Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning...

80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana ) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acne) SKRIPSI FARADHILA NUR SARASWATI NIM : 1111102000038 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA OKTOBER 2015

Transcript of Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning...

Page 1: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah

Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana ) Terhadap

Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acne)

SKRIPSI

FARADHILA NUR SARASWATI

NIM : 1111102000038

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

OKTOBER 2015

Page 2: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah

Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana ) Terhadap

Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acne)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi

FARADHILA NUR SARASWATI

NIM : 1111102000038

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

OKTOBER 2015

Page 3: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Faradhila Nur Saraswati

NIM : 1111102000038

Tanda tangan :

Tanggal : 16 Oktober 2015

Page 4: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,
Page 5: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,
Page 6: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

vi

ABSTRAK

Jerawat merupakan penyakit kulit yang biasa muncul pada wajah, leher, dada, dan

punggung. Jerawat disebabkan oleh aktivitas kelenjar minyak yang berlebihan dan

diperburuk oleh infeksi bakteri. Kulit pisang kepok (Musa balbisiana) merupakan

limbah dari produk olahan pisang kepok (Musa balbisiana) yang biasanya tidak

dimanfaatkan. Di Indonesia, kulit pisang dipercaya dapat digunakan untuk

melembutkan, mencegah jerawat, dan mengencangkan kulit. Kulit pisang kepok

(Musa balbisiana) mengandung alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin yang

mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan kulit pisang kepok (Musa balbisiana) yang diekstraksi

dengan etanol 96% sebagai agen antibakteri, khususnya terhadap bakteri

penyebab jerawat (Staphylococcus epidermidis ATCC 12228, Staphylococcus

aureus ATCC 25923, dan Propionibacterium acne ATCC 11827). Metode difusi

cakram digunakan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol 96%

limbah kulit pisang kepok (Musa balbisiana). Klindamisin sebagai kontrol positif

digunakan untuk menjadi pembanding aktivitas antibateri. Kulit pisang kepok

(Musa balbisiana) yang diekstraksi dengan etanol 96% menunjukan adanya

aktivitas antibakteri terhadap ketiga bakteri uji penyebab jerawat (Staphylococcus

epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acne). Aktivitas

antibakteri paling tinggi dari kulit pisang kepok (Musa balbisiana) yang

diekstraksi dengan etanol 96%, terjadi pada konsentrasi 100.000 ppm. Diameter

zona hambat dari bakteri Propionibacterium acne, Staphylococcus aureus, dan

Staphylococcus epidermidis sebesar 12,8 mm,12,4 mm, dan 10,2 mm.

Kata kunci : Kulit Pisang (Musa balbisiana), jerawat, antibakteri, difusi cakram

Nama : Faradhila Nur Saraswati

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol 96% Limbah

Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana) Terhadap

Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acne)

Page 7: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

vii

ABSTRACT

Acne is a skin disease that usually appears on the face, neck, chest, and back.

Acne is caused by excessive oil gland activity and aggravated by a bacterial

infection. Kepok banana peel (Musa balbisiana) is a waste of kepok banana

products (Musa balbisiana) which is normally not used. In Indonesia, banana peel

is believed to be used to soften, tighten, and prevent acne skin. Kepok banana peel

(Musa balbisiana) contain alkaloids, flavonoids, saponins and tannins that able to

inhibit the growth of bacteria. This study was conducted to determine the ability

of kepok banana peel (Musa balbisiana) that was extracted with etanol 96% as an

antibacterial agent, especially against strain of acne-causing bacteria

(Staphylococcus epidermidis ATCC 12228, Staphylococcus aureus ATCC 25923,

and Propionibacterium acne ATCC 11827). Disc diffusion method was used to

determine the antibacterial activity of kepok banana peel (Musa balbisiana).

Clindamycin as control positive was used as comparison of the antibacterial

activity. The result showed kepok banana peel (Musa balbisiana) that was

extracted with 96% etanol had antibacterial activity against the three acne-causing

bacteria (Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus and

Propionibacterium acne). The Best antibacterial activity of kepok banana peel

(Musa balbisiana) that was extracted with 96% etanoloccurred in concentration

100.000 ppm. The diameter of inhibition zone of Propionibacterium acne,

Staphylococcus aureus, and Staphylococcus epidermidis were 12.8 mm, 12.4 mm,

and 10.2 mm.

Key Words: Banana Peel (Musa balbisiana), Acne, Antibacteria, Disc Diffusion

Name : Faradhila Nur Saraswati

Department : Farmasi

Title : Antibacterial Activity Test of 96% Ethanol Extract Peel

of Yellow Kepok Banana (Musa balbisiana) Against Strain

of Acne-Causing Bacteria (Staphylococcus epidermidis,

Staphylococcus aureus, and Propionibacterium acne)

Page 8: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur selalu terpanjatkan atas

kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada keharibaan junjungan Nabi

Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga

hari akhir zaman.

Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol 96%

Limbah Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana ) Terhadap Bakteri

Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan

Propionibacterium acne)” ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

menempuh ujian akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program

Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari

begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya,

mendidik dan membimbing, memberikan secercah harapan, dan mendoakan yang

terbaik kepada penulis. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan

penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ibu Eka Putri, M.Si., Apt dan Ibu Puteri Amelia, M. Farm., Apt selaku

pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan

bimbingan, motivasi, petunjuk, serta dorongan bagi penulis dari awal

hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Saiful Bahri., M.Si selaku dosen mikrobiologi yang telah

memberikan saran serta masukan kepada penulis.

Page 9: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

ix

3. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M. Kes. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Yardi, Ph. D., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan

berkah dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Aamiin.

6. Ibunda tercinta Retnowati dan ayahanda M. Muhadi yang selalu

memberikan cinta dan kasih sayang, semangat, dukungan, doa, dan

nasihatnya agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Adik tersayang Tieneke Rachmawati yang tiada henti memberikan suport

dan doa agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk orang spesial Yogie Tri Pratama yang memberikan waktu dan

tenaganya selama penulis menjalankan penelitian, serta untuk dukungan

dan doa yang diberikan.

9. Adit, Ambar, Ana, Askandari, Elsa, Fattah, Khaerunisa, Miyadah, dan

Niekha sebagai teman yang seperjuangan yang selalu memberikan

semangat, dukungan, dan kebersamaan selama kuliah di farmasi ini dan

semoga terus berlanjut hingga seterusnya.

10. Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011“Effervescence” yang

selalu memberikan warna baru dalam hidup penulis, kebersamaan yang

begitu indah, dan ilmu tentang hidup dan kehidupan yang begitu berharga.

11. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

bantuan dan dukungannya kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan. Maka dari itu,

dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini.

Page 10: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

x

Jakarta, 10 Oktober 2015

Penulis

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Faradhila Nur Saraswati

NIM : 1111102000038

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis karya : Skripsi

demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,

dengan judul :

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96% LIMBAH

KULIT PISANG KEPOK KUNING (Musa balbisiana) TERHADAP

BAKTERI PENYEBAB JERAWAT (Staphylococcus epidermidis,

Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acne)

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : 16 Oktober 2015

Yang menyatakan,

Page 11: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

xi

(Faradhila Nur Saraswati)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...........................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5

2.1 Pisang Kepok (Musa balbisiana L.) ............................................ 5

2.1.1 Klasifikasi Pisang Kepok ................................................. 6

2.1.2 Kandungan Kimia ............................................................ 7

2.1.3 Kegunaan ......................................................................... 8

2.2 Ekstrak ......................................................................................... 9

2.2.1 Pengertian Ekstraksi ....................................................... 9

2.2.1.1 Ekstraksi Cara Dingin ....................................... 10

2.2.1.2 Ekstraksi Cara Panas .......................................... 11

Page 12: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

xii

2.3 Pelarut ....................................................................................... 12

2.3.1 Alkohol .......................................................................... 12

2.4 Vacum Rotary Evaporator ......................................................... 13

2.5 Bakteri ....................................................................................... 13

2.5.1 Penggunaan Istilah Nomenklatur dan Klasifikasi.......... 13

2.5.2 Bentuk Bakteri ............................................................... 13

2.5.3 Struktur Tubuh Bakteri .................................................. 14

2.5.4 Ukuran Bakteri........................................................... ....15

2.5.5 Susunan Kimia Bakteri .................................................. 15

2.5.6 Cara Memperbanyak Bakteri ......................................... 15

2.5.7 Fase Pertumbuhan Bakteri ............................................. 16

2.6 Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif ................................... 17

2.7 Jerawat dan Bakteri Penyebab Jerawat ...................................... 18

2.7.1 Bakteri Staphylococcus epidermidis .............................. 20

2.7.2 Bakteri Staphylococcus aureus ...................................... 21

2.7.3 Bakteri Propionibacterium acne................................... 22

2.7.4 Penentuan Aktivitas Antimikroba.................................. 24

2.7.5 Pengukuran Zona Hambat ............................................. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 27

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 27

3.2 Alat dan Bahan .......................................................................... 27

3.2.1 Alat ................................................................................ 27

3.2.2 Sampel Tumbuhan ........................................................ 27

3.2.3 Bahan Kimia .................................................................. 28

3.2.4 Bakteri yang Digunakan ................................................ 28

3.3 Metode Penelitian ...................................................................... 28

3.3.1 Penyiapan Sampel .......................................................... 28

3.3.2 Ekstraksi Limbah Kulit Pisang Kepok .......................... 29

3.3.3 Karakterisasi Ekstrak ..................................................... 29

3.3.4 Skrining Fitokimia ......................................................... 30

3.4 Uji Aktivitas Antimikroba.......................................................... 31

Page 13: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

xiii

3.4.1 Sterilisasi Alat ............................................................... 31

3.4.2 Peremajaan Bakteri ........................................................ 32

3.4.3 Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram ............... 33

3.4.4 Pembuatan Kurva Pertumbuhan .................................... 33

3.4.5 Pembuatan Suspensi Bakteri Uji ................................... 34

3.4.6 Pelaksanaan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Limbah

Kulit Pisang Kepok ....................................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 36

4.1 Pemeriksaan Sampel .................................................................. 36

4.2 Penyiapan Sampel ..................................................................... 36

4.3 Ekstraksi Limbah Kulit Pisang Kepok ...................................... 37

4.4 Karakterisasi Ekstrak ................................................................. 38

4.5 Skrining Fitokimia ..................................................................... 39

4.6 Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram ........................... 41

4.7 Pembuatan Kurva Pertumbuhan ................................................ 42

4.8 Uji Aktivitas Antibakteri ........................................................... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 49

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 49

5.2 Saran .......................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 50

LAMPIRAN ..................................................................................................... 57

Page 14: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Uji Skrining Fitokimia ............................................................ 40

Tabel 2. Hasil Kurva Pertumbuhan ................................................................ 44

Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri ......................................................... 46

Page 15: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pisang Kepok (Musa balbisiana) ..................................................... 7

Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Mikroba ......................................................... 17

Gambar 3. Perhitungan Diameter Zona Hambat Antibakteri ........................... 26

Gambar 4. Hasil Pewarnaan Gram ................................................................... 42

Gambar 5. Kurva Pertumbuhan Bakteri ........................................................... 44

Gambar 6. Hasil uji aktivitas antibakteri.......................................................... 47

Gambar 7. Hasil uji aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus ........... 63

Gambar 8. Hasil uji aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis ... 64

Gambar 9. Hasil uji aktivitas terhadap bakteri Propionibacterium acne ......... 64

Page 16: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

xvi

DATAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penyiapan Sampel ..................................................................... 57

Lampiran 2. Hasil Determinasi Tanaman Pisang Kepok ............................... 58

Lampiran 3. Pembuatan Ekstrak Limbah Kulit Pisang Kepok ...................... 59

Lampiran 4. Proses Maserasi ......................................................................... 60

Lampiran 5. Hasil Perhitungan Rendemen .................................................... 60

Lampiran 6. Perhitungan Persentase Kadar Air Ekstrak ................................ 60

Lampiran 7. Perhitungan Pengenceran Konsetrasi dari Larutan Induk ......... 61

Lampiran 8. Uji Aktivitas Antimikroba ........................................................ 63

Lampiran 9. Hasil Uji Aktivitas Antimikroba ............................................... 63

Page 17: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jerawat merupakan penyakit pada permukaan kulit wajah, leher, dada,

dan punggung yang muncul pada saat kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif

sehingga pori-pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak yang berlebihan.

Jika timbunan itu bercampur dengan keringat, debu dan kotoran lain, maka

akan menyebabkan timbunan lemak dengan bintik hitam di atasnya yang

disebut komedo. Jika pada komedo itu terdapat infeksi bakteri, maka terjadilah

peradangan yang dikenal dengan jerawat yang ukurannya bervariasi mulai dari

ukuran kecil sampai ukuran besar serta berwarna merah, kadang-kadang

bernanah serta menimbulkan rasa nyeri (Djajadisastra, 2009).

Bakteri yang umum menginfeksi jerawat adalah Staphylococcus

epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acnes.

Pengobatan jerawat di klinik kulit biasanya menggunakan antibiotik yang

dapat menghambat inflamasi dan membunuh bakteri, contohnya tetrasiklin,

eritromisin, doksisiklin, dan klindamisin. Selain dari itu sering juga digunakan

benzoil peroksida, asam azelat dan retinoid, namun obat-obat ini memiliki

efek samping dalam penggunaannya sebagai anti jerawat antara lain iritasi,

sementara penggunaan antibiotika jangka panjang selain dapat menimbulkan

resistensi juga dapat menimbulkan kerusakan organ dan

imunohipersensitivitas (Djajadisastra, 2009).

Masalah yang timbul akibat peggunaan antibiotik, maka dicari

alternatif lain dalam mengobati jerawat yaitu dengan menggunakan bahan-

bahan dari alam, dengan harapan dapat meminimalkan efek samping yang

tidak diinginkan seperti yang terjadi pada pengobatan jerawat dengan

antibiotik atau zat-zat aktif lain (Djajadisastra, 2009).

Pada masyarakat Indonesia, kulit pisang sering digunakan sebagai

masker. Masyarakat percaya bahwa masker kulit pisang dapat melembutkan,

mencegah jerawat, dan mengencangkan kulit. Banyak artikel kecantikan yang

Page 18: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memuat tentang informasi manfaat kulit pisang bagi kecantikan. Salah satunya

yaitu sebagai anti jerawat (Dewi, 2009).

Pemanfaatan buah pisang menyisakan limbah kulit pisang, yang belum

dimanfaatkan secara optimal. Salah satu produk olahan pisang adalah keripik

pisang dan pisang goreng. Produk samping pedagang keripik pisang dan

pisang goreng adalah limbah kulit pisang.

