UAS Askes Yovie
-
Upload
yovietanpanuno -
Category
Documents
-
view
49 -
download
0
Transcript of UAS Askes Yovie
TUGAS
UJIAN AKHIR SEMESTER
ASURANSI KESEHATAN
Disusun oleh :
Yovie Prayekti, S.Farm., Apt. (5411220078)
Program Magister Ilmu Kefarmasian
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Jakarta
2013
UJIAN AKHIR SEMESTER
PROGRAM PASCA SARJANA BISNIS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
Mata Ujian : Asuransi Kesehatan
Hari/Tanggal : Sabtu, 13 Juli 2013
Dosen : Dr. Orie Andari Sutadji, MBA.
Nama Mahasiswa : Yovie Prayekti, S.Farm., Apt.
Npm : 5511220078
Sistem : Open Books
1. Dalam proses rekrutmen peserta asuransi (kesehatan maupun non kesehatan) ada suatu
proses yang disebut underwriting apakah maksudnya ?. Mengapa diperlukan proses
tersebut?. Pada Asuransi Kesehatan Nasional ( cakupan seluruh penduduk suatu negara)
yang masuk katagori sebagai Asuransi Kesehatan Sosial berarti peran pemerintah sangat
besar, perlukah proses underwriting dilakukan, kapan bila harus dilakukan dan kapan
tidak diperlukan? Siapa yang melaksanakan proses underwriting di perusahaan asuransi?
Jawab :
Underwriting menurut pengertian asuransi jiwa adalah proses penaksiran
mortalitas atau morbiditas calon tertanggung untuk menetapkan apakah akan
menerima atau menolak calon peserta dan menetapkan klasifikasi peserta. Mortalitas
adalah jumlah kejadian meninggal relatif diantara sekelompok orang tertentu,
sedangkan morbiditas adalah jumlah kejadian relatif sakit atau penyakit diantara
sekelompok orang tertentu.
Underwriting adalah proses untuk menentukan apakah sebuah permohonan asuransi
diterima dan dibawah kondisi apa. Terdiri dari underwriting individual dan
kelompok.
Underwriting diperlukan pada proses rekrutmen peserta asuransi, karena
merupakan salah satu strategi untuk menghindari adanya adverse selection.
Adverse selection adalah suatu fenomena dimana terjadi ketidakseimbangan informasi
yang dimiliki oleh perusahaan asuransi dengan peserta asuransi. Informasi
sesungguhnya mengenai kondisi kesehatan peserta asuransi biasanya hanya diketahui
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 1
oleh peserta itu sendiri, sedangkan perusahaan asuransi kurang mengetahui atau
memahami dengan baik informasi tersebut.
Adverse selection adalah suatu keadaan dimana individu yang memiliki status kesehatan
yang buruk cenderung lebih tertarik untuk membeli produk asuransi kesehatan dengan
paket jaminan yang lebih komprehensif, sedangkan individu dengan status kesehatan
baik cenderung menolak produk asuransi kesehatan tersebut karena tarif premi yang
relatif mahal. Fenomena ini menarik perhatian para ahli asuransi kesehatan karena dapat
mengakibatkan kegagalan pasar (market failure).
Proses underwriting dan mekanisme adverse selection menjadi sangat berperan pada
asuransi kesehatan komersial yang pesertanya memang bersifat sukarela, tetapi tidak atau
kurang berperan pada asuransi kesehatan sosial yang sifat kepesertaannya wajib. Dengan
kepesertaan yang bersifat wajib mengakibatkan pooling terhadap risiko yang besar,
bagusnya adalah keadaan ini tentu akan menekan adverse selection karena tidak ada
calon peserta yang akan memilih atau tidak memilih suatu paket jaminan, semuanya
wajib turut serta.
