UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

29
1 UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (Centellaasiatica)TERHADAP TIKUS PUTIH GALUR WISTAR Setiadi Ihsan Abstrak Telah dilakukan pengujian antipiretik ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica(L.) Urban) terhadap tikus betina galur Wistar. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica(L.) Urban) dosis 50mg/KgBB, 100mg/KgBB dan 200mg/KgBB memiliki aktivitas antipiretik dengan menurunkan suhu tubuh tikus demam yang berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,01), dimana efek penurunan suhu yang paling baik adalah dosis 200mg/KgBB. Kata kunci : Uji aktivitas antipiretik, Centella asiatica(L.) Urban, tikus betina galur Wistar. 1. Pendahuluan Demam telah dikenal sebagai salah satu tanda atau gejala yang penting tentang adanya suatu penyakit. Banyak orang tua yang merasa takut apabila anaknya menderita demam dan merupakan salah satu alasan orang tua untuk membawa anaknya berobat kerumah sakit. Demam dapat merupakan tanda permulaan adanya infeksi, namun demam juga bias disebabkan oleh adanya kelainan metabolic dan sebab-sebab lain. Demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,2 0 C. Demam yang berarti temperature tubuh di atas batas normal, dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan emperatur(1,2,3,4).

Transcript of UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

Page 1: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

1

UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (Centellaasiatica)TERHADAP TIKUS PUTIH GALUR WISTAR

Setiadi Ihsan

Abstrak

Telah dilakukan pengujian antipiretik ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica(L.) Urban) terhadap tikus betina galur Wistar. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica(L.) Urban) dosis 50mg/KgBB, 100mg/KgBB dan 200mg/KgBB memiliki aktivitas antipiretik dengan menurunkan suhu tubuh tikus demam yang berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,01), dimana efek penurunan suhu yang paling baik adalah dosis 200mg/KgBB.

Kata kunci : Uji aktivitas antipiretik, Centella asiatica(L.) Urban, tikus betina galur Wistar.

1. Pendahuluan

Demam telah dikenal sebagai salah satu tanda atau gejala yang penting tentang adanya suatu penyakit. Banyak orang tua yang merasatakut apabila anaknya menderita demam dan merupakan salah satualasan orang tua untuk membawa anaknya berobat kerumah sakit.Demam dapat merupakan tanda permulaan adanya infeksi, namundemam juga bias disebabkan oleh adanya kelainan metabolic dansebab-sebab lain.

Demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,20C. Demam yang berarti temperature tubuh di atas batas normal, dapatdisebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahantoksik yang mempengaruhi pusat pengaturan emperatur(1,2,3,4).

Page 2: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

2

Karena sering terjadinya kondisi demam akhirnya masyarakat mulaimencarit anaman yang berkhasiat sebagai penurun demam.

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat penurun demamadalahpegagan.Tanamanpegagansecaratradisionalbanyakdigunakanuntukpenyakitkulit.Di samping untuk penggunaan topical pegagan jugadigunakan untuk mengobati sakit perut, batuk, batuk berdarah dandisentri, penyembuh luka, radang, pegallinu, asma, wasir, tuberkulosis, lepra, demam dan penambah selera makan. Berdasarkan pengalamanempiris masyarakat tersebut dilakukan penelitian terhadap ekstraketanol herba pegagan apakah benar-benar memiliki kemampuansebagai obat penurun demam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antipiretik ekstraketanol herba pegagan (Centellaasiatica(L.) Urban) terhadap tikusputih betina galur Wistar dan mengetahui dosis ekstrak etanol herbapegagan (Centellaasiatica(L.) Urban) yang menunjukkan efekantipiretik pada tikus putih jantan galur Wistar. Penelitian inidiharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentangaktivitas antipiretik herba pegagan dan menjadi pertimbangan dalampenggunaan obat tradisional.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian efek antipiretik ekstrak etanolherba pegagan (Centellaasiatica (L.) Urban). Hewan diinduksi panasmenggunakan pepton 5% sebagai larutan pendemam yang diberikansecara subkutan. Pengukuran suhu dilakukan sebelum pemberianlarutan pendemam, kemudian menit ke 0, 30, 60, 120 dan 180. Parameter yang diamati adalah penurunan suhu tubuh meliputi besarpenurunan suhu tubuh pada pengamatan 2 jam setelah induksidemam.

Adanya efek antipiretik ditunjukkan dengan adanya penurunan suhu yang berbeda bermakna secara statistic antara kelompok ujidibandingkan terhadap kelompok control positif dan besarnyakemampuan efek antipiretik ditunjukkan dengan perbandingan antara

Page 3: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

3

kelompok uji dengan kelompok pembanding. Data penurunan suhudianalisis secara statistic menggunakan uji ANAVA (Analisis Varians) dan uji lanjutan LSD (Least Significant Different).

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada penelitian ini, bahan yang digunakan adalah ekstrak etanol dari herba pegagan yang akan diuji efek sebagai antipiretik pada tikus betina galur Wistar. Tanaman herba pegagan ini didapat dari daerah Salamnunggal, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, selanjutnya untuk memastikan identitas tanaman maka dilakukan determinasi di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB. Hasil determinasi menyatakan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) yang berasal dari suku Apiacea. Penelitian uji aktivitas antipiretik ini menggunakan herba pegagan yang telah mengalami proses pengolahan dari mulai pencucian sampai pengeringan, yang kemudian dilakukan pembuatan ekstrak dimana dari 100 gram serbuk simplisia, setelah dilakukan maserasi dengan etanol 70% diperoleh ekstrak cair, kemudian ekstrak cair dipekatkan dengan penguap vakum putar dan dihasilkan ekstrak kental dengan bobot tetap sebanyak 15,44 gram, sehingga diperoleh rendemen ekstrak sebesar 15,44%.

Tabel III.1 Hasil Penapisan Fitokimia Pegagan(Centella asiatica (L.) Urban)

Keterangan : (+) = terdeteksi(−) = dak terdeteksi

No Golongan Hasil

1 Alkaloid +

2 Flavonoid +

3 Kuinon +

4 Saponin +

5 Tanin + / Galat6 Steroid/ triterpenoid +

Page 4: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

4

Penapisan fitokimia simplisia dilakukan untuk mengetahui keberadaan seluruh metabolit sekunder yang terkandung di dalam herba pegagan. Metabolit sekunder yang teridentifikasi dalam simplisia herba pegagan adalah alkaloid, flavonoid, kuinon, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid.

