UJI COBA PERANGKAP PLASTIK DI PERAIRAN TELUK … · SUKABUMI, JAWA BARAT ... meliputi 4 spesies,...
Transcript of UJI COBA PERANGKAP PLASTIK DI PERAIRAN TELUK … · SUKABUMI, JAWA BARAT ... meliputi 4 spesies,...
UJI COBA PERANGKAP PLASTIK
DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU,
SUKABUMI, JAWA BARAT
I N D A H
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Uji Coba Perangkap Plastik di Perairan
Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dengan
arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2011
Indah
ABSTRAK
INDAH, C44063540. Uji Coba Perangkap Plastik di Perairan Teluk Palabuhanratu,
Jawa Barat. Dibimbing oleh GONDO PUSPITO.
Beragam alat penangkapan ikan dioperasikan oleh nelayan Palabuhanratu untuk
menangkap jenis-jenis ikan pelagis, demersal, dan karang. Jenis alat penangkap ikan
pelagis diantaranya payang, gillnet, dan pancing. Untuk menangkap ikan demersal
digunakan pancing, perangkap, trammel net, dan gillnet. Adapun untuk menangkap
ikan karang dipakai perangkap. Perangkap merupakan satu jenis alat tangkap yang
banyak digunakan oleh nelayan. Tujuan penangkapannya umumnya berupa
organisme non ikan. Material pembentuknya berupa besi, kawat, dan jaring.
Kelemahannya, pembuatannya sulit, harga material mahal, dan usia pakai perangkap
tidak terlalu lama. Oleh sebab itu dibutuhkan perangkap yang kuat, murah, dan tahan
lama. Solusinya adalah perangkap plastik, karena harga materialnya relatif murah,
mudah dalam pembuatan, usia pakai lebih lama, dan tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan. Penelitian bertujuan untuk menentukan jenis umpan yang sesuai (ikan
cucut dan tembang), bentuk perangkap (persegi, kubah, dan trapesium), dan
komposisi hasil tangkapan. Metode yang digunakan adalah metode percobaan
dengan analisis data secara deskriptif komparatif. Hasil percobaan menunjukkan
ketersediaaan sumberdaya keong dan rajungan cukup melimpah di Palabuhanratu.
Perangkap plastik menangkap 3 kelompok organisme tangkapan, yaitu keong,
rajungan, dan ikan. Kelompok keong terdiri atas 3 spesies, yaitu Portunus
sanguinolentus, Portunus pelagicus, dan Charybdis feriatus. Kelompok keong
meliputi 4 spesies, yaitu Collumella testudine, Oliva spp, Murex sp dan keong
macan (Babylonia spirata). Adapun kelompok ikan hanya terdiri atas 2 spesies,
masing-masing adalah ikan kerong-kerong (Therapon spp) dan kuwe (Gnathanodon
spp). Untuk kepentingan penangkapan keong dapat digunakan perangkap berbentuk
trapesium dengan umpan ikan tembang, sedangkan untuk menangkap rajungan
digunakan perangkap berbentuk kubah dengan umpan cucut.
Kata kunci : Perangkap plastik dan Palabuhanratu.
© Hak cipta IPB, Tahun 2011
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
UJI COBA PERANGKAP PLASTIK
DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU,
SUKABUMI, JAWA BARAT
I N D A H
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Disetujui:
Pembimbing
Dr. Ir. Gondo Puspito, M.Sc.
NIP 196305241988031 010
Diketahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.
NIP 1962 1223 198703 1 001
Tanggal lulus: 18 Februari 2011
Judul Penelitian : Uji Coba Perangkap Plastik di Perairan Teluk
Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Indah
Nomor Pokok : C44063540
Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Progran Studi : Pemanfaatan Sumbedaya Perikanan
KATA PENGANTAR
Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2010 ini adalah Uji Coba Perangkap Plastik di
Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1) Bapak Dr. Ir. Gondo Puspito, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan, masukan, dan kritik kepada penulis, sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;
2) Bapak Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA selaku dosen penguji tamu atas segala
masukan untuk perbaikan skripsi;
3) Bapak Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si. selaku Komisi Pendidikan yang telah
memberikan masukan demi terselesaikannya skripsi ini;
4) Kedua orang tua tercinta (Djalil dan Sumintram Ronawati), Kakak
(Muhammad Iriansyah dan Lilis Darmawanty), dan adik tercinta (Andi
Pangeran), atas doa dan dukungan yang diberikan selama ini kepada penulis;
5) Nelayan Palabuhanratu (Pak Wahyu, Wawan, dan Ibu ) yang telah banyak
membantu saat penulis melakukan penelitian;
6) Sahabat-sahabat IMAPA, Cutbang, Wak Genk, Beby Nanda, Cumz, Sinta,
Inang (MAT 43), Abe, Mas Eko, dan Kak Kukuh yang selalu membantu dan
mendoakan penulis;
7) Teman-teman PSP 43 yang selama 4 tahun terakhir telah mendukung dan
menemani serta mendoakan penulis dalam studi dan penelitian ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Februari 2011
Indah
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bade, Kecamatan Edera, Kabupaten
Merauke, Papua, pada tanggal 26 Juni 1987 dari orangtua
bernama Bapak Djalil dan Ibu Sumintram Ronawati. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Merauke pada tahun 2005.
Pada tahun 2006 lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Biaya Utusan Daerah
(BUD). Penulis memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap,
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautanmasa jabatan 2007/ 2008
sebagai staf departemen Kebijakan Publik dan Perikanan Kelautan (KP2K). Penulis
juga menjadi sekretaris umum Ikatan Mahasiswa Papua Bogor (IMAPA) masa
jabatan 2007-2011.
Dalam rangka meyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan
menyusun skripsi dengan judul “Uji Coba Perangkap Plastik di Perairan Teluk
Palabuhanratu, Jawa Barat”. Penulis dinyatakan lulus dalam Sidang Ujian Skripsi
yang diselenggarakan oleh Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap,
Departemen Pemanfaatan Suberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor pada tanggal 18 Februari 2011.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................ 2
1.4 Hipotesis ............................................................................................... 3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Perangkap .............................................................................. 3
2.2 Bentuk Perangkap ................................................................................... 4
2.3 Alat Bantu Penangkapan ....................................................................... 5
2.4 Perangkap Plastik .................................................................................. 5
2.5 Sifat-sifat dan Klasifikasi Plastik ............................................................ 6
2.6 High density polyethylene ( HDPE ) ....................................................... 7
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. 9
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 9
3.3 Metode Penelitian.................................................................................... 12
3.4 Analisis Data ........................................................................................... 14
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Komposisi Hasil Tangkapan .................................................................. 17
4.2 Pengaruh Umpan terhadap Hasil Tangkapan ........................................ 19
4.3 Pengaruh Bentuk terhadap Hasil Tangkapan ......................................... 22
4.4. Pengaruh Bentuk dan Umpan terhadap Hasil Tangkapan .................... 26
4.4. Perangap Plastik Pilihan berdasarkan ditribusi jumlah tangkapan ..... 31
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 33
5.2 Saran ......................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34
LAMPIRAN ....................................................................................................... 38
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Daftar uji nilai tengah dua sampel populasi ...................................... 28
2 Analisis uji nilai tengah jenis umpan terhadap jumlah jenis tangkapan
.............................................................................................................. 29
3 Analisis uji nilai tengah bentuk perangkap terhadap hasil tangkapan 30
4 Analisis uji nilai tengah bentuk perangkap dengan umpan tembang
terhadap hasil tangkapan .................................................................... 31
5 Analisis uji nilai tengah bentuk perangkap dengan umpan cucut
terhadap hasil tangkapan .................................................................... 31
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Perangkap plastik ........................................................................................ 10
2 Desain dan bentuk perangkap plastik .......................................................... 11
3 Ilustrasi susunan perangkap plastik di laut ................................................. 14
4 Komposisi jumlah tangkapan perangkap plastik ........................................ 17
5 Persentase jumlah tangkapan per jenis organisme ..................................... 19
6 Komposisi jumlah hasil tangkapan perangkap plastik dengan umpan
Ikan tembang dan cucut .............................................................................. 20
7 Uji kenormalan galat percobaan terhadap jenis umpan
setelah data ditranformasikan ..................................................................... 21
8 Komposisi jumlah hasil tangkapan total pada setiap bentuk perangkap .... 22
9 Komposisi hasil tangkapan per jenis pada setiap bentuk perangkap ......... 23
10 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap .................... 25
11 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap
setelah ditransformasikan .......................................................................... 25
12 Komposisi jumlah hasil tangkapan berdasarkan bentuk perangkap
dan jenis umpan ........................................................................................ 26
13 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap ................... 28
14 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap
setelah ditransformasikan ......................................................................... 28
15 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap
terhadap umpan ikan cucut ........................................................................ 29
16 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap
terhadap umpan ikan cucut setelah ditransformasikan pangkat 0.5 ........... 29
17 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap
terhadap umpan ikan cucut setelah ditransformasikan (lon-) .................... 30
18 Komposisi jumalh tangkapan pada setiap bentuk perangkap .................... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta lokasi penelitian ................................................................................... 38
2 Komposisi jumlah berdasarkan jenis tangka ................................................ 39
3 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan jenis umpan .................................. 40
4 Komposisi jumah tangkapan berdasarkan bentuk perangkap ...................... 41
5 Foto jenis umpan .......................................................................................... 42
6 Foto hasil tangkapan .................................................................................... 43
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan Teluk Palabuhanratu terletak di selatan Pulau Jawa yang merupakan
bagian dari kawasan Samudera Hindia. Secara geografis, posisinya terletak antara
100o10’ – 106
o30’ BT dan 6o50’ – 7
o30’ LS (Pariwono, 1998). Perairan ini
mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang baik. Tempatnya yang dekat dengan
kampus Institut Pertanian Bogor menjadikan perairan Palabuhanratu dijadikan
sebagai tempat penelitian.
