UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA...

121
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STABILITAS FISIK DAN PENETRASI GEL TRANSDERMAL NANOPARTIKEL GLUKOSAMIN HIDROKLORIDA SKRIPSI PUSPITASARI NIM : 11141020000067 FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA SEPTEMBER 2018

Transcript of UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA...

Page 1: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

STABILITAS FISIK DAN PENETRASI GEL TRANSDERMAL

NANOPARTIKEL GLUKOSAMIN HIDROKLORIDA

SKRIPSI

PUSPITASARI

NIM : 11141020000067

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

SEPTEMBER 2018

Page 2: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

STABILITAS FISIK DAN PENETRASI GEL TRANSDERMAL

NANOPARTIKEL GLUKOSAMIN HIDROKLORIDA

SKRIPSIDiajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

PUSPITASARI

NIM : 11141020000067

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

SEPTEMBER 2018

Page 3: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

HALAMAN PERNYATA{N ORISINATITAS

Skripsi ini ailalah hasil karya saya sendiri,

dan semua su,mher baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar"

Nrlca

NBifi

TEnde TlsgaE

: Puspitasari

: 111.11020000067

Tanggal : 25 September 2018

iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 4: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

EALAMAN PER.SETI] JUAI{ PE}IBIN{BING

Nama : Puspitasari

NIM : 11141020000067

Prograrn Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Stabilitas Fisik dan Penetrasi Gel Transdermal

Nanopartikel Glukosamin Hidroklorida

Disetuiui oleh

Peilbirnblng 1 Peuihimbing 2

t

Yuni Ansgraeni. M.Farm." Apt Drs. Umar Mansur" M.Sc.. Apt

NIP. 1983 10282009012008

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas llmu Kesehatan

Universitas Islarn Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

NIp 1 9740730200501 2CI03

iv fiII{ Syarif .I{idayatutlah Jai*arta

Page 5: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

IIALAN{,TN PENGESAI{AN SKRIPSI

Skrispsi ini diajukan oleh ;

Nama : Puspitasari

NIM : 1114fi20000057

Prograrn Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Stabilitas Fisik dan Penetrasi Gel Transdennal

Nanopartikel Glukosan:rin Hiclroklorida

'T'elah berh;rsil dipertahamkan di hadapan []ewan I]enguji dan diterinrasebagai bagian persyaratan )'ang diperlukan untuk rnemper"oleh gelarSarjana F-armasi pada Frogram Stutli Farrnasi Fakultas Ilrnnr Kesehatan(FII,() flniversitas Islarn Negeri (Uf$ Syarif [Iiday,atullah .Iakarta

DEWAN PEMBIMtsff{G DAIY FEI\,iGtiJI

Pembimbing I : Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt , $il}({ )

Pernbimbing iI : Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt , t"/A+---l

Penguji I : Marvel, M.Farm., Apt , tk_ '

,

Penguji U : Estu Mahanani, M.Farm., Apt ( Um )

\

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 25 September 2018

v tifli Syarif Hidavatullah Jakarta

Page 6: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Puspitasari

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Stabilitas Fisik dan Penetrasi Gel Transdermal

Nanopartikel Glukosamin Hidroklorida

Glukosamin hidroklorida dibuat dalam bentuk gel untuk pemberian melalui rutetransdermal yang dilengkapi dengan carrier dalam bentuk nanopartikel gunameningkatkan bioavalibilitas dan penetrasi senyawa tersebut. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik dan stabilitas penetrasi dari formulasisediaan gel transdermal nanopartikel glukosamin hidroklorida yang telahdisimpan selama dua bulan pada suhu kamar (27 ± 2°C) dan suhu tinggi (40 ±2°C). Parameter yang digunakan dalam penelitian ini meliputi organoleptis,homogenitas, pH, viskositas, nilai jumlah kumulatif zat terpenetrasi per luas areadan fluks. Hasil pengamatan fisik sediaan gel dilihat dari organoleptis, pH danviskositas menunjukkan adanya perubahan seiring dengan bertambahnya waktupenyimpanan. Begitu pula halnya dengan hasil penetrasi yang didapat padasediaan gel yang disimpan pada suhu kamar pada minggu ke-0, 2, 4, dan 8 berupanilai jumlah kumulatif zat terpenetrasi per luas area berturut-turut 898,9 ± 15,6μg/cm2; 890,6 ± 15,4 μg/cm2; 860,2 ± 20,6 μg/cm2; 843,2 ± 17,8 μg/cm2 dan nilaifluks berturut-turut 112,4 ± 1,9 μg/cm2jam; 111,3 ± 1,9 μg/cm2jam; 107,5 ± 2,6μg/cm2jam; dan 105,4 ± 2,2 μg/cm2jam. Demikian juga dengan sediaan gel yangdisimpan pada suhu tinggi pada minggu ke-0 dan ke-2 memiliki nilai jumlahkumulatif zat terpenetrasi per luas area berturut-turut 898,9 ± 15,6 μg/cm2 dan866,6 ± 6,1 μg/cm2; dan nilai fluks berturut-turut 112,4 ± 1,9 μg/cm2jam; dan108,3 ± 0,1 μg/cm2jam. Adanya perubahan yang terjadi pada setiap parameterpengamatan seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan mengindikasikanadanya ketidakstabilan pada sediaan gel transdermal nanopartikel glukosaminhidroklorida.

Kata kunci : glukosamin hidroklorida, nanopartikel, stabilitas, penetrasi

Page 7: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Puspitasari

Major : Farmasi

Title : Physical and Penetration Stability of Nanoparticle

Glucosamine Hydrochloride Transdermal Gel

Glucosamine hydrochloride has been formulated in gel dosage form fortransdermal administration route that equipped with nanoparticle carrier system toimprove its bioavailability and penetration. This study aimed to investigate thephysical and penetration stability of nanoparticle glucosamine hydrochloridetransdermal gel formulation which had been restored at room temperature (27 ±2°C) and high temperature (40 ± 2°C) for two months. The parameters used in thisstudy were organoleptic, homogeneity, pH, viscosity, value of the cumulativeamount of penetrated substances per area and flux. The organoleptic, pH, andviscosity test result showed there were changes with increasing storage time. Aswell as the cumulative amount of penetrated substances per area and fluxpenetration. The cumulative amount of penetrated substances per area and fluxpenetration for gel stored at room temperature for 0, 2, 4, and 8 weeksrespectively 898,9 ± 15,6 μg/cm2; 890,6 ± 15,4 μg/cm2; 860,2 ± 20,6 μg/cm2;843,2 ± 17,8 μg/cm2; 112,4 ± 1,9 μg/cm2h; 111,3 ± 1,9 μg/cm2h; 107,5 ± 2,6μg/cm2h; 105,4 ± 2,2 μg/cm2h. Similarly, the cumulative amount of penetratedsubstances per area and flux penetration for gel stored at high temperature for 0and 2 weeks respectively 898,9 ± 15,6 μg/cm2 and 866,6 ± 6,1 μg/cm2; 112,4 ± 1,9μg/cm2h; and 108,3 ± 0,1 μg/cm2h. The changes that occur in each parameteralong with the increase of storage time indicated that nanoparticle glucosaminehydrochloride transdermal gel was unstable.

Keywords : glucosamine hydrochloride, nanoparticle, stability, penetration

Page 8: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Stabilitas

Fisik dan Penetrasi Gel Transdermal Nanopartikel Glukosamin HCl”.

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari

bimbingan, motivasi, bantuan baik moral maupun material serta doa dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt. dan Bapak Drs. Umar Mansyur, M.Sc.,

Apt., sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan

pikirannya untuk membimbing dan membantu penulis dalam penelitian

hingga penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S. KM., M. Kes., selaku Dekan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt., selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt., sebagai pembimbing akademik yang

telah membimbing dan memberikan dukungan selama ini dalam

menghadapi permasalahan akademik.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Kedua orang tua tercinta, papa dan mama, Bapak Sarwanto dan Ibu Yulia

Suharti yang tiada henti mencurahkan cinta dan kasih sayang, doa, serta

dukungan baik moral maupun materil.

7. Kakak-kakak dan adik tersayang, Nia Haryani Septianti, Saraswati, dan Kafi

Rijal Aldinova, yang juga senantiasa mencurahkan kasih sayang, menghibur,

memberikan doa dan dukungan baik moral maupun materil kepada penulis.

Page 9: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Keluarga besar, om, tante, uwa, bude, kakak dan adik sepupu terutama,

Tante Anti, Om Harry, Om Mury, Mas Angga, Annisa, Alysa, Satrian, yang

telah memberikan motivasi, memberikan doa dan dukungan baik moral

maupun materil kepada penulis.

9. Sahabat seperjuangan penelitian tersayang, Syifa Munika, atas kerja sama,

perhatian, dukungan, bantuan, doa, serta waktu yang diberikan selama

penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

10. Kakak tingkat Farmasi 2013, Kak Marrisa dan Kak Asyraq, yang telah

banyak membantu penulis selama penelitian.

11. Ibu Suci Ahda M.Farm., Apt., Ibu Fitria Harya Tika, dan Ibu Fira, yang

telah membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.

12. Teman-teman seperbimbingan, Elsa Melian, Mohamad Hadi Azmi, Mutiara

Ayu Lestari, dan Sri Sumartini yang telah saling mengingatkan, memotivasi

dan membantu selama penelitian

13. Teman-teman seperjuangan di laboratorium, Luluk Muchoyaratul, Amajida,

Inez Latanza, Khorunnisa, Ridho F. Layaly, Nada Nursetiyanti, Zakkiyah

Hamida, dan Sheila Sabrina yang telah membantu penulis selama penelitian.

14. Sahabat-sahabat seperkuliahan, Corry Priscilliana Putri, Cut Balqis

Raihatuljannah, Dea Raudya Kamal, Divya Anjani, Luluk Muchoyaratul

Hidayah, Muhaiminul Maulidza, Revy Aprillia, Syifa Munika, Fariz Agus

Mahira, Mohamad Hadi Azmi, dan Ramadhani, yang telah menghabiskan

waktu, berjuang bersama, dan saling mendukung selama perkuliahan hingga

penelitian.

15. Sahabat-sahabat di luar perkuliahan, Annisa Fatharani, Ajeng Permatasari,

Zakia Khairun Nadia Putri, Elice Putri Angelita, Lika Asifa Aulia, Azka

Viraya, Fandi Akhmad, Nurzakiah Nareska, Indri Rahmania, Luthfiyah

Aviadini, Rizkyana Novita Sari, Mareta Fitri Denia, Astrid Putri Iriawan,

Anggi Natalia, Andjena Panatagama, Amelia Saraswati, Lathifatul Ulya,

Meidi Chikita, Sri Wulandari, Jinan Khoirunnisa, dan Rahmita Sari yang

telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

16. Sahabat BPH Sachias-ku, Annisa Firdayanti dan Ni Made Shellasih, yang

telah memberi dukungan dan semangat kepada penulis.

Page 10: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

17. Seluruh laboran, Kak Eris, Kak Yaenap, Mba Rani, Kak Walid, Pak

Rahmadi dan Kak Lisa, yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

18. Teman-teman seangkatan Program Studi Farmasi UIN angkatan 2014 yang

telah memberikan semangat, doa dan berjuang bersama selama ini.

19. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian

dan penulisan skrispi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan

dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berdoa

semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis mendapat

balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, 25 September

Penulis

Page 11: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI...............................................................v

ABSTRAK............................................................................................................. vi

ABSTRACT............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR........................................................................................ viii

DAFTAR ISI..........................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv

DAFTAR TABEL................................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang.................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah........................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................3

1.4. Manfaat Penelitian......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5

2.1. Osteoartritis....................................................................................5

2.2. Glukosamin HCl............................................................................ 6

2.3. Gel Transdermal.............................................................................7

2.4. Kulit............................................................................................... 9

2.4.1. Anatomi Kulit.................................................................... 10

2.4.2. Jalur Penetrasi Obat Melalui Kulit.....................................12

2.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi Perkutan................ 13

2.5. Nanopartikel Kitosan................................................................... 15

2.6. Kitosan......................................................................................... 15

2.7. Metode Gelasi Ionik.....................................................................17

2.8. Natrium Tripolifosfat................................................................... 18

2.9. Monografi.....................................................................................19

Page 12: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.9.1. Tween 80............................................................................19

2.9.2. Hidroksipropil Metilselulosa..............................................19

2.9.3. Propilen Glikol...................................................................21

2.9.4. Metil Paraben.................................................................... 21

2.9.5. Propil Paraben.................................................................... 22

2.9.6. Triethanolamine (TEA)......................................................23

2.10. Uji Penetrasi.................................................................................24

2.11. Spektrofotometer UV Visibel...................................................... 25

2.11.1. Teori Spektrofotometri.....................................................25

2.11.2. Komponen Spektrofotometri UV-Vis .............................26

2.11.3. Validasi Metode Analisa..................................................27

2.12. Stabilitas Gel................................................................................ 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................31

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................... 31

3.2. Bahan Penelitian.......................................................................... 31

3.3. Alat Penelitian..............................................................................31

3.4. Prosedur Kerja..............................................................................31

3.4.1. Preparasi Nanopartikel Glukosamin HCl...........................31

3.4.2. Preparasi Sediaan Gel Nanopartikel Glukosamin HCl...... 32

3.4.3.Validasi Metode Analisa Derivatisasi Glukosamin

HCl......................................................................................32

3.4.4. Uji Stabilitas Fisik Gel.......................................................34

3.4.5. Parameter Uji Stabilitas..................................................... 35

3.4.6. Analisis Data...................................................................... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................39

4.1. Preparasi Nanopartikel Glukosamin HCl.....................................39

4.2. Preparasi Sediaan Gel Nanopartikel Glukosamin HCl................ 39

4.3. Validasi Metode Analisa Derivatisasi Glukosamin HCl..............40

4.3.1. Pembuatan Standar Phenyl Thiourea (PTH)......................40

4.3.2. Pemilihan Panjang Gelombang Maksimum.......................41

4.3.3. Pembuatan Kurva Standar Glukosamin............................. 41

4.3.4.Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi (LOD dan LOQ).. 42

Page 13: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4. Uji Stabilitas Fisik Gel.................................................................42

4.4.1 Cycling Test........................................................................ 43

4.4.2.Uji Mekanik (Sentrifugasi).................................................44

4.4.3.Uji Stabilitas pada Suhu Tinggi (40 ± 2°C) dan Suhu Kamar

(27 ± 2°C)........................................................................... 45

4.4.3.1. Pemeriksaan Organoleptik................................... 45

4.4.3.2. Pemeriksaan Homogenitas................................... 46

4.4.3.3. Pemeriksaan pH....................................................47

4.4.3.4. Pengukuran Viskositas dan Rheologi...................48

4.4.3.5. Uji Penetrasi Gel Glukosamin HCl...................... 51

4.4.3.6. Jumlah Kumulatif Zat Terpenetrasi Per Luas

Area...................................................................... 52

4.4.3.7. Fluks Penetrasi..................................................... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................58

5.1. Kesimpulan.....................................................................................58

5.2. Saran............................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................59

LAMPIRAN..........................................................................................................64

Page 14: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sendi Normal dan Osteoartritis...................................................... 6

Gambar 2.2 Struktur Kimia Glukosamin HCl....................................................7

Gambar 2.3 Struktur Anatomi Kulit.................................................................10

Gambar 2.4 Rute Penetrasi...............................................................................12

Gambar 2.5 Struktur Kimia Kitosan................................................................ 16

Gambar 2.6 Struktur Natrium Tripolifosfat..................................................... 18

Gambar 2.7 Struktur Kimia Tween 80............................................................. 19

Gambar 2.8 Struktur Kimia HPMC..................................................................20

Gambar 2.9 Struktur Kimia Propilen Glikol.................................................... 21

Gambar 2.10 Struktur Kimia Metil Paraben...................................................... 22

Gambar 2.11 Struktur Kimia Propil Paraben..................................................... 23

Gambar 2.12 Struktur Kimia TEA..................................................................... 23

Gambar 2.13 Sel Difusi Franz............................................................................25

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Glukosamin HCl................................................ 42

Gambar 4.2 Organoleptik Glukosamin HCl.....................................................46

Gambar 4.3 Homogenitas Gel Glukosamin HCl..............................................47

Gambar 4.4 Grafik Viskositas Gel Glukosamin HCl pada Suhu Kamar dan

Suhu Tinggi..................................................................................49

Gambar 4.5 Kurva Reologi Gel Glukosamin HCl Disimpan pada Suhu

Kamar........................................................................................... 50

Gambar 4.6 Kurva Reologi Gel Glukosamin HCl Disimpan pada Suhu

Tinggi........................................................................................... 51

Gambar 4.7 Grafik Jumlah Kumulatif Difusi Glukosamin HCl Per Luas Area

(Suhu Kamar)............................................................................... 53

Gambar 4.8 Grafik Jumlah Kumulatif Difusi Glukosamin HCl Per Luas Area

(Suhu Tinggi)............................................................................... 55

Gambar 4.9 Grafik Fluks Penetrasi Glukosamin HCl Per Luas Area (Suhu

Kamar)..........................................................................................56

Gambar 4.10 Grafik Jumlah Fluks Penetrasi Glukosamin HCl Per Luas Area

(Suhu Tinggi)............................................................................... 57

Page 15: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Formula Gel Glukosamin HCl............................................................ 32

Tabel 4.1 Organoleptik Sediaan Gel Glukosamin HCl Setelah Cycling Test..... 44

Tabel 4.2 pH Gel Glukosamin HCl Setelah Penyimpanan................................. 47

Tabel 4.3 Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area (Suhu

Kamar).................................................................................................53

Tabel 4.4 Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area (Suhu

Tinggi).................................................................................................54

Tabel 4.5 Fluks Penetrasi Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area (Suhu

Kamar).................................................................................................55

Tabel 4.6 Fluks Penetrasi Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area (Suhu

Tinggi).................................................................................................56

Page 16: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Prosedur Penelitian.............................................................64

Lampiran 2. Panjang Gelombang Maksimum Phenyl Thiourea (Hasil..............65

Lampiran 3. Absorbansi Larutan Standar Glukosamin HCl...............................66

Lampiran 4. Perhitungan LOD dan LOQ........................................................... 67

Lampiran 5. Cycling Test....................................................................................68

Lampiran 6. Uji Mekanik (Sentrifugasi).............................................................70

Lampiran 7. Viskositas Glukosamin HCl ( Suhu Kamar).................................. 73

Lampiran 8. Viskositas Glukosamin HCl (Suhu Tinggi)....................................73

Lampiran 9. Persen Torque Glukosamin HCl (Suhu Kamar).............................74

Lampiran 10.Persen Torque Glukosamin HCl (Suhu Tinggi)............................. 75

Lampiran 11.Data Hasil Uji Penetrasi Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan..76

Lampiran 12.Data Hasil Uji Penetrasi Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan. 76

Lampiran 13.Data Hasil Uji Penetrasi Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan. 77

Lampiran 14.Data Hasil Uji Penetrasi Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan. 77

Lampiran 15.Data Hasil Uji Penetrasi Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan. 78

Lampiran 16.Data Hasil Uji Penetrasi Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan. 78

Lampiran 17.Data Fluks Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan Suhu Kamar..79

Lampiran 18.Data Fluks Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan Suhu Kamar..79

Lampiran 19.Data Fluks Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan Suhu Kamar..80

Lampiran 20.Data Fluks Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan Suhu Kamar..80

Lampiran 21.Data Fluks Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan Suhu Tinggi..81

Lampiran 22.Data Fluks Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan Suhu Tinggi..81

Lampiran 23.Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin HCl Per.... 82

Lampiran 24.Contoh Perhitungan Fluks Penetrasi Kumulatif Glukosamin

HCl................................................................................................. 85

Lampiran 25.Hasil Uji Statistik Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl

Terpenetrasi.................................................................................... 86

Lampiran 26.Hasil Uji Statistik Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl

Terpenetrasi.................................................................................... 89

Lampiran 27.Hasil Uji Statistik Fluks Penetrasi Glukosamin HCl (Suhu

Kamar)............................................................................................91

Page 17: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 28.Hasil Uji Statistik Fluks Penetrasi Glukosamin HCl (Suhu

Tinggi)............................................................................................ 94

Lampiran 29. Sertifikat Analisa Glukosamin Hidroklorida................................. 96

Lampiran 30.Sertifikat Analisa Kitosan.............................................................. 97

Lampiran 31.Sertifikat Analisa Dietil Eter.......................................................... 98

Lampiran 32.Sertifikat Analisa Natrium Asetat.................................................. 98

Lampiran 33.Sertifikat Analisa TEA................................................................. 100

Lampiran 34.Sertifikat Analisa Natrium Hidroksida.........................................101

Lampiran 35.Sertifikat Analisa Tween 80......................................................... 102

Lampiran 36.Sertifikat Analisa Metil Paraben...................................................103

Lampiran 37.Sertifikat Analisa Propilparaben...................................................104

Page 18: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Osteoartritis merupakan penyakit reumatik sendi yang paling banyak

dijumpai terutama pada orang-orang di atas 40 tahun di seluruh penjuru dunia

(Kalim, 1987). Penyakit ini mempengaruhi persendian yang menyebabkan rasa

nyeri dan kekakuan pada sendi. Permukaan di dalam sendi menjadi rusak

sehingga sendi tidak dapat bergerak secara halus seperti biasanya (Arthritis

Research UK, 2011).

Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa perubahan-perubahan

metabolisme tulang rawan sendi telah timbul sejak awal proses patologis

osteoartritis. Perubahan tersebut berupa peningkatan aktivitas enzim-enzim yang

merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen).

Hal ini menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen

dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi (Kalim,1987).

Salah satu pengobatan komplementer yang telah diinvestigasi untuk

penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan zat yang

normal ditemukan di matriks tulang rawan sendi dan cairan sendi manusia.

Glukosamin merupakan prekusor utama untuk biosintesis berbagai makromolekul

seperti asam hialuronat, proteoglikan, glikosaminoglikan (GAGs), glikolipid, dan

glikoprotein. Glukosamin terdapat di hampir semua jaringan lunak dalam tubuh

manusia, konsentrasi tertinggi terdapat di tulang rawan. Sumber utama

glukosamin eksogen adalah eksoskeleton dari cangkang hewan laut (Institute of

Medicine and National Research Council, 2005).

Glukosamin dari sumber eksogen dapat membantu pembangunan kembali

tulang rawan yang rusak dengan merangsang produksi proteoglikan dan

dimasukkan ke dalam jalur metabolisme untuk sintesis glikosaminoglikan yang

terjadi di kartilago artikular. Menurut Han dkk (2010) glukosamin yang umumnya

diberikan terdapat dalam dua bentuk, dalam bentuk hidroklorida dan dalam

bentuk sulfat, karena glukosamin dalam bentuk basis (bebas garam) tidak stabil

secara fisiko-kimia. Dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa glukosamin

Page 19: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2

sulfat sangat tidak stabil sedangkan glukosamin hidroklorida sangat stabil.

Glukosamin yang beredar di pasaran umumnya dibuat dalam bentuk sediaan tablet

ataupun kapsul sebagai suplemen persendian. Akan tetapi, glukosamin yang

diberikan secara oral memiliki bioavailabilitas yang sangat rendah (sangat kecil

yang diserap oleh darah) akibat adanya metabolisme lintas pertama di hati,

sedangkan pengobatan yang ditunjukkan untuk menangani permasalahan sendi

tidak akan berkerja secara efektif jika tidak dapat diabsorbsi dengan baik

(Eskandari dkk, 2012). Selain itu, pemberiaan glukosamin secara oral juga

memiliki efek samping berupa iritasi pada lambung, mual dan ulserasi lambung

(Hua dkk, 2011). Berdasarkan hal itu, pemberian melalui rute transdermal dapat

menjadi salah satu alternatif untuk menghindari permasalahan yang ditimbulkan

dari pemberian secara oral.

Namun, glukosamin hidroklorida memiliki permeabilitas kulit yang rendah

karena sifat hidrofil yang dimilikinya sehingga laju penetrasinya untuk dapat

menembus kulit pun rendah. Oleh karena itu, diperlukan carrier yang tepat untuk

meningkatkan efisiensi permeasi glukosamin hidroklorida agar dapat menembus

kulit. Salah satu carrier yang dapat digunakan untuk membantu penetrasi obat

adalah nanocarrier (Han dkk, 2010).

Dalam penelitian Goyal dkk (2015) dikatakan bahwa selama lebih dari satu

dekade nanopartikel (nanocarrier) telah banyak diteliti untuk berbagai

pengaplikasian biomedik. Penggunaan nanopartikel sebagai carrier memiliki

keuntungan salah satunya menghantarkan konsentrasi obat dalam jumlah yang

lebih tinggi ke sisi target obat akibat efek permeasi yang meningkat. Kitosan

menjadi salah satu polimer yang paling sering digunakan karena sifatnya yang

ideal sebagai carrier polimer untuk nanopartikel seperti biokompatibel,

biodegradable, tidak toksik, dan tidak mahal (Tiyaboonchai, 2003). Salah satu

metode untuk membentuk suatu nanopartikel adalah metode gelasi ionik, metode

ini memiliki proses yang sederhana dan juga tidak membutuhkan pelarut organik.

Pada metode ini kitosan disambung silang dengan penyambung silang ionik

seperti natrium tripolifosfat (NaTPP).

Dalam penelitian Fahruzzaman (2017), peneliti telah berhasil melakukan

pengujian penetrasi gel transdermal nanopartikel glukosamin HCl dengan variasi

Page 20: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3

konsentrasi kitosan. Dengan adanya variasi konsentrasi kitosan pada formula gel

tersebut dapat dilihat konsentrasi kitosan yang menghasilkan nilai % kumulatif

difusi glukosamin HCl terbaik yang mana menunjukkan jumlah glukosamin HCl

yang telah berdifusi melewati membran. Namun, dalam penelitiannya belum

dilakukan uji stabilitas untuk mengetahui stabilitas fisik dan juga pengaruh

stabilitas dari sediaan gel nanopartikel glukosamin HCl tersebut selama periode

penyimpanan dan pada suhu tertentu terhadap kemampuan penetrasi sediaan gel

nanopartikel glukosamin HCl.

Kestabilan suatu sediaan menjadi salah satu hal penting yang harus

diperhatikan. Sediaan yang stabil yaitu sediaan yang masih berada dalam batas

yang dapat diterima selama masa periode penyimpanan dan penggunaan, yaitu

sifat dan karakteristiknya tetap sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat

(Dewi dkk, 2014).

Uraian latar belakang tersebut mendasari akan dilakukannya penelitian uji

stabilitas fisik dan stabilitas penetrasi pada sediaan gel transdermal nanopartikel

glukosamin hidroklorida selama 8 minggu pada dua suhu penyimpanan yaitu pada

suhu 27±2°C dan suhu 40±2°C .

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana stabilitas fisik sediaan gel transdermal nanopartikel

glukosamin HCl setelah disimpan pada suhu 27±2°C dan suhu 40±2°C

selama 8 minggu?

2. Bagaimana stabilitas penetrasi gel transdermal nanopartikel

glukosamin HCl setelah penyimpanan pada suhu 27±2°C dan suhu

40±2°C selama 8 minggu?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui stabilitas sediaan gel transdermal nanopartikel glukosamin

HCl setelah disimpan pada suhu 27±2°C dan suhu 40±2°C selama 8

minggu.

Page 21: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4

2. Mengetahui stabilitas penetrasi gel transdermal nanopartikel

glukosamin HCl setelah penyimpanan pada suhu 27±2°C dan suhu

40±2°C selama 8 minggu

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan literatur

oleh pihak pendidikan yang digunakan oleh mahasiswa/i yang

berkepentingan.

2. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak peneliti dan

lainnya yang berminat di bidang penelitian lanjutan tentang

nanokitosan yang mengandung bahan aktif glukosamin HCl yang

dapat digunakan sebagai sediaan farmasi untuk osteoartritis.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh industri farmasi untuk

memproduksi sediaan farmasi osteoartritis dalam sistem

penghantaran nanokitosan yang mengandung glukosamin HCl.

Page 22: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Osteoartritis

Osteoartritis adalah penyakit sendi yang kebanyakan menyerang tulang

rawan. Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia Osteoartritis secara sederhana

didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses

inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut

(Hamijoyo, 2007). Pada osteoartritis, lapisan atas tulang rawan rusak dan terkikis.

Hal ini memungkinkan tulang di bawah tulang rawan untuk bergesekan. Gesekan

ini menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan hilangnya gerak sendi. Seiring waktu,

sendi bisa kehilangan bentuk normalnya (NIAMS, 2014).

Orang dengan osteoartritis sering mengalami nyeri sendi dan

berkurangnya gerakan. Tidak seperti beberapa bentuk artritis lainnya, osteoartritis

hanya menyerang persendian dan bukan organ dalam. Osteoartritis adalah tipe

artritis yang paling umum terjadi dan paling sering terjadi pada orang tua.

Menurut WHO (2018) osteoartritis telah menjadi salah satu dari 10

penyakit yang melumpuhkan di negara-negara berkembang. Selain itu perkiraan

di seluruh dunia adalah 9,6% laki-laki dan 18% wanita berumur lebih dari 60

tahun memiliki gejala osteoartritis. 80% dari mereka yang mengalami osteoartritis

akan memiliki pergerakan yang terbatas dan 25% tidak dapat melakukan aktivitas

sehari-hari.

Secara garis besar faktor risiko untuk timbulnya OA (primer) adalah umur,

jenis kelamin, suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera

sendi, pekerjaan, olahraga, dan kelainan pertumbuhan. Harus diingat bahwa

masing-masing sendi mempunyai biomekanik, cedera, dan persentase gangguan

yang berbeda, sehingga peran faktor-faktor risiko tersebut untuk masing-masing

OA tertentu berbeda. Kegemukan, faktor genetik dan jenis kelamin adalah faktor

risiko umum yang penting (Kalim, 1987).

Sampai saat ini belum ada terapi yang dapat menyembuhkan OA.

Penatalaksanaan terutama ditujukan pada pengendalian/menghilangkan nyeri,

memperbaiki gerak dan fungsi sendi serta meningkatkan kualitas hidup.

Page 23: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6

Penatalaksanaan OA panggul, lutut atau OA pada tempat lain, meliputi

penatalaksanaan secara non farmakologi dan farmakologi. Operasi pengganti

sendi hanya dilakukan untuk penderita dengan OA yang berat dan tidak respons

dalam pengobatan terapi.

Gambar 2.1 Sendi Normal dan Osteoartritis[Sumber : Arthritis Research UK]

2.2. Glukosamin HCl

Glukosamin merupakan derivat dari metabolisme glukosa seluler. Selain

itu, glukosamin juga merupakan komponen dari glikosaminoglikan dan

proteoglikan pada matriks tulang rawan sendi yang membungkus bagian akhir

tulang dan asam hialur1onat yang merupakan bagian dari cairan sinovial di dalam

sendi. Sumber utama glukosamin eksogen adalah eksoskeleton dari cangkang

hewan laut (Institute of Medicine and National Research Council 2005).

Glukosamin terdapat di hampir semua jaringan manusia, sangat

terkonsentrasi pada jaringan ikat tubuh manusia dan konsentrasi tertinggi

ditemukan di tulang rawan (Dahmer & Schiller, 2008).

Glukosamin bekerja dengan menstimulasi dan memperbaiki fungsi sendi.

Hal ini secara efektif telah dibuktikan dalam berbagai penelitian ilmiah untuk

mengurangi nyeri osteoartritis, mengobati dalam pemulihan kartilago,

memperbaharui cairan sinovial, dan memperbaiki sendi yang telah rusak akibat

osteoartritis.

Glukosamin merupakan senyawa yang tidak stabil dalam bentuk basa

bebas, dan terdapat beberapa bentuk glukosamin yang lebih stabil yang tersedia

untuk konsumen. Glukosamin dapat ditemukan dalam berbagai bentuk seperti,

glukosamin sulfat, glukosamin hidroklorida, N-acetyl glucosamine, atau garam

klorohidrat, dan sebagai isomer dekstrorotatori. Senyawa kimia yang berbeda ini

Page 24: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7

memiliki beberapa kemiripan, namun mereka tidak memiliki efek yang sama

ketika dikonsumsi sebagai suplemen makanan.

Glukosamin hidroklorida memiliki nama kimia D-Glucosamine

Hydrochloride; D-Glucose, 2-amino-2-deoxy-hydrochloride dengan rumus

molekul C6H14ClNO5. HCl dan struktur kimia seperti pada gambar 2.2.

Glukosamin Hidroklorida berbentuk serbuk kristal putih yang sangat larut dalam

air dan memiliki titik leleh yaitu 190-194°C

Gambar 2.2 Struktur Kimia Glukosamin HCl[Sumber : http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov]

2.3. Gel Transdermal

Penghantaran obat secara transdermal (melalui kulit) memberikan

beberapa keuntungan penting dibandingkan pemberian obat melalui rute oral dan

intravena. Penghantaran obat secara transdermal mencegah resiko dan

ketidaknyamanan dari terapi intravena, biasanya mengurangi terjadinya overdose

dan underdose, memudahkan terminasi, dan dapat memberikan efek terapi baik

sistemik ataupun lokal. Penghantaran obat transdermal menawarkan pelepasan

obat terkendali kepada pasien, yang dapat memberikan profil kadar darah yang

tunak, mengurangi efek samping sistemik (Jalwal P dkk, 2010).

Dalam U.S.P gel didefiniskan sebagai sistem semi padat yang

mengandung baik supensi dari partikel inorganik kecil maupun molekul organik

besar yang terpenetrasi dalam cairan. Gel merupakan formulasi semi padat

transparan dan translucent yang mengandung pelarut/gelling agent dalam

perbandingan yang besar. Ketika didispersikan dalam pelarut yang sesuai, gelling

agent bergabung untuk membentuk sebuah struktur jaringan koloidal tiga dimensi

yang membatasi aliran air dengan cara menjerap dan imobilisasi molekul pelarut.

Page 25: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8

Struktur jaringan ini bertanggung jawab atas ketahanan gel terhadap deformasi

dan karenanya, bersifat viskoelastik (Kumar L, 2010). Formulasi gel memiliki

kemampuan pelepasan obat yang lebih cepat dibandingkan dengan salep dan krim

yang mana obat terdispersi sebagai partikel halus, akan tetapi kelarutannya tidak

cukup baik karena terbatasnya kandungan air dalam formulasi keduanya. Gel

memiliki jumlah air yang lebih tinggi sehingga kelarutan obatnya lebih baik, dan

juga memudahkan migrasi obat melalui pembawa yang pada dasarnya cair,

dibandingkan dengan salep atau basis krim.

Ada beberapa keuntungan yang diberikan sediaan gel transdermal yaitu

sebagai berikut (Kaur & Singh, 2015):

1. Menghindari metabolisme lintas pertama di hati

2. Penghantaran obat dapat dengan mudah terhindar dari kasus toksisitas

3. Efek sampingnya lebih sedikit karena konsentrasi obat pada plasma

juga dikurangi

4. Dosing frekuensi bisa dikurangi yang mana meningkatkan kepatuhan

pasien.

5. Melalui gel transdermal obat dihantarkan dalam laju yang stabil

selama periode waktu. yang diperpanjang

6. Bentuk sediaan konvensional mengikuti pola puncak dan lembah

kinetika pelepasan obat dalam darah dan jaringan. Sistem

penghantaran obat transdermal dirancang untuk melepaskan obat

pada tingkat yang telah ditentukan dan secara kontinyu untuk

menghindari puncak yang tinggi yang tidak diperlukan dan efek

terapeutik yang rendah dalam kadar obat plasma.

7. Meningkatkan nilai terapeutik dari banyak obat karena menghindari

masalah yang terkait dengan obat-obatan tersebut, misalnya iritasi

pada gastrointestinal, mual, muntah, mulas dan nafsu makan

meningkat setelah terapi oral.

8. Memberikan kemudahan untuk identifikasi pengobatan dengan cepat

dalam keadaan darurat, pasien yang tidak tanggap, pasien tidak sadar

atau koma.

Page 26: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9

9. Efek terapi terapeutik dapat dicapai dengan dosis obat yang lebih

rendah daripada dosis yang diperlukan bila diberikan secara oral.

10. Obat-obatan yang terdegradasi oleh enzim dan asam dalam sistem

gastrointestinal dapat diadministrasikan dengan memasukkannya ke

dalam gel transdermal.

11. Kontinuitas pemberian obat menyebabkan gel transdermal cocok bagi

obat-obatan yang memiliki waktu paruh yang singkat.

Selain itu gel transdermal juga memiliki beberapa keterbatasan,

diantaranya sebagai berikut :

1. Gel transdermal tidak sesuai untuk obat-obatan yang mengiritasi

kulit

2. Gel transdermal tidak cocok untuk obat yang memiliki koefisien

partisi sangat rendah atau tinggi. Obat seharusnya memiliki koefisien

partisi yang sesuai (logP 1-3).

3. Untuk obat dengan molekul berat (> 500 Da), maka akan menembus

lapisan stratum kornea.

4. Gel transdermal tidak menguntungkan bagi obat yang dimetabolisme

secara ekstensif di kulit.

5. Hanya obat yang memang berpotensi yang cocok untuk

penghantaran transdermal karena keterbatasan alami dari obat yang

dipaksakan oleh ketidakmampuan kulit.

6. Banyak obat dengan struktur hidrofilik yang merembes ke kulit

terlalu lambat adalah efek terapeutik yang kurang.

2.4. Kulit

Kulit merupakan organ terluas pada tubuh, terhitung sekitar 15% dari

total berat badan orang dewasa. Kulit menjalankan banyak fungsi vital, termasuk

memberikan perlindungan terhadap gangguan eksternal secara fisik, kimia dan

biologi, dan juga mencegah terjadinya kekurangan air pada tubuh dan berperan

untuk mengatur suhu tubuh (Kolarsick dkk, 2011).

Page 27: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10

2.4.1. Anatomi Kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis, dan jaringan subkutan.

Tingkat terluar, epidermis, terdiri dari konstelasi sel tertentu yang dikenal sebagai

keratinosit, yang berfungsi untuk mensintesis keratin, protein panjang dan mirip

benang dengan peran protektif. Lapisan tengah, dermis, pada dasarnya terdiri dari

protein struktural fibrillar yang dikenal sebagai kolagen. Dermis terletak pada

jaringan subkutan, atau panniculus, yang mengandung lobus kecil sel lemak yang

dikenal sebagai lipocytes. Ketebalan lapisan ini sangat bervariasi, tergantung pada

lokasi geografis pada anatomi tubuh (Kolarsick dkk, 2011).

Gambar 2.3 Struktur Anatomi Kulit[Sumber : Kolarsick dkk, 2011]

1) Epidermis

Epidermis adalah lapisan skuaomosa epitel bertingkat yang

tersusun terutama dari dua jenis sel yaitu, keratinosit dan sel

dendritik. Keratinosit berbeda dari sel dendritik "jernih" dengan

memiliki jembatan interselular dan jumlah sitoplasma yang cukup

besar (Kolarsick dkk, 2011).

Epidermis memiliki sejumlah populasi sel lainnya, seperti

melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel, namun jenis sel

keratinosit meliputi dari sebagian besar sel sejauh ini. Epidermis

umumnya dibagi menjadi empat lapisan menurut morfologi

keratinosit dan posisi saat mereka berdiferensiasi menjadi sel tanduk,

termasuk lapisan sel basal (stratum germinativum), lapisan sel

skuamosa (stratum spinosum), lapisan sel granular (stratum

Page 28: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

11

granulosum), dan lapisan sel yang tersamar atau tersumbat (strata

korneum) (Kolarsick dkk, 2011). Tiga lapisan bawah yang

merupakan sel epidermis nukleasi yang hidup kadang disebut

stratum malpighii dan rete malpighii (Kolarsick dkk, 2011).

2) Dermis

Dermis terdiri dari tiga lapisan yang disebut dermis papiler,

dermis retikuler, dan hipodermis. Dermis atas sebagian besar terdiri

dari kolagen dan protein matriks ekstraselular lainnya, yang

diproduksi oleh fibroblas. Dermis juga terdiri dari sejumlah struktur

sekunder seperti kelenjar keringat, folikel rambut, serabut saraf, dan

pembuluh darah / limfatik. Suhu diatur oleh folikel rambut dan

kelenjar keringat yang terletak di dermis (Palmer dan DeLouise,

2017).

Struktur sekunder pada kulit dan dermis papiler, membuat alur

dan invaginasi pada kulit yang bisa menjebak obat atau

nanocarriers topikal. Struktur ini dapat bertindak sebagai reservoir

obat untuk dilepaskan perlahan ke dalam kulit, namun mungkin juga

memungkinkan peningkatan penetrasi obat karena jarak yang

menurun dari strata corneum ke dermis di daerah ini. Pembuluh

darah dan limfatik di dermis memungkinkan banyak sel imun

(makrofag, sel T, sel mast, dan sel dendritik) untuk mengisi dermis,

namun juga memberikan akses obat topikal ke sirkulasi sistemik

(Palmer dan DeLouise, 2017).

3) Hipodermis atau Subkutan

Hipodermis adalah lapisan paling bawah yang mengandung

lemak subkutan. Lapisan hIpodermis atau subkutan adalah lapisan

terdalam dari kulit dan terdiri dari jaringan sel lemak. Ini adalah

lapisan kontak antara kulit dan jaringan di bagian bawah tubuh,

seperti otot dan tulang. Oleh karena itu, fungsi utama hipodermis

adalah perlindungan terhadap kejutan fisik, insulasi panas dan

dukungan dan konduktansi sinyal vaskular dan saraf kulit. Sel lemak

hipodermis-residen menyumbang sekitar 50% lemak tubuh dengan

Page 29: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12

sel predominan lainnya dari hipodermis yang terdiri dari fibroblas

dan makrofag (Palmer dan DeLouise, 2017).

