UJI EFEK KOMBINASI SIPROFLOKSASIN DENGAN EKSTRAK … · Staphylococcus aureus dengan ekstrak...
Transcript of UJI EFEK KOMBINASI SIPROFLOKSASIN DENGAN EKSTRAK … · Staphylococcus aureus dengan ekstrak...
UJI EFEK KOMBINASI SIPROFLOKSASIN DENGAN EKSTRAK
METANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Alamanda Febriani
NIM : 158114101
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI EFEK KOMBINASI SIPROFLOKSASIN DENGAN EKSTRAK
METANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Alamanda Febriani
NIM : 158114101
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus, sumber kasih dan rahmat
Bapak, ibu, kakak, dan segenap keluarga besar
yang selalu memberikan kasih, doa dan masukkan
Teman-teman terkasih yang selalu memberi dukungan
Dan untuk almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang
telah memberikan rahmat, pernyertaan serta kasih-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Uji Efek
Kombinasi Siprofloksasin dengan Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis”.
Penulis menyadari banyak pihak yang membantu dan medukung dalam
penyelesaian skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasi
kepada :
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini M.Si., Apt. Selaku dosen pembimbing yang
selalu sabar dalam memberikan arahan, saran, dan evaluasi mulai dari
penyususnan proposal hingga terselesainya skripsi ini.
2. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt. dan ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si.,
M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepda
penulis.
3. Laboran lantai satu hingga lantai empat, khususnya Pak Wagiran dan Kak
Intan yang membantu selama melakukan penelitian.
4. Bapak Mulyono dan Ibu Winarni yang selalu memberikan dukungan doa,
semangat serta kasih sayang kepada penulis selama penyususnan skripsi.
5. Kakak penulis Winda Milasari yang selalu mendengarkan cerita penulis dan
memberikan semangat dan doa kepada penulis.
6. Epen, Galang, Pipit, Bryan, Nadia dan Rian yang menjadi teman satu
kelompok skripsi yang selalu memberikan dukungan serta semangat dan
menjalani suka duka bersama-sama.
7. Teman-teman PosKes Kotabaru yang memberikan dukungan doa dan
semangat kepada penulis.
8. Kak Tara, Ce Hanny, Ana yang sudah selalu meluangkan waktu
mendengarkan cerita.
9. Ima, Aulia, Yuli, Shella, Melani dan Yulinda yang sudah memberi semangat
dan keceriaan selama penulis kuliah di Yogyakarta.
10. Devri, Ambar, Amel dan Dinda yang walaupun jauh di Semarang, tetapi
tetap memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan
perkuliahan dan skripsi.
11. Teman-teman FSM C dan seluruh angkatan 2015 Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan keceriaan, semangat
dan kerja sama selama perkuliahan.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penyusunan skripsi hingga terselesaikan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
Penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini mesih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini
menjadi lebih baik. Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan
dalam penyusunan naskah skripsi. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini
bermanfaat bagi banyak pihak.
Yogyakarta,
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Latarbelakang : Staphylococcus epidermidis adalah salah satu bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi. Pengobatan infeksi dengan pemberian antibiotik, namun
masalah resistensi antibiotik semakin berkembang. Perlu adanya terobosan terbaru,
salah satunya melakukan kombinasi dengan tanaman. Berbagai penelitian
sebelumnya membuktikan, kombinasi dengan tanaman menunjukan efek sinergis.
Ekstrak metanol daun sirih merah juga terbukti mampu menghambat pertumbuhan
bakteri. Penelitian ini untuk melihat efek kombinasi ekstrak metanol sirih merah
dengan siprofloksasin terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.
Metode : Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode sumuran, kemudian
dilihat profil senyawa yang terdapat pada kombinasi tersebut menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis dan uji tabung. Data zona hambat yang diperoleh
kemudian diuji secara statistik menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann
Whitney.
Hasil : Zona hambat kombinasi lebih sempit dibanding siprofloksasin tunggal.
Hasil uji statistik menunjukan ada perbedaan antara zona hambat kombinasi dan
zona hambat zat tunggal. Hasil dari skrining fitokimia menunjukan hasil, senyawa
antibakteri berupa alkaloid, flavonoid dan tanin terdeteksi dalam larutan kombinasi.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan hasil antara kombinasi dan bahan tunggal. Hasil
kombinasi tersebut tidak menunjukan efek sinergis.
Kata kunci : siprofloksasin, kombinasi, zona hambat, Staphylococcus epidermidis,
kromatografi lapis tipis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Background: Staphylococcus epidermidis is one of the bacteria that can cause
infection. Treatment of infections with antibiotics, but the prevalence of antibiotic
resistance is increasing. The latest breakthrough is needed, one of which is to do a
combination with plants. Various previous studies have shown, a combination with
plants shows a synergistic effect. Methanol extract of red betel leaf is also proven
to inhibit bacterial growth. This study was to look at the effect of the combination
of red betel methanol extract with ciprofloxacin on the growth of Staphylococcus
epidermidis, and see if there are solutions that contain antibacterial compounds.
Method: Antibacterial activity testing using the well method, then the profile of the
compounds found in the combination was seen using Thin Layer Chromatography
and tube test. The inhibitory zone data obtained were then tested statistically using
the Kruskal-Wallis and Mann Whitney tests.
Results: Combination inhibition zones are narrower than single ciprofloxacin. The
results of statistical tests show there is a difference between the combination
inhibition zone and a single substance inhibition zone. The results of phytochemical
screening showed results, antibacterial compounds in the form of alkaloids,
flavonoids and tannins found in combination solutions.
