Uas Pai Mku 2015 - Aas
-
Upload
dimitri-prahesti -
Category
Documents
-
view
235 -
download
1
description
Transcript of Uas Pai Mku 2015 - Aas
NAMA : MUAMMAROTUL AZIZAH
NIM : 150110101094
FAK/PRODI : SASTRA/SASTRA INGGRIS
UAS MKU AGAMA
1. Sebagai umat muslim kita memerlukan belajar secara teratur. Belajar dalam Islam
bertujuan agar kita dapat ilmu untuk hidup di dunia dan memperoleh bekal untuk di
akhirat. Hal-hal penting tentang ilmu yang harus kita pelajari nantinya akan
berpengaruh dan dapat menjadi pegangan kita selama hidup di dunia yaitu dengan
ilmu kita dapat mencari nafkah untuk kebutuhan hidup. Ilmu menempati kedudukan
yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat dari banyaknya ayat al-
Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya
disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk
terus menuntut ilmu.
Menurut Al-Gazali, perincian klasifikasi ilmu yakni sebagai berikut :
a. Ilmu teoritis dan ilmu praktis
Ilmu teoritis adalah ilmu yang menjadikan keadaan-keadaan yang wujud
diketahui sebagaimana adanya. Ilmu praktis berkenaan dengan tindakan-
tindakan manusia untuk memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Contoh: Ilmu tentang norma-norma dan perilaku dalam lingkungan
bermasyarakat
b. Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai
Ilmu yang dihadirkan adalah bersifat langsung, serta merta, suprarasional
(diatas atau diluar jangkauan akal), intuitif (berdasar bisikan hati), dan
kontemplatif (bersifat renungan). Dia biasa menyebut dengan ilmu ladunni.
Ilmu yang dicapai adalah ilmu yang dicapai oleh akal pikiran manusia (ilmu
insani).
Contoh: ilmu yang menggunakan logika dan bukti pengetahuan
c. Ilmu keagamaan dan ilmu intelektual
Ilmu keagamaan adalah ilmu-ilmu yang diperoleh dari para nabi, tidak hadir
dari akal pikiran manusia biasa. Ilmu intelektual adalah berbagai ilmu yang
dicapai atau diperolek melalui kemampuan intelek (daya atau kecerdasan
berpikir).
Contoh: Ilmu yang bersumber/diperoleh dari penelitian
d. Ilmu fardu ‘ain dan ilmu fardu kifayah
Ilmu fardu ‘ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim
dan muslimah. Ilmu fardu kifayah lebih kepada hal-hal yang merupakan
perintah ilahi yang bersifat mengikat komunitas ( kelompok orang ) muslim
dan muslimat menjadi satu kesatuan.
Contoh: mempelajari Al-qur’an dan hadist
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap manusia, dan akan ditinggikan beberapa derajat
kedudukannya bagi orang-orang yang menuntut ilmu. Hal ini diterangkan pada salah satu
ayat Al-qur’an yang berbunyi:
a)
ج�ات� د�ر� م� ع�ل ال �وا وت� أ �ذ�ين� و�ال �م ك م�ن �وا ء�ام�ن �ذ�ين� ال �ه� الل ف�ع� �ر ي
"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan
orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat." (Al-Mujaadilah:11)
Suatu Hadist juga menerangkan bahwa ilmu juga memiliki peran penting dalam islam.
b) Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
ن� الد ي ف�ي �ف�ق هه� ي ا ر& ي خ� �ه� ب الله� �ر�د� ي م�ن"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, niscaya Allah akan pahamkan dia
tentang agama(nya)." (Muttafaqun 'alaih)
Pemahaman terhadap agama merupakan di antara kebaikan yang terbesar yang Allah
berikan kepada hamba-hamba-Nya. Dan orang yang tidak mau tafaqquh fiddiin
(mempelajari dan memahami agamanya) berarti telah diharamkan dari berbagai kebaikan.
c) Seorang sahabat nabi, Ali bin Abi Thalib ra. berkata kepada Kumail :
“Hai Kumail!!! Ilmu itu lebih baik dari pada harta, Ilmu menjaga kamu dan kamu menjaga
harta. Ilmu itu penghukum dan harta itu terhukum, Harta berkurang jika dibelanjakan dan
ilmu bertambah jika dibelanjakan (diamalkan)
d) Berkata Mujahid: Allah menganugrahkan Al-Hikmah, yaitu ilmu dan
pemahamannya. (Akhlaaqul 'Ulamaa`, Al-Imam Abu Bakr Al-Ajurriy hal.9)
2. Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq
A. Pengertian Aqidah Islam
Baiklah mari kita kaji bersama tentang Aqidah Islam, bahwa aqidah berasal dari
kata - - عقيدة يعقد artinya kepercayaan atau keyakinan. Sedangkan pengertian عقد
aqidah Islam menurut istilah adalah sesuatu yang dipercaya dan diyakini
kebenarannya oleh hati manusia, sesuai dengan ajaran Islam dengan berpedoman
kepada al-Quran dan Hadits.
