Tutorial Riset
-
Upload
desty-adjaahh-laahh -
Category
Documents
-
view
63 -
download
4
Transcript of Tutorial Riset
DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH
Dr. Suparyanto, M.Kes
DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH
APA ITU DESIGN RESEARCH
Design research atau rancangan penelitian adalah suatu rencana tentang cara
mengumpulkan dan mengolah data agar dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian
Yang termasuk rancangan penelitian adalah: jenis penelitian, populasi, sample,
sampling, instrumen penelitian, cara pengumpulan data, cara pengolahan data, perlu tidak
mengunakan statistik, serta cara mengambil kesimpulan
MACAM DESIGN RESEARCH
Berdasar tujuannya, rancangan penelitian dibedakan:
1. Eksploratif
2. Deskriptif
3. Analitik
4. Eksperimental
Rancangan Penelitian Eksploratif: digunakan untuk menelusuri kemungkinan adanya
hubungan sebab akibat antara dua variabel yang belum pernah diketahui
Rancangan Penelitian Deskriptif: digunakan untuk menggambarkan besarnya masalah
(variabel Orang, Tempat, Waktu)
Rancangan penelitian Analitik: digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat
antara dua variabel secara observasional, dimana bentuk hubungan dapat: perbedaan,
hubungan atau pengaruh
Rancangan Penelitian Eskperimen: digunakan untuk mengetahui hubungan sebab
akibat antara dua variabel, dimana sebabnya merupakan intervensi peneliti
Pendekatan Cross sectional atau Transversal atau studi Prevalensi adalah penelitian
yang dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan obyek studi hanya
dilakukan sekali
1
Pendekatan Longitudinal / Time series à Penelitian yang dilakukan pada periode
waktu tertentu, untuk melihat perubahan yang terjadi mulai awal sampai waktu yang
ditentukan secara berurutan
BEDA RANCANGAN PENELITIAN OBSERVASIONAL DAN EKSPERIMENTAL
Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya melakukan
observasi, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti
Penelitian ekperimental adalah penelitian dimana peneliti melakukan intervensi pada
variabel sebab yang akan diteliti
PENDEKATAN PENELITIAN OBSERVASIONAL
Pada penelitian observasional dibedakan tiga pendekakan:
1. Cross Sectional
2. Cohort / Prospektif
3. Retrospectif / Kasus Kontrol
PENDEKATAN CROSS SECTIONAL
Penelitian Analitik Cross Sectional adalah penelitian observaional dimana cara
pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali waktu pada saat
yang bersamaan
Populasinya adalah semua responden baik yang mempunyai kriteria variabel bebas
dan variabel tergantung maupun tidak
Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur
Jika penelitian menggunakan pendekatan Cross Sectional, maka populasinya adalah:
Semua Wanita Usia Subur (baik yang ikut depo provera maupun tidak, serta baik
yang obesitas maupun tidak)
Cara pengambilan data, setiap responden diambil datanya untuk dua variabel
sekaligus
Setiap responden (WUS), dilakukan pengambilan dua data sekaligus, yaitu data
tentang memakai depo propera atau tidak, sekaligus diukur sedang mengalami obesitas atau
tidak
2
BAGAN DESIGN ANALITIC RESEARCH CROSS SECTIONAL
PENDEKATAN COHORT
Penelitian Analitik dengan pendekatan Cohort adalah penelitian dimana pengambilan
data variabel bebas (sebab) dilakukan terlebih dahulu, setelah beberapa waktu kemudian baru
dilakukan pengambilan data variabel tergantung (akibat)
Populasi pada penelitian ini adalah semua responden yang mempunyai kriteria
variabel sebab (sebagai kelompok studi)
Pada penelitian Cohort perlu kontrol, yaitu kelompok yang tidak mempunyai kriteria
variabel sebab
Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur
Jika penelitian menggunakan pendekatan Cohort, maka populasinya adalah:
Semua Wanita Usia Subur yang menggunakan Depo Propera (kelompok studi)
Sedangkan kelompok kontrolnya adalah: semua WUS yang tidak menggunakan Depo
Propera
Setelah diamati beberpa waktu tertentu (misal 1 tahun), dilakukan pengambilan data
obesitas (variabel akibat), baik pada kelompok sebab maupun kelompok akibat
Kemudian data kedua kelompok studi dan kontrol dianalisa dengan menggunakan uji
statistik yang sesuai
BAGAN DESAIN PENELITIAN ANALITIK COHORT
3
PENDEKATAN RETROSPEKTIF
Penelitian Analitik dengan pendekatan retrospektif adalah penelitian dimana
pengambilan data variabel akibat (dependent) dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru
diukur varibel sebab yang telah terjadi pada waktu yang lalu, misalnya setahun yang lalu,
dengan cara menanyakan pada responden
Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur
Jika penelitian menggunakan pendekatan Retrospektif, maka populasinya adalah:
Semua Wanita Usia Subur yang mengalami obesitas (Kelompok studi)
Sedang kelompok kontrolnya adalah: semua WUS yang tidak mengalami obesitas
BAGAN DESAIN PENELITIAN ANALITIK RETROSPEKTIF
DESAIN EKSPERIMENTAL
Penelitian Eksperimental adalah penelitian dimana peneliti melakukan interventi
terhadap varibel sebab yang akan diteliti
Desain Esperimental dibagai tiga:
4
1. Pra Eksperimental
2. Quasy Experiment
3. True Experiment
DESAIN PRA EKSPERIMENT
Desain Pra Eskperimental adalah penelitian eksperimen yang hanya menggunakan
kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol, serta pengambilan respondon tidak
dilakukan randomisasi
Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil
Populasi: semua ibu hamil
Pre Test
Intervensi: penyuluhan
Post Test
Hasil Pre Test dan Post Test dibandingkan dengan uji statistik yang sesuai
BAGAN DESAIN PRA EKSPERIMEN
DESIGN QUASY EXPERIMENT
Design Quasy Experiment adalah penelitian eksperimental dimana pada penelitian ini
sudah ada kelompok studi dan kelompok kontrol, namun pengambilan responden belum
dilakukan secara randomisasi
Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil
Populasi: semua ibu hamil, dibagi dua kelompok, studi dan kontrol
5
Pada kelompok studi dilakukan intervensi penyuluhan, sedang pada kelompok kontrol
tidak dilakukan intervensi penyuluhan
Dilakukan pengambilan data pengetahuan, baik pada kelompok studi dan kelompok
kontrol, hasilnya dianalisa dengan uji statistik yang sesuai
BAGAN DESAIN KUASI EKSPERIMEN
TRUE EXPERIMENT DESIGN
True Experiment Design adalah penelitian experimen dimana kelompok studi dan
kelompok kontrol pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi, serta pada
kelompok studi dilakukan intervensi variabel sebab sedang pada kelompok kontrol tidak
dilakukan intervensi.
Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil
Populasi: semua ibu hamil, dibagi dua kelompok, studi dan kontrol, dimana
pengambilan dilakukan secara randomisasi
Pada kelompok studi dilakukan intervensi penyuluhan, sedang pada kelompok kontrol
tidak dilakukan intervensi penyuluhan
Dilakukan pengambilan data pengetahuan, baik pada kelompok studi dan kelompok
kontrol, hasilnya dianalisa dengan uji statistik yang sesuai
BAGAN DESAIN EKSPERIMEN MURNI
6
Macam-macam Desain Penelitian Observasional
1. Cross Sectional (lintas-bagian)
Penelitian lintas-bagian adalah penelitian yang mengukur prevalensi penyakit~ Oleh karena
itu seringkali disebut sebagai penelitian prevalensi. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status paparan dan
penyakit secara serentak pada individu dan populasi tunggal pada satu saat atau periode
tertentu.
Penelitian lintas-bagian relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan oleh peneliti dan
amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing
individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya
kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. instrumen yang sering
digunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian
kuesioner.
Dalam penelitian ini variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi
hanya sekali pada saat yang sama.
• Langkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi variable-variabel penelitian dan mengidentifikasi factor resiko dan factor
efek
2. Menetapkan subjek penelitian.
3. Melakukan observasi atau pengukuranvariabel-variabel yang merupakan factor resiko dan
factor efek sekaligus berdasrkan status keadaan varibel pada saat itu (pengumpulan data).
4. Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-
7
kelompok hasil observasi (pengukuran).
Kelebihan Cross Sectional
1. Mudah, ekonomis, hasil cepat didapat
2. Dapat meneliti banyak variabel sekaligus
3. Kemungkinan subjek “drop out” kecil
4. Tidak banyak hambatan etik
5. Dapat sebagai dasar penelitian selanjutnya
• Kelemahan Cross Sectional
1. Subjek penelitian cukup besar terutama bila variabel banyak dan faktor risk relatif jarang
ditemukan
2. Kurang tepat untuk mempelajari penyakit dengan kurun waktu sakit pendek
3. Kesimpulan korelasi paling lemah dibanding case control atau cohort
4. Tidak dapat menggambarkan perjalanan penyakit à faktor risiko, diagnosis, prognosis
5. Sulit menetapkan mekanisme sebab akibat
2. Penelitian Kasus Kontrol (case control)
Penelitian kasus kontrol adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara
paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan
kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Ciri penelitian ini adalah: pemilihan
subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek
mempunyai riwayat terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut:
Kasus berupa insidensi yang muncul dan populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita
disebut Kontrol. Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian restrospektif bila peneliti
melihat ke belakang dengan menggunakan data yang berasal dari masa lalu atau bersifat
prospektif bila pengumpulan data berlangsung secara berkesinambungan sering dengan
berjalannya waktu. Idealnya penelitian kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru
untuk mencegah adanya kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan
penyebab dan kelangsungan hidup.
Dalam disain penelitian ini
Mempelajari seberapa jauh f risiko mempengaruhi terjadinya efek
Hub sebab akibat :
cross sectional < case control < cohort F risk dipelajari melalui pendekatan retrospektif efek
diidentifikasi saat ini, f risk diidentifikasi masa lalu Tahapan kasus kontrol 1. Menetapkan
pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai 2. Menetapkan variabel penelitian 3.
8
Menetapkan subjek penelitian 4. Melakukan pengukuran variabel 5. Analisis hasil
Kelebihan kasus kontrol 1. Cocok untuk mempelajari penyakit yg jarang ditemukan 2. Hasil
cepat, ekonomis 3. Subjek penelitian bisa lebih sedikit 4. Memungkinkan mengetahui
sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan penyakit 5. Kesimpulan korelasi >
baik, krn ada pembatasan dan pengendalian f risk
6. Tidak mengalami kendala etik
• Kelemahan kasus kontrol
1. Bias
2. Tdk diketh pengaruh variabel luar yg tak terkendali dgn teknik matching
3. Pemilihan kontrol dgn mathcing akan sulit bila faktor risiko yg di “matching”kan banyak
4. Kelompok kasus dan kontrol tidak random à apakah faktor luar seimbang?
Contoh : Penelitian ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi/ kekurangan gizi pada
anak balita dengnan perilaku pemberian makanan oleh ibu.
Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel dependen ( efek ) dan variabel- variabel
independen (faktor resiko ).
- Variabel dependen : malnutrisi
- Variabel independen : perilaku ibu dalam memberikan makanan.
- Variabel independen yang lain : pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak, dan
sebagainya.
Tahap kedua : Menetapkan objek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Objek
penelitian disini adalah pasangan ibu dan anak balitanya. Namun demikian perlu dibatasi
pasangan ibu dan balita daerah mana yang dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian
ini.
Tahap ketiga : Mengidentifikasi kasus, yaitu anak balita yang menderita malnutrisi (anak
balita yang memenuhi kebutuhan malnitrisi yang telah ditetapkan, misalnya berat per umur
dari 75 % standar Harvard. Kasus diambil dari populasi yang telah ditetapkan .
Tahap keempat : Pemilihan subjek sebagai kontrol, yaitu pasangan ibu-ibu dengan anak balita
mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan kepada kesamaan karakteristik subjek pada
kasus. Misalnya ciri-ciri masyarakatnya, sosial ekonominya dan sebagainya.
Tahap kelima : Melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari kasusu (anak balita
malnutrisiI itu diukur atau ditanyakan kepada ibu dengan menggunakan metose recall
mengenai perilaku memberikan jenis makanan , jumlah yang diberikan kepada anak balita
selama 24 jam.
Tahap keenam : Melakukan pengolahan dan analisis data . Dengan membandingkan proporsi
9
perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik dalam hal memberikan makanan kepada
anaknya pada kelompok kasus, dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok
kontrol. Dari sini akan diperoleh bukti ada tidaknya hubungan perilaku pemberian makanan
dengan malnutrisi pada anak balita.
3. Penelitian Cohort (Penelitian Prospektif )
PENELITIAN COHORT (PENELITIAN PROSPEKTIF ) merupakan suatu penelitian survei
( non ksperimen ) yang paling baik dalam menghubungkan antara faktor resiko dengan efek
( Penyakit ). Penelitian cohort digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor
resiko dengan efek melalui pendekatanlongitudinal ke depan atau prospektif. Artinya faktor
resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu kemudian diikuti ke depan secara prospektif
timbulnya efek, yaitu : penyakit atau salah satu indikator status kesehatan.
Penelitian Cohort membandingkan proporsi subjek yang menjadi sakit ( efek positif ) antara
kelompok subjek yang diteliti dengan faktor positif dengan kelompok subjek dengan faktor
resiko negatif ( kelompok kontrol ).
Penelitian observasional analitik yang didasarkan pada pengamatan sekelompok penduduk
tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini kelompok penduduk yang diamati
merupakan kelompok penduduk dengan 2 kategori tertentu yakni yang terpapar dan atau yang
tidak terpapar terhadap faktor yang dicurigai sebagai faktor penyebab. Penelitian ini (cohort)
adalah kebalikan dari case control. faktor resiko (penyebab) telah diketahui terus diamati
secar terus menerus akibat yang akan ditimbulkannya.
Langkah-langkah pelaksanan penelitian cohort:
1. Identifikasi faktor-fakor rasio dan efek
2. Menetapkan subjek penelitian ( menetapkan populasi dan sampel )
3. Pemilihan subjek dengan faktor resiko positif dari subjek dengan efek negatif
4. Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
5. Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya
mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok
6. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapatkan efek positif
dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok resiko positif maupun
kelompok kontrol.
Keunggulan Penelitian Cohort
1. Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok (kelompok subjek dan kelompok
10
kontrol) sejak awal penelitian.
2. Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu waktu ke waktu yang
lain.
3. Ada keseragaman observasi, baik terhadap faktor resiko maupun efek dari waktu ke waktu.
4. Bebas bias seleksi dan recall bias.
5. Outcome tidak mempengaruhi seleksi.
6. Dapat dipelajari sejumlah efek secara serentak.
Kekurangan Penelitian Cohort
1. Memerlukan waktu yang cukup lama
2. Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit
3. Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan mengganggu analisis hasil
4. Ada faktor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek (mungkin
penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.
5. Relatif mahal.
6. Extraneous variabel kadang sukar dikontrol.
7. Ukuran sampel sangat besar untuk penyakit yang jarang.
Contoh : Penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara Ca paru (efek) dengan
merokok (resiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.
Tahap pertama : Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan resiko (variabel
independen) serta variabel-variabel pengendali (variabel kontrol).
- Variabel dependen : Ca. Paru
- Variabel independen : merokok
- Variabel pengendali : umur, pekerjaan dan sebagainya.
Tahap kedua : Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Misalnya
yang menjadi populasi adalah semua pria di suatu wilayah atau tempat tertentu, dengnan
umur antara 40 sampai dengan 50 tahun, baik yang merokok maupun yang tidak merokok.
Tahap ketiga : Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari populasi tersebut,
dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok (resiko negatif) sejumlah yang kurang
lebih sama dengan kelompok merokok.
Tahap keempat : Mengobservasi perkembangan efek pada kelompok orang-orang yang
merokok (resiko positif) dan kelompok orang yang tidak merokok (kontrol) sampai pada
waktu tertentu, misal selama 10 tahun ke depan, untuk mengetahui adanya perkembangan
11
atau kejadian Ca paru.
