ulcus
-
Upload
mirza-ariandi -
Category
Documents
-
view
53 -
download
8
description
Transcript of ulcus
BAB I
PENDAHULUAN
Ulkus kornea merupakan salah satu infeksi mata yang sangat mengancam
penglihatan dan dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan. Ulkus kornea
dapat muncul pada semua kelompok umur dan jenis kelamin. Ulkus ini dapat
sembuh tanpa gejala sisa, berlanjut menjadi perforasi dan konsekuensi yang
dihasilkan, atau meninggalkan suatu opasitas yang jika berada di sentral dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan1.
Penyakit yang mempengaruhi kornea adalah penyebab kebutaan yang
signifikan di seluruh dunia. Berbagai infeksi dan inflamasi mata akhirnya
mempengaruhi transparansi kornea dan menyebabkan kebutaan kornea. Individu
dengan kebutaan kornea biasanya dari kelompok usia yang lebih muda
dibandingkan dengan mereka yang menderita katarak2.
Berdasarkan definisi kebutaan menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), diperkirakan saat ini terdapat 45 juta orang di seluruh dunia yang buta
bilateral, 6 sampai 8 juta buta karena penyakit kornea. Di beberapa daerah di
Afrika, hampir 90% dari kebutaan total akibat penyakit kornea.
Katarak bertanggung jawab terhadap 20 juta dari 45 juta orang buta di
dunia. Penyebab utama berikutnya adalah trakoma bertanggung jawab terhadap
kebutaan pada 4,9 juta orang, terutama karena jaringan parut kornea dan
vaskularisasi. Trauma okular dan ulkus kornea juga merupakan penyebab
signifikan kebutaan kornea dan bertanggung jawab atas 1,5 hingga 2,0 juta kasus
baru kebutaan uniokular setiap tahun. Kondisi infeksi seperti trakoma dan ulkus
kornea sering ditemukan pada negara berkembang3.
Berdasarkan laporan dari beberapa penelitian di Asia Tenggara, insidensi
ulkus kornea di Nepal sebesar 7.990 per 1.000.000 populasi. Di India dilaporkan
bahwa insidensi ulkus kornea sebesar 1.130 per 1.000.000 populasi3.
Berdasarkan pemaparan di atas, penting bagi seorang dokter untuk
mengetahui bagaimana cara mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan
penyakit kornea, khususnya ulkus kornea. Oleh karena itu, pada penulisan referat
ini penulis tertarik untuk menulis mengenai ulkus kornea.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Kornea
2.1.1 Anatomi
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan. Kornea memiliki bentuk elips dengan dimensi 10,6 mm
secara vertikal dan 11,7 mm secara horizontal. Dari anterior ke posterior, kornea
mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda (Gambar 2.1): lapisan epitel (yang
bersambung dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman,
stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel4,5.
1. Epitel
- Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang slaing
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan
barrier.
- Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren
- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
- Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
- Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi. Ketiadaan membran ini
menunjukkan pernah terjadi trauma atau ulserasi sebelumnya.
3
3. Stroma
- Tebalnya 500 µm, terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen
yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang
teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai
15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
4. Membran Descemet
- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
- Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 µm.
5. Endotel
- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
µm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom
dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus. Saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapisan epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan4.
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi4.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea4.
4
Epitel Membran Bowman
Stroma
Membran Descement
Endotelium
Gambar 2.1 Anatomi Kornea6
2.1.2 Fisiologi
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya
yang uniform, avaskuler, dan deturgesens. Deturgesens, atau keadaan dehidrasi
relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh "pompa" bikarbonat aktif pada endotel
dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel
dalam mekanisme dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh
lebih berat daripada cedera epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema
kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya
menyebabkan edema lokal sementara dari stroma kornea yang akan menghilang
bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata
prakornea berakibat film air mata menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan
langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisial
untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Zat yang larut dalam
lemak dapat melewati epitel utuh, dan zat larut-air dapat melewati stroma utuh.
Oleh karena itu, untuk melewati kornea obat harus larut lemak dan larut air
sekaligus5.
