UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK...

69
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KKMP PADA ANAK PENDERITA LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DENGAN PEMBERIAN MADU UNTUK MENCEGAH MUKOSITIS AKIBAT KEMOTERAPI DI RSUP FATMAWATI JAKARTA KARYA ILMIAH AKHIR NERS SRI WAHYUNI, S.Kep 1106130192 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2014 Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KKMP PADA ANAK PENDERITA

LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DENGAN

PEMBERIAN MADU UNTUK MENCEGAH

MUKOSITIS AKIBAT KEMOTERAPI

DI RSUP FATMAWATI

JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

SRI WAHYUNI, S.Kep

1106130192

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI NERS

DEPOK

JULI 2014

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KKMP PADA ANAK PENDERITA

LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DENGAN

PEMBERIAN MADU UNTUK MENCEGAH

MUKOSITIS AKIBAT KEMOTERAPI

DI RSUP FATMAWATI

JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

SRI WAHYUNI, S.Kep

1106130192

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI NERS

DEPOK

JULI 2014

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

iv

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmatNya saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul

“Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Anak

Penderita Leukemia Limfositik Akut Dengan Pemberian Madu Untuk Mencegah

Mukositis Akibat Kemoterapi Di RSUP Fatmawati Jakarta” ini dengan

semaksimal mungkin, Karya Ilmiah Akhir Ners disusun untuk memperoleh gelar

Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis ingin

mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App., PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia atas segala fasilitas, sarana dan prasarana

yang diberikan untuk penulis selama mengenyam pendidikan.

2. Kuntarti, S.Kp, M. Biomed selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia.

3. Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep. An, selaku koordinator

Karya Ilmiah Akhir Ners.

4. Ibu Happy Hayati, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep. An, selaku pembimbing Karya

Ilmiah Akhir Ners dengan penuh kesabaran membimbing dan memberikan

masukan yang berguna bagi karya ilmiah ini.

5. Dr. Nani Nurhaeni, Skp, MN, selaku penguji yang telah memberikan saran

dan masukan yang berguna bagi karya ilmiah ini.

6. Ibu Ns. Ngatmi, Skp, selaku kepala ruangan Teratai lantai 3 selatan RS

Fatmawati.

7. Ibu Esti Suksesiarti, Skp, selaku pembimbing lahan praktik yang telah banyak

membimbing selama menjalani praktik profesi.

8. Direksi, Ka.Bidang Keperawatan, Ka.Instalasi & Ka. Ruangan PICU RSAB

Harapan Kita, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melanjutkan

pendidikan.

9. Suami, anak-anak, dan keluarga tercinta yang selalu setia memberikan

dukungan selama penyusunan karya ilmiah ini.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

vi

10. Teman-teman angkatan 2011 dan teman-teman reguler, yang telah bersama-

sama menjalani praktik profesi baik suka maupun duka hingga dapat

menyelesaikan karya ilmiah ini.

11. Rekan-rekan sejawat di Ruang Teratai lantai 3 Selatan RS Fatmawati Jakarta.

Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Depok, Juli 2014

Penulis

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Sri Wahyuni, S.Kep

Program Studi : Profesi Ners

Judul : Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan Pada Anak Penderita Leukimia Limfositik Akut

Dengan Pemberian Madu Untuk Mencegah Mukositis

Akibat Kemoterapi Di RSUP Fatmawati Jakarta.

Leukemia merupakan salah satu masalah kesehatan degeneratif daerah perkotaan

yang banyak menyerang anak-anak. Salah satu penatalaksanaan leukemia adalah

dengan terapi kemoterapi. Dampak dari kemoterapi dapat terjadi mukositis.

Mukositis merupakan inflamasi dan ulserasi pada mukosa mulut. Tujuan

penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan

keperawatan pada anak dengan leukemia limfositik akut yang menjalani

kemoterapi dilakukan tindakan oral care dengan madu sebagai pencegahan

terjadinya mukositis. Hasil dari tindakan oral care dengan madu ini terbukti

efektif dalam mengurangi komplikasi mukositis pasca kemoterapi. Rekomendasi

penulisan ini perawat perlu mengajarkan dan mengaplikasikan tindakan

kebersihan mulut dengan madu untuk menghindari terjadinya komplikasi lebih

lanjut akibat mukositis setelah kemoterapi.

Kata kunci : Leukemia, mukositis, oral care dengan madu

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Sri Wahyuni, S.Kep

Program Study : Professional Nurses

Title : Analysis of Urban Public Health Nursing Practice

In Acute Lymphocytic Leukemia Patients with

Chemotherapy by Giving honey to prevent mucositis in

Fatmawati State General Hospital.

Leukemia is one of degenerative health problems which is common in urban

children. One of the treatments is by doing leukemia chemotherapy. The impact of

chemotherapy can be mucositis. Mucositis is an inflammation and ulceration of

the oral mucosa. The purpose of this paper is to overview nursing care in children

with acute lymphocytic leukemia who undergo chemotherapy oral care be taken

with honey as the prevention of mucositis. The results of oral care with honey has

proven effective in reducing mucositis post chemotherapy complications.

Recommendation of this paper is that nurses need to teach and apply the oral

hygiene treatment with honey to avoid further complications due to mucositis

after chemotherapy.

Keywords: Leukemia, mucositis, oral care with honey

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum .............................................................................. 6

1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................................. 6

1.4. Manfaat Karya Ilmiah ............................................................................. 7

1.4.1. Perawat ......................................................................................... 7

1.4.2. Institusi Pelayanan Kesehatan ....................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Leukemia ............................................................................... 8

2.2. Klasifikasi Leukemia............................................................................... 8

2.2.1. Leukimia Akut .............................................................................. 9

2.2.2. Leukimia Kronik ........................................................................... 10

2.3. Etiologi Leukimia ................................................................................... 10

2.3.1. Faktor Eksogen ............................................................................. 11

2.3.2. Faktor Endogen ............................................................................. 11

2.4. Patofisiologi ............................................................................................ 11

2.5. Manifestasi Klinik ................................................................................... 12

2.6. Komplikasi Leukimia .............................................................................. 13

2.7. Pemeriksaan Diagnostik .......................................................................... 13

2.8. Penatalaksanaan Medis............................................................................ 15

2.9. Penatalaksanaan Keperawatan ................................................................. 17

2.9.1. Menajemen Keperawatan .............................................................. 17

2.9.2. Mukositis ...................................................................................... 18

2.9.3. Terapi Oral care dengan madu ...................................................... 20

2.9.4. Tehnik penggunaan madu untuk oral care ..................................... 20

BAB 3 ANALISIS KASUS

3.1. Pengkajian ............................................................................................. 22

3.2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 23

3.3. Rencana Keperawatan dan Implementasi ................................................. 24

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

xi Universitas Indonesia

3.4. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 26

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1. Profil Rumah Sakit .................................................................................. 27

4.2. Analisis Kasus Terkait KKMP ................................................................ 27

4.3. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait ...... 28

4.4. Alternatif Penyelesaian Masalah yang dapat Dilakukan ........................... 29

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ................................................................................................. 31

5.2. Saran ....................................................................................................... 31

5.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan ........................................................ 32

5.2.2. Bagi Pendidikan Keperawatan ....................................................... 32

5.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan ......................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 33

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

xii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Kelompok Kooperatif FAB mengenal

Leukemia Akut .............................................................................. 9

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

xiii Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Lampiran 1. WOC Leukemia

Lampiran 2. Pengkajian

Lampiran 3. Analisa Data

Lampiran 4. Rencana Asuhan Keperawatan

Lampiran 5. Catatan Perkembangan

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor penting dalam mewujudkan tujuan nasional dan

salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945. Salah satu upaya pembangunan dibidang kesehatan telah

dilakukan pemerintah sebagai bagian dari program pembangunan secara

berkesinambungan, menyeluruh dan terpadu.

Dalam Undang-Undang Nomor. 17 Tahun 2007 Rancangan Pembangunan

Jangka Panjang Kesehatan (RPJPK) Tahun 2005-2025 merupakan tantangan

masa depan pembangunan. Tujuan Pembangunan Kesehatan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh

Indonesia secara adil dan merata.

Masalah kesehatan di Indonesia timbul akibat perubahan iklim, peningkatan

pencemaran lingkungan serta perubahan gaya hidup yang tidak sehat.

Masalah tersebut menyebabkan Indonesia mengalami transisi epidemiologi,

dimana terjadi perubahan pola penyakit, dari penyakit infeksi menjadi

penyakit degeneratif. Banyak penyakit menular yang belum diatasi sudah

timbul penyakit tidak menular yang lain. Salah satu penyakit tidak menular

tersebut adalah penyakit kanker (Undang-Undang Kesehatan (RPJPK-N),

2005-2025).

Kanker merupakan penyakit yang menjadi salah satu masalah kesehatan di

masyarakat, baik di Indonesia maupun di Dunia. Setiap tahun 12 juta orang

menderita kanker dan 7,6 juta meninggal dunia karena kanker. Jika kondisi

ini tidak ditangani dan dikendalikan sejak dini, maka diperkirakan pada tahun

2030 akan terdapat 26 juta menderita kanker dan 17 juta diantaranya

meninggal karena kanker. Hal ini akan terjadi khusunya di negara miskin dan

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

2

Universitas Indonesia

berkembang (UICC, 2009 dalam panduan Hari ulang tahun Kanker sedunia,

2013).

Jenis kanker yang diderita oleh anak-anak sangat bervariasi, di Amerika jenis

kanker yang paling sering terjadi pada anak adalah leukemia, tumor otak,

sistem syaraf, dan limfoma sel tumor padat (NCI, 2009 dalam Nurhidayah,

2011). Sementara di Indonesia jenis kanker pada anak diprioritaskan ada

enam jenis kanker, yaitu leukemia, retinoblastoma, limfoma, osteosarkoma,

neuroblastoma, dan karsinoma nasopharing. Penentuan prioritas tersebut

berdasarkan tingkat gejala penyakit, prevalensi jenis kanker dan kemudahan

mengenal tanda, gejala, serta jenis kanker tersebut dalam menentukan

diagnosa.

Direktorat Jendral Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan

Kemenkes 2013 menyatakan, terjadi peningkatan jumlah kasus kanker baru

pada anak dan WHO memperkirakan 175.000 kasus baru kanker pada anak

dan sekitar 96.400 anak meninggal akibat kanker di seluruh dunia.

Pemerintah bersama organisasi masyarakat peduli kanker anak telah

mengembangkan program deteksi dini kanker pada anak dengan tujuan

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kanker,

peningkatan upaya masyarakat terhadap pencegahan, serta meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang pengobatan kanker yang tepat. Salah satu

jenis kanker pada anak tersebut adalah leukemia. Angka kejadian leukemia

limfositik akut di ruang Teratai lantai 3 selatan RSUP Fatmawati dalam 2

bulan terakhir pada periode April – Mei 2014 terdapat 28 kasus.

Leukemia (kanker darah) merupakan kanker yang terjadi pada jaringan

pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan

insiden pertahunnya 3 sampai 4 kasus per 100.000 anak-anak kulit putih yang

berusia di bawah 15 tahun. Leukemia lebih sering terjadi pada anak laki-laki

dibandingkan anak perempuan yang berusia di atas 1 tahun, awitan

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

3

Universitas Indonesia

puncaknya terjadi antara umur 2 dan 6 tahun (Margolin & Poplack, 1997

dalam Wong, 2009).

Penyebab leukemia sampai satt ini belum diketahui secara pasti. Penyebab

leukemia dapat dilihat dari faktor risiko beberapa penelitian yang dilakukan

antara lain, penggunaan pestisida, medan listrik, medan magnet, riwayat

keguguran, virus, radiasi bahan kimia, merokok dan mengkonsumsi

mariyuana saat hamil (Rose et al,1994 dalam Chandrayani, 2009).

Tanda dan gejala leukemia akibat disfungsi sumsum tulang terjadi penurunan

eritrosit yang berakibat anemia. Neutromia menjadi infeksi, penurunan

jumlah trombosit kecenderungan terjadi perdarahan, pembesaran hati, limfa,

dan kelenjar limfe. Pada susunan syaraf pusat/meningens dapat terjadi

peningkatan tekanan intra kranial dan iritasi meningen. Hipermetabolisme

dapat terjadi akibat sel-sel abnormal yang mengalami kekurangan zat besi

karena diambil oleh sel-sel yang mengaktivasi (Hockenberry & Wilson,

2009).