Conclusion: There are differences in results between combinations and single
materials. The combination results do not show a synergistic effect
Keywords: ciprofloxacin, combination, inhibition zone, Staphylococcus
epidermidis, thin layer chromatography
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... vi
PRAKATA ................................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... ix
ABSTRACT ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
METODE PENELITIAN .............................................................................. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 7
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 16
LAMPIRAN ................................................................................................. 20
BIOGRAFI PPENULIS ................................................................................ 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Hasil pengukuran zona hambat (dalam milimeter) aktifitas
antibakteri siprofloksasin dan EMDSM ....................................... 9
Tabel II. Hasil uji Mann Whitney ............................................................... 11
Tabel III. Nilai Rf dan warna bercak hasil KLT........................................... 13
Tabel IV. Hasil uji tabung ........................................................................... 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. (a) Kontrol Media, (b) Kontol Pertumbuhan Hasil KLT
(c) penyemprotan FeCl3 ......................................................... 8
Gambar 2. Hasil uji sumuran aktifitas antibakteri siprofloksasin dan
EMDSM ................................................................................ 9
Gambar 3. Hasil KLT (a) Deteksi UV 254, (b) Deteksi UV 365 .............. 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Tanaman (Daun Sirih Merah) ..................... 20
Lampiran 2. Sertifikat Hasil Uji Staphylococcus epidermidis ...................... 21
Lampiran 3. Sertifikat uji statistik dengan SPSS .......................................... 22
Lampiran 4. Hasil perhitungan statistik uji aktivitas antibakteri metode
sumuran.................................................................................. 23
Lampiran 5. Hasil Uji Tabung ..................................................................... 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab kesakitan pada
masyarakat. Menurut data dari Central for Disease Control and Prevention (2015)
sebanyak 16,8 juta orang mengunjungi fasilitas kesehatan karena penyakit infeksi.
Pengobatan infeksi bakteri dilakukan dengan pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik pada anak banyak yang tidak tepat sasaran, atau dapat dikatakan
sesungguhnya tidak ada indikasi perlunya penggunaan antibiotik (Farida dkk,
2008).
Setiap tahun 23.000 orang di Amerika meninggal akibat terjadinya
resistensi bakteri (CDC, 2013). Penelitian yang dilakukan Handayani et al (2017)
menunjukan bahwa resistensi mikroba cukup menghawatirkan dilihat dari hasil
penelitian dan data rumah sakit yang ada. Hal ini dapat dilihat dari contoh yang
terjadi Laboratorium Pusat Nasional Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo,
selama tahun 2010-2012 banyak antibiotik memiliki tingkat sensitivitas lebih
rendah dari 50%. Resistensi ini dapat terjadi karena penggunaan antibiotik yang
tidak bijak dan penetapan standar yang kurang sesuai di fasilitas kesehatan
(Anonim, 2011).
Staphylococcus epidermidis dapat menyebabkan infeksi pada beberapa
tempat seperti infeksi pada blood stream, pneumonia, kulit dan beberapa bagian
lain (Mohammed, et. al, 2014). Staphyloccocus epidermidis merupakan mikrobia
normal tubuh yang berada di kulit dan mukosa tubuh (Brooks, 2013). Laporan
mengenai resistensi bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu 75-90% isolat
Staphylococcus epidermidis mengalami resisten terhadap metisilin, selain itu
antibiotik lain yang mengalami resistensi yakni rifampisin, florokuinolon,
gentamisin, serta tetrasiklin (Otto, 2009).
Antibiotik yang dapat digunakan untuk mengatasi Staphylococcus
epidermidis tersebut adalah siprofloksasin. Siprofloksasin sendiri merupakan
antibiotik golongan quinilon generasi ke dua yang paling sering digunakan dalam
pengobatan. Siprofloksasin cukup mudah mengalami resistensi karena perubahan
stuktur bakteri. Siprofloksasin bekerja membunuh bakteri dengan menghambat
sintesis DNA bakteri (Hitchings et al. 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kejadian resistensi antibiotik yang semakin meningkat ini seharusnya
diiringi dengan perkembangan obat antibiotik terbaru, atau dilakukan alternatif
dengan melakukan kombinasi. Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan,
adanya kombinasi antara antibiotik dengan tanaman dapat menimbulkan efek
sinergis yaitu efek kombinasi lebih tinggi dibanding efek tunggal. Aiyegoro dan
Okoh (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tanaman bila dikombinasi
dengan antibiotik menunjukan peningkatan aktivitas antibakteri dan efek sinergis.
Kombinasi ampisilin dan ekstrak etanol, petrolium eter Thymbra spicata
menunjukan hasil yang sinergis yang ditandai dengan nilai Fractional Inhibitory
Concentration Index <0,5 (0,07 dan 0,27) (Haroun and Al-Kayali, 2016). Pada
penelitian Adwan dan Mhanna (2008) menunjukan adanya penurunan MIC
antibiotik setelah dilakukan kombinasi dengan tanaman pada pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Tanaman di Indonesia yang sudah terkenal memiliki
khasiat sebagai antibakteri adalah sirih merah.
Ekstrak etanol daun sirih merah (EEDSM) menunjukan aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus sp. Salah satu bakteri tersebut Staphylococcus
epidermidis terbentuk zona hambat sebesar 14,95 mm. Pada penelitian yang sama
hasil pythocemical test ekstrak etanol daun sirih merah mengandung alkaloid,
flavonoid, tanin, polifenol, saponin, dan steroid (Kusuma et al, 2016). Penelitian
Rinanda et al (2012) menunjukan aktifitas penghambatan pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dengan ekstrak metanol daun sirih merah pada konsentrasi
300mg/mL diperoleh zona hambat sebesar 9,0 mm. Penelitian tersebut juga
mengidentifikasi kandungan dalam ekstrak metanol, zat yang terkandung dalam
ekstrak metanol daun sirih merah yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid
dan tanin.
Berdasarkan kemiripan zat yang dikandung pada EEDSM dan EMDSM,
dan belum adanya penelitian mengenai ekstrak metanol daun sirih merah terhadap
Staphylococcus epidermidis namun mampu menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus, maka pada penelitian ini digunakan ekstrak metanol daun
sirih merah sebagai salah satu bahan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah aktivitas antibakteri kombinasi siprofloksasin dengan ekstrak metanol daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sirih merah terhadap Staphylococcus epidermidis memiliki efek sinergis sehingga
dapat menjadi alternatif mengatasi kasus resistensi, serta melihat apakah didalam
larutan uji mengandung senyawa antibakteri.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan eksperimental sederhana atau post only control group design.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penitian ini adalah bakteri uji
Staphylococcus epidermidis dalam bentuk kultur, daun sirih merah yang diperoleh
dari daerah Sleman, Yogyakarta, media Nutrien Agar (Merck) dan Nutrien Broth
(Merck) yang didapat dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Sanata Dharma,
pelarut metanol, aquadest, larutan standart Mc Farland 0.5, toluen,
Dimetilsulfoksida (DMSO) 1%, Buffered Pepton Water (Merck), tablet
siprofloksasin 500mg, plat Kromatografi Lapis Tipis Silika Gel 60 F 254 (Merck),
etil asetat.
