Uji Cemaran Mikroba Dan Logam Berat

66
SEDIAAN SABUN CAIR ANTISEPTIK UNTUK BAYI DENGAN ZAT AKTIF DARI BAHAN ALAM (Makalah 3) Diajukan utuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Formulasi Kosmetika II Oleh : Nur Aji, S. Farm., Apt NPM. 5413220025 i

description

a

Transcript of Uji Cemaran Mikroba Dan Logam Berat

SEDIAAN SABUN CAIR ANTISEPTIK UNTUK BAYI DENGAN ZAT AKTIF DARI BAHAN ALAM

(Makalah 3)

Diajukan utuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Formulasi Kosmetika II

Oleh :Nur Aji, S. Farm., Apt

NPM. 5413220025

PROGRAM MAGISTER FARMASIFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA 2015

i

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaiakan makalah dengan judul ” Sediaan Sabun

Cair Antiseptik Untuk Bayi Dengan Zat Aktif Dari Bahan Alam”.

Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses

pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata

kuliah Formulasi Kosmetika II : Prof. Dr.Hj. Teti Indrawati, MS. Apt, dan bapak Dr.

rer. nat. Deni Rahmat, Apt, yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas

ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang

juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam

pembuatan karya ini. 

Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada institusi dan

masyarakat dari hasil karya ini. Karena itu penulis berharap semoga makalah ini

dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

   

Jakarta, Januari 2015

Penulis

i

DAFTAR ISI

Hal.

KATA

PENGANTAR………………………………………………………

i

DAFTAR

ISI………………………………………………………………...

ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..….

1.1. Latar Belakang…………………………………………………….

….

1.2. Rumusan Masalah……………………………………………….

……

1.3. Manfaat Makalah……………………………………..

………………

1.4. Tujuan

Makalah………………………………………………………

1

1

1

2

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………..

…….

2.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit………………………………………..

2.1.1. Epidermis …………………………………………………..

2.1.2. Dermis,

……………………………………………………..

2.1.3. Susunan Kimia Kulit dan Keratin

………………………….

2.1.4. Kelenjar Sebasea dan Sebum

……………………………….

2.1.5. Kelenjar Keringat dan Perspirasi

……………………………

3

3

4

4

4

4

5

5

7

7

8

11

ii

2.1.6. Fisiologi dan Biokimia Kulit

………………………………..

2.2. Sistem Integumen Bayi

……………………………………………..

2.3. Sabun

………………………………………………………………

2.3.1. Bahan Baku Utama Pembuatan

Sabun………………………

2.3.2. Bahan Baku Pendukung Pembuatan Sabun ………………..

2.4. Sabun Mandi

Cair……………………………………………………

2.5. Sabun Mandi untuk Bayi

……………………………………………

2.6. Evaluasi

Sabun………………………………………………………

2.7. Metode Pembuatan

Sabun…………………………………………..

2.8. Minyak Biji Alpukat

…………………………………………………

2.9. Chamomile

Oil……………………………………………………….

2.10. Praformulasi Sabun Cair untuk Bayi ………………………………

2.10.1.

Formula………………………………………………………

2.10.2. Monografi bahan

baku………………………………………

2.10.3. Prosedur

Pembuatan…………………………………………

2.10.4. Pengemasan dan

Penandaan…………………………………

BAB III

14

16

17

20

22

23

24

24

24

27

27

29

iii

PEMBAHASAN…………………………………………………...

BAB IV PENUTUP…….………………………………………………...

….

4.1. Kesimpulan…………………………………………………………

...

4.2. Saran………………………………………………………………

….

37

37

37

DAFTAR PUSTAKA….

…………………………………………………….

38

iv

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali bahan-bahan

alam bagi kesehatan, terutama obatobatan dari tumbuhan cenderung meningkat.

Sejalan dengan meningkatnya pemakaian tumbuh-tumbuhan sebagai obat atau bahan

obat, maka penelitian untuk membuktikan kebenaran khasiat maupun efek samping

perlu dioptimalkan.

Sabun adalah suatu sediaan yang digunakan oleh masyarakat sebagai pencuci

pakaian dan pembersih kulit. Berbagai jenis sabun yang beredar di pasaran dalam

bentuk yang bervariasi, mulai dari sabun cuci, sabun mandi, sabun tangan, sabun

pembersih peralatan rumah tangga dalam bentuk krim, padatan atau batangan, bubuk

dan bentuk cair. Sabun cair saat ini banyak diproduksi karena penggunaannya yang

lebih praktis dan bentuk yang menarik dibanding bentuk sabun lain.

Sabun bayi merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lernak

yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa, dengan

atau tanpa bahan tambahan lain sertat idak menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan

selaput lendir6.

Dalam definisi disebutkan dengan jelas bahwa perbedaan sabun mandi bayi

adalah tidak boleh meng iritasi mata dan selaput lendir. Hal ini dikarenakan bayi

memiliki kulit dengan lapisan tanduk yang tipis dan memiliki permeabilitas yang

tinggi dibandingkan dengan orang dewasa sehingga mudah teriritasi, oleh sebab itu

dalam pemilihan bahan sabun untuk bayi memang sangat penting karena hampir

semua orang menggunakan sabun terutama dengan komponen bahan herbal yang di

anggap lebih aman untuk bayi. Kulit bayi yang tipis dan sensitif biasanya menjadi

masalah yang dapat berakibat kulit bayi kering dan mudah teriritasi. Penambahan zat

aktif bahan alam dalam sediaan sabun bayi seperti chamomile oil dan minyak biji

alpukat merupakan salah satu cara untuk menjaga kelembaban kulit bayi dan

mencegah iritasi.

1

Yang menjadi pertanyaan adalah formula sabun yang bagaimana, yang paling

cocok untuk bayi ? Pertanyaan seperti ini lah yang akan menjadi bahasan dalam

makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : “formula sabun cair antiseptik

yang seperti apa yang paling cocok untuk bayi ?”

1.3. Manfaat Makalah

Manfaat dari makalah ini adalah diperoleh gambaran formula sabun cair

antiseptik untuk bayi dengan bahan tambahan bahan alam.

1.4. Tujuan Makalah

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah : dapat disusun suatu formula

sabun cair antiseptik yang aman untuk bayi.

2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit

Gambar. 2.1. Skema Penampang Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, kulit

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16

% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9

meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari

letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium

minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada

telapak tangan, telapak kaki, punggung, dan bahu.1

3

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar

adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan

lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang

merupakan suatu lapisan jaringan ikat. 1 Kulit terbagi atas 2 lapisan, yaitu :

2.1.1. Epidermis

Epidermis dikenal juga dengan kulit ari, yaitu lapisan kulit paling. Lapisan

ini bertanggung jawab terhadap interaksi dan komunikasi kulit dengan dunia luar dan

melindungi lapisan kulit di bawahnya. 2

2.1.2. Dermis,

Dermis adalah lapisan kulit dibawah epidermis. Lapisan ini

bertanggungjawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit. Selain itu lapisan dermis

juga berperan menyuplai nutrisi bagi epidermis. 2

Dermis terdiri dari dua lapisan 3:

a. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

b. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

2.1.3. Susunan Kimia Kulit dan Keratin 3

Struktur kimia dari sel- sel epidermis manusia memiliki komponen sebagai

berikut: protein 27%; lemak 2%; garam mineral 0,5%; air dan bahan –bahan larut

air 70,5%. Protein terpenting dalam kulit adalah albumin, globulin, musin, elastin,

kolagen, dan keratin. Secara kasar 40 persen dari bahan- bahan yang larut air terdiri

dari asam- asam amino bebas.

