Tutorial Riset

38
DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH Dr. Suparyanto, M.Kes DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH APA ITU DESIGN RESEARCH Design research atau rancangan penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan mengolah data agar dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian Yang termasuk rancangan penelitian adalah: jenis penelitian, populasi, sample, sampling, instrumen penelitian, cara pengumpulan data, cara pengolahan data, perlu tidak mengunakan statistik, serta cara mengambil kesimpulan MACAM DESIGN RESEARCH Berdasar tujuannya, rancangan penelitian dibedakan: 1. Eksploratif 2. Deskriptif 3. Analitik 4. Eksperimental Rancangan Penelitian Eksploratif: digunakan untuk menelusuri kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel yang belum pernah diketahui Rancangan Penelitian Deskriptif: digunakan untuk menggambarkan besarnya masalah (variabel Orang, Tempat, Waktu) 1

Transcript of Tutorial Riset

Page 1: Tutorial Riset

DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH

Dr. Suparyanto, M.Kes

DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH

APA ITU DESIGN RESEARCH

Design research atau rancangan penelitian adalah suatu rencana tentang cara

mengumpulkan dan mengolah data agar dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian

Yang termasuk rancangan penelitian adalah: jenis penelitian, populasi, sample,

sampling, instrumen penelitian, cara pengumpulan data, cara pengolahan data, perlu tidak

mengunakan statistik, serta cara mengambil kesimpulan

MACAM DESIGN RESEARCH

Berdasar tujuannya, rancangan penelitian dibedakan:

1. Eksploratif

2. Deskriptif

3. Analitik

4. Eksperimental

Rancangan Penelitian Eksploratif: digunakan untuk menelusuri kemungkinan adanya

hubungan sebab akibat antara dua variabel yang belum pernah diketahui

Rancangan Penelitian Deskriptif: digunakan untuk menggambarkan besarnya masalah

(variabel Orang, Tempat, Waktu)

Rancangan penelitian Analitik: digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat

antara dua variabel secara observasional, dimana bentuk hubungan dapat: perbedaan,

hubungan atau pengaruh

Rancangan Penelitian Eskperimen: digunakan untuk mengetahui hubungan sebab

akibat antara dua variabel, dimana sebabnya merupakan intervensi peneliti

Pendekatan Cross sectional atau Transversal atau studi Prevalensi adalah penelitian

yang dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan obyek studi hanya

dilakukan sekali

1

Page 2: Tutorial Riset

Pendekatan Longitudinal / Time series à Penelitian yang dilakukan pada periode

waktu tertentu, untuk melihat perubahan yang terjadi mulai awal sampai waktu yang

ditentukan secara berurutan

BEDA RANCANGAN PENELITIAN OBSERVASIONAL DAN EKSPERIMENTAL

Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya melakukan

observasi, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti

Penelitian ekperimental adalah penelitian dimana peneliti melakukan intervensi pada

variabel sebab yang akan diteliti

PENDEKATAN PENELITIAN OBSERVASIONAL

Pada penelitian observasional dibedakan tiga pendekakan:

1. Cross Sectional

2. Cohort / Prospektif

3. Retrospectif / Kasus Kontrol

PENDEKATAN CROSS SECTIONAL

Penelitian Analitik Cross Sectional adalah penelitian observaional dimana cara

pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali waktu pada saat

yang bersamaan

Populasinya adalah semua responden baik yang mempunyai kriteria variabel bebas

dan variabel tergantung maupun tidak

Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur

Jika penelitian menggunakan pendekatan Cross Sectional, maka populasinya adalah:

Semua Wanita Usia Subur (baik yang ikut depo provera maupun tidak, serta baik

yang obesitas maupun tidak)

Cara pengambilan data, setiap responden diambil datanya untuk dua variabel

sekaligus

Setiap responden (WUS), dilakukan pengambilan dua data sekaligus, yaitu data

tentang memakai depo propera atau tidak, sekaligus diukur sedang mengalami obesitas atau

tidak

2

Page 3: Tutorial Riset

BAGAN DESIGN ANALITIC RESEARCH CROSS SECTIONAL

PENDEKATAN COHORT

Penelitian Analitik dengan pendekatan Cohort adalah penelitian dimana pengambilan

data variabel bebas (sebab) dilakukan terlebih dahulu, setelah beberapa waktu kemudian baru

dilakukan pengambilan data variabel tergantung (akibat)

Populasi pada penelitian ini adalah semua responden yang mempunyai kriteria

variabel sebab (sebagai kelompok studi)

Pada penelitian Cohort perlu kontrol, yaitu kelompok yang tidak mempunyai kriteria

variabel sebab

Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur

Jika penelitian menggunakan pendekatan Cohort, maka populasinya adalah:

Semua Wanita Usia Subur yang menggunakan Depo Propera (kelompok studi)

Sedangkan kelompok kontrolnya adalah: semua WUS yang tidak menggunakan Depo

Propera

Setelah diamati beberpa waktu tertentu (misal 1 tahun), dilakukan pengambilan data

obesitas (variabel akibat), baik pada kelompok sebab maupun kelompok akibat

Kemudian data kedua kelompok studi dan kontrol dianalisa dengan menggunakan uji

statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN PENELITIAN ANALITIK COHORT

3

Page 4: Tutorial Riset

PENDEKATAN RETROSPEKTIF

Penelitian Analitik dengan pendekatan retrospektif adalah penelitian dimana

pengambilan data variabel akibat (dependent) dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru

diukur varibel sebab yang telah terjadi pada waktu yang lalu, misalnya setahun yang lalu,

dengan cara menanyakan pada responden

Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur

Jika penelitian menggunakan pendekatan Retrospektif, maka populasinya adalah:

Semua Wanita Usia Subur yang mengalami obesitas (Kelompok studi)