Tanaman pisang memiliki banyak kandungan senyawa aktif (metabolit

sekunder) yang berperan sebagai senyawa antimikroba dan agen kemoterapi.

Pada ekstrak bonggol pisang ambon kuning memiliki kandungan metabolit

sekunder senyawa fenol seperti saponin dalam jumlah yang banyak, glikosida

dan tanin (Soesanto dan Ruth, 2009). Organ pelepah pisang memiliki

kandungan metabolit sekunder saponin dalam jumlah banyak, flavonoid dan

tanin (Priosoeryanto et al., 2006). Organ jantung pisang mengandung alkaloid,

saponin, tanin, flavonoid, dan fenol (Mahmod et al., 2011 dalam Ningsih,

2013). Buah pisang pada umumnya mengandung alkaloid, terpenoid, sterol,

dan flavonoid (Rastogi dan Mehrota, 1999 dalam Ningsih, 2013).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zainab et al.,

(2013) dalam Fadhilah (2014), komponen fitokimia dari kulit pisang adalah

tanin dan kuinon yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Komponen

lainnya juga dijelaskan oleh Subrata et al. (2011) dalam Fadhilah (2014) yaitu

alkaloid, flavonoid, dan saponin.

Kulit buah pisang masak yang berwarna kuning kaya akan senyawa

flavonoid, maupun senyawa fenolik, disamping itu kulit buah pisang banyak

mengandung karbohidrat, mineral seperti kalium dan natrium, serta selulosa.

Flavonoid dan senyawa fenolik merupakan senyawa bioaktif yang

menunjukkan berbagai aktivitas yang berguna, seperti antioksidan,

antidermatosis, kemopreventif, antikanker, maupun antiviral. Senyawa

flavonoid dan senyawa fenolik lainnya yang ada pada kulit pisang perlu

diidentifikasi dan diuji aktivitasnya, sehingga dapat meningkatkan

pemanfaatan limbah kulit buah pisang lebih optimal (Sri Atun, et al., 2007).

Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa kandungan kulit pisang

adalah katekulamin, serotonin dan depamin (Waalkes, et al., 1958),

Page 19: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

karbohidrat (Anwange, 2008), saponin, tannin, alkaloid, indol alkaloid,

flavanoid, phylobattanin, antrakuinon dan kuinon (Salau, et al., 2010). Kulit

pisang kepok kuning (Musa balbisiana) mengandung alkaloid, flavonoid,

saponin dan tanin yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri (Musalam,

2001).

Penelitian aktivitas antimikroba dari limbah kulit pisang kepok kuning

(Musa balbisiana) sebagai antibakteri, sejauh ini belum dilaporkan, sehingga

perlu dilakukan penelitian. Pada penelitian ini, limbah kulit pisang kepok

kuning akan diekstraksi dengan etanol 96%, kemudian ekstraknya akan

diujikan kepada bakteri penyebab jerawat (Staphylococcus aureus,

Staphylococcus epidermidis, dan Propionibacterium acnes), sehingga dapat

diketahui aktivitas antimikrobanya (Dewi, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dan belum adanya laporan mengenai uji

aktivitas antimikroba, maka perlu dilakukan penelitian uji aktivitas

antimikroba ekstrak etanol 96% limbah kulit pisang kepok kuning (Musa

balisiana) terhadap bakteri penyebab jerawat (Staphylococcus epidermidis,

Staphylococcus aureus, Propionibacterium acne).

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba

dari ekstrak etanol 96% limbah kulit pisang kepok kuning (Musa

balisiana).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk memperoleh aktivitas antimikroba ekstrak etanol 96% limbah kulit

pisang kepok kuning yang aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus,

Staphylococcus epidermidis, dan Propionibacterium acnes.

2. Untuk memperoleh nilai konsentrasi ekstrak etanol 96% limbah kulit

pisang kepok yang aktif terhadap bakteri penyebab jerawat

(Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan

Propionibacterium acnes).

Page 20: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini akan menambah khasanah ilmu

pengetahuan tentang aktivitas antimikroba dari ekstrak etanol 96% limbah

kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana) terhadap bakteri penyebab

jerawat yang nantinya akan memberikan manfaat terhadap pembuatan obat

baru.

1.4.2 Secara metodologi

Secara metodologi penelitian ini menggunakan ekstrak etanol 96%

limbah kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana) sebagai agen

antimikroba terhadap bakteri penyebab jerawat dan dapat digunakan pada

penelitian selanjutnya untuk uji aktivitas lainnya.

1.4.3 Secara aplikatif

Secara aplikatif hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan

dalam usaha mendapatkan sumber obat baru yang bermanfat bagi ilmu

pengetahuan sebagai wujud pemanfaatan sumber daya alam.

Page 21: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana)

Pisang kepok adalah pisang kultivar hidrida triploid yang berasal dari

Filipina. Pisang kepok adalah salah satu varietas pisang yang paling penting

dalam masakan Filipina. Pisang ini juga kadang-kadang dikenal sebagai

pisang Cardaba, kultivar yang sangat mirip juga diklasifikasikan dalam

subkelompok Saba (Munadjim, 1988).

Pisang kepok memiliki ukuran yang sangat besar, batangnya kuat yang

dapat mencapai ketinggian 20 sampai 30 kaki (6,1-9,1m). Batang bisa

mencapai diameter 0,91m. Batang dan daun berwarna biru-hijau. Seperti

semua pisang, masing-masing bunga menghasilkan buah hanya sekali sebelum

mati (Munadjim, 1988).

Buah pisang yang siap panen adalah 150-180 hari setelah berbunga,

lebih lama dari varietas pisang lainnya. Setiap tanaman memiliki berat 26-38

kg pertandan. Biasanya ada 16 tangan pertandan, dengan masing-masing sisir

memiliki 12 sampai 20 buah (Munadjim, 1988).

Pisang kepok tumbuh baik dengan pengairan baik di tanah yang subur

dengan paparan sinar matahari penuh. Pisang kepok mewarisi sebagian besar

karakteristik Musa balbisiana, membuat sifat pisang kepok toleran terhadap

tanah kering dan kondisi dingin dari daerah beriklim sedang. Pisang kepok

membutuhkan curah hujan minimum dan dapat bertahan musim kemarau

panjang selama irigasi yang memadai disediakan. Buah-buah pisang kepok

mungkin tidak matang dalam kondisi seperti itu. Pisang kepok juga memiliki

ketahanan yang baik terhadap Sigatoka penyakit bercak daun (Munadjim,

1988).

Panjang buah 8-13 cm dan diameternya 2,5-5,5 cm. Tergantung pada

kematangan tersebut, buah yang khas persegi dan bersudut. Dagingnya

berwarna putih dan mengandung zat tepung. Pisang kepok biasanya dipanen

saat masih hijau setelah 150-180 hari setelah penanaman, terutama jika

mereka harus diangkut jarak jauh (Munadjim, 1988).

Page 22: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pisang kepok kuning (Musa balbisiana) termasuk dalam klon pisang

dari kelompok triploid. Berdasarkan klasifikasi taksonomi pisang kepok

kuning ini termasuk ke dalam famili Musaceae yang berasal dari India

Selatan. Pisang kepok bisa dimakan dalam keadaaan segar, tetapi bisa juga

untuk diolah lebih lanjut menjadi hasil olahan. Pisang kepok merupakan

komoditi pertanian yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena sifat dan

kegunaannya itu, sehingga banyak digunakan oleh seluruh pelosok kepulauan

Indonesia (SNI, 1998).

2.1.1 Klasifikasi Pisang Kepok

Pisang kepok (Musa balbisiana), diklasifikasikan menjadi dua

jenis, yaitu pisang kepok kuning dan pisang kepok putih. Secara kasat

mata dari luar bentuknya hampir sama. Perbedaan pisang kepok kuning

dan pisang kepok putih terletak pada saat daging buahnya diiris, baru

terlihat kalau kepok kuning berwarna kekuningan, sedangkan kepok putih

lebih pucat. Rasa kepok kuning lebih manis, sedangkan yang kepok putih

lebih asam (Munadjim, 1988).

Dalam dunia tumbuhan, klasifikasi pisang kepok selengkapnya

adalah sebagai berikut (Munadjim, 1988):

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil)

Sub kelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae (suku pisang-pisangan)

Genus : Musa

Spesies : Musa balbisiana

Page 23: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 1. Pisang Kepok (Musa balbisiana) (Munadjim, 1988)

Kulit buah pisang kepok sangat tebal dengan warna kuning

kehijauan dan kadang bernoda cokelat, dan daging buahnya manis. Pisang

kepok tumbuh pada suhu optimum untuk pertumbuhannya yaitu pada suhu

sekitar 27°C, dan suhu maksimumnya 38°C. Bentuk buah pisang kepok

agak gepeng dan bersegi. Ukuran buahnya kecil, panjangnya 10–12 cm

dan beratnya 80-120 gram. Kulit buahnya sangat tebal dengan warna

kuning kehijauan dan kadang bernoda cokelat (Munadjim, 1988).

2.1.2 Kandungan Kimia

Buah pisang pada umumnya banyak mengandung karbohidrat baik

isinya maupun kulitnya. Umumnya masyarakat hanya memakan buahnya

saja dan membuang kulit pisang begitu saja. Di dalam kulit pisang ternyata

memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang

cukup. Hasil analisis fitokimia menunjukan bahwa kandungan pisang pada

umumnya adalah katekulamin, serotonin dan depamin (Waalkes, et al,.

1985), karbohidrat (Anwange, 2008), saponin, tanin, alkaloid, flavanoid,

phylobattanin, antrakuinon, dan kuinon (Salau, et al., 2010).

Kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana) mengandung

alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin yang mampu menghambat

pertumbuhan bakteri. Menurut Ajizah (2004) tanin bersifat antibakteri

dengan cara mempresipitasi protein. Efek antimikroba tanin melalui reaksi

dengan membran sel, inaktivasi enzim, destruksi atau inaktivasi fungsi

Page 24: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

materi genetik. Alkaloid, flavonoid dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus. Saponin termasuk golongan senyawa

triterpenoid dapat digunakan sebagai zat antimikroba (Musalam, 2001).

2.1.3 Kegunaan

Kegunaan tanaman pisang menurut Munadjim (1988), tanaman

pisang merupakan tanaman yang banyak memiliki manfaat, mulai dari

akar sampai daun dapat digunakan.

a. Umbi batang (Bonggol)

Pati yang terkandung dalam umbi batang pisang dapat

dipergunakan sebagai sumber karbohidrat bahkan bisa dikeringkan

untuk menjadi abu. Dimana abu dari umbi ini mengandung soda yang

dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun dan pupuk

(Munadjim 1988).

b. Batang pohon

Bagian batang pohon pisang dapat digunakan sebagai makanan

ternak dimusim kekurangan air dan secara sederhana dapat

dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos yang

humusnya sangat tinggi (Munadjim 1988).

c. Daun pisang

Daun yang segar dapat digunakan sebagai makanan ternak

dimusim kering dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai

pembungkus makanan secara tradisional (Munadjim 1988).

d. Bunga pisang

Bunga pisang yang masih segar (jantung pisang) bisa dijadikan

makanan sebagai sayur (Munadjim 1988).

e. Buah pisang

Buah pisang bisa dijadikan selai pisang yang daya awetnya

tinggi dan bisa dibuat tepung pisang dari buah yang tua yang belum

masak (Munadjim 1988).

Page 25: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

f. Kulit buah pisang

Kulit dari buah pisang biasa digunakan untuk makanan ternak.

Kulit buah pisang bisa untuk menghasilkan alkohol yaitu etanol karena

mengandung gula yang mempunyai aroma yang menarik. Kulit buah

pisang juga bisa dimanfaatkan sebagai masker untuk kecantikan,

dengan menempelkan bagian dalam kulit pisang ke wajah (Munadjim

1988).

2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut dan masa atau serbuk

yang tersisa diperlakukan sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Soesilo, 1995).

2.2.1 Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan bahan aktif dari jaringan tumbuhan

ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur yang

telah ditetapkan (Tiwari et al., 2011). Selama proses ekstraksi, pelarut

akan berdifusi sampai ke material padat dari tumbuhan dan akan

melarutkan senyawa dengan polaritas yang sesuai dengan pelarutnya.

Efektifitas ekstraksi senyawa kimia dari tumbuhan bergantung pada

(Tiwari et al., 2011) :

a. Bahan-bahan tubuhan yang diperoleh

b. Keaslian dari tumbuhan yang digunakan

c. Proses ekstraksi

d. Ukuran partikel

Macam-macam perbedaan metode ekstraksi yang akan

mempengaruhi kuantitas dan kandungan metabolit sekunder dari ekstrak,

antara lain (Tiwari, et al., 2011) :

a. Tipe ekstraksi

b. Waktu ekstraksi

Page 26: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Suhu ekstraksi

d. Konsentrasi pelarut

e. Polaritas pelarut

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi

menjadi dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin (Ditjen POM, 2000).

2.2.1.1 Ekstraksi Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan menggunakan pelarut dengan beberapa

kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar (Ditjen

POM, 2000).

Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi adalah pengerjaan

dan peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan kerugiannya

yaitu cara pengerjaannya yang lama, membutuhkan pelarut yang

banyak dan penyarian kurang sempurna. Dalam maserasi (untuk

ekstrak cairan), serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang

kontak dengan pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode

tertentu dengan pengadukan yang sering, sampai zat tertentu dapat

terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk senyawa yang

termolabil (Tiwari et al., 2011).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru

sampai penyarian sempurna (exhaustive extraction) yang umunya

dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus sampai diperoleh

ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali dari bahan (Ditjen POM,

2000).

Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap

perendaman, tahap perkolasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak

Page 27: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(perkolat). Untuk menentukan akhir dari pada perkolasi dapat

dilakukan pemeriksaan zat secara kualitatif pada perkolat akhir. Ini

adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk mengekstrak

bahan aktif dalam penyusunan tincture dan ekstrak cairan (Ditjen

POM, 2000).

2.2.1.2 Ekstraksi Cara Panas

a. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru,

dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik

(Ditjen POM, 2000).

b. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada

temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut

terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen

POM, 2000).

c. Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

900C selama 15 menit. Infusa adalah ekstraksi menggunakan pelarut

air pada temperatur penangas air dimana bejana infus tercelup dalam

penangas air mendidih, temperatur yang digunakan (96-980C) selama

waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM, 2000). Cara ini

menghasilkan larutan encer dari komponen yang mudah larut dari

simplisia (Tiwari et al., 2011).

d. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan

temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000). Dekok adalah

ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 30 menit.