Nah, setelah kalian memahami pengertian aqidah Islam, berikutnya memahami
cakupan aqidah Islam.
Bahwa aqidah Islam yang bersumber dari alquran dan hadits cakupannya meliputi:
- Kepercayaan akan adanya Allah swt dengan segala sifat-sifat-Nya, yakni sifat
wajib, sifat mustahil dan sifat jaiz, serta wujudnya yang dapat dibuktikan dengan
keteraturan dan keindahan alam semesta ini.
- Kepercayaan tentang alam gaib; percaya akan adanya alam di balik alam nyata
ini yang tidak bisa diamati oleh indra manusia. Demikian pula makhluq-makhluq
yang ada di dalamnya seperti malaikat, jin dan ruh.
- Kepercayaan kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul-Nya.
Kitab-kitab tersebut diturunkan agar manusia dapat menjadikannya pedoman dalam
mengarungi alam beserta segala problematikanya. Dengan menggunakan pedoman
tersebut maka manusia dapat membedakan yang baik dan yang buruk, serta yang
halal dan yang haram.
- Kepercayaan kepada para rasul Allah yang diutus dan dipilih untuk memberi
petunjuk dan bimbingan kepada manuisa agar melakukan hal hal yang baik dan
benar.
- Kepercayaan kepada hari akhir serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat
itu, seperti hari kebangkitan (Ba’ats), adanya pahala dan dosa, surga dan neraka.
- Kepercayaan kepada qadha dan qadar Allah tentang segala sesuatu yang terjadi
di alam semesta ini.
B. Prinsip Aqidah Islam
Setelah kalian memahami pengertian dan ruang lingkup aqidah Islam, perlu kalian
pahami tentang prinsip-prinsip aqidah Islam, yaitu :
1. Aqidah Islam sebagai sesuatu yang diwahyukan Allah
Aqidah Islam itu bersumber dari wahyu Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril
kepada Rasulullah SAW, untuk diajarkan kepada ummatnya dan terpelihara
kemurniaannya sampai hari akhir zaman.
Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa perasaan atau pemikiran Nabi Muhammad
SAW sendiri, akan tetapi merupakan ajaran langsung dari Allah SWT sebagaimana
yang disebutkan di dalam al-Quran, surat al-Najm ayat 3-4 yang artinya :
”Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. Al-
Najm:3-4)
Dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad adalah benar-benar wahyu adanya, bukan sebuah rekayasa atau
buatan Nabi sendiri.
2. Aqidah Islam pada dasarnya tidak berbeda dengan aqidah yang diajarkan oleh
para Nabi terdahulu
Nabi dan Rasul bertugas menyampaikan ajaran-ajaran Allah, oleh karena sumber
ajaran yang dibawakan oleh para nabi dan rasul itu adalah satu, yaitu berasal dari
Allah, maka isi ajaran yang diajarkan sejak nabi Adam hingga Nabi Muhammad
adalah sama, yaitu Islam. Sehingga di antara mereka tidak ada perbedaan dalam
mengajarkan aqidah kepada ummatnya.
Allah berfirman dalam surat al-Syura, ayat 13 yang artinya :
“Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang
Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan
janganlah kamu berpecah belah tentangnya. .... (QS. As-Syura:13)
Agama yang dimaksud di sini adalah mengesakan Allah, beriman kepada-Nya. Jadi
jelas bahwa aqidah Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad adalah sama seperti
yang diajarkan oleh para nabi dan rasul terdahulu.
Perbedaan ajaran para nabi dan rasul terdahulu itu hanya terletak pada syari’at-
syari’atnya yang berupa amalan-amalan. Perbedaan syari’at itu terjadi karena
perbedaan situasi, cara berfikir, kondisi sosial yang ada, dan sesuai dengan
cara pandang msyarakat pada masanya.
