universal precaution and post exposure

84

description

menjelaskan

Transcript of universal precaution and post exposure

  • *

  • Universal Precaution saat ini dikenal dengan kewaspadaan standar, dirancang untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui (Depkes, 2008).

    Kewaspadaan universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007).

  • Menurut Nursalam (2007) :a. Mengendalikan infeksi secara konsisten.b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak terdiagnosa atau tidak terlihat seperti risiko.c. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien.d. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya.

  • .Era Global rentan thd infeksi :new emerging infectious diseases : SARS, HIV, Ebola, Avian Influenza, dsb.Emerging disease : TB, malaria, leptospira.Reemerging disease : pes, anthrax.

    Perlu perlindungan terhadap :NakesPasienMasyarakat*

  • Kewaspadaan UniversalSalah satu dari upaya pengendalian infeksi di sarkesUpaya pencegahan dasar / standarPada semua kondisiBagian inti dari teknik isolasi**

  • Teknik Isolasi**

  • Operasional Kewaspadaan Universal :Cuci tanganAlat pelindung perorangan (APP) Pengelolaan Alkes Bekas Pakai (Dekontaminasi, sterilisasi, disinfeksi)Sharp Precautions / Pengelolaan Benda TajamPengelolaan Limbah dan Sanitasi Ruangan**

  • Cuci TanganAir MengalirSabun10 detikAntiseptikLap tangan kering / sekali pakai**

  • Cuci tangan bedah**Proses selama 2-5 menit

  • Alat Pelindung Perorangan (APP)Sarung TanganPelindung MukaMaskerKacamata / gogleGaun/Jubah/ApronPelindung Kaki**

  • Bagan Alur Pemilihan Sarung Tangan**TANPA SARUNG TANGAN Apakah kontak dengan darah atau cairan tubuh?TidakApakah kontak dengan pasien?YaTidakS.T. RUMAH TANGGAatau SARUNG TANGAN BERSIHApakah kontak dengan jaringan di bawah kulit?YaSARUNG TANGAN BERSIH atauSARUNG TANGAN DTT(Disinfeksi Tingkat Tinggi)TidakYaSARUNG TANGAN STERILatauSARUNG TANGAN DTT.

  • Gambar Alat Pelindung**

  • Antiseptik**

    KelompokTerhadap MikroorganismeKeckrjKeteranganGr+Gr-TbJmEnVirAlkohol 60- 90%++++++++++-++CptMurah, menguap, terbakarKlorheksedin 2-4%+++++-+-+CptMahal, efek persisten, sabun -Heksaklorofen 3%++--++--LbtBerulang, alkh -, reboundYodin+alkohol 3%++++++++++-++CptMurah, iritatif diserap kulitYodofor (BetadinR) 1:2500++++++++++-++SdgTidak iritatif, bukan disinfekstan, mksTriklosan++++++++--+++Sdg

  • Manfaat Alat Pelindung**

    Alat PelindungTerhadap pasien Terhadap Nakes Sarung tanganMencegah kontak M.O dari tangan nakes kepada pasien Mencegah kontak tangan nakes dengan darah dan cairan tubuh pasien, mukosa, kulit luka alkes/ permukaan yang terkontaminasi MaskerMencegah kontak droplet dari mulut & hidung Nakes saat napas, bicara, batuk kepada pasien Mencegah mukosa nakes (hidung dan mulut) kontak dengan percikan darah / c.t. pasien Kacamata pelndung-Mencegah mukosa nakes kontak dengan percikan darah / c.t. pasien Tutup kepalaMencegah jatuhya MO rambut/ kepala nakes ke daerah steril -Jubah & celemek plastikMencegah kontak MO dari tangan/ tubuh/ pakaian nakes kepada pasien Mencegah kulit nakes kontak dengan percikan darah/ c.t. pasien Sepatu PelindungMengurangi terbawanya MO dari ruangan lainMencegah kaki terluka oleh benda tajam yang terkontaminasi atau terjepit benda berat dan mencegah kontak dengan darah / c.t. lainnya

  • Pengelolaan Alkes Bekas PakaiDekontaminasiCuciSterilisasi/DTTPenggunaan Disinfektan dg Benar**