Prinsip kepesertaan wajib untuk mengurangi adverse selection inilah yang rupanya
mengilhami pasal 13 UU SJSN yang mewajibkan penduduk Indonesia untuk
mendaftarkan diri sebagai peserta dan pasal 17 UU SJSN yang mengatur bahwa
pembayaran premi ditetapkan berdasarkan persentase dari upah atau suatu jumlah
nominal tertentu dan besarnya jelas tidak ditentukan oleh proses underwriting akibat
adanya perbedaan risiko antar individu atau kelompok
2. Apakah yang dimaksud Actuarial Approach dan Cost Approach pada perhitungan premi
asuransi kesehatan? Dalam melakukan premium setting untuk Asuransi Kesehatan ada
berbagai komponen yang harus diperhitungkan baik pada perhitungan dengan
menggunakan Actuarial Approach maupun Cost Approach. Sebutkan komponen-
komponen tersebut.
Jawab :
Actuarial Approach adalah
Cost Approach adalah
Komponen dasar dalam menghitung premi adalah klaim, contingency margin,
biaya operasional, dan profit atau keuntungan.
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 2
1. Komponen paling dasar tarif premi adalah biaya yang digunakan untuk pembayaran
manfaat (benefit) yang disebut sebagai claim cost (biaya klaim) atau expected claims
(klaim yang diharapkan). Penghitungan claim cost ini kemudian akan dimanfaatkan
untuk menghitung nilai kapitasi yang akan dibayarkan kepada PPK. Aktuaris
perusahaan asuransi biasanya menggunakan pengalaman klaim di masa lalu yang
berasal dari beberapa sumber, misalnya pengalaman dari mitra-mitra bisnis
nasabah/peserta kumpulan perusahaan asuransi atau dari pengalaman klaim asuransi
bersangkutan di masa lalu.
2. Biaya operasional adalah komponen terbesar kedua setelah biaya klaim. Asuradur
biasanya membagi biaya-biaya menjadi lima kategori yaitu:
a. Pengeluaran untuk kompensasi penjualan. Kategori luas ini mencakup semua
jenis biaya yang yang berhubungan dengan kebutuhan membangun asuransi baru,
seperti biaya untuk riset pasar, biaya perijinan, pengembangan produk,
pemasaran/iklan, dan komisi agen.
b. Acquisition expenses yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan akuisisi dan
proses usaha baru asuransi, misalnya biaya underwriting termasuk gaji staf
underwritingnya, tes kesehatan, laporan dokter, dan laporan-laporan inspeksi
serta biaya penerbitan polis lainnya seperti biaya kartu. Dalam asuransi kesehatan
sosial komponen ini tidak terlalu berperan mengingat keanggotaan yang bersifat
wajib, sehingga underwriting dan tes kesehatan, serta laporan dokter dan inspeksi
tidak dilakukan.
c. Pengeluaran untuk pemeliharaan adalah biaya untuk menjaga usaha tetap bekerja.
Biaya ini termasuk biaya rekaman atau pencatatan, penagihan dan pengumpulan
premium, pembayaran klaim, pengumpulan dan analisis statistik, penghitungan
liabilitas dan cadangan, melakukan perubahan polis dan menyediakan layanan
konsumen, termasuk juga biaya untuk investigasi klaim, korespondensi dengan
provider, telaah utilisasi, dan menerbitkan cek-cek untuk klaim.
d. General overhead biaya yang digunakan untuk membayar gaji karyawan,
pemakaian tempat, perlengkapan kantor, rekruitment, dan pelatihan.
e. Pajak-pajak yang biasanya dibebankan kepada premi. Pada banyak asuransi sosial
hal ini biasanya ditiadakan atau diminimalisasi.
Biaya-biaya diatas dibebankan atau didistribusikan dengan cara :
1) Biaya operasional dibebankan kepada peserta melalui persentase dari nilai
premi.
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 3
2) Biaya operasional dibebankan kepada peserta sebagai biaya administrasi per
polis, artinya dibayarkan dimuka saat proses pendaftaran/pengajuan polis.