Dari pengamatan langsung, ada beragam jenis alat penangkapan ikan yang
dioperasikan oleh nelayan Palabuhanratu untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis,
demersal, dan karang. Jenis alat penangkap ikan pelagis diantaranya adalah payang,
gillnet, dan pancing. Untuk menangkap ikan demersal digunakan pancing,
perangkap.
Perangkap merupakan satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan oleh
nelayan Palabuhanratu. Tujuan penangkapan umumnya berupa organisme non ikan.
Misalnya keong macan dengan perangkap jodang, rajungan dan kepiting (bubu
lipat), dan lobster (krendet). Saat ini ketiganya sangat jarang dioperasikan. Nelayan
beralih menggunakan alat tangkap pancing rumpon.
Hasil identifikasi di lapang menunjukkan bahwa perangkap yang digunakan
oleh nelayan Palabuhanratu dibentuk oleh material besi atau kawat dan jaring.
Pembuatannya relatif sulit dan harga material pembentuknya cukup mahal. Selain
itu, usia pakainya tidak terlalu lama, karena besi atau kawat mudah korosi. Untuk itu
solusi yang harus dilakukan adalah menggunakan perangkap yang memiliki usia
pakai lebih lama dan mudah dibuat.
Perangkap plastik merupakan salah satu solusi untuk menciptakan
perangkap yang kuat, murah dan usia pakai lebih lama. Perangkap berbentuk tudung
saji atau keranjang plastik yang ditelungkupkan. Sebagian besar bagiannya terbuat
dari plastik, kecuali bagian pemberat dan pintu masuk. Bagian dasar keranjang atau
bagian atas tudung saji diberi lubang sebagai pintu masuk. Adapun bagian atas
keranjang atau bagian bawah tudung saji diberi jaring sebagai penahan hasil
tangkapan. Pemberat ditambahkan di sepanjang bibir keranjang atau tudung saji.
Pada penelitian ini digunakan perangkap plastik berbentuk persegi, kubah,
dan trapesium. Penggunaan perangkap plastik ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa:
1) Bahan plastik mudah didapat di pasaran;
2) Mudah dioperasikan, sehingga dapat digunakan oleh nelayan skala kecil maupun
industri;
3) Tidak merusak kelestarian lingkungan; dan
4) Mudah dibongkar pasang, sehingga mudah dibawa ke laut.
Perangkap plastik dioperasikan di perairan dengan tipe substrat berupa
lumpur berpasir. Tujuan penangkapannya berupa keong dan rajungan. Metode
operasi dan cara pengoperasiannya sama dengan jenis perangkap yang ada di
Palabuhanratu.
Keberhasilan penangkapan menggunakan perangkap plastik sangat
ditentukan oleh jenis umpan yang digunakan. Oleh karena itu, pada penelitian ini
juga ditentukan jenis umpan yang paling banyak menangkap organisme laut. Dua
macam umpan yang dicobakan, yaitu ikan cucut dan tembang. Pemilihan umpan
didasarkan atas ketersediaan ikan yang ada ditempat penelitian dan jenis umpan
yang biasa digunakan oleh nelayan.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk menentukan:
1) Jenis umpan yang cocok digunakan oleh perangkap plastik;
2) Bentuk perangkap plastik yang produktif menangkap organisme laut; dan
3) Komposisi hasil tangkapan perangkap plastik.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi nelayan Palabuhanratu
dalam menciptakan suatu perangkap. Ini dimaksudkan agar nelayan dapat lebih
meningkatkan produktivitas hasil tangkapan dan efektifitas operasi penangkapan.
1.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah bentuk perangkap yang berbeda akan
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil tangkapan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Perangkap
Brandt (1984) menyebutkan perangkap adalah alat tangkap yang bersifat
pasif (menetap) di suatu tempat. Ikan masuk secara sukarela untuk mencari tempat
berlindung, tertarik oleh umpan, dan digiring oleh nelayan. Perangkap sering juga
disebut “ traps “ atau penghadang “ guiding barriers “. Menurutnya, perangkap
umumnya berbentuk kurungan. Ikan dapat masuk dengan mudah tanpa adanya
paksaan dan tidak dapat keluar karena terhalang.
Dalam mengoperasikannya, menurut Subani dan Barus (1989), perangkap
dikelompokkan atas tiga jenis, yaitu :
1) Perangkap dasar (ground fish pots).
Perangkap dasar dioperasikan di dasar perairan. Ukurannya bervariasi dan dibuat
menurut kebutuhan. Perangkap kecil umumnya berukuran panjang 1 m, lebar 50-
75 cm dan tinggi 25-30 cm. Perangkap besar dapat mencapai ukuran panjang 3,5
m, lebar 2 m dan tinggi 75-100 cm.
2) Perangkap apung (floating fish pots).
Perangkap apung dioperasikan dengan cara diapungkan. Perangkap apung
berbeda dengan perangkap dasar. Bentuk perangkap apung ini bisa silindris, atau
kantong yang disebut sero gantung. Perangkap apung dilengkapi dengan
pelampung dari bambu atau rakit bambu.
3) Perangkap hanyut (drifting fish pots).
Perangkap hanyut dioperasikan dengan cara dihanyutkan. Perangkap ini termasuk
perangkap berukuran kecil. Bentuknya silindris, panjang 0,75 m dan diameter
0,4-0,5 m.
Selain ketiga perangkap tersebut, beberapa jenis perangkap lain yang banyak
digunakan oleh nelayan adalah:
1) Perangkap jermal, termasuk jermal besar yang merupakan perangkap pasang
surut (tidal trap);
2) Perangkap ambai disebut juga ambai benar atau perangkap tiang dan termasuk
perangkap pasang surut ukuran kecil; dan
3) Perangkap apolo, hampir sama dengan perangkap ambai. Bedanya ialah
perangkap apolo mempunyai 2 kantong dan khusus ditujukan untuk menangkap
udang rebon.
Sainsbury (1996) membagi perangkap berdasarkan atas daerah
penangkapannya ke dalam 2 kelompok, yaitu inshore potting dan offshore potting.
Inshore potting dioperasikan di perairan estuaria, teluk hingga perairan dengan
kedalaman 75 m. Adapun offshore potting dioperasikan pada perairan dengan
kedalaman hingga mencapai 730 m. Daerah pengoperasian perangkap ikan demersal
biasanya pada zona litoral dengan dasar perairan berlumpur pada kedalaman antara
15-20 m (Yulianda dan Danakusumah, 2000). Zein (2003) menyebutkan daerah
penangkapan jaring jodang di sepanjang pantai pada kedalaman 5-20 m dengan tipe
substrat pasir atau lumpur dan biasanya dekat dengan muara sungai. Daerah
penangkapan untuk pengoperasian perangkap ikan karang adalah diperairan laut
dalam. Biasanya perairan karang dengan kedalaman 1,5-3 m, dasar perairan karang
berpasir dan perairan yang cerah (Fitri, 2004).
2.2 Bentuk Perangkap
Bentuk perangkap bermacam-macam. Ada yang berbentuk balok, tabung,
dan kerucut. Bahan yang digunakan pun beragam, yaitu kawat, benang, rotan,
bambu, maupun bahan lainnnya (Mindiptiyanto dan Rahardjo, 1988).
Subani dan Barus (1989) menyebutkan bahwa bentuk perangkap sangat
bervariasi, diantaranya berbentuk sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang,
segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, dan bulat setengah lingkaran. Bahan
perangkap umumnya dari anyaman bambu (bamboo`s splitting or-screen). Secara
umum bagian-bagian perangkap terdiri atas:
1) Badan (body) berupa rongga tempat dimana ikan-ikan terkurung;
2) Mulut (funnel) berbentuk seperti corong yang menjadi lubang masuk ikan; dan
3) Pintu, bagian tempat pengambilan hasil tangkapan.
Bentuk perangkap yang digunakan di Indonesia sangat beraneka ragam.
Mulai dari yang berbentuk trapesium, seperti perangkap keong macan dan kepiting.
Bentuk silinder pada perangkap paralon dan perangkap cumi-cumi. Bentuk lonjong
pada perangkap wadong. Bentuk bulat setengah lingkaran pada perangkap pintur.
