahakeluarga.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
4. Keluarga mampumemodifikasilingkungan dalamperawatan diaredengan cara :a. Menyebutkan cara
pencegahan diare
Memperagakanpenerapan SAKAdi rumah yangdilakukan olehibu balita
Melakukanpenerapan SAKAdiare secaramandiri untukterapi gurita dan
Cara pencegahan diare denganpenerapan SAKA diare:
a. Penggunaan sumber air bersihyang terlindungi
b. Kebersihan jambanc. Pemberian ASId. Pemberian makanan yang
bergizie. Pemberian oralit serta
pemberian zink selama 10 harif. Terapi gurita dan senam balitag. Kebiasaan keluarga mencuci
tanganh. Pengolahan bahan makanani. Pembuangan sampahj. Pembuangan limbah
Cara memodifikasi lingkunganuntuk perawatan diare.
1. Rumah dan lingkunganbersih.
2. Selalu merebus air minumyang dikonsumsi balita
3. Kondisi lantai yang bersih
1. Diskusikan dengan keluargacara memodifikasilingkungan dalam perawatandiare
2. Anjurkan keluarga untukmenyebutkan kembali caramemodifikasi lingkunganuntuk perawatan diare
3. Beri kesempatan kepadakeluarga untuk bertanya.
4. Jawab setiap pertanyaanyang ditanyakan keluarga.
5. Beri pujian atas jawabanyang diberikan keluarga.
Kaji kemampuan keluargamemodifikasi lingkunganuntuk pencegahan diareyang telah diajarkan.
Beri pujian atas usaha yangtelah dilakukan kel.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
b. Menyebutkan caramemodifikasilingkungan untukpencegahan diare
c. Melakukanmodifikasilingkungan untukpencegahan diare
5. Memanfaatkanfasilitas kesehatanguna mencegah diaredengan cara:a. Mengidentifikasi
fasilitas pelayanan
senam balita
Kunjungan tidakterencana
MemperagakanSAKA diare
4. Sarana pembuangan sampahdan limbah yang selalu dalamkeadaan tertutup
Pada kunjungan tidak terencanakeluarga melakukan modifikasilingkungan untuk pencegahnadiare.
1. Diskusikan dengan keluargafasilitas kesehatan yangdapat digunakan untukpenanganan diare.
2. Anjurkan keluarga untukmenyebutkan kembali
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
kes. yang dapatdigunakan dalampenanganan diare
b. Memanfaatkanpelayanankesehatan dalampenanganan diare
Psikomotor
Memperagakancara modifikasilingkungan Fasilitas pelayanan kesehatan
yang dapat digunakan:puskesmas, RS, Praktek perawat,dokter praktek dan praktekbidan.
fasilitas kesehatan yangdapat digunakan.
3. Tanyakan kepada keluargafasilitas kesehatan yang akandigunakan dalam perawatandiare pada anggota keluarga.
4. Beri pujian atas usahakeluarga.
1. Anjurkan keluarga untukmenggunakan fasilitaskesehatan untuk mengatasidiare sesuai kemampuannya.
2. Tanyakan kepada klgtentang pemanfaatan
fasilitas kesehatan dalam
penanganan diare.
3. Minta kepada keluarga kartuberobat yang telahdigunakan untukpenanganan diare
4. Beri pujian jika keluarga telahmemanfaatkan fasilitaskesehatan.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
Afektif
Kunjungandirencanakan
Afektif
Pada kunjungantidak terencana
Adanya kartu berobat, tanggalkunjungan dan obat yangdiperoleh.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
Verbal
Menyebutkan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
Kunjungan tidakterencana
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUISIONER PENELITIAN
“Survei Masalah Kesehatan Balita Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok”
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut Anda benar
NO PERNYATAAN BENAR SALAH
1. Diare adalah berak encer atau bahkan dapat berupa air
saja (mencret) biasanya lebih dari 2 kali sehari.
2. Penyebab diare pada balita biasanya karena minum air
mentah atau penggunaan botol susu yang tidak bersih.
3. Faktor resiko terjadinya diare pada balita karena ibu tidak
membiasakan cuci tangan dengan sabun, BAB
sembarangan, serta sanitasi air dan jamban yang tidak
bersih.
4. Akibat diare yang tidak segera diatasi balita akan
kekurangan cairan dan berakhir sampai terjadi kematian.
5. Cara pencegahan diare dengan memberikan balita oralit,
pemberian ASI, makan bergizi, serta kebersihan diri dan
menjaga lingkungan yang sehat.
6. Oralit adalah campuran gula garam yang berguna untuk
mengganti cairan tubuh saat balita diare.
7. Zink adalah zat gizi mikro dalam tubuh yang berfungsi
meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat
mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3 bulan
setelah anak sembuh dari diare.
8. Antibiotik adalah obat anti kuman yang diberikan saat
anak diare.
9. Pemberian ASI pada balita bisa menyebabkan diare.
10. ASI yang diberikan pada bayi dibawah 6 bulan dapat
mencegah terjadinya diare.
11. ASI mengandung zat kekebalan untuk mencegah diare.
12. Saat terjadi diare pemberian ASI tetap diteruskan.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NO PERNYATAAN BENAR SALAH
13. Pemberian makan seperti biasa saat balita terjadi diare
dengan frekuensi lebih sering.
14. Pemberian makan sedikit tapi sering dan tidak membatasi
makan anak akan membantu proses penyembuhan,
pemulihan dan mencegah malnutrisi.
15. Syarat air bersih adalah air tidak berwarna harus jernih,
tidak keruh, tidak berasa dan tidak berbau.
16. Sumber air bersih berasal dari mata air, air sumur,
PDAM, air hujan dan air dalam kemasan.
17. Menggunakan air bersih dapat terhindar dari penyakit
diare.
18. Cara menjaga kebersihan sumber air bersih adalah tidak
ada genangan air disekitar sumber, tidak ada bercak
kotoran, tidak berlumut dan ember atau gayung untuk
mengambil air tidak diletakkan dilantai.
19. Jarak sumber air dengan pembuangan tinja dirumah ± 5
meter.
20. Air yang tidak bersih untuk cuci tangan dapat
menyebabkan terjadinya diare.
21. Sabun yang digunakan dapat membunuh mikroorganisme
yang menyebabkan penyakit diare.
22. Mencuci tangan tangan saja dengan air tanpa sabun dapat
terhindar dari penyakit diare.
23. Tidak benar cara mencuci tangan hanya dengan air
mengalir tanpa menggunakan sabun.
24. Jamban adalah fasilitas pembuangan kotoran manusia.
25. Jenis jamban sehat yaitu jenis jamban cemplung dan
jamban tangki septic/leher angsa
26. Jarak antara sumber air minum dengan lubang
pembuangan tinja ± 10 meter.
27. Syarat jamban sehat adalah tidak mencemari tanah
disekitarnya, tidak berbau, lantai kedap air dan tersedia
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NO PERNYATAAN BENAR SALAH
air, sabun serta alat pembersih.
28. Cara memelihara jamban sehat dibersihkan secara teratur.
29. Jamban yang bersih tidak ada kotoran yang terlihat.
30. Jamban tidak ada serangga dan bila terjadi kerusakan
segera diperbaiki.
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia. Ungkapkan pendapat Anda
dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak
setuju (TS) terhadap pernyataan yang diajukan.
NO PERNYATAAN SS S KS TS
1. Saya berikan ASI saja hingga bayi berusia 6
bulan.
2. Saya berikan ASI hingga balita umur 2 tahun.
3. Saya pertama kali memberikan makanan
pendamping ASI saat bayi berusia 4 bulan.
4. Saya tidak memberikan ASI saat balita diare.
5. Saya mengkonsumsi makanan bergizi setiap hari
ada nasi, sayur, lauk, buah dan susu untuk
memperlancar produksi ASI.
6. Saya memberikan oralit saat balita diare.
7. Saya membuat larutan gula garam sendiri saat
balita diare.
8. Saya memberikan balita tablet zink saat diare.
9. Saya memberikan obat antibiotic untuk
mencegah balita diare.
10. Saya memperoleh sumber air bersih dari air
sumur atau air sumur pompa.
11. Bangunan sumur gali dalam keadaan terbuka.
12. Bangunan sumur gali dalam keadaan tidak ada
genangan air disekitarnya.
13. Saya membersihkan telapak tangan tanpa
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NO PERNYATAAN SS S KS TS
membersihkan jari-jari tangan saat mencuci
tangan.
14. Saya mengeringkan tangan setelah mencuci
tangan dengan baju yang saya pakai.
15. Saya dan keluarga menggunakan jenis jamban
tangki septik atau leher angsa.
16. Seluruh anggota keluarga harus menggunakan
jamban untuk buang air besar atau buang air
kecil.
17. Menggunakan jamban agar tidak mengundang
lalat yang dapat menyebabkan terjadinya
penyakit diare.
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia. Ungkapkan kebiasaan yang
Anda lakukan dengan jawaban selalu, sering, jarang, dan tidak pernah terhadap
pernyataan yang diajukan.
NO PERNYATAAN Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
1. Saya memberikan ASI pada bayi/balita
sejak lahir sampai dengan usia 6 bulan.
2. Saya memberikan ASI pada bayi/balita
terkena diare.
3. Saya memberikan makanan seperti biasa
saat balita diare.
4. Saya memberikan susu formula saat balita
diare.
5. Saya memberikan makan balita dengan
frekuensi lebih sering selama 2 minggu
setelah berhenti diare.
6. Saya membatasi balita makan saat diare.
7. Saya memberikan oralit saat balita diare .
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

