UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGARUH RASIO...
Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGARUH RASIO...
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP
INDEKS HARGA SAHAM INDIVIDU
(STUDI KASUS PADA DELAPAN BANK TERBESAR)
TESIS
TOMI HANDONO
NPM 0706 181 416
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
JAKARTA
JULI 2011
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP
INDEKS HARGA SAHAM INDIVIDU
(STUDI KASUS PADA DELAPAN BANK TERBESAR)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Magister Ekonomi (M.E)
TOMI HANDONO
NPM 0706 181 416
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
KEKHUSUSAN EKONOMI KEUANGAN PERBANKAN
JAKARTA
JULI 2011
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa tesis
ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas
Indonesia kepada saya.
Jakarta, Juli 2011
(Tomi Handono)
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Tomi Handono
NPM : 0706 181 416
Tanda Tangan : ...........................
Tanggal : Juli 2011
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh
Nama : Tomi Handono
NPM : 0706 181 416
Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Judul Tesis : Analisis Pengaruh Rasio Keunagan Terhadap Indeks
Harga Saham Individu (Studi Kasus Pada Delapan
Bank Terbesar)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi
pada Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Andry Asmoro, SE., MA. (................................)
Penguji : T. M. Zahir Machmud, Ph. D. (................................)
Penguji : Dr. Eugenia Mardanugraha, ME. (................................)
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal :
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga
atas izin dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Magister Perencanaan dan
Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Andry Asmoro, SE., MA selaku pembimbing tesis yang telah
memberikan semangat, memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
2. Bapak Dr. Arindra A. Zainal selaku ketua program Program Magister
Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
3. Bapak T. M. Zahir Machmud, Ph. D. dan Ibu Dr. Eugenia Mardanugraha, ME
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan
tesis ini
4. Kedua Orang Tua penulis, Papah H. Muljono dan Mamah Hj. Isye Risliawati,
Kakak Diki Alfan, Adik-adik Geri, Anggah, Gian dan Wilmi yang telah
memberikan doa, dukungan moril dan motivasi untuk penyelesaian tesis ini.
5. Unsur Pimpinan BNI KCU Jakarta Pusat, rekan-rekan kerja di BNI KCU
Jakarta Pusat, Rekan-rekan ODP Internal Batch 1-2011, yang senantiasa
memberikan dorongan dan memahami kondisi penulis yang sering izin dalam
rangka penyelesaian tesis ini.
6. Segenap rekan-rekan MPKP Angkatan 17C Sore, Pak Sutan, Mba Oti, Ridya
Freshca yang senantiasa saling memberikan semangat, motivasi dan support
bagi penulis.
7. Segenap pegawai administrasi MPKP UI, Mas Haris, Mas Triman, Mas Dwi,
Mas Iyus, Mba Siti dan Mba Warni yang senantiasa membantu kelancaran
proses tahapan yang harus dilewati oleh penulis sebagai satu rangkaian saling
terkait hingga selesai.
8. Untuk rekan-rekan yang memiliki berkontribusi langsung dalam diskusi,
pengolahan data, penyediaan paper, berbagai artikel, dll.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
vi
Penulis sangat menyadari bahwa karya tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,
masih terdapat kekurangan. Maka, apabila dikemudian hari ada kritik, saran atau
masukan dari pembaca, penulis dengan senang hati akan menerimanya. Mudah-
mudahan karya penulis yang masih sangat sederhana ini dapat memberikan manfaat
untuk pembaca dan penulis.
Jakarta, Juli 2011
Penulis
Tomi Handono
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Tomi Handono
NPM/NIP : 0706 181 416
Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Fakultas : Ekonomi
Jenis karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Indeks Harga Saham Individu (Studi
Kasus Pada Delapan Bank Terbesar)
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : Juli 2011
Yang menyatakan
( Tomi Handono )
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
Viii
Universitas Indonesia
ABSTRAKSI
Nama : Tomi Handono
Program Studi : Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Judul : Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Indeks Harga
Saham Individu (Studi Kasus Pada Delapan Bank Terbesar)
Pasar Modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara serta
menunjang perkembangan roda ekonomi suatu negara. Semakin banyak
perusahaan yang melakukan go-public berarti sebagian saham dari perusahaan-
perusahaan tersebut akan dimiliki oleh masyarakat luas. Salah satu instrumen
keuangan yang diperjual belikan di pasar modal (Bursa Efek Indonesia) adalah
saham termasuk di dalamnya saham industri perbankan, hal terpenting seseorang
ataupun perusahaan dalam penetapan langkah investasi saham pada perusahaan
perbankan adalah sejauh mana nilai uang yang di investasikan akan memberikan
return dari Capital Gain yang paling optimal. Dengan demikian, perlu dilakukan
kajian terhadap faktor fundamental yang mempengaruhi investasi saham tersebut
dengan menganalisis rasio keuangan perusahaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh rasio return on
equity (ROE), earning per share (EPS), beban operasional/pendapatan
operasional (BOPO), dan loan to deposit ratio (LDR) terhadap indeks harga
saham individu perbankan pada delapan bank terbesar baik secara bersama-sama
maupun parsial selama periode 2004-2010. Untuk menemukan pengaruh tersebut,
penulis menggunakan metode uji hipotesis dengan model analisis regresi linear
berganda, dan asumsi klasik. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari Bank
Indonesia daan Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama rasio ROE
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan
delapan bank (ISHG8), EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap ISHG8,
BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap ISHG8 dan LDR berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap ISHG8. Namun hasil penelitian parsial per
bank secara umum menunjukkan bahwa rasio ROE berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap indeks harga saham individu (IHSI), rasio EPS berpengaruh
positif dan signifikan terhadap IHSI, rasio BOPO berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap IHSI dan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap IHSI.
Keyword: Harga Saham, Rasio Profitabilitas, Efisiensi, dan Likuditas
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
ix
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Tomi Handono
Study Program : Master Program for Planning and Public Policy
Title : The Analysis Of Influence Of Financial Ratios On Individual
Stock Price Index (Case Study On Eight The Biggest Banks)
Capital market is an indicator of a country's economic progress and to support the
development of a country's economic wheel. More and more companies went public that
does mean some shares of these companies will be owned by the public. One of the
financial instruments traded in capital markets (Indonesia Stock Exchange) is stock
including the shares of the banking industry, the most important thing a person or
company in the determination step in the company stock investment banking is the extent
to which the value of the money invested will provide a return (Capital gain) the most
optimal. thus, necessary to the study of fundamental factors that affect stock investments
by analyzing financial ratios.
The purpose of this study was to identify the effect of the ratio of return on equity (ROE),
earnings per share (EPS), operating expenses / operating income (BOPO), and loan to
deposit ratio (LDR) of individual stock price index of banking at eight largest banks both
jointly or partial period 2004-2010. To find such influence, the author uses the method of
hypothesis testing with multiple linear regression analysis model, and the classical
assumptions. The data in this study were collected from Central Bank and the Indonesia
Stock Exchange.
The results showed that as simultaneously the ratio ROE has negative and a significant
effect on join stock prices index at eight banks (IHSG8), EPS has positive and significant
effect on IHSG8, BOPO has positive and significant effect on IHSG8, LDR has positive
and not significant effect on IHSG8. For the results of each banks in general, the ratio of
ROE has negative and significant effect on individual stock price index (IHSI), ratio EPS
has positive dan significant effect on IHSI, ratio BOPO hasa negative dan not significant
effect on IHSI, and also LDR has positive and not significant effect on IHSI.
Keyword: Stock Price, profitability ratios, efficiency, and liquidity
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... vii
ABSTRAKSI ................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................................... 6
1.3. Batasan Penelitian .......................................................................................... 6
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
1.5. Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 7
1.6. Sistematika Penulisan .................................................................................... 7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Modal .................................................................................................... 9
2.1.1. Pengertian Saham .................................................................................. 11
2.1.2. Jenis-Jenis Saham ................................................................................. 13
2.1.3. Ukuran Kinerja Saham .......................................................................... 15
2.1.4. Indeks Harga Saham ............................................................................. 15
2.2. Pengertian Perbankan dan Bank .................................................................... 19
2.3. Karakteristik Lembaga Perbankan ................................................................. 20
2.4. Laporan Keuangan ......................................................................................... 21
2.5. Rasio Keuangan ............................................................................................. 23
2.6. Rasio Keuangan Bank .................................................................................... 28
2.6.1. Analisis Likuiditas ................................................................................ 29
2.6.2. Analisis Rentabilitas.............................................................................. 30
2.6.3. Analisis Rasio Solvabilitas .................................................................... 31
2.7. Rasio Camel ................................................................................................... 32
2.8. Hasil Telaah Penelitian Terdahulu ................................................................. 36
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
xi Universitas Indonesia
3. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 40
3.2. Model Penelitian ............................................................................................ 40
3.3. Pengembangan Hipotesis ............................................................................... 41
3.4. Metode Penelitian........................................................................................... 42
3.5. Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 42
3.6. Pengukuran Variabel ...................................................................................... 43
3.6.1. Variabel Dependen ................................................................................ 43
3.6.2. Variabel Independen ............................................................................. 43
3.7. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 44
3.8. Metode Analisis Data ..................................................................................... 45
3.8.1. Statistik Deskriptif ................................................................................ 46
3.8.2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 46
3.8.3. Regresi Berganda .................................................................................. 48
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskriptif Objek Penelitian ............................................................................ 50
4.2. Analisis Statistik Deskriptif ........................................................................... 62
4.3. Analisis Asumsi Klasik .................................................................................. 65
4.3.1. Uji Multikolinearitas ............................................................................ 65
4.3.2. Uji Autokorelasi ................................................................................... 68
4.3.3. Uji Heterokedastisitas .......................................................................... 69
4.4. Analisis Hasil Regresi Berganda .................................................................... 70
4.5. Hubungan SBI, Inflasi, dan GDP terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga
Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) ................................................ ... 80
4.5.1. SBI terhadap Nilai Rata-Rata IHSG8.................................................. 80
4.5.2. Inflasi Terhadap Nilai Rata-Rata IHSG8 ........................................... 82
4.5.3. GDP Terhadap Nilai Rata-Rata IHSG8 ............................................. 83
4.6. Pembahasan .................................................................................................. 84
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 87
5.2. Saran ............................................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 90
LAMPIRAN ..................................................................................... ................. 94
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kinerja Perbankan ................................................................................. 4
Tabel 1.2 Perkembangan Pasar Modal .................................................................. 5
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Studi Terdahulu ......................................................... 39
Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Dependen............................................................ 43
Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Independen ......................................................... 44
Tabel 3.3 IPO Perusahaan ..................................................................................... 45
Tabel 4.1 Perbankan Periode 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan II ..................... 50
Tabel 4.2 EPS Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III ....................... 51
Tabel 4.3 ROE Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III ...................... 53
Tabel 4.4 BOPO Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III.................. . 55
Tabel 4.5 LDR Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III ...................... 57
Tabel 4.6 Indeks Harga Saham Individu (IHSI) Pada Tahun 2004 Triwulan II –
2010 Triwulan III.................................................................................. 60
Tabel 4.7 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Bebas dan Terikat (per bank) .... 63
Tabel 4.8 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Bebas dan Terikat (delapan bank)
.............................................................................................................................. 65
Tabel 4.9 Pengujian Multikolinearitas Parsial per Bank ....................................... 66
Tabel 4.10 Pengujian Multikolinearitas Delapan Bank ....................................... 67
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi Parsial per Bank ............................................. 68
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Autokorelasi Delapan Bank ..................................... 69
Tabel 4.13 Hasil Uji Heterokedastisitas Parsial per Bank .................................... 69
Tabel 4.14 Hasil Uji Heterokedastisitas Delapan Bank ........................................70
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
xiii
Universitas Indonesia
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Regresi Parsial per Bank........................................... 71
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Regresi Delapan Bank.............................................. 77
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
xiv
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 40
Gambar 4.1 Tingkat Suku Bunga (SBI) Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga
Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) ...................................... 80
Gambar 4.2 Inflasi Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan
Delapan Bank (IHSG8) ................................................................... 82
Gambar 4.1 Growth Domestic Product (GDP) Nilai Rata-Rata Indeks Harga
Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) ...................................... 83
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Hal ini
karena pasar modal dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yakni fungsi
ekonomi dan fungsi keuangan. Sebagai fungsi ekonomi pasar modal menyediakan
fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang
memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang mengeluarkan dana (issuer).
Dengan adanya pasar modal ini, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat
menginvestasikan dananya tersebut dengan harapan memperoleh imbalan
(return). Sebaliknya, pihak yang memerlukan dana dalam hal ini perusahaan dapat
memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi. Pasar modal dikatakan
mempunyai fungsi keuangan karena pasar modal memberikan peluang dan
kesempatan untuk memperoleh imbalan bagi pemilik dana, sesuai dengan
karakteristik investasi yang dipilih (Fakhruddin, 2001: 43).
Salah satu instrumen keuangan yang diperjual belikan di pasar modal
(Bursa Efek Indonesia) adalah saham termasuk di dalamnya saham industri
perbankan. Hal terpenting seseorang ataupun perusahaan dalam penetapan
langkah investasi saham pada perusahaan perbankan adalah sejauh mana nilai
uang yang di investasikan akan memberikan return (Capital Gain) yang paling
optimal, yang mana tentunya hal ini akan menjadi pertimbangan penting dalam
pengambilan suatu keputusan sebuah nilai investasi. Terdapat dua faktor utama
yang mempengaruhi harga saham yaitu faktor eksternal dan internal, faktor
eksternal atau yang lebih dikenal dengan faktor ekonomi makro seperti tingkat
suku bunga, inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, sedangkan faktor internal
merupakan faktor kinerja perusahaan itu sendiri seperti laba bersih, pertumbuhan
penjualan, penurunan biaya operasional (efisiensi). Dengan demikian, upaya
investor dalam mendapatkan tingkat return atas investasi saham tidak terlepas dari
tingkat risiko yang dihadapinya. Dimana risiko-risiko ini harus seminimal
mungkin dihindari oleh investor. Risiko di pasar modal terdiri dari risiko
sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko tidak sistematis adalah resiko yang
disebabkan oleh menurunnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
2
Universitas Indonesia
yang akhirnya akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar
bunga dan deviden. Risiko ini dapat dikendalikan dengan cara diversifikasi
asset/saham dengan portofolio yang tepat, sedangkan risiko sistematis adalah
risiko yang tidak dapat dikendalikan oleh investor tetapi dipengaruhi oleh faktor-
faktor eksternal perusahaan. Beberapa risiko sistematis adalah:
1. Resiko daya beli (purchasing power risk) yaitu resiko yang berkaitan dengan
terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan menjadi lebih kecil.
2. Resiko suku bunga (interest risk rate) yaitu resiko yang disebabkan oleh arah
pergerakan suku bunga yang berlawanan dengan harga-harga sekuritas di
pasar modal. Apabila suku bunga naik maka harga-harga sekuritas di pasar
modal akan turun, demikian pula sebaliknya.
3. Resiko perubahan nilai tukar mata uang (foreign exchange risk) yaitu resiko
yang berkaitan dengan penurunan atau kenaikan nilai tukar mata uang dalam
Negara terhadap mata uang luar negeri.
Namun penelitian ini hanya memfokuskan pada faktor internal
perusahaan atau yang dikenal dengan risiko tidak sistematis yaitu kinerja
keuangan perusahaan sebagai faktor yang mempengaruhi harga saham, hal ini
karena penilaian secara internal yang dilakukan oleh para investor merupakan
langkah awal dan yang terpenting agar mendapatkan saham yang menguntungkan,
dengan mengetahui kinerja perusahaan penerbit saham (emiten) dapat dianalisa
kemampuan emiten memberikan pendapatan bagi pemegang sahamnya. Salah satu
cara yang sangat populer untuk mengetahui kinerja emiten adalah menganalisa
rasio keuangan Sulistyastuti (2002), hal yang sama juga dinyatakan oleh Robert
dan Ang (1997) bahwa kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu aspek
yang fundamental mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan
berdasarkan analisis rasio keuangan perusahaan dalam suatu periode, beberapa
rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis fundamental
adalah Price Earning Ratio (PER), Return On Investment (ROI), Current Ratio
(CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Assets Turnover.
Selain itu, informasi rasio keuangan dapat dengan mudah diperoleh
investor, karena perusahaan yang telah go public mempunyai tanggung jawab
untuk menyediakan informasi kepada para pemegang saham dan pihak umum
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
3
Universitas Indonesia
tentang segala aktivitasnya, laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan
harus mengandung informasi keuangan yang dapat digunakan oleh umum untuk
mengambil keputusan ekonomi tentang perusahaan tersebut. Secara umum,
informasi tersebut dapat digunakan untuk mengurangi ketidak pastian yang
dihadapi oleh pihak eksternal dalam mengambil suatu keputusan. Calon investor
merupakan pihak eksternal yang membutuhkan informasi keuangan yang
diterbitkan perusahaan tersebut. Calon investor saham hendaknya memahami
segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan tempat investasinya sebelum
mereka memutuskan untuk melakukan investasi, karena saham merupakan
cerminan kepemilikan perusahaan. Untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan
dari investasi yang dilakukan, seorang investor sebelum mengambil keputusan
untuk membeli atau menjual saham tertentu, terlebih dahulu menganalisis saham-
saham tersebut, baik perilakunya maupun indikator-indikatornya. Hal ini
dilakukan untuk menilai kualitas, prospek dan resiko dari saham yang akan dibeli.
Untuk kepentingan tersebut, dibutuhkan informasi yang jelas, relevan, dan dapat
dipercaya. Salah satu sumber informasi tersebut adalah rasio keuangan
perusahaan.
Rasio keuangan dipercaya dapat memberikan suatu indikator yang baik
bagi para analisis. Analisis rasio keuangan yang didasarkan pada data keuangan
historis memiliki tujuan untuk memberi suatu indikasi kinerja perusahaan pada
masa yang akan datang. Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan rasio
keuangan telah banyak dilakukan baik oleh professional dan para akademis.
Dengan menggunakan informasi yang berasal dari rasio keuangan, investor dapat
melakukan predikasi terhadap kebangkrutan suatu usaha. Rasio keuangan juga
dapat digunakan untuk mempredikasi keuntungan saham.
Adanya keterkaitan antara rasio keuangan dengan return saham juga
dinyatakan oleh Martani dan Mulyono (2009), hasil penelitiannya membuktikan
bahwa rasio ROE dan NPM berpengaruh terhadap return saham, sedangkan
Uddin (2009) menguji pengaruh rasio profitabilitas, NPV terhadap harga saham
pada perusahaan asuransi yang terdapat pada New York Stock Exchange. Periode
pengamatan data dilakukan pada Desember 2007 – November 2008. Penelitian
tersebut menemukan deviden, net asset value, dan earning per share berpengaruh
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
4
Universitas Indonesia
signifikan terhadap harga saham. Sementara itu, Wulandari (2006) dalam
penelitiannya menemukan adanya pengaruh rasio profitabilitas dalam hal ini
earnings per share (EPS) terhadap harga saham.
Mengingat adanya hubungan antara kinerja rasio keuangan dengan return
saham seperti yang ditemukan oleh penelitian terdahulu, maka perlu bagi investor
untuk dapat mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan perusahaan,
khususnya saham perusahaan perbankan, terlebih industri perbankan selalu
bergerak dinamis karena perbankan berperan untuk menghimpun dana dan
menyalurkan dana kepada masyarakat. Fungsi intermediasi bank merupakan
faktor dominan agar suatu bank dapat memperoleh rasio keuangan yang bagus.
Pada tabel 1.1 diperlihatkan bahwa sejak tahun 2006 hingga bulan Oktober 2010
jumlah aset perbankan secara keseluruhan menunjukkan peningkatan. Ini berarti
industri perbankan merupakan kunci utama dalam menggerakkan perekonomian
Indonesia. Selain itu dari segi jumlah aset juga selalu mengalami peningkatan tiap
tahunnya. Hal ini memberikan peluang bagi setiap calon investor bahwa
perbankan masih dibutuhkan terutama perbankan yang telah go public.
Tabel 1.1
Kinerja Perbankan
Indikator 2006 2007 2008 Mar
2009 Juni
2009 Sept
2009 Sept
2010 Okt
2010 Asset (Rp T) 1693.9 1986.5 2310.6 2352.1 2353.1 2388.6 2.758 2.796
Kredit (Rp T) 792.3 1002.0 1307.7 1306.4 1335 1366.1 1.659 1.676
DPK (Rp T) 1287.1 1510.8 1753.3 1786.2 1823.1 1857.3 2114 2174
Rugi/Laba (Rp T) 28.3 35 30.6 12.2 23.3 34.3 43.36 49.09
Modal (Rp T) 183.4 211.2 238.3 255.9 253.7 262.8 301.32 308.13
CAR (%) 21.3 19.3 16.8 18 18.2 17.76 16.52 16.99
ROA (%) 2.6 2.8 2.3 2.8 2.7 2.63 2.91 2.94
BOPO (%) 87 84.1 88.6 90.7 87.8 87.41 86.26 85.93
LDR (%) 61.6 66.3 74.6 73.1 73.2 73.55 77.06 76.73
NPL Gross (%) 6.1 4.1 3.2 3.9 3.9 3.8 2.96 3.05
NIM (%) 5.8 5.7 5.7 5.5 5.6 5.49 5.75 5.73
Sumber: www.bi.go.id, 2010
Perkembangan pasar modal sebagai wahana investasi saat ini mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan, hal ini ditunjukkan dari nilai kapitalisasi
pasar saham mengalami peningkatan sebesar 4.13% pada Januari 2010 jika
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
5
Universitas Indonesia
dibandingkan dengan bulan Desember 2009. Sedangkan kegiatan pasar obligasi
pada Januari 2010 cenderung stagnan jika dibandingkan dengan bulan Desember
2009. Transaksi investor asing secara net turun 88.8% dibandingkan dengan
Desember 2009. Transaksi jual lebih tinggi dibandingkan transaksi beli karena
tekanan jual masih ada di area resisten sehingga lebih mudah bagi asing untuk
melakukan transaksi jual. Penurunan transaksi juga dipengaruhi oleh situasi dalam
negeri, dimana kasus Bank Century turut membawa ketidakpastian investasi.
Namun, volume transaksi saham di BEI menunjukkan kinerja yang baik. IHSG
menguat sebesar 3.02% dan ditutup pada level 2.610,8 (Tinjauan ekonomi dan
Keuangan, 2010).
Tabel 1.2
Perkembangan Pasar Modal
Jan-10 Des-09 %Δ Jan-09 %Δ
Saham (1) (2) (1) – (2)/(2) (3) (1) – (3)/(3)
Kapitalisasi Pasar (Rp triliun) 2102.71 2019.38 4.13 1071.52 96.24
Saham diperdagangkan (triliun unit) 1.47 1.46 0.68 1.38 6.52
Jumlah Emiten (korporasi) 398 398 0.00 397 0.25
Obligasi
Pemerintah (Rp triliun) 581.75 581.75 0.00 534.89 8.76
Korporasi (Rp triliun) 88.45 88.45 0.00 75.17 17.67
Perdagangan
Saham (Rp triliun) 79.01 55.1 43.39 31.39 151.70
Obligasi Pemerintah (Rp triliun) 92.58 94.66 -2.20 45.38 104.01
Obligasi Korporasi (Rp triliun) 6.51 6.33 2.84 2.79 133.33
Transaksi Asing
Beli (Rp triliun) 21.67 16.67 29.99 8.99 141.05
Jual (Rp triliun) 21.24 12.83 65.55 10.15 109.26
Net Pembelian (Rp triliun) 0.43 3.84 -88.80 -1.16 137.07
Sumber: Tinjauan Perkembangan Ekonomi & Keuangan Edisi Januari 2010
Kontribusi saham industri perbankan terhadap nilai kapitalisasi pasar di
Bursa Efek Indonesia memang cukup tinggi, bahkan pada tahun 2008, saham
industri perbankan menguasai kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Itu berarti naik turunnya saham sektor perbankan akan sangat memengaruhi arah
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
6
Universitas Indonesia
pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
Seperti saham Bank Central Asia menguasai 6,50 persen, Bank BRI sekitar 5,19
persen, dan Bank Mandiri mencapai 3,98 persen. Ketiga saham perbankan ini
masuk 10 besar saham berkapitalisasi terbesar yang menguasi sekitar 50,2 persen
dari total nilai kapitalisasi pasar (Sihombing, 2008).
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang penelitian di atas maka dapat dirumuskan
pokok-pokok permasalahan yang akan dilakukan pembahasan pada penelitian ini,
yaitu:
1. Seberapa besar pengaruh rasio ROE, EPS, BOPO, dan LDR terhadap
indeks harga saham individu perbankan pada delapan bank terbesar secara
parsial?
2. Seberapa besar pengaruh rasio ROE, EPS, BOPO, dan LDR terhadap
indeks harga saham gabungan perbankan pada delapan bank terbesar
secara bersama-sama?
1.3. Batasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan sebagai berikut:
1. Bank yang dipilih menjadi sampel yaitu delapan bank yang listed di BEI
dan masuk dalam urutan delapan terbesar berdasarkan the biggest market
capitalization dan assets.
2. Data yang diambil untuk penelitian ini yaitu antara tahun 2004 hingga
tahun 2010.
3. Hanya mempertimbangkan nilai rasio keuangan bank yang dapat
mempengaruhi indeks harga saham individu.
1.4. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antar variabel rasio keuangan.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
7
Universitas Indonesia
2. Sebagai bukti empiris untuk melihat seberapa besar variabel–variabel rasio
keuangan ROE, EPS, BOPO, dan LDR terhadap indeks harga saham
individu perbankan pada delapan bank terbesar secara bersama.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan nantinya bermanfaat bagi kalangan
akademisi maupun perusahaan perbankan dalam rangka melakukan penilaian
kinerja perusahaan. Selain itu, juga diharapkan bermafaat bagi investor khususnya
pemodal kecil untuk mendapatkan akses informasi yang dibutuhkan.
1.5. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini menggunakan hipotesis asosiatif, yaitu suatu pernyataan
yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih
(Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini hubungan variabel (bebas) ROE, EPS,
BOPO dan LDR terhadap variabel (terikat) indeks harga saham individu.
1.6. Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan
masalah, batasan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan hipotesa penelitian.
Bab ini berisi tentang gambaran awal mengenai isi keseluruhan dari tulisan ini.
Bab II. Tinjauan Pustaka
Pada bab ini memuat tentang landasan-landasan teoritis yang pakai agar
dapat merumuskan hipotesis. Sub bab dari bab ini memuat tentang beberapa
penelitian-penelitian terdahulu yang berguna untuk memperkuat penelitian ini
serta berisi tentang kerangka penelitian untuk mendapatkan suatu rangkaian
tahapan penelitian.