3) Persentase dari klaim. Biaya ini bervariasi berdasarkan besar klaim yang telah
disetujui untuk dibayarkan.
3. Contingency Margin merupakan katup pengaman dalam hal terjadi klaim yang lebih
besar dari klaim yang diharapkan. Besaran CM dinyatakan dalam persentase. Dari
beberapa kasus yang muncul pada kepustakaan besaran CM berkisar antara 5 persen
sampai 20 persen.
4. Keuntungan merupakan hasil investasi yang diharapkan dari pengembangan suatu
usaha asuransi. Dalam konsep asuransi social hal ini tidak terlalu diperhitungkan
mengingat sifatnya yang not for profit.
3. Definisi tentang Fraud sangat bervariasi tergantung ruang lingkup bisnis/usaha orang
maupun institusi . Namun demikian secara garis besar, fraud disegala bidang mempunyai
elemen fundamental yang sama. Sebut beberapa elemen penting tersebut minimal 4, serta
beri contoh-contoh pada praktek sehari-hari.
Jawab :
Pengertian Fraud :
“Sebagai suatu bentuk upaya yang secara sengaja dilakukan dengan menciptakan suatu
manfaat yang tidak seharusnya dinikmati baik oleh individu atau institusi dan dapat
merugikan pihak lain”.
“Health care fraud is an intentional deception or misrepresentation that the individual or
entity makes knowing that the misrepresentation could result in some unauthorized
benefit to the individual, or the entity or to some other party”.
Elemen fundamental Fraud :
1) Peserta (member)
2) Pemberi Pelayanan Kesehatan
3) Provider
4) Perusahaan asuransi (payor)
Fraud oleh peserta :
Membuat pernyataan palsu tentang eligibilitas.
Membuat pernyataan palsu dalam pengajuan klaim.
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 4
Mengajukan klaim dengan bukti pendukung yang palsu.
Fraud oleh provider :
Pengajuan klaim dengan mencantumkan pelayanan yang tidak diberikan.
Melakukan manipulasi diagnose tingkat keparahan penyakit dinaikkan sehingga
jenis tindakan lebih berat.
Membuat tanggal dan hari perawatan yang lebih lama.
Memanipulasi tarif dengan menaikkan tarif.
Memanipulasi klaim obat diajukan dengan nama dagang, tetapi diberikan obat
generik.
Fraud oleh perusahaan asuransi :
Memanipulasi manfaat yang seharusnya didapatkan peserta, tetapi tidak diberikan.
Mengurangi benefit.
4. Ada berapa kategori Health Care Fraud, sebut contoh masing-masing. Sebutkan Health
Care Fraud yang paling sering terjadi di Indonesia, dan berikan contoh-contoh sesuai
dengan pembagian kategori sebagai mana tersebut diatas..
Jawab :
- Hal yang menarik untuk pelayanan kesehatan pada tahun 2007 permulaan, seorang
pengusaha kaya yang memerlukan pengobatan jantung dirujuk dari Askeskin
Manado ke RSU Jantung Harapan Kita. Pada saat akan masuk rumah sakit, ketahuan
yang bersangkutan adalah orang kaya yang memalsukan data kondisi sosial, dan
sesuai ketentuan, institusi pelayanan tidak perlu menanyakan apakah dia mampu atau
tidak mampu, tapi memberikan pelayanan Gakin. Apakah ini sialnya atau jelinya
institusi yang melayani, ketahuan saat berobat jalan di Jakarta memintakan pelayanan
eksklusif, tetapi saat akan inpatient menunjukkan kartu rujukan Askeskin, di-cross
check ternyata sangat mampu dan kaya (batal Askeskinnya, semua biaya inpatient
dan outpatient dibayarkan oleh yang bersangkutan --- kenapa tidak bergabung
dengan Askes komersial Gold dengan sejumlah pengusaha setempat???).
