UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2019...
Transcript of UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2019...
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN ILMU EKONOMI UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
EKONOMI SYARIAH (ECEU602061)
Pengajar : Tim Pengajar
Hari/Tanggal : Oktober 2019
Waktu : 120 menit
Sifat Ujian : Tutup Buku/Catatan (Closed Books/Notes)
Instruksi : Kerjakan 4 dari 8 soal yang tersedia
No. 1 Bobot soal 25 %
Jelaskan beberapa konsep berikut :
a. Aqidah c. Akhlak e. Huquq
b. Syariah d. Fiqh Muammalah
a. Aqidah
Kata akidah atau i’tiqod secara bahasa berasal dari kata al ‘aqdu yang
artinya berputar sekitar makna kokoh, kuat, dan erat. Adapun secara istilah
umum, kata akidah bermakna keyakinan yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada
keraguan. Jika keyakinan tersebut sesuai dengan realitas yang ada maka
akidah tersebut benar, namun jika tidak sesuai maka akidah tersebut bathil.
b. Syariah
Syariah membahas tentang aturan-aturan hukum Allah. Hukum yang
sifatnya ritual seperti ibadah dan juga aturan-aturan seperti pernikahan,
pendidikan, kenegaraan dan sebagainya.
c. Akhlaq
Akhlak adalah berpikir tentang prilaku, baik prilaku hati maupun anggota
badan.
d. Fiqh Muammalah
Fiqh Muamalah dalam pendefinisiannya dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Dalam Arti Luas:
Aturan-aturan/hukum Allah yang mengatur manusia berkaitan dengan
pergaulan duniawi dalam interaksi social.
2. Dalam Arti Khusus/Sempit: Aturan-aturan/hukum Allah yang wajib
ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hal
perolehan harta benda, pengembangan dan pendayagunaan harta
e. Huquq
Konsep hak (al-huquq), meliputi hak, sumber hak, perlindungan dan
pembatasan hak dan pembagian jenis- jenis hak.
Dari segi literal kita sudah dapat memaknai bahwa huquq memiliki dua
dimensi hak dan kewajiban. Dengan demikian manusia tidak hanya memiliki
kepentingan pribadi untuk dilayani tetapi juga tanggung jawab sosial secara
bersamaan.
Huquq meliputi seluruh dimensi tidak hanya individu tetapi juga Tuhan,
sosial, dan alam. Dengan demkian segala keputusannya dalam mengalokasikan
sumber daya yang terbatas akan menciptakan Maslahah dan menurunkan
mafsadah.
No. 2 Bobot soal 25 %
a. Jelaskan mengapa ekonomi konvensional gagal mencapai tujuan-tujuan
normatif perekonomian?
1. Konflik antara Worldview dan Tujuan
Tujuan ekonomi konvensional
Positivism: membangun teori yang bisa memprediksi secara valid tentang
fenomena yang belum diobservasi
• Menitikberatkan pada realisasi maksimisasi, efisiensi, dan equity pada
ekonomi (cost-benefit analysis)
• Definisi sangat dipengaruhi oleh teori pareto optimum di mana setiap
kebijakan harus mampu membuat situasi menjadi better-off tanpa mempuat
individu manapun worse-off.
Normativism: menitikberatkan pada tercapainya tujuan-tujuan sosial ekonomi
seperti kesejahteraan sosial yang dapat direpresentasikan oleh: Full employment,
equal income distribution, ecological balance, dll.
• Untuk tercapainya tujuan normative diperlukan adjusment dan harmonisasi
dari individu dengan kepentingan social.
Ekonomi positif mengklaim bahwa efisiensi dan equity dapat ditentukan tanpa
“value judgment”. Sementara secara normatif harus merefleksikan dan
mewujudkan nilai-nilai yang diyakini baik oleh masyarakat. Fakta kegagalan
ekonomi konvensional disebabkan karena terjadi konflik antara tujuan-tujuan
ekonomi secara normatif yang diturunkan dari paradigma agama seperti
brotherhood (kebersamaan) dan nilai moral, sedangkan pada sisi lain analisa
ekonomi positif dipengaruhi oleh paradigma sekuler bahwa definisi sebuah
kesejahteraan sangat bergantung pada preferensi individu.
2. Inkonsistensi antara Mikroekonomi dan Makroekonomi
Mikro: utility maximization, profit maximization, self-interest.