Alat-alat yang digunakan yaitu oven (Hemmert), shaker (Optimal),
blender, kertas saring, timbangan analitik (OHAUS), inkubator (Hemmert), rotary
evaporator (Buchi), mikropiper (Socorex), nephelometer (PhoenixSpec),
Biological Safety Cabinet class II type A2 (ESCO), autoclave (ALP), vortex, hot
plate, yellow tip, corong Buchner, alat-alat gelas (beker, tabung reaksi, cawan petri,
labu takar, erlenmeyer, pipet volume (Iwaki Pyrex)), pengayak no. 50, bunsen, rak
tabung, jarum ose, alat destilasi.
Pengumpulan bahan dan determinasi tanaman
Sirih merah yang digunakan sebagai salah satu bahan penelitian diperoleh
dari daerah Sleman, Yogyakarta. Sirih merah kemudian dideterminasi di Fakultas
Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pembuatan simplisia daun sirih merah
Daun sirih merah yang digunakan dipilih daun yang berukuran sedang,
tidak berlubang serta berwarna hijau dengan garis keabuan pada permukaan daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dan bagian dasar berwarna kemerahan. Daun yang telah dikumpulkan kemudian
dilakukan sortasi basah untuk memisahkan dari pengotor (bagian tanaman yang
tidak digunakan). Daun sirih merah kemudian dicuci menggunakan air mengalir
dan diulang sebanyak tiga kali. Daun sirih menudian dipotong melintang kira-kira
2cm. Daun sirih merah yang sudah dipotong kemudian dikerinkan dalam oven
dengan suhu 40oC hingga kering. Daun yang telah kering kemudian diserbuk
dengan bantuan blender, lalu diayak dengan ayakan no. 50 agar ukuran serbuk lebih
seragam dan memperluas permukaan sehingga lebih banyak bagian yang terbasahi.
Serbuk disimpan dalam wadah kering yang terlindung dari sinar matahari langsung
dan diletakkan pada suhu ruang.
Penetapan kadar air simplisia kering daun sirih merah
Pereaksi toluen jenuh air dibuat terlebih dahulu dengan cara mencampur
toluen P dengan sedikit air kemudian dikocok lalu dibiarkan terpisah, bagian air
dapat dibuang. 10 gram simplisia kering daun sirih merah dan 200 ml toluen jenuh
air dimasukkan ke dalam labu. Labu dipanaskan selama 15 menit. Setelah toluen
mendidih, kecepatan penyulingan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga
sebagian besar air tersuling, kemudian kecepatan penyulingan dinaikan hingga 4
tetes tiap detik. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit, kemudian hasil
penyulingan didinginkan hingga air dan toluen memisah sempurna.
Pembuatan ekstrak metanol daun sirih merah
Tahapan maserasi dilakukan dengan cara merendam 10 g serbuk daun sirih
merah dalam 100 mL metanol selama 24 jam, dilakukan pengadukan dengan
bantuan shaker. Hasil maserasi disaring menggunakan corong buchner dan
didapatkan hasil berupa maserat. Serbuk hasil penyaringan direndam kembali
dengan 75mL metanol selama 24 jam. Remaserasi dilakukan sekali lagi dengan
merendam serbuk dalam 25mL metanol selama 24 jam. Setelah itu disaring
menggunakan corong buchner sehingga diperoleh maserat.
Maserat dari hasil pertama dan kedua kemudian diuapkan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 65oC untuk menguapkan pelarut. Penguapan
kemudian dilanjutkan di atas waterbath dengan suhu 50-65oC hingga diperoleh
bobot tetap (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010; Kusuma, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pembuatan seri konsentrasi ekstrak metanol daun sirih merah
Larutan stok dibuat dengan melarutkan 400mg ekstrak kental ke dalam
DMSO 1% hingga volume 10mL, maka akan diperoleh konsentrasi larutan stok
40mg/mL. Dari larutan stok dilakukan pengenceran hingga didapat seri konsentrasi
20mg/mL, 10mg/mL dan 5mg/mL.
Pembuatan larutan uji antibiotik siprofloksasin
Larutan stok siprofloksasin dibuat dengan menggerus halus tablet
siprofloksasin 500mg kemudian disuspensikan ke dalam aquadest steril hingga
volume 10mL sehingga diperoleh konsentrasi 50mg/mL. Pengenceran dilakukan
kembali, hingga diperoleh konsentrasi akhir siprofloksasin 4µg/mL sebagai larutan
uji.
Penyiapan bakteri uji
Kultur bakteri Staphylococcus epidermidis diambil 1-2 ose dimasukkan
kedalam Nutrien Broth (NB) steril, kemudian dilakukan inkubasi selama 24 jam
pada suhu 37oC. Suspensi bakteri yang diperoleh kemudian disetarakan dengan Mc
Farland 0,5 menggunakan nephelometer.
Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode sumuran
Media NA yang telah disterilkan dan masih dalam bentuk cair
ditambahkan suspensi bakteri sebanyak 1mL kemudian di-vortex, dituangkan ke
dalam petri kemudian didiamkan hingga memadat. Setelah padat dengan bantuan
pelubang sumuran dibuat sumuran pada media sebanyak 6 sumuran. Sumuran-
sumuran tersebut akan diisi antibiotik tunggal, ekstrak metanol daun sirih merah
tunggal, kombinasi antibiotik dan ekstrak, serta kontrol negatif yang berisi aquadest
steril, DMSO 1%, dan BPW.
Pada sumuran-sumuran tersebut kemudian diujikan 4µg/mL
siprofloksasin tunggal sebanyak 15µL, ekstrak metanol daun sirih merah 10mg/mL
sebanyak 15µL. Kombinasi antibiotik siprofloksasin 4µg/mL dan ekstrak metanol
daun sirih merah 5mg/mL, kombinasi antibiotik siprofloksasin 4µg/mL dan ekstrak
metanol daun sirih merah 10mg/mL, kombinasi antibiotik siprofloksasin 4µg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dan ekstrak metanol daun sirih merah 20mg/mL dengan perbandingan 1:1
(15µL:15µL). Kontrol negatif digunakan aquadest steril, BPW, dan DMSO 1%
dengan volume masing-masing 10µL.
Dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Setelah dilakukan
inkubasi dilakukan pengamatan dan pengukuran zona hambat. Pengukuran
diameter diukur secara vertikal dan horizontal yang masing-masing dikurangkan
diameter sumuran kemudian dicari rata-rata.
Uji fitokimia kombinasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Plat KLT Silika Gel 60 F254 disiapkan, dipotong ukuran 7x13cm. Aktivasi
plat yang telah disiapkan dengan meletakkan plat dalam oven bersuhu 50oC selama
satu jam. Disiapkan fase gerak dalam chamber berupa etil asetat : toluen (9:1). Plat
yang telah diaktivasi kemudian ditotolkan standar dan larutan uji. Standar yang
digunakan adalah standar flavonoid (kuersetin). Larutan uji berupa ciprofloxacin
4µg/mL, ekstrak metanol daun sirih merah 10mg/mL, kombinasi 4µg/mL dan
ekstrak metanol daun sirih merah 5mg/mL, kombinasi 4µg/mL dan ekstrak metanol
daun sirih merah 10mg/mL, serta kombinasi 4µg/mL dan ekstrak metanol daun sirih
merah 20mg/mL.
Plat yang telah ditotol dengan larutan uji kemudian dielusi, jarak elusi dari
totolan sejauh 10cm. Plat lalu disemprot dengan FeCl3 untuk mempertegas bercak.
Letakkan dalam oven sekitar 1-2 menit. Bercak dilihat dibawah sinar UV 254 dan
365.
Uji Tabung
1. Uji Flavonoid
1mL larutan uji ditambahkan serbuk logam Mg 0,1g dan 5 tetes HCl
dilakukan dengan pemanasan, dalam 2-5 menit larutan akan berubah
warna menjadi warna merah (Hartini, 2016, MMI, 1979).
2. Uji Tanin
1mL larutan uji ditambahkan 1mL air, kemudian ditambahkan 2-3 FeCl
III. Warna biru kehitaman menunjukan adanya senyawa tanin (Hartini,
2016, Kursia, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Uji Alkaloid
5mL larutan uji ditambhakan HCl10% 2,5mL kemudian dimasukkan
dalam 2 tabung, tabung 1 ditetesi 3 tetes reagen Mayer dan tabung lain
sebagai pembanding. Terbentuknya endapan putih menunjukan adanya
alkaloid (Hartini, 2016, MMI, 1979).
4. Uji Saponin
2mL larutan uji, ditambahkan 2mL air kemudian dikocok selama 5 menit,
akan terbentuk buih setinggi 1-10cm menunjukan adanya saponin (Hartini,
2016, MMI, 1979).
5. Uji Minyak Atsiri
1mL larutan uji dimasukkan dalam cawan porselin, kemudian diuapkan
hingga diperoleh residu. Aroma khas yang tercium menandakan adanya
minyak atsiri (Ciulei, 1984).
Teknik Analisis Data
Data dianalis menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi
normalitas. Uji homogenitas varian menggunakan uji Levene, apabila data
terdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji ANOVA One-way.
Bila ditemukan perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Tukey pada taraf
kepercayaan 95%. Bila data tidak terdistribusi normal atau homogen maka diuji
menggunakan uji Kruskall Wallis, kemudian dilanjutkan uji Mann Whitney.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan utama dari penelitian ini adalah daun sirih merah yang diperoleh
dari daerah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai pembuktian kebenaran
bahan yang digunakan, dilakukan determinasi. Hasil determinasi membuktikan
bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Piper crocatum Ruiz
& Pav. Daun sirih merah yang telah dikumpulkan dilakukan sortasi basah untuk
memisahkan daun dari pengotor lain, kemudian daun dicuci dengan air mengalir,
dikeringkan menggunakan oven pada suhu 40oC, kemudian diserbuk dan diayak
dengan ayakan no. 50. Setelah diayak, dilakukan pengujian kadar air dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
metode destilasi toluena. Tujuan dilakukan pengukuran kadar air ini untuk
mengetahui besarnya kadar air yang terkandung dalam serbuk sirih merah. Kadar
air yang baik yang diperbolehkan yaitu kurang dari 10% (Dirjen POM, 1995).
Kadar air sirih merah yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah 4,89% ini sudah
sesuai dengan peraturan yang ada.
Ekstrak metanol daun sirih merah dibuat dengan metode maserasi. Serbuk
sirih merah direndam dengan metanol selama 24 jam. Kemudian hasil rendaman
disaring dan dilakukan remaserasi selama 24 jam. Remaserasi dilakukan sebanyak
2 kali. Hasil filtrasi kemudian diuapkan dengan bantuan rotary evaporator dan
dilanjutkan dengan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental dengan bobot tetap.
Ekstrak kental yang diperoleh pada penelitian ini yaitu sebesar 12, 5453g dari berat
awal serbuk yang dimaserasi 60, 9073g. Rendemen ekstrak dihitung, yaitu sebesar
20,60%. Nilai rendemen ini menggambarkan banyaknya senyawa metabolit yang
tersari dan keefektifan metode ekstaksi (Wijaya, 2018).
Uji aktivitas antibakteri diawali dengan uji difusi sumuran pada media
Nutrien Agar untuk mengetahui apakah siprofloksasin dan ekstrak metanol daun
sirih merah mampu menghambat pertumbuhan. Kontrol media dibuat untuk
memastikan media yang digunakan tidak terkontaminasi dan kontrol pertumbuhan
bakteri untuk memastikan bakteri Staphylococcus epidermidis dapat tumbuh baik
pada media NA. Kontrol negatif berisi DMSO 1%, aquadest steril, BPW. Kontrol
negatif dibuat untuk memastikan bahwa pelarut-pelarut yang digunakan tersebut
tidak memberikan efek antibakteri pada perlakuan ini.
(a) (b)
Gambar 1. (a) Kontrol Media, (b) Kontol Pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Uji aktivitas aktibakteri dengan metode difusi sumuran menunjukan zona
hambat yang berupa daerah jernih disekitar sumuran. Uji aktivitas ini dilakukan
replikasi sebanyak tiga kali. Zona hambat yang terbentuk diukur menggunakan
penggaris, baik secara vertikal maupun horizontal.