2.4.2. Jalur Penetrasi Obat Melalui Kulit

Gambar 2.4 Rute Penetrasi[Sumber: Benson dan Watkinson, 2005]

Absorpsi perkutan suatu obat secara umum dihasilkan dari penetrasi obat

langsung melalui stratum korneum. Penetrasi obat atau partikulat ke dalam strata

korneum menjadi tugas terpenting dalam pengiriman transdermal. Stratum

korneum merupakan penghalang utama yang menjadi penentu kecepatan transport

transdermal. Stratum korneum merupakan lapisan tipis datar setebal 10 hingga 15

µm yang sebagian merupakan jaringan tidak hidup, tersusun dari sekitar 40%

protein dan 40% air, dalam keseimbangan lipid yang pada prinsipnya berupa

trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol dan fosfolipid. Kandungan lipid

terkonsentrasi pada fase ekstraselular stratum korneum dan membentuk sebagian

besar membran di sekitar sel. Karena rute penetrasi obat utama melalui saluran

interselular, komponen lipid dianggap sebagai penentu yang penting dalam

langkah pertama absorpsi. Setelah melalui stratum korneum, molekul obat dapat

melintasi jaringan epidermal yang lebih dalam dan memasuki dermis. Ketika obat

mencapai lapisan dermal yang kaya pembuluh darah, obat siap untuk terabsorpsi

memasuki sirkulasi sistemik (Allen dkk, 2013).

Penetrasi obat melintasi stratum korneum dapat terjadi karena adanya

proses difusi melalui 2 cara yaitu transepidermal (interselular dan transelular)

serta jalur transppendageal :

Page 30: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

13

a. Absorpsi transpidermal

Penetrasi obat melalui jalur transpidermal merupakan jalur difusi

melalui stratum korneum yang terjadi melalui dua jalur, yaitu jalur

transelular yang berarti melalui protein di dalam sel dan melewati

daerah yang kaya akan lipid (Anwar, 2012). Kemudian terdapat jalur

interselular, dimana obat menembus lapisan kulit melalui ruang antar

sel dari kulit sehingga jalurnya menjadi berliku dan lebih panjang.

Untuk jalur ini lebih cenderung untuk obat yang bersifat lipofilik

karena akan larut dalam lemak yang terdapat di antara filamen (Lund,

1994).

b. Absorpsi transappendageal

Pada jalur ini obat masuk melalui folikel rambut dan kelenjar

keringat disebabkan karena adanya pori-pori di antaranya, sehingga

memungkinkan obat berpenetrasi (Anwar, 2012). Jalur ini kurang

potensial dalam permeasi obat karena luas permukaannya yang kecil

yakni hanya mencakup 0,1% area untuk penyerapannya pada kulit

(Toitou&William, 2007).

2.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi Perkutan

Tidak semua senyawa obat cocok untuk dihantarkan secara transdermal.

Faktor-faktor yang berperan dalam absorpsi perkutan diantaranya sifat fisika

kimia obat, meliputi berat molekul, kelarutan, koefisien partisi, dan kondisi kulit.

Meskipun pernyataan umum yang dapat berlaku, dan kondisi kulit sukar

digambarkan sebagian besar temuan penelitian dapat diringkas sebagai berikut :

(Allen dkk, 2014).

1. Konsentrasi obat merupakan faktor penting. Umumnya, jumlah obat

yang terabsorpsi scara perkutan pada setiap unit luas permukaan tiap

interval waktu meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi

obat dalam TDDS.

2. Semakin luas area pemakaian (semakin besar TDDS), semakin

banyak jumlah obat terabsorpsi.

Page 31: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14

3. Obat harus memiliki gaya tarik fisikokimia yang lebih besar

terhadap kulit dibandingkan terhadap pembawa sehingga obat akan

meninggalkan pembawa menuju kulit pada prinsipnya, kelarutan

obat dalam air menentukan konsentrasi yang ada pada daerah

absorpsi dan koefisien partisi memengaruhi kecepatan transport obat

melintasi daerah absorpsi.

4. Obat dengan berat molekul antara 100-800 dan memiliki kelarutan

dalam lemak dan air dapat melintasi kulit. Berat molekul obat yang

ideal, untuk oenghantaran transdermal, yaitu 400 atau kurang.

5. Hidrasi kulit umumnya dapat membantu absorpsi perkutan. TDDS

bertindak sebagai barrier hilangnya kelembapan oklusif yang

mengakibatkan keringat tertahan sehingga meningkatkan hidrasi

kulit.

6. Absorpsi perkutan lebih besar ketika TDDS digunakan pada daerah

dengan lapisan tanduk yang lebih tipis dibandingkan pada daerah

dengan lapisan tanduk lebih tebal.

7. Secara umum, aplikasi obat yang lebih lama memungkinkan kontak

dengan kulit yang lebih lama sehingga total obat yang diabsrpsi

semakin besar.

8. Suhu dan pH sediaan, permeasi obat meningkat sepuluh kali lipat

dengan variasi suhu. Koefisien difusi menurun saat suhu turun.

Asam lemah dan basa lemah berdisosiasi bergantung pada nilai pH

dan pKa atau pKb. Jumlah obat yang tak terion menentukan

konsentrasi obat yang terpenetrasi ke dalam kulit (Kesarwarni,

2013).

9. pH kulit, permukaan kulit memiliki pH normal, yaitu sekitar 4,5-6,5 ,

bergantung usia, jenis kelamin, genetik dan area tubuh. pH

vehikulum dan pH kulit berperan penting dalam difusi obat, karena

akan memengaruhi kelarutan, drug partitioning, dan penetrasi.

Beberapa vehikulum terbaru telah dikembangkan untuk menjaga

stabilitas obat, sehingga efektifitasnya lebih baik (Aliska, 2015).

Page 32: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

15

2.5. Nanopartikel Kitosan

Secara umum nanopartikel didefinisikan sebagai partikel dengan ukuran

1-100 nm. Nanopartikel dapat terbuat baik dari polimer biodegradable maupun

no-biodegradable. Obat dapat diperangkap, dienkapsulasi, atau menempel pada

matrik nanopartikel (Mohanraj & Chen, 2006). Terdapat dua tipe nanopartikel

berdasarkan proses pembuatannya yaitu nanosphere dan nanocapsules.

Nanosphere memiliki sebuah tipe struktur monolitik (matriks) dimana obat

terdispersi atau terserap kedalam permukaannya. Nanokapsul memperlihatkan

sturuktur dinding membran dan obat-obat terperangkap dalam inti dan terserap ke

dalam bagian luarnya (Tiyaboonchai, 2003).

Nanopartikel bertujuan untuk mengatasi kelarutan zat aktif yang sukar

larut, memperbaiki bioavailabilitas yang buruk, memodifikasi sistem

penghantaran obat sehingga obat dapat langsung menuju daerah yang spesifik,

meningkatkan stabilitas zat aktif dari degradasi lingkungan (penguraian enzimatis,

oksidasi, hidrolisis), memperbaiki absorbsi suatu senyawa makromolekul, dan

mengurangi efek iritasi zat aktif pada saluran cerna (Mohanraj and Chen, 2006).

Sebagian besar nanopartikel dibuat dengan menggunakan polimer tidak

larut air yang melibatkan pemanasan, pelarut organik, gaya geser yang tinggi yang

dapat mengganggu stabilitas obat. Terlebih lagi metode pembuatan seperti

polimerisasi emulsi dan evaporasi pelarut merupakan metode yang kompleks dan

membutuhkan tahapan-tahapan preparasi yang banyak dan memakan waktu dan

tenaga. Sebaliknya, polimer larut air menawarkan metode preparasi yang lebih

ringan dan simpel tanpa menggunakan pelarut organik dan gaya geser yang tinggi.

Diantara polimer-polimer larut air yang tersedia, kitosan menjadi salah satu

yang paling sering diteliti. Hal ini dikarenakan kitosan memiliki beberapa sifat

yang sesuai sebagai polimer pembawa untuk nanopartikel seperti biokompatibel,

biodegradable, tidak toksik dan tidak mahal. Terlebih lagi, kitosan memiliki

muatan positif dan dapat meningkatkan efek penyerapan (Tiyaboonchai, 2003).

2.6. Kitosan

Kitosan, dengan nama kimia poli-β-(1,4)-2-amino-2-deoksi D-glukosa,

merupakan hasil dari deasetilasi parsial kitin dan merupakan polisakarida yang

Page 33: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16

terdiri dari kopolimer glukosamin dan N-asetilglukosamin. Kitosan terdapat

dalam berbagai derajat deasetilasi dan depolimerisasi sehingga tidak mudah untuk

menentukan komposisi kimianya. Derajat deasetilasi yang dibutuhkan untuk

memperoleh produk yang larut harus lebih besar dari 80 - 85%. Berat molekul

kitosan berkisar antara 10.000 - 1.000.000 (Rowe dkk, 2009). kitosan memiliki

struktur kimia seperti yang tertera pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Struktur Kimia Kitosan[Sumber: Rowe dkk, 2009]

Meskipun kitin tidak larut dalam banyak pelarut, kitosan larut dalam

berbagai pelarut asam organik pada pH kurang dari 6,5 termasuk format, asetat,

tartat, dan asam sitrat. Kitosan tidak larut dalam asam fosfor dan sulfur

(Tiyaboonchai, 2003). Kitosan agak sukar larut dalam air; praktis tidak larut

dalam etanol 95%, pelarut organik lain, dan larutan netral atau basa pada pH di

atas 6,5 (Rowe dkk, 2009). Kitosan memiliki berat molekul dan derajat deasetilasi

dalam rentang yang luas. Berat molekul dan derajat deasetilasi merupakan faktor

utama yang mempengaruhi ukuran partikel, bentuk partikel dan agregasi

(Tiyaboonchai, 2003). Kelarutan juga sangat dipengaruhi oleh penambahan garam

ke dalam larutan. Semakin besar kekuatan ionik, maka kelarutan semakin kecil

akibat dari pengaruh salting-out, yang menyebabkan pengendapan kitosan. Ketika

kitosan dalam larutan, gaya tolak antara unit deasetilasi dan unit glukosamin

didekatnya menyebabkan kitosan berada dalam konformasi memanjang.

Penambahan elektrolit menurunkan efek ini dan molekul memiliki konformasi

yang lebih acak seperti kumparan. Kitosan merupakan bahan yang tidak toksik

dan tidak iritan. Kitosan biokompatibel dengan kulit baik sehat maupun terinfeksi

serta bersifat biodegradabel. Berbentuk serbuk atau serpihan berwarna putih atau

krem tidak berbau (Rowe dkk, 2009).

Page 34: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

17

Pembentukan serat sering terjadi selama pengendapan dan dapat terlihat

‘cottonlike’. Kitosan merupakan poliamin kationik dengan kerapatan muatan yang

tinggi pada pH < 6,5, sehingga menempel pada permukaan yang bermuatan

negatif dan mengkelat ion logam. Kitosan juga merupakan polielektrolit linier

dengan gugus amin dan hidroksil yang reaktif (tersedia untuk reaksi kimia dan

pembentukan garam). Adanya sejumlah gugus amin membuat kitosan bereaksi

secara kimia dengan sistem anionik, yang menghasilkan perubahan sifat fisiko

kimia kombinasi ini. Hampir semua sifat fungsional kitosan bergantung pada

panjang rantai, kerapatan muatan, dan distribusi muatan (Rowe dkk,, 2009).

2.7. Metode Gelasi Ionik

Metode gelasi ionik melibatkan proses sambung silang antara

polielektrolit dengan adanya pasangan ion multivalennya. Pembentukan ikatan

sambung silang ini akan memperkuat kekuatan mekanis dari partikel yang

terbentuk. Contoh pasangan polimer yang dapat digunakan untuk gelasi ionik ini

antara lain kitosan dengan tripolifosfat dan kitosan dengan karboksimetilselulosa

(Swabrick (ed.) 2007). Pembentukan ikatan sambung silang ini akan memperkuat

kekuatan mekanis dari partikel yang terbentuk (Park and Yeo, 2007).

Prinsip pembentukan partikel padametode ini adalah terjadinya interaksi

ionik antara gugus amino pada kitosan yang bermuatan positif dengan polianion

yang bermuatan negatif membentuk struktur network inter- dan/atau intramolekul

tiga dimensi (Agnihotri dkk, 20004). Crosslinker polianion yang paling banyak

digunakan adalah sodium tripolifosfat, karena berifat tidak toksis dan memiliki

multivalen. Proses crosslinking secara fisika ini tidak hanya menghindari

penggunaan pelarut organik, namun juga mencegah kemungkinan rusaknya bahan

aktif yang akan dienkapsulasi dalamnanopartikel kitosan (FAN W dkk, 2012).

Pembentukan mikropartikel dengan metode gelasi ionik dapat dilakukan

dengan pengerasan tetesan cair yang didispersikan pada fase minyak atau organik.

Prosedur meliputi pencampuran dua fase cair, fase yang satu mengandung kitosan

dan fase yang satu mengandung anion multivalen (Mohanraj and Chen, 2006).

Pada metode gelasi ionik, kitosan dilarutkan dalam larutan asam encer

untuk memperoleh kation kitosan. Larutan tersebut kemudian ditambahkan

dengan meneteskan ke dalam larutan polianionik TPP sambil diaduk. Akibat

Page 35: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

18

kompleksasi antara muatan yang berbeda, kitosan mengalami gelasi ionik dan

presipitasi membentuk partikel bulat seperti bola. Dengan demikian, nanopartikel

dibentuk secara spontan akibat pengadukan mekanis pada suhu kamar. Ukuran

dan muatan permukaan partikel dapat dimodifikasi dengan memvariasi rasio

kitosan terhadap bahan penstabil (stabilizer) (Tiyaboonchai, 2003).

2.8. Natrium Tripolifosfat

Natrium tripolifosfat atau dengan nama lain pentasodium trifosfat atau

pentasodium tripolifosfat merupakan suatu serbuk atau granul berwarna putih

bersifat higroskopis yang mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol,

memiliki pH 9,1-10,1 dengan rumus kimia Na5O10P3 dan struktur seperti pada

gambar 2.6 Tripolifosfat ada dalam bentuk garam natrium yang terdapat dalam

bentuk anhidrat maupun heksahidratnya (FAO, 2006).

Tripolifosfat dalam nanopartikel sambung silang multi ion digunakan

sebagai pasangan ion dari kitosan. Alasan penggunaan tripolifosfat antara lain

karena sifatnya sebagai anion multivalen yang dapat membentuk ikatan sambung

silang dengan kitosan. Penggunaan tripolifosfat sebagai salah satu pasangan ion

kitosan, hasil nanopartikel yang didapat lebih stabil dan memiliki karakter

penembusan membran yang lebih baik (Yu shin dkk, 2008). Natrium tripolifosfat

lebih sering digunakan dibandingkan crosslinker lain karena tidak bersifat toksik

(Mardliyati dkk, 2012).

Gambar 2.6 Struktur Natrium Tripolifosfat[Sumber : https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov]

Page 36: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

19

2.9. Monografi

2.9.1. Tween 80

Tween 80 adalah Polioksietilen sorbitan ester asam lemak (polysorbate)

yang memiliki rumus molekulnya adalah C64H124O26 dan dengan struktur kimia

seperti pada gambar 2.7.

Tween 80 memiliki bau khas dan rasa yang hangat dan pahit. Pada suhu

25°C tween 80 berwarna kuning dan berbentuk cairan minyak. Larut dalam air

dan etanol, tidak larut dalam minyak mineral.. Tween stabil dengan elektrolit dan

pada asam dan basa lemah, akan terjadi saponifikasi jika bersama dengan asam

dan basa kuat. Tween 80 bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam wadah

tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang kering dan sejuk. Kegunaan

Tween 80 antara lain sebagai: zat pembasah, emulgator, dan peningkat kelarutan

(Rowe dkk, 2009).

Gambar 2.7 Struktur Kimia Tween 80[Sumber : Rowe dkk, 2009]

2.9.2. Hidroksipropil Metilselulosa

Hidroksipropil Metilselulosa atau dikenal dengan nama lain seperti

HPMC, methocel, hypromellose, dan hypromellosum merupakan serbuk berserat

dan granul yang tidak berbau dan berasa, berwarna putih atau putih krem.

Bentuk selulosa murni diperoleh dari serat kapas atau bubur kayu,

direaksikan dengan larutan natrium hidroksida akan menghasilkan alkali selulosa

yang mengembang yang secara kimiawi lebih reaktif daripada selulosa murni.

Alkali selulosa kemudian diolah dengan klorometana dan propilen oksida untuk

menghasilkan metil hidroksipropil eter selulosa. HPMC dapat direaksikan dengan

hidrogen klorida anhidrat untuk memicu terjadinya depolimerisasi, sehingga

menghasilkan nilai viskositas rendah.

Page 37: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

20

HPMC tersedia dalam beberapa jenis yang bervariasi dalam viskositas dan

tingkat substitusi. Jenis-jenisnya dibedakan dengan adanya penambahan angka

yang menunjukkan nilai viskositas, dalam mPa, dari 2% w/w larutan air pada suhu

20°C. Dalam larutan air 2% w/w HPMC memiliki rentang pH sebesar 5,0 - 8,0.

HPMC berubah kecoklatan pada suhu 190 - 200°C, dan menjadi abu pada

suhu 225 - 230°C. Temperature glass transition dari HPMC adalah pada suhu 170

- 180°C. HPMC tidak bercampur dengan beberapa pengoksidasi kuat. HPMC

merupakan polimer nonionik, sehingga tidak membentuk kompleks dengan garam

logam atau ion organik dan membentuk endapan yang tidak terlarut (Rowe dkk,

2009). Larutan HPMC stabil pada pH 3 - 11. HPMC mengalami perubahan yang

reversibel (dapat kembali) dari bentuk padatan ke bentuk gel dengan pemanasan

dan pendinginan secara berturut turut. HPMC digunakan sebagai bahan bioadesif,

pembentuk film, zat penyalut, zat pengontrol pelepasan obat, agen pendispersi,

peningkat disolusi, emulgator, stabilizer emulsi, zat peningkat viskositas, pengikat,

mukoadesif dan agen peningkat kelarutan (Rowe dkk, 2009).

Gambar 2.8 Struktur Kimia HPMC[Sumber : Rowe dkk, 2009]

HPMC larut dalam air dingin, dan membentuk larutan koloid kental, praktis

tidak larut dalam air panas, kloroform, etanol 95% dan eter, tetapi dapat larut

dalam campuran etanol dan diklormetan, campuran metanol dan diklormetan serta

larutan air dan alkohol. Beberapa kelas dari HPMC larut dalam larutan aseton,

campuran aseton dan propan-2-ol dan pelarut organik lainnya. Beberapa dapat

mengembang dalam etanol.

Page 38: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

21

2.9.3. Propilen Glikol

Propilen glikol atau 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol;

methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol; propylenglycolum

merupakan cairan jernih, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau, dengan rasa

manis, sedikit tajam menyerupai gliserin. Selain itu, propilen glikol memiliki

rumus molekul C3H8O2 dengan struktur kimia seperti pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Struktur Kimia Propilen Glikol[Sumber : Rowe dkk, 2009]

Propilen glikol memiliki fungsi sebagai pengawet antimikroba;

desinfektan; humektan; plasticizer; pelarut; stabilizing agent; water-miscible

cosolvent. Dalam penggunaan topikal sebagai humektan konsentrasi propilen

glikol yang digunakan sebesar 15% sedangkan konsentrasi propilen glikol sebagai

pelarut atau kosolven sebesar 5-80%.

Propilen glikol memiliki titik didih sebesar 188°C dan titik leleh sebesar

-59°C. Propilen glikol akan larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin,

dan air, larut dalam 1:6 eter, tidak larur dalam minyak mineral atau minyak jenuh,

tetapi akan larut dalam beberapa minyak esensial.

Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam wadah tetutup rapat, tetapi

suhu tinggi, dalam keadaan terbuka, propilen glikol cenderung teroksidasi,

menghasilkan produk seperti propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam

asetat. Propilen glikol secara kimia stabil ketika dicampur dengan etanol (95%),

gliserin, atau air. Propilen glikol inkompatibel dengan reagen pengoksidasi seperti

kalium permanganat.

2.9.4. Metil Paraben

Metil paraben atau metil parahidroksi benzoat; metil hidroksi benzoat;

metil-4-hidroksi benzoat; atau juga dikenal dengan nama nipagin M merupakan

Page 39: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

22

pengawet antimikroba dengan rumus molekul C8H8O3 dan struktur kimia seperti

pada gambar 2.10.

Metil paraben digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam

produk kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasetik. Biasa digunakan

baik sendiri maupun dikombinasikan dengan paraben lain atau agen pengawet

antimikroba lainnya.

Pemerian metil paraben yaitu serbuk kristal tidak berwarna atau berwarna

putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau dan memiliki rasa sedikit membakar.