Makro: social welfare, income equality, ecological friendly.
Tujuan-tujuan makroekonomi tidak akan tercapai tanpa didukung framework
mikroekonomi yang konsisten dan searah dengan tujuan makroekonomi.
b. Jelaskan konsep Islamic worldview, perannya dalam kehidupan dan
implikasinya pada perekonomian.
Islamic Worldview: Sebuah gambaran yang komprehensif atau absolut tentang
Islam yang tujuannya adalah untuk menjelaskan secara holistik prinsip-prinsip
Islam dasar secara komprehensif sehingga menjadi dasar untuk pandangan hidup
dan mengakar dalam diri seseorang.
Tuhan menciptakan alam untuk kebaikan seluruh manusia, manusia sebagai
khalifah bertanggungjawab atas penggunaan sumber daya tanpa merusak ciptaan-
Nya. Manfaat ekonomi dan sosial dari sebuah aktivitas harus lebih besar dari biaya
ekonomi dan sosial. Namun barang dan jasa yang diharamkan tidak dapat
diproduksi atau dikonsumsi meskipun manfaat-nya melebihi biaya-nya, asumsi
more is better than less tidak dapat diberlakukan disini.
No. 3 Bobot soal 25%
a. Falah, maslahah, dan maqashid syari’ah adalah konsep kunci dalam tujuan
ekonomi Islam. Jelaskan definisi masing-masing dan keterkaitan antar ketiga
konsep tersebut
Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja aflaha-yuflihu yang berarti
kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan. Dalam pengertian literal, falah adalah
kemuliaan dan kemenangan dalam hidup.
Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non material, yang
mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia.
Maslahah dasar bagi kehidupan manusia adalah sesuai maqashid syariah yang
terdiri dari lima hal, yaitu agama (dien), jiwa (nafs), intelektual (’aql), keturunan
(nasl), dan material (maal).
Maqashid Syariah
- Dien: dibutuhkan oleh manusia untuk menuntun keyakinan, memberikan
ketentuan/aturan hidup, dan membangun moralitas.
- Nafs: sesuatu yang membantu eksistensinya merupakan kebutuhan, yang
mengancam kehidupan harus dijauhi
- ’Aql: Islam mewajibkan menuntut ilmu karena tanpanya manusia akan
mengalami kesulitan dan penderitaan.
- Nasl: Kelangsungan generasi dan kehidupan dunia sangat penting
- Maal: Ia dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan
sebagai sarana untuk ibadah
Dengan terjaganya lima komponen maqashid syariah maka akan mendorong
terciptanya maslahah bagi umat manusia yang kemudian akan membawanya
kepada falah.
b. Dengan menggunakan perspektif ekonomi Islam, bagaimana membedakan
keinginan dan kebutuhan ? berikan contoh
Keinginan manusia jika dituruti bisa menjadi tak terbatas. Namun terkait kebutuhan
sejatinya terbatas pada hal-hal mendasar yang telah dijelaskan melalui konsep
maslahah. Berikut ini tingkatan maslahah terkait pemenuhan kebutuhan:
• Dharûriyyât: hal-hal yang mendasar dimana tanpa-nya akan menimbulkan
kerusakan yang besar bahkan kepunahan kehidupan manusia dan
kebahagiaan akhirat-pun akan hilang.
Contoh: pemenuhan hak-hak dasar manusia yang menjamin
terjaganya maqashid syariah
• Hâjiyyât: segala kebutuhan manusia yang melengkapi hal mendasar
dimana tanpa-nya akan menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam kehidupan
manusia.
Contoh: kebolehan akad mudharabah dan aktivitas ekonomi lainnya
untuk memudahkan kehidupan.
• Tahsiniyyât: segala hal etis yang bernilai baik yang memperbaiki atau
memperindah hal mendasar.
No. 4 Bobot soal 25%
a. Jelaskan argumentasi pelarangan Riba!
Jenis dan definisi Riba dengan merujuk pada al-Qur’an, as-Sunnah, bisa
disimpulkan bahwa riba terbagi dua :riba qardh dan riba al-buyu’, dan riba al-
buyu’ tersebut mencakup riba al-fadhl dan riba nasi’ah.