Sedang kelompok kontrolnya adalah: semua WUS yang tidak mengalami obesitas

BAGAN DESAIN PENELITIAN ANALITIK RETROSPEKTIF

DESAIN EKSPERIMENTAL

Penelitian Eksperimental adalah penelitian dimana peneliti melakukan interventi

terhadap varibel sebab yang akan diteliti

Desain Esperimental dibagai tiga:

4

Page 5: Tutorial Riset

1. Pra Eksperimental

2. Quasy Experiment

3. True Experiment

DESAIN PRA EKSPERIMENT

Desain Pra Eskperimental adalah penelitian eksperimen yang hanya menggunakan

kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol, serta pengambilan respondon tidak

dilakukan randomisasi

Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil

Populasi: semua ibu hamil

Pre Test

Intervensi: penyuluhan

Post Test

Hasil Pre Test dan Post Test dibandingkan dengan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN PRA EKSPERIMEN

DESIGN QUASY EXPERIMENT

Design Quasy Experiment adalah penelitian eksperimental dimana pada penelitian ini

sudah ada kelompok studi dan kelompok kontrol, namun pengambilan responden belum

dilakukan secara randomisasi

Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil

Populasi: semua ibu hamil, dibagi dua kelompok, studi dan kontrol

5

Page 6: Tutorial Riset

Pada kelompok studi dilakukan intervensi penyuluhan, sedang pada kelompok kontrol

tidak dilakukan intervensi penyuluhan

Dilakukan pengambilan data pengetahuan, baik pada kelompok studi dan kelompok

kontrol, hasilnya dianalisa dengan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN KUASI EKSPERIMEN

TRUE EXPERIMENT DESIGN

True Experiment Design adalah penelitian experimen dimana kelompok studi dan

kelompok kontrol pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi, serta pada

kelompok studi dilakukan intervensi variabel sebab sedang pada kelompok kontrol tidak

dilakukan intervensi.

Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil

Populasi: semua ibu hamil, dibagi dua kelompok, studi dan kontrol, dimana

pengambilan dilakukan secara randomisasi

Pada kelompok studi dilakukan intervensi penyuluhan, sedang pada kelompok kontrol

tidak dilakukan intervensi penyuluhan

Dilakukan pengambilan data pengetahuan, baik pada kelompok studi dan kelompok

kontrol, hasilnya dianalisa dengan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN EKSPERIMEN MURNI

6

Page 7: Tutorial Riset

Macam-macam Desain Penelitian Observasional

1. Cross Sectional (lintas-bagian)

Penelitian lintas-bagian adalah penelitian yang mengukur prevalensi penyakit~ Oleh karena

itu seringkali disebut sebagai penelitian prevalensi. Penelitian ini bertujuan untuk

mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status paparan dan

penyakit secara serentak pada individu dan populasi tunggal pada satu saat atau periode

tertentu.

Penelitian lintas-bagian relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan oleh peneliti dan

amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing

individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya

kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. instrumen yang sering

digunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian

kuesioner.

Dalam penelitian ini variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi

hanya sekali pada saat yang sama.

• Langkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi variable-variabel penelitian dan mengidentifikasi factor resiko dan factor

efek

2. Menetapkan subjek penelitian.

3. Melakukan observasi atau pengukuranvariabel-variabel yang merupakan factor resiko dan

factor efek sekaligus berdasrkan status keadaan varibel pada saat itu (pengumpulan data).

4. Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-

7

Page 8: Tutorial Riset

kelompok hasil observasi (pengukuran).

Kelebihan Cross Sectional 

1. Mudah, ekonomis, hasil cepat didapat 

2. Dapat meneliti banyak variabel sekaligus 

3. Kemungkinan subjek “drop out” kecil 

4. Tidak banyak hambatan etik 

5. Dapat sebagai dasar penelitian selanjutnya 

• Kelemahan Cross Sectional

1. Subjek penelitian cukup besar terutama bila variabel banyak dan faktor risk relatif jarang

ditemukan 

2. Kurang tepat untuk mempelajari penyakit dengan kurun waktu sakit pendek 

3. Kesimpulan korelasi paling lemah dibanding case control atau cohort

4. Tidak dapat menggambarkan perjalanan penyakit à faktor risiko, diagnosis, prognosis

5. Sulit menetapkan mekanisme sebab akibat 

2. Penelitian Kasus Kontrol (case control)

Penelitian kasus kontrol adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara

paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan

kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Ciri penelitian ini adalah: pemilihan

subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek

mempunyai riwayat terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut:

Kasus berupa insidensi yang muncul dan populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita

disebut Kontrol. Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian restrospektif bila peneliti

melihat ke belakang dengan menggunakan data yang berasal dari masa lalu atau bersifat

prospektif bila pengumpulan data berlangsung secara berkesinambungan sering dengan

berjalannya waktu. Idealnya penelitian kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru

untuk mencegah adanya kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan

penyebab dan kelangsungan hidup.

Dalam disain penelitian ini 

Mempelajari seberapa jauh f risiko mempengaruhi terjadinya efek 

Hub sebab akibat :

cross sectional < case control < cohort F risk dipelajari melalui pendekatan retrospektif efek

diidentifikasi saat ini, f risk diidentifikasi masa lalu Tahapan kasus kontrol 1. Menetapkan

pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai 2. Menetapkan variabel penelitian 3.