Tahap kelima : Mengolah dan menganalisis data. Analisis dilakukan dengan membandingkan
proporsi orang-orang yang menderita Ca paru dengan proporsi orang-orang yang tidak
menderita Ca paru, diantaranya kelompok perokok dan kelompok tidak merokok.
Untuk penyakit yang jarang dijumpai di masyarakat maka disain yang cocok adalah kasus
dan control sedangkan untuk penyakit yang banyak terjadi di masyarakat menggunakan
disain cross sectional.
DESAIN PENELITIAN CROSSECTIONAL DAN CASE CONTROL
A. Ruang Lingkup Penelitian Cross Sectional
Studi cross sectional adalah suatu penelitian yang menggunakan rancangan atau
desain observasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Semua pengukuran variabel (dependen dan indpenden) yang diteliti dilakukan pada waktu
yang sama
2. Tidak ada periode follow-up
3. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu
4. Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding
5. Hubungan sebab- akibat hanya merupakan perkiraan saja
6. Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis
7. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis
Cross sectional dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan tujuan penelitian dan
subjeknya baik komunitas, institusi, klinik, dll. Cross sectional berguna untuk
mendeskripsikan penyakit dan paparan pada populasi pada satu titik waktu tertentu. Data
yang dihasilkan dari studi potong-lintang adalah data prevalensi. Tetapi studi potong-
lintang dapat juga digunakan untuk meneliti hubungan paparan-penyakit, meskipun
bukti yang dihasilkan tidak kuat untuk menarik kesimpulan kausal antara paparan dan
penyakit, karena tidak dengan desain studi ini tidak dapat dipastikan bahwa paparan
mendahului penyakit.
12
Studi potong lintang (cross sectional) bersifat non-directional sebab hubungan
antara paparan dan penyakit pada populasi diteliti pada satu waktu yang sama. Cara
studi potong lintang meneliti hubungan antara paparan dan penyakit:
1. Membandingkan prevalensi penyakit pada berbagai subpopulasi yang berbeda status
paparannya;
2. Membandingkan status paparan pada berbagai subpopulasi yang berbeda status
penyakitnya.
Frekuensi penyakit dan paparan pada populasi diukur pada saat yang sama, maka
data yang diperoleh merupakan prevalensi (kasus baru dan lama), bukan insidensi
(kasus baru saja), sehingga studi potong lintang disebut juga studi prevalensi, atau survei.
Pada studi potong lintang, karena bersifat “non-directional”, peneliti tidak bisa menghitung
insidensi (kasus baru), yang menunjukkan risiko terjadinya penyakit dalam suatu
periode waktu. Jadi pada studi potong lintang, peneliti tidak bisa menghitung risiko
dan risiko relatif (RR). Data yang diperoleh studi potong lintang adalah prevalensi,
terdiri atas kasus baru dan lama. Prevalensi adalah jumlah kasus yang ada di suatu saat
dibagi dengan jumlah populasi studi. Jika prevalensi penyakit pada kelompok terpapar
dibagi dengan prevalensi penyakit pada kelompok tak terpapar, maka diperoleh
Prevalence Ratio (PR). Demikian pula jika odd penyakit pada kelompok terpapar
dibagi dengan odd penyakit pada kelompok tak terpapar, diperoleh Prevalence Odds Ratio
(POR).
1. Tujuan Studi Cross Sectional
Secara garis besar, tujuan penelitian cross sectional adalah sebagai berikut
a. Penelitian cross sectional digunakan untuk mengetahui masalah kesehatan masyarakat di
suatu wilayah, misalnya suatu sampling survey kesehatan untuk memperoleh data dasar untuk
menetukan strategi pelayanan kesehatan atau digunakan untuk membandingkan keadaan
kesehatan masyarakat disuatu saat
b. Penelitian dengan pendekatan cross sectional digunakan untuk mengetahuiprevalensi
penyakit tertentu di suatu daerah tetapi dalam hal- hal tertentu prevalensi penyakit yang
ditemukan dapat digunakan untuk mengadakan estimasi insidensi penyakit tersebut. misalnya
penyakit yang menimbulkan bekas sepertivariola karena dari bekas yang ditinggalkan dapat
diperkirakan insidensi penyakittersebut dimasa lalu tetapi akan sulit memperkirakan insidensi
berdasarkan bekas yang ditinggalkan bila bekas tersebut tidak permanen.
13
c. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan sebab
akibat bila penyakit itu mengalami perubahan yang jelas dan tetap, misalnyapenelitian
hubungan antara golongan darah dengan karsinoma endometrium
Bila perubahan yang terjadi tidak jelas dan tidak tetap seperti penyakit yang
menimbulkan perubahan biokimia atau perubahan fisiologi dilakukan penelitian cross
sectional karena pada penelitian ini sebab dan akibat ditentukan pada waktu yang sama dan
antara sebab akibat dapat saling mempengaruhi misalnya hubungan antara hipertensi dengan
tingginya kadar kolesterol darah.
d. Penelitian cross sectional dimaksudkan untuk memperoleh hipotesis spesifik yang akan
diuji melalui penelitian analitis, misalnya dalam suatu penelitian cross sectional di suatu
daerah ditemukan bahwa sebagian besar penderita diare menggunakan air kolam sebagai
sumber air minum. Dari hasil ini belum dapat dikatakan bahwa air kolam tersebut factor
resiko timbulnya diare, tetapi penemuan tersebut hanya merupakan suatu perkiraan atau
hipotesis yang harus diuji melalui penelitian analitis.