2.1.4. Kelenjar Sebasea dan Sebum 3

Kelenjar sebaceous menghasilkan sebum, zat semacam lilin, asam lemak atau

trigliserida bertujuan untuk melumasi permukaan kulit dikeluarkan melalui folikel

rambut yang mengandung banyak lipid, pada orang yang jenis kulit berminyak maka

sel kelenjar sebaseanya lebih aktif memproduksi minyak, dan bila lapisan kulitnya

tertutup oleh kotoran,debu atau kosmetik menyebabkan sumbatan kelenjar sehingga

terjadi pembengkakan. Kelenjar sebasea ini juga dapat berfungsi untuk proses difusi

(pemindahan) kandungan bahan dalam suatu produk kelapisan lebih dalam (pada

4

gambar dibawah terlihat kelenjar sebasea yang berwarna kuning dan disebelah

kanannya terdapat kelenjar keringat).3

2.1.5. Kelenjar Keringat dan Perspirasi 3

Ada dua jenis kelenjar keringat, yaitu3:

a. Kelenjar keringat ekrin mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang

mengandung 95 -97% air dan mengandung beberapa mineral.

b. Kelenjar keringat apokrin lebih besar dari pada ekrin. Menghasilkan cairan yang

agak kental serta berbau khas pada tiap orang. Terletak hanya pada daerah

tertentu seperti ketiak.

2.1.6. Fisiologi dan Biokimia Kulit 3

a. Pernafasan Kulit3

Kulit juga bernafas (respirasi) menyerap oksigen dan mengeluarkan CO2.

Namun respirasi kulit sangat lemah. Kulit lebih banyak menyerap oksigen yang

diambil dari aliran darah, dan hanya sebagian kecil yang diambil dari lingkungan

langsung. Respirasi kulit dipengaruhi oleh: Temperatur udara; Komposisi gas

disekitar kulit; Kelembaban udara; Kecepatan aliran darah ke kulit; Dilatasi

pembuluh darah kulit; Penyakkit –penyakit kulit; Usia; Keadaan hormon dan

vitamin; Perubahan dalam netabolisme kulit; Pemakaian bahan kimia pada kulit.

Meskipun pengambilan oksigen oleh kulit hanya 1,5 %, dari yang

dilakukan oleh paru- paru, dan kulit hanya membutuhkan 7 % dari kebutuhan

oksigen tubuh (4 % untuk epidermis dan 3% untuk dermis).

b. Mantel Asam Kulit 3

Lapisan mantel asam kulit terbentuk dari asam asam karboksilat organik

yang membentuk garam dengan ion –ion Na, K, NH4+ serta dari hasil eksresi

kelenjar sebase ,kelenjar keringat, dan asam amino dari reruntu hankreatin sel

kulit yang sudah mati. Fungsi mantel asam kulit, yaitu :

- Sebagai buffer, yang berusaha menetralisir bahan kimia yang terlalu asam

atau terlalu alkalais yang masuk ke dalam kulit.

- Membunuh dengan sifat asamnya atau setidaknya menekan pertumbuhan

mikroorganisme yang membahayakan kulit.

5

- Dengansifat lembabnya mencegah kekeringan kulit.

c. Mantel Lemak Kulit 3

Sebun di permukaan kulit merupakan lapisan lemak yang dihasilkan oleh

kelenjar sebasea dan sebagian kecil berasal dari sel lemak epidermis disebut

”mantel lemak” kulit yang terdiri atas triglisrida ,asam –asam lemak, sequalene,

wax, cholesterol, dan ester –esternya, fosfolipida, dan parafin.

d. Sistem Pengaturan Air Kulit 3

Permeabilitas kulit terhadap air sangat terbatas. Barrier yang mengatur

keluarnya air dari kulit tidak terletak langsung dibawah permukaan kulit, tetapi

ada di bawah lapisan stratum corneum yang diberi nama Barrier Rein.

Untuk fungsi fisiologisnya, kulit memerlukan lemak dan air, keduanya

berhubungan secara erat. Lapisan lemak dalam kulit dan bahan- bahan dalam

stratum corneum yang bersifat higroskopis dapat menyerap air dan berada dalam

hubungan yang fungsional disebut Natural Moisturaizing Factor (NMF). NMF

terdiri atas :

- Tujuh belas asam amino (termasuk glisin serin, aspargin, ornitin,

sitrulin, prolin dan lain- lain)……………………………………….......

- Asam pirolidon karboksilat (Predomain sebagai garam- garam

Natrium)………………………………………………………………..

- Urea……………………………………………………….....................

- Laktat (sebagai garam natrium)………………………………………...

- Asam laktat, asam urokanat, glukosamin, kreatinin……………………

- Natrium………………………………………………………………....

- Kalium………………………………………………………………….

- Kalsium……………………………………………………………...….

- Fosfat- fosfat…………………………………………………………....

- Klorida………………………………………………………………….

- Sitrat, format, serta residu lain yang belum diketahui susunannya…….

40 %

12 %

7 %

12 %

12 %

5 %

4 %

1,5 %

0,5 %

6 %

0,5 %

e. Permeabilitas dan Penetrasi Kulit 3

6

Reaksi positif kulit terhadap pemakain kosmetik merupakan hal yang

sangat diinginkan oleh pembuat dan lemakai kosmetik.

Berbagai cara penetrasi yang mungkin ke dalam kulit, yaitu: lewat antar

sel stratum corneum, melalui dinding saluran folikel rambut, melalui kelenjar

keringat, melalui keenjar sebasea, menembus sel –sel stratum corneum.

2.2. Sistem Integumen Bayi 4

Kulit, yang mualai berkembang selama minggu ke 11 kehamilan, terdiri dari

3 lapisan ( Epidermis, Dermis dan jaringan subkutan )4. pH kulit yang normal adalah

asam, (pH <5), terlihat pada anak-anak dan orang dewasa, memiliki kualitas

pelindung terhadap beberapa mikroorganisme. Saat lahir, bayi baru lahir cukup bulan

memiliki permukaan kulit yang lebih tinggi dengan pH rata-rata 6.34. Dalam waktu

4 hari pH turun dengan rata-rata dari 4,95. Mandi dan perawatan kulit lainnya

mengubah pH kulit; dan itu mungkin memakan waktu satu jam atau lebih lama untuk

menumbuhkan mantel asam setelah mandi dengan sabun alkali16. Mantel asam ini

adalah fungsi dari proses kimia dan biologis pada permukaan kulit. Pada bayi pH

kulit bayi lebih tinggi, kulit lebih tipis, dan sekresi keringat dan sebum sedikit.

Akibatnya, bayi lebih rentan terhadap infeksi kulit daripada anak yang lebih besar

dan orang dewasa. Selanjutnya, karena pelekatan yang longgar antara dermis dan

epidermis, kulit bayi dan anak – anak cenderung mudah melepuh.4

Ada 10-20 lapisan stratum comeum pada orang dewasa dan bayi cukup

bulan, yang memberikan kontrol penguapan panas dan transepidermal water loss

(TEWL). Bayi prematur memiliki lapisan lebih sedikit dari stratum comeum; kurang

dari 30 minggu usia kehamilan mereka mungkin hanya 2-3 lapisan dan ekstrimnya

bayi prematur kurang dari 24 minggu usia kehamilan mungkin hampir tidak ada

stratum korneum16.

