Luminium Murni Memiliki Karakteristik Yang Diinginkan Pada Logam
Universitas Bina Sarana Informatika€¦ · Keinginan pelanggan untuk bertemu dengan frontliner...
Transcript of Universitas Bina Sarana Informatika€¦ · Keinginan pelanggan untuk bertemu dengan frontliner...
Buku ini diterbitkan atas kerjasama dengan
Universitas Bina Sarana Informatika
Pelayanan merupakan hal yang paling penting dalam sebuah organisasi. Setiap staff yang bertanggung jawab melayani pelanggan harus bisa dan berani untuk menggunakan kompetensi mereka untuk melayani dan memenuhi keperluan pelanggan itu sendiri. Sebagai gatekeeper dari instansi, nama baik dan impresi organisasi tersebut ada di tangan kita. Salah satu hal yang penting adalah sikap yang positif, agar impresi baik pun bisa dicapai. Sikap merupakan hal yang kecil, tetapi perlu diperhatikan karena dapat berdampak besar.
Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman dan pengetahuan penulis sebagai pengampu matakuliah Service Excellence. Buku Service Excellence ini disusun dengan tujuan untuk memudahkan mahasiswa, praktisi dan pemakai lainnya untuk memahami penerapan pelayanan prima dalam dunia kerja dan industri.
Materi-materi pembahasan yang disajikan dalam buku ini dirangkai secara ringkas dan sederhana, sehingga mudah dipahami oleh siapapun yang ingin mengetahui seni dan penerapan pelayanan prima.
Suparman HL, S.Sos, M.Si, lahir di Pulau Buru Maluku pada tahun 1969, menyelesaikan studi S1 Ilmu Administrasi Niaga di Universitas 17 Agustus 1945 tahun 1995 dan S2 Ilmu Administrasi Niaga tahun 2010 di Pascasarjana Universitas Respati Indonesia. Saat ini sebagai Kepala Badan Penjaminan Mutu dan Akreditasi (BPMA) Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI), sebagai asesor kompetensi bidang administrasi perkantoran dan sebagai auditor sistem penjaminan mutu perguruan tinggi. Aktif di organisasi profesi dan asosiasi, diantaranya; anggota Asosiasi Dosen Indonesia (ADI), Anggota Ikatan Sekretaris Indonesia (ISI) Anggota Asosiasi Vokasi Program Studi Administrasi Indonesia (AVPAPI).
Vina Islami, S.Pi, MM, lahir di Bima 25 Desember 1985, menyelesaikan S1 pada Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (FPIK IPB) tahun 2008. Tahun 2010 menyelesaikan program Magister Manajemen Bisnis pada Sekolah Bisnis IPB (SB – IPB). Penulis sebagai Dosen pada Program studi Administrasi Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Sarana Informatika dan masuk sebagai anggota konsorsium Program studi. Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi Asosiasi Dosen Indonesia (ADI), Forum Akademisi Indonesia (FAI) maupun organisasi kemasyarakatan. Penulis juga mengikuti kegiatan seminar-seminar baik yang bersifat lokal kampus, nasional dan internasional.
Fera Nelfianti, SE, MM, lahir di Pakan Kamis 05 Agustus 1988. menyelesaikan S1 pada Fakultas Ekonomi STIE Kusumanegara Jakarta pada tahun 2013. Tahun 2016 menyelesaikan program Magister Manajemen pada Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia Fakultas Manajemen Universitas Budi Luhur Jakarta. Bergabung dengan Lembaga Pendidikan Bina Sarana Informatika sejak tahun 2011 dan tergabung dalam Konsorsium Prodi Administrasi Bisnis.
ISBN: 978-623-228-190-5
Service Excellence
oleh Suparman HL; Vina Islami; Fera Nelfi anti
Hak Cipta © 2019 pada penulis
Edisi Pertama; Cetakan Pertama ~ 2019
Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283Telp: 0274-889398; 0274-882262; Fax: 0274-889057;
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memper banyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN: 978-623-228-190-5
Buku ini tersedia sumber elektronisnya
DATA BUKU:Format: 17 x 24 cm; Jml. Hal.: viii + 80; Kertas Isi: HVS 70 gram; Tinta Isi: BW; Kertas Cover: Ivori 260 gram; Tinta Cover: Colour; Finishing: Perfect Binding: Laminasi Doff.
KATA PENGANTAR
Memuaskan pelanggan merupakan sebuah prestasi kerja dari perusahaan dalam menyajikan produk dan layanan kepada pelanggan. Keinginan pelanggan untuk bertemu dengan
frontliner adalah untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu memberikan pelayanan yang menyenangkan bagi semua pelanggan dengan cara dan teknik yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara cepat, tuntas, akurat, dan dengan perasaan senang gembira serta perhatian penuh.
Frontliner dalam memulai memberikan pelayanan harus memastikan bahwa untuk menciptakan kesan pertama yang positif bagi pelanggan, mulai dari lingkungan luar yang terlihat nyaman dan asri, tanpa pikir panjang pelanggan langsung timbul impresi atau kesan pertama yang baik. Namun hal itu tidaklah cukup bagi pelanggan, ketika masuk dalam gedung atau ruang pelayanan, harus juga tampak rapi dan bersih, serta semua fasilitas yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pelanggan. Frontliner sendiri harus mempersiapkan diri sebelum memberikan pelayanan, mulai dari berpenampilan rapi dan bersih, penampilan fi sik, tutur muka, tutur pandang, tutur kata, tutur tata, tutur raga, dan sikap non fi sik termasuk faktor-faktor pembentuk kesan pertama.
Tantangan terbesar dari perusahaan yang ingin memberikan pe-layanan prima adalah bagaimana membentuk kualitas sumber daya ma-nusianya. Karena merekalah yang bertemu dengan pelanggan dan ber-
vi Service Excellence
hadapa langsung dan yang akhirnya, pelanggan dapat menentukan apakah sebuah pelayanan dipersepsi memuaskan atau tidak.
Harapan penulis, semoga buku ini dapat memberikan inspirasi bagi pembaca baik oleh praktisi maupan pelaku bisnis untuk terus mengembangkan pelayanan prima disetiap lingkungan kerjanya. Karena konsep pelayanan prima itu begitu sederhana dan praktis, maka setiap pembaca diharapkan menjadi percaya dan mau mengembangkan sikap dan perilaku pelayanan prima yang dimulai dari dalam diri sendiri.
Jakarta, 20 September 2019
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar VDaftar Isi ViiBab 1 Mengenal Service Excellence 1Bab 2 Berawal Dari Pelanggan 9Bab 3 Prinsip Dasar Pelayanan Pelanggan 21Bab 4 Komunikasi Dengan Pelanggan 31Bab 5 Mengontrol Kecerdasan Emosi 41Bab 6 Strategi Pelayanan Pelanggan 49Bab 7 Mengukur Kinerja Pelayanan 65Glosarium 73Daftar Pustaka 75Daftar Indeks 77
-oo0oo-
1
BAB I
MENGENAL SERVICE EXCELLENCE
1.1 Apa itu Pelayanan?
Pelayanan merupakan hal yang paling penting dalam sebuah organisasi. Setiap staff
yang bertanggung jawab melayani pelanggan harus bisa dan berani untuk menggunakan
kompetensi mereka untuk melayani dan memenuhi keperluan pelanggan itu sendiri. Setiap
pelanggan pasti akan memiliki keinginan, ditambah dengan sikap yang berbeda. Sebagai
gatekeeper dari instansi, nama baik dan impresi organisasi tersebut ada di tangan kita.
Salah satu hal yang penting adalah sikap yang positif, agar impresi baik pun bisa dicapai.
Sikap merupakan hal yang kecil, tetapi perlu diperhatikan karena dapat berdampak besar.
Sikap kita dipicu oleh pikiran, dimana kalau pikiran kita positif, maka sikap kita pun akan
mencerminkannya.
Setiap karyawan dalam sebuah perusahaan harus mengerti posisinya dalam suatu
organisasi dan dalam operasional. Ada karyawan yang bertugas dibagian depan
(frontliner) dan ada yang bertugas dibagian belakang (back office).
Frontliner bertugas sebagai garda depan, untuk menerima pertanyaan pelanggan,
membantu dalam pemenuhan permintaan pelanggan, maupun keluhan pelanggan. Seorang
Frontliner harus memberikan kesan yang baik terhadap pelanggan, bersikap ramah, sopan
santun, dan mampu memberikan kepuasan dalam melayani permintaan pelanggan. Dalam
memberikan kepuasan pelanggan, frontliner juga dibantu oleh back office.
Back Office berperan dalam membantu pekerjaan frontliner ketika satu
permasalahan pelanggan tidak dapat diselesaikan maka back office dapat membantu dalam
penyelesaian masalah. Back office dibagi dua bagian, yang pertama berkaitan langsung
dengan pelayanan. Contohnya seperti call centre, supervision. Sedangkan yang kedua tidak
berkaitan langsung dengan pelayanan. Contohnya seperti Technical support. Kedua bagian
ini sangat berperan dalam memberikan kepuasan terhadap pelanggan.
2
1.2 Unsur-Unsur Pelayanan
Menurut (Barata, 2004) pelayanan prima (service excellence) terdiri dari 6 unsur
pokok, antara lain :
1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Sehubungan dengan
pelaksanaan pelayanan prima yang dimaksud kemampuan adalah kemampuan minimal
yang harus ada pada diri seseorang, yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan,
antara lain :
a. Memiliki pengetahuan sesuai bidang tugas;
b. Memiliki keterampilan sesuai bidang tugas;
c. Memiliki daya kreativitas yang tinggi;
d. Memahami cara berkomunikasi yang baik;
e. Memahami cara memposisikan diri dalam berbagai situasi agar dapat beradaptasi
dengan lingkungan;
f. Mampu mengendalikan emosi
2. Sikap (Attitude)
Melayani pelanggan dengan berpikiran positif, what dan logis dan melayani pelanggan
dengan sikap menghargai.
3. Penampilan (Appearance)
Dalam berpenampilan harus sopan dan rapi
4. Perhatian (Attention)
Perhatian bisa dilakukan dengan, mendengarkan dan memahami secara sungguh-
sungguh kebutuhan para pelangga, mengamati dan menghargai perilaku para pelanggan,
dan mencurahkan perhatian penuh kepada para pelanggan
5. Tindakan (Action)
Tindakan dapat dilakukan dengan cara : mencatat setiap pesanan para pelanggan,
mencatat kebutuhan para pelanggan, menegaskan kembali kebutuhan para pelanggan,
dan mewujudkan kebutuhan para pelanggan.
6. Tanggung jawab (Accounttability)
3
Di butuhkan tanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan prima.
1.3 Dimensi Pelayanan
Menurut (Riyanto, 2012) Pelayanan memiliki beberapa dimensi atau unsur kualitas
pelayanan. Kelima dimensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tangibles
Tangibles adalah bukti konkret kemampuan suatu perusahaan untuk menampilkan yang
terbaik bagi pelanggan. Baik dari sisi fisik tampilan bangunan, fasilitas, perlengkapan
teknologi pendukung, hingga penampilan karyawan.
2. Reliability
Reliability adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang sesuai
dengan harapan konsumen terkait kecepatan, ketepatan waktu, tidak ada kesalahan,
sikap simpatik, dan lain sebagainya.
3. Responsiveness
Responsiveness adalah tanggap memberikan pelayanan yang cepat atau responsif serta
diiringi dengan cara penyampaian yang jelas dan mudah dimengerti.
4. Assurance
Assurance adalah jaminan dan kepastian yang diperoleh dari sikap sopan santun
karyawan, komunikasi yang baik, dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga mampu
menumbuhkan rasa percaya pelanggan.
a. Karyawan mampu menanamkan kepercayaan kepada nasabah.
b. Karyawan memberikan rasa aman dalam memberikan layanan terhadap nasabah.
c. Karyawan senantiasa bersikap sopan danramah.
d. Karyawan memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjawab pertanyaan nasabah.
e. Karyawan dapat dipercaya.
5. Empathy
Empathy adalah memberikan perhatian yang tulus dan bersifat pribadi kepada
pelanggan, hal ini dilakukan untuk mengetahui keinginan konsumen secara akurat dan
spesifik.
4
a. Karyawan memperhatikan terhadap kepentingan nasabah (memberikan
konsultasi nasabah)
b. Karyawan tanggap terhadap kebutuhan nasabah yang diinginkan
c. Karyawan selalu siap merespon permintaan nasabah
d. Karyawan menangani nasabah dengan penuh perhatian dan kesabaran
e. Menyediakan tempat layanan yangnyaman dan aman
Kelima dimensi tersebut saling berkaitan. Hal ini bisa digambarkan sebagai berikut :
Sumber : Riyanto (2012)
Gambar 1.1 Dimensi Pelayanan Prima
1.4 Pentingnya Pelayanan Prima
Terdapat beberapa alasan mengapa pelayanan yang diberikan haruslah prima atau
excellent, antara lain:
1. ”No Service No Business”.
Perusahaan anda didirikan agar barang dan jasa yang dihasilkan dibeli oleh pelanggan.
Hal ini menunjukkan bahwa pelanggan bukanlah sebuah masalah, mereka adalah
tujuan bisnis anda. Untuk mencapai tujuan bisnis tersebut, anda harus memberikan
perhatian (care) total kepada apa yang ingin anda capai (pelanggan), salah satu aspek
penting dalam hal ini adalah pelayanan sepenuh hati, sehingga hasilnya pun bisa
optimal. Tanpa pelayanan, produk dan jasa yang anda tawarkan menjadi hambar.
Tangibles
Responsiveness
EmpathyAssurance
Reliability
5
Produk dan jasa yang tidak menarik, tidak akan dibeli oleh konsumen. Tanpa
konsumen, tak ada kegiatan bisnis.
2. Pelanggan tidak tergantung pada anda.
Banyak perusahaan yang merasa bahwa mereka sudah sedemikian besar dan sedemikian
penting di pasar, sehingga pelanggan seharusnya mengikuti kemauan perusahaan.
Kenyataannya tidaklah demikian. Pelangganlah yang memiliki uang untuk membeli
produk dan jasa yang anda tawarkan. Mereka berhak mendapatkan yang terbaik dari
uang yang mereka belanjakan. Jika, mereka tidak senang dengan produk ataupun
pelayanan yang anda berikan, akan mudah sekali bagi mereka untuk berpindah ke
perusahaan lain. Jadi, makin banyak pemain di pasar yang sama, makin banyak
alternatif yang bisa dipilih oleh pelanggan, makin mudah bagi mereka untuk mengambil
keputusan untuk berubah ke perusahaan lain. Dengan demikian, andalah yang
tergantung pada pelanggan, bukan sebaliknya.
3. Pelayanan prima adalah penentu sukses.
Pelanggan akan terus setia jika mereka merasa puas terhadap konsumsi barang dan jasa
yang anda tawarkan. Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang bisa terus-
menerus memberikan kepuasan kepada pelanggan mereka. Institute of Customer Care
yang berkedudukan di Inggris mengungkapkan bahwa perusahaan pemenang umumnya
adalah perusahaan yang sangat memperhatikan kepentingan pelanggan. Mereka berhasil
memenangkan persaingan dan menjadi semakin besar karena bisa memberikan kualitas
pelayanan yang bisa melebihi kualitas pelayanan yang diberikan oleh pesaing, dan
melebihi kualitas pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan mereka. Coba saja anda
amati perusahaan-perusahaan sukses di sekitar anda. Perusahaan ini pastilah perusahaan
yang sangat memperhatikan kepentingan pelanggan. Sebuah toko kelontong di daerah
perumahan yang ramai dikunjungi pelanggan, juga menerapkan pelayanan pada
pelanggan. Pelayan yang juga pemilik toko ini kenal betul dengan tiap pelanggan setiap
yang mengunjungi toko tersebut. Pemilik toko memberi ”hadiah” kejutan bagi
pelanggan yang setia. Ia juga memberi ”bunga” sebagai tanda bela sungkawa ketika Ibu
dari seorang pelanggan setia meninggal dunia. Sang pemilik juga sudah hafal terhadap
merek-merek favorit pelanggan, dan ia tahu benar kapan kira-kira seorang pelanggan
membutuhkan sebuah produk. Perhatiannya yang istimewa pada pelanggan membuat
toko ini lebih digemari, dan lebih banyak dikunjungi pelanggan dari pada toko serupa
yang tidak jauh dari toko tersebut.
6
4. Pelanggan yang puas akan memberi banyak keuntungan.
Pelanggan puas memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan. Jika mereka puas
mengkonsumsi satu jenis barang, mereka cenderung akan kembali untuk membeli
barang yang sama jika mereka membutuhkan, atau barang lain dari persuhaan yang
sama, karena mereka sudah percaya pada perusahaan tersebut. Jika mereka mendengar
”gosip” berita buruk mengenai perusahaan, merekalah yang akan tampil untuk membela
perusahaan tersebut, dengan menjadi saksi hidup kebaikan perusahaan. Mereka juga
menjadi sarana promosi ampuh bagi produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan.