Sumber nutrisi kornea meliputi7:
1. Zat terlarut (glukosa dan lain-lain) masuk ke kornea oleh difusi sederhana atau
5
transpor aktif melalui aqueous humour dan oleh difusi dari kapiler perilimbal.
2. Oksigen berasal langsung dari udara melalui film air mata. Ini adalah proses
aktif yang dilakukan oleh epitel.
2.2 Definisi
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak
ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel
radang4.
2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi
2.3.1 Etiologi
1) Infeksi
a. Bakteri
Bakteri merupakan penyebab paling sering pada ulkus kornea infeksi.
Bakteri yang sering dijumpai pada ulkus kornea meliputi: Pseudomonas (kuman
penyebab terbanyak pada pemakai lensa kontak), Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermiids, Streptococcus pneumonia, Serratia. Bakteri yang
jarang menyebabkan ulkus kornea meliputi: Bacillus species, Corynebacterium
diphtheria, Listeria, Mikobakteri atipikal, Neisseria gonorrhea, Nocardia species,
Propionibacterium acnes, Shigella dan Moraxella.
b. Virus: Herpes simplex, Varicella zoster dan Epstein-Barr
c. Fungi: Aspergillus, Fusarium dan Candida Albicans (jarang)
d. Parasit: Acanthamoeba (biasanya berhubungan dengan pemakaian lensa
kontak)8.
2) Non-infeksi
a. Trauma kimia asam atau basa
b. Keratitis neurotropik (kehilangan sensasi kornea)
c. Penyakit vaskular kolagen dan autoimun, seperti: sindrom Churg-Strauss,
poliarteritis nodosa, artritis reumatoid, systemic lupus erythematosus,
sarcoidosis, sindrom Sjogren
6
d. Rosacea
e. Keratitis toksik
f. Keratokonjungtivitis atopik
g. Lain-lain: keratopati, ulkus Mooren8.
2.3.2 Faktor Predisposisi
Permukaan kornea utuh mempunyai sistem pertahanan terhadap infeksi
dengan adanya air mata serta refleks mengedip yang akan membersihkan
permukaan kornea dari kuman. Epitel utuh sebenarnya sukar ditembus kuman
kecuali oleh N.gonorrhoe, Listeria, Corynebacterium dan H. Aegyptius, apalagi
dengan adanya lisozim, betalysins dan antibodi di air mata yang bersifat bakterial.
Sebagian besar ulkus kornea bakterial didahului adanya defek epitel, walaupun
hanya minimal, yang memungkinkan invasi kuman. Jarang sekali ulkus kornea
bakterial terjadi tanpa adanya faktor predisposisi, di samping adanya kuman
penyebab infeksi.9,10
Faktor predisposisi paling umum yang dapat menimbulkan infeksi bakteri,
terutama melalui lesi pada epitel kornea, adalah penggunaan lensa kontak, yang
paling sering pada mata yang sebelumnya sehat di negara-negara industri.
Organisme yang paling sering menyebabkan ulkus kornea pada pemakai lensa
kontak adalah Pseudomonas aeruginosa. Faktor lain yang dapat berkontribusi
terhadap pembentukan ulkus kornea termasuk penyakit pada permukaan mata
yang baik secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi mekanisme
pertahanan mata. Faktor ini meliputi sindrom mata kering, keratitis eksposur dan
keratopati bulosa.10
Faktor predisposisi yang dikemukakan oleh Rhee meliputi faktor
predisposisi lokal berupa kelainan kelopak mata dan disfungsi air mata, trauma,
pemakaian lensa kontak, kelainan kornea, maupun obat-obatan serta faktor
sistemik9.
7
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi ulkus kornea dapat dilihat pada skema berikut11.
Gambar 2.2 Patofisiologi Ulkus Kornea
Adanya faktor penyebab (seperti infeksi bakteri atau virus herpes, trauma, atau penyalahgunaan lensa kontak)
Kerusakan epitel dari stroma dengan peradangan dan robekan
Ulserasi dangkal dengan fotofobia, ketidaknyamanan, dan penurunan ketajaman visual
Ulserasi dalam yang menembus beberapa lapisan
Pembentukan jaringan fibrous selama penyembuhan
Perforasi
Ekstrusi isi mata
Kehilangan penglihatan sebagian atau total
Jaringan parut
Infeksi struktur mata lebih dalam
Opasitas kornea
8
Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea,
superfisial maupun dalam (benda asing kornea, abrasi kornea, phlyctenule,
keratitis interstitial), menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini
diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan
menetap samapi sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan
membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan
penglihatan, terutama jika lokasinya di pusat5.
Fotofobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang
sakit. Pelebaran pembuluh iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi
pada ujung saraf kornea. Fotofobia, yang berat pada kebanyakan penyakit kornea,
minimal pada keratitis herpes karena hipestesia terjadi pada penyakit ini, yang
juga merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berair mata dan fotofobia
umumnya menyertai penyakit kornea, biasanya tidak ada tahi mata kecuali pada
ulkus bakteri purulen5.
2.5 Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi klinis ulkus kornea, yaitu7:
1. Berdasarkan lokasi
a. Ulkus kornea sentral
b. Ulkus kornea marginal/perifer
2. Berdasarkan purulen
a. Ulkus kornea purulen atau supuratif (sebagian besar ulkus kornea bakteri dan
fungi merupakan supuratif)
b. Ulkus kornea non purulen (sebagian besar ulkus kornea virus, klamidia dan
alergi merupakan non supuratif)
3. Berdasarkan hubungan dengan hipopion
a. Ulkus kornea simpel (tanpa hipopion)
b. Ulkus kornea hipopion
4. Berdasarkan kedalaman
a. Ulkus kornea superfisial
b. Ulkus kornea dalam
c. Ulkus kornea dengan impending perforation
9
d. Ulkus kornea perforasi
5. Berdasarkan bentuk
a. Ulkus kornea terkelupas (sloughing)
b. Ulkus kornea tidak terkelupas (non sloughing)
Klasifikasi klinis paling berguna adalah klasifikasi berdasarkan lokasi lesi
yang membedakan ulkus kornea menjadi dua kelompok besar, yaitu ulkus kornea
sentral dan ulkus kornea perifer/marginal10.
1. Ulkus Kornea Sentral
Ulkus kornea sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan
pada epitel. Lesi terletak di sentral, jauh dari limbus vaskuler. Hipopion biasanya
(tidak selalu) menyertai ulkus. Hipopion adalah pengumpulan sel-sel radang yang
tampak sebagai lapis pucat di bagian bawah kamera anterior dan khas untuk ulkus
kornea sentral bakteri dan fungi5.
a. Ulkus Kornea Bakteri
Banyak jenis ulkus kornea bakteri mirip satu sama lain dan hanya
bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang
disebabkan bakteri oportunistik (misalnya, Streptococcus alfa-hemolyticus,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Nocardia) yang
menimbulkan ulkus kornea indolen yang cenderung menyebar perlahan dan
superfisial5.
Staphylococcus aureus adalah kuman penyebab terbanyak pada infeksi
mata. Secara mikroskopis merupakan kokus gram positif. Ulkus berwarna putih
kekuningan dengan infiltrat di sekitarnya, kadangkala lesi satelit kecil dan adanya
hipopion pada COA. Pada pengobatan yang terlambat, dapat terjadi abses stroma
yang dalam dan dapat menimbulkan perforasi. Streptococcus juga merupakan
kuman penyebab yang tergolong kokus gram positif. Secara mikroskopis
merupakan kokus yang berkelompok terlihat seperti rantai. Ulkus kornea yang
disebabkan Streptococcus pneumonia berwarna putih keabu-abuan dengan tepi
meninggi yang kadang disertai hipopion. Pseudomonas, kuman batang gram
10
negatif merupakan kuman oportunistik. Kuman ini memproduksi eksotoksin yang
bervariasi yang dapat merusak stroma kornea. Ulkus yang disebabkan oleh
Pseudomonas berkembang pesat, dengan area yang luas yang pada umumnya
dimulai dari sentral dengan infiltrat abu-abu dan secret kuning kehijauan.