Alasan pelarnagan Riba menurut Al-Fakhr al-Raazii (544-606/1149-1209). Al-
Tafsiir al-Kabiir :
(i) Riba memungkinkan seseorang memaksakan pemilikan harta dari orang lain
tanpa ada imbalan. Keuntungan yang akan diperoleh pihak peminjam masih
“dalam perjudian”, belum tentu datang, sedangkan pemungutan “tambahan”
dari peminjam adalah hal yang pasti, tanpa resiko;
(ii) Riba menghalangi pemilik modal ikut serta berusaha mencari rizki, karena ia
dengan mudah membiayai hidupnya cukup dengan bunga. Hal ini akan
membawa kemunduran masyarakat;
(iii) Bila riba diperbolehkan, masyarakat dengan maksud memenuhi kebutuhannya,
tidak segan-segan meminjam uang walau berapapun tinggi bunga-nya. Hal ini
akan merusak tata hidup tolong-menolong, saling menghormati, sifat-sifat baik
manusia dan perasaan berhutang budi;
(iv) Dengan riba, pemilik modal menjadi semakin kaya, peminjam semakin miskin.
Jika riba dibenarkan, orang kaya akan menindas orang miskin dengan cara ini;
(v) Larangan riba sudah ditetapkan oleh nash, dimana tidak harus seluruh rahasia
tuntutannya diketahui manusia
b. Jelaskan mengapa dalam Islam profit diperbolehkan sedangkan riba
terlarang.
Dalam transaksi-transaksi berbasis jual beli, seperti Murabahah, ijarah, salam dan
istisna, rate of return adalah positif dan ditetapkan diawal.
Pre-determined rate of return dari transaksi-transaksi berbasis jual beli ini
membuat mereka terlihat sangat mirip dengan instrument berbasis bunga. Hasil
akhir keduanya adalah identik. Namun dalam kenyataannya tidak demikian,
terdapat perbedaan signifikan antara keduanya.
Transaksi jual-beli tidak mengandung pembiayaan langsung dan pinjaman. Mereka
adalah transaksi pembelian, penjualan atau sewa yang mengandung barang dan jasa
riil.
Syariah menerapkan sejumlah kondisi untuk validitas transaksitransaksi ini untuk
menjamin bahwa penjual (financier) juga berbagi resiko dan untuk menjamin
bahwa transaksi ini tidak berubah menjadi transaksi pembiayaan dan pinjaman
berbasis bunga, seperti adanya ketentuan bahwa penjual harus memiliki dan
menguasai barang yang dijual. Dengan demikian pembiayaan melalui akad Islam
hanya bisa ekspansi seiring dengan kenaikan perekonomian riil.
Yang ditetapkan diawal adalah harga dari barang dan jasa yang dijual, bukan
tingkat bunga. Sekali harga telah ditetapkan, maka hal tersebut tidak bisa dirubah
meskipun terdapat keterlambatan pembayaran terkait hal-hal yang tidak
diperkirakan.
No. 5 Bobot soal 25%
a. Jelaskan preferensi konsumen dalam perspektif Islam
Teori perilaku konsumen dalam Islam menganalisis empat tingkatan pilihan
konsumsi.
– Tingkatan pilihan ke-1, seberapa besar konsumsi untuk kebutuhan dunia dan
kebutuhan akhirat.
– Tingkatan pilihan ke-2, untuk kebutuhan dunia, berapa yang dikonsumsi
sekarang dan berapa untuk masa depan.
– Tingkatan pilihan ke-3, untuk kebutuhan sekarang, ditentukan prioritas-nya.
Prioritas tertinggi adalah pemenuhan 5 kebutuhan pokok (dharuriyyat), kemudian
yang melengkapi-nya (hajiyyat) dan yang memperbaiki-nya (tahsiniyat).
– Tingkatan pilihan ke-4, pilihan di masing-masing kelompok.
Ekonomi konvensional hanya membahas pilihan tingkat ke-2 dan ke-4 saja, dan
mengabaikan pilihan tingkat ke-1 dan ke-3.
– Alat analisis konvensional, hanya dapat diterapkan untuk tingkatan pilihan ke-
4 saja.
No. 6. Bobot soal 25%
a. Jelaskan beberapa unsur yg diabaikan dlm teori Perilaku Konsumen yg
konvensional bila ditinjau dari perspektif Ekonomi Islam. Unsur apa yg
terpenting menurut anda? Mengapa?