Tabel III.2 Hasil Karakterisasi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)No Karakteristik Hasil (%) Standar FHI (%)

1 Kadar abu total 5,9 < 18,05

2 Kadar abu larut air 2,9 −

3 Kadar abu tidak larut asam 0,4 < 4,9

4 Kadar sari larut air 5,2 > 28,3

5 Kadar sari larut etanol 8,3 > 2,1

6 Kadar air 8,0 < 10,0

7 Susut pengeringan 9,8 < 11,0

Pemeriksaan karakteristik simplisia hasilnya diperoleh kadar air 8%; kadar sari larut air 5,24%; kadar sari larut etanol 8,35%; kadar abu total 5,9%; kadar abu tidak larut asam 0,45%; kadar abu larut air 2,95%; dan susut pengeringan 9,8%. Dilihat dari kadar air yang kurang dari 10% maka simplisia ini telah memenuhi standar dan dapat menghindari pertumbuhan jamur dalam masa penyimpanan, Kadar abu total pada simplisia herba pegagan dinyatakan memenuhi persyaratan karena tidak melebihi standar simplisia herba pegagan pada Farmakope Herbal Indonesia (FHI) yaitu 18,05%; artinya kandungan pengotor dalam simplisia cukup sedikit. Kadar abu tidak larut asam pada simplisia dinyatakan memenuhi persyaratan karena tidak melebihi standar FHI yaitu tidak lebih dari 4,9%. Susut pengeringan pada simplisia dinyatakan memenuhi persyaratan karena tidak melebihi standar FHI yaitu tidak lebih dari 11%. Nilai susut pengeringan yang lebih besar daripada kadar air menunjukkan adanya senyawa lain yang ikut menguap selain air pada proses pengeringan, kemungkinan berasal dari minyak atsiri.

Pada metode penelitian antipiretik ini menggunakan pepton untuk penginduksi panasnya. Penggunaan pepton ini berdasarkan sifat dari

Page 5: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

5

pepton itu sendiri yang merupakan suatu polimer dari asam amino dimana memiliki banyak sekali ikatan peptida namun jumlahnya masih lebih sedikit dari protein sehingga memiliki massa relatif yang cukup besar, bila pepton masuk kedalam tubuh dapat bersifat sebagai antigen dan dapat mengaktivasi sistem kekebalan tubuh. Pepton dianggap oleh tubuh sebagai pirogen eksogen yang merangsang fagosit untuk membentuk pirogen endogen yang memulai peningkatan sintesis prostaglandin dan mengatur nilai ambang suhu ke suhu yang lebih tinggi. Segera setelah pengaturan nilai ambang pada tingkat yang lebih tinggi, suhu tubuh normal bekerja sebagai suhu pada keadaan dingin. Ini menyebabkan vasokontriksi pembuluh kulit, gemetar karena dingin dan rasa dingin yang subjektif.

Sebelum digunakan dalam penelitian, tikus harus dipuasakan selama 12-18jam. Hal itu dimaksudkan supaya lambung tikus dalam keadaan kosong karena bila lambung dalam keadaan penuh dapat mengakibatkan hambatan absorpsi zat uji sehingga efeknya tidak maksimal. Kemudian sebelum tikus diinduksi denganpepton, berat badan tikus harus ditimbang terlebih dahulu yang bertujuan mengetahui pemberian volume sediaan yang sesuai dengan berat badan tikus. Selanjutnya tikus diukur suhu normalnya untuk penghitungan perubahan suhu tikus setelah penyuntikan pepton, kemudian tikus diinduksi dengan pepton secara subkutan pada kulit tengkuknya. Penyuntikan pepton dilakukan secara subkutan dengan tujuan agar pepton diabsorpsi dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat memperpanjang kinerja pepton dan dapat menyebabkan kondisi demam pada tikus yang diinduksi menjadi cukup lama.Volume pemberian pepton pada tikus sebanyak 0,6 mL. Dua jam setelah diinduksi pepton, dilakukan kembali pengukuran suhu rektum tikus. Kemudian dibandingkan dengan suhu normalnya, apakah sudah terjadi peningkatan suhu atau belum, jika sudah terjadi peningkatan suhu (demam) selanjutnya dilakukan pemberian sediaan secara oral dengan volume disesuaikan dengan berat badan tikus dan diukur suhunya setelah 30, 60, 90, 150, dan 210 menit. Kemudian data penurunan suhu dianalisis secara statistik dengan metode Analisis Varians (ANOVA) dan LSD (Least Significant Different).

Termometer digital digunakan dalam penelitian ini dengan pertimbangan mudah dibaca, pengukurannya dalam bentuk angka,

Page 6: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

6

waktu pengukurannya hanya singkat dan saat selesainya ditandai dengan suatu bunyi. Dikenal tiga cara untuk mengukur suhu, yaitu termometer dimasukkan di liang dubur (per rektal), di bawah lidah (sublingual), dan di ketiak (per axillar). Sebelum dimasukkan ke dalam rektum tikus, termometer harus dilapisi terlebih dahulu dengan lubrikan seperti vaselin, hal ini bertujuan mengurangi resiko lecet pada rektum tikus serta untuk mempermudah masuknya termometer sedalam 1-2 cm dari mulut rektum.

Dari hasil pengukuran suhu tikus maka diperoleh suhu tikus pada keadaan normal memiliki rentang antara 35,8 − 37,60C, sementara suhu demam tikus memiliki rentang antara 37,9 − 38,40C.Hasil penelitian mengenai aktivitas antipiretik ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada tikus putih betina sebagai berikut:

Tabel III.4 Rata-Rata Suhu Tubuh Tikus sebelum dan sesudah Perlakuan

KelompokRata-rata suhu tikus (0C)

Normal Demam T0 T30 T60 T120 T180

K1 36,22 38,16 38,42 38,60 38,58 38,46 38,34

K2 36,60 38,22 37,84 37,60 37,46 37,12 36,80

K3 36,62 37,98 38,20 38,12 38,02 37,50 37,10

K4 36,64 38,26 38,28 38,08 37,84 37,22 36,88

K5 36,62 38,12 38,10 37,82 37,52 36,96 36,66

Keterangan: K1 = Kelompok kontrol (tragakan 2%)K2 =Kelompok pembanding (parasetamol

45mg/KgBB)K3 = Kelompok ekstrak pegagan 50mg/KgBBK4 = Kelompok ekstrak pegagan 100mg/KgBB K5 = Kelompok ekstrak pegagan 200mg/KgBBNormal = waktu pengamatan suhu normalDemam = waktu pengamatan suhu demam tikus ± 2

Page 7: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

7

jam induksiT0 =waktu pengamatan suhu tubuh tikus 30

menit setelah pemberian sediaan ujiT30 = waktu pengamatan suhu tubuh tikus 60

menit setelah pemberian sediaan ujiT60 =waktu pengamatan suhu tubuh tikus 90

menit setelah pemberian sediaan ujiT120 =waktu pengamatan suhu tubuh tikus

150 menit setelah pemberian sediaan ujiT180 = waktu pengamatan suhu tubuh tikus

210 menit setelah pemberian sediaan ujiHasil pengukuran rata-rata suhu tubuh tikus sebelum dan sesudah perlakuan yang ada pada tabel di atas digambarkan pada grafik penurunan suhu di bawah ini.