Memiliki titik leleh pada suhu 125-128°C, larut dalam 1:400 air pada suhu ruang,

1:50 air pada suhu 50°C, 1:30 air pada suhu 80°C. selain itu metil paraben juga

larut dalam 1:3 etanol 95% dan dalam 1:5 propilen glikol.

Aktivitas antimikrobanya bekerja pada pH 4-8 dan lebih aktif terhadap

kapang dan kamir dibandingkan terhadap bakteri. Selain itu paraben juga lebih

aktif melawan bakteri gram-positif dibanding melawan bakteri gram-negatif.

Selain itu aktivitasnya juga dapat ditingkatkan dengan adanya penambahan

propilen glikol (2-5%).

Gambar 2.10 Struktur Kimia Metil Paraben[Sumber : Rowe dkk, 2009]

2.9.5. Propil Paraben

Propil paraben atau propil parahidroksi benzoat; propil hidroksi benzoat;

propil-4-hidroksi benzoat; atau juga dikenal dengan nama Nipasol M merupakan

pengawet antimikroba dengan rumus molekul C10H12O3 dan struktur kimia seperti

pada gambar 2.11.

Page 40: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

23

Gambar 2.11 Struktur Kimia Propil Paraben[Sumber : Rowe dkk, 2009]

Propil paraben merupakan serbuk kristal, berwarna putih, tidak berbau

dan berasa. Memiliki titik didih pada suhu 295°C. Propil paraben mudah larut

dalam aseton, dan eter, larut dalam 1:1,1 bagian etanol 95%, larut dalam beberapa

bagian air pada suhu tertentu seperti, 1:4350 pada suhu 15°C, 1:2500 pada suhu

ruang, dan 1:225 pada suhu 80°C.

Sama halnya seperti metil paraben aktivitas antimikroba propil paraben

bekerja pada pH 4-8 dan lebih aktif terhadap kapang dan kamir dibandingkan

terhadap bakteri. Selain itu paraben juga lebih aktif melawan bakteri gram-positif

dibanding melawan bakteri gram-negatif. Aktivitasnya dapat ditingkatkan dengan

mengkombinasikan paraben lain.

2.9.6. Triethanolamine (TEA)

Triethanolamine atau TEA; Tealan; triethylolamine;

trihydroxytriethylamine; tris (hydroxyethyl)amine; trolaminum memiliki rumus

molekul C6H15NO3 dengan struktur seperti pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Struktur Kimia TEA[Sumber : Rowe dkk, 2009]

TEA memiliki pemerian berupa cairan kental yang jernih, tidak berwarna

sampai berwarna kuning pucat dengan sedikit aroma amoniak. Dengan pH 10,5

TEA dapat digunakan sebagai alkalizing agent dan juga seringkali digunakan

sebagai emulsifying agent pada sediaan topikal. TEA larut dalam beberapa pelarut

Page 41: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

24

seperti aseton, metanol, dan air. Stabilitasnya dapat dipengaruhi oleh paparan

cahaya dan juga udara, TEA dapat berubah warna menjadi coklat dengan adanya

paparan cahaya dan juga udara (Rowe dkk, 2009).

.

2.10. Uji Penetrasi

Studi penetrasi kulit in vitro dilakukan untuk mengukur kecepatan dan

jumlah komponen yang melewati kulit dan jumlah komponen yang tertahan pada

kulit. Dengan pengambilan secara manual dari cairan sampel, franz static

diffusion cell system, yang memiliki area kulit yang luas dan kompartemen

reseptor statik merupakan pilihan yang cocok dalam karakterisasi penetrasi dan

deposisi obat dalam kulit dari formulasi yang memiliki tingkat permeasi yang

rendah. Alat franz diffusion cell dapat dilihat pada gambar 2.10. Alat ini terbagi

atas dua komponen, yaitu kompartemen donor dan kompartemen reseptor.

Membran yang digunakan dapat berupa kulit manusia, kulit hewan maupun kulit

sintetis. Membran diletakkan di antara kompartemen donor dan kompartemen

reseptor. Setelah pengaplikasian formulasi uji pada membran yang dipasangkan

pada sel difusi franz, cairan dalam kompartemen reseptor disampling dalam

interval waktu yang ditentukan untuk kemudian dianalisa kandungannya (Witt,

2003).

Kompartemen reseptor diisi dengan larutan penerima, biasanya digunakan

dapar fosfat. Suhu sel dijaga dengan sirkulasi air menggunakan water jacket

disekeliling kompartemen reseptor. Sediaan yang akan diuji diaplikasikan pada

membran kulit. Pada interval waktu tertentu diambil beberapa mililiter cairan dari

kompartemen reseptor dan jumlah obat yang terpenetrasi melalui kulit dapat

dianalisis dengan metode yang sesuai. Setiap pengambilan sampel cairan dari

kompartemen reseptor, harus selalu digantikan dengan cairan yang sama sejumlah

volume terambil (Anggraeni, 2008).

Page 42: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25

Gambar 2.13 Sel Difusi Franz[Sumber :http://permegear.com]

2.11. Spektrofotometer UV Visibel

2.11.1. Teori Spektrofotometri

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi

cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002).

Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet

dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan

sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm (Gandjar

dan Rohman, 2007).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan

spektrofotometri ultraviolet yaitu (Gandjar dan Rohman, 2007) :

1. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif

adalah panjang gelombang dimana terjadi absorbansi maksimum.

Untuk memperoleh panjang gelombang serapan maksimum dapat

diperoleh dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan

panjang gelombang dari suatu larutan baku dengan konsentrasi

tertentu.

2. Pembuatan kurva kalibrasi

Dilakukan dengan membuat seri larutan baku dalam berbagai

konsentrasi kemudian asorbansi tiap konsentrasi diukur lalu dibuat

kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan

Page 43: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

26

konsentrasi. Kurva kalibrasi yang lurus menandakan bahwa hukum

Lambert-Beer terpenuhi.

3. Pembacaan absorbansi sampel

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara

0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitan.

Hal ini disebabkan karena pada kisaran nilai absorbansi tersebut

kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal.

2.11.2. Komponen Spektrofotometri UV-Vis (Gandjar dan Rohman, 2007)

Suatu diagram sederhana spektrofotometer UV-Vis ditunjukkan dalam

gambar 2.13 dengan komponen-komponennya meliputi sumber-sumber sinar,

monokromator, dan sistem optik.

1. Sumber-sumber lampu

Lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang

gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau

lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada panjang

gelombang antara 350-900 nm).

2. Monokromator

Digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam

komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjtunya akan

dipilih oleh celah (slit). monokromator berputar sedemikian rupa

sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel

sebagai scan instrumen melewati spektrum.

3. Optik-optik

Dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber

sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam

spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko

dapat digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi

pembacaan atau spektrum sampel. Yang paling sering digunakan

sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah semua pelarut yang

digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi.

Page 44: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

27

2.11.3. Validasi Metode Analisa

Validasi adalah konfirmasi melalui bukti-bukti pemeriksaan dan telah

sesuai dengan tujuan pengujian. Validasi metode analisis adalah suatu tindakan

penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan dari laboratorium

untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk

penggunaannya (Harmita, 2004).

Dalam validasi metode analisis, terdapat beberapa parameter analisis yang

harus dipertimbangkan antara lain meliputi ketepatan (akurasi), ketelitian (presisi),

spesifitas, linearitas, batas deteksi, batas kuantisasi, ketangguhan dan rentang.

Proses ini bukan suatu proses tunggal, namun merupakan salah satu bagian dari

prosedur analisis yang tidak dapat dipisahkan.

LOD adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi

yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. LOD

merupakan parameter yang dapat dipengaruhi oleh perubahan kecil dalam sistem

analitis (misalnya suhu, kemurnian reagen, efek matriks, kondisi berperan). Oleh

karena itu, penting bahwa parameter ini selalu dilakukan oleh laboratorium dalam

memvalidasi metode. Batas kuantitasi merupakan konsentrasi terendah analit

dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat

diterima dibawah kondisi yang disepakati. Limit deteksi dan limit kuantisasi tidak

dapat dipisahkan karena diantara keduanya terdapat hubungan yang sangat kuat.

Secara praktis cara evaluasi keduanya dapat dikatakan tidak ada perbedaan yang

signifikan. Perbedaan di antara keduanya hanya pada sifat kuantitatif data yang

diperoleh (Riyanto, 2014).

Terdapat tiga cara dalam menentukan LOD dan LOQ, yaitu

signal-to-noise, penentuan blanko dan dengan kurva kalibrasi. Untuk kurva

kalibrasi linear, diasumsikan bahwa respon instrumen y berhubungan linier

dengan konsentrasi x standar untuk rentang yang terbatas konsentrasi. Hal ini

dapat dinyatakan dalam model seperti y = bx + a. Oleh karena itu LOD dan LOQ

dapat dinyatakan sebagai (Riyanto, 2014) :

LOD = 3 Sa/b

LOQ = 10 Sa/b

Page 45: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

28

Keterangan :

Sa adalah standar deviasi dan b slope.

2.12. Stabilitas Gel

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan

kualitasnya sesuai spesifikasi kualitas yang ditetapkan sepanjang periode waktu

penggunaan dan atau penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan untuk menjamin

identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk yang telah diluluskan dan

beredar di pasaran, sehingga aman digunakan oleh konsumen. Berdasarkan hasil

uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor lingkungan seperti suhu dan

kelembaban terhadap parameter–parameter stabilitas produk seperti kadar zat aktif,

pH, berat jenis, bau, warna, dan lainnya sehingga dapat ditetapkan tanggal

kadaluarsa yang sebenarnya. Untuk sediaan obat dan kosmetik stabilitas lebih

ditujukan pada kemampuan produk tersebut untuk mempertahankan sifat dan

karakteristik khasiat/terapi agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat

hingga batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan

(shelf-life) (Martin A & Swarbrick J, 2008; Lachman, 1994; Depkes RI, 2005).

Untuk memperoleh nilai kestabilan suatu sediaan farmasetika atau

kosmetik dalam waktu yang singkat, maka dapat dilakukan uji stabilitas

dipercepat. Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang

diinginkan pada waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan sampel pada

kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan yang biasanya

terjadi pada kondisi normal. Jika hasil pengujian suatu sediaan pada uji dipercepat

selama 3 bulan diperoleh hasil yang stabil, hal itu menunjukkan bahwa sediaan

tersebut stabil pada penyimpanan suhu kamar selama setahun, pengujian yang

dilakukan pada uji dipercepat antara lain (Djajadisastra, 2004) :

a. Elevated Temperature

Setiap kenaikan suhu 10°C akan mempercepat reaksi 2 sampai 3

kalinya, namun secara praktis cara ini agak terbatas karena

kenyataannya suhu yang jauh di atas normal akan menyebabkan

perubahan yang tidak pernah terjadi pada suhu normal.

Page 46: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

29

b. Elevated Humidities

Umumnya uji ini dilakukan untuk menguji kemasan produk.

Jika terjadi perubahan pada produk dalam kemasan karena pengaruh

kelembaban, maka hal ini menandakan bahwa kemasannya tidak

memberikan perlindungan yang cukup terhadap atmosfer.

c. Cycling Test

Cycling test merupakan pengujian menggunakan perubahan

suhu dan atau kelembaban pada interval waktu tertentu sehingga

produk dan kemasannya mengalami tekanan yang bervariasi

daripada tekanan konstan yang kadangkala lebih parah daripada

penyimpanan pada satu kondisi saja (Ken, 2000).

Adapun beberapa pengujian stabilitas fisik sediaan gel yaitu:

1. Viskositas

Viskositas gel memiliki peranan penting dalam mengontrol

permeasi suatu obat. Secara umum viskositas sediaan gel

menggambarkan konsistensi sediaan gel itu sendiri (Dantas dkk,

2016). Secara umum kenaikan viskositas dapat meningkatkan

kestabilan sediaan (berdasarkan Hukum Stokes) (Manian, Anusuya,

& Siddhuraju, 2008)

2. Pengukuran pH

Pengukuran pH gel dilakukan untuk mengetahui pH gel, apakah

sesuai dengan pH kulit yaitu antara 4,5-6,5 karena jika gel memiliki

pH yang terlalu basa maka dapat menyebabkan kulit menjadi bersisik,

sedangkan jika pH terlalu asam maka akan menimbulkan iritasi kulit

(Djajadisastra, 2004).

3. Uji daya sebar

Efek terapeutik suatu sediaan gel bergantung pada kemampuan

penyebarannya. Penyebaran gel membantu dalam keseragaman

pengaplikasian dari gel terhadap kulit sehingga gel harus memiliki

daya sebar yang baik dan memiliki kualitas yang sesuai dengan

sediaan topikal (Dantas dkk, 2016).

Page 47: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

30

4. Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan dua

kaca objek. Cara pengujiannya sebagai berikut, sejumlah tertentu

sediaan dioleskan pada sekeping kaca objek dan kemudian kaca

objek yang lainnya ditempelkan pada kaca objek yang sudah diolesi

sediaan. Suatu sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Depkes RI, 1979)

5. Uji Mekanik (Sentrifugasi)

Uji sentrifugasi dilakukan dengan menggunakan sentrifugator

bertujuan untuk melihat adanya pemisahan fase dan mengetahui

stabilitas penyimpanan sediaan selama satu tahun oleh pengaruh

gaya gravitasi (Nisa dkk, 2017; Mitsui T, 1998).

Page 48: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan ± 6 bulan, terhitung dari bulan Januari – Juni tahun

2018 yang dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 2, Laboratorium Steril, dan

Laboratorium Kimia Obat FIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2. Bahan Penelitian

Glukosamin HCl (Nutraceutical International, USA), kitosan (PT. Biotek

Surindo), natrium tripolifosfat (WAKO), hidroksipropilmetil selulosa/HPMC

60SH50, asam asetat, natrium asetat (Merck), dietil eter (Merck), metil paraben

(Bratachem), propil paraben (Bratachem), dapar fosfat 7,4, propilenglikol

(Bratachem), TEA (Brataco), aquadest, tissue, aluminium foil, dan plastic wrap.

3.3. Alat Penelitian

Timbangan analitik (AND GH-120), viskotester Haake 6+, pengaduk

magnetik, pH meter (Horiba F-52), spektrofotometri UV-Vis (U- 2900, Hitachi),

overhead stirrer, oven, refrigerator, centrifuge (5417, Appendorf), Franz

Diffusion Cell, buret (50 ml, Pyrex), vial dan alat-alat gelas yang sering dipakai di

laboratorium.

3.4. Prosedur Kerja

3.4.1. Preparasi Nanopartikel Glukosamin HCl

Nanopartikel glukosamin HCl dibuat dengan cara melarutkan 1 g

glukosamin HCl dan 0,25 g Tween 80 ke dalam 40 ml larutan kitosan 0,5%

dalam larutan asam asetat 1%. Sebanyak 10 ml larutan Na-TPP 0,1% diteteskan

ke dalam larutan kitosan untuk dilakukan sambung silang sambil diaduk

menggunakan bantuan pengaduk magnetik hingga terbentuk dispersi nanopartikel.

Page 49: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32

3.4.2. Preparasi Sediaan Gel Nanopartikel Glukosamin HCl

Gel Nanopartikel glukosamin HCl dibuat dalam 2 formula seperti yang

tertera dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Formula Gel Glukosamin HCl

Keterangan: DNPG = dispersi nanopartikel glukosamin, berisi 1 g glukosamin HCl

1) Nipagin dan nipasol dicampur dengan propilen glikol dan dipanaskan

dalam penangas air dengan suhu 60°C sampai larut, kemudian

didinginkan sampai suhu kamar (M1).

2) HPMC didispersikan ke dalam air menggunakan overhead stirrer

dengan kecepatan 270 rpm sampai homogen (M2).

3) M1 ditambahkan ke dalam M2 dengan menggunakan overhead stirrer

hingga homogen (M3).

4) Dispersi nanopartikel ditambahkan ke dalam M3 sampai terbentuk

massa gel yang homogen.

5) Ditambahkan larutan pengatur pH (TEA) hingga diperoleh pH yang

diinginkan.

6) Kemudian diaduk secara perlahan sampai terbentuk massa gel yang

homogen.

3.4.3. Validasi Metode Analisa Derivatisasi Glukosamin HCl (Gaonkar dkk, 2006;

Riyanto, 2014)

a) Pembuatan Standar Glukosamin

Sebanyak 100 mg glukosamin HCl standar dilarutkan dalam 100

ml natrium asetat 0,10 M dan didiamkan selama ± 24 jam sehingga

diperoleh konsentrasi akhir glukosamin HCl sebesar 1000 mg/L.

BAHAN FORMULAF1 F2

DNPG 50 ml 50 mlHPMC 4 g 4 gPropilen Glikol 10 g 10 gNipagin 0,18 g 0,18 gNipasol 0,02 g 0,02 gTEA qs ad pH 5 qs ad pH 6Aquadest Add 100 g Add 100 g

Page 50: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

33

b) Pembuatan Standar Phenyl Thiourea (PTH)

Standar phenyl thiourea (PTH) diperoleh dari derivatisasi

glukosamin HCl standar dengan phenyl isothiocyanate (PITC).

Sebanyak 4 ml larutan glukosamin HCl standar dimasukkan ke dalam

labu volumetrik 25 ml dan ditambahkan 0,4 mL PITC dan 15 ml

metanol, kemudian ditambahkan dengan metanol : air (3:2) sampai

tanda batas. Sebanyak 10 ml diambil dan dimasukkan ke dalam tabung

reaksi lalu dipanaskan selama 20 menit di atas penangas air, kemudian

didinginkan dan volume dicukupkan hingga 10 ml dengan aquadest.

Larutan tersebut kemudian diekstraksi sebanyak 2 kali menggunakan

15 ml dietil eter untuk menghilangkan PITC yang tidak bereaksi, dan

bagian larutan yang mengandung PTH hasil derivatisasi glukosamin

HCl diambil.

c) Pemilihan Panjang Gelombang Maksimum

Pemilihan panjang gelombang (λ) dilakukan dengan menggunakan

larutan glukosamin HCl standar, larutan PITC, dan larutan PTH hasil

derivatisasi glukosamin HCl dengan PITC lalu dilakukan scanning

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada rentang panjang

gelombang (λ) 200 - 400 nm.

d) Pembuatan Kurva Standar Glukosamin

Dibuat seri konsentrasi larutan standar phenyl thiourea

menggunakan aquadest dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 mg/L

kemudian diukur absorbansinya dengan spektrometri UV-Vis pada

panjang gelombang maksimum. Kemudian nilai absorbansi tersebut

diplot terhadap konsentrasi untuk mendapatkan kurva standar dan

persamaan garis yang menunjukkan hubungan antara absorbansi

dengan konsentrasi glukosamin.

e) Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantisasi (LOD dan LOQ)

LOD dan LOQ dihitung berdasarkan metode kurva kalibrasi,

dimana untuk kurva kalibrasi linier diasumsikan bahwa respon

instrumen y berhubungan linier dengan konsentrasi x standar untuk

rentang yang terbatas konsentrasi. Hal ini dapat dinyatakan dalam

Page 51: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

34

model seperti y = bx + a, sehingga LOD dan LOQ dapat dinyatakan

sebagai berikut (Riyanto, 2014) :

Keterangan :

Sa : Standar deviasi

b : Slope

Di mana, Sa ditentukan dengan :

3.4.4. Uji Stabilitas Fisik Gel

1) Cycling Test

Sediaan gel sebanyak 10 gram disimpan pada suhu 4°C

selama 24 jam, kemudian dipindahkan ke dalam oven yang

bersuhu 40 ± 2°C selama 24 jam (satu siklus). Uji dilakukan

sebanyak 6 siklus, kemudian diamati apakah terjadi perubahan

secara organoleptik (Nisa dkk, 2017).

2) Uji Mekanik (Sentrifugasi) (Nisa dkk, 2017; Mahmood, 2013)

Sediaan gel sebanyak 1 gram disentrifugasi menggunakan

sentrifugator dengan kecepatan 10000 rpm selama 30 menit pada

suhu ruang pada waktu ke- 24 jam, 48 jam, 7 hari, dan 14 hari.

Kemudian diamati apakah terjadi pemisahan fase.

3) Uji Stabilitas pada Suhu Tinggi (40 ± 2°C) dan Suhu Kamar

(27 ± 2°C)

Sediaan gel sebanyak 100 gram masing-masing disimpan pada

suhu tinggi (40 ± 2°C) dan pada suhu ruang (27± 2°C) selama 8

minggu, kemudian dilakukan pengamatan organoleptis,

pemeriksaan homogenitas, pengukuran pH, pengukuran viskositas

dan rheologi, pengukuran fluks dan jumlah kumulatif zat

(3.1)

(3.2)

(3.3)

bSaLOD 3

bSaLOQ = 10

2

2

n

yi)(ySa

Page 52: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

35

terpenetrasi per luas area. Uji dilakukan pada minggu ke-0, 2, 4,

dan 8.

