UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ......

90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ii UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL NANOPARTIKEL GLUKOSAMIN HIDROKLORIDA DENGAN VARIASI KONSENTRASI KITOSAN MENGGUNAKAN SEL DIFUSI FRANZ SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi ASYRAQ FAHRUZZAMAN NIM: 1113102000034 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA AGUSTUS 2017

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ......

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UINSyarifHidayatullahJakarta

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL NANOPARTIKEL GLUKOSAMIN HIDROKLORIDA

DENGAN VARIASI KONSENTRASI KITOSAN MENGGUNAKAN SEL DIFUSI FRANZ

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

ASYRAQ FAHRUZZAMAN NIM: 1113102000034

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA AGUSTUS 2017

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UINSyarifHidayatullahJakarta

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Asyraq Fahruzzaman

NIM : 1113102000034

Tanda Tangan :

Tanggal

:

1 Agustus 2017

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin
Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin
Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UINSyarifHidayatullahJakarta

vi

ABSTRAK

Nama : Asyraq Fahruzzaman Program Studi : Farmasi Judul Skripsi : Uji Penetrasi Gel Transdermal Nanopartikel

Glukosamin Hidroklorida dengan Variasi Konsentrasi Kitosan Menggunakan Sel Difusi Franz

Glukosamin hidroklorida merupakan suplemen yang mampu membantu mengatasi gejala osteoartritis. Pemberian glukosamin HCl melalui rute transdermal menggunakan sistem penghantaran nanopartikel diharapkan mampu meningkatkan daya penetrasinya yang rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh sistem nanopartikel dan variasi konsentrasi kitosan terhadap penetrasi glukosamin HCl. Nanopartikel dibuat dengan metode gelasi ionik menggunakan matriks kitosan dan penyambung silang Na-TPP. Nanopartikel dibuat dalam 3 formula F1, F2, dan F3 dengan variasi konsentrasi kitosan masing-masing 1%, 0,5%, dan 0,25% serta satu formula tanpa nanopartikel. Uji penetrasi secara in vitro dilakukan menggunakan alat sel difusi franz dengan membran kulit tikus. Hasil uji penetrasi menunjukkan jumlah kumulatif glukosamin HCl yang terpenetrasi per luas area selama 8 jam untuk F1, F2, F3, dan Non-nano secara berturut-turut adalah 528,2 µg/cm2 ; 583,4 µg/cm2 ; 557,9 µg/cm2 dan 314,2 µg/cm2. Fluks penetrasi menit ke 10 untuk F1, F2, F3, dan Non-nano secara berturut-turut adalah 1879,9 µg/cm2 jam; 1695,6 µg/cm2 jam; 1505 µg/cm2 jam; dan 473,1 µg/cm2 jam. Sistem nanopartikel dapat meningkatkan jumlah kumulatif dan fluks penetrasi glukosamin HCl yang ter penetrasi per luas area jika dibandingkan dengan sediaan yang dibuat tanpa sistem nanopartikel. Tidak terdapat pengaruh dari konsentrasi kitosan yang digunakan dalam formula terhadap penetrasi glukosamin HCl kecuali antara F1 dan F3 pada menit ke-10 hingga menit ke-30. Kata kunci: glukosamin HCl, nanopartikel, kitosan, penetrasi, difusi franz.

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UINSyarifHidayatullahJakarta

vii

ABSTRACT

Name : Asyraq Fahruzzaman Major : Pharmacy Title : Penetration of Nanoparticle Glucosamine Hidrocloride

Transdermal Gel With Variance of Chitosan Concentration by In Vitro Test Using Franz Diffusion Cells

Glucosamine hydrochloride is a supplement that is considered able to overcome the symptoms of osteoarthritis. Administration of glucosamine hydrochloride via the transdermal route using nanoparticle delivery systems is expected to increase its low penetration ability. The purpose of this study was to determine the effect of nanoparticle system and chitosan concentration on the penetration of glucosamine HCl. The nanoparticles were prepared by ionic gelation method using chitosan matrix and Na-TPP as crosslinker. Nanoparticles prepared in three formulas F1, F2, and F3 with chitosan concentration variations of 1%, 0.5%, and 0.25% and one without nanoparticle. The in vitro penetration test was performed using a franz diffusion cell with mouse skin membrane. The result showed cumulative amount of glucosamine that penetrated per area for 8 hours for F1, F2, F3, and Non-nano respectively 528.2 µg / cm2; 583.4 µg / cm2; 557.9 µg / cm2 and 314.2 µg / cm2. Flux penetration at 10th minute for F1, F2, F3, and Non-nano respectively 1879.9 µg/cm2 h; 1695.6 µg/cm2 h; 1505 µg/cm2 h; and 473.1 µg/cm2 h. The cumulative amount and flux penetration of glucosamine HCl were better with nanoparticle system than without nanoparticle. Variation of chitosan concentrartion used in this formulation of did not show significant effect on the penetration of glucosamine hydrochloride except between F1 and F3 at the 10th minute until the 30th minute.

Keywords: glucosamine hydrochloride, nanoparticle, chitosan, penetration, Franz diffusion

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UINSyarifHidayatullahJakarta

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Uji Penetrasi Gel Transdermal Nanopartikel Glukosamin HCl dengan Variasi Konsentrasi Kitosan Menggunakan Sel Difusi Franz” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi, bantuan baik moral maupun material serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt. dan Bapak Drs. Umar Mansyur, M.Sc.,

Apt. Sebagai pembimbing yang telah membimbing dan membantu penulis dalam penelitian hingga menyusun skripsi.

2. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. Selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Eka Putri, M.Si., Apt. sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan dukungan dalam menghadapi permasalahan akademik.

4. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kedua orang tua saya, Umi dan Abi tercinta, yaitu Bapak Brilliantoro dan Ibu Maulina Dian Purwanti yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tiada henti senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, serta dukungan baik secara moril dan materil. Kepada saudara-saudaraku tersayang Azzam, Ghulam, Rakha, dan Jabran yang telah memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Teman seperjuangan penelitian, Marrisa, atas perhatian, kerja sama, kebersamaan dan waktu untuk mendengarkan segala keluh kesah selama penelitian.

7. Seluruh laboran, Kak Eris, Kak Rahmadi, Kak Yaenap, Kak Rani, Kak Tiwi, dan Kak Walid yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

8. Teman-teman seangkatan Farmasi 2013 yang telah memberikan semangat dan doa selama ini

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UINSyarifHidayatullahJakarta

ix

9. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berdoa semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, 1 Agustus 2017

Penulis

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UINSyarifHidayatullahJakarta

x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Asyraq Fahruzzaman

NIM : 1113102000034

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya, dengan judul:

Uji Penetrasi Gel Transdermal Nanopartikel Glukosamin Hidroklorida

dengan Variasi Konsentrasi Kitosan Menggunakan Sel Difusi Franz

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian penyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada Tanggal : 1 Agustus 2017

Yang menyatakan

(Asyraq Fahruzzaman)

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UINSyarifHidayatullahJakarta

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1. Latar belakang ...................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5 2.1. Osteoartritis .......................................................................................... 5 2.2. Glukosamin HCl ................................................................................... 6 2.3. Gel Transdermal ................................................................................... 8 2.4. Kulit .................................................................................................... 10

2.4.1. Struktur Kulit ............................................................................ 11 2.4.2. Jalur Penetrasi Obat Melalui Kulit ........................................... 12 2.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Absorbsi Perkutan ....................... 13

2.5. Nanopartikel Kitosan .......................................................................... 14 2.6. Kitosan ............................................................................................... 16 2.7. Natrium Tripolifosfat ......................................................................... 17 2.8. Monografi ........................................................................................... 18

2.8.1. Tween 80 .................................................................................. 18 2.8.2. Hidroksipropilmetil Selulosa .................................................... 18 2.8.3. Propilen Glikol ......................................................................... 20 2.8.4. Metil Paraben ........................................................................... 21 2.8.5. Propil Paraben .......................................................................... 22

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UINSyarifHidayatullahJakarta

xii

2.9. Uji Penetrasi ....................................................................................... 22 2.10. Spektrofotometer UV Visibel ........................................................... 23

2.10.1. Teori Spektrofotometri ........................................................... 23 2.10.2. Komponen Spektrofotometri UV-Vis ......................................... 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 26 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 26 3.2. Bahan Penelitian ................................................................................. 26 3.3. Alat Penelitian .................................................................................... 26 3.4. Prosedur Kerja .................................................................................... 26

3.4.1. Preparasi Nanopartikel Glukosamin HCl ................................. 26 3.4.2. Preparasi Sediaan Gel Nanopartikel Glukosamin HCl ............ 27 3.4.3. Evaluasi Gel Glukosamin HCl ................................................. 28 3.4.4. Uji Penetrasi ............................................................................. 29

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 32 4.1. Preparasi Nanopartikel Glukosamin HCl ........................................... 32 4.2. Preparasi Sediaan Gel Nanopartikel Glukosamin HCl ...................... 32 4.3. Evaluasi Gel Nanopartikel Glukosamin HCl ..................................... 33

4.3.1. Pemeriksaan Organoleptik ....................................................... 33 4.3.2. Pemeriksaan Homogenitas ....................................................... 34 4.3.3. Pengukuran pH ......................................................................... 35 4.3.4. Pengukuran Viskositas dan Rheologi ....................................... 36

4.4. Uji Penetrasi Gel Nanopartikel Glukosamin HCl .............................. 38 4.4.1. Pembuatan Senyawa Phenyl Thiourea (PTH) .......................... 40 4.4.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Phenyl Thiourea

(PTH) ........................................................................................ 40 4.4.3. Pembuatan Kurva Standar Glukosamin HCl ............................ 40 4.4.4. Jumlah Kumulatif Zat Terpenetrasi Per Luas Area .................. 40 4.4.5. Fluks Penetrasi ......................................................................... 43

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 46 5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 46 5.2. Saran ................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 47

LAMPIRAN ......................................................................................................... 51

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UINSyarifHidayatullahJakarta

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Sendi Normal dan Osteoartritis .......................................... 6 Gambar 2.2 Struktur Glukosamin HCl .................................................................. 7

Gambar 2.3 Struktur Kulit ................................................................................... 10 Gambar 2.4 Jalur Penetrasi Zat Melalui Kulit .................................................... 12

Gambar 2.5 Struktur Kitosan .............................................................................. 17 Gambar 2.6 Struktur Natrium Tripolifosfat ........................................................ 17

Gambar 2.7 Struktur Propilen Glikol .................................................................. 20 Gambar 2.8 Struktur Metil Paraben .................................................................... 21

Gambar 2.9 Struktur Propil Paraben ................................................................... 21 Gambar 2.10 Franz Diffusion Cell ........................................................................ 23

Gambar 4.1 Gel Nanopartikel Glukosamin HCl ................................................. 33 Gambar 4.2 Gel Glukosamin HCl Non-nano ...................................................... 34

Gambar 4.3 Uji Homogenitas Gel Nanopartikel Glukosamin HCl ..................... 34 Gambar 4.4 Uji Homogenitas Gel Glukosamin HCl Non-nano ......................... 35

Gambar 4.5 Grafik Viskositas Gel Nanopartikel Glukosamin HCl .................... 36 Gambar 4.6 Kurva Rheologi Gel Nanopartikel Glukosamin HCl ...................... 37

Gambar 4.7 Kurva Kalibrasi Glukosamin HCL .................................................. 40 Gambar 4.8 Grafik Jumlah Kumulatif Difusi Glukosamin HCl Per Luas Area . 42

Gambar 4.9 Grafik Fluks Penetrasi Glukosamin HCl Per Luas Area ................. 44

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UINSyarifHidayatullahJakarta

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Formula Nanopartikel Glukosamin HCl ............................................... 26

Tabel 3.2 Formula Gel Nanopartikel Glukosamin HCl ........................................ 27

Tabel 4.1 pH Gel Nanopartikel Glukosamin HCl ................................................. 35

Tabel 4.2 Viskositas Gel Nanopartikel Glukosamin HCl ..................................... 37

Tabel 4.3 Jumlah Kumulatif Difusi Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area ....... 41

Tabel 4.4 Persentase Kumulatif Difusi Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area . 42

Tabel 4.5 Fluks Difusi Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area ........................... 44

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UINSyarifHidayatullahJakarta

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Skema Prosedur Penelitian .............................................................. 51

Lampiran 2 Persentase Torque Gel Glukosamin HCl ......................................... 52

Lampiran 3 Panjang Gelombang Maksimum Phenyl Thiourea (Hasil Derivatisasi Glukosamin HCl) ............................................................................. 53

Lampiran 4 Absorbansi Standar Glukosamin HCl ............................................. 54

Lampiran 5 Data Hasil Uji Penetrasi F1 ............................................................. 55

Lampiran 6 Data Hasil Uji Penetrasi F2 ............................................................. 55

Lampiran 7 Data Hasil Uji Penetrasi F3 ............................................................. 56

Lampiran 8 Data Hasil Uji Penetrasi Non-nano ................................................. 56

Lampiran 9 Data Fluks Penetrasi F1 ................................................................... 57

Lampiran 10 Data Fluks Penetrasi F2 ................................................................... 57

Lampiran 11 Data Fluks Penetrasi F3 ................................................................... 58

Lampiran 12 Data Fluks Penetrasi Non-nano ....................................................... 58

Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin HCl Per Luas Area .................................................................................................. 59

Lampiran 14 Contoh Perhitungan Fluks Penetrasi Glukosamin HCl ................... 60

Lampiran 15 Hasil Uji Statistik pH Gel Nanopartikel Glukosamin HCl .............. 61

Lampiran 16 Hasil Uji Statistik Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Terpenetrasi Per Luas Area ................................................................................... 62

Lampiran 17 Hasil Uji Statistik Fluks Penetrasi Glukosamin HCl ....................... 68

Lampiran 18 Gambar Alat yang Digunakan ......................................................... 75

Lampiran 19 Sertifikat Analisa Kitosan ................................................................ 76

Lampiran 20 Sertifikat Analisa HPMC ................................................................. 77

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Osteoartritis adalah artritis yang paling umum di dunia. Penyakit ini

ditandai dengan degenerasi tulang rawan sendi yang dapat menyebabkan

remodeling tulang dan synovitis (Fox & Stephens, 2007). Osteoartritis merupakan

penyakit progresif yang dapat memperburuk fungsi fisik dari waktu ke waktu.

Pasien dengan osteoartritis memiliki kerusakan pada tulang rawan artikular, yang

mengarah ke nyeri sendi dan penurunan mobilitas sekitar sendi (Pesek, dkk.,

2016). Diperkirakan bahwa 9,6% laki-laki dan 18% perempuan dengan usia 60

tahun di seluruh dunia memiliki gejala osteoartritis. Pada tahun 1990, penyakit ini

berada pada urutan delapan teratas penyakit nonfatal yang membebankan, dan

menyumbang angka 2,8% dari total individu yang hidup dengan kecacatan

(Hammad, Magid, & Sobhy, 2014).

Sendi dilindungi oleh kartilago dan dilumasi dengan cairan sinovial

sehingga kita bisa bergerak dan memutar setiap sendi secara bebas tanpa rasa

sakit. Zat utama yang terdapat dalam tulang rawan, tendon, ligamen, cairan

sinovial dan membran mukus kita adalah proteoglikan dan glikosaminoglikan.

Senyawa proteoglikan menjalani proses metabolisme dan sintesis secara berulang

dan konstan. Ketidakseimbangan dapat terjadi dalam proses tersebut yang

diakibatkan oleh penuaan atau kondisi medis lain sehingga menyebabkan

terjadinya artritis (Hammad, Magid, & Sobhy, 2014).

Glukosamin merupakan suplemen yang mampu membantu mengatasi

gejala osteoartritis. Glukosamin mampu mencegah rasa sakit dengan memperbaiki

sel-sel yang melapisi sendi (Arya & Jain, 2013). Terbukti pada penelitian

preklinis pada hewan percobaan bahwa glukosamin memiliki efek antiinflamasi

melalui pengurangan faktor nuklear kappa beta yang diinduksi oleh Interleukin-1

(IL-1). Beberapa penelitian pada manusia juga telah menunjukkan bahwa

glukosamin HCl mengurangi produksi IL-1 yang merangsang enzim katabolik dan

penanda inflamasi seperti prostaglandin E2 dengan sel kondrosit dan sinovial dari

pasien dengan osteoartritis (Fox & Stephens, 2007).

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2

Glukosamin secara umum digunakan baik dalam bentuk glukosamin

hidroklorida atau bentuk sulfat. Penggunaan glukosamin bebas (bebas garam)

dalam penghantaran transdermal mungkin menguntungkan tetapi menunjukkan

stabilitas fisiko-kimia yang sangat rendah, sehingga membuat senyawa ini tidak

dapat digunakan untuk penggunaan klinis. Glukosamin sulfat sangat tidak stabil,

di sisi lain, glukosamin hidroklorida memiliki stabilitas yang baik (Han, dkk.,

2010).

Glukosamin peroral diabsorpsi di saluran pencernaan kemudian

mengalami metabolisme lintas pertama yang signifikan dalam hati dan

menghasilkan bioavailabilitas sebesar 26% (Barclay, Tsourounis, & Mccart,

1998), selain itu glukosamin juga diambil oleh jaringan nonsendi. Kedua hal

tersebut menyebabkan penggunaan glukosamin secara peroral membutuhkan

dosis yang tinggi dalam penggunaanya.