  • Pengelolaan Alat Kesehatan**DekontaminasiRendam dalam larutan klorin 0.5% selama 10 menitCuci bersih dan tiriskanPakai sarung tangan dan pelindung terhadap objek tajamPendinginan & PenyimpananSiap pakaiCatatan:Alat yang terbungkus dalam bungkusan steril dapat disimpan sampai satu minggu bila tetap keringAlat yang tidak terbungkus harus disimpan dalam tempat (tromol) sterilAlat yang diolah dengan disinfeksi tingkat tinggi disimpan dalam wadah terutup yang tidak mudah terbuka atau segera dipakai

  • Dekontaminasi dengan lar klorin 0,5% selama 10**

  • Alat Desinifeksi Tingkat Tinggi**

  • Alat Sterilisator Uap Bertekanan**

  • Disinfeksi-SterilisasiCara Desinfeksi atau Sterilisasi tergantung dari besar risikoPakai sarung tangan rumah tanggaAlat harus dilepas / diurai sebelum dicuci**

  • Pemilihan Cara**

    Derajat RisikoCara penggunaan AlatCaraRisiko tinggiMenembus kulitSterilisasi, atau sekali pakaiRisiko sedangKontak dengan kulit yang tidak utuh atau lapisan mukosaSterilisasi, disinfeksi tingkat tinggi (DTT) -rebus, disinfeksi kimiawiRisiko rendahKontak dengan kulit yang utuh Cuci bersih dengan air panas dan sabun

  • Desinfektan**

    DisinfektanPemakaianKeunggulanKekuranganAlkoholDTM, Antiseptik kulitTermometer, stetoskop, Kerja cepat, tanpa residu, tidak berbekasKonsentrasi , inaktif oleh bahan organik, karet mengerasKlorinDTM, Alat dialisis, tanki, CPR, dekontaminasi alat dan permukaan, percikan darahMurah, kerja cepat, tersedia di pasarKorosif, inaktif oleh bahan organik, iritasi, tidak stabil pada pengenceran 1:9 (>)Etilin OksidaSterilisasi gasUntuk alat yang tidak tahan panas dan tekananKerja lambat dan butuh waktu lama untuk menghilangkan residu yang toksisFormalde-hidTerbatas, dekontaminasi biosafety cab lab, fumigasiTahan terhdp bahan organikKarsinogeni, toksik, iritan, bau menyengatGlutaralde-hidDTT (2%), endoskopi, alat terapi pernafasan, alat anestesiNonkorosif, tahan bahan organik, cocok untuk alat optik, sterilisasi dlm 6-10jamIritasi, cepat inaktif bila diencerkan, mahal, sulit dipantau konsentrasinya, residu

  • Disinfektan**

    DisinfektanPemakaianKeunggulanKekuranganH2O23% - DTR, lantai, dinding, perabot RT6%- DTT, endoskop, lensa kontakOksidan kuat, kerja cepat, terurai O2 dan airKorosif bagi aluminium, tembaga, kuningan dan sengYodoforDTM- termometer, tankiDTR- permukaan keras kursi roda, TT, belKerja cepat, tidak toksik & tdk iritatifTdk cocok utk permukaan keras, korosif u/ metal, kulit terbakar, tdk tahan bhn organik meninggalkan bercakAsam ParasetatDTT ut alat tdk tahan panas, untuk mesin sterilisasi Aman u/ lingkungan (air, O2, H2O2, asam asetat), kerja cepat, aktif thd organikKorosif, tidak stabil bila diencerkanFenolDTM/ DTR, lantai, dinding, perabot RT.Residu dipermukaan, banyak di pasarTidak u/ kamar bayi (hiperbilirubinemia), tidak utk kontak dg makanan, diserap kulit, lengketAmonium KuarternerDTR, Lantai, dinding, perabot, percikan darahNon-iritatif, detergentTdk untuk alkes, terbatas spektrum sempit

  • Pengelolaan Alat / Benda Tajam (Sharp Precautions)Pisau bedah, jarum suntik, kaca, dsbSingkirkan ke dalam wadah tahan tusuk oleh pemakai Wadah limbah tajam di tempat strategis, anti tumpah Dilarang menyerahkan alat tajam secara langsungJangan menutup jarum suntik satu tangan**

  • Wadah Tahan Tusukan**

  • Pengelolaan Limbah dan Sanitasi RuanganLimbah CairSampah MedisSampah RTInsinerasiPenguburanDesinfeksi permukaan**

  • UNIVERSAL PRECAUTIONS pada HIVKebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan sejak adanya penyakit AIDSSejak 1997-1998, menurun 20% angka kematian akibat AIDS. December 1998 : 688.200 di Amerika dinyatakan menderita AIDS. Diperkirakan minimal 40,000 penderita HIV baru tiap tahun.