NO PERNYATAAN Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
8. Saya memberikan larutan gula garam yang
dibuat sendiri saat balita diare.
9. Saya memberikan balita antibiotic untuk
mencegah disentri pada balita.
10. Saya menggunakan air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari di rumah.
11. Saya menggunakan air yang tidak
berwarna, tidak keruh, tidak berasa dan
tidak berbau.
12. Saya memasak air untuk minum keluarga
sampai mendidih.
13. Saya mencuci tangan hanya dengan air.
14. Saya mencuci tangan sebelum dan
sesudah memberikan makan bayi/balita.
15. Saya mencuci tangan setelah menceboki
anak bayi/balita selesai buang air besar.
16. Saya hanya mencuci tangan saat tangan
kotor saja.
17. Saya memiliki pembuangan tinja yang
berjarak antara sumber air minum dengan
lubang pembuangan tinja ± 5 meter.
18. Saya mempunyai bangunan untuk jamban
yang lantainya kedap air dan dilindungi
dinding atau pelindung.
19. Saya mempunyai tempat pembuangan
jamban yang sudah tersedia air.
20. Saya membersihkan jamban setiap kali
kotor saja sudah cukup.
Terima Kasih atas Kesediaan Anda Mengisi Kuisioner ini.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL
KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
Kontributor materi:ASTI NURAENI
PROGRAM SPESIALIS PEMINATAN KOMUNITASFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 2
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA
(KSP)
KONTRIBUTOR MATERI :ASTI NURAENI
SUPERVISORDra. Junaiti Sahar SKp, M.App.Sc, Ph.D
Etty Rekawati, S.Kp., MKMAstuti Yuni Nursasi, S.Kp., M.N
Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom
PROGRAM SPESIALIS PEMINATAN KOMUNITASFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karenaatas berkat-Nya, modul ini dapat tersusun. Modul ini merupakan panduanyang dapat digunakan dalam peningkatan pengetahuan tentang KelompokPendukung SAKA. Modul ini diharapkan dapat memberikan informasikepada kader Posyandu di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis,Depok.
Dengan adanya modul ini diharapkan kader memiliki sumber informasi yanglebih akurat, terkait penanganan maupun pencegahan DIARE yangditemukan pada balita. Modul ini memuat informasi terkait KelompokPendukung (SAKA)
Kami menyadari, bahwa modul ini masih banyak kekurangan dan jauh darikesempurnaan, sehingga masukan dari semua pihak sangat kami harapkan.
Depok, 12 Desember 2012
Penyusun
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 4
DAFTAR ISI
HalamanJudul .............................................................................................. 1Kata Pengantar............................................................................... 3Daftar Isi......................................................................................... 4
Kelompok Pendukung....................................................................6Kepemimpinan...............................................................................7Komunikasi.....................................................................................8Dinamika Kelompok........................................................................10Diare Balita.....................................................................................12SAKA Diare.....................................................................................15
Lembar Evaluasi dan Observasi
Daftar Pustaka
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 5
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 6
KELOMPOK PENDUKUNG
A. PengertianKelompok yang terdiri dari beberapa individu yang mempunyai tujuandan keinginan untuk peduli terhadap permasalahan terkait penyakitdiare pada balita serta aktif untuk membantu untuk mengatasinya.
B. TujuanMemberikan bantuan dalam perawatan dengan penerapan SAKA diareterhadap balita yang mengalami diare.
C. Anggota- Petugas Puskesmas- Kader Posyandu
D. Tugas Anggota Kelompok Pendukung SAKA
1. Memberikan informasi kesehatan kepada ibu-ibu yang balitanyadiare.
2. Melakukan penerapan SAKA diare yang terdiri dari :
- Sanitasi- Anak- Keluarga- Area
E. Pendampingan Kelompok Pendukung SAKA
Petugas Puskesmas melaksanakan pendampingan pada anggota KPSdalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pendampingan ini dilaksanakansaat KPS melaksanakan kegiatan :
- Memberikan penyuluhan oleh perawat Puskesmas saat balita diareberobat ke Puskesmas atau saat kunjungan rumah.
- Memberikan penyuluhan oleh kader pada saat balita diare datang kePosyandu atau saat kunjungan rumah.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 7
KEPEMIMPINAN
A. Pengertian1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi
tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapaisatu atau beberapa tujuan tertentu.
2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaanaktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitaskelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama.
B. Tujuan1. Mengupayakan kesejahteraan bagi orang banyak sehingga menjadi
berguna bagi semua orang. Bukan sebaliknya.2. Menolong setiap anggota mengembangkan potensinya secara
penuh sehingga bisa lebih produktif dan efisien.3. Menolong kelompok dalam pencapaian tujuan atau visi-misi
pelayanan melalui kerja tim yang efektif.
C. Peranan Pemimpin1. Sebagai Pelaksana2. Sebagai Perencana3. Sebagai Seorang Ahli4. Mewakili Kelompok5. Merupakan bagian dari Kelopmpok6. Merupakan Lambang Kelompok7. Pemegang Tanggungjawab
D. Tugas Pemimpin
1. Bersikap Adil2. Mendukung Tercapainya Tujuan3. Menciptakan Rasa Aman4. Sebagai Wakil Organisasi5. Sumber Inspirasi6. Bersikap Menghargai
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 8
E. Sifat Pemimpin
Sifat-sifat yang diperlukan seorang pemimpin agar dapat sukses dalamkepemimpinannya, lima sifat pemimpin menurut Ghizeli dan Stogdil:1. Kecerdasan2. Kemampuan mengawasi3. Inisiatif4. Ketenangan diri5. Kepribadian
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 9
KOMUNIKASI
A. Pengertian Komunikasi1. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna
yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi.
2. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau
informasi tentang pikiran atau perasaan.
3. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang
ke orang lain.
B. Tujuan1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2. Mempengaruhi perilaku seseorang
3. Mengungkapkan perasaan
4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5. Berhubungan dengan orang lain
6. Menyelesaian sebuah masalah
7. Mencapai sebuah tujuan
8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain
C. Proses KomunikasiKomunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar
sebagai berikut :
Pengirim pesan , penerima pesan dan pesan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 10
Diagram 1 : Proses Komunikasi
D. Jenis komunikasi terdiri dari:
1. Komunikasi verbal dengan kata-kata
2. Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh
E. Hambatan Komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan
belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh
perasaan atau situasi emosional.
Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan
media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik
sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
Gangguan Gangguan
Balikan
Pengirim
Pesan
Penerima
Pesan
Simbol/Isyarat Mengartikan
Kode/Pesan
Media
(Saluran)
( Saluran )
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 11
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada
saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang
keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak
menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif,
tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 12
DINAMIKA KELOMPOK
A. Pengertian Dinamika KelompokDinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebihindividu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggotasatu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamikaberati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yanglain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang salingberinteraksi dan mempunyai tujuan bersama.
B. Fungsi1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi
masalah kesehatan.2. Memudahkan pekerjaan.
Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah danmengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebihcepat, efektif dan efisien. Salah satunya dengan membagi pekerjaanbesar sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian
3. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat denganmemungkinkan setiap individu memberikan masukan, berinteraksi, danmemiliki peran yang sama dalam masyarakat.
C. Ciri Kelompok Sosial1. Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu
dengan yang lain3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok
yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok
yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untukmencapai tujuan bersama.
D. Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok1. Kelebihan Kelompok
* Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerimainformasi & pendapat anggota yang lain.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 13
* Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingankelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi* Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan telahdisepakati kelompok.
2. Kekurangan Kelompok Kelemahan pada kelompok bisa disebabkankarena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yangberjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 14
DIARE BALITA
A. Pengertian DiareDiare adalah berak encer atau bahkan dapat berupa air saja(mencret) biasanya lebih dari 3kali.
B. Penyebab Diare1. Makanan atau minuman yang tercemar kuman penyakit,
basi,dihinggapi lalat dan kotor.2. Minum air mentah atau tidak dimasak.3. Botol susu dan dot yang tidak bersih.
C. Bahaya Diare1. Penderita akan kehilangan cairan tubuh.2. Penderita menjadi lesu dan lemas.3. Penderita bisa meninggal jika tidak segera di tolong.
D. Cara penularan Diare dan faktor resiko1.Cara penularan
a. Penularan diare melalui mulut dan anus dengan perantaraanlingkungan dan perilaku yang tidak sehat.
b. Tinja penderita atau orang sehat yang mengandung kumanbila berak sembarangan dapat mencemari lingkunganterutama air.