Pelanggan yang puas akan bercerita tentang kepuasan mereka mengkonsumsi produk
dan jasa anda pada kenalan, teman, sahabat dan sanak keluarga mereka. Ucapan mereka
merupakan sarana pemasaran yang ampuh, karena mereka merupakan nara sumber yang
dapat dipercaya oleh orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Misalnya, Ibu
Rina yang baru saja sukses menjalani operasi katarak di sebuah rumah sakit kecil,
menjadi alat pemasaran yang ampuh bagi rumah sakit tersebut. Ibu Rina, yang
merupakan anggota perkumpulan manula di lingkungan tempat ia tinggal, bercerita
dengan antusias kepada 50 anggota perkumpulan tersebut, yang beberapa di antaranya
adalah penderita katarak yang juga sedang mencari informasi tentang rumah sakit dan
dokter yang bisa memberikan jasa operasi katarak yang sukses.
1.5 Paradigma Dalam Pelayanan Prima
Menurut (Patton, 2015) menyebutkan bahwa pelayanan yang terbaiklah (service
excellent) yang bisa membedakan kualitas pelayanan suatu perusahaan dengan perusahaan
lainnya. Menurut Dr. Patricia Patton diperlukan tiga paradigma pengikat yang bisa
menjadikan pelayanan biasa yang anda lakukan menjadi istimewa, yaitu : 1). Bagaimana
memandang diri sendiri, 2). Bagaimana memandang orang lain dan, 3) bagaimana
memandang pekerjaan.
1. Bagaimana memandang diri sendiri
Sebelum anda dapat menghargai orang lain, dalam hal ini adalah pelanggan, anda perlu
memberikan perhatian dan penghargaan pada diri sendiri: pada kemampuan anda, pada
pengetahuan anda, pada keterampilan anda, dan pada penampilan anda. Jika anda sudah
bias menghargai diri sendiri, sebagai pribadi yang istimewa, maka anda akan
7
membangun motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi untuk menghasilkan yang
terbaik bagi orang-orang di sekitar anda, termasuk pelanggan yang anda layani.
Antusiasme anda yang tinggi akan memancarkkankepribadian yang positif sehingga
banyak orang suka bekerja sama dengan anda. Harga diri tidak diukur dari apa yang
anda miliki dan apa pekerjaan anda. Apa pun bisnis anda, apa pun pekerjaan anda, jika
anda menghargai keberadaan anda sebagai bagian penting dalam bisnis tersebut, maka
otomatis anda akan berusaha maksimal untuk selalu tampil prima, termasuk juga dalam
memberikan pelayanan pada pelanggan.
2. Bagaimana memandang orang lain
Anda perlu melakukan hubungan yang emosional secara positif dengan orang-orang
yang berhubungan dengan bisnis anda dan dengan apa pun yang anda kerjakan. Anda
tidak boleh meremehkan ataupun menganggap mereka rendah. Sebaliknya, anda perlu
menghargai keberadaan mereka. Anda perlu menyadari bahwa dalam hidup, anda harus
saling membantu dan saling menolong sehingga anda menganggap orang lain itu juga
penting. Untuk orang-orang yang anda anggap penting, pasti anda akan berusaha untuk
melakukan sesuatu yang terbaik untuk mereka. Sehingga orang-orang akan merasa apa
yang anda kerjakan istimewa karena member manfaat bagi mereka. Sebaliknya, mereka
pun akan menghargai usaha anda, dan percaya bahwa apa yang anda lakukan pasti
untuk tujuan kebaikan, bukan sebaliknya.
3. Bagaimana memandang pekerjaan
Selain menghargai diri sendiri, dan orang lain, anda juga perlu menghargai pekerjaan
ataupun bisnis yang anda lakukan. Jadi, anda perlu memilih bisnis ataupun pekerjaan
yang anda anggap penting dan khusus. Dengancara pandang seperti ini anda dapat
menambah nilai pekerjaan anda dengan melakukan pekerjaan tersebut dengan sepenuh
hati dan penuh perhatian. Anda tidak ragu menganggapi pekerjaan dan bisnis anda
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari anda. Orang yang menganggap pekerjaannya
penting dan bermanfaat akan memiliki motivasi yang tinggi dan antusiasme yang luar
biasa untuk mempersembahkan yang terbaik dari pekerjaan dan bisnis yang ditekuni,
termasuk memberikan pelayanan prima yang diberikan dengan sepenuhhati.
Setelah mengetahui paradigm pengikat untuk memberikan pelayanan sepenuh hati
8
Diskusi :
1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan prima?
2. Jelaskan unsur- unsur dan dimensi pelayanan prima !
3. Apa pentingnya pelayanan prima?
4. Jelaskan paradigma pelayanan prima !
(yang bias anda terapkan tidak hanya dalam konteks bisnis, tetapi juga dalam konteks
lain dalam kehidupan anda), langkah berikutnya adalah menanamkan sikap yang
diperlukan dalam memberikan pelayanan prima.
9
BAB II
BERAWAL DARI PELANGGAN
2.1 Siapa itu pelanggan?
Era perdagangan bebas dan undang-undang di Indonesia telah mengubah sektor
bisnis nasional ke arah persaingan yang semakin ketat dan terbuka, terlebih dengan
kemungkinan masuknya pesaing dari luar negeri.
Harapan dari pemangku kepentingan terhadap organisasi semakin tinggi yang
tercermin semakin banyaknya yang mewajibkan untuk menerapkan good corporate
governance guna memastikan transparansi dan profesionalisme. Salah satu pemangku
kepentingan yakni pelanggan mutlak memperoleh perhatian dalam rangka memenangkan
persaingan.
Siapakah sebenarnya pelanggan itu, mengapa begitu penting bagi perusahaan.
Menurut (Agung, 2010), mengatakan bahwa pelanggan itu, adalah:
1. Sosok yang paling penting dalam perusahaan yang disyukuri keberadaannya dan
dihormati, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung oleh frontliner
yang berhubungan langsung dengan pelanggan, dan secara tidak langsung oleh bagian
back office. Mereka yang tidak perlu berhubungan langsung dengan pelanggan tetap
perlu untuk dihormati kebutuhannya dan memenuhi dengan cepat dan tepat
2. Pelanggan tidak tergantung pada frontliner dan perusahaan, frontliner-lah sebagai unsur
perusahaan yang tergantung pada pelanggan. Jelas sekali pelanggan bisa memilih untuk
berhubungan dengan perusahaan apa saja. Bahkan pelanggan yang puas terhadap
fronliner pun bisa pindah ke pesaing, apalagi pelanggan yang tidak puas.
3. Pelanggan bukanlah pengganggu dalam pekerjaan, ia adalah target dari pekerjaan
frontliner. Pelanggan bukanlah sebuah masalah. Mereka sebenarnya dating untuk
membantu frontliner, selanjutnya frontliner membantu back office melakukan pekerjaan
mereka dengan baik.
4. Pelanggan menolong frontliner dan back office dengan memberi mereka pekerjaan dan
kesempatan untuk melayaninya. Tanpa pelanggan maka perusahaan tidak membutuhkan
frontliner dan back office, bahkan tidak membutuhkan manajer serta direktur.
10
5. Pelanggan jangan diajak untuk bertengkar atau adu kepintaran. Tidak ada yang menang
dalam pertengkaran dengan pelanggan. Pelanggan adalah tamu yang ditunggu-tunggu
oleh perusahaan. Mereka perlu dihormati dan dijaga. Tugas back office dan bagian
pendukung khusus untuk menuntaskan pekerjaan frontliner dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan.
6. Pelanggan datang ke tempat pelayanan dengan membawa keinginan. Tugas frontliner
adalah menanganinya. Keinginan pelanggan yang terpenuhi merupakan keuntungan,
tidak hanya bagi pelanggan tetapi juga bagi perusahaan.
Pelanggan adalah raja, orang yang harus dicintai, harus disenangkan dna harus
dipenuhi kebutuhannya. Karena pelangganlah yang menggaji frontliner setiap bulannya.
Pelanggan membelikan pakaian, membayar makan keluarga, bahkan membayar hiburan
keluarga frontliner. Tanpa pelanggan, perusahaan dan karyawan tidak dapat menikmati
hidup layak dan sejahteran.
Jadi apakah yang perlu diberikan untuk pelanggan? Perusahaan harus mampu
memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi semua pelanggan dengan cara
memenuhi kebutuhan pelanggan secara cepat, tuntas, akurat, dan dengan perasaan senang,
gembira, dan perhatian penuh.
Dalam pandangan lain mengemukakan adanya dua jenis pelanggan yaitu:
a. Pelanggan eksternal yaitu yang dapat didefinisikan sebagai seseorang yang
menggunakan layanan produk dan mempengaruhi skala produk atau layanan tersebut,
b. Pelanggan internal adalah setiap orang yang terlibat dalam proses pemberian produk
dan layanan. Dalam dunia pendidikan dikenal dua jenis pelanggan yaitu: pelanggan
eksternal dan internal.
Sering dikatakan bahwa dalam setiap bisnis ada dua jenis pelanggan yang biasa ditemui
yaitu pelanggan yang Anda harapkan untuk kembali lagi dan pelanggan yang Anda
harapkan untuk tidak kembali lagi. Jika kita ingin dalami lebih jauh lagi, ada empat
kelompok pelanggan di luar sana, yang dikategorikan sebagai kelompok A, B, C dan D.
Penjelasannya adalah seperti ini:
1) Awesome (Pelanggan Idaman)
Pelanggan dalam kelompok ini biasanya akan mengeluarkan uang lebih banyak dan
tidak rewel. Mereka selalu mengorder ke kita walau tanpa kita tawarkan, mereka sudah
11
menjadi pelanggan tetap dan selalu meminta kita menyediakan jasa/produk yang
mereka inginkan. Dan jika kita tawarkan mereka selalu mau dan tanpa tawar- menawar.
Kadang kala mereka malah membantu menawarkan produk/jasa kita ke orang lain,
mereka menjadi viral marketing kita.
2) Basic (Pelanggan Biasa)
Pelanggan kelas B ini adalah pelanggan yang baik, mapan, dan biasanya menjadi tulang
punggung untuk setiap bisnis. Mereka biasanya akan menerima apa pun yang kita
tawarkan. Walau mereka biasanya menawar harga yang kita tawarkan, namun mereka
tetap membeli dari kita. Kepada pelanggan Basic ini selalu kita memberikan informasi
atas jasa/produk kita yang baru atau sedang kita pasarkan.
3) Can’t deal with (Pelanggan Menyusahkan)
Pelanggan kelas C selalu menuntut waktu Anda, menawar harga serendah – rendahnya,
dan sulit untuk menentukan pilihan.Di grade ini kita harus menjaga effort team
marketing kita agar tidak terjebak dan terkuras oleh customer tersebut.
4) Dead (Mimpi Buruk)
Pelanggan kelas D adalah mimpi buruk setiap pemilik bisnis. Mereka selalu telat
membayar tagihan, terus-menerus kembali ke tempat Anda, dan gemar menghabiskan
waktu Anda. Mereka juga sering membuat ulah ketika tidak mendapatkan yang mereka
inginkan. Pelanggan seperti ini tidak layak untuk Anda miliki.
Penting buat kita membuat list customer berdasarkan grade-grade tersebut diatas.
Sehingga kita dapat memberikan pelayanan yang terbaik untuk mereka dan kinerja team
marketing pun menjadi efektif dan efisien.
2.2 Kelompok Pelanggan
Demi mempermudah pengidentifikasian pelanggan, lebih baik kita klasifikasikan
pelanggan sebagai seorang, organisasi atau pun instansi yang utuh, dan pada dasarnya
semuanya mempunyai dua kebutuhan yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Jenis kebutuhan yang dibutuhkanya bervariasi tergantung situasi, kondisi, dan daya beli
masing-masing.
12
Pada dasarnya ada dua jenis pelanggan yaitu pelanggan eksternal dan pelanggan
internal.
1. Pelanggan eksternal
pelanggan eksternal adalah orang di luar industri yang menerima suatu produk
(enduser). Pelanggan eksternal setiap industri jelas adalah masyarakat umum yang
menerima produk industri tersebut. Beberapa hal yang diperlukan pelanggan eksternal.
a. kesesuaian dengan kebutuhan akan produk
b. harga yang kompetitif
c. kualitas dan reabilitas
d. pengiriman yang tepat waktu
e. pelayanan purna jual.
2. Pelanggan internal
Pelanggan internal adalah orang yg melakukan proses selanjutnya dari suatu pekerjaan
(next process). Pelanggan internal merupakan seluruh karyawan dari suatu industri.
Yang di perlukan pelanggan internal adalah:
a. kerja kelompok dan kerja sama
b. stuktur dan sistem yang efisien
c. pekerjaan yang berkualitas
d. pengiriman yang tepat waktu
Klasifikasi pelanggan yang lain adalah sebagai berikut :
1. Pelanggan dari segi banyaknya
a. Pelanggan induvidu
Pelanggan induvidu adalah pelanggan yg berbelanja untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan diri sendiri.Ia berbelanja tidak atas keluarga,organisasi,atau orang
lain.pelanggan induvidu ini mengharapkan kepuasan dalam produk yang di butuh
kan.Setiap induvidu pada dasarnya mempunyai dua kebutuhan yaitu kebutuhan jasmani
dan kebutuhan rohani.Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan primer,kebutuhan
sekunder,dan kebutuhan tersier namum berbeda dengan masing-masing induvidu
13
Kebutuhan rohani adalah kebutuhan kepuasan, misalnya dari segi pelayan dan mutu
barang yang di beli.
b. Pelanggan Famili
Pelanggan famili adalah pelanggan yang berbelanja atas nama keluarga sekalipun
pembeliannya dilakukan oleh seorang yang mewakili nya. Pelanggan famili akan lebih
banyak melakukan volume pembelian atau lebih banyak memberikan peluang terhadap
penjual.
c. Pelanggan Organisasi
Pelanggan organisasi adalah pelanggan yang melakukan pembelian untuk memenuhi
kebutuhan organisasi sekalipun pembeliannya diwakilkan pada seseorang. Untuk itu
kita sebagai penjual sudah dapat memastikan peluang-peluang volume pembelian
organisasi tersebut apakah kebutuhan mingguan, kebutuhan bulanan, atau kebutuhan
tahunan.
1. Pelanggan dari segi usia
Pelanggan bila di tinjau dari segi usia sangatlah beragam. Semakin bertambah usia
seseorang, semakin lebih banyak lagi kebutuhan yang diperlukannya.
2. Pelanggan dari segi jenis kelamin
Pelanggan bila di tinjau dari segi jenis kelamin pada umumnya terdiri dari laki-laki dan
perempuan.Bila di tinjau dari segi perkembangan populasi penduduk, pebandingan
antara kaum laki-laki danperempuan lebih banyak perempuan,dan hal itu menunjukkan
target pasar pada perempuan lebih banyak yaitu lebih potensial.
3. Pelanggan dari segi pendapatan
Pelanggan bila ditinjau dari segi pendapatan umumnya untuk ukuran penduduk
Indonesia terbagi menjadi tiga, yaitu penduduk berpendapatan tinggi, penduduk
berpendapatan menengah, dan penduduk berpendapatan rendah.
4. Pelanggan dari segi pendidikan
Pelanggan bila ditinjau dari segi tingkatan pendidikan sangatlah beragam dan hal itu
sangatlah beragam dan hal itu sangat di pengaruhi oleh perbedaan selera masing-
masing.
7. Pelanggan dari segi waktu pembelian
14
Pelanggan yang ditinjau dari segi waktu pembelian sangat bervariasi karena tergantung
pada saat yang dibutuhkan.
Menurut (Tresnati, 2011) dalam kenyataan sehari-hari, kita akan dihadapkan
kepada berbagai perilaku/tingkah laku, perangai atau watak pelanggan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Pelanggan yang teliti
Pelanggan yang teliti adalah sosok yang penuh pertimbangan. Segala tindakannya
dipikirkan dengan sematang-matangnya. Mereka seringkali menginginkan penjelasan
yang rinci dari penjualnya. Untuk memutuskan atau mengambil sikap menerima
mungkin diperlukan waktu yang lama. Dalam menghadapi pelanggan tipe ini
hendaknya penjual dapat melayaninya dengan penuh kesabaran.