8

Page 9: Tutorial Riset

Menetapkan subjek penelitian 4. Melakukan pengukuran variabel 5. Analisis hasil

Kelebihan kasus kontrol 1. Cocok untuk mempelajari penyakit yg jarang ditemukan 2. Hasil

cepat, ekonomis 3. Subjek penelitian bisa lebih sedikit 4. Memungkinkan mengetahui

sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan penyakit 5. Kesimpulan korelasi >

baik, krn ada pembatasan dan pengendalian f risk

6. Tidak mengalami kendala etik 

• Kelemahan kasus kontrol 

1. Bias

2. Tdk diketh pengaruh variabel luar yg tak terkendali dgn teknik matching

3. Pemilihan kontrol dgn mathcing akan sulit bila faktor risiko yg di “matching”kan banyak 

4. Kelompok kasus dan kontrol tidak random à apakah faktor luar seimbang? 

Contoh : Penelitian ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi/ kekurangan gizi pada

anak balita dengnan perilaku pemberian makanan oleh ibu.

Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel dependen ( efek ) dan variabel- variabel

independen (faktor resiko ).

- Variabel dependen : malnutrisi

- Variabel independen : perilaku ibu dalam memberikan makanan.

- Variabel independen yang lain : pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak, dan

sebagainya.

Tahap kedua : Menetapkan objek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Objek

penelitian disini adalah pasangan ibu dan anak balitanya. Namun demikian perlu dibatasi

pasangan ibu dan balita daerah mana yang dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian

ini.

Tahap ketiga : Mengidentifikasi kasus, yaitu anak balita yang menderita malnutrisi (anak

balita yang memenuhi kebutuhan malnitrisi yang telah ditetapkan, misalnya berat per umur

dari 75 % standar Harvard. Kasus diambil dari populasi yang telah ditetapkan .

Tahap keempat : Pemilihan subjek sebagai kontrol, yaitu pasangan ibu-ibu dengan anak balita

mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan kepada kesamaan karakteristik subjek pada

kasus. Misalnya ciri-ciri masyarakatnya, sosial ekonominya dan sebagainya.

Tahap kelima : Melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari kasusu (anak balita

malnutrisiI itu diukur atau ditanyakan kepada ibu dengan menggunakan metose recall

mengenai perilaku memberikan jenis makanan , jumlah yang diberikan kepada anak balita

selama 24 jam.

Tahap keenam : Melakukan pengolahan dan analisis data . Dengan membandingkan proporsi

9

Page 10: Tutorial Riset

perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik dalam hal memberikan makanan kepada

anaknya pada kelompok kasus, dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok

kontrol. Dari sini akan diperoleh bukti ada tidaknya hubungan perilaku pemberian makanan

dengan malnutrisi pada anak balita.

3. Penelitian Cohort (Penelitian Prospektif )

PENELITIAN COHORT (PENELITIAN PROSPEKTIF ) merupakan suatu penelitian survei

( non ksperimen ) yang paling baik dalam menghubungkan antara faktor resiko dengan efek

( Penyakit ). Penelitian cohort digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor

resiko dengan efek melalui pendekatanlongitudinal ke depan atau prospektif. Artinya faktor

resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu kemudian diikuti ke depan secara prospektif

timbulnya efek, yaitu : penyakit atau salah satu indikator status kesehatan.

Penelitian Cohort membandingkan proporsi subjek yang menjadi sakit ( efek positif ) antara

kelompok subjek yang diteliti dengan faktor positif dengan kelompok subjek dengan faktor

resiko negatif ( kelompok kontrol ).

Penelitian observasional analitik yang didasarkan pada pengamatan sekelompok penduduk

tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini kelompok penduduk yang diamati

merupakan kelompok penduduk dengan 2 kategori tertentu yakni yang terpapar dan atau yang

tidak terpapar terhadap faktor yang dicurigai sebagai faktor penyebab. Penelitian ini (cohort)

adalah kebalikan dari case control. faktor resiko (penyebab) telah diketahui terus diamati

secar terus menerus akibat yang akan ditimbulkannya.

Langkah-langkah pelaksanan penelitian cohort:

1. Identifikasi faktor-fakor rasio dan efek

2. Menetapkan subjek penelitian ( menetapkan populasi dan sampel )

3. Pemilihan subjek dengan faktor resiko positif dari subjek dengan efek negatif

4. Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol

5. Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya

mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok

6. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapatkan efek positif

dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok resiko positif maupun

kelompok kontrol.

Keunggulan Penelitian Cohort

1. Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok (kelompok subjek dan kelompok

10

Page 11: Tutorial Riset

kontrol) sejak awal penelitian.

2. Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu waktu ke waktu yang

lain.

3. Ada keseragaman observasi, baik terhadap faktor resiko maupun efek dari waktu ke waktu.

4. Bebas bias seleksi dan recall bias.

5. Outcome tidak mempengaruhi seleksi.

6. Dapat dipelajari sejumlah efek secara serentak.

Kekurangan Penelitian Cohort

1. Memerlukan waktu yang cukup lama

2. Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit

3. Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan mengganggu analisis hasil

4. Ada faktor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek (mungkin

penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.

5. Relatif mahal.

6. Extraneous variabel kadang sukar dikontrol.

7. Ukuran sampel sangat besar untuk penyakit yang jarang.

Contoh : Penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara Ca paru (efek) dengan

merokok (resiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.

Tahap pertama : Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan resiko (variabel

independen) serta variabel-variabel pengendali (variabel kontrol).

- Variabel dependen : Ca. Paru

- Variabel independen : merokok

- Variabel pengendali : umur, pekerjaan dan sebagainya.

Tahap kedua : Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Misalnya

yang menjadi populasi adalah semua pria di suatu wilayah atau tempat tertentu, dengnan

umur antara 40 sampai dengan 50 tahun, baik yang merokok maupun yang tidak merokok.

Tahap ketiga : Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari populasi tersebut,

dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok (resiko negatif) sejumlah yang kurang

lebih sama dengan kelompok merokok.

Tahap keempat : Mengobservasi perkembangan efek pada kelompok orang-orang yang

merokok (resiko positif) dan kelompok orang yang tidak merokok (kontrol) sampai pada

waktu tertentu, misal selama 10 tahun ke depan, untuk mengetahui adanya perkembangan

11

Page 12: Tutorial Riset

atau kejadian Ca paru.