- Pada tahun 1975, dalam kapasitas pemakalah selaku Direktur RSUD Gunung
Wenang, kami berhasil menemukan penyimpangan asuransi Jasa Raharja dari
sejumlah klaim kecelakaan lalu lintas. Ketahuan, pada waktu salah seorang nasabah
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 5
merasa sangat dirugikan. Setelah di-tracing, telah terjadi penyimpangan yang telah
dilakukan bendahara selama lebih dari 2 tahun dengan menaikkan jumlah tagihan
sampai plafon maksimal, tetapi kepada nasabah hanya dibayarkan dengan
pemotongan biaya administrasi yang tidak perlu dari nilai nominal yang sebenarnya.
Hasil pemeriksaan Inspektorat Daerah, penyimpangan berjumlah lebih dari Rp 10
juta (1 Mercedes Benz 200, harganya waktu itu Rp 8 juta). Hasil pemeriksaan,
bendahara dikenakan sanksi TGR dan hukuman administrasi.
5. Data dari berbagai negara menunjukkan, bahwa fraud maupun abuse di industri asuransi ,
terbanyak pada asuransi kesehatan, mohon pendapat saudara mengapa demikian?
Mekanisme apa yang perlu dibangun untuk mencegah terjadinya Fraud ataupun abuse.
Apa peran pemerintah dalam mengantisipasi terjadinya fraud dan abuse , khususnya di
bidang asuransi Kesehatan di Indonesia ?
Jawab :
Perkembangan asuransi kesehatan termasuk di negara berkembang menunjukkan
kesadaran masyarakat yang semakin meningkat dan menyadari bahwa solusi utama
dalam memperoleh pelayanan kesehatan adalah melalui asuransi kesehatan. Namun pada
saat yang sama, semua pihak juga berusaha untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya dalam proses tersebut. Karena keinginan untuk memperoleh manfaat tersebut
maka tidak dapat dihindari terjadinya keinginan untuk melakukan perbuatan atau
tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku demi memperoleh manfaat
yang sebesar – besarnya dari proses tersebut. Perbuatan atau tindakan tersebut dilakukan
terutama setelah mengetahui celah – celah yang bisa dimanfaatkan dalam upaya untuk
mencari keuntungan dari proses tersebut, oleh karena itu banyak berkembang Fraud
maupun abuse.
Pengalaman perusahaan asuransi kesehatan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
Fraud maupun abuse dalam asuransi kesehatan dapat mencapai 10% dari total biaya
pelayanan kesehatan setiap tahun. Terjadinya Fraud di Indonesia masih belum dapat
ditampilkan karena belum adanya suatu bentuk investigasi rutin terhadap klaim yang
diajukan kepada perusahaan asuransi. Hal ini merupakan kelemahan yang harus
diperbaiki kedepan untuk mencari solusi terhadap kemungkinan adanya Fraud tersebut di
Indonesia.
Dengan kemajuan perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia yang saat ini telah
mencapai 42 % dari total penduduk memliki asuransi kesehatan maka kasus – kasus
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 6
Fraud maupun abuse harus menjadi perhatian bersama. Peningkatan biaya pelayanan
kesehatan yang terjadi hanya karena akibat terjadinya Fraud harus dihindarkan. Oleh
sebab itu peran serta seluruh stakeholders sangat menentukan untuk melakukan
pencegahan dan mengurangi kemungkinan terjadinya Fraud tersebut.
Kunci dari masalah ini, pencegahannya dari penyimpangan-penyimpangan ini adalah
pada nurani setiap stakeholder yang terlibat, bukan hanya dokter semata yang perlu
menyadari hal ini.
Berdasarkan pengalaman berbagai negara maju, Fraud dapat dicegah antara lain melalui
peran semua pihak terkait Pemerintah:
Menetapkan ketentuan hukum atau undang-undang tentang Fraud yang
mencantumkan tentang hukuman yang dapat dikenakan kepada yang melakukan
Fraud tersebut.