Metode ini digunakan untuk ekstraksi konstituen yang larut dalam air

Page 28: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan konstituen yang stabil terhadap panas dengan cara direbus dalam

air selama 15 menit (Tiwari et al., 2011).

e. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi

dari temperatur suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan pada

temperatur 40-50oC (Ditjen POM, 2000).

Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinyu pada

temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya 25-30oC). Ini

adalah jenis ekstraksi maserasi dimana suhu sedang digunakan selama

proses ekstraksi (Tiwari et al., 2011).

2.3 Pelarut

Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan

zat lain. Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan

sangat tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi

(Ncube et al., 2008). Sifat pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas

dari pelarut yang rendah, mudah menguap pada suhu yang rendah, dapat

mengekstraksi komponen senyawa dengan cepat, dapat mengawetkan dan

tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi (Tiwari et al., 2011).

Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang

ditargetkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah

jumlah senyawa yang akan diekstraksi, laju ekstraksi, keragaman senyawa

yang akan diekstraksi, kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk

perlakuan berikutnya, toksisitas pelarut dalam proses bioassay, potensial

bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al., 2011).

2.3.1 Alkohol

Pelarut etanol memiliki sifat yang dapat melarutkan seluruh bahan

aktif yang terkandung dalam bahan alami, baik bahan aktif yang bersifat

polar, semipolar maupun non polar (Tiwari et al., 2011).

Page 29: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4 Vacum Rotary Evaporator

Vaccuum rotary evaporator adalah alat yang berfungsi untuk

memisahkan suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan

kandungan kimia tertentu sesuai yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan

biasanya ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan

bantuan penangas, dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh

suatu pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (receiver

flask). Pelarut diuapkan, kemudian akan dihasilkan ekstrak yang dapat

berbentuk padatan atau cairan (Nugroho, et al., 1999).

Kelebihan dari alat ini adalah diperolehnya kembali pelarut yang

diuapkan. Penggunaan rotary evaporator meningkatkan presentase air yang

terevaporasi dibandingkan dengan menggunakan waterbath. Prinsip kerja alat

ini didasarkan pada titik didih pelarut dan adanya tekanan yang menyebabkan

uap dari pelarut terkumpul di atas, serta adanya kondensor (suhu dingin) yang

menyebabkan uap ini mengembun dan akhirnya jatuh ke tabung penerima

(receiver flask) (Mutairi & Jasser, 2012).

2.5 Bakteri

2.5.1 Penggunaan Istilah Nomenklatur

Istilah bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang

berarti tongkat atau batang. Istilah bakteri ini sekarang banyak dipakai

untuk setiap mikroba yang bersel satu. Banyak negara di dunia belum

sepakat dalam klasifikasi spesies bakteri, demikian pula penggunan

istilah dalam mikrobiologi (Diah, 2004).

2.5.2 Bentuk Bakteri

Bentuk morfologi bakteri dapat dibagi menjadi 5 jenis (Adam, 1992):

A. Bentuk Basil (Basillus)

Basil berbentuk seperti tongkat pendek, agak silindris. Bentuk basil

meliputi sebagia besar bakteri (Adam, 1992).

Page 30: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Bentuk Coccus (Bulat)

Coccus adalah bentuk bakteri seperti bola-bola kecil. Golongannya

tidak sebanyak basil. Baik berupa basil maupun bentuk coccus, secara

kelompok dapat berupa (Adam, 1992) :

1) Seperti rantai bergandegan panjang : streotobasil atau

streptococcus

2) Berdua-dua bergandengan : diplobasil atau diplococcus

3) Mengelompok berempat : tetracoccus

4) Bergerombol seperti anggur : staphylococcus

5) Berkelompok seperti kubus : sarcina

C. Bentuk Spiral

Bentuk spiral adalah bakteri yang berbentuk seperti spiral, atau

panjang berbengkok-bengkok. Golongan ini tidak banyak bila

dibandingkan dengan basil dan coccus (Adam, 1992).

D. Bentuk Vibrio (Koma)

Vibrio adalah bentuk seperti batang bengkok, seperti berupa tanda

koma (Adam, 1992).

E. Bentuk Spirocheta (Spirochet)

Spirocheta adalah bentuk seperti batang berbelit-belit panjang dan

banyak belitannya (Adam, 1992).

2.5.3 Struktur Tubuh Bakteri

Bakteri adalah makhluk hidup bersel tunggal, meskipun bakteri

dapat berpasang-pasangan dan tiap sel hidup sendiri-sendiri. Sel tersebut

merupakan sitoplasma yang nampak berdinding tegas, akan tetapi inti

selnya tidak nampak jelas. Bakteri terlalu kecil untuk dapat mengatur inti

sel, bila dibandingkan dengan protozoa. Pada beberapa bakteri terlihat

butir-butir kecil yang tersebar di dalam sitoplasma (Adam, 1992).

Ada pula bakteri yang agak berbentuk batang dan pada kedua

ujung dari sel terdapat titik yang agak besar, akan tetapi titik-titik ini

bukanlah intisel. Pada bakteri terdapat pula bulu. Bulu-bulu ini berguna

Page 31: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk bergerak (bulu getar), ada pula yang terlihat berselubung sebagai

pembungkus (kapsul) (Adam, 1992).

2.5.4 Ukuran Bakteri

Ukuran bakteri bermacam-macam, diantaranya (Adam, 1992) :

a. Bentuk basil : lebar 0,3-1µm, panjang 1,5-4 µm, kadang-

kadang sampai 8µm.

b. Bentuk coccus : ukuran tengahnya (diameter) rata-rata 1µm.

c. Bentuk spiril : lebar 0,5-1µm, panjang 2-5µm, kadang-

kadang sampai 10µm.

d. Bentuk vibrio : lebar 0,5µm panjang sampai 3µm.

e. Bentuk spirocheta : lebar 0,2-0,7µm, panjang 5-10µm.

2.5.5 Susunan Kimia Bakteri

Susunan kimia bakteri terdiri dari (Adam, 1992) :

a. 85% air

b. Zat hidrat arang

c. Protein

d. Lemak

e. Garam-garaman : Na, K, Ca, Mg, Fe, Zn, P, dan sebagainya.

f. Enzim atau fermen

g. Vitamin

2.5.6 Cara Memperbanyak Diri Bakteri

Telah dikemukakan bahwa bakteri umumnya memperbanyak diri

(berkembang) dengan jalan membagi diri. Di dalam suasana yang cukup

baik, misalnya dalam media pembenihan, bakteri memperbanyak diri

degan cepat. Telah dapat diperhitungkan bahwa dalam waktu 10 jam, dari

satu bakteri bisa menjadi berjuta-juta jumlahnya (Adam, 1992).

Page 32: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5.7 Fase Pertumbuhan Bakteri

Bakteri memiliki permukaan yang luas sesuai dengan

perbandingan volume tubuhnya. Bakteri akan cepat memperoleh makanan

dari lingkungannya, baik secara difusi maupun melalui mekanisme

transpor aktif. Kondisi yang cocok dengan bakteri akan membuat bakteri

tumbuh dengan cepat (Sudjaji et al., 2006).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.

Faktor-faktor tersebut adalah suhu, ketersediaan nutrisi, pH, konsentrasi

ionik, serta oksigen, khususnya untuk bakteri aerob obligat (Sudjaji et al.,

2006).

Pertumbuhan bakteri berlangsung sangat cepat. Dalam kondisi

normal, bakteri membelah diri menjadi dua setiap 20 menit. Catatan waktu

demikian dikenal sebagai waktu generasi. Jadi, dalam waktu 40 menit

bakteri membelah diri menjadi empat sel, dalam waktu satu jam menjadi

delapan sel, dan dalam waktu 7 jam menghasilkan 2.097.152 anakan sel

(Sudjaji et al., 2006).

Hubungan antara jumlah sel bakteri dengan kurva waktu

pertumbuhan. Kurva pertumbuhan dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu

fase lag (fase adaptasi), fase logaritma (fase pembiakan cepat), fase

stasioner (fase diperlambat), dan fase penurunan (fase kematian) (Sudjaji

et al., 2006).

a. Fase Lag :

Fase lag merupakan fase bakteri beradaptasi terhadap

lingkungannya yang baru. Pada fase ini bakteri belum mencapai

pertumbuhan maksimum. Panjang fase lag tergantung pada jenis

bakteri dan kondisi pertumbuhannya, misalnya komposisi medium,

faktor lingkungan, dan sebagainya (Sudjaji et al., 2006).

b. Fase Log (logaritma) :

Fase log merupakan fase pertumbuhan mencapai maksimum.

Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah. Fase log disebut juga fase

eksponensial. Dalam fase ini, bakteri sudah dapat beradaptasi dengan

Page 33: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

baik terhadap lingkungan pertumbuhannya sehingga mempunyai

waktu penggandaan (doubling time) yang lebih singkat dibanding fase

sebelumnya (Sudjaji et al., 2006).

c. Fase Stasioner :

Fase stasioner merupakan fase pertumbuhan mencapai titik

nol. Pada fase ini tidak terjadi penambahan jumlah sel bakteri. Dalam

fase ini jumlah sel yang hidup seimbang dengan jumlah sel yang mati

sehingga grafiknya terlihat mendatar. Jika fase ini diteruskan maka

jumlah sel yang mati akan menjadi lebih besar dibandingkan jumlah

sel yang hidup sehingga sel akan memasuki fase kematian (Sudjaji et

al., 2006).

d. Fase Penurunan :

Fase penuruan disebut juga fase kematian. Pada fase ini, sel

berhenti memperbanyak diri dan rata-rata kematian meningkat

(Sudjaji et al., 2006).

Gambar 2. Kurva pertumbuhan mikroba (Sudjaji et al., 2006).

2.6 Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif

Bakteri gram positif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan

lapisan peptidoglikan yang tebal. Bakteri ini akan berwarna ungu jika

diwarnai dengan pewarnaan Gram, contohnya Neisseria gonorrhoeae,

Bacillus subtilis, Vibrio cholerae, Staphylococcus epidermidis,

Page 34: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Staphylococcus aureus, Propionibacterium acne dan Troponema pallidum

(Diah, 2004).

Beberapa bakteri Gram positif membentuk endospora. Endospora

dibentuk ketika lingkungan kekurangan zat makanan. Sel induk pecah dan

endospora dilepaskan. Endospora dapat bertahan dalam keadaan lingkungan

yang ekstrim, misalnya suhu tinggi, suhu rendah, atau kekeringan. Pada

kondisi lingkungan yang membaik, endospora menjadi aktif dan membelah

diri, membentuk sel-sel seperti induknya (Diah, 2004).

Bakteri Gram positif yang dapat membentuk endospora adalah

Bacillus dan Clostridium, contoh lain bakteri Gram positif adalah kelompok

Actynomycetes dan Mycoplasma. Actinomycetes berbentuk filamen bercabang

yang menyerupai jamur. Actinomycetes yang tidak membentuk spora

berkembang biak dengan cara memutuskan ujung filamen dalam bentuk bulat

atau batang, selanjutnya filamen tersebut membelah diri (Diah, 2004).

Bakteri yang termasuk kedalam contoh Actynomycetes adalah

Mycobacterium tuberculosis (penyebab penyakit TBC) dan Streptomyces

(penghasil antibiotik streptomisin). Actynomycetes banyak dimanfaatkan

sebagai penghasil beberapa macam antibiotik (Diah, 2004).

Mycoplasma tidak memiliki dinding sel, tetapi beberapa jenis

memiliki struktur yang mengeras di luar membran plasma. Beberapa

Mycoplasma berukuran leih kecil dibandingkan Clamydias, contohnya

Mycoplasma gallisepticum (dikenal dengan bakteri terkecil) (Diah, 2004).

Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan

lapisan peptidoglikan yang tipis. Bakteri ini akan berwarna merah muda atau

merah, jika diwarnai dengan pewarnaan Gram, contohnya Streptococcus

mutans dan Escherchia coli (Diah, 2004) .

2.7 Jerawat dan Bakteri Penyebab Jerawat

Jerawat adalah kondisi abnormal kulit akibat terjadi gangguan

berlebihan produksi kelenjar minyak (sebaceous gland) yang menyebabkan

penyumbatan saluran folikel rambut dan pori-pori kulit. Jerawat dapat timbul

Page 35: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

di permukaan kulit muka, bagian dada dan atas lengan. Ada 3 tipe jenis

jerawat yang sering dijumpai, yaitu (Dewi, 2009) :

a. Tipe yang pertama adalah komedo.

Komedo adalah pori-pori yang tersumbat, bisa terbuka atau

tertutup. Komedo yang terbuka disebut sebagai blackhead, terlihat seperti

pori-pori yang membesar dan menghitam. Berwarna hitam sebenarnya

bukan kotoran tetapi merupakan penyumbat pori yang berubah warna

karena teroksidasi dengan udara. Komedo yang tertutup atau whiteheads,

biasanya memiliki kulit yang tumbuh di atas pori-pori yang tersumbat

maka terlihat seperti tonjolan putih kecil-kecil di bawah kulit. Jerawat

jenis ini disebabkan sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak yang

berlebihan pada kulit (Dewi, 2009).

b. Tipe yang kedua adalah Jerawat biasa atau klasik.

Jenis jerawat klasik ini mudah dikenal yaitu terdapat tonjolan kecil

berwarna pink atau kemerahan. Hal ini terjadi karena pori-pori yang

tersumbat terinfeksi dengan bakteri yang terdapat di permukaan kulit,

kuas make-up, dan jari tangan. Stress, hormon, dan udara yang lembab

dapat memperbesar kemungkinan infeksi jerawat karena menyebabkan

kulit memproduksi minyak yang merupakan tempat berkembangbiaknya

bakteri. Pengobatan pada tipe ini dapat diatasi dengan menghambat

pertumbuhan bakteri penyebab jerawat dengan suatu zat antibakteri

misalnya benzoil peroksida, tetrasiklin, dan lain-lain (Dewi, 2009).

Kadar benzoil peroksida 2,5-10% sangat aktif dalam melawan

bakteri penyebab jerawat, namun kerugian utama antibakteri ini adalah

dapat menyebabkan iritasi (Pramasanti, 2008). Antibakteri tetrasiklin dan

oksitetrasiklin yang diberikan dengan dosis 500 mg, rutin dua hari sekali

selama 2 bulan terbukti efektif mengobati jerawat. Demikian pula dengan

Erythromycin dengan dosis 250-500 mg 2 kali sehari secara rutin juga

efektif mengobati jerawat (Pramasanti, 2008).