  • Tiap tahun 1.800 bayi baru lahir terinfeksi HIV. Lebih 80% anak diatas terinfeksi melelui ibu atau melalui proses kelahiran. Antara 1992-1996, telah menurun 43%. > 1,000,000 orang amerika carrier Hepatitis B dalam darahnya. Sekitar 300,000 terinfeksi melalui ibunya.UNIVERSAL PRECAUTIONS

  • Tujuan utamanya adalah untuk melindungi keluarga/tim perawatan dari berbagai infeksi

    Bukan hanya HIV, justru risiko penularan HIV pada keluarga di rumah sangat amat rendah.

    Jadi kita harus menganggap sebagian besar cairan tubuh sebagai sumber infeksi.UNIVERSAL PRECAUTIONS

  • Cairan tubuh yang perlu diwaspadai SemenCairan vaginaCairan ketubanCairan limfaCairan cerebrospinalCairan pleura dan peritonealCairan pericardial

    UNIVERSAL PRECAUTIONS

  • Kegiatan yang paling berisikoMenyuntik/mengambil darahTindakan bedahTindakan kedokteran gigiPersalinanMembersihkan darah/cairan lainUNIVERSAL PRECAUTIONS

  • Perilaku yang menempatkan petugas layanan kesehatan atau pasien dalam keadaan berisikoMenutup jarum suntik kembaliSalah meletakkan jarum, pisau/alat tajamMenyentuh pasien tanpa cuci tanganUNIVERSAL PRECAUTIONS

  • Petugas layanan kesehatan hrs menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam hubungan dengan semua pasienAdministrative ControlsStandard PrecautionsAlat PelindungPerawatan dirumahUNIVERSAL PRECAUTIONS

  • Administrative ControlsPendidikanMengembangkan sistem pendidikan tentang tindakan pencegahan kepada pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam menjalankannya Ketaatan terhadap tindakan pencegahan (Adherence to Precaution)Secara periodik menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya perbaikan langsungUNIVERSAL PRECAUTIONS

  • Standard PrecautionsCuci tangan dengan menggunakan antiseptik setelah berhub. dengan pasien atau setelah membuka sarung tanganSegera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuhPakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan cairan tubuh atau peralatan yang terkontaminasi dan saat menangani peralatan habis pakaiPakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuhTangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman; yang sekali pakai tidak boleh dipakai ulangBersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang cocokPatuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medisTangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan prosedurBuang limbah sesuai prosedurKesehatan karyawan dan darah yang terinfeksi bakteri patogenUNIVERSAL PRECAUTIONS

  • Untuk mencegah luka tusuk benda tajam:Berhati-hati saat menangani jarum, scalpel, instrumen yang tajam atau alat kesehatan lainnya dengan permukaan tajam,Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai atau mernanipulasinya dengan kedua tangan.Jangan pernah membengkokkan atau mematahkan jarumBuanglah benda tajam atau jarum bekas pakai ke dalam wadah yang tahan tusuk dan air, dan tempatkan pada area yang mudah dijangkau dari area tindakan.Gunakan mouthpieces, ressucitation bags atau peralatan ventilasi lain sebagai alternatif mulut ke mulut.UNIVERSAL PRECAUTIONS

  • Alat pelindung yang dibutuhkan antara lain :Sarung tangan, digunakan sebab tangan atau kulit berpotensi kontak dengan darah atau cairan lain dan material yang terkontaminasi.CelemekMasker atau pelindung muka, untuk menghindari droplet darah atau cairan lain dari mulut, mata atau hidungKacamataPelindung kaki

    UNIVERSAL PRECAUTIONS

  • Prosedur universal precaution untuk perawatan di rumah serupa dengan di rumah sakit, hanya mungkin lebih sederhana. Bila tidak ada sarung tangan, secara darurat kita dapat memakai kantong plastik yang utuh. Menutup semua luka pada kulit dengan plesterMenjaga kebersihan di rumah. Cucian bila tercemar cairan lebih baik dicuci dengan pemutih dulu (larutan klorin 0,5%) dengan memakai sarung tangan, kemudian dapat dicuci dengan sabun seperti biasa.