Bab III. Metode Penelitian
Pengambilan sampel perusahaan bank yang tercatat pada BEI merupakan
bagian data yang diperlukan untuk mendukung analisa tentang expektasi dan
indeks harga saham individu. Oleh karena itu, analisa yang digunakan merupakan
pedoman bagi pengambilan keputusan. Alat analisa yang dipakai berupa model
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
8
Universitas Indonesia
ekonometrik berupa Ordinary Least Square (OLS) dengan memperhatikan
beberapa asumsi-asumsi yang dipakai.
Bab IV. Analisis dan Pembahasan
Bab ini merupakan pengolahan dari metode yang dipakai. Analisis ini
berguna sebagai interpretasi dari jawaban atas permasalahan penelitian dan
memberikan penjelasan bagaimana tujuan penelitian tercapai.
Bab V. Kesimpulan dan Saran
Bab ini merupakan bagian akhir dari tulisan ini. Seluruh hasil dan
interpretasi akan dirangkum dalam bab ini. Saran-saran diberikan penulis sebagai
alternatif pemikiran dan kemungkinan pengembangan lebih lanjut dari hasil
penelitian ini.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
9
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Modal
Pasar modal mengacu pada semua lembaga dan prosedur yang
menyediakan transaksi instrumen keuangan jangka panjang. Jangka panjang disini
berarti memiliki periode jatuh tempo yang lebih dari satu tahun, (Darmadji dan
Fakhruddin, 2001). Menurut Sundjaja dan Barlian (2003) pasar modal merupakan
kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang.
Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar
modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun
institusi Pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang
seperti obligasi, saham, dan lainnya.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001) peran dan manfaat Pasar Modal
antara lain :
1. Pasar Modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien.
Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui
pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di
Pasar Modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang
dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang melalui
Pasar Modal tersebut.
2. Pasar Modal sebagai alternatif investasi
Pasar Modal memudahkan alternatif berinvestasi dengan memberikan
keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu.
3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan
berprospek baik. Perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik,
sebaiknya tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang-orang tertentu saja,
karena penyebaran kepemilikan secara luas akan mendorong perkembangan
perusahaan menjadi lebih transparan.
4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara professional dan transparan
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
10
Universitas Indonesia
Keikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong
perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih professional, efisien
dan berorientasi pada keuntungan, sehingga tercipta suatu kondisi “good
corporate governance” serta keuntungan yang lebih baik bagi para investor
5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional
Dengan keberadaan Pasar Modal, perusahaan-perusahaan akan lebih mudah
memperoleh dana, sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi
lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja yang luas,
serta meningkatkan pendapatan pajak bagi Pemerintah.
Pengertian pasar modal dalam arti luas:
1. Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk
bank-bank komersil dan semua perantara dibidang keuangan serta surat-surat
berharga jangka panjang dan pendek.
2. Pasar modal adalah semua pasar yang teroganisir dan lembaga–lembaga yang
memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu
lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi, hipotek, tabungan serta
deposito berjangka.
Pasar modal dalam istilah asing disebut “capital market” pada hakikatnya
ialah suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana. Dana yang
diperjualbelikan itu digunakan jangka panjang dalam menunjang pengembangan
usaha. Tempat penawaran atau penjualan dana dilaksanakan dalam satu lembaga
resmi yang disebut “Bursa Efek”.
Bursa yaitu tempat dimana bertemunya penjual dan/atau pembeli efek-
efek. Pada saat ini di Indonesia ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terletak di
Jakarta. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003) keuntungan dan kerugian
berinvestasi di pasar modal adalah keuntungan dan kerugian investasi di Pasar
Modal.
Pasar modal dari tahun ke tahun menjadi wahana yang menarik bagi dunia
usaha dan menjadi semakin penting perannya. Bagi dunia usaha pasar modal
dapat dijadikan sarana untuk menawarkan berbagai macam efek sesuai dengan
kebutuhan dana yang diperlukan dengan tingkat biaya dana yang relatif murah.
Keuntungan investasi di Pasar Modal, antara lain:
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
11
Universitas Indonesia
1. Laba capital yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara
nilai jual yang lebih tinggi dari nilai beli sahamnya.
2. Dividen bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang
saham
3. Saham perusahaan, seperti juga tanah atau aktiva berharga sejenis nilainya
meningkat sejalan dengan waktu dan sejalan dengan perkembangan atau
kinerja perusahaan. Investor jangka panjang mengandalkan kenaikan nilai
saham ini untuk meraih keuntungan dari investasi saham. Investor seperti ini
membeli saham dan menyimpannya untuk jangka waktu lama (tahunan) dan
selama masa itu mereka itu memperoleh manfaat dari dividen yang
dibayarkan perusahaan setiap periode tertentu.
4. Saham juga dapat dijaminkan ke bank untuk memperoleh kredit, sebagai
agunan tambahan dari agunan pokok.
Investasi di pasar modal bukan investasi tanpa risiko, kerugian investasi
antara lain:
1. Rugi modal, yakni kerugian dari hasil jual beli saham, yang berupa selisih
antara nilai jual yang lebih rendah dari nilai beli saham
2. Rugi kesempatan, yakni kerugian berupa selisih suku bunga deposito
dikurangi total hasil yang diperoleh dari total investasi.
Likuidasi, kerugian karena perusahaan dilikuidasi di mana nilai likuidasinya
lebih rendah dari harga saham. (Sundjaja dan Barlian 2003).
2.1.1. Pengertian Saham
Sulistyastuti, (2002: 1) mengemukakan bahwa saham biasa (common
stock) atau sering disebut saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan
atau kepemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan. Saham sebagai
sekuritas yang bersifat ekuitas, memberikan implikasi bahwa kepemilikan saham
mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Berbeda dengan obligasi,
saham tidak memiliki jangka waktu jatu tempo (perpetual) dan tidak memberikan
pendapatan tetap.
Sulistyastuti, (2002: 1) menambahkan bahwa nilai suatu saham dapat
dipandang dalam empat konsep yang memberikan makna berbeda. Pertama, suatu
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
12
Universitas Indonesia
saham memiliki niai nominal yaitu nilai perlembar saham yang berkaitan dengan
kepentingan akuntansi dan hukum. Nilai nominal tidak mengukur nilai riil suatu
saham, tetapi hanya digunakan untuk menentukan besarnya modal disetor penuh
dalam neraca. Nilai modal disetor penuh adalah nilai nominal saham dikalikan
jumlah saham yang dikeluarkan perusahaan. Nilai nominal suatu saham juga
disebut stated value, face value, par value.
Kedua, nilai buku perlembar saham (book value per share) yaitu total
ekuitas dibagi jumlah saham beredar. Nilai buku perlembar saham (book value per
share) menunjukkan nilai aktiva bersih perlembar saham yang dimiliki oleh
pemegangnya (Sulistyastuti, 2002: 1).
Konsep nilai ketiga adalah nilai pasar. Nilai pasar (market value) adalah
niali suatu saham yang ditentukan oleh pemintaan dan penawaran saham di bursa
saham. Harga pasar saham inilah yang menentukan indeks harga saham gabungan
(IHSG). Fluktuasi harga saham di bursa yang menentukan resiko sistematis suatu
saham (Sulistyastuti, 2002: 2).
Pada konsep nilai terakhir yaitu nilai fundamental, konsep mengenai nilai
fundamental inilah yang paling penting. Tujuan perhitungan nilai fundamental
saham atau lebih sering disebut sebagai nilai intrinsik saham adalah menentukan
harga wajar suatu saham agar harga saham tersebut mencerminkan nilai saham
yang sebenarnya (Sulistyastuti, 2002:2).
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001: 23) saham merupakan tanda
penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan
yang ditanamkan diperusahaan tersebut.
Terdapat beberapa karakteristik yuridis kepemilikan saham suatu
perusahaan, antara lain:
a. Limited risk artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai
jumlah yang disetorkan kedalam perusahaan.
b. Ultimate control, artinya pemegang saham (secara kolektif) akan menentukan
arah dan tujuan perusahaan.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
13
Universitas Indonesia
c. Residual claim, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang
mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk dividen) dan sisa
aset dalam proses likuidasi perusahaan. Pemegang saham memiliki posisi
yunior dibanding pemegang obligasi atau kreditor.
2.1.2. Jenis-Jenis Saham
Darmadji dan Fakhruddin (2001: 5) menjelaskan saham merupakan surat
berharga yang paling populer dan dikenal luas di masyarakat. umumnya saham
yang dikenal sehari-hari merupakan saham biasa (common stock). Ditinjau dari
segi dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:
a. Saham Biasa (Common Stock) yaitu merupakan saham yang menempatkan
pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b. Saham Preferen (Preferred Stock), merupakan saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak
mendapatkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa
dengan saham biasa karena dua hal, yaitu: mewakili kepemilikan ekuitas dan
diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham
tersebut dan membayar dividen.
Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas :
1. Saham atas unjuk (bearer stocks), artinya pada saham tersebut tidak tertulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari suatu investor ke
investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka
dialah di akui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
2. Saham atas nama (registered stocks), merupakan saham yang di tulis dengan
jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui
prosedur tertentu (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 7)
Weston dan Brigham (2000: 25) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi harga saham, yaitu:
a. Earnings per share (EPS)
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
14
Universitas Indonesia
Seoarang investor yang melakukan investasi pada perusahaan yang akan
menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar
saham yang diberikan perusahaan maka para investor akan semakin percaya
bahwa perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan
mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi
sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
b. Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan dua cara, yaitu
mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dan obligasi, apabila
suku bunga naik maka investor akan mendapatkan hasil yang lebih besar dari
obligasi, sehingga mereka akan segera menjual saham mereka untuk
ditukarkan dengan obligasi. Penukaran yang demikian akan menurunkan
harga saham. Hal ini sebaliknya juga terjadi apabila tingkat bunga mengalami
penurunan. Tingkat bunga juga dapat mempengaruhi laba perusahaan, hal ini
terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga semakin rendah
laba perusahaan. Selain itu suku bunga dapat mempengaruhi kegiatan
ekonomi maka akan mempengaruhi laba perusahaan.
c. Jumlah kas deviden yang diberikan
Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagaian
dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba
ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka
peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas dividen
yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham
meningkatkan.
d. Jumlah laba yang didapat oleh perusahaan
Umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai
profit yang cukup baik karena cenderung menunjukan prospek yang cerah
sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan
mempengaruhi harga saham perusahaan.
e. Tingkat resiko dan tingkat pengembalian
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
15
Universitas Indonesia
Apabila tingkat resiko dari proyeksi laba yang diharapkan perusahaan
meningkat maka akan mempengaruhi harga perusahaan. Biasanya semakin
tinggi resiko semakin besar tingkat pengembalian (High risk high return)
yang diharapkan investor. Hal ini akan mempunyai pengaruh yang besar
antara sikap para investor dengan tingkat harga saham yang diharapkan.
2.1.3. Ukuran Kinerja Saham
Sulistyastuti, (2002: 33) menjelaskan bahwa fokus utama dari setiap
aktivitas investasi adalah mendapatkan keuntungan. Untuk mendapat keuntungan
yang layak, seorang investor yang hendak membeli suatu saham perusahaan
tertentu harus melakukan analisis atas nilai saham tersebut. Langkah awal dan
terpenting agar mendapatkan saham yang menguntungkan adalah mengetahui
kinerja perusahaan. Dengan mengetahui kinerja perusahaan penerbit saham
(emiten) dapat dianalisa kemampuan emiten memberikan pendapatan bagi
pemegang sahamnya. Salah satu cara yang sangat populer untuk mengetahui
kinerja emiten adalah menganalisa rasio keuangan. Ketika kita hendak membeli
suatu saham, hendaknya diperhatikan dua rasio yang berperan terhadap kinerja
saham, yaitu (Sulistyastuti, 2002: 33):
a) Rasio Pofitabilitas terutama return on equity (ROE). ROE dapat dijadikan
indikator prospek perusahaan. Semakin tinggi ROE semakin baik
pertumbuhan laba perusahaan.
b) Rasio Leverage. Rasio leverage yang mempengaruhi risiko yang ditanggung
pemodal. Semakin besar leverage semakin besar risiko yang ditanggung.
2.1.4. Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah harga saham yang dinyatakan dalam angka
indeks (Haningsih, 2009). Indeks saham digunakan untuk tujuan analisis dan
menghindari dampak negatit dan penggunaan hanga saham dalam rupiah.
Corporate action yang dilakukan oleh perusahaan dapat merusak analisis
apabila menggunakan harga saham dalam rupiah tanpa dikoreksi terlebih dahulu.
Dengan menggunakan indeks saham dapat dihindari kesalahan analisis walaupun
tanpa koreks (Haningsih, 2009).
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
16
Universitas Indonesia
Setiap bursa efek akan menetapkan angka basis indeks yang berbeda. yaitu
ada yang dimulai dengan basis 100, 500. atau 1.000. Jenis Indeks dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Indeks harga saham individu.
Ketika pertama kali saham dicatatkan di Bursa Efek, yaitu pada pagi hari
sebelum perdagangan di bursa dimulai, saham tersebut sudah mempunyai harga,
yaitu harga yang dibayar oleh investor di pasar perdana atau harga perdana
(Haningsih, 2009). Pada umumnya, harga perdana yang tercantum dalam
prospektus merupakan harga tetap yang harus dibayar oleh investor tanpa
ditambah biaya transaksi. Investor yang membeli saham di pasar perdana dan
kemudian menjual sahamnya di bursa efek pasti ingin mengetahui persentase
kenaikannya. Oleh karena itu, harga perdana digunakan sebagai nilai dasar (unit
base value) dalam menghitung indeks harga saham. Apabila terjadi corporate
action, misalnya split, pembagian saham bonus, atau dividen saham, maka nilai
dasar harus disesuaikan. Penghitungan indeks harga saham individu dilakukan
dengan rumus berikut (Haningsih, 2009):
IHSI = jumlah saham beredar x harga pasar x 100%
jumlah saham beredar x nilai dasar
(Haningsih, 2009)
Sebelum transaksi pertama terjadi di bursa efek, saham tersebut diberi indeks
harga = 100 sebagai angka dasar. Kemudian ketika jam perdagangan mulai
berlangsung, puluhan kali harga terbentuk dalam transaksi hari bersangkutan. Dari
sekian harga yang terbentuk lalu dibagi menjadi tiga, yaitu harga terendah, harga
tertinggi dan harga penutupan. Ketiga jenis harga tersebut tertera dalam Daftar
Informasi Perdagangan Efek Harlan yang diterbitkan oleh bursa. Indek harga
harian dihitung berdasrkan harga pasar penutupan (closing price) (Haningsih,
2009).
2. Indeks harga saham parsial.
Setiap pihak dapat menciptakan indeks harga saham yang terdiri dari
beberapa jenis saham untuk kepentingan sendiri (Haningsih, 2009). Apabila
indeks harga saham parsial tersebut ternyata baik digunakan sebagai pedoman
oleh investor, maka indeks tersebut akan laris diperdagangkan. Misalnya, indeks
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
17
Universitas Indonesia
Nikkei 225 adalah indeks dari 225 jenis saham di Jepang, dan indeks S&P 100
adalah indeks gabungan dari 100 jenis saham di Amerika Serikat. Indeks harga
saham parsial tersebut lebih laku diperdagangkan daripada indeks harga saham
gabungan (composite index).
Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks harga saham parsial adalah :
(Haningsih, 2009)
dimana :
Indeks 100 = jumlah kapitalisasi pasar dari 100 emiten dibagi
dengan jumlah nilai dasar dari 100 emiten, kemudian
dikalikan dengan 100 sebagai angka dasar.
Kapitalisasi pasar = saham beredar x harga pasar per unit saham.
Total nilai dasar = jumlah saham beredar x nilai dasar per unit.
Indeks 100 berarti indeks dari 100 jenis saham.
Pada Bursa Efek Jakarta, indeks harga saham gabungan parsial dijumpai
dalam indeks LQ 45, yaitu indeks saham gabungan dari 45 jenis saham terpilih.
Jenis saham ini harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Bursa dan LQ 45
selalu disesuaikan setiap periode 6 (enam) bulan sekali (Haningsih, 2009).
3. Indeks harga saham gabungan.
Indeks harga saham gabungan seluruh saham menggambarkan suatu
rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh
saham, sampai pada tanggal tertentu (Haningsih, 2009). Biasanya pergerakan
harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa
pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini
mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham
gabungan di bursa efek.
Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang
digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu
bursa efek (Haningsih, 2009). Maksud dari gabungan seluruh saham ini adalah
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
18
Universitas Indonesia
kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di
bursa tersebut.
Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan
Haningsih (2009) menyebutkan bahwa terdapat dua metode perhitungan
indeks harga saham gabungan, yaitu:
1. Metode rata-rata (Average Method)
Pada metode ini, harga pasar saham-saham yang dimasukkan dalam
perhitungan indeks tersebut dijumlahkan kemudian dibagi dengan suatu faktor
pembagi tertentu. Rumus indeks harga saham gabungan dengan metode rata-rata
adalah (Haningsih, 2009):
(Haningsih, 2009)
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
∑Pbase = Suatu nilai pembagi
Ps = Harga Pasar Saham
∑Pbase merupakan suatu faktor nilai pembagi dimana faktor pembagi ini harus
dapat beradaptasi terhadap perubahan harga saham teoritis, karena ada aksi emiten
seperti right issue, dividen saham, saham bonus, dan sebagainya (Haningsih,
2009).
Seperti pada perhitungan indeks yang lain, IHSG ditentukan hari dasar
untuk perhitungan indeks. Pada hari dasar, harga dasar yang sama dengan harga
pasar sehingga indeksnya adalah 100% (Haningsih, 2009).
2. Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)
Pada metode ini, dalam perhitungan indeks menambahkan pembobotan
disamping harga dasar saham. Ada dua ahli yang mengemukakan metode ini
(Haningsih, 2009):
1. Metode Paasche
Rumus Paasche:
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
19
Universitas Indonesia
(Haningsih, 2009)
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
Ps = Harga Pasar Saham
Ss = Jumlah Saham yang dikeluarkan (outstanding shares)
Pbase = Harga dasar saham
Dalam rumus diatas, (Ps x Ss) adalah jumlah nilai kapitalisasi pasar seluruh
saham yang tergabung dalam indeks yang bersangkutan (Haningsih, 2009).
Sedangkan (Pbase x Ss) merupakan jumlah seluruh nilai dasar dari saham-saham
yang bergabung dalam indeks yang bersangkutan. Jadi, rumus Paasche ini
membandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh
saham yang tergantung dalam suatu indeks. Jadi makin besar kapitalisasi suatu
saham, maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan
harga pada saham yang bersangkutan (Haningsih, 2009).
2. Metode Laspeyres
Rumus Laspeyers:
(Haningsih, 2009)
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
Ps = Harga Pasar Saham
So = Jumlah Saham yang dikeluarkan pada hari dasar
Pbase = Harga dasar saham
Pada metode Laspeyers di atas jumlah saham yang dikeluarkan pada hari
dasar dan tidak bias berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru
(Haningsih, 2009). Sedangkan Paasche menggunakan jumlah saham yang berubah
jika ada pengeluaran saham baru.
2.2. Pengertian Perbankan dan Bank
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
20
Universitas Indonesia
Berdasarkan kamus perbankan (BI, 1999), Perbankan adalah sesuatu yang
menyangkut bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melakukan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian bank sendiri adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan SK
Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990, pengertian bank adalah suatu badan
yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran
dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.
Pengertian di atas memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian
yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan
Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990. Pengertian bank
menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999) Bank
adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-
pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana,
serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
2.3. Karakteristik Lembaga Perbankan
Fungsi utama sebuah bank adalah sebagai lembaga intermediasi. Artinya
bertindak sebagai perantara dari pihak yang mempunyai dana lebih untuk
disalurkan pada pihak yang kekurangan dana. Oleh karenanya dapat dipahami
bahwa sebagian besar dana yang disalurkan bukan berasal dari modal pemilik
bank melainkan pihak lain seperti para deposan maupun bank lain. Oleh
karenanya pada setiap neraca bank, ratio to debt equity akan selalu besar.
Bank merupakan sebuah lembaga yang paling banyak dikenai peraturan.
Peraturan tersebut dimaksudkan untuk melindungi kepentingan para deposan
maupun debt holder. Adapun pihak yang paling berkompeten mengawasi lembaga
perbankan adalah bank sentral. Risiko yang dihadapi oleh bank cukup banyak,
diantaranya adalah risiko yang dikarenakan oleh tingkat suku bunga (Saunders,
2000). Saat bank memberikan pinjaman jangka panjang biasanya akan
menetapkan tingkat bunga kredit dengan tingkat bunga tetap (flat rate) dan
biasanya dengan tingkat bunga yang rendah. Adapun dana yang digunakan untuk
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
21
Universitas Indonesia
pemberian kredit berasal dari simpanan nasabah yang berjangka pendek dengan
tingkat bunga yang berfluktuasi. Pada kasus krisis tahun 1997 di Indonesia,
tingkat bunga simpanan/deposito sempat mencapai 60% per tahun. Akibatnya
adalah negative spread yang berakibat pada berkurangnya modal bank. Lebih jauh
dijelaskan Golin (2001) bahwa karakteristik perbankan ditandai dengan tingkat
persaingan suku bunga yang ketat dan surat-surat berharga.
Menurut Golin (2001) kegagalan sebuah bank karena buruknya kualitas
pengawasan kredit, antara lain:
• Kurangnya tingkat kepatuhan terhadap ketentuan atau sarat kredit
• Tidak adanya standar yang jelas untuk ketentuan batas maksimum kredit
• Bank terlalu fokus terhadap lending
• Pengawasan yang kurang terhadap petugas kredit
• Pertumbuhan kredit melebihi kemampuan bank dalam mengelola asset
kredit tersebut
• Belum adanya sistem yang dapat mengidentifikasi masalah pinjaman
secara komprehensif
• Pengetahuan petugas keuangan yang masih minim
2.4. Laporan Keuangan
Menurut Haskins et al (2000: 83) pengertian laporan keuangan adalah: “is
the process of reviewing and interpreting financial information for the purpose of
appraising the financial wealth and operating performance of a company.”
Menurut Berstein dan Wild (1998: 15) laporan keuangan adalah:
“financial statement report a company past financial performance and current
financial position”
Harahap (2002: 55) mengatakan, laporan keuangan adalah merupakan
output proses akutansi yang dapat digunakan sebagai informasi tentang kinerja
perusahaan.
Laporan keuangan terdiri dari empat laporan utama yaitu perhitungan rugi
laba, neraca, perhitungan laba yang ditahan, dan laporan arus kas (Weston &
Brigham, 1990).
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
22
Universitas Indonesia
1. Perhitungan rugi laba adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan
beban perusahaan selama suatu periode akuntansi. Perhitungan rugi laba yaitu
penjualan bersih yang dikurangi dengan berbagai biaya, termasuk pajak
penghasilan, untuk menentukan laba bersih bagi para pemegang saham.
2. Neraca adalah laporan mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat
tertentu.
3. Perhitungan laba yang ditahan adalah perhitungan yang melaporkan seberapa
banyak laba perusahaan yang tidak dibayarkan sebagai dividen. Angka laba
yang ditahan yang tampak di sini merupakan jumlah dari laba yang ditahan
setiap tahunnya sejak perusahaan berdiri.
4. Siklus arus kas adalah arus kas bersih aktual yang mengalir masuk atau keluar
perusahaan selama beberapa periode tertentu, kas bersih aktual tidak sama
dengan laba bersih akuntansi.
Sementara itu, menurut Harahap (2002: 7) laporan keuangan terdiri dari
beberapa jenis, yaitu:
1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu
tanggal tertentu.
2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil biaya, dan laba rugi
perusahaan pada suatu periode tertentu.
3. Laporan sumber dan penggunaan dana. Laporan ini memuat sumber dan
pengeluaran perusahaan selama satu periode. Laporan ini juga
menggambarkan laporan perubahan dana (modal kerja) atau kas.
4. Laporan arus kas. Laporan arus kas menggambarkan sumber dan pengeluaran
kas pada suatu periode tertentu. Dalam laporan ini transaksi kas itu
dikelompokkan pada tiga bagian:
a. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan operasi.
b. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan pembiayaan.
c. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan transaksi.
5. Laporan kegiatan keuangan. Laporan ini hanya diusulkan oleh Committee dan
agaknya tidak begitu mendapat sambutan. Laporan ini menyajikan ikhtisar
transaksi pertukaran yang mempengaruhi (berakibat) ke kas selama satu
periode.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
23
Universitas Indonesia
6. Catatan penjelasan laporan keuangan. Laporan ini memberikan penjelasan
tambahan mengenai laporan keuangan utama yang belum dapat dijelaskan
dalam tubuh laporan. Penjelasan ini dianggap penting karena dapat membantu
pengambil keputusan dalam membacanya.
7. Daftar lainnya. Daftar ini biasanya merupakan pendukung laporan utama
misalnya:
a. Daftar laba ditahan (Retained Earning Statement)
b. Daftar perubahan modal (Capital Statement)
c. Daftar perhitungan harga pokok (Cost of Good Manufactured Statement).”
Dari penjelasan-penjelasan diatas disebutkan ada beberapa jenis laporan
keuangan yakni: laporan neraca, laporan laba/rugi, laporan laba ditahan, dan
laporan arus kas. Bahkan Harahap (1996: 9) menambahkan adanya laporan
keuangan dan daftar lainnya selain laporan-laporan keuangan yang disebutkan
oleh Fraser (1995: 9).
2.5. Rasio Keuangan
Sundjaja dan Barlian (2003: 128) menyatakan analisis rasio sebagai suatu
metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan
status suatu perusahaan. Input dasar untuk analisis rasio adalah laporan laba rugi
dan neraca pada suatu periode tertentu yang akan dievaluasi. Karena itu, sebelum
menganalisis lebih lanjut, kita perlu menggambarkan berbagai kelompok dan jenis
rasio perbandingan (Sundjaja dan Barlian, 2003: 128).
Sedangkan Husnan dan Pudjiastuti (2002: 76) menjelaskan untuk
melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan
yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin
dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada di dalam neraca saja, dalam
laporan rugi laba saja, atau pada neraca dan rugi laba. Setiap analisis keuangan
bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu.
Karena itu pernyataan pertama yang perlu dijawab adalah aspek-aspek apa yang
akan dinilai. Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai perlu dikaitkan dengan
tujuan analisis. Apabila analisis dilakukan oleh pihak kreditur, aspek yang dinilai
akan berbeda dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban finansial tepat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
24
Universitas Indonesia
pada waktunya, sedangkan pemodal akan lebih berkepentingan dengan
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Secara keseluruhan, aspek-
aspek yang dinilai biasanya diklasifikasikan menjadi aspek likuiditas, aspek
profitabilitas atau efisiensi, dan rasio-rasio nilai pasar.