Gambar 2. Hasil uji sumuran aktifitas antibakteri siprofloksasin dan EMDSM
Keterangan : A = Siprofloksasin 4µg/mL, B = EMDSM 10mg/mL, C =
Siprofloksasin 4µg/mL dan EMDSM 20mg/mL, D = Siprofloksasin 4µg/mL dan
EMDSM 10mg/mL, E = Siprofloksasin 4µg/mL dan EMDSM 5mg/mL, F = kontrol
negatif.
Hasil pengukuran zona hambat uji aktivitas antibakteri kombinasi
siprofloksasin dan ekstrak metanol daun sirih merah disajikan dalam Tabel I.
Tabel I. Hasil pengukuran zona hambat (dalam milimeter) aktifitas antibakteri
siprofloksasin dan EMDSM
Replikasi A B C D E F
I 10 7,5 10 6,5 6 0
II 10,5 7 8 7 7 0
III 10 7 8,5 7 7 0
Mean ±
SD
10,17±0,29 7,17±0,29 8,83±1,04 6,83±0,29 6,67±0,58 0
Keterangan : A = Siprofloksasin 4µg/mL, B = EMDSM 10mg/mL, C =
Siprofloksasin 4µg/mL dan EMDSM 20mg/mL, D = Siprofloksasin 4µg/mL dan
EMDSM 10mg/mL, E = Siprofloksasin 4µg/mL dan EMDSM 5mg/mL, F = kontrol
negatif.
A
B
C D
E
F
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Menurut penelitian Nopiyanti et al (2016) aktivitas antibakteri
berdasarkan zona hambatnya digolongkan menjadi sangat kuat (>20mm), kuat (10-
20mm), sedang (5-10mm), dan lemah (<5mm). Berdasarkan hal tersebut zona
hambat yang terbentuk termasuk kategori sedang. Hasil tersebut juga menunjukan
bahwa siprofloksasinmemiliki daya antibakteri paling poten dibanding dengan
larutan uji lain. Kontrol negatif tidak menunjukan adanya zona hambat berarti
membuktikan bahwa pelarut DMSO 1% yang digunakan untuk mengencerkan
ekstrak dan aquadest steril untuk mengencerkan siprofloksasin tidak memberikan
aktivitas antibakteri. Hasil dalam kombinasi memiliki zona hambat yang lebih kecil
jika dibanding siprofloksasin tunggal. Hal ini berarti kombinasi yang dilakukan
tidak meningkatkan aktivitas antibakteri pada siprofloksasin.
Efek sinergis didefinisikan sebagai interaksi positif yang terbentuk dari
dua agen yang dikombinasi dan menghasilkan efek penghambatan lebih baik
dibanding agen tunggal (Sharma and Kaur, 2014). Efek sinergis tidak terjadi
mungkin karena adanya kesamaan target aksi antara siprofloksasin dan flavonoid
sebagai salah satu komponen yang diduga memiliki aktivitas antibakteri.
Siprofloksasin memiliki target aksi pada topoisomerase II (Fabrega et al, 2009).
Menurut Chung et al (2011), kombinasi akan berefek sinergis bila memiliki tempat
aksi yang berbeda. Basri et al (2014) juga menyebutkan bahwa kombinasi
antimikroba akan berefek sinergis bila bekerja pada lokasi yang berbeda. Penelitian
yang dilakukan Jayaraman et al (2010) pada bakteri Pseudomonas aeruginosa
menyebutkan siprofloksasin bila dikombinasi dengan beberapa senyawa tanaman
seperti kuersetin dan myricetin dapat menimbulkan efek indifferent yaitu apabila
efek kombinasi sama dengan efek tunggal.
Data hasil uji sumuran dilakukan uji homogenitas dengan uji levene
menunjukan hasil yang tidak homogen karena p-value 0,008 (<0,05). Setelah itu
dilakukan uji normalitas dengan Saphiro Wilk menunjukan hanya data pada larutan
uji siprofloksasin 4µg/mL dan EMDSM 20mg/mL adalah data normal karena p-
value 0,463 (>0,05). Maka uji yang digunakan adalah uji Kruskal Walliss karena
data tidak terdistribusi homogen. Pada uji Kruskall Waliss diperoleh hasil terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
perbedaan karena p-value diperoleh 0,008 (<0,05). Untuk melihat kebermaknaan
dilanjutkan uji Mann Whitney.
Tabel II. Hasil Uji Mann Whitney
Perlakuan p-value Makna
Larutan A Larutan B 0,043 Berbeda bermakna
Larutan C 0,105 Tidak berbeda bermakna
Larutan D 0,043 Berbeda bermakna
Larutan E 0,043 Berbeda bermakna
Larutan F 0,034 Berbeda bermakna
Larutan B Larutan C 0,046 Berbeda bermakna
Larutan D 0,197 Tidak berbeda bermakna
Larutan E 0,197 Tidak berbeda bermakna
Larutan F 0,034 Berbeda bermakna
Larutan C Larutan D 0,046 Berbeda bermakna
Larutan E 0,046 Berbeda bermakna
Larutan F 0,037 Berbeda bermakna
Larutan D Larutan E 0,796 Tidak berbeda bermakna
Larutan F 0,034 Berbeda bermakna
Larutan E Larutan F 0,034 Berbeda bermakna
Keterangan : A = Ciprofloxacin 4µg/mL, B = EMDSM
10mg/mL, C = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM
20mg/mL, D = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM
10mg/mL, E = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM
5mg/mL, F = kontrol negatif.
Hasil pada uji statistik pada larutan A yang berisi siprofloksasin tunggal
dibanding larutan C yang berisi kombinasi siprofloksasin dan EMDSM 80mg/mL
menunjukan tidak berbeda bermakna. Hal ini berarti kombinasi tersebut memiliki
kemampuan yang sama dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan
siprofloksasin tunggal. Sama dengan yang terjadi pada larutan B dibanding larutan
D, larutan B dibanding dengan larutan E dan larutan D dibanding larutan E. Efek
antibakteri yang dihasilkan dianggap memiliki kemampuan yang sama dalam
menghambat pertumbuhan bakteri. Pada perbandingan lain, hasil berbeda
bermakna berarti kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri yang dihasilkan
lebih lemah dibanding tunggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Zat dalam sirih merah yang diduga memiliki aktivitas antibakteri adalah
flavonoid, alkaloid, minyak atsiri dan tanin (Herryawan and Sabirin, 2018). Target
flavonoid dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat DNA
topoisomerase II (Shuchi et al, 2016). Alkaloid memiliki aktivitas menghambat
pertumbuhan bakteri dengan mengganggu pembentukan peptidoglikan sel bakteri,
sehingga dinding sel bakteri tidak terbentuk sempurna (Herryawan and Sabirin,
2018). Minyak atsiri sendiri memiliki mekanisme menghambat pembentukan
membran plasma atau dinding sel bakteri, sehingga pembentukannya tidak
sempurna (Herryawan and Sabirin, 2018). Mekanisme tanin yaitu penghambatan
enzim ekstraseluler, menghambat metabolisme dengan penghambatan dari
oxidative phosphorylation (Scalbert, 1991).