Penanganan kanker pada anak yang dilakukan secara tepat dan berkualitas

dapat mengendalikan jumlah dan penyebaran sel-sel kanker. Salah satu

penatalaksanaan terapi pada anak dengan leukemia adalah kemoterapi.

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan yang bersifat

sitotoksik. Pemberian kemoterapi bertujuan untuk menghambat pertumbuhan

kanker dan membunuh sel-sel kanker (Chabner, 2005 dalam Nurhidayah,

2011). Penatalaksanaan kemoterapi terdiri dari empat fase, yaitu fase induksi,

terapi profilaksis susunan syaraf pusat, terapi intensitifikasi, dan terapi

rumatan. Kemoterapi juga digunakan sebagai terapi pelengkap terhadap

tindakan lain seperti radiasi dan operasi (Hapsari, 2012). Dampak pemberian

obat-obatan kemoterapi juga memberikan efek negatif yang ditimbulkan

seperti depresi sumsum tulang, kebotakan akibat rambut rontok, gangguan

kulit, mual dan muntah, gangguan pada mukosa mulut (mukositis).

Komplikasi kesehatan mulut (mukositis) akibat kemoterapi bila tidak

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

4

Universitas Indonesia

diperhatikan dan ditangani secara tepat dapat menimbulkan gejala seperti,

sulit menelan, gangguan dalam bicara, perdarahan, dan hilangnya sensasi

rasa. Komplikasi mukositis yang tidak diatasi dapat menimbulkan masalah

lebih lanjut bagi penderita kanker, seperti gangguan pemenuhan nutrisi yang

akhirnya menyebabkan penurunan kualitas hidup penderita kanker

(Nurhidayah, 2011). Hal ini juga dikemukakan oleh Eilers (2004) bahwa

anak dengan mukositis memerlukan penyesuaian dosis kemoterapi. Mukositis

akan semakin buruk bila tidak ditangani secara tepat. Kondisi ini akan

memperpanjang penatalaksanaan kanker, proses keperawatan menjadi lebih

lama, meningkatkan biaya perawatan dan pada akhirnya menurunnya kualitas

hidup anak.

Mukositis merupakan inflamasi dan ulserasi pada mukosa mulut. Cara

penanganan mukositis telah dijelaskan melalaui berbagai penelitian.

Beberapa peneliti telah menggunakan oral care, chlorheksidin dan iodine,

tetapi masih belum dapat diaplikasikasikan langsung ke pasien. Penggunaan

chlorheksidine dan iodine juga sudah tidak digunakan lagi karena pasien anak

merasa tidak nyaman jika area mulutnya dibersihkan dengan chlorheksidin

dan tidak boleh tertelan. Selain itu Chlorheksidine dan iodine bila digunakan

dalam waktu lama akan menimbulkan iritasi, perubahan flora normal rongga

mulut, dan iodine dapat menimbulkan hipertiroid (Potting et al, 2006 dalam

Nurhidayah, 2011).

Cara lain untuk menangani mukositis akibat kemoterapi yaitu dengan

pemberian madu yang dioleskan pada bagian mukosa mulut. Cara ini

dirasakan lebih murah, nyaman dan lebih disukai oleh anak-anak. Keefektifan

pemberian madu pada mukosa mulut telah dijelaskan oleh Nurhidayah (2011)

tentang pengaruh pemberian madu pada mukositis, bahwa pemberian madu

dapat mencegah terjadinya mukositis, karena madu mengandung glukosa

oksidase yang akan mengkonversi glukosa menjadi glucose acid dalam

menghambat pertumbuhan bakteri (Evans & Flavin, 2008). Madu juga

mengandung anti mikroba, anti inflamasi, anti oksidan, perangsang

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

5

Universitas Indonesia

pertumbuhan jaringan dan mengandung vitamin, mineral dan zat gizi lainnya.

Cara lain dalam mencegah mukositis adalah dengan melakukan oral care

yang berkualitas, pemberian agent antiseptik, pembersih mulut yang lembut

dan lekukan dengan hati-hati, agent anti inflamasi. Agent alamiah dapat

diberikan seperti camomille, kamilosan cair, dan madu.

Peran dan tanggung jawab perawat sangat dibutuhkan dalam mencegah

terjadinya mukositis pada penderita Leukemia dengan kemoterapi. Perawat

dapat menentukan pelayanan keperawatan yang berkualitas untuk mengenal

mukositis akibat kemoterapi. Mukositis perlu ditangani secara komprehensif,

perawat berperan melakukan proses keperawatan yang dimulai dengan

pengkajian, diagnosa dan intervensi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian

merupakan langkah awal dalam menentukan intervensi dan asuhan

keperawatan yang tepat (Nurhidayah, 2013). Pengkajian mukositis dilakukan

dengan menggunakan alat pengkajian Oral Assessment Guide (OAG) yang

dirancang oleh Eilers, Bergen dan Petterson (1988), merupakan instrument

yang lengkap dalam mengkaji mukositis secara objektif (eritema, ulserasi,

oedem), subjektif dan fungsional (perubahan suara, perubahan fungsi

menelan).

1.2. Rumusan Masalah

Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel

immature) sel lekosit yang abnormal dan ganas. Sering disertai jumlah lekosit

yang berlebihan, dapat menyebabkan anemia trombositopenia (Hidayat,

2006). Salah satu intervensi yang dilakukan dan sangat efektif pada anak

penderita leukemia limfositik akut adalah kemoterapi. Selain efek terapi,

salah satu efek samping kemoterapi pada anak adalah mukositis.

Mukositis harus ditangani dengan baik dan dapat dilakukan dengan

bermacam intervensi. Beberapa penelitian merekomendasikan intervensi oral

care dengan penggunaan agen yang tepat dalam mencegah terjadinya

mukositis akibat kemoterapi. Mukositis merupakan inflamasi dan ulserasi

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

6

Universitas Indonesia

pada mukosa mulut. Jika mukositis tidak ditangani dengan baik maka akan

terjadi gangguan fisiologis maupun fungsional (Eilers, 2004).

Gangguan fisiologis dapat terjadi lesi, inflamasi berlebihan, nyeri dan infeksi.

Lesi dan infeksi pada mukositis dapat mengakibatkan predisposisi terjadinya

infeksi bakteri, jamur dan virus. Hal ini dapat mengancam kehidupan anak,

karena lesi dan infeksi dapat mengakibatkan infeksi sistemik. Gangguan

fungsional dapat mengakibatkan gangguan fungsi menelan, kesulitan

mengunyah dan berbicara. Dalam hal ini dibutuhkan peran perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi

masalah tersebut.

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan karya ilmiah akhir ners ini untuk

memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak leukemia

limfositik akut yang menjalani kemoterapi dengan pemberian madu

untuk mencegah terjadinya mukositis.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan:

(1) Hasil pengkajian pada anak Z dengan leukemia limfositik akut

yang menjalani kemoterapi.

(2) Diagnosis keperawatan pada kasus Anak Z yang menjalani

kemoterapi.

(3) Intervensi keperawatan pada anak Z yang terkait dengan pemberian

madu untuk mencegah mukositis akibat kemoterapi.

(4) Implementasi keperawatan pada anak Z yang menderita leukemia

dengan kemoterapi.

(5) Hasil evaluasi keperawatan pada kasus anak Z yang menderita

leukemia dengan kemoterapi.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

7

Universitas Indonesia

1.4. Manfaat Karya Ilmiah

1.4.1. Perawat

Karya ilmiah akhir ners ini dapat dijadikan sumber pengetahuan dalam

meningkatkan peran perawat sebagai care giver di bidang keperawatan

klinik khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan yang

profesional berkaitan dengan pasien anak tentang pengaruh pemberian

madu untuk mencegah mukositis dengan kemoterapi.

1.4.2. Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

mengembangkan standar asuhan keperawatan dalam memenuhi

kebutuhan perawatan anak, khususnya pada anak dengan masalah

onkologi.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

8 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Leukemia

Leukemia merupakan penyakit karena adanya proliferasi (pertumbuhan sel

imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai dengan

jumlah leukosit yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadi anemia

trombositopenia (Hidayat, 2006). Suriadi (2006) mendefinisikan leukemia

sebagai proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan

pembentuk darah. Leukemia merupakan jenis kanker darah yang sering

ditemukan pada anak-anak, insiden pertahunnya 3 sampai 4 kasus per

100.000 anak-anak kulit putih yang berusia di bawah 15 tahun (Margolin &

Poplack, 1997 dalam Wong, 2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa leukimia

merupakan jenis penyakit kanker darah dengan keganasan pada sumsum

tulang dan sistem limfatik akibat proliferasi sel leukosit yang imatur dalam

jaringan pembentuk darah yang disertai jumlah peningkatan jumlah leukosit

yang sering ditemukan pada anak-anak.

2.2. Klasifikasi Leukemia

Leukemia dikalsifikasikan menjadi beberapa jenis. Pengklasifikasian

leukemia yang sering digunakan adalah menurut French-American-British

(FAB). FAB mengkalsifikasikan leukemia yang terjadi pada anak-anak

menjadi dua jenis yaitu leukemia limfoid akut (acute lymphoid leukimia,

ALL) dan leukemia nonlimfoid (mielogenus) akut (acute nonlymphoid

(myelogenous) leukemia, ANLL/AML). Sinonim untuk ALL meliputi

leukemia limfatik, limfositik, limfoblastik, dan limfoblastoid. Istilah yang

sering digunakan leukemia sel tunas (stem cell) atau sel blast. Sinonim untuk

AML meliputi leukemia granulosit, mielositik, mielogenous, monoblastik,

dan monomieloblastik (Wong, 2009).

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

9

Universitas Indonesia

Tabel 2.1 Klasifikasi Kelompok Kooperatif FAB mengenal Leukemia Akut

Leukcmia Limfoblastik Akut

L – 1 Leukemia Limfositik Akut anak-anak, populasi sel homogen

L – 2 Leukemia Limfositik Akut pada dewasa, populasi sel heterogen

L – 3 Leukemia jenis limfoma Burkit sel besar, populasi sel homogen

Leukemia Mieloblastik Akut

M – 0 Berdiferensiasi minimal

M – 1 Diferensiasi granulositik tanpa maturasi

M – 2 Diferensiasi granulositik dengan maturasi sampai stadium promielositik

M – 3 Diferensiasi granulositik dengan promielosit hipergranular, dihubungkan dengan

koagulasi intravaskular diseminata

M – 4 Leukemia mielomonosit akut; garis sel monoisit dan granulosit

M – 5a Leukemia monosi akut; berdiferensiasi buruk

M – 5b Leukemiamonosit akut; berdiferensiasi baik

M – 6 Eritroblastosi yang menonjol dengan diseriptropoiesis berat

M – 7 Leukemia rnegakariosit

Dari Gralnick HR et al: Clasificalion of acule leukemie, Ann intem Med 87 (6): 740-753, 1977; Bennett JM el

al: Gritería for ihe diagnosis of acute leukemia. Ann Intern med 103 (3): 460-462, 1985: Sacher RA,

McPhcrson R: Widman's clinical interpretation of laborratory tests, ed 112, Philadelphia. 2000, FA Davis (Price

& Wilson, 2006).

Klasifikasi Leukemia lainnya berdasarkan tingkat maturasi sel dan dan tipe

sel asal, digolongkan menjadi:

2.2.1. Leukemia Akut

Leukemia akut merupakan leukemia sumsum tulang yang berakibat

terdesaknya komponen darah normal dan komponen darah abnormal

(blastosit) yang disertai penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia

akut memiliki perjalanan klinis yang cepat. Jenis leukemia akut, antara

lain:

a. Leukemia Mielositik Akut (AML)

LMA disebut juga leukimia mielogenous akut atau leukemia

granulosit akut (LGA) dari produksi mielosblast yang berlebihan.

LMA sering terjadi pada usia dewasa, dan jarang ditemukan pada

anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi sumsum tulang dan

ditemukan dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan infeksi,

perdarahan dan anemia.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

10

Universitas Indonesia

b. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA lebih sering menyerang pada anak-anak dengan presentasi

75%-80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik

yang menyebabkan anemia, memar (trombositopenia), dan infeksi

(neurotremia). Limfoblast biasanya ditemukan dalam darah tepi

dan selalu ada di sumsum tulang, hal ini menyebabkan terjadinya

limfadenopati, splenomegali dan hepatomegali, tetapi leukemia

limfositik pada anak 70% dapat disembuhkan.