c. Melalui makanan dan atau alat dapur yang tercemar olehkuman dan masuk melalui mulut, kemudian terjadi diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 15
2.Faktor risikoa. Kondisi lingkungan yang buruk (tidak memenuhi syarat
kesehatan) misalnya tidak tersedia sarana air bersih danjamban/WC.
b. Buang Air Besar sembarangan (BAB).c. Tidak merebus air minum sampai mendidih.d. Tidak membiasakan cuci tangan dengan sabun sebelum
menjamah makanan.
E. Perawatan bila sudah kena diare1.Tindakan di rumah
a. Berikan ASI lebih sering.b. Berikan segera cairan oralit setiap anak buang air besar.c. Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/
cangkir/gelas.d. Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi
dengan lebih lambat.e. Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare
berhenti.f. Jika tidak ada oralit, berikan air matang, kuah sayur atau air
tajing. Jangan beri obat apapun kecuali dari petugas kesehatan.h. Mencari pengobatan lanjutan dan anjurkan ke puskesmas
untuk mendapatkan tablet zinc.2.Tanda-tanda bahaya
a. Timbul demam.b. Ada darah dalam tinja.c. Diare makin sering.d. Muntah terus menerus.e. Bayi terlihat sangat haus.f. Bayi tidak mau makan dan minum.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 16
F. Tingkatan Diare1.Diare tanpa dehidrasi
- Anak sadar keadaan umum baik.- Anak minum biasa dan tidak kelihatan haus.- Kalau kulit dibagian perut dicubit, akan kembali kebentuk
semula dengan cepat.- Mata kelihatan normal.- Air mata ada, mulut dan lidah basah.
2.Diare dehidrasi ringan- Anak kelihatan gelisah dan rewel.- Anak kelihatan sangat haus dan ingin minum banyak.- Jika kulit perut dicubit, lambat kembali ke bentuk semula.- Mata kelihatan cekung.- Air mata tidak ada, mulut dan lidah kelihatan kering.
3.Diare dehidrasi berat- Anak lesu, lunglai atau tidak sadar.- Malas minum atau tidak bisa minum.- Kalau kulit perut dicubit akan sangat lambat kembali
kebentuk semula.- Mata sangat cekung dan kering.- Air mata tidak ada, mulut dan lidah sangat kering.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 17
SAKA DIARE (10 Langkah Atasi Diare)
A. PengertianSAKA diare merupakan suatu inovasi dalam intervensikeperawatan yang digunakan untuk mengatasi masalah diarepada balita. SAKA diare merupakan 10 langkah untuk mengatasidiare yang terdiri dari 4 komponen utama yang harusdiperhatikan yaitu sanitasi, anak, keluarga dan lingkungan.
B. Manfaat1. Mengatasi masalah diare pada balita di rumah.2. Mengatasi masalah diare pada balita supaya tidak bertambah
parah.3. Menurunkan angka kejadian diare pada balita.
C. SAKA DIARE (10 Langkah Atasi Diare)S: Sanitasi
1. Penggunaan air minum- Menggunakan air dari sumber terlindung.- Memelihara dan menutup sumber air agar terhindar dari
pencemaran.- Minum air putih yang sudah dimasak.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 18
2. Penggunaan jamban- Buang air besar hanya di jamban.- Buang tinja bayi di jamban.- Menutup lubang jamban.- Membersihkan jamban 1 minggu sekali
A: Anak
1. Pemberian ASI- Memberikan ASI saja sampai 6 bulan.- Memberikan ASI sampai 2 tahun ditambah makanan
pendamping ASI.- Mengurangi pemberian susu formula untuk balita umur
kurang dari 2 tahun dan menggantinya dengan ASI.- Pemberian susu formula dianjurkan jika balita umur lebih
dari 2 tahun.- Jika balita diare umurnya kurang dari 2 tahun ASI tetap
diberikan.- Jika balita diare umurnya lebih dari 2 tahun pemberian susu
formula diencerkan 1 takar susu untuk pemberian 60 cc air.
2. Pemberian makanan- Memberikan makanan lunak seperti bubur tetap diberikan
lauk seperti ikan, telur, ayam, tahu dan tempe.- Menghindari makanan pedas, santan, sayur dan buah.- Memberikan makan sedikit-sedikit tapi sering.- Menyajikan menu makan yang bervariasi dan membuat
jadwal menu setiap hari.- Menghindari memberikan makanan ataupun minuman yang
manis sebelum balita makan makanan utama.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 19
3. Pengelolaan makanan dan minuman anaK-Memilih bahan makanan yang segar, baik dan utuh-Makanan yang sudah rusak/kadaluwarsa tidak dimakan-Mencuci sayuran dan buan-buahan yang akan dimakandengan air bersih sebelum dipotong-potong
-Memasak makanan sampai matang kecuali sayuran jangandimasak terlalu matang.
--Merebus botol dan alat makan balita dengan airpanas/mendidih selama 10-15 menit
-Memberikan jajanan balita yang nilai gizinya baik, hargaterjangkau dan bersih.
-Memberikan makanan dalam keadaan panas/hangat.-Tempat penyimpanan makanan matang dan mentah terpisah.-Menutup makanan dengan tudung saji.
4. Terapi BalitaSenam balitaTerapi gurita
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 20
K: Keluarga
5. Kebiasaan mencuci tangan (5 Waktu Penting Cuci Tangan PakaiSabun)- Mencuci tangan sebelum makan- Mencuci tangan setelah buang air besar- Mencuci tangan sebelum memegang balita- Mencuci tangan setelah menceboki anak- Mencuci tangan sebelum menyiapkan makan
6.Pemberian cairan- Pemberian oralit satu bungkus bubuk oralit dilarutkan
kedalam 1 gelas air matang- Pemberian oralit untuk 3 jam pertama 1,5 gelas pada balita
umur kurang dari 1 tahun sedangkan lebih dari 1 tahunsampai 5 tahun 3 gelas
- Pemberian oralit setiap habis bab pada balita umur kurangdari 1 tahun 0,5 gelas sedangkan balita umur 1-4 tahun 1gelas.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 21
Pemberian Zink selama 10 hari- Memberikan zink tidak boleh diberikan hanya saat balita
diare- Memberian zink tetap dilanjutkan walaupun balita sudah
sembuh dari diare- Memberikan zink selama 10 hari
A: Area
1. Pengelolaan sampah- Memisahkan sampah kering dan sampah yang basah- Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas- Jarak kandang ternak jauh dari rumah- Tempat sampah dalam keadaan tertutup
2. Pengelolaan limbah- Membersihkan saluran air limbah 1 minggu sekali- Membersihkan kandang hewan 1 minggu sekali
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 22
- Mengganti air tempat minum burung dan membersihkankandang burung 1 minggu sekali
- Menutup saluran pembuangan air limbah
“SAKA cara efektif atasi balita DIARE”
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 23
FORMAT KEGIATAN YANG DILAKUKAN KELUARGA DALAM PENERAPAN SAKA DIARE
Nama KK :
Nama Balita :
Umur Balita :
Petunjuk : Berikanlah tanda ceklist (√) untuk keluarga yang melakukan sesuai komponen yang
ada.
NO KOMPONEN DILAKUKAN TIDAK
DILAKUKAN
KETERANGAN
Penerapan SAKA untuk komponen yang akan dilakukan pada balita:
1. Pemberian ASI
Memberikan ASI saja sampai 6 bulan
Memberikan ASI sampai 2 tahunditambah makanan pendamping ASI
Mengurangi pemberian susu formulauntuk balita umur kurang dari 2 tahundan menggantinya dengan ASI
Pemberian susu formula dianjurkan jikabalita umur lebih dari 2 tahun
Jika balita diare umurnya kurang dari 2tahun ASI tetap diberikan
2 Pemberian makanan
Memberikan makanan lunak sepertibubur tetap diberikan lauk seperti ikan,telur, ayam, tahu dan tempe
Menghindari makanan pedas, santan,sayur dan buah
Memberikan makan sedikit-sedikit tapisering
Menyajikan menu makan yangbervariasi dan membuat jadwal menusetiap hari
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 24
Menghindari memberikan makananataupun minuman yang manis sebelumbalita makan makanan utama
3 Terapi anak
Senam balita untuk anak usia 1-5 tahun
Terapi gurita
Penerapan SAKA untuk komponen yang akan dilakukan pada keluarga:
4 Kebiasaan mencuci tangan (5 Waktu Penting Cuci Tangan Pakai Sabun)
Mencuci tangan sebelum makan
Mencuci tangan setelah buang air besar
Mencuci tangan sebelum memegang balita
Mencuci tangan setelah menceboki anak
Mencuci tangan sebelum menyiapkan
makan
5 Penggunaan oralit
Pemberian oralit satu bungkus bubukoralit dilarutkan kedalam 1 gelas airmatang
Penggunaan zink dalam 10 hari
6 Pengelolaan makanan dan minumananak
Memilih bahan makanan yang segar, baik
dan utuh
Makanan yang sudah rusak/kadaluwarsa
tidak dimakan
Mencuci sayuran dan buan-buahan yang
akan dimakan dengan air bersih sebelum
dipotong-potong
Memasak makanan sampai matang kecuali
sayuran jangan dimasak terlalu matang.
Merebus botol dan alat makan balita
dengan air panas/mendidih selama 10-15
menit
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 25
Memberikan jajanan balita yang nilaigizinya baik, harga terjangkau danbersih.Memberikan makanan dalam keadaan
panas/hangat
Tempat penyimpanan makanan matang
dan mentah terpisah
Menutup makanan dengan tudung saji
Depok, ............................2012
Penilai
(...............................................)
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 26
FORMAT OBSERVASI YANG DILAKUKAN KELUARGA DALAM PENERAPAN SAKA DIARE
Nama KK :
Nama Balita :
Umur Balita :
Petunjuk : Berikanlah tanda ceklist (√) untuk keluarga yang melakukan sesuai komponen yang
ada.
NO KOMPONEN SESUAI TIDAK SESUAI KETERANGAN
Penerapan SAKA untuk komponen yang ada di keluarga tentang Sanitasi:
1. Penggunaan air minum
Menggunakan air dari sumberterlindungMemelihara dan menutup sumber airagar terhindar dari pencemaranMenutup tempat penampungan air
Minum air putih yang sudah dimasak
2 Penggunaan jamban
Buang air besar hanya di jamban
Buang tinja bayi di jamban
Menutup lubang jamban
Membersihkan jamban 1 minggu sekali
Penerapan SAKA untuk komponen yang ada di keluarga tentang kebersihan area sekitar:
4 Pengelolaan sampah
Memisahkan sampah kering dansampah yang basah
Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelasbekas
Jarak kandang ternak jauh dari rumah
Tempat sampah dalam keadaan tertutup
5 Pengelolaan limbah
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 27
Membersihkan saluran air limbah 1minggu sekali
Membersihkan kandang hewan 1minggu sekali
Mengganti air tempat minum burungdan membersihkan kandang burung 1minggu sekali
Menutup saluran pembuangan air limbah
Depok, ............................2012
Penilai
(...............................................)
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 28
Daftar Pustaka
Depkes RI, 2011 Lintas Diare , Dirjen P2PL Departemen KesehatanRI
Friedman, M., Bowden, V., Jones, E. (2003). Family NursingResearch, Theory & Practice. New Jersey: Pearson Education
Mc Murray. 2003. Community Health And Wellness: ASocioecological Approach. Australia: Harcourt, Mosby.
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community And Public HealthNursing. 5th edition. St. Louis: Mosby-Year Book, Inc
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