Gambar III.1 Grafik penurunan suhu tikus

Keterangan: Normal = waktu pengamatan suhu normalDemam = waktu pengamatan suhu demam tikus ± 2

jam setelah induksiT0 =waktu pengamatan suhu tubuh tikus 30

36.0036.2036.4036.6036.8037.0037.2037.4037.6037.8038.0038.2038.4038.6038.80

Suhu

Tub

uh T

ikus

(0C)

Waktu Pengamatan (menit)

Kontrol

Pembanding

Dosis 1

Dosis 2

Dosis 3

Page 8: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

8

menit setelah pemberian sediaan ujiT30 = waktu pengamatan suhu tubuh tikus 60

menit setelah pemberian sediaan ujiT60 =waktu pengamatan suhu tubuh tikus 90

menit setelah pemberian sediaan ujiT120 =waktu pengamatan suhu tubuh tikus

150 menit setelah pemberian sediaan ujiT180 =waktu pengamatan suhu tubuh tikus

210 menit setelah pemberian sediaan uji

Untuk mengetahui ada tidaknya penurunan suhu, dilakukan perhitungan selisih suhu yang dihitung dari suhu demam dikurangi dengan suhu setelah pemberian perlakuan pada titik waktu tertentu. Penurunan suhu tikus yang didapat dari kelima perlakuan adalah sebagai berikut:

Tabel III.6 Rata-Rata Selisih Suhu Tubuh Tikus Betina sesudah Perlakuan

KelRata-rata selisih suhu demam terhadap suhu pada waktu

pengamatan tikus (0C)T0 T30 T60 T120 T180

K1-0,26±0,19 -0,44±0,17 -0,42±0,39 -0,3±0,29 -0,18±0,43

K20,38±0,26*

(p =0,000)

0,62±0,22*

(p = 0,000)

0,76±0,34*

(p = 0,000)

1,10±0,64*

(p = 0,000)

1,42±0,65*

(p = 0,000)

K3-0,22±0,08

(p = 0,772)

-0,14±0,05

(p = 0,059)

-0,04±0,13

(p = 0,050)

0,48±0,34*

(p = 0,009)

0,88±0,18*

(p = 0,001)

K4-0,02±0,16

(p = 0,093)

0,18±0,28*

(p = 0,001)

0,42±0,28*

(p = 0,000)

1,04±0,21*

(p = 0,000)

1,38±0,23*

(p = 0,000)

K50,02±0,30

(p = 0,053)

0,30±0,35*

(p = 0,000)

0,60±0,22*

(p = 0,000)

1,16±0,48*

(p = 0,000)

1,46±0,46*

(p = 0,000)

Page 9: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

9

Keterangan: Kontrol = Diberi tragakan 2% tanpa zat uji(-) = Menunjukkan kenaikan suhu* = Berbeda bermakna terhadap kelompok

kontrol α < 0,01(n=5)P = Nilai statistik terhadap kontrol positifK1 = Kelompok kontrol (tragakan 2%)K2 =Kelompok pembanding (parasetamol

45mg/KgBB)K3 = Kelompok ekstrak pegagan 50mg/KgBBK4 = Kelompok ekstrak pegagan 100mg/KgBB K5 = Kelompok ekstrak pegagan 200mg/KgBBT0 =waktu pengamatan suhu tubuh tikus 30

menit setelah pemberian sediaan ujiT30 = waktu pengamatan suhu tubuh tikus 60

menit Setelah pemberian sediaan ujiT60 =waktu pengamatan suhu tubuh tikus 90

menit setelah pemberian sediaan ujiT120 =waktu pengamatan suhu tubuh tikus

150 menit setelah pemberian sediaan ujiT180 =waktu pengamatan suhu tubuh tikus

210 menit setelah pemberian sediaan uji

Tabel III.7 Nilai Signifikan (P) Uji Normalitas Masing-Masing Kelompok Data

Kelompok

Nilai signifikan normalitas selisih suhu demam terhadap suhu pada waktu

pengamatan tikusT0 T30 T60 T120 T180

Kontrol 0,968 0,953 0,945 0,999 0,605

Pembanding 0,997 0,722 0,830 0,759 0,912

Dosis 1 0,953 0,510 0,851 0,941 0,930

Dosis 2 0,805 0,867 0,977 0,964 0,949

Dosis 3 0,672 0,759 1,000 0,976 0,949

Page 10: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

10

Keterangan : Dari data di atas dapat dinyatakan bahwa seluruh data hasil penelitian ini

berdistribusi normal karena signifikannya (p) > 0,05

Tabel III.8 Nilai Signifikan (P) Uji Homogenitas Selisih Suhu

Kelompok Nilai Signifikan Normalitas Selisih Suhu Demam Terhadap Suhu Pada Waktu Pengamatan Tikus

Demam - T0 0,078

Demam - T30 0,145

Demam - T60 0,231

Demam - T120 0,378

Demam - T180 0,106

Keterangan : Dari data di atas dapat dinyatakan bahwa seluruh data hasil penelitian ini homogen karena signifikannya (p) > 0,05

Page 11: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

11

Pada kelompok pembanding dapat dilihat pada Tabel III.4 diatas bahwa pada menit T0 hingga T180 setelah pemberian parasetamol dengan dosis 45mg/KgBB menunjukkan penurunan suhu dari waktu ke waktu semakin meningkat, dimana pada waktu T0 penurunan suhunya sebesar 0,380C telah menunjukkan penurunan suhu yang berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,01). Pada T30, T60, T120,dan T180 juga menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik dengan penurunan suhu berturut-turut sebesar 0,620C; 0,760C; 1,100C; dan 1,42. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode penelitian pengujian aktivitas antipiretik yang dilakukan telah valid. Mekanisme dari pembanding (parasetamol) itu sendiri adalah penghambat sintesis prostaglandin yang merupakan mediator demam sehingga suhu tubuh tikus dapat menurun.

Pada pengukuran suhu tubuh tikus yang diberikan ekstrak etanol herba pegagan dengan dosis 50mg/KgBB pada T0, T30, dan T60 suhu tubuh tikus masih menunjukkan peningkatan, baru dari menit T120, dan T180 terjadi penurunan suhu yang berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,01) dengan penurunan suhu berturut-turut sebesar 0,480C; dan 0,880C sehingga dari pengujian statistik tersebut dapat dinyatakan bahwa ekstrak etanol herba pegagan dosis 50mg/KgBB memiliki kemampuan pereda demam tetapi onset/mula kerja cukup lama yaitu setelah 2,5 jam pemberian sediaan.