3. Aqidah Islam melurusan aqidah-aqidah yang diselewengkan
Aqidah Islam yang dibawa dan diajarkan Nabi Muhammad bukan aqidah yang baru
atau merombak aqidah yang diajarkan para nabi dan rasul terdahulu. Melainkan
hanya meluruskan aqidah yang dibawa mereka setelah diselewengkan oleh
umatnya terdahulu.
Aqidah yang diselewengkan misalnya, adalah penyelewengan yang dilakukan oleh
orang-orang yahudi terhadap nabi Sulaiman putra Dawud, mereka menuduh nabi
Sulaiman menghimpun kitab yang mengandung sihir dan disimpannya di bawah
tahtanya, kemudian dikeluarkan dan disiarkan. Dalam usaha mengacaukan ajaran
Islam (aqidah Islam), orang-orang yahudi berusaha menyebarkan sihir yang mereka
anggap berasal dari bani Sulaiman. Padahal sebenarnya nabi Sulaiman tidak
mengajarkan atau mempraktikkan sihir. Beliau jelas mengetahui dan memahami
bahwa perbuatan sihir adalah termasuk pengingkaran terhadap Allah Azza wa Jalla.
Sebab sihir sebenarnya adalah tipuan dan muslihat yang hanya dilakukan oleh
setan.
Dalam hal ini Allah berfirman dalam Qs. Al-Baqoroh : 102 yang artinya :
“dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan
Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal
Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir
(mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang
keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:
"Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir….".
(Qs. Al-Baqoroh : 102)
Contoh lain dari penyelewengan aqidah adalah penyimpangan orang-orang yahudi
dan nasrani dalam memahami Isa al-Masih. Islam menjelaskan bahwa nabi Isa
adalah putra Maryam yang diangkat oleh Allah menjadi rasul-Nya. Isa adalah anak
suci dan bukan anak zina seperti yang dituduhkan oleh orang-orang Yahudi. Beliau
juga manusia biasa yang memiliki kelebihan, dan kemudian diangkat oleh Allah
menjadi rasul-Nya. Beliau juga bukan Tuhan seperti yang dituduhkan orang Nasrani
kepadanya.
Orang yahudi mengingkari keberadaan nabi Isa. Mereka menuduh Maryam
melakukan zina dengan seorang yang bernama Yusuf al-Najjar, sehingga
melahirkan Isa. Mereka menuduh Isa adalah anak zina.
Selain itu orang yahudi dan nasrani melakukan kesalahan, karena mengakui telah
membunuh dan melakukan penyaliban terhadap Isa putra Maryam, padahal mereka
sebetulnya tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya. Akan tetapi yang
mereka bunuh dan disalib adalah orang yang diserupakan Isa bernama Yudas
Iskariot bekas muridnya.
Jelaslah bahwa Islam datang untuk meluruskan penyelewengan-penyelewengan
aqidah yang dilakukan oleh ummat terdahulu. Islam memberikan informasi dan
pengukuhan bahwa aqidah Islam adalah aqidah atau keyakinan yang benar dan
lurus serta wajib untuk dianut dan dipertahankan oleh seluruh ummat manusia.
Dalil dari
1. Qur’an :
Qs. Ar-Ruum 20-25
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia
�ذ�ا إ �م� ث اب� �ر� ت م�ن �م �ق�ك ل خ� �ن أ �ه� �ات آي ر2 و�م�ن �ش� ب �م ت ن� أ 20
menciptakan kamu dari
tanah, kemudian tiba-tiba
kamu (menjadi) manusia
yang berkembang biak.
ون� ر� �ش� ت �ن ت
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-
istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-
Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang.
Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir.
�م ك ف�س� ن� أ م�ن �م �ك ل �ق� خ�ل �ن أ �ه� �ات آي و�اج&ا و�م�ن ز
� أ
�ن� إ حم�ة& و�ر� م�و�د�ة& �م �ك ن �ي ب و�ج�ع�ل� ه�ا �ي �ل إ �وا �ن ك �س �ت ف�ي ل
ون� �ر� �ف�ك �ت ي � �ق�وم ل �ات� آلي �ك� ذ�ل
21
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan
bumi dan berlain-lainan
bahasamu dan warna
kulitmu. Sesungguhnya
pada yang demikian itu
benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-
�م �ك �ت ن س� ل� �الف�أ ت و�اخ و�األرض� م�او�ات� الس� خ�لق� �ه� �ات آي و�م�ن
�ات� آلي �ك� ذ�ل ف�ي �ن� إ �م �ك و�ان ل� �م�ين� و�أ ع�ال �ل ل
22
orang yang mengetahui.