Rasio keuangan berguna untuk mengidentifikasikan beberapa kelemahan
dan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara,
bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti:
(1) dapat meneliti rasio antar-waktu (katakanlah, untuk 5 (lima) tahun terakhir)
untuk meneliti arah pergerakannya; dan (2) dapat membandingkan rasio
perusahaan dengan dengan perusahaan lainnya (Keown et al, 2004: 70).
Beberapa ahli keuangan menjelaskan rasio keuangan sebagai berikut:
1. Analisis Likuiditas
Salah satu yang menjadi perhatian utama dari kebanyakan analisis keuangan
yaitu perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban untuk melunasi pinjamannya.
Suatu analisis likuiditas yang lengkap mensyaratkan penggunaan anggaran kas,
tetapi dengan membandingkan jumlah kas dan aktiva lancar lainnya terhadap
kewajian lancar, analisis rasio menyediakan suatu ukuran atas likuiditas yang
cepat dan mudah digunakan. Dua rasio likuiditas yang lazim digunakan adalah
(Sundjaja dan Barlian 2003: 134):
1. Rasio Lancar, rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan
kewajiban lancar:
Aktiva lancar biasanya terdiri dari kas, sekuritas, piutang usaha, dan
persediaan. Kewajiban lancar terdiri dari utang usaha, wessel bayar jangka
pendek, utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam setahun, pajak
penghasilan akrual, dan beban akrual atau beban terutang (terutama upah).
Apabila suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, pembayaran utang
usahanya akan menjadi lambat, pinjamannya ke bank akan lebih banyak, dan
sebagainya. Jika kewajiban lancar ini tumbuh lebih cepat daripada aktiva lancar,
rasio lancar akan merosot, dan hal ini dapat membahayakan. Karena rasio lancar
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
25
Universitas Indonesia
merupakan satu-satunya indikator terbaik yang menunjukan sejauh mana
kewajiban lancar dapat diperbaharui dengan aktiva lancar, maka rasio ini paling
lazim digunakan sebagai ukuran dari solvensi jangka pendek. Alasannya adalah
karena rasio tersebut menunjukan seberapa besar aktiva yang dapat dikonversi
menjadi kas pada saat kewajiban lancar jatuh tempo.
2. Rasio cepat, rasio cepat dihitung dengan jalan mengurangi aktiva lancar
dengan persediaan dan kemudian membagi sisanya dengan kewajiban lancar:
Persediaan lazimnya merupakan aktiva lancar yang paling tidak likuid, karena
itu, apabila terjadi likuidasi, maka aktiva ini mungkin akan menderita kerugian
yang lebih besar jika dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Karena itu,
mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek
tanpa dikaitkan dengan penjualan persediaan adalah sangat penting.
2. Analisis Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang
dilakukan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) akan
menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada
hasil-hasil operasi.
Sedangkan menurut Van Horme dan John M. Wachowicz (2005: 136)
rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang
menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Bersama-sama,
rasio-rasio ini akan menunjukkan efektivitas operasional keseluruhan
perusahaan.
Pada laporan laba rugi dalam presentase yang umum, setiap unsur
dinyatakan sebagai presentase penjualan, sehingga memudahkan evaluasi
hubungan antara penjualan dan pendapatan tertentu serta biaya. Laporan laba rugi
dalam presentase yang umum bermanfaat untuk membandingkan kinerja dari
tahun ketahun (Sundjaja dan Barlian, 2003: 129).
Rasio profitabilitas merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan. Rasio yang telah kita ulas sejauh ini hanya memberikan gambaran
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
26
Universitas Indonesia
mengenai operasi perusahaan, tetapi rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh
hubungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, pengelolaan utang terhadap hasil-
hasil operasi. (Weston dan Brigham, 1998: 304).
Rasio profitabilitas juga dapat mengukur dalam kemampuan dasar
menghasilkan laba. Rasio kemampuan dasar menghasilkan laba (basic earning
power ratio) dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
dengan total aktiva:
(Weston dan Brigham, 1998: 304)
Rasio ini menunjukkan kemampuan dasar perusahaan untuk menghasilkan
laba, sebelum dipengaruhi oleh pajak dan leverage, sehingga sangat berguna
untuk membandingkan perusahaan yang satu dengan yang lain. Karena rasio
perputaran serta margin laba atas penjualannya rendah, maka tingkat
pengembalian atas aktiva tidaklah sebesar perusahaan sejenis.
3. Analisis Rasio Utang
Pada umumnya seorang analis keuangan berkepentingan dengan hutang
jangka panjang sebab perusahaan harus membayar bunga dalam jangka panjang
dan pokok pinjamannya. Demikian pula tuntutan terhadap kreditur harus
didahulukan dibandingkan dengan pembagian hasil kepada pemegang saham.
Pemberi pinjaman juga berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang sebab semakin banyak hutang perusahaan, semakin tinggi
kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur.
Manajemen jelas berkepentingan terhadap hutang perusahaan agar dapat
membayar kewajibannya (Sundjaja, 2003: 139).
Umumnya, lebih banyak hutang perusahaan yang digunakan dalam kaitannya
dengan total aktiva, lebih besar lagi pengaruh keuangan yaitu sejumlah hasil dan
resiko yang ditimbulkan melalui penggunaan beban tetap keuangan seperti hutang
dan saham preferen. Dengan perkataan lain semakin besar pengaruh keuangan
yang digunakan perusahaan maka semakin besar hasil dan resiko yang
diharapkan.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
27
Universitas Indonesia
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003: 155) ada dua bentuk umum pengukuran
hutang, yaitu :
1) Tingkat jumlah hutang terhadap seluruh kekayaan perusahaan. Dua ukuran
yang biasa digunakan, yaitu :
a) Rasio hutang, mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai oleh kreditur
perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin banyak uang kreditur
yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Sundjaja dan Barlian (2003:155)
b) Rasio hutang terhadap ekuitas, perbandingan antara hutang jangka panjang
dengan modal pemegang saham perusahaan.
2) Kemampuan melunasi hutang, kemampuan perusahaan untuk melakukan
pembayaran hutang sesuai perjanjian berdasarkan jadwal selama umur
hutangnya. Dalam hutang terdapat kewajiban tetap untuk membayar bunga
dan pokok pinjaman.
Kemampuan perusahaan untuk membayar biaya tetap diukur dengan
menggunakan rasio mampu. Rasio mampu yang tinggi lebih disukai, tetapi terlalu
tinggi rasio tersebut (di atas rata-rata industri) menunjukan adanya kewajiban
tetap yang tidak digunakan dengan baik. Sebaliknya semakin rendah rasio mampu
maka perusahaan lebih beresiko untuk tidak dapat membayar kewajiban tetapnya.
Dua rasio mampu yaitu:
1) Rasio mampu bayar bunga, rasio ini mengukur berapa kali kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban berupa bunga dari hasil laba sebelum
bunga dan pajak. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kemampuan
perusahaan membayar bunga.
2) Rasio mampu bayar kewajiban tetap, rasio ini mengukur berapa kali
kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban tetapnya seperti
bunga dan pokok pinjaman, pembayaran sewa guna usaha dan dividen saham
preferen dari hasil laba sebelum bunga dan pajak serta pembayaran sewa
guna usaha. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kemampuan
perusahaan membayar kewajiban tetapnya.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
28
Universitas Indonesia
4. Rasio Aktivitas
Rasio pengelolaan aktiva (asset management ratios) mengukur seberapa
efektif suatu perusahaan mengelola aktivanya. Rasio ini dirancang untuk
mengetahui jumlah dari masing-masing jenis aktiva yang terdapat dalam
neraca sudah wajar, terlalu tinggi atau terlalu randah mengingat tingkat
pengoperasian saat ini dan yang diproyeksikan untuk masa mendatang.
Masalah yang utama muncul apabila rasio perputaran aktiva tetap digunakan
untuk membandingkan perusahaan-perusahaan yang berbeda. Ingat kembali
bahwa semua aktiva, kecuali kas dan piutang usaha mencerminkan harga
perolehannya. Inflasi menyebabkan nilai sejumlah besar aktiva yang dibeli pada
waktu yang lalu menjadi sangat kecil. Karena itu jika kita membandingkan suatu
perusahaan yang sudah lama berdiri, yang telah memperoleh sebagian besar
aktiva tetapnya bertahun-tahun yang lalu dengan harga rendah, dengan perusahaan
baru yang memperoleh aktiva tetapnya beberapa waktu yang lalu, kita mungkin
akan menemukan bahwa perusahaan yang sudah lama berdiri melaporkan
perputaran aktiva tetap yang lebih tinggi. Akan tetapi, mungkin ini lebih
memperlihatkan ketidakmampuan akuntan menemukan metode akuntansi yang
tepat untuk keadaan inflasi daripada memperlihatkan ketidakefesienan perusahaan
baru tersebut. Profesi akuntansi sedang berupaya untuk menemukan cara-cara
penyusunan laporan keuangan yang mencerminkan laporan saat ini ketimbang
nilai-nilai masa lalu. Apabila neraca didasarkan pada nilai saat ini, ketepatan
perbandingan tidak akan meragukan, tetapi hingga saat ini masalah tersebut masih
harus kita hadapi. Karena para analis keuangan pada umumnya tidak memiliki
data yang diperlukan untuk mengadakan penyesuaian, maka mereka harus benar-
benar memahami bahwa suatu masalah mungkin akan timbul dan harus dihadapi
dengan pertimbangan sendiri.
2.6. Rasio Keuangan Bank
Dendawijaya (2009) menyebutkan bahwa dalam menganalisis kinerja
bank perlu diperhatikan rasio-rasio keuangan antara lain analisis rasio likuiditas,
analisis rasio rentabilitas dan analisis rasio solvabilitas. Adapun penjelasan rasio-
rasio keuangan tersebut:
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
29
Universitas Indonesia
2.6.1. Analisis Likuiditas
Menurut Dendawijaya (2009) rasio likuiditas sangat penting untuk
mengukur kinerja bank baik secara internal maupun dibandingkan dengan bank-
bank lain yang terdapat pada industri tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeh maupun kewajiban yang sudah jatuh tempo. Terdapat beberapa
pengukuran likuiditas bank, antara lain sebagai berikut:
1. Cash Ratio
Cash ratio merupakan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang
dihimpun bank dan harus segera dibayar. Misalnya untuk mengukur
kemampuan bank membayar kewajiban apabila ada nasabah yang menarik
simpanannya di bank.
2. Reserve Requirement
Reserve requirement merupakan ketentuan yang diterapkan oleh Bank
Indonesia (BI) terkait dengan porsi penyimpanan dana pihak ketiga sesuai
ketentuan yang berlaku pada BI.
3. Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR merupakan rasio terhadap seluruh jumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima bank.
LDR= jumlah kredit yang diberikan x 100%
jumlah dana pihak ketiga
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
likuiditas dari bank yang bersangkutan.
4. Loan to asset ratio
Merupakan rasio dari likuiditas suatu bank dalam memberikan kredit kepada
debitur dengan menggunakan seluruh total asset yang dimiliki suau bank.
Semakin tinggi rasio ini bebrati semikin banyak asset yang disalurkan untuk
pemberian kredit.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
30
Universitas Indonesia
5. Rasio kewajiban bersih call money
Rasio ini merupakan perbandingan antara kewajiban bersih call money
terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid di suatu bank.
2.6.2 Analisis Rentabilitas
Menurut Dendawijaya (2009) rasio rentabilitas adalah rasio yang
menunjukkan tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
bersangkutan. Rasio ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan
bank. Ada lima yang ternasuk dalam rasio rentabilitas, antara lain:
1. Return On Assets (ROA)
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA,
semakin besar keuntungan bank dan akan semakin baik bank tersebut dalam
penggunaan asset.
ROA = laba bersih x 100%
Total aktiva
2. Return On Equity (ROE)
ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dengan jumlah modal
sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para
investor di pasar modal yang ingin memliki saham bank yang bersangkutan.
Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank
tersebut.
ROE= laba bersih x 100%
modal sendiri
3. Rasio biaya operasional (BOPO)
Rasio BOPO adalah perbandingan antara beban operasional terhadap
pendapatan operasional. Rasio ini untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam kegiatan operasinya.
BOPO = biaya operasional x 100%
pendapatan operasional
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
31
Universitas Indonesia
4. Net Profit Margin (NPM)
NPM merupakan rasio yang menggambarkan keuntungan yang diperoleh bank
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.
NPM = laba bersih x 100%
pendapatan operasional
2.6.3. Analisis Rasio Solvabilitas
Menurut Dendawijaya (2009) rasio solvabilitas adalah analisis yang
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya. Beberapa ukuran rasio yang termasuk dalam solvabilitas, yaitu:
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank
mengandung risiko. CAR juga merupakan indikator terhadap kemampuan
bank untuk menutupi penurunan aktivanyasebagai akibat dari kerugian bank
yang disebabkan aktiva berisiko.
CAR = modal bank x 100%
aktiva tertimbang menurut risiko
2. Debt to equity ratio (DER)
DER merupakan rasio untuk mengukur bank dalam menutupi sebagian atau
seluruh utangnya baik jangka pendek dan panjang dengan memakai dana dari
modal sendiri.
DER = jumlah utang x 100%
jumlah modal sendiri
3. Long term debt to assets ratio
Rasio ini untuk mengukur penggunaan dari aktiva dalam membiayai dan
dananya bersumber dari utang jangka panjang.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Utang jangka panjang x 100%
Total aktiva
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
32
Universitas Indonesia
2.7. Rasio Camel
Kewajiban dan wewenang bank sentral di seluruh negara untuk menjaga
dan mengendalikan kesehatan bank-bank yang ada didalam industri
perbankannya. Untuk melakukan kontrol terhadap tingkat kesehatan bank maka
Bank Sentral mewajibkan bank-bank untuk mengirimkan laporan keuangan secara
berkala baik berupa laporan mingguan, triwulanan, semesteran, maupun laporan
tahunan (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Bagi bank yang dapat menunjukkan tingkat kesehatan yang baik dalam
laporan keuangannya maka akan diberikan kesempatan yang lebih luas dalam
mengembangkan usahanya. Berbeda dengan bank yang menunjukkan tingkat
kesehatan yang rendah maka Bank Sentral akan memberikan perhatian khusus
berupa batasan-batasan dalam operasional bank tersebut (Kuncoro dan
Suhardjono, 2002).
Dalam melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank, Bank Sentral
biasanya menggunakan kriteria CAMELS yaitu Capital adequacy, Assets quality,
Management quality, Earnings, Liquidity, Sensitivity to market risk. Kriteria yang
disebut terakhir baru dipergunakan di Amerika sejak tanggal 1 Januari 1997.
Berbagai lembaga dan analis telah menerapkan metode CAMEL dengan definisi
yang berbeda. Ternyata masing-masing lembaga dan analisis tersebut menerapkan
kriteria dan indikator yang berbeda meskipun sama-sama menggunakan metode
CAMEL. Di Indonesia, CAMEL diperkenalkan sejak Paket Februari 1991
dikeluarkan oleh pemerintah mengenai sifat kehati-hatian bank (Bank Indonesia,
1993).
Sementara itu, menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004
tanggal 12 April 2004 model CAMELS terdiri dari enam aspek yaitu Capital,
Assets Quality, Management, Earnings, Liquidity, Sensitivity to Market Risks
bertujuan untuk mengukur tingkat kesehatan kinerja dari suatu bank, sehingga
Bank Indonesia dapat menilai mana bank yang sehat dan yang tidak sehat agar
Bank Indonesia dapat dengan segera melakukan suatu tindakan untuk mencegah
terjadinya risiko dari bank yang dinilai mengalami kesulitan yang dapat
membahayakan kelangsungan usahanya dan atau sistem perbankan nasional.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
33
Universitas Indonesia
CAMEL pada dasarnya merupakan metode penilaian kesehatan bank,
yang meliputi lima kriteria (Kuncoro dan Suhardjono, 2002) :
Capital Adequacy, adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan
bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan
manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan
mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap
besarnya modal bank. Perhitungan capital adequacy ini didasarkan atas
prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan
jumlah modal sebesar persentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah
penanamannya.
Berdasarkan Paket February 1991, perbankan diwajibkan memenuhi
Kewajiban Penyertaan Modal Minimum, atau dikenal dengan CAR (Capital
Adequacy Ratio), yang diukur dari persentase tertentu terhadap aktiva tertimbang
menurut risiko (ATMR). Sejalan dengan standar yang ditetapkan Bank of
International Settlements (BIS), terhadap seluruh bank di Indonesia diwajibkan
untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR.
Sedangkan pengertian modal disini adalah: (1) modal bagi bank yang
didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan modal
pelengkap; serta (2) modal kantor cabang bank asing terdiri atas dana bersih
kantor pusat dan kantor-kantor cabangnya diluar Indonesia. Pemenuhan
penyediaan modal minimum sebesar 8% tersebut dilakukan secara bertahap, yaitu
sebesar 5% pada akhir Maret 1992, 7% pada akhir Maret 1993, dan 8% pada akhir
Desember 1993 (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Assets quality (kualitas aktiva produktif) menunjukkan kualitas aset
sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit
dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Setiap penanaman
dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan
tingkat kolektibilitasnya, yaitu termasuk aktiva lancar, diragukan atau macet.
Pembedaan tingkat kolektibilitas tersebut diperlukan untuk mengetahui
besarnya cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang harus
disediakan oleh bank untuk menutup risiko kemungkinan kerugian yang
terjadi.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
34
Universitas Indonesia
Berdasarkan Paket Februari 1991, bank wajib membentuk cadangan
tersebut sekurang-kurangnya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif ditambah:
(1) 3% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar; (2) 50% dari aktiva
produktif yang digolongkan diragukan, dan (3) 100% dari aktiva produktif yang
digolongkan macet. Penilaian tingkat kesehatan aktiva produktif suatu bank
didasarkan pada penilaian terhadap kualitas aktiva produktif yang
dikuantifikasikan dan didasarkan pada dua rasio, yaitu: (1) perbandingan aktiva
produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah seluruh aktiva produktif, dan (2)
perbandingan cadangan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva yang
diklasifikasikan. (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Management quality (kualitas manajemen) menunjukkan kemampuan
manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan
mengontrol risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan
strategi bisnisnya untuk mencapai target.
Berdasarkan Paket February 1991, manajemen suatu bank diwajibkan
mengelola banknya dengan baik sesuai dengan peraturan di bidang perbankan
yang berlaku agar bank tersebut sehat. Keberhasilan dari manajemen didasarkan
pada penilaian kualitatif terhadap manajemen yang mencakup beberapa
komponen. Komponen tersebut terdiri dari manajemen permodalan, manajemen
kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen
likuiditas yang keseluruhannya meliputi dua ratus lima puluh aspek. Manajemen
bank dapat diklasifikasikan sebagai sehat apabila sekurang-sekurangnya telah
memenuhi 81% dari seluruh aspek tersebut. (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Earning (rentabilitas) menunjukkan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend
earning tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan
kualitas earning.
Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap
rentabilitas bank yang diukur dengan rasio yang berbobot sama. Rasio tersebut
terdiri: (1) rasio perbandingan laba dalam dua belas bulan terakhir terhadap
volume usaha dalam periode yang sama (Return on Assets atau ROA), dan (2)
rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional dalam periode 12 bulan.
Suatu bank dapat dimasukkan dalam klasifikasi sehat apabila (1) rasio laba
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
35
Universitas Indonesia
terhadap volume usaha mencapai sekurang-kurangnya 1,2%; dan (2) rasio biaya
operasional terhadap pendapatan operasional tidak melebihi 93,5%. (Kuncoro dan
Suhardjono, 2002).
Liquidity (likuiditas) menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank
pada saat ini dan masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas bank terutama
dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban
yang harus segera dibayar.
Berdasarkan Paket Februari 1991, bank wajib memelihara likuiditasnya
yang didasarkan pada dua rasio dengan bobot yang sama. Rasio tersebut adalah:
(1) perbandingan jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar yaitu
kas, giro pada Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia, dan Surat Berharga
Pasar Uang dalam rupiah yang diendos oleh bank lain, dan (2) perbandingan
antara kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang
diterima dengan jangka waktu lebih dari tga bulan. Likuiditas bank dapat
diklasifikasikan sehat apabila: (1) rasio net call money terhadap aktiva lancar
kurang dari 19%, dan (2) rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga kurang dari
89,8%. (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Para analis kredit bank umumnya memakai pendekatan CAMEL dalam
menganalisis kredit. CAMEL berasal dari sistem yang dikembangkan oleh
pengamat perbankan di Amerika Serikat dan telah menjadi pendekatan
internasional dimana nilai kredit (creditworthiness) suatu bank di evaluasi.
Model CAMEL berupaya untuk mengkategorisasikan elemen utama dari
kondisi finansial suatu bank yang mempengaruhi nilai kreditnya. Lima elemen
tersebut adalah:
C adalah untuk Capital (kapital)
A adalah untuk Asset Quality (kualitas asset)
M adalah untuk Management (manajemen)
E adalah untuk Earnings (pendapatan)
L adalah untuk Liquidity (likuiditas)
Capital mengacu pada kecukupan modal (capital adequacy). Modal
meliputi ekuitas pemegang saham, laba ditahan (retained earnings) dan simpanan
ekuitas (equity reserve). Kecukupan modal mengarah pada kecukupan ekuitas
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
36
Universitas Indonesia
yang berkurang dan sumber-sumber lainnya yang berfungsi untuk meredam setiap
guncangan yang dapat dialami suatu bank sebagai akibat dari kerugian atau
menyusutnya aset-aset bank tersebut. Jika modal berkurang (cushion) dengan
drastis, bank dapat dikatakan bangkrut, walaupun secara teknis masih dapat
beroperasi jika bank tersebut memiliki akses ke sumber-sumber likuiditas
eksternal seperti yang biasanya dilakukan bank-bank pemerintah. Indikator-
indikator kecukupan modal meliputi rasio-rasio seperti rasio ekuitas pemegang
saham terhadap asset dan risk-weighted Capital Adequacy Ratio (CAR) atau
Kewajiban Penyertaan Modal minimum terhadap aktiva tertimbang menurut
risiko sebagaimana yang di dikembangkan oleh Komite Basel.
Asset quality adalah kualitas kredit dari pendapatan asset bank, yang
meliputi portofolio pinjaman, portofolio investasi (biasanya pendapatan sekuritas
tetap dan pendapatan sekuritas jarang), dan off-balance sheet. Kualitas, dalam
konteks ini adalah tingkat dimana pinjaman yang telah diperluas oleh bank
menunjukkan kinerjanya (di kembalikan/paid back) dan kecenderungan untuk
terus menghasilkan. Ketika kualitas aset menurun, biaya kredit akan cenderung
meningkat. Suatu bank yang memiliki kualitas aset yang baik akan mampu untuk
mempertahankan profit yang mencukupi dan kecukupan capital.
Management adalah kompetensi dari manajer bank, visi dan
pengalamannya berikut kualitas-kualitas lainnya. Penilaian terhadap manajemen
meliputi struktur kepemilikan bank dan struktur organisasi termasuk pelatihan
karyawan dan pengalaman karyawan.
Earnings adalah profit dan profitabilitas. Suatu bank dengan kapasitas
penghasilan yang besar dan profitabilitas tinggi akan mampu membangun modal
baru dan terus berinvestasi dan mengembangkan bisnisnya.
Liquidity mengacu pada kemampuan bank untuk mengakses dana cair
untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Kebutuhan seperti itu terjadi
bilamana nasabah bersikap panik dan berupaya menarik dana mereka.
2.8. Hasil Telaah Penelitian Terdahulu
Suardana (2007) dalam penelitian menemukan bahwa rasio efisiensi yang
diproxy sebagai BOPO menemukan adanya hubungan yang negatif antara BOPO
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
37
Universitas Indonesia
dan return saham, yang mana semakin rendah rasio BOPO maka akan semakin
tinggi return saham pada industri perbankan tahu 2003-2005. Dengan demikian,
hasil penelitian tersebut menunjukkan semakin efisien manajemen bank dalam
mengelola aset maka akan semakin tinggi return saham.
Ihsan et.al. (2007) melakukan penelitian tentang hubungan variabel
ekonomi dan keuangan terhadap perilaku return saham di sektor sepuluh industri
Karachi Stock Exchange (KSE) dengan menggunakan data bulanan. Adapun
tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis hubungan variabel
ekonomi dan keuangan terhadap perilaku return saham. Data dalam penelitian
tersebut menggunakan harga saham bulanan pada periode juli 1985 sampai juli
2002, dengan total sebanyak 204 obsevasi, sedangkan dalam menganalisis
digunakan metode analisis faktor dan regresi. Hasil yang diperoleh dari penelitian
tersebut menemukan pelaksanaan yang tak terduga dari pada variabel ekonomi
dan keuangan merupakan penentu dari signifikansi pergerakan harga saham. Hasil
penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa volatilitas merupakan faktor
ekonomi dan keuangan yang pada umumnya memiliki pengaruh tidak signifikan
terhadap premi risiko.
Kemudian Sasongko dan Wulandari (2006) meneliti tentang pengaruh eva
dan rasio-rasio profitabilitas terhadap harga saham, yang mana penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui pengaruh EVA (Economic Value Added) dan rasio
profitabilitas terhadap harga saham, di mana rasio profitabilitas diukur dengan
ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), ROS (Return On Sales), EPS
(Earning Per Share), dan BEP (Basic Earning Power). Sampel penelitian
merupakan 45 perusahaan manufaktur yang telah go public, dan tercatat sebagai
emiten sejak tahun 2001 sampai 2002 secara terus menerus (tidak pernah
mengalami delisting), sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder yang
mana data tersebut diperoleh dari Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dalam menguji
pengaruh ROA, ROE, ROS, EPS, BEP, dan EVA terhadap harga saham,
Sasongko dan Wulandari (2006) menggunakan analisis regresi berganda (multiple
regression analysis). Setelah melakukan uji regresi berganda maka diperoleh hasil
yang menyatakan bahwa berdasarkan uji t parsial menunjukkan bahwa earning
per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
38
Universitas Indonesia
Sementara itu, Ardiani (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui
kinerja keungan terhadap perubahan harga saham perbankan di BEJ. Metode
sampling memakai purposive sampling dan sebanyak 15 bank dijadikan sebagai
obyek penelitian. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara parsial RORA, CAR,
dan LDR berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Sedangkan
ROA, BOPO, NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga
saham.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Putra (2003), untuk melihat pengaruh
rasio-rasio keuangan bank terhadap harga saham. Sebanyak 16 bank dipilih
sebagai sampling dan metode analisis menggunakan metode descriptive statistics
dan analisis ketergantungan chi-square dengan tingkat level sigfinkan 5%. Hasil
yang didapatkan bahwa rasio-rasio keuangan tersebut tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham bank.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
39
Universitas Indonesia
Tabel 2.1
Ringkasan Hasil Studi Terdahulu
Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Temuan
Ketut Alit
Suardana (2007)
Pengaruh rasio
CAMEL terhadap
return saham pada
industri
perbankan yang
terdaftar di BEI
tahun 2003-2005.