2.2.2. Leukemia Kronik

Leukemia kronik merupakan suatu keganasan klonal limfosit B (jarang

pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan

akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang

berumur panjang. Jenis leukemia kronik, antara lain:

a. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)

Sering terjadi pada lansia dengan limfadinopati generalisata,

peningkatan jumlah lekosit disertai limfositosis. Perjalanan

penyakit biasanya jinak dan dengan pengobatan untuk mngurangi

gejala bila keluhan timbul.

b. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)

LMK sering terjadi pada leukemia granulosit kronis (LGK).

Adanya chromosom piladhelpia pada sel-sel darah dan krisis blast

fase ditandai dengan proliferasi tiba-tiba dengan peningkatan

mieloblast dalam jumlah besar.

2.3. Etiologi Leukemia

Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor risiko yang

diduga dapat menyebabkan terjadinya leukemia berdasarkan beberapa

penelitian diantaranya yaitu penggunaan pestisida, medan listrik, medan

magnet, radiasi, bahan kimia, riwayat keguguran pada ibu, ibu merokok saat

hamil dan memakai napza, konsumsi alkohol saat hamil radiasi pre natal dan

post natal, vitamin K dan sebagainya. Beberapa penelitian tentang anak

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

11

Universitas Indonesia

berisiko tinggi terkena leukemia yang tinggal di sekitar pembangkit listrik

tenaga nuklir pada radius 5 km (Hoffman, Tershuereen & Richardson, 2007

dalam Hapsari, 2012). Anak yang tinggal didekat jalan raya yang ramai dan

padat dengan produksi gas NO2 > 27,7 µg/m³ berisiko lebih tinggi terkena

leukemia akut (Amigrou et.al, 2011 dalam Hapsari, 2012).

Prince (2006) mengelompokkan faktor risiko yang dapat menyebabkan

leukimia terdiri dari faktor eksogen dan endogen, yaitu:

2.3.1. Faktor Eksogen

Faktor eksogen merupakan faktor dari luar tubuh seseorang yang dapat

menyebabkan seseorang berisiko menderita leukemia. Contoh dari

faktor eksogen diantaranya terpapar radiasi, zat kimia dan infeksi

virus. Radiasi khususnya yang mengenai sumsum tulang, peningkatan

leukemia terjadi penderita dengan kemoterapi dan radiasi. Terpapar zat

kimia dapat menyebabkan displasia sumsum tulang belakang, anemia

aplastik, dan perubahan kromosom yang menyebabkan terjadinya

leukemia.

2.3.2. Faktor Endogen

Faktor endogen penyebab leukemia yaitu karena herediter dan kelainan

genetik. Insiden dari faktor herditer terjadi dari sindrome down, yang

mempunyai insiden leukemia 20x lipat dan riwayat leukemia dari

keluarga. Insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung, insiden

20% dengan kembar monozigot. Sedangkan kelainan genetik terjadi

pada mutasi genetik dari gen yang mengatur sel darah merah tidak

diturunkan (Prince, 2006).

2.4. Patofisiologi

Leukemia merupakan jenis gangguan pada sistem hematopoetik yang fatal

terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe yang ditandai dengan

tidak terkendalinya proliferasi dari leukosit. Organ lain yang sering terkena

adalah limfa dan hati. Limfosit immature berproliferasi dalam sumsum tulang

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

12

Universitas Indonesia

dan jaringan perifer yang mengganggu perkembangan sel normal. Akibat dari

proses hematopoesis normal yang terhambat dapat terjadi penurunan leukosit,

eritrosit dan trombosit. Eritrosit dan trombosit dapat rendah atau tinggi, tetapi

selalu ada sel yang immature.

Sel immature tidak dengan sengaja menyerang dan menghancurkan sel darah

normal atau jaringan vaskuler. Penghancuran sel terjadi melalui kompetisi

dan infiltrasi yang terjadi pada unsur-unsur metabolik. Proliferasi dari satu

jumlah sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik dan

mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan menurun jumlahnya.

Pembelahan sel darah putih menyebabkan terjadinya infeksi karena

penurunan daya tahan tubuh dan akibat neutropenia. Sedangkan

trombositopenia dapat terjadi akibat penurunan produksi trombosit yang

mengakibatkan perdarahan yang ditandai dengan petekie, ekimosis atau

perdarahan kulit dan epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam

membran mukosa, serta perdarahan pada saluran cerah dan saluran kemih.

Invasi sel-sel leukemia ke dalam sumsum tulang secara perlahan akan

melemahkan tulang dan mengakibatkan fraktur, karena sel leukemia

menginvasi periosteum dan mengkibatkan rasa nyeri yang hebat. Infiltrasi sel

kanker juga menyerang ke berbagai organ menyebabkan pembesaran hati

(hepatomegali), pembesaran limfe (limfadenopati), dan splenomegali.

Infiltrasi sel kanker pada susunan syaraf pusat dapat mengakibatkan tekanan

intra kranial. Sel sel leukemia juga dapat menginvasi testis, ginjal, prostat,

ovarium, saluran cerna, dan paru-paru (Wong, 2009).

2.5. Manifestasi Klinik

Leukemia akut mempunyai tanda dan gejala awal yang mencolok. Adapun

gejala yang sering tampak adalah sebagai berikut:

1) Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia dan penurunan jumlah eritrosit.

2) Demam karena infeksi berulang akibat neutropenia dan penurunan sel

darah putih.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

13

Universitas Indonesia

3) Terdapat petekie, ekimosis, memar, epistaksis, hematoma akibat

penurunan jumlah eritrosit dan gangguan koagulasi.

4) Nyeri tulang akibat invasi sumsum tulang, kelemahan tulang dan invasi

periosteum.

5) Hepatomegali, splenomegali dan limfadenopati akibat infiltrasi sel-sel

leukemia ke organ-organ limfoid.

6) Sakit kepala hebat, irritabilitas, letargi akibat peningkatan tekanan

intrakranial dan pelebaran ventrikulus.

7) Papiledema, kaku kuduk dan kaku punggung, nyeri sampai dengan

terjadi penurunan kesadaran akibat iritasi meningen.

8) Penurunan berat badan, anoreksia, atropi otot akibat dari sel-sel normal

mengalami kekurangan zat gizi karena diambil alih oleh sel-sel yang

menginvasinya (Wong, 2009).

2.6. Komplikasi Leukemia

1) Terapi agresif pada kanker dimasa anak-anak telah mengalami

keberhasilan, namun mengalami keganasan baru dimasa selanjutnya

dibanding anak yang tidak menderita leukemia.

2) Regimen terapi, termasuk depresi sumsum tulang dihubungkan dengan

depresi sumsum tulang temporer dan peningkatan infeksi berat dapat

menimbulkan kematian.

3) Terapi remisi yang berhasil, sel-sel leukemik masih tetap ada,

meninggalkan gejala sisa (Corwin, 2009).

2.7. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis LLA dapat ditegakkan melalui beberapa cara menurut Muscari

(2009), antara lain:

1) Pemeriksaan sel darah

Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan

kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan

penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

14

Universitas Indonesia

limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita

LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.

2) Pemeriksaan sumsum tulang

Pada pemeriksaan sumsum tulang penderita leukemia akut ditemukan

keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel

leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel

yang matang tanpa sel antara (leukemik gap). Jumlah blast minimal 30%

dari sel berinti dalam sumsum tulang.

3) Pewarnaan Sitokimia

Pewarnaan sitokimia dapat menginformasikan jenis leukemia yang di

derita, apakah leukemia akut dari limfoid atau mieloid. Pewarnaan

sitokimia dengan pemeriksaan immunopheno-typing diagnosis leukemia

akut dapat diketahui apakah myeloid atau limfoid, bahkan LLA pada

differensiasi lebih lanjut apakah dari sel T atau sel B.

4) Pemeriksaan Sitogenik

Smeltzer dan Bare (2002) dalam Wahyudi (2013), mengungkapkan

bahwa analisis sitogenik menemukan banyak temuan terjadinya aberasi

kromosom pada penderita leukemia. Perubahan kromosom tersebut

meliputi perubahan angka, yang menghilangkan atau menambahkan

seluruh kromosom, mengubah struktur termasuk translokasi

(penyusunan kembali), inverse, delesi dan insersi. Pada keadaan ini,

terjadi perubahan dua kromosom atau lebih bahan genetik, yang

membuat perkembangan gen tersebut memulai terjadinya proliferasi sel

abnormal.

5) Ultrasonografi dilakukan untuk screening

6) Fungsi lumbal dilakukan untuk analisis cairan serebrospinalis (CSS)

kemungkinan adanya sel-sel leukemia, sel tumor otak, dan sel kanker

lainnya yang dapat bermetastasis ke dalam otak dan medulla spinalis.

7) Teknik pencitraan (CT scan, MRI dan ultrasonografi) digunakan untuk

mendeteksi massa tumor padat.

8) Biopsi untuk menentukan klasifikasi dan tahapan kanker.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

15

Universitas Indonesia

2.8. Penatalaksanaan Medis

Beberapa penatalaksanaan medis yang diberikan pada penderita leukimia

adalah transfusi, pemberian kemoterapi, immunosupresan, kortikosteroid dan

transplantasi susum tulang. Salah satu terapi ALL dengan kemoterapi.

Kemoterapi merupakan proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan

kimia yang bertujuan untuk membunuh dan memperlambat sel kanker

(Bowden, Dickey & Greenberg, 1998 dalam Apryani, 2010).

Penatalaksanaan medis tersebut antara lain:

1) Kemoterapi

Tujuan kemoterapi untuk mencapai remisi lengkap dengan

menghancurkan sel-sel leukemia sehingga sel-sel normal dapat tumbuh

lagi di sumsum tulang. Terapi leukemia pemakaian agen kemoterapi

dengan atau tanpa iradiasi kranial diberikan dalam empat tahapan, yaitu:

a. Induksi selama 4-6 minggu

Obat yang digunakan kortikosteroid, VCR ( vincristin 1 x/mgg, total

4-6 dosis), L-asparaginase dengan atau tanpa doxorubicin. Induksi

lengkap apabila sel blast dalam sumsum tulang kurang 5%.

b. Intensifikasi atau konsolidasi

Tujuan konsolidasi untuk menurunkan lebih besar lagi jumlah sel

leukemia dalam tubuh anak. Obat yang digunakan adalah L-

asparaginase, MTX (metrotrexate) dosis tinggi, atau dosis menengah

dari MTX dengan leukovorin, VCR, doxorubicin, steroid, cytarabin

secara IM atau oral dan pemberian mercaptopurin. Diberikan selama

6 bulan pertama pengobatan.

c. Terapi propilaksis sistem persyarafan

Tujuan terapi profilaksis untuk mencegah infiltrasi sel leukemia ke

sistem saraf pusat. Obat yang digunakanan intratekal MTX

(metotreksat) atau tripel intratekal kemoterapi (MTX, cytarabine, dan

hidrokortison). Pengobatan selama induksi dan konsolidasi serta

dipertahankan untuk mencegah penyakit dari susunan syaraf pusat.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

16

Universitas Indonesia

d. Maintenance atau Rumatan (selama 2,5-3 tahun)

Tujuan maintenance mempertahankan remisi dan menurunkan sel

leukemia lebih besar dari tahap selanjutnya. Obat yang digunakan G-

mercaptopurin oral setiap hari, MTX 1x/mgg, steroid dan VCR

secara intermiten. Selama tahap ini dilakukan pemeriksaan darah 1

x/mgg atau 1x/bln untuk melihat respon dari sumsum tulang.

Mielosupresi (jumlah netropil < 1000/mm3) atau terjadi efek toksik,

maka terapi sementara dihentikan atau diturunkan. Reinduksi karena

relaps biasanya digunakan prednison dan VCR dan dikombinasi

obat-obat lain yang tidak pernah diberikan. Prognosanya biasanya

buruk.

2) Transfusi darah

Diberikan jika kadar HB < 6%, pada trombositopenia dan perdarahan

masif diberikan tranfusi trombosit.

3) Kortikosteroid

Terapi prednison, dexametason, kortison dan sebagainya diberikan

setelah masa remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan

gejala klinik membaik) dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya

dihentikan.