Disamping itu Pemerintah perlu menetapkan standar pelayanan, standar terapi,
standar obat dan alat kesehatan yang dapat menjadi acuan dalam semua tindakan
pelayanan kesehatan. Dengan demikian maka adanya Fraud dapat ditelusuri
berdasarkan ketentuan yang sudah ditetapkan.
6. Apakah yang dimaksud dengan Polis ? Apa beda polis dan perjanjian dalam asuransi?
Kenapa harus ada polis?Apa syarat-syarat polis dan sebut isi polis secara garis besar.
Jawab :
Pengertian umum :
Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-
pihak yang mengadakan perjanjian. Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi disebut
polis.
Dibuat dengan iktikad baik dari kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian.
Dituliskan / disebutkan dengan tegas dan jelas mengenai hal-hal yang diperjanjikan
oleh kedua belah pihak, hak masing – masing pihak, sangsi atas pelanggaran
perjanjian, dan sebagainya.
Redaksinya harus disusun sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat ditangkap
maksud dari perjanjian itu, juga tidak memberi peluang untuk menyalah
tafsirkannya.
Pengertian Otentik :
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 7
Pertanggungan harus diadakan secara tertulis dengan akta, yang dinamakan polis (pasal
255 KUHD).
Pembuatan persetujuan mewajibkan penanggung untuk menandatangani polis dan
menyerahkannya kepada tertanggung dalam jangka waktu tertentu (pasal 257 KUHD).
Menurut pasal 257 KUHD, hanya penanggung yang menandatangani polis, berarti
semacam perjanjian unilateral, tetapi mengikat kedua belah pihak yang berkepentingan
atas polis tersebut (penanggung dan tertanggung).
Perbedaan Polis dengan Perjanjian dalam asuransi :
Polis
Polis asuransi adalah suatu perjanjian asuransi atau pertanggungan bersifat
konsensual (adanya kesepakatan), harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta
antara pihak yang mengadakan perjanjian. Pada akta yang dibuat secara tertulis itu
dinamakan “polis”. Jadi polis adalah tanda bukti perjanjian pertanggungan yang
merupakan bukti tertulis.
Perjanjian
Perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (KUHPer ps. 1313).
Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling
mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan
(KUHPer ps 1320).
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang yang
lain, atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
(Subekti).
Secara umum harus ada Polis, karena :
1. Sebagai perjanjian pertanggungan (a contract of indemnity).
2. Sebagai bukti jaminan dari penanggung kepada tertanggung untuk mengganti
kerugian yang mungkin akan dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang tidak
diduga sebelumnya, dengan prinsip :
a. Untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya semula sebelum
terjadi/mengalami kerugian.
b. Untuk menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan (total collapse).
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 8
3. Bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung sebagai
balas jasa atas jaminan penanggung.
Fungsi polis bagi Tertanggung :
1. Sebagai bukti tertulis atas jaminan penanggung untuk mengganti kerugian yang
mungkin akan dideritanya yang ditanggung oleh polis.
2. Sebagai bukti (kwitansi) pembayaran premi kepada penanggung.
3. Sebagai bukti otentik untuk menuntut penanggung bila lalai atau tidak mematuhi
jaminannya.
Fungsi polis bagi Penanggung :
1. Sebagai bukti (tanda terima) premi asuransi dari tertanggung.
2. Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya kepada tertanggung untuk
membayar ganti rugi yang mungkin diderita oleh tertanggung.
3. Sebagai bukti otentik untuk menolak tuntutan ganti rugi (klaim) bila yang
menyebabkan kerugian tidak memenuhi syarat – syarat polis.
Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi jiwa
harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini :
a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi;
b. Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga;
c. Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan;
d. Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan);
e. Bahaya – bahaya / evenemen yang ditanggung oleh penanggung;
f. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan penanggung;
g. Premi asuransi;
h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janji-
janji khusus yang diadakan antara para pihak, antara lain mencantumkan BANKER’S
CLAUSE, jika terjadi peristiwa (evenemen) yang menimbulkan kerugian penanggung
dapat berhadapan dengan siapa pemilik atau pemegang hak.