Bentuk empat persegi panjang pada perangkap kakap merah dan udang barong
(Martasuganda, 2003).
2.3 Alat Bantu penangkapan
Dalam operasi penangkapan terdapat alat bantu penangkapan yang ditujukan
untuk memudahkan pengoperasian alat tangkap agar hasil tangkapan yang didapat
lebih banyak. Alat bantu penangkapan tersebut berupa (Subani dan Barus, 1989):
1) Umpan. Umpan diletakkan didalam perangkap dan jenisnya disesuaikan dengan
jenis organisme yang menjadi tujuan penangkapan.
2) Pelampung. Penggunaan pelampung membantu dalam penentuan posisi
pemasangan ketika akan dilakukan pengangkatan perangkap.
3) Perahu. Perahu digunakan sebagai alat transportasi dari darat ke laut (daerah
tempat pemasangan perangkap).
Umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan (stimulus) yang bersifat
fisik maupun kimiawi yang dapat memberikan respon bagi ikan tertentu dalam
tujuan penangkapan (Ruivo, 1959 vide Hendrotomo, 1989). Monintja dan
Martasuganda (1991) menyatakan bahwa terperangkapnya udang, kepiting, atau ikan
dasar pada perangkap disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya
karena tertarik oleh bau umpan (Martasuganda, 2003).
Umpan dikatakan baik apabila efektif dalam menarik organisme tangkapan
(Martasuganda, 2003). Umpan yang baik dapat dinilai dari sifat dan daya tahannya.
Penggunaan umpan juga harus memperhatikan tipe dan jenis alat tangkap yang
digunakan serta cara pengoperasiannya (Nurhakim et al. 1982).
2.4 Perangkap Plastik
Perangkap merupakan alat tangkap yang sudah lama dikenal dan digunakan
oleh nelayan. Jenis perangkap yang umum digunakan adalah perangkap yang terbuat
dari bambu dan besi, sedangkan plastik belum banyak digunakan. Faktor-faktor yang
menjadi pertimbangan digunakannya perangkap plastik, yaitu daya tahan terhadap
pengaruh air laut yang cukup tinggi, bahan plastik mudah didapat di pasaran, mudah
dioperasikan dan tidak merusak kelestarian lingkungan (Wudianto dan Barus, 1998).
Menurutnya, badan perangkap mempunyai celah berukuran 1,0 × 0,5 (cm). Ukuran
mata yang kecil ini akan mencegah ikan yang berada di dalam perangkap untuk
keluar. Mulut perangkap yang berbentuk kerucut menjadikan diameternya semakin
kedalam semakin kecil. Konstruksi ini menjadikan ikan yang telah masuk kedalam
perangkap akan sulit keluar.
Perangkap plastik termasuk kedalam perangkap dasar, sehingga dalam
pengoperasiaannya harus diletakkan di dasar perairan. Karena itu, pada keempat sisi
bagian bawah perangkap dipasang pemberat yang beratnya masing-masing 1,5 kg.
Maksud pemasangan pemberat adalah untuk menjaga keseimbangan dan kedudukan
perangkap di dasar perairan agar posisi perangkap tidak mudah terbalik atau miring
(Nurliani, 1993).
Menurut Barus et al. (1988), perangkap yang menggunakan umpan ikan
lebih baik dibandingkan dengan umpan buatan (pelet). Wudianto dan Barus (1988)
menyebutkan bahwa umpan yang digunakan dalam pengoperasian perangkap plastik
adalah terasi, umpan buatan, dan ikan yang dipotong-potong. Umpan tersebut
digunakan dalam pegoperasian perangkap untuk menangkap ikan, udang, dan
crustacea.
Nurliani (1993) menyatakan bahwa perangkap plastik dioperasikan secara
"long line trap", yaitu setiap perangkap digantungkan pada seutas tali yang
memanjang (tali utama) dan pada ujung tali tersebut masing-masing diikatkan
pelampung dan jangkar. Pengoperasian perangkap dilakukan setiap hari. Lokasi
pemasangan perangkap adalah perairan karang dengan kedalaman 6-7 m.
2.5 Sifat-sifat dan Klasifikasi Plastik
Plastik merupakan material synthetic yang terbentuk dari bahan dasar
paraffin-type hydrocarbons, yaitu campuran antara karbon dan hidrogen sehingga
membentuk struktur kimia CnH2N2+. Plastik memiliki berbagai macam karakteristik,
diantaranya adalah (Santoso, 2004):
1) Memiliki berat jenis yang rendah antara 0,8 - 2,2 g/cm³ ), atau lebih rendah
dibandingkan dengan bahan logam atau keramik;
2) Mudah diproses. Temperatur pemrosesan kurang dari 400ºC, sehingga tidak
membutuhkan energi yang besar. Dapat diproduksi dengan jumlah yang banyak
dan cepat. Plastik juga mudah dibentuk dengan cara dicetak, di-blow, ekstrusi,
maupun dibuat berupa lembaran film atau coatings;
3) Memiliki sifat low thermal conductivity dan electrical conductivity;
4) Dapat dibuat transparan, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti kaca.
Contohnya lensa kacamata dan compact disc;
5) Memiliki sifat tahan terhadap zat kimia dan korosi;
6) Dapat didaur ulang; dan
7) Proses produksinya menghabiskan sedikit energi.
Plastik dapat diklasifikasikan menjadi dua kriteria, yaitu thermoplastics dan
thermosetting plastics. Thermoplastics memiliki struktur molekul yang tidak saling
berhubungan (not cross-linked ). Plastik tipe ini akan melunak bila terkena panas
yang temperaturnya meningkat terus dan akan mengeras bila didinginkan.
Pelunakan dan pengerasan ini dapat dilakukan berulang kali, sehingga
thermoplastics merupakan jenis plastik yang dapat didaur ulang. Thermosetting
plastic memiliki struktur molekul yang saling berhubungan yang sangat kuat
(strongly cross-linked). Plastik tipe ini tidak akan melunak bila terkena panas dengan
temperatur yang meningkat. Jadi sekali dibentuk tidak dapat dirubah lagi.
Thermosetting memiliki sifat yang kuat namun rapuh. Kekuatannya melebihi dari
thermoplastic, tetapi keuletan dan impact strengh-nya rendah (Santoso, 2004).
2.6 High density polyethylene ( HDPE )
High density polyethylene adalah biji plastik yang temasuk dalam kelompok
thermoplastic. Biji plastik ini merupakan polymer, yaitu reaksi kimia dimana massa
molekulnya terbentuk dari monomer atau biasa dikenal dengan polymerization.
HDPE memiliki sifat-sifat fisik sebagai berikut (Santoso,2004):
1) High density, dimana berat jenis HDPE adalah tertinggi dikelompok polyethylene,
yaitu 0,96 g/cm³ dan melt flow yang dihasilkan juga besar, yaitu 0,28 g/10 menit;
2) High temperatur resistance, karena temperatur leleh dari HDPE cukup tinggi,
yaitu 200-300ºC sehingga tahan terhadap panas hingga 120ºC;
3) Chemical resistance, HDPE termasuk plastik yang tahan terhadap berbagai
macam zat kimia, sehingga banyak sekali digunakan untuk membuat kemasan;
4) Excellent dimensional stability, yaitu mampu dibentuk dan tidak akan mengalami
perubahan setelah selesai dibentuk;
5) High gloss or matte, memiliki permukaan yang halus sehingga tidak perlu adanya
finising pada permukaan setelah dibuat untuk suatu produk;
6) High yielt strength. HDPE termasuk bahan yang memiliki yielt strength yang
tinggi, mampu menahan beban yang berat namun tetap elastis. Sebagai contoh
adalah untuk membuat house ware yang harus mampu menahan beban tanpa
terjadi kerusakan meskipun terjatuh atau mendapat tekanan; dan
7) Melt flow, karena memiliki densitas yang tinggi maka melt flow dari HDPE cukup
rendah, yaitu 0,28 g/10 menit.
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian berlangsung antara bulan Mei-Juli 2010 di Teluk
Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Penelitian
diawali dengan melakukan pengamatan dan pembuatan perangkap di Laboratorium
Alat Penangkap Ikan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK, IPB.
Operasi penangkapan menggunakan perangkap plastik ini dilakukan di perairan
sekitar Teluk Palabuhanratu.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa perangkap yang terbuat dari
plastik dengan 3 bentuk yang berbeda, yaitu berbentuk kubah, persegi dan trapesium
(Gambar 1). Dimensi masing-masing perangkap ditunjukkan pada Gambar 2.
Masing-masing bentuk berjumlah 10 perangkap.
Pada bagian atas perangkap terdapat lubang berbentuk lingkaran dengan
diameter 14 cm yang dijadikan sebagai pintu masuk. Kawat berdiameter 3 mm
digunakan sebagai penguat pintu masuk. Bagian dasar diberi jaring polyamide (PA
multifilamen 210 D/6). Pemberat terbuat dari kawat berukuran 8 mm yang
ditambahkan pada sisi-sisi luar perangkap. Untuk memudahkan proses pengeluaran
hasil tangkapan, pada bagian dasar perangkap dilengkapi tali pengerut.