    UNIVERSAL PRECAUTIONS

  • Universal Precautions pada penyakit flu burung (H5N1)Untuk mencegah penyebaran virus flu burung di rumah sakit, semua pasien flu burung mulai dari kasus suspek hingga kasus terkonfirmasi harus dirawat di ruang isolasi dengan menerapkan isolasi ketat (strict barrier) dan selalu menerapkan Universal Precaution di setiap ruangannya

  • Ruang Perawatan isolasi terdiri dari : Ruang ganti umum Ruang bersih dalam Ruang rawat pasien Ruang dekontaminasi Kamar mandi petugas

  • Macam-macam alat pelindung yang dibutuhkan dalam penanganan Flu Burung serta Fungsi alat pelindung tersebut:

    . Sarung tangan Pelindung wajah : VisorGoggle / kacamata pelindungMasker N 95 / N 100Masker bedah / disposible

  • Penutup Kepala Gaun Pelindung : Apron / celemek kedap airJas operasiSepatu pelindung

  • PROFILAKSIS PASCA PAJANAN

  • Definisi PEP (Post Exposure Prophylaxis atau PPP)Profilaksis berarti pencegahan infeksi dengan obat. Pajanan adalah peristiwa yang menimbulkan risiko penularan.Jadi profilaksis pasca pajanan (atau PPP) berarti penggunaan obat untuk mencegah infeksi setelah terjadi peristiwa yang berisiko.

  • Profilaksis Pasca PajananKewaspadaan Universal merupakan prioritas utamaSetiap Rumah Sakit perlu memiliki protokol tatalaksan pasca pajanan/ pengobatanSelalu melakukan pemantauan dan pencatatan setiap pajanan pada kecelakaan kerja

  • Pajanan pada Kecelakaan KerjaPajanan Perlukaan kulitPajanan pada selaput mukosaPajanan melalui kulit yang lukaGigitan yang berdarahBahan PajananDarahCairan bercampur darah yang kasat mataCairan yang potensial terinfeksi: semen, cairan vagina, c. serebrospinal, c. sinovia, c. pleura, c. peritoneal, c. amnion, c. perickardial, Virus yang terkonsentrasi

  • Tatalaksana Pajananan : 1.Jangan Panik !Tapi selesaikan dalam
  • Tatalaksana Pajananan: 2

    SegeraLuka tusuk bilas air mengalir dan sabun / antiseptik Pajanan mukosa mulut ludahkan dan kumurPajanan mukosa mata irigasi dg air/ garam fisiolofisPajanan mukosa hidung hembuskan keluar dan bersihkan dengan airJangan dihisap dengan mulut, jangan ditekanDisinfeksi luka dan daerah sekitar kulit dengan salah satu:Betadine (povidone iodine 2.5%) selama 5 mntAlcohol 70% selama 3 mnt

    Catatan : chlorhexidine cetrimide bekerja melawan HIV, tetapi bukan HBV

  • Tatalaksana Pajananan : 3.

    LaporkanCatat dan laporkan Panitia PIN, Panitia K3, Atasan langsungAgar secepat mungkin diberi PPPPerlakukan sebagai keadaan darurat Obat PPP harus diberikan sesegera mungkin bila diperlukan (dalam 1-2 jam)PPP setelah 72 jam tidak efektifTetap berikan PPP bila pajanan risiko tinggi meski hingga satu minggu setelahnya (maks)Pantau sesuai dengan protokol Tx. ARVHitung sel darah, LFT, kepatuhan, dukungan

  • Tatalaksana Pajananan: 4PertimbangkanProfilaksis Pasca Pajanan (PPP)Didasarkan Derajat pajanan Status infeksi dari sumber pajananKetersediaan obat PPPKonselingTindak lanjut dan Evaluasi