Page 36: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Tipe yang ketiga adalah Cystic Acne (Jerawat Batu atau Jerawat

Jagung).

Biasanya jerawat batu memiliki bentuk yang besar dengan

tonjolan-tonjolan yang meradang hebat dan berkumpul di seluruh wajah.

Penderita jerawat ini dikarenakan faktor genetik yang memiliki banyak

kelenjar minyak sehingga pertumbuhan sel-sel kulit tidak normal dan

tidak dapat mengalami regenerasi secepat kulit normal (Dewi, 2009).

Jerawat dapat disebabkan oleh aktivitas bakteri seperti

Propionibacterium acne, Staphylococcus epidermidis, dan

Staphylococcus auerus (Loveckova dan Havlikova, 2002).

Staphylococcus epidermidis tumbuh cepat pada kondisi kulit yang anerob

yaitu pada saat pori-pori kulit tersumbat akibat adanya produksi kelenjar

minyak yang berlebih. Bakteri ini juga dapat mensintesis enzim lipase

yang dapat mengubah triasigliserol pada kelenjar minyak menjadi asam

lemak bebas yang memacu terjadinya infeksi pada kulit. Infeksi ini

membuat jerawat makin bertambah parah dan berwana kemerahan

(Oakley, 2009).

2.7.1 Bakteri Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang sering

ditemukan sebagai flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia.

Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu bakteri Gram positif

berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti

anggur dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini merupakan penyebab

infeksi kulit ringan yang disertai abses (Syarurachman et al., 1994).

Bakteri ini juga berperan dalam pelepasan asam oleat, hasil hidrolisisnya

oleh lipase yang diduga berpengaruh terhadap perkembangan jerawat

(Saising et al., 2008). Klasifikasi Staphylococcus epidermidis menurut

Nilsson et al. (1998) adalah:

Kerajaan : Bacteria

Devisi : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Page 37: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bangsa : Bacilliales

Suku : Staphylococcaceae

Marga : Staphylococcus

Jenis : S. Epidermidis

2.7.2 Bakteri Staphylococcus aureus

A. Morfologi dan Sifat

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif anggota

famili Micrococcaceae berbentuk bulat, bergerombol seperti susunan

buah anggur koloni berwarna abu-abu hingga kuning tua, koagulase

positif dan sifatnya sebagai bakteri komensal dalam tubuh manusia yang

jumlahnya berimbang dengan flora normal lain. Staphylococcus aureus

pada manusia diantaranya ditemukan pada hidung, kulit, tenggorok dan

lain-lain (Syahrurachman et al., 1994). Bakteri ini dapat menyebabkan

bermacam-macam infeksi seperti pneumonia, meningitis, empiema,

endokarditis, jerawat, pioderma atau impetigo (Brooks et al., 2005).

Klasifikasi Bakteri Staphylococcus aureus menurut

Syahrurachman (1994) :

Kerajaan : Eubacteria

Devisi : Firmicutes

Bangsa : Eubacteruales

Suku : Micrococcaceae

Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus aureus

B. Patogenesis dan Manifestasi Klinis

Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen penyebab

infeksi. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit mulai dari

yang ringan sampai yang berat bahkan sampai sepsis. Staphylococcus

aureus sering menyebabkan jerawat dan frunkulosis pada kulit, infeksi

Staphylococcus aureus pada tulang juga sering menyebabkan

osteomielitis, infeksi Staphylococcus aureus pada organ dalam dapat

Page 38: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menyebabkan endokarditis, pneumonia dan infeksi berat lainnya. Pada

luka terbuka Staphylococcus aureus juga sering menyebabkan infeksi

(Syahrurachman et al., 1994).

Staphylococcus aureus mempunyai bagian-bagian dan produk

yang mendukungnya sebagai salah satu bakteri patogen diantaranya

adalah dinding sel Staphylococcus sp sebagian besar terdiri dari

peptidoglikan. Peptidoglikan mempunyai aktivitas seperti endotoksin,

menstimulasi keluarnya sitokin dari makrofag yaitu interleukin-1 dan

aktivasi komplemen, kapsul akan mencegah fagositosis, adanya toxin dan

enzim yang dihasilkan untuk merusak sel inang. Selain itu, faktor dari

bakteri Staphylococcus aureus yang menyebabkan sukarnya penanganan

infeksi adalah adanya resistensi bakteri terhadap antibiotik

(Syahrurachman et al., 1994).

C. Pengobatan dan Resistensi

Pengobatan terhadap infeksi Staphylococcus aureus biasanya

menggunakan berbagai jenis antibiotik seperti tetrasiklin, vankomisin

atau penisilin resisten β-laktamase. Perbedaan jenis obat yang diberikan

dipertimbangkan dari angka resistensi bakteri terhadap suatu antibiotik.

Antibiotik yang biasa digunakan dalam penelitian adalah tetrasiklin,

oxacillin, gentamicin, eritromicin, kloramfenikol dan trimetroprim-

sulfametoxazole (Endang Sri Lestari, 2009).

2.7.3 Bakteri Propionibacterium acnes

Propionibacterium acnes adalah flora normal kulit terutama di

wajah yang tergolong dalam kelompok bakteri Corynebacteria. Bakteri ini

berperan pada patogenesis jerawat yang dapat menyebabkan inflamasi.

Bakteri ini berbentuk batang dan dapat hidup di udara serta menghasilkan

spora. Inflamasi timbul karena perusakan stratum corneum dan stratum

germinativum dengan mensekresikan bahan kimia yang menghancurkan

dinding pori. Jerawat timbul karena asam lemak dan minyak kulit

tersumbat. Obat-obat yang digunakan untuk terapi topikal kebanyakan

Page 39: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengandung sulfur dan astrigen lainnya. Sementara untuk terapi sistemik

digunakan tetrasiklin dan enteromisin (Khan, 2009).

Propionibacterium acnes berperan pada patogenesis jerawat

dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid

kulit. Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika

berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya jerawat

(Khan, 2009).

Propionibacterium acnes termasuk bakteri yang tumbuh relatif

lambat. Bakteri ini tipikal bakteri anaerob Gram positif yang toleran

terhadap udara. Genome dari bakteri ini telah dirangkai dan sebuah

penelitian menunjukkan beberapa gen yang dapat menghasilkan enzim

untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin immunogenik

(mengaktifkan sistem kekebalan tubuh). Ciri-ciri penting dari bakteri

Propionibacterium acnes adalah berbentuk batang tak teratur yang terlihat

pada pewarnaan Gram positif. Bakteri ini dapat tumbuh di udara dan tidak

menghasilkan endospora. Bakteri ini dapat berbentuk filamen bercabang

atau campuran antara bentuk batang/filamen dengan bentuk kokoid.

Propionibacterium acnes memerlukan oksigen mulai dari aerob atau

anaerob fakultatif sampai ke mikroerofilik atau anaerob. Beberapa bersifat

patogen untuk hewan dan tanaman (Khan, 2009).

Klasifikasi Propionibacterium acnes (Khan, 2009) :

Kerajaan : Bacteria

Devisi : Actinobacteria

Kelas : Actinobacteridae

Bangsa : Actinomycetales

Suku : Popionibacteriaceae

Marga : Propionibacterium

Jenis : Propionibacterium acnes

Mekanisme terjadinya jerawat adalah bakteri Propionibacterium

acnes merusak stratum corneum dan stratum germinat dengan cara

menyeksresikan bahan kimia yang menghancurkan dinding pori-pori.

Kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi. Asam lemak dan minyak kulit

Page 40: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tersumbat kemudian mengeras. Jika jerawat disentuh maka inflamasi akan

meluas sehingga padatan asam lemak dan minyak kulit yang mengeras

akan membesar (Sugita, 2010).

Obat-obat yang biasa digunakan untuk terapi topikal kebanyakan

mengandung unsur sulfur dan astrigen lainnya. Benzoil peroksida 2,5-10%

sangat aktif dalam melawan Propionibacterium acnes. obat ini bersifat

komedolitik, karena obat ini mengandung antimikroba, antikomedo, dan

efek antiinflamasi. Namun kerugian utamanya adalah dapat menyebabkan

iritasi. Topikal eritromisin dan klindamisin juga sama efektifnya dengan

benzoil peroksida (Sugita, 2010).

Obat terapi sistemik yang digunakan adalah tetrasiklin dan

eritromisin. Namun demikian, pemakaian pada sistem gastrointestinal

pada penggunaan ketika perut kosong akan mengakibatkan dampak yang

buruk. Studi terbaru menyatakan bahwa doksisiklin, minosiklin, dan

trimetroprim-sulfametoksazol lebih efektif daripada tetrasiklin (Sugita,

2010).

2.7.4 Penentuan Aktivitas Antimikroba

Potensi dari suatu antimikroba diperkirakan dengan

membandingkan zona hambat pertumbuhan terhadap mikroorganisme

yang sensitif dari hasil penghambatan suatu konsentrasi larutan uji

dibandingkan dengan antibiotik (Anonim, 2001).

Penentuan aktivitas antimikroba dapat dilakukan dengan dua

metode, yaitu metode difusi dan metode dilusi. Pada metode difusi

termasuk didalamnya metode disk diffusion (tes Kirby & Baur), E-test,

ditch-plate technique, cup-plate technique. Sedangkan pada metode dilusi

termasuk didalamnya metode dilusi cair dan dilusi padat (Pratiwi, 2008).

a. Metode difusi menurut Pratiwi (2008) diantaranya :

1) Metode disk diffusion (tes Kirby & Baur) menggunakan piringan

yang berisi agen antimikroba, kemudian diletakkan pada media

agar yang sebelumnya telah ditanami mikroorganisme sehingga

agen antimikroba dapat berdifusi pada media agar tersebut. Area

Page 41: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media

agar.

2) Metode E-test digunakan untuk mengestimasi Kadar Hambat

Minimum (KHM), yaitu konsentrasi minimal suatu agen

antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang

mengandung agen antimikroba dari kadar terendah sampai

tertinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang telah

ditanami mikroorganisme sebelumnya. Pengamatan dilakukan pada

area jernih yang ditimbulkan yang menunjukan kadar agen

antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada

media agar.

3) Ditch-plate technique. Pada metode ini sampel uji berupa agen

antimikroba yang diletakka pada parit yang dibuat dengan cara

memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah

secara membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam)

digoreskan kearah parit yang bersi agen antimikroba tersebut.

4) Cup-plate technique. Metode ini serupa dengan disk diffusion,

dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba

yang akan diuji.

b. Metode dilusi menurut Pratiwi (2008) diantaranya adalah :

1) Metode dilusi cair / broth dilution test (serial diution). Metode ini

digunakan untuk mengukur Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Cara yang dilakukan adalah

dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium

cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen

antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang

Page 42: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada

media cair tanpa penanaman mikroba uji ataupun agen

antimikroba, dan diinkubasi umumnya selama 18-24 jam. Media

cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai

KBM.

2) Metode dilusi padat (solid dilution test). Metode ini serupa dengan

metode dilusi cair namun menggunakan media padat (solid).

Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba

yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji.

2.7.5 Pengukuran Zona Hambat

Aktivitas antibakteri dinyatakan positif apabila terbentuk zona

hambat berupa zona bening disekeliling kertas cakram. Bagian yang

dihitung dengan jangka sorong adalah diameter dari zona hambat yang

terbentuk (Pratiwi, 2008). Diameter zona hambat dideskripsikan dengan

gambar dibawah ini :

Gambar 3. Perhitungan diameter zona hambat antibakteri (Pratiwi, 2008).

Keterangan: a = Diameter kertas cakram (6 mm)

b = Diameter zona hambat yang terbentuk (mm)

c = Daerah yang ditumbuhi bakteri

Menurut Suryawiria (1978) dalam Pradana (2013), berdasarkan

zona hambat yang terbentuk maka aktivitas antibakteri dapat digolongkan

menjadi beberapa golongan yaitu antibakteri yang tergolong lemah (zona

hambat < 5 mm), sedang (zona hambat antara 5-10 mm), kuat (zona

hambat antara 10-20 mm), dan tergolong sangat kuat (zona hambat > 20

mm).

Page 43: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di 3 laboratorium. Proses maserasi dan

pembuatan ekstrak etanol 96% dilakukan di Laboratorium Penelitian I.

Sterilisasi alat dilakukan di Laboratorium Formulasi Sediaan Steril. Uji

antimikroba dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia, Program

Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam

Negeri, Syarif Hidayatullah, Jakarta. Waktu penelitian dimulai bulan Februari

2015 sampai bulan Agustus 2015.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

seperangkat alat destilasi (Barnstead), labu destilasi (Iwaki), backer glass

(Schott duran), erlenmeyer (Schott duran), gelas ukur 10 mL (Pyrex), gelas

ukur 1000 mL (Herma), pipet tetes, hot plate (Are Heating), batang

pengaduk, corong, kaca arloji, tabung reaksi (Pyrex), labu ukur (Pyrex),

cawan petri (Normax), botol maserasi, ose, kertas wattman 52, vacum

rotary evaporator (Eyela CCA-1111), spatula, pinset, termometer,

alkoholmeter, incubator (France Etuves), shaker (Advantec TKB202DA),

refrigerator, oven (Memmert), sentrifuge, autoklaf (Allamerican), tali

kasur, label (Self-adhesif), kapas, kasa steril, timbangan analitik (AND

GX-200), mikroskop cahaya, jangka sorong (Trickle Brand), magnetic

stirrer, micro pipet dan tip (Renin), kaca objek (Slides), kertas cakram,

spektrofotometer, bunsen, dan Laminar Air Flow (Minihelix II).

3.2.2 Sampel Tumbuhan

Sampel tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah

limbah kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana) yang diperoleh dari

salah satu pedagang pisang goreng di daerah Ciputat, Tangerang Selatan,

Page 44: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Banten. Limbah kulit pisang kepok kuning didapat tanggal 24 November

2014, pukul 19.00 WIB. Bagian tanaman pisang kepok (Musa balbisiana)

yang utuh didapat dari pemasok pisang untuk pedagang tersebut. Pemasok

mengirim bagian lengkap tanaman pisang kepok dari salah satu

perkebunan di daerah Cilawu, Garut, Jawa Barat. Bagian tanaman tersebut

dibutuhkan untuk determinasi di LIPI Cibinong Sains Center, Jawa Barat.