Pengujian dilanjutkan dengan uji KLT dan uji tabung untuk melihat
apakah senyawa yang diduga sebagai antibakteri terdeteksi dalam larutan uji.
(a) (b) (c)
Gambar 3. Hasil KLT (a) detektor UV 254, (b) detektor UV 365,
(c) penyemprotan FeCl3
Keterangan : A = standar flavonoid (kuersetin), B= Siprofloksasin 4µg/mL, C =
EMDSM 10mg/mL, D = Siprofloksasin 4µg/mL dan EMDSM 5mg/mL, E =
Siprofloksasin 4µg/mL dan EMDSM 10mg/mL, F = Siprofloksasin 4µg/mL dan
EMDSM 20mg/mL, Fase diam = Silika Gel 60 F254, Fase Gerak = etil asetat : toluen
(9:1), jarak elusi = 10cm, pereaksi semprot = FeCl3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tabel III. Nilai Rf dan warna bercak hasil KLT
Sampel No Deteksi UV 254 Deteksi UV 365 Penyemprotan FeCl3
Rf (cm) Warna Rf (cm) Warna Rf (cm) Warna
A 1 0,68 coklat 0,68 biru-
ungu
0,68 kehitaman
B - - - - - - -
C 1 0,4 coklat 0,4 ungu 0,4 coklat
2 0,62 biru-ungu - - - -
3 0,7 biru-ungu - - 0,79 hijau tua
4 0,79 hijau-
kuning
0,79 ungu-
merah
- -
D 1 0,42 coklat 0,42 ungu 0,42 coklat
2 0,62 biru-ungu 0,62 biru 0,72 Kehitaman
3 0,7 biru-ungu 0,72 ungu 0,79 hijau tua
4 0,79 hijau-
kuning
0,79 ungu-
merah
- -
E 1 0,42 coklat 0,42 ungu 0,42 coklat
2 0,62 biru-ungu 0,62 biru 0,72 kehitaman
3 0,7 biru-ungu 0,72 ungu 0,79 hijau tua
4 0,79 hijau-
kuning
0,79 ungu-
merah
- -
F 1 0,46 coklat 0,46 ungu 0,46 coklat
2 0,62 biru-ungu 0,62 biru 0,72 kehitaman
3 0,7 biru-ungu 0,72 ungu 0,79 hijau tua
4 0,79 hijau-
kuning
0,79 ungu-
merah
- -
Keterangan : A = standar flavonoid (kuersetin), B= Siprofloksasin 4µg/mL, C =
EMDSM 10mg/mL, D = Siprofloksasin 4µg/mL dan EMDSM 5mg/mL, E =
Siprofloksasin 4µg/mL dan EMDSM 10mg/mL, F = Siprofloksasin 4µg/mL dan
EMDSM 20mg/mL
Hasil KLT pada pengamatan dibawah UV 254 dan 365 menunjukan
flavonoid (kuersetin) tidak tampak pada kombinasi, maupun EMDSM tunggal
karena perbedaan warna bercak yang dihasilkan dan Rf yang tidak identik. Warna
pada standar menunjukan warna coklat dan pada perlakuan menunjukan warna
hijau kekuningan. Warna hasil KLT pada deteksi dibawah sinar UV 254
menunjukan warna kekuningan menunjukan adanya flavonoid (Skorek et al, 2016).
Warna hasil KLT pada deteksi dibawah sinar UV 365 menunjukan warna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kemerahan yang menunjukan adanya klorofil (Wagner et al, 1983). Warna ungu
yang ditunjukkan dibawah sinar UV 365 menunjukan adanya flavonoid
(Dwiatmaka, 2010). Pada penelitian Susanti dkk (2017) menunjukan identifikasi
senyawa fenol menunjukan hasil positif berwana kehitaman setelah dilakukan
penyemprotan dengan FeCl3, karena bersifat oksidator.
Tabel III. Hasil uji tabung
A B C D E
Alkaloid - √ √ √ √
Flavonoid - √ √ √ √
Tanin - √ √ √ √
Saponin - - - - -
Minyak atsiri - √ √ √ √
Keterangan : A = Siprofloksasin 4µg/mL, B = EMDSM 10mg/mL, C =
Siprofloksasin 4µg/mL dan EMDSM 5mg/mL, D = Siprofloksasin 4µg/mL dan
EMDSM 10mg/mL, E = Siprofloksasin 4µg/mL dan EMDSM 20mg/mL.
Hasil pada uji tabung menunjukan terdeteksinya alkaloid, flavonoid, tanin
dan minyak atsiri. Hasil uji tabung flavonoid sedikit berbeda dengan KLT, ini
mungkin terjadi karena standar flavonoid yang digunakan berbeda dengan senyawa
yang terdapat dalam EMDSM. Kadar senyawa yang kecil juga mungkin
meyebabkan tidak terdeteksinya senyawa yang dimaksud.
Dalam kombinasi terdeteksi zat lain yang memiliki aktivitas lain sebagai
antibakteri dengan mekanisme yang berlainan dengan siprofloksasin, tetapi hasil
tetap tidak sinergis. Hal ini mungkin terjadi karena kadar zat tersebut kecil,
sehingga efek antibakteri yang dihasilkan juga kecil. Tanaman juga memiliki
senyawa aktif yang kompleks, sehingga sulit menilai kontribusi masing-masing
komponen dan sulit mengevaluasi adanya interaksi (Williamson et al, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
KESIMPULAN DAN SARAN
Diameter zona hambat siprofloksasin tunggal 10,17±0,29mm; EMDSM
tunggal 7,17±0,29; kombinasi siprofloksasin 4µg/mL dan EMDSM 20 mg/mL,
10mg/mL, 5mg/mL berturut-turut adalah 8,83±1,04mm; 6,83±0,29mm;
6,67±0,58mm. Hasil kombinasi siprofloksasin dengan EMDSM lebih lemah
dibanding bahan tunggalnya. Hasil uji fitokimia didapatkan bahwa dalam
kombinasi tersebut masih terdeteksi senyawa yang diduga memiliki aktivitas
antibakteri yaitu alkaloid, flavonoid, tanin dan minyak atsiri.