Banker’s Clause atau Klausula Bank adalah suatu klausula yang tercantum dalam
Polis yang hanya dicantumkan atas permintaan pihak Bank dimana dalam polis
secara tegas dinyatakan bahwa Pihak Bank adalah sebagai penerima ganti rugi atas
peristiwa yang terjadi atas obyek pertanggungan sebagaimana disebutkan dalam
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 9
perjanjian asuransi (polis). Klausula ini muncul sebagai akibat adanya hubungan
hutang piutang antara Debitur dan Kreditur dimana obyek pertanggungan adalah
menjadi jaminan Bank; sehingga klausula ini bukan merupakan standard yang pada
umumnya tercantum dalam Polis.
Pokok-pokok umum isi polis, dapat digolongkan dalam beberapa golongan, yaitu:
1. Mukaddimah
2. Syarat uraian
3. Syarat operatif
4. Kondisi – kondisi (conditions)
5. Pengecualian – pengecualian (exclusions)
6. Syarat tanda tangan
7. Program ikhtisar
8. Informasi lain-lain
7. Jelaskan beberapa hal dibawah ini:
a. Kenapa Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan diperlukan regulasi yang sangat
ketat? Salah satu UU yang mengatur asuransi kesehatan adalah UU No.2/1992
tentang Usaha Perasuransian, masuk dalam bidang usaha apakah Asuransi
Kesehatan itu?
Jawab :
Usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana
masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada
anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya
kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau
meninggalnya seseorang.
b. Ada berapa program tercantum dalam UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, sebutkan. Pada UU tersebut juga mencantumkan tentang prinsip-
prinsip penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. Sebutkan dan jelaskan tentang prinsip-
prinsip tersebut.
Jawab :
Jenis program jaminan sosial pada UU No.40/2004 meliputi :
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 10
1. Jaminan kesehatan;
2. Jaminan kecelakaan kerja;
3. Jaminan hari tua;
4. Jaminan pensiun; dan
5. Jaminan kematian
Prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah sebagai berikut :
1. Prinsip kegotong royongan.
Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong royong dari peserta yang
mampu kepada peserta yamg kurang mampu dalam bentuk kepesertaan wajib
bagi seluruh rakyat; peserta yang berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi;
dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip kegotong-royongan
ini jaminan sosial dapat menumbuhkan keadalan sosial bagi keseluruhan rakyat
Indonesia.
2. Prinsip nirlaba.
Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba (nirlaba) bagi Badan
Penyelenggara Jaminan sosial, akan tetapi tujuan utama penyelenggaraan
jaminan sosial adalah untuk memenuhi sebesar – besarnya kepentingan peserta.
Dana amanat, hasil pengembangannya, dan surplus anggaran akan dimanfaatkan
sebesar – besarnya untuk kepentingan peserta.
3. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.
Prinsip – prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan
pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
4. Prinsip portabilitas.
Jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan
meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
5. Prinsip kepesertaan bersifat wajib.
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga
dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat,
penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan
pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai
dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 11
menajdi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial
Nasional dapat mencakup seluruh rakyat.
6. Prinsip dana amanat.
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan kepada badan – badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan
dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional dalam Undang-Undang ini
adalah hasil berupa dividen dari pemegang saham yang dikembalikan untuk
kepentingan peserta jaminan sosial.
c. Dengan UU No.24/2011 dibentuk Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial
(BPJS), ada berapa badan penyelenggara, bagaimana pengaturannya dengan
institusi/perusahaan yang selama ini mengelola sebagian dari program jaminan
sosial ( PT.Askes, PT.Asabri, PT.Jamsostek dan PT.Taspen)? Kapan BPJS mulai
beroperasi dan apa kendala-kendala yang ada?