2.3. Sabun

Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat

hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidro-filik (polar). Proses

yang terjadi dalam pembuatan sabun disebut sebagai saponifikasi. Ada 2 jenis sabun

7

yang dikenal, yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair. Sabun padat dibedakan

atas 3 jenis, yaitu sabun opaque, translucent, dan transparan.5

Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan

sifat dan jenis sabun. Zat- zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang

menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu

memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan menggunakannya. 7 Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah : C12 – C18. Jika

: < C 12 : Iritasi pada kulit & > C20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran). 7 Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam

dan impurity lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan

untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. Lemak

merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam karboksilat seperti

asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari

gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung

ester dari gliserol asam oleat. 7

Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan

pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan

senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk

menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik.

Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya

natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.7

2.3.1. Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun7

Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah

trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan

gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan

rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada

lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah

menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida

membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan

komposisi dari komponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam lemak

yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan.

8

Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari

penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai

yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit

menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan

sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan di atas, faktor ekonomis,

dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi sabun terbatas. 7

Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih

rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga

sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur

tinggi. 7

Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun

harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti: kelayakan ekonomi, spesifikasi

produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-

lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan

sabun di antaranya :

a. Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri

pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan

dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA,

bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik

biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan

kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat

adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA

dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas

40°C. Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.

b. Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam

lemak tak jenuh seperti oleat (60 - 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat

(35 - 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus

dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya.

Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.

c. Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan

sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari

pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga

9

kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika

akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan

terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan

bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai

bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan

bahan lainnya.

d. Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang

sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna

kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan

(kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi,

terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang

menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam

lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.

e. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit

diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam

lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai

pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak

tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah dari pada

minyak kelapa.

f. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah

minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit

dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam

minyak ini adalah stearin.

g. Marine Oil. Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine

oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga

harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan

baku.

h. Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan

digunakan untuk membuat sabun transparan.

i. Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun.

Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun

10

yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi

kulit.

j. Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat

sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak

kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling

melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat

yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan

stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur

sabun.

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,

KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan

soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan

dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair

karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat)

merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak

dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa

tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang

dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan

kesadahan air.

Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat

mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri

dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda

sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun

dengan keunggulan tertentu.

2.3.2. Bahan Baku Pendukung Pembuatan Sabun 7,8

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan

sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun

menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam)

dan bahan-bahan aditif.

11

a. NaCl

NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.

Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl

yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl

yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal).

NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak

mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi,

sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan

magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas. 7

b. Bahan Aditif

Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam

sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga

menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers

inert, Anti oksidan, Pewarna, dan parfum. 7

c. Builders (Bahan Penguat)

Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara

mengikat mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain

yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat

berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu menciptakan

kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung

lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang

telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa senyawa

kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit. 7

d. Fillers Inert (Bahan Pengisi)

Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan

baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar

volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata

mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi

sabun digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai

bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan

pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.7

12

e. Pewarna

Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini

ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk

mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik.

Biasanya warna warna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau

maupun orange. 8

f. Parfum

Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang

peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya,

walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah

memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk

sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9.

Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke

mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Pada dasarnya, jenis parfum

untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum

ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di

masyarakat seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya,

produsen sabun menggunakan jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma

dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang

menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan harganya

yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama parfum yang

digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine,

dan spring flower. 8

g. Humectan

Digunakan untuk merawat kulit agar tetap terlihat muda, yang mana

sangat erat hubungannya dengan kelembutan kulit. Bahan yang biasa

digunakan adalah : Glyserin, Propilenglikol, Sorbitol, Sodium hyaluronat,

Sodium lactat.8

h. Antioksidan

Karena sabun tersusun dari asam lemak,minyak,lilin, dimana senyawa-

senyawa tersebut mengandung ikatan tidak jenuh, dan sebagaimana diketahui

bahwa ikatan jenuh akan mudah teroksidasi. Reaksi tersebut ditandai dengan

13

adanya bau tengik atau sabun yang kita gunakan menjadi iritan terhadap

kulit. Untuk menjaga kualitas sabun dari reaksi oksidasi,diperlukan bahan

antioksidan. Bahan yang biasa digunakan adalah : Tokoferol, BHT ( dibutil

hydroxyltoluen), BHA ( butyl hydroxyanysol), Ester asam gallat, NDGA

(Nonhydroxyquaiaretic acid). Dapat digunakan tunggal atau bersama-sama,

baik juga bila ditambahkan bahan promoter antioksidan (sequestering agent).

i. Sequestering agent

Apabila logam tercampur ke dalam bahan sabun atau kosmetik, baik

secara langsung atau tidak langsung akan merendahkan kualitasnya. Ion

logam dapat merubah bau,warna atau dapat menambah oksidasi bahan

mentah yang berasal dari minyak. Selanjutnya dapat menghambat aksi

farmasi dan menyebabkan hilangnya penampilan,fungsi, dan essensinya, dan

pada sabun transparan dapat menyebabkan hilangnya transparansinya.

Senyawa yang dapat membuat pasif ion logam tersebut adalah sesquestering

agent. Bahan yang biasa digunakan adalah : EDTA, Asam phosporat, Asam

sitrat, Asam askorbat, Asam suksinat, Asam glukonat.8

2.4. Sabun Mandi Cair

Sabun mandi cair adalah sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat

dari bahan dasar sabun atau deterjen dengan penambahan bahan lain yang ditjinkan

dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit.

Sabun mandi merupakan garam logam alkali (biasanya

natrium atau alkali) dari asam lemak. Sabun dibuat dengan cara

mencampurkan larutan NaOH atau KOH dengan minyak atau

lemak. Melalui reaksi kimia NaOH/KOH mengubah minyak atau

lemak menjadi sabun, proses ini disebut saponifikasi.

Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari

minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar.

Bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik,

karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya

lemak) dari badan dan pakaian. Selain itu, pada larutan surfaktan

14

akan menggerombol membentuk misel setelah melewati

konsentrasi tertentu yang disebut Konsentrasi Kritik Misel (KKM).

Keberadaan sabun mandi cair (body foam) sedikit banyak telah menggeser

sabun mandi padat, dikarenakan beberapa kelebihan dari sabun mandi cair dibanding

sabun mandi padat sebagai berikut :

1. Praktis, karena sabun mandi cair dapat dikemas dalam kemasan botol, sehingga

mudah dibawa kemana saja.

2. Mudah larut dalam air (misalnya bathtube), diaduk sebentar, langsung berbusa dan

digunakan untuk mandi berendam.

3. Kesehatan, kontaminasi terhadap kuman bisa dihindari, dan menjamin bila

dibandingkan sabun mandi padat yang dipegang banyak orang alias dipakai

bersama.

Jenis sabun mandi cair ada dua yaitu : Jenis S : sabun mandi cair dengan

bahan dasar sabun. Jenis D : sabun mandi cair dengan bahan dasar deterjen.

Bahan-bahan yang biasa terdapat dalam sabun mandi adalah :

a. Minyak atau lemak

Hampir semua minyak atau lemak alami bias dibuat menjadi

sabun. Contohnya seperti minyak kelapa, minyak zaitun,

minyak sawit, minyak jagung, minyak kedelai.

b. NaOH/KOH

Berfungsi untuk mengubah minyak /lemak menjadi sabun.

c. Air

Berfungsi sebagai katalis/pelarut.n Air yang dipakai biasanya

air suling atau air kemasan. Jangan memakai air pam karena

banyak mengandung mineral.

d. Essensial dan fragrance

Berfungsi sebagai pengharum.

e. Pewarna

Berfungsi untuk mewarnai sabun. Bisa juga dipakai pewarna

makanan.

f. Zat aditif

15

Biasanya berupa rempah, herbal.