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan perbandingan
volume pada kombinasi dan penambahan seri konsentrasi antibiotik maupun
ekstrak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
DAFTAR PUSTAKA
Adwan, G., and Mhanma M., 2008, Synergistic Effect of Plant Extracts and
Antibiotics on Staphylococcus aureus Strains Isolated from Clinical
Specimens. Middle-East Journal of Scientific Reasearch., 3(3), 134-139.
Aiyegoro, O.A., Okoh, A.I., 2009. Use of bioactive plant products in combination
with standard antibiotics: Implications in antimicrobial chemotherapy. Journal
of Medicinal Plants Research., 3(13), 1147-1152.
Anonim, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pedoman
Umum Penggunaan Antibiotik, Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010. Acuan Sediaan Herbal. Volume 5,
Edisi 1, Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan, 6-8.
Basri, D.F., Xian, L. W., Abdul Shukor, N.I., and Latip, J., 2014, Bacteriostatic
Antimicrobial Combination: Antagonistic Interaction Between Epsilon-
Viniferin and Vancomycin Against Methicillin-Resistant Staphylococcus
aureus. BioMed Research Internasional., 2014.
Brooks, G.F., Carroll, K.C., Butel, J., Morse, S.A., and Mietzner, T., 2013. Medical
Microbiology. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Microbiology.
Centers for Disease Control and Prevention, 2013. Antibiotic Resistance Threats in
the United States. United State. CDC (online),
http://www.cdc.gov/drugresistance/threat-report-2013 accessed 3 April 2018.
Central for Disease Control and Prevention, 2015. Infectious Disease, United State.
CDC (online), https://www.cdc.gov/nchs/fastats/infectious-disease.htm,
diunduh 22 Juni 2018
Chung, P.Y, Navaratnam, P., Chung, L.Y., 2011. Synergistic antimicrobial activity
between pentacyclic triterpenoids and antibiotics against Staphylococcus
aureus strain. Annals of Clinical Microbiology and Antimicrobials., 10(25), 1-
4.
Ciulei, I., 1984. Methodology for Analysis of Vegetable Drugs. Bucharest: Faculty
of Pharmacy, 11-26.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Departemen Kesehatan RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Cetakan 1, Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 9-12.
Departemen Kesehatan RI, 2014. Farmakope Indonesi edisi V. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 42.
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011.
Farmakope Herbal. Suplemen II. Edisi I, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
110-111.
Dwiatmaka, Y., 2010. Identifikasi Flavonoid Herba Pegagan (Hydrocotyle
sibthotpioides Lmk.) Hasil Isolasi Secara KLTP serta Uji Kemurniannya
Dengan HPLC. SIGMA., 13(2), 167-177.
Fabrega, A., Madurga, S., Girait, E., and Vila, J., 2009. Mechanism of Action of
and Resistance to Quinolones., Microbial Biotechnology, 2(1), 40-61.
Farida, H., Herawati, Hapsari, MM., Notoatmodjo, H., Hardian, 2008. Penggunaan
Antibiotik Secara Bijak Untuk Mengurangi resistensi Antibiotik, Studi
Intervensi di Bagian Kesehatan Anak RS Dr. Kariadi. Sari Pediatri., 10(1), 34-
41.
Handayani, R.S., Siahaan, S., Herman, M.J., 2017. Antimicrobial Resistance and
Its Contro Policy Implementation in Hospital in Indonesia. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pelayanan Masyarakat, 4(2), 131-140.
Haroun, M.F., and Al-Kayali, R.S., 2016,Synergistic effect of Thymbra spicata L.
Extracts with antibiotics against multidrug-resistant Staphylococcus aureus
and Klebsiella pneumoniae strains. Iranian Journal of Basic Medical Sciences.,
19(11), 1193-1200.
Hartini, Y.S., Wahyuono, S., Widyarini, S., dan Yuswanto, A., 2013, Uji Aktivitas
Fagositosis Makrofag Fraksi-Fraksi dari Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav.) Secara In Vitro. Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia., 11(2), 108-115.
Herryawan and Sabirin, I.P.R., 2018. The Effectiveness of Red Betel leaf (Piper
crocatum) Extract Against Periodontal Patogens. Bali Medical Journal (Bali
Med J), 7(3), 732-735.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Hitchings, A., Lonsdale, D., Burrage, D., Baker, E., 2015. The Top 100 Drugs
Clinical Pharmacology and Practical Prescribing. China, Elsevier, 194-195.
Jayaraman, P., Sakharkar, M.K., Lim, C.S., Tang, T.H., and Sakharkar, K.R., 2010,
Activity and Interaction of Antibiotic and Phytochemical Combination Against
Pseudomonas aeruginosa in vitro, International Journal of Biological
Sciences., 6(6), 556-569.
Kursia, S., Lebang, J.S., Taebe, B., Burhan, A., Rahim, W.O.R., dan Nursamsiar,
2016. Ujiaktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis. IJPST., 3(2),72-77.
Kusuma, S.A.F., Zuhrotun, A., Meidina, FB., 2016. Antibacterial Spectrum of
Ethanol Extract of Indonesian Red Piper Betel Leaf (Piper crocatum Ruiz &
Pav) Against Staphylococcus species. International Journal of Pharma
Sciences and Research, 7(11), 448-452.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III,
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 167-171.
Mohammed, M., Mohammed, A.H., Mirza, M.A.B., Ghori, A., 2014. Nosocomial
Infection : An Overview. Internasional Researc Journal Of Pharmacy., 5(1),
7-12.
Nopiyanti, H.T., Agustriani, F., Isnaini., Melki., 2016, Screening of Nypa Fructions
as Antibacterial of Bacillus subtilis, E. Coli, and S. aureus, Journal Maspori.,
8(2), 83-90.
Otto, M., 2009, Staphylococcus epidermidis The Accidental Pathogen, Nat. Rev.
Microbio.l, 7(8), 555-567.