• Karena perilaku konsumsen Islami berdasarkan rationalitas Islam , maka perilaku
konsumsinya menjadi berbeda dengan konsumsi konvensional
• Rationalitas islam dibangun atas tujuan dan dasar yang lebih baik, maka perilaku
konsumsi akan mencerminkan hal yang lebih baik
• Axioma yang ada tidak cukup sehingga diperlukan axioma tambahan
Berikut axioma yang membedakan:
1. Non-Haram Items : seorang konsumen Islami tidak akan mengkonsumsi
barang haram.
2. Maslahah Oriented : konsumen hanya akan memilih items yang memberikan
maslahah terbaik
3. Higher Income represents higher mashalah : harta/income sebagai unsur
maqashid mencerminkan maslahah yang lebih baik
4. Non-Haram Items :
(i) Aturan Syariah membedakan jenis barang halal dan haram, sehingga
konsumen mengetahui mana barang dan jasa yang boleh dikonsumsi dan
mana yang tidak.
(ii) Maka sangat rasional bagi individu tersebut untuk hanya mengkonsumsi
barang halal
(iii) Jika x = halal , y = haram. Konsumen hanya akan memilih x sehingga yang
terbentuk adalah sebuah equilibrium “corner solution “
b. Dengan memperhatikan unsur tsb, apa implikasinya terhadap Fungsi
Permintaan yang konvensional? Jelaskan.
1. Non-Haram Items :
• Aturan Syariah membedakan jenis barang halal dan haram, sehingga
konsumen mengetahui mana barang dan jasa yang boleh dikonsumsi dan
mana yang tidak.
• Maka sangat rasional bagi individu tersebut untuk hanya mengkonsumsi
barang halal
• Jika x = halal , y = haram. Konsumen hanya akan memilih x sehingga
yang terbentuk adalah sebuah equilibrium “corner solution “
2. Maslahah Oriented
• Prilaku konsumsi sesorang yang diasumsikan rasional “Islamic Man”
di mana prilaku konsumsinya tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan
manfaat atau utility dari barang dan jasa yang dikonsumsinya tetapi
juga memperhitungkan maslahah dari barang dan jasa tersebut,
• Jika y hanya memberikan manfaat, sedangkan x juga memberikan
maslahah, maka keranjang basket konsumen akan lebih banyak memilih
x.
3. Higher Income represents higher mashalah
• Ingat bahwa maslahah terealisasi dengan penjagaan maqashid syariah.
• Analisis ekonomi membatasi pada salah satu elemen maqashid :
harta/pendapatan.
• Tapi konsep keseimbangan maqashid tetap berlaku untuk 4 elemen lain
tetap dijaga agar penggunaan harta juga terikat pada 4 elemen lain.
• Jika y hanya memberikan manfaat, sedangkan x juga memberikan
maslahah, maka kenaikan pendapatan akan membuat konsumen
memperbanyak konsumsi x, dan mengurangi konsumsi y.
No.7 Bobot soal 25%
a. Bagaimana Ekonomi Islam memandang asumsi rasionalitas ?
Satisfaction of wants vs fullfilment of need :
• The right minded man will make a judgement which of his desires "need" to
be satisfied first and which do not need to be satisfied at all
• Sehingga seseorang yang rasional akan memenuhi keinginan yang
merefleksikan kebutuhan , tidak sekedar keinginan
• Apakah keinginan = kebutuhan ? - Dalam menganalisa prilaku konsumsi Islam
perlu dibedakan secara jelas apa yang dimaksud degan kebutuhan (Need) dan
keinginan (want).
• Bagaimana membedakan keinginan dan kebutuhan ?
Human wants are unlimited There is practically no end to human wants
and it is also true that, we are never being able to satisfy them all. As the Holy
Prophet (pbuh) said; if god were to give man a valley full of gold, he would
ask for the second, and if he were given the second, he would ask for the third;
man would never be satisfied until he was dead (Al-Bukhari, 5992-5996).
• Kebutuhan dapat diprioritaskan mengikuti 3 level maslahah
1. Keinginan yang jika tidak dipenuhi akan mengancam kehidupan => Prioritas
utama kebutuhan
2. Keinginan yang jika tidak dipenuhi mengganggu kehidupan => Prioritas
kedua
3. Tidak mengganggu jika tidak terpenuhi => Prioritas ketiga
b. Dalam ekonomi Islam, sifat memaksimumkan tujuan secara seimbang adalah
sebuah perilaku alami. Jelaskan!