3.4.5. Parameter Uji Stabilitas

a) Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan mengamati

penampilan fisik sediaan, meliputi bentuk, warna, kekentalan, dan

bau (Depkes RI, 2014).

b) Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan dua

kaca objek. Cara pengujiannya sebagai berikut, sejumlah tertentu

sediaan dioleskan pada sekeping kaca objek dan kemudian kaca

objek yang lainnya ditempelkan pada kaca objek yang sudah diolesi

sediaan. Suatu sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Depkes RI, 1979).

Pemeriksaan homogenitas dilakukan pengulangan tiga kali.

c) Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter. pH meter

sebelumnya dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

standar pH 4, pH 7, dan pH 9. Pada saat pengukuran pH, elektroda

pada pH meter dicelupkan ke dalam sediaan yang dibuat dan

dicatat nilai pH yang tertera pada layar (Depkes RI, 2014).

d) Pengukuran Viskositas dan Rheologi

Viskositas dan rheologi sediaan diukur menggunakan

viskometer Haake 6+. Sebanyak 200 g sediaan diukur viskositas

dan rheologi dengan menggunakan spindel nomor 3 pada

kecepatan 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 20, 30, 50, 60, dan 100 rpm,

kemudian kembali lagi dengan kecepatan 60, 50, 30, 20, 12, 10, 6,

5, 4 dan 2 rpm. Setelah itu dibuat kurva rheogram untuk

mengetahui sifat alir sediaan antara % Torque (sb. x) dan rpm (sb.

y).

Page 53: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

36

e) Uji Penetrasi

Uji penetrasi ini dilakukan dengan menggunakan metode Franz

Diffusion Cells dengan kulit tikus sebagai membran. Tikus yang

digunakan adalah tikus betina galur Sparague Dawley berumur 2-3

bulan dengan berat ± 150-200 g. Tikus betina memiliki kulit yang

lebih tipis dibandingkan dengan kulit tikus jantan, di mana kulit

tikus jantan 40% lebih tebal dibandingkan kulit tikus betina. Tikus

yang telah dicukur bulunya memiliki permeabilitas yang mendekati

dengan permeabilitas kulit manusia dan lebih elastis sehingga

mempermudah penggunaannya ketika diletakkan pada sel difusi

franz (Dao dkk, 2007). Kulit yang digunakan adalah kulit pada

bagian abdomen. Tikus dibius dengan eter hingga mati dan bulu

tikus pada bagian abdominal dicukur secara hati-hati menggunakan

pisau cukur. Kemudian kulit tikus pada bagian abdominal disayat

dan lemak-lemak pada bagian subkutan yang menempel

dibersihkan secara hati-hati, hasil sayatan kulit yang sudah bersih

dari lemak direndam di dalam larutan medium yaitu dapar fosfat

pH 7,4.

Membran ini dipasangkan di antara kompartemen donor dan

kompartemen reseptor. Bagian stratum korneum (luar) menghadap

ke bagian atas (kompartemen donor). Medium reseptor yang

digunakan adalah dapar fosfat pH 7,4. Kompartemen reseptor

dikelilingi oleh water jacket untuk menjaga pada suhu 37°C. Cairan

reseptor diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan

500 rpm. Sampling dilakukan dengan mengambil 1 ml dalam

interval waktu tertentu. Setiap setelah melakukan sampling,

ditambahkan medium reseptor yang baru dengan volume dan

temperatur yang sama untuk menjaga agar volume tetap konstan.

Jumlah yang diaplikasikan untuk gel transdermal nanopartikel

glukosamin HCL sebanyak 300 mg gel. Kemudian dari

hasil sampling dihitung kadar glukosamin menggunakan

Page 54: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

37

spektrofotometer UV-Vis. Fluks dan jumlah kumulatif zat

terpenetrasi dihitung per luas area.

1) Perhitungan Jumlah Kumulatif dan Kecepatan Penetrasi

Zat Aktif

Jumlah kumulatif glukosamin HCl yang terpenetrasi per

luas area difusi (μg/cm2) dihitung dengan rumus (Thakker &

Chern, 2003) :

Keterangan :

Q : Jumlah kumulatif yang terpenetrasi per luas area (μg/cm2)

Cn : Konsentrasi terpenetrasi pada menit ke-n

V : Volume sel difusi (21ml)

1

1

n

iC : Jumlah konsentrasi zat pada sampling pertama (menit ke-10)

hingga sebelum menit ke-n

S : Volume sampling = 1 ml

A : Luas area membran = 3,14 cm2

Kecepatan penetrasi tiap satuan waktu (fluks)

glukosamin HCl dihitung dengan rumus :

Keterangan :

J : Fluks (μg cm-2 jam-1)

S : Luas area difusi (cm2)

M : Jumlah kumulatif zat yang melalui membran (μg)

T : waktu (jam)

Selanjutnya dibuat grafik jumlah kumulatif glukosamin

yang terpenetrasi per luas area difusi terhadap waktu dan

grafik fluks terhadap jam.

2) Analisis Kadar Glukosamin

Masing-masing sampel yang telah disimpan pada suhu

tinggi (40 ± 2°C) dan suhu kamar (27 ± 2°C) diambil

sebanyak 4 ml dan dimasukkan ke dalam labu volumetrik 25

ml kemudian ditambahkan 0,4 ml PITC dan 15 ml metanol,

(3.4)

(3.5)

ASCCnV

Qn

i

1

1.

tQ

sxtMJ

Page 55: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

38

lalu ditambahkan dengan metanol : air (3:2) sampai tanda

batas. Sebanyak 10 ml diambil dan dimasukkan ke dalam

tabung reaksi lalu dipanaskan selama 20 menit di atas

penangas air, kemudian didinginkan dan volume dicukupkan

hingga 10 ml dengan aquadest. Larutan tersebut kemudian

diekstraksi sebanyak 2 kali menggunakan 15 ml dietil eter

untuk menghilangkan PITC yang tidak bereaksi, dan bagian

larutan yang mengandung PTH hasil derivatisasi glukosamin

HCl diambil. Absorbansinya diukur dengan spektrofotometer

UV-Vis pada panjang gelombang 240 nm. Hasil absorbansi

yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam persamaan

regresi linear dari kurva standar glukosamin HCl dan

diperoleh konsentrasi sampel glukosamin HCl (Gaonkar,

2006).

3.4.6. Analisis Data

Data hasil uji penetrasi yang didapat adalah berupa data fluks dan

jumlah kumulatif zat yang terpenetrasi setelah penyimpanan selama 8 minggu

pada suhu tinggi (40 ± 2°C) dan pada suhu ruang (27 ± 2°C). Analisis data

dilanjutkan dengan analisis statistik yaitu uji parametrik, jika syarat

normalitas dan variasi data terpenuhi, untuk melihat adanya pengaruh lama

waktu penyimpanan terhadap data fluks dan jumlah kumulatif zat yang

terpenetrasi.

Uji parametrik dilakukan dengan One Way Analysis of Variance

(ANOVA) dan post hoc test. Di mana variabel terikat pada analisis ini adalah

masing-masing nilai dari jumlah kumulatif zat yang terpenetrasi dan juga

fluks. Sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah waktu penyimpanan

sediaan gel glukosamin HCl. Data yang didapat pada minggu ke-0 menjadi

parameter pembanding untuk data-data pada minggu-minggu selanjutnya.

Page 56: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Preparasi Nanopartikel Glukosamin HCl

Dalam penelitian ini tahap pertama yang dilakukan adalah preparasi

nanopartikel Glukosamin HCl. Pada preparasi nanopartikel Glukosamin HCl

metode yang digunakan adalah metode gelasi ionik di mana pada metode ini

terjadi interaksi ionik yang membentuk ikatan sambung silang antara gugus amino

pada kitosan yang bermuatan positif dengan polianion yaitu natrium tripolifosfat

yang bermuatan negatif. Pembentukan ikatan sambung silang ini akan

memperkuat kekuatan mekanis dari partikel yang terbentuk (Park and Yeo, 2007).

Konsentrasi kitosan dalam formula yang digunakan adalah sebesar 0,5%.

Pemilihan besarnya konsentrasi kitosan ini berdasarkan hasil penelitian

Fahruzzaman (2017), di mana dalam penelitian tersebut didapatkan besar persen

kumulatif penetrasi glukosamin HCl per satuan luas area yang menggambarkan

kemampuan penetrasi gel glukosamin HCl melewati kulit pada formula dengan

besar konsentrasi kitosan 0,5% lebih besar dibandingkan formula dengan

konsentrasi kitosan sebesar 1% dan 0,25%.

Selain kitosan dan natrium tripolifosfat, dalam pembuatan nanopartikel

ini juga menggunakan tween 80 yang berfungsi untuk meningkatkan stabilitas

fisik dengan mencegah terjadinya aglomerasi (Shafie dan Hadeel, 2013).

Sehingga tween 80 dapat menstabilkan dispersi partikel-partikel kitosan di dalam

larutan.

4.2. Preparasi Sediaan Gel Nanopartikel Glukosamin HCl

Dispersi nanopartikel glukosamin HCl yang telah terbentuk kemudian

dibuat menjadi sediaan gel. Bentuk gel dipilih karena mengingat medium

pendispersi nanopartikel glukosamin HCl adalah air sehingga formulasi sediaan

yang akan dibuat memiliki kadar air yang tinggi. Oleh karena itu, gel dianggap

lebih cocok untuk formulasi ini dibandingkan sediaan topikal lainnya. Selain itu,

gel lebih disukai karena nyaman dan terasa dingin pada kulit, tidak menyumbat

pori, dan pelepasan obatnya baik (Ansel, 2005).

Page 57: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

40

Dalam formulasi sediaan gel nanopartikel glukosamin HCl gelling agent

yang digunakan adalah HPMC. Pemilihan HPMC berdasarkan hasil optimasi

formula yang telah dilakukan pada uji pendahuluan, di mana gel nanopartikel

glukosamin HCl yang menggunakan basis HPMC memiliki stabilitas fisik yang

lebih baik dibandingkan dengan gel yang menggunakan kitosan sebagai basisnya.

Di samping itu, HPMC juga memiliki beberapa keunggulan sebagai gelling agent

yaitu dapat menghasilkan gel yang bening, mudah larut dalam air, dan

mempunyai ketoksikan yang rendah. Selain itu, HPMC bersifat netral,

mempunyai pH yang stabil antara 3-11, tahan terhadap asam basa, serangan

mikroba, dan panas (Setyaningrum, 2013).

Komponen lain selain gelling agent dalam formula gel adalah nipagin dan

nipasol sebagai pengawet. Pengawet diperlukan dalam formulasi gel karena gel

memiliki kandungan air yang tinggi sehingga dapat menyebabkan terjadinya

kontaminasi mikroba (Ardana dkk, 2015). Selain itu, ada pula propilen glikol

yang berfungsi sebagai pelarut untuk nipagin dan nipasol (Rowe dkk, 2009).

4.3. Validasi Metode Analisa Derivatisasi Glukosamin HCl

Validasi metode analisa derivatisasi glukosamin HCl bertujuan untuk

memastikan ketepatan metode yang digunakan untuk mengukur kadar glukosamin

HCl yang telah berhasil berpenetrasi pada uji penetrasi yang dilakukan pada

tahapan selanjutnya dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini metode analisa yang digunakan adalah analisa

menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Metode analisa menggunakan

spektrofotometer UV-Vis ini dipilih karena merupakan metode yang tidak

memerlukan biaya yang besar dan juga dapat digunakan untuk analisa secara rutin

dibandingkan dengan metode dengan menggunakan HPLC yang membutuhkan

biaya lebih besar dan waktu pengerjaan yang lebih lama (Gaonkar, 2006).

4.3.1. Pembuatan Standar Phenyl Thiourea (PTH)

Glukosamin HCl tidak memiliki gugus kromofor pada spektrum UV-Vis

(Harmita dkk, 2017) yang mana gugus kromofor merupakan gugus tak jenuh

kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah-daerah ultraviolet dan sinar

Page 58: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

41

tampak (Retnani dkk, 2010). Oleh karena itu, perlu dilakukan proses derivatisasi

untuk membuat glukosamin HCl yang tidak memiliki gugus kromofor menjadi

senyawa berkromofor sehingga dapat terdeteksi oleh sinar UV. PTH merupakan

senyawa yang dihasilkan dari proses derivatisasi glukosamin HCl. Proses ini

menggunakan larutan PITC sebagai pereaksi. Metode derivatisasi dalam

penelitian ini mengacu pada penelitian Gaonkar (2006) yang telah divalidasi.

Validasi yang telah dilakukan dalam penelitian tersebut meliputi linearitas,

akurasi, presisi, spesifisitas, dan keterulangan.

4.3.2. Pemilihan Panjang Gelombang Maksimum

Larutan standar glukosamin HCl yang telah dibuat dengan konsentrasi

1000 ppm digunakan untuk menentukkan panjang gelombang maksimum. Hasil

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa glukosamin HCl memiliki absorbansi

maksimum pada panjang gelombang 238 nm. Berdasarkan penelitian Gaonkar

(2006), panjang gelombang maksimum glukosamin adalah 240 nm. Perbedaan

panjang gelombang sebesar 2 nm masih dalam batas toleransi yang diperbolehkan

menurut Depkes RI (1995) yaitu lebih kurang 3 nm.

4.3.3. Pembuatan Kurva Standar Glukosamin

Kurva standar atau kurva kalibrasi dari larutan standar glukosamin HCl

digunakan untuk mendapatkan persamaan regresi linier yang dibutuhkan untuk

menghitung kadar senyawa glukosamin HCl bebas dan juga untuk menghitung

batas deteksi dan kuantitasi.

Hasil yang didapat dari pengukuran absorbansi larutan standar

glukosamin pada beberapa konsentrasi pada panjang gelombang 238 nm adalah y

= 0,0604 x - 0,019 dengan nilai r2 = 0,9956 seperti pada Gambar 4.1.

Page 59: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

42

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Glukosamin HCl

4.3.4. Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi (LOD dan LOQ)

Pengujian batas deteksi diperlukan untuk mengetahui jumlah terkecil

analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon

signifikan dibandingkan dengan blanko, sedangkan untuk batas kuantitasi

dilakukan untuk mengetahui kuantitasi terkecil analit dalam sampel yang masih

dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) dihitung secra statistik

melalui persamaan garis regresi linier dari kurva kalibrasi larutan standar

glukosamin HCl. Berdasarkan hasil perhitungan nilai batas deteksi (LOD) dari

glukosamin HCl adalah 0,732 μg/mL dan nilai batas kuantitasinya (LOQ) adalah

2,438 μg/mL.

4.4. Uji Stabilitas Fisik Gel

Uji stabilitas fisik gel dilakukan dengan membandingkan keadaan gel

sebelum dan sesudah pengujian menggunakan beberapa parameter fisik. Dalam

penelitian ini dilakukan cycling test dan uji mekanik (sentrifugasi) terlebih dahulu

sebelum dilakukan pengujian stabilitas fisik gel selama dua bulan. Hal ini

dilakukan sebagai skrining awal untuk menentukan gel pada pH 5 atau pH 6 yang

akan dilanjutkan untuk pengujian stabilitas selama dua bulan.

Page 60: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

43

4.4.1 Cycling Test

Cycling test merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk

mempercepat evaluasi kestabilan fisik gel. Pengujiannya dilakukan pada dua

kondisi suhu yang berbeda, yaitu pada suhu rendah (4±2°C) dan suhu tinggi

(40±2°C) selama 12 hari atau 6 siklus. Parameter dalam cycling test ini adalah

organoleptis dari sediaan gel transdermal nanopartikel glukosamin HCl pada dua

pH yang berbeda yaitu pada pH 5 dan pH 6.

Hasil yang diperoleh dari gel pada pH 5 dan pH 6 setelah melawati 6

siklus menunjukkan adanya perbedaan diantara keduanya. Sebelum pengujian

kedua gel tidak berwarna atau semitransparan, setelah melewati 6 siklus, gel

dengan pH 5 mengalami perubahan warna menjadi lebih keruh namun tidak

terlalu signifikan. Berbeda halnya dengan gel dengan pH 6, setelah melewati 6

siklus, gel menunjukkan perubahan warna yang signifikan menjadi warna kuning.

Begitu pula halnya dengan bau, pada gel dengan pH 5 setelah 6 siklus masih

memiliki bau yang sama seperti sebelum pengujian yaitu bau khas HPMC,

sedangkan pada gel dengan pH 6 masih berbau khas HPMC namun bercampur

dengan bau asam yang cukup kuat. Perbandingan hasil cycling test antara gel pH 5

dan pH 6 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Dari hasil cycling test tersebut menunjukkan gel transdermal nanopartikel

Glukosamin HCl dengan pH 5 memiliki stabilitas fisik yang lebih baik jika

dibandingkan dengan gel transdermal nanopartikel Glukosamin HCl dengan pH 6.

Gambar yang menunjukkan terjadinya perubahan pada organoleptik sedian gel

glukosamin HCl setelah dilakukan cycling test dapat dilihat pada Lampiran 5.

Page 61: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

44

Tabel 4.1 Organoleptik Sediaan Gel Glukosamin HCl Setelah Cycling Test

4.4.2. Uji Mekanik (Sentrifugasi)

Pengamatan uji sentrifugasi dilakukan dengan dua kecepatan putar yang

berbeda, di mana perbedaan kecepatan putar (rpm) memiliki tujuan yang berbeda

pula. Pada uji sentrifugasi dengan kecepatan 5.000 rpm selama 20 menit bertujuan

untuk mempercepat terjadinya pemisahan fase dan melihat adanya partikel yang

terpisah di lapisan atas apabila pemisahan fase terjadi pada sediaan gel (Mahmood,

2013), sedangkan pengujian dengan kecepatan 10000 rpm selama 30 menit

bertujuan untuk mengetahui stabilitas penyimpanan sediaan selama satu tahun

oleh pengaruh gaya gravitasi (Nisa dkk, 2017). Uji sentrifugasi dilakukan pada

hari pertama (24 jam), hari kedua (48 jam), hari ketujuh, dan hari ke-14

(Mahmood, 2013).

Dari hasil pengamatan uji sentrifugasi pada kecepatan 5.000 rpm selama

20 menit tidak terlihat adanya pemisahan fase ataupun endapan partikel pada

sediaan gel pH 5 maupun pH 6 mulai dari hari pertama hingga hari ke-14 yang

menunjukkan bahwa antara basis dengan komponen penyusun gel lainnya yang

terbentuk stabil baik pada pH 5 maupun pH 6. Sedangkan hasil dengan

menggunakan kecepatan 10.000 rpm selama 30 menit menunjukkan adanya

Siklus pH Warna Bau

15 Putih Semitransparan Khas HPMC

6 Sedikit Kekuningan Khas HPMC

25 Putih Semitransaparan Khas HPMC

6 Kekuningan Khas HPMC dan sedikit asam

35 Putih Semitransparan Khas HPMC

6 Kekuningan Khas HPMC dan sedikit asam

45 Sedikit Kekuningan Khas HPMC dan sedikit asam

6 Kekuningan dan keruh Asam

55 Sedikit Kekuningan Khas HPMC dan sedikit asam

6 Kuning Keruh Asam

65 Kekuningan dan keruh Sedikit Asam

6 Kuning Keruh Asam dan sedikit tengik

Page 62: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

45

endapan partikel pada sediaan gel pH 6 namun, hal tersebut tidak terlihat pada

sediaan gel pH 5. Hal ini menunjukkan bahwa pada gel pH 6 tidak stabil untuk

penyimpanan selama satu tahun. Gambar hasil uji sentrifugasi dapat dilihat pada

Lampiran 6.

4.4.3. Uji Stabilitas pada Suhu Tinggi (40 ± 2°C) dan Suhu Kamar

(27 ± 2°C)

Berdasarkan hasil cycling test dan uji sentrifugasi, sediaan gel dengan

pH 5 memiliki stabilitas fisik yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan gel

pH 6. Menurut Berger dkk (2004), dalam pembuatan nanopartikel dengan metode

gelasi ionik menggunakan kitosan, kitosan lebih baik berada dalam larutan dengan

pH tidak lebih dari pH 6 karena jika pH terlalu tinggi muatan positif dari kitosan

akan ternetralisasi dan tidak akan terjadi sambung silang secara ionik tetapi akan

terbentuk kitosan yang mengendap. Oleh karena itu, sediaan gel dengan pH 5

dipilih untuk dilanjutkan pada uji stabilitas selama 2 bulan.

4.4.3.1. Pemeriksaan Organoleptik

Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan melihat warna, kejernihan,

bau pada sediaan gel glukosamin HCl. Pada minggu ke-0 kedua sediaan gel

glukosamin HCl yang dihasilkan tidak berwarna, semitransparan, berbau khas

HPMC dan sedikit berbau asam. Bau asam yang ditimbulkan berasal dari asam

asetat yang digunakan sebagai pelarut kitosan.