3.2.3 Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol 96%

(pelarut), aquades, FeCl3, alkohol 70%, pereaksi dragendorff, HCl pekat,

kloroform, spirtus, pereaksi Mayer, serbuk Mg, antibiotik sebagai kontrol

positif (klindamisin), larutan NaCl (0,9%) fisiologis, pewarna bakteri

(pewarna Gentian violet, pewarna lugol, dan pewarna safranin) dan media

agar (Nutriet Agar sebaga media padat dan Nutrient Broth sebagai media

cair).

3.2.4 Bakteri yang Digunakan

Pada penelitian ini bakteri penyebab jerawat yang digunakan

adalah Staphylococcus aureus ATCC 25923, Staphylococcus epidermidis

ATCC 12228, dan Propionibacterium acne ATCC 11827 yang diperoleh

dari koleksi Laboratorium Mikrobiologi Klinis, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Penyiapan Sampel

Limbah kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana) diperoleh

dari seorang pedagang kripik pisang di daerah Ciputat. Limbah kulit

pisang kepok kuning dipilih yang sudah matang sempurna atau sudah

menguning kulitnya. Limbah kulit pisang kepok kuning dicuci bersih

(terlihat secara fisik), kemudian dikeringkan dengan diangin-anginkan

sampai tiris airnya. Limbah kulit pisang kepok yang sudah bersih dirajang

kecil-kecil untuk mepermudah proses pengeringan, baru setelah itu

Page 45: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ditimbang beratnya. Berat awal limbah kulit pisang kepok kuning yang

sudah di rajang adalah ±5 kg. Pengeringan sampel limbah kulit pisang

kepok dan pengecekan kadar air, dilakukan di Balittro (Balai Peneliti

Bahan Alam dan Senyawa Aromatik) pada tanggal 26 November 2014.

Proses pengeringan dilakukan dengan oven pada suhu 45⁰C sampai kadar

airnya stabil (kurang dari 10%, yaitu 8,90%) selama 5 hari. Simplisia yang

didapat dari Balitro sudah berupa serbuk seberat ±1 kg. Serbuk hasil

pengeringan sudah siap untuk dimaserasi.

3.3.2 Ekstraksi Limbah Kulit Pisang Kepok (Musa balbisiana)

Serbuk kering limbah kulit pisang kepok ditimbang sebanyak 500

gram, kemudian dimaserasi dengan 2 liter etanol 96%. Maserasi dilakukan

sampai semua senyawa tertarik sempurna (2-3 hari), terlindung dari sinar

matahari langsung, dan berada pada suhu ruang, dengan beberapa kali

pengadukan. Proses maserasi selesai setelah 3 hari, kemudian disaring

dengan kapas, dianggap sebagai penyaringan tahap satu. Penyaringan

tahap kedua, disaring menggunakan kertas saring (kertas wattman no.52),

sehingga diperoleh maserat dan ditampung dalam wadah penampungan

yang tertutup dan terhindar dari cahaya matahari langsung. Maserasi

dilakukan sampai warna maserat yang diperoleh jernih atau mendekati

jernih. Seluruh maserat yang diperoleh dipekatkan dengan vacum rotary

evaporator pada suhu 45⁰C hingga diperoleh ekstrak kental etanol 96%

(Noorhamdani, 2012).

3.3.3 Karakterisasi Ekstrak

A. Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak

Ekstrak yang telah diperoleh, kemudian diidentifikasi secara

organoleptis. Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, bau, dan

rasa (Permawati, 2008).

Page 46: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Uji Kadar Air pada Ekstrak

Menimbang kurs porselen dengan tutupya, kemudian kurs porselen

dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105⁰C. Kurs porselen

yang sudah dipanaskan, kemudian dimasukkan kedalam desikator, setelah

dingin kemudian kurs porselen ditimbang kembali. Sebanyak 1 gram

ekstrak ditimbang dalam krus porselen. Ekstrak dalam kurs porselen

tertutup, kemudian dikeringkan pada suhu 105°C selama 60 menit.

Pemanasan dilakukan hingga bobot tetap. Sampel yang sudah didapat

bobot tetapnya yaitu sampai perbedaan penimbangan berturut-turut tidak

lebih dari 0,25%, kemudian dikeluarkan dari oven. Krus porselen

dibiarkan dalam keadaan tertutup dan mendingin dalam desikator hingga

suhu kamar, kemudian dicatat bobot tetap yang diperoleh untuk

menghitung persentase susut pengeringannya. Dilakukan replikasi atau

pengulangan sebanyak 3 kali (Rostinawati, 2010).

Rumus kadar air pada ekstrak :

% Kadar Air Ekstrak = massa awal – masa setelah dikeringkan x 100%

Massa awal

3.3.4 Skrining Fitokimia

1. Uji Alkaloid

Ekstrak ditimbang 0,5 gram, dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

dilarutkan dalam HCl, kemudian ditmbahkan 2-3 tetes pereaksi

Dragendorff (larutan potasium bismut iodida), jika terdapat endapan

merah maka positif adanya alkaloid, namun jika ditambahkan dengan 2-3

tetes pereaksi Mayer (larutan potasium merkuri iodida) menghasilkan

endapan kuning maka positif mengandung senyawa alkaloid (Tiwari et al.,

2011).

2. Uji Flavonoid

Ekstrak ditimbang sebanyak 0,5 gram ditambahkan dengan etanol

70%, kemudian ditambahkan 5-6 tetes HCl pekat, membentuk warna

Page 47: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

merah yang menunjukkan adanya flavonoid dan pembentukan warna

orange menandakan adanya senyawa flavon (Tiwari et al., 2011).

3. Uji Saponin

Ditimbang 0,5 gram ekstrak, lalu ditambahkan dengan 2 mL air

sampai semua bagian ekstrak terendam dan kemudian dikocok kuat-kuat.

Terdapat busa setelah pengocokan, busa ditunggu selama 10 menit tetap

konstan maka ekstrak positif mengandung senyawa saponin (Tiwari et al.,

2011)

4. Uji Tanin

Ektrak sebanyak 0,5 gram ditambahkan 3 mL air hangat. Ekstrak

diujikan dengan 1-2 tetes FeCl3 1%, terbentuk warna biru tua atau hijau

kehitaman menunjukan adanya senyawa golongan tanin (Markham,

1988).

5. Uji Kuinon

Ekstrak 0,5 gram ditambahkan dengan 1 mL air hangat. Ekstrak

diuji dengan 1-2 tetes pereaksi NaOH 1 N, terbentuk warna merah maka

menunjukan adanya senyawa golongan kuinon (Markham, 1988).

3.4 Uji Aktivitas Antimikroba

3.4.1 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang akan disterilkan terlebih dahulu dicuci bersih dan

dikeringkan. Cawan petri dibungkus dengan kertas perkamen. Untuk alat-

alat gelas (tabung reaksi, gelas beker, erlenmeyer) ditutup mulutnya

dengan kapas steril yang dibalut dengan kain kasa steril, kemudian

dibungkus dengan kertas perkamen, disterilkan dalam oven pada suhu

150⁰C, selama 2 jam. Kasa, kapas, tali, gelas ukur, pipet tetes dan kaca

objek juga di bungkus dengan kertas perkamen dan disterilkan dengan

autoklaf pada suhu 121⁰ C dengan tekanan 1atm selama 15 menit. Untuk

alat seperti ose, batang L (untuk metode spread plate) dan pinset

Page 48: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

disterilkan dengan metode Flamber, yaitu direndam dengan alkohol 70%

selama 5 menit kemudian dipijarkan dengan api bunsen. Alat yang terbuat

dari karet seperti karet pipet, disterilkan dengan merendamnya didalam

alkohol 70% selama 5 menit. Laminar air flow disterilkan dengan

menyalakan lampu UV selama 2 jam, dibersihkan dari debu, disemprot

dengan alkohol 70%, dibiarkan selama 15 menit (Raihana, 2011).

3.4.2 Peremajaan Bakteri

A. Pembuatan Media Agar Miring

Sebanyak 8 gram Nutrient Agar disuspensikan dalam 400 mL

aquades steril, kemudian dipanaskan hingga mendidih. Dilakukan

pengadukan dengan magnetic stirer untuk memastikan media telah

tersuspensi secara sempurna. Media yang sudah tersuspensi sempurna,

disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit (Ngajow,

2013).

Media yang sudah steril, kemudian dituang dalam tabung reaksi

steril sebanyak 5 mL. Media dituang dalam kondisi hangat (40⁰C-45⁰C).

Tabung reaksi yang berisi media, kemudian dimiringkan dengan

kemiringan sekitar 30⁰-45⁰. Bagian mulut tabung reaksi disumbat dengan

kapas yang dibalut kain kasa steril, kemudian ditunggu sampai media

memadat. Pembuatan media dilakukan secara aseptis dalam Laminar Air

Flow (Hidayat, 1999).

B. Proses Peremajaan Bakteri

Baketri uji ditumbuhkan pada medium Nutrient Agar (NA) dengan

cara menggoreskan bakteri dari biakan murni menggunakan jarum ose

pada permukaan agar miring. Bakteri yang sudah digoreskan pada media

kemudian diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 48 jam untuk

Propionibacterium acnes sedangkan untuk Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis pada suhu 37⁰C selama 24 jam (Aziz, 2010).

Page 49: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.3 Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram

Pada identifikasi bakteri, tahap awal yang dilakukan adalah dengan

membuat apusan bakteri uji. NaCl fisiologis, diambil 2 loop dengan

menggunakan ose, kemudian ditempatkan di atas object glass. Ose yang

telah digunakan untuk mengambil NaCl fisiologis dipijarkan terlebih

dahulu, kemudian didinginkan. Dengan menggunakan ose yang sama,

diambil 1 koloni bakteri dari hasil peremajaan bakteri, ditempatkan di atas

NaCl fisiologis yang sudah ada di atas kaca objek. Suspensi diratakan

dengan membentuk area apusan. Suspensi dikeringkan pada suhu ruang

untuk beberapa menit. Suspensi dilewatkan di atas api bunsen untuk

fiksasi apusan (Damayanti, 2014).

Apusan bakteri yang telah dibuat, ditetesi dengan zat warna I

(Gentian Violet) diteteskan ke atas area apusan, dibiarkan selama 60

detik. Hasil pewarnaan dengan gentian violet, dicuci perlahan dengan

menggunakan aquades, kemudian dibiarkan 2 detik. Apusan bakteri

kemudian ditetesi dengan pewarna lugol, lalu didiamkan selama 60 detik.

Hasil pewarnaan dengan lugol dicuci dengan Alkohol, hingga larutan yang

mengalir sudah tidak berwarna (sekitar 10 – 20 detik). Dilakukan

pencucian lagi dengan menggunakan aquades secara perlahan, didiamkan

selama 2 detik. Terakhir, ditetesi dengan zat warna II (Safranin), kemudian

didiamkan selama 20 detik. Hasil pewarnaan dengan safranin dicuci

perlahan dengan menggunakan aquades, lalu didiamkan kembali selama 2

detik. Dikeringkan di suhu ruang, setelah mengering ditetesi dengan

minyak imersi. Objek damati di atas mikroskop dengan perbesar 100x

(Damayanti, 2014).

3.4.4 Pembuatan Kurva Pertumbuhan

Stok bakteri murni yang akan diujikan (Staphylococcus aureus,

Staphylococcus epidermidis, dan Propionibacterium acne) diremajakan

dengan dipindahkan 1 ose kedalam NA agar miring lalu diinkubasi selama

24 jam. Peremajaan bakteri diakukan dengan tujuan untuk memperoleh

stok bakteri yang masih baru, jadi kemungkinan terkontaminasi cukup

Page 50: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kecil. Bakteri yang telah diremajakan diambil 5 ose, kemudian

diinokulasikan ke dalam 50 mL Nutrient Broth, lalu diinkubasi pada suhu

37ºC (suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri) sambil dilakukan agitasi

120 rpm, tujuan dilakukan agitasi adalah untuk mempercepat bakteri

dalam membelah diri. Pertumbuhan biakan diamati dengan mengukur

densitas optik (Optical Density, OD) dengan menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm, dengan selang waktu

60 menit hingga memasuki fase stasioner (Khodijah et al., 2006).

3.4.5 Pembuatan Suspensi Bakteri Uji

Sebanyak 2 ose bakteri uji hasil peremajaan, disuspensikan dalam 2

mL NaCl fisiologis dalam tabung reaksi steril dan dihomogenkan dengan

vortex selama 15 detik, kemudian kekeruhannya dilihat dengan

membandingkan kekeruhan standar 0,5 Mc Farland (setara dengan 3x108

CFU/mL) (Raihana, 2011).

3.4.6 Pelaksanaan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Limbah Kulit Pisang

Kepok (Musa paradisiaca L.)

A. Pembuatan Media Uji

Sebanyak 8 gram media Nutrient Agar (NA) dilarutkan dalam 400

mL aquades steril. Media dipanaskan sampai mendidih. Dilakukan

pengadukan dengan menggunakan magnetic stirer untuk memastikan

media tersuspensi sempurna. Setelah media tersuspensi sempurna,

kemudian di autoklaf pada suhu 121° C selama 15 menit, lalu ditunggu

sampai suhu hangat (40⁰C - 45⁰C). Nutrient Agar yang sudah siap,

kemudian dituangkan sekitar 8 mL kedalam cawan petri steril dengan

tingkat permukaan horisontal untuk memberikan kedalaman seragam

±0,5cm. Media didiamkan sampai memadat (Ngajow,2013).

B. Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Pada pengujian aktivitas antibakteri ekstrak limbah kulit pisang

kepok, konsentrasi yang dibuat merujuk pada penelitian Rizka Hastari

(2012). Ekstrak dibuat larutan induk dengan konsentrasi 100.000 ppm.

Page 51: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ekstrak etanol 96% limbah kulit pisang kepok kuning ditibang sebanyak

5gram, kemudian dilarutkan dengan 50 mL etanol 96%. Dari larutan

induk, diencerkan menjadi beberapa seri konsentrasi, yaitu 50.000 ppm,

25.000 ppm, 12.500 ppm, 6.250 ppm, dan 3.125 ppm.

C. Proses Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan Metode Difusi Kertas

Cakram (Jawetz et al., 2005). Hasil daya uji antibakteri didasarkan pada

pengukuran Diameter Daerah Hambat (DDH) pertumbuhan bakteri yang

terbentuk di sekeliling kertas cakram. Pada masing-masing ekstrak dengan

konsentrasi yang berbeda, diambil sebanyak 20 μL dan diteteskan pada

kertas cakram steril, lalu ditunggu sampai menjadi jenuh (Ningsih, 2013).