Tahap kelima : Mengolah dan menganalisis data. Analisis dilakukan dengan membandingkan

proporsi orang-orang yang menderita Ca paru dengan proporsi orang-orang yang tidak

menderita Ca paru, diantaranya kelompok perokok dan kelompok tidak merokok.

Untuk penyakit yang jarang dijumpai di masyarakat maka disain yang cocok adalah kasus

dan control sedangkan untuk penyakit yang banyak terjadi di masyarakat menggunakan

disain cross sectional.

DESAIN PENELITIAN CROSSECTIONAL DAN CASE CONTROL

A.       Ruang Lingkup Penelitian Cross Sectional

            Studi cross sectional adalah suatu penelitian yang menggunakan rancangan atau

desain observasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1.      Semua pengukuran variabel (dependen dan indpenden) yang diteliti dilakukan pada waktu

yang sama

2.      Tidak ada periode follow-up

3.      Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu

4.      Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding

5.      Hubungan sebab- akibat hanya merupakan perkiraan saja

6.      Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis

7.      Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis

Cross sectional dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan tujuan penelitian dan

subjeknya baik komunitas, institusi, klinik, dll.  Cross sectional berguna untuk

mendeskripsikan penyakit dan paparan pada populasi pada satu titik waktu  tertentu. Data

yang dihasilkan dari studi potong-lintang adalah data prevalensi.  Tetapi  studi  potong-

lintang  dapat  juga  digunakan  untuk  meneliti hubungan  paparan-penyakit, meskipun 

bukti  yang  dihasilkan  tidak  kuat  untuk menarik  kesimpulan  kausal  antara  paparan  dan 

penyakit,  karena  tidak  dengan desain studi ini tidak dapat dipastikan bahwa paparan

mendahului penyakit. 

12

Page 13: Tutorial Riset

Studi potong  lintang (cross  sectional)  bersifat  non-directional  sebab  hubungan 

antara  paparan  dan penyakit  pada  populasi  diteliti  pada  satu waktu  yang  sama.  Cara 

studi  potong lintang  meneliti  hubungan  antara  paparan  dan  penyakit: 

1.      Membandingkan prevalensi penyakit pada berbagai subpopulasi yang berbeda status

paparannya;

2.      Membandingkan  status  paparan  pada  berbagai  subpopulasi  yang  berbeda status

penyakitnya.

Frekuensi penyakit dan paparan pada populasi diukur pada saat  yang  sama, maka 

data  yang  diperoleh   merupakan  prevalensi  (kasus  baru dan  lama),  bukan  insidensi 

(kasus  baru  saja),  sehingga  studi  potong  lintang disebut juga studi prevalensi, atau survei.

Pada studi potong lintang, karena bersifat “non-directional”, peneliti tidak bisa  menghitung 

insidensi  (kasus  baru),  yang  menunjukkan  risiko  terjadinya penyakit  dalam  suatu 

periode  waktu.  Jadi  pada  studi  potong  lintang,  peneliti tidak  bisa menghitung  risiko 

dan  risiko  relatif  (RR). Data  yang  diperoleh  studi potong  lintang  adalah  prevalensi, 

terdiri  atas  kasus  baru  dan  lama.  Prevalensi adalah jumlah kasus yang ada di suatu saat

dibagi dengan jumlah populasi studi. Jika  prevalensi  penyakit  pada  kelompok  terpapar 

dibagi  dengan  prevalensi penyakit  pada  kelompok  tak  terpapar, maka  diperoleh 

Prevalence  Ratio  (PR). Demikian  pula  jika  odd  penyakit  pada  kelompok  terpapar 

dibagi  dengan  odd penyakit pada kelompok tak terpapar, diperoleh Prevalence Odds Ratio

(POR).

1.      Tujuan Studi Cross Sectional

Secara garis besar, tujuan penelitian cross sectional adalah sebagai berikut

a.       Penelitian cross sectional digunakan untuk mengetahui masalah kesehatan masyarakat di

suatu wilayah, misalnya suatu sampling survey kesehatan untuk memperoleh data dasar untuk

menetukan strategi pelayanan kesehatan atau digunakan untuk membandingkan keadaan

kesehatan masyarakat disuatu saat

b.      Penelitian dengan pendekatan cross sectional digunakan untuk mengetahuiprevalensi

penyakit tertentu  di suatu daerah tetapi dalam hal- hal tertentu prevalensi penyakit yang

ditemukan dapat digunakan untuk mengadakan estimasi insidensi penyakit tersebut. misalnya

penyakit yang menimbulkan bekas sepertivariola karena dari bekas yang ditinggalkan dapat

diperkirakan insidensi penyakittersebut dimasa lalu tetapi akan sulit memperkirakan insidensi

berdasarkan bekas yang ditinggalkan bila bekas tersebut tidak permanen.

13

Page 14: Tutorial Riset

c.       Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan sebab

akibat bila penyakit itu mengalami perubahan yang jelas dan tetap, misalnyapenelitian

hubungan antara golongan darah dengan karsinoma endometrium

            Bila perubahan yang terjadi tidak jelas dan tidak tetap seperti penyakit yang

menimbulkan  perubahan biokimia atau perubahan fisiologi dilakukan penelitian cross

sectional karena pada penelitian ini sebab dan akibat ditentukan pada waktu yang sama dan

antara sebab akibat dapat saling mempengaruhi misalnya hubungan antara hipertensi dengan

tingginya kadar kolesterol darah.

d.      Penelitian cross sectional dimaksudkan untuk memperoleh hipotesis spesifik yang akan

diuji melalui penelitian analitis, misalnya dalam suatu penelitian cross sectional di suatu

daerah ditemukan bahwa sebagian besar penderita diare menggunakan air kolam sebagai

sumber air minum. Dari hasil ini belum dapat dikatakan bahwa air kolam tersebut factor

resiko timbulnya diare, tetapi penemuan tersebut hanya merupakan suatu perkiraan atau

hipotesis yang harus diuji melalui penelitian analitis.