Menggunakan
analisis regresi
linear berganda
Dari lima rasio camel yang
diuji terbukti hanya CAR
yang berpengaruh signifikan
terhadap return saham,
sedangkan BOPO
berhubungan negative dan
tidak signifikan terhadap
return saham
Ihsan et.al (2007)
Hubungan dari
variabel ekonomi
dan keuangan
terhadap perilaku
return saham
Menggunakan
metode analisis
faktor dan regresi
Hasil penelitian tersebut
menemukan bahwa variabel
ekonomi makro
berpengaruh signifikan
terhadap pergerakan haga
saham
Sasongko dan
Wulandari (2006)
Pengaruh eva dan
rasio-rasio
profitabilitas
terhadap harga
saham
Menggunakan
metode multiple
regression analysis
sebagai alat untuk
menganalisis data
Menemukan bahwa
berdasarkan uji t-parsial
variabel earning per share
(EPS) berpengaruh terhadap
harga saham
Anita Ardiani (2007)
Analisis pengaruh
kinerja keuangan
terhadap
perubahan harga
saham pada
perusahaan
perbankan
di Bursa Efek
Jakarta (BEJ)
Menggunakan
metode
analisis regresi
berganda sebagai
alat untuk
menganalisis data
Menemukan bahwa CAR,
RORA, LDR secara parsial
berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham
Gusti Raizal
Eka Putra (2003)
Analisis pengaruh
rasio-rasio
keuangan bank go
public terhadap
harga saham
Menggunakan
metode analisis
deskriptif dan
analisis
interpendensi Chi-
Sqaure sebagai alat
untuk menganalisis
data
Menemukan bahwa CAR,
Aktiva Tetap Terhadap
Modal Sendiri, ROE, ROA,
NIM, BOPO, PPAP,
Pemenuhan PPAP, dan
LDR tidak berpengaruh
secara signifikan dalam
memetakan dan membentuk
harga saham
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
40 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Faktor fundamental menentukan pergerakan harga saham, hal ini
dinyatakan oleh Natarsyah, S (2002) dalam Ulupui (2004) dalam penelitiannya
yang menemukan bahwa rasio keuangan, seperti (ROE, dividend payout ratio,
debt to equity ratio, book value equity per share) terbukti mempengaruhi harga
saham perusahaan. Besarnya kontribusi rasio keuangan dalam mempengaruhi
harga saham juga ditemukan oleh Uddin (2009) yang menemukan bahwa Net
Asset Value per Share (NAVPS), Dividend percentage (DIV), Earnings per Share
(EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan. Atas dasar
pemikiran di atas, peneliti merumuskan model penelitian bahwa harga saham
sebagai variabel terikat, dan variabel keuangan perusahaan dalam konteks
perbankan seperti ROE, ROE, EPS, BOPO, dan LDR sebagai variabel bebas.
Sehingga kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
3.2. Model Penelitian
Model dalam penelitian ini memiliki persamaan model sebagai berikut:
IHSIit = β0 + β1 ROEit + β2 EPSit + β3 BOPOit + β4 LDRit + ε
Keterangan:
ROE
EPS
BOPO
LDR
Indeks Harga
Saham
Individu
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
41
Universitas Indonesia
IHSI = Variabel dependen (Indeks Harga Saham Individu)
β0 = Konstanta
β = Koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel
independen
ROE = Return on Equity
EPS = Earning per Share
BOPO= Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional
LDR = Loan to Deposit Ratio
ε = Kesalahan penggangu
3.3. Pengembangan Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Hipotesis
utama (H0) dapat dinyatakan bahwa koefisien regresi pada setiap variabel
independen tidak berbeda nyata dan nol. Sedangkan sebagai hipotesis alternatif
(H1) dapat dinyatakan bahwa koefisien regresi pada setiap variabel independen
berbeda nyata dengan nol.
Hipotesis :
Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0
H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0
Tahapan pengujian hipotesis menggunakan regresi linear berganda
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan ttabel
Untuk menentukan ttabel pertama kali ditentukan Df.
Dalam penelitian ini α yang ditentukan adalah 5%. Df diperoleh dari rumus n–
4 atau jumlah data dikurang 4 (empat).
b. Menentukan thitung
Untuk menentukan thitung dilakukan pengolahan data menggunakan alat bantu
program statistik EViews versi 7.
c. Membandingkan thitung dengan ttabel .
Jika thitung > ttabel : H0 ditolak
Jika thitung ≤ ttabel : Ho diterima
d. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan sesuai dengan hasil perbandingan thitung
dengan ttabel.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
42
Universitas Indonesia
3.4. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis explanatory research yaitu
menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa,
yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (ROE,
EPS, BOPO, dan LDR) terhadap terhadap variabel terikat (Indeks Harga Saham
Individu)
3.5. Jenis dan Sumber Data
Pada dasarnya terdapat dua jenis data yaitu:
1. Data Primer yaitu Semua data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk
menjawab suatu permasalahan penelitiannya
2. Data Sekunder yaitu data yang telah tersedia, namun telah pernah digunakan
untuk menjawab permasalahan penelitian lain
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data
yang telah tersedia, namun telah pernah digunakan untuk menjawab permasalahan
penelitian lain, data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
laporan keuangan perusahaan (neraca dan laporan laba rugi) dan data harga saham
pada tahun 2004-2010 setiap triwulan yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia,
www.idx.co.id, dan Bank Indonesia www.bi.go.id. Adapun data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini secara spesifik terdiri dari data laporan surat-surat
berharga perusahaan data laporan jumlah kredit yang diberikan perusahaan, data
laporan total aset tetap perusahaan, data total aset perusahaan, data jumlah dana
yang diterima perusahaan yang berasal dari simpanan dan deposito, data total
pinjaman perusahaan, data jumlah saham beredar, data harga saham perusahaan,
data total ekuitas perusahaan, data pendapatan operasional selain bunga, data
beban operasional selain bunga, data laba operasional, data laba bersih, dan data
total ppap yang wajib dibentuk, dari tahun 2004-2010, yang diambil berdasarkan
data setiap triwulan pada laporan keuangan.
Data-data dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala
rasio, menurut Cooper dan Emory (2001:133) skala rasio mencerminkan jumlah-
jumlah yang sebenarnya dari suatu variabel. Dalam penelitian bisnis, skala rasio
dapat dipakai dalam bidang nilai uang, jumlah populasi, jarak, jumlah waktu
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
43
Universitas Indonesia
dalam artian periode waktu. Skala rasio memiliki semua ciri-ciri dari skala – skala
lainnya sebab akibat (causality).
3.6. Pengukuran Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent
variable), dan varaibel terikat (dependent variable).
3.6.1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah indeks harga saham
individu dengan menggunakan metode Paasche sebagai perhitungan IHSI.
Pengukuran dari variabel dependen tersebut dijelaskan pada tabel 3.1 di bawah
ini:
Tabel 3.1
Pengukuran Variabel Dependen
No Variabel
Dependen Pengukuran Sumber Skala
1 IHSI
Haningsih
(2009) Rasio
3.6.2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROE, EPS, BOPO, dan
LDR. Pemilihan variabel ROE karena rasio ini banyak menjadi perhatian bagi
investor yang akan memiliki saham perbankan. Rasio EPS merupakan rasio
pendapatan dari setiap lembar saham yang dimiliki oleh investor. Rasio BOPO
dipakai untuk mengukur sebagai efisiensi dari beban dan pendapatan operasional.
Penelitian ini hanya menggunakan beban dan pendapatan yang diperoleh.
Variabel independen lainnya yaitu LDR dimana rasio LDR untuk mengetahui
proporsional jumlah dana simpanan yang diterima terhadap jumlah kredit yang
diberikan. Pengukuran tersebut secara detail dijelaskan pada tabel 3.2.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
44
Universitas Indonesia
Tabel 3.2
Pengukuran Variabel Independen
No Variabel
independen Pengukuran Sumber Skala
1 ROE Laba Bersih
Modal Sendiri
Dendawijaya
(2009) Rasio
2 EPS
Laporan
Keuangan
Perusahaan
Rasio
3 BOPO
Dendawijaya
(2009) Rasio
4 LDR
Dendawijaya
(2009) Rasio
3.7. Populasi dan Sampel
Testing hypotesis merupakan gambaran secara obyektif digunakannya
peluang untuk membuat keputusan yang bersandar pada analisis data sampel
Cooper dan Emory (1996:130). Karena salah satu tujuan dari penelitian ini adalah
untuk membuktikan hipotesis maka diperlukan sampel. Penelitian ini
menggunakan metode pengambilan sampel dengan tidak memberikan
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel berdasarkan pada tujuan dan pertimbangan tertentu. Sampel
penelitian adalah delapan bank terbesar berdasarkan the biggest asset yang listed
di BEI dari tahun 2004-2010.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
45
Universitas Indonesia
Tabel 3.3
IPO Perusahaan
No Kode Nama Tanggal IPO Total Aset (Rp) Saham
(lembar)
1 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29 Desember 1982 95.731.054.000.000 23.837.645.998
2 BNII Bank International Ind. Tbk 21 Nopember 1989 69.271.346.000.000 55.719.170.852
3 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 29 Nopember 1989 128.447.171.000.000 23.695.515.023
4 BDMN Bank Danamon Tbk 06 Desember 1989 102.819.614.000.000 8.333.344.210
5 BNLI Bank Permata Tbk 15 Januari 1990 66.994.265.000.000 8.943.310.441
6 INPC Bank Artha Graha Internasional 29 Agustus 1990 15.400.972.000.000 8.489.325.464
7 NISP Bank OCBC NISP Tbk 20 Oktober 1994 40.234.401.000.000 6.971.502.377
8 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 25 Nopember 1996 69.271.346.000.000 18.462.169.893
9 BCIC Bank Mutiara Tbk 25 Juni 1997 9.026.938.597.000 28.066.675.536
10 MAYA Bank Mayapada Tbk 29 Agustus 1997 9.255.930.000.000 3.060.908.400
11 BVIC Bank Victoria Int l. Tbk 30 Juni 1999 8.983.743.000.000 4.061.422.357
12 MEGA Bank Mega Tbk 17 April 2000 45.095.261.000.000 3.149.412.279
13 BBCA Bank Central Asia Tbk 31 Mei 2000 310.196.236.000.000 24.408.459.120
14 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 10 Januari 2001 4.628.687.000.000 412.348.026
15 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk. 13 Juli 2001 22.141.809.000.000 5.916.487.500
16 BSWD Bank Swadesi Tbk 01 Mei 2002 1.616.267.000.000 859.320.000
17 BABP Bank ICB Bumiputera Tbk 15 Juli 2002 7.668.559.000.000 5.436.078.541
18 BKSW Bank Kesawan Tbk 21 Nopember 2002 2.532.518.000.000 620.258.512
19 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14 Juli 2003 408.286.237.000.000 20.786.494.742
20 AGRO Bank Agroniaga Tbk. 08 Agustus 2003 2.953.764.512.000 3.396.451.958
21 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 10 Nopember 2003 325.943.612.000.000 24.422.470.380
22 BBKP Bank Bukopin Tbk 10 Juli 2006 41.668.874.000.000 6.094.988.753
23 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 15 Desember 2006 3.034.684.426.583 2.293.873.000
24 MCOR Bank Windu Kentjana Internatio 03 Juli 2007 3.643.529.000.000 3.719.307.123
25 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 04 Oktober 2007 4.127.494.000.000 4.467.175.062
26 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk. 08 Januari 2008 22.141.809.000.000 2.643.300.000
27 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasion 12 Maret 2008 30.759.841000.000 1.121.396.194
28 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) 17 Desember 2010 63.498.342.000.000 8.623.285.575
29 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 31 Desember 2010 2.673.613.000.000 2.286.900.000
30 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat 08 Juli 2010 41.388.361.000.000 9.599.328.254
Sumber: www.idx.co.id (Bursa Efek Indonesia, 2010)
3.8. Metode Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutkan dianalisis
dengan model analisis regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan
program software SPSS versi 17.00 yang bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh ROE, EPS, BOPO, dan LDR terhadap IHSI. Namun, sebelum
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
46
Universitas Indonesia
dilakukan analisis regresi berganda terlebih dahulu dianalisis statistik deskriptif
dan uji asumsi klasik:
3.8.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai
minimum, maximum, mean, standar deviasi, jarque berra, kurtosis, skewness dari
setiap variabel.
3.8.2. Uji Asumsi Klasik
Asumsi penting yang digunakan dalam metode kuadrat terkecil (ordinary
least square = OLS) adalah non-autokolerasi dan homoskedatisitas. OLS dipilih
sebagai pengujian karena OLS dapat menduga model penelitian dengan melihat
pada obyek penelitian merupakan bank dengan data yang hampir bersifat
homogen dan karakteristiknya mirip. Oleh karena itu, dilakukan pengujian asumsi
klasik yaitu :
a. Uji Multikolinearitas
Merupakan situasi adanya korelasi variabel bebas diantara satu dengan
yang lainnya, yang mana hubungan antar variabel bebas tersebut lebih tinggi dari
hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat (Pindyk dan Rubenfeld dalam
Kuncoro, 2003). Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi multikolinearitas
antara lain dengan metode Koutsoyiannis, mentransformasikan variabel-variabel
dan memperoleh lebih banyak data. Berdasarkan metode ini, langkah awal yang
dilakukan adalah regresi variabel terikat atas setiap variabel bebas yang
terkandung dalam suatu model regresi yang sedang diuji. Kemudian dari hasil
regresi ini, dipilih salah satu model regresi yang secara apriori dan statistik yang
paling meyakinkan. Model regresi yang terpilih ini disebut regresi elementer
(elementary regression). Selanjutnya dimasukkan satu persatu variabel bebas
lainnya untuk diregresikan dalam kaitannya dengan variabel terikat yang telah
ditentukan. Hasil regresi yang terjadi diteliti baik mengenai koefisien regresi,
standard error yang berkaitan dengan koefisien regresi ini maupun R2. Variabel
bebas yang baru dimasukkan kedalam percobaan dapat diklasifikasikan sebagai
variabel bebas yang berguna (useful), tidak perlu (superfluous) dan merusak hasil
1 VIF =
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
47
Universitas Indonesia
(detrimental). Dalam penelitian ini akan digunakan metode VIF (Variance
Inflation Factor) untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas.
Dikatakan tidak terdapat masalah multikolinearitas apabila mempunyai nilai VIF
dibawah angka 10 dan angka tolerance diatas 0.10 atau (VIF = 1 / Tolerance)
(Ekananda, 2007).
Sementara itu, untuk mengatasi data yang mengalami multikolinearitas
pada model, peneliti dapat melakukannya dengan menggunakan beberapa cara
yang diantaranya, melihat informsai sejenis yang ada, mengeluarkan variabel
bebas yang kolinier dari model, mentransformasikan variabel, dan mencari data
tambahan (Nachrowi dan Usman, 2006: 104).
b. Heterokedastisitas
Merupakan kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak
memiliki variance yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya
(Kuncoro, 2003). Keadaan heterokedastisitas akan menyebabkan penaksiran
koefisien regresi jadi tidak efisien. Hasil taksiran dapat menjadi kurang dari
semestinya, melebihi dari semestinya atau menyesatkan. Dalam penelitian ini
dipakai metode gletser test untuk menguji ada tidaknya gejala
heterokedastisitas dalam model penelitian ini.
Jika terjadi gejala heterokedastisitas dalam model penelitian, cara untuk
mengatasinya terdapat berbagai teknik yang dapat digunakan, yang antara lain:
(1) metode generalized least squares (GLS), (2) transformasi dengan E(Yi),
dan (3) transformasi dengan logaritma (Nachrowi dan Usman, 2006: 119).
c. Uji Autokorelasi
Adalah korelasi yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian
pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu seperti data runtun waktu
(time series data) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (seperti data silang
waktu atau cross sectional data) (Kuncoro, 2003). Untuk menguji apakah hasil
estimasi model regresi tersebut tidak mengandung korelasi serial diantara
disturbance term-nya maka dipergunakan metode Langrange Multiplier Test
(LM Test).
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
48
Universitas Indonesia
kk XaXaXaaY ...ˆ22110
Dalam uji LM Test, kriteria melihat ada tidaknya autokorelasi adalah jika:
1. Obs * R – Squared atau probabilitanya < 0,05 maka terdapat autokorelasi.
2. Obs * R – Squared atau probabilitanya > 0,05 maka tidak terdapat
autokorelasi.
Untuk mengatasi apabila terjadi autolorelasi dalam model penelitian ini,
digunakan beberapa tehknik yaitu: (1) jika koefisien autokorelasi tinggi maka
dapat menggunakan metode transformasi/diferensi tingkat pertama, (2) jika
koefisien autokorelasi rendah maka dapat menggunakan metode ordinary least
square (OLS), dan (3) mengestimasi dengan adanya autokorelasi residu dimana
residu memiliki proses autoregressive (AR) (Eknanda, 2007).
3.8.3. Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda dinyatakan dengan hubungan persamaan
regresi:
Keterangan :
X1, X2, ..., Xk : Variabel independen
Y : Variabel dependen
0a : Konstanta
kaaa ,...,, 21 : Koefisien regresi
2
21
2
2
2
1
2211
2
2
1
)())((
))(())((
iiii
iiiiiii
XXXX
YXXXYXXa
2
21
2
2
2
1
1212
2
1
2)())((
))(())((
iiii
iiiiiii
XXXX
YXXXYXXa
22110 XaXaYa
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
49
Universitas Indonesia
a. Analisis Determinasi Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi yang
diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan rumus menurut
Sugiyono (2009) sebagai berikut :
D = R2x 100%
Dimana:
D = Koefisien determinasi
R = Koefisien korelasi berganda
b. Uji Anova
Uji anova untuk mengetahui apakah seluruh variable independen (X)
memiliki hubungan secara bersama-sama terhadap varaibel dependen (Y) yakni
dengan melakukan perbandingan/uji F dimana bentuk pengujian menggunakan
distribusi F yang membandingkan F hitung dengan F tabel dengan hipotesis
utama (H0) menyatakan bahwa model signifikan menjelaskan variabel terikat.
Hipotesis alternatif (H1) menyatakan bahwa model tidak signifikan menjelaskan
variabel terikat. Adapun kriteria pengujiannya yaitu jika F hitung > F tabel maka
Ho ditolak, demikian sebaliknya kalau F hitung < F tabel maka Ho diterima.
Untuk membuktikan hipotesis variabel bebas secara bersamaan dilakukan dengan
uji-F.
Dengan derajat kebebasan (k – 4) dan (n – 4) serta tingkat
ketelitian sebesar 5% dan tingkat keyakinan 95% yang berarti bahwa
pengukur hanya membolehkan rata – rata penyimpangan sebesar 0,05 dan
kemungkinan berhasil 0,95.
Dengan rumus sebagai berikut :
Dimana:
R2 = Koefisien Determinasi Berganda
K = Banyaknya Variabel
n = Jumlah Pengamatan
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
50 Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskriptif Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah delapan
perbankan yang sudah go public yang terdaftar di BI dan BEI pada tahun 2004
triwulan II – 2010 triwulan III, yaitu berikut nama-nama perbankan tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Perbankan Periode 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III
Nama Perusahaan
1 Bank Central Asia Tbk.
2 Bank Rakyat Indonesia Tbk.
3 Bank Danamon Tbk.
4 Bank Mandiri Tbk.
5 Bank Internasional Indonesia Tbk.
6 Bank Niaga Tbk.
7 Bank Permata Tbk.
8 Bank Negara Indonesia Tbk.
Sumber : BEI (2010)
Dari delapan bank tersebut didapat data untuk setiap variabel dalam
penelitian ini yaitu data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Earning per Share (EPS)
Nilai Earning per share diperoleh dari laporan laba bersih dibagi jumlah
saham beredar, berikut nilai Earning per share dari delapan perbankan tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
51
Universitas Indonesia
Tabel 4.2
EPS Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III
Tahun BBCA BBRI BDMN BMRI BNII BNGA BNLI BBNI
2004-II 122,57 146,28 224,62 153,63 8,90 38,59 36,28 87,29
2004-III 190,34 233,27 357,84 222,98 12,92 55,60 63,12 129,70
2004-IV 256,08 306,60 491,05 261,05 16,93 79,19 80,42 170,59
2005-I 68,02 97,19 130,39 25,78 4,62 21,00 16,98 62,87
2005-II 137,28 163,48 261,86 30,56 8,31 39,04 27,81 97,15
2005-III 213,24 211,46 384,99 60,60 12,29 55,13 23,73 132,88
2005-IV 291,53 316,44 407,07 29,79 15,25 46,03 23,23 160,34
2006-I 79,60 96,48 50,93 25,14 3,68 14,86 9,55 17,25
2006-II 165,11 164,71 113,33 40,13 7,33 29,55 18,16 91,21
2006-III 254,07 254,38 185,81 58,40 10,76 44,68 28,86 105,77
2006-IV 344,31 346,55 267,97 117,37 13,76 53,73 40,61 149,28
2007-I 86,12 99,67 96,95 49,75 2,39 16,55 10,92 29,96
2007-II 176,56 191,67 207,10 103,10 5,99 33,14 25,01 76,64
2007-III 272,55 293,96 318,38 151,95 9,07 47,89 47,91 101,86
2007-IV 364,85 392,77 426,48 209,46 26,39 61,95 64,45 58,79
2008-I 46,69 114,33 111,54 66,96 4,05 16,64 22,48 10,03
2008-II 98,55 228,75 229,62 124,81 6,47 34,93 35,30 28,47
2008-III 162,22 326,61 349,46 189,10 8,01 45,78 49,58 54,49
2008-IV 212,82 483,43 304,18 254,13 9,90 14,29 58,43 80,04
2009-I 66,19 139,44 77,90 66,99 0,08 -2,05 20,55 41,59
2009-II 133,97 283,55 103,91 139,64 -1,33 29,07 41,49 78,59
2009-III 206,44 430,04 162,87 220,42 1,29 48,14 63,99 121,44
2009-IV 275,19 529,64 182,65 320,67 -0,82 63,03 68,49 161,38
2010-I 78,32 174,42 83,45 95,54 4,17 23,69 49,25 88,82
2010-II 163,38 350,02 170,34 192,27 5,79 48,34 67,57 126,61
2010-III 250,72 539,90 261,77 304,52 7,38 74,98 101,17 193,42 Sumber : BI dan BEI (data diolah, 2010)
Keterangan:
BBCA : Bank Central Asia
BBRI : Bank Rakyat Indonesia
BDMN : Bank Danamon
BMRI : Bank Mandiri
BNII : Bank Internasional Indonesia
BNGA : Bank Niaga
BNLI : Bank Permata
BBNI : Bank Negara Indonesia
Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui nilai tertinggi dari nilai Earning per
share pada tahun 2004 yaitu terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai
sebesar 491,05, sedangkan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional
Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 8,90 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun
2004 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 207,74.
Pada tahun 2005 perusahaan yang memiliki nilai Earning per share
tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar
407,07 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
52
Universitas Indonesia
dengan nilai sebesar 4,62 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2005 dari
delapan perbankan tersebut adalah sebesar 161,21.
Pada tahun 2006 perusahaan yang memiliki nilai Earning per share
tertinggi yaitu terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar
346,55 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk
dengan nilai sebesar 3,68 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2006 dari
delapan perbankan tersebut adalah sebesar 166,70.
Pada tahun 2007 perusahaan yang memiliki nilai Earning per share
tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar
426,48 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk
dengan nilai sebesar 2,39 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2007 dari
delapan perbankan tersebut adalah sebesar 200,64.
Pada tahun 2008 perusahaan yang memiliki nilai Earning per share
tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai
sebesar 483,43 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia
Tbk dengan nilai sebesar 4,05 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2008 dari
delapan perbankan tersebut adalah sebesar 177,15.
Pada tahun 2009 perusahaan yang memiliki nilai Earning per share
tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai
sebesar 529,64 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia
Tbk dengan nilai sebesar -1,33 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2009
dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 200,03.
Pada tahun 2010 perusahaan yang memiliki nilai Earning per share
tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai
sebesar 539,90 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia
Tbk dengan nilai sebesar 4,17 dan nilai rata-rata pada triwulan III tahun 2010 dari
delapan perbankan tersebut adalah sebesar 216,73.
2. Return on Equity (ROE)
Nilai Return on Equity dihasilkan dengan cara menghitung laba bersih
dibagi dengan total ekuitas, data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.3 di
bawah ini:
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
53
Universitas Indonesia
Tabel 4.3
ROE Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III
Tahun BBCA BBRI BDMN BMRI BNII BNGA BNLI BBNI
2004-II 10,77 17,19 14,99 13,52 10,99 15,33 14,06 10,42
2004-III 17,36 23,37 21,55 18,84 15,08 20,00 22,17 14,46
2004-IV 23,04 29,18 30,79 21,14 19,31 26,85 26,60 18,51
2005-I 5,76 8,73 7,79 2,06 4,96 6,53 5,32 6,01
2005-II 10,99 16,44 15,61 2,72 9,05 12,33 8,42 10,76
2005-III 17,28 21,97 22,96 5,21 13,10 11,37 7,41 15,02
2005-IV 23,00 28,52 23,32 2,60 15,62 13,79 7,38 17,14
2006-I 5,91 7,79 2,80 2,14 3,56 4,15 2,71 1,85
2006-II 12,37 14,53 6,89 3,42 7,22 8,15 4,97 10,03
2006-III 17,90 20,19 10,30 4,87 10,10 11,64 6,29 10,70
2006-IV 23,74 25,22 13,89 9,19 12,47 13,65 8,35 14,24
2007-I 5,60 6,75 5,20 3,75 2,14 4,04 2,41 5,65
2007-II 11,68 13,75 10,39 7,94 5,50 7,96 5,31 6,92
2007-III 16,99 19,73 15,45 11,25 8,06 11,74 9,72 8,27
2007-IV 22,22 24,89 19,76 14,86 7,55 14,69 12,79 5,20
2008-I 5,40 6,77 5,04 4,55 3,86 3,89 4,36 1,02
2008-II 11,66 14,68 11,25 9,42 6,14 7,88 6,84 2,96
2008-III 17,87 19,56 16,18 13,61 7,56 10,45 9,34 5,57
2008-IV 23,01 26,65 14,47 17,41 9,90 6,79 10,55 7,92
2009-I 6,52 7,11 3,58 4,38 0,09 -0,96 3,56 3,83
2009-II 13,15 13,37 5,83 9,31 -1,42 6,83 6,89 6,86
2009-III 18,81 20,53 8,74 13,96 1,28 10,64 10,21 10,08
2009-IV 24,39 23,96 9,68 19,33 -0,78 13,53 10,86 12,78
2010-I 6,56 7,19 4,18 5,45 3,26 4,60 7,66 6,72
2010-II 13,39 0,001 8,53 11,05 4,99 8,67 9,99 9,11
2010-III 18,84 20,34 12,31 16,37 5,95 12,94 14,28 13,86
Sumber : BI dan BEI (data diolah, 2010)
Keterangan:
BBCA : Bank Central Asia
BBRI : Bank Rakyat Indonesia
BDMN : Bank Danamon
BMRI : Bank Mandiri
BNII : Bank Internasional Indonesia
BNGA : Bank Niaga
BNLI : Bank Permata
BBNI : Bank Negara Indonesia
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui nilai tertinggi dari nilai Return on
equity pada tahun 2004 yaitu terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai
sebesar 30,79, sedangkan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Negara Indonesia
Tbk dengan nilai sebesar 10,42 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2004
dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 24,43.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
54
Universitas Indonesia
Pada tahun 2005 perusahaan yang memiliki nilai Return on equity
tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai
sebesar 28,52 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Mandiri Tbk dengan nilai
sebesar 2,06 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2005 dari delapan
perbankan tersebut adalah sebesar 16,42.