  • PPP untuk Hepatitis B

    Vaksinasi dan respon antibodi dari Petugas KesehatanStatus infeksi Sumber PajananHBsAg positifHBsAg negatifTidak tahu sarana pemeriksaan (-)Belum divaksinasi1 dos HBIG + seri vaksinasi hepatitis B Seri vaksinasi hepatitis BSeri vaksinasi hepatitis BSumber pajanan berisiko tinggi obati seperti pada HBsAg positif Pernah divaksinasiDiketahui sbg responderTidak perlu PPPTidak perlu PPPTidak perlu PPPDiketahui sbg non-responder1 dosis HBIg + ulangan seri vaksinasi hepatitis B atau 2 dosis HBIg Tidak perlu PPPSumber pajanan berisiko tinggi obati seperti pada HBsAg positif Tidak diketahui status respon antibodinyaAnti-HBs terpajan cukup - tidak perlu PPP tidak cukup - 1 dosis HBIg + vaksin boster Tidak perlu PPPAnti-HBs terpajan cukup - tidak perlu PPP tidak cukup - 1 dosis HBIg + vaksin boster

  • Alur PPP pada pajanan HIV: 1. Menentukan Kategori Pajanan (KP)Sumber pajanan berupa darah, cairan berdarah, atau bahan lain yang berpotensi menularkan infeksi (OPIM), atau alat kesehatan yang tercemar dari salah satu bahan tersebut?OPIMTak perlu PPPDarah atau cairan berdarahKulit yg tak utuh atau selaput mukosaTidakMacam pajanan yang terjadiKulit yang utuhPajanan perkutaneusVolume?Tak perlu PPPSeberapa berat?Sedikit(mis. satu tetes, dalam waktu singkat)Banyak(mis. Beberapa tetes, percikan darah darah banyak dan/atau dalam waktu lama)Tidak berat(mis. Jarum solid atau goresan superfisial)Lebih berat(mis. Jarum besar bersaluran, tusukan dalam, darah terlihat, jarum bekas pasien)KP 1KP 2KP 2KP 3Ya

  • Alur PPP pada pajanan HIV: 2. Menentukan Kategori/ status HIV sumber pajanan (KS-HIV)Bagaimanakah Status HIV dari Sumber Pajanan?KS HIV 1KS HIV tidak tahuHIV (-)HIV (+)Tak diketahui sumbernyaTak perlu PPPPajanan dengan titer rendah, mis. Asimtomatik dan CD4 tinggiPajanan dengan titer tinggi, mis. AIDS lanjut, infeksi HIV primer, VL yang meningkat atau tinggi atau CD4 rendahKS HIV 2Tak diketahuiPada umumnya Tak perlu PPP,Perlu telaah kasus per kasus

  • Alur PPP pada pajanan HIV 3. Menentukan Pengobatan Profilaksis Pasca Pajanan

    Kategori Pajanan (KP)Kategori Sumber pajanan (KS HIV)Rekomendasi Pengobatan11 (rendah)Obat tidak dianjurkanRisiko toksisitas obat > dari risiko terinfeksi HIV12 (tinggi)Pertimbangkan AZT + 3TC + Indinavir + EfavirenPajanan memiliki risiko yang perlu dipertimbangkan21 (rendah)Dianjurkan AZT + 3TC + Indinavir + EfavirenKebanyakan pajanan masuk dalan kategori ini2321 atau 2Dianjurkan AZT + 3TC + indinavir atau nelfinavirAnjuran pengobatan selama 4 minggu dengan dosis: AZT: 3 kali sehari @ 200 mg, atau 2 kali sehari @ 300mg 3TC: 2 kali sehari @ 150mg Indinavir: 3x sehari @ 800mg 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan banyak minum, diet rendah lemah / Efaviren 1 x 600 mg

  • Tabelpanduan 2-obat ARV yang dianjurkan untuk Profilaksis Pasca Pajanan HIV

    Panduan 2 obat ARV yang dianjurkan Panduan 2 obat ARV alternatifTenovofir (TDF) + Lamivudin / Emtricitabine (3TC/FTC)Zidovudine (AZT) + Lamivudin (3 TC)

  • Kriteria pemberian 3 obat ARV : 2 NRTI + 1 PI

    Jika status HIV sumber pajanan positif, menerima ARV dan diketahui mempunyai riwayat , tanda dan terbukti resisten terhadap terapi ARV,

    atauStatus HIV sumber pajanan tidak diketahui,danLatar belakang prevalensi resistensi terhadap terapi ARV di masyarakat > 15 %