PAKET PERLENGKAPAN
KADER DALAM MELAKUKAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
TENTANG PENERAPAN SAKA DIARE
KELURAHAN CISALAK PASAR
NAMA KADER :
NO KPS :
PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

FORMAT PENILAIAN
KADER DALAM MELAKUKAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
TENTANG PENERAPAN SAKA DIARE
KELURAHAN CISALAK PASAR
NO KOMPONEN PENILAIAN BOBOT NILAIFASE PRA INTERAKSI1. - Persiapan alat : Kartu penerapan SAKA, rekapitulasi kartu, laporan
mingguan dan stiker penilaian, alat tulis
10
- Persiapan kader : Cek kembali keluarga yang akan dikunjungi
- Persiapan lingkungan : Persiapkan lingkungan yang mendukung
untuk pelaksanaan kesiapan alat sudah lengkap dan lingkungan
yang aman dan nyaman untuk dilakukan kegiatan tanpa ada
gangguan dari luar
FASE ORIENTASI2 - Pemberian salam pada keluarga 20
- Perkenalan yang melakukan supervisi
- Kontrak waktu selama 30 menit
- Tujuan kegiatan untuk melakukan pemantuan penerapan SAKA
diare yang dilakukan keluarga
FASE KERJA3 - Kegiatan observasi untuk komponen sanitasi dan area 40
- Kegiatan tanya jawab untuk komponen anak dan keluarga
- Kegiatan penilaian yang dicapai keluarga untuk tiap komponen
- Kegiatan pemberian umpan balik pada keluarga terhadap penerapan
SAKA diare keluarga dengan pemberian warna di stiker
- Kegiatan pemberian saran dan masukan terhadap keluarga untuk
penerapan SAKA diare yang dilakukan keluarga
FASE TERMINASI4 - Evaluasi keluarga terhadap kegiatan yang dilakukan oleh kader 30
- Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan selanjutnya
- Berpamitan
- Dokumentasi
TOTAL NILAI 100
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Catatan :....................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Depok, 5 April 2013
Penilai
( )
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

KARTU PENERAPAN SAKA DIARE (KARTU RASA DIARE)
Nama KK :
Nama Balita :
Umur Balita :
Jumlah Anggota Keluarga :
Alamat :
Waktu Terkena Diare Umur :
___________________________________________________________________________
Petunjuk Pengisian Kartu RASA Diare
1. Kartu ini digunakan untuk memantau kegiatan penerapan SAKA diare yang dilakukankeluarga di rumah
2. Kartu ini ditempelkan didepan rumah yang terlindungi dari hujan dan mudah dilihatoleh kader kesehatan
3. Tanda bintang (*) pada komponen anak dan keluarga dilakukan bila anak diare kalautidak dilakukan saat tidak diare tidak dinilai
4. Tanda bintang (*) pada komponen area bila keluarga tidak mempunyai fasilitaskandang ayam dan burung tidak dinilai
5. Penilaian setiap item yang dilakukan yaitu:- Nilai 1 bila dilakukan- Nilai 0 bila tidak dilakukan- Total tiap komponen SAKA 10
6. Tanda-tanda yang akan diberikan pada keluarga ada 3 jenis yaitu:- Merah nilai < dari 4 : Keluarga tidak dapat melakukan penerapan SAKA diare
dengan benar dan masih perlu bimbingan dan arahan kader- Kuning nilai 4 – 6 : Keluarga dapat melakukan penerapan SAKA diare dengan
benar dan masih perlu bimbingan dan arahan kader- Hijau nilai > 7 : Keluarga dapat melakukan penerapan SAKA diare dengan benar
dan dapat melakukan secara mandiri
___________________________________________________________________
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

10 LANGKAH ATASI DIARE BALITA
ANITASI
NAK
No Komponen Nilai Keterangan1 Penggunaan air minum terdiri dari :
Menggunakan air dari sumber terlindungMemelihara sumber air agar terhindar dari binatangMenutup sumber air agar terhindar dari pencemaranMenutup tempat penampungan airMinum air putih yang sudah dimasak
2 Penggunaan jamban terdiri dari :Buang air besar hanya di jambanBuang tinja balita di jambanMenutup lubang jambanMemelihara kebersihan jamban dari binatangMembersihkan jamban 1 minggu sekali
TOTAL
No Komponen Nilai Keterangan3 Pemberian ASI terdiri dari :
Memberikan ASI saja sampai 6 bulanMemberikan ASI sampai 2 tahun ditambah makanan pendampingASIMengurangi pemberian susu formula untuk balita umur kurangdari 2 tahun dan menggantinya dengan ASI
4 Pemberian makanan terdiri dari :Memberikan makanan lunak seperti bubur tempeMenghindari makanan pedas, santan, sayur dan buahMemberikan makan sedikit-sedikit tapi seringMenyajikan menu makan yang bervariasi dan membuat jadwalmenu setiap hariMenghindari memberikan makanan ataupun minuman yang manissebelum balita makan makanan utama
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

ELUARGA
REA
5 Terapi anak terdiri dari :Senam balita untuk anak usia 1-5 tahun *Terapi gurita *
TOTAL
No Komponen Nilai Keterangan6 Kebiasaan mencuci tangan (5 Waktu Penting Cuci Tangan Pakai
Sabun) terdiri dari :Mencuci tangan sebelum makan, buang air besar dan memegangbalitaMencuci tangan setelah menceboki balita dan sebelummenyiapkan makan
7 Pemberian cairan elektrolit terdiri dari :Pemberian oralit*Penggunaan zink dalam 10 hari*Penggunaan air kelapa*
8 Pengelolaan makanan dan minuman balita terdiri dari:Mencuci sayuran dan buan-buahan yang akan dimakan dengan airbersih sebelum dipotong-potongMerebus botol dan alat makan balita dengan air panas/mendidihselama 10-15 menitMemberikan jajanan balita yang nilai gizinya baik, hargaterjangkau dan bersih.Memberikan makanan dalam keadaan panas/hangatMenutup makanan dengan tudung saji
TOTAL
No Komponen Nilai Keterangan9 Pengelolaan sampah terdiri dari :
Memisahkan sampah kering dan sampah yang basahMenimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

“SAKA cara efektif atasi balita DIARE”
Jarak kandang ternak jauh dari rumahTempat sampah dalam keadaan tertutupSampah pampers balita dimasukkan dalam kantong tersendiri
10 Pengelolaan limbah terdiri dari :Membersihkan saluran air limbah 1 minggu sekaliMembersihkan kandang hewan 1 minggu sekali*Mengganti air tempat minum burung setiap hari*Membersihkan kandang burung 1 minggu sekali*Menutup saluran pembuangan air limbah
TOTAL
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

REKAPITULASI TIAP KELUARGA
KARTU PENERAPAN SAKA DIARE KELUARGA (KARTU RASA DIARE)
KELURAHAN CISALAK PASAR
NAMA KK :
NAMA BALITA:
UMUR :
ALAMAT :
KJ K O M P O N E N TOTALS A N I T A SI A N A K K E L U A R G A A R E A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10BULAN FEBRUARI
1234
BULAN MARET1234
BULAN APRIL1234
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

REKAPITULASI
KARTU PENERAPAN SAKA DIARE KELUARGA (KARTU RASA DIARE)
KELURAHAN CISALAK PASAR
NAMA KADER :
NO KPS :
ALAMAT :
Petunjuk Pengisian Setiap item yang dinilai yang sudah diberi warna akan diberipenilaian yaitu :
- Baik jika tidak ada tanda merah disemua item (B)
- Cukup jika ada 1 tanda merah disemua item (C)
- Kurang jika lebih dari 2 tanda merah disemua item (K)
NO NAMA KK FEBUARI MARET APRIL
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