Pada tahun 2006 perusahaan yang memiliki nilai Return on Equity
tertinggi yaitu terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar
25,22 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk dengan
nilai sebesar 1,85 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2006 dari delapan
perbankan tersebut adalah sebesar 15,10.
Pada tahun 2007 perusahaan yang memiliki nilai Return on Equity
tertinggi yaitu terdapat pada PT. Bank Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai
sebesar 24,89 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia
Tbk dengan nilai sebesar 2,14 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2007 dari
delapan perbankan tersebut adalah sebesar 15,24.
Pada tahun 2008 perusahaan yang memiliki nilai Return on Equity
tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai
sebesar 26,65 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk
dengan nilai sebesar 1,02 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2008 dari
delapan perbankan tersebut adalah sebesar 14,59.
Pada tahun 2009 perusahaan yang memiliki nilai Return on Equity
tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai
sebesar 24,39 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia
Tbk dengan nilai sebesar -1,42 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2009
dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 14,22.
Pada tahun 2010 perusahaan yang memiliki nilai Return on Equity
tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai
sebesar 20,34 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk
dengan nilai sebesar 0,001 dan nilai rata-rata pada triwulan III tahun 2010 dari
delapan perbankan tersebut adalah sebesar 14,36.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
55
Universitas Indonesia
3. Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO)
Nilai Beban Operasional/Pendapatan Operasional dihasilkan dengan cara
menghitung total beban operasional dibagi dengan total pendapatan operasional,
data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
BOPO Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III
Tahun BBCA BBRI BDMN BMRI BNII BNGA BNLI BBNI
2004-II 247,33 368,48 131,70 118,52 146,94 189,74 489,05 261,01
2004-III 226,96 314,89 153,25 115,24 160,57 208,98 423,60 263,60
2004-IV 221,89 361,23 160,57 140,62 166,69 231,96 432,58 286,53
2005-I 239,81 352,39 153,77 209,58 234,61 327,37 355,87 307,28
2005-II 224,25 635,54 149,70 193,59 237,32 351,17 372,45 222,75
2005-III 217,28 1048,68 164,89 205,46 212,08 352,32 389,41 155,28
2005-IV 212,01 1027,92 175,37 246,31 221,72 450,22 411,74 354,31
2006-I 288,86 403,33 186,71 149,02 235,27 386,07 291,66 264,82
2006-II 259,61 612,52 193,25 231,36 257,00 429,96 365,75 265,44
2006-III 246,02 569,11 201,11 226,33 247,83 373,92 339,09 252,83
2006-IV 243,43 506,68 196,91 237,29 239,71 266,34 327,60 239,98
2007-I 246,47 589,17 201,14 212,92 261,62 316,58 156,88 140,87
2007-II 231,29 558,75 189,61 191,57 203,49 252,10 178,81 149,65
2007-III 222,48 550,19 210,54 213,65 224,24 271,47 199,03 182,52
2007-IV 225,73 504,93 231,98 230,27 275,01 310,16 214,15 228,62
2008-I 220,49 593,35 274,41 205,90 269,00 348,66 379,98 234,93
2008-II 210,39 563,87 247,89 207,50 274,31 380,45 370,49 261,56
2008-III 198,66 550,85 250,29 201,52 271,25 418,14 380,51 255,17
2008-IV 189,71 447,36 292,48 193,78 274,14 555,38 346,99 237,07
2009-I 208,20 359,72 211,74 166,14 326,04 983,12 281,81 138,82
2009-II 204,04 379,56 209,52 172,20 275,28 303,76 232,75 194,73
2009-III 202,44 294,01 185,40 171,81 262,55 282,46 267,00 220,72
2009-IV 209,08 457,29 192,86 173,34 265,89 292,13 316,03 221,39
2010-I 117,87 537,25 143,90 203,26 215,77 267,69 159,65 192,17
2010-II 120,68 602,21 116,90 162,47 201,87 284,38 276,07 215,13
2010-III 132,85 391,02 111,96 151,48 243,76 291,09 294,42 187,74
Sumber : BI dan BEI (data diolah, 2010)
Keterangan:
BBCA : Bank Central Asia
BBRI : Bank Rakyat Indonesia
BDMN : Bank Danamon
BMRI : Bank Mandiri
BNII : Bank Internasional Indonesia
BNGA : Bank Niaga
BNLI : Bank Permata
BBNI : Bank Negara Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
56
Universitas Indonesia
Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui nilai tertinggi dari nilai BOPO pada
tahun 2004 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu masih terdapat
pada PT. Bank Permata Tbk dengan nilai sebesar 489,05 dan nilai terendah
terdapat pada PT. Bank Mandiri Tbk dengan nilai sebesar 115,24 dan nilai rata-
rata pada triwulan IV tahun 2004 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar
250,26.
Pada tahun 2005 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu
masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 1048,
68 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar
149,70 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2005 dari delapan perbankan
tersebut adalah sebesar 387,45.
Pada tahun 2006 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu
terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 612,52 dan
nilai terendah terdapat pada PT. Bank Mandiri Tbk dengan nilai sebesar 149,02
dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2005 dari delapan perbankan tersebut
adalah sebesar 264,78.
Pada tahun 2007 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu
terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 589,17 dan
nilai terendah terdapat pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk dengan nilai sebesar
140,87 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2007 dari delapan perbankan
tersebut adalah sebesar 277,61.
Pada tahun 2008 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu
masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 593, 35
dan nilai terendah terdapat pada PT. Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 189,71
dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2008 dari delapan perbankan tersebut
adalah sebesar 317,11.
Pada tahun 2009 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu
masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 457,29
dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Mandiri Tbk dengan nilai sebesar
166,14 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2009 dari delapan perbankan
tersebut adalah sebesar 266,00.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
57
Universitas Indonesia
Pada tahun 2010 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu
masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 602,21
dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar
111,96 dan nilai rata-rata pada triwulan III tahun 2010 dari delapan perbankan
tersebut adalah sebesar 225,54.
4. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Nilai Loan to Deposit Ratio dihasilkan dengan cara menghitung jumlah
kredit yang diberikan dibagi dengan jumlah dana yang diterima, data yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5
LDR Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III
Tahun BBCA BBRI BDMN BMRI BNII BNGA BNLI BBNI
2004-II 35,10 84,57 72,75 62,33 64,88 108,37 59,97 72,20
2004-III 37,00 89,01 83,42 67,44 63,24 112,63 64,21 73,88
2004-IV 39,26 90,34 83,59 68,08 64,42 111,96 70,51 76,91
2005-I 42,05 92,92 87,31 73,95 75,88 115,37 90,47 80,08
2005-II 44,11 99,51 87,03 72,81 84,66 117,40 100,78 83,38
2005-III 52,77 99,02 92,37 71,31 79,71 111,85 104,77 79,30
2005-IV 53,85 94,82 90,07 65,14 76,08 100,92 98,11 73,42
2006-I 52,15 94,15 87,26 66,08 78,86 104,11 94,13 69,39
2006-II 50,66 94,66 84,63 67,21 79,91 107,33 90,79 72,59
2006-III 49,69 94,77 85,66 69,23 83,32 106,30 96,67 68,34
2006-IV 51,98 93,46 83,95 72,61 76,70 101,02 108,45 66,61
2007-I 47,50 94,42 83,34 73,33 77,83 101,93 111,84 63,29
2007-II 52,18 89,94 84,46 73,92 87,49 117,80 115,28 77,06
2007-III 53,18 90,44 96,17 74,98 100,73 116,48 110,18 79,83
2007-IV 56,85 88,72 100,05 74,21 104,40 111,21 118,11 85,82
2008-I 60,94 89,23 101,67 75,20 112,40 113,19 125,77 70,48
2008-II 67,07 95,74 103,95 80,76 107,27 117,14 122,64 93,62
2008-III 72,08 106,99 100,70 83,03 99,27 113,25 113,93 98,69
2008-IV 71,26 99,68 96,39 76,94 96,93 114,68 104,40 92,50
2009-I 65,43 98,40 90,10 82,73 100,97 118,29 103,98 90,96
2009-II 62,71 102,62 98,27 79,42 95,74 121,18 107,18 93,08
2009-III 61,73 105,98 96,38 79,77 96,72 125,64 110,09 97,75
2009-IV 64,01 100,69 99,94 78,17 97,29 125,09 118,53 82,60
2010-I 64,08 101,96 105,60 80,92 97,92 122,17 106,83 87,28
2010-II 67,15 107,31 113,57 80,86 103,27 113,26 114,22 97,14
2010-III 41,17 57,91 118,79 87,39 104,01 118,14 109,31 91,95
Sumber : BI dan BEI (data diolah, 2010)
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
58
Universitas Indonesia
Keterangan:
BBCA : Bank Central Asia
BBRI : Bank Rakyat Indonesia
BDMN : Bank Danamon
BMRI : Bank Mandiri
BNII : Bank Internasional Indonesia
BNGA : Bank Niaga
BNLI : Bank Permata
BBNI : Bank Negara Indonesia
Dari tabel 4.5 diatas dapat diketahui nilai tertinggi dari nilai LDR pada
tahun 2004 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu masih terdapat
pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 112, 63 dan nilai terendah terdapat
pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 35,10 dan nilai rata-rata
pada triwulan IV tahun 2004 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar
75,64.
Pada tahun 2005 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu
masih terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 117,40 dan nilai
terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 42,05 dan
nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2005 dari delapan perbankan tersebut adalah
sebesar 81,55.
Pada tahun 2006 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu
terdapat pada PT. Bank Permata Tbk dengan nilai sebesar 108,45 dan nilai
terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 49,69 dan
nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2006 dari delapan perbankan tersebut adalah
sebesar 81,85.
Pada tahun 2007 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu
terdapat pada PT. Bank Permata Tbk dengan nilai sebesar 118,11 dan nilai
terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 47,50 dan
nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2007 dari delapan perbankan tersebut adalah
sebesar 92,42.
Pada tahun 2008 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu
masih terdapat pada PT. Bank Permata Tbk dengan nilai sebesar 125,77 dan nilai
terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 60,94 dan
nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2008 dari delapan perbankan tersebut adalah
sebesar 94,10.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
59
Universitas Indonesia
Pada tahun 2009 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu
masih terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 125,64 dan nilai
terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 61,73 dan
nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2009 dari delapan perbankan tersebut adalah
sebesar 95,79.
Pada tahun 2010 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu
masih terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 122,17 dan nilai
terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 41,17 dan
nilai rata-rata pada triwulan III tahun 2010 dari delapan perbankan tersebut adalah
sebesar 93,04.
5. Indeks Harga Saham Individu (IHSI)
Nilai harga saham dihasilkan pada akhir triwulan II tahun 2004 sampai
akhir triwulan III tahun 2010, data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.6 di
bawah ini.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
60
Universitas Indonesia
Tabel 4.6
Indeks Harga Saham Individu (IHSI) Pada Tahun 2004 Triwulan II –
2010 Triwulan III
Tahun BBCA BBRI BDMN BMRI BNII BNGA BNLI BBNI
2004-II 67,00 191,43 203,33 174,07 128,18 40,00 157,31 119,88
2004-III 71,43 234,29 268,10 214,81 140,91 44,00 153,41 144,94
2004-IV 106,29 328,57 314,95 285,19 162,73 61,33 118,02 186,82
2005-I 121,43 325,71 341,90 253,33 176,36 66,00 121,10 191,88
2005-II 128,57 331,43 363,52 222,22 154,55 58,00 114,94 188,47
2005-III 123,21 308,57 289,71 214,81 140,91 51,33 92,86 174,00
2005-IV 121,43 345,71 341,90 242,96 136,36 54,00 113,31 142,71
2006-I 149,14 445,71 345,52 250,37 140,91 62,67 113,31 142,71
2006-II 146,43 468,57 286,10 254,81 162,73 73,33 105,52 126,00
2006-III 172,36 560,00 381,52 344,44 171,82 98,67 121,10 264,82
2006-IV 185,71 588,57 485,90 429,63 211,82 122,67 136,85 208,59
2007-I 182,14 577,14 471,43 370,37 170,00 98,67 141,72 196,24
2007-II 194,64 657,14 496,67 462,96 158,18 109,33 149,51 276,00
2007-III 219,64 754,29 608,19 522,22 207,27 116,00 146,43 223,06
2007-IV 260,71 845,71 575,81 518,52 250,91 120,00 140,10 219,76
2008-I 232,14 720,00 496,67 466,67 410,00 100,00 143,18 155,06
2008-II 176,79 582,86 338,29 385,19 410,00 128,00 135,39 134,94
2008-III 225,00 617,14 352,67 392,59 273,64 96,00 132,14 108,24
2008-IV 232,14 522,86 223,14 300,00 326,36 66,00 77,11 75,88
2009-I 221,43 480,00 224,95 322,22 281,82 62,67 68,51 80,35
2009-II 251,79 720,00 459,52 470,37 334,55 82,67 94,48 191,88
2009-III 330,36 857,14 471,43 696,30 348,18 93,33 149,51 236,94
2009-IV 346,43 874,29 433,33 696,30 290,91 94,67 125,97 220,82
2010-I 392,86 942,86 495,24 792,59 286,36 116,53 195,13 253,76
2010-II 425,00 531,43 514,29 888,89 259,09 140,13 187,34 262,12
2010-III 478,57 571,43 552,38 1066,67 295,45 170,27 297,40 409,88
Sumber : BI dan BEI (data diolah, 2010)
Keterangan:
BBCA : Bank Central Asia
BBRI : Bank Rakyat Indonesia
BDMN : Bank Danamon
BMRI : Bank Mandiri
BNII : Bank Internasional Indonesia
BNGA : Bank Niaga
BNLI : Bank Permata
BBNI : Bank Negara Indonesia
Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui nilai tertinggi dari nilai IHSI pada
tahun 2004 perusahaan yang memiliki nilai IHSI tertinggi yaitu masih terdapat
pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 328,57 dan nilai
terendah terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 40,00 dan nilai
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
61
Universitas Indonesia
nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2004 dari delapan perbankan tersebut adalah
sebesar 195,49.
Pada tahun 2005 perusahaan yang memiliki nilai IHSI tertinggi yaitu
masih terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar 363,52 dan
nilai terendah terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 51,33 dan
nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2005 dari delapan perbankan tersebut adalah
sebesar 187,30.
Pada tahun 2006 perusahaan yang memiliki nilai IHSI tertinggi yaitu
terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 588,57 dan
nilai terendah terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 62,67 dan
nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2006 dari delapan perbankan tersebut adalah
sebesar 296,22.
Pada tahun 2007 perusahaan yang memiliki nilai IHSI tertinggi yaitu
terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 845,71 dan
nilai terendah terdapat pada PT. Niaga Tbk dengan nilai sebesar 98,67 dan nilai
rata-rata pada triwulan IV tahun 2007 dari delapan perbankan tersebut adalah
sebesar 366,44.
Pada tahun 2008 perusahaan yang memiliki nilai IHSI tertinggi yaitu
masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 720 dan
nilai terendah terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 66 dan nilai
rata-rata pada triwulan IV tahun 2008 dari delapan perbankan tersebut adalah
sebesar 227,94.
Pada tahun 2009 perusahaan yang memiliki nilai IHSI tertinggi yaitu
masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 874,29
dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 62,67
dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2009 dari delapan perbankan tersebut
adalah sebesar 385,34.
Pada tahun 2010 perusahaan yang memiliki IHSI tertinggi yaitu masih
terdapat pada PT. Bank Mandiri Tbk dengan nilai sebesar 1.066,67 dan nilai
terendah terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 116,53 dan nilai
rata-rata pada triwulan III tahun 2010 dari delapan perbankan tersebut adalah
sebesar 480,26.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
62
Universitas Indonesia
4.2. Analisis Statistik Deskriptif
Dalam analsis statistik deskriptif dalam penelitian pada sub bab ini,
peneliti akan menjabarkan hasil perhitungan nilai rata-rata (mean), standar deviasi
(simpangan baku), nilai minimum, dan nilai maksimum EPS, ROE, BOPO, LDR,
dan Indeks Harga Saham Individu (IHSI).
Nilai minimum merupakan nilai terendah dari variabel, sedangkan nilai
maksimum merupakan nilai tertinggi dari setiap variabel yang diteliti. Nilai mean
merupakan nilai rata-rata dari setiap variabel yang diteliti. Standar deviasi
merupakan sebaran data yang digunakan dalam penelitian yang mencerminkan
data itu heterogen atau homogen yang sifatnya fluktuatif.
Nilai rata-rata (mean), standar deviasi (simpangan baku), nilai minimum,
dan nilai maksimum dari nilai aktiva bersih rata-rata pendapatan bersih, EPS,
ROE, BOPO, LDR, dan Indeks Harga Saham Individu (IHSI) dihitung
berdasarkan periode 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III dengan delapan
Perbankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor
EPS, ROE, BOPO, LDR, dan Indeks Harga Saham Individu (IHSI).
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
63
Universitas Indonesia
Tabel 4.7
Analisis Statistik Deskriptif Variabel Bebas dan Terikat (per Bank)
Bank Keterangan ROE EPS BOPO LDR IHSI
BBCA
Maximum 24,38911 364,8528 288,8618 72,07720 478,5714
Minimum 5,395246 46,68524 15,34323 35,10468 67,00000
Mean 14,77738 181,4121 205,8420 54,45952 213,9478
Std.
Deviation 6,417712 88,91458 55,28290 10,66011 106,2750
BBRI
Maximum 29,18187 539,8961 1048,677 107,3114 942,8571
Minimum 0,001373 0,035021 294,0082 57,91122 191,4286
Mean 16,86256 252,5015 522,3192 94,50973 553,1868
Std.
Deviation 7,865623 140,6731 183,1770 9,567155 205,8414
BDMN
Maximum 30,79280 491,0516 292,4766 118,7889 608,1905
Minimum 2,797415 50,92512 111,9586 72,75160 203,3333
Mean 12,36506 229,3253 189,9169 93,36334 397,5568
Std.
Deviation 7,036654 121,6830 45,14625 10,46320 114,5742
BMRI
Maximum 21,14414 320,6659 246,3128 92,04769 1066,667
Minimum 2,055831 25,13813 115,2405 62,32604 174,0741
Mean 9,550788 135,1817 189,6589 74,71079 432,2507
Std.
Deviation 5,997419 90,91192 35,33422 6,745751 228,3588
BNII
Maximum 19,31194 26,38867 326,0432 112,3988 410,0000
Minimum -1,415344 -1,330283 146,94 63,23665 128,1818
Mean 7,135502 7,830029 233,2407 88,84142 231,9231
Std.
Deviation 5,219291 6,116686 48,82443 14,19700 87,06047
BNGA
Maximum 26,84887 79,18598 555,3809 125,6448 170,2667
Minimum -0,956656 -2,052780 98,31184 100,9151 40,00000
Mean 10,28770 39,76040 316,9547 113,3351 89,47179
Std.
Deviation 5,646620 19,80759 91,88934 6,882745 32,65794
BNLI
Maximum 26,60153 101,1676 489,0468 125,7702 297,4026
Minimum 2,410359 9,549761 156,8813 59,97036 68,50649
Mean 9,171277 42,12792 317,4386 102,7370 135,8329
Std.
Deviation 5,516671 23,37814 88,43353 16,63936 44,00383
BBNI
Maximum 18,51009 193,4151 354,3142 102,9342 409,8824
Minimum 1,024268 10,03408 49,44863 63,29399 75,88235
Mean 9,072026 94,47924 222,7778 81,88962 189,8371
Std.
Deviation 4,640128 49,48508 62,21466 11,21072 71,52642
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010
Tabel 4.7 menunjukan hasil minimum, maximum, mean, dan standat
deviation pada delapan bank yang dihitung dari data variabel bebas dan terikat
yang dikumpulkan selama masa penelitian tahun 2004 triwulan II sampai 2010
triwulan III. Pada variabel ROE nilai rata-rata yang diperoleh dari delapan bank
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
64
Universitas Indonesia
antara lain, Bank Central Asia sebesar 14,777, Bank Rakyat Indonesia sebesar
16,863, Bank Danamon sebesar 12,365, Bank Mandiri sebesar 9,551, Bank
Internasional Indonesia sebesar 7,134, Bank Niaga 10,288, Bank Permata sebesar
9,171, dan Bank Negara Indonesia memperoleh nilai rata-rata sebesar 9,072.
Sementara itu, perolehan nilai rata-rata pada variabel EPS dari delapan
bank antara lain, Bank Central Asia sebesar 181,412, Bank Rakyat Indonesia
sebesar 252,502, Bank Danamon sebesar 229,325, Bank Mandiri sebesar 135,182,
Bank Internasional Indonesia sebesar 7,830, Bank Niaga 39,760, Bank Permata
sebesar 42,128, dan Bank Negara Indonesia memperoleh nilai rata-rata sebesar
94,479.
Kemudian, perolehan nilai rata-rata pada variabel BOPO dari delapan
bank antara lain, Bank Central Asia sebesar 205,842, Bank Rakyat Indonesia
sebesar 522,319, Bank Danamon sebesar 189,917, Bank Mandiri sebesar 189,659,
Bank Internasional Indonesia sebesar 233,241, Bank Niaga 316,955, Bank
Permata sebesar 317,439, dan Bank Negara Indonesia memperoleh nilai rata-rata
sebesar 222,778.
Selanjutnya, perolehan nilai rata-rata pada variabel LDR dari delapan bank
antara lain, Bank Central Asia sebesar 54,460, Bank Rakyat Indonesia sebesar
94,510, Bank Danamon sebesar 93,363, Bank Mandiri sebesar 74,711, Bank
Internasional Indonesia sebesar 88,841, Bank Niaga 113,335, Bank Permata
sebesar 102,737, dan Bank Negara Indonesia memperoleh nilai rata-rata sebesar
81,890.
Kemudian, perolehan nilai rata-rata pada variabel IHSI dari delapan bank
antara lain, Bank Central Asia sebesar 213,948, Bank Rakyat Indonesia sebesar
553,187, Bank Danamon sebesar 397,557, Bank Mandiri sebesar 432,251, Bank
Internasional Indonesia sebesar 231,923, Bank Niaga 89,472, Bank Permata
sebesar 135,833, dan Bank Negara Indonesia memperoleh nilai rata-rata sebesar
189,837.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
65
Universitas Indonesia
Tabel 4.8
Analisis Statistik Deskriptif Variabel Bebas dan Terikat Delapan Bank
Keterangan ROE EPS LDR BOPO IHSI
Minimum -1,415 -2,053 35,105 15,343 40
Maximum 30,793 539,896 125,77 1048,677 1066,67
Mean 11,15279 122,8273 87,98082 274,7686 280,5009
Std.
Deviation 6,752556 118,2304 20,18100 136,5814 198,2706
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010
Tabel di atas menunjukan hasil minimum, maximum, mean, yang dihitung
dari data variabel bebas dan terikat yang dikumpulkan selama masa penelitian
tahun 2004 triwulan II sampai 2010 triwulan III. Pada variabel ROE diperoleh
nilai rata-rata sebesar 11,153, sedangkan pada variabel EPS diperoleh nilai rata-
rata yang lebih tinggi yaitu sebesar 122,827. Kemudian pada variabel LDR
diperoleh nilai rata-rata sebesar 87,980 dan pada variabel BOPO sebesar 274,768,
sedangkan variabel IHSI memperoleh nilai rata-rata sebesar 280,5.
4.3. Analisis Asumsi Klasik
4.3.1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas menunjukkan bahwa antar variabel independennnya
mempunyai hubungan langsung (berkorelasi).
Cara mendeteksi apakah ada atau tidaknya gangguan multikolinearitas ini
adalah dengan melihat besaran Variance Inflatation Factor (VIF) dan toleransi
pedoman dari suatu model regresi yang bebas dari gangguan multikolinearitas
adalah sebagai berikut:
- Jika mempunyai nilai VIF < 10 atau Tolerance > 0,10, maka tidak terdapat
gejala multikolinearitas
- Jika mempunyai nilai VIF > 10 atau Tolerance < 0,10, maka terdapat gejala
multikolinearitas
Dari hasil pengolahan data statistik diperoleh tabel hasil pengujian
multikolinearitas sebagai berikut:
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
66
Universitas Indonesia
Tabel 4.9
Pengujian Multikolinearitas Parsial per Bank
Nama
Bank
ROE EPS BOPO LDR
TOL VIF TOL VIF TOL VIF TOL VIF
BBCA 0,143 6,969 0,142 7,022 0,929 1,077 0,809 1,236
BBRI 0,356 2,806 0,352 2,843 0,836 1,196 0,920 1,087
BDMN 0,022 46,262 0,023 43,959 0,591 1,691 0,516 1,937
BMRI 0,033 29,988 0,030 33,831 0,736 1,358 0,380 2,632
BNII 0,204 4,910 0,324 3,090 0,484 2,065 0,458 2,186
BNGA 0,225 4,450 0,231 4,321 0,898 1,114 0,822 1,216
BNLI 0,130 7,680 0,188 5,315 0,615 1,625 0,324 3,091
BBNI 0,079 12,604 0,082 12,206 0,854 1,171 0,608 1,646
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010
1. Bank Central Asia (BBCA)
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa masing-masing variabel independen
yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10 (atau Tolerance >
0,10), hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi terhindar dari masalah
multikolinearitas.
2. Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa masing-masing variabel independen
yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10 (atau Tolerance >
0,10), hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi terhindar dari masalah
multikolinearitas.
3. Bank Danamon (BDMN)
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa pada variabel ROE dan EPS
mengalami masalah multikolinearitas, dimana nilai VIF yang diperoleh > 10
(atau Tolerance < 0,10), sedangkan BOPO dan LDR terbebas dari masalah
multikolinearitas, dengan perolehan nilai VIf < 10 (atau Tolerance > 0,10).
4. Bank Mandiri (BMRI)
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa pada variabel ROE dan EPS
mengalami masalah multikolinearitas, dimana nilai VIF yang diperoleh > 10
(atau Tolerance < 0,10), sedangkan BOPO dan LDR terbebas dari masalah
multikolinearitas, dengan perolehan nilai VIf < 10 (atau Tolerance > 0,10).
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
67
Universitas Indonesia
5. Bank Internasional Indonesia (BNII)
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa masing-masing variabel independen
yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10 (atau Tolerance >
0,10), hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi terhindar dari masalah
multikolinearitas.
6. Bank Niaga (BNGA)
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa masing-masing variabel independen
yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10 (atau Tolerance >
0,10), hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi terhindar dari masalah
multikolinearitas.
7. Bank Permata (BNLI)
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa masing-masing variabel independen
yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10 (atau Tolerance >
0,10), hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi terhindar dari masalah
multikolinearitas.
8. Bank Negara Indonesia (BBNI)
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa pada variabel ROE dan EPS
mengalami masalah multikolinearitas, dimana nilai VIF yang diperoleh > 10
(atau Tolerance < 0,10), sedangkan BOPO dan LDR terbabas dari masalah
multikolinearitas, dengan perolehan nilai VIf < 10 (atau Tolerance > 0,10).
Tabel 4.10
Pengujian Multikolinearitas Delapan Bank
Variabel Independen TOL VIF Kesimpulan
ROE 0,404 2,475 Tidak ada multikolinearitas
EPS 0,417 2,398 Tidak ada multikolinearitas
BOPO 0,857 1,167 Tidak ada multikolinearitas
LDR 0,852 1,173 Tidak ada multikolinearitas
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa masing-masing variabel
independen yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10 (atau
Tolerance > 0,10), hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi terhindar dari
masalah multikolinearitas.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
68
Universitas Indonesia
4.3.2. Uji Autokorelasi
Hasil analisa persamaan melalui regresi Ordinary Least Squere,
menghasilkan sebuah model yang perlu dilakukan uji autokorelasi (serial
correlation) dan heterokedastisitas untuk mengetahui hasil estimasi bersifat
BLUE (best linear unbiased estimates). Uji autokorelasi dapat mengunakan dua
cara, yaitu: uji Durbin Watson dan uji Breusch-Godfrey. Dalam penelitian ini
dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey untuk
mengetahui keberadaan autokorelasi pada model.
Dari hasil estimasi regresi antara seluruh variabel bebas dengan volume
menghasilkan nilai uji autokorelasi seperti yang tertera pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Autokorelasi Parsial per Bank
Nama Bank Prob. Kesimpulan
BBCA 0.0042 Terjadi Autokorelasi
BBRI 0.0098 Terjadi Autokorelasi
BDMN 0.0391 Terjadi Autokorelasi
BMRI 0.0439 Terjadi Autokorelasi
BNII 0.0774 Tidak Terjadi Autokorelasi
BNGA 0.0504 Tidak Terjadi Autokorelasi
BNLI 0.0377 Terjadi Autokorelasi
BBNI 0.9387 Tidak Terjadi Autokorelasi
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2010
Hasil uji formal pada data per bank seluruh tahun dan triwulan ini
menunjukkan bahwa data pada BBCA, BBRI, BDMN, BMRI dan BNLI
mengalami autokorelasi. Hal ini ditunjukkan dari nilai probability lebih kecil dari
0,05. Sementara itu, BNII dan BBNI dapat dikatakan terbebas dari masalah
autokorelasi, dimana hal tersebut dikarenakan nilai probability lebih besar dari
0,05.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
69
Universitas Indonesia
Tabel 4.12
Hasil Uji Autokorelasi Delapan Bank
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 109.4758 Prob. F(2,201) 0.0000
Obs*R-squared 108.4457 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2010
Hasil uji formal pada data seluruh tahun dan triwulan ini menunjukkan
bahwa model mengalami autokorelasi. Hal ini ditunjukkan dari nilai probability
lebih kecil dari 0,05.
4.3.3. Uji Heterokedastisitas
Langkah selanjutnya adalah melakukan uji heterokedastisitas. Salah satu
uji yang dapat digunakan adalah dengan menggunkan uji White. Dari hasil
pengujian tersebut akan diambil keputusan, bila angka signifikansi > 0,05 pada
taraf kepercayaan 95%, maka tidak heteroskedatisitas terjadi.
Dari hasil estimasi regresi antara seluruh variabel bebas dengan volume
menghasilkan nilai uji Heteroskedastis seperti yang tertera pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Parsial per Bank
Nama Bank Prob. Kesimpulan
BBCA 0.0335 Terjadi Heteroskedastisitas
BBRI 0.3832 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
BDMN 0.1848 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
BMRI 0.5701 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
BNII 0.4330 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
BNGA 0.8985 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
BNLI 0.2480 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
BBNI 0.1911 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2010
Hasil uji formal pada data per bank seluruh tahun dan triwulan ini
menunjukkan bahwa data pada BBCA mengalami heterokedastisitas. Hal ini
ditunjukkan dari nilai probability lebih kecil dari 0,05. Sementara itu, BBRI,
BDMN, BMRI, BNII, BNGA, BNLI, dan BBNI dapat dikatakan tidak mengalami
masalah heteroskedastisitas, dimana nilai probability yang diperoleh lebih besar
dari 0,05.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
70
Universitas Indonesia
Hasil pengujian asumsi klasik pada model yang megikutsertakan semua
bank, terdapat heteroskedatisitas dan autokorelasi, untuk mengatasi masalah
tersebut, peneliti telah melakukan transform data ke dalam bentuk logaritma
natural sebagai solusi dari heteroskedatisitas dan autokorelasi, namun hasil yang
diperoleh masih terdapat heteroskedatisitas dan autokorelasi dan hasilnya pun
tidak lebih baik dari hasil model awal.
Tabel 4.14
Hasil Uji Heteroskedastisitas Delapan Bank
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.286798 Prob. F(14,193) 0.0065
Obs*R-squared 29.59426 Prob. Chi-Square(14) 0.0087
Scaled explained SS 50.94581 Prob. Chi-Square(14) 0.0000
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2010
Hasil uji formal pada data seluruh tahun dan triwulan ini menunjukkan
bahwa model mengalami heterokedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari nilai
probability Obs*R-squared lebih kecil dari 0,05.
4.4. Analisis Hasil Regresi Berganda
Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan metode least squares
(LS) untuk melihat hubungan diantara variabel dependen Indeks Harga Saham
Individu (IHSI) secara partial pada delapan bank yang menjadi obyek penelitian
dapat dijelaskan sebagai berikut pada tabel 4.15.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
71
Universitas Indonesia
Tabel 4.15
Hasil Pengujian Regresi Parsial per Bank
Nama Bank C ROE EPS BOPO LDR Nilai-Fstat
BBCA 129.8408
(0.3500)
-5.598105
(0.4361)
0.535404
(0.3065)
-0.820698 **
(0.0186)
4.381927 **
(0.0231)
4.358180 **
(0.010106)
BBRI -81.42879
(0.7984)
-26.25858 *
(0.0003)
1.778698 *
(0.0000)
0.112672
(0.5176)
6.025073 **
(0.0675)
7.635439*
(0.000581)
BDMN 426.6070
(0.1536)
-43.59147 **
(0.0251)
2.383859 **
(0.0293)
-0.994550 **
(0.0790)
1.629801
(0.5195)
4.135791**
(0.012618)
BMRI -72.13846
(0.8707)
-83.05500 *
(0.0008)
6.414819 *
(0.0003)
0.046487
(0.9523)
5.643726
(0.3247)
18.83451*
(0.000001)
BNII -245.3860
(0.0283)
3.986597
(0.3537)
-4.453688
(0.1325)
-0.048661
(0.8690)
5.572682 *
(0.0000)
14.07511*
(0.000010)
BNGA 114.0392
(0.2163)
-8.530524 *
(0.0001)
2.514876 *
(0.0000)
-0.022956
(0.6635)
-0.260504
(0.7232)
7.746875*
(0.000534)
BNLI 210.1053
(0.0393)
-5.283724
(0.1648)
1.996036 **
(0.0115)
-0.067108
(0.5309)
-0.862397
(0.2766)
3.816080**
(0.017488)
BBNI 368.3580
(0.0011)
-27.15082 *
(0.0011)
3.151395 *
(0.0001)
-0.271550
(0.1125)
-2.069298
(0.0687)
9.148761*
(0.000192)
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010
Ket:
* : signifikan pada alpha 1%
** : signifikan pada alpha 5%
*** : signifikan pada alpha 10%
1. Hasil Regresi Bank Central Asia (BBCA)
Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai
berikut.
IHSI = 129.84 – 5.60 ROE + 0.54 EPS – 0.82 BOPO + 4.38 LDR + e
1. Koefisien beta sebesar = - (5,60) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 5,60. (ceteris
paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan negatif namun tidak signifikan
terhadap IHSI
2. Koefisien beta sebesar = 0,54 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 0,54. (ceteris
paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan positif namun tidak signifikan
terhadap IHSI.
3. Koefisien beta sebesar = - (0,82) berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1
satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,82. (ceteris
paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada
alpha 5%.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
72
Universitas Indonesia
4. Koefisien beta sebesar = 4,38 berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 4,38. (ceteris
paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada
alpha 5%.
5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,010106 berarti bahwa model ini
signifikan pada alpha 5%.
2. Hasil Regresi Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai
berikut.
IHSI = – 81.43 – 26.26 ROE + 1.78 EPS + 0.11 BOPO + 6.02 LDR + e
1. Koefisien beta sebesar = - (26,26) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1
satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 26,26. (ceteris
paribus). Variabel ROE Mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada
alpha 1% terhadap IHSI.
2. Koefisien beta sebesar = 1,78 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 1,78. (ceteris
paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan pada
alpha 1% terhadap IHSI.
3. Koefisien beta sebesar = 0,11 berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 0,11. (ceteris
paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan positif namun tidak
signifikan terhadap IHSI.
4. Koefisien beta sebesar = 6,02 berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 6,02. (ceteris
paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan positif dan signifikan pada
alpha 10% terhadap IHSI.
5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,000581 berarti bahwa model ini
signifikan pada alpha 1%.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
73
Universitas Indonesia
3. Hasil Regresi Bank Danamon (BDMN)
Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai
berikut.
IHSI = 426.61 – 43.59 ROE + 2.38 EPS – 0.99 BOPO + 1.63 LDR + e
1. Koefisien beta sebesar = - (43,59) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1
satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 43,59. (ceteris
paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada
alpha 5% terhadap IHSI
2. Koefisien beta sebesar = 2,38 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 2,38. (ceteris
paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan pada
alpha 5% terhadap IHSI.
3. Koefisien beta sebesar = - (0,99) berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1
satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,99. (ceteris
paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada
alpha 10% terhadap IHSI
4. Koefisien beta sebesar = 1,63 berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 1,63. (ceteris
paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan positif namun tidak signifikan
terhadap IHSI.
5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,012618 berarti bahwa model ini
signifikan pada alpha 5%.
4. Hasil Regresi Bank Mandiri (BMRI)
Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai
berikut.
IHSI = – 72.14 – 83.06 ROE + 6.41 EPS + 0.05 BOPO + 5.64 LDR + e
1. Koefisien beta sebesar = - (83,06) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1
satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 83,06. (ceteris
paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada
alpha 1% terhadap IHSI.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
74
Universitas Indonesia
2. Koefisien beta sebesar = 6,41 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 6,41. (ceteris
paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan pada
alpha 1% terhadap IHSI.
3. Koefisien beta sebesar = 0,05 berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 0,05. (ceteris
paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan positif namun tidak
signifikan terhadap IHSI.
4. Koefisien beta sebesar = 5,64 berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 5,64. (ceteris
paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan positif namun tidak signifikan
terhadap IHSI.
5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,000001 berarti bahwa model ini
signifikan pada alpha 1%.
5. Hasil Regresi Bank Internasional Indonesia (BNII)
Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai
berikut.
IHSI = – 245.39 + 3.99 ROE – 4.45 EPS – 0.05 BOPO + 5.57 LDR + e
1. Koefisien beta sebesar = 3,99 berarti peningkatan pada ROE sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 3,99. (ceteris
paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan positif namun tidak signifikan
terhadap IHSI.
2. Koefisien beta sebesar = - (4,45) berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 4,45. (ceteris
paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap IHSI.
3. Koefisien beta sebesar = - (0,05) berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1
satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,05. (ceteris
paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap IHSI.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
75
Universitas Indonesia
4. Koefisien beta sebesar = 5,57 berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 5,57. (ceteris
paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan positif dan signifikan pada
alpha 1% terhdap IHSI.
5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,000010 berarti bahwa model ini
signifikan pada alpha 1%.
6. Hasil Regresi Bank Niaga (BNGA)
Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai
berikut.
IHSI = 114.04 – 8.53 ROE + 2.51 EPS – 0.023 BOPO – 0.26 LDR + e
1. Koefisien beta sebesar = - (8,53) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 8,53. (ceteris
paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada
alpha 1% terhadap IHSI
2. Koefisien beta sebesar = 2,51 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 2,51. (ceteris
paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan pada
alpha 1% terhadap IHSI.
3. Koefisien beta sebesar = - (0,023) berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1
satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,23. (ceteris
paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap IHSI
4. Koefisien beta sebesar = - (0,26) berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,26. (ceteris
paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap IHSI.
5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,000534 berarti bahwa model ini
signifikan pada alpha 1%.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
76
Universitas Indonesia
7. Hasil Regresi Bank Permata (BNLI)
Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai
berikut.
IHSI = 210.10 – 5.28 ROE + 2.00 EPS – 0.07 BOPO – 0.86 LDR + e
1. Koefisien beta sebesar = - (5,28) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 5,28. (ceteris
paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap IHSI.
2. Koefisien beta sebesar = 2,00 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 2,00. (ceteris
paribus).riabel EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan pada alpha
5% terhadap IHSI.
3. Koefisien beta sebesar = - (0,07) berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1
satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,07. (ceteris
paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap IHSI.
4. Koefisien beta sebesar = - (0,86) berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,86. (ceteris
paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap IHSI.
5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,017488 berarti bahwa model ini
signifikan pada alpha 5%.
8. Hasil Regresi Bank Negara Indonesia (BBNI)
Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai
berikut.
IHSI = 368.36 – 27.15 ROE + 3.15 EPS – 0.27 BOPO – 2.07 LDR + e
1. Koefisien beta sebesar = - (27,15) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1
satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 27,15. (ceteris
paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada
alpha 1% terhadap IHSI.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
77
Universitas Indonesia
2. Koefisien beta sebesar = 3,15 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 3,15. (ceteris
paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan pada
alpha 1% terhadap IHSI.
3. Koefisien beta sebesar = - (0,27) berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1
satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,27. (ceteris
paribus). Variabel BOPO memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap IHSI.
4. Koefisien beta sebesar = - (2,07) berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu
satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 2,07. (ceteris
paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada
alpha 10% terhadap IHSI.
5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,000192 berarti bahwa model ini
signifikan pada alpha 1%.
Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan metode least squares
(LS) untuk melihat hubungan diantara variabel dependen Indeks Harga Saham
Individu (IHSI) secara gabungan delapan bank (IHSG8) dengan variabel
independen ROE, EPS, BOPO, dan LDR dapat dibuat kesimpulan atas hasil
analisa regresi persamaan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.16
Hasil Regresi Delapan Bank
Dependent Variable: IHSG8
Method: Least Squares
Date: 03/09/11 Time: 20:33 Sample: 1 208
Included observations: 208
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 155.1611 52.32801 2.965164 0.0034
ROE -17.40456 2.379695 -7.313778 0.0000
EPS 1.690710 0.133560 12.65885 0.0000 BOPO 0.219369 0.080048 2.740481 0.0067
LDR 0.585446 0.543876 1.076434 0.2830
R-squared 0.469713 Mean dependent var 280.5009
Adjusted R-squared 0.459264 S.D. dependent var 198.2706 S.E. of regression 145.7978 Akaike info criterion 12.82606
Sum squared resid 4315171. Schwarz criterion 12.90629 Log likelihood -1328.911 Hannan-Quinn criter. 12.85850
F-statistic 44.95285 Durbin-Watson stat 0.570376
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2010
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
78
Universitas Indonesia
Dari hasil tabel 4.16, dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut.
IHSG8 = 155.161 - 17.405ROE + 1.690EPS + 0.219BOPO + 0.585LDR +e
Setelah dilakukan pengujian pada nilai alpha = 5%, maka diperoleh hasil
uji regresi terhadap masing-masing variabel diatas dijelaskan sebagai berikut:
1. Interpretasi Variabel ROE terhadap IHSG8
Pada model terlihat bahwa variabel ROE berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap IHSG8. Artinya Setiap kenaikan satu (1) persen dari ROE
akan mengakibatkan penurunan pada nilai IHSG8 sebesar 17, 405%. Dapat
disimpulkan bahwa ROE mempunyai hubungan berlawanan arah dengan IHSG8.
2. Interpretasi variabel EPS terhadap IHSG8
Pada model terlihat bahwa EPS mempunyai hubungan secara positif dan
signifikan terhadap IHSG8. Artinya kenaikan satu satuan pada EPS akan
meningkatkan nilai IHSG8 sebesar 1,69. Dapat disimpulkan bahwa EPS
mempunyai hubungan searah dengan IHSG8.
Hasil serupa juga diperoleh oleh Sasongko dan Wulandari (2006) yang
meneliti tentang pengaruh EVA dan rasio-rasio profitabilitas terhadap harga
saham, yang mana penelitian tersebut bertujuan untuk menguji pengaruh EVA
(Economic Value Added), dan rasio-rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA
(Return on Asset), ROE (Return on Equity), ROS (Return on Sales), EPS (Earning
Per Share), dan BEP (Basic Earning Power) terhadap harga saham perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta untuk periode 2001-2002. Hasil yang diperoleh
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap
harga saham, yang mana dapat diartikan bahwa EPS dapat digunakan untuk
menentukan nilai perusahaan.
3. Interpretasi Variabel BOPO terhadap IHSG8
Pada model terlihat bahwa variabel BOPO mempunyai hubungan secara
positif dan signifikan terhadap IHSG8. Artinya kenaikan satu (1) persen BOPO
akan meningkatkan nilai IHSG8 sebesar 0,219%. Dapat disimpulkan bahwa
BOPO mempunyai hubungan searah dengan IHSG8.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
79
Universitas Indonesia
4. Interpretasi Variabel LDR terhadap IHSG8
Pada model terihat bahwa variabel LDR mempunyai hubungan secara positif
dan tidak signifikan terhadap IHSG8. Artinya adanya perubahan LDR ini tidak
secara signifikan memebrikan pengaruh kepada model.
Hasil serupa juga diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Sahabbudin
(2004) yang memfokuskan tentang pengaruh faktor keuangan terhadap harga
saham di Bursa Efek Jakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji
pengaruh faktor keungan (capital, asset, earnings, dan liquidity) secara bersamaan
terhadap harga saham pada Bursa Efek Jakarta. Adapun variabel independen
dalam penelitian tersebut antara lain Capital Adequacy Ratio (CAR), Aktiva tetap
terhadap modal, Kativa produktif yang bermasalah, Net Profil Loan (NPL), PPAP
terhadap aktiva produktif, Pemenuhan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Income Margin
(NIM), Beban Operasi Pendapatan Operasi (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) dan variabel dependen adalah harga saham. Hasil yang diperoleh dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa semua variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham, termasuk LDR.
5. Interpretasi model terhadap IHSG8
Secara bersama-sama kontribusi variabel ROE, EPS, BOPO, dan LDR
berpengaruh signifikan terhadap IHSG8 sebesar nilai adjusted R-square yaitu
45,9%. Dapat diartikan pula bahwa sebesar 54,1% ada variabel-variabel diluar
model yang dapat berpengaruh kepada ISHG8. Penulis melihat kepada data
historical variabel makro antara lain subunga SBI, Inflasi dan Gross Domestic
Product.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat pengaruh
rasio ROE, EPS, BOPO, dan LDR pada periode 2004 triwulan II – 2010 triwulan
III terhadap indeks harga saham gabungan delapan bank (IHSG8) pada
perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan
untuk menganalisis ada atau tidak pengaruh pengaruh rasio ROE, EPS, BOPO,
dan LDR tersebut terhadap IHSI dilakukan dengan menggunakan analisis statistik
regresi dengan menggunakan program EViews versi 7.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
80
Universitas Indonesia
4.5. Hubungan Suku Bunga (SBI), Inflasi, dan Growth Domestict Product
(GDP) Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan
Delapan Bank (IHSG8)
4.5.1. Suku Bunga (SBI) terhadap Indeks Nilai Rata-Rata Indeks Harga
Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8)
0
100
200
300
400
500
600
0
2
4
6
8
10
12
14
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Rata-rata IHSG8
Suku Bunga (SBI)
SBI Rata-rata IHSG8
Sumber: www.bi.go.id
Gambar 4.1
Tingkat Suku Bunga (SBI) Terhadap Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks
Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8)
Berdasarkan gambar di atas, data SBI didapatkan pada website BI, www.
bi.go.id dengan melihat data BI Rate bulanan kemudian diperoleh nilai rata-rata
per triwulan. Pada gambar 4.1. diketahui bahwa nilai rata-rata Indeks Harga
Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) tertinggi pada periode 2004 triwulan II
sampai 2010 triwulan III, terjadi pada tahun 2010 triwulan III yaitu sebesar
480,26, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2004 triwulan II yaitu sebesar
135,15. Kemudian nilai rata-rata Suku Bunga (SBI) tiga bulan tertinggi terjadi
pada tahun 2005 IV yaitu sebesar 12,75 %, sedangkan nilai rata-rata Suku Bunga
(SBI) tiga bulan terendah terjadi pada tahun 2010 triwulan I yaitu sebesar 6,32 %.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata IHSG8 pada periode
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
81
Universitas Indonesia
2004 triwulan II sampai 2010 triwulan III terbilang cukup berfluktiatif terhadap
tingkat Suku Bunga (SBI).
Dilihat dari gambar di atas, pergerakan tingkat Suku Bunga (SBI) pada
periode 2004 triwulan II hingga 2010 triwulan III terbilang berfluktuasi.
Peningkatan yang paling signifikan pada SBI periode 2004 triwulan II hingga
2010 triwulan III terjadi pada tahun 2005 triwulan II hingga triwulan IV dengan
grafik yang terus beranjak naik hingga puncaknya pada triwulan IV yaitu
mencapai 12,75%. Peningkatan SBI tersebut diimbangi dengan peningkatan
IHSG8, dimana pada tahun 2005 triwulan IV nilai IHSG8 meningkat dibanding
triwulan III yang memperoleh nilai sebesar 187,30. Kemudian peningkatan pada
SBI terjadi pula pada tahun 2008 triwulan II hingga triwulan IV dengan grafik
yang terus beranjak naik hingga puncaknya pada triwulan IV yaitu mencapai
10,83%. Akan tetapi, peningkatan yang terjadi pada tahun 2008 ini tidak
diimbangi dengan peningkatan IHSG8, dimana pada tahun 2008 nilai IHSG8
cenderung menurun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan
atau penurunan SBI yang terjadi pada periode 2004 triwulan II hingga 2010
triwulan III tidak selalu diimbangi dengan peningkatan atau penurunan IHSG8.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
82
Universitas Indonesia
4.5.2. Inflasi Terhadap Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham
Gabungan Delapan Bank (IHSG8)
0
100
200
300
400
500
600
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Rata-rata IHSG8
Inflasi
Inflasi Rata-rata IHSG8
Sumber: www.bi.go.id
Gambar 4.2
Inflasi Terhadap Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan
Delapan Bank (IHSG8)
Berdasarkan gambar di atas, nilai inflasi diperoleh dari data pada website
BI, www.bi.go.id dengan melihat data inflasi bulanan kemudian dibuatkan nilai
rata-rata per triwulan. Pada gambar 4.2 diketahui bahwa nilai rata-rata Indeks
Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) tertinggi pada periode 2004
triwulan II sampai 2010 triwulan III terjadi pada tahun 2010 triwulan III yaitu
sebesar 480,26, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2004 triwulan II yaitu
sebesar 135,15. Kemudian inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2005 IV yaitu
sebesar 17,11 %, sedangkan inflasi terendah terjadi pada tahun 2009 IV 2,78 %.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IHSG8 dan Inflasi pada periode 2004
triwulan II sampai 2010 triwulan II terbilang cukup berfluktuasi.
Dilihat dari gambar di atas, pergerakan Inflasi pada periode 2004 triwulan
II hingga 2010 triwulan III terbilang berfluktuatif. Terjadinya peningkatan yang
paling signifikan pada Inflasi periode 2004 triwulan II hingga 2010 triwulan III
adalah pada tahun 2005 triwulan III dengan grafik yang naik tajam dari tahun dan
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
83
Universitas Indonesia
triwulan-triwulan sebelumnya hingaa mencapai nilai Inflasi sebesar 17,11%.
Peningkatan Inflasi tersebut diimbangi pula dengan peningkatan IHSG8, dimana
pada tahun 2005 triwulan IV nilai IHSG8 meningkat dibanding pada triwulan
sebelumnya dengan perolehan sebesar 187,30 pada tahun 2005 triwulan IV ini.
Kemudian peningkatan pada Inflasi terjadi pula pada tahun 2008 triwulan III yaitu
mencapai 12,14%. Akan tetapi, peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan
peningkatan IHSG8, dimana pada tahun 2008 nilai IHSG8 cenderung menurun.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan atau penurunan Inflasi
yang terjadi pada periode 2004 triwulan II hingga 2010 triwulan III tidak selalu
diimbangi dengan peningkatan atau penurunan IHSG8.