Pada pengukuran suhu tubuh tikus yang diberikan ekstrak etanol herba pegagan dengan dosis 100mg/KgBB pada T0 masih menunjukkan kenaikan suhu sebesar 0,020C, kemudian pada T30 baru terjadi penurunan suhu yang berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,01). Pemberian ekstrak etanol herba pegagan dosis 100mg/KgBB menunjukkan penurunan suhu dari waktu ke waktu semakin meningkat, mulai dari T30 sampai dengan T180 terjadipenurunan suhu berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,01) dengan penurunan suhu berturut-turut sebesar 0,180C; 0,420C; 1,040C; dan 1,380Csehingga dari pengujian statistik tersebut dapat dinyatakan bahwa ekstrak etanol herba pegagan dosis 100mg/KgBB memiliki kemampuan pereda demam.

Pada pengukuran suhu tubuh tikus yang diberikan ekstrak etanol herba pegagan dengan dosis 200mg/KgBB pada T0 menunjukkan penurunan suhu sebesar 0,020C namun tidak berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,01). Pemberian ekstrak etanol herba pegagan dosis 200mg/KgBB menunjukkan penurunan suhu dari waktu ke waktu semakin meningkat, mulai dari T30 sampai dengan T180

terjadipenurunan suhu berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,01) dengan penurunan suhu berturut-turut sebesar 0,300C; 0,600C; 1,160C; dan 1,460Csehingga dari pengujian statistik tersebut dapat dinyatakan bahwa ekstrak etanol herba pegagan dosis 200mg/KgBB memiliki kemampuan pereda demam.

Page 12: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

12

Berdasarkan hasil analisis statistik yang terdapat pada Tabel IV.4 di atas, apabila dibandingkan antara dosis 50mg/KgBB, 100mg/KgBB dan 200mg/KgBB menunjukkan bahwa dosis yang memiliki onset kerja yang lebih cepat adalah dosis 100mg/KgBB dan 200mg/KgBB dengan onset kerja 60 menit setelah pemberian sediaan uji sedangkan untuk dosis 50mg/KgBB onset kerja cukup lama yaitu setelah 2,5 jam pemberian sediaan. Kemudian jika dilihat dari lama durasi kerja, dosis 100mg/KgBB dan 200mg/KgBB durasi kerja selama 2,5 jam sedangkan untuk dosis 50 mg/KgBB durasi kerja selama 1 jam. Kemudianjika dilihat dari besarnya penurunan suhu, dosis 200mg/KgBB yang paling besar penurunan suhunya apabila dibandingkan antara dosis 50mg/KgBB dan 100mg/KgBB.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol herba pegagan dosis 50mg/KgBB, 100mg/KgBB dan 200mg/KgBB memiliki aktivitas antipiretik dengan menurunkan suhu tubuh tikus demam yang berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,01), dimana efek penurunan suhu yang paling baik adalah dosis 200mg/KgBB.

5. Daftar Pustaka

Soepardi, S., dan Souvriyanti, E., 2006, Gambaran Persepsi Orang Tua tentang Penggunaan Antipiretik sebagai Obat Demam, Sari Pediatri, Volume 8, Nomor2, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 142-146.

Nelwan, R.H.H., 2004, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi III, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 407-408.

Ismoedijanto, 2000, Demam pada Anak, Sari Pediatri, Volume 2, Nomor 2, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, 103-108.

Guyton, A.C., Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Edisi III, Terjemahan Petrus Andrianto, EGC, Jakarta, 642-649.

Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010, Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban), Badan Pengawasan Obat Makanan Republik Indonesia, Jakarta, 1-5.

Page 13: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

13

Dalimartha, S,. 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid II, Pustaka Bunda, Jakarta, 149-156.

Guyton, A.C., dan Hall, John E., 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi XI, EGC, Jakarta, 936-948.

Sherwood, Lauralee, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi II, Terjemahan Brahm U. Pendit, EGC, Jakarta, 596-607.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi V, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 295-301.

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi V, Terjemahan M.B Widianto dan A.S. Ranti, Penerbit ITB, Bandung, 199-204.

Goodman L.S. and Gilman A., 2001, Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis Of Therapeutics, 10th Edition, The McGraw-Hill Companies. Inc., New York, 690-693, 696-704.

Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 30, 649.

Freddy I.W., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi V, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 209-217.

Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 53-55.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Edisi II, Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung, 70.

Hutapea, dkk., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta, 203-204.

Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 1-27.

Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 109-112.

Page 14: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

14

Nuari D.A., 2011, Uji Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Terhadap Tikus Putih Galur Wistar, Tugas Akhir Sarjana Farmasi Fakultas MIPA, Fakultas MIPA Universitas Garut, Garut, 31-34.

Page 15: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

15

UJI AKTIVITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betleL.) PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER DENGAN METODE

SIEGMUND

Atun Qowiyyah

Abstrak

Telah dilakukan penelitian uji aktivitas analgetik dari ekstrak etanol daunsirih (Piper betle L.) pada mencit galur Swiss Webster yang diinduksi denganasam asetat 0,7% dengan menggunakan metode geliat. Hasil menunjukkanbahwa ekstrak etanol daun sirih dosis 50; 100; dan 200 mg/kg bb memilikiaktivitas analgetik dengan menurunkan total jumlah geliat berbedabermakna terhadap kelompok kontrol (p<0,05). Efek analgetik terbesarditunjukkan oleh ekstrak etanol daun sirih dosis 50mg/kg bb denganpersentase proteksi 64,6% dan efek analgetik sebesar 85,21%.

Kata kunci : uji aktivitas analgetik, daun sirih (Piper betle L.), Metode Siegmund

6. Pendahuluan

Nyeri merupakan gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering, walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tak mengenakkan, kebanyakan menyiksa dan karena itu berusaha untuk bebas darinya.

Pada kasus ini penggunaan analgetik sering digunakan, analgetik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum, analgetika dibedakan dalam dua kelompok yaitu analgetika yang berkhasiat kuat, bekerja pada sistem saraf pusat (hipoanalgetika “kelompok opiat”) dan analgetika yang berkhasiat lemah (sampai sedang) bekerja terutama pada perifer dengan sifat antipiretika dan kebanyakan juga mempunyai sifat antiinflamasi dan antireumatika.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam berupa aneka jenis tumbuhan serta warisan dari nenek moyang berupa kemampuan untuk meramunya menjadi obat yang bermanfaat bagi kesehatan. Tanaman obat telah terbukti dapat mengatasi berbagai macam penyakit.