Syarat mutu dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Syarat Mutu Sabun Mandi Cair

2.5. Sabun Mandi untuk Bayi

Sabun mandi bayi adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lernak

yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa, dengan

atau tanpa bahan tambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan

selaput lendir.6

Sabun bayi tidak jauh berbeda dari sabun biasa, tetapi mereka relatif

kemurnian tinggi. Kulit bayi yang lembut dan sensitif. Oleh karena itu minyak yang

digunakan untuk membuat sabun bayi harus bersih dan diputihkan. Tidak ada

16

pigmen yang diijinkan dalam sabun bayi dan aroma bahan tambahan harus minimal.

Alkali bebas yang terdapat dalam sabun bayi tidak boleh melebihi 0,05 persen sabun

biasa mungkin mengandung damar dan logam pengotor seperti nikel..9

Sabun bayi adalah sediaan kosmetika bayi yang berguna untuk menjaga

kehalusan, kelembutan, serta kesegaran kulit bayi. Pada umumnya sabun bayi

mempunyai pH 10, dibuat secara dicetak dan berbentuk putih keras, mengandung

banyak lemak dan merupakan sabun lunak sehingga tidak mengiritasi kulit.6

Karena biasanya sabun yang tidak pedih dimata ini diperuntukkan bagi bayi,

maka kandungan kalium yang sedikit itu masih cukup untuk membersihkan kotoran

pada tubuh bayi tentunya.

Berikut persyaratan sabun mandi bayi yang dipersyaratkan dalam SNl 16-

4768-1998 dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Syarat mutu sabun mandi bayi.

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan1. Kadar air % Maks. 142. Asam lemak jenuh % Min. 763. Alkali bebas dihitung sebagai

NaOH atau KOH

%Maks. 0,06Maks. 0,08

4. Asam Lemak bebas dan/ atau lemak netral

% Maks. 2,5

5. Minyak mineral - Negatip6. Cemaran mikroba

Angka lempeng totalStaphylococcusPseudomonasCandida albicans

Koloni/gKoloni/gKoloni/gKoloni/gKoloni/g

Maks. 5 x 102

NegatipNegatipNegatipNegatip

2.6. Evaluasi Sabun

1. Keadaan

Periksa isi contoh secara visual terhadap bentuk, bau dan warna. Jumlah

2. Bahan Aktif

Timbang l0 g contoh, masukan kedalam gelas piala kemudian tambahkan

50 ml air suling, beberapa tetes larutan penunjuk metil jingga dan asam

klorida l0 % sampai semua lemak dibebaskan yang ditunjukkan dengan

17

timbulnya warna merah. Masukkan larutan dalam corong pemisah. Bila

ada endapanj angan dimasukkan kedalam corong pemisah. Larutan

diendap tuangkan dengan pelarut petroleum eter atau dietil eter atau

heksanad, iulangis ampaip elarutb erjumlahl ebih kurang l00ml. Pelarut

dikocok dan dicuci dengan air suling sampai tidak bereaksi asam (lihat

dengank ertask ongo). Pada tiap pencucian di pakai 10 ml air suling.

Pelarut dikeringkan dengan Natrium sulfat kering, saring dan masukkan

kedalaml abu lemaky angt elahd iketahuib obotnyab esertab atud idih

(W1). Pelarutd isulingd an labu lemakd ikeringkanp adas uhu 1050 C

sampaib obot tetap (W2)

Perhitungan :

Bahan aktif untuk bahan dasar sabun (asam lemak jumlah)

Keterangan :

W : bobot contoh, g

Untuk bahan dasar deterjen : 0,28 g natrium laurilsulfat (yang

sebalumnya dipanaskand alam lemari pengering pada suhu 105 0C selama

60 menit) Dimasukkan labu takar 250 ml, encerkan dengan air suling

sampai tanda garis dan kocok sampai homogen.

Molaritas larutan natrium lauril sulfat :

3. Kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH

Kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahn alkali yang

berlebih pada proses pembuatan sabun. Alkali bebas yang melebihi

standar dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Menurut SNI (1998), kadar

alkali bebas pada sabun, NaOH maksimum sebesar 0,06%, KOH

maksimum sebesar 0,08 %.

4. Nilai pH

18

Timbang contoh sebanyak 1 gram masukkan ke dalam tabung.

Tambahkan 9 ml aquadest, kemudian kocok secukupnya. Ukur pH contoh

menggunakan kertas pH atau pHmeter.

5. Bobot Jenis

Bersihkanp iknometerd enganc aram embilasd engana setonk emudian

dengan

dietil eter. Keringkan piknometer dan timbang. Dinginkan contohl ebih ke

dalamp iknometery angt erendama ir es, biarkan. Sampai suhu 25 0C dan

tepatkan sampai garis tera. Angkat'pinometer dari dalam rendaman air es.

diamkan pada suhu kamar dan timbang Ulangi pengerjaante rsebutd

enganm emakaia ir suling sebagaip engganti contoh.

6. Stabilitas busa

Timbang contoh sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan ke dalam

tabung ulir. Tambahkan 9 ml aquadest kedalamnya, kemudian kocok

selama 1 menit. Hitung tinggi busa setelah pengocokkan, diamkan selama

1 jam dan hitung tinggi busa akhir setelah didiamkan.

Stabilitas busa = Tinggi busa akhir x 100 %

Tinggi busa awal

7. Daya bersih

Kain bersih ukuran 10 x 10 cm. Timbang mentega sebanyak 1 gram

kemudian oleskan secara merata pada seluruh permukaan kain.

Tempatkan air sabun sebanyak 200 ml dalam gelas piala kemudian diukur

kekeruhannya ( A turbidimetri). Masukkan kain yang telah diolesi

mentega ke dalam gelas piala yang telah berisi air sabun tersebut dan

diamkan selama 10 menit. Air yang telah didiamkan tersebut diukur

kekeruhannya ( B turbidimetri).

19

Daya bersih = B-A

8. Uji organoleptik

Uji organoleptik yang dilaku-kan merupakan uji tingkat kesukaan

atau hedonik. Panelis yang diminta penilaiannya adalah panelis tidak

terlatih. Uji dilakukan terhadap warna/transparansi, tekstur, kesan kesat,

dan aroma. Skala penilaian yang digunakan adalah 1-5 dengan jumlah

panelis 30 orang.

2.7. Metode Pembuatan Sabun

Metode pembuatan sabun padat ada tiga yaitu :

a. Cara dingin/ Cold proses, Minyak dan lemak dicampur dengan Lye

(kaustik dan air), kemudian diaduk sampai terjadi saponifikasi. Lama

pengadukan 30 menit dengan kecepatan 500 – 1500 rpm. Dalam waktu 3

jam sabun akan mengeras. Dibutuhkan waktu dua minggu agar proses

saponifikasi sempurna.

Cetakan sabun terbuat dari silikon atau berbagai jenis plastik banyak

tersedia secara komersial , walaupun banyak juga pembuat sabun yang

menggunakan kotak kardus dilapisi dengan plastik. Sabun dapat dibuat

dalam bentuk persegi panjang yang dipotong menjadi batangan.

Proses pemurnian sabun melibatkan penghilangan natrium klorida,

natrium hidroksida, gliserol dan beberapa kotoran. Komponen-komponen

ini dikeluarkan dengan cara merebus dadih sabun mentah di air dan

kembali dicurahkan dengan garam.Sebagian besar air yang kemudian

hilang dari sabun.