Biasanya terdapat hipopion yang besar dan adanya ring abses. Jika tidak diterapi
dengan cepat, infeksi dapat meluas dengan sangat cepat dan dapat menyebabkan
perforasi.10
Gambar 2.3 Ulkus Kornea Bakteri13
b. Ulkus Kornea Fungi
Ulkus kornea fungi, yang pernah banyak dijumpai pada para pekerja
pertanian, sekarang makin banyak dijumpai pada penduduk perkotaan, dengan
dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata. Sebelum era
kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul bila stroma kornea kemasukan
sangat banyak organisme, suatu peristiwa yang masih mungkin timbul di daerah
pertanian. Mata yang belum terpengaruhi kortikosteroid masih dapat mengatasi
masukan organisme sedikit-sedikit, seperti lazimnya pada penduduk perkotaan5.
Ulkus kornea fungi itu indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan
hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi-lesi
satelit (umumnya infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi
(Gambar 2.4). Lesi utama – dan sering juga lesi satelit – merupakan plak endotel
dengan tepian tidak teratur di bawah lesi kornea utama, disertai reaksi kamera
anterior yang hebat dan abses kornea5.
11
Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organisme oportunis seperti Candida,
Fusarium, Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium, dan lain-lain. Tidak ada ciri
khas yang membedakan macam-macam ulkus fungi ini5.
Kerokan dari ulkus kornea fungi, kecuali yang disebabkan Candida
mengandung unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus Candida umumnya
mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup
khas5.
Gambar 2.4 Ulkus Kornea Fungi10
c. Ulkus Kornea oleh Virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil di lapisan epitel yang bila
pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus juga dapat terjadi pada bentuk disiform
bila mengalami nekrosis di bagian sentral14.
12
Gambar 2.5 Ulkus Kornea Virus13
d. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Infeksi kornea oleh Acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin
dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan
garam buatan sendiri. Infeksi ini juga ditemukan pada bukan pemakai lensa
kontak, setelah terpapar pada air atau tanah tercemar.
Gejala awal adalah rasa sakit yang tidak sebanding dengan temuan
kliniknya, kemerahan, dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea
indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural. Bentuk-bentuk awal penyakit ini,
dengan perubahan-perubahan hanya terbatas pada epitel kornea, semakin banyak
ditemukan5.
Gambar 2.6 Ulkus Kornea Acanthamoeba10
13
2. Ulkus Kornea Marginal
Ulkus kornea marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat
berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segi empat), dapat satu atau banyak
dan terdapat daerah kornea yang sehat antara ulkus dan limbus14.
Ulkus ini biasanya berhubungan dengan penyakit autoimun dan
disebabkan oleh Staphylococcus atau spesies Moraxella baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui respon imun. Ulkus kornea ini pada 50 persen
ditemukan bersama-sama dengan konjungtivitis atau blefaritis oleh
Staphylococcus, biasanya unilateral. Pada biakan hasil kerokan ulkus, tidak
ditemukan mikroorganisme penyebab sehingga diduga terjadi oleh karena proses
alergi terhadap kuman Staphylococcus10.
Ulkus Mooren merupakan salah satu bentuk ulkus marginal. Pada 60-80%
kasus unilateral dan ditandai ekstravasasi limbus dan kornea perifer, yang sakit
dan progresif, dan sering berakibat kerusakan mata5.
2.6 Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan klinis menyeluruh menggunakan
biomikroskop slit lamp merupakan langkah penting dalam diagnosis ulkus kornea.
Meskipun tanda-tanda klinis belum cukup untuk mengkonfirmasi infeksi,
kerusakan dalam kontinuitas epitel terkait dengan infiltrat stroma harus dianggap
sebagai infeksi kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. Demikian pula, tidak ada
tanda-tanda khas untuk mengidentifikasi organisme penyebab, tetapi pengalaman
klinis dan pemeriksaan slit lamp secara teliti dapat mengarah ke diagnosis etiologi
yang mungkin dalam beberapa kasus.
Karena penampilan klinis ulkus kornea tergantung pada banyak variabel,
seringkali sulit untuk sampai pada diagnosis etiologi jika hanya didasarkan
sepenuhnya pada pemeriksaan slit lamp. Gambaran klinis sering membingungkan
pada lesi perifer, atau yang berlanjut melibatkan seluruh kornea. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi organisme
penyebab12.