Manusia rasional akan berusaha mencapai suatu preferensi yang memaksimumkan
kesejahteraan, kesejahteraan ini bisa utilitas/profit/dll. Dalam konteks individu
islam, ini berarti individu tersebut akan berusaha memaksimalkan maslahah untuk
mencapai falah.
• Utilitas dan maslahah
Utilitas: terkait dengan ukuran nilai guna suatu benda, subjektif, bisa sama/berbeda
antar individu
Maslahah: subjektif tapi bisa dibandingkan,konsisten dengan maslahah sosial,
ditetapkan oleh syariah, mengikat, menyatukan seluruh pembangunan ekonomi
• Maslahah dan manfaat
Maslahah lebih obyektif karena diturunkan dari syariah, dan lebih luas karena
mencakup dimensi diluar diri sendiri. Maslahah pasti mengandung unsur manfaat
(utilitas).
• Komponen Maslahah
Maslahah terdiri dari interaksi 4 komponen yakni, (1) Manfaat, (2) Berkah, (3)
Rahmat, dan (4) Pahala. Ekonomi islam berfokus pada komponen dunia
(komponen 1 dan 2) karena komponen akhirat (3 dan 4) adalah hasil dari
aktivitas dunia.
• Maslahah = f (Manfaat, Berkah, Rahmat, Pahala)
Maksimalisasi maslahah dilakukan dengan meningkatkan level maqasid (harta,
jiwa, keturunan, akal, agama). Namun maksimisasi maslahah saja belum cukup
karena perlu juga keseimbangan semua elemen maqashid.
Ayat-ayat tentang keseimbangan: Ar-Rahman (55):7-9, Al-Hijr (15): 19-21,
Al-Furqan (25): 67.
Manusia pada umumnya cenderung mencari keseimbangan pada aktivitas hidup,
sehingga menjaga keseimbangan merupakan sikap positif. Contohnya adalah pola
hidup sehat ala Rasul dengan mengisi perut dengan udara, air, dan makanan.
Manusia akan cenderung untuk kearah keseimbangan dalam aktivitasnya, tapi
manusia juga bisa tidak seimbang, contohnya sikap hedonis dan destruktif.
No.8 Bobot soal 25%
a. Apakah konsep scarcity dalam ekonomi Islam sama dengan scarcity dalam
ekonomi konvensional? Jelaskan
Scarcity memainkan peranan sangat penting di dalam ilmu ekonomi
konvensional. Keterbatasan akan sumber daya seperti waktu, sumber daya alam,
serta teknologi menjadi landasan bagi individu untuk mengambil pilihan dan
keputusan terbaik bagi dirinya untuk dapat memaksimalkan utilitas yang ingin
dicapainya. Scarcity juga menghantarkan setiap pengambil keputusan untuk
memperhitungkan setiap biaya (cost) yang harus dikorbankan untuk mencapai
keuntungan (benefit) atau tujuan tertentu.
Secara makro, eksistensi sumber daya diciptakan cukup dan bahkan
berlebih untuk kehidupan manusia di dunia. Jadi tidak ada scarcity secara agregat.
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa
yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah)” (QS. Ibrahim: 34)
. ”Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah
mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang
dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan)
hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS: Asy-Syuura Ayat: 27)
b. Analisa ekonomi akan tetap ada walaupun misalkan tidak ada scarcity.
Jelaskan, dan tunjukkan juga mengapa hal ini begitu penting dalam ekonomi
Islam ?
Masalah mendasar ekonomi di dalam Islam adalah bagaimana mendorong
individu ke arah taqwa agar setiap keputusan-keputusan yang diambilnya di dalam
aktifitas ekonomi dapat menjamin teralisasinya maqasid syariah. Ekonomi Islam
muncul pada akhirnya untuk menjawab dan menganalisa bagaimana agar tujuan-
tujuan syariah dapat terealisasi dalam aktivitas ekonomi.
Ilmu ekonomi Islam seharusnya tidak hanya membahas penyebab sebuah
keputusan tercipta tetapi juga harus membahas apakah keputusan yang diambil
benar-benar dapat menciptakan masalahah. Preferensi yang cenderung
menciptakan maslahah pada tiap-tiap individu dapat muncul ketika perilaku
individu tersebut selalu cenderung kepada menghindari apa yang dilarang Tuhan
dan mengerjakan apa yang diperintahkanya (Taqwa).