Suspensi bakteri uji diambil sebanyak 100 µL, dituang secara

merata pada medium Nutrient Agar (NA) menggunakan metode spread

plate (Aziz, 2010). Ditunggu beberapa saat sampai mengering, lalu

diletakkan kertas cakram yang telah dijenuhkan dengan 20 µL ekstrak

etanol 96% limbah kulit pisang kepok kuning dengan konsentrasi yang

telah ditentukan (100.000 ppm, 50.000 ppm, 25.000 ppm, 12,500 ppm,

6.250 ppm dan 3.125 ppm). Kontrol negatif (blangko) yang digunakan

adalah etanol 96% sebanyak 10 μL yang dijenuhkan pada cakram steril

dan sebagai kontrol positif digunakan kertas cakram antibiotik

Klindamisin 30 μg/disk. Media yang sudah berisi bakteri uji, kontrol

negatif, kontrol positif, dan cakram yang telah dijenuhkan dengan larutan

uji, diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 24-48 jam. Diameter Daerah

Hambat (DDH) yang terbentuk di sekitar cakram setelah 24 - 48 jam,

diamati dengan menggunakan jangka sorong. Uji dilakukan dengan tiga

kali pengulangan (Ningsih, 2013).

Page 52: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Sampel

Pada penelitian kali ini, kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana)

yang digunakan diperoleh dari seorang pedagang pisang goreng di daerah

Ciputat, Tangerang Selatan, Banten yang dikumpulkan pada bulan November.

Tanaman pisang kepok yang digunakan dalam penelitian ini dideterminasi di

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian Biologi,

Cibinong, Jawa Barat. Bagian lengkap tanaman pisang kepok diperoleh dari

perkebunan pisang kepok di daerah Cilawu, Garut, Jawa Barat. Determinasi

ini dilakukan untuk memastikan kebenaran tanaman yang digunakan dalam

penelitian ini. Hasil determinasi yang diperoleh adalah tanaman tersebut

merupakan tanaman pisang kepok (Musa balbisiana) yang berasal dari suku

Musaceae (Lampiran 2).

4.2 Penyiapan Sampel

Limbah kulit pisang kepok sebanyak 7 kg disortasi kering untuk

memisahkan kulit pisang kepok kuning dengan yang masih kehijauan, bagian

kulit pisang dipisahkan dari bagian bonggolnya. Limbah kulit pisang kepok

kuning dicuci bersih dengan air mengalir untuk meghilangkan kotoran yang

melekat pada bagian luar dan dalam kulit pisang kepok. Limbah kulit pisang

kepok kuning yang sudah dicuci bersih kemudian ditiriskan airnya dengan

diangin-anginkan, setelah itu limbah kulit pisang kepok kuning dirajang kecil-

kecil untuk mempermudah proses pengeringan. Pengeringan limbah kulit

pisang kepok kuning dilakukan di BALITTRO, Bogor, Jawa Barat. Sebanyak

5 kg limbah kulit pisang kepok kuning dikeringkan dengan oven blower pada

suhu 45⁰C, dan menghasilkan 1 kg simplisia kering. Simplisia yang sudah

kering kemudian dihaluskan sampai menjadi serbuk oleh pihak BALITTRO.

Simplisia dibuat dalam bentuk serbuk karena bertujuan agar memperluas

permukaan simplisia sehingga kontak antara pelarut dengan simplisia lebih

maksimal.

Page 53: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3 Ekstraksi Limbah Kulit Pisang Kepok

Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 500

gram serbuk simplisia limbah kulit pisang kepok kuning diekstraksi dengan 2

liter pelarut etanol 96% dengan cara direndam selama 3 hari sambil sesekali

dilakukan pengadukan. Proses maserasi dilakukan sebanyak 13 kali sampai

warna maserat mendekati jernih dan sudah tidak ada senyawa yang tertarik

lagi oleh pelarut. Maserat yang diperoleh dari maserasi dipekatkan dengan

vaccum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental. Total ekstrak

etanol 96% limbah kulit pisang kepok kuning yang diperoleh sebanyak 67,52

gram dengan persen rendemen 13,50%.

Prinsip maserasi adalah pelarut yang digunakan dalam proses maserasi

akan masuk ke dalam sel tanaman melewati dinding sel, isi sel akan larut

karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dengan di luar

sel melalui proses difusi hingga terjadi keseimbangan antara larutan di dalam

sel dan larutan di luar sel (Ansel, 1989). Maserasi merupakan metode ekstraksi

dingin yang banyak digunakan dan paling sederhana diantara metode lain,

yaitu hanya dengan merendam sampel dalam pelarut yang sesuai. Sampel

dibuat dalam bentuk serbuk dengan tujuan memperluas permukaan bidang

sentuh antara etanol dan serbuk simplisia, dengan demikian penyarian dapat

lebih efektif . Pada saat maserasi, konsentrasi lingkungan luar sel lebih tinggi

dari pada konsentrasi dalam sel, sehingga isi sel termasuk zat aktifnya akan

keluar dan terlarut dalam pelarut (Anonim, 1993 dalam Yulianty, et al.,

2011).

Pemilihan etanol sebagai pelarut karena etanol (96%) sangat efektif

dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan

penganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan pengekstraksi

(Voight, 1994). Menurut Agustiningsih (2010) dalam Mardiyaningsih (2014),

etanol merupakan pelarut yang paling maksimal menarik senyawa fenolik dan

flavonoid dibandingkan dengan pelarut air atau campuran etanol-air.

Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari

adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari

karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20%

Page 54: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

keatas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan

air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan

lebih sedikit (Anonim, 1986).

Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida,

kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak,

malam, tanin dan saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat

pengganggu yang terlarut hanya terbatas. Untuk meningkatkan penyarian

biasanya menggunakan campuran etanol dan air. Perbandingan jumlah etanol

dan air tergantung pada bahan yang disari (Anonim, 1986).

4.4 Karakterisasi Ekstrak

A. Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak

Nama tanaman : Musa balbisiana BBB.

Bagian tanaman : Kulit buah

Nama Indonesia tanaman : Pisang Kepok

Organoleptik

Bentuk : cairan kental

Warna : cokelat kehitaman

Bau : khas

Rasa : agak pahit

B. Uji Kadar Air Pada Ekstrak

Kadar air ekstrak etanol 96% limbah kulit pisang kepok yang

diperoleh adalah 6,7%. Uji kadar air dilakukan dengan tujuan untuk

memberikan batas minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di

dalam bahan (Depkes RI, 2000). Range kadar air menurut Voight (1995),

tergantung terhadap jenis ekstrak yaitu ekstrak kering kadar air <5%,

ekstrak kental 5-20%, ekstrak cair >20%.

Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang

menentukan daya tahan produk pangan dan terkait aktivitas

mikroorganisme selama penyimpanan. Produk yang mempunyai kadar air

yang tinggi lebih mudah rusak karena produk tersebut dapat menjadi

Page 55: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

media yang kondusif bagi pertumbuhan mikroorganisme. Produk dengan

kadar air rendah relatif lebih stabil dalam penyimpanan jangka panjang

dari pada produk yang berkadar air tinggi (Pardede, et al., 2013).

Karakterisasi ekstrak perlu dilakukan untuk menilai kualitas

ekstrak yang digunakan sebagai bahan uji, maka perlu dilakukan

pemeriksaan organoleptis dan kadar air. Uji kadar air sangat penting

dilakukan karena untuk mengetahui kadar air ekstrak yang akan digunakan

sebagai agen antibakteri. Air merupakan media untuk bakteri tumbuh,

maka dari itu kadar air pada ekstrak uji sangatlah penting.

4.5 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit

sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol 96% limbah kulit pisang

kepok kuning sehingga dapat diketahui senyawa yang berpotensi sebagai

antibakteri. Pada skrining fitokimia ini, dilakukan uji golongan alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin, dan kuinon.

Berdasarkan hasil uji fitokimia (Tabel 1.) yang didapatkan, ekstrak

terbukti positif mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin dan kuinon. Hasil uji fitokimia yang didapatkan

sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zainab, et al.

(2013) dan Subrata, et al. (2011) dalam Fadhilah (2014), yang menyatakan

bahwa komponen fitokimia dari kulit pisang adalah tanin, kuinon, alkaloid,

flavonoid, dan saponin sebagai agen antimikroba. Kandungan lainnya yaitu

steroid, serotonin dan dopamin yang memberikan efek farmakologi.

Page 56: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 1 Hasil Uji Skrining Fitokimia

Metabolit

Sekunder

Hasil Pengamatan Hasil Uji Gambar

Alkaloid Terjadi endapan

berwarna merah +

Flavonoid

Terdapat

perubahan warna

menjadi merah

+

Saponin Terbentuk busa

stabil +

Tanin Terbentuk warna

hijau kehitaman +

Kuinon Terbentuk warna

merah +

Efek antibakteri merupakan karena adanya saponin, flavonoid, tanin,

kuinon, fenol, dan lektin (Priosoeryanto, 2005). Seyawa aktif berupa tanin,

saponin, flavonoid, terpenoid, alkaloid dan senyawa polifenol yang berperan

utama sebagai penghambat pertumbuhan bakteri patogen (Okoli, et al., 2009).

Prasetyo, et al., (2008) menyatakan bahwa saponin merupakan senyawa

metabolik sekunder yang berfungsi sebagai antiseptik sehingga memiliki

Page 57: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kemampuan antibakteri. Adanya zat antibakteri tersebut akan menghalangi

pembentukan atau pengangkutan masing-masing komponen ke dinding sel

yang mengakibatkan lemahnya struktur disertai dengan penghilangn dinding

sel dan pelepasan isi sel yang akhirnya akan mematikan maupun menghambat

petumbuhan sel bakteri tersebut.

Dewi (2010), menyatakan bahwa flavonoid bersifat polar sehingga

lebih mudah menembus lapisan peptidoglikan yang juga bersifat polar pada

bakteri Gram positif dari pada lapisan lipid yang nonpolar. Zat antibakteri

flavonoid dan kuinon bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri

dengan merusak dinding sel dan membran sitoplasma (Kandalkar, et al., 2010).

Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme

penghambatan bakteri oleh senyawa ini dengan mengganggu komponen

peyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak

terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson

(1995) dalam Pradana (2013)).

Flavonoid memiliki aktivitas antibakteri dengan cara mengikat asam

amino nukleofilik pada protein dan inaktivasi enzim. Senyawa saponin

menyebabkan penurunan tegangan permukaan sel dan menyebabkan sel lisis.

Senyawa tanin bekerja dengan cara mengikat dinding protein sehingga

pembentukan dinding sel bakteri terhambat (Matasyoh, et al., 2014).

Antibakteri tanin dapat membunuh pertumbuhan bakteri karena

mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein dan

menyebabkan membran sel bakteri mengkerut yang mengakibatkan perubahan

permeabilitas sel menjadi menurun (Okoli, et al., 2009).

4.6 Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram

Bakteri yang dibiakan untuk penelitian ini adalah bakteri

Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Propionibacterium

acne. Hasil pewarnaan Gram terhadap bakteri tersebut ditunjukkan pada

gambar 4.

Page 58: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(a) (b) (c)

Gambar 4. Hasil pewarnaan Gram bakteri Staphylococcus aureus (a),

Staphyococcus epidermidis (b), dan Propionibacterium acne (c) dibawah

mikroskop dengan perbesaran 100x10.

Gambar (a) menunjukan bakteri yang dibiakan pada kultur kerja adalah

bakteri Staphylococcus aureus yang berbentuk kokus (bulat) seperti buah

anggur. Gambar (b) menunjukan bakteri yang dibiakan adalah Staphylococcus

epidermidis yang berbentuk kokus (bulat). Gambar (c) menunjukan bakteri

yang dibiakan adalah bakteri Propionibacterium acne yang berbentuk basil

(batang). Ketiga bakteri tersebut merupakan bakteri Gram positif yang dapat

menyebabkan jerawat.

Pada pewarnaan Gram, bakteri Gram positif akan menghasilkan warna

ungu yang disebabkan banyaknya kandungan peptidoglikan pada dinding sel

bakteri Gram positif.

4.7 Pembuatan Kurva Pertumbuhan

Pertumbuhan ialah pertambahan teratur semua komponen suatu

mikroorganisme. Pertumbuhan jasad renik dapat diukur berdasarkan

konsentrasi sel (jumlah sel persatuan isi biakan) atau densitas sel (berat kering

dari sel-sel persatuan sel biakan) jumlah sel hidup biasanya dianggap sebagai

ukuran konsentrasi sel. Dalam praktek diukur absorbansi cahaya atau

penghamburan cahaya dari suatu biakan dengan cara fotoelektris dan

menghubungkan jumlah jasad renik hidup dengan ukuran-ukuran optik dalam

suatu kurva standar, dengan kurva standar ini semua hasil pengukuran optik

lebih lanjut dapat diubah menjadi konsentrasi sel (Jawetz, 1982 dalam

Khodijah, 2006).

Page 59: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menurut Jawetz (1982) dalam Khodijah (2006), bila suatu pembenihan

cairan ditanam kuman dari suatu biakan yang sebelumnya telah tumbuh

sampai jenuh dan jumlah sel-sel hidup ditentukan secara berkala dan

digambarkan pada suatu kertas maka biasanya akan diperoleh suatu kurva

pertumbuhan.

Pertumbuhan bakteri dapat dilihat dari perubahan nilai absrbansi yang

didapat setelah dilakukan pengukuran pada menit yang berbeda (Sugoro, et

al., 2008). Pada kurva pertumbuhan ini, terdapat dua fase, yaitu fase adaptasi

dan fase log (Gambar 5). Tujuan dari pembuatan kurva pertumbuhan ini

adalah untuk mengetahui fase logaritmik dari masing-masing bakteri uji. Fase

logaritmik ini merupakan fase yang cocok untuk pengujian antibakteri, karena

bakteri uji dalam keadan yang aktif melakukan pembelahan sel dengan laju

yang konstan (Jauhari, 2010).

Menurut Sugoro, et al. (2008), pada fase log terjadi pembelahan sel

yang cepat sehingga dinding selnya menipis dan diharapkan aktivitas dari

antibateri dapat terjadi secara maksimal. Sel yang paling sensitif adalah sel

dengan tingkat proliferasi yang tinggi (aktif melakukan pembelahan) dan

tingkat diferensiasi yang rendah, sedangkan sel yang resisten atau tidak mudah

rusak adalah sel dengan tingkat diferensiasi yang tinggi dan tidak melakukan

pembelahan.