20

Gambar 2.1. Pembuatan sabun metode dingin.

b. Dalam metode pemanasan, alkali dan lemak direbus bersama-sama pada

80-100 ° C sampai terjadi saponifikasi, yang sebelumnya adanya

termometer modern, ditentukan oleh rasa (rasa menyengat khas lye

menghilang setelah tersapinifikasi sempurna) atau oleh mata; mata

berpengalaman dapat mengetahui bahwa tahap gel dan saponifikasi penuh

telah terjadi. Pemula dapat menemukan informasi ini melalui percobaan.

Hal ini sangat dianjurkan untuk tidak “merasai” sabun Anda . Lye, jika

tidak tersaponifikasi adalah bahan yang sangat kaustik. Sebaliknya, jalani

teknik Hot Proses yang benar dengan menggunakan termometer permen

digital atau analog akan memastikan Anda berada di suhu yang tepat.

Setelah saponifikasi selesai, sabun ini kadang-kadang terjadi endapan

larutan yang dapat diatasi dengan menambahkan garam untuk menguras

kelebihan cairan.

Saat sabun lembut dan masih panas, sendoki ke dalam cetakan.

21

Minyak dan lemak

Lye

Saponifikasi

Base soap

Gambar 2.2. Pembuatan sabun metode panas.

c. Semi Hot Process/ Pembuatan sabun mandi padat dengan pemanasan

hanya untuk mencairkan lemak atau minyak yang berbentuk padat

( stearic acid, tallow ) sesudah mencair minyak direaksikan dengan alkali

untuk saponifikasi. Dan tahap selanjutnya seperti proses cara dingin.

2.8. Minyak Biji Alpukat

Kingdom : Plantae, Subkingdom : Tracheobionta, Divisi : Spermatophyta, Sub

divisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Bangsa : Ranales, Keluarga : Lauraceae,

Marga : Persea, Spesies : Perseae Americana Mil.18

Sinonim :Alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah

pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat

(Lampung) 18.

Tanaman alpukat berupa pohon dengan ketinggian 3-10 m, ranting tegak dan

berambut lurus, daun berdesakan diujung ranting, bentuk bulat telur atau corong,

awalnya berbulu pada kedua belah permukaannya dan lama-kelamaan menjadi licin.

Bunga alpukat berupa malai dan terletak di dekat ujung ranting, bunganya sangat banyak

22

Minyak & lemak Lye

Saponifikasi

Chip soap

Molding

Larutan dan pencampuran

Coloring, parfum, cutting, stamping n

packaging

berdiameter 1-1,5 cm, bewarna kekuningan, berbulu halus dan benang sari dalam 4

karangan, buah alpukat berbentuk bola lampu sampai bulat telur, bewarna hijau

kekuningan berbintik ungu, gandul/halus, dan harum, biji berbentuk bola dan hanya

terdapat satu biji dalam 1 buah18.

Gambar 2.3 Minyak biji alpukat

Minyak biji alpukat yang diperoleh dari pemerasan atau pengekstrakan dari biji

tanaman alpukat Persea Americana. Minyak biji alpukat mengandung lemak dan

asam lemak seperti dijabarkan pada Tabel. 2.2.19

Tabel 2.2. Hasil analisis kimia minyak biji alpukat19

No Kandungan kimia ( % w/w)1 oleic acid 73,2652 linoleic acid 15,6023 palmitic acid 6,1774 stearic acid 1,2485 lauric acid 0,1326 myristic acid 0,7337 palmitoleic acid 0,6338 margaroleic acid 0,0449 Fenolat 0,29210 Aldehid 0,94211 Chlorofil 0,91012 Riboflavin -13 Keton 0,022

2.9. Chamomile Oil13

23

Gambar.2.3. Chamaemelum nobile (L.)

Chamomile (Chamaemelum nobile (L.)) atau Chamomile Jerman adalah

tumbuhan semusim dari keluarga bunga Matahari Asteraceae. Tanaman ini tumbuh

di seluruh wilayah Eropa dan wilayah Asia yang memiliki 4 musim. Chamomile juga

telah tersebar luas di Amerika Utara dan Australia oleh manusia. Chamomile

memerlukan tanah yang terbuka untuk dapat tumbuh, biasanya tumbuh secara liar di

pinggir jalan, tempat penampungan sampah, atau di ladang-ladang. Tanaman

chamomile dapat tumbuh setinggi 15 sampai 60 cm. Daunnya yang panjang dan

kecil berkelompok dua atau tiga daun dalam satu tangkai.13

Kandungan kimia utama yaitu, (-)-alpha-bisabolol and chamazulene, yang

terkandung 50-60 % minyak. Beberapa khasiat farmakologi yang terdapat pada

tanaman Chamaemelum nobile (L.) yaitu : anti-bakteri (>0,05% v/v) terhadap

Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Candida albicans, anti-fungi, anti-

inflamasi, anti- spasmodik, anti ulser, anti-viral dan sedative.14

2.10. Praformulasi Sabun Padat untuk Bayi

2.10.1. Formula

Berikut adalah formula sabun bayi padat yang penulis rancang, dapat dilihat

pada Tabel 2.3.

Tabe 2.3.Formula sabun bayi padat

No Bahan Jumlah Fungsi

24

1 Minyak zaitun 85 g Basis Sabun

2 Minyak kelapa 36 g Basis sabun

3 KOH 28 g Basa sabun

4 K2CO3 5 g Basa sabun

5 Vitamin E 10 ml Antioksidan

6 Na CMC 1 g Pengental

7 Larutan asam sitrat 0,1 M 21,67 ml Sequistering agent

8 Avocado Seed Oil 10 % Zat Aktif

9 Chamomile oil 0,1 % Zat Aktif

10 Methyl paraben 0,15% Pengawet

11 Propyl Paraben 0,05 Pengawet

12 Aquadestilata Ad 100 ml Pelarut

2.10.2. Monografi bahan baku

Minyak

zaitun

Larutan minyak agak kental berwarna jernih kekuningann ,

praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam 25ristal 96 %,

Larut dalam eter, kloroform, dan pelarut organik non polar

lainnya. Penggunaan sebagai basis. Stabilitas : tidak stabil jika

terkana sinar matahari langsung.

Minyak

kelapa

Pemerian larutan minyak agak kental berwarna jernih

kekuningann , praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam

alcohol 96 %, Larut dalam eter, kloroform, dan pelarut organik

non polar lainnya. Penggunaan sebagai basis. Stabilitas : tidak

stabil jika terkana sinar matahari langsung. Sinonim : oleum

vegetable, oleum neutralea, Medium Chain Triglycerides. Fungsi

: pengemulsi, solvent, suspending agent, therapeutic agent.

Minyak membeku pada suhu 0 oC dan viskositas menjadi rendah

bila mendekati suhu 0 oC. OTT : polistiren, polietilen, dan

polipropilen.

KOH Physical state and appearance: Solid. (Solid pellets.); Odor:

Odorless; Molecular Weight: 56.11 g/molep. 4Color: White; pH

(1% soln/water): 13 [Basic.]; Boiling Point: Decomposition

25

temperature: 1384°C (2523.2°F); Melting Point: 380°C (716°F);

Specific Gravity: 2.044 (Water = 1); Dispersion Properties: See

solubility in water.

Solubility: Easily soluble in cold water, hot water. Insoluble in

diethyl ether.

K2CO3 Physical state and appearance: Solid. (Powdered solid.