14
Diagnosis mikrobiologi selalu dianjurkan sebelum memulai perawatan
khusus jika diduga ada infeksi asal. Sebelum penggunaan
anestesi topikal, jumlah maksimum bahan harus diperoleh baik dari dasar maupun
tepi ulkus. Pewarnaan Gram dan Giemsa inisial yang dilakukan, pada sebagian
besar ulkus terbukti negatif. Sisa dari sampel dikultur menggunakan berbagai
media tergantung pada aspek klinis dari ulkus dan organisme penyebab yang
mungkin. Berikut media yang digunakan dalam semua kasus: agar darah,
agar coklat dan kaldu tioglikolat, di mana sebagian besar patogen dapat
tumbuh (aerob dan anaerob). Media lainnya termasuk: Sabouraud pada infeksi
jamur yang dicurigai dalam jenis spora dan filamen. Impression cytology juga
dapat menjadi alat diagnostik yang berguna. Meskipun penanganan yang tepat dan
pengolahan sampel terdapat persentase yang tinggi dari hasil kultur negatif, antara
30-40 persen kasus, yang berarti bahwa dalam banyak dari pengobatan empiris
pasien dilanjutkan dan dimodifikasi sesuai dengan respon klinis10.
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Pengobatan Spesifik
1. Ulkus Kornea Bakteri
Setelah sampel dikultur, pengobatan antibiotik diberikan berdasarkan
keadaan klinis dan pewarnaan Gram, jika ini terbukti positif. Pada kenyataannya
tidak ada antibiotik tunggal yang efektif terhadap semua patogen kornea, dan
munculnya resistensi tetap menjadi masalah. Namun, studi terbaru menunjukkan
bahwa fluorokuinolon, sering diberikan (misalnya setiap 15 menit pada awal
pengobatan), bekerja pada 90 persen dari kasus, yang sama efektifnya seperti
antibiotik topikal10.
Sangat menarik untuk menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang jelas
dan langsung antara sensitivitas antibiotik in vitro dan in vivo, atau sehubungan
dengan resistensi antibiotik. Sehubungan dengan cara pemberian antibiotik, terapi
topikal adalah yang paling efektif dalam menjaga konsentrasi di lokasi lesi.
Pilihan lokal lainnya seperti subkonjungtival atau suntikan subtenon
menghasilkan konsentrasi puncak awal di tingkat okular yang kemudian turun ke
15
tingkat yang sangat rendah. Antibiotik sistemik diberikan jika ada dugaan
penyebaran intraokular sklera10.
Sementara menunggu hasil kultur, antibiotik yang memadai dipilih
berdasarkan penampilan ulkus, tanda-tanda klinis yang terkait dan faktor risiko
yang mungkin terlibat (misalnya menggunakan lensa kontak). Namun, mengingat
seringnya terbukti kultur negatif, dan kurangnya korelasi antara respon antibiotik
in vitro dan in vivo kami percaya bahwa selama respon klinis yang memadai, hasil
kultur memiliki nilai yang terbatas, dan bukan satu-satunya faktor yang harus
diperhitungkan dalam strategi pengobatan10.
Secara umum, kombinasi antibiotik yang digunakan, misalnya
sefalosporin dengan aminoglikosida, aktif terhadap organisme gram positif dan
gram negatif, dan juga efektif pada kasus di mana tidak ada organisme terisolasi
atau memang ketika beberapa organisme ditemukan. Fluorokuinolon juga aktif
melawan basil gram negatif dan vankomisin berguna dalam kasus infeksi
Staphylococcus yang resisten terhadap sefalosporin10.