Melokalisasi pemberian pada persendian melalui rute transdermal

merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas

penggunaan glukosamin. Pemberian secara transdermal akan menghindari obat

dari metabolisme lintas pertama sehingga akan meningkatkan bioavailabilitas,

maka dosis yang diberikan lebih sedikit dibandingkan dosis oral. Namun, hanya

sedikit informasi yang ada mengenai kemampuan penetrasi dari glukosamin

melalui kulit, tampaknya kemampuan glukosamin berpenetrasi ke dalam kulit

cukup rendah karena polaritas dan hidrofilisitasnya (Dalirfardouei, Karimi, &

Jamialahmadi, 2016).

Teknologi nanopartikel mampu mengatasi masalah tersebut karena

nanopartikel atau sering disebut dengan nanocarrier dapat meningkatkan

penetrasi obat ke dalam tubuh melewati kulit (Goyal, dkk., 2016). Berbagai

polimer dapat digunakan untuk membuat nanopartikel, namun kitosan memiliki

keunggulan karena telah terbukti bersifat nontoksik, biodegradable dan

biokompatibel (Kalam, 2016). Nanopartikel kitosan dapat dibuat dengan berbagai

cara, diantaranya dengan metode gelasi ionik dimana kitosan disambung silang

dengan polianion seperti tripolipospat. Metode ini dipilih karena kemudahan

dalam pembuatannya dan biayanya yang ekonomis serta tidak menggunakan

pelarut organik maupun zat yang toksik (Anandhakumar, dkk., 2017).

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3

Anggraeni (2015) dalam penelitiannya telah berhasil membuat sediaan gel

transdermal glukosamin HCl dengan teknologi nanopartikel kitosan yang dibuat

dengan metode gelasi ionik, dan menggunakan hidroksipropilmetilselulosa

(HPMC) sebagai gelling agent, namun dalam penelitian ini belum dilakukan uji

penetrasi untuk mengetahui kemampuan sediaan gel nanopartikel glukosamin HCl

menembus kulit.

Variabel yang dapat mempengaruhi sifat nanopartikel kitosan diantaranya

konsentrasi kitosan dan crosslinker, rasio volume dan massa antara larutan kitosan

dengan crosslinker, pH, kekuatan ionik, dan temperatur (Kleine-Brueggeney,

dkk., 2015). Salah satu variabel yang sangat berpengaruh pada karakteristik

nanopartikel kitosan adalah konsentrasi kitosan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dilakukan uji

penetrasi untuk melihat pengaruh dari bentuk nanopartikel dan konsentrasi kitosan

terhadap penetrasi glukosamin HCl.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh sistem nanopartikel dan konsentrasi kitosan terhadap

penetrasi glukosamin HCl?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh sistem nanopartikel dan konsentrasi kitosan

terhadap penetrasi glukosamin HCl.

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan literatur oleh

pihak pendidikan yang digunakan oleh mahasiswa/i yang berkepentingan.

2. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak peneliti dan lainnya

yang berminat di bidang penelitian lanjutan tentang nanokitosan yang

mengandung bahan aktif glukosamin HCl yang dapat digunakan sebagai

sediaan farmasi untuk osteoartritis.

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh industri farmasi untuk

memproduksi sediaan farmasi osteoartritis dalam sistem penghantaran

nanokitosan yang mengandung glukosamin HCl.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Osteoartritis

Osteoartritis juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi

degeneratif atau osteoartrosis. Osteoartritis termasuk ke dalam kelompok kelainan

mekanik yang melibatkan degradasi sendi, termasuk tulang rawan artikular dan

tulang-tulang subchondral. Kata 'osteoartritis' berasal dari kata Yunani ‘Osteo’,

yang berarti tulang, ‘arthro’, yang berarti persendian, dan ‘it is’, yang berarti

peradangan (Arya & Jain, 2013). Menurut DiPiro, osteoartritis adalah gangguan

progresif lambat yang terutama mempengaruhi bantalan sendi diarthrodial dari

kerangka perifer dan aksial. Hal ini ditandai dengan kerusakan progresif dan

hilangnya tulang rawan artikular, menghasilkan pembentukan osteofit, nyeri,

keterbatasan gerak, deformitas, dan cacat progresif.

Terdapat beberapa faktor resiko untuk penyakit osteoartritis diantaranya

yaitu, osteoartritis cenderung terjadi pada orang-orang dengan obesitas; orang-

orang dengan usia lanjut; dan orang-orang dengan masalah gaya hidup tertentu

seperti orang-orang yang rutin berolahraga dan beresiko menimbulkan cedera

sendi seperti berlari. Osteoartritis juga berkaitan dengan gen dan keturunan (Fox

& Stephens, 2007).

Nyeri adalah gambaran yang paling umum dari sendi osteoartritis. Sifat

nyeri ini sering digambarkan sebagai nyeri yang tidak jelas. Nyeri ini diperparah

dengan penggunaan sendi dan mereda dengan istirahat. Pada kasus lanjut, nyeri

juga tetap terasa di saat beristirahat dan pada malam hari, karena otot pelindung

disekitar sendi telah rusak. Nyeri sendi biasanya disertai dengan kekakuan pada

pagi hari dan umumnya berlangsung kurang dari satu jam. Fenomena nyeri yang

seperti ini umumnya dilaporkan oleh pasien pada tahap awal penyakit (Bronner &

Farach-Carson, 2007).

Seiring dengan progresi penyakit berlangsung, pasien akan menyadari

penurunan rentang gerak karena berkurangnya ruang sendi, kejang dan kontraktur

otot, penyusutan dan penyumbatan mekanik kartilago karena osteofit (Bronner &

Farach-Carson, 2007).

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6

Gambar 2.1 Anatomi Sendi Normal dan Osteoartritis

[Sumber: Bronner & Farach-Carson, 2007]

Tujuan utama untuk pengobatan osteoartritis adalah untuk (1) mendidik

pasien, pengasuh, dan kerabat; (2) mengurangi rasa sakit dan kekakuan; (3)

mempertahankan atau meningkatkan mobilitas sendi; (4) membatasi gangguan

fungsional; dan (5) mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup (Wells,

dkk., 2009). Karena glukosamin merupakan bagian penyusun dari matriks tulang

rawan dalam jaringan sendi, maka disebutkan bahwa administrasi glukosamin

dapat menjadi pereda gejala osteoartritis dengan cara menyediakan komponen

untuk memperbaiki tulang rawan sehingga dapat mengurangi rasa sakit dan

memperbaiki kecacatan sendi (Fox & Stephens, 2007).

2.2. Glukosamin HCl

Glukosamin adalah monosakarida yang berasal dari kitin, yang terutama

ditemukan dalam cangkang hewan invertebrata laut. Glukosamin banyak

digunakan di banyak negara sebagai suplemen makanan dan telah ditemukan

bahwa glukosamin berperan dalam mengurangi nyeri sendi pada pasien yang

menderita osteoartritis. Pasien dengan osteoartritis mengalami pemburukan tulang

rawan artikular, yang mengarah pada nyeri sendi dan penurunan mobilitas sekitar

sendi. Glukosamin berperan di jalur biosintesis dan merupakan prekursor dari

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7

glikosaminoglikan yang merupakan komponen utama dari matriks artikular

(Pesek, dkk., 2016).

Sekitar 90% dari setiap dosis oral konvensional (1500 mg/hari) dengan

cepat diserap dari usus manusia. Namun, glukosamin oral hanya menawarkan

konsentrasi dalam plasma sebesar 20 - 26% yang menunjukkan glukosamin

mengalami metabolisme lintas pertama yang signifikan dan kehilangan

presismatik dalam usus dan hati (Dalirfardouei, Karimi, & Jamialahmadi, 2016).

Terdapat tiga bentuk suplemen glukosamin yang beredar di pasaran, yaitu

glukosamin HCl, glukosamin sulfat, dan N-asetil glukosamin (Dalirfardouei,

Karimi, & Jamialahmadi, 2016). Glukosamin HCl dianggap lebih stabil dari

glukosamin sulfat, karena tidak memerlukan penambahan natrium untuk

menstabilkan produk, yang biasanya dilakukan dengan glukosamin sulfat

(Institute of Medicine, 2003). Selain itu, glukosamin sulfat membutuhkan

stabilisator senyawa dalam bentuk garam dan memiliki kemurnian sebesar 74%.

Glukosamin HCl tidak memiliki kelompok sulfat dan memiliki kemurnian sebesar

99%. Oleh karena itu, glukosamin HCl dalam dosis 1.500 mg sama dengan dosis

2.608 mg glukosamin sulfat (Fox & Stephens, 2007).

Gambar 2.2. Struktur Glukosamin HCl

[Sumber: USP 30-NF25, 2006]

Glukosamin HCl memiliki rumus kimia C16H14NClO5 dan struktur kimia

seperti pada gambar 2.2, dengan nama kimia 2-amino-2-deoxy-β-D-

glucopyranose hidrocloride. Glukosamin berbentuk serbuk kristal putih dengan

rasa agak manis dan bau tidak spesifik dengan berat molekul 215,63. Memiliki

kelarutan 1 bagian dalam 10 bagian air dengan pH 3,0 - 5,0 (dalam air).

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8

Glukosamin HCl harus disimpan dalam wadah kedap udara dan terlindung dari

cahaya (USP30-NF25, 2006).

2.3. Gel Transdermal

Menurut Farmakope Indonesia edisi ke-4 gel merupakan sistem semipadat

terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul

organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel kadang-kadang disebut jeli.

Sedangkan menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan bermassa lembek

berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau

makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap

oleh cairan.

Gel memiliki komponen air yang lebih tinggi yang memungkinkan

disolusi lebih besar pada obat-obatan, sehingga lebih mudah menghantarkan obat

dengan pembawa, dibandingkan dengan salep dan krim. Selain itu, mereka lebih

unggul dalam hal penggunaan dan kepatuhan pasien, karena penggunaan gel lebih

nyaman dibanding salep dan krim (Kaur & Singh, 2015).

Gel transdermal dirancang untuk menghantarkan sejumlah obat yang

berefek terapi melewati kulit pasien. Baik gel topikal maupun transdermal

dimaksudkan untuk penggunaan eksternal. Tetapi gel topikal dimaksudkan untuk

tindakan terlokalisasi pada satu atau lebih lapisan kulit sedangkan gel transdermal

menggunakan rute perkutan untuk menghasilkan efek sistemik (Kaur & Singh,

2015).

Dalam review article yang ditulis oleh Kaur dkk yang berjudul A Novel

Approach: Transdermal Gel disebutkan bahwa gel transdermal memiliki beberapa

keuntungan dari bentuk sediaan lain yaitu:

1. Menghindari metabolisme lintas pertama di hati.

2. Penghentian obat dapat dengan mudah dilakukan apabila terjadi toksisitas

obat.

3. Efek samping lebih sedikit karena berkurangnya konsentrasi plasma obat.

4. Frekuensi penggunaan obat dapat dikurangi sehingg meningkatkan

kepatuhan pasien menggunakan obat.

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9

5. Dengan gel transdermal, obat dihantarkan ke dalam tubuh dengan laju

yang stabil dan dapat diperpanjang.

6. Farmakokinetik obat konventional mengikuti pola puncak dan lembah

dalam pelepasan obat dalam darah dan jaringan. Sedangkan, obat

transdermal merupakan sistem pengiriman dirancang untuk melepaskan

obat pada tingkat yang telah ditentukan dan secara kontinyu sehingga

kadar dalam darah lebih stabil.

7. Meningkatkan nilai terapetik obat karena menhindari dari masalah-

masalah yang berkaitan dengan obat seperti iritasi saluran cerna, mual,

muntah, mulas dan meningkatnya nafsu makan setelah terapi oral.

8. Memungkinkan digunakan pada pasien pasien yang sedang dalam keadaan

darurat, tidak merespon, tidak sadar, atau pasien koma.

9. Efek terapi yang ekivalen dengan dosis yang lebih rendah dapat dicapai

daripada yang diperlukan apabila obat diberi secara oral.

10. Obat-obatan yang terdegradasi oleh enzim dan asam dalam sistem

pencernaan bisa diadministrasikan dengan memasukkan ke dalam gel

transdermal.

Namun gel transdermal juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

1. Gel transdermal tidak cocok untuk obat yang mengiritasi atau peka kulit.

2. Gel transdermal tidak cocok untuk obat yang memiliki sangat rendah atau

tinggi koefisien partisi. Obat harus memiliki koefisien partisi

memungkinkan (log P 1 - 3).

3. Untuk molekul obat berat (> 500Da) akan menjadi sulit untuk menembus

stratum korneum.

4. Gel transdermal tidak menguntungkan bagi obat yang ekstensif

dimetabolisme di kulit.

5. Hanya obat yang relatif kuat yang cocok kandidat untuk pengiriman

transdermal karena batas alami masuk obat dikenakan oleh

impermeabilitas kulit.

6. Banyak obat dengan struktur hidrofilik menembus kulit terlalu lambat

yang kurang efek terapeutik.

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10

Pemberian obat sistemik dengan rute transdermal adalah metode tanpa

rasa sakit dengan menerapkan formulasi obat ke kulit yang utuh dan sehat. Obat

awalnya menembus melalui stratum korneum dan kemudian melewati epidermis

dan lebih dalam ke dermis tanpa akumulasi obat dalam lapisan dermis. Ketika

obat mencapai lapisan dermis, obat tersedia untuk penyerapan ke dalam sirkulasi

sistemik (Alkilani, 2015).

2.4. Kulit

Dalam pemberian obat dengan rute transdermal, kulit merupakan tempat

administrasi bukan sebagai organ sasaran (Honeywell-Nguyen & Bouwstra,

2005). Kulit adalah organ yang paling mudah diakses dan terbesar dari tubuh

dengan luas permukaan 1,7 m2, mengorbankan 16% dari total massa tubuh rata-

rata orang. Fungsi utama dari kulit adalah untuk memberikan pelindung antara

tubuh dan lingkungan eksternal terhadap mikroorganisme, radiasi ultraviolet

(UV), bahan kimia, alergen dan mencegah kehilangan air. Kulit dapat dibagi

menjadi tiga wilayah utama: (1) lapisan terluar, yaitu epidermis yang berisi

stratum korneum; (2) lapisan tengah, dermis dan (3) lapisan paling dalam,

hipodermis (Alkilani, 2015). Struktur kulit dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Struktur Kulit

[Sumber: Alkilani, 2015]

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

11

2.4.1. Struktur Kulit

1. Epidermis

Epidermis adalah lapisan terluar dari kulit yang mempunyai variasi

dalam ketebalannya, yaitu sekitar 0,8 mm pada telapak tangan dan telapak

kaki. Epidermis terdiri dari daerah sel epitel berlapis dan viable epidermis.

Sel yang terkandung dalam epidermis terutama adalah keratinosit (sekitar

95% dari sel), dengan sel lainnya termasuk melanosit, sel-sel Langerhans

dan sel Merkel. Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar dari

epidermis. Stratum korneum berkontak langsung dengan lingkungan

eksternal dan memiliki sifat penghalang yang diakibatkan oleh

kepadatannya yang sangat tinggi, yaitu 1,4 g/cm3 dalam keadaan kering

dan lapisan ini memiliki hidrasi yang rendah, yaitu 15% - 20%. Sel-sel

dalam stratum korneum terutama terdiri dari keratin insoluble (70%) dan

lipid (20%). Air dalam stratum korneum dikaitkan dengan keratin di

korneosit (Alkilani, 2015).

2. Dermis

Dermis memiliki ketebalan sekitar 2 - 3 mm dan terdiri dari

kolagen sebesar 70% dan serat elastin yang memberikan kekuatan dan

elastisitas pada kulit. Pembuluh darah yang terdapat di dermis memberikan

nutrisi untuk lapisan dermis dan epidermis. Saraf, makrofag, dan

pembuluh limfatik juga ditemukan dalam lapisan dermis, seperti yang

digambarkan pada Gambar 2.3 (Alkilani, 2015).

3. Hipodermis

Hipodermis atau lapisan subkutan adalah lapisan terdalam pada

kulit yang terdiri dari jaringan sel lemak. Hipodermis menjadi penghubung

antara kulit dengan jaringan yang terdapat di dalam tubuh, seperti otot dan

tulang. Oleh karena itu, fungsi utaman dari hipodermis ini adalah

melindungi dari benturan fisik, mengisolasi panas, dan mendukung serta

menjadi konduktor pembuluh dan impuls saraf pada kulit. Jaringan sel

lemak pada hipodermis merupakan 50% dari lemak tubuh total, sel lain

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12

yang mendominasi pada hipodermis tediri dari fibroblast dan makrofag

(Alkilani, 2015).

2.4.2. Jalur Penetrasi Melalui Kulit

Stratum korneum yang terdapat pada epidermis merupakan rintangan

utama pada kulit yang membuat kulit sulit untuk ditembus oleh zat dari luar.

Impermeabilitas dari kulit tersebut menjadi suatu rintangan baik untuk rute topikal

maupun transdermal. Terdapat dua jalur yang mungkin dapat menjadi jalur

masuknya zat melewati stratum korneum, yaitu transepidermal yang terdiri dari

interselular dan transelular serta jalur yang kedua adalah transappendageal. Jalur

tersebut dapat dilihat pada gambar 2.4 (Madani, Mandel, & Seifalian, 2013).

Gambar 2.4. Jalur Penetrasi Melalui Kulit: (A) Transelular, (B) Interselular, dan

(C) Transappedangeal [Sumber: Madani, 2013]

Pada rute transelular, molekul obat akan melewati kulit secara langsung

melewati membran fosfolipid dan keratinosit. Jalur ini memungkinkan untuk obat

yang bersifat polar dan hidrofilik. Sedangkan rute interselular adalah rute

penetrasi utama untuk banyak molekul yang melewati stratum korneum. Pada

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

13

jalur interselular, obat menembus lapisan kulit melalui ruang antar sel dari kulit,

sehingga jalurnya menjadi berliku dan lebih panjang. Untuk jalur ini lebih

cenderung untuk obat yang bersifat lipofilik karena akan larut dalam lemak yang

terdapat di antara filamen (Lund, 1994).