4) Immunoterapi

Immunoterapi diberikan setelah tercapai masa remisi dan jumlah sel

leukemia cukup rendah (105-106) immunoterapi dapat diberikan.

Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian immunisasi BCG

dengan Crinae Bacterium bertujuan untuk terbentuknya antibodi yang

dapat memperkuat daya tahan tubuh.

5) Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak

karena kanker dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang

rusak disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

17

Universitas Indonesia

2.9. Penatalaksanaan Keperawatan

2.9.1. Manajemen Keperawatan

Asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia secara langsung

berhubungan dengan regimen terapi yang diberikan. Perawat

mempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

mengkaji masalah-masalah yang dihadapi pasien leukemia yang

menjalani kemoterapi. Proses keperawatan merupakan tahapan dalam

memberikan asuhan keperawatan. Langkah-langkah dalam proses

keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi, dan evaluasi (Asmadi, 2008).

Pada pengkajian pasien leukemia dengan riwayat penyakit dan

pemeriksaan fisik memberikan tanda pertama yang menunjukkan

adanya penyakit neoplastik. Tanda tersebut seperti perasaan letih,

penurunan selera makan, sakit kepala, dan perasaan tidak enak badan.

Kondisi seperti ini dapat menimbulkan beberapa masalah keperawatan

diantaranya yaitu kekurangan volume cairan, risiko tinggi infeksi,

perubahan nutrisi, nyeri, risiko cedera, mual, intoleransi aktivitas,

gangguan citra tubuh, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, dan

kurang pengetahuan (Wong, 2009).

Intervensi keperawatan ditujukan pada pasien leukemia dan juga

keluarga pasien. Tujuan dari intervensi keperawatan yang diberikan

yaitu anak akan mendapatkan kesehatan primer yang tepat, anak dan

keluarganya akan disiapkan untuk prosedur diagnostik dan terapi.

Anak akan mengalami komplikasi immunosupresi yang minimal,

permasalahan iradiasi dan toksisitas obat yang akan ditangani,

keluarganya akan mendapatkan dukungan dan penyuluhan yang

adekuat. Implementasi keparawatan merupakan tahap melakukan

tindakan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.

Perawat, pasien dan keluarga bekerja sama dalam memahami berbagai

macam terapi, mencegah efek samping, mengamati timbulnya efek

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

18

Universitas Indonesia

terapi, dimasa depan, dan membantu anak serta keluarga agar dapat

hidup normal dan mampu mengatasi aspek-aspek emosional akibat

penyakit (Wong, 2009).

Intervensi/tindakan keperawatan anak dengan leukemia limfositik akut

menurut Muscari (2005) adalah membantu menjamin remisi sebagian

atau lengkap dari penyakit dan pemberian kemoterapi, mencegah

komplikasi kemoterapi, radiasi, dan transplantasi sumsum tulang,

memantau dan meminimalkan kedaruratan onkologik pediatric,

mencegah infeksi, mencegah trauma akibat perdarahan, mencegah

terjadinya mukositis, mencegah terjadinya nyeri, mempertahankan

hidrasi dan nutrisi yang adekuat, meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan anak yang sehat, membantu koping orang tua dan anak

dalam menghadapi proses terjadinya penyakit dan proses berduka.

Hasil akhir yang diharapkan, kebutuhan cairan dapat dipertahankan,

kejadian infeksi dapat diminimalkan (tanda-tanda perdarahan dan

infiltrasi tidak ada, nilai laboratorium dalam batas normal), nyeri dapat

berkurang atau hilang sesuai dengan tingkatan yang dapat diterima

pasien, kebutuhan rasa nyaman terpenuhi tanpa ada rasa nyeri,

kebutuhan pemenuhan nutrisi terpenuhi, mual dan muntah berkurang,

makan habis sesuai dengan porsi yang disediakan, pasien dapat

melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya, kemampuan

motorik dan kemampuan komunikasi dapat dipertahankan, anak dan

keluarga dapat menunjukkan koping yang positif, pasien dan keluarga

memahami penyakit, prognosis, dan pengobatan yang diberikan

(Wong, 2009).

2.9.2. Mukositis

Mukositis merupakan efek destruktif pada mukosa mulut akibat

kemoterapi, bereaksi secara cepat dan langsung menyebabkan

terjadinya mielosupresi dan immunosupresi. Mukositis

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

19

Universitas Indonesia

menggambarkan adanya reaksi efek toksik pada saluran pencernaan

dari mulut sampai anus yang merupakan akibat agen kemoterapi dan

radiasi ditandai dengan eritema, ulcer, dan kemudian menjadi lapisan

putih kekuning-kuningan (pseudomembran), nekrosis dan perdarahan

spontan. Efek mukositis terjadi 3 hari setelah pemberian kemoterapi

pertama, lebih jelas tampak pada hari ke 5-7, mukositis yang disertai

ulcer timbul pada hari ke 7 setelah dimulainya kemoterapi (Eilers,

2004).

Mukositis menyebabkan rasa sakit, susah menelan dan membuka

mulut, rasa sakit waktu mengunyah makanan, dan dapat menjadi pintu

gerbang masuknya bakteri. Lesi terjadi pada daerah non-keratinisasi

seperti ; mukosa bukal, labial, lateral lidah, dasar mulut, dan palatum

lunak. Infeksi mulut terjadi karena adanya sitotoksik sebagai faktor

predisposisi yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Tidak di mulut

saja yang terinfeksi, tetapi karena kehilangan epitel oral yang berperan

sebagai barier pelindung infeksi lokal dan sebagai pintu gerbang

masuknya mikroorganisme ke dalam sirkulasi sistemik. Bila integritas

mukosa rusak maka infeksi local dan infeksi sistemik dapat terjadi

yang disebabkan flora normal di rongga mulut seperti nosokomial dan

organism opportunistik (Haris, et.al, 2008).

Pemeriksaan dan penilaian pada mukosa mulut hendaknya dilakukan

segera sebelum dimulai perawatan dan pengobatan kanker.

Pemeriksaan diharapkan dapat memberikan penyembuhan kanker yang

adekuat. Evaluasi pada mukosa mulut dapat mendeteksi komplikasi

yang akan terjadi dan dapat mendidik pasien dan keluarga agar

menjaga kesehatan rongga mulut.

Obat oral kanker yang dapat menyebabkan terjadinya mukositis adalah

amsacrine, bleomicyn, cisplatin, cytarabine, daunorubicin,

doxorubicin, epirubicin, etoposide, 5-fluorouracil, idarubucin,

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

20

Universitas Indonesia

methotrexate, mitoxantrone, dan vinblastine. Jenis obat kemoterapi

berpengaruh terhadap tejadinya mukositis. Hal tersebut berkaitan

dengan tingkat potensi yang menyebabkan mukositis atau disebut juga

mukosatoksik. Tidak semua agen kemoterapi bersifat mukosatoksik

(Cancer Care Nova Stovia, 2008).

2.9.3. Terapi Oral Care dengan Madu untuk Mencegah Mukositis

Berdasarkan hasil penelitian Nurhidayah (2011), maka perawat yang

berada di tatanan klinik harus memikirkan kondisi klien untuk

terhindar dari mukositis akibat reaksi kemoterapi. Salah satu cara yang

harus dipertimbangkan diantaranya melakukan perawatan oral care

dengan agen yang tepat (agen pembersih mulut dan agen topical).

Terapi oral care dengan menggunakan madu.

Salah satu terapi nonfarmakologik adalah dengan pemberian madu

pada tindakan keperawatan oral care. Madu jenis terapi yang murah,

efektif, menimbulkan rasa enak dan mudah diberikan pada anak.

Menurut beberapa penelitian madu juga merupakan zat yang kaya

nutrisi dan memiliki efek terapiutik. Efek terapiutik tersebut karena

madu mempunyai viskositas tinggi, memiliki PH rendah yang

menyebabkan bakteri sulit hidup pada kondisi tersebut. Madu memiliki

zat anti oksidan, zat stimulant, anti inflamasi, pertumbuhan jaringan,

asam amino, vitamin, enzim dan mineral. Madu memiliki enzim

glukosa, oksidase yang akan mengkonversi glucosa menjadi glucose

acid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Elvan & Flavin,

2008 dalam Nurhidayah, 2011).

2.9.4. Teknik Penggunaan Madu untuk Oral Care

Madu yang digunakan untuk mencegah mukositis adalah madu yang

bersifat medical honey. Jenis madu yang murni, higienis dan sudah

diolah secara tepat, telah dilakukan pemeriksaan, tidak mengandung

zat berbahaya / bakteri (Evans & Flavin, 2008). Madu yang digunakan

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

21

Universitas Indonesia

adalah madu PERUM PERHUTANI, jenis madu hutan multi flora

yang telah diuji kualitasnya oleh Pusat Pelebahan Nasional Perhutani

(Pusat Pelebahan Perhutani, 2008).

Madu digunakan sebagai agen topikal dilakukan setelah menyikat gigi,

dengan cara mengambil 20 cc madu kemudian dioleskan pada mukosa

rongga mulut, yaitu mukosa bukal di kedua pipi, di bawah lidah,

mukosa di bagian labia bagian dalam. Oleskan sampai seluruh rongga

mulut diberikan madu, tunggu hingga 5 menit, anjurkan anak untuk

menelan madu tersebut perlahan-lahan. Setelah agen topikal

dilanjutkan dengan cairan kumur (mouthwashes). Cairan kumur dibuat

dengan 15 cc madu dicampur dengan 50 cc air minum. Sebelum

berkumur ajarkan anak untuk menggunakan cairan kumur dengan cara

menggerakkan cairan kumur di mulut dengan gerakan seperti

menghisap (sucking) dan gerakan seperti meniup balon (ballooning),

lakukan selama 60 detik dan bilas dengan air minum. Langkah

berikutnya oleskan bibir dengan madu secukupnya, bagian pinggir

bibir bersihkan dengan kassa lembab sebelum dioleskan madu.

American Academy of Pediatric Dentry (AAPD), pada penderita

kanker yang menjalani kemoterapi sebaiknya dilakukan oral care 2

atau 3 kali sehari dengan status hematologi tertentu (Rasyad, et.al.

2008 dalam Nurhidayah, 2011).

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

22 Universitas Indonesia

BAB 3

ANALISIS KASUS

3.1. Pengkajian

Klien An. Z (7 tahun 8 bulan), pendidikan sekolah dasar (SD). Masuk rumah

sakit tanggal 13 Mei 2014 dengan diagnosa medis Leukemia Limfositik Akut

(LLA) tipe 2 pada fase induksi minggu 0. Alasan klien masuk rumah sakit

adalah untuk dilakukan kemoterapi. Saat dilakukan pengkajian klien

mengeluh lutut sebelah kirinya terasa nyeri dengan skala nyeri 5

menggunakan Numeric Rating Scale (NRS), menilai nyeri dengan menilai

intensitas nyeri pada skala numerik 0-10, cepat lelah, pucat, pusing dan tidak

nafsu makan karena sering sariawan. Keluhan ini dirasakan selama sebulan

sebelum masuk rumah sakit. Riwayat penyakit sebelumnya, klien pernah

dirawat selama sebulan, sebelum masuk rumah sakit dengan diagnosa

anemia (HB 3 mg/dl) dan mendapatkan tranfusi darah. Setelah HB meningkat

pasien diijinkan pulang dan direncanakan untuk dilakukan Bone Morrow

Puncture (BMP). Hasil BMP ALL (FAB L2) dan direncanakan untuk

dilakukan kemoterapi setelah keadaan umum membaik.

Saat ini klien dirawat dengan kondisi fisik yang lemah, banyak berbaring di

tempat tidur dan terlihat pucat, kaki sebelah kiri tampak lebih kecil dari

sebelah kanan, lutut sebelah kiri tampak udema. Ibu klien mengatakan bahwa

An. Z sering mengeluh cepat lelah, pusing, tidak nafsu makan, dan lutut

sebelah kirinya terasa nyeri. An. Z juga sering memar dan bila memar lama

hilang lebih dari seminggu, sering sariawan dan gusi tampak kemerahan.