Setelah disimpan selama 2 minggu sediaan gel yang disimpan pada suhu

kamar menunjukkan adanya perubahan berupa warna yang sedikit menguning

namun masih semitransparan dan masih berbau khas HPMC. Berbeda halnya

dengan sediaan gel yang disimpan pada suhu tinggi, perubahan yang terjadi

terlihat lebih signifikan di mana warna pada gel berubah menjadi kuning dan

keruh serta bau asam yang tercium semakin kuat. Hal ini menunjukkan bahwa

sediaan gel tidak stabil secara fisik pada penyimpanan dengan suhu 40°C. Oleh

karena itu, evaluasi pada sediaan gel yang disimpan pada suhu tinggi tidak

dilanjutkan untuk minggu ke-4 dan minggu ke-8.

Page 63: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46

Pada minggu ke-4 sediaan gel yang disimpan pada suhu kamar tidak

menunjukkan adanya perubahan jika dibandingkan dengan pemeriksaan

sebelumnya. Sedangkan pada minggu ke-8 warna gel terlihat lebih kuning dan

sedikit keruh dengan bau khas HPMC yang bercampur dengan bau asam yang

lebih kuat. Perubahan organoleptik yang terjadi pada sediaan gel terlihat seperti

pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Organoleptik Glukosamin HCl. (A), (B), (C), dan (D) Disimpan di

Suhu Kamar berturut-turut pada Minggu ke-0, 2, 4, dan 8. (E) dan

(F) Disimpan di Suhu Tinggi pada Minggu ke-0 dan ke-2

Perubahan warna kedua gel menjadi kuning berasal dari warna kitosan

sebagai polimer yang memiliki warna sedikit kekuningan, ditambah lagi warna

kitosan akan berubah menjadi lebih gelap atau berwarna coklat apabila terpapar

panas (Szymańska & Winnicka, 2015).

4.4.3.2. Pemeriksaan Homogenitas

Hasil pemeriksaan homogenitas pada sediaan gel Glukosamin HCl baik

yang disimpan pada suhu kamar selama 8 minggu maupun pada suhu tinggi yang

disimpan selama 2 minggu menunjukkan hasil yang homogen. Seperti pada

Gambar 4.3 tidak terlihat adanya gumpalan-gumpalan polimer yang belum

terdispersi secara sempurna ataupun partikel kasar. Hanya saja pada beberapa

gambar terlihat adanya gelembung-gelembung gas.

(A) (B) (E)

(C) (D) (F)

Page 64: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

47

Gambar 4.3 Homogenitas Gel Glukosamin HCl. (A), (B), (C), dan (D) Disimpan

di Suhu Kamar berturut-turut pada Minggu ke-0, 2, 4, dan 8. (E) dan

(F) Disimpan di Suhu Tinggi pada Minggu ke-0 dan ke-2

4.4.3.3. Pemeriksaan pH

Sediaan gel Glukosamin HCl sebelum penyimpanan masing-masing

memiliki pH yang sama yaitu pH 5. Setelah disimpan pada dua suhu yang berbeda

dan dilakukan pengukuran pada minggu ke-2, minggu ke-4, dan minggu ke-8,

untuk sediaan gel yang disimpan pada suhu kamar, semakin lama pH sediaan

semakin menurun, walaupun tidak terlalu signifikan, dan menunjukkan sediaan

semakin bersifat asam. Sama halnya dengan sediaan gel yang disimpan pada suhu

tinggi, hasil pengukuran pH pada minggu ke-2 juga menunjukkan sediaan bersifat

lebih asam dibandingkan sebelum disimpan (minggu ke-0).

Adanya perubahan dari hasil pengukuran pH ini menunjukkan bahwa

sediaan gel memiliki pH yang tidak stabil setelah disimpan pada suhu kamar

selama 8 minggu dan pada suhu tinggi selama 2 minggu.

Tabel 4. 2 pH Gel Glukosamin HCl Setelah Penyimpanan

Suhu Suhu Kamar (25 ± 2°C) Suhu Tinggi(40 ± 2°C)

Waktu Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4 Minggu 8 Minggu 0 Minggu 2

pH 5,06 ±0,07

4,96 ±0,02

4,96 ±0,05

4,89 ±0,01

5,02 ±0,03

4,78 ±0,06

(A) (B) (E)

(C) (D) (F)

Page 65: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

48

4.4.3.4. Pengukuran Viskositas dan Rheologi

Viskositas adalah suatu pernyataan tentang tahanan dari suatu cairan

untuk mengalir, semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanan tersebut (Sinko,

2006). Viskositas sediaan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah

faktor pencampuran atau pengadukan saat proses pembuatan sediaan, pemilihan

basis gel dan humektan, serta ukuran partikel (Ansel, 1989). Dalam penelitian ini

pengukuran viskositas dilakukan menggunakan spindel R3 pada minggu ke-0,

minggu ke-2, minggu ke-4, dan minggu ke-8 untuk sediaan gel yang disimpan

pada suhu kamar, dan pada minggu ke-0 dan minggu ke-2 untuk sediaan gel yang

disimpan pada suhu tinggi.

Nilai viskositas masing-masing sediaan gel glukosamin HCl yang

disimpan pada suhu kamar dan yang disimpan pada suhu tinggi mengalami

penurunan seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 4.4. Perubahan nilai viskositas seiring bertambahnya

waktu diduga akibat kemungkinan terjadinya degradasi yang umumnya terjadi

pada polimer sintetik yang ditunjukkan dengan penurunan nilai viskositas

(Mackenzie & Jemmet, 1971). Selain itu, untuk sediaan gel glukosamin HCl yang

disimpan pada suhu tinggi, penurunan viskositas diduga akibat pengaruh dari suhu

tinggi yang dapat memperbesar jarak antar partikel sehingga gaya antar partikel

akan berkurang. Jarak yang semakin besar menyebabkan viskositas yang semakin

menurun (Suryani, 2017).

Jika dilihat dari data viskositas sediaan gel glukosamin HCl

menunjukkan bahwa sediaan gel memiliki sifat alir non newton di mana sifat ini

tidak mengikuti hukum aliran newton yang menyebutkan bahwa laju geser (rpm)

akan berbanding lurus dengan tegangan geser (F). Hal tersebut didukung oleh

rheogram seperti pada Gambar 4.5.

Berdasarkan kurva rheologi yang didapat setelah penyimpanan selama 2

minggu baik gel yang disimpan pada suhu kamar maupun suhu tinggi

menunjukkan bahwa sediaan gel memiliki sifat pseudoplastis hal ini terlihat dari

kurva dimulai pada titik (0,0) dan tidak terdapat yield value pada kurva.

Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of shear. Hal

Page 66: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

49

ini terjadi pada molekul berantai panjang seperti polimer-polimer yang salah satu

diantaranya adalah HPMC (Sinko, 2006).

Gambar 4.4 Grafik Viskositas Gel Glukosamin HCl pada Suhu Kamar dan Suhu

Tinggi

Selain itu, pada rheogram seperti pada Gambar 4.5 dan 4.6 terlihat

adanya celah (loop) antara kurva menurun dan kurva menaik. Di mana posisi

kurva menurun berada di sebelah kiri kurva menaik yang menunjukkan bahwa

bahan tersebut mempunyai konsistensi lebih rendah pada satu laju geser mana pun

pada kurva menurun dibandingkan pada kurva menaik. Hal ini menunjukkan

adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika

tegangan tersebut dihilangkan atau dikurangi. Gejala tersebut dikenal sebagai

tiksotropi (Sinko, 2006). Oleh karena itu, hasil evaluasi pada minggu ke-0 dan

Page 67: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

50

minggu ke-2 pada sediaan gel yang disimpan pada suhu kamar dan suhu tinggi

menunjukkan gel memiliki sifat alir pseudoplastis tiksotropi.

Berbeda dengan minggu ke-0 dan minggu ke-2, rheogram yang didapat

dari hasil evaluasi yang dilakukan pada minggu ke-4 dan minggu ke-8 pada

sediaan gel yang disimpan pada suhu kamar menunjukkan bentuk yang linier, di

mana kurva menurun terlihat identik dan berhimpit dengan kurva menaik.

Rheogram tersebut menunjukkan bahwa sediaan memiliki sifat alir newton.

Umumnya polimer memiliki sifat alir non newton, namun menurut Shaw (2012)

suatu polimer dapat menunjukkan sifat newton pada beberapa kondisi, seperti

ketika pada laju geser yang rendah dan juga ketika polimer yang digunakan

memiliki viskositas yang rendah. Perubahan sifat alir yang terjadi pada sediaan

menunjukkan bahwa sediaan gel glukosamin HCl tidak stabil.

Gambar 4.5 Kurva Reologi Gel Glukosamin HCl Disimpan pada Suhu Kamar

Page 68: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

51

Gambar 4.6 Kurva Reologi Gel Glukosamin HCl Disimpan pada Suhu Tinggi

4.4.3.5. Uji Penetrasi Gel Glukosamin HCl

Pengujian penetrasi sediaan gel glukosamin HCl dilakukan secara in

vitro dengan menggunakan sel difusi franz bertujuan untuk mengetahui jumlah

glukosamin HCl yang dapat berpenetrasi melalui kulit selama interval waktu

tertentu.

Membran kulit yang digunakan adalah bagian abdomen dari kulit tikus

putih (Sparague Dawley). Membran ini dipilih karena menyerupai permeabilitas

kulit manusia (Nisa dkk, 2013). Membran kulit diletakkan diantara kompartemen

reseptor dan donor, di mana membran harus kontak dengan cairan reseptor agar

sediaan yang diaplikasikan pada membran dapat berpenetrasi menembus kulit

menuju cairan reseptor.

Membran yang sudah siap digunakan dioleskan sediaan gel glukosamin

HCl sebanyak 300 mg secara merata. Banyaknya bobot sediaan yang

diaplikasikan ditentukan berdasarkan luas membran yang digunakan dan

penyebaran sediaan yang merata. Pengaplikasian sediaan dengan bobot yang

terlalu besar pada luas membran yang kecil akan menyebabkan terjadinya

penumpukan sediaan pada lapisan atas membran, sehingga zat aktif tidak

sepenuhnya terlepas dari sediaan dan hanya tertinggal di permukaan kulit

(Simanjuntak, 2005).

Cairan reseptor yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan dapar

fosfat dengan pH 7,4. Penggunaan dapar fosfat pH 7,4 ini diibaratkan sebagai

cairan biologis manusia yang juga memiliki pH 7,4. Selain itu, alasan penggunaan

Page 69: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

52

larutan dapat fosfat 7,4 ini dikarenakan glukosamin HCl dapat larut di dalamnya.

Di dalam kompartemen reseptor terdapat magnetic stirrer yang berputar pada

kecepatan 500 rpm yang berfungsi untuk menjaga agar cairan kompartemen tetap

homogen.

Uji penetrasi ini dilakukan selama 8 jam dan selama proses berlangsung

suhu air di dalam water jacket yang mengalir keluar dari termostat dijaga pada

37°C di mana suhu ini menggambarkan suhu tubuh manusia. Sampel dicuplik

sebanyak 1 ml dan digantikan dengan medium kompartemen reseptor yang baru

dengan volume yang sama untuk mempertahankan sink condition (Lachman dkk,

1994). Hasil cuplikan yang didapat selanjutnya akan diderivatisasi untuk dapat

mengukur kadar glukosamin HCl dalam sampel menggunakan spektrofotometer

UV-Vis.

4.4.3.6. Jumlah Kumulatif Zat Terpenetrasi Per Luas Area

Setelah dilakukan uji penetrasi selama delapan jam dengan pengambilan

sampel pada 11 titik interval waktu diperoleh jumlah kumulatif zat aktif

terpenetrasi per luas area baik pada sediaan gel yang disimpan pada suhu kamar

maupun suhu tinggi. Jumlah kumulatif zat aktif terpenetrasi per luas area pada

sediaan gel yang disimpan pada suhu kamar pada minggu ke-0, 2, 4, dan 8 secara

berturut-turut adalah 898,9 ± 15,6; 890,6 ± 15,4; 860,2 ± 20,6; 843,2 ± 17,8

μg/cm2. Berdasarkan hasil tersebut, jumlah glukosamin HCl yang terpenetrasi

semakin berkurang seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Sama

halnya seperti sediaan gel yang disimpan pada suhu kamar, sediaan gel yang

disimpan pada suhu tinggi pun memiliki hasil jumlah kumulatif zat aktif yang

terpenetrasi per luas area yang menurun seiring dengan bertambahnya waktu

penyimpanan. Di mana nilai jumlah kumulatif yang didapatkan pada minggu ke-0

dan ke-2 secara berturut-turut adalah sebesar 898,9 ± 15,6 dan 866,6 ± 6,1 μg/cm2.

Berdasarkan hasil pengolahan data secara statistik menggunakan SPSS

22 dengan metode uji One Way Anova untuk sediaan gel glukosamin HCl yang

disimpan pada suhu kamar, terlihat adanya perbedaan yang bermakna pada nilai

jumlah kumulatif glukosamin yang terpenetrasi di minggu ke-4 dan minggu ke-8

yang dibandingkan dengan gel pada minggu ke-0, nilai signifikansi yang

Page 70: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

53

diperoleh < 0,05. Lain halnya dengan sediaan gel glukosamin HCl yang disimpan

pada suhu tinggi, hasil data statistik menggunakan SPSS 22 dengan metode uji

Wilcoxon antara jumlah kumulatif glukosamin yang terpenetrasi pada minggu

ke-0 dengan minggu ke-2 menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna

diantara keduanya dengan nilai signifikansi > 0,05.

Tabel 4.3 Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area (SuhuKamar)

Gambar 4.7 Grafik Jumlah Kumulatif Difusi Glukosamin HCl Per Luas Area(Suhu Kamar)

Waktu(Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif Per Satuan Luas Area(μg/cm2)

Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4 Minggu 810 419,8 ± 30,5 453,1 ± 50,8 418,9 ± 16,2 397,7 ± 12,530 472,1 ± 26,2 499,5 ± 35,9 448,1 ± 42,6 458,2 ± 34,860 522,3 ± 41,8 550,0 ± 67,7 508,2 ± 49,7 520,6 ± 35,190 556,2 ± 17,3 579,6 ± 66,2 580,3 ± 49,7 584,1 ± 68,8120 616,6 ± 42,0 626,1 ± 33,3 623,4 ± 43,0 624,6 ± 12,8180 660,2 ± 42,3 677,3 ± 59,8 667,3 ± 75,4 674,2 ± 29,9240 718,5 ± 33,4 720,6 ± 20,6 685,5 ± 60,9 735,9 ± 24,7300 759,0 ± 37,1 754,4 ± 56,0 730,8 ± 40,2 765,2 ± 26,3360 813,1 ± 15,7 814,5 ± 42,6 785,5 ± 54,9 765,1 ± 24,6420 845,3 ± 24,4 846,5 ± 23,8 827,6 ± 33,1 812,4 ± 18,2480 898,9 ± 15,6 890,6 ± 15,4 860,2 ± 20,6 843,2 ± 17,8

Page 71: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54

Perbedaan yang bermakna pada gel yang disimpan pada suhu kamar di

minggu ke-4 dan minggu ke-8 menunjukkan bahwa pada waktu tersebut

kemampuan penetrasi gel mulai menunjukkan ketidakstabilannya. Ketidakstabilan

pada kemampuan penetrasi gel diduga dipicu oleh ketidakstabilan fisik gel secara

organoleptik yang terjadi akibat ada proses kimiawi yang terjadi. Menurut

Jonassen dkk (2012) dekomposisi secara kimia dapat mempengaruhi sifat fisik

dari nanopartikel berbasis polimer seperti merusak bentuk dan ukuran partikel, di

mana dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fahruzzaman (2017)

menyatakan bahwa bentuk dan ukuran partikel berpengaruh terhadap kemampuan

penetrasi gel. Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil yang menunjukkan gel

glukosamin HCl dalam bentuk nanopartikel memiliki jumlah kumulatif zat aktif

terpenetrasi lebih besar dibandingkan gel dalam bentuk non nano, di mana jumlah

kumulatif zat terpenetrasi pada formula gel nanopartikel sebesar 583,391 μg/cm2,

sedangkan pada formula gel non nano sebesar 314,150 μg/cm2.

Tabel 4. 4 Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area (SuhuTinggi)

Waktu(Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif PerSatuan Luas Area (μg/cm2)

Minggu 0 Minggu 210 419,8 ± 30,5 419,8 ± 32,130 472,1 ± 26,2 450,0 ± 13,860 522,3 ± 41,8 513,8 ± 16,690 556,2 ± 17,3 565,0 ± 19,5120 616,6 ± 42,0 588,0 ± 36,2180 660,2 ± 42,3 643,2 ± 33,6240 718,5 ± 33,4 695,3 ± 29,1300 759,0 ± 37,1 741,3 ± 16,6360 813,1 ± 15,7 787,3 ± 30,5420 845,3 ± 24,4 821,3 ± 11,2480 898,9 ± 15,6 866,6 ± 6,1

Page 72: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55

Gambar 4.8 Grafik Jumlah Kumulatif Difusi Glukosamin HCl Per Luas Area(Suhu Tinggi)

4.4.3.7. Fluks Penetrasi

Fluks (kecepatan) penetrasi glukosamin HCl diperoleh dari hasil

perhitungan dengan menggunakan data jumlah kumulatif zat terpenetrasi. Data

hasil perhitungan fluks penetrasi dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan 4.5.

Tabel 4. 5 Fluks Penetrasi Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area (Suhu Kamar)

Waktu(Menit)

Fluks Penetrasi (μg/cm2/jam)Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4 Minggu 8

10 2519,0 ± 183,0 2718,3 ± 304,6 2513,5 ± 97,3 2386,2 ± 74,930 944,3 ± 52,5 999,1 ± 71,8 896,2 ± 85,1 916,3 ± 69,660 522,3 ± 41,8 550,0 ± 67,7 508,2 ± 49,7 520,6 ± 35,190 370,8 ± 11,6 386,4 ± 44,2 386,8 ± 33,1 389,4 ± 45,9120 308,3 ± 21,0 313,0 ± 16,6 311,7 ± 21,5 312,3 ± 6,4180 220,1 ± 14,1 225,8 ± 19,9 222,4 ± 25,1 224,7 ± 10,0240 179,6 ± 8,4 180,1 ± 5,2 171,4 ± 15,2 184,0 ± 6,2300 151,8 ± 7,4 150,9 ± 11,2 146,2 ± 8,0 153,0 ± 5,3360 135,5 ± 2,6 135,7 ± 7,1 130,9 ± 9,1 127,5 ± 4,1420 120,8 ± 3,5 120,9 ± 3,4 118,2 ± 4,7 116,1 ± 2,6480 112,4 ± 1,9 111,3 ± 1,9 107,5 ± 2,6 105,4 ± 2,2

Page 73: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56

Gambar 4.9 Grafik Fluks Penetrasi Glukosamin HCl Per Luas Area (SuhuKamar)

Tabel 4. 6 Fluks Penetrasi Glukosamin HCl Per Satuan Luas Area (Suhu Tinggi)

Waktu(Menit)

Fluks Penetrasi (μg/cm2/jam)Minggu 0 Minggu 2

10 2519,0 ± 183,0 2519 ± 192,530 944,3 ± 52,5 909,0 ± 27,660 522,3 ± 41,8 513,8 ± 16,690 370,8 ± 11,6 376,6 ± 13,0120 308,3 ± 21,0 294,0 ± 18,1180 220,1 ± 14,1 214,4 ± 11,2240 179,6 ± 8,4 173,8 ± 7,3300 151,8 ± 7,4 148,3 ± 3,3360 135,5 ± 2,6 131,2 ± 5,1420 120,8 ± 3,5 117,3 ± 1,6480 112,4 ± 1,9 108,3 ± 0,1

Page 74: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

57

Gambar 4.10 Grafik Jumlah Fluks Penetrasi Glukosamin HCl Per Luas Area(Suhu Tinggi)

Pada Gambar 4.8 dan 4.9 menunjukkan grafik fluks penetrasi gel

glukosamin HCl yang disimpan pada suhu kamar dan suhu tinggi. Kedua grafik

menunjukkan fluks tertinggi tercapai pada menit-menit awal dan semakin

menurun seiring dengan berjalannya waktu. Besarnya fluks penetrasi pada

menit-menit awal diduga dipengaruhi oleh efisiensi penjerapan dari nanopartikel.

Seiring dengan berjalannya waktu terjadi kesetimbangan sehingga mencapai suatu

steady state dan menyebabkan nilai fluks akan terus menurun (Martin &

Cammarata, 1983).

Data fluks penetrasi yang didapat dari sediaan gel yang disimpan pada

suhu kamar menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada minggu ke-4 dan

minggu ke-8 yang dibandingkan dengan minggu ke-0. Perbedaan ini dikatakan

bermakna dilihat dari hasil pengolahan data statistik menggunakan SPSS 22

dengan metode uji One Way Anova yang menunjukkan nilai signifikansi < 0,05.