Untuk jalur transappendageal molekul melewati kelenjar keringat dan

melewati folikel rambut yang disebabkan adanya pori-pori diantaranya yang

memungkinkan obat tersebut berpenetrasi. Jalur appendageal hanya mencakup

0,1% area untuk penyerapan pada kulit, sehingga jalur ini dianggap kurang

potensial dibandingkan jalur transepidermal (Touitou & Barry, 2007).

2.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Absorbsi Perkutan

Menurut Allen dan Ansel (2014), tidak semua senyawa obat dapat

diberikan secara transdermal karena ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhinya, secara umum faktor tersebut meliputi sifat fisikokimia obat

seperti berat molekul, solubilitas, koefisien partisi dan konstanta disosiasi (pKa),

faktor lainnya adalah sifat dari pembawa dan kondisi dari kulit. Di bawah ini

merupakan faktor-faktor yang ditemukan oleh para peneliti pada kulit yang

normal, sedangkan pada kulit yang terluka sistem penghantaran obat transdermal

tidak terjadi karena akan terakses langsung ke jaringan subkutan dan kapiler.

1. Konsentrasi obat merupakan faktor penting. Umumnya, jumlah obat yang

terabsorbsi secara perkutan per unit luas permukaan setiap periode waktu

bertambah sebanding dengan bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu

sistem penghantaran obat trasnsdermal.

2. Semakin besar area pengaplikasian, semakin banyak obat yang diabsorbsi.

3. Obat harus memiliki ketertarikan fisikokimia yang lebih besar kepada kulit

dibandingkan dengan pembawa sehingga obat akan meninggalkan

pembawa menuju kulit.

4. Obat dengan berat molekul 100 - 800 dan solubilitasnya cukup pada lipid

dan air dapat mempenetrasi kulit. Berat molekul ideal pada sistem

penghantaran obat transdermal dipercayai 400 atau dibawahnya.

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14

5. Hidrasi pada kulit umumnya menyokong absorbsi perkutan. Sistem

penghantaran obat transdermal berperan sebagai barrier oklusif yang

menghambat keringat untuk lewat sehingga meningkatkan hidrasi kulit.

6. Absorbsi perkutan tampak lebih baik apabila diaplikasikan pada area yang

memiliki lapisan tanduk tipis dibandingkan dengan yang tebal.

7. Secara umum, semakin lama obat yang diaplikasikan berkontak dengan

kulit akan semakin banyak total obat yang diabsorbsi.

2.5. Nanopartikel Kitosan

Nanopartikel didefinisikan sebagai dispersi partikel atau partikel padat

yang memiliki kisaran ukuran dari 1 - 1000 nm (Zhao, dkk., 2011). Nanopartikel

telah banyak digunakan untuk menghantarkan obat, melepaskan obat di situs

target yang sebagian besar mengalami degradasi dalam cairan biologis dan untuk

obat yang tidak dapat dengan mudah berdifusi melewati barrier (Rajalakshmi,

dkk., 2014).

Secara umum, nanopartikel atau kadang juga disebut sebagai nanocarriers

telah banyak digunakan dalam berbagai aplikasi biomedis. Penggunaan partikel

berukuran nano menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan sistem

pengiriman obat lainnya. Nanopartikel digunakan untuk (i) meningkatkan

kelarutan obat yang sangat hidrofobik; (ii) memberikan pelepasan obat yang

berkelanjutan dan terkontrol; (iii) meningkatkan stabilitas agen terapi dengan cara

kimia atau fisik; (iv) memberikan konsentrasi yang lebih tinggi dari obat untuk

menargetkan daerah karena efek Enhanced Permeation and Retention (EPR) dan

(v) memberikan perawatan yang ditargetkan ketika dimodifikasi dengan ligan sel-

spesifik (Goyal, dkk., 2016).

Nanopartikel akan memfasilitasi penetrasi molekul obat melalui lapisan

luar subkutan, diikuti oleh pelepasan obat ke dalam lapisan kulit yang lebih

dalam. nanopartikel yang paling umum digunakan untuk pengiriman obat topikal

dan/atau transdermal adalah nanopartikel polimer, nanoemulsi, nanopartikel

berbasis lipid (liposom dan nanopartikel solid lipid), nanopartikel logam dan

dendrimers (Goyal, dkk., 2016).

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

15

Nanopartikel yang menggunakan polimer yang tidak larut air

diformulasikan menggunakan pelarut organik, panas atau gaya geser yang tinggi

yang dapat mempengaruhi stabilitas obat. Selain itu, metode pembuatannya

biasanya kompleks dan memakan waktu. Sebaliknya, polimer yang larut dalam air

menawarkan metode persiapan ringan dan sederhana tanpa menggunakan pelarut

organik dan gaya geser yang tinggi. Di antara yang larut dalam air polimer yang

tersedia, kitosan adalah salah satu yang paling sering diteliti (Rajalakshmi, dkk.,

2014).

Berbagai metode telah digunakan dalam pembuatan nanopartikel kitosan

yaitu antara lain seperti metode emulsi, metode gelasi ionik, metode reverse

micellar, metode ikatan kovalen, metode desolvasi dan metode self-assembling

(Patel & Jivani, 2009).

Pembuatan nanopartikel kitosan dengan metode gelasi ionik pertama kali

dilaporkan oleh Calvo dan telah diperiksa secara luas dan dikembangkan oleh

Janes. Mekanisme pembentukan nanopartikel kitosan didasarkan oleh interaksi

elektrostatik antara gugus amina kitosan dan muatan negatif kelompok polianion

seperti tripolifosfat yang akan membentuk struktur network inter- dan/atau

intramolekul tiga dimensi. Crosslinker polianion tripolifisfat sering dipakai karena

bersifat tidak toksis dan memiliki multivalen. Teknik metode gelasi ionik

menawarkan metode preparasi yang sederhana dan ringan di lingkungan berair.

Pertama, kitosan dilarutkan dalam asam asetat dengan kehadiran atau tidak adanya

agen penstabil, seperti poloxamer, yang dapat ditambahkan dalam larutan kitosan

sebelum atau sesudah penambahan polianion. Polianion atau anionik polimer

kemudian ditambahkan dan nanopartikel spontan terbentuk di bawah pengadukan

mekanik pada suhu kamar. Ukuran dan muatan permukaan partikel dapat

dimodifikasi dengan memvariasikan rasio kitosan dan stabilizer (Krishna,

Amareshwar, & Chakravarty, 2011).

Menurut Krishna dkk (2011), metode gelasi ionik memiliki kelebihan

dibanding metode lain, yaitu:

a) penggunaan solusi berbasis air;

b) stabilitas tinggi partikel disintesis;

c) kondisi reaksi ringan;

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16

d) tanpa pelarut organik;

e) proses yang efektif sederhana dan biaya yang ekonomis; dan

f) mencegah kemungkinan rusaknya bahan aktif yang akan dienkapsulasi

dalam nanopartikel kitosan

2.6. Kitosan

Kitosan, dengan nama kimia poli-β-(1,4)-2-amino-2-deoksi D-glukosa,

merupakan hasil dari deasetilasi parsial kitin dan merupakan polisakarida yang

terdiri dari kopolimer glukosamin dan N-asetilglukosamin. Kitosan terdapat

dalam berbagai derajat deasetilasi dan depolimerisasi sehingga tidak mudah untuk

menentukan komposisi kimianya. Derajat deasetilasi yang dibutuhkan untuk

memperoleh produk yang larut harus lebih besar dari 80 - 85%. Berat molekul

kitosan berkisar antara 10.000 - 1.000.000 (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009).

Kitosan tidak berbau, berupa serbuk atau serpihan berwarna putih atau

krem. Pembentukan serat sering terjadi selama pengendapan dan dapat terlihat

‘cottonlike’. Kitosan merupakan poliamin kationik dengan kerapatan muatan yang

tinggi pada pH < 6,5, sehingga menempel pada permukaan yang bermuatan

negatif dan mengkelat ion logam. Selain itu, ia juga merupakan polielektrolit

linier dengan gugus amin dan hidroksil yang reaktif (tersedia untuk reaksi kimia

dan pembentukan garam). Adanya sejumlah gugus amin membuat kitosan

bereaksi secara kimia dengan sistem anionik, yang menghasilkan perubahan sifat

fisiko kimia kombinasi ini. Hampir semua sifat fungsional kitosan bergantung

pada panjang rantai, kerapatan muatan, dan distribusi muatan (Rowe, Sheskey &

Quinn, 2009).

pH 1% larutan kitosan dalam air berkisar 4,0 - 6,0. Berat jenis kitosan 1,35

- 1,4 g/cm3 dan temperatur gelas transisinya 203oC. Kitosan agak sukar larut

dalam air; praktis tidak larut dalam etanol 95%, pelarut organik lain, dan larutan

netral atau basa pada pH di atas 6,5. Kitosan larut dengan mudah pada hampir

semua asam organik encer maupun pekat dan sampai jumlah tertentu dalam asam

mineral anorganik (kecuali asam fosfor dan asam sulfur). Selama disolusi, gugus

amin polimer terprotonasi menghasilkan polisakarida bermuatan positif dan garam

kitosan yang larut dalam air. Kelarutan dipengaruhi oleh derajat deasetilasi.

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

17

Kelarutan juga sangat dipengaruhi oleh penambahan garam ke dalam larutan.

Semakin besar kekuatan ionik, maka kelarutan semakin kecil akibat dari pengaruh

salting-out, yang menyebabkan pengendapan kitosan. Ketika kitosan dalam

larutan, gaya tolak antara unit deasetilasi dan unit glukosamin didekatnya

menyebabkan kitosan berada dalam konformasi memanjang. Penambahan

elektrolit menurunkan efek ini dan molekul memiliki konformasi yang lebih acak

seperti kumparan (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009). Kitosan merupakan bahan

yang tidak toksik dan tidak iritan. Kitosan biokompatibel dengan kulit baik sehat

maupun terinfeksi serta bersifat biodegradabel (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009).

Gambar 2.5. Struktur Kitosan

[Sumber: Rowe, Sheskey & Quinn, 2009]

2.7. Natrium Tripolifosfat

Natrium tripolifosfat atau juga disebut pentasodium trifosfat merupakan

senyawa anorganik dengan rumus kimia Na5P3O10 dan berat molekul 367,86

dengan struktur seperti pada gambar 2.6. Natrium tripolifosfat adalah garam

natrium dari polifosfat penta-anion, yang merupakan basa konjugat dari asam

triphosphoric.

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

18

Gambar 2.6. Struktur Natrium Tripolifosfat

[Sumber: Pubchem.ncbi.nlm.nih.gov]

Natrium tripolifosfat merupakan anhidrat yang mengandung enam

molekul air hidrasi. Natrium tripolifosfat memiliki pemerian berupa serbuk atau

granul putih agak higroskopis yang bebas larut dalam air, dan memiliki pH sekitar

9,5 pada larutan 1 banding 100 (Institute of Medicine, 1996).

Natirum tripolifosfat dengan gugus-gugus fosfatnya, mampu berinteraksi

dengan gugus amin yang terprotonasi pada rantai makromolekul kitosan (Yu,

dkk., 2013) sehingga membentuk nanopartikel. Natrium tripolifosfat lebih sering

digunakan dibandingkan crosslinker lain karena tidak bersifat toksik (Mardliyati,

Muttaqien, & Setyawati, 2012).

2.8. Monografi

2.8.1. Tween 80

Tween 80 adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan, dengan nama

kimia polioksietilen 20 sorbitan mono-oleat. Rumus molekulnya adalah

C64H124O26. Pada suhu 25°C tween 80 berwujud cair, berwarna kekuningan dan

berminyak, memiliki aroma yang khas, dan berasa pahit. Tween 80 larut dalam air

dan etanol, namun tidak larut dalam minyak mineral. Kegunaan tween 80 antara

lain, sebagai zat pembasah, emulgator, dan peningkat kelarutan (Rowe, Sheskey

& Quinn, 2009). Selain fungsi-fungsi tersebut, tween 80 juga berfungsi sebagai

peningkat penetrasi (Pandey, dkk., 2014).

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

19

2.8.2. Hidroksipropilmetil Selulosa

HPMC atau hidroksipropilmetil selulosa; hypermellose; hypromellosum;

Methocel; metil selulosa propilen glikol eter; metil hidroksipropil selulosa;

Metolose; MHPC; Pharmacoat; Tylopur merupakan polimer dengan karakteristik

sebagai berikut, bentuk berupa serbuk granul atau berserat dengan warna putih

kecoklatan (krem), tidak memiliki rasa dan bau.

HPMC berasal dari selulosa murni yang terkandung dalam bubur kayu.

Bubur tersebut kemudian direaksikan dengan NaOH untuk menghasilkan selulosa

alkali yang mengembang. Alkali selulosa tersebut kemudian direaksikan dengan

klorometan dan propilen oksida untuk menghasilkan metil hidroksipropil eter

selulosa. HPMC dapat direaksikan dengan HCl anhidrat untuk meningkatkan

depolimerisasi, yang kemudian dihasilkan HPMC dengan viskositas yang rendah

(Rowe, Sheskey & Quinn, 2009). HPMC larut dalam air dingin, dan membentuk

larutan koloid kental, praktis tidak larut dalam air panas, kloroform, etanol 95%

dan eter, tetapi dapat larut dalam campuran etanol dan diklormetan, campuran

metanol dan diklormetan serta larutan air dan alkohol. Beberapa kelas dari HPMC

larut dalam larutan aseton, campuran aseton dan propan-2-ol dan pelarut organik

lainnya. Beberapa dapat mengembang dalam etanol.

HPMC dengan konsentrasi 2% dalam larutan air memiliki pH sebesar 5,0 -

8,0. Selain itu HPMC berubah kecoklatan pada suhu 190 - 200°C, dan menjadi

abu pada suhu 225 - 230°C. Temperature glass transition dari HPMC adalah pada

suhu 170 - 180°C. HPMC tidak bercampur dengan beberapa pengoksidasi kuat.

HPMC merupakan polimer nonionik, sehingga tidak membentuk kompleks

dengan garam logam atau ion organik dan membentuk endapan yang tidak terlarut

(Rowe, Sheskey & Quinn, 2009). Larutan HPMC stabil pada pH 3 - 11. HPMC

mengalami perubahan yang reversibel (dapat kembali) dari bentuk padatan ke

bentuk gel dengan pemanasan dan pendinginan secara berturut turut. Tempertur

pembekuan (gelation) antara 50 - 90oC, tergantung pada jenis dan konsentrasinya.

Pada temperatur di bawah temperatur gelasi akan terjadi penurunan viskositas

larutan polimer HPMC dengan peningkatan suhu, sedangkan pada temperatur

gelasi, viskositas akan meningkat dengan meningkatnya suhu HPMC digunakan

sebagai bahan bioadesif, pembentuk film, zat penyalut, zat pengontrol pelepasan

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

20

obat, agen pendispersi, peningkat disolusi, emulgator, stabilizer emulsi, zat

peningkat viskositas, pengikat, mukoadesif dan agen peningkat kelarutan (Rowe,

Sheskey & Quinn, 2009).

2.8.3. Propilen Glikol

Propilen glikol atau 1,2-dihidroksipropane; E1520; 2-hidroksi propanol;

metil etilen glikol; metil glikol; propan-1,2-diol; propilenglikolum dengan rumus

kimia C3H8O2 dan struktur dapat dilihat pada gambar 2.7, memiliki fungsi sebagai

pengawet antimikroba, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, dan kosolven

yang bercampur dengan air. Pada konsentrasi sekitar 15%, propilen glikol

berfungsi sebagai humektan (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009) yang digunakan

untuk mencegah kekeringan pada produk setelah diaplikasikan ke kulit (Aulton,

2002). Selain itu, propilen glikol juga berperan sebagai peningkat penetrasi obat

ke dalam kulit dan memiliki efek yang sinergis bersama dengan tween 80

(Pandey, dkk., 2014).

Gambar 2.7. Struktur Propilen Glikol

[Sumber: Rowe, Sheskey & Quinn, 2009]

Propilen glikol merupakan cairan jernih, tidak berwarna, kental (viskositas

dinamik 58,1 cP pada suhu 20°C), dan tidak berbau. Propilen glikol dapat

bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin dan air. Selain itu

propilen glikol larut 1 bagian dalam 6 bagian eter, tidak bercampur dengan

minyak mineral ringan atau fixed oil, tetapi larut dalam beberapa minyak esensial

(Rowe, Sheskey & Quinn, 2009).

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

21

2.8.4. Metil Paraben

Metil paraben atau metil parahidroksi benzoat; metil hidroksi benzoat;

metil-4-hidroksi benzoat; atau juga dikenal dengan nama nipagin M merupakan

pengawet antimikroba. Metil paraben secara luas digunakan pada produk

kosmetik, makanan, dan farmasi. Paraben efektif pada rentang pH 4 - 8 dan

memiliki spektrum antimikroba yang luas, walaupun paling efektif melawan ragi

dan jamur (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009). Efikasinya sebagai pengawet

meningkat dengan ditambahkannya propilen glikol (2 - 5%), atau dengan

dikombinasikan dengan pengawet lainnya. Metil paraben (0,18%) sering

digunakan dalam kombinasi dengan propil paraben (0,02%) (Rowe, Sheskey &

Quinn, 2009).

Gambar 2.8. Struktur Metil Paraben [Sumber: Rowe, Sheskey & Quinn, 2009]

Metil paraben memiliki kelarutan yang buruk dalam air yaitu 1 bagian

larut dalam 400 bagian air pada suhu ruang, dan agak sukar larut dalam air panas.