2.      Langkah-langkah Studi Cross Sectional

Untuk melakukan penelitian dengan pendekatan cross sectional dibutuhkan langkah-

langkah sebagai berikut.

a.       Identifikasi dan perumusan masalah

Masalah yang akan diteliti harus diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas agar

dapat ditentukan tujuan penelitian dengan jelas

Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap insidensi dan

prevalensi berdasarkan catatan yang lalu untuk mengetahui secara jelas bahwa  masalah yang

sedang dihadapi merupakan masalah yang penting untuk diatasi melalui suatu penelitian. Dari

masalah tersebut dapat diketahui lokasi masalah tersebut berada.

b.      Menetukan tujuan penelitian

Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas agar orang dapat mengetahui apa

yang akan dicari, dimana akan dicari, sasaran, berapa banyak dan kapan dilakukan serta siapa

yang melaksanakannya.

Sebelum tujuan dapat dinyatakan dengan jelas, hendanya tidak melakukan tindakan lebih

lanjut. Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian karena

dari tujuan ini dapat ditentukan metode yang akan digunakan.

c.       Menentukan lokasi dan populasi studi

14

Page 15: Tutorial Riset

Dari tujuan penelitian dapat diketahui lokasi penelitian dan ditentukan pula populasi

studinya. Biiasanya, penelitian cross sectional tdak dilakukan terhadap semua subjek studi,

tetapi dilakukan kepada sebagian populasi dan hasilnya dapat diekstrapolasi pada populasi

studi tersebut.

Populasi studi dapat berupa populasi umum dan dapat berupa kelompok populasi

tertentu tergantung dari apa yang diteliti dan di mana penelitian dilakukan

Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengumpulan data, sasaran yang dituju yang

disebut subjek studi harus diberi criteria yang jelas, misalnya jenis kelamin, umur, domisili,

dan penyakit yang diderita. Hal ini penting untuk mengadakan ekstrapolasi hasil penelitian

yaitu kepada siapa hasil penelitian ini dilakukan

d.      Menentukan  cara dan besar sampel

Pada penelitian cross sectional diperlukan perkiraan besarnya sampel dan cara

pengambilan sampel. Perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus Snedecor dan

Cochran berikut.

1)      Untuk data deskrit

n=  besar sampel

p=  proporsi yang diinginkan

q=  1-p

Z=  simpangan dari rata- rata distribusi normal standard

L= besarnya selisih antara hasil sampel dengan populasi yang masihh dapat diterima

2)      Untuk data kontinyu

            S2= varian sampel

Cara pengambilan sampel sebaiknya dilakukan acak dan disesuaikan dengan kondisi

populasi studi, besarnya sampel, dan tersediannya sampling frame yaitu daftar subjek studi

pada populasi studi.

e.       Memberikan definisi operasional

f.        Menentukan variable yang akan diukur

g.       Menyusun  instrument pengumpulan data

15

Page 16: Tutorial Riset

Instrument yang akan digunakan dalam penelitian harus disusun dan dilakukan uji

coba. Instrument ini dimaksudkan agar tidak terdapat variable yang terlewatt karena dalam

instrument  tersebut berisi semua variable yang hendak diteliti

Instrument dapat berupa daftar pertanyaan atau pemeriksaan fisik atau laboratorium

atau radiologi dan lain- lain disesuaikan dengan tujuan penelitian

h.       Rancangan analisis

Analisis data yang diperoleh harus sudah dirrencanakan sebelum penelitian

dilaksanakan agar diketahui perhitungan yang akan digunakan. Rancangan analisis harus

disesuaikan dengan tujuan penelitian agar hasil penelitian dapat digunakan untuk menjawab

tujuan tersebut.

3.       Keuntungan dan Kekurangan Cross Sectional

Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional mempunyai beberapa

keuntungan dan kerugian sebagai berikut.

Keuntungan dari cross sectional yaitu :

a. Mudah untuk dilaksanakan

b. Hasil segera diperoleh

c. Dapat menjelaskan hubungan antara fenomena kesehatan yang diteliti dengan faktor-

faktor terkait (terutama karakteristik yang menetap)

d. merupakan studi awal dari suatu rancangan studi kasus-kontrol maupun kohort

e. Dalam penelitian epidemiologi, pendekatan cross sectional merupakan cara yang

cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa

f. Penelitian cross sectional dapat menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian

analitis(baseline information).

g. Pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk mengetahui prevalensi penyakit

tertentu dan masalah kesehatan yang terdapat dimasyarakat dan dengan demikian dapat

digunakan untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan

h. Memudahkan pengumpulan data dalam waktu relative singkat

Disamping beberapa keuntungan yang telah  disebutkan di atas, penelitian dengan

pendekatan cross sectional tidak luput dari beberapa kerugian berikut

a. Hanya kasus prevalens atau yang tidak terkena dampak tertentu yang diteliti

b. Membutuhkan skema sampling yang terencana baik sehingga dapat memberikan

kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk terpilih

16

Page 17: Tutorial Riset

c. Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang

terjadi dengan berjalannya waktu

Untuk mengatasi kelemahan ini dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian cross

sectional berulang- ulang agar dapat diketahui perubahan yang terjadi, misalnya perubahan

prevalensi penyakit TBC di suatu daerah, tetapi  cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu

pada penelitian berikutnya telah terjadi perubahan  dalam distribusi golongan umur dan

orang- orang dengan golongan umur tertentu yang bukan berasal dari kohort yang sama

karena kemungkinan terjadi migrasi ke  dalam atau ke luar.