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah
tidurmu di waktu malam
dan siang hari dan
usahamu mencari sebagian
dari karunia-Nya.
Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang mendengarkan.
�ه�ار� و�الن ل� �ي �الل ب �م �ام�ك م�ن �ه� �ات آي م�ن و�م�ن �م �غ�اؤ�ك ت و�اب
� �ق�وم ل �ات� آلي �ك� ذ�ل ف�ي �ن� إ �ه� م�ع�ون� ف�ضل �س ي
23
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya, Dia
memperlihatkan kepadamu
kilat untuk (menimbulkan)
ketakutan dan harapan,
dan Dia menurunkan air
hujan dari langit, lalu
menghidupkan bumi
dengan air itu sesudah
matinya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu
benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum
yang mempergunakan
akalnya.
و�ط�م�ع&ا خ�وف&ا ق� �ر ب ال �م� �ر�يك ي �ه� �ات آي م�ن� و�م�ن ل� �ز �ن و�ي
�ن� إ �ه�ا م�وت �عد� ب األرض� �ه� ب �ي ي �ح ف�ي م�اء& م�اء� �ك� الس� ذ�ل ف�ي
�ون� �عق�ل ي � �ق�وم ل �ات� آلي
24
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah
berdirinya langit dan bumi
dengan iradah-Nya.
Kemudian apabila Dia
memanggil kamu sekali
panggil dari bumi, seketika
itu (juga) kamu keluar (dari
kubur).
و�األرض� م�اء� الس� �ق�وم� ت ن� أ �ه� �ات آي �ذ�ا و�م�ن إ �م� ث مر�ه�
� �أ ب
�م ت ن� أ �ذ�ا إ األرض� م�ن� د�عو�ة& �م ج�ون� د�ع�اك �خر� ت
25
2. Al Sunnah (Al Hadis)
� آن� أوت�يت إ�ن�ى أ�ال ر� ث�ل�ه ال�ق م� ع�ه و� م�
“Ketahuilah sesungguhnya aku telah diberikan al-Qur-an
dan yang semisal dengannya (as-Sunnah).” (HR. Abu
Dawud, at-Tirmidzi, Hakim dan beliau menshahihkannya
serta diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad dengan sanad
yang shahih sebagaimana yang disebutkan oleh al-Albani
dalam kitab al-Hadits Hujjatun Binafsihi).
3. Atsar (Perkataan Sahabat)
Al-Imam ‘Ali ibn Abi Thalib (w 40 H) berkata:
�ان ك ه ع�لي م�ا ع�ل�ى اآلن� و�ه�و� �ان م�ك � و�ال الله� �ان� ك“Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, dan Dia Allah sekarang -setelah
menciptakan tempat- tetap sebagaimana pada sifat-Nya yang azali; ada tanpa tempat”
(Diriwayatkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bain al-Firaq, h.
333).
Beliau juga berkata:
�ه� �ذ�ات ل &ا �ان م�ك Sخ�ذه� �ت ي �م و�ل ته� �ق�در� ل ا ظه�ار& إ الع�رش� ل�ق� خ� الله� Sإن“Sesungguhnya Allah menciptakan ‘arsy (makhluk Allah yang paling besar
bentuknya) untuk menampakan kekuasaan-Nya, bukan untuk menjadikan
tempat bagi Dzat-Nya” (Diriwayatkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi
dalam al-Farq Bain al-Firaq, h. 333).
4. Qaul (Perkataan Ulama-ulama Salaf)
Al-Imâm al-Mujtahid Abu Hanifah an-Nu’man ibn Tsabit (w 150 H), salah
seorang ulama Salaf terkemuka perintis madzhab Hanafi, berkata:
Sة، �م ي ك � و�ال ه� �ي ب �ش ت � �ال ب ه�م ؤ�وس� ر� �ن� �أعي ب Sة� ن ج� ال ف�ي و�ه�م �ون� م�ؤم�ن ال اه� �ر� وي ة، اآلخ�ر� ف�ي ى �ر� ي �ى �ع�ال ت و�الله
اف�ة م�س� ق�ه� ل خ� ن� �ي و�ب �ه� �ين ب �ون� �ك ي � و�ال
“Allah di akhirat kelak akan dilihat. Orang-orang mukmin akan melihat-Nya ketika
mereka di surga dengan mata kepala mereka masing-masing dengan tanpa
adanya keserupaan bagi-Nya, bukan sebagai bentuk yang berukuran, dan tidak
ada jarak antara mereka dengan Allah (artinya bahwa Allah ada tanpa tempat,
tidak di dalam atau di luar surga, tidak di atas, bawah, belakang, depan, samping
kanan ataupun samping kiri)”[1].