Metil paraben mudah larut dalam etanol dan dalam propilen glikol namun praktis

tidak larut dalam minyak mineral. Produk hidrolisis dari metil paraben yaitu asam

parahidroksi benzoat praktis tidak memiliki aktivitas antimikroba (Rowe, Sheskey

& Quinn, 2009).

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

22

2.8.5. Propil Paraben

Propil paraben atau propil parahidroksi benzoat; propil hidroksi benzoat;

propil-4-hidroksi benzoat; atau juga dikenal dengan nama nipasol M merupakan

pengawet antimikroba. Seperti halnya metil paraben, propil paraben juga secara

luas digunakan pada produk kosmetik, makanan, dan farmasi (Rowe, Sheskey &

Quinn, 2009).

Gambar 2.9. Struktur Propil Paraben

[Sumber: Rowe, Sheskey & Quinn, 2009] Propil paraben memiliki rantai yang lebih panjang dibandingkan metil

paraben. Hal ini memberi konsekuensi yaitu kelarutannya dalam air lebih buruk,

tetapi aktivitas antimikrobanya lebih baik daripada metil paraben. Kelarutannya

dalam air adalah 1 bagian larut dalam 2500 bagian air pada suhu ruang dan dalam

225 bagian air pada suhu 80°C. Propil paraben mudah larut dalam etanol 95% dan

dalam propilen glikol (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009).

2.9. Uji Penetrasi

Studi penetrasi kulit in vitro dilakukan untuk mengukur kecepatan dan

jumlah komponen yang melewati kulit dan jumlah komponen yang tertahan pada

kulit. Dengan pengambilan secara manual dari cairan sampel, franz static

diffusion cell system, yang memiliki area kulit yang luas dan kompartemen

reseptor statik merupakan pilihan yang cocok dalam karakterisasi penetrasi dan

deposisi obat dalam kulit dari formulasi yang memiliki tingkat permeasi yang

rendah. Alat franz diffusion cell dapat dilihat pada gambar 2.10. Alat ini terbagi

atas dua komponen, yaitu kompartemen donor dan kompartemen reseptor.

Membran yang digunakan dapat berupa kulit manusia, kulit hewan maupun kulit

sintetis. Membran diletakkan di antara kompartemen donor dan kompartemen

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

23

reseptor. Setelah pengaplikasian formulasi uji pada membran yang dipasangkan

pada sel difusi franz, cairan dalam kompartemen reseptor disampling dalam

interval waktu yang ditentukan untuk kemudian dianalisa kandungannya (Witt,

2003).

Kompartemen reseptor diisi dengan larutan penerima, biasanya digunakan

dapar fosfat. Suhu sel dijaga dengan sirkulasi air menggunakan water jacket

disekeliling kompartemen reseptor. Sediaan yang akan diuji diaplikasikan pada

membran kulit. Pada interval waktu tertentu diambil beberapa mililiter cairan dari

kompartemen reseptor dan jumlah obat yang terpenetrasi melalui kulit dapat

dianalisis dengan metode yang sesuai. Setiap pengambilan sampel cairan dari

kompartemen reseptor, harus selalu digantikan dengan cairan yang sama sejumlah

volume terambil (Anggraeni, 2008).

Gambar 2.10. Franz Diffusion Cell

[Sumber: www.permegear.com]

2.10. Spektrofotometer UV Visibel

2.10.1. Teori Spektrofotometri

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar

ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

24

elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum UV-Vis

mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang

bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk

pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa

ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan

menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).

Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200 - 400 nm,

sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400 - 800 nm

(Dachriyanus, 2004).

2.10.2. Komponen Spektrofotometri UV-Vis

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimum, setiap komponen

dari instrumen yang dipakai harus berfungsi dengan baik. Komponen-komponen

spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar, monokromator, dan sistem optik.

1. Sebagai sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen untuk

pengukuran UV dan lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel.

2. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam

komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan

dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga

kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan

instrumen melewati spektrum.

3. Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber

sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam spektrofotometer

berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat digunakan dalam

satu kompartemen untuk mengoreksi pembacaan atau spektrum sampel.

Blanko yang paling sering digunakan dalam spektrofotometri adalah

semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi

(Rohman, 2007).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan

spektrofotometri ultraviolet yaitu:

1. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25

Panjang gelombang yang digunakn untuk analisis kuantitatif adalah

panjang gelombang dimana terjadi absorbansi maksimum. Untuk

memperoleh panjang gelombang serapan maksimum dapat diperoleh

dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang

gelombang dari suatu larutan baku dengan konsentrasi tertentu.

2. Pembuatan kurva kalibrasi

Dilakukan dengan membuat seri larutan baku dalam berbagai

konsentrasi kemudian asorbansi tiap konsentrasi diukur lalu dibuat kurva

yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Kurva

kalibrasi yang lurus menandakan bahwa hukum Lambert-Beer terpenuhi.

3. Pembacaan absorbansi sampel

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2

sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitan. Hal ini

disebabkan karena pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan

fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Rohman, 2007).

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

26

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan ± 7 bulan, terhitung dari bulan Januari – Juli tahun

2017 yang dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1, Laboratorium Penelitian 2,

Laboratorium Formulasi Sediaan Padat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2. Bahan Penelitian

Glukosamin HCl (Wellable, China), kitosan (PT. Biotek Surindo), natrium

tripolifosfat (WAKO), hidroksipropilmetil selulosa/HPMC, asam asetat, natrium

asetat (Merck), dietil eter, metil paraben (Bratachem), propil paraben

(Bratachem), propilenglikol (Bratachem), aquadest, tissue, aluminium foil, dan

plastic wrap.

3.3. Alat Penelitian

Timbangan analitik (AND GH-120), viskotester Haake 6+, pengaduk

magnetik, pH meter (Horiba F-52), spektrofotometri UV-Vis (U- 2900, Hitachi),

Franz Diffusion Cell, buret (50 ml, Pyrex), vial dan alat-alat gelas yang sering

dipakai di laboratorium.

3.4. Prosedur Kerja

3.4.1. Preparasi Nanopartikel Glukosamin HCl

Tabel 3.1. Formula Nanopartikel Glukosamin HCl

Formula Konsentrasi Glukosamin HCl (% b/v)

Konsentrasi Larutan Kitosan

(% b/v)

Konsentrasi Larutan Na-TPP (% b/v)

Konsentrasi Tween 80 (% b/v)

F1 2 1 0,1 0,5 F2 2 0,5 0,1 0,5 F3 2 0,25 0,1 0,5

Nanopartikel glukosamin HCl dibuat dengan cara melarutkan 1 g

glukosamin HCl ke dalam 40 ml larutan kitosan dengan variasi konsentrasi sesuai

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

27

formula dalam asam asetat 1%. Sebanyak 10 ml larutan Na-TPP, dengan

konsentrasi sesuai formula, diteteskan ke dalam larutan kitosan untuk dilakukan

sambung silang sambil diaduk menggunakan bantuan pengaduk magnetik hingga

terbentuk dispersi nanopartikel.

3.4.2. Preparasi Sediaan Gel Nanopartikel Glukosamin HCl

Gel glukosamin HCl dibuat dalam 3 formula seperti yang tertera dalam

Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Formula Gel Glukosamin HCl

BAHAN FORMULA F1 F2 F3 Non-nano

DNPG F1 50 ml - - - DNPG F2 - 50 ml - - DNPG F3 - - 50 ml - LG - - - 50 ml HPMC 2,5 g 2,5 g 2,5 g 2,5 g Propilen Glikol

10 g 10 g 10 g 10 g

Nipagin 0,2 g 0,2 g 0,2 g 0,2 g Nipasol 0,1 g 0,1 g 0,1 g 0,1 g Aquadest Add 100 g Add 100 g Add 100 g Add 100 g Keterangan: DNPG = dispersi nanopartikel glukosamin, berisi 1 g glukosamin HCl; LG = Larutan Glukosamin HCl dalam asam asetat 1 %, berisi 1 g glukosamin HCl

1. Nipagin dan nipasol dicampur dengan propilen glikol dan dipanaskan

dalam penangas air dengan suhu 60°C sampai larut, kemudian

didinginkan sampai suhu kamar (M1).

2. HPMC didispersikan ke dalam M1 menggunakan lumpang sampai

homogen (M2).

3. M2 ditambah air hangat kemudian digerus hingga mengembang

sempurna.

4. Setelah itu, sisa air ditambahkan ke dalamnya sambil diaduk perlahan

(M3).

5. Dispersi nanopartikel ditambahkan ke dalam M3, kemudian diaduk

secara perlahan sampai terbentuk massa gel yang homogen.

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

28

3.4.3. Evaluasi Gel Glukosamin HCl

a. Pemeriksaan Organoleptik

Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan mengamati

penampilan fisik sediaan, meliputi bentuk, warna, kekentalan, dan bau

(Panitia penyusun FI V, 2014).

b. Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan dua

kaca objek. Cara pengujiannya sebagai berikut, sejumlah tertentu sediaan

dioleskan pada sekeping kaca objek dan kemudian kaca objek yang

lainnya ditempelkan pada kaca objek yang sudah diolesi sediaan. Suatu

sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat

adanya butiran kasar (Panitia penyusun FI III, 1979). Pemeriksaan

homogenitas dilakukan pengulangan tiga kali.

c. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter. pH meter

sebelumnya dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH 4

dan pH 7. Pada saat pengukuran pH, elektroda pada pH meter dicelupkan

ke dalam sediaan yang dibuat dan dicatat nilai pH yang tertera pada layar

(Panitia penyusun FI V, 2014).

d. Pengukuran Viskositas dan Rheologi

Viskositas dan rheologi sediaan diukur menggunakan viskometer

Haake 6+. Sebanyak 200 g sediaan diukur viskositas dan rheologi dengan

menggunakan spindel nomor 4 pada kecepatan 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 20, 30,

50, 60, dan 100 rpm, kemudian kembali lagi dengan kecepatan 60, 50, 30,

20, 12, 10, 6, 5, 4 dan 2 rpm. Setelah itu dibuat kurva rheogram untuk

mengetahui sifat alir sediaan antara % Torque (sb. x) dan rpm (sb. y).

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

29

3.4.4. Uji Penetrasi

Uji penetrasi dilakukan dengan menggunakan metode Franz Cells

dengan kulit tikus sebagai membran. Membran ini dipasangkan di antara

kompartemen donor dan kompartemen reseptor. Bagian stratum korneum

(luar) menghadap ke bagian atas (kompartemen donor). Medium reseptor

yang digunakan adalah dapat fosfat pH 7,4. Kompartemen reseptor

dikelilingi oleh water jacket untuk menjaga pada suhu 37°C. Panas

dihasilkan dari hotplate termostatik dengan pengaduk magnetik. Cairan

reseptor diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm.

Sampling dilakukan dengan mengambil 1 ml dalam waktu yang berbeda.

Setiap setelah melakukan sampling, ditambahkan fase reseptor yang baru

dengan volume dan temperatur yang sama untuk menjaga agar volume

tetap konstan. Jumlah gel yang diaplikasikan sebanyak 300 mg gel.

Kemudian dari hasil sampling dihitung kadar glukosamin menggunakan

spektrofotometer UV-Vis. Kemudian dihitung fluks dan jumlah kumulatif

zat terpenetrasi per luas area.

Jumlah kumulatif glukosamin HCl yang terpenetrasi per luas area

difusi (µg/cm2) dihitung dengan rumus :

𝑄 =𝐶𝑛𝑉 + 𝐶. 𝑆!!!

!!!

𝐴 Keterangan: 𝑄 = Jumlah kumulatif yang terpenetrasi per luas area (µg/cm2)

𝐶𝑛 = Konsentrasi terpenetrasi pada menit ke-n 𝑉 = Volume sel difusi (21ml)

𝐶!!!!!! = Jumlah konsentrasi zat pada sampling menit sebelumnya

𝑆 = Volume sampling = 1 ml 𝐴 = Luas area membran = 3,14 cm2

Kecepatan penetrasi tiap satuan waktu (fluks) glukosamin HCl

dihitung dengan rumus :

𝐽 = 𝑀𝑠𝑥𝑡 =

𝑄𝑡

Keterangan : J = Fluks (µg cm-2

jam-1) S = Luas area difusi (cm2) M = Jumlah kumulatif zat yang melalui membran (µg) T = waktu (jam)

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

30

Selanjutnya dibuat grafik jumlah kumulatif glukosamin yang terpenetrasi per luas area difusi terhadap waktu dan grafik fluks terhadap jam.

a) Pembuatan Standar Glukosamin

Sebanyak 100 mg glukosamin HCl standar dilarutkan dalam 100

ml natrium asetat 0,10 M dan didiamkan selama ± 24 jam sehingga

diperoleh konsentrasi akhir glukosamin HCl sebesar 1000 mg/L.

b) Pembuatan Standar Phenyl Thiourea (PTH)

Standar phenyl thiourea (PTH) diperoleh dari derivatisasi

glukosamin HCl standar dengan phenyl isothiocyanate (PITC). Sebanyak 4

ml larutan glukosamin HCl standar dimasukkan ke dalam labu volumetrik

25 ml dan ditambahkan 0,4 mL PITC dan 15 ml metanol, kemudian

ditambahkan dengan metanol : air (3:2) sampai tanda batas. Sebanyak 10

ml diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dipanaskan

selama 20 menit di atas penangas air, kemudian didinginkan dan volume

dicukupkan hingga 10 ml dengan aquadest. Larutan tersebut kemudian

diekstraksi sebanyak 2 kali menggunakan 15 ml dietil eter untuk

menghilangkan PITC yang tidak bereaksi, dan bagian larutan yang

mengandung PTH hasil derivatisasi glukosamin HCl diambil. Sebanyak 5

ml dimasukkan ke dalam labu volumetrik 50 ml dan dicukupkan dengan

aquadest sampai tanda batas.

c) Pemilihan Panjang Gelombang Maksimum

Pemilihan panjang gelombang (λ) dilakukan dengan menggunakan

larutan glukosamin HCl standar, larutan phenyl isothiocyanate, dan larutan

phenyl thiourea hasil derivatisasi glukosamin HCl dengan phenyl

isothiocyanate lalu dilakukan scanning menggunakan spektrofotometer

UV-Vis pada rentang panjang gelombang (λ) 200 - 400 nm.

d) Pembuatan Kurva Standar Glukosamin

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

31

Dibuat seri konsentrasi larutan standar phenyl thiourea

menggunakan aquadest dengan konsentrasi 3, 4, 6, 8, dan 10 mg/L

kemudian diukur absorbansinya dengan spektrometri UV-Vis pada

panjang gelombang 240 nm. Kemudian nilai absorbansi tersebut diplot

terhadap konsentrasi untuk mendapatkan kurva standar dan persamaan

garis yang menunjukkan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi

glukosamin.

e) Analisis Kadar Glukosamin

Masing-masing sampel dari ketiga formula diambil sebanyak 4 ml

dan dimasukkan ke dalam labu volumetrik 25 ml kemudian ditambahkan

0,4 ml PITC dan 15 ml metanol, lalu ditambahkan dengan metanol : air

(3:2) sampai tanda batas. Sebanyak 10 ml diambil dan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi lalu dipanaskan selama 20 menit di atas penangas air,

kemudian didinginkan dan volume dicukupkan hingga 10 ml dengan

aquadest. Larutan tersebut kemudian diekstraksi sebanyak 2 kali

menggunakan 15 ml dietil eter untuk menghilangkan PITC yang tidak

bereaksi, dan bagian larutan yang mengandung PTH hasil derivatisasi

glukosamin HCl diambil. Sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam labu

volumetrik 50 ml dan dicukupkan dengan aquadest sampai tanda batas.

Absorbansinya diukur dengan spektrometri UV-Vis pada panjang

gelombang 240 nm. Hasil absorbansi yang diperoleh kemudian

dimasukkan dalam persamaan regresi linear dari kurva standar glukosamin

HCl dan diperoleh konsentrasi sampel glukosamin HCl.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32

32

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Preparasi Nanopartikel Glukosamin HCl

Preparasi nanopartikel dilakukan menggunakan metode gelasi ionik, di

mana polimer kitosan dicampur dengan natrium tripolifosfat akan menghasilkan

interaksi antar muatan positif pada gugus amino kitosan dengan muatan negatif

pada tripolifosfat.

Formula nanopartikel yang digunakan dalam penelitian ini dibuat menjadi

tiga formula dengan memvariasikan konsentrasi kitosan, yaitu F1, F2, dan F3

secara berturut-turut adalah 1%, 0,5%, dan 0,25% yang masing-masing formula

akan dibuat menjadi sediaan gel. Variasi konsentrasi kitosan bertujuan untuk

melihat pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kemampuan penetrasi gel

glukosamin HCl melewati kulit.

Formula nanopartikel glukosamin HCl yang digunakan pada pembentukan

gel transdermal ini telah dikarakterisasi dalam penelitian Marrisa (2017), di mana

dari hasil yang didapatkan menunjukkan penurunan pada ukuran partikel, efisiensi

penjerapan, dan zeta potensial seiring dengan menurunnya konsentrasi kitosan

yang digunakan.

Formula dengan konsentrasi kitosan 1% menghasilkan rata-rata ukuran

partikel sebesar 506,9 nm, dengan efisiensi penjerapan 67,5% dan zeta potensial

+29,3 mV, untuk konsentrasi kitosan 0,5% menghasilkan rata-rata ukuran partikel

sebesar 149,4 nm, dengan efisiensi penjerapan 51,6% dan zeta potensial +27,3

mV dan untuk konsentrasi kitosan 0,25% menghasilkan rata-rata ukuran partikel

sebesar 100,8 nm, dengan efisiensi penjerapan 47,2% dan zeta potensial +22,5

mV (Marrisa, 2017).