Berdasarkan hasil kurva pertumbuhan yang terbentuk (Gambar 5),

dapat diketahui bahwa masing-masing bakteri uji memiliki waktu fase

logaritmik yang berbeda (Tabel 2). Fase log untuk Staphylococcus epideridis,

terjadi pada jam ke-4 sapai jam ke-9. Fase log untuk Staphylococcus aureus,

terjadi pada jam ke-3 sampai jam ke-15. Fase log untuk Propionibacterium

acne terjadi pada jam ke-4 sampai jam ke-9.

Page 60: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5. Kurva Pertumbuhan Bakteri Uji

Kurva ini dapat dibagi ke dalam 4 fase yaitu fase lag (adaptasi), fase

log (eksponensial), fase stasioner (seimbang) dan fase kematian (penurunan).

Pada fase lag atau adaptasi, suatu massa penyesuaikan diri dalam

lingkungannya yang baru. Fase log, biasanya pada fase ini ditunjukan dengan

garis horizontal pada awal pertumbuhannya. Di sini, populasi bertambah

secara teratur, menjadi dua kali lipat pada interval waktu tertentu selama

inkubasi. Fase eksponensial, fase ini laju pertumbuhan akan berkurang. Fase

stasioner, pada fase ini kehabisan zat makanan atau terjadi penumpukan hasil-

hasil metabolisme yang beracun sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan

terhenti (Jawetz, 1982 dalam Khodijah, 2006).

Tabel 2. Hasil Kurva Pertumbuhan

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Ab

sorb

ansi

(O

D)

Waktu (jam)

s.epidermidis

S. aureus

P.acne

Bakteri Uji Fase Lag (jam) Fase Log (jam)

Staphylococcus

epidermidis 1-3 4-9

Staphylococcus aureus 1-2 3-15

Propionibacterium acne 1-3 4-9

Page 61: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.8 Uji Aktivitas Antibakteri

Pada uji akitivitas antibakteri metode yang digunakan adalah metode

difusi cakram. Hasil daya uji antibakteri didasarkan pada pengukuran

Diameter Daerah Hambat (DDH) pertumbuhan bakteri yang terbentuk di

sekeliling kertas cakram. Bakteri yang digunakan, sebelumnya dilakukan

peremajaan terlebih dahulu untuk meregenerasi bakteri agar diperoleh bakteri

yang muda dan tidak terkontaminasi. Media agar yang digunakan untuk

peremajaan bakteri dan media pengujian adalah Nutrient Agar (NA).

Peremajaan bakteri dilakukan dengan menanam bakteri pada media

agar miring Nutrient Agar (NA) yang kemudian diinkubasi selama 24 jam

dalam inkubator pada suhu 37⁰C. Inkubasi dilakukan dengan tujuan untuk

mengkondisikan lingkungan pada suhu optimum perkembangan bakteri

sehingga dapat diketahui bahwa bakteri berkembang dengan baik.

Hasil dari peremajaan bakteri kemudian diperiksa dengan pewarnaan

Gram apakah terjadi kontainasi atau tidak. Bakteri hasil peremajaan yang tidak

terkontaminasi kemudian dibuat suspensi bakteri dengan melarutkan beberapa

ose bakteri ke dalam NaCl 0,9% sampai kekeruhannya sama dengan standar

0,5 Mc Farland atau setara dengan 3x108

CFU/mL (Tilton, et al., 1989 dalam

Poeloengan, et al., 2007). Suspensi bakteri yang kekeruhannya sudah sama

dengan standar Mc Farland kemudian diencerkan sampai 10-6

baru kemudian

diuji. Pengenceran bakteri dilakukan untuk mendapatkan kerapatan

pertumbuhan koloni yang sesuai (koloni yang tumbuh tidak terlalu rapat dan

tidak terlalu sedikit).

Metode pengujian yang dilakukan adalah spread plate. Sebanyak 100

µL suspensi bakteri dituang di atas media Nutrient Agar yang sudah mengeras

dalam cawan petri, kemudian diratakan dengan batang L sampai mengering.

Cawan petri yang sudah berisi bakteri tadi, kemudian ditaruh beberapa cakram

yang masing-masing berisi kontrol positif (klindamisin), kontrol negatif

(etanol 96%), dan caram yang berisi larutan uji dengan konsentrasi yang

berbeda-beda. Konsentrasi larutan uji yang dibuat merujuk pada penelitian

Rizka Hastari (2012).

Page 62: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kulit Pisang Kepok

Kuning terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan

Propionibacterium acne

Konsentrasi

ppm

(µg/mL)

Diameter Zona Hambat (mm)

Staphylococcus

aureus

Staphylococcus

epidermidis

Propionibacterium

acne

100.000 12,4 10,3 12,8

50.000 8,2 8,3 11,8

25.000 - 6,7 8,4

12.500 - - -

6.250 - - -

3.125 - - -

Kontrol

Positif

(30µg/disk)

14,9 15,3 15,9

Keterangan : (-) = tidak ada zona hambat

Pada uji pendahuluan, telah dilakukan pengujian dengan konsentrasi

terendah yaitu 10 ppm - 1000 ppm, namun hasilnya negatif, ekstrak tidak

menunjukan adanya aktivitas antibakteri. Uji pendahuluan kemudian dilanjutkan

dari 1000 ppm – 16.000 ppm, namun estrak masih belum menunjukan adanya

aktivitas antibakteri. Konsentrasi yang digunakan pada akhirnya merujuk pada

penelitian Rizka Hastari (2012). Ekstrak dibuat dalam konsentrasi besar yaitu

100.000 ppm, dan barulah dilakukan pengenceran menjadi 50.000 ppm, 25.000

ppm, 12.500 ppm, 6.250 ppm, dan 3.125 ppm. Aktivitas antibakteri telah

ditunjukan pada konsentrasi 25.000 ppm – 100.000 ppm terhadap bakteri

Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acne, dan konsentrasi 50.000

ppm – 100.000 ppm terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Page 63: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

47

Page 64: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bakteri uji diketahui bahwa ekstrak memiliki aktivitas antibakeri dengan kategori

sedang hingga kuat terhadap bakteri Staphylococcus aureus, kategori sedang

terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, dan kategori sedang hingga kuat

terhadap bakteri Propionibacterium acne.

Mitscher, et al., (1972) dalam Apristiani (2005) menyatakan bahwa, jika

ekstrak aktif pada konsentrasi >1000 µg/mL ekstrak tersebut dianggap tidak

berpotensi dikembangkan sebagai antimikroba baru dibanding obat-obat antibiotik

yang sudah ada sekarang. Ekstrak dikatakan berpotensi jika pada kadar pemberian

≤1000 µg/mL mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Berdasarkan pernyataan

tersebut, ekstrak etanol 96% limbah kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana)

memang memiliki aktifitas antibakteri, namun ekstrak tersebut tidak berpotensi

untuk dikembangkan sebagai obat antibakteri baru.

Page 65: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Ekstrak etanol 96% limbah kulit pisang kepok kuning (Musa

balbisiana) positif memiliki aktifitas sebagai agen antibakteri terhadp

bakteri penyebab jerawat (Staphylococcus aureus, Staphylococcus

epidermidis, dan Propionibacterium acne).

b. Berdasarkan luas daerah zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak

etanol 96% limbah kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana),

ekstrak masuk dalam kategori memiliki aktifitas antibakteri sedang

hingga kuat.

c. Ekstrak etanol 96% limbah kulit pisang kepok kuning (Musa

balbisiana) memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap bakteri

Propionibacterium acne, dengan menghasilkan diameter zona hambat

sebesar 8,4 mm pada konsentrasi 25.000 ppm.

d. Ekstrak etanol 96% limbah kulit pisang kepok kuning (Musa

balbisiana) tidak berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat

antibakteri terhadap ketiga bakteri penyebab jerawat (Staphylococcus

aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Propionibacterium acne).

5.2 Saran

a. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui aktivitas

antibakteri ekstrak etanol 96% limbah kulit pisang kepok kuning

terhadap bakteri Gram negatif.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap ekstrak limbah kulit

pisang kepok yang diperoleh dari pelarut lainya.

Page 66: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

50

Daftar Pustaka

Adam, Syamsuri. 1992. Dasar-dasar Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anonim. 2001. British Pharmacopeia. Published on The Recomendation of The

Medicine Commision. The Stasioner Office. London.

Anwange, B.A., 2008. Chemical Composition of Musa sapientum (Banana) Peels.

J. Food Tech. 2008.6(6). Hal : 263-266.

Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella thyphymurium Terhadap Ekstrak Daun

Jambu Biji (Psidium guajava L.). Bioscientiae. Volume I, No. I, Program

Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.

Apristiani, Dwi dan Puji Astuti. 2005. Isolasi Komponen Aktif Antibakteri

Ekstrak Kloroform Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.) dengan

Bioautografi. Biologi FMIPA UNS Surakarta.Biofarmasi 3 (2): 43-46,

Agustus 2005, ISSN: 1693-2242

Aziz, S., 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Umbi Bakung

Putih (Crinum asiaticum L.) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat. Skripsi.

Program Studi Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN

Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Bouman, R.W., 2007, Microbiology with diseases by taxonomy, Pearson

Benjamin cummings, San Fransisco.

Brooks, G.F., Butel, J.S., dan Morse, S.A., 2005. Mikrobiologi Kedokteran.

Jakarta: Salemba Medika.

Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Damayanti, Maya. 2014. Uji Efektivitas Larutan Bawang Putih (Allium sativum)

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes Secara Invitro.

Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan. UIN Syarifhidayatullah. Jakarta.

Departemen Kesehata RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Jakarta : Diktorat Jendral POM-Depkes RI

Dewi F K. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda

Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Jurusan

Biologi MIPA, Univ. Sebelas Maret. Surakarta.

Page 67: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dewi, S.A., 2009, Cara Ampuh Mengobati Jerawat, Buana Pustaka, Jakarta.

Dewi, TM. 2009. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat di Hutan Adat Pengajit Desa

Sahan Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang. Fakultas Kehutanan.

Untan. Pontianak.

Diah Aryulina, Ph.D., Choirul Muslimin, Ph.D., dkk. 2004. Biologi Jilid I.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Djajadisastra, Joshita, et al., 2009. Formulasi Gel Topikal Dari Ekstrak Nerii

Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4

Juli 2009: 210 -216. Universitas Indonesia. Fakultas MIPA.

Dzen SM, Santoso S., Roekistiningsih, Winarsih S., 2003. Bakteriologi Medik.

Edisi I. Bayumedia Publishing. Malang. Hal : 16-22, 122-123, 247-251.

Endang Sri Lestari, & Severin, J.A. (2009, December 15). Antimicrobial

Resistance in Indonesia: Prevalence, determinants and genetic basis.

Erasmus MC: University Medical Center Rotterdam.

Fadhilah, Fairuz Mohd Jalani, Suharni Mohamad, wan Nazatul Shima Shahidan.

Antibacterial effect of banana pulp extracts based on different extractio

methods againts selected microorganisms. Asian Journal of Biomedical and

Pharmaceutical Sciences; 04 (36); 2014, 14-19.

Finegold, MS dan Baron J.E. 1986. Bailey and Scott’s Diagnostic Microbiology

7th

Edition. Mosby Company. Toronto. Hal : 182.

Handayani, Dian. 2009. Isolasi Senyawa Kimia Utama dan Unji Aktivitas

Antibakteri dari Fraksi Etil Asetat Spon Laut Petrosia nigrans. Jurnal Sains

dan Teknologi Farmasi, Vol.14, No.1. ISSN:1410-00177

Hastari, Rizka. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Pelepah dan Batang

Tanaman Pisang Ambon (Musa paradisiaca var.sapientum) terhadap

Staphylococcus aureus.Semarang : Jurnal Universitas Diponegoro.

Heinrich, M. Barnes, J. Gibbons, S. Williansom, M, E. Fundamental Of

Pharmacognosy and Phytotherapy. Philadelpia: Penerbit Elsevier.

Hidayat, Yusuf dan Sutarma. 1999. Teknik Pembuatan Kultur Media Bakteri.

Balai Penelitian Veteriner, Bogor.

Page 68: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Holetz, F.B., G.L. Pesini, N.R. Sanchez, D. Aparicio, G. Cortez, C.V. Nakamura,

& B.P.D. Filho. 2002. Screening of Some Plants Used in The Brazillian

Folk Medicine for The Treatment of Infectious I. Journal of Bioline.

Jauhari, Lendra Tantowi. 2010. Seleksi dan Identifikasi Kapang Endofit Penghasil

Antimikroba Penghambat Pertumbuhan Mikroba Patogen. Skripsi. Fakultas

Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta

Jawetz, E., J. L. Melnick dan E. A. Adelberg. 2005. Mikrobiologi Untuk Profesi

Kesehatan Edisi 4. Diterjemahkan oleh Bonang, G.Jakarta : Penerbit Buku

Kesehatan.

Kandalkar, A., A. Patel, S. Darade, D. Baviskar. 2010. Free Radical Scavenging

Activity Of Euphrbia Hirta Linn. Leaves And Isolation Of Active Flavonoid

Myricitrin. Asian Journal of pharmaceutical and Clinical Research. ISSN :

0974-2441

Khan, Z.Z.; Assi M. & Mo0re, T.A. 2009. Recurent Epidural Abcess Caused by

Propionybacterium acnes. Khansas Journal of Medicine : 92-95.

Khodijah, Siti, B.J. Tuasikal, I. Sugoru, dan Yusneti. 2006. Pertumbuhan

Streptococcus agalactiae Sebagai Bakteri Penyebab Mastitis Subklinis Pada

Sapi Perah. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah : Jakarta.

Loveckova, Y. dan Havlikova, I., 2002, A Microbiological Appoach to Acne

Vulgaris, Papers, 146 (2) : 29-32.

Matsyoh, Lex G., et al. 2014. Antimicrobial Assay and Phyto-cemical Analysis of

Solanum nigrum Complex Growing in Kenya. African Journal of

Microbiology Research. Vol. 8 (50)

Mardaningsih, Ana dan Resmi Aini. 2014. Pengembangan Potensi Ekstrak Daun

Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb) Sebagai Agen Antibakteri.

Pharmaciana, Vol. 4, No. 2, 2014: 1845-192.

Mariance Thomas, Manuntun Manurung, dan I. A. R. astiti Asih, 2013,

Pemanfaatan Zat Warna Alam Dari Ekstrak Kulit Akar Mengkudu (Morinda

citrifolia Linn) Pada Kain Katun, Jurnal Kimia, 7 (2) : 119-126

Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, a.b. Kosasih

Padmawinata, Penerit ITB, Bandung.