Jawab :
Pada UU No. 24/2011, ada
Pengaturan BPJS dengan institusi/perusahaan yang selama ini mengelola
sebagian dari program jaminan sosial :
1. Perusahaan Perseroan (Persero) PT Asuransi Kesehatan Indonesia atau
disingkat PT Askes (Persero) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum)
Husada Bhakti menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 16) diakui keberadaannya dan tetap
melaksanakan program jaminan kesehatan, termasuk menerima pendaftaran
peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan;
2. Perusahaan Perseroan (Persero) PT ASABRI atau disingkat PT ASABRI
(Persero) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1991
tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Asuransi Sosial
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 88),
berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1966 tentang Pemberian
Pensiun, Tunjangan bersifat Pensiun, dan Tunjangan Kepada Militer Sukarela
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 12
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2812), Undang-Undang Nomor
11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2906), Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890),
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor
4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3369), Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 1968 tentang Pemberian Pensiun Kepada
Warakawuri, Tunjangan Kepada Anak Yatim/Piatu, dan Anak Yatim-Piatu
Militer Sukarela (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor
61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2863), dan
Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 tentang Asuransi Sosial Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1991 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3455) tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program
Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan program
pembayaran pensiun bagi pesertanya, termasuk penambahan peserta baru,
sampai dengan dialihkan ke BPJS Ketenagakerjaan.
3. Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau disingkat
PT Jamsostek (Persero) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36
Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 59),
berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468) tetap
melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan :
a. Program jaminan pemeliharaan kesehatan termasuk penambahan peserta
baru sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan; dan
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 13
b. program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua
bagi pesertanya, termasuk penambahan peserta baru sampai dengan
berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
4. Perusahaan Perseroan (Persero) PT DANA TABUNGAN DAN ASURANSI
PEGAWAI NEGERI atau disingkat PT TASPEN (Persero) yang dibentuk
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981 tentang Pengalihan
Bentuk Perusahaan Umum Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri
Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 38), berdasarkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2906), Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890),
dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3200)
tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program tabungan
hari tua dan program pembayaran pensiun bagi pesertanya, termasuk
penambahan peserta baru sampai dengan dialihkan ke BPJS Ketenagakerjaan.
BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kesehatan
pada tanggal 1 Januari 2014.
8. Sesuai UUD “45 penduduk miskin menjadi tanggungan Pemerintah yang untuk Program
Jaminan Sosial diatur lebih lanjut dengan PP No.101/2012 tentang Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Sosial, oleh karena itu sumber pembiayaan sepenuhnya dari APBN. Kasus
saat ini yaitu Jamkesmas ( Asuransi Kesehatan bagi masyarakat Miskin) dan Jamkesda,
bagaimana dengan pembiayaan program pada Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
bidang Kesehatan sesuai UU No.40/2004? . Para ahli menyarankan kepada Pemerintah
agar Jamkesmas diintegrasikan kepada SJSN dan sangat dihindari adanya Jamkesda-
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 14
Jamkesda, kecuali bagi daerah yang mampu memberikan jaminan sebagai paket-paket
suplemen. Bagaimana pendapat Saudara? Bagaimana dampak diberlakukannya SJSN
bidang Kesehatan terhadap industri RS dan farmasi di Indonesia?
Jawab :
Pembiayaan program pada Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang Kesehatan
sesuai UU No.40/2004 adalah sebagai berikut :
1. Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan
persentase dari upah atau suatu jumlah nominal tertentu.
2. Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran
yang menjadi kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial secara berkala.
3. Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan untuk
setiap jenis program secara berkala sesuai degan perkembangan sosial, ekonomi dan
kebutuhandasar hidup yang layak.
4. Iuran program jaminan sosial bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu dibayar
oleh Pemerintah.
5. Pada tahap pertama, iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibayar oleh
Pemerintah untuk program jaminan kesehatan.
6. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Soal UAS Program Pasca Sarjana Bisnis Farmasi Universitas Pancasila 13 Juli 2013 Page 15