Orang tua klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga lainnya yang

menderita leukemia atau penyakit kanker. Hasil pemeriksaan fisik yang

dilakukan tanggal 21 Mei 2014 didapatkan data kesadaran compos mentis,

berat badan saat dikaji 28 kg (sebelumnya 30 kg), tinggi badan 124 cm, LLA

2, IMT 28/1,24² = 28/1.53= 18. Hasil pengukuran tanda vital didapatkan suhu

36.7°C, frekuensi pernafasan 26 x/menit, nadi 92 x/menit, dan tekanan darah

100/60 mmHg.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

23

Universitas Indonesia

Hasil pemeriksaan fisik Head To toe diperoleh data bentuk kepala simetris,

kulit kepala dan rambut bersih, distribusi rambut merata, pupil isokor, reaksi

terhadap cahaya kanan dan kiri baik, konjungtiva pucat, sklera mata tidak

ikterik, membran mukosa mulut lembab, kedua telinga bersih, serumen tidak

ada, fungsi pendengaran kedua telinga baik, pada leher tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar getah bening dan pembesaran vena

jugularis, fungsi menelan baik, bentuk dada simetris, retraksi tidak ada, bunyi

nafas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2 normal, CRT < 2 detik, pada

abdomen datar dan supel, bising usus 5-10 x/menit, keluhan mual dan

muntah setelah seminggu kemoterapi intratekal dan masih merasakan nyeri.

Pada pemeriksaan darah lengkap tanggal 20 Mei 2014 didapatkan hasil

Hemoglobin 9.9 mg/dl (hasil setelah tranfusi packed cell 250 cc), hematokrit

27%, lekosit 1.6 ribu/ul, dan trombosit 29 ribu/ul. Gambaran pemeriksaan

darah tepi: Anemia normosistik normokrom, lekosit dengan kesan jumlah

mieloblast 38%, trombosit dengan kesan jumlah turun morfologi rendah,

kesan masih ditemukan blast 38%, kesan: ALL fase induksi minggu 0 hari ke

2. Faktor pembekuan darah : PT 93, APTT 47. Pemeriksaan BMP tanggal 7

Mei 2014 pada SIAS Dextra didapatkan gambaran sumsum tulang: kelainan

morfologi tidak ditemukan, mielosid tidak ditemukan, jumlah megakorosit

kurang, bentuk megakorosit normal, pembentukan rubosit kurang, pewarnaan

SBB negatif, limfhoblas 90,5%, smudge cell positif, kesan sesuai dengan

ALL (FAB Tipe 2), saran Immunophenotyping. Hasil Echo tanggal 18 Mei

2014 Normal. Hasil Konsul THT kesan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi

pada kedua telinga.

3.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan data-data yang didapatkan

pada tahap pengkajian, data yang terkumpul selanjutnya dikelompokkan

untuk dianalisis. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan beberapa masalah

keperawatan yang ditemui pada An. Z yaitu nyeri akut pada bagian lutut kiri

akibat sel-sel leukemia menginvasi periosteum, risiko kerusakan membran

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

24

Universitas Indonesia

mukosa mulut (mukositis) akibat penurunan daya tahan tubuh dan komplikasi

kemoterapi serta gangguan pemenuhan nutrisi akibat mual dan tidak nafsu

makan. Tahap selanjutnya yaitu memprioritaskan masalah keperawatan

berdasarkan masalah yang paling dirasakan oleh klien. Prioritas masalah

keperawatan pada an. Z adalah gangguan pemenuhan nutrisi, nyeri akut, dan

risiko kerusakan membran mukosa mulut.

3.3. Rencana dan Implementasi Keperawatan

Rencana keperawatan merupakan serangkaian rencana tindakan keperawatan

yang berisi tujuan dan kriteria hasil yang disusun untuk mengatasi masalah

keperawatan yang ada. Rencana keperawatan yang disusun berdasarkan

prioritas diagnosis keperawatan pada an Z, yaitu:

Diagnosis ke 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24

jam, diharapkan kebutuhan dan status nutrisi klien

terpenuhi secara adekuat.

Intervensi Keperawatan:

- Memonitor pemasukan dan pengeluaran

- Mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dan pola diet yang disukai dan tidak

disukai.

- Menganjurkan pasien dan keluarga untuk makan sedikit tapi sering,

sebatas diet yang dianjurkan.

- Mengukur tanda-tanda vital

Hasil:

- Pemasukan makan habis 1/3 porsi, minum air putih 100 cc, susu 100 cc

dan pengeluaran Bak 150 cc

- BB 28 kg, TB124 cm (BB sebelum masuk RS 30 kg)

IMT 2n+8= 15+8=23 Kg

( IMT = indeks masa tubuh, n=Usia).

- Kebutuhan kalori : 75 x BB= 2100 Kalori, kalori yang diberikan 2000

kalori.

- Suhu 37° C, Nadi 84 x/menit, Pernafasan 24 x/menit, TD 100/60 mmHg

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

25

Universitas Indonesia

Diagnosis ke 2 : Nyeri akut

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam,

diharapkan klien mengungkapkan rasa nyerinya berkurang

sesuai dengan tingkatan yang bisa diterima anak.

Intervensi Keperawatan:

- Mengkaji tingkat rasa nyeri klien

- Mengukur tanda-tanda vital

- Meminimalkan tindakan invasif untuk mengurangi rasa nyeri, bila klien

tidur, pemberian terapi atau tindakan invasive dapat ditunda.

- Memberi terapi analgetik sesuai program, terapi Ibuprofen 20 mg/ oral.

- Memonitor dan mengevaluasi efektivitas terapi analgetik dengan

memperhatikan tingkat kesadaran dengan dosis. Untuk menentukan

perubahan dosis, waktu pemberian, atau jenis obat (Wong, 2009).

Hasil:

- Skala nyeri klien 5 (dengan menggunakan Numeric Rating Scale, menilai

nyeri dengan menilai intensitas nyeri pada skala numerik 0-10

- Suhu 36.8°C, nadi 92 x/menit, pernafasan , 22 x/menit, tekanan darah

100/60 mmHg.

- Klien memilih dengan kompres hangat pada lutut dan mendengarkan

musik lewat hand phone.An. Z tampak lebih nyaman saat dikompres

bagian lututnya sambil mendengarkan musik dan terapi analgetik,

ibuproven 20 mg.

Diagnosis ke 3 : Risiko kerusakan mukosa mulut

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan kebersihan mulut dan integritas jaringan

sekitar mulut terjaga dan tidak terjadi kerusakan kulit dan

mukosa mulut.

Intervensi keperawatan:

- Mengkaji kebersihan mulut setiap hari

- Mengkaji pemahaman dan pentingnya melakukan kebersihan mulut.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

26

Universitas Indonesia

- Memberikan edukasi tentang kebersihan mulut dengan menggunakan

madu

- Memberi motivasi klien dan keluarga untuk melakukan kebersihan mulut

setiap hari dimulai dengan menyikat gigi dengan sikat gigi yang lembut

(setelah makan dan sebelum tidur) dengan madu.

- Menganjurkan klien dan keluarga untuk memilih makanan yang lembut,

lunak, tidak asam dan hindari permen bergula dan permen karet.

- Melakukan kolaborasi jika mukosa mulut terdapat jamur dan gejala

mukositis memburuk.

Hasil:

- Mukosa mulut lembab, gusi tampak udem dan kemerahan, dan terdapat

sariawan di bawah lidah

- Klien mengatakan menyikat gigi hanya sekali pada pagi hari

- Madu dioleskan di seluruh mulut klien, diamkan 5 menit, anjurkan klien

menelan perlahan. Madu untuk kumur (setelah madu 20 cc dicampur

dengan air putih matang), anjurkan klien untuk berkumur dengan gerakan

menghisap (sucking) dan seperti meniup balon (balloing) selama 60 detik

dan bilas dengan air putih. Dilanjutkan dengan mengoleskan madu di bibir

klien, sebelumnya bersihkan pinggir bibir dengan kasa lembab.

3.4. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x 24 jam yaitu masalah perubahan status nutrisi teratasi sebagian,

ditandai dengan klien mengatakan makan habis ½ porsi, mual masih ada.

Masalah nyeri teratasi sebagian, ditandai nyeri pada lutut sebelah kiri sedikit

berkurang setelah dikompres dengan air hangat, tetapi masih sulit digerakkan.

Risiko kerusakan membran mukosa mulut teratasi sebagian, ditandai tidak

adanya kerusakan membran mukosa pada mulut tetapi klien masih menolak

untuk menyikat gigi 2x sehari.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

27 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisis situasi yang terkait dengan pelaksanaan asuhan

keperawatan pada An. Z dengan leukemia yang sedang menjalani pengobatan dan

perawatan di ruang Teratai Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati. Analisis situasi

yang dilakukan meliputi tentang profil lahan praktek, analisis masalah

keperawatan dengan konsep KKMP dan Konsep kasus terkait, analisis salah satu

intervensi dengan konsep dan penelitian terkait serta alternatif pemecahan

masalah yang dapat dilakukan.

4.1. Profil Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Fatmawati adalah rumah sakit

umum pusat rujukan nasional. Bentuk pelayanan unggulan Rumah Sakit

Umum Pemerintah (RSUP) Fatmawati antara lain sebagai pelayanan rawat

inap yang terdiri dari, kelas I, kelas II, kelas III, dan ruang perawatan khusus.

Ruang Teratai lantai 3 selatan merupakan ruang perawatan anak kelas III

penyakit dalam. Ruangan tersebut antara lain, ruang infeksi, non infeksi, dan

High Care Unit (HCU). Ruang Teratai dengan kapasitas 42 tempat tidur, dan

merawat pasien anak penyakit dalam berusia 1 sampai 18 tahun.

4.2. Analisis Kasus Terkait KKMP

KKMP merupakan suatu tindakan yang digunakan oleh perawat untuk

mencapai tujuan asuhan keperawatan dan pelayanan pada klien masyarakat.

Tindakan keperawatan di masyarakat ini bisa diterapkan di lahan klinik

dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur dan

penyakit yang ada di masyarakat. Khususnya pasien dengan leukemia yang

banyak ditemukan di rumah sakit. Masalah kesehatan tersebut timbul karena

kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan terlambatnya pasien ke rumah

sakit yang biasanya sudah dalam stadium lanjut.

Faktor utama yang memperburuk prognosa pada leukemia adalah jumlah

lekosit dalam darah. Jumlah lekosit > 50.000/m³ memiliki prognosa lebih

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

28

buruk menurut Bangun, M (2012). Pada analisa data di tegakkan diagnosa

risiko infeksi. Proliferasi dari satu jumlah sel sering mengganggu produksi

normal sel hematopoetik dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan

menurun jumlahnya. Pembelahan sel darah putih menyebabkan terjadinya

infeksi karena penurunan daya tahan tubuh akibat neutropenia. Masalah

keperawatan yang muncul pada klien adalah perubahan pemenuhan

kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Masalah keperawatan kedua

adalah nyeri, dan ketiga risiko kerusakan membran mukosa mulut.

4.3. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian terkait

Pelaksanan intervensi keperawatan kepada klien dilakukan secara

komprehensif. Terkait masalah risiko kerusakan membran mukosa mulut

yang muncul pada klien, maka salah satu intervensi yang dilakukan oleh

penulis terkait aplikasi tesis tentang pemberian madu pada tindakan

keperawatan oral care untuk mencegah mukositis pada pasien kanker dengan

kemoterapi. Tesis yang penulis adaptasi berjudul pengaruh pemberian madu

dalam tindakan keperawatan oral care terhadap mukositis akibat kemoterapi

pada anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia Program Magister Ilmu Keperawatan

Kekhususan Keperawatan Anak pada bulan Juli 2011.

Intervensi yang dilakukan pada An. Z selama 3 hari setelah kemoterapi awal

(window terapy) melalui intra tekal dengan terapi MTX (metotreksat) 12 mg

bibir tampak pecah-pecah dan gusi kemerahan. Setelah fase awal tahap

konsolidasi dengan terapi VCR (vincristin) 1,5 mg, DNR 30 mg, Leonase

6000 iu, mukosa mulut tampak kemerahan, terdapat lesi di bawah lidah, klien

malas untuk mengunyah makanan. Salah satu efek samping kemoterapi

pada anak adalah mukositis yang merupakan inflamasi dan ulserasi pada

mukosa mulut. Akibat mukositis dapat terjadi gangguan fisiologis maupun

fungsional. Gangguan fisiologis dapat terjadi adanya lesi, inflamasi

berlebihan, nyeri dan infeksi. Gangguan fungsional yaitu fungsi menelan,

kesulitan mengunyah dan berbicara. Keluhan dan tanda yang ditemukan pada

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

29

An. Z sejalan dengan Nurhidayah (2011), mukositis dapat mengakibatkan

predisposisi terjadinya infeksi bakteri, jamur dan virus. Hal ini dapat

mengancam kehidupan anak, karena lesi dan infeksi dapat mengakibatkan

infeksi sistemik, sehingga penulis dapat menegakkan diagnosa risiko

kerusakan membran mukosa mulut.