2. Langkah-langkah Studi Cross Sectional
Untuk melakukan penelitian dengan pendekatan cross sectional dibutuhkan langkah-
langkah sebagai berikut.
a. Identifikasi dan perumusan masalah
Masalah yang akan diteliti harus diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas agar
dapat ditentukan tujuan penelitian dengan jelas
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap insidensi dan
prevalensi berdasarkan catatan yang lalu untuk mengetahui secara jelas bahwa masalah yang
sedang dihadapi merupakan masalah yang penting untuk diatasi melalui suatu penelitian. Dari
masalah tersebut dapat diketahui lokasi masalah tersebut berada.
b. Menetukan tujuan penelitian
Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas agar orang dapat mengetahui apa
yang akan dicari, dimana akan dicari, sasaran, berapa banyak dan kapan dilakukan serta siapa
yang melaksanakannya.
Sebelum tujuan dapat dinyatakan dengan jelas, hendanya tidak melakukan tindakan lebih
lanjut. Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian karena
dari tujuan ini dapat ditentukan metode yang akan digunakan.
c. Menentukan lokasi dan populasi studi
14
Dari tujuan penelitian dapat diketahui lokasi penelitian dan ditentukan pula populasi
studinya. Biiasanya, penelitian cross sectional tdak dilakukan terhadap semua subjek studi,
tetapi dilakukan kepada sebagian populasi dan hasilnya dapat diekstrapolasi pada populasi
studi tersebut.
Populasi studi dapat berupa populasi umum dan dapat berupa kelompok populasi
tertentu tergantung dari apa yang diteliti dan di mana penelitian dilakukan
Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengumpulan data, sasaran yang dituju yang
disebut subjek studi harus diberi criteria yang jelas, misalnya jenis kelamin, umur, domisili,
dan penyakit yang diderita. Hal ini penting untuk mengadakan ekstrapolasi hasil penelitian
yaitu kepada siapa hasil penelitian ini dilakukan
d. Menentukan cara dan besar sampel
Pada penelitian cross sectional diperlukan perkiraan besarnya sampel dan cara
pengambilan sampel. Perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus Snedecor dan
Cochran berikut.
1) Untuk data deskrit
n= besar sampel
p= proporsi yang diinginkan
q= 1-p
Z= simpangan dari rata- rata distribusi normal standard
L= besarnya selisih antara hasil sampel dengan populasi yang masihh dapat diterima
2) Untuk data kontinyu
S2= varian sampel
Cara pengambilan sampel sebaiknya dilakukan acak dan disesuaikan dengan kondisi
populasi studi, besarnya sampel, dan tersediannya sampling frame yaitu daftar subjek studi
pada populasi studi.
e. Memberikan definisi operasional
f. Menentukan variable yang akan diukur
g. Menyusun instrument pengumpulan data
15
Instrument yang akan digunakan dalam penelitian harus disusun dan dilakukan uji
coba. Instrument ini dimaksudkan agar tidak terdapat variable yang terlewatt karena dalam
instrument tersebut berisi semua variable yang hendak diteliti
Instrument dapat berupa daftar pertanyaan atau pemeriksaan fisik atau laboratorium
atau radiologi dan lain- lain disesuaikan dengan tujuan penelitian
h. Rancangan analisis
Analisis data yang diperoleh harus sudah dirrencanakan sebelum penelitian
dilaksanakan agar diketahui perhitungan yang akan digunakan. Rancangan analisis harus
disesuaikan dengan tujuan penelitian agar hasil penelitian dapat digunakan untuk menjawab
tujuan tersebut.
3. Keuntungan dan Kekurangan Cross Sectional
Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional mempunyai beberapa
keuntungan dan kerugian sebagai berikut.
Keuntungan dari cross sectional yaitu :
a. Mudah untuk dilaksanakan
b. Hasil segera diperoleh
c. Dapat menjelaskan hubungan antara fenomena kesehatan yang diteliti dengan faktor-
faktor terkait (terutama karakteristik yang menetap)
d. merupakan studi awal dari suatu rancangan studi kasus-kontrol maupun kohort
e. Dalam penelitian epidemiologi, pendekatan cross sectional merupakan cara yang
cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa
f. Penelitian cross sectional dapat menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian
analitis(baseline information).
g. Pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk mengetahui prevalensi penyakit
tertentu dan masalah kesehatan yang terdapat dimasyarakat dan dengan demikian dapat
digunakan untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan
h. Memudahkan pengumpulan data dalam waktu relative singkat
Disamping beberapa keuntungan yang telah disebutkan di atas, penelitian dengan
pendekatan cross sectional tidak luput dari beberapa kerugian berikut
a. Hanya kasus prevalens atau yang tidak terkena dampak tertentu yang diteliti
b. Membutuhkan skema sampling yang terencana baik sehingga dapat memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk terpilih
16
c. Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang
terjadi dengan berjalannya waktu
Untuk mengatasi kelemahan ini dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian cross
sectional berulang- ulang agar dapat diketahui perubahan yang terjadi, misalnya perubahan
prevalensi penyakit TBC di suatu daerah, tetapi cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu
pada penelitian berikutnya telah terjadi perubahan dalam distribusi golongan umur dan
orang- orang dengan golongan umur tertentu yang bukan berasal dari kohort yang sama
karena kemungkinan terjadi migrasi ke dalam atau ke luar.