Page 16: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

16

Salah satu sumber daya alam di Indonesia adalah tanaman sirih yang memiliki banyak khasiat, diantaranya untuk mengurangi produksi ASI yang berlebihan, keputihan, sifilis, alergi/biduran, diare, menghentikan pendarahan gusi, menghentikan pendarahan hidung, batuk, bau mulut, eksim, dan lain-lain.

Sirih (Piper betleL.) termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter, bentuk daunnya pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang, permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek (hijau agak kecoklatan) dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya aktivitas analgetik dari ekstrak etanol daun sirih (Piper betleL.) pada mencit jantan galur Swiss Webster.Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi lebih banyak lagi mengenai khasiat daun sirih sebagai obat analgetik.

7. Metode Penelitian

Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah daun sirih (Piper betleL.).Penyiapan bahan meliputi determinasi tumbuhan, pengumpulan daun dan pengolahan simplisia. Serbuk simplisia dimaserasi dengan etanol 70% selama 3X24 jam kemudian disaring dan ditambahkan pelarut etanol 70 %, proses maserasi dihentikan hingga didapat filtrat bening dan filtrat cair yang diperoleh dipekatkan sehingga diperoleh ekstrak kental. Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas analgetik ini adalah metode Siegmund (geliat) pada mencit jantan galur Swiss Webster. Pada metode ini yang diamati adalah jumlah geliat mencit yang diinduksi dengan asam asetat 0,7% yang diberikan secara intraperitonial dengan dosis 10mL/kg bb, geliatan dapat ditunjukkan dengan uluran atau putaran pinggang ke salah satu arah, tarikan kaki kebelakang dan perut ditekan kearah bawah/lantai, adanya beberapa geliat dianggap respon positif. Parameter yang diamati pada pengujian ini adalah penurunan jumlah geliat pada mencit yang diberi dosis sediaan uji dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok mencit jantan galur Swiss Webster, satu kelompok sebagai kelompok kontrol yang diberi tragakan 1%, satu kelompok sebagai kelompok pembanding yang diberi aspirin (asam asetilsalisilat), dan tiga kelompok diberi beberapa dosis ekstrak etanol sirih.

Data yang diperoleh dievaluasi secara statistik dengan ANAVA (analisis variasi) dan uji lanjut LSD (Least Significant Difference) untuk menilai bahwa antara

Page 17: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

17

kelompok kontrol dan kelompok uji ada perbedaan bermakna sehingga dapat disimpulkan adanya aktivitas uji obat.

8. Hasil Penelitian

Penyiapan BahanPenyiapan bahan meliputi pengumpulan bahan, determinasi bahan, dan pengolahan bahan menjadi simplisia.

Pengumpulan Bahan

Bahan yang diteliti yaitu daun sirih (Piper betleL.) diperoleh dari Desa Salamnunggal, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.

Determinasi Bahan

Bahan yang dikumpulkan untuk percobaan adalah daun sirih (Piper betleL.) yang dideterminasi di Herbarium Bandungense, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB.

Pengolahan Bahan Menjadi SimplisiaPengolahan bahan menjadi simplisia meliputi sortasi basah, pencucian pengeringan, sortasi kering, penyimpanan, dan penggilingan menjadi serbuk (5).

Sortasi basahSortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran, atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia.Berbagai macam jenis mikroba yang terbawa dapat dikurangi pada tahap sortasi basah ini (5).

PencucianPencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia.Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir.

PengeringanPengeringan terhadap daun sirih (Piper betle L.) dilakukan secara langsung setelah panen.Metode pengeringan yang dilakukan adalah dengan pengeringan tidak terkena langsung oleh sinar matahari. Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan pada

Page 18: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

18

waktu yang lebih lama, dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu bahan tumbuhan (5).

Sortasi keringSortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia (5).

PenyimpananSimplisia yang sudah kering ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri yang bersih dan sesuai dengan sifat simplisia sehingga tidak berpengaruh terhadap kandungan zat yang terdapat dalam simplisia (5).

Penggilingan menjadi bentuk serbukSimplisia yang telah kering digiling dengan menggunakan blender hingga halus dan diperkirakan tidak akan menyumbat pada proses penyaringan. Bentuk serbuk simplisia akan memudahkan proses ekstraksi karena luas permukaan akan semakin besar.

Penapisan FitokimiaPenapisan fitokimia meliputi pemeriksaan terhadap senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid.

Penapisan Fitokimia Golongan AlkaloidSerbuk simplisia sebanyak 2 gram dilembabkan dengan menambahkan 5 mL ammonia 25%, kemudian digerus dalam lumpang, kemudian campuran tersebut ditambahkan 25 mL kloroform dan digerus, campuran tersebut dilewatkan melalui kertas saring dan pereaksi Dragendorff ditambahkan pada tetesan tersebut. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna merah atau jingga pada kertas saring.Filtrat tersebut diekstraksi kembali dengan menggunakan HCl 10% dan larutan airnya dipisahkan.Pereaksi Mayer ditambahkan pada 5 mL larutan air, endapan yang terbentuk diamati dan hasil positif ditunjukkan dengan adanya endapan putih. Pereaksi Dragendorff ditambahkan pada larutan tadi dan endapan yang terjadi diamati, hasil positif ditunjukkan dengan adanya warna merah bata.Dari praktikum diperoleh hasil positif (+) untuk golongan alkaloid.

Penapisan Fitokimia Golongan FlavonoidSerbuk simplisia sebanyak 1 gram ditambah dengan 100 mL air panas dan dididihkan selama 15 menit lalu disaring, filtrat diambil sebanyak 5 mLditambah dengan serbuk magnesium dan 2 mL larutan alkohol-HCl (1:1), kemudian ditambahkan amil alkohol dan dikocok dengan kuat lalu dibiarkan

Page 19: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

19

memisah.Hasil positif ditunjukkan dengan adanya warna merah jingga atau kuning pada lapisan amil alkohol.Dari hasil praktikum diperoleh hasil positif (+) untuk golongan flavonoid.

Penapisan Fitokimia Golongan SaponinSerbuk simplisia sebanyak 1 gram ditambah 100 mL air panas dan dididihkan selama 15 menit kemudian disaring, filtrat diambil sebanyak 100 mL dalam tabung reaksi dikocok vertikal selama 10 detik dan didiamkan selama 10 menit.Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya busa yang stabil meskipun ditambah asam klorida.

Dari hasil praktikum diperoleh hasil negatif (-) untuk golongan saponin.