Beliau juga berkata dalam kitabnya al-Washiyyah:
" ح�ق]" ج�ه�ة� � و�ال ه� �ي ب �ش ت � و�ال ف� �ي ك �ال ب Sة� ن ج� ال ألهل� �ع�ال�ى ت الله� �ق�اء� و�ل
“Penduduk surga kelak akan melihat Allah dengan tanpa adanya keserupaan dan
tanpa adanya arah bagi-Nya. Dan ini adalah suatu yang haq”[2].
Juga berkata:
: �ع�ال�ى؟" ت الله� ن� أي ل� ق�ي �و ل ت� ي� أ ر�� أ �ان� : ق�لت� م�ك � و�ال �ع�ال�ى ت الله� �ان� ك �ه� ل �ق�ال� ي ـ ف�ة� �ي ن ح� �و أب أي ـ ف�ق�ال�
" ىء� ش� �ل ك �ق� خ�ال و�ه�و� ىء2، ش� � و�ال خ�لق2 � و�ال ن� ي� أ �ن �ك ي �م و�ل �ع�ال�ى ت الله� �ان� و�ك ق�، ل خ� ال �ق� �خل ي أن ل� ق�ب
“Aku katakan: Tahukah engkau jika ada orang berkata: Di manakah Allah? Jawab:
Dia Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, Dia ada sebelum segala
makhluk-Nya ada. Allah ada tanpa permulaan sebelum ada tempat, sebelum ada
makhluk dan sebelum segala suatu apapun. Dan Dia adalah Pencipta segala
sesuatu”[3].
Syari’at
1. Pengertian syari’at.
Syariat secara harfiah mengandung pengertian jalan menuju tempat keluarnya
air minum atau jalan lurus yang harus diikuti. Sedangkan menurut istilah berarti
hokum-hukum atau aturan-aturan Allah yang ditetapkan untuk diikuti.
2. Prinsip-prinsip syari’at.
Dalam menjalankan syariat, ada beberapa rambu-rambu yang dijadikan
pedoman pelaksanaan yang disebut prinsip atau pegangan. Di antaranya adalah:
a. Tidak memberatkan.
b. Menyedikitkan beban.
c. Penetapan hukumnya secara bertahap.
d. Memperhatikan kemaslahatan umat.
e. Keadilan yang merata.
3. Tujuan (maqashid) syari’at islam.
Penerapakan syari’at islam agar tidak keluar dari sasaran, maka perlu
diarahkan maqashid syari’at islam. Di antaranya adalah :
a. Memelihara agama (hifzhul-din).
Maksudnya adalah setiap induvidu berkewajiban untuk menjaga dan memelihara
tegaknya syari’at agama islam. Adanya syari’at islam tidak lain untuk dijadikan
pedoman hidup, yang mengatur hubungan hamba dengan khaliq, hamba dengan
sesame dan makhluk lain yang Allah ciptakan. Sehingga hidup dan kehidupan
makhluk di alam semesta ini bisa berjalan secara harmonis dalam ketentuan Allah
Ta’ala.
�اؤ�ا و�ب �اس� الن م ن� ل� ب و�ح� الله� م ن� ل� ب �ح� �ب �ال ا �ق�ف�وا ث �م�ا ن �ي ا �ة� الذ ل ه�م� �ي ع�ل �ت ض�ر�ب
ون� ف�ر� �ك ي �وا �ان ك �ه�م �ن �ا ب �ك� ذ�ال �ة� �ن ك م�س ال ه�م� �ي ع�ل �ت و�ض�ر�ب الله� م ن� �غ�ض�ب� ب
�د�ون� �عت ي �وا �ان و�ك ع�ص�وا �م�ا ب �ك� ذ�ال gح�ق ر� �غ�ي ب �اء� �ي ب �ن ال ا �ون� �ل �قت و�ي الله� �ات� �اي �ا ب
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan
mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.
Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para
nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
melampaui batas.” (Q.S. Ali Imran, 3:112).
Ketika manusia tidak mampu mengatur dirinya, maka sudah tentu mereka tak akan
mampu mengurus orang lain. Sehingga mereka membutuhkan tali pegangan yang
dapat menyelamatkan dari kehinaan hidup di dunia, terlebih di akhirat nanti.
