Makalah akidah akhlak

27
MAKALAH AKIDAH AKHLAK “INDIKATOR AKHLAK PERSPEKTIF AGAMA, FILSUF, DAN BUDAYA” DISUSUN OLEH KELOMPOK XII SURYANINGRUM PUTRI 20700113042 ANDI RUSDYAMIN 20700113050 REZKYAMALIA 20700113060 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN i

Transcript of Makalah akidah akhlak

Page 1: Makalah akidah akhlak

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

“INDIKATOR AKHLAK PERSPEKTIF

AGAMA, FILSUF, DAN BUDAYA”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK XII

SURYANINGRUM PUTRI20700113042

ANDI RUSDYAMIN 20700113050

REZKYAMALIA 20700113060

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN

MAKASSAR

2014

i

Page 2: Makalah akidah akhlak

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, berkat hidayah, ridha, dan inayah-Nya,

penyusunan makalah ini dapat dirampungkan. Selawat serta

salam secara khusus disampaikan kepada Rasulullah saw. atas

segala keteladanan dan pengorbanan beliau dalam mendidik

pengikut dan umatnya agar menjadi manusia yang berakhlak

mulia.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Akidah Akhlak yang membahas tentang “Indikator Akhlak

Perspektif Agama, Filsuf, dan Budaya”.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan

berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil sehingga

penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.

Sebagai manusia penyandang relativitas kebenaran, penyusun

menyadari banyaknya kekurangan yang mewarnai makalah ini.

Dengan tujuan peningkatan wawasan, penyusun mengharapkan

sumbangan pemikiran Anda demi penyempurnaan dan perbaikan

makalah ini, maupun makalah-makalah selanjutnya.

Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini

bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 02 Desember 2014

i

Page 3: Makalah akidah akhlak

Penyusun

ii

Page 4: Makalah akidah akhlak

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................ii

Daftar Isi......................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................1B. Rumusan Masalah...................................................................2C. Tujuan......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak dan Indikator Akhlak..................................3B. Indikator Akhlak Perspektif Agama..........................................3C. Indikator Akhlak Perspektif Filsuf.............................................5D. Indikator Akhlak Perspektif Budaya...........................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................11B. Isi...........................................................................................12Daftar Pustaka.............................................................13

iii

Page 5: Makalah akidah akhlak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.

Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak baik atau buruk. Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikator untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk sehingga dapat dilatarbelakangi sesuatu yang mutlak dan relatif.

1

Page 6: Makalah akidah akhlak

Pernyataan-pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan dapat dijadikan rumusan masalah sehingga para pembaca menilai sesuatu itu baik atau buruk memiliki indikator yang pasti.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dikaji indikator akhlak perspektif

agama, filsuf, dan budaya yang akan dituangkan di dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah

sebagai berikut:

1. Apa pengertian akhlak dan indikator akhlak?2. Bagaimana indikator akhlak perspektif agama?3. Bagaimana indikator akhlak perspektif filsuf?4. Bagaimana indikator akhlak perspektif budaya?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian akhlak dan indikator akhlak?2. Bagaimana indikator akhlak perspektif agama?3. Bagaimana indikator akhlak perspektif filsuf?4. Bagaimana indikator akhlak perspektif budaya?

2

Page 7: Makalah akidah akhlak

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak dan Indikator Akhlak

Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab,

“khuluq”. Jamaknya adalah “khuluqun”. Menurut bahasa, kata khuluq berarti budi

pekerti, tingkah laku atau tabiat.1

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang

dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.

Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan

buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. 2

Indikator merupakan sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk

atau keterangan.3

Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi

keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan

keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk atau

indikasi tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan.4

Dalam hal penentuan baik dan buruk dapat dilihat dari beberapa segi pandang. Penentuan ini bisa dilihat dari konteks filsafat, agama, tradisi, budaya, ideologi, dan lain-lain. Definisi baik dan buruk biasanya sangant bertentangan satu sama lain tergantung dari mana kita melihat definisi itu. Bahkan definisi itu

1 Roli Abdul Rohman, Menjaga Akidah dan Akhlak (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 48

2 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), hlm. 3

3 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online4 Erik Lewokeda, “Definisi Indkator”, diakses dari

http://www.lewokedaerik.blogspot.in/2012/10/indikator-indonesia-sehat_7400.html/ pada tanggal 03 Desember 2014

3

Page 8: Makalah akidah akhlak

bisa bertentangan, walaupun definisi itu berasal dari konteks yang sama, misalnya budaya, akan bertentangan antara baik dan buruk budaya satu dengan yang lainnya. Sehingga pengertian baik dan buruk itu bersifat subjektif, karena tergantung dari individu yang menilainya.5

Kebanyakan manusia berselisih dalam pandangannya mengenai sesuatu; diantara mereka ada yang melihatnya baik dan diantara mereka ada yang melihatnya buruk; bahkan ada seorang yang melihat sesuatu baik dalam waktu ini, lalu melihatnya buruk pada waktu lain.6

Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini diseebabkan adanya perbedaan tolak ukur yang digunakan untuk penilaian tersebut. Perbedaan tolak ukur tersebut disebabkan karena adanya perbedaan agama, kepercayaan, cara berfikir, ideologi, lingkungan hidup, dan sebagainya.7

Ada pendapat yang mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan insting. Hal ini berfungsi bagi manusia untuk dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, yang berbeda-beda, karena pengaruh kondisi dan situasi lingkungan. Dan seandainya dalam satu lingkungan pun belum tentu mempunyai kesamaan insting. Kemudian pada diri manusia juga mempunyai ilham yang dapat mengenal nilai sesuatu itu baik atau buruk.8

5Ardi al-Maqassary, “Konsep Baik Buruk Perspektif Filsafat”, Psychology Mania, diakses dari http://www.psychologymania.net/2010/02/konsep-baik-buruk-perspektif-filsafat.html/ pada tanggal 03 Desember 2014

6 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak) (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 87

7 Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), hlm. 53. 8 Ibid

4

Page 9: Makalah akidah akhlak

B. Indikator Akhlak Perspektif Agama

Yang dimaksud dengan “akhlak” yang baik ialah segala tingkah laku yang terpuji (mahmudah) yang biasa juga dinamakan “fadillah” (kelebihan). Imam Al-Ghazali menggunakan juga perkataan “munjiyat” yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan.9

Sebagai kebalikan dari akhlaqul mahmudah ialah akhlaqul

mazmumah yang berarti tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat (qahibah) yang menurut istilah al-Ghazali disebutnya muhlikat artinya segala sesuatu yang membinasakan atau mencelakan.10

Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khayr

(dalam bahasa Arab) yang artinya “ yang baik”, good; best

(dalam bahasa Inggris) good = that which is morally right or

acceptable sedangkan kebalikan kata baik adalah buruk, kata buruk sepadan dengan kata syarra, kobikh dalam bahasa Arab dan evil ;bad dalam bahasa Inggris. Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya. Bila dihubungkan dengan akhlak, yang dimaksud dengan baik (sebut: akhlaq yang baik) menurut Burhanudin Salam adalah adanya keselarasan antara prilaku manusia dan alam manusia tersebut.11

9 Burhanuddin Salam, Etika Individual (Pola Dasar Filsafat Moral) (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 168

10 Burhanuddin Salam, Loc. Cit11 Abiddin Nata, Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1996).

5

Page 10: Makalah akidah akhlak

Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu definisi, sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku yang dihasilkan, sementara definisi kedua lebih menitik beratkan pada tujuan terwujudnya perilaku. Dengan hanya mempertimbangkan tujuan pelaku, seseorang akan cenderung berani melakukan tindakan yang tidak selaras dengan alam dengan dalih bertujuan baik, juga adanya kesulitan mengukur kebenaran tujuan pelaku. Berdasarkan pertimbangan tersebut, barangkali dapat dirumuskan bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang memiliki tujuan baik dan selaras dengan alam manusia.