Sedangkan pada sediaan gel yang disimpan pada suhu tinggi menunjukkan tidak

adanya perbedaan bermakna antara nilai fluks penetrasi minggu ke-0

dibandingkan dengan nilai fluks penetrasi minggu ke-2. Hasil tersebut didukung

dari data statistik menggunakan SPSS 22 dengan metode uji Wilcoxon yang

menunjukkan nilai signifikansi > 0,05.

Page 75: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1) Penyimpanan pada suhu kamar (27 ± 2°C) selama dua bulan dan

pada suhu tinggi (40 ± 2°C) selama dua minggu mempengaruhi

stabilitas dari sediaan gel transdermal nanopartikel glukosamin HCl

secara fisik. Hal ini dilihat dari terjadinya perubahan pada

paramater-parameter yang digunakan yaitu organoleptik, pH, dan

viskositas seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan.

2) Ketidakstabilan sediaan transdermal nanopartikel glukosamin HCl

juga dibuktikan dari parameter lain yang digunakan yaitu

kemampuan penetrasinya. Dimana adanya perbedaan bermakna pada

hasil pengolahan data statistik menggunakan SPSS 22 pada jumlah

kumulatif dan fluks penetrasi sediaan gel yang telah disimpan

selama 4 minggu dan 8 minggu pada suhu kamar (27 ± 2°C).

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengoptimasi formula gel

nanopartikel glukosamin HCl yang lebih stabil serta mengevaluasi

stabilitas ukuran partikel pada sediaan gel nanopartikel glukosamin HCl

Page 76: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta59

DAFTAR PUSTAKA

Agnihotri, S.A., Aminabhavi, TM., Mallikarjuna, NN. (2004). Recent Advances

on Chitosan-Based Micro-and Nanoparticles in Drug Delivery. Journal

of Controlled Release, 100(1), 5-28.

Aliska, Gestina., Purwantyastuti., Wresti, Indriatmi. (2015). Berbagai Faktor

Yang Memengaruhi Pemberian Obat Secara Topikal. Jakarta: FK

Universitas Indonesia.

Alkilani, A. Z., Donnelly, RF., McCrudden, MT3. (2015). Transdermal Drug

Delivery: Innovative Pharmaceutical Developments Based on

Disruption of the Barrier Properties of The Stratum Corneum.

Pharmaceutics, 7, 438-470.

Allen, L. V., & Ansel H. C. (2014). Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and

Drug Delivery Systems. Tenth Edition. Philadelpia: Lippincott Williams

& Wilkins. 343-344.

Anggraeni, C. A. (2008). Pengaruh Bentuk Sediaan Krim, Gel, dan Salep

Terhadap Penetrasi Aminofilin Sebagai Antiselulit Secara In Vitro

Menggunakan Sel Difusi Franz. Skripsi. Universitas Indonesia

Anwar, E. (2012). Eksipien Dalam Sediaan Farmasi. Cetakan Pertama. Jakarta:

Penerbit Dian Rakyat.

Ardana, Mirhansyah., dkk. (2015). Formulasi Dan Optimasi Basis Gel Hpmc

(Hidroxy Propyl Methyl Cellulose) dengan Berbagai Variasi

Konsentrasi. J. Trop. Pharm. Chem, 3(2), 2407-6090.

Arthritis Research UK. (2011). Diunduh pada 10 Januari 2018, dari

<http://arthritisresearchuk.org>.

Benson, H.A.E., & Watkinson, A.C. (2005). Transdermal and Topical Drug

Delivery, Principles and Practice. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Berger, J., dkk. (2004). Structure and Interactions in Covalently and Ionically

Cross Linked Chitosan Hidrogel for Biomedical Applications. Eur. J.

Of Pharm and Biopharmaceutics. 57, 19-34

Dahmer, S., & Schiller, R. M. (2008). Glucosamine. American Family Physician,

78(4), 471-476

Page 77: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta60

Dantas, M. G. B., dkk. (2016). Development and Evaluation of Stability of a Gel

Formulation Containing the Monoterpene Borneol. The Scientific World

Journal, 2016.

Dao, Harry., dan Rebecca, A. Kazin. 2007. Gender Differences in Skin : A

Review of the Literature. Gender Medicine, 4(4),1550-8579

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi

IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia, Edisi

V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dewi, R., dkk. (2014). Uji Stabilitas Fisik Formula Krim yang Mengandung

Ekstrak Kacang Kedelai (Glycine max). Pharm Sci Res.

Djajadisastra, J. (2004). Cosmetic Stability. Disampaikan pada Seminar Setengah

Hari HIKI, Slipi, Jakarta.

Eskandari, S. (2012). Arthritis and Transdermal Glucosamine (Rahamin®): A

Brief Introduction. Iranian Journal of Rheumatology.

Fahruzzaman, Asyraq. (2017). Uji Penetrasi Gel Transdermal Nanopartikel

Glukosamin Hidroklorida dengan Variasi Konsentrasi Kitosan

Menggunakan Sel Difusi Franz. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Fan, W., Yan, W., Xu, Z., dan Ni, H.. (2012). Formation Mechanism of

Monodisperse, Low Molecular Weight Chitosan Nanoparticles by Ionic

Gelation Technique. Colloids and Surfaces B Biointerfaces, 90, 21-27.

Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). (2006).

Pentasodium Triphosphate. Diunduh pada tanggal 19 Februari 2018,

dari

http://www.fao.org/food/food-safety-quality/scientific-advice/jecfa/jecf

a-additives/detail/en/c/406/

Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Goyal, R., dkk. (2016). Nanoparticles and Nanofibers for Topical Drug Delivery.

Journal of Controlled Release, 240, 77-92.

Page 78: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta61

Hamijoyo. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Han, I. H., dkk. (2010). Identification and Assesment of Permeability Enhanching

Vehicles for Transdermal Delivery of Glucosamine Hydrocloride.

Archives of Pharmacal Research, 33(2), 293 - 299

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.

Majalah Ilmu Kefarmasian, I (3), 117-135

Hua, N. G., Lee, Yu Ming., dan Jonathan, Obaje. (2011). A Transdermal

Glucosamine Formulation Improves Osteoarthritic Symptoms in an

Open Clinical Survey. International Journal of Pharmacy and

Pharmaceutical Sciences, 3(3).

Institute of Medicine, National Research Council. (2005). Glucosamine: Prototype

Monograph Summary. In Dietary Supplements: A Framework for

Evaluating Safety. Washington DC: The National Academies, 363–6.

Jalwal, P., dkk. (2010). A Review on Transdermal Patches. The Pharma Research,

3,139-149.

Jonassen, Helene., Kjøniksen, AL., dan Hiorth, M. (2012). Stability of Chitosan

Nanoparticles Cross- Linked with Tripolyphosphate.

Biomacromolecules, 13, 3747−3756

Kalim. (1987). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI.

Kaur, D., Singh, R. (2015). A Novel Approach: Transdermal Gel. International

Journal of Pharma Research & Review, 4(10), 41-50.

Kesarwani, Arti., dkk. (2013). Theoretical Aspects Of Transdermal Drug Delivery

System. Bulletin of Pharmaceutical Research. 3(2), 78-89.

Kolarsick, P. A. J., Kolarsick, M. A., dan Goodwin, C. (2011). Anatomy and

Physiology of the Skin. Journal of the Dermatology Nurses’s

Association, 3(4), 203-213.

Kumar L., & Verma R. (2010). In Vitro Evaluation of Topical Gel Prepared Using

Natural Polymer. International Journal of Drug Delivery, 2, 58-63.

Lachman, L., Lieberman, H. A., & Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek

Farmasi Indusri 1 (Siti Suyatmi, Penerjemah). Jakarta : UI Press.

Page 79: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta62

Lund, W. (1994). Pharmaceutical Codex, 12th Edition. London: The

Pharmaceutical Press.

Mackenzie, K., & Jemmet, A.E. (1971). Polymer Shear Stability. Wear (An

International Journal on the Science and Technology of Friction,

Lubrication and Wear), 0043-1648

Mahmood, Tariq., & Naveed, Akhtar. (2013). Stability of a Cosmetic Multiple

Emulsion Loaded with Green Tea Extract. The Scientific World Journal,

2016

Manian R., Anusuya N., Siddhuraju P. (2008). The Antioxidant Activity and Free

Radical Scavenging Potential of Two Different Solvent Extracts of

Camelia sinensis (L.) O. Kuntz, Ficus bengalensis L. and Ficus

racemosa L. Food Chemistry, 100-1007.

Mardliyati, E., dkk. (2012). Sintesis Nanopartikel Kitosan-Trypoly Phosphate

dengan Metode Gelasi Ionik: Pengaruh Konsentrasi dan Rasio Volume

Terhadap Karakteristik Partikel. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi Bahan, 90-93.

Martin, A., Swarbrick, J., & Commarata, A. (1993). Farmasi Fisik : Dasar-Dasar

Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik (Terjemahan Yoshita), Edisi ke-3,

Jilid ke-2. Jakarta : UI-Press, hal. 845 – 847.

Mohanraj, VJ., & Chen, Y. (2006). Nanoparticles – A Review. Tropical Journal

of Pharmaceutical Research, 5(1): 561-573

National Institute of Arthritis and Musculoskeletal (NIAMS). (2014). What is

Osteoarthritis. USA : National Institute of Health

Nisa, Michrun., dkk. (2013). Uji Efektifitas Beberapa Senyawa Sebagai Peningkat

Penetrasi terhadap Laju Difusi Krim Asam Kojat Tipe Minyak dalam

Air Secara In Vitro. Pharmacy, 10(01): 1693-3591

Nisa, O. N. L., dkk. (2017). Uji Stabilitas Pada Gel Ekstrak Daun Pisang (Gelek

Usang). URECOL (University Research Colloquium), ISSN 2407-9189

Palmer, B. C., & DeLouise. L. A. (2017). Nanoparticle Enabled Transdermal

Drug Delivery Systems for Enhanced Dose Control and Tissue

Targeting. HHS Public Access, 21(12).

Page 80: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta63

Retnani, Nur Ida Dwi., dkk. (2010). Analisis Kuantitatif Tablet Levofloksasin

Merk dan Generik dalam Plasma Manusia Secara In Vitro dengan

Metode Spektrofotometri Ultravioletvisibel. Pharmacy, 07(01):

1693-3591

Riyanto. (2014). Validasi & Verifikasi Metode Uji. Yogyakarta: Deepublish

Rowe, C. R., dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition.

Washington: Pharmeceutical Press.

Shaw, Montgomery T. (2012). Introduction to Polymer Rheology. New Jersey :

John Wiley & Sons, Inc.

Sinko, Patrick J. (2006). Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Edisi 5.

Jakarta : EGC

Suryani, dkk. (2017). Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Gel Ekstrak

Terpurifikasi Daun Paliasa (Kleinhovia Hospita L.) yang Berefek

Antioksidan. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. 2302 - 2493

Swabrick, James (ed). (2007). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. 3rd

Edition. Volume 4. New York : Informa Healthcare USA Inc

Szymańska, Emilia., & Winnicka, Katarzyna. (2015). Stability of Chitosan - A

Challenge for Pharmaceutical and Biomedical Applications. Marine

Drugs, 13, 1819-1846

Tiyaboonchai W. 2003. Chitosan Nanoparticles: A Promising System for Drug

Delivery. Naresuan Univ. Journal. 11(3): 51-66

Touitou, Elka., Barry W. (2007). Enhancement In Drug Delivery. New York:

CRC Press, 220-221, 237, 246.

Witt, K., & D. Bucs. (2003). Studying In Vitro Skin Penetration and Drug Release

to Optimize Dermatological Formulations in Pharmaceutical

Technology. USA : Advanstar Communication Inc.

Yu, S. H., Wu, SJ., Wu, JY., Peng, CK., dan Mi, FL. (2013). Tripolyphosphate

Cross-Linked Macromolecular Composites for the Growth of Shape and

Size Controlled Apatites. Molecules: 18. 27-40.

Page 81: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta64

Lampiran 1. Skema Prosedur PenelitianLAMPIRAN

Pembuatanlarutan induk

Analisis LODdan LOQ

Uji Stabilitas pada Suhu Tinggi (40 ± 2°C) dan Suhu Kamar (27- 30°C)

Preparasi nanopartikel glukosamin HCl dengankonsentrasi kitosan 0,5%

Preparasi gel nanopartikel glukosamin HClpH 5 dan pH 6

Cycling Test

Organoleptik pHH

Homogenitas

Viskositas danRheologi

Penetapan Kadar

Penetrasi

Derivatisasi

Penentuan panjanggelombang maksimum

Pembuatan KurvaKalibrasi

Analisis Kadar Glukosamin HCl

Uji Mekanik

Preparasi gel nanopartikel

Evaluasi gel

Page 82: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

65

Lampiran 2. Panjang Gelombang Maksimum Phenyl Thiourea (HasilDerivatisasi Glukosamin HCl)

PTH

λ 238 nm

Page 83: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

66

Lampiran 3. Absorbansi Larutan Standar Glukosamin HCl

Konsesntrasi (μg/mL) Absorbansi

2 0,104

4 0,211

6 0,362

8 0,452

10 0,588

Page 84: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

67

Lampiran 4. Perhitungan LOD dan LOQ

Persamaan regresi kurva kalibrasi :

y = 0,0604x- 0,019

Perhitungan yi

y = 0,0604x - 0,019

y = 0,0604(2) - 0,019

y = 0,1018 (nilai yi)

Rumus Standar Deviasi (Sa)

Sa =2)( 2

nyiy =

25)0006507,0( 2

= 0,014727525

Rumus Batas Deteksi

LOD =slope

Sa3 =0604,0

014727525,03x = 0,731499599

Rumus Batas Kuantitasi

LOQ =slope

Sa10 =0604,0

014727525,010x = 2,438331995

Konsentrasi(x)

Absorbansi(y) yi |y-yi| (y-yi)2

2 0,104 0,1018 0,0022 4,84E-06

4 0,211 0,2226 -0,0111 0,00012321

6 0,362 0,3434 0,0191 0,00036481

8 0,452 0,4642 -0,0122 0,00014884

10 0,588 0,585 0,003 9E-06

Σ 0,0006507

Sa 0,014727525

LOD 0,731499599

LOQ 2,438331995

Page 85: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

68

Lampiran 5. Cycling Test

Waktu pH 5 pH 6

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 3

Siklus 4

Siklus 5

Page 86: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

69

Siklus 6

Page 87: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

70

Lampiran 6. Uji Mekanik (Sentrifugasi)

Waktu pH 5000 rpm ; 20menit

10000 rpm ; 30menit

Hari ke-0

pH 5

pH 6

Hari ke-1(24 jam)

pH 5

pH 6

pH 5 pH 5

Page 88: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

71

Hari ke-2(48 jam)

pH 5

pH 6

Hari ke-7

pH 5

pH 6

Hari ke-14 pH 5

Page 89: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

72

pH 6

Page 90: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

73

Lampiran 7. Viskositas Glukosamin HCl ( Suhu Kamar)

Lampiran 8. Viskositas Glukosamin HCl (Suhu Tinggi)

Rpm Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4 Minggu 82 3620 1835 620 5803 2990 1430 610 6354 2860 1720 635 6505 2720 1610 670 6606 2640 1480 690 68510 2060 1410 700 68012 1970 1400 705 66520 1770 1345 720 70030 1710 1290 725 70550 1660 1265 715 69560 1500 1225 715 695100 830 910 710 695

Rpm Minggu 0 Minggu 22 3620 9503 2990 9704 2860 9905 2720 10206 2640 103010 2060 103012 1970 104020 1770 106030 1710 102050 1660 101060 1500 1000100 830 840

Page 91: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

74

Lampiran 9. Persen Torque Glukosamin HCl (Suhu Kamar)

KecepatanPutar (Rpm)

% TorqueMinggu 0 Minggu 2 Minggu 4 Minggu 8

2 3,5 3,3 0 1,13 4,9 4,5 1,6 1,84 5,9 6,3 2,3 2,65 7,5 8 3,2 3,36 9 8,9 4 4,110 14,9 13,5 6,8 6,712 18,8 16,1 8,3 7,520 29,3 25,8 14,3 13,930 41,6 38,1 21,6 2150 70,3 51,4 35,8 34,760 85,2 71,2 43 41,8100 83,5 84,7 71,7 6960 91,85 76,6 71,7 42,350 82 65,1 43,3 35,130 56,6 39,3 36,3 21,320 43,4 28,2 22 14,212 28,4 17,5 14,6 8,410 24,6 14,7 8,7 6,96 15,8 8,8 7,2 4,15 13,6 8,1 4,2 3,34 11,4 7,4 3,5 2,63 8,9 7,2 2,7 1,92 7,2 4,1 2 1,1

Page 92: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

75

Lampiran 10. Persen Torque Glukosamin HCl (Suhu Tinggi)

KecepatanPutar (Rpm)

% TorqueMinggu 0 Minggu 2

2 3,5 1,93 4,9 2,94 5,9 45 7,5 4,46 9 5,410 14,9 912 18,8 10,920 29,3 18,430 41,6 27,950 70,3 45,560 85,2 53,5100 83,5 84,260 91,85 60,250 82 50,530 56,6 30,620 43,4 21,212 28,4 12,410 24,6 10,36 15,8 6,25 13,6 5,14 11,4 3,93 8,9 2,92 7,2 1,9

Page 93: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

76

Lampiran 11.Data Hasil Uji Penetrasi Sediaan Gel Glukosamin PenyimpananSuhu Kamar (Minggu 0)

Waktu(Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif PerSatuan Luas Area (μg/cm2)

% Kumulatif Difusi GlukosaminHCl

I II III Rata-rata SD I II III Rata-

rata SD

10 384,8 434,6 440,1 419,8 30,5 40,3 45,5 46,1 43,9 3,230 441,9 488,5 486,0 472,1 26,2 46,2 51,1 50,9 49,4 2,760 509,1 488,6 569,1 522,3 41,8 53,3 51,1 59,6 54,7 4,490 537,0 570,8 560,9 556,2 17,3 56,2 59,7 58,7 58,2 1,8120 598,5 586,6 664,6 616,6 42,0 62,6 61,4 69,6 64,5 4,4180 642,3 629,7 708,5 660,2 42,3 67,2 65,9 74,2 69,1 4,4240 725,9 682,0 747,7 718,5 33,4 76,0 71,4 78,3 75,2 3,5300 779,0 716,3 781,8 759,0 37,1 81,5 75,0 81,8 79,4 3,9360 819,5 795,3 824,5 813,1 15,7 85,8 83,2 86,3 85,1 1,6420 830,1 832,4 873,4 845,3 24,4 86,9 87,1 91,4 88,5 2,6480 897,8 883,8 914,9 898,9 15,6 94,0 92,5 95,8 94,1 1,6

Lampiran 12.Data Hasil Uji Penetrasi Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan

Suhu Kamar (Minggu 2)

Waktu(Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif PerSatuan Luas Area (μg/cm2)

% Kumulatif Difusi GlukosaminHCl

I II III Rata-rata SD I II III Rata-

rata SD

10 395,8 492,7 470,6 453,1 50,8 41,4 51,6 49,3 47,4 5,330 459,0 527,3 512,4 499,5 35,9 48,0 55,2 53,6 52,3 3,860 485,5 620,5 544,0 550,0 67,7 50,8 64,9 56,9 57,6 7,190 539,9 656,1 542,8 579,6 66,2 56,5 68,7 56,8 60,7 6,9120 609,8 664,4 604,1 626,1 33,3 63,8 69,5 63,2 65,5 3,5180 745,6 652,4 634,0 677,3 59,8 78,0 68,3 66,4 70,9 6,3240 737,1 727,1 697,4 720,6 20,6 77,2 76,1 73,0 75,4 2,2300 796,0 690,7 776,5 754,4 56,0 83,3 72,3 81,3 79,0 5,9360 817,7 770,3 855,4 814,5 42,6 85,6 80,6 89,5 85,2 4,5420 863,8 819,4 856,3 846,5 23,8 90,4 85,8 89,6 88,6 2,5480 874,7 891,6 905,6 890,6 15,4 91,6 93,3 94,8 93,2 1,6

Page 94: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

77

Lampiran 13. Data Hasil Uji Penetrasi Sediaan Gel Glukosamin PenyimpananSuhu Kamar (Minggu 4)

Waktu(Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif PerSatuan Luas Area (μg/cm2)

% Kumulatif Difusi GlukosaminHCl

I II III Rata-rata SD I II III Rata-

rata SD

10 437,4 412,5 406,9 418,9 16,2 45,8 43,2 42,6 43,8 1,730 413,9 495,8 434,6 448,1 42,6 43,3 51,9 45,5 46,9 4,560 496,3 562,7 465,4 508,2 49,7 51,9 58,9 48,7 53,2 5,290 556,8 637,3 546,6 580,3 49,7 58,3 66,7 57,2 60,7 5,2120 602,5 672,8 594,8 623,4 43,0 63,1 70,4 62,3 65,2 4,5180 610,6 752,9 638,5 667,3 75,4 63,9 78,8 66,8 69,8 7,9240 617,8 735,9 702,6 685,5 60,9 64,7 77,0 73,5 71,7 6,4300 685,2 761,0 746,4 730,8 40,2 71,7 79,6 78,1 76,5 4,2360 735,3 844,0 777,1 785,5 54,9 77,0 88,3 81,3 82,2 5,7420 792,1 832,8 857,7 827,6 33,1 82,9 87,2 89,8 86,6 3,5480 853,1 883,3 844,0 860,2 20,6 89,3 92,5 88,3 90,0 2,2