Namun jika tali pegangan itu dihiraukan, maka mereka akan tampil laksana binatang
yang sesat dan celaka (Q. S. Thaha, 20:123). Ingatlah bahwa tali pegangan itu
adalah syari’at agama Allah (Q.S. Ali Imran, 3:85).
b. Memelihara jiwa (hifzhul-nafs).
Maksudnya setiap induvidu berkewajiban untuk menjaga dirinya (jiwa). Tidaklah
Allah mensyari’atkan ihwal hifzhul nafs, melainkan di sana ada hak-hak jiwa yang
dipayungi hokum Allah dan dijaminNya (Q.S. Al-Isra’, 17:33). Bahwa setiap jiwa ada
ajalnya, barangsiapa yang merebut jiwa seseorang, berarti ia sudah merebut hak
Sang Pemilik (Q.S. Al-Mujadalah, 63:11).
c. Memelihara akal (hifzhul-aql).
Maksudnya setiap induvidu berkewajiban menjaga akalnya, karena ia sebagai syarat
dalam taklif syar’iy. Jika tidak ada, maka ia tidak termasuk golongan yang ditaklif.
Dengan akal mereka mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang
hak dari yang batil.
ج�ت�ى � �م �ائ و�الن ق� �ف�ي ي �ى ت ح� �ون� ن ج� و�ال �غ� ل �ب ي �ى ت ح� �ي الص�ب �ة� �ث �ال ث ع�ن �م� لق�ل ا ف�ع� ر�
ق�ظ� �ي ت �س ي
“Pena akan diangkat dari 3 golongan: anak kecil hingga dewasa (baligh), orang gila
sampai sadarkan, dan orang yang tidur sampai ia bangun.”
d. Memelihara keturuan (hifzhul-nasl).
Yakni kewajiban menjaga keturunan yang baik. Karena kekuatan islam dapat
terwujud mulai dari pendidikan keluarga, lalu masyarakat dari lingkup terkecil sampai
terbesar. Dengan nasl baik, maka nilai-nilai kebaikan akan terus terpelihara, bumi
akan lestari dan makmur di tangan manusia-manusia yangberiman dan bertaqwa.
Firman Allah QS. Al Baqarah: 180:
﴿ �ك ن� ي� ق� � ن م ي� ا ن�ى ن� ق�ا ن� ق� ي� م� ي� ن ي� ق�ا ن� ي� ق� ن� ي� ن�� يال ن� ق� �ي �ن ق� ن�ا ي� ق� م � ن ق! ن� يا� ق�ا ي� ن" ن# ن� ن$ ي% ق&ا م' ي� ن ي� ا م) م( �ن ن� ن�ا ن� ن* ن� ن+ا ق&ا ي) م, ي� ن� ن� ن- ق$
١٨٠﴾
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)
maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib
kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
(180)”
e. Memelihara harta (hifzhul-mal).
Maksudnya bahwa harta merupakan bagian yang integral dengan pentaklifan
syari’at. Harta merupakan kebutuhan manusia yang tidak akan pernah putus selama
roda bumi ini berputar (Q.S. Ali Imra, 3:14).