Deliquescent solid.); Odor: Odorless; Molecular Weight: 138.21

g/mole; Color: White; pH (1% soln/water): Not available;

Boiling Point: Decomposes; Melting Point: 891°C (1635.8°F);

Specific Gravity: 2.29 (Water = 1); Dispersion Properties: See

solubility in water; Solubility: Soluble in cold water.

Vitamin E Tocopherol tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak

seperti minyak, lemak, 26ristal, aseton, eter dan sebagainya.

Vitamin E bersifat basa jika tidak ada oksigen dan tidak

terpengaruh oleh asam pada suhu 100o C. Bila terkena oksigen

di udara, akan teroksidasi secara perlahan-lahan. Sedangkan bila

terkena cahaya warnanya akan menjadi gelap secara bertahap.

Na CMC Warna : putih sampai krem; Rasa : Tidak berasa; Bau : Tidak

berbau; Pemerian : Serbuk/granul; Kelarutan : Mudah

terdispersi dalam air (dalam berbagai suhu), praktis tidak larut

dalam aseton, etanol, eter dan toluene ; Titik lebur : 2270 dalam

keadaan terbakar 2520 C; Pka/Pkb : 430; Bobot jenis : 0,78 g

/cm3; pH larutan : 7 sampai 9; Stabilitas : Bersifat stabil

meskipun bahan yang tidak higroskopik dalam bentuk larutan

stabil pada pH 2 – 10, secara umum stabilitas dalam larutan

berkisar pada pH 7-9; Inkompatibilitas : Tidak bercampur

dengan asam kuat, logam seperti Alumunium presipitas terjadi

pada pH<2 dan ketka tercampur dengan etanol (95%) P Na-CMC

dapat membentuk kompleks dengan gelatin dan pectin; Fungsi

26

: pengental

Larutan asam

sitrat 0,1 M

Larutan jernih pH 1-2, Kegunaan dalam bidang farmasi :

Sequistering agent 0,3-2,0 %; larutan buffer 0,1-2,0 %; penimbul

rasa pada sediaan cair 0,3-2,0 %. Penyimpanan dalam wadah

tertutup rapat. Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk

serbuk kristal berwarna putih.

Avocado

Seed Oil

Harga rata-rata berat jenis, indeks bias, bilangan asam, bilangan

iod, dan angka penyabunan berturut-turut 0,922 gr/cc; 1,467;

0,249 mg KOH/gr; 78,232 gr Iod/100 gr; dan 181,896 mg

KOH/gr. 19

Chamomile

oil

Pemerian cairan jernih, mudah menguap, beraroma khas.

Methyl

paraben

Sinonim : Solbrol M, Tegosept M, Nipagin M., Rumus empirik :

C8H8O3, Berat molekul : 152,15, Fungsi : antimikroba untuk

sediaan topikal 0,02%-0,3%, Pemerian : kristal putih, tidak

berbau, panas, Kelarutan : etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400,

OTT : besi, mengalami hidrolisis dengan basa lemah dan asam

kuat.

Propyl

Paraben

Warna: Putih, Rasa: Tidak berasa, Bau: Tidak berbau, Pemerian:

Serbuk hablur putih, Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air,

larut dalam 3,5 bagian etanol(95%)P, dalam 3 bagian aseton P,

dalam 140 bagian gliserol P, dandalam 40 bagian minyak lemak,

muda larut dalam larutan alkali, Titik didih: 95oC – 98oC, Bobot

jenis: 180,21 g/molh.Stabilitas: Lebih mudah terurai dengan

adanya udara dari luar.

Aquadestilata Air yang dibebaskan sesempurna mungkin dari zat anorganik

( mineral ) dibuat dengan penukar ion yang cocok. Pemerian :

Berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Kelarutan

: Bercampur dengan larutan polar. Fungsi : Pelarut

2.10.3. Prosedur Pembuatan

27

Prosedur yang dipilih oleh penulis adalah pembuatan sabun dengan proses

pemanasan. Adapun tahapan kerjanya yaitu :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Timbang bahan,

3. Reaksikan fase minyak ( olive oil & Coconut oil) dengan KOH dan

panaskan 60- 70 oC aduk hingga rata hingga terbentuk basis sabun

(optimasi waktu reaksi). Setelah terbentuk sabun dinginkan .

4. Buat larutan pengental Na CMC 1 g dengan 20 ml air, setelah terbentuk

mucilage tambahkan asam sitrat & K2CO3.

5. Siapkan fase minyak avocado seed oil Vit E, Methyl Paraben dan PropHyl

Paraben dan Chamomile oil.

6. Campurkan Fase sabun dengan fase mucilage aduk rata kemudian

tambahkan fase minyak sedikit demi sedikit hingga terbentuk korpus

emulsi, setelah semua tercamput tambahkan air hingga 100 ml.

7. Masukan kedalam kemasan tidak tembus cahaya dan tertutup rapat.

2.10.4. Pengemasan dan Penandaan21

1. Pengemasan- pengemasan harus tertutup rapat serta bahan kemas yang

akan digunakan berdasarkan persetujuan antara suplaier dan pembeli,

dengan memperhatikan stabilitas sediaan.

2. Penandaan –diberi label yang sesuai yaitu :

a. Nama produk

b. Nama industry yang memproduksi dan alamatnya.

c. Bobot bersih

d. Komposisi bahan

e. No. Batch, Lot

f. Tanggal dan tahun pembuatan/ Kasaluarsa

g. Cara pemakaian

28

BAB IIIPEMBAHASAN

Tabel 3.1. Perbandingan Formula Sabun Padat

BahanJumlah

Fungsi Karakteristik BahanF1 F2 F3 Fx

Minyak Kelapa 30 ml Basis Sabun Pemerian larutan minyak agak kental berwarna jernih kekuningann , praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alcohol 96 %, Larut dalam eter, kloroform, dan pelarut organik non polar lainnya. Penggunaan sebagai basis. Stabilitas : tidak stabil jika terkana sinar matahari langsung. Sinonim : oleum vegetable, oleum neutralea, Medium Chain Triglycerides. Fungsi : pengemulsi, solvent, suspending agent, therapeutic agent. Minyak membeku pada suhu 0 oC dan viskositas menjadi rendah bila mendekati suhu 0 oC. OTT : polistiren, polietilen, dan polipropilen.

KOH 16 ml Basa Sabun Physical state and appearance: Solid. (Solid pellets.); Odor: Odorless; Molecular Weight: 56.11 g/molep. 4Color: White; pH (1% soln/water): 13 [Basic.]; Boiling Point: Decomposition temperature: 1384°C (2523.2°F); Melting Point: 380°C (716°F); Specific Gravity: 2.044 (Water = 1); Dispersion Properties: See solubility in water.Solubility: Easily soluble in cold water, hot water.

29

Insoluble in diethyl ether.

Na- CMC 1 g 1g Pengental Warna : putih sampai krem; Rasa : Tidak berasa; Bau : Tidak berbau; Pemerian : Serbuk/granul; Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air (dalam berbagai suhu), praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter dan toluene ; Titik lebur : 2270 dalam keadaan terbakar 2520 C; Pka/Pkb : 430; Bobot jenis : 0,78 g /cm3; pH larutan : 7 sampai 9; Stabilitas : Bersifat stabil meskipun bahan yang tidak higroskopik dalam bentuk larutan stabil pada pH 2 – 10, secara umum stabilitas dalam larutan berkisar pada pH 7-9; Inkompatibilitas : Tidak bercampur dengan asam kuat, logam seperti Alumunium presipitas terjadi pada pH<2 dan ketka tercampur dengan etanol (95%) P Na-CMC dapat membentuk kompleks dengan gelatin dan pectin; Fungsi : pengental

Asam Stearat 0,5 g Sequestering agent Kristal padat berwarna kekuningan, atau kristal putih. Agak berbau dan berasa seperti tallow. Titik didih 383 oC, densitas0,537 g/ cm3, titik leleh 69-70 oC.