Penapisan Fitokimia Golongan TaninSerbuk simplisia sebanyak 1 gram ditambah 100 mL air panas dan dididihkan selama 15 menit kemudian disaring, filtrat diambil sebanyak 5 mL dalam tabung reaksi dan dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu ditambah larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan warna hijau violet pada penambahan FeCl3 1% dan endapan putih pada penambahan larutan gelatin. Untuk pemeriksaan tanin galat dan tanin katekat dilakukan dengan cara berikut :Filtrat dari serbuk simplisia ditambah dengan pereaksi Steasny, kemudian dipanaskan dalam tangas air.Hasil positif untuk tanin katekat ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah muda.Larutan dipisahkan dan dijenuhkan dengan penambahan Na-asetat dan larutan FeCl3 1%.Hasil positif untuk tanin galat ditandai dengan terbentuknya warna biru tinta atau hitam.Dari hasil praktikum diperoleh hasil positif (+) untuk golongan tanin.

Penapisan Fitokimia Golongan KuinonSerbuk simplisia sebanyak 1 gram ditambahkan 100 mL air panas dan dididihkan selama 15 menit lalu disaring.Filtrat diambil sebanyak 5 mL dan ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya larutan merah.

Jika terdapat tanin dilakukan langkah selanjutnya yaitu : serbuk sampel sebanyak 2 gram di maserasi dalam 10 mL HCl 10% selama beberapa jam. Larutan disaring dan dibagi 2, satu bagian (5 mL) diekstraksi dengan campuran eter-kloroform (2:1) kedua fase organik masing-masing dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat dan diuapkan sampai sepersepuluhnya.Kedua ekstraksi tersebut masing-masing dikocok dengan larutan NaOH 30%.Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna jingga, merah atau violet pada fase air.

Dari hasil penelitian diperoleh hasil positif (+) untuk golongan kuinon.

Page 20: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

20

Penapisan Fitokimia Golongan Steroid/TriterpenoidSerbuk simplisia sebanyak 1 gram dimaserasi dengan 25 mL eter selama 2 jam lalu disaring. Filtrat diambil sebanyak 5 mL dan diuapkan dengan menggunakan cawan uap diatas tangas air, kemudian 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat ditambahkan dalam residu. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya wrna merah, hijau, biru atau violet pada larutan.

Dari hasil praktikum diperoleh hasil positif (+) untuk golongan Steroid/Triterpenoid.

Pemeriksaan Karakteristik SimplisiaPemeriksaan karakteristik simplisia meliputi penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan susut pengeringan, kadar sari larut etanol dan penetapan kadar air.

Penetapan Kadar Abu TotalSimplisia ditimbang sebanyak 2,5 gram dan digerus, kemudian dimasukkan kedalam cawan krus dan dipijarkan hingga arangnya habis, lalu didinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak hilang, maka dilakukan penyaringan dengan kertas saring bebas abu. Sisa dan kertas saring dipijarkan pada cawan krus yang sama. Filtrat dimasukkan kedalam krus, diuapkan dan dipijarkan sampai bobotnya tetap, kemudian ditimbang.Kadar abu total dihitung dengan membagi berat abu dengan simplisia awal dan dikalikan 100% (8, 9). Sehingga diperoleh kadr abu total sebesar 1,81%.

Kadar Abu Tidak Larut AsamAbu yang diperoleh dari penetapan kadar abu dididihkan dengan HCl sebanyak 25 mL selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam di kumpulkan, lalu disaring melalui krus kaca masir, kemudian dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga bobot tetap, kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (8,9). Dari hasil perhitungan diperoleh kadar abu tidak larut asam sebesar 14,3%.

Penetapan Susut Pengeringan Simplisia ditimbangsebanyak 2 gram, kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah dipanaskan selama 30 menit dan sudah ditara. Simplisia diratakan hingga membentuk lapisan hingga setebal 5 mm sampai 10 mm, kemudian dimasukkan kedalam oven pengering dengan tutup tebuka lalu dikeringkan beserta tutupnya pada suhu 105ο C hingga bobot tetap. Cawan segera ditutup apabila oven pengering dibuka, kemudian cawan dimasukkan kedalam desikator dan dibiarkan mendingin.Kadarnya dihitung terhadap bobot

Page 21: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

21

awal simplisia (8). Dari hasil perhitungan diperoleh kadar susut pengeringan sebesar 15%.

Kadar Sari Larut EtanolSerbuk simplisia dikeringkan terlebih dahulu di udara. Sejumlah 5 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan etanol 70% selama 24 jam dengan menggunakan labu bersumbat sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama dibiarkan selama 18 jam. Setelah 24 jam kemudian disaring dengan menghindarkan penguapan etanol (70%), 20 mL filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal dasar rata yang sudah ditara, kemudian sisanya dipanaskan pada suhu 105ο C hingga bobot tetap. Kemudian dihitung kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol (70%), kadarnya dihitung teradap bobot yang sudahdikeringkan. Dari hasil perhitungan diperoleh kadar sari larut etanol sebesar 9%.

Penetapan Kadar AirPenentuan kadar air dilakukan dengan cara destilasi, yaitu dengan cara memasukkan sejumlah sampel uji yang ditimbang seksama yang diperkirakan mengandung 2 sampai 4 mL air. Kemudian dimasukkan sejumlah 200 mLtoluen kedalam labu yang berisi sampel uji kemudian dididihkan sampai toluen mendidih.Kemudian dilakukan penyulingan dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes perdetik pada awal penyulingan dan dinaikan menjadi 4 tetes per detik.Penyulingan dihentikan saat seluruh air telah tersuling, maka dilakukan kembali penyulingan selama 5 menit. Setelah air dan toluen pada tabung penerima memisah, maka dilakukan perhitungan kadar air dengan cara menghitug volume air terhadap volume total dalam persen (8). Dari hasil perhitungan diperoleh kadar air sebesar 10%.

Pembuatan Ekstrak Etanol Daun SirihEkstraksi daun sirih (Piper betleL.) dilakukan dengan cara maserasi, sebanyak 200 gram serbuk daun sirih dimaserasi dengan pelarut etanol 70% selama 3X24 jam kemudian disaring dan ditambahkan pelarut etanol 70%. Proses maserasi dihentikan hingga didapat filtrat bening dan filtrat cair yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap vakum putar sehingga didapat ekstrak kental.

Penyiapan Hewan PercobaanHewan percobaan yang digunakan adalah mencit galur Swiss Webster dengan bobot badan 20-30 gram, yang berumur 6-8 minggu.Hewan yang diperoleh diaklimatisasi di Laboratorium Farmasi Universitas Garut selama beberapa hari sebelum dilakukan percobaan. Kemudian dilakukan pengujian pendahuluan pada hewan percobaan untuk melihat adanya efek geliat pada hewan percobaan setelah diinduksi asam asetat 0,7% jika hewan menunjukkan geliatan

Page 22: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

22

lebih dari dua kali selama 5 menit maka hewan tersebut dapat digunakan untuk pengujian aktivitas analgetik ekstrak etanol daun sirih (Piper betleL.).