Intervensi yang dilakukan penulis dalam mencegah meminimalkan risiko

kerusakan membran mukosa mulut dengan melakukan kebersihan mulut

menggunakan madu perhutani. Pasien diberi motivasi cara penggunaan dan

manfaat dari madu tersebut. Untuk kebersihan mulut selalu diawali dengan

menggosok gigi, dilanjutkan dengan mengoleskan madu di seluruh rongga

mulut selama 5 menit, dilanjutkan dengan berkumur selama 60 detik dengan

cairan kumur 20 cc madu dicaikan dengan 50 cc air putih, terakhir dengan

mengoleskan madu pada bibir.

Pasien tidak mau menggosok gigi terlebih dahulu, pasien lebih senang

melakukan kebersihan mulut dengan madu, karena menurut pasien bila

meggosok gigi terasa mual dan ingin muntah, kadang berdarah. Keluhan ini

sesuai dengan American of Academy Pediatry Dentry (AAPD, 2008 dalam

Nurhidayah, 2011) penderita kanker dengan kemoterapi dilakukan oral care

2 atau 3 kali / hari dengan menyikat gigi dasar, dan menyikat lidah dengan

lembut tergantung kondisi hematologi pasien. Oral care dengan madu dalam

mencegah mukositis dianjurkan untuk melakukan oral care terlebih dahulu.

4.4. Alternatif Penyelesaian Masalah yang dapat Dilakukan

Salah satu kendala yang ditemui penulis dalam mengaplikasikan tindakan

keperawatan terkait aplikasi tentang pengaruh pemberian madu untuk

mencegah mukositis adalah penolakan pasien untuk dilakukan oral care

dengan madu, karena oral care harus dimulai dengan menggosok gigi. Pasien

menolak sikat gigi karena adanya rasa mual dan dapat menimbulkan muntah.

Sikat gigi yang seharusnya dilakukan 2 kali sehari, pasien hanya melakukan

satu kali sehari saja. Oral care yang dilakukan sangat dibutuhkan bantuan

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

30

dan peran orang tua. Orang tua sangat mengerti dengan kondisi yang dialami

anaknya. Efek kemoterapi yang ditimbulkan bukan hanya pencegahan terjadi

mukositis saja tetapi juga mencegah terjadinya mual, muntah, perdarahan

dan sebagainya.

Penyelesaian masalah terhadap kendala yang dihadapi penulis adalah

penerapan keperawatan berpusat keluarga yang dibutuhkan kerjasama antara

perawat dan orang tua khususnya ibu yang mendampingi untuk terwujudnya

keberhasilan tindakan keperawatan. Perawat memberikan pendidikan

kesehatan dan mengajarkan tindakan keperawatan yang sederhana pentingnya

kebersihan mulut untuk mencegah terjadinya kerusakan mukosa mulut akibat

efek kemoterapi. Diharapkan keluarga dapat memberi upaya dan dorongan

anaknya untuk menyikat gigi. Keperawatan berpusat keluarga ini sesuai

dengan konsep yang terdiri dari enabling dan empowering (Duns & Trivette,

1996 dalam Wong, 2009). Perawat dapat memberikan kesempatan orang tua

dan keluarga mendapatkan kemampuan dan potensi yang baru.

Setelah melibatkan keluarga, pasien mau melakukan sikat gigi sehabis makan

dan sebelum tidur dengan perlahan-lahan dan dengan sikat gigi yang lembut.

Pasien aktif melakukan kebersihan mulut dengan menggunakan madu dari

tahap ke tahap. Keluhan mual, perdarahan, dan muntah tidak ada.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

31 Universitas Indonesia

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan data yang ditemukan

pada pasien kelolaan (An. Z) adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, nyeri dan risiko kerusakan membran mukosa mulut.

Prioritas masalah keperawatan adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan, nyeri, dan risiko kerusakan membran mukosa mulut.

Intervensi yang dilakukan pada pasien dengan leukemia khususnya pasien

kelolaan meliputi : mengkaji kebutuhan pemenuhan nutrisi, menganjurkan

makan sedikit tapi sering, mengkaji tingkat nyeri sebatas yang dapat

ditoleransi, mengajarkan teknik relaksasi, distraksi, imajinasi dengan

menarik nafas dalam, membaca buku cerita, menganjurkan cuci tangan

dengan cara enam langkah, membatasi pengunjung, menghindari kontak

dengan orang yang terinfeksi. Melakukan kebersihan mulut dengan

menggunakan madu, makan makanan yang lembut, mudah dikunyah,

menghindari makan asam dan mengandung gula atau permen karet.

Evaluasi yang dapat ditegakkan dari rencana intervensi keperawatan adalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi. Nyeri

berkurang setelah pasien mengetahui teknik relaksasi dan melakukannya

untuk mengurangi nyeri. Risiko kerusakan membran mukosa mulut tidak

terjadi.

5.2 Saran

Berdasarkan keterbatasan dan pembahasan hasil penulisan ini, maka penulis

memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut. kepada penulis

selanjutnya dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien leukemia

dengan kemoterapi dapat mencegah terjadinya mukositis dengan tindakan

pemberian madu pada oral cares, antara lain:

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

32

Universitas Indonesia

5.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan

- Perawat dapat melakukan motivasi dan edukasi pada pasien dan

orang tua dalam perawatan kebersihan mulut setiap hari pada

pasien dengan kemoterapi untuk mencegah mukositis. Kebersihan

mulut dimulai dari menyikat gigi, pemberian madu ke seluruh

mukosa mulut, bilas dengan air putih, dilanjutkan dengan

mengoleskan madu pada bibir agar lembab.

- Perawat sebaiknya dapat melakukan intervensi mandiri dalam

perawatan kebersihan mulut dan melatih pasien setiap hari agar

tidak terjadi mukositis lebih berat pada anak dengan kemoterapi.

5.2.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

- Mengintegrasikan materi tentang terapi komplementer dan terapi

non-farmakologik dalam mengatasi mukositis pada anak dengan

kemoterapi dari berbagai hasil penelitian.

- Melakukan kerjasama yang baik antara institusi pendidikan

keperawatan dengan institusi pelayanan kesehatan untuk

menerapkan dan mengembangkan hasil penelitian yang terkait

dengan intervensi oral care pada anak yang sedang menjalankan

kemoterapi dalam mencegah terjadinya mukositis.

5.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Perlu dilakukan penelitian keperawatan lanjutan tentang mukositis

akibat kemoterapi terhadap kemampuan menelan, nafsu makan, rasa

nyeri, perubahan psikologis, pada anak.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

33 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, (2008). Tehnik prosedural keperawatan; konsep dan aplikasi kebutuhan

dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.

Apryani, D. (2010). Pengaruh terapi musik terhadap mual muntah lambat akibat

kemoterapi pada usia sekolah yang menderita kanker di RSUP Dr. Hasan

Sadikin. Bandung (diunduh tanggal 30 Juni 2014).

American Academy of Pediatric Dentistry. (2010). Guidelines on adolecense oral

health care. AAPD Reference Manual, 32 (6), 119-126.

Bangun, M. (2012). Analisis faktor kejadian Relapse pada anak dengan leukemia

di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta (diunduh tanggal 30 Juni

2014)

Betz, C.L. & Sowden, L.A. (2009). Buku saku keperawatan pediatrik,. Edisi 5.

Alih bahasa; Eny Meilia. Jakarta. EGC.

Corwin, E.J. (2009). Buku saku patofiologi. Edisi 3. Alih bahasa Rike Budi

Subekti.Jakarta. EGC.

Candrayani, S. (2009). Gambaran epidemiologi leukemia lemfositik akut. Fakultas

kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Diunduh tanggal 17 Agustus

2014.

Cancer Care Nova Stovia. (2008). Best practice guidelines for of management

therapy California: Nova stovia goverment. Diperoleh melalui

www.cancercare.ns;ca 12 Juni 2014.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia/DEPKES RI, (2009). Profil

Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia : Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Bidang Kesehatan, RPJPK 2005-2025 Departemen

Kesehatan. Diunduh tanggal 11 Juni 2014.

Kemenkes. (2011). Press Realese hari kanker anak sedunia. Diperoleh

http.//www.tv1. Cam/press release hari kanker sedunia html, tanggal 14 Juni

2014.

Doenges, M.F & Moorhouse. (2000). Rencana asuhan keperawatan ; Pedoman

untuk perencanaan dan pendokumantasia keperwatan pasien. Edisi 3. Alih

bahasa; Kariasa, M dan Sumarwati, M. Jakarta. EGC.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

34

Universitas Indonesia

Evans, J. & Flavin, S.(2008). Honey : guide for healthcare profesianals. British

Journal of Nursing, 17 (15), 24-30.

Eilers, J. (2004). Nursing intervention and supportive car for the prevention and

treatment oral mucositis associated with cancer treatment. Oncology

Nursing Forum, 31 (4), 13-28.

Hidayat. (2006). Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta. Salemba Medika.

Handayani, W & Wibowo, A.S. (2008). Buku ajar klien asuhan keperawatan

pada klien dengan gangguan sistem hematologi. Jakarta. Salemba Medika.

Haryati. (2009). Pengaruh terapi Progressive Muscle Relaxation terhadap status

fungsional dalam konteks asuhan keperawatan pasien kanker dengan

kemoterapi di RS Dr. Wahidin Sudirohusoda. Makasar (diunduh 2 Juli

2014).

Haris, J.D., Eilers, J., Haarriman, A. Chasavelly, B & Maxwell, C. (2004). Putiing

avidence into practice: avidence based intervention for the management of

oral mucositis. Chlinical Journal of Oncology Nursing, 12 (1), 141-147.

Hockenberry, M. & Wilson, A.S. (2007). Wong’s nursing care of children. St.

Louis. Mosby Elseivier.

Hapsari, H.I. (2012). Pengaruh pendidikan kesehatan efek samping kemoterapi

melalui multimedia terhadap perilaku orang tua dalam merawat anak

leukemia yang sedang kemoterapi. Tesis. Depok : FIK-UI.

Novitasari, D. (2012). Pengaruh terapi musik terhadap nyeri post operasi ORIF

di RSUD H. Abdoel Moeloek Propinsi Lampung. Tesis. Depok : FIK-UI.

Muhsinin (2010). Faktor –faktor yang berkontribusi terhadap mual dan muntah

pada anak yang menderita kanker saat menjalani kemoterapi di ruang anak

RS di Banjarmasin. Depok: Universitas Indonesia.

Mulatsih, S. (2012). Kejadian dan tata laksana mukositis. Jakarta. Sari Husada.

Muscari, M.E. (2005). Panduan belajar keperawatan pediatrik. Edisi 3. Alih

bahasa; Alfrina Hani. Jakarta. EGC.

Myers, E. (2012). Keterampilan klinis untuk perawat seri panduan klinis. Edisi

ketiga. Alih bahasa ; Vidhia Umami. Jakarta. Erlangga.

Nurhidayah, I. (2011). Pengaruh pemberian madu dalam tindakan keperawatan

oral care terhadap Mukositis akibat kemoterapi pada anak di RSUP Dr.

Cipto Mangunkusumo. Jakarta (diunduh tanggal 30 Juni 2014).

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

35

Universitas Indonesia

Nanda Internasional. (2010). Diagnosis keperawatan; definisi dan klasifikasi

2012-2014. Alih bahasa Made Sumarwati..(et.al). Jakarta. EGC.

Rasyad, U.M., Al-Ghezaway, S.M., El-Ghezaway, E., & Azzas, N.A. (2008).

Honey of topical profilaxis againts radiochemoterapi-induced mucocitis : in

head and neck cancer. The Journal of Laryngology & Otology, 123 (1),

223-228.

Prince, S. (2006). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih

bahasa, Brahm U.Pendit...(et al). Edisi 6. Jakarta. EGC.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan; konsep,

proses, dan praktik. Edisi4.alih bahasa Yasmin Asih..(et.al). Jakarta. EGC.

Perwitasari, D.A. (2006). Kajian penggunaan antiemetik pada pasien kanker

dengan terapi sitostatika di rumah sakit di Yogyakarta. Majalah Farmasi

Indonesia, 17 (2), 91-97.