Sebagai media transportasi untuk kegiatan penangkapan, maka digunakan
satu unit perahu penangkap milik nelayan. Peralatan lain yang digunakan berupa
GPS, timbangan digital, jangka sorong, karet gelang dan penggaris. Kantong plastik
digunakan sebagai wadah penampung hasil tangkapan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu umpan ikan tembang dan
cucut yang di-fillet dengan ukuran luas permukaan 7×5 (cm) untuk menarik hasil
tangkapan masuk ke dalam perangkap. Kedua jenis umpan tersebut dipilih karena
biasa digunakan oleh nelayan Palabuhanratu dan selalu tersedia.
a) Bentuk kubah
b) Bentuk persegi
c) Bentuk trapesium
Gambar 1 Perangkap plastik
Keterangan :
L : Lebar (cm);
P : Panjang (cm);
R : Jari-jari (cm); dan
T : Tinggi (cm).
Gambar 2 Desain dan bentuk perangkap plastik
a) Perangkap plastik bentuk trapesium
b) Perangkap plastik bentuk persegi
c) Perangkap plastik bentuk kubah
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan dengan
melakukan penelitian langsung di laut. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan
memberikan perlakuan pada tiga bentuk perangkap plastik dan dua umpan yang
berbeda pada masing-masing bentuk perangkap. Tiga bentuk perangkap plastik
tersebut adalah berbentuk persegi, kubah dan trapesium. Jumlahnya masing-masing
sebanyak 10 perangkap. Setiap jenis perangkap diberi 2 umpan yang berbeda, yaitu
ikan cucut dan tembang. Kedua umpan dibeli langsung dari tempat pelelangan ikan
(TPI) setiap akan dilakukan penangkapan, sehingga kondisinya selalu dalam
keadaan segar. Posisi umpan tergantung didalam perangkap dan selalu diganti setiap
akan dilakukan penangkapan.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer berupa seluruh hasil
tangkapan perangkap plastik yang telah diberi perlakuan dan ulangan. Seluruh hasil
tangkapan disortir berdasarkan jenis. Selanjutnya setiap jenis hasil tangkapan
dihitung jumlah dan diukur panjang, lebar, tinggi, dan beratnya.
Terdapat dua aspek yang diteliti, yaitu pengaruh jenis umpan dan bentuk
perangkap plastik terhadap hasil tangkapan. Adapun perlakuan yang digunakan
adalah:
1) Perlakuan bentuk perangkap plastik dengan tiga sub perlakuan (persegi, kubah,
dan trapesium) sebanyak 102 data amatan; dan
2) Perlakuan umpan dengan dua sub perlakuan (ikan tembang dan cucut).
Jumlah unit percobaan terdiri atas 5 perangkap per sub perlakuan. Pada saat
dilakukan operasi penangkapan, peneliti dibantu ABK melakukan operasi
penangkapan, perangkap disusun secara acak untuk menghindari bias data. Seluruh
perangkap dioperasikan sebanyak 17 kali ulangan atau penangkapan. Dalam satu
malam dilakukan dua kali pengoperasian, yaitu antara pukul 18.00-24.00 dan 01.00-
06.00 WIB.
Proses pengoperasian perangkap plastik dilakukan secara longline trap,
dimana pengoperasian tersebut dibantu oleh nelayan yang mengetahui daerah
penangkapan. Setelah posisi daerah penangkapan ditemukan, maka ditentukan
koordinat area dengan menggunakan GPS. Adapun prosedur pengoperasian
perangkap di lapang mengikuti cara operasi yang dilakukan oleh nelayan dengan
urutan sebagai berikut:
1) Persiapan perangkap dilakukan di darat, meliputi persiapan umpan, bahan bakar,
alat tangkap, dan perahu;
2) Penentuan daerah penangkapan;
3) Berangkat menuju daerah penangkapan pada sore hari yang diikuti dengan
pengambilan koordinat daerah penangkapan dengan menggunakan GPS;
4) Pemasangan umpan ke dalam setiap perangkap selama perjalanan ke daerah
penangkapan;
5) Pemasangan perangkap pada kedalaman sekitar 26 m dengan jarak antar
perangkap 4,5 m. Urutan pengoperasian dimulai dengan pelemparan pelampung
tanda pertama, jangkar pertama, perangkap, jangkar kedua dan diakhiri dengan
pelampung tanda terakhir;
6) Pengangkatan perangkap ke atas perahu dilakukan setiap 6 jam. Proses
pengangkatan tersebut dimulai dengan mengangkat pelampung tanda dan
jangkar pertama, kemudian satu persatu perangkap ditaruh di atas dek perahu;
7) Setelah proses pengangkatan perangkap ke atas perahu kemudian dilakukan
sortasi hasil tangkapan dengan melakukan pemilahan hasil tangkapan
berdasarkan jenis organisme dan pengukuran jumlah, berat dan dimensi setiap
hasil tangkapan; dan
8) Proses penangkapan dilakukan sebanyak 17 kali ulangan yang bertujuan untuk
meningkatkan ketepatan percobaan dengan memperkecil simpangan baku nilai
tengah setiap perlakuan. Pada Gambar 3 ditunjukkan ilustrasi posisi perangkap
yang tersusun secara longline trap di dasar perairan.
Gambar 3 Ilustrasi susunan perangkap plastik dilaut
3.4 Analisis Data
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendiskripsikan suatu
gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi saat sekarang. Dalam penelitian
eksperimen terlebih dahulu ditentukan variabel-variabel yang akan dibandingkan.
Dalam penelitian ini variabel yang di bandingkan yaitu hasil tangkapan, jenis
umpan, dan bentuk perangkap. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif
komparatif, alat analisis deskriptifnya berupa histogram. Penelitian yang dilakukan
untuk menggambarkan suatu variabel secara mandiri, baik satu variabel atau lebih
untuk membandingkan variabel lain (objek penelitian) antara subjek yang berbeda
(Anonim, 2010).
Untuk menganalisis data yang diperoleh, maka rancangan percobaan yang
digunakan adalah uji nilai tengah. Uji nilai tengah digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh perbedaan jenis umpan terhadap jumlah tangkapan yang
masuk ke dalam perangkap. Tujuan lain adalah untuk mengetahui pengaruh
perbedaan bentuk perangkap terhadap banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh.
Untuk melakukan uji nilai tengah beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar
hasil yang diperoleh valid. Asumsi tersebut antara lain adalah (Walpole, 1982):
1) Ragam homogen;
2) Kebebasan galat; dan
3) Galat percobaan menyebar normal.
Setelah pengujian asumsi terpenuhi, maka uji nilai tengah dapat dilakukan.
Perlakuan yang diuji menggunakan uji nilai tengah pertama adalah sebagai berikut:
1) Umpan perangkap : ikan tembang; dan
2) Umpan perangkap : ikan cucut.
Perlakuan yang diuji menggunakan uji nilai tengah adalah sebagai berikut:
1) Perangkap berbentuk : persegi;
2) Perangkap berbentuk : kubah; dan
3) Perangkap berbentuk : trapesium.
Tahapan prosedur uji nilai tengah untuk percobaan ini adalah:
1) Melakukan pengujian asumsi kenormalan data;
2) Perlakuan diuji menggunakan uji nilai tengah; dan
;
(tetapi tidak diketahui)
Dengan ;
3) Menyusun daftar uji nilai tengah seperti pada Tabel 1.
Source N Mean StDev SE Mean
Perlakuan
Galat
Difference
Estimate for difference
CI for difference
T-Test of difference (vs not =): T-Value P-Value DF
Kaidah keputusan yang diperlukan dalam pengujian hipotesis adalah:
Jika, Fhit Ftabel maka tolak Ho; dan
Fhit ≤ Ftabel maka terima Ho.
Dengan V1 = (a-1) dan V2 = a(r-1).
Ho : (α)ij = 0 (tidak ada pengaruh interaksi terhadap respon yang diamati)
H1 : (α)ij ≠ 0 (ada pengaruh interaksi terhadap respon yang diamati).
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Komposisi Hasil Tangkapan
Perangkap plastik menangkap 3 kelompok organisme tangkapan, yaitu
rajungan, keong, dan ikan. Kelompok rajungan terdiri atas 3 spesies, yaitu Portunus
sanguinolentus, Portunus pelagicus, dan Charybdis feriatus. Kelompok keong
meliputi 4 spesies, yaitu Collumella testudine¸ Oliva spp, Murex sp dan keong
macan (Babylonia spirata). Adapun kelompok ikan hanya terdiri atas 2 spesies,
masing-masing adalah ikan kerong-kerong (Therapon spp) dan kuwe (Gnathanodon
spp).
Jumlah tangkapan kelompok rajungan mencapai 258 individu atau 18% dari
seluruh tangkapan perangkap plastik. Kelompok keong tertangkap sebanyak 1.192
individu (82%), sedangkan kelompok ikan 9 ekor (0,01%). Jumlah tangkapan
kelompok keong jauh lebih banyak dibandingkan dengan kedua kelompok
tangkapan lainnya. Pada Gambar 3 diperlihatkan komposisi jumlah tangkapan
perangkap plastik. Adapun komposisi jumlah tangkapan berdasarkan jenis
organisme dituliskan pada Lampiran 2.