BalitaBAB cairlebihdari 3xsehari
Balitaberesikoterkenadiare
- Dilakukan kunjungan rumah
- Melakukan observasi komponen Sanitasi danArea
- Melakukan wawancara untuk komponenKeluarga dan Anak
- Melakukan penilaian penerapan SAKA dikeluarga
- Melakukan umpan balik terhadap hasil yangdilakukan
- Pendidikan kesehatan tentang balita diare
- Demonstrasi cara mencuci tangan
- Demonstrasi kreasi pembuatan LGG danoralit
- Demonstrasi tentang senam balita
- Demonstrasi tentang terapi gurita
- Demonstrasi nutrisi balita diare denganpembuatan bubur tempe
DilakukanIntervensiKeperawatan secaraindividu ataukelompok
PERIODE WAKTU 13 MINGGU (3 BULAN)
Penilaian penerapan SAKA diare adalah
1. Penilaian untuk setiap item SAKA
- Nilai 1 jika item dilakukan- Nilai 0 jika item tidak dilakukan
2. Penilaian untuk setiap komponen SAKA
- Total keselurahan item untuk setiap komponen nilai 10- Jika nilai < dari 4 artinya kurang dan diberi warna merah- Jika nilai 4-6 artinya cukup dan diberi warna kuning- Jika nilai > 7 artinya baik dan diberi warna hijau
3. Penilaian untuk keseluruhan komponen SAKA
- Dikatakan baik jika keempat komponen SAKA tidak ada
warna merah
- Dikatakan cukup jika keempat komponen SAKA ada 1 warna
merah
- Dikatakan kurang jika keempat komponen SAKA ada > dari 1
warna merah
ALUR KEGIATAN PENERAPAN SAKA DIARE KELUARGA
KELURAHAN CISALAK PASAR 2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

SOAL PRE DAN POST TESTKegiatan Kelompok Pendukung SAKA (KPS)
1. Kelompok Pendukung SAKA (KPS) yang dibentuk mempunyai tujuan yaitu?a. Memberikan contoh yang baik cara merawat balita diare.b. Memberikan contoh kader yang mampu merawat balita diare.c. Memberikan bantuan dalam perawatan dengan penerapan SAKA diare terhadap balita
diare.
2. Tugas kader dalam kegiatan KPS adalah?a. Memberikan penyuluhan dan penerapan langsung SAKA diareb. Memberikan penyuluhan SAKA diarec. Memberikan penerapan SAKA diare
3. Kader adalah seorang pemimpin dalam masyarakat?a. Setujub. Tidak setujuc. Sangat seuju
4. Komunikasi yang dilakukan kader saat balita terkena diare adalah menyalahkan ibukarena memberikan susu formula?a. Selalub. Jarangc. Tidak pernah
5. Hambatan yang dirasakan kader saat memberikan penyuluhan ada pada ibu balita salahsatunya adalah?a. Pengirim pesan yaitu kaderb. Media yang digunakanc. Penerima pesan yaitu ibu balita
6. Komponen SAKA diare terdiri dari?a. 4b. 5c. 6d. 2
7. Saya kader posyandu selalu bertanya saat penimbangan balita tentang masalah kesehatankhususnya diare?a. Selalub. Tidak pernah
8. Pelaksanaan SAKA diare terdiri dari?a. 4b. 8c. 10d. 12
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

9. Yang tidak termasuk komponen dalam sanitasi adalah?a. Pembuangan sampahb. Penggunaan air bersihc. Penggunaan jamband. Kebersihan jamban
10. Cara pencegahan diare pada balita dirumah dengan diberikan cairan elektrolit yaitu?a. LGGb. Santanc. Sayurd. Buah
11. Cara pencegahan diare dengan inovasi terbaru yaitu?a. SAKA diareb. LINTAS diarec. Pemberian zinkd. Pemberian oralit
12. Komponen SAKA diare untuk mengatasi kembung balita dapat dilakukan terapi yaitu?a. Terapi guritab. Senam balitac. Pijat bayid. Terapi air kelapa
13. Penerapan SAKA diare balita yang dilakukan di keluarga merupakan salah satu upayadini pencegahan diare.a. Benarb. Salah
14. Pemberiaan oralit pada balita dapat digantikan dengan pemberiaan air kelapa karenafungsinya sama untuk pengganti cairan tubuh.a. Benarb. Salah
15. Kebiasaan mencuci tangan ibu hanya dengan air mengalir salah satu cara pencegahandiare.a. Benarb. Salah
16. Cara pengolahan makan yang benar adalah Mencuci sayuran dan buan-buahan yang akandimakan dengan air bersih sebelum dipotong-potong
a. Setujub. Tidak setuju
17. Saya mengajarkan balita mencuci tangan sebelum makan.a. Selalub. Tidak pernah
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

18. Saya akan berhenti memberikan balita ASI saat diare.a. Selalub. Tidak pernah
19. Saya beranggapan bahwa balita terkena diare karena akan bertambah pintar.a. Setujub. Tidak setuju
20. Akibat lanjut diare pada balita yang tidak segera diatasi adalah?a. Dehidrasib. Kurang cairanc. Semua benar
SELAMAT MENGERJAKAN
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

LEMBAR JAWABAN
HARI/TANGGAL :JAM :NAMA KADER :NILAI :
1. A. B. C. D. 11. A. B. C. D.
2. A. B. C. D. 12. A. B. C. D.
3. A. B. C. D. 13. A. B. C. D.
4. A. B. C. D. 14. A. B. C. D.
5. A. B. C. D. 15. A. B. C. D.
6. A. B. C. D. 16. A. B. C. D.
7. A. B. C. D. 17. A. B. C. D.
8. A. B. C. D. 18. A. B. C. D.
9. A. B. C. D. 19. A. B. C. D.
10. A. B. C. D. 20. A. B. C. D.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

SOAL PRE DAN POST TEST
1. Salah satu yang bisa diterapkan dikeluarga untuk pencegahan diare pada balitaadalah...a. SAKA diareb. Lintas diarec. Oralit
2. Komponen dalam penerapan SAKA diare di keluarga yaitu memberikan terapi untukmengurangi kembung yaitu...a. Terapi guritab. Terapi bawang merahc. Terapi kunyit
3. Terapi untuk balita yang bisa diajak untuk bekerjasama salah satunya adalah senambalita yang gerakannya terdiri dari...a. Senam balitab. Senam sehatc. Pijat bayi
4. Komponen pemberian makan pada balita adalah dengan pemberian bubur yaitu...a. Tempeb. Singkongc. Ayam
5. Bahan dasar pembuatan bubur tempe dipilih karena...a. Kandungan zink tinggib. Kandungan kalsium tinggic. Kandungan serat tinggi
6. Salah satu tujuan pemberian bubur tempe adalah...a. Meringankan kerja usus pada balitab. Meringankan kerja lambung pada balitac. Meringankan kerja usus besar pada balita
7. Formula bubur tempe diberikan pada usia...a. 6 bulan-5 tahunb. 0-5 tahunc. 1-5 tahun
8. Penyajian bubur tempe sebaiknya...a. Semenarik dan sedini mungkinb. Saat balita mau makanc. Disimpan terlebih dahulu
9. Bahan-bahan lain yang diperlukan untuk pembuatan bubur tempe adalah...a. Margarineb. Garamc. Penyedap rasa
10. Takaran air putih yang digunakan pembuatan bubur tempe adalah...a. 200 ccb. 300 ccc. 400 cc
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

LEMBAR JAWABAN
NAMA IBU:
ALAMAT:
1. 6.
2. 7.
3. 8.
4. 9.
5. 10
LEMBAR JAWABAN
NAMA IBU:
ALAMAT:
1. 6.
2. 7.
3. 8.
4. 9.
5. 10
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

1
KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER I RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITASPADA AGGREGATE BALITA DENGAN DIARE
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KOTA DEPOK, 7 September 2012 s.d Januari 2013
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu SumberA Manajemen pelayanan
keperawatan komunitas1. Pengembangan kontrak
residen (Learningcontract)
2. Penyusunan frameworkdan instrumenpengkajian
3. Penyusunan latarbelakang dan studipustaka terkait balitadiare
4. Orientasi dan magangdi Dinas Kesehatanserta memaparkantarget yang harusdicapai dan melakukanpengkajian
5. Penelaahan RenstraDinKes Kota Depokterkait programpencegahan diare balita
6. Penelaahan kebijakanprogram pengendalianpenyakit diare dansistem rujukan janjaminan pemeliharaan
Membantu pencapaiantujuan pembelajaran
Sebagai landasan dalammencapai tujuanpembelajaran
Sebagai tahapan awaldalam mencapai tujuanpembelajaran
Sebagai latar belakang dantahap awal dalam mencapaitujuan pembelajaran
Diketahui rencana,pelaksanaan, evaluasi(kendala) dan operasionalprogram balita diare(perbandingan dengantingkat nasional)
Diketahuinya kebijakan(sasaran, target,pencapaian, evaluasi)pengendalian diare(perbandingan tingkat
Adanya dokumen kontrakbelajar sesuai pedoman
Adanya dokumenframework dan instrumenpengkajian
Adanya dokumen latarbelakang
Adanya dokumen targetyang harus dicapai
Adanya dokumen tentangRenstra DinKes Kota DepokAdanya kesepakatankerjasama lintas sektor danprogram
Adanya dokumen tentangpengendalian penyakit diare
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.5
Residen
Residen
Residen
Pejabat DinasKesehatan KotaDepok
PJ ProgramP2L
PJ ProgramP2L
Studi literaturKonsultasi
Studi literaturKonsultasi
Studi literaturKonsultasi
WawancaraTelaah dokumenObservasiOrientasi lapangan
WawancaraTelaah dokumenOrientasi lapangan
WawancaraTelaah dokumen
Minggu I
Minggu I
Minggu I
MingguII
MingguII
MingguIII
Pedomanresidensi
Studi literatur
Studi literatur
Profil Kes KotaDepok, LaporanTahunanProgram BidangKesehatanMasyarakat
Laporantahunan
Buku PedomanPengendalianPenyakit Diare
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