Wong, D.L., Eaton Hockenbery, M,. Wilson, D., Wilhenstein, M.L, & Schwartz.

(2009). Wong buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi 6. Alih bahasa ;

Andry Hartono, Sari Kurniasih & Setiawan. Jakarta.

Wilkinson, M.J. & Ahren, R.N. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan

Diagnosis NANDA, intervensi (NIC), kriteria hasil (NOC), edisi 9. Alih

bahasa Esty Wahyuningsih. Jakarta. EGC.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Lampiran 1

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Lampiran 2

Nama Mahasiswa : Sri Wahyuni

Tempat Praktik : Teratai lantai 3 Selatan RS Fatmawati

Tgl Pengkajian : 26 Mei 2014

1. IDENTITAS KLIEN

Nama klien : Anak Z

No Rekam Medik : 01294052

Tempat/tgl lahir : Jakarta, 05-09-2006

Usia : 7 Tahun 8 Bulan

Nama Ayah/Ibu : Tn. S / Ny. M

Pekerjaan Ayah : Karyawan Swasta

Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl. H. Japot lingkungan Cipayung Rt 003 Rw 001,

Abadijaya, Sukmajaya, Kab. Kota Depok, Jawa Barat

Agama : Islam

Suku Bangsa : Indonesia

Pendidikan Ayah : D3

Pendidikan Ibu : SMA

2. KELUHAN UTAMA

Klien masuk rumah sakit untuk dilakukan kemoterapi, dengan keluhan lutut

sebelah kiri terasa nyeri, cepat lelah, pucat, pusing dan tidak nafsu makan.

Kemoterapi rencana dilakukan bila keadaan umum klien membaik.

2.1. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan dirasakan sebulan sebelum seminggu masuk rumah sakit.

Riwayat penyakit sebelumnya, klien pernah dirawat sebulan sebelum

masuk rumah sakit dengan diagnosa anemia (HB 3 mg/dl) dan

mendapatkan tranfusi darah. Setelah HB meningkat pasien diijinkan

pulang dan direncanakan untuk dilakukan BMP (Bone Morrow Pungsi).

Klien dirawat karena tubuhnya yang lemah, cepat lelah, pusing, tidak

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

nafsu nafsu makan, tampak pucat, dan lutut sebelah kiri terasa nyeri, ibu

mengatakan anak sering memar, bila memar lama hilang lebih dari

seminggu, sering sariawan.

1.2. Riwayat kehamilan dan kelahiran:

1. Prenatal : Menurut keluarga saat kehamilan menjalani

pemeriksaan rutin di rumah sakit dan tidak pernah

dirawat di rumah sakit.

2. Intranatal : Klien lahir spontan berat lahir 3.250 Gr, panjang

badan 50 Cm dan langsung menangis kuat.

3. Post natal : Klien dirawat oleh orang tuanya dan mendapatkan

asi selama 2 tahun.

4. Tindakan operasi : Klien tidak pernah dilakukan tindakan operasi

apapun

5. Riwayat alergi : Klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap

obat dan makanan.

6. Kecelakaan : Klien tidak pernah mengalami kecelakaan lalu

lintas.

7. Immunisasi : Menurut keluarga klien sudah immunisasi dasar

lengkap.

2.3. Riwayat penyakit keluarga

Menurut keluarga, tidak ada penyakit keganasan dan penyakit keturunan

dalam keluarga.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

3. RIWAYAT KELUARGA (GENOGRAM)

Keterangan gambar :

: perempuan

: laki-laki

: perempuan yang menjadi pasien

: menikah

: garis keturunan

4. RIWAYAT SOSIAL

1. Yang mengasuh

Pasien diasuh oleh ibu dan neneknya. Pasien merupakan anak pertama dari

dua bersaudara. Pasien sudah dapat mengenal anggaota keluarga dan

Hubungan dengan anggota keluarga.

2. Keluarga pasien termasuk extended family, yaitu orang tua pasien tinggal

satu rumah dengan orang tua dari bapaknya serta adik dari ibunya.

Hubungan keluraga dengan pasien sangat baik. Pasien selain mendapatkan

perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, kakek dan neneknya juga

sangat perhatian.

3. Hubungan dengan teman sebaya

Klien dapat bermain dengan teman sebayanya dan mempunyai banyak

teman tanpa adanya konflik. Pembawaan secara umum: pasien mempunyai

sifat yang supel dan ramah hubungan sosial dengan orang yang belum

dikenal baik, dapat kooperatif dan supel bila kenal dengan orang lain.

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

4. Lingkungan rumah

Pasien tinggal di dalam sebuah komplek perumahan, sekitar rumah masih

ada pabrik, menurut pasien sekitar rumah juga masih banyak tanaman dan

sejuk.

5. KEBUTUHAN DASAR

Pasien saat makan biasa sesuai seusianya. Pola makan sehari tiga kali. makanan

yang disukai semua jenis makanan, yang tidak disukai adalah yang pedas-

pedas. Pasien biasanya tidur siang 1 jam dan tidur malam 8 jam. Kebersihan

diri pasien mandi sehari dua, mandi sendiri tanpa bantuan. Pada saat

terdiagnosa leukemia, pasien tidak pernah bermain di luar rumah, klien

bermain game dengan adiknya / menonton tv di rumah, pola eliminasi pasien

buang air kecil (BAK) sehari 4-5 kali perhari, sedangkan untuk buang air basar

(BAB) sehari sekali dengan konsistensi lembek.

6. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

11.. Diagnosa Medis : Akut Limfositik Leukemia Tipe 2

22.. Tanda Vital : Suhu. 37.2° C

Nadi 84 x/menit

Tekanan darah 100/60 mmhg

Pernafasan 24 x/menit

33.. Status nutrisi : BB 28 Kg, TB 124 cm, LLA 21 cm

Makan biasa 3x, Snack 2x pagi dan sore

Kebutuhan 1400 Kalori

44.. Status cairan : Terpasang infus KaEn 1B 1500 cc/24 jam

55.. Obat-obatan : - Dexametasone 2x2 mg

- Prednison 3x : 4-4-3 mg

- Ibuproven 3x30 bila nyeri

- Tramadol 4x50 mg

- Paracetamol 3x500 mg bila demam

- Kemoterapi 21/5/14 Intra Tekal dengan

Metotreksat 12 mg

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

(window terapi fase induksi, iv)

28/5/14 Vincristin 1,5 mg (iv), prednison 3x40

mg (3-3-2 mg)

Launase 6000 iu (iv)

66.. Aktivitas : Aktifitas terbatas, hanya bermain game dan

menonton tv

77.. Hasil Laboratorium

Hasil Pemerikasaan Lab 25/05/2014

88.. Pemeriksaan Penunjang

7/5/14 : BMP

Tempat aspirasi : SIAS Dextra

Kelainan morfologi : Erytrositdan Mielosid tidak ditemukan

Jumlah Megakarosit : Kurang

Bentuk Megakarosit : Normal

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb

Ht

Leukosit

Trombosit

Eritrosit

Hitung Jenis

Basofil

Eosinofil

Netrofil

Limfosit

Monosit

Luc

Reticulosit

Catt : Blast 2%

Darah Tepi

Eritrosit

Lekosit

Trombosit

Kesan

10,3

30

1,4

58

3,76

0

1

16

75

3

3

0,3

7,08

Normosistik Nomokrom

Jumlah menurun,Blast 3%

Jumlah menurun morfologi

N, sesuai dengan ALL

13,2 – 17,3

40 -52

150 -440

3.60-5.20

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Pembentukan Trombosit : Kurang

Kesan : Gambaran sumsum tulang sesuai dengan ALL (FAB Tipe 2)

Saran : Immunophenotyping

16/5/15 : Parameter Echo Normal

14/5/15 : Konsul THT, kesan; tidak ditemukan infeksi pada hidung dan

tenggorokan.

7. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Kesadaran compos mentis

TB/BB(Persentil) : TB 124 cm, BB 28 Kg Lingkar lengan atas : 21 cm

Mata : Pupil isokor kanan dan kiri, reaksi pupil +/+. Konjungtiva

anemis, sclera mata ikterik

Hidung : Kedua lubang hidung bersih, bentuk simetris, tidak ada

sekret dan perdarahan, tidak ada gangguan dalam

bernafas

Mulut : Mukosa mulut lembab, terdapat sariawan pada bawah

lidah, gusi kemerahan, bibir pecah-pecah, fungsi

pengecapan baik.

Telinga : Kedua telinga kanan dan kiri tidak ada seruman, kedua

daun telinga bersih, fungsi pendengaran baik, tidak ada

pengeluaran.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran

vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid,

Dada : Pergerakan dan perkembangan dada simetris, retraksi

tidak ada

Jantung : Bunyi jantung S2 dan S2 normal, murmur dan gallop tidak

ada

Paru-paru : Bunyi nafas vesikuler, ronchi -/-. Wheezing tidak ada

Perut : Turgor kulit kembali cepat, nyeri tekan tidak ada, bising

usus + 5x/menit lemah, klien mengeluh masih mual,

kendung kemih teraba kosong, hepar dan limpa tidak ada

Genitalia : Bersih, pengeluaran sekret tidak ada, tidak ada tanda-tanda

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

infeksi

Ekstrimitas : Ekstremitas atas dan bawah hangat, kaki sebelah kiri tidak

sesuai dengan proporsi tubuh, jelan perlahan-lahan, CRT

< 3 detik, spastik tidak ada

Kulit : Akral hangat, sianosis tidak ada, kulit lembab

8. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

1. Personal Sosial

empati, sayang, bermusuhan dengan teman berkurang. Pasien mudah

bergaul dan sangat mandiri

2. Motorik Halus lainnya

Klien mampu berpikir secara rasional, menerima pelajaran, mampu

berpikir. Klien sudah mengerti kondisinya saat ini setelah diberitahu oleh

ibunya.

3. Bahasa

Sudah dapat memakai bahasa dengan baik, menjaga sopan santun

4. Motorik kasar

Klien mampu berpikir dan menerima pelajaran

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Lampiran 3

9. ANALISA DATA

ANALISA DATA

DATA MASALAH

KEPERAWATAN

DS :

Keluarga mengatakan anaknya sudah 2

hari tampak lemah dan lesu, pucat +,

makan habis sepertiga porsi saja, pasien

mengeluh mual takut muntah

DO :

- Kesadaran kompos mentis

- Kulit pucat, anak tampak lemah

- Hb 9,9 mg/dl

- Terpasang infus KaEn 1B 1500cc/24

jam

- BB saat dikaji 28 kg (sebelumnya 30

kg), tinggi badan 124 cm, LLA 21 cm,

status gizi klien kurang

- Makan yang disediakan habis 1/3 porsi

- HR: 92 x/menit, RR: 26 x/I TD 90/60

mmhg suhu 37°C.

DS :

Klien mangeluh sakit pada pergelangan

dan nyeri (oedem pd daerah penusukan

infus). Nyeri masih dirasakan di lutut

sebelah kiri

Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

Nyeri

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

DATA MASALAH

KEPERAWATAN

DO :

- TTV. S.36.8° C. N.124 x/menit. RR 46

x/menit, TD 100/60 mmhg

- Tangan sebelah kanan oedem bekas

penusukan infus, tampak kemerahan

- Klien tampak meringis bila

menggerakkan tangannya

- Pada lutut juga dirasakan nyeri (skala

5)

DS :

Klien mengeluh perih pada daerah mulut,

terdapat sariawan di bawah lidah, klien

tidak mau menggosok gigi.