4.2. Preparasi Sediaan Gel Nanopartikel Glukosamin HCl

Pemilihan jenis sediaan gel sebagai basis didasari atas beberapa hal, yang

pertama karena dispersi nanopartikel glukosamin HCl yang digunakan berupa

dispersi utuh dalam sistem pendispersi air, sehingga akan lebih mudah dibuat

menjadi bentuk gel dibanding bentuk krim atau salep, karena kadar air yang tinggi

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

33

dan sediaan gel biasanya mudah diaplikasikan maupun dibersihkan. Penggunaan

dispersi utuh nanopartikel glukosamin HCl dilakukan karena sulitnya pemisahan

nanopartikel glukosamin HCl dari sistem dispersinya.

Basis gel yang digunakan sebagai gelling agent adalah hidroksipropilmetil

selulosa (HPMC). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gel yang

diformulasikan dengan HPMC memiliki stabilitas yang lebih baik ketimbang gel

yang diformulasikan dengan kitosan sebagai pembentuk gelnya (Anggraeni,

2015).

Nipagin dan nipasol berfungsi sebagai pengawet pada sediaan, mengingat

hampir 90% sediaan mengandung air sehingga mudah ditumbuhi jamur dan

bakteri. Pengadukan dilakukan secara perlahan untuk meminimalisir gelembung

yang terbentuk.

4.3. Evaluasi Gel Glukosamin HCl

4.3.1. Pemeriksaan Organoleptik

Pengamatan organoleptik ketiga formula gel menunjukkan bahwa gel yang

dihasilkan semitransparan, kental, berbau HPMC dan terdapat gelembung gas

yang hilang setelah didiamkan selama beberapa jam. Sediaan yang semitransparan

disebabkan oleh adanya beberapa bahan yang terdispersi dalam sediaan. Warna

kekuningan pada sediaan berasal dari warna polimer yang digunakan, yaitu

kitosan yang berwarna sedikit kekuningan, semakin besar konsentrasi kitosan

yang digunakan maka sediaan yang dihasilkan makin berwarna kekuningan.

Gelembung gas yang terdapat dalam sediaan dihasilkan ketika proses pengadukan

menggunakan lumpang, karena udara mudah terperangkap oleh HPMC.

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

34

Gambar 4.1. Gel Nanopartikel Glukosamin HCl

Gambar 4.2. Gel Glukosamin HCl Non-nano

4.3.2. Pemeriksaan Homogenitas

Sediaan gel glukosamin HCl terlihat homogen pada semua formula. Ketiga

formula memenuhi persyaratan karena tidak terlihat adanya gumpalan-gumpalan

polimer yang belum terdispersi secara sempurna ataupun partikel kasar seperti

yang dapat dilihat pada Gambar 4.3. dan Gambar 4.4.

Gambar 4.3. Uji Homogenitas Gel Nanopartikel Glukosamin HCl

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

35

Gambar 4.4. Uji Homogenitas Gel Glukosamin HCl Non-nano

4.3.3. Pengukuran pH

Hasil dari pengukuran pH pada Tabel 4.1. menunjukkan bahwa semakin

kecil konsentrasi kitosan yang digunakan maka pH yang dihasilkan akan semakin

kecil karena kitosan memiliki gugus amino dengan pKa 6,2 - 7 yang merupakan

zat basa (Ravi, 2000), sehingga semakin sedikit jumlah kitosan yang digunakan

maka akan semakin rendah pH yang dihasilkan.

Tabel 4.1. pH Gel Nanopartikel Glukosamin HCl

Formula pH

F1 4,392 ± 0,076 F2 4,003 ± 0,013 F3 3,721 ± 0,006

Non-nano 3,574 ± 0,006

Berdasarkan hasil pengujian diketahui pH sediaan belum memenuhi

persyaratan pH sediaan topikal yaitu antara 4,5 – 6,5. Kulit yang normal memiliki

pH antara 4,5 - 6,5 sehingga sediaan topikal harus memiliki pH yang sama dengan

pH normal kulit tersebut. Kesesuaian pH kulit dengan pH sediaan topikal

mempengaruhi penerimaan kulit terhadap sediaan. Sediaan topikal yang ideal

adalah tidak mengiritasi kulit. Kemungkinan iritasi kulit akan sangat besar apabila

sediaan terlalu asam atau terlalu basa (Wasitaatmajda, 1997).

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

36

Optimasi dengan penambahan pengatur pH ke dalam formulasi dapat

dilakukan untuk mendapatkan nilai pH pada rentang pH kulit, namun tetap

menjaga kestabilan gel yang diformulasi.

4.3.4. Pengukuran Viskositas dan Rheologi

Viskositas sediaan gel glukosamin HCl berbasis HPMC dapat dilihat pada

Tabel 4.2 serta Gambar 4.5. Nilai viskositas sediaan gel glukosamin HCl menurun

seiring dengan meningkatnya kecepatan spindel. Dari data yang diperoleh,

viskositas sediaan gel glukosamin HCl menurun dari 8910 cP menjadi 890 cP

pada Formula 1, 8020 cP menjadi 870 cP pada Formula 2, dan dari 7840 cP

menjadi 850 cP pada Formula 3. Sediaan yang memiliki viskositas yang

cenderung berubah pada beberapa kecepatan geser yang diberikan merupakan

karakteristik dari cairan nonnewton.

Gambar 4.5. Grafik Viskositas Gel Glukosamin HCl

Viskositas pada gel glukosamin HCl semakin menurun seiring dengan

penurunan konsentrasi kitosan yang digunakan. Meskipun demikian tidak terlihat

perbedaan yang signifikan pada wujud gel yang dihasilkan.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

0 20 40 60 80 100 120

F1 F2 F3 nonnano

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

37

Tabel 4.2. Viskositas Gel Glukosamin HCl

Kecepatan Putar (Rpm)

Viskositas (cP)

F1 F2 F3 Non-nano

2 8910 8020 7840 7690 4 8540 7430 7350 7150 10 7280 6390 6090 5740 20 4470 4370 4170 4020 30 2980 2910 2830 2780 60 1490 1450 1400 1350 100 890 870 850 830

Dispersi senyawa makromolekul seperti polimer HPMC memang

tergolong cairan nonnewton. Hal ini dikonfirmasi dengan kurva rheologi yang

diperoleh dari sediaan ini.

Gambar 4.6. Kurva Rheologi Gel Glukosamin HCl

Rheogram menunjukkan bahwa sediaan gel berbasis HPMC memiliki sifat

aliran pseudoplastis, di mana kemiringan kurva antara kecepatan spindel (sumbu

0 10 20 30 40 50

0 20 40

%to

rque

Rpm

F1

naik

turun

0 10 20 30 40 50

0 20 40

%to

rque

Rpm

F2

naik

turun

0 10 20 30 40 50

0 10 20 30 40

%to

rque

Rpm

F3

naik

turun

0 10 20 30 40 50

0 10 20 30 40

%to

rque

Rpm

Non-nano

naik

turun

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

38

x) dan %Torque (sumbu y) semakin menurun dengan meningkatnya kecepatan

spindel. Selain itu, rheogram pseudoplastis berawal dari titik nol yang artinya

bahan akan langsung mengalir pada saat diberikan tegangan geser.

Pada rheogram terlihat kurva naik berhimpit dengan kurva turun yang

artinya sifat alir sediaan gel ini tidak bergantung pada waktu, dengan kata lain

rheogram yang ditunjukkan oleh sediaan gel berbasis HPMC adalah rheogram

dari pseudoplastis.

Sediaan farmasi seperti sistem dispersi pada umumnya menginginkan

rheologi pseudoplastis, plastis, atau tiksotropik karena pada saat disimpan akan

membentuk gel yang viskositasnya tinggi sehingga mampu menghambat proses

pengendapan dan aglomerasi. Namun, pada saat akan digunakan dengan sedikit

pemberian gaya atau tegangan geser, sistem gel akan berubah menjadi sol di mana

sediaan akan menjadi lebih cair sehingga mudah dituang atau disebar di atas

permukaan kulit (Aulton, 2002).

4.4. Uji Penetrasi Gel Glukosamin HCl

Pada penelitian ini, dilakukan uji penetrasi gel glukosamin HCl secara in

vitro menggunakan sel difusi franz. Uji ini dilakukan untuk mengetahui jumlah

glukosamin HCl yang terpenetrasi melalui kulit selama interval waktu tertentu

dari sediaan gel berbasis HPMC yang telah dibuat.

Bobot sediaan yang diaplikasikan ditentukan berdasarkan luas membran

dan penyebaran sediaan yang merata. Pengaplikasian sediaan dengan bobot yang

terlalu besar pada luas membran yang kecil akan menyebabkan terjadinya

penumpukan sediaan pada lapisan atas membran, sehingga zat aktif tidak

sepenuhnya terlepas dari sediaan dan hanya tertinggal di permukaan kulit

(Simanjuntak, 2006).

Cairan yang terdapat dalam kompartemen penerima adalah dapar fosfat

salin pH 7,4 yang menggambarkan sistem aliran darah di bawah kulit. Air

dialirkan dari termostat masuk ke dalam water jacket untuk menjaga temperatur

sesuai dengan suhu tubuh yaitu 37°C. Suhu harus tetap dijaga karena perubahan

suhu dapat mengakibatkan perubahan laju difusi glukosamin HCl menembus

membran. Kompartemen reseptor diaduk dengan magnetic stirrer pada kecepatan

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

39

500 rpm untuk menjaga cairan kompartemen tetap homogen. Penggunaan

kecepatan yang lebih tinggi dapat menyebabkan timbulnya gelembung udara di

antara membran dan cairan kompartemen penerima (Christina, 2010)

Sampel dicuplik sebanyak 1 ml dan digantikan dengan medium

kompartemen reseptor yang baru dengan volume yang sama untuk

mempertahankan sink condition (Lachman dkk.,1994). Hasil cuplikan yang

didapat selanjutnya akan diderivatisasi untuk dapat mengukur kadar glukosamin

HCl dalam sampel.

4.4.1. Pembuatan Senyawa Phenyl Thiourea (PTH)

Glukosamin HCl harus diderivatisasi terlebih dahulu karena

glukosamin HCl tidak memiliki gugus kromofor sehingga tidak menyerap

sinar pada daerah UV-Vis. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses

derivatisasi sehingga menjadi senyawa berkromofor dan dapat dideteksi

pada daerah UV. Pereaksi yang dapat digunakan untuk derivatisasi

glukosamin dengan detektor UV, diantaranya adalah phenyl isothiocyanate

(PITC) (Liang, Leslie, Adebowale, Ashraf, dan Eddington, 1999); N-(9-

fluorenyl- methoxycarbonyloxy) succinimide (FMOC-Su) (Zhou,

Waszkuc, and Mohammed, 2005; Yan, Evenocheck, 2011); dan 1,2-

naphthoquinone-4- sulphonic acid sodium salt (NQS) (Hadad, Abdel-

Salam, dan Emara, 2011). Pereaksi FMOC-Su sudah tidak ada lagi di

pasaran, sedangkan NQS memiliki harga yang relatif lebih mahal

dibandingkan PITC, sehingga akan lebih efisien menggunakan PITC untuk

penelitian ini.

Pembuatan senyawa phenyl thiourea (PTH) dalam penelitian ini

dilakukan dengan menderivatisasi senyawa glukosamin HCl standar

dengan pereaksi phenyl isothiocyanate (PITC) menggunakan metode yang

telah divalidasi oleh Gaonkar (2006) sehingga dapat dideteksi

menggunakan spektrofotometer Uv-Vis.

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

40

4.4.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Phenyl Thiourea (PTH)

Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan menggunakan

larutan standar glukosamin HCl dengan konsentrasi 1000 ppm. Nilai

absorbansi tertinggi didapatkan pada panjang gelombang 240 nm dengan

absorbansi 1,208. Nilai panjang gelombang tersebut sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Gaonkar (2006) yang mengukur

glukosamin dengan spektrofotometer UV-Vis dengan teknik derivatisasi

menggunakan PITC. Panjang gelombang maksimum glukosamin HCl

dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.4.3. Pembuatan Kurva Standar Glukosamin HCl

Kurva kalibrasi digunakan untuk mendapatkan persamaan regresi

yang akan digunakan untuk menghitung kadar senyawa glukosamin HCl

bebas. Hasil pengukuran absorbansi sejumlah larutan standar glukosamin

HCl pada panjang gelombang 240 nm adalah y = 0,0641x + 0,0034 dengan

nilai r = 0,9998.

Gambar 4.7. Kurva Kalibrasi Glukosamin HCl

4.4.4. Jumlah Kumulatif Zat Terpenetrasi Per Luas Area

Hasil pengujian penetrasi melalui membran kulit tikus

menunjukkan jumlah kumulatif zat aktif terpenetrasi per luas area pada

y = 0.0641x + 0.0034 R = 0.9998

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0 2 4 6 8 10 12

Abs

orba

nsi

Konsentrasi (µg/ml)

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

41

Formula 1, Formula 2, Formula 3, dan Non-nano pada jam ke 8 secara

berturut-turut adalah 528,209 µg/cm2 ; 583,391 µg/cm2 ; 557,949µg/cm2

dan 314,150 µg/cm2. Nilai tersebut menunjukkan kadar glukosamin HCl

yang terdapat dalam medium reseptor. Selain yang terakumulasi dalam

medium reseptor, glukosamin HCl yang berdifusi juga tertinggal dalam

jaringan kulit tikus yang digunakan sebagai membran difusi. Oleh karena

itu jumlah total glukosamin HCl yang berdifusi sebenarnya lebih besar dari

nilai terukur dalam cairan reseptor.

Tabel 4.3. Jumlah Kumulatif Difusi Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area

Waktu (Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif Per Satuan Luas Area (µg/cm2)

F1 F2 F3 Non-nano 10 313,9 ± 2,5 283,2 ± 26,2 251,3 ± 35,8 78,9 ± 2,9 30 353,4 ± 7,8 330,0 ± 4,9 306,1 ± 17,1 169,7 ± 12,7 60 374,9 ± 1,5 390,6 ± 7,5 366,0 ± 18,9 203,6 ± 3,5 90 405,6 ± 30,8 434,6 ± 23,7 384,9 ± 3,4 248,4 ± 2,0

120 421,7 ± 26,2 445,4 ± 20,7 428,5 ± 7,7 259,8 ± 2,1 180 426,5 ± 20,0 454,7 ± 13,9 443,6 ± 13,3 271,2 ± 2,9 240 441,3 ± 40,4 491,2 ± 28,3 475,5 ± 4,1 274,9 ± 0,1 300 458,2 ± 56,9 522,1 ± 44,0 506,8 ± 29,3 283,9 ± 3,7 360 477,3 ± 46,6 525,6 ± 40,8 530,1 ± 34,9 290,2 ± 6,1 420 510,9 ± 29,0 532,5 ± 25,1 535,3 ± 32,2 308,6 ± 1,9 480 528,2 ± 35,6 583,4 ± 41,3 557,9 ± 4,1 314,1 ± 1,4

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

42

Gambar 4.8. Grafik Jumlah Kumulatif Difusi Glukosamin HCl Per Luas Area

Tabel 4.4. % Kumulatif Difusi Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area

Waktu (Menit)

% Kumulatif Difusi Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area

F1 F2 F3 Non-nano 10 32,9 ± 0,3 29,6 ± 2,6 26,3 ± 3,6 8,3 ± 0,3 30 37,0 ± 0,8 34,5 ± 0,5 32,0 ± 1,7 17,8 ± 1,3 60 39,2 ± 0,2 40,9 ± 0,7 38,3 ± 1,9 21,3 ± 0,4 90 42,5 ± 3,2 45,5 ± 2,3 40,3 ± 0,3 25,9 ± 0,2 120 44,1 ± 2,7 46,6 ± 2,1 44,9 ± 0,8 27,2 ± 0,2 180 44,6 ± 2,1 47,6 ± 1,4 46,4 ± 1,3 28,4 ± 0,3 240 46,2 ± 4,2 51,4 ± 4,8 49,8 ± 0,4 28,8 ± 0,0 300 48,0 ± 6,0 54,6 ± 4,4 53,0 ± 2,9 29,7 ± 0,4 360 50,0 ± 4,9 55,0 ± 4,0 55,5 ± 3,5 30,4 ± 0,6 420 53,5 ± 3,0 55,7 ± 2,5 56,0 ± 3,2 32,3 ± 0,2 480 55,3 ± 3,7 61,1 ± 4,1 58,4 ± 0,4 32,9 ± 0,1

Hasil jumlah kumulatif glukosamin HCl menunjukkan bahwa

bentuk fisik nanopartikel memberikan kemampuan penetrasi yang lebih

baik dibandingkan tanpa sistem nanopartikel. Hal tersebut juga

ditunjukkan oleh hasil pengolahan data menggunakan statistik SPSS 22

dengan metode uji One Way Anova yang menunjukkan bahwa hasil

0

100

200

300

400

500

600

700

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jum

lah

Kum

ulat

if

Waktu (Jam)

F1 F2 F3 Non Nano

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

43

persentase kumulatif difusi glukosamin HCl per luas area memiliki

perbedaan yang bermakna antara gel Non-nano dengan ketiga sediaan gel

nanopartikel glukosamin HCl dikarenakan memiliki nilai signifikansi <

0,05.

Hal tersebut dapat terjadi karena nanopartikel berguna sebagai

reservoir obat untuk mengantarkannya ke stratum korneum sehingga dapat

mengendalikan permeasi mereka ke dalam kulit (Ucheci, Ogbonna &

Attama, 2014). Pada kulit yang tidak rusak, folikel berperan penting dalam

penetrasi nanopartikel, folikel merupakan tempat penyimpanan yang

sangat baik yang dapat digunakan untuk pelepasan obat dan menawarkan

jalan pintas ke dalam sirkulasi sistemik. Akumulasi senyawa pada bagian

folikel akan meningkatkan kemampuan penetrasi senyawa tersebut

(Schneider, dkk., 2009).