2
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumberkesehatan.
7. Penelaahan kebijakanCHN dan programpengendalian diare ditingkat DinKes,Puskesmas danmasyarakat
8. Orientasi dan magangdi PuskesmasKecamatan Cimanggis
a. Penelaahankebijakanoperasional programpengendalian diarebalita di PuskesmasCimanggis.
b. Melakukan promosikesehatan padakelompok Ibu balitadan keluarga denganbalita diare.
c. Penelaahanpengelolaanperencanaan,pengorganisasian,pengarahan danpengawasanpengendalianpenyakit diareterkait programinovasi LINTASdiare
nasional)
Diketahui kebijakan CHNdan program P2L
Diketahui kebijakanoperasional pengendalianpenyakit diare
Mensosialisasikanpengendalian penyakitdiare pada balita
Diketahui tahapperencanaan sampaidengan pengawasanprogram LINTAS diare
Adanya dokumen tentangkebijakan atau rencanastrategis program khususnyaterkait balita diare
Adanya dokumentasitentang kebijakanoperasional program
Adanya kegiatan danLaporan tertulis hasilanalisis kebijakan danimplementasi program balitadi tingkat dinas, Puskesmasdan wilayah.
Tersusunnya perencanaansampai dengan pengawasanprogram pelayanankeperawatan komunitas.
3.5
3.6
3.6
3.6
Residensi
KepalaPuskesmasCimanggisPJ P2L
Residen
Lintas program,lintas sektor,TOMA, Kader,Masyarakatyang beresikobalitanyamengalami diare
Studi literatur
Studi literatur dandokumen
Kerja timPendidikankesehatanPeran sertamasyarakat
Studi litaratur dandokumen
MingguIII
MingguIV
MingguIV
MingguV
Dokumen
RencanaoperasionalPuskesmas
Studi literatur
LaporantahunanRekapitulasikegiatan balita
.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

3
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumberd. Desiminasi terkait
peran dan fungsiCHN dan kegiatanyang akan dilakukan
9. Orientasi danpengkajian di wilayahKelurahan CisalakPasar
10. Uji coba instrumen
11. Pengkajianmanajemen kesehatandiintegrasikan denganaskep komunitas
12. Analisis danidentifikasikesenjangan konsep
13. Perumusan masalah
14. Menetapkan alternatifsolusi serta negosiasiprogram yang dapatdiaplikasikan secaraberjenjang
15. Penetapan rencanaserta lobby untukimplementasi
Mensosialisasikanperencanaan program
Mengetahui kebutuhan dansumber daya yang adadiwilayah untuk dilakukanprogram inovasi
Mengetahui validitas danreliabilitas instrumen yangakan digunakan
Mengidentifikasikebutuhan dan sumberdaya manusia
Mengidentifikasikesenjangan yang ada
Menetapkan masalahmanajemen keperawatan
Menetapkan solusi untukprogram LINTAS diare
Mengkomunikasikankepada kader kesehatan,Menyusun rencana
Tersosialisasinya rencanaprogram yang akandilaksanakan
Identifikasi kebutuhan dansumber daya yang adadiwilayah
Adanya instrumen yangvalid dan reliabel
Pengembangan perencanaanprogram
Adanya telaah hasil analisis
Teridentifikasi masalahmanajemen keperawatanterkait program yang belumterlaksana secara optimal
Adanya inovasi untukprogram LINTAS diare
Adanya kegiatan yangterjadual dan direncanakandi masyarakat dalam upaya
3.6
3.7
3.7
3.7
3.8
3.8
3.9
Kader kesehatanTokohmasyarakatIbu balita
Kader kesehatanTokohmasyarakatIbu balita
Ibu balita
Ibu balita
Residen
Residen
Residen
Kader kesehatanTokohmasyarakat
Curah pendapatWawancara
WawancaraAngket
WawancaraAngket
WawancaraAngket
Studi literatur
Studi literatur
Studi literatur
Diskusi
MingguV
MingguVI
MingguVI
MingguVI
MingguVII
MingguVII
MingguVIII
MingguIX-XV
KepalaPuskesmasPJ ProgramP2PLKader kesehatanTokohmasyarakat
KepalaKelurahanTokohmasyarakat
Tokohmasyarakat
Tokohmasyarakat
Studi literatur
Studi literatur
Studi literatur
KepalaKelurahanTokoh
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

4
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
16. Desiminasiperencanaan kepadalintas program, sektordan masyarakat terkait
17. Pelaksanaan atauimplementasi rencanayang telah disusunberjenjang mulai dariDinKes, puskesmasdan masyarakat
18. Ujian praktik inovasimanajemen
19. Lokmin LP datatemuan yangberpontensi menjadihambatanimplementasi
20. Implementasi lanjutan
21. Evaluasi
22. Penyusunan RTLsemester II
kegiatan
Mensosialisasikan programLINTAS diare melalui peergroup
Terlaksananya programpelayanan keperawatankomunitas.Terlaksananya programyankep keluarga
Evaluasi kemampuan diridalam pelaksanaan inovasimanajemen
Mengidentifikasi hambatanprogram
Terlaksananya programpelayanan keperawatankomunitas
Teridentifikasinya faktorpendukung danpenghambat program yangsudah dilakukan
Teridentifikasi programyang akan dilaksanakan disemester 2
pencegahan diare balita .
Tersosialisasi programpemgendalian diare
Pelaksanaan programpelayanan keperawatankomunitas sesuai dengantujuan dengan terkontrolsecara kontinu.
Nilai evaluasi yang baik
Adanya hambatanpelaksanaan progran
Berbagai kegiatan programYan kep kom
Program yang perlu monitorevaluasi program ditindaklanjuti
Tersusun RTL program disemester 2
3.10
3.10
3.10
3.10
3.10
3.10
3.10
Ibu balita
Kader kesehatanTokohmasyarakatIbu balita
Kader kesehatanIbu balita
Kader kesehatan
Ibu balita
Ibu balita
Residen
Presentasi dandiskusi
Praktik lapangan
Lokakarya minikesehatan.
Studi lapangan
Curah pendapatLembar cek list
Studi lapangan
MingguX
MingguX
MingguXVI
MingguXVI
MingguXVI
MingguXVU
masyarakat
Kaderkesehatan,tokohmasyarakat
Kaderkesehatan,tokohMasyarakat
Kader kesehatantokohmasyarakat
Ibu balita
Ibu balita
Residen
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

5
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu SumberB Asuhan keperawatan
pada aggregate balitadiare1. Pengkajian pada
aggregate balitaberesiko mengalamidiare: Identifikasimasalah kesehatan danskreening balita yangberisiko terkena diare.
2. Perencanaan bersamaaggregate dalam upayapencegahan diare balitamelalui programLINTAS diare denganpembentukan peergroup (kelompoksayang balita diare)
3. Pelaksanaan programkerja hasil kesepakatanbersama pembentukankelompok pendukungsayang balita diare
4. Evaluasi bersamaaggregate hasilpelaksanaan programLINTAS diare danSAFE untukpengendalian diarebalita
5.Penyusunan RTL
Mengkaji danmengidentifikasi masalahdan sumber daya kesehatanpada aggregate balita denganrisiko terkena diare
2.1 Menyusun rencanaasuhan keperawatankomunitas secarakomprehensif.2.2. Mensosialisasikanrencana program
Terlaksananya berbagaiprogram kerja secaraterstruktur dan terjadwal
Menilai tingkat keberhasilanpemberian asuhankeperawatan pada agregatebalita diareMengidentifikasi faktorpendukung dan penghambatpada asuhan keperawatanagregate balita diare
Adanya hasil analisis datapengkajian (faktor yangberkonstribusi dan buktihasil skreening) terhadapbalita diare
Hasil konsultasi dan revisi(melalui proses).
Form perencanaan yang siapdilaksanakan (timetable/ganchart)
Program kerja dilaksanakansesuai dengan jadual yangtelah disepakati.
Adanya rencana tindaklanjut yang disepakati.Teridentifikasi programyang perlu ditindak lanjuti
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.6.
Aggregate balitadiare
Residensi
LurahKetua RW/RTTokohmasyarakatKader kesehatan
LurahKetua RW/RTTokohmasyarakatKader kesehatanAggregate .
PJ P2PLLurahKetua RW/RTTokoh masyKader kesehatan
SurveyFGDPemeriksaan fisikObservasi
Studi literaturKonsultasiPembimbingan
Lokakarya minimasyarakat.
PenyuluhanSharing/diskusiPembentukan SG
Curah pendapatSelf evaluationLembar cek listWawancara
MingguIII, IV
MingguIV-VI
MingguVI
MingguVIII -XVI
MingguXVI
Studi literaturBalita yangresiko terkenadiare
Studi literaturSupervisor
SupervisorStudi literaturRENOP bidangkesehatan KotaDepok
Hasil LokminSupervisorStudi literaturAgenda kerjatahunanPuskesmas.
SupervisorStudi literatur
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