Untuk itulah Syaari’ menetapkan bagaimana mengatur harta seadil-adilnya, seperti
yang dicontohkan dalam firman Allah QS. An Nisa, 4: 7,
قا ق�0ب ن1 ن� م2 ن( ي� ن�ا م3 ي4 ق5 ن6 ن� ا ن ق5 ن% م�� ن� ي� ن�� ن�ال ق% ن�ا ق� ن�ا ي� ا ن# ن� ن$ ا ن م5 ب- ق�0 ن1 ن:اء م4 ق�� ن� ن% م�� ن� ي� ن�� ن�ال ق% ن�ا ق� ن�ا ي� ا ن# ن� ن$ ا ن م5 ب- ق� ن01 ق; ن>ا م� م�� ﴿ قا م��ض ي< 5 ٧ن ﴾
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan
bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya,
baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. (007)”
Dalil
1. Al-Qur’an
ن� .2 م� ن� ن� ن�ا نا ن� م� ه� ن� ن�ا م� ن�ا م� م� � ن ن� ن� ن�ل ه� الل �ن �ن م� ن�ا نا م م� ه! ن" م# ن م� ه$ م% ن&ا ﴿
ق(﴾ ن+ مل ا
“Maka putuskan hukum di antara mereka menurut apa yang diturunkan Alloh,
dan jangan menuruti hawa nafsu mereka untuk meninggalkan kebenaran yang
telah diturunkan padamu…” (QS. Al-Maidah: 48)
﴿ أول�ئ�ك� ف� الله ل� �ن�ز� أ ا ب�م� كم� ي�ح� ل�م� و�م�ن�
و�ن� ر ال�ك�اف� ﴾هم
“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang telah Alloh turunkan,
maka mereka itu orang-orang kafir”(QS.Al-Maidah: 44)
﴿ أول�ئ�ك� ف� الله ل� �ن�ز� أ ا ب�م� كم� ي�ح� ل�م� و�م�ن�
و�ن� الظ*ال�م ﴾هم
"Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang telah Alloh turunkan,
maka mereka itu orang-orang zalim")QS.Al-Maidah: 45(
ن,﴾ م� ه- م. ن/ا مل ا ه� ه� ن0 م1 نل ه�ا� ن& ه� الل �ن �ن م� ن�ا نا م م� ه$ م+ ن2 م� نل م� ن� ن� ﴿
"Dan barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang telah Alloh
turunkan, maka mereka itu orang-orang fasik" )QS. Al-Maidah: 47(
الله� .3 أ�ط�يعوا نوا ء�ام� ال*ذ�ين� ا �ي1ه� ﴿ي�اأ
م�ن�كم� م�ر�و�أول�يا�أل� ط�يعواالر*سول�
و�أ�
“Wahai orang-orang beriman, patuhlah kepada Alloh, patuhlah kepada Rosul
danorang-orang yang memerintah (Ulil Amri) diantara kamu (Kaum
muslimin)” (QS. An-Nisa: 59)
﴿ كموا ت�ح� أ�ن� الن*اس� ب�ي�ن� تم� ك�م� ح� �ذ�ا إ و�
﴾ب�ال�ع�د�ل�
. Jika kamu menghukumi di antara manusia, maka hukumilah kamu dengan
(hukuman) yang adil" )QS. An-Nisa: 58(
2. Al Sunnah (Al Hadis)
�ل� : ع أ س� & ج�ال ر� ن�� أ ه�م�ا ع�ن الله� ض�ي� ر� ص�ار�ي ن
� األ الله� د� ع�ب ن� ب �ر اب ج� الله� د� ع�ب �ي ب� أ �ن
و�ص�مت� : ، �ات� �وب ت لم�ك ا ت� �ي ص�ل �ذ�ا إ ت� ي� أ ر�� أ ف�ق�ال� �م� ل و�س� ه� �ي ع�ل الله� ص�ل�ى الله� ول� س� ر�
؟ �ة� ن ج� ال �دخ�ل� �أ أ ،& ئا ي ش� ذ�ل�ك� ع�ل�ى ز�د� أ �م و�ل ، ام� ح�ر� ال مت و�ح�ر� ، �ل� ح�ال ال �لت� ل �ح و�أ ، م�ض�ان� ر�
�ع�م : ن ق�ال�
[ مسلم[ رواه
Terjemah hadits / الحديث : ترجمة
Dari Abu Abdullah, Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiallahuanhuma : Seseorang
bertanya kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, seraya berkata :
Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat yang wajib, berpuasa
Ramadhan, Menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram dan saya
tidak tambah sedikitpun, apakah saya akan masuk surga ?. Beliau bersabda : Ya.
(Riwayat Muslim)
Catatan :
* Seseorang yang bertanya dalam riwayat diatas adalah : An Nu’man bin Qauqal.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الحديث من :الفوائد
1. Setiap muslim dituntut untuk bertanya kepada ulama tentang syariat Islam,
tentang kewajibannya dan apa yang dihalalkan dan diharamkan baginya jika hal
tersebut tidak diketahuinya.
2. Penghalalan dan pengharaman merupan aturan syariat, tidak ada yang berhak
menentukannya kecuali Allah ta’ala.
3. Amal shalih merupakan sebab masuknya seseorang kedalam surga.
4. Keinginan dan perhatian yang besar dari para shahabat serta kerinduan
mereka terhadap surga serta upaya mereka dalam mencari jalan untuk sampai ke
sana.
3. Atsar ( Perkataan Sahabat)
Contoh :
Apa hukum mengucapakan selamat idul fitri? Bagaimanakah hukum saling
berjabat tangan dan berpelukan setelah shalat ied?