  • Tabelpanduan 3-obat ARV yang dianjurkan untuk Profilaksis Pasca Pajanan HIV

    Panduan 3 obat ARV yang dianjurkan Panduan 3 obat ARV alternatif

    Tenovofir (TDF) + Lamivudin / Emtricitabine (3TC/FTC)+ Lopinavir / ritonavir (LPV/r)Zidovudine (AZT) + Lamivudin (3 TC)+ Lopinavir / ritonavir (LPV/r)

  • AdherensAdherens ( tingkat kepatuhan minum obat yang sangat baik ( 95%), yang berkaitan dengan perbaikan dampak virologi, imunologis dan klinis.

    PPP diberikan dalam periode relatif pendek 28 hari ( 4 mgg ), namun pemberian informasi tentang pentingnya adherens dan dukungan akan memaksimalkan efektifitas obat.

  • Efek sampingEfek samping obat ARV yang paling sering dilaporkan adalah mual dan lelah.

    Pemberian obat anti mual dan menganjurkan minum obat bersama makanan akan mengurangi efek samping obat.

  • 2. Pemantauan laboratoris Direkomendasikan untuk melakukan pemantauan CD4 secara rutin setiap 6 bulan, atau lebih sering bila ada indikasi klinis. Untuk pasien yang akan memulai terapi dengan AZT maka perlu dilakukan pengukuran kadar Hemoglobin (Hb) sebelum memulai terapi dan pada minggu ke 4, 8 dan 12 sejak mulai terapiPengukuran ALT (SGPT) dan kimia darah lainnya perlu dilakukan bila ada tanda dan gejala dan bukan berdasarkan sesuatu yang rutin. Akan tetapi bila menggunakan NVP untuk perempuan dengan CD4 antara 250 350 sel/mm3 maka perlu dilakuan pemantauan enzim transaminase pada minggu 2, 4, 8 dan 12 sejak memulai terapi ARV (bila memungkinkan), dilanjutkan dengan pemantauan berdasar gejala klinis

  • Evaluasi fungsi ginjal perlu dilakukan untuk pasien yang mendapatkan TDF Keadaan hiperlaktatemia dan asidosis laktat dapat terjadi pada beberapa pasien yang mendapatkan NRTI, terutama d4T atau ddI. Penggunaan Protease Inhibitor (PI) dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan lipid.

  • Pengukuran Viral Load (VL) sampai sekarang tidak dianjurkan untuk memantau pasien dalam terapi ARV dalam keadaan terbatas fasilitas dan kemampuan pasien. Pemeriksaan VL digunakan untuk membantu diagnosis gagal terapi.

  • Efek samping ARVPenggunaan NVP dan EFV NVP berhubungan dengan insidensi ruam kulit, sindrom Steven-Johnson dan hepatotosksisitas yang lebih tinggi dibanding EFV. Toksisitas utama EFV adalah berhubungan dengan sistem saraf pusat (SSP) dan ada kemungkinan (meski belum terbukti kuat) bersifat teratogenik bila diberikan pada trimester 1 (tetapi tidak pada triemester dua dan tiga) dan ruam kulit yang biasanya ringan dan hilang sendiri tanpa harus menghentikan obat.

  • EFV perlu dihindari pada pasien dengan riwayat penyakit psikiatrik berat, pada perempuan yang berpotensi hamil dan pada kehamilan trimester pertama.

  • Penggunaan AZT dan TDF AZT dapat menyebabkan anemi dan intoleransi gastrointestinal TDF dapat menyebabkan toksisitas ginjal. TDF tidak boleh digunakan pada anak dan dewasa muda dan sedikit data tentang keamanannya pada kehamilan

  • Penggunaan d4T d4T, mempunyai efek samping permanen yang bermakna, antara lain lipodistrofi dan neuropati perifer yang menyebabkan cacat serta laktat asidosis yang menyebabkan kematian.