6
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu SumberC Asuhan keperawatan
keluarga :1. Pengkajian pada 5
keluarga yangmengalami atauberesiko terkena diarepada balita
2. Melakukan analisisdata dan menetapkanmasalah keperawatankeluarga yang balitanyaberesiko terkena diare
3. Bersama keluargamerumuskan intervensidalam pengendaliandiare
4. Melakukan intervensikeperawatan keluargaberupa kognitif, afektifdan perilaku LINTASdiare:a. Pemberian Oralitb. Pemberian ASIc. Gizid. Latihan massage
pada balitae. SAFE (The
Sanitation FamilyEducation)
f. Modifikasi dietbubur tempe
Mengidentifikasi berbagaikebutuhan dan sumber dayayang ada dalam keluargayang beresiko denganmenggunakan modelPRECEDE PROCEED danFriedman.
Mengidentifikasi masalahkeperawatan keluargaberesiko terkena diare untuk5 keluarga.
Menyusun rencana asuhankeperawatan keluargadengan balita diare bersamadengan keluarga
Melaksanakan berbagaiintervensi keperawatan yangtelah disusun dan disepakatidengan keluarga.
Adanya hasil pengkajiankeluarga dengan resikobalita diare sejumlah 5keluarga.
Adanya rumusan masalahkeperawatan keluargadengan berdasarkanpenapisan masalah yang adapada 5 keluarga.
Adanya bukti fisik beruparencana asuhan keperawatankeluarga yang siapdilaksanakan denganditandatangani residen,keluarga dan supervisor.
Intervensi yang telahdisusun dilakukan bersamakeluarga sesuai dengan hasilkesepakatan bersama.
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
Keluargadengan balitaberesiko terkenadiare
Keluargadengan balitadiare
Keluargadengan resiko
Keluargadengan resiko
WawancaraPemeriksaan fisikObservasiKonsultasi
KonsultasiDiskusiKunjungan rumah
KonsultasiDiskusiKunjungan rumah 2kali seminggu.
SimulasiDemonstrasiEvaluasiKunjungan rumah 2kali seminggu.
MingguV
MingguV-X
MingguV- X
MingguV-XVI
Studi literaturKader kesehatanKeluargaKetua RT/RW
Studi literaturSupervisorKeluarga
Studi literaturSupervisorKeluarga.
Studi literaturSupervisorKeluarga
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

7
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber5. Penyerahan laporan
keluarga binaan
6. Ujian ketrampilan dikeluarga
7. Referat askep keluargaProgram SAFE padakeluarga dengan balitadiare
8. Menilai hasil asuhankeperawatan keluargaberdasarkan tingkatkemandirian keluarga
9. Penyerahan draflaporan praktek kepadasupervisor
10. Penyerahan laporanakhir
Melaporkan perkembanganproses asuhan keperawatankeluarga
Menilai ketrampilan dalampengelolaan asuhankeperawatan keluarga
7.1. Mensosialisasikanmetode atau model terkiniterkait dengan askep padakeluarga dengan balita diare7.2. Mensosialisasikanmetode atau model terkiniterkait dengan askep padakeluarga dengan balita diare
Mengidentifikasi pencapaiankemandirian keluarga.
Adanya dokumen laporankeluarga binaan
Evaluasi ketrampilan dalambentuk nilai
Tersosialisasinya metodeatau model terkini terkaitdengan askep pada keluargadengan balita diare
Pencapaian kemandiriankeluarga berada pada tingkatIV (mandiri penuh).
1.6.
Residen
Residen
Pesertaresidensi danaplikasiKeluargadengan balitadiare
Presentasi seminar(bahasa Inggris danIndonesia)
Evaluasi diriLembar ceklistCurah pendapatHome visit
MingguVII-VIII
MingguIX-X
MingguVII-VIII
MingguIX-X
MingguVII-VIII
MingguIX-X
MingguXII-XIII
Studi literatur
SupervisorKeluarga
Studi literatur
SupervisorKeluarga
Studi literaturSupervisorKeluarga
Depok, 13 September 2012MenyetujuiSupervisor utama, Residen,
Dra. Junaiti Sahar, SKp, M.App.Sc, PhD Asti Nuraeni
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

1
UNIVERSITAS INDONESIA
KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER II SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITASPADA AGGREGAT BALITA DENGAN DIARE DI KELURAHAN CISALAK PASAR
KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
OLEH:ASTI NURAENI
1006755260
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITASFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIATAHUN AJARAN 2012/2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

2
KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER IISPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGAT BALITA DENGAN DIARE
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
A. MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN KOMUNITAS
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
1 Penyusunan kontrak belajarresidensi semester 2.
Membantu pencapaiantujuan pembelajaranresidensi.
Adanya kontrak belajar sesuaipedoman pembelajaran residensi.
3.1 Residen. Studi Literatur.Konsultasi.
MingguKetigaJanuari.
BPKMsemester 2.
2 Pembuatan programkegiatan pembinaanKelompok PendukungSAKA (KPS) di RW 01dan 03 Kelurahan CisalakPasar.
2.1 Pengembanganprogram kegiatan KPSsebagai salah satukegiatan Posyandu diRW 01 dan RW 03Kelurahan CisalakPasar.
2.2 Tersosialisasikannyaperencanaan programkegiatan KPS di RW 01dan 03 KelurahanCisalak Pasar.
Tersusunnya perencanaan programkegiatan KPS di RW 01 dan 03Kelurahan Cisalak Pasar.
2.1.1 Tersusunnya rencanaprogram kegiatan KPS diRW 01 dan 03 KelurahanCisalak Pasar.
2.1.2 Tersosialisasi rencanaprogram kegiatan KPS diRW 01 dan 03 KelurahanCisalak Pasar.
3.2
3.4
Residen.Pengurus KPS.Kader.
Residen.Pengurus KPS.Kader.
Puskesmas.Pengurus KPS.Kader.Masyarakatyang beresiko.
Studi Literatur.Diskusibersama kaderdan pengurusKPS.
Studi Literatur.Diskusibersama kaderdan pengurusKPS.
Studi Literatur.Diskusibersama kader,puskesmas danpengurus KPS.
Minggu IIdan IIIFebruari.
Minggu IIdan IIIPebruari.
MingguIVPebruaris.d IMaret.
Buku PedomanPengendalianPenyakit Diare(P2D).
Buku PedomanPengendalianPenyakit Diare(P2D).
KepalaPuskesmas.P.J. P2P.Kader.Pengurus KPS.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

3
3 Pelaksanaan kegiatan KPSdi RW 01 dan 03 sebagaisalah satu kegiatanPosyandu untukmenerapkan SAKA diaresebagai salah satu caramelakukan pencegahandiare pada balita.
3.1 Terlaksananya programkegiatan KPS yang akandilakukan melaluikegiatan Posyandu diRW 01 dan 03.
3.1.1 80% tersusunnya kegiatanKPS di RW 01 dan 03Kelurahan Cisalak Pasar.
3.1.2 Terbinanya 5 keluargabinaan denganpemasalahan diare padabalita di RW 01 dan 03.
3.9 Kader.Pengurus KPS.
Kader.Pengurus KPS.Ibu balita.
Diskusi.KIE.PSM.
Diskusi.KIE.PSM.
MingguIVFebruari.
Minggu IMaret s/dMingguIV April.
KepalaPuskesmas.PJ P2P.Kader kesehatan.Pengurus KPS.
Kader kesehatan.Pengurus KPS.
4 Evaluasi pelaksanaankegiatan KPS di RW 01dan 03 dalam pelaksanaanSAKA diare di rumah.
Terpantaunya kegiatan KPSdi RW 01 dan 03 untukmeningkatkan kopingadaptif penanganan diarebalita di RW 01 dan 03melalui supervisi, bimbingandan pengarahan.
4.1 Kader melakukansupervisi setiap bulansekali pada kegiatanKPS di RW 01 dan 03untuk meningkatkankoping adaptif di RW01 dan 03.
4.2 Petugas puskesmasmelakukan supervisisetiap bulan sekali padakegiatan KPS di RW 01dan 03
- 75% pelaksanaan programkegiatan KPS terkontrol secarakontinu
- 75% tersusun pelaporankegiatan KPS untuk puskesmas
- 75% ada rujukan dari kader kepuskesmas dan adanyapelaporan kegiatan KPS.
3.10 PJ P2PPuskesmas.Kader.Pengurus KPS.
PJ P2PPuskesmasKaderPengurus KPS
PJ P2PPuskesmasKaderPengurus KPS
FormatsupervisiDiskusi
FormatsupervisiDiskusi
FormatsupervisiFormat rujukanDiskusi
BulanApril danMei
BulanApril danMei
BulanApril danMei
KepalaPuskesmasPJ P2PKader kesehatanPengurus KPS
KepalaPuskesmasPJ P2PKader kesehatanPengurus KPS
KepalaPuskesmasPJ P2PKader kesehatanPengurus KPS
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