2. Pelanggan yang kurang teliti atau tidak teliti
Pelanggan yang kurang teliti atau tidak teliti biasanya bertindak cepat, kadang-kadang
mereka enggan diberikan penjelasan yang bertele-tele. Mereka lebih sering bertindak
karena faktor dorongan kata hati (emotional). Terkadang juga mereka berlaku agak
kasar. Dalam menghadapi tipe pelanggan semacam ini hendaknya penjual bersikap
lebih bijaksana. Berikan kebebasan pada mereka dan anjurkan atau usulkan untuk
melakukan transaksi ketika mereka sudah terlihat akan mengambil keputusan
membeli. Yang terpenting, dukunglah pendapat-pendapatnya, maka biasanya para
pelanggan tipe ini akan segera mengambil keputusan jika ada orang-orang yang
sependapat dengan mereka.
3. Pelanggan yang ragu-ragu
Pelanggan yang ragu-ragu adalah suatu tipe pelanggan yang perlu diberikan
keyakinan. Memberikan keyakinan pada pelanggan seperti ini harus diusahakan
dengan hati-hati. Bila perlu tunjukan bukti. Upayakan untuk tidak memberikan banyak
pilihan agar keragu-raguannya tidak semakin meningkat. Dalam menghadapi tipe
pelanggan seperti ini, hendaknya penjual berlaku mantap dan dapat meyakinkan
mereka.
4. Pelanggan yang ekonomis
Para pelanggan yang ekonomis akan memutuskan untuk membeli jika sudah diketahui
keuntungan dan kerugian memiliki barang, dengan pengertian mereka dapat
15
memilikinya dengan harga yang menurut mereka ekonomis. Dalam menghadapi tipe
pelanggan seperti ini, maka penjual harus dapat menjelaskan manfaat atau kegunaan
barang dibanding dengan harganya atau dapat pula dengan membandingkan dengan
merk-merk barang sejenis lainnya.
5. Pelanggan yang fanatik
Pelanggan yang fanatik adalah tipe pelanggan yang sangat yakin, percaya diri. Ke-
inginannya sulit diubah. Kalau pelanggan ini menginginkan barang merk “A”, maka ia
tidak pernah berfikir untuk mengubah pilihannya dengan barang sejenis yang
berlainan merk. Untuk menghadapi tipe pelanggan seperti ini biasanya penjual tidak
dapat bertindak terlalu jauh selain dapat menyediakan barang merk “A” tersebut atau
membiarkannya berlalu tanpa memperoleh kesempatan untuk meraih keuntungan
darinya.
6. Pelanggan yang pendiam
Pelanggan yang pendiam agak sukar untuk dilayani. Mereka diam mungkin karena
malu, atau mungkin pula karena sifatnya yang pendiam. Untuk ini penjual harus
memberikan kebebasan kepadanya dan tunggu mereka bicara. Ajak mereka berbicara
dengan baik, kemudian jika setelah ditunggu mereka tidak memulai berkomunikasi.
Kata yang pantas diberikan kepada tipe pelanggan seperti ini adalah “Silahkan Tuan
/Nyonya/Nona memilih apa yang disukai. Panggillah kami jika ada yang berkenan.”
7. Pelanggan yang ramah
Pelanggan yang ramah seringkali senang berbicara dan ia menginginkan pelayanan
yang sangat memuaskan. Menghadapi pelanggan yang ramah seperti ini sebenarnya
tidak segampang yang dikira, bahkan seringkali sulit diterka. Tipe pelanggan seperti ini
juga merupakan tipe yang menerima segala penjelasan penjual, tetapi penerimaan ini
tidak selalu berarti akan diakhiri dengan pembelian. Cara pendekatan yang bersahabat
dari penjual kepada mereka biasanya akan lebih banyak berhasil dalam menghadapinya.
Pelanggan yang tegas adalah pelanggan yang penuh keyakinan dan percaya diri tetapi
tidak fanatik. Mereka biasanya dapat memutuskan dengan cepat dan tegas, tidak
terpengaruh oleh hal-hal lain. Tipe pelanggan seperti ini sulit dilayani karena mereka
bersikap seolah-olah lebih tahu dari penjualnya. Dalam menghadapi tipe pelanggan
seperti ini, penjual lebih baik dapat mengendalikan diri dan membiarkan pelanggan
tersebut untuk memutuskan segalanya tanpa harus mempengaruhi.
16
8. Pelanggan yang pelit
Pelanggan yang pelit adalah tipe pelanggan yang selalu ingin untung sendiri. Mereka
selalu ingin membeli barang yang murah. Mereka juga menginginkan potongan-
potongan harga yang istimewa, bahkan tidak jarang juga ada yang selalu meniunggu
bonus/hadiah. Untuk menghadapinya, penjual tidak perlu banyak membuang waktu,
kalau memang memungkinkan, berikan saja potongan harga atau hadiah. Jalan lainnya
adalah dengan cara menyediakan barang yang dijual obral.
9. Pelanggan yang selektif
Para pelanggan yang selektif hampir mirip dengan tipe pelanggan yang teliti. Sebelum
melakukan pembelian, pelanggan seperti ini selalu memilih barang yang bermerk
tertentu atau barang berkualitas tertentu, yang menurutnya dikategorikan sebagai barang
yang baik. Tipe pelanggan seperti ini termasuk pada kelompok “selective motive”
sedangkan jika pelanggan itu memilih took-toko tertentu adalah termasuk pada
kelompok “patronage motive”.
a. Tindakan memilih suatu merk dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti nama terkenal
merk barang, mutu barang, harga, dan masalah prestise.
b. Tindakan memilih toko dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti nama baik toko, tempat
kedudukan toko, harga-harga barang yang dijual ditoko itu, model-model barang
yang tersedia, jasa yang diberikan toko kepada langganan (pelayanan baik), dan
mungkin juga masalah prestise.
10. Pelanggan yang pasif
Pelanggan yang pasif hampir mirip dengan pelanggan yang pendiam. Pelanggan pasif
adalah terdiri dari orang-orang yang berkunjung ke toko yang hanya bertujuan untuk
jalan-jalan atau melihat-lihat saja dan pada awalnya tidak berminat untuk berbelanja.
Jika kebetulan penjual bernasib baik, atau karena kepandaiannya menarik perhatian,
sehingga memungkinkan pelanggan yang pasif itu membeli barang yang ditawarkan maka
terjadinya pembelian oleh pelanggan pasif, seringkali hanya merupakan kebetulan.
Perhatikan Tabel berikut ini :
17
Tabel 2.1 Tipe-Tipe Pelanggan
Tipe Pelanggan Ciri-ciri
Pelanggan yang teliti sosok yang penuh pertimbangan
Pelanggan yang kurang teliti / tidak teliti biasanya bertindak cepat, kadang-
kadang mereka enggan diberikan
penjelasan yang bertele-tele
Pelanggan yang ragu-ragu tipe pelanggan yang perlu
diberikan keyakinan
Pelanggan yang ekonomis Memperhatikan harga barang
Pelanggan yang fanatik tipe pelanggan yang sangat yakin,
percaya diri
Pelanggan yang pendiam Tidak mau memulai berkomunikasi
Pelanggan yang ramah enang berbicara dan
menginginkan pelayanan yang
sangat memuaskan
Pelanggan yang pelit pelanggan yang selalu ingin
untung sendiri dan menginginkan
potongan harga besar
Pelanggan yang selektif memilih barang yang bermerk
tertentu atau barang berkualitas
tertentu
Pelanggan yang pasif hanya bertujuan untuk jalan-jalan
atau melihat-lihat saja
Sumber : Riyanto (2012)
2.3 Penanganan Keluhan Pelanggan
Adapun cara efektif untuk memuaskan pelanggan jika mengeluh adalah :
1. SMILE AND SHAKE HAND. Smile, it's the second best thing one can do with one's
lips. Secara psikologis (sesaat), senyuman akan mampu menyirnakan keluhan,
ketidakpuasan atau kekecewaan.
2. GIVE BUSINESS CARD. Sebelum diminta, segera berikan kartu nama dan salam yang
hangat dengan langsung menatapi mata Konsumen. Katakan bahwa bisa melayani
Konsumen adalah suatu kebahagiaan tersendiri. "Sinful and forbidden pleasures are like
poisoned bread; they may sastisfy appetite for the moment, but there is death in them at the
end". Tryon Edwards
18
3. OFFER ASSISTANCE. You keep customers by delivering on your promises, fulfilling
your commitments and continually investing in the quality of your relationships. Brian
Tracy. Jangan sekali - kali menawari hal - hal yang diluar dari kapasitas / tidak sesuai
dengan policy perusahaan, yang mana akhirnya tidak bisa dipenuhi. Ini akan berdampak
sangat jelek sekali bagi image perusahaan.
4. HEAR WITH EMPATHY. If your job is customer satisfaction, your real job title is
Problem - Solver. Brian Tracy. Apakah keluhan tersebut benar atau salah, itu adalah nomor
2 (dua). Yangterpenting adalah didengar semuanya dengan penuh perhatian dan empati.
5. REGRET FOR THE INCONVENIENCE. Minta maaf atas ketidaknyaman. Offer your
customer a long term relationships, then do everything possible to build and maintain it.
Brian Tracy. Pertama - tama, tidak ada ruginya mengutarakan kata "maaf", baik dikala
benar atau salah. Jika benar, beri pengertian agar Konsumen bisa memahaminya. Jika
salah, segera ralat dengan sopan dan santun (diplomasi).
6. TAKE ACTION & FIND OUT THE SOLUTION. Everyone is in the business of
customer satisfaction. Who are your customers and how are they doing ? Brian Tracy. Jika
pokok permasalahannya diketahui, ambil segera tindakan yang nyata. Jika dimungkinkan,
langsung diadakan dihadapan Konsumen.
7. IDENTIFY THE CUSTOMER. Express your admiration for the traits, possessions or
accomplishments of your customer. Little things mean a lot. Brian Tracy. Tujuannya
adalah untuk mengulangi kembali kata "maaf" dan berjanji bahwa hal ini tidak akan terjadi
lagi. Jika dimungkinkan, beri souvenir sebagai kenang - kenangan.
8. THANKS FOR THE COMPLAIN. Attitude and personality are as important as
experienced and ability. Choose wisely. Brian Tracy. Katakan bahwa tanpa adanya
keluhan, maka kelemahan tidak akan bisa diketahui / diperbaiki.
19
Bahan Diskusi :
Ketika seorang pelanggan melayangkan komplain atau keluhan, itu tandanya
mereka peduli terhadap bisnis Anda. Terlepas dari bagaimana cara
penyampaiannya, keluhan dari pelanggan sebetulnya dapat menjadi peluang
bagi Anda untuk meningkatkan kualitas bisnis.
Data dari Help Scout menunjukkan bahwa sembilan dari sepuluh kali
kesempatan, seorang pelanggan akan tetap melakukan pembelian dari bisnis
Anda walau Anda baru saja melakukan kesalahan. Namun, hal tersebut hanya
terjadi apabila Anda bergerak untuk mengatasi kesalahan yang Anda buat.
Jadi, bagaimana cara terbaik yang bisa Anda lakukan untuk menangani keluhan
pelanggan?
20
BAB III
PRINSIP DASAR PELAYANAN PELANGGAN
3.1 Prinsip Pelayanan
Menurut (Agung, 2010), ada lima prinsip dasar dalam melayani pelanggan :
menciptakan kesan pertama yang positif, keramahan dan keopanan, menunjukkan sikap
yang baik, integritas, dan melayani dengan hati.
1. Kesan pertama terbentuk ketika pertama kali pelanggan bertemu dengan karyawan,
mengadakan kontak dengan telepon, atau dengan saluran kontak lainnya seperti situs
web atau e-mail. Jika kesan pertama menyenangkan, maka perusahaan telah membuat
fondasi untuk terus menciptakan pelayanan yang menyenangkan dan memuaskan
pelanggan. Namun sebaliknya jika kesan pertama tidak menyenangkan, maka
perusahaan harus segera menganalisis dan mencarintahu penyebabnya serta segera
memperbaikinya. Kesan pertama dibangun tidak hanya oleh frontliner tetapi juga oleh
fasilitas fisik yang dapat dilihat dengan mata. Fasilitas fisik sering membantu
munculnya persepsi positif terhadap kualitas pelayanan.
2. Menjaga Keramahan dan kesopanan selama berinteraksi
Keramahan dan kesopanan akan menimbulkan kesan positif. Hal ini dapat dilakukan
dengan :
a. Ucapkan magic words ( Bolehkah, silahkan, tolong, dan Terima Kasih).
Ucapkanlah kata-kata ini sesering mungkin maka perbendaharaan ini akan
memenuhi alam bawah sadar dan menjadi kebiasaaan dalam berkata-kata. Jika
sudah seperti itu, frontliner telah menjadi seorang yang menyenangkan dalam
berhubungan dengan orang lain.
b. Sebutkan pemanggilan pelanggan (Bapak, Ibu dan memanggil nama pelanggan)
Membangun keakraban juga dapat dilakukan dengan memberikan nama fronliner
ketika memperkenalkan diri dan melayani pelanggan. Kemudian dalam menjawab
pertanyaan gunakan kalimat lengkap seperti “baik, betul pak, benar bu”.
c. Katakan sesuatu dengan senyuman
Ada berbagai tipe senyum yang mesti diketahui oleh frontliner senyum sinis,
senyum genit, senyum simpul, senyum tabah, senyum lepas, dan senyum tulus.
21
Tentunya dari semua jenis senyum, senyum tuluslah yang harus diterapkan dalam
dunia pelayanan pelanggan. Karena salah tersenyum saja pelanggan akan
mempunyai persepsi yang kurang baik. Fonliner dapat melatih untuk berbicara
dengan muka tersenyum di depan cermin.
d. Sikap tubuh sopan dan ramah dijaga selama berinteraksi.
Disamping pemanggilan pelanggan, magic words (Tolong, Terima Kasih, Maaf),
smiling pitch, dan sikp tubuh selama berinteraksi menunjukkan kesopanan dan
keramahan. Seringkali pelanggan tidak mendengar apa yang dikatakan frontliner
tetapi dapat menyimpulkan bahwa mereka sedang dilayani dengan benar atau
tidak hanya dengan cara melihat sikap tubuh frontliner.
3. Menunjukkan sikap yang baik
Mempunyai sikap positif adalah cara lain untuk membuat pelanggan mempunyai
impresi atau kesan pertama yang baik dan tidak mudah dilupakan. Sikap adalah
presentasi frontliner seutuhnya. Jika sikapnya buruk, maka frontliner akan dingat
sebagai petugas yang tidak punya sikap baik, judes, ketus. Jika sikapnya baik, maka
pelaggan akan mengingat frontliner sebagai petugas yang menyenangkan, ramah, suka
menolong, dan bertanggung jawab. Percaya diri adalah kunci untuk maju dan kunci
sukses frontliner disukai pelanggan. Ketika frontliner menjadi percaya diri maka
mereka mampu memberikan perbedaan yang bernilai tambah bagi kepuasan pelanggan
akan pelayanannya.
4. Prinsip Integritas
Prinsip dasar terpenting untuk menjadi frontliner yang exceptional adalah memiliki
nilai-nilai integritas dalam berhubungna dengan pelanggan. Integritas adalah sifat jujur
terhadap suara hati. Disamping integritas, frontliner dituntut mempunyai etika, artinya
mempunyai kejujuran dan mempertanggungjawabkan semua yang frontliner kerjakan.
5. Melayani dengan hati
Pelanggan bisa merasakan secara langsung dan menyimpulkan bahwa frontliner
melayani atau tidak melayani pelanggan dengan sepenuh hati sekalipun sudah merasa
memberikan yang terbaik kepada pelanggan. Pelanggan merasa sangat puas jika
dilayani dengan sepenuh hati karena selain merasa telah dibantu dan dilayani dengan
baik, pelanggan juga merasa dihormati dan dituntaskan kebutuhannya. Ketika merasa
dihormati, dihargai dan dituntaskan kebutuhannya, amak pelanggan akan loyal kepada
22
perusahaan. Oleh sebab itu, prinsip ke lima, melayani dengan hati merupakan sebuah
prinsip dasar penting dalam melayani pelanggan.
3.2 Perhatikan Standar Operasional Pelanggan
Pelayanan pelanggan mempunyai prinsip dasar yang dapat dipelajari oleh setip
perusahaan, sehingga setiap perusahaan menciptakan prosedur standar yang harus
dilakukan dalam melayani pelanggan. Pada dasarnya pelayanan terhadap nasabah sebuah
perusahaan sangatlah bergantung pada petugas atau karyawan yang melayaninya. Namun
demikian, bagaimana caranya supaya pelayanan menjadi berkualitas dan memiliki
keseragaman atau ada pada standarnya yang ditentukan dalam Standar Operasional
Prosedur (SOP), dan setiap Customer Service Officer sangatlah perlu dibekali dengan
pengetahuan yang mendalam tentang dasar-dasar pelayanan apalagi dalam fungsinya
sebagai frontliners, seorang yang berada di garis depan dan berhubungan langsung dengan
customer atau nasabah, biasanya penilaian terhadap suatu perusahaan seringkali hanya
berdasarkan bagaimana petugas itu melayani.