Pengujian Efek Analgetik dengan Metode SiegmundUji efek analgetik dengan metode Siegmund didasarkan pada kemampuan zat uji dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi dengan asam asetat.

Hewan percobaan dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit yang sebelumnya dipuasakan dari makanan selama 16 jam. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol diberi tragakan 1%, kelompok kedua yaitu kelompok pembanding diberi aspirin 65 mg/kg bb, kelompok ketiga yaitu kelompok uji 1 diberi ekstrak etanol daun sirih 50 mg/kg bb, kelompok keempat yaitu kelompok uji 2 diberi ekstrak etanol daun sirih 100 mg/kg bb, dan kelima kelompok uji 3 diberi ekstrak etanol daun sirih 200mg/kg bb, 30 menit kemudian diberi penginduksi rasa nyeri yaitu dengn asam asetat 0,7% dengan dosis 10 mL/kg bb secara intraperitonial. Jumlah geliatan hewan diamati dan dicatat setiap 5 menit selama 60 menit.

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) dan uji lanjut perbandingan ganda yaitu LSD.

Daya proteksi zat uji terhadap rasa nyeri dan efektivitas analgetik dihitung dengan rumus:

% Proteksi = 1− 100%% Efektivitas Analgetik = %% 100%

Pembuatan Sediaan Uji Ekstrak Etanol Daun SirihDosis Uji 1 50 mg/kg bb

Mencit 20 gram = 50 mg = 1 mg/kg bb Volume pemberian untuk 20 gram mencit = 0,5 mL Konsentrasi sediaan uji = , = 2 mg/mL

Ekstrak etanol daun sirih yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan uji dengan volum 5 mL adalah 2 mg/mL x 5 mL = 10 mg

Page 23: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

23

Dosis Uji 2 100 mg/kg bb

Mencit 20 gram = x 100 = 2 mg/kg bb Volume pemberian untuk 20 gram mencit = 0,5 mL Kosentrasi sediaan uji = , = 4 mg/mL

Ekstrak etanol daun sirih yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan uji dengan volume 5 mL adalah 4mg/mL x 5 mL = 20 mg

Dosis uji 3 200 mg/kg bb

Mencit 20 gram = x 200 =4 mg/kg bb Volume pemberian untuk 20 gram mencit = 0,5 Konsentrasi sediaan uji = , = 8 mg/mL

Ekstrak etanol daun sirih yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan uji dengan volume 5 ml adalah 8mg/mL x 5 mL = 40 mg

Dosis Asetosal 500mg/70kg bb

Mencit 20 gram = 0,0026 x 500mg= 1,3 mg/20g bb

Volume pemberian untuk 20 g mencit = 0,5 mL

Konsentrasi sediaan uji = ,, = 2,6 mg /mL

Asetosal yang dibutuhkan untuk pmbuatan sediaan uji dengan volume 5 mL adalah 2,6mg / mL x 5 mL = 13 mg

9. Pembahasan

Pada penelitian ini digunakan daun sirih (Piper betle L) diperoleh dari Kecamatan Leles Kabupaten Garut sebagai tanaman uji.Tanaman yang digunakan pada penelitian ini dideterminasi terlebih dahulu di Herbarium Bandungense, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB Bandung. Hasil determinasi tanaman menunjukkan bahwa daun sirih termasuk ke dalam; divisi Magnoliophyta; kelas Magnoliopsida (Dicots); anak kelas Magnoliidae; bangsa Piperales; familia Piperaceae; species Piper betle (L); sinonim Chavia betle C. DC.& Koord.

Pengolahan bahan daun sirih menjadi simplisia, meliputi sortasi basah yang bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lain;

Page 24: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

24

pencucian bertujuan untuk menghilangkan pengotor lain yang melekat pada bahan simplisia; perajangan bertujuan untuk mempermudah proses pengeringan; pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan lemari pengering bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak; sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing; penyimpanan dan penggilingan menjadi serbuk dengan menggunakan blender.

Hasil penapisan fitokimia terhadap serbuk kering daun sirih menunjukkan bahwa daun sirih mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, kuinon dan steroid/triterpenoid.

Tabel 4.1Hasil Penapisan Fitokimia Simplisia Daun Sirih (Piper betle L.)

No. Pemeriksaan Hasil pengamatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Alkaloid

Flavonoid

Saponin

Tanin

Kuinon

Steroid/triterpenoid

+

+

-

+

+

+

Keterangan : (-) = Tidak terdeteksi (+) = Terdeteksi

Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia daun sirih,diperoleh kadar air 10%; kadar abu larut air 9%, kadar abu tidak larut asam 14,3%; kadar sari larut air 15%; kadar sari larut etanol 9% dan susut pengeringan 15%. Berdasarkan hasil tersebut untuk kadar air simplisia dinyatakan memenuhi persyaratan dari standar umum simplisia yaitu tidak kurang dari 10%. Berdasarkan Farmakope Herbal Indonesia (FHI) tahun 2010, untuk simplisia daun sirih kadar abu total yaitu tidak lebih dari 3,7%; kadar abu tidak larut asam yaitu tidak lebih dari 1,1%; kadar sari larut air yaitu tidak kurang dari 14,4%; kadar sari larut etanol yaitu tidak kurang dari 8,1%; dan susut pengeringan tidak lebih dari 10% (13). Pada kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol memenuhi persyaratan dari Farmakope Herbal Indonesia (FHI) 2010. Tetapi untuk kadar abu tidak larut

Page 25: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

25

asam tidak memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 1,1% (14,3%) kemungkinan hal ini terjadi karena masih banyaknya logam dan zat organik dalam simplisia, susut pengeringan tidak memenuhi persyaratan yaitu tidak kurang dari 10% (15%), kemungkinan besar hal ini terjadi karena adanya senyawa lain yang menguap selain air seperti minyak atsiri.

Tabel 4.2Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Daun Sirih (Piper betle L.)

No. Pemeriksaan Kadar (%) Standar % (FHI)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Kadar abu total

Kadar abu larut air

Kadar abu tidak larut asam

Kadar sari larut air

Kadar sari larut etanol

Kadar air

Kadar susut pengeringan

1,81

9

14,3

15

9

10

15

Tidak lebih dari 3,7

-

Tidak lebih dari 1,1

Tidak kurang dari 14,4

Tidak kurang dari 8,1

Tidak lebih dari 10*

Tidak lebih dari 10

Keterangan : * = Standar umum kadar air simplisia (14)

Sebanyak 200 gram serbuk daun sirih dimaserasi dengan pelarut etanol 70%selama 3X24 jam kemudian disaring. Pembuatan ekstrak dengan cara maserasi dilakukan untuk menjaga supaya zat aktif yang terdapat didalam tanaman tidak terurai atau rusak selama proses ekstraksi. Ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70%. Proses maserasi dihentikan apabila sudah didapat filtrat bening. Selanjutnya hasil maserasi yang didapat dipekatkan dengan alat penguap vakum putar (evaporator) sehingga didapat ekstrak kental sebanyak 22,3 g dengan rendemen ekstrak sebanyak 11,15%.