Contoh lain adalah survey untuk memperoleh gambaran kesehatan masyarakat
disekitar bendungan yang dilakukan sebelum dan setelah dibangunnya bendungan PLTA
Cirata, Jawa Barat (Eko Budiarto, dkk., 1982). Penelitian ini menggunakan rancangan pre-
intervensi dan post intervensi tanpa kelompok kontrol
d. Informasi yang diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah kesehatan yang
dicari tidak diperoleh.
e. Sulit untuk perhitungan besarnya resiko secara akuran dan sulit menentukan besarnya
insidensi penyakit
f. Lebih membutuhkan subjek yang lebih besar terutama bila variable yang diteliti
cukup banyak
g. Tidak dapat digunakan untuk penelitian terhadap penyakit yang jarang dalam
masyarakat
B. Ruang Lingkup Penelitian Retrospektif (Kasus Kontrol)
Penelitian retrospektif sering disebut juga penilitian kasus control, ekspos factor dan
untuk memudahkan agar tidak terjadi kesalahan maka disarankan untuk menggunakan istilah
trohok atautrohoc (Alvan Feinstein) yaitu cohort yang dibaca dari belkang sesui dengan
proses perjalanna penyakit yang diikuti, sedangkan pada penelitian kohort proses diikuti
kedepan artinya dari factor resiko mencari insidensi, sedangkan penelitian retrospektif
mengikuti proses ke belakang dari penderita pada keadaan awal untuk mencari factor resiko.
Studi case control adalah rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari
hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan
kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Ciri-ciri studi case
control adalah pemilihan subyek berdasarkan status penyakit, untuk kemudian dilakukan
pengamatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak.
Karakteristik case control antara lain :
17
1. Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif
2. Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol
3. Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebab-akibat
4. Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik
5. Kelompok kontrol mempunyai risiko terpajan yang sama dengan kelompok kasus
6. Pada penelitian kasus-kontrol, yang dibandingkan ialah pengalaman terpajan oleh
faktor risiko antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol
7. Penghitungan besarnya risiko relatif hanya melalui perkiraan melalui
perhitungan odds ratio
Studi case control bersifat retrospektif, yang maksudnya adalah jika peneliti
menentukan status penyakit dulu, lalu mengusut riwayat paparan ke belakang. Arah
pengusutan seperti itu bisa dikatakan “anti-logis”, sebab peneliti mengamati akibatnya dulu
lalu meneliti penyebabnya, sementara yang terjadi sesungguhnya penyebab selalu
mendahului akibat.
Pada studi kasus kontrol, peneliti menggunakan kasus-kasus yang sudah ada dan
memilih kontrol (non-kasus) yang sebanding. Lalu peneliti mencari informasi status
(riwayat) paparan masing-masing subjek kasus dan kontrol. Jadi pada studi kasus kontrol
peneliti tidak bisa menghitung risiko dan risiko relatif (RR). Sebagai ganti risiko, pada
studi kasus kontrol peneliti menggunakan odd. What is odd? Odd adalah probabilitas dua
peristiwa yang berkebalikan, misalnya sakit verus sehat, mati versus hidup, terpapar versus
tak terpapar. Pada studi kasus kontrol, odd pada kasus adalah rasio antara jumlah kasus
yang terpapar dibagi tidak terpapar. Odd pada kontrol adalah rasio antara jumlah kontrol
terpapar dibagi tidak terpapar. Jika odd pada kasus dibagi dengan odd pada kontrol, diperoleh
Odds ratio (OR). OR digunakan pada studi kasus kontrol sebagai pengganti RR.
Jadi penelitian retrospektif dapat diartikan sebagai suatu penelitian dengan
pendekatan longitudinal yang bersifat observasional mengikuti perjalanan penyakit ke arah
belakang (retrospektif) untuk menguji hipotesis spesifik tentang adanya hubungan
pemaparan terhadap factor resiko dimasa lalu dengan timbulnya penyakit. Dengan kata lain,
mengikuti perjalanan penyakit dari akibat ke sebab dengan membandingkan besarnya
pemaparan factor resiko di masa lalu antara kelompok kasus dengan kelompok control
sebagai pembanding. Hal ini menunjukkan bahwa pada awalnya penelitian terdiri dari
kelompok penderita (kasus) dan kelompok bukan penderita yang akan diteliti sebagai control.
Uraian diatas secata skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
18
YANG LALU SAAT INI
Mencari pemaparan factor resiko retrospektif kelompok kasus dan control
SEBAB AKIBAT
Kelompok kasus atau kelompok penderita ialah kelompok individu yang menderita
penyakit yang akan diteliti dan ikut dalam proses penelitian sebagai subjek studi. Hal ini
penting dijelaskan karena tidak semua orang yang memenuhi criteria penyakit yang akan
diteliti bersedia mengikuti penelitian dan tidak semua penderita memenuhi criteria yang telah
ditentukan.