Islam (Al-Qur’an) menentukan baik dan buruk sesuai dengan firman Allah ataupun hadist nabi. Baik dan buruk di sini harus sesuai dengan pandangan Islam itu sendiri. Pandangan Islam tentang baik dan buruk kata ma’ruf adalah ism maf’ul, kata kerjanya adalah ‘arafa yang mengandung arti mengetahui (to

know), mengenal atau mengakui (to recognize), melihat dengan tajam atau mengenali perbedaan (to discern). Kata ma’ruf kemudian diartikan sebagai sesuatu yang diketahui, yang dikenal atau yang diakui. Adakalanya juga diartikan sebagai menurut nalar (reason), sepantasnya dan secukupnya. Al-Raghib al-Ashfahani mengartikan sebagai “apa yang dianggap baik oleh syariat dan akal”. Kata ma’ruf dalam Al-Quran terulang sebanyak 32 kali, di antaranya Q.S. Al-Baqarah: 263

6

Page 11: Makalah akidah akhlak

Terjemahannya:263. “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik

dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Q.S. Al-Baqarah: 263)12

Lawan dari kata ma’ruf adalah munkar. Munkar berasal dari kata nakara yang berasal dari kata nun, kaf, dan ra. Akar kata ini mengandung arti aneh, sulit, buruk, tidak dikenal (lawan ma’ruf) dan juga mengingkari. Secara bahasa, munkar diartikan sebagai segala sesuatu yang dipandang buruk, baik dari norma dari syariat maupun norma akal sehat.13

Kejahatan adalah satu dari sekian banyak kesulitan yang beerkaitan dengan persoalan keadilan Tuhan. Pembahasan ini bukan persoalan ilmiah yang dapat dijawab melalui eksperimen dan observasi, bukan juga masalah praktis yang bisa diselesaikan dengan keputusan dan tindakan. Tetapi, ia lebih merupakan problem filosofis yang menghendaki suatu dalil pemikiran yang dapat menjelaskannya secara proporsional. Begitu fundamentalnya persoalan ini, sehingga hampir semua ajaran yang bersifat keagamaan (teologis) maupun kefilsafatan merasa perlu memberikan tanggapan dengan cara dan metodenya masing-masing.14

12 Ardi al-Maqassary, “Konsep Baik Buruk Perspektif Filsafat”, Psychology Mania, diakses dari http://www.psychologymania.net/2010/02/konsep-baik-buruk-perspektif-filsafat.html/ pada tanggal 03 Desember 2014

13 Ardi al-Maqassary, “Konsep Baik Buruk Perspektif Filsafat”, Psychology Mania, diakses dari http://www.psychologymania.net/2010/02/konsep-baik-buruk-perspektif-filsafat.html/ pada tanggal 03 Desember 2014

14 Barsihannor, Etika Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2012), hlm. 73

7

Page 12: Makalah akidah akhlak

Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakkan nilai-nilai kemanusiaan atau hubungan personal, interpersonal dan masyarakat secara agung dan luhur, tidak ada perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian yang mengikat semua aspek manusia. Karena Islam yang berakar pada kata “salima” dapat diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan sifatnya fitrah. Kedamaian akan hadir, jika manusia itu sendiri menggunakan dorongan diri kea rah memanusiakan manusia dan atau memosisikan dirinya sebagai makhlik ciptaan Tuhan yang sempurna.15

Kelompok Mu’tazilah yang merupakan salah satu aliran teologi besar dalam sejarah Islam berkeyakinan bahwa perbuatan-perbuatan pada hakikatnya ada yang baik secara esensinya dan adapula yang buruk secara esensinya, dan akal manusia dapat mengetahui kebaikan dan keburukan, dan dari sinilah hukum Islam akan tersingkap, karena hukum Islam tidak mungkin bertentangan dengan akal.16