Pengujian aktivitas analgetik menggunakan metode Siegmund (geliat), dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun sirih dalam menghambat rasa nyeri pada mencit jantan yang diinduksi oleh asam asetat 0,7% dimana parameter yang diamati adalah adanya penurunan jumlah geliat pada mencit yang diberi dosis sediaan uji dibandingkan kelompok kontrol, dimana cirri-ciri geliat ditunjukkan dengan putaran pinggang kesalah satu arah, uluran, tarikan kaki ke arah belakang dan pada perut mencit ditekan ke arah lantai.

Page 26: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

26

Obat pembanding pada penelitian ini menggunakan aspirin dosis 65 mg/kg bb.Asam asetilsalisilat yang dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgetik (penahan rasa sakit atau nyeri), antipiretik (demam), antiinflamasi (peradangan) yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas.Mekanisme kerja dari aspirin yaitu menginhibisi enzim siklooksigenase, sehingga sintesa prostaglandin dihambat. Prostaglandin yaitu hormon yang mempunyai berbagai efek didalam tubuh termasuk proses penghantaranrangsangan sakit ke otak dan masuk ke hipotalamus sehingga merupakan mediator inflamasi dan nyeri (15). Pemberian aspirin pada mencit jantan dengan dosis 65 mg/kg bb menunjukkan efek analgetik dilihat dari penurunan rata-rata jumlah geliat dan penurunan jumlah geliat berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,05) dengan presentase proteksi 76,8%. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini valid.

Selanjutnya pengujian aktivitas analgetik dari ekstrak etanol daun sirih dilakukan dengan dosis uji 50, 100, dan 200 mg/kgbb. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih dosis 50, 100, dan 200 mg/kg bb memiliki aktivitas analgetik dengan menurunkan total jumlah geliat berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). Pada dosis 50 mg/kg bb menunjukkan jumlah geliat berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05) pada menit ke 5 sampai ke menit 60; dosis 100 mg/kg bb menunjukkan jumlah geliat berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05) pada menit ke 5, 15, 40, 50, 55, dan 60. Pada dosis 200 mg/kg bb menunjukkan jumlah geliat berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05) pada menit ke 5 sampai 60.

Ekstrak etanol daun sirih dosis 50, 100, dan 200 mg/kg bb menunjukkan total persentase proteksi yaitu 64,6%; 36,4% dan 53,1%; dengan efektivitas analgetik yaitu 85,21%, 48,00%, dan 70,64%. Aktivitas analgesik terbesar ditunjukkan oleh ekstrak etanol daun sirih dosis 50 mg/kg bb dengan persentase proteksi 64,6% dan efektivitas analgesik 85,21%.

Page 27: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

27

Gambar 4.1 Rata-rata jumlah geliat mencit

Keterangan : Kontrol = Tragakan 1%

Pembanding = Aspirin (65mg/kgbb)EDS 1 = Ekstrak etanol daun sirih dosis 50mg/kg bbEDS 2 = Ekstrak etanol daun sirih dosis 100mg/kg bbEDS 3 = Ekstrak etanol daun sirih dosis 200mg/kg bb

10. Kesimpulan

Hasil penelitian pengujian aktivitas analgetik ekstrak etanol daun sirih pada mencit galur Swiss Webster dengan metode Siegmund (geliat) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih dosis 50, 100, 200 mg/kg bb memiliki aktivitas analgetik dengan menurunkan total jumlah geliat berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol (p<0,05). Efek analgetik terbesar ditunjukkan oleh ekstrak etanol daun sirih dosis 50 mg/kg bb dengan persentase proteksi 64,6% dan efektivitas analgetik sebesar 85,21%

11. Daftar Pustaka

Mutchler, Ernst, 1991, Dinamika Obat, Edisi V, Terjemahan Widianto, BM., dan Ranti, S.A, Penerbit ITB, Bandung.177-208.

Thomas,A.N.S., 1989, Tanaman Obat Tradisional, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

0

5

10

15

20

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Jum

lah

gelia

t men

cit(

kali)

Waktu pengamatan(menit)

Kontrol

PembandingEDS 1

Page 28: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

28

Budi Yanto, 2013, Klasifikasi Sirih,www.biologionline.info/2013/06/klasifikasi-sirih.html, Diakses tanggal 12 Januari 2014 jam 12.00.

Muhlisah, Fauziah, 2008, Tanaman Obat Keluarga, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Hena Intan Hapitri, 2012, Uji Efek Analgetik Ekstrak N-Heksan Sirih Merah (Piper ef.fragile Benth.) Pada Mencit Galur Swiss Webster Dengan Metode Siegmund, Proposal Jurusan Farmasi, UNIGA, Garut.

Tjay H. dan K. Raharja., 2002, Obat-obat Penting Khasiat dan Penggunaannya, ed.5, pt. Alex Media Komputerindo Kelompok Gramedia, Jakarta, 295-301.

Yuliana Dewi Prasetianingsih,2011, Uji Efek Analgetik Ekstrak Etanol Daun Dewa (Gynura pseudochina (L.)DC.) Pada Mencit Putih (Mus muscullus L.) Jantan, Skripsi, Jurusan Farmasi, FMIFA, UNIGA, Garut.Dit.Jen.BPOM, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid II, Depkes RI, Jakarta, 150-168.

Dit.Jen. BPOM, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Depkes RI, Jakarta, 155-159.

Dit.Jen.BPOM., 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, DepKes RI, Jakarta,1001-1018.

Yusrizal, 2012, Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Masase Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Pasca Apendiktomi diruangan Bedah RSUD Dr.M.Zein Painan Tahun 2012, Penelitian, Fakultas Keperawatan, Universitas Andalas, Padang.

Hidayatullah Dan Subakti, Aplikasi Sistem Pakar Untuk Diagnosis Kesehatan Secara Mandiri Menggunakan Variable-Centered Intelligent Rule System, Skripsi, Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya

Dit.Jen. BPOM, 2010, Suplemen I Farmakope Herbal Indoneia, Depkes RI, Jakarta, 106-107.

Page 29: UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL HERBA …

29

World Health Organization, 1998, Quality Control methods for Medical Plant Materials, 45.

Gan, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.