Alhamdulillah, Terdapat riwayat yang datang dari para
sahabat radhiyallahu’anhumbahwasanya mereka saling mengucapkan selamat di
hari raya dengan ucapan, ومنكم منا الله ”Taqabbalallahu minna wa minkum“ تقبل
(Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian).
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata, “Dahulu para sahabat Nabi shalallahu’alaihi
wasallam mengucapkan ‘Taqabbalallahu minna wa minkum’ ketika saling
bertemu di hari Idul Fitri.” Al-Hafidz (Ibnu Hajar) berkata tentang riwayat ini,
“Sanadnya hasan.”
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Tidak mengapa hukumnya bila seseorang
mengucapkan kepada saudaranya saat Idul Fitri, ‘Taqobbalallahu minna wa
minkum’.” Demikian yang dinukil Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni.
4. Qaul
Syaikh Nashir al-Asad menjawab pertanyaan ini: “Orang yang hanya mengambil
ilmu melalui kitab saja tanpa memperlihatkannya kepada ulama dan tanpa
berjumpa dalam majlis-majlis ulama, maka ia telah mengarah pada distorsi. Para
ulama tidak menganggapnya sebagai ilmu, mereka menyebutnya shahafi atau
otodidak, bukan orang alim… Para ulama menilai orang semacam ini sebagai
orang yang dlaif (lemah). Ia disebut shahafi yang diambil dari kalimat tashhif,
yang artinya adalah seseorang mempelajari ilmu dari kitab tetapi ia tidak
mendengar langsung dari para ulama, maka ia melenceng dari kebenaran.
Dengan demikian, Sanad dalam riwayat menurut pandangan kami adalah untuk
menghindari kesalahan semacam ini” (Mashadir asy-Syi’ri al-Jahili 10)
AKHLAK
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau
kelakuan.
Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai
kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran. Yang
ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam Al-
Quran surat Al-Qalam ayat 4. Ayat tersebut dinilai sebagai konsiderans pengangkatan Nabi
Muhammad saw sebagai Rasul,
a)
Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung
(QS Al-Qalam [68]: 4).
Akhlaq juga dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 90
�ر� ك م�ن و�ال اء� ف�حش� ال ع�ن� ه�ى �ن و�ي �ى ب ق�ر ال ذ�ي �اء� �يت و�إ ان� �حس� و�اإل ع�دل� �ال ب م�ر� �أ ي �ه� الل �ن� إ
ون� ( �ر� �ذ�ك ت �م �ك �ع�ل ل �م �ع�ظ�ك ي �غي� ب )90و�ال
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi kepada kamu
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (16: 90)
b) Dari Sahl bin Sa'ad radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
المعجم [ سفسافها ويكره األخالق معالي يحب الله إن
[ : األلباني صححه للطبراني الكبيرSesungguhnya Allah mencintai akhlak yang mulia dan membenci akhlak
yang buruk. [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Sahih]
c) Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata:”Aku pernah mendengar Rasulullah
سلم و عليه الله :bersabda صلى
القائم الصائم درجة خلقه بحسن ليدرك المؤمن إنArtinya:”Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlaknya yg mulia dapat menyamai derajat
orang yg (rajin) berpuasa & qiyamul lail.”(Hadits ini dinyatakan SHOHIH oleh syaikh Al-Albani
rahimahullah)
d) Zakariya Al-‘Anbary rahimahullah berkata:”Ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa kayu bakar.
Dan adab tanpa ilmu bagaikan ruh tanpa jasad.”
Hubungan antara ke-3 nya, yaitu Aqidah merupakan kepercayaan,
keimanan mengenai keesaan Allah. Syariah (hukum) adalah jalan
menuju sesuatu yang benar. Akhlak adalah budi pekerti, sopan
santun, dan perilaku.
Aqidah, Syariah dan Akhlak, ketiganya merupakan 3 pokok ajaran
Islam. Ketiganya harus selalu bersamaan dengan aqidah berjalan di
depan. Istilahnya menurut dosen Hukum Islam saya, Akhlak dan
syariah mencantol pada aqidah.
Adapun filosofi lain, aqidah, syariah, dan akhlak bagaikan suatu
pohon, di mana aqidah merupakan akar, syariah merupakan batang
dan akhlak adalah dedaunan. Syariah dan akhlak akan tumbang
tanpa adanya aqidah yang mengakarinya.
Aqidah mendasari hukum, hukum tanpa akhlak menjadi kezaliman.