Kelompok control ialah kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit
yang akan diteliti tetapi memiliki peluang yang sama dengan kelompok kasus untuk terpajan
oleh factor rresiko yang diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit dan bersedia menjadi
subjek studi
1. Ciri- Ciri Penelitian Kasus Kontrol/Retrospektif
Penelitian retrospektif memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
a. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional
b. Diawali dengan kelompok penderita dan bukan penderita
c. Terdapat kelompok control
d. Kelompok control harus memliki resiko terpajan oleh factor resiko yang sama dengan
kelompok kasus
e. Membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh factor resiko antara kelompok kasus
dan kelompok control
f. Tidak mengukur insidensi
2. Keuntungan Dan Kerugian Penelitian Kasus Kontrol
Penelitian case control memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:
a. Sangat sesuai untuk penelitian penyakit yang jarang tterjadi atau penyakit dengan fase
laten yang panjang atau penyakit yang sebelumnya tidak pernah ada
b. Pelaksanaannya relative lebih cepat jika dibandingkan dengan cohort karena pada
penelitian case control diawali dengan penderita yang berarti penyakit yang diteliti telah
19
timbul, sedangkan pada penelitian cohort, insidensi penyakit yang akan diteliti harus
menunggu cukup lama.
c. Sampel yang dibutuhkan untuk penelitian case control lebih kecil dari pada penelitian
cohort walaupun digunakan beberapa control untuk satu kasus.
d. Biaya penelitiannya relative lebih kecil dibandingkan dengan penelitian cohort karena
sampel yang lebih sedikit dan waktu yang lebih singkat
e. Tidak dipengaruhi oleh factor etis seperti penelitian aksperimen
f. Data yang ada mungkin dapat dimanfaatkan terutama bila penelitian dilakukan di rumah
sakit
g. Kemungkinan untuk mengadakan penelitian terhadap beberapa factor yang diduga sebagai
factor penyebab
Disamping beberapa keuntungan tersebt, terdapat pula beberapa kerugian sebagai
berikut:
a. Kesalahan pemilihan kasus yang disebabkan kesalahan dalam diagnose
b. Kesalahan dalam pemilihan control
c. Berpotensi timbulnya bias informasi
d. Validitas adat yang diperoleh tidak dapat dilakukan
e. Pengendalian terhadap factor perancu (confounding factor) sulit dilakukan dengan lengkap
f. Perhitungan resiko relative hanya berupa erkiraan
g. Tidak didapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil penelitian
3. Pengukuran Odd Rasio (=psi)
Pengukuran resiko relatif pada penelitian case control tidak dapat dilakukan secara
langsung tetapi hanya berupa perkiraan karena pada penelitian case control tidak mengukur
insidensi tetapi hanya mengukur besarnya paparan. Secara skematis dapat disajikan dalam
bentuk tabel berikut
Penyakit
Pemaparan Positif Negative Jumlah Odds penyakit
Positif A B m1 a/b
Negative C D m2 c/d
Jumlah n1 n2 N
Odds pemaparan a/c b/d
20
Odds ratio () (a/b)/(c/d) atau ad/bc
Contoh:
Suatu penelitian tentang hubungan karsinoma paru- paru dengan rokok yang
dilakukan secara retrospektif dengan mengambil 100 orang penderita Ca paru- paru sebagai
kasus dan 100 orang dengan penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan Ca paru- paru
sebagai kelompok control. Kedua kelompok disamakan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan
social ekonomi
Hasilnya yang diperoleh adalah pada kelompok kasus dengan 90 orang yang
merokok, sedangkan pada kelompok control terdapat 40 orang yang merokok. Hal ini dapat
digambarkan secara skematis dalam bentuk tabel berikut:
Pajanan Kasus Control
Perokok 90 40
Bukan perokok 10 60
Jumlah 100 100
Rate pemaparan pada kelompok kasus= 90/100= 90%
Rate pemaparan pada kelompok control = 40/100= 40%
Odds ratio= (90x60)/(40x 10)= 5400/500= 10,8
Ini berarti bahwa diperkirakan resiko bagi perokok terkena karsinoma paru- paru adalah 10,8
kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok.
METODE PENELITIAN ANALITIK - OBSERVASIONAL
03.41 |
A.Inter vensional (eksperimental)
1.Uji Klinis
2.Intervensi : Pendidikan perilaku kesehatan masyarakat
21
B.Observasional
1.Studi Cross-Sectional
Dalam pengukuran cross-sectional peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable
pada saat tertentu. Subyek yang diamati hanya di osevasi satu kali saja dan pengukuran
variable subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. Jadi, pada studi Cross Sectional
peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.
Desain cross-sectional merupakan desain yang dapat digunakan untuk penelitian deskriptif,
namun juga dapat untuk penelitian analitik sehingga sering digunakan untuk studi klinis
maupun lapangan.
Kelebihan :
a.Keuntungan yang utama dari desain cross-sectional adalah memungkinkan penggunaan
populasi dari masyarakat umum, tidak hanya para pasien yang mencari pengobatan, hingga
generalisasinya cukup memadai.
b.Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh.
c.Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.
d.Jarang terancam loss to follow-up (drop out).
e.Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen,
tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya.
f.Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat lebih konklusif.
Contoh : Ingin diketahui peran kadar kolesterol, trigliserida, hemoglobin, jumlah konsumsi
rokok, dan usia terhadap tekanan darah diastolok guru lelaki di Jakarta. Hubungan antara
pelbagai variabel independen (factor risiko) dengan variabel dependen (tekanan darah)
dinyatakan dalam persamaan regresi multiple.
Kekurangan :
a.Sulit untuk menemukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek pada saat
yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas). Akibatnya sering tidak mungkin
ditentukan mana penyebab dan mana akibat 9dilema telur dan ayam, horse and cart).
b.Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit yang panjang
dari pada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena individu yang cepat sembuh atau
cepat meninggal mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi. Bila
karakteristik pasien yang cepat sembuh atau meninggal itu berbeda dengan mereka yang
mempunyai masa sakit panjang, terdapat salah interpretasi hasil penelitian.
c.Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak , terutama bila variabel yang dipelajari
banyak.
22
d.Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis.
e.Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang.
f.Mungkin terjadi bias prevalens atau bias insidens karena efek factor suatu risiko selama
selang waktu tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai efek suatu penyakit.