Lampiran 14. Data Hasil Uji Penetrasi Sediaan Gel Glukosamin PenyimpananSuhu Kamar (Minggu 8)

Waktu(Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif PerSatuan Luas Area (μg/cm2)

% Kumulatif Difusi GlukosaminHCl

I II III Rata-rata SD I II III Rata-

rata SD

10 398,6 409,7 384,8 397,7 12,5 41,7 42,9 40,3 41,6 1,330 420,4 465,2 488,9 458,2 34,8 44,0 48,7 51,2 48,0 3,660 500,4 500,2 561,1 520,6 35,1 52,4 52,4 58,7 54,5 3,790 547,3 541,5 663,4 584,1 68,8 57,3 56,7 69,4 61,1 7,2120 617,6 616,9 639,3 624,6 12,8 64,6 64,6 66,9 65,4 1,3180 706,7 647,8 668,1 674,2 29,9 74,0 67,8 69,9 70,6 3,1240 760,1 737,0 710,8 735,9 24,7 79,6 77,1 74,4 77,0 2,6300 795,3 754,5 746,0 765,2 26,3 83,2 79,0 78,1 80,1 2,8360 792,0 743,8 759,4 765,1 24,6 82,9 77,9 79,5 80,1 2,6420 831,4 795,0 810,9 812,4 18,2 87,0 83,2 84,9 85,0 1,9480 835,3 830,7 863,7 843,2 17,8 87,4 86,9 90,4 88,3 1,9

Page 95: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

78

Lampiran 15. Data Hasil Uji Penetrasi Sediaan Gel Glukosamin PenyimpananSuhu Tinggi (Minggu 0)

Waktu(Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif PerSatuan Luas Area (μg/cm2)

% Kumulatif Difusi GlukosaminHCl

I II III Rata-rata SD I II III Rata-

rata SD

10 384,8 434,6 440,1 419,8 30,5 40,3 45,5 46,1 43,9 3,230 441,9 488,5 486,0 472,1 26,2 46,2 51,1 50,9 49,4 2,760 509,1 488,6 569,1 522,3 41,8 53,3 51,1 59,6 54,7 4,490 537,0 570,8 560,9 556,2 17,3 56,2 59,7 58,7 58,2 1,8120 598,5 586,6 664,6 616,6 42,0 62,6 61,4 69,6 64,5 4,4180 642,3 629,7 708,5 660,2 42,3 67,2 65,9 74,2 69,1 4,4240 725,9 682,0 747,7 718,5 33,4 76,0 71,4 78,3 75,2 3,5300 779,0 716,3 781,8 759,0 37,1 81,5 75,0 81,8 79,4 3,9360 819,5 795,3 824,5 813,1 15,7 85,8 83,2 86,3 85,1 1,6420 830,1 832,4 873,4 845,3 24,4 86,9 87,1 91,4 88,5 2,6480 897,8 883,8 914,9 898,9 15,6 94,0 92,5 95,8 94,1 1,6

Lampiran 16. Data Hasil Uji Penetrasi Sediaan Gel Glukosamin PenyimpananSuhu Tinggi (Minggu 2)

Waktu(Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif PerSatuan Luas Area (μg/cm2)

% Kumulatif Difusi GlukosaminHCl

I II III Rata-rata SD I II III Rata-

rata SD

10 398,6 456,7 404,2 419,8 32,1 41,7 47,8 42,3 43,9 3,430 448,0 464,7 437,2 450,0 13,8 46,9 48,6 45,8 47,1 1,460 501,7 532,8 507,0 513,8 16,6 52,5 55,8 53,1 53,8 1,790 559,7 586,6 548,6 565,0 19,5 58,6 61,4 57,4 59,1 2,0120 553,0 625,2 585,7 588,0 36,2 57,9 65,4 61,3 61,5 3,8180 608,5 675,6 645,5 643,2 33,6 63,7 70,7 67,6 67,3 3,5240 662,8 718,8 704,3 695,3 29,1 69,4 75,2 73,7 72,8 3,0300 724,1 757,3 742,5 741,3 16,6 75,8 79,3 77,7 77,6 1,7360 762,2 821,2 778,5 787,3 30,5 79,8 86,0 81,5 82,4 3,2420 822,9 831,5 809,4 821,3 11,2 86,1 87,0 84,7 86,0 1,2480 863,1 863,0 873,6 866,6 6,1 90,3 90,3 91,4 90,7 0,6

Page 96: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

79

Lampiran 17. Data Fluks Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan Suhu Kamar(Minggu 0)

Lampiran 18. Data Fluks Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan Suhu Kamar(Minggu 2)

Waktu(Menit)

Fluks Penetrasi (μg cm-2 jam-1)

I II III Rata-rata SD

10 2308,7 2607,6 2640,8 2519 18330 883,7 977 972,0 944,3 52,560 509,1 488,6 569,1 522,3 41,890 358 380,5 373,9 370,8 11,6120 299,2 293,3 332,3 308,3 21180 214,1 209,9 236,2 220,1 14,1240 181,5 170,5 186,9 179,6 8,4300 155,8 143,3 156,4 151,8 7,4360 136,6 132,5 137,4 135,5 2,6420 118,6 118,9 124,8 120,8 3,5480 112,2 110,5 114,4 112,4 1,9

Waktu(Menit)

Fluks Penetrasi (μg cm-2 jam-1)

I II III Rata-rata SD

10 2375,1 2956,4 2823,5 2718,3 304,630 918 1054,5 1024,8 999,1 71,860 485,5 620,5 544 550 67,790 359,9 437,4 361,9 386,4 44,2120 304,9 332,2 302,1 313,0 16,6180 248,5 217,5 211,3 225,8 19,9240 184,3 181,8 174,4 180,1 5,2300 159,2 138,1 155,3 150,9 11,2360 136,3 128,4 142,6 135,7 7,1420 123,4 117,1 122,3 120,9 3,4480 109,3 111,5 113,2 111,3 1,9

Page 97: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

80

Lampiran 19. Data Fluks Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan Suhu Kamar(Minggu 4)

Lampiran 20. Data Fluks Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan Suhu Kamar

(Minggu 8)

Waktu(Menit)

Fluks Penetrasi (μg cm-2 jam-1)

I II III Rata-rata SD

10 2624,2 2474,7 2441,5 2513,5 97,330 827,8 991,5 869,2 896,2 85,160 496,3 562,7 465,4 508,2 49,790 371,2 424,9 364,4 386,8 33,1120 301,3 336,4 297,4 311,7 21,5180 203,5 251 212,8 222,4 25,1240 154,5 184 175,6 171,4 15,2300 137 152,2 149,3 146,2 8360 122,5 140,7 129,5 130,9 9,1420 113,2 119 122,5 118,2 4,7480 106,6 110,4 105,5 107,5 2,6

Waktu(Menit)

Fluks Penetrasi (μg cm-2 jam-1)

I II III Rata-rata SD

10 2391,7 2458,1 2308,7 2386,2 74,930 840,7 930,4 977,8 916,3 69,660 500,4 500,2 561,1 520,6 35,190 364,9 361 442,3 389,4 45,9120 308,8 308,5 319,7 312,3 6,4180 235,6 215,9 222,7 224,7 10240 190 184,2 177,7 184 6,2300 159,1 150,9 149,2 153 5,3360 132 124 126,6 127,5 4,1420 118,8 113,6 115,8 116,1 2,6480 104,4 103,8 108 105,4 2,2

Page 98: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

81

Lampiran 21. Data Fluks Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan Suhu Tinggi(Minggu 0)

Lampiran 22. Data Fluks Sediaan Gel Glukosamin Penyimpanan Suhu Tinggi(Minggu 2)

Waktu(Menit)

Fluks Penetrasi (μg cm-2 jam-1)

I II III Rata-rata SD

10 2308,7 2607,6 2640,8 2519 18330 883,7 977 972 944,3 52,560 509,1 488,6 569,1 522,3 41,890 358 380,5 373,9 370,8 11,6120 299,2 293,3 332,3 308,3 21180 214,1 209,9 236,2 220,1 14,1240 181,5 170,5 186,9 179,6 8,4300 155,8 143,3 156,4 151,8 7,4360 136,6 132,5 137,4 135,5 2,6420 118,6 118,9 124,8 120,8 3,5480 112,2 110,5 114,4 112,4 1,9

Waktu(Menit)

Fluks Penetrasi (μg cm-2 jam-1)

I II III Rata-rata SD

10 2391,7 2740,5 2424,9 2519 192,530 896,1 929,3 874,5 900 27,660 501,7 532,8 507 513,8 16,690 373,1 391,1 365,7 376,6 13120 276,5 312,6 292,8 294 18,1180 202,8 225,2 215,2 214,4 11,2240 165,7 179,7 176,1 173,8 7,3300 144,8 151,5 148,5 148,3 3,3360 127 136,9 129,8 131,2 5,1420 117,6 118,8 115,6 117,3 1,6480 107,9 107,9 109,2 108,3 0,8

Page 99: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

82

Lampiran 23. Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Glukosamin HCl PerLuas Area

Sampel Sediaan Gel Glukosamin HCl Mingguke- 0 yang Disimpan pada

Suhu Kamar pada Menit ke-10

Serapan menit ke 10 (y10) = 0,138

y = 0,0604x - 0,019

0,138 = 0,0604x - 0,019

x10 = 2,599

Faktor Pengenceran (FP) = Volume labu tentukur : Volume Sampling

= 25 ml : 1 ml

= 25 x

Konsentrasi terpenetrasi = x10 x Faktor Pengenceran

= 2,599 x 25

= 64,983 μg/ml

Rumus Jumlah Kumulatif Zat Aktif yang Terpenetrasi Per Luas Area :

Keterangan :

Q : Jumlah kumulatif yang terpenetrasi per luas area (μg/cm2)

Cn : Konsentrasi terpenetrasi pada menit ke-n (μg/ml)

V : Volume sel difusi (21ml)

1

1

n

iC : Jumlah konsentrasi zat pada sampling pertama (menit ke-10) hingga

sebelum menit ke-n (μg/ml)

S : Volume sampling = 1 ml

A : Luas area membran = 3,14 cm2

ASCCnV

Qn

i

1

1.

Page 100: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

83

(Lanjutan)

Q = 23,14cmml) (0x1ml) 21 x µg/ml (64,983

= 434,603 μg/cm2

%Kumulatif = (Q x A x 100%) / Kandungan zat aktif dalam sediaan

= (434,603 μg/cm2 x 3,14 cm2 x 100%) / 3000 μg

= 45,488%

Jumlah kumulatif glukosamin HCl terpenetrasi persatuan luas area pada menit ke

10 adalah 434,603 μg/cm2 dengan %kumulatif 45,488 %

Sampel Sediaan Gel Glukosamin HCl Minggu ke- 0 yang Disimpan pada

Suhu Kamar pada Menit ke-30

Serapan menit ke 10 (y30) = 0,138

y = 0,0604x - 0,019

0,150 = 0,0604x - 0,019

x30 = 2,798

Faktor Pengenceran (FP) = Volume labu tentukur : Volume Sampling

= 25 ml : 1 ml

= 25 x

Konsentrasi terpenetrasi = x10 x Faktor Pengenceran

= 2,798 x 25

= 69,950 μg/ml

Rumus Jumlah Kumulatif Zat Aktif yang Terpenetrasi Per Luas Area :

ASCCnV

Qn

i

1

1.

Page 101: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

84

Keterangan :

Q : Jumlah kumulatif yang terpenetrasi per luas area (μg/cm2)

Cn : Konsentrasi terpenetrasi pada menit ke-n (μg/ml)

V : Volume sel difusi (21ml)

1

1

n

iC : Jumlah konsentrasi zat pada sampling pertama (menit ke-10) hingga

sebelum menit ke-n (μg/ml)

S : Volume sampling = 1 ml

A : Luas area membran = 3,14 cm2

Q = 23,14cmml) x1µg/ml (64,983ml) 21 x µg/ml (69,950

= 488,516 μg/cm2

%Kumulatif = (Q x A x 100%) / Kandungan zat aktif dalam sediaan

= (488,516 μg/cm2 x 3,14 cm2 x 100%) / 3000 μg

= 51,131%

Jumlah kumulatif glukosamin HCl terpenetrasi persatuan luas area pada menit ke

30 adalah 488,516 μg/cm2 dengan %kumulatif 51,131 %

Page 102: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

85

Lampiran 24. Contoh Perhitungan Fluks Penetrasi Kumulatif Glukosamin HCl

Sampel Sediaan Gel Glukosamin HCl Mingguke- 0 yang Disimpan pada

Suhu Kamar pada Menit ke-120

Kecepatan penetrasi glukosamin HCl (fluks, J, μg cm-2 jam-1) dihitung dengan

rumus :

Keterangan :

J : Fluks (μg cm-2 jam-1)

S : Luas area difusi (cm2)

M : Jumlah kumulatif zat yang melalui membran (μg)

T : Waktu (jam)

Diketahui :

M/S = 586,588 μg/cm2

t = 2 jam

Maka :

J = 586,588 μg/cm2 / 2 jam

= 293,294 μg cm-2 jam-1

Kecepatan penetrasi glukosamin HCl pada jam ke-2 adalah 293,294 μg cm-2 jam-1

tQ

sxtMJ

Page 103: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

86

Lampiran 25. Hasil Uji Statistik Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl TerpenetrasiPer Luas Area (Suhu Kamar)

Uji Normalitas Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Ter Penetrasi pada Jam

ke-8

Tests of Normality

Minggu

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Juml.Kumulatif 0 .194 3 . .997 3 .888

2 .192 3 . .997 3 .896

4 .301 3 . .912 3 .424

8 .338 3 . .853 3 .248

a. Lilliefors Significance Correction

Keterangan : Signifikansi >0,05 data terdistribusi secara normal

Uji Homogenitasi Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Ter Penetrasi pada

Jam ke-8

Test of Homogeneity of Variances

Juml.Kumulatif

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.275 3 8 .842

Keterangan : Signifikansi > 0,05 data terdistribusi secara homogen

Page 104: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

87

Uji ANOVA Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Ter Penetrasi pada Jam

ke-8

ANOVA

Juml.Kumulatif

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 6089.661 3 2029.887 6.625 .015

Within Groups 2451.273 8 306.409

Total 8540.935 11

Keterangan : Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna;

Signifikansi > 0,05 data tidak berbeda secara bermakna

Page 105: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

88

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Juml.Kumulatif

LSD

(I) Minggu (J) MingguMean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

0 2 8.216667 14.292403 .581 -24.74167 41.17501

4 38.666333* 14.292403 .027 5.70799 71.62467

8 55.627000* 14.292403 .005 22.66866 88.58534

2 0 -8.216667 14.292403 .581 -41.17501 24.74167

4 30.449667 14.292403 .066 -2.50867 63.40801

8 47.410333* 14.292403 .011 14.45199 80.36867

4 0 -38.666333* 14.292403 .027 -71.62467 -5.70799

2 -30.449667 14.292403 .066 -63.40801 2.50867

8 16.960667 14.292403 .269 -15.99767 49.91901

8 0 -55.627000* 14.292403 .005 -88.58534 -22.66866

2 -47.410333* 14.292403 .011 -80.36867 -14.45199

4 -16.960667 14.292403 .269 -49.91901 15.99767

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keterangan : Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna;

Signifikansi > 0,05 data tidak berbeda secara bermakna

Page 106: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

89

Lampiran 26. Hasil Uji Statistik Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl TerpenetrasiPer Luas Area (Suhu Tinggi)

Uji Normalitas Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Ter Penetrasi pada Jam

ke-8

Tests of Normality

Minggu

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Juml.Kumulatif 0 .194 3 . .997 3 .888

2 .381 3 . .759 3 .021

a. Lilliefors Significance Correction

Keterangan : Signifikansi >0,05 data terdistribusi secara normal

Uji Wilcoxon Jumlah Kumulatif Glukosamin HCl Ter Penetrasi pada Jam

ke-8

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Juml.Kumulatif.2 -Juml.Kumulatif.0

Negative Ranks 3a 2.00 6.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 3

a. Juml.Kumulatif.2 < Juml.Kumulatif.0

b. Juml.Kumulatif.2 > Juml.Kumulatif.0

c. Juml.Kumulatif.2 = Juml.Kumulatif.0

Page 107: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

90

Test Statisticsa

Juml.Kumulatif.2 -

Juml.Kumulatif.0

Z -1.604b

Asymp. Sig. (2-tailed) .109

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

Keterangan : Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna;

Signifikansi > 0,05 data tidak berbeda secara bermakna

Page 108: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

91

Lampiran 27. Hasil Uji Statistik Fluks Penetrasi Glukosamin HCl (Suhu Kamar)

Uji Normalitas Fluks Penetrasi Glukosamin HCl pada Jam ke-8Tests of Normality

Minggu

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Fluks 0 .194 3 . .997 3 .888

2 .192 3 . .997 3 .896

4 .301 3 . .912 3 .426

8 .338 3 . .853 3 .248

a. Lilliefors Significance Correction

Keterangan : Signifikansi >0,05 data terdistribusi secara normal

Uji Homogenitasi Fluks Penetrasi Glukosamin HCl pada Jam ke-8

Test of Homogeneity of Variances

Fluks

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.271 3 8 .845

Keterangan : Signifikansi > 0,05 data terdistribusi secara homogen

Page 109: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

92

Uji ANOVA Fluks Penetrasi Glukosamin HCl pada Jam ke-8

ANOVA

Fluks

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 95.204 3 31.735 6.645 .015

Within Groups 38.204 8 4.776

Total 133.408 11

Keterangan : Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna;

Signifikansi > 0,05 data tidak berbeda secara bermakna

Page 110: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

93

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Fluks

LSD

(I) Minggu (J) MingguMean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

0 2 1.027000 1.784287 .581 -3.08757 5.14157

4 4.838667* 1.784287 .027 .72409 8.95324

8 6.953333* 1.784287 .005 2.83876 11.06791

2 0 -1.027000 1.784287 .581 -5.14157 3.08757

4 3.811667 1.784287 .065 -.30291 7.92624

8 5.926333* 1.784287 .011 1.81176 10.04091

4 0 -4.838667* 1.784287 .027 -8.95324 -.72409

2 -3.811667 1.784287 .065 -7.92624 .30291

8 2.114667 1.784287 .270 -1.99991 6.22924

8 0 -6.953333* 1.784287 .005 -11.06791 -2.83876

2 -5.926333* 1.784287 .011 -10.04091 -1.81176

4 -2.114667 1.784287 .270 -6.22924 1.99991

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keterangan : Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna;

Signifikansi > 0,05 data tidak berbeda secara bermakna

Page 111: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

94

Lampiran 28. Hasil Uji Statistik Fluks Penetrasi Glukosamin HCl (Suhu Tinggi)

Uji Normalitas Fluks Penetrasi Glukosamin HCl pada Jam ke-8

Tests of Normality

Minggu

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Fluks 0 .194 3 . .997 3 .888

2 .381 3 . .760 3 .021

a. Lilliefors Significance Correction

Keterangan : Signifikansi >0,05 data terdistribusi secara normal

Uji Wilcoxon Fluks Penetrasi Glukosamin HCl pada Jam ke-8

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Fluks.Minggu2 -Fluks.Minggu0

Negative Ranks 3a 2.00 6.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 3

a. Fluks.Minggu2 < Fluks.Minggu0

b. Fluks.Minggu2 > Fluks.Minggu0

c. Fluks.Minggu2 = Fluks.Minggu0

Page 112: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

95

Keterangan : Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna;

Signifikansi > 0,05 data tidak berbeda secara bermakna

Test Statisticsa

Fluks.Minggu2 -Fluks.Minggu0

Z -1.604b

Asymp. Sig. (2-tailed) .109

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

Page 113: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

96

Lampiran 29. Sertifikat Analisa Glukosamin Hidroklorida

Page 114: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

97

Lampiran 30. Sertifikat Analisa Kitosan

Page 115: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

98

Lampiran 31. Sertifikat Analisa Dietil Eter

Page 116: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

99

Lampiran 32. Sertifikat Analisa Natrium Asetat

Page 117: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

100

Lampiran 33. Sertifikat Analisa TEA

Page 118: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

101

Lampiran 34. Sertifikat Analisa Natrium Hidroksida

Page 119: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

102

Lampiran 35. Sertifikat Analisa Tween 80

Page 120: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

103

Lampiran 36. Sertifikat Analisa Metil Paraben

Page 121: UINSYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42262/2/PUSPITASARI-FIKES.pdf · penanganan osteoartritis adalah glukosamin. Glukosamin merupakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

104

Lampiran 37. Sertifikat Analisa Propilparaben