Gambar 4 Komposisi jumlah hasil tangkapan perangkap plastik
Berdasarkan informasi dari nelayan setempat, substrat dasar perairan tempat
dilakukannya operasi penangkapan berupa lumpur. Ini menjadi salah satu penyebab
mengapa jumlah tangkapan terbanyak adalah dari kelompok keong. Menurut
1.192 indiidu
258 individu
9 individu
Keong
Rajungan
Lain-lain
Shanmugaraj dan Ayyakkanu (1994) dan Yulianda dan Danakusumah (2000),
habitat keong macan adalah perairan dengan substrat dasar berlumpur. Menurut
Hardy (2008), keong dan rajungan memiliki habitat yang sama. Habitat rajungan
meliputi daerah perairan berpasir dan pasir berlumpur (Shanmugaraj dan
Ayyakkannu, 1994). Dengan demikian, rajungan seharusnya juga banyak tertangkap
oleh perangkap. Penggunaan umpan segar menjadi penyebab rajungan tidak begitu
tertarik masuk kedalam perangkap. Menurut Williams (1982), rajungan lebih
menyukai bangkai busuk dibandingkan dengan bangkai segar. Widiastuti (2006) dan
Simanjuntak (2002) menyebutkan ikan kuwe dan kerong-kerong dikenal sebagai
ikan karnifor. Kedua jenis ikan ini masuk kedalam perangkap karena tertarik oleh
umpan. Posisi pintu masuk yang terletak di atas perangkap menyebabkan ikan sulit
untuk masuk kedalam perangkap, sehingga hanya sedikit ikan yang masuk.
Pada Gambar 4 ditunjukkan komposisi jumlah tangkapan per jenis organisme.
Jumlah tangkapan keong didominasi oleh Columella testudine. Jumlahnya mencapai
1.105 individu. Berikutnya Babylonia spirata (64 individu), Oliva spp (19 individu),
dan Murex sp (4 individu). Budiman (1995) menyatakan bahwa pola sebaran
beberapa jenis moluska yang dominan dipengaruhi oleh substrat hidup, frekuensi,
dan lama ketergenangan terhadap pasang surut. Columella testudine memiliki
kemampuan beradaptasi cukup tinggi dengan substrat berlumpur (Jutting, 1956).
Selain itu, Pratami (2005) menyebutkan keong jenis lain memiliki kepadatan rendah.
Hal ini menunjukkan sedikitnya jenis keong yang menempati habitat tersebut
dikarenakan kurang mampu beradaptasi dengan kondisi fisik lingkungan maupun
bilogi (pemangsaan dan perebutan makanan untuk kelangsungan hidup). Jenis keong
Columella testudine yang tertangkap di Palabuharatu tidak memiliki nilai ekonomis.
Keong jenis ini biasanya dibuang kembali ke laut.
Jumlah tangkapan rajungan terbanyak adalah rajungan bintang sebanyak 254
individu, diikuti oleh rajungan karang (2 individu), dan rajungan badak (2 individu).
Rajungan bintang merupakan komoditi ekspor (Soim, 1996). Suku Portunidae
menyebar di perairan Indo-Pasifik. Menurut Widodo et al. (1998), daerah
penyebaran rajungan dapat mencapai kedalaman perairan 65 m. Berdasarkan hasil
wawancara dengan nelayan setempat, hasil tangkapan rajungan bintang terbanyak
pada bulan Juni-Oktober.
254 individu
(18%)
2 individu (0%)
2 individu (0%)
1105 individu
(76%)
19 individu
(1%)
4 individu
(0,001%) 64 individu
(4%)
9 individu (1%)
Portunus
sanguinolentusPortunus
pelagicusCharybdis
feriatusCollumella
testudineOliva spp
Murex sp
Babylonia
spirataLain-lain
Gambar 5 Persentase jumlah tangkapan per jenis organisme
4.2 Pengaruh Umpan terhadap Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan perangkap dengan umpan ikan tembang sebanyak 793
individu atau 61,21% dari total tangkapan. Jumlah ini lebih banyak dari perangkap
dengan umpan cucut 657 individu (45,03%). Hasil tangkapan dengan umpan
tembang didominasi oleh keong. Ini disebabkan umpan ikan tembang yang segar
lebih disukai oleh jenis keong (Martanti, 2001). Adapun umpan cucut sangat berbau
dan lebih cepat membusuk sehingga kurang disukai oleh keong (Waluya, 1990).
Hasil tangkapan keong dengan umpan tembang sebanyak 656 individu atau
44,69% dari total tangkapan. Adapun dengan umpan cucut 536 individu (36,73%).
Hasil tangkapan rajungan dengan umpan tembang sebanyak 137 individu (9,39%)
rajungan dan umpan cucut 121 individu (8,29%). Untuk jenis tangkapan ikan,
umpan cucut mendapatkan 5 individu atau (0,34%) dari total tangkapan ikan.
Umpan tembang 4 individu (0,27%). Komposisi jumlah tangkapan perangkap
berdasarkan jenis umpan disajikan pada Gambar 5. Adapun Lampiran 3 menjelaskan
komposisi hasil tangkapan berdasarkan jenis umpan.
Gambar 6 Komposisi jumlah hasil tangkapan perangkap plastik
dengan umpan ikan tembang dan cucut
Hasil tangkapan rajungan dengan umpan tembang lebih banyak dibandingkan
dengan cucut. Penyebabnya umpan tembang sudah tidak segar lagi pada setting
pukul 01.00-06.00, sehingga umpan tersebut disukai oleh rajungan.
Jenis umpan diuji secara statistik berdasarkan jenis tangkapan. Berdasarkan
data jumlah tangkapan rajungan yang diperoleh, maka dilakukan uji nilai tengah dua
populasi antar jenis umpan. Hasil pengujian asumsi kenormalan data terhadap
jumlah jenis tangkapan dapat dilihat pada Gambar 7.
data awal
Pe
rce
nt
1251007550250-25-50
99.9
99
95
90
80
7060504030
20
10
5
1
0.1
Mean
<0.010
11.69
StDev 16.00
N 102
KS 0.188
P-Value
Probability Plot of data awalNormal
656
536
137 121
4 5 0
100
200
300
400
500
600
700
ikan tembang ikan cucut
Keong
Rajungan
ikan
Jenis umpan
Jum
lah
(In
div
idu
)
Gambar 7 Uji kenormalan galat percobaan terhadap jenis umpan
Gambar 8 menjelaskan hasil uji kenormalan yang dilakukan menggunakan
statistik Kolmogorov-Smirnov. Jenis umpan menpunyai nilai plot atau titik-titik data
tidak mengikuti garis lurus. Apabila dilihat lebih jauh terlihat bahwa nilai plot
tersebut menyimpang jauh dari garis diagonal yang terbentuk. Untuk itu dilakukan
transformasi data dengan cara memangkatkan setiap data dengan 0,5. Hasilnya data
dapat terdistribusi dengan normal (Gambar 7). Dengan demikian analisis ragam
dapat dilakukan. Hasil analisis uji nilai tengah dua sampel populasi terhadap jenis
umpan dapat dilihat pada Tabel 2.
data^0.5
Pe
rce
nt
12.510.07.55.02.50.0-2.5-5.0
99.9
99
95
90
80
7060504030
20
10
5
1
0.1
Mean
>0.150
2.736
StDev 2.059
N 102
KS 0.067
P-Value
Probability Plot of data^0.5Normal
Tabel 2 Analisis uji nilai tengah jenis umpan terhadap jumlah jenis tangkapan
Source N Mean StDev SE Mean
Umpan cucut 51 2.64 1.90 0.27
Umpan tembang 51 2.83 2.22 0.31
Difference = mu(cucut) - mu (tembang)
Estimate for difference: -0.194579
95% CI for difference: (-1.007072, 0.617914)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.48 P-Value = 0.636 DF = 97
Sumber : Hasil analisis statistik, diolah 2011
Berdasarkan Tabel 2 tersebut terlihat bahwa jenis umpan tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap jenis tangkapan keong dan rajungan yang diuji secara
statistik, karena memiliki nilai p-value> 0.05 pada selang kepercayaan 95% atau
terima H0.
Gambar 8 Uji kenormalan galat percobaan terhadap jenis umpan
setelah data ditransformasikan
4.3 Pengaruh Bentuk terhadap Hasil Tangkapan
Berdasarkan bentuk perangkap plastik, perangkap berbentuk persegi
mendapatkan total hasil tangkapan sebanyak 417 individu, perangkap berbentuk
kubah 390 individu, dan perangkap berbentuk trapesium 652 individu. Gambar 8
menunjukkan komposisi hasil tangkapan total pada setiap bentuk perangkap plastik.
Lampiran 4 menunjukkan komposisi jumlah tangkapan berdasarkan bentuk
perangkap.