Sebagai contohnya seorang nasabah ketika ia datang ke sebuah Bank ABC, dan
hendak melakukan suatu transaksi, maka setelah selesai bertransaksi yang akan menjadi
penilaiannya dalam hal pelayanan tidak terfokus hanya pada petugasnya tapi lebih kepada
instansinya atau Bank nya. Kalau layanan yang diterimanya memuaskan, maka nasabah
akan berkata, wah pelayanan di Bank ABC luar biasa, saya di service dengan cepat,
nasabah seringkali tidak akan menyebutkan nama dari petugasnya secara langsung,
demikian juga sebaliknya, apabila pelayanan yang diterima seorang pelanggan adalah hal
tidak mengenakkan hatinya, maka yang akan dikatakannya adalah : “wah pelayanan di
Bank ABC itu buruk sekali, menyesal juga saya buka rekening disana”. Kualitas yang
diberikan tentunya harus sesuai dengan standar tertentu yang telah ditetapkan oleh suatu
bank. Tanpa standar tertentu, Customer Service Officer pada sebuah bank akan sulit untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas.
Berikut ini adalah dasar-dasar pelayanan yang harus dimengerti dan dipahami
oleh Customer Service Officer secara umum yang menunjang tercapainya kepuasan
pelanggan atau nasabah, antara lain sebagai berikut:
1. Pakaian dan penampilan rapi dan bersih
23
Customer Service Officer harus mengenakan seragam yang sepadan dengan kombinasi
yang menarik. Pakaian yang dikenakan harus memberikan kesan yang benar-benar
memikat konsumen atau nasabah. Warna seragam atau busana yang dipakai tidak
menyolok atau tidak berkesan terlalu terbuka atau bahkan terlalu mini, bisa
distandarkan batasan untuk wanita rok yang digunakan sebatas lutut dan tidak
diperkenankan diatas lutut. Apabila pria maka petugas juga mengenakan warna kemeja
yang soft atau lembut dan hindari kemeja berwarna warni sebaiknya warna-warna
kantor ( office look ).
2. Percaya diri, bersikap akrab, ramah dan penuh senyum ( smilling face )
Dalam melayani nasabah, seorang Customer Service Officer tidak boleh ragu-ragu,
apalagi yang namanya tidak menguasai produk, sehingga ketika nasabah bertanya maka
jawabannya ngambang, akan tetapi harus memiliki keyakinan dan percaya diri yang
tinggi. Customer Service juga harus bersikap akrab, ramah dan penuh senyum dengan
raut muka yang menarik setulus hati serta tidak dibuat buat. Tetapi yang harus
diperhatikan juga tidak berkesan want to know atau sebaliknya SKSD, sok kenal sok
deket, sewajar-wajarnya saja dan tidak berlebih lebihan.
3. Menyapa dengan lembut dan menyebutkan nama pelanggan atau nasabah
Pada saat nasabah datang, Customer Service Officer harus menyapanya terlebih dahulu.
Usahakan menyapa dengan menyebutkan namanya agar terasa lebih akrab. Apabila
petugas telah beberapa kali bertemu dan melayani nasabah yang datang untuk
bertransaksi maka memang akan sangat baik apabila kita menyebutkan namanya, tapi
kalau tidak yakin ingat namanya sebaiknya tidak usah disebutkan saja daripada salah
menyebutkan nama nasabah.
4. Tenang, sopan, sabar dan hormat dalam mendengarkan setiap pembicaraan
Pada saat melayani nasabah, Customer Service harus dalam keadaan tenang, tidak
terburu-buru, dan sopan dalam bersikap. Kemudian tunjukkan sikap menghormati
sekaligus berusaha memahami nasabah. Apalagi kalau yang datang itu nasabah yang
complain, maka jangan sekali-kali petugas melayani sambil lalu dan tidak menghargai
ketika nasabah menyampaikan keluhannya, pantang bagi petugas customer service
mengabaikan nasabah yang sedang menyampaikan keinginan atau bahkan harapannya
terhadap bank dimana ia mempercayakan uangnya untuk disimpan. Sekalipun memang
24
ada juga nasabah yang terkesan terlalu banyak maunya, selama itu tidak menyimpang
dari aturan dan bisa diterima, maka sikap seorang petugas customer service tetap harus
ramah, sekalipun ia harus menerima omelan atau bahkan ancaman sekalipun. Itulah
fungsi seorang frontliners, harus bisa menguasai situasi bahkan yang terburuk
sekalipun.
5. Mendengarkan setiap pembicaraan dan menerima keluhan dengan baik.
Customer Service harus tekun mendengarkan pembicaraan nasabah dan berusaha
menerima keluhan nasabah dengan baik. Dengan begitu, nasabah akan merasa dihargai
dengan baik. Seperti apa yang sudah saya sampaikan diatas, petugas customer service
harus bisa memposisikan diri, seandainya nasabah yang mengalami hal yg tidak nyaman
itu adalah dirinya, itu sangatlah penting, suatu rasa empathy.
6. Berbicara jelas dengan bahasa yang baik dan benar
Berbicara jelas dengan bahasa yang baik dan benar adalah dengan menggunakan Bahasa
Indonesia. Suara yang digunakan juga harus jelas dalam arti mudah dipahami dan
jangan menggunakan istilah-istilah sulit yang tidak dipahami oleh nasabah. Mungkin
saja untuk bank-bank daerah (BPD) seringkali untuk memikat hati nasabahnya maka
petugas akanmerasa lebih dekat dengan nasabahnya apabila ia menggunakan bahasa
daerah setempat. Sekalipun itu bukan suatu yang sesuai dengan standar operasional
prosedur bagi sebuah Bank. Ini pantang juga apabila seorang petugas berbicara sambil
mengunyah permen atau sambil makan biscuit.
7. Antusias dalam melayani dan tunjukkan kemampuan
Seorang Customer Service harus menunjukkan pelayanan yang prima dengan
memahami keinginan dan kemauan nasabah. Dalam memberikan informasi ke nasabah,
Customer Service harus memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang produk bank
sehingga nasabah dapat terbantu. Hal ini penting sekali, informasi yang seragam antara
produk-produk yang ada dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang petugas
customer service. Bahkan yang lebih lagi harus dimiliki adalah kepandaian menggali
kebutuhan nasabah dan menawarkan produk-produk yang menarik bahkan mampu
memberikan masukan kepada nasabah untuk memilih produk yang ditawarkan ( fungsi
cross selling ).
8. Jangan menyela atau memotong pembicaraan
25
Keragaman nasabah yang dilayani, harus membuat seorang petugas customer service
menjadi pandai dan cekatan dalam melayani nasabah, dan ketika saat nasabah sedang
berbicara jangan sekali kali menyela atau memotong pembicaraannya. Kemudian
hindari kalimat yang bersifat teguran atau sindiran, dan jangan berdebat apabila terjadi
sesuatu dengan nasabah. Ibaratnya nasabah selalu yang harus lebih didengarkan
pendapatnya. Dan belajarlah melapangkan hati dan menerima kondisi-kondisi yang ada.
9. Mampu meyakinkan pelanggan atau nasabah serta memberikan kepuasan
Setiap pelayanan yang diberikan harus mampu meyakinkan nasabah dengan argumen-
argumen yang masuk akal. Customer Service juga harus mampu memberikan kepuasan
kepada nasabah atas pelayanan yang diberikan. Maksudnya adalah penting bagi seorang
petugas customer service meyakinkan bahwa tabungan nasabah terjamin dan produk
yang diambil adalah produk yang menguntungkannya, sebab kalau ditanya maka
keinginan nasabah adalah uang yang ditabungnya logikanya itu akan bertambah terus
dengan adanya bunga bank yang ditawarkan dengan beraneka persaingan yang menarik
dan bukan sebaliknya malah berkurang.
10. Apabila tidak bisa menangani permasalahan yang ada, mintalah bantuan
Dalam praktiknya, terkadang ada hal-hal yang tidak mampu atau tidak sanggup
diselesaikan sendiri. Dalam hal ini, jika tidak sanggup menangani permasalahan yang
ada, mintalah bantuan kepada yang sanggup dan mengerti akan permasalahan tersebut
atau seringkali juga permasalahan yang ada diluar wewenan dari customer service.
Dalam hal ini yang levelnya diatas customer service officer, bisa juga minta bantuan
kepada Duty Manager yang saat itu sedang bertugas atau atasan yang bertanggung
jawab. Dan apabila dibutuhkan waktu untuk menyelesaikannya, maka beritahukan juga
berapa lama kira-kira nasabah harus menunggu, kalau seandainya tidak dapat
memastikan waktu untuk menyelesaikannya karena mungkin berhubungan dengan
divisi yang lain, maka mintalah nomor telepon nasabah yang bisa dihubungi, dan
katakan apabila telah ada penyelesaiannya maka nasabah akan secepatnya dihubungi
kembali.
Hal-hal ini sepertinya sangat sederhana dan seringkali berulang-ulang kita pelajari
tetapi, dasar-dasar yang sangat sederhana ini, sangatlah bermanfaat untuk tercapainya
suatu pelayanan yang maksimal.
26
3.3 Kepuasan Pelanggan
Menurut (Windasuri, 2017), kepuasan pelanggan adalah sebuah pendahuluan dari
pembelian kembali konsumen, loyalitas pelanggan, dan bertahannya konsumen yang
akhirnya menguntungkan perusahaan. Kepuasan konsumen memberikan banyak
keuntungan bagi perusahaan dimana salah satu yang penting yaitu memungkinkan
tercapainya loyalitas pelanggan. Menurut Kotler & Keller pengertian kepuasan pelanggan
adalah tingkat keadaan perasaan seseorang yang merupakan hasil perbandingan antara
penilaian kinerja/hasil akhir produk dalam hubungannya dengan harapan pelanggan.
“Satisfaction is the function of the closeness between expectations and the product’s
perceived performance. If performance falls short of expectations, the consumer is
dissapointed; if it meets expectations, the consumer is satisfied; if it exceeds expectations,
the consumer is delighted” (Kotler & Keller, 2013).
Kepuasan merupakan fungsi dari harapan dan kinerja yang dirasakan. Jika kinerja produk
atau jasa lebih rendah dari yang diharapkan, konsumen akan merasa tidak puas. Jika
kinerja produk atau jasa sesuai harapan maka konsumen akan merasa puas (satisfied), dan
jika kinerja produk atau jasa melebihi harapan maka konsumen akan merasa sangat puas
(delighted).
Teori ini didukung oleh Service Quality Gap Model yang menyatakan bahwa:
Customer satisfaction --> Expectation = Perception
Ketika konsumen membeli suatu produk atau jasa, ia memiliki harapan mengenai
bagaimana produk atau jasa tersebut dapat berfungsi memenuhi kebutuhan dan keinginan
yang dikehendakinya. The Expectancy Disconfirmation Theory menjelaskan bagaimana
kepuasan dan ketidakpuasan terbentuk. Teori ini mengemukakan bahwa kepuasan atau
ketidakpuasan pelanggan merupakan dampak dari perbandingan dari harapan konsumen
sebelum proses pembelian barang atau jasa dengan proses pembelian sesungguhnya yang
diterima oleh konsumen tersebut. Produk atau jasa dapat berfungsi sebagai berikut (Barata,
2004) :
27
Studi Kasus :
The Ritz-Carlton merespon masukan pelanggan
Pada pertengahan dekade 2000, setelah mengecap kesuksesan lebih dari 20 tahun, The
Ritz-Carlton Hotel Company mulai merasakan masukan yang mengganggu. Diana Oreck,
VO, Ritz-Carlton Leadership Center berkisah, “Kami mulai mendapatkan masukan-
masukan dari pelanggan kami yang harus menjadi perhatian bahwa pelayanan kami terasa
bagai robot” karena pilihan bahasa The Ritz-Carlton yang kaku dan bentuk layanan
pelanggan lainnya yang harus dijalankan sesuai skenario.
Lisa Holladay, Ritz-Carlton VP Global Brand Marketing, berujar, “Hal yang baik
mengenai scenario adalah pelayanan pelanggan yang konsisten di mana pun. Sayangnya,
konsistensi yang kami jaga menjadi terasa formal dan sangat tradisional. Hal ini tidak lagi
seirama dengan mayoritas konsumen, khususnya para pelanggan kami yang berusia
muda, yang menganggapnya sebagai tidak otentik.”
Setelah mendapatkan masukan tersebut, The Ritz-Carlton Hotel Company segera
bertindak dengan menghilangkan pilihan bahasa yang kaku, melonggarkan aturan busana
karyawan dan karyawati, dan bahkan mengizinkan tato yang terlihat mata dalam beberapa
kasus.
Kini, The Ritz-Carlton Hotel Company sudah lebih informal dan berfokus pada
otentisitas, pembicaraan dengan pelanggan yang tidak terikat skenario. Seperti temuan
The Ritz-Carlton, membangun pelayanan pelanggan yang otentik adalah rumus sukses
dengan pelanggan di era ekonomi baru. Konsumen hari ini, khususnya para pelanggan
berusia muda, dapat “hilang rasa” dengan mudah saat merasakan pelayanan pelanggan
yang terlalu diatur, meski tujuan perusahaan adalah memberikan pelayanan pelanggan
secara maksimal.
(Andika Priyandana; disadur dari artikel Your Customer Service is Your Branding:
The Ritz-Carlton Case Study (Forbes.com)).
Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Service Excellence edisi
Oktober 2017
Menurut pendapat anda, apa yang membuat The Ritz-Carlton segera merupakan
strategi pelayanannya? Jelaskan !
1. Positive Disconfirmation, terjadi apabila produk atau jasa berfungsi lebih baik dari
yang diharapkan. Jika hal ini terjadi, maka konsumen akan merasa puas.
2. Simple Confirmation, atau konfirmasi sederhana terjadi apabila produk atau jasa
berfungsi seperti apa yang diharapkan. Konsumen tidak memiliki rasa puas dan tidak
juga memiliki perasaan kecewa, namun konsumen akan memiliki perasaan netral.
3. Negative Disconfirmation, atau diskonfirmasi negatif terjadi apabila produk atau jasa
berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan. Produk atau jasa yang berfungsi buruk
dan tidak sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan kekecewaan atau
ketidakpuasan konsumen.
28
BAB IV
KOMUNIKASI DENGAN PELANGGAN
4.1 Komunikasi Verbal
Pelanggan merupakan salah satu asset terbesar organisasi, terlebih dalam organisasi
bisnis. Tanpa adanya pelanggan, suatu organisasi lama kelamaan akan mengalami
krisis dan bahkan mati. Salah satu unsur agar pelanggan tetap royal terhadap
perusahaan atau organisasi, perlu adanya pelayanan yang berkualitas sehingga dengan
demikian kepuasan pelanggan terhadap pelayanan organisasi dapat dirasakan oleh
publik.
Hak yang sangat menentukan dalam pelayanan kepada pelanggan yaitu adanya
suatu komunikasi. Melalui komunikasi yang baik akan dicapai pengertian yang
sama/sepaham antara organisasi dan publiknya dan apada akhirnya akan senantiasa
mendukung kegiatan-kegiatan organisasi. Bagi organisasi bisnis, dukungan publik
terhadap organisasi dalam bentuk menggunakan produk/pelayanan jasa organisasi.
Komunikasi yang dilakukan organisasi dalam bentuk komunikasi verbal maupun
komunikasi non verbal. Komunikasi verbal dilakukan melalui bahasa tulisan dan lisan
sedangkan komunikasi non verbal dilakukan melalui bahasa tubuh. Perhatikan tabel
berikut ini :
Tabel 4.1. Unsur-unsur Komunikasi Verbal dan Non verbal
Komunikasi Vokal Komunikasi Non Vokal
Komunikasi Verbal Bahasa Lisan
(spoken words)
Bahasa Tertulis
(Written Words)
Komunikasi Nonverbal
Nada suara
(tone of voice)
Isyarat
(gestures)
Desah
(sighs)
Gerakan
(movement)
Jeritan Penampilan
29
Sumber : Wood (2009)
Komunikasi verbal yang dilakukan oleh frontliner menentukan apakah pelanggan
terpuaskan dengan pelayanan frontliner atau tidak. Menurut (Agung, 2012), dalam proses
komunikasi pelayanan ada empat prinsip yang harus diperhatikan oleh para frontliner.