BHA 1 g Antioksidan Physical state and appearance: Solid. (Waxy solid.); Odor: Characteristic. (Slight.); Molecular Weight: 180.25 g/moleColor: White to yellowish; pH (1% soln/water): Not applicable; Boiling Point: 264°C (507.2°F) - 270 C @ 733 mm Hg; Melting Point: 48°C (118.4°F) - 55 C; Critical Vapor Density: 6.2 (Air = 1); Dispersion Properties: See solubility in water, diethyl ether; Solubility: Soluble in

30

diethyl ether. Insoluble in cold water, hot water. Soluble in 50% alcohol or higher, petroleum ether, propylene glycol,fats, oils, chloroform. Solubility in Alcohol: 4 g/4 ml alcohol. Solubility in Chloroform: 1 g/2 ml chloroform. Solubility in Ether: 1g/1.2 ml Ether.

Lendir daun lidah buaya 6 Zat aktif anti bakteri Cairan kental berwarna hijau

Aquadestilata ad 100 Pelarut Air yang dibebaskan sesempurna mungkin dari zat anorganik ( mineral ) dibuat dengan penukar ion yang cocok. Pemerian : Berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Kelarutan : Bercampur dengan larutan polar. Fungsi : Pelarut

Minyak zaitun 85 g 85 g Basis Sabun Larutan minyak agak kental berwarna jernih kekuningann , praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam 31ristal 96 %, Larut dalam eter, kloroform, dan pelarut organik non polar lainnya. Penggunaan sebagai basis. Stabilitas : tidak stabil jika terkana sinar matahari langsung.

Minyak kelapa 36 g 36 g Basis sabun Pemerian larutan minyak agak kental berwarna jernih kekuningann , praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alcohol 96 %, Larut dalam eter, kloroform, dan pelarut organik non polar lainnya. Penggunaan sebagai basis. Stabilitas : tidak stabil jika terkana sinar matahari langsung. Sinonim : oleum vegetable, oleum neutralea, Medium Chain Triglycerides. Fungsi : pengemulsi, solvent, suspending agent, therapeutic agent. Minyak membeku pada suhu 0 oC dan viskositas menjadi rendah

31

bila mendekati suhu 0 oC. OTT : polistiren, polietilen, dan polipropilen.

KOH 28g 28 g Basa sabun Physical state and appearance: Solid. (Solid pellets.); Odor: Odorless; Molecular Weight: 56.11 g/molep. 4Color: White; pH (1% soln/water): 13 [Basic.]; Boiling Point: Decomposition temperature: 1384°C (2523.2°F); Melting Point: 380°C (716°F); Specific Gravity: 2.044 (Water = 1); Dispersion Properties: See solubility in water.Solubility: Easily soluble in cold water, hot water. Insoluble in diethyl ether.

K2CO3 5 g 5 g Basa sabun Physical state and appearance: Solid. (Powdered solid. Deliquescent solid.); Odor: Odorless; Molecular Weight: 138.21 g/mole; Color: White; pH (1% soln/water): Not available; Boiling Point: Decomposes; Melting Point: 891°C (1635.8°F); Specific Gravity: 2.29 (Water = 1); Dispersion Properties: See solubility in water; Solubility: Soluble in cold water.

Aquadestilata 2527

g

Ad

100

Pelarut Air yang dibebaskan sesempurna mungkin dari zat anorganik ( mineral ) dibuat dengan penukar ion yang cocok. Pemerian : Berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Kelarutan : Bercampur dengan larutan polar. Fungsi : Pelarut

Sepimax zenTM

(Polyacrylate

18 g Pengental Form: Powder; Applications; Skin care, Hair care, Sun care, Hygiene, Make-up; Use level: 0.5 to 5% pH of use: 2 – 8

32

Crosspolymer-6)

Serbuk Chlerlla

pyrenoidosa

5 g Zat aktif anti bakteri Serbuk berwarna hijau

Minyak Lavender 5 ml Fragrance Physical state and appearance: Liquid; Odor: odor of lavender flowers; Color: Colorless to light yellow; Specific Gravity: 0.875 - 0.880 (Water = 1); Vapor Pressure: 0 kPa (@ 20°C) Solubility: Insoluble in cold water, hot water.

Vitamin E 10 ml 10 ml Antioksidan Tocopherol tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak seperti minyak, lemak, 33ristal, aseton, eter dan sebagainya. Vitamin E bersifat basa jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh oleh asam pada suhu 100o C. Bila terkena oksigen di udara, akan teroksidasi secara perlahan-lahan. Sedangkan bila terkena cahaya warnanya akan menjadi gelap secara bertahap.

Ekstrak Etanol Kubis 7 g Zat aktif anti bakteri Ekstrak berwarna coklat kehijauan, aroma khas kubis.

PEG 400 0,5 g Pengental Physical state and appearance: Liquid. ( viscous)Odor: Odorless; Molecular Weight: 400 (380 - 420) g/mole; Color: Clear; Melting Point: 4°C (39.2°F) - 6 C.; Specific Gravity: 1.1254 (Water = 1); Dispersion Properties: See solubility in water; Solubility: Soluble in cold water, hot water. Readily soluble in aromatic hydrocarbons. Slightly soluble in aliphatic hydrocarbons.

Viskolam SMC-20 0,3 g 0,3 g Basis/ Pengental -

Larutan asam sitrat 0,1

M

21,67

ml

21,67

ml

Sequistering agent Larutan jernih pH 1-2, Kegunaan dalam bidang farmasi :

Sequistering agent 0,3-2,0 %; larutan buffer 0,1-2,0 %;

33

penimbul rasa pada sediaan cair 0,3-2,0 %. Penyimpanan

dalam wadah tertutup rapat. Pada temperatur kamar,

asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih.

Larutan Na2HPO4 0,2

M

65 ml Buffer Physical State: clear liqid; Odor: odorless ; pH: 8.7-9.3 (5% aq.sol. 20°C) 

Acnibio AC

(Isothiazolone)

0,0125

%

Pengawet Appearance : Colourless or slightly yellow liquid; Solubility : Soluble in water, alcohol glycols and polar solvents; PH : 20°C 2,0 – 4,0 3,69 Density : 20°C 1,10 – 1,15 g/ml 1,117 g/ml ; Magnesium Salts Approx.23%.

Ol. Rosae 5 gtt Fragrance Form: liquid ;Colour: light yellow ;Odour: Characteristic rose odour ;Melting point / melting range: not determined ; Boiling point / boiling range: not determined ; Flash point: 85 °C ;Density: at 20 ° C 0,885 g/cm³ ; Solubility in / Miscibility with ; Water not soluble; Materials to avoid: Strong oxidizers, strong acids and bases

Aquadestilata Ad

100

ml

Pelarut Air yang dibebaskan sesempurna mungkin dari zat anorganik ( mineral ) dibuat dengan penukar ion yang cocok. Pemerian : Berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Kelarutan : Bercampur dengan larutan polar. Fungsi : Pelarut

Avocado Seed Oil 10 % Zat Aktif Harga rata-rata berat jenis, indeks bias, bilangan asam, bilangan iod, dan angka penyabunan berturut-turut 0,922 gr/cc; 1,467; 0,249 mg KOH/gr; 78,232 gr Iod/100 gr; dan 181,896 mg KOH/gr. 19

34

Chamomile oil 0,1 % Zat Aktif Pemerian cairan jernih, mudah menguap, beraroma khas.