Gambar 8 Komposisi jumlah hasil tangkapan total pada setiap
bentuk perangkap. M
Perangkap plastik berbentuk trapesium memperoleh tangkapan terbanyak
dibandingkan kedua bentuk perangkap lainnya. Semakin landai sudut kemiringan
dinding perangkap, maka semakin banyak keong yang tertangkap. Damayanti (2009)
menyatakan bahwa sudut kemiringan dinding perangkap 300 lebih mudah dirayapi
keong. Keong berjalan menggunakan kaki perut sehingga lebih memilih sudut
kemiringan dinding yang lebih kecil. Begitupun dengan kaki rajungan yang
berbentuk seperti jarum sehingga memudahkan rajungan berjalan pada dinding
perangkap.
417 390
652
0
100
200
300
400
500
600
700
Persegi Kubah Trapesium
Bentuk perangkap
Jum
lah (
Indiv
idu
)
Gambar 9 Komposisi hasil tangkapan perjenis pada setiap bentuk perangkap.
M
Hasil tangkapan keong terbanyak yaitu pada perangkap berbentuk trapesium
yang menangkap keong (collumela testudine) sebanyak 523 individu (0,36%) keong
macan (babylonia sp) sebanyak 27 individu (0,02%), keong manik dan keong
berduri sebanyak 7 individu (0,005%) dan 1 individu (0,001%). Tangkapan keong
dengan perangkap berbentuk persegi terbanyak diperoleh keong (collumela
testudine) sebanyak 308 individu (0,21%), keong macan (babylonia sp) sebanyak 32
individu (0,02%), keong manik dan keong berduri masing-masing sebanyak 10
individu (0,007 %) dan 1 individu (0,001%). Tangkapan keong dengan perangkap
berbentuk kubah menangkap keong (collumela testudine) sebanyak 274 individu
(0,19%), keong macan (babylonia sp) sebanyak 5 individu (0,003%), keong manik
dan keong berduri (Murex spp)sebanyak 2 individu (0,001%). Banyak hal yang
mendasari keong lebih memilih sudut kemiringan yang kecil. Hal lain yang
mempengaruhi yaitu luasan penampang badan keong terhadap arus yang datang
relatif kecil, sehingga keong tidak mudah tergelincir ketika tersapu arus. Cara
berjalan keong yang menggunakan kaki perut lebih memilih sudut kemiringan yang
kecil.
62
104 88
1 0 1
308 274
523
10 2 7 32
5 27
3 2 4 0
100
200
300
400
500
600
persegi kubah trapesium
Portunus sanguinolentus Portunus pelagicus
Charybdis feriatus Collumella testudine
Oliva spp Murex sp
Babylonia spirata Lain-lain
Jum
lah
(in
div
idu
)
Bentuk perangkap
Hasil tangkapan rajungan dengan perangkap berbentuk persegi diperoleh
rajungan bintang 62 individu (0,04%), rajungan siliwangi sebanyak 0 individu (0%),
dan rajungan badak sebanyak 1 individu (0,001%). Tangkapan rajungan pada
perangkap berbentuk kubah menangkap rajungan bintang 104 individu (0,07%),
rajungan siliwangi 0 individu (0%), dan rajungan badak sebanyak 0 individu (0%).
Perangkap berbentuk trapesium menangkap rajungan bintang 88 individu (0,06%),
rajungan siliwangi sebanyak 1 individu (0,001%), dan rajungan badak sebanyak 1
individu (0,001%). Perangkap berbentuk kubah memperoleh tangkapan rajungan
terbanyak, karena bentuk sisi kubah lebih mengarahkan rajungan ke arah mulut
perangkap (Archdale et al, 2003). Selain itu, sudut kemiringan dinding pada
perangkap berbentuk kubah semakin ke atas semakin landai, sehingga rajungan tidak
terlempar ketika terkena arus. Pechenik (2000) menerangkan kepiting tidak memiliki
sendi, sehingga hanya dapat melakukan gerakan satu arah dan tidak dapat berputar.
Hasil tangkapan ikan dengan perangkap berbentuk persegi menangkap 3
individu (0,002%), perangkap kubah menangkap ikan sebanyak 4 individu
(0,003%), dan perangkap berbentuk trapesium memperoleh 2 individu (0,001%).
Perangkap berbentuk kubah memperolah tangkapan terbanyak dibandingkan kedua
perangkap lainnya. Hal ini disebabkan oleh konstuksi perangkap kubah berbentuk
bidang lengkung, sehingga secara langsung ikan terperangkap kedalam.
Pengaruh bentuk perangkap terhadap jumlah tangkapan dapat diketahui
dengan menggunakan uji nilai tengah. Hal ini dilakukan untuk melihat gambaran
data secara umum sebelum dilakukan analisis lebih dalam. Hasil pengujian asumsi
kenormalan data menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov terhadap bentuk
perangkap dapat dilihat pada Gambar 10.
data awal1
Pe
rce
nt
6050403020100-10-20-30
99.9
99
95
90
80
7060504030
20
10
5
1
0.1
Mean
<0.010
11.79
StDev 11.50
N 68
KS 0.187
P-Value
Probability Plot of data awal1Normal
Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa bentuk perangkap mempunyai nilai plot
atau titik-titik data tidak mengikuti garis lurus. Apabila dilihat lebih jauh terlihat
bahwa nilai plot tersebut menyimpang jauh dari garis diagonal yang terbentuk.
Untuk itu dilakukan transformasi data, yaitu data dipangkatkan dengan 0,5.
data1^0.5
Pe
rce
nt
7.55.02.50.0
99.9
99
95
90
80
7060504030
20
10
5
1
0.1
Mean
0.050
3.074
StDev 1.543
N 68
KS 0.107
P-Value
Probability Plot of data1^0.5Normal
Gambar 10 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap
Gambar 11 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap
setelah data ditransformasikan
Hasil transformasi data (Gambar 11) mengakibatkan distribusi data menjadi
normal sehingga analisis uji nilai tengah dapat dilakukan. Hasil analisis uji nilai
tengah dua sampel populasi terhadap jenis umpan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Analisis uji nilai tengah bentuk perangkap terhadap hasil tangkapan
Source N Mean StDev SE Mean Perangkap bentuk kubah 34 3.11 1.34 0.23
Perangkap bentuk persegi 34 3.04 1.74 0.30
Difference = mu (kubah) - mu (persegi)
Estimate for difference: 0.074174
95% CI for difference: (-0.679406, 0.827754)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.20 P-Value = 0.845 DF = 61
Sumber : Hasil analisis statistik, diolah 2011
Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa bentuk perangkap tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap jenis tangkapan keong dan rajungan yang diuji secara
statistik, karena memiliki nilai p-value> 0.05 pada selang kepercayaan 95% atau
terima H0.
4.4 Pengaruh Bentuk dan Umpan terhadap Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan dengan menggunakan umpan ikan tembang dan ikan cucut
pada setiap perangkap berbeda. Komposisi jumlah hasil tangkapan berdasarkan
bentuk perangkap dan jenis umpan disajikan pada Gambar 8.
Gambar 12 Komposisi jumlah hasil tangkapan berdasarkan bentuk perangkap
dan jenis umpan
152
236
737
262
152
243
0
100
200
300
400
500
600
700
800
persegi kubah trapesium
ikan tembang
ikan cucut
Bentuk perangkap
Indiv
idu
Berdasarkan Gambar 12, perangkap plastik berbentuk trapesium dengan umpan
tembang memberikan hasil tangkapan terbanyak, yaitu 737 individu (0,5%)
dibandingkan dengan perangkap bentuk kubah dan persegi. Menurut Rupert dan
Barnes (1991), keong sangat sensitif terhadap rangsang gerak, sehingga
kemungkinan besar keong masuk kedalam perangkap lebih dahulu daripada
kepiting. Hill (1982) menjelaskan kepiting memiliki pergerakan yang agresif,
terutama dalam merespon bau. Pergerakan agresif kepiting, baik yang berada di
dalam maupun luar perangkap, akan menyebabkan keong tidak akan mendekati
perangkap. Adapun perangkap plastik berbentuk persegi dengan umpan ikan cucut
memperoleh hasil tangkapan terbanyak 262 individu (0,17%) dibandingkan
perangkap berbentuk trapesium 243 individu (0,16%) dan perangkap berbentuk
kubah 152 individu (0,11%).