1. Mendengarkan pelanggan.
Mendengarkan adalah kemapuan utama yang harus dimiliki oleh petugas gugus depan
dan menjadi syarat utama untuk menjadi frontliner yang sukses. Walaupun tampak
mudah , kenyatanya, sikap dan keinginan untuk mendengarkansulit untuk dipraktekkan
serta diperoleh. Dengan mendengar frontliner dapat mengetahui kebutuhan dan
keinginan pelanggan. Prinsip emndengarkan pelanggan merupakan paspor untuk
menghasilkan kepuasan pelanggan. Hanya dengan mendengarkan dengan seksama,
pelanggan merasa permasalahannya telah diatasi oleh perusahaan. Jadilah pendengar
yang baik untuk pelanggan dan pahami semua kebutuhan serta keluhannya
2. Sampaikan pesan kepada pelanggan dengan jelas dengan cara
a. Pilihlah kata-kata yang tepat
Saat berkomunikasi, lihatlah lawan bicara. Jika frontliner berkomunikasi dengan
anak-anak kecil, gunakan kata-kata yang sesuai dengan perbendaharaan bahasa mereka.
Ika berhubungan dengan pelanggan yang kurang pendidikannya maka frontliner
dituntut menggunakan bahasa sederhana. Berbicara dengan pelanggan yang berbesa
latar belakang demografinya seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, eksenangan, dan
gaya hidup, membutuhkan pendekatan yang berbeda. Ketika frontliner berhubungan
dengan pelanggan, bisa saja pelanggan tidak mengerti istilah-istilah internal dan teknis
yang digunakan dalm berkomunikasi.
b. Perhatikan nada bicara yang digunakan agar sesuai dengan maksud yang ingin
disampaikan
(scream) (apprearence)
Kualitas Suara
(vocal qualities)
Ekspresi Wajah
(facial expression)
30
Bagaimana nada frontliner menyampaikan pesan lebih penting daripada kandungan
pesan itu sendiri. Disamping memilih kata-kata, frontliner juga harus memilih cara
dan nada dalam menyampaikan kata-kata tersebut. Menggunakan nada dan tone yang
salah akan berakibat pelanggan salah menginterpretasikan maksud frontliner.
c. Berkomunikasi secara professional bukan personal
Ketika frontliner menggunakan kata-kata yang terdengar positif dan percaya diri,
maka keluarlah sikap positif dan percaya diri. Bedakan antara ersikap profesional
dengan personal. Sekalipun frontliner telah berhasil menjadi teman pelanggan, tapi
dalam konteks pekerjaan, pelanggan tetaplah pelanggan, bukan teman. Jagalah ucapan-
ucapan profesional kepada pelanggan. Ketika hubungan kita sudah baik dengan
pelanggan maka hindari sikap dan ucapan yang personal dengan pelanggan.
2. Menggunakan tata bahasa yang tepat.
Menggunakan tata bahasa yang benar dan berbicara secara jelas akan membantu
frontliner menyampaikan maksud secara profesional. Dalam keseharian, frontliner
adalah cermin perusahaan, oleh sebab itu frontliner harus memilih kata-kata yang tepat
untuk merefleksikan kepribadian perusahaan. Hal ini bisa dilakukan dengan :
a. Berbicara dengan jelas kepada pelanggan
b. Menggunakan bahasa sehari-hari yang sederhana
c. Hindari bahasa yang tidak dimengerti pelanggan
4. Bertanya dengan bahasa yang benar dan menjawab semua pertanyaan pelanggan dengan
lengkap dan benar
Kita bertanya sesuatu tentu dengan berbagai alasan dan maksud. Sebagai pelanggan kita
bertanya untuk mendapatkan informasi dan tambahan pengetahuan. Frontliner bertanya
kepada pelanggan untuk dapat memberikan solusi atau membantu mengenai keluhan
pelanggan. Ada dua pertanyaan “terbuka” dan’ tertutup”. Pertanyaan terbuka menuntut
jawaban panjang dan mengharapkan jawaban yang lebih dalam diri pelanggan.
Sebaliknya, pertanyaan tertutup mengharapkan jawaban singkat, biasanya hanya
digunakan untuk mengklarifikasi saja. Oleh sebab itu, jenis pertanyaan yang diajukan ke
pelanggan sebaiknya diatur, tergantung jenis jawaban dan informasi yang diharapkan
dapat diperoleh dari pelanggan.
31
4.2 Komunikasi Non Verbal
Walaupun komunikasi non verbal sering tidak terencana atau kurang terstruktur
namun komunikasi non verbal memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada
komunikasi verbal dalam pelayanan kepada pelanggan. Komunikasi non verbal dapat
diwujudkan melalui sikap bicara, pandangan mata, cara tersenyum, ekspresi wajah,
penampilan, dan bahasa tubuh yang lain. Melalui komunikasi non verbal, pelanggan
akan merasakan secara langsung bagiamana pemberian layanan dalam memperlakukan
mereka.
Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan/perbuatan
(action) atau objek (object).
1. Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan,, gerak-gerik tubuh
mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran, kehendak, dan sikap orang.
2. Tanda
Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya, bendera, rambu-
rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga.
3. Tindakan/perbuatan
Ini sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kata, tetapi dapat
menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup
pintu keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menekan gas mobil kuat-kuat.
Semua itu mengandung makna tersendiri.
4. Objek
Objek sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat
menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah, perabot
rumah, harta benda, kendaraan, hadiah.
Perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal dapat dilihat pada tabel berikut :
32
Tabel 4.2 Perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal
Komunikasi Verbal Komunikasi Non verbal
Terstruktur Tidak terstruktur
Linguistik Nonlinguistik
Berkesinambungan Tidak berkesinambungan
Dipelajari Didapat secara ilmiah
Diproses dalam bagian otak sebelah kiri Diproses dalam bagian otak sebelah kanan
Sumber : Wood (2009)
Menurut (Wood, 2009), penggunaan kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki
fungsi untuk :
1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)
2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata
(substitution)
3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.
Dalam proses pelayanan, proses komunikasi tersebut bisa dilihat pada hal berikut ini :
1. Pelayanan Bertatap Muka Dengan Pelanggan
Bertatap muka dengan pelanggan memberikan kesempatan kepada frontliner untuk
menciptakan impresi pelanggan, tatap muka dimulai ketika pelanggan mendatangi
frontliner untuk menanyakan sesuatu, ketika dalam proses tanya jawab tersebut
frontliner dapat memberikan kesan yang menyenangkan, ramah, sopan santun,
dapat memberikan solusi dan menjawab pertanyaan pelanggan dengan tepat, maka
pelayanan seperti itu akan membuat pelanggan datang kembali.
a. Opening Greeting atau Salam Pembuka
Untuk memberikan kesan pertama, frontliner harus menciptakan impresi pertama
dengan baik, dengan cara memberikan salam pembuka dengan lengkap“selamat
pagi/ siang/ sore, bapak/ibu, saya Ajeng, ada yang bias saya bantu?“ maka
33
pelanggan mengetahui bahwa frontliner senang membantu mereka dan pelanggan
merasa dihargai, dihormati dan membuat pelanggan sangat terkesan.
b. Antara Pembuka dan Penutup: Membantu Pelanggan
Setelah menyapa pelanggan dan berhasil meyakinkan pelanggan bahwa kita dapat
membantu mereka, kita dapat bertanya dan menanyakan alasan mereka datang ke
tempat kita. Dalam melayani pelanggan, fronliner harus memberikan perhatian
penuh sebagai pendengar yang baik, dan melihat kearah pelanggan, agar pelayan
merasa frontliner memberikan keseriusan dalam melayani. Ketika pelanggan
menanyakan sesuatu tentang product knowledge di perusahaan anda, maka sebagai
frontliner harus menjelaskan agar pelanggan mengerti dan tertarik untuk membeli
atau tertarik untuk bekerjasama. Di samping itu, jangan lupa selama berinteraksi
dan berkomunikasi dengan pelanggan frontliner gunakan kesempatan untuk
melakukan tanya jawab agar kita dapat memperoleh informasi dan memberikan
rekomendasi sebagai solusi yang sesuai untuk kebutuhan pelanggan.
c. Closing Greeting atau Salam Penutup dan kelanjutan
Ketika frontliner dapat memberikan kesan pertama yang menyenangkan dan
memberikan solusi yang tepat untuk pelanggan, maka pelanggan akan selalu ingat
dengan kunjungan mereka sebelumnya. Ketika salam penutup dilakukan dengan
baik, “adalagi yang dapat kami bantu ibu/bapak?” dan ketika pelanggan tersenyum
dan mengucapkan “ sudah cukup mba/mas, terima kasih”, jangan lupa ucapkan
terima kasih kepada pelanggan “ terima kasih sudah dating dan menggunakan jasa
kami, kami senang dapat membantu ibu/bapak” maka dari kejadian tersebut kita
dapat menyimpulkan bahwa pelanggan puas dalam pelayanan yang telah diberikan.
2. Pelayanan Bertelepon Dengan Pelanggan
Semakin berkembangnya pelayanan dalam era masa kini, maka perusahaan
melakukan inovasi-inovasi dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan agar
dapat memberikan kesan yang baik, salah satunya dengan layanan telepon,
pelanggan dapat melakukan interaksi tanya jawab kepada call centre atau nomer
telepon yang telah disediakan oleh perusahaan untuk menjawab setiap pertanyaan
34
yang diajukan oleh pelanggan. Standart greeting pembuka dan penutup dalam
berkomunikasi lewat via telepon sama dengan bertatap muka secara langsung.
a. Bertelepon dengan Tersenyum
b. Berbicara dengan pelanggan di telepon memerlukan keterampilan khusus
bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan bertatap muka. Ketika berbicara di
telepon, berbicaralah dengan tersenyum, pelanggan akan mengetahui kalau
frontliner tersenyum dari nada usara yang dikeluarkan oleh fronliner.
Kemampuan mendengar sangat penting ketika fronliner tidak dapat melihat
pelanggan. Pendengaran adalah satu-satunya indra yang digunakan untuk
mendengar komunikasi secara verbal dan nonverbal. Ketika pelanggan bertanya
dan frontliner tidak mengetahui jawaban untuk pertanyaan, frontliner dapat
mengatakan“ baik ibu/bapak saya akan coba konfirmasi terlebih dahulu untuk
pertanyaan ibu/bapak, mohon ditunggu terlebih dahulu, terima kasih”, Dengan
demikian pelangga nmengetahui jika frontliner berusaha untuk mencari
informasi sesuai dengan pertanyaan yang pelanggan berikan. Frontliner harus
menjawab pertanyaan dengan jawaban yang lugas, menggunakan nada bicara
atau intonasi serta volume suara yang jelas, agar pelanggan mengerti dengan
penjelasan atau informasi yang frontliner berikan.
c. Opening Greeting atau Salam Pembuka
Ketika pelanggan menelepon ke call center atau nomer perusahaan yang dapat
dihubungi oleh pelanggan, harapan pelangganadalah agar telepon dapat segera
diangkat. Standar tinternasional yang baik, telepon tidak boleh dibiarkan
berdering lebih dari tiga kali. Kebanyakan jika pelanggan menelepon dan tidak
diangkat oleh call center dalam dering lebih dari tiga kali berdering, maka
pelanggan akan memutuskan sambungan. Akibatnya frontliner akan kehilangan
peluang dengan pelanggan. Ketika mengangkat telepon usahakan menggunakan
tangan kiri dan tangan kanan memegang pulpen untuk menulis sesuatu yang
penting, ucapkan salam pembuka yang lengkap, professional, dengan
pengucapan yang baik dan benar, serta terkesan ramah. Dalam salam sertakan
nama frontliner, nama perusahaan dan pertanyaan pembuka, “ BSI selamat
35
pagi/siang/sore, dengan Ajeng, ada yang bisa saya bantu?” jangan lupa untuk
mencatat apapun informasi dari pelanggan, setelah mengetahui nama pelanggan,
panggil pelanggan dengan sebutan Bapak atau Ibu untuk menjaga keakraban dan
rasa hormat kepada pelanggan, “ baik Bapak, ada yang bisa saya bantu?” atau
“baik ibu, ada yang bisa saya bantu?” pelanggan akan merasa sangat dihargai
ketika namanya disebut dalam pembicaraan atau ketika komunikasi berlangsung.
d. Simak dengan seksama pembicaraan di telepon
Menyimak dengan saksama dan berkonsentrasi penuh dalam percakapan di
telepon akan membuat frontliner memberikan jawaban yang tepat sesuai dengan
pertanyaan pelanggan. Ketika bertelepon yang harus frontliner lakukan adalah:
mencatat semua pesan pelanggan secara detail, baik permasalahan dan informasi
yang diperoleh dari pelanggan serta mendengarkan dengan seksama. Simaklah
apa yang ditanyakan oleh pelanggan setelah frontliner mengucapkan salam
pembuka. Fokuskan pembicaraan pada pesan yang pelanggan sampaikan. Jangan
pernah meminta pelanggan untuk megulang pertanyaan yang telah
disampaikannya Karena akan membuat kesan yang buruk.
e. Antara Pembuka dan Penutup: Membantu Pelanggan
Dalam membantu menuntaskan permintaan pelanggan lewat telepon diperlukan
manner atau cara yang menyenangkan untuk melayani pelanggan. Frontliner
adalah cerminan dari perusahaan. Apa yang disampaikan oleh frontliner
rmerupakan refleksi dari citra diri perusahaan. Cara frontliner melayani
pelanggan akan menentukan pelanggan untuk mengingat perusahaan. Jadi
repsentatif yang baik akan mencerminkan positioning perusahaan. Yakinkan
pelanggan bahwa frontliner dapat membantunya. Sebelum memberikan solusi
atas permintaan atau pertanyaan dari pelanggan, sebaiknya pelanggan
mengulangi kembali pesan yang telah disampaikan pelanggan, agar tidak ada
kekeliruan atau kesalahan dalam memberikan solusi.
36
f. Closing Greeting atau Salam Penutup danKelanjutan
Dalam melayani pelanggan melalui telepon, prosedur terbaik dimulai dengan
salam pembuka, kemudian perilaku dan sikap frontliner dalam membantu
pelanggan, dilanjuti dengan solusi serta saran yang berhubungan dengan
pemecah masalah atau seputar pertanyaan yang diberikan oleh pelanggan.
Akhirnya ditutup dengan ramah, jika masalah belum terselesaikan atau belum
menemukan solusi atas pertanyaan yang diberikan oleh pelanggan maka
frontliner harus mencatat dan mengerti pesan pelanggang dan akan segera
menindaklanjuti dengan cara menggubungi kembali pelanggan tersebut, “ Pak
Ikhsan, untuk saat ini kami belum dapat menjawab atau memberikan solusi
kepada bapak, pertanyaan bapak sudah kami catat, kami akan memberikan solusi
atau menjawab pertanyaan bapak paling lambat besok siang sebelum makan
siang, terima kasih sudah menghubungi kami, Pak Ikhsan apakah masih ada lagi
yang bias saya bantu?” jika tidak ada maka ucapkan “ baik Pak, selamat siang.”
Ini adalah cara yang tepat untuk menunjukkan sopan santun serta keramahan
frontliner kepada pelanggan disamping itu juga merupakan cara yang tepat
untuk menutup pelayanan.
37
Studi Kasus :
Penumpang maskapai XYZ terlanjur kecewa dan marah karena keterlambatan
jadwal penerbangan. Penumpang meminta penjelasan dari pihak maskapai, namun
terlambat ditanggapi. Akhirnya pihak Maskapai menanggapi perihal keterlambatan
penerbangan yang cukup signifikan. Keterlambatan penerbangan itu terjadi di
Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, pada Senin (2/10/2017) dini
hari.
Dalam pernyataan tertulis yang diterima, pihak Public Relation maskapai Group
mengungkapkan, penyebab keterlambatan tersebut bermula dari terlambatnya
kedatangan pesawat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng dari
beberapa bandara di daerah yang disebabkan oleh cuaca yang kurang baik dan
bersahabat.
Menurut pendapat kalian, tindakan apa yang harus dilakukan oleh pihak manajemen
maskapai untuk mengatasi kekecewaan penumpang? Jelaskan !
38
BAB V
MENGONTROL KECERDASAN EMOSI
Sebagai seorang frontliner yang baik tentunya kita sudah siap menghadapi segala
situasi atau kondisi yang terjadi, frontliner tidak dapat memilih situasi dan kondisi sesuai
dengan keinginan kita. Salah satu yang mungkin terjadi adalah frontliner akan bertemu
dengan pelanggan yang menyulitkan, sebagian besar pelanggan yang menyulitkan
bertindak demikian dikarenakan mereka merasa tidak aman. Seperti halnya frontliner,
pelanggan juga mempunyai empat kebutuhan emosi dasar yaitu: dipahami, merasa
diterima, merasa dipentingkan dan kenyamanan. Sebelum pelanggan berubah menjadi
pelanggan yang tidak menyenangkan, maka sebagai frontliner harus mampu memahami
dan menyediakan keempat kebutuhan dasar tersebut.