Page 69: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mulyadi, M., Wuryanti, et al., 2013. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Kadar Sampel Alang-alang (Imperata cylindrica) dalam Etanol Melalui

Metode Difusi Cakram. Jurnal Chem. Info. 1(1): 35-42

Munadjim, Drs., 1988. ” Teknologi Pengolahan Pisang”. Penerbit PT Gramedia.

Jakarta.

Musalam, Y. 2001. Pemanfaatan Saponin Biji Teh Pembasmi Hama Udang. Pusat

Penelitian Perkebunan Gambung. Kabupaten Bandung.

Mutairi and Jasser. 2012. Effect of using Rotary Evaporator on Date Dibs

Quallity. Journal of American Science : 8 (11).

Ncube NS, Afolayan AJ, Okoh AI. Assessment techniques of antimicrobial

properties of natural compounds of plant origin: current methods and future

trends. African Journal of Biotechnology 2008; 7 (12):

Neil A. Campbell, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2002. BIOLOGY, Fifth

Edition. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Ngajow, Mercy, Jemmy Abidjulu, Vanda S. Kamu. 2013. Pengaruh Antibakteri

Ekstrak Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus secara In Vitro. Jurnal MIPA UNSRAT 128-132

Nilsson, Lars, Flock, Pei, Lindberg, dan Guss.,1998, A Fibrinogen-Binding

Protein of Staphylococcus epidermidis, Infection and Immunity, 66 (6) :

2666-2673

Ningsih, Ayu Putri., et al., 2013. “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kental

Tanaman Pisang Kepok Kuning (Musa paradisiaca Linn.) terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli”. Jurnal Biologi Universtas

Andalas.

Noorhamdani, Nur Permatasari, Annie Minerva. 2012. “Ekstrak Metanol Kulit

Pisang Ambon Muda (Musa paradisiaca L.) Sebagai Antimikroba Terhadap

Bakteri Escherichia coli Secara Invitro”. Mikrobiologi FKUB. Malang.

Nugroho, B. W., Dadang, & Prijono, D. 1999. “Pengembangan dan Pemanfaatan

Insektisida Alami”. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu, IPB. Bogor.

Nur, Jumriah, Zaraswati Dwyana, et al., 2012. “Bioaktivitas Getah Pelepah Pisang

Ambon Musa paradisiaca var sapientum Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Page 70: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeuroginosa dan Escherichia coli”.

Jurnal Universitas Hasanudin, Fakultas MIPA, Jurusan Biologi.

Oakley, Amanda, 2009, Bacteria in acne, www. Dermanetnz.org. Diakses 28

Januari 2015 Pukul 22:05

Okoli, R.I., A. A. Turay., J.K Mensah and A. O. Aigbe. 2009. Phytochemical and

Antimicrobial Properties of Four Herbs From Edo State, Nigeria. Report

and Opinion. 1 (5) : 67-73. ISSN: 1553-9873.

Pardede, Antoni, Ratnawati, Devi, H.P, Agus Martono. 2013. Ekstraksi dan

Karakterissi Pektin dari Kulit Kemiri (Alleurites Mollucana Willd). ISSN

2085-3548.

Pelczar, M. J. Dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid I.

Jakarta : Universitas Indonesia.

Permawati, Mia. 2008. Karakterisasi Ekstrak Gandarusa (Justcia gendarussa

Burm. F. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas

Indonesia.

Poeloengan, Masniari, Andriani, Susan N.M, et al., 2007. Uji Daya Antibakteri

Ekstrak Etanol Kulit Batang Bungur (Langerstoremia speciosa Pers.)

Terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli Secara In Vitro.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteruner.

Pradana, Dedi, et al., 2013. Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit Batang Rhizophora

mucronata Terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila,

Streptococcus agalactiae Dan Jamur Saprolegnia sp. Secara In Vitro.

Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Indonesia. 20155.

Pramasanti, 2008, Perawatan Jerawat, kesehatan.07x.net, Diakses 28 Januari 2015

Pukul 22:10

Prasetyo, et al., 2008. Aktivitas Sediaan Gel Ekstrat Batang Pohon Pisang Ambon

dalam Proses Penyembuhan Luka Pada Mencit. Fakultas edokteran Hewan.

IPB. Bogor.

Pratiwi S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Priosoeryanto,et al., 2006. Aktifitas getah batang pohon pisang dalam proses

persembuhan luka dan efek kosmetiknya pada hewan. IPB. Bogor.

Page 71: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Raihana, Nadia. 2011. Profil Kultur Dan Uji Sensitivitas Bateri Aerob Dari

Infeksi Luka Operasi Laparatomi di Bangsal Bedah RSUP DR. M. Djamil

Padang. Program Pasca Sarjana Universitas Andalas. Padang.

Rosidah, Wila Mahita Afizia. 2012. Potensi Ekstrak Daun Jambu Biji Sebagai

Antibakterial Untuk Menanggulangi Serangan Bakteri Aeromonas

hydrophila Pada Ikan Gurame (Osphromemus gourany lacepede). Jurnal

Akuatika Vol. III No. I / Maret 2012. ISSN 0853-2523

Rostinawati, T. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak etanol Bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi dan

staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Agar. Fakultas Farmasi.

Universitas Padjadjaran. Jatinagor.

Saising, J.; Hiranrat, A.; Mahabusarakan, W.; Ongsakul, M. & Voravuthikunchai,

S.P. 208. Rhodomyrthone from Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk. As a

Natural Antibiotic for Staphylococcus Cutaneous Infection. Journal of

Health Science, 54(5) 589-595.

Salau, B.A., Anjani, E.O., Akinlolu, A.A., Ekor, M.N., dan Soladoye, M.O, 2010.

Methanolic Extract of Musa sapientum Sucker Moderates Fasting Blood

Glucose and Body Weight of Alloxan Induced Diabetic Rats. ASIAN

J.EXP.BIOL.SCI., Vol 1 (I) 2010. Hal : 30-35.

Soesanto, L. Dan Ruth, F. R. 2009. Pengimbasan Ketahanan Bibit Pisang Ambon

Kuning Terhadap Peyakit Layu Fusarium dengan Beberapa Jamur

Antagonis. Jurnal HPT Tropika 9 (2): 130-140.

Soesilo, Slamet, Drs. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen

kesehatan Republik Indonesia.

Sri Atun, Retno Arianingrum, Sri Handayani, et al., 2007. Identification And

Antioxidant Activity Test Of Some Compounds From Methanol Extract

Peel Of Banana (Musa paradisiaca Linn.). Indo. J. Chem., 2007, 7 (1), 83 –

87

Standar Nasional Indonesia. SNI 01-4481-1998. Pisang Kepok Kuning (Mussa

balbisiana L.). Badan Standarisasi Nasional – BSN.

Sudjaji, Drs. Bagod, M.Ed., Dra. Siti Laila, M.Pd. 2006. BIOLOGI Sains dalam

Kehidupan. Penerbit Yudhistira.

Page 72: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sugita, T.; Miyamoto, M.; Tsuboi R.; Takatori, K.; Ikeda, R. & Nishikawa, A.

(2010). In Vitro Activities of Azole Antifungal Agents againts

Propionibacterium acnes Isolated from Patients with Acne Vulgaris. Biol

Pharm Bull. 33(1): 125-127

Sugoro, Y.I, Windusari, dan D. Tetriana. 2008. Dosis Inaktif dan Kadar Protein

Klebsiella pneumonia K5 Hasil Iradiasi Gmma. Jurnal Ilmiah Aplikasi

Isotop dan Radiasi. Vol. 4, No.1.

Syahrurachman, A. dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi.

Binarupan Aksara, Jakarta.

Tiwari, P. Kumar, B. Kaur, M. Kaur, G. Kaur, H. 2011. Phytochemical screening

and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia. Vol. 1.

Issue. 1.

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada Press.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Alih Bahasa Drs. Soedani

Noerono Soewandhi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta : 577-578.

Waalkes, T.P., Sjoerdsma, A., Creveling C.R., Weishbach,.H., Undenfriends S.,

1985. Serotonin, Norepinephrine, and Related Compounds in Banana.

Science 127(3299). Hal : 648-650

Yulianty, Risfah, Herlina Rante, et al., 2011. Skrining dan Analisis KLT-

Bioautografi Senyawa Antimikroba Beberpa Ekstrak Spons Asal Perairan

Laut Pulau Barrang Lompo, Sulawesi Selatan. Majalah Obat Tradisional,

16 (02), 88 – 94.

Page 73: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

57

LAMPIRAN

Lampiran 1. Penyiapan Sampel

Bagian lengkap tanaman diperoleh dari perkebunan di daerah Garut

Determinasi tanaman di LIPI

Membeli limbah kulit pisang dari pedagang kripik pisang

Limbah kulit dicuci bersih kemudian ditiriskan

Berat limbah kulit pisang ditimbang

Limbah kulit pisang di rajang kecil-kecil

BALITRO

(pengeringan dan pengukuran kadar air)

Simplisia kering (Serbuk)

Page 74: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Hasil Determinasi Tanaman Pisang Kepok (Musa balbisiana)

Page 75: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Pembuatan Ekstrak Limbah Kulit Pisang Kepok

Mengumpumpulkan limbah kulit pisang kepok yang sudah matang

(kuning sempurna)

), melakukan sortasi.

Limbah kulit pisang dicuci bersih, kemudian dikeringkan

Limbah kulit pisang di rajang kecil-kecil

Pengeringan dan pengukuran kadar air dilakukan di

BALITRO

Diperoleh simplisia serbuk

Serbuk limbah kulit pisang kepok (500 gram) dimaserasi dengan

etanol 96% selama 3 hari (diulang sampai maserat jernih)

Hasil maseratnya kemudian di evporasi menggunakan

evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental

Ekstrak kental yang didapat, kemudian diskrining

fitokimia

Page 76: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Proses Maserasi

a. serbuk direndam dengan b. toples ditutup rapat agar c. hasil maserasi

2 liter etanol 96% terhindar dari cahaya setelah 3 hari

d. penyaringan tahap 1 e. penyaringan tahap 2 f. filtrat siap dievap

menggunakan kapas menggunakan kertas saring

Lampiran 5. Hasil Perhitungan Rendemen

Rendemen = Massa Ekstrak x 100%

Massa Simplisia

= 67,52 x 100%

500

= 13,50 %

Lampiran 6. Perhitungan Persentase Kadar Air Ekstrak

% Kadar Air Ekstrak = massa awal – masa setelah dikeringkan x 100%

Massa awal

= 26,840 gram – 25,041gram x 100%

26,840 gram

= 6,702%

Page 77: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Perhitungan Pengenceran Konsentrasi dari Larutan Induk

Rumus = V1M1=V2M2

Keterangan = V1 = volume larutan induk yang dibutuhkan (mL)

V2= volume yang akan dibuat (mL)

M1= konsentrasi larutan induk (ppm)

M2= konsetrasi yang akan dibuat (ppm)

1. Pembuatan konsentrasi 50.000 ppm :

V1.100.000 ppm = 50.000 ppm. 10 mL

V1 = 500.000

100.000

V1 = 5 mL

Volume etanol 96% yang dibutuhkan = 10 mL – 5 mL= 5 mL

Jadi, untuk membuat konsentrasi 50.000 ppm dibutuhkan 5 mL larutan

induk, yang akan diencerkan dengan 5 mL etanol 96%.

2. Pembuatan konsentrasi 25.000 ppm :

V1.100.000 ppm = 25.000 ppm. 10 mL

V1 = 250.000

100.000

V1 = 2,5 mL

Volume etanol 96%. yang dibutuhkan = 10 mL – 2,5 mL= 7,5 mL

Jadi, untuk membuat konsentrasi 25.000 ppm dibutuhkan 2,5 mL larutan

induk, yang akan diencerkan dengan 7,5 mL etanol 96%.

3. Pembuatan konsentrasi 12.500 ppm :

V1.100.000 ppm = 12.500 ppm. 10 mL

V1 = 125.000

100.000

V1 = 1,25 mL

Volume etanol 96%. yang dibutuhkan = 10 mL - 1,25 mL= 8,75 mL

Jadi, untuk membuat konsentrasi 12.500 ppm dibutuhkan 1,25 mL

larutan induk, yang akan diencerkan dengan 8,75 mL etanol 96%.

Page 78: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Pembuatan konsentrasi 6.250 ppm :

V1.100.000 ppm = 6.250 ppm. 10 mL

V1 = 62.500

100.000

V1 = 0,625 mL

Volume etanol 96%. yang dibutuhkan = 10 mL – 0,625 mL= 9,375 mL

Jadi, untuk membuat konsentrasi 6.250 ppm dibutuhkan 0,625 mL

larutan induk, yang akan diencerkan dengan 9,375 mL etanol 96%.

5. Pembuatan konsentrasi 3.125 ppm :

V1.100.000 ppm = 3.125 ppm. 10 mL

V1 = 31.250

100.000

V1 = 0,313 mL

Volume etanol 96%. yang dibutuhkan = 10 mL – 0,313 mL= 9,687 mL

Jadi, untuk membuat konsentrasi 3.125 ppm dibutuhkan 0,313 mL

larutan induk, yang akan diencerkan dengan 9,687 mL etanol 96%.

Page 79: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Uji Aktivitas Antimikroba

Lampiran 9. Hasil Uji Aktivitas Antimikroba

(a) (b)

Gambar 7. Hasil uji aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi

3.125ppm, 6.250 ppm, 12.500 ppm (a) dan konsentrasi 25.000ppm, 50.000 ppm, 100.000 ppm (b).

Sterilisasi alat

Pembuatan Standar Turbiditas Mc. Farland

Peremajaan Bakteri

Identifikasi Bakteri

Pembuatan Suspensi Bakteri Uji

Pembuatan Media Agar, Uji Aktivitas Antimikroba

Page 80: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kuning …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29147/1... · Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis,

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(c) (d)

Gambar 8. Hasil uji aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dengan konsentrasi

3.125ppm, 6.250 ppm, 12.500 ppm (c) dan konsentrasi 25.000ppm, 50.000 ppm, 100.000 ppm (d).

(e) (f)

Gambar 9. Hasil uji aktivitas terhadap bakteri Propionibacterium acne dengan konsentrasi

3.125ppm, 6.250 ppm, 12.500 ppm (e) dan konsentrasi 25.000 ppm, 50.000 ppm, 100.000 ppm (f).