Berdasarkan data total hasil tangkapan yang diperoleh berdasarkan jenis umpan
dan bentuk perangkap, analisis uji nilai tengah dua sampel populasi dapat dilakukan,
karena uji asumsi telah dipenuhi. Salah satu uji asumsi yang dilakukan adalah uji
kenormalan data. Hasil analisis uji nilai tengah dua sampel populasi terhadap bentuk
perangkap dan jenis umpan tembang dapat dilihat pada Tabel 4.
data awal2
Pe
rce
nt
50403020100-10-20
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
Mean
<0.010
11.41
StDev 10.87
N 34
KS 0.184
P-Value
Probability Plot of data awal2Normal
Dari uji kenormalan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov didapatkan
bahwa semua faktor perlakuan mempunyai nilai plot menyimpang dari garis
Gambar 13 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap
diagonal, sehingga data tidak menyebar normal. Pada Gambar 14 ditunjukkan uji
kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap setelah ditransformasikan
yaitu semua data dipangkatkan dengan 0,5. Hasil analisis uji nilai tengah dua sampel
populasi terhadap jenis umpan dapat dilihat pada Tabel 4.
data2^0.5
Pe
rce
nt
876543210-1
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
Mean
>0.150
2.999
StDev 1.578
N 34
KS 0.116
P-Value
Probability Plot of data2^0.5Normal
Tabel 4 Analisis uji nilai tengah bentuk perangkap dengan umpan tembang
terhadap hasil tangkapan
Source N Mean StDev SE Mean Perangkap bentuk kubah 17 3.45 1.46 0.35
Perangkap bentuk persegi 17 2.55 1.61 0.39
Difference = mu (kubah) - mu (persegi)
Estimate for difference: 0.895454
95% CI for difference: (-0.177716, 1.968623)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.70 P-Value = 0.099 DF = 31
Sumber : Hasil analisis statistik, diolah 2011
Dari Tabel 4 di atas terlihat bahwa bentuk perangkap dengan umpan tembang
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hasil tangkapan yang diuji secara
statistik, karena memiliki nilai p-value> 0.05 pada selang kepercayaan 95% atau
terima H0.
Data total hasil tangkapan yang diperoleh berdasarkan jenis umpan cucut dan
bentuk perangkap dianalisis dengan menggunakan uji nilai tengah dua sampel
Gambar 14 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap
setelah data ditransformasikan
populasi. Salah satu uji asumsi yang dilakukan adalah uji kenormalan data. Hasil Uji
kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap terhadap umpan ikan cucut
dapat dilihat pada Gambar 15.
data awal3
Pe
rce
nt
6050403020100-10-20
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
Mean
<0.010
12.18
StDev 12.24
N 34
KS 0.220
P-Value
Probability Plot of data awal3Normal
Dari uji kenormalan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov diatas didapatkan
bahwa semua faktor perlakuan mempunyai nilai plot menyimpang dari garis
diagonal sehingga data tidak menyebar normal. Untuk itu dilakukan transformasi
data dengan memangkatkan 0,5.
data3^0.5
Pe
rce
nt
876543210
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
Mean
0.040
3.149
StDev 1.527
N 34
KS 0.157
P-Value
Probability Plot of data3^0.5Normal
Gambar 15 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap
terhadap umpan ikan cucut
Gambar 16 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap
terhadap umpan ikan cucut setelah ditranformasikan pangkat 0,5
Setelah data ditransformasikan dengan dipangkatkan 0,5 (Gambar 16)
diperoleh bahwa semua data masih tidak menyebar normal. Oleh sebab itu
dilakukan transformasi dengan cara me- lon- kan (v log) bsemua data. Uji
kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap terhadap umpan cucut dapat
dilihat pada Gambar 17.
ln(data3)
Pe
rce
nt
43210
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
Mean
>0.150
2.185
StDev 0.8185
N 33
KS 0.112
P-Value
Probability Plot of ln(data3)Normal
Gambar 17 menunjukkan p-value > 0,150. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
p-value > α. Nilai α adalah 0,05. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa galat menyebar normal. Tahap-tahap pengujian asumsi telah
dilaksanakan dan dibuktikan. Asumsi yang terbukti ini akan menjadikan dasar untuk
melangkah ke proses berikutnya, yaitu analisis uji nilai tengah.
Dengan berpegang kepada asumsi yang telah dibuktikan maka analisis uji
nilai tengah dapat dilakukan. Berikut ini adalah daftar analisis uji nilai tengah
berdasarkan perhitungan dengan menggunakan software MINITAB.
Gambar 17 Uji kenormalan galat percobaan terhadap bentuk perangkap
terhadap umpan ikan cucut setelah ditranformasikan (ln)
Tabel 5 Analisis uji nilai tengah bentuk perangkap dengan umpan cucut terhadap
Source N Mean StDev SE Mean
Perangkap kubah 16 2.060 0.680 0.17
Perangkap persegi 17 2.302 0.936 0.23
Difference = mu (kubah) - mu (persegi)
Estimate for difference: -0.242052
95% CI for difference: (-0.822111, 0.338007)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = - 0.85 P-Value = 0.400 DF = 29
Sumber : Hasil analisis statistik, diolah 2011
Dari Tabel 5 di atas dapat disimpulkan nilai p-value > 0.05 pada selang
kepercayaan 95% atau terima H0. Hal ini menandakan bahwa bentuk perangkap
dengan umpan cucut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hasil tangkapan.
Meskipun secara deskriptif bentuk perangkap pada masing-masing umpan cucut
memberikan jumlah tangkapan yang berbeda.
4.5 Perangkap Plastik Pilihan berdasarkan distribusi jumlah tangkapan.
Perangkap yang baik adalah perangkap yang mampu memaksimalkan hasil
tangkapan sesuai target tangkapan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan
kriteria perangkap yang baik, yaitu dengan menggunakan umpan yang cocok dan
bentuk perangkap yang produktif sesuai tujuan tangkapan. Komposisi jumlah
perjenis tangkapan pada setiap bentuk perangkap dapat dilihat pada Gambar 18.
63
105 90
351
283
558
3 4 2 0
100
200
300
400
500
600
Persegi Kubah Trapesium
Rajungan
Keong
Ikan
Jum
lah
(in
div
idu)
Bentuk perangkap
Gambar 18 Komposisi jumlah tangkapan pada setiap bentuk perangkap
Pada Gambar 18 perangkap berbentuk trapesium memperoleh tangkapan
terbanyak 558 individu (38%), sedangkan perangkap berbentuk kubah memperoleh
tangkapan rajungan terbanyak 105 individu (7,19%). Berdasarkan hasil penelitian
yang didapatkan, maka perangkap berbentuk trapesium yang paling banyak
menangkap keong dan untuk penangkapan rajungan digunakan perangkap berbentuk
kubah. Umpan ikan tembang dapat digunakan untuk memaksimalkan hasil
tangkapan yang didapat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 yang menjelaskan
komposisi hasil tangkapan pada perangkap plastik dengan umpan ikan tembang dan
ikan cucut.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah:
1) Ikan tembang merupakan umpan yang paling produktif, karena dapat menangkap
rajungan sebanyak 137 individu (17%), keong 656 individu (82%) dan lain-lain
5 individu (1%);
2) Komposisi hasil tangkapan perangkap plastik terdiri atas rajungan, keong, dan
lain-lain. Total tangkapan keong sebanyak 1.192 (82%), rajungan 258 individu
(18%), dan lain-lain 9 individu (0,006%); dan
3) Perangkap plastik berbentuk kubah merupakan perangkap yang produktif untuk
menangkap rajungan dan untuk penangkapan keong dapat digunakan perangkap
berbentuk trapesium. Perangkap berbentuk kubah adalah perangkap yang
menghasilkan rajungan terbanyak sejumlah 105 individu (41%) dari hasil
tangkapan total. Untuk penangkapan keong, maka perangkap plastik berbentuk
trapesium sangat direkomendasikan karena menangkap keong sebanyak 558
individu (47%).
5.2 Saran
Untuk perbaikan bentuk perangkap plastik dapat dilakukan penelitian lanjutan
lain, seperti:
1) Penelitian mengenai penggunaan jenis umpan lain yang lebih efektif untuk
menangkap rajungan dan keong dengan hasil tangkapan sampingan yang lebih
sedikit; dan
2) Penelitian mengenai bentuk perangkap plastik yang lebih mudah dirayapi oleh
organisme laut tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2010. Wordpress.http://fiqrin.wordpress.com/artikel
tentangikan/perangkap/. [5 Juli 2011]
[Anonim]. 2010. Konsep Dasar Penelitian. http://wordpress.com/category/konsep-
dasar-penelitian. [24Januari 2011]
Archadale, MV, K Anraku, T Yamamoto, and Higashitani, N. 2003. Behaviour of
the Japanase Rock Crab ’Ishigani’ Charybdis Japonica Towards Two
Collapsible Baited Post: Evaluation of Capture Effectiviness. Fish.
Sci.(69):758-791.
Barnes, RD. 1987. Invertbrata Zoology. Fifth Edition. W. B. Saunders Company.
Philadelphia.
Barus, HR, Nasution A dan Wudianto. 1988. Uji Coba Bubu Plastik di Perairan
Jawa Barat. Jakarta: Jurnal Penelitian Perikanan Laut No.42, Direktorat Jenderal
Perikanan.
Brandt, AV. 1984. Fish Catching Methode of the World. London: Fishing News
(Books) Ltd. 190 p
Budiman, A. 1985. The Molluscan Fauna in Reef Associated Mangrove Forest in
Elpapht & Wailale, Ceram, Indonesia, in Coastal & Tidal Wetland of the
Australian Monsoon Region. Hal 251-258.