4.5.3. Growth Domestict Product (GDP) Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks
Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8)
0
100
200
300
400
500
600
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1600000
1800000
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Rata-rata IHSG8
Growt Domestic Bruto(GDP)
GDP Rata-rata IHSG8
Sumber: www.bi.go.id
Gambar 4.3
Growth Domestict Product (GDP) Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga
Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8)
Berdasarkan gambar di atas, merupakan GDP nominal yang diperoleh dari
data pada website BPS, www.bps.go.id dengan melihat data triwulan. Pada
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
84
Universitas Indonesia
gambar 4.3 diketahui bahwa nilai rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan
Delapan Bank (IHSG8) tertinggi pada periode 2004 triwulan II sampai 2010
triwulan III, terjadi pada tahun 2010 triwulan III yaitu sebesar 480,26, sedangkan
yang terendah terjadi pada tahun 2004 triwulan II yaitu sebesar 135,15. Kemudian
Growth Domestict Product (GDP) tertinggi terjadi pada tahun 2010 IV yaitu
sebesar 1.656.480, sedangkan GDP terendah terjadi pada tahun 2004 II yaitu
sebesar 654.422 rupiah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IHSG8 pada
periode 2004 triwulan II sampai 2010 triwulan II terbilang cukup berfluktiatif.
Lain halnya dengan IHSG8, tingkat pertumbuhan produk domestik (GDP) pada
periode 2004 II hingga 2010 triwulan IV terbilang terus mengalami peningkatan
yang stabil dari tahun ketahun.
Dilihat dari gambar di atas, peningkatan pertumbuhan produk domestik
(GDP) terbilang bergerak cukup stabil hingga tahun 2010 triwulan III.
Peningkatan yang paling signifikan pada GDP periode 2004 triwulan II hingga
2010 triwulan III adalah pada tahun 2008 triwulan I hingga triwulan III dengan
grafik yang terus beranjak naik higaa puncaknya pada triwulan III yaitu mencapai
1.320.071. Akan tetapi, peningkatan GDP tersebut tidak diimbangi dengan
peningkatan IHSG8, dimana pada tahun 2008 nilai IHSG8 cenderung menurun.
Kemudian peningkatan secara garis besar pada GDP terjadi pada tahun 2010
triwulan III yaitu mencapai 1.654.480 yang juga diikuti dengan peningkatan IHSG
yaitu sebesar 480,26. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan
pertumbuhan produk domestik (GDP) pada periode 2004 triwulan II hingga 2010
triwulan III tidak selalu diimbangi dengan peningkatan IHSG8.
4.6. Pembahasan
Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor
baik informasi yang tersedia dipublik maupun informasi pribadi (privat). Salah
satu informasi publik yang ada adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan
keuangan perusahaan merupakan salah satu alat bagi investor untuk menilai
kinerja sebuah perusahaan sebelum memutuskan untuk membeli saham tersebut di
pasar modal.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
85
Universitas Indonesia
Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan terhadap
kinerja keuangan perbankan, yang diukur dengan rasio return on equity (ROE),
earning per share (EPS), beban operasional / pendapatan operasional (BOPO),
loan to deposit ratio (LDR) periode 2004-2010, yang mana terbukti dari empat
rasio yang diuji secara bersama-sama, rasio ROE, EPS dan rasio BOPO
berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan delapan bank.
Dapat diartikan bahwa apabila perubahan nilai IHSG8 dominan dipengaruhi oleh
perubahan dari nilai ROE. Pada variabel independen BOPO, semakin kecil
nilainya semakin efisien bank terbesut dalam menjalankan usahanya.
Hasil penelitian pada variabel keempat menunjukkan LDR tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap indeks harga saham gabungan perusahaan
perbankan yang go public di BEI. Rasio LDR mencerminkan kegiatan usaha atau
operasi sehari-hari perbankan. Bagaimana operasinya dibiayai, apakah lebih
banyak dari hutang atau modal perusahaan. Investor akan lebih memilih bank-
bank yang mampu membiayai operasinya dengan modal atau apabila harus
dibiayai dengan hutang, maka bank tersebut harus bisa mengembalikannya
dengan asset yang dimiliki. Perbankan mulai selektif untuk memberikan kredit
kepada debitur agar dapat terhindar dari moral hazard dalam penyaluran kredit
yang akan mengakibatkan pada peningkatan pencadangan untuk kredit macet.
Temuan ini menggambarkan bahwa investor lebih memperhatikan kinerja
rasio ROE, EPS dan BOPO sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan
keputusan investasi saham dibandingkan rasio LDR. Hal ini dapat terjadi karena
rasio profitabilitas merupakan pengukuran kinerja perusahaan yang bersifat direct,
yang menunjukkan bahwa perusahaan dalam posisi stabil atau bertumbuh.
Sehingga perusahaan yang memiliki profit tinggi menjadi daya tarik bagi investor
terutama bagi investor jangka pendek. Karena prospek pertumbuhan perusahaan
juga dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan yang
tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk setiap
aktiva yang dimiliki. Selain itu perusahaan perbankan yang mempunyai reputasi
kinerja sehat atau baik dan fluktuasi profitabilitas cenderung meningkat dapat
menandakan kondisi pasar yang semakin bergairah. Kondisi ini juga mampu
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
86
Universitas Indonesia
memikat para investor untuk menanamkan dananya melalui saham pada
perusahaan perrbankan yang go public di BEI.
Hal tersebut berbeda dengan investor yang berorientasi jangka panjang,
yang mana tingkat profitabilitas tidak menjadi pengukuran mutlak bahwa suatu
perusahaan dikatakan sehat, sehingga investor harus mengidentifikasi rasio
keuangan lainnya seperti LDR yang mana rasio ini mencerminkan komposisi
antara dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank dibandingkan dengan kredit
yang dikucurkan. Oleh karena itu, jika penilaian kinerja perusahaan hanya
mengandalkan rasio profitabilitas tentu akan memberikan ruang terjadinya resiko
karena rasio profitabilitas belum menggambarkan tingkat hutang maupun tingkat
asset yang digunakan dalam memperoleh profit tersebut.
Selain itu, dari hasil penelitian ini juga dapat diketahui bahwa seorang
investor dalam melakukan investasi cenderung memperhatikan atau
mempertimbangkan Earning per Share (EPS) yang dimiliki perusahaan. Hal ini
dapat disebabkan karena jika perusahaan memiliki Earning per Share (EPS) yang
cendeerung naik maka kemungkinan keuntungan yang didapat investor akan lebih
besar daripada resiko kerugian yang mungkin terjadi. Sehingga faktor pendapatan
dari perusahaan sangat berpengaruh terhadap kecenderungan investor untuk
menanamkan modalnya. EPS merupakan salah satu rasio yang merupakan rasio
pasar yangmerupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh para
pemegang saham untuk lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya
dalam perusahaan, sehingga besarnya EPS dapat dijadikan sebagai salah satu
indikator keberhasilan. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut
mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada para pemegang
saham.
Pada hasil pengujian regresi parsial per bank terlihat bahwa secara umum
dari delapan bank tersebut, nilai koefisien pada ROE dan BOPO bertanda negatif.
ROE merupakan hasil pembagian laba setelah pajak terhadap total ekuitas.
Sedangkan BOPO merupakan hasil pembagian biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Tanda negatif pada koefisien ini dapat disebabkan oleh
adanya kurang efisiensi dari pengelolaan dana untuk menjalankan operasional
pada perbankan.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
87
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan kajian dan analisa, maka dibawah ini akan
dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai bagian penutup pada penelitian ini.
5.1. Kesimpulan
Pada hasil pengujian regresi parsial per bank, secara umum dapat
dijelaskan bahawa variabel BOPO dan ROE bernilai negatif. BOPO merupakan
hubungan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. ROE bernilai
negatif didapatkan setelah data-data tersebut di regresikan.
Dari hasil temuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pada hasil regresi gabungan pada delapan bank, disimpulkan bahwa:
1. Return On Equity (ROE) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8). Artinya, jika ROE
meningkat maka IHSG8 akan mengalami penurunan.
2. Earning per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8). Artinya, jika EPS meningkat
maka IHSG8 juga akan mengalami peningkatan.
3. Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8).
Artinya, jika BOPO meningkat maka IHSI juga akan mengalami peningkatan.
4. Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif secara tidak signifikan
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8). Artinya,
jika LDR meningkat maka IHSI juga akan mengalami peningkatan.
5. Secara simultan, rasio Return On Equity (ROE), Earning per Share (EPS),
Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Delapan Bank (IHSG8).
6. Kenaikan tingkat Suku Bunga (SBI) tidak selalu diimbangi dengan penurunan
Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8).
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
88
Universitas Indonesia
7. Peningkatan Inflasi yang terjadi tidak selalu diimbangi dengan penurunan
Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8).
8. Terbukti bahwa peningkatan yang terjadi pada Growth Domestic Bruto (GDP)
juga mempengaruhi Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan
Bank (IHSG8).
5.2. Saran
Merujuk hasil regresi seluruh bank didapatkan hasil dimana nilai adjusted
R-squared nya sebesar 45, 9 persen artinya secara bersama-sama seluruh variabel
independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 45, 9 persen. Sisanya,
sebesar 54,1 persen dipengaruhi oleh faktor diluar model. Peneliti mencoba
melihat data-data histori makro yang dapat mempengaruhi fundamental
perekonomian suatu bank, antara lain variabel suku bunga acuan yaitu nilai rata-
rata SBI bulanan, nilai rata-rata inflasi bulanan dan gross domestik product
(GDP). Didapatkan hasil bahwa untuk kenaikan GDP diikuti oleh kenaikan nilai
rata-rata IHSG8, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat
bertambah seiring dengan adanya pertumbuhan sektor perbankan melalui
pemberian kredit pada sektor riil dengan mengutamakan fungsi intermediasi
perbankan.
Rekomendasi kebijakan pemerintah dari hasil regresi ini yaitu pemerintah
didorong agar tetap meningkatkan nilai dari GDP yang dapat meningkatkan nilai
indeks harga saham meskipun berpengaruh secara tidak langsung. Sedangkan
kebijakan pemerintah terkait untuk perbankan dalam obyek penelitian ini agar
pemerintah melihat dari tata kelola perusahaan dengan baik artinya perbankan
selalu menjaga tetap penambahan modal serta melakukan efisiensi agar tercipta
menjaga persaingan perbankan yang sehat.
Terkait dengan hasil penelitian di atas, implikasinya terhadap kebijakan
public yang harus diambil terutama terkait dengan pengawasan dan kontrol bank
yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dalam hal ini peran Bank Indonesia harus
dilaksanakan secara efektif terhadap pengelolaan standar kerja bank karena
dengan dijalankannya standar ketentuan pengelolaan bank yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia diharapkan kinerja keuangan bank dapat menjadi baik, karena
terbukti rasio keuangan bank sangat menentukan tingkat harga saham bank
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
89
Universitas Indonesia
tersebut di pasar modal. Bank Indonesia perlu menetapkan standar kerja disini
adalah standar kerja operasional bank, contohnya seperti proses penarikan dana
dan persetujuan kredit sehingga tidak terjadi kasus kebobolan dana nasabah bank,
karena jika ini terjadi maka akan mengakibatkan kinerja keuangan bank menjadi
turun dan investor akan berpikir negatif terhadap manajemen bank, yang akhirnya
mempengaruhi saham bank tersebut di pasar.
Kebijakan BI yang terkait langsung pada variabel penelitian yaitu melalui
kebijakan penetapan giro wajib minimum (GWM). Penetapan batas minimum
GWM telah diatur melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI). GWM ini secara tidak
langsung mempengaruhi LDR suatu bank. Komponen pembentuk LDR yaitu
jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan dan jumlah dana simpanan nasabah
pada bank. Jika BI menetapkan peningkatan GWM artinya BI akan menurunkan
jumlah uang beredar di masyarakat, akibatnya kepada porsi jumlah simpanan
nasabah pada bank-bank di Indonesia pada GWM.
Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan maka disarankan :
1. Bagi Investor
Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi investor yang hendak
menginvestasikan dananya khususnya pada saham perbankan dapat
mempertimbangkan nilai rasio profitabilitas (Earning per Share (EPS), dan
efisiensi (BOPO) yang berhasil dicapai oleh bank tersebut.
2. Bagi Perusahaan
Disarankan kepada pihak manajemen perusahaan agar dapat meningkatkan
earning per share (EPS) dan beban operasional/pendapatan operasional
(BOPO), karena telah terbukti dalam penelitian EPS dan BOPO berpengaruh
signifikan terhadap indeks harga saham individu.
3. Bagi peneliti yang akan datang
Disarankan kepada peneliti yang akan datang agar melakukan pengujian
dengan melibatkan faktor ekonomi makro seperti tingkat suku bunga, inflasi,
gross domestic product, nilai tukar rupiah terhadap dollar sebagai variabel
yang mempengaruhi indeks harga saham individu pada perusahaan perbankan
selain dari rasio keuangan.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
90 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ang, Robert. (1997). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft
Indonesia.
Brigham, Eugene F., dan Joel, F Houston. (2006). Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Berstein, A Leopold, dan Wild, John J. (1998). Financial Statement Analysis:
Theory, Application, and Interception. Sixth Edition. Singapore: McGraw-
Hill.
Cooper. Donald R., dan Emory, C. William. (2001). Metode Penelitian Bisnis
Jilid 2 Edisi V .Ciracas. Jakarta: Penerbit Erlangga
Darmadji, Tjiptono, dan Fakhruddin. (2001). Pasar Modal Di Indonesia:
PendekatanTanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.
Dendawijaya, Lukman (2009). Manajemen perbankan. Edisi Kedua. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.
Fraser, Lyn M. (1995). Understanding Financial Statements. Fourth Edition.
Prentice Hall, Inc.
Golin, J. (2001). The Bank Credit Analysis Handbook. A Guide for Analysis,
Bankers and Investors. Wiley Finance. Asia.
Haningsih, Luna. (2009). Pasar Modal: Indeks Harga Saham. Pusat
Pengembangan Bahan Ajar-UMB, Modul 11.
Haskins, Mark E., et al. (2000). Financial Accounting and Reporting. Boston:
Richard D. Irwin, Inc.
Harahap, Sofyan Syafri. (2002). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Harahap, Sofyan Syafri. (1996). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
91
Universitas Indonesia
Husnan, S., dan Pujiastuti, E. (2002). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi
Keempat. Yogyakarta: UPP AM YKPN.
Keown, Martin, Petty, dan Scott, JR. (2004). Manajemen Keuangan Prinsip-
Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks.
Kuncoro, Mudrajad. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Kuncoro, M., dan Suhardjono. (2002). Manajemen perbankan: Teori dan Aplikasi,
1st ed. Yogyakarta: BPFE.
Nachrowi,D Nacrowi dan Usman, Hardius. (2006). Ekonometetrika: Pendekatan
Populer dan Praktis Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga
Penerbit FEUI. Jakarta.
Natarsyah, S. (2002). Analisis Pengaruh beberapa Faktor Fundamental dan Risiko
Sistematik terhadap Harga Saham. Bunga Rampai Kajian Teori Keuangan.
Jogjakarta: BPFE.
Sartono, R.A. (2001). Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Saunders, E.A. Strock, N.G, Travlos, (2000) Ownership Structure, Deregulation,
and BankRisk Taking. Journal of Finance (643-654).
Sihombing, Pardomuan. (2008). Riset Re-capital Securities. Artikel
Sulistyastuti, dyah ratih. (2002). Saham dan Obligasi. Universitas Atmajaya.
Yogyakarta.
Sundjaja, R.S., dan I., Barlian. (2003). Manajemen Keuangan. Edisi Kedua,
Jakarta: Literata Lintas Media.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Van Horne, dan Wachowicz, JR. (2005). Fundamentals of Financial Management
Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
92
Universitas Indonesia
Weston, J Fred, dan Brigham, Eaugene F. (1998). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan, Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga.
Weston, J.F., dan Brigham, E.F. (1990). Dasar- Dasar Manajemen Keuangan,
edisi kesembilan. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Artikel dan Jurnal :
Bank Indonesia. (2010). www.bi.go.id. Data Inflaasi dan SBI. Jakarta
Biro Pusat Statistik. (2010). www.bps.go.id. Data GDP Nominal. Jakarta
Ardiani, Anita. (2007). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan
Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Skirpsi S-1 Jurusan
Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Ekananda, Mahyus (2007). Pengaujian Asumsi Dasar. Bahan Ajar. Magister
Perencanaan dan Kebijakan Publik. Universitas Indonesia. Jakarta
Hendranata, Anton (2007). Ekonometri Terapan: Analisis Regresi. Bahan Ajar. .
Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik. Universitas Indonesia.
Jakarta
Ihsan, Hajra, et al. (2007). Relationship of Economic and Financial Variables
With Behavior of Stock Returns. Journal of Economic Cooperation, Vol.
28, No. 2, pp. 1-24.
Martani, Dwi, Mulyono, Rahfiani Khairurizka. (2009). The Effect of Financial
Ratios, Firm Size, And Cash Flow From Operating Activities in The
Interim Report to the Stock Return. Chinese Business Review.
Maditinos, Dimitrios I. (2004). Economic Value Added EVA. Is it really the best
performance measure? A Review of the Theoretical and Empirical
Literature. The case of Athens Stock Exchange ASE. Review of Economic
Sciences, TEI of Epirus, Forthcoming.
Putra, Guti Raizal Eka. (2003). Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keungan Bank Go
Public Terhadap Harga Saham. Thesis S-2 Jurusan Ilmu Administrasi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Sasongko, Noer, dan Wulandari, Nila. (2006). Pengaruh Eva Dan Rasio-Rasio
Profitabilitas Terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi UNMER.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
93
Universitas Indonesia
Suardana, Ketut Alit .(2007). Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return Saham.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis.
Uddin, Mohammed Belal. (2009). Determinants of market price of stock: A study
on bank leasing and insurance companies of Bangladesh. Journal of
Modern Accounting and Auditing, ISSN.
Ulupui, I.G.K.A. (2009). Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas,
dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan
Makanan dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di
BEJ). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
94
Lampiran
1. Data Indeks Harga Saham Individu (IHSI),
Suku Bunga (SBI), Inflasi, dan Growth Domestict Product (GDP)
Tahun Kuartal IHSI SBI (%) Inflasi (%) GDP(Milyar)
2004
Q2 135,1507 7,34 6,83 564422,1
Q3 158,9855 7,39 6,27 595320,6
Q4 195,4873 7,43 6,4 599478,2
2005
Q1 199,7164 7,44 8,81 632330,5
Q2 195,2121 8,25 7,42 670475,6
Q3 174,4268 10 9,06 713000,1
Q4 187,299 12,75 17,11 758474,9
2006
Q1 206,2931 12,73 15,74 782752,9
Q2 202,9363 12,5 15,53 812741,1
Q3 264,3422 11,25 14,55 870319,8
Q4 296,218 9,75 6,6 873403
2007
Q1 275,9634 9 6,52 920203,1
Q2 313,0554 8,5 5,77 963862,5
Q3 349,6377 8,25 6,95 1031409
Q4 366,441 8 6,59 1035419
2008
Q1 340,4646 7,96 8,17 1110854
Q2 286,4306 8,73 11,03 1221368
Q3 274,6771 9,71 12,14 1328071
Q4 227,9374 10,83 11,06 1291064
2009
Q1 217,7434 8,21 7,92 1317120
Q2 325,6569 6,95 3,65 1385705
Q3 397,8993 6,48 2,83 1459802
Q4 385,3397 6,46 2,78 1450815
2010
Q1 434,4171 6,32 3,43 1498265
Q2 401,0353 6,5 5,05 1574830
Q3 480,2567 6,5 5,8 1654480
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
95
2. Hasil Uji Estimate Equation
X → Y (ALL BANKS)
Dependent Variable: IHSI
Method: Least Squares
Date: 03/09/11 Time: 20:33
Sample: 1 208
Included observations: 208
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 155.1611 52.32801 2.965164 0.0034
ROE -17.40456 2.379695 -7.313778 0.0000
EPS 1.690710 0.133560 12.65885 0.0000
LDR 0.585446 0.543876 1.076434 0.2830
BOPO 0.219369 0.080048 2.740481 0.0067
R-squared 0.469713 Mean dependent var 280.5009
Adjusted R-squared 0.459264 S.D. dependent var 198.2706
S.E. of regression 145.7978 Akaike info criterion 12.82606
Sum squared resid 4315171. Schwarz criterion 12.90629
Log likelihood -1328.911 Hannan-Quinn criter. 12.85850
F-statistic 44.95285 Durbin-Watson stat 0.570376
Prob(F-statistic) 0.000000
X → Y (BBCA)
Dependent Variable: IHSI
Method: Least Squares
Date: 03/09/11 Time: 20:49
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 129.8408 135.8319 0.955893 0.3500
ROE -5.598105 7.051206 -0.793922 0.4361
EPS 0.535404 0.510872 1.048019 0.3065
LDR 4.381927 1.787857 2.450938 0.0231
BOPO -0.820698 0.321801 -2.550330 0.0186
R-squared 0.453591 Mean dependent var 213.9478
Adjusted R-squared 0.349513 S.D. dependent var 106.2750
S.E. of regression 85.71378 Akaike info criterion 11.91095
Sum squared resid 154283.9 Schwarz criterion 12.15289
Log likelihood -149.8423 Hannan-Quinn criter. 11.98062
F-statistic 4.358180 Durbin-Watson stat 0.896165
Prob(F-statistic) 0.010106
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
96
X → Y (BBRI)
Dependent Variable: IHSI
Method: Least Squares
Date: 03/09/11 Time: 21:13
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -81.42879 314.8087 -0.258661 0.7984
ROE -26.25858 6.105776 -4.300612 0.0003
EPS 1.778698 0.343676 5.175510 0.0000
LDR 6.025073 3.124671 1.928226 0.0675
BOPO 0.112672 0.171187 0.658180 0.5176
R-squared 0.592563 Mean dependent var 553.1868
Adjusted R-squared 0.514956 S.D. dependent var 205.8414
S.E. of regression 143.3584 Akaike info criterion 12.93961
Sum squared resid 431584.0 Schwarz criterion 13.18156
Log likelihood -163.2150 Hannan-Quinn criter. 13.00928
F-statistic 7.635439 Durbin-Watson stat 0.819765
Prob(F-statistic) 0.000581
X → Y (BDMN)
Dependent Variable: IHSI
Method: Least Squares
Date: 03/09/11 Time: 21:14
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 426.6070 288.1818 1.480340 0.1536
ROE -43.59147 18.07539 -2.411647 0.0251
EPS 2.383859 1.018904 2.339631 0.0293
LDR 1.629801 2.487569 0.655178 0.5195
BOPO -0.994550 0.538642 -1.846405 0.0790
R-squared 0.440644 Mean dependent var 397.5568
Adjusted R-squared 0.334100 S.D. dependent var 114.5742
S.E. of regression 93.49565 Akaike info criterion 12.08475
Sum squared resid 183570.2 Schwarz criterion 12.32669
Log likelihood -152.1017 Hannan-Quinn criter. 12.15442
F-statistic 4.135791 Durbin-Watson stat 1.009808
Prob(F-statistic) 0.012618
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
97
X → Y (BMRI)
Dependent Variable: IHSI
Method: Least Squares
Date: 03/09/11 Time: 21:16
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -72.13846 437.8626 -0.164751 0.8707
ROE -83.05500 21.24348 -3.909670 0.0008
EPS 6.414819 1.488506 4.309568 0.0003
LDR 5.643726 5.595765 1.008571 0.3247
BOPO 0.046487 0.767374 0.060580 0.9523
R-squared 0.782018 Mean dependent var 432.2507
Adjusted R-squared 0.740497 S.D. dependent var 228.3588
S.E. of regression 116.3293 Akaike info criterion 12.52177
Sum squared resid 284182.4 Schwarz criterion 12.76371
Log likelihood -157.7830 Hannan-Quinn criter. 12.59144
F-statistic 18.83451 Durbin-Watson stat 1.138517
Prob(F-statistic) 0.000001
X → Y (BNII)
Dependent Variable: IHSI
Method: Least Squares
Date: 03/09/11 Time: 21:18
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -245.3860 104.1771 -2.355470 0.0283
ROE 3.986597 4.203769 0.948339 0.3537
EPS -4.453688 2.845518 -1.565159 0.1325
LDR 5.572682 1.031150 5.404336 0.0000
BOPO -0.048661 0.291464 -0.166955 0.8690
R-squared 0.728333 Mean dependent var 231.9231
Adjusted R-squared 0.676587 S.D. dependent var 87.06047
S.E. of regression 49.51081 Akaike info criterion 10.81330
Sum squared resid 51477.72 Schwarz criterion 11.05524
Log likelihood -135.5729 Hannan-Quinn criter. 10.88297
F-statistic 14.07511 Durbin-Watson stat 1.291221
Prob(F-statistic) 0.000010
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
98
X → Y (BNGA)
Dependent Variable: IHSI
Method: Least Squares
Date: 03/09/11 Time: 21:19
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 114.0392 89.45460 1.274827 0.2163
ROE -8.530524 1.692169 -5.041178 0.0001