Hasil jumlah kumulatif glukosamin HCl tersebut juga

menunjukkan variasi konsentrasi kitosan dalam ketiga formula

nanopartikel tidak mempengaruhi kemampuan penetrasi glukosamin HCl

kecuali antara F1 dengan F3 pada menit ke 10 hingga 30. Hal tersebut

ditunjang oleh hasil pengolahan data menggunakan statistik SPSS 22

dengan metode uji One Way Anova yang menunjukkan hasil persentase

kumulatif antara ketiga formula nanopartikel memiliki nilai signifikansi >

0,05, kecuali pada menit ke 10 hingga menit ke 30 untuk F1 dan F3 yang

memiliki nilai signifikansi <0,05.

4.4.5. Fluks Penetrasi

Fluks (kecepatan) penetrasi glukosamin HCl dapat dihitung dari

data jumlah kumulatif glukosamin HCl terpenetrasi yang perhitungannya

dapat dilihat pada Lampiran 7. Data hasil perhitungan fluks difusi gel

glukosamin HCl dapat dilihat pada Tabel 4.5, sedangkan grafik fluks difusi

glukosamin HCl per luas area dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

44

Tabel 4.5. Fluks Difusi Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area

Waktu (menit)

Fluks Penetrasi (µg cm-2 jam-1) F1 F2 F3 Non-nano

10 1879,9 ± 15,2 1695,6 ± 157,2 1505,0 ± 214,6 473,1 ± 17,7 30 706,8 ± 15,6 660,1 ± 9,9 612,2 ± 34,1 339,5 ± 25,4 60 374,9 ± 1,5 390,6 ± 7,5 366,0 ± 18,9 203,6 ± 3,5 90 270,4 ± 20,5 289,7 ± 15,8 256,6 ± 2,3 165,6 ± 1,4 120 210,8 ± 13,1 222,7 ± 10,4 214,3 ± 3,8 129,9 ± 1,0 180 142,2 ± 6,7 151,6 ± 4,6 147,9 ± 4,4 90,4 ± 0,9 240 110,3 ± 10,1 122,8 ± 12,1 118,9 ± 1,0 68,7 ± 0,0 300 91,6 ± 11,4 104,4 ± 8,8 101,4 ± 5,9 56,8 ± 0,7 360 79,5 ± 7,8 87,6 ± 6,8 88,4 ± 5,8 48,3 ± 1,0 420 72,9 ± 4,2 76,1 ± 3,6 76,5 ± 4,6 44,0 ± 0,3 480 66,0 ± 4,5 72,9 ± 5,2 69,7 ± 0,5 39,3 ± 0,2

Gambar 4.9. Grafik fluks Penetrasi Glukosamin HCl Per Luas Area

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa fluks penetrasi

keempat formula semakin menurun dengan berjalannya waktu. Besarnya

fluks penetrasi pada menit-menit awal dapat dipengaruhi oleh efisiensi

penjerapan dari nanopartikel. Berdasarkan evaluasi efisiensi penjerapan

nanopartikel glukosamin HCl yang digunakan pada pembentukan gel ini

0 200 400 600 800

1000 1200 1400 1600 1800 2000

0 2 4 6 8 10

Fluk

s Pen

etra

si (µ

g cm

-2 ja

m-1

)

Waktu (jam)

F1

F2

F3

NonNano

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

45

menunjukkan hasil pada F1 dengan konsentrasi kitosan 1%, F2 dengan

konsentrasi kitosan 0,5%, dan F3 dengan konsentrasi kitosan 0,25% secara

berturut-turut 67,5%, 51,6%, dan 47,2% hal ini menunjukkan semakin

besar konsentrasi kitosan yang digunakan maka semakin tinggi efisiensi

penjerapan yang dihasilkan. Semakin besar efisiensi penjerapan maka

semakin banyak glukosamin HCl yang masuk melewati kulit karena

perbedaan gradien yang tinggi antara dua kompartemen (Annisa, dkk.,

2016). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil fluks penetrasi, pada F1 fluks

penetrasi lebih tinggi dibandingkan F2, dan F2 lebih tinggi dibandingkan

F3. Seiring berjalannya waktu kejenuhan mulai terjadi pada kulit, pada

saat ini penetrasi dipengaruhi oleh kemampuan glukosamin HCl berdifusi

secara pasif melewati kulit, sehingga fluks penetrasi glukosamin HCl pada

semua formula terlihat mirip.

Fluks penetrasi senyawa berbanding lurus dengan jumlah

kumulatif zat aktif terpenetrasi per luas area menurut hukum Ficks I. Oleh

karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kumulatif glukosamin

HCl terpenetrasi per luas area turut mempengaruhi fluks penetrasi

glukosamin HCl melalui membran difusi (Anggraeni, 2008).

Hasil fluks penetrasi juga menunjukkan bahwa bentuk fisik

nanopartikel memberikan kecepatan penetrasi yang lebih baik

dibandingkan tanpa sistem nanopartikel. Hal tersebut juga ditunjukkan

oleh hasil pengolahan data menggunakan statistik SPSS 22 dengan metode

uji One Way Anova.

Hasil fluks penetrasi glukosamin HCl tersebut juga menunjukkan

bahwa fluks penetrasi dalam ketiga formula nanopartikel tidak dipengaruhi

oleh variasi konsentrasi kitosan kecuali antara F1 dengan F3 pada menit ke

10 hingga 30. Hal tersebut ditunjang oleh hasil pengolahan data

menggunakan statistik SPSS 22 dengan metode uji One Way Anova yang

menunjukkan hasil fluks penetrasi antara ketiga formula nanopartikel

memiliki nilai signifikansi > 0,05, kecuali pada menit ke 10 hingga menit

ke 30 untuk F1 dan F3 yang memiliki nilai signifikansi <0,05.

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penggunaan sistem nanopartikel dapat meningkatkan jumlah kumulatif

dan fluks penetrasi glukosamin HCl yang terpenetrasi dibandingkan dengan gel

yang dibuat tanpa sistem nanopartikel. Perbedaan konsentrasi kitosan pada

pembuatan nanopartikel glukosamin HCl tidak memberikan pengaruh bermakna

pada jumlah kumulatif dan fluks penetrasi glukosamin HCl kecuali antara F1 dan

F3 pada menit ke-10 hingga menit ke-30. Jumlah kumulatif glukosamin HCl yang

terpenetrasi per luas area selama 8 jam untuk F1, F2, F3, dan Non-nano secara

berturut-turut adalah 528,2 µg/cm2; 583,4 µg/cm2; 557,9 µg/cm2 dan 314,2

µg/cm2. Fluks penetrasi pada menit ke-10 untuk F1, F2, F3, dan Non-nano secara

berturut-turut adalah 1879,9 µg/cm2 jam; 1695,6 µg/cm2 jam; 1505 µg/cm2 jam;

dan 473,1 µg/cm2 jam.

5.2. Saran

a. Perlu dilakukan uji penetrasi menggunakan membran kulit manusia

untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

b. Perlu dilakukan penelitian terkait dosis efektif senyawa glukosamin

HCl dalam bentuk sediaan gel transdermal.

c. Pada uji penetrasi selanjutnya sebaiknya dibandingkan dengan sediaan

gel glukosamin hidroklorida yang telah beredar di pasaran.

d. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengoptimasi formulasi gel

nanopartikel glukosamin HCl serta mengevaluasi gel yang dihasilkan.

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

47

DAFTAR PUSTAKA

Alkilani, Ahlam Zaid., NcCrudden, Maeliosa T.C., Donnelly, & Ryan F. (2015). Transdermal Drug Delivery: Innovative Pharmaceutical Developments Based on Disruption of the Barrier Properties of the stratum corneum. Pharmaceutics; 7(4): 438–470.

Allen, L. V., & Ansel H. C. (2014). Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems. Tenth Edition. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins. 343-344.

Anandhakumar, S., Krishnamoorthy, G., Ramkumar, K. M., & Raichur, A. M. (2017). Preparation of collagen peptide functionalized chitosan nanoparticles by ionic gelation method: An effective carrier system for encapsulation and release of doxorubicin for cancer drug delivery. Materials Science and Engineering C, 70, 378–385. https://doi.org/10.1016/j.msec.2016.09.003

Anonim. (2007). The United States Pharmacopoeia 30 – The National Formulary. 25. United States Pharmacopoeia Convention, Inc.

Anggraeni, C.A. (2008). Pengaruh Bentuk Sediaan Krim, Gel, dan Salep Terhadap Penetrasi Aminofilin Sebagai Antiselulit Secara In Vitro Menggunakan Sel Difusi Franz. Skripsi. Universitas Indonesia.

Anggraeni, Yuni. (2015). Formulasi Sediaan Gel Transdermal Glukosamin HCl Untuk Terapi Osteoartritis. Jakarta.

Annisa, Rahmi., Hendradi, Esti., Melani, Dewi. (2016). Pengembangan sistem nanostructured lipid carriers (NLC) meloxicam dengan lipid monostearin dan miglyol 808 menggunakan metode emulsifikasi. Journal Trop. Pharm. Chem. Vol.3 No.3

Arya, R., & Jain, V. (2013). Osteoartritis of the knee joint: An overview. Journal, Indian Academy of Clinical Medicine, 14(2), 154–162. Retrieved from http://medind.nic.in/jac/t13/i2/jact13i2p154.pdf

Aulton, M.E. (2002). Pharmaceutics : The Science of Dosage Forms Design. London : Churchill Living Stone.

Barclay, T. S., Tsourounis, C., & Mccart, G. M. (1998). Glucosamine, 32, 574–579.

Bronner, F., & Farach-Carson, M. C. (2007). Bone and Osteoarthritis. London: Springer.

Christina. (2010). Pengaruh Mentol, Etanol, dan Propilen Glikol Terhadap Profil Penetrasi Perkutan Glukosamin Secara In Vitro Menggunakan Sel Difusi Franz. Skripsi. Universitas Indonesia

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektrofotometri, Cetakan pertama. Padang : CV. Trianda Anugrah Pratama

Dalirfardouei, R., Karimi, G., & Jamialahmadi, K. (2016). Molecular mechanisms

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

48

48

and biomedical applications of glucosamine as a potential multifunctional therapeutic agent. Life Sciences, 152, 21–29. https://doi.org/10.1016/j.lfs.2016.03.028

Fox, B. A., & Stephens, M. M. (2007). Glucosamine hydrochloride for the treatment of osteoartritis symptoms. Clinical Interventions in Aging, 2(4), 599–604.

Goyal, R., Macri, L. K., Kaplan, H. M., & Kohn, J. (2016). Nanoparticles and nanofibers for topical drug delivery. Journal of Controlled Release, 240, 77–92. https://doi.org/10.1016/j.jconrel.2015.10.049

Hadad, G. M., Randa A. Abdel-Salam, & Emara, S. (2011). Determination of glucosamine and carisoprodol in pharmaceutical formulations by lc with pre-column derivatization and UV detection. Journal of Chromatographic Science 2012; 50: 307–315 doi:10.1093/chromsci/bms008.

Hammad, Y. H., Magid, H. R., & Sobhy, M. M. (2014). Clinical and biochemical study of the comparative efficacy of topical versus oral glucosamine/chondroitin sulfate on osteoartritis of the knee. The Egyptian Rheumatologist, 37(2), 85–91. https://doi.org/10.101.6/j.ejr.2014.06.007

Han, I. H., Choi, S. U., Nam, D. Y., Park, Y. M., Kang, M. J., Kang, K. H., Kim, Y. M., Bae, G., Oh, I. Y., Park, J. H., Ye, J. S., Choi, Y. B., Kim, D. K., Lee, J., & Choi, Y. W. (2010). Identification and assesment of permeability enhanching vehicles for transdermal delivery of glucosamine hydrocloride. Arch Pharm Res Vol. 33 No.2. 293 - 299

Honneywell-Nguyen, P. L., & Bouwstra, J. A. (2005). Vesicles as a tool for transdermal and dermal delivery. Drug Discovery Today: Technologies. Vol. 2, No. 1. 68-74.

Institute of Medicine. (1996). Food and Nutrition Board Committee on Food Chemicals Codex. Washington, DC: National Academy of Sciences.

Institute of Medicine. (2003). Safety review: Draft 3 prototype monograph on glucosamine. Pp 1-84. Washington, DC: National Academy of Sciences.

Kalam, M. A. (2016). Development of chitosan nanoparticles coated with hyaluronic acid for topical ocular delivery of dexamethasone. International Journal of Biological Macromolecules, 89, 127–136. https://doi.org/10.1016/j.ijbiomac.2016.04.070

Kaur, D., Singh, R. (2015). A novel approach: Transdermal gel. International Journal of Pharma Research & Review, 4(10), 41-50

Kleine-Brueggeney, H., Zorzi, G. K., Fecker, T., El Gueddari, N. E., Moerschbacher, B. M., & Goycoolea, F. M. (2015). A rational approach towards the design of chitosan-based nanoparticles obtained by ionotropic gelation. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces, 135, 99–108. https://doi.org/10.1016/j.colsurfb.2015.07.016

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

49

49

Krishna, A.S., Amareshwar, P., & Chakravarty, P. (2011). Different techniques used for the preparation of nanoparticles using natural polymers and their application. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol 3, Suppl 2, 45-50. ISSN- 0975-1491

Liang, Zhongming, Leslie, J., Adebowale, A., Ashraf, M., &Eddington, N. D. (1999). Determination of the nutraceutical,glucosamine hydrochloride, in raw materials, dosage forms and plasma using pre-column derivatization with ultraviolet HPLC. Journal ofPharmaceutical and Biomedical Analysis, 20 807–814.

Lund, W. (1994). Pharmaceutical Codex, 12th edition. London: The Pharmaceutical Press

Madani, S.Y., Mandel, A., Seifalian, A.M. (2013). A concise review of carbon nanotube's toxicology. Nano Reviews, 4: 21521

Mardliyati, E., El Muttaqien, S., & Setyawati, D. R. (2012). Sintesis nanopartikel kitosan-trypoly phosphate dengan metode gelasi ionik: pengaruh konsentrasi dan rasio volume terhadap karakteristik partikel. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan. 90-93. ISSN 1411-2213.

Marrisa. (2017). Ukuran Partikel dan Efisiensi Penjerapan Nanopartikel Glukosamin Hidroklorida dengan Variasi Konsentrasi Kitosan. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pandey, A., Mittal, A., Chauhan, N., & Alam, S. (2014). Role of surfactants as penetration enhancer in transdermal drug delivery system. Journal Molecular Pharmaceutics & Organic Process Research, Vol.2, Issue 2. doi: 10.4172/2329-9053.1000113. ISSN: 2329-9053 JMPOPR

Panitia penyusun FI V. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Patel, J.K., & Jivani, N.P. (2009). A novel approach: Transdermal gel. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Nanotechnology, Vol.2, 517-522.

Pesek, J., Matyska, M., Jimena, A., Juan, J., Jo, A., & Berioso, B. (2016). Analysis of glucosamine using aqueous normal phase chromatography. LWT - Food Science and Technology 65. 777-782

Rajalakshmi, R.,Muzib, I.Y., Aruna, U., Vinesha, V., Rupangada, V., & Krishna Moorthy, K.S.B. (2014). Chitosan nanoparticles - an emerging trend in nanotechnology. International Journal of Drug Delivery 6. 204-229.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Schneider, M., Stracke, F., Hansen, S., & Schaefer, U.F. (2009). Nanoparticle and

their interactions with the dermal barrier. Dermato-Endocrinology 1:4. 197-206

Touitou, Elka. Barry W. (2007). Enhancement In Drug Delivery. New York: CRC Press, 220-221, 237, 246

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

50

50

Uchechi, O., Ogbonna, J.D.N., & Attama, A.A. (2014). Nanoparticles for dermal and transdermal drug delivery. Application of Nanotechnology in Drug Delivery. Chapter 6: 193-230.

Walters, Kenneth. (2002). Dermatological and Transdermal Formulation. New York: Marcel Dekker. 1-12,225.

Wasitaatmadja. (1997). Penuntun Kosmetik Medik. Universitas Indonesia: Jakarta. Wells BG; Dipiro JT; Schwinghammer TL; Dipiro CV. (2009). Pharmacotherapy

handbook. Witt, K. & Bucks, D. (2003). Studying in vitro : Skin preparation and drug release

to optimize dermatological formulations. Formulation, Fill & Finish. 22-27.

Yu, S. H., Wu, S. J., Wu, J. Y., Peng, C. K., & Mi, F. W. (2013). Tripolyphosphate cross-linked macromolecular composites for the growth of shape- and size-controlled apatites. Molecules: 18. 27-40. doi: 10.3390/molecules18010027

Zhao, L. M., Shi, L. E., Zhang, Z. L., Chen, J. M., Shi, D. D., Yang, J., & Tang, Z. X. (2011). Preparation and application of chitosan nanoparticles and nanofibers. Brazilian Journal of Chemical Engineering, Vol. 28, No.3. 353-362.