  • CATAT Tanggal dan jam kejadian (pajanan)Uraian kejadian lebih rinciSumber pajanan bila diketahuiPengobatan PPP secara rinci bila mendapatkannyaTindak lanjutHasil pengobatamSimpan semua data pajanan

  • Tatalaksana PPPKonseling prates untuk petugas kesehatan yang terpajanLakukan pemeriksaan awalHIVHep B and CSyphilis, malariaBeri konseling untuk tidak menjadi donor darah, harus berperilaku seksual dan suntikan yang aman sampai hasil diketahui Konseling pasca tes dan berikan hasil tes awal secepat mungkin kepada terpajan

  • Informasi kepada orang yang terpajanRisiko transmisi HIV setelah Pajanan Darah = 0.3% jika sumber pasien adalah HIV positifRisiko transmisi sesuai dengan jenis kecelakaanPPP tergantung pada kegawatan pajanan dan status HIV dari sumber pasienPPP tidak 100% efektifMinum ARVEfek samping ARV Hindari hubungan seks yang tak terlindungi sampai konfirmasi setelah 3 bulan

  • Informasi kepada orang yang terpajan

    Penjelasan yang jelas oleh dokter mengenai risiko dan tindakan yang dapat digunakan untuk melepaskan stress dan kegelisahan!Keputusan PPP harus ditangan terpajan!Tanda tangani formulir penolakan jika Petugas Kesehatan menolak PPP

  • Follow up Laboratoris

    WaktuJika meminum PPPTidak meminum PPPData Dasar (Dalam waktu 8 hari) HIV, HCV, HBVDL, TransaminaseHIV, HCV, HBVMinggu ke 4TransaminaseDLTransaminaseBulan ke 3HIV, HCV, HBVTransaminaseHIV, HCV, HBVTransaminaseBulan ke 6HIV, HCV, HBVTransaminaseHIV, HCV, HBVTransaminase

  • INGAT!HIV dan virus-virus lebih cenderung ditularkan melaluiHUBUNGAN SEKSUAL atau melalui TRANSFUSI DARAH yang terkontaminasi Kemungkinan tertular sebagai akibat pajanan pada kecelakaan kerja lebih kecil

  • Follow up klinisAmati tanda-tanda yang menunjukan serokonversi HIV (dalam 50-70%) dalam waktu 3 sampai 6 mingguDemam akut,Lymphadenopathy yang tersebar, Erupsi kulitFaringitis, Gejala-gejala flu non-specific, ulkus mulut atau area genital.

  • Evaluasi perilaku dan pengelolaan benda tajamBila banyak kecelakaan telaah perilaku atau alat perlu digantiKurangi jahitan - ganti penggunaan plesterSejauh mungkin hindari suntikan terbatas yang sangat perlu sajaHindari episiotomi yang tidak perlu

  • Risiko Kecelakaan KerjaRisiko penularan HIV setelah tertusuk jarum dari klien HIV positif 3 : 1000Risiko penularan HBV setelah tertusuk jarum dari klien HBV positif 27-37 : 100Volume Percikan Darah terinfeksi HBV yang mampu menularkan HBV 10-8ml = 0.00000001 ml

  • Risiko Penularan di Sarana Pelayanan Kesehatan

    AgenCara pajanan Resiko infeksiHBVPerkutaneus30 %HCVPerkutaneus3 %HIVPerkutaneus0.3 %HIVMukokutaneus0.03 %

  • Tindakan yang paling berisikoPengambilan darah, penutupan kembali jarum suntikMemasukan dan menangani cairan IVOperasiMenangani darah atau cairan tubuh yang terinfeksi di laboratoriumMembersihkan, menangani dan menghancurkan limbah sampah dan alat-alat medis yang terkontaminasi

    TERUTAMA DALAM KEADAAN TERBURU-BURU!

  • Kondisi lingkungan kerja mempengaruhi

    Mutu pelayananKeamananKesejahteraan pekerja

  • Kewaspadaan Universal membantu menciptakan lingkungan kerja yang amanUpaya meningkatkan keamanan dan lingkungan kerja yang kondusifPemahaman para manager risiko kerja dan cara pencegahan tatalaksana kecelakaan kerjaPenyediaan alat pelindung, bahan dan sarana perlengkapan KUPengembangan kebijakan, prosedur kerja yang rinciDukungan bagi tenaga kesehatan: stres, burnout, PPP, konseling pasca pajananSupervisiSurveilans

  • ******************