5.1. Empat Kebutuhan Emosi Dasar Pelanggan
1. Kebutuhan Untuk Dipahami
Kebanyakan pelanggan yang datang berharap agar frontliner yang melayani dapat
menyelesaikan masalah dan memberikan solusi kepada pelanggan. Pelanggan tidak
menciptakan masalah tetapi masalah tersebut timbul biasanya dikarenakan dengan
pelayanan frontliner dalam menjelaskan produk atau dalam pelayanan yang diberikan
kepada pelanggan kurang maksimal sehingga pelanggan merasa tidak dipahami. Sebagai
frontliner yang baik harus memahami masalah yang sedang pelanggan hadapi agar citra
perusahaan menjadi baik dan membuat pelanggan merasa dipahami.
2. Kebutuhan untuk Merasa Diterima
Siapapun yang bekerjasama atau berbisnis dan merasa tidak dianggap pasti tidak akan
merasa nyaman dan tidak akan melanjutkan kerjasama atau bisnisnya tersebut. Demikian
juga dengan pelanggan yang mengunjungi kita, mereka merasa membutuhkan bantuan kita,
mereka ingin frontliner menerima kehadiran mereka dengan baik.
3. Kebutuhan Untuk Merasa Dipentingkan
Setiap manusia memiliki Ego dan harga diri, dan berharap dirinya merasa penting di mata
frontliner, frontliner harus melakukan apapun untuk membuat pelanggan merasa dirinya
penting, itu adalah tindakan yang tepat dalam melayani pelanggan.
4. Kebutuhan Untuk merasa Nyaman.
39
Pelayanan tidak hanya dengan apa yang frontliner berikan, pelayanan dapat berupa fasilitas
yang membuat pelanggan nyaman untuk menunggu ketika frontliner sedang melaksanakan
pelayanan tersebut. Terkadang pelanggan yang menyulitkan hanya berusaha
mengungkapkan kebutuhan mereka, yang menjadi kendalanya adalah cara pelanggan untuk
menyampaikan malasah tersebut, sehingga frontliner harus berusaha membaca maksud dari
ekspresi atau ungkapan yang pelanggan berikan kepada fronliner.
5.2. Jenis Pelanggan yang Menyulitkan
Adapun jenis-jenis pelanggan yang dapat menyulitkan dalam pelayanan, yang mungkin
akan kita temui adalah:
1. Pelanggan yang marah.
2. Pelanggan yang menjengkelkan dan tidak menyenangkan.
3. Pelanggan suka mengeritik terus-menerus.
4. Pelanggan yang tidak bisa berhenti berbicara.
5. Pelanggan yang tidak bisa mengambil keputusan.
6. Pelanggan yang aneh.
Sebagai petugas Pelayanan yang baik harus mempunyai tujuan untuk membuat
pelanggan yang menyulitkan itu percaya atau yakin untuk membeli atau memaki jasa atau
produk yang perusahaan jual. Ada dua langkah penting dalam menghadapi pelanggan yang
menyulitkan yaitu:
1. Tetaplah tenang atur nafas, tenangkan hati serta pikiran dan dengarkan secara seksama
apapun keluhan yang dikeluarkan oleh pelanggan. Dalam berbicara atau berkomunikasi
kepada pelanggan pilihlah kalimat yang akan kita gunakan, contohnya: tolong, terima
kasih, maaf. Ulangi hal yang pelanggan sampaikan agar pelanggan merasa didengarkan
dengan baik dan benar.
2. Fokus pada masalah, bukan individunya. Sebelum frontliner bertindak untuk
menyelesaikan permasalahan yankinkan diri kita bawa kita sebagai fronliner bertugas
sebagai pemecah masalah dan dapat memberikan solusi yang baik kepada pelanggan.
Pelanggan yang tidak menyenangkan adalah salah satu tantangan untuk frontliner
merubah pelanggan yang tidak menyenangkan menjadi pelanggan yang menyenangkan.
40
1. Pelanggan yang Marah
a. Fokus pada masalah, bukan individunya
Sebelum frontliner bertindak untuk menyelesaikan masalah, yakinkan diri bahwa
frontliner akan bertinfak professional dalam memecahkan masalah.
b. Berikan ruang yang khusus
Ajak pelanggan yang marah ke ruangan khusus, selain untuk membuat pelanggan
lain tidak merasa terganggu, penanggulangan lebih terkordinasikan. Tapi pastikan
pelanggan tidak merasa diasingkan tetapi merasa dibuat nyaman dalam pelayanan.
c. Ucapkan maaf dengan tulus
Pelanggan yang sedang marah dan emosi perlu ditenangkan, gunakan permintaan
maaf yang tulus, jangan menggunakan kalimat penennag yang menggurui seperti ‘
tenang ya Pak/Bu,” itu akan membuat mereka lebih marah dikarenakan mereka
merasa sebagai pelanggan yang tidak menahan emosi.
d. Dengarkan dengan empati
Pelanggan yang sedang emosi atau marah selalu menggap dirinya benar, dengan
bersikap empati maka itu akan sangat membantu.bila fronliner mau mendengarkan
keluhan yang membuat pelanggan marah, dengan catatan tanpa memotong
pembicaraan pelanggan, fronliner cukup sebagai pendengar yang baik. Setelah
pelanggan selesai bicara dan frontliner sudah mengetahui penyebab pelanggan
marah, maka frontiner harus memberikan penjelasan yang jelas dan sesuai dengan
pengharapan pelanggan.
e. Lakukan konfirmasi
Lakukan konfirmasi mengenai permasalahan yang telah diungkapkan pelanggan.
Konfirmasi yang tepat merupakan langkah awal untuk menarik perhatian pelanggan
yang sedang marah sekaligus menurunkan amarahnya. Disaat frontliner melakukan
konfirmasi kepada pelanggan, memperlihatkan kepada pelanggan bahwa frontliner
memperlihatkan pada dia bahwa kita sebagai fronliner mampu menjadi pendengar
dan pemecah masalah.
f. Belajar Cepat
Sebagai frontliner wajib belajar dengan cepat untuk menganalisis akar dari
permasalahan agar cepat pula dalam menyusun pemecahan masalah pelanggan.
41
g. Berikan pemecahan masalah
Dengan kemampuan dan pengetahuan yang kita miliki sebagai frontliner maka
berilah solusi dalam pemecahan masalah yang tepat dan cepat kepada pelanggan.
h. Cepatlah bertindak dan biarkan pelanggan mengetahuinya
Fronliner harus cepat dalam bertindak, sesuai dengan solusi dalam pemecahan
masalah yang telah ditentukan, dan biarkan pelanggan melihat kita dalam
menyelesaikan permasalahan.
2. Pelanggan yang Menjengkelkan dan tidak Menyenangkan
a. Galih Masalah sebenarnya
Pelanggan yang menjengkelkan adalah pelanggan yang tidak dapat mengetahui
kebutuhannya dan cara menyampaikan permasalahannya, untuk itu frontliner wajib
menggali informasi demi membantu mendefinisikan kebutuhan atau permasalahan
yang pelanggan alami demi memberikan solusi yang tepat.
b. Lakukan konfirmasi
Setelah frontliner mengetahui permasalahan, maka kita harus memberikan
kesimpulan atas konfirmasi dan informasi yang kita dapat dari hasil penggalian
tersebut.
c. Bersikap tegas tetapi tetap sopan
Frontliner harus bertindak sopan dan tegas dalam menyanpaikan solusi atau
pemecahan masalah, sekalipun pelanggan tetap menyebalkan dan tetap
menjengkelkan, tetapi sebagai frontliner yang baik harus menyampaikan dengan
nada bicara tetap sopan dan mengatakan sesuatu dengan tegas.
3. Pelanggan yang Mengkritik Terus-menerus
a. Sediakan waktu agar pelanggan dapat menyampaikan kritiknya.
Kebanyakan pelanggan yang suka mengeritik adalah pelanggan yang sedang
mencari perhatian dari frontliner, tetapi kita juga harus menerima dan memilah kritik
yang diberikan oleh pelanggan tersebut, cara yang efektif untuk menghadapi
pelanggan yang seperti ini adalah mengajak pelanggan tersebut untuk membicarakan
atau berdiskusi dan berilah perhatian lebih.
b. Sampaikan kebenaran
42
Sebagai frontliner kita harus tegas, bila hal yang dikritik pelanggan tidak benar,
maka kita harus segera menyampaikan yang sebenarnya tetapi tetap dengan nada
bicara yang sopan dan tidak memojokkan.
4. Pelanggan yang Tidak Bisa Berhenti Bicara
a. Dengarkan pesan yang disampaikannya
Frontliner perlu mendengarkan semua hal yang dibicarakan olwh pelanggan,
walaupun itu sangat menyebalkan tetapi jangan diacuhkan semua hal yang
dibicarakan, dengan mendengarkan kita dapat lebih teliti untuk mendapatkan
informasi yang terdapat pada pesan yang disampaikan oleh pelanggan.
b. STOP
Bila ternyata hal yang disampaikan pelanggan tidak memiliki hubungan dengan
informasi yang berhubungan dengan proses pelayanan, maka frontliner berhak untuk
menghentikan pembicaraan tersebut. Sampaikan dengan sopan bahwa fronliner
ingin mendengarkan tetapi sedang dalam kondisi bertugas dan masih ada pelanggan
lain menunggu untuk dilayani.
5. Pelanggan yang Tidak Bisa Mengambil Keputusan
a. Cari tahu hal yang dibutuhkan dan hambatan yang dihadapinya
Dalam kasus seperti ini pelanggan sangat membutuhkan pertolongan dari frontliner,
ketidaktahuannya membuat pelanggan bimbang dan tidak dapat mengabil
keputusan. Cari tahu kebutuhan dan penghambat dalam pengambilan keputusan,
setelah mengetahui kebutuhan dan penghambat maka frontliner akan tepat dalam
memberikan solusi.
b. Yakinkan pada pilihan yang terbaik
Frontliner tidak boleh ragu di depan pelanggan, karena dengan memperlihatkan
keraguan maka akan membuat pelanggan semakin tidak percaya diri untuk
memutuskan dan tentu saja tidak mempercayai semua saran telah diberikan oleh
frontliner, maka dari itu sebagai frontliner wajib meyakinkan dan memberikan
saran terbaik untuk pelanggan.
6. Pelanggan yang Aneh
a. Ajak bicara
43
Pada prinsipnya, semua pelanggan suka diperhatikan tidak terkecuali dengan
pelanggan yang aneh, frontliner harus memulai pembicaraan dan Tanya kebutuhan
atau hambatan yang dimilikinya, lalu carikan solusi yang terbaik. Jangan pernah
ragu untuk menangani pelanggan yang menyulitkan, yang terpenting frontliner
mengetahui jenis karakter dari pelanggan tersebut agar dapat menghadapi dam
memahami kebutuhannya. Tapi jika usaha kita tidak berhasil, mintalah bantuan
atasan untuk menyelesaikan permasalahan pelanggan tersebut, tetapi frontliner
harus tetap mendengarkan atau mempelajari cara atasan menyelesaikan
permasalahan jika menemukan pelanggan yang aneh seperti ini.
Studi Kasus :
Praktikkan dan simulasikan bagaimana membangun kecerdasan emosi
dalam melayani pelanggan:
1. Pelanggan yang marah didepan front liner
2. Pelanggan yang menjengkelkan dan tidak menyenangkan
3. Pelanggan pengkritik terus-menurus
4. Pelanggan yang tidak bisa berhenti berbicara
5. Pelanggan yang tidak bisa mengambil keputusan
6. Pelanggan yang aneh
44
BAGIAN VI
STRATEGI PELAYANAN PELANGGAN
6.1. Strategi implementasi TQS (Total Quality Service )
Total Quality Service merupakan derivasi TQM dalam industri jasa yang mempunyai
inti konsep bahwa dalam usaha meningkatkan kualitas jasa perusahaan harus melibatkan
komitmen dan kesadaran seluruh level kerja dalam perusahaan yang mana usaha ini harus
dilaksanakan terus-menerus sepanjang waktu sehingga akan didapatkan peningkatan
penjualan serta pangsa pasar yang lebih luas.
Tjiptono (2005:56) mendefinisikan TQS sebagai Sistem manajemen strategi integratif
yang melibatkan semua manajer, karyawan serta menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan. Proses-proses organisasi agar
dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen.
1. Konsep TQS
Konsep TQS berfokus pada lima bidang, yaitu:
a. Fokus pada Pelanggan
Identifikasi pelanggan merupakan prioritas utama. Apabila sudah dilakukan maka
langkah selajutnya adalah mengindentifikasi kebutuhan, keinginan dan harapan
mereka.
b. Keterlibatan Total
Keterlibatan total mengandung arti komitmen total. Manajemen harus memberikan
peluang perbaikan kualitas bagi semua karyawan dan menunjukan kualitas bagi
semua karyawan dan menunjuukan kualitas bagi semua karyawan dan meunjuukan
kualitas kepemimpinan yang bisa memberikan inspirasi positif bagi organisasi yang
dipimpimnya.
c. Pengukuran atau Measurement
Kebutuhan adalah menyusun ukuran-ukuran dasar, baik internal maupun eksternal
bagi organisasi dan pelanggan.
d. Dukungan Sistematis
Manajemen bertanggungjawab dalam mengelola proses kualitas dengan cara
membangun infrastruktur kualitas yang dikaitkan dengan struktur manajemen
internal dan menghubungkan kualitas dengan system manajemen yang ada seperti
45
perencanaan strategi, manajemen kinerja, pengakuan, penghargaan dan promosi
karyawan dan komunikasi
e. Perbaikan Berkesinambungan
Setiap orang bertanggungjawab untuk memandang semua pekerjaan sebagai satu
proses, mengatisipasi perubahan kebutuhan, keinginian dan harapan pelanggan,
melakukan perbaikan incremental, mengurasi waktu siklus dan mendorong dengan
senang hati menerima umpan balik tanpa rasa takut dan khawatir
2. Sistem TQS
3. Kualitas Pelayanan Dalam TQS
Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan TQS menawarkan model yang disebut
siklus deming yang terdiri dari 4 komponen utama : PDCA (Plan , do , check, act)
a. Plan (Rencana);
b. Merencanakan perbaikan dan pengumpulan data secara berkesinambungan
c. Do (Pelaksanaan);
d. Melakukan perbaikan, pengumpulan data dan analisis
e. Check (Evaluasi)
f. Memeriksa dan mempelajari hasil-hasil yang dicapai
g. Tindak lanjut (act)
h. Bertindak atas dasar hasil evaluasi dan melanjutkan perbaikan proses
46
4. Peran Top Management dan Pemberdayaan SDM dalam Implementasi TQS
Komitmen dan keterlibatan manajemen puncak adalah pendekatan yang paling mendasar
dalam memperbaiki kualitas manajemen. Manajemen puncak diharapkan dapat mendorong
peningkatan perilaku yang mengarah pada kualitas kinerja organisasi secara keseluruhan.
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan guna meningkatkan kualitas SDM yakni:
a. Perusahaan harus dapat mengorganisir SDM dalam tim operasional yang permanen
.Pembentukan tim guna memecahkan masalah
b. Pemberian penghargaan bagi tim yang berhasil melakukan perbaikan kualitas
c. Pemberian bonus tahunan berdasarkan produktivitas, baik yang bersifat insentif,
financial ataupun non financial.
d. Pemberian pelatihan
e. Penciptaan iklim bebas bertukar ide dan mengemukakan pendapat serta berbagi
pengalaman, keahlian danketerampilan baru.
f. Mendorong karyawan bekerja sebagai TEAM (Together Everyone Achieve More)
g. Membentuk FDG (Focus Discussion Group)
4. ACT 1. PLAN
2.DO 3.CHECK
BERTINDAK
BERDASARKAN
APA YANG
DIPELAJARI
MENGAMATI PENGARUH PERUBAHAN
MERENCANAKAN
PERUBAHAN ATAU
PENGUJIAN
MELAKSANAKAN PERUBAHAN ATAU
PENGUJIAN
47
5. Nilai Pelanggan Dan Kepuasan Pelanggan Dalam TQS
Menurut Butz dan Goodstein konsep nilai kepuasan pelanggan merupakan usaha pertama
untuk secara serius memahami pikiran, kebutuhan, harapan dan perilaku pelanggan dalam
mendefinisikan nilai tambah. Konsumen hanya akan bersedia membeli produk perusahaan
yang menawarkan Customer Delivered Value tertinggi. Customer delivered value
merupakan selisih antara total customer value dan total customer cost.
Total customer value mencakup nilai produk, nilai pelayanan, nilai personal, dan nilai
citra.
Total customer cost mencakup harga moneter, biaya waktu, biaya atas effort yang
dilakukan dan psychic cost.