EPS 2.514876 0.475355 5.290517 0.0000
LDR -0.260504 0.725769 -0.358935 0.7232
BOPO -0.022956 0.052027 -0.441243 0.6635
R-squared 0.596057 Mean dependent var 89.47179
Adjusted R-squared 0.519115 S.D. dependent var 32.65794
S.E. of regression 22.64693 Akaike info criterion 9.248967
Sum squared resid 10770.55 Schwarz criterion 9.490908
Log likelihood -115.2366 Hannan-Quinn criter. 9.318637
F-statistic 7.746875 Durbin-Watson stat 1.170614
Prob(F-statistic) 0.000534
X → Y (BNLI)
Dependent Variable: IHSI
Method: Least Squares
Date: 03/09/11 Time: 21:20
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 210.1053 95.61177 2.197483 0.0393
ROE -5.283724 3.670793 -1.439396 0.1648
EPS 1.996036 0.720604 2.769949 0.0115
LDR -0.862397 0.772104 -1.116944 0.2766
BOPO -0.067108 0.105333 -0.637101 0.5309
R-squared 0.420918 Mean dependent var 135.8329
Adjusted R-squared 0.310617 S.D. dependent var 44.00383
S.E. of regression 36.53598 Akaike info criterion 10.20551
Sum squared resid 28032.43 Schwarz criterion 10.44745
Log likelihood -127.6717 Hannan-Quinn criter. 10.27518
F-statistic 3.816080 Durbin-Watson stat 0.968936
Prob(F-statistic) 0.017488
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
99
X → Y (BBNI)
Dependent Variable: IHSI
Method: Least Squares
Date: 03/09/11 Time: 21:21
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 368.3580 97.17045 3.790844 0.0011
ROE -27.15082 7.210851 -3.765273 0.0011
EPS 3.151395 0.665395 4.736129 0.0001
LDR -2.069298 1.078556 -1.918581 0.0687
BOPO -0.271550 0.163937 -1.656426 0.1125
R-squared 0.635385 Mean dependent var 189.8371
Adjusted R-squared 0.565935 S.D. dependent var 71.52642
S.E. of regression 47.12419 Akaike info criterion 10.71449
Sum squared resid 46634.48 Schwarz criterion 10.95643
Log likelihood -134.2884 Hannan-Quinn criter. 10.78416
F-statistic 9.148761 Durbin-Watson stat 1.797880
Prob(F-statistic) 0.000192
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
100
3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.286798 Prob. F(14,193) 0.0065
Obs*R-squared 29.59426 Prob. Chi-Square(14) 0.0087
Scaled explained SS 50.94581 Prob. Chi-Square(14) 0.0000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/13/11 Time: 23:53
Sample: 1 208
Included observations: 208
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -74718.87 64440.42 -1.159503 0.2477
ROE 1491.411 3685.529 0.404667 0.6862
ROE^2 141.5160 93.73588 1.509732 0.1327
ROE*EPS -20.66043 9.049580 -2.283027 0.0235
ROE*LDR -25.73053 32.00545 -0.803942 0.4224
ROE*BOPO -7.434122 5.740370 -1.295060 0.1968
EPS 364.4242 226.6444 1.607912 0.1095
EPS^2 0.405912 0.292844 1.386102 0.1673
EPS*LDR -0.701288 1.924111 -0.364474 0.7159
EPS*BOPO 0.111945 0.325989 0.343401 0.7317
LDR 1347.605 1182.079 1.140030 0.2557
LDR^2 -5.518348 6.364713 -0.867022 0.3870
LDR*BOPO -0.173800 1.872721 -0.092806 0.9262
BOPO 40.48092 171.3444 0.236255 0.8135
BOPO^2 0.112788 0.097551 1.156199 0.2490
R-squared 0.142280 Mean dependent var 20746.01
Adjusted R-squared 0.080062 S.D. dependent var 39537.93
S.E. of regression 37922.18 Akaike info criterion 23.99384
Sum squared resid 2.78E+11 Schwarz criterion 24.23453
Log likelihood -2480.360 Hannan-Quinn criter. 24.09116
F-statistic 2.286798 Durbin-Watson stat 0.911304
Prob(F-statistic) 0.006459
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
101
Hasil Uji Heteroskedastisitas Parsial per Bank
BBCA
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 22.10933 Prob. F(14,11) 0.0000
Obs*R-squared 25.10773 Prob. Chi-Square(14) 0.0335
Scaled explained SS 38.98586 Prob. Chi-Square(14) 0.0004
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:08
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 497417.2 150844.7 3.297545 0.0071
ROE 28323.49 11560.57 2.450009 0.0322
ROE^2 -604.3862 142.9768 -4.227164 0.0014
ROE*EPS 89.46874 20.06650 4.458613 0.0010
ROE*LDR -46.26301 81.53752 -0.567383 0.5818
ROE*BOPO -116.8969 34.67830 -3.370895 0.0062
EPS -2089.934 1014.776 -2.059501 0.0639
EPS^2 -3.302074 0.788237 -4.189191 0.0015
EPS*LDR 5.858136 7.859991 0.745311 0.4717
EPS*BOPO 8.093085 2.946157 2.746998 0.0190
LDR -10819.19 3311.574 -3.267086 0.0075
LDR^2 43.69171 19.96129 2.188822 0.0511
LDR*BOPO 26.64915 6.865832 3.881416 0.0026
BOPO -1787.116 561.0370 -3.185380 0.0087
BOPO^2 0.773924 0.432897 1.787780 0.1014
R-squared 0.965682 Mean dependent var 5933.997
Adjusted R-squared 0.922004 S.D. dependent var 13203.31
S.E. of regression 3687.382 Akaike info criterion 19.55687
Sum squared resid 1.50E+08 Schwarz criterion 20.28269
Log likelihood -239.2393 Hannan-Quinn criter. 19.76588
F-statistic 22.10933 Durbin-Watson stat 1.862158
Prob(F-statistic) 0.000005
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
102
BBRI
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.059015 Prob. F(14,11) 0.4699
Obs*R-squared 14.92598 Prob. Chi-Square(14) 0.3832
Scaled explained SS 7.262411 Prob. Chi-Square(14) 0.9241
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:13
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 467867.9 1109560. 0.421670 0.6814
ROE 11061.93 23301.89 0.474722 0.6443
ROE^2 -381.9329 323.8087 -1.179502 0.2631
ROE*EPS 62.62714 29.95482 2.090720 0.0606
ROE*LDR -251.7917 218.2128 -1.153881 0.2730
ROE*BOPO 12.90419 25.24408 0.511177 0.6193
EPS 18.76454 971.0639 0.019324 0.9849
EPS^2 -2.363477 0.968000 -2.441609 0.0327
EPS*LDR 10.10565 14.19691 0.711820 0.4914
EPS*BOPO -1.045795 1.645357 -0.635603 0.5380
LDR -266.0516 17079.22 -0.015577 0.9879
LDR^2 -50.87372 76.26955 -0.667025 0.5185
LDR*BOPO 17.70318 15.52741 1.140125 0.2785
BOPO -1586.381 1245.274 -1.273921 0.2289
BOPO^2 -0.070463 0.390626 -0.180384 0.8601
R-squared 0.574076 Mean dependent var 16599.38
Adjusted R-squared 0.031991 S.D. dependent var 20675.06
S.E. of regression 20341.66 Akaike info criterion 22.97237
Sum squared resid 4.55E+09 Schwarz criterion 23.69820
Log likelihood -283.6409 Hannan-Quinn criter. 23.18139
F-statistic 1.059015 Durbin-Watson stat 1.662746
Prob(F-statistic) 0.469920
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
103
BDMN
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.939581 Prob. F(14,11) 0.1373
Obs*R-squared 18.50409 Prob. Chi-Square(14) 0.1848
Scaled explained SS 7.771648 Prob. Chi-Square(14) 0.9009
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:15
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -648882.7 455105.9 -1.425784 0.1817
ROE 67761.82 46424.80 1.459604 0.1724
ROE^2 -1330.770 1630.573 -0.816137 0.4317
ROE*EPS 166.2336 182.7482 0.909632 0.3825
ROE*LDR -463.7061 422.6337 -1.097182 0.2960
ROE*BOPO -194.3288 118.9962 -1.633067 0.1307
EPS -3431.842 2427.304 -1.413849 0.1851
EPS^2 -5.191679 5.072557 -1.023484 0.3281
EPS*LDR 24.80998 22.21869 1.116627 0.2880
EPS*BOPO 9.471330 6.021617 1.572888 0.1440
LDR 9645.310 8096.230 1.191333 0.2586
LDR^2 -36.51134 39.54502 -0.923285 0.3757
LDR*BOPO -17.07358 10.81550 -1.578622 0.1427
BOPO 2149.676 1634.563 1.315138 0.2152
BOPO^2 -0.880666 1.701639 -0.517540 0.6150
R-squared 0.711696 Mean dependent var 7060.390
Adjusted R-squared 0.344763 S.D. dependent var 8170.284
S.E. of regression 6613.576 Akaike info criterion 20.72528
Sum squared resid 4.81E+08 Schwarz criterion 21.45111
Log likelihood -254.4287 Hannan-Quinn criter. 20.93429
F-statistic 1.939581 Durbin-Watson stat 2.057518
Prob(F-statistic) 0.137338
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
104
BMRI
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.722032 Prob. F(14,11) 0.7209
Obs*R-squared 12.45092 Prob. Chi-Square(14) 0.5701
Scaled explained SS 9.093951 Prob. Chi-Square(14) 0.8250
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:17
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -117898.4 1189210. -0.099140 0.9228
ROE 78235.91 107154.1 0.730125 0.4806
ROE^2 -2219.723 5870.535 -0.378112 0.7125
ROE*EPS 350.3049 809.5673 0.432706 0.6736
ROE*LDR -801.1502 1392.317 -0.575408 0.5766
ROE*BOPO -193.5115 294.3178 -0.657492 0.5244
EPS -5213.107 7870.230 -0.662383 0.5214
EPS^2 -13.33248 27.34496 -0.487566 0.6354
EPS*LDR 49.34892 98.41421 0.501441 0.6259
EPS*BOPO 14.63108 23.10435 0.633261 0.5395
LDR -1999.832 32233.30 -0.062042 0.9516
LDR^2 19.86772 217.2460 0.091453 0.9288
LDR*BOPO -2.743719 50.16417 -0.054695 0.9574
BOPO 1948.229 5936.812 0.328161 0.7490
BOPO^2 -4.369715 8.695646 -0.502518 0.6252
R-squared 0.478882 Mean dependent var 10930.09
Adjusted R-squared -0.184360 S.D. dependent var 16679.58
S.E. of regression 18152.11 Akaike info criterion 22.74461
Sum squared resid 3.62E+09 Schwarz criterion 23.47043
Log likelihood -280.6799 Hannan-Quinn criter. 22.95362
F-statistic 0.722032 Durbin-Watson stat 1.608575
Prob(F-statistic) 0.720949
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
105
BNII
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.949414 Prob. F(14,11) 0.5448
Obs*R-squared 14.22648 Prob. Chi-Square(14) 0.4330
Scaled explained SS 4.911499 Prob. Chi-Square(14) 0.9870
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:19
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -94070.15 68623.80 -1.370809 0.1978
ROE -2529.216 9097.790 -0.278003 0.7862
ROE^2 132.5086 283.6843 0.467099 0.6495
ROE*EPS -267.6410 365.7187 -0.731822 0.4796
ROE*LDR 161.6483 150.1418 1.076638 0.3047
ROE*BOPO -43.60042 45.69571 -0.954147 0.3605
EPS 4495.340 9051.356 0.496648 0.6292
EPS^2 110.9692 101.2094 1.096432 0.2963
EPS*LDR -125.4157 147.0426 -0.852921 0.4119
EPS*BOPO 24.21288 41.26609 0.586750 0.5692
LDR 713.4954 989.2674 0.721236 0.4858
LDR^2 -4.157814 5.461840 -0.761248 0.4625
LDR*BOPO 0.220557 2.996841 0.073596 0.9427
BOPO 460.5207 274.0289 1.680555 0.1210
BOPO^2 -0.872505 0.533316 -1.636000 0.1301
R-squared 0.547172 Mean dependent var 1979.912
Adjusted R-squared -0.029154 S.D. dependent var 2077.256
S.E. of regression 2107.318 Akaike info criterion 18.43786
Sum squared resid 48848695 Schwarz criterion 19.16369
Log likelihood -224.6922 Hannan-Quinn criter. 18.64688
F-statistic 0.949414 Durbin-Watson stat 2.260655
Prob(F-statistic) 0.544753
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
106
BNGA
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.337913 Prob. F(14,11) 0.9703
Obs*R-squared 7.819083 Prob. Chi-Square(14) 0.8985
Scaled explained SS 10.71022 Prob. Chi-Square(14) 0.7086
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:21
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 59286.08 96495.43 0.614393 0.5515
ROE -4494.759 4876.758 -0.921670 0.3765
ROE^2 9.027092 48.14369 0.187503 0.8547
ROE*EPS -7.900309 24.08852 -0.327970 0.7491
ROE*LDR 48.34056 47.74169 1.012544 0.3330
ROE*BOPO -3.363617 2.806083 -1.198687 0.2558
EPS 1356.028 1346.307 1.007221 0.3355
EPS^2 1.595798 3.341815 0.477524 0.6423
EPS*LDR -14.19108 13.17949 -1.076755 0.3046
EPS*BOPO 0.846814 0.605288 1.399026 0.1894
LDR -1252.963 1753.816 -0.714421 0.4899
LDR^2 6.485926 8.312394 0.780272 0.4517
LDR*BOPO -0.374729 0.944321 -0.396824 0.6991
BOPO 32.43331 110.7076 0.292964 0.7750
BOPO^2 0.025037 0.032639 0.767109 0.4592
R-squared 0.300734 Mean dependent var 414.2519
Adjusted R-squared -0.589241 S.D. dependent var 865.7083
S.E. of regression 1091.356 Akaike info criterion 17.12187
Sum squared resid 13101640 Schwarz criterion 17.84770
Log likelihood -207.5844 Hannan-Quinn criter. 17.33089
F-statistic 0.337913 Durbin-Watson stat 1.891089
Prob(F-statistic) 0.970305
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
107
BNLI
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.524120 Prob. F(14,11) 0.2440
Obs*R-squared 17.15583 Prob. Chi-Square(14) 0.2480
Scaled explained SS 13.37895 Prob. Chi-Square(14) 0.4969
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:23
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -33226.25 106460.2 -0.312100 0.7608
ROE 235.7173 7658.843 0.030777 0.9760
ROE^2 -317.1336 300.7514 -1.054471 0.3143
ROE*EPS 120.2955 117.1265 1.027056 0.3264
ROE*LDR -17.47817 74.41666 -0.234869 0.8186
ROE*BOPO 5.579388 8.590024 0.649519 0.5293
EPS 692.6676 1292.320 0.535987 0.6026
EPS^2 -8.943221 9.299519 -0.961686 0.3569
EPS*LDR -5.440715 12.06734 -0.450863 0.6608
EPS*BOPO -0.864622 1.485079 -0.582206 0.5722
LDR 252.8948 1677.501 0.150757 0.8829
LDR^2 0.291478 6.787937 0.042941 0.9665
LDR*BOPO -0.186463 0.917673 -0.203191 0.8427
BOPO 68.68858 126.1804 0.544368 0.5971
BOPO^2 -0.090705 0.130140 -0.696982 0.5003
R-squared 0.659840 Mean dependent var 1078.170
Adjusted R-squared 0.226908 S.D. dependent var 1700.115
S.E. of regression 1494.837 Akaike info criterion 17.75107
Sum squared resid 24579915 Schwarz criterion 18.47689
Log likelihood -215.7639 Hannan-Quinn criter. 17.96008
F-statistic 1.524120 Durbin-Watson stat 1.872005
Prob(F-statistic) 0.244047
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
108
BBNI
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.886098 Prob. F(14,11) 0.1476
Obs*R-squared 18.35404 Prob. Chi-Square(14) 0.1911
Scaled explained SS 8.845592 Prob. Chi-Square(14) 0.8408
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:25
Sample: 1 26
Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -97684.99 55863.90 -1.748625 0.1082
ROE 4451.593 7894.676 0.563873 0.5842
ROE^2 -371.4238 519.2081 -0.715366 0.4893
ROE*EPS 37.50252 93.60725 0.400637 0.6964
ROE*LDR 13.22580 91.90943 0.143900 0.8882
ROE*BOPO -8.033791 7.585154 -1.059147 0.3122
EPS -496.6224 713.0720 -0.696455 0.5006
EPS^2 -0.037250 4.055997 -0.009184 0.9928
EPS*LDR -1.791651 8.245722 -0.217282 0.8320
EPS*BOPO 1.206185 0.780679 1.545047 0.1506
LDR 2056.796 1300.009 1.582140 0.1419
LDR^2 -8.811912 7.958171 -1.107279 0.2918
LDR*BOPO -2.261560 1.292120 -1.750271 0.1079
BOPO 162.4567 107.6484 1.509141 0.1594
BOPO^2 -0.065081 0.097292 -0.668922 0.5173
R-squared 0.705925 Mean dependent var 1793.634
Adjusted R-squared 0.331647 S.D. dependent var 2223.398
S.E. of regression 1817.691 Akaike info criterion 18.14217
Sum squared resid 36344025 Schwarz criterion 18.86799
Log likelihood -220.8482 Hannan-Quinn criter. 18.35118
F-statistic 1.886098 Durbin-Watson stat 2.049447
Prob(F-statistic) 0.147648
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
109
4. Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 109.4758 Prob. F(2,201) 0.0000
Obs*R-squared 108.4457 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 03/13/11 Time: 23:56
Sample: 1 208
Included observations: 208
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 8.021024 36.38572 0.220444 0.8257
ROE 1.383521 1.657280 0.834815 0.4048
EPS -0.161512 0.093588 -1.725764 0.0859
LDR 0.201090 0.378600 0.531141 0.5959
BOPO -0.076725 0.055918 -1.372099 0.1716
RESID(-1) 0.670688 0.069675 9.625908 0.0000
RESID(-2) 0.083389 0.070033 1.190705 0.2352
R-squared 0.521373 Mean dependent var -6.35E-15
Adjusted R-squared 0.507086 S.D. dependent var 144.3823
S.E. of regression 101.3677 Akaike info criterion 12.10846
Sum squared resid 2065356. Schwarz criterion 12.22078
Log likelihood -1252.280 Hannan-Quinn criter. 12.15388
F-statistic 36.49193 Durbin-Watson stat 1.889383
Prob(F-statistic) 0.000000
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
110
Hasil Uji Autokorelasi Parsial per Bank
BBCA
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 6.894215 Prob. F(2,19) 0.0056
Obs*R-squared 10.93371 Prob. Chi-Square(2) 0.0042
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:08
Sample: 1 26
Included observations: 26
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -183.5262 119.5895 -1.534634 0.1414
ROE -4.819051 5.814856 -0.828748 0.4175
EPS 0.421917 0.426888 0.988355 0.3354
LDR 0.927711 1.455544 0.637364 0.5315
BOPO 0.691755 0.318003 2.175307 0.0424
RESID(-1) 0.738811 0.268017 2.756588 0.0126
RESID(-2) 0.592126 0.280408 2.111659 0.0482
R-squared 0.420527 Mean dependent var -1.09E-14
Adjusted R-squared 0.237536 S.D. dependent var 78.55798
S.E. of regression 68.59619 Akaike info criterion 11.51916
Sum squared resid 89403.32 Schwarz criterion 11.85787
Log likelihood -142.7490 Hannan-Quinn criter. 11.61669
F-statistic 2.298072 Durbin-Watson stat 1.382863
Prob(F-statistic) 0.077476
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
111
BBRI
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 5.247814 Prob. F(2,19) 0.0153
Obs*R-squared 9.251755 Prob. Chi-Square(2) 0.0098
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:12
Sample: 1 26
Included observations: 26
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -5.375228 295.8130 -0.018171 0.9857
ROE 2.948941 5.467651 0.539343 0.5959
EPS -0.021820 0.303870 -0.071807 0.9435
LDR -0.321666 3.011116 -0.106826 0.9160
BOPO -0.022188 0.146732 -0.151212 0.8814
RESID(-1) 0.702126 0.245083 2.864856 0.0099
RESID(-2) -0.130406 0.277452 -0.470015 0.6437
R-squared 0.355837 Mean dependent var 2.84E-14
Adjusted R-squared 0.152417 S.D. dependent var 131.3901
S.E. of regression 120.9634 Akaike info criterion 12.65366
Sum squared resid 278010.6 Schwarz criterion 12.99237
Log likelihood -157.4975 Hannan-Quinn criter. 12.75120
F-statistic 1.749271 Durbin-Watson stat 2.015092
Prob(F-statistic) 0.163933
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
112
BDMN
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 3.157210 Prob. F(2,19) 0.0655
Obs*R-squared 6.485430 Prob. Chi-Square(2) 0.0391
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:14
Sample: 1 26
Included observations: 26
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -109.2144 266.3400 -0.410056 0.6864
ROE 13.37334 17.66940 0.756864 0.4584
EPS -0.740892 0.999230 -0.741463 0.4675
LDR 0.685126 2.283500 0.300034 0.7674
BOPO 0.257593 0.501297 0.513852 0.6133
RESID(-1) 0.542691 0.232362 2.335544 0.0306
RESID(-2) -0.021812 0.242787 -0.089840 0.9294
R-squared 0.249440 Mean dependent var 1.36E-13
Adjusted R-squared 0.012421 S.D. dependent var 85.69018
S.E. of regression 85.15635 Akaike info criterion 11.95166
Sum squared resid 137780.5 Schwarz criterion 12.29038
Log likelihood -148.3716 Hannan-Quinn criter. 12.04920
F-statistic 1.052403 Durbin-Watson stat 1.795168
Prob(F-statistic) 0.423899
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
113
BMRI
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 3.008670 Prob. F(2,19) 0.0733
Obs*R-squared 6.253696 Prob. Chi-Square(2) 0.0439
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:16
Sample: 1 26
Included observations: 26
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -139.1369 424.8929 -0.327463 0.7469
ROE 11.39459 20.48868 0.556141 0.5846
EPS -1.121056 1.470652 -0.762285 0.4552
LDR 3.053373 5.482903 0.556890 0.5841
BOPO -0.245073 0.713962 -0.343258 0.7352
RESID(-1) 0.589227 0.255015 2.310562 0.0322
RESID(-2) -0.082760 0.251235 -0.329411 0.7454
R-squared 0.240527 Mean dependent var 4.21E-14
Adjusted R-squared 0.000693 S.D. dependent var 106.6175
S.E. of regression 106.5806 Akaike info criterion 12.40048
Sum squared resid 215828.9 Schwarz criterion 12.73920
Log likelihood -154.2063 Hannan-Quinn criter. 12.49802
F-statistic 1.002890 Durbin-Watson stat 1.827566
Prob(F-statistic) 0.452047
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
114
BNII
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.327603 Prob. F(2,19) 0.1247
Obs*R-squared 5.116648 Prob. Chi-Square(2) 0.0774
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:18
Sample: 1 26
Included observations: 26
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -13.60527 98.35909 -0.138322 0.8914
ROE -1.231395 4.065410 -0.302896 0.7653
EPS 2.690116 3.127993 0.860013 0.4005
LDR 0.301634 0.987402 0.305482 0.7633
BOPO -0.109568 0.280348 -0.390827 0.7003
RESID(-1) 0.562567 0.260749 2.157507 0.0440
RESID(-2) -0.106141 0.236256 -0.449262 0.6583
R-squared 0.196794 Mean dependent var 4.51E-15
Adjusted R-squared -0.056850 S.D. dependent var 45.37741
S.E. of regression 46.64943 Akaike info criterion 10.74800
Sum squared resid 41347.21 Schwarz criterion 11.08672
Log likelihood -132.7240 Hannan-Quinn criter. 10.84554
F-statistic 0.775868 Durbin-Watson stat 2.072385
Prob(F-statistic) 0.598682
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
115
BNGA
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.834279 Prob. F(2,19) 0.0837
Obs*R-squared 5.974509 Prob. Chi-Square(2) 0.0504
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:20
Sample: 1 26
Included observations: 26
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 17.02202 91.67540 0.185677 0.8547
ROE 0.656522 1.709201 0.384111 0.7052
EPS -0.154611 0.462455 -0.334328 0.7418
LDR -0.203264 0.726837 -0.279655 0.7828
BOPO 0.018594 0.053716 0.346158 0.7330
RESID(-1) 0.383158 0.256813 1.491972 0.1521
RESID(-2) 0.222285 0.251735 0.883011 0.3883
R-squared 0.229789 Mean dependent var -3.55E-14
Adjusted R-squared -0.013436 S.D. dependent var 20.75625
S.E. of regression 20.89522 Akaike info criterion 9.141722
Sum squared resid 8295.597 Schwarz criterion 9.480441
Log likelihood -111.8424 Hannan-Quinn criter. 9.239261
F-statistic 0.944760 Durbin-Watson stat 1.819846
Prob(F-statistic) 0.486920
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
116
BNLI
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 3.202096 Prob. F(2,19) 0.0633
Obs*R-squared 6.554390 Prob. Chi-Square(2) 0.0377
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:23
Sample: 1 26
Included observations: 26
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 82.36246 92.83438 0.887198 0.3861
ROE -3.626405 3.634022 -0.997904 0.3309
EPS 0.519094 0.687153 0.755427 0.4593
LDR -0.604444 0.742298 -0.814289 0.4256
BOPO -0.021793 0.096299 -0.226306 0.8234
RESID(-1) 0.607221 0.270446 2.245255 0.0368
RESID(-2) 0.061944 0.256347 0.241641 0.8116
R-squared 0.252092 Mean dependent var -1.64E-14
Adjusted R-squared 0.015910 S.D. dependent var 33.48578
S.E. of regression 33.21832 Akaike info criterion 10.06888
Sum squared resid 20965.68 Schwarz criterion 10.40760
Log likelihood -123.8955 Hannan-Quinn criter. 10.16642
F-statistic 1.067365 Durbin-Watson stat 1.722098
Prob(F-statistic) 0.415677
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
117
BBNI
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.046461 Prob. F(2,19) 0.9547
Obs*R-squared 0.126537 Prob. Chi-Square(2) 0.9387
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/23/11 Time: 17:24
Sample: 1 26
Included observations: 26
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.599786 103.2757 0.005808 0.9954
ROE 0.800362 8.024264 0.099743 0.9216
EPS -0.086785 0.754937 -0.114957 0.9097
LDR 0.049805 1.168960 0.042607 0.9665
BOPO -0.016817 0.180702 -0.093065 0.9268
RESID(-1) 0.059671 0.264744 0.225390 0.8241
RESID(-2) -0.060865 0.269379 -0.225944 0.8237
R-squared 0.004867 Mean dependent var -4.76E-14
Adjusted R-squared -0.309386 S.D. dependent var 43.19004
S.E. of regression 49.42167 Akaike info criterion 10.86346
Sum squared resid 46407.52 Schwarz criterion 11.20218
Log likelihood -134.2250 Hannan-Quinn criter. 10.96100
F-statistic 0.015487 Durbin-Watson stat 1.868285
Prob(F-statistic) 0.999979
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
118
5. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients(a)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROE .404 2.473
EPS .417 2.400
LDR .852 1.173
BOPO .857 1.167
a Dependent Variable: IHSI
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
119
Hasil Uji Multikolinearitas Parsial per Bank
BBCA
Coefficients (a)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROE ,143 6,969
EPS ,142 7,022
LDR ,929 1,077
BOPO ,809 1,236
a Dependent Variable: IHSI
BBRI
Coefficients (a)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROE ,356 2,806
EPS ,352 2,843
LDR ,836 1,196
BOPO ,920 1,087
a Dependent Variable: IHSI
BDMN
Coefficients (a)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROE ,022 46,262
EPS ,023 43,959
LDR ,591 1,691
BOPO ,516 1,937
a Dependent Variable: IHSI
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
120
BMRI
Coefficients (a)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROE ,033 29,988
EPS ,030 33,831
LDR ,736 1,358
BOPO ,380 2,632
a Dependent Variable: IHSI
BNII
Coefficients (a)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROE ,204 4,910
EPS ,324 3,090
LDR ,484 2,065
BOPO ,458 2,186
a Dependent Variable: IHSI
BNGA
Coefficients (a)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROE ,225 4,450
EPS ,231 4,321
LDR ,898 1,114
BOPO ,822 1,216
a Dependent Variable: IHSI
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
121
BNLI
Coefficients (a)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROE ,130 7,680
EPS ,188 5,315
LDR ,615 1,625
BOPO ,324 3,091
a Dependent Variable: IHSI
BBNI
Coefficients (a)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROE ,079 12,604
EPS ,082 12,206
LDR ,854 1,171
BOPO ,608 1,646
a Dependent Variable: IHSI
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011