Charles, PHS. 2002. Kebiasaan Makan Beberapa Jenis Ikan di Perairan Mangrove
Pantai Mayangan, Pamanukan, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Damayanti AA. 2009. Koreksi Konstruksi Perangkap Jodang Penangkap Keong
Macan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 88 hal.
Fitri, ADP. 2004. Analisis Penangkapan Ikan Kerapu Bebek dengan Menggunakan
Alat Bubu Bambu. Semarang: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.
Hardy, G. 2008. Sea Shell. [terhubung berkala]. http://gastropods.com/shell32/
index.html [2 November 2008].
Hendratomo, M. 1989. Studi dan Analisa Hasil Tangkapan dengan menggunakan
umpan yang berbeda pada Rawai Cucut Permukaan di Pelabuhanratu [Skripsi].
Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Hill, BJ. 1982. The Queensland Mud Scrab Fishery. Queensland Department of
Primary Industries Series F1 8210. Queensland: Qld. 19 p
Jutting, B. W. S. S.1956. Systematic Studies on The Non-Marine Molusca of the
Indo-Australian Archipelago. Treubia. 28(2):259-477.
Martanti, D. 2001. Pola Distribusi dan Struktur Populasi Keong Macan (Babylonia
spirata) di Teluk Palabuhan Ratu pada Musim Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Martasuganda, S. 2003. Bubu (Traps). Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Mindiptiyanto, A. dan Rahardjo, B. 1988. Bubu Hexagonal, Salah satu Alernatif
Alat Tangkap Ikan Hias. Warta Maharpika No.3. Semarang: Fakultas Perikanan
Universitas Diponegoro. Hal 52-60.
Monintja, DR. dan Martasuganda, S. 1991. Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya
Hayati Laut II. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Proyek Peningkatan Perguruan
Tinggi.
Nurhakim, S., Budihardjo, dan Suparno.1982. Penggunaan Lemuru untuk Umpan
Tuna Longline PT Perikanan Samodra Besar. Prosiding Seminar Perikanan
Lemuru; Banyuwangi, 18-21 Januari 1982. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan. 2:0216-2415.
Nurliani, H. 1993. Studi tentang Pengaruh Jenis Umpan terhadap Hasil Tangkapan
Ikan Hias Laut dengan Menggunakan Bubu Plastik di Palabuhanratu, Jawa
Barat. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Hal 23 –25.
Pariwono. 1998. Studi Upwelling di Perairan Selatan Pulau Jawa. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.
Pratami, CE. 2005. Sebaran Moluska (Bivalvia dan Gastropoda) di Perairan Teluk
Jobokuto, Pantai Kartini Jepara, Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pechenik, JA. 2000. Biology of The Invertebrates. USA: The McGraw-Hill
Companies.
Ruivo, M. 1959. Discussion on Fish Attraction (Modern Fishing Gear of the World),
Vol I: 571-572. Edited by Kristyouson, H. London: Fishing News (Books) Ltd.
Ruppert, E & RD Barnes. 1991. Invertebrate Zoology. Florida: Sanders College
Publishing Orlando, 893 p.
Sainsbury, JC. 1996. Commersial Fishing Methode. An Introduction to Vessel and
Gear. 3rd
Edition. London: Fishing News Books.
Santoso, DAP . 2004. Optimasi Waktu Siklus Pembuatan Ember dan Galon Dengan
menggunakan mesin Injection Molding [Skripsi]. Surabaya: Universitas Kristen
Petra.
Shanmugaraj, T & Ayyakanu. 1994. Laboratory Spawning and Larval Development
of Babylonia spirata, L. (Neogastropoda : Buccinidae). Journal Phuket Marine
Biological Centre. Special Publication 13. 95-97 p.
Soim, A. 1999. Pembesaran Kepiting. Jakarta: Penebar Swadaya. 62 hal.
Subani, W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan
laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Hal. 219-220
Walpole, EW. 1982. Pengantar Statistik. Edisi ke-3. Alih Bahasa: Bambang
Sumantri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal 303-305.
Waluya, ML. 1990. Mempelajari Pembuatan Kerupuk Cucut [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Widiastuti. 2006. Layar. http://www.mancingmania.ucoz.com/blog/2010-04-09-6
[22 November 2010]
Widodo, J, KA Aziz, BE Priyono, GH Tampubolon, N Naamin, A Djamali. 1998.
Potensi dan Penyebaran Sumber Daya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Bogor:
Komnas Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan Laut, LIPI, Ditjenkan, P3O-LIPI,
Puslitbangkan, BPPL, LAPAN, BPPT, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. 118 hal.
Wudianto, CN dan HR Barus. 1992. Uji Coba Bubu Lipat dan Silinder untuk
Penangkapan Ikan Hias di Perairan Citeurep, Jawa Barat. Jakarta: Jurnal
Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut Hal 69-79.
Williams, MJ. 1982. Natural Food and Feeding in the Commercial Sand Crab
Portunus pelagicus Linnaeus, 1766 (Crustacea: Decapoda: Porunidae) in
Moreton Bay, Queensland. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 59: 165-176.
Yulianda, F & E Danakusumah. 2000. Growth and Gonad Development of Babylon
Snail (Babylonia spirata, L.) in Culture. Phuket Marine Biological Center, Spec.
Publ. Vol 21 (1): 243-245
Zein, M. 2003. Pengaruh Jenis Umpan dan Lama Perendaman Jaring Jodang
terhadap Hasil Tangkapan Keong Macan (Babylonia spirata, L.) di Teluk
Palabuhanratu, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 49 hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lokasi penelitian
Posisi pengoperasian perangkap pada setiap setting
Ulangan Posisi
1 060 59’ 033” LS 1060 26’ 039” BT
2 060 59’ 042” LS 1060 26’ 049” BT
3 060 59’ 039” LS 1060 27’ 000” BT
4 060 58’ 044” LS 1060 27’ 011” BT
5 060 59’ 004” LS 1060 26’ 054” BT
6 060 59’ 012” LS 1060 27’ 012” BT
7 060 59’ 002” LS 1060 29’ 016” BT
8 060 58’ 050’’ LS 1060 29’ 021”BT
9 060 58’ 053’’ LS 1060 29’ 026” BT
10 060 59’ 007’’ LS 1060 29’ 027” BT
11 060 59’ 016’’ LS 1060 29’ 034” BT
12 060 58’ 044’’ LS 1060 29’ 044” BT
13 060 59’ 024’’ LS 1060 29’ 053” BT
14 060 58’ 041’’ LS 1060 29’ 054” BT
15 06059’ 004’’ LS 1060 29’ 053’’BT
16 060 58’ 053” LS 1060 29’ 039” BT
17 060 58’ 050” LS 1060 30’ 011” BT
Palabuhanratu
Lampiran 2 Komposisi jumlah berdasarkan jenis tangkapan
Jenis tangkapan Jumlah (individu)
Keong 1192
Rajungan 258
Lain-lain 9
Lampiran 3 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan jenis umpan
Jenis tangkapan
Ulangan Jenis umpan
Ikan tembang Ikan cucut
Keong 1 1 3
2 4 9
3 25 86
4 30 35
5 54 80
6 33 22
7 13 10
8 7 11
9 8 9
10 4 1
11 3 3
12 190 67
13 35 24
14 72 17
15 43 36
16 74 96
17 60 27
Rajungan 1 3 9
2 5 6
3 7 6
4 8 6
5 7 6
6 14 10
7 9 11
8 13 10
9 11 14
10 13 17
11 8 6
12 18 3
13 6 4
14 8 7
15 4 3
16 3 3
17 0 0
Jenis
tangkapan
Umpan Jenis umpan
Ikan tembang Ikan cucut
Ikan 1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 1 0
5 0 0
6 0 0
7 0 1
8 0 0
9 2 0
10 0 1
11 0 0
12 0 0
13 0 1
14 0 0
15 1 1
16 0 0
17 0 0
Lampiran 4 Komposisi jumlah tangkapan berdasarkan bentuk perangkap
Bentuk
Bubu
Setting Total
(individu)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Persegi 4 6 59 35 52 20 15
11 15 12 8 59 25 7 14 68 7 417
Kubah 5 8 30 23 24 28 15 13 14 14 8 63 12 27 36
46 23 389
Trapesium 7 10 35 21 74 31 13 17 14 10 4 156 32 60 37
62 57 640
Lampiran 5 Foto umpan yang digunakan dalam pengoperasian perangkap plastik
1) Tembang (Sardinella spp.)
2) Ikan cucut (Rhinodon typicus)
Lampiran 6 Foto-foto hasil tangkapan
A. Kelompok keong.
1) Keong macan (Babylonia spirata).
2) Murex sp
3) Collumella testudine.
4) Olivia spp.
B. Kelompok rajungan.
1) Rajungan bintang (Portunus sanguinolentus)
2) Rajungan siliwangi/rajungan karang (Charybdis feriatus)
3) Rajungan badak (Portunus pelagicus)
C. Kelompok ikan.
1. Ikan kerong-kerong (Therapon spp)
2. Ikan kuwe(Gnathanodon spp)