6. Consumer Value
7. Costumer Loyalty
Peningkatan daya saing perusahaan melalui nilai pelanggan akan bermuara pada
loyalitas pelanggan. Menurut Griffin (2005), ada empat jenis loyalitas konsumen yaitu:
a. Tanpa Loyalitas (no loyalty)
Untuk berbagai alasan, beberapa konsumen yang tidak mengembangkan
loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu. Artinya, konsumen tidak akan
pernah menjadi konsumen yang loyal, mereka hanya berkontribusi sedikit
terhadap suatu perusahaan. Secara umum perusahaan harus menghindari suatu
48
kelompok yang masuk kategori tanpa loyalitas untuk dijadikan target pasar
karena mereka tidak akan pernah menjadi konsumen yang loyal.
b. Loyalitas yang Lemah (inertia loyalty)
Keterkaitan yang lemah digabung dengan pembelian ulang tinggi akan
menghasilkan loyalitas yang lemah. Konsumen yang memiliki sikap ini biasanya
membeli berdasarkan kebiasaan. Dasar yang digunakan untuk pembelian produk
biasanya karena sudah terbiasa atau karena selalu menggunakan produk tersebut.
Kesetiaan semacam ini biasanya banyak terjadi pada produk yang sering
dipakai, tetapi tidak menutup kemungkinan konsumen yang memiliki loyalitas
yang lemah berubah dengan cara mendekatkan diri kepada konsumen tersebut
melalui produk yang lebih dibandingkan pesaing
c. Loyalitas Tersembunyi (latent loyalty)
Tingkat preferensi yang relatif tinggi yang digabung dengan tingkat pembelian
berulang yang rendah menunjukkan loyalitas yang tersembunyi. Pengaruh
situasi dan sikap yang menetukan pembelian ulang. Perusahaan dapat mengatasi
loyalitas tersembunyi ini dengan cara memahami faktor situasi yang
berkontribusi pada loyalitas tersembunyi itu.
d. Loyalitas Premium (premium loyalty)
Loyalitas premium merupakan jenis loyalitas yang terjadi bilamana suatu tingkat
ketertarikan yang tinggi berjalan selaras dengan aktifitas pembelian kembali.
Loyalitas seperti inilah yang sangat diharapkan oleh perusahaan. Pada tingkat
preferensi yang tinggi, maka konsumen akan bangga menemukan dan
menggunakan produk tersebut dan dengan senang hati membagi pengetahuan
dari pengalaman mereka kepada teman, keluarga, atau konsumen lainnya.
Menurut Griffin (2005) ada tujuh tahap pertumbuhan seseorang menjadi
a. Tersangka (suspect)
Orang yang mungkin akan membeli produk atau jasa perusahaan. Kita
menyebutnya tersangka karena kita percaya atau menyangka mereka akan
membeli, tetapi kita masih belum cukup yakin.
b. Prospek (prospect)
Merupakan orang yang membutuhkan produk atau jasa tertentu dan memiliki
49
kemampuan untuk membelinya. Meskipun prospect belum melakukan
pembelian dari perusahaan, tetapi mereka telah mendengar tentang keberadaan
perusahaan, membaca tentang perusahaan atau ada yang merekomendasikan
perusahaan kepadanya. Prospect mungkin mengetahui siapa kita, dimana kita
dan apa yang kita jual, tetapi mereka belum membeli dari perusahaan.
c. Konsumen yang didiskualifikasi (disqualified prospect)
Merupakan prospek yang sudah cukup perusahaan pelajari untuk mengetahui
bahwa mereka tidak membutuhkan, atau tidak memiliki kemampuan membeli
produk perusahaan.
d. Konsumen yang pertama kali (first time customer)
Merupakan orang yang telah membeli dari perusahaan satu kali. Orang tersebut
bisa jadi merupakan konsumen perusahaan sekaligus konsumen pesaing
perusahaan.
e. Konsumen yang melakukan pembelian berulang (repeat customer)
Konsumen berulang adalah orang-orang yang telah membeli dari perusahaan
dua kali atau lebih. Mereka mungkin telah membeli produk yang sama dua kali
atau membeli dua produk atau jasa yang berbeda pada dua kesempatan sama
atau lebih.
f. Mitra (client)
Seorang client membeli semua yang perusahaan jual dan dapat digunakan.
Client membeli secara tertaur. Perusahaan memiliki hubungan yang kuat dan
berlanjut, dan menjadikannya kebal terhadap pesaing.
g. Penganjur (advocates)
Sama seperti client, penganjur membeli apapun yang perusahaan jual yang
mungkin bisa ia gunakan dan membelinya secara tertaur. Tetapi seorang
penganjur akan berusaha mencari orang lain untuk membeli dari perusahaan.
Seorang penganjur membicarakan perusahaan, melakukan pemasaran untuk
perusahaan dan membawa pelanggan kepada perusahaan.
8. Peningkatan daya saing perusahaan melalui nilai pelanggan
Perusahaan tidak hanya cukup dengan memenuhi expressed needs dan responsiveness
needs, akan tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana menyenangkan pelanggan
dengan mengantisipasi dan memenuhi kebutuhannya. Perusahaan harus berorientasi
50
pada pelanggan dengan cara memberikan nilai tambah dan keuntungan yang lebih
besar.
6.2. Kualitas Pelayanan Prima melalui konsep A3 (Attitude, Attention and Action)
Mario BD(2018) “Pelayanan prima dikembangkan dengan berdasarkan konsep A3
yaitu Attention, Attitude, serta juga Action”.
A. Konsep Attitude
Calon pelanggan ataupun juga pembeli selalu mengharapkan perilaku serta sikap
yang menyenangkan dan juga baik dari pelayanan petugas yang ada ditoko atau perusahaan
tempat anda mendirikan usaha sehingga kepuasan dari pembeli bisa dapat terpenuhi sesuai
dengan harapan. Dengan pelayanan yang baik juga bisa terjadi kemungkinan pelanggan
sebelumnya tersebut akan menceritakan pengalamannya kepada orang lain dan
memberikan promosi gratis bagi perusahaan/usaha anda. Dan pelayanan berdasarkan sikap
(Attitude) terdiri dari beberapa hal berikut ini.
1. Pelayanan dengan berpikiran positif
a. Tidak bersikap apriori kepada pelanggan
b. Melayani pembeli secara terhormat
c. Tidak mencari ataupun juga memanfaatkan kelaan si calon pembeli
2. Melayani pelanggan dengan sikap menghargai
a. Mendengarkan dan juga mencatat setiap pesanan dari pembeli
b. Mengusahakan untuk bisa memenuhi kebutuhan si pembeli
c. Bisa berikap konsisten dalam melayani pembeli
d. Tutur bahasa yang baik disertai dengan senyum yang ramah
e. Sikap yang sopan santun
f. Melayani dengan memuaskan
g. Mendengarkan pendapat, saran, dan juga kritik dari pembeli
3. Pelayanan pelanggan dengan penampilan serasi
a. Penampilan serasi dengan cara berbusana
b. Penampilan serasi dengan ekspresi wajah
c. Penampilan serasi dengan cara berhias
51
B. Konsep Attention
Apabila sicalon pembeli ataupun pelanggan menunjukkan minatnya terhadap suatu
barang dan juga jasa, maka dengan begitu dapat dilakukan konsep attention. Untuk bisa
menimbulkan keinginan dari si calon pembeli, maka penjual bisa memberikan perhatian
kepada calon pembeli dengan cara mengadakan komunikasi yang diberikan kepada
pembeli produk atau jasa.
Berikut adalah bentuk-bentuk pelayanan berdasarkan dengan konsep Attention.
1. Mengamati Perilaku Pelanggan
Ketika sedang memahami dan juga mendengarkan kebutuhan dari pelanggan, maka dari
itupenjual juga haruslah bisa mengadakan pengamatan denga baik terhadap seluruh
perilaku pelanggan dengan hal berikut ini.
a. Body Movement
b. Motive Pembelian
c. Watak-Watak Pembeli
d. Body Language
2. Memberikan Perhatian Penuh Kepada Pelanggan
a. Memberikan dan juga mengajukan saran serta perhatian dengan penuh kepada
pelanggan/calon pelanggan
b. Menghargai setiap pendapat dan juga saran yang diberikan pelanggan
c. Memenuhi setiap kebutuhan pelanggan akan barang dan juga yang di pesan
d. mendengarkan dan juga mencatat kebutuhan pembeli
e. Menjelaskan kembali setiap pesanan yang telah dicatat
3. Mendengarkan Dan Juga Memahami Kebutuhan Dari Pelanggan
a. Berusaha untuk memahami seluruh kebutuhan pelanggan
b. Berusaha untuk bisa memehuhi seluruh kebutuhan pelanggan dengan cepat
c. Mendengarkan dengan baik tutur kata pelanggan mengenai seluruh kebutuhannya
d. Mencatat dengan cermat yang dibutuhkan oleh pelanggan
C. Konsep Action
Pelayanan yang prima tidak hanya cukup berdasarkan sikap dan juga perhatian saja,
tapi juga dibutuhkan sebuah tindakan yang nyata. Dan bentuk-bentuk pelayanan
berdasarkan kepada tindakan adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan kebutuhan pelanggan
52
2. Menyatakan rasa terimakasih dengan harapan pelanggan akan kembali
3. Pencatatan Pesanan Pelanggan
Yang merupakan fungsi dari catatan pesanan pelanggan adalah:
a. Menghindari kesalahan sekecil mungkin
b. Memudahkan dalam pencarian dan juga pengambilan barang
c. Memberikan kemudahan kepada pelanggan /pembeli
d. Memberikan pelayanan yang cepat
4. Pencatatan kebutuhan pelanggan
Untuk bisa memberikan pelayanan yang baik, sudah seharusnya pelayan ataupun
penjual mendengarkan serta juga memahami kebutuhan dari pelanggan, dan juga
membuat sebuah daftar kebutuhan dengan cara mengelompokkan barang sesuai dengan
ukuran, merk, kegunaan dan juga jenis dari pesanan.
5. Penegasan kembali kebutuhan pelanggan
a. Menanyakan cara pengiriman barang yang di inginkan oleh si calon pembeli
b. Menegaskan cara pembayaran baik dengan cara kredit, cash, atau dengan cek
c. Barang yang telah dicatat sebelumnya, ditegaskan kembali agar tidak terjadinya
kesalah pahaman pelayanan
d. Menanyakan alat penggunaan pembungkusan barang
Dan yang terpenting dari hal-hal diatas adalah pengucapan terimakasih dari penjual
kepada pembeli rasa positif dan diperhatikan yang akan bisa membuat pelanggan tersebut
memiliki rasa untuk kembali datang ketoko/perusahaan anda.
Berikut adalah hal-hal yang dapat anda lakukan untuk bisa menarik perhatian
pelanggan untuk datang kembali membeli barang ataupun jasa yang anda sediakan.
1. Memberikan potongan harga
2. Memberikan hadiah kepada pelanggan pada waktu-waktu tertentu
3. Menyatakan rasa terimakasih kepada setiap pelanggan
4. Memberikan bonus kepada pelanggan yang berbelanja dengan jumlah yang besar
6.3. Sifat-sifat yang mempengaruhi tingkah laku konsumen
Menurut Kotler (2000), faktor-faktor utama yang memengaruhi perilaku pembelian
konsumen adalah faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor personal dan faktor psikologi
sebagai berikut:
53
1. Budaya
Faktor-faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan mendalam
terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh
kultur, sub-kultur, dan kelas sosial pembeli.
2. Sosial
Perilaku seorang konsumen yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti
perilaku kelompok acuan (kelompok referensi), keluarga, serta peran dan status
sosial dari konsumen.
3. Pribadi
Perilaku seorang konsumen yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti
perilaku kelompok acuan (kelompok referensi), keluarga, serta peran dan status
sosial dari konsumen.
4. Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi pula oleh empat faktor psikologis utama,
yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan (learning), serta keyakinan dan sikap.
Sedangkan macam-macam tingkah laku konsumen adalah sebagai berikut:
1. Teliti
Sosok yang pertimbangan
2. Kurang Teliti
54
Bertindak cepat dan tidak menyukai hal yang bertele-tele
3. Ragu-Ragu
Pelanggan yang perlu diberi keyakinan, harus menunjukkan bukti
4. Ekonomis
Memiliki barag dengan harga ekonomis
5. Selektif
Tindakan memilih merk barang berdasarkan faktor-faktor
6. Fanatik
Pelanggan yang sangat yakin, percaya diri, sulit diubah
7. Pendiam
Sifatnya pendiam sukar dilayani
8. Ramah
Seringkali berbicara, menginginkan pelayanan yang memuaskan
9. Tegas
Penuh keyakinan percaya diri tidak fanatic
10. Pasif
Pelanggan yang tujuannya hanya melihat-lihat
11. Pelit
Pelanggan yang selalu untuk sendiri dan selalu membeli barang murah
6.4. Pola Konsumsi Konsumen
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola komsumsi, hal ini antara
lain adalah:
55
1. Penghasilan
Apabila penghasilan yang diperoleh pelangggan kecil, maka pola konsumsinya
akan kecil juga atau dibawah rata-rata. Akan tetapi pelanggan yang penghasilannya
besar kemungkinan pola konsumsinya akan lebih besar, mereka mungkin tidak
hanya akan mencukupi kebutuhan utama saja melainkan juga bisa memenuhi
kebutuhan sekunder dengan sempurna ataupun lebih dari itu.
2. Pendidikan
Pendidikan yang diperoleh seseorang juga akan mempengaruhi pola konsumsinya.
Orang yang hanya memperoleh pendidikan rendah jarang memikirkan hal-hal
diluar kemampuannya. Sementara orang yang dengan tingkat pendidikan lebih
tinggi cenderung akan memenuhi kebutuhannya itu sesuai dengan tingkat atau
macam pendidikannya. Contohnya seseorang lulusan perguruan tinggi akan lebih
banyak menginginkan buku dibandingkan dengan seseorang dengan lulusan
sekolah dasar.
3. Tempat Tinggal dan Iklim
Tempat tinggal dan iklum juga sangat berpengaruh pada pola konsumsi seseorang.
Misalnya saja orang yang tinggal di daerah dingin akan banyak membutuhkan
makanan-makanan atau minuman yang menghangatkan badan serta pakaian-
pakaian yang hangat.
4. Agama atau kepercayaan
Agama atau kepercayaan yang dianut oleh seseorang bisa juga mempengaruhi pola
konsumsinya. Sebagai contoh dalam pembelian makanan seorang muslim, mereka
akan memilih jenis makanan yang dihalalkan menurut agama ataupun
kepercayaannya.
5. Umur
Umur seseorang tentunya banyak mempengaruhi pola konsumsinya. Misalnya saja
orang dewasa akan membtuhkan makanan lebih banyak, butuh hiburan dan lain
sebagainya. Sementara anak-anak hanya membutuhkan makanan yang relative
sedikit dibandingkan dengan orang dewasa, kemudian mereka juga memerlukan
barang mainan dan lain sebagainya.
6. Kebanggasaan
56
Kebanggasaan juga sangat mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Hal ini
dikarenakan adat istidat ataupun kebiasaan yang berbeda. Misalnya orang-orang di
asia cenderung lebih banyak yang tergantung pada besar dibandingkan dengan
orang-orang di Eropa ataupun di Amerika
7. Pekerjaan
Pekerjaan bisa juga mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Contohnya seperti
petani yang tidak atau jarang yang membutuhkan pakaian lengkap dengan dasi
kecuali kalau menghadiri pesta, hal berbeda terhadi pada pekerja kantoran yang
lebih banyak membutuhkan pakaian yang necis. Peralatan yang dibutuhkanpun
masing-masing sangat berbeda. Demikian jugadengan keperluan rumahtangganya
yang menunjukkan pola yang berbeda.
Selain itu juga terdapat motif pembelian , yaitu pertimbangan-pertimbangan dan
pengaruh yang mendorong seorang konsumen untuk melalukan sebuah pembelian terhadap
barang dan jasa. Adapun jenis-jenis motif pembelian adalah:
1. Motif Manfaat
Seluruh kegiata setiap pembeli adalah selalu berusaha ingin memperoleh manfaat
atau faedahnya, keuntungan dan kebahagiaan dari produk yang ia beli.
2. Motif rasa Bangga
Motif rasa bangga yaiu merupakan alasan pembelian barang dan jasa. Beberapa
petunjuk yang bisa dilakukan oleh seorang penjual ataupun manajemen pemasaran
antara lain:
a. Pujilah dan sanjunglah para pembeli
b. Hargailah pendapat atau pandangan para pembeli
c. Ajukan banyak pertanyaan tentang diri pembeli
d. Sebut nama pembeli
e. Senangilah para pembeli
f. Mintalah nasehat para pembeli sebab ia akan merasa bangga
3. Motif ingin meniru
Motif ingin meniru merupakan salah satu alasan terjadinya pembelian terhadap
sesuatu barang atau jasa. Biasanya setiap orang ingin meniru orang lain. Dalam
kehidupan sehari-hari kita banyak meniru mode pakaian, mode potongan rambut,
mode rumah, dan sebagainya.