Contoh lain adalah survey untuk memperoleh gambaran kesehatan masyarakat

disekitar bendungan yang dilakukan sebelum dan setelah dibangunnya bendungan PLTA

Cirata, Jawa Barat (Eko Budiarto, dkk., 1982). Penelitian ini menggunakan rancangan pre-

intervensi dan post intervensi tanpa kelompok kontrol

d.      Informasi yang diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah kesehatan yang

dicari tidak diperoleh.

e. Sulit untuk perhitungan besarnya resiko secara akuran dan sulit menentukan  besarnya

insidensi penyakit

f. Lebih membutuhkan subjek yang lebih besar  terutama bila variable yang diteliti

cukup banyak

g. Tidak dapat digunakan untuk penelitian terhadap penyakit yang jarang dalam

masyarakat

B.        Ruang Lingkup Penelitian Retrospektif (Kasus Kontrol)

Penelitian retrospektif sering disebut juga penilitian kasus control, ekspos  factor dan

untuk memudahkan agar tidak terjadi kesalahan maka disarankan untuk menggunakan istilah

trohok atautrohoc (Alvan Feinstein) yaitu cohort yang dibaca dari belkang sesui dengan

proses perjalanna penyakit yang diikuti, sedangkan pada penelitian kohort proses diikuti

kedepan artinya dari factor resiko mencari insidensi, sedangkan penelitian retrospektif

mengikuti proses ke belakang dari penderita pada keadaan awal untuk mencari factor resiko.

Studi case control adalah rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari

hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan

kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Ciri-ciri studi case

control adalah pemilihan subyek berdasarkan status penyakit, untuk kemudian dilakukan

pengamatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak.

Karakteristik case control antara lain :

17

Page 18: Tutorial Riset

1. Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif

2. Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol

3. Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebab-akibat

4. Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik

5. Kelompok kontrol mempunyai risiko terpajan yang sama dengan kelompok kasus

6. Pada penelitian kasus-kontrol, yang dibandingkan ialah pengalaman terpajan oleh

faktor risiko antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol

7. Penghitungan besarnya risiko relatif hanya melalui perkiraan melalui

perhitungan odds ratio

            Studi case control bersifat retrospektif, yang maksudnya adalah  jika  peneliti 

menentukan  status  penyakit  dulu,  lalu  mengusut  riwayat  paparan  ke belakang. Arah

pengusutan seperti  itu bisa dikatakan “anti-logis”, sebab peneliti mengamati  akibatnya  dulu 

lalu meneliti  penyebabnya,  sementara  yang  terjadi sesungguhnya  penyebab  selalu 

mendahului  akibat.

Pada  studi  kasus  kontrol,  peneliti  menggunakan kasus-kasus  yang  sudah  ada  dan

memilih  kontrol  (non-kasus)  yang  sebanding. Lalu peneliti mencari  informasi  status 

(riwayat) paparan masing-masing  subjek kasus dan kontrol. Jadi pada studi kasus kontrol

peneliti  tidak bisa menghitung risiko  dan  risiko  relatif  (RR).  Sebagai  ganti  risiko,  pada 

studi  kasus  kontrol peneliti menggunakan odd. What  is odd? Odd adalah probabilitas dua

peristiwa yang berkebalikan, misalnya sakit verus sehat, mati versus hidup, terpapar versus

tak  terpapar.  Pada  studi  kasus  kontrol,  odd  pada  kasus  adalah  rasio  antara jumlah kasus

yang terpapar dibagi tidak terpapar. Odd pada kontrol adalah rasio antara jumlah kontrol

terpapar dibagi tidak terpapar. Jika odd pada kasus dibagi dengan odd pada kontrol, diperoleh

Odds  ratio  (OR). OR digunakan pada  studi kasus kontrol sebagai pengganti RR.

Jadi penelitian retrospektif dapat diartikan sebagai suatu penelitian dengan

pendekatan longitudinal yang bersifat observasional mengikuti perjalanan penyakit ke arah

belakang (retrospektif) untuk menguji hipotesis spesifik tentang adanya hubungan

pemaparan  terhadap factor resiko dimasa lalu dengan timbulnya penyakit. Dengan kata lain, 

mengikuti perjalanan penyakit dari akibat ke sebab  dengan membandingkan besarnya

pemaparan factor resiko di masa lalu antara kelompok kasus dengan kelompok control

sebagai pembanding. Hal ini menunjukkan bahwa pada awalnya penelitian terdiri dari

kelompok penderita (kasus) dan kelompok bukan penderita yang akan diteliti sebagai control.

Uraian diatas secata skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

18

Page 19: Tutorial Riset

YANG LALU                                                              SAAT INI

Mencari pemaparan factor resiko          retrospektif                   kelompok kasus dan control

SEBAB                                                                                    AKIBAT

Kelompok kasus atau kelompok penderita ialah kelompok individu yang menderita

penyakit yang akan diteliti dan ikut dalam proses penelitian sebagai subjek studi. Hal ini

penting dijelaskan karena tidak semua orang yang memenuhi criteria penyakit yang akan

diteliti bersedia mengikuti penelitian dan tidak semua penderita memenuhi criteria yang telah

ditentukan.