4
B. KEPERAWATAN KOMUNITAS
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
1 Penyusunan program upayapembinaan kesehatan balitadiare bersama masyarakatmelalui kegiatan “GerakanIbu Sayang Anak Diare”(GEISAD) sebagai salahsatu upaya pencegahandiare pada balita.
Menyusun rencana asuhankeperawatan komunitassecara komprehensif padaaggregate balita diare melaluikegiatan GEISAD.
Mensosialisasikan rencanasalah satu program Posyanduyaitu pelaksanaan asuhankeperawatan pada balita diaremelalui kegiatan GEISAD diRW 01 dan 03.
1.1.1 Adanya rencana asuhankeperawatan komunitashasil konsultasi dan revisi.
1.1.2 Adanya kegiatan GEISADdi RW 01 dan 03.
1.1.3 Adanya praktik penerapanSAKA diare pada kegiatanGEISAD di RW 01 dan 03.
1.1.4 Kegiatan dilakukan dalamupaya meningkatkanpencegahan diare balita.
1.1.5 Promosi kesehatan padaaggregate balita tentangcara pencegahan diaremelalui penerapan SAKAdiare di “TK Arrafah” dan“PAUD Abatasa”.
1 Pengurus KPS.Kader.Ibu balita.
Pengurus KPS.Kader .Ibu balita.Residen.Aggregat balita.
Studi literature.Diskusi.
KIE.
Minggu IIIFebruari.
Minggu IMaret s/dMingguIV April.
Supervisor.Studi literatur.
Supervisor.Studi literatur.
2 Pelaksanaan program kerjadalam upaya pencegahan diarepada balita dengan penerapanSAKA diare.
2.1 Menyusun jadwal danprogram kerja kegiatanGEISAD di RW 01 dan RW03.
2.2 Terlaksananya kegiatanGEISAD di RW 01 dan RW03 dengan penerapan SAKAdiare sebagai satu upayadalam pencegahan diarepada balita.
2.1.1 Tersusunnya jadwal kegiatanGEISAD di RW 01 dan 03.
2.1.2 75% kegiatan GEISAD dapatmelakukan penerapan SAKAdiare sebagai salah satu upayadalam pencegahan diare balita.
2 Pengurus KPS.Kader.Ibu balita.
Residen.Ibu balita.Kader.
PSM.KIE.KP.
PSM.KIE.KP.
MingguIVPebruaris/dMingguIV April.
MingguIVPebruaris/dMinggu IVApril.
Supervisor.Studi literatur.
Supervisor.Studi literatur.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

5
2.3 Terlaksananya kegiatanpromosi kesehatan padakelompok balita sebagaifaktor resiko terjadinyadiare.
2.3.1 Peserta kegiatan GEISAD diRW 01 dan 03 mampumelakukan kegiatan secaramandiri dengan supervisi darikader dan pengurus KPS.
2.3.2 Terjadi peningkatanpengetahuan, sikap, danketrampilan ibu balita tentangpenerapan SAKA diare untukpencegahan diare pada balita.
Residen.Ibu balita.Kader.Pengurus KPS.
KIE. Minggu IVMaret.
Studi Literatur.
3 Evaluasi hasil kegiatanpembinaan kesehatan balitadiare melalui GEISAD.
Evalusia tingkatkeberhasilan asuhankeperawatan komunitaspada aggregat balita diaremelalui kegiatan GEISAD.
3.1.1 80% program kegiatanGEISAD dilakukan melaluiPosyandu.
3.1.2 80% ibu balita yang ikutGEISAD dapat melakukanpenerapan SAKA diare secaramandiri.
3.1.3 Terjadi perubahan tingkatpengetahuan, sikap, danketrampilan ibu balita tentangpenerapan SAKA diare.
3 KepalaPuskesmas.Pengurus KPS.Kaderkesehatan.
Diskusi.Wawancara.Lembarevaluasi.
Minggu Is/d IIMei.
Supervisor.Studi literatur.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

6
C. KEPERAWATAN KELUARGA
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
1 Pengkajian pada 5 keluargadengan anggota keluargadengan balita diare.
Mengidentifikasi berbagaimasalah kesehatan sesuaidengan model Friedman.
Adanya hasil pengkajiankeluarga dengan balita diaresejumlah 5 keluarga.
1.1 Keluarga dengandengan balitadiare.
Wawancara.Observasi.Pemeriksaan fisik.Kunjungan rumah.
Minggu IIIs/d IVFebruari.
Studi literatur.Kader kesehatan.Keluarga.Pengurus KPS.
2 Melakukan analisis datadan menetapkan masalahkeperawatan keluarga.
Mengidentifikasi masalahkeperawatan keluarga yangmuncul berdasarkan hasilpengkajian.
Adanya rumusan masalahkeperawatan keluargaberdasarkan NANDA.
1.2 Keluarga denganbalita diare.
Diskusi.Kunjungan rumah.
Minggu IIIs/d IVFebruari.
Studi literatur.Keluarga.
3 Bersama keluargamerumuskan intervensiyang sesuai.
Menyusun rencana asuhankeperawatan keluargabersama keluarga.
Adanya rencana asuhankeperawatan keluarga untuksemua masalah keperawatanyang muncul.
1.3 Keluarga denganbalita diare.
Diskusi.Kunjungan rumah.
Minggu IIIs/d IVFebruari.
Studi literatur.Keluarga.
4 Melakukan intervensikeperawatan keluargakriteria kognitif, afektifdan perilaku dalampenerapan SAKA diare :a. Praktik pengolahan
LGG dengan modifikasiyang menarik.
b. Terapi gurita.c. Senam balita.
Melaksanakan intervensikeperawatan yang telahdisusun dan disepakatibersama keluarga.
90% intervensi dilakukanbersama keluarga untukmenyelesaikan masalah.
1.4 Keluarga denganbalita diare.
Demonstrasi.Coaching.Konseling.Pendidikankesehatan.Kunjungan rumah.
Minggu IVPebruaris/d IVApril.
Studi literatur.Keluarga.
5 Penyerahan laporankeluarga binaan.
Mengevaluasi kegiatan yangtelah dilaksanakan.
Adanya dokumen laporankeluarga kelolaan danresume.
11 Residen. Konsultasi.Diskusi.
Minggu IMei.
Studi literatur.Keluarga.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

7
7 Referat askep komunitas. 7.1 Mensosialisasikan modelatau intervensi terkait dgasuhan keperawatan padakomunitas denganmasalah diare pada balita.
Tersosialisasikannya modelatau intervensi terkait dgasuhan keperawatan padakomunitas dengan masalahdiare pada balita.
8 Residen. Presentasi( bahasa inggris).
Minggu Is/d IIApril.
Studi Literatur.
8 Mengevaluasi asuhankeperawatan keluargaberdasarkan tingkatkemandirian keluarga.
Mengidentifikasi pencapaiankemandirian keluarga.
75% pencapaian kemandiriankeluarga berada pada tingkatIV.
9 Keluarga.Residen.
Format evaluasi.Diskusi.Kunjungan rumah.
Minggu IVApril.
Studi Literatur.
9 Penyerahan laporanpraktek semester II kepadaSupervisor.
Mendokumentasikan hasilkegiatan praktek residensisemester II.
Tersusunnya laporan semesterII praktek manajemen,komunitas, dan keluarga.
11 Residen.Supervisor.
Studi literatur.Konsultasi.
Minggu Is/d IIMei.
Studi Literatur.
10 Penyerahan laporan akhir. Mendokumentasikan hasilkegiatan praktek residensisemester II.
Tersusunnya laporan semesterII praktek manajemen,komunitas, dan keluargasetelah dikonsultasikan.
11 Residen.Supervisor.
Studi literatur.Konsultasi.
Minggu Is/d IIMei.
Studi Literatur.
11 Sidang terbuka. Mendesiminasikan hasilpraktek residensi keperawatankomunitas.
Tersosialisasikannya kegiatanpraktek dengan masukan daritim perkesmas di luar FIK UI.
3 Residen.Supervisor.Tim Perkesmas.
Seminar. MingguIII s/d IVMei.
Studi Literatur.
12 Sidang tertutup. Mempertanggungjawabkanhasil kegiatan praktekresidensi .
Hasil kegiatan praktekresidensi selama 2 semesterdapat dipertanggungjawabkandidepan tim penguji.
4 Residen.Supervisor.Tim penguji.
Studi literatur.Konsultasi.
Minggu Is/d IIJuni.
Studi Literatur.
13 Penyerahan laporan KIA. Mendokumentasikan danmempublikasikan hasilpraktek residensi.
Dokumentasi dan publikasihasil praktek residensikeperawatan komunitas.
4 Residen.Supervisor.
Studi literatur.Konsultasi.
Minggu Is/d IIJuni.
Studi Literatur.
Depok, 16 Januari 2013Menyetujui:
Supervisor Utama, Supervisor, Residen
(Dra. Junaiti Sahar, S.Kp, M.App.Sc, Ph.D) (Henny Permatasari, SKp. M.Kep, Sp.Kep.Kom) (Asti Nuraeni)
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

FOTO KEGIATAN KONSELING KELUARGA
FOTO KEGIATAN PELATIHAN KADER POSYANDU
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

FOTO KEGIATAN KOMUNITAS GERAKAN IBU SAYANGANAK DIARE (GEISAD)
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

FOTO KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
KEGIATAN DINAMIKA KELOMPOK
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013