2. Ulkus Kornea Fungi
Natamisin 5% merupakan drug of choice untuk pengobatan kebanyakan
kasus keratitis jamur berfilamen, terutama yang disebabkan oleh Fusarium sp,
sedangkan amfoterisin-B merupakan drug of choice untuk keratitis yang
disebabkan jamur ragi, seperti Aspergillus sp. Antifungi sistemik
direkomendasikan pada keadaan ulkus kornea fungi:
- besar dan dalam
- perforasi
- terdapat keterlibatan sklera15
16
Tabel 2.1 Antifungi yang sering direkomendasikan15
Obat Topikal Sistemik
AmphotericinNatamycinEconazole
VoricanozoleKetoconazoleMiconazoleClotrimazoleFluconazole
0.15–0.5% tetes5% tetes2% tetes1% tetes2% tetes
1–2% tetes1–2% salep
0.2–0.3% tetes
Infus IVTidak tersediaTidak tersedia
Tablet oral 100-200 mg/hariTablet oral 200-600 mg/hari
Injeksi intravenaTidak tersedia
Tablet oral 200 mg/hari
3. Ulkus Kornea Virus
- Herpes simplex virus (HSV); trifluridin dan asiklovir
- Varicella (herpes zoster ophthalmicus); diobati dengan antiviral seperti
asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir8
4. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Pada tahap awal penyakit, debridement epitel ada faedahnya. Terapi
dengan obat umumnya dimulai dengan isothionate proparmidine topikal (larutan
1%) secara intensif dan tetes mata neomycin. Biquanide polyhexamethylene
(larutan 0,01-0,02%), dikombinasi dengan obat lain atau sendiri, kini makin
popular. Agen lain yang mungkin berguna adalah paromomycin dan berbagai
imidazole topikal dan oral seperti ketoconazole, miconazole, dan itraconazole.5
2.7.2 Pengobatan Non spesifik
Midriatik, terutama siklopentolat, harus digunakan dalam semua kasus
keratitis untuk mencegah pembentukan sinekia posterior pada miosis dan untuk
mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh spasme siliar. Terdapat kontroversi
penggunaan steroid dalam pengelolaan ulkus kornea. Pengobatan steroid topikal
seharusnya hanya dimulai ketika infeksi aktif telah dikendalikan dan ketika
manfaat anti-inflamasi, yang menurunkan jumlah nekrosis stroma, lebih besar
daripada potensi resiko perforasi. Kami meresepkan asetat prednisolon atau sulfat
prednisolon dengan dosis rendah (setiap 4-6 jam) dan memantau setiap pasien 24-
48 jam, meskipun setiap kasus harus dievaluasi secara individual10.
17
Berdasarkan Guidelines for the Management of Corneal Ulcer,
pengobatan non spesifik pada ulkus kornea yaitu sebagai berikut3.
a. Atropin 1% atau 2% atau homatropin digunakan dua kali sehari untuk
melebarkan pupil; ini membantu mencegah sinekia dan meredakan nyeri
b. Analgesik oral akan membantu untuk meminimalkan rasa sakit
c. Anti-glaukoma dianjurkan pada keadaan tekanan intraokular tinggi
d. Suplementasi vitamin A dapat membantu, khususnya di negara-negara yang
lazim kekurangan vitamin A.
Lima A adalah akronim yang berguna untuk diingat: Antibiotik /antijamur,
Atropin, Analgesik, Anti-obat glaukoma, dan Vitamin A.
Debridement sederhana dari debris nekrotik dalam hubungannya dengan
terapi topikal intensif dapat membantu memperlancar penetrasi obat khususnya
obat antifungi. Perlekatan jaringan menggunakan N-butil cyanoacrylate dengan
lensa kontak perban berguna pada kasus dengan tanda penipisan atau perforasi
kurang dari 2 mm. Penetrating keratoplasty dilakukan pada kasus dengan
penyakit lanjut yang tidak berespon terhadap terapi medis atau ketika muncul
perforasi luas10.
2.8 Komplikasi
Komplikasi ulkus kornea adalah sebagai berikut7.
1. Iridosiklitis toksik. Hal ini biasanya berhubungan dengan kasus ulkus kornea
purulen akibat penyerapan racun di ruang anterior.
2. Glaukoma sekunder. Hal ini terjadi karena eksudat fibrinosa memblokir sudut
ruang anterior (inflamasi glaukoma)
3. Descemetocele. Beberapa ulkus yang disebabkan oleh organisme virulen bisa
memanjang secara cepat sampai ke membran descemet, yang memberikan
resistensi yang besar, namun karena efek dari tekanan intraokular itu
terbentuklah herniasi berupa vesikel transparan yang disebut descemetocele.