Zhou, J. Z., Waszkuc, T., & Mohammed, F. (2005). Determinationof glucosamine in raw materials and dietary supplements containing glucosamine sulfate and/or glucosamine hydrochloride by high performance liquid chromatography with fmoc-su derivatization: collaborative study. Journal of AOAC International Vol. 88, No. 4

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

51

Lampiran 1. Skema Prosedur Penelitian

Preparasi nanopartikel glukosamin HCl dengan konsentrasi kitosan 1%; 0,5%; dan 0,25%

Preparasi gel nanopartikel glukosamin HCl

Viskositas dan

Rheologi

Evaluasi gel glukosamin HCl

Organo-leptik

Homogeni-tas

pH Penetapan kadar

Penetrasi

Derivatisasi glukosamin HCl

Pembuatan larutan induk glukosamin

HCl

Pembuatan kurva

kalibrasi

Penentuan panjang

gelombang maksimum

Analisis kadar glukosamin HCl

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

52

Lampiran 2. Persen Torque Gel Glukosamin HCl

Kecepatan Putar (Rpm)

%Torque

F1 F2 F3 Non-nano

2 8,9 8 8 8 2,5 11,1 9,8 9,8 9,8

3 13,1 11,5 11,4 11,3 4 17 14,8 14,7 14,5 5 20,7 18 17,7 17,6 6 24,1 21 20,7 20,6

10 36,4 31,9 31,4 31 12 42 36,9 36,7 36,4 20 44,7 43,7 43,7 43,6 30 44,7 43,6 43,7 43,6 20 44,8 43,7 43,7 43,7 10 44,2 39,4 40,7 38,6 12 38,8 34,3 35,4 34,7 6 25,8 22,7 23,2 21,7 5 22,6 19,5 19,7 19 4 18,3 16,1 16,4 16,1 3 14,4 12,7 12,9 12,2

2,5 12,3 10,8 11 10 2 10 8,8 9 8,8

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

53

Lampiran 3. Panjang Gelombang Maksimum Phenyl Thiourea (Hasil Derivatisasi Glukosamin HCl)

Report Date: 18:46:44, 06/07/2017

200 250 300 350 400nm

PTH

-0.2-0.10.00.10.20.30.40.50.60.70.80.91.01.11.21.31.41.51.61.71.81.92.02.12.2Abs

Sample: PTH File name: PTH belom diencerin.UDS Run Date: 14:46:58, 02/13/2017 Operator: R310 Comment: belom diencerin

Instrument Model: U-2910 Spectrophotometer Serial Number: ROM Version: 2J15301 05

Instrument Parameters Measurement Type: Wavelength Scan Data Mode: Abs Starting Wavelength: 400.0 nm Ending Wavelength: 200.0 nm Scan Speed: 200 nm/min Sampling Interval: 0.2 nm Slit Width: 1.50 nm Lamp change mode: Auto Auto change wavelength: 340.0 nm Baseline Correction: User 1 Wait time: 0 s Cycle Time: 0 min Replicates: 1 Response: Medium Path Length: 10.0 mm (Abs values are corrected to 10 mm path length)

1/4

Peak Integration Method: Rectangular Sensitivity: 1 Threshold: 0.0100

Peaks Peak # Start (nm) Apex (nm) End (nm) Height (Abs) Area (Abs*nm) Valley (nm) Valley (Abs) 1 400.0 240.0 225.6 1.208 50.738 225.6 0.996

2/4

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54

Lampiran 4. Absorbansi Standar Glukosamin HCl

Konsentrasi (µg/ml) Absorbansi

3 0,203

4 0,255

6 0,382

8 0,517

10 0,647

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55

Lampiran 5. Data Hasil Uji Difusi F1

Waktu (Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif Per Satuan Luas Area (µg/cm2)

% Kumulatif Difusi Glukosamin HCl

1 2 Rata-rata SD 1 2 Rata-rata SD

10 312,158 315,737 313,947 2,531 32,672 33,047 32,860 0,265 30 347,893 358,947 353,420 7,817 36,413 37,570 36,991 0,818 60 376,018 373,854 374,936 1,530 39,357 39,130 39,243 0,160 90 427,399 383,892 405,645 30,764 44,734 40,181 42,458 3,220

120 440,219 403,122 421,671 26,231 46,076 42,193 44,135 2,746 180 440,716 412,365 426,540 20,047 46,128 43,161 44,645 2,098 240 469,934 412,763 441,348 40,427 49,186 43,202 46,194 4,231 300 498,457 417,980 458,219 56,906 52,172 43,749 47,960 5,956 360 510,184 444,316 477,250 46,576 53,399 46,505 49,952 4,875 420 531,551 490,430 510,991 29,077 55,636 51,332 53,484 3,043 480 553,416 503,002 528,209 35,648 57,924 52,648 55,286 3,731

Lampiran 6. Data Hasil Uji Difusi F2

Waktu (Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif Per Satuan Luas Area (µg/cm2)

% Kumulatif Difusi Glukosamin HCl

1 2 Rata-rata SD 1 2 Rata-rata SD

10 301,722 264,605 283,163 26,246 31,580 27,695 29,638 2,747 30 326,525 333,555 330,040 4,970 34,176 34,912 34,544 0,520 60 395,894 385,283 390,589 7,503 41,437 40,326 40,882 0,785 90 451,350 417,881 434,615 23,666 47,241 43,738 45,490 2,477

120 460,095 430,800 445,448 20,715 48,157 45,090 46,624 2,168 180 464,568 444,913 454,740 13,898 48,625 46,568 47,596 1,455 240 525,290 457,037 491,164 48,262 54,980 47,837 51,408 5,051 300 553,217 490,977 522,097 44,011 57,903 51,389 54,646 4,606 360 554,409 496,741 525,575 40,778 58,028 51,992 55,010 4,268 420 550,235 514,679 532,457 25,142 57,591 53,870 55,731 2,632 480 554,211 612,571 583,391 41,267 58,007 64,116 61,062 4,319

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56

Lampiran 7. Data Hasil Uji Penetrasi F3

Waktu (Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif Per Satuan Luas Area (µg/cm2)

% Kumulatif Difusi Glukosamin HCl

1 2 Rata-rata SD 1 2 Rata-rata SD

10 276,678 225,994 251,336 35,839 28,959 23,654 26,307 3,751 30 294,027 318,150 306,089 17,058 30,775 33,300 32,037 1,785 60 352,663 379,420 366,041 18,920 36,912 39,713 38,312 1,980 90 382,577 387,370 384,974 3,389 40,043 40,545 40,294 0,355

120 433,958 423,098 428,528 7,679 45,421 44,284 44,853 0,804 180 453,039 434,179 443,609 13,336 47,418 45,444 46,431 1,396 240 472,618 478,454 475,536 4,127 49,467 50,078 49,773 0,432 300 486,034 527,500 506,767 29,320 50,872 55,212 53,042 3,069 360 505,414 554,780 530,097 34,907 52,900 58,067 55,483 3,654 420 512,569 558,060 535,315 32,167 53,649 58,410 56,030 3,367 480 560,869 555,029 557,949 4,130 58,704 58,093 58,399 0,432

Lampiran 8. Data Hasil Uji Penetrasi Non-nano

Waktu (Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif Per Satuan Luas Area (µg/cm2)

% Kumulatif Difusi Glukosamin HCl

1 2 Rata-rata SD 1 2 Rata-rata SD

10 80,946 76,772 78,859 2,952 8,472 8,035 8,254 0,309 30 178,717 160,778 169,747 12,684 18,706 16,828 17,767 1,328 60 206,146 201,127 203,637 3,549 21,577 21,051 21,314 0,371 90 246,893 249,825 248,359 2,073 25,841 26,148 25,995 0,217

120 261,304 258,322 259,813 2,108 27,350 27,038 27,194 0,221 180 269,204 273,229 271,217 2,846 28,177 28,598 28,387 0,298 240 274,770 274,969 274,869 0,141 28,759 28,780 28,770 0,015 300 281,279 286,497 283,888 3,689 29,441 29,987 29,714 0,386 360 285,752 294,348 290,050 6,079 29,909 30,808 30,359 0,636 420 309,951 307,218 308,585 1,933 32,442 32,156 32,299 0,202 480 313,181 315,119 314,150 1,370 32,780 32,982 32,881 0,143

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

57

Lampiran 9. Data Fluks Penetrasi F1

Waktu (Menit)

Fluks Penetrasi (µg cm-2 jam-1)

1 2 Rata-rata SD

10 1869,207 1890,640 1879,923 15,155 30 695,785 717,894 706,839 15,633 60 376,018 373,854 374,936 1,530 90 284,932 255,928 270,430 20,509

120 220,109 201,561 210,835 13,116 180 146,905 137,455 142,180 6,682 240 117,484 103,191 110,337 10,107 300 99,691 83,596 91,644 11,381 360 85,031 74,053 79,542 7,763 420 75,936 70,061 72,999 4,154 480 69,177 62,875 66,026 4,456

Lampiran 10. Data Fluks Penetrasi F2

Waktu (Menit)

Fluks Penetrasi (µg cm-2 jam-1)

1 2 Rata-rata SD

10 1806,721 1584,458 1695,590 157,164 30 653,051 667,109 660,080 9,941 60 395,894 385,283 390,589 7,503 90 300,900 278,587 289,743 15,777

120 230,048 215,400 222,724 10,357 180 154,856 148,304 151,580 4,633 240 131,323 114,259 122,791 12,066 300 110,643 98,195 104,419 8,802 360 92,402 82,790 87,596 6,796 420 78,605 73,526 76,065 3,592 480 69,276 76,571 72,924 5,158

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

58

Lampiran 11. Data Fluks Penetrasi F3

Waktu (Menit)

Fluks Penetrasi (µg cm-2 jam-1)

1 2 Rata-rata SD

10 1656,754 1353,260 1505,007 214,603 30 588,054 636,301 612,178 34,115 60 352,663 379,420 366,041 18,920 90 255,051 258,247 256,649 2,260

120 216,979 211,549 214,264 3,839 180 151,013 144,726 147,870 4,445 240 118,154 119,614 118,884 1,032 300 97,207 105,500 101,353 5,864 360 84,236 92,463 88,350 5,818 420 73,224 79,723 76,474 4,595 480 70,109 69,379 69,744 0,516

Lampiran 12. Data Fluks Penetrasi Non-nano

Waktu (Menit)

Fluks Penetrasi (µg cm-2 jam-1)

1 2 Rata-rata SD

10 485,664 460,620 473,142 17,709 30 357,433 321,556 339,495 25,369 60 206,146 201,127 203,637 3,549 90 164,595 166,550 165,573 1,382

120 130,652 129,161 129,906 1,054 180 89,735 91,076 90,406 0,949 240 68,692 68,742 68,717 0,035 300 56,256 57,299 56,778 0,738 360 47,625 49,058 48,342 1,013 420 44,279 43,888 44,084 0,276 480 39,148 39,390 39,269 0,171

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

59

Lampiran 13. Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin HCl Per Luas Area

Sampel F1 Sediaan Gel Pada menit ke-10

Serapan menit ke 10 (y10) = 0,153 y = 0,06409x – 0,00343 0,153 = 0,06409x – 0,00343 x10 = 2,334 Konsentrasi terpenetrasi = x10 x faktor pengenceran = 2,334 x 20 = 46, 675 µg/mL Rumus Jumlah Kumulatif Zat Aktif Ter penetrasi Per Luas Area :

𝑄 =𝐶𝑛𝑉 + 𝐶. 𝑆!!!

!!!

𝐴

𝐶𝑛 = Konsentrasi terpenetrasi pada menit ke-x 𝑉 = Volume sel difusi (21ml)

𝐶!!!!!! = Jumlah konsentrasi zat pada sampling sebelumnya

𝑆 = Volume sampling = 1 ml 𝐴 = Luas area membrane = 3,14 cm2

𝑄 = {(46,675 µg/ml x 21 ml) + (0 µg/ml x 1 ml)}/ 3,14 cm2

= 312,157 µg/cm2

%Kumulatif = (Q x A x 100)/ Kandungan zat aktif dalam sediaan %Kumulatif = (312,157 µg/cm2 x 3,14 cm2 x100)/3000 µg = 32,672 % Jumlah kumulatif glukosamin HCl terpenetrasi persatuan luas area pada menit ke

10 adalah 312,157 µg/cm2 dengan %kumulatif 32,672 %

Sampel F1 Sediaan Gel Pada menit ke-30

Serapan menit ke 30 (y30) = 0,163 Y = 0,06409x – 0,00343 0,163 = 0,06409x – 0,00343 X30 = 2,489 Konsentrasi terpenetrasi = x30 x faktor pengenceran = 2,489 x 20 = 49,796 µg/ml

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

60

(Lanjutan) Rumus Jumlah Kumulatif Zat Aktif Ter penetrasi Per Luas Area :

𝑄 =𝐶𝑛𝑉 + 𝐶. 𝑆!!!

!!!

𝐴

𝐶𝑛 = Konsentrasi terpenetrasi pada menit ke-30 𝑉 = Volume sel difusi (21ml)

𝐶!!!!!! = Jumlah konsentrasi zat pada sampling menit ke 10 = 46, 675 µg/ml

𝑆 = Volume sampling = 1 ml 𝐴 = Luas area membrane = 3,14 cm2

𝑄 = {(49,796 µg/ml x 21 ml) + (46, 675 µg/ml x 1 ml)}/ 3,14 cm2

= 347,893 µg/cm

%Kumulatif = (Q x A x 100)/ Kandungan zat aktif dalam sediaan %Kumulatif = (347,893 µg/cm2 x 3,14 cm2 x100)/3000 µg = 36,413 % Jumlah kumulatif glukosamin HCl terpenetrasi persatuan luas area pada menit ke-

30 adalah 347,893 µg/cm2 dengan %kumulatif 36,413 %

Lampiran 14. Contoh Perhitungan Fluks Penetrasi Glukosamin HCl

Sampel F2 Sediaan Gel pada Menit ke 120

Kecepatan penetrasi glukosamin HCl (fluks, J, µg cm-2 jam-1) dihitung dengan rumus :

𝐽 =𝑀𝑠𝑥𝑡 =

𝑄𝑡

Dimana :

J = Fluks (µg cm-2 jam-1)

S = Luas area difusi (cm2) M = Jumlah kumulatif zat yang melalui membran (µg) T = waktu (jam)

Diketahui : M/S = 330,040 µg/cm2

t = 2 jam Maka : J = 330,040 µg/cm2/ 2 jam = 165, 020 µg cm-2

jam-1

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

61

Lampiran 15. Hasil Uji Statistik pH Gel Nanopartikel Glukosamin HCl

Uji Normalitas pH Gel Nanopartikel Glukosamin HCl

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PH ,201 6 ,200* ,897 6 ,358

*. This is a lower bound of the true significance. Keterangan : Signifikansi >0,05 data terdistribusi secara normal

Uji ANOVA pH Nanopartikel Glukosamin HCl ANOVA

PH Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,454 2 ,227 114,894 ,001

Within Groups ,006 3 ,002 Total ,460 5

Keterangan :Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna, signifikansi > 0,05 data tidak

berbeda secara bermakna

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

62

Ket

eran

gan

: Sig

nifik

ansi

> 0

,05

data

terd

istri

busi

sec

ara

norm

al

Lampiran 16. Hasil Uji Statistik Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Ter penetrasi Per Luas Area

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

63

(Lanjutan)

Uji homogenitas Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Ter Penertasi

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Menit_10 2,249 3 4 ,160 Menit_30 ,824 3 4 ,516 Menit_90 2,210 3 4 ,165 Menit_240 2,434 3 4 ,140 Menit_300 1,406 3 4 ,310 Menit_360 1,023 3 4 ,432

Keterangan : nilai Sig. > 0,05 data terdistribusi secara homogen

Uji ANOVA Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Ter Penetrasi

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Menit_10 Between Groups 670,705 3 223,568 45,704 ,001

Within Groups 19,566 4 4,892

Total 690,272 7 Menit_30 Between Groups 395,913 3 131,971 95,673 ,000

Within Groups 5,518 4 1,379 Total 401,431 7

Menit_90 Between Groups 367,373 3 122,458 31,047 ,003

Within Groups 15,777 4 3,944 Total 383,150 7

Menit_240 Between Groups 516,889 3 172,296 17,001 ,010

Within Groups 40,538 4 10,134 Total 557,426 7

Menit_300 Between Groups 625,137 3 208,379 13,396 ,015

Within Groups 62,222 4 15,555 Total 687,359 7

Menit_360 Between Groups 672,324 3 224,108 17,275 ,009

Within Groups 51,893 4 12,973

Total 724,216 7 Keterangan :Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna, signifikansi > 0,05 data tidak

berbeda secara bermakna

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

64

Multiple Comparisons

LSD

Dependent Variable

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Menit_10 F1 F2 4,336500 2,211700 ,121 -1,80416 10,47716 F3 7,521000* 2,211700 ,027 1,38034 13,66166 Non-nano 24,179500* 2,211700 ,000 18,03884 30,32016

F2 F1 -4,336500 2,211700 ,121 -10,47716 1,80416

F3 3,184500 2,211700 ,223 -2,95616 9,32516 Non-nano 19,843000* 2,211700 ,001 13,70234 25,98366

F3 F1 -7,521000* 2,211700 ,027 -13,66166 -1,38034

F2 -3,184500 2,211700 ,223 -9,32516 2,95616 Non-nano 16,658500* 2,211700 ,002 10,51784 22,79916

Non-nano

F1 -24,179500* 2,211700 ,000 -

30,32016 -

18,03884 F2 -

19,843000* 2,211700 ,001 -25,98366

-13,70234

F3 -16,658500* 2,211700 ,002 -

22,79916 -

10,51784 Menit_30 F1 F2 3,762000* 1,174475 ,033 ,50113 7,02287

F3 6,170500* 1,174475 ,006 2,90963 9,43137 Non-nano 18,743000* 1,174475 ,000 15,48213 22,00387

F2 F1 -3,762000* 1,174475 ,033 -7,02287 -,50113 F3 2,408500 1,174475 ,110 -,85237 5,66937 Non-nano 14,981000* 1,174475 ,000 11,72013 18,24187