35

Tabel 3.2 Karakteristik Sediaan Sabun Padat

Formul

a

Karakteristik

F117 Karakteristik sabun hasil formulasi yaitu warna merah muda, aroma

minyak kelapa,, pH asam, kadar alkali bebas 9 %, Bahan Aktif 9 %,

bobot jenis 0,950.

F2 5 Karakteristik sabun hasil formulasi yaitu warana hijau, aroma khas

lavender, viskositas 3,783 cp, pH 8,7, kerapatan 1,37 g/ml, < 10 koloni/

gram.

F3 18 Karakteristik sabun hasil formulasi yaitu warna hijau, aroma rose, pH

5,5-8,5, bobot jenis 1,02.

F4 Perkiraan karakteristik sabun yaitu warna putih tulang dan konsistensi

Cairan Kental, konsistensi padat dengan pembusaan yang banyak.

Pada formulas 1 merupakan sabun antiseptik lidah buaya dimana basis yang

digunakan adalah minyak kelapa dengan KOH dengan karakteristik dapat dilihat

pada tabel 3.2. pada formula ini sebagai pembersih digunakan sabun campuran asam

lemak dan basa, namun ada satu hal yang tidak boleh terlupakana bahwa pada

formula ini semua bahan sabun cair terpenuhi kecuali pengawet. Walaupun surfaktan

sendiri dan zat aktif memiliki daya anti bakteri tetapi untuk sediaan berair sebaiknya

digunakan pengawet.

Pada formula 2 sama halnya seperti formula 1 walaupun sudah memenuhi

kriteria untuk sabun cair tetapi dalam formulanya tidak ditambahkan pengawet dan

tidak dilakukan uji iritasi.

Untuk formula 3 formulanya sudah dilakukan pengujian iritasi pada

punggung kelinci dan hasilnya aman untuk di gunakan.

Pada formula ke empat adalah rancangan formula penulis dimana penulis

menggunakan campuran basis sabun padat olive oil, coconut oil, yang mengacu pada

formula 3 karena sudah dilakukan pengujian iritasi dan aman, selain itu pada formula

ini ditambahkan nipagin nipasol sebagai pengawet. Alasan pemilihan basis yaitu

dipilih senyawa lemak dengan asam lemak yang panjang seperti coconut oil dan oliv

oil. Karena semakin panjang rantai C pada asam lemaknya maka sifat mengiritasi

36

pada kulit semakin berkurang. Selain itu pada formula ke empat ini penulis

tambahkan zat aktif bahan alam yaitu minyak biji alpukat yang berperan sebagai

pelembab dan Chamomile oil sebagai anti bakteri.

37

BAB IV

PENUTUP

4.1. KesimpulanSabun biasa dengan sabun bayi sangatlah berbeda formulanya terutama

dalam hal sifat dan kemurnian dari sabun bayi. Sabun bayi tidak boleh meng

iritasimata dan mukosa, sedangkan pada sabun biasa masih bias ditoleransi.

Dari hasil penelaahan formula sabun bayi bahwa sabun bayi tidak perlu terlalu

berbusa namun dapat membersihkan kotoran begitu pula dengan perkiraan

karakteristik pada formula F4 dikarenakan kandumgan lemak yang cukup tinggi

dan penambahan zat aktif Avocado seed oil dan Chamomile oil maka sabun

tidak akan terlalu berbusa.

4.2. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi

pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya diharapka agar formula yang

penulis susun agar dapat diformulasikan dan di uji karakteristik serta afikasinya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para

pembaca yang budiman pada umumnya.

38

Daftar Pustaka

1. Perdanakusuma, DS. Anatomi Fisiologi Kulit Dan Penyembuhan Luka. Airlangga University School of Medicine. 2007. Tersedia :http://www.fk.unair.ac.id/attachments/1705_ANATOMI%20FISIOLOGI%20KULIT%20DAN%20PENYEMBUHAN%20LUKA%20Agustus%202007.pdf. Diakses pada [8 April 2014].

2. Muliyawan, D. dan Suriana, N. A-Z Tentang Kosmetik. Penerbit PT Eleksmedia Komputindo. Jakarta. 2002

3. Tranggono, RI, dan Latifah, F. Buku Pengantar Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT. Gramedia. Jakarta. 2007.

4. Goeser, AL. Kulit, Rambut dan Kuku. Tersedia : http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/kulit-rambut-kuku-goeser-yohan.pdf. Diakses pada [8 April 2014]

5. Hernani dkk. Formula Sabun Transparan Antijamur Dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz.). Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010.

6. BSNI. Sabun Mandi Bayi, SNl 16-4768-1998. Tersedia : http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2016-4768-1998.PDF. Diakses pada [15 Mei 2014].

7. Andhira, F, Sabun [Makalah]. Tersedia : http://fairuz-juwel.blogspot.com/2012/06/makalah-sabun.html . Diakses pada [15 Mei 2014 ]

8. Iin, D. Pembuatan Sabun Transparan (Makalah). Diakses pada [15 Mei 2014].

9. ________.Belajar Membuat Sabun .Tersedia : http://belajarbuatsabun.wordpress.com/. Diakses pada [15 Mei 2014].

10. Janardhanan, K. R. Soaps and Detergents. Tersedia : http://www.vigyanprasar.gov.in/chemistry_application_2011/briefs/soaps_and_detergents.pdf. Diakses pada [ 16 Mei 2014].

39

11. _________. Natural Baby Bath With Vit E. Tersedia : http://www.botaneco.ca/Documents/Formulations_NOV2013/Natural_Baby_Bath_Shea_Oil_VitaminE_011_093.pdf . Diakses pada [16 Mei 2014].

12. Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta.Departemen. Kesehatan RI

13. ________. Chamomile. Tersedia : http://www.herbalsafety.utep.edu/herbs-pdfs/chamomile.pdf. Diakses pada [16 Mei 2014].

14. _________. Matricaria chamomilla (German chamomile). Alternative Medicine Review Volume 13, Number 1 2008.

15. Miller,K Design *Your Own* Soap Recipe. Tersedia : http://millersoap.com/soapdesign.html. Diakses pada [6 Juni 2014].

16. Lund, carolin et. al. Neonatal Skin Care: The Scientific Basis for Practice. Tersedia : http://sonhs.umkc.edu/documents/nnp/neonatalskincare.pdf. Diakses pada [6 Juni 2014].

17. Hambali, Eliza.et al Kajian Pengaruh Penambahan Lidah Buaya Terhadap mutu Sabun Transparanran. J. Tek. Ind. Pert. Vol. 14.2 Hal. 74-79.

18. A.P Handayani, HC. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol 96% Biji Alpukat (Perseae Americana Mill) Terhadap Formulasi Sabun Padat Transparan. Fak. Kedokteran dan Ilmu kesehatan UIN, Jakarta 2009.

19. Widioko, SA. Proses Ekstraksi Kontinyu Lawan Arah Dengan Simulasi Batch Tiga Tahap : Pengambilan Minyak Biji Alpukat Menggunakan Pelarut N-Hexane Dan Iso Propil Alkohol. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. 2010.

20. Raymond,c Rowe, et al.Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth edition.Pharmaceutical Press. 2009.

21. ________. Bureu of Indian Standard .Spesification for Baby Toilet Soap.2011.

40