Ini adalah tanda impending perforasi dan biasanya yang terkait dengan nyeri
yang parah.
18
4. Perforasi ulkus kornea. Regangan mendadak karena batuk, bersin dari spasme
otot orbikularis dapat mengkonversi impending perforasi menjadi perforasi
yang sebenarnya. Setelah perforasi, nyeri segera menurun dan pasien merasa
beberapa cairan panas keluar dari mata.
2.9 Prognosis
Dari beberapa hasil penelitian, ada beberapa hal yang merupakan faktor
risiko hasil pengobatan jelek, walaupun manajemen pengobatan sudah baik,
yaitu.9
1. Usia lanjut atau keadaan dengan daya tahan tubuh lemah
2. Keterlambatan pemberian pengobatan antibiotika yang tepat dan agresif
3. Pemakaian steroid sebelumnya
4. Karakteristik ulkus yang luas, sentral dalam sehingga terdapat desmetocele
atau perforasi
5. Visus awal yang jelek
6. Kuman Pseudomonas aeruginosa.
19
BAB III
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : UH
Umur : 20 Tahun
Alamat : Aceh Barat
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
Suku : Aceh
Pekerjaan : Mahasiswa
Tanggal Pemeriksaan : 27 Desember 2012
B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama : pandangan kabur
2. Keluhan Tambahan : mata merah, silau, perih, berair
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan pandangan kabur, mata merah, perih, silau dan berair
±4 hari SMRS. Keluhan tersebut dirasakan pada mata kiri, mata terasa silau (+),
mata terasa berpasir (+), penglihatan kabur (+). Pasien juga merasa mata kirinya
tampak ada bintik-bintik putih. Pasien juga menggunakan kaca mata minus dan
juga menggunakan lensa kontak sejak 2 bulan yang lalu. VOD: S-3,5, VOS = S-
1,75. Riwayat trauma disangkal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal
6. Status Oftalmologis :
20
VOD : 6/60 VOS : 1/~
+ + + + + +
+ + + +
+ + + + + +
Pergerakan bola mata : Normal/Normal
No Komponen Edema Hiperemis Edema Hiperemis
1 Palpebra Superior - - + +
2 Palpebra Inferior - - + +
3 Konj. Tars Superior - - - +
4 Konj. Tars Inferior - - - +
5 Konj. Bulbi - - - +
6 Kornea Jernih Keruh (+), ulkus (+)
7 Kedalaman COA Cukup Hipopion ½ COA
8 Kripta Iris Jelas Tidak dapat dinilai
9 Pupil RCL (+), RCTL (+) Tidak dapat dinilai
10 Lensa Jernih Tidak dapat dinilai
21
6. Diagnosis : Ulkus Kornea OS cum hipopion
7. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan Laboratorium
8. Terapi :
C. floxa ED 1 gtt/2 jam
Repithel ED 1 gtt/2 jam
Glaucon 2 x 1
KSR 2 x 1
Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Ketorolac 3% 1amp/12 jam
22
BAB IV
KESIMPULAN
Ulkus kornea didefinisikan sebagai hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan kornea. Untuk terjadinya ulkus kornea, faktor
predisposisi berupa trauma epitel kornea biasanya terjadi lebih dahulu dan
kemudian diikuti oleh invasi organisme patogen pada kornea. Faktor predisposisi
paling sering yang dapat menimbulkan infeksi bakteri, terutama melalui lesi pada
epitel kornea, seperti: penggunaan lensa kontak, sindrom mata kering, keratitis
pajanan dan keratopati bulosa.
Ulkus kornea dapat disebabkan oleh infeksi maupun non infeksi.
Diagnosis etiologi dapat diketahui dengan adanya pemeriksaan penunjang di
samping adanya anamnesis dan pemeriksaan fisik secara rinci. Pengobatan ulkus
kornea meliputi pengobatan spesifik berdasarkan penyebab dan pengobatan non
spesifik.
Diagnosis dini serta penanganan yang cepat dan tepat dapat menghindari
terjadinya komplikasi seperti penurunan ketajaman penglihatan, kebutaan sampai
kehilangan bola mata.