Kelompok control ialah kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit

yang akan diteliti tetapi memiliki peluang yang sama dengan kelompok kasus untuk terpajan

oleh factor rresiko yang diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit dan bersedia menjadi

subjek studi

1.       Ciri- Ciri Penelitian Kasus Kontrol/Retrospektif

Penelitian retrospektif memiliki ciri- ciri sebagai berikut:

a.       Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

b.      Diawali dengan kelompok penderita dan bukan penderita

c.       Terdapat kelompok control

d.      Kelompok control harus memliki resiko terpajan oleh factor resiko yang sama dengan

kelompok kasus

e.       Membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh factor resiko antara kelompok kasus

dan kelompok control

f.        Tidak mengukur insidensi

2.       Keuntungan Dan Kerugian Penelitian Kasus Kontrol

Penelitian case control memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:

a.         Sangat sesuai untuk penelitian penyakit yang jarang tterjadi atau penyakit dengan fase

laten yang panjang atau penyakit yang sebelumnya tidak pernah ada

b.      Pelaksanaannya relative  lebih cepat jika dibandingkan dengan cohort karena pada

penelitian case control  diawali dengan penderita yang berarti penyakit yang diteliti telah

19

Page 20: Tutorial Riset

timbul, sedangkan pada penelitian cohort, insidensi penyakit yang akan diteliti harus

menunggu cukup lama.

c.       Sampel yang dibutuhkan untuk penelitian case control lebih kecil dari pada penelitian

cohort walaupun digunakan beberapa control untuk satu kasus.

d.      Biaya penelitiannya relative lebih kecil dibandingkan dengan penelitian cohort karena

sampel yang lebih sedikit dan waktu yang lebih singkat

e.       Tidak dipengaruhi oleh factor etis seperti penelitian aksperimen

f.        Data yang ada mungkin dapat dimanfaatkan terutama bila penelitian dilakukan di rumah

sakit

g.       Kemungkinan untuk mengadakan penelitian terhadap beberapa factor yang diduga sebagai

factor penyebab

Disamping beberapa keuntungan tersebt, terdapat pula beberapa kerugian sebagai

berikut:

a.       Kesalahan pemilihan kasus yang disebabkan kesalahan dalam diagnose

b.      Kesalahan dalam pemilihan control

c.       Berpotensi timbulnya bias informasi

d.      Validitas adat yang diperoleh tidak dapat dilakukan

e.       Pengendalian terhadap factor perancu (confounding factor) sulit dilakukan dengan lengkap

f.        Perhitungan resiko relative hanya berupa erkiraan

g.       Tidak didapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil penelitian

3.       Pengukuran Odd Rasio (=psi)

Pengukuran resiko relatif pada penelitian case control tidak dapat dilakukan secara

langsung tetapi hanya berupa perkiraan karena pada penelitian case control tidak mengukur

insidensi tetapi hanya mengukur besarnya paparan. Secara skematis dapat disajikan dalam

bentuk tabel berikut

Penyakit

Pemaparan Positif Negative Jumlah Odds penyakit

Positif A B m1 a/b

Negative C D m2 c/d

Jumlah n1 n2 N

Odds pemaparan a/c b/d

20

Page 21: Tutorial Riset

Odds ratio () (a/b)/(c/d) atau ad/bc

Contoh:

Suatu penelitian tentang hubungan karsinoma paru- paru dengan rokok yang

dilakukan secara retrospektif dengan mengambil 100 orang penderita Ca paru- paru sebagai

kasus dan 100 orang dengan penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan Ca paru- paru

sebagai kelompok control. Kedua kelompok disamakan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan

social ekonomi

Hasilnya yang diperoleh adalah pada kelompok kasus dengan 90 orang yang

merokok, sedangkan pada kelompok control terdapat 40 orang yang merokok. Hal ini dapat

digambarkan secara skematis dalam bentuk tabel berikut:

Pajanan Kasus Control

Perokok 90 40

Bukan perokok 10 60

Jumlah 100 100

Rate pemaparan pada kelompok kasus= 90/100= 90%

Rate pemaparan pada kelompok control = 40/100= 40%

Odds ratio= (90x60)/(40x 10)= 5400/500= 10,8

Ini berarti bahwa diperkirakan resiko bagi perokok terkena karsinoma paru- paru adalah 10,8

kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok.

METODE PENELITIAN ANALITIK - OBSERVASIONAL

03.41 |

A.Inter vensional (eksperimental)

1.Uji Klinis

2.Intervensi : Pendidikan perilaku kesehatan masyarakat

21

Page 22: Tutorial Riset

B.Observasional

1.Studi Cross-Sectional

Dalam pengukuran cross-sectional peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable

pada saat tertentu. Subyek yang diamati hanya di osevasi satu kali saja dan pengukuran

variable subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. Jadi, pada studi Cross Sectional

peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.

Desain cross-sectional merupakan desain yang dapat digunakan untuk penelitian deskriptif,

namun juga dapat untuk penelitian analitik sehingga sering digunakan untuk studi klinis

maupun lapangan.

Kelebihan :

a.Keuntungan yang utama dari desain cross-sectional adalah memungkinkan penggunaan

populasi dari masyarakat umum, tidak hanya para pasien yang mencari pengobatan, hingga

generalisasinya cukup memadai.

b.Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh.

c.Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.

d.Jarang terancam loss to follow-up (drop out).

e.Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen,

tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya.

f.Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat lebih konklusif.

Contoh : Ingin diketahui peran kadar kolesterol, trigliserida, hemoglobin, jumlah konsumsi

rokok, dan usia terhadap tekanan darah diastolok guru lelaki di Jakarta. Hubungan antara

pelbagai variabel independen (factor risiko) dengan variabel dependen (tekanan darah)

dinyatakan dalam persamaan regresi multiple. 

Kekurangan :

a.Sulit untuk menemukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek pada saat

yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas). Akibatnya sering tidak mungkin

ditentukan mana penyebab dan mana akibat 9dilema telur dan ayam, horse and cart).

b.Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit yang panjang

dari pada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena individu yang cepat sembuh atau

cepat meninggal mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi. Bila

karakteristik pasien yang cepat sembuh atau meninggal itu berbeda dengan mereka yang

mempunyai masa sakit panjang, terdapat salah interpretasi hasil penelitian.

c.Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak , terutama bila variabel yang dipelajari

banyak.