57
4. Motif perasaan kuatir dan rasa takut
Perasaan kuatir dana rasa takut ialah merupakan salah satu alasan pembelian
terhada[ barang atau jasa. Semua orang merasa takut akan terjadinya kebanjiran,
sakit, kecelakaan, kebakaran dan sebagainya, Rasa kuatir dan rasa takut ini
merupakan dasar dari gejala seseorang untuk membeli berbagai macam barang
kebutuhannya. Contoh seseorang yang membeli obat nyamuk Karena ia takut
digigit nyamuk, seseorang membeli jas hujan Karena takut kehujanan, seseorang
membeli alat pemadam kebakaran karena ia takut kebakaran dan sebagainya.
5. Motif ingin bersaing
Motif ingin bersaing adalah merupakan salah satu alasan untuk membeli sebuah
barang, hanya saja tidak sekuat motif manfaat dan rasa bangga. Contohnya seperti
seorang ibu ingin membeli alat-alat kecantikan karena ia tidak mau kalah dengan
ibu-ibu yang lainnya.
6. Motif iri hati
Motif iri hari lebih bersifat indivisual, tidak seperti halnya motif manfaat ataupun
rasa bangga. Contohnya seorang ibu membeli TV baru padahal sebenarnya sudah
punya TV, dalam hal ini ibu ini merasa iri hati karena tetangganya baru saja
membeli sebuah TV baru yang ukurannya jauh lebih besar.
58
Diskusi :
Studi kasus
Meja Receptionis:
Seorang tamu yang menghampiri meja reseptionis Hotel tampak kecewa. Ia memberitahu
bahwa kamar yang diperuntukkan baginya tidak “layak huni” selain kondisi tempat tidur yang
tidak memadai kasur lepek ,tidak ada selimut , sprei kotor , ruang yang berdebu juga kondisi
toilet yang rusak serta tidak ada perlengkapan mandi . Ia memberitahu bahwa menurut
perasaanya hotel dan ongkos sewa setingkat ini seharusnya memiliki kamar yang bersih
dengan kondis yang baik . Ia menuntut segera dilakukan tindakan .
*jawablah pertanyya berikut dengan tindakan kalimat tanya bahasa kata pernyataan anda
sendiri sebagai berikut :
A. Apa yang akan anda katakan kepada tamu ini
B. Catatlah rencana tindakan anda ………………
C. Ulangi kembali keluhan itu………………………
Pernyataan maaf ……………………………….
Terimalah perasaannya ………………………..
Jelaskan apa yang hendak anda lakukan …..
Ucapkan terima kasih kepada tamu ini………
Pastikan pelanggan kembali lagi …………….
59
BAGIAN VII
MENGUKUR KINERJA PELAYANAN
Organisasi yang peduli dengan kualitas pelayanan memiliki Service Quality
Control dan Service Quality Assurance yang baik. Kedua sistem tersebut mempunyai
tujuan yang berbeda. Service Quality Control berfungsi sebagai pemantau dalam standart
pelayanan yang sudah diterapkan apakah sudah konsisten disetiap titik kontak pelayanan
(customer touch point) dan disetiap interaksi yang dilakukan frontliner dengan pelanggan
(moments of truth).
Setiap pelanggan mengharapkan organisasi memiliki Service Quality Control yang
baik, dengan membuat spesifikasi service quality yang baik maka kepuasan pelanggan
dalam pelayanan yang disediakan akan membuat pelanggan mengingat akan pelayanan
yang telah diberikan oleh perusahaan atau frontliner itu sendiri. Perusahaan harus terus
memantau service quality level dalam hal kompatibilitas fasilitas (tangible), frontliner
(people) dan sistem serta prosedur dalam pelayanan pelanggan itu sendiri. Ada dua jenis
penyimpangan service quality, yakni penyimpangan sistematik dan non sistematik.
Penyimpangan sistematik terjadi jika ada kegagalan sistem, sedangkan penyimpangan non
sistematik bersifat lebih kepada people atau teknologo. Agar penyimpangan seperti itu
tidak terjadi frontliner dan pimpinan wajib melakukan analisis penyebab (root cause
analysis).
Service Quality Assurance bertujuan mengevaluasi sejauh manakah penerapan
standart pelayanan dan cara kerja frontliner serta kualitas yang dihasilkan apakah sudah
memberikan pengalaman atau kesan yang menyenangkan bagi pelanggan (customer
experience). Jarak waktu minimal yang harus dilakukan dalam Service Quality Control
yakni 1 tahun sekali agar quality control bersifat berkala (longitudinal).
Terdapat tiga metode dalam service quality: Mystery Shopping, Service Quality
Audit, serta Survei kepuasan dan loyalitas pelanggan. Metode Mystery Shopping dan
Service Quality Audit tidak melibatkan pelanggan demikian pula dengan Service Quality
Audit, Mystery Shopping yang tidak melibatkan Frontliner dan back office.
60
7.1. Mystery Shopping
Mystery Shopping adalah sebuat metode yang memberikan penilaian langsung
dalam kinerja yang diberikan dalam pelayanan kepada seorang Mystery Shopper. Mystery
shopping disebut juga sebagai bentuk dari audit eksternal dengan mengirimkan seseorang
yang berperan sebagai customer untuk mengecek, menilai dan mengamati hasil pelayanan
yang diberikan oleh staf di lapangan. Mystery Shopper bekerja secara rahasia untuk
melihat atau memantau tingkat pelayanan yang diberikan frontliner kepada pelanggan.
Apakah pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan SOP (Standard Operation
Procedure) organisasi.
Sesuai dengan namanya, shopper tidak boleh menunjukkan identitasnya selaku
petugas mystery shopper kepada fronliner. Shopper harus berakting sebagai pelanggan
biasa yang hendak membeli produk atau sekedar bertanya. Bagi anda yang suka shopping,
tentunya hal ini bisa menjadi pengalaman baru berbelanja. Efek positif yang saya alami
selama menjadi mystery shopper adalah semakin tahu bagaimana seharusnya konsumen
dilayani atau diberikan pengalaman berbelanja terbaik.
Setiap organisasi ternyata mempunyai cara bagaimana memuaskan pelanggan dan
itu termuat dalam SOP (Standard Operation Procedure). Sangat menyenangkan! Cara
Kerja Sekali lagi, shopper harus bersikap sebagai konsumen biasa dan tidak overacting.
Segala peralatan yang berhubungan untuk report jangan sampai dilihat dan dicurigai oleh
staf. Shopper harus datang di hari dan waktu yang ditentukan dan melakukan prosedur
awal sesuai yang ditugaskan. Respon dari frontliner yang menjadi acuan dari shopper
untuk membuat report.
Oleh karena itu, shopper perlu menyiapkan alat untuk mengambil foto aktual, atau
alat untuk merekam percakapan dan ingatan yang kuat mengenai interaksi dengan staff.
Memakai Hp dengan fasilitas foto dan rekam suara juga bisa jadi alternatif, malah tidak
terlalu ketahuan oleh frontliner. Selain itu, shopper perlu mengetahui nama frontliner yang
dihadapi dan juga keadaan front office itu. Sederhananya, konsep 5 W + 1 H (What,
Where, When, Who/Whom, Why, How) adalah pertanyaan dasar yang jawabannya bisa
diambil dari situasi front office yang dikunjungi.
1. Kegunaan Mystery Shopping
Ada dua tingkatan pelayanan dalam Mystery Shopping, yaitu tingkat dasar
pelayanan pelanggan dalam hal mencari informasi setelah itu diikuti tingkat berikutnya,
61
yaitu tingkat transaksi. Tujuan Mystery Shoping dalam tingkat untuk mendapatkan
informasi yakni bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian pelayanan frontliner sesuai
dengan standart pelayanan, mengetahui pengetahuan produk dan ketrampilan frontliner
dalam melayani baik dalam melakukan penjualan (selling), menaikan skala penjualan (up
sale) serta penjualan silang (cross selling).
Pada dasarnya metode Mystery Shopping bersifat riset kualitatif dimana hasil atau
data yang diperoleh digunakan dengan bijaksana. Standart penilaian atau riset ini dilakukan
biasanya hanya per periode evaluasi, bisa sebulan sekali bahkan setahun sekali. Data yang
diperoleh digunakan sebagai indikasi untuk memberikan penghargaan kepada frontliner
dan tim.
Standart pelayanan perusahan brbeda-beda, namun tetap saja ada kesamaan dalam
standar pelayanan yaitu dalam hal greeting, grooming, komunikasi verbal dan nonverval.
Mystery Shopping dan hasilnya bisa dibandingkan dengan tingkat pelayanan dan dapat
diukur ketingkat dunia. Metode perbandingan tersebut disebut Mystery Shopping.
2. Metodologi Mystery Shopping
Mystery Shopping harus memperhatikan dalam pelaksanaan, target objek yang
dievaluasi tidak mengetahui waktu dan apa saja yang dievaluasi. Sekenario kunjungan
dalam melakukan Mystery Shopping yang efektif yaitu:
a. Kunjungan dilakukan pada jam sibuk dan non sibuk, dimana pada dasartnya
kedatangan pengujung yang ramai atau kurang ramai dapat dijadikan sebagai target
hari kunjungan.
b. Mystery Shopper melakukan skenario pelayanan 5 meter dari lokasi walk in center,
mystery Shopper wajib menghafal parameter pengamatan yang akan digunakan
dalam menguji kapabilitas dan kompatibilitas frontliner.
c. Mystery Shopper digambarkan sebagai pelanggan atau pribadi yang profil
demografi serta psikografinya mirip dengan target pelanggan. Mystery Shopping
dibagi dua, dilakukan oleh pelanggan atau dilakukan oleh konsultan pelayanan.
d. Independesi melaksanakan Mystery Shopping akan menghasilkan suatu data yang
dipercaya oleh penggunanya. Hasil Mysetry Shopping dpat berupa fakta visual serta
vocal atau percakapan yang direkam.
e. Formulir isian berupa pertanyaan “ya atau tidak”. Ya berarti kompatibilitas
sedangkan tidak berarti tidak memenuhi standart.
62
Untuk menilai budaya pelayanan secara keseluruhan, baik dilini depan maupun
belakang diperlukan metode Service Quality yang telah dikembangkan oleh Carre CCSL.
7.2. Service Quality Audit
Service Quality Audit merupakan metodologi yang sangat efektif, membuat seluruh
jajaran atau organisasi menerapkan budaya dan sistem yang diberlakukan, dan membuat
perusahaan melakukan akselerasi penyebaran dan penerapan budaya pelayanan diseluruh
perusahaan. Service Quality sendiri merupakan sebuah sistem dan strategi yang tidak bisa
dipisahkan dari efektifan dalam emmbangun buadaya pelayanan. Service Quality Audit
merupakan metodologi audit komprehensif yang dikembangkan oleh Carre CCSL. Ada
dua cangkupan besar dalam Service Quality Audit, yakni Service Ethos Audit dan Outlet
Compliance Audit. Yang pertama mengukur tingkat budaya dalam pelayanan yang
diberikan oleh cabang atau outlet dengan cara menilai kompatibilitas terhadap dimensi
pembentuk budaya pelayanan. Untuk Outlate Compliance Audit Service Level Agreement
yang berupa kriteria parameter Speed, Accuracy, dan intensitas Tender, Loving, Care serta
First Resolution, Completeness, dan Back Log Management. Data yang dihasilkan dari
Service Quality audit berupa Service Ethos Index yang berguna melihat seberapa fokusnya
pelanggan, seberapa customer centric dan bagaimana budaya pelayanan yang ada di
perusahaan.
7.3. Survei Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan
Survei kepuasan dan loyalitas pelanggan merupakan riset kuantitatif yang
dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden atau pelanggan. Responden
diminta memberikan penilaian atas pengamatannya ketika perusahaan/ fronliner
memberikan pelayanan. Pada dasarnya survey ini berfungsi sebagai tolak ukur untuk
mengetahui presepsi yang ada dibenak pelanggan. Persepsi kepuasan pelanggan dapat
mempengaruhi seberapa baiknya reputasi merek perusahaan.
1. Kegunaan Survei Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan
Survei kepuasan dan loyalitas pelanggan selain dapat digunakan untuk menurunkan
indeks kepuasan dan indeks loyalitas, juga dapat digunakan untuk mengeksplorasi Key
Customer Satisfaction and Dissatisfaction Driver, termasuk menggali persepsi sumber-
sumber kepuasan dan loyalitas dalam aspek petugas frontliner (people), cara dan sistem
63
kerja atau proses (termasuk prosedur dan batasan ketentuan waktu serta spesifikasi kualitas
pekerjaan yang disampaikan), dan penggunaan aspek teknologi informasi,
telekommunikasi, dokumentasi, database (technology) yang bertujuan untuk
mengautomatisasi pekerjaan yang dilakukan secara manual.
Dengan diketahuinya Key Performance Driver tersebut maka, perusahaan dapat
lebih terarah mengalokasi sumber dayanya.
2. Metodologi Survei Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan
Pengukuran dapat dilakukan dengan metode ad hoc sekali setahun atau dengan
model desain studi longitudinal berkala sepanjang tahun, karena bersifat persepsi dan
menggali langsung ke responden. Membutuhkan bujet yang tidak sedikit karena dilakukan
dengan emnggunakan media call center, atau dengan email. Namun ada batasan dalam
jumlah pertanyaan dan kehilangan aspek human interaction yang berguna dalam
menindaklanjuti pertanyaan yang muncul. Survei ini pada akhirnya menghasilkan dua buah
indeks yang snagat penting untuk diapantau, yakni Indeks Kepuasan pelanggan dan
Loyalitas Pelanggan.
7.4. Mengukur Diri Sendiri
Frontliner sebelum diukur kinerjanya atas kepuasan pelayanan terhadap pelanggan,
cermin diri salah satu hal yang perlu dipehatikan. Dengan mencari umpan balik untuk
mengetahui kompetensi dan untuk introspeksi, akan lebih memudahkan dalam mengenal
diri kita sendiri. Introspeksi diri dengan menjelaskan tingkat keterbukaan dan tingkat
kesadaran tentang diri kita, dimana dapat diukur level keterbukaan diri kita. Setelah itu,
meminta saran dari orang-orang terdekat, yang dapat dipercaya dan yang dapat memberi
solusi akan membantu lebih dalam lagi.
Frontliner yang siap diukur percaya bahwa dia telah melakukan hal terbaik.
Frontliner harus berusaha terus untuk mencapai perubahan dan bervisi positif. Frontliner
hendaknyta belajar dari pengalaman dan menjadikan pengalaman sebagai guru terbaik.
Frontliner dapat meminta nasehat ketika merasa putus asa kepada atasan atau
emntor. Sikap terbaik yang diterapkan adalah menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari
masalah. Frontliner harus menikmati dan menyenangi apa yang dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang positif. Frontliner yang positif akan berkarakter positif dan selalu
menemukan hal yang terbaik pada diri orang lain.
64
Kombinasi antara sikap dan pikiran yang positif, mengenal diri sendiri dengan
introspeksi diri dan umpan balik, juga motivasi dan memiliki sikap pemenang akan
menjadikan sebuah individu yang lebih percaya diri. Jika seseorang sebagai customer
service memiliki sebagian besar dari hal tersebut, maka melayani pelanggan pun akan lebih
dilakukan dengan cara yang benar, juga menurut dari kemampuan dirinya, dimana akan
lebih mudah untuk dikerjakan, daripada dari hal yang dipaksakan.
Shopper bisa melakukannya seusai jam kerja atau weekend. Jangan sampai
mengerjakan di saat waktu penting anda. Report Tentu saja shopper tidak hanya sekedar
berbelanja. Pengalaman dengan staff perlu dilaporkan dalam laporan online atau tertulis,
tergantung perusahaan mystery shopping tempat ia bekerja. Dan bagi saya, tahap ini adalah
tahap yang membosankan untuk dihadapi. Shopper akan berhadapan dengan banyak
pertanyaan detail. Shopper juga perlu melampirkan foto sebagai bukti ia telah berkunjung
dan menyertakan lampiran yang diwajibkan untuk diambil. Lampiran itu bisa struk
pembelian, rekaman suara, foto, dsb. Biasanya laporan harus dibuat dalam 1 x 24 jam.
Mengapa? agar shopper masih dapat mengingat secara detail tentang pengalaman
berbelanja dan berhadapan dengan staff di outlet. Suka menunda membuat laporan?
Sebaiknya pikir ulang lagi bila mau menekuni profesi ini. Mungkin terlihat sepele namun
kesungguhan anda menjelaskan attitude anda dalam bekerja. Semakin shopper mengikuti
aturan main yang diterapkan, shopper semakin dipercaya.