F3 F1 -6,170500* 1,174475 ,006 -9,43137 -2,90963 F2 -2,408500 1,174475 ,110 -5,66937 ,85237 Non-nano 12,572500* 1,174475 ,000 9,31163 15,83337

Non-nano

F1 -18,743000* 1,174475 ,000 -

22,00387 -

15,48213 F2 -

14,981000* 1,174475 ,000 -18,24187

-11,72013

F3 -12,572500* 1,174475 ,000 -

15,83337 -9,31163

Menit_90 F1 F2 -1,219000 1,986012 ,573 -6,73305 4,29505 F3 3,747000 1,986012 ,132 -1,76705 9,26105 Non-nano 15,911000* 1,986012 ,001 10,39695 21,42505

F2 F1 1,219000 1,986012 ,573 -4,29505 6,73305 F3 4,966000 1,986012 ,067 -,54805 10,48005 Non-nano 17,130000* 1,986012 ,001 11,61595 22,64405

F3 F1 -3,747000 1,986012 ,132 -9,26105 1,76705

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

65

F2 -4,966000 1,986012 ,067 -10,48005 ,54805

Non-nano 12,164000* 1,986012 ,004 6,64995 17,67805

Non-nano

F1 -15,911000* 1,986012 ,001 -

21,42505 -

10,39695 F2 -

17,130000* 1,986012 ,001 -22,64405

-11,61595

F3 -12,164000* 1,986012 ,004 -

17,67805 -6,64995

Menit_240 F1 F2 -3,141000 3,183460 ,380 -11,97970 5,69770

F3 -1,541000 3,183460 ,654 -10,37970 7,29770

Non-nano 16,824500* 3,183460 ,006 7,98580 25,66320

F2 F1 3,141000 3,183460 ,380 -5,69770 11,97970 F3 1,600000 3,183460 ,642 -7,23870 10,43870 Non-nano 19,965500* 3,183460 ,003 11,12680 28,80420

F3 F1 1,541000 3,183460 ,654 -7,29770 10,37970 F2 -1,600000 3,183460 ,642 -

10,43870 7,23870

Non-nano 18,365500* 3,183460 ,004 9,52680 27,20420

Non-nano

F1 -16,824500* 3,183460 ,006 -

25,66320 -7,98580

F2 -19,965500* 3,183460 ,003 -

28,80420 -

11,12680 F3 -

18,365500* 3,183460 ,004 -27,20420 -9,52680

Menit_300 F1 F2 -4,467500 3,944037 ,321 -15,41790 6,48290

F3 -2,893000 3,944037 ,504 -13,84340 8,05740

Non-nano 17,623000* 3,944037 ,011 6,67260 28,57340

F2 F1 4,467500 3,944037 ,321 -6,48290 15,41790 F3 1,574500 3,944037 ,710 -9,37590 12,52490 Non-nano 22,090500* 3,944037 ,005 11,14010 33,04090

F3 F1 2,893000 3,944037 ,504 -8,05740 13,84340 F2 -1,574500 3,944037 ,710 -

12,52490 9,37590

Non-nano 20,516000* 3,944037 ,007 9,56560 31,46640

Non-nano

F1 -17,623000* 3,944037 ,011 -

28,57340 -6,67260

F2 -22,090500* 3,944037 ,005 -

33,04090 -

11,14010 F3 -

20,516000* 3,944037 ,007 -31,46640 -9,56560

Menit_360 F1 F2 -2,847000 3,601829 ,473 -12,84728 7,15328

F3 -3,239500 3,601829 ,419 -13,23978 6,76078

Non-nano 18,944500* 3,601829 ,006 8,94422 28,94478

F2 F1 2,847000 3,601829 ,473 -7,15328 12,84728

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

66

F3 -,392500 3,601829 ,918 -10,39278 9,60778

Non-nano 21,791500* 3,601829 ,004 11,79122 31,79178

F3 F1 3,239500 3,601829 ,419 -6,76078 13,23978 F2 ,392500 3,601829 ,918 -9,60778 10,39278 Non-nano 22,184000* 3,601829 ,004 12,18372 32,18428

Non-nano

F1 -18,944500* 3,601829 ,006 -

28,94478 -8,94422

F2 -21,791500* 3,601829 ,004 -

31,79178 -

11,79122 F3 -

22,184000* 3,601829 ,004 -32,18428

-12,18372

Keterangan :Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna, signifikansi > 0,05 data tidak berbeda secara bermakna

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

67

Ket

eran

gan

: Sig

nifik

ansi

> 0

,05

data

terd

istri

busi

sec

ara

norm

al

Lampiran 17. Hasil Uji Statistik Fluks Penetrasi Glukosamin HCl

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

68

(Lanjutan) Uji Homogenitas Fluks Glukosamin HCl

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Menit_10 2,272 3 4 ,157 Menit_30 ,848 3 4 ,505 Menit_60 2,250 3 4 ,160 Menit_90 2,191 3 4 ,167 Menit_120 1,698 3 4 ,244 Menit_180 1,044 3 4 ,424 Menit_240 2,439 3 4 ,139 Menit_300 1,380 3 4 ,317 Menit_360 1,017 3 4 ,435 Menit_420 1,200 3 4 ,370 Menit_480 2,307 3 4 ,153

Keterangan : Nilai Sig. > 0,05 data terdistribusi homogen Uji ANOVA Fluks Glukosamin HCl Ter Penetrasi

ANOVA

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig. Menit_10 Between

Groups 2374510,832 3 791503,611 44,405 ,002

Within Groups 71298,010 4 17824,502

Total 2445808,842 7 Menit_30 Between

Groups 162757,502 3 54252,501 100,903 ,000

Within Groups 2150,687 4 537,672

Total 164908,189 7 Menit_60 Between

Groups 45798,152 3 15266,051 142,274 ,000

Within Groups 429,201 4 107,300

Total 46227,353 7 Menit_90 Between

Groups 18183,275 3 6061,092 35,834 ,002

Within Groups 676,568 4 169,142

Total 18859,844 7 Menit_120 Between

Groups 11252,716 3 3750,905 50,834 ,001

Within Groups 295,150 4 73,787

Total 11547,866 7

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

69

Menit_180 Between Groups 4929,740 3 1643,247 75,744 ,001

Within Groups 86,779 4 21,695

Total 5016,518 7 Menit_240 Between

Groups 3708,149 3 1236,050 19,872 ,007

Within Groups 248,802 4 62,201

Total 3956,951 7 Menit_300 Between

Groups 2869,615 3 956,538 15,815 ,011

Within Groups 241,932 4 60,483

Total 3111,547 7 Menit_360 Between

Groups 2129,000 3 709,667 20,087 ,007

Within Groups 141,322 4 35,330

Total 2270,322 7 Menit_420 Between

Groups 1464,840 3 488,280 38,035 ,002

Within Groups 51,351 4 12,838

Total 1516,190 7 Menit_480 Between

Groups 1424,419 3 474,806 40,615 ,002

Within Groups 46,762 4 11,690

Total 1471,181 7

Keterangan :Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna, signifikansi > 0,05 data tidak

berbeda secara bermakna Multiple Comparisons

LSD

Dependent Variable Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Menit_10

Non-nano

F1 -1406,781652* 133,508436 ,000 -1777,46050 -1036,10281

F2 -1222,447652* 133,508436 ,001 -1593,12650 -851,76881

F3 -1031,865152* 133,508436 ,002 -1402,54400 -661,18631

F1 Non-nano 1406,781652* 133,50843

6 ,000 1036,10281 1777,46050

F2 184,334000 133,508436 ,240 -186,34484 555,01284

F3 374,916500* 133,508436 ,048 4,23766 745,59534

F2 Non-nano 1222,447652* 133,50843

6 ,001 851,76881 1593,12650

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

70

F1 -184,334 133,508436 ,240 -555,01284 186,34484

F3 190,582500 133,508436 ,227 -180,09634 561,26134

F3 Non-nano 1031,865152* 133,50843

6 ,002 661,18631 1402,54400

F1 -374,916500* 133,508436 ,048 -745,59534 -4,23766

F2 -190,583 133,508436 ,227 -561,26134 180,09634

Menit_30

Non-nano

F1 -367,344781* 23,187751 ,000 -431,72430 -302,96526 F2 -320,585281* 23,187751 ,000 -384,96480 -256,20576 F3 -272,682781* 23,187751 ,000 -337,06230 -208,30326

F1 Non-nano 367,344781* 23,187751 ,000 302,96526 431,72430

F2 46,759500 23,187751 ,114 -17,62002 111,13902 F3 94,662000* 23,187751 ,015 30,28248 159,04152

F2 Non-nano 320,585281* 23,187751 ,000 256,20576 384,96480

F1 -46,759500 23,187751 ,114 -111,13902 17,62002 F3 47,902500 23,187751 ,108 -16,47702 112,28202

F3 Non-nano 272,682781* 23,187751 ,000 208,30326 337,06230

F1 -94,662000* 23,187751 ,015 -159,04152 -30,28248 F2 -47,902500 23,187751 ,108 -112,28202 16,47702

Menit_60

Non-nano

F1 -171,299195* 10,358582 ,000 -200,05923 -142,53916 F2 -186,951695* 10,358582 ,000 -215,71173 -158,19166 F3 -162,404695* 10,358582 ,000 -191,16473 -133,64466

F1 Non-nano 171,299195* 10,358582 ,000 142,53916 200,05923

F2 -15,652500 10,358582 ,205 -44,41253 13,10753 F3 8,894500 10,358582 ,439 -19,86553 37,65453

F2 Non-nano 186,951695* 10,358582 ,000 158,19166 215,71173

F1 15,652500 10,358582 ,205 -13,10753 44,41253 F3 24,547000 10,358582 ,077 -4,21303 53,30703

F3 Non-nano 162,404695* 10,358582 ,000 133,64466 191,16473

F1 -8,894500 10,358582 ,439 -37,65453 19,86553 F2 -24,547000 10,358582 ,077 -53,30703 4,21303

Menit_90

Non-nano

F1 -104,857369* 13,005463 ,001 -140,96632 -68,74842 F2 -124,170869* 13,005463 ,001 -160,27982 -88,06192 F3 -91,076369* 13,005463 ,002 -127,18532 -54,96742

F1 Non-nano 104,857369* 13,005463 ,001 68,74842 140,96632

F2 -19,313500 13,005463 ,212 -55,42245 16,79545 F3 13,781000 13,005463 ,349 -22,32795 49,88995

F2 Non-nano 124,170869* 13,005463 ,001 88,06192 160,27982

F1 19,313500 13,005463 ,212 -16,79545 55,42245

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

71

F3 33,094500 13,005463 ,064 -3,01445 69,20345 F3 Non-

nano 91,076369* 13,005463 ,002 54,96742 127,18532

F1 -13,781000 13,005463 ,349 -49,88995 22,32795 F2 -33,094500 13,005463 ,064 -69,20345 3,01445

Menit_120

Non-nano

F1 -80,928608* 8,589961 ,001 -104,77816 -57,07905 F2 -92,817608* 8,589961 ,000 -116,66716 -68,96805 F3 -84,357608* 8,589961 ,001 -108,20716 -60,50805

F1 Non-nano 80,928608* 8,589961 ,001 57,07905 104,77816

F2 -11,889000 8,589961 ,239 -35,73855 11,96055 F3 -3,429000 8,589961 ,710 -27,27855 20,42055

F2 Non-nano 92,817608* 8,589961 ,000 68,96805 116,66716

F1 11,889000 8,589961 ,239 -11,96055 35,73855 F3 8,460000 8,589961 ,380 -15,38955 32,30955

F3 Non-nano 84,357608* 8,589961 ,001 60,50805 108,20716

F1 3,429000 8,589961 ,710 -20,42055 27,27855 F2 -8,460000 8,589961 ,380 -32,30955 15,38955

Menit_180

Non-nano

F1 -51,774357* 4,657757 ,000 -64,70636 -38,84235 F2 -61,174357* 4,657757 ,000 -74,10636 -48,24235 F3 -57,463857* 4,657757 ,000 -70,39586 -44,53185

F1 Non-nano 51,774357* 4,657757 ,000 38,84235 64,70636

F2 -9,400000 4,657757 ,114 -22,33201 3,53201 F3 -5,689500 4,657757 ,289 -18,62151 7,24251

F2 Non-nano 61,174357* 4,657757 ,000 48,24235 74,10636

F1 9,400000 4,657757 ,114 -3,53201 22,33201 F3 3,710500 4,657757 ,470 -9,22151 16,64251

F3 Non-nano 57,463857* 4,657757 ,000 44,53185 70,39586

F1 5,689500 4,657757 ,289 -7,24251 18,62151 F2 -3,710500 4,657757 ,470 -16,64251 9,22151

Menit_240

Non-nano

F1 -41,620191* 7,886729 ,006 -63,51726 -19,72312 F2 -54,073691* 7,886729 ,002 -75,97076 -32,17662 F3 -50,166691* 7,886729 ,003 -72,06376 -28,26962

F1 Non-nano 41,620191* 7,886729 ,006 19,72312 63,51726

F2 -12,453500 7,886729 ,189 -34,35057 9,44357 F3 -8,546500 7,886729 ,339 -30,44357 13,35057

F2 Non-nano 54,073691* 7,886729 ,002 32,17662 75,97076

F1 12,453500 7,886729 ,189 -9,44357 34,35057 F3 3,907000 7,886729 ,646 -17,99007 25,80407

F3 Non-nano 50,166691* 7,886729 ,003 28,26962 72,06376

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

72

F1 8,546500 7,886729 ,339 -13,35057 30,44357 F2 -3,907000 7,886729 ,646 -25,80407 17,99007

Menit_300

Non-nano

F1 -34,865859* 7,777086 ,011 -56,45851 -13,27321 F2 -47,641359* 7,777086 ,004 -69,23401 -26,04871 F3 -44,575859* 7,777086 ,005 -66,16851 -22,98321

F1 Non-nano 34,865859* 7,777086 ,011 13,27321 56,45851

F2 -12,775500 7,777086 ,176 -34,36815 8,81715 F3 -9,710000 7,777086 ,280 -31,30265 11,88265

F2 Non-nano 47,641359* 7,777086 ,004 26,04871 69,23401

F1 12,775500 7,777086 ,176 -8,81715 34,36815 F3 3,065500 7,777086 ,714 -18,52715 24,65815

F3 Non-nano 44,575859* 7,777086 ,005 22,98321 66,16851

F1 9,710000 7,777086 ,280 -11,88265 31,30265 F2 -3,065500 7,777086 ,714 -24,65815 18,52715

Menit_360

Non-nano

F1 -31,200347* 5,943940 ,006 -47,70337 -14,69732 F2 -39,254347* 5,943940 ,003 -55,75737 -22,75132 F3 -40,007847* 5,943940 ,003 -56,51087 -23,50482

F1 Non-nano 31,200347* 5,943940 ,006 14,69732 47,70337

F2 -8,054000 5,943940 ,247 -24,55702 8,44902 F3 -8,807500 5,943940 ,213 -25,31052 7,69552

F2 Non-nano 39,254347* 5,943940 ,003 22,75132 55,75737

F1 8,054000 5,943940 ,247 -8,44902 24,55702 F3 -,753500 5,943940 ,905 -17,25652 15,74952

F3 Non-nano 40,007847* 5,943940 ,003 23,50482 56,51087

F1 8,807500 5,943940 ,213 -7,69552 25,31052 F2 ,753500 5,943940 ,905 -15,74952 17,25652

Menit_420

Non-nano

F1 -28,914962* 3,582968 ,001 -38,86288 -18,96705 F2 -31,981962* 3,582968 ,001 -41,92988 -22,03405 F3 -32,389962* 3,582968 ,001 -42,33788 -22,44205

F1 Non-nano 28,914962* 3,582968 ,001 18,96705 38,86288

F2 -3,067000 3,582968 ,440 -13,01492 6,88092 F3 -3,475000 3,582968 ,387 -13,42292 6,47292

F2 Non-nano 31,981962* 3,582968 ,001 22,03405 41,92988

F1 3,067000 3,582968 ,440 -6,88092 13,01492 F3 -,408000 3,582968 ,915 -10,35592 9,53992

F3 Non-nano 32,389962* 3,582968 ,001 22,44205 42,33788

F1 3,475000 3,582968 ,387 -6,47292 13,42292 F2 ,408000 3,582968 ,915 -9,53992 10,35592

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

73

Menit_480

Non-nano

F1 -26,757227* 3,419134 ,001 -36,25026 -17,26419 F2 -33,654727* 3,419134 ,001 -43,14776 -24,16169 F3 -30,475227* 3,419134 ,001 -39,96826 -20,98219

F1 Non-nano 26,757227* 3,419134 ,001 17,26419 36,25026

F2 -6,897500 3,419134 ,114 -16,39054 2,59554 F3 -3,718000 3,419134 ,338 -13,21104 5,77504

F2 Non-nano 33,654727* 3,419134 ,001 24,16169 43,14776

F1 6,897500 3,419134 ,114 -2,59554 16,39054 F3 3,179500 3,419134 ,405 -6,31354 12,67254

F3 Non-nano 30,475227* 3,419134 ,001 20,98219 39,96826

F1 3,718000 3,419134 ,338 -5,77504 13,21104 F2 -3,179500 3,419134 ,405 -12,67254 6,31354

Keterangan :Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna, signifikansi > 0,05 data tidak berbeda secara bermakna

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

74

Lampiran 18. Gambar Alat yang Digunakan

Sel Difusi Franz

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

75

Lampiran 19. Sertifikat Analisa Kitosan

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI PENETRASI · PDF fileUJI PENETRASI GEL TRANSDERMAL ... Pemeriksaan Organoleptik ... Lampiran 13 Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

76

Lampiran 20. Sertifikat Analisa HPMC