22

Page 23: Tutorial Riset

d.Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis.

e.Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang.

f.Mungkin terjadi bias prevalens atau bias insidens karena efek factor suatu risiko selama

selang waktu tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai efek suatu penyakit.

2.Studi Kasus-Kontrol (Case Control)

Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran variabel tergantung, yakni efek, sedangkan

variabel bebasnya di cari secara retrospektif, karena itu studi kasus-kontrol disebut studi

longitudinal, artinya subyek tidak hanya di observasi pada satu saat tetapi diikuti selama

periode yang ditentukan. Pada studi ini dilakukan identifikasi subyek (kasus) yang telah

terkena penyakiy (efek), kemudian ditelusuri secara retrospektif ada atau tidak adanya factor

risiko yang didug aberperan. Pemilihan subyek sebagai control ini dapat dilakukan dengan

cara serasi (matching) atau tanpa matching.

Contoh : Hubungan antara pemberian susu formla pada masa neonates(formula dini)

berkaitan dengan peningkatan kejadian asma dibawah usia 1 tahun (asma dini)

Pada studi kasus control yaitu dengan mencari bayi dengan dan tanpa asma.

Kelebihan :

a.Studi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya, cara untuk meneliti

kasus yang jarang atau masa latennya panjang

b.Hasil dapat diperoleh dengan cepat

c.Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit

d.Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit

e.Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai factor risiko sekaligus dalam satu

penelitian

Kelebihan :

1.Data mengenai pajanan factor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau

catatan medik sehingga dapat menyebabkan recall bias. Data sekunder catatan medic rutin

yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat.

2.Validasi mengenai informasi kadang – kadang sukar diperoleh

3.Oleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneloti maka sukar untuk meyakinkan

bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam pelbagai factor eksternal dan sumber bias

lainnya

4.Tidak dapat memberikan incidence rates

5.Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen, hanya berkaitan

23

Page 24: Tutorial Riset

dengan satu penyakit atau efek.

3.Studi Kohort

Berlawanan dengan studi kasus-kontrol yang dimulai dengan identifikasi efek. Pada

penelitian kohort yang diidentifikasi dulu adalah kasusnya, kemudian subyek diikuti secara

prospektif selama periode tertentu untuk mencari ada tidaknya efek. Pada penelitian kohort

murni (internal), yang diamati adalah subyek yang belum mengalami pajanan factor risiko

serta belum mengalami faktor efek. Subyek yang terpajan menjadi kelompok yang diteliti,

sedang subyek yang tidak terpajan menjadi kontrol. Kedua kelompok tersebut kemudian

diikuti selama periode waktu tertentu, dan ditentukan apakah telah terjadi efek atau penyakit

yang diteliti sedangkan pada studi kohort eksternal apabila subyek yang dipilih sudah terkena

factor risiko namun belum mengalami efek dan kelompok pembanding dipilih dari subyek

lain yang tanpa pajanan factor risiko dan tanpa efek.

Modifikasi Rancangan Studi Kohort 

a.Studi Kohort Retrospektif

Pada desain ini, peneliti mengidentifikasi factor risiko dan efek pada kohort yang telah terjadi

di masa lalu namun kejadian efek ditelusur prospektif dilihat dari saat pajanan risiko. Jenis

analisis yang digunakan sama dengan pada studi kohort prospektif. Kesahihan hasil studi ini

sangat bergantung pada kualitas data pada rekam medik atau catatan yang dipergunakan

sebagai sumber data.

b.Studi kohort berganda

Pada studi kohort berganda dengan kelompok pembanding eksternal, penelitian dimulai

dengan kedua kelompok subyek dari populasi yang berbeda, yakni satu kelompok dengan

factor risiko dan kelompok lain tanpa faktor risiko. Desain ini lebih sering digunakan

ketimbang studi kohort dengan kelompok pembanding internal. Pendekatan metodologis pada

rancangan penelitian kohort berganda ini dapat dilaksanakan dengan cara prospektif maupun

retrospektif.

c.Nested case-control study

Jenis studi ini secara harfiah berarti terdapatnya bentuk studi kasus-kontrol yang bersarang

(nested) di dalam rancangan penelitian kohort. Data yang digunakan adalah data yang

diperoleh dari studi kohort. Setelah penelitian kohort selesai maka diperoleh sejumlah subyek

dengan efek yang positif yang berasal dari kelompok yang terpajan dan kelompok control.

Keunggulan studi in, yaitu penghematan biaya karena pemeriksaan laboratorik pada factor

risiko hanya dilakukan pada kelompok kasus dan kantrol bukan pada semua subyek

24

Page 25: Tutorial Riset

penelitian studi kohort, selain itu studi ini lebih unggul disbanding studi kasus-kontrol biasa

karena sampel kontrolnya ditarik dari populasi yang sama dengan populasi kasus.

Contoh : Hubungan antara pemberian susu formula pada masa neonates(formula dini)

berkaitan dengan peningkatan kejadian asma dibawah usia 1 tahun (asma dini)

Jika pada studi kohort, yaitu dengan mengamati bayi baru lahir, mencatat yang diberi formula

dini dan yang tidak.

Kelebihan :

1.Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan penyakit

atau efek yang diteliti

2.Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika antara hubungan

factor risiko dengan efek secara temporal

3.Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progresif

4.Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu factor risiko

tertentu

5.Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, studi kohort memiliki

kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang makin meningkat.

Kekurangan :

1.Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama

2.Sarana dan biaya biasanya mahal

3.Studi kohort seringkali rumit

4.Kurang efisien dari segi waktu dan biaya untuk meneliti kasus jarang

5.Terancam drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau factor risiko dapat

mengganggu analisis lain

6.Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti membiarkan

subyek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap dapat merugikan subyek.

25