2.Studi Kasus-Kontrol (Case Control)
Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran variabel tergantung, yakni efek, sedangkan
variabel bebasnya di cari secara retrospektif, karena itu studi kasus-kontrol disebut studi
longitudinal, artinya subyek tidak hanya di observasi pada satu saat tetapi diikuti selama
periode yang ditentukan. Pada studi ini dilakukan identifikasi subyek (kasus) yang telah
terkena penyakiy (efek), kemudian ditelusuri secara retrospektif ada atau tidak adanya factor
risiko yang didug aberperan. Pemilihan subyek sebagai control ini dapat dilakukan dengan
cara serasi (matching) atau tanpa matching.
Contoh : Hubungan antara pemberian susu formla pada masa neonates(formula dini)
berkaitan dengan peningkatan kejadian asma dibawah usia 1 tahun (asma dini)
Pada studi kasus control yaitu dengan mencari bayi dengan dan tanpa asma.
Kelebihan :
a.Studi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya, cara untuk meneliti
kasus yang jarang atau masa latennya panjang
b.Hasil dapat diperoleh dengan cepat
c.Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit
d.Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit
e.Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai factor risiko sekaligus dalam satu
penelitian
Kelebihan :
1.Data mengenai pajanan factor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau
catatan medik sehingga dapat menyebabkan recall bias. Data sekunder catatan medic rutin
yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat.
2.Validasi mengenai informasi kadang – kadang sukar diperoleh
3.Oleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneloti maka sukar untuk meyakinkan
bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam pelbagai factor eksternal dan sumber bias
lainnya
4.Tidak dapat memberikan incidence rates
5.Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen, hanya berkaitan
23
dengan satu penyakit atau efek.
3.Studi Kohort
Berlawanan dengan studi kasus-kontrol yang dimulai dengan identifikasi efek. Pada
penelitian kohort yang diidentifikasi dulu adalah kasusnya, kemudian subyek diikuti secara
prospektif selama periode tertentu untuk mencari ada tidaknya efek. Pada penelitian kohort
murni (internal), yang diamati adalah subyek yang belum mengalami pajanan factor risiko
serta belum mengalami faktor efek. Subyek yang terpajan menjadi kelompok yang diteliti,
sedang subyek yang tidak terpajan menjadi kontrol. Kedua kelompok tersebut kemudian
diikuti selama periode waktu tertentu, dan ditentukan apakah telah terjadi efek atau penyakit
yang diteliti sedangkan pada studi kohort eksternal apabila subyek yang dipilih sudah terkena
factor risiko namun belum mengalami efek dan kelompok pembanding dipilih dari subyek
lain yang tanpa pajanan factor risiko dan tanpa efek.
Modifikasi Rancangan Studi Kohort
a.Studi Kohort Retrospektif
Pada desain ini, peneliti mengidentifikasi factor risiko dan efek pada kohort yang telah terjadi
di masa lalu namun kejadian efek ditelusur prospektif dilihat dari saat pajanan risiko. Jenis
analisis yang digunakan sama dengan pada studi kohort prospektif. Kesahihan hasil studi ini
sangat bergantung pada kualitas data pada rekam medik atau catatan yang dipergunakan
sebagai sumber data.
b.Studi kohort berganda
Pada studi kohort berganda dengan kelompok pembanding eksternal, penelitian dimulai
dengan kedua kelompok subyek dari populasi yang berbeda, yakni satu kelompok dengan
factor risiko dan kelompok lain tanpa faktor risiko. Desain ini lebih sering digunakan
ketimbang studi kohort dengan kelompok pembanding internal. Pendekatan metodologis pada
rancangan penelitian kohort berganda ini dapat dilaksanakan dengan cara prospektif maupun
retrospektif.
c.Nested case-control study
Jenis studi ini secara harfiah berarti terdapatnya bentuk studi kasus-kontrol yang bersarang
(nested) di dalam rancangan penelitian kohort. Data yang digunakan adalah data yang
diperoleh dari studi kohort. Setelah penelitian kohort selesai maka diperoleh sejumlah subyek
dengan efek yang positif yang berasal dari kelompok yang terpajan dan kelompok control.
Keunggulan studi in, yaitu penghematan biaya karena pemeriksaan laboratorik pada factor
risiko hanya dilakukan pada kelompok kasus dan kantrol bukan pada semua subyek
24
penelitian studi kohort, selain itu studi ini lebih unggul disbanding studi kasus-kontrol biasa
karena sampel kontrolnya ditarik dari populasi yang sama dengan populasi kasus.
Contoh : Hubungan antara pemberian susu formula pada masa neonates(formula dini)
berkaitan dengan peningkatan kejadian asma dibawah usia 1 tahun (asma dini)
Jika pada studi kohort, yaitu dengan mengamati bayi baru lahir, mencatat yang diberi formula
dini dan yang tidak.
Kelebihan :
1.Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan penyakit
atau efek yang diteliti
2.Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika antara hubungan
factor risiko dengan efek secara temporal
3.Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progresif
4.Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu factor risiko
tertentu
5.Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, studi kohort memiliki
kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang makin meningkat.
Kekurangan :
1.Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama
2.Sarana dan biaya biasanya mahal
3.Studi kohort seringkali rumit
4.Kurang efisien dari segi waktu dan biaya untuk meneliti kasus jarang
5.Terancam drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau factor risiko dapat
mengganggu analisis lain
6.Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti membiarkan
subyek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap dapat merugikan subyek.
25