Menurut paham Asy’ariyah, nilai kebaikan suatu tindakan bukannya terletak pada obyektivitas nilainya, melainkan pada ketaatannya pada kehendak Tuhan. Asy’ariyah berpandangan bahwa manusia itu bagaikan ‘anak kecil’ yang harus senantiasa dibimbing oleh wahyu karena tanpa wahyu manusia tidak mampu memahami mana yang baik dan mana yang buruk.17

15 Ibid, hlm. 7116 Ibid, hlm. 7217 Qomaruddin Hidayat, Etika Dalam Kitab Suci Dan Relevansinya dalam

Kehidupan Modern Studi Kasus di Turki, (Jakarta: Paramadina), dalam kumpulan artikel Yayasan Paramadina, pada www.paramadina.com

8

Page 13: Makalah akidah akhlak

Adapun komprehensi-komprerhensi yang digunakan dalam akhlak (etika) seperti “baik”, “buruk”, “harus”, “tidak boleh”, “benar”, “tiddak benar”, “tugas”, dan “tanggung jawab”, semuanya merupakan komprehensi-komprehensi khusus yang mempunyai makna dan pengertian masing-masing. Pemahaman-pemahaman nilai ini memiliki faedah dalam penggunaanya ketika mempunyai basis dan landasan ontologisme, sehingga jika seseorang melanggar nilai-nilai akhlak, ia akan merasakan konsekuensi dari pelanggarannya dalam bentuk penderitaan atau kepedihan hidup serta jauh dari kebahagiaan.18

Penting untuk direnungkan oleh manusia dalam menjalani kehidupan ini, tentang terminologi yang hitam-putih mengenai perilaku baik dan buruk, mengenai akhlak terpuji dan tercela.19

Indikator utama dari perbuatan yang baik adalah sebagi berikut:

1. Perbuatan yang diperintahkan oleh ajaran Allah SWT. dan Rasul-Nya.

2. Perbuatan yang mendatangkan kemashlahatan dunia dan akhirat.

3. Perbuatan yang meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Allah dan sesama manusia.

4. Perbuatan yang menjadi tujuan syariat Islam.Indikator utama perbuatan yang tercela, sebagai berikut:

18 Barsihannor, Etika Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2012), hlm. 76

19 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014

9

Page 14: Makalah akidah akhlak

1. Perbuatan yang didorong oleh nafsu yang dating dari setan.

2. Perbuatan yang dimotivasi oleh ajaran thogut yang mendatangkan kerugian.

3. Perbuatan yang membahayakan dunia dan akhirat.4. Perbuatan yang menyimpang dari syariat Islam.5. Perbuatan yang mengakibatkan permusuhan.6. Perbuatan yang menimbulkan bencana.7. Perbuatan yang membuat kebudayaan menjadi punah.8. Perbuatan yang melahirkan konflik.20

C. Indikator akhlak perspektif filsuf

Filsafat adalah seni kritik yang bukan semata-mata membatasi diri pada destruksi atau seakan-akan takut untuk membawa pandangan positifnya sendiri. Sifat kritis filsafat ditunjukkan oleh tiga pendekatan filsafat, yaitu ontologis, epistemologis, dan aksiologis.21

Setelah ahli-ahli filsafat menyelidiki ukuran baik dan buruk secara ilmu pengetahuan, di antara mereka berpendapat bahwa ukuran itu ialah bahagia; bahagia ialah tujuan akhir dari hidup manusia. Mereka mengartikan bahagia ialah kelezatan dan sepi dari kepedihan. Kelezatan bagi mereka ialah ukuran perbuatan.

20 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014

21Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014

10

Page 15: Makalah akidah akhlak

Maka perbuatan yang mengandung kelezatan itu baik, sebaliknya yang mengandung pedih ialah buruk.22

Ahli-ahli filsafat Yunani kuno tidak banyak memperhatikan pada akhlak, tetapi kebanyakan penyelidikannya mengenai alam. Sehingga datang Sophisticians (500-450 SM) (arti Sophisticians ialah orang yang bijaksana). Buah fikiran dan pendapat mereka berbeda-beda, akan tetapi taqwa mereka adalah satu, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi nasionalist yang baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.23

Pandangan dalam kewajiban-kewajiban ini menimbulkan pandangan mengenai pokok-pokok akhlak dan diikuti pula dengan keutamaan-keutamaan mengenai sebagian adat-adat lama dan pelajaran-pelajaran yang dilakukan oleh orang-orang dahulu.24

Socrates terpandang sebagai pembangun (perintis) ilmu akhlak, karena ia pertama yang usaha dengan sungguh-sungguh membentuk perhubungan manusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Dia berpendapat bahwa akhlak dan bentuk perhubungan itu, tidak menjadi benar kecuali bila didasarkan pada ilmu pengetahuan.25

Para filsuf kuno berkata, “manusia dilahirkan bagaikan lembaran-lembaran putih yang akan dilukis oleh pendidik atau yang dikehendakinya”. Maksudnya adalah: jiwa anak kecil dilatih

22 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hlm. 90

23 Ibid, hlm. 14124 Ahmad Amin, Loc. Cit.25 Ibid, hlm.141

11

Page 16: Makalah akidah akhlak

oleh nalurinya, ia mudah dipengaruhi oleh pendidik dan pembimbingnya. Sebab, insting anak kecil selalu bersih (benar) dan tidak menyimpang dan tidak berupa karakter tertentu. Oleh karena itu, ia mudah diarahkan dan siap untuk dididik. Jadi, yang mereka maksudkan dari “lembaran putih” pada anak kecil ialah kekosongan jiwanya dari malakah al khu luqiyah (akhlak yang melekat dalam jiwa), bukan kekosongannya dari naluri dan watak yang terwarisi. Sedangkan pendidik menanamkan padanya berbagai akhlak, yang tidak berarti ia menciptakan naluri di dalamnya. Mereka mengatakan demikian guna menyanggah orang-orang yang mengatakan: “manusia menjadi baik karena tabiatnya”, dan perkataan: “manusia menjadi jahat juga dikarenakan wataknya”. Adapun hukum keturunan yang dijadikan sebagai sandaran untuk menyanggah teori ini tidak menunjukkan bahwa anak kecil mewarisi akhlak dari nenek moyangnya. Namun ia hanya mewarisi prinsip-prinsip akhlak dan kesiapan dalam naluri, yang mana filsafat kuno tidak mengingkari hal itu, bahkan syariat serta adab bangsa arab ortodoks juga mengerti hal itu.26

Akhlak manusia yang didasarkan pada landasan normatif filosofis tergambar dengan jelas dalam kehidupan sebagai berikut:

1. Kehidupan manusia individu yang dianut secara personal sebagai pijak tingkah laku seseorang.

26 Allamah Muhammad Amin Zainuddin, Membangun Surga di Hati dengan Kemuliaan, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003)

12

Page 17: Makalah akidah akhlak

2. Kehidupan bermasyarakat yang ditunjuk dari pemahaman filosofis terhadap berbagai pandangan para filsuf.

3. Kehidupan berbangsa dan bernegara.4. Kehidupan beragama yang berdasarkan pandangan

filosofis pendiri atau agamanya.5. Kehidupan berpolitik.27

Pandangan-pandangan tentang akhlak dalam kajian filsafat melahirkan berbagai aliran yang kemudian digolongkan pada aliran etika dalam filsafat atau filsafat etika yang paradigma didasarkan pada aksiologi dalam filsafat. Filsafat sebagai induk pemikiran ilmiah selalu berada di belakang setiap kemajuan suatu peradaban dialektika yang dibangun oleh Plato dan muridnya, Aristoteles. Plato terkesan sangat idealistik dan meyakini bahwa eksistensi berada di luar aspek fisik. Sementara bagi muridnya, Aristoteles, eksistensi melekat pada sesuatu yang fisik. Bagi Plato, kebenaran yang ditangkap oleh panca indra dan dibenarkan secara rasional oleh rasio. Pandangan tersebut mengesankan keyakinan Aristoteles tentang keberadaan kebenaran yang paling hakiki, berada di luar segala sesuatu yang empirik dan fisik.28

Menurut pemikiran Agustinus, manusia yang dipengaruhi platonisme, tetapi tidak mengakui dualisme ekstrim Plato, jiwanya senantiasa terkurung oleh tubuh. Dengan demikian

27 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014

28Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014

13

Page 18: Makalah akidah akhlak

manusia terdiri atas jasmani dan rohani yang harus berjalan seimbang karena jiwa menggerakkan badan, badan mengamalkan motivasi jiwa, dan jiwa harus selalu dibimbing oleh ajaran-ajaran yang datang dari Tuhan.29

Tingkah laku manusia sangat bergantung pada cara pandang manusia tentang kebenaran serta tujuan yang menjadi target bagi kehidupannya. Motivasi manusia dalam berakhlak terdapat dalam hatinya, yang disebut dengan niat. Akan tetapi, rahasia niat dapat dilihat dalam gambaran yang sesungguhnya sebagaimana dipraktikkan oleh jasmaninya. Secara filosofis, tingkah laku lahir dari paham-paham dan pandangan hidup seseorang. Dengan pandangan filosofis, akhlak manusia dapat dilihat dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat yaitu sebagai berikut:

1. PositivimeKaum ini percaya bahwa penemuan hukum-hukum alam akan membukakan batas-batas pasti yang dalam kenyataan sosial. Pandangan posistivisme, masyarakat merupakan suatu keseluruhan organik yang kenyataannya lebih dari jumlah bagian-bagian yang saling bergantung.

2. Pragmatisme

29 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014

14

Page 19: Makalah akidah akhlak

Pandangan utama pragmatisme adalah nilai dan konsep tentang akibat suatu perbuatan.

3. HumanismeHumanisme merupakan bagian dari filsafat, aliran ini memandang bahwa manusia adalah makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya.

4. MarxismeIa berpandangan bahwa etika tidak ada hubungan dengan pemasangan norma-norma abstrak dan daftar kewajiban. Marxisme memahami manusia sebagai makhluk objektif. Akhlak Marxisme bukan merupakan akhlak yang buruk jika dilihat dari segi upaya menyatukan kekuatan manusia, menurutnya manusia selalu menemukan diri dalam struktur sosial tertentu.

5. EmpirismeAliran ini berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan bagi manusia yang mendahului rasio, akhlak manusia akan terus berkembang karena merupakan bagian dari penggalian pengalaman dan kebenaran yang dipengaruhi oleh manusia ketika pengalaman hidupnya semakin banyak.30

D. Indikator Akhlak Perspektif Budaya

Budaya berasal dari dua kata, yaitu “budi” artinya akal dan “daya” artinya kekuatan. Dengan demikian budaya artinya

30 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014

15

Page 20: Makalah akidah akhlak

sebagai kekuatan akal. Potensi akal terwujud dalam bentuk kehendak berpikir, berkarya, dan mengembangkan karya ciptanya. Kebudayaan sebagai sistem hidup dalam arti cara manusia mempertahankan kehidupannya. Oleh sebab itu, akhlak baik buruk dalam perspektif kebudayaan adalah dengan melihat dan meneliti cara kerja dan cara berpikir manusia untuk mengembangkan kehidupannya dari generasi ke generasi.31

Manusia akan terus menciptakan kebudayaan secara sadar maupun tidak sadar. Dalam kebudayaan manusia, yang mendasar dari perilaku individu memiliki subjektivitas dan orientasi yang berbeda. Oleh sebab itu, baik dimensi motivasional maupun dimensi nilai sebagai unsur orientasi diri manusia, dapat lebur menjadi satu bentuk perilaku sosial, kemudian terbentuklah kebudayaan.32

Dengan pemahaman teoritik, indikator akhlak yang terpuji atau tercela menurut kebudayaan sifatnya sangat relatif karena sistem normatif yang dijadikan standar baik dan buruk adalah tradisi yang telah terlembagakan, akan tetapi, tradisi normati\f dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu agama, legenda, mitos, filsafat, dan sebagainya.33

31 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014

32 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014

33 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014

16

Page 21: Makalah akidah akhlak

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kami asumsikan yaitu sebagai berikut:

1. Akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya, sedangkan indikator merupakan sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau keterangan.

2. Indikator utama dari perbuatan yang baik adalah perbuatan yang diperintahkan oleh ajaran Allah SWT. dan Rasul-Nya; perbuatan yang mendatangkan kemashlahatan dunia dan akhirat; perbuatan yang meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Allah dan sesama manusia; perbuatan yang menjadi tujuan syariat Islam. Sedangkan indikator utama perbuatan yang tercela, adalah perbuatan yang didorong oleh nafsu yang datang dari setan; perbuatan yang dimotivasi oleh ajaran yang mendatangkan kerugian; perbuatan yang membahayakan dunia dan akhirat; dan sebagainya.

3. Indikator akhlak perspektif filsuf yaitu tingkah laku manusia sangat bergantung pada cara pandang manusia tentang kebenaran serta tujuan yang menjadi target bagi

17

Page 22: Makalah akidah akhlak

kehidupannya. Motivasi manusia dalam berakhlak terdapat dalam hatinya, yang disebut dengan niat. Akan tetapi, rahasia niat dapat dilihat dalam gambaran yang sesungguhnya sebagaimana dipraktikkan oleh jasmaninya. Secara filosofis, tingkah laku lahir dari paham-paham dan pandangan hidup seseorang. Dengan pandangan filosofis, akhlak manusia dapat dilihat dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat yaitu positivime, pragmatisme, humanisme, marxisme, empirisme, dan sebagainya.

4. Indikator akhlak perspektif budaya: akhlak baik buruk dalam perspektif kebudayaan adalah dengan melihat dan meneliti cara kerja dan cara berpikir manusia untuk mengembangkan kehidupannya dari generasi ke generasi.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu hendaknya penulis mencari

lebih banyak referensi agar makalah yang dibuat lebih baik.

1.

18

Page 23: Makalah akidah akhlak

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang. 1995.Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT RajaGrafindo.

2002.Barsihannor. Etika Islam. Makassar: Alauddin University Press.

2012.Hidayat, Qomaruddin. Etika dalam Kitab Suci dan Relevansinya

dalam Kehidupan Modern Studi Kasus di Turki. Jakarta: Paramadina dalam kumpulan artikel Yayasan Paramadina, pada www.paramadina.com.

Kamus Besar Bahasa Indonesia OnlineMustofa. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia. 2005.Nata, Abiddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. 1996.Rohman, Roli Abdul. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri. 2009.Salam, Burhanuddin. Etika Individual (Pola Dasar Filsafat Moral).

Jakarta: PT Rineka Cipta. 2000.http://www.psychologymania.net/2010/02/konsep-baik-buruk-

perspektif-filsafat.html/ diakses pada 12:58 WITA, 03 Desember

2014

http://www.lewokedaerik.blogspot.in/2012/10/indikator-indonesia-

sehat_7400.html/ diakses pada 20:31 WITA, 03 Desember 2014

http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-

akhlak.html/ diakses pada 14:30 WITA, 02 Desember 2014.

19