Ujian Farmakognosi Pak Munim

9
Ujian Farmakognosi Disusun oleh: Anindini Winda Amalia (1406598636) Dosen: Dr. Abdul Mun’im M.Si., Apt. MAGISTER HERBAL FAKULTAS FARMASI

description

FARMASI

Transcript of Ujian Farmakognosi Pak Munim

Page 1: Ujian Farmakognosi Pak Munim

Ujian Farmakognosi

Disusun oleh:

Anindini Winda Amalia (1406598636)

Dosen:

Dr. Abdul Mun’im M.Si., Apt.

MAGISTER HERBAL FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

2015

Page 2: Ujian Farmakognosi Pak Munim

Bunga rosella (Hibiscus sabdarifa) digunakan sebagai minuman dan obat tradisional di beberapa Negara. Secara in vitro dan in vivo bahkan uji klinis memperlihat efek antihipertensi. Senyawa yang terkandung adalah flavonoid, proantosianidin, dengan mekanisme aksi penghambatan kerja angiotensin converting enzyme (ACE). Herba selederi (Apium graveolens) memiliki efek diuretik dan hipertensi sangat kuat. Senyawa marker dari seledri adalah flavonoid, apiin. Keduanya diminta dikombinasikan untuk membuat sediaan. Bahan baku yang akan digunakan berupa ekstrak akan dibuat bentuk kapsul.

1. Bagaimana saudara memastikan bahwa simplisia yang digunakan adalah herba

seledri dan mahkota bunga rosella.

Jawaban

Pemastian simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat,

kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dinyatakan lain berupa bahan

yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan

mineral. nabati, hewani dan mineral.. Untuk menjamin keseragaman senyawa

aktif, keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi persyaratan

minimal untuk standardisasi simplisia. Standardisasi simplisia mengacu pada

tiga konsep antara lain sebagai berikut:

Simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi 3 parameter mutu umum

(nonspesifik) suatu bahan yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian,

aturan penstabilan (wadah, penyimpanan, distribusi)

Simplisia sebagai bahan dan produk siap pakai harus memenuhi trilogi

Quality-Safety-Efficacy

Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang berkontribusi terhadap

respon biologis, harus memiliki spesifikasi kimia yaitu komposisi (jenis dan

kadar) senyawa kandungan (Depkes RI, 1985).

Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses

standardisasi suatu simplisia. Parameter standardisasi simplisia meliputi

parameter non spesifik dan spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait

Page 3: Ujian Farmakognosi Pak Munim

dengan faktor lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter

spesifik terkait langsung dengan senyawa yang ada di dalam tanaman.

Penjelasan lebih lanjut mengenai parameter standardisasi simplisia sebagai

berikut:

1. Kebenaran simplisia

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik,

makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan

makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan

memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk

dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya

pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-

ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia.

2. Parameter non spesifik

Parameter non spesifik meliputi uji terkait dengan pencemaran yang

disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, penetapan

kadar abu, kadar air, kadar minyak atsiri, penetapan susut pengeringan.

3. Parameter spesifik

Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari

simplisia.Uji kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan

kandungan senyawa tertentu dari simplisia. Biasanya dilkukan dengan

analisis kromatografi lapis tipis (Depkes RI, 1985).

Parameter simplisia Rosella

Pemerian

Bau : aromatik, rasa pahit (MMI, jilid 2)

Berupa herba, bau khas, rasa pahit batang bentuk bulat, daun kecil,

bentukbundar telur – bundar memanjang; panjang helai daun 5 – 10

mm, lebar 2.5 – 5 mm, bunga dan buah terletak pada ketiak daun atu

Page 4: Ujian Farmakognosi Pak Munim

terlapas, buah bentuk bulat berwarna hijau kekuning – kuningan

kecokelatan

Senyawa pendandanya adalah antosianin

Kadar air (tidak lebih dari 10%)

Susut pengeringan (tidak lebih dari 10%)

Kada abu total (tidak lebih dari 7,2%)

Kadar abu tidak larut asam (tidak lebih dari 1,2%)

Kadar sari larut air (tidak kurang dari 16%)

Kadar sari larut etanol (tidak kurang dari 8%)

2. Bagaimana yakin bahwa ekstrak yang diperoleh mengandung flavonoid. Jelaskan

alasannya.

Jawaban

Penetapan kadar flavonoid total

Timbang seksama lebih kurang 1 gram ekstrak, lalu dihidrolisis dengan HCl 4N

selama 30 menit, larutan disaring dan dipekatkan. Ekstrak kemudian disari

dengan 15 ml etil asetat sebanyak 3 kali, fraksi etil asetat dikumpulkan dan

dipekatkan. Hasil ekstrak etil asetat dimasukkan ke dalam labu bersumbat 25 ml

dan dilarutkan dengan metanol dan tambahkan hingga garis batas. Larutan

tersebut sebagai larutan uji. Larutan uji dipipet 0,5 ml lalu dilarutkan dengan

metanol 1,5 ml pada tabung reaksi, kemudian ditambahkan pereaksi yang terdiri

dari 0,1 ml AlCl3 10%, 0,1 ml Naasetat, 2,8 ml air suling, larutan dicampur

hingga homogen dan diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. Selanjutnya

larutan diukur serapannya pada alat spektrofotometer UV-Vis 415 nm dengan

menggunakan larutan blanko tanpa penambahan AlCl3, digantikan dengan air

suling. Pengukuran dilakukan tiga kali, kadar dihitung sebagai rata-rata.

Kandungan flavonoid total dinyatakan dengan kesetaraan pembanding kuersetin

(31,32). Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan menggunakan pembanding

kuersetin. Kuersetin baku ditimbang seksama 25 mg dan dilarutkan dengan

Page 5: Ujian Farmakognosi Pak Munim

metanol dalam labu labu bersumbat 25 ml dan diencerkan hingga garis batas.

Larutan tersebut digunakan sebagai larutan induk yang selanjutnya dipipet dan

diencerkan dengan metanol sehingga diperoleh minimal 6 konsentrasi yang

berbeda. Tiap-tiap konsentrasi dipipet 2 ml, kemudian ditambahkan pereaksi 0,1

ml AlCl3 10%, 0,1 ml Na-asetat, 2,8 ml air suling, larutan dicampur hingga

homogen dan diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. Selanjutnya larutan

diukur serapannya pada alat spektrofotometer UV-Vis 415 nm dengan

menggunakan larutan blanko tanpa kuersetin dan AlCl3 (31,32) (Mun’im et al,

2008)

3. Apakah jika keduanya dikombinasikan akan memperoleh aktivitas sinergis.

Jelaskan alasannya.

Jawaban

4. Jelaskan kriteria penyakit (no:3) yang bisa diobati sediaan kombinasi ini.

5. Bagaimana cara saudara menentukan dosis keduanya. Jelaskan alasannya.

6. Jika ingin diedarkan produk saudara akan masuk (pilih salah satu):

a. Jamu b. Herbal terstandar c. Fitofarmaka

Jelaskan alasan saudara memilih katagori tersebut

7. Apakah kombinasi tersebut rasional. Jelaskan alasannya.

8. Jika diminta rekomendasi sediaan antara sediaan simplisia (seduhan) dengan

kapsul. Sediaan apa yang saudara pilih. Jelaskan alasannya.

Page 6: Ujian Farmakognosi Pak Munim

Daftar Pustaka

Depkes RI. (1985). Materia Medika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Mun’im, A., Hanani, E., Mandasari, A. (2008). Pembuatan teh herbal campuran

kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) dan herba seledri (Apium

graveolens). Majalah Ilmu Kefarmasian, 1(1): 47-54.