DO :

- TTV. S 37.9°C, N.128 x/menit, RR 38

x/menit TD 90/60 mmhg

- Infus terpasang di tangan kanan KaEn

1B 1500cc/24 jam

- Gusi tampak kemerahan

- Terdapat sariawan di bawah lidah

- Klien menolak untuk menyikat gigi

- Klien tampak melakukan kebersihan

mulut dengan madu 15 cc yang telah

dicairkan dengan air putih 50 cc

Kerusakan membrane mukosa mulut

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

10. PRIORITAS MASALAH

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Nyeri

3. Risiko kerusakan membran mukosa mulut

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Lampiran 4

Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

perubahan nutrisi tidak terjadi

Kriteria Hasil :

- Klien mendapatkan nutrisi yang adekuat

- Selera makan meningkat

- Berat badan meningkat

- Makan habis sesuai dengan program diet

- Mual hilang atau berkurang

Rencana Intervensi Keperawatan :

Intervensi Rasional

- Kaji status nutrisi klien

- Monitor pemasukan dan pengeluaran

- Anjurkan orang tua dan klien untuk

makan makanan sedikit tapi sering

- Ukur berat badan setiap hari

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

- Mengetahui kebiasaan makan anak,

makana kesukaan, libatkan anak dalam

memilih makanan sebatas yang

diperbolehkan

- Mengawasi masukan kalori atau

kualitas kekurangan makanan klien

- Makan sedikit dapat menurunkan

kelemahan dan meningkatkan

pemasukan

- Mengidentifikasi apakah ada

penurunan dan peningkatan

- Membantu dalam membuat rencana

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Intervensi Rasional

menentukan komposisi diet

- Motivasi klien dan keluarga untuk

menyiapkan makan yang hangat

diit untuk memenuhi kebutuhan klien

- Makanan yang hangat dapat

meningkatkan selera makan

Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis neoplasia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri

hilang ayau berkurang

Kriteria Hasil :

- Rasa nyeri hilang atau berkurang

- Skala nyeri sesuai dengan tingkatan yang dapat diterima anak , dari skala 5

jadi skala 3

- Klien mampu melakukan penanganan nyeri

- Tampak rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tenang

Rencana Intervensi Keperawatan :

Intervensi Rasional

- Kaji keluhan nyeri , perhatikan

perubahan

pada derajat dan sisi (gunakan skala 0

– 10)

- Awasi TTV, perhatikan petunjuk non

verbal misalnya tegangan otot dan

gelisah

- Tempatkan pada posisi nyaman dan

sokong sendi , ekstremitas dengan

bantal

- Membantu mengkaji kebutuhan utuk

intervensi, dapat mengindikasikan

terjadinya komplikasi

- Dapat membantu mengevaluasi

pernyataan vebal dan keefektivan

intervensi

- Dapat menurunkan ketidaknyamanan

sendi

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Intervensi Rasional

- Ubah posisis secara periodik dan

berikan latihan rentang gerak

- Ajarkan menggunakan teknik

manajemen nyeri , contoh teknik

relaksasi , nafas dalam bimbingan

imajinasi, visualisasi

- Kolaborasi dalam pemberian obat

analgetik

- Memperbaiki sirkulasi jaringan dan

mobilitas sendi

- Memudahkan relakasasi , therapi

farmakologi tambahan dan

meningkatkan kemampuan koping

- Untuk mengatasi nyeri ringan yang

tidak hilang dengan tindakan

kenyamanan

Diagnosa 3 : Risiko kerusakan membran mukosa mulut

Tujuan : Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 3x24 jam

kerusakan membrane mukosa mulut tidak terjadi

Kriteria Hasil :

- Kebersihan mulut dapat dilakukan

- Integritas jaringan kulit dan mukosa mulut utuh

- Tidak tampak lesi, eritema, nekrosis pada mukosa mulut

- Klien merasa nyaman, dapat mengkonsumsi makanan dan minuman

Rencana Intervensi Keperawatan :

Intervensi Rasional

- Kaji dan observasi mukosa mulut

setiap hari, apakah terdapat ulcer

- Beri motivasi pada anak dan keluarga

pentingnya kebersihan mulut setiap

hari

- Untuk mendapatkan tindakan segera

- Meningkatkan pengetahuan klien dan

keluarga untuk mencegah terjadinya

gangguan mukosa mulut

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Intervensi Rasional

- Ajarkan kebersihan mulut yang benar,

diawali dengan menyikat gigi,

memberikan madu di seluruh mukosa

mulut, berkumur dengan madu yang

sudah dicairkan

- Anjurkan klien untuk menyikat gigi

sehabis makan dan sebelum tidur

- Memberikan madu pada bibir

- Menganjurkan klien dan keluarga

untuk memilih makanan yang lembut,

lunak, tidak asam dan hindari permen

bergula dan permen karet

- Kolaborasi untuk perawatan gigi dan

mulut sebelum tindakan kemoterapi,

jika mulut terdapat jamur dan gejala

mukositis memburuk

- Kebersihan mulut dilakukan secara

sistematis dan teratur dapat

memberikan rasa nyaman klien dan

mengurangi rasa sakit pada mulut

- Mejaga kebersihan dan rasa nyaman

pada mulut

- Menjaga bibir tetap lembab dan tidak

pecah-pecah

- Makanan yang lembut dan lunak agar

mudah dikunyah klien tanpa

merasakan sakit dan nyeri pada mulut

- Mencegah terjadi komplikasi pada

mukosa mulut (mukositis)

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Lampiran 5

Catatan Perkembangan

Hari 1 : 26 Mei 2014

Waktu Implementasi Evaluasi

Dinas Sore

14.00-21.00

DX 1

- Mengkaji status nutrisi

klien, klien makan biasa

2000 kalori

- Monitor pemasukan dan

pengeluaran

Pemasukan, makan 1/3

porsi

Minum 200cc + susu 100

cc

- Menganjurkan klien untuk

makan makanan sedikit

tapi sering

- Mengobservasi tetesan

infus KaEn 1B 1500

cc/hari

- Mengukur berat badan

setiap hari

- Melakukan kolaborasi

dengan ahli gizi untuk

menentukan komposisi

diet

- Memotivasi klien dan

keluarga untuk

menyiapkan makan yang

hangat

- Membersihkan mulut

S :

Klien mengatakan makan habis

½ porsi. Mual masih ada

O :

Suhu : 37°C, nadi 84 x/menit,

pernafasan 24 x/menit, tekanan

darah 100/60 mmhg. Makan

habis ½ porsi, klien tampak

lebih segar

A :

Masalah pemenuhan nutrisi

masih terjadi

P :

- Anjurkan klien untuk tetap

meningkatkan porsi

makannya

- Beri motivasi pada keluarga

untuk menjaga kebersihan

mulut klien dengan madu

- Motivasi keluarga untuk

menyejikan makanan dengan

menarik

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Waktu Implementasi Evaluasi

26/5/2014

Dinas sore

14.00-21.00

DX 2

dengan cairan madu untuk

kumur dan mengoleskan

madu di bibir.

- Mengkaji tingkat rasa

nyeri klien. Wajah tampak

meringis bila dirasakan

sakit

- Mengajarkan tehnik

relaksasi, tarik nafas

dalam, distraksi dan

imajinasi

- Mengobservasi tetesan

infus, lokasi penusukan

ditangan kanan KaEn 1 B

1500cc/menit

- Memberi posisi yang

nyaman pada tangan

tempat penusukan

- Mengompres hangat pada

daerah lutut sebelah kiri

dengan air hangat

S :

- Klien mengatakan nyeri

berkurang

- Kaki sebelah kiri masih

susah digerakkan. Tangan

sebelah kanan (pada

pergelangan) masih terasa

sakit dan kemerahan

O :

Terpasang infus KaEn 1B

1500/24 jam. Pasien tampak

rileks, wajah tenang, klien tidur

nyenyak sambil mendengarkan

lagu, terapi Ibuproven

diberikan

A :

Nyeri berkurang, klien dapat

beristirahat ekspresi wajah

tenang

P :

- Catat tanda-tanda vital

- Beri motivasi klien bila

nyeri lakukan tehnik

relaksasi yang sudah

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Waktu Implementasi Evaluasi

26/5/2014

Dinas sore

14.00-21.00

DX 3

27/5/2014

Dinas sore

14.00-21.00

DX 1

- Memberikan terapi

ibuproven 20 mg

- Kaji dan observasi

mukosa mulut setiap hari,

apakah terdapat ulcer

- Beri motivasi pada anak

dan keluarga pentingnya

kebersihan mulut setiap

hari

- Ajarkan kebersihan mulut

yang benar, diawali

dengan menyikat gigi,

memberikan madu di

seluruh mukosa mulut,

berkumur dengan madu

yang sudah dicairkan

- Anjurkan klien untuk

menyikat gigi sehabis

makan dan sebelum tidur

- Memberikan madu pada

bibir

- Menganjurkan klien dan

keluarga untuk memilih

makanan yang lembut,

lunak, tidak asam dan

hindari permen bergula

diajarkan

- Berikan terapi analgetik

sesuai program

S :

Klien mengatakan mulut terasa

perih, ada sariawan di bawah

lidah

O :

Gusi masih tampak kemerahan,

sariawan di bawah lidah +

A :

Masalah belum teratasi

P :

- Lanjutkan intervensi

- Anjurkan klien untuk

melakukan kebersihan mulut

dengan madu

- Sikat gigi sehabis makan dan

sebelum tidur

- Berkumur dan oles bibir

dengan madu

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Waktu Implementasi Evaluasi

DX 2

dan permen karet

- Kolaborasi untuk

perawatan gigi dan mulut

sebelum tindakan

kemoterapi, jika mulut

terdapat jamur dan gejala

mukositis memburuk

- Mengkaji status nutrisi

klien, klien makan biasa

2000 kalori

- Monitor pemasukan dan

pengeluaran

Pemasukan, makan 1/2

porsi

Minum 200cc +

- Menganjurkan klien untuk

makan makanan sedikit

tapi sering

- Mengukur berat badan

setiap hari

- Melakukan kolaborasi

dengan ahli gizi untuk

menentukan komposisi

diet

- Memotivasi klien dan

keluarga untuk

menyiapkan makan yang

hangat

- Membersihkan mulut

dengan cairan madu untuk

S :

Klien mengatakan makan habis

1 porsi perlahan-lahan. Mual

berkurang

O :

Makan habis 1 porsi, klien

tampak lebih segar. Mual sudah

hilang

A :

Masalah pemenuhan nutrisi

teratasi

P :

- Anjurkan klien untuk tetap

meningkatkan porsi

makannya

- Beri motivasi pada keluarga

untuk menjaga kebersihan

mulut klien dengan madu

- Motivasi keluarga untuk

menyejikan makanan dengan

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Waktu Implementasi Evaluasi

DX 3

kumur dan mengoleskan

madu di bibir

- Mengkaji tingkat rasa

nyeri klien. Wajah tampak

meringis bila dirasakan

sakit

- Mengajarkan tehnik

relaksasi, tarik nafas

dalam, distraksi dan

imajinasi

- Mengobservasi tetesan

infus, lokasi penusukan

ditangan kanan KaEn 1 B

1500cc/menit

- Memberi posisi yang

nyaman pada tangan

tempat penusukan

- Mengompres hangat pada

daerah lutut sebelah kiri

dengan air hangat

- Memberikan terapi

ibuproven 20 mg

menarik

S :

- Klien mengatakan nyeri

berkurang

- Kaki sebelah kiri susah bisa

digerakkan. Tangan sebelah

kanan nyeri tidak ada

O :

Terpasang infus KaEn 1B

1500/24 jam. Pasien tampak

rileks, wajah tenang, klien tidur

nyenyak sambil mendengarkan

lagu, terapi Ibuproven

diberikan

A :

Masalah teratasi, nyeri

berkurang, klien dapat

beristirahat ekspresi wajah

tenang

P :

- Catat tanda-tanda vital

- Beri motivasi klien bila

nyeri lakukan tehnik

relaksasi yang sudah

diajarkan

- Berikan terapi analgetik

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya

Waktu Implementasi Evaluasi

- Kaji dan observasi

mukosa mulut setiap hari,

apakah terdapat ulcer

- Beri motivasi pada anak

dan keluarga pentingnya

kebersihan mulut setiap

hari

- Ajarkan kebersihan mulut

yang benar, diawali

dengan menyikat gigi,

memberikan madu di

seluruh mukosa mulut,

berkumur dengan madu

yang sudah dicairkan

- Anjurkan klien untuk

menyikat gigi sehabis

makan dan sebelum tidur

- Memberikan madu pada

bibir

- Menganjurkan klien dan

keluarga untuk memilih

makanan yang lembut,

lunak, tidak asam dan

hindari permen bergula

dan permen karet

sesuai program

S :

Klien mengatakan mulut sudah

tidak terasa perih, sariawan di

bawah lidah sakit berkurang

O :

Gusi masih tampak berwarna

pink , sariawan di bawah lidah

+

A :

Masalah teratasi

P :

- Lanjutkan intervensi

- Sikat gigi sehabis makan dan

sebelum tidur

- Berkumur dan oles bibir

dengan madu

Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014