Rinanda, T., Zulfitri, Alga, D.M., 2012. Antibacterial Activity of Red Betel (Piper
crocatum) Leaf Methanolic Extracts Aginst Methicillin Resistent
Staphylococcus aureus. In : Proceedings of The 2nd Annual Internasional
Conference Syiah Kuala University 2012 & The 8th IMT-GT Biosciences
Conference, Banda Aceh 2012. 270-275.
Scalbert, A., 1991. Antimicrobial Properties of Tannins, Phytochemistry., 30(12),
3875-3883.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Sharma, V., and Kaur, K., 2014. Identification and Characterization of
Medicicanally Important Plants of Kangra valey with Synergistic Effects of
Traditional Antibiotics Against Microbial Infection., The Journal of
Phytopharmacology, 3(2), 102-112.
Shuchi, A., Bhone, M.K., and Chu, S.L., 2016. Combination Antibiotic-
Phytochemical Effect on Resistance Adaptation in Staphylococcus aureus.,
African Journal of Microbiology Research, 10(46), 1973-1982.
Skorek, M., Jurczyk, K., Sajewicz, M., and Kowalska, T., 2016. Tin -Layer
Chromatograpic Identification of Flavonoids and Phenolic Acids Contained in
Cosmetic Raw Materials. Journal of Liquid Chromatography & Related
Technologies., 39(5-6), 286-291.
Susanti, N.M.P., Dewi, L.P.M.K., Manurung, H.S., dan Wirasuta, I.M.A.G., 2017.
Identifikasi Senyawa Golongan Fenol Dari Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper
betle Linn.) dengan Metode KLT-Spektrofotodensitometri. Jurnal Metafora
Journal of Biological Sciences., IV(1), 108-113.
Wagner, H., Bladt, S., and Zgainski, E.M., 1983. Plant Drug Analysis, A Thin Layer
Chromatography Atlas. 2nd edition. Berlin : Springer Verlag, 90.
Wijaya, H., Novitasari, dan Jubaidah S., 2018. Perbandingan Metode Ekstrasi
Terhadap Rendemen Ekstrak Daun Rambai Laut (Sonneratia caseolaris L.
Engl), Jurnal Ilmiah Manuntung., 4(1) 79-83.
Williamson, E., Samuel, D., Karen, B., 2009. Stockley’s Herbal Medicine
Interaction. USA: Pharmaceutical Press, 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Tanaman (Daun Sirih Merah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 2. Sertifikat Hasil Uji Staphylococcus epidermidis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 3. Sertifikat uji statistik dengan SPSS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 4. Hasil perhitungan statistik uji aktivitas antibakteri metode sumuran
Uji Levene
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
5,323 5 12 ,008
Uji Shapiro Wilk
Tests of Normalityb
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Larutan A ,385 3 . ,750 3 ,000
Larutan B ,385 3 . ,750 3 ,000
Larutan C ,292 3 . ,923 3 ,463
Larutan D ,385 3 . ,750 3 ,000
Larutan E ,385 3 . ,750 3 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
b. Larutan F is constant. It has been omitted.
Uji Kruskal Walliss
Test Statisticsa,b
Diameter
Sumuran (mm)
Chi-Square 15,635
df 5
Asymp. Sig. ,008
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Larutan
Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Uji Mann Whitney
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U 1,000
Wilcoxon W 7,000
Z -1,623
Asymp. Sig. (2-tailed) ,105
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,200b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b. Not corrected for ties.
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U 2,000
Wilcoxon W 8,000
Z -1,291
Asymp. Sig. (2-tailed) ,197
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,400b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U 2,000
Wilcoxon W 8,000
Z -1,291
Asymp. Sig. (2-tailed) ,197
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,400b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,087
Asymp. Sig. (2-tailed) ,037
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U 4,000
Wilcoxon W 10,000
Z -,258
Asymp. Sig. (2-tailed) ,796
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Diameter
Sumuran
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Larutan Uji
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 5. Hasil Uji Tabung
1. Uji Flavonoid
A = Ciprofloxacin 4µg/mL, B = EMDSM 10mg/mL, C = Ciprofloxacin
4µg/mL dan EMDSM 5mg/mL, D = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM
10mg/mL, E = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM 20mg/mL.
2. Uji Alkaloid
A = Ciprofloxacin 4µg/mL, B = EMDSM 10mg/mL, C = Ciprofloxacin
4µg/mL dan EMDSM 5mg/mL, D = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM
10mg/mL, E = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM 20mg/mL.
3. Uji Tanin
A = Ciprofloxacin 4µg/mL, B = EMDSM 10mg/mL, C = Ciprofloxacin
4µg/mL dan EMDSM 5mg/mL, D = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM
10mg/mL, E = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM 20mg/mL.
A B C D E
A B C D E
A B C D E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
4. Uji Saponin
A = Ciprofloxacin 4µg/mL, B = EMDSM 10mg/mL, C = Ciprofloxacin
4µg/mL dan EMDSM 5mg/mL, D = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM
10mg/mL, E = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM 20mg/mL.
5. Uji Minyak Atsiri
A = EMDSM 10mg/mL, B = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM
5mg/mL, C = Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM 10mg/mL, D =
Ciprofloxacin 4µg/mL dan EMDSM 20mg/mL.
A B C D E
A B
C D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Alamanda Febriani, lahir di
Semarang, 14 Februari 1997. Penulis yang akrab dipanggil
Manda merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan
Mulyono dan Winarni. Penulis menempuh pendidikan di TK
Pelita Hati (2001-2003), SD Kristen Gergaji (2003-2009), SMP
Negeri 7 Semarsang (2009-2012), SMK Farmasi Theresiana
Semarang (2012-2015), dan pada tahun 2015 melanjutkan
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Selama berkuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma penulis
aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan diantaranya panitia pelepasan wisuda
divisi acara (2016 dan 2017), panitia malam kearaban JMKI divisi dana dan usaha
(2017), panitia OsteoDay divisi dana dan usaha (2017), menjadi peserta dalam
perlombaan Patient Counseling Competition-Pharmacy Festival yang diadakan
Universitas Indonesia tahun 2017, peserta Patient Counseling Event-Pharmacy on
Innovation yang diadakan Institut Teknologi Bandung tahun 2017. Penulis juga
mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa yang berhasil didanai oleh Kementrian
RISTEKDIKTI tahun 2018. Penulis juga menjadi asisten dosen pada praktikum